Upload
sukarni
View
3
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
OK
Citation preview
TEKANAN DARAH
I. PENDAHULUAN
Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap satuan luas dinding
pembuluh darah (arteri). Tekanan ini harus adekuat, yaitu cukup tinggi untuk menghasilkan
gaya dorong terhadap darah dan tidak boleh terlalu tinggi yang dapat menimbulkan kerja
tambahan bagi jantung. Tekanan darah diperoleh dalam pengukuran, yakni tekanan sistole
dan diastole.
Sistole dan diastole merupakan dua periode yang menyusun satu siklus jantung.
Diastole adalah kondisi relaksasi, yakni saat jantung terisi oleh darah yang kemudian diikuti
oleh periode kontraksi atau sistole. Satu siklus jantung tersusun atas empat fase
1. Pengisian ventrikel (ventricular filling)
Adalah fase diastolik, saat ventrikel mengembang dan tekanannya turun dibandingkan
dengan atrium. Pada fase ini, ventrikel terisi oleh darah dalam tiga tahapan, yakni pengisian
ventrikel secara cepat, diikuti dengan pengisian yang lebih lambat (diastasis), hingga
kemudian proses diakhiri dengan sistole atrial. Hasil akhir diperoleh EDV (End Diastolic
Volume), yang merupakan volume darah total yang mengisi tiap ventrikel, besarnya kurang
lebih 130 mL.
2. Kontraksi isovolumetrik (isovolumetric contraction)
Mulai fase ini, atria repolarisasi, dan berada dalam kondisi diastole selama sisa siklus.
Sebaliknya, ventrikel mengalami depolarisasi dan mulai berkontraksi. Tekanan dalam
ventrikel meningkat tajam, namun darah masih belum dapat keluar dari jantung dikarenakan
tekanan pada aorta (80 mmHg) dan pulmonary trunk (10 mmHg) masih lebih tinggi
dibandingkan tekanan ventrikel, serta masih menutupnya keempat katup jantung. Dalam fase
ini, volume darah dalam ventrikel adalah tetap, sehingga dinamakan isovolumetrik.
Maka yang dimaksud dengan tekanan sistole adalah tekanan puncak yang
ditimbulkan di arteri sewaktu darah dipompa ke dalam pembuluh tersebut selama kontraksi
ventrikel, sedangkan tekanan diastole adalah tekanan terendah yang terjadi di arteri sewaktu
darah mengalir ke pembuluh hilir sewaktu relaksasi ventrikel. Selisih antara tekanan sistole
dan diastole, ini yang disebut dengan blood pressure amplitude atau pulse pressure
Metode auskultasi untuk mengukur tekanan sistole-diastole
Sphygmomanometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah
arteri. Alat ini terdiri dari sebuah manset elastis yang berisi kantong karet tiup.
Ketika manset diikatkan pada lengan, inflasi dari kantong karet memampatkan
jaringan bawah manset. Jika kantong karet membengkak untuk tekanan yang melebihi nilai
puncak gelombang nadi, arteri terus melemah dan tidak ada gelombang pulsa yang bisa
teraba di arteri perifer. Jika tekanan dalam spontan secara bertahap dikurangi, suatu titik akan
tercapai di mana terdapat gelombang pulsa sedikit melebihi tekanan pada jaringan sekitarnya
dan dalam kantong karet. Pada tingkat itu, denyut nadi menjadi teraba dan tekanan yang
ditunjukkan pada manometer air raksa adalah ukuran dari nadi puncak atau tekanan sistolik.
Aliran darah mengalir melalui arteri di bawah manset dengan cepat dan
mempercepat kolom darah di cabang arteri perifer, menghasilkan turbulensi dan suara khas,
yang dapat didengar melalui stetoskop. Sebagian tekanan dalam manset dikurangi lebih
lanjut. Perbedaan antara tekanan sistolik dan tekanan manset semakin melebar dan arteri
terbuka selama beberapa waktu. Secara umum, jumlah darah bergelombang di bawah manset
juga sama meningkatnya, dan suara jantung melalui stetoskop cenderung mengeras. Ketika
tekanan dalam manset turun di bawah tekanan minimal gelombang nadi, arteri tetap terbuka
terus menerus dan suara yang dipancarkan menjadi teredam karena darah terus mengalir dan
derajat percepatan darah oleh gelombang pulsa tiba-tiba dikurangi. Pada masih rendah manset
tekanan, suara hilang sama sekali sebagai aliran laminar dan aliran darah menjadi normal
kembali. Adapun bunyi yang didengar saat auskultasi pemeriksaan tekanan darah disebut
dengan bunyi korotkoff, yakni bunyi yang ditimbulkan karena turbulensi aliran darah yang
ditimbulkan karena oklusi parsial dari arteri brachialis.
STANDARD OPERATING PROCEDURE
(MENGUKUR TEKANAN DARAH)
Pengertian
Mengukur tekanan darah seseorang melalui permukaan dinding arteri dengan menggunakan
tensimeter air raksa maupun digital.
Tujuan
1) Mengetahui tekanan darah
2) Menentukan diagnosis
3) Menentukan terapi yg akan digunakan.
Pembagian nilai pengukuran tekanan darah
1) Sistolik : Kontraksi maksimal jantung
2) Diastolik : Tekanan istirahat
Hal-hal yg harus diperhatikan
1) Sebelum pemeriksaan, hindari mengkonsumsi makanan yg merangsang peningkatan
tekanan darah. Misal : kafein, alkohol dan rokok.
2) Anjurkan untuk beristirahat sejenak hingga pasien dalam keadaan tenang selama
kurang lebih 5 menit.
3) Pemeriksaan dilakukan pada tangan kanan (tangan dominan) kecuali bila ditemukan
cedera. Tidak ada nilai tekanan darah normal yg tepat, namun dihitung berdasarkan
rentang nilai kondisi klien.
4) Pasien poliklinik (instalasi rawat jalan)pasien duduk berhadapan dengan perawat.
5) Pasien rawat inap, pasien berbaring telentang.
6) Kecemasan (ansietas) yg merupakan masalah umum pada kunjungan pertama yang
disebabkan oleh sindrom white collar hypertension. Ulangi pengukuran setelah klien
rileks.
7) Kesalahan pengukuran dapat menyebabkan klien menerima obat penurun tekanan
darah dan bisa berujung pada kematian.
8) Lengan yg gemuk atau kurus. Bila lila >41 cm, gunakan manset lebar (18 cm). Bila
sangat kurus, gunakan manset pediatrik.
9) Jika bunyi Korotkoff terdengar lemah atau tak terdengar, lakukan teknik berikut ini :
o Tinggikan lengan klien sebelum dan selama memompa manset, kemudian
turunkan lengannya dan tentukan tenakan darahnya.
o Pompa manset, minta klien mengepalkan tangannya beberapa kali. Tentukan
tekanan darahnya.
A. Persiapan
1. Lansia
Atur posisi lansia duduk dilantai.
Jika telah melakukan aktivitas istirahatkan dulu sampai tenang, karena akan
berpengaruh terhadap hasil pengukuran tekanan darah.
2. Persiapan Alat
Spigmomanometer (Tensi meter).
Stetoskop
B. Pelaksanaan
1) Atur posisi tangn minimal sejajar dengan letak jantung dan tidak terlalu rendah.
2) Tempatkan atau letakan manset pada lengan atas 3 jari diatas sikut.
3) Tempelkan Manometer pada manset yang telah dipasang.
4) Cari denyut nadi pada arteri brachialis (pada lipatan siku).
5) Setelah nadi ditemukan tempelkan stetoskop pada daerah denyutan nadi tersebut.
6) Pasang stetoskop pada telinga pemeriksa.
7) Cari denyut nadi pada arteri radialis (pada daerah pergelangan tangan).
8) Mulai melakukan pemompaan sampai dirasakan denyutan nadi pada pergelangan
tangan menghilang, lalu tambahkan 1 – 2 pompaan.
9) Pegang ujung stetoskop lalu mulai turunkan tekanaan pada manset secara perlahan –
lahan.
10) Dengarkan adanya suara ”dug – dug – dug” :
Bunyi pertama menunjukan tekanan sistolik.
Bunyi yang terakhir terdengar menunjukan tekanan diastolik.
Contoh : Jika bunyi jarum manometer menunjukan 120 dan bunyi terakhir menghilang jarum manometer menunjukan angka 80 berarti tekanan darah orang tersebut adalah 120/80 mmHg.
11) Sesudah selesai lepaskan stetoskop dan manset dari pergelangan tangan lansia.
12) Catat dan beritahukan hasil yang telah diperoleh.
NILAI NORMAL
Menurut Depkes
Umur Nilai tekanan darah
1 bulan 86/54
1 tahun 96/65
2 tahun 99/65
4 tahun 99/65
6 tahun 100/65
8 tahun 105/60
10 tahun 110/60
12 tahun 115/60
15-20 tahun 90/60 – 120/80
> 30 tahun 110/70 – 140/90
Menurut WHO 1. Dewasa : sistolik < = 120 mmhg
2. Diastolik < = 80 mmhg
Tekanan darah perbatasan
1. Sistolik 121-129 mmhg
2. Diastolik 81-84 mmhg