Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI KOMUNIKASI PENGASUH DALAM
MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK
DISABILITAS DAKSA DI YAYASAN SAYAP IBU CABANG
PROVINSI BANTEN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
OLEH :
ALIF RIZKI MAULANA
NIM : 11150510000077
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M / 1441 H
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Alif Rizki Maulana
NIM : 11150510000077
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul
STRATEGI KOMUNIKASI PENGASUH DALAM
MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK
DISABILITAS DAKSA DI YAYASAN SAYAP IBU CABANG
PROVINSI BANTEN adalah benar merupakan karya saya sendiri
dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya.
Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya
cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia
melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau
keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Jakarta, 16 Januari 2020
Alif Rizki Maulana
NIM 11150510000077
i
ABSTRAK
Alif Rizki Maulana, 11150510000077, STRATEGI KOMUNIKASI
PENGASUH DALAM MENINGKATKAN KEPERCAYAAN
DIRI PADA ANAK DISABILITAS DAKSA DI YAYASAN
SAYAP IBU CABANG PROVINSI BANTEN, Umi Musyarrofah
M.A.
Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten merupakan
yayasan tempat penyantunan dan rehabilitasi anak disabilitas
yang terlantar dan yang memiliki keluarga, yayasan berada di
Bintaro Tangerang Selatan. Agar sesuai dengan visi dan misi
Yayasan Sayap Ibu dibantu dengan tenaga kerja yaitu pengasuh, agar
anak mendapatkan hak yang sama dengan anak lainnya. Dalam
merawat dan mengembangkan kepercayaan diri anak disabilitas daksa
tentu tidak mudah pengasuh harus mempunyai strategi komunikasi agar
tujuannya tercapai.
Berdasarkan konteks di atas, maka pertanyaan penelitian.
Bagaimana Strategi Komunikasi yang digunakan Pengasuh dalam
Meningkatkan Kepercayaan Diri Anak Disabilitas Daksa di Yayasan
Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten?.dan pertanyaan minor Bagaimana
Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi strategi komunikasi Pengasuh
dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Anak Disabilitas Daksa di
Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten?
Perspektif yang digunakan adalah manajemen strategik milik
R. David Fred, yang mana dikemukakan ada tiga tahapan startegi yaitu,
Perumusan Strategi, Implementasi Strategi, dan Evaluasi strategi.
Adapun konsep yang sesuai dengan teori adalah Onong Uchjana
Effendy (2008), yang menyatakan bahwa, Strategi komunikasi
merupakan paduan dan perencanaan komunikasi dan manajemen
komunikasi untuk mencapai suatu tujuan. (Effendy, 2008 : 29).
Strategi Komunikasi Pengasuh merupakan perencanaan strategi
yaitu mengetahui kondisi anak disabilitas daksa faktor eksternal dan
internal yang akan dihadapi. Lalu implementasi strategi yaitu
menerapkan komunikasi persuasif, mengajak anak aktif seperti melukis,
menari, bermain, berkebun dan lain-lain. Selanjutnya evaluasi strategi
pengasuh mengubah cara berkomunikasi terhadap anak disabilitas
daksa agar anak dapat memahami dan mengikuti apa yang pengasuh
katakan.
Kata Kunci : Yayasan Sayap Ibu, Pengasuh, Strategi Komunikasi,
Disabilitas Daksa, kepercayaan diri
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahminirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur bagi
Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya, serta shalawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Strategi Komunikasi Pengasuh dalam Meningkatkan
Kepercayaan Diri Anak Disabilitas Daksa di Yayasan Sayap Ibu
Cabang Provinsi Banten”. Penulisan skripsi ini merupakan tugas
akhir untuk memperoleh gelar sarjana pada bidang komunikasi
dan Penyiaran Islam di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Selanjutnya penulis juga ingin menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak atas segala
bantuan yang telah diberikan kepada penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk itu rasa terima kasih
ini penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Suparto, M.Ed. Ph.D. sebagai dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, S.Ag
sebagai Wakil Dekan I bidang akademik, Dr. Sihabbudin
Noor, M.Ag. sebagai Wakil Dekan II bidang administrasi,
dan Dr. Cecep Castrawijaya, MA. sebagai Wakil Dekan
III bidang kemahasiswaan.
2. Dr. Armawati Arbi sebagai Ketua Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
iii
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Dr. H. Edi Amin, MA. sebagai Sekertaris Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
serta
4. Drs. Azwar Chatib sebagai Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membimbing dan mengarahakan penulis
selama menjadi mahasiswa.
5. Ibu Umi Musyarrofah M.A., sebagai Dosen Pembimbing
skripsi yang telah memberikan arahan, saran, motivasi,
doa, serta ilmunya sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
6. Segenap seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu dan
akhlak yang sangat luar biasa sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
7. Seluruh Staf Karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah membantu penulis dalam urusan
administrasi selama perkulihaan dan penelitian skripsi ini.
8. Seluruh staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi serta Perpustakaan Utama yang telah
melayani peminjaman buku sebagai bahan referensi
penulis dalam penyusunan skripsi
iv
9. Seluruh pihak Yayasan Sayap Ibu Cabang Banten.
Terutama, Ibu Renowati Hardjosubroto, Bapak Zulfahmi,
Bapak Agus Haryanto, Bapak Doni Ramdhoni, Kakak Siti
Salsabila Az-zahra, Mas Kamil, ibu Dedeh Sulastri, serta
adik-adik, saya ucapkan banyak terima kasih atas waktu
yang sudah diluangkan untuk memberikan semua yang
penulis perlukan dalam melengkapi penelitian ini.
10. Kedua orang tua, Ibu Yayat Yuningsih dan Bapak Nana
Sumarna, terima kasih atas segala dorogan dan segala
doanya yang terus dipanjatkan untuk penulis. Dan yang
senantaisa memberikan dukungan kepada penulis baik
secara moril maupun materil demi kelancaran penulisan
skripsi ini.
11. Seluruh keluarga besar Aki Joyo Warya dan keluarga
besar Abah Aming yang selalu mendoakan serta
mendukung penulis sampai menyelesaikan skripsi ini.
12. Semua pihak yang telah membantu memberikan
kontribusi dalam masa studi 4 tahun ini dan juga dalam
tahap penyelesaian skripsi, yang tidak dapat disebutkan
satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat penulis.
Semoga atas seluruh kontribusinya diberikan pahala yang
berlimpah dan dicatat sebagai amal baik oleh Allah SWT,
Aamin.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis berharap adanya kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata, semoga skripsi ini memberikan manfaat tidak hanya
v
untuk penulis tetapi juga untuk pembaca serta segenap keluarga
besar civitas akademika Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 16 Januari 2020
Alif Rizki Maulana
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 7
C. Batasan Masalah ........................................................................... 7
D. Rumusan Masalah ........................................................................ 7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 8
F. Tinjauan Kajian Terdahulu ......................................................... 9
G. Metodelogi Penelitian ................................................................... 11
H. Sistematika Penulisan .................................................................. 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................. 19
A. Strategi Komunikasi ..................................................................... 19
1. Pengertian Strategi ..................................................................... 19
2. Pengertian Komunikasi ............................................................. 22
3. Pengertian Strategi Komunikasi ................................................ 25
B. Kepercayaan Diri .......................................................................... 29
C. Tuna Daksa ................................................................................... 30
1. Klasifikasi dan Sebab Tuna Daksa ............................................ 32
2. Perkembangan Kognitif Anak Tuna Daksa ............................... 35
3. Karakteristik dan Permasalahan Anak Tuna Daksa .................. 37
D. Yayasan .......................................................................................... 39
1. Unsur-unsur Yayasan ................................................................ 39
2. Tujuan dan Fungsi Yayasan ...................................................... 41
vii
3. Organ-organ Yayasan ................................................................ 42
E. Kerangka Berpikir ....................................................................... 44
BAB III GAMBARAN UMUM ............................................................. 45
A. Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten ............................ 45
1. Sejarah Yayasan Sayap Ibu ....................................................... 45
2. Visi & Misi ................................................................................ 59
3. Struktur Organisasi .................................................................... 61
BAB IV TEMUAN DATA ..................................................................... 62
BAB V PEMBAHASAN ......................................................................... 71
A. Strategi Komunikasi Pengasuh dalam Meningkatkan
Kepercayaan Diri Pada Anak Disabilitas Daksa di Yayasan
Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten ............................................ 71
B. Perencanaan Strategi .................................................................... 74
C. Implementasi Strategi .................................................................. 77
D. Evaluasi Strategi ........................................................................... 83
E. Tabel Strategi Komunikasi Pengasuh dalam Meningkatkan
Kepercayaan Diri pada Anak Disabilitas Daksa di Yayasan
Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten ............................................ 84
BAB VI PENUTUP ................................................................................. 88
A. Kesimpulan .................................................................................... 88
B. Saran .............................................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 90
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 : Struktur Organisasi Yayasan Sayap Ibu Cabang
Provinsi Banten .................................................................................. 61
Gambar 5.1 Kegiatan Anak dengan Salah Satu Komunitas ......... 72
Gambar 5.2 Kegiatan Belanja Sayur di Pasar ................................ 76
Gambar 5.3 Kegiatan Menyiram Kebun ......................................... 77
Gambar 5.4 Kegiatan Anak Bermain .............................................. 81
Gambar 5.5 Persiapan Fashion Show Baju Tradisional ................ 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi adalah hal yang sangat penting bagi manusia,
terlebih manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan
interaksi untuk saling berhubungan. Melalui komunikasi manusia
dapat berhubungan dan berinteraksi satu sama lain, karena itu
komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari, setiap manusia tidak pernah terlepas dari komunikasi.
Sebagai makhluk sosial manusia tentunya harus
berkomunikasi untuk tercapainya tujuan apa yang akan
disampaikan, komunikasi yang baik ialah ketika komunikator
mendapatkan timbal balik sesuai dengan apa yang dituju dari
komunikan. Komunikasi berarti proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seorang kepada orang lain, bahwa komunikasi
melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan
sesuatu kepada orang lain.1 Komunikasi terjadi apabila antar
komunikator dan komunikan memiliki kesamaan dalam
memaknai pesan yang disampaikan.2
Komunikasi adalah inti dari interaksi sosial, yaitu proses
saling berbagi gagasan, informasi, dan perasaan bagi setiap
individu. Komunikasi sangat penting bagi peranan sosial karena
1 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), h. 4. 2 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), h. 30.
2
komunikasi merupakan proses dinamika transaksional yang
mempengaruhi perilaku, yang mana penerima dan sumbernya
berbagi sandi untuk menghasilkan pesan yang dapat di terima
kedua belah pihak. Tujuan dari komunikasi yaitu dapat
menambah wawasan, dapat menjalin hubungan relasi yang
positif, menimbulkan kesenangan, mengubah sikap maupun
mempengaruhi orang lain dan dapat membantu memecahkan
masalah orang lain.
Namun, setiap manusia tidak dilahirkan dengan keadaan
baik secara fisik ataupun mental. Keadaan yang seperti itu
menjadi sebuah permasalahan dan menyebabkan komunikasi
tidak berjalan dengan baik, keterbatasan fisik dan mental
membuat komunikasi terhambat. Anak yang lahir dengan
kecacatan fisik dan mental dikategorikan sebagai anak
berkebutuhan khusus. Maka dari itu, tentunya butuh dari sekedar
komunikasi biasa dan kesabaran agar pesan komunikator dapat
benar-benar dipahami dan dimengerti.
Realitas lain ditengah masyarakat anak berkebutuhan
khusus kurang diperhatikan bahkan masih ada perlakuan
diskriminatif dari masyarakat. Salah satu kasus perlakuan
diskriminatif terhadap penyandang disabilitas yaitu ketika shinta
(penyandang disabilitas) menggunakan transportasi udara
menggunakan layanan Wings Air, Shinta dipaksa
menandatangani surat pernyataan bahwa dirinya sakit dan pihak
maskapai tidak bertanggung jawab jika terjadi sesuatu terhadap
Shinta atas kedisabilitasannya, padahal keadaan disabilitas
3
bukanlah keadaan sakit (misal sakit jantung) pihak maskapai
harus bertanggung jawab jika terjadi sesuatu terhadap
penumpangnya terlepas dari disabilitas atau tidaknya seseorang.3
Pada umumnya lingkungan, sikap orang tua, keluarga,
teman sebaya, teman sekolah, dan masyarakat sangat
berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri anak disabilitas,
ejekan dan gangguan anak-anak normal terhdap anak disabilitas
akan menimbulkan kepekaan efektif pada anak disabilitas yang
tidak jarang mengakibatkan timbulnya perasaan negatif pada diri
mereka terhadap lingkungan sosialnya.4
Bahkan di Indonesia banyak anak-anak berkebutuhan khusus
terlantar atau diterlantarkan oleh keluarganya, dari permasalahan
tersebut mulai banyak yayasan yang menampung anak-anak
terlantar dan tidak mempunyai identitas baik anak berkebutuhan
khusus ataupun anak yang normal. Badan Pusat Statistik (BPS)
mempublikasikan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
yang menyatakan sebanyak 9,9 juta anak Indonesia adalah Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam kategori penyandang
disabilitas. Susenas 2012 mendapatkan penduduk Indonesia yang
menyandang disabilitas sebesar 2,45% dan sekitar 33,74% dari
jumlah tersebut mengalami keterbatasan fisik atau tunadaksa.5
3 https://kumparan.com/kumparannews/tak-teken-surat-sakit-difabel-
dipaksa-turun-dari-wings-air-1rih4RKB4tT diakses pada hari kamis tanggal 6
November 2019 pukul 16:11 WIB 4 Soetjihati Soemantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung:
PT.Refika Aditama, 2018), h.132
5 K. Kesehatan, “Infodatin Disabilita.” Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI, 2014.
4
Perkembangan yayasan anak di Indonesia saat ini cukup
dinamis sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki masa depan
anak-anak terlantar dan berkebutuhan khusus di era globalisasi.
Banyak yayasan yang membantu perkembangan anak hingga
benar-benar membangun karakter yang percaya diri dan mampu
berguna di tengah masyarakat, karena seperti yang dijelaskan
diatas banyak anak berkebutuhan khusus malah tidak percaya diri
bahkan sampai menutup diri dari dunia luar dan cenderung
menyakahkan keadaannya keterbatasan fisiknya.
Oleh karena itu, perlu adanya lembaga atau yayasan untuk
menangani masalah anak berkebutuhan khusus terlantar terlebih
yang mempunyai masalah kepercayaan diri, sehingga
menumbuhkan dan membangun rasa percaya diri yang baik dan
terciptanya suatu keberanian, keterampilan yang baik. Dengan
cara ini secara perlahan anak dapat meningkatkan rasa percaya
dirinya. Setiap yayasan anak berkebutuhan khusus, yatim piatu,
anak terlantar dan lain sebagainya pastinya mempunyai tenaga
kerja untuk mengasuh anak-anak tersebut membimbing mereka
agar dapat tumbuh berkembang sesuai bakat dan minat.
Menjadi pengasuh tentunya tidak mudah apalagi menjadi
pengasuh anak-anak berkebutuhan khusus yang kebanyakan anak
tersebut tidak memiliki kepercayaan diri yang diakibatkan
keadaan fisik dan latar belakang anak tersebut baik ekonomi,
traumatis, keluarga yang kurangnya ilmu untuk mengasuh anak
berkebutuhan khusus dan penyebab lainnya. Dalam membimbing
dibutuhkan pengasuhan secara lebih dekat dan intens agar anak
5
merasa nyaman dengan pengasuh, serta pengasuh juga harus
memenuhi syarat yaitu pandai mengasuh dan harus sabar
menghadapi anak-anak.
Yayasan Sayap Ibu (YSI) berdiri pada 25 Mei 1955, dan
didirikan oleh istrinya Bung Tomo (Menteri Sosial) yaitu Ibu
Sulistina di rumah dinas sosial yang berada di Jalan Barito II No.
55 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Yayasan Sayap Ibu
menampung anak-anak yang diterlantarkan dan tidak memiliki
keluarga. Namun, setelah beberapa lama YSI tidak hanya
menerima anak telantar saja namun anak-anak terlantar disabiltas
pun ditampung, kemudian pada 1 Oktober 2005 didirikan YSI
Cabang Banten untuk fokus pada anak disabilitas saja.6
Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten
menggunakan dakwah bil hal. Dakwah bil hal, yaitu dakwah
dengan upaya untuk membangun daya, dengan cara mendorong,
memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya dengan
dilandasi proses kemandirian.7 Yayasan Sayap Ibu Cabang
Provinsi Banten menampung anak disabilitas daksa yang terlantar
dan tidak diketahui keberadaan keluarganya peran yayasan sangat
penting dalam membina dan memberikan hak-hak yang anak
butuh kan seperti hak pendidikan, kesehatan, kasih sayang dan
lain-lain. dalam surah Al-baqarah ayat 220 Allah SWT
Berfirman:
6 http://www.yayasansayapibu.or.id/tentang-kami/sejarah/ diakses
pada hari Kamis tanggal 1 Agustus 2019 pukul 19:10 WIB 7 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 378.
6
“tentang dunia dan akhirat. Dan mereka bertanya kepadamu
tentang anak yatim, katakalah: "Mengurus urusan mereka secara
patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka
mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang
membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan
jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan
kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.” (Al-baqarah 2:220)
Dalam surah Al-baqarah ayat 220 menjelaskan bahwa
sebagai umat yang baik kita harus merawat dan memperlakukan
anak yatim dengan baik karena sesungguhnya anak yatim adalah
saudara kita yang harus kita perhatikan sehingga anak yatim
mendapatkan hak-hak sama seperti anak lainnya.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui strategi
komunikasi yang dilakukan oleh pengasuh di yayasan sayap ibu
dalam meningkatkan kepercayaan diri anak disabilitas daksa
sehingga penulis tertarik untuk mengambil judul: Strategi
Komunikasi Pengasuh Dalam Meningkatkan Kepercayaan
Diri Pada Anak Disabilitas Daksa di Yayasan Sayap Ibu
Cabang Provinsi Banten.
7
B. Identifikasi Masalah
Latar belakang dari anak-anak di yayasan ini yaitu anak
telantar dan ditinggalkan oleh keluarganya serta penyandang
disabilitas ganda yaitu mempunyai lebih dari satu keterbatasan
atau disabilitas, hal tersebut yang menyebabkan anak-anak
menutup diri dan sulit diajak berkomunikasi, sehingga butuh
kesabaran dan strategi komunikasi agar bisa menyampaikan
pesan dengan baik. Dalam masalah ini saya ingin meneliti
bagaimana strategi komunikasi pengasuh dalam meningkatkan
kepercayaan diri pada anak disabilitas daksa di Yayasan Sayap
Ibu Cabang Provinsi Banten yang beralamat di Jl. Graha Raya
Bintaro No.33B, Pd. Kacang Barat, Kec. Pd. Aren, Kota
Tangerang Selatan, Banten.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan, penulis
membuat batasan masalah agar lebih jelas, fokus dan terarah,
maka penulis membatasi masalah pada 6 pengasuh dan 3 anak
asuh untuk mengetahui strategi komunikasi pengasuh dalam
meningkatkan kepercayaan diri pada disabilitas daksa di Yayasan
Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan penggambaran latar belakang yang telah
dijelaskan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
8
1. Bagaimana strategi komunikasi yang diterapkan
pengasuh Yayasan Sayap Ibu dalam meningkatkan
kepercayaan diri pada anak disabilitas daksa di Yayasan
Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten?
2. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam
meningkatkan kepercayaan diri anak Disabilitas daksa
Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Atas dasar latar belakang dan batasan serta
rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian
skripsi ini adalah:
a. Untuk mengetahui strategi komunikasi yang
diterapkan oleh pengasuh di Yayasan Sayap Ibu
dalam meningkatkan kepercayaan diri pada anak
disabilitas daksa di Yayasan Sayap Ibu Cabang
Provinsi Banten.
b. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan
penghambat strategi komunikasi pengasuh dalam
meningkatkan kepercayaan diri anak disabilitas
daksa Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Dengan penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi positif dan menambah
literatur serta menambah ilmu pengetahuan dalam
9
bidang studi dakwah dan komunikasi, khususnya
dalam kajian yang berkaitan dengan strategi
komunikasi.
b. Manfaat Praktis
Penulis berharap penelitian ini dapat menambah
ilmu pengetahuan bagi mahasiswa, masyarakat, dan
bagi pihak lainnya baik secara langsung maupun
secara tidak langsung. Dapat menambah wawasan
bagi pembaca tentang strategi komunikasi pengasuh
dalam meningkatkan kepercayaan diri pada anak
disabilitas daksa di Yayasan Sayap Ibu Cabang
Provinsi Banten.
F. Tinjauan Kajian Terdahulu
Dalam menentukan judul skripsi penulis sudah melakukan
tinjauan pustaka ke Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, dan ke Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah. Berikut beberapa penelitian yang telah melakukan
kajian tentang:
Nama Judul Skripsi Hasil Persamaan Perbedaan
Rizqi
Nur Ilmi
Strategi
Komunikasi guru
dalam penanaman
nilai-nillai
pendidikan agama
pada anak
Penelitian ini
menggunakan
metode studi
kualitatif yang
membahas dan
menguraikan
Persamaannya
dengan skripsi
saya terdapat
pada
penggunaan
teori strategi
Perbedaannya
terletak pada
Rumusan
masalah, objek
dan Subjek yang
Diteliti.
10
penyandang
tunagrahita di
SLB-C Tunas
Kasih 1
Kabupaten Bogor
tentang strategi
komunikasi apakah
yang digunakan
oleh guru SLB-C
Tunas Kasih 1
Kabupaten Bogor
dalam penanaman
nilai-nillai
pendidikan agama
pada anak
penyandang
tunagrahita
komunikasi
Kurbia
Nuraini
Motivasi
Berprestasi
Mahasiswa
Penyandang Tuna
Daksa.
Penelitian ini
menggunakan
metode studi
kualitatif yang
membahas dan
menguraikan
tentang mahasiswa
berprestasi
penyandang tuna
daksa.
Persamaannya
Terletak Pada
objek
penelitaian
Yaitu
penyandang
disabilitas.
Perbedaan
dengan
penelitian ini
yaitu teori.
Mulinia Pemberdayaan
Penyandang
Disabilitas pada
Himpunan Wanita
menggunakan
metode studi
kualitatif yang
membahas dan
Persamaannya
Terletak Pada
objek
penelitaian
Perbedaan
dengan
penelitian ini
yaitu teori.
11
G. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma adalah suatu cara pandang untuk
memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma
menunjukan apa saja yang penting, absah, dan masuk
akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukan apa
saja yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan
pertimbangan eksistensial dan epitemologis yang
panjang.8
Paradigma yang digunakan penelitian ini adalah
paradigma kontruktivis. Paradigma kotruktivis ialah
paradigma yang hampir merupakan antitesis dari paham
yang meletakan pengamatan dan objektivitas dalam
menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan.
Peneliti ingin menunjukan bahwa hasil dari yang
diteliti dan pengamatan terhadap objek akan
8 Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 9.
Penyandang Cacat
Indonesia
menguraikan
tentang
pemberdayaan
wanita penyandang
disabilitas pada
HWPCI
Yaitu
penyandang
disabilitas.
12
menemukan suatu hal untuk membantu perkembangan
ilmu pengetahuan. Karena dalam penelitian ini
tetntunya menjadi pengasuh anak disabilitas daksa
tidaklah mudah karena komunikasi biasa saja tidak akan
cukup perlu kesabaran dan pengetahuan yang luas agar
pengasuh bisa menangani anak disabilitas tersebut.
2. Pendekatan penelitian
Pendekatan penelitianya adalah fenomenologi.
Fenomenologi yaitu sebuah pendekatan filsafat yang
berpusat pada analisis terhadap gejala yang membanjiri
kesadaran manusia. Pemilihan pendekatan ini untuk
mengetahui bagaimana strategi komunikasi pengasuh
dalam meningkatkan kepercayaan diri pada anak
disabilitas daksa di Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi
Banten.
3. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
penelitian kualitatif sebagai metode ilmiah yang sering
digunakan oleh peneliti dalam bidang ilmu sosial.
Penelitian kualitatif dilaksanakan untuk membangun
pengetahuan melalui pemahaman dan penemuan.
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan
bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, penulis
adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus
memiliki bekal dan wawasan yang luas sehingga bisa
bertanya, menganalisis dan mengontruksi objek yang
13
diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih
menekankan pada makna dan terikat nilai.
Hakikat penelitian kualitatif adalah mengamati
orang dalam lingkungan hidupnya berinteraksi dengan
mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran
mereka tentang dunia sekitarnya, mendekati atau
berinteraksi dengan orang-orang yang berhubungan
dengan fokus penelitian dengan tujuan mencoba
memahami, menggali pandangan dan pengalaman
mereka untuk mendapatkan informasi atau data yang
diperlukan.9
Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif
dimana strategi komunikasi pengasuh dalam
meninngkatkan kepercayaan diri pada anak disabilitas
daksa di Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten
haruslah meneliti ke lapangan dan harus memahami
cara pengasuh dalam melakukan strategi komunikasi
terhadap anak disabilitas daksa agar mendapatkan
informasi dari pandangan pengalaman pengasuh.
4. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Adapun data yang digunakan adalah data
kualitatif, yaitu data yang disajikan dalam bentuk
9 Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Gaung Persada,
2009), Cet. 1 h. 51.
14
kata verbal bukan dalam bentuk angka.10
Data yang
peneliti dapatkan melalui wawancara langsung
pengasuh dan anak asuh di Yayasan Sayap Ibu
Cabang Provinsi Banten dan juga data lainnya yaitu
dari website Yayasan Sayap Ibu, buku, dan artikel.
b. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan adalah
data primer dan sekunder. Data primer yaitu data
yang diberikan oleh sumber pertamanya, sedangkan
data sekunder yaitu sebagai data penunjang misalkan
dari majalah, buku, internet dan lain-lain.11
Peneliti
akan mewawancarai pengasuh dan anak asuh yang
merupakan anak disabilitas daksa, dan beberpa
sumber lainnya seperti website Yayasan Sayap Ibu,
Buku, majalah, internet dan lainnya.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data
mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan
dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan
kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu
berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak
terbatas pada orang, tetapi juga pada objek-objek
alam yang lain. Dalam hal ini peneliti mengikuti
10
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta:
Rakesarasin, 1996), h. 2. 11
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2010), h. 193.
15
kegiatan pengasuh Yayasan Sayap Ibu Cabang
Provinsi Banten di Jl. Graha Raya Bintaro No.33B,
Pd. Kacang Barat, Kec. Pd. Aren, Kota Tangerang
Selatan, Banten, untuk memperoleh data-data
mengenai strategi komunikasi pengasuh dalam
meningkatkan kepercayaan diri anak disabilitas
daksa.
b. Wawancara
Dalam teknik wawancara ini akan dilakukan
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,
selain itu ingin mengetahui hal-hal yang penting dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit atau kecil.12
Peneliti
melakukan wawancara pada pengasuh, anak asuh
dan ketua yayasan di Yayasan Sayap Ibu Cabang
Provinsi Banten.
c. Studi Dokumen
Dokumentasi merupakan teknik mendapatkan
data dari berbagai sumber media, baik dari dokumen,
video, kamera, surat kabar, makalah, buletin dan
lainnya, dengan adanya dokumen ini akan terdapat
informasi yang sekiranya sesuai dengan variabel
penelitian.13
Peneliti mengambil dokumen berupa
12
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2010), h. 137. 13
Ibid, h. 206.
16
tulisan, berita, catatan-catatan terkait Yayasan Sayap
Ibu.
6. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data hasil wawancara, observasi dan
dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data dan
memilih mana yang penting serta mana yang perlu
dipelajari serta membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan
langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan.
7. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober-
Desember 2019. Sedangkan tempat penelitian ini
dilakukan di Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi
Banten Jl. Graha Raya Bintaro No.33B, Pd. Kacang
Barat, Kec. Pd. Aren, Kota Tangerang Selatan, Banten
15226.
H. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian skripsi ini, agar lebih sistematis dan
saling berhubungan antara satu bab dengan bab berikutnya, maka
penulisan skripsi ini dibagi menjadi 5 bab, adapun susunannya
adalah sebagai berikut:
17
BAB 1 PENDAHULUAN, dalam bab ini penulis
memaparkan tentang latar belakang masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika
penulisan
BAB II LANDASAN TEORI, dalam bab ini penulis
memaparkan beberapa landasan teori relevan yang digunakan
dalam penulisan skripsi yang diperoleh dari berbagai sumber
seperti buku refrensi maupun internet.
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN
SAYAP IBU CABANG PROVINSI BANTEN, dalam bab
ini penulis akan memaparkan beberapa hal diantaranya
meliputi profil dan sejarah Yayasan Sayap Ibu Cabang
Provinsi Banten, visi dan misi Yayasan Sayap Ibu Cabang
Provinsi Banten.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN,
dalam bab ini penulis akan memaparkan hasil temuan data di
lapangan mengenai strategi komunikasi pengasuh dalam
meningkatkan kepercayaan diri pada anak disabilitas daksa di
Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten berdasarkan
program yang dirancang dengan Perencanaan dan
evaluasinya.
BAB V PEMBAHASAN, dalam bab ini berisi uraian
yang mengaitkan latar belakang, teori dan rumusan teori baru
dari penelitian.
18
BAB VI PENUTUP, pada bab terakhir, penulis
mengahkiri skripsi ini dengan memberikan kesimpulan yang
berfungsi menjadi jawaban umum dari Bab I, serta diikuti
pula saran penulis.
19
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Strategi Komunikasi
1. Pengertian Strategi
Strategi pada hakikatnya adalah sebuah hasil dari
rencana yang cermat untuk meraih suatu target atau
sasaran, sasaran atau target tidak akan tercapai jika
tidak adanya strategi, karena pada dasarnya segala
tindakan tidak terlepas dari suatu strategi, terlebih
dalam target komunikan.1 Strategi juga ialah sarana
yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir atau
sasaran.2 Secara umum strategi memiliki pengertian
sebagai suatu garis besar haluan dalam melakukan
tindakan guna untuk mencapai tujuan. Sedangkan
strategi menurut bahasa ialah berasal dari bahasa
Yunani kuno yang berarti “seni berperang”. Strategi
memiliki dasar-dasar atau pola untuk mencapai target
yang akan dituju. Jadi pada dasarnya strategi yaitu suatu
alat yang akan menuntun pada tujuan. Kata strategi
berasal dari yunani, yaitu stratagos, yang berarti
memimpin. Dalam konteks awalnya, strategi adalah
suatu generalship atau suatu yang dilakukan oleh para
1 Rafi’uddin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah
(Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), h. 77. 2 Lawrence R. Jauch dan William F. Glueck, Manajemen Strategis
dan Kebijakan Perusahaan, (Jakarta: Erlangga, 2000), h 188.
20
jenderal untuk membuat rencana dalam memenangkan
peperangan.3 Semua yang berkaitan dengan komunikasi
tentulah tidak asal jadi. Komunikasi yang baik dan
berkualitas tentunya harus direncanakan,
dikembangkan, diorganisasikan, hal yang terpenting
adalah menetapkan strategi komunikasi. Strategi
komunikasi yang baik adalah ketika strategi
komunikator dapat menempatkan posisi komunikan
secara tepat dalam komunikasi sehingga dapat mencapai
tujuan sesuai yang telah ditetapkan.
Tahapan-tahapan Strategi
Menurut R. David Fred dalam bukunya
Manajemen Strategis Konsep Untuk mencapai sutau
target atau sasaran dalam strategi komunikasi maka
ada tahapan-tahapan dalam prosesnya, berikut
tahapan- tahapan strategi:
a. Perumusan Strategi
Merumuskan strategi adalah langkah
pertama yang harus dilakukan apa saja yang akan
dilakukan nanti. Perumusan strategi ialah proses
penyusunan langkah-langkah apa saja yang akan
dilakukan saat eksekusi untuk membangun visi
dan misi organisasi, menetapkan tujuan,
mengetahui adanya peluang dan ancaman
3 Setiawan Hari Purnomo dan Zulkiflimansyah, Manajemen Strategi
sebuah Konsep Pengantar (Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2001), h. 8.
21
eksternal, memperkuat dan mengetahui adanya
kelemahan dalam internal, membuat pilihan
strategi alternatif untuk dilaksanakan.4
b. Pelaksanaan Strategi
Setelah merumuskan dan menetapkan
strategi yang akan diterapkan. Hal yang
selanjutnya adalah pelaksanaan menggunakan
perumusan yang telah ditetapkan tadi agar strategi
berjalan secara efektif.5 Langkah ini merupakan
langkah yang berat karena pasti ada faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan di lapangan dan tidak
berjalan sesuai dengan yang direncanakan.6 maka
dari itu, dalam tahapan pelaksanaan ini
membutuhkan komitmen dan kerjasama sesuai
budaya yang tertuang dalam organisasi agar
tercapai pada tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini
sangat penting, karena jika tidak tahap
pelaksanaan jauh dari apa yang diinginkan.
c. Evaluasi Strategi
Tahap yang selanjutnya yaitu tahap evaluasi
strategi. Tahap evaluasi strategi yaitu tahap
dimana apa yang telah dilaksanakan dinilai dan
dicari apakah ada penyimpangan dari rencana
4 Fred R. David, Manajemen Strategis Konsep (Jakarta: Salemba
Empat, 2006), h. 6. 5 Alo Liliweri, Komunikasi: Serba Ada Serba Makna, (Jakarta:
Kencana, 2011), Cet. 1, h. 252 6 Bambang Hariadi, Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan
Perang Bisnis,(Malang: Bayu Media Publishing, 2003), h.13.
22
yang sudah ditetapkan, dan apabila ada
penyimpangan dari rencana yang sudah ditetapkan
maka akan ditentukan apa yang menjadi
penyebabnya.7
2. Pengertian Komunikasi
Meskipun komunikasi adalah hal yang sering kita
lakukan dalam kegiatan sehari-hari, namun definisi
komunikasi sendiri tidaklah mudah diterima semua
pihak. Sebagaimana dengan ilmu-ilmu sosial lainnya,
komunikasi memiliki banyak definisi setiap ahli
memberikan pandangannya masing-masing, hal ini
menunjukan komunikasi bersifat multidisipliner.
Kata komunikasi secara etimologi berasal dari
bahasa latin yaitu communicate yang artinya
memberitahukan. Kata tersebut kemudian berkembang
dalam bahasa inggris communication yang artinya
proses pertukaran informasi, konsep, ide, gagasan,
perasaan dan lain-lain antara dua orang atau lebih.
Secara sederhana komunikasi ialah proses pengiriman
pesan atau simbol-simbol yang mengandung arti dari
seorang sumber atau komunikator kepada seorang
penerima atau komunikan dengan tujuan tertentu.8
Sedangkan secara terminologi, komunikasi merupakan
proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang
7 Ibid, h. 14
8 Santoso Aw, Komunikasi Sosial Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010), h. 2.
23
lain. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
komunikasi mengikutsertakan sejumlah orang, dimana
seseorang menyampaikan pesan kepada orang lain.9
Sedangkan definisi komunikasi menurut para ahli
yaitu Wilbur Schramm dan Theodore Herbert seperti
yang dikutip Santoso Aw dalam bukunya Komunikasi
Sosial Budaya, Wilbur Schramm menyatakan bahwa
komunikasi merupakan tindakan melaksanakan kontak
antara pengirim dan penerima, dengan bantuan pesan;
pengirim dan penerima memiliki beberapa pengalaman
bersama yang memberi arti pada pesan dan simbol yang
dikirim oleh pengirim, dan diterima serta ditafsirkan
oleh penerima. Sedangkan menurut Theodore Herbert
komunikasi ialah proses yang di dalamnya menunjukan
arti pengetahuan dipindahkan dari seorang kepada orang
lain dengan tujuan khusus.10
Unsur-unsur Komunikasi
Komunikasi ialah sebuah aktivitas, kegiatan,
atau proses yang terbentuk karena adanya unsur-
unsur komunikasi, dari unsur-unsur inilah terbentuk
komunikasi yang utuh. Unsur-unsur komunikasi
didalam buku Santoso Aw yang berjudul Komunikasi
Sosial Budaya yaitu terdapat 6 unsur. Namun, dalam
melaksanakan sebuah komunikasi tidak melulu
9 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), h. 4. 10
Santoso Aw, Komunikasi Sosial Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010) h. 2.
24
keenam unsur tersebut harus ada, berikut adalah
unsur-unsur komunikasi:11
a. Komunikator (Source)
Komunikator ialah seorang yang
menyampaikan pesan, pesan yang akan
disampaikan seorang komunikator pastinya perlu
ada perencanaan dan proses pertimbangan yang
akan dikirim kepada pihak atau individu lain.
b. Pesan (Message)
Pesan atau ada juga yang menyebutnya
informasi ialah suatu ide, gagasan, simbol, stimuli
yang pada dasarnya adalah sebuah isi dari
komunikasi. Pesan terbagi menjadi 2 yaitu pesan
verbal dan nonverbal.
c. Saluran (Channel)
Media ialah suatu wadah, alat, atau sarana
yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari
komunikator terhadap komunikan. Media pun
banyak jenisnya ada media cetak, media audio,
serta audio-visual.
d. Komunikan (Receiver)
Komunikan adalah orang atau pihak yang
menerima pesan. Disini komunikan tidak hanya
menerima pesan tetapi komunikan juga harus
11
Ibid, h. 5-8.
25
menganalisis dan menafsirkan agar bisa
memahami isi pesan yang disampaikan
kepadanya.
e. Umpan Balik (Feedback)
Umpan balik yaitu merupakan reaksi, respon
atau tanggapan komunikan ketika mendapatkan
pesan dari komunikator.
f. Gangguan (Noise)
Gangguan merupakan hal yang kadang
sering terjadi, gangguan ini bisa disebabkan hal
teknis ataupun sistematis dan dapat mengurangi
efektifitas proses komunikasi tersebut.
3. Pengertian Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi merupakan keseluruhan
perencanaan, cara dan taktik yang digunakan oleh
organisasi atau kelompok untuk memperlancar
komunikasi dengan menunjukan segala aspek yang ada
pada proses komunikasi untuk mencapai tujuan.12
Strategi komunikasi juga merupakan perpaduan antara
perencanaan komunikasi (communication planning) dan
manajemen komunikasi (communication management)
untuk mencapai apa yang telah ditentukan. Untuk
mencapai tujuan strategi komunikasi harus dapat
12
Ami Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi
Akasara,2014), h.66.
26
menunjukan bagaimana operasionalnya secara taktis
dan dilakukan dengan baik, dalam arti pendekatan
(approach) bisa saja berubah sewaktu-waktu tergantung
situasi dan kondisi.13
Sedangkan menurut Middleton, seperti yang
dikutip Hafied Cangara dalam bukunya Perencanaan
Dan Strategi Komunikasi, strategi komunikasi ialah
kombinasi yang baik antara unsur-unsur komunikasi
mulai dari komunikator, pesan, saluran, hingga
penerima pesan sampai pada pengaruh yang dirancang
untuk dapat mencapai tujuan sesuai yang diinginkan.14
Dalam hal ini strategi komunikasi harus disiapkan
dengan sebaik-baiknya karena kondisi dan situasi bisa
saja terjadi sewaktu-waktu. Maka dari itu perencanaan,
manajemen, operasional strategi komunikasi tidak
sembarangan dibuat butuh kematangan, konsisten,
memperhatikan aspek yang ada guna memperlancar
komunikasi sehingga mencapai tujuan yang diinginkan.
Sesuai pengertian komunikasi diatas, seorang
individu melakukan komunikasi tentunya ingin ada
sesuatu yang dicapai mempengaruhi lawan
komunikasinya adalah hal yang utama. Namun, hal itu
tentu membutukan strategi komunikasi dan konsisten
13
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), h. 301. 14
Hafied Cangara, Perencanaan Dan Strategi Komunikasi, (Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada, 2013), h. 61.
27
dalam komunikasi guna menciptakan kondisi dan situasi
sesuai apa yang diinginkan komunikator.
a. Tujuan Strategi Komunikasi
R. Wayne Peace, Brent D. Patterson dan M
Dallas Burnet menjelaskan dalam bukunnya yang
berjudul Techniques for Effective Communication,
seperti yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy,
ada tiga hal sentral yang menjadi tujuan strategi
komunikasi yaitu:
1) to secure understanding: yaitu menjaga agar
komunikasi yang disampaikan dimengerti oleh
komunikan dan jika komunikan sudah dapat
menerima dan mengerti, maka penerimaannya itu
akan dibina.
2) to establish acceptance: setelah komunikan
mengerti dan memahami pesan maka pesan ini
harus dilakukan pembinaan.
3) To motivation action: setelah penerimaan itu
dibina maka setelah itu akan dimotivasi. Setelah
berhasil maka disini akan ada sebuah aksi hasil
dari motivasi tersebut.
b. Perumusan Strategi Komunikasi
Dalam merumuskan strategi komunikasi yaitu
ada empat faktor yang harus diperhatikan, antara lain
sebagai berikut:15
15
Anwar Arifin, Strategi Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas,
(Bandung: Amrico, 1984), h. 87.
28
1) Mengenali Sasaran
Sebelum melakukan komunikasi, tentunya
komunikator harus tahu siapa, apa, dan bagaimana
yang akan menjadi sasaran komunikasinya
tersebut. Hal ini tergantung bagaimana tujuan
komunikatornya dengan metode informatif,
apakah hanya bertujuan hanya agar komunikan
mengetahui, atau bertujuan mempengaruhi
komunikan agar melakukan tindakan sesuatu tentu
dengan metode komunikasi persuasif.
2) Penyusunan Pesan
Penyusunan pesan disini yaitu menentukan
materi atau tema yang akan disampaikan.
Penentuan materi atau tema akan menentukan
apakah khalayak akan memperhatikan. Dalam
upaya menentukan tema ada dua macam rumusan
tema yang bisa dipakai yaitu bersifat on side issue
yaitu hanya bersifat satu sisi saja misalkan tema
yang berisi hal yang positif saja dan yang kedua
yaitu on both side atau pesan yang bersifat kedua
sisi misalkan sisi positif dan negatif.
3) Penetapan Metode
Untuk mencapai efektifitas dari suatu
komunikasi, selain dari keabsahan isi pesan yang
diselaraskan dengan penempatan khalayak sesuai
pesan yang akan disampaikan, metode
komunikasi tentunya sangat berpengaruh dalam
29
penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan.
4) Pemilihan Media
Media komunikasi banyak macamnya dan
tentu saja berbeda media beda juga pengaruhnya
terhadap khalayak. Pemilihan media akan
bergantung pada komunikasi yang akan dituju.
B. Percaya Diri
Percaya diri berasal dari bahasa inggris yakni self
confidence yang artinya percaya pada kemampuan, kekuatan dan
penilaian diri sendiri. Secara sederhana percaya diri adalah suatu
keyakinan seseorang terhadap gejala aspek kelebihan yang
dimiliki individu dan keyakinannya tersebut dapat membuatnya
merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan dalam
hidupnya.16
Konsep diri adalah gagasan seseorang tentang dirinya
sendiri, yang memberikan gambaran kepada seseorang mengenai
dirinya sendiri. Ada dua macam konsep, yaitu konsep diri positif
terbentuk karena seseorang secara terus menerus sejak lama
menerima umpan balik yang positif berupa pujian dan
penghargaan. Sedangkan konsep diri yang negatif sebaliknya
mendapatkan umpan balik yang negatif berupa ejekan dan
perendahan.17
16
Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta:
Puspa Swara, 2002), h.6 17
Bastaman, Hana J, Integrasi Psikologi dengan Islam, (Yogyakarta:
Pustaka Belajar, 1995), h.123
30
Kepercayaan diri sendiri sangat penting karena setiap
anak asuh harus mengembangkan bakat dan minat atau
mengahadapi kehidupan sekalipun karena keyakinan akan
kemampuan diri sendiri adalah bekal untuk anak asuh masa yang
akan datang.
Di Yayasan Sayap Ibu pengasuh diberi pelatihan dan
dibekali materi agar bisa menghadapi sikap anak asuh disabilitas
dengan sabar, baik, dan benar. Karena tidak mudah untuk
mengasuh anak apalagi dengan kedisabilitasannya, pengasuh
perlu kesabaran yang lebih dan juga perlu pengalaman yang luas
untuk mengetahui bagaimana karakteristik setiap anak. Pengasuh
juga harus mempersiapkan strategi komunikasi nya untuk dapat
meningkatkan kepercayaan diri anak agar anak bisa berkembang
sesuai keterampilan dan kemampuannya.
C. Tuna Daksa
Menurut Sutjihati Somantri dalam buku Psikologi Anak
Luar Biasa bahwa tuna daksa berarti suatu keadaan rusak atau
terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada
tulang, otot dan sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini
dapat disebabkan oleh penyakit, kecelakaan atau dapat juga
disebabkan oleh pembawaan sejak lahir. Tunadaksa sering juga
diartikan sebagai suatu kondisi yang menghambat kegiatan
individu sebagai akibat kerusakan atau gangguan pada tulang dan
31
otot, sehingga mengurangi kapasitas normal individu untuk
mengikuti pendidikan dan untuk berdiri sendiri.18
Cacat tubuh atau gangguan gangguan fisik mempunyai
arti yang luas dimana secara umum cacat tubuh atau tuna daksa
adalah anak yang memiliki kelainan cacat tubuh atau gangguan
kesehatan. Penyebab tunadaksa, misalnya karena terjadi infeksi
penyakit, kelainan kandungan, kandungan radiasi, saat
mengandung ibu mengalami trauma, proses kelahiran terlalu
lama, proses kelahiran dengan pemakaian anestesi berlebih,
infeksi penyakit, dan Ataxia.
Menurut Frieda Mangunsong, dalam bukunya yang
berjudul Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
mengatakan bahwa cacat fisik adalah ketidakmampuan tubuh
secara fisik untuk menjalankan fungsi tubuh seperti dalam
keadaan normal. Dalam hal ini yang termasuk gangguan fisik
adalah anak-anak yang lahir dengan cacat fisik bawaan seperti
anggota tubuh yang tidak lengkap, anak yang kehilangan anggota
badan karena amputasi, anak dengan gangguan neuro muscular
seperti cerebral palsy, anak dengan gangguan senso motorik dan
anak-anak yang menderita penyakit kronis.19
18
Soetjihati Soemantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung:
PT.Refika Aditama, 2018), Cet. 5, h.121 19
Frieda Mangunsong, Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus jilid kedua (Jakarta: Lembaga pengembangan sarana pengukuran dan
pendidikan psikologi UI, 2016), Cet. 2, h.24-25
32
1. Klasifikasi dan Sebab Tuna Daksa
Menurut Frances G. Koening dalam buku Sutjihati
Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, berpendapat
bahwa Tuna daksa dapat diklasifikasian sebagai
berikut:20
a. Kerusakan yang dibawa sejak lahir atau kerusakan
yang merupakan keturunan, meliputi:
1) Club-foot (kaki seperti tongkat).
2) Club-hand (tangan seperti tongkat).
3) Polydactylism (jari yang lebih dari lima pada
masing-masing tangan atau kaki).
4) Syndactylism (jari-jari yang berselaput atau
menempel satu dengan yang lainnya).
5) Torticolis (gangguan pada leher sehingga kepala
terkulai ke muka).
6) Spina-bifida (sebagian dari sumsum tulang
belakang tidak tertutupi).
7) Cretinism (kerdil/katai).
8) Mycrocepalus (kepala yang kecil, tidak normal).
9) Hydrocepalus (kepala yang besar karena berisi
cairan).
10) Clefpalats (langit-langit mulut yang berlubang).
11) Herelip (gangguan pada bibir dan mulut).
12) Congenital hip dislocation (kelumpuhan pada
bagian paha).
20
Soetjihati Soemantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung:
PT.Refika Aditama, 2018), Cet. 5, h. 123-125
33
13) Congenital amputation (bayi yang dilahirkan
tanpa anggota tubuh tertentu).
14) Fredresich ataxia (gangguan pada sumsum tulang
belakang).
15) Coxa valga (gangguan pada sendi paha, terlalu
besar).
16) Syphilis (kerusakan tulang dan sendi akibat
penyakit syphilis).
b. Kerusakan pada waktu kelahiran:
1) Erb‟s palsy (kerusakan pada syaraf lengan akibat
tertekan atau tertarik waktu kelahiran).
2) Fragilitas osium (tulang yang rapuh dan mudah
patah).
c. Infeksi:
1) Tuberkulosis tulang (menyerang sendi paha
sehingga menjadi kaku).
2) Osteomyelitis (radang di dalam dan di sekeliling
sumsum tulang karena bakteri).
3) Poliomyelitis (infeksi virus yang mungkin
menyebabkan kelumpuhan).
4) Pott‟s disease (tuberkulosis sumsum tulang
belakang).
5) Still‟s disease (radang pada tulang yang
menyebabkan kerusakan permanen pada tulang).
6) Tuberkulosis pada lutut atau pada sendi lain.
34
d. Kondisi traumatik atau kerusakan traumatik:
1) Amputasi (anggota tubuh dibuang akibat
kecelakaan).
2) Kecelakaan akibat luka bakar.
3) Patah tulang.
e. Tumor:
1) Oxostosis (tumor tulang).
2) Osteosis fibrosa cystica (kista atau kantang yang
berisi cairan dalam tulang).
f. Kondisi-kondisi lainnya:
1) Flatfeet (telapak kaki yang rata, tidak berteluk).
2) Kyphosis (bagian belakang sumsum tulang
belakang yang cekung).
3) Lordosis (bagian muka sumsum tulang belakang
yang cekung).
4) Perthe‟s disease (sendi paha yang rusak atau
mengalami kelainan).
5) Rickets (tulang yang lunak karena nutrisi,
menyebabkan kerusakan tulang dan sendi).
6) Scilosis (tulang belakang yang berputar, bahu dan
paha yang miring).
Terjadinya kecacatan baik fisik maupun psikis, dapat
disebabkan seperti berikut:
a. Sebab-sebab yang timbul sebelum kelahiran:
1) Faktor keturunan.
2) Trauma dan infeksi pada waktu kelahiran.
35
3) Usia ibu yang sudah lanjut pada waktu melahirkan
anak.
4) Pendarahan pada waktu kehamilan.
5) Keguguran yang dialami ibu.
b. Sebab-sebab yang timbul pada waktu kelahiran:
1) Penggunaan alat-alat pembantu kelahiran (seperti
tang, tabung, vacum, dan lain-lain) yang tidak
lancar.
2) Penggunaan obat bius pada waktu kelahiran.
c. Sebab-sebab sesudah kelahiran:
1) Infeksi.
2) Trauma.
3) Tumor.
4) Kondisi-kondisi lainnya.
Anak yang menderita kelainan/masalah kesehatan
khusus adalah anak yang menderita gangguan jasmani
sedemikian rupa sehingga membutuhkan perhatian dan
penanganan khusus.21
2. Perkembangan Kognitif Anak Tuna Daksa
Proses perkembangan kognitif banyak ditentukan
dari pengalaman-pengalaman individu sebagai hasil
belajar. Proses perkembangan kognitif akan berjalan
dengan baik apabila ada dukungan atau dorongan dari
lingkungan. Seperti dikatakan Piaget bahwa setiap
21
Frieda Mangunsong, Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus jilid kedua (Jakarta: Lembaga pengembangan sarana pengukuran dan
pendidikan psikologi UI, 2016), Cet. 2, h.25
36
individu memiliki struktur kognitif dasar yang disebut
schema (misalnya kemampuan untuk melakukan gerak
refleks, seperti menghisap, merangkak dan gerak refleks
lainnya). Schema ini akan berkembang melalui belajar.
Proses adaptasi yang didahulukan dengan adanya
persepsi. Anak tuna daksa yang mengalami kerusakan
alat tubuh, tidak ada masalah secara fisiologis dalam
struktur kognitifnya. Masalah terjadi ketika anak tuna
daksa mengalami hambatan dan mobilitas. Anak
mengalami hambatan dalam melakukan dan
mengembangkan gerakan-gerakan, sehingga sedikit
banyak masalah ini mengakibatkan hambatan dalam
perkembangan struktur kognitif anak tuna daksa. Dalam
pengukuran intelegensi pada anak tuna daksa, sering
ditemukan angka intelegensi yang cukup tinggi. Namun
potensi kognitif yang cukup tinggi pada anak-anak tuna
daksa belum dapat difungsikan secara optimal.22
Penderita tuna daksa merupakan orang yang
mengalami kesulitan akibat kondisi tubuhnya sehingga
membutuhkan bantuan orang lain. Penderita ini akan
mengalami gangguan psikologis sehingga cenderung
merasa malu, rendah diri, sensitif, dan memisahkan diri
dari lingkungannya.23
22
Soetjihati Soemantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung:
PT.Refika Aditama, 2006), Cet. 1, h.127 23
Bandi Delphie, Psikologi Perkembangan (Anak Berkebutuhan
Khusus), (Sleman: PT. Intan Sejati, 2009), h.126
37
3. Karakteristik dan Permasalahan Anak Tuna Daksa
Banyak jenis dan variasi anak tuna daksa,
sehingga untuk mengidentifikasi karakteristiknya
diperlukan pembahasan yang sangat luas. Berdasarkan
berbagai sumber ditemukan beberapa karakteristik
umum bagi anak tuna daksa, diantaranya sebagai
berikut:
a. Karakteristik Kepribadian24
1) Mereka yang cacat sejak lahir tidak pernah
memperoleh pengalaman, yang demikian tidak
menimbulkan frustasi.
2) Tidak ada hubungan antara pribadi yang tertutup
dengan lamanya kelainan fisik yang diderita.
3) Adanya kelainan fisik tidak mempengaruhi
kepribadian atau ketidak mampuan individu
dalam menyesuaikan diri.
4) Anak cerebal-palsy dan polio cenderung memiliki
rasa takut yang tinggi.
b. Karakteristik Emosi-Sosial25
1) Kegiatan-kegiatan jasmani yang tidak dapat
dijangkau oleh anak tuna daksa dapat berakibat
timbulnya problem emosi, perasaan dan dapat
menimbulkan frustasi yang berat. Keadaan
24
Ibid, h.133 25
Frieda Mangunsong, Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus jilid kedua (Jakarta: Lembaga pengembangan sarana pengukuran dan
pendidikan psikologi UI, 2011), h.45
38
tersebut dapat berakibat fatal, yaitu mereka dapat
menyingkirkan diri dari keramaian.
2) Anak tuna daksa cenderung acuh bila
dikumpulkan bersama anak-anak normal dalam
suatu permainan.
3) Akibat kecacatannya mereka dapat mengalami
keterbatasan dalam berkomunikasi dengan
lingkungannya.
c. Karakteristik Intelegensi26
1) Tidak ada hubungan antara kecerdasan dan
kecacatan, tapi ada beberapa kecenderungan
adanya penurunan sedemikian rupa kecerdasan
individu bila cacatnya meningkat.
2) Hasil dari beberapa penelitian ternyata IQ anak
tuna daksa rata-rata normal.
d. Karakteristik Fisik
1) Selain memiliki kecacatan tubuh, ada
kecenderungan mengalami gangguan-gangguan
lain, misalnya : sakit gigi, berkurangnya daya
pendengaran, penglihatan, gangguan bicara dan
lainnya.
2) Kemampuan motorik terbatas dan ini dapat
dikembangkan sampai pada batas-batas tertentu.
26
Soetjihati Soemantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung:
PT.Refika Aditama, 2006), Cet. 1, h.128
39
D. Yayasan
Istilah yayasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah badan atau organisasi yang bergerak dibidang sosial,
keagamaan, dan pendidikan yang bertujuan tidak mencari
keuntungan.27
Sedangkan menurut perundang-undangan Pasal 1
Ayat (1) Undang-Undang Yayasan adalah “Badan hukum yang
terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukan untuk
mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan
kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota”.
1. Unsur-unsur Yayasan
Berdasarkan pengertian di atas, dapat
diidentifikasi beberapa unsur penting dari yayasan,
yaitu sebagai berikut:28
a. Yayasan sebagai badan hukum, berarti yayasan
sebagai subyek hukum seperti manusia yang dapat
menjadi pendukung hak dan kewajiban, dapat
melakukan perbuatan hukum dan berhubungan
dengan pihak ketiga, serta mempunyai tanggung
jawab yang terpisah dari pribadi-pribadi
pengurusnya.
b. Yayasan pada dasarnya adalah sebuah harta
kekayaan yang telah dipisahkan. Harta kekayaan
yang dipisahkan mengandung arti bahwa
27
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), h.335 28
R. Murjiyanto, Badan Hukum Yayasan, (Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta, 2011), h.5
40
kekayaan yang telah dipisahkan sudah terpisah
secara keperdataan dengan pendirinya yang
memisahkan kekayaan (terpisah dari hak
kepemilikannya), sehingga kekayaan yang
dipisahkan tersebut sebagai kekayaan yayasan
yang digunakan untuk mencapai maksud dan
tujuan yayasan. Dengan demikian, siapapun
termasuk pendiri yayasan tidak ada hak untuk
memperoleh pembagian keuntungan. Hal ini
berbeda dengan perusahaan, misalnya Perseroan
Terbatas, bahwa pemegang saham yang
menyisihkan kekayaannya sebagai modal masih
terdapat hubungan secara keperdataan dengan
modal yang dimiliki dalam perseroan tersebut,
sehingga ia berhak memperoleh pembagian
keuntungan perseroan.
c. Tujuan yayasan menyangkut bidang sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan. Tujuan yayasan
yang menyangkut bidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan, nampak jelas bahwa yayasan tidak
dimaksudkan untuk mencari keuntungan.
d. Di dalam yayasan tidak terdapat anggota. Sesuai
dengan pengertian bahwa pada prinsipnya
yayasan adalah sebuah harta kekayaan yang
dipisahkan, sehingga yayasan sebenarnya tidak
ada pemiliknya, tidak seperti pada perusahaan,
dimana pemilik modal pada perusahaan pada
41
dasarnya adalah anggota perusahaan sebagai
pemilik perusahaan. Sedangkan di dalam yayasan
yang ada adalah orang-orang yang mengelola
yayasan tersebut, yang dalam Undang-Undang
Yayasan disebut sebagai organ yayasan yang
terdiri dari pembina, pengurus, dan pengawas.
2. Tujuan dan Fungsi Yayasan
Di dalam Undang-Undang Yayasan, telah
membatasi dengan ketat mengenai tujuan dari yayasan
supaya tidak disalahgunakan. Pasal 1 Undang-Undang
Yayasan, ditentukan bahwa yayasan diperuntukan untuk
tujuan tertentu yaitu di bidang sosial, kegamaan, dan
kemanusiaan. Demikian yayasan hanya dapat
mempunyai tujuan dan fungsi di tiga sektor ini.29
Contohnya, sosial yaitu Lembaga formal dan
nonformal, panti asuhan, panti jompo, dan panti wreda,
rumah sakit, poliklinik, dan laboratorium, pembinaan
olahraga, penelitian di bidang ilmu pengetahuan, studi
banding. Keagamaan yaitu Mendirikan sarana ibadah,
menyelenggarakan pondok pesantren dan madrasah,
menerima serta menyalurkan amal, zakat, infak, dan
sedekah, meningkatkan pemahaman keagamaan,
melaksanakan syiar agama, studi banding keagamaan.
Kemanusiaan yaitu Memberikan bantuan kepada korban
bencana alam, memberikan bantuan kepada pengungsi
29
Rudhi Prasetya, Yayasan (dalam teori dan praktik), (Jakarta: Sinar
Grafika, 2012), hlm. 10
42
akibat perang, memberikan bantuan kepada tunawisma,
fakir miskin, dan gelandangan, mendirikan dan
menyelenggarakan rumah singgah dan rumah duka,
memberikan perlindungan konsumen, melestarikan
lingkungan hidup.
3. Organ-organ Yayasan
Yayasan mempunyai organ yang terdiri dari
pembina, pengurus, dan pengawas. Pemisahan yang
tegas antara fungsi, wewenang, dan tugas masing-
masing organ tersebut dimaksudkan untuk menghindari
konflik intern yayasan.
a. Pembina
Pembina dapat diartikan sebagai pengganti
pendiri dalam arti Pembina bertugas melakukan
sejumlah wewenang agar tidak disalahgunakan oleh
pendiri yang sebenarnya karena kekayaan yayasan
harus dipisahkan dari kekayaan pribadi pendiri
yayasan tersebut.30
Tugas Pembina antara lain yaitu:
1) Keputusan mengenai perubahan Anggaran Dasar.
2) Pengangkatan dan pemberhentian anggota
pengurus dan anggota pengawas.
3) Penetapan kebijakan umum yayasan berdasarkan
Anggaran Dasar yayasan.
4) Pengesahan program kerja dan rancangan
anggaran tahunan yayasan.
30
Chatamarrasjid Ais, Badan Hukum Yayasan, (Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2002), hlm. 7.
43
5) Penetapan keputusan mengenai penggabungan
atau pembubaran yayasan.
b. Pengurus
Pengurus adalah organ yayasan yang
melaksanakan kepengurusan yayasan. Pengurus tidak
boleh merangkap sebagai pembina atau pengawas
seperti yang sudah diatur dalam Pasal 31 sampai
dengan Pasal 39 Undang-Undang Yayasan. Susunan
pengurus sekurang-kurangnya terdiri dari: seorang
ketua, seorang sekretaris, dan seorang bendahara.
Tugas dari pengurus yaitu:31
1) Melaksanakan kepengurusan yayasan.
2) Mewakili yayasan, baik di dalam dan di luar
pengadilan.
3) Mengangkat dan memberhentikan pelaksanaan
kegiatan yayasan.
4) Bersama-sama dengan anggota pengawas
mengangkat anggota pembina jika yayasan tidak
lagi mempunyai pembina.
5) Mengajukan perpanjangan jangka waktu
pendirian, jika yayasan didirikan untuk jangka
waktu tertentu.
6) Menandatangani laporan tahunan bersama-sama
dengan pengawas.
31
Suyud Margono, Badan Hukum Yayasan, (Bandung: Pustaka Reka
Cipta, 2015), hlm. 77.
44
c. Pengawas
Pengawas merupakan organ dari masing-
masing yayasan, dalam Pasal 40 Ayat (1) Undang-
Undang Yayasan ditentukan bahwa pengawas adalah
organ yayasan yang bertugas melakukan pengawasan
serta nasihat kepada pengurus dalam menjalankan
kegiatan yayasan.
Pengawas dalam melakukan tugasnya haruslah
berdasarkan “duty of skill and care”, yaitu harus
berdasarkan kecakapan dan kehati-hatian yang
seharusnya dimiliki oleh seorang pengawas.32
karena
itu, bila terjadi kepailitan dikarenakan kesalahan atau
kelalaian, maka setiap anggota pengawas
bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
E. Kerangka Berfikir
32
Chatamarrasjid Ais, Badan Hukum Yayasan, (Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2002), hlm. 17.
Anak Disabilitas
Daksa
Strategi
Komunikasi Pengasuh
Perencanaan Strategi
Pelaksanaan Strategi
Evaluasi Strategi
45
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten
Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten atau YSIB
yaitu salah satu cabang yang berinduk pada Yayasan Sayap Ibu
Pusat yang berada di Jakartayang berperan di masyarakat dalam
menangani anak-anak terlantar sejak tahun 1955 tepatnya di
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Yayasan Sayap Ibu Cabang
Provinsi Banten adalah organisasi nirlaba yang berada di Bintaro
Tangerang Selatan, yang diresmikan pada tanggal, 1 Oktober
2005 berlokasi di Graha Bintaro, Tangerang Selatan, yang
merupakan pengembangan dari Yayasan Sayap Ibu, bertujuan
untuk melakukan usaha kesejahteraan sosial kemasyarakatan
yang bersifat terbuka dan bersedia bermitra dengan lembaga,
perusahaan, atau perorangan, dalam maupun luar negeri dalam
bidang pembangunan kesejahteraan sosial dengan prinsip
kemanfaatan sebesar-besarnya bagi anak disabilitas ganda
terlantar.1
1. Sejarah Yayasan Sayap Ibu
Yayasan Sayap Ibu adalah sebuah nama yang
diambil dari bahasa Belanda “onder moeder’s vleugels”,
yang menggambarkan sayap induk ayam, dimana induk
1 http://www.yayasansayapibu.or.id/cabang/banten/profil-ysi-
cabang-banten/ diakses pada hari selasa tanggal 20 Agustus 2019 pukul 13:50
WIB
46
ayam menaungi anak-anaknya ketika bahaya mendekat.
Dibawah naungan sayap tersebut induk ayam
memberikan kehangatan dan kenyamanan kepada anak-
anaknya.
Yayasan Sayap Ibu berdiri pada tahun 1955, saat
itu ibu Sulistina yang tinggal bersama suaminya
dirumah Dinas Sosial yang berada di Jalan Barito II No.
55 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Pada saat itu Bung
Tomo menjabat sebagai Menteri Sosial, Ibu Sulistina
adalah istri yang senantiasa mendampingi dan
membantu Bung Tomo. Tinggal di rumah Dinas Sosial
setiap hari ia mendapati sebuah pemandangan yang
miris didepan rumahnya. Setiap hari ia melihat para ibu-
ibu yang berdagang dijalanan tersebut membawa anak-
anaknya yang masih sangat kecil dan rentan terkena
penyakit untuk berjualan. Dengan kondisi mereka
mengikuti ibunya dari pagi hingga sore hari. Melihat
kondisi tersebut ibu Sulistina dan Bung Tomo tergerak
hatinya untuk membuka rumahnya bagi anak-anak
tersebut. Ia memulai sebuah langkah kecil untuk
menolong para ibu-ibu dengan membuka rumahnya
untuk menitipkan anak-anak mereka dirumahnya, untuk
menunggu hingga ibu mereka selesai berdagang. Di
rumah itu ia memberikan waktunya untuk menjaga,
mendidik, dan mengayomi anak-anak tersebut. Dari
sana akhirnya Ibu Sulistina mengetahui bahwa banyak
dari anak-anak tersebut tidak diharapkan keberadaanya,
47
mereka tidak diharapkan karena berbagai hal. Mulai
dari faktor ekonomi keluarga yang sangat minim,
ketidakadaan tanggung jawab seorang ayah.
Awalnya anak-anak tersebut diantar pada pagi
hari, kemudian akan dijemput pada sore harinya.
Namun semakin hari semakin banyak yang dibiarkan
untuk menginap dirumah dinas tersebut. Dan banyak
dari anak-anak yang ditipkan akhirnya tidak pernah
diambil lagi. Keberadaan orang tuanya pun tidak pernah
diketahui lagi dimana. Pada waktu itu Ibu Sulistina
Sutomo bersama Ibu-Ibu yang tinggal di Jalan Jenggala
II Kebayoran Baru dan sekelompok yang ikut English
Conversation merasa sangat prihatin atas keadaan anak-
anak tersebut. Semenjak saat itu akhirnya ibu Sulistina
memutuskan untuk mengasuh mereka dalam naungan
sebuah yayasan. Ia menghimpun ibu-ibu yang tergerak
untuk merawat anak-anak, mengambil bagian dalam
mengelola yayasan tersebut bersama-sama. Satu persatu
ibu datang untuk merawat anak-anak, dan azas dalam
yayasan yang ia bangun adalah kekeluargaan dan juga
kasih sayang.
Pada tanggal 25 Mei 1955 Yayasan Sayap Ibu
resmi didirikan oleh Ibu Sulistina Sutomo, Ibu Arifien,
Ibu Gerland Sunario dan Ibu Sukardi di Jakarta dengan
maksud dan tujuan untuk menolong anak-anak bayi
yang tidak ada yang memelihara, anak-anak bayi yang
orang tuanya tidak mampu untuk memeliharanya.
48
Peresmian Yayasan Sayap Ibu dihadiri oleh para
wartawan, diliput juga oleh RRI dan diresmikan oleh
Menteri Sosial. Untuk pertama kalinya pada tahun 1955
sesuai Akta Nomor 67 tanggal 25 Mei 1955 telah
terbentuk Kepengurusan Yayasan Sayap Ibu.
Ibu Sulistina bersama ibu-ibu lainnya bahu
membahu membangun yayasan dan merawat anak-anak
dengan kasih sayang. Setelah Yayasan Sayap Ibu
terbentuk, para pengurus bergerak cepat, Ibu Sulistina
selaku komandan memimpin langsung terjun ke
masyarakat mencari dukungan. Yayasan mendapat
banyak kemudahan, mungkin karena waktu itu masih
Republik Indonesia baru sehingga semangat perjuangan
masih sangat tinggi, sehingg masyarakat antusias
menyumbang. Ibu Sulistina dan tim meminta
sumbangan kepada pemerintah, yang kemudian berbuah
manis dengan mendapatkan tanah di Jalan Barito, oleh
Djawatan Sosial DKI Jakarta dibangunkan gedungnya,
untuk tempat tidurnya disumbang oleh Departemen
Kesehatan. Adapun untuk keperluan lainnya disamping
dari dana pribadi, ibu-ibu Pengurus juga meminta
sumbangan dari masyarakat. Ibu Sulistina pergi ke
Pasar Baru mendatangi toko-toko. Ada yang
memberikan peralatan masak, ada yang memberikan
kasur, bantal, dsb. Sebuah awal yang baik dimana
yayasan berhasil mencuri hati masyarakat. Hal itu
49
sangat membantu, sebab pada saat itu banyak bayi-bayi
dititipkan pada Yayasan Sayap Ibu.
Kian hari anak-anak yang diasuh oleh Yayasan
Sayap Ibu semakin banyak. Sehingga yayasan pun
mulai membuat program kerja. Ibu-ibu Pengurus cukup
kreatif menggagas berbagai kegiatan. Yayasan Sayap
Ibu lah yang pertama kali mengadakan kontes Miss
Jakarta, dalam rangka mencari dana untuk anak-anak
asuhnya. Yayasan Sayap Ibu juga mengadakan Food
Festival yang menghadirkan masakan dari seluruh
Nusantara, Lomba Dansa dan sebagainya. Pada saat itu
yang mereka pikirkan adalah mereka harus kreatif untuk
mencari dana. Bahkan menurut ceritanya Yayasan
Sayap Ibu juga pernah berencana mengadakan kegiatan
bertaraf internasional yang menyelenggarakan orkes
Hawai. Namun tidak terlaksana karena tidak
mendapatkan izin dari Pemerintah, alasannya pada saat
itu belum ada hotel yang layak untuk menampung tamu
dari negara lain. Sampai sekarang dokumen dan surat-
surat mengenai rencana tersebut masih tersimpan
dengan rapi.
Kerja keras yang telah dibangun semenjak tahun
1955 akhirnya sempat memasuki masa yang sulit. Pada
tahun 1968 ibu Sulistina mulai merasakan adanya
kendala dalam menjalankan operasional Yayasan Sayap
Ibu. Hal tersebut dikarenakan aktivitas Bung Tomo
yang kian hari semakin padat, dan ibu Sulistina harus
50
mengikuti Bung Tomo dalam setiap kegiatan-
kegiatannya. Kondisi pada saat itu merupakan masa-
masa sulit bagi yayasan, dimana pendiri yayasan harus
memutuskan mengikuti kegiatan sang suami. Kondisi
perekonomian yayasan pun mulai mengalami
penurunan.
Melihat kondisi yang sangat memprihatinkan
tersebut, ibu Sulistina memutuskan untuk menemui ibu
Johanna Sunarti Nasution (istri dari Jenderal Nasution).
Pasa saat itu bu Nas (panggilan untuk ibu Nasution)
sedang menjabat sebagai ketua dari seluruh Koordinasi
Yayasan Sosial di Jakarta BKKKS (Badan Koordinasi
Kegiatan Kesejahteraan Sosial). Lewat pembicaraan
dengan ibu Sulistina, bu Nas meminta agar yayasan
tidak ditutup sebab pada saat itu sudah banyak anak-
anak yang diasuh di yayasan. Bu Nas memutuskan
untuk mengambil alih Yayasan Sayap Ibu. Kehadiran
bu Nas dalam Yayasan Sayap Ibu membawa angin
segar bagi yayasan, sebab figur beliau sudah terkenal.
Selain sebagai istri seorang Jenderal, beliau juga sangat
aktif dalam yayasan sosial lainnya.
Tahun 1968 bu Nas bergabung dengan Yayasan
Sayap Ibu. Pada tahun itu juga dalam pengasuhan dan
perawatan anak, kriteria anak ditingkatkan menjadi usia
0-5 tahun. Dalam perjalanannya, Yayasan Sayap Ibu
sempat mengalami masalah keuangan sehingga harus
dihentikan untuk sementara pada tahun 1968 ini.
51
Namun berkat tekad kuat para Ibu, terutama Ibu J.S
Nasution, Yayasan Sayap Ibu dapat berjalan kembali
dan terus berkembang pesat. Bu Nas memasukkan
Yayasan Sayap Ibu dibawah naungan BKKKS. Dalam
kepengurusan baru, Ibu Nasution menjabat sebagai
Pengawas YSI, sedangkan Ketua oleh Ibu Ciptaningsih
Utaryo. Permohonan untuk Pengangkatan Anak mulai
berdatangan ke Yayasan Sayap Ibu. pada waktu itu
belum ada Peraturan Pemerintah yang mengatur proses
Pelaksanaan Pengangkatan Anak. Pengangkatan Anak
dari Yayasan Sayap Ibu dilaksanakan berdasarkan
Hukum Adat yang berlaku di daerah asal para Calon
Orang Tua Angkat karena memiliki kebutuhan khusus.
Mereka yang lahir sudah dalam keadaan memiliki
kebutuhan khusus, tetap dirawat dan menjadi tanggung
jawab Yayasan Sayap Ibu.
Pada tahun 1975 terjadi Pengangkatan Anak besar-
besaran dari Vietnam, Kamboja, Jepang, dan Korea.
Kebanyakan adalah anak-anak terlantar sebagai korban
perang melawan negara barat seperti Amerika, Inggris,
Perancis, dan lain-lain. Anak-anak tersebut dikirim
melalui Bandar Udara, dan diterima di Bandar Udara
Negara para Orang Tua Angkatnya. Belanda ikut dalam
arus Pengangkatan anak-anak tersebut. Mereka lebih
banyak mengambil anak-anak Indonesia karena adanya
hubungan sejarah. Pengangkatan Anak dilakukan secara
sah hanya dengan akte notaris. Terjadilah jual beli anak
52
yang ramai sekali. Bahkan banyak kejadian, anak-anak
tersebut dititipkan kepada pramugari yang diberi kuasa.
Agen adopsi yang bekerjasama dengan Notaris,
Rumah-Rumah Bersalin, perantara-perantara pencari
anak tumbuh seperti cendawan di musim hujan. Namun
begitu, Pemerintah terlihat masih belum mengeluarkan
suatu peraturan apapun. Para relawan Yayasan Sayap
Ibu tentu saja terusik rasa kemanusiaan dan
kebangsaannya. Dengan bantuan ibu Joke
Berkouwer,SH seorang sarjana hukum dan relawan
Yayasan Sayap Ibu berkewarganegaraan Belanda.
Yayasan Sayap Ibu kemudian menyusun konsep
prosedur pengangkatan anak melalui Sidang
Pengadilan. Seperti halnya di Negara maju, ketentuan
pengangkatan anak tidak cukup hanya dengan akte
notaris saja. Dalam konsep tersebut juga diusulkan
adanya lembaga seperti “Kinder Bescherming Dients”
yang akan membantu Departemen Sosial dalam
perijinan dan pemantauan para orang tua angkat.
Lembaga ini diharapkan dapat membendung
perdagangan anak seperti yang terjadi pada waktu
sebelumnya. Konsep tersebut dikirimkan kepada
Departemen Kehakiman, Gubernur DKI Jakarta dan
Departemen Sosial.
Pada saat itu Gubernur yang memimpin adalah pak
Ali Sadikin. Pak Ali Sadikin cepat tanggap. Pada tahun
1976 mengeluarkan ijin serta mengakui Badan
53
Konsultasi Pengangkatan Anak Yayasan Sayap Ibu
sebagai Lembaga Resmi. Departemen Kehakiman
menanggapi dengan dikeluarkannya, Surat Edaran
No.JHAI/1/2 tahun 1978 tentang Prosedur
Pengangkatan Anak WNI (Warga Negara Indonesia)
oleh WNA (Warga Negara Asing), yang menentukan
bahwa Notaris tidak dapat membuat Akte Adopsi
karena Pengangkatan Anak WNI oleh WNA harus
dilaksanakan dengan Penetapan Pengadilan. Pada tahun
1976, sebagai hasil rekomendasi Seminar tentang
Pengangkatan Anak sebagai Sarana Usaha
Kesejahteraan Anak yang dilaksanakan oleh Yayasan
Sayap Ibu, dan Dewan Nasional Indonesia untuk
Kesejahteraan Sosial, Mahkamah Agung mengeluarkan
surat edaran No. 2 tahun 1979 yang kemudian
disempurnakan dengan SEMA No. 6 tahun 1983
tentang: Prosedur Pengangkatan Anak WNI oleh WNA
dan anak WNA oleh WNI. Departemen Sosial pada
tahun 1981 mengeluarkan Peraturan Menteri No. 13
tentang Organisasi Sosial yang dapat menyelenggarakan
usaha penyantunan anak terlantar (termasuk
melaksanakan Pengangkatan Anak). Dengan
dikeluarkannya Permensos tersebut maka hanya 5
organisasi yang mendapat ijin resmi termasuk Yayasan
Sayap Ibu. Semua Pengadilan dapat memeberikan
penetapan Pengangkatan Anak baik untuk WNI maupun
WNA (Intercountry Adoption) mengacu pada Surat
54
Edaran MA No. 6 tahun 1983 di atas. Ibu Ati
Dasaid,S.H. (Almh.) Pengurus YSI Pusat saat itu yang
berjuang keras untuk adanya Permensos yang mengatur
Pengangkatan Anak.
Bersama Yayasan Tiara Putra, sejak itu Yayasan
Sayap Ibu resmi diakui sebagai lembaga Pengangkatan
Anak Terlantar. Yayasan Sayap Ibu tidak hanya
melaksanakan Pengangkatan Anak untuk anak-anaknya
sendiri, namun juga dapat melaksanakan Bantuan
Pelaksanaan untuk Pengangkatan Anak sesuai Peraturan
Pemerintah yang mengambil anak-anak dari yayasan
lain.
Paska kepergian ibu Sulistina Sutomo karena
kesibukan beliau, digantikan oleh ibu Ciptaningsih
Utaryo. Beliau adalah bagian dari tim Bung Tomo dan
juga bu Nas. Pada masa kepemimpinan ibu Utaryo,
kondisi yayasan masih sangat memprihatinkan dan
masih membutuhkan uluran tangan kanan kiri untuk
anak-anak. Yang paling sulit didapat pada masa itu
adalah mencari persediaan susu, susu hampir tidak ada
ditemukan pada masa itu. Padahal susu adalah makanan
pokok bagi bayi. Untuk membantu mendapatkan susu
bagi bayi-bayi di yayasan, ibu Utaryo berusaha untuk
mencari bantuan keluar. Pada saat itu usahanya
membuahkan hasil adanya sumbangan susu dari WIC
(Women’s International Club). Daftar anggota yang
terdapat dalam WIC kebanyakan orang asing, dan
55
mereka mendapatkan susu tersebut dari kedutaan
Negara mereka masing-masing, sehingga akhirnya
merekalah yang menjadi penolong bagi bayi-bayi dan
balita yang berada di Yayasan Sayap Ibu. WIC
merupakan salah satu organisasi yang banyak
membantu Yayasan Sayap Ibu, secara rutin mereka
membantu banyak hal termasuk dalam hal caring.
Ibu Utaryo sendiri memiliki andil yang cukup
besar dalam hal mendatangkan susu untuk bayi-bayi
yang dirawat yayasan. Melalui akses yang dimiliki oleh
suaminya yang bekerja di pelayaran, ibu Utaryo sering
mendapatkan bantuan susu dan juga sereal dari kapal.
Dimana sebenarnya barang-barang tersebut adalah jatah
dari para awak kapal yang berlayar berbulan-bulan.
Tetapi karena seringkali stok susu berlimpah, maka
mereka memberikannya secara rutin untuk Yayasan
Sayap Ibu. Bantuan susu dari sisa anak buah kapal itu
jumlahnya sangat banyak, bahkan bisa sampai
berkarung-karung. Sampai ibu-ibu yang mengurus
yayasan, menjadikan susu-susu tersebut bahan untuk
kreasi aneka kue. Setelah jadi masakan kue tersebut
digunakan uangnya untuk keperluan anak-anak Sayap
Ibu. Kinerja ibu Utaryo dan tim nya sangat membantu
proses berdiri tegaknya Yayasan Sayap Ibu, namun lagi-
lagi yayasan harus menerima keadaan untuk
melepaskan ibu Utaryo pindah mengikuti suaminya.
56
Tahun 1977 ibu Utaryo pindah ke Yogyakarta,
beliau mengikuti suaminya Bapak Utaryo yang
mendapat panggilan dinas ke kota tersebut dan pada
saat itu kepemimpinan Yayasan Sayap Ibu kembali
dipegang oleh bu Nas. Pada saat itu di Yogyakarta, ibu
Utaryo juga berjumpa dengan ibu Sarwanto
Brojonegoro yang beliau kenal sewaktu mereka berdua
mewakili Indonesia dalam Asian Women Leadership
Training di USA pada tahun 1972. Pada saat itu ibu
Utaryo dikirim mewakili Yayasan Sayap Ibu, dan di
BKKKS. Bersama Ibu Sarwanto Brojonegoro, Ibu
Utaryo mendirikan YSI Cabang DIY dengan Ketua Ibu
Utaryo. YSI Cabang Jakarta diketuai oleh Ibu Titik
Mohammad Said menggantikan Ibu Utaryo, YSI Pusat
diketuai oleh Ibu Nasution. Yayasan Sayap Ibu Pusat
dengan Ketua bu Nas, Cabang Jakarta dengan Ketua Ibu
Titik Mohammad Said, dan Cabang Yogyakarta dengan
Ketua Ibu Utaryo. Pada tahun 1978 berdiri dua cabang
yaitu cabang jakarta kebayoran baru dan cabang
yogyakarta.
Berdirinya Cabang Banten adalah inisiatif Ibu Nas
untuk memisahkan anak-anak disabilitas, dengan anak-
anak pada umumnya yang berada di YSI Cabang
Jakarta. Sebab jika mereka dibiarkan terus bersama,
maka anak-anak yang terlahir non disabilitas akan
mendapat dampak yang tidak baik dalam proses tumbuh
kembangnya, mereka akan mengikuti pola bersikap
57
seperti teman-temannya yang disabilitas. Pada awalnya
anak-anak non disabilitas dan anak-anak disabilitas
diasuh di tempat yang sama yaitu di Yayasan Sayap Ibu
Cabang Jakarta. Keterbatasan tempat maupun jumlah
Pengasuh, serta pertimbangan lainnya, juga seiring
dengan perkembangan, saran para psikolog serta
rekomendasi para ahli maka anak normal dan anak yang
mengalami disabilitas berat harus dirawat secara
terpisah. Alasannya kalau anak-anak non disabilitas
dicampur dengan yang disabilitas maka perilaku anak-
anak yang non disabilitas justru akan mengikuti anak-
anak disabilitas tersebut, mengingat kebiasaan anak
adalah suka meniru. Lebih dari itu alasan utama
pemisahan adalah agar anak-anak penyandang
disabilitas terutama yang tingkat disabilitasnya
tergolong berat dapat ditangani secara lebih spesifik.2
Dasar yang menjadi acuan adalah Undang-Undang
No.4 tahun 1997 tentang Penyandang cacat pada pasal 5
serta Undang-undang 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak, dimana secara tegas disebutkan
bahwa hak-hak anak meliputi asas non diskriminasi,
kepentingan yang terbaik bagi anak, hak dalam
keberlangsungan untuk hidup, hak tumbuh kembang
secara layak baik fisik, mental, spiritual, hak
2 http://www.yayasansayapibu.or.id/tentang-kami/sejarah/ diakses
pada hari Selasa tanggal, 20 Agustus 2019 pukul 13:37 WIB
58
perlindungan, dan hak untuk turut serta partisipasi
dalam lingkup kehidupan sosial.
Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten atau
dikenal juga dengan nama Yayasan Sayap Ibu – Bintaro
adalah organisasi nirlaba yang merupakan
pengembangan dari Yayasan Sayap Ibu, yang bertujuan
untuk melakukan usaha kesejahteraan sosial
kemasyarakatan yang bersifat terbuka dan bersedia
bermitra dengan lembaga, perusahaan atau perorangan
baik dari dalam maupun luar negeri dalam bidang
pembangunan kesejahteraan sosial dengan prinsip
kemanfaatan sebesar-besarnya bagi anak cacat ganda
terlantar.
Yayasan Sayap Ibu cabang provinsi Banten
diresmikan oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
Provinsi Banten pada tanggal 1 Oktober 2005, sesuai
dengan UUD no. 8 tahun 2016 tentang disabilitas. Awal
berdirinya Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten
menyewa sebuah rumah di sektor 6, Bintaro. Lima belas
(15) anak pertama anak YSIB adalah anak-anak yang
dipindahkan dari Yayasan Sayap Ibu Cabang Jakarta.
Yayasan Sayap Ibu Cabang Banten memfokuskan
pelayanan kepada anak disabilitas majemuk dan
menyetarakan anak disabilitas. Dengan memegang
teguh komitmen terhadap perlindungan dan perawatan
tumbuh kembang anak cacat ganda terlantar yang secara
tidak langsung juga berarti membantu pemerintah dalam
59
memenuhi hak-hak anak akan perlindungan dan
perawatan.
Dengan semangat dan perjuangan para pengurus
YSI-B selama 3 tahun pada tahun 2009 YSI-B
mendapat bantuan lahan fasilitas sosial seluas 2000 m2
dari Pemda Kotamadya Tangerang dan tentunya juga
fasilitas dari PT. Jaya Real Property, bedirilah sebuah
bangunan gedung permanen Yayasan Sayap Ibu –
Bintaro. Dalam pembangunan lahan ini didanai oleh
Bennink Foundation dari Netherlands. Dan saat ini
Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten mengelola
Panti Penyantunan dan Rehabilitasi Anak Cacat
Terlantar, di Jl. Raya Graha Bintaro No. 33, Pondok
Kacang Barat Tangerang – Telp. 021 – 7331004.3
2. Visi & Misi
a. Visi
Terwujudnya Perlindungan, Perawatan dan
Pengasuhan Anak sejak dalam kandungan maupun
sesudah dilahirkan, termasuk Anak Penyandang
Disabilitas secara holistik, berkesinambungan
dengan penuh kasih sayang sepanjang hidupnya.
b. Misi
1. Melakukan Penyantunan, Perawatan, Pengasuhan
dan Pendidikan Anak Terlantar, Penyandang
3 http://www.yayasansayapibu.or.id/cabang/banten/sejarah-
ysi-cabang-banten/ diakses pada hari selasa tanggal 20 Agustus 2019 pukul
13:40 WIB
60
Disabilitas, baik di Panti maupun di luar Panti
secara profesional.
2. Mengusahakan Rehabilitasi Fisik, Psikis, Sosial
dan Keterampilan secara optimal.
3. Melaksanakan Pengentasan Anak agar bisa
mandiri.
4. Menyediakan Pelayanan Sosial yang berkualitas
bagi Anak Penyandang Disabilitas diatas 18
(delapan belas) tahun agar bisa hidup mandiri.
5. Melaksanakan Perlindungan, Perawatan dan
Pengasuhan Anak sejak dalam kandungan.
6. Menjalin Kemitraan Dalam dan Luar Negeri
secara aktif dalam rangka memberikan kontribusi
terhadap Perlindungan, Perawatan, Pengasuhan
dan Pendidikan Anak sesuai dengan Ketentuan
yang berlaku.4
4 http://www.yayasansayapibu.or.id/tentang-kami/visi-misi/ diakses
pada hari selasa tanggal 20 Agustus 2019 pukul 14:15 WIB
61
3. Struktur Organisasi
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Yayasan Sayap Ibu Cabang
Provinsi Banten
62
BAB IV
DATA TEMUAN
Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten merupakan
yayasan tempat penyantunan dan rehabilitasi anak disabilitas
majemuk atau ganda yang berada di Bintaro Tangerang Selatan,
diresmikan 1 Oktober 2005 silam yang berinduk pada Yayasan
Sayap Ibu Jakarta sebagai kantor pusat, dengan tujuan
memisahkan anak disabilitas dengan anak non-disabilitas. Sesuai
visi dan misi Yayasan Sayap Ibu yaitu merawat, melindungi, dan
mengasuh serta memberikan kasih sayang kepada anak disabilitas
dari kandungan maupun anak terlantar disabilitas.
Tujuan memisahkan anak disabilitas dan non-disabilitas
karena tumbuh kembang anak disabilitas dan non-disabilitas
sangatlah berbeda. Jumlah binaan anak disabilitas di Yayasan
Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten yaitu 480 orang anak dan
terbagi di beberapa daerah 70% anak binaan berasal dari
Jabodetabek, dan 30% berasal dari beberapa provinsi di
Indonesia. Anak binaan dibagi dua yaitu anak panti dan non-
panti, anak panti adalah anak yang ditelantarkan dan tidak
mempunyai keluarga dan dibina didalam panti di yayasan,
sedangkan anak non-panti adalah anak binaan yang mempunyai
keluarga dan mempunyai rumah tempat tinggal.
“Ini adalah inisiatif dari Ibu Nasution istri dari Jendral
Besar Nasution untuk memisahkan anak disabilitas
dengan anak non-disabilitas, 15 Anak pertama kami
63
adalah dari YSI Cabang Jakarta, untuk dipisah karena
tumbuh kembang anak disabilitas dan non-disabilitas itu
sangat berbeda. YSIB sudah berdiri selama 14 tahun
untuk daerah Provinsi Banten, anak binaan kami lebih
dari 480 anak binaan didalam panti adalah anak yang
tidak diketahui keberadaan orang tuanya, ditelantarkan,
dan anak binaan yang mempunyai keluarga yaitu diluar
panti 70% di Jabodetabek, dan 30% dibeberapa provinsi
di Indonesia.”1
Yayasan Sayap Ibu sebagai tempat penyantunan dan
rehabilitasi penyandang disabilitas majemuk atau ganda tentunya
memenuhi fasilitas penunjang untuk anak asuh panti seperti
fasilitas pendidikan, kesehatan, dan untuk mengembangkan bakat
minat anak asuh di yayasan, karena semua fasilitas yang telah
disiapkan akan sangat membantu anak asuh agar kelak bisa
menghadapi dan bersosialisasi dengan masyarakat luar.
Selain itu yayasan juga mengasah dan memunculkan
bakat dan minat yang ada dalam anak asuh seperti membuat
batik, lilin dan prakarya lainnya, dengan cara ini yayasan juga
membantu anak untuk mandiri dan meningkatkan kepercayaan
diri. Yayasan juga memperhatikan kesehatan dan pendidikan
anak asuh dengan bekerjasa dengan Puskesmas, guru-guru
PAUD, dan masyarakat lainnya yang ingin bekerja sama
membantu anak asuh yang berada di yayasan.
“Anak panti ataupun binaan panti di luar panti yang
masih mempunyai keluarga, kedua orang tua nya dari
keluarga pra sejahtera itu mendapatkan fasilitas yang
sama hanya berbeda tempat saja. Yang di panti itu
1 Wawancara Pribadi dengan Renowati Hardjosubroto, ketua Yayasan
Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten,Tangerang Selatan, 5 Desember 2019
64
mendapatkan hak anak-anak disabilitas adalah hak anak
berprestasi, mendapatkan pendidikan, mendapatkan kasih
sayang, dia harus bersosialisasi. Suatu saat dia remaja
harus bisa diterima di masyarakat. Untuk itu kita
mempersiapkan masa depan mereka yaitu kita punya
pendidikan fisioterapi, kegiatan-kegiatan pravokasional
dan vokasional seperti membuat karya batik, membuat
lilin. Bekerja sama dengan Puskesmas. Untuk fisioterapi
mencarikan fisioterapi yang keliling. Jadi kita juga
merangkul masyarakat untuk peduli penyandang
disabilitas dalam bidang masing-masing.”2
Dalam melakukan perekrutan pengasuh, yayasan akan
melakukan wawancara kerja dan psikotes dan minimal
pendidikan SLTA atau sederajat, setelah itu pengasuh akan
diberikan pembekalan dan pelatihan kepada pengasuh agar siap
dan bisa mengasuh anak disabilitas daksa. Tentunya yayasan
ingin menyeleksi pengasuh agar anak asuh mendapatkan
pengasuh yang mengerti dan kompeten dalam mengasuh anak,
karena butuh kesabaran yang lebih dan pengetahuan serta
pengalaman agar bisa berkomunikasi sesuai dengan kemampuan
anak karena pengasuh harus mempunyai cara tersendiri agar anak
asuh dengan kedisabilitasannya mengerti apa yang disampaikan
pengasuh.
“Perkrutan pengasuh sama seperti perekrutan karyawan
pada umumnya, dengan persyaratan minimal SLTA
dengan melewati beberapa tahap interview dan
pemeriksaan kesehatan serta psikotes. Kemudian setelah
diterima, pengasuh tersebut akan diberikan pembekalan
2 Wawancara pribadi Renowati Hardjosubroto, ketua Yayasan Sayap
Ibu Cabang Provinsi Banten, Tangerang Selatan, 5 Desember 2019
65
dan pelatihan selama 3 bulan setelah itu baru bisa
dilakukan kontrak selama 1 tahun pertama”3
Komunikasi tentunya sangat penting untuk
menyampaikan pesan yang ingin kita tuju dan pesan tersebut
tersampaikan dengan baik kepada komunikan. Selaku
komunikator, pengasuh tentunya harus tahu kondisi psikis dan
suasana hati agar pesan tersampaikan dengan baik, karena setiap
anak asuh mempunyai latar belakang dan psikologis yang
berbeda-beda. Macam komunikasi pun dilakukan seperti
komunikasi verbal atau non-verbal agar anak asuh menegrti apa
yang disampaikan oleh pengasuh, karena setiap anak mempunyai
cara komunikasi yang berbeda sesuai kemampuan anak asuh
tersebut.
Pengasuh juga punya cara tersendiri agar anak asuh
mempunyai kepercayaan diri, setiap anak asuh pasti diberikan
tugas disetiap kegiatan agar mereka merasa mampu dalam
mengerjakan tugas tersebut, pengasuh juga mendampingi anak
dan memberikan motivasi sehingga anak terstimulus dan si anak
mengerjakan tugas tersebut dan merasa bahwa dirinya itu mampu
serta berpengaruh terhadap lingkungannya dan hal tersebut akan
meningkatkan kepercayaan diri anak asuh dalam melakukan
segala hal.
”bentuknya sih kita macam-macam ya baik secara verbal
atau non verbal. Kalau secara non verbal misalnya pakai
benda atau gambar gitu kan, terus ada gestur, isyarat
3 Wawancara pribadi melalui Whatsapp dengan Zulfahmi, Tangerang
Selatan, 10 Desember 2019
66
juga. Dan untuk masalah kepercayaan diri sih dengan
cara komunikasi itu kita bisa menjelaskan kepada anak,
memberi peran-peran dalam setiap kegiatan di kelas
sehingga punya peran penting. Jadi kita juga menjelaskan
pada anak kalau kamu ga menjalankan ini, teman-teman
kamu enggak bisa mengerjakan tahap selanjutnya
sehingga oh saya tuh bagian dari tim dan saya penting.
Gitu. Untuk meningkatkan kepercayaan diri kaya gitu.”4
Anak asuh adalah fokus utama dari pengasuh, bagaimana
pengasuh dapat mengembangkan dan mempersiapkan anak untuk
masa depan mereka serta agar anak asuh siap menghadapi
masyarakat luar. Menghadapi anak asuh dengan
kedisabilitasannya tentu bukan hal yang mudah terkadang emosi
anak berubah-ubah perlu kesabaran dan pengalaman agar tahu
apa yang dimaksud oleh anak itu. Meningkatkan kepercayaan diri
anak disabilitas juga butuh waktu bagaimana pengasuh
mengomunikasikan apa yang pengasuh maksud harus berulang-
ulang kali agar anak tersebut mengerti dan memahami.
Selain itu untuk meningkatkan kepercayaan diri anak,
anak juga diajak keluar seperti ke pasar, taman supaya anak-anak
belajar bersosialisasi, berinteraksi dengan masyarakat dan agar
mereka tahu jika suatu saat nanti mereka sudah tidak di yayasan
lagi mereka bisa mandiri dan sudah terbiasa bersosialisasi dengan
masyarakat luar.
”kendalanya itu kadang-kadang komunikasi, yang
anaknya kita kasih tahu ini kadang-kadang dia enggak
ngerti gitu, mereka tuh rata-rata enggak sabaran anaknya
4 Wawancara pribadi dengan Doni Ramdhoni, pengasuh, Tangerang
Selatan, 5 Desember 2019
67
maunya enggak bisa nunggu gitu, yaudah kita suruh
nunggu, misalnya kalau menunggu itu penting. sering-
sering kita ajak keluar, sosialisasi kayak belanja ke giant,
kayak tadi pagi kita ke taman kota jalan-jalan, mereka
disana belajar sosialisasi dengan orang, orang juga
ketemu mereka ya kalo orang-orang yang care ke mereka
ya disapa, mereka kita ajak salaman sama orang asing
gitukan, kita kenalin lingkukngan tadinya takut jadi ga
takut jadinya. kan dia nanti bisa kalo nanti dia dewasa
bisa hidup mandiri diluar.”5
Dalam upaya meningkatkan kepercayaan diri anak asuh,
pengasuh juga memberikan suatu tantangan kepada anak
disabilitas bahwa dirinya bisa melakukan sesuatu sesuai dengan
kapasitas kemampuan mereka, mereka tidak hanya bergantung
kepada orang lain namun mereka juga bisa mandiri dan
melakukan segala sesuatu layaknya orang pada umumnya.
Pengasuh juga berusaha memberikan motivasi kepada anak
asuh bahwa mereka bisa berkembang dan maju, dan memiliki
kepercayaan diri yang tinggi, karena kepercayaan diri adalah
suatu kualitas hidup bagaimana mereka mengahadapi kehidupan
dan berhasil melaluinya.
“Anak-anak diberi kesempatan sesuai kapasitasnya
masing-masing. Kalau kita bicara mereka yang masih
berbaring harus bisa berguling, yang bisa berguling
harus bisa mengangkat kepala, yang bisa mngangkat
kepala harus bisa duduk. Gitu kan. Jadi dengan
mamberikan satu tantangan dan kesempatan itu secara
otomatis mereka menjadi nyaman dan mereka merasa
tantangan-tantangan yang membuat mereka menjadi
tumbuh. karena anak-anak harus berkembang, anak-anak
5 Wawancara pribadi Ayu Wulandari, pengasuh, Tangerang Selatan, 5
Desember 2019
68
harus maju, kepercayaan diri itu walaupun sederhana
kalau saya bilang sih kepercayaan diri itu kaya kualitas
hidup.”6
Dalam melakukan strategi komunikasi untuk
meningkatkan kepercayaan diri anak asuh disabilitas daksa,
pengasuh menyiapkan perencanaan apa saja yang akan dilakukan
anak asuh, salah satu metodenya adalah dengan cara mengajak
anak untuk berbelanja, pengasuh sudah membagi tugas siapa saja
yang akan membawa barang belanjaan, memasukan belanjaan
keranjang, secara tidak langsung anak akan berpikir bahwa
dirinya percaya untuk mempertanggungjawabkan tugasnya.
Tahap selanjutnya adalah pengperencanaanan, pengasuh
mengajak anak asuh untuk berbelanja sesuai rencana yang
disiapkan, jika salah satu anak tidak ingin melakukan tugas yang
diberikan maka pengasuh akan mengevaluasi dengan cara
memberikan tugas kepada anak lainnya. Dengan cara seperti itu
anak akan belajar berinteraksi dengan masyarakat luar dan
mengenal lingkungan sekitar, anak juga akan memiliki
kepercayaan diri bahwa dirinya bisa menyelesaikan tugas yang
diberikan pengasuh.
“sebelum ngajar tuh kita bikin plan, misalkan seminggu
satu kali, kita bikin tiap hari jumat, biasanya hari ini
ngajar apa, besoknya ngajar apa, dari situ kita bikin
pembagian anaknya sama siapa gitu, kalaupun akhirnya
setelah dilapangan reviewnya si a di pegang aku atau si b
dipegang pak doni padahal di plan nya beda. misalnya
kalau kita bagi tugas kan, saat belanja kita ngasih tugas
6 Wawancara pribadi dengan Agus Haryanto, pengasuh, Tangerang
Selatan, 5 Desember 2019
69
sesuai plan, bagian yang minta uang toto, nanti bagian di
kasir si teguh, nanti yang bagian menyimpan masukan
belanjaan si ridho, begitu kurang lebih, usahakan si
enggak melenceng dari plan Perencanaannya.
evaluasikan anak ini jalan enggak nih sesuai ini nya
kadang ada yang mogok, si ini yang melakukan”7
Kepercayaan diri tentunya tidak muncul begitu saja
apalagi terhadap anak-anak penyandang disabilitas, setiap anak
memiliki karakter yang berbeda-beda, yang membuat pengasuh
harus mengenal karakter setiap anak dan mengetahui cara
berkomunikasi dengan anak untuk meningkatkan kepercayaan
diri anak asuh, pengasuh juga berkomunikasi dengan anak secara
halus dan pelan agar anak mengerti dan. Metode yang digunakan
pengasuh sesuai apa yang diinginkan anak agar kepercayaan diri
anak muncul. Semisal, dengan memperhatikan penampilan anak
dengan anak memakai pakaian bagus maka anak itu kan percaya
diri, atau jika akan ada penampilan seni maka pengasuh akan
mengajarkan anak agar nanti ketika tampil anak tidak malu dan
memiliki kepercayaan diri.
“Kalau misalkan ada acara bajunya yang bagus dan
penampilannya dirapihin. Kalau misalnya nari ada acara
dilatih dulu biar ngerti kalau harus ngapain-ngapain.
diajak ngomong baik-baik gitu, terus kalo misalkan mau
apa-apa kita kasih tahu dulu kan, contohnya Yuyun mau
ngelakuin apa-apa atau nari, kita harus ajarin dulu
supaya dia nggak malu nantinya karena kalau nggak
latihan dulu dia bakal malu. Terus Bela, dia misalkan
7 Wawancara pribadi dengan Ayu Wulandari, pengasuh, Tangerang
Selatan, 5 Desember 2019
70
penampilannya acak-acakan dia nggak akan mau pergi,
dia harus rapi.”8
Segala kegiatan yang yang dilakukan pengasuh dengan
anak-anak tentunya akan menambah semangat dan percaya diri,
semua kegiatan akan didampingi oleh pengasuh sehingga anak
akan senang, kegiatan yang dilakukan sama halnya kegiatan
sehari-hari seperti laundry, memasak, belanja.
“Seneng, Laundry, nyuci sayur, belanja, masak, banyak”9
Seiring berjalannya waktu, interaksi pengasuh dan anak
asuh menciptakan ikatan sehingga anak asuh akan menganggap
pengasuh sebagai orang terdekatnya bahkan keluarganya sendiri.
Semua kegiatan-kegiatan pengasuh dan anak asuh yang hampir
24 jam dalam sehari tentu akan membuat pengaruh terhadap anak
asuh, tidak adanya gap atau jarak yang membedakan pengasuh
dan anak asuh, maka anak akan merasa dirinya lebih diterima
oleh pengasuh. Terlebih semua kegiatan akan mempengaruhi dan
membantu anak meningkatkan kepercayaan dirinya.
“Yak diajak becanda diajak ngobrol, jadi kita sama
mereka, jangan ada gap, mereka tuh gini kita tuh gini
biasa aja kayak bercanda sama anak normal”10
8 Wawancara pribadi dengan Siti Salsabila Az-zahra, pengasuh,
Tangerang Selatan, 5 Desember 2019 9 Wawancara pribadi dengan J, anak asuh, Tangerang Selatan, 5
Desember 2019. 10
Wawancara pribadi dengan Kamil, pengasuh, Tangerang Selatan, 5
Desember 2019.
71
BAB V
PEMBAHASAN
A. Strategi Komunikasi Pengasuh dalam Meningkatkan
Kepercayaan Diri Pada Anak Disabilitas Daksa di
Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten.
Strategi komunikasi adalah salah satu aspek penting untuk
mencapai suatu tujuan sehingga pesan yang disampaikan akan
diterima dengan baik oleh komunikan, terutama untuk
meningkatkan kepercayaan diri untuk mencapai prestasi, karena
perlu komunikasi yang disiapkan oleh pengasuh agar semua
berjalan sesuai dengan apa yang dituju. Strategi yang terjadi dari
pengasuh kepada anak asuh disabilitas sangatlah penting karena
anak-anak yang ditinggal di Yayasan Sayap Ibu mempunyai hak
yang sama seperti anak yang tinggal di dalam rumah. Setiap anak
berhak untuk mendapatkan kasih sayang orang tua, hak
pendidikan, perlindungan, kesehatan serta hak-hak lainnya tak
terkecuali anak asuh disabilitas yang berada di Yayasan Sayap
Ibu.
Yayasan Sayap Ibu adalah sebuah wadah bagi anak-anak
disabilitas majemuk atau ganda yang terlantar, selain itu ada juga
penyandang disabilitas yang berasal dari masyarakat prasejahtera
binaan yang mempunyai keluarga dan tempat tinggal yang
dibantu oleh yayasan. Yayasan Sayap Ibu berusaha memberikan
pelayanan sosial dan mengembalikan hak-hak anak disabilitas
yang terlantar. Untuk mengurus dan membina anak-anak dalam
72
yayasan, tentunya yayasan menyiapkan pengasuh agar anak bisa
dibina dengan baik.
Peran pengasuh sangatlah penting karena anak akan terus
didampingi oleh pengasuh dan dari pengasuh juga anak akan
belajar dan berkomunikasi dengan intens. Disinilah peran
pengasuh dalam meningkatkan kepercayaan diri anak asuh agar
anak bisa bersosialisasi dan menghadapi masyarakat jika sudah
dewasa nanti. Strategi komunikasi yang dilakukan pengasuh akan
sangat penting dan berpengaruh terhadap anak-anak dalam
meraih prestasi ataupun melakukan kegiatan sehari-hari.
“Penting, karena suatu saat mereka akan bertemu dengan
banyak orang, macam-macam orang dan berbagai
macam karakter dan mereka harus siap untuk itu. Harus
bisa menerima banyak kondisi-kondisi yang mereka
engga bisa menduga. Itu yang menjadi penting.”1
Gambar 5.1 Kegiatan Anak dengan Salah Satu
Komunitas
1 Wawancara Pribadi dengan Doni Ramdhoni, pengasuh, Tangerang
Selatan, 5 Desember 2019
73
Para pengasuh di yayasan juga harus mempunyai syarat-
syarat sebagai komunikator, yaitu memiliki kredibilitas yang
tinggi bagi komunikasinya, memiliki pengetahuan yang luas,
memiliki sikap yang baik, memiliki keterampilan berkomunikasi
dan memiliki daya tarik dalam artian komunikator memiliki
kempuan untuk melakukan perubahan sikap atau penambahan
pengetahuan pada komunikan. Jika pengasuh memiliki syarat-
syarat tersebut, maka strategi komunikasi terhadap anak asuh
akan berhasil dan dapat diterima dengan baik.
Dalam melaksanakan strategi komuikasi, pengasuh
melalui tahapan-tahapan untuk mencapai tujuan yang diinginkan,
karena melalui tahapan-tahapan ini pengasuh akan mengetahui
strategi mana yang akan digunakan. Dengan menggunakan
tahapan-tahapan tersebut, maka pengasuh akan mempermudah
prosesnya atau jalan untuk mencapai tujuan yaitu meningkatkan
kepercayaan diri anak asuh.
Yayasan Sayap Ibu juga sangat berperan dalam membina
dan mengarahkan anak-anak asuh melalui strategi komunikasi
yang baik serta program kegiatan guna meningkatkan
kepercayaan diri anak asuh dalam meraih prestasi akademis
maupun non-akademis. Untuk mencapai suatu keberhasilan
dalam melaksanakan komunikasi yang baik, perlu strategi agar
apa yang akan pengasuh tuju tercapai, dalam bukunya
Manajemen Strategis Konsep, Fred R. David menjelaskan bahwa
ada 3 tahapan dalam proses untuk mencapai strategi komunikasi
agar berhasil tepat sasaran, 3 tahapan itu yaitu perumusan
74
strategi, perencanaan atau pelaksanaan strategi, dan evaluasi
strategi, yang snagat penting dalam melaksanakan strategi
komunikasi.2
B. Perencanaan Strategi
Dalam pelaksanaan strategi komunikasi ada 3 tahapan
salah satunya yaitu tahapan yang pertama perumusan atau
perencanaan strategi untuk menetapkan tujuan strategi, untuk
memahami hambatan maupun peluang yang akan dihadapi.
Perumusan atau perencanaan strategi yaitu penyusunan atau
proses langkah-langkah dalam melakukan strategi komunikasi
dalam mencapai visi dan misi yayasan melalui pengasuh untuk
meningkatkan kepercayaan diri anak asuh, sehingga tercapainya
suatu target seperti yang telah direncanakan.
Dalam perencanaan strategi, pengasuh tentunya harus
paham atau mengidentifikasi akan kondisi anak asuh serta
lingkungannya, peluang serta hambatan, menetapkan kekuatan
dan kelemahan yang ada dalam diri pengasuh serta menentukan
sasaran yang tepat. Perumusan atau perencanaan yang dibuat
pengasuh haruslah matang dalam kata lain pengasuh harus benar-
benar dalam menyiapkan strategi, supaya strategi yang telah
disiapkan mengarah tepat pada sasaran.
Dalam perumusan strategi komunikasi ada 4 faktor yang
harus diperhatiakan pengasuh, karena keempat faktor tersebut
2 Fred R. David, Manajemen Strategis Konsep (Jakarta: Salemba
Empat, 2006), h. 30
75
akan mendukung dalam menjalankan strategi komunikasi, yaitu
mengenali sasaran, penyusunan pesan, penetapan metode, dan
pemilihan media. Yang pertama pengasuh harus mengenal
sasaran (anak asuh), dalam arti pengasuh akan mengidentifikasi
anak asuh bagaimana kondisinya, karena kondisi anak asuh akan
berpengaruh akan berhasilnya komunikasi yang dilakukan
pengasuh.
“biasanya kalo marah itu susah banget, buat dipegang
aja enggak mau. Jadi kaya harus kalo misalkan yang
autis itu marah harus dikasih makanan sedangkan bukan
jam nya makan. Kayak punya cara sendiri biar enggak
marah lagi. Kayak naik ayunan atau apa gitu, keliling-
kelilinng sampe dia capek hmm diajak main.”3
Selanjutnya penyusunan pesan, yaitu menentukan materi
atau tema yang akan disampaikan, penentuan materi ini akan
mempengaruhi anak asuh sesuai yang dinginkan pengasuh, ada
dua rumusan dalam penentuan materi yang pertama yaitu bersifat
one side issue yaitu bersifat satu sisi saja semisal tema yang berisi
hal positif yang akan dikomunikasikan pengasuh yang kedua one
both side yaitu berisi tema dengan dua sisi misalkan sisi positif
atau negatif.
“anak-anak itu mereka tuh rata-rata enggak sabaran
anaknya maunya enggak bisa nunggu gitu, yaudah kita
suruh nunggu, misalnya kalau menunggu itu penting kira-
kira gitu.”4
3 Wawancara pribadi dengan Siti Salsabila Az-zahra, pengasuh,
Tangerang Selatan, 5 Desember 2019. 4 Wawancara pribadi dengan Ayu Wulandari, Pengasuh, Tangerang
Selatan, 5 Desember 2019.
76
Yang ketiga yaitu penetapan metode dengan
menggunakan metode komunikasi, tentunya pesan yang akan
disampaikan akan berpengaruh pada anak asuh sesuai apa yang
diinginkan pengasuh dalam meningkatkan kepercayan diri.
Biasanya pengasuh akan menggunakan metode persuasif untuk
mempengaruhi anak agar lebih terbuka lagi dan lebih percaya diri
ketika berada berada ditebgah masyarakat nanti.
“kita sering-sering ajak keluar aja, sosialisasi kayak
belanja ke giant, kayak tadi pagi kita ke taman kota tuh
jalan-jalan, mereka disana belajar sosialisasi dengan
orang, orang juga ketemu mereka ya kalo orang-orang
yang care ke mereka ya disapa, mereka kita ajak salaman
sama orang asing gitukan, kita kenalin lingkukngan,
tadinya takut jadi ga takut jadinya”5
Gambar 5.2 Kegiatan Belanja Sayur di Pasar
5 Wawancara pribadi dengan Ayu Wulandari, Pengasuh, Tangerang
Selatan, 5 Desember 2019.
77
Yang terakhir yaitu pemilihan media, media dalam
menyampaikan komunikasi bermacam-macam dan berbeda-beda
dalam memberikan pengaruh. Dalam pemilihan media untuk
berkomunikasi pengasuh akan menyesuaikan dengan kondisi dan
kemampuan anak asuh.
“biasanya kita menyiapkan alat-alat komunikasi terutama
ya kaya misal dari gambar. Misalnya hari ini kita mau
ngapain, kalau anaknya mau melalui gambar ya kita
gambar kegiatan hari itu juga. Misalkan mau belanja kita
simbolkan dengan tas gitu kan atau dengan isyarat. Terus
misalkan mau berkebun, alat berkebunnya kita bawa
semprotannya karna mungkin level anaknya masih di
benda nyata gitukan”6
Gambar 5.3 Kegiatan Menyiram Kebun
C. Pelaksanaan Strategi
Setelah merumuskan dan menetapkan strategi yang akan
diterapkan. Hal yang selanjutnya adalah pelaksanaan
6 Wawancara pribadi dengan Dono Ramdhoni, Pengasuh, Tangerang
Selatan, 5 Desember 2019.
78
menggunakan perumusan yang telah ditetapkan tadi agar strategi
berjalan secara efektif.7 Tahap ini adalah tahap yang paling berat
karena tahap perencanaan menerapkan apa yang sudah
dirumuskan atau direncanakan pada tahapan yang pertama tadi,
apakah sesuai dengan apa yang telah direncanakan atau malah
menyimpang. Banyak faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
ketika dilapangan yang berasal dari internal maupun eksternal
yang menyebabkan strategi komunikasi menyimpang atau
melenceng dari yang telah direncanakan. maka dari itu, dalam
tahapan pelaksanaan ini membutuhkan komitmen dan kesabaran
serta pengetahuan yang luas dalam berkomunikasi sehingga dapat
berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan untuk meningkatkan
kepercayaan diri anak asuh.
Implementasi atau pelaksanaan strategi yang dilakukan
pengasuh sesuai perencanaan yang telah ditentukan yaitu
mengenali sasaran, penyusunan pesan, penetapan metode, dan
pemilihan media. Dalam pelaksanaan strategi pengasuh akan
mengikuti kegiatan atau program yang telah ditetapkan yayasan.
Dalam program tersebut anak akan didampingi oleh pengasuh.
Berikut adalah kegiatn anak asuh di Yayasan Sayap Ibu:
No Kegiatan Waktu
1. Bangun Pagi 05.00 WIB
2. Mandi Pagi 05.00 – 06.00 WIB
3. Sarapan Pagi 06.00 – 06.30 WIB
7 Alo Liliweri, Komunikasi: Serba Ada Serba Makna, (Jakarta:
Kencana, 2011) Ed. 1 Cet. 1 h. 252
79
4. Berjemur 06.30 – 07.30 WIB
5. Persiapan Kegiatan 07.30 – 08.00 WIB
6.
Kegiatan Pagi (Terapi, Hydroterapi,
Snack Time/jus, Pendidikan, Rumah
Sakit)
08.00 – 11.00 WIB
7. Makan Siang 11.00 – 12.00 WIB
8. Tidur Siang 12.00 – 13.30 WIB
9. Persiapan Kegiatan Sore 13.30 – 14.00 WIB
10.
Kegiatan Sore (Terapi, Hydroterapi,
Snack Time/jus, Pendidikan, Rumah
Sakit
14.00 – 16.00 WIB
11. Kegiatan Bebas 16.00 – 16.30 WIB
12. Makan Sore 16.30 – 17.30 WIB
13. Persiapan Masuk Kamar/Kegiatan
Bebas 17.30 – 19.00 WIB
14. Susu/Snack Malam 19.00- 19.30 WIB
15. Kegiatan Bebas 19.30 – 20.00 WIB
16. Tidur Malam 20.00 WIB
Tabel 5.1 kegiatan anak asuh yayasan sehari-hari
Dalam semua kegiatan di atas pengasuh akan
mendampingi anak asuh, pelaksanaan yang sesuai perencanaan
strategi belum tentu berhasil karena ketika dilapangan akan ada
faktor yang menyebabkan strategi komunikasi tidak berjalan
sesuai yang diinginkan, semisal anak asuh marah atau merajuk
karena setiap anak berbeda-beda karakternya terlebih yang diasuh
80
adalah anak disabilitas sebatangkara atau tidak mempunyai
keluarga, traumatis dan penyebab lainnya yang membuat anak
susah diajak komunikasi.
Setiap pengasuh mempunyai strategi komunikasi yang
berbeda-beda dan bermacam-macam dalam menggunakan
metode ataupun media dalam melaksanakan strategi komunikasi.
Tahapan perencanaan juga ada setelah penilaian pengasuh
terhadap apa yang dibutuhkan anak. Semua pelaksanaan harus
jalan sesuai rencana, dan tepat sasaran sehinnga bisa
meningkatkan kepercayaan diri anak asuh.
“Impelemtasi setelah di assesmnet tahu hasil, tahu
kebutuhan, tentunya kebutuhan anak pasti banyak,
tentunya kita harus menetapkan prioritasuhhygy dan
mengperencanaankannya adalah kalau bisa setiap
program khusus itu di integrasikan di asrama, di semua
area disini dan itu menjadi fokus semua pengasuh,
pendidikan, tim yang kita bangun. Dan itu menjadi suatu
prioritas oh setiap anak harus benar-benar mendapatkan
apa. Prioritas program khusus, kapan dijalankan, siapa
yang menjalankannya dan hasilnya apa harus jelas dan
clear”8
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, setiap pengasuh
mempunyai metode yang berbeda-beda dalam melaksanakan
strategi komunikasi, salah satunya adalah metode persuasif,
pengasuh akan berkomunikasi kepada anak dengan cara
membujuk dan merayu jika anak marah atau merajuk agar
8 Wawancara pribadi dengan Agus Haryanto, pengasuh, Tangerang
Selatan, 5 Desember 2019.
81
strategi komunikasi yang dilakukan pengasuh berjalan sesuai apa
yang telah direncanakan.
“Biasanya kalo mereka marah itu dipuji dengan bahasa
yang halus, diajak ngomong baik-baik gitu, biasanya kalo
marah itu susah banget, buat dipegang aja enggak mau.
Jadi kaya harus kalo misalkan yang autis itu marah harus
dikasih makanan sedangkan bukan jam nya makan. Kayak
punya cara sendiri biar enggak marah lagi. Kayak naik
ayunan atau apa gitu, keliling-kelilinng sampe dia capek
hmm diajak main.”9
Gambar 5.4 Kegiatan Anak Bermain
Selain metode persuasif pengasuh juga menggunakan
metode mendidik, ketika ada acara di yayasan ataupun di luar
yayasan anak akan percaya diri dan tidak malu untuk tampil di
depan banyak orang. Salah satunya adalah ketika ada acara
menari maka pengasuh akan mengajarkan anak asuh tersebut
menari agar ketika tampil anak tahu apa yang harus dilakukan,
anak juga tidak mau tampil jika penampilannya atau pakaiannya
9 Wawancara pribadi dengan Siti Salsabila Az-zahra, pengasuh,
Tangerang Selatan, 5 Desember 2019.
82
tidak rapi, berarti anak akan percaya diri dan berani tampil ketika
pakaiannya rapi.
“Kalo misalkan ada acara bajunya yang bagus dan
penampilannya dirapihin. Kalo misalnya nari ada acara
dilatih dulu biar ngerti kalo harus ngapain-ngapain.
contohnya Yuyun mau ngelakuin apa-apa atau nari, kita
harus ajarin dulu supaya dia nggak malu nantinya karena
kalau nggak latihan dulu dia bakal malu. Terus Bela, dia
misalkan penampilannya acak-acakan dia nggak akan
mau pergi, dia harus rapi”10
Gambar 5.5 Persiapan Fashion Show Baju Tradisional
Dalam pelaksanaan strategi juga pengasuh akan terus
mendampingi anak asuh agar tidak ada jarak antara pengasuh dan
anak, pengasuh juga mengerti bahwa kepercayaan diri itu sangat
penting dan harus tumbuh dalam diri anak asuh. Dalam
menghadapi anak disabilitas pengasuh tidak akan membeda-
bedakan dalam arti bahwa pengasuh dengan anak asuh adalah
10
Wawancara pribadi dengan Siti Salsabila Az-zahra, pengasuh,
Tangerang Selatan, 5 Desember 2019.
83
sama. Karena ketika ada gap maka si anak juga akan ada perasaan
tidak nyaman dan malah menjauh atau marah. Maka dari itu,
pengasuh dengan anak asuh bersikap seperti biasanya layaknya
keluarga atau teman dekat, karena dengan begitu anak akan
merasa nyaman, percaya diri dan terbiasa jika bertemu orang lain
ketika berinteraksi.
“Penting banget, soalnya buat mereka biar mereka nggak
ngerasa beda sama kita, nggak ada gap lah, penting
banget sih meningkatkan kepercayaan diri. Yak diajak
becanda diajak ngobrol, jadi kita sama mereka, jangan
ada gap, mereka tuh gini kita tuh gini biasa aja kayak
bercanda sama anak normal, aku nih sama ucup saling
ledek tapi dia yak ngerti kalau aku lagi ngeledek apa, jadi
dia nya enggak kesinggung gitu.”11
D. Evaluasi Strategi
Tahap yang selanjutnya yaitu tahap evaluasi strategi dan
menjadi tahap yang terakhir dalam strategi komunikasi. Tahap
evaluasi strategi yaitu tahap dimana apa yang telah dilaksankan
dinilai dan dicari apakah ada penyimpangan dari rencana yang
sudah ditetapkan, dan apabila ada penyimpangan dari rencana
yang sudah ditetapkan maka akan ditentukan apa yang menjadi
penyebabnnya.12
Dalam tahapan ini pengasuh akan melihat dari tahapan
perencanaan apakah sesuai dengan apa yang direncanakan, jika
ada yang melenceng atau tidak berjalan seperti yang
11
Wawancara pribadi dengan Kamil, pengasuh, Tangerang Selatan, 5
Desember 2019. 12
Bambang Hariadi, Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan
Perang Bisnis,(Malang: Bayu Media Publishing, 2003), h.14.
84
direncanakan maka pengasuh akan memperbaiki apa yang tidak
sesuai dengan apa yang ditetapkan pada saat perencanaan. Dalam
evaluasi ini pengasuh melihat dari sasarannya terlebih dahulu
yaitu anak asuh, bagaimana reaksi anak dalam berkomunikasi
dengan pengasuh jika pengasuh menilai bahwa komunikasi yang
diterapkan pengasuh tidak ditangkap oleh anak, maka pengasuh
akan mengganti metode ataupun media komunikasi dalam
berkomunikasi.
“Mungkin evaluasinya biasanya kita lihat dari reaksi
anak dalam berkomunikasi. Ketika misalnya enggak
nyambung dia biasanya agak rewel, tetapi kalau misalkan
nyambung ok dia akan melakukan apa yang kita lakukan
atau ketika dia mnginginkan sesuatu dia sudah pakai
bendanya, misalnya dia mau minum dia nyerahin gelas,
ok kita ngerti dia mau minum, kita kasih. Jadi setiap saat
dia berkomunikasi, kita selalu lihat dahulu dia mau apa
dan itu jadi bahan baku untuk berkomunikasi dan menjadi
bahan evaluasi buat kita supaya orang lain pun paham,
oh ketika dia kaya gini dia mau ini jadi ada gesturnya
masing-masing.”13
E. Tabel Strategi Komunikasi Pengasuh dalam
Meningkatkan Kepercayaan Diri pada Anak
Disabilitas Daksa di Yayasan Sayap Ibu Cabang
Provinsi Banten
Teori Temuan Pembahasan
Perencanaan
strategi,
Yaitu proses
penyusunan atau
1. Memahami
kondisi anak
asuh.
2. Melakukan
Dalam Merancang
Strategi
Komunikasi
pengasuh akan
13
Wawancara pribadi dengan Doni Ramdhoni, pengasuh, Tangerang
Selatan, 5 Desember 2019.
85
proses langkah-
langkah dalam
melakukan strategi
komunikasi, apa saja
yang akan dilakukan
saat eksekusi untuk
membangun visi dan
misi, tujuan, serta
mengetahui peluang
dan ancaman dari
internal maupun
eksternal.
rapat
mempersiapkan
kegiatan
akademis
maupun non-
akademis untuk
anak asuh.
3. Menentukan
media untuk
komunikasi.
megadakan rapat
untuk kegiatan apa
saja yang akan
dilakukan anak
asuh, selain itu
pengasuh juga akan
mengidentifikasi
dan berusaha untuk
memahami kondisi
anak agar ketika
eksekusi sesuai apa
yang diinginkan
pengasuh, selain
itu pengasuh akan
menentukan media
yang akan dipakai
untuk melakukan
komunikasi karena
menyesuaikan
dengan kondisi
anak.
Implementasi
startegi,
Setelah
merumuskan dan
menetapkan
strategi yang akan
1. Menyiapkan
media
komunikasi
untuk anak.
2. Melaksanakan
Dalam pelaksanaan
strategi pengasuh
biasanya
menggunakan
komunikasi
86
diterapkan. Hal
yang selanjutnya
adalah pelaksanaan
menggunakan
perumusan yang
telah ditetapkan
tadi agar strategi
berjalan secara
efektif
kegiatan yang
telah
ditentukan,
misalkan
kegiatan
memasak,
menyiram
tanaman,
belanja dan
lain-lain.
3. Memberikan
motivasi agar
anak percaya
diri
4. Memberikan
hak pendidikan
untuk anak
asuh.
persuasif agar anak
mau melakukan
kegiatan atau tugas
yang diberikan
pengasuh,
kegiatan-kegiatan
yang dilakukan
oleh anak asuh
yaitu untuk
meningkatkan
kepercayaan diri
mereka bahwa
dalam keadanan
kedisabilitasan
mereka pun bisa
mandiri.
Evaluasi Strategi,
tahap dimana apa
yang telah
dilaksanakan
dinilai dan dicari
apakah ada
penyimpangan dari
rencana yang sudah
1. Melihat kondisi
anak setelah
melakukan
komunikasi,
apakah
memberikan
pengaruh atau
tidak.
Dalam tahapan ini
pengasuh akan
meliah anak apakah
strategi komunikasi
yang telah
dilaksanakan
berhasil atau tidak,
jika tidak berhasil
maka pengasuh akan
87
ditetapkan, dan
apabila ada
penyimpangan dari
rencana yang sudah
ditetapkan maka
akan ditentukan
apa yang menjadi
penyebabnya.
2. Jika tidak ada
pengaruh,
pengasuh akan
mengadakan
rapat untuk
mengetahui
penyebabnya.
3. Ketika
diketahui
penyebabnya
maka pengasuh
akan mengubah
cara atau
metode yang
digunakan oleh
pengasuh.
mencari
penyebabnya, dan
akan mengganti
metode atau apapun
yang menyebabkan
ketidak berhasilan
strategi komunikasi
pengasuh.
Tabel 5.2 Hasil Temuan
88
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan dan analisis data peneliti
menyimpulkan tentang Strategi Komunikasi Pengasuh dalam
Meningkatkan Kepercayaan Diri pada Anak Disabilitas Daksa di
Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten sebagai berikut:
1. Perumusan strategi komunikasi yang di lakukan
Pengasuh dengan memperhatikan penampilan anak,
menyiapkan pakaian bagus maka anak itu kan percaya
diri, atau jika akan ada penampilan seni maka pengasuh
akan mengajarkan anak agar nanti ketika tampil anak
tidak malu dan memiliki kepercayaan diri.
2. Implementasi atau pelaksanaan strategi komunikasi
yang dilakukan pengasuh dan yayasan juga mengasah
dan memunculkan bakat dan minat yang ada dalam
anak asuh seperti membuat batik, lilin dan prakarya
lainnya, atau pengasuh mengajak anak bersosialisasi
keluar panti bertemu dengan orang-orang dengan cara
ini yayasan juga membantu anak untuk mandiri dan
meningkatkan kepercayaan diri.
3. Evaluasi strategi komunikasi yang dilakukan pengasuh
melihat dari sasarannya terlebih dahulu yaitu anak asuh,
bagaimana reaksi anak dalam berkomunikasi dengan
pengasuh jika pengasuh menilai bahwa komunikasi
89
yang diterapkan pengasuh tidak ditangkap oleh anak,
maka pengasuh akan mengganti metode ataupun media
komunikasi dalam berkomunikasi.
4. Penghambat dalam melaksanakan strategi komunikasi
yaitu terdapat dari komunikan yaitu anak asuh, dimana
kondisi suasana hati anak asuh yang kerap berubah-
ubah membuat pengasuh harus siap menghadapi anak
asuh dan berusaha untuk mengatasi hal ini dengan cara
masing-masing dari pengasuh.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian mengenai Strategi
Komunikasi Pengasuh dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri
Pada Anak Disabilitas Daksa di Yayasan Sayap Ibu Cabang
Provinsi Banten, maka Peneliti memiliki beberapa saran antara
lain:
1. Agar strategi komunikasi terhadap anak asuh berjalan
dengan efektif dan intensif dan membangun ikatan yang
lebih dari pengasuh terhadap anak asuh, Yayasan Sayap
Ibu Cabang Provinsi Banten diharapkan mengadakan
program khusus kegiatan anak dan pengasuh guna
mempererat hubungan pengasuh dan anak asuh.
2. Kepada pihak pengasuh Yayasan Sayap Ibu Cabang
Provinsi Banten diharapkan dapat mempertahankan dan
meningkatkan dalam memberikan motivasi dan
memberikan kegiatan-kegiatan pada anak supaya anak
mandiri dan memiliki kepercayaan diri untuk masa
depan anak.
90
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Ais, Chatamarrasjid. Badan Hukum Yayasan. Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2002.
Arifin, Anwar. Strategi Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas.
Bandung: Amrico, 1984.
Aw, Santoso. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2010.
Bastaman, Hana Jumhana. Integrasi Psikologi dengan Islam.
Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1995.
Cangara, Hafied. Perencanaan Dan Strategi Komunikasi. Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada, 2013.
David, Fred R. Manajemen Strategis Konsep. Jakarta: Salemba
Empat, 2006.
Delphie, Bandi. Psikologi Perkembangan (Anak Berkebutuhan
Khusus). Sleman: PT. Intan Sejati, 2009.
Djaliel, Rafi’uddin dan Maman Abdul. Prinsip dan Strategi
Dakwah. Bandung: CV Pustaka Setia, 1997.
Effendy, Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004.
Effendi, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi.
Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003.
Glueck, Lawrence R. Jauch dan William F. Manajemen Strategis
dan Kebijakan Perusahaan. Jakarta: Erlangga, 2000.
Hakim, Thursan. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta:
Puspa Swara, 2002.
Hariadi, Bambang. Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan
Perang Bisnis. Malang: Bayu Media Publishing, 2003.
Iskandar. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung
Persada, 2009.
91
Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1991.
Liliweri, Alo. Komunikasi: Serba Ada Serba Makna. Jakarta:
Kencana, 2011.
Mangunsong, Frieda. Psikologi dan Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus jilid kedua. Jakarta: Lembaga
pengembangan sarana pengukuran dan pendidikan
psikologi UI, 2011.
Margono, Suyud. Badan Hukum Yayasan. Bandung: Pustaka
Reka Cipta, 2015.
Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
Rakesarasin, 1996.
Muhammad, Ami. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi
Akasara, 2014.
Mulyana, Dedy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2003.
Murjiyanto, R. Badan Hukum Yayasan. Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta, 2011.
Prasetya, Rudhi. Yayasan (dalam teori dan praktik). Jakarta:
Sinar Grafika, 2012.
Soemantri, Soetjihati. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT.
Refika Aditama, 2018.
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
bandung: Alfabeta, 2010.
Zulkiflimansyah, Setiawan Hari Purnomo dan. Manajemen
Strategi sebuah Konsep Pengantar. Jakarta: Lembaga
Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
2001.
Jurnal:
K. Kesehatan, “Infodatin Disabilita.” Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI, 2014.
Internet:
92
Website Yayasan Sayap Ibu.
http://www.yayasansayapibu.or.id/tentang-kami/sejarah/
Diakses pada hari Kamis tanggal 1 Agustus 2019 pukul
19.10 WIB.
Website Yayasan Sayap Ibu.
http://www.yayasansayapibu.or.id/cabang/banten/profil-
ysi-cabang-banten/ Diakses pada hari Selasa tanggal 20
Agustus 2019 pukul 13.50 WIB.
Website Yayasan Sayap Ibu.
http://www.yayasansayapibu.or.id/tentang-kami/sejarah/
Diakses pada hari Selasa tangga 20 Agustus 2019 pukul
13.37 WIB.
Website Yayasan Sayap Ibu.
http://www.yayasansayapibu.or.id/cabang/banten/sejarah-
ysi-cabang-banten/ Diakses pada hari Selasa tanggal 20
Agustus 2019 pukul 13.40 WIB
Website Yayasan Sayap Ibu.
http://www.yayasansayapibu.or.id/tentang-kami/visi-misi/
Diakses pada hari Selasa tanggal 20 Agustus 2019 pukul
14.15 WIB.
Website Kumparan.
https://kumparan.com/kumparannews/tak-teken-surat-
sakit-difabel-dipaksa-turun-dari-wings-air-1rih4RKB4tT
Diakses pada hari Rabu tanggal 6 November 2019 pukul
16.11 WIB.
Lampiran 1
Transkip Wawancara
Waktu Wawancara : 5 Desember 2019
Tempat Wawancara : Kantor Yayasan Sayap Ibu Cabang
Provinsi Banten
Wawancara : Alif Rizki Maulana
Narasumber : Renowati Hardjosubroto sebagai
Ketua Yayasan Sayap Ibu Cabang
Provinsi Banten
1. Bagaimana Sejarah Terbentuknya Yayasan Sayap Ibu
Cabang Provinsi Banten?
Ini adalah inisiatif dari Ibu Nasution istri dari Jendral
Besar Nasution untuk memisahkan, anak disabilitas
dengan anak non-disabilitas. 15 Anak pertama kami
adalah dari YSI cabang Jakarta, untuk dipisah karena
tumbuh kembang anak disabilitas dan non-disabilitas itu
sangat berbeda. Kami percaya bahwa anak disabilitas itu
mempunyai potensi yang dapat dikembangkan, dengan
tentunya memberikan fasilitas penunjang bagi anak itu
bisa mandiri dan beraktifitas. YSIB sudah berdiri selama
14 tahun untuk daerah Provinsi Banten, anak binaan kami
lebih dari 480 anak binaan di dalam panti maupun diluar
panti. Anak-anak yang berada di dalam panti adalah anak
yang tidak diketahui keberadaan orang tuanya,
ditelantarkan, sementara anak-anak yang masih
mempunyai keluarga atau diluar panti 70% di
Jabodetabek, dan 30% dibeberapa provinsi di Indonesia.
Kami bekerja sama dengan Pekerja Sosial lainnya di
beberapa daerah dan juga Dinas Sosial setempat.
2. Siapa saja tokoh yang berpengaruh bagi Yayasan
Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten?
YSI ini berdiri di Indonesia dengan 4 cabang yang
pertama YSI Cabang Jakarta itu sudah 68 tahun berdiri.
Kedua YSI Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta sekitar
38 tahun. Ketiga YSI Cabang Provinsi Banten 14 tahun.
Keempat YSI Cabang Jawa Timur di Surabaya lokasinya.
Tokoh-tokoh panutan kami adalah tentunya pendiri dari
Yayasan Sayap Ibu. Ibu Sulistina Sutomo istri dari Bung
Tomo pahlawan Indonesia, kemudian yang kedua adalah
Ibu Nasution istri Jenderal Besar Nasution dan Ibu Utaryo
adalah tokoh peduli anak-anak disabilitas. Berikutnya
adalah Ibu Aisyah Baduwi adik dari Gus Dur, tokoh-
tokoh sudah wafat.
3. Bagaimana peran yayasan untuk mendorong anak
disabilitas dalam meningkatkan kepercayaan diri?
Kami khususnya Cabang Provinsi Banten memberikan
fasilitas penunjang akses disabilitas agar anak dapat
mengeluarkan potensi mereka. Contoh misalnya kita
memberikan pelatihan pravokasional atau vokasional bagi
anak yang remaja bagaimana mereka bisa makan sendiri,
mandi sendiri, dan tentunya kita memerlukan fasilitas
penunjang untuk itu. Contoh penunjang adalah bagaimana
kita memberikan shower yang lebih ringan dan lemari
baju yang rendah agar mereka bisa memilih bajunya
sendiri, makan pun begitu dengan segala macam
kedisabilitasan mereka, kita memodifikasi alat-alat bantu
untuk mereka mandiri seperti sendok modifikasi, tempat
duduk modifikasi.
4. Bagaimana peran (bantuan) pemerintah terhadap
Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten?
Pemerintah cukup mendukung kami, tetapi mungkin
dalam hal rekomendasi, memudahkan kita akses ke
pemerintah, tetapi untuk bantuan keuangan mungkin agak
sedikit berkurang di banding donatur yang lain. Tentu kita
juga maklum bahwa di Indonesia mungkin saking
banyaknya kue yang harus dibagi-bagi jadi enggak
kebagian nih hehe. Jadi terbatas lah ya hmm.
5. Apa program rutin yang berkaitan dengan anak-anak
Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten?
Anak panti ataupun binaan panti di luar panti yang masih
mempunyai keluarga, kedua orang tua nya dari keluarga
prasejahtera itu mendapatkan fasilitas yang sama hanya
berbeda tempat saja. Yang di panti itu mendapatkan hak
anak-anak disabilitas adalah hak anak berprestasi,
mendapatkan pendidikan, mendapatkan kasih sayang, dia
harus bersosialisasi. Suatu saat dia remaja harus bisa
diterima di masyarakat, bisa bekerja. Nah untuk itu kita
mempersiapkan mereka untuk masa depan mereka yaitu
kita punya pendidikan, punya fisioterapi, punya kegiatan-
kegiatan vokasional dan provokasional seperti membuat
karya-karya batik, bikin lilin, seperti itu. Nah di unit
pelayanan kita untuk anak-anak non panti yaitu binaan
kita mendirikan 4 unit penyandang disabilitas. Itu
pelayanannya sama seperti yang ada di panti. Bekerja
sama dengan kepemeriksaan kesehatan bekerja sama
dengan puskesmas. Untuk fisioterapi kita mencarikan
fisioterapi yang keliling setiap saat setiap minggu atau
setiap harinya di 4 unit pelayanan disabilitas kami.
Pendidikan pun kita bekerja sama dengan ibu guru PAUD
yang kita latih untuk mengajarkan anak disabilitas. Jadi
kita juga merangkul masyarakat untuk peduli penyandang
disabilitas dalam bidang masing-masing.
Renowati
Hardjosubroto,
Ketua Yayasan
Sayap Ibu Cabang
Provinsi Banten
Lampiran 2
Transkip Wawancara
Waktu Wawancara : 5 Desember 2019
Wawancara Melalui : Whatsapp
Wawancara : Alif Rizki Maulana
Narasumber : Zulfahmi, Koordinator Pengembangan
Pelayanan
1. Berapa jumlah pengasuh di ysib?
Pengasuh saat ini berjumlah 32
2. ada berapa jumlah anak asuh di ysib? Perempuan ada
berapa? Laki-laki berapa?
Anak asuh binaan YSIB berjumlah 37 yang terdiri dari 19
laki-laki dan 18 perempuan
3. lahan tempat ysib berdiri diatas lahah siapa?
Saat ini sebagian besar lahan YSIB masih merupakan
Lahan FASOS/FASUM Kota Tangerang Selatan. Untuk
lahan milik yayasan akan dibangun sekolah disabilitas
ganda
4. bagaimana prosedur perekrutan pengasuh di ysib?
Apa saja syarat untuk menjadi pengasuh di ysib?
Apakah ada pembekalan atau pelatihan terhadap
pengasuh?
Perekrutan pengasuh sama seperti perekrutan karyawan
pada umumnya, dengan persyaratan minimal SLTA
dengan melewati beberapa tahap interview dan
pemeriksaan kesehatan serta psikotes. Kemudian setelah
diterima, pengasuh tersebut akan diberikan pembekalan
serta pelatihan bagaimana bekerja dengan anak disabilitas
selama 3 bulan setelah itu baru bisa dilakukan kontrak
dengan Yayasan selama 1 tahun pertama.
5. bagaimana prosedur yayasan dalam menampung anak
disabilitas yg terlantar?
YSIB akan merima anak disabilitas terlantar atas rujukan
dari Dinas Sosial seluruh Indonesia atau rujukan
Kementerian Sosial. Proses tersebut melalui beberapa
tahapan, pertama ada surat dari kepolisian yang
menyatakan bahwa anak tersebut adalah anak terlantar
yang dikeluarkan oleh kepolisian setempat tempat anak
tersebut ditemukan, kemudian ada laporan sosial dari
Pekerja Sosial setempat, kemudian anak tersebut di urus
data kependudukan oleh Disdukcapil setempat agar bisa
dibuatkan BPJS sehingga sampai di YSIB, pelayanan
tinggal diteruskan.
6. bagaimana peran yayasan untuk mendorong anak
asuh disabilitas dalam meningkatkan kepercayaan
diri? Apakah ada program khusus atau program yg
membuat anak asuh mempunyai kepercayaan diri?
Untuk meningkatkan kepercayaan diri anak-anak, YSIB
membuka kesempatan kepada semua binaan dalam
berbagai acara baik di dalam maupun luar panti agar anak
bisa tampil. Tentunya melalui divisi pendidikan dan
pengasuhan, anak-anak terus dilatih agar bisa tampil pada
setiap kegiatan. Di divisi pendidikan juga ada kegiatan-
kegiatan bersosialisasi dengan masyarakat seperti
kegiatan ke Taman, berbelanja, ataupun kegiatan dengan
menggunakan fasilitas umum lainnya.
7. apa saja program yang bersangkutan dengan anak
asuh di ysib?
Banyak program yang dilakukan untuk anak asuh, yaitu :
Terapi baik terapi fisik maupun terapi mental, program
kemandirian, pengembangan minat serta bakat, kemudian
program persiapan mereka menuju usia kerja.
Zulfahmi,
Koordinator
Pengembangan
Pelayanan
Lampiran 3
Transkip Wawancara
Waktu Wawancara : 5 Desember 2019
Tempat Wawancara : Ruang Belajar
Wawancara : Alif Rizki Maulana
Narasumber : Agus Tri Haryanto, Pengasuh.
1. Sudah berapa lama bapak/ibu menjadi pengasuh di
Yayasan sayap Ibu Cabang Provinsi Bantern?
Tujuh tahun oktober 2012.
2. Apa alasan bapak/ibu menjadi pengasuh Yayasan
Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten?
Alasannya sangat spesifik karena pertama latar belakang
kuliah. Saya memang mencintai pekerjaan ini. Mungkin
saya anggap fase kehidupan saya sebagai individu tuh
kalau usia sudah hampir setengah abad kan berarti fase ke
dua atau ke tiga gitu kan. Itu adalah pencarian tentang
value hidup dan lain-lain. Kurang lebih seperti itu. Bukan
lagi mayor bahwa saya itu kerja.
3. Bagaimana bentuk komunikasi yang digunakan
bapak/ibu dalam proses meningkatkan kepercayaan
diri anak disabilitas?
Yang penting membangun sama anak adalah prinsip
utama karena mereka memiliki keterbatasan gitu kan. Dan
komunikasi itu luas, dalam arti bukan sekedar lisan tetapi
juga meliputi bagaimana kita sentuhan juga berbicara.
Gesture dan lain-lain juga membantu komunikasi itu
disini menjadi inti dari semua kegiatan, menjadi paying.
Kalau boleh saya simpulkan tentang komunikasi itu.
4. Upaya apa yang dilakukan bapak/ibu dalam
meningkatkan kepercayaan diri pada anak
disabilitas?
Anak-anak diberi kesempatan sesuai kapasitasnya
masing-masing. Kalau kita bicara mereka yang masih
berbaring harus bisa berguling, yang bisa berguling harus
bisa mengangkat kepala, yang bisa mngangkat kepala
harus bisa duduk. Gitu kan. Jadi dengan mamberikan satu
tantangan dan kesempatan itu secara otomatis mereka
menjadi nyaman dan mereka merasa tantangan-tantangan
yang membuat mereka menjadi tumbuh.
5. Adakah kendala/penghambat antara pengasuh dan
anak disabilitas dalam meningkatkan kepercayaan
diri?
Menurut aku sih engga, dalam arti enggak nya itu
individual banget. Tetapi intinya saya pengen simpulkan
bahwa tidak ada hambatan yang tidak ada solusinya.
Menurut saya sih itu.
6. Menurut bapak/ibu pentingkah meningkatkan
kepercayaan diri anak disabilitas?
Sangat, karena anak-anak harus berkembang, anak-anak
harus maju, kepercayaan diri itu walaupun sederhana
kalau saya bilang sih kepercayaan diri itu kaya kualitas
hidup. Kepercayaan diri menarik diri dan itu tidak akan
hilang. Mereka mungkin hilang bukan hilang, tetapi
energinya hilang dan lain-lain. Itu sangat penting sekali.
7. Metode apa yang anda gunakan agar anak asuh
mempunyai kepercayaan diri yang tinggi?
Mungkin sebagai tempat anak-anak yang kondisinya
parah itu kan saya pengen menjadi satu mode satu contoh,
satu tempat yang penting tidak hanya tentang anak-anak
supaya maju tetapi tentang bagaimana semua orang yang
di sana value nya baik atau setiap orang menjadi maju
satu alasan yang sama. Kalau boleh saya bilang sih untuk
anak-anak dengan kondisi multiple disabilitas atau anak-
anak dengan kondisi cacat mejemuk itulah alasannya
mungkin teman-teman saya juga disini.
8. Apakah ada program khusus untuk meningkatkan
kepercayaan anak asuh di Yayasan Sayap Ibu Cabang
Provinsi Banten?
Banyak. Dalam arti bicara program khusus gitu kan.
Karena penanganan anak ini sangat individu, banyak hal
yang mungkin buat tempat lain itu tidak terpikirkan kami
tuh memindahkan anak dari kursi roda ke kursi biasa, dari
lantai ke kursi roda, kemudian bagaimana membersihkan
kebersihan dan kesehatan menurut anak-anak itu juga
program khusus. Komunikasi sendiri komunikasi
alternatif untuk mereka terutama anak-anak yang tidak
berbicara secara lisan sudah ikut program khusus.
Program khusus disini sangat bervariasi sangat banyak
gitu kan. Karena saya bilang kalau ke khususan ini
jadinya custom. Mungkin satu anak perlu komunikasi
alternatif khusus. Anak-anak perlu transisi dari satu
tempat ke tempat yang lain. Mereka belajar bergerak itu
juga program khusus. Jadi program khususnya menjadi
mayor kalau disini.
9. Bagaimana bapak/ibu menerapkan strategi
komunikasi untuk meningkatkan kepercayaan diri
anak asuh?
Jadi kita setiap anak di assessment. Baik identifikasi
menggunakan semacam daftar pertanyaan dan lain-lain,
itu akan menghasilan suatu kondisi anak terkini dan itu
menjadi cerminan apa sih yang dibutuhkan anak-anak ke
depan. Dan itu tidak hanya komunikasi tetapi tentang
bagaimana mobilitas mereka bagaimana kemampuan yang
lain. Kita selalu menggunakan itu dan itu adalah kekuatan
di sayap itu. Impelemtasi setelah di assesmnet tahu hasil,
tahu kebutuhan, tentunya kebutuhan anak pasti banyak,
tentunya kita harus menetapkan prioritas dan
mengimplementasikannya adalah kalau bisa setiap
program khusus itu di integrasikanb di asrama, di semua
area disini dan itu menjadi fokus semua pengasuh,
pendidikan, tim yang kita bangun. Dan itu menjadi suatu
prioritas oh setiap anak harus benar-benar mendapatkan
apa. Prioritasm program khusus, kapan dijalankan, siapa
yang menjalankannya dan hasilnya apa harus jelas dan
clear. Evaluasi mungkin 50% beberapa anak sama sih
sangat berhasil tetapi beberapa anak kita masih terlihst
error, itu menjadi feedback buat kami. Oh ini disini kita
belum, bicara mungkin semua anak harus secara
professional. Itu keterbatasan tim, kemudian bagaimana
kita membuat prioritas. Berapa anak sangat maju dari
pertama sampai kedua ke tiga lancar, tetapi untuk berapa
anak yang impelementasinya tidak maksimal.
10. Menurut bapak/ibu apakah strategi komunikasi yang
diterapkan dalam meningkatkan kepercayaan diri
terhadap anak-anak berhasil?
Sangat berhasil.
Agus Tri
Haryanto,
Pengasuh
Lampiran 4
Transkip Wawancara
Waktu Wawancara : 5 Desember 2019
Tempat Wawancara : Ruang Belajar
Wawancara : Alif Rizki Maulana
Narasumber : Doni Romdoni, Pengasuh.
1. Sudah berapa lama bapak/ibu menjadi pengasuh di
Yayasan sayap Ibu Cabang Provinsi Bantern?
Hampir 4 tahun, Sekitar 2016 pertengahan maret atau
april.
2. Apa alasan bapak/ibu menjadi pengasuh Yayasan
Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten?
Untuk jadi guru sih karena challenge ya. Maksudnya
anak-anak seperti ini kan tantangannya besar gitu. Baik
itu dari segi komunikasinya, keterampilan anaknya yang
harus kita kembangkan itu kan macam-macam banget dan
itu jadi tantangan buat saya, jadi gimana caranya anak-
anak bisa melakukan banyak hal secara mandiri dan
mungkin ga semua anak bisa mandiri tetapi ada beberapa
hal yang bisa dilakukan sama dia dan itu udah jadi
kemajuan buat anak-anak, dan itu jadi kebanggaan buat
kita.
3. Bagaimana bentuk komunikasi yang digunakan
bapak/ibu dalam proses meningkatkan kepercayaan
diri anak disabilitas?
Kalau bentuknya sih kita macam-macam ya baik secara
verbal atau non verbal itu kan kita tetap pakai gitu. Kalau
secara non verbal misalnya pakai benda atau gambar gitu
kan, terus ada gesture, isyarat juga. Ada bahasa isyarat
terutama kita bahasa isyaratnya CP (cerebal palsy) dan
untuk masalah kepercayaan diri sih dengan cara
komunikasi itu kita bisa menjelaskan kepada anak,
memberi peran-peran dalam setiap kegiatan di kelas
sehingga mereka ketika memiliki peran di dalam kelasnya
dan dia punya peran di antara teman-temannya dalam
bekerja sama juga akhirnya dia merasa oh saya bagian
dari kelas, punya peran penting. Jadi kita juga
menjelaskan pada anak kalau kamu ga menjalankan ini,
teman-teman kamu engga bisa mengerjakan tahap
selanjutnya sehingga oh saya tuh bagian dari tim dan saya
penting. Gitu. Untuk meningkatkan kepercayaan diri kaya
gitu.
4. Upaya apa yang dilakukan bapak/ibu dalam
meningkatkan kepercayaan diri pada anak
disabilitas?
Itu biasanya dengan terus ayo kita misalkan kaya
semangatin udah pasti gitu kan. Ayo kamu engga ngerjain
nanti teman-teman kamu menunggu, kamu ketinggalan.
Sehingga dia jadi mau ngerjain. Kadang dia kaya nunggu
kelamaan kaya kurang ngeh jadi kadang harus kita ingetin
juga gitu. Ayo nih kerjaan kamu ini. Jadi dari situ dia bisa
tumbuh lagi oh saya harus ikut aktif dalam segala sesuatu.
5. Adakah kendala/penghambat antara pengasuh dan
anak disabilitas dalam meningkatkan kepercayaan
diri?
Kendala sih enggak ya, kayanya enggak terlalu terlihat
karena biasanya kita selalu punya, pada saat yang sama
misalkan kita punya masalah selalu kita bisa atasi.
Mungkin kaya anak itu Cuma ngantuk, Cuma kaya
kadang lagi rewel atau gimana sih biasa ya karena anak
panti.
6. Menurut bapak/ibu pentingkah meningkatkan
kepercayaan diri anak disabilitas?
Penting, karena suatu saat mereka akan bertemu dengan
banyak orang, macam-macam orang dan berbagai macam
karakter dan mereka harus siap untuk itu. Harus bisa
menerima banyak kondisi-kondisi yang mereka engga
bisa menduga. Itu yang menjadi penting.
7. Metode apa yang anda gunakan agar anak asuh
mempunyai kepercayaan diri yang tinggi?
Untuk metode sih yang pasti komunikasi secara intens
sama anak terus kita membangun bonding yang kuat sama
anak sehingga ketika kita berbicara sama anak, mengajak
anak, mengajarkan sesuatu ketika bonding itu sudah ada,
anak percaya sama kita. Jadi anak juga akan percaya diri
ketika melakukan sesuatu bersama kita, gitu. Kedepannya
nanti ketika dia sudah oh saya sudah bisa sendiri. Dia
sudah percaya diri, gitu.
8. Apakah ada program khusus untuk meningkatkan
kepercayaan anak asuh di Yayasan Sayap Ibu Cabang
Provinsi Banten?
Untuk program sih kalau kita kan dari pendidikan ya.
Program tuh kalau kita lewat pembelajaran setiap hari
melalui kegiatan-kegiatan fungsional seperti memasak,
belanja dan segala macam. Nah itu kan cara atau strategi
dan cara-cara juga untuk kita kepercayaan diri anak
dimana pun dia nanti, jadi itu kayak strateginya sih. Jadi
kita terus melibatkan dia dalam segala aktivitas.
9. Bagaimana bapak/ibu menerapkan strategi
komunikasi untuk meningkatkan kepercayaan diri
anak asuh?
Untuk mengajar sih biasanya kita menyiapkan alat-alat
komunikasi terutama ya kaya misal dari gambar. Misalnya
hari ini kita mau ngapain, kalau anaknya mau melalui
gambar ya kita gambar kegiatan hari itu juga. Misalkan
mau belanja kita simbolkan dengan tas gitu kan atau
dengan isyarat. Terus misalkan mau berkebun, alat
berkebunnya kita bawa karna mungkin level anaknya
masih di benda nyata gitukan, kita bawa semprotannya,
alatnya gitu kan. Jadi anak langsung oh saya siap untuk
berkebun. Impementasinya ya dengan gambar itu dengan
gambar yang sama dengan alat benda yang sama. Kita
lakukan kegiatannya langsung di saat itu juga. Kalau
misalkan kita mau berkebun, ya dengan simbol
semprotan, semprotannya itu dipakai untuk berkebun
untuk menyiram. Misalnya kaya gitu. Sehingga semua itu
jadi berurutan. Jadi engga terpisah. Misalnya dari gambar
awalnya kita siapin gambarnya, oh gambarnya akan kita
pakai untuk nanti untuk beurutan, terus alatnya akan kita
pakai untuk melakukan kegiatan tersebut. Mungkin
evaluasinya biasanya kita lihat dari reaksi anak dalam
berkomunikasi. Ketika misalnya enggak nyambung dia
biasanya agak rewel, tetapi kalau misalkan nyambung ok
dia akan melakukan apa yang kita lakukan atau ketika dia
mnginginkan sesuatu dia sudah pakai bendanya, misalnya
dia mau minum dia nyerahin gelas, ok kita ngerti dia mau
minum, kita kasih. Jadi setiap saat dia berkomunikasi, kita
selalu lihat dahulu dia mau apa dan itu jadi bahan baku
untuk berkomunikasi dan menjadi bahan evaluasi buat
kita supaya orang lain pun paham, oh ketika dia kaya gini
dia mau ini jadi ada gesturnya masing-masing.
10. Menurut bapak/ibu apakah strategi komunikasi yang
diterapkan dalam meningkatkan kepercayaan diri
terhadap anak-anak berhasil?
Berhasil tetapi di banyak waktu kan komunikasi anak tuh
selalu berubah, engga akan berada di satu tempat aja. Dan
anak-anak disini macam-macam gitu. Kita komunikasi
total dari mulai gambar, isyarat, suara, verbal, gesture
terus misalkan dengan mata saja, menyentuh juga.
Menurut saya sih cukup berhasil dengan melihat
kemampuan perkembangan anak.
Doni Romdoni,
Pengasuh
Lampiran 5
Transkip Wawancara
Waktu Wawancara : 5 Desember 2019
Tempat Wawancara : Ruang Belajar
Wawancara : Alif Rizki Maulana
Narasumber : Ayu Wulandari, Pengasuh.
1. Sudah berapa lama bapak/ibu menjadi pengasuh di
Yayasan sayap Ibu Cabang Provinsi Bantern?
1 tahun, saya lama di secretariat, 1 april tahun lalu.
2. Apa alasan bapak/ibu menjadi pengasuh Yayasan
Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten?
Karena saya pengen lebih deket sama anak-anak, terus
melatih kesabnaran saya, supaya bisa lebih sabar lagi,
yaudah itu aja sih.
3. Bagaimana bentuk komunikasi yang digunakan
bapak/ibu dalam proses meningkatkan kepercayaan
diri anak disabilitas?
Wah berkomunikasinya berbagai macam cara dari gestur,
dari menggambar gitu nunjukin foto macem-macem mas.
4. Upaya apa yang dilakukan bapak/ibu dalam
meningkatkan kepercayaan diri pada anak
disabilitas?
Hmm apa yak, kita yak paling apa namanya ehmm, selalu
kasih tau dia kalo semua itu bisa berjalan kalo dia mau
usaha, sabar, mau tenang, kemudian apa namanya nggak
mau apa, Contohnya kan megang anak-anak itu mereka
tuh rata-rata enggak sabaran anaknya maunya enggak bisa
nunggu gitu, yaudah kita suruh nunggu, misalnya kalau
menunggu itu penting kira-kira gitu. Biar mereka PD apa
ayah biasanya yah kira-kira gitu deh.
5. Adakah kendala/penghambat antara pengasuh dan
anak disabilitas dalam meningkatkan kepercayaan
diri?
Kendalanya apa yah, kendalanya paling itu kadang-
kadang komunikasi, yang anaknya kita kasih tahu ini
kadang-kadang dia enggak ngerti gitu, yaah so far sih
enggak sih, gitu aja sedikit, komunikasi aja.
6. Menurut bapak/ibu pentingkah meningkatkan
kepercayaan diri anak disabilitas?
Sangat, sangat, sangat,alasannya yak kalo anak-anak itu
percaya diri, kan dia nanti bisa kalo nanti dia dewasa bisa
hidup mandiri diluar, yak kalo maunya kita sih, dia nggak
tinggal selamanya dipanti, nanti dia bisa survive sendiri.
7. Metode apa yang anda gunakan agar anak asuh
mempunyai kepercayaan diri yang tinggi?
Metodenya yak kasih tahau aja apa sih anak-anak
kepercayaan dri anak tiga itu kelebihan pede malah,
nggak usah di bilang pede, kurang pede mereka udah
suruh percaya diri mencari perhatian.
8. Apakah ada program khusus untuk meningkatkan
kepercayaan anak asuh di Yayasan Sayap Ibu Cabang
Provinsi Banten?
Yak kalau kayak kita sering-sering kita ajak keluar aja,
sosialisasi kayak belanja ke giant, kayak tadi pagi kita ke
taman kota tuh jalan-jalan, mereka disana belajar
sosialisasi dengan orang, orang juga ketemu mereka ya
kalo orang-orang yang care ke mereka ya disapa, mereka
kita ajak salaman sama orang asing gitukan, kita kenalin
lingkukngan, tadinya takut jadi ga takut jadinya, tadinya
lihat eskalator takut, setelah berapa kali kita ke giant,
udah maunya naek eskalator aja, nggak mau naik lift gitu.
9. Bagaimana bapak/ibu menerapkan strategi
komunikasi untuk meningkatkan kepercayaan diri
anak asuh?
Yak kan biasanya kalau kita, sebelum ngajar tuh kita bikin
plan, misalkan seminggu satu kali, kita bikin tiap hari
jumat, biasanya hari ini ngajar apa, besoknya ngajar apa,
dari situ kita bikin pembagian anaknya sama siapa gitu,
kalaupun akhirnya setelah dilapangan reviewnya si a di
pegang aku atau si b dipegang pak doni padahal di plan
nya beda misalnya gitu. Itu misalnya kalau kita bagi tugas
kan, misalnya kalau saat belanja kita ngasih tugas sesuai
plan misalnya bagian yang minta uang toto nanti si yang
di bagian di kasir si teguh, misalnya nanti yang bagian
dorong-dorong, apa yak bagian menyimpan masukan
belanjaan si ridho begitu kurang lebih, usahakan si enggak
melenceng dari plan Implementasinya. Evaluasi, kan anak
ini jalan enggak nih sesuai ini nya kadang ada yang
mogok si ini yang melakukan ya kadang gitulah
10. Menurut bapak/ibu apakah strategi komunikasi yang
diterapkan dalam meningkatkan kepercayaan diri
terhadap anak-anak berhasil?
Sementara cukup berhasil karena sudah mulai bisa, paling
enggak dia komunikasi sama guru nya sudah jalan gitu,
walaupun pake benda nyata dulu, dia pengen sesuatu
narik tangan guru nya misalkan ambil gelas nunjuk
dispenser berarti dia pengen minum gitu, sementara sih
cukup berhasil.
Ayu Wulandari,
Pengasuh
Lampiran 6
Transkip Wawancara
Waktu Wawancara : 5 Desember 2019
Tempat Wawancara : Ruang Fisioterapi
Wawancara : Alif Rizki Maulana
Narasumber : Siti Salsabila Az-zahra, Pengasuh.
1. Sudah berapa lama bapak/ibu menjadi pengasuh di
Yayasan sayap Ibu Cabang Provinsi Bantern?
Baru tiga bulan jadi pengasuh.
2. Apa alasan bapak/ibu menjadi pengasuh Yayasan
Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten?
Awalnya itu suka sama anak-anak disabilitas. Jadi kaya
mau ngasih simpati lebih, dan kebetulan lagi nyari-nyari
di internet ada Yayasan Sayap Ibu, yaudah akhirnya
kesini.
3. Bagaimana bentuk komunikasi yang digunakan
bapak/ibu dalam proses meningkatkan kepercayaan
diri anak disabilitas?
Biasanya kalo mereka marah itu dipuji dengan bahasa
yang halus.
4. Upaya apa yang dilakukan bapak/ibu dalam
meningkatkan kepercayaan diri pada anak
disabilitas?
Kalo misalkan ada acara bajunya yang baguus dan
penampilannya dirapihin. Kalo misalnya nari ada acara
dilatih dulu biar ngerti kalo harus ngapain-ngapain.
5. Adakah kendala/penghambat antara pengasuh dan
anak disabilitas dalam meningkatkan kepercayaan
diri?
Ada sih, biasanya kalo marah itu susah banget, buat
dipegang aja enggak mau. Jadi kaya harus kalo misalkan
yang autis itu marah harus dikasih makanan sedangkan
bukan jam nya makan. Kayak punya cara sendiri biar
enggak marah lagi. Kayak naik ayunan atau apa gitu,
keliling-kelilinng sampe dia capek hmm diajak main.
6. Menurut bapak/ibu pentingkah meningkatkan
kepercayaan diri anak disabilitas?
Penting, iya karena kalo mereka nggak punya kayak gitu,
mereka nggak mau bergaul. Kayak dulu satu anak, dia itu
kalo ngelihat orang tuh kayak takut suka kaburgitu kaya
marah-marah.
7. Metode apa yang anda gunakan agar anak asuh
mempunyai kepercayaan diri yang tinggi?
Oh kayak di apa sih, Kayak diajak ngomong baik-baik
gitu, terus kalo misalkan mau apa-apa kita kasih tahu dulu
kan, contohnya Yuyun mau ngelakuin apa-apa atau nari,
kita harus ajarin dulu supaya dia nggak malu nantinya
karena kalau nggak latihan dulu dia bakal malu. Terus
Bela, dia misalkan penampilannya acak-acakan dia nggak
akan mau pergi, dia harus rapi.
8. Apakah ada program khusus untuk meningkatkan
kepercayaan anak asuh di Yayasan Sayap Ibu Cabang
Provinsi Banten?
Playing Therapy, Playing Therapy itu kayak hmm kelas
bermain tapi menghasilkan gitu kan, kayak misalkan lilin,
terus masak, oh iya denger music kalo sore di taman gitu.
9. Bagaimana bapak/ibu menerapkan strategi
komunikasi untuk meningkatkan kepercayaan diri
anak asuh?
Jadi gini meraka itu kan percaya dirinya misalnya nggak
setiap waktu, emtar tiba-tiba enggak mau ngapain-
ngapain, kayak dia kenapa nih? Terus nanti kita mikir-
mikirnya paling coba deh dikasih ini, coba ganti bajunya
terus coba deh aja ngomong baik-baik, kalau dia misalkan
sudah mau dia seneng apa yang kita lakuin pasti dia
terima, dan kalo apa yang kita lakuin dia enggak suka
pasti dia marah kalau enggak menghindar. Kalo enggak
ganti-ganti, misalnya dia sama aku enggak mau dia ganti
pengasuh yang lain, kalo misalkan pengasuh lain enggak
klop gitu ganti lagi yang lain.
10. Menurut bapak/ibu apakah strategi komunikasi yang
diterapkan dalam meningkatkan kepercayaan diri
terhadap anak-anak berhasil?
Kalau menurut aku sih ya… 50:50 lah karena enggak
semua anak bisa digituin bisa diajak komunikasi paling
bela, yuyun, umay, terus pokoknya mereka yang normal-
normal maksudnya nggak terlau ini banget, kana da yang
autis tuh dia enggak bakal ngerti apa yang kita bilang
kecuali gerakan.
Siti Salsabila Az-
zahra,
Pengasuh
Lampiran 7
Transkip Wawancara
Waktu Wawancara : 5 Desember 2019
Tempat Wawancara : Ruang Fisioterapi
Wawancara : Alif Rizki Maulana
Narasumber : Kamil, Pengasuh.
1. Sudah berapa lama bapak/ibu menjadi pengasuh di
Yayasan sayap Ibu Cabang Provinsi Bantern?
Empat bulan masuk 7 juli 2019.
2. Apa alasan bapak/ibu menjadi pengasuh Yayasan
Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten?
Pertama buat kerja, sebenrnya si lebih pengen mengetahui
gimana ngurus anak disabilitas tuh, kan beda enggak
kayak ngurus anak biasa, kan ngurus anak disabilitas tuh
apa yah, harus penuh kesabaran sama peneh ekstra lah.
3. Bagaimana bentuk komunikasi yang digunakan
bapak/ibu dalam proses meningkatkan kepercayaan
diri anak disabilitas?
Kalau buat komunikasi sih ehmm kita diajak sering
ngobrol aja sih kalau sama autis sama ngobrol, main,
walaupun autis nggak ngerti gitu,tapi kalo lama kelamaan
dia ngerti juga, dipanggil namanya tuh awalnya nggak tau,
terus-terusan dipanggil namanya dia tahu, soalnya sih kalo
autis gitu harus konsisten, kegiatannya juga janagn euuh
misalnya nih kegiatan hari ini a terus kegiatan hari entar
nya b gitu jangan langsung b ke a, jadi harus konsisten,
misalnya makan jam makan Jm sekian entar dia tahu jam
makan jam sekian dia tahu, kalau lagi maen diajak maen
dia ngikut.
4. Upaya apa yang dilakukan bapak/ibu dalam
meningkatkan kepercayaan diri pada anak
disabilitas?
Yak diajak becanda diajak ngobrol, jadi kita sama mereka,
jangan ada gap, mereka tuh gini kita tuh gini biasa aja
kayak bercanda sama anak normal, aku nih sama ucup
saling ledek tapi dia yak ngerti kalau aku lagi ngeledek
apa, jadi dia nya enggak kesinggung gitu.
5. Adakah kendala/penghambat antara pengasuh dan
anak disabilitas dalam meningkatkan kepercayaan
diri?
Kendalanya sih kalo buat anak-anak kayak gini yang
komunikasi nya kurang ini sih kadang-kadang apa yang
mereka inginkan kadang-kadang kita tuh enggak
mengerti, mereka mau ini kadang kita bingung mereka
mau apa, dia ngamuk-ngamuk mau apa gitu sih, kita
belum yahu mereka ingin apa, kadang-kadang disitu sih.
Tapi lama kelamaan oh dia tuh pengen ini dengan dia
“heuh heuh heuh” lama kelamaan tahu dia pengen ini.
6. Menurut bapak/ibu pentingkah meningkatkan
kepercayaan diri anak disabilitas?
Penting banget, soalnya buat mereka biar mereka nggak
ngerasa beda sama kita, nggak ada gap lah, penting banget
sih meningkatkan kepercayaan diri.
7. Metode apa yang anda gunakan agar anak asuh
mempunyai kepercayaan diri yang tinggi?
Ya itu sih yang tadi diajak maen sama diajak ngobrol, itu
sih, y analk-anak sini sih intinya, diajak maen sudah pada
seneng, diajak maen diajak ngonbrol, kepercayaan diri
mereka meningkat, kayak ucup juga sih diajak ngobrol
diajak bercanda dia jadi percaya diri.
8. Apakah ada program khusus untuk meningkatkan
kepercayaan anak asuh di Yayasan Sayap Ibu Cabang
Provinsi Banten?
Kalau disni si kurang ngerti pasti ada, tapi aku kurang sih,
adanya di pendidikan, kalo aku sih sebagai pengurus, apa
yak aku jadi pengasuh mereka. Aku belum tahu program
khususnya.
9. Menurut bapak/ibu apakah strategi komunikasi yang
diterapkan dalam meningkatkan kepercayaan diri
terhadap anak-anak berhasil?
Yak selama ini sih aku berhasil, tapi dengan catatan harus
sabar, ya ngalir ajasih, kadang aku juga kalo pikiran lagi
kemana gitu, ibaratnya lagi emosi, lagi emosi tuh kadang-
kadang, apa yang di mau anak-anak kadangkita nggak
ngerti, kadang nggak nyampe juga ke anaknya, harus ini
sih harus pas sabar terus lagi kitanya enjoy aja, kalo kita
pikirannya lagi ini ya kadang-kadang komunikasi kita
sama anak tuh nggak nyambung, iya harus ada rencana
nya juga sih, buat anak ini maksudnya biar harus gini,
bicaranya gini, itu dengan catatan emosi kitanya harus
stabil dulu, kalo emosi kita lagi nggak stabil males
ngobrol, terus anak mau komunikasi dengan kita nggak
nyambung.
Kamil,
Pengasuh
Lampiran 8
Transkip Wawancara
Waktu Wawancara : 5 Desember 2019
Tempat Wawancara : Ruang Fisioterapi
Wawancara : Alif Rizki Maulana
Narasumber : Dedeh Sulastri, Pengasuh.
1. Sudah berapa lama bapak/ibu menjadi pengasuh di
Yayasan sayap Ibu Cabang Provinsi Bantern?
tiga tahun 11 juli 2016.
2. Apa alasan bapak/ibu menjadi pengasuh Yayasan
Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten?
Hhm seneng aja sama anak
3. Bagaimana bentuk komunikasi yang digunakan
bapak/ibu dalam proses meningkatkan kepercayaan
diri anak disabilitas?
Alat bantu kadang, mendidik maksudnya dengan cara
ngomelin maksudnya, jangan nakal, kalo dibilangin
ngerti, dengerin.
4. Upaya apa yang dilakukan bapak/ibu dalam
meningkatkan kepercayaan diri pada anak
disabilitas?
Seneng deh maksudnya apaya mandiri buat kebutuhan dia
sendiri, kita iniin apasih ngedorong dia ngedampingin
gitu, kaya ngelondri biar dia sendiri kayak gitu
5. Adakah kendala/penghambat antara pengasuh dan
anak disabilitas dalam meningkatkan kepercayaan
diri?
Ya ada sih, kadang kalau dibilangin tuh suka ehm lama
maksuudnya kalo disuruh kadang suka apa sih kadang
mau kadang enggak, susah diatur juga sih.
6. Menurut bapak/ibu pentingkah meningkatkan
kepercayaan diri anak disabilitas?
Penting sih, buat mereka juga, bisa lebih mandiri lagi.
7. Metode apa yang anda gunakan agar anak asuh
mempunyai kepercayaan diri yang tinggi?
Berkarya biar dia bisa terampil maksudnya untuk apa yak
biar dia mengasah bakatnya.
8. Apakah ada program khusus untuk meningkatkan
kepercayaan anak asuh di Yayasan Sayap Ibu Cabang
Provinsi Banten?
Pendidikan kek model fisio juga semuanya terlibat sih,
pendamping juga semuanya sama.
9. Menurut bapak/ibu apakah strategi komunikasi yang
diterapkan dalam meningkatkan kepercayaan diri
terhadap anak-anak berhasil?
Insya Allah berhasil.
Dedeh Sulastri,
Pengasuh
Lampiran 9
Transkip Wawancara
Waktu Wawancara : 5 Desember 2019
Tempat Wawancara : Ruang Fisioterapi
Wawancara : Alif Rizki Maulana
Narasumber : J, Anak Asuh.
1. Sudah berapa lama adik tinggal disini?
Lama
2. Senang tidak adik dengan pengasuh disini?
Seneng
3. Apa saja kegiatan adik dengan pengasuh?
Laundry, nyuci sayur, belanja, masak, banyak
Lampiran 10
Transkip Wawancara
Waktu Wawancara : 5 Desember 2019
Tempat Wawancara : Ruang Fisioterapi
Wawancara : Alif Rizki Maulana
Narasumber : Y, Anak Asuh.
1. Sudah berapa lama adik tinggal disini?
2006.
2. Senang tidak adik dengan pengasuh disini?
Seneng.
3. Apa saja kegiatan adik dengan pengasuh?
Renang, playing terapi, jaga warung, makan siang,
istirahat, sekolah, bermain.
Lampiran 11
Transkip Wawancara
Waktu Wawancara : 5 Desember 2019
Tempat Wawancara : Ruang Fisioterapi
Wawancara : Alif Rizki Maulana
Narasumber : B, Anak Asuh.
1. Sudah berapa lama adik tinggal disini?
Lama.
2. Senang tidak adik dengan pengasuh disini?
Seneng, baik-baik.
3. Apa saja kegiatan adik dengan pengasuh?
Mandi, sarapan, sekolah, playing terapi, makan siang,
makan sore, tidur malem.
Lampiran 12 :
Dokumentasi:
1. Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten
2. Dokumentasi saat Wawancara Ibu Renowati
Hardjosubroto Ketua Yayasan Sayap Ibu Cabang
Provinsi Banten
3. Wawancara dengan Anak Asuh dan Pengasuh
4. Wawancara Pak Zulfahmi Koordinator
Pengembangan Pelayanan Melalui Whatsapp
5. Kegiatan Anak Asuh dan Pengasuh di Yayasan Sayap
Ibu Cabang provinsi Banten