Taat Dan Patuh Terhadap Ajaran Agama

Embed Size (px)

Citation preview

Taat dan Patuh Terhadap Ajaran Agama

Nama Kelompok : Adhyatma Prawira Nata Kusuma (1) Adi Suryadinata Dewa Komang (2) Ady Tantera Arsana (3) Alex Darmawan Winoto (4)

Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng SMA Negeri 1 Singaraja Tahun Ajaran 2010-2011

B BI E . L B l HULU

Indonesi merupakan Negara majemuk dengan berbagai agama, suku bangsa dan ras. Keberadaan Indonesia sebagai Negara multicultural ini pula yang membuat Indonesia kaya akan sumber-sumber budaya. Baik itu budaya yang berdasarkan agama maupun kebudayaan local yang ada di setiap daerah di Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan Indonesia terkenal di mancanegara apalagi ditunjang dengan demokrasi serta integritas antar umat beragama yang terjaga dengan baik.

Namun belakangan ini keadaan justru menampilkan realita yang bertolak belakang dengan paparan yang sering diagungagungkan diatas. Percekcokan antar agama yang sering kali menimbulkan kecemburuan social di masyarakat acap kali berujung pada pertikaian antar agama. Padahal hal ini jelas bertentangan dengan ajaran agama itu sendiri.

Penggunaan dalih agama sebagai tameng kepentingan pribadi jelas bukanlah suatu kegiatan yang terpuji. Setiap agama pastilah mengajarkan kebaikan-kebaikan yang seharusnya ditaati dan dipatuhi sebagai awal dasar utama contoh keyakinan dan kepatuhan pada Tuhan Yang Maha Esa.

Hal-hal yang dapat menyebabkan api-api perpecahan jelaslah harus segera dihindarkan. Kesadaran akan taat dan patuh terhadap ajaran agama sudah seharusnya diamini dengan kerjasama antar umat beragama dan penampilan diri sebagai umat yang taat dan patuh terhadap Tuhan yang Maha Esa sehingga bisa terjadi keharmonisan antar umat beragama di Indonesia.

1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka kelompok kami dapat membuat masalah-masalah sebagai berikut : 1. Apa Penfertian Taat dan patuh Terhadap ajaran agama? 2. Bagaimana Implementasi Agama sebagai wahyu Tuhan? beberapa

3. Bagaimana penerapan kerjasama antar umat beragama? 4. Apa saja yang dapat dilakukan untuk menampilkan diri sebagai umat yang taat dan patuh terhadap ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari?

1.3 Tujuan penulisan Berdasarkan rumusan masalah yang telah kami paparkan diatas, maka dapat dijelaskan tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut ; 1. Untuk mengetahui pengertian taat dan patuh terhadap ajaran agama 2. Untuk mengetahui implementasi ajaran agama sebagai wahyu Tuhan 3. Untuk mengetahui penerapan kerjasama antar umat beragama 4. Untuk mengetahui cara-cara yang dapat dilakukan untuk menampilkan diri sebagai umat yang patuh dan taat beragama di dalam kehidupan bermasyarakat.

B B II PEMB H 2.1 Pengertian Taat dan Patuh Terhadap Ajaran Agama Taat dan patuh dapat diartikan sebagai disiplin, tertib, dan teratur. Umat yang taat dan patuh terhadap ajaran agamanya, berarti umat yang secara disiplin, tertib, dan teratur menjalankan ibadah dan menjalankan Takwa. Takwa terhadap ajaran agama sendiri berarti menjalankan segala perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-larangan-Nya. Menjalankan perintahnya seperti sembahyang 3 kali sehari bagi umat hindu, sholat lima waktu bagi umat islam, dan menjauhi larangan-larangan-Nya seperti mencuri, memperkosa, dan lain sebagainya. Di Indonesia, setiap penduduk mendapatkan jaminan hokum dalam menjalankan ajaran agama termasuk di dalamnya menganut aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. UUD 1945 telah dengan tegas mengatur hal tersebut. Bahkan pembukaan UUD 1945 alinea ke III telah mengakui bahwa kemerdekaan Negara republic Indonesia adalah berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Pada Pasal 29 ayat 1 UUD 1945 telah dengan jelas menyebutkan bahwa Negara Berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan Pada pasal 29 ayat 2 telah diatur mengenai jaminan kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama dan kepercayaan masing-masing. Pembangunan dalam bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa telah memantapkan kerangka landasan pembangunan di bidang spiritual seperti :y

Pembinaan ajaran agama di Lingkungan keluarga (pengajaran nilai-nilai spiritual di lingkungan keluarga)

y

Pembinaan ajaran agama di Lingkungan Sekolah (bersembahyang di awal dan akhir pelajaran)

Tata nilai kehidupan beragama telah makin berkembang seiring jaman. Hal ini dimaksudkan agar para umat makin mendalami ajaran-ajaran agama dan makin mempertebal

keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa agar meningkatkan daya tahan terhadap berbagai ujian serta dampak negative dari Modernisasi. Wawasan dan pengertian luas mengenai ajaran agama dan kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa dapat sebagai motivator dan Dinamisator kemajuan. Orientasi keagamaan yang semakin luasdan berkembang menyentuh semua aspek kehidupan bangsa, khusunya yang berkaitan dengan kualitas dan kesejahteraan masyarakat. Sasaran bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa diantaranya meliputi :y

Terciptanya suasana kehidupan bidang beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang penuh dengan keimanan dan ketakwaan serta penuh kerukunan antar umat beragama.

y

Semakin kuatnya landasan spiritual,moral, dan etika bangsa yang tercermin dalam suasana kehidupan yang harmonis, selaras, dan serasi, sehingga dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan.

Dalam rangka lebih memantapkan penanaman ajaran agama agar lebih ditaati dan dipatuhi oleh para pemeluknya serta tidak mudah diombang-ambing, diprovokasi oleh orang yang tidak bertanggung jawab kea rah yang sesat, maka ditetapkanlah berbagai sasaransasaran. Contohnya adalah peristiwa bom Bali. Hal ini jelas tidak bisa ditolerir. Apalagi di dunia ini tidak ada satu agama pun yang mengajarkan umatnya untuk membunuh satu sama lain. Dalam Rangka untuk mencapai sasaran diatas, maka tantangan yang harus dihadapi diantaranya:y

Belum optimalnya pendayagunaan potensi berbagai organisasi dan lembaga kemasyarakatan yang ada.

y y

Perlu ditingkatkannya kualitas pengajaran dan pendidikan agama. Masih terdapat kesulitan dalam membina penganut kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa agar tidak bersifat tertutup.

y

Kekurang mampuan untuk mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama yang dianutnya.

y

Terlalu mudah pindah agama karena berbagai alasan.

Penataan kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esayang harmonis hendaknya dapat menumbuhkan : a) Semakin meningkatnya keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa b) Meningkatnya kerukunan antar umat beragama dan kepercayaan terhadap tuhan yang maha Esa. c) Meningkatnya peran serta umat dalam pembangunan agama melalui pendidikan di lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah. d) Kesadaran umat semakin tinggi akan swadaya dalam pembangunan rumah Ibadah.

2.2 Ajaran Agama Sebagai Wahyu Tuhan

Semua agama meyakini dan mempercayai adanya tuhan, dan meyakini pula bahwa ajarannya bersumber dari tuhan itu sendiri. Oleh karena itulah kita tidak boleh menjelek jelekkan ataupun melecehkan suatu agama tertentu. Hal itu juga disebabkan karena agama agama di Indonesia memiliki berbagai kesamaan seperti kitab suci, tempat ibadah, dan harihari besar keagamaan. Apabila kita mengkaji fungsi agama secara umum bagi kehidupan manusia yang mana ajaran agama itu diyakini merupakan wahyu tuhan. Maka ajaran agama dapat berfungsi sebagaia berikut : 1. Motivatif ; Mendorong manusia untuk memilih yang baik, benar dan menghindarkan diri dari yang buruk dan salah 2. Kreatif dan Inovatif ; Mendorong manusia untuk berkreasi dan melakukan pembaharuan opada diri dan lingkungannya. 3. Integratif ; Keyakinan yang utuh terhadap kebenaran ajaran agama sebagai wahyu tuhan yang tercermin dalam tingkah laku yang baik dan benar. 4. Transpormatif dan Sublimatif ; yakni mampu mengubah sikap dan perilaku ke arah kebajikan sesuai dengan ajaran agama sehingga dapat terwujud, pikiran,perkataan, serta perbuatan yang baik dan benar. 5. Inspiratif dan edukatif ; sebagai inspiratif berarti mengilhami seseorang bahwa perbuatan baik akan menghasilkan karma yang baik pula. Sebagai edukatif berarti adanya kesadaran yang mendorong untuk melakukan proses pembelajaran dan pendidikan diri sendiri agar tercapai kebahagiaan hidup.

2.3 Kerjasama antar umat beragama Agama yang dianut oleh masyarakat tidak hanya sebagai pemenuhan kebutuhan spiritual semata dalam hidup, tetapi juga sebgai sumber dari kbenaran. Melalui agama akan ditemukan kebenaran yang diyakini oleh masing-masing pemeluknya. Pemeluk setiap agama mempercayai kebenaran yang dibawa oelh masing-masing agamanya sebagai kebenaran mutlak. Dengan dasar pengertian beginilah para penganut agama itu bisa mempertahanakan kemurnian agamanya dan juga dengan itu pula mereka memajukan dan membanggakan agama tersebut. Ditinjau dari aspek itu, tampaknya kemutlakan kebenaran agama yang dianut seseorang itu pula yang menyebabkan tibulnya gejala lain yakni sikap fanatisme. Masingmasing penganut agama mendakwahkan bawhawa ajaran yang dibawa oleh agamanyalah yang benar, sehingga mereka mengemban tugas kecil di mana kebenaran agam tersebut perlu disampaikan dan disebarluaskan pada orang yang seiman. Sikap fanatisme inilah yang terkadang menimbulkan ketegangan-ketegangan antara satu penganut agama dengan agama lainnya. Tidak satupun dari agama itu yang bertujuan merusak kehidupan masyarakat. Agama itu mengajarkan supaya pemeluknya hidup saling tolong-menolong, Bantu-membantu atau bekerjasama satu sama lain dan saling mencintai dan mengasihi. Kerukunan hidup and kerjasama umat beragama tidak akan mungkin lahir dari sikap fanatisme buta dan sikap tak peduli atas hak dan perasaan orang lain. Menyadari hal ini pemerintah berusaha menjaga kerukunan hidup antar umat beragama itu dan memeliharanya dengan baik. Oleh karena itu kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nyalah, kita memiliki dasar dan falsafah Negara mantp, Pancasila. Sebab dengan Pancasila, bangsa Indonesia tetap dalam kesatuan dan persatuan yang utuh, dalam keyakinan yang satu, yaitu satu nusa, satu bangsa, satu bahasa. Atas dasar keyakinan itulah kita dapat menjaga dan memelihara kerukunan hidup antar umat beragama. Kerukunan seperti inilah yang mengherankan ahli sejarah Inggris Anold I. Toynbe di mana dia menyatakan bahwa: Sungguhpun negeri ini berhadapan dengan berbagai persoalan dan kesulitan dengan masyarakatnya yang serba aneka namun selalu bebas dari salah satu kebatilan umat manusia, yakni sengketa agama. Kerukunan hidup beragama adalah kndisi sosial dimana semua pemeluk agama bisa hidup bersama-sama tanpa mengurangi hak dasar masing-masing, hidup sebagai pemeluk

agama yang baik dalam keadaan rukun dan damai. Kerukunan seperti ini bukan sekedar terciptanya keadaan dimana tidak ada pertentangan antar umat beragama dengan umat beragama dan umat-umat beragama dengan pemerintah. Wujud sikap pengendalian diri dari umat beragama sebagai berikut: 1. Saling hormat-menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya. 2. Saling tenggang rasa dengan tidak memaksakan agama kepada orang lain. 3. Selalu siap bekerjasama dalam berbagai bidang kehidupan walaupun berbeda agama

Usaha untuk mewejudkan satu lembaga yang dapat mempertemukan semua unsur agama yang ada di Indonesia telah dirintis pemerintah sejak tahun 1967 yaitu ketika diadakan Musyawarah Antar Umat Beragama di Jakarta pada tanggal 30 Nopember 1967. Ada beberapa hasil penting dalam upaya menciptakan kerukunan umat beragama ini yaitu: 1. Bahwa Majeli-majelis agmaa yang ada di Indoensia yaitu Majelis Ulama Indonesia, Dewan Gereja gereja Indonesia, Majelis agung wali gereja, Parisada Hindu Dharma Indonesia, Perwalian Umat Buddha Indonesia, sependapat untuk meningkatkan kerjasama dalam pembinaan kerukunan hidup di antara umat beragama. 2. Untuk meningkatkan pembinaan kerukunan hidup di antara umat beragama diperlukan adanya suatu wadah musyawarah, suatu forum konsultasi dan komunikasi antar Pimpinan-pimpinan Agama di Indonesia. 3. Wadah musyawarah, forum konsultasi dan komunikasi ini dihadiri oleh wakil-wakil Majelis Agama dan wakil-wakil Departemen Agama. Faktor-faktor pendukung terwujudnya kerukunan antar umat beragama: 1. Sifat dan ciri bagsa Indonesia yang toleran 2. Adanya asas konstitusional formal (UUD) sebagai pengatur tingkah laku hidup bermasyarakat. Kehidupan yang beraneka ragam seperti tersebut di atas tidak menghalangi kesatuan pendpat dalam menerima kenyataan sebagai bangsa yang satu, bernegara satu dan berpemerintahan satu, hal ini semakin diperkokoh oleh landasan konstitusional yang telah disepakati bersama antara lain Alinea ke3 dan 4 pembukaan UUD 1945 serta pasal 29 UUD 1945

2.4 Menampil an Diri Sebagai Umat yang Taat dan Patuh terhadap Ajaran Agama dalam Kehidupan Sehari hari Ketaatan dan kepatuhan terhadap norma-norma agama yang berlaku hendaknya dilakukan di setiap lingkungan kehidupan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Hal yang harus kita perhatikan dalam pengalam terhadap Tuhan yang mahaesa adalah: 1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketakwaannya terhadap ajaran ketuhanan yang maha esa. 2. Masyarakat Indonesia percaya akan ajaran TYME sesuai atas dasar kemanusiaan 3. Mengembangkan sikap menghormati dan bekerja sam dengan umat agama lain 4. Membina kerukunan umat beragama 5. Menghormati sikap bebas menjalankan ibadah sesuai kepercayaan 6. Tidak memaksakan ajaran agamanya kepada orang lain.

2.5 Tambahan Kel mpok Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta gama yang berarti "tradisi".. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan. Definisi tentang agama dipilih yang sederhana dan meliputi. Artinya definisi ini diharapkan tidak terlalu sempit atau terlalu longgar tetapi dapat dikenakan kepada agama agama yang selama ini dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu. Untuk itu terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan titik perbedaannya. Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan

keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan,

Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige dll. Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri , yaitu :y

menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan

y

menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan

Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama. Berdasarkan cara beragamanya :1. Tradisional, yaitu cara beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara beragamanya nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pada umumnya kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru atau pembaharuan. Apalagi bertukar agama, bahkan tidak ada minat. Dengan demikian kurang dalam meningkatkan ilmu amal keagamaanya. 2. Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di lingkungannya atau masyarakatnya. Cara ini biasanya mengikuti cara beragamanya orang yang berkeduduka n tinggi atau punya pengaruh. Pada umumnya tidak kuat dalam beragama. Mudah mengubah cara beragamanya jika berpindah lingkungan atau masyarakat yang berbeda dengan cara beragamnya. Mudah bertukar agama jika memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain agamanya. Mereka ada minat meningkatkan ilmu dan amal keagamaannya akan tetapi hanya mengenai hal-hal yang mudah dan nampak dalam lingkungan masyarakatnya. 3. Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan, ilmu dan pengamalannya. Mereka bisa berasal dari orang yang beragama secara tradisional atau formal, bahkan orang tidak beragama sekalipun. 4. Metode Pendahulu, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan akal dan hati (perasaan) dibawah wahyu. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengamalan dan penyebaran (dakwah). Mereka selalu mencari ilmu

dulu kepada orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu agama yang memegang teguh ajaran asli yang dibawa oleh utusan dari Sesembahannya semisal Nabi atau Rasul sebelum mereka mengamalkan, mendakwahkan dan bersabar (berpegang teguh) dengan itu semua.

Enam agama besar yang paling banyak dianut di Indonesia, yaitu: agama Islam, Kristen (Protestan) dan Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Sebelumnya, pemerintah Indonesia pernah melarang pemeluk Konghucu melaksanakan agamanya secara terbuka. Namun, melalui Keppress No. 6/2000, Presiden Abdurrahman Wahid mencabut larangan tersebut. Tetapi sampai kini masih banyak penganut ajaran agama Konghucu yang mengalami diskriminasi dari pejabat-pejabat pemerintah. Ada juga penganut agama Yahudi, Saintologi, Raelianisme dan lain-lainnya, meskipun jumlahnya termasuk sedikit. Menurut Penetapan Presiden (Penpres) No.1/PNPS/1965 junto Undang-undang No.5/1969 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan Penodaan agama dalam penjelasannya pasal demi pasal dijelaskan bahwa Agama-agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk Indonesia adalah: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Meskipun demikian bukan berarti agama-agama dan kepercayaan lain tidak boleh tumbuh dan berkembang di Indonesia. Bahkan pemerintah berkewajiban mendorong dan membantu perkembangan agama-agama tersebut. Sebenarnya tidak ada istilah agama yang diakui dan tidak diakui atau agama resmi dan tidak resmi di Indonesia, kesalahan persepsi ini terjadi karena adanya SK (Surat Keputusan) Menteri dalam negeri pada tahun 1974 tentang pengisian kolom agama pada KTP yang hanya menyatakan kelima agama tersebut. Tetapi SK (Surat Keputusan) tersebut telah dianulir pada masa Presiden Abdurrahman Wahid karena dianggap bertentangan dengan Pasal 29 Undangundang Dasar 1945 tentang Kebebasan beragama dan Hak Asasi Manusia. Selain itu, pada masa pemerintahan Orde Baru juga dikenal Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang ditujukan kepada sebagian orang yang percaya akan keberadaan Tuhan, tetapi bukan pemeluk salah satu dari agama mayoritas.

Daftar agama-agama

Penyebaran agama di duniay y y y y y y y y y y y y y y

Alluk Todoo Baha'i Buddha Druze Hindu Islam Jainisme Kaharingan Katolik Kejawen Konfusianisme Kristen Ortodoks Marapu Mormonisme Parmalim

y y y y y y y y y

Protestan Raelianisme Saintologi Shito Sikh Taoisme Tollotang Yahudi Zoroastrianisme

Agama-Agama Utama Dunia1. Kekristenan 4,637 - 4,985 miliar 2. Islam 1,5 - 1,55 miliar 3. Non-Adherent (Sekular/Atheis/Tidak Beragama/Agnostik/Tidak Atheis) 1,1 miliar 4. Hinduisme 700 - 750 juta 5. Kepercayaan tradisional Tionghoa 394 juta 6. Buddhise 450 juta - 1 miliar 7. Paganisme 300 juta 8. Tradisi Afrika dan diasporik (tanah air) 100 juta 9. Sikhisme 23 juta 10. Juche 19 juta 11. Spiritisme 15 juta 12. Yudaisme 14 juta 13. Baha'i 7 juta 14. Saksi-Saksi Yehuwa 6,5 juta 15. Jainisme 4,2 juta 16. Shinto 4 juta 17. Cao Dai 4 juta 18. Zoroastrianisme 2,6 juta 19. Tenrikyo 2 juta 20. Neo-Paganisme 1 juta 21. Unitarian Universalisme 800 ribu 22. Gerakan Rastafari 600 ribu