Click here to load reader
View
19
Download
0
Embed Size (px)
STUDI KOMPARATIF TENTANG PENAFSIRAN AYAT
TAKDIR (QADAR) MENURUT SAYYID QUTB DALAM
TAFSIR FĪ ZILĀLIL QUR’AN DAN HAMKA DALAM TAFSIR
AL-AZHĀR
SKRIPSI
Diajukan kepada Program Studi lmu al-Qur‟an dan Tafsir (IQT) Fakultas Agama
Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Muhammad Nur Mahmud
NIM: G100150022
NIRM: 15/X/02.3.4/0129
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS AGAMA ISLAM Jl.A.Yani Tromol Pos I-Pabelan Kartasura, Telp. (0271) 717417, 719483 Fax
(0271)715448 Surakarta 57102
ii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS AGAMA ISLAM Jl.A.Yani Tromol Pos I-Pabelan Kartasura, Telp. (0271) 717417, 719483 Fax
(0271)715448 Surakarta 57102
iii
iv
v
MOTTO
.....
“Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11) 1
“Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah”
(Q.S. Al-Insan: 30) 2 .
1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Pustaka Amani Jakarta,
2005), hlm. 337. 2 Ibid, hlm. 859.
vi
PERSEMBAHAN
Berkat izin Allah SWT, peneliti mempersembahkan karya tulis ilmiah ini untuk:
1. Ayah dan ibu tercinta Irham Hambali (Alm) dan Siti Nursaidah, terkhusus ibu
yang berjuang sendirian mendidik anak-anaknya tanpa lelah dan juga selalu
mendoakan yang terbaik untuk anak-anaknya.
2. Kakak dan adikku Muhammad Asnawi Masruhan dan Maftuhatul Aliyyah
yang selama ini telah mendukung dan memberi semangat untuk selalu
melangkah dan terkhusus dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Untuk seseorang yang peneliti kagumi selama ini, Dewinta Mayaningrum
yang selalu memberikan dukungan, motivasi, dan semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Sahabat-sahabatku alumni Panti Asuhan Islamic Centre Purwodadi yang
selalu berbagi keceriaan dan menjadi inspirasi bagi sahabat-sahabat lainnya.
5. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Purwodadi yang telah memberikan
rekomendasi kepada peneliti untuk melanjutkan pendidikan di UMS.
6. Almamaterku Pondok Hajjah Nuriyah Shabran, serta Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Surakarta (FAI-UMS), tempat peneliti
mengembangkan keilmuan.
7. Teman-teman alumni dan juga pimpinan keluarga IMM Sukoharjo,
Himpunan Program Studi Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir (IQT), dan LPM Campus
UMS.
8. Teristimewa kepada teman seperjuangan Syababul Muwahhid Shabran 2015.
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543b/U/1987, tanggal
22 Januari 1988.
1. Konsonan Tunggal
Huruf
Arab Nama Huruf Latin Keterangan
Alif ا Tidak
dilambangkan Tidak dilambangkan
ba‟ B Be ب
ta‟ T Te ث
(sa‟ ṡ Es (dengan titik di atas ث
Jim J Je ج
(ḥa‟ ḥ Ha (dengan titik di bawah ح
kha‟ Kh Ka dan Ha خ
Dal D De د
(Żal Ż Zet (dengan titik di atas ذ
ra‟ R Er ز
Zai Z Zet ش
Sin S Es ض
Syin Sy Es dan Ye غ
(ṣād ṣ Es (dengan titik di bawah ص
(ḍaḍ ḍ De (dengan titik di bawah ض
(ṭa‟ ṭ Te (dengan titik di bawah ط
(ẓa‟ ẓ Zet (dengan titik di bawah ظ
ain „ Koma terbalik ke atas„ ع
viii
Gain G Ge غ
fa‟ F Ef ف
Qāf Q Qi ق
Kāf K Ka ك
Lam L El ه
ً Mim M Em
ُ Nun N En‟
ٓ ha‟ H Ha
Hamzah ` Apostrof ء
ya‟ Y Ye ي
2. Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis Rangkap
Ditulis „iddah عدّة
3. Ta‟ marbūtah
a. Bila dimatikan ditulis h
Ditulis Hibah ٕبت
Ditulis Jizyah جصٌت
(ketentuan ini tidak diberlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah
terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat, dan
sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya). Bila diikuti dengan
kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan
“h”.
‟Ditulis karāmah al-auliyā مساٍت اَٗىٍاء
b. Bila ta‟ marbūtah hidup atau dengan harakat fatḥah, kasrah, dan
ḍammah ditulis “t”
ix
Ditulis zakātul fiṭri شماة اىفطس
4. Vokal Pendek
ِ kasrah Ditulis I
ِ fatḥah Ditulis A
ِ ḍammah Ditulis U
5. Vokal Panjang
fatḥah + alif → contoh: جإيٍت Ditulis ā → jāhiliyah
fatḥah + alif layyinah → contoh: ٌععى Ditulis ā → yas„ā
kasrah + ya‟ mati → ٌٌمس Ditulis ī → karīm
ḍammah + wāwu mati → فسٗض Ditulis ū → furūḍ
6. Vokal Rangkap
fatḥah + ya‟ mati → contoh: ٌبٍْن Ditulis ai → bainakum
fatḥah + wāwu mati → contoh: ق٘ه Ditulis Au → qaulun
1. Huruf Sandang “اه ”
Kata sandang “اه ” ditransliterasikan dengan “al” diikuti dengan tanda
penghubung “-“, baik ketika bertemu dengan huruf qamariyyah maupun
huruf syamsiyyah; contoh :
Ditulis al-qalamu اىقيٌ
Ditulis al-syamsu اىشَط
x
2. Huruf Kapital
Meskipun tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital, tetapi dalam
transliterasi huruf kapital digunakan untuk awal kalimat, nama diri, dan
sebagainya seperti ketentuan EYD. Awal kata sandang pada nama diri
tidak ditulis dengan huruf kapital;
Ditulis Wa mā Muḥammadun illā rasūl ٗ ٍا دمحم اال زظ٘ه
xi
ABSTRAK
Takdir merupakan suatu ukuran atau takaran yang telah ditetapkan oleh Allah
kepada makhluknya yang hidup maupun yang mati baik dari segi bentuknya,
karakteristiknya, sifat-sifatnya dan keadaannya menurut waktu dan tempatnya
masing-masing. Penelitian ini berfokus pada pembahasan tentang takdir dalam
pandangan dua tokoh mufassir yaitu mufassir Indonesia dan Timur Tengah
dengan judul “Studi Komparatif Tentang Penafsiran Ayat Takdir (Qadar)
Menurut Sayyid Qutb dalam Tafsir Fī Zilālil Qur’an dan Hamka dalam Tafsir Al-
Azhār”. Penelitian ini berangkat dari permasalahan mengenai pemaknaan takdir
secara terminologis yang sejak zaman klasik hingga kontemporer masih menjadi
perbedaan di kalangan ulama. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan
dengan pendekatan deskriptif untuk menjelaskan penafsiran keduanya. Data
primer diambil dari kitab tafsir Fī Zilālil Qur’an dan tafsir Al-Azhār. Kemudian
untuk mendapatkan kesimpulan dari penelitian tersebut, peneliti mengambil lima
ayat zang relevan dengan pembahasan tentang takdir, yaitu takdir tentang manusia
pada Surah „Abasa ayat 19 dan Surah Asy-Syura ayat 50, takdir tentang alam
semesta pada Surah At-Talaq ayat 12 dan Surah Yunus ayat 5, kebebasan manusia
dan kehendak Tuhan pada Surah Ar-Ra‟ad ayat 11. Dari kelima ayat tersebut
dapat ditarik kesimpulan dengan adanya persamaan dan perbedaan. Pada ayat
yang pertama Sayyid Qutb lebih menekankan pada bahan pokok penciptaan
manusia, sedangkan Hamka menekankan pada proses penciptaan manusia. Ayat
kedua Sayyid Qutb dan Hamka berpendapat bahwa kehidupan manusia telah
ditentukan oleh Allah dan manusia diberi keturunan sesuai dengan kehendak
Allah. Ayat ketiga Sayyid Qutb berpendapat bahwa penciptaan langit dan bumi
merupakan rahasia Allah dan manusia tidak boleh menjustifikasi ciptaan Allah.
Sedangkan Hamka berpendapat bahwa penciptaan langit dan bumi dapat diketahui
melalui ilmu yang dikembangkan manusia walaupun tidak secara sempurna
karena keterbatasannya. Ayat keempat Sayyid Qutb dan Hamka berpendapat
bahwa penciptaan matahari, bulan, dan benda-benda langit lainnya sudah
memiliki ketentuan-ketentuan yang abadi. Pada ayat yang terakhir keduanya
berpendapat bahwa manusia diberi kebebasan dalam berbuat dan bersikap dengan
memaksimalkan akal yang dimilikinya untuk merubah keadaan mereka dari
keburukan kepada keba