Upload
yayah-andrianti-adams
View
2.120
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH SERTIFIKASI QUALIFIED INTERNAL AUDITOR
TERHADAP KUALITAS AUDIT INTERNAL
(Studi Pada 7 BUMN di Kota Bandung )
THE INFLUENCE OF QUALIFIED INTERNAL AUDITOR’S CERTIFICATION
TO INTERNAL AUDIT QUALITY
(Study at 7 State-Owned Enterprises in Bandung)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Padjadjaran
Disusun oleh :
YAYAH ANDRIANTI
120111070002
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
BANDUNG
2010
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Globalisasi ekonomi dan kemajuan teknologi telah mendorong kompetisi
yang semakin tajam di lingkungan bisnis. Setiap entitas bisnis dipacu untuk selalu
melakukan inovasi agar tetap eksis dalam persaingan. Dorongan untuk
menciptakan keunggulan bersaing secara berkelanjutan memaksa setiap
perusahaan untuk fokus pada aktivitas bisnis intinya. Keadaan ini menuntut para
pimpinan atau manajemen perusahaan untuk dapat mengelola sumber daya yang
dimiliki oleh perusahaan secara lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Keberhasilan suatu organisasi baik besar maupun kecil bukan semata-mata
ditentukan oleh sumber daya alam yang tersedia, akan tetapi banyak ditentukan
oleh kualitas sumber daya manusia yang berperan merencanakan, melaksanakan
dan mengendalikan organisasi yang bersangkutan. Dengan sumber daya manusia
yang berkualitas dan profesional dalam bidangnya, maka dapat dihasilkan suatu
sistem yang efektif dan efisien bagi perusahaan.
Semakin kompleksnya aktivitas perusahaan, membuat manajemen tidak
dapat lagi menjalankan fungsi pengendalian dan pengawasan secara langsung
sehingga harus mendelegasikan sebagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab
yang dipikulnya kepada suatu bagian khusus yaitu bagian audit internal. Bagian
3
ini bertugas mengawasi dan mengevaluasi keefektifan setiap aktivitas
pengendalian yang ada dalam perusahaan dan menjaga agar seluruh prosedur dan
ketentuan yang berlaku diperusahaan dilaksanakan sebagaimana mestinya. Agar
tercapai pelaksanaan pengawasan yang efektif, diperlukan suatu struktur
pengawasan yang baik, sehingga dapat membantu pencapaian tujuan perusahaan.
Fungsi internal audit pada perusahaan sangat penting dalam membantu
organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis
dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan resiko
dan pengendalian. Audit internal juga memberikan saran dan rekomendasi untuk
memperbaiki kinerja organisasi dan bagi tiap tingkatan manajemen.
Bekerja secara profesional merupakan tuntutan khalayak. Tidak terkecuali
auditor internal. Seringkali terdengar keluhan bahwa auditor internal kurang
profesional. Namun banyak yang belum mengetahui apa sebenarnya profesional
itu dan bagaimana untuk mencapai profesionalisme tersebut Sifat-sifat profesional
adalah kondisi kondisi kesempurnaan teknik yang dimiliki seseorang melalui
latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang berguna untuk mengembangkan
teknik tersebut, dan keinginan untuk mencapai kesempurnaan dan keunggulan
dibandingkan dengan rekan sejawatnya.
Untuk dapat mencapai profesionalisme suatu pekerjaan harus berasal dari
perpaduan pengetahuan yang relevan melalui belajar secara sistematis dan
pelatihan yang memadai serta kompetensi yang harus dibuktikan kepada
pemerintah, perusahaan yang menyewa atau konsumen. Jadi, profesional sejati
4
harus mempunyai sifat yang jelas dan pengalaman yang luas. Jasa yang diberikan
kepada klien harus diperoleh hanya dengan cara-cara profesional. Hal ini dapat
dicapai melalui pendidikan, pelatihan dan pemberian pengalaman dalam rangka
meningkatkan kompetensi para audit intern yang mencakup knowledge
(pengetahuan), skills (keterampilan) dan atittude (sikap kerja).
Di lingkungan profesi auditor dikenal istilah sertifikasi, yaitu pengakuan
kemampuan profesional bagi profesi tertentu yang dapat dijadikan sebagai
persyaratan untuk melakukan praktik profesi tertentu pada suatu tempat tertentu.
Sertifikasi ini menunjukkan kompetensi seseorang terhadap prinsip-prinsip audit
internal untuk dapat melakukan praktik audit internal yang diakui. Untuk dapat
memperoleh sertifikasi tersebut, seorang auditor internal harus memiliki
pengetahuan tertentu dan mengikuti serangkaian pendidikan dan ujian yang
ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme auditor. Bagi
auditor internal sertifikasi tersebut di atas merupakan kualitas tertinggi yang harus
dicapai agar dapat menjalankan fungsi yang lebih optimal, sehingga dapat
dijadikan benchmark atau tujuan bagi peningkatan kualitas sumber daya
manusianya.
Di Amerika, auditor internal yang telah menjalani pendidikan tersebut
mendapatkan gelar Certified Internal Auditor (CIA). Dewan direksi melaksanakan
program ini tahun 1972 dan ujian pertama dilaksanakan pada tanggal 16 dan 17
Agustus 1974. Sekitar 7900 auditor internal yang berpraktik, dari 8500 yang
mendaftar, menerima gelar CIA berdasarkan ketentuan lama. Peserta yang
5
mendapat menunjukkkan bahwa mereka telah melakukan audit internal dalam
kapasitas pengambilan keputusan dan setuju untuk patuh pada Kode Etik IIA. Pada
bulan Oktober 1973 mereka diberi sertifikat CIA. Pada bulan Maret 1975, gelar
CIA diberikan kepada 122 dari 654 peserta yang mengikuti ujian CIA pertama
pada tahun 1974. Pada bulan Juni 2002, lebih dari 35000 peserta yang mengikuti
ujian diseluruh dunia menjadi CIA (Sawyer, 2005)
Di Indonesia, sertifikasi profesi auditor internal dikenal dengan istilah
Qualified internal Auditor (QIA). Sertifikasi Qualified Internal auditor diberikan
oleh Dewan Sertifikasi yang terdiri dari unsur-unsur organisasi profesi internal
audit terkemuka di Indonesia yaitu unsur Badan Pengawasan Keuangan &
Pembangunan (BPKP), Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Intern (FKSPI),
The Institute of Internal Auditor (IIA) Indonesia Chapter, Perhimpunan Auditor
Internal Indonesia (PAII), Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) dan
akademisi serta praktisi bisnis yang memiliki kompetensi dan komitmen terhadap
internal auditing. Sampai saat ini, YPIA adalah satu-satunya lembaga yang diberi
wewenang oleh Dewan Sertifikasi untuk menyelenggarakan pendidikan dan Ujian
Sertifikasi QIA. Melalui jalur pendidikan dan pelatihan bersertifikasi inilah
diharapkan kinerja internal auditor lebih berkualitas dari internal auditor yang
belum bersertifikasi.
6
Sampai tanggal 1 Juli 2009 Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor
(DSQIA) telah memberikan sertifikat Qualified Internal Auditor sebanyak 2405
auditor Internal yang ditunjukkan oleh tabel dibawah ini:
Tabel 1.1PEMEGANG SERTIFIKAT QIA
PER 1 JULI 2009No.
Perusahaan / InstansiJumlah
QIAJumlah
Perusahaan1 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) 1905 1202 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) 61 243 Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) 437 684 Lembaga Lainnya / Personal 55 13
Total 2405 225Sumber: Hiro Tugiman, 2009
Dari data diatas menunjukkan bahwa minat terhadap kebutuhan akan
pemahaman terhadap audit internal di Indonesia semakin berkembang.
Meningkatnya kesadaran pimpinan organisasi di Indonesia tentang perlunya
fungsi internal audit dapat dipahami, mengingat peran dan fungsi audit internal
semakin diperlukan. Beberapa BUMN yang sedang giat mengembangkan kualitas
auditornya antara lain:
1. PT. PINDAD
2. PT. INTI
3. PT. Kereta Api
4. PT Perkebunan Nusantara VIII
5. PT. Telkom
6. PT. PLN
7. PT. Bio Farma (Persero)
7
Setiap orang dapat diangkat sebagai internal auditor, yang terpenting
adalah dapat meyakinkan pimpinan perusahaannya. Tidak ada hukuman jika tidak
memiliki sertifikat. Seseorang yang bekerja sebagai internal auditor dapat
menandatangani laporan internal audit dan memberikan opini atas audit tanpa
khawatir akan tindakan hukum. Akan tetapi mulai terjadi perubahan secara
perlahan-lahan. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mulai tahun 1997
mempersyaratkan anggotanya yang akan membuka Kantor Akuntan wajib
mengikuti ujian profesi, maka para praktisi audit internal juga mempersyaratkan
laporan audit internal ditandatangani oleh auditor internal bersertifikat bidang
audit (Hiro, 2008).
Seseorang yang bersertifikasi memiliki tingkat kompetensi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan seseorang dalam posisi yang sama tetapi tidak
memiliki sertifikat. Karena melalui sertifikasi Qualified Internal auditor
diharapkan audit internal menjadi professional dalam melaksanakan audit internal
didalam perusahaan sehingga hasilnya menjadi lebih baik dan berkualitas.
Auditor internal (yang mungkin dipandang oleh masyarakat sebagai pihak
yang bertanggung jawab untuk menentukan tingkat risiko) termasuk sebagai salah
seorang pembela dalam proses penuntutan terhadap organisasi. Oleh karena itu
dibutuhkan sikap yang sesuai dengan standar profesionalisme yang tinggi. Dengan
adanya standarisasi tersebut, maka perusahaan yang memiliki SDM yang belum
mencapai standar harus meningkatkan kemampuannya sehingga memenuhi
standar yang ditetapkan. Melalui penerapan standarisasi dan sertifikasi, auditor
8
bisa memperbaiki kinerja. Dalam kaitan dengan profesionalisme inilah sertifikasi
terhadap para auditor intern menjadi suatu hal yang penting, agar manajemen
yakin bahwa para auditornya benar-benar telah bekerja berdasarkan standar.
Penelitian Kalbers dan Fogarthy (1995) pada mid American Journal of
Bussiness dengan judul “Profesionalism and Internal auditor: A Profile” yang
dilakukan kepada 498 auditor internal pada 13 organisasi di Amerika Serikat
dengan sampel dipilih berdasarkan organisasi-organisasi pada IIA dan anggota
profesional lainnya danTipe-tipe organisasi yang diteliti termasuk manufaktur (5),
Bank (3), Listrik telepon dan air (2), Perminyakan, Asuransi dan Pemerintahan
menyimpulkan bahwa internal auditor menginginkan penghargaan secara luas atas
profesionalisme. Penelitian ini mengungkapkan respon yang antusias akan kriteria
ideal dan perilaku profesional auditor internal. Peneliti mengatakan bahwa
Auditor Internal Senior, Direktur Auditor Internal dan auditor-auditor internal
lainnya diharuskan mengikuti CIA untuk memperoleh status profesional dalam
pengambilan keputusan.
Penelitian Sari Fitria Hayati (2004) yang berjudul “Hubungan Auditor
internal bersertifikasi Qualified Internal Auditor dengan kualitas laporan audit
internal” yang dilakukan pada 48 auditee di PT. Perkebunan Nusantara VIII
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara Auditor internal
bersertifikasi Qualified Internal Auditor dengan kualitas laporan audit internal,
bila dilihat dari persepsi auditee dengan menggunakan signifikansi sebesar 5%.
9
Audit internal merupakan salah satu bagian dari kegiatan pengendalian
internal yang berfungsi melakukan penilaian independen dan objektif atas
operasional perusahaan. Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas sistem
pengendalian intern, maka perlu dilakukan audit internal yang baik terhadap
penyelenggaraan operasional perusahaan. Efektivitas audit internal dapat dicapai
jika audit yang dilakukan berkualitas.
Terbongkarnya skandal keuangan di Enron dan Worldcom juga
semakin menguatkan peran serta auditor internal. Dalam kedua kasus
tersebut terbukti bahwa pengawasan auditor internal lebih efektif dalam
membongkar tindak kecurangan dari pada pengawasan audit eksternal.
Berdasarkan Standar Profesi Audit Internal (SPAI, 2004), audit yang
dilaksanakan auditor tersebut dapat berkualitas jika memenuhi ketentuan atau
standar yang seragam dan konsisten, yang menggambarkan praktik-praktik terbaik
audit internal. Melalui penerapan standarisasi dan sertifikasi, auditor bisa
memperbaiki kinerja. Dalam kaitan dengan profesionalisme inilah sertifikasi
terhadap para auditor intern menjadi suatu hal yang penting, agar manajemen
yakin bahwa para auditornya benar-benar telah bekerja berdasarkan standar.
Walaupun sudah ada standar dan kode etik profesi, tapi masih sering
terjadi kasus-kasus kolusi dan korupsi atau penyelewengan, sehingga auditor
Internal sering dituding kurang berfungsi sebagaimana mestinya. Buktinya banyak
penyelewengan dan kecurangan (fraud) yang menimbulkan kerugian perusahaan
10
atau negara yang tidak dapat dicegah, dideteksi dan ditindaklanjuti. Tahun 2002,
minimal ada beberapa kejadian korupsi, antara lain:
Joko S Tjandra, Syahril Sabirin Bank Bali Rp. 904 milyar
Nurdin Khalid dana cengkeh Rp. 115 milyar
Somadikun Hartono BLBI Rp. 169 milyar
Sudjiono Timan, dana BPUI Rp. 3.4 triliun
KM Senopati tenggelam disekitar Pulau Mandalika, Jepara
Pesawat adam Air hilang dengan 96 penumpang dan 6 awak
Tahun 2002, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menemukan dua versi
laporan Satuan Kerja Audit Internal (SKAI) Badan Penyehatan Perbankan Nasional
(BPPN) tentang penjualan saham Indomobil yaitu versi final 4 Februari dan versi final
20 Maret. Dalam versi 20 Maret, beberapa kalimat dihilangkan dari versi Februari.
Tahun 2003, Bank BNI Kecolongan kredit melalui fasilitas letter of credit (L/C) fiktif
senilai Rp 1,7 triliun di kantor cabang Kebayoran Baru, Jakarta Selatan yang
disebabkan pengawasan internal di bank itu lemah. Jatuhnya pesawat intai amfibi
jenis Nomad N-24 nomor P-837 milik TNI AL di Desa Kaltim, September 2009 juga
mengundang pertanyaan mengenai kualitas audit terhadap alat utama sistem
persenjataan (alutsista).
Fenomena-fenomena tersebut terjadi karena lemahnya kualitas audit
internal. Seharusnya Auditor internal ini, dalam menjalankan fungsi pengawasan
dapat mencegah terjadinya fraud, dan dalam fungsi pemeriksaan (auditing) dapat
11
menemukannya, dan dalam fungsi pengendalian (controlling) dapat melakukan
tindak lanjut terhadap kecurangan atau penyelewengan tersebut.
Kondisi ini disebabkan karena sistem audit yang kurang berkualitas. Untuk
dapat tercapainya audit atas aktivitas organisasi secara optimal diperlukan sistem
audit yang berkualitas, syarat pertamanya adalah kualitas auditor internal itu
sendiri. Untuk itu auditor dituntut untuk bertindak secara profesional dan mentaati
standar pemeriksaan dan aturan perilaku pemeriksaan yang telah ditetapkan, agar
kualitas audit dapat dijaga dan ditingkatkan.
Apabila auditor internal berkualitas, berperan dengan baik dan didukung
oleh kemauan baik dari pimpinan organisai, pengendalian intern akan lebih baik
dan dengan sendirinya kinerja perusahaan akan semakin meningkat dan bagi
manajemen semua level, serta akuntan public tugasnya akan sangat terbantu.
(Hiro di jurnal Unesco International Centre for engineering education (UICEF),
Melbourne 2002:256)
Bagaimana peran dan fungsi audit internal dalam mengevaluasi operasi
organisasi agar dapat memberikan nilai tambah guna meningkatkan kinerja
tergantung pada kualitas audit internal itu sendiri. Maka penting buat internal
audit dalam memberikan keyakinan yang memadai tehadap reliabilitas dan
integritas informasi dan memberikan nilai tambah bagi organisasi dalam menjaga
dan meningkatkan kinerja organisasi dalam rangka pencapaian sasaran dan tujuan
yang telah ditetapkan.
12
Adapun untuk meningkatkan kualitas audit diperlukan adanya peningkatan
kompetensi para auditor yakni dengan pemberian pelatihan-pelatihan serta
diberikan kesempatan kepada para auditor untuk mengikuti kursus-kursus atau
peningkatan pendidikan profesi. Peningkatan kompetensi para auditor dapat
ditunjukkan dengan kepemilikan sertifikat Qualified Internal Auditor. Seorang
auditor internal yang telah memilki sertifikat QIA diharapkan akan memiliki
kinerja yang baik dan memberikan pengaruh yang bermanfaat terhadap
pelaksanaan audit internal.
Audit yang berkualitas merupakan sebuah tujuan akhir dari proses
pelaksanaan audit internal. Tercapainya audit yang berkualitas ditentukan oleh
kemampuan auditor internal menerapkan norma pemeriksaan intern dalam
menjalankan tugasnya.
Pada akhirnya, dewan direksi dan manajer senior mungkin akan
mengharuskan, dengan berjalannya waktu, profesionalisme yang sempurna dari
para staf auditor internalnya. Auditor internal perusahaan yang tidak memiliki
sertifikat mungkin kemudian akan dipertimbangkan hanya sebagai auditor internal
cadangan.
13
Atas dasar uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul:
“PENGARUH SERTIFIKASI QUALIFIED INTERNAL AUDITOR
TERHADAP KUALITAS AUDIT INTERNAL (Studi pada 7 BUMN di Kota
Bandung)”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan yang akan diteliti dan dibahas adalah
”Seberapa besar pengaruh sertifikasi Qualified Internal Auditor terhadap
kualitas audit internal"
1.3 Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan permasalahan, maka dalam penelitian ini
perlu diterapkan batasan-batasan sebagai berikut:
1. Dalam penelitian ini, Sertifikasi QIA diukur dengan menggunakan Kemampuan
profesional auditor internal yang dikemukakan oleh Sawyer (2005:10-11) karena
Auditor internal yang telah memiliki sertifikat QIA telah memenuhi kriteria
Profesional, sehingga dijadikan indikator dalam mengukur variabel ini. Sedangkan
dimensi yang digunakan untuk mengukur Kualitas Audit Internal adalah Standar
Kinerja menurut Standar Profesi Audit Internal.
14
2. BUMN dipilih karena merupakan badan usaha yang vital dalam perekonomian di
Indonesia. 7 (tujuh) BUMN yang dijadikan sebagai sampel, karena menurut data
yang diperoleh dari Dewan sertifikasi QIA, di Kota Bandung hanya 7 BUMN tersebut
yang aktif mengikuti program sertifikasi QIA.
1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai salah
satu syarat dalam menyelesaikan studi pada jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Padjadjaran Bandung. Adapun tujuan yang hendak dicapai dari
penelitian ini adalah Untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh sertifikasi
Qualified Internal Auditor terhadap kualitas audit internal.
1.5 Kegunaan Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Penulis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pelajaran yang sangat berharga bagi
penulis dalam mengidentifikasikan suatu masalah, menganalisa dan
membandingkannya dengan dengan ilmu yang diperoleh penulis dibangku
kuliah, dengan harapan dapat memperbaiki cara berpikir penulis dalam
menghadapi setiap masalah.
15
b. Perusahaan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan yang bermanfaat bagi
pihak manajemen dalam meningkatkan kinerja auditor internal dan
memberikan gambaran mengenai pentingnya peranan audit internal sebagai
alat bantu manajemen dalam pengambilan keputusan.
c. Pihak Lain
Terutama bagi pembaca, diharapkan dapat menambah wawasan yang lebih
mendalam mengenai audit internal, sehingga dapat digunakan sebagai
referensi jika suatu saat nanti diperlukan untuk mengangkat topik yang
serupa.
1.6 Kerangka Pemikiran
Manajemen dituntut untuk lebih efektif dan efisien dalam penggunaan
sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Selain mengandalkan sistem
pengendalian internal yang memadai, manajemen juga membutuhkan suatu fungsi
yang bertugas untuk melakukan penilaian dan evaluasi atas sistem pengendalian
internal tersebut, yaitu fungsi audit internal. Audit internal adalah kegiatan
assurance dan konsultasi yang independen dan objektif yang dirancang untuk
memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit
internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu
pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan
efektivitas pengelolaan resiko, pengendalian dan proses governance (SPAI, 2004).
16
Fungsi audit internal merupakan evaluasi yang komprehensif atas berbagai
aktivitas yang ada didalam perusahaan dan tidak terbatas hanya kepada masalah
keuangan saja, melainkan juga meliputi seluruh aspek dan aktivitas yang ada
dalam perusahaan. Dengan dasar ini, maka auditor internal dituntut untuk selalu
terus mengembangkan kemampuan profesionalnya, apalagi dengan semakin
meningkatnya peran auditor internal yang bukan hanya sekedar watchdog tetapi
sudah bergeser perannya menjadi sebagi consultant.
Bekerja secara profesional merupakan tuntutan dalam setiap pekerjaan,
tidak terkecuali terhadap auditor internal. Sifat profesional adalah kondisi-kondisi
kesempurnaan teknik yang dimiliki seseorang melalui dengan pengetahuan yang
dimilikinya disertai latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang berguna untuk
mengembangkan teknik tersebut, dan keinginan untuk mencapai kesempurnaan
dan keunggulan dibandingkan dengan rekan sejawatnya. Menurut Sawyer, kriteria
yang sering digunakan untuk menilai kualitas profesional adalah:
“.....Pelayanan kepada publik, pelatihan khusus berjangka panjang, taat pada kode etik, anggota asosiasi & hadir dalam setiap pertemuan, publikasi jurnal yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian praktik, mengikuti ujian, lisensi dari dewan sertifikasi nasional.....” (sawyer, 2005:10-11).
Salah satu bentuk pengembangan kemampuan profesionalnya dan agar
tidak tertinggal oleh berbagai kemajuan teknologi dan pengetahuan adalah melalui
program sertifikasi, yaitu pengakuan kemampuan profesional bagi profesi tertentu
yang dapat dijadikan sebagai persyaratan untuk melakukan praktik profesi tertentu
pada suatu tempat tertentu. Qualified Internal Auditor (QIA) adalah sertifikat
17
dalam bidang internal auditing yang merupakan simbol profesionalisme dari
individu pemegangnya yang diakui secara internasional oleh IIA dan sejajar
dengan gelar / sertifikat di 35 negara. Sertifikat QIA juga merupakan pengakuan
bahwa pemegangnya telah memiliki pengetahuan dan keterampilan internal
auditing (Hiro Tugiman, 2007).
Audit akan berhasil apabila auditor memiliki kemampuan profesional
dalam melaksanakan audit, yaitu dapat menilai semua kegiatan perusahaan guna
membantu manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan. Kemampuan
profesional merupakan kriteria untuk mengukur keberhasilan auditor internal
dalam melaksanakan tugasnya. Semakin tinggi kemampuan profesional yang
dimiliki oleh auditor internal, semakin berkualitas audit yang dilaksanakannya.
Auditor internal pada umumnya dan terlebih auditor internal yang
bersertifikasi QIA mempunyai kemampuan lebih dalam mengevaluasi sistem
pengendalian internal. Seseorang yang bersertifikasi memiliki tingkat kompetensi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang dalam posisi yang sama tetapi
tidak memiliki sertifikat. Karena melalui sertifikasi Qualified Internal auditor
diharapkan audit internal menjadi professional dalam melaksanakan audit internal
didalam perusahaan sehingga hasilnya menjadi lebih baik dan berkualitas.
Audit disebut berkualitas jika memenuhi standar yang seragam dan
konsisten, yang menggambarkan praktik-praktik terbaik audit internal serta
merupakan ukuran kualitas pelaksanaan tugas untuk memenuhi tanggung jawab
profesinya (YPIA, 2004). Standar Profesi Audit Internal merupakan Pedoman
18
Praktik Audit Internal yang menjadi sumber rujukan bagi auditor internal dalam
menjalankan fungsinya secara professional. Standar Profesi Audit Internal terdiri
atas Standar Atribut, Standar Kinerja dan Standar Implementasi. Standar Atribut
berkenaan dengan karakteristik organisasi, individu dan pihak-pihak yang
melakukan kegiatan audit internal. Standar Kinerja menjelaskan sifat dari kegiatan
audit internal dan merupakan ukuran kualitas pekerjaan audit. Standar Kinerja
memberikan praktik-praktik terbaik pelaksanaan audit mulai dari perencanaan
sampai dengan pemantauan tindak lanjut. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa Standar Kinerja merupakan indikator untuk mengukur Kualitas Audit
Internal. Standar Atribut dan Standar Implementasi tidak masuk jadi parameter
dari variabel Kualitas Internal Audit karena menurut SPAI, Standar Kinerja telah
menjelaskan sifat dari kegiatan audit internal dan merupakan ukuran kualitas
pekerjaan audit sehingga Standar Kinerja dianggap sudah cukup untuk mengukut
variabel Kualitas Internal Audit. Standar Kinerja itu sendiri terdiri dari 1)
Pengelolaan Fugsi audit Internal, 2) Lingkup Penugasan, 3)Perencanaan
Penugasan, 4) Pelaksanaan Penugasan, 5) Komunikasi Hasil Penugasan dan 6)
Pemantauan Tindak Lanjut.
Audit yang berkualitas merupakan sebuah tujuan akhir dari proses
pelaksanaan audit internal. Tercapainya audit yang berkualitas ditentukan oleh
kemampuan profesional auditor internal menerapkan standar audit dalam
menjalankan tugasnya. Pada akhirnya, dewan direksi dan manajer senior
mengharuskan, profesionalisme yang sempurna dari para staf auditor internalnya.
19
Auditor internal perusahaan yang tidak memiliki sertifikat mungkin kemudian
akan dipertimbangkan hanya sebagai auditor internal cadangan. Berdasarkan
kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini
adalah:
“Sertifikasi Qualified Internal Auditor memiliki pengaruh positif
terhadap kualitas audit internal”.
Bagan 1.1
Kerangka Pemikiran
Auditor internal yang telah memiliki sertifikat QIA sudah sewajarnya memenuhi kriteria Profesional, sehingga Kemampuan profesional auditor internal dijadikan indikator dalam mengukur variabel ini:Pelayanan kepada publikPelatihan khusus berjangka panjangTaat pada Kode EtikAnggota Asosiasi & Hadir Dalam Setiap
PertemuanPublikasi Jurnal yang bertujuan untuk
meningkatkan keahlian praktikMengikuti Ujian Lisensi Dari Dewan Sertifikasi Nasional
(Sawyer, 2005:10-11)
Standar Kinerja:Pengelolaan Fugsi audit
InternalLingkup PenugasanPerencanaan Penugasan Pelaksanaan Penugasan Komunikasi Hasil
Penugasan Pemantauan Tindak Lanjut
(SPAI, 2004)
Pengaruh Sertifikasi Qualified Internal Auditor Terhadap Kualitas Audit Internal
Variabel X:Sertifikasi Qualified Internal
Auditor
Variabel Y:Kualitas Audit Internal
20
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Satuan Pengawasan Intern di 7 (tujuh) Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Kota Bandung yaitu:
1. PT. PLN (Persero) Distribusi Jabar & Banten
2. PT. Telkom Indonesia (Persero)
3. PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero)
4. PT. PINDAD (Persero)
5. PT. INTI (Persero)
6. PT. Kereta Api (Persero)
7. PT. Bio Farma (Persero)
Sedangkan waktu penelitian dilakukan selama bulan Maret 2010 s/d Mei
2010.
BAB I
PENDAHULUAN
1.8 Latar Belakang
Globalisasi ekonomi dan kemajuan teknologi telah mendorong kompetisi
yang semakin tajam di lingkungan bisnis. Setiap entitas bisnis dipacu untuk selalu
melakukan inovasi agar tetap eksis dalam persaingan. Dorongan untuk
menciptakan keunggulan bersaing secara berkelanjutan memaksa setiap
perusahaan untuk fokus pada aktivitas bisnis intinya. Keadaan ini menuntut para
pimpinan atau manajemen perusahaan untuk dapat mengelola sumber daya yang
dimiliki oleh perusahaan secara lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Keberhasilan suatu organisasi baik besar maupun kecil bukan semata-mata
ditentukan oleh sumber daya alam yang tersedia, akan tetapi banyak ditentukan
oleh kualitas sumber daya manusia yang berperan merencanakan, melaksanakan
dan mengendalikan organisasi yang bersangkutan. Dengan sumber daya manusia
yang berkualitas dan profesional dalam bidangnya, maka dapat dihasilkan suatu
sistem yang efektif dan efisien bagi perusahaan.
Semakin kompleksnya aktivitas perusahaan, membuat manajemen tidak
dapat lagi menjalankan fungsi pengendalian dan pengawasan secara langsung
sehingga harus mendelegasikan sebagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab
43
44
yang dipikulnya kepada suatu bagian khusus yaitu bagian audit internal. Bagian
ini bertugas mengawasi dan mengevaluasi keefektifan setiap aktivitas
pengendalian yang ada dalam perusahaan dan menjaga agar seluruh prosedur dan
ketentuan yang berlaku diperusahaan dilaksanakan sebagaimana mestinya. Agar
tercapai pelaksanaan pengawasan yang efektif, diperlukan suatu struktur
pengawasan yang baik, sehingga dapat membantu pencapaian tujuan perusahaan.
Fungsi internal audit pada perusahaan sangat penting dalam membantu
organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis
dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan resiko
dan pengendalian. Audit internal juga memberikan saran dan rekomendasi untuk
memperbaiki kinerja organisasi dan bagi tiap tingkatan manajemen.
Bekerja secara profesional merupakan tuntutan khalayak. Tidak terkecuali
auditor internal. Seringkali terdengar keluhan bahwa auditor internal kurang
profesional. Namun banyak yang belum mengetahui apa sebenarnya profesional
itu dan bagaimana untuk mencapai profesionalisme tersebut Sifat-sifat profesional
adalah kondisi kondisi kesempurnaan teknik yang dimiliki seseorang melalui
latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang berguna untuk mengembangkan
teknik tersebut, dan keinginan untuk mencapai kesempurnaan dan keunggulan
dibandingkan dengan rekan sejawatnya.
Untuk dapat mencapai profesionalisme suatu pekerjaan harus berasal dari
perpaduan pengetahuan yang relevan melalui belajar secara sistematis dan
pelatihan yang memadai serta kompetensi yang harus dibuktikan kepada
45
pemerintah, perusahaan yang menyewa atau konsumen. Jadi, profesional sejati
harus mempunyai sifat yang jelas dan pengalaman yang luas. Jasa yang diberikan
kepada klien harus diperoleh hanya dengan cara-cara profesional. Hal ini dapat
dicapai melalui pendidikan, pelatihan dan pemberian pengalaman dalam rangka
meningkatkan kompetensi para audit intern yang mencakup knowledge
(pengetahuan), skills (keterampilan) dan atittude (sikap kerja).
Di lingkungan profesi auditor dikenal istilah sertifikasi, yaitu pengakuan
kemampuan profesional bagi profesi tertentu yang dapat dijadikan sebagai
persyaratan untuk melakukan praktik profesi tertentu pada suatu tempat tertentu.
Sertifikasi ini menunjukkan kompetensi seseorang terhadap prinsip-prinsip audit
internal untuk dapat melakukan praktik audit internal yang diakui. Untuk dapat
memperoleh sertifikasi tersebut, seorang auditor internal harus memiliki
pengetahuan tertentu dan mengikuti serangkaian pendidikan dan ujian yang
ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme auditor. Bagi
auditor internal sertifikasi tersebut di atas merupakan kualitas tertinggi yang harus
dicapai agar dapat menjalankan fungsi yang lebih optimal, sehingga dapat
dijadikan benchmark atau tujuan bagi peningkatan kualitas sumber daya
manusianya.
Di Amerika, auditor internal yang telah menjalani pendidikan tersebut
mendapatkan gelar Certified Internal Auditor (CIA). Dewan direksi melaksanakan
program ini tahun 1972 dan ujian pertama dilaksanakan pada tanggal 16 dan 17
Agustus 1974. Sekitar 7900 auditor internal yang berpraktik, dari 8500 yang
46
mendaftar, menerima gelar CIA berdasarkan ketentuan lama. Peserta yang
mendapat menunjukkkan bahwa mereka telah melakukan audit internal dalam
kapasitas pengambilan keputusan dan setuju untuk patuh pada Kode Etik IIA. Pada
bulan Oktober 1973 mereka diberi sertifikat CIA. Pada bulan Maret 1975, gelar
CIA diberikan kepada 122 dari 654 peserta yang mengikuti ujian CIA pertama
pada tahun 1974. Pada bulan Juni 2002, lebih dari 35000 peserta yang mengikuti
ujian diseluruh dunia menjadi CIA (Sawyer, 2005)
Di Indonesia, sertifikasi profesi auditor internal dikenal dengan istilah
Qualified internal Auditor (QIA). Sertifikasi Qualified Internal auditor diberikan
oleh Dewan Sertifikasi yang terdiri dari unsur-unsur organisasi profesi internal
audit terkemuka di Indonesia yaitu unsur Badan Pengawasan Keuangan &
Pembangunan (BPKP), Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Intern (FKSPI),
The Institute of Internal Auditor (IIA) Indonesia Chapter, Perhimpunan Auditor
Internal Indonesia (PAII), Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) dan
akademisi serta praktisi bisnis yang memiliki kompetensi dan komitmen terhadap
internal auditing. Sampai saat ini, YPIA adalah satu-satunya lembaga yang diberi
wewenang oleh Dewan Sertifikasi untuk menyelenggarakan pendidikan dan Ujian
Sertifikasi QIA. Melalui jalur pendidikan dan pelatihan bersertifikasi inilah
diharapkan kinerja internal auditor lebih berkualitas dari internal auditor yang
belum bersertifikasi.
47
Sampai tanggal 1 Juli 2009 Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor
(DSQIA) telah memberikan sertifikat Qualified Internal Auditor sebanyak 2405
auditor Internal yang ditunjukkan oleh tabel dibawah ini:
Tabel 1.1PEMEGANG SERTIFIKAT QIA
PER 1 JULI 2009No.
Perusahaan / InstansiJumlah
QIAJumlah
Perusahaan1 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) 1905 1202 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) 61 243 Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) 437 684 Lembaga Lainnya / Personal 55 13
Total 2405 225Sumber: Hiro Tugiman, 2009
Dari data diatas menunjukkan bahwa minat terhadap kebutuhan akan
pemahaman terhadap audit internal di Indonesia semakin berkembang.
Meningkatnya kesadaran pimpinan organisasi di Indonesia tentang perlunya
fungsi internal audit dapat dipahami, mengingat peran dan fungsi audit internal
semakin diperlukan. Beberapa BUMN yang sedang giat mengembangkan kualitas
auditornya antara lain:
1. PT. PINDAD
2. PT. INTI
3. PT. Kereta Api
4. PT Perkebunan Nusantara VIII
5. PT. Telkom
6. PT. PLN
7. PT. Bio Farma (Persero)
48
Setiap orang dapat diangkat sebagai internal auditor, yang terpenting
adalah dapat meyakinkan pimpinan perusahaannya. Tidak ada hukuman jika tidak
memiliki sertifikat. Seseorang yang bekerja sebagai internal auditor dapat
menandatangani laporan internal audit dan memberikan opini atas audit tanpa
khawatir akan tindakan hukum. Akan tetapi mulai terjadi perubahan secara
perlahan-lahan. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mulai tahun 1997
mempersyaratkan anggotanya yang akan membuka Kantor Akuntan wajib
mengikuti ujian profesi, maka para praktisi audit internal juga mempersyaratkan
laporan audit internal ditandatangani oleh auditor internal bersertifikat bidang
audit (Hiro, 2008).
Seseorang yang bersertifikasi memiliki tingkat kompetensi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan seseorang dalam posisi yang sama tetapi tidak
memiliki sertifikat. Karena melalui sertifikasi Qualified Internal auditor
diharapkan audit internal menjadi professional dalam melaksanakan audit internal
didalam perusahaan sehingga hasilnya menjadi lebih baik dan berkualitas.
Auditor internal (yang mungkin dipandang oleh masyarakat sebagai pihak
yang bertanggung jawab untuk menentukan tingkat risiko) termasuk sebagai salah
seorang pembela dalam proses penuntutan terhadap organisasi. Oleh karena itu
dibutuhkan sikap yang sesuai dengan standar profesionalisme yang tinggi. Dengan
adanya standarisasi tersebut, maka perusahaan yang memiliki SDM yang belum
mencapai standar harus meningkatkan kemampuannya sehingga memenuhi
standar yang ditetapkan. Melalui penerapan standarisasi dan sertifikasi, auditor
49
bisa memperbaiki kinerja. Dalam kaitan dengan profesionalisme inilah sertifikasi
terhadap para auditor intern menjadi suatu hal yang penting, agar manajemen
yakin bahwa para auditornya benar-benar telah bekerja berdasarkan standar.
Penelitian Kalbers dan Fogarthy (1995) pada mid American Journal of
Bussiness dengan judul “Profesionalism and Internal auditor: A Profile” yang
dilakukan kepada 498 auditor internal pada 13 organisasi di Amerika Serikat
dengan sampel dipilih berdasarkan organisasi-organisasi pada IIA dan anggota
profesional lainnya danTipe-tipe organisasi yang diteliti termasuk manufaktur (5),
Bank (3), Listrik telepon dan air (2), Perminyakan, Asuransi dan Pemerintahan
menyimpulkan bahwa internal auditor menginginkan penghargaan secara luas atas
profesionalisme. Penelitian ini mengungkapkan respon yang antusias akan kriteria
ideal dan perilaku profesional auditor internal. Peneliti mengatakan bahwa
Auditor Internal Senior, Direktur Auditor Internal dan auditor-auditor internal
lainnya diharuskan mengikuti CIA untuk memperoleh status profesional dalam
pengambilan keputusan.
Penelitian Sari Fitria Hayati (2004) yang berjudul “Hubungan Auditor
internal bersertifikasi Qualified Internal Auditor dengan kualitas laporan audit
internal” yang dilakukan pada 48 auditee di PT. Perkebunan Nusantara VIII
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara Auditor internal
bersertifikasi Qualified Internal Auditor dengan kualitas laporan audit internal,
bila dilihat dari persepsi auditee dengan menggunakan signifikansi sebesar 5%.
50
Audit internal merupakan salah satu bagian dari kegiatan pengendalian
internal yang berfungsi melakukan penilaian independen dan objektif atas
operasional perusahaan. Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas sistem
pengendalian intern, maka perlu dilakukan audit internal yang baik terhadap
penyelenggaraan operasional perusahaan. Efektivitas audit internal dapat dicapai
jika audit yang dilakukan berkualitas.
Terbongkarnya skandal keuangan di Enron dan Worldcom juga semakin
menguatkan peran serta auditor internal. Dalam kedua kasus tersebut terbukti
bahwa pengawasan auditor internal lebih efektif dalam membongkar tindak
kecurangan dari pada pengawasan audit eksternal.
Berdasarkan Standar Profesi Audit Internal (SPAI, 2004), audit yang
dilaksanakan auditor tersebut dapat berkualitas jika memenuhi ketentuan atau
standar yang seragam dan konsisten, yang menggambarkan praktik-praktik terbaik
audit internal. Melalui penerapan standarisasi dan sertifikasi, auditor bisa
memperbaiki kinerja. Dalam kaitan dengan profesionalisme inilah sertifikasi
terhadap para auditor intern menjadi suatu hal yang penting, agar manajemen
yakin bahwa para auditornya benar-benar telah bekerja berdasarkan standar.
Walaupun sudah ada standar dan kode etik profesi, tapi masih sering
terjadi kasus-kasus kolusi dan korupsi atau penyelewengan, sehingga auditor
Internal sering dituding kurang berfungsi sebagaimana mestinya. Buktinya banyak
penyelewengan dan kecurangan (fraud) yang menimbulkan kerugian perusahaan
51
atau negara yang tidak dapat dicegah, dideteksi dan ditindaklanjuti. Tahun 2002,
minimal ada beberapa kejadian korupsi, antara lain:
Joko S Tjandra, Syahril Sabirin Bank Bali Rp. 904 milyar
Nurdin Khalid dana cengkeh Rp. 115 milyar
Somadikun Hartono BLBI Rp. 169 milyar
Sudjiono Timan, dana BPUI Rp. 3.4 triliun
KM Senopati tenggelam disekitar Pulau Mandalika, Jepara
Pesawat adam Air hilang dengan 96 penumpang dan 6 awak
Tahun 2002, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menemukan dua
versi laporan Satuan Kerja Audit Internal (SKAI) Badan Penyehatan Perbankan
Nasional (BPPN) tentang penjualan saham Indomobil yaitu versi final 4
Februari dan versi final 20 Maret. Dalam versi 20 Maret, beberapa kalimat
dihilangkan dari versi Februari.
Tahun 2003, Bank BNI Kecolongan kredit melalui fasilitas letter of credit
(L/C) fiktif senilai Rp 1,7 triliun di kantor cabang Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan yang disebabkan pengawasan internal di bank itu lemah. Jatuhnya
pesawat intai amfibi jenis Nomad N-24 nomor P-837 milik TNI AL di Desa
Kaltim, September 2009 juga mengundang pertanyaan mengenai kualitas audit
terhadap alat utama sistem persenjataan (alutsista).
52
Fenomena-fenomena tersebut terjadi karena lemahnya kualitas audit
internal. Seharusnya Auditor internal ini, dalam menjalankan fungsi pengawasan
dapat mencegah terjadinya fraud, dan dalam fungsi pemeriksaan (auditing) dapat
menemukannya, dan dalam fungsi pengendalian (controlling) dapat melakukan
tindak lanjut terhadap kecurangan atau penyelewengan tersebut.
Kondisi ini disebabkan karena sistem audit yang kurang berkualitas. Untuk
dapat tercapainya audit atas aktivitas organisasi secara optimal diperlukan sistem
audit yang berkualitas, syarat pertamanya adalah kualitas auditor internal itu
sendiri. Untuk itu auditor dituntut untuk bertindak secara profesional dan mentaati
standar pemeriksaan dan aturan perilaku pemeriksaan yang telah ditetapkan, agar
kualitas audit dapat dijaga dan ditingkatkan.
Apabila auditor internal berkualitas, berperan dengan baik dan didukung
oleh kemauan baik dari pimpinan organisai, pengendalian intern akan lebih baik
dan dengan sendirinya kinerja perusahaan akan semakin meningkat dan bagi
manajemen semua level, serta akuntan public tugasnya akan sangat terbantu.
(Hiro di jurnal Unesco International Centre for engineering education (UICEF),
Melbourne 2002:256)
Bagaimana peran dan fungsi audit internal dalam mengevaluasi operasi
organisasi agar dapat memberikan nilai tambah guna meningkatkan kinerja
tergantung pada kualitas audit internal itu sendiri. Maka penting buat internal
audit dalam memberikan keyakinan yang memadai tehadap reliabilitas dan
integritas informasi dan memberikan nilai tambah bagi organisasi dalam menjaga
53
dan meningkatkan kinerja organisasi dalam rangka pencapaian sasaran dan tujuan
yang telah ditetapkan.
Adapun untuk meningkatkan kualitas audit diperlukan adanya peningkatan
kompetensi para auditor yakni dengan pemberian pelatihan-pelatihan serta
diberikan kesempatan kepada para auditor untuk mengikuti kursus-kursus atau
peningkatan pendidikan profesi. Peningkatan kompetensi para auditor dapat
ditunjukkan dengan kepemilikan sertifikat Qualified Internal Auditor. Seorang
auditor internal yang telah memilki sertifikat QIA diharapkan akan memiliki
kinerja yang baik dan memberikan pengaruh yang bermanfaat terhadap
pelaksanaan audit internal.
Audit yang berkualitas merupakan sebuah tujuan akhir dari proses
pelaksanaan audit internal. Tercapainya audit yang berkualitas ditentukan oleh
kemampuan auditor internal menerapkan norma pemeriksaan intern dalam
menjalankan tugasnya.
Pada akhirnya, dewan direksi dan manajer senior mungkin akan
mengharuskan, dengan berjalannya waktu, profesionalisme yang sempurna dari
para staf auditor internalnya. Auditor internal perusahaan yang tidak memiliki
sertifikat mungkin kemudian akan dipertimbangkan hanya sebagai auditor internal
cadangan.
54
Atas dasar uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul:
“PENGARUH SERTIFIKASI QUALIFIED INTERNAL AUDITOR
TERHADAP KUALITAS AUDIT INTERNAL (Studi pada 7 BUMN di Kota
Bandung)”.
1.9 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan yang akan diteliti dan dibahas adalah
”Seberapa besar pengaruh sertifikasi Qualified Internal Auditor terhadap
kualitas audit internal"
1.10Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan permasalahan, maka dalam penelitian ini
perlu diterapkan batasan-batasan sebagai berikut:
3. Dalam penelitian ini, Sertifikasi QIA diukur dengan menggunakan
Kemampuan profesional auditor internal yang dikemukakan oleh Sawyer
(2005:10-11) karena Auditor internal yang telah memiliki sertifikat QIA telah
memenuhi kriteria Profesional, sehingga dijadikan indikator dalam mengukur
variabel ini. Sedangkan dimensi yang digunakan untuk mengukur Kualitas
Audit Internal adalah Standar Kinerja menurut Standar Profesi Audit Internal.
55
4. BUMN dipilih karena merupakan badan usaha yang vital dalam perekonomian
di Indonesia. 7 (tujuh) BUMN yang dijadikan sebagai sampel, karena menurut
data yang diperoleh dari Dewan sertifikasi QIA, di Kota Bandung hanya 7
BUMN tersebut yang aktif mengikuti program sertifikasi QIA.
1.11Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai salah
satu syarat dalam menyelesaikan studi pada jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Padjadjaran Bandung. Adapun tujuan yang hendak dicapai dari
penelitian ini adalah Untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh sertifikasi
Qualified Internal Auditor terhadap kualitas audit internal.
1.12Kegunaan Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
d. Penulis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pelajaran yang sangat berharga bagi
penulis dalam mengidentifikasikan suatu masalah, menganalisa dan
membandingkannya dengan dengan ilmu yang diperoleh penulis dibangku
kuliah, dengan harapan dapat memperbaiki cara berpikir penulis dalam
menghadapi setiap masalah.
56
e. Perusahaan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan yang bermanfaat bagi
pihak manajemen dalam meningkatkan kinerja auditor internal dan
memberikan gambaran mengenai pentingnya peranan audit internal sebagai
alat bantu manajemen dalam pengambilan keputusan.
f. Pihak Lain
Terutama bagi pembaca, diharapkan dapat menambah wawasan yang lebih
mendalam mengenai audit internal, sehingga dapat digunakan sebagai
referensi jika suatu saat nanti diperlukan untuk mengangkat topik yang
serupa.
1.13Kerangka Pemikiran
Manajemen dituntut untuk lebih efektif dan efisien dalam penggunaan
sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Selain mengandalkan sistem
pengendalian internal yang memadai, manajemen juga membutuhkan suatu fungsi
yang bertugas untuk melakukan penilaian dan evaluasi atas sistem pengendalian
internal tersebut, yaitu fungsi audit internal. Audit internal adalah kegiatan
assurance dan konsultasi yang independen dan objektif yang dirancang untuk
memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit
internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu
pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan
efektivitas pengelolaan resiko, pengendalian dan proses governance (SPAI, 2004).
57
Fungsi audit internal merupakan evaluasi yang komprehensif atas berbagai
aktivitas yang ada didalam perusahaan dan tidak terbatas hanya kepada masalah
keuangan saja, melainkan juga meliputi seluruh aspek dan aktivitas yang ada
dalam perusahaan. Dengan dasar ini, maka auditor internal dituntut untuk selalu
terus mengembangkan kemampuan profesionalnya, apalagi dengan semakin
meningkatnya peran auditor internal yang bukan hanya sekedar watchdog tetapi
sudah bergeser perannya menjadi sebagi consultant.
Bekerja secara profesional merupakan tuntutan dalam setiap pekerjaan,
tidak terkecuali terhadap auditor internal. Sifat profesional adalah kondisi-kondisi
kesempurnaan teknik yang dimiliki seseorang melalui dengan pengetahuan yang
dimilikinya disertai latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang berguna untuk
mengembangkan teknik tersebut, dan keinginan untuk mencapai kesempurnaan
dan keunggulan dibandingkan dengan rekan sejawatnya. Menurut Sawyer, kriteria
yang sering digunakan untuk menilai kualitas profesional adalah:
“.....Pelayanan kepada publik, pelatihan khusus berjangka panjang, taat pada kode etik, anggota asosiasi & hadir dalam setiap pertemuan, publikasi jurnal yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian praktik, mengikuti ujian, lisensi dari dewan sertifikasi nasional.....” (sawyer, 2005:10-11).
Salah satu bentuk pengembangan kemampuan profesionalnya dan agar
tidak tertinggal oleh berbagai kemajuan teknologi dan pengetahuan adalah melalui
program sertifikasi, yaitu pengakuan kemampuan profesional bagi profesi tertentu
yang dapat dijadikan sebagai persyaratan untuk melakukan praktik profesi tertentu
pada suatu tempat tertentu. Qualified Internal Auditor (QIA) adalah sertifikat
58
dalam bidang internal auditing yang merupakan simbol profesionalisme dari
individu pemegangnya yang diakui secara internasional oleh IIA dan sejajar
dengan gelar / sertifikat di 35 negara. Sertifikat QIA juga merupakan pengakuan
bahwa pemegangnya telah memiliki pengetahuan dan keterampilan internal
auditing (Hiro Tugiman, 2007).
Audit akan berhasil apabila auditor memiliki kemampuan profesional
dalam melaksanakan audit, yaitu dapat menilai semua kegiatan perusahaan guna
membantu manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan. Kemampuan
profesional merupakan kriteria untuk mengukur keberhasilan auditor internal
dalam melaksanakan tugasnya. Semakin tinggi kemampuan profesional yang
dimiliki oleh auditor internal, semakin berkualitas audit yang dilaksanakannya.
Auditor internal pada umumnya dan terlebih auditor internal yang
bersertifikasi QIA mempunyai kemampuan lebih dalam mengevaluasi sistem
pengendalian internal. Seseorang yang bersertifikasi memiliki tingkat kompetensi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang dalam posisi yang sama tetapi
tidak memiliki sertifikat. Karena melalui sertifikasi Qualified Internal auditor
diharapkan audit internal menjadi professional dalam melaksanakan audit internal
didalam perusahaan sehingga hasilnya menjadi lebih baik dan berkualitas.
Audit disebut berkualitas jika memenuhi standar yang seragam dan
konsisten, yang menggambarkan praktik-praktik terbaik audit internal serta
merupakan ukuran kualitas pelaksanaan tugas untuk memenuhi tanggung jawab
profesinya (YPIA, 2004). Standar Profesi Audit Internal merupakan Pedoman
59
Praktik Audit Internal yang menjadi sumber rujukan bagi auditor internal dalam
menjalankan fungsinya secara professional. Standar Profesi Audit Internal terdiri
atas Standar Atribut, Standar Kinerja dan Standar Implementasi. Standar Atribut
berkenaan dengan karakteristik organisasi, individu dan pihak-pihak yang
melakukan kegiatan audit internal. Standar Kinerja menjelaskan sifat dari kegiatan
audit internal dan merupakan ukuran kualitas pekerjaan audit. Standar Kinerja
memberikan praktik-praktik terbaik pelaksanaan audit mulai dari perencanaan
sampai dengan pemantauan tindak lanjut. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa Standar Kinerja merupakan indikator untuk mengukur Kualitas Audit
Internal. Standar Atribut dan Standar Implementasi tidak masuk jadi parameter
dari variabel Kualitas Internal Audit karena menurut SPAI, Standar Kinerja telah
menjelaskan sifat dari kegiatan audit internal dan merupakan ukuran kualitas
pekerjaan audit sehingga Standar Kinerja dianggap sudah cukup untuk mengukut
variabel Kualitas Internal Audit. Standar Kinerja itu sendiri terdiri dari 1)
Pengelolaan Fugsi audit Internal, 2) Lingkup Penugasan, 3)Perencanaan
Penugasan, 4) Pelaksanaan Penugasan, 5) Komunikasi Hasil Penugasan dan 6)
Pemantauan Tindak Lanjut.
Audit yang berkualitas merupakan sebuah tujuan akhir dari proses
pelaksanaan audit internal. Tercapainya audit yang berkualitas ditentukan oleh
kemampuan profesional auditor internal menerapkan standar audit dalam
menjalankan tugasnya. Pada akhirnya, dewan direksi dan manajer senior
mengharuskan, profesionalisme yang sempurna dari para staf auditor internalnya.
60
Auditor internal perusahaan yang tidak memiliki sertifikat mungkin kemudian
akan dipertimbangkan hanya sebagai auditor internal cadangan. Berdasarkan
kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini
adalah:
“Sertifikasi Qualified Internal Auditor memiliki pengaruh positif
terhadap kualitas audit internal”.
Bagan 1.1
Kerangka Pemikiran
Auditor internal yang telah memiliki sertifikat QIA sudah sewajarnya memenuhi kriteria Profesional, sehingga Kemampuan profesional auditor internal dijadikan indikator dalam mengukur variabel ini:Pelayanan kepada publikPelatihan khusus berjangka panjangTaat pada Kode EtikAnggota Asosiasi & Hadir Dalam Setiap
PertemuanPublikasi Jurnal yang bertujuan untuk
meningkatkan keahlian praktikMengikuti Ujian Lisensi Dari Dewan Sertifikasi Nasional
(Sawyer, 2005:10-11)
Standar Kinerja:Pengelolaan Fugsi audit
InternalLingkup PenugasanPerencanaan Penugasan Pelaksanaan Penugasan Komunikasi Hasil
Penugasan Pemantauan Tindak Lanjut
(SPAI, 2004)
Pengaruh Sertifikasi Qualified Internal Auditor Terhadap Kualitas Audit Internal
Variabel X:Sertifikasi Qualified Internal
Auditor
Variabel Y:Kualitas Audit Internal
61
1.14 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Satuan Pengawasan Intern di 7 (tujuh) Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Kota Bandung yaitu:
8. PT. PLN (Persero) Distribusi Jabar & Banten
9. PT. Telkom Indonesia (Persero)
10. PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero)
11. PT. PINDAD (Persero)
12. PT. INTI (Persero)
13. PT. Kereta Api (Persero)
14. PT. Bio Farma (Persero)
Sedangkan waktu penelitian dilakukan selama bulan Maret 2010 s/d Mei
2010.
62
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sertifikasi
Sertifikasi adalah pengakuan kemampuan profesional bagi profesi tertentu
yang diberikan oleh suatu organisasi profesional terhadap seseorang untuk
menunjukkan kompetensi seseorang terhadap suatu pekerjaan atau tugas spesifik.
Sertifikasi biasanya harus diperbaharui secara berkala, atau dapat pula hanya
berlaku untuk suatu periode tertentu.
Untuk dapat memperoleh sertifikasi tersebut, seseorang harus memenuhi
persyaratan seperti memiliki pengetahuan tertentu dan pengalaman bertahun-
tahun, mengikuti serangkaian pendidikan dan lulus ujian yang ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan dan profesionalisme profesinya. Sebagai bagian dari
pembaharuan sertifikasi, umumnya diterapkan bahwa seseorang harus
menunjukkan bukti pelaksanaan pendidikan berkelanjutan atau memperoleh nilai
CEU (continuing education unit).
Bagi sebagian profesi, sertifikasi merupakan kualitas tertinggi yang harus
dicapai agar dapat menjalankan fungsi yang lebih optimal, sehingga dapat
dijadikan benchmark atau tujuan bagi peningkatan kualitas sumber daya
manusianya. Sertifikasi biasanya dijadikan sebagai persyaratan untuk melakukan
praktik profesi tertentu pada suatu tempat tertentu.
63
2.2 Pengertian Auditing
Pada dasarnya audit bertujuan untuk menilai apakah pelaksanaan sudah
selaras dengan apa yang telah digariskan, maka dapat disimpulkan bahwa audit
merupakan suatu proses membandingkan kenyataan dengan yang seharusnya. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Mulyadi yang mendefinisikan auditing sebagai:
“Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan” (2002:9).
Sedangkan Arens (2003:11) mendefinisikan auditing sebagai:
“Proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independen dan kompeten”
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa auditing
merupakan suatu proses pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematik
oleh pihak yang kompeten dan independen untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti-bukti secara objektif tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu
entitas ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
64
2.3 Audit Internal
Audit internal adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal
audit (IA) perusahaan, baik terhadap laporan keuangan perusahaan maupun
ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan terhadap
peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku.
Perkembangan profesi internal auditing, dewasa ini melaju sangat cepat seiring
dengan perkembangan jaman pada era globalisasi. Definisi / pengertian internal
auditing juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
2.3.1 Pengertian Audit Internal
Pendefinisian audit internal sangat penting dalam menjelaskan peran
internal auditor itu sendiri. Auditor internal di seluruh dunia melakukan
pekerjaan mereka secara berbeda, tergantung pada lingkup audit yang
diinginkan manajemen senior. Akibatnya, sulit mendefinisikan berbagai
aktivitas yang dilakukan auditor. Dalam buku Sawyer’s internal auditing yang
diterjemahkan oleh Desi Adhariani (2005:9), IIA memperkenalkan Standard
for the Professional Practice of Internal Auditing (SPPIA) yang berisi definisi
berikut ini:
“Audit internal adalah fungsi penilaian independen yang dibentuk
dalam perusahaan untuk memeriksa dan mengevaluasi aktivitas-aktivitasnya
sebagai jasa yang diberikan kepada perusahaan.” (Sawyer, 2005:9)
Pernyataan diatas lebih merupakan semacam pendahuluan, bukan sebuah
65
definisi karena tidak memberikan pemaparan lebih jauh mengenai tanggung
jawab auditor internal dan tidak juga menekankan bahwa audit tidak lagi hanya
berkaitan dengan aspek akuntansi. Mempertimbangkan hal tersebut diatas,
pada bulan Juni 1999 The Institute of internal Auditor’s Board of Directors
kemudian mengeluarkan pernyataan berikut ini:
“Audit internal adalah sebuah aktivitas independen, keyakinan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk member nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Audit tersebut membantu organisasi mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan risiko, kecukupan kontrol dan pengelolaan organisasi.”(dalam Sawyer’s internal auditing, 2005:10)
Dari pengertian diatas dijelaskan bahwa audit internal adalah suatu
kegiatan penilaian yang independen yang dipersiapkan dalam organisasi
sebagai suatu jasa terhadap organisasi. Dari pernyataan tersebut nampak
adanya keinginan kuat IIA agar fungsi audit internal dapat lebih luas dan
fleksibel dan dapat sejalan dengan kebutuhan dan harapan manajemen.
Perbandingan audit internal lama dan baru menurut Hiro tugiman
(2006:13) dapat dilihat dalam tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1Perbandingan Konsep kunci Pengertian Audit Internal
LAMA 1947 Baru 19991. Fungsi penilaian independen yang
dibentuk dalam suatu organisasi
2. Fungsi Penilaian
3. Mengkaji dan mengevaluasi
aktivitas organisasi sebagai bentuk
jasa yang diberikan bagi organisasi
1. Suatu aktivitas independen yang
objektif
2. Aktivitas pemberian jaminan
keyakinan dan konsultasi
3. Dirancang untuk memberikan suatu
nilai tambah serta meningkatkan
66
kegiatan operasi organisasi.
Lanjutan Tabel 2.1 4. Fungsi penilaian independen yang
dibentuk dalam suatu organisasi
5. Fungsi Penilaian
6. Mengkaji dan mengevaluasi
aktivitas organisasi sebagai bentuk
jasa yang diberikan bagi organisasi
7. Membantu agar para anggota
organisasi data menjalankan
tanggung jawabnya secara efektif
8. Memberi hasil analisis, penilaian,
rekomendasi, konseling dan
informasi yang berkaitan dengan
aktivitas yang dikaji dan
menciptakan pengendalian efektif
dengan biaya yang wajar.
4. Suatu aktivitas independen yang
objektif
5. Aktivitas pemberian jaminan
keyakinan dan konsultasi
6. Dirancang untuk memberikan suatu
nilai tambah serta meningkatkan
kegiatan operasi organisasi.
7. Membantu organisasi mencapai
tujuannya.
8. Memberikan suatu pendekatan
disiplin uang sistematis untuk
mengevaluasi dan meningkatkan
keefektifan manajemen resiko,
pengendalian dan proses
pengaturan dan pengelolaan
organisasi.
Sumber: Hiro tugiman (2006:13)
2.3.2 Peran Audit Internal
Menurut the International Standard for the Professional Practice of
Internal Auditing dalam buku Dasar-Dasar Audit Internal Sektor Publik, peran
yang dimainkan oleh auditor internal dibagi menjadi dua kategori utama:
1. Jasa assurance merupakan penilaian obyektif auditor internal atas bukti
untuk memberikan pendapat atau kesimpulan independen mengenai proses,
sistem atau subyek masalah lain. Jenis dan lingkup penugasan assurance
67
ditentukan oleh auditor internal.
2. Jasa konsultansi merupakan pemberian saran, dan umumnya dilakukan
atas permintaan khusus dari klien (para auditi). Dalam melaksanakan jasa
konsultansi, auditor internal harus tetap menjaga obyektivitasnya dan tidak
memegang tanggung jawab manajemen.
Disamping memberikan jasa audit (tepatnya assurance) dan jasa
konsultansi, auditor internal juga dapat berperan dalam berbagai hal lain yang
memberikan nilai tambah bagi organisasi:
Memberikan masukan kepada pimpinan mengenai berbagai hal terkait
dengan pelaksanaan fungsi manajemen, mulai dari perencanaan (misal:
penyusunan usulan rencana anggaran pendapatan dan belanja) sampai pada
penyusunan laporan. Auditor internal dapat memberi masukan yang
komprehensif kepada manajemen karena dia memiliki akses dan
pengetahuan yang luas terhadap seluruh satuan kerja di lingkungan
organisasi.
Sebagai counterpart (pendamping) auditor eksternal dan pejabat pengawas
lainnya yang melakukan pengawasan di lingkungan tempat dia bekerja.
Peran ini dimaksudkan agar pelaksanaan audit oleh pejabat pengawas
lainnya tersebut dapat berjalan lancar dan dapat dilaksanakan secara efisien.
Disamping itu, jika ada permasalahan yang perlu diperhatikan segera dapat
dikomunikasikan dengan pejabat terkait.
Dalam hal tertentu, bila independensi, kompetensi dan kecermatan
68
profesional dalam melaksanakan tugas dipandang memenuhi syarat,
dimungkinkan hasil pengawasannya akan dimanfaatkan oleh auditor
eksternal, sebagai pendukung terhadap laporan audit yang akan
diterbitkannya. Dengan demikian, luas pemeriksaan oleh auditor eksternal
dapat dikurangi dan biaya auditnya dapat lebih efisien.
2.3.3 Ruang Lingkup Audit Internal
Dalam Institute of Internal Audit (1995:29) dinyatakan bahwa:
“The scope of internal auditing should encompass the examination and evaluation of the adequacy and effectiveness of the organization‘s system of internal controland quality performance in carrying and assigned responsibilities”.
Menurut pernyataan yang telah disebutkan diatas, ruang lingkup
pekerjan audit internal mencakup pemeriksaan, pengevaluasian dan
efektivitas dari system pengendalian internal perusahaan dan kualitas kinerja
dalam melakukan kewajibannya. Sejalan dengan yang telah dinyatakan oleh
IIA, maka The Institute of Chartered Accountant in Australia (ICAA,
1994:76) mengemukakan tentang ruang lingkup audit internal, yaitu:
“The scope and objective of internal audit very widely and depent upon the size and structure of the entity and the requirement of its management, normally however internal audit operates in one or more of the following areas; a) Review of accounting system and related internal controls;
b) Examination of the management of financial and operating information;
c) Examination of the economy, efficiency and effectiveness of operation including non-financial control of an organization.”
69
Selain itu, dalam Sawyer’s internal auditing yang diterjemahkan oleh
Desi Adhariani (2005:10) disebutkan bahwa ruang lingkup audit internal
mencakup:
“Penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan oleh auditor internal terhadap operasi dan control yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan
2) risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi
3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bias diterima telah diikuti
4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi
5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis
6) tujuan ekonomi telah dicapai secara efektif.
Semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajeman dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif”.
Ruang lingkup audit internal sangat luas tergantung pada besar kecilnya
organisasi dan permintaan dari manajemen organisasi yang bersangkutan, tidak
hanya terbatas pada pemeriksaan atas laporan keuangan saja, melainkan meluas
menjadi audit kepatuhan, audit operasional, audit kecurangan (fraud), audit
dalam rangka membantu penyidikan (forensic audit), dan sebagainya.
Walaupun masing-masing jenis audit memiliki tujuan yang berbeda, namun
pada dasarnya, sasaran awalnya adalah untuk meyakini keandalan (layak
dipercaya atau tidaknya) informasi yang diaudit.
70
2.4 Sertifikasi Qualified Internal Auditor
QIA (Qualified Internal Auditor) adalah gelar kualifikasi dalam bidang
internal auditing, yang merupakan simbol kualitas dan profesionalisme individu
yang menyandang gelar tersebut. Gelar QIA merupakan pengakuan bahwa
penyandang gelar telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sejajar
dengan kualifikasi internal auditor tingkat internasional. Sertifikasi ini juga telah
memenuhi kriteria organisasi profesi yang dikemukakan oleh Sawyer (2005:10)
yaitu: pelayanan kepada publik, pelatihan khusus berjangka panjang, mentaati
kode etik, anggota asosiasi & hadir dalam setiap pertemuan, menerbitkan jurnal-
jurnal yang berhubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, mengikuti
ujian, memiliki lisensi dari dewan sertifikasi nasional.
QIA diberikan oleh Dewan Sertifikasi yang terdiri dari unsur-unsur
organisasi profesi internal audit terkemuka di Indonesia yaitu unsur Badan
Pengawasan Keuangan & Pembangunan (BPKP), Forum Komunikasi Satuan
Pengawasan Intern BUMN/BUMD, The Institute of Internal Auditor (IIA)
Indonesia Chapter, Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII), YPIA dan
akademisi serta praktisi bisnis yang memiliki kompetensi dan komitmen terhadap
internal auditing. Sampai saat ini, YPIA adalah satu-satunya lembaga yang diberi
wewenang oleh Dewan Sertifikasi untuk menyelenggarakan pendidikan dan Ujian
Sertifikasi QIA.
71
2.4.1 Jenjang Pendidikan dan Materi Sertifikasi QIA
Sertifikasi internal auditor dilakukan oleh Dewan Standar Qualified
Internal Auditor yang berhak mengeluarkan gelar QIA bagi auditor yang
telah memiliki pengalaman kerja dalam bidang internal auditing paling
sedikit selama 1 tahun dan telah lulus dari ± 20 ujian sejenis, yang
diselenggarakan dalam lima jenjang pendidikan sebagai berikut:
GAMBAR 2.1Jenjang Pendidikan dan Ujian Sertifikasi QIA
Sumber: YPIA
Setiap jenjang pendidikan akan dilakukan ujian-ujian dan bagi peserta
yang lulus dijenjang pelatihan tersebut akan memperoleh sertifikat. Khusus
pada Tingkat Manajerial selain auditor harus menempuh ujian komprehensif
serta wajib membuat paper (makalah) yang dipresentasikan dihadapan
DASAR I2 Minggu5 Ujian
DASAR II2 Minggu5 Ujian
LANJUTAN I2 Minggu6 Ujian
MANAJERIAL8 Hari + Studi Banding
Presentasi + Ujian
Paper5000 Kata
QIA
DASAR LANJUTAN MANAJERIAL
PPL
QIA
LANJUTAN II 2 Minggu6 Ujian
72
Dewan Penguji dari dewan sertifikasi QIA. Apabila peserta telah berhasil
lulus untuk ketiga jenjang yang disyaratkan tersebut, maka yang
bersangkutan berhak memperoleh gelar QIA (Qualified Internal Auditor).
Materi pelatihan sertifikasi QIA dikembangkan berdasarkan hasil
survei yang dilakukan oleh Institute Internal Auditor dalam merumuskan
pengetahuan dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh seseorang sehingga
memiliki standar kualifikasi internal auditor tingkat dunia. Materi-materi
tersebut diberikan secara bertahap sesuai dengan sifat ketrampilan dan
tingkat kompleksitasnya, meliputi:
Tabel 2.2
Materi pelatihan dan Pendidikan sertifikasi QIA
Proses Internal Audit
Keterampilan Internal Audit
Management Control dan Teknologi Informasi
Lingkungan Audit
Dasar I
Profesionalisme, Standar dan Kode Etik
Dasar-dasar akunting
Pengantar Akuntansi
Manajemen Keuangan
Kebijakan Pemerintah
Dasar IIInternal Audit I (control system)
Manajemen Audit
Sistem Informasi Manajemen
Perpajakan
Pasar Modal
Lanjutan I
Internal Audit II (Teknik Internal Audit)
Audit Sampling Audit Sistem Informasi I
Akuntansi Keuangan Menengah
Manajemen
73
Pemasaran
Lanjutan tabel 2.2
Lanjutan II
Fraud Auditing Internal Audit III( Teknik Pelaporan)
Akuntansi Manajemen
Audit Sistem Informasi II
Ekonomi Makro & Mikro
Manajerial
Komunikasi dan Psikologi Audit
Manajemen Audit Internal
Peran Internal Auditor pada Abad 21
Manajemen Stratejik
Kebijakan Pengawas Pemerintah
Sumber: YPIA
Sebagaimana terlihat dalam bagan tersebut di atas, pelatihan dan ujian
sertifikasi QIA dikelompokkan dalam empat kategori: pengetahuan mengenai
proses internal auditing, penguasaan atas skill (keterampilan) internal
auditing, pemahaman atas management control dan teknologi informasi, dan
pemahaman atas lingkungan audit.
Apabila setelah 3 tahun sejak internal auditor tersebut memperoleh
gelar QIA, namun belum memenuhi perolehan / kewajiban PPL minimal 180
jam, maka gelar QIA tersebut dapat dicabut kembali oleh Dewan Sertifikasi
QIA. Setiap pemegang QIA diwajibkan melaporkan pengumpulan kredit
PPL-nya kepada Dewan Sertifikasi QIA pada setiap akhir tahun. Ketentuan
74
tentang Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) diatur oleh Dewan
sertifikasi QIA sebagai berikut:
Tabel 2.3
KREDIT PENDIDIKAN PROFESIONAL BERKELANJUAN
NO JALUR KREDIT PPL NILAI KREDIT1 PENDIDIKAN 1. Peserta seminar / pelatihan /
workshop di Dalam Negeri.10 Jam / hari
2. Peserta seminar / pelatihan / workshop di Luar Negeri.
20 Jam / hari
3. Moderator seminar. 20 Jam
4. Pembicara seminar. 40 Jam
5. Pengajar Pelatihan Bidang Auditing (Related to Auditing).
sesuai jam efektif mengajar.
6. Kegiatan pembinaan & pengembangan auditor di Kantor Sendiri.
Sesuai jam efektif.
2 PUBLIKASI 1. Penulisan artikel. 20 jam / tiap artikel.
2. Penulisan Diktat (Modul). 30 jam / tiap diktat (modul).
3. Penterjemahan Buku 30 jam / tiap buku4. Penulisan Buku 60 jam / tiap buku5. Editor / penyunting penulisan
buku.30 jam / tiap buku
3 PRAKTISI Praktek sebagai auditor dalam 1 tahun penuh .
Diberi kredit sesuai dengan jam penugasan, dengan kedit max 30 jam per tahun
Sumber: YPIA
Guna memelihara kualitas pelaksanakan tugasnya, penyandang gelar
QIA wajib mematuhi standar dan kode-etik profesi yang dikeluarkan oleh
75
Dewan Sertifikasi. YPIA membantu Dewan Sertifikasi dalam menyiapkan
dan memonitor pelaksanaan standar, kode-etik, dan program continuing
profesional education. Pernyataan yang diberikan oleh auditor internal
bersertifikasi QIA yang telah terukur keakuratannya diharapkan dapat
menjamin kualitas profesional internal audit dan pelaksanaan audit internal.
2.4.2 Keistimewaan Sertifikasi QIA
Sertifikasi QIA yang dijalankan semenjak tahun 1995 memiliki
banyak keistimewaan, antara lain:
1. Sertifikasi QIA merupakan sertifikasi resmi internal auditor yang pertama
di Indonesia, walaupun pendidikan dan pelatihan sertifikasi yang diberikan
di YPIA bukan yang pertama di Indonesia
2. Proses sertifikasi tersebut disahkan oleh BPKP
3. Sertifikasi QIA tersebut diharapkan dapat membentuk dan memacu
internal auditor untuk lebih kompeten dan professional dalam menjalankan
tugas-tugasnya. Pendidikan dan pelatihan di YPIA akan meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman internal audit akan tugas yang menjadi
tanggung jawabnya, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kualitas
audit internal.
4. Sertifikasi tersebut didorong oleh adanya kode etik QIA yang
mensyaratkan kewajiban pada profesi, manajemen, pemegang saham, dan
masyarakat untuk memelihara perilaku professional yang tinggi.
76
5. Internal audit yang bersertifikasi QIA diharuskan untuk memperbaharui
pendidikannya dalam jangka waktu 3 sampai 5 tahun setelah memperoleh
gelar sertifikasi QIA tersebut. Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi atas
perubahan-perubahan yang terjadi.
2.5 Kemampuan Profesional Auditor Internal
Sifat-sifat profesional adalah kondisi-kondisi kesempurnaan teknik yang
dimiliki seseorang melalui latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang
berguna untuk mengembangkan teknik tersebut, dan keinginan untuk mencapai
kesempurnaan dan keunggulan dibandingkan dengan rekan sejawatnya. Sertifikat
Qualified Internal Auditor merupakan simbol kualitas dan profesionalisme
individu yang menyandang gelar tersebut. Sertifikasi ini telah memenuhi kriteria
profesianal yang dikemukakan oleh Sawyer (2005:10) yaitu:
1. Pelayanan Kepada Publik
Auditor Internal memberikan jasa untuk meningkatkan penggunaan sumber
daya secara efektif dan efisien. Kode Etik profesi ini mensyaratkan anggotanya
menghindari terlibat dalam kegiatan ilegal. Auditor internal juga melayani
publik melalui hubungan kerja mereka dengan komite audit, dewan direksi dan
badan pengelola lainnya.
2. Pelatihan Khusus Berjangka Panjang
Pemberian gelar auditor internal kepada seseorang tidak secara otomatis
menjadikan orang tersebut profesional. Untuk memenuhi kriteria ini, internal
77
auditor harus mengikuti pelatihan-pelatihan, lulus test khusus, dan memperoleh
sertifikat. Jadi hanya auditor internal yang telah mengikuti ujian dan menerima
pengukuhan sebagai Qualified Internal Auditor yang dapat mengaku sebagai
auditor internal profesional.
78
3. Taat pada Kode Etik
Profesi audit internal memiliki kode etik profesi yang harus ditaati dan
dijalankan oleh segenap auditor internal. Kode etik tersebut memuat standar
perilaku sebagai pedoman bagi seluruh auditor internal. Pelanggaran terhadap
kode etik dapat mengakibatkan dicabutnya keanggotaan auditor internal dari
organisasi profesinya.
4. Anggota Asosiasi & Hadir Dalam Setiap Pertemuan
Di Indonesia telah terdapat beberapa organisasi profesi seperti Forum
Komunikasi Satuan Pengawasan Internal Badan Usaha Milik Negara dan
Badan Usaha Milik Daerah (FKSPI BUMN/D), Yayasan Pendidikan Internal
Audit (YPIA), Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA), dan
Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII).
5. Publikasi Jurnal yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian praktik
Lembaga Auditor internal menerbitkan jurnal Internal Auditor, buku-buku
teknis, studi riset, monograf, presentasi audio-visual, dan lain-lain. Sumbangan
bagi publikasi ini datang bukan saja dari praktisi, tetapi juga dari akademisi
yang terkenal.
6. Mengikuti Ujian
Sertifikasi internal auditor dilakukan oleh Dewan Standar Qualified Internal
Auditor yang berhak mengeluarkan gelar QIA bagi auditor yang telah
79
memiliki pengalaman kerja dalam bidang internal auditing paling sedikit
selama 1 tahun dan telah lulus dari ± 20 ujian sejenis, yang diselenggarakan
dalam lima jenjang pendidikan (Gambar 2.1)
7. Memiliki Lisensi Dari Dewan Sertifikasi Nasional
Seseorang yang bekerja sebagai internal auditor dapat menandatangani laporan
internal audit dan memberikan opini atas audit tanpa khawatir akan tindakan
hukum. Akan tetapi mulai terjadi perubahan secara perlahan-lahan. Beberapa
departemen internal audit mengharuskan seluruh anggotanya memiliki
sertifikat.
2.6 Kualitas Audit Internal
Audit dikatakan berkualitas jika memenuhi standar yang seragam dan
konsisten, yang menggambarkan praktik-praktik terbaik Audit internal serta
merupakan ukuran kualitas pelaksanaan tugas untuk memenuhi tanggung jawab
profesinya. Standar tersebut terrangkum dalam Standar Profesi Audit Internal
(YPIA, 2004).
Standar Profesi Audit Internal merupakan Pedoman Praktik Audit Internal
yang menjadi sumber rujukan bagi auditor internal dalam menjalankan fungsinya
secara professional. Standar Profesi Audit Internal terdiri atas Standar Atribut,
Standar Kinerja dan Standar Implementasi. Standar Atribut dan Standar Kinerja
berlaku untuk semua jenis penugasan audit internal, sedangkan Standar
Implementasi hanya berlaku untuk satu penugasan tertentu.
80
Standar Atribut berkenaan dengan karakteristik organisasi, individu dan
pihak-pihak yang melakukan kegiatan audit internal. Standar Kinerja memberikan
praktik-praktik terbaik pelaksanaan audit mulai dari perencanaan sampai dengan
pemantauan tindak lanjut. Standar Implementasi merupakan standar yang
diterbitkan di masa mendatang untuk kegiatan tertentu, misalnya kegiatan
Assurance, consulting, Investigasi dan Control Self Assessment (CSA).
Standar Kinerja (SPAI, 2004) menjelaskan sifat dari kegiatan audit
internal dan merupakan ukuran kualitas pekerjaan audit. Standar tersebut terdiri
dari:
1. Pengelolaan Fungsi audit Internal: Penanggung jawab fungsi audit internal
harus mengelola fungsi audit internal secara efektif dan efisien untuk
memastikan bahwa kegiatan fungsi tersebut memberikan nilai tambah bagi
organisasi.
2. Lingkup Penugasan: Fungsi audit internal melakukan evaluasi dan
memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko,
pengendalian, dan governance, dengan menggunakan pendekatan yang
sistematis, teratur dan menyeluruh.
3. Perencanaan Penugasan: Auditor internal harus mengembangkan dan
mendokumentasikan rencana untuk setiap penugasan yang mencakup ruang
lingkup, sasaran, waktu dan alokasi sumber daya.
81
4. Pelaksanaan Penugasan: Dalam melaksanakan audit, auditor internal harus
mengidentifikasi, menganalisa dan mendokumentasikan informasi yang
memadai untuk mencapai tujuan penugasan.
5. Komunikasi Hasil Penugasan: Auditor internal harus mengkomunikasikan
hasil penugasannya secara tepat waktu.
6. Pemantauan Tindak Lanjut: Penanggungjawab fungsi audit internal harus
menyusun dan menjaga sistem untuk memantau tindak lanjut hasil penugasan
yang telah dikomunikasikan kepada manajemen.
2.7 Pengaruh Sertifikasi Qualified Internal Auditor Terhadap
Kualitas Audit Internal
Organisasi profesi audit internal berkeyakinan bahwa fungsi internal audit
yang efektif mampu menawarkan sumbangan penting dalam meningkatkan proses
corporate governance, pengelolaan risiko dan pengendalian manajemen. Auditor
internal pada umumnya dan terlebih auditor internal yang bersertifikasi QIA
mempunyai kemampuan lebih dalam mengevaluasi sistem pengendalian internal.
Seseorang yang bersertifikasi memiliki tingkat kompetensi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan seseorang dalam posisi yang sama tetapi tidak memiliki
sertifikat, karena melalui sertifikasi Qualified Internal auditor diharapkan audit
internal menjadi professional dalam melaksanakan audit internal didalam
perusahaan sehingga hasilnya menjadi lebih baik dan berkualitas.
82
Audit yang berkualitas merupakan sebuah tujuan akhir dari proses
pelaksanaan audit internal. Tercapainya audit yang berkualitas ditentukan oleh
kemampuan profesional auditor internal menerapkan norma pemeriksaan intern
dalam menjalankan tugasnya.
Apabila auditor internal berkualitas, berperan dengan baik dan didukung
oleh kemauan baik dari pimpinan organisai, pengendalian intern akan lebih baik
dan dengan sendirinya kinerja perusahaan akan semakin meningkat dan bagi
manajemen semua level, serta akuntan public tugasnya akan sangat terbantu.
(Hiro di jurnal Unesco International Centre for engineering education (UICEF),
Melbourne 2002:256).
2.8 Self Assessment, Self Regulation & Self Evaluation
A. Self Assessment
Penilaian diri (Self Assessment) adalah suatu teknik penilaian, dimana
subjek yang ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan
dengan, status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya
dalam mata pelajaran tertentu. Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak
positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang . Keuntungan penggunaan
teknik ini antara lain sebagai berikut:
Dapat menumbuhkan rasa percaya, karena mereka diberi kepercayaan
untuk menilai dirinya sendiri;
83
Seseorang dapat menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena
ketika mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya;
Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih orang tersebut untuk
berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam
melakukan penilaian.
Sedangkan kekurangannya adalah assessment yang dilakukan tidak
independen karena dilakukan sendiri dan dapat menimbulkan pertanyaan apakah
assessment telah dilakukan secara obyektif. Akibatnya mungkin timbul
keraguan bagi pihak di luar apakah penilaian mandiri tersebut telah
dilaksanakan secara obyektif dan apakah hasil penilaian mandiri tersebut telah
benar-benar mencerminkan kondisi yang sesungguhnya terdapat di perusahaan.
Namun demikian bukan berarti metode penilaian mandiri ini tidak ada
manfaatnya. Metode penilaian mandiri tetap besar potensi manfaatnya
sepanjang assessment tersebut dikerjakan secara jujur dan obyektif.
B. Self Regulation
Menurut Goleman (2001:514) mendefinisikan pengaturan diri (Self
Regulation) dengan menangani emosi kita sedemikian sehingga berdampak
positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda
kenikmatan sebelum tercapainya sesuatu sasaran dan mampu pulih kembali dari
tekanan emosi. Seorang auditor yang mempunyai pengaturan diri yang baik
akan memiliki rasa tanggung jawab atas kinerja pribadi dan mempunyai
84
keluwesan dalam menghadapi berbagai perubahan (Goleman 2001:130). Selain
itu orang dengan pengaturan diri mudah menerima dan terbuka terhadap
gagasan, pendekatan dan informasi-informasi baru. Dengan pengaturan diri
seseorang akan memiliki integritas yang tinggi, bersikap terbuka, jujur dan
konsisten sehingga mengantarkan seseorang menjadi bintang kinerja dalam
bidang apapun (Goleman 2001:144). Dengan pengaturan diri, auditor akan
memenuhi komitmen tetap teguh, tetap positif, tidak goyah serta dapat berfikir
jernih dan tetap fokus meskipun dalam tekanan (Goleman 2001:131). Salah satu
ciri auditor unggulan adalah sifat tidak mudah diintimidasi atau ditekan
(Goleman 2001:109). Berdasarkan uraian tersebut dapat diasumsikan bahwa
pengaturan diri berpengaruh terhadap kinerja auditor.
C. Self Evaluation
Komite audit seharusnya mempertimbangkan untuk melaksanakan
Evaluasi diri (Self Evaluation) tahunan yang menyeluruh atas kinerja dan
efektivitasnya. Evaluasi-diri dapat dilakukan dalam berbagai bentuk yang
berbeda, melibatkan jumlah peserta, dan menggunakan teknik yang
beragam. Namun, yang paling penting, evaluasi-diri harus mengadopsi
pendekatan langsung yang akan membantu komite audit dalam menilai kekuatan
dan kelemahan dan meletakkan landasan bagi perbaikan di masa
depan. Sebelum evaluasi diri dimulai, Komite harus menetapkan bagaimana
evaluasi diri dapat menjamin bahwa jawaban mencerminkan pertukaran ide dan
85
opini yang jujur diantara ketua dan anggota komite
(www.aicpa.org/download/.../Audit_Comm_dec09_linked.pdf).
Evaluasi diri meliputi:
1. Introspeksi. Evaluasi kinerja komite audit dengan menanyakan pertanyaan
spesifik tentang dampak telah diorganisasi, dan yang paling penting, proses
pelaporan keuangan, audit tahunan, hubungan dengan auditor internal dan
independen, anggota manajemen dan pejabat terpilih. Pertimbangkan
termasuk wakil dari badan atau pejabat setara dalam proses evaluasi.
2. Komprehensif. Melakukan evaluasi 360 derajat dari semua anggota komite
audit dan ketua komite. Ketua harus mempertimbangkan hasil evaluasi dari
masing-masing anggota komite dalam konteks evaluasi ketua di
anggota. Ketua harus mempertimbangkan apakah ada anggota komite harus
dirotasi dari komite, hal ini harus dilakukan melalui konsultasi dengan
perwakilan dari badan atau pejabat setara. Catatan kehadiran anggota dan
tingkat partisipasi harus dipertimbangkan selama proses ini.
3. Peningkatan kinerja. Mintalah kepala eksekutif audit, chief financial officer,
CEO, dan auditor independen untuk komentar pada kinerja komite
audit. Sertakan ini umpan balik konstruktif dalam sesi sebagaimana
dimaksud dalam angka 1 di atas.
4. Kompetensi. Gunakan alat yang tersedia, termasuk AICPA Penilaian
Kompetensi Self-Tool (CAT) untuk mengevaluasi kinerja.
86
5. Kepemimpinan. Para anggota harus bicara tentang kinerja komite. Jika
anggota secara kolektif sepakat bahwa komite tidak berkinerja pada tingkat
yang dibutuhkan, para anggota harus membawa keprihatinan mereka untuk
menjadi perhatian ketua badan atau pejabat setara.
87
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah Sertifikasi Qualified Internal Auditor
sebagai variabel independen dan Kualitas Audit Internal sebagai variabel
dependen. Pemilihan objek tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa
Sertifikasi Qualified Internal Auditor merupakan salah satu ciri professionalisme
yang dibutuhkan oleh auditor internal, sehingga audit yang dilakukannya
berkualitas. Sedangkan unit analisis dari penelitian ini adalah Satuan Pengawasan
Internal pada tujuh Badan Usaha Milik Negara yang ada di Kota Bandung, yaitu:
1. PT. PINDAD (Persero)
2. PT. INTI (Persero)
3. PT. Kereta Api (Persero)
4. PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero)
5. PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA (Persero)
6. PT. PLN (Persero) Distribusi Jabar & Banten
7. PT. Bio Farma (Persero)
88
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh penulis untuk melakukan penelitian adalah
metode deskriptif analitis. Penelitian deskriptif analitis merupakan penelitian
terhadap fakta-fakta saat ini dari suatu populasi. Tujuan dari penelitian dengan
menggunakan metode deskriptif ini adalah untuk menguji hipotesis atau
menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan current status dari subjek yang
diteliti. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survei yaitu
pengumpulan dan analisis data berupa opini dari subjek yang diteliti (responden)
melalui tanya jawab dengan cara mengisi kuisioner dan wawancara (Indriantoro &
Supomo, 2002:26). Periode waktu yang digunakan adalah cross sectional yaitu
faka sesaat berupa data yang hanya sekali dikumpulkan dalam suatu periode
pengamatan dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian (Sekaran, 2006:177).
3.2.1 Operasionalisasi Variabel
Operasionalisasi variabel diperlukan untuk mengetahui jenis dan
indikator dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini. Selain itu,
proses ini juga dimaksudkan untuk menentukan skala pengukuran dari
masing-masing variabel sehingga pengujian hipotesis dengan menggunakan
alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar.
Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati.
Variabel-variabel yang dioperasionalisasikan adalah semua variabel yang
terkandung dalam hipotesis yang telah dirumuskan, yaitu sebagai berikut:
89
1. Variabel independen atau variabel X yaitu Sertifikasi Qualified Internal
Auditor
2. Variabel dependen atau variabel Y yaitu Kualitas Audit Internal
Sertifikasi Qualified Internal Auditor yaitu gelar kualifikasi dalam
bidang internal auditing, yang merupakan simbol kualitas dan profesionalisme
individu yang menyandang gelar tersebut. Dalam hal ini, kualitas dan
profesionalisme individu tercermin dalam kualitas dan profesionalisme
perusahaan. Sedangkan Kualitas Audit Internal yaitu karakteristik audit
internal yang memenuhi standar yang seragam dan konsisten, yang
menggambarkan praktik-praktik terbaik audit internal serta merupakan ukuran
kualitas pelaksanaan tugas untuk memenuhi tanggung jawab profesinya
(YPIA, 2004).
Untuk keperluan pengujian, maka variabel-variabel tersebut perlu
dijabarkan sehingga diperoleh indikator-indikator dari masing-masing
variabel. Adapun indikator-indikator dari masing-masing variabel tersebut
diuraikan pada tabel 3.1.
90
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Dimensi IndikatorItem
NomorSkala
UkuranSkala
Variabel X:
Sertifikasi Qualified
Internal Auditor
Kemampuan Profesional
(Sawyer, 2005)
a. Pelayanan kepada publik 1-5
Ordinal Likert
b. Pelatihan khusus berjangka panjang 6-9
c. Taat pada Kode Etik 10-17
d. Anggota Asosiasi & Hadir Dalam Setiap Pertemuan 18-19e. Publikasi Jurnal yang bertujuan untuk meningkatkan
keahlian praktik20-22
f. Mengikuti Ujian 23
g. Lisensi Dari Dewan Sertifikasi Nasional 24
Variabel Y:
Kualitas Audit Internal
Standar Kinerja (SPAI, 2004)
a. Pengelolaan Fungsi audit Internal 25-31
Ordinal Likert
b. Lingkup Penugasan 32-38
c. Perencanaan Penugasan 39-43
d. Pelaksanaan Penugasan 44-47
e. Komunikasi Hasil Penugasan 48-51
f. Pemantauan Tindak Lanjut 52-54
3.2.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yaitu sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang
mempunyai karakteristik tertentu. Sedangkan populasi target adalah populasi
spesifik yang relevan dengan tujuan atau masalah penelitian (Indriantoro dan
Supomo, 2002:115). Dari pernyataan tersebut, maka populasi target penelitian
ini adalah Tim audit pada tujuh Badan Usaha Milik Negara yang ada di Kota
Bandung yaitu:
1. PT. PINDAD (Persero)
2. PT. INTI (Persero)
3. PT. Kereta Api (Persero)
4. PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero)
5. PT. Telekomunikasi Indomesia (Persero)
6. PT. PLN (Persero) Distribusi Jabar & Banten
7. PT. Bio Farma (Persero)
Untuk menentukan ukuran populasi atau sampel dalam penelitian ini
mengacu pada pernyataan Suharsimi Arikunto (2002:107) Bahwa untuk
menentukan anggota sampel, maka apabila subjek kurang dari 100 (seratus)
lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian sensus.
Selanjutnya jika subjek besar, dapat diambil antara 10% - 12% atau 20% - 25%
atau lebih tergantung kemampuan penelitian dilihat dri waktu, tenaga dan dana.
Sampel dalam penelitian ini adalah sampel jenuh atau sensus dimana seluruh
anggota populasi diambil. Unit analisis dari penelitian ini adalah Satuan
Pengawasan Internal pada tujuh Badan Usaha Milik Negara yang ada di Kota
1
92
Bandung. Sedangkan responden dalam penelitian ini adalah Ketua / Pengawas
Tim Audit internal yang mengikuti program sertifikasi QIA.
3.2.3 Keterbatasan Penelitian
Hasil dari penelitian ini terdapat keterbatasan pada responden penelitian
untuk penilaian variabel-variabel penelitian karena responden yang menjadi
objek penelitian diminta untuk menilai dirinya sendiri sehingga dapat
menyebabkan hasil penelitian yang bias. Selain itu, tingkat generalisasi dari
hasil penelitian ini hanya berlaku untuk objek penelitian, serta masih terdapat
factor-faktor lain yang tidak diteliti.
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data adalah suatu usaha untuk mengumpulkan
data yang dilakukan secara sistematis dengan prosedur yang telah ditetapkan
(Suharsimi Arikunto, 2002:123). Data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan data kualitatif, dimana data kualitatif dapat dijelaskan melalui
perhitungan jumlah setiap kategori yang diamati (Indriantoro dan Supomo,
2002:115). Sedangkan jika dilihat dari sumber datanya, penelitian ini
menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli. Data primer dikumpulkan secara khusus oleh peneliti untuk
menjawab pertanyaan penelitian. Pada penelitian ini, data dapat berupa opini
subjek secara individual dengan menggunakan kuisioner sebagai instrument
93
penelitian. Pengumpulan data dapat dilakukan berdasarkan atas berbagai
sumber dan cara. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui dua
cara yaitu:
a. Studi Kepustakaan
Penulis melakukan penelitian dengan membaca beberapa literatur, referensi,
sumber-sumber pendukung lainnya juga materi yang penulis peroleh selama
perkuliahan untuk mendapatkan data sekunder.
b. Studi Lapangan
Penulis melakukan penelitian dengan mengunjungi langsung objek
penelitian tersebut untuk mendapatkan data-data yang diperlukan melalui
penyebaran kuesioner kepada responden. Kuesioner dilakukan dengan
menyebarkan beberapa pertanyaan mengenai Sertifikasi Qualified Internal
Auditor dan kualitas audit internal auditor. Jenis kuisioner yang digunakan
adalah kuesioner tertutup dengan skala likert yaitu ukuran yang digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang fenomena.
Skor jawaban untuk setiap item pertanyaan yang digunakan oleh peneliti
adalah sebagai berikut.
Tabel 3.2
Skor Jawaban dengan Skala Likret
Sangat tidak setuju / Sangat tidak sesuai, sangat tidak baik, tidak pernah
1
Tidak setuju / tidak sesuai, tidak baik, hampir tidak pernah 2Ragu-ragu / netral, kadang-kadang 3Setuju / sesuai, baik, sering 4Sangat setuju / sangat sesuai, sangat baik, selalu 5
94
95
3.2.5 Transformasi Data dari Ordinal manjadi Interval
Data yang diperoleh dari kuisioner merupakan data ordinal maka agar
dapat diolah lebih lanjut data hasil kuisioner penelitian tersebut harus
dikonversikan terlebih dahulu menjadi skala interval. agar dapat menggunakan
tes statistic parametric. Cara yang digunakan adalah dengan metode successive
interval yaitu metode skala yang digunakan untuk menaikkan skala pengukuran
ordinal ke skala pengukuran interval. Secara garis besar Successive Interval
dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Pada setiap butir jawaban tentukan frekuensi responden yaitu banyaknya
responden yang mendapat skor 1, 2, 3, 4, dan 5.
b. Membagi setiap bilangan frekuensi dengan banyaknya responden
keseluruhan yang menghasilkan proporsi.
c. Jumlahkan nilai proporsi secara keseluruhan untuk setiap responden
sehingga diperoleh proporsi kumulatif.
d. Tentukan nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh dengan
menggunakan tabel distribusi normal
e. Tentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan
menggunakan tabel tinggi densitas.
f. Menhitung nilai skala / skala value (SV) yaitu:
96
Keterangan:
= Kepadatan batas bawah
= Kepadatan batas atas
= Daerah di bawah batas atas
= Daerah di bawah batas bawah
g. Menentukan nilai Skala Interval (k)
3.2.6 Metode Pengujian dan Analisis Data
3.2.6.1 Metode Pengujian Data
Karena dalam penelitian ini data diperoleh melalui penyebaran
kuisioner, maka kesungguhan responden dalam menjawab pertanyaan
merupakan hal yang sangat penting. Untuk memastikan bahwa data yang
diperoleh akurat dan dapat diandalkan, harus dilakukan uji kualitas dan uji
normalitas data terhadap instrumen penelitian.
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kecermatan suatu alat
ukur yang digunakan dalam menjalankan fungsinya sehingga diketahui
validitasnya (kesahihannya). Skala yang digunakan adalah skala ordinal,
untuk uji validitas yang digunakan adalah dengan mengkorelasikan skor
masing-masing item pertanyaan dengan total skor untuk seluruh item
variabel. Untuk menentukan kevalidan item kuesioner digunakan metode
Koefisien korelasi Product Moment Pearson yaitu dengan
97
mengkorelasikan skor total yang dihasilkan oleh masing-masing
responden dengan masing-masing item, dengan rumus:
Keterangan:
r = koefisien korelasi Pearson
n = banyak data
X = data variable X
Y = data variable Y
Kemudian nilai korelasi ini dibandingkan dengan syarat minimum
korelasi r=0,3. Jika nilai r hitung lebih besar dari syarat minimum r
korelasi, maka item tersebut adalah valid. Setelah valid, barulah skor-skor
dari item tersebut dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas suatu pengukuran menunjukkan sejauh mana
pengukuran tersebut bebas dari bias. Suatu pengukuran yang memiliki
reliabilitas tinggi adalah pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur
yang dapat dipercaya (reliable).
Uji reliabilitas adalah pengujian keandalan alat ukur yang
digunakan untuk mengetahui sejauh mana suatu pengukuran dapat
memberikan hasil yang sama bila dilakukan pengukuran kembali pada
subjek yang sama. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat
pengumpul data pada dasarnya menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan,
98
kestabilan atau konsistensi alat tersebut dlam mengungkap gejala tertentu
dari sekelompok individu.
Uji yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan
koefisien alpha Cronbach. Rumus untuk alpha Cronbach’s adalah
Keterangan :
r = Reliabilitas Instrumen
k = Banyak Butir Pertanyaan
= varians masing-masing item
= varians total skor item
Rumus varians yang digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan:
n = Jumlah responden
X = Nilai skor yang dipilih (total nilai nomor-nomor butir pertanyaan)
Dengan metode internal consistency ini, semakin tinggi koefisien
alpha, maka kuesioner semakin reliabel. Reliabilitas suatu konstruk
variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s alpha >0,60
(Bhuono Agung Nugroho, 2005:72)
c. Uji Normalitas Data
99
Untuk mengetahui ada/tidaknya pengaruh Sertifikasi Qualified
Internal auditor (QIA) terhadap Kualitas audit internal pada tujuh Badan
Usaha Milik Negara yang ada di Kota Bandung digunakan analisis regresi
linear sederhana. Analisis regresi merupakan bagian dari statistik
parametrik. Untuk mengetahui kelayakan data yang diperoleh dan dapat
digunakan dalam perihitungan menggunakan analisis parametrik terlebih
dahulu dilakukan uji normalitas data. Uji normalitas pada penelitian ini
akan digunakan Kolmogorov-Smirnov Test. Dasar pengambilan keputusan
uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dilihat dari
nilai probabilitas asymptotic significancenya. Nilai Probabilitas asymptotic
significance lebih besar dari 0,05 berarti data berdistribusi normal.
3.2.6.2 Metode Analisis Data
a. Analisis Statistik Deskriptif
Setelah melakukan uji validitas dan reliabilitas, kita perlu
memahami terlebih dahulu bagaimana tanggapan responden terhadap
variabel X dan variabel Y. Skor jawaban untuk masing-masing variabel
dikategorisasi menggunakan melalui distribusi rentang antar kuartil.
Untuk data ordinal atau data interval/ratio yang memiliki distribusi
asimetris, ukuran pemusatan dapat dilakukan melalui distribusi rentang
antar kuartil (Cooper, 2006:467).
Nilai minimum distribusi adalah persentil 0 dan nilai maksimum
distribusi adalah persentil ke-100. Kuartil pertama sama dengan
100
persentil ke-25, kuartil kedua (median) sama dengan persentil ke-50
dan kuartil ketiga sama dengan persentil ke-75. Pada data diskrit yang
berurutan, nilai kuartil I, Kuartil II dan kuartil III dapat ditentukan
melalui perhitungan sebagai berikut.
Kuartil II (Median) = [ Skor minimum + Skor maksimum] : 2
Kuartil I = [ Skor minimum + Median ] : 2
Kuartil III = [ Median + Skor maksimum ] : 2
Skor minimum = skor terendah jumlah pertanyaan jumlah responden
Skor maksimum = skor tertinggi jumlah pertanyaan jumlah
responden
Selanjutnya skor tersebut diklasifikasikan berdasarkan rentang
kriteria sebagai berikut :
Skor minumim s.d Q1 = Tidak Baik
Q1 s.d Q2 = Kurang
Q2 s.d Q3 = Cukup
Q3 s.d Skor Maks = Baik
b. Analisis Regresi Linier Sederhana
Pengujian yang dilakukan terhadap hipotesis yang dilaksanakan
secara kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi linier
sederhana. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Y = a + bX
101
Metode penaksiran yang akan digunakan untuk menentukan a
dan b sebagai taksiran dari dan β adalah metode kuadrat terkecil
(Ordinary Least Square/OLS). Ordinary Least Square yaitu suatu
metode penaksir parameter model regresi dengan jalan meminimumkan
jumlah kuadrat kekeliruan. Untuk menentukan koefisien a dan b dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
dan
Keterangan:
X = Skor Sertifikasi Qualified Internal Audit
Y = Skor Kualitas audit internal
a = Harga Y bila X = 0 (konstan)
b = Angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka
peningkatan atau penurunan variabel terikat yang didasarkan pada
variabel bebas
Koefisien regresi b akan bernilai positif (+) jika menunjukkan
hubungan searah antara variabel bebas dengan variabel tak bebas.
102
Artinya kenaikan variabel bebas akan mengakibatkan kenaikan variabel
tak bebas, begitu pula sebaliknya jika variabel bebas mengalami
penurunan. Nilai b akan bernilai negatif (-) jika menunjukkan hubungan
yang berlawanan. Artinya kenaikan variabel bebas akan mengakibatkan
penurunan variabel tak bebas, begitu pula sebaliknya apabila variabel
bebas mengalami penurunan.
c. Pengujian Asumsi Regresi
Hasil persamaan regresi yang diperoleh akan tepat dalam
menggambarkan data (variabel) yang diteliti (hasil yang diperoleh
valid) apabila tidak terjadi pelanggaran terhadap asumsi-asumsi regresi
klasik. Untuk itu selanjutnya dilakukan pengujian asumsi regresi yaitu
normalitas dan hoteroskedastisitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah One
Sample Kolmogorov-smirnov Test dan pendekatan grafik, yaitu normal
probability plot. Perhitungan Kolmogorov-Smirnov Test dilakukan
dengan bantuan SPSS. Hasil analisis ini kemudian dibandingkan
dengan nilai kritisnya. Dasar pengambilan keputusan dapat dilakukan
berdasarkan probabilitas (asymptotic significance), yaitu:
Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah
normal.
103
Jika probabilitas < 0,05 maka distribusi dari populasi adalah tidak
normal.
Pengujian secara visual dapat juga dilakukan dengan metode
grafik normal Probability Plots dalam program SPSS.
Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa data memenuhi
asumsi normalitas.
Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti
arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa data tidak
memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari
model yang diamati tidak memiliki varian yang konstan. Untuk
menguji ada tidaknya masalah heteroskedastisitas pada model regresi
yang diperoleh digunakan Uji Korelasi Rank Spearman. Korelasi Rank
Spearman dilakukan dengan cara menghitung korelasi masing-masing
variabel bebas dengan harga mutlak dari residual (error) dengan rumus
sebagai berikut:
(Gujarati, 2003:406)
dengan hipotesis sebagai berikut:
Ho: r = 0 (tidak terdapat heteroskedastisitas)
104
Ha: r 0 (terdapat heteroskedastisitas)
Jika hasil korelasi variabel bebas terhadap nilai absolut dari
residual (error) siginifikan, maka dapat disimpulkan terhadap
heteroskedastisitas (varian dari residual tidak homogen).
105
d. Analisis Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi menunjukkan besarnya pengaruh variabel
independen (X) dan variabel dependen (Y), untuk menghitungnya
dengan menggunakan rumus:
Keterangan :
R2 = koefisien determinasi
= nilai Y taksiran model regresi
= nilai rata-rata Y
= skor Y
106
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Berikut ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian. Hasil tersebut berupa data-
data yang diperoleh peneliti dari berbagai sumber dan juga karakteristik serta
informasi umum mengenai perusahaan yang diambil datanya sebagai objek
penelitian.
Tabel 4.1
Populasi Auditor Internal pada 7 BUMN di Kota Bandung
Nama Perusahaan
Jumlah Auditor Internal
Kepemilikan Sertifikat QIAYa Tidak
PT. PINDAD 15 3 12PT. INTI 10 2 8PT. Kereta Api 45 1 44PTPN VIII 24 3 21PT. Telkom 80 15 65PT. PLN 10 3 7PT. BIOFARMA 11 1 10
Total 195 28 167Sumber: Hasil Wawancara
Dari tabel diatas terlihat bahwa internal auditor pada 7 BUMN di kota Bandung
masih sedikit yang memiliki sertifikat QIA. Hal ini disebabkan karena mahalnya
biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan sertifikat QIA, maka sebagian
besar internal auditor menunggu untuk bergiliran mendapatkan subsidi dari
perusahaan untuk dapat mengikuti program tersebut. Selain itu, program
107
Sertifikasi QIA juga memakan waktu cukup lama dan tingkat kesulitan yang
cukup tinggi.
Gambaran umum mengenai karakteristik responden yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.
Tabel 4.2
Karakteristik Responden
Nama Perusahaan
UsiaLama
BekerjaPendidikan
Latar Belakang Pendidikan
PT. PINDAD >41 >5 S1 AkuntansiPT. INTI >41 >5 S1 AkuntansiPT. Kereta Api >41 >5 S2 ManajemenPTPN VIII 31-35 >5 S1 ManajemenPT. Telkom >41 >5 S1 ITPT. PLN >41 >5 Diploma AkuntansiPT. BIOFARMA >41 >5 S2 Akuntansi
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Pada bagian ini juga diuraikan bagaimana Sertifikasi Qualified Internal Auditor
(QIA) dan kualitas audit internal pada tujuh Badan Usaha Milik Negara yang ada
di Kota Bandung berdasarkan penilaian Ketua Tim Audit yang menjadi responden
penelitian.
Untuk mendapatkan penilaian peneliti menyebarkan 7 kuesioner dengan pilihan
jawaban skor 1 sampai dengan 5. Berdasarkan skor tanggapan responden tersebut
selanjutnya dilakukan perhitungan skor total untuk masing-masing variabel
Sertifikasi Qualified Internal auditor (QIA) dan Kualitas Audit Internal. Skor
jawaban untuk masing-masing variabel dikategorisasi menggunakan melalui
distribusi rentang antar kuartil. Untuk data ordinal atau data interval/ratio yang
108
memiliki distribusi asimetris, ukuran pemusatan dapat dilakukan melalui
distribusi rentang antar kuartil (Cooper, 2006:467).
4.1.1 Deskripsi Variabel Sertifikasi Qualified Internal Auditor (X)
Variabel Sertifikasi Qualified Internal auditor (QIA) diukur dengan 7 indikator
yaitu pelayanan kepada publik, pelatihan khusus berjangka panjang, taat pada
kode etik, anggota asosiasi dan hadir dalam setiap pertemuan, publikasi jurnal
yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian praktik, mengikuti ujian dan lisensi
dari dewan sertifikasi nasional. Berdasakan data penelitian yang diperoleh dari 7
responden penelitian untuk 24 item sebagai ukuran variabel Sertifikasi Qualified
Internal Auditor (QIA). Hasil tanggapan responden yang diperoleh untuk variabel
Sertifikasi Qualified Internal auditor (QIA) untuk setiap indikator ditunjukkan
pada tabel 4.3
Tabel 4.3
Skor dan Interval Kriteria Variabel Sertifikasi QIA
Indikator SkorJumlah
ItemMin Q1 Q2 Q3 Mak Klasifikasi
Pelayanan Kepada Publik
146 5 35 70 105 140 175 Baik
Pelatihan khusus berjangka panjang
120 4 28 56 84 112 140 Baik
Taat pada Kode Etik 235 8 56 112 168 224 280 BaikAnggota Asosiasi dan Hadir Dalam Setiap Pertemuan
55 2 14 28 42 56 70 Cukup
Publikasi Jurnal 79 3 21 42 63 84 105 BaikMengikuti Ujian 28 1 7 14 21 28 35 Baik Lisensi Dari Dewan Sertifikasi Nasional
27 1 7 14 21 28 35 Cukup
Total 690 24 168 336 504 672 840 BaikSumber: Hasil Pengolahan Data
109
Hasil skor untuk variabel Sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) (X)
berdasarkan data tanggapan responden secara keseluruhan berada pada rentang
baik (672-840). Penilaian yang diberikan responden memberikan gambaran
bahwa Sertifikasi Qualified Internal auditor (QIA) yang diteliti terlihat sudah
baik.
Min 168
Q1336
Q2504
Q3672
Maks840Tidak
BaikKurang Cukup Baik
690
Berdasarkan data tanggapan responden, diantara butir-butir pertanyaan untuk
variabel Sertifikasi Qualified Internal auditor, terdapat dua indikator yang berada
pada rentang cukup baik yaitu Indikator anggota asosiasi & hadir dalam setiap
pertemuan dan Lisensi Dari Dewan Sertifikasi Nasional. Penilaian yang diberikan
responden memberikan gambaran bahwa walaupun responden merupakan anggota
dari suatu organisasi profesi, namun mereka tidak selalu dapat berpartisipasi
dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh organisasi tersebut. Padahal hal tersebut
dapat mengembangkan karier dan jabatan fungsional auditor karena keikutsertaan
dalam seminar angka kredit poinnya cukup tinggi bila dibandingkan dengan
pelaksanaan audit. selain dari kendala motivasi dari auditor untuk aktif dalam
kegiatan tersebut rendah sekali, kendala lainnya adalah penganggaran
keikutsertaan dalam kegiatan seminar dan sejenisnya biasanya sangat minim.
Selain itu, responden juga menganggap bahwa untuk dapat meningkatkan
110
kemampuan professionalnya, tidak harus selalu dibuktikan dengan kepemilikan
sertifikat, namun bisa juga dengan cara lainnya seperti memperbanyak
pengalaman dan penugasan audit yang dilaksanakan.
4.1.2 Deskripsi Variabel Kualitas audit internal (Y)
Variabel Kualitas audit internal diukur dengan 6 indikator yaitu Pengelolaan
Fungsi audit Internal, Lingkup Penugasan, Perencanaan Penugasan, Pelaksanaan
Penugasan, Komunikasi Hasil Penugasan dan Pemantauan Tindak Lanjut sebagai
indikator. Berdasakan data penelitian yang diperoleh dari 7 responden penelitian
untuk 30 item pertanyaan sebagai ukuran variabel Kualitas Audit Internal. Hasil
tanggapan responden yang diperoleh untuk variabel Kualitas Audit Internal untuk
setiap indikator ditunjukkan pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Skor Dan Interval Kriteria Variabel Kualitas Audit Internal
Indikator SkorJumlah
ItemMin Q1 Q2 Q3 Mak Klasifikasi
Pengelolaan Fungsi audit
Internal203 7 49 98 147 196 245 Baik
Lingkup Penugasan
209 7 49 98 147 196 245 Baik
Perencanaan Penugasan
135 5 35 70 105 140 175 Cukup
Pelaksanaan Penugasan
115 4 28 56 84 112 140 Baik
Komunikasi Hasil Penugasan
111 4 28 56 84 112 140 Baik
Pemantauan Tindak Lanjut
85 3 21 42 63 84 105 Baik
Total 858 30 210 420 630 840 1050 BaikSumber: Hasil Pengolahan Data
111
Hasil skor untuk variabel Kualitas Audit Internal (Y) berdasarkan data tanggapan
responden secara keseluruhan berada pada rentang baik (840-1050). Penilaian
yang diberikan responden memberikan gambaran bahwa Kualitas audit internal
yang diteliti terlihat baik.
Min 210
Q1420
Q2630
Q3840
Maks1050Tidak
BaikKurang Cukup Baik
858
Berdasarkan data tanggapan responden, diantara butir-butir pertanyaan untuk
variabel Kualitas Audit Internal, hasil skor untuk Indikator Perencanaan
Penugasan berdasarkan data tanggapan responden berada pada rentang cukup
baik. Penilaian yang diberikan responden memberikan gambaran bahwa
Perencanaan Penugasan untuk sampel yang diteliti belum begitu optimal, hal ini
disebabkan karena anggaran dan waktu audit yang diberikan dan disusun belum
begitu efektif jika dibandingkan dengan beban aktual yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan audit.
4.2 Hasil Pengaruh Sertifikasi QIA terhadap Kualitas Audit Internal
Untuk mengetahui ada/tidaknya pengaruh Sertifikasi Qualified Internal Auditor
(QIA) terhadap Kualitas audit internal pada tujuh Badan Usaha Milik Negara
yang ada di Kota Bandung dalam penelitian ini digunakan analisis regresi linear
sederhana.
112
Data penelitian untuk kedua variabel yang diteliti dikumpulkan melalui
penyebaran kuesioner dengan skala ukur ordinal. Untuk memenuhi syarat data
yang digunakan dalam perhitungan analisis regresi sekurang-kurangnya
mempunyai skala pengukuran interval, data yang dikumpulkan dari kuisioner
terlebih dahulu ditransformasikan menjadi skala interval menggunakan Method of
Successive Interval (MSI). Hasil data interval dapat dilihat pada lampiran.
Menggunakan data dengan skala ukur interval yang diperoleh selanjutnya
dihitung untuk setiap variabel yang digunakan dalam analisis data.
4.2.1. Hasil Pengujian Data
Untuk menguji apakah alat ukur (instrument) yang digunakan memenuhi syarat-
syarat alat ukur yang baik, sehingga mengahasilkan data yang sesuai dengan apa
yang diukur, sebelum dilakukan analisis data berdasarkan hasil kuesioner yang
terkumpul terlebih dahulu dilakukan pengujian data melalui uji validitas dan
reliabilitas data.
1. Hasil Uji Validitas
a. Hasil Validitas Variabel Sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA)
Kuesioner penelitian Variabel Sertifikasi Qualified Internal auditor (QIA) terdiri
atas 24 item pernyataan. Hasil perhitungan korelasi untuk skor setiap butir
pernyataan dengan total skor Variabel Sertifikasi Qualified Internal auditor (QIA)
dapat dilihat dalam tabel 4.5.
113
Tabel 4.5
Hasil Perhitungan Validitas Variabel Sertifikasi QIA
Item Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8
Korelasi 1 0.851 0.851 0.597 0.185 0.906 0.851 0.528
Nilai Batas 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
Kesimpulan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Item Pernyataan 9 10 11 12 13 14 15 16
Korelasi 0.906 0.851 0.873 0.771 0.906 0.834 1 0.906
Nilai Batas 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
Kesimpulan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Item Pernyataan 17 18 19 20 21 22 23 24
Korelasi 0.906 1 0.827 0.656 0.848 0.851 0.834 0.74
Nilai Batas 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
Kesimpulan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian
Hasil pengujian valitas item kuesioner menunjukkan bahwa seluruh item
pernyataan dalam setiap variabel Sertifikasi QIA memiliki nilai korelasi di atas
0,3 sebagai nilai batas suatu item kuesioner penelitian dikatakan dapat digunakan
(dapat diterima) berdasarkan kriteria yang diungkapkan dalam Barker,et.al.
(2002:70). Sehingga dapat dikatakan bahwa item kuesioner Variabel Sertifikasi
QIA valid dan dapat digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti.
114
b. Hasil Validitas Variabel Kualitas Audit Internal
Kuesioner penelitian Variabel Kualitas audit internal terdiri atas 30 item
pernyataan. Hasil perhitungan korelasi untuk skor setiap butir pernyataan dengan
total skor Variabel Kualitas audit internal dapat dilihat dalam tabel 4.6.
Tabel 4.6
Hasil Perhitungan Validitas Variabel Kualitas audit internal
Item Pernyataan 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34Korelasi 1 0.532 0.809 0.946 0.919 0.721 0.721 0.721 0.721 0.809
Nilai Batas 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3Kesimpulan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Item Pernyataan 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44Korelasi 0.885 0.517 0.746 1 0.683 0.683 0.641 0.683 1 0.683
Nilai Batas 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3Kesimpulan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Item Pernyataan 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54Korelasi 1 0.809 0.809 1 1 0.677 0.919 0.77 1 0.919
Nilai Batas 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3Kesimpulan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian
Hasil pengujian validitas item kuesioner menunjukkan bahwa seluruh item
pernyataan dalam setiap variabel Kualitas audit internal memiliki nilai korelasi di
atas 0,3 sebagai nilai batas suatu item kuesioner penelitian dikatakan dapat
digunakan (dapat diterima) berdasarkan kriteria yang diungkapkan dalam
Barker,et.al. (2002:70). Sehingga dapat dikatakan bahwa item kuesioner Variabel
115
Kualitas audit internal valid dan dapat digunakan untuk mengukur variabel yang
diteliti.
2. Hasil Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas digunakan untuk mengukur tingkat kekonsistenan tanggapan
responden terhadap item pernyataan kuesioner berdasarkan pemahaman
responden terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yang diajukan. Uji
Reliabilitas dilakukan dengan metode Alpha. Hasil perhitungan koefisien
reliabilitas untuk masing-masing variabel diberikan pada tabel berikut.
Tabel 4.7
Hasil Pengujian Reliabilitas
No Variabel Koefisien Reliabilitas Keterangan1 Sertifikasi QIA 0,961 Reliabel2 Kualitas audit internal 0,955 Reliabel
Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian
Hasil koefisien reliabilitas untuk variabel Sertifikasi QIA diperoleh sebesar 0,961
dan koefisien reliabilitas untuk variabel Kualitas audit internal diperoleh sebesar
0,955. Nilai reliabilitas yang diperoleh diatas 0,7 sebagai nilai batas suatu
instrumen penelitian dikatakan dapat digunakan (nilai reliabilitas masuk dalam
kategori dapat diterima/cukup baik) berdasarkan kriteria yang diungkapkan dalam
Barker,et.al. (2002:70).
Hasil uji validitas semua pernyataan valid dan reliabel, yang berarti bahwa data
penelitian yang diperoleh dari instrumen yang digunakan layak digunakan untuk
mengetahui dan menguji permasalahan yang diteliti.
116
3. Hasil Uji Normalitas Data
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test. Dasar
pengambilan keputusan uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov, dilihat dari nilai probabilitas asymptotic significancenya. Nilai
Probabilitas asymptotic significance lebih besar dari 0,05 berarti data berdistribusi
normal.
Tabel 4.8
Hasil Uji Normalitas dengan Kolgomorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
7 7
1.6628 1.7348
.57008 .47459
.286 .174
.286 .174
-.169 -.160
.756 .460
.617 .984
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute
Positive
Negative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
SertifikasiQualified Internalauditor (QIA) (X)
Kualitas auditinternal (Y)
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 15.0
Dari tabel diatas, terlihat bahwa hasil uji untuk X besarnya nilai Kolmogorov-
Smirnov adalah 0,286 dengan probabilitas 0,617. Diperoleh nilai signifikansi Uji
Kolmogorov-Smirnov variabel X lebih besar dari 0,05, jadi dapat disimpulkan data
variable X berdistribusi normal. Untuk Y besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov
adalah 0,174 dengan probabilitas 0,984. Diperoleh nilai signifikansi uji
117
Kolmogorov-Smirnov variabel Y lebih besar dari 0,05, jadi dapat disimpulkan data
variable Y berdistribusi normal.
4.2.2 Hasil Analisis Data
1. Analisis Regresi Linier Sederhana
Menggunakan rata-rata skor variabel X dan Y dari data yang telah
ditransformasikan dengan MSI dan berdistribusi normal, selanjutnya dapat
dihitung persamaan regresi menggunakan metoda kuadrat terkecil. Nilai konstanta
(a) dan koefisen regresi (b) diperoleh dari perhitungan SPSS sebagai berikut:
Tabel 4.9
Hasil Koefisien Regresi
Coefficientsa
.563 .346 1.628 .164
.705 .198 .847 3.559 .016
(Constant)
Sertifikasi QualifiedInternal auditor (QIA) (X)
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Kualitas audit internal (Y)a.
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 15.0
Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh persamaan regresi linier yang
menggambarkan hubungan fungsional variabel Sertifikasi Qualified Internal
Auditor (QIA) terhadap Kualitas audit internal pada tujuh Badan Usaha Milik
Negara yang ada di Kota Bandung sebagai berikut :
= 0,563 + 0,705 X
Diperoleh nilai konstanta (a) dalam persamaan regresi di atas sebesar 0,563. Nilai
konstanta (a) menunjukan besarnya rata-skor Kualitas audit internal pada tujuh
118
Badan Usaha Milik Negara yang ada di Kota Bandung pada saat Sertifikasi
Qualified Internal Auditor (QIA) tidak berubah atau tetap (0).
Koefisien regresi X sebesar 0,705 menunjukan skor Kualitas audit internal pada
tujuh Badan Usaha Milik Negara yang ada di Kota Bandung akan meningkat
sebesar 0,705 pada saat skor Sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA)
meningkat. Artinya semakin baik Sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA)
akan meningkatkan kualitas audit internal menjadi lebih baik.
2. Pengujian Asumsi Regresi
Terdapat dua asumsi regresi yang harus diuji agar persamaan regresi yang
diperoleh bisa dinyatakan baik digunakan untuk mengambil kesimpulan. Asumsi
yang diuji untuk model regresi ini adalah normalitas residual/error nilai taksiran
model regresi dan asumsi tidak terjadi heterogenitas varians (asumsi
heteroskedastisitas). Pengujian asumsi regresi dilakukan karena model regresi
diperoleh melalui penaksran menggunakan metode estimasi kuadrat terkecil
(Ordinary Least Square/OLS).
1. Hasil Uji Normalitas Model (Error Term)
Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji normalitas data residual hasil
taksiran model regresi (error term). Pengujian normalitas dilakukan dengan
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov terhadap data residual hasil taksiran
model regresi. Hasil perhitungan untuk model yang diperoleh dapat dilihat pada
tabel 4.10:
119
Tabel 4.10
Hasil Uji Normalitas Model
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
7
.0000000
.25249852
.330
.147
-.330
.872
.432
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute
Positive
Negative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Hasil perhitungan menunjukan nilai probabilitas (sig.) Kolmogorov-Smirnov Test
yang diperoleh sebesar 0,432. Hasil pengujian normalitas model regresi
menunjukkan bahwa nilai residual dari model berdistribusi normal. Hal ini dapat
dilihat dari hasil perhitungan normalitas menunjukkan nilai probabilitas (sig.)
Kolmogorov-Smirnov Test yang diperoleh lebih besar dari 0,05.
Cara lain untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak adalah
dengan melihat grafik normal P Plot of Regression Statistic. Bila titik-titik
menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, berarti
model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. Hasil uji normalitas pada
penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.1.
120
Gambar 4.1
Grafik Normalitas
2. Uji Asumsi Bebas Heterokedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan indikasi bahwa varians residual tidak homogen
yang mengakibatkan nilai taksiran yang diperoleh tidak lagi efisien. Untuk
menguji apakah varian dari residual homogen digunakan Uji Korelasi Rank
Spearman, yaitu dengan menghitung korelasi variabel bebas dengan harga mutlak
dari residual (error). Apabila koefisien korelasi variabel bebas signifikan
menunjukan adanya heteroskedastisitas.
121
Tabel 4.11
Hasil Nilai Korelasi Spearman untuk Uji Heteroskedastisitas
Correlations
1.000 -.714
. .071
7 7
-.714 1.000
.071 .
7 7
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
ABSr
Sertifikasi QualifiedInternal auditor (QIA) (X)
Spearman's rhoABSr
SertifikasiQualified Internalauditor (QIA) (X)
Diperoleh nilai signifikansi korelasi X dengan nilai mutlak residual (absr) sebesar
0,071. Hasil pengujian heteroskedastisitas menunjukkan bahwa varians dari
residual homogen (tidak terdapat heteroskedastisitas). Hal ini ditunjukan oleh
hasil korelasi dari variabel X dengan nilai absolut dari residual (error) tidak
signifikan pada level 5% karena diperoleh nilai signifikansi lebih besar dari 0,05
sebagai batas tingkat kekeliruan.
Cara lain untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah dengan
melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan nilai
residualnya (SDRESID). Jika tidak ada pola yang jelas dan titik-titik menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
Hasil pengujian heterokedastisitas pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar
4.2.
122
Gambar 4.2
Grafik Uji Heterokedastisitas
3. Koefisien Determinasi
Besarnya pengaruh pengaruh Sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA)
terhadap Kualitas Audit Internal pada tujuh Badan Usaha Milik Negara yang ada
di Kota Bandung dilihat dari koefisien determinasi. Hasil perhitungan koefisien
determinasi dapat dilihat pada tabel 4.12.
123
Tabel 4.12
Koefisien Determinasi
Model Summaryb
.847a .717 .660 .27660Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Sertifikasi Qualified Internalauditor (QIA) (X)
a.
Dependent Variable: Kualitas audit internal (Y)b.
Hasil koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 0,717. Jadi diperoleh besanya
pengaruh Sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) terhadap Kualitas Audit
Internal pada tujuh Badan Usaha Milik Negara yang ada di Kota Bandung adalah
0,717 100% = 71,7%. Adapun sisanya sebesar 100% − 71,7% = 28,3%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diamati dalam penelitian ini.
4.4 Pembahasan
Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa Auditor internal yang
mengikuti program Sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) berpengaruh
positif terhadap kualitas audit internal. Variabel Sertifikasi Qualified Internal
Auditor (X) yang diproksikan melalui Kemampuan Profesional auditor memiliki
nilai koefisien regresi sebesar 0,705 satuan yang berarti bahwa jika kemampuan
profesional auditor naik satu satuan maka akan meningkatkan kualitas audit
internal sebesar 0,705 satuan. Sementara itu, besarnya koefisien determinasi (R2)
yang dihasilkan adalah sebesar 0,7117 artinya variabel Sertifikasi Qualified
124
Internal Auditor memberikan kontribusi sebesar 71,17% dalam menjelaskan
variabel kualitas audit internal.
Berdasarkan hasil penelitian, auditor internal yang bersertifikasi Qualified
Internal Auditor pada 7 BUMN di Kota Bandung telah menjalankan pekerjaannya
dengan profesionalisme yang baik. Dengan kemampuan professional yang baik
maka akan berpengaruh terhadap kualitas audit internal yang baik pula.
Kemampuan professional yang memadai akan memberikan keyakinan bahwa
audit dapat dilaksanakan dengan baik, diharapkan informasi dan saran yang
diberikan kompeten dan relevan dalam memperbaiki kesalahan. Dengan
demikian, auditor internal diharapkan dapat menemukan permasalahan yang akan
berdampak negatif bagi organisasi serta memperbaikinya sehingga tidak terjadi
lagi di periode berikutnya.
Sertifikasi Qualified Internal Auditor merupakan salah satu cara auditor internal
untuk dapat menjaga dan mempertahankan kemampuan professional tersebut.
Setelah auditor internal melakukan tahapan pelatihan sertifikasi Qualified Internal
Auditor, auditor internal akan mengaplikasikan ilmu yang didapatnya selama
mengikuti pelatihan sertifikasi Qualified Internal Auditor. Dengan ini diharapkan
auditor internal semakin meningkatkan kemampuan profesionalnya sehingga
mereka lebih bertanggung jawab terhadap peran dan fungsinya dalam
memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
125
Proses Sertifikasi Qualified Internal Auditor yang diikuti oleh auditor-auditor
internal pada 7 BUMN yang ada di Kota Bandung telah berhasil memberikan
kontribusi pada peningkatan kualitas audit internal perusahaan tersebut.
Pemberian sertifikasi Qualified Internal Auditor oleh Dewan Sertifikasi Qualified
Internal Auditor telah secara nyata meningkatkan kemampuan professional
auditor internal perusahaan tersebut. Oleh karena itu, pimpinan audit internal
diharapkan dapat mengikutsertakan auditor internal dalam program Sertifikasi
Qualified Internal Auditor dalam rangka meningkatkan kemampuan professional
para auditornya sehingga dapat meningkatkan kualitas audit internal.
126
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Sertifikasi Qualified Internal
Auditor berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit Internal. Hal ini berdasarkan
hasil pengujian statistik terhadap Variabel Sertifikasi Qualified Internal Auditor
(X) yang diproksikan melalui Kemampuan Profesional auditor memiliki nilai
koefisien regresi sebesar 0,705 satuan yang berarti bahwa jika kemampuan
profesional auditor naik satu satuan maka akan meningkatkan kualitas audit
internal sebesar 0,705 satuan. Sementara itu, besarnya koefisien determinasi (R2)
yang dihasilkan adalah sebesar 0,7117 artinya variabel Sertifikasi Qualified
Internal Auditor memberikan kontribusi sebesar 71,17 % dalam menjelaskan
variabel kualitas audit internal.
127
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dan kesimpulan hasil
penelitian, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
Bagi Auditor Internal
Berdasarkan hasil penelitian, masih banyak auditor internal yang belum
memiliki sertifikat QIA hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa untuk dapat
meningkatkan kemampuan professionalnya, tidak harus selalu dibuktikan dengan
kepemilikan sertifikat, namun bisa juga dengan cara lainnya seperti
memperbanyak pengalaman dan penugasan audit yang dilaksanakan. Padahal,
Sertifikasi Qualified Internal Auditor merupakan salah satu cara auditor internal
untuk dapat menjaga dan mempertahankan kemampuan professional tersebut.
Untuk itu, sebaiknya auditor internal dapat mengikuti sertifikasi QIA ini, karena
Proses Sertifikasi Qualified Internal Auditor yang diikuti oleh auditor-auditor
internal pada 7 BUMN yang ada di Kota Bandung telah berhasil memberikan
kontribusi pada peningkatan kualitas audit internal perusahaan tersebut. Selain itu,
diharapkan ilmu-ilmu yang telah didapat dan ketaatan kepada kode etik terus
diterapkan dan dijaga dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, sehingga dapat
memberikan nilai tambah bagi perusahaan secara keseluruhan.
Bagi Pimpinan Audit Internal
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa Indikator anggota asosiasi
& hadir dalam setiap pertemuan dan Lisensi Dari Dewan Sertifikasi Nasional berada
128
pada rentang cukup baik. Namun, kendala motivasi dari auditor untuk aktif dalam
kegiatan tersebut rendah sekali, kendala lainnya adalah penganggaran
keikutsertaan dalam kegiatan seminar dan sejenisnya biasanya sangat minim. Oleh
karena itu, bagi Pimpinan Audit Internal diharapkan untuk dapat memberikan
kesempatan auditornya untuk mengikuti seminar dan sejenisnya baik dari waktu
maupun dukungan dana dan memotivasi auditor untuk mendalami pengetahuan
auditnya dengan membuat tulisan-tulisan ilmiah dalam mendukung karir dan
peningkatan kompetensi.
Bagi peneliti selanjutnya
1. Dalam penelitian ini, responden yang menjadi objek penelitian diminta
untuk menilai dirinya sendiri sehingga hasil penelitian menjadi bias. Dalam
penelitian selanjutnya sebaiknya digunakan responden yang berbeda agar
hasil yang diperoleh tidak bias.
2. Responden penelitian juga hendaknya diperluas, tidak terbatas pada BUMN
di kota Bandung saja tetapi dapat dilakukan di kota lainnya juga dengan
karakteristik organisasi yang berbeda pula sehingga hasil penelitian dapat
digeneralisasi.
3. Pengukuran Kualitas Audit Internal hanya ditinjau dari aspek ketaatannya
terhadap Standar Kinerja (YPIA, 2004), sebaiknya peneliti selanjutnya dapat
meninjau dari aspek lain yang tidak diteliti disini. Selain itu, peneliti
selanjutnya hendaknya dapat mempertimbangkan untuk menambah faktor
lain yang dapat mempengaruhi Kualitas Audit Internal.
129
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A., Dan Loebbecke, James K. 2003. Auditing Pendekatan Terpadu. Diadaptasi Oleh Amir Abadi Jusuf. Buku I. Edisi Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Barker, C., Pistrang, N., and Elliott, R. 2002. Research Methods in Clinical Psychology: An Introduction for Students and Practitioners. 2nd Edition. England: John Wiley & Sons, Ltd.
Cooper, Donald R and Schindler, Pamela S., 2006, Business Research Methods, 9th Edition, McGraw-Hill, International Edition
Goleman, Daniel. 2001. Working White Emotional intelligence. (terjemahan Alex Tri Kantjono W). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics. 4th edition. New York: McGraw Hill.
Hiro Tugiman. 2008. Pengenalan Audit Internal. Bandung: Makalah
Hiro Tugiman, 2009. Minat Audit Internal Di Indonesia. Bandung: IM Telkom
Kalbers Dan Fogarthy. 1995. Profesionalism And Internal Auditor: A Profile. Pada Mid American Journal Of Bussiness
Konsorsium Organisasi Profesi audit Internal. 2004. Standar Profesi Audit Internal. Jakarta: YPIA
M. Arief Effendi. 2007. Tantangan Untuk Menjadi Seorang Auditor Internal Yang Profesional. Jakarta
Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.
Nur Indriantoro & Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi & Manajemen. Yogyakarta: BPFE
Sawyer, Lawrence B. Et. All. 2005. Sawyer’s Internal Auditing. Diterjemahkan oleh Desi Adhariani. Buku I. Edisi 5 Jakarta: Salemba Empat
Sari Fitria Hayati. 2004. Hubungan Auditor Internal Bersertifikasi Qualified Internal Auditor Dengan Kualitas Laporan Audit Internal. Bandung: Universitas Padjadjaran
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi IV, Jakarta : Rineka Cipta.
130
Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik. 2007. Dasar-Dasar Audit Internal Sektor Publik. Tangerang: STAN
www.ypia.com/sertifikasiqia
www.aicpa.org/download/.../Audit_Comm_dec09_linked.pdf
www.docstoc.com/docs/32080371/penilaian-hasil-belajar
131