Upload
ayu-inframe-wijayanti
View
85
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
SOSIALISASI DALAM KELUARGA MODERN : ALIRAN PEMIKIRAN NATURALISTIK DAN HUMANISTIK
AYU WIJAYANTI1121218012
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam
keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Juga dikatakan lingkungan
yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga, sehingga
pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga. Keluarga merupakan
institusi sosial yang bersifat universal dan multifungsional. Fungsi pengawasan, sosial, pendidikan,
keagamaan, perlindungan, dan rekreasi dilakukan oleh keluarga terhadap anggota-anggotanya.
Namun dengan semakin berkembangnya proses industrialisasi, urbanisasi dan sekularisasi maka
keluarga dalam masyarakat modern kehilangan sebagian dari fungsi-fungsi tersebut di atas.
Meskipun perubahan masyarakat telah mendominasi, namun fungsi utama keluarga yang tetap
melekat adalah fungsi sosialisasi, yang juga tidak luput dari perubahan.
Fungsi sosialisasi ini menunjuk peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak yang
terjadi melalui interaksi antar anggota keluarga. Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak
mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarakat
dalam proses perkembangan pribadinya. Dari sosialisasi ini juga, anak akan memasuki sistem sosial
sebagai orang dewasa, dan akan memperoleh berbagai pelajaran dan latihan untuk mengenal
norma-norma yang berlaku dalam masyrakatnya, sehingga mampu melakukan berbagai peran sosial
yang diharapkan, menurut kualitas yang diantisipasikan oleh lingkungan atau masyarakat sekitarnya
(T.O. Ichromi, 2004:30).
Untuk sosialisasi dalam keluarga modern sendiri yang identik dengan keluarga industri
dimana ekonomi menjadi perhatian utama yang membuat kedua orang tua harus bekerja di sektor
publik, proses sosialisasi nilai-nilai terhadap anak kemudian menjadi lebih banyak dilakukan oleh
lembaga-lembaga selain keluarga seperti sekolah. Sekalipun demikian, pada awalanya tanggung
jawab sosialisasi yang diberikan kepada sekolah lebih bersifat pembelajaran dan tranmisi budaya,
namun lama kelamaan, sekolah diberi tanggung jawab untuk membantu anak-anak dan kaum muda
agar dapat berkembang ke peran pendewasaan.
Sosialisasi antar anggota keluarga, yang mengharuskan adanya interaksi sebagai syarat
utama proses sosialisasi, pun banyak dilakukan melalui media yang mengedepankan perkembangan
teknologi. Proses sosialisasi yang demikian tentu akan berbeda hasilnya dengan proses sosialisasi
pada keluarga tradisional yang masih memungkinkan mereka untuk bertatap muka dan
berkomunikasi secara langsung, sehingga anak-anak dapat lebih mudah menyerap dan memahami
nilai dan norma yang harus mereka taati.
Bila proses sosialisasi yang terjadi dalam keluarga modern tersebut dilihat dari perspektif
aliran naturalistik yang menganggap bahwa individu adalah makhluk yang malang dimana
kelangsungan hidupnya hanya mungkin berada dalam suatu dunia sosial yang tertib. Meskipun
Hobbes kemudian menyatakan bahwa manusia sebenarnya merupakan makluk yang telah
ditentukan, tetapi mampu bertindak rasional (Poloma, 1994:8-9). Maka dapat dikatakan bahwa
keluarga modern adalah suatu kelompok sosial terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari individu-
individu yang jalan hidupnya telah ditentukan oleh sebuah sistem, dalam hal ini para orang tua yang
oleh sistem industrialisasi diharuskan bekerja untuk kemudian memanfaatkan bayarannya dalam
mencukupi kebutuhan keluarga. Namun di sini mereka tetap bisa bertindak rasional dengan
mensubstitusikan fungsi-fungsi keluarga termasuk fungsi sosialisasi yang seharusnya dilakukan oleh
keluarga kepada lembaga-lembaga formal atau informal lainnya.
Namun bila menggunakan sudut pandang aliran humanistik yang menganggap manusia
adalah pelaku bebas dalam dunia sosial, meski dalam beberapa hal juga dibentuk oleh dunia sosial
yang telah ada sebelumnya (Poloma, 1994:12), maka tidak seharusnya para orang tua dalam sebuah
keluarga bekerja di sektor publik dan kemudian mempercayakan begitu saja proses sosialisasi
anaknya kepada sekolah atau hanya melalui media komunikasi yang ada. Karena manusia
sesungguhnya adalah makhluk yang bebas dalam menentukan pilihan untuk bekerja kedua-duanya
atau hanya salah satu, atau membentuk suatu lapangan pekerjaan sendiri sehingga masih tetap
menjadi aktor utama dalam menjalankan fungsi-fungsi keluarga terutama fungsi sosialisasi terhadap
anak.
Referensi :
Poloma, Margaret. M. 1994. Sosiologi Kontemporer. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
T.O. Ichromi. 2004. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.