Author
rofi-ridho-nurbilad
View
138
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
WORKSHOP GEOFISIKA
LAPORAN WORKSHOP GEOFISIKA
SURVEY DANGKAL DALAM PENDUGAAN ZONA LAPISAN LAPUK PADA
DAERAH PENELITIAN PANAS BUMI TIRIS, PROBOLINGGO, JAWA TIMUR
MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI
Asisten Praktikum:
Rizky Gustiansyah, S.Si
Disusun Oleh :
Rofi Ridho Nurbilad (115090700111015)
Kelompok 3
BIDANG MINAT GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
2
SURVEY DANGKAL DALAM PENDUGAAN ZONA LAPISAN LAPUK PADA
DAERAH PENELITIAN PANAS BUMI TIRIS, PROBOLINGGO, JAWA TIMUR
MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian metode geofisika aktif, seismik refraksi di daerah
manifestasi panas bumi Desa Tiris, Probolinggo Jawa Timur. Metode ini dipilih karena belum
ada penelitian sebelumnya yang menerapkan metode seismik refraksi untuk pendugaan
keadaan bawah permukaan daerah tersebut. Pada umumnya, metode geofisika yang sering
diterapkan adalah metode Gravity, Magnetik, dan Geolistrik sehingga metode ini diharapkan
mampu menampilkan keadaan bawah permukaan sebagai survey awal pada daerah potensi
panas bumi.
Metode Seismik Refraksi digunakan untuk mengetahui perlapisan bawah permukaan
dengan memanfaatkan waktu tiba gelombang seismik. Waktu gelombang sesimik tersebut
dipengaruhi oleh jenis batuan yang tersusun pada tiap lapisannya. Selain itu akan didapat pula
kedalaman perlapisan hingga bentuk topografio sepanjang offset yang ditentukan.
Dari hasil penelitian didapatkan duabuah lapisan yang merepresentasikan sebagai
lapisan lapuk tersusun dari lempung, kerikil jenuh, dan endapan sungai (alluvial). Lapisan ini
berperan sebagai lapisan penutup. Kemudian lapisan kedua diduga sebagai bedrock yang
tersusun dari batuan pasir terkompaksi. Lapisan ini berperan sebagia lapisan reservoar fluida
air (akuifer) dalam menyimpan air. Didukung oleh sifat fisik dari batuan tersebut yang memiliki
porositas dan permeabilitas yang baik dalam menyimpan fluida berupa air panas. Sehingga
sistem manifestasi bergerak pada daerah Tiris, Probolinggo.
3
KATA PENGANTAR
Bismillahiroohmanirrohim
Puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa taala yang Maha Pengasih dan Penyayang
serta shalawat serta salam penulis haturkan kepada Baginda Rasulullah shalaullahu wa salam
yang telah membawa manusia ke zaman yang terang benderang seperti saat ini. Berkat rahmat
Allah-lah penulis dapat menyelesaikan laporan mata kuliah workshop geofisika ini dengan
judul SURVEY DANGKAL DALAM PENDUGAAN ZONA LAPISAN LAPUK PADA
DAERAH PENELITIAN PANAS BUMI TIRIS, PROBOLINGGO, JAWA TIMUR
MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI dengan baik. Laporan ini merupakan
salah satu persyaratan untuk memenuhi mata kuliah workshop geofisika pada Bidang Minat
Geofisika, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Brawijaya, Malang.
Di dalam pelaksanaan dan penulisan laporan ini, penulis telah banyak dibantu oleh banyak
pihak. Sehingga, izinkan penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Sukir Maryanto dan Bapak Sunaryo sebagia dosen pengampu mata kuliah workshop
geofisika tahun ajaran 2013-2014.
2. Mas Aulia, Mas Rizky Gustriansyah, Mas Andre, dan Mbak Dwi sebagai asisten mata
kuliah workshop geofisika tahun ajaran 2013-2014
3. Pemerintahan kabupaten Probolinggo, Jawa Timur yang telah mengizinkan mahasiswa
Geofisika Universitas Brawijaya melakukan penelitian.
4. Masyarakat Tiris yang banyak menolong mahasiswa Geofisika Universitas Brawijaya
dalam keseharian.
5. Teman-teman Geofisika angkatan 2011, sebagai rekan seperjuangan dalam suka maupun
duka selama hampir tiga tahun lebih ini.
Dalam laporan ini, penulis mengangkat pembahasan mengenai salah satu metode geofisika
aktif untuk survey dangkal, yaitu Metode Seismik Refraksi yang diaplikasikan untuk menggali
potensi panas bumi di Tiris Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur khususnya adalah dalam
survey dangkal yaitu menduga lapisan lapuk (weathering zone), batuan dasar, hingga
karakteristik batuan pada batas perlapisan.
4
Penulis sadar masih banyak kekurangan dalam penelitian yang telah dilakukan. Untuk
kritik dan saran dapat langsung disampaikan kepada penulis atau melalui alamat email
[email protected] Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Malang, Januari 2015
Penulis
5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 5
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 7
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 7
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 8
1.3 Batasan Masalah ......................................................................................................................... 8
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................................................ 8
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................... 9
3.1 Daerah Penelitian .................................................................................................................. 9
3.2 Panas Bumi .......................................................................................................................... 10
3.3 Metode-Metode Geofisika .................................................................................................. 11
2.3.1 Metode Seismik Refraksi ..................................................................................................... 12
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................................................... 20
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................................................... 20
3.2 Data dan Peralatan Penelitian ................................................................................................. 21
3.3 Prosedur Penelitian ................................................................................................................... 23
3.3..1 Akuisisi Data ....................................................................................................................... 23
3.3.2 Pengolahan Data .................................................................................................................. 24
3.3.3 Interpretasi Data ................................................................................................................... 24
3.4 Alur Penelitian .......................................................................................................................... 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................ 26
4.1 Perbandingan Nilai Tf dan Tr ........................................................................................... 26
4.3 Hubungan Waktu Tiba dengan Offset .............................................................................. 27
4.4 Model Perlapisan Bawah Permukaan ............................................................................... 32
BAB V PENUTUP ............................................................................................................................... 37
5.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 37
6
5.2 Saran .......................................................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 38
7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Potensi sumber energi panas bumi pada Jawa Timur salah satunya adalah daerah Tiris
berasal Gunung Lamongan dan Gunung Argopuro. Kedua gunung ini memberikan andil cukup
besar sebagai sumber panas di daerah Tiris. Terdapat penelitian-penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya mulai dari penelitian geofisika, geologi, hingga geokimia di daerah tersebut
sebagai bentuk pengembangan potensi daerah panas bumi. Menurut (Tika, Yulia. 2012)
Sumber panasbumi Tiris memiliki potensi sebesar 147 Mwe dan memiliki suhu permukaan
(40-45) dengan luas area mencapai 10 m2 . Dari penelitian Geofisika yang sebelumnya
diaplikasikan pada daerah tersebut, telah membuktikan potensi panas bumi daerah Tiris,
Probolinggo. Salah satunya adalah hasil pengolahan data dan interpretasi geolistrik resistivitas
untuk panasbumi daerah Tiris menunjukkan sebaran batuan pada lintasan 1 antara 0.80 m
sampai 14245 m dengan identifikasi litologi bawah permukaan berupa batuan lempung, pasir,
breksi vulkanik, tuff, lava serta basal. (Laelah, Hilaliyah dkk. 2010). Dari penelitian
sebelumnya telah dibuktikan potensi panas bumi pada daerah Tiris, Probolinggo cukup baik,
sehingga aplikasi metode-metode lain harus dilakukan untuk mendapatkan data yang
menunjang penelitian selanjutnya.
Metode geofisika aktif seismik refraksi belum diaplikasikan pada daerah potensi panas
bumi Tiris, dimana metode ini memiliki kemampuan untuk mengetahui batas perlapisan, zona
lapuk (weathering zone) dan jenis batuan pada lapisan dangkal. Selain itu, seimik refraksi
mampu mengetahui ketebalan lapisan lapuk dengan memanfaatkan waktu gelombang yang
dibutuhkan untuk merambat melalui medium dengan sumber berupa getaran dari source dan
akan diterima oleh receiver. Waktu tiba gelombang ini mampu merepresentasikan ketebalan
dalam depth dan dapat diketahui kontur atau model dari lapisan bawah permukaan dengan
cukup akurat.
Dalam korelasinya terhadap menggali potensi panas bumi desa Tiris, kabupaten
Probolinggo seismik refraksi mampu memetakan survey dangkal sebagai bentuk survey awal
dalam mengetahui batas perlapisan pada daerah manifestasi panas bumi hingga bed rock.
Sehingga diharapkan aplikasi metode seismic refraksi pada daerah panas bumi mampu
dijadikan referensi baru pada penelitian selanjutnya.
8
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana respon keadaan perlapisan bawah permukaan terhadap sumber seismik ?
2. Bagaimana model perlapisan pada daerah penelitian ?
3. Bagaimana ketebalan dan topografi lapisan lapuk pada lintasan seismik refraksi?
1.3 Batasan Masalah
Penelitian dibatasi pada beberapa hal berikut :
1. Pengukuran hanya menggunakan tiga lintasan seismic yang memiliki far offset sejauh
40 meter 48 meter.
2. Hanya menggunakan satu buah geophone sebagai receiver untuk menerima impuls dari
source.
3. Dilakukan ekstrapolasi untuk mengangkat data-data random atau terlalu rendah dari
data lainnya.
4. Metode seimik refraksi hanya menginterpretasi dua lapisan dan keadaan lapisan lapuk.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui batas perlapisan dari daerah penelitian.
2. Mengetahui respon waktu tempuh gelombang tiap line sismik dan korelasinya terhadap
zona lapuk.
3. Mendapatkan ketebalan dari zona lapuk serta perkiraan topografi masing-masing line
seismik.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jenis batuan
bawah permukaan dan indikasi aliran fluida, serta sebagai pertimbangan bagi instansi terkait
dalam pemanfaatan energi panasbumi di sekitar manifestasi panasbumi Tiris.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Daerah Penelitian
Kabupaten Probolinggo merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa
Timur berada pada posisi 11250 11330 Bujur Timur (BT) dan 7 40 8 10 Lintang
Selatan (LS), dengan luas wilayah sekitar 169.616,65 Ha atau + 1.696,17 km2 (1,07 % dari
luas daratan dan lautan Propinsi Jawa Timur). Dilihat dari geografisnya Kabupaten
Probolinggo terletak di lereng pegunungan yang membujur dari Barat ke Timur, yaitu Gunung
Smeru, Argopuro, Lamongan dan Tengger. Selain itu terdapat gunung lainnya, yaitu Gunung
Bromo, Widoda, Jombang, Cemoro Lawang, Malang dan Batujajar. (Anonymous. 2014)
Potensi energi panasbumi ditunjukkan oleh kemunculan mataair panas di Kecamatan
Tiris. Mata air panas keluar dari rekahan-rekahan pada batuan breksi andesit. Di sekitar mata
air panas secara umum ditemukan adanya endapan berwarna kuning kemerahan dan sedikit
berbau belerang, endapan ini merupakan unsur besi yang keluar bersama air panas tersebut dan
mengalami oksidasi sehingga menunjukan warna seperti karat (Nugroho, 2012).
Gambar 1 1 Peta Kabuopaten Probolinggo (Anonymous. 2014)
10
Gambar 1 2 Model tentatif panasbumi Tiris (Dinas ESDM Jawa Timur, 2010)
Secara morfologi seperti nampak pada gambar 2.2, daerah penelitian merupakan
lembah antar Gunung Argopuro dan Gunung Lamongan. Gambar 2.2 belum dapat
menunjukkan arah patahan dan reservoar panasbumi yang berada diantara Gunung Argopuro
dan Gunung Lamongan. Model tentatif merupakan perkiraaan awal dari survei geologi, untuk
mana dibutuhkan studi geofisika untuk memastikan posisi sumber energi panas bumi Tiris
(Dinas ESDM Jawa Timur, 2010).
3.2 Panas Bumi
Menurut Hamblin (1992) bumi pada awalnya terbentuknya diyakini berupa material
lelehan (molten material). Dengan mendinginnya permukaan terbentuklah kulut luar (kerak)
yang padat. Di bawah kerak tersebut terdapat mantel bumi. Bagian luar mantel disebut
astenosfer tersusun atas material lelehan panas bersifat plastis yng disebut magma. Dibawah
astenosfer terdapat mesosfer yang tersusun atas batuan yang lebih kuat dan padat
dibandingkan astenosfer. Bagian tengah bumi adalah inti bumi yang tersusun ataas inti luar
dan inti dalam inti dakam bersifat padat dan inti luat bersudat likuid. Panas awal pada saat
pembentukan bumi serta panas akibat peluruhan radioaktif merupakan sumber panas tubuh
bumi dan pengontrol aliran pasana permukaan bumi (Utami, Pri. 1998)
11
Gambar 1 3 Model konseptual system panasbumi yang berasosiasi dengan sumber panas
magmatic. Garis-garis lengkung dengan anak panah menunjukkan pergerakan fluida. Garis-
garis lengkung dengan angka-angka menunjukkan daerah dengan kesamaan suhu
Dari hasil survey dilaporkan bahwa di Indonesia terdapat 217 prospek panasbumi, yaitu
di sepanjang jalur vulkanik mulai dari bagian Barat Sumatera,terus ke Pulau Jawa, Bali,
Nusatenggara dan kemudian membelok ke arah utara melalui Maluku dan Sulawesi. Survey
yang dilakukan selanjutnya telah berhasil menemukan beberapa daerah prospek baru sehingga
jumlahnya meningkat menjadi 256 prospek, yaitu 84 prospek di Sumatera, 76 prospek di Jawa,
51 prospek di Sulawesi, 21 prospek di Nusatenggara, 3 prospek di Irian, 15 prospek di Maluku
dan 5 prospek di Kalimantan. Sistim Panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistim
hidrothermal yang mempunyai temperatur tinggi (>225oC),Hanya beberapa diantaranya yang
mempunyai temperatur sedang (150225oC) (Nenny,Saptadji. 2014)
3.3 Metode-Metode Geofisika
Berhasil atau tidaknya penyelidikan geofisika ditentukan oleh beberapa faktor antara
lain, yaitu penentuan metoda yang tepat, akurasi alat, pengambilan data yang akurat dalam hal
ini kualitas operator, pengolahan data yang harus di dukung dengan fasilitas yang memadai
seperti perangkat lunak dan keras, penafsiran/ interpretasi data yang didukung oleh
kemampuan individu yang tinggi. (Idral, Alanda. 2009)
12
2.3.1 Metode Seismik Refraksi
2.3.1.1 Pengertian Metode Seismik Refraksi
Metode seismik adalah salah satu metode geofisika yang didasarkan pada waktu tempuh
penjalaran gelombang seismik di bawah permukaan bumi. Gelombang tersebut
dihasilkan dari suatu sumber gelombang buatan yang dikirim ke dalam bumi, misalnya
dengan ledakan dinamit, menjatuhkan beban, pemukulan permukaaan bumi, getaran dan
lain sebagainya. Gelombang yang dikirim akan menjalar ke dalam bumi, sedangkan
energinya akan kembali ke permukaan yang kemudian ditangkap oleh serangkaian
geophone yang dipasang di permukaan tanah dan disusun dalam lintasan lurus dengan
sumber gelombang (Fenti, Listiyani. 2006)
Seismik refraksi adalah salah satu metoda geofisika untuk mengetahui informasi
yang paling cepat dan tepat dalam menghitung kedalaman lapisan dan kekuatan batuan
(strength) di bawah permukan tanah dan juga material batuan yang dibutuhkan. (Mezak,
P.1998). seismik refraksi hanya memfokuskan pada first arrival(waktu tiba gelombang
pertama kali), sehingga lebih mudah dan simple untuk digunakan. seismik refraksi
mampu mendeteksi hingga kedalaman sekitar 1/4 hingga 1/10 dari geophone
spread(Reynolds, 1986)
Seismik refraksi adalah metoda geofisika eksplorasi yang menggunakan sifat
pembiasan gelombang seismik untuk mempelajari keadaan bawah permukaan. Asumsi
dasar yang digunakan menggunakan pendekatan bahwa batas-batas perlapisan batuan
merupakan bidang datar dan miring, terdiri dari satu lapis atau banyak lapis, serta
kecepatan seismik bersifat seragam pada setiap lapisan. Umumnya seismik refraksi
digunakan untuk memperkirakan kedalaman lapisan batuan yang lapuk, tetapi dapat pula
digunakan untuk mendeteksi lapisan lain di bawah zona pelapukan tersebut. Pada
eksplorasi minyak & gas bumi, penentuan kedalaman zona pelapukan berguna untuk
mengetahui kedalaman geophone pada metode seismik refleksi. Metode seismik refraksi
banyak digunakan pada studi geologi teknik, ekplorasi mineral, penyelidikan air tanah,
pertambangan, geodinamik, arkeologi, pertanian dan studi regional geologi lainnya.
(Ahsan, Muhammad. 2013)
2.3.1.2 Konsep Dasar Metode Seismik Refraksi
Metode pembiasan gelombang seismik (seismic refraction method) adalah suatu
metode geofisika khususnya untuk industry perminyakan (Triumf, 1992). Metode ini
13
didasarkan kepada perekaman waktu kedatangan perambatan gelombang seismic Primer
(gelombang P) yang dihasilkan dari suatu sumber gelombang buatan. (Purnomo, Adi,
dkk, 2010).
Ketika energi gelombang dari suatu sumber mekanik dihasilkan di atas
permukaan tanah, pada selang waktu tertentu satu rangkaian sensor geopon (geophones)
yang diletakkan di permukaan tanah akan menerima sinyal dari energi gelombang yang
merambat secara langsung dan yang terpantulkan dalam tanah (Gambar 1.4). Kedatangan
corak amplitudo gelombang pertama kali dalam rekaman seismograf diindentifikasi
sebagai gelombang P. Karena gelombang ini merambat tercepat dibandingkan dengan
gelombang seismik lainnya (Yuan et al., 1999). Selanjutnya grafik plot waktu kedatangan
Gambar 1 4 Refracted wave concept ((Reynolds, 1986)
14
pertama (first arrival time) gelombang yang diterima seluruh sensor yang digunakan
untuk merekam data gelombang dapat ditentukan (Redpath, 1973)
Gambar 1 5 Contoh real data, dengan t waktu dan x offset (Reynolds, 1986)
15
Gambar 1 6 Deskripsi geometrik pengukuran dan grafik waktu kedatangan terhadap jarak
pada kasus profil tanah dua lapisan (Redpath, 1973)
Pada cross over distance (Xcross),geolombang refraksi mulai muncul sebagai arrival time
yang mengenai suatu titik permukaan raypath dan travel time pada gelombang refraksi
untuk 2-model lapisan dapat diturunkan dari persamaan berikut:
=
1+
2+
1
pada Xcross, travel time pada suatu titik sama dengan direct wave dan refracted wave,
sehingga persamaan dapat dituliskan:
16
2.3.1.2.1 Konsep analisa crossplot Time-offset
Gambar 1 7 time-offset curve(Reynolds, 1986)
17
2.3.1.2.2.Konsep Penentuan kedalaman suatu lapisan
Gambar 1 8 Depth analysis of seismic refraction(Reynolds, 1986)
untuk kasus multiple layers, ketebalan masing-masing lapisan untuk n>1 dapat
dihitung dengan persamaan :
Untuk menginterpretasi strutur stratigrafi dari crossplot time-offset dapat
dilakukan dengan prosedur berikut (Reynolds, 1986) :
1. dari slope diperoleh velocity pada masing-masing lapisan
2. dari velocity akan diperoleh critical angle dari k-th interface
3. kemudian didapatkan Interception time Tn;
18
4. lalu diperoleh suatu ketebalan hn
2.3.1.3 Design Survei Metode Seismik Refraksi
Pada Survei sismik refraksi dilakukan dua kali penembakan yaitu forward dan
reverse, konsep dari gelombang refraksi dari kedua penembakan ini dapat dipahami
dari gambar berikut:
Gambar 1 9 Time-offset crossplot from forward-reverse model (Reynolds, 1986)
Gambar 1 10 Propagasi refract wave pada domain time-offset
Untuk mengetahui kecepatan pada lapisan kedua dapat dihitung dengan:
1
2=
1
2(
1
+
1
)
Dalam survei seismik refraksi dilakukan desain survei konfigurasi peralatan yang
disusun seperti pada Gambar 1.1 Geophone dan sumber gelombang ditempatkan pada
suatu garis lurus (line seismik). Near offset, far offset, dan jarak antar geophone
19
ditentukan berdasarkan kondisi lapangan tempat melakukan survei. Pasangan geophone
ditempatkan dengan masing-masing spasi geophone yang telah ditentukan yaitu 2
meter. Pengukuran dilakukan dengan memberikan impuls vertikal pada permukaan
tanah dan merekam sinyal yang terjadi, sensor diletakkan sepanjang garis lurus dari
sumber impuls. Sensor yang digunakan adalah seismometer darat yaitu geophone.
Akuisisi dalam pengambilan data seismik menggunakan cara end-on (Common Shot).
Dari akusisi data ini akan didapatkan data mentah seismik, berupa trace-trace seismik
dari geophone yang merekam waktu tempuh gelombang seismik.(Priyantari, Nurul dan
Suprianto, Agus. 2009)
Gambar 1 11 Desain akuisisi data seismik refraksi.
2.3.1.4 Aplikasi Metode Seismik Refraksi
Seismik refraksi efektif digunakan untuk penentuan struktur geologi yang
dangkal sedang seismik refleksi untuk struktur geologi yang dalam. Metode seismik
refraksi inilah yang efektif digunakan guna mengetahui nilai kedalaman lapisan relatif
kedap air (bedrock).
20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan di daerah Tiris, kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Indonesia
pada tanggal 8 November 2014 hingga 14 November 2014, untuk metode seismik refraksi
dilaksanakan pada 13 November 2014. Sedangkan analisa lebih lanjut dilaksanakan di kampus
Universitas Brawijaya hingga tanggal 11 Desember 2014. Akuisisi dalam pengambilan data
berbeda dengan desain survey awal yang sebelumnya telah ditentukan, dikarena kondisi
topografi yang cukup sulit sehingga dilakukan pengambilan data pada topografi yang
memungkinkan untuk dilakukan akuisisi. Lokasi pengambilan data seismik refraksi berada
pada tepi sungai Tiris sekitar 10 meter dari manifestasi air panas.
Gambar 1.12 Desain Survey Awal Seismik Refraksi
21
Gambar 1.13 Akuisisi Lapangan (Hijau) Desain Survey Awal (Merah)
3.2 Data dan Peralatan Penelitian
Penelitian mengenai Survey Dangkal Dalam Pendugaan Zona Lapisan Lapuk Pada
Daerah Penelitian Panas Bumi Tiris, Probolinggo, Jawa Timur Menggunakan Metode Seismik
Refraksi menggunakan instrumen, yaitu menggunakan OYO McSEIS-31817 yang merupakan
perangkat yang terdiri dari seismogram untuk melihat waktu tiba gelombang P dan gelombang
S seismik, geophone yang bertujuan untuk receiver dalam menerima impuls, sebuah roll meter
untuk mengukur panjang lintasan, palu dan piringan palu refraksi sebagai source, peta lokasi,
table data , gps dan alat tulis. Serta perangkat lunak yang digunakan dalam pengolahan data
seismik refraksi adalah matlab dan Ms. Excel
22
23
3.3 Prosedur Penelitian
3.3..1 Akuisisi Data
Pada workshop geofisika ini, metode seimik refraksi hanya menggunakan 3 line
seismik (Line A, B, dan C). Lokasi ketiga line tersebut berada di tepi sungai Tiris dekat
manifestasi air panas (pemandian air panas Tiris). Panjang lintasan (far offset) adalah 40 meter
untuk line seismik A, 48 meter untuk line seismik B, dan 48 m untuk line seismik C, sedangkan
near offset sejauh 2 meter untuk masing-masing line seismik dan spasi antar geophone adalah
sejauh 2 meter. Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode forward dan
reverse.
Hal pertama yang dilakukan dalam akuisisi data seismik refraksi, yaitu mengukur
panjang lintasan (line) yang akan di lakukan pengambilan data. Beri tanda tiap 2 meter sebagai
spasi tiap geophone. Pasang instrument seismograph dengan kabel yang dihubungkan langsung
dengan sumber seismik dan geophone. Sumber seismik yang digunakan pada penelitian kali
ini adalah palu, sedangkan untuk geophone yang digunakan hanya satu buah, dikarenakan
dalam pelaksanaannya elemen piezoelektrik pada sambungan rusak. Berikut merupakan
gambaran design akuisisi penelitian :
Setelah instrument terpasang dengan benar, impuls mulai dibuat yaitu dengan
memukulkan palu seismik ke lempeng seismik, sehingga akan terekam oleh sensor yang
diletakkan sepanjang garis lurus dari sumber impuls berupa waktu tempuh gelombang seismik
yang terbaca di seismograph. Selanjutnya diambil nilai first arrival time pada masing-masing
gelombangnya dari data trace setiap lintasan. Dilakukan pengambilan data berikutnya dengan
memindahkan geophone hingga jarak 24 meter, lalu pengambilan data dirubah dengan
memajukan sumber ke jarak 20 meter, dilanjutkan kembali untuk pengambilan data hingga
offset terjauh yaitu 40 meter atau 48 meter. Setelah dilakukan pengambilan data forward, maka
selanjutnya dilakukan pengambilan data reverse. Pada beberapa line seismik (Line seismic B
dan C) metode forward dan reverse dapat dilakukan, namun untuk line A tidak dapat dilakukan
hingga selesai dikarenakan dikarenakan cuaca yang tidak mendukung sehingga akuisisi harus
dihentikan dan data revers yang mampu diambil sebanyak 12 titik penembakan.
24
Dari akuisisi tersebut didapat nilai waktu tiba gelombang seismik dan offset dari
masing-masing line seismik. Data dalam waktu tersebut kemudian digunakan untuk proses
selanjutnya, yaitu pengolahan data seismik.
3.3.2 Pengolahan Data
Metode pengolahan yang digunakan dengan metode intercept time. Pada perhitungan
yang digunakan dengan menghitung waktu pertama kali gelombang yang berasal dari sumber
seismik diterima oleh setiap receiver (geophone). Dengan mengetahui jarak antar geophone
dengan sumber seismik dan waktu penjalaran gelombang yang pertama kali sampai receiver
dapat dibuat grafik hubungan antara jarak dengan waktu. Pengolahan data metode seismik
refraksi menggunakan perangkat lunak diantaranya adalah matlab dan excel. Proses pertama
yang harus dilakukan adalah mengkonversi data dari excel berupa nomer, offset, waktu datang
gelombang pada posisi forward dan waktu datang gelombang pada posisi reverse kedalam
format .txt.
Kemudian format .txt tersebut dimasukkan kedalam rumusan matlab yang telah di
program terlebih dahulu, lalu run program yang telah diselesaikan dengan memasukan nama
folder dalam format .txt sesuai dengan nama yang telah diatur sebelumnya. Kemudian akan di
dapat model kecepatan seismik refraksi perlapisan setelah itu dapat ditentukan titik mana yang
diangkab break point pada masing-masing proses pengambilan data, yaitu forward maupun
reverse.Break point diasumsikan sebagai waktu tiba gelombang P pertama yang ditangkap oleh
receiver (geophone) dan merepresentasikan perubahan lithology batuan atau batas perlapisan.
Tahap selanjutnya adalah dilakukan ekstrapolasi dari data asli yang diperoleh dilapangan
yang untuk mengangkat data yang random atau terlalu melenceng dengan kecenderungan data
lainnya. Ekstrapolasi dilakukan dengan menggunakan software matlab yaitu menggunakan
metode hagiwara, dimana proses awal dengan mencari first break. Dipilih nilai 1 sebagai
representasi pertemuan antara lapisan pertama dan kedua dari lapisan bawah permukaan.
Sehingga didapatkan model perlapisan yang mendekati keadaan real time.
3.3.3 Interpretasi Data
Dalam interpretasi data seismik refraksi bertujuan hanya untuk mengetahui pola
perlapisan pada daerah penelitian dengan mencari nilai kecepatan yang ada tiap lapisannya
sebagai representasi litologi batuan. Software yang digunakan adalah matlab. Penjelasan
mengenai interpretasi akan dijelaskan pada bab hasil dan pembahasan.
25
3.4 Alur Penelitian
Gambar 1.14 Workflow Pengolahan Data Seismik Refraksi
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Perbandingan Nilai Tf dan Tr
Waktu yang dibutuhkan gelombang P pertama kali mengenai batas lapisan (t) dianalisa
dengan melihat peak dari gelombang yang cukup tinggi disbanding dengan gelombang lain.
Penampilan tersebut dilihat dari seismogram pada instrument OYO McSEIS-31817. Dari table
1, dapat diamati bahwa nilai tiba gelombang pada metode forward maupun reverse tidak
terlalu memiliki nilai yang berbeda jauh, dengan kata lain pada offset yang sama memiliki
nilai tiba yang sama pada line seismik B dan C dan nilai yang melenceng cukup jauh pada line
seismik A. Hal ini dikarenakan kesalahan masalah di lapangan pada saat akuisisi yang kurang
akurat.
Tabel 1. Line Seismik A
27
Tabel 2. Line Seismik B
Tabel 3. Line Seismik C
4.3 Hubungan Waktu Tiba dengan Offset
Hasil impuls yang diperoleh dari perekaman data seismik refraksi adalah waktu datang
gelombang P dan gelombang S yang terbaca oleh seismograf pada perangkat OYO McSEIS-
31817. Lamanya waktu datang gelombang bergantung pada jenis litologi batuan dibawah
permukaan. Penentuan waktu tiba pertama dari gelombang seismik, yang ditandai dengan
amplitudo pertama dari gelombang seismik disebut dengan picking analysis . Analisa
28
pemetikan ini dibutuhkan untuk mengetahui first break, yaitu gelombang yang paling cepat
diterima oleh receiver sebagai representasi dari lapisan lapuk (weathering zone). Dari grafik 1,
2, dan 3 ditunjukkan hubungan antara waktu dating gelombang P terhadap offset. Dari ketiga
line, line pertama memiliki kecenderungan data yang baik ketimbang line kedua dan ketiga.
0
5
10
15
20
0 10 20 30 40 50
Wak
tu D
atan
g
Offset
Hubungan Antara Waktu Datang Gelombang dengan Offset Line A
Series1
Series2
Series3
Series4
0
2
4
6
8
10
12
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40
Wak
tu D
atan
g
Offset
Hubungan Antara Waktu Datang Gelombang dengan Offset Line B
TF1 TF2 TR1
29
Dari ketiga data pada masing-masing line terdapat data yang tidak make sense, sehingga
perlu dilakukan ektrapolasi. Ektrapolasi bertujuan untuk mengangkat data-data agar
memiliki kecenderungan yang sama dengan dilakukan perhitungan secara komputasi,
dengan terlebih dahulu menetukan break point di shot array kedua dari rekaman data
seismik. Dimana nilai ektrapolasi didapat dari pendugaam suat nilai variabel yang
melampaui interval pengamatan aslinya berdasarkan hubungannya dengan variabel lain.
n offst TF TR
1 2 7.66 18.01238
2 4 11.14 17.73238
3 6 11.16 16.71238
4 8 11.18 13.77238
5 10 11.44 13.01238
6 12 11.46 13.33238
7 14 11.48 12.81238
8 16 11.52 12.45238
9 18 11.76 11.57238
10 20 11.84 11.84
0
5
10
15
20
25
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48
Wak
tu D
atan
g
Offset
Hubungan Antara Waktu Datang Gelombang dengan Offset Line C
TF1 TF2 TR1 TR2
30
11 22 12.16 10.88
12 24 14.08 10.72
13 26 14.4 10.32
14 28 15.6 10.08
15 30 16.08 9.76
16 32 16.25067 9.44
17 34 16.57067 8
18 36 16.81067 7.36
19 38 17.93067 7.12
20 40 19.05067 5.84
Table 2. Hasil Ekstrapolasi Line A
n offset TF TR
1 2 -3.09224 10.98697
2 4 -2.49236 10.552424
3 6 -1.89248 10.117879
4 8 -1.29261 9.5
5 10 -0.69273 9.32
6 12 -0.09285 8.74
7 14 0.50703 8.36
8 16 1.106909 8.3
9 18 1.706788 7.46
10 20 2.306667 6.88
11 22 3.18 6.68
12 24 3.58 6.36
13 26 4.02 5.98
14 28 4.48 5.24
15 30 5.48 4.7
16 32 5.66 4.4687879
31
17 34 5.94 4.0342424
18 36 7.4 3.599697
19 38 7.84 3.1651515
20 40 8.48 2.7306061
Table 2. Hasil Ekstrapolasi Line B
n offst TF TR
1 2 2.322 30.4881077
2 4 4.692 30.2081077
3 6 5.732 29.1881077
4 8 6.102 26.2481077
5 10 6.192 25.4881077
6 12 7.292 25.8081077
7 14 8.332 25.2881077
8 16 10.892 24.94838
9 18 12.412 24.06838
10 20 13.612 23.98838
11 22 16.516 19.18838
12 24 17.318 18.90838
13 26 17.684 18.86838
14 28 19.524 18.66838
15 30 21.373 18.42838
16 32 23.613 17.45962
17 34 24.493 17.21962
18 36 23.773 14.97962
19 38 26.333 13.29962
20 40 27.053 12.01962
Table 2. Hasil Ekstrapolasi Line C
Hubungan antara offset dengan waktu adalah berbanding lurus, dimana semakin jauh offset
maka semakin lama waktu yang dibutuhkan gelombang untuk merambat dari sumber ke
receiver. Kecuali jika terdapat anomali yang ditandai dengan waktu yang lebih cepat atau lebih
lama. Anomali tersebut dapat menandai adanya perbedaan litologi batuan dibawah
permukaan.Dari hasil ekstrapolasi didapatkan kecenderungan data yang tepat disbanding data
32
asli dari pengukuran. Sehingga hubungan antara offset dengan waktu tiba gelombang seismic
dapat ditarik kesimpulan. Baik line A, B, dan C memiliki korelasi yang benar.
4.4 Model Perlapisan Bawah Permukaan
Untuk mendapatkan model perlapisan, maka digunakan metode Hagiwara Masuda, yaitu
merupakan metode grafika komputer untuk menggambarkan suatu bidang perlapisan yang
biasa digunakan pada seismik refraksi. Dari metode ini, dihasilkan model perlapisan dari ketiga
line, yaitu sebagai berikut :
Gambar 1 : Model Perlapisan Line A
Analisis Interpretasi Seismik Refraksi Lintasan A (Gambar 1) dilakukan pengukuran
dengan panjang lintasan 40 meter dengan jarak antar geophone 2 meter. Hasil
interpretasinya menunjukkan bahwa terdapat dua lapisan dalam pengukuran ini, yaitu
lapisan lapuk (biru) dan bedrock (merah). Untuk nilai kecepatan batuan yang didapatkan
memiliki range antara 3084 m/s hingga 3359 m/s dengan kedalaman sampai 25 meter.
33
Untuk lokasi pada line A memiliki data yang paling tidak beraturan dikarenakan dalam
akuisisinya alat yaitu konektor antar source dan receiver putus dan harus disambung secara
manual hingga masalah cuaca saat akuisisi data. Sehingga pada line ini didapatkan
kecepatan yang sangat besar yaitu kecepatan gelombang yang mengenai batuan sedimen
kompak hingga beku, kenyataan dilapangan masih terdapat lapisan lapuk berupa top soil,
pasir, dan kerikil tidak jenuh. Dan kedalaman penetrasi hingga 25 meter tidak
memungkinkan dengan penggunaan jumlah receiver yang hanya satu buah. Sehingga
disimpulkan untuk interpretasi pada line seismic A tidak akurat.
Gambar 2 : Model Perlapisan Line B
Analisis interpretasi seismik refraksi lintasan pertama (Gambar 2) dilakukan
pengukuran dengan panjang lintasan 48 meter dengan jarak antar geophone adalah 2 meter.
Hasil interpretasinya menunjukkan bahwa terdapat dua lapisan dalam pengukuran ini, yaitu
lapisan lapuk (biru) dan bedrock (merah). Untuk nilai kecepatan kedua lapisan tersebut
bekisar antara 985 m/s hingga 3330 m/s dengan kedalaman sampai 8 meter. Untuk lapisan
pertama (weathering zone) didapat nilai kecepatan (v1) = 985 m/s dengan ketebalan lapisan
2-4 meter dan lapisan kedua (bedrock) nilai kecepatan (V2) = 3330m/s dengan ketebalan
lapisan 4-8 meter. Hasil ini menunjukkan nilai kecepatan berbeda-beda sesuai jenis litologi
batuan yang menyusun lapisan tersebut.
34
Dari referensi mengatakan bahwa litologi dengan kecepatan antara 700-1500 m/s
dengan kedalaman 9.5-11.5 meter menunjukan adanya pasir jenuh, kerikil jenuh, dan
alluvium. Hal ini selaras dengan kecepatan serta kedalaman lokasi penelitian line A,
yaitu yang berada dibibir sungai serta melintasi persawahan yang didominasi oleh
endapan sungai (alluvium) serta kerikil jenuh atau kerikil yang basah.. Sedangkan untuk
lapisan kedua (bedrock) kecepatan meningkat sangat tajam hingga 3330 m/s diduga
adanya jenis batuan sedimen kompak hingga batuan beku. Hal ini dapat ditemukan
dengan mudah pada tepi sungai, dikarenakan batuan dasar tersingkap kepermukaan
akibat adanya erosi yang aktif.
35
Gambar 1 : Model Perlapisan Line 3
Analisis Interpretasi Seismik Refraksi Lintasan ketiga (Gambar 3) dilakukan
pengukuran dengan panjang lintasan 48 meter dengan jarak antar geophone 2 meter. Hasil
interpretasinya menunjukkan bahwa terdapat dua lapisan dalam pengukuran ini, yaitu
lapisan lapuk (biru) dan bedrock (merah). Untuk nilai kecepatan batuan yang didapatkan
memiliki range nilai 1523 m/s hingga 1715 m/s dengan kedalaman sampai 30 meter. Untuk
lapisan pertama dengan nilai kecepatan (v1) = 1523 m/s dengan ketebalan lapisan 2-15
meter dan lapisan kedua dengan nilai kecepatan (V2) = 1715 m/s dengan ketebalan lapisan
15-30 meter. Hasil ini menunjukkan nilai kecepatan dan ketebalan lapisan berbeda-beda
sesuai jenis litologinya. Dari referensi mengatakan bahwa litologi dengan kecepatan antara
1500-1800 m/s menunjukan adanya lempung dan pasir. Hal ini selaras dengan kecepatan
serta kedalaman lokasi penelitian line C.
Dalam korelasinya pada potensi panas bumi Tiris, Probolinggo yaitu lapisan yang
berupa litologi batuan lempung, pasir jenuh, dan endapan sungai (alluvium) yang
36
merupakan zona lapuk berperasn sebagai lapisan penutup dan lapisan dibawahnya yang
memiliki kecepatan lebih besar dan diduga sebagai bedrock tersusun dari batupasir kompak
berperan sebagai akuifer dalam distribusi fluida. Berdasarkan sifat fisik batuan, batupasir
memiliki nilai fisik seperti porositas dan permeabilitas yang baik sebagai batuan penyimpan
fluida air (akuifer) yang mampu mengalirkan fluida kepermukaan menjadi manifestasi air
panas.
37
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa kecepatan perlapisan dari tiga line seismic, yaitu :
Line Kecepatan
V1 m/s V2 m/s
Line A 985 3330
Line B 3084 3359
Line C 1523 1715
Menunjukkan bahwa litologi pada lintasan C lebih lunak disbanding dengan kedua
lintasan lainnya. Dimana masing-masing memiliki dua buah lapisan yang diinterpretasi
sebagai lapisan lapuk dan bedrock. Kedua lapisan ini berperan dalam sistem akuifer
manifestasi panas bumi Tiris, yaitu lapisan yang tersusun dari litologi lempung menjadi
lapisan penutup sedangkan lapisan kedua (bedrock) dijadikan batuan penyimpan dari
fluida air (akuifer).
5.2 Saran
Saran dari pengambilan data seismik refraksi dipastikan instrument dalam keadaan
baik. Selain itu lintasan seismik memiliki design survey yang jelas sehingga dalam satu lokasi
dapat dilihat hubungannya satu sama lain. Untuk interpretasi dilakukan metode lebih lanjut
seperti tomografi pada masing-masing line agar terlihat anomali yang lebih jelas untuk
memperkirakan kecepatan gelombang yang menjalar dibawah permukaan.
38
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2014. Geografis Probolinggo. http://www.probolinggokab.go.id. Diakses pada
10 Desember 2014 pukul 10.00 WIB
Ahsan, Muhammad. 2013. Seismik Refraksi. http://ahsan-geophysicist.blogspot.com. Diakses
pada 11 Desember 2014 pukul 20.50 WIB
Dinas ESDM Jatim. (2013). Potensi Panasbumi di Jawa Timur Januari 2012.
http://esdm.jatimprov.go.id/esdm/attachments/article/122/Data%20Ekapotensi%20panasbumi
%20jatim%2 02012.pdf. Diakses tanggal 30 Januari 2013.
Idral, Alanda. 2009. Penerapan Metode Eksplorasi Geofisika Pada Penyelidikan Sumber Daya
Mineral dan Energi. Buletin Sumber Daya Geologi, Vol 4 no. 3 thn 2009.
Listiyani, Fenti. 2006. Penentuan Kedalaman dan Ketebalan Akuifer Menggunakan Metode
Seismik Bias (Studi Kasus Endapan Alluvial Daerah Sioux Park, Rapid Creek, South Dakota,
United State of America) .Jurnal Vol.9, No.3, Juli 2006, hal 109-11.
Nugroho, Y. P. (2012). Interpretasi Bawah Permukaan Daerah Sekitat Manifestasi Air Panas
Desa Segaran, Kec. Tiris, Kab. Probolinggo dengan Menggunakan Metode Magnetik.
Surabaya: ITS Press.
P, Mezak.1998. Seismik Refraksi Untuk Penyelidikan Batuan Andesit Di Desa Sumi,
Kecamatan Sape, Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat. Direktorat Geologi Tata
Lingkungan. Bandung, Indonesia.
Priyantari, Nurul dan Suprianto, Agus. 2009. Penentuan Kedalaman Bedrock Menggunakan
Metode Seismik Refraksi di Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember .
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jember
Purnomo, Adi, dkk. 2010. Investigasi Sub-Permukaan Tanah Untuk Perencanaan Jalan
Menggunakan Survai Pembiasan Seismik. Jurusan Teknik Sipil Univ. Muhammadiyah
Yogyakarta.
Sears, F. W., & Zemansky, M. W. (1999). Fisika Untuk Universita 1. Jakarta: Trimitra Mandiri.
Sleep, N., & Fujita, K. (1997). Principles of Geophysics. USA: Blackwell Science, Inc.
39
Triumf, C.A., 1992, Geofysik fr Geotekniker Metoder och tillmpningar (geophysics for
geotechnicians methods and applications) dalam bahasa Swedia, Report T-31,
Byggforskningsrdet
Utami, Pri. 1998. Energi Panas Bumi (Sebuah Gambaran Umum).
http://geothermal.ft.ugm.ac.id. Diakses pada 11 Desember 2014 pukul 20.50 WIB