13

Click here to load reader

Studi Pembesaran Kerapu Bebek (C Altivelis Di Pulau Puhawang Lampung Selatan Oleh Indra Gumay Yudha

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kajian ini dilakukan untuk mempelajari aspek budidaya ikan kerapu bebek, terutama pertumbuhan dan efisiensi usahanya

Citation preview

Page 1: Studi Pembesaran Kerapu Bebek (C Altivelis Di Pulau Puhawang Lampung Selatan Oleh Indra Gumay Yudha

STUDI PERTUMBUHAN IKAN KERAPU BEBEK ( Cromileptes altivelis ) DALAM KERAMBA JARING APUNG (KJA) DI PULAU PUHAWANG,

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh: Indra Gumay Yudha (Fak. Pertanian, Universitas Lampung)

ABSTRAK

Studi pertumbuhan ikan kerapu bebek dilakukan di Pulau Puhawang, Lampung Selatan, untuk mengetahui perbedaan jenis pakan yang digunakan terhadap pertumbuhan dan mengetahui laju pertumbuhan ikan kerapu bebek selama masa budidaya 14 bulan. Percobaan dilakukan dengan menempatkan 2000 ekor ikan kerapu bebek berukuran 2.6-2.9 gram dalam 2 unit KJA yang masing-masing memiliki 4 petak jaring, sehingga dalam setiap petak jaring terdapat 250 ekor ikan Selama 4 bulan masa pemeliharaan awal, ikan kerapu bebek dalam KJA1 diberi pakan buatan (pelet), sedangkan ikan kerapu di KJA2 diberi makan ikan rucah. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari sebanyak 15% dari biomass ikan yang dipelihara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara pemberian pakan buatan (pelet) dengan pakan yang berupa ikan rucah selama masa pemeliharaan 4 bulan. Pakan buatan yang diberikan kepada ikan kerapu bebek menghasilkan pertambahan bobot sebanyak 32.95 gram, sedangkan ikan kerapu bebek yang diberi makan ikan rucah mengalami pertambahan bobot 35.80 gram. Selanjutnya dari studi pertumbuhan selama 14 bulan didapatkan model laju pertumbuhan untuk ikan kerapu bebek adalah Wt = 6.098.e0.358t. Selama masa budidaya diperoleh nilai FCR sebesar 11.1 dan SR pada akhir masa budidaya adalah 49.3%.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) saat ini sudah banyak dibudidayakan oleh

masyarakat di Indonesia, termasuk di perairan Teluk Lampung. Selain bernilai ekonomis

tinggi dengan harga sekitar 36 US dollar per kg, ikan kerapu bebek juga sudah berhasil

dikembangkan teknik pembenihannya oleh balai pemerintah, seperti Balai Budidaya Laut

(BBL) Lampung dan Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut di Gondol-Bali, dan

beberapa hatchery swasta di Indonesia. Dengan demikian terbuka peluang yang cukup luas

untuk mengembangkan usaha pembesaran ikan kerapu bebek.

Indra Gumay Yudha: Studi pembesaran ikan kerapu bebek (C.altivelis) dalam KJA di Pulau Puhawang, Lampung Selatan 1

Page 2: Studi Pembesaran Kerapu Bebek (C Altivelis Di Pulau Puhawang Lampung Selatan Oleh Indra Gumay Yudha

Dalam pengembangan budidaya laut (marine culture), terutama untuk ikan-ikan karang

bernilai ekonomis tinggi, Propinsi Lampung memiliki keunggulan dibandingkan dengan

daerah lainnya di Indonesia. Faktor yang mempercepat perkembangan tersebut antara lain

adanya Balai Budidaya Laut (BBL) yang terletak di Desa Hanura, Lampung Selatan. Selain

itu, kondisi lingkungan pesisir di Propinsi Lampung dengan banyaknya pulau-pulau kecil (69

pulau) juga sangat mendukung untuk pengembangan budidaya ikan karang. Menurut

Sunyoto (1993), wilayah pesisir Lampung memiliki areal terluas dibandingkan daerah lainnya

untuk pengembangan budidaya ikan karang dengan metode karamba jaring apung, yaitu

sekitar 800 ha. Saat ini di Propinsi Lampung telah banyak pengusaha yang bergerak dalam

budidaya ikan kerapu macan dan kerapu bebek. Menurut Sudjiharno (2002), saat ini terdapat

lebih kurang 30 usaha budidaya ikan kerapu yang sebagian besar lokasinya berada di sekitar

Tanjung Putus, Pulau Puhawang, Perairan Bawang, Piabung, Ringgung, Pulau Tegal, Mutun,

Pulau Pasaran, Pulau Kubur, Pulau Balak, serta Pulau Condong.

Dalam kegiatan budidaya perikanan, pakan merupakan faktor penting yang perlu

diperhatikan. Kandungan zat gizi pakan sangat mempengaruhi hasil panen yang merupakan

tujuan akhir dari proses budidaya. Oleh karena itu, aspek nutrisi dalam pakan ikan mendapat

perhatian yang cukup besar oleh para ahli dan juga usahawan. Selain itu, pakan juga

merupakan komponen biaya operasional yang cukup besar dalam kegiatan budidaya, sehingga

perlu diperhitungkan efisiensinya.

Pada kegiatan pembesaran ikan kerapu bebek dalam karamba jaring apung (KJA) di Propinsi

Lampung, umumnya pembudidaya memberikan pakan yang berupa ikan rucah (ikan non

ekonomis tinggi), seperti ikan pepetek dan kuniran. Di samping harganya murah (Rp 1.000 –

Rp 2.000 per kg), ketersediaannya cukup melimpah dan mudah diperoleh di sekitar lokasi

budidaya. Selain pakan yang berupa ikan rucah, telah tersedia pula jenis pakan buatan yang

berupa pelet khusus untuk pembesaran ikan kerapu. Pakan tersebut mengandung protein

minimum 49%, lemak minimum 9%, serat maksimum 3%, abu maksimum 10%, dan kadar air

maksimum 11%. Harga jual pakan ini sekitar Rp 9.000 – Rp 13.000. Dengan adanya pakan

buatan, maka terdapat alternatif bagi pembudidaya ikan kerapu untuk memilih jenis pakan

yang akan diberikan kepada ikan peliharaannya.

Indra Gumay Yudha: Studi pembesaran ikan kerapu bebek (C.altivelis) dalam KJA di Pulau Puhawang, Lampung Selatan 2

Page 3: Studi Pembesaran Kerapu Bebek (C Altivelis Di Pulau Puhawang Lampung Selatan Oleh Indra Gumay Yudha

Oleh karena pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh faktor makanan dan biaya untuk pakan

merupakan komponen terbesar dalam operasional budidaya, maka perlu dilakukan penelitian

yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa jenis pakan terhadap pertumbuhan ikan

kerapu bebek, sehingga dapat diperoleh hasil panen yang optimum dengan biaya yang relatif

lebih murah. Selanjutnya, dengan mengetahui laju pertumbuhan ikan yang dibudidayakan dan

beberapa faktor budidaya lainnya (FCR dan SR) akan sangat bermanfaat untuk perhitungan

investasi (biaya operasional) serta perkiraan hasil panen yang lebih optimum.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Seberapa besar pengaruh jenis pakan yang berbeda (jenis pelet dan jenis ikan rucah)

terhadap pertumbuhan ikan kerapu bebek.

b. Seberapa besar laju pertumbuhan ikan kerapu bebek yang dipelihara selama 14 bulan.

Adapun hipotesis yang digunakan dalam penelitian tentang pengaruh jenis pakan terhadap

pertumbuhan ikan kerapu bebek (bagian a) adalah sebagai berikut:

H0 : μ1 = μ2 , dan

H1 : μ1 ≠ μ2

Hipotesis nol (H0) menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

perlakuan pakan jenis 1 (ikan rucah) dengan pakan jenis 2 (pelet) terhadap pertambahan bobot

ikan kerapu bebek yang dipelihara selama 3 bulan; dan sebaliknya hipotesis altenatif (H1)

menyatakan terdapat perbedaan antara kedua perlakuan terhadap pertumbuhan.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

a. Pengaruh jenis pakan yang berbeda terhadap laju pertumbuhan ikan kerapu bebek

b. Laju pertumbuhan ikan kerapu bebek selama 14 bulan pemeliharaan

c. Beberapa faktor lainnya dalam budidaya ikan kerapu bebek, seperti SR, FCR, jenis

penyakit, dan sebagainya.

Indra Gumay Yudha: Studi pembesaran ikan kerapu bebek (C.altivelis) dalam KJA di Pulau Puhawang, Lampung Selatan 3

Page 4: Studi Pembesaran Kerapu Bebek (C Altivelis Di Pulau Puhawang Lampung Selatan Oleh Indra Gumay Yudha

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian mengenai pertumbuhan dan beberapa aspek budidaya ikan kerapu bebek ini

diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan usaha budidayanya. Hasil penelitian

mengenai jenis pakan yang lebih baik terhadap pertumbuhan, antara pakan buatan yang

harganya relatif mahal dengan ikan rucah yang lebih murah, dapat dijadikan acuan bagi

pembudidaya untuk mengefisienkan biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan pakan.

Hasil penelitian mengenai laju pertumbuhan ikan kerapu bebek selama masa budidaya dapat

dijadikan acuan untuk lebih mengoptimalkan masa budidaya, sehingga dapat diperoleh hasil

panen yang maksimal. Masa pemeliharaan yang lebih lama dari 14 bulan mungkin justru akan

lebih mendatangkan keuntungan bagi pembudidaya, karena hasilnya lebih banyak dengan

biaya operasional yang tidak terlalu tinggi peningkatannya. Demikian pula halnya dengan

FCR yang sangat berguna untuk menentukan kebutuhan pakan yang akan digunakan dalam

proses budidaya, sehingga perhitungan biaya untuk pakan tidak berlebihan (boros) atau

bahkan kekurangan. Hal ini sangat bermanfaat bagi investor yang akan menanamkan

modalnya untuk usaha budidaya kerapu bebek.

2. METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2002 hingga Juli 2003 di KJA milik Yayasan Sahabat

Alam di Pulau Puhawang, Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Lampung Selatan.

2.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 2 unit rakit KJA yang berukuran 8x8

m2 dan masing-masing terdiri dari 4 petak tempat meletakkan jaring, jaring I (waring bagan

berdiameter 2x2 mm2) ukuran 1x1x1 m3 sebanyak 12 buah, jaring II (jaring trawl dengan

mesh size ¾ inchi ) ukuran 2x2x2 m3 sebanyak 12 buah, jaring III (jaring trawl dengan mesh

size 1 ¼ inchi) ukuran 3x3x3 m3 sebanyak 12 buah, timbangan, bak pengobatan dan

perlengkapannya, gunting, gilingan daging, wadah pakan, serta cool box tempat penyimpan

pakan rucah.

Indra Gumay Yudha: Studi pembesaran ikan kerapu bebek (C.altivelis) dalam KJA di Pulau Puhawang, Lampung Selatan 4

Page 5: Studi Pembesaran Kerapu Bebek (C Altivelis Di Pulau Puhawang Lampung Selatan Oleh Indra Gumay Yudha

Bahan-bahan yang digunakan adalah benih ikan kerapu bebek berukuran seragam dengan

bobot sekitar 2.6-2.9 gram sebanyak 2.000 ekor, pakan yang berupa pelet dan ikan rucah,

multivitamin, minyak cumi, es untuk menyimpan pakan rucah, formalin 38% dan metilen

blue.

2.3 Tahapan Penelitian

Penelitian dilakukan dalam 2 tahap. Penelitian pertama difokuskan untuk melihat pengaruh 2

jenis pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan ikan kerapu bebek. Penelitian ini

berlangsung selama 4 bulan dengan perolehan data berupa bobot ikan kerapu bebek setiap

bulan. Sebanyak 2.000 ekor benih ikan kerapu bebek ditempatkan dalam 8 petak jaring I,

sehingga masing-masing petak jaring I berisi 250 ekor. 4 petak digunakan sebagai perlakuan

A, yaitu pemberian pakan dengan ikan rucah, sedangkan 4 petak lainnya digunakan sebagai

perlakuan B (pemberian pakan buatan/pelet). Dengan demikian akan didapatkan 2 perlakuan

dengan masing-masing 4 ulangan. Ikan-ikan yang dipelihara pada perlakuan A diberi makan

ikan rucah yang telah dihaluskan dengan gilingan daging sebanyak 15% dari bobot total.

Pemberian pakan ini dilakukan 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore hari. Pada perlakuan B

pemberian pakan yang berupa pelet dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore hari) dengan jumlah

yang sama dengan perlakuan A. Setiap bulan dihitung bobot ikan dengan cara menimbangnya

secara keseluruhan dan dirata-ratakan. Ikan yang mati juga dicatat untuk perhitungan SR

(survival rate, tingkat kelangsungan hidup). Setelah 4 bulan dapat diukur pertambahan bobot

selama masa pemeliharaan pada masing-masing perlakuan. Selanjutnya dilakukan analisis

sidik ragam pada data tersebut, sehingga dapat diketahui apakah terdapat perbedaan perlakuan.

Penelitian tahap kedua, yaitu untuk mengukur laju pertumbuhan ikan kerapu bebek selama 14

bulan, dilakukan dengan menimbang bobot ikan yang dipelihara setiap bulan selama masa

budidaya hingga panen, yaitu sekitar 14 bulan. Untuk menghitung pertumbuhan ikan dapat

dilakukan melalui pendekatan matematika. Salah satu model laju pertumbuhan yang dapat

digunakan adalah sebagai berikut (Effendie, 1997):

Wt = W0 egt atau ln Wt = ln W0 + gt

Indra Gumay Yudha: Studi pembesaran ikan kerapu bebek (C.altivelis) dalam KJA di Pulau Puhawang, Lampung Selatan 5

Page 6: Studi Pembesaran Kerapu Bebek (C Altivelis Di Pulau Puhawang Lampung Selatan Oleh Indra Gumay Yudha

dimana Wt adalah bobot ikan pada waktu t, W0=berat awal, e=dasar logaritma natural dan

g=koefisien pertumbuhan. Dengan model pertumbuhan tersebut, maka dapat diketahui laju

pertumbuhan ikan kerapu bebek selama masa budidaya hingga panen, sehingga dapat

dilakukan pendugaan yang lebih baik untuk perhitungan biaya operasional (investasi).

Beberapa faktor lainnya yang penting juga turut diamati, seperti perhitungan SR (survival rate,

tingkat kelangsungan hidup) hingga panen, jenis-jenis penyakit yang menyerang, dan FCR

(food conversion ratio, rasio konversi pakan).

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengaruh Jenis Pakan Terhadap Pertumbuhan

Data hasil pengukuran bobot ikan kerapu bebek yang dipelihara dalam KJA dengan perbedaan

pemberian pakan selama 4 bulan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Pertambahan bobot ikan kerapu bebek setelah 4 bulan perlakuan

Perlakuan A (gram) Perlakuan B (gram) No Pengukuran 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Bobot awal 2.7 2.6 2.6 2.9 2.8 2.9 2.6 2.7

2 Bobot akhir 37.8 37.5 38.5 40.2 38.8 35.4 32.9 35.3

3 Pertambahan 35.1 34.9 35.9 37.3 36.0 32.5 30.3 32.6

Rerata (gram) 35.80 32.85

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 1 diketahui bahwa hipotesis nol

(H0 : μ1=μ2 ) diterima. Artinya, perlakuan pemberian jenis pakan yang berbeda (pelet dan

rucah) tidak memberikan hasil yang berbeda terhadap pertambahan bobot ikan kerapu bebek

selama 4 bulan. Pemberian pakan yang berupa pelet dengan kadar protein 49% ataupun ikan

rucah, secara statistik tidak ada perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan ikan kerapu

bebek.

Hasil yang sama diperoleh berdasarkan penelitian Suwirya (2002) terhadap ikan kerapu bebek

yang diberi pakan ikan rucah dan pakan buatan selama 4 bulan. Pemberian pakan buatan tidak

memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan ikan kerapu bebek dibandingkan

Indra Gumay Yudha: Studi pembesaran ikan kerapu bebek (C.altivelis) dalam KJA di Pulau Puhawang, Lampung Selatan 6

Page 7: Studi Pembesaran Kerapu Bebek (C Altivelis Di Pulau Puhawang Lampung Selatan Oleh Indra Gumay Yudha

dengan pemberian ikan rucah. Dari uji coba yang dilakukan diketahui bahwa pertambahan

bobot ikan kerapu bebek yang diberi pakan buatan adalah 96.8 gram, sedangkan yang diberi

ikan rucah adalah 97.4 gram. Demikian pula halnya dengan tingkat kelangsungan hidup (SR)

yang tidak berbeda nyata, yaitu masing-masing sebesar 98.0% dan 95.1%.

Berdasarkan penelitian Sunaryat dan Salam (1998) pada ikan kerapu macan yang diberi pakan

buatan dan ikan rucah selama 40 hari diperoleh hasil yang berbeda terhadap laju pertumbuhan.

Pemberian pakan yang berupa ikan rucah justru memberikan hasil yang lebih baik daripada

pemberian pakan buatan. Pemberian ikan rucah menghasilkan bobot 46.03 gram, sedangkan

pakan buatan hanya 27.96 gram. Dari hasil penelitian tersebut juga diketahui bahwa

pemberian pakan yang berupa cumi-cumi segar memberikan pertambahan bobot yang

terbesar, yaitu 62.38 gram.

Berdasarkan pengamatan saat pemberian pakan, dapat diketahui bahwa ikan kerapu bebek

yang diberi ikan rucah lebih agresif dan cepat menghabiskan makanannya bila dibandingkan

dengan yang diberi pelet. Apabila ikan kerapu bebek pada perlakuan A diberi pelet, maka

pelet tersebut tidak langsung dimakan, bahkan adakalanya sama sekali tidak dimakan;

sedangkan ikan kerapu bebek pada perlakuan B bila diberi ikan rucah, ternyata langsung

dimakan. Hal ini mengindikasikan bahwa ikan kerapu bebek memiliki preferensi yang lebih

tinggi terhadap pakan yang berupa ikan rucah.

3.2 Laju Pertumbuhan

Hasil pengukuran bobot rata-rata ikan kerapu bebek setiap bulan selama 14 bulan masa

pemeliharaan disajikan pada Tabel 2.

Berdasarkan nilai rata-rata bobot ikan kerapu bebek pada Tabel 2 dapat diketahui persamaan

laju pertumbuhannya dengan pendekatan garis regresi setelah nilai rata-rata tersebut

ditransformasikan dalam fungsi ln. Persamaan laju pertumbuhan tersebut adalah:

ln Wt = 1.8008 + 0.358t atau Wt = 6.098*e0.358t. Adapun grafik laju pertumbuhan dapat

dilihat pada Gambar 1.

Indra Gumay Yudha: Studi pembesaran ikan kerapu bebek (C.altivelis) dalam KJA di Pulau Puhawang, Lampung Selatan 7

Page 8: Studi Pembesaran Kerapu Bebek (C Altivelis Di Pulau Puhawang Lampung Selatan Oleh Indra Gumay Yudha

Tabel 2. Bobot rata-rata ikan kerapu bebek selama 14 bulan

Ulangan ke- Bulan ke- 1 2 3 4

Rerata (gram)

0 2.4 2.6 2.8 3.0 2.7 1 5.5 5.5 5.8 5.8 5.6 2 9.8 9.9 9.9 10.0 9.9 3 20.5 21.0 21.0 21.2 20.9 4 36.3 38.5 39.7 40.1 38.6 5 54.4 57.0 56.8 57.1 56.3 6 82.7 83.3 83.1 84.2 83.3 7 120.5 124.8 124.5 128.9 124.7 8 155.3 157.4 159.3 160.6 157.2 9 179.7 200.3 196.9 202.4 194.8 10 217.4 249.7 247.0 255.6 242.4 11 287.5 300.6 298.1 302.5 297.2 12 340.8 361.3 367.2 372.9 360.5 13 403.7 440.2 428.8 450.6 431.0 14 428.3 532.6 514.4 562.3 509.4

0,0

100,0

200,0

300,0

400,0

500,0

600,0

1 3 5 7 9 11 13 15

Bulan ke-

Bob

ot (g

ram

)

Gambar 1. Grafik laju pertumbuhan ikan kerapu bebek

W = 6.098.e0.358t.t

Indra Gumay Yudha: Studi pembesaran ikan kerapu bebek (C.altivelis) dalam KJA di Pulau Puhawang, Lampung Selatan 8

Page 9: Studi Pembesaran Kerapu Bebek (C Altivelis Di Pulau Puhawang Lampung Selatan Oleh Indra Gumay Yudha

Berdasarkan persamaan dan grafik tersebut dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan ikan

kerapu bebek pada awal pemeliharaan berlangsung lambat hingga bulan ke-7. Selanjutnya

mulai bulan ke-8 hingga 12 relatif sedikit lebih cepat, dan dari bulan 12 hingga bulan 14 terus

meningkat dengan pesat. Dari data tersebut dapat diketahui pula bahwa dalam pembesaran

sebaiknya panen dilakukan hingga bulan ke-16 atau bahkan 18, dikarenakan bobot ikan yang

dipanen diperkirakan akan meningkat lebih pesat hanya dalam waktu yang relatif singkat

(antara 2 hingga 4 bulan) jika dibandingkan bila dipanen pada bulan ke-14. Oleh karena

pertumbuhan yang pesat sudah dimulai sejak bulan ke-8, maka sebaiknya pemberian pakan

juga lebih diintensifkan lagi sejak bulan tersebut.

Menurut Akbar dan Sudaryanto (2001), lambatnya pertambahan berat kerapu bebek ini

dimungkinkan karena secara genetik memang lambat tumbuh. Kerapu bebek yang dipelihara

di dalam karamba jaring apung dengan berat awal 1.3 gram dan panjang total 4 cm akan

mencapai berat antara 400-500 gram selama pembesaran 12-14 bulan. Pertumbuhan ini relatif

lambat bila dibandingkan dengan ikan kerapu macan yang dibesarkan pada lokasi dan dengan

ukuran awal yang sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Effendie (1997) yang menyatakan

bahwa faktor keturunan merupakan termasuk salah satu faktor internal yang mempengaruhi

pertumbuhan ikan, dan faktor tersebut merupakan hal yang sulit untuk dikontrol.

3.3 Survival Rate (SR) dan Food Convertion Ratio (FCR)

Survival rate atau tingkat kelulushidupan ikan kerapu bebek yang dipelihara dalam KJA

selama 14 bulan dalam penelitian ini adalah 49.3%. Rendahnya tingkat kelulushidupan ini

dikarenakan pada saat pemeliharaan mengalami serangan penyakit, sehingga mengalami

kematian. Penyakit yang banyak menyerang antara lain dari jenis crustacea (Nerocila sp),

cacing (Diplectanum sp), dan protozoa (Cryptocaryon sp). Beberapa jenis bakteri juga

menyerang bersamaan dengan serangan penyakit tersebut. Tindakan pencegahan sudah

dilakukan, seperti perendaman rutin setiap seminggu sekali terhadap ikan yang dipelihara

dalam air tawar ataupun air laut yang telah diberi formalin dan metilen blue. Pengobatan

terhadap ikan yang sakit juga telah dilakukan, namun tidak banyak ikan yang tertolong.

Indra Gumay Yudha: Studi pembesaran ikan kerapu bebek (C.altivelis) dalam KJA di Pulau Puhawang, Lampung Selatan 9

Page 10: Studi Pembesaran Kerapu Bebek (C Altivelis Di Pulau Puhawang Lampung Selatan Oleh Indra Gumay Yudha

Rasio konversi pakan (FCR) selama masa budidaya adalah 11.1 Perhitungan secara jelas

dapat dilihat pada Lampiran 2. Nilai FCR 11.1 berarti bahwa untuk menaikkan 1 gram bobot

ikan dibutuhkan 11.1 gram pakan. Menurut Sunyoto (1993) nilai konversi pakan berbeda

tergantung jenis pakan, spesies, ukuran ikan, dan suhu perairan. Sebagai contoh, ikan kerapu

lumpur yang diberi ikan rucah mempunyai konversi pakan sekitar 5-8, sedangkan ikan kerapu

sunuk antara 8-12. Terdapat kecenderungan bahwa dalam usaha budidaya kerapu, ikan-ikan

yang berharga lebih tinggi mempunyai laju pertumbuhan yang lebih lambat serta konversi

pakan yang lebih tinggi.

4. SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:

a. Pemberian pakan yang berupa ikan rucah dan pakan buatan (pelet) tidak memberikan

hasil yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan ikan kerapu bebek yang dipelihara

dalam KJA selama 4 bulan

b. Laju pertumbuhan ikan kerapu bebek selama masa budidaya 14 bulan mengikuti model

laju pertumbuhan ln Wt = 1.8008+0.358t .

c. Rasio konversi pakan ikan kerapu bebek selama masa budidaya dengan pakan ikan rucah

adalah 11.1.

d. Secara ekonomis ikan rucah lebih baik digunakan sebagai pakan dalam budidaya ikan

kerapu bebek.

e. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk pengembangan sektor perikanan di Propinsi

Lampung, terutama budidaya ikan karang ekonomis tinggi.

4.2 Saran

Beberapa hal yang perlu disarankan untuk kemajuan pengembangan budaya ikan kerapu

bebek, antara lain:

Indra Gumay Yudha: Studi pembesaran ikan kerapu bebek (C.altivelis) dalam KJA di Pulau Puhawang, Lampung Selatan 10

Page 11: Studi Pembesaran Kerapu Bebek (C Altivelis Di Pulau Puhawang Lampung Selatan Oleh Indra Gumay Yudha

a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai beberapa aspek budidaya ikan kerapu

bebek, seperti peningkatan daya tahan terhadap penyakit, pencegahan penyakit serta

pengobatan yang efektif, sehingga dapat meningkatkan SR.

b. Perlu dilakukan studi lanjutan tentang laju pertumbuhan ikan kerapu bebek hingga

diperoleh gambaran kurva pertumbuhan yang lebih lengkap (bentuk sigmoid)., untuk

keperluan pengelolaan sumberdaya perikanan.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, S. dan Sudaryanto. 2001. Pembenihan dan Pembesaran Kerapu Bebek. Penebar Swadaya. Jakarta. 104 hal.

Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 163 hal.

Stell, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1989. Prinsip dan Prosedur Statistika suatu Pendekatan Biometrik. Penerbit PT Gramedia. Jakarta. 748 hal.

Sudjiharno. 2002. Peran Balai Budidaya Laut Lampung dalam Pengembangan Budidaya Laut di Indonesia. Makalah Seminar sehari Pengembangan Teknologi Budidaya Kerapu di Balai Budidaya Laut Lampung, 2 Juli 2002. Kerjasama Departemen Kelautan dan Perikanan dengan JICA. 11 hal.

Sunaryat dan Salam. 1998. Laporan Hasil Pengujian Penggelondongan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscogutatus) di Kurungan Apung. Laporan Tahunan Balai Budidaya Laut T.A 1997/1998. Lampung. 8 hal.

Sunyoto, P. 1993. Pembesaran Kerapu dengan Karamba Jaring Apung. Penebar Swadaya. Jakarta. 65 hal.

Suwirya, K. 2002. Pakan dalam Budidaya Laut. Makalah Seminar sehari Pengembang-an Teknologi Budidaya Kerapu di Balai Budidaya Laut Lampung, 2 Juli 2002. Kerjasama Departemen Kelautan dan Perikanan dengan JICA. 9 hal.

Indra Gumay Yudha: Studi pembesaran ikan kerapu bebek (C.altivelis) dalam KJA di Pulau Puhawang, Lampung Selatan 11

Page 12: Studi Pembesaran Kerapu Bebek (C Altivelis Di Pulau Puhawang Lampung Selatan Oleh Indra Gumay Yudha

Lampiran 1. Analisa sidik ragam pertumbuhan kerapu bebek dgn 2 perlakuan pakan

Perhitungan Perlk. A Perlk. B. Total 35.1 36.0 34.9 32.5 35.9 30.3 37.3 32.6

Yi. 143.2 131.4 274.6∑ (Yij)2 5130.12 4333.1 9463.22(Yi.) 2/r 5126.56 4316.49 9443.05∑ (Yij-Yi.) 2 3.56 16.61 20.17

Yi. Rata 35.8 32.85

Sumber db JK KT F Hit

Perlakuan 1 17.405 17.405 4.03049 tn

Galat 6 25.91 4.318333

Total 7 43.315

Keterangan: tn= tidak nyata pada selang kepercayaan 90%

Lampiran 2. Perhitungan laju pertumbuhan

Bulan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Bobot 2.7 5.6 9.9 20.9 38.6 56.3 83.3 124.7 157.2 194.8 242.4 297.2 360.5 431.0 509.4

Konv. Ln

0.975 1.725 2.288 3.039 3.652 4.03 4.422 4.83 5.057 5.272 5.49 5.694 5.887 6.066 6.233

Persamaan laju pertumbuhan : ln Wt=1.808+0.358tintersep 1.808 slope 0.358 r2 0.933

Indra Gumay Yudha: Studi pembesaran ikan kerapu bebek (C.altivelis) dalam KJA di Pulau Puhawang, Lampung Selatan 12

Page 13: Studi Pembesaran Kerapu Bebek (C Altivelis Di Pulau Puhawang Lampung Selatan Oleh Indra Gumay Yudha

Lampiran 3. Perhitungan untuk menentukan FCR dan SR

Bulan ke- Bobot rata- Jumlah Bobot Pemberian Jumlah Pakan dlm rata (g) Ikan Total (g) Pakan (%) Pakan (g) 1 bulan (g)

0 2.7 2000 5400.0 15 810.0 21870.0

1 5.6 1955 10948.0 15 1642.2 49266.0

2 9.9 1832 18136.8 12 2176.4 67468.9

3 20.9 1628 34025.2 10 3402.5 105478.1

4 38.6 1554 59984.4 10 5998.4 179953.2

5 56.3 1413 79551.9 9 7159.7 221949.8

6 83.3 1357 113038.1 9 10173.4 305202.9

7 124.7 1231 153505.7 8 12280.5 380694.1

8 157.2 1227 192884.4 8 15430.8 478353.3

9 194.8 1214 236487.2 7 16554.1 463514.9

10 242.4 1203 291607.2 7 20412.5 632787.6

11 297.2 1136 337619.2 6 20257.2 607714.6

12 360.5 994 358337.0 6 21500.2 666506.8

13 431.0 989 426259.0 5 21313.0 639388.5

14 509.4 986 502268.4 5 25113.4 703175.8

Jumlah Pakan Total 5523324.5

FCR = Jumlah pakan/penambahan bobot SR= (986/2000)*100%

FCR= 5523324.5/496868.4 SR= 49.3%

FCR= 11.1

Indra Gumay Yudha: Studi pembesaran ikan kerapu bebek (C.altivelis) dalam KJA di Pulau Puhawang, Lampung Selatan 13