14
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK BARAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMERIKSAAN UNIT PPA NO. DOKUMEN SOP-015 NO. REVISI 00 HALAMAN 1/9 TANGGAL TERBIT : 16 April 2018 1. Tujuan Untuk digunakan sebagai pedoman bagi petugas Polri dan masyarakat dalam prosedur pemeriksaan perkara tindak pidana secara transparan dan akuntabel. 2. Pedoman/Acuan 2.1 Undang-undang No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP. 2.2 Undang-undang No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2.3 Peraturan Kapolri No. Pol 12 tahun 2009 tentang Pengawasan dan Pengendalian Penanganan Perkara Pidana di Lingkungan Polri. 2.4 Juklak dan juknis administrasi penyidikan No. Pol : SKEP/1205/IX/2000 Tanggal 11 September 2000. 2.5 Standart Internasional ISO 9001:2008 2.6 Peraturan Kapolri No. Pol 10 tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata kerja Unit Pelayanan Perempuan dan Anak di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2.7 Peraturan Kapolri No. Pol 3 tahun 2008 tentang Pembentukan Ruang pelayanan Khusus dan tata cara pemriksaan saksi dan/atau korban tindak pidana.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMERIKSAAN UNIT PPAntb.polri.go.id/lobar/wp-content/uploads/sites/32/...dengan melakukan tekanan atau kekerasan dalam bentuk apapun oleh siapapun (Pasal

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

    RESOR LOMBOK BARAT

    STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

    PEMERIKSAAN UNIT PPA

    NO. DOKUMEN SOP-015

    NO. REVISI 00

    HALAMAN 1/9

    TANGGAL TERBIT : 16 April 2018

    1. Tujuan

    Untuk digunakan sebagai pedoman bagi petugas Polri dan masyarakat dalam prosedur pemeriksaan perkara tindak pidana secara transparan dan akuntabel.

    2. Pedoman/Acuan

    2.1 Undang-undang No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP.

    2.2 Undang-undang No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

    2.3 Peraturan Kapolri No. Pol 12 tahun 2009 tentang Pengawasan dan Pengendalian Penanganan Perkara Pidana di Lingkungan Polri.

    2.4 Juklak dan juknis administrasi penyidikan No. Pol : SKEP/1205/IX/2000

    Tanggal 11 September 2000.

    2.5 Standart Internasional ISO 9001:2008

    2.6 Peraturan Kapolri No. Pol 10 tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata kerja Unit Pelayanan Perempuan dan Anak di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

    2.7 Peraturan Kapolri No. Pol 3 tahun 2008 tentang Pembentukan Ruang pelayanan Khusus dan tata cara pemriksaan saksi dan/atau korban tindak pidana.

  • KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

    RESOR LOMBOK BARAT

    STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

    PEMERIKSAAN UPPA

    NO. DOKUMEN SOP- 015

    NO. REVISI 00

    HALAMAN 2/9

    TANGGAL TERBIT : 16 April 2018

    3. Pengertian

    3.1 Pemeriksaan adalah kegiatan untuk menyerahkan keterangan, kejelasan dan keidentikan dari tersangka, saksi, ahli tentang barang bukti maupun unsur – unsur tindak pidana yang telah terjadi sehingga kedudukan atau peranan seseorang maupun barang bukti didalam tindak pidana tersebut menjadi jelas dan dituangkan didalam Berita Acara Pemeriksaan.

    3.2 Pemeriksa adalah pejabat yang mempunyai kewenangan untuk melakukan pemeriksaan baik sebagai penyidik maupun penyidik pembantu.

    3.3 Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam Undang - undang.

    3.4 Penyelidik adalah setiap pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh KUHAP untuk melakukan penyelidikan.

    3.5 Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.

    3.6 Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian negara Republik Indonesia yang karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan tugas penyidikan yang diatur dalam undang-undang ini

    3.7 Ruang Pelayanan Khusus yang selanjutnya disingkat RPK adalah ruangan yang aman dan nyaman diperuntukkan khusus bagi saksi dan/atau korban tindak pidana termasuk tersangka tindak pidana yang terdiri dari perempuan dan anak yang patut diperlakukan atau membutuhkan perlakuan secara khusus, dan perkaranya sedang ditangani di kantor polisi.

    3.8 Interogasi adalah salah satu teknik pemeriksaan tersangka atau saksi dalam rangka penyidikan tindak pidana dengan cara mengajukan pertanyaan baik lisan maupun tertulis kepada tersangka atau saksi guna mendapatkan keterangan, petunjuk – petunjuk lainnya serta kebenaran keterlibatan tersangka, dalam rangka pembuatan Berita Acara Interogasi.

    3.9 Konfrontasi adalah salah satu teknik pemeriksaan dalam rangka penyidikan dengan cara mempertemukan satu dengan lainnya (antara : tersangka dengan saksi, saksi dengan saksi, tersangka dengan tersangka lainnya) untuk menguji kebenaran dan persesuaian keterangan masing – masing serta dituangkan didalam Berita Acara Konfrontasi.

  • KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

    RESOR LOMBOK BARAT

    STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

    PEMERIKSAAN UPPA

    NO. DOKUMEN SOP-015

    NO. REVISI 00

    HALAMAN 3/9

    TANGGAL TERBIT : 16 April 2018

    3.10 Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang didengar, dilihat dan dialami sendiri.

    3.11 Korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan psikis, mental, fisik, seksual, ekonomi dan/atau sosial yang diakibatkan oleh tindak pidana.

    3.12 Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan dan penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

    3.13 Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat martabat kemanusian serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

    3.14 Perdagangan Orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan didalam Negara maupun antar Negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.

    3.15 Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

    3.16 Konseling adalah interaksi antar dua orang atau lebih untuk mendiskusikan masalah yang dihadapi dengan tujuan agar dapat membantu orang tersebut untuk mengatasi masalahnya dengan lebih baik.

    3.17 Tersangka adalah seseorang yang karena perbuatannya atau keadaannya berdasarkan bukti permulaan yang patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.

    3.18 Ahli adalah orang yang dapat memberikan keterangan ahli guna memberikan keterangan ahli guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia ketahui berdasarkan keahlian khusus yang dimilikinya.

  • KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

    RESOR LOMBOK BARAT

    STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

    PEMERIKSAAN UPPA

    NO. DOKUMEN SOP-015

    NO. REVISI 00

    HALAMAN 4/9

    TANGGAL TERBIT : 16 April 2018

    3.19 Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang yang mempunyai keahlian khusus yang membuat terang suatu tindak pidana guna kepentingan pemeriksaan.

    3.20 Keterangan Anak adalah keterangan yang diberikan oleh seorang anak tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan dalam hal menurut cara yang diatur dalam KUHAP.

    3.21 Pusat Pelayanan Terpadu yang selanjutnya disingkat PPT adalah suatu unit kesatuan yang menyelenggarakan pelayanan medis, psikis, sosial, hukum, secara terpadu bagi saksi dan/atau korban tindak pidana.

    3.22 Berita acara pemeriksaan tersangka, saksi dan ahli adalah catatan atau tulisan yang bersifat otentik, dibuat dalam bentuk tertentu oleh penyidik/ penyidik pembantu atas kekuatan sumpah jabatan, diberi tanggal dan ditanda tangani oleh penyidik/ penyidik pembantu dan tersangka serta ahli yang diperiksa, memuat uraian tindak pidana yang dipersangkakan dengan menyebut waktu, tempat dan keadaan pada waktu pidana dilakukan, identitas penyidik/ penyidik pembantu dan yang diperiksa, keterangan yang diperiksa.

    4. Alat

    4.1 Komputer

    4.2 Printer

    4.3 Alat Tulis

    4.4 Meja dan kursi sesuai kebutuhan

    4.5 Meja dan kursi tamu

    4.6 Tape Recorder dan alat-alat elektronika sebagai sarana pendukung pemeriksaan (bila diperlukan)

    4.7 Tempat tidur

    4.8 AC

    4.9 Kelengkapan Administrasi Penyidikan

  • KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

    RESOR LOMBOK BARAT

    STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

    PEMERIKSAAN UPPA

    NO. DOKUMEN SOP- 015

    NO. REVISI 00

    HALAMAN 5/9

    TANGGAL TERBIT : 16 April 2018

    5. Prosedur Pemeriksaan

    5.1 Pemeriksaan saksi a. Saksi diperiksa tidak disumpah, kecuali cukup alasan untuk

    diduga bahwa ia tidak akan dapat hadir dalam pemeriksaan dipengadilan, maka pemeriksaan terhadap saksi dilakukan diatas sumpah (pasal 116 ayat 1 KUHAP). dalam hal ini disaksikan atau didampingi rohaniawan.

    b. Apabila korban siap diperiksa dan bersedia memberikan keterangan terkait dengan laporan polisi yang dilaporkan korban, penyidik dapat melaksanakan kegiatan membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP) terhadap korban.

    c. Saksi diperiksa secara sendiri - sendiri namun boleh juga dipertemukan satu dengan yang lain (konfrontasi) dan mereka wajib memberikan keterangan yang sebenarnya (pasal 116 ayat (2) KUHAP)

    d. Saksi yang dipanggil wajib datang kepada penyidik dan jika ia tidak hadir, penyidik memanggil sekali lagi, dengan perintah kepada petugas untuk membawa saksi tersebut kepadanya (Pasal 112 ayat (2) KUHAP).

    e. Saksi dalam memberikan keterangan tidak boleh diperlakukan dengan melakukan tekanan atau kekerasan dalam bentuk apapun oleh siapapun (Pasal 117 ayat (1) KUHAP).

    f. Saksi dapat menolak memberikan kesaksian karena ada hubungan keluarga dengan tersangka sampai derajat ke 3 (tiga) karena berdasarkan hubungan darah/ keluarga atau karena akibat perkawinan maupun karena situasi tertentu, mereka itu adalah : 1) Karena ada hubungan darah atau keluarga 2) Karena akibat perkawainan 3) Orang lain yang karena sebab tertentu berhak menolak

    untuk memberikan kesaksian. g. Keterangan saksi wajib ditulis secara teliti dan dilengkapi dalam

    berita acara pemeriksaan dan setelah selesai diberikan kesempatan untuk membaca kembali hasil berita acara pemeriksaan dan apabila setuju, saksi diminta untuk membubuhkan paraf dan tanda tangan pada berita acara pemeriksaan tersebut.

  • KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

    RESOR LOMBOK BARAT

    STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

    PEMERIKSAAN UPPA

    NO. DOKUMEN SOP- 015

    NO. REVISI 00

    HALAMAN 6/9

    TANGGAL TERBIT : 16 April 2018

    5.2 Pemeriksaan tersangka

    a. Tersangka dapat diperiksa dengan didahului oleh proses

    pemanggilan atau perintah membawa atau penangkapan.

    b. Sebelum mengajukan pertanyaan penyidik atau penyidik

    pembantu wajib memberitahukan kepada tersangka tentang

    haknya mendapatkan bantuan hukum atau bahwa ia dalam

    perkaranya tersebut wajib didampingi oleh penasehat hukum

    (Pasal 54 s/d Pasal 56 KUHAP)

    c. Dalam hal tersangka ditahan dalam waktu 1 (satu) hari setelah

    perintah penahanan itu dijalankan, tersangka mulai diperiksa oleh

    penyidik/ penyidik pembantu.

    d. Dalam hal tersangka agak sulit/ kurang lancar dalam

    mengemukakan keterangan maka agar dibantu atau dibimbing

    sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang

    seseorang, keadaan dan jalannya tindak pidana secara lengkap

    sistematis dan berurutan.

    e. Pemeriksaan tersangka pada prinsipnya tidak boleh dihadiri oleh

    orang yang tidak berkepentingan dengan pemeriksaan tersebut.

    f. Keterangan tersangka wajib ditulis secara teliti dan dilengkapi

    dalam berita acara pemeriksaan dan setelah selesai diberikan

    kesempatan untuk membaca kembali hasil berita acara

    pemeriksaan dan apabila setuju, tersangka diminta untuk

    membubuhkan paraf dan tanda tangan pada berita acara

    pemeriksaan tersebut.

    g. Tersangka atau kuasa hukumnya dapat meminta turunan dari

    berita acara pemeriksaan yang telah dibuat oleh penyidik/

    penyidik pembantu (Pasal 72 KUHAP).

  • KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

    RESOR LOMBOK BARAT

    STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

    PEMERIKSAAN UPPA

    NO. DOKUMEN SOP-015

    NO. REVISI 00

    HALAMAN 7/9

    TANGGAL TERBIT : 16 April 2018

    5.3 Pemeriksaan ahli

    a. Apabila dalam pemeriksaan suatu tindak pidana terhadap hal –

    hal tertentu, maka penyidik/ penyidik pembantu dapat meminta

    pendapat kepada orang ahli/ yang memiliki keahlian khusus

    dimaksud.

    b. Permintaan pendapat tersebut dapat dilakukan dengan

    mengajukan permintaan secara tertulis keterangan keahlian atau

    dengan memanggil orang ahli/ yang memiliki keahlian khusus

    dengan surat panggilan yang sah, guna didengar keterangan

    keahliannya.

    c. Keterangan keahlian oleh ahli tersebut diberikan dengan

    mengangkat sumpah/ mengucapkan janji dihadapan penyidik/

    penyidik pembantu bahwa ia akan memberikan keterangan

    menurut pengetahuannya yang sebaik - baiknya.

    d. Penyidik/ Penyidik Pembantu menuangkan keterangan yang

    diberikan oleh ahli tersebut dalam Berita Acara Pemeriksaan Ahli.

    e. Dalam hal penyidik/ penyidik pembantu meminta pendapat

    kepada orang ahli/ yang memiliki keahlian khusus sesuai dengan

    perundang – undangan yang berlaku, guna mendapatkan

    keterangan atau keterangan ahli (Visum et Repertum) atau berita

    acara hasil pemeriksaan oleh ahli.

    f. Penyidik/ Penyidik Pembantu dapat meminta pendapat orang ahli/

    orang yang memiliki keahlian khusus (Pasal 120 ayat (1) KUHAP)

    g. Untuk memberikan keterangan itu ahli mengangkat sumpah atau

    mengucakan janji dihadapan penyidik, kecuali bila disebabkan

    karena harkat dan martabat, pekerjaan atau jabatannya orang

    mewajibkan menyimpan rahasia, dapat menolak untuk

    memberikan keterangan yang diminta (Pasal 120 ayat (2)

    KUHAP)

    5.4 Terperiksa datang sesuai dengan waktu dalam surat panggilan.

    5.4 Pemeriksa / penyidik membuat rencana pertanyaan yang akan

    ditanyakan kepada terperiksa

    5.5 Mempersiapkan ruang pemeriksaan dengan rapi

  • KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

    RESOR LOMBOK BARAT

    STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

    PEMERIKSAAN UPPA

    NO. DOKUMEN SOP-015

    NO. REVISI 00

    HALAMAN 8/9

    TANGGAL TERBIT : 16 April 2018

    5.6 Bersikap ramah dan sopan serta berpakaian rapi pada waktu

    memeriksa

    5.7 Pemeriksa / penyidik menguasai persoalan yang disidik

    5.8 Setelah selesai memeriksa pemeriksa / penyidik memperlihatkan isi

    berita acara pemeriksaan kepada terperiksa

    5.9 Pemeriksa / penyidik dan terperiksa menandatangani berita acara yang

    telah dibuat

  • KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

    RESOR LOMBOK BARAT

    STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

    PEMERIKSAAN UPPA

    NO. DOKUMEN SOP- 015

    NO. REVISI 00

    HALAMAN 9/9

    TANGGAL TERBIT : 16 April 2018

    6. Mekanisme

    Gerung, 16 April 2018

    KASAT RESKRIM

    PRIYO SUHARTONO, S.I.K.

    AKP NRP 86091921

    PEMERIKSA/ PENYIDIK

    PEMERIKSA/ PENYIDIK

    MEMBUAT RENCANA

    PERTANYAAN YANG AKAN

    DITANYAKAN KEPADA

    KORBAN/ PELAPOR/

    TERPERIKSA

    KORBAN / TERPERIKSA

    DIPERIKSA DI RPK

    KORBAN/ PELAPOR/

    TERPERIKSA SESUAI

    DENGAN WAKTU DALAM

    SURAT PANGGILAN ATAU

    KESEPAKATAN

    KHUSUS UNTUK ANAK

    HARUS ADA PENDAMPING

    (ORANG TUA/

    PENGACARA/ BAPAS)

    PENYIDIK MELAKSANAKAN

    PEMERIKSAAN SESUAI

    DENGAN WAKTU DAN

    SURAT PANGGILAN

    UNTUK ANAK BISA

    DENGAN CARA MENGAJAK

    BERMAIN SAMBIL DITANYA

    BERSIKAP RAMAH &

    SOPAN SERTA EMPATI

    TERHADAP KORBAN DAN

    BERPAKAIAN RAPI PADA

    WAKTU MEMERIKSA

    PENYIDIK/ PEMERIKSA

    MENGUASAI PERSOALAN

    YANG DISIDIK

    SETELAH SESUAI MEMERIKSA

    PEMERIKSA/ PENYIDIK

    MEMPERLIHATKAN ISI BERITA

    ACARA PEMERIKSAAN KEPADA

    TERPERIKSA/ KORBAN

    PEMERIKSA/ PENYIDIK &

    TERPERIKSA/ KORBAN

    MENANDA TANGANI BA

    YANG DIBUAT

    UNTUK RIKSA ANAK,

    PENDAMPING JUGA IKUT

    MENANDATANGANI BAP

  • KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

    RESOR LOMBOK BARAT

    STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

    PENERIMAAN LAPORAN POLISI DI

    RPK

    NO. DOKUMEN SOP-PIDUM-014

    NO. REVISI 00

    HALAMAN 1/5

    TANGGAL TERBIT : 16 April 2018

    1. Tujuan

    Untuk digunakan sebagai pedoman bagi petugas Polri dan masyarakat dalam prosedur

    pembuatan laporan polisi perkara tindak pidana secara transparan dan akuntabel.

    2. Pedoman/Acuan

    2.1 Undang-undang No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

    2.2 Undang-undang No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP.

    2.3 Peraturan Kapolri No. Pol 12 tahun 2009 tentang Pengawasan dan Pengendalian

    Penanganan Perkara Pidana di Lingkungan Polri.

    2.4 Juklak dan juknis administrasi penyidikan No.Pol : Skep/1205/IX/2000, tanggal 11

    September 2000.

    2.5 Standart Internasional ISO 9001:2008

    2.6 Peraturan Kapolri No.Pol 10 tahun 2007 tentang Organisasi dan tata kerja Unit

    Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA) di Lingkungan Kepolisian Negara

    Republik Indonesia

    2.7 Peraturan Kapolri No. Pol 3 tahun 2008 tentang Pembentukan Ruang Pelayanan

    Khusus dan Tata cara pemeriksaan saksi dan/atau korban tindak pidana.

  • KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

    RESOR LOMBOK BARAT

    STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

    PENERIMAAN LAPORAN DI RPK

    NO. DOKUMEN SOP-PIDUM-014

    NO. REVISI 00

    HALAMAN 2/5

    TANGGAL TERBIT : 16 April 2018

    3. Pengertian

    3.1 Laporan Polisi adalah laporan tertulis yang dibuat oleh petugas Polri tentang

    adanya pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak atau

    kewajiban berdasarkan undang-undang, bahwa telah atau sedang terjadi

    peristiwa pidana.

    3.2 SPK adalah Sentra Pelayanan Kepolisian pada Polda Jatim.

    3.3 Subbag Renmin adalah Sub bagian perencanaan dan administrasi pada

    Ditreskrim Polda Jatim.

    3.4 Min Sat I Pidum adalah Unit kerja dibidang penata usahaan administrasi

    pada Satuan Pidana Umum Ditreskrim Polda Jatim.

    3.5 UPPA adalah Unit Pelayanan Perempuan dan Anak yang ada di Sat I Pidum

    Ditreskrim Polda Jatim

    3.6 RPK adalah Ruang Pelayanan Khusus pada UPPA

    3.7 Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat

    pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-

    undang untuk melakukan penyidikan

    3.8 Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian negara Republik Indonesia

    yang karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan tugas penyidikan

    yang diatur dalam undang-undang ini

    3.9 Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi

    wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan

    4. Alat

    4.1 Komputer

    4.2 Printer

    4.3 Meja dan kursi tamu

  • KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

    RESOR LOMBOK BARAT

    STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

    PENERIMAAN LAPORAN DI RPK

    NO. DOKUMEN SOP-PIDUM-014

    NO. REVISI 00

    HALAMAN 3/5

    TANGGAL TERBIT : 16 April 2018

    4.4 Meja dan kursi kerja

    4.5 Telepon/Faximile

    4.6 Televisi

    4.7 AC

    4.8 Tempat tidur

    5. Prosedur

    Penerimaan laporan/ pengaduan

    5.1. Korban diterima oleh personil UPPA.

    5.2. Proses pembuatan Laporan Polisi didahului dengan interviu/wawancara dan

    pengamatan serta penilaian penyidik/petugas terhadap keadaan saksi korban.

    5.3. Apabila saksi korban dalam kondisi trauma/stress, penyidik melakukan tindakan

    penyelamatan dengan mengirim saksi korban ke PPT Rumah Sakit Bhayangkara

    untuk mendapatkan penanganan medis-psikis serta memantau perkembangannya.

    5.4. Dalam hal saksi dan/atau korban memerlukan istirahat, petugas mengantar

    keruang istirahat atau rumah aman atau shelter.

    5.5. Apabila korban dalam kondisi sehat dan baik, penyidik dapat melaksanakan

    interviu/wawancara guna pembuatan laporan polisi.

    5.6. Pembuatan laporan polisi oleh petugas UPPA dan bila perlu mendatangi TKP untuk

    mencari dan mengumpulkan barang bukti.

    5.7. Register penomoran laporan polisi ke Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK).

    5.8. Dalam hal saksi dan/atau korban perlu dirujuk ke PPT atau tempat lainnya, petugas

    wajib mengantarkan sampai ke tujuan rujukan dan menyerahkan kepada petugas

    yang bersangkutan disertai dengan penjelasan masalahnya.

    5.9. Dalam hal saksi dan/atau korban selesai dibuatkan laporan polisi dan perlu visum

    maka, petugas mengantarkan saksi dan/atau korban ke PPT untuk mendapatkan

    pemeriksaan kesehatan dan visum.

  • KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

    RESOR LOMBOK BARAT

    STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

    PENERIMAAN LAPORAN DI RPK

    NO. DOKUMEN SOP-PIDUM-014

    NO. REVISI 00

    HALAMAN 4/5

    TANGGAL TERBIT : 16 April 2018

    5.10. Kasus yang tidak memenuhi unsur pidana, dilakukan upaya bantuan melalui

    konseling dan pendekatan psikologis.

    5.11. Setelah menerima STTL ( Surat Tanda Terima Laporan ) dan laporan polisi diberi

    nomor oleh SPK lalu diserahkan ke Renmin Ditreskrim Polda Jatim dan dicatat

    dalam buku register serta selanjutnya diajukan kepada Dirreskrim Polda Jatim guna

    disposisi lebih lanjut.

    5.12. Renmin mencatat kembali disposisi Dirreskrim Polda Jatim tentang penanganan

    laporan/ pengaduan. Bila penanganan laporan/ pengaduan tersebut dilimpahkan ke

    kesatuan wilayah (Polrestabes/ Polres Kota/ Polres) maka pelimpahannya melalui

    Bag Analis Ditreskrim Polda Jatim. dan jika ditangani oleh Sat I Pidum Ditreskrim

    Polda Jatim maka Renmin menyerahkan ke Staf Administrasi Sat I Pidum

    Ditreskrim Polda Jatim.

    5.13. Min Sat I Pidum Ditreskrim Polda Jatim mencatat Laporan Polisi yang diterima

    dalam agenda dan Buku Register B-1, kemudian diajukan ke Kasat I Pidum guna di

    disposisi.

    5.14. Berdasarkan disposisi Kasat I Pidum maka laporan polisi didistribusikan ke Staf Min

    Unit – Unit Sat I Pidum, kemudian dicatat untuk dilakukan lidik/ sidik.

    5.15 Pelapor/ pengadu akan menerima SP2HP (Surat Pemberitahuan Perkembangan

    Hasil Penelitan) selambat – lambatnya 6 (enam) hari setelah Laporan Polisi dibuat.

  • KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

    RESOR LOMBOK BARAT

    STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

    PENERIMAAN LAPORAN DI RPK

    NO. DOKUMEN SOP-PIDUM-014

    NO. REVISI 00

    HALAMAN 5/5

    TANGGAL TERBIT : 16 April 2018

    6. Mekanisme

    Gerung, 16 April 2018

    KASAT RESKRIM

    PRIYO SUHARTONO, S.I.K.

    AKP NRP 86091921

    KORBAN & PENGANTAR/

    PENDAMPING

    KORBAN LAPOR KE SPK KOORDINASI

    DENGAN UPPA

    KORBAN MELAPOR KE

    UPPA DI RPK

    KORBAN DIMINTAKAN

    VER KE RS BHAYANGKARA

    DIBUATKAN LP DAN

    DIBERI TANDA TERIMA

    LAPORAN POLISI

    UPPA MENGANALISA

    LAPORAN KORBAN LALU

    KOORDINASI DENGAN PPT

    UNTUK VER

    DIBUATKAN LAPORAN

    POLISI DAN DIBUATKAN

    SURAT TANDA

    PENERIMAAN LAPORAN

    DENGAN PENOMORAN DI

    SPK

    ADMINISTRASI

    DITRESKRIM MENCATAT

    LAPORAN YANG MASUK

    DALAM BUKU REGISTER

    DIRRESKRIM

    BUAT DISPOSISI LAPORAN

    POLISI UNTUK

    DITERUSKAN KE SATKER

    SP2HP KEPADA PELAPOR/

    KORBAN

    KASAT

    MENERIMA LAPORAN

    POLISI DAN BUAT

    DISPOSISI KE KANIT

    KANIT

    TERIMA LP BUAT

    DISPOSISI KE PENYIDIK

    PENYIDIK/ PENYIDIK

    PEMBANTU

    TERIMA LAPORAN POLISI

    DAN LENGKAPI

    ADMINISTRASI

    PENYELIDIKAN

    SOP PEMERIKSAAN PPA.pdf (p.1-9)SOP TERIMA LP PPA.pdf (p.10-14)