Upload
lamkhuong
View
225
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI MANAJEMEN RISIKO PADA PEMBIAYAAN UKM
DI BMT AL MUNAWWARAH & BMT BERKAH MADANI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
HELMI ADAM
103046128334
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
STRATEGI MANAJEMEN RISIKO PADA PEMBIAYAAN UKM
DI BMT AL MUNAWWARAH & BMT BERKAH MADANI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
HELMI ADAM
103046128334
Di Bawah Bimbingan
Dr. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd
NIP. 195607121981031003
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Strategi Manajemen Risiko Pada Pembiayaan UKM di
BMT Al Munawwarah dan BMT Berkah Madani telah diujikan dalam Sidang
Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada
tanggal 24 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salahsatu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat.
Jakarta, 24 September 2010
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua : Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP. 195505051982031012 (......................................) Sekretaris : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH
NIP. 197407252001121001 (......................................) Pembimbing : Dr. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd
NIP. 195607121981031003 (......................................) Penguji I : Dr. Euis Amalia, M.Ag
NIP. 197107011998032002 (......................................) Penguji II : Mu’min Rauf, MA
NIP. 150281979 (......................................)
LEMBAR PERNYATAAN
(Keaslian Karya)
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan guna memenuhi
salahsatu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan (plagiat) dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 24 September 2010
Helmi Adam
103046128334
ABSTRAKSI
Helmi Adam, Strategi Manajemen Risiko Pada Pembiayaan UKM di BMT Al
Munawwarah dan BMT Berkah Madani, (vi+90).
Seiring perkembangan perbankan syariah di Indonesia, Baitul Maal wat
Tamwil (BMT) yang merupakan salahsatu lembaga keuangan syariah juga ikut
mengalami perkembangan yang signifikan. Hal ini terlihat dari aset puluhan BMT
yang melonjak tajam hingga miliaran rupiah.
Sebagai pilar ekonomi kerakyatan berbasis syariah, segmentasi BMT tentunya
kepada sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Ini dibuktikan BMT
dengan porsi penyaluran pembiayaan dan pembinaan usaha kepada sektor UKM.
BMT Al Munawwarah dengan aset ± Rp.4,1 miliar dan BMT Berkah Madani
dengan aset ± Rp.3,1 miliar merupakan dua dari sekian banyak BMT yang sukses
mengembangkan usaha dengan menyalurkan pembiayaan ke sektor UKM.
Kesuksesan ini tidak terlepas dari strategi manajemen risiko yang diterapkan kedua
BMT tersebut.
Penerapan strategi manajemen risiko yang baik akan menghasilkan usaha
yang relatif lebih stabil dan menguntungkan. Tidak hanya bagi BMT, namun juga
bagi UKM yang dibiayai. Pada akhirnya, usaha yang berjalan dengan baik dan
berkembang dapat memperbaiki perekonomian nasional, mengurangi tingkat
kemiskinan dan pengangguran karena berperan-serta dalam membuka lapangan kerja.
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, sang pemilik sifat
rahman dan rahim, yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya sehingga penulis
dapat merampungkan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada junjungan alam baginda rasulullah Muhammad SAW.
Kebahagiaan tiada terkira bagi penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi
ini yang tentunya tak luput dari dukungan berbagai pihak yang telah membantu
penulis secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini.
Sebagai bentuk penghargaan yang tak terlukiskan, perkenankanlah penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM selaku Dekan Fakultas
Syariah & Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag selaku Ketua Program Studi Muamalat juga selaku
Dosen Penguji I yang terus memberikan dukungan bagi penulis dalam
mempercepat penulisan skripsi ini.
3. Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH selaku Sekretaris Jurusan Program
Studi Mualamat.
4. Bapak Dr. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd selaku dosen pembimbing yang dengan
sabar dan penuh pengertian membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak Mu’min Rauf, MA selaku Dosen Penguji II yang telah membantu
penulis dalam mempermudah penyelesaian skripsi ini.
ii
6. Bapak Dr. Muhammad Taufiki, M.Ag yang telah memberikan semangat di saat-
saat penulis merasa putus asa dikejar deadline penulisan skripsi ini.
7. Segenap pengurus dan pegawai Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah melayani penulis dalam peminjaman data pustaka.
8. Segenap pengurus dan pegawai Perpustakaan Fakultas Syariah & Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Segenap pengurus dan pegawai perpustakaan CIRTIE (Center of Information,
Research and Training for Islamic Economy) di Ciputat.
10. Bapak Mudzakir Murad selaku manajer BMT Al Munawwarah beserta seluruh
pihak di BMT Al Munawwarah yang telah mempermudah penulis dalam
memperoleh data.
11. Ibu Situ Umainah selaku manajer BMT Berkah Madani beserta seluruh pihak di
BMT Berkah Madani.
12. Kedua orang-tuaku (Bapak Muhammad Rohan dan Ibu Purwani Setyaningsih)
yang tak henti-hentinya mendukung dan membantu penulis, baik dengan
dukungan materi maupun doa yang tak pernah putus demi kelanjutan skripsi
dan masa depan penulis.
13. Adik-adikku (Hesty Oktaviani dan Yulia Ningthias) yang diamnya saja menjadi
teguran bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
14. Kawan-kawan senasib seperjuangan Perbankan Syariah angkatan 2003 yang
telah saling mendukung dan mengingatkan demi kebaikan.
iii
15. Seluruh keluarga besar yang terus memberi semangat dan membantu penulis
secara moril maupun materil dalam menyelesaikan skripsi ini.
16. Almarhumah mbah Sakdiyah binti Padjari yang cintanya terus melekat di hati,
membuat penulis selalu teringat untuk melakukan yang terbaik di setiap
harinya. Semoga Allah SWT tersenyum padamu dengan kelembutan-Nya.
17. Seluruh rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang secara
tidak langsung membantu dan memberikan semangat sehingga penulisan skripsi
ini dapat berjalan dengan lancar.
Akhir kata, hanya kepada Allah SWT sajalah penulis memanjatkan doa.
Semoga Allah SWT memberikan balasan berlipat-ganda kepada mereka. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.
Jakarta, 24 September 2010
Helmi Adam
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................. 1
B. Pembatasan & Perumusan Masalah ............................ 7
C. Tujuan & Manfaat Penelitian ...................................... 8
D. Review Studi Terdahulu ............................................. 9
E. Metodologi Penelitian ................................................ 11
F. Sistematika Penulisan ................................................ 13
BAB II : KAJIAN TEORI
A. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
1. Pengertian BMT ................................................... 15
2. Visi, Misi & Tujuan BMT .................................... 16
3. Struktur Organisasi BMT ..................................... 17
B. Manajemen Risiko
1. Pengertian Manajemen Risiko ............................. 18
2. Tujuan Manajemen Risiko ................................... 19
3. Klasifikasi Manajemen Risiko ............................. 20
4. Siklus Manajemen Risiko ..................................... 24
v
vi
C. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan ......................................... 26
2. Unsur-unsur Pembiayaan ...................................... 27
3. Tujuan Pembiayaan ............................................... 29
D. Usaha Kecil Menengah (UKM) .................................. 30
BAB III : OBYEK PENELITIAN
A. Profil BMT Al Munawwarah ...................................... 34
B. Profil BMT Berkah Madani ........................................ 44
BAB IV : HASIL PEMBAHASAN
A. Permasalahan dan Risiko Operasional BMT dalam
Pembiayaan UKM ....................................................... 56
B. Solusi Pembiayaan Bermasalah di BMT Al Munawwarah
& BMT Berkah Madani .............................................. 64
C. Analisis Perbandingan Strategi Manajemen Risiko Pada
Pembiayaan UKM di BMT Al Munawwarah &
BMT Berkah Madani .................................................. 71
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................. 85
B. Saran-saran ................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 88
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia, sebagai sebuah negara besar dengan penduduk mayoritas
muslim terbesar di dunia, sudah sejak lama menggaungkan sistem ekonomi
kerakyatan. Ekonomi kerakyatan tidak hanya sebagai bentuk pemihakan
kebijakan ekonomi pemerintah kepada ekonomi rakyat, tetapi juga merupakan
bentuk pilihan yang tepat untuk mencapai kesejahteraan rakyat. Pengembangan
ekonomi kerakyatan tidak dapat dipisahkan dari pengembangan ekonomi umat
Islam karena apabila ekonomi kerakyatan kuat maka ekonomi umat Islam pun
akan mengalami hal yang sama. Dengan demikian, perbankan syariah yang
merupakan salahsatu komponen dalam ekonomi umat Islam adalah bagian dari
pengembangan ekonomi kerakyatan yang digalakkan pemerintah.
Secara teoritis, keberpihakan bank syariah dalam penyaluran kredit
terhadap pelaku ekonomi kecil dan menengah yang merupakan bagian terbesar
dari ekonomi rakyat sangatlah memungkinkan. Kebijakan bank syariah dalam
penyaluran kreditnya tidak dibatasi oleh kemampuan membayar bunga.
Kelayakan dan prospek suatu usaha menjadi pertimbangan utama dalam
pemberian kredit terhadap para nasabahnya. Ini berbeda dengan konsep
penyaluran kredit yang dilakukan oleh bank-bank konvensional yang secara
otomatis membatasi penyaluran kreditnya hanya pada mereka yang mampu
1
2
membayar bunga yang ditetapkan terlebih dahulu. Konsep dasar ini memberi
peluang bagi para pengusaha kecil dan menengah dalam mendapatkan pelayanan
dan mengembangkan potensi ekonomi yang mereka miliki.1
Posisi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) telah lama diakui sebagai
sektor usaha yang sangat penting, karena berbagai perannya yang riil dalam
perekonomian. Mulai dari sharenya dalam pembentukan PDB sekitar 63,58%,
kemampuannya menyerap tenaga kerja sebesar 99,45%, atau sangat besarnya
jumlah unit usaha yang ada, hingga pada sharenya yang cukup signifikan dalam
jumlah nilai ekspor total, yang mencapai sekitar 18,72%.2
UKM memiliki porsi terbesar dalam pembiayaan yang diberikan oleh
bank-bank syariah dengan nilai pembiayaan sebesar Rp.17,9 triliun pada tahun
2007, dibandingkan pembiayaan pada sektor non-UKM yang mendapatkan
alokasi pembiayaan senilai Rp.7,7 triliun.3
Berdasarkan laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia (BMI) tahun
2007, pembiayaan rata-rata perbulan untuk UKM skim musyarakah sebesar
Rp.280 miliar, mudharabah sebesar Rp.2,18 triliun, dan murabahah sebesar
1Muslimin, “Ekonomi Kerakyatan: Kajian Terhadap Kebijakan Ekonomi Orde Baru” dalam Al
Iqtishadiyyah Jurnal Kajian Ekonomi Islam, Vol.I, No.1, Januari 2004, (Jakarta: P3EI UIN Syarif Hidayatullah, 2004), h. 86-87.
2Marsuki, Pemikiran dan Strategi Memberdayakan Sektor Ekonomi UMKM di Indonesia, (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2006), h. 19.
3Bank Indonesia, Outlook Perbankan Syariah Indonesia 2008, (Jakarta: Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, t.t.), h. 12.
3
Rp.2,23 triliun. Sedangkan berdasarkan data pembiayaan Bank Syariah Mandiri
(BSM) kepada UKM tahun 2007 tercatat sebesar Rp.4,83 triliun.4
Berdasarkan data publikasi Bank Indonesia, pembiayaan perbankan
syariah ke UKM mengalami penurunan Rp.312 miliar. Di Januari 2009 tercatat
pembiayaan ke UKM sebesar Rp.26,751 triliun, sedangkan Desember 2008
mencapai Rp 27,063 triliun. Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI),
Mustafa Edwin Nasution, mengatakan hal itu bisa disebabkan oleh sejumlah
faktor, salahsatunya krisis ekonomi global. Sektor UKM belum mampu
menggerakkan output sehingga bank syariah mengurangi dananya, terutama di
sektor yang terkena dampak langsung. Selain krisis ekonomi, Mustafa
mengatakan industri keuangan juga menunggu dampak yang terjadi dari paket
stimulus yang dikeluarkan sejumlah negara. Pasalnya, dari kebijakan tersebut
diharapkan perekonomian terutama sektor riil dapat terus bergerak.5
Usaha lain yang dilakukan dalam pemberdayaan ekonomi kerakyatan
misalnya BMI bersama-sama dengan ICMI dan MUI membentuk Pusat Inkubasi
Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) pada tanggal 13 Maret 1995 sebagai Lembaga
Pembina Swadaya Masyarakat (LPSM) yang bertujuan untuk
menumbuhkembangkan sumber daya manusia dan sumber daya ekonomi rakyat
4Euis Amalia, Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam: Penguatan Peran LKM dan UKM di
Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 292-297. 5http://www.mediacenterkopukm.com/detail-berita.php?bID=3406, Diakses pada 23 Juni 2010
pukul 17:35 WIB.
4
kecil, dan mewujudkan penguasaan & pengelolaan sumber daya yang adil,
merata dan berkelanjutan.6
Untuk mencapai tujuan yang dicanangkan PINBUK tersebut, maka
sasaran menengah yang ingin dicapai adalah pengembangan usaha di bidang
keuangan dan berperan dalam kegiatan ekonomi kecil melalui pengembangan
usaha ekonomi sektor riil. Sebab, upaya yang paling pokok dalam pemberdayaan
ekonomi kerakyatan adalah memperluas jangkauan akses usaha kecil pada
sumber-sumber dana, teknologi pasar, informasi serta pembinaan kewirausahaan
dan keterampilan manajemen.7
Atas dasar itu PINBUK melakukan pengembangan SDM dengan
menanamkan jiwa kewirausahaan dan manajemen modern dalam dunia usaha
bagi para pelaku ekonomi. Salahsatu usaha PINBUK yang berkembang pesat
dalam masyarakat yaitu mendorong tumbuh dan berkembangnya lembaga
keuangan yang berdasarkan sistem syariah di tingkat akar rumput (grass root)
melalui Balai Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul Maal wat Tamwil (BMT).8
6Agus Sumarno, “Skenario Pengembangan Jaringan Ekonomi Umat: Kaitannya BMT dan
Sektor Riel” dalam Baihaqi Abd. Madjid dan Saifuddin A.Rasyid, Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah (Perjalanan Gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia), (Jakarta: PINBUK, 2000), h. 242.
7Ginandjar Kartasasmita, “Pembangunan Ekonomi Umat: Mencermati Peran Lembaga Ekonomi Rakyat”, dalam Baihaqi Abd. Madjid dan Saifuddin A.Rasyid, Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah (Perjalanan Gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia), (Jakarta: PINBUK, 2000), h. 85.
8Muslimin, “Ekonomi Kerakyatan: Kajian Terhadap Kebijakan Ekonomi Orde Baru” dalam Al Iqtishadiyyah Jurnal Kajian Ekonomi Islam, Vol.I, No.1, Januari 2004, (Jakarta: P3EI UIN Syarif Hidayatullah, 2004), h. 89.
5
BMT adalah lembaga ekonomi masyarakat yang bertujuan untuk
mendukung kegiatan usaha ekonomi rakyat bawah dan kecil yang dijalankan
berdasarkan syariat Islam. BMT berintikan dua kegiatan usaha yang mencakup
baitul maal dan baitut tamwil.
Baitul maal adalah lembaga keuangan Islam yang memiliki kegiatan
utama menghimpun dan mendistribusikan dana ZISWAHIB (zakat, infaq,
shadaqah, waqaf dan hibah) tanpa adanya keuntungan (non profit oriented).
Penyalurannya dialokasikan kepada mereka yang berhak (mustahiq) zakat, sesuai
dengan aturan agama dan manajemen keuangan modern. Dalam mengelola dana
ZISWAHIB ini, BMT tidak mendapatkan keuntungan finansial karena hasil
zakat tidak boleh dibisniskan.9
Sedangkan baitut tamwil adalah lembaga keuangan Islam informal
dengan orientasi keuangan (profit oriented). Disebut informal karena lembaga ini
didirikan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang berbeda dengan
lembaga keuangan perbankan dan lembaga keuangan formal lainnya. Kegiatan
utama dari lembaga ini adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan/tabungan dan menyalurkan lewat pembiayaan usaha-usaha masyarakat
yang produktif dan menguntungkan sesuai dengan sistem ekonomi syariah.
Dengan demikian, selain menghimpun dana dari masyarakat melalui
investasi/tabungan, kegiatan baitut tamwil juga mengembangkan usaha-usaha
9Aries Mufti dan Muhammad Syakir Sula, Amanah Bagi Bangsa: Konsep Sistem Ekonomi
Syariah, (Jakarta: Masyarakat Ekonomi Syariah, t.t.), h. 199.
6
produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi umat, terutama
pengusaha kecil.10
Pada setiap usaha, risiko merupakan suatu hal yang mutlak. Risiko juga
dapat muncul dari berbagai sumber. Yang menjadi permasalahan adalah
bagaimana cara menangani risiko tersebut. Proses manajemen risiko merupakan
suatu hal yang mutlak jika kita ingin menghindari kerugian dalam usaha. Proses
ini diyakini memiliki peranan penting dalam keberlangsungan bisnis perbankan
syariah. Hal ini sebagai upaya lembaga keuangan berbasis syariah, termasuk
yang berskala kecil, agar dapat bertahan dan terus bersaing di industri
perbankan.
Risiko merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan
(anticipated) maupun yang tidak dapat diperkirakan (unanticipated) yang
berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan. Esensi dari penerapan
manajemen risiko adalah kecukupan prosedur dan metodologi pengelolaan risiko
sehingga kegiatan usaha tetap terkendali pada batas yang dapat diterima serta
menguntungkan.11
Seiring dengan tumbuhnya kesadaran umat Islam untuk mempercayakan
dananya pada lembaga keuangan berbasis syariah dan kemudahan dalam
mendirikan BMT membuat lembaga ini kian menjamur. Jumlah Lembaga
10H.A.Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat: Sebuah Pengenalan,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 183. 11Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management: Teori, Konsep,
dan Aplikasi (Panduan Praktis Untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi, dan Mahasiswa), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 623.
7
Keuangan Mikro (LKM) saat ini diduga tak kurang dari 9000 LKM. Jumlah
BMT di seluruh Indonesia diperkirakan sebanyak 3.307 unit dengan aset sekitar
Rp.1,5 triliun. Artinya, hampir separuh dari LKM nasional adalah BMT. Secara
individual, BMT sangat bervariasi. Tidak sedikit BMT yang mengelola aset di
atas Rp.10 miliar dengan jumlah nasabah di atas 3000-an orang, meskipun juga
banyak BMT yang asetnya kurang dari 50 juta dan nasabahnya kurang dari 500-
an orang.
Dua BMT yang cukup berkembang saat ini adalah BMT Al Munawwarah
dengan aset ± Rp.4,1 miliar dengan cakupan wilayah Pamulang dan sekitarnya12,
dan BMT Berkah Madani dengan aset ± Rp.3,1 miliar dengan cakupan wilayah
Cimanggis dan sekitarnya.13
Maka berdasarkan permasalahan dan data-data tersebut di atas, penulis
tertarik untuk mencoba memberikan pemaparan lebih lanjut dan menuangkannya
dalam skripsi yang berjudul “Strategi Manajemen Risiko Pada Pembiayaan
UKM di BMT Al Munawwarah & BMT Berkah Madani”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Setelah diuraikan latar belakang masalah di atas, tentu saja dalam
pembahasan skripsi ini harus dilakukan pembatasan masalah agar penulisan
skripsi ini lebih terarah. Penelitian ini dibatasi pada upaya mengkaji:
12http://www.bmtalmunawwarah.com/, Diakses pada 21 Juni 2010 pukul 14:21 WIB. 13http://www.berkahmadani.co.id/, Diakses pada 21 Juni 2010 pukul 14:31 WIB.
8
“strategi manajemen risiko BMT Al Munawwarah & BMT Berkah Madani pada
pembiayaan UKM”.
Dari pokok permasalahan di atas penulis merumuskan beberapa rincian
permasalahan yang akan dicari jawabannya dalam penulisan skripsi ini. Adapun
rumusan masalah yang diangkat adalah:
1. Bagaimana penerapan strategi manajemen risiko BMT Al Munawwarah &
BMT Berkah Madani?
2. Apa saja permasalahan dan risiko yang dihadapi BMT dalam memberikan
pembiayaan kepada UKM?
3. Bagaimana strategi manajemen risiko yang dilakukan BMT Al Munawwarah
& BMT Berkah Madani agar risiko tidak terjadi lagi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menganalisis penerapan strategi manajemen risiko di BMT Al
Munawwarah & BMT Berkah Madani.
b. Untuk mengetahui permasalahan dan risiko yang dihadapi BMT dalam
memberikan pembiayaan kepada UKM.
c. Untuk mengetahui strategi manajemen risiko yang dilakukan BMT Al
Munawwarah & BMT Berkah Madani agar risiko tidak terjadi lagi.
9
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi penulis, sebagai kesempatan dalam menerapkan teori ekonomi Islam
(syariah).
b. Bagi jurusan Muamalat, sebagai koleksi ruang lingkup karya ilmiah.
c. Bagi masyarakat, sebagai tambahan informasi mengenai strategi
manajemen risiko BMT.
d. Bagi BMT Al Munawwarah & BMT Berkah Madani, sebagai tambahan
pemikiran bagi praktisi BMT dalam melaksanakan prinsip-prinsip
lembaga keuangan sesuai tuntunan Islam.
D. Review Studi Terdahulu
Penulisan skripsi ini ditunjang dengan kajian pustaka terdahulu, sebagai
berikut:
1. Skripsi dengan judul “Peranan Moral Dalam Membina Kesadaran Hukum
(Studi Kasus Terhadap Pemenuhan Kewajiban Pembiayaan di BMT Al
Munawwarah)” oleh Muhammad Yunus, yang membahas tentang peranan
moral dalam kaitannya dengan kesadaran pemenuhan kewajiban pembiayaan
di BMT Al Munawwarah.
2. Skripsi dengan judul “Analisis SWOT Strategi Baitul Maal wat Tamwil
Dalam Peningkatan Usaha Kecil Menengah (Studi Kasus di BMT Al
Munawwarah Pamulang)” oleh Rosidah, yang membahas tentang analisis
SWOT strategi BMT Al Munawwarah dalam peningkatan UKM dan
10
3. Skripsi dengan judul “BMT Al Munawwarah dan Pemberdayaan Ekonomi
Umat (Studi Kasus BMT Al Munawwarah Pamulang)” oleh Siti Hajar, yang
membahas tentang konsep pemberdayaan ekonomi umat BMT Al
Munawwarah, mekanisme pengelolaan dan strategi bisnis BMT Al
Munawwarah dalam memberdayakan ekonomi umat, dan peranan BMT Al
Munawwarah dalam memberdayakan ekonomi umat.
4. Skripsi dengan judul “Mengukur Kinerja BMT Al Munawwarah Dengan
Balanced Scorecard (Studi Kasus BMT Al Munawwarah Pamulang)” oleh Siti
Maesunah, yang membahas tentang konsep pengukuran kinerja dengan
menggunakan balanced scorecard dan menilai kinerja BMT Al Munawwarah
dengan perspektif balanced scorecard.
5. Skripsi dengan judul “Analisis Terhadap Aplikasi Pembiayaan Ijarah
Multijasa Pada BMT Al Munawwarah” oleh Indah Deliyani, yang
menjelaskan bagaimana aplikasi pembiayaan ijarah multijasa di BMT Al
Munawwarah dan bagaimana akad yang digunakan dalam pembiayaan
multijasa dinilai dari segi fiqih muamalat.
6. Skripsi dengan judul “Strategi BMT Dalam Pemasaran dan Penyaluran Ijarah
Murni Menurut Perspektif Hukum Islam (Studi Pada LKS Berkah Madani
Kelapa Dua)” oleh Andy Kristanto Bachtiar, yang menjelaskan bagaimana
11
strategi pemasaran dan penyaluran ijarah murni di LKS Berkah Madani dan
pandangan hukum Islam terhadap strategi tersebut.
7. Skripsi dengan judul “Konsep dan Aplikasi Franchise Dalam Perspektif
Hukum Ekonomi Islam (Studi Pada LKS Berkah Madani)” oleh Syarah
Septiana, yang menjelaskan bagaimana aplikasi franchise di LKS Berkah
Madani, kesesuaian royalty fee yang diterapkan LKS Berkah Madani dengan
hukum ekonomi Islam, inovasi yang dilakukan LKS Berkah Madani dalam
bisnis franchise, serta keunggulan & kelemahan menggunakan sistem bisnis
franchise bagi franchisee dibandingkan dengan memulai bisnis sendiri.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, maka penulis mencoba
membandingkan strategi manajemen risiko yang dilakukan BMT Al
Munawwarah dengan strategi manajemen risiko yang dilakukan BMT Berkah
Madani dalam hal pembiayaan UKM sehingga terlihat perbedaan antara yang
sudah diteliti dengan penelitian yang penulis lakukan.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang mengambil data
dari penelitian lapangan untuk kemudian dipaparkan melalui metode analisis
kualitatif dengan BMT Al Munawwarah & BMT Berkah Madani sebagai
obyek.
12
2. Sumber Data
a. Data Primer
Jenis data ini diperoleh melalui wawancara dengan Manajer BMT
Al Munawwarah & BMT Berkah Madani.
b. Data Sekunder
Jenis data ini diperoleh dengan mengumpulkan data-data dari
buku-buku, internet, surat kabar, majalah, jurnal, dll.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Penelitian Pustaka (Library Research)
Salahsatu yang perlu dilakukan dalam penelitian adalah
pendayagunaan sumber informasi yang terdapat di perpustakaan dengan
jasa informasi yang tersedia. Studi kepustakaan terutama diarahkan untuk
memperoleh landasan teori yang digunakan dalam analisis data. Hal ini
penulis lakukan guna membantu memfasilitasi dalam melihat
permasalahan, yaitu untuk memperoleh konsep yang telah ada, juga
sebagai bentuk pemanfaatan data sekunder berupa buku-buku, makalah-
makalah, dll yang berhubungan dengan materi pembahasan skripsi ini.
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Oleh karena jenis data yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah
jenis data primer, yaitu data yang dikumpulkan dari hasil wawancara
langsung, maka pengumpulan data dilakukan dengan studi lapangan.
Studi lapangan dilakukan kepada obyek penelitian untuk mendapatkan
13
data-data untuk kemudian dianalisa. Adapun obyek penelitian ini adalah
BMT Al Munawwarah & BMT Berkah Madani.
4. Teknik Analisa Data
Untuk penyajian analisa data, penulis menggunakan penelitian
kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan fakta-fakta yang
diperoleh dari BMT Al Munawwarah & BMT Berkah Madani mengenai
strategi manajemen risiko yang dilakukan kedua BMT tersebut.
5. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku “Pedoman
Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, pembatasan & perumusan masalah,
tujuan & manfaat penelitian, review studi terdahulu, metodologi
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN TEORI
Berisi informasi tentang BMT, manajemen risiko, pembiayaan, dan
UKM.
14
BAB III : OBYEK PENELITIAN
Berisi profil BMT Al Munawwarah dan profil BMT Berkah Madani.
BAB IV : HASIL PEMBAHASAN
Berisi permasalahan dan risiko operasional BMT dalam pembiayaan
UKM, solusi pembiayaan bermasalah di BMT Al Munawwarah &
BMT Berkah Madani, dan analisis perbandingan strategi manajemen
risiko pada pembiayaan UKM di BMT Al Munawwarah & BMT
Berkah Madani.
BAB V : PENUTUP
Berisi intisari dari pembahasan bab-bab sebelumnya dan saran-saran
yang sekiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan dan kontribusi
pemikiran.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
1. Pengertian BMT
BMT terdiri dari 2 istilah, yaitu baitul maal dan baitut tamwil. Baitul
maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana
yang non-profit, seperti zakat, infaq dan shadaqah. Sedangkan baitut tamwil
sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-usaha
tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga
pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil yang berlandaskan syariah.1
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) atau padanan kata dari Balai Usaha
Mandiri Terpadu adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan
prinsip bagi hasil yang menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dan kecil
dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan
kaum fakir miskin. BMT adalah lembaga keuangan mikro syariah yang
ditumbuhkan oleh prakarsa dan dengan modal awal dari tokoh-tokoh
1Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi & Ilustrasi, (Jakarta:
Ekonisia, 2007), h. 96.
15
16
masyarakat setempat sebagai landasan ekonomi yang salaam (keselamatan
berintikan keadilan, kedamaian dan kesejahteraan).2
Secara konseptual, BMT memiliki 2 fungsi, yaitu:3
a. Baitut Tamwil (Bait = Rumah, at Tamwil = Pengembangan Harta)
melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi
dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil,
terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang
pembiayaan kegiatan ekonominya.
b. Baitul Maal (Bait = Rumah, Maal = Harta) menerima titipan dana zakat,
infaq dan shadaqah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan
peraturan dan amanahnya.
2. Visi, Misi & Tujuan BMT4
a. Visi BMT
Menjadi lembaga keuangan mikro syariah (dengan sistem bagi
hasil) yang professional dan terpercaya, memiliki jaringan yang luas
mencakup ¾ usaha mikro dan kecil di seluruh Indonesia sebelum tahun
2014.
2M.Amin Aziz, Pedoman Pendirian BMT (Baitul Maal Wat Tamwil), (Jakarta: PINBUK Press,
2004), h. 1-2. 3Ibid 4Ibid
17
b. Misi BMT
Menciptakan sistem, lembaga dan kondisi kehidupan ekonomi
rakyat banyak yang dilandasi oleh nilai-nilai dasar salaam (keselamatan
berintikan keadilan, kedamaian dan kesejahteraan), melandasi tumbuh
dan berkembangnya ¾ usaha mikro dan kecil di seluruh Indonesia
sebelum tahun 2014.
c. Tujuan BMT
Terciptanya sistem, lembaga dan kondisi kehidupan ekonomi
rakyat banyak yang dilandasi oleh nilai-nilai dasar salaam (keselamatan
berintikan keadilan, kedamaian dan kesejahteraan) berwujud pada ¾
usaha mikro dan kecil di seluruh Indonesia sebelum tahun 2014.
3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah suatu gambaran secara skematis tentang
hubungan kerjasama antarbagian yang terdapat dalam suatu badan dalam
rangka mencapai suatu tujuan. Tujuannya adalah untuk mempermudah
pelaksanaan tugas, membagi suatu kegiatan-kegiatan kerja besar menjadi
kegiatan-kegiatan kerja yang lebih kecil. Di samping itu juga untuk
mempermudah pimpinan dalam melaksanakan tugas pengawasan. Berikut ini
struktur organisasi BMT:5
5M.Amin Aziz, Pedoman Pendirian BMT (Baitul Maal Wat Tamwil), (Jakarta: PINBUK Press,
2004), h. 17.
18
Departemen/
Instansi Terkait
Kasir
Manajer Umum
PINBUK
Pengurus
Ketua, Sekretaris,
Bendahara
Rapat Anggota Tahunan (RAT)
Pembukuan & Administrasi Pembiayaan Penggalangan Dana
B. Manajemen Risiko
1. Pengertian Manajemen Risiko
Secara umum, risiko didefinisikan sebagai bentuk-bentuk peristiwa
yang mempunyai pengaruh terhadap kemampuan seseorang atau sebuah
institusi untuk mencapai tujuannya. Bank Indonesia mendefinisikan risiko
19
sebagai potensi terjadinya peristiwa (events) yang dapat menimbulkan
kerugian bank.6
Manajemen risiko menurut definisi Bank Indonesia adalah serangkaian
prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,
memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank.7
Semua definisi di atas bertujuan agar bank/perusahaan memiliki sense
akan adanya urgensi atau prioritas tinggi untuk mengatasi atau mengelola
risiko yang terjadi sehingga tidak sampai merugikan perusahaan.
2. Tujuan Manajemen Risiko
Tujuan yang hendak dicapai dengan manajemen risiko adalah untuk
menghindari perusahaan dari kegagalan, mengurangi pengeluaran, menaikkan
keuntungan, menekan biaya produksi, dan sebagainya.8
Namun secara umum tujuan dari manajemen risiko ada dua, yaitu
untuk menghindari risiko sebelum terjadinya kerugian (preloss objectives) dan
mengatasi risiko setelah terjadinya kerugian (postloss objectives).9
Adapun sasaran utama yang hendak dicapai oleh manajemen risiko,
terdiri dari:10
6Robert Tampubolon, Risk Management (Manajemen Risiko): Pendekatan Kualitatif Untuk
Bank Komersial, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004), h. 19-20. 7Robert Tampubolon, Risk Management (Manajemen Risiko): Pendekatan Kualitatif Untuk
Bank Komersial, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004), h. 33. 8A.Abbas Salim, Asuransi & Manajemen Risiko, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h.
201. 9Hinsa Siahaan, Manajemen Risiko: Konsep, Kasus & Implementasi, (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2007), h. 315.
20
a. Untuk kelangsungan hidup perusahaan (survival).
b. Ketenangan dalam berpikir.
c. Memperkecil biaya (least cost).
d. Menstabilisasi pendapatan perusahaan.
e. Memperkecil/meniadakan gangguan dalam menjalankan usaha.
f. Mengembangkan pertumbuhan perusahaan.
g. Mempunyai tanggung-jawab sosial terhadap karyawan.
3. Klasifikasi Manajemen Risiko
Untuk memudahkan pengenalan risiko, kita perlu melakukan
klasifikasi sehingga mengenal karakter dari risiko. Risiko secara umum dapat
diklasifikasikan ke dalam 4 bagian, yaitu:11
a. Risiko Murni (Pure Risk)
Adalah risiko yang dapat mengakibatkan kerugian pada
perusahaan, tetapi tidak ada kemungkinan menguntungkan.
b. Risiko Spekulatif (Speculative Risk)
Adalah risiko yang dapat mengakibatkan kerugian pada
perusahaan, tetapi dapat juga menguntungkan.
10A.Abbas Salim, Asuransi & Manajemen Risiko, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005),
h. 201. 11Bramantyo Djohanputro, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi (Memastikan Keamanan
dan Kelanggengan Perusahaan Anda), (Jakarta: Penerbit PPM, 2006), h. 17-19.
21
c. Risiko Sistematik (Systematic Risk)
Merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan melalui proses
diversifikasi (non-diversiviable risk). Ciri dari risiko sistematik adalah
tidak dapat dihilangkan atau dikurangi dengan cara penggabungan
berbagai risiko.
d. Risiko Spesifik (Specific Risk)
Merupakan risiko yang dapat dihilangkan melalui proses
diversifikasi (diversiviable risk). Kebalikan dari risiko sistematik, ciri dari
risiko spesifik adalah dapat dihilangkan atau dikurangi dengan cara
penggabungan berbagai risiko.
Secara khusus, risiko dapat diklasifikasikan ke dalam 8 bagian, antara
lain:12
a. Risiko Kredit
Adalah eksposur yang timbul sebagai akibat kegagalan pihak
lawan (counterparty) memenuhi kewajibannya. Di satu sisi, risiko ini
dapat bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti
penyaluran pinjaman, kegiatan treasury & investasi, dan kegiatan jasa
pembiayaan perdagangan yang tercatat dalam buku bank. Di sisi lain,
risiko ini timbul karena kinerja satu atau lebih debitur yang buruk. Kinerja
debitur yang buruk ini dapat berupa ketidakmampuan atau ketidakmauan
12Robert Tampubolon, Risk Management (Manajemen Risiko): Pendekatan Kualitatif Untuk
Bank Komersial, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004), h. 24-29.
22
debitur untuk memenuhi sebagian atau seluruh isi perjanjian kredit yang
telah disepakati sebelumnya. Dalam hal ini yang menjadi perhatian bank
bukan hanya kondisi keuangan dan nilai pasar dari jaminan kredit
(collateral), tetapi juga character dari debitur.
b. Risiko Pasar
Adalah eksposur yang timbul karena adanya pergerakan variabel
pasar (suku bunga dan nilai tukar) dari portofolio yang dimiliki oleh bank
yang berbalik arah dari yang diharapkan (adverse movement) yang dapat
menimbulkan kerugian bagi bank. Risiko ini biasanya juga disebut
sebagai systematic risk atau correlation risk, karena perubahan nilai pasar
dari aset bank bertalian dengan faktor-faktor yang bersifat sistemik
(korelasi antara instrumen, produk, mata uang, atau pasar). Sesuai
sifatnya, risiko ini tidak dapat didiversifikasi, tetapi sampai batas tertentu
dapat dibatasi (hedged).
c. Risiko Likuiditas
Adalah eksposur yang timbul antara lain karena bank tidak mampu
memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Krisis pembiayaan ini
dapat timbul karena pertumbuhan bank atau ekspansi kredit di luar
rencana, adanya peristiwa tak terduga seperti penghapusan (charge off)
yang signifikan, hilangnya kepercayaan masyarakat sehingga menarik
dana mereka dari bank, atau bencana nasional seperti devaluasi mata uang
yang sangat besar. Hal ini disebabkan karena risiko likuiditas dapat
23
melekat pada aktivitas fungsional perkreditan (penyediaan dana),
treasury, investasi & penanaman dana lainnya, serta kegiatan pendanaan
& penerbitan surat utang.
d. Risiko Operasional
Adalah eksposur yang timbul antara lain karena adanya
ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses internal (internal factors),
adanya kesalahan atau kecurangan manusia (human factors), kegagalan
sistem (system factors) dalam mencatat, membukukan dan melaporkan
transaksi secara lengkap, benar & tepat waktu, atau adanya masalah
eksternal (external factors) seperti perubahan regulasi yang
mempengaruhi operasional bank.
e. Risiko Hukum
Adalah eksposur yang timbul karena adanya kelemahan aspek
yuridis, antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan
peraturan perundang-undangan yang mendukung, atau kelemahan
perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya suatu kontrak, dan
pengikatan agunan yang tidak sempurna. Selain itu, risiko hukum dapat
timbul akibat dari tindakan manajemen bank atau para karyawan yang
melanggar hukum atau regulasi, kecurangan (fraud), dan perbuatan lain
yang merugikan bank maupun semua pihak yang terlibat (stakeholders).
24
f. Risiko Reputasi
Adalah eksposur yang disebabkan adanya publikasi negatif yang
terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif terhadap bank.
g. Risiko Strategik
Adalah eksposur yang disebabkan adanya penetapan dan
pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis
yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan
eksternal.
h. Risiko Kepatuhan
Adalah eksposur yang disebabkan karena bank tidak mematuhi
atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan
lain yang berlaku.
4. Siklus Manajemen Risiko13
a. Identifikasi Risiko
Pada tahap ini analis berusaha mengidentifikasi apa saja risiko
yang dihadapi oleh perusahaan. Langkah yang dapat dilakukan adalah
melakukan analisis terhadap pihak-pihak yang berkepentingan
(stakeholders). Ada berbagai pihak yang berkepentingan yang perlu
mendapat perhatian, jika tidak maka perusahaan atau manajemen berada
pada posisi yang berbahaya. Mereka termasuk pemegang saham,
13Veithzal Rivai, dkk., Bank and Financial Institution Management: Conventional and Sharia
System, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 27-29.
25
kreditur, debitur, karyawan, pemerintah, manajemen itu sendiri,
masyarakat dan pihak lain yang terpengaruh oleh adanya perusahaan.
b. Pengukuran Risiko
Pada dasarnya pengukuran risiko mengacu pada 2 faktor, yaitu
kuantitas risiko dan kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa
banyak nilai yang rentan terhadap risiko. Kualitas risiko terkait dengan
kemungkinan suatu risiko muncul. Semakin tinggi kemungkinan risiko
terjadi, semakin tinggi pula risikonya. Data historis merupakan salahsatu
sumber identifikasi risiko sekaligus sumber untuk mengukur besarnya
risiko.
c. Pemetaan Risiko
Perusahaan tidak perlu takut terhadap semua risiko. Ada risiko
yang perlu mendapat perhatian khusus, ada pula risiko yang dapat
diabaikan. Itulah sebabnya perusahaan perlu membuat peta risiko, yaitu
untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan kepentingannya terhadap
perusahaan. Pemetaan bertujuan untuk memilah-milah mana risiko yang
mampu memberi kontribusi positif dan mana risiko yang merupakan
value destroyer bila dikelola.
d. Pengelolaan Risiko
Pelaksanaan proses pengelolaan risiko harus digunakan bank
untuk mengelola risiko tertentu, terutama yang dapat membahayakan
kelangsungan usaha bank. Usaha yang dapat dilakukan bank antara lain
26
dengan cara hedging dan metode mitigasi risiko lainnya seperti penerbitan
garansi, sekuritisasi aset dan credit derivatives, serta penambahan modal
bank untuk menyerap potensi kerugian.14
e. Pengawasan dan Pengendalian Risiko
Keseluruhan proses manajemen risiko harus terus disempurnakan
karena sistem dan lingkungan secara dinamis selalu menimbulkan
perubahan. Pengawasan dilakukan untuk melihat kemungkinan
penyempurnaan tahapan analisis risiko yang diakibatkan oleh perubahan
lingkungan. Langkah tersebut dilanjutkan dengan penambahan serta
penyempurnaan perencanaan risiko perusahaan.15
C. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Secara harafiah, pembiayaan (financing atau marhun bih) diartikan
sebagai dana rahn, yaitu dana yang diperoleh rahin (nasabah) setelah aplikasi
rahn-nya diterima oleh pihak murtahin (bank), dengan syarat setelah ada
penyerahan marhun (jaminan) kepada pihak murtahin.16
14Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management: Teori, Konsep,
dan Aplikasi Panduan Praktis Untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi, dan Mahasiswa, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 800.
15Fahmi Basyaib, Manajemen Risiko, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 5. 16Bank Indonesia, Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah, (Jakarta: Direktorat
Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2006), h. 39.
27
Secara istilah, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.17
2. Unsur-unsur Pembiayaan18
Pembiayaan pada dasarnya diberikan atas dasar kepercayaan. Dengan
demikian, pemberian pembiayaan adalah pemberian kepercayaan. Hal ini
berarti prestasi yang diberikan benar-benar harus diyakini dapat dikembalikan
oleh penerima pembiayaan sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang telah
disepakati bersama. Berdasarkan hal tersebut, maka unsur-unsur dalam
pembiayaan adalah:
a. Adanya 2 pihak, yaitu pemberi pembiayaan (shahibul maal) dan penerima
pembiayaan (mudharib). Hubungan keduanya merupakan kerjasama yang
saling menguntungkan, yang diartikan pula sebagai kehidupan tolong-
menolong. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al Maidah [5]
ayat 2:
17Ahmad Kamil dan M.Fauzan, Kitab Undang-undang Hukum Perbankan dan Ekonomi
Syariah, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 31-32. 18Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management: Teori, Konsep,
dan Aplikasi (Panduan Praktis Untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi, dan Mahasiswa), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 4-5.
28
⌧
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertakwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
b. Adanya kepercayaan shahibul maal kepada mudharib yang didasarkan
atas prestasi dan potensi mudharib.
c. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak mudharib kepada pihak
shahibul maal untuk berjanji membayar. Perjanjian tersebut dapat berupa
janji lisan, tertulis (akad pembiayaan), atau berupa instrumen (credit
instrument). Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al Baqarah [2]
ayat 282:
⌧ ☺ ☺
☺
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya, dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar, dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah, Tuhannya.”
29
d. Adanya penyerahan barang, jasa, atau uang dari shahibul maal kepada
mudharib.
e. Adanya unsur waktu (time element). Unsur waktu merupakan unsur
esensial pembiayaan. Pembiayaan terjadi karena unsur waktu, baik dilihat
dari sisi shahibul maal maupun dari sisi mudharib.
f. Adanya unsur risiko (degree of risk) di kedua belah pihak. Risiko di pihak
shahibul maal adalah risiko gagal bayar (risk of default), baik karena
kegagalan usaha (pinjaman produktif) maupun ketidakmampuan
membayar (pinjaman konsumtif) atau karena ketidaksediaan membayar.
Risiko di pihak mudharib adalah kecurangan dari pihak pemberi
pembiayaan, antara lain berupa shahibul maal yang bermaksud
mencaplok perusahaan yang diberi pembiayaan atau tanah yang
dijaminkan.
3. Tujuan Pembiayaan19
Pada dasarnya terdapat 2 fungsi yang saling berkaitan dari
pembiayaan, yaitu:
a. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan
berupa keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari hasil
usaha yang dikelola bersama nasabah. Oleh karena itu, bank hanya akan
19Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management: Teori, Konsep,
dan Aplikasi (Panduan Praktis Untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi, dan Mahasiswa), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 5-6.
30
menyalurkan pembiayaan kepada usaha-usaha nasabah yang diyakini
mampu dan mau mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya.
b. Safety, yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus
benar-benar terjamin sehingga tujuan memperoleh keuntungan dapat
benar-benar tercapai tanpa hambatan yang berarti.
D. Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Di Indonesia, berbagai macam institusi pemerintah merumuskan atau
mengadopsi definisi dan batasan yang berbeda-beda mengenai UKM. Menurut
Undang-undang No.9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, batasan usaha/industri
kecil didefinisikan sebagai:
Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan, bertujuan untuk memproduksi barang maupun jasa untuk diperniagakan secara komersial, yang mempunyai kekayaan bersih paling banyak Rp.200 juta dan mempunyai nilai penjualan per tahun sebesar Rp.1 miliar atau kurang.20
Badan Pusat Statistik (BPS) menyusun kategori berdasarkan jumlah
tenaga kerja. Menurut BPS, UKM adalah entitas bisnis yang memiliki tenaga
kerja kurang dari 100 orang, dengan rincian kategori sebagai berikut:21
1. Usaha rumah tangga dan mikro terdiri dari 1-4 orang tenaga kerja.
2. Usaha kecil terdiri dari 5-19 orang tenaga kerja.
20Andi Irawan, “Mengapa Membangun (Kewirausahaan) UKM Itu Penting?” dalam
Kewirausahaan UKM: Pemikiran dan Pengalaman, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 8-9. 21Ibid
31
3. Usaha menengah terdiri dari 20-99 orang tenaga kerja.
4. Usaha besar memiliki tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Depperindag) dan Bank
Indonesia memberikan batasan UKM berdasarkan nilai aset (tidak termasuk
tanah dan bangunan), yaitu masing-masing sebesar kurang dari Rp.5 miliar dan
Rp.10 miliar. Sedangkan Departemen Koperasi & UKM memberikan batasan
UKM berdasarkan nilai penjualan setahun, yaitu sebesar kurang dari Rp.5
miliar.22
Apapun definisi UKM, disadari bahwa UKM yang merupakan jumlah
terbesar dari pengusaha Indonesia mempunyai peran yang besar dalam
perekonomian Indonesia, baik dalam pembentukan Produk Domestik Bruto
maupun dalam penyerapan tenaga kerja. Pengembangan UKM memerlukan
sumber dana yang bersifat utang dari berbagai alternatif sumber dana. Salahsatu
kendala yang dihadapi adalah keterbatasan untuk memenuhi agunan sehingga
lembaga penjamin pembiayaan menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan
keterbatasan pemenuhan itu.23
Beberapa kendala yang menjadi kelemahan mendasar bagi penyaluran
pembiayaan UKM, yaitu:
22Ibid 23Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management: Teori, Konsep,
dan Aplikasi (Panduan Praktis Untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi, dan Mahasiswa), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 643-644.
32
1. Belum tersedianya dana/pembiayaan yang murah, mudah, cepat, dan
mekanisme yang sederhana untuk dapat mendukung UKM.
2. Penerapan prudential banking yang mempersyaratkan agunan pembiayaan
(collateral) yang cukup sekalipun usahanya layak.
3. Selain kendala dalam penyediaan agunan yang memadai dan sesuai
persyaratan, UKM juga menghadapi kendala adanya keterbatasan di bidang
manajemen, administrasi, teknologi, dan pemasaran. 24
4. Kurang berpengalamannya UKM dalam berhubungan dengan dunia
perbankan.
5. Umumnya UKM belum mampu menyusun laporan keuangan dan rencana
pengembangan usaha sebagai salahsatu syarat mendapatkan pembiayaan.
6. Umumnya UKM belum mampu menyatakan kelayakan usahanya dalam
proposal permohonan pembiayaan yang baik.
7. Perbandingan modal sendiri UKM dengan dana yang diperlukan dari sumber
pembiayaan relatif kecil.25
Untuk meningkatkan akses usaha kecil terhadap pembiayaan, diatur
dalam Undang-undang No.9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, dilakukan dengan:
1. Meningkatkan kemampuan dalam pemupukan modal sendiri.
2. Meningkatkan kemampuan menyusun studi kelayakan.
24Ibid 25http://ekisonline.com/index.php?option?=com-content&task=viewBid=638+temicl=3,
Diakses pada 12 Juli 2010 pukul 15:23 WIB.
33
3. Meningkatkan manajemen keuangan.
4. Menumbuhkan dan mengembangkan lembaga penjamin.26
Di sinilah letak manfaat keberadaan BMT sebagai lembaga keuangan
umat dalam hal pembinaan dan pendampingan usaha kecil agar sektor UKM
dapat terus berkembang sehingga para pengusaha kecil tersebut tidak terjebak
pada usaha pinjam-meminjam kepada rentenir yang pada akhirnya tidak dapat
mengembangkan usahanya, justru malah mematikan kegiatan usahanya tersebut.
Hal ini telah diatur dalam pasal 17 mengenai Pembinaan, dimana:
“Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melakukan pembinaan dan pengembangan dalam Sumber Daya Manusia (SDM)”.27
Jadi sudah selayaknyalah BMT sebagai lembaga yang dikhususkan pada
pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis syariah untuk melakukan
pembinaan dan pengembangan SDM sektor UKM agar dapat mengelola
usahanya ke depan dengan lebih baik, tentunya tidak terlepas dari prinsip-prinsip
ekonomi Islam.
Adapun bantuan teknis yang dapat dilakukan BMT, antara lain:28
1. Upaya perbaikan teknologi produksi.
2. Teknik pencatatan keuangan usaha.
3. Perbaikan manajemen.
26Euis Amalia, Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam: Penguatan Peran LKM dan UKM
di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 262-263. 27Ibid 28Awalil Rizky, BMT: Fakta dan Prospek Baitul Maal wat Tamwil, (Yogyakarta: UCY Press,
2007), h. 7.
34
4. Memfasilitasi kerjasama antar usaha.
5. Jaringan pemasaran, dan sebagainya.
BAB III
OBYEK PENELITIAN
A. Profil BMT Al Munawwarah
1. Sejarah Singkat BMT Al Munawwarah1
Ide dan inisiatif pendirian BMT Al Munawwarah bermula dari
keprihatinan bersama beberapa jamaah dan pengurus Yayasan Al
Munawwarah-BPI, ICMI orsat Pamulang dan beberapa tokoh lingkungan
sekitar Pamulang terhadap kondisi pengusaha mikro kecil yang seringkali
kesulitan mengakses permodalan guna mengembangkan usahanya sehingga
mereka mencari alternatif termudah dalam mengakses permodalan, yaitu
rentenir. Walaupun pada hakikatnya ketika mereka meminta bantuan kepada
rentenir, itulah awal dari keterpurukan usaha mereka.
Beberapa pertemuan tokoh digagas guna menindaklanjuti keinginan
tersebut. Tidak lama berselang sejumlah calon pendiri bersedia menyertakan
dana penggerak dalam bentuk Simpanan Pokok Khusus (SPK) sebagai modal
awal operasional BMT. Setelah semua sepakat, maka didirikanlah BMT Al
Munawwarah dengan mengambil bentuk Kelompok Swadaya Masyarakat
(KSM) sebagai legalitas dan status hukum awal operasionalnya.
1http://www.bmtalmunawwarah.com/profil.htm, Diakses pada 14 Juli 2010, pukul 10:01 WIB.
34
35
Tepat pada tanggal 26 Mei 1996, BMT Al Munawwarah bersama 16
BMT baru lainnya di wilayah Jakarta Selatan diresmikan operasionalnya oleh
Ketua PINBUK Jakarta Selatan, H.Ali Moeis dan Direktur Bank Muamalat,
H.Zainul Bahar Noor. Sejak itu BMT Al Munawwarah yang didukung oleh
para pendiri dari 2 lembaga yaitu Yayasan Al Munawwarah dan ICMI orsat
Pamulang serta 39 perorangan lainnya mulai berkiprah dalam komunitas
usaha lapisan grass root, yaitu usaha kecil mikro.
2. Visi, Misi & Tujuan2
a. Visi
Terwujudnya BMT yang terdepan, tangguh dan profesional dalam
membangun ekonomi umat.
b. Misi
1) Memberikan layanan yang prima kepada seluruh anggota dan mitra
BMT.
2) Mencapai pertumbuhan dan hasil usaha BMT yang layak serta
proporsional untuk kesejahteraan bersama.
3) Memperkuat permodalan sendiri dalam rangka memperluas jaringan
layanan BMT.
4) Turut berperan-serta dalam gerakan pengembangan ekonomi syariah.
2Ibid
36
c. Tujuan
Meningkatkan kesejahteraan bersama melalui kegiatan ekonomi
yang menaruh perhatian pada nilai-nilai dan kaidah-kaidah muamalah
syar’iyyah yang memegang teguh keadilan, keterbukaan dan kehati-
hatian.
3. Motto & Budaya Kerja3
a. Motto
Bersama menebar manfaat meraih maslahat.
b. Budaya Kerja
1) Siddiq (Menjaga martabat dan integritas)
2) Amanah (Terpercaya dengan penuh tanggung jawab)
3) Fathonah (Profesional dan expert dalam bekerja)
4) Empati (Peduli terhadap keluhan mitra)
5) Tabligh (Bekerja dengan penuh keterbukaan)
6) Yakin dan istiqamah (Yakin dan konsisten menuju kesuksesan)
4. Legalitas Hukum4
BHS : No. 1014009/PINBUK/III/98
AKTE : No. 518/26/BH/Dis KUK
DOMISILI : No. 517/34-DPT/2004
NPWP : No. 02.289.745.8-411.000
3Ibid 4Ibid
37
SIUP : No. 503.1/0796/30-30/PK/VIII/2004
TDP : No. 30.03.2.52.00723
5. Struktur Organisasi5
Berikut ini adalah susunan Badan Pengawas, Pengurus, dan Pengelola
BMT Al Munawwarah periode Mei 2010 sampai dengan April 2013:6
BADAN PENGAWAS
Ketua : Drs. Nadarsjah Mahdur, MM, Ak, CPA
Anggota : H.M.Arief Ismail, SH, M.Huk
Anggota : Prof. Dr. H.Gatot Suradji, MM, M.Sc
BADAN PENGURUS
Ketua : Drs. H.Achyar Said
Sekretaris : H.Sukamdi
Bendahara : Ir. H.Djoko Prabowo S.
BADAN PENGELOLA
Manajer : Mudzakir Murad, S.Ag
Kepala Operasional : Sutanto, SE
Kepala Marketing : Samabiyanto
Kepala Cabang 01 : Rausin
Kepala Cabang 02 : Asep Soufian, SE
5Ibid 6Wawancara pribadi dengan Mudzakir Murad via email.
38
6. Produk & Layanan7
Produk dan layanan BMT Al Munawwarah diperuntukan bagi
masyarakat yang mengutamakan prinsip syariah disertai kenyamanan,
keamanan, keleluasaan dan kemudahan bertransaksi. Berbagai produk BMT
Al Munawwarah adalah sebagai berikut:
a. Penghimpunan Dana (Funding)
1) Simpanan/Tabungan INSANI (Investasi Syariah Non-Ribawi)
Merupakan tabungan berbagi-hasil yang memberikan
keleluasaan berinvestasi dengan transaksi yang mudah, cepat, aman,
dan insya-Allah menguntungkan. Dengan prinsip Mudharabah
Mutlaqah, simpanan diperlakukan sebagai investasi dengan memberi
kebebasan penuh pada BMT untuk mengelola dana dalam bentuk
pembiayaan yang sesuai dengan prinsip syariah.
Keuntungan investasi akan dibagihasilkan antara nasabah dan
BMT sesuai dengan nisbah yang disepakati sebelumnya. BMT telah
mengemas tabungan INSANI dalam beberapa bentuk yaitu:
a) SIMAPAN (Simpanan Amanah untuk Masa Depan)
b) SAHAJA (Simpanan Haji Al Munawwarah)
c) TAFAQUR (Tabungan Fasilitas Qurban)
d) SAPITRI (Simpanan Pendidikan untuk Putra-Putri)
7http://www.bmtalmunawwarah.com/produk.htm, Diakses pada 14 Juli 2010, pukul 11:12 WIB.
39
e) TAFADDAL (Simpanan Fasilitas Debet Al Munawwarah)
f) SAHARA (Simpanan Hari Raya)
g) TAZKIAH (Tabungan Zakat Infaq Shadaqah)
2) Deposito BERKAH (Berjangka Mudharabah)
Merupakan investasi dengan nisbah bagi hasil kompetitif dalam
jumlah dan jangka waktu tertentu. Dengan prinsip Mudharabah
Muthlaqah dimana nasabah memberi kebebasan penuh kepada BMT
untuk mengelola dana sesuai dengan prinsip syariah. Keuntungan dari
pengelolaan dana tersebut akan dibagihasilkan sesuai dengan nisbah
yang telah disepakati sebelumnya.
Manfaat dan kelebihan dari produk ini adalah:
a) Bagi hasil keuntungan atas pengelolaan dana.
b) Jangka waktu yang fleksibel, yaitu 2, 3, 6, 9, dan 12 bulan.
c) Dapat dijadikan jaminan pembiayaan.
d) Hasil investasi dapat diambil secara tunai, otomatis dikreditkan ke
rekening tabungan atau ditambahkan ke pokok deposito, sesuai
dengan keinginan nasabah.
3) Pembiayaan/Pinjaman Dari Pihak Lain
Adalah kewajiban BMT kepada pihak lain dalam bentuk hutang
pembiayaan atau investasi dengan jangka waktu tertentu. Investor akan
mendapatkan bagi hasil sesuai kesepakatan nisbah yang
dimusyawarahkan diawal. BMT menerima pembiayaan dari pihak lain
40
dalam bentuk akad Mudharabah Mutlaqah maupun Mudharabah
Muqayyadah.
4) Penanaman/Penyertaan Modal
Adalah penyertaan yang bertujuan investasi untuk memupuk
penguatan modal BMT. Untuk tahap awal, produk ini ditawarkan bagi
pendiri BMT yang berminat. Penyerta modal akan mendapatkan
imbalan berupa dividen tahunan yang ditentukan oleh RAT-BMT.
b. Penanaman Dana
Alasan BMT Al Munawwarah dalam memberikan pembiayaan
pada sektor UKM yaitu:8
1) Menjalankan fungsi mediasi utama BMT, dimana selain menerima
dana juga menyalurkan dana.
2) Untuk memperoleh pendapatan, sebab tanpa pembiayaan BMT tidak
akan berjalan dengan semestinya.
3) Mempermudah akses permodalan usaha bagi anggota dan non-anggota
dalam rangka mengembangkan usaha mereka.
BMT Al Munawwarah hanya memberikan pembiayaan ke sektor
UKM karena BMT sebagai lembaga UKM harus konsisten dalam
pengembangan segmen UKM. Karenanya BMT Al Munawwarah
melakukan pembiayaan 100% hanya di segmen UKM, sehingga
8Wawancara pribadi dengan Mudzakir Murad via email.
41
keuntungan pun didapat hanya dari sektor UKM. Mengenai porsinya,
volume pembiayaan BMT Al Munawwarah tiap tahunnya terus meningkat
rata-rata 30%.9
Adapun produk-produk penyaluran dana yang ada di BMT Al
Munawwarah, antara lain:
1) Sistem Bagi Hasil (Mudharabah dan Musyarakah)
a) Mudharabah
Pembiayaan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan
kesepakatan bersama yang disalurkan untuk berbagai jenis usaha
halal, seperti industri rumah tangga, perdagangan, jasa dan
pertanian. Dalam pembiayaan mudharabah tidak ada porsi
penyertaan (sharing) dana dari mitra. Total dana pembiayaan
adalah dari BMT.
b) Musyarakah
Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yang diperuntukan
bagi mitra yang telah memiliki usaha produktif halal dan
bermaksud untuk menambah modal usahanya. BMT
menempatkan porsi penyertaan (sharing) dana terhadap usaha
mitra.
9Ibid
42
2) Sistem Jual Beli (Murabahah)
a) Pembiayaan dengan prinsip jual-beli barang dengan
keuntungan/margin yang disepakati.
b) Pembayaran dapat diangsur sesuai kesepakatan bersama.
c) Diperuntukan bagi nasabah yang memerlukan aset berupa barang
dan tidak ingin melunasi sekaligus (angsuran dicicil).
3) Sistem Jasa (Ijarah Multijasa, Hiwalah, Pembiayaan Pembayaran
Rekening Telepon)
Pembiayaan atas dasar prinsip jasa, disalurkan untuk berbagai
jenis kebutuhan halal seperti:
a) Ijarah multijasa: Untuk pembayaran biaya pendidikan, pengobatan,
sewa tempat, dan lain lain.
b) Hiwalah: Untuk anjak hutang-piutang.
c) Pembiayaan tagihan rekening telepon.
4) Sistem Pinjaman (Al Qardh)
Adalah penyediaan dana pinjaman berdasarkan kesepakatan
antara BMT dan mitra peminjam yang mewajibkan mitra peminjam
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu sesuai perjanjian.
Dalam sistem ini, mitra peminjam diperkenankan memberi imbalan
kepada BMT tanpa dipersyaratkan sebelumnya oleh BMT.
43
c. Jasa Layanan
Jasa layanan merupakan kegiatan usaha BMT selain simpan-
pinjam, terdiri dari:
4) Transaksi ONLINE, meliputi;
a) Pembayaran Listrik PLN
b) Pembayaran Telepon TELKOM
c) Pembayaran Air PAM-TPJ
d) Pembayaran Angsuran Kredit Motor FIF
e) Pembayaran Tagihan Kartu Kredit Citibank
f) Pembayaran Tagihan Ponsel Pascabayar
g) Transfer Antar Bank
h) Pembelian Isi Ulang Pulsa
2) Mini Market WASERDA
Merupakan usaha perdagangan retail yang menyediakan
berbagai macam kebutuhan rumah tangga.
3) Aksi Sosial
Merupakan kegiatan sosial yang dilakukan dalam rangka
memenuhi Corporate Social Responsibility (CSR).
44
B. Profil BMT Berkah Madani
1. Sejarah Singkat BMT Berkah Madani10
Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Berkah Madani didirikan
oleh 34 orang anggota pendiri pada bulan Ramadhan 1415 H, tepatnya pada
tanggal 19 Oktober 2004. Rapat anggota dipimpin oleh Andi Estetiono yang
salahsatu keputusannya adalah menyepakati berdirinya KJKS yang diberi
nama Berkah Madani. Nama Berkah Madani mengandung arti menebarkan
keberkahan untuk terwujudnya sebuah masyarakat madani.
Setelah melalui serangkaian masa persiapan operasional, pada tanggal
1 Muharram 1416 H atau bertepatan dengan tanggal 10 Februari 2005
operasional KJKS Berkah Madani secara resmi dimulai. Peresmian dilakukan
bersamaan dengan kegiatan peletakan batu pertama ESQ Madani Center oleh
Aburizal Bakrie (Menko Ekuin) dan Sugiharto (Meneg BUMN) di Jonggol,
Jawa Barat. Sedangkan peresmian kantor pelayanan di Kelapa Dua-Depok,
dilakukan oleh Dewan Pembina yaitu Erwin Mardjuni, Aries Muftie dan
Wiwin P. Soedjito.
Dengan jumlah modal yang sangat terbatas, KJKS Berkah Madani
terus berupaya untuk meningkatkan volume usahanya seiring dengan terus
meningkatnya kepercayaan anggota dan meningkatnya kebutuhan permodalan
dari usaha mikro dan kecil. Periode kepengurusan pertama 2005-2008
10http://www.berkahmadani.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=20&Itemi
d=58, Diakses pada 14 Juli 2010, pukul 11:20 WIB.
45
dipimpin oleh Andi Estetiono selaku Ketua Umum dibantu oleh 6 orang
pengurus lainnya yang telah berakhir pada April 2008 yang lalu. Rapat
Anggota kemudian memutuskan untuk dilakukan regenerasi dalam
kepengurusan dengan menetapkan Wawan W. Setiawan sebagai Ketua Umum
untuk periode 2008-2011. Penggantian kepengurusan ini menunjukkan proses
transfer of knowledge dan proses pembelajaran berlangsung sebagaimana
yang diharapkan.
Untuk meningkatkan value serta jangkauan pelayanan, KJKS Berkah
Madani melakukan pola kemitraan dengan koperasi-koperasi lain untuk
bersinergi mengembangkan jaringan pelayanan dengan brand "Berkah
Madani". Hingga saat ini telah beroperasi beberapa Kantor Pelayanan Berkah
Madani dengan status otonom, yang berlokasi di Cimanggis, Jakarta Utara,
Ciputat, Bandung, dan Bogor. KJKS Berkah Madani akan terus memperluas
jaringan kemitraan ini dengan pola kerjasama strategis-kemitraan. Dalam
waktu dekat akan diresmikan transaksi online antarkantor Berkah Madani,
sehingga pelayanan kepada anggota dapat lebih baik lagi.
2. Visi, Misi & Tujuan11
a. Visi
Menjadi lembaga keuangan syariah yang terbaik dan terdepan
secara nasional dalam memberi solusi yang bermakna bagi kaum dhuafa,
11http://www.berkahmadani.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=5&Itemid
=59, Diakses pada 14 Juli 2010, pukul 11:34 WIB.
46
pengusaha mikro dan kecil secara berkelanjutan dengan berlandaskan
pada prinsip-prinsip fathanah, amanah, shiddiq dan tabligh.
b. Misi
1) Meningkatkan akses permodalan bagi masyarakat kecil baik finansial
maupun non-finansial.
2) Membantu menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan
produktivitas masyarakat kecil demi kesejahteraan dan keadilan
ekonomi.
3) Menjadi lembaga keuangan syariah yang tumbuh secara
berkelanjutan seiring dengan pertumbuhan usaha nasabahnya.
4) Memberikan keuntungan maksimal secara terus menerus kepada
shareholders melalui pelayanan terbaik kepada stakeholders.
5) Menjadi organisasi pembelajar yang secara kontinyu meningkatkan
kompetensi dan kapasitas Sumber Daya Insani yang beriman dan
bertaqwa dengan kesejahteraan yang maksimal.
c. Tujuan
1) Mendorong masyarakat untuk memiliki semangat dalam melakukan
kegiatan ekonomi dan bisnis, serta meningkatkan motivasi mereka
untuk membangun ekonomi negara.
2) Membentuk suatu rantai kerjasama antara pedagang dan
pembantunya dengan menyalurkan dana kemudian dimanfaatkan
BMT melalui perdagangan.
47
3) Memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian
nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan
makmur berdasarkan Pancasila.
4) Membantu pelaku sektor usaha kecil dan mikro yang tidak memiliki
akses layanan perbankan.
5) Memberikan layanan keuangan alternatif berbasis syariah.
3. Budaya Kerja12
a. Kerja Ikhlas
Bekerja adalah pengabdian kepada Allah yang harus selalu
dilandasi niat yang lurus untuk semata-mata mengharapkan ridha-Nya.
b. Kerja Cerdas
Bekerja secara sistematis, efektif dan terstruktur untuk
mendapatkan hasil yang maksimal yang ditunjang dengan SDM, sistem
dan teknologi yang terbaik.
c. Kerja Keras
Bekerja dengan penuh semangat dengan menunjukkan etos kerja
yang tinggi.
12Ibid
48
d. Kerja Tuntas
Bekerja dengan berpedoman pada rencana yang realistis dan
terukur.
e. Kerja Puas
Bekerja yang berorientasi pada kepuasan seluruh pihak.
4. Legalitas Hukum13
BMT Berkah Madani berbadan hukum Koperasi Jasa Keuangan
Syariah (KJKS) yang disahkan berdasarkan SK Menteri Koperasi dan UKM
No.486/BH/MENEG.I/V/2006, berkedudukan di kota Depok dan beroperasi
secara nasional.
5. Struktur Organisasi
Berikut ini adalah susunan Badan Pengawas, Dewan Pengawas
Syariah, dan Pengurus BMT Berkah Madani periode 2008 - 2011:14
Badan Pengawas
Ketua : Andi Estetiono
Anggota : Soewondo
Anggota : Rahfie Saefulshaaf
Dewan Pengawas Syariah
Ketua : Arisson Hendry
13Ibid 14BMT Berkah Madani, Notulen RAT BMT Berkah Madani, (Depok: BMT Berkah Madani, 23
Maret 2008).
49
Anggota : Budi Hartanto
Badan Pengurus
Ketua : Wawan W. Setiawan
Wakil Ketua : Johan Machrobi
Sekretaris Umum : Rinadi Nindyawan
Bendahara Umum : Yoke Paramita
Sekretaris : Winny Sulastri
Bendahara : Elly Qomariah
Humas : Asri Al Jufri
6. Produk & Layanan
a. Produk Pengumpulan Dana15
Jenis produk pengumpulan dana yang ditawarkan relatif bervariasi
sesuai kebutuhan dan kemudahan yang dimiliki oleh simpanan tersebut.
BMT Berkah Madani melayani jasa simpanan tabunagn yang dapat
digunakan sewaktu-waktu apabila nasabah membutuhkan. Dengan akad
mudharabah muthlaqah nasabah mendapatkan bagi hasil dihitung
berdasarkan saldo rata-rata harian, menjamin bagi hasil yang diperoleh
lebih adil. Berikut ini berbagai produk penghimpunan dana yang terdapat
di BMT Berkah Madani:
15http://www.berkahmadani.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=46&Itemi
d=34, Diakses pada 14 Juli 2010, pukul 11:55 WIB.
50
1) Tabungan Berkah Hasil
Adalah tabungan investasi yang mudah dan sesuai syariah.
Nasabah dapat melakukan penyetoran dan penarikan dana sewaktu-
waktu dengan mudah. Tabungan ini menggunakan akad Mudharabah
Muthlaqah yang memberikan bagi hasil yang adil, halal dan sesuai
syariah.
2) Tabungan Berkah Amanah
Adalah tabungan khusus bagi organisasi atau lembaga. Dengan
adanya tabungan ini maka dana organisasi atau lembaga dapat aman
dan mendapatkan bagi hasil yang adil, halal dan sesuai syariah.
3) Tabungan Pendidikan Berkah Siswa
Adalah tabungan dana pendidikan bagi para pelajar dan
mahasiswa. Untuk membiasakan para pelajar dan mahasiswa hidup
terencana dan hemat dengan menabung.
4) Tabungan Haji atau Umrah Berkah Talbiyah
Adalah tabungan persiapan dana ongkos ibadah haji dan umrah.
Untuk membantu nasabah mewujudkan niat suci beribadah ke tanah
suci.
5) Tabungan Berkah Qurban
Adalah tabungan yang dimiliki nasabah dalam merencanakan
keuangan untuk melaksanakan ibadah kurban yang setiap tahun
menjadi kewajiban setiap muslim yang mampu.
51
6) Tabungan Berkah Fitri
Adalah tabungan khusus untuk membantu nasabah
mempersiapkan kebutuhan keuangan menjelang hari raya Idul Fitri.
7) Tabungan Berkah Walimah
Adalah tabungan yang ditujukan untuk membantu nasabah
mempersiapkan kebutuhan keuangan dalam menghadapi hari
pernikahan.
8) Investasi Berjangka Berkah Invest16
Merupakan sarana yang tepat bagi nasabah untuk
menginvestasikan dananya, dengan jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan
& dapat diperpanjang secara otomatis (automatic roll over). Dana bagi
hasil setiap bulannya akan dipindahkan ke rekening simpanan nasabah.
Dana nasabah akan dikelola sebagai pembiayaan pada usaha sektor
mikro dan kecil yang sesuai syariah dan memiliki prospek usaha yang
baik dengan perputaran dana yang cepat. BMT akan mengelola dana
nasabah dengan amanah dan profesional. Dengan demikian, selain
menguntungkan investasi ini juga membantu pemberdayaan ekonomi
rakyat, khususnya usaha mikro.
16http://www.berkahmadani.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47&Itemi
d=2, Diakses pada 14 Juli 2010, pukul 12:03 WIB.
52
b. Produk Penyaluran Dana17
Alasan BMT Berkah Madani dalam penyaluran pembiayaan pada
sektor UKM, yaitu:18
1) Untuk produktifitas UKM dengan membantu pengusaha kecil dan
menengah dalam hal pembiayaan modal usaha.
2) Agar tidak terjebak meminjam dana pada rentenir.
3) Karena perputaran dananya cepat.
Selain ke sektor UKM, BMT Berkah Madani juga menyalurkan
pembiayaan ke sektor non-UKM. Ada pembiayaan konsumtif untuk
karyawan, PNS, pensiunan, dan sektor usaha menengah besar. Jumlah
pembiayaan kepada UKM cenderung meningkat setiap tahunnya . Dan
keuntungan terbesar didapatkan dari sektor UKM, karena margin untuk
UKM 3%, sedangkan untuk non-UKM maksimal 2,5%.19
Mengenai porsinya, berdasarkan data sejak Februari 2005 – Juni
2010 porsi untuk UKM 60 - 62% dan untuk non-UKM 38 - 40 %,
sedangkan jumlah pembiayaan ke sektor UKM sejumlah Rp.22,36 miliar,
dan total jumlah nasabah/mitra sebanyak 2.562 orang. Berdasarkan data
17http://www.berkahmadani.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=48&Itemi
d=37, Diakses pada 14 Juli 2010, pukul 12:14 WIB. 18Wawancara pribadi dengan Siti Umainah. 19Ibid
53
tahun berjalan saja (2010), tersalurkan plafond pembiayaan UKM Rp.2,7
M kepada 230 UKM dengan outstanding masih sebesar Rp.1,9 miliar.20
Berikut ini adalah jenis-jenis pembiayaan yang ada di BMT
Berkah Madani:
1) Pembiayaan Murabahah
Merupakan pembiayan untuk keperluan pembelian barang, baik
berupa barang modal, alat produksi, bahan baku, persediaan barang,
maupun untuk kebutuhan barang konsumtif. Pembayaran dapat
dilakukan secara tunai maupun kredit. Pada jual beli ini nasabah
berhak mengetahui harga pokok barang serta margin keuntungan
yang diperoleh BMT. Jangka waktunya 1 tahun.
Nasabahnya pada tahun berjalan (2010) sejumlah 166 nasabah
dan uang yang beredar sebesar Rp.999,9 juta.21
2) Pembiayaan Ijarah
Merupakan pola pembiayaan dimana pihak BMT menyewakan
suatu barang/jasa yang digunakan manfaatnya oleh nasabah dengan
sejumlah imbalan yang dibayarkan nasabah kepada BMT.
Pembiayaan ini juga dapat digunakan untuk sewa tempat usaha, sewa
20Ibid 21Ibid
54
kendaraan, sewa tenaga kerja, pembayaran biaya sekolah, biaya
rumah sakit, biaya dokter, dll. Jangka waktunya 1 tahun.
Nasabahnya pada tahun berjalan (2010) sejumlah 166 nasabah
dan uang yang beredar sebesar Rp.316,9 juta.22
3) Pembiayaan Mudharabah
Merupakan pola pembiayaan yang diberikan dimana BMT
sebagai pemilik modal (shahibul maal) dan nasabah sebagai
pengelola modal (mudharib). Hasil yang diperoleh dari pengelolaan
modal kemudian dibagi antara BMT dan nasabah sesuai dengan
nisbah yang disepakati ketika akad. Jangka waktunya 3 – 6 bulan.
Nasabahnya pada tahun berjalan (2010) sejumlah 32 nasabah
dan uang yang beredar sebesar Rp.520,8 juta.23
4) Pembiayaan Musyarakah
Merupakan pola kerjasama antara BMT dengan satu atau lebih
mitra usaha dalam sebuah proyek usaha dimana para pihak yang
terlibat sama-sama berkontribusi dalam hal permodalan maupun
pengelolaan usaha. Bagi hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha
tersebut dibagikan sesuai dengan nisbah yang disepakati ketika akad.
Jangka waktunya 3 - 6 bulan.
22Ibid 23Ibid
55
Nasabahnya pada tahun berjalan (2010) sejumlah 23 nasabah
dan uang yang beredar sebesar Rp.175,3 juta.24
5) Pembiayaan Qardh
Merupakan pola pembiayaan dimana BMT memberikan
pinjaman kepada nasabah untuk nantinya dikembalikan tanpa
mengharapkan imbalan.
Nasabahnya pada tahun berjalan (2010) sejumlah 5 nasabah
dan uang yang beredar sebesar Rp.3,1 juta.25
c. Baitul Maal26
Sebagai baitul maal, BMT Berkah Madani menjalankan fungsi
sebagai Lembaga Amil Zakat Infaq Shadaqah Waqaf (LAZISWAF).
Amanah utama sebagai amil zakat adalah menghimpun dana ZISWAF
dari para muzakki dan muhsinin serta menyalurkannya kepada para
mustahiq dan kaum dhuafa. Penyaluran dana ZIS diprioritaskan untuk
digunakan sebagai modal usaha produktif, yaitu disalurkan sebagai:
1) Pinjaman modal usaha kepada kaum dhuafa (Qardhul Hasan).
2) Santunan pendidikan bagi anak-anak kurang mampu.
3) Bantuan sosial korban bencana.
4) Bantuan solidaritas dunia Islam.
24Ibid 25Ibid 26http://www.berkahmadani.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=48&Itemid
=37, Diakses pada 14 Juli 2010, pukul 12:14 WIB.
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
A. Permasalahan dan Risiko Operasional BMT dalam Pembiayaan UKM
Tidak dapat dipungkiri bahwa hingga saat ini BMT Al Munawwarah &
BMT Berkah Madani masih menghadapi beberapa permasalahan dan risiko
dalam menangani pemberian pembiayaan kepada pengusaha kecil dan menengah.
Permasalahan yang terjadi yaitu pada umumnya UKM memiliki tingkat
kelayakan yang masih rendah akibat adanya keterbatasan pada aspek pemasaran,
teknis produksi, manajemen dan organisasi. Umumnya mereka juga belum
mampu memenuhi persyaratan teknis bank, antara lain berkaitan dengan
penyediaan perizinan dan jaminan. Akibat dari permasalahan yang terjadi pada
UKM tersebut yaitu BMT mengalami kesulitan dalam memperoleh usaha kecil
yang layak, yaitu kesulitan tingginya risiko.1
Kondisi umum UKM yang seperti ini menjadikan BMT Al Munawwarah
& BMT Berkah Madani lebih selektif dalam memberikan pembiayaan kepada
para nasabah UKM. Hal ini sangat beralasan di samping manajemen usaha para
nasabah UKM belum kredibel atau belum memenuhi syarat pemberian
pembiayaan, juga karena tingginya biaya transaksi.
1Wawancara pribadi dengan Siti Umainah.
56
57
Kendala lainnya yang dihadapi yaitu minimnya pembinaan dan
pengawasan terhadap UKM karena keterbatasan SDM BMT, ketidaksediaan
modal BMT untuk melayani permohonan pembiayaan yang terus meningkat,
sulitnya memahamkan produk-produk BMT kepada UKM karena produk BMT
merupakan produk syariah yang relatif baru buat mereka, dan beragamnya
lembaga sejenis BMT atau bank-bank besar yang turut serta mencicipi pasar
mikro-kecil.2
Dalam menganalisis pembiayaan, BMT melihat dari perolehan hasil,
yaitu pembiayaan yang memberikan perolehan hasil tetap dan pembiayaan yang
memberikan hasil tidak tetap. Pembiayaan yang memberikan hasil tetap
didapatkan dari pembiayaan yang berakad jual-beli (murabahah) dan sewa-
menyewa (ijarah). Sedangkan pembiayaan yang memberikan hasil tidak tetap
didapatkan dari pembiayaan yang berakad bagi hasil (mudharabah dan
musyarakah). Berdasarkan kedua hal tersebut, maka produk pembiayaan di BMT
akan memberikan risiko yang berbeda pula antara satu akad dengan akad yang
lainnya.3
Investasi/bisnis yang dijalankan melalui aktivitas pembiayaan adalah
aktivitas yang selalu berkaitan dengan risiko. Persoalannya adalah bagaimana
mengelola agar investasi/bisnis dalam pembiayaan tersebut mengandung risiko
seminimal mungkin. Risiko pembiayaan tersebut dapat diminimalisir dengan
2Wawancara pribadi dengan Mudzakir Murad via email. 3Wawancara pribadi dengan Siti Umainah.
58
melakukan manajemen risiko secara baik. Manajemen risiko ini dapat diawali
dengan melakukan penyaringan (screening) terhadap calon nasabah dan proyek
yang akan dibiayai. Jika pembiayaan telah direalisasikan maka pengendalian
risikonya dapat dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) yang sesuai
dengan karakter nasabah maupun proyeknya.
Secara umum terdapat 3 (tiga) faktor penyebab terjadinya pembiayaan
bermasalah:4
1. Faktor Intern
a. Analisa pembiayaan/kredit yang tidak akurat.
b. Lemahnya pengawasan dan monitoring.
c. Pengikatan perjanjian pembiayaan/kredit dan jaminan tidak sempurna.
d. Pembiayaan diberikan secara terkonsentrasi baik jumlah maupun
penerimanya.
e. Lemahnya SDM.
2. Faktor Ekstern
a. Anggota/mitra menyalahgunakan kredit yang diperolehnya.
b. Anggota/mitra kurang mampu mengelola usahanya.
c. Anggota/mitra beritikad tidak baik.
4Wawancara pribadi dengan Mudzakir Murad via email.
59
d. Kondisi ekonomi yang tidak kondusif yang menyebabkan turunnya
pendapatan usaha sehingga mempengaruhi kemampuan anggota/mitra
untuk membayar kewajibannya kepada BMT.
e. Deregulasi peraturan pemerintah pada bidang tertentu yang berpengaruh
secara signifikan terhadap usaha anggota/mitra.
3. Keadaan yang bersifat Force Majeure
Faktor ini disebabkan karena suatu peristiwa atau kondisi yang diluar
kemampuan BMT dan anggota untuk mengontrol dan menanggulanginya.
Penyebabnya antara lain bencana alam, kebakaran, perang, huru-hara dan
pemogokan.
Dalam kegiatan operasional BMT tentu tak lepas dari risiko-risiko yang
akan dihadapinya, termasuk atas produk-produk yang ditawarkannya. Untuk
menilai risiko-risiko tersebut didasarkan pada 3 aspek, yaitu:5
1. Bussiness Risk (Risiko Bisnis yang Dibiayai)
Adanya beberapa usaha yang mengalami risiko kemacetan atau tidak
mendapatkan keuntungan tentu berpengaruh terhadap pendapatan BMT.
Biasanya risiko ini dipengaruhi oleh;
a. Industry risk, yaitu risiko yang terjadi pada usaha yang ditentukan oleh
karakteristik masing-masing jenis usaha yang bersangkutan, seperti jenis
UKM yang berpotensi mengalami kerugian atau hasil keuntungan yang
5Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2007), h. 265.
60
tidak besar dengan menggunakan manajemen tradisional. Umumnya
UKM dikelola oleh kalangan masyarakat yang manajemennya masih
sangat sederhana tanpa laporan keuangan yang dilakukan secara rutin.
Keadaan seperti ini menjadi permasalahan yang serius bagi BMT dalam
mengeluarkan pembiayaan. Selain itu juga tergantung kinerja keuangan
jenis usaha yang bersangkutan.
b. Faktor negatif lainnya yang mempengaruhi perusahaan nasabah, seperti
riwayat pembayaran atau tunggakan kewajiban (track record). Kondisi
semacam ini menjadi ancaman yang tidak dapat diabaikan oleh pihak
BMT karena seringkali dimanipulasi oleh pihak terkait untuk
mendapatkan keuntungan yang berakibat fatal bagi BMT. Adakalanya
permasalahan seperti ini ditutup-tutupi supaya tetap terlihat sehat dari
aspek manajemen agar keuntungan yang didapatkan BMT kecil atau agar
mudah mendapatkan pembiayaan dari BMT.
2. Shirking Risk (Risiko Berkurangnya Nilai Pembiayaan)
BMT tentu akan menghadapi risiko ini karena sistem yang digunakan
pada pembiayaan mudharabah dan musyarakah ini adalah profit and loss
sharing. Jadi apabila ada kerugian dari nasabah maka akan berpengaruh
terhadap pendapatan BMT, sehingga hal itu berakibat terindikasinya risiko
pada pembiayaan yang dibiayai. Biasanya risiko ini dipengaruhi oleh;
61
a. Unusual business risk, yaitu risiko bisnis yang biasa terjadi pada
pembiayaan yang diakibatkan adanya penurunan drastis tingkat penjualan
bisnis yang dibiayai atau harga jual barang/jasa dari bisnis yang dibiayai.
b. Jenis bagi hasil yang dilakukan, apakah profit and loss sharing atau
revenue sharing. Untuk jenis profit and loss sharing, shirking risk (risiko
berkurangnya nilai pembiayaan) muncul bila terjadi loss sharing kerugian
usaha nasabah yang harus ditanggung BMT. Untuk jenis revenue sharing,
shirking risk terjadi bila nasabah tidak mampu menanggung biaya yang
seharusnya ditanggung nasabah dikarenakan nasabah tidak mampu
melanjutkan usahanya.
Secara umum risiko pembiayaan ini sama dengan risiko kredit, dimana
BMT Al Munawwarah & BMT Berkah Madani tidak bisa memperoleh
kembali cicilan pokok maupun bagi hasil dari pembiayaan yang diberikannya.
Selain itu risiko ini akan semakin tampak ketika perekonomian dilanda krisis
atau resesi.
Secara spesifik risiko pembiayaan terletak pada proyek atau usaha
yang dibiayai tidak menghasilkan keuntungan, yang pada akhirnya
menyebabkan nasabah tidak dapat berbagi-hasil (keuntungan) dengan BMT.
Kurang lancarnya usaha nasabah juga dapat dipengaruhi oleh kondisi
perekonomian nasional yang kurang stabil dan adanya force majeure seperti
musim hujan yang berkepanjangan (terkait dengan karakteristik usaha seperti
62
pertanian, perikanan, dan semacamnya) atau bencana alam (seperti kebakaran,
gempa bumi, dll) yang menyebabkan musnahnya usaha nasabah.
3. Character Risk (Risiko Karakter Buruk Nasabah)
Seperti halnya pada usaha perbankan, di BMT juga terkadang terdapat
nasabah yang melakukan wanprestasi (ingkar janji). Tentunya ini merupakan
masalah serius yang harus segera diselesaikan. Risiko ini biasanya
dipengaruhi oleh;
a. Kelalaian nasabah pembiayaan dalam menjalankan bisnis yang dibiayai.
b. Pelanggaran ketentuan yang telah disepakati sehingga nasabah tidak lagi
menjalankan kesepakatan yang telah dibuat.
c. Pengelolaan internal perusahaan (seperti manajemen organisasi,
pemasaran, teknis produksi dan keuangan) yag tidak dilakukan secara
profesional sesuai standar pengelolaan yang disepakati antara pihak BMT
dengan nasabah.
Kontrak mudharabah dan musyarakah yang dijalankan BMT merupakan
suatu kontrak peluang investasi yang mengandung risiko tinggi. Sebab model
kontrak tersebut sarat dengan asymmetric information, yaitu kecenderungan
salahsatu pihak yang menguasai informasi lebih banyak untuk tidak bersikap
jujur.
Begitu pula yang terjadi di BMT Al Munawwarah & BMT Berkah
Madani, terkadang terdapat nasabah yang melaporkan ke BMT keuntungan yang
63
berbeda dengan yang didapatkan dari hasil usahanya.6 Selain itu juga ditemukan
adanya side streaming, yaitu penggunaan dana yang tidak sesuai dengan apa
yang telah disepakati dalam akad, karena biasanya ada nasabah yang
mengalokasikan dananya untuk hal lain.7
Selain itu masalah atau risiko pada pembiayaan ini adalah ketika adanya
penunggakan pelunasan cicilan pembayaran. Hal ini memungkinkan pihak BMT
mengeksekusi atau mengambil kembali barang yang sudah dibeli dan digunakan
oleh nasabah, lalu BMT menjual kembali dengan harga jual yang lebih kecil dari
harga beli, sehingga BMT akan mengalami kerugian dari pembiayaan
(khususnya murabahah) ini.
Hal-hal tersebut mengindikasikan bahwa pada pembiayaan nasabah UKM
sarat dengan risiko. Kemungkinan BMT akan mengalami kondisi dimana
pendapatan keuntungan atau bagi hasil dari sebuah pembiayaan akan berkurang
atau terjadi kerugian bagi pihak BMT. Oleh karena itu diperlukan sebuah solusi
bagi pengelolaan risiko pembiayaan yang merupakan implementasi strategi yang
dijalankan oleh BMT Al Munawwarah & BMT Berkah Madani dalam mengelola
pembiayaannya.
6Wawancara pribadi dengan Siti Umainah. 7Wawancara pribadi dengan Mudzakir Murad via email.
64
B. Solusi Pembiayaan Bermasalah di BMT Al Munawwarah & BMT Berkah
Madani
Setiap pembiayaan yang bermasalah tentunya harus segera dilakukan
tindakan agar tidak mengakibatkan risiko yang lebih besar lagi bagi BMT.
Tindakan-tindakan ini merupakan respon BMT dalam menyelamatkan
pembiayaan tersebut agar default risk tidak terjadi maupun agar usaha nasabah
tetap dapat berjalan dengan baik.
Pada dasarnya setiap pembiayaan menjadi bermasalah terjadi tidak secara
tiba-tiba, umumnya diawali dengan adanya serangkaian indikasi.
Beberapa indikasi tersebut adalah:8
1. Indikasi Keuangan
a. Memburuknya likuiditas
b. Perputaran piutang dagang yang semakin panjang
c. Menurunnya jumlah penjualan
d. Peningkatan tajam pada persediaan
e. Usaha tidak lagi profitable
2. Indikasi Manajemen
a. Key Person meninggal dunia
b. Perubahan struktur manajemen yang terlalu cepat/sering
c. Tidak mampu melakukan rencana bisnis
8Ibid
65
3. Indikasi Industri
a. Mudah dimasuki industri lain
b. Muncul pesaing baru
c. Raw material yang terbatas
d. Teknologi ketinggalan
e. Tidak stabil di pasar
4. Indikasi Produksi
a. Permintaan menurun
b. Tidak stabil dalam mutu
c. Pelanggan utama menurun
d. Kualitas dan kuantitas tidak dapat bersaing
5. Indikasi Ekonomi
a. Krisis ekonomi/kehidupan ekonomi sedang lesu
b. Pasar lokal/nasional sedang menurun
c. Kebijakan uang ketat
d. Pertumbuhan ekonomi rendah
Sebelum pembiayaan yang bermasalah tersebut menjadi pembiayaan
macet tentunya diperlukan upaya preventif agar pembiayaan tersebut menjadi
lancar kembali. Tindakan pencegahan (preventif) ini bersifat intern. Untuk itu
keberhasilan dari tindakan ini sangat tergantung dari kualitas SDM, sistem dan
66
prosedur, mekanisme monitoring dan evaluasi. Secara garis besar tindakan
preventif dapat dilakukan melalui:9
1. Analisa Pembiayaan.
2. Mekanisme Monitoring dan Evaluasi, yang meliputi;
a. On Desk Monitoring
Kegiatan pengawasan pembiayaan yang dilakukan secara
administratif, yakni melalui instrumen administrasi, seperti: laporan,
catatan-catatan, dokumen dan informasi pihak ketiga.
b. On Site Monitoring
Kegiatan pengawasan pembiayaan yang bersifat langsung atau
kunjungan langsung kepada anggota/mitra. Kegiatan ini dilakukan dalam
rangka pendalaman dan pembuktian dari hasil on desk monitoring, baik
kepada nasabah sendiri maupun kepada pihak-pihak lain seperti pihak
ketiga usaha anggota/mitra sendiri.
c. Auditing
Kegiatan pengawasan dan evaluasi yang menitikberatkan kepada
pemeriksaan kelengkapan dokumen dan pemenuhan syarat-syarat lainnya.
Namun apabila usaha preventif yang dilakukan tidak dapat
mempertahankan pembiayaan agar tetap lancar, maka tindakan yang dilakukan
BMT Al Munawwarah & BMT Berkah Madani adalah:
9Ibid
67
1. BMT Al Munawwarah10
a. Tindakan Revitalisasi
Yaitu tindakan dalam rangka memperbaiki dan menyelamatkan
pembiayaan/kredit yang telah diberikan kepada anggota/mitra. Tindakan
ini dilakukan untuk pembiayaan yang telah atau sedang memasuki
wilayah bermasalah. Tindakan revitalisasi meliput antara lain;
1) Rescheduling
Adalah tindakan yang berbentuk penjadwalan kembali
kewajiban anggota/mitra. Rescheduling dapat dilakukan untuk kondisi:
a) Potensi usaha anggota/mitra masih cukup bagus
b) Kemampuan anggota/mitra dalam memenuhi kewajiban masih ada
c) Usaha hanya mengalami permasalahan cash flow yang bersifat
sementara
d) Platform pembiayaan/kredit yang tidak berubah
Rescheduling dijalankan dengan melakukan:
a) Penjadwalan kembali jangka waktu pembiayaan
b) Perubahan jadwal angsuran
c) Pemberian grace period
d) Perubahan jumlah angsuran
10Ibid
68
2) Restructuring
Adalah tindakan yang berbentuk penyusunan ulang terhadap
seluruh kewajiban anggota/mitra. Tindakan restructuring dapat
dilakukan untuk kondisi anggota/mitra yang kondisinya:
a) Potensi usahanya masih cukup bagus
b) Kemampuan anggota/mitra dalam memenuhi kewajiban masih ada
c) Usaha hanya mengalami permasalahan cash flow yang bersifat
sementara
d) Plafond pembiayaan berubah
Restructuring dilakukan melalui:
a) Suplesi, yaitu melalui penambahan jumlah maksimum
pembiayaan dengan waktu pengembalian yang tetap ada.
b) Subrogasi, yaitu melalui penggantian hak-hak kreditur oleh pihak
ketiga karena anggota/mitra pembiayaan yang baru telah
memenuhi kewajiban kepada anggota/mitra pembiayaan yang
lama.
c) Novasi, yaitu melalui pembuatan perjanjian baru dengan
menghapus perjanjian yang ada.
3) Reconditioning
Adalah tindakan melalui adanya persyaratan ulang terhadap
pembiayaan dan persyaratan yang telah disepakati bersama. Tindakan
reconditioning dapat dilakukan untuk kondisi anggota/mitra:
69
a) Potensi usaha masih cukup bagus
b) Sarana usaha yang masih memadai
c) Usaha mengalami permasalahan cash flow dan manajemen
d) Plafond pembiayaan tetap
Reconditioning dilakukan melalui:
a) Perubahan agunan
b) Bantuan manajemen
b. Tindakan Kuratif
Yaitu tindakan yang bersifat penyelamatan melalui penanganan
yang menggunakan pendekatan aspek legal formal. Tindakan kuratif
dapat dilakukan dengan cara;
1) Eksekusi, jenis eksekusi yang dapat dilakukan adalah:
a) Parate Eksekusi (Non Ligitasi)
Proses eksekusi jaminan yang dilakukan secara sukarela
tanpa melalui proses peradilan (Pasal 1178 KUH Perdata). Ada
dua opsi yang dilakukan;
(1) Anggota/mitra menjual sendiri barang jaminannya.
(2) Anggota/mitra memberi kepercayaan BMT untuk menjual
barang jaminan. Dan setelah dikurangi kewajiban sisa
pembiayaan, maka sisa uang akan dikembalikan pada
anggota/mitra.
70
b) Eksekusi Secara Formal (Ligitasi)
Proses eksekusi secara paksa melalui lembaga hukum yang
berlaku;
(1) Pengadilan Negeri
(2) Badan Syariah Arbitrase Nasional (BASYARNAS)
(3) Pengadilan Niaga untuk Anggota Pailit
(4) Panitia Urusan Piutang Negara/Badan Urusan Piutang dan
Lelang Negara untuk Nasabah Bank Pemerintah
2) Likuidasi
Tindakan melalui penutupan dan penjualan seluruh
aset/kekayaan usaha anggota/mitra dan hasilnya digunakan untuk
menyelesaikan seluruh kewajiban anggota/mitra pembiayaan
bermasalah.
3) Collection Agent
Proses penagihan pembiayaan bermasalah melalui bantuan
pihak ketiga.
2. BMT Berkah Madani11
Dalam menangani pembiayaan bermasalah yang mayoritas disebabkan
karena masalah collection12, di samping dibutuhkan tindakan preventif di atas,
juga dibutuhkan tindakan-tindakan berikut;
11Wawancara pribadi dengan Siti Umainah.
71
a. Toleransi
BMT dapat melakukan rescheduling atas pembiayaan yang jatuh
tempo, dengan catatan ada itikad baik dari nasabah untuk melunasi
hutangnya.
b. Restructuring
Bukan hanya penjadwalan ulang, tetapi juga mengurangi cicilan
perbulannya.
c. Surat peringatan
Kalau tetap tidak ada usaha untuk melunasi pembiayaan maka
BMT akan melakukan penjualan jaminan. Namun selama ini yang sampai
tahap ini sedikit sekali.
C. Analisis Perbandingan Strategi Manajemen Risiko Pada Pembiayaan UKM
di BMT Al Munawwarah & BMT Berkah Madani
1. BMT Al Munawwarah
a. Strategi Penyaluran Pembiayaan
Dalam menyelenggarakan pengelolaan pembiayaan untuk
menyalurkan dana bagi sektor UKM diperlukan beberapa strategi. Tidak
ada jalan lain bagi BMT Al Munawwarah selain membuat strategi khusus
agar porsi pembiayaan meningkat, serta adanya upaya-upaya untuk
12Ibid
72
meminimalisir risiko yang dihadapi. Upaya untuk memperbesar porsi
pembiayaan difokuskan pada sektor UKM, karena BMT merupakan
lembaga difungsikan untuk menyokong sektor UKM.13
Adapun nasabah yang akan mendapatkan fasilitas pembiayaan
dari BMT adalah:14
1) Anggota maupun calon anggota/mitra yang bertempat tinggal di
wilayah lingkungan BMT khususnya dan sekitarnya, serta anggota di
luar daerah wilayah yang memenuhi kriteria.
2) Mempunyai usaha/penghasilan.
3) Lulus dari wawancara dan kelayakan kuantitatif tim BMT.
4) Anggota/mitra yang masih mempunyai hutang pembiayaan tidak
diperkenankan untuk mengambil pembiayaan, sebelum melunasi
hutangnya atau dengan persetujuan dari BMT.
Berikut ini proses yang terjadi di BMT Al Munawarah dalam
pencairan pembiayaan:15
1) Customer Service (CS) menjelaskan produk pembiayaan di BMT
kepada nasabah yang mengajukan permohonan pembiayaan. Pemohon
harus sudah menjadi nasabah dan memiliki simpanan tabungan
minimal Rp.50.000 atau simpanan berjangka dengan nominal minimal
13Wawancara pribadi dengan Mudzakir Murad via email. 14Ibid 15Ibid
73
Rp.1.000.000 di BMT. Bila belum menjadi nasabah tabungan maka
dipersilahkan untuk mengisi formulir kenasabahan dan formulir
permohonan pembukaan simpanan tabungan/simpanan berjangka.
2) Nasabah mengisi dan melengkapi Form Permohonan Pembiayaan dan
menyiapkan persyaratan lainnya.
a) Syarat Pembiayaan Konsumtif (Individu)
(1) Fotokopi KTP suami-istri atau passport
(2) Fotokopi Kartu Keluarga dan Surat Nikah
(3) Fotokopi rekening bank/BMT 3 bulan terakhir
(4) Fotokopi tagihan rekening telepon dan listrik
(5) Data obyek pembiayaan
(6) Data jaminan (harga, lokasi, foto obyek)
Tambahan:
(1) PNS, karyawan, ABRI, dll: slip gaji terakhir, surat referensi
kantor atau SK pengangkatan.
(2) Pengusaha perorangan: SIUP dan NPWP.
(3) Professional (dokter, pengacara, dll): surat ijin praktek, surat
ijin profesi.
b) Syarat Pembiayaan Produktif (Individu)
Syarat pembiayaan konsumtif di atas ditambah dengan:
(1) Legalitas usaha
(2) Laporan keuangan 2 tahun terakhir
74
(3) Past performance 1 tahun terakhir
(4) Bussiness plan
c) Syarat Pembiayaan Produktif (Badan Hukum)
Syarat pembiayaan produktif di atas ditambah dengan:
(1) Akte pendirian
(2) Legalitas lembaga
(3) Identitas pengurus
3) CS menerima Form Permohonan Pembiayaan dan memeriksa
persyaratan kelengkapannya. Apabila belum lengkap maka CS akan
mengembalikannya kepada nasabah untuk dilengkapi terlebih dahulu.
4) CS menjelaskan dan menegaskan jenis pembiayaan yang dipilih
berikut jangka waktu dan cara pengembaliannya. CS dapat
mensimulasikan Kartu Angsuran sesuai dengan pembiayaan yang
dipilih oleh nasabah dengan menggunakan sistem.
5) CS mengirimkan form yang telah lengkap ke bagian Administrasi
Pembiayaan (AP).
6) CS mengisi data calon nasabah pembiayaan ke dalam sistem.
Selanjutnya AP akan menyiapkan berkas untuk diproses lebih lanjut ke
analisis pembiayaan dan Komite Pembiayaan.
7) AP menerima dan memeriksa ulang kelengkapan pengisian dan
persyaratan. Jika belum lengkap maka akan dikembalikan ke CS.
75
Setelah semua berkas siap dan dianalisis kelayakannya, maka
pihak BMT akan melakukan survey dan mengecek jaminan. Apabila
semua berjalan lancar dan disetujui, barulah pembiayaaan dapat
dicairkan.
b. Strategi Pengumpulan Piutang
Teknik pengumpulan piutang di BMT Al Munawwarah dilakukan
dengan cara:16
1) Melakukan klarifikasi penagihan piutang lewat telepon. Hal ini
dilakukan untuk mengingatkan bahwa nasabah harus membayar
hutangnya.
2) Mengirim teguran tertulis lewat surat/email untuk mengingatkan
nasabah agar membayar hutangnya.
3) Mengirimkan utusan dari pihak BMT untuk menagih hutang nasabah
ke tempat usaha atau tempat tinggal nasabah.
4) Apabila setelah dilakukan usaha-usaha tersebut nasabah tidak juga ada
itikad baik untuk melunasi hutangnya, maka pihak BMT akan
mengeksekusi jaminan yang telah diberikan pada saat akad.
5) Apabila pembayaran hutangnya mengalami kesulitan namun nasabah
masih ada itikad untuk melunasinya, maka dapat dilakukan
rescheduling, restructuring, atau reconditioning.
16Ibid
76
c. Jaminan
Jaminan diperlukan untuk menambah keyakinan atas kemampuan
dan kesanggupan anggota untuk melunasi pembiayaan sesuai dengan
yang diperjanjikan. Di BMT Al Munawwarah, jenis agunan yang biasa
digunakan adalah sebagai berikut:17
1) Surat tanah dan/atau bangunan
2) BPKB motor dan/atau mobil
3) Blokir deposito dan/atau tabungan
4) Barang elektronik
5) Surat berharga
Selain ketiga hal tersebut, BMT Al Munawwarah juga melakukan
usaha-usaha lain dalam rangka mengurangi risiko pembiayaan UKM, antara
lain:18
a. Pemenuhan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif) sesuai
ketentuan.
b. Membentuk Komite Pembiayaan/Komite Kredit.
c. Penggolongan pembiayaaan berdasarkan plafond, jenis penggunaan dana,
sektor usaha, produk pembiayaan dan kolektibilitas.
d. Penyebaran portofolio tidak hanya pada satu sektor usaha saja.
e. Penetapan wajibnya agunan.
17Ibid 18Ibid
77
f. Pemantauan penggunaan dana oleh anggota/mitra supaya tidak melenceng
dari akad semula.
g. Membentuk tim khusus penanganan pembiayaan bermasalah.
Berikut ini pembagian jenis pembiayaan di BMT Al Munawwarah
berdasarkan beberapa kategori, antara lain:19
a. Berdasarkan besar plafond;
1) < Rp.5 juta
2) ≥ Rp.5 juta s/d < Rp.10 juta
3) ≥ Rp.10 juta s/d < Rp.25 juta
4) ≥ Rp.25 juta s/d < Rp.50 juta
5) ≥ Rp.50 juta
b. Berdasarkan penggunaan dana;
1) Investasi
2) Modal kerja
3) Konsumtif
c. Berdasarkan sektor usaha;
1) Perdagangan
2) Jasa
3) Industri rumah tangga
4) Peternakan-perikanan
19Ibid
78
5) Pertanian-perkebunan, dll.
d. Berdasarkan produk;
1) Murabahah
2) Ijarah
3) Mudharabah
4) Musyarakah
5) Kafalah
6) Hiwalah
7) Qardh, dll.
Jangka waktu pembiayaan di BMT Al Munawarah pun bervariasi,
yaitu:20
a. Harian, umumya 100 hari.
b. Mingguan, umumnya 20 minggu.
c. Bulanan, umumnya 12 - 24 bulan.
d. Tempo, umumnya 2 – 6 bulan.
Sedangkan mengenai program pembinaan terhadap UKM, BMT Al
Munawwarah melakukan upaya-upaya sebagai berikut:21
a. Membuat divisi/bagian pengembangan kelembagaan dan SDM BMT.
b. Pengawasan finansial dan kepatuhan syariah BMT.
20Ibid 21Ibid
79
c. Membuat unit/divisi khusus untuk pendampingan anggota/mitra dalam
rangka pemberdayaan UKM seperti mengadakan training dan pelatihan
untuk UKM.
d. Pengoptimalan penyaluran pembiayaan untuk memperkuat permodalan
UKM.
e. Turut serta dalam pemasaran produk hasil UKM.
2. BMT Berkah Madani
a. Strategi Penyaluran Pembiayaan
BMT Berkah Madani menyediakan fasilitas pembiayaan UKM
bagi nasabah BMT. Pembiayaan ini disediakan dengan tujuan untuk
produktifitas UKM dengan membantu pengusaha kecil dan menengah
dalam hal pembiayaan modal usaha, agar tidak terjebak meminjam dana
pada rentenir, dan juga karena perputaran dana pembiayaan ini cepat.22
Berikut ini strategi BMT Berkah Madani dalam menyalurkan
pembiayaannya:23
1) Syarat Dokumen
a) Telah membuka rekening di BMT Berkah Madani. Apabila belum
maka dipersilakan untuk membuka rekening terlebih dahulu
dengan setoran awal minimal Rp.50.000.
b) Mengisi formulir permohonan pembiayaan
22Wawancara pribadi dengan Siti Umainah. 23Ibid
80
c) Melampirkan fotokopi KTP suami-istri
d) Melampirkan fotokopi Kartu Keluarga dan Surat Nikah
e) Melampirkan pasfoto terbaru suami-istri ukuran 4x6
f) Melampirkan fotokopi rekening listrik & telepon 3 bulan terakhir
g) Melampirkan fotokopi rekening tabungan 6 bulan terakhir
h) Melampirkan fotokopi jaminan (BPKB/STNK/SHM/SHGB)
i) Melampirkan keterangan domisili bagi yang mengontrak
2) Syarat Tambahan
a) Jaminan berupa BPKB atau sertifikat tanah (SHM)
b) Pembiayaan disepakati bersama hanya untuk usaha sesuai
permohonan
c) ZIS hasil usaha diberikan ke baitul maal Berkah Madani untuk
kepentingan sosial. Ketentuan lainnya sesuai dengan pembiayaan
yang berlaku di BMT Berkah Madani.
Setelah semua berkas lengkap maka selanjutnya Account Officer
(AO) akan melakukan survey untuk melihat kondisi nasabah dan
mengecek jaminan. Apabila semuanya lancar dan AO menilai nasabah
berhak mendapat pembiayaan maka pihak BMT akan mencairkan
pembiayaan tersebut. Keseluruhan proses ini biasanya memakan waktu
satu minggu.
81
b. Strategi Pengumpulan Piutang
Teknik pengumpulan piutang BMT Berkah Madani dilakukan
lewat beberapa cara, yaitu:24
1) Pihak BMT menelepon nasabah pembiayaan untuk mengingatkan
nasabah untuk membayarkan hutangnya kepada BMT.
2) Melakukan teguran tertulis lewat surat. BMT mengirimkan surat
peringatan agar nasabah membayarkan hutangnya apabila telah jatuh
tempo.
3) Mendatangi nasabah dengan melakukan kunjungan langsung ke
tempat tinggal nasabah atau lokasi usaha nasabah pembiayaan untuk
menagih hutang.
4) Apabila ditemukan unsur-unsur yang membuat pembiayaan macet
namun masih ada niat baik dari nasabah untuk melunasi hutangnya,
maka BMT dapat membuat toleransi dengan melakukan rescheduling
maupun restructuring.
5) Namun apabila ternyata tidak ada niat baik dari nasabah untuk
melunasi hutangnya, maka dengan terpaksa BMT akan melakukan
penjualan jaminan. Namun sedikit sekali yang sampai tahap ini.
Adapun write off tahun berjalan (2010) atas pembiayaan yang
tersalurkan sebesar Rp.35,6 juta.
24Ibid
82
c. Jaminan
Sebagai salahsatu penerapan strategi manajemen risiko, BMT
Berkah Madani dalam proses pengajuan pembiayaannya, baik kepada
UKM maupun non-UKM, mensyaratkan adanya jaminan. Dalam Surat
Keputusan Pengurus (SKP) BMT Berkah Madani No.001/SK/KSPS-
BM/II/05 Bab IV Pasal 6 disebutkan:25
”Untuk mengurangi risiko pembiayaan, setiap fasilitas pembiayaan yang diberikan oleh BMT Berkah Madani harus memenuhi prinsip kehati-hatian. Sehubungan dengan itu, maka setiap pembiayaan yang diberikan dapat mempersyaratkan jaminan.”
Menurut jenisnya, jaminan di BMT Berkah Madani terbagi
menjadi dua, yaitu:26
1) Jaminan Utama
Jaminan utama dari pembiayaan UKM adalah kelayakan usaha
dan prospek usaha itu sendiri.
2) Jaminan Tambahan
Jaminan tambahan yang diminta berupa tanah dan bangunan
(SHM/HGB/HGU/AJB), kendaraan roda dua & roda empat (BPKB),
toko atau kios, emas, tabungan/deposito.
25BMT Berkah Madani, Surat Keputusan Pengurus BMT Berkah Madani, (Depok: BMT
Berkah Madani, 2005), h. 3. 26BMT Berkah Madani, Standar Operasional Prosedur, (Depok: BMT Berkah Madani, 2005).
83
Pada pembiayaan tertentu, setelah AO menganalisis dengan
cermat BMT Berkah Madani dapat memberikan pembiayaan tanpa
jaminan tambahan, hanya jaminan utama. Begitu pula pada pembiayaan
yang telah dilakukan berulang-ulang oleh satu nasabah. Bila BMT merasa
telah mempercayai nasabahnya maka jaminan tambahan dapat tidak
disertakan.
Jaminan tambahan dimasukkan dalam persyaratan jika
berdasarkan hasil analisa AO dirasa perlu untuk menyertakan jaminan.
Adapun besarnya jaminan minimal sebesar 100% dari plafond
pembiayaan yang diberikan. Rinciannya adalah sebagai berikut:27
1) Satu buah motor : Rp.1-5 juta
2) Motor lebih dari 1 buah : Di atas Rp.5 juta
3) Mobil : Di atas Rp.5 juta
4) Tanah/bangunan : Di atas Rp.5 juta
Selain ketiga hal tersebut, BMT Berkah Madani juga melakukan
usaha-usaha lain dalam rangka mengurangi risiko pembiayaan UKM, antara
lain:28
a. Mensyaratkan adanya agunan.
b. Melihat character nasabah peminjam.
27Wawancara pribadi dengan Siti Umainah. 28Ibid
84
c. Memberikan toleransi bila pembiayaan cenderung macet, agar
pembiayaan tersebut dapat dilunasi sesuai kemampuan nasabah.
d. Selalu mengingatkan nasabah peminjam agar melunasi pembiayaan yang
diperolehnya.
e. Membentuk Komite Pembiayaan.
f. Pemenuhan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif) sesuai
ketentuan.
g. Pemantauan penggunaan dana oleh nasabah agar tidak terjadi side
streaming.
h. Membentuk tim khusus penanganan pembiayaan bermasalah.
Adapun tingkat kolektibilitas pembiayaan tahun berjalan (2010)
adalah:29
a. Lancar = 324 nasabah = Rp.1,99 miliar = 85,58 %
b. Kurang Lancar = 26 nasabah = Rp.68,9 juta = 2,96 %
c. Diragukan = 12 nasabah = Rp.70,2 juta = 3,02 %
d. Macet = 40 nasabah = Rp.196,5 juta = 8,44 %
Sedangkan mengenai pembinaan terhadap sektor UKM, BMT Berkah
Madani hingga saat ini belum melakukan pembinaan terhadap UKM yang
dibiayai. Yang dilakukan hanya sebatas memberikan tambahan modal saja.30
29Ibid 30Ibid
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan:
1. Penerapan strategi manajemen risiko yang dilakukan BMT Al Munawarah &
BMT Berkah Madani sudah cukup efektif dengan melakukan pemenuhan
PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif) sesuai ketentuan,
pembentukan Komite Pembiayaan/Komite Kredit, penggolongan
pembiayaaan berdasarkan plafond, jenis penggunaan dana, sektor usaha,
produk pembiayaan dan kolektibilitas, penyebaran portofolio tidak hanya pada
satu sektor usaha saja, penetapan wajibnya agunan, melihat character nasabah
peminjam, memberikan toleransi bila pembiayaan cenderung macet, selalu
mengingatkan nasabah peminjam agar melunasi pembiayaan yang
diperolehnya, pemantauan penggunaan dana oleh anggota/mitra supaya tidak
melenceng dari akad semula (side streaming), dan pembentukan tim khusus
penanganan pembiayaan bermasalah.
2. Permasalahan dan risiko pada pembiayaan UKM di BMT Al Munawwarah &
BMT Berkah Madani relatif sama, yaitu tingginya biaya transaksi, tingginya
risiko gagal bayar, minimnya pembinaan dan pengawasan terhadap UKM
karena keterbatasan SDM BMT, ketidaksediaan modal BMT untuk melayani
85
86
permohonan pembiayaan yang terus meningkat, sulitnya memahamkan
produk-produk BMT kepada UKM karena produk BMT merupakan produk
syariah yang relatif baru buat mereka, dan beragamnya lembaga keuangan
yang turut serta menikmati pangsa pasar UKM ini.
3. Strategi manajemen risiko BMT Al Munawwarah & BMT Berkah Madani
agar risiko tidak terjadi lagi dilakukan dengan cara melihat character nasabah
peminjam, melihat data history pembiayaan bagi nasabah yang pernah
mengajukan pembiayaan atau dengan BI checking bagi mitra yang belum
pernah mengajukan pembiayaan, penetapan wajibnya agunan, pemantauan
penggunaan dana oleh anggota/mitra supaya tidak melenceng dari akad
semula (side streaming), selalu mengingatkan nasabah peminjam agar
melunasi pembiayaan yang diperolehnya, pembentukan tim khusus
penanganan pembiayaan bermasalah, dan pemenuhan PPAP (Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif) sesuai ketentuan.
4. Peran serta BMT Al Munawwarah dalam pembinaan SDM UKM sangat
membantu para nasabah UKM yang dibiayai agar dapat lebih berkembang dan
mengerti lebih banyak tentang manajemen bisnis yang lebih terorganisir.
Sedangkan BMT Berkah Madani baru sebatas memberikan pembiayaan saja,
tanpa pembinaan terhadap UKM yang dibiayai.
87
B. Saran-saran
1. Bagi manajemen BMT Al Munawwarah, agar terus mempermudah akses para
pengusaha UKM dalam mendapatkan suntikan dana dengan tetap menerapkan
strategi pengelolaan risiko yang baik dan sesuai syariah.
2. Bagi manajemen BMT Berkah Madani, agar meningkatkan porsi pembiayaan
ke sektor UKM daripada non-UKM dan melakukan pembinaan kepada sektor
UKM yang dibiayai. Tidak cukup hanya memberikan pembiayaan saja.
3. Bagi pemerintah, agar lebih mengapresiasi gerakan ekonomi syariah yang
dilakukan demi perbaikan perekonomian negara lewat usaha-usaha
pengembangan ekonomi mikro, kecil dan menengah. Juga dengan membuat
peraturan perundang-undangan yang mengatur BMT secara khusus agar
pengoperasiannya dapat selalu berjalan sesuai syariah dan supaya tidak ada
lagi BMT yang kandas di tengah jalan.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an Al Karim.
Al Iqtishadiyyah Jurnal Kajian Ekonomi Islam, Vol.I, No.1. Jakarta: P3EI UIN Syarif
Hidayatullah, 2004.
Amalia, Euis. Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam: Penguatan Peran LKM
dan UKM di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009.
Aziz, M.Amin. Pedoman Pendirian BMT (Baitul Maal Wat Tamwil). Jakarta:
PINBUK Press, 2004.
Bank Indonesia. Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah. Jakarta: Direktorat
Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2006.
Bank Indonesia. Outlook Perbankan Syariah Indonesia 2008. Jakarta: Direktorat
Perbankan Syariah Bank Indonesia, t.t.
Basyaib, Fahmi. Manajemen Risiko. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
BMT Berkah Madani. Notulen RAT BMT Berkah Madani. Depok: BMT Berkah
Madani, 23 Maret 2008.
BMT Berkah Madani. Standar Operasional Prosedur. Depok: BMT Berkah Madani,
2005.
BMT Berkah Madani. Surat Keputusan Pengurus BMT Berkah Madani. Depok:
BMT Berkah Madani, 2005.
88
89
Djazuli, H.A. dan Janwari, Yadi. Lembaga-lembaga Perekonomian Umat: Sebuah
Pengenalan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.
Djohanputro, Bramantyo. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi (Memastikan
Keamanan dan Kelanggengan Perusahaan Anda). Jakarta: Penerbit PPM,
2006.
FE Ubaya dan Forda UKM Jawa Timur. Kewirausahaan UKM: Pemikiran dan
Pengalaman. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
http://www.berkahmadani.co.id/
http://www.bmtalmunawwarah.com/
http://www.mediacenterkopukm.com/
Kamil, Ahmad dan Fauzan, M. Kitab Undang-undang Hukum Perbankan dan
Ekonomi Syariah. Jakarta: Kencana, 2007.
Karim, Adiwarman. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2007.
Madjid, Baihaqi Abd. dan Rasyid, Saifuddin A. Paradigma Baru Ekonomi
Kerakyatan Sistem Syariah: Perjalanan Gagasan dan Gerakan BMT di
Indonesia (Baitul Maal wat Tamwil). Jakarta: PINBUK, 2000.
Marsuki. Pemikiran dan Strategi Memberdayakan Sektor Ekonomi UMKM di
Indonesia. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2006.
90
Mufti, Aries dan Sula, Muhammad Syakir. Amanah Bagi Bangsa: Konsep Sistem
Ekonomi Syariah. Jakarta: Masyarakat Ekonomi Syariah, t.t.
Rivai, Veithzal, dkk. Bank and Financial Institution Management: Conventional and
Sharia System. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Rivai, Veithzal dan Veithzal, Andria Permata. Islamic Financial Management: Teori,
Konsep, dan Aplikasi (Panduan Praktis Untuk Lembaga Keuangan,
Nasabah, Praktisi, dan Mahasiswa). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2008.
Rizky, Awalil. BMT: Fakta dan Prospek Baitul Maal wat Tamwil. Yogyakarta: UCY
Press, 2007.
Salim, A.Abbas. Asuransi & Manajemen Risiko. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2005.
Siahaan, Hinsa. Manajemen Risiko: Konsep, Kasus & Implementasi. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo, 2007.
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi & Ilustrasi.
Jakarta: Ekonisia, 2007.
Tampubolon, Robert. Risk Management (Manajemen Risiko): Pendekatan Kualitatif
Untuk Bank Komersial. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004.
Wawancara pribadi dengan Mudzakir Murad, 4 Agustus – 20 Agustus 2010.
Wawancara pribadi dengan Siti Umainah, 23 Juni – 20 Agustus 2010.
SUSUNAN BADAN PENGAWAS, PENGURUS DAN PENGELOLA
KOPERASI BMT AL MUNAWWARAH
PERIODE : Mei 2010 s/d April 2013
BADAN PENGAWAS
Ketua : Drs. Nadarsjah Mahdur, MM, Ak, CPA
Anggota : H.M. Arief Ismail, SH, M.Huk
Anggota : Prof. Dr. H. Gatot Suradji, MM, M.Sc
BADAN PENGURUS
Ketua : Drs. H. Achyar Said
Sekretaris : H. Sukamdi
Bendahara : Ir. H. Djoko Prabowo S.
BADAN PENGELOLA
Manajer : Mudzakir Murad, S.Ag
Ka. Operasional : Sutanto, SE
Ka. Marketing : Samabiyanto
Ka. Cabang 01 : Rausin
Ka. Cabang 02 : Asep Soufian, SE
Nama : Mudzakir Murad
Jabatan : Manajer
BMT : Al Munawwarah
Hasil Wawancara:
1. Apa alasan BMT memberikan pembiayaan pada sektor UKM?
• Menjalankan fungsi mediasi utama BMT, dimana selain menerima
dana juga menyalurkan dana.
• Untuk memperoleh pendapatan. Tanpa pembiayaan BMT tidak akan
berjalan dengan semestinya.
• Dalam rangka mempermudah akses permodalan usaha bagi anggota
dan non-anggota dalam rangka mengembangkan usaha mereka.
2. Apakah hanya segmen UKM saja yang diberikan pembiayaan?
Iya, karena BMT sebagai lembaga UKM harus konsisten di segmen ini.
3. Berapa besar porsi pembiayaan yang diberikan untuk sektor UKM dan
non-UKM?
BMT Al Munawwarah melakukan pembiayaan 100% hanya di segmen
UKM, non-UKM 0%.
4. Apakah jumlah pembiayaan kepada UKM meningkat atau menurun
setiap tahunnya?
Alhamdulillah volume pembiayaan BMT tiap tahunnya terus meningkat
rata-rata 30%.
5. Keuntungannya lebih besar dari sektor UKM atau non-UKM?
Keuntungan BMT Al Munawwarah selama ini hanya di sektor UKM.
BMT kita fokus di UKM, tidak di non-UKM.
6. Apa saja kendala yang dihadapi dalam memberikan pembiayaan kepada
segmen UKM?
• Minimnya pembinaan dan pengawasan terhadap UKM karena
keterbatasan SDM BMT.
• Ketidaksediaan modal BMT untuk melayani permohonan pembiayaan
yang terus meningkat.
• Sulitnya memahamkan produk-produk BMT kepada UKM, karena
produk BMT merupakan produk syariah yang relatif baru buat mereka.
• Beragamnya lembaga sejenis BMT atau bank-bank besar yang turut
serta mencicipi pasar mikro-kecil.
7. Jenis pembiayaan apa saja yang tersedia untuk UKM? Berapa lama
jangka waktunya?
Jenis pembiayaan di BMT digolongkan berdasarkan kategori:
• Berdasarkan besar plafond:
o < 5 juta
o ≥ 5 juta s/d < 10 juta
o ≥ 10 juta s/d < 25 juta
o ≥ 25 juta s/d < 50 juta
o ≥ 50 juta
• Berdasarkan penggunaan dana:
o Investasi
o Modal Kerja
o Konsumtif
• Berdasarkan sektor usaha:
o Perdagangan
o Jasa
o Industri rumah tangga
o Peternakan-perikanan
o Pertanian-perkebunan, dll.
• Berdasarkan produk:
o Murabahah
o Ijarah
o Mudharabah
o Musyarakah
o Kafalah
o Hiwalah
o Qardh, dll.
Jangka waktu pembiayaan:
• Jangka waktu pembiayaan BMT dibagi ke dalam 4 sistem, yaitu: Harian,
Mingguan, Bulanan, dan Tempo.
• Jangka waktu Harian umumnya 100 hari, Mingguan umumnya 20
Minggu, Bulanan umumnya 12 s/d 24 bulan, dan Tempo umumnya
selama 2 s/d 6 bulan.
8. Apa saja persyaratan yang harus dimiliki UKM dalam mengajukan
permohonan pembiayaan?
Yang akan mendapatkan fasilitas pembiayaan adalah:
• Anggota maupun calon anggota/mitra yang bertempat tinggal di wilayah
lingkungan BMT khususnya dan sekitarnya, serta anggota di luar daerah
wilayah yang memenuhi kriteria.
• Mempunyai usaha/penghasilan.
• Lulus dari wawancara dan kelayakan kuantitatif tim BMT.
• Anggota/mitra yang masih mempunyai hutang pembiayaan tidak
diperkenankan untuk mengambil pembiayaan, sebelum melunasi
hutangnya atau dengan persetujuan dari BMT.
9. Bagaimana proses pengajuan pembiayaan bagi sektor UKM?
Prosedur pengajuan pembiayaan terlampir (dalam tipe file jpg).
10. Apakah diperlukan jaminan?
Jaminan diperlukan untuk menambah keyakinan atas kemampuan dan
kesanggupan anggota untuk melunasi pembiayaan sesuai dengan yang
diperjanjikan.
Di BMT Al Munawwarah, jenis agunan yang biasa digunakan adalah sbb:
• Surat tanah dan/atau bangunan (sertifikat, AJB, dll)
• BPKB motor dan/atau mobil
• Blokir deposito
• Blokir tabungan
• Barang elektronik
• Surat berharga
11. Bagaimana BMT mengetahui indikasi pembiayaan yang bermasalah?
Pada dasarnya setiap pembiayaan menjadi bermasalah terjadi tidak
secara tiba-tiba, umumnya diawali dengan adanya serangkaian indikasi.
Beberapa indikasi tersebut adalah:
Indikasi Keuangan
• Memburuknya likuiditas
• Perputaran piutang dagang yang semakin panjang
• Menurunnya jumlah penjualan
• Peningkatan tajam pada persediaan
• Usaha tidak lagi profitable
Indikasi Manajemen
• Key Person meninggal dunia
• Perubahan struktur manajemen yang terlalu cepat/sering
• Tidak mampu melakukan rencana bisnis
Indikasi Industri
• Mudah dimasuki industri lain
• Muncul pesaing baru
• Raw material yang terbatas
• Teknologi ketinggalan
• Tidak stabil di pasar
Indikasi Produksi
• Permintaan menurun
• Tidak stabil dalam mutu
• Pelanggan utama menurun
• Kualitas dan kuantitas tidak dapat bersaing
Indikasi Ekonomi
• Krisis ekonomi/kehidupan ekonomi sedang lesu
• Pasar lokal/nasional sedang menurun
• Kebijakan uang ketat
• Pertumbuhan ekonomi rendah
12. Upaya preventif apa yang dilakukan agar pembiayaan menjadi lancar?
Tindakan pencegahan (preventif) bersifat intern. Untuk itu keberhasilan
dari tindakan ini sangat tergantung dari kualitas SDM, sistem dan
prosedur, mekanisme monitoring dan evaluasi. Secara garis besar
tindakan preventif dapat dilakukan melalui:
1. Analisa Pembiayaan.
2. Mekanisme Monitoring dan Evaluasi, yang meliputi;
• On Desk Monitoring
Kegiatan pengawasan pembiayaan yang dilakukan secara
administratif, yakni melalui instrumen administrasi, seperti: laporan,
catatan-catatan, dokumen dan informasi pihak ketiga.
• On Site Monitoring
Kegiatan pengawasan pembiayaan yang bersifat langsung atau
kunjungan langsung kepada anggota/mitra. Kegiatan ini dilakukan
dalam rangka pendalaman dan pembuktian dari hasil on desk
monitoring, baik kepada nasabah sendiri maupun kepada pihak-
pihak lain seperti pihak ketiga usaha anggota/mitra sendiri.
• Auditing
Kegiatan pengawasan dan evaluasi yang menitikberatkan kepada
pemeriksaan kelengkapan dokumen dan pemenuhan syarat-syarat
lainnya.
13. Apa saja penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah pada sektor UKM?
Secara umum terdapat 3 (tiga) faktor penyebab terjadinya pembiayaan
bermasalah:
Faktor Intern
• Analisa pembiayaan/kredit yang tidak akurat
• Lemahnya pengawasan dan monitoring
• Pengikatan perjanjian pembiayaan/kredit dan jaminan tidak
sempurna
• Pembiayaan diberikan secara terkonsentrasi baik jumlah maupun
penerimanya
• Lemahnya SDM
Faktor Ekstern
• Anggota/mitra menyalahgunakan kredit yang diperolehnya
• Anggota/mitra kurang mampu mengelola usahanya
• Anggota/mitra beritikad tidak baik
• Kondisi ekonomi yang tidak kondusif yang menyebabkan turunnya
pendapatan usaha sehingga mempengaruhi kemampuan
anggota/mitra untuk membayar kewajibannya kepada BMT
• Deregulasi peraturan pemerintah pada bidang tertentu yang
berpengaruh secara signifikan terhadapa usaha anggota/mitra
Keadaan yang bersifat Force Majeure
Faktor ini disebabkan karena suatu peristiwa atau kondisi yang diluar
kemampuan BMT dan anggota untuk mengontrol dan
menanggulanginya. Penyebabnya antara lain bencana alam, kebakaran,
perang, huru-hara dan pemogokan.
14. Bagaimana BMT menangani pembiayaan bermasalah UKM? Tolong
jelaskan berdasarkan setiap penyebabnya.
Dalam menangani pembiayaan bermasalah, di samping dibutuhkan
tindakan preventif di atas, juga dibutuhkan tindakan-tindakan berikut
oleh BMT:
Tindakan REVITALISASI
Yaitu tindakan dalam rangka memperbaiki dan menyelamatkan
pembiayaan/kredit yang telah diberikan kepada anggota/mitra.
Tindakan ini dilakukan untuk pembiayaan yang telah atau sedang
memasuki wilayah bermasalah. Tindakan revitalisasi meliput antara
lain;
• Rescheduling
Tindakan yang berbentuk penjadwalan kembali kewajiban
anggota/mitra. Rescheduling dapat dilakukan untuk kondisi:
o Potensi usaha anggota/mitra masih cukup bagus
o Kemampuan anggota/mitra dalam memenuhi kewajiban masih
ada
o Usaha hanya mengalami permasalahan cash flow yang bersifat
sementara
o Platform pembiayaan/kredit yang tidak berubah
Rescheduling dilakukan dengan melakukan:
o Penjadwalan kembali jangka waktu pembiayaan
o Perubahan jadwal angsuran
o Pemberian grace period
o Perubahan jumlah angsuran
• Restructuring
Tindakan yang berbentuk penyusunan ulang terhadap seluruh
kewajiban anggota/mitra. Tindakan restructuring dapat dilakukan
untuk kondisi anggota/mitra:
o Potensi usahanya masih cukup bagus.
o Kemampuan anggota/mitra dalam memenuhi kewajiban masih
ada.
o Usaha hanya mengalami permasalahan cash flow yang bersifat
sementara.
o Plafond pembiayaan berubah.
Restructuring dilakukan melalui:
o Suplesi, yaitu melalui penambahan jumlah maksimum
pembiayaan dengan waktu pengembalian yang tetap ada.
o Subrogasi, yaitu melalui penggantian hak-hak kreditur oleh pihak
ketiga karena anggota/mitra pembiayaan yang baru telah
memenuhi kewajiban kepada anggota/mitra pembiayaan yang
lama.
o Novasi, yaitu melalui pembuatan perjanjian baru dengan
menghapus perjanjian yang ada.
• Reconditioning
Tindakan melalui adanya persyaratan ulang terhadap pembiayaan
dan persyaratan yang telah disepakati bersama. Tindakan
reconditioning dapat dilakukan untuk kondisi anggota/mitra:
o Potensi usaha masih cukup bagus
o Sarana usaha yang masih memadai
o Usaha mengalami permasalahan cash flow dan managemen
o Plafond pembiayaan tetap
Reconditioning dilakukan melalui:
o Perubahan agunan
o Bantuan manajemen
Tindakan KURATIF
Tindakan yang bersifat penyelamatan melalui penanganan yang
menggunakan pendekatan aspek legal formal. Tindakan kuratif dapat
dilakukan dengan cara;
• Eksekusi, jenis eksekusi yang dapat dilakukan adalah:
o Parate Eksekusi (Non Ligitasi)
Proses eksekusi jaminan yang dilakukan secara sukarela tanpa
melalui proses peradilan (Pasal 1178 KUH Perdata). Ada 2 opsi
yang dilakukan;
Anggota/mitra menjual sendiri barang jaminannya.
Anggota/mitra memberi kepercayaan BMT untuk menjual
barang jaminan. Dan setelah dikurangi kewajiban sisa
pembiayaan, maka sisa uang akan dikembalikan pada
anggota/mitra.
o Eksekusi Secara Formal (Ligitasi)
Proses eksekusi secara paksa melalui lembaga hukum yang
berlaku;
Pengadilan Negeri
Badan Syariah Arbitrase Nasional (BASYARNAS)
Pengadilan Niaga untuk Anggota Pailit
Panitia Urusan Piutang Negara/Badan Urusan Piutang dan
Lelang Negara untuk Nasabah Bank Pemerintah
• Likuidasi
Tindakan melalui penutupan dan penjualan seluruh aset/kekayaan
usaha anggota/mitra dan hasilnya digunakan untuk menyelesaikan
seluruh kewajiban anggota/mitra pembiayaan bermasalah.
• Collection Agent
Proses penagihan pembiayaan bermasalah melalui bantuan pihak
ketiga.
15. Usaha apa saja yang dilakukan BMT dalam mengurangi risiko
pembiayaan? Apakah sudah efektif?
• Pemenuhan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif) sesuai
ketentuan.
• Membentuk Komite Pembiayaan/Kredit.
• Penggolongan pembiayaaan berdasarkan plafond, jenis penggunaan
dana, sektor usaha, produk pembiayaan dan kolektibilitas.
• Penyebaran portofolio tidak hanya pada satu sektor usaha saja.
• Penetapan wajibnya agunan.
• Pemantauan penggunaan dana oleh anggota/mitra supaya tidak
melenceng dari akad semula.
• Membentuk tim khusus penanganan pembiayaan bermasalah.
16. Bagaimana strategi BMT dalam pengembangan UKM? Apakah setiap
UKM yang dibiayai diberikan pembinaan?
• Membuat divisi/bagian pengembangan kelembagaan dan SDM BMT
• Optimalisasi permodalan BMT
• Pengawasan finansial dan kepatuhan syariah BMT
• Membuat unit/divisi khusus untuk pendampingan anggota/mitra dalam
rangka pemberdayaan UKM seperti mengadakan training dan pelatihan
untuk UKM
• Pengoptimalan penyaluran pembiayaan untuk memperkuat permodalan
UKM
• Turut serta dalam pemasaran produk hasil UKM
Nama : Siti Umainah
Jabatan : Manajer
BMT : Berkah Madani
Hasil Wawancara:
1. Apa alasan BMT memberikan pembiayaan pada sektor UKM?
• Untuk produktifitas UKM dengan membantu pengusaha kecil dan
menengah dalam hal pembiayaan modal usaha.
• Agar tidak terjebak meminjam dana pada rentenir.
• Karena perputaran dananya cepat.
2. Apakah hanya segmen UKM saja yang diberikan pembiayaan?
Tidak. Ada juga pembiayaan konsumtif untuk karyawan, PNS, pensiunan,
dan sektor usaha menengah besar.
3. Berapa besar porsi pembiayaan yang diberikan untuk sektor UKM dan
non-UKM?
Berdasarkan data sejak Februari 2005 – Juni 2010:
Porsi untuk UKM = 60 - 62%
Porsi untuk non-UKM = 38 - 40 %
4. Berapa jumlah pembiayaan sektor UKM hingga kini?
Berdasarkan data sejak Februari 2005 – Juni 2010, jumlah pembiayaan ke
sektor UKM sejumlah Rp.22,36 miliar. Sedangkan data untuk tahun
berjalan saja (2010), tersalurkan plafond pembiayaan UKM Rp.2,7 M
dengan outstanding masih sebesar Rp.1,9 miliar.
5. Berapa jumlah UKM yang telah dibiayai hingga kini?
Berdasarkan data sejak Februari 2005 – Juni 2010, total jumlah
nasabah/mitra sebanyak 2.562 orang. Sedangkan data untuk tahun
berjalan saja (2010), ada 230 UKM yang telah dibiayai.
6. Berapa jumlah nasabah tahun berjalan yang bermasalah &
persentasinya?
Kurang Lancar = 26 nasabah = Rp.68,9 juta = 2,96 %
Diragukan = 12 nasabah = Rp.70,2 juta = 3,02 %
Macet = 40 nasabah = Rp.196,5 juta = 8,44 %
7. Berapa % yang menjadi lancar dengan dilakukannya strategi
pengumpulan piutang?
Lancar = 324 nasabah = Rp.1,99 miliar = 85,58 %
8. Berapa jumlah nasabah (per-produk)?
Jumlah nasabah per-produk:
Murabahah = 166 nasabah
Ijarah = 166 nasabah
Mudharabah = 32 nasabah
Musyarakah = 23 nasabah
Qardhul Hasan = 5 nasabah
9. Berapa jumlah uang yang beredar (per-produk)?
Jumlah uang beredar per-produk:
Murabahah = Rp.999,9 juta
Ijarah = Rp.316,9 juta
Mudharabah = Rp.520,8 juta
Musyarakah = Rp.175,3 juta
Qardhul Hasan = Rp.3,1 juta
10. Berapa besar jumlah write off tahun berjalan?
Jumlah write off tahun berjalan = Rp.35,6 juta.
11. Apakah jumlah pembiayaan kepada UKM meningkat atau menurun
setiap tahunnya?
Cenderung meningkat.
12. Keuntungannya lebih besar dari sektor UKM atau non-UKM?
Tentu saja keuntungan terbesar didapatkan dari sektor UKM, karena
margin untuk UKM 3%, sedangkan untuk non-UKM maksimal 2,5%.
13. Apa saja kendala yang dihadapi dalam memberikan pembiayaan kepada
segmen UKM?
Masalah collection merupakan kendala utama yang kami hadapi.
14. Jenis pembiayaan apa saja yang tersedia untuk UKM? Berapa lama
jangka waktunya?
• Murabahah : 1 tahun
• Ijarah : 1 tahun
• Mudharabah : 3 – 6 bulan
• Musyarakah : 3 – 6 bulan
15. Apa saja persyaratan yang harus dimiliki UKM dalam mengajukan
permohonan pembiayaan?
Berkas-berkas yang harus dimiliki untuk mengajukan pembiayaan, yaitu:
• Fotokopi KTP/SIM (kartu identitas) suami-istri
• Fotokopi Kartu Keluarga
• Fotokopi Surat Nikah
• Pasfoto terbaru suami-istri ukuran 4x6
• Keterangan domisili (bagi yang mengontrak)
• Fotokopi rekening listrik dan telepon 3 (tiga) bulan terakhir
• Fotokopi jaminan (BPKB, STNK, SHM/SHGB, SPPT PBB)
• Fotokopi rekening tabungan 6 bulan terakhir
16. Bagaimana proses pengajuan pembiayaan bagi sektor UKM?
Proses pengajuan pembiayaannya sbb:
• Membuka rekening (bagi yang belum)
• Mengisi formulir pembiayaan
• Melengkapi berkas-berkas
• Survey
• Cek jaminan
Adapun sejak proses pengajuan pembiayaan hingga persetujuan dan
pencairan dana umumnya memakan waktu 1 minggu.
17. Apakah diperlukan jaminan?
Ya, perlu. Jaminan yang umum digunakan adalah BPKB kendaraan
bermotor dan sertifikat tanah. Rinciannya sbb:
• 1 Motor : Rp.1-5 juta
• Mobil, tanah, motor lebih dari 1 : Di atas Rp.5 juta
18. Bagaimana BMT mengetahui indikasi pembiayaan yang bermasalah?
• Tidak lancarnya pembayaran
• Tidak adanya komunikasi
19. Upaya preventif apa yang dilakukan agar pembiayaan menjadi lancar?
• Menelepon
• Mengirimkan surat
• Mendatangi langsung
20. Apa saja penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah pada sektor UKM?
Umumnya penyebab pembiayaan bermasalah sektor UKM adalah:
• Usahanya menurun
• Faktor keluarga (ada yang sakit, bayar sekolah, punya hutang di tempat
lain, dll)
• Tidak ada itikad baik untuk membayar
21. Bagaimana BMT menangani pembiayaan bermasalah UKM? Tolong
jelaskan berdasarkan setiap penyebabnya.
Cara penanganan pembiayaan bermasalah:
• Toleransi. Bisa dilakukan rescheduling kalau jatuh tempo.
• Restructuring (bukan hanya penjadwalan ulang, tetapi juga mengurangi
cicilan perbulannya).
• Surat peringatan. Kalau tetap tidak ada usaha untuk melunasi
pembiayaan BMT akan melakukan penjualan jaminan. Namun selama
ini yang sampai tahap ini sedikit sekali.
22. Usaha apa saja yang dilakukan BMT dalam mengurangi risiko
pembiayaan? Apakah sudah efektif?
Ya itu tadi; dengan mensyaratkan adanya agunan, melihat character
nasabah peminjam, memberikan toleransi, dan mengingatkan nasabah
peminjam agar melunasi pembiayaan yang diterimanya. Sudah cukup
efektif.
23. Bagaimana strategi BMT dalam pengembangan UKM? Apakah setiap
UKM yang dibiayai diberikan pembinaan?
Sampai saat ini kami belum melakukan pembinaan terhadap UKM yang
dibiayai. Hanya sebatas memberikan tambahan modal saja.