8
Nunung Nurhayati Teori Peluang (PAM 2231)-Unsoed 4.3 Konvergen dalam Distribusi Pada Subbab 4.2 telah dibahas konsep ”konvergen dalam peluang” yang dapat digunakan untuk memeriksa kedekatan estimator dengan parameter yang diestimasinya. Pada sub- bab ini dibahas jenis kekonvergenan lainnya, yaitu ”konvergen dalam distribusi”. Materi ini merupakan konsep dasar yang perlu dipelajari untuk pembahasan Teorema Limit dan pembahasan distribusi asimtotik serta selang kepercayaan suatu estimator. Definisi 1 (Konvergen dalam distribusi) Misal {X n } barisan variabel acak dengan cdf masing-masing F Xn , dan X suatu variabel acak dengan cdf F X . Barisan variabel acak {X n } dikatakan konvergen dalam distribusi ke X, dinotasikan X n d -→ X jika lim n→∞ F Xn (x)= F X (x), untuk setiap x C (F (x)), dengan C (F (x)) menyatakan himpunan semua titik sehingga F X kontinu. Pada Definisi 1, distribusi dari X yang dinyatakan dalam cdf F (x), disebut distribusi asimtotik atau distribusi limit dari barisan {X n }. Sebagai contoh, pernyataan X n d -→ X dengan X berdistribusi normal standar” atau secara singkat, X n d -→ N (0, 1) dapat dibaca sebagai ”X n mempunyai distribusi asimtotik normal standar.” Contoh 4.3.1. Misal X n mempunyai cdf F n x)= Z ¯ x -∞ 1 p 1/n 2π e -nw 2 /2 dw. Jika dimisalkan v = nw maka F n x)= Z n¯ x -∞ 1 2π e -v 2 /2 dv sehingga lim n→∞ F n x)= 0, ¯ x< 0 1/2, ¯ x =0 1, ¯ x> 0 1

Teorema Limit Pusat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

teorema limit pusat

Citation preview

Page 1: Teorema Limit Pusat

Nunung Nurhayati Teori Peluang (PAM 2231)-Unsoed

4.3 Konvergen dalam Distribusi

Pada Subbab 4.2 telah dibahas konsep ”konvergen dalam peluang” yang dapat digunakanuntuk memeriksa kedekatan estimator dengan parameter yang diestimasinya. Pada sub-bab ini dibahas jenis kekonvergenan lainnya, yaitu ”konvergen dalam distribusi”. Materiini merupakan konsep dasar yang perlu dipelajari untuk pembahasan Teorema Limit danpembahasan distribusi asimtotik serta selang kepercayaan suatu estimator.

Definisi 1 (Konvergen dalam distribusi) Misal {Xn} barisan variabel acak dengancdf masing-masing FXn , dan X suatu variabel acak dengan cdf FX . Barisan variabel acak{Xn} dikatakan konvergen dalam distribusi ke X, dinotasikan

Xnd−→ X

jikalimn→∞

FXn(x) = FX(x),

untuk setiap x ∈ C(F (x)), dengan C(F (x)) menyatakan himpunan semua titik sehinggaFX kontinu.

Pada Definisi 1, distribusi dari X yang dinyatakan dalam cdf F (x), disebut distribusiasimtotik atau distribusi limit dari barisan {Xn}.

Sebagai contoh, pernyataan

”Xnd−→ X dengan X berdistribusi normal standar”

atau secara singkat,

Xnd−→ N(0, 1)

dapat dibaca sebagai ”Xn mempunyai distribusi asimtotik normal standar.”

Contoh 4.3.1. Misal Xn mempunyai cdf

Fn(x̄) =

∫ x̄

−∞

1√1/n√

2πe−nw

2/2dw.

Jika dimisalkan v =√nw maka

Fn(x̄) =

∫ √nx̄−∞

1√2πe−v

2/2dv

sehingga

limn→∞

Fn(x̄) =

0, x̄ < 01/2, x̄ = 01, x̄ > 0

1

Page 2: Teorema Limit Pusat

Nunung Nurhayati Teori Peluang (PAM 2231)-Unsoed

Definisikan fungsi

F (x̄) =

{0, x̄ < 01, x̄ ≥ 0

makalimn→∞

Fn(x̄) = F (x̄)

untuk setiap titik x̄ sedemikian sehingga F (x̄) kontinu. Artinya, ketika F tidak kontinudi x = 0, Fn(0) tidak harus konvergen ke F (0). Jadi, yang diperhatikan hanya titik-titiksedemikian sehingga F kontinu. Berdasarkan hasil ini, maka barisan X1, X2, X3, . . .konvergen ke variabel acak yang berdistribusi degenerate di x̄ = 0. �

Contoh 4.3.2. Misal X1, . . . , Xn sampel acak dari distribusi U(0, θ). Misalkan Yn =max{X1, . . . , Xn}, dan Zn = n(θ − Yn).

(a). Tentukan cdf dari Yn.

(b). Tunjukkan Zn konvergen dalam distribusi dan tentukan distribusi asimtotiknya.

Penyelesaian.

(a). Diketahui Yn = max{X1, . . . , Xn} maka DYn = {y ; 0 < y ≤ θ}. Misal diambily ∈ (0, θ]. Fungsi distribusi (cdf ) dari Yn adalah

FYn(y) = P (Yn ≤ y) = P (max{X1, . . . , Xn} ≤ y)

= P (X1 ≤ y, . . . , Xn ≤ y)

= [P (X ≤ y)]n (karena X1, . . . , Xn independen)

= [FX1(y)]n

Karena X1 berdistribusi U(0, θ), maka

FX1(y) = P (X1 < y) =

∫ y

0

1

θdx =

y

θ,

sehingga untuk 0 < y ≤ θ,

P (Yn ≤ y) = [FX1(y)]n =(yθ

)n.

Jadi cdf dari Yn adalah

FYn(y) =

0, y < 0(yθ )n, 0 < y ≤ θ1, y ≥ θ

(b). Diketahui Zn = n(θ−Yn), maka DZn = {z ; 0 < z ≤ nθ}. Misal diambil z ∈ (0, nθ].Karena Zn = n(θ−Yn) ekivalen dengan Yn = θ−Zn/θ, maka fungsi distribusi dari

2

Page 3: Teorema Limit Pusat

Nunung Nurhayati Teori Peluang (PAM 2231)-Unsoed

Zn adalah

FZn(z) = P (Zn ≤ z) = P [Yn ≥ θ − (z/n)]

= 1− P (Yn ≤ θ − (z/n))

= 1−(θ − (z/n)

θ

)n= 1−

(1− z/θ

n

)ndan

limn→∞

FZn(z) = 1− e−z/θ

sehingga

Znd−→ Z.

Berikut akan ditunjukkan Z berdistribusi eksponensial dengan parameter 1/θ.Misal Z berdistribusi eksponensial dengan parameter 1/θ, maka pdf dari Z,

f(z) =1

θe−z/θ, z > 0

dan 0 untuk z lainnya, sehingga cdf dari Z

FZ(z) =

∫ z

0

1

θe−x/θdx = 1− e−z/θ, z > 0

dan 0 untuk z lainnya.

Jadi, distribusi asimtotik dari Zn adalah distribusi eksponensial dengan parameter1/θ. �

Hubungan konvergen dalam distribusi dan konvergen dalam peluang dinyatakan dalamsifat-sifat berikut:

(a). Jika Xnp→ X maka Xn

d−→ X. Pernyataan sebaliknya belum tentu benar danberlaku benar hanya jika X degenerate.

(b). Jika b suatu konstanta dan Xnd−→ b maka Xn

p→ b.

(c). Jika Xnd−→ X dan Yn

d−→ 0, maka Xn + Ynd→ X.

(d). Jika Xnd−→ X dan g fungsi yang kontinu pada support dari X maka

g(Xn)d−→ g(X).

(e). (Teorema Slutsky). Misal Xn, X,An, Bn, variabel-variabel acak. Misalkan pula a

dan b konstanta. Jika Xnd−→ X, An

p→ a, dan Bnd−→ b maka An + BnXn

d−→a+ bX.

3

Page 4: Teorema Limit Pusat

Nunung Nurhayati Teori Peluang (PAM 2231)-Unsoed

Teknik Fungsi Pembangkit Momen. Selain menggunakan cdf, distribusi asimtotiksuatu barisan variabel acak yang konvegen dalam distribusi, juga dapat dicari menggu-nakan teknik fungsi pembangkit momen (teknik mgf ).

Teorema 2 Misal {Xn} barisan variabel acak dengan mgf MXn(t) yang ada untuk −h <t < h dan untuk setiap n.Misalkan pula X variabel acak dengan mgfM(t) yang ada untuk|t| < h1 < h untuk setiap n. Jika

limn→∞

MXn(t) = M(t)

makaXn

d−→ X.

Berikut aturan limit di Kalkulus yang berguna dalam penentuan distribusi asimtotikberdasarkan Teorema 2:

Jika diberikan bentuk limit berikut

limn→∞

[1 +

b

n+ψ(n)

n

]cn,

dengan b dan c tidak bergantung pada n dan limn→∞ ψ(n) = 0, maka

limn→∞

[1 +

b

n+ψ(n)

n

]cn= lim

n→∞

(1 +

b

n

)cn= ebc (1)

Sebagai contoh, untuk menghitung

limn→∞

[1 +

t2

n+

t3

n3/2

]−n/2= lim

n→∞

(1− t2

n+t2/√n

n

)−n/2dapat dimisalkan b = −t2, c = −1

2 , dan ψ(n) = t2/√n sehingga limn→∞ t

2/√n = 0 dan

limn→∞

[1 +

t2

n+

t3

n3/2

]−n/2= et

2/2.

Contoh 4.3.3. Misal Yn berdistribusi B(n, p) dan untuk setiap n mean dari Yn adalahsama yaitu µ = np. Akan ditentukan distribusi asimtotik dari distribusi binomial denganp = µ/n, dengan cara mencari limit dari mgf

M(t;n) = E[etYn ] =[(1− p) + pet

]n=

[1 +

µ(et − 1)

n

]n, −∞ < t <∞

Dengan memisalkan b = µ(et − 1), c = 1 dan ψ(n) = 0, maka dari persamaan (1) dapatdiperoleh

limn→∞

M(t;n) = eµ(et−1), −∞ < t <∞,

4

Page 5: Teorema Limit Pusat

Nunung Nurhayati Teori Peluang (PAM 2231)-Unsoed

yang tidak lain merupakan bentuk mgf dari distribusi Poisson dengan parameter µ.Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa untuk n → ∞, distribusi B(n, p) dapatdiaproksimasi oleh distribusi Poisson dengan parameter µ = np.

Sebagai ilustrasi, jika Y berdistribusi B(n, p) dengan n = 50 dan p = 125 maka

P (Y ≤ 1) =

(24

25

)50

+ 50

(1

25

)(24

25

)49

= 0, 400

Peluang tersebut juga dapat dihitung melalui aproksimasi distribusi Poisson yaitu denganmemisalkan µ = np = 2, sehingga

P (Y ≤ 1) = e−2 + 2e−2 = 0, 406. �

Contoh 4.3.4. Misal Zn berdistribusi χ2(n). Akan ditunjukkan bahwa distribusi limitdari Yn = (Zn − n)/

√2n adalah N(0, 1).

Diketahui Yn = (Zn − n)/√

2n, maka mgf dari Yn

M(t;n) = E[etYn ] = E

[exp

{t

(Zn − n√

2n

)}]= etn/

√2nE[etZn/

√2n]

= exp

[−

(t

√2

n

)(n2

)](1− 2

t√2n

)−n/2, t <

√2n

2.

Bentuk mgf ini juga dapat ditulis sebagai

M(t;n) =

(et√

2/n − t√

2

net√

2/n

)−n/2, t <

√2n

2.

Menurut rumus Taylor, terdapat bilangan ξ(n), antara 0 dan t√

2/n, sehingga

et√

2/n = 1 + t

√2

n+

1

2

(t

√2

n

)2

+eξ(n)

6

(t

√2

n

)3

.

Akibatnya,

M(t;n) =

(1− t2

n+ψ(n)

n

)−n/2,

dengan

ψ(n) =

√2t3eξ(n)

3√n

−√

2t3√n− 2t4eξ(n)

3n.

Karena ξ(n)→ 0 ketika n→∞, maka limn→∞ ψ(n) = 0 untuk setiap nilai t.

Dari persamaan (1) dapat diperoleh

limn→∞

M(t;n) = et2/2, −∞ < t <∞.

5

Page 6: Teorema Limit Pusat

Nunung Nurhayati Teori Peluang (PAM 2231)-Unsoed

Karena bentuk pada ruas kanan merupakan mgf dari distribusi normal standar, makadapat disimpulkan bahwa distribusi asimtotik dari Yn = (Zn − n)/

√2n adalah normal

standar. �

Latihan

Soal No.1-11, 18, 19 (Hogg, dkk., hal 218-220).

4.4 Teorema Limit Pusat

Pada Subbab 3.4 telah dibahas bahwa jika X1, X2, . . . , Xn sampel acak dari distribusiN(µ, σ2) maka variabel acak (Xn − µ)/(σ/

√n) berdistribusi N(0, 1). Permasalahannya

bagaimana perilaku variabel acak tersebut jika distribusi asalnya sembarang? Jawaban-nya dapat ditemukan pada teorema limit pusat.

Teorema 3 (Teorema Limit Pusat) Misal X1, X2, . . . , Xn sampel acak dari suatu dis-tribusi dengan mean µ dan variansi σ2, maka variabel acak

Yn =Xn − µσ/√n

d−→ N(0, 1)

Bukti. Pembuktian dengan teknik mgf memerlukan asumsi tambahan, yaitu mgf M(t) =E[etX ] ada untuk −h < t < h. Dengan asumsi ini, maka fungsi

m(t) = E[et(X−µ)] = e−µtM(t)

juga ada untuk −h < t < h. Karena m(t) mgf untuk X − µ, maka m(0) = 1, m′(0) =E[X − µ] = 0, dan m′′(0) = E[(X − µ)2] = σ2.

Menurut rumus Taylor, terdapat bilangan ξ antara 0 dan t sehingga

m(t) = m(0) +m′(0)t+m′′(ξ)t2

2

= 1 +m′′(ξ)t2

2

Melalui manipulasi σ2t2/2− σ2t2/2 = 0, mgf m(t) dapat juga ditulis sebagai

m(t) = 1 +σ2t2

2+m′′(ξ)t2

2− σ2t2

2

= 1 +σ2t2

2+

[m′′(ξ)− σ2]t2

2. (2)

6

Page 7: Teorema Limit Pusat

Nunung Nurhayati Teori Peluang (PAM 2231)-Unsoed

Berikut ini akan ditentukan mgf dari Yn:

Karena

Yn =Xn − µσ/√n

=

∑ni=1Xi − nµσ√n

maka mgf dari Yn dapat ditulis

M(t;n) = E[etYn ] = E

[exp

(t

∑Xi − nµσ√n

)]= E

[exp

(tX1 − µσ√n

)exp

(tX2 − µσ√n

)· · · exp

(tXn − µσ√n

)]= E

[exp

(tX1 − µσ√n

)]· · ·E

[exp

(tXn − µσ√n

)]=

{E

[exp

(tX − µσ√n

)]}=

[m

(t

σ√n

)], −h < t

σ√n< h.

Dari persamaan (2) dapat diperoleh

m

(t

σ√n

)= 1 +

t2

2n+

[m′′(ξ)− σ2]t2

2nσ2,

dengan ξ antara 0 dan t/σ√n dengan −hσ

√n < t < hσ

√n. Akibatnya

M(t;n) =

{1 +

t2

2n+

[m′′(ξ)− σ2]t2

2nσ2

}nKarena m′′(t) kontinu di t = 0 dan karena ξ → 0 ketika n→∞, maka

limn→∞

[m′′(ξ)− σ2] = 0.

Dari persamaan (1) dapat diperoleh

limn→∞

M(t;n) = et2/2, −∞ < t <∞

yang tidak lain merupakan mgf dari distribusi normal standar. Jadi dapat disimpulkanbahwa

Yn =Xn − µσ/√n

d−→ N(0, 1). �

Dengan adanya teorema limit pusat maka distribusi rata-rata sampel X yang berasaldari distribusi apapun dapat didekati (diaproksimasi) oleh distribusi normal. Berartiperhitungan peluang atau penentuan selang kepercayaan dari X juga dapat didekatioleh peluang distribusi normal.

7

Page 8: Teorema Limit Pusat

Nunung Nurhayati Teori Peluang (PAM 2231)-Unsoed

Contoh 4.4.1. Misal X rata-rata dari sampel acak berukuran n = 75 dari distribusiuniform

f(x) =

{1, 0 < x < 10, x lainnya.

Karena µ = 12 dan variansi σ2 = 1

12 , maka

P (0, 45 < X < 0, 55) ≈ P(

0, 45− µσ/√n

< Z <0, 55− µσ/√n

)= P (−1.5 < Z < 1.5)

= P (Z < 1.5)− P (Z < −1, 5)

= 0, 9332− (1− 0, 9332)

= 0, 8664.

Contoh 4.4.2. Misal X1, X2, . . . , Xn sampel acak dari distribusi B(1, p). Di sini µ = pdan σ2 = p(1− p). Telah diketahui di Subbab 3.1 bahwa jika Yn = X1 + . . .+Xn makaYn berdistribusi B(n, p). Karena

Yn − np√np(1− p)

=√n

Xn − p√np(1− p)

=Xn − µσ/√n

konvergen dalam distribusi ke N(0, 1), maka Yn yang berdistribusi B(n, p) dapat didekatioleh distribusi N(µ, σ2) dengan µ = np dan σ2 = np(1−p). Distribusi normal yang terjadihanya untuk sampel besar disebut distribusi normal asimtotik.

Contoh 4.4.3. Misal Y berdistribusi B(n, p) dengan n = 100 dan p = 12 . Karena

µ = np = 50 dan σ2 = np(1 − p) = 25 atau σ = 5, maka dari Contoh 4.4.2 dapatdihitung

P (Y = 48, 49, 50, 51, 52) = P (47, 5 < Y < 52, 5)

≈ P(

47, 5− 50

5< Z <

52, 5− 50

5

)= P (−0, 5 < Z < 0, 5) = 0, 382.

Di sini titik Y = 47, 5 dan Y = 52, 5 disebut angka koreksi kekontinuan.

Latihan

Soal No.1-12 (Hogg, dkk., hal 225-226).

8