Upload
andhika-perkasa-sumarto
View
225
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
uigh
Citation preview
STATUS PSIKIATRI
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. Hendry Aditya Ramadhan
Umur : 17 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Tangerang
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Status : Belum Menikah
Suku Bangsa : Jawa
Paisen mulai dirawat di RSJSH tanggal 23 Agustus 2015 di UGD.
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Data diperoleh dari :
Aloanamnesis pada tanggal 23 Agustus pukul 13.00 WIB
Autoanamnesis pada tanggal 26 Agustus 2015 pukul 10.00 WIB
Melakukan catatan rekam medis pasien
A. Keluhan Utama
Bersikap diam, sering melamun, dan tak acuh kepada lingkungan sekitar sejak 2
bulan SMRS
B. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke UGD RSJDSH diantar oleh kedua orang tuanya pada tanggal 23
Agustus 2015 dengan keluhan sering bersikap diam, sering melamun dan acuh
atak acuh kepada lingkungan sekitar. Hal tersebut membuat pasien sulit
melanjutkan kegiatannya sehari hari sebagai seorang pelajar yaitu bersekolah.
Kegiatan sehari hari pasien hanya makan, tidur, dan lebih banyak melamun.
pasien mengaku sering mendengar suara suara yang tak jelas asal usulnya. Pasien
mengaku pernah mendengar suara kuntilanak. Selain itu, pasien pernah
mendengar terdapat suara gemuruh acara 17 Agustus disekitar rumahnya dengan
sangat jelas tetapi ketika pasien mengecek keluar rumahnya ternyata sumber suara
itu tidak ada. Selain itu, pasien juga mendengar suara suara yang berkata bahwa
terdapat orang orang yang ingin mencelakai keluarganya. Pasien juga sering
melihat bayangan putih di tembok berbentuk seorang polisi. Ketika pasien melihat
motor di luar rumah, pasien memandang motor yang lewat seperti komplotan
polisi yang ingin menangkap pasien dan keluarganya.
C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA
Keluhan ini diakui oleh keluarganya semenjak 2 tahun lalu ketika pasien
keluar dari sekolah penerbangan. Pada saat bersekolah dulu, pasien sering
mengeluh tentang keluhan teman temannya disekolah. Hal tersebut membuat
pasien memutuskan untuk berhenti melanjutkan sekolah penerbangannya.
Semenjak itu, pasien mudah marah marah kepada orang tuanya. Pasien seringkali
memarahi kedua orang tuanya karena pasien merasa bahwa orang tuanya salah
mendidik anaknya selama ini. Pasien juga sering mengeluhkan kepada orang
tuanya bahwa pasien seringkali bermasalah dengan teman temannya semenjak
SMP. Setelah cuti sekolah selama setahun, orang tua pasien memasukkan kembali
pasien ke bangku sekolah, namun hanya bertahan selama 6 bulan dikarenakan
pasien hanya mau mengikuti pelajaran yang pasien suka. Semenjak itu pasien
lebih sering mengurung diri dan juga menjadi sosok yang lebih pendiam,
Merasa khawatir dengan keadaan anaknya, orang tua pasien akhirnya
membawa pasien ke psikiater di kawasan blok M dan diberi obat clobazam.
Kondisi pasien sudah mulai membaik tetapi pasien hanya mengkonsumsi obat
tersebut hanya 1 bulan. Setelah itu, kondisi pasien kembali memburuk. Merasa
kondisinya kembali memburuk, orang tua pasien akhirnya membawa pasien ke
seorang tabib dan hanya melakukan terapi selama 3 minggu. Pasien kabur dari
tabib tersebut dan pulang ke rumah. Menurut penuturan keluarganya, pasien kerap
diperlakukan kasar saat mengikuti terapi dengan tabib. Semenjak itu, keadaan
pasien semakin memburuk. Pasien menjadi sosok pribadi yang lebih pendiam,
bergerak kaku, dan sering melamun dengan pandangan yang kosong. Bahkan,
pasien sangat acuh kepada dunia disekitarnya. Pasien hanya diam ketika disuruh
dan dipanggil oleh orang tua serta adik semata wayangnya. Hari demi hari,
keadaan pasien semakin memburuk dan sudah dalam tahap yg cukup
memprihatinkan. Selain diam dan acuh terhadap lingkungan sekitarnya, badan
pasien semakin kaku dan mempertahankan posisi tubuhnya dengan posisi yang
menetap, seperti menekukkan tangannya secara kaku. Hal tersebut membuat orang
tua pasien semakin khawatir dan memutuskan untuk membawa anak sulungnya ke
Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerjan.
Pasien masuk dibawa ke UGD dengan sikap dan gerakan tubuh yang
sangat kaku, tidak kooperatif ketika diajak mengobrol, pandangan kosong, dan
mempertahankan salah satu posisi tubuhnya ke gerakan tertentu. Setelah
dilakukan alloanamnesis dan pemeriksaan fisik, akhirnya dokter UGD
memutuskan untuk merawatnya. Setelah beberapa hari dilakukan perawatan
dirumah sakit, akhirnya kondisi pasien semakin membaik. Pasien mulai
menunjukkan gejala gejala positif seperti tidak suka melamun, tubuh semakin
rileks dan juga mau diajak wawancara.
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Sekitar tahun 2013, pada saat pasien berumur 15 tahun setelah berhenti
dari sekolah penerbangan, pasien mulai bertingkah tidak sewajarnya. Pasien
sering menyendiri dan mulai suka marah marah kepada orang tuanya. Pasien
merasa orang tuanya salah dalam mendidik pasien. Pasien juga sering bertanya
kepada orang tuanya apakah pasien anak yang cupu. Keluarga pasien
memutuskan untuk membawa anak pertamanya itu ke seorang psikiater di
kawasan Jakarta Selatan. Pasien diberi obat clobazam namun tidak dikonsumsi
secara teratur. Setelah itu pasien suka marah marah, melamun, dan mengurung
diri. Keluarga pasienpun cemas dan berusaha dengan berbagai cara agar pasien
dapat ceria kembali seperti dahulu kala.
Setelah itu, keluarga memutuskan untuk membawa pasien untuk berobat
ke tabib. Pasien dibawa orang tuanya untuk tinggal satu rumah dengan tabib.
Tetapi 3 minggu kemudian tiba tiba pasien pulang dan mengaku bahwa selama
tinggal dengan tabib, pasien kerap diperlakukan kasar. Semenjak itu keadaan
pasien mulai memburuk. Pasien menjadi orang yang pendiam, kaku, dan tidak
respon terhadap sekitar.
Pada tanggal 23 Agustus 2015, pasien dibawa keluarganya ke UGD
RSJSH karena orang tuanya khawatir kondisi pasien akan semakin memburuk
jika tidak ditangani.
2. Riwayat Gangguan Medik
Pasien dan keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah dirawat
dirumah sakit. Riwayat trauma kepala, kelainan neurologis, hipertensi, diabetes
mellitus dan alergi disangkal.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif (NAPZA), rokok, dan alkohol
Riwayat penggunaan NAPZA, merokok, dan alkohol disangkal oleh
pasien.
4. Riwayat Perjalanan Penyakit
2013 2014 Juli 2015 Agustus 2015
2013 2014 Juli 2015 26 Agustus 2015
Pasien berhenti dari
sekolah. Semenjak itu
pasien menjadi
pendiam dan
mengurung diri, suka
berbicara sendiri, dan
marah2 ke orang tua
Pasien melanjutkan
kembali sekolah
namun hanya 6 bulan.
Orang tua pasien
membawa ke psikiater
namun obat tidak
dimunum teratur.
Pasien menjadi lebih
pendiam, kaku, dan
acuh kepada
lingkungan.
Halusinasi auditorik
dan visual +, ilusi +
Pasien dirawat di
RSJHS dan pasien
mulai membaik.
Tidak kaku dan
koperatif jika
dilakukan wawancara
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara, dilahirkan secara
normal, ditolong oleh bidan, usia kandungan cukup bulan. Pasien merupakan
anak yang diharapkan.
2. Riwayat masa kanak awal (0-3 tahun)
Interaksi antara pasien dan ibunya baik. Pasien tidak memiliki gangguan
perkembangan. Riwayat kejang ataupun terbentur kepala juga disangkal oleh
keluarganya.
3. Riwayat masa kanak pertengahan (3-7 tahun)
Masa ini dilalui dengan baik, tumbuh kembang pasien baik dan normal
sesuai usia. Pasien memiliki cukup banyak teman dan tidak pernah tinggal kelas.
4. Riwayat masa kanak akhir dan remaja
Pasien mengaku kalau pasien mempunyai sifat yang sangat sensitif, minder
dan tidak percaya diri. Hal ini juga diakui oleh keluarga pasien. Pasien juga
merupakan pribadi yang tertutup. Pada saat pasien mengenyam bangku SMP,
pasien sering mengeluh kepada ibunya bahwa pasien sering diejek ejek oleh
kawan SMPnya dan pasien kepikiran akan hal itu. Ketika masuk ke sekolah
penerbangan, pasien juga merasa banyak masalah dan sangat tertekan dengan
keadaan sekolah sehingga pasien memutuskan untuk berhenti melanjutkan
sekolah penerbangannya.
5. Riwayat kehidupan beragama
Pasien beragama Islam. Pasien juga rajin beribadah.
6. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien belum pernah mempunyai masalah dengan hukum
E. RIWAYAT KELUARGA
Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pasien tinggal bersama dengan
kedua orang tuanya dan adiknya. Riwayat psikosis, neurotis, bunuh diri, retardasi
mental, bunuh diri, retardasi mental, epilepsy, ketergantungan obat dan alkohol tidak
ada. Hubungan antara pasien dengan keluarganya cukup dekat.
GENOGRAM KELUARGA
Keterangan :
: Laki-laki : Tinggal dalam satu rumah
: Perempuan
: Pasien
F. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien mengetahui dan menyadari bahwa pasien sedang berada dalam Rumah
Sakit Jiwa. Pasien menyadari bahwa dirinya dibawa oleh keluarga saat datang ke UGD
RSJSH. Pasien mengaku kalau dirinya sedang mengalami gangguan jiwa.
STATUS MENTAL
A. Deskripsi umum ( Tanggal 26 Agustus 2015, pukul 10.00 WIB)
1. Penampilan
Pasien yang sudah beranjak remaja berusia 17 tahun. Pasien tampak sesuai
dengan usianya, berkulit sawo matang,dan berambut sedang. Saat wawancara pasien
menggunakan baju seragam RSJSH baerwarna krem dengan menggunakan celana
setinggi lutut berwarna senada dan tampak bersih. Pasien duduk tenang disamping
pemeriksa dengan kontak mata yang baik.
2. Kesadaran
Kesadaran neurologis : Compos mentis
Kesadaran Psikiatrik : tampak terganggu
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Sebelum wawancara : Pasien sedang melakukan kegiatan menonton acara film
di instalasi anak dan remaja.
Selama wawancara : Pasien duduk dengan tenang disamping pemeriksa,
pasien mau melakukan kontak mata dengan pemeriksa. Terkadang pasien
tampak melamun selama proses wawancara. Namun, perhatian pasien
terhadap semua pertanyaan baik. Pasien dapat menjawab pertanyaan dengan
baik.
Sesudah wawancara : Pasien dapat mengakihiri wawancara dengan baik dan
kemudian berinteraksi dengan pasien anak dan remaja lainnya.
4. Sikap Terhadap Pekeriksa
Pasien bersikap kooperatif, wajar, bersahabat, dan terbuka saat menjawab setiap
pertanyaan.
5. Pembicaraan
Lancar, pasien menjawab semua pertanyaan yang diajukan, kuantitas, kualitas, dan
kecepatan saat berbicara baik. Pasien dapat berbicara spontan, jelas, nada suara
cukupdan ide cerita cukup. Jawaban pasien cukup konsisten pada tiap wawancara.
B. Alam Perasaan (Emosi)
1. Mood : Eutim
2. Afek : Luas
3. Keserasian afek : Serasi
C. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : tidak ada
2. Ilusi : tidak ada
3. Depersonalisasi : tidak ada
4. Derealisasi : tidak ada
Proses Pikir
1. Arus Pikir
a. Produktifitas : Ide cukup
b. Kontinuitas : koheren
c. Hendaya Berbahasa : Tidak ada
2. Isi Pikir
a. Preokupasi : Tidak ada
b. Waham : Tidak ada
c. Obsesi : Tidak ada
d. Fobia : Tidak ada
D. Fungsi Intelektual
1. Taraf Pendidikan SMA
2. Pengetahuan Umum Baik (pasien mengetahui Presiden Indonesia sekarang yaitu
Joko Widodo)
3. Kecerdasan Rata-rata
4. Konsentrasi dan
Perhatian
Konsentrasi baik (saat diajak berhitung 100 dikurangi 7,
dan seterusnya, pasien dapat menghitung dengan tepat)
Perhatian baik (pasien tidak mudah teralih perhatiannya
terhadap kegiatan atau orang yang lewat didepannya,
mampu memusatkan perhatian terhadap pertanyaan)
5. Orientasi
- Waktu Baik (pasien dapat membedakan siang dan malam dan
dengan benar mengingat sudah berapa hari pasien dirawat
di RS)
- Tempat Baik (pasien mengetahui dirinya sekarang berada di RSJ
Soeharto Heerdjan Grogol ruang UGD )
- Orang Baik (pasien mengetahui sedang diwawancara oleh dokter
muda).
6. Daya Ingat
- Jangka
Panjang
Baik (pasien dapat mengingat darimana ia berasal, serta
menceritakan keadaan pasien semasa SD, SMP, dan SMA).
- Jangka
Pendek
Baik (pasien mengingat kegiatan apa yang dilakukannya
selama di RS).
- Segera Baik (pasien dapat dengan segera mengulangi nama
pemeriksa).
7. Pikiran Abstrak Baik (dapat menyebutkan persamaan apel dan jeruk, juga
menyebutkan persamaan kedua buah tersebut. Pasien juga
dapat mengartikan peribahasa sederhana “air susu dibalas
dengan air tuba’)
8. Visuospasial Baik (pasien dapat menggambar jam, serta dapat
membedakan mana jarum panjang dan jarum pendek jam)
9. Kemampuan
Menolong Diri
Baik (pasien makan, mandi, dan berpakaian sendiri).
E. Pengendalian Impuls : baik
F. Daya Nilai
Daya Nilai Sosial : baik (pasien mengetahui bahwa berbohong itu berdosa)
Uji Daya Nilai : baik (pasien mengatakan bila ia menemukan dompet di jalan, ia
akan mengembalikannya)
Daya Nilai Realita : Terganggu (kadang pasien suka melamun)
G. Tilikan
Derajat 4 (Pasien merasa bahwa dirinya sakit. Pasien merasa ada yang salah dalam
dirinya)
H. Reliabilitas : dapat dipercaya
STATUS FISIK (pemeriksaan dilakukan pada 14 Agustus 2015)
A. Status Internus
Keadaan Umum : Baik, pasien tampak tenang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vita l
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 98x/ menit
Suhu : 36,5 oC
Pernafasan : 20 x/ menit
TB/BB : 165 cm / 70 kg
BMI : 25,73 kg/m2
Kulit :Coklat sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor baik,
kelembaban normal,.efloresensi primer/sekunder(-)
Kepala : Normocephali, rambut warna hitam, panjang sedang (kurang lebih
3 cm)
Mata : tidak dilakukan
Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), nafas cuping hidung (-),
sekret -/-.
Telinga : tidak dilakukan
Mulut : Bibir kecoklatan, sianosis (-), trismus (-),
Lidah : Normoglossia, warna merah muda, lidah kotor (-).
Gigi geligi : Baik
Uvula : Letak di tengah, hiperemis (-)
Tonsil : tidak dilakukan
Tenggorokan : tidak dilakukan
Leher : tidak dilakukan
Sistem kardiovaskular : tidak ada kelainan
Sistem respiratorius : tidak ada kelainan
Sistem gastrointestinal : tidak ada kelainan
Sistem muskuloskeletal : tidak ada kelainan
Sistem urogenital : tidak ada kelaimnan
Ekstremitas
-Atas : Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-), edema (-)
-Bawah : kaki kiri tampak lebih pendek dibanding kaki kiri. Tampak deformitas
pada regio femoralis kiri (+), jaringan parut (+). Akral hangat, sianosis (-), edema
(-), deformitas (-).
Genitalia : Tidak diperiksa karena tidak ada indikasi
B. Status Neurologis
1. Saraf kranial (I-XII) : Baik
2. Tanda rangsang meningeal : Tidak dilakukan
3. Refleks fisiologis : (+) normal
4. Refleks patologis : Tidak ada
5. Motorik : Baik
6. Sensorik : Baik
7. Fungsi luhur : Baik
8. Gangguan khusus : Tidak ada
9. Gejala EPS : Akatisia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-), tonus otot (N),
resting tremor (-), distonia (-), cogwheel phenomenon (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (23 Agustus 2015)
PEMERIKSAAN HASIL
Hemoglobin 116 g/dl
Eritrosit 62 juta /mm3
Leukosit 7400 mm3
LED 9mm/ 1 jam
Hitung jenis
Basofil
Eosinofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
0
2
1
73
19
5
Trombosit 233.000U/L
Hematokrit 47 g%
Glukosa Sewaktu 116 mg/dl
SGOT 17 U/L
SGPT 19 U/L
Ureum 19 mg/dl
Kreatinin 0,9 mg/dl
IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang laki-laki remaja baerusia 17 tahun. Pasien tempak sesuai usianya, berkulit
sawo matang, berambut hitam. Saat wawancara pasien menggunakan baju seraga RSJSH
berwarna krem dengan celana setinggi lutut berwarna coklat muda. Pasien duduk tenang
dihadapan pemeriksa dengan kontak mata baik.
Pasien datang ke UGD RSJHS dengan keluhan utama yaitu menjadi pendiam,
suka mengurung diri, dan juga acuh terhadap lingkungan luar. Kegiatan pasien sehari hari
hanya makan, tidur dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk melamun. Pasien masuk
dibawa ke UGD dengan sikap dan gerakan tubuh yang sangat kaku, tidak kooperatif
ketika diajak mengobrol, pandangan kosong, dan mempertahankan salah satu posisi
tubuhnya ke gerakan tertentu.
Pasien memutuskan untuk berhenti bersekolah dari sekolah penerbangan. Setelah
itu pasien masuk kembali untuk mengeyam bangku sekolah di SMA tetapi pasien hanya
mengikuti pelajaran yang disukai. Saat ini pasien tinggal di rumah dan sering mengurung
diri. Pasien sering berbicara sendiri dan sering mengeluh danmarah marah kepada orang
tuanya.
Pasien pernah berobat ke seorang psikiater dan diberi obat clobazam. Pasien tidak
teratur meminum obat dan hanya mengkonsumsinya selama 1 bulan. Merasa kondisi
tidak membaik, keluarga akhirnya membawa pasien ke pengobatan alternative. Pasien
melakukan pengobatan bersama tabib tetapi kondisi pasien makin memburuk.
Setelah beberapa hari setelah rawat inap di RSJHS, kondisi pasien sudah mulai
membaik. Setelah dilakukan wawancara, pasien mengaku kalau pasien kerap dibully oleh
teman temannya di SMP maupun SMA. Hal tersebut membuat pasien kepikiran. Pasien
mengaku pernah memiliki halusinasi auditorik (pasien mendengar suara kuntilanak dan
suara gaduh gemuruh acara 17 Agustus), Selain itu, pasien juga mendengar suara suara
yang berkata bahwa terdapat orang orang yang ingin mencelakai keluarganya, halusinasi
visual (pasien juga sering melihat bayangan putih di tembok berbentuk seorang polisi),
dan ilusi (ketika pasien melihat motor di luar rumah, pasien memandang motor yang
lewat seperti komplotan polisi yang ingin menangkap pasien dan keluarganya).
FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis 1 : Gangguan Klinis dan Kondisi Klinis yang menjadi Fokus Perhatian
Khusus
1. Gangguan kejiwaan karena adanya :
Gangguan fungsi/hendaya dan disabilitas : terdapat gangguan dalam fungsi
hendaya fungsi peran (pasien tidak mau sekolah, dan menarik diri dari lingkungan
sekitar)
Distress/penderitaan : pasien suka berbicara sendiri, pendiam dan sering
melamun.
2. Gangguan jiwa ini sebagai GMNO, karena:
Tidak ada gangguan jiwa yang disebabkan oleh penyakit organic
Tidak ada gangguan kesadaran neurologis
Tidak ada gangguan kognitif (orientasi dan memori)
3. Gangguan psikotik, karena adanya hendaya dalam menilai realita yang dibuktikan
dengan adanya:
Halusinasi : auditorik & visual
Ilusi
Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental
Belum dapat dinilai karena pasien belum berusia 18 tahun keatas
Aksis III : Kondisi medis umum
Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Problem Psikososial
Masalah psikososial dan lingkungan. Dalam kasus ini berupa masalah pasien ketika
berada di sekolah.
Aksis V : Penilaian Fungsi Secara Global
Berdasarkan Skala Global Assessment of Functioning (GAF), kasus ini pada saat evaluasi
mempunyai skala GAF :
GAF current : 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.
GAF Saat masuk rumah sakit : 30-21 (disabilitas berat dalam komunikasi dan daya
nilai , tidak mau berfungsi hampir semua bidang
GAF HLPY :40-31 (beberapa disabilitas dalam hubungan
dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat
dalam beberapa fungsi)
EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II : Belum bisa didiagnosis
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah psikososial dan lingkungan
Aksis V : GAF current : 70-61
GAF saat masuk RS : 30-21
GAF HLPY : 40-31
DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik : Tidak ditemukan kelainan organic maupun factor herediter
B. Psikologil : Halusinasi auditorik dan visual, ilusi
C. Sosiobudaya : Pengetahuan keluarga pasien dan keluarganya tentang penyakit
pasien sehingga pasien dibawa berobat ke tabib.
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Ad bonam (tidak ada tanda gangguan mental organik)
Quo ad functionam : Ad bonam (selama minum obat, gejala terkontrol sehingga pasien
dapat melakukan kegiatan sehari-hari)
Quo ad sanationam : Ad malam (ketidakpatuhan terhadap minum obat rendah, kesadaran
memerlukan obat juga rendah, tingkat kesadaran pasien yang tidak
mau minum obat dan pasien malas berobat dengan rutin)
Faktor-faktor yang mempengaruhi
1. Faktor Yang Memperingan:
Adanya dukungan dari keluarga untuk menjadi pribadi yang lebih baik
Adanya lingkungan yang konduksif yang memungkinkan pasien melupakan
suara-suara yang mengganggu pasien
2. Faktor Yang Memperberat:
Pasien tidak bersekolah
Tilikan pasien buruk, pasien tidak minum obat atas kemauan sendiri
Tempat tinggal pasien jauh dari pelayanan kesehatan jiwa
PENATALAKSANAAN1
1. Rawat Inap
Dengan indikasi :
Untuk menstabilkan medikasi
Pasien tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya
2. Psikofarmaka
Risperidon 2x 2 mg
Chlorpromazine
THP 2 x 2mg
Untuk mengurangi gejala efek samping ekstrapiramidal.
3. Psikoterapi
Dilakukan melalui :
a) Psikoaterapi suportif
Psikoterapi ini dapat dilakukan dengan bimbingan serta terapi kelompok. Karena
pasien ini kadang sering bingung, perlu diadakannya terapi untuk meningkatkan
kemampuan pengendalian diri dan menghadapi masalah. Pada terapi kelompok
adalah kesempatan untuk mengamati respon pasien dalam menghadapi berbagai sifat,
perilaku orang lain dan masalah yang timbul.
b. Psikoterapi reedukatif
Terhadap pasien
Memberikan informasi kepada pasien dan edukasi mengenai penyakit yang
dideritanya, gejala gejala, dampak, faktor faktor penyebab, pengobatan,
komplikasi, prognosis, dan resiko kekambuhan agar pasien tetap taat
meminum obat dan segera datang ke dokter bila timbul gejala serupa
dikemudian hari.
Memotivasi pasien untuk berobat teratur
Terhadap keluarga pasien
Melibatkan keluarga dalam pemulihan, dengan memberikan pengarahan
kepada keluarga agar tetapmemberikan dukungan untuk pulih
Me-reedukasi keluarga tentang pentingnya mengawasi serta ikut serta dalam
mendisiplinkan pasien untuk mengkonsumsi obat yang diberi dan kontrol
rutin setelah pulang dari rumah sakit guna perbaikan kualitas hidup pasien.
c. Sosioterapi
a. Pelatihan keterampilan sosial
Melibatkan pasien dalam kegiatan aktivitas kelompok di RSJSH
Melibatkan pasien dalam kegiatan keagamaan di RSJSH
Menganjurkan pasien untuk mau bersosialisasi dengan pasien lain