Upload
phamhanh
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI KBMT EL-UMMA DALAM MENGEMBANGKAN
UMKM DI BOGOR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh :
FITRI AUDHITD NIM : 206046103825
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
STRATEGI KBMT EL-UMMA DALAM MENGEMBANGKAN
UMKM DI BOGOR
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh :
Fitri Audhitd
NIM : 206046103825
Di Bawah Bimbingan
Drs. Djawahir Hejazziey, SH, MA
NIP.195510151979031002
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul STRATEGI KBMT EL-UMMA DALAM
MENGEMBANGKAN UMKM DI BOGOR, telah diujikan dalam Sidang
munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada
tanggal 24 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) pada Program Studi Muamalat
(Ekonomi Islam).
Jakarta, 24 September 2010
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA,MM
NIP. 195505051982031012
PANITIA UJIAN
1. Ketua : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA,MM (...................)
NIP. 195505051982031012
2. Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, MA (...................)
NIP.196404121994031004
3. Pembimbing : Drs. Djawahir Hejazziey, SH,MA (...................)
NIP.195510151979031002
4. Penguji I : Drs. H. Odjo Kusnara, SH, MA (...................)
NIP. 194609041965101002
5. Penguji II : Dra. Nuriyah Tahier, MM (...................)
NIP. 150321873
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 24 September 2010 M 15 Syawal 1431 H
Penulis
ABSTRAK
Fitri Audhitd. Judul skripsi “Strategi KBMT El-Umma Dalam
Mengembangkan UMKM di Bogor”. Strata Satu (S1) Jurusan Perbankan Syariah
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
1431 H / 2010 M.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi KBMT El-Umma dalam
mengembangkan UMKM di Bogor. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif yaitu metode penelitian yang menguraikan dan memaparkan masalah yang
ada sehingga memperoleh gambaran tentang objek yang diteliti dan masalah tersebut
dapat dipecahkan serta diselesaikan dengan baik dan benar.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian lapangan (field
research) untuk memperoleh data primer, dengan melakukan wawancara dan
penelitian langsung terhadap pihak yang dianggap berkompeten. Selain itu, penulis
juga melakukan penelitian kepustakaan (library research) untuk memperoleh data
sekunder, yakni untuk memperoleh data ilmiah dan akurat yang bersumber pada
buku-buku, dokumen, dan rujukan lain yang berkaitan dengan pokok pembahasan,
kemudian dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui fenomena yang sebenarnya.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa, Strategi yang dilakukan KBMT El-
Umma dalam mengembangkan UMKM di Bogor adalah dengan cara melakukan
strategi pada produk, strategi harga, strategi distribusi dan strategi promosi selain itu
strategi yang dilakukan adalah strategi pengelolaan dana.
Hal-hal yang mempengaruhi KBMT El-Umma dalam mengembangkan
UMKM di Bogor dapat dilihat dari aspek manajemen, aspek lingkungan dan sosial
budaya
Kata Kunci : Pelepas Uang, Rentenir.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang
menguasai seluruh kehidupan dan yang telah memberikan segala nikmat. sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik..
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak dibantu, baik secara moril
maupun materil oleh berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ketua Program studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Ibu Dr.Euis Amalia, M.Ag dan Bapak Dr. Djawahir
Hejazziey, SH., MA. selaku Koordinator Teknis Program Non Reguler, Bapak
Ah. Azharuddin Latief, M.Ag selaku Sekretaris Program Studi dan Bapak
Drs.Ahmad Yani, MA. selaku Sekretaris Program Non Reguler.
3. Bapak Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA., selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan waktu luang, pengarahan dan bimbingan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Para Dosen yang telah mendidik dengan baik hingga penulis dapat
menyelesaikan studi di Program studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Ahmad Solih, S.Ag.,M.E.I selaku Direktur KBMT EL-Umma yang
telah memberikan kesempatan dan kemudahan dalam memberikan data
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
6. Untuk staf perpustakaan, terima kasih telah memberikan fasilitas untuk
mengadakan studi perpustakaan.
7. Kedua orang tuaku tercinta, ayahanda Affanulhakim Umar dan Ibunda Dwi
Harini, kedua kakakku Dhiahs Sunarti Affan dan Miftahul Jannah dan Zulfi
Alamsyah yang telah memberikan kasih sayangnya dan tiada henti
mendoakan, serta menyemangati baik moril maupun materil kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Keluarga besar SMP Islam Al-Hikmah Pondok Cabe yang telah memberikan
semangat dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas segala
dukungannya baik langsung maupun tidak, penulis ucapkan terima kasih.
semoga amal baik mereka dibalas dengan pahala yang berlipat. Amiin….
Jakarta, 24 September 2010 M
15 Syawal 1431 H
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................ 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 6
D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu......................................... 7
E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan ............ ..................... 9
F. Teknik Analisa Data.................................................................. 11
G. Sistematika Penulisan ............................................................... 11
BAB II TINJAUAN UMUM
A. Pengertian Strategi.................................................................... 13
B. Jenis-Jenis Strategi ................................................................... 15
C. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.......................................... 16
D. Baitul Mal Wat Tamwil............................................................ 20
E. Tabungan .................................................................................. 23
F. Pembiayaan ................................................................................ 25
BAB III GAMBARAN UMUM KBMT EL-UMMA BOGOR
A. Sejarah Pendirian ............................................................................... 33
B. Visi dan Misi Perusahaan .................................................................. 34
C. Struktur Organisasi ............................................................................ 34
D. Perkembangan KBMT El-Umma ...................................................... 35
BAB IV STRATEGI KBMT EL-UMMA DALAM MENGEMBANGKAN
UMKM DI BOGOR
A. Jenis dan Mekanisme Produk.................................................... 41
B. Strategi Pengembangan UMKM ............................................... 48
C. Hal yang Mempengaruhi KBMT EL-Umma dalam
Mengembangkan UMKM di Bogor............................................ 51
D. Strategi Pengelolaan Dana.......................................................... 54
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................. 58
B. Saran........................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ekonomi Islam dibangun atas dasar agama Islam, karenanya ia merupakan
bagian tak terpisahkan (integral) dari agama Islam. Sebagai derivasi dari agama
islam, ekonomi islam akan mengikuti agama Islam dalam berbagai aspeknya.1
Di dalam sebuah sistem ekonomi terdapat tiga unsur yang keberadaannya
menjadi karakteristik dari sistem ekonomi yang bersangkutan. Ketiga unsur
tersebut adalah produksi, distribusi dan konsumsi. Dalam produksi terdapat empat
faktor yang paling penting yaitu faktor alam, tenaga kerja, modal dan
manajemen.2
Keempat faktor dalam produksi tersebut saling terkait antara satu dan
lainnya. Produksi memerlukan faktor alam atau yang biasa disebut dengan bahan
baku, bahan baku harus dikelola agar bisa menjadi barang yang dapat diproduksi.
Namun, dalam proses produsi, yang tidak kalah pentingnya adalah faktor modal,
karena apabila tidak ada modal maka produsen tidak akan bisa membeli bahan
baku, dan juga tidak bisa membayar upah tenaga kerja. Ketiga faktor tersebut
dilengkapi dengan faktor ke empat yaitu manajemen, karena jika ketiga faktor
tersebut ada namun manajemennya tidak berjalan baik, maka usaha yang
dilakukan pun tidak akan berjalan dengan baik. Manajemen diatur sedemikian
1 Pusat Pengkajian dan pengembangan Ekonomi Islam(P3EI), Ekonomi Islam (Jakarta: Universitas Islam Indonesia Yogyakarta atas kerjasama dengan bank Indonesia, 2008), h.13
2 Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat (sebuah pengenalan) (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h.26
rupa agar usaha yang dilakukan memperoleh keuntungan dan tidak mengalami
kerugian.
Seringkali seseorang memiliki keahlian untuk melakukan produksi namun
terkendala dimodal, untuk itu diperlukan lembaga keuangan yang bersedia
memberikan pinjaman untuk modal kerja. Pengusaha-pengusaha yang memiliki
perusahaan yang sudah besar sangat mudah memperoleh bantuan dana dari bank,
namun bagi pengusaha-pengusaha kecil atau para usahawan yang bergerak di
UMKM, memerlukan dana untuk modal sangat sulit didapatkan.
Kemampuan berwirausaha yang tinggi namun tidak diiringi dengan
cukupnya modal dapat menghalangi seorang wirausahawan untuk menjalankan
usahanya. Sangat disayangkan apabila hal tersebut sampai terjadi, karena
lapangan pekerjaan yang seharusnya terbuka menjadi tertutup karena usaha yang
tidak berjalan lagi.
Dalam konteks pembangunan ekonomi, UMKM adalah kelompok yang
sangat penting perannya. Kesimpulan ini setidaknya didasarkan atas dua argumen,
pertama karena UMKM ditengarai sebagai mesin penyerap tenaga kerja terbesar,
pada tahun 2007, jumlah UMKM mencapai 49,8 juta unit, yang terbesar diseluruh
tanah air. UMKM terbukti menggerakan sektor riil dan menyerap jutaan tenaga
kerja.3
3 A. Riawan amin, Perbankan syariah sebagai solusi Perekonomian Nasional, (Jakarta:Pidato Pengukuhan Doktor Honoris Causa Bidang Perbankan Syariah, 2009) h. 80-81
Persoalan terbesar UMKM adalah kesulitan mengakses permodalan.
Dampak dari kesulitan dalam mengakses permodalan adalah banyak UMKM
yang masih menggunakan jasa pelepas uang bagi pengembangan usahanya.
Karena pelepas uang memberikan kemudahan dalam persyaratan pangajuan
pembiayaan. Pelepas uang tersebut adalah rentenir, yang dalam prakeknya
meminjamkan uang kepada masyarakat yang membutuhkan dana dengan tidak
melalui proses yang rumit. Namun rentenir tersebut menetapkan bunga yang
justru semakin mempersulit si peminjam uang. Dalam Islam, jelas praktek
rentenir tersebut tidak dibenarkan karena dapat dipersamakan dengan riba.
Disinilah peran lembaga keuangan syariah sangat diperlukan, untuk
membantu wirausahawan agar mendapatkan modal yang halal untuk menjalankan
usahanya kembali atau memulai usaha baru. Dengan batuan modal yang diberikan
akan terbukanya usaha baru yang akan berdampak pada terbukanya lapangan
pekerjaan baru pula.
Adanya pembiayaan yang diberikan oleh lembaga keuangan syariah untuk
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dapat membantu mereka agar terhindar dari
praktek riba yang menjerat mereka.
Salah satu lembaga keuangan syariah yang menyediakan pembiayaan
untuk UMKM adalah Baitul Mal wa Tamwil (BMT). Baitul Mal wa Tamwil
(BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu dengan kegiatan mengembangkan
usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan
ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan
menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya, selain itu, BMT
juga bisa menerima titipan zakat, infak dan sedekah, serta menyalurkanya sesuai
dengan peraturan dan amanatnya.
Dalam memberikan pembiayan untuk UMKM diperlukan strategi yang
tepat agar BMT dapat menyalurkan pembiayaan tersebut pada usaha yang tepat
dan mendapatkan keuntungan dari hasil kerjasama yang dilakukan.
KBMT El-Umma merupakan salah satu lembaga keuangan mikro yang
berada di warung borong-Bogor. BMT ini merupakan mitra dari para pengusaha
UMKM tepatnya UMKM yang bergerak di bidang perdagangan, seperti
pedagang-pedagang di pasar tradisional Bogor serta toko-toko sembako yang
berada di lingkungan Koperasi Baitul Mal wat Tamwil El-Umma (KBMT El-
Umma).
KBMT El-Umma ini baru berdiri pada tahun 2008, namun setiap tahunnya
selalu mengalami perkembangan yang signifikan. Sampai bulan Agustus 2010 ini
tercatat jumlah nasabahnya sudah mencapai 500 orang.4
Perkembangan yang terjadi menunjukan bahwa KBMT El-Umma
memiliki strategi dalam melakukan aktifitasnya, dan telah menjalankan fungsinya
untuk mengembangkan UMKM di kawasan Bogor.
Di latar belakangi penjelasan tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk
mempelajari dan mengkaji lebih jauh tentang strategi yang dilakukan oleh KBMT
4 Wawancara pribadi dengan Ahmad Sholih. Tanggal 2 agustus 2010
El-Umma dalam mengembangkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Oleh karena itu penulis mengajukan skripsi dengan judul “STRATEGI KBMT
EL-UMMA DALAM MENGEMBANGKAN UMKM DI BOGOR”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar pembahasan tidak terlalu meluas, maka penulis memberikan batasan
dan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Pembatasan
Untuk mempermudah didalam memahami skripsi ini, penulis
membatasi strategi pada strategi produk, harga, ditribusi dan promosi serta
strategi pengelolaan dana KBMT El-Umma dan membatasi UMKM pada
UMKM yang bergerak dibidang perdagangan yang berada di wilayah Bogor.
2. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi KBMT El-Umma dalam mengembangkan UMKM di
Bogor?
2. Bagaimana strategi pengelolaan dana pada KBMT El-Umma?
3. Apa saja yang mempengaruhi strategi KBMT El-Umma dalam
mengembangkan UMKM di Bogor?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, adapun
tujuan dan manfaat dari telaah kritis ilmiah terhadap Strategi KBMT El-
Umma dalam mengembangkan UMKM di Bogor ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana strategi KBMT El-Umma dalam
mengembangkan UMKM di Bogor.
b. Untuk mengetahui bagaimana strategi pengelolaan dana pada KBMT El-
Umma.
c. Untuk mengetahui apa saja yang mempengaruhi strategi KBMT El-Umma
dalam mengembangkan UMKM di Bogor.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Bagi BMT sebagai bahan evaluasi kritis atau perbandingan
atas langkah-langkah yang telah dan sedang diambil oleh perusahaan
dalam mencapai tujuan dan sekaligus sebagai dasar strategi dalam
mengembangkan UMKM di Bogor.
b. Bagi nasabah, di harapkan hasil penulisan ini terbaca secara luas oleh
warga negara Indonesia agar mereka yang mayoritas beragama islam
bergerak untuk berpartisipasi dalam pengembangan bisnis peran
Koperasi Jasa Keuangan Syariah dalam pengembangan bisnis
produknya . Sehingga, produk yang dikembangkan mendapat respon
yang positif.
c. Bagi Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum, sebagai bahan referensi
dan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan untuk melanjutkan
studi berikutnya yang terkait dengan skripsi ini.
d. Bagi penulis, sebagai wahana untuk memperkaya khasanah karya tulis
tentang strategi KBMT El-Umma dalam mengembangan UMKM di
Bogor. Penulis berharap tulisan ini memberi kontribusi positif untuk
penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
1. Cecep Suyudi, pada tahun 2008 dengan judul penelitian “ Strategi
lembaga Nirlaba Dalam Upaya Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (studi pada Lembaga Nirlaba Syariah Masyarakat Mandiri
Parung, Bogor. Adapun tujuan dari skripsi ini adalah memahami dan
meneliti lebih jauh strategi yang dikembangkan oleh lembaga-lembaga
keuangan syariah dalam upaya pemberdayaan UMKM dan untuk
mengetahui keunggulan strategi yang dikembangkan Masyarakat
Mandiri.
2. Muhamad Amin, pada tahun 2009 tentang Strategi Bank Perkreditan
Rakyat Syariah (BPRS) dalam Pengelolaan Risiko Pembiayaan UKM:
studi BPRS Alsalam cabang Cinere. Tujuan dari penulisan skripsi
tersebut adalah untuk mengetahui alasan BPR Syariah Alsalam memilih
segmen UKM dalam pembiayaan, untuk mengetahui permasalahan dan
risiko apa saja BPR Syariah Alsalam dalam memberikan pembiayaan
UKM dan untuk mengetahui implementasi strategi pengelolaan risiko
pada pembiayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) BPR Syariah Alsalam.
3. Nuryana Satia, pada tahun 2009 tentang Peran UKM Center Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia dalam mengembangkan Usaha Kecil dan
Mikro. Adapun tujuan dari skripsi tersebut adalah untuk mengetahui pola
pemberdayaan dan pembinaan yang diterapkan UKM Center, untuk
mengetahui pengaruh positif yang diperoleh dari pemberdayaan dan
pembinaan tersebut.
4. A. Fauzan, pada tahun 2009 tentang Alokasi penyaluran dana
pembiayaan pada UKM oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah
cabang Tangerang. Adapun tujuan dari skripsi tersebut adalah untuk
mengetahui bagaimana prosedur umum untuk memperoleh pambiayaan
pada UKM, mengetahui Bank Rakyat Indonesia Unit Usaha Syariah
lebih dekat mengenai aplikasi pembiayaan, baik dari alokasi penyaluran
dana maupun sisi prosedur, mampu menganalisa dan mengevaluasi
berdasarkan analisa SWOT dan strateginya untuk proses penyaluran
dalam peningkatan modal UKM.
Dengan demikian pembahasan skripsi yang di angkat dalam
penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah ada, yang
berkaitan dengan strategi KBMT dalam mengembangkan UMKM di
Bogor. Sedangkan penelitian terdahulu lebih kepada strategi pengelolaan
resiko dan peran lembaga dalam pemberdayaan UMKM.
E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif, karena dapat digolongkan ke
dalam deskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu untuk melakukan
pengukuran yang cermat dan sistematik terhadap peristiwa tertentu dengan
cara menafsirkan data yang telah ada dengan tanpa hipotesis dan tetap
mempertahankan keutuhan dari objek penelitian yang terintegrasi.
2. Ruang Lingkup Penelitian
Objek penelitian ini ditetapkan secara khusus pada KBMT El-Umma
Bogor, dan diarahkan untuk mengumpulkan data yang mendukung untuk
menjawab permasalahan yang telah diungkapkan di atas. Penelitian ini
khususnya diarahkan pada strategi KBMT El-Umma dalam
mengembangkan UMKM di Bogor.
3. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Penulis menggunakan jenis data primer dan sekunder
Data primer diperoleh melalui pengamatan kegiatan operasional dalam
wawancara, KBMT El-Umma Bogor.
Data sekunder diambil dari dokumentasi perusahaan. Khususnya pada
KBMT El-Umma Bogor.
a. Observasi (data primer) yang dilakukan penulis yaitu dengan cara
mengadakan pengamatan secara langsung pada objek yang diteliti
yaitu pada KBMT El-Umma Bogor. Data yang diperoleh mencakup
beberapa aspek dari segi ekonomi, religius, pendidikan dan teknis
yang meliputi situasi lokasi dan keamanan tempat penelitian.
b. Wawancara (data primer) yaitu penulis mengadakan wawancara
secara langsung tentang data internal perusahaan dengan pimpinan
KBMT El-Umma Bogor yang mewakili objek yang diteliti. Data
yang diperoleh berupa strategi KBMT El-Umma dalam
mengembangkan UMKM di Bogor.
c. Dokumentasi (data sekunder) yaitu proses untuk memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian yang berasal dari data yang
berbentuk arsip (dokumen) yang dimiliki oleh KBMT El-Umma,
buku, majalah, dan baik melalui internet maupun media lainnya. Data
yang diperoleh berupa struktur organisasi, personalia, pemasaran dan
operasional.
F. Teknik Analisa Data
Analisa dilakukan setelah data-data yang dibutuhkan dalam penelitian
ini terkumpul. Proses analisa dimulai dari membaca, mempelajari, dan
menelaah data yang didapat mengenai strategi KBMT El-Umma dalam
mengembangkan UMKM di Bogor. Selanjutnya dari proses analisa tersebut,
penulis mengambil kesimpulan dalam masalah yang bersifat umum kepada
masalah yang bersifat khusus (deduktif).
G. Teknik Penulisan
Teknik penulisan pada skripsi ini mengacu pada pada buku pedoman
penulisan skripsi yang diterbitkan olah Fakultas syariah dan hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun skripsi ini
adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah.
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan (review) kajian terdahulu, metode
penelitian, teknik analisa data, teknik penulisan dan sistematika
penulisan.
BAB II Tinjauan umum, Bab ini membahas tentang pengertian strategi,
jenis-jenis strategi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Baitul
Mal wat Tamwil, Tabungan, dan Pembiayaan,.
BAB III Berisi Tentang Gambaran Umum KBMT EL-UMMA, terdiri
dari: Sejarah Pendirian, Visi dan Misi Perusahaan, Struktur
Organisasi, serta Perkembangan KBMT EL-UMMA dari awal
berdiri hingga sekarang.
BAB IV Strategi KBMT El-Umma dalam Mengembangkan UMKM di
Bogor, Bab ini membahas tentang Jenis dan Mekanisme
Produk KBMT El-Umma, Strategi Pengembangan UMKM,
Hal yang Mempengaruhi KBMT EL-Umma dalam
Mengembangkan UMKM di Bogor, Strategi Pengelolaan
Dana.
BAB V Penutup, yang meliputi Kesimpulan dan Saran-saran.
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. Pengertian Strategi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia Strategi memiliki arti siasat perang,
ilmu siasat perang, tempat yang baik menurut siasat perang, rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.5
Menurut kamus manajemen, yang dimaksud dengan strategi adalah
rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus dan
saling berhubungan dalam hal waktu dan ukuran.6
Sedangkan menurut kamus marketing, yang dimaksud dengan strategi
adalah rencana, kadang-kadang dalam garis besar saja, untuk mencapai tujuan-
tujuan tertentu, biasanya dikuantifikasi dan lebih sering atas dasar waktu yang
relatif lama.7
Strategi adalah langkah-langkah yang harus dijalankan oleh suatu
perusahaan untuk mencapai tujuan. Kadang-kadang langkah yang harus dihadapi
terjal dan berliku-liku, namu ada pula langkah yang relatif mudah. Di samping
itu, banyak rintangan atau cobaan yang dihadapi untuk mencapai tujuan. Oleh
karena itu, setiap langkah harus dijalankan secara hati-hati dan terarah.8
5 Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989),Cet ke-II h.859.
6 B.N. Marbun, Kamus Manajemen, (Jakarta: Pustaka Harapan, 2003), Cet I h. 340. 7 Norman A.Hart dan John Stapleton, Kamus Marketing, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Cet
II h.200. 8 Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006) h. 171
Strategi itu adalah rencana tentang serangkaian manuver, yang mencakup
seluruh elemen yang kasat mata maupun yang tak-kasat mata, untuk menjamin
keberhasilan mencapai tujuan.9
Dari definisi strategi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan strategi adalah langkah-langkah atau rencana yang harus dijalankan secara
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Pengertian strategi secara umum dan khusus sebagai berikut :
a. Pengertian Umum Strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.
b. Pengertian khusus Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.10
B. Jenis-Jenis Strategi
Jenis-jenis strategi adalah sebagai berikut :
1. Strategi Integrasi
9 Efendi Arianto, “ Pengertian Strategi”, artikel diakses pada 2 Agustus 2010 dari http://strategika.wordpress.com/2007/06/24/pengertian-strategi/
10 David, “Konsep Strategi” artikel diakses pada 2 Agustus 2010 dari http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/08/konsep-strategi-definisi-perumusan.html
Integrasi ke depan, integrasi ke belakang, integrasi horizontal kadang semuanya disebut sebagai integrasi vertikal. Strategi integrasi vertikal memungkinkan perusahaan dapat mengendalikan para distributor, pemasok, dan / atau pesaing.
2. Strategi Intensif Penetrasi pasar, dan pengembangan produk kadang disebut sebagai strategi intensif karena semuanya memerlukan usaha-usaha intensif jika posisi persaingan perusahaan dengan produk yang ada hendak ditingkatkan.
3. Strategi Diversifikasi Terdapat tiga jenis strategi diversifikasi, yaitu diversifikasi konsentrik, horizontal, dan konglomerat. Menambah produk atau jasa baru, namun masih terkait biasanya disebut diversifikasi konsentrik. Menambah produk atau jasa baru yang tidak terkait untuk pelanggan yang sudah ada disebut diversifikasi horizontal. Menambah produk atau jasa baru yang tidak disebut diversifikasi konglomerat.
4. Strategi Defensif Disamping strategi integrative, intensif, dan diversifikasi, organisasi juga dapat menjalankan strategi rasionalisasi biaya, divestasi, atau likuidasi. Rasionalisasi Biaya, terjadi ketika suatu organisasi melakukan restrukturisasi melalui penghematan biaya dan aset untuk meningkatkan kembali penjualan dan laba yang sedang menurun. Kadang disebut sebagai strategi berbalik (turnaround) atau reorganisasi, rasionalisasi biaya dirancang untuk memperkuat kompetensi pembeda dasar organisasi. Selama proses rasionalisasi biaya, perencana strategi bekerja dengan sumber daya terbatas dan menghadapi tekanan dari para pemegang saham, karyawan dan media. Divestasi adalah menjual suatu divisi atau bagian dari organisasi. Divestasi sering digunakan untuk meningkatkan modal yang selanjutnya akan digunakan untuk akusisi atau investasi strategis lebih lanjut. Divestasi dapat menjadi bagian dari strategi rasionalisasi biaya menyeluruh untuk melepaskan organisasi dari bisnis yang tidak menguntungkan, yang memerlukan modal terlalu besar, atau tidak cocok dengan aktivitas lainnya dalam perusahaan. Likuidasi adalah menjual semua aset sebuah perusahaan secara bertahap sesuai nilai nyata aset tersebut. Likuidasi merupakan pengakuan kekalahan dan akibatnya bisa merupakan strategi yang secara
emosional sulit dilakukan. Namun, barangkali lebih baik berhenti beroperasi daripada terus menderita kerugian dalam jumlah besar.
5. Strategi Umum Michael Porter Menurut Porter, ada tiga landasan strategi yang dapat membantu organisasi memperoleh keunggulan kompetitif, yaitu keunggulan biaya, diferensiasi, dan fokus. Porter menamakan ketiganya strategi umum. Keunggulan biaya menekankan pada pembuatan produk standar dengan biaya per unit sangat rendah untuk konsumen yang peka terhadap perubahan harga. Diferensiasi adalah strategi dengan tujuan membuat produk dan menyediakan jasa yang dianggap unik di seluruh industri dan ditujukan kepada konsumen yang relatif tidak terlalu peduli terhadap perubahan harga. Fokus berarti membuat produk dan menyediakan jasa yang memenuhi keperluan sejumlah kelompok kecil konsumen.11
C. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
1. Pengertian
a. Usaha Mikro
Menurut undang-undang No 20 Tahun 2008, Usaha mikro adalah usaha
produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang
memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000 (tiga
ratus juta rupiah).
11 David, “Konsep Strategi” artikel diakses pada 2 Agustus 2010 dari http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/08/konsep-strategi-definisi-perumusan.html
b. Usaha Kecil
Usaha kecil diatur dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995
tentang Usaha Kecil. Seiring dengan kebutuhan, percepatan pertumbuhan
perekonomian dan pembangunan hukum, maka Undang-Undang Usaha
Kecil diganti dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro Kecil dan Menengah yang lebih memperjelas dan mempertegas
ketentuan Undang-Undang Usaha Kecil.
Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995, yang dimaksud
dengan Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan
memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta
kepemilikan sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000 (dua ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu
milyar rupiah)
3) Milik Warga Negara Indonesia
4) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun
tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.
5) Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan
hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
Sedangkan Menurut undang-undang No 20 Tahun 2008, Usaha
kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000 (dua milyar
lima ratus juta rupiah).
c. Usaha Menengah
Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995, Usaha Menengah
dan Usaha Besar adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari pada kekayaan
bersih dan hasil penjualan tahunan usaha kecil.
Sedangkan Menurut undang-undang No 20 Tahun 2008, Usaha
menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorang atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai dan
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil
atau usaha besar, yang memiliki kriteria sebagai berikut :
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak 10.000.000.000 (sepuluh milyar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dnegan paling banyak Rp.
50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah).
2. Karakteristik UMKM
Adapun karakteristik UMKM sebagi berikut :
a. Mempunyai skala yang kecil, baik modal, penggunaan tenaga kerja maupun orientasi pasar
b. Banyak berlokasi di pedesaan, kota-kota kecil atau daerah pinggiran kota besar
c. Status usaha milik probadi atau keluarga. d. Sumber tenaga kerja berasal dari lingkungan sosial budaya (etnis
geografis) yang direkrut melalui pola pemagangan atau melalui pihak ketiga.
e. Pola kerja sering kali part time atau sebagai usaha sampingan dari kegiatan lainnya.
f. Memiliki kemampuan terbatas dalam mengadopsi teknologi, pengelolaan usaha dan administrasinya sederhana.
g. Struktur permodalan sangat terbatas dan kekurangan modal kerja serta sangat tegantung terhadap sumber modal sendiri dan lingkungan pribadi.
h. Strategi perusahaan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang sering berubah secara cepat.12
12 Cecep Suyudi, ”strategi Lembaga Nirlaba dalam Upaya Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah(studi pada Lembaga Nirlaba Syariah Masyarakat Mandiri
3. Problem UMKM
Setelah memahami karakteristik UMKM maka langkah lebih lanjut adalah
memahami permasalahan-permasalahan yang ada di dunia UMKM, adapun
permasalahan tersebut antara lain :
a. kelemahan di bidang operasi dan manajemen. b. kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh
jalur akses terhadap sumber-sumber permodalan. c. kelemahan dalam memperoleh paluang dan memperbesar pangsa pasar. d. keterbatasan dalam kelemahan pemanfaatan akses dan penguasaan
teknologi, khususnya teknologi terapan. e. masih rendahnya kualitas SDM yang meliputi aspek kompetensi,
keterampilan, etos kerja, karakter, kesadaran akan pentingnya konsisten mutu dan standarisasi produk dan jasa, serta wawasan kewirauasahaan.
f. keterbatasan penyediaan bahan baku, mulai dari jumlah yang dapat dibeli, standarisasi kualitas yang ada, maupun panjangnya rantai distribusi bahan baku yang berakibat pada harag bahan baku itu sendiri.
g. sistem kemitraan yang pernah digulirkan selama ini, cenderung mengalami distorsi ditingkat implementasi sehingga berdampak pada subordinasinya pelaku usaha mikro, kecil dan menengah dibandingkan dengan mitra usahanya.13
D. Baitul Mal wat Tamwil (BMT)
Rasulullah Saw merupakan kepala negara pertama yang memperkenalkan
konsep baru di bidang keuangan Negara di abad ketujuh, yaitu semua hasil
penghimpunan kekayaan nagara harus dikumpulkan terlebih dahulu dan kemudin
dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan Negara. Tempat pusat pengumpulan dana
Parung, Bogor), (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h.42
13 Ibid, h 45
tersebut disebut bait al mal. Pemasukan negara yang sangat sedikit disimpan di
lembaga ini dalam jangka waktu yang pendek untuk selanjutnya didistribusikan
kepada masyarakat.
Dana yang terkumpul di Baitul mal ini digunakan untuk berbagai kegiatan
seperti penyebaran islam, pendidikan dan kebudayaan, pembangunan
infrastruktur, pembangunan armada perang dan keamanan dan penyediaan
layanan kesejahteraan sosial. Seluruh alokasi dana Baitul Mal tersebut
mempunyai dampak terhadap pertumbuhan ekonomi, baik secara langsung
maupun tidak.14
1. Pengertian BMT
BMT adalah kependekan kata Balai Usaha Mandiri Terpadu atau
Baitul Mal wat Tamwil, yaitu lembaga keuangan mikro (LKM) yang beroperasi
berdasarkan prinsip-prinsip syariah. BMT sesuai namanya terdiri dari dua
fungsi utama, yaitu :
a. Baitul Tamwil (rumah pengembangan harta), melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi.
b. Baitul Mal(rumah harta), menerima titipan zakat, infak dan sedekah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.15
14 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Granada Press,2007), h. 17
15 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009) h. 447
Pola pengembangan institusi keuangan ini diadopsi dari Bayt al-mal
yang peranh dan sempat tumbuh dan berkembang pada masa Nabi SAW dan
Khulafa al-Rasyidin. Oleh karena itu, keberadaan BMT selain bisa dianggap
sebagai media penyalur pendayagunaan harta ibadah seperti zakat, infaq dan
shadaqah, juga bisa dianggap sebagai institusi yang bergerak di bidang
investasi yang bersifat produktif seperti layaknya bank.16
Oleh karena itu, selain berfungsi sebagai lembaga keuangan BMT juga
bisa berfungsi sebagai lembaga ekonomi. Sebagai lembaga keuangan ia
bertugas menghimpun dana dari masyarakat (anggota BMT) dan menyalurkan
dana dari masyarakat (anggota BMT). Sebagai lembaga ekonomi ia juga
berhak melakukan kegiatan ekonomi, seperti perdagangan, industri dan
pertanian.
2. Ciri-ciri BMT
Adapun ciri-ciri dari BMT adalah sebagai berikut :
a. Berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan ekonomi paling banyak untuk anggota dan lingkungannya.
b. Bukan lembaga sosial tetapi dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan penggunaan zakat, infak dan sedekah bagi kesejahteraan orang banyak.
c. Ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat disekitarnya.
16 Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat (sebuah pengenalan) (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h.183.
d. Milik bersama masyarakat kecil bawah dan kecil dari lingkungan BMT itu sendiri, bukan milik orang seorang atau orang lain di luar masyarakat itu.17
Selain ciri utama diatas BMT juga memiliki ciri khas sebagai berikut:
a. Staf dan karyawan BMT bertindak aktif, dinamis, berpandangan
produktif, tidak menunggu tetapi menjemput nasabah, baik sebagai
penyetor dana maupun sebagai penerima pembiayaan usaha.
b. Kantor dibuka dalam waktu tertentu dan ditunggui oleh sejumlah staf yang
terbatas, karena sebagian besar staf harus bergerak dilapangan untuk
mendapatkan nasabah penyetor dana, memonitor dan mensupervisi usaha
nasabah.
c. BMT mengadakan pengajian rutin secara berkala yang waktu dan
tempatnya biasanya dimadrasah, masjid atau mushola ditentukan sesuai
dengan kegiatan nasabah dan anggota BMT; setelah pengajian biasanya
dilanjutkan dengan perbincangan bisnis dari para nasabah BMT.
d. Manejemen BMT diselenggarakan secara profesional dan islami.
E. Pengertian Tabungan
17 Ibid, h.184.
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek,
bilyet giro, dan atau lainnya yang dipersamakan dengan itu. Nasabah jika
hendak mengambil simpanannya dapat datang langung ke bank dengan
membawa buku tabungan, slip penarikan atau melalui fasilitas ATM.18
Dalam perbankan syariah atau lembaga keuangan syariah lain yang
memiliki produk tabungan, biasanya mengunakan akad Wadiah atau titipan
prinsip al-wadiah merupakan murni titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik
perorangan maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja
bila si penitip menghendaki. Penerima simpanan disebut yad al-amanah yang
artinya tangan amanah. Si penyimpan tidak bertanggung jawab atas segala
kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada titipan selam hal itu bukan akibat dari
kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang
titipan.19
Dari prinsip yad al-amanah”tangan amanah” kemudian berkembang prinsip
yad dhamanah ”tangan penanggung” yang berarti bahwa pihak penyimpan
bertanggung jawab atas segala kerusakan atau kehilangan yang terjadi pada
barang/aset titipan.20
18 Abdul Ghofur Ansori, Perbankan Syariah di Indonesia (Jakarta: Gadjah Mada University Press, 2007), h. 87
19 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h.180
20 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h.43
Dalam perkembangan konsep al-wadiah di dunia Islam, dijumpai berbagai
bentuk dan variasi, serta pihak-pihak yang terlibat pun semakin beragam. Pada
dasarnya tabungan merupakan titipan yang dapat diambil setiap saat oleh orang
yang menitipkannya.
Jika barang titipan itu (umpamanya uang) dimanfaatkan oleh pihak
penerima titipan, kemudian dikembalikan kembali secara utuh, dan bahkan
dilebihkan sebagai imbalan jasa, menurut ulama Malikiyah dan Hanafiyah,
hukumnya boleh, sekalipun dalam pemanfaatan imbalan jasa ini disedekahkan
kepada orang yang memerlukan atau Bait al-Mal. Akan tetapi munurut ulma
Syafi’iyah tidak boleh dan akadnya dinyatakan gugur. Menurut Wahbah Zuhaili,
penerima Wadiah tidak boleh meminta imbalan atas wadiah, kecuali bila harta atau
barang titipan itu memerlukan ruang khusus, maka boleh meminta uang sewa.21
F. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
21 Ah. Azharuddin Latif, Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 170
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil.22
Pengertian lain tentang pembiayaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan
untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri
maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai
untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan
kepada nasabah.23
2. Perbedaan Pembiayaan dengan Kredit
Kredit adalah sesuatu yang dibayar secara berangsur-angsur, baik itu
jual beli maupun dalam pinjam meminjam. Kredit bisa pula terjadi pada
seseorang yang meminjam uang ke bank atau koperasi, kemudian pinjaman
tersebut dibayar berangsur-angsur, ada yang dibayar setiap hari, mingguan ada
pula yang dibayar satu kali dalam sebulan.24
Yang menjadi perbedaan antara kredit yang diberikan berdasarkan
konvensional dengan pembiayaan yang diberikan berdasarkan prinsip syariah
adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan. Jika berdasarkan prinsip
22 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan 23 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta : UPP AMPYKPN, 2005), h.
304 24 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h.
301.
konvensional keuntungan yang diperoleh melalui bunga sedangkan yang
berdasarkan prinsip syariah berupa imbalan atau bagi hasil.25
Sebelum pembiayaan diberikan, untuk meyakinkan bahwa nasabah
benar-benar dapat dipercaya maka terlebih dahulu mengadakan analisa
pembiayaan. Analisis mencakup latar belakang nasabah atau usahanya,
prospek usahanya, jaminan yang diberikan serta faktor-faktor lainnya. Tujuan
analisis ini adalah agar BMT yakin bahwa pembiayaan yang diberikan benar-
benar aman.
3. Prinsip-Prinsip Pemberian Pembiayaan
Sebelum fasilitas pembiayaan diberikan, maka BMT harus yakin
bahwa pembiayaan yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan
tersebut diperoleh dari hasi penilaian pembiayaan sebelum pembiayaan
tersebut disalurkan. Pemberian pembiayaan dilakukan dengan mengunakan
analisis 5 C.
Adapun penjelasan untuk analisis 5C adalah sebagai berikut :
a. Charakter Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang diberikan pembiyaan benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya,
25 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h.93
keadaan keluarga, hoby dan sosial standingnya. Ini semua merupakan ukuran ”kemauan” membayar.
b. Capacity Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuan dalam memahami tentang ketentuan-ketantuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini. Pada akhirnya terlihat ”kemampuannya” dalam mengembalikan pembiayaan yang disalurkan.
c. Capital Untuk melihat pengunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan. Capital juga dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini.
d. Collateral Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah pembiyaan yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahanya, sehingga jika terjadi suatu masalah., maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.
e. Condition Dalam menilai pembiayaan hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan pembiayaan tersebut bermasalah relatif kecil.26
Akad-akad yang digunakan dalam perbankan syariah atau lembaga
keuangan lain dalam memberikan pembiayaan adalah:
a. Mudharabah
Mudharabah yaitu suatu perjanjian usaha antara pemilik modal
dengan pengusaha, dimana pihak pemilik modal menyediakan seluruh
dana yang diperlukan dan pihak pengusaha melakukan pengelolaan
26 Ibid., h.104
atas usaha. Hasil usaha bersama ini dibagi sesuai dengan kesepakatan
pada waktu akan pembiayaan ditandatangani yang dituangkan dalam
bentuk nisbah misalnya 70:30; 65:35. Apabila terjadi kerugian dan
kerugian tersebut merupakan konsekuensi bisnis(bukan
penyelewengan atau keluar dari kesepakatan) maka pihak penyedia
dana akan menanggung kerugian manakala pengusaha akan
menanggung kerugian managerial skill dan waktu serta kehilangan
nisbah keuntungan bagi hasil yang akan diperolehnya.27
Nisbah keuantungan harus dinyatakan dalam bentuk prosentase
antara kedua belah pihak, bukan dinyatakan dalam nominal tertentu.
Besarnya nisbah ditentukan berdasarkan kesepakatan masing-masing
pihak yang berkontrak, jadi angka besaran nisbah ini mucul sebagai
hasil tawar menawar antara shahib al mal dengan mudharib.28
Mudhrabah berasal dari kata ا لض ب فى االرضyaitu bepergian
untuk urusan dagang. Firman Allah swt :
... )20 : 73/ا لمز مل ... (
”...dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah...”
27 Karnaen Perwaatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992), h. 21
28 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 197
Terkadang sebagian orang memiliki harta, tetapi tidak
berkemampuan memproduktifkannya, dan terkadang ada pula orang
yang tidak memiliki harta, tetapi ia mempunyai kemampuan
menproduktifkannya. Karena itu, syariat memperbolehkan mu’amalah
ini supaya kedua belah pihak dapat mengambil manfaatnya.29
Pembiayaan mudharabah adalah suatu perjanjian pambiayaan
antara bank dengan pengusaha, dimana pihak bank menyediakan
pembiayaan modal usaha atau proyek yang dikelola oleh pihak
pengusaha atas dasar perjanjian bagi hasil.30
Dengan mudharabah ini bank Islam atau lembaga keuangan
islam lainnya dapat memberikan tambahan modal kepada pengusaha
untuk perusahaannya dengan perjanjian bagi hasil, baik untung atau
pun rugi sesuai dengan perjanjian yang telah ditentukan sebelumnya.31
b. Murabahah
Jual beli murabahah adalah jual beli barang seharga modal
pembelian/kulakan ditambah keuntungan yang disepakati. Misalnya,
seseorang membeli barang kemudian menjualnya kembali dengan
keuntungan tertentu. Berapa besar keuntungan tersebut dapat
29 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1996), h. 37. 30 Karnaen Perwaatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio, Apa dan
Bagaimana Bank Islam, h. 105. 31 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, h. 287.
dinyatakan dalam nominal rupiah tertentu atau dalam bentuk
persentase dari harga pembeliannya.32
Murabahah berarti pembelian barang dengan pembayaran
ditangguhkan (1 bulan, 3 bulan, 1 tahun dst). Pembiayaan murabahah
adalah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah dalam rangka
pemenuhan kebutuhan produksi (inventory).33
Pembiayaan Murabahah adalah pembiayaan berdasarkan jual
beli dimana bank bertindak selaku penjual dan nasabah selaku
pembeli. Harga beli diketahui bersama dan tingkat keuntungan untuk
bank disepakati dimuka. Dalam fiqh klasik, murabahah dilakukan
secara tunai, dalam praktek perbankan, nasabah dapat membayar
secara cicilan. Karena tidak membayar secara tunai, nasabah dapat
diminta untuk memberikan jaminan.34
Dengan murabahah ini pada hakiktnya seseorang ingin
mengubah bentuk bisnisnya dari kegiatan pinjam meminjam menjadi
transaksi jual beli.35
32 Ah. Azharuddin Latif, Fiqh Muamalat, h. 118 33 Karnaen Perwaatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio, Apa dan
Bagaimana Bank Islam, h. 25 34 Laboratorium Bank Mini Fakultas syariah dan Hukum. Konsep dan
Mekanisme Bank Syariah, (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2007), h. 12
35 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, h. 288.
c. Al Qardhul Hasan
Al Qadhul Hasan adalah suatu pinjaman yang diberikan atas
dasar kewajiban sosial semata dimana si peminjam tidak dituntut untuk
mengembalikan apa pun kecuali modal pinjaman
Pada dasarnya pinjaman Al Qadhul Hasan diberikan kepada
mereka yang memerlukan pinjaman konsumtif jangka pendek untuk
tujuan-tujuan yang sangat urgen, atau untuk para pengusaha kecil yang
kekurangan dana tatapi mempunyai prospek bisnis yang sangat baik.
Pembiayaan Al Qadhul Hasan adalah perjanjian pembiayaan
antara bank dengan nasabah yang dianggap layak menerima yang
diprioritaskan bagi pengusaha kecil pemula yang potensial akan tetapi
tidak mempunyai modal apapun selain kemampuan berusaha serta
perorangan lainnya yang berada dalam keadaan terdesak, dimana
penerima kredit hanya diwajibkan mengembalikan pokok pinjaman
pada waktu jatuh tempo dan bank hanya membebani nasabah atas
biaya administrasi. Sasaran dari pembiayaan ini adalah pengusaha
kecil dan sektor informal atau masyarakat lain yang menghadapi
problem modal dengan prospek usaha yang layak.36
36 Karnaen Perwaatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, h. 106
BAB III
GAMBARAN UMUM KBMT EL –UMMA
A. Sejarah Pendirian
Dilatarbelakangi keinginan untuk mendirikan suatu lembaga keuangan
yang dapat memberdayakan pengusaha Kecil dan Menengah maka pada Juli
2008 Ahmad Sholih, S.Ag, M.E.I bersama teman yang memiliki tujuan yang
sama dan bertempat tinggal di wilayah Bogor, mendirikan Koperasi Baitul
Mal Wat Tamwil yang kemudian diberi nama KBMT EL –UMMA.
Pada awal pendiriannya, KBMT El-Umma memperkenalkan lembaga
keuangan mikro ini kepada para pedagang yang berada di pasar. Pasar yang
menjadi sasaran KBMT ini adalah pasar Dramaga, Pasar Jum’at dan Pasar
Ciampea. Petugas KBMT El-Umma mendatangi langsung pedagang-
pedagang tersebut dan memberikan brosur serta menjelaskannya kepada
pedagang yang diberikan.
Pada awal berjalan, KBMT El-Umma belum mempunyai izin usaha,
karena pemilik menyadari bahwa perizinan usaha itu penting maka sambil
menjalankan usahanya, pemilik KBMT EL-UMMA juga melakukan
kepengurusan surat izin usaha. Pada tanggal 14 November 2008 dengan
disahkan oleh Menteri Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Bupati Bogor, Akta bendirian KBMT EL-Umma ini disahkan
dengan Nomor 518/197/BH/KPTS/KKUKM/2008.
B. Visi dan Misi Perusahaan
Visi : Meningkatkan kualitas keimanan dan kesejahteraan anggota dan mitra
binaan sehingga mampu berperan aktif sebagai khalifah Allah
Subhanahu wa Ta'ala.
Misi : Menerapkan prinsip-prinsip syari'at dalam kegiatan ekonomi,
memberdayakan pengusaha kecil dan menengah, dan membina
kepedulian orang mampu kepada dhuafaa secara terpola dan
berkesinambungan.
C. Struktur Organisasi
a. Nama : KBMT EL-UMMA
b. Alamat : Jl. Raya Warung Borong No 27 Ciampea
Bogor
c. No Akta Pendirian : 518/197/BH/KPTS/KKUKM/2008
d. Dewan Pengawas Syari’ah : Badru Tamam, MA
e. Dewan Pengawas : Ir. Harjono Sukarno
Mumul Mahdiatul Millah, S.Sos
1. Pengurus
a. Ketua : Ahmad Sholih, S.Ag, M.E.I
b. Sekretaris : Ir. Muhana
c. Bendahara : Gigin Mardiansyah, S.Tp. MM
2.
3. Management
a. Manajer : Dwi Susanto
b. Marketing : Mansyur
Ridwan
c. Keuangan : Ade Sunarsih
Lira Oktaviani
D. Perkembangan KBMT EL-UMMA dari awal berdiri hingga sekarang
1. 1. Aspek Organisasi
Pada tahun pertama, langkah awal pengurus dalam menata organisasi
El-Umma secara serius ditandai dengan mengurus aspek legalitas dalam
persyaratan di Departemen Koperindag Kabupaten Bogor kemudian
dilanjutkan dengan perizinan surat izin Operasional perusahaan dan juga
Tanda Daftar Perusahaan. Lengkapnya perizinan sebagai syarat
diperbolehkannya operasionalisasi lembaga membuat kenyamanan dalam diri
pengurus dalam menjalankan lembaga ini. Proses selanjutnya adalah
pendataan keanggotaan, pada awal kepengurusan jumlah anggota yang ada
adalah 24 orang anggota, akan tetapi banyaknya kendala di lapangan banyak
dari anggota tersebut belum maksimal dalam menjalankan standar
keanggotaan di KBMT El-Umma. Sementara itu, dalam hal kepengurusan,
KBMT El-Umma sementara yang ditunjuk dalam Rapat Anggota Tahunan
(RAT) 2008 dalam masa pembentukan awal adalah :
Ketua : Ahmad Sholih
Sekretaris : Adinda Dwi Putri
Bendahara : Gigin Mardansyah
Pada tahun ini Adinda Dwi Putri tidak bisa aktif lagi dalam kepengurusan
karena beberapa aktifitasnya yang tidak bisa ditinggalkan.
2. 2. Aspek Manajemen
Pada tahun pertama ini pengurus memfokuskan pengelolaan KBMT
EL-Umma ini dengan meletakan dasar-dasar atau pun pondasi yang kokoh
sehingga KBMT El-Umma ini bisa menjelma menjadi lembaga keuangan
mikro syariah yang terpercaya di seluruh nusantara. Di antaranya yang sudah
dilakukan adalah pengurus mentargetkan tercapainya 3 S (Tiga S) dalam
lembaga keuangan, yaitu syari’ah, sehat dan selalu berkembang.
a. Syariah
Penyempuranaan dan perbaikan transaksi-transaksi BMT dan juga kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan oleh BMT El-Umma dalam kurun waktu satu
tahun peratama terus dilakukan, di antaranya adalah :
1) Pada awal tahun pembentukan BMT El-Umma prosentase akad
pembiayaan lebih banyak dilakukan dengan akad murabahah/jual-beli
dibandingkan dengan akad mudhorobah (bagi hasil) terhadap transaksi
yang dilakukan, akan tetapi setelah dilakukan evaluasi, pengurus
melakukan perubahan dengan memperbanyak prosentase akad
mudharabah. Karena dirasa lebih mendekati aspek syariah dalam
transaksi-transaksi anggota yang lebih didominasi pedagang-pedagang
kecil.
2) Mengadakan tilawah Al-Qur’an secara rutin setiap hari sebelum
karyawan melaksanakan pekerjaan.
3) Pemisahan dana-dana yang didapatkan dari BMT El-Umma dari zakat,
Infaq dan shodaqoh terhadap transaksi yang dilakukan BMT El-Umma.
Tujuan dari pemisahan ini supaya BMT El-Umma lebih fokus kepada
kegiatan-kegiatan yang bersifat tijari (bisnis). Kemudian untuk
sementara dana-dana yang terkumpul didalam BMT dibuat lembaganya
secara tersendiri dan diberi nama Bait El-Umma yang mana kegiatannya
difokuskan kepada kegiatan-kegiatan yang bersifat Tabarru(sosial).
b. Sehat
Selama tahun 2009, kondisi El-Umma bisa berjalan dengan baik walaupun
belum banyak yang bisa diperbuat, diantara yang sudah dilakukan adalah:
1) Pihak marketing selalu berusaha secara intensif untuk meningkatkan
kepercayaan anggota dan para investor sehingga aspek likuiditas El-
Umma bisa terjaga sepanjang tahun 2009, hal ini bisa terindikasi
dengan tetap terjaganya saldo baik di kas maupun di bank walaupun
kondisi mikro ekonomi mengalami banyak kendala.
2) KBMT El-Umma menjalin kerjasama dengan menjadi anggota PT
PERMODALAN BMT VENTURA bahkan KBMT EL-Umma
merupakan satu-satunya KBMT yang berdirinya diilustrasikan seperti
melewati operasi cesar oleh spesialis KBMT-an yaitu para direksi di
PERMODALAN BMT VENTURA. Hal ini pengurus tekankan karena
kepercayaan yang diberikan oleh PERMODALAN BMT VENTURA
ini merupakan amanah yang akan dipertanggungjawabkan bukan
hanya kepada anggota akan tetapi kepada Allah SWT. Keuntungan
menjadi anggota Permodalan BMT Ventura adalah El-Umma
mendapatkan bantuan berupa Idiologisasi pengurus BMT, Manajemen
BMT, Bantuan permodalan dan masih banyak aspek-aspek lain yang
diberikan oleh Permodalan BMT yang tidak bisa dihitung secara
materi.
3) Aspek Kerjasama
Untuk meningkatkan perkembangan KBMT El-Umma pengurus
berusaha membuat sinergi dengan lembaga keuangan lainnya baik
dalam hal aspek peningkatan manajeman kelembagaan maupun
permodalan, di antaranya adalah mengirim beberapa pengurus untuk
mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Deperindagkop, BMT Center
dan lain-lain. El-Umma juga mencoba bersinergi dengan beberapa
BMT yang berada di Bogor Raya sehingga keberadaan El-Umma
menjadi cahaya yang bisa memberikan kontribusi terhadap
perekonomian umat di antara cahaya-cahaya BMT yang lain. Diantara
BMT yang sudah bersinergi secara kelembagaan adalah BMT AMAL
ATINA dan BMT MADANI.
c. Selalu Berkembang
Pada awal perkambangan KBMT El-UMMA pengurus membuat beberapa
produk di antaranya:
1) Produk SIMPANAN
Produk simpanan ini diberi nama dengan Si Iman (Simpanan yang
Mudah dan Aman), yang berarti bahwa anggota akan menerima
kemudahan apabila menyimpan dananya di KBMT El-Umma,
kemudahan yang akan didapat adalah anggota cukup menghubungi
pihak BMT, dan pihak BMT akan datang menjemputnya. Kemudahan
yang lain adalah apabila anggota mau mengambil simpananya kapan
pun dan dimana pun maka pihak BMT akan memberikan simpanan
yang akan diambilnya. Dari segi keamanannya dana yang tersimpan di
KBMT akan aman baik dari segi nominalnya maupun kehalalannya
dalam penggunaan dana tersebut.
2) Simpanan Berjangka
Simpanan berjangka ini dinamakan IBADAH (Investasi Berjangka
Mudharabah) yaitu produk investasi berjangka yang menggunakan
prinsip mudharabah mutlaqah (bagi hasil). KBMT EL-UMMA
mengelola dana secara produktif dalam bentuk pembiayaan kepada
masyarakat usaha kecil dan menengah secara profesional sesuai
syariah. Beberapa ketentuan IBADAH adalah sebagai berikut :
a. jangka waktu IBADAH minimal tiga bulan
b. Bagi hasil diberikan secara tunai, transfer ke rekening bank lain
atau pindah buku ke rekening simpanan di KBMT EL-UMMA
(IMAN) dapat juga dititip akumulasi yang dapat diambil saat jatuh
tempo,
c. Dapat diperpanjang secara otomatis (automatic roll over)
3) Pembiayaan MAISYAH
Produk pembiayaan KBMT EL-UMMA diberi nama MAISYAH yang
berarti Pembiayaan Mikro Syariah. Pemberian nama MAISYAH ini
mempunyai maksud agar anggota-anggota yang diberi pembiayaan
bisa memberikan maisyah (penghidupan) untuk diri dan keluarganya.
Dalam pembiayaan ini baru mempunyai dua akad saja. Yaitu akad
bagi hasil dan akad jual beli. Pada triwulan pertama kepengurusan
lebih banyak menggunakan sistem jual beli dalam akad-akad yang ada
di KBMT EL-UMMA. Kemudian setelah dilakukan evaluasi pengurus
menetapkan untuk memperbanyak akad mudhorobah dalam akad-
akadnya. Untuk memperjelas alur sistem pembiayaan yang bisa
dilakukan sebagai acuan operasional.
BAB IV
STRATEGI KBMT EL-UMMA DALAM MENGEMBANGKAN UMKM DI
BOGOR
A. Jenis dan Mekanisme Produk
KBMT El-Umma membagi produknya kedalam dua macam, yaitu
produk Simpanan dan produk pembiayaan. Adapun Jenis produk dan
mekanismenya adalah sebagai berikut :
1. SIMPANAN
a. Si IMAN
Produk simpanan ini diberi nama dengan Si Iman (Simpanan yang
Mudah dan Aman), yang berarti bahwa anggota akan menerima
kemudahan apabila menyimpan dananya di KBMT El-Umma, kemudahan
yang akan didapat adalah anggota cukup menghubungi pihak BMT, dan
pihak BMT akan datang menjemputnya. Kemudahan yang lain adalah
apabila anggota mau mengambil simpananya kapanpun dan dimanapun
maka pihak BMT akan memberikan simpanan yang akan diambilnya. Dari
segi keamanannya dana yang tersimpan di KBMT akan aman baik dari
segi nominalnya maupun kehalalannya dalam penggunaan dana tersebut.
Karena yang menjadi sasaran untuk menjadi nasabah BMT EL-
UMMA adalah orang-orang yang berada dikelas ekonomi bawah dan
menengah maka untuk pembukan pertama tabungan hanya dikenakan
biaya Rp 25.000,- dan setoran berikutnya minimal Rp. 5.000,-.
Persyaratannya pun sangat mudah, hanya dengan mengisi formulir
permohonan pembukaan IMAN dan menyerahkan fotokopi KTP maka
seseorang sudah bisa memiliki tabungan di BMT El-Umma ini.
Jenis akad yang digunakan adalah wadiah(titipan), karena sifatnya
titipan dan dapat diambil sewaktu-waktu maka pihak BMT tidak
memberikan bagi hasil, hanya memberikan bonus yang besarnya menjadi
hak BMT.
b. IBADAH
Simpanan ini merupakan produk simpanan berjangka yaitu produk
investasi berjangka yang menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah
(bagi hasil). Adapun syarat pembukaan simpanan ini sama seperti
simpanan IMAN hanya saja untuk setoran awalnya adalah Rp.1.000.000,-
dan jangka waktu IBADAH minimal tiga bulan.
Dana yang masuk dari simpanan berjangka ini akan dikelola oleh
BMT pada usaha-usaha yang produktif dan menguntungkan sehingga
BMT bisa memberikan bagi hasil kepada nasabah IBADAH ini. Besarnya
bagi hasil disepakati bersama.
Bagi hasil diberikan secara tunai, transfer ke rekening bank lain
atau pindah buku ke rekening simpanan di KBMT EL-UMMA (IMAN)
dapat juga dititip akumulasi yang dapat diambil saat jatuh tempo.
2. PEMBIAYAAN
a. MAISYAH
Produk pembiayaan KBMT EL-UMMA ini diberi nama MAISYAH
yang berarti Pembiayaan Mikro Syariah. Pemberian nama MAISYAH ini
mempunyai maksud agar anggota-anggota yang diberi pembiayaan bisa
memberikan maisyah (penghidupan) untuk diri dan keluarganya. Pembiayaan
ini mempunyai dua akad, yaitu akad Mudharabah (bagi hasil) dan akad
Murabahah (jual beli).
1) Akad Mudharabah
Pembiayaan dengan akad mudharabah adalah pembiayaan yang
diperuntukan bagi pengusaha mikro sebagai tambahan modal usaha
investasi. Pembiayaan ini diutamakan untuk para pedagang kecil.
Adapun persyaratan dari pembiayaan mudharabah ini adalah
memiliki usaha yang telah berjalan minimal tiga bulan, mengisi formulir
permohonan pembukaan MAISYAH, fotokopi KTP, dan bersedia disurvei
ke rumah dan tempat usaha.
Nasabah harus memiliki usaha yang telah berjalan minimal tiga
bulan karena dalam tiga bulan sejak memulai usaha, dapat terlihat
perkembangan usaha yang dijalani, apakan menguntungkan atau kurang
menguntungkan. BMT tidak memberikan pembiayaan untuk nasabah yang
belum memiliki usaha yang telah berjalan, karena dikhawatirkan dana
yang diberikan tidak diperuntukan untuk usaha yang dimaksud dan
dikhawatirkan usaha yang dijalani tidak tepat.
Mengisi formulir pemohonan pembukaan MAISYAH, dalam
formulir tersebut ada banyak hal yang harus diisi oleh nasabah yang akan
mengajukan pembiayaan antara lain adalah jenis usaha yang akan
dibiayai, selain itu dijelaskan pula tentang persentase bagi hasil antara
nasabah dengan BMT, dan lamanya waktu pengembalian pembiayaan
tersebut serta jumlah cicilan yang akan rutin dibayarkan sesuai waktu
yang telah ditentukan sendiri oleh nasabah.
Fotokopi KTP diperlukan sebagai bukti bahwa nasabah tersebut
adalah benar tercatat sebagai warga negara indonesia yang bertempat
tinggal di wilayah dimana tertera pada KTP tersebut.
Nasabah yang telah mengajukan pembiayaan kepada BMT El-
Umma tidak langsung mendapatkan pembiayaan langsung di hari dimana
nasabah mengajukan permohonan tapi dilakukan survei terlebih dahulu
dan nasabah harus bersedia disurvei ke rumah dan tempat usahanya. Hal
ini untuk membuktikan bahwa apakah benar nasabah tersebut bertempat
tinggal sesuai dengan KTP yang ada dan apakah benar nasabah tersebut
memiliki usaha yang dimaksud. Survei ke tempat usaha juga untuk
mengetahui apakah usaha tersebut layak untuk diberikan pembiayaan atau
tidak.
Nasabah yang mengajukan pembiayaan, banyak hal yang akan
dipertimbangkan oleh pihak BMT setelah mensurvei tempat usaha yang
akan dibiayai, antara lain adalah apakah jenis usaha tersebut sudah sesuai
dengan syariat islam, jika usahanya adalah berdagang maka apakah barang
yang didagangkan tersebut diharamkan oleh syariat Islam atau tidak,
seperti menjual minuman keras, menjual daging babi dan lain sebagainya.
Jika diharamkan maka pembiayaan tidak akan diberikan. Selain itu apakah
tempat yang dijadikan untuk usaha sesuai dengan pasar yang dituju,
strategis atau tidak. BMT juga mempertimbangan aspek risiko, seberapa
besar risiko yang akan terjadi jika pembiayaan tersebut diberikan.
Setelah survei dilakukan maka pihak BMT akan melakukan rapat
dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang telah didapat saat
melakukan survei. Jika dinyatakan layak mendapat pembiayaan maka
BMT akan memberitahu nasabah untuk kemudian pembiayaan itu
dicairkan.
Untuk menghindari terjadinya kerugian atau wanprestasi, maka
diperlukan jaminan dari pembiayaan tersebut. Jaminan tersebut ditentukan
berdasarkan jumlah pembiayaan yang diajukan oleh nasabah. Jika
pembiayaan yang diajukan di atas Rp. 2.000.000,- maka jaminan yang
diminta adalah BPKB atau barang berharga yang memiliki nilai jual. Jika
pembiayaan yang diajukan dibawah Rp. 2.000.000,- maka jaminannya
hanyalah buku nikah.
Keuntungan yang diperoleh oleh pihak BMT didapat dari bagi
hasil yang besarnya telah disepakati di awal akad. Besarnya bagi hasil
tersebut dinyatakan dalam bentuk persentase bukan dalam bentuk nominal
tertentu.
Pengembalian pinjaman tersebut dapat dicicil sesuai dengan yang
telah ditentukan oleh nasabah, bisa perhari, perminggu atau perbulan. Bagi
hasil tersebut dibayarkan bersamaan dengan cicilan pembayaraan
pinjaman.
2) Akad Murabahah
Pembiayaan dengan akad murabahah adalah kerja sama yang
dilakukan antara BMT dan nasabahnya. Kerjasama tersebut adalah dalam
hal jual beli. Pembiayaan tersebut diberikan kepada nasabah dalam rangka
pemenuhan kebutuhan produksi.
Murabahah merupakan akad jual beli dimana pembeli mengetahui
harga barang dan besar keuntungan yang diinginkan oleh penjual.
Keuntungan tersebut dapat dinyatakan dalam nominal tertentu atau dalam
bentuk persentase dari harga pembeliannya.
Untuk persyaratan serta mekanisme permohonan pembiayaan ini
hampir sama dengan pengajuan pembiayaan murabahah. Namun, dalam
pembiayaan murabahah ini keuntungan yang diperoleh pihak BMT
ditentukan di awal, dan telah disepakati bersama.
Pembiayaan ini diberikan kepada nasabah dalam rangka
pemenuhan kebutuhan produksi karena itu, nasabah yang mengajukan
pembiayaan ini pun harus memiliki usaha yang telah berjalan.
Semua nasabah pembiayaan murabahah ini memiliki usaha,
biasanya mereka meminta BMT untuk membelikan mesin untuk produksi
atau barang lain yang terkait dengan bahan baku produksi.
b. UJRAH
Ujrah adalah pembiyaan konsumtif yang diberikan kepada
nasabah. Pembiayaan ini biasanya untuk biaya pendidikan anak
sekolah. Nasabah yang ingin memasukan sekolah anaknya namun
tidak memiliki dana untuk biaya masuk tersebut dapat pengajukan
pembiayaan kepada BMT.
Karena pembiayaan ini merupakan pembiayaan konsumtif,
dimana dana yang diberikan bukan untuk modal usaha yang dapat
menghasilkan, maka pada pambiayaan ini tidak dikenakan bagi hasil.
Namun jika nasabah ingin memberikan balas jasa dari hasil dana yang
dipinjam, maka pihak BMT menerimanya dan besarnya pun tidak
ditentukan oleh pihak BMT.
Pengembalian cicilan pembiayaan dilakukan dengan cara pihak
KBMT EL-Umma menagihnya langsung ketempat berjualan pedagang
yang meminjam. Hal ini untuk mempermudah pedagang yang
meminjam agar pedagang tersebut tetap bisa berjualan tanpa harus
meninggalkan dagangannya hanya untuk membayar cicilan ke kantor
KBMT El-Umma.
Dari semua produk yang ada di KBMT El-Umma, semuanya
bertujuan untuk mempermudah para pengusaha UMKM dalam
menjalankan usahanya. Nasabah pada KBMT El-Umma ini sebagian
besar merupakan para pedagang di pasar yang berada di kawasan
Bogor, yaitu pasar Ciampea, pasar Jumat dan pasar Dermaga. Selain
itu ada juga yang merupakan pedagang sembako yang berada di
sekitar KBMT El-Umma ini.
B. Strategi Pengembangan UMKM
1. Strategi Produk
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar
untuk mendapat perhatian, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi, yang
meliputi barang secara fisik, jasa, kepribadian, tempat organisasi dan gagasan
atau buah pikiran.37
Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas usaha, memerlukan
strategi pemasaran yang pada dasarnya menunjukkan bagaimana sasaran
pemasaran dari produk yang dihasilkan tersebut dapat tercapai. Produk adalah
hal penting yang perlu diperhatikan dalam strategi bauran pemasaran, karena
37 Sofjan Assauri. Manajemen Pemasaran, Dasar Konsep dan Strategi. (Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada, 2004), Cet. 7 h.200
tanpa adanya produk, strategi bauran pemasaran lainnya tidak dapat
dilakukan. Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu
pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan.
Penerapan strategi pemasaran produk pada KBMT El-Umma
dilakukan dengan syarat yang mudah dan bagi hasil yang adil sesuai
dengan Syariat Islam. Produk yang ada sesuai dengan kebutuhan para
pengusaha UMKM, dan kemudahan yang diberikan bagi setiap nasabah
yang ingin menjadi nasabah KBMT El-Umma.
2. Strategi Harga
Harga merupakan satu-satunya unsur marketing mix yang
menghasilkan penerimaan penjualan, sedangkan unsur lainnya hanya
unsur biaya saja. Walaupun penetapan harga merupakan persoalan
penting, masih banyak perusahaan yang kurang sempurna dalam
menangani permasalahan penetapan harga tersebut. Karena menghasilkan
penerimaan penjualan, maka harga mempengaruhi tingkat penjualan,
tingkat keuntungan, serta share pasar yang dapat dicapai oleh
perusahaan.38
Dalam penetapan harga dalam hal ini biaya administrasi yang
ditetapkan oleh KBMT El-Umma tidak memberatkan nasabah yang ingin
38 Ibid, h.223
menjadi mitra KBMT El-Umma. Dan biaya administrasi tersebut sesuai
dengan Syariat Islam.
3. Strategi Distribusi
Distribusi merupakan kegiatan penyampaian produk sampai ke
tangan si pemakai atau konsumen pada waktu yang tepat. Oleh karena itu,
kebijakan distribusi merupakan salah satu kebijakan pemasaran terpadu yang
mencakup penentuan saluran pemasaran (marketing channels) dan distribusi
fisik (physical distribution). Kedua faktor ini mempunyai hubungan yang
sangat erat dalam keberhasilan penyaluran dan sekaligus keberhasilan
pemasaran produk perusahaan. Efektivitas penggunaan saluran distribusi
diperlukan unutuk menjamin tersedianya produk di setiap mata rantai saluran
tersebut.39
Mengenai strategi ditribusi yang dilakukan oleh KBMT El-Umma
adalah dengan cara mendatangi para nasabah, dalam hal ini pedagang-
pedangan pasar, kemudian pihak KBMT El-Umma menjelaskan tentang
produk UMKM yang ada di KBMT El-Umma.
Dengan adanya pihak KBMT yang mendatangi nasabah dapat
mempermudah nasabah yang ingin menjadi mitra KBMT El-Umma.
39 Sofjan Assauri. Manajemen Pemasaran, Dasar Konsep dan Strategi. h.223-234
4. Strategi Promosi
Promosi yang dilakukan oleh KBMT El-Umma dalam
mengembangkan UMKM di Bogor adalah dengan cara:
1. Menawarkan produk UMKM kepada nasabah atau mitra secara
langsung.
2. Membuat brosur dan spanduk dengan tampilan semenarik
mungkin, dengan susunan layout brosur dan spanduk yang
mengunakan tata warna, desain, kata-kata dan grafis yang baik
agar menimbulkan kesan eksklusif, sehingga nasabah atau mitra
tertarik untuk membaca.
C. Hal yang Mempengaruhi KBMT El-Umma Dalam Mengembangkan UMKM
di Bogor
1. Aspek Manajemen
Adanya kesadaran dalam mengaplikasikan ajaran islam di segala
aspek ekonomi, memacu KBMT El-Umma untuk mengeluarkan setiap
produknya serta manajemen pengelolaan produk secara Islami. Pengelolaan
serta mekanisme setiap produk dijalani sesuai dengan ketentuan yang ada.
Banyaknya para pedagang yang menjadi nasabah KBMT El-Umma, baik
nasabah simpanan ataupun nasabah pembiayaan sangat mempengaruhi
pendapatan KBMT El-Umma. Semakin banyaknya para pengusaha UMKM
yang menjadi nasabah KBMT El-Umma, maka semakin banyak pula dana
yang dialokasikan untuk pembiayaan.
Agar pengusaha UMKM tertarik untuk menjadi nasabah KBMT El-
Umma maka dalam penetapan syarat dan mekanisme dari setiap produk
dilakukan semudah mungkin, agar para pengusaha UMKM tersebut dapat
menjangkau sehingga tertarik untuk menjadi nasabah KBMT El-Umma.
Selain itu, para karyawan KBMT El-Umma harus bersikap ramah dan giat
dalam bekerja. Sikap yang ramah dari para karyawan KBMT El-Umma dapat
meningkatkan jumlah nasabah, hal ini terjadi karena apabila karyawan KBMT
El-Umma melayani nasabah dengan ramah maka nasabah tersebut akan
merasa senang dan dihargai. Apapun perlakuan yang didapat nasabah dari
pelayanan karyawan KBMT El-Umma akan diceritakan kepada sesama
pedangang atau kepada orang lain. Jika perlakuan yang didapat baik maka
nasabah akan dengan sendirinya mempromosikan KBMT El-Umma kepada
sesama pedagang begitupun sebaliknya.
2. Aspek lingkungan
Di lingkungan disekitar KBMT El-Umma banyak terdapat usaha-
usaha Kecil, mikro, dan menengah yang sangat potensial. Itu berarti,
dibutuhkan lembaga keuangan yang dapat dijangkau oleh para pengusaha
UMKM tersebut. Banyak hal yang akan menjadi pertimbangan para
pengusaha UMKM tersebut dalam mengajukan pembiayaan ke lembaga
keuangan, salah satunya adalah kemudahan. Karena KBMT El-Umma
lokasinya dekat dengan pasar dan disekitarnya pun banyak terdapat pedagang-
pedagang maka para pedagang tersebut dapat dengan mudah menjadi nasabah
KBMT EL-Umma karena lokasi yang dekat.
Semakin banyak pembiayaan yang disalurkan oleh KBMT El-Umma,
itu berarti bahwa semakin banyak pula usaha-usaha kecil yang berjalan. Hal
tersebut dapat berdampak pada semakin besar pula kecenderungan masyarakat
untuk membuka usaha kecil guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Selain itu, lokasi KBMT El-Umma berdekatan dengan masjid besar
yang berada di kawasan tersebut. Pihak KBMT El-Umma dapat bekerjasama
dengan pengurus masjid atau dengan imam masjid untuk mensosialisasikan
tentang produk KBMT El-Umma yang dalam menjalankan aktifitasnya sesuai
syariah dan tidak ada riba di dalamnya. Imam masjid tersebut dapat
menjelaskan tentang keharaman riba kepada masyarakat. Dengan demikian,
masyarakat yang belum memiliki pengetahuan tentang itu dapat mengerti.
Ketika masyarakat tersebut paham tentang keharaman riba, maka masyarakat
tersebut akan dapat tertarik untuk menjadi nasabah KBMT El-Umma.
3. Aspek Sosial Budaya
Masyarakat di sekitar KBMT El-Umma adalah masyarakat yang
memiliki tingkat religiusitas yang tinggi. Pengetahuan mereka tentang
haramnya riba dapat mempengaruhi mereka dalam menjalankan aktifitas
ekonominya agar tidak bersentuhan dengan riba.
Selain itu, setiap orang memiliki kecenderungan untuk memilih
sesuatu yang mudah dalam hal apa pun. Karena itulah, ketika KBMT El-
Umma hadir dengan menjalankan prinsip Syariah dan memberikan
kemudahan secara menyeluruh, baik dalam hal produk maupun pelayanan,
banyak masyarakat yang memiliki usaha tertarik untuk menjadi nasabah
KBMT El-Umma.
D. Strategi Pengelola Dana
1. Sumber Dana
a. KBMT El-Umma menjalin kerjasama dengan menjadi anggota PT
PERMODALAN BMT VENTURA bahkan KBMT EL-Umma merupakan
satu-satunya KBMT yang berdirinya diilustrasikan seperti melewati operasi
cesar oleh spesialis KBMT-an yaitu para direksi di PERMODALAN BMT
VENTURA. Hal ini pengurus tekankan karena kepercayaan yang diberikan
oleh PERMODALAN BMT VENTURA ini merupakan amanah yang akan
dipertanggungjawabkan bukan hanya kepada anggota akan tetapi kepada
Allah SWT. Keuntungan menjadi anggota Permodalan BMT Ventura adalah
El-Umma mendapatkan bantuan berupa Idiologisasi pengurus BMT,
Manajemen BMT, Bantuan permodalan dan masih banyak aspek-aspek lain
yang diberikan oleh Permodalan BMT.
b. Anggota tetap KBMT El-Umma
Karena KBMT El-Umma merupakan lembaga keuanga berbentuk
koperasi maka KBMT El-Umma ini memiliki anggota tetap yang
berjumlah 20 orang, dimana tiap anggota memberikan simpanan pokok
sebesar Rp.3.000.000,-
c. Simpanan Nasabah
Simpanan merupakan sumber dana bagi BMT, simpanan nasabah
berasal dari simpanan para pedagang yang menjadi nasabah KBMT El-
Umma. Selain itu, dalam hal ini BMT bekerjasama dengan sekolah Taman
Kanak-Kanak disekitar BMT agar tabungan siswa TK tersebut disimpan
di KBMT EL-Umma.
d. Zakat, Infak dan Shodaqoh
KBMT El-Umma juga menerima dana Zakat, yang akan disalurkan
kembali kepada orang yang berhak menerimanya. Selain itu BMT juga
menerima jika ada nasabah atau pihak lain yang ingin berinfak ataupun
bershodaqoh di KBMT El-Umma ini.
2. Pengelolaan Dana
KBMT El-Umma selain memiliki produk-produk simpanan dan
pembiayaan dapat juga menerima dana Zakat, Infak ataupun dana-dana lain
yang sifatnya untuk kepentingan sosial.
Dana yang ada di KBMT El-Umma ini dipisahkan menjadi dua, yaitu
dana Bait al Mal dan bayt al-Tamwil. Dana baitul mal diperolah dari
zakat,infak, shodaqoh dan lainnya.
Dana Baitul Tamwil diperoleh dari dana simpanan baik berupa
simpanan Iman ataupun Ibadah serta dana bagi hasil yang diperoleh dari hasil
pembiayaan mudharabah serta keuantungan yang diperoleh dari hasil
pembiayaan murabahah akan dikelola kembali oleh pihak BMT El-Umma
pada usaha-usaha yang produktif dan dijamin kehalalannya.
Dalam penyaluran pembiayaan dilakukan dengan sangat hati-hati agar
dana yang disalurkan tersebut tepat sasaran dan tidak merugikan pihak KBMT
El-Umma.
Dana yang diperoleh dan masuk kedalam baitul mal, digunakan untuk
dana sosial seperti santunan anak yatim. Dana zakat disalurkan kepada orang-
orang yang berhak menerima zakat.
Selain itu, dana yang ada di baitul mal juga dapat dipergunakan untuk
pembiayaan Qardhul Hasan. Pembiyaan ini diperuntukan bagi seseorang yang
memiliki usaha namun kemampuan ekonomi amat sangat lemah, dapat
dikategorikan sebagi orang yang kurang mampu.
Karena pembiayaan tersebut untuk nasabah yang kurang mampu,
maka pembiayaan yang menggunakan akad ini tidak dikenakan bagi hasil.
Syarat pengajuan pembiayaan ini sama dengan pembiayaan lain namun dalam
pembiayaan Qardhul Hasan ini selain tidak dikenakan bagi hasil tidak juga
dikenakan jaminan. Nasabah hanya mengembalaikan dana yang dipinjamnya
saja.
BMT El-Umma memiliki kriteria khusus dalam menilai apakah
nasabah tersebut benar-benar tidak mampu atau tidak, hal tersebut dapat
dilakukan dengan cara mensurvei tempat usaha dan tempat tinggal nasabah
tersebut. Jika benar kurang mampu maka pembiayaan Qardhul Hasan ini
dapat diberikan.
Selain untuk hal-hal yang tersebut diatas, dana baitul mal ini juga
digunakan untuk menutupi pembiayaan bermasalah. Pembiayaan bermasalah
tersebut dapat berupa, macetnya pembayaran cicilan pinjaman baik yang
dikarenakan kematian nasabah peminjam atau terjadi bencana yang diluar
kendali nasabah. Untuk menutupi pembiayaan bermasalah tersebut, selain
dengan cara menjual jaminan dapat pula dengan cara mengambil dari dana
Baitul mal.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis
menarik kesimpulan, yaitu
4. Strategi yang dilakukan KBMT El-Umma dalam mengembangkan
UMKM di Bogor adalah dengan melakukan strategi pada produk dengan
cara penerapan syarat yang mudah dan bagi hasil yang adil. Produk yang
ada sesuai dengan kebutuhan para pengusaha UMKM, dan kemudahan
yang diberikan bagi setiap nasabah yang ingin menjadi nasabah KBMT
El-Umma. Strategi pada harga, dalam hal ini biaya administrasi yang
ditetapkan oleh KBMT El-Umma tidak memberatkan nasabah yang ingin
menjadi mitra KBMT El-Umma. Strategi distribusi dan promosi yang
dilakukan dengan cara memberikan brosur dan menjelaskannya pada para
pedagang yang ada di pasar sekitar KBMT El-Umma dan menjemput jika
nasabah ingin melakukan pembayaran cicilan, tabungan atau melakukan
transakasi lainnya.
5. Strategi pengelolaan dana Pada KBMT El-Umma dengan cara dana yang
ada di KBMT El-Umma ini dipisahkan menjadi dua, yaitu dana Bait al
Mal dan Baitul Tamwil. Dana Bait al Mal diperolah dari zakat,infak,
shodaqoh dan lainnya. Dana Baitul Tamwil diperoleh dari dana simpanan
6. Hal-hal yang mempengaruhi KBMT El-Umma dalam mengembangkan
UMKM di Bogor dapat dilihat dari aspek manajemen, aspek lingkungan
dan sosial budaya. Dari aspek manajemen, Pengelolaan serta mekanisme
setiap produk dijalani sesuai dengan ketentuan yang ada. Banyaknya para
pedagang yang menjadi nasabah KBMT El-Umma, baik nasabah
simpanan atau pun nasabah pembiayaan sangat mempengaruhi pendapatan
KBMT El-Umma. Semakin banyaknya para pengusaha UMKM yang
menjadi nasabah KBMT El-Umma, maka semakin banyak pula dana yang
dialokasikan untuk pembiayaan. Dari aspek lingkungan, KBMT El-Umma
lokasinya dekat dengan pasar dan disekitarnya pun banyak terdapat
pedagang-pedagang maka para pedagang tersebut dapat dengan mudah
menjadi nasabah KBMT EL-Umma karena lokasi yang dekat. Dan dari
aspek sosial budaya, karena masyarakat di sekitar KBMT El-Umma
adalah masyarakat yang memiliki tingkat religiusitas yang tinggi.
Pengetahuan mereka tentang haramnya riba dapat mempengaruhi mereka
dalam menjalankan aktifitas ekonominya agar tidak bersentuhan dengan
riba. Selain itu, setiap orang memiliki kecenderungan untuk memilih
sesuatu yang mudah dalam hal apapun. Karena itulah, ketika KBMT El-
Umma hadir dengan menjalankan prinsip Syariah dan memberikan
kemudahan secara menyeluruh, baik dalam hal produk maupun pelayanan,
banyak masyarakat yang memiliki usaha tertarik untuk menjadi nasabah
KBMT El-Umma.
B. Saran
1. Untuk KBMT El-Umma
Kian bertambahnya pedagang yang menjadi nasabah KBMT El-Umma
harus menjadikan BMT ini untuk semakin meningkatkan kinerja serta
memaksimalkan pelayanan yang ada. Jika dimungkinkan untuk menambah
produk baru dan mengembangkan produk yang ada agar fungsi BMT dapat
kian dimaksimalkan.
Hal lain adalah sebaiknya BMT El-Umma mengadakan pengajian
rutin bulanan. Pengajian tersebut berfungsi sebagai media untuk silaturahmi
antara sesama nasabah BMT, selain itu dapat pula dijadikan sebagai media
untuk saling bertukar pengalaman dan informasi yang berkaitan dengan dunia
UMKM. Oleh pihak BMT, pengajian tersebut dapat pula berfungsi sebagai
media informasi untuk mengetahui perkembangan usaha para nasabah BMT.
Jika pengajian tersebut dilakukan secara rutin maka akan terbangun
suasana kekeluargaan yang hangat, akan ada rasa saling memiliki dan
membutuhkan satu sama lain, antara pihak BMT dan nasabah, sehingga
dengan begitu, baik pihak BMT maupun nasabah tidak akan mengecewakan
satu sama lain.
2. Untuk Masyarakat
Adanya lembaga keuangan mikro syariah seperti KBMT El-Umma ini,
harus dapat dimanfaatkan dengan baik, khususnya bagi masyarakat ekonomi
menangah ke bawah. Jika memiliki usaha kecil dan kekurangan dana untuk
modal usaha, dapat mengajukannya ke KBMT El-Umma.