3
“Tak perlu menjadi sempurna, hanya untuk sekadar mengejar mimpi dan asa, jadilah yang terbaik, lalu kejar angan tanpa harus menoleh ke belakang.Ketika kau gagal pada prosesnya, bukan berarti kau telah berhenti untuk berjuang” Sebuah lukisan pena abadi dalam untaian kata untuk persembahan terima kasihku pada Ibu yang telah memberi seberkas cahaya terang pada gelapnya lorong hidup yang kuarungi, sehingga aku dapat berjalan dalam kegelapan itu menuju mimpi yang kurajut dalam bingkai kesederhanaan. Ketika kelopak mata terbuka awalnya aku menangis, manusia di ujung mata mulai tersenyum tipis, manusia pertama yang aku lihat kata mereka aku boleh memanggilnya ibu, ia menimang dengan irama senandung malam, begitu seterusnya hingga aku tenggelam dalam hitam, hidup dalam tidurku sepasang mata terus memperhatikan raga mungil, malam itu aku menangis, tangisan yang memecah sunyi di belantara sepi, ia terbangun dengan setengah mata terbuka lalu ia menimang dengan irama senandung malam begitu malam seterusnya. Surga di bawah telapak kaki ibu, begitulah yang kita percayai selama ini, sosok perempuan yang tangguh, sangat menginspirasi hidupku. Sosok yang tegar terkadang cerewet tapi itulah ibuku orang yang kritis, dan sangat- sangat sayang terhadap kami lima bersaudara. Bercerita tentang siapakah ibuku, ada yang unik dan menurutku sangat hebat, mengajarkan kami tentang bagaimana mempertahankan hidup dalam kehidupan yang pelik dan menyakitkan. Ibuku terlahir juga dari seorang ibu yang menurutku bukanlah sosok orang biasa, yang selalu mengiringi tidur kami dengan dongeng klasik di waktu silam. Bakat untuk jualan ibuku sudah ditunjukkannya sejak berumur belia. Tapisan beras yang dicampur dengan jagung yang dititihnya menjadi santapan siang setelah pulang sekolah di masa itu. Dia adalah koki terbaik di dunia, tak peduli seberapa hebat chief Juna dalam membuat makanan, bagiku racikannya adalah yang paling sempurna di lidahku. Ibuku saat itu hanya bisa mengenyam pendidikan di bangku sekolah dasar, karena kelurganya saat itu hidup dalam kesederhanaan dan keterbatasan. Sejak ibu menikah banyak hal yang berubah karena ayahku saat itu adalah seorang pekerja keras. Selama ayahku masih sehat, keluarga kami sangat rukun dan hidup berkecukupan. Suatu peristiwa yang telah melanda keluargaku pada saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar kelas tiga. Hal yang tidak bisa terlupakan dalam perjalanan sejarah hidupku. Ayahku mengalami gangguan jasmani atau jatuh sakit membuat kebahagian dan tawa ria dalam keluargaku hilang, lenyap dan

Tak Perlu Menjadi Sempurna

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tak Perlu Menjadi Sempurna

Citation preview

Page 1: Tak Perlu Menjadi Sempurna

“Tak perlu menjadi sempurna, hanya untuk sekadar mengejar mimpi dan asa, jadilah

yang terbaik, lalu kejar angan tanpa harus menoleh ke belakang.Ketika kau gagal pada

prosesnya, bukan berarti kau telah berhenti untuk berjuang”

Sebuah lukisan pena abadi dalam untaian kata untuk persembahan terima kasihku pada

Ibu yang telah memberi seberkas cahaya terang pada gelapnya lorong hidup yang

kuarungi, sehingga aku dapat berjalan dalam kegelapan itu menuju mimpi yang kurajut

dalam bingkai kesederhanaan.

Ketika kelopak mata terbuka awalnya aku menangis, manusia di ujung mata mulai

tersenyum tipis, manusia pertama yang aku lihat kata mereka aku boleh memanggilnya

ibu, ia menimang dengan irama senandung malam, begitu seterusnya hingga aku

tenggelam dalam hitam, hidup dalam tidurku sepasang mata terus memperhatikan raga

mungil, malam itu aku menangis, tangisan yang memecah sunyi di belantara sepi, ia

terbangun dengan setengah mata terbuka lalu ia menimang dengan irama senandung

malam begitu malam seterusnya. Surga di bawah telapak kaki ibu, begitulah yang kita

percayai selama ini, sosok perempuan yang tangguh, sangat menginspirasi hidupku.

Sosok yang tegar terkadang cerewet tapi itulah ibuku orang yang kritis, dan sangat-

sangat sayang terhadap kami lima bersaudara.

Bercerita tentang siapakah ibuku, ada yang unik dan menurutku sangat hebat,

mengajarkan kami tentang bagaimana mempertahankan hidup dalam kehidupan yang

pelik dan menyakitkan. Ibuku terlahir juga dari seorang ibu yang menurutku bukanlah

sosok orang biasa, yang selalu mengiringi tidur kami dengan dongeng klasik di waktu

silam. Bakat untuk jualan ibuku sudah ditunjukkannya sejak berumur belia. Tapisan

beras yang dicampur dengan jagung yang dititihnya menjadi santapan siang setelah

pulang sekolah di masa itu. Dia adalah koki terbaik di dunia, tak peduli seberapa

hebat chief Juna dalam membuat makanan, bagiku racikannya adalah yang paling

sempurna di lidahku. Ibuku saat itu hanya bisa mengenyam pendidikan di bangku

sekolah dasar, karena kelurganya saat itu hidup dalam kesederhanaan dan

keterbatasan. Sejak ibu menikah banyak hal yang berubah karena ayahku saat itu

adalah seorang pekerja keras. Selama ayahku masih sehat, keluarga kami sangat rukun

dan hidup berkecukupan.

Suatu peristiwa yang telah melanda keluargaku pada saat aku masih duduk di bangku

sekolah dasar kelas tiga. Hal yang tidak bisa terlupakan dalam perjalanan sejarah

hidupku. Ayahku mengalami gangguan jasmani atau jatuh sakit membuat kebahagian

dan tawa ria dalam keluargaku hilang, lenyap dan sirna seketika sampai saat ini. Ayahku

tak lagi bekerja, dia hanya bisa duduk termangu memikirkan nasip keluarganya.

Page 2: Tak Perlu Menjadi Sempurna

Bertolak dari peristiwa itu semua keperluan dan kebutuhan keluarga menjadi tanggung

jawab ibu layaknya berperan sebagai kepala keluarga. Walaupun dengan beban yang

berat, ibuku tak pantang menyerah, walau sering kali menangis dalam gelap, berkeluh

kesah dalam senyap, menanggung peluh dan penat seorang diri. Berbagai usaha dia

lakukan guna menghidupi keluarganya. Berbagai banyak rintangan selalu menyelimuti

keluarga kami seakan menjadi sahabat sejati. Berbagai macam problematika terus

menggerogoti keluargaku, namun ibuku tak perna menyerah sedikitpun dengan

keadaan, karna baginya hidup adalah sebuah pengorbanan maka inilah pengorbanannya

untuk hidup demi anak – anaknya. Mungkin telah habis dan kering keringat dan air

matanya, hingga kulit yang dulu indah kini bagaikan gumpalan benang kusut, wajah

yang dulu mulus kini dipenuhi goresan-goresan halus bagaikan lukisan seorang

sastrawan, yang tak ternilai harganya. Bagiku Ibuku tak seperti ibu yang lain.

“Nak, Ketika kau gagal pada prosesnya, bukan berarti kau telah berhenti untuk

berjuang”, itu adalah kata-kata Ibuku saat itu. Akhirnya dengan tekad yang kuat untuk

terus berjuang dengan dorongan dari sang inspirator terhebat yaitu pahlawan hidupku,

aku bersama kakaku mampu menjaga kepercayaan orang tua dan bisa meneyelesaikan

proses panjang selama empat tahun hingga menyandang gelar Sarjana Pendidikan

(S.Pd). Inilah bukti bahwa ibuku tidak seperti ibu yang lain. Bagiku tidak semua ibu yang

hidup dalam keterbatasan rela membiayai kedua anaknya sampai pada perguruan tinggi,

inilah hal yang luar biasa bagiku. Sampai detik ini belum sedikitpun wujut terima kasih

yang diberikan kepadanya. Mungkin sampai kapanpun semuanya tak mampu dibalas

dengan sesuatu. Ibu bagaikan malaikat tak berjubah, mendidik kami dengan kasih yang

tulus bagaikan bulu domba dan suci bagaikan merpati.

Masih terlintas dalam ingatanku akan pesannya sebelum pergi berpetualang mencari

seberkas harapan dan selembar kertas penuh makna di kota ini “Tak perlu menjadi

sempurna, hanya untuk sekedar mengejar mimpi dan asa, jadilah yang terbaik, lalu kejar

angan tanpa harus menoleh ke belakang”. Setiap derap langkaku entah kemanapun

selalu ada hadirnya dalam ingatanku. Ibu adalah inspirasiku.

Aku berceloteh malam ini, aku bercerita pada malam dan rembulannya yang baru saja

menampakkan wajahnya saat senja telah beranjak dari tempat kediamannya. Aku

mencurahkan sedikit rasa gembiraku dan juga rasa kagum pada pahlawan hidupku

karena merelakan rahimnya untuk kutinggali, membesarkanku, menuntunku hingga kini

dapat mengubah mimpi anak-anaknya yang selama ini terpendam menjadi kenyataan.

Ibu telah memberikan sebongkah rasa bahagia di wajah kami anak-anakmu. Senyuman

yang terpancar dari bibirmu membawa perubahan bagiku hadir kembali dalam roman

yang sangat jelas kelihatan. Hidup dalam kesederhanaan adalah prinsip hidup yang ibu

Page 3: Tak Perlu Menjadi Sempurna

titipkan untukku hingga aku tahu bahwa hidup sederhana bagiku adalah ladang subur

untuk mimpi yang ku rajut di masa depan.

Kupandangi malam dengan kilauan seribu bintang, kudengarkan bisikan malam dan

rayuan manja sang rembulan. Kupejamkan kedua bola mataku dan kurasakan belaian

sang bayu malam yang mengantar ku pada sebuah kota kecil tak berpenghuni. Hanya

ada aku dan sebuah cerita yang terlukis pada secarik kertas putih dengan goresan pena

abadi yang sungguh indah. Aku tak tahu betul apa isi dari tulisan yang ada pada secarik

kertas itu, hanya ada sepasang kata yang maknanya cukup dalam untuk aku teropong

dengan kedua bola mataku. Aku tak begitu tahu makna kata itu, namun aku sedikit

mengerti artinya. Ketika aku menundukkan sedikit badanku untuk mengambil tulisan itu,

tiba-tiba angin datang menyambarnya dan membawanya entah kemana. “Ibu”. Ya,

hanya kata itu yang sempat terbesik di hatiku ketika secarik kertas itu berlalu bersama

tiupan angin yang membawanya ke sudut malam. Saat aku terbangun, aku baru sadar

ternyata hari ini saatnya mengumpulkan secarik cerita tentang curhatan hati. Akupun

melanjutkan merangkai kata demi kata untuk kujadikan sedikit cerita dan akhirnya cerita

yang terangkai menjadi seperti ini.