28
SPESIFIKASI TEKNIS Keterangan : - Item pekerjaan yang dipakai adalah hanya item pekerjaan yang terdapat pada Rencana Anggaran Biaya (RAB). Abaikan item pekerjaan yang tidak terdapat dalam RAB. 1. UMUM 1.1. Lingkup Pekerjaan a. Pekerjaan Persiapan b. Pekerjaan Pokok c. Pekerjaan Lain-lain 1.2. Lokasi Pekerjaan Lokasi pekerjaan terletak di Kabupaten Aceh Besar 1.3. Syarat Pemeriksaan Bahan Bangunan Apabila tidak ditentukan lain dalam kontrak maka semua bahan bangunan yang dipakai harus memenuhi persyaratan standar seperti yang tercantum dalam peraturan-peraturan berikut : PUBI- 1982, PBI-1971, PKKI NI-5 dan Peraturan-peraturan lain yang berlaku. 2. PEKERJAAN PERSIAPAN Dalam waktu tidak lebih dari 14 (empat belas) hari sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi rencana kerja terinci meliputi lokasi dan cakupan daerah kerja, jenis pekerjaan, metode kerja, analisa teknik dan peralatan, urutan dan tahapan pekerjaan serta jadwal kerja untuk disetujui Direksi. 2.1. Menghubungi Aparat Desa Penyedia jasa sebelum memulai pekerjaan, bersama direksi harus menghubungi lebih dahulu para Kepala Desa/Aparat Desa lainnya yang berwenang dari wilayah kerjanya untuk memberitahukan kehadiran dan menjelaskan semua rencana kerjanya di daerah tersebut. 2.2. Pengukuran dan Pematokan (Uitzet) Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor terlebih dahulu harus mengadakan pengukuran/uitzet dengan pengawasan Direksi/Pengawas Lapangan. Alat yang dipakai dalam pengukuran ini minimal adalah alat waterpass. Pengikatan dalam pengukuran ini dilakukan terhadap patok-patok tertentu yang berfungsi sebagai titik tetap yang lokasinya akan ditunjukkan oleh Direksi/Pengawas Lapangan. Data ini dapat diperoleh dengan mengajukan permitaan secara tertulis kepada Direksi. Sebelum memulai pengukuran, kontraktor diharuskan untuk memeriksa semua titik-titik tetap ini dan membuat titik tetap tambahan lainnya sedemikian sehingga jarak 2 titik tetap tidak lebih dari 1 kilometer. Ketelitian pengukuran harus selalu dalam batas-batas kesesamaan sebagai berikut : Titik-titik untuk tampang melintang, boleh terletak kurang dari 2 cm dari posisi yang ditentukan, baik dalam arah vertikal maupun horizontal. Pengukuran titik tinggi harus diselesaikan pada sebuah titik tetap atau dibawa kembali ke titik perrtama. Kesalahan penutupan harus kurang dari 10 L mm, dimana L adalah panjang atau jarak sirkuit pengukuran dalam Km.

Spesifikasi Teknis.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • SPESIFIKASI TEKNIS Keterangan : - Item pekerjaan yang dipakai adalah hanya item pekerjaan yang terdapat pada Rencana Anggaran Biaya (RAB). Abaikan item pekerjaan yang tidak terdapat dalam RAB. 1. UMUM 1.1. Lingkup Pekerjaan a. Pekerjaan Persiapan b. Pekerjaan Pokok c. Pekerjaan Lain-lain 1.2. Lokasi Pekerjaan Lokasi pekerjaan terletak di Kabupaten Aceh Besar 1.3. Syarat Pemeriksaan Bahan Bangunan Apabila tidak ditentukan lain dalam kontrak maka semua bahan bangunan yang dipakai harus memenuhi persyaratan standar seperti yang tercantum dalam peraturan-peraturan berikut : PUBI-1982, PBI-1971, PKKI NI-5 dan Peraturan-peraturan lain yang berlaku. 2. PEKERJAAN PERSIAPAN Dalam waktu tidak lebih dari 14 (empat belas) hari sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi rencana kerja terinci meliputi lokasi dan cakupan daerah kerja, jenis pekerjaan, metode kerja, analisa teknik dan peralatan, urutan dan tahapan pekerjaan serta jadwal kerja untuk disetujui Direksi. 2.1. Menghubungi Aparat Desa Penyedia jasa sebelum memulai pekerjaan, bersama direksi harus menghubungi lebih dahulu para Kepala Desa/Aparat Desa lainnya yang berwenang dari wilayah kerjanya untuk memberitahukan kehadiran dan menjelaskan semua rencana kerjanya di daerah tersebut. 2.2. Pengukuran dan Pematokan (Uitzet) Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor terlebih dahulu harus mengadakan pengukuran/uitzet dengan pengawasan Direksi/Pengawas Lapangan. Alat yang dipakai dalam pengukuran ini minimal adalah alat waterpass. Pengikatan dalam pengukuran ini dilakukan terhadap patok-patok tertentu yang berfungsi sebagai titik tetap yang lokasinya akan ditunjukkan oleh Direksi/Pengawas Lapangan. Data ini dapat diperoleh dengan mengajukan permitaan secara tertulis kepada Direksi. Sebelum memulai pengukuran, kontraktor diharuskan untuk memeriksa semua titik-titik tetap ini dan membuat titik tetap tambahan lainnya sedemikian sehingga jarak 2 titik tetap tidak lebih dari 1 kilometer. Ketelitian pengukuran harus selalu dalam batas-batas kesesamaan sebagai berikut :

    Titik-titik untuk tampang melintang, boleh terletak kurang dari 2 cm dari posisi yang ditentukan,

    baik dalam arah vertikal maupun horizontal.

    Pengukuran titik tinggi harus diselesaikan pada sebuah titik tetap atau dibawa kembali ke titik

    perrtama. Kesalahan penutupan harus kurang dari 10 L mm, dimana L adalah panjang atau jarak sirkuit pengukuran dalam Km.

  • Patok-patok yang menunjukkan tinggi akhir dari pekerjaan tanah harus dipasang dengan tidak

    melewati 0,25 cm dari titik tinggi yang benar.

    Garis singgung dan lengkung, perbedaannya dengan yang benar harus kurang dari 2 cm

    terhadap posisi yang benar. Titik untuk bangunan harus terletak tidak lebih dari 0,25 cm dari kedudukan yang sebenarnya, kecuali pada pemasangan baja dan peralatannya memerlukan yang lebih tinggi. Hasil pengukuran uitzet ini, berupa data dan gambar sket hasil pengukuran, harus diserahkan kepada Direksi. Oleh Direksi, hasil ini akan diperiksa. Dan apabila terdapat kesalahan, baik itu pada pengukuran, perhitungan, maupun penggambaran, maka kontraktor harus memperbaikinya sampai betul dan mendapat persetujuan Direksi. Hasil pengukuran uitzet yang benar akan dipakai untuk menentukan trase saluran, tempat bangunan air atau bangunan pelengkap lainnya. Oleh karena itu kontraktor tidak diperbolehkan memulai suatu pekerjaan saluran/bangunan sebelum posisi, ukuran-ukurannya, dan ketinggian-ketinggiannya disetujui oleh Direksi. Pematokan pada as trase saluran dalam pengukuran ini, harus dilakukan pada setiap interval 50 m dan pada setiap belokan dengan menggunakan patok kayu. Pematokan pada lokasi bangunan-bangunan air harus dilakukan dengan menggunakan patok beton. Pada setiap patok yang dipasang agar dicantumkan nomor urut dan elevasi hasil pengukuran. Jika pada waktu pengukuran/uitzet trase saluran dijumpai ketidaksesuaian antara gambar dengan keadaan lapangan, maka kontraktor harus secepatnya melapor kepada direksi untuk mendapat penyelesaiannya. Kontraktor wajib mengadakan pengukuran awal atas biayanya sendiri untuk mempersiapkan gambar pelaksanaan. Pengukuran memanjang maupun melintang pada trase saluran dan bangunan dilakukan sesuai gambar/penyesuaian di lapangan. Jarak patok pengukuran maksimum 30 meter untuk jarak lurus atau kurang dari 30 meter untuk jarak tidak lurus atau daerah bergelombang. 2.3. Pemasangan Profil (bouwplank) Pada setiap pembuatan saluran dan bangunan, kontraktor diwajibkan memasang bouwplank/profil dan mencantumkan elevasi serta nama bangunannya. Pemasangan bouwplank/profil harus berdasarkan peil elevasi ketinggian dari patok pengukuran dan pemasangannya dapat dilaksanakan apabila pengukuran dinyatakan selesai dan benar serta mendapat persetujuan dari Direksi. Bouwplank harus dibuat dari papan kayu kelas III yang lurus dan rata. Pemasangan bouwplank harus didahului dengan pengukuran yang menggunakan alat ukur. Pemasangannya harus cukup kuat. Kebenaran dari pemasangan bouwplank akan diperiksa oleh Direksi. Setelah pemeriksaan ini selesai dan hasilnya benar, barulah pekerjaan saluran atau bangunan dapat dimulai. Bouwplank dibuat dari papan atau bahan lain yang disetujui oleh Direksi. Bentuk dan ukuran harus disesuaikan dengan bentuk bangunan yang akan dibuat. 2.4. Kantor Direksi Kontraktor harus membangun dan melengkapi dengan layak, dan memelihara selama masa Kontrak, bangunan kantor dan sarana tempat tinggal bagi staf dan personil pemberi tugas serta direksi di lapangan,sesuai kebutuhan yang relevan dan sesuai spesifikasi teknik. 2.5. Gudang dan Workshop Kontraktor harus memelihara dan menyediakan satu bangunan untuk gudang dan workshop di lapangan pada tempat yang ditentukan oleh Direksi untuk tempat penyimpanan dan pelaksanaan pekerjaan penunjang yang mendukung pelaksanaan pembangunan. 2.6. Pembuatan Papan Nama Proyek Penyedia jasa wajib membuat 1 (satu) buah papan nama proyek berukuran 50 x 100 cm yang isi tulisan dan penempatannya ditentukan bersama-sama dengan Direksi/Pengawas Lapangan.

  • 2.7. Jalan Masuk dan Jalan Angkut Sementara Kontraktor harus membangun dan merawat semua jalan masuk dan jalan angkut yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan termasuk drainase, jembatan, gorong-gorong dan sejenisnya yang berhubungan dengannya. Setelah pekerjaan selesai jalan tersebut harus diserahkan kepada Pimpinan Proyek atau jalan tersebut harus dibongkar dan daerah itu dipulihkan sesuai dengan ketentuan yang ada atau seperti diperintahkan Direksi jalan-jalan yang digunakan sebagai jalan masuk sementara harus ditingkatkan, dirawat dan selanjutnya direhabilitasi oleh kontraktor sesuai dengan ketentuan Direksi dan Pemerintah Daerah. Jalan-jalan masuk sementara yang perlu dibangun harus memenuhi kemiringan dan lebarnya cukup sehingga bisa dilalui dengan leluasa oleh kendaraan proyek. Dalam waktu tidak lebih dari 30 (tiga puluh) hari sebelum kontraktor bermaksud mulai membangun jalan masuk sementara atau jalan angkut sementara atau bagian dari padanya, kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi untuk mendapat persetujuannya rencana pembangunan secara rinci yang mencakup :

    Lokasi, tata letak dan lintasan jalan-jalan tersebut

    Rincian desain jalan termasuk lebar, kemiringan dan lain-lain dan rincian dari semua drainase

    dan fasilitas penyeberangan yang berkaitan

    Bahan untuk membangun jalan dan darimana asalnya

    Metode kerja dan jadwal pekerjaan membangun jalan

    Pembuatan jalan masuk dan jalan angkut hanya bisa dimulai setelah mendapat persetujuan Direksi. Persetujuan Direksi tidak membebaskan kontraktor dari kewajiban dan tanggun jawabnya yang tercantum dalam kontrak. 2.8. Pekerjaan Sementara untuk Mengendalikan Air (Dewatering) Kontraktor harus mendesain, membangun dan merawat semua pekerjaan sementara untuk mengoperasikan air dan pengeringan (dewatering) dan harus menyediakan, memasang, mengoperasikan dan merawat peralatan pemompaan dan perlengkapan lain untuk mengalihkan air dari daerah kerja sehingga pekerjaan bisa dilaksanakan dengan baik. Kontraktor harus memperbaiki atas biaya sendiri semua kerusakan yang timbul akibat gagalnya pekerjaan sementara untuk mengendalikan air. Semua pekerjaan sementara tersebut di atas harus mendapat persetujuan Direksi dan harus dibongkar pada saat yang disetujui Direksi setelah kegunaannya dianggap selesai. 3. PEKERJAAN GALIAN DAN BONGKARAN 3.1. Cakupan pekerjaan Yang dimaksud dengan penggalian mencakup semua pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan berikut :

    Pembersihan, pencabutan dan pengupasan

    Pemotongan

    Penggalian Parit

    Penggalian tempat pengambilan batu gunung dan bahan bangunan batu kali, pasir dan tanah

    Penggalian lain yang diperintahkan Direksi.

    3.2. Perencanaan dan Persetujuan untuk Mulai Pekerjaan Dalam waktu tidak lebih dari 30 (tiga puluh) hari sebelum pekerjaan penggalian dimulai, kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi rencana kerja terinci meliputi lokasi dan cakupan daerah kerja, jenis pekerjaan penggalian, metode kerja dan peralatan, urutan dan tahap pekerjaan serta jadwal

  • kerja untuk mendapat persetujuan. Persetujuan Direksi tidak membebaskan kontraktor dari tanggung jawab kontraktor menyangkut keamanan pekerjaan dan kerusakan terhadap pekerjaan atau pihak ketiga yang timbul akibat pekerjaan kontraktor. 3.3. Pembuangan dan Penggunaan Hasil Galian Hasil galian mungkin terdiri atas dua jenis bahan yaitu bahan yang bisa digunakan dalam pembangunan selanjutnya dan bahan yang tidak bisa dimanfaatkan dan harus dibuang di tempat pembuangan. Pemanfaatan hasil galian untuk bahan bangunan harus mendapat persetujuan Direksi. Metode penggalian harus sedemikian rupa sehingga sebanyak mungkin hasil galian bisa dimanfaatkan untuk bahan bangunan. Kontraktor boleh menggunakan hasil galian yang akan dibuang untuk dimanfaatkan sebagai bahan bangunan untuk bangunan sementara seperti misalnya jalan sementara, perkerasan di daerah gudang sementara dan lain sebagainya. Hasil galian yang tidak bisa dimanfaatkan harus dibuang ke tempat pembuangan yang ditentukan oleh Direksi. Cara pembuangan bahan galian harus mengikuti cara yang ditentukan oleh Direksi. Pembuangan hasil galian ke sungai atau di luar daerah yang ditentukan tidak diperbolehkan dan kontraktor harus menanggung kerugian yang timbul akibat pembuangan yang tidak memenuhi ketentuan Direksi kepada pihak ketiga. 3.4. Penggalian dalam Air Sebagian kecil penggalian bendungan pengelak (cofferdam) dan saluran pengelak mungkin harus dilakukan di dalam air. Kontraktor harus menggunakan metode dan peralatan yang sesuai dan untuk itu kontraktor harus sudah memperhitungkannya dalam harga satuan yang diusulkannya. 3.5. Klasifikasi Penggalian Untuk keperluan penghitungan dan pembayaran penggalian dibagi menjadi tiga macam. 3.5.1. Penggalian Batu Penggalian batu adalah penggalian batu atau bahan alam lainnya yang tidak dapat dikerjakan dengan alat pemindah tanah konvensional dan tidak dapat dibongkar dengan cara menggaru (ripping) menggunakan traktor Caterpillar D8 atau ekuivalennya yang dilengkapi dengan garu tunggal, maka dari itu untuk membongkar bahan alam ini harus digunakan ledakan. 3.5.2. Penggalian Batuan Lapuk Batuan lapuk adalah bahan alam yang penggaliannya tidak bisa dilakukan dengan alat pemindahan tanah konvensional dan harus menggunakan traktor Caterpillar D8 atau ekuivalen dilengkapi dengan garu tunggal. Apabila untuk menggali bahan yang sebenarnya bisa digaru tetapi kontraktor memilih menggunakan peledakan maka pembayarannya dianggap sebagai penggalian batuan lapuk. Bahan ini mungkin akan ditemukan di portal terowongan dan mungkin di saluran pengelak dan di daerah bendungan utama. 3.5.3. Penggalian Tanah Penggalian tanah meliputi penggalian dan pemindahan semua jenis hasil pelapukan atau tanah terangkut yang tidak termasuk dalam dua macam penggalian terdahulu, bahan ini dapat digali dan dipindahkan dengan alat konvensional tanpa ledakan atau penggaruan. Bahan yang termasuk di dalam kelompok tetapi tidak terbatas antara lain semua jenis tanah, lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal, dan bongkah lepas atau batuan lepas yang volumenya kurang dari 1 m3. Penggalian dan pemindahan semua tanah terangkut, tanah organik, kayu, sisa tumbuhan dan sejenisnya yang tersisip diantara tanah asli. 3.6. Pekerjaan Bongkaran

  • Pekerjaan bongkaran yang dilaksanakan oleh pihak kontraktor harus dilakukan dengan hati-hati. Hasil bongkaran tidak boleh dipergunakan kembali. Apabila dalam bongkaran terdapat bahan bangunan seperti besi, bekas pintu air dan lain-lain harus diserahkan kepada pihak direksi. 4. PEKERJAAN TIMBUNAN 4.1. Cakupan pekerjaan Pekerjaan yang tercakup dalam Bab ini dengan judul di atas meliputi semua pekerjaan tanah dan pekerjaan yang terkait yang merupakan permanen atau diperlukan dalam kaitannya dengan pekerjaan permanen yang tidak secara khusus diuraikan dalam Bab lain dalam Spesifikasi Teknis ini. Pekerjaan ini meliputi tidak terbatas pada :

    Penimbunan kembali bangunan

    Stabilisasi timbunan

    Pertamanan (landscaping) dan pekerjaan restorasi termasuk penggalian

    dan/atau penimbunan, pemasangan tanah penutup (top soilling) dan penanaman rumput.

    Pembuatan dan pemeliharaan tempat penimbunan dan tempat

    pembuangan sisa galian (soil bank)

    Pekerjaan tanah lain seperti ditunjukkan dalam gambar atau diperintahkan

    Direksi. 4.2. Bahan-bahan Timbunan tanah bisa terdiri atas bahan aluvium, bahan kolovium, bahan batuan lapuk residual dari galian, tanah dari tempat pengambilan tanah atau kupasan tanah penutup. Bahannya harus bergradasi baik, berupa campuran homogen antara lempung lanau, pasir dan kerikil dengan komposisi yang ditentukan di bawah ini. Komposisi tersebut bisa diubah sesuai keperluan seperti ditunjukkan dalam gambar atau seperti diperintahkan Direksi. Bahan untuk pekerjaan tanah umum berasal dari hasil galian dari berbagai bagian pekerjaan permanen; tempat pengambilan tanah (borrow area); tanah residual; endapan aluvium dan kolovium; lombong batu di batuan lapuk; bahan dari lombong batu, atau hasil pengolahan dari bahan tersebut di atas atau kombinasinya. Gradasi tanah timbunan harus bergradasi baik (well graded) dalam batasbatas berikut :

    Ukuran maksimum tidak lebih dari 20 cm, kecuali kalau ditentukan lain;

    Bahan harus mengandung bagian yang lolos saringan No. 4 (47,6 mm)

    tidak kurang dari 50% sampai 100%;

    Bahan harus mengandung butiran berukuran lempung (0,002 mm) tidak

    lebih dari 50%. Indeks Plastisitas (PI) bahan yang ditentukan dengan ASTM Standards D 423 dan D 424, tidak kurang dari 10 dan tidak lebih dari 30. 4.3. Pekerjaan Sampai Garis, Permukaan dan Elevasi yang ditentukan Kontraktor harus mengerjakan semua pekerjaan tanah sampai mencapai garis, elevasi atau dimensi yang ditunjukkan dalam gambar atau seperti

  • diperintahkan atau disetujui Direksi. Rincian pekerjaan ini tidak selalu ditunjukkan secara lengkap dalam gambar kontrak, dalam hal itu rinciannya harus mengikuti perintah Direksi dalam bentuk gambar kerja tambahan atau perintah tertulis di lapangan sesuai dengan ketentuan dan Spesifikasi Umum dan Syarat-syarat Kontrak, dan disetujui Direksi, dan bisa diubah atau dimodifikasi bilamana perlu menurut pendapat Direksi. 4.4. Penyiapan Fondasi Kecuali bila ditentukan lain dalam gambar atau diperintahkan oleh Direksi, fondasi pekerjaan urugan (embankment) atau timbunan harus dibersihkan, dibongkar dan dikupas sesuai dengan ketentuan mengenai pekerjaan tersebut yang ditentukan dalam Spesifikasi ini. Semua depresi besar, ketidak-teraturan, dan rongga di fondasi dan bekas-bekas sumuran uji atau galian lain yang lebih dalam dari galian yang ditunjukkan gambar, harus ditimbun kembali sesuai perintah Direksi dengan bahan yang sama dengan timbunan di atasnya, dan dipadatkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk timbunan yang bersangkutan. Menjelang penghamparan lapisan pertama bahan timbunan, permukaan fondasi harus dibersihkan dari semua bahan-bahan lepas dan benda-benda lain yang tidak pada tempatnya. Semua air yang ada di tempat tersebut harus disingkirkan dengan cara yang disetujui Direksi. Apabila perlu, permukaan fondasi harus dibasahi sebelum ditimbun untuk mendapatkan ikatan yang baik dengan lapisan timbunan pertama. Setiap pekerjaan penimbunan untuk pekerjaan permanen hanya boleh dimulai setelah mendapat persetujuan Direksi. 4.5. Pemadatan Segera setelah penempatan setiap lapisan, timbunan harus dipadatkan menggunakan self propelled tamping roller atau alat sepadan sehingga menjadi lapisan yang seragam kepadatannya. Jumlah lintasan alat pemadat akan ditentukan Direksi berdasar hasil uji kontrol yang akan dilakukan selama konstruksi. Direksi tetap berhak merubah jumlah lintasan alat pemadat setiap saat selama konstruksi, tergantung hasil uji kontrol. Tidak akan ada penyesuaian pembayaran untuk bahan kalau Direksi memerintahkan penambahan atau pengurangan jumlah lintasan. Jenis alat pemadat yang akan dipakai kontraktor harus disetujui Direksi, beban, operasi dan kecepatan alat tersebut harus dapat mencapai tingkat keseragaman dan kepadatan sesuai ketentuan Direksi. Apabila digunakan lebih dari satu alat pemadat, maka alat pemadat yang dipakai harus sejenis dengan berat, dimensi dan ciri operasi yang sama. Jika pekerjaan penimbunan diberhentikan karena akan turun hujan, permukaan timbunan atau urugan harus dimiringkan dan dihaluskan untuk melancarkan drainase. Sebelum penempatan dan pemadatan lapisan selanjutnya, permukaan harus digaru dan diatur kandungan airnya sesuai ketentuan yang berlaku. 5. PEKERJAAN TIMBUNAN KEMBALI 5.1. Cakupan pekerjaan Kontraktor harus menimbun macam-macam bangunan baik bangunan permanen maupun pekerjaan lain seperti ditunjukkan dalam gambar atau seperti diperintahkan Direksi. Penimbunan kembali harus dilakukan dengan bahan yang bisa dibagi dalam 3

  • jenis berikut : 1. Timbunan Acak (random backfill, ordinary backfill); 2. Timbunan Kedap (impervious backfill); 3. Timbunan Lulus (free draining backfill); Tergantung lokasi, jenis, fungsi bangunan atau pekerjaan. Bahan timbunan harus dari jenis, dan dengan permukaan dan dimensi seperti ditunjukkan dalam gambar atau seperti diperintahkan Direksi sesuai dengan ketentuan berikut. Apabila jenis bahan timbunan tertentu tidak ditentukan dalam gambar atau bahannya hanya ditentukan sebagai timbunan atau timbunan biasa maka bahan seperti itu harus diartikan sebagai timbunan acak seperti ditentukan berikut. 5.2. Bahan-bahan Persyaratan bahan harus memenuhi ketentuan berikut, kecuali apabila ditentukan lain oleh Direksi : 1. Timbunan Acak Timbunan acak terdiri atas bahan yang sesuai dengan persyaratan untuk Timbunan tanah umum yang ditentukan dalam Sub-Bab 20.2.1 dan Sub- Bab 20.2.2, dengan modifikasi ukuran butir maksimum 10 cm kecuali diperintahkan lain oleh Direksi. 2. Timbunan Kedap Timbunan kedap terdiri atas bahan yang sama dengan bahan inti bendungan seperti ditentukan dalam Spesifikasi ini. 3. Timbunan Lulus Timbunan lulus harus diseleksi dari bahan berderai (granular) yang bisa didapat dari kerikil sungai yang bersih atau hancuran batu dari lombong, dicuci dan diayak bila perlu, sampai bergradasi baik dengan batas ukuran butir sebagai berikut :

    Ukuran butir maksimum 15 cm;

    Bagian yang lolos dari saringan no. 4 (4,76 mm) tidak kurang dari 15%

    dan tidak lebih dari 75%;

    Bagian yang lolos dari saringan no. 200 (0,074 mm) tidak lebih dari 5%.

    Bahan ini harus bebas dari lempung. 5.3. Penempatan dan Pemadatan Pemilihan, penempatan dan penyebaran bahan timbunan harus sedemikian rupa sehingga penyebearan dan gradasi timbunan seluruhnya tidak mengandung lensa, kantong atau lapisan yang terdiri atas bahan yang tekstur, gradasi, kandungan air atau kepadatannya sangat berbeda dengan bahan di sekitarnya. Timbunan harus dipadatkan dengan menggunakan alat yang sesuai dengan ruang kerja yang tersedia dan alat yang digunakan harus mendapat persetujuan Direksi. Bahan timbunan harus ditempatkan secara menerus, kurang lebih horizontal dengan ketebalan yang memungkinkan tercapainya kepadatan sesuai dengan Sub-Bab 20.3.3 di seluruh lapisan. Ketebalan lapisan sebelum dipadatkan tidak boleh lebih dari 20 cm, kecuali ditentukan lain oleh Direksi.

  • 5.4. Pekerjaan Penyimpanan Sementara dan Pembuangan Kontraktor harus mengelola tempat-tempat pembuangan dan penyimpanan sementara untuk bahan galian yang tidak bisa dipakai yang berasal dari penggalian, tempat pengambilan tanah atau lombong batu atau tempat untuk menyimpan sementara bahan galian yang akan dipakai untuk pekerjaan yang tidak dapat secara spesifik dimasukkan dalam pekerjaan tertentu. Tempat dan luas daerah pembuangan dan penyimpanan sementara tersebut harus seperti ditunjukkan dalam gambar atau seperti diperintahkan atau disetujui Direksi. Tempat pembuangan atau penyimpanan sementara yang ditunjukkan dalam gambar atau diperintahkan Dreksi harus dibersihkan dari tanaman dan tanah penutup dengan cara yang berlaku dalam Spesifikasi Teknik ini. Pengupasan hanya perlu dilakukan apabila dianggap perlu oleh kontraktor, atau diperintahkan Direksi untuk mencegah kontaminasi terhadap bahan atau untuk menjamin stabilitas buangan dan/atau simpanan sementara. Apabila diperlukan, pengupasan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan mengenai pengupasan yang berlaku dalam Spesifikasi Teknik ini. Daerah pembuangan dan penyimpanan umumnya harus diratakan dan dipotong sehingga terbentuk permukaan yang teratur sesuai denga ketentuan Direksi. Bahan buangan atau simpanan sementara di dekat sungai, alur, saluran atau bangunan drainase permanen harus terlindung dari erosi oleh aliran sungai atau air permukaan, disamping itu harus disediakan sarana untuk mengatur atau membelokkan aliran untuk mencegah kontaminasi di jalan air tersebut. Pekerjaan ini meliputi tetapi tidak terbatas pada pembuatan saluran gendong (catch drain), saluran elak, mulut saluran buang (outfall), talang dan goronggorong untuk drainase di sekitar atau melalui daerah pembuangan dan penyimpanan. Bangunan pelindung erosi di tempat pembuangan permanen harus berupa bangunan permanen. Tempat buangan harus dibangun sesuai gambar atau seperti diperintah Direksi. Apabila ditentukan, ditunjukkan dalam gambar atau diperintahkan Direksi bahan buangan harus ditempatkan secara berlapis-lapis secara teratur dan dipadatkan dengan alat pemadat atau dengan cara yang diperintahkan atau disetujui Direksi. Permukaan buangan permanen yang sudah selesai diurug harus rata dan rapih dan harus dimiringkan untuk drainase sesuai perintah atau persetujuan Direksi, dan harus dirawat agar rapih dan teratur, serasi dengan bentang alam sekitarnya. Apabila ditunjukkan dalam gambar atau diperintahkan Direksi, tempat buangan permanen harus ditutupi tanah penutup dan ditanam rumput, semak atau pohon. 6. PEKERJAAN GEBALAN RUMPUT 6.1. Cakupan pekerjaan Pekerjaan ini akan terdiri dari penyediaan lempeng-lempeng rumput dan menanamnya untuk memberikan suatu lapisan rumput yang mantap dan subur yang akan mempertahankan pertumbuhannya dalam setiap cuaca dan mencegah erosi dari bahan dimana ditanamkan. 6.2. Bahan-bahan Rumput dalam lempengan yang akan digunakan pada suatu tempat/lokasi harus merupakan jenis-jenis yang berasal dari daerah tersebut. Rumput ini harus tidak berbahaya dan tidak menusuk pada orang dan binatang dan tidak dari suatu jenis yang diakui sebagai suatu gangguan terhadap pertanian.

  • Rumput ini harus bebas dari penyakit dan rumput berbahaya dan harus berakar dalam. Lempengan-lempengan harus dipotong dengan sistem akarnya utuh dan diambil bilamana tanah tersebut basah atau telah diairi secara bantuan. Lempengan harus ditumpuk pada rak-rak dalam lapisanlapisan bersama dengan sebanyak mungkin uap lembab. Lempenganlempengan tersebut harus dilindungi dari matahari dan angin dan diberi air setiap 4 jam. Lempengan-lempengan tersebut harus ditanam dalam waktu 2 (dua) hari setelah dipotong. 6.3. Pelaksanaan Kontraktor harus memasang gebalan rumput untuk perlindungan lereng, urugan atau galian seperti ditunjukkan dalam gambar atau diperintahkan oleh Direksi. Gebalan yang dipakai harus bermutu baik untuk ukuran daerah itu. Batang dan akar rumputnya harus sehat dan rumputnya didapat dari tanaman yang tanahnya tebal dan berasal dari daerah yang lingkungannya sama dengan daerah tempat gebalan akan dipasang. Gebalan harus bebas dari gulma dan tanaman lain yang tidak dikehendaki. Ketika gebalan dipotong, tinggi rumput tidak boleh lebih dari 10 cm, dan gebalannya waktu akan ditanam harus mempunyai lapisan tanah yang memadai dan menempel di akar rumput. Gebalan harus dipasang di tempat yang direncanakan dalam waktu 24 jam setelah dipotong. Gebalan yang sudah ditanam harus disiram air menggunakan alat yang sesuai dan disetujui Direksi. Kontraktor harus memelihara, termasuk menyiram air bila perlu dan melindungi gebalan yang sudah dipasang selama pertumbuhan rumput. Apabila tumbuh gulma atau tumbuhan lain yang mengganggu pertumbuhan rumput, maka gulma dan tumbuhan tersebut harus disingkirkan. 7. PEKERJAAN BETON 7.1. Umum Bab ini meliputi penyediaan semua bahan-bahan, tenaga dan peralatan yang diperlukan untuk menghasilkan semua beton yang di-cor langsung di tempat sesuai yang tercantum di dalam kontrak. 7.2. Semen Semua semen harus digunakan Semen Portland yang memenuhi syaratsyarat yang tercantum pada ASTM C.150-89 Type-I. Semen harus senantiasa terlindung dengan baik dari hujan dan lembab, dan setiap bagian semen yang telah rusak oleh lembab atau tidak memenuhi persyaratan yang tersebut di atas harus ditolak dan disingkirkan dari lokasi pekerjaan. Semen yang oleh kontraktor telah disimpan selama lebih dari 60 (enam puluh) hari harus memperoleh persetujuan konsultan terlebih dahulu sebelum dipergunakan pada pekerjaan. Semen-semen yang berbeda merek, jenis atau berasal dari pabrik yang berbeda harus disimpan secara terpisah. Penggunaan semen sisa yang dikumpulkan dari kantong-kantong bekas atau kantong-kantong yang telah dibuang tidak diperbolehkan. 7.3. Air Air yang dipergunakan pada pengadukan dan perawatan beton atau tujuan lainnya harus bersih dan bebas dari minyak, garam-garam, asam, alkali, gula, rumput, atau bahan-bahan lain yang merusak beton dan tulangan. Air tidak boleh mengandung lebih dari 1000 ppm sulfat dalam bentuk SO3 atau 500

  • ppm chlorida asam dalam bentuk Cl. Apabila sumber air adalah suatu anak sungai yang telah disetujui atau sumber lainnya, maka tempat pengambilan harus ditutup sedemikian rupa sehingga pasir, lumpur, rumput atau bahanbahan asing lainnya tidak dapat ikut ke dalam air. Air yang digunakan juga harus memenuhi persyaratan Pasal 3.6. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1971-NI.2. 7.4. Agregat Agregat beton harus memenuhi semua syarat-syarat yang tercantum di dalam ASTM C.33-90 dan Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1971-NI.2, Pasal 3.3, 3.4 dan 3.5. 7.4.1. Agregat Halus Agregat halus harus berupa pasir alam yang bersih dan tajam serta bebas dari bahan-bahan organis atau kotoran-kotoran lain. 7.4.2. Agregat Kasar Agregat kasar untuk beton harus terdiri atas batu pecah, kerikil, terak tanur tinggi, atau bahan keras lainnya yang disetujui, yang memiliki kesamaan karakteristik berupa butir-butir yang bersifat tahan lama, bebas dari selaput lekat yang tidak diinginkan, lempung dan kotorankotoran lainnya. Batu pecah atau kerikil pecah harus digunakan pada pembuatan beton. 7.4.3. Batu Belah Batu untuk beton siklop, pasangan batu atau pasangan batu kosong, harus memiliki mutu yang telah disetujui, kuat dan tahan lama dan bebas dari pembelahan-pembelahan, bidang sambungan, retakanretakan dan cacat struktural lainnya, atau ketidak sempurnaan yang cenderung merusak daya tahannya terhadap cuaca. Batu itu harus memiliki permukaan yang bulat, lusuh, atau lapuk. Semua batu yang lapuk harus ditolak. Batu-batu itu harus dijaga sedemikian rupa hingga bebas dari kotoran, minyak atau bahan-bahan perusak lainnya yang dapat mengganggu daya lekat adukan. Paling lambat 28 hari sebelum mulai dengan pengadukan beton untuk yang pertama kali, kontraktor harus menyerahkan data secara lengkap tentang masing-masing sumber agregat yang diajukan kepada konsultan untuk mendapat persetujuan. Data-data yang diserahkan harus memuat paling sedikit :

    Lokasi sumber agregat

    Sertifikat yang dikeluarkan oleh sebuah laboratorium yang

    independen, yang menyatakan bahwa masing-masing sumber agregat memenuhi syarat-syarat yang tercantum didalam ASTM C.33-90 dan Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1971-NI.2 Pasal 3.3, 3.4, dan 3.5 beserta data-data asli geologi.

    Bukti-bukti tertulis yang menunjukkan bahwa leveransir agregat

    sanggup memenuhi kebutuhan akan jumlah bahan yang diperlakukan selama masa pelaksanaan pembangunan.

    Data-data instalasi pemecah dan penyaring yang digunakan untuk

    menghasilkan agregat kasar. Kontraktor harus menggunakan agregat yang sudah disetujui oleh konsultan/Direksi untuk semua pekerjaan beton.

  • 7.5. Bahan Tambahan Bahan tambahan tidak boleh dibubuhkan pada adukan beton manapun apabila tidak tercantum keharusan untuk itu atau tanpa memperoleh ijin tertulis dari Direksi. Setiap permohonan ijin penggunaan bahan tambahan harus dilampiri dokumen-dokumen yang menjelaskan keuntungan yang akan diperoleh ataupun pengaruhnya terhadap adukan beton yang akan dipergunakan. Apabila memang ada ketetapan yang mengharuskan penggunaannya, maka bahan tambahan harus dipergunakan betul-betul sesuai dengan petunjukpetunjuk pabriknya dan atas perintah dari direksi. Semua bahan tambahan harus memenuhi segala persyaratan yang tercantum di dalam ASTM C. 494-86. Walaupun penggunaan bahan tambahan telah disetujui, tetapi kontraktor dan leveransirnya tetap harus bertanggung jawab atas mutu beton yang dipergunakan dalam pekerjaan ini. 7.6. Penimbunan/Penyimpanan Bahan 7.6.1. Semen Semen harus disimpan di dalam ruangan yang layak dan tidak terpengaruh oleh cuaca, ditempatkan pada lantai papan yang tidak terletak langsung pada tanah. Ruangan tersebut harus sedemikian rupa sehingga sirkulasi bebas udara disekitar kantong-kantong semen adalah seminim mungkin. Semua semen yang menjadi lembab, mengerak atau menggumpal tidak boleh dipergunakan. Kegiatan penakaran bahan adukan beton harus diorganisasikan sedemikian rupa hingga semen yang paling lama berada di lokasi harus dipergunakan terlebih dahulu. Semen yang telah berumur 6 bulan atau lebih sejak pembuatannya di pabrik sama sekali tidak boleh dipergunakan. 7.6.2. Agregat Agregat harus disimpan sedemikian rupa sehingga senantiasa bersih dan bebas dari pencemaran dan terlindung dari pemisahanpemisahan. Apabila tidak ada lantai keras yang bersih untuk penimbunan, maka bagian timbunan yang langsung berhubungan dengan tanah setebal 150 mm tidak boleh dipergunakan. Timbunantimbunan agregat yang berbeda ukurannya harus dijaga agar senantiasa terpisah satu dengan lainnya dan agar tetap bersih selama musim hujan agregat harus sudah ditimbun sebelum musim tersebut tiba. 7.7. Penakaran dan Pengadukan 7.7.1. Penakaran Penakaran bahan-bahan beton harus dilakukan pada suatu instalasi takar. Peralatan yang digunakan untuk mengukur volume bahanbahan bangunan itu harus dapat mengukur dengan cara yang cocok dan positif untuk menentukan jumlah yang dipergunakan pada setiap takaran.

    Semen Portland

    Semen portland kantongan ataupun dalam keadaan bubuk boleh dipergunakan. Seluruh semen harus ditakar pada suatu alat ukur volume yang telah disetujui. Ketepatan penakaran diijinkan lebih atau kurang 5 persen dari volume yang diinginkan.

  • Air

    Air boleh diukur dengan berat volume. Kesalahan pengukuran tidak boleh lebih dari 1 persen. Apabila pengukuran air bukan dengan menimbang, maka peralatan ukur harus mempunyai sebuah tangki pelengkap darimana tangki ukur akan diisi. Tangki ukur harus dilaksanakan dengan pengukuran katup dan katup disebelah luar sehingga dapat diadakan pengukuran tinggi air, kecuali ada sarana lain untuk menetapkan dengan teliti jumlah air di dalam tangki itu. Volume tangki pelengkap paling sedikit harus sama dengan volume tangki ukur.

    Agregat

    Semua agregat yang dihasilkan atau diolah dengan metode hidrolis dan agregat yang telah dicuci, harus ditimbun atau disimpan untuk jangka waktu paling sedikit 12 jam sebelum ditakar sebagai tindakan untuk pengeringan air. Apabila kadar air agregat tersebut sangat tinggi atau seragam, direksi dapat menetapkan masa penyimpanan atau penimbunan yang lebih dari 12 jam. Penakaran harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tercapai ketelitian dengan toleransi 10 persen dari volume bahan yang diinginkan. 7.7.2. Pengadukan Beton harus diaduk pada sebuah alat pengadukan yang telah mendapat persetujuan. Apabila yang akan digunakan adalah sebuah alat aduk tunggal maka alat tersebut harus berkapasitas aduk 1 meter kubik. Apabila kapasitas nominal alat aduk tersebut kurang dari 1 meter kubik, maka harus disediakan dua instalasi yang sama. Semua alat aduk harus berpenggerak motor dan harus mempunyai kapasitas aduk nominal minimum lebih besar dari 0,4 meter kubik. Bahan yang sudah ditakar harus dimasukkan ke dalam bejana putar sedemikian rupa sehingga sebagian air akan masuk lebih dulu dari semen dan agregatnya. Aliran air harus seragam dan pada saat 15 detik pertama dari masa aduk tersebut berakhir maka semua air harus sudah berada di dalam bejana putar. Masa aduk dihitung sejak semua bahan kecuali air telah masuk ke dalam bejana putar. Waktu aduk tidak boleh kurang dari 60 detik untuk pengaduk berkapasitas 1m5 meter kubik atau tidak boleh kurang dari 90 detik. Apabila penghitungan waktu dimulai pada saat pencurah bahan mencapai posisi tegak maksimum, maka harus ditambahkan 4 detik kepada waktu aduk yang telah ditetapkan sebelumnya. Waktu aduk berakhir pada saat corong curah adukan membuka. Pengadukan harus berlanjut terus sampai semua bahan-bahan itu tercampur dengan seksama dan merata serta adukan beton berwarna dan betekstur seragam. Sebelum diisi kembali, maka seluruh adukan harus sudah dikeluarkan dari pengaduk. Adukan-adukan beton harus kelihatan sama diantara satu dengan lainnya. Pengaduk harus dioperasikan dengan kecepatan bejana putar seperti tercantum pada label dari pabrik yang menempel pada pengaduk. Setiap bagian adukan beton yang mengalami masa pengadukan kurang dari waktu yang ditetapkan akan ditolak dan harus dibuang oleh kontraktor tanpa memperoleh ganti rugi. Personil yang bertanggung jawab atas pelaksanaan operasi

  • takar aduk beton harus orang-orang yang terlatih dan berpengalaman di dalam pembuatan beton dengan metoda ini. 7.8. Persiapan Fondasi Beton Sebelum beton dicor kontraktor harus membersihkan seluruh permukaan galian pondasi dari minyak, selaput-selaput yang tidak diinginkan, fragmen batu yang lepas-lepas atau tidak utuh, tanah, lumpur dan air menggenang atau mengalir sedemikian rupa sehingga memuaskan direksi dan demikian pula kontraktor harus menjaga agar permukaan-permukaaan tetap bebas dari air selama pengecoran berlangsung. Pengecoran sama sekali tidak boleh dilaksanakan sebelum direksi memeriksa dan memberikan persetujuan mengenai dasar pondasi itu. Apabila adukan beton dicor terhadap dinding tanah atau material lainnya yang cenderung untuk jatuh atau longsoran, tindakan-tindakan harus diambil untuk mencegah jatuhnya material tersebut ke atas beton yang masih basah. Apabila terjadi kejatuhan bahan, maka semua bagian beton yang terkena pengotoran harus dibuang dan diganti tanpa memperoleh biaya tambahan. Sesaat sebelum beton di cor pada permukaan batu, permukaan tersebut harus dibersihkan dengan teliti dengan menggunakan semprotan air berkecepatan tinggi atau cara lain yang dapat diterima oleh direksi. Kecuali ditetapkan lain oleh direksi, suatu adukan semen kental harus disapukan ke atas permukaan yang telah bersih tersebut dengan mempergunakan sebuah sapu yang kaku. Adukan tersebut harus memiliki perbandingan pasir, semen dan jumlah bahan pembantu yang sama dengan yang dimiliki oleh beton yang akan digunakan. Lapisan adukan semen di atas tidak diperlukan apabila ada ketentuan untuk memasang lantai kerja beton atau lapisan pelindung pondasi lainnya pada permukaan batu tersebut. Untuk pondasi di atas tanah, pertama harus dipasang lantai kerja beton minimum 100 mm sebagai persiapan pengecoran beton pondasi, dan permukaan atasnya harus dibuat kasar untuk menjamin ikatan dengan dasar pondasi sebagaimana yang tercantum di dalam gambar. Apabila beton harus dicor di atas bahan yang airnya selalu mengalir, maka lapisan penghantar harus dipasang untuk mencegah adukan semen rterserap keluar dari beton. Jenis-jenis dan ketentuan mengenai lapisan penghantar akan dipertimbangkan, tetapi usulan kontraktor harus memperoleh persetujuan dari konsultan terlebih dahulu. Semua biaya yang dikeluarkan guna mempersiapkan pondasi untuk pengecoran, terkecuali pemasangan lantai kerja beton pada tanah dasar lunak seperti ditentukan di atas, harus sudah tercakup di dalam harga satuan beton yang tercantum di dalam kontrak. 7.9. Pengecoran Kontraktor harus mengecor dan merawat keras beton sesuai dengan cara-cara yang tercantum di dalam ACI 318M-89 Chapter 5 dan syarat-syarat yang tercantum di dalam PBI-1971-NI-2 serta syarat-syarat di dalam pasal ini. 7.9.1 Persetujuan Direksi harus diberitahu mengenai pengecoran beton 48 jam sebelum pekerjaan itu dimulai. Sebelum persetujuan akhir dari direksi diperoleh maka dengan alasan apapun sama sekali tidak diperkenankan untuk melaksanakan pengecoran. Semua ijin dan persetujuan pengecoran harus tertulis dan ditanda-tangani oleh kontraktor dan pengawas. 7.9.2 Pengangkutan dan Pengecoran Beton

  • Pengecoran beton pada posisi akhirnya harus selesai dalam waktu satu jam sejak air dicampurkan kepada semen dan agregat di instalasi aduk takar. Pengecoran harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga dapat dihindari penundaan pengecoran lapisan adukan baru di atas lapisan sebelumnya. Suatu lapisan beton baru tidak boleh di cor di atas lapisan di bawahnya sebelum lapisan di bawahnya berubah menjadi plastik akibat penggetaran. Apabila penangguhan sudah demikian lama sehingga syarat-syarat di atas tidak dapat dipenuhi lagi, maka permukaan beton harus dianggap sebagai siar pelaksanaan. 7.9.3 Pemampatan/Pemadatan Beton Semua pemadatan/pemampatan beton harus memenuhi prosedur dan syarat-syarat yang tercantum di dalam pasal 6.4 PBI 1971-NI.2 semua beton dimampatkan di tempat pengecoran dengan alat penggetar (vibrator) yang dicelupkan ke dalam acuan dengan diameter yang cocok disesuaikan dengan jarak antara dua tulangan sehingga alat penggetar bisa masuk pada sela-selanya. Alat penggetar harus mempunyai frekuensi yang tinggi dan paling rendah harus 85 getaran per detik. Selam pengecoran beton berlangsung, kontraktor harus menggunakan alat penggetar paling sedikit dua buah. Disamping itu harus disediakan pula satu unit alat penggetar sebagai cadangan sebelum dimulainya pekerjaan. Penggetaran tidak boleh dilakukan untuk menghasilkan pergerakan adukan ke arah horizontal (mendatar) tetapi harus menghasilkan pemampatan arah vertikal. Pengawasan harus diadakan untuk menjamin agar supaya daerah yang dimampatkan saling bersambungan dan tidak ada bagian/daerah yang terlewatkan. Penggetaran berjalan terus menerus dan ujung alat penggetar dimasukkan ke dalam acuan secara pelan-pelan dan diangkat harus secara pelan-pelan pula. Perpindahan alat penggetar tidak boleh melampaui jarak 600 mm atau tidak boleh melebihi radius getaran dimana acuan beton masih terkena penggetaran. Tidak boleh dilakukan penggetaran dengan cara memukul bekisting atau besi tulangan atau menempelkan alat penggetar pada dinding bekisting atau besi tulangan dimana beton sudah mulai mengeras. Penggunaan alat penggetar tidak boleh mengakibatkan rusaknya permukaan bekisting bagian dalam dan perpindahan ataupun rusaknya besi tulangan. Tidak diperkenankan penggetaran yang berlebihan sehingga menimbulkan penggenangan air semen atau daerah dimana terjadi pemisahan antara agregat dengan air semen. Pencabutan tongkat getar harus dilaksanakan dengan pelan agar tidak terjadi rongga di dalam adukan. 7.9.4 Pengecoran Beton di Bawah Permukaan Air Pengecoran beton di bawah permukaan air hanya boleh dilakukan apabila ada persetujuan dari direksi serta dilaksanakan di bawah pengawasannya, dan dengan mempergunakan metoda-metoda yang diuraikan berikut ini. Untuk mencegah pemisahan adukan, beton harus dituangkan secara hati-hati dengan talang atau pipa karet atau dengan bucket yang bisa dibuka dan ditutup bagian bawahnya, atau dengan cara lain yang disetujui, dan beton tidak boleh terganggu setelah di cor. Pengawasan khusus harus diberikan untuk menjaga agar supaya air tidak mengalir

  • ke bagian beton yang telah mengendap. Beton harus diatur sedemikian rupa sehingga dihasilkan permukaan beton yang mendekati rata. Apabila digunakan corong pipa cor (talang), maka alat tersebut harus terdiri atas tabung/pipa berdiameter tidak kurang dari 250 mm dengan tiap-tiap bagian dilengkapi dengan penyambung flens dan gasket. Penyangga corong pipa cor harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan ujung pipa dapat bergerak dengan bebas di atas seluruh permukaan yang di cor dan juga mungkin apabila diperlukan dapat diturunkan dengan cepat untuk mengecilkan atau menutup aliran adukan. Corong pipa cor harus diisi dengan cara tertentu untuk mencegah tersapunya adukan beton oleh air. Ujung curah/pipa harus senantiasa betul-betul terbenam ke dalam acuan beton dan pipanya harus senantiasa berisi cukup banyak beton sehingga dapat mencegah air masuk ke dalamnya. Apabila beton di cor dengan mempergunakan bucket yang bagian bawahnya bisa dibuka dan ditutup, penutup yang mudah dibuka. Bucket harus diturunkan perlahan-lahan dan hati-hati sampai menumpu di atas tanah dasar pondasi yang sudah disiapkan atau di atas lapisan beton yang telah di cor. Bucket tersebut kemudian diangkat perlahan sekali selama pencurahan, dengan tujuan untuk menjaga agar supaya air tidak mengalir ke sekitar beton dan mencegah adukan tidak berubah dari susunannya. 7.10. Perlindungan Terhadap Cuaca dan Perawatan Beton Pengecoran tidak boleh dimulai apabila hujan lebat sedang turun atau akan turun, dan seandainya hujan turun pada saat suatu pengecoran tengah berlangsung, kontraktor harus melindungi pekerjaan beton terhadap hujan sehingga dapat dicegah kerusakan pada adukan beton atau permukaan yang baru selesai di cor, sedemikian rupa sehingga semen di dalam beton tidak terganggu dan tidak dilarutkan oleh air hujan yang masuk. Apabila terjadi keadaan cuaca semakin memburuk, maka direksi adalah satu-satunya orang yang berhak memutuskan apakah pengecoran boleh diteruskan atau tidak. Apabila pengecoran dilaksanakan pada keadaan cuaca panas, maka selama masih mungkin pekerjaan harus dilindungi dari penyinaran langsung oleh matahari dan dari pengeringan oleh angin. Pelindung terhadap hujan harus dipasang di atas bangunan yang baru selesai di cor, agar perataan permukaan dan penyelesaian akhir dapat dilaksanakan di tempat yang kering. Semua beton yang baru selesai di cor harus dirawat keras dengan cara membuat beton tersebut senantiasa basah selama paling sedikit 7 hari setelah pengecoran. 7.11. Pengerjaan Akhir Permukaan Beton Pengerjaan akhir permukaan beton seperti yang ditunjukkan dalam gambar kerja atau yang ditetapkan khusus harus diartikan sebagaimana diuraikan di bawah ini : i. Permukaan Hasil Cetakan Permukaan hasil cetakan adalah permukaan yang dibentuk dengan mempergunakan bekisting beton. Ada dua jenis pengerjaan akhir permukaan ini. F1 - untuk permukaan yang akan kontak dengan aliran air atau terlihat dari luar dimana ketidak-teraturan dan penyimpangan bentuk harus

  • dijaga sampai batas yang telah ditentukan. F2 - untuk semua permukaan hasil cetakan lainnya Ketidak-teraturan permukaan diklasifikasikan sebagai tiba-tiba atau berangsur. Ketidak-teraturan yang tiba-tiba adalah termasuk tetapi tidak terbatas pada penyimpangan sebagai akibat bergesernya atau kesalahan menempatkan bekisting, atau karena adanya ikatan yang longgar pada bekisting kayu, atau cacat lainnya pada bekisting, yang akan diuji dengan pengukuran langsung. Ketidak-teraturan berangsur akan diukur dengan sebuah template yang berupa sebuah mistar paling sedikit 1,5 meter. Rongga-rongga kecil pada permukaan sebagai akibat kurangnya pasir untuk mengisi lobang-lobang diantara kerikil (honeycombing) tidak dianggap sebagai ketidak-teraturan. Permukaan harus dibentuk dengan mempergunakan cetakan plywood berperekat damar (resin) atau material lain yang telah disetujui. Ketidakteraturan permukaan yang melebihi batas maksimum yang ditetapkan harus dihaluskan dengan batangan karborandum atau piring atau roda asah listrik. Ketidak-teraturan maksimum yang diijinkan adalah sebagai berikut. Untuk F1 sebesar 5 mm dan 3 mm dan untuk F2 sebesar 8 mm dan 5 mm dimana angka yang pertama adalah untuk berangsur dan yang kedua untuk tiba-tiba. ii. Permukaan Bukan Hasil Cetakan Permukaan tanpa cetakan adalah permukaan-permukaan yang tidak dibentuk dengan bekisting. Ada dua jenis pengerjaan akhir pada permukaan tanpa cetakan : U1 - pengerjaan akhir halus/licin untuk permukaan-permukaan yang akan berhubungan dengan air yang mengalir atau terlihat dari luar dimana ketidak-teraturan dan penyimpangan bentuk harus dijaga agar tidak melampaui batas yang telah ditentukan. U2 - pengerjaan akhir kasar untuk permukaan tanpa cetakan yang lainnya. Pengerjaan akhir kasar akan berupa meratakan permukaan beton sehingga diperoleh suatu permukaan yang seragam dan rata dengan tercantum di dalam gambar kerja atau ketetapan lainnya. Ketidak-teraturan permukaan tidak boleh tampak mengurangi sifat-sifat struktur dari bangunan dan kelebihan adukan beton dapat dibuang dengan menggunakan template. Pekerjaan akhir halus terdiri dari pertama-tama adalah menyiapkan suatu pekerjaan akhir kasar dan kemudian permukaan itu digosok-gosok sambil ditekan dengan mempergunakan sendok baja atau kayu yang bagian bawahnya licin. Pengerjaan akhir kasar tersebut kelihatan mulai mengeras dan harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu permukaan yang bebas dari cacat-cacat dan seragam dalam penampilannya. Ketidak teraturan maksimum yang diijinkan untuk pengerjaan akhir halus U1 adalah sama denga untuk pengerjaan akhir F1 di atas. 7.12. Perbaikan Beton Semua ketidak sempurnaan permukaan beton harus diperbaiki sesuai dengan ketentuan direksi. Perbaikan pada beton hasil cetakan harus diselesaikan dalam waktu 24 jam setelah bekisting dibuka. Semua pekerjaan perbaikan harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga pelindung atau proses perkerasan dari beton-beton di sekitarnya tidak terganggu. Beton yang rusak,

  • keropos (honeycombed), pecah atau kerusakan-kerusakan lainnya dan beton yang dikarenakan permukaannya mengalami penurunan melebihi batas-batas terpaksa harus dibongkar dan dibangun kembali hingga permukaan tersebut mencapai ketinggian yang ditentukan, harus dibongkar dan diganti dengan adukan atau beton sebagai yang ditetapkan oleh direksi. 8. PEKERJAAN PENULANGAN BETON 8.1. Bahan Semua tulangan beton harus berupa tulangan ulir untuk diameter > 12 mm dengan tegangan leleh minimum 4000 kg/cm2 dan tulangan polos untuk diameter 12 mm dengan tegangan leleh minimum 2400 kg/cm2 kecuali ditetapkan lain pada gambar kerja dan harus sesuai dengan ASTM A.615-72 atau PBI-1971NI.2. Semua tulangan anyam yang dibuat dari kawat baja yang dilas harus memenuhi persyaratan yang tercantum di dalam ASTM A. 185-79. Salinan sertifikat uji harus diserahkan kepada Konsultan pada pengangutan setiap jumlah tulangan ke tempat kerja. Sertifikat ini harus menunjukkan bahwa bahan-bahan tersebut secara keseluruhan telah memenuhi semua standar-standar di atas dan sertifikat itu harus dikeluarkan oleh suatu laboratorium yang independen yang telah disetujui oleh Konsultan.

    8.2. Fabrikasi Semua tulangan beton harus dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan panjang dan bentuk yang telah ditetapkan pada gambar kerja. Kontraktor harus menyiapkan sendiri jadwal dan gambar-gambar pembengkokkan tulangan dan menyerahkannya kepada Konsultan 28 hari sebelum tulangan beton tersebut di fabrikasi untuk memperoleh persetujuannya. Semua pembengkokkan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum pada ACI 318M-89, Pasal 7 atau PBI 1971-NI.2, Pasal 5 ayat 5,4; 8.2 dan setelah difabrikasi, besi-besi tulangan harus diberi tanda yang jelas atau nomor-nomor yaitu berupa tanda-tanda tulangan yang sesuai dengan yang tercantum pada jadwal dan gambar-gambar pembengkokkan. 8.3. Penyimpanan Tulangan baja harus ditangani dengan hati-hati dan ditumpuk di atas penyangga hingga terletak cukup jauh di atas tanah. Tulangan-tulangan itu juga harus dijaga agar tidak dicemari oleh kotoran-kotoran, lumpur, minyak, cat dan lain-lain, dan harus bebas dari karat yang lepas-lepas, berkepingkeping atau lunak. 8.4. Pemasangan dan Pengikatan Semua tulangan harus dipasang sesuai dengan gambar kerja dan syaratsyarat yang tercantum di dalam ACI 318M-89 Pasal 7 atau PBI 1971-NI.2 Pasal 5.5 dan 5.6. Sebagai tambahan pada Pasal 7.3 ACI 318M-89, maka untuk menempatkan tulangan dengan tepat harus ditempuh cara-cara sebagai berikut : a) Dudukan plastic buatan pabrik yang sesuai untuk diameter batang tulangan dan penutup betonnya, di bawah semua tulangan bawah pelat beton dan pada semua dinding. b) Blok dan pengatur selimut luar dengan ukuran yang sesuai dengan penutup beton yang ditentukan di bawah semua tulangan balok. Blok-blok

  • beton ini harus dibuat dari beton yang pada usia 28 hari mempunyai kuat tekan kubus paling kecil 20 MPa dan mempunyai bentuk sedemikian rupa sehingga dapat dijamin kestabilannya sewaktu pelaksanaan pengecoran beton. c) Dudukan dan pengatur jarak diantara tulangan atas dan bawah pelat beton dan diantara dua lapisan tulangan pada dinding-dinding. Bendabenda ini harus difabrikasi dari tulangan polos bulat berdiameter minimum 6 mm dan dibentuk sedemikian rupa sehingga benda-benda tersebut tidak akan bergeser sewaktu beton dicor. d) Dudukan harus dibuat sedemikian rupa sehingga sesuai dengan penutup beton tulangan yang dimaksud, untuk menyangga tulangan atas pelat beton. Benda-benda ini harus difabrikasi seperti pada butir c di atas. Pengaturan jarak antar dudukan tulangan dengan cara di atas harus didasarkan ukuran dan jarak tulangan tetapi di dalam keadaan apapun harua mampu menyangga dengan kaku tulangan-tulangan tersebut dan pengaturan jarak ke segala jurusan tidak boleh lebih dari 1200 mm. Dengan alasan apapun selama pengecoran berlangsung, pekerja-pekerja tidak boleh menggeser tulangan dari posisinya. Untuk mencegah terjadinya peristiwa itu, kontrktor harus memasang papan-papan dan penyanggapenyangga untuk membuat lantai untuk berpijak pekerja (perancah) yang berdiri bebas dari tulangan-tulangan beton. Apabila Kontraktor bermaksud menambah jumlah sambungan pada tulangan maka sambungan-sambungan ini harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam Pasal 7 dari ACI 318M-89 atau PBI 1971-NI.2 Pasal 8.12 dan 8.13. kontraktor harus mendokumentasikan posisi dan detail-detail sambungan tersebut dan menyerahkannya kepada Konsultan untuk disetujui. Fabrikasi untuk perubahan-perubahan di atas tidak boleh dimulai sebelum ada persetujuan tertulis dari Konsultan. 9. PASANGAN BATU 9.1. Umum Pasangan batu akan digunakan dalam pembangunan berbagai bangunan dan pendukungnya yang mencakup namum tidak terbatas kepada, bangunan hidraulik, pelapis saluran dan bangunan pelindung, saluran drainase, dinding penahan (retaining wall), penahan lereng, pondasi untuk bangunan, pembatas jalan, dan lain sebagainya. Semua pekerjaan pasangan batu harus dilaksanakan berdasarkan persyaratan yang tersebut dalam bab ini, dan juga kepada persyaratan garis, level, gradasi dan dimensi sebagaimana yang ditentukan dalam Gambar maupun yang disyartkan oleh Direksi. Bahan dan metode konstruksi untuk pasangan batu harus memenuhi Standar yang disebutkan dalam bab ini Spesifikasi Umum. Peraturan Indonesia yng berlaku untuk material adalah N.I 13 (Batu Belah) dan PUBI-1982 (Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia). Selain itu spesifikasi juga harus mengacu kepada Standar Perencanaan Irigasi yang diterbitkan oleh Dirjen Pengairan, Departemen Pemukiman dan Pengembangan Prasarana Wilayah, Republik Indonesia. 9.2. Material Pasangan Batu Material yang harus digunakan dalam pasangan batu adalah sebagai berikut : 1. Batu Batu pasangan harus berasal dari batuan sungai maupun hasil

  • pemecahan sebagaimana yang disetujui oleh Direksi, tidak saling melekat satu sama lainnya dan tidak memiliki cacat lainnya. Batu harus memiliki spesifikasi gravity tidak kurang 2.5. Batu pasangan harus terdiri dari ukuran yang beragam, dipasang dengan bantuan pemukulan dengan palu sehingga saling berdekatan dan tidak ada siar besar diantaranya. Setiap batu harus memiliki berat antara 6 hingga 25 kg. batu yang lebih kecil dapat digunakan, namun harus memperoleh persetujuan dari Direksi terlebih dahulu. Ukuran maksimum batu harus dibatasi hingga 2/3 ketebalan pelat atau dinding yang akan dibangun. Atau tidak boleh lebih besar dari pada 30 cm. Kecuali diizinkan oleh Direksi, penggunaan batu bulat, hanya diizinkan dalam jumlah yang terbatas dengan pencampuran dengan batu bersudut, dan tidak boleh digunakan untuk dinding dengan ketebalan kurang dari 40 cm. Batu pasangan yang disimpan di lokasi proyek harus dijaga agar pada saat akan dipasang berada dalam keadaan basah. 2. Adukan Semen Untuk Perekat Adukan semen untuk perekatan pasangan batu harus terdiri dari campuran semen Portland dan aggregate/pasir halus yang sesuai dengan persyaratan bahan. Tiga jenis adukan yang akan digunkan sebagaimana tercantum dalam Gambar maupun atas arahan, Direksi, adalah seperti berikut :

    1 bagian semen dengan 2 bagian aggregate/pasir halus untuk

    bangunan berkekuatan tinggi.

    1 bagian semen dengan 3 bagian aggregate/pasir halus untuk

    pasangan batu yang terkena aliran air.

    1 bagian semen dengan 4 bagian aggregate/pasir halus untuk

    pasangan batu pondasi dan bangunan yang tidak terkena aliran aliran air. Adukan harus dicampur dengan air secukupnya hingga menghasilkan adukan yang konsisten. 9.3. Pemasangan dan Penyusunan Batu Sebelum dipasang, batu harus dibersihkan secara menyeluruh terhadap kotoran tanah, pasir, dan kotoran lainnya. Selain itu batu juga harus dipasang dalam keadaan basah. Dala pemasangan, batu harus ditata dengan tangan sedemikian rupa sehingga permukaan rata dari batu, tegak lurus terhadap arah tegangan utama dan seluruh adukan semen melekat di seluruh pertemuan permukaan batu. Penataan lebih lanjut dilakukan dengan pemukulan palu baja. Apablia pemukulan ini menimbulkan kerusakan pada batu, maka batu tersebut harus diambil, dibersihkan dan dipasang kembali dengan adukan semen baru. Setiap celah pertemuan batu harus dipenuhi dengan adukan. Harus diyakinkan pula bahwa seluruh permukaan batu terlapisi oleh adukan semen. Jarak siar antar batu tidak boleh kurang dari 10 milimeter dan tidak boleh lebih dari 50 milimeter dan tidak diperbolehkan adanya permukaan batu yang bersentuhan langsung dengan batu lainya. Ukuran dan distribusi batu harus sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh penyediaan volume adukan semen yang se-sedikit mungkin. Pemasangan batu harus dilakukan berselang-seling sehingga setiap titik pertemuan batu

  • memiliki arah vertical dan horizontal. Harus dihindarkan pula adanya bidang pertemuan batu yang lurus horizontal dan sambung menyambung. 10. PLESTERAN 10.1. Umum Pekerjaan plesteran akan dilaksanakan pada setiap permukaan konstruksi yang baru selesai dibangun dan bagian-bagian lain yang dianggap perlu dilaksanakan. 10.2. Bahan-bahan Semen yang akan digunakan yang bermutu baik dan pasir yang akan dipakai pasir yang tidak tercampur. 10.3. Adukan Semen Adukan semen harus terdiri dari campuran semen Portland dan aggregate/pasir halus yang sesuai dengan persyaratan bahan. Dua jenis adukan yang akan digunakan sebagaimana tercantum dalam Gambar maupun atas arahan Direksi, adalah seperti berikut :

    1 bagian semen dengan 2 bagian aggregate/pasir halus untuk pasangan

    yang terkena aliran air.

    1 bagian semen dengan 3 bagian aggregate/pasir halus untuk pasangan

    yang tidak terkena aliran aliran air. Adukan harus dicampur dengan air secukupnya hingga menghasilkan adukan yang konsisten dengan ketebalan sesuai gambar rencana. 10.4. Pelaksanaan Pekerjaan ini akan dilaksanakan dalam 2 lapisan, lapisan 1 yaitu dilaksanakan plesteran sesuai spesifikasi di atas dan lapisan 2 akan dilakukan dengan adukan aci yang mempunyai kekentalan yang memenuhi syarat. Sebelum pekerjaan ini dilaksanakan terlebih dahulu permukaan yang akan diplester akan dibuat kasar dan bersih atau ditentukan lain oleh Direksi. 11. PASANGAN BATU KOSONG 11.1. Umum Jika disyaratkan dalam gambar atau ditunjukkan oleh Direksi, pada saluran buang, saluran air dan permukaan lereng harus diberikan pasangan batu kosong berdasarkan persyaratan berikut ini. Pasangan batu kosong harus secara umum ditata dengan tangan dengan menggunakan peralatan ringan seperlunya untuk penyediaan dan penanganan material, dan harus berupa satu lapis batu-batu padat dengan ukuran yang kira-kira seragam. Pasangan batu kosong harus berjenis pekerjaan batu kosong yang tidak saling melekat, yang dalam spesifikasi ini disebut dengan pasangan batu kosong kering (dry stone pitching), atau jenis pekerjaan batu pasangan dengan adukan semen yang akan disebut dengan pasangan batu kosong dengan adukan (mortared stone pitching). 11.2. Material Material yang harus digunakan dalam pasangan batu adalah sebagai berikut : 1. Batu pasangan harus berasal dari batuan sungai maupun hasil pemecahan sebagaimana yang disetujui oleh direksi, tidak saling melekat

  • satu sama lainnya dan tidak memiliki cacat lainnya. 2. Batu harus memiliki spesifik gravitiy tidak kurang dari 2,5. 3. Batu pasangan harus terdiri dari ukuran yang beragam, dipasang dengan bantuan pemukulan dengan palu sehingga saling berdekatan dan tidak ada siar besar diantaranya. Setiap batu harus memiliki berat antara 6 hingga 25 kg. batu yang lebih kecil dapat digunakan, namun harus memperoleh persetujuan dari direksi terlebih dahulu. Ukuran maksimum batu harus dibatasi hingga 2/3 ketebalan pelat atau dinding yang akan dibangun, atau tidak boleh lebih besar dari 30 cm. kecuali diizinkan oleh direksi, penggunaan batu bulat, hanya diizinkan dalam jumlah yang terbatas dengan pencampuran dengan batu bersudut, dan tidak boleh digunakan untuk dinding ketebalan kurang dari 40 cm. 4. Batu pasangan yang disimpan di lokasi proyek harus dijaga agar pada saat akan dipasang berada dalam keadaan basah. 11.3. Persiapan Penataan Pasangan Batu Kosong Kontraktor harus mempersiapkan penataan pasangan batu kosong dengan merapikan muka galian dengan baik hingga diperoleh level dan ukuran yang disyaratkan segaimana dalam gambar atau yang ditunjukkan oleh direksi. Semua batu lepas dan lunak harus disingkirkan dan galian yang melewati kedalaman yang diinginkan harus ditimbun kembali dengan material pengisi yang dipadatkan sesuai dengan persetujuan atau petunjuk direksi. Satu lapis lantai kerja dari pasir yang dipadatkan atau material filter drainase yang bergradasi, harus dipasang dengan ketebalan menurut gambar atau yang ditunjukkan oleh direksi, untuk memberikan permukaan rata yang paralel dengan permukaan pasangan batu kosong. Kecuali ditentukan lain pada gambar atau yang ditunjukkan oleh direksi, lapis lantai kerja harus dipasang berdasarkan petunjuk seperti yang telah tersebut dalam ayat 13.2.10 timbunan kembali dan lantai kerja. 12. BATU LINDUNG RIP-RAP 12.1. Umum Jika ditunjukkan pada gambar atau oleh direksi, kontraktor harus menyediakan dan memasang batu lindung rip-rap pada saluran air, saluran buang, gorong-gorong, bangunan hidrolis, sumber air yang telah ada dan permukaan lereng dengan mengikuti persyaratan di bawah ini. Untuk kebutuhan pelaksanaan, pengukuran dan pembayaran, batu lindung rip-rap sebagaimana dalam persyaratan berikut ini harus digolongkan sebagai pekerjaan yang terpisah dan dibedakan dari pekerjaan batu bongkah pada selimut bendungan. Batu lindung terdiri dari dua kategori : 1. Batu lindung rip-rap type A Batu lindung rip-rap type A digunakan pada pekerjaan perlindungan pada sungai besar dan kecil yang ada, jembatan, gorong-gorong, keluaran saluran, dan pekerjaan serupa lainnya pada sungai atau yang berbatasan dengan sungai. Material yang digunakan untuk batu lindung ripa-rap type A harus berupa batu sungai alami dan batu-batu besar yang tersedia di lokasi bendungan atau dari sungai yang terdekat. 2. Batu lindung rip-rap type B Batu lindung rip-rap type B digunakan pada pekerjaan perlindungan pada saluran, saluran buang, dan struktur lainnya yang berhubungan, serta

  • perlindungan lereng. Material yang digunakan untuk batu lindung type B harus berupa batu bersudut hasil penambangan atau hasil pemecahan batu-batu besar. 12.2. Material Material untuk batu lindung rip-rap harus terdiri dari campuran partikel dengan ukuran yang bergradasi, keras, padat dan dapat tahan lama. Ukuran partikel maksimum dan minimum harus berdasarkan persyaratan pada gambar atau sesuai dengan petunjuk direksi namun secara umum ukurannya harus berada diantara 100 mm dan 600 mm. Kecuali ditentukan lain dalam gambar atau oleh direksi, kisaran ukruan partikel harus berdasarkan pada ketebalan lapisan sedemikian rupa sehingga ukuran partikel minimun tidak melebihi 1/3 ketebalan lapisan dan ukuran partikel maksimum tidak melebihi ketebalan lapisan. Material harus cukup bergradasi diantara ukuran maksimum dan minimum. Jumlah total dari material halus pada batu lindung rip-rap termasuk lempung, lanau, pasir atau serpihan batu yang diizinkan adalah tidak melebihi 5% dari volumenya. Seluruh material dan sumbernya untuk batu lindung riprap harus mendapatkan persetujuan Direksi. 12.3. Persiapan Muka Dasar untuk Batu Lindung Rip-Rap 1. Dasar Galian dan Timbunan Pada dasar galian dan dasar timbunan dimana akan ditempatkan batu lindung rip-rap, kontraktor harus melakukan persiapan dengan meratakan hingga dicapai garis level dan ukuran sebagaimana yang disyaratkan pada Gambar atau sesuai petunjuk Direksi. Semua material urai dan lunak harus disingkirkan dan kelebihan galian atau penurunan dasar galian harus ditimbun kembali dengan material pengisi yang dipadatkan sebagaimana petunjuk atau persetujuan Direksi. Satu lapis lantai kerja dari pasir yang dipadatkan atau material filter drainase yang bergradasi harus disediakan dan dipasang hingga ketebalan seperti yang ditunjukkan pada Gambar atau oleh Direksi. Kecuali ditunjukkan lain dalam Gambar atau Direksi, lapisan lantai kerja atau lapisan filter tersebut harus dipasang berdasarkan petunjuk pemasangan lantai kerja dan/atau lapisan drainase pada pekerjaan pasangan batu sebagaimana yang telah disyaratkan dalam bab ini. 2. Sungai Besar dan Sungai Kecil Yang Telah ada di Lapangan Pada kasus dimana batu lindung Rip-Rap akan dipasang di atas endapan batu-batu besar, kerikil, pasir atau tanah yang stabil pada sungai besar dan kecil yang ada, penyiapan dan pemasangan filter lantai kerja dapat diabaiakan namun harus mendapatkan persetujuan Direksi, dengan catatan bahwa Direksi tetap berhak untuk mengistruksikan penyingkiran endapan tanah, lanau, pasir halus dan material lainnya yang menurut penilaiannya harus dilakukan dan untuk menginstruksikan penyebaran material endapan tersebut secukupnya untuk mendapatkan permukaan yang cukup rata untuk penempatan batu rip-rap. Dengan persetujuan Direksi, dan jika diperlukan, pekerjaan ini dapat dilakukan dalam keadaan basah dengan menggunakan peralatan mekanis yang sesuai atau dengan cara manual.

  • 12.4. Penempatan Batu Lindung Rip-Rap Batu lindung rip-rap dapat ditempatkan dengan cara penempatan manual dengan peralatan mekanis, yang sesuai untuk ketebalan dan luas lapisan batu lindung rip-rap yang akan dipasang, dan sesuai untuk ukuran dan gradasi material yang akan ditangani. Batu lindung rip-rap harus ditempatkan atau dijatuhkan dengan cara yang akan menjamin bahwa material akan stabil di tempatnya dengan ketebalan yang disyaratkan, dan bergradasi dengan baik sehingga tidak ada celah besar yang tidak berisi. Pada kondisi batu lindung rip-rap Type A akan ditempatkan pada endapan kerikil atau yang serupa pada sungai alami yang ada, jika diperlukan dan atas persetujuan Direksi, pekerjaan pemasangan dapat dilakukan dalam keadaan basah dengan menggunakan peralatan mekanis yang sesuai atau dengan cara manual. Jika ditunjukkan dalam Gambar atau oleh Direksi, pada permukaan batu lindung rip-rap yang ditempatkan secara manual harus dipasang batu-batu dengan ukuran yang lebih besar dan seragam, dan ditempatkan secara manual dengan tangan untuk mendapatkan permukaan luar yang cukup rapat. 13. LUBANG DRAINASE DAN LUBANG CUCURAN 13.1. Umum Lubang drainase dan lubang cucuran harus dibentuk di bangunan beton dan pasangan batu atau dibor melalui bangunan beton dan/atau batuan. Lubang drainase dan lubang cucuran harus tersedia pada dinding beton dan pasangan batu, bangunan penahan, pelapis saluran seperti dan dimana ditunjukkan pada Gambar, diminta sesuai dengan Spesifikasi atau yang diperintahkan oleh Direksi. Lubang drainase juga harus dib or pada lereng galian batu dan pondasi dimana ditunjukkan pada Gambar atau diperintahkan oleh Direksi. 13.2. Pengerjaan dan Bahan-bahan Apabila lubang drainase disediakan pada bangunan beton atau pasangan batu maka lubang tersebut harus dibentuk, selama pengecoran beton atau pengerjaan pasangan batu, dengan pipa PVC berdiameter 50 mm atau berdiameter lain seperti ditunjukkan pada Gambar atau diperintahkan oleh Direksi. Kecuali jika ditunjukkan lain pada Gambar atau diperintahkan oleh Direksi, pada lubang drainase dan lubang cucuran pada beton dan pasangan batu harus disediakan sebuah kantong penyaring di belakang bagian bangunan tersebut. Kantong penyaring tersebut harus terbuat dari batu pecah dan gravel terpilih yang bergradasi baik untuk mencegah hilangnya lantai kerja dan/atau bahan-bahan pondasi dan tertahan pada tempatnya oleh lapisan penyaring yang berupa bahan sintesis geotekstil atau yang sejenis yang ditunjukkan pada Gambar atau disetujui oleh Direksi. Ijuk atau bahan organic sejenis tidak boleh dipakai sebagai bahan penyaring untuk pekerjaan permanen, kecuali jika disetujui atau diperintahkan lain oleh Direksi. 14. PASANGAN BRONJONG ANYAM 14.1. Umum Jika ditunjukkan pada Gambar atau oleh Direksi, Kontraktor harus menyediakan dan memasang bronjong pada tempat-tempat sebagaimana

  • yang telah ditentukan dalam gambar rencana dengan mengikuti persyaratan dibawah ini. 14.2. Material

    Kawat yang dipakai untuk pekerjaan dengan diameter 4 mm.

    Ukuran batu minimum adalah 16 cm dengan bentuk dan ukuran batu

    yang seragam sehingga dapat ditahan oleh saringan kawat bronjong. Batu isian akan dipergunakan batu yang keras tidak mudah rusak dan pecah oleh air. 14.3. Pelaksanaan Pekerjaan bronjong akan dilaksanakan dengan tahap awal melilit kawat dililit 3 kali dan akan membentuk segi enam dengan jarak sisi-sisinya 7,5 cm. Setelah selesai mengerjakan kawat tersebut, maka akan dilanjutkan secara cermat sehingga memperkecil rongga diantara batu. 15. PASANGAN BRONJONG PABRIKASI 15.1. Umum Jika ditunjukkan pada Gambar atau oleh Direksi, Kontraktor harus menyediakan dan memasang bronjong pada tempat-tempat sebagaimana yang telah ditentukan dalam gambar rencana dengan mengikuti persyaratan dibawah ini. Pekerjaan bronjong fabrikasi meliputi pekerjaan : penyediaan, pengangkutan dan pemasangan kawat bronjong yang diisi dengan batu gunung seperti yang ditunjuk pada gambar rencana. 15.2. Material

    Bahan Kawat yang bronjong terbuat dari bahan galvanis berdiameter 3

    mm yang mempunyai fleksibilitas yang tinggi sesuai dengan spesifikasi Standar Indonesia.

    Ukuran batu minimum adalah 12 - 16 cm dengan bentuk dan ukuran

    batu yang seragam sehingga dapat ditahan oleh saringan kawat bronjong. Batu isian akan dipergunakan batu yang keras tidak mudah rusak dan pecah oleh air. 15.3. Pelaksanaan Kawat tersebut telah dianyam sedemikian rupa dari pabrik dengan ukuran sesuai dengan kebutuhan di lapangan dengan isian batu sebanyak 1 M3. Sebelum pengisian batu, maka kawat bronjong akan ditegakkan sampai dengan bentuk yang diinginkan dan pada saat pengisian batu akan dilakukan dari bagian bawah bronjong sampai penuh dan kemudian ditutup. Setiap bronjong akan dihubungkan dengan ikatan yang didekatnya, hal ini dilakukan agar bronjong menjadi kokoh dalam kedudukannya. 16. PENGADAAN PINTU Pekerjaan ini terdiri dari persiapan, penyediaan, pemasangan dan pemeliharaan pintu air. Untuk type dan ukuran serta pemasangan akan dilaksanakan sesuai spesifikasi teknis pekerjaan ini. Semua pintu akan dibuat di pabrik/benkel yang khusus dan ahli dalam pekerjaan tersebut setelah pabrik/bengkel mendapat persetujuan Direksi.

  • 16.1 Pintu Klep Fiber Resin Pintu Klep Fiber Resin terbuat dari bahan Fiber Resin. Ketebalan fiber resin + 4 cm. Untuk rangka yang masuk ke dalam sponing pilar dibuat dari besi T yang dilapisi fiber resin. Setiap lapisan fiber resin harus dilapisi dengan mat (bahan penguat fiber resin). Sebelum dipasang, pintu klep harus di uji coba di lapangan, sehingga pintu klep tidak mengapung saat diletakkan dalam air. Sebagai bahan pemberat, pintu klep diisi air yang dimasukkan melalui kran yang terbuat dari bahan PVC. 16.2 Pintu Ulir Untuk pintu ulir pada bangunan air, harus terbuat dari besi baja dengan ketebalan 4 mm. Sebelum dipasang, pintu harus sudah mendapat persetujuan dari pihak direksi. 17. PEKERJAAN PENGAMAN PANTAI (REVETMENT) 17.1. Cakupan Pekerjaan Pekerjaan yang mencakup dalam Bab ini dengan judul di atas meliputi semua pengaman pantai dan pekerjaan yang terkait merupakan permanen atau diperlukan dalam kaitannya dengan pekerjaan permanen yang tidak secara khusus diuraikan dalam Bab lain dalam Spesifikasi Teknis ini. Pekerjaan ini meliputi : 1. Pekerjaan Tanah

    Galian Tanah Berlumpur

    Galian Tanah Berpasir

    Timbunan Tanah Didatangkan

    2. Pekerjaan Revetment

    Pemasangan Filter Cloth/Geotextile

    Pemasangan Batu 5 50 Kg

    Pemasangan Batu 250 1000 Kg

    17.2. Bahan

    Batu berukuran 5 s/d 50 Kg yaitu batu yang keras tidak mudah rusak dan

    pecah oleh air.

    Batu berukuran 250 10000 Kg yaitu batu yang keras tidak mudah rusak

    dan pecah oleh air.

    Geotextile Non Woven

    17.3. Pelaksanaan a. Galian Tanah Berlumpur Penggalian ini akan dilaksanakan untuk perapihan tanah asli guna meletakkan batu akan dikerjakan sepanjang jalur rencana pembuatan tanggul. Sebelum penggalian dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan pengukuran memanjang dan melintang guna mendapatkan titik-titik dasar elevasi yang akurat. Semua galian akan dikerjakan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan dalam spesifikasi serta mencapai garisgaris yng ditunjukkan pada gambar rencana atau ditentukan lain oleh

  • Direksi dengan menggunakan tenaga manusia. Semua lubang penggalian akan ditutup kembali sedemikian rupa sehingga terlihat rapi. Tanah hasil dari penggalian yang tidak disetujui oleh Direksi untuk bahan timbunan akan dibuang/diangkut ke tempat pembuangan yang telah disetujui oleh Direksi. b. Galian Tanah Berpasir Penggalian ini akan dilaksanakan untuk pembuatan pondasi batu gunung. Daerah galian akan dikerjakan sepanjang jalur rencana pembuatan tanggul. Sebelum penggalian dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan pengukuran memanjang dan melintang guna mendapatkan titik-titik dasar elevasi yang akurat. Semua galian akan dikerjakan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan dalam spesifikasi serta mencapai garisgaris yng ditunjukkan pada gambar rencana atau ditentukan lain oleh Direksi dengan menggunakan tenaga manusia. Semua lubang penggalian akan ditutup kembali sedemikian rupa sehingga terlihat rapi. Tanah hasil dari penggalian yang tidak disetujui oleh Direksi untuk bahan timbunan akan dibuang/diangkut ke tempat pembuangan yang telah disetujui oleh Direksi. c. Timbunan Tanah Didatangkan Timbunan pada pekerjaan ini harus dikerjakan oleh kontraktor sesuai dengan ketentuan terkait dari penjelasan di atas. Kecuali secara spesifik disetujui atau diperintahkan lain oleh Direksi. d. Pemasangan Filter Cloth/Geotextile Pemasangan lapisan geotextile akan dilaksanakan pada lapisan bawah dan belakang tumpukan batu guna mengamankan konstruksi tumpukan batu yang terletak di atas pasir atau di tempat-tempat lain yang diperlukan sesuai petunjuk Direksi. Material yang akan digunakan adalah geotextile jenis polythlene yang merupakan lapisan selimut tipis, sehingga memberikan perlindungan terhadap tumpukan batu agar menghindari terjadinya penurunan dan keruntuhan. Pemakaian geotextile menggunakan spesifikasi dari pabrik yang sesuai dengan standar industry Metode Pemasangan Geotextile : 1. Tahap awal yang akan dilaksanakan adalah menyiapkan lahan, singkirkan benda tajam seperti tunggul pohon, sisa-sisa akar pohon yang mengakibatkan tertusuknya geotextile. 2. Melakukan pengukuran ulang untuk mengetahui apakah elevasi tanah asli sesuai dengan elevasi rencana dasar tumpukan batu. 3. Sebelum geotextile digelar terlebih dahulu dianyam dan dijahit dengan mempergunakan benang nilon dan jarum jahit tangan sesuai dengan lebar kebutuhan yang akan dipasang/digelar. 4. Setelah geotextile digelar pada sisi luar dipasang pancang pasak bamboo untuk menghindari geotextile tergulung/terlipat. 5. Pelaksanaan sambungan geotextile akan dikerjakan sedemikin rupa sehingga tetap merata ketebalannya sehingga fungsi geotextile sebagai saringan masih tetap terjaga. e. Pemasangan Batu 5 50 Kg Setelah pekerjaan galian tanah dilaksanakan sesuai kemiringan permukaan untuk penempatan susunan batu selanjutnya akan dipasang/disusun batu dengan berat 5 50 kg (batu Sekunder) mulai dari lapisan dasar hingga mencapai elevasi yang ditentukan dalam gambar rencana dengan menggunakan excavator. Pekerjaan ini dilaksanakan

  • pada lapisaan pertama. Pemasangan batu ini akan diatur sisi batu yang satu dengan yang lainnya serapat mungkin dengan memperkecil ronggarongga antara batu tersebut sehingga tumpukan batu menjadi kokoh terhadap pengaruh gelombang. f. Pemasangan Batu 250 1000 Kg Setelah batu 5 50 kg (Batu sekunder) mencapai elevasi yang ditentukan kemudian akan dilanjutkan dengan penyusunan batu dengan berat 250 1000 kg (batu primer) sabagai batu pengunci dengan menggunakan alat excavator. Pemasangan batu ini akan diatur sisi batu yang satu dengan yang lainnya serapat mungkin dengan memperkecil rongga-rongga antara batu tersebut sehingga tumpukan batu menjadi kokoh terhadap pengaruh gelombang.

    18. DOKUMENTASI Kontraktor harus mengadakan dan menyerahkan kepada Proyek photo-photo dokumentasi pelaksanaan pekerjaan dalam keadaan lengkap beserta negatifnya. Photo-photo tersebut harus dibuat pada setiap keadaan/tahapan pekerjaan dengan tempat/posisi pengambilan yang tetap, yaitu : 1. Satu keadaan pada saat pekerjaan belum dimulai (kondisi 0%) 2. Satu keadaan pada saat pekerjaan sedang dikerjakan (kondisi 50%) 3. Satu keadaan pada saat pekerjaan telah selesai dikerjakan (kondisi 100%) 19. PENGUKURAN AWAL (MC-0) DAN AS BUILT DRAWING (MC-100) 1. Kontraktor harus segera melakukan pengukuran awal (MC-0) segera setelah menerima Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Sebelum membuat rencana design, kontraktor harus mendiskusikan hasil pengukuran dengan pihak direksi dan konsultan pengawas. 2. Sebelum melaksanakan pekerjaan, gambar MC-0 harus sudah disetujui oleh Pihak Direksi. 3. Kontraktor harus melakukan pengukuran untuk as built drawing, meliputi pengukuran memanjang dan melintang pada kondisi pelaksanaan pekerjaan 100%. Hasil pengukuran digambar pada kertas ukuran A1 dan digunakan sebagai dasar untuk menghitung MC-100. 4. Pengukuran untuk as built drawing harus sudah mulai dikerjakan pada kondisi fisik pekerjaan atau bagian pekerjaan telah mencapai 95% dan diharapkan pada saat kondisi fisik 100% gambar as built drawing sudah dapat diselesaikan. 20. LAPORAN 1. Kontraktor harus membuat dan melaporkan secara terinci dalam formulir yang telah ditentukan Direksi/Pengendali Kegiatan, susunan staf pelaksanaan, jumlah dari berbagai macam tenaga kerja, keterangan tentang peralatan konstruksi dan lain-lain. 2. Kontraktor wajib menyiapkan dan menandatangani Laporan Harian yang berisi : a. Jumlah dan macam bahan serta peralatan yang ada di lapangan b. Jumlah tenaga kerja untuk setiap macam tugas/keterampilan c. Jumlah dan jenis peralatan yang masih dapat digunakan dan yang rusak d. Jenis pekerjaan atau bagian pekerjaan permanen yang dilaksanakan e. Taksiran volume pekerjaan volume pekerjaan permanen dilaksanakan f. Keadaan cuaca, termasuk hujan, angin topan, banjir dan peristiwa-peristiwa alam lain yang mempengaruhi kelangsungan pekerjaan. g. Dan catatan-catatan lain yang berkenaan dengan pelaksanaan, perubahan

  • desain dan lain-lain. 5. Kontraktor harus membuat Laporan Mingguan yang merupakan hasil himpunan laporan harian (hari senin s/d sabtu), diserahkan kepada Direksi setiap hari senin untuk diperiksa dan pengesahan. Laporan mingguan tersebut berisikan volume/bobot pekerjaan yang selesai dilaksanakan. 6. Kontraktor harus membuat Laporan Bulanan yang mencatat mengenai kemajuan progress fisik yang telah dicapai di lapangan yang telah diperiksa dan disahkan oleh Direksi. 7. Disamping kewajiban untuk menyediakan laporan, kontraktor juga harus menyiapkan Kantor Lapangan untuk Direksi/Pengendali Kegiatan dengan perlengkapan yang memadai, buku Harian, Buku Direksi/Pengendali Kegiatan dan Buku Tamu yang setiap saat harus tersedia di kantor lapangan, dimana sewaktu-waktu Direksi dapat memberikan perintah dan catatan-catatan dalam buku tersebut.