10
Jurnal Komunikasi Pembangunan ISSN 1693-3699 Juli 2010, Vol. 08, No. 2 Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi Sosialisasi Keluarga terhadap Perkembangan Anak A. Sari, A. V. S. Hubeis, S. Mangkuprawira, dan A. Saleh Institut Pertanian Bogor, Mayor Komunikasi Pembangunan, Gedung Departemen KPM IPB Wing 1 Level 5, Jalan Kamper Kampus IPB Darmaga, Telp. 0251-8420252, Fax. 0251-8627797 Abstrak This research explain that the family communications pattern analysis, function of socialization of family, form of communication happened at family who live in setlement and countrified in Bekasi City. Besides, also to know development of child of of the the family. Method which in using in this research is descriptive method uses descriptive survey design, data analysis Statistik by using Lisrel version 8.70. Result of research indicates that communications pattern to family in setlement is more usingly is combination pattern between patterns laisez-faire, protektif, pluralistik, and konsensual. Its use in corresponding to various conditions and situation when mothering. Function of active socialization, passive and radical in using in combination by family who live in setlement and countrified. In mother tongue usage ( area), both types of the family applies for inuring and recognition to child of child of they. Keyword: Family communications pattern, Function of socialization of family, form of communication. 1. Pendahuluan Anak merupakan sumberdaya insani muda usia yang membutuhkan perhatian orang dewasa. Anak merupakan generasi penerus keluarga sehingga perlu dipersiapkan sejak dini agar kelak menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan kesepakatan cita-cita bangsa. Interaksi antara orangtua dan anak sangat menentukan dasar pembekalan pada seorang anak. Agar proses tumbuhkembang anak terjamin dan berlangsung secara optimal. Kebutuhan dasar anak di tingkat keluarga harus terpenuhi. Kebutuhan dasar tersebut meliputi kebutuhan akan perhatian dan kasih sayang orangtua maupun anggota keluarga lainnya. Lingkungan pertama dan utama yang dapat mengarahkan seorang anak untuk menghadapi kehidupannya adalah keluarga. Melalui keluarga, anak dibimbing untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya serta menyimak nilai-nilai sosial yang ber- laku. Keluarga pulalah yang memperkenalkan anak kepada ling- kungan yang lebih luas, dan di tangan keluargalah anak dipersiapkan untuk menghadapi masa depannya dengan segala kemungkinan yang timbul. Untuk berhubungan dengan orang lain dibutuhkan komunikasi yang baik. Komunikasi hanya bisa terjadi apabila menggunakan sistem isyarat yang sama Komunikasi antar pribadi akan sering terjadi dalam pembentukkan karakter seseorang. Menurut Verdeber (1986) dalam Rahkmat (2007) komunikasi antar pribadi merupakan suatu proses interaksi dan pembagian makna yang terkandung dalam gagasan- gagasan maupun perasaan. Komunikasi antarpribadi yang dilakukan dalam keluarga bertujuan untuk mempererat hubungan sosial di antara individu yang ada dalam keluarga. Pola komunikasi keluarga yang dikemukakan oleh McLeon dan Chafee dalam Reardon (1987) terdiri dari pola laissez-faire, protektif, pluralistik dan konsensual. keempat pola yang disampaikan McLeon dan Chafee ada pada masyarakat tradisional maupun masyarakat industri. Penelitian ini dilakukan terhadap keluarga yang tinggal di permukiman dan keluarga yang tinggal di perkampungan dengan tujuan sebagai berikut:

Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi Sosialisasi

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi Sosialisasi

Jurnal Komunikasi Pembangunan

ISSN 1693-3699 Juli 2010, Vol. 08, No. 2

Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi SosialisasiKeluarga terhadap Perkembangan Anak

A. Sari, A. V. S. Hubeis, S. Mangkuprawira, dan A. SalehInstitut Pertanian Bogor, Mayor Komunikasi Pembangunan, Gedung Departemen KPM IPB Wing 1 Level 5, Jalan

Kamper Kampus IPB Darmaga, Telp. 0251-8420252, Fax. 0251-8627797

Abstrak

This research explain that the family communications pattern analysis, function of socialization of family, form ofcommunication happened at family who live in setlement and countrified in Bekasi City. Besides, also to knowdevelopment of child of of the the family. Method which in using in this research is descriptive method usesdescriptive survey design, data analysis Statistik by using Lisrel version 8.70. Result of research indicates thatcommunications pattern to family in setlement is more usingly is combination pattern between patterns laisez-faire,protektif, pluralistik, and konsensual. Its use in corresponding to various conditions and situation when mothering.Function of active socialization, passive and radical in using in combination by family who live in setlement andcountrified. In mother tongue usage ( area), both types of the family applies for inuring and recognition to child ofchild of they.

Keyword: Family communications pattern, Function of socialization of family, form of communication.

1. Pendahuluan

Anak merupakan sumberdayainsani muda usia yang membutuhkanperhatian orang dewasa. Anakmerupakan generasi penerus keluargasehingga perlu dipersiapkan sejak diniagar kelak menjadi manusia yangberkualitas sesuai dengan kesepakatancita-cita bangsa. Interaksi antaraorangtua dan anak sangat menentukandasar pembekalan pada seorang anak.Agar proses tumbuhkembang anakterjamin dan berlangsung secaraoptimal. Kebutuhan dasar anak ditingkat keluarga harus terpenuhi.Kebutuhan dasar tersebut meliputikebutuhan akan perhatian dan kasihsayang orangtua maupun anggotakeluarga lainnya.

Lingkungan pertama dan utamayang dapat mengarahkan seorang anakuntuk menghadapi kehidupannya adalahkeluarga. Melalui keluarga, anakdibimbing untuk mengembangkankemampuan dan kreativitasnya sertamenyimak nilai-nilai sosial yang ber-laku. Keluarga pulalah yangmemperkenalkan anak kepada ling-kungan yang lebih luas, dan di tangankeluargalah anak dipersiapkan untuk

menghadapi masa depannya dengansegala kemungkinan yang timbul.

Untuk berhubungan denganorang lain dibutuhkan komunikasi yangbaik. Komunikasi hanya bisa terjadiapabila menggunakan sistem isyaratyang sama Komunikasi antar pribadiakan sering terjadi dalam pembentukkankarakter seseorang. Menurut Verdeber(1986) dalam Rahkmat (2007)komunikasi antar pribadi merupakansuatu proses interaksi dan pembagianmakna yang terkandung dalam gagasan-gagasan maupun perasaan. Komunikasiantarpribadi yang dilakukan dalamkeluarga bertujuan untuk mempererathubungan sosial di antara individu yangada dalam keluarga.

Pola komunikasi keluarga yangdikemukakan oleh McLeon dan Chafeedalam Reardon (1987) terdiri dari polalaissez-faire, protektif, pluralistik dankonsensual. keempat pola yangdisampaikan McLeon dan Chafee adapada masyarakat tradisional maupunmasyarakat industri. Penelitian inidilakukan terhadap keluarga yangtinggal di permukiman dan keluargayang tinggal di perkampungan dengantujuan sebagai berikut:

Page 2: Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi Sosialisasi

A. Sari, et al.

37

1. Seperti apa pola komunikasikeluarga, fungsi sosialisasi keluarga,dan bentuk komunikasi yang terjadipada keluarga yang tinggal dipermukiman dan perkampungan diKota Bekasi?

2. Sejauh mana tingkat perkembangananak pada keluarga yang tinggal dipermukiman dan perkampungan diKota Bekasi?

2. Metode Penelitian2.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di KotaBekasi dengan contoh penelitiankeluarga yang tinggal di tiga kecamatandi Kota Bekasi, yaitu keluarga yangtinggal di Kecamatan Bekasi Utara,Kecamatan Pondok Gede, KecamatanPondok Melati. Pelaksanaan penelitiandi lakukan pada bulan Mei sampai Juli2010.

2.2 Desain penelitian

Penelitian ini memakai desainsurvei, dengan teknik pengambilansampel menggunakan teknik dis-proporsional random sampling. Sampelpada tiga kecamatan berjumlah 156responden yang diklasifikasi ber-dasarkan keluarga dari keluarga yangtinggal di perumahan dan dipermukiman.

3. Hasil dan Pembahasan3.1 Pola Komunikasi Keluarga

Pola komunikasi keluargaadalah komunikasi yang terjadi dalamkeluarga dimana sumber adalahorangtua kepada anaknya ataupun anakkepada orangtua yang mempunyai pola-pola tertentu. Pola komunikasi keluargadalam penelitian ini adalah polakomunikasi laissez-faire, polakomunikasi protektif, pola komunikasipluralistik dan pola komunikasikonsensual, sebagaimana di jelaskandalam tabel berikut:

Tabel 1Pola Komunikasi Keluarga di Permukiman dan Perkampungan

Pola KomunikasiKeluarga

Permukiman PerkampunganTidakPernah

Pernah Sering Selalu TidakPernah

Pernah Sering Selalu

Pola Laisez-faire 0 9 56 13 0 13 52 13Pola Protektif 0 19 43 16 1 17 48 12Pola Pluralistik 0 13 50 15 0 14 49 15Pola Konsensual 0 9 62 7 0 12 54 12

3.1.1 Pola Laissez-faire

Pola laissez-faire yangdilakukan di keluarga yang tinggal dipermukiman dan yang tinggal diperkampungan termasuk dalam ka-tegori sering.

Hal utama yang dilakukan olehkeluarga yang tinggal di permukimandalam pola laissez-faire adalah saatorangtua membiarkan anak bermainsendiri. Keluarga di perkampungan

membiarkan anak main sendiri didalamdan diluar rumah, hal ini di mungkinkankarena keluarga yang tinggal diperkampungan tinggal diantara keluargaluas.

3.1.2 Pola Protektif

Keluarga yang tinggal dipermukiman maupun yang tinggal diperkampungan. 99,4% respondenmenyatakan pernah, bahkan cenderung

Page 3: Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi Sosialisasi

Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi Sosialisasi Keluarga terhadapPerkembangan Anak

38

sering dan selalu menggunakan polakomunikasi keluarga dengan polaprotektif dalam berinteraksi dengananak-anaknya. Hal utama yang selaludilakukan oleh para orangtua adalahmenemani bermain dan menjelaskansetiap yang ditanyakan oleh anak-anakmereka. Sebagian dari orangtuamengarahkan anak-anak mereka denganpermainan yang menurut orangtua lebihbaik, dan rata-rata anak mereka patuhdan tidak pernah menolak. Larangan-larangan yang harus diketahui anak,lebih dahulu dijelaskan sebelum anak-anak mereka melakukan aktivitas.

3.1.3 Pola Pluralistik

Keluarga yang tinggal dipermukiman dan keluarga yang tinggaldi perkampungan termasuk dalamkategori sering dan cenderung dalamkategori selalu di gunakan dalamberinteraksi dengan anak-anaknya.Keluarga yang tinggal di permukimandan keluarga yang tinggaldiperkampungan memberikankebebasan kepada anak-anak dalammengemukakan pendapat tentangmainan yang akan di pilih danmembiarkan anak bertanya sesuaidengan perkembangan kemampuannya.Dalam aktivitas bermain, orangtuamemberikan kesempatan kepada anak-anaknya untuk memilih permainan yangakan di mainkan, orangtua menjelaskanresiko dari akibat permainan tersebut.Larangan tidak dilakukan oleh orangtuaapabila permintaan anak sudahdisampaikan oleh anak dan orangtuamemahami maksud dari permintaantersebut.

3.1.4 Pola Konsensual

Pola komunikasi konsensualyang terjadi di keluarga yang tinggal dipermukiman dengan keluarga yang

tinggal di perkampungan termasukdalam kategori sering dan cenderungkepada selalu digunakan dalam interaksidengan anggota keluarga, terutamaterhadap anak-anaknya. 74% dariresponden yang tinggal di dua lokasipenelitian menyatakan sering memberikebebasan kepada anak-anak merekadalam bermain, mereka tidak melarangkarena mereka menganggap anak-anaksudah mengerti apa yang di lakukananak-anak mereka. Rata-rata orangtuamempercayai apa yang dilakukan olehanak-anaknya. Mereka beranggapanbahwa anak-anak mereka sudahmengerti apa resiko dari pilihanpermainan mereka.

3.2 Fungsi Sosialisasi KeluargaFungsi Sosialisasi keluarga

dalam keluarga merupakan suatu prosesdimana orangtua melakukan penanamannilai dan norma kepada anak-anak atauanggota keluarga. Norma merupakannilai yang dijunjung tinggi olehmasyarakat dan di sosialisasikan kepadaanggota keluarga agar mereka mampuberperan menjadi orang dewasadikemudian hari. Harapan dalammelakukan fungsi sosialisasi keluargaadalah agar anak-anak dalam setiapkeluarga dapat berperilaku sesuaipatokan yang berlaku dalammasyarakat. Nilai yang ditanamkanmerupakan hal dasar yang fundamentalseperti antara lain tentang nilaikejujuran, keadilan, budipekerti,pendidikan dan kesehatan. untukmenegakkan nilai-nilai itu diperlukansejumlah norma atau aturan berperilakusebagai patokan bagi anggotamasyarakat sehingga dapatmengindahkan nilai dimaksud dalamkehidupan bersama atau masyarakat.Sebagaimana di jelaskan dalam tableberikut:

Page 4: Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi Sosialisasi

A. Sari, et al.

39

Tabel 2Fungsi Sosialisasi Keluarga di Permukiman dan Perkampungan

Fungsi SosialisasiKeluarga

Permukiman PerkampunganTidakPernah

Pernah Sering Selalu TidakPernah

Pernah sering Selalu

Sosialisasi Aktif 0 9 44 25 0 4 48 26Sosialisasi Pasif 0 10 49 19 0 4 43 31Sosialisasi Radikal 0 19 43 16 0 16 48 13

3.2.1 Fungsi Sosialisasi Aktif

Sosialisasi aktif yangdilakukan orangtua didalam penelitianini adalah aktif dalam mengarahkananak-anaknya kepada kehidupan yangsesungguhnya. Orangtua yang tinggal dipermukiman cenderung melakukansosialisasi aktif dengan cara menuntunanak untuk mengerti dan memahamiapa yang menjadi norma di lingkunganmasyarakat. Keluarga yang tinggal dipermukiman maupun yang tinggal diperkampungan termasuk dalam kategoripernah, sering dan bahkan cenderungselalu melakukan fungsi sosialisasisecara aktif dalam memjelaskan arti darisetiap yang ingin di ketahui oleh anak-anak mereka. Orangtua mengarahkananaknya untuk mengenal lingkungandan nilai-nilai secara baik. Keluargayang tinggal di permukiman maupunyang tinggal di perkampungan sama-sama mengarahkan anak untukmelakukan perilaku sopan kepada siapasaja yang mereka temui, merekadiajarkan untuk mengucapkan salamketika bertemu dengan orang yang lebihtua.

3.2.2 Fungsi Sosialisasi Pasif

Keluarga yang tinggal dipermukiman dan di perkampunganlebih menggunakan fungsi sosialisasipasif pada saat-saat tertentu sepertimengenal teman bermain dengansendirinya. Mengambil mainan ditempat main sendiri.

Data lapangan menunjukkanbahwa sosialisasi pasif lebih Dominan

di lakukan saat anak bermain bersamateman-teman sebayanya. Orangtuamembiarkan anak memilih teman, tanpamengarahkan siapa yang harus di pilihsebagai teman. Saat menonton Televisibersama, anak di biarkan menonton,kalau ada pertanyaan baru di arahkansesuai dengan pertanyaan yang diajukananak. Pada saat anak mandi, beberapakeluarga di permukiman membiarkananak-anak mereka bermain sambilmandi di kamar mandi, sambilmengajarkan apa yang di lakukan anaksaat mandi.

3.2.3 Fungsi Sosialisasi Radikal

Berdasarkan data, 78% keluargadi permukiman dan keluarga diperkampungan menerapkan fungsisosialisasi radikal dalam kategori seringdan selalu. Data di lapanganmenunjukkan bahwa keluarga lebihradikal atau keras kepada anak-anaknyaapabila menyangkut agama yang dianut.Para orangtua di perkampungan lebihkeras dalam mendidik anak-anakmereka dan mewajibkan mengikutipendidikan qur’ani yang diadakan dilembaga-lembaga Islam dilingkunganrumah mereka. Bagi keluarga yangberagama Khatolik dan Protestan,mereka menerapkan fungsi sosialisasiradikal pada saat anak ke sekolahminggu di gereja, merekamendisiplinkan waktu harus ke gereja.Keluarga di permukiman dan diperkampungan melakukan hal yangsama dalam menerapkan sangsi kepadaanak-anak mereka.

Page 5: Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi Sosialisasi

Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi Sosialisasi Keluarga terhadapPerkembangan Anak

40

3.3 Bentuk KomunikasiBentuk komunikasi yang

muncul dalam komunikasi sehari-hariadalah bentuk verbal ataupun bentuknonverbal. Hal yang di harapan dalamberkomunikasi adalah terciptanya suatuproses penyampaian verbal pikiran,perasaan dan emosional yang dapatdiungkapkan dengan berbagai carasehingga dimengerti orang lain, danterjadi perubahan tingkah laku padaindividu yang diharapkan tersebut.

3.3.1 Komunikasi Verbal

Bentuk komunikasi verbal,dilihat berdasarkan penggunaan bahasa,intonansi, nada saat bicara ataupunlogat, dialek, merupakan objek dalammemahami bentuk komunikasi verbal.Bentuk komunikasi verbal jikadikaitkan dengan pola komunikasikeluarga dalam penerapan fungsisosialisasi keluarga terhadapperkembangan anak, dapat dikatakanbahwa bagaimana orangtua, terutamaibu yang mengasuh anak melakukankomunikasi secara verbal kepadaanaknya.

Data menunjukkan bahwapenggunaan bahasa pada keluarga yangtinggal di permukiman dan diperkampungan menunjukkan pada tarafsama yaitu dalam kategori pernah dansering menggunakan bahasa ibu ataubahasa daerah dalam berinteraksidengan anak-anak maupun dengananggota keluarga lainnya. Datalapangan menunjukkan bahwa 146responden (90%) menyatakan pernahdan sering menggunakan bahasa daerahuntuk menjelaskan sesuatu kepadaanak-anaknya. Bahasa daerah yangdipakai oleh orangtua saat berinteraksidengan anaknya lebih cenderungmengenai pembiasaan ucapan ataupunperintah singkat seperti ”tole..turu”,(bahasa Jawa yang di gunakan ibu

kepada anak laki-laki kesayangan untukmeminta anaknya tidur), “Buyung.. jaanmain jauh-jauh yo” (bagi keluargaMinang dalam melarang anak untuktidak bermain jauh-jauh dari rumah).“neng geulis…” Bahasa daerah bagikeluarga Sunda terhadap anakperempuannya. Penggunaan bahasayang mudah di mengerti oleh anaktermasuk sering di pakai oleh keluargabaik yang tinggal di permukimanmaupun keluarga yang tinggal diperkampungan.

Nada bicara saat interaksidengan anak menunjukkan bahwa rata-rata orangtua sering menggunakan nadarendah untuk memberitahu sesuatukepada anak-anaknya. mereka mencobamerendahkan nada ketika marah kepadaanak-anaknya. Begitu juga saat anak-anak bertanya tentang mainan,menanyakan kegunaan mainan, rata-ratakeluarga menyatakan kepada merekadengan merendahkan nada bicara ketikaanak bertanya.

Aktivitas anak dilarang denganmenggunakan kata”jangan”, ”Tidak”,larangan ini disampaikan denganmenekankan kata, sehingga anakmenangkap sebagai larangan yang harusdipatuhi.

3.3.2 Komunikasi nonverbal

Komunikasi nonverbal meliputikomunikasi yang dapat disampaikandalam berbagai cara, misalnya dengangerakan anggota tubuh, ekspresi wajah,tatapan mata, penampilan dan gayagerak. Komunikasi nonverbal sangatmembantu dan memperkuat komunikasiverbal. Komunikasi nonverbal dalampenelitian ini adalah Intonansi, mimik,kinesik, proximiti, haptik, kekasaran,sentuhan.

Data menunjukkan bahwa dalampengucapan kata lebih sering ditekankan pada kata-kata yang ingin

Page 6: Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi Sosialisasi

A. Sari, et al.

41

dingat oleh anak. Baik keluarga yangtinggal di permukiman maupunkeluarga yang tinggal di perkampungantermasuk dalam kategori sering danselalu menekankan kata-kata pentingyang harus di lakukan oleh anak-anakmereka. Dalam menjelaskan kata- katapenting juga termasuk dalam kategorisering dan selalu.

Keluarga yang tinggal dipermukiman maupun yang tinggal diperkampungan termasuk sering me-nunjukkan kemarahan kepada anakdengan menggunakan mimik wajah.Begitu juga dalam mengungkapkan rasasayang kepada anak di ungkapkandengan mimik wajah yang me-nunjukkan rasa sayang. Melarang anakuntuk tidak melakukan kesalahan atauhal-hal yang keliru, para orangtuamenggunakan mimik wajah yaitudengan mendelikkan mata tanda tidaksetuju dengan perbuatan anak.

Memeluk anak sambil bermain,sambil menonton televisi termasukdalam kategori sering dilakukan olehkeluarga yang tinggal di permukiman,sedangkan keluarga di perkampungantidak pernah melakukan memeluk anaksambil bermain atau sambil menontontelevisi.

Saat anak bermain, memanjatkursi atau menaiki tangga, bagikeluarga di permukiman di perhatikandan selalu dituntun untuk menaiki kursiataupun tangga. Sedangkan keluargayang tinggal di perkampungan tidakmenuntun anak saat menaiki tanggaatau memanjat kursi, hal ini karenamereka selalu membiarkan anak-anaknya untuk bermain dengansendirinya, tanpa di tuntun maupun diperhatiankan secara mendetail.

Proximiti atau kedekatanorangtua kepada anak ditunjukkandengan mengendong pada saatmenangis. Keluarga yang tinggal dipermukiman dan keluarga yang tinggaldi perkampungan menunjukkan perilaku

proximiti kepada anaknya denganmengendong anak ketika merajuk atauketika mengamuk karena tidak sukadengan mainannya. Rata-rata anak yangtinggal di permukiman maupun diperkampungan menunjukkan ke-senangan kepada mainan dilakukandengan tertawa-tawa dan melonjak-lonjak. Anak dari kedua wilayahpenelitian menunjukkan kesedihannyadengan menangis.

Orangtua pada keluarga dipermukiman termasuk dalam kategoriselalu menyentuh wajah anaknya padasaat akan menyisir rambut anaknya,begitu juga pada saat akan mengajaktidur. Belaian pada rambut anak jugasering dilakukan oleh keluarga yangtinggal di permukiman. Mereka jugamembiasakan mencium ubun-ubunanaknya. Membelai rambut anaksambil mengatakan ” kamu cakepsayang”, merupakan kata-kata yangtermasuk kategori pernah diucapkanoleh orangtua yang tinggal dipermukiman maupun di perkampungan.Menciumi anak sambil mengatakan”anak pinter” merupakan perilaku dankata-kata yang termasuk dalam kategoripernah dilakukan oleh oranhgtua yangtinggal di permukiman dan diperkampungan. Rata-rata orangtua yangbekerja, ketika mereka pulang sampaidirumah dan bertemu anaknya, merekamembiasakan menyentuh wajahanaknya sambil menyapa berkata ”apakabar sayang”

3.4 Kondisi Anak pada Saat Penelitiandi lakukan

3.4.1 Perkembangan Fisik Anak

Anak dalam penelitian iniadalah anak yang berusia antara 0 s/d 6tahun yang diasuh oleh orangtua yanglengkap. Umur anak pada penelitian iniberada dalam umur 2 tahun s/d 6 tahun.Perkembangan anak jika dikaitkandengan usianya, sudah sesuai dengan

Page 7: Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi Sosialisasi

Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi Sosialisasi Keluarga terhadapPerkembangan Anak

42

batas kemampuan anak dalam usiabalita. Keluarga di permukiman dankeluarga di perkampungan mempunyaipola yang sama dalam mengadopsiinformasi dari puskesmas ataupun daridokter yang mereka kunjungi.Pengetahuan Ibu dan Ayah pada keduawilayah penelitian di nilai cukupmengerti dengan perkembangan anaksesuai dengan umur anak. Mereka paraorangtua mengerti apa yang harusdilakukan pada saat anak bertambahbulan dan tahun usianya.

Keluarga di permukimanmemberikan perlakuan sama kepadaanak laki-laki dan anak perempuan.Para orangtua menganggap anak laki-laki maupun anak perempuan adalahsama, sehingga mereka tidak mem-bedakan perilaku dalam pengasuhan.Jika di kaitkan dengan memilihpermainan, karena sudah menjadikebiasaan dan adanya performancemedia, seperti film kartun ninja, powerranger, Conan, mereka membedakanjenis mainan bagi anak laki-laki dananak perempuan. Sedangkan keluarga diperkampungan tidak membuatperbedaan secara spesifik.

Perkembangan fisik dan motorikanak, pola pandai berjalan terhadapanak di permukiman dan diperkampungan termasuk pola normal.Perkembangan motorik kasar untukberjalan lancar antara 11 bulan-16bulan. Perkembangan fisik lainnya yaituperkembangan terhadap tumbuh gigipada umur 6 bulan s/d 12 bulan.

3.4.2 Perkembangan Emosi Anak

Perkembangan emosi pada anakmerupakan proses pengungkapanperasaan dan keinginan anak terhadapsesuatu, termasuk dalam pola-polaperilaku dalam menghadapi rasa tidaknyaman atau tidak menyenangkan.Perkembangan anak pada anak usia 3-6

tahun di ungkapkan dengan menangisdan berteriak-teriak. Dalam penelitianini perkembangan emosi diungkapkandengan kecengengan dan tindakan yangmenunjukkan ketidak sukaan. Hal yangutama yang dituntut dari pengasuhterutama ibu adalah bagaimanamembaca dan memperlakukankeinginan anak agar terjalin kembalikesamaan makna, sehingga anak tidakmenunjukkan kemarahan ataupunkejengkelan terhadap sesuatu.

Hasil penelitian menunjukkanbahwa keluarga yang tinggal dipermukiman terlihat bahwa ibumembujuk anak lebih dengan caramengendong anak, menciumi wajahanak, membujuk sambil memuji, begitujuga dengan keluarga yang diperkampungan hampir melakukan halyang sama. Ibu-ibu dari keluarga yangtinggal di permukiman memiliki caralain yaitu memberikan kue yang disukai anak yang telah di siapkan didalam kulkas ataupun di meja makan.Juga memberikan mainan yang sangatdi sukai anak, seperti mobil-mobilanataupun boneka.

3.4.3 Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif anakyang tunjukkan dengan bisa bicara,rata-rata anak dari keluarga dipermukiman maupun keluarga diperkampungan bisa bicara pada umur 6bulan s/d 15 bulan. Ada beberapakeluarga mengalami perkembanganbicara anak mereka pada umur di atas15 bulan, hal ini karena anak merekapernah mengalami sakit secara fisikseperti: panas yang berakibat pernahmengalami kejang 1 kali, dan akibatyang bisa mereka amati dan merekaceritakan adalah anak mereka lama bisabicara.

Perkembangan kognitif lainnyaadalah pola pertanyaan anak pada saat

Page 8: Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi Sosialisasi

A. Sari, et al.

43

melihat atau menonton televisi.Perkataan yang muncul adalah ”apakahitu”, data menunjukkan bahwa 49%responden mengatakan bahwa anakmereka selalu menggunakan katatersebut. Dan 18% respondenmengatakan bahwa anak merekamenggunakan pertanyaan ”kenapabegitu”, serta 25.5% anak-anak di keduawilayah penelitian menanyakan ” setiapapa yang di tonton” kepada orang yangmendampingi mereka menonton, serta6,5% menanyakan ” tokoh di film” yangmereka tonton. Berdasarkan datatersebut dapat di jelaskan bahwa secaraperkembangan kognitif anak balita yangtermasuk dalam perkombangan kognitiftahap pra-operasional, dimana padatahap ini anak berada pada apa yang disebut dengan ”object permanent” yangarti pada masa ini anak akanmengartikan objek yang tampak sesuaidengan kemampuannya, sehingga diaingin tahu dan akan bertanya denganmenggunakan pertanyaaan ”apakahitu?”, ”kenapa begitu”, ”itu Siapa?’, danlain sebagainya. Berdasarkan teoriPiaget, mengatakan bahwa hal-hal yangperlu di perhatikan pada anak masa iniadalah membatasi objek yang akan dilihat secara indera mereka, kepada hal-hal yang mudah dicerna mereka.Sehingga orangtua harus mendampingisetiap aktivitas anak, baik dalammenonton televisi maupun dalammelihat lingkungan sosial yang merekalihat.

3.4.4 Perkembangan Psikososial Anak

Perkembangan psikososial anakdalam bermain menunjukkan bahwaanak mengembangkan jiwa sosial dalamcara bermain, dengan cara bermaindengan temannya bertukar mainan,bermain sepeda, bermain petak umpet,main manten-mantenan, ada anak yangbermain sendiri dan ada anak bermainbersama bapak atau ibunya di rumah.

Secara perkembangan psiko-sosial anak dalam masa pertumbuhandan perkembangannya, anak-anak padakeluarga yang tinggal di permukimanmaupun di perkampungan memasukimasa psikososial normal. Datamenunjukkan anak bermain sendiri, halini di sebabkan karena ada aturanorangtua yang harus mereka patuhisehingga mereka dibatasi bermain, yangberakibat mereka akhirnya bermainsendiri. Ada anak bermain bersamaorangtua, hal ini karena orangtua yangmenyadari pengaruh lingkungan ter-hadap anaknya, mereka meluangkanwaktu untuk menemani anak-anakmereka bermain di rumah. Keluargayang tinggal di permukiman lebihmenyadari pengaruh lingkungan,sehingga pola protektif terhadap anak diseimbangkan dengan meluangkanwaktu untuk bermain bersama.

Perkembangan psikososiallainnya adalah adaptasi anak dalamkeluarga. Pada kedua wilayah penelitianmenunjukkan bahwa mereka ketikabertemu dengan anggota keluarga darikeluarga luas (extended family) perilakuawal mereka adalah malu-malu,kemudian setelah lima menit berikutnyabaru mereka bisa akrab dan bermaindengan ceria. Penanaman nilai dalampembinaan anggota keluarga merupakantanggungjawab yang tidak kalahpentingnya bagi keluarga. hal initermasuk dalam indikator per-kembangan psikososial anak terhadapkehidupan bermasyarakat. Keluarga dipermukiman mengajak anak-anakmereka ikut dalam pengajian mingguyang mereka lakukan di lingkungantempat tinggal, sedangkan keluargayang tinggal di perkampungan tidakmengajak anak ikut kepengajianlingkungan, tetapi mereka mengajibersama di rumah dengan anggotakeluarga lainnya. Ada juga keluarga dipermukiman mengatakan bahwa denganmenegakkan disiplin dalam setiap

Page 9: Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi Sosialisasi

Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi Sosialisasi Keluarga terhadapPerkembangan Anak

44

aktivitas anak dan mengajarkan berdo’akepada sang pencipta merupakan caramemberikan contoh penanaman nilaipada anak.

4. Simpulan

1. Pola komunikasi keluarga, yangterjadi pada keluarga yang tinggaldipermukiman dan di perkam-pungan merupakan pola komunikasidilakukan secara kombinasi antarapola komunikasi laissez-faire danprotektif, antara pluralistik dankonsensual. Fungsi sosialisasikeluarga secara radikal digunakansaat menanamkan nilai kepada anak,sosialisasi pasif dikembangkankeluarga pada saat anak-anakmemilih bermain dan memilihteman, serta sosialisasi aktifdilakukan dalam memperkenalkananggota keluarga lainnya danmengajak dalam pengenalan nilaisosial kemasyarakatan. Bentukkomunikasi verbal lebih banyakdigunakan saat keluarga mem-perkenalkan sesuatu nilai ataupunhal-hal yang baru, pengenalankomunikasi nonverbal ditunjukkanuntuk mengenalkan simbolkemarahan, ataupun kesenangankepada anak.

2. Perkembangan anak secara fisik,emosi, kognitif dan psikososialtermasuk dalam kategori normal,sesuai dengan fase pertumbuhananak secara umum. Anak dalampenelitian ini, menunjukkan bahwaperkembangan mereka berada padabatasan normal. Komunikasi verbalbahasa, komunikasi verba dannonverbal secara proximity dankata-kata dapat mempengaruhiperkembangan anak secara positifdalam taraf nyata.

5. Saran

1. Perkembangan anak merupakantanggung jawab keluarga terutamaorangtua, maka sudah sepatutnyaorangtua memperlakukan anaksesuai dengan pertumbuhan danperkembangan usia anak. Polakomunikasi keluarga yang dilakusecara kombinasi dalam interaksikeluarga sangat di sarankan, untukdi lakukan pada interaksi keluarga,karena situasional pengasuhansangat berbeda pada setiapkeluarga.

2. Bagi orangtua sebaiknya memakaikomunikasi verbal denganmenggunakan bahasa yang di-mengerti anak, hal ini merupakanbentuk komunikasi yang baik.Penggunaan nada rendah yangbersifat keramahan dapat mem-bantu anak untuk menyesuaikandiri dan memberi kesempatankepada anak mengembangkankreatifitasnya.

3. Untuk mengurangi kekerasandalam rumah tangga, makakomunikasi verbal dan nonverbalsecara kata-kata kasar yang disertaipukulan, teriakan yang disertaimimik wajah kemarahan dihindari,karena perilaku tersebut dapatmemicu untuk melakukan tindakanyang lebih keras dan bisa mengarahkriminal.

Daftar Pustaka

DeVito JA. 1997. Komunikasi AntarManusia. Indonesia ProfessionalBooks, Jakarta.

Guhardja S 1996 Studi TransisiKeluarga, Konsumsi Pangan danGizi dan PerkembanganKecerdasan Anak Intitut PertanianBogor, Bogor.

Gunarsa. 2002. Dasar dan TeoriPerkembangan Anak. Cetakan

Page 10: Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi Sosialisasi

A. Sari, et al.

45

keenam. BPK Gunung Mulia,Jakarta.

Kusnendi. 2008 Model-modelPersamaan Struktural, satu danmultigroup sample denganLISREL. Alfabeta, Bandung.

Limbong. 1996, Hubungan PolaKomunikasi Keluarga denganPerkembangan KemampuanSosialisasi dan PerkembanganKemampuan Komunikasi

Anak Usia Prasekolah pada IbuBekerja dan Ibu tidak Bekerja diJakarta. [tesis], Program StudiPsikologi UI, Jakarta.

Mulyana R. 2005. Membangun IklimKomunikasi Keluarga, JurnalMAPI September 2005, Jakarta.

Rakhmat J. 2007. PsikologiKomunikasi. Remaja Karya,Bandung.

Rambe. 2004. “Alokasi PengeluaranRumahtangga dan TingkatKesejahteraan (kasus diKecamatan Medan Kota SumateraUtara).” [tesis] SekolahPascasarjana IPB, Bogor.

Reardon KK 1987. InterpersonalCommunication Where WindsMeet. Wadsworth PublishingCompany, California.

Riduwan. 2004. Metode dan TeknikMenyusun Tesis, Alfabeta,Bandung.

Turner B & West C, 2006, The FamilyCommunication Sourcebook,SAGE Publication, Inc.

Widodo AM 2009. “PengaruhKomunikasi Keluarga TerhadapPencegahan Remaja dalamMenyimpan Gambar Porno diHandphone” (tesis) Unitomo,Surabaya.