32
BAB II LANDASAN TEORI II.1. Fisiologi Tekanan Darah Tekanan darah merupakan daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh. Tekanan darah hampir selalu dinyatakan dalam milimeter air raksa (mmHg) karena manometer air raksa merupakan rujukan baku untuk pengukuran tekanan (Guyton, 2007) . Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong darah ke jaringan. Tekanan ini harus cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup akan tetapi tidak boleh terlalu tinggi sehingga menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan menigkatkan risiko kerusakan pembuluh serta kemungkinan rupturnya pembuluh-pembuluh halus. Dua penentu utama tekanan darah arteri rata-rata adalah curah jantung dan resistensi perifer total. Curah jantung merupakan volume darah yang dipompa oleh tiap ventrikel per menit dan dipengaruhi oleh volume sekuncup (volume darah yang dipompa oleh setiap ventrikel per detik) dan frekuensi jantung. Resistensi merupakan ukuran hambatan terhadap aliran darah melalui suatu pembuluh yang ditimbulkan oleh friksi antara cairan yang mengalir dan dinding pembuluh darah yang stasioner. Resistensi bergantung pada tiga faktor yaitu, viskositas (kekentalan) darah, panjang pembuluh, dan jari-jari pembuluh. Tekanan arteri rata-rata secara konstan dipantau oleh baroreseptor yang diperantarai secara otonom dan mempengaruhi jantung serta pembuluh darah untuk menyesuaikan curah jantung dan resistensi perifer total sebagai usaha memulihkan tekanan darah ke normal. Reseptor terpenting yang berperan dalam pengaturan terus menerus yaitu sinus karotikus dan baroreseptor lengkung aorta (Sherwood, L, 2001). II.1.1. Pengaturan Sirkulasi Secara Hormonal Pengaturan sirkulasi secara hormonal merupakan pengaturan oleh zat- zat yang disekresi atau diabsorbsi kedalam cairan tubuh seperti hormon dan ion. Beberapa zat diproduksi oleh kelenjar khusus dan dibawa di dalam darah 7

Fisiologi Tekanan Darah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Anatomi Fisiologi Manusia

Citation preview

Page 1: Fisiologi Tekanan Darah

7

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1. Fisiologi Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap

satuan luas dinding pembuluh. Tekanan darah hampir selalu dinyatakan dalam

milimeter air raksa (mmHg) karena manometer air raksa merupakan rujukan baku

untuk pengukuran tekanan (Guyton, 2007) . Tekanan darah arteri rata-rata adalah

gaya utama yang mendorong darah ke jaringan. Tekanan ini harus cukup tinggi

untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup akan tetapi tidak boleh terlalu tinggi

sehingga menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan menigkatkan

risiko kerusakan pembuluh serta kemungkinan rupturnya pembuluh-pembuluh

halus.

Dua penentu utama tekanan darah arteri rata-rata adalah curah jantung dan

resistensi perifer total. Curah jantung merupakan volume darah yang dipompa

oleh tiap ventrikel per menit dan dipengaruhi oleh volume sekuncup (volume

darah yang dipompa oleh setiap ventrikel per detik) dan frekuensi jantung.

Resistensi merupakan ukuran hambatan terhadap aliran darah melalui suatu

pembuluh yang ditimbulkan oleh friksi antara cairan yang mengalir dan dinding

pembuluh darah yang stasioner. Resistensi bergantung pada tiga faktor yaitu,

viskositas (kekentalan) darah, panjang pembuluh, dan jari-jari pembuluh. Tekanan

arteri rata-rata secara konstan dipantau oleh baroreseptor yang diperantarai secara

otonom dan mempengaruhi jantung serta pembuluh darah untuk menyesuaikan

curah jantung dan resistensi perifer total sebagai usaha memulihkan tekanan darah

ke normal. Reseptor terpenting yang berperan dalam pengaturan terus menerus

yaitu sinus karotikus dan baroreseptor lengkung aorta (Sherwood, L, 2001).

II.1.1. Pengaturan Sirkulasi Secara Hormonal

Pengaturan sirkulasi secara hormonal merupakan pengaturan oleh zat-

zat yang disekresi atau diabsorbsi kedalam cairan tubuh seperti hormon dan

ion. Beberapa zat diproduksi oleh kelenjar khusus dan dibawa di dalam darah

7

Page 2: Fisiologi Tekanan Darah

8

ke seluruh tubuh. Zat lainnya dibentuk di daerah jaringan setempat dan hanya

menimbulkan pengaruh sirkulasi setempat. Menurut Guyton (2007) faktor-

faktor humoral terpenting yang mempengaruhi fungsi sirkulasi adalah sebagai

berikut:

Zat Vasokonstriktor

1) Norepinefrin dan epinefrin. Norepinefrin merupakan hormon

vasokonstriktor yang amat kuat sedangkan epinefrin tidak begitu

kuat. Ketika sistem saraf simpatis distimulus selama terjadi stress

maka ujung saraf simpatis pada masing-masing jaringan akan

melepaskan norepinefrin yang menstimulus jantung dan

mengkonstriksi vena serta arteriol. Selain itu, sistem saraf simpatis

pada medula adrenal juga dapat menyebabkan kelenjar ini

menyekresi norepinefrin dan epinefrin ke dalam darah. Hormon

tersebut bersirkulasi ke seluruh tubuh yang menyebabkan stimulus

yang hampir sama dengan stimulus simpatis langsung terhadap

sirkulasi dengan efek tidak langsung.

2) Angiotensin II

Pengaruh angiotensis II adalah untuk mengkonstriksi arteri kecil

dengan kuat. Angiotensin II dihasilkan dari aktivasi

Angiotensinogen yang dihasilkan oleh hepar dan berada di plasma.

Jika terjadi stimulasi pengeluaran renin, suatu protein yang

dihasilkan oleh sel jukstaglomerular pada ginjal, angiotensinogen

yang berada di plasma akan diubah menjadi angiotensin I.

Kemudian, angiotensin I diubah oleh Aldosteron Converting

Enzyme (ACE) menjadi angiotensin II. Angiotensin II secara

normal bekerja secara bersamaan pada banyak arteriol tubuh untuk

meningkatkan resistensi perifer total yang akan menigkatkan

tekanan arteri. Selain itu, angiotensin II merangsang korteks

adrenal melepaskan aldosteron, suatu hormon yang menyebabkan

retensi natrium pada tubulus distal dan tubulus kolektivus yang

akan menyebabkan penigkatan osmolalitas sehingga terjadi

Page 3: Fisiologi Tekanan Darah

9

absorbsi H2O yang akan meningkatkan volume CES. Hal tersebut

akan meningkatkan curah jantung dan menyebabkan peningkatan

tekanan darah.

3) Vasopressin

Disebut juga dengan hormon antidiuretik yang dibentuk di nukleus

supraoptik pada hipotalamus otak yang kemudian diangkut ke

bawah melalui akson saraf ke hipofisis posterior tempat zat

tersebut berada yang akhirnya desekresi ke dalam darah. Zat ini

merupakan vasokonstriktor yang kurang kuat dibandingkan

angiotensin II. Vasopressin memiliki fungsi utama meningkatkan

reabsorbsi air di tubulus distal dan tubulus kolektivus renal untuk

kembali ke dalam darah yang akan membantu mengatur volume

cairan tubuh. Jika vasopresin meningkat karena suatu hal, maka

terjadi peningkatan reabsorbsi H2O yang menyebabkan

peningkatan volume plasma yang akan meningkatkan curah

jantung sehingga tekanan darah meningkat.

4) Endotelin

Endotelin terdapat di sel-sel endotel pada sebagian besar pembuluh

darah. Zat ini berupa peptida besar yang terdiri dari 21 asam amino

dan merupakan vasokonstriktor yang kuat di dalam pembuluh

darah yang rusak.

Zat Vasodilator

1) Bradikinin

Menyebabkan dilatasi kuat arteriol dan peningkatan permeabilitas

kapiler.

2) Histamin

Histamin dikeluarkan di setiap jaringan tubuh jika jaringan tersebut

mengalami kerusakan atau peradangan dan berperan pada reaksi

alergi. Zat ini memiliki efek vasodilator kuat terhadap arteriol dan

memiliki kemampuan untuk meningkatkan permeabilitas kapiler

Page 4: Fisiologi Tekanan Darah

10

dengan hebat sehingga timbul kebocoran cairan dan protein plasma

ke dalam jaringan.

II.1.2. Pengaturan Sirkulasi Oleh Saraf

Sistem saraf yang mengatur sirkulasi diatur oleh sistem saraf otonom

yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Serabut-serabut saraf

vasomotor simpatis meninggalkan medula spinalis melalui semua saraf spinal

thoraks satu atau dua saraf spinal lumbal pertama (T1-L3) yang kemudian

masuk ke dalam rantai spinalis yang berada di tiap sisi korpus vertebra.

Serabut ini menuju sirkulasi melalui dua jalan, yaitu melalui saraf simpatis

spesifik yang mempersyarafi pembuluh darah organ bisera interna dan jantung

dan serabut saraf lainnya mempersarafi pembuluh darah perifer. Hal ini dapat

dilihat pada gambar sebagai berikut:

Gambar 1. Regulasi sirkulasi dalam mengontrol tekanan darah melaului persarafan simpatis (Guyton, 2006)

Page 5: Fisiologi Tekanan Darah

11

Inervasi arteri kecil dan arteriol menyebabkan rangsangan simpatis

untuk meningkatkan tahanan aliran darah yang akan menurunkan laju aliran

darah yang melalui jaringan. Sedangkan inervasi pembuluh darah besar,

terutama vena, memungkinkan rangsangan simpatis untuk menurunkan

volume pembuluh darah. Hal ini dapat mendorong darah masuk ke jantung

dan dengan demikian berperan penting dalam pengaturan pompa jantung.

Inervasi serabut saraf simpatis juga mempersarafi jantung secara langsung

yang jika terangsang akan meningkatkan aktivitas jantung, meningkatkan

frekuensi jantung dan menambah kekuatan serta volume pompa jantung

(Guyton, 2006).

II.1.3. Sistem Pengaturan Vasomotor

Aktivitas refleks spinal mempengaruhi tekanan darah, tetapi kendali

utama tekanan darah dipengaruhi oleh neuron di medula oblongata yang

disebut sebagai pusat vasomotor. Menurut Ganong (2008), neuron yang

memperantarai peningkatan pelepasan impuls simpatis ke pembuluh darah dan

jantung berproyeksi ke neuron praganglion simpatis dalam kolumna grisea

intermediolateralis di medula spinalis. Akson dari badan sel neuron ini

berjalan ke dorsal dan medial kemudian turun dalam kolumna lateralis medula

spinalis ke intermediolateralis yang jika terstimulasi akan mengeksitasi

glutamat. Impuls yang mencapai medula mempengaruhi frekuensi denyut

jantung melalui pelepasan impuls vagus ke jantung. Bila pelepasan impuls

vasokonstriktor arteriol meningkat, konstriksi arteriol dan tekanan darah juga

meningkat. Frekueni denyut jantung dan isi sekuncup meningkat akibat

aktivitas saraf simpatis yang menuju jantung, serta curah jantung meningkat.

Sebaliknya, penurunan pelepasan impuls vasomotor menimbulkan

vasodilatasi, penurunan tekanan darah, dan peningkatan simpanan darah

dalam cadangan vena akibat stimulasi persarafan vagus di jantung. Hal ini

dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut:

Page 6: Fisiologi Tekanan Darah

12

Gambar 2. Skema jalur yang terlibat dalam pengaturan tekanan darah oleh medulla oblongat (Ganong, 2008)

II.1.4. Sistem Pengaturan Sirkulasi Oleh Baroreseptor

Baroreseptor adalah reseptor regang di dinding jantung dan pembuluh

darah. Reseptor sinus karotikus dan arkus aorta memantau sirkulasi arteri.

Resptor juga terletak di dinding atrium kanan dan kiri pada tempat masuk

vena cava superior dan inferior serta vena pulmonalis, juga di sirkulasi paru.

Refleks baroreseptor dimulai oleh regangan struktur tempatnya berada

sehingga baroreseptor tersebut melepaskan impuls dengan kecepatan tinggi

ketika tekanan dalam struktur ini meningkat (Ganong, 2008). Peningkatan

tekanan arteri tersebut akan meregangkan baroreseptor dan menyebabkan

menjalarnya sinyal menuju sistem saraf pusat. Selanjutnya, sinyal umpan balik

dikirim kembali melalui sistem saraf otonom ke sirkulasi untuk mengurangi

Page 7: Fisiologi Tekanan Darah

13

tekanan arteri kembali ke nilai normal (Guyton, 2006). Jadi, peningkatan

pelepasan impuls baroreseptor menghambat pelepasanimpuls tonik saraf

vasokonstriktor dan menggiatkan persarafan vagus jantung yang menyebabkan

vasodilatasi, venodilatasi, penurunan tekanan darah, bradikardia, dan

penurunan curah jantung. Berikut merupakan gambar daerah baroreseptor di

sinus karotikus dan arkus aorta:

Gambar 3. Daerah Baroreseptor di sinus karotikus dan arkus aorta. (Ganong, 2008)

II.2. Hipertensi

II.2.1. Pengertian

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg

dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah diukur dengan

spygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran

manset menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk

punggung tegak atau terlentang paling sedikit selama 5 menit sampai 30 menit

setelah beraktivitas fisik berat.

Page 8: Fisiologi Tekanan Darah

14

II.2.2. Epidemiologi

Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Semakin

meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi

kemungkinan besar juga akan bertambah. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan

kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639

juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun

2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan

pertambahan penduduk saat ini. Data dari The National Health and Nutrition

Examination Survey (NHNES) menunjukan bahwa dari tahun 1999-2000,

insiden hipertensi pada orang dewasa sekitar 29-31%, yang berarti terdapat

58-65 juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari

data NHANES III tahun 1988-1991. Hipertensi esensial sendiri merupakan

95% dari seluruh kasus hipertensi.

II.2.3. Etiologi

Secara umum, penyebab hipertensi dapat dibedakan menjadi hipertensi

primer dan hipertensi sekunder.

1. Hipertensi Primer (Hipertensi esensial)

Hipertensi primer merupakan penyakit hipertensi yang tidak diketahui

penyebabnya. Disebut juga sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih

memilih istilah hipertensi primer untuk membedakannya dengan hipertensi

lain yang sekunder karena sebab-sebab yang diketahui. Sampai saat ini

penyebab hipertensi primer tidak diketahui dengan pasti. Hipertensi primer

tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus melainkan disebabkan

berbagai faktor yang saling berkaitan dan dapat dimodifikasi ataupun tidak

dapat dimodifikasi. Sedangkan hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor

primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu,

stres akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain. Risiko relatif hipertensi

tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang dapat

Page 9: Fisiologi Tekanan Darah

15

dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak

dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis.

Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, aktivitas fisik,

obesitas, asupan garam, asupan lemak, merokok, dan konsumsi kopi.

a. Faktor genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan

keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan

dengan orang yang memiliki sensitifitas tinggi terhadap NaCl hingga

menyebabkan respon katekolamin yang meningkat (Sibernagl S, Lang F,

2007). Individu dengan memiliki riwayat keluarga hipertensi memiliki risiko

dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak

mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80%

kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga.

b. Umur

Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur.

Pasien yang berumur di atas 60 tahun, 50 – 60 % mempunyai tekanan darah

lebih tinggi atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh

degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya. Hipertensi

merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh karena interaksi

berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan

meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan

oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada miovaskular, sehingga

pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku.

Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar

yang berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan

tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade kelima dan keenam

kemudian menetap atau cenderung menurun. Seiring dengan peningkatan usia,

akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, seperti peningkatan

resistensi perifer dan aktivitas katekolamin, menurunnya sensitivitas

pengaturan tekanan darah yaitu refleks baroreseptor serta peran ginjal juga

sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus

Page 10: Fisiologi Tekanan Darah

16

menurun. Hal ini menyebabkan ginjal tidak mampu mengeliminasi beban

garam secara adekuat sehingga terjadi retensi garam dan air yang akan

menyebabkan peningkatan volume plasman (Sherwood, 2007). Disamping itu,

jika laju filtrasi ginjal menurun, sel-sel granuler aparatus pada ginjal akan

mengeluarkan hormon renin yang akan mengaktifkan angiotensinogen yang

terdapat di plasma menjadi angiotensin I yang kemudian melewati sirkulasi

pulmonal dan diubah oleh Angiotensin Converting enzyme (ACE) menjadi

angiotensinogen II yang merupakan vasokonstriktor yang kuat. Selain itu,

angiotensin II akan merangsang pengeluaran aldosteron dari korteks adrenal

yang akan menyebabkan retensi natrium sehingga terjadi peningkatan

osmolalitas pada plasma yang kemudian diimbangi dengan peningkatan

absorbsi air. Hal ini akan menyebabkan peningkatan curah jantung yang

kemudian akan meningkatkan tekanan darah arteri.

c. Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun

wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita

yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang

berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar

kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah

terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai

penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada

premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen

yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus

berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai

dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita

umur 45-55 tahun.

d. Obesitas

Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada

kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for

Health USA (NIH,1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan

Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32%

Page 11: Fisiologi Tekanan Darah

17

untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk

wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar

internasional).

e.Aktivitas fisik

Penelitian World Healt Organization (WHO) menyatakan bahwa

penyebab 1 dari 10 kematian dan secara global diperkirakan terjadi 1,9 juta

kematian setiap tahun di dunia disebabkan oleh kurangnya bergerak/aktivitas

fisik.

Aktivitas fisik didefinisikan sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang menghasilkan pengeluaran energi. Menurut Depkes RI

(2006) aktivitas fisik adalah pergerakkan anggota tubuh yang menyebabkan

pengeluaran tenaga secara sederhana yang sangat penting bagi pemeliharaan

fisik, mental, dan kualitas hidup sehat. Sebaiknya dalam aktivitas fisik sehari-

hari juga dilakukan olahraga secara teratur. Menurut Departemen Kesehatan

(2009) olahragadilakukan secara teratur 3-5 kali per minggu yang dilakukan

secara bertahap dimulai dari pemanasan selama 5-10 menit diikuti latihan inti

minimal 20 menit dan dilakukan dengan pendinginan selama 5-10 menit.

Menurut Soegondo, Suwondo, dan Subekti (2009) jenis aktivitas fisik

yang berbeda membutuhakan kalori yang berbeda pula. Jenis aktivitas fisik

dikelompokkan sebagai berikut:

1) Keadaan istirahat: membutuhkan kalori basal ditambah 10%

2) Ringan: pada pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hokum, ibu

rumah tangga, dan lain-lain kebutuhan harus ditambah 20% dari

kebutuhan basal.

3) Sedang: pegawai industri ringan, mahasiswa, militer yang tidak

perang kebutuhan dinaikkan menjadi 30% dari basal.

4) Berat: pada petani, buruh, militer dalam keadaan latihan, penari, atlet

kebutuhan ditambah 40%.

5) Sangat berat: pada tukang becak, tukang gali, pandai besi, kebutuhan

harus ditambah 50% dari basal.

Page 12: Fisiologi Tekanan Darah

18

Kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor risiko untuk penyakit kronis

seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, osteoporosis dan membantu dalam

mengontrol berat (WHO, 2010). Menurut WHO, aktivitas fisik merupakan

kegiatan yang melibatkan gerakan tubuh dan dilakukan sebagai bagian dari

aktivitas sehari-hari seperti bekerja, berjalan kaki, bermain, melakukan tugas-

tugas rumah dan kegiatan waktu luang. Aktivitas fisik dapat dikategorikan

ringan jika <600 MET, sedang 600-1200 MET dan berat >1200 MET yang

dapat dinilai berdasarkan Global Physical Activity Questionnaire (WHO).

Semakin tinggi aktivitas fsik seseorang maka akan semakin banyak lemak

yang digunakan sebagai energy. Hal ini akan meurunkan risiko terbentuknya

aterom dan gangguan lipid yang dapat menyebabkan aterosklerosis.

f. Pola asupan garam dalam diet

Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)

merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko

terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih

dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari.

Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam

cairan ekstraseluler meningkat. Menurut Guyton (2006) bila terdapat

kelebihan natrium dalam cairan ekstrasel, osmolalitas cairan akan meningkat

dan akan merangsang pusat rasa haus di otak yang menyebabkan seseorang

minum lebih banyak air untuk mengembalikan konsentari garam ekstrasel

kembali normal yang akan meningkatkan volume cairan ekstrasel. Kenaikan

osmolalitas juga merangsang mekanisme sekresi kelenjar hipotalamus-

hipofisis posterior untuk menyekresi lebih banyak hormon antidiuretik. Hal ini

kemudian menyebabkan ginjal mereabsorbsi air dalam jumlah besar dari

cairan tubulus distal dan tubulus kolektivus pada ginjal yang akan mengurangi

voume urin yang dieksresi dan meningkatkan volume cairan eksrtasel.

Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan

meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya

hipertensi, seperti yang dapat dilihat pada gambar berikut:

Page 13: Fisiologi Tekanan Darah

19

Bagan 1. Urutan langkah-langkah peningkatan cairan volume ekstrasel dalam menyebabkan

peningkatan tekanan arteri (Guyton, 2006)

g. Merokok

Rokok merupakan salah satu zat adiktif, yang bila digunakan dapat

mengakibatkan bahaya kesehatan bagi individu dan masyarakat (Aula, 2010).

Berdasarkan PP N0.19 tahun 2003, rokok merupakan hasil olahan tembakau

yang dibungkus, termasuk cerutu ataupun bentuk lainnya yang dihasilkan dari

tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya, atau

sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan

tambahan (Aula, 2010).

Setiap rokok atau cerutu mengandung lebih dari 4000 jenis bahan

kimia, dan 400 dari bahan-bahan tersebut dapat meracuni tubuh sedangkan 40

dari bahan tersebut bisa menyebabkan kanker.

Kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor risiko penting

penyebab penyakit kardiovaskular. Dua bahan penting dalam asap rokok yang

menyebabkan yang berkaitan dengan penyakit jantung adalah nikotin dan gas

Page 14: Fisiologi Tekanan Darah

20

karbon monoksida (CO). Nikotin merangsang saraf simpatis sehingga

menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah yang meningkatkan resistensi

pembuluh darah perifer sehingga menigkatkan tekanan darah. Selain itu,

nikotin juga menyebabkan gangguan irama jantung, menyebabkan kerusakan

lapisan dalam pembuluh darah dan peningkatan daya lekat trombosit. Gas

karbon monoksida (CO) memiliki afinitas dengan hemoglobin hingga 200 kali

lebih kuat dibandingkan afinitas oksigen dan dapat menggantikan sekitar 15%

jumlah oksigen dalam sirkulasi (Aula, 2010). Karbon monoksida juga

merusak lapisan pembuluh darah dan menaikkan kadar lemak pada endotel

yang dapat meningkatkan risiko ateroskelrosis.

Menurut Mu’tadin (2002), jika ditinjau dari banyaknya jumlah rokok

yang dihisap setiap hari, tipe perokok dibagi menjadi tiga. Pertama, perokok

sangant berat, yakni perokok yang menghabiskan lebih dari 31 batang rokok

tiap hari dengan selang merokok lima menit setelah bangun tidur pada pagi

hari. Kedua, perokok berat, yaitu perokok yang meghabiskan 21-30 batang

rokok setiap hari dengan selang waktu merokok berkisar 6-30 menit setelah

bangun tidur pada pagi hari. Ketiga, perokok sedang, yakni perokok yang

menghabiskan sekitar 10 batang rokok setiap hari dengan selang waktu

merokok 60 menit setelah bangun tidur pada pagi hari (Aula, 2010).

h. kopi

Asupan kafein per kapita di Negara maju diperkirakan mencapai 170-

200 mg setiap harinya. Sebesar 46,2% dari penduduk Indonesia yag berumur

18 tahun keatas memiliki kebiasaan minum kopi. Konsumsi kafein sangat

tinggi di seluruh dunia, oleh karena itu, banyak penelitian telah dilakukan

untuk menentukan apakah ada hubungan antara konsumsi kafein dengan

hipertensi. Analisis studi potong lintang di daerah sub urban kota Depok pada

tahun 2001 menemukan bahwa sebesar 38,5% penduduk yang berusia 25-65

tahun memiliki kebiasaan minum kopi hingga 4 cangkir per hari.

Pengaruh kafein tergantung pada banyaknya yang dikonsumsi dan

kondisi kesehatan seseorang. Konsumsi kafein dapat meningkatkan laju

jantung dan tekanan darah pada orang tidak terbiasa minum kopi. Sedangkan

Page 15: Fisiologi Tekanan Darah

21

pada orang yang terbiasa minum kopi efek tersebut kadang tidak terjadi.

Namun, konsumsi kafein sebesar 500 mg atau 4-5 cangkir akan merangsang

pusat pernapasan dan fungsi kardiovaskuler. Studi eksperimental juga

menunjukkan bahwa kafein dapat meningkatkan beberapa hormone stress di

dalam plasma seperti epinefrin, norepinefrin dan kortisol yang dapat

meningkatkan tekanan darah (Winkelmayer et al, 2005). Kafein menyebabkan

vasokonstriksi dan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer. Akan

tetapi, pengaruh kopi terhadap tekanan darah juga dipengaruhi oleh kebiasaan

mengkonsumsinya. Risiko hipertensi lebih tinggi pada peminum kopi >0-3

cangkir per hari (Tanjung, 2009).

i. Tipe kepribadian

Secara statistik pola perilaku tipe A terbukti berhubungan dengan

prevalensi hipertensi. Pola perilaku tipe A adalah pola perilaku yang sesuai

dengan kriteria pola perilaku tipe A dari Rosenman yang ditentukan dengan

cara observasi dan pengisian kuisioner self rating dari Rosenman yang sudah

dimodifikasi. Mengenai bagaimana mekanisme pola perilaku tipe A

menimbulkan hipertensi banyak penelitian menghubungkan dengan sifatnya

yang ambisius, suka bersaing, bekerja tidak pernah lelah, selalu dikejar waktu

dan selalu merasa tidak puas. Stress tersebut akan menstimulasi aktivias saraf

simpatis yang meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah

jantung . Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial,

ekonomi, dan karakteristik personal.

Beberapa sifat khas dari hipertensi primer adalah sebagai berikut:

1) Meningkatnya curah jantung, karena dibutuhakan aliran darah tambahan

untuk jaringan lemak ekstra dan juga organ-organ lain seiring meningkatnya

laju metabolism. Bersamaan dengan keadaan hipertensi yang menetap selama

berbulan-bulan dan bertahun-tahun, tahanan vascular periver juga dapat

menigkat.

2) Aktivitas saraf simpatis, terutama di ginjal yang meningkat pada orangg-

orang dengan berat badan berlebih. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa

Page 16: Fisiologi Tekanan Darah

22

hormone seperti leptin yang dilepaskan dari sel-sel lemak secara langsung

menstimulasi daerah hipotalamus sehingga mempengaruhi eksitasi terhadap

pusat vasomotor di medulla otak. Orang dengan obesitas memiliki trigliserida

dengan kadar yang tinggi yang tersimpan pada jaringan adiposa. Sel-sel

tersebut mengeluarkan hormon leptin yang akan mengeksitasi nukleus

akuartus kemudian terjadi stimulasi NPY dan kemudian terjadi eksitasi pada

nikleus peraventrikularis di hipotalamus. Selanjutnya, terjadi eksitasi pada

medula oblongata yang melanjutkan stimulasi ke medula spinalis yang

menyebabkan aktivasi saraf simpatis. Hal ini akan menyebabkan

vasokonstriksi pembuluh darah yang selanjutnya meningkatkan tahanan total

perifer sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.

3) Kadar angiotensin II dan aldosteron meningkat dua hingga tiga kali pada

banyak pasien dengan obesitas. Hal ini disebabkan oleh menigkatnya stimulasi

saraf simpatis yang menigkatkan pelepasan renin oleh ginjal dan juga

pembentukan angiotensin II sehingga menstimulasi kelenjar korteks adrenal

untuk menyekresi aldosteron.

4) Mekanisme natriuresis tekanan oleh ginjal terganggu sehingga ginjal tidak

mengekskresi garam dan air dalam jumlah yang cukup.

2. Hipertensi Sekunder

Hipertensi yang terjadi akibat masalah primer lain disebut hipertensi

sekunder. Lauralee Sherwood menggolongkan penyebab hipertensi sekunder

menjadi empat kategori:

a. Hipertensi kardiovaskuler. Berkaitan dengan peningkatan kronik

resistensi perifer total yang disebabkan oleh aterosklerosis.

b. Hipertensi renal. Dapat terjadi akibat dua defek ginjal yaitu oklusi

parsial arteri renalis atau penyakit pada jaringan ginjal. Pada oklusi

parsial arteri renalis, terjadi lesi aterosklerotik yang menyumbat

lumen arteri renalis ataupun suatu tumor dapat mengurangi aliran

darah ke ginjal. Ginjal berespon dengan melepaskan rennin yang

akan memecah dekapeptia angiotensin I dari angiotensinogen di

Page 17: Fisiologi Tekanan Darah

23

plasma. Suatu peptidase (angiotensin cinverting enzyme, ACE)

dengan konsentrasi itnggi terutama di paru membuang asam amino

untuk membentuk angiotensin II. Angiotensin II merupakan

vasokonstriktor yang kuat dan juga yang merangsang pengeluaran

aldosteron dari korteks adrenal sehingga terjadi peningkatan retensi

garam dan air selama pembentukan urin yang menyebabkan

peningkatan volume darah.Pada gangguan fungsi ginjal, terjadi

ketidakmampuan untuk mengeliminasi beban garam secara normal

sehingga volum plasma meningkat dan terjadilah hipertensi.

c. Hipertensi endokrin. Terjadi akibat sedikitnya dua gangguan

endokrin. Pada penderita feokromositoma yang merupakan tumor

medulla adrenal, akan mengeluarkan epinefrin dan norepinefrin

dalam jumlah berlebih yang kemudian akan meingkatkan curah

jantung dan vasokonstriksi umum. Pada penderita sindrom conn

berkaitan dengan peningkatan pembentukan aldosteron oleh

korteks adrenal. Yang kemudian akan menyebabkan retensi garam

dan air oleh ginjal melaui jalur rennin-angiotensin-aldosteron yang

akan meningkatkan curah jantung.

d. Hipertensi neurogenik. Terjadi kesalahan control tekanan darah

akibat defek pada pusat control kardiovaskuler atau baroreseptor.

Dapat juga terjadi sebagai respon kompensasi terhadap penurunan

aliran darah otak yang kemudian memulai suatu reflex

meningkatkan tekanan darah sebagi usaha mengalirkan darah kaya

oksigen ke jaringan otak secara adekuat.

Sekitar 5-10% penderita hipertensi disebabkan oleh penyakit ginjal

seperti stenosis arteri renalis, pielonefritis, glomerulonefritis, tumor ginjal,

penyakit ginjal polikista.. Sekitar 1-2% penyebabnya adalah kelainan

hormonal seperti hiperaldosteronisme, sindrom cushing, feokromositoma atau

obat-obatan tertentu seperti pil KB, kortikosteroid ataupun penyebab lainnya

seperti preeklamsi pada kehamilan.

Page 18: Fisiologi Tekanan Darah

24

II.2.4. Klasifikasi

Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pada pengukuran crata-

rata dua kali pengukuran pada masing-masing kunjungan. Menurut The

Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,

Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) klasifikasi

tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,

prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2.

Tabel.1 Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa (18 tahun keatas)

Berdasarkan JNC-VII (The Joint National Committee on Detection,

Evaluation and Treatmen of High Blood Pressure)

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik

Normal < 120 dan < 80

Prehipertensi 120 – 139 atau 80 – 89

Hipertensi tahap I 140 – 159 atau 90 – 99

Hipertensi tahap II > 160 > 100

II.2.5. Patogenesis

Tingkat tekanan darah merupakan suatu sifat kompleks yang

ditentukan oleh interaksi berbagai faktor genetik, lingkungan, dan demografik

yang mempengaruhi dua variabel hemodinamik, yaitu curah jantung dan

resistensi perifer (Robbins, 2007). Total curah jantung dipengaruhi oleh volum

darah, sementara volum darah sangat bergantung pada homeostasis natrium.

Resistensi perifer total terutama ditentukan di tingkat arteriol dan bergantung

pada efek pengaruh saraf dan hormon (Robbins, 2007). Hipertensi terjadi

apabila hubungan antara volum darah dan resistensi perifer total meningkat.

Pada banyak hipertensi bentuk sekunder banyak faktor yang memicu

vasokontriksi ataupun peningkatan volume darah. Lain halnya dengan

hipertensi esensial yang bukan disebabkan oleh suatu peyakit tertentu.

Beberapa faktor yang berperan dalam defek primer pada hipertensi esensial

yang mencakup baik pengaruh genetik maupun lingkungan yaitu diawali oleh

Page 19: Fisiologi Tekanan Darah

25

penurunan ekskresi natrium pada keadaan tekanan arteri normal yang

kemudian dapat menyebabkan peningkatan volum cairan, curah jantung, dan

vasokontriksi perifer sehingga tekanan darah menigkat. Penyebab lain adalah

vasokontriktif yang memicu perubahan struktural langsung di dinding

pembuluh darah sehingga resistensi perifer meningkat (Robbins, 2007). Faktor

lingkungan juga mempengaruhi peningkatan tekanan seperti stres, merokok

ataupun asupan kafein yang dapat meningkatkan vasokonstriktif. Sedangkan

asupan asam lemak yang meningkat, aktivitas fisik yang kurang ataupun

obesitas dapat meningkatkan risiko aterosklerosis yang dapat merubah struktur

pada dinding pembuluh darah dan mengecilkan lumen pembuluh darah

sehingga terjadi peningkatan resistensi total perifer.

Bagan 2. Patofisiologi terjadinya hipertensi (Netter, 2009)

II.2.6. Gejala dan Tanda

Gejala hipertensi ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik

>140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90 mmHg pada pengukuran

Page 20: Fisiologi Tekanan Darah

26

tekanan darah. Gejala lain adalah nyeri kepala, rasa berat pada tengkuk,

penglihatan berkunang-kunang dan pusing. Gejala terlihat jelas setelah terjadi

komplikasi pada ginjal, mata, otak, ataupun jantung.

II.2.7. Diagnosis

Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali

penngukuran, hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran

pada kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau

gejala-gejala klinis. Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam keadaan

pasien duduk bersandar, setelah beristirahat selama 5 menit.

II.2.8. Komplikasi

Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya penyakit

jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit

ginjal. Tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya

komplikasi tersebut. Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua

sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun.

Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak

terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab

kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa

disertai stroke dan gagal ginjal.

Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai

mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan

penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang

sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard.

Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya

mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat

terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara

(Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai

komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi

maligna. Risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan

Page 21: Fisiologi Tekanan Darah

27

tidak hanya tingginya tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya

kerusakan organ target serta faktor risiko lain seperti merokok, dislipidemia

dan diabetes melitus. Hal ini dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

Gambar 4. Komplikasi hipertensi (Netter,2009 )

Hipertensi merupakan salah satu factor risiko terpentig pada penyakit

jantung koroner dan cerebrovascular accidents; slain itu hipertensi juga dapat

menyebabkan hipertrofi jantung dan gagal jantung (penyakit jantung

hipertensif), diseksi aorta, dan gagal ginjal.

Untuk itu, pentingnya pengetahuan serta perilaku hidup sehat amat

berperan dalam mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Dibutuhkan

kesadaran dari diri sendiri untuk dapat menghindari perilaku berisiko terhadap

hipertensi.

II.3. Pengetahuan

Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil

jangka menengah (intermediate impact) dari hasil pendidikan kesehatan. Semua

ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan mengacu kepada

H.L. Blum. Dari hasil penelitiannya, Blum menyimpulkan bahwa lingkungan

mempunyai andil yang paling besar terhadap kesehatan. Kemudian, disusul oleh

Page 22: Fisiologi Tekanan Darah

28

perilaku dan pelayanan kesehatan. Selanjutnya Lewrence Green menjelaskan

bahwa perilaku itu dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh tiga faktor pokok, yakni

faktor predisposisi (predisposing factors), faktor yang mendukung (enabling

factors) dan faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors).

Skema dari Bloom dan Green tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Bagan 3.Hubungan Status Kesehatan Perilaku dan Pendidikan Perilaku (Notoatmodjo, 2007)

Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang

merupakan hasil dar berbagai faktor baik aktor internal maupun faktor eksternal.

Oleh karena itu perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup

yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan

membagi perilaku kedalam tiga domain yang terdiri dari ranah kognitif (cognitive

domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor

domain). Dalam pengembangan selanjutnya ketiga domain ini diukur dari

Keturunan

Status

kesehatan

Pelayanan

kesehatan

perilaku

Lingkungan

Predisposing

Factors

(pengetahuan, sikap,

kepercayaan, tradisi,

nilai dan sebagainya)

Reinforcing Factors

(sikap dan perilaku

petugas kesehatan

dan tokoh

masyarakat)

Enabling Factors

(ketersediaan sumber-

sumber/fasilitas)

Pendidikan

Kesehatan

Komunikasi dokter

keluarga

Pembimbing sosial

Training

Page 23: Fisiologi Tekanan Darah

29

a. pengetahuan terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge)

b. sikap atau tanggapan terhadap materi pendidikan yang diberikan atau

didapat (attitude)

c. praktik atau tindakan yang dilakukan sehubungan dngan pendidikan yang

diberikan ataupun didapat (practice)

Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai

pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu sehingga

menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya

menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap yang pada akhirnya akan

menimbulkan tindakan.

Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang kompleks

dan memerlukan waktu yang relatif lama. Perubahan perilaku atau seseorang

menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya harus melalui tiga

tahapan yaitu pengetahuan, sikap, dan perilaku. Ketiga domain tersebut sangat

berperan penting pada kesehatan seseorang, terutama yang dipengaruhi oleh gaya

hidup. Salah satu contoh penyakit yang dipengaruhi oleh pengetahuan dan

perilaku hidup sehat adalah penyakit hipertensi. Hipertensi kini menjadi masalah

global karena prevalensinya yang terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya

hidup yang meliputi kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti merokok, konsumsi

alkohol, konsumsi makanan dengan gizi yang tidak seimbang dan lain sebagainya.

II.3.1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia yang melalui proses

belajar atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliki.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata (melihat) dan

telinga (mendengar). Terbentuknya pengetahuan sangat dipengaruhi oleh

intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Notoatmojo (2005) juga

mendefinisikan pengetahuan tentang kesehatan adalah segala sesuatu yang

diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan.

Page 24: Fisiologi Tekanan Darah

30

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Pengetahuan yang

dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat sebagai berikut :

1) Tahu (know): Merupakan tingkatan pengetahuan yang paling

rendah. Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajarinya. Dalam tahap ini, seseorang mampu mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami: suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan meteri

tersebut secara benar.

3) Aplikasi: kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4) Analisis: suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis: suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Seseorang mampu menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang sudah ada.

6) Evaluasi: kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu

materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang

telah ada.

Pengetahuan sebagai parameter keadaan sosial dapat sangat

menentukan kesehatan masyarakat. Masyarakat dapat terhindar dari penyakit

asalkan pengetahuan tentang kesehatan dapat ditingkatkan, sehingga perilaku

dan keadaan lingkungan sosialnya menjadi sehat. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(overt behavior).

Page 25: Fisiologi Tekanan Darah

31

Dalam upaya pencegahan ataupun mengontrol penyakit hipertensi

dibutuhkan pengetahuan yang berkaitan dengan penyakit hipertensi. Mulai

dari pengertian hipertensi, faktor risiko penyebab hipertensi, perilaku yang

menyebabkan hipertensi, komplikasi hingga pengobatan yang kemudian akan

mempengaruhi seseorang dalam bentuk sikap dan selanjutnya akan

menimbulkan respon berupa tindakan terhadap pengetahuan yang didapat.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden.

II.3.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung

dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang

tertutup dan merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus

sosial. Oleh karena itu, sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan

merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang tebuka. Hal ini dapat dilihat

pada bagan dibawah:

Bagan 4.Hubungan Status Kesehatan Perilaku dan Pendidikan Perilaku (Notoatmodjo, 2007)

Menurut Notoatmodjo (2007), Allport menjelaskan bahwa sikap

mempunyai tiga komponen pokok, yaitu:

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3. Kecenderungan untuk bertindak.

Stimulus

rangsangan

Proses Stimulus

Reaksi

Tingkah Laku

(Terbuka)

Sikap (Tertutup)

Page 26: Fisiologi Tekanan Darah

32

Ketiga komponen ini membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam

penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan berpikir, keyakinan, dan emosi

memegang peranan penting. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:

1. Menerima (Receiving)

Diartikan bahwa seseorang mau memperhatikan stimulus yang diberikan

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban atas pertanyaan yang berkaitan dengan stimulus

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain atau mendiskusikan suatu masalah yang didapat

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Mempraktikan dengan dengan segala risiko yang terjadi berkaitan dengan

stimulus yang didapat.

II.3.3. Perilaku

Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik

yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak

luar. Perilaku kesehatan merupakan suatu proses seseorang (organisme)

terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakita dan penyakit, sistem

pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Respon atau relaksasi

manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap) maupun

bersifat aktif (tindakan yang nyata atu praktis)

Menurut Skinner, seorang ahli psikologi, perilaku merupakan respon

atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena

perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan

kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner disebut teori S-O-

R atau Stimulus Organisme Respon. Skinner membedakannya berdasarkan

dua respon.

1. Respondent respons atau reflextive yaitu respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting

stimulation karena menimbulkan respon- respon yang relatif tetap.

Page 27: Fisiologi Tekanan Darah

33

2. Operant respons atau instrumental respons yaitu respon yang timbul

dan berkembang kemudian diikuti stimulus atau perangsangan tertentu.

Perangsang ini disebut reinforcing stimulation karena memperkuat respons.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Perilaku tertutup (covert behaviour)

Respon sesorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau

tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas

pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap yang

terjadi pada saat orang menerima stimulus tersebut.

2. Perilaku terbuka (overt behaviour)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata

dan terbuka. Respon sudah dalam bentuk tindakan yang dengan

mudah dapat diamati orang lain.

Menurut penelitian Rogers pada tahun 1974 mengungkapkan bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri

orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

3) Evaluation, yakni menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik

lagi.

4) Trial, yakni orang telah mulai mencoba perilaku baru

5) Adoption, yakni subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku manusia

melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap

yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).

Page 28: Fisiologi Tekanan Darah

34

Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran

maka akan tidak berlangsung lama.

Menurut Green, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku :

1) Faktor predisposisi

Faktor yang mencakup pengetahuan dan sikap individu atau

masyarakat terhadap kesehatan. Selain itu juga terdapat faktor

tradisi, kepercayaan, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial

ekonomi.

2) Faktor Pemungkin

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana bagi

individu. Fasilitas ini akan mendukung atau memungkinkan

terwujudnya suatau perilaku kesehatan.

3) Faktor Penguat

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,

tokoh agama, dan para petugas kesehatan. Diperlukan adanya

perilaku contoh dari tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para

petugas kesehatan untuk membentuk perilaku individu.

Brecker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan

dengan kesehatan (health related behaviour) sebagai berikut:

a. Perilaku kesehatan (health behaviour), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan

tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatannya. Termasuk tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan

perorangan, memilih makanan, sanitasi dan sebagainya

b. Perilaku sakit (the sick role behaviour), yaitu segala tindakan yang

dilakukan oleh individu yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal

keadaan kesehatannya atau rasa sakit

c. Perilaku peran sakit yaitu segala tindakan yang dilakukan oleh individu

yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku atau gaya

hidup seseorang terbentuk dari pengetahuan yang diperoleh dari proses belajar

Page 29: Fisiologi Tekanan Darah

35

dan pengalaman kemudian pengalaman tersebut diyakini dan dipersepsikan

sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak.

Page 30: Fisiologi Tekanan Darah

36

II.3. Kerangka Teori

Berdasarkan uraian teori dalam rumusan masalah di atas, maka penulis

mengembangkan kerangka berfikir sebagai berikut

Kurangnya

pengetahuan

mengenai hipertensi

Perilaku gaya hidup

yang tidak sehat

merokok kafein

Makrofag memfagosit LDL

sel busa

Perpindahan miovaskular ke

intima

-tidak mengetahui factor

risiko hipertensi

-Perilaku berisiko dengan

gaya hidup yang tidak

sehat terus dilakukan

Bagan 5.Kerangka Teori Terjadinya Hipertensi essensial

merokok kafein

Asupan

lemak yang

tinggi

Makrofag memfagosit LDL

sel busa

Perpindahan miovaskular ke

intima

-tidak mengetahui factor

risiko hipertensi

-Perilaku berisiko dengan

gaya hidup yang tidak

sehat terus dilakukan

merokok kafein Aktivitas

fisik rendah

Peningkatan

asam lemak

obesitas

Pembentukan

plak pada

endotel

Adhesi

monosit &

trombosit

Makrofag memfagosit LDL

sel busa

Perpindahan miovaskular ke

intima

Peningkatan Tekanan

Darah Sistolik dan

Diastolik

Hipertensi

esensial

Peningkatan

adhesi

Peningkatan

katekolamin

Penumpukan

plak

Kekakuan

dinding

endotel

-tidak mengetahui factor risiko

hipertensi

-Perilaku berisiko dengan gaya

hidup yang tidak sehat terus

dilakukan peningkatan risiko

terjadinya hipertensi

Trigliserida

yang menumpuk

di jaringan

adiposa

Peningkatan

hormon leptin

Nukleus akuartus

NPY meningkat

Stimulasi nukleus

paraventrikularis di

hipotalamus

Eksitasi vasomotor

di medula oblongata

melewati medula

spinalis

+

Kafein

Miokardium

peningkatan

denyut jantung

Vol.sekuncup

Aktivasi saraf

simpatis

Vasokonstriksi

pembuluh darah

Peningkatan

RTP

Peningkatan

Cardiac Output + Vasokontriksi

pemb.darah

Penyempitan

lumen

Page 31: Fisiologi Tekanan Darah

37

II.4. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori, peneliti tidak mengambil seluruh faktor untuk

dilakukan penelitian, pada penelitian ini hanya difokuskan dengan melihat faktor

yang dapat diubah, pengetahuan, perilaku yang berhubungan dengan kejadian

hipertensi.

Variabel independen yang diteliti meliputi pengetahuan dan perilaku yang

berhubungan dengan kejadian hipertensi yaitu kebiasaan merokok, frekuensi

minum kopi dan aktivitas fisik.

Variabel dependennya adalah status hipertensi yang meliputi penderita

hipertensi sesuai diagnosis dan normotensi.

Skema Kerangka Konsep

Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Berisiko Hipertensi dengan Kejadian

Hipertensi di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa bulan Maret 2011 sebagai berikut:

Bagan 6.Kerangka Konsep

II.5. Hipotesis Penelitian

1. H1: Ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian hipertensi pada

pasien yang berkunjung di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa bulan Maret

2011.

2. H2: Ada hubungan antara perilaku kebiasaan merokok dengan status

hipertensi pada pasien yang berkunjung di Puskesmas Kecamatan Jagakasa

bulan Maret 2011.

3. H3: Ada hubungan antara frekuensi minum kopi dengan status hipertensi

pada pasien yang berkunjung di Puskesmas Kecamatan Jagakasa bulan

Maret 2011.

HIPERTENSI

Pengetahuan

mengenai hipertensi

dan risiko terjadinya

hipertensi

merokok

Aktivitas

fisik

kopi

Page 32: Fisiologi Tekanan Darah

38

4. H4: Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan status hipertensi pada

pasien yang berkunjung di Puskesmas Kecamatan Jagakasa bulan Maret

2011.