Upload
merta123
View
41
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
5/25/2018 Statins Skenario a Blok 17
1/12
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri IndralayaJl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
STATINS SKENARIO A BLOK 17
Sirosis Hepatis dan KomplikasiStandar Kompetensi Lulusan Dokter: 2
3 Mei 2014
Surel: [email protected]; [email protected]
Anatomi dan Fisiologi Hepar
Anatomi Hepar- Hepar adalah organ terbesar, dengan berat sekitar 1200 - 1600 gram,
yang terletak di sebelah kanan atas rongga abdomen dan tepat di bawah diafragma. Sebagian
besar hepar terletak di profunda arcus costalis dextra dan terbentang melintasi regio
epigastrika hingga mencapai regio hipokondrium kiri. Batas atas hati berada sejajar dengan
ruang interkostal V kanan dan batas bawah menyerong ke atas dari iga IX kanan ke iga VIII
kiri.
Hepar dapat dibagi menjadi lobus hepatis dexter yang besar dan lobus hepatis sinister
yang kecil oleh perlekatan ligamentum falciforme. Lobus hepatis dexter terbagi lagi menjadi
lobus quadratus dan lobus caudatus oleh vesica biliaris, fissura ligamenti teretis, vena cava
inferior, dan fissura ligamenti venosi. Di antara lobus quadratus dan caudatus terdapat porta
hepatis, dimana ductus hepaticus dexter dan sinister, ramus dexter dan sinister arteria
hepatica, vena porta heptis, serta serabut-serabut saraf simpatis dan parasimpatis masuk ke
hepar.
Pembuluh-pembuluh darah yang mengalirkan darah ke hepar adalah arteria hepatica
propria (30%) dan vena portae hepatis (70%). Arteria hepatica propria membawa darah yang
kaya oksigen ke hepar, dan vena porta membawa darah yang kaya akan hasil metabolisme
pencernaan yang diabsorbsi dari saluran pencernaan.
5/25/2018 Statins Skenario a Blok 17
2/12
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri IndralayaJl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
Vaskularisasi Sistem Porta - Aliran darah vena dari sebagian besar tractus gastrointestinal
dan organ aksesorius akan menuju ke hepar melalui sistem vena portae. Cabang cabang dari
vena portae hepatis adalah:
Nama Cabang Drainase Darah dari- Memperdarahi
Vena Lienalis - Vena Gastrica Brevis- Vena Gastroomentalis Sinistra- Vena Mesentrica Inferior-
Vena Pancreatica
- Bagian fundus gaster- Bagian atas kurvatura mayor
gaster
-**Lihat di bawah
- Corpus pankreasVena Mesentrica Inferior - Venae Rectales Superiores
- Vena Sigmoideae- Vena Colica Sinistra
- Rectum dan bagian ataskanalis anal
- Bagian bawah colondescendens dan sigmoidea
- 1/3 bagian distal colontransversum dan bagian atas
colon descenden
Vena Mesentrica Superior - Venae Jejunales- Venae Ileales- Vena Ileocolica- Vena Colica Dextra- Vena Colica Media- Vena Pancreaticoduodenalis
Inferior
- Vena Gastroomentalis Dextra
- Jejunum- Ileum- Sedikit bagian bawah ileum,
caecum, dan colon ascenden- Colon ascenden- 2/3 bagian proximal colon
transversum
- Caput Pancreas dan bagianduodenum di sekitarnya
- Bagian bawah kurvaturamayor gaster
Vena Gastrica Sinistra *Langsung bermuara ke dalam Bagian kiri curvatura minor gaster
5/25/2018 Statins Skenario a Blok 17
3/12
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri IndralayaJl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
vena porta hepatis dan distal esofagus
Vena Gastrica Dextra *Langsung bermuara ke dalam
vena porta hepatis
Bagian kanan curvatura minor
gaster
Vena Cystica *Langsung bermuara ke dalam
vena porta hepatis
Vesica biliaris
Dalam keadaan normal, darah di dalam vena portae hepatis melewati hepar dan masuk
ke dalam v.cava inferior, yang merupakan sirkuasi vena sistemik melalui venae hepaticae.
Diantara hubungan ini terdapat hubungan yang lebih kecil di antara sistem portal-sistemik,
dan hubungan ini akan penting jika terjadi hambatan atau blokade pada sistem porta.
Anastomosis tersebut yaitu :
1. Pada sepertiga bawah oesophagus, rami oesophagei vena gastrica sinistra (cabangportal) beranastomosis dengan vena oesophageales yang mengalirkan darah dari
sepertiga tengah oesophagus ke vena azygos cabang sistemik.
2. Pada pertengahan atas canalis analis, vena rectalis superior (cabang portal)mengalirkan darah dari sepertiga atas canalis analis dan beranastomosis dengan vena
rectalis media dan vena rectalis inferior (cabang sistemik), yang masing-masing
merupakan cabang dari v.iliaca interna dan v.pudenda interna.3. Venae paraumbilicales menghubungkan ramus sinister venae porae hepatis dengan
venae superficiales dinding anterior abdomen (cabang sistemik). Venae
paraumbilicales berjalan dalam ligamentum falciforme dan ligamentum teres hepatis.
4. Vena-vena colon ascenden, colon descenden, duodenum, pancreas dan hepar (cabangportal) beranastomosis dengan vena renalis , vena lumbalis, dan venae phrenicae
(cabang sistemik).
Histologi Hepar - Hati secara fungsional terdiri dari banyak lobulus kecil polihedral. Di
lobulus-lobulus ini, hepatosit membentuk lempeng yang berhubungan dan tersusun secara
radial mengelilingi vena sentralis. Dari bagian perifer lobulus ke pusatnya, lempeng hepatosit
ini bercabang dan beranastomosis secara bebas sehingga membentuk struktur yang
menyerupai spons. Celah di antara lempeng ini disebut sinusoid hati. Sinusoid lebar yang
tidak teratur ini dilapisi dengan lapisan diskontinu sel endotel bertingkap. Sel-sel endotel
terpisah dari hepatosit di bawahnya oleh suatu lamina basal tipis yang tidak kontinu dan suatu
5/25/2018 Statins Skenario a Blok 17
4/12
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri IndralayaJl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
celah perisinusoid yang sangat sempit yang dikenal dengan celah Disse. Darah arteri dan
darah vena dari daerah porta perifer mula-mula bercampur di sinusoid hati saat mengalir ke
arah vena sentralis. Dari sini darah masuk ke sirkulasi umum melalui vena hepatika yang
keluar dari hati dan masuk ke vena kava inferior.
Permukaan setiap hepatosit berkontak dengan dinding sinusoid, melalui celah Disse,
dan dengan permukaan hepatosit lain. Di tempat dua hepatosit berkontak, terbentuk suatu
celah tubular di antara kedua sel ini yang disebut kanalikulus biliaris. Hepatosit
mengeluarkan empedu ke dalam kanalikulus biliaris ini. Kanalikulus menyatu di tepi lobulus
hati di daerah porta sebagai duktus biliaris, duktus biliaris kemudian mengalir ke dalam
duktus hepatikus yang lebih besar yang membawa empedu keluar dari hati.
Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, terdapat dua sel penting yang berhubungan
dengan sinusoid, yakni:
Sel Kupffer: Makrofag stelata yang ditemukan antara sel endotel sinusoid danpermukaan luminal di dalam sinusoid. Fungsinya adalah untuk menghancurkan
eritrosit tua, menggunakan ulang heme, menghancurkan bakteri atau debris yang
dapat memasuki darah portal dari usus, dan sebagai sel penyaji antigen pada imunitas
adaptif
Sel Stelata: disebut juga sel penimbun-lemak stelata atau sel Ito, sel ini ditemukan dicelah perisinusoid (bukan di lumen). Fungsinya adalah sebagai tempat penyimpanan
vitamin A tubuh, menghasilkan komponen matriks ekstrasel, serta ikut berperan
dalam mengatur imunitas setempat. Pada induksi inflamasi kronis, sel ini
menghasilkan kolagen.
5/25/2018 Statins Skenario a Blok 17
5/12
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri IndralayaJl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
Metabolisme Bilirubin Hepar - 80% bilirubin yang beredar berasal dari sel darah merah
yang tua. Setelah eritrosit dalam sirkulasi darah mencapai akhir rentangan usia normalnya
yaitu 120 hari, sel-sel tersebut akan dihancurkan oleh sel-sel retikuloendotelial (utamanya
dalam lien). Oksidasi sebagian heme yang berdisosiasi dari hemoglobin ini akan
menghasilkan biliverdin yang selanjutnya dimetabolisme menjadi bilirubin.
Glikogenesis dan Glikogenolisis Hepar- Ambilan glukosa oleh hati tidak bergantung pada
insulin, berbeda pada otot ataupun jaringan adiposa. Mengapa? Karena glukosa dapat
5/25/2018 Statins Skenario a Blok 17
6/12
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri IndralayaJl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
melewati sawar yang dibuat oleh sel-sel endotel sinusoid dan dengan mudah diambil oleh hati
dengan bantuan mikrovili hepatosit. Berbeda dengan sel otot, hepatosit memiliki gluko
Metabolisme Hormon Steroid Hepar hepar secara simultan menginaktivasi hormon-
hormon dengan bahan dasar steroid: estrogen, estradiol, dan aldosteron. Gangguan hepar
akan meningkatkan kadar plasma hormon-hormon tersebut.
Metabolisme Protein Serum Hepar - Hati mensintesis banyak macam protein dari asam
amino. Dengan proses deaminasi, hati juga mensintesis gula dari asam lemak dan asam
amino. Dengan proses transaminasi, hati memproduksi asam amino dari bahan-bahan non
nitrogen. Hati merupakan satu-satunya organ yg membentuk plasma albumin dan -
globulin dan organ utama bagi produksi urea. globulin hanya dibentuk di dalam hati.
Hepatitis B
Virologi Virus Hepatitis B. Merupakan virus dalam golong orthohepadnavirus. Merupakan
virus DNA dengan sifat retrovirus yang memiliki kemampuan reverse-transcription.
Beberapa struktur virus berikut penting secara klinik karena merupakan indikator dalam
pemeriksaan lab.
- HBsAg (Hepatitis B Surface Antigen). Merupakan protein virus yang merupakanstruktur permukaan virus. Adanya protein ini di dalam tubuh menunjukkan adanya
infeksivirus hepatitis B di dalam tubuh Os.
- HBcAg (c untuk core). Merupakan protein virus yang ditemukan intrasel hepatosit.- HBeAg (e untuk envelope). Merupakan HBeAg yang disekresikanke dalam sirkulasi
darah yang merupakan pertanda adanya infeksi aktifdi dalam tubuh Os.
Patogenesis. Virus Hepatitis B mengenali hepatosit dengan reseptor NTCP, suatu protein
transpor pada membran hepatosit untuk bilirubin. Kemudian, virus bereplikasi di dalam
hepatosit. Replikasi virus menyebabkan reaksi imunologis adaptif (diperantarai sel T Helper).
Sel limfosit yang paling bertanggung jawab adalah sel T Sitotoksik (Tc). Prosesnya
melibatkan suatu respons inflamasi yang diperantai bermacam sitokin, seperti IFN-Gamma,
TNF-Alpha, IL-1, dan IL-6. Tujuan utama proses ini adalah mengeradikasi virus, namun juga
memiliki efek samping kehancuran hepatosit. Ingat, bahwa virus merupakan patogen obligat
5/25/2018 Statins Skenario a Blok 17
7/12
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri IndralayaJl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
intraseluler. Proses imun untuk eradikasi virus akan pula menyebabkan kerusakan sel yang
diinfeksi. Hal ini bermanifestasi sebagai gejala-gejala gangguang hepar dan peningkatan
enzim-enzim intraseluler hepar dalam serum, seperti SGPT, SGOT, dan enzim lainnya.
Proses Kronik Hepatitis B. Adanya HBsAg dalam tubuh Os lebih dari 6 bulan
menunjukkan adanya proses hepatitis kronik. Apabila disertai dengan nilai SGPT dan SGOT
yang normal menunjukkan hepatitis kronik persisten, sementara peningkatan SGPT dan
SGOT menunjukkan hepatitis kronik aktif. Infeksi Hepatitis B yang tidak ditanggulangi dan
berlangsung kronik dapat berujung dengan beberapa keadaan, seperti ko-infeksi hepatitis D,
sirosis hepatis, dan hepacellular carcinoma.
Sirosis Hepatis
Etiologi. Setiap proses inflamasi yang menyebabkan kerusakan hepatosit dan stimulasi
fibrosis di hepar dapat menyebabkan respons peradangan.
Definisi. Menurut WHO, Sirosis Hepatis merupakan kelainan hati yang bersifat difus,
ditandai dengan adanya fibrosis, dan perubahan bentuk hati normal ke bentuk nodul-nodul
yang abnormal. Ada tiga keterangan yang harus diingat terhadap definisi secara patologis
pada sirosis, yakni nodulisasi difus (di seluruh hepar dan tanpa pola), nodul yang
regeneratif, dan pita fibrosa(pada mikroskop terlihat pita-pita pada lobus hepar).
Patogenesis dan Patofisiologi. Sirosis disebabkan oleh proses inflamasi kronik, apa pun
penyebabnya. Pada kasus ini, kemungkinan penyebab adalah infeksi kronis virus hepatitis
B, dan dibuktikan dengan ditemukan HBsAg pada serum pasien. Virus yang menginfeksi
hepatosit, dalam proses jangka panjang, akan menstimulasi proses imun dan menstimulasi
pelepasan sitokin, seperti IL-1, IL-6. TNF-Alpha, TGF-Betha, yang diproduksi oleh Sel
Kuppfer (makrofag hepar), sel-sel endotelial pada sinusoid, dan sel-sel kanalikuli, dan
hepatosit.
5/25/2018 Statins Skenario a Blok 17
8/12
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri IndralayaJl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
Sitokin ini akan merangsang Sel Ito atau Sel Stelata untuk memproduksi kolagen,
utamanya kolagen tipe I dan III. Sel Stelata terdapat di Space of Disse, dan normalnya
berfungsi untuk menjadi reservoir vitamin A. Adanya kolagen yang menumpuk, akan
menyebabkan menutupnya fenestra( lubang-lubang) pada sinusoid yang akan menyebabkan
pengurangan mobilisasi zat-zat ke hepatosit, sehingga akan terjadi penurunan fungsi
hepatosit dan lama-kelamaan kerusakan hepatosit. Adanya penumpukan kolagen juga
menyebabkan penyempitan sinusoid. Berdasarkan hukum fisika, penyempitan sinusoid (yang
merupakan cabang dari vena portae dan arteri hepatica) akan menyebabkan peningkatan
tekanan pada vena portae, sehingga menyebabkan hipertensi portae.
Komplikasi dari Sirosis (Stigmata Sirosis). Secara umum, stigmata sirosis dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan penyebab, yakni hipertensi portae dan kerusakan
parenkim hepar. Walaupun, beberapa manifestasi klinis merupakan kombinasi dari keduanya.
Hipertensi Portae
Varices Esophageal dan Mukosa Lambung. Hipertensi portae akan menyebabkan
peningkatan aliran darah menuju ke anastomosis porto-sistemik. Anastomosis pada
1/3 bawah esofagus pada keadaan sirosis sangat mungkin mengalami varises. Ketika
beban hemodinamik makin meningkat, varises esofakgus dapat pecah dan
menyebabkan perdarahan. Ketika darah diperosidasi oleh HCl yang akan
bermanifestasi sebagai tinja hitam atau disebut melena. Manifestasi yang dapat juga
terjadi adalah hematemesis.
Varices Dinding Anterior Abdomen. Selain pada mukosa esofagus dan lambung,
hipertensi portae dapat menyebabkan varises pada anastomosis porto-sistemik lain
seperti anastomisis di dinding anterior abdomen yang mengitari umbilkus. Ketika
terjadi peningkatan volume darah di vena-vena tersebut, terjadi venektasi yang
dikenal sebagai caput medusae.
Ascites. Hipertensi portae menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatis aliran
darah splanknik. Pada sirosis, juga terjadi hipoalbuminemia yang menyebabkan
penurunan tekanan onkotik dan peningkatan kadar aldosteron yang menyebabkan
5/25/2018 Statins Skenario a Blok 17
9/12
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri IndralayaJl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
peningkatan volume cairan tubuh. Ketiga hal ini, menyebakan ekstravasasi cairan
dalam sistem digestivus yang bermanifestasi sebagai ascites.
Splenomegali. Hipertensi portae menyebabkan tahanan pada aliran darah di hepar.
Hal ini menyebabkan tahanan balik ke vena yang mengalirkan drainase darah ke
sistem portae, salah satunya vena lienalis. Tahanan darah di vena lienalis
menyebabkan hiperfungsi lien yang termanifestasi sebagai splenomegali pada
pemeriksaan fisik. Hiperfungsi lien menyebabkan peningkatan kecepatan destruksi
eritrosit yang termanifestasi sebagai anemia.
Kerusakan Parenkim Hati
Hipoalbuminemia. Kerusakan sel hepatosit yang masif menyebabkan berkurangnya
albumin serum. Diketahui bahwa albumin berfungsi sebagai penjaga tekanan onkotik
plasma darah. Penurunan tekanan onkotik ini menyebabkan ekstravasasi cairan ke
jaringan interstisial, dan termanifestasi sebagaipitting edema.
Gangguan metabolisme glukosa. Kerusakan sel hepatosit juga menyebabkan
gangguan metabolisme glukosa. Diketahui bahwa glikogen hepar digunakan dalam
mekanisme peningkatan kadar gula darah plasma. Hal ini tidak dapat dilakukan oleh
sel otot, karena sel otot hanya menggunakan glukosa untuk kepentingan energi otot.
Hal ini menyebabkan pasien dengan sirosis mudah lelah. Karena setelah beraktivitas
dan tak kunjung makan, pasien mengalami penurunan kadar gula darah. Pada orang
normal, hal ini akan direspons dengan peningkatan glukagon yang menstimulasi
hepatosit untuk melepaskan glukosa (yang dirombak dari glikogen hepar). Pada
pasien sirosis, kegagalan fungsi hepatosit tidak dapat mengkompensasi hal tersebut.
Gangguan metabolisme bilirubin. Bilirubin meningkat dikarenakan hepatosit telah
tidak berfungsi dengan baik. Pada kasus, terjadi peningkatan bilirubin direk yang
termanifestasi pada urin cokelat tua.
Gangguan inaktivasi hormon steroid. Salah satu fungsi hepar adalah untuk
menginaktivasi hormon-hormon steroid, sehingga kemudian dapat disekresikan.
Ketika fungs hepatosit terganggu, tentunya akan terjadi peningkatan hormon-hormon
steroid seperti estradiol (estrogen) dan aldosteron. Peningkatan aldosteron
5/25/2018 Statins Skenario a Blok 17
10/12
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri IndralayaJl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
termanifestasi dengan adanya ascites dan pitting edema. Peningkatan estradiol
termanifestasi sebagai spider naevi dan palmar eritema. Spider naevi dan palmar
eritema juga lazim ditemui pada ibu hamil. Pada pasien sirosis pada tahap tertentu dan
pada ibu hamil, keduanya terjadi peningkatan kadar hormon estrogen.
SKDI. Standar Kompetensi untuk Sirosis adalah 2. Varises Esofagus adalah 2. Untuk
keterampilan klinik: Inspeksi Abdomen 4A, Palpasi Abdomen 4A. Shifting Dullness 4A.
Undulasi 4A. Parasentesis 3.
Tatalaksana
Tatalaksana Etiologi. Pada kasus, virus hepatitis B sebagai suspect etiologi harus
dieradikasi. Hal ini bertujuan untuk mencegah progresivitas penyakit dan keterjadian
hepatoceluler carcinoma yang sangat mungkin menyertai pasien. Pemberian
antiretroviral, seperti lamivudinedapat diberikan.
Tatalaksana Hipertensi Portae. Untuk mencegah terjadinya perdarahan pada pasien
yang belum mengalami perdarahan esofagus (pencegahan primer) dan perdarahan
ulang (pencegahan sekunder), pemberian beta blocker non selektif, seperti
propanolol, dapat mencegah perdarahan pada varises. Mengapa harus beta blocker
yang non-selektif? Karena efek obat ini langsung kepada jantung dan pembuluh
darah, sehingga efeknya lebih baik. Selain itu, dapat juga digunakan okreotid(analog
somatostatin dengan kemampuan menghambat sekresi bermacam hormon,
menyebabkan vasokontriksi) dan somatostatin. Untuk mengeradikasi varises,
dilakukan prosedur skleroterapi dan ligasi. Bila semua tindakan ini gagal, dilakukan
prosedur non-bedah, TIPS (transjugular intrahepatic portosystemic shunt) yang
dilakukan oleh radiolog. Prosedur ini akan menyambungkan langsung vena portae
dengan vena hepatica di dalam hepar. Namun, prosedur ini dapat mengurangi
eliminasi lintas pertama nitrogen dari usus, pasien dengan prosedur ini dapat
mengalami efek samping ensefalopati.
5/25/2018 Statins Skenario a Blok 17
11/12
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri IndralayaJl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
Tatalaksana Ascites. Sebagai upaya pertama, pasien harus melakukan retriksigaram
(1 gram per hari) dan air (1 liter per hari). Upaya ini dimaksudkan untuk mengurangi
volume cairan tubuh. Karena salah satu penyebab ascites adalah peningkatan volume
cairan tubuh oleh peningkatan kadar aldosteron, pemberian spironolakton (inhibitor
hormon aldosteron pada epitel tubulus ginjal) dapat sangat bermanfaat. Selain itu,
dapat juga dilakukan pemberian furosemide. Namun, pemberian furosemide harus
dilakukan dengan kontrol yang ketat. Pemberian furosemide dapat menyebabkan
hipokalemia yang menyebabkan peningkatan kemungkinan keterjadian
ensefalopati hepatikum. Ascites dapat bersifat refrakter, apabila terapi-terapi retriksi
garam-air, pemberian spironolactone dosis maksimum (400mg) dan furosemide (160
mg) per hari tidak berhasil. Bila terjadi ascites refrakter, prosedur yang dilakukan
adalah parasentesis. Bila parasentesis terapeutik gagal, dilakukan parasentesis dalam
jumlah besar. Bila semua hal tersebut gagal, TIPS dapat mengurangi ascites.
Transplantasi Hati. Apabila telah terjadi liver failure dengan penegakan
diagnosisnya adalah 5 dari 7 tanda berikut: ascites, splenomegali, perdarahan varises,
hipoalbuminemia, spider naevi, eritema palmaris, dan vena kolateral.
Prognosis. Ada dua sistem penilaian untuk menentukan prognosis pasien sirosis hepatis.
Child Pugh atau Child Turcotte Pugh Scoring. Terdapat lima hal yang dinilai
dalam prognosis menurut cara ini, yaitu sebagai berikut.
Kelimanya menentukan fungsi hati, INR merupakan kepanjangan dari International
Normalized Ratiomenentukan tendensi dari pembekuan darah dari faktor ekstrinsik.
Pada kasus, diketahui bahwa total bilirubin dinilai 3, serum albumin dinilai 3, PT INR
dianggap poin 1, Ascites dianggap dapat dikontrol dengan poin 2, dan hepatic
5/25/2018 Statins Skenario a Blok 17
12/12
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri IndralayaJl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
encefalopati dianggap tidak ada dengan poin 1. Maka pasien berada dalam kategori
kelas C, dengan harapan hidup 1-3 tahun dengan mortalitas operasi abdomen
82%.
MELD (Model for End-stage Liver Disease). Menggunakan perhitungan logaritma
natural dengan variabel hitung bilirubin (fungsi metabolisme bilirubin), INR (fungsi
pembentukan protein pembekuan darah), kreatinin serum (untuk menentukan adanya
sindrom hepatorenal), dan etiologi.