27
Syarifudin, Juknis pembinaan Cermah dan Syarhil Al-Qur’an 0 Untuk mendapatan data cerama kunjungi wesite; syarifudin.com

Syarifudin, juknis pembinaan da'i

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Syarifudin, juknis pembinaan da'i

Syarifudin, Juknis pembinaan Cermah dan Syarhil Al-Qur’an 0

Untuk mendapatan data cerama kunjungi wesite; syarifudin.com

Page 2: Syarifudin, juknis pembinaan da'i

Syarifudin, Juknis pembinaan Cermah dan Syarhil Al-Qur’an 1

Untuk mendapatan data cerama kunjungi wesite; syarifudin.com

PETUNJUK TEKNIS PEMBINAAN CERAMA AGAMA PADA MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI MALUKU

A. PENDAHULUAN

ersaolan dunia saat ini adalah terjadinya benturan peradaban akibat

tingginya jumlah migrasi antar penduduk, Negara, dan suka bangsa

semakin tinggi dalam melakukan interaksi sehingga kerap kali terjadi benturan

budaya beragama. Kondisi tersebut juga terjadi di maluku, mobilitas masyarakat

ini meningkat akibat ditemukannya trans-portasi darat, laut, udara, dan

transportasi teknologi komunikasi sebagai medium untuk menyatukan semua

umat manusia yang berbeda latarbelakang pendidikan budaya, suku, agama, dan

perbedaan pemikiran dalam menterjemahkan pesan budaya, ekonomi, politik,

dan agama, dapat menajdi sumber konflik psikologis dan fisik.1 Selain itu peran

politik global bermigrasi dinegara-negara yang sedang berkembang membawa

arus pemikiran baru, budaya baru, cara hidup baru dan yang belum tentu sesuai

dengan tradisi budaya Maluku.

Kondisi ini menjadi penyebab utama terjadinya benturan pola pikir, pola

hidup, pola makan, pola berpakaian dan pola pendidikan yang berbeda.2

Perbedaan ini seakan-akan menajdi biangnya konflik sehingga membutuhakn

wawasan untuk mencermati kondisi ini sebagai rumus untuk meneyelsaikan

pertikaian secara psikologis, sosiologis, dan antropologis. Problematika ini juga

diperparah oleh munculnya aliran transnasioal yang bermigrasi ke berbagai

Negara sehingga dapat membuat krusial munculnya segregasi tradisi beragama

yang berdampak pada konflik kekeran antar agama dan sesama agama.

1Amin Abdullah, Cermah pendidikan Multikultural dan Interkoneksi Keilmuan di Auditorium

IAIN Ambon 17 Juli 2014 2Sisela Bok, Cultural Diversity, Coomon Value Colombiya and London (Cet. II; University

Missouri Press, 2005), h. 39.

P

Page 3: Syarifudin, juknis pembinaan da'i

Syarifudin, Juknis pembinaan Cermah dan Syarhil Al-Qur’an 2

Untuk mendapatan data cerama kunjungi wesite; syarifudin.com

Setengah abad yang lalu amat mudah mendapatkan kota atau negeri yang

homogen, dihuni oleh satu kelompok etnik, budaya atau agama tertentu. Tapi

sekarang tidak lagi. Mobilitas penduduk yang bergerak sangat dinamis,

didukung oleh perkembangan iptek yang luar biasa, telah menyebabkan struktur

dan komposisi penduduk di berbagai daerah berubah cepat sementara tidak

diimbangi dengan percepatan dakwah sehingga melahirkan ekses, problematika

yang muncul di tengah masyarakat Maluku. Provinsi maluku di serang oleh

berbagai macam tantangan dan hambatan dalam proses adabtasi dengan

perubahan sosial yang semakin tak terarah akibat rumusan-rumusan dakwah

selama ini kurang mampu menjelaskan apa kebutuhan umat dalam

menyelesaikan persoalan internal dan eksternal.

Kondisi ini muncul di tegah masyarakat Maluku yang multikultural(hidup

dalam keragaman budaya), masyarakat bhinneka dengan heterogenitas yang

semakin tinggi membutuhkan kreativitas dakwah yang persuasif, dalam

mencapai keharmonisan di tengah perbedaan budaya sebagai bagian dari satu

keniscayaan hidup. Untuk mencapai saling pengertian dan saling menghargai

dapat terwujud jika dakwah Islam dapat memeberikan kemasan agama yang

humanis, persuasif, dan komunikatif sesuai standar nalar masyarakat di Maluku

agar bisa hidup bersama dalam satu masyarakat yang utuh dan menajdikan

perbedaan sebagai kekuatan menuju Maluku emas.

Cita-cita besar mencapai Maluku emas dakwah menajdi garda terdepan

karena ia adalah gudang informasi agama yang bertujuan memperbaiki pola

pikir umat agar tidak terjadi benturan budaya dan peradaban di tengah

masyarakat multikultural. Dalam masyarakat multicultural membutuhkan

rumusan dakwah yang persuasif dengan tradisi budaya dan tradisi perubahan

Page 4: Syarifudin, juknis pembinaan da'i

Syarifudin, Juknis pembinaan Cermah dan Syarhil Al-Qur’an 3

Untuk mendapatan data cerama kunjungi wesite; syarifudin.com

sosial setiap kelompok berhak mengembangkan diri sesuai dengan “jalan” jati

diri atau karakteristik kelompoknya.3

Pancasila dan UUD 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, dan Pancasila

adalah payung untuk mengembangan dakwah multikultural yang ada di Maluku

untuk menjaga perbedaan itu menjadi masyarakat yang saling menghargai

perbedaan menajdi satu kekuatan besar menggerakkan maluku menuju ciata-

cita besarnya yakni baldatun tayyibatun warabbu gafur. Cita-cita besar ini dapat

dicapai ketika pembiaan dakwah multikultural telah membahasakan dan

mengkomunikasikan bahasa Al-Quran, hadis, pandangan para Sahabta, Ulama,

dan para ilmuan dakwah saling merangkul untuk menjadikan warna-warni itu

menjadi indah dalam struktur bangunan masyarakat madani. Ciri umum

masyarakat madani adalah saling menghargai perbedaan dan suka berbagi

kebahagian yang didapatkan dari kerjasama yang harmoni dari keragaman itu

budaya, skill, dan faham keagaman menuju maluku emas yang sama-sama kita

akan capai dengan bakukele dengan semangat siwa lima.

B. PENTINGNYA DAKWAH MENCEGAH KEMUNGKARAN

Wawasan dakwah multikultural dalam mencegah tawuran remaja di

Ambon secara tidak sadar mubalig yang memiliki peran untuk membentuk

wawasan keislaman umat di Indonesia. Sebagai sebuah kenyataan sejarah,

begitu kata Kuntowijioyo, agama dan kebudayaan dapat saling mempengaruhi

karena keduanya terdapat nilai dan simbol. Agama adalah simbol yang

melambangkan nilai ketaatan kepada Tuhan. Kebudayaan juga mengandung

nilai dan simbol supaya manusia bisa hidup di dalamnya. Agama memerlukan

sistem simbol, dengan kata lain agama memerlukan kebudayaan agama. Tetapi

keduanya perlu dibedakan. Agama adalah sesuatu yang final, universal, abadi

3HAR Tilaar, Tatangan Pendidikan di Era Multikutural,(Cet. II. Jakarta: Prenada Media Group,

2012), h. 22.

Page 5: Syarifudin, juknis pembinaan da'i

Syarifudin, Juknis pembinaan Cermah dan Syarhil Al-Qur’an 4

Untuk mendapatan data cerama kunjungi wesite; syarifudin.com

(parennial) dan tidak mengenal perubahan (absolut). Sedangkan kebudayaan

bersifat partikular, relatif dan temporer. Agama tanpa kebudayaan memang

dapat bekembang sebagai agama pribadi, tetapi tanpa kebudayaan agama

sebagai kolektivitas tidak akan mendapat tempat.

Fenomena benturan psikis dapat terjadi jika perbedaan tranformasi

budaya seperti ini disebut Made dengan istilah komunikasi antar budaya yakni

cara mengkomunikasikan pikiran, perasaan, dan perbedaan-perbedaan budaya

dengan budaya lain.4 Corak keragaman ini perlu diatur mekanisme sistem

informasinya sesuai konteks budaya cara berekspresi untuk menghindari

terjadinya benturan psikologis, fisik akibat publikasi informasi positif dan

negatif kurang berimbang.5 Pesan informasi agama yang kurang didapatkan oleh

remaja dalam tiga lingkungan seperti rumah, lingkungan masyarakat, dan

lingkungan sekolah. Selain itu belum adanya kesadaran membudayakan

perbedaan sebagai kekuatan untuk menata pola hidup remaj yang menghargai

perbedaan. Untuk menjaga diri dari isu informasi yang menyesatkan peringatan

Allah dalam QS Al-Hujurat/49:6.

Terjemahnya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

4Made Wena, Strategi Komunikasi pada Masyarakat Multikultural (Cet. IV; Jakarta: Bumi

Aksara, 2010), h. 56-66.

5Fazlur Rahman, Islam and Modernity: Transformation of an inteletual Tradition (Cet. II;

London: The University of Chicago press, 1982), h. 20.

Page 6: Syarifudin, juknis pembinaan da'i

Syarifudin, Juknis pembinaan Cermah dan Syarhil Al-Qur’an 5

Untuk mendapatan data cerama kunjungi wesite; syarifudin.com

Ayat ini memberikan protection bagi umat yang memiliki kesadaran, akan

bahaya informasi yang kurang baik terhadap kehidupan sosial keagamaan.

Budaya masyarakat di kota Ambon cenderung senang mereproduksi informasi

yang belum memiliki validitas kebenaran. Hal ini menjadi kultur sebagian besar

masyarakat kota Ambon sehingga rentan terjadi benturan pemahaman terhadap

cara berinteraksi. Selain itu konstruksi media cetak juga turut memprovokasi

materi-materi informasi politik yang memberikan propaganda dalam

masyarakat di kota Ambon.

Untuk mengetahui perbedaan tersebut, perlu penelitian untuk

menganalisis motivasi mendapatkan informasi dalam Al-Quran dan Sunnah, cara

memahami informasi, dan cara mempublikasikan informasi pada mad’u, sebagai

pemicu adanya perubahan sosial dan problematika sosial agama dan

keagamaan.

Perubahan sosial dalam sebuah organisasi keagamaan menurut Amin

dapat dipengaruhi oleh perbedaan faham, aliran, kredo, pedoman hidup, dan

idiologi. Menurut Amin multikultural dalam pemikiran seperti ini merupakan

warisan klasik tentang cara beragama yang murni, dari warisan integrasi

kultural, dan kepentingan tertentu.6 Untuk menelaah terjadinya tumpang tindih

antara agama dan budaya cara memahami ajaran agama yang murnih dan

akulturasi agama dan budaya. Inilah signifikansinya mengeksplorasi Al-Quran

dan Sunnah sehingga tidak terpenjarah oleh makna tekstual belaka.

Mengekplorasi makna Al-Quran menurut Nashr Hamid Abu Zayd bahwa

umat Islam harus keluar dari peradaban teks, jangan berhenti pada permukaan

teks saja.7 Gagasan ini relevan dengan kajian sistem informasi dakwah untuk

6op. cit., M. Amin Abdullah, … h. 5.

7Nashr Hamid Abu Zayd, Tesktualitas Al-Quran: Kritik terhadap ulumul Qur’an terjemahan

(Cet. III; Yogyakarta: LKiS, 2003), h. 1.

Page 7: Syarifudin, juknis pembinaan da'i

Syarifudin, Juknis pembinaan Cermah dan Syarhil Al-Qur’an 6

Untuk mendapatan data cerama kunjungi wesite; syarifudin.com

mendapatkan kekayaan makna membahasakan dan mengkomunikasikan Al-

Quran yang akan ditransformasikan pada masyarakat multikultural.

Senada dengan pandangan Arkoun dalam mengkomunikasikan Al-Quran

menggunakan ilmu hermeneutika untuk menjembatani peristiwa masa lalu ke

masa moderen untuk mengungkap corak transformasi pesan-pesan agama pada

masa lalu dan era sekarang.8 Arkoun memberikan perhatian pentingnya sistem

informasi dakwah untuk mengkomunikasikan Al-Quran dan Sunnah sesuai

kondisi sosiologis masyarakat baik yang terjadi pada masa lalu maupun masa

yang akan datang, yang lebih relevan dengan konteks realitas masyarakat

multikultural.

Mengkomunikasikan pesan-pesan Tuhan dalam Al-Quran kepada

masyarakat multikultural menurut paradigma Bagir bahwa perlu argumentasi

ide rahmatanlli’alamin dan tidak berhenti pada fisik teks tetapi perlu

dieksplorasi sesuai setting sosial yang dihadapi masyarakat multikultural.9

Hemat penulis hal ini juga memberikan pijakan ilmiah pentingnya penelitian

sistem informasi dakwah yang dapat membahasakan Al-Quran dan Sunnah yang

diterima dengan baik oleh umat yang Islam fluralis, Islam fundamental, Islam

kultural, Islam modernitas, dan esoteris.

Mengkomunikasikan Al-Quran dan Sunnah di tengah masyarakat

multikultural dibutuhkan kajian sistem informasi dakwah untuk mengetahui

rumpun-rumpun dan peta keragaman pemikiran masyarakat multikultural

dalam pemahaman keislaman. Hal ini sesuai pandangan Rogers Everett bahwa

untuk mengetahui peta pemikiran seseorang perlu dianalisis intensitas

8M. Arkoun, Al-Fikr al-Islamy: Naqad wa Ittihat, Terjemahan Hashim Salih (London: Da>r al-

Saqi), h. 299.

9Haidar Bagir, Bahasa Agama: Bahasa Tuhan Bahasa Manusia, kata pengantar pada buku

Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneutika (Cet. I; Bandung:

Pustaka Mizan, 2011), h. 64.

Page 8: Syarifudin, juknis pembinaan da'i

Syarifudin, Juknis pembinaan Cermah dan Syarhil Al-Qur’an 7

Untuk mendapatan data cerama kunjungi wesite; syarifudin.com

informasi yang paling dominan pada masyarakat baik secara individual,

kelompok, dan massa.10

Hal ini dapat difahami bahwa elemen sistem informasi memiliki daya

menggerakan suatu perubahan sosial dalam masyarakat kekuatan sistem

dakwah. Begitupula dalam menggerakkan organisasi peran konten Informasi

sebagai suatu sumber daya yang memiliki peran strategis memperbaiki pola

pikir masyarakat. Tak dapat dipungkiri menurut Al-Maududi bahwa dakwah

telah berbarengan dengan Islam, jasa praktisi dakwah memiliki peran penting

dalam memperbaiki masyarakat.11 Sistem informasi dakwah adalah kebutuhan

primer masyarakat, sebagai kebutuhan dasar dalam melakukan interaksi sosial.

Islam yang hadir di Indonesia juga tidak bisa dilepaskan dengan tradisi

atau budaya Indonesia. Sama seperti Islam di Arab saudi, Arabisme dan

Islamisme bergumul sedemikian rupa di kawasan Timur Tengah sehingga

kadang-kadang orang sulit membedakan mana yang nilai Islam dan mana yang

simbol budaya Arab. Nabi Muhammad saw, tentu saja dengan bimbingan Allah

(mawa yanthiqu ‘anil hawa, in hua illa wahyu yuha), dengan cukup cerdik

(fathanah) mengetahui sosiologi masyarakat Arab pada saat itu. Sehingga beliau

dengan serta merta menggunakan tradisi-tradisi Arab untuk mengembangkan

Islam. Sebagai salah satu contoh misalnya, ketika Nabi Saw hijrah ke Madinah,

masyarakat Madinah di sana menyambut dengan iringan gendang dan tetabuhan

sambil menyanyikan thala’al-badru alaina dan seterusnya.

Interaksi Islam dengan budaya local, Berbeda dengan agama-agama lain,

Islam masuk Indonesia dengan cara begitu elastis. Baik itu yang berhubungan

10

Rogers, Everett. M and F. Floyd Shoemaker, Communication of Innovations, A Cross

Cultural Approach., (New York: The Free Press,1991), h. 331.

11Abu ‘Ala Al-Maududi, Mabadi Asyasiah li Fahm Al-Quran (Lahore: Da>r al-Arubah li al-

Dakwah al-Islamiyah, 1969.

Page 9: Syarifudin, juknis pembinaan da'i

Syarifudin, Juknis pembinaan Cermah dan Syarhil Al-Qur’an 8

Untuk mendapatan data cerama kunjungi wesite; syarifudin.com

dengan pengenalan simbol-simbol Islami (misalnya bentuk bangunan

peribadatan) atau ritus-ritus keagamaan (untuk memahami nilai-nilai Islam).

Dapat kita lihat, masjid-masjid pertama yang dibangun di sini bentuknya

menyerupai arsitektur lokal-warisan dari Hindu. Sehingga jelas Islam lebih

toleran terhadap warna/corak budaya lokal. Tidak seperti, misalnya Budha yang

masuk “membawa stupa”, atau bangunan gereja Kristen yang arsitekturnya ala

Barat. Dengan demikian, Islam tidak memindahkan simbol-simbol budaya yang

ada di Timur Tengah (Arab), tempat lahirnya agama Islam.

Demikian pula untuk memahami nilai-nilai Islam. Para pendakwah Islam

kita dulu, memang lebih luwes dan halus dalam menyampaikan ajaran Islam

kepada masyarakat yang heterogen setting nilai budayanya. Mungkin kita masih

ingat para wali –yang di Jawa dikenal dengan sebutan Wali Songo. Mereka dapat

dengan mudah memasukkan Islam karena agama tersebut tidak dibawanya

dalam bungkus Arab, melainkan dalam racikan dan kemasan bercita rasa Jawa.

Artinya, masyarakat diberi “bingkisan” yang dibungkus budaya Jawa tetapi

isinya Islam.

Sunan Kalijaga misalnya, ia banyak menciptakan kidung-kidung Jawa

bernafaskan Islam, misalnya Ilir-ilir, tandure wis semilir. Perimbangannya jelas

menyangkut keefektifan memasukkan nilai-nilai Islam dengan harapan

mendapat ruang gerak dakwah yang lebih memadai. Meminjam pendapat

Mohammad Sobary (1994: 32) dakwah Islam di Jawa masa lalu memang lebih

banyak ditekankan pada aspek esoteriknya, karena orang Jawa punya

kecenderungan memasukkan hal-hal ke dalam hati. Apa-apa urusan hati. Dan

banyak hal dianggap sebagai upaya penghalusan rasa dan budi. Islam di masa

lalu cenderung sufistik sifatnya.

Akan tetapi Kaitannya dengan ketegangan kreatif antara dakwah Islam

dengan budaya lokal, Amin Abdullah dalam sebuah tulisan di Suara

Muhammadiyah mengingatkan para pelaku dakwah sekarang ini

Page 10: Syarifudin, juknis pembinaan da'i

Syarifudin, Juknis pembinaan Cermah dan Syarhil Al-Qur’an 9

Untuk mendapatan data cerama kunjungi wesite; syarifudin.com

(muballigh/da’i) untuk pandai memilah-milah mana yang substansi agama dan

mana yang hanya sekadar budaya lokal. Metode dakwah al-Qur’an yang sangat

menekankan “hik-mah dan mau’idzah hasanah” adalah tegas-tegas menekankan

pentingnya “dialog intelektual”, “dialog budaya”, “dialog sosial” yang sejuk dan

ramah terhadap kultur dan struktur budaya setempat. Hal demkian menuntut

‘kesabaran’ yang prima serta membutuhkan waktu yang cukup lama, karena

dakwah ujung-ujungnya adalah merubah kebiasaan cara berfikir (habits of

mind) masyarakat.

Lalu akhir-akhir ini kita melihat, misalnya, tawuran remaja akibat

kegagalan semua unsur menciptakan lingkungan masyarakat, sekolah, dan

rumah sebagai media untuk membangun karakter masyarakat yang mempunyai

orientasi keagamaan yang multikultural. Wujud dakwah untuk mencegah

kekeransan akibat perdebaan belum dijadikan oleh mubalig sebagai brand

dakwah yang humanis. Menurut Kuntowijoyo dalam magnum opusnya

Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi, sebuah teori budaya akan

memberikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut: Pertama, apa

struktur dari budaya. Kedua, atas dasar apa struktur itu dibangun. Ketiga,

bagaimana struktur itu mengalami perubahan. Keempat, bagaimana

menerangkan variasi dalam budaya.

Persoalan pertama dan kedua, akan memberikan penjelasan mengenai

hubungan antar simbol dan mendasarinya. Paradigma positivisme –pandangan

Marx di antaranya– melihat hubungan keduanya sebagai hubungan atas bawah

yang ditentukan oleh kekuatan ekonomi, yakni modus produksi.

Berbeda dengan pandangan Weber yang dalam metodologinya

menggunakan verstehen atau menyatu rasa. Dari sini dapat dipahami makna

subyektif dari perbuatan-perbuatan berdasarkan sudut pandang pelakunya.

Realitas ialah realitas untuk pelakunya, bukan pengamat. Hubungan kausal –

fungsional dalam ilmu empiris-positif– digantikan hubungan makna dalam

Page 11: Syarifudin, juknis pembinaan da'i

Syarifudin, Juknis pembinaan Cermah dan Syarhil Al-Qur’an 10

Untuk mendapatan data cerama kunjungi wesite; syarifudin.com

memahami budaya. Sehingga dalam budaya tak akan ditemui usaha

merumuskan hukum-hukum (nomotetik), tapi hanya akan melukiskan gejala

(ideografik).

Peran pemikiran premis Weber di atas, dalam simbol-simbol budaya yang

seharusnya dipahami atau ditangkap esensinya adalah makna yang tersirat. Dari

sini lalu dapat dikatakan bahwa dalam satu makna (esensi), simbol boleh

berbeda otoritas asal makna masih sama. Demikian pula dengan ritus-ritus

semacam ruwahan, nyadran, sekaten maupun tahlilan. Semua pada level

penampakannya (appearence) adalah simbo-simbol pengungkapan atas nilai-

nilai yang diyakini sehingga dapat mengungkapkan makna ’subyektif’ (kata ini

mesti diartikan sejauhmana tingkat religiusitas pemeluknya) dari pelakunya.

Tindakan seperti ini ada yang menyebut sebagai syahadat yang tidak

diungkapkan, tetapi dijalankan dalam dimensi transeden dan imanen.

Dengan kata lain high tradition yang berupa nilai-nilai yang sifatnya

abstrak, jika ingin ditampakkan, perlu dikongkretkan dalam bentuk low

tradition yang niscaya merupakan hasil pergumulan dengan tradisi yang ada.

Dalam tradisi tahlilan misalnya, high tradition yang diusung adalah taqarrub

ilallah, dan itu diapresiasikan dalam sebuah bentuk dzikir kolektif yang dalam

tahlilan kentara sekali warna tradisi jawaismenya. Lalu muncul simbol

kebudayan bernama tahlilan yang didalamnya melekat nilai ajaran Islam. Dan

Kuntowijiyo merekomendasikan kepada umat Islam untuk berkreasi lebih

banyak dalam hal demikian, karena akan lebih mendorong gairah masyarakat

banyak menikmati agamanya.

Hanya saja yanag perlu dikoreksi adalah bahwa simbol-simbol

(pengungkapan) tadi pada dasarnya adalah kata benda. Sedangkan menurut

logika berpikir, kata benda atau simbol-simbol tadi yang sering diperdebatkan

untuk kemungkinan disalahkan atau dibenarkan. Perdebatan simbol itu akan

menggiring kita untuk kemudian memitoskan sesuatu.

Page 12: Syarifudin, juknis pembinaan da'i

Syarifudin, Juknis pembinaan Cermah dan Syarhil Al-Qur’an 11

Untuk mendapatan data cerama kunjungi wesite; syarifudin.com

Materi, media, dan metode pembelajaran menjadi hal penting, karena sangat

menentukan hasil tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran, dengan media

para peserta didik menjadi termotivasi untuk belajar, dan dapat mempercepat

serta mempermudah sistem penyampaian informasi dan komunikator dalam hal

ini pembelajar atau pendidik kepada komunikan dalam hal ini peserta didik.

Seorang pembelajar yang profesional selalu berusaha mencari cara yang terbaik

untuk mencapai sasaran pembelajaran. Ia akan menggunakan berbagai media

pembelajaran mulai dari yang berbasis manusia, cetak, audio visual sampai

kepada komputer-internet dalam rangka membantu peserta didik untuk

mencerna materi pelajaran lebih cepat dan efisien.

C. ILMU DAKWAH

Secara bahasa Ilmu dakwah adalah ilmu yang mempelajari cara

memahami sumber informasi, cara menjelaskan informasi, dan cara

menyampaikan informasi. Dalam menyampai informasi menggunakan tiga

metode antara lain dakwah bi al-Lisan, dakwah bi la-Qalam, dan dakwah bi al-

Hal. Yang akan dijelaskan dalam juknis ini adalah dakwah bi al-Lisan.

Unsur-unsur Dakwah bi al-Lisan tediri dari Dai/Mubalig, pesan(maddah),

manhaj (strategi/metode), dan mad’u (publik). Dimensi ini sering digunakan

dalam menyampaikan pesan agama, pidato, ceramah, khutbah, sambutan, dan

sastra dakwah, dan syarhil Quran. Dalam juknis ini hanya dijelaskan tentang

pengertian cerama dan syarhil Quran dan teknik pembinaannya.

1. Pengertian Cerama

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pengertian cerama adalah; pidato

oleh seseorang di hadapan banyak pendengar, yang membicarakan suatu hal,

pengetahuan. Jika diberi awalan “men” menjadi menceramahkan yang bermakna

membentangkan (memberi ulasan tentang) suatu hal. Sedangkan cerama diberi

awalan “pen” jadi kata penceramah bermakna orang yang memberi cerama atau

Page 13: Syarifudin, juknis pembinaan da'i

Syarifudin, Juknis pembinaan Cermah dan Syarhil Al-Qur’an 12

Untuk mendapatan data cerama kunjungi wesite; syarifudin.com

pembicara. Dari pengertian tersebut dapat difahami bahwa ceramah adalah;

menyamapaikan pesan agama kepada seseorang, kelompok, dan masyarakat

multikultural(kelompok masyarakat yang berbeda budaya).

Dalam menyampaikan pesan agama yang indah maka dibutuhkan retorika.

Pengertian retorika dalah seni menyampaikan ide, gagasan kepada masyarakat.

dalam ensiklopedia Americana,1995 memberikan penegrtian retorika adalah;

The art of using language effetivevely, whether in speaking or in writing(kesenian

untuk berbicara baik yang dipergunakan dalam proses komunikasi antar

manusia. Makna lain dari retorika adalah; gabungan yang serasi antara

pengetahuan, pikiran, kesenian, dan kesanggupan berbicara. Kesanggupan yang

dimaksudkan adalah kemampuan seseorang dalam menyampaikan pesan yang

jelas, sistematis, singkat, dan efektif. Maksud mudah dimengerti untuk

menghemat waktu dan memberikan pencerahan bagi pendenganrnya serta

sebagai tanda kecerdasan seorang mubalig dalam menyampaikan pesan agama

dalam bentuk dakwah bi al Lisan.

Secara teori cerama agama lebih banyak menyentuh qalbu(hati/jiwa/

naps). Metode komunikasi yang digunakan meruju pada pesan Al-Quran yakni

pola komunikasi qaulan tsakila, qaulan sadida, qaulan layyinan, dan qaulan

ma’rufa. Adapun komposisi materi cerama adalah; 60% mengutif pesan Al-

Quran, hadis, pandangan para sahabat, ulama, dan ilmuan science sesuai

tema/topik yang relevan dengan judul yang diangkat. Komposisi dalam teknik

cerama terdiri dari;

a. Komposisi Materi Cerama

No Komposisi Materi Cerama

Penjelasan

1 Mengucapkan Salam

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

2 Pembukaan Terdiri dari Hamdalah/ucapan syukur/ syahadat/shalawat/ dan baca qur’an sesuai topik yang akan dibahas serta pesan taqwa.

Page 14: Syarifudin, juknis pembinaan da'i

Syarifudin, Juknis pembinaan Cermah dan Syarhil Al-Qur’an 13

Untuk mendapatan data cerama kunjungi wesite; syarifudin.com

Contoh: شرور الحمدهللا نحمده ونستغفره ونستعينه ونستهديه ونعوذ باهلل من

أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهد هللا فال مضل له ومن يضلل فال

دا هادي له وأشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له وأشهد أن محم

وسالمه عبده ورسوله صلوات هللا

3 Judul/Topik Membumikan Ajaran Kejujuran Rasulullah Saw Sebagai Model Perbaikan Akhlaq.

4 Pembahasan Isi Materi

Secara umum para ulama dakwah memilih model piramida atau induktif dengan komposisi pembahasan sebagai berikut; a. Mengungkap fakta-fakta kesenjangan sosial,

seperti kriminal, dekadensi moral, akhlaq, pembunuhan, korupsi, dan pelanggaran agama sehingga terjadi destruksi sosial(kerusakan sistem masyarakat) dari buku, jurnal, koran, TV, dan media informasi lainnya yang menjadi problematika dan informasi yang dibutuhkan umat, atau isu-isu yang aktual, hangat yang terjadi di tengah masyarakat.

b. Untuk memberikan solusi dengan mengutif ayat dan asbabun nuzul ayat, hadis, pendapat ulama fiqhi dan ulama tafsir, serta hasil temuan para ilmuan science dari buku-buku dan hasil penelitian terbaru yang berkaitan dengan topik yang kita bahas/ceramakan.

c. Berikan pesan inti dari rumusan dari materi yang dibawakan sesuai kondisi masyarakat.

d. Lalu doakan semua jamah yang ikut dalam ceramah moga mereka diberi kekuatan oleh Allah untuk keluar dari masalah dan problematika yang dihadapi.

5 Penutup Demikian cerama saya lebih kurangnya mohon dimaafkan akhirul qalam wassalamu’alaikum

Page 15: Syarifudin, juknis pembinaan da'i

Syarifudin, Juknis pembinaan Cermah dan Syarhil Al-Qur’an 14

Untuk mendapatan data cerama kunjungi wesite; syarifudin.com

warahmatullahi wabarakatuh. (penutup anda bisa variasi lebih indah dan lebih bagus lagi).

Catatan: Hal-Hal yang belum ada perlu dibicarakan dengan tim dewan hakim untuk

menyamakan presepsi dewan hakim untuk mencegah penilaian yang keliru dari penampilan peserta.

Panuan dan juknis pembinaan ini hanya alat bantu masih dapat dikembangkan sesuai target pencapaian dan kesepakatan pembina dan dewan hakim penilai.

b. Format Penilaian Lomba Cerama

Petunjuk teknis penilaian loma cerama ini adalah bagian dari upaya

menjaga objektivitas dewan hakim dalam menilai penampilan peserta yang

mengikuti lomba cerama. Bidang keterampilan dewan hakim. Dalam lomba

cerama materi yang di nilai sesuai target yang ingin dicapai. Penampilan

seseorang pencerama memiliki banyak unsur jika ingin penilaian. Karena

banyaknya unsur dari penampilan tersebut sehingga perlu ada kesepakatan dari

dewan pembina dan dewan hakim untuk merumuskan dan menentukan standar

penilaian untuk mencapai target yang diinginkan dari penampilan peserta.

Sesuai juknis secara umum di nasional materi penilaian terdiri dari tiga

aspek antara lain adalah; Pertama; Keterampilan ( unsur yang di nilai terdiri

dari Sistematika, Penguasaan Materi, dan kefasihan pengucapan kata dan

kalimat. Kedua; Retorika. Ketika; Gaya dan Mimik. Dari tiga unsur tersebut

kemudian dirinci lagi untuk memudahkan dewan hakim dalam penilaian

penampilan peserta. Untuk lebih mudah difahami dijelaskan dalam tabel berikut

ini;

No Materi Penilaian Indikator Penilain Skor Nilai

A. Sistematika 1 Mengucapkan Jika peserta mengucapkan salam sebelum 10

Page 16: Syarifudin, juknis pembinaan da'i

Syarifudin, Juknis pembinaan Cermah dan Syarhil Al-Qur’an 15

Untuk mendapatan data cerama kunjungi wesite; syarifudin.com

Salam memulai cerama 2 Pembukaan Jika peserta mengucapkan:

a) Hamdalah dan ucapan syukur syahadat/ b) Shalawat/dan baca qur’an sesuai topik

yang akan dibahas serta pesan taqwa.

10

3 Tentukan Judul/Topik

a) Jika peserta menyampaikan Topik atau judul yang akan dibahas.

b) Jika topik atau judul yang akan dibahas relevan dengan kondisi masalah yang aktual, hangat (Ide Baru dan belum pernah dibahas orang lain).

10

B. Penguasaan Materi (Pembahasan).

Indikator Penilaian Skor Nilai

1 Jika peserta Mengungkap

fakta-fakta kesenjangan sosial yang bertentangan dengan agama.

5

2 Jika peserta Menyebutkan

Satu (1) solusi persoalan dengan mengutif: 5

3 Jika peserta Menjelaskan dan memberikan

2-5 solusi persoalan dengan mengutif: 10

4 Jika peserta Mengutip

Ayat dan asbabun nuzul ayat, 5

5 Jika peserta Mengutip hadis

Dan menjelaskan ayat tersebut 5

6 Jika peserta Mengutif

Ulama fiqhi dan ulama tafsir, Mengutif temuan para ilmuan science dari buku-buku dan hasil penelitian terbaru

15

7 Jika peserta Berikan kesimpulan inti

dari pembahasan yang dibawakan untuk memudahkan daya ingat audiens, Lalu kemudian berdo’a bersama jama’ah.

10

C. Kefasihan Aksentuasi

1 Jika peserta mengucapkan

Aksentuasi aksara Indonesia Jelas/bening/jernih.

10

2 Jika peserta mengucapkan

Aksentuasi aksara arab Jelas/bening/jernih. 10

3 Jika peserta mengucapkan

Aksentuasi aksara bahasa Inggris Jelas/bening/jernih.

10

4 Penutup Jika peserta dengan wassalam maka diberi nilai

10

Page 17: Syarifudin, juknis pembinaan da'i

Syarifudin, Juknis pembinaan Cermah dan Syarhil Al-Qur’an 16

Untuk mendapatan data cerama kunjungi wesite; syarifudin.com

2. Dewan Hakim Retorika

Kata retorika berasal dari bahasa Yunani dari kata “rhetor” artinya; teknik

membujuk rayu secara persuasi melalui karakter pembicaraan, emosional, dan

argumen. Pengertian Retorika menurut Aristoteles adalah seni rekaya kata dan

kalimat kepada pendengar. Pengertian retorika menurut para ahli dakwah dan

komunikasi adalah estetika menyampaikan pandangan, ide, dan gagasan kepada

orang lain. Dari pengertian para ahli ini dapat fahami bahwa retorika adalah seni

mengkomunikasikan dan membahasakan ide,gagasan, dan pandangan kepada

audiens dengan keterampilan memilih, memilah, dan fasih dalam aksara atau

kode bahasa tertentu yang disepakati dalam penilaian.

Kenapa retorika menjadi penting dan urget untuk dipelajari oleh setiap

pencerama secara individual dan lembaga/institusi organisasi khususnya

kementiran agama. Untuk mengkomunikasikan pesan agama baik secara

individu, organisasi,kelompok yang beda budaya Bergama. Cerama yang baik jika

memenuhi standar sebagai berikut: Unsur Vokal: Komponennya terdiri dari

Bobot vokal, Artikulasi, Phonetik, Pressering(Aksentuasi), Teknik Penggunaan

mic, Harmonisasi (gerak tubuh dengan pesan sesuai). Unsur Penghayatan:

Komponennya: Inprovisasi, ekspresi wajah dengan pesan sesuai(harmoni).

Unsur Penampilan: Komponennya Busana, Koreografi sesuai dengan pesan yang

disampikan, Konfigurasi pesan sistematis dan sesuai daya nalar audiens.

Harmonisasi pesan yang disampaikan sesuai dengan isu yang hangat oleh publik.

Bahwa banyak pembicara yang memiliki kemampuan konsep dan

kecerdasan berpikir tetapi sedikit orang yang memiliki kecerdasan retorika.

Kadang ide-ide yang cemerlang itu sulit diterima oleh orang lain akibat

kelemahan retorika, sehingga melahirkan mis communication (salah faham),

akibat ketidak-mampuan pembicara menata ide dan gagasannya kepada orang

lain. Pembicara tampil sekedar untuk menyampaikan tetapi tidak ada yang

tersimpan dalam memori audiens. Setelah diperhatikan secara cermat, orang

Page 18: Syarifudin, juknis pembinaan da'i

Syarifudin, Juknis pembinaan Cermah dan Syarhil Al-Qur’an 17

Untuk mendapatan data cerama kunjungi wesite; syarifudin.com

yang tampil dengan retorika yang baik materinya biasa saja tetapi mampu

memanjakan mata dan telinga audiens lebih diterima ketimbang orang yang

memiliki bobot materi yang berkualitas.

Seorang pencerama perlu menyampaikan artikulasinya secara jelas dan

cara penyampaiannya, dan kebeningan suara maka sulit terjadinya proses

komunikasi yang efektif. Penilaian retorika sangat subjektif karena banyak unsur

yang saling terkait dengan retorika sehingga tim dewan hakim yang diberi

amanah perlu bermusyawarah untuk menentukan standar penilaian retorika

dan batasan pengertian retorika yang disepakati dalam lomba cerama. Hal ini

bertujuan untuk menghindari subjektivitas yang berlebihan pada penampilan

peserta. Berikut ini contoh format penilaian bidang retorika sebagai bahan

pertimbangan dalam menetukan teknik penilaian bidang retorika yang

digambarkan dalam tabel berikut.

No Materi Penilaian Indikator Penilaian Skor Nilai

1 Jika peserta Cakap dan cerdas

memilih pemakaian kata dan kalimat secara efekif

10

2 Jika peserta Cakap dan cerdas

Jika peserta Cakap dan cerdas memilah, pemakaian kata dan kalimat secara efekif

10

3 Jika peserta Cakap dan cerdas

Mengucapkan restorasi dalam menggunakan kata dan kalimat yang sesuai dengan daya nalar pendengar secara efekif.

10

3. Dewan Hakim Penampilan Mimik dan Gaya.

Pengertian mimik dan gaya termasuk komunikasi non verbal, dalam

ensiklopedia bahasa Indonesia mimik dan gaya adalah bentuk ekspresi wajah

dari satu atau lebih gerakan atau posisi, otot wajah atau ekspresi (body

language) dari pesan/informasi melalui gerakan tubuh yang terarah dan

seiramah dengan kata dan kalimat yang disampikan secara bersamaan kepada

audiens.

Page 19: Syarifudin, juknis pembinaan da'i

Syarifudin, Juknis pembinaan Cermah dan Syarhil Al-Qur’an 18

Untuk mendapatan data cerama kunjungi wesite; syarifudin.com

Setiap pencerama sulit menyembunyikan perasaannya jika

mengkomunikasikan dan membahasakan pesan-pesan Al-Quran dan Sunnah di

tengah masyarakat. Jika terlatih dan professional. Secara umumnya ekspresi

yang alami lahir dari penjiwaan materi yang disampikan sehingga tampak

ekspresi wajah sebagai gaya dan mimik yang muncul pada wajah dan gerakan

tangan. Tubuh adalah media komunikasi non verbal sehinga dai profesional

pandai menggunakan ekpresi senyum, emosi, marah yang tampak pada seorang

Dai di tubuhnya dan panca indranya. Mimik dan gaya ini penting sebagai fasilitas

pembantu dalam menyampaikan pesan dalam mengkomunikasikan dan

membahasakan pesan-pesan Al-Quran dan Sunnah dalam bentuk mimik dan

gaya sesuai pesan yang disampikan.

No Materi penilaian Indikator Penilaian Skor Nilai

1 Jika peserta Cakap dan cerdas

Mengekspresikan wajah sesuai pesan kata dan kalimat

10

2 Jika peserta Cakap dan cerdas

Mengekspresikan gaya bahasa sesuai pesan kata dan kalimat

10

3 Jika peserta Cakap dan cerdas

Mengekspresikan wajah sesuai bunyi aksentuasi kata

10

2. Pengertian Syarhil Quran

Menurut panduan MTQ tahun 2010 bahwa sistem penilaian lomba

musabaqah cabang syarhil Al-Quran adalah jenis lomba penyampaian

pesan/informasi isi dan kandungan Al-Quran baik secara tekstual, kontekstual

dan antar tekstual. Metode dalam penyampaian dengan menampilkan bacaan Al-

Quran secara tilawah, dan terjemahnya dibaca secara puitisasi dan diuraikan

oleh pensyarah dengan mengekplorasi isi kandungan Al-Quran. Peserta yang

ikut lomba pada cabang ini golongan tsanawiyah-Aliyah dan golongan

Mahasiswa S1. Secara teori pensyarah perlu menampilkan data-data baru dari

Page 20: Syarifudin, juknis pembinaan da'i

Syarifudin, Juknis pembinaan Cermah dan Syarhil Al-Qur’an 19

Untuk mendapatan data cerama kunjungi wesite; syarifudin.com

penjelasan dari sarahan Al-Quran dengan menampilkan fakta-fakta sosial sesuai

tema yang diangkat. Dari terminologi syarhil Al-Quran tersebut dapat difahami

bahwa penjelasan pensyarah perlu memenuhi tiga syarat yakni cara memaknai

Al-Quran dalam bentuk terjemahan, memaknai dengan memaparkan pandangan

para ulama tafsir, dan kajian ilmiah lainnya yang erat dengan tema yang dibahas.

Secara teori syarhil Quran lebih banyak menyentuh hati dengan

menggunakan pola komunikasi qaulan tsakila, qaulan sadida, qaulan layyinan,

dan qaulan ma’rufa. Aspek penilaian bidang syarhil qur’an terdiri dari

pembinaan bidang tilawah, pembinaan bidang terjemah dan materi sarahan, dan

pembinaan bidang penghayatan dan retorika. Adapun struktur atau komposisi

materi syarhil Al-Quran adalah; Unsur-unsur dalam konsep syarhil Qur’an 60%

penjelasan Al-Quran dan data 40% data penunjang dari kajian ilmiah:

1) Menjelaskan konsep utama dari ayat tersebut dengan mengungkap

asbabun nuzul ayat, dan penjelasan hadistentang ayat yang diangkat.

2) Relevansi ayat dengan isi

3) Mengemukakan makna ayat secara global dan munasabah ayat

4) Menampilkan bahasa asing untuk menarik perhatian dewan juri dan

penonton

5) Menyebutkan rujukan bacaan dari para ahli tafsir yang mu’tabar dan

kajian para ahli dan referensi hasil penelitian terbaru.

6) Menggunakan bahasa metafora/pribahasa dan sya’ir serta syarahnya.

7) Menampilkan ayat dengan problem yang dihadapi manusian saat ini

dengan contoh-contoh dari hasil penelitian terbaru yang dapat dikuti

melalui jurnal-jurnal ilmiah.

8) Menyampaikan tidak monoton perlu ara ritme turun naik dan harus

menggunakan pola komunikasi persuasive dengan audiens untuk

meyakinkan konsep yang dikemukakan.

Page 21: Syarifudin, juknis pembinaan da'i

Syarifudin, Juknis pembinaan Cermah dan Syarhil Al-Qur’an 20

Untuk mendapatan data cerama kunjungi wesite; syarifudin.com

2. BIDANG SYARHIL QURAN

Menurut panduan MTQ tahun 2010 bahwa sistem penilaian lomba

musabaqah cabang syarhil Al-Quran adalah jenis lomba penyampaian

pesan/informasi isi dan kandungan Al-Quran baik secara tekstual, kontekstual

dan antar tekstual. Metode dalam penyampaian dengan menampilkan bacaan Al-

Quran secara tilawah, dan terjemahnya dibaca secara puitisasi dan diuraikan

oleh pensyarah dengan mengekplorasi isi kandungan Al-Quran. Peserta yang

ikut lomba pada cabang ini golongan tsanawiyah-Aliyah dan golongan

Mahasiswa S1. Secara teori pensyarah perlu menampilkan data-data baru dari

penjelasan dari sarahan Al-Quran dengan menampilkan fakta-fakta sosial sesuai

tema yang diangkat. Dari terminologi syarhil Al-Quran tersebut dapat difahami

bahwa penjelasan pensyarah perlu memenuhi tiga syarat yakni cara memaknai

Al-Quran dalam bentuk terjemahan, memaknai dengan memaparkan pandangan

para ulama tafsir, dan kajian ilmiah lainnya yang erat dengan tema yang dibahas.

Secara teori syarhil Quran lebih banyak menyentuh hati dengan menggunakan

pola komunikasi qaulan tsakila, qaulan sadida, qaulan layyinan, dan qaulan

ma’rufa. Adapun struktur atau komposisi materi syarhil Al-Quran adalah;

Unsur-unsur dalam konsep syarhil Qur’an 60% penjelasan Al-Quran dan data

40% data penunjang dari kajian ilmiah:

9) Menjelaskan konsep utama dari ayat tersebut dengan mengungkap

asbabun nuzul ayat, dan penjelasan hadistentang ayat yang diangkat.

10) Relevansi ayat dengan isi

11) Mengemukakan makna ayat secara global dan munasabah ayat

12) Menampilkan bahasa asing untuk menarik perhatian dewan juri dan

penonton

13) Menyebutkan rujukan bacaan dari para ahli tafsir yang mu’tabar dan

kajian para ahli dan referensi hasil penelitian terbaru.

14) Menggunakan bahasa metafora/pribahasa dan sya’ir serta syarahnya.

Page 22: Syarifudin, juknis pembinaan da'i

Syarifudin, Juknis pembinaan Cermah dan Syarhil Al-Qur’an 21

Untuk mendapatan data cerama kunjungi wesite; syarifudin.com

15) Menampilkan ayat dengan problem yang dihadapi manusian saat ini

dengan contoh-contoh dari hasil penelitian terbaru yang dapat dikuti

melalui jurnal-jurnal ilmiah.

16) Menyampaikan tidak monoton perlu ara ritme turun naik dan harus

menggunakan pola komunikasi persuasive dengan audiens untuk

meyakinkan konsep yang dikemukakan.

1. BAGIAN MUQADIMMAH(PEMBUKA);

a) Kefasihan bacaan salam, kefasihan bacaan muqaddimah,

b) Hamdalah,

c) Shalawat(salam terhadap Rasulullah yang suci,

d) Membaca ayat dan hadis

e) Sapaan pada audiens.

2. ISI PEMBAHASAN:

a) Menampilkan ayat, Mengemukakan asbabun nuzul ayat,

Menampilkan hadis yang menjelaskan ayat, Mengemukakan

pandangan para Ulama, Mengemukakan pendapat para ilmuan dan

data penunjang lainnya para referensi yang terbaru.

b) Kemukakan data-data baru terjadinya kesenjangan akibat manusia

jauh dari Al-Quran sesuai tema yang diangkat.

c) Berikan konsep yang mudah diimplementasikan dengan bahasa

yang lugas, mudah di ingat oleh audiens.

3. PENUTUP

a) Menampilkan ayat, Mengemukakan asbabun nuzul ayat,

Menampilkan hadis yang menjelaskan ayat, Mengemukakan

pandangan para Ulama, Mengemukakan pendapat para ilmuan dan

data penunjang lainnya para referensi yang terbaru.

Page 23: Syarifudin, juknis pembinaan da'i

Syarifudin, Juknis pembinaan Cermah dan Syarhil Al-Qur’an 22

Untuk mendapatan data cerama kunjungi wesite; syarifudin.com

b) Kemukakan data-data baru terjadinya kesenjangan akibat manusia

jauh dari Al-Quran sesuai tema yang diangkat.

c) Berikan konsep yang mudah diimplementasikan dengan bahasa

yang lugas, mudah di ingat oleh audiens.

1. Pembinaan Bidang Tilawah

Pertemuan

Materi Pembinaan

Penanggung Jawab

Keterangan (hasil latihan)

Sebelum Latihan

Sesudah Latihan

1 Tajwid Aziz Rumaloak, S.Pd.I

2 Tajwid Aziz Rumaloak, S.Pd.I

3 Tajwid Aziz Rumaloak, S.Pd.I

4 Tajwid Aziz Rumaloak, S.Pd.I

5 Tajwid Aziz Rumaloak, S.Pd.I

6 Lagu Ibnu Jarir, S.Ag 7 Lagu Ibnu Jarir, S.Ag 8 Lagu Ibnu Jarir, S.Ag 9 Lagu Ibnu Jarir, S.Ag

10 Suara Ibnu Jarir, S.Ag 11 Suara Ibnu Jarir, S.Ag 12 Suara Ibnu Jarir, S.Ag 13 Suara Ibnu Jarir, S.Ag 14 Fashaha Ibnu Jarir, S.Ag 15 Fashaha Saleh Saatminggu,

S.Ag

16 Fashaha Saleh Saatminggu, S.Ag

17 Fashaha Saleh Saatminggu, S.Ag

18 Fashaha Saleh Saatminggu, S.Ag

19 Fashaha Saleh Saatminggu, S.Ag

Page 24: Syarifudin, juknis pembinaan da'i

Syarifudin, Juknis pembinaan Cermah dan Syarhil Al-Qur’an 23

Untuk mendapatan data cerama kunjungi wesite; syarifudin.com

2. Pembinaan Bidang Terjemah dan Materi Sarahan

Pertemuan

Materi Pembinaan

Penanggung Jawab

Keterangan (hasil latihan) Sebelum Latihan

Sesudah Latihan

1 Ketepatan Terjemah

2 Ketepatan Terjemah

3 Ketepatan Terjemah

4 Ketepatan Terjemah

5 Sistematika dan Isi

6 Sistematika dan Isi

7 Sistematika dan Isi

8 Sistematika dan Isi

9 Sistematika dan Isi

10 Sistematika dan Isi

11 Sistematika dan Isi

12 Sistematika dan Isi

13 Kaidah dan gaya bahasa

14 Kaidah dan gaya bahasa

15 Kaidah dan gaya bahasa

16 Kaidah dan gaya bahasa

17 Kaidah dan gaya bahasa

18 Kaidah dan

Page 25: Syarifudin, juknis pembinaan da'i

Syarifudin, Juknis pembinaan Cermah dan Syarhil Al-Qur’an 24

Untuk mendapatan data cerama kunjungi wesite; syarifudin.com

gaya bahasa 19 Kaidah dan

gaya bahasa

3. Pembinaan Bidang Penghayatan dan Retorika

Perte

muan

Materi

Pembinaan

Penanggung

Jawab

Keterangan (hasil latihan)

Sebelum

Latihan

Sesudah

Latihan

1 Vokal dan

artikulasi

2 Vokal dan

artikulasi

3 Vokal dan

artikulasi

4 Vokal dan

artikulasi

5 Intonasi dan

aksentuasi

6 Intonasi dan

aksentuasi

7 Intonasi dan

aksentuasi

8 Intonasi dan

aksentuasi

9 Intonasi dan

aksentuasi

10 Gaya dan Mimik

11 Gaya dan Mimik

12 Gaya dan Mimik

13 Gaya dan Mimik

14 Gaya dan Mimik

15 Keseopanan dan

keserasian

16 Keseopanan dan

keserasian

Page 26: Syarifudin, juknis pembinaan da'i

Syarifudin, Juknis pembinaan Cermah dan Syarhil Al-Qur’an 25

Untuk mendapatan data cerama kunjungi wesite; syarifudin.com

17 Keseopanan dan

keserasian

18 Keseopanan dan

keserasian

19 Keseopanan dan

keserasian

Catatan:

1. Sebelum melatih anak binaan di suruh cerama terlebih dahulu kemudian dicatata kelemahan dari aspek keterampila, retorika, gaya, sistematika dan organisasi pesan serta logika menyampaikan pesan. Dari hasil itu kemudian di masukkan dalam tabel outline untuk dijadikan dasar dalam pembinaan.

2. Sesudah latihan kemudian diuji kembali anak binaan tersebut sampai kesalahannya semakin sedikit dan lama kelaman semakin baik penampilannya.

3. Teori menang dalam lomba cerama adalah latihan, semakin tinggi volume latihan semakin berotensi menjadi pemenang.

Contoh;

Hasil penilaian awal sebelum latihan

Sesudah Latihan Skor Nilai pembinaan

Kekurangan pada BAGIAN MUQADIMMAH(PEMBUKA);

a) Kefasihan bacaan salam, kefasihan bacaan muqaddimah,

b) Hamdalah, c) Shalawat(salam terhadap Rasulullah

yang suci, d) Membaca ayat dan hadis e) Sapaan pada audiens.

4. Kelemahan ISI PEMBAHASAN:

a) Menampilkan ayat, Mengemukakan asbabun nuzul ayat, Menampilkan hadis yang menjelaskan ayat, Mengemukakan pandangan para Ulama, Mengemukakan pendapat para ilmuan dan data penunjang lainnya para referensi yang terbaru.

b) Kemukakan data-data baru terjadinya kesenjangan akibat manusia jauh dari Al-Quran sesuai tema yang diangkat.

Page 27: Syarifudin, juknis pembinaan da'i

Syarifudin, Juknis pembinaan Cermah dan Syarhil Al-Qur’an 26

Untuk mendapatan data cerama kunjungi wesite; syarifudin.com

c) Berikan konsep yang mudah diimplementasikan dengan bahasa yang lugas, mudah di ingat oleh audiens.

5. Kelemahan PENUTUPan a) Menampilkan ayat, Mengemukakan

asbabun nuzul ayat, Menampilkan hadis yang menjelaskan ayat, Mengemukakan pandangan para Ulama, Mengemukakan pendapat para ilmuan dan data penunjang lainnya para referensi yang terbaru.

b) Kemukakan data-data baru terjadinya kesenjangan akibat manusia jauh dari Al-Quran sesuai tema yang diangkat.

c) Berikan konsep yang mudah diimplementasikan dengan bahasa yang lugas, mudah di ingat oleh audiens.