Upload
dokiet
View
219
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
STUDI KELAYAKAN PERENCANAAN PLTA KESAMBEN
KABUPATEN BLITAR JAWA TIMUR
Foundasita Rahawuryan, Suwanto Marsudi, Endang Purwati
Jurusan Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 – Telp (0341) 567886
Email: [email protected]
ABSTRAK Kebutuhan listrik semakin meningkat di Pulau Jawa-Bali harus diimbangi dengan
ketersediaan pasokan tenaga listrik yang mencukupi. Pengembangan sumber daya air bisa
dilakukan dengan memanfaatkan bangunan air yang dibangun untuk dikembangkan
menjadi unit pembangkit listrik (PLTA). Studi ini diperlukan untuk mengidentifikasi
potensi dan keuntungan dari sebuah unit pembangkit.
Studi ini dilakukan untuk mengetahui besarnya energi paling efektif yang dapat
dilakukan berdasarkan kelayakan teknis maupun ekonomi. Studi berlokasi di bendung
gerak Kesamben Blitar dengan memanfaatkan aliran air dari Sungai Brantas yang
merupakan sungai besar di Pulau Jawa. PLTA Kesamben direncanakan untuk menambah
pasokan energi untuk sistem di Pulau Jawa-Bali. Studi ini menggunakan alternatif debit
untuk mendapatkan hasil yang optimum.
Hasil kajian menunjukan debit 110,27 m3/dt (alternatif 2) dapat dibangkitkan energi
tahunan 114923,63 MWh dan mereduksi emisi gas karbon sekitar 77987 tCO2/tahun,
PLTA dibangun dengan komponen bangunan sipil (pintu pengambilan, penyaring, saluran
pembuang, dan rumah pembangkit) dan komponen peralatan mekanik elektrik seperti
turbin, governor dan generator. Total biaya pembangunan sebesar 354,90 milyar rupiah
dengan nilai BCR 3,67, NPV 709,77 milyar rupiah, IRR 46 % dan pay back period 5,19
tahun, sehingga pembangunan PLTA layak secara ekonomi.
Kata kunci: PLTA, debit, energi, emisi, kelayakan ekonomi
ABSTRACT
Increasing electricity needs in Java-Bali must be balanced with the availability of
sufficient electricity supply. Development of water resources can be done by utilizing the
water building built to be developed into a electric generating units (Hydropower). This
study is required to identify the potential and advantages of a generating unit.
This study was conducted to determine the most effective energy that can be done
based on the technical and economic feasibility. Studies located in Kesamben barrage
Blitar by utilizing the flow of water from the Brantas River is a major river in Java.
Kesamben hydropower is planned to increase the supply of energy to the system in Java-
Bali. This study uses an alternatives discharge to obtain optimum results.
The results of the study showed the discharge of 110.27 m3/sec (alternative 2) can
be produced 114923.63 MWh of annual energy and reduce carbon emissions around
77987 tCO2/year, hydropower is constructed including: civil structure (power intake,
trashrack, tailrace channel, and power house) and electrical and mechanical equipment
such as turbines, governors and generator. The total construction cost of 354.90 billion
rupiah to the value of BCR: 3.67, NPV: 709.77 billion rupiah, IRR: 46% and paid back
period: 5.19 years, so the hydropower development is economically viable.
Keywords: hydropower, discharge, energy, emissions, economic feasibility
PENDAHULUAN
Kebutuhan tenaga listrik sudah
merupakan hal yang tidak bisa
dihindarkan lagi baik untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat sehari-hari.
Seiring pesatnya pertumbuhan di bidang
perekonomian, teknologi, industri, dan
informasi maka kebutuhan energi listrik
di Indonesia semakin meningkat. Hal ini
tentu harus diimbangi dengan
ketersediaan pasokan tenaga listrik yang
mencukupi.
Pulau Jawa-Bali merupakan pulau
dengan kepadatan penduduk tertinggi di
Indonesia, sehingga merupakan pulau
pemakai listrik terbesar di Indonesia. Di
tahun 2012, total kebutuhan listrik Pulau
Jawa-Bali mencapai 35.000 megawatt
(MW), di mana ketersediaan pasokan
listrik hanya 22.900 megawatt (MW).
Pertumbuhan kebutuhan listrik di kedua
pulau ini cukup besar. Di mana, pada
tahun 2012, pertumbuhan mencapai lebih
dari 10%. Untuk periode 2013-2023,
kebutuhan listrik di Pulau Jawa-Bali
diperkirakan akan tumbuh sekitar 7,6
persen per tahun (Hargen, 2014).
Berdasarkan data Rencana Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL)
PLN, kebutuhan energi di Indonesia pada
tahun 2014 mencapai 225,4 terawatt
(Twh), terdiri dari Jawa-Bali 174,9 Twh
dan luar Jawa-Bali sebesar 50,5 Twh.
Sementara, pada tahun 2018 permintaan
listrik nasional diperkirakan mencapai
352,2 Twh terdiri dari Jawa-Bali 250,9
Twh dan luar Jawa-Bali 74,3 Tw.
Pertumbuhan listrik nasional pada 2014
diperkirakan mencapai 9,8%.
Sungai Brantas merupakan salah
satu sungai besar di pulau Jawa yang
memiliki potensi yang masih belum
dimaksimalkan pasalnya sebagian besar
air dari sungai Brantas dipergunakan
untuk kebutuhan irigasi, air baku, dan
PLTA. Dengan peningkatan kebutuhan
energi listrik maka sungai Brantas harus
lebih dimaksimalkan lagi potensinya
mengingat masih banyak potensi yang
tersimpan. Pemanfaatan bendungan saat
ini bukan lagi hanya untuk irigasi dan air
baku saja, tetapi bisa dimanfaatkan untuk
PLTA juga. Selain memiliki tinggi jatuh
yang sangat besar bendungan pula
memiliki potensi debit yang sangat
mencukupi untuk operasi PLTA.
Pembangkit listrik tenaga air dapat
membantu kebutuhan energi yang sedang
meningkat.
Studi ini bertujuan untuk meng-
analisa kelayakan dari perencanaan
PLTA dengan memanfaatkan debit air
sungai yang tersimpan pada bendungan
yang dirasa dapat meningkatkan produksi
energi listrik untuk memenuhi kebutuhan
energi listrik yang meningkat.
METODOLOGI PENELITIAN
Klasifikasi pembangkit listrik tenaga
air
Klasifikasi pembangkit listrik
tenaga air dapat dibedakan menjadi lima
jenis berdasarkan masing-masing
parameter, antara lain (Patty, 1995) :
1. Pembagian secara teknis
PLTA dilihat secara teknis dapat
dibagi atas :
a. PLTA yang menggunakan air
sungai atau air waduk.
b. PLTA yang menggunakan air yang
telah dipompa ke suatu reservoir
yang diletakan lebih tinggi.
c. PLTA yang menggunakan pasang
surut air laut.
d. PLTA yang menggunakan energi
ombak.
Ditinjau dari cara membendung
air, PLTA dapat dikategorikan menjadi
dua macam:
a. PLTA run of river yaitu air sungai
di hulu dibelokkan dengan
menggunakan dam yang dibangun
memotong air sungai, air sungai
kemudian diarahkan ke bangunan
PLTA kemudian dikembalikan ke
aliran semula di hilir.
b. PLTA dengan Bendungan (DAM)
yaitu yaitu aliran air sungai
dibendung dengan menggunakan
bendungan yang besar agar
diperoleh jumlah air yang sangat
besar dalam kolam tandon
kemudian baru air dialirkan ke
PLTA. Air di sini dapat diatur
pemanfaatannya misalnya meng-
enai debit air yang digunakan
dalam pembangkitan dapat diatur
besarnya.
2. Pembagian menurut kapasitas
a. PLTA mikro yaitu dengan daya 99
kW.
b. PLTA kapasitas rendah yaitu
dengan daya 100 sampai 999 kW.
c. PLTA kapasitas sedang yaitu
dengan daya 1000 sampai 9999
kW.
d. PLTA kapasitas tinggi dengan
daya diatas 10.000 kW.
3. Pembagian menurut tinggi jatuh
a. PLTA dengan Tekanan rendah; H
< 15 m
b. PLTA dengan tekanan sedang; H =
15 hingga 50 m
c. PLTA dengan tekanan tinggi; H =
50 m.
4. Pembagian berdasarkan ekonomi
a. PLTA yang bekerja sendiri. Jadi
tidak dihubungkan dengan sentral-
sentral listrik yang lain.
b. PLTA yang bekerjasama dengan
sentral-sentral listrik yang lain
dalam pemberian listrik kepada
konsumen. Sehubungan dengan ini
PLTA dapat dipakai untuk:
- Beban dasar; PLTA bekerja
terus-menerus
- Beban maksimum; PLTA
bekerja pada jam-jam tertentu.
Kajian hidrologi dalam perencanaan
PLTA
Debit andalan adalah Debit
andalan didefinisikan sebagai debit yang
tersedia guna keperluan tertentu misalnya
untuk keperluan irigasi, PLTA, air baku
dan lain-lain sepanjang tahun, dengan
resiko kegagalan yang telah
diperhitungkan. Setelah itu baru
ditetapkan frekuensi kejadian yang
didalamnya terdapat paling sedikit satu
kegagalan. Dengan data cukup panjang
dapat digunakan analisis statistika untuk
mengetahui gambaran umum secara
kuantitatif besaran jumlah air. Beberapa
debit andalan untuk berbagai tujuan,
antara lain: (C.D. Soemarto, 1987).
1. Penyediaan air minum 99%
2. Penyediaan air industri 95%-98%
3. Pusat Listrik Tenaga Air 85%-90%
Perencanaan Bangunan PLTA
PLTA Kesamben I & II
merupakan PLTA dengan kategori run of
river. Komponen utama PLTA Kesamben
adalah sebagai berikut:
Sistem Pengelak (diversion system)
Bendung Gerak (barrage)
Pintu Pengambilan (intake)
Turbin
Rumah Pembangkit (power house)
Switchyard
Saluran Pembuang (tailrace)
A. Bangunan Pengambilan
Bangunan pengambilan bisa
terdiri dari:
1. Pintu pengambilan. Pintu pengambilan
direncanakan untuk mengambil air dari
saluran atau sungai asli.
2. Bendung gerak. Bendung gerak adalah
jenis bendung yang tinggi
pembendungannya dapat diubah sesuai
dengan yang dikehendaki dengan
membuka pintu air (gate).
3. Penyaring (trashrack)
Trashrack digunakan untuk menyaring
muatan sampah dan sedimen yang
masuk, umunya pernyaring direncanakan
dengan menggunakan jeruji besi.
B. Bangunan Pembuang
Bangunan pembuang digunakan
untuk mengalirkan debit setelah melalui
turbin meuju ke sungai, bangunan
pembauang sendiri bisa direncanakan
sesuai dengan kondisi lapangan, umunya
bangunan pembuang direncanakan
dengan tipe saluran terbuka (saluran
tailrace).
Tinggi Jatuh Efektif
Tinggi jatuh efektif adalah selisih
antara elevasi muka air pada bangunan
pengambilan atau waduk (EMAW) den-
gan tail water level (TWL) dikurangi
dengan total kehilangan tinggi tekan
(Ramos, 2000). Persamaan tinggi jatuh
efektif adalah:
Heff = EMAW – TWL – hl
dimana:
Heff : tinggi jatuh efektif (m)
EMAW: elevasi muka air waduk atau
hulu bangunan pengambilan (m)
TWL : tail water level (m)
hl : total kehilangan tingi tekan (m)
Gambar 1. Sketsa Tinggi Jatuh
Effektif
Kehilangan tinggi tekan digolongkan
menjadi 2 jenis yaitu kehilangan pada
saluran terbuka dan kehilangan pada
saluran tertutup.
Kehilangan tinggi tekan pada
saluran terbuka biasanya terjadi pada
intake pengambilan, saluran transisi dan
penyaring.
Kehilangan tinggi pada saluran
tertutup dikelompokkan menjadi 2 jenis
yaitu kehilangan tinggi mayor (gesekan)
dan kehilangan tinggi minor. Kehilangan
tinggi mayor dihitung dengan persamaan
Chezy-Manning (Penche,2004):
hf =
sedangkan kehilangan minor
dihitung dengan persamaan (Ramos,
2000):
hf = ξ
dimana:
hf : kehilangan tinggi tekan
V : kecepatan masuk (m/dt)
g : percepatan gravitasi (m/dt2)
L : panjang saluran tertutup / pipa (m)
D : diameter pipa (m)
f : koefisien kekasaran(moody diagram)
ξ : keofisien berdasarkan jenis kontraksi
Perencanaan Peralatan Mekanik Dan
Elektrik Perencanaan peralatan mekanik
dan elektrik meliputi:
A. Turbin Hidraulik
Turbin dapat diklasifikasikan berdasarkan
tabel berikut (Ramos,2000):
Tabel 1. Klasifikasi Jenis Turbin
Setelah dilakukan pemilihan
turbin maka dihitung besarnya kecepatan
spesifik masing-masing turbin karena
kecepatan spesifik turbin adalah
parameter yang mendasari karakteristik
turbin hidraulik dalam Celso (2004)
merangkum beberapa persamaan
kecepatan spesifik coba-coba (trial
specific speed).
Tabel 2. Trial Specific Speed
Sumber: Celso (2004:169)
Kecepatan spesifik untuk tipe Kaplan:
Ns = 486,.0
294,2
H
dimana:
Ns : kecepatan spesifik turbin (mkW)
H : tinggi jatuh effektif (m)
Nilai n bisa didapatkan dengan
melakukan nilai coba-coba dengan
persamaan:
Untuk turbin kaplan:
n = Q
EN s
75,0
dimana:
Tipe Turbin Persamaan Menurut
Pelton ( 1 nozzle ) 243,0
0859,0
HnnQE
Siervo dan Lugaresi
Francis 512.0
924,1
HnnQE
Lugaresi dan Massa
Kaplan 0486,0
294,2
HnnQE
Schweiger dan Gregory
Propeler 5,0
716,2
HnnQE
USBR
Bulb 2837,0
528,1
HnnQE
Kpordze dan Warnick
Q : debit desain (m3/dt)
E : energi hidraulik spesifik didapat dari
(E = H x g) (j/kg)
Setelah didapatkan nilai
parameter tersebut maka dapat ditentukan
parameter lain seperti:
1. Titik Pusat Dan Kavitasi Pada Turbin
Titik pusat perlu diletakkan pada
titik yang aman sehingga terhindar dari
bahaya kavitasi kavitasi akan terjadi bila
nilai σaktual < σkritis, dimana σdapat
dihitung dengan persamaan (Anonim,
1976):
σc =
Hs = Ha – Hv – H.σ
Sedangkan titik pusat turbin dapat
dihitung dengan persamaan:
Z = TWL + Hs + b
dimana:
Ns : Kecepatan spesifik turbin (mkW)
σc : koefisien thoma kritis
σ : koefisien thoma
Ha : tekanan absolut atmosfer (Pa/gρ)
Hv: tekanan uap jenuh air (Pw/gρ)
H : tinggi jatuh effektif (m)
Hs : tinggi hisap turbin (m)
Z : titik pusat tubrin
twl: elevasi tail water level
b : jarak pusat turbin dengan runner (m)
2. Dimensi turbin
Dimensi turbin reaksi meliputi:
Dimensi runner turbin, dimensi
wicket gate, dimensi spiral case dan
dimensi draft tube.
3. Effisiensi turbin
Effisiensi turbin sangat tergantung
pengaruh dari debit aktual dalam turbin
dengan debit desain turbin (Q/Qd),
effisiensi turbin ditunjukkan pada gambar
berikut (Ramos,2000):
Gambar 2. Grafik Effisiensi Turbin
B. Peralatan Elektrik
Peralatan elektrik PLTA berfungsi
sebagai pengaturan kelistrikan setelah
dilakukan proses pembangkitan listrik,
peralatan elektrik meliputi generator,
governor, speed increaser, transformer,
switchgear dan auxiliary equipment.
Analisa Pembangkitan Energi
Produksi energi tahunan dihitung
berdasarkan tenaga andalan. Tenaga
andalan dihitung berdasarkan debit
andalan yang tersedia untuk
pembangkitan energi listrik yang berupa
debit outflow dengan periode n harian
(Arismunandar,2004:19).
E = 9,8 x H x Q x ηg x ηt x 24 x n
dimana:
E : energi tiap satu periode (kWh)
H : tinggi jatuh efektif (m)
Q : debit outflow (m3/dt)
ηg : efisiensi generator
ηt : efisiensi turbin
n : jumlah hari dalam satu periode.
Analisa Reduksi Emisi Gas Karbon
Analisa reduksi emisi gas karbon
dihitung dengan persamaan (Anonim,
2005):
ΔGHG : (ebase – eprop) Eprop (1- λprop)
Dimana:
ΔGHG : Besaran reduksi gas karbon
( kgCO2e )
ebase : faktor emisi gas karbon dari
sumber tidak terbarukan
eprop : faktor emisi gas karbon dari
sumber terbarukan
Eprop : besarnya daya bangkitan (kWh)
λprop : kehilangan daya pada grid
nilai unit konversi produksi
emsisi gas karbon per kWh adalah
sebagai berikut:
Tabel 3. Nilai Konversi Produksi Emisi
Sumber: IPCC,2006
Analisa Kelayakan Ekonomi
Analisa ekonomi dilakukan untuk
mengetahui kelayakan suatu proyek dari
segi ekonomi. Dalam melakukan analisa
ekonomi dibutuhkan dua komponen
utama yaitu:
cost (komponen biaya)
Meliputi biaya langsung (biaya
konstruksi) dan biaya tak langsung
(O&P, contingencies dan engineering)
benefit (komponen manfaat).
Manfaat didapatakan dari hasil
penjualan listrik berdasarkan harga tarif
yang berlaku dan pendapatan dari reduksi
emisi gas karbon (CER).
Parameter kelayakan ekonomi meliputi:
1. Benefit Cost Ratio
2. Net Present Value
NPV = PV Benefit – PV Cost
3. Internal Rate Of Return
( )
4. analisa sensitivitas
Analisa sensitivitas dilakukan pada 3
kondisi yaitu:
Cost naik 20%, benefit tetap
Cost tetap, benefit turun 20%
Cost naik 20%, benefit turun 20%
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsep yang mendasari dalam
studi perencanaan PLTA Kesamben
adalah dengan memanfaatkan beda tinggi
potensial antara Karangkates dan Wlingi
sebesar 17 meter. Debit akan dialirkan
menuju sistem PLTA secara sistem
pengaliran aliran (diversion) dan akan
dialirkan kembali menuju sungai Brantas.
Konsep klasifikasi pembangkit
tenaga listrik bisa didasarkan atas
beberapa faktor seperti kapasitas daya
terpasang, tinggi jatuh dan lain lain,
klasifikasi berdasarkan daya terpasang
sangat penting untuk dilakukan karena
akan berhubungan dengan sistem
pengoperasian dan distribusi pembangkit
listrik (central grid atau isolated grid).
Tabel 4. Klasifikasi Potensi PLTA
Kesamben
Berdasarkan analisa inflow harian
digunakan debit desain rencana untuk
desain PLTA dengan keandalan tertentu
seperti pada kurva durasi aliran (FDC)
seperti berikut:
Gambar 3. Kurva Durasi Aliran
Outflow
Dari kurva maka dilakukanlah
simulasi waduk untuk menentukan daya
terpasang dan debit yang dibutuhkan.
Debit yang dapat digunakan untuk
perencanaan PLTA adalah sebagai
berikut :
Tabel 5. Alternatif Debit Desain
Maka dari perencanaan alternatif
tersebut direncanakan komponen
bangunan sipil, pada studi ini digunakan
alternatif 2 sebagai acuan debit desain
bangunan sipil.
Sedangkan, debit banjir
rancangan pada PLTA Kesamben
menggunakan hasil hidrograf outflow dari
penelusuran banjir pada waduk Sutami
No. Faktor Klasifikasi Nilai / (Klasifikasi)
1 Tinggi Jatuh Potensial (H) 17 m (rendah)
2 Tipe Eksploitasi Run Of River
3 Penempatan Rumah Pembangkit (Pada Sistem Pengalihan/Diversion)
Alternatif Debit
(m3/dt)
Daya
(MW)
1. 88,28 2 x 5,00
2. 110,27 2 x 6,00
dan waduk Lahor, kemudian hasil
penelusuran banjir tersebut digabungkan
dengan hasil debit banjir pada remaining
basin DAS Kesamben sehingga diketahui
hidrograf banjir pada lokasi PLTA
Kesamben, sebagai berikut:
Tabel 6. Debit Banjir PLTA Kesamben
Sumber: PJT 1
Maka hidrograf banjir pada lokasi
PLTA Kesamben adalah sebagai berikut:
Gambar 4. Hidrograf Banjir
Rancangan PLTA Kesamben
Berikut adalah bangunan sipil
yang akan direncanakan pada PLTA
Kesamben:
1. Bangunan Pengambilan
Bangunan pengambilan direnca-
nakan berupa pintu pengambilan (intake)
dan dilengkapi dengan trashrack, pintu
pengambilan didesain menggunakan tipe
pintu gate butterfly dengan data teknis
sebagai berikut:
Elevasi dasar : +162,50
Debit desain : 55,13 m3/dt
Diameter pipa : 3 meter
Luas penampang pip : 7,07 m2
Lebar tiap pintu : 5 meter
Jumlah Pintu : 2 pintu
Sedangkan desain penyaring
(trashrack) adalah sebagai berikut :
Bentuk jeruji : bulat memanjang
Kemiringan trashrack : 45o
Tebal jeruji (s) : 10 mm
Jarak antar jeruji : 500 mm
Jumlah jeruji : 23 jeruji
Gambar 5. Desain Pintu Pengambilan
Bendung gerak adalah jenis
bendung yang tinggi pembendungannya
dapat diubah sesuai dengan yang
dikehendaki dengan membuka pintu air
(gate). Berikut data teknis perencanaan
bendung gerak:
Debit rencana Q50 : 1795,930 m3/dt
Lebar sungai rencana : 38 meter
Lebar pilar : 4 meter
Jumlah pilar : 2 Pilar rencana
Elv. dasar sungai : + 162.500
Elv. lantai bendung : + 160.500
Elv. mercu bendung : + 171.000
Tinggi jagaan : 2,00 meter
Tinggi pintu rencana : 11,00 meter
Tinggi bendung : 10,5 meter
Tinggi total bendung : 10,5 m + 11,0 m
+ 2 m = 23,5 meter
Gambar 6. Desain Bendung Gerak
Kesamben
2. Bangunan Pembuang (tailrace
cannal)
Saluran tailrace direncanakan
sistem pengaturan / regulasi pada bagian
akhir dari draft tube berupa pintu atau
katup kemudian debit air akan dialirkan
melalui saluran terbuka dimana diujung
saluran akan direncanakan ambang lebar
sebagai kontrol elevasi muka air (TWL).
Dalam perencanan saluran pembuang
digunakan data teknis rencana sebagai
berikut:
Debit rencana : 55,13 m3/dt
Kala ulang Q maksimum
( Tahun ) (m3/det)
Q 5 Th 518,87
Q 10 Th 736,67
Q 50 Th 1795,93
Q 100 Th 2313,83
Q 1000 Th 3145,55
Elv dasar saluran : + 163,00
Lebar saluran : 48 meter
Bentuk saluran : persegi
Jenis pasangan : beton
Koefisien manning : 0,020
Aliran air dari saluran pembuang
akan dialirkan melaui ambang (weir)
pada ujung saluran dengan data
perencanaan:
Bentuk ambang : ogee tipe I
Lebar ambang : 48 meter
Tinggi ambang : 0,5 meter
Elevasi ambang : +163,50
Elevasi dasar : +163,00
Dengan menggunakan persamaan
Q = C B H1,5
dengan nilai koefisien debit
untuk pengaliran tenggelam (C = 1,7)
maka akan didapatkan lengkung kap-
asitas debit (rating curve) berdasarkan
de-bit operasional pada ambang tailrace
seb-agai berikut:
Sumber : Hasil Perhitungan
Gambar 7. Rating Curve Pada Ambang
Tailrace
Perhitungan Tinggi Jatuh Effektif
Dengan menggunakan persamaan
empir-ik berdasarkan potensi kehilangan
tinggi tekan maka tinggi jatuh effektif
diten-tukan seperti pada tabel berikut:
Tabel 7. Perhitungan Tinggi Jatuh
Effektif
Sumber : Hasil Perhitungan
Perencanaan Peralatan Hidromekanikal
Dan Elektrikal
Peralatan hidromekanikal dan
elektrikal yang direncanakan dalam studi
ini meliputi: turbin hidraulik, peralatan
elect-rik dan rumah pembangkit.
Turbin hidraulik
Berdasarkan besarnya debit
desain dan tinggi jatuh effektif dapat
dipilih tipe turbin yang digunakan.
Debit desain per turbin : 55,13 m3/dt
Tinggi jatuh effektif : 87,02 m
Daya teoritis : 50 MW atau
43012,39HP
Gambar 8. Pemilihan Turbin
Gambar 9. Pemilihan Turbin Reaksi
Maka direncanakan:
Tipe turbin : Kaplan
Jumlah turbin : 2 unit
Debit : 55,13 m3/dt
Frekuensi generator : 50 Hz
Paremeter tinggi tekan Koefisien Hf
trashrack - 0,004
intake bell mouth 0,300 0,930
diasumsikan - 0,050
total kehilangan 0,984
debit turbin - 164,2
tinggi jatuh efektif - 12,29
tinggi jatuh kotor - 13,28
kehilangan pada intake
kehilangan sebelum turbin
elevasi TWL
tinggi jatuh (head )
Kutub generator : 14 buah
Kecepatan putar : 425,438 rpm
Kecepatan spesifik : 678,050 mkW
Diameter runner : 1,342 m
σkritis : 0,941
σaktual : 0,965
elv pusat turbin : +161,918
tinggi hisap : -2,306 m
dan direncanakan sistem intake turbin
tipe spiral case dan draft tube dengan
dimensi:
lebar total spiral case : 5,279 m
diameter intake spiral case : 1,978 m
tinggi draft tube : 2,682 m
panjang draft tube : 5,319 m
peralatan elektrik yang direncanakan
meliputi: generator 3 fasa, governor,
speed increaser, transformer, switchgear
dan auxiliary equipment.
rumah pembangkit direncanakan dengan
tipe dalam tanah (underground facility)
dengan dimensi:
Tinggi : 15 meter
Lebar : 20 meter
Panjang : 55 meter
Material rumah : beton
Tebal dinding rumah : 0.3 meter
Kedalaman pondasi : 1.5 meter
Analisa Pembangkitan Energi
Energi yang dihasilkan pada PLTA
Kesamben I & II tiap satu hari operasi
ditabelkan sebagai berikut:
Tabel 8. Hasil Pembangkitan Energi
harian Tiap Alternatif
Sumber : Hasil Perhitungan
Sedangkan hasil pembangkitan tahunan
untuk tiap alternatif adalah:
Tabel 9. Hasil Pembangkitan Energi
Tahunan Tiap Alternatif
Sumber : Hasil Perhitungan
Analisa CER
Berdasarkan hasil pembangkitan
energi tahunan maka didaptakan nilai
reduksi emisi dan pendapatan utnuk tiap
alternatif sebagai berikut:
Tabel 10. Hasil Reduksi Emisi Dan
CER
Alt
Jenis
Bahan
Bakar
Nilai
konversi
kgCO2
Energi
Bersih
Tahunan
MWh
Nilai
Reduksi
tCO2/th
Nilai
CER/Th
Milyar
Rp
1
Minyak 0,754 87935 66303 10,81
Diesel 0,764 87935 67182 10,95
Batu
Bara 0,94 87935
82659 13,47
Gas
Alam 0,581
87935 51090 8,33
2
Minyak 0,754 103431 77987 12,71
Diesel 0,764 103431 79021 12,88
Batu
Bara 0,94
103431 97225 15,85
Gas
Alam 0,581
103431 60094 9,80
Sumber : Hasil Perhitungan
Analisa Ekonomi
Biaya proyek dan OP dihitung
dengan menggunakan persamaan empirik
sebagai berikut:
Tabel 11. Estimasi Biaya PLTA
No item pekerjaan
Biaya
(milyar rupiah)
Alt 1 Alt 2
1 biaya engineering 9,98 11,08
2 peralatan hidromekanik 94,21 106,88
3 pemasangan hidromekanik 14,13 16,03
4 pemasangan jalur transmisi 3,50 3,50
5 travo dan substansi 2,51 2,95
6 pemasangan travo dan
substansi
0,38 0,44
7 sipil 76,02 89,21
8 lain lain 52,52 63,21
9 biaya contingencies 25,32 29,33
10 biaya O & P 2,53 2,93
11 capital cost 278,57 322,64
12 PPN 10% 27,86 32,26
13 total cost 306,43 354,90
14 rasio rp/kWh 3136,25 3088,14
Sumber : Hasil Perhitungan
No
Debit
Operasi
Jumlah
Turbin
Tinggi
Jatuh
Efektif
Lama
Operasi Daya
Energi
Harian
(m3/dt) (buah) (m) (jam) (kW) (kWh)
1 88,28 2 12,80 24 9989 239746
2 110,27 2 12,29 24 11987 287683
No.
Unit
Turbin
Debit
Desain Daya
Energi
Tahunan
(Unit) (m3/dt) (kW) (MWh)
Alternatif 1 2 88,28 9989 97705,22
Alternatif 2 2 110,27 11988 114.923,63
Sedangkan estimasi manfaat
tahunan dari penjualan energi listrik
adalah:
Tabel 12. Estimasi Manfaat PLTA
No.
Harga
Listrik Rp/Kwh
Energi
tahunan Mwh
income
Milyar Rp
CER
Milyar Rp
Total
Milyar Rp
1 1434 97705 140076 10,81 140.086
2 1434 114924 164761 12,71 164.774
Sumber : Hasil Perhitungan
Dengan rencana usia proyek
adalah 35 tahun maka akan didapatkan
parameter kelayakan ekonomi sebagai
berikut:
Tabel 13. Analisa Ekonomi Tiap
Alternatif
Alt PV
Cost
PV
Benefit BCR NPV IRR
Payback
Period
1 294,87 891,62 3,02 597 45% 5,23
2 338,97 1048,75 3,09 710 46% 5,19
Sumber : Hasil Perhitungan
Dan analisa sensitivitas sebagai berikut:
Kondisi 1:benefit turun 20%, cost tetap
Kondisi 2:benefit tetap, cost naik 20%
Kondisi 3:benefit turun 20%, cost naik
20% .
Hasil analisa sensitivitas untuk tiap
alternatif ditabelkan sebagai berikut:
Tabel 14. Hasil Analisa Sensitivitas
Tiap Alternatif
Kondisi PV Cost PV
Benefit NPV BCR
Alternatif 1 (2 x 5,00 MW)
1 294,87 713,29 418,43 2,42
2 353,84 891,62 537,78 2,52
3 353,84 713,29 359,45 2,02
Alternatif 2 (2 x 6,00 MW)
1 338,97 839,00 500,02 2,48
2 406,77 .048,75 641,98 2,58
3 406,77 839,00 432,23 2,06
Sumber : Hasil Perhitungan
Sehingga dari analisa ekonomi
dipilih alternatif 2 sebagai alternatif yang
paling mengguntungkan
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Berdasarkan analisa, hidrologi debit
andalan yang tersedia berdasarkan
alternatif terpilih yaitu alternatif 2
sebesar 110,27 m3/dt.
2. Tinggi jatuh efektif yang diperlukan
pada PLTA Kesamben I & II
berdasarkan alternatif terpilih yaitu
alternatif 2 sebesar 12,29 m.
3. Desain bangunan PLTA Kesamben I
& II yang dipergunakan dalam studi
ini adalah sebagai berikut:
a Bangunan sipil:
Pintu pengambilan, dengan detail
sebagai berikut :
Jenis pintu :Gate Butterfly
Bahan pintu : Baja
Diameter pipa : 3,00 m
Luas penampang pipa : 7,07 m2
Lebar intake : 10 m
Jumlah intake : 2 Buah
Lebar pilar : 2 m
Lebar tiap pintu : 5 m
Kecepatan : 7,80 m/dt
Rumah pembangkit (Power House),
dengan detail desain sebagai berikut:
Bentuk Power house: tipe dalam
tanah (underground type)
Tinggi : 15 meter
Lebar : 20 meter
Panjang : 55 meter
Material rumah : Beton
Tebal dinding rumah: 0,3 meter
Kedalaman pondasi : 1,5 meter
Bangunan pembuang (saluran
tailrace dan ambang lebar), dengan
detail sebagai berikut :
Luas saluran : 56,823 m2
Keliling basah : 50,368 m
Jari-jari hidraulik : 1,128 m
Slope : 0,000163
Kecepatan saluran: 0,923 m/dt
b Peralatan mekanik dan elektrik:
Turbin kaplan beserta kelengkapanya
(spiral case, draft tube dan wicket
gate), generator 50 Hz 3 fasa dengan
14 kutub, governor, speed increaser,
travo, switchgear dan aksesoris
kelistrikan.
4. Berdasarkan analisa ekonomi
terhadap alternatif terpilih (alternatif
2) didapatkan besar biaya total
sebesar 354,90 milyar rupiah dengan
nilai BCR 3,09 , NPV 709,77 milyar
rupiah, IRR 46 % dan payback
period 5,19 tahun, sehingga
pembangunan PLTA layak secara
ekonomi. Berdasarkan analisa
sensitivitas terhadap alternatif
terpilih (alternatif 2) didapatkan
kondisi 1 benefit turun 20% cost
tetap (NPV 500,02 milyar rupiah dan
BCR 2,48), kondisi 2 benefit tetap
cost naik (NPV 641,98 milyar rupiah
dan BCR 2,58) dan kondisi 3 benefit
turun cost naik 20% (NPV 432,23
milyar rupiah dan BCR 2,06)
sehingga pembangunan PLTA layak
pada seluruh kondisi.
Agar studi kelayakan PLTA bisa
lebih baik maka perlu dilakukan
studi pendahuluan yang lebih
komprehensif sehingga akan
didapatkan data pendukung yang
akan membuat laporan dari studi
kelayakan lebih akurat, hal hal yang
perlu diperhatikan dalam studi
kelayakan PLTA adalah:
Melakukan pengukuran topografi
dan survey kondisi lokasi studi.
Melakukan tinjauan terhadap
perkembangan perekonomian
yang sedang terjadi.
Melakukan tinjauan terhadap
teknologi yang sedang
berkembang dalam bidang
pembangkitan energi.
Melakukan tinjauan terhadap
komisi energi bersih internasional
terkait clean development
mechanism (CDM).
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2006. Guidelines for
National Greenhouse Gas
Inventories. Switzerland: IPCC
(International Panel In Climate
Change).
2. Anonim. 2005. RETScreen®
Engineering & Cases Textbook.
Kanada: RETScreen International.
3. Anonim, 1976. Engineering
Monograph No. 20 Selecting
Reaction Turbines. Amerika: United
States Bureau Of Reclamation.
4. Arismunandar A. dan Kuwahara S.
2004. Buku Pegangan Teknik
Tenaga Listrik. Jakarta : PT
Pradnya Paramita.
5. Bringas, John E. 2004. Handbook of
Comparative World Steel Standarts. USA. ASTM International.
6. Chow, Ven te. 1997. Hidraulika
saluran terbuka. Jakarta : Erlangga
7. Dandekar, MM dan K.N. Sharma.
1991. Pembangkit Listrik Tenaga
Air. Jakarta : Universitas Indonesia.
8. Mosonyi, Emil. 1963. Water Power
Development Volume One Low
Head Power Plant. Budapest :
Akademiai Kiado
9. Patty, O.F. 1995. Tenaga Air.
Erlangga : Surabaya.
10. Penche, Celso. 2004. Guidebook on
How to Develop a Small Hydro Site.
Belgia : ESHA (European Small
Hydropower Association).
11. Ramos, Helena. 2000. Guidelines
For Design Small Hydropower
Plants. Irlandia : WREAN (Western
Regional Energy Agency &
Network) and DED (Department
of Economic Development).
12. Soemarto, C.D. 1987. Hidrologi
Teknik Edisi 1. Surabaya : Usaha
Nasional.
13. Varshney,R.S. 1977. Hydro-Power
Structure. India : N.C Jain at the
Roorkee Press.