Upload
thariq-black-nimbush-dokter
View
219
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ujian psikiatri
Citation preview
STATUS UJIAN PSIKIATRI
I. IDENTITAS W
Nama : Tn. W
Umur : 45 tahun
Jens Kelamin : Laki-Laki
Tempat/ tanggal lahir : -
Status perkawinan : Belum Menikah
Jumlah anak : -
Pendidikan terakhir : SMP kelas VII
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku bangsa : China
Agama : Buddha
Alamat sekarang : Jl. Rumah Sakit
Cara pemeriksaan : Pemeriksa datang ke rumah W
Tanggal pemeriksaan : 19 Mei 2015
Tempat pemeriksaan : Rumah W (Jl.Rumah Sakit, Tanjung Pinang.)
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
A. Keluhan Utama
Sering kejang, suka mengamuk dan sulit tidur
B. Riwayat Gangguan Sekarang
1. Autoanamnesis
Tidak dapat menjawab pertanyaan
2. Alloanamsesis
Menurut pengakuan ibunya, Tn. TB lahir normal tidak ada gangguan,
kakak Tn. TB tidak terdapat gangguan seperti Tn. TB. Tn. TB pernah jatuh
kepalanya terbentur dan berdarah pada usia 7 tahun namun tidak sampai
mengalami penurunan kesadaran. Tn. TB mengalami perubahan semenjak
umur 8 tahun. Sebelumnya Tn. TB masuk rumah sakit umum karena demam
tinggi dan sempat kejang. Sebelum demam dan kejang Tn. TB seperti anak
biasa dan bisa beraktivitas seperti anak-anak seumurnya. Di rumah sakit
umum diperiksa terdapat hematuria, Setelah sering mengalami kejang, Tn. TB
pernah berobat dua kali ke Malaysia namun dokter disana mengatakan sudah
terlambat. namun belum ada perbaikan bahkan mulai terganggu penglihatan
dan tidak bisa jalan.
Saat ini kegiatan Tn. TB hanya di rumah dan berdiam diri, untuk
mandi dan makan , ibunya yang mengurusi semuanya. Pada 10 tahun terakhir
mulai marah-marah dan menendang kalau ada yang menghalangi jalannya,
seperti kipas angin, meja, kursi. Tn. TB juga sulit tidur dan sering
mengganggu ibunya saat tidur dan suka teriak-teriak. Kemudian menjalani
rawat inap di RSPAD 1 bulan dan di Rumah Sakit Husada Jakarta 1 bulan.
Setelah mendengar ada tetangganya yang mengalami hal sama maka
disarankan ke dr.A. Saiful dan setelah berobat Tn. TB sudah bisa tidur dan
bisa lebih tenang.
3. Riwayat gangguan psikiatrik
Tn. TB mengalami gejala-gejala seperti ini sudah 26 tahun. Data gangguan
psikiatrik Tn. TB dijabarkan mulai tanggal 23 Mei 2014.
1) Tanggal 23 Mei 2014
S : Kontrol
O : Pasien tidak datang
A : I : (F20.04) skizofren paranoid remisi
II : (F 71) Retardasi Mental
III : Gangguan penglihatan + Epilepsi??
P : Haloperidol 5 3x ½
Trihexipenidyl 3xI (45)
Sizoril 0-0-1
4. Riwayat gangguan medis
Sejak usia 8 tahun mengalami Kejang berulang kemungkinan terjadi
karena ada infeksi oleh malaria falciparum yang mengakibatkan malaria
serebral, ini didapat dari gejala-gejala yang muncul pada Tn.TB saat umur
8 tahun dan daerah rumahnya dulu endemic malaria.
III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat masa kanak akhir dan remaja
Tn. TB merupakan anak yang ceria dan mudah bergaul. Tn. TB sekolah
sampai kelas 2 SD.
2. Riwayat masa dewasa
a. Riwayat pendidikan
Tn. TB bersekolah sampai tingkat 2 SD.
b. Riwayat pekerjaan
Tn. TB tidak bekerja
c. Riwayat perkawinan
Tn. TB belum menikah
d. Aktifitas sosial
Tn. TB jarang bergaul dengan tetangga. Lebih senang berdiam diri di
dalam rumah.
e. Riwayat pelanggaran hukum
Tn. TB tidak mempunyai riwayat pelanggaran hukum .
f. Situasi kehidupan sekarang
Pasien tinggal bersama ayah dan ibu kandungnya. Pasien tidur
bersama ayahnya. Sedangkan kakak perempuannya sudah menikah.
Kebutuhan rumah tangga sehari-hari didapat dari orang tuanya yang
berjualan di kios depan rumah.
g. Riwayat keluarga
Tn. TB adalah anak kedua dari 2 bersaudara. Tn. TB hidup dengan
sederhana. Di dalam silsilah keluarga tidak terdapat gangguan seperti Tn.
TB.
Genogram
Keterangan : : Laki-laki
: Perempuan
: Tn. TB
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTALIS
A. Deskripsi Umum
1) Penampilan
Tn. TB adalah seorang laki-laki berusia 34 tahun, tampak sesuai dengan
usia, penampilan rapi, kulit putih bersih, rambut hitam, kaki dan tangan
kiri lebih kecil dari yang kanan, mata kiri ptosis, menggunakan pakaian
berwarna kuning. ekspresi wajah seperti tidak nyaman atau merasa
terganggu.
2) Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara, Tn. TB tidak tenang. Tn. TB tidak dapat menjawab
semua pertanyaan karena memang sulit bicara.
3) Sikap terhadap pemeriksa
Tidak Kooperatif, Tn. TB tidak menjawab pertanyaan yang pemeriksa
ajukan.
B. Mood dan Afek
1) Mood : Mood iritabel. (suasana perasaan yang sensitive,
mudah tersinggung, mudah marah, dan seringkali
bereaksi berlebihan terhadap situasi yang tidak
disenanginya)
2) Afek : Mendatar (suatu hendaya afektif berat lebih parah
dari afek menumpul. Pada keadaan ini dapat dikatakan
individu kehilangan kemampuan ekspresi emosi.).
C. Karakteristik Bicara
Selama wawancara, Tn. TB tidak dapat menjawab pertanyaan dengan baik,
terdengar seperti mengerang.
D. Gangguan Persepsi
Belum dapat dipastikan Tn. TB mempunyai halusina maupun ilusi karena
keterbatasan yang dialami Tn. TB.
E. Pikiran
Isi pikir : Kemisikinan isi pikir ( pikiran yang hanya
menghasilkan sedikit informasi karena ketidakjelasan , pengulangan yang
kosong , dan frase yang tidak dikenal)
F. Kesadaran dan fungsi kognitif
Keadaan umum : wajah dan ekstermitas kiri lemas
Tingkat kesadaran : Composmentis
Orientasi : Orientasi waktu, tempat dan orang baik
Daya konsentrasi : Tn. TB tidak dapat memusatkan perhatian selama
wawancara.
Daya ingat :Daya ingat jangka panjang : Terganggu
Daya ingat jangka pendek :Terganggu
Daya ingat segera: Terganggu
G. Tilikan
Derajat tilikan yaitu Tilikan derajat 1. Tn. TB menyangkal total terhadap
penyakitnya
H. Taraf dapat dipercaya
Pada umumnya tidak dapat dipercaya.
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT
A. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Retardasi Mental
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
N : 78 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,6 °C
Kepala :
Konjungtiva anemis -/-
Sclera ikterik -/-
Kelopak mata kiri ptosis
Thoraks :
Inspeksi : bentuk dada normal, tidak ada jejas, tidak ada massa
Palpasi : vokal fremitus normal, tidak ada pelebaran sela iga
Perkusi : hipersonor
Auskultasi : Ronki -/-, wheezing -/-
Abdomen :
Inspeksi : perut datar, tidak ada massa, tidak ada jejas
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : tidak teraba hati dan lien
Perkusi : tymphani seluruh lapang abdomen kecuali regio
hipokondria
Dekstra
B. Pemeriksaan neurologis
GCS : 15 (E3V5M6)
Mata : Gerakan normal searah, pupil bulat anisokor, reflek cahaya +/+
C. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Telah diperiksa seorang pasien bernama Tn. TB, berusia 34 tahun,
suku tionghoa, beragama Budha, berpendidikan SD. Saat ini tidak bekerja, hanya
berdiam diri dirumah, tinggal di daerah Batu 2. Pemeriksa datang ke rumah
pasien. Terdapat Retardasi mental. Keluarga mengeluhkan Tn. TB suka marah-
marah, sukar tidur dan kejang 3-4 kali dalam seminggu.
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
Diagnosis pasien ini ditegakan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Dari anamnesis didapakan penderita menunjukan gejala-gejala yang berkaitan
dengan gangguan jiwa yaitu Gangguan Mental Organik dan Retardasi Mental
selama 26 tahun, pada keadaan ini pasien telah memenuhi kriteria GMO (PPDG
III) terutama F06 (Gangguan Mental Lainnya akibat kerusakan dan Disfungsi
otak dan penyakit fisik) yaitu:
Adanya Penyakit, kerusakan atau disfungsi otak atau penyakit fisik sistemik
yang diketahui berhubungan dengan salah satu sindrom mental
Adanya hubungan waktu (dalam beberapa minggu atau bulan) antara penyakit
yang mendasari dengan timbulnya sindrom mental
Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternativ dari sindrom
mental ini (seperti pengaruh dari riwayat keluarga atau pengaruh stress sebagai
pencetus)
VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I : Gangguan Mental Organik
F06 (Gangguan Mental Lainnya akibat kerusakan dan
Disfungsi otak dan penyakit fisik)
DD: F02.8 ( Demensia pada penyakit lain YDT)
Aksis II : Retardasi Mental Berat
Aksis III : Kejang Berulang (Epilepsi)
Aksis IV : Masalah dengan lingkungan sekitar
Aksis V : 10-01 bahaya mencederai diri atau orang lain, disabilitas
sangat berat dalam komunikasi dan mengurus diri lebih
persisten
IX. PROBLEM
A. Organobiologi : Sulit tidur
B. Psikologi : Terdapat Retardasi Mental
C. Lingkungan dan sosial ekonomi : Lingkungan kurang mensupport.
X. PERENCANAAN TERAPI
A. Psikofarmaka
Melanjutkan pengobatan sebelumnya
Haloperidol 5 3x ½
Trihexipenidyl 3xI (45)
Sizoril 0-0-1
B. Psikoterapi dan intervensi psikososial
Psikoterapi indivual (suportif)
Edukasi terhadap penderita agar belajar cara meminta mandi, makan dan
buang air besar maupun kecil..
Edukasi keluarga agar tetap sabar dan mau mengurusnya
Anjuran konsultasi ke dokter spesialis saraf
XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad funcionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
XII. DISKUSI
Diagnosis pasien ini ditegakan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Dari anamnesis didapakan penderita menunjukan gejala-gejala yang berkaitan
dengan gangguan jiwa yaitu Gangguan Mental Organik dan Retardasi Mental
selama 26 tahun, pada keadaan ini pasien telah memenuhi kriteria GMO (PPDG
III) terutama F06 (Gangguan Mental Lainnya akibat kerusakan dan Disfungsi
otak dan penyakit fisik) yaitu :
Adanya Penyakit, kerusakan atau disfungsi otak atau penyakit fisik sistemik
yang diketahui berhubungan dengan salah satu sindrom mental
Adanya hubungan waktu (dalam beberapa minggu atau bulan) antara penyakit
yang mendasari dengan timbulnya sindrom mental
Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternativ dari sindrom
mental ini (seperti pengaruh dari riwayat keluarga atau pengaruh stress sebagai
pencetus)
Terapi psikofarmaka yang direncanakan untuk pasien ini adalah
pemberian Haloperidol, merupakan obat golongan butiroferon yang termasuk
Antipsikotik golongan pertama (APG-I) . Efek obat ini terhadap sistem otonom
dan efek antikolinergiknya sangat minimal. Haloperidol merupakan obat
peperidin yang paling sering digunakan.
Diberikan Trihexiphenidyl adalah antikolinergik yang mempunyai
efek sentral lebih kuat daripada perifer, sehingga banyak digunakan untuk
terapi penyakit parkinson. Senyawa ini bekerja dengan menghambat pelepasan
asetil kolin endogen dan eksogen. Efek sentral terhadap susunan saraf pusat
akan merangsang pada dTn. TBis rendah dan mendepresi pada dTn. TBis
toksik. Penggunaan THP pada pasien ini adalah untuk meminimalisir
munculnya Ekstrapiramidal Symptom dari Haloperidol.
Diberikan sizoril pada malam hari. Komposisi sizoril adal clozapine
yang merupakan obat antipsikotik generasi kedua (APG-II). Obat ini lebih
banyak bekerja pada sistem dopamin mesolimbik dari pada striatum.
Penggunaan obat ini lebih mengambil efek sedasinya agar Tn. TB dapat tidur
lebih cepat.
XIII. WAWANCARA PSIKIATRI
Wawancara dilakukan di rumah pasien Jl. Brigjen Katamso, Gang Kenanga
III No.3,Tanjung Pinang pada tanggal 28 Mei 2014 jam 14..30 WIB.
Keterangan :
A : Pemeriksa C : Ibu Tn. TB
B : Tn. TB
A : “Selamat siang .”
C : “Selamat siang.”
A : “Perkenalkan, saya dokter muda, teman-teman dokter muda lainnya dan
kak Z dari RSAL dr. Midiyato disini ingin tanya-tanya sedikit tentang T
Apakah boleh?”
C : “Boleh dokter, silahkan.”
A : “Sebelumnya bu, boleh tidak percakapan kita direkam?”
C : “Boleh dokter, silahkan.”
A : “T bagaimana kabarnya?”
B : ( Diam saja )
C : “ Maaf dok T memang susah bicara, Cuma bisa panggil ibu, bapak sama
cece saja, matanya sudah tidak bisa lihat dan tangan kakinya juga kecil
sebelah”
A : “k\Kalau boleh tahu, sejak kapan T seperti ini buk?”
C : “Sejak umut 8 tahun”
A : “Awalnya sebelum terjadi seperti ini kenapa buk?”
C : “Dulu itu T waktu SD tiba-tiba demam tinggi dan sempat kejang jadi
langsung dibawa ke klinik, semenjak itu T jadi seperti ini.”
A : “Waktu itu dokternya bilang sakit apa buk?”
C : “Katanya sakit ginjal soalnya kencingnya berdarah, jadi dirujuk ke
Rumah sakit umum.”
A : “Ohhh, setelah itu T jadi seperti ini langsung ya buk?”
C : “Iya dok”
A : “Kalau sebelum itu pernah ada trauma di kepala atau kecelakaan ngga
bu?”
C : “Ada, waktu itu umur 7 tahun pernah jatuh sampai kepalanya berdarah
waktu main di sekolah”
A : “Sampai hilang kesadaran atau pingsan ngga buk?”
C : “Ngga ada dok.”
A : “Nah, kalau kejangnya masih berlanjut sampai sekarang atau sudah
jarang buk?”
C : “Kalau kejang itu masih sampai sekarang, seminggu bahkan bisa sampai
3-4 kali”
A : “Wah banyak juga ya buk, itu kalau kejang berapa lama buk terus
sampai kehilangan kesadaran ngga buk?”
C : “Iya dok, kadang sampai 5 menit kadang sampai setengah jam, terus
sampai ngga sadar gitu dok”
A : “Oh iya buk kalau penglihatan dan kakinya mengecil ini udah dari kapan
buk mulainya?”
C : “Kalau itu udah dari umur 8 tahun, kelas 2 SD”
A : “Berarti setelah sakit itu juga ya buk?”
C : “Iya dok”
A : “Kalau boleh tau sejak sakit itu ibu sudah berobat kemana saja?”
C : “Pertama setelah sering kejang-kejang umur 10 tahun saya bawa T ke
Malaysia 2 kali namun kata dokternya ini sudah terlambat. Jadi saya berobat
ke macam-macam pengobatan, ada sampai makan darah ular 7 ekor, terus
karena dulu pernah tidak bisa jalan jadi saya ke pengobatan tradisional di
Jakarta, setelah itu T bisa jalan lagi walaupun tidak seperti biasanya.”
A : “Ok, kalau mulai suka marah-marahnya sejak kapan buk?”
C : “Kalau itu sudah ada 10 tahun ini lah, saya udah bawa ke RSPAD 1
bulan lebih, terus pindah ke Husada 1 bulan lebih juga, sampai akhirnya
pulang namun sekarang kumat lagi, terus saya ingat ada tetangga juga sama
seperti ini, jadi saya Tanya dan langsung pergi ke dr. Saiful, setelah minum
obat T langsung bisa tidur dan lebih tenang”
A : “Alhamdulillah, tapi obatnya tetap diminum kan bu?”
C : “iya dok “
A : “Oya buk,kalau sehari-hari apa kegiatan T?”
C : “Di rumah, duduk-duduk saja, ya begini lah dok”
A : “T di rumah tinggal dengan siapa saja?”
C : “Sama saya dan bapak aja, kalau kakaknya sudah menikah.”
A : “Kalau dari tetangga support atau ada perhatian ngga buk sama T?”
C : “Ngga ada”
A : “ Kalau temen-temennya?”
C : “Kan temen-temen seusianya udah pada menikah dok”
A : “Oh iya, kalau makan sama mandi bagaimana buk?”
C : “Makan saya suapin, mandi juga saya mandiin sudah seperti anak kecil
lagi, yang susah kalau mau berak itu kadang suka berak dicelana.”
A : “Wah ibu bener-bener hebat ya buk, yang sabar ya buk”
C : “Iya dok bukan sabar lagi, harus super sabar”
A : “Ya sudah mungkin sekian saja, semoga T bisa lebih baik lagi ya buk,
kami dokter muda dan kak I mohonn pamit karena sudah sore juga”
C : “Oh iya makasih sama-sama sudah datang ke rumah”
A : “Iya buk sama-sama, terima kasih banyak buk, T kami pamit dulu ya”
B : “Diam saja”