165
PENGARUH SERTIFIKASI QUALIFIED INTERNAL AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT INTERNAL (Studi Pada 7 BUMN di Kota Bandung ) THE INFLUENCE OF QUALIFIED INTERNAL AUDITOR’S CERTIFICATION TO INTERNAL AUDIT QUALITY (Study at 7 State-Owned Enterprises in Bandung) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Padjadjaran Disusun oleh : YAYAH ANDRIANTI 120111070002 1

Skripsi QIA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Skripsi QIA

PENGARUH SERTIFIKASI QUALIFIED INTERNAL AUDITOR

TERHADAP KUALITAS AUDIT INTERNAL

(Studi Pada 7 BUMN di Kota Bandung )

THE INFLUENCE OF QUALIFIED INTERNAL AUDITOR’S CERTIFICATION

TO INTERNAL AUDIT QUALITY

(Study at 7 State-Owned Enterprises in Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Padjadjaran

Disusun oleh :

YAYAH ANDRIANTI

120111070002

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI

BANDUNG

2010

1

Page 2: Skripsi QIA

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Globalisasi ekonomi dan kemajuan teknologi telah mendorong kompetisi

yang semakin tajam di lingkungan bisnis. Setiap entitas bisnis dipacu untuk selalu

melakukan inovasi agar tetap eksis dalam persaingan. Dorongan untuk

menciptakan keunggulan bersaing secara berkelanjutan memaksa setiap

perusahaan untuk fokus pada aktivitas bisnis intinya. Keadaan ini menuntut para

pimpinan atau manajemen perusahaan untuk dapat mengelola sumber daya yang

dimiliki oleh perusahaan secara lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan sebelumnya.

Keberhasilan suatu organisasi baik besar maupun kecil bukan semata-mata

ditentukan oleh sumber daya alam yang tersedia, akan tetapi banyak ditentukan

oleh kualitas sumber daya manusia yang berperan merencanakan, melaksanakan

dan mengendalikan organisasi yang bersangkutan. Dengan sumber daya manusia

yang berkualitas dan profesional dalam bidangnya, maka dapat dihasilkan suatu

sistem yang efektif dan efisien bagi perusahaan.

Semakin kompleksnya aktivitas perusahaan, membuat manajemen tidak

dapat lagi menjalankan fungsi pengendalian dan pengawasan secara langsung

sehingga harus mendelegasikan sebagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab

yang dipikulnya kepada suatu bagian khusus yaitu bagian audit internal. Bagian

Page 3: Skripsi QIA

3

ini bertugas mengawasi dan mengevaluasi keefektifan setiap aktivitas

pengendalian yang ada dalam perusahaan dan menjaga agar seluruh prosedur dan

ketentuan yang berlaku diperusahaan dilaksanakan sebagaimana mestinya. Agar

tercapai pelaksanaan pengawasan yang efektif, diperlukan suatu struktur

pengawasan yang baik, sehingga dapat membantu pencapaian tujuan perusahaan.

Fungsi internal audit pada perusahaan sangat penting dalam membantu

organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis

dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan resiko

dan pengendalian. Audit internal juga memberikan saran dan rekomendasi untuk

memperbaiki kinerja organisasi dan bagi tiap tingkatan manajemen.

Bekerja secara profesional merupakan tuntutan khalayak. Tidak terkecuali

auditor internal. Seringkali terdengar keluhan bahwa auditor internal kurang

profesional. Namun banyak yang belum mengetahui apa sebenarnya profesional

itu dan bagaimana untuk mencapai profesionalisme tersebut Sifat-sifat profesional

adalah kondisi kondisi kesempurnaan teknik yang dimiliki seseorang melalui

latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang berguna untuk mengembangkan

teknik tersebut, dan keinginan untuk mencapai kesempurnaan dan keunggulan

dibandingkan dengan rekan sejawatnya.

Untuk dapat mencapai profesionalisme suatu pekerjaan harus berasal dari

perpaduan pengetahuan yang relevan melalui belajar secara sistematis dan

pelatihan yang memadai serta kompetensi yang harus dibuktikan kepada

pemerintah, perusahaan yang menyewa atau konsumen. Jadi, profesional sejati

Page 4: Skripsi QIA

4

harus mempunyai sifat yang jelas dan pengalaman yang luas. Jasa yang diberikan

kepada klien harus diperoleh hanya dengan cara-cara profesional. Hal ini dapat

dicapai melalui pendidikan, pelatihan dan pemberian pengalaman dalam rangka

meningkatkan kompetensi para audit intern yang mencakup knowledge

(pengetahuan), skills (keterampilan) dan atittude (sikap kerja).

Di lingkungan profesi auditor dikenal istilah sertifikasi, yaitu pengakuan

kemampuan profesional bagi profesi tertentu yang dapat dijadikan sebagai

persyaratan untuk melakukan praktik profesi tertentu pada suatu tempat tertentu.

Sertifikasi ini menunjukkan kompetensi seseorang terhadap prinsip-prinsip audit

internal untuk dapat melakukan praktik audit internal yang diakui. Untuk dapat

memperoleh sertifikasi tersebut, seorang auditor internal harus memiliki

pengetahuan tertentu dan mengikuti serangkaian pendidikan dan ujian yang

ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme auditor. Bagi

auditor internal sertifikasi tersebut di atas merupakan kualitas tertinggi yang harus

dicapai agar dapat menjalankan fungsi yang lebih optimal, sehingga dapat

dijadikan benchmark atau tujuan bagi peningkatan kualitas sumber daya

manusianya.

Di Amerika, auditor internal yang telah menjalani pendidikan tersebut

mendapatkan gelar Certified Internal Auditor (CIA). Dewan direksi melaksanakan

program ini tahun 1972 dan ujian pertama dilaksanakan pada tanggal 16 dan 17

Agustus 1974. Sekitar 7900 auditor internal yang berpraktik, dari 8500 yang

mendaftar, menerima gelar CIA berdasarkan ketentuan lama. Peserta yang

Page 5: Skripsi QIA

5

mendapat menunjukkkan bahwa mereka telah melakukan audit internal dalam

kapasitas pengambilan keputusan dan setuju untuk patuh pada Kode Etik IIA. Pada

bulan Oktober 1973 mereka diberi sertifikat CIA. Pada bulan Maret 1975, gelar

CIA diberikan kepada 122 dari 654 peserta yang mengikuti ujian CIA pertama

pada tahun 1974. Pada bulan Juni 2002, lebih dari 35000 peserta yang mengikuti

ujian diseluruh dunia menjadi CIA (Sawyer, 2005)

Di Indonesia, sertifikasi profesi auditor internal dikenal dengan istilah

Qualified internal Auditor (QIA). Sertifikasi Qualified Internal auditor diberikan

oleh Dewan Sertifikasi yang terdiri dari unsur-unsur organisasi profesi internal

audit terkemuka di Indonesia yaitu unsur Badan Pengawasan Keuangan &

Pembangunan (BPKP), Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Intern (FKSPI),

The Institute of Internal Auditor (IIA) Indonesia Chapter, Perhimpunan Auditor

Internal Indonesia (PAII), Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) dan

akademisi serta praktisi bisnis yang memiliki kompetensi dan komitmen terhadap

internal auditing. Sampai saat ini, YPIA adalah satu-satunya lembaga yang diberi

wewenang oleh Dewan Sertifikasi untuk menyelenggarakan pendidikan dan Ujian

Sertifikasi QIA. Melalui jalur pendidikan dan pelatihan bersertifikasi inilah

diharapkan kinerja internal auditor lebih berkualitas dari internal auditor yang

belum bersertifikasi.

Page 6: Skripsi QIA

6

Sampai tanggal 1 Juli 2009 Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor

(DSQIA) telah memberikan sertifikat Qualified Internal Auditor sebanyak 2405

auditor Internal yang ditunjukkan oleh tabel dibawah ini:

Tabel 1.1PEMEGANG SERTIFIKAT QIA

PER 1 JULI 2009No.

Perusahaan / InstansiJumlah

QIAJumlah

Perusahaan1 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) 1905 1202 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) 61 243 Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) 437 684 Lembaga Lainnya / Personal 55 13

Total 2405 225Sumber: Hiro Tugiman, 2009

Dari data diatas menunjukkan bahwa minat terhadap kebutuhan akan

pemahaman terhadap audit internal di Indonesia semakin berkembang.

Meningkatnya kesadaran pimpinan organisasi di Indonesia tentang perlunya

fungsi internal audit dapat dipahami, mengingat peran dan fungsi audit internal

semakin diperlukan. Beberapa BUMN yang sedang giat mengembangkan kualitas

auditornya antara lain:

1. PT. PINDAD

2. PT. INTI

3. PT. Kereta Api

4. PT Perkebunan Nusantara VIII

5. PT. Telkom

6. PT. PLN

7. PT. Bio Farma (Persero)

Page 7: Skripsi QIA

7

Setiap orang dapat diangkat sebagai internal auditor, yang terpenting

adalah dapat meyakinkan pimpinan perusahaannya. Tidak ada hukuman jika tidak

memiliki sertifikat. Seseorang yang bekerja sebagai internal auditor dapat

menandatangani laporan internal audit dan memberikan opini atas audit tanpa

khawatir akan tindakan hukum. Akan tetapi mulai terjadi perubahan secara

perlahan-lahan. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mulai tahun 1997

mempersyaratkan anggotanya yang akan membuka Kantor Akuntan wajib

mengikuti ujian profesi, maka para praktisi audit internal juga mempersyaratkan

laporan audit internal ditandatangani oleh auditor internal bersertifikat bidang

audit (Hiro, 2008).

Seseorang yang bersertifikasi memiliki tingkat kompetensi yang lebih

tinggi dibandingkan dengan seseorang dalam posisi yang sama tetapi tidak

memiliki sertifikat. Karena melalui sertifikasi Qualified Internal auditor

diharapkan audit internal menjadi professional dalam melaksanakan audit internal

didalam perusahaan sehingga hasilnya menjadi lebih baik dan berkualitas.

Auditor internal (yang mungkin dipandang oleh masyarakat sebagai pihak

yang bertanggung jawab untuk menentukan tingkat risiko) termasuk sebagai salah

seorang pembela dalam proses penuntutan terhadap organisasi. Oleh karena itu

dibutuhkan sikap yang sesuai dengan standar profesionalisme yang tinggi. Dengan

adanya standarisasi tersebut, maka perusahaan yang memiliki SDM yang belum

mencapai standar harus meningkatkan kemampuannya sehingga memenuhi

standar yang ditetapkan. Melalui penerapan standarisasi dan sertifikasi, auditor

Page 8: Skripsi QIA

8

bisa memperbaiki kinerja. Dalam kaitan dengan profesionalisme inilah sertifikasi

terhadap para auditor intern menjadi suatu hal yang penting, agar manajemen

yakin bahwa para auditornya benar-benar telah bekerja berdasarkan standar.

Penelitian Kalbers dan Fogarthy (1995) pada mid American Journal of

Bussiness dengan judul “Profesionalism and Internal auditor: A Profile” yang

dilakukan kepada 498 auditor internal pada 13 organisasi di Amerika Serikat

dengan sampel dipilih berdasarkan organisasi-organisasi pada IIA dan anggota

profesional lainnya danTipe-tipe organisasi yang diteliti termasuk manufaktur (5),

Bank (3), Listrik telepon dan air (2), Perminyakan, Asuransi dan Pemerintahan

menyimpulkan bahwa internal auditor menginginkan penghargaan secara luas atas

profesionalisme. Penelitian ini mengungkapkan respon yang antusias akan kriteria

ideal dan perilaku profesional auditor internal. Peneliti mengatakan bahwa

Auditor Internal Senior, Direktur Auditor Internal dan auditor-auditor internal

lainnya diharuskan mengikuti CIA untuk memperoleh status profesional dalam

pengambilan keputusan.

Penelitian Sari Fitria Hayati (2004) yang berjudul “Hubungan Auditor

internal bersertifikasi Qualified Internal Auditor dengan kualitas laporan audit

internal” yang dilakukan pada 48 auditee di PT. Perkebunan Nusantara VIII

menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara Auditor internal

bersertifikasi Qualified Internal Auditor dengan kualitas laporan audit internal,

bila dilihat dari persepsi auditee dengan menggunakan signifikansi sebesar 5%.

Page 9: Skripsi QIA

9

Audit internal merupakan salah satu bagian dari kegiatan pengendalian

internal yang berfungsi melakukan penilaian independen dan objektif atas

operasional perusahaan. Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas sistem

pengendalian intern, maka perlu dilakukan audit internal yang baik terhadap

penyelenggaraan operasional perusahaan. Efektivitas audit internal dapat dicapai

jika audit yang dilakukan berkualitas.

Terbongkarnya skandal keuangan di Enron dan Worldcom juga

semakin menguatkan peran serta auditor internal. Dalam kedua kasus

tersebut terbukti bahwa pengawasan auditor internal lebih efektif dalam

membongkar tindak kecurangan dari pada pengawasan audit eksternal.

Berdasarkan Standar Profesi Audit Internal (SPAI, 2004), audit yang

dilaksanakan auditor tersebut dapat berkualitas jika memenuhi ketentuan atau

standar yang seragam dan konsisten, yang menggambarkan praktik-praktik terbaik

audit internal. Melalui penerapan standarisasi dan sertifikasi, auditor bisa

memperbaiki kinerja. Dalam kaitan dengan profesionalisme inilah sertifikasi

terhadap para auditor intern menjadi suatu hal yang penting, agar manajemen

yakin bahwa para auditornya benar-benar telah bekerja berdasarkan standar.

Walaupun sudah ada standar dan kode etik profesi, tapi masih sering

terjadi kasus-kasus kolusi dan korupsi atau penyelewengan, sehingga auditor

Internal sering dituding kurang berfungsi sebagaimana mestinya. Buktinya banyak

penyelewengan dan kecurangan (fraud) yang menimbulkan kerugian perusahaan

Page 10: Skripsi QIA

10

atau negara yang tidak dapat dicegah, dideteksi dan ditindaklanjuti. Tahun 2002,

minimal ada beberapa kejadian korupsi, antara lain:

Joko S Tjandra, Syahril Sabirin Bank Bali Rp. 904 milyar

Nurdin Khalid dana cengkeh Rp. 115 milyar

Somadikun Hartono BLBI Rp. 169 milyar

Sudjiono Timan, dana BPUI Rp. 3.4 triliun

KM Senopati tenggelam disekitar Pulau Mandalika, Jepara

Pesawat adam Air hilang dengan 96 penumpang dan 6 awak

Tahun 2002, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menemukan dua versi

laporan Satuan Kerja Audit Internal (SKAI) Badan Penyehatan Perbankan Nasional

(BPPN) tentang penjualan saham Indomobil yaitu versi final 4 Februari dan versi final

20 Maret. Dalam versi 20 Maret, beberapa kalimat dihilangkan dari versi Februari.

Tahun 2003, Bank BNI Kecolongan kredit melalui fasilitas letter of credit (L/C) fiktif

senilai Rp 1,7 triliun di kantor cabang Kebayoran Baru, Jakarta Selatan yang

disebabkan pengawasan internal di bank itu lemah. Jatuhnya pesawat intai amfibi

jenis Nomad N-24 nomor P-837 milik TNI AL di Desa Kaltim, September 2009 juga

mengundang pertanyaan mengenai kualitas audit terhadap alat utama sistem

persenjataan (alutsista).

Fenomena-fenomena tersebut terjadi karena lemahnya kualitas audit

internal. Seharusnya Auditor internal ini, dalam menjalankan fungsi pengawasan

dapat mencegah terjadinya fraud, dan dalam fungsi pemeriksaan (auditing) dapat

Page 11: Skripsi QIA

11

menemukannya, dan dalam fungsi pengendalian (controlling) dapat melakukan

tindak lanjut terhadap kecurangan atau penyelewengan tersebut.

Kondisi ini disebabkan karena sistem audit yang kurang berkualitas. Untuk

dapat tercapainya audit atas aktivitas organisasi secara optimal diperlukan sistem

audit yang berkualitas, syarat pertamanya adalah kualitas auditor internal itu

sendiri. Untuk itu auditor dituntut untuk bertindak secara profesional dan mentaati

standar pemeriksaan dan aturan perilaku pemeriksaan yang telah ditetapkan, agar

kualitas audit dapat dijaga dan ditingkatkan.

Apabila auditor internal berkualitas, berperan dengan baik dan didukung

oleh kemauan baik dari pimpinan organisai, pengendalian intern akan lebih baik

dan dengan sendirinya kinerja perusahaan akan semakin meningkat dan bagi

manajemen semua level, serta akuntan public tugasnya akan sangat terbantu.

(Hiro di jurnal Unesco International Centre for engineering education (UICEF),

Melbourne 2002:256)

Bagaimana peran dan fungsi audit internal dalam mengevaluasi operasi

organisasi agar dapat memberikan nilai tambah guna meningkatkan kinerja

tergantung pada kualitas audit internal itu sendiri. Maka penting buat internal

audit dalam memberikan keyakinan yang memadai tehadap reliabilitas dan

integritas informasi dan memberikan nilai tambah bagi organisasi dalam menjaga

dan meningkatkan kinerja organisasi dalam rangka pencapaian sasaran dan tujuan

yang telah ditetapkan.

Page 12: Skripsi QIA

12

Adapun untuk meningkatkan kualitas audit diperlukan adanya peningkatan

kompetensi para auditor yakni dengan pemberian pelatihan-pelatihan serta

diberikan kesempatan kepada para auditor untuk mengikuti kursus-kursus atau

peningkatan pendidikan profesi. Peningkatan kompetensi para auditor dapat

ditunjukkan dengan kepemilikan sertifikat Qualified Internal Auditor. Seorang

auditor internal yang telah memilki sertifikat QIA diharapkan akan memiliki

kinerja yang baik dan memberikan pengaruh yang bermanfaat terhadap

pelaksanaan audit internal.

Audit yang berkualitas merupakan sebuah tujuan akhir dari proses

pelaksanaan audit internal. Tercapainya audit yang berkualitas ditentukan oleh

kemampuan auditor internal menerapkan norma pemeriksaan intern dalam

menjalankan tugasnya.

Pada akhirnya, dewan direksi dan manajer senior mungkin akan

mengharuskan, dengan berjalannya waktu, profesionalisme yang sempurna dari

para staf auditor internalnya. Auditor internal perusahaan yang tidak memiliki

sertifikat mungkin kemudian akan dipertimbangkan hanya sebagai auditor internal

cadangan.

Page 13: Skripsi QIA

13

Atas dasar uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul:

“PENGARUH SERTIFIKASI QUALIFIED INTERNAL AUDITOR

TERHADAP KUALITAS AUDIT INTERNAL (Studi pada 7 BUMN di Kota

Bandung)”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan

permasalahan yang akan diteliti dan dibahas adalah

”Seberapa besar pengaruh sertifikasi Qualified Internal Auditor terhadap

kualitas audit internal"

1.3 Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan permasalahan, maka dalam penelitian ini

perlu diterapkan batasan-batasan sebagai berikut:

1. Dalam penelitian ini, Sertifikasi QIA diukur dengan menggunakan Kemampuan

profesional auditor internal yang dikemukakan oleh Sawyer (2005:10-11) karena

Auditor internal yang telah memiliki sertifikat QIA telah memenuhi kriteria

Profesional, sehingga dijadikan indikator dalam mengukur variabel ini. Sedangkan

dimensi yang digunakan untuk mengukur Kualitas Audit Internal adalah Standar

Kinerja menurut Standar Profesi Audit Internal.

Page 14: Skripsi QIA

14

2. BUMN dipilih karena merupakan badan usaha yang vital dalam perekonomian di

Indonesia. 7 (tujuh) BUMN yang dijadikan sebagai sampel, karena menurut data

yang diperoleh dari Dewan sertifikasi QIA, di Kota Bandung hanya 7 BUMN tersebut

yang aktif mengikuti program sertifikasi QIA.

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai salah

satu syarat dalam menyelesaikan studi pada jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Padjadjaran Bandung. Adapun tujuan yang hendak dicapai dari

penelitian ini adalah Untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh sertifikasi

Qualified Internal Auditor terhadap kualitas audit internal.

1.5 Kegunaan Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

a. Penulis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pelajaran yang sangat berharga bagi

penulis dalam mengidentifikasikan suatu masalah, menganalisa dan

membandingkannya dengan dengan ilmu yang diperoleh penulis dibangku

kuliah, dengan harapan dapat memperbaiki cara berpikir penulis dalam

menghadapi setiap masalah.

Page 15: Skripsi QIA

15

b. Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan yang bermanfaat bagi

pihak manajemen dalam meningkatkan kinerja auditor internal dan

memberikan gambaran mengenai pentingnya peranan audit internal sebagai

alat bantu manajemen dalam pengambilan keputusan.

c. Pihak Lain

Terutama bagi pembaca, diharapkan dapat menambah wawasan yang lebih

mendalam mengenai audit internal, sehingga dapat digunakan sebagai

referensi jika suatu saat nanti diperlukan untuk mengangkat topik yang

serupa.

1.6 Kerangka Pemikiran

Manajemen dituntut untuk lebih efektif dan efisien dalam penggunaan

sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Selain mengandalkan sistem

pengendalian internal yang memadai, manajemen juga membutuhkan suatu fungsi

yang bertugas untuk melakukan penilaian dan evaluasi atas sistem pengendalian

internal tersebut, yaitu fungsi audit internal. Audit internal adalah kegiatan

assurance dan konsultasi yang independen dan objektif yang dirancang untuk

memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit

internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu

pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan

efektivitas pengelolaan resiko, pengendalian dan proses governance (SPAI, 2004).

Page 16: Skripsi QIA

16

Fungsi audit internal merupakan evaluasi yang komprehensif atas berbagai

aktivitas yang ada didalam perusahaan dan tidak terbatas hanya kepada masalah

keuangan saja, melainkan juga meliputi seluruh aspek dan aktivitas yang ada

dalam perusahaan. Dengan dasar ini, maka auditor internal dituntut untuk selalu

terus mengembangkan kemampuan profesionalnya, apalagi dengan semakin

meningkatnya peran auditor internal yang bukan hanya sekedar watchdog tetapi

sudah bergeser perannya menjadi sebagi consultant.

Bekerja secara profesional merupakan tuntutan dalam setiap pekerjaan,

tidak terkecuali terhadap auditor internal. Sifat profesional adalah kondisi-kondisi

kesempurnaan teknik yang dimiliki seseorang melalui dengan pengetahuan yang

dimilikinya disertai latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang berguna untuk

mengembangkan teknik tersebut, dan keinginan untuk mencapai kesempurnaan

dan keunggulan dibandingkan dengan rekan sejawatnya. Menurut Sawyer, kriteria

yang sering digunakan untuk menilai kualitas profesional adalah:

“.....Pelayanan kepada publik, pelatihan khusus berjangka panjang, taat pada kode etik, anggota asosiasi & hadir dalam setiap pertemuan, publikasi jurnal yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian praktik, mengikuti ujian, lisensi dari dewan sertifikasi nasional.....” (sawyer, 2005:10-11).

Salah satu bentuk pengembangan kemampuan profesionalnya dan agar

tidak tertinggal oleh berbagai kemajuan teknologi dan pengetahuan adalah melalui

program sertifikasi, yaitu pengakuan kemampuan profesional bagi profesi tertentu

yang dapat dijadikan sebagai persyaratan untuk melakukan praktik profesi tertentu

pada suatu tempat tertentu. Qualified Internal Auditor (QIA) adalah sertifikat

Page 17: Skripsi QIA

17

dalam bidang internal auditing yang merupakan simbol profesionalisme dari

individu pemegangnya yang diakui secara internasional oleh IIA dan sejajar

dengan gelar / sertifikat di 35 negara. Sertifikat QIA juga merupakan pengakuan

bahwa pemegangnya telah memiliki pengetahuan dan keterampilan internal

auditing (Hiro Tugiman, 2007).

Audit akan berhasil apabila auditor memiliki kemampuan profesional

dalam melaksanakan audit, yaitu dapat menilai semua kegiatan perusahaan guna

membantu manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan. Kemampuan

profesional merupakan kriteria untuk mengukur keberhasilan auditor internal

dalam melaksanakan tugasnya. Semakin tinggi kemampuan profesional yang

dimiliki oleh auditor internal, semakin berkualitas audit yang dilaksanakannya.

Auditor internal pada umumnya dan terlebih auditor internal yang

bersertifikasi QIA mempunyai kemampuan lebih dalam mengevaluasi sistem

pengendalian internal. Seseorang yang bersertifikasi memiliki tingkat kompetensi

yang lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang dalam posisi yang sama tetapi

tidak memiliki sertifikat. Karena melalui sertifikasi Qualified Internal auditor

diharapkan audit internal menjadi professional dalam melaksanakan audit internal

didalam perusahaan sehingga hasilnya menjadi lebih baik dan berkualitas.

Audit disebut berkualitas jika memenuhi standar yang seragam dan

konsisten, yang menggambarkan praktik-praktik terbaik audit internal serta

merupakan ukuran kualitas pelaksanaan tugas untuk memenuhi tanggung jawab

profesinya (YPIA, 2004). Standar Profesi Audit Internal merupakan Pedoman

Page 18: Skripsi QIA

18

Praktik Audit Internal yang menjadi sumber rujukan bagi auditor internal dalam

menjalankan fungsinya secara professional. Standar Profesi Audit Internal terdiri

atas Standar Atribut, Standar Kinerja dan Standar Implementasi. Standar Atribut

berkenaan dengan karakteristik organisasi, individu dan pihak-pihak yang

melakukan kegiatan audit internal. Standar Kinerja menjelaskan sifat dari kegiatan

audit internal dan merupakan ukuran kualitas pekerjaan audit. Standar Kinerja

memberikan praktik-praktik terbaik pelaksanaan audit mulai dari perencanaan

sampai dengan pemantauan tindak lanjut. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa Standar Kinerja merupakan indikator untuk mengukur Kualitas Audit

Internal. Standar Atribut dan Standar Implementasi tidak masuk jadi parameter

dari variabel Kualitas Internal Audit karena menurut SPAI, Standar Kinerja telah

menjelaskan sifat dari kegiatan audit internal dan merupakan ukuran kualitas

pekerjaan audit sehingga Standar Kinerja dianggap sudah cukup untuk mengukut

variabel Kualitas Internal Audit. Standar Kinerja itu sendiri terdiri dari 1)

Pengelolaan Fugsi audit Internal, 2) Lingkup Penugasan, 3)Perencanaan

Penugasan, 4) Pelaksanaan Penugasan, 5) Komunikasi Hasil Penugasan dan 6)

Pemantauan Tindak Lanjut.

Audit yang berkualitas merupakan sebuah tujuan akhir dari proses

pelaksanaan audit internal. Tercapainya audit yang berkualitas ditentukan oleh

kemampuan profesional auditor internal menerapkan standar audit dalam

menjalankan tugasnya. Pada akhirnya, dewan direksi dan manajer senior

mengharuskan, profesionalisme yang sempurna dari para staf auditor internalnya.

Page 19: Skripsi QIA

19

Auditor internal perusahaan yang tidak memiliki sertifikat mungkin kemudian

akan dipertimbangkan hanya sebagai auditor internal cadangan. Berdasarkan

kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini

adalah:

“Sertifikasi Qualified Internal Auditor memiliki pengaruh positif

terhadap kualitas audit internal”.

Bagan 1.1

Kerangka Pemikiran

Auditor internal yang telah memiliki sertifikat QIA sudah sewajarnya memenuhi kriteria Profesional, sehingga Kemampuan profesional auditor internal dijadikan indikator dalam mengukur variabel ini:Pelayanan kepada publikPelatihan khusus berjangka panjangTaat pada Kode EtikAnggota Asosiasi & Hadir Dalam Setiap

PertemuanPublikasi Jurnal yang bertujuan untuk

meningkatkan keahlian praktikMengikuti Ujian Lisensi Dari Dewan Sertifikasi Nasional

(Sawyer, 2005:10-11)

Standar Kinerja:Pengelolaan Fugsi audit

InternalLingkup PenugasanPerencanaan Penugasan Pelaksanaan Penugasan Komunikasi Hasil

Penugasan Pemantauan Tindak Lanjut

(SPAI, 2004)

Pengaruh Sertifikasi Qualified Internal Auditor Terhadap Kualitas Audit Internal

Variabel X:Sertifikasi Qualified Internal

Auditor

Variabel Y:Kualitas Audit Internal

Page 20: Skripsi QIA

20

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Satuan Pengawasan Intern di 7 (tujuh) Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Kota Bandung yaitu:

1. PT. PLN (Persero) Distribusi Jabar & Banten

2. PT. Telkom Indonesia (Persero)

3. PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero)

4. PT. PINDAD (Persero)

5. PT. INTI (Persero)

6. PT. Kereta Api (Persero)

7. PT. Bio Farma (Persero)

Sedangkan waktu penelitian dilakukan selama bulan Maret 2010 s/d Mei

2010.

Page 21: Skripsi QIA

BAB I

PENDAHULUAN

1.8 Latar Belakang

Globalisasi ekonomi dan kemajuan teknologi telah mendorong kompetisi

yang semakin tajam di lingkungan bisnis. Setiap entitas bisnis dipacu untuk selalu

melakukan inovasi agar tetap eksis dalam persaingan. Dorongan untuk

menciptakan keunggulan bersaing secara berkelanjutan memaksa setiap

perusahaan untuk fokus pada aktivitas bisnis intinya. Keadaan ini menuntut para

pimpinan atau manajemen perusahaan untuk dapat mengelola sumber daya yang

dimiliki oleh perusahaan secara lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan sebelumnya.

Keberhasilan suatu organisasi baik besar maupun kecil bukan semata-mata

ditentukan oleh sumber daya alam yang tersedia, akan tetapi banyak ditentukan

oleh kualitas sumber daya manusia yang berperan merencanakan, melaksanakan

dan mengendalikan organisasi yang bersangkutan. Dengan sumber daya manusia

yang berkualitas dan profesional dalam bidangnya, maka dapat dihasilkan suatu

sistem yang efektif dan efisien bagi perusahaan.

Semakin kompleksnya aktivitas perusahaan, membuat manajemen tidak

dapat lagi menjalankan fungsi pengendalian dan pengawasan secara langsung

sehingga harus mendelegasikan sebagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab

43

Page 22: Skripsi QIA

44

yang dipikulnya kepada suatu bagian khusus yaitu bagian audit internal. Bagian

ini bertugas mengawasi dan mengevaluasi keefektifan setiap aktivitas

pengendalian yang ada dalam perusahaan dan menjaga agar seluruh prosedur dan

ketentuan yang berlaku diperusahaan dilaksanakan sebagaimana mestinya. Agar

tercapai pelaksanaan pengawasan yang efektif, diperlukan suatu struktur

pengawasan yang baik, sehingga dapat membantu pencapaian tujuan perusahaan.

Fungsi internal audit pada perusahaan sangat penting dalam membantu

organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis

dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan resiko

dan pengendalian. Audit internal juga memberikan saran dan rekomendasi untuk

memperbaiki kinerja organisasi dan bagi tiap tingkatan manajemen.

Bekerja secara profesional merupakan tuntutan khalayak. Tidak terkecuali

auditor internal. Seringkali terdengar keluhan bahwa auditor internal kurang

profesional. Namun banyak yang belum mengetahui apa sebenarnya profesional

itu dan bagaimana untuk mencapai profesionalisme tersebut Sifat-sifat profesional

adalah kondisi kondisi kesempurnaan teknik yang dimiliki seseorang melalui

latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang berguna untuk mengembangkan

teknik tersebut, dan keinginan untuk mencapai kesempurnaan dan keunggulan

dibandingkan dengan rekan sejawatnya.

Untuk dapat mencapai profesionalisme suatu pekerjaan harus berasal dari

perpaduan pengetahuan yang relevan melalui belajar secara sistematis dan

pelatihan yang memadai serta kompetensi yang harus dibuktikan kepada

Page 23: Skripsi QIA

45

pemerintah, perusahaan yang menyewa atau konsumen. Jadi, profesional sejati

harus mempunyai sifat yang jelas dan pengalaman yang luas. Jasa yang diberikan

kepada klien harus diperoleh hanya dengan cara-cara profesional. Hal ini dapat

dicapai melalui pendidikan, pelatihan dan pemberian pengalaman dalam rangka

meningkatkan kompetensi para audit intern yang mencakup knowledge

(pengetahuan), skills (keterampilan) dan atittude (sikap kerja).

Di lingkungan profesi auditor dikenal istilah sertifikasi, yaitu pengakuan

kemampuan profesional bagi profesi tertentu yang dapat dijadikan sebagai

persyaratan untuk melakukan praktik profesi tertentu pada suatu tempat tertentu.

Sertifikasi ini menunjukkan kompetensi seseorang terhadap prinsip-prinsip audit

internal untuk dapat melakukan praktik audit internal yang diakui. Untuk dapat

memperoleh sertifikasi tersebut, seorang auditor internal harus memiliki

pengetahuan tertentu dan mengikuti serangkaian pendidikan dan ujian yang

ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme auditor. Bagi

auditor internal sertifikasi tersebut di atas merupakan kualitas tertinggi yang harus

dicapai agar dapat menjalankan fungsi yang lebih optimal, sehingga dapat

dijadikan benchmark atau tujuan bagi peningkatan kualitas sumber daya

manusianya.

Di Amerika, auditor internal yang telah menjalani pendidikan tersebut

mendapatkan gelar Certified Internal Auditor (CIA). Dewan direksi melaksanakan

program ini tahun 1972 dan ujian pertama dilaksanakan pada tanggal 16 dan 17

Agustus 1974. Sekitar 7900 auditor internal yang berpraktik, dari 8500 yang

Page 24: Skripsi QIA

46

mendaftar, menerima gelar CIA berdasarkan ketentuan lama. Peserta yang

mendapat menunjukkkan bahwa mereka telah melakukan audit internal dalam

kapasitas pengambilan keputusan dan setuju untuk patuh pada Kode Etik IIA. Pada

bulan Oktober 1973 mereka diberi sertifikat CIA. Pada bulan Maret 1975, gelar

CIA diberikan kepada 122 dari 654 peserta yang mengikuti ujian CIA pertama

pada tahun 1974. Pada bulan Juni 2002, lebih dari 35000 peserta yang mengikuti

ujian diseluruh dunia menjadi CIA (Sawyer, 2005)

Di Indonesia, sertifikasi profesi auditor internal dikenal dengan istilah

Qualified internal Auditor (QIA). Sertifikasi Qualified Internal auditor diberikan

oleh Dewan Sertifikasi yang terdiri dari unsur-unsur organisasi profesi internal

audit terkemuka di Indonesia yaitu unsur Badan Pengawasan Keuangan &

Pembangunan (BPKP), Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Intern (FKSPI),

The Institute of Internal Auditor (IIA) Indonesia Chapter, Perhimpunan Auditor

Internal Indonesia (PAII), Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) dan

akademisi serta praktisi bisnis yang memiliki kompetensi dan komitmen terhadap

internal auditing. Sampai saat ini, YPIA adalah satu-satunya lembaga yang diberi

wewenang oleh Dewan Sertifikasi untuk menyelenggarakan pendidikan dan Ujian

Sertifikasi QIA. Melalui jalur pendidikan dan pelatihan bersertifikasi inilah

diharapkan kinerja internal auditor lebih berkualitas dari internal auditor yang

belum bersertifikasi.

Page 25: Skripsi QIA

47

Sampai tanggal 1 Juli 2009 Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor

(DSQIA) telah memberikan sertifikat Qualified Internal Auditor sebanyak 2405

auditor Internal yang ditunjukkan oleh tabel dibawah ini:

Tabel 1.1PEMEGANG SERTIFIKAT QIA

PER 1 JULI 2009No.

Perusahaan / InstansiJumlah

QIAJumlah

Perusahaan1 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) 1905 1202 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) 61 243 Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) 437 684 Lembaga Lainnya / Personal 55 13

Total 2405 225Sumber: Hiro Tugiman, 2009

Dari data diatas menunjukkan bahwa minat terhadap kebutuhan akan

pemahaman terhadap audit internal di Indonesia semakin berkembang.

Meningkatnya kesadaran pimpinan organisasi di Indonesia tentang perlunya

fungsi internal audit dapat dipahami, mengingat peran dan fungsi audit internal

semakin diperlukan. Beberapa BUMN yang sedang giat mengembangkan kualitas

auditornya antara lain:

1. PT. PINDAD

2. PT. INTI

3. PT. Kereta Api

4. PT Perkebunan Nusantara VIII

5. PT. Telkom

6. PT. PLN

7. PT. Bio Farma (Persero)

Page 26: Skripsi QIA

48

Setiap orang dapat diangkat sebagai internal auditor, yang terpenting

adalah dapat meyakinkan pimpinan perusahaannya. Tidak ada hukuman jika tidak

memiliki sertifikat. Seseorang yang bekerja sebagai internal auditor dapat

menandatangani laporan internal audit dan memberikan opini atas audit tanpa

khawatir akan tindakan hukum. Akan tetapi mulai terjadi perubahan secara

perlahan-lahan. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mulai tahun 1997

mempersyaratkan anggotanya yang akan membuka Kantor Akuntan wajib

mengikuti ujian profesi, maka para praktisi audit internal juga mempersyaratkan

laporan audit internal ditandatangani oleh auditor internal bersertifikat bidang

audit (Hiro, 2008).

Seseorang yang bersertifikasi memiliki tingkat kompetensi yang lebih

tinggi dibandingkan dengan seseorang dalam posisi yang sama tetapi tidak

memiliki sertifikat. Karena melalui sertifikasi Qualified Internal auditor

diharapkan audit internal menjadi professional dalam melaksanakan audit internal

didalam perusahaan sehingga hasilnya menjadi lebih baik dan berkualitas.

Auditor internal (yang mungkin dipandang oleh masyarakat sebagai pihak

yang bertanggung jawab untuk menentukan tingkat risiko) termasuk sebagai salah

seorang pembela dalam proses penuntutan terhadap organisasi. Oleh karena itu

dibutuhkan sikap yang sesuai dengan standar profesionalisme yang tinggi. Dengan

adanya standarisasi tersebut, maka perusahaan yang memiliki SDM yang belum

mencapai standar harus meningkatkan kemampuannya sehingga memenuhi

standar yang ditetapkan. Melalui penerapan standarisasi dan sertifikasi, auditor

Page 27: Skripsi QIA

49

bisa memperbaiki kinerja. Dalam kaitan dengan profesionalisme inilah sertifikasi

terhadap para auditor intern menjadi suatu hal yang penting, agar manajemen

yakin bahwa para auditornya benar-benar telah bekerja berdasarkan standar.

Penelitian Kalbers dan Fogarthy (1995) pada mid American Journal of

Bussiness dengan judul “Profesionalism and Internal auditor: A Profile” yang

dilakukan kepada 498 auditor internal pada 13 organisasi di Amerika Serikat

dengan sampel dipilih berdasarkan organisasi-organisasi pada IIA dan anggota

profesional lainnya danTipe-tipe organisasi yang diteliti termasuk manufaktur (5),

Bank (3), Listrik telepon dan air (2), Perminyakan, Asuransi dan Pemerintahan

menyimpulkan bahwa internal auditor menginginkan penghargaan secara luas atas

profesionalisme. Penelitian ini mengungkapkan respon yang antusias akan kriteria

ideal dan perilaku profesional auditor internal. Peneliti mengatakan bahwa

Auditor Internal Senior, Direktur Auditor Internal dan auditor-auditor internal

lainnya diharuskan mengikuti CIA untuk memperoleh status profesional dalam

pengambilan keputusan.

Penelitian Sari Fitria Hayati (2004) yang berjudul “Hubungan Auditor

internal bersertifikasi Qualified Internal Auditor dengan kualitas laporan audit

internal” yang dilakukan pada 48 auditee di PT. Perkebunan Nusantara VIII

menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara Auditor internal

bersertifikasi Qualified Internal Auditor dengan kualitas laporan audit internal,

bila dilihat dari persepsi auditee dengan menggunakan signifikansi sebesar 5%.

Page 28: Skripsi QIA

50

Audit internal merupakan salah satu bagian dari kegiatan pengendalian

internal yang berfungsi melakukan penilaian independen dan objektif atas

operasional perusahaan. Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas sistem

pengendalian intern, maka perlu dilakukan audit internal yang baik terhadap

penyelenggaraan operasional perusahaan. Efektivitas audit internal dapat dicapai

jika audit yang dilakukan berkualitas.

Terbongkarnya skandal keuangan di Enron dan Worldcom juga semakin

menguatkan peran serta auditor internal. Dalam kedua kasus tersebut terbukti

bahwa pengawasan auditor internal lebih efektif dalam membongkar tindak

kecurangan dari pada pengawasan audit eksternal.

Berdasarkan Standar Profesi Audit Internal (SPAI, 2004), audit yang

dilaksanakan auditor tersebut dapat berkualitas jika memenuhi ketentuan atau

standar yang seragam dan konsisten, yang menggambarkan praktik-praktik terbaik

audit internal. Melalui penerapan standarisasi dan sertifikasi, auditor bisa

memperbaiki kinerja. Dalam kaitan dengan profesionalisme inilah sertifikasi

terhadap para auditor intern menjadi suatu hal yang penting, agar manajemen

yakin bahwa para auditornya benar-benar telah bekerja berdasarkan standar.

Walaupun sudah ada standar dan kode etik profesi, tapi masih sering

terjadi kasus-kasus kolusi dan korupsi atau penyelewengan, sehingga auditor

Internal sering dituding kurang berfungsi sebagaimana mestinya. Buktinya banyak

penyelewengan dan kecurangan (fraud) yang menimbulkan kerugian perusahaan

Page 29: Skripsi QIA

51

atau negara yang tidak dapat dicegah, dideteksi dan ditindaklanjuti. Tahun 2002,

minimal ada beberapa kejadian korupsi, antara lain:

Joko S Tjandra, Syahril Sabirin Bank Bali Rp. 904 milyar

Nurdin Khalid dana cengkeh Rp. 115 milyar

Somadikun Hartono BLBI Rp. 169 milyar

Sudjiono Timan, dana BPUI Rp. 3.4 triliun

KM Senopati tenggelam disekitar Pulau Mandalika, Jepara

Pesawat adam Air hilang dengan 96 penumpang dan 6 awak

Tahun 2002, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menemukan dua

versi laporan Satuan Kerja Audit Internal (SKAI) Badan Penyehatan Perbankan

Nasional (BPPN) tentang penjualan saham Indomobil yaitu versi final 4

Februari dan versi final 20 Maret. Dalam versi 20 Maret, beberapa kalimat

dihilangkan dari versi Februari.

Tahun 2003, Bank BNI Kecolongan kredit melalui fasilitas letter of credit

(L/C) fiktif senilai Rp 1,7 triliun di kantor cabang Kebayoran Baru, Jakarta

Selatan yang disebabkan pengawasan internal di bank itu lemah. Jatuhnya

pesawat intai amfibi jenis Nomad N-24 nomor P-837 milik TNI AL di Desa

Kaltim, September 2009 juga mengundang pertanyaan mengenai kualitas audit

terhadap alat utama sistem persenjataan (alutsista).

Page 30: Skripsi QIA

52

Fenomena-fenomena tersebut terjadi karena lemahnya kualitas audit

internal. Seharusnya Auditor internal ini, dalam menjalankan fungsi pengawasan

dapat mencegah terjadinya fraud, dan dalam fungsi pemeriksaan (auditing) dapat

menemukannya, dan dalam fungsi pengendalian (controlling) dapat melakukan

tindak lanjut terhadap kecurangan atau penyelewengan tersebut.

Kondisi ini disebabkan karena sistem audit yang kurang berkualitas. Untuk

dapat tercapainya audit atas aktivitas organisasi secara optimal diperlukan sistem

audit yang berkualitas, syarat pertamanya adalah kualitas auditor internal itu

sendiri. Untuk itu auditor dituntut untuk bertindak secara profesional dan mentaati

standar pemeriksaan dan aturan perilaku pemeriksaan yang telah ditetapkan, agar

kualitas audit dapat dijaga dan ditingkatkan.

Apabila auditor internal berkualitas, berperan dengan baik dan didukung

oleh kemauan baik dari pimpinan organisai, pengendalian intern akan lebih baik

dan dengan sendirinya kinerja perusahaan akan semakin meningkat dan bagi

manajemen semua level, serta akuntan public tugasnya akan sangat terbantu.

(Hiro di jurnal Unesco International Centre for engineering education (UICEF),

Melbourne 2002:256)

Bagaimana peran dan fungsi audit internal dalam mengevaluasi operasi

organisasi agar dapat memberikan nilai tambah guna meningkatkan kinerja

tergantung pada kualitas audit internal itu sendiri. Maka penting buat internal

audit dalam memberikan keyakinan yang memadai tehadap reliabilitas dan

integritas informasi dan memberikan nilai tambah bagi organisasi dalam menjaga

Page 31: Skripsi QIA

53

dan meningkatkan kinerja organisasi dalam rangka pencapaian sasaran dan tujuan

yang telah ditetapkan.

Adapun untuk meningkatkan kualitas audit diperlukan adanya peningkatan

kompetensi para auditor yakni dengan pemberian pelatihan-pelatihan serta

diberikan kesempatan kepada para auditor untuk mengikuti kursus-kursus atau

peningkatan pendidikan profesi. Peningkatan kompetensi para auditor dapat

ditunjukkan dengan kepemilikan sertifikat Qualified Internal Auditor. Seorang

auditor internal yang telah memilki sertifikat QIA diharapkan akan memiliki

kinerja yang baik dan memberikan pengaruh yang bermanfaat terhadap

pelaksanaan audit internal.

Audit yang berkualitas merupakan sebuah tujuan akhir dari proses

pelaksanaan audit internal. Tercapainya audit yang berkualitas ditentukan oleh

kemampuan auditor internal menerapkan norma pemeriksaan intern dalam

menjalankan tugasnya.

Pada akhirnya, dewan direksi dan manajer senior mungkin akan

mengharuskan, dengan berjalannya waktu, profesionalisme yang sempurna dari

para staf auditor internalnya. Auditor internal perusahaan yang tidak memiliki

sertifikat mungkin kemudian akan dipertimbangkan hanya sebagai auditor internal

cadangan.

Page 32: Skripsi QIA

54

Atas dasar uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul:

“PENGARUH SERTIFIKASI QUALIFIED INTERNAL AUDITOR

TERHADAP KUALITAS AUDIT INTERNAL (Studi pada 7 BUMN di Kota

Bandung)”.

1.9 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan

permasalahan yang akan diteliti dan dibahas adalah

”Seberapa besar pengaruh sertifikasi Qualified Internal Auditor terhadap

kualitas audit internal"

1.10Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan permasalahan, maka dalam penelitian ini

perlu diterapkan batasan-batasan sebagai berikut:

3. Dalam penelitian ini, Sertifikasi QIA diukur dengan menggunakan

Kemampuan profesional auditor internal yang dikemukakan oleh Sawyer

(2005:10-11) karena Auditor internal yang telah memiliki sertifikat QIA telah

memenuhi kriteria Profesional, sehingga dijadikan indikator dalam mengukur

variabel ini. Sedangkan dimensi yang digunakan untuk mengukur Kualitas

Audit Internal adalah Standar Kinerja menurut Standar Profesi Audit Internal.

Page 33: Skripsi QIA

55

4. BUMN dipilih karena merupakan badan usaha yang vital dalam perekonomian

di Indonesia. 7 (tujuh) BUMN yang dijadikan sebagai sampel, karena menurut

data yang diperoleh dari Dewan sertifikasi QIA, di Kota Bandung hanya 7

BUMN tersebut yang aktif mengikuti program sertifikasi QIA.

1.11Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai salah

satu syarat dalam menyelesaikan studi pada jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Padjadjaran Bandung. Adapun tujuan yang hendak dicapai dari

penelitian ini adalah Untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh sertifikasi

Qualified Internal Auditor terhadap kualitas audit internal.

1.12Kegunaan Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

d. Penulis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pelajaran yang sangat berharga bagi

penulis dalam mengidentifikasikan suatu masalah, menganalisa dan

membandingkannya dengan dengan ilmu yang diperoleh penulis dibangku

kuliah, dengan harapan dapat memperbaiki cara berpikir penulis dalam

menghadapi setiap masalah.

Page 34: Skripsi QIA

56

e. Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan yang bermanfaat bagi

pihak manajemen dalam meningkatkan kinerja auditor internal dan

memberikan gambaran mengenai pentingnya peranan audit internal sebagai

alat bantu manajemen dalam pengambilan keputusan.

f. Pihak Lain

Terutama bagi pembaca, diharapkan dapat menambah wawasan yang lebih

mendalam mengenai audit internal, sehingga dapat digunakan sebagai

referensi jika suatu saat nanti diperlukan untuk mengangkat topik yang

serupa.

1.13Kerangka Pemikiran

Manajemen dituntut untuk lebih efektif dan efisien dalam penggunaan

sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Selain mengandalkan sistem

pengendalian internal yang memadai, manajemen juga membutuhkan suatu fungsi

yang bertugas untuk melakukan penilaian dan evaluasi atas sistem pengendalian

internal tersebut, yaitu fungsi audit internal. Audit internal adalah kegiatan

assurance dan konsultasi yang independen dan objektif yang dirancang untuk

memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit

internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu

pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan

efektivitas pengelolaan resiko, pengendalian dan proses governance (SPAI, 2004).

Page 35: Skripsi QIA

57

Fungsi audit internal merupakan evaluasi yang komprehensif atas berbagai

aktivitas yang ada didalam perusahaan dan tidak terbatas hanya kepada masalah

keuangan saja, melainkan juga meliputi seluruh aspek dan aktivitas yang ada

dalam perusahaan. Dengan dasar ini, maka auditor internal dituntut untuk selalu

terus mengembangkan kemampuan profesionalnya, apalagi dengan semakin

meningkatnya peran auditor internal yang bukan hanya sekedar watchdog tetapi

sudah bergeser perannya menjadi sebagi consultant.

Bekerja secara profesional merupakan tuntutan dalam setiap pekerjaan,

tidak terkecuali terhadap auditor internal. Sifat profesional adalah kondisi-kondisi

kesempurnaan teknik yang dimiliki seseorang melalui dengan pengetahuan yang

dimilikinya disertai latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang berguna untuk

mengembangkan teknik tersebut, dan keinginan untuk mencapai kesempurnaan

dan keunggulan dibandingkan dengan rekan sejawatnya. Menurut Sawyer, kriteria

yang sering digunakan untuk menilai kualitas profesional adalah:

“.....Pelayanan kepada publik, pelatihan khusus berjangka panjang, taat pada kode etik, anggota asosiasi & hadir dalam setiap pertemuan, publikasi jurnal yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian praktik, mengikuti ujian, lisensi dari dewan sertifikasi nasional.....” (sawyer, 2005:10-11).

Salah satu bentuk pengembangan kemampuan profesionalnya dan agar

tidak tertinggal oleh berbagai kemajuan teknologi dan pengetahuan adalah melalui

program sertifikasi, yaitu pengakuan kemampuan profesional bagi profesi tertentu

yang dapat dijadikan sebagai persyaratan untuk melakukan praktik profesi tertentu

pada suatu tempat tertentu. Qualified Internal Auditor (QIA) adalah sertifikat

Page 36: Skripsi QIA

58

dalam bidang internal auditing yang merupakan simbol profesionalisme dari

individu pemegangnya yang diakui secara internasional oleh IIA dan sejajar

dengan gelar / sertifikat di 35 negara. Sertifikat QIA juga merupakan pengakuan

bahwa pemegangnya telah memiliki pengetahuan dan keterampilan internal

auditing (Hiro Tugiman, 2007).

Audit akan berhasil apabila auditor memiliki kemampuan profesional

dalam melaksanakan audit, yaitu dapat menilai semua kegiatan perusahaan guna

membantu manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan. Kemampuan

profesional merupakan kriteria untuk mengukur keberhasilan auditor internal

dalam melaksanakan tugasnya. Semakin tinggi kemampuan profesional yang

dimiliki oleh auditor internal, semakin berkualitas audit yang dilaksanakannya.

Auditor internal pada umumnya dan terlebih auditor internal yang

bersertifikasi QIA mempunyai kemampuan lebih dalam mengevaluasi sistem

pengendalian internal. Seseorang yang bersertifikasi memiliki tingkat kompetensi

yang lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang dalam posisi yang sama tetapi

tidak memiliki sertifikat. Karena melalui sertifikasi Qualified Internal auditor

diharapkan audit internal menjadi professional dalam melaksanakan audit internal

didalam perusahaan sehingga hasilnya menjadi lebih baik dan berkualitas.

Audit disebut berkualitas jika memenuhi standar yang seragam dan

konsisten, yang menggambarkan praktik-praktik terbaik audit internal serta

merupakan ukuran kualitas pelaksanaan tugas untuk memenuhi tanggung jawab

profesinya (YPIA, 2004). Standar Profesi Audit Internal merupakan Pedoman

Page 37: Skripsi QIA

59

Praktik Audit Internal yang menjadi sumber rujukan bagi auditor internal dalam

menjalankan fungsinya secara professional. Standar Profesi Audit Internal terdiri

atas Standar Atribut, Standar Kinerja dan Standar Implementasi. Standar Atribut

berkenaan dengan karakteristik organisasi, individu dan pihak-pihak yang

melakukan kegiatan audit internal. Standar Kinerja menjelaskan sifat dari kegiatan

audit internal dan merupakan ukuran kualitas pekerjaan audit. Standar Kinerja

memberikan praktik-praktik terbaik pelaksanaan audit mulai dari perencanaan

sampai dengan pemantauan tindak lanjut. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa Standar Kinerja merupakan indikator untuk mengukur Kualitas Audit

Internal. Standar Atribut dan Standar Implementasi tidak masuk jadi parameter

dari variabel Kualitas Internal Audit karena menurut SPAI, Standar Kinerja telah

menjelaskan sifat dari kegiatan audit internal dan merupakan ukuran kualitas

pekerjaan audit sehingga Standar Kinerja dianggap sudah cukup untuk mengukut

variabel Kualitas Internal Audit. Standar Kinerja itu sendiri terdiri dari 1)

Pengelolaan Fugsi audit Internal, 2) Lingkup Penugasan, 3)Perencanaan

Penugasan, 4) Pelaksanaan Penugasan, 5) Komunikasi Hasil Penugasan dan 6)

Pemantauan Tindak Lanjut.

Audit yang berkualitas merupakan sebuah tujuan akhir dari proses

pelaksanaan audit internal. Tercapainya audit yang berkualitas ditentukan oleh

kemampuan profesional auditor internal menerapkan standar audit dalam

menjalankan tugasnya. Pada akhirnya, dewan direksi dan manajer senior

mengharuskan, profesionalisme yang sempurna dari para staf auditor internalnya.

Page 38: Skripsi QIA

60

Auditor internal perusahaan yang tidak memiliki sertifikat mungkin kemudian

akan dipertimbangkan hanya sebagai auditor internal cadangan. Berdasarkan

kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini

adalah:

“Sertifikasi Qualified Internal Auditor memiliki pengaruh positif

terhadap kualitas audit internal”.

Bagan 1.1

Kerangka Pemikiran

Auditor internal yang telah memiliki sertifikat QIA sudah sewajarnya memenuhi kriteria Profesional, sehingga Kemampuan profesional auditor internal dijadikan indikator dalam mengukur variabel ini:Pelayanan kepada publikPelatihan khusus berjangka panjangTaat pada Kode EtikAnggota Asosiasi & Hadir Dalam Setiap

PertemuanPublikasi Jurnal yang bertujuan untuk

meningkatkan keahlian praktikMengikuti Ujian Lisensi Dari Dewan Sertifikasi Nasional

(Sawyer, 2005:10-11)

Standar Kinerja:Pengelolaan Fugsi audit

InternalLingkup PenugasanPerencanaan Penugasan Pelaksanaan Penugasan Komunikasi Hasil

Penugasan Pemantauan Tindak Lanjut

(SPAI, 2004)

Pengaruh Sertifikasi Qualified Internal Auditor Terhadap Kualitas Audit Internal

Variabel X:Sertifikasi Qualified Internal

Auditor

Variabel Y:Kualitas Audit Internal

Page 39: Skripsi QIA

61

1.14 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Satuan Pengawasan Intern di 7 (tujuh) Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Kota Bandung yaitu:

8. PT. PLN (Persero) Distribusi Jabar & Banten

9. PT. Telkom Indonesia (Persero)

10. PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero)

11. PT. PINDAD (Persero)

12. PT. INTI (Persero)

13. PT. Kereta Api (Persero)

14. PT. Bio Farma (Persero)

Sedangkan waktu penelitian dilakukan selama bulan Maret 2010 s/d Mei

2010.

Page 40: Skripsi QIA

62

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sertifikasi

Sertifikasi adalah pengakuan kemampuan profesional bagi profesi tertentu

yang diberikan oleh suatu organisasi profesional terhadap seseorang untuk

menunjukkan kompetensi seseorang terhadap suatu pekerjaan atau tugas spesifik.

Sertifikasi biasanya harus diperbaharui secara berkala, atau dapat pula hanya

berlaku untuk suatu periode tertentu.

Untuk dapat memperoleh sertifikasi tersebut, seseorang harus memenuhi

persyaratan seperti memiliki pengetahuan tertentu dan pengalaman bertahun-

tahun, mengikuti serangkaian pendidikan dan lulus ujian yang ditujukan untuk

meningkatkan kemampuan dan profesionalisme profesinya. Sebagai bagian dari

pembaharuan sertifikasi, umumnya diterapkan bahwa seseorang harus

menunjukkan bukti pelaksanaan pendidikan berkelanjutan atau memperoleh nilai

CEU (continuing education unit).

Bagi sebagian profesi, sertifikasi merupakan kualitas tertinggi yang harus

dicapai agar dapat menjalankan fungsi yang lebih optimal, sehingga dapat

dijadikan benchmark atau tujuan bagi peningkatan kualitas sumber daya

manusianya. Sertifikasi biasanya dijadikan sebagai persyaratan untuk melakukan

praktik profesi tertentu pada suatu tempat tertentu.

Page 41: Skripsi QIA

63

2.2 Pengertian Auditing

Pada dasarnya audit bertujuan untuk menilai apakah pelaksanaan sudah

selaras dengan apa yang telah digariskan, maka dapat disimpulkan bahwa audit

merupakan suatu proses membandingkan kenyataan dengan yang seharusnya. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Mulyadi yang mendefinisikan auditing sebagai:

“Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan” (2002:9).

Sedangkan Arens (2003:11) mendefinisikan auditing sebagai:

“Proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independen dan kompeten”

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa auditing

merupakan suatu proses pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematik

oleh pihak yang kompeten dan independen untuk memperoleh dan mengevaluasi

bukti-bukti secara objektif tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu

entitas ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara

pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan serta

penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

Page 42: Skripsi QIA

64

2.3 Audit Internal

Audit internal adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal

audit (IA) perusahaan, baik terhadap laporan keuangan perusahaan maupun

ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan terhadap

peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku.

Perkembangan profesi internal auditing, dewasa ini melaju sangat cepat seiring

dengan perkembangan jaman pada era globalisasi. Definisi / pengertian internal

auditing juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu.

2.3.1 Pengertian Audit Internal

Pendefinisian audit internal sangat penting dalam menjelaskan peran

internal auditor itu sendiri. Auditor internal di seluruh dunia melakukan

pekerjaan mereka secara berbeda, tergantung pada lingkup audit yang

diinginkan manajemen senior. Akibatnya, sulit mendefinisikan berbagai

aktivitas yang dilakukan auditor. Dalam buku Sawyer’s internal auditing yang

diterjemahkan oleh Desi Adhariani (2005:9), IIA memperkenalkan Standard

for the Professional Practice of Internal Auditing (SPPIA) yang berisi definisi

berikut ini:

“Audit internal adalah fungsi penilaian independen yang dibentuk

dalam perusahaan untuk memeriksa dan mengevaluasi aktivitas-aktivitasnya

sebagai jasa yang diberikan kepada perusahaan.” (Sawyer, 2005:9)

Pernyataan diatas lebih merupakan semacam pendahuluan, bukan sebuah

Page 43: Skripsi QIA

65

definisi karena tidak memberikan pemaparan lebih jauh mengenai tanggung

jawab auditor internal dan tidak juga menekankan bahwa audit tidak lagi hanya

berkaitan dengan aspek akuntansi. Mempertimbangkan hal tersebut diatas,

pada bulan Juni 1999 The Institute of internal Auditor’s Board of Directors

kemudian mengeluarkan pernyataan berikut ini:

“Audit internal adalah sebuah aktivitas independen, keyakinan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk member nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Audit tersebut membantu organisasi mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan risiko, kecukupan kontrol dan pengelolaan organisasi.”(dalam Sawyer’s internal auditing, 2005:10)

Dari pengertian diatas dijelaskan bahwa audit internal adalah suatu

kegiatan penilaian yang independen yang dipersiapkan dalam organisasi

sebagai suatu jasa terhadap organisasi. Dari pernyataan tersebut nampak

adanya keinginan kuat IIA agar fungsi audit internal dapat lebih luas dan

fleksibel dan dapat sejalan dengan kebutuhan dan harapan manajemen.

Perbandingan audit internal lama dan baru menurut Hiro tugiman

(2006:13) dapat dilihat dalam tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1Perbandingan Konsep kunci Pengertian Audit Internal

LAMA 1947 Baru 19991. Fungsi penilaian independen yang

dibentuk dalam suatu organisasi

2. Fungsi Penilaian

3. Mengkaji dan mengevaluasi

aktivitas organisasi sebagai bentuk

jasa yang diberikan bagi organisasi

1. Suatu aktivitas independen yang

objektif

2. Aktivitas pemberian jaminan

keyakinan dan konsultasi

3. Dirancang untuk memberikan suatu

nilai tambah serta meningkatkan

Page 44: Skripsi QIA

66

kegiatan operasi organisasi.

Lanjutan Tabel 2.1 4. Fungsi penilaian independen yang

dibentuk dalam suatu organisasi

5. Fungsi Penilaian

6. Mengkaji dan mengevaluasi

aktivitas organisasi sebagai bentuk

jasa yang diberikan bagi organisasi

7. Membantu agar para anggota

organisasi data menjalankan

tanggung jawabnya secara efektif

8. Memberi hasil analisis, penilaian,

rekomendasi, konseling dan

informasi yang berkaitan dengan

aktivitas yang dikaji dan

menciptakan pengendalian efektif

dengan biaya yang wajar.

4. Suatu aktivitas independen yang

objektif

5. Aktivitas pemberian jaminan

keyakinan dan konsultasi

6. Dirancang untuk memberikan suatu

nilai tambah serta meningkatkan

kegiatan operasi organisasi.

7. Membantu organisasi mencapai

tujuannya.

8. Memberikan suatu pendekatan

disiplin uang sistematis untuk

mengevaluasi dan meningkatkan

keefektifan manajemen resiko,

pengendalian dan proses

pengaturan dan pengelolaan

organisasi.

Sumber: Hiro tugiman (2006:13)

2.3.2 Peran Audit Internal

Menurut the International Standard for the Professional Practice of

Internal Auditing dalam buku Dasar-Dasar Audit Internal Sektor Publik, peran

yang dimainkan oleh auditor internal dibagi menjadi dua kategori utama:

1. Jasa assurance merupakan penilaian obyektif auditor internal atas bukti

untuk memberikan pendapat atau kesimpulan independen mengenai proses,

sistem atau subyek masalah lain. Jenis dan lingkup penugasan assurance

Page 45: Skripsi QIA

67

ditentukan oleh auditor internal.

2. Jasa konsultansi merupakan pemberian saran, dan umumnya dilakukan

atas permintaan khusus dari klien (para auditi). Dalam melaksanakan jasa

konsultansi, auditor internal harus tetap menjaga obyektivitasnya dan tidak

memegang tanggung jawab manajemen.

Disamping memberikan jasa audit (tepatnya assurance) dan jasa

konsultansi, auditor internal juga dapat berperan dalam berbagai hal lain yang

memberikan nilai tambah bagi organisasi:

Memberikan masukan kepada pimpinan mengenai berbagai hal terkait

dengan pelaksanaan fungsi manajemen, mulai dari perencanaan (misal:

penyusunan usulan rencana anggaran pendapatan dan belanja) sampai pada

penyusunan laporan. Auditor internal dapat memberi masukan yang

komprehensif kepada manajemen karena dia memiliki akses dan

pengetahuan yang luas terhadap seluruh satuan kerja di lingkungan

organisasi.

Sebagai counterpart (pendamping) auditor eksternal dan pejabat pengawas

lainnya yang melakukan pengawasan di lingkungan tempat dia bekerja.

Peran ini dimaksudkan agar pelaksanaan audit oleh pejabat pengawas

lainnya tersebut dapat berjalan lancar dan dapat dilaksanakan secara efisien.

Disamping itu, jika ada permasalahan yang perlu diperhatikan segera dapat

dikomunikasikan dengan pejabat terkait.

Dalam hal tertentu, bila independensi, kompetensi dan kecermatan

Page 46: Skripsi QIA

68

profesional dalam melaksanakan tugas dipandang memenuhi syarat,

dimungkinkan hasil pengawasannya akan dimanfaatkan oleh auditor

eksternal, sebagai pendukung terhadap laporan audit yang akan

diterbitkannya. Dengan demikian, luas pemeriksaan oleh auditor eksternal

dapat dikurangi dan biaya auditnya dapat lebih efisien.

2.3.3 Ruang Lingkup Audit Internal

Dalam Institute of Internal Audit (1995:29) dinyatakan bahwa:

“The scope of internal auditing should encompass the examination and evaluation of the adequacy and effectiveness of the organization‘s system of internal controland quality performance in carrying and assigned responsibilities”.

Menurut pernyataan yang telah disebutkan diatas, ruang lingkup

pekerjan audit internal mencakup pemeriksaan, pengevaluasian dan

efektivitas dari system pengendalian internal perusahaan dan kualitas kinerja

dalam melakukan kewajibannya. Sejalan dengan yang telah dinyatakan oleh

IIA, maka The Institute of Chartered Accountant in Australia (ICAA,

1994:76) mengemukakan tentang ruang lingkup audit internal, yaitu:

“The scope and objective of internal audit very widely and depent upon the size and structure of the entity and the requirement of its management, normally however internal audit operates in one or more of the following areas; a) Review of accounting system and related internal controls;

b) Examination of the management of financial and operating information;

c) Examination of the economy, efficiency and effectiveness of operation including non-financial control of an organization.”

Page 47: Skripsi QIA

69

Selain itu, dalam Sawyer’s internal auditing yang diterjemahkan oleh

Desi Adhariani (2005:10) disebutkan bahwa ruang lingkup audit internal

mencakup:

“Penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan oleh auditor internal terhadap operasi dan control yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan

2) risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi

3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bias diterima telah diikuti

4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi

5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis

6) tujuan ekonomi telah dicapai secara efektif.

Semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajeman dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif”.

Ruang lingkup audit internal sangat luas tergantung pada besar kecilnya

organisasi dan permintaan dari manajemen organisasi yang bersangkutan, tidak

hanya terbatas pada pemeriksaan atas laporan keuangan saja, melainkan meluas

menjadi audit kepatuhan, audit operasional, audit kecurangan (fraud), audit

dalam rangka membantu penyidikan (forensic audit), dan sebagainya.

Walaupun masing-masing jenis audit memiliki tujuan yang berbeda, namun

pada dasarnya, sasaran awalnya adalah untuk meyakini keandalan (layak

dipercaya atau tidaknya) informasi yang diaudit.

Page 48: Skripsi QIA

70

2.4 Sertifikasi Qualified Internal Auditor

QIA (Qualified Internal Auditor) adalah gelar kualifikasi dalam bidang

internal auditing, yang merupakan simbol kualitas dan profesionalisme individu

yang menyandang gelar tersebut. Gelar QIA merupakan pengakuan bahwa

penyandang gelar telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sejajar

dengan kualifikasi internal auditor tingkat internasional. Sertifikasi ini juga telah

memenuhi kriteria organisasi profesi yang dikemukakan oleh Sawyer (2005:10)

yaitu: pelayanan kepada publik, pelatihan khusus berjangka panjang, mentaati

kode etik, anggota asosiasi & hadir dalam setiap pertemuan, menerbitkan jurnal-

jurnal yang berhubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, mengikuti

ujian, memiliki lisensi dari dewan sertifikasi nasional.

QIA diberikan oleh Dewan Sertifikasi yang terdiri dari unsur-unsur

organisasi profesi internal audit terkemuka di Indonesia yaitu unsur Badan

Pengawasan Keuangan & Pembangunan (BPKP), Forum Komunikasi Satuan

Pengawasan Intern BUMN/BUMD, The Institute of Internal Auditor (IIA)

Indonesia Chapter, Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII), YPIA dan

akademisi serta praktisi bisnis yang memiliki kompetensi dan komitmen terhadap

internal auditing. Sampai saat ini, YPIA adalah satu-satunya lembaga yang diberi

wewenang oleh Dewan Sertifikasi untuk menyelenggarakan pendidikan dan Ujian

Sertifikasi QIA.

Page 49: Skripsi QIA

71

2.4.1 Jenjang Pendidikan dan Materi Sertifikasi QIA

Sertifikasi internal auditor dilakukan oleh Dewan Standar Qualified

Internal Auditor yang berhak mengeluarkan gelar QIA bagi auditor yang

telah memiliki pengalaman kerja dalam bidang internal auditing paling

sedikit selama 1 tahun dan telah lulus dari ± 20 ujian sejenis, yang

diselenggarakan dalam lima jenjang pendidikan sebagai berikut:

GAMBAR 2.1Jenjang Pendidikan dan Ujian Sertifikasi QIA

Sumber: YPIA

Setiap jenjang pendidikan akan dilakukan ujian-ujian dan bagi peserta

yang lulus dijenjang pelatihan tersebut akan memperoleh sertifikat. Khusus

pada Tingkat Manajerial selain auditor harus menempuh ujian komprehensif

serta wajib membuat paper (makalah) yang dipresentasikan dihadapan

DASAR I2 Minggu5 Ujian

DASAR II2 Minggu5 Ujian

LANJUTAN I2 Minggu6 Ujian

MANAJERIAL8 Hari + Studi Banding

Presentasi + Ujian

Paper5000 Kata

QIA

DASAR LANJUTAN MANAJERIAL

PPL

QIA

LANJUTAN II 2 Minggu6 Ujian

Page 50: Skripsi QIA

72

Dewan Penguji dari dewan sertifikasi QIA. Apabila peserta telah berhasil

lulus untuk ketiga jenjang yang disyaratkan tersebut, maka yang

bersangkutan berhak memperoleh gelar QIA (Qualified Internal Auditor).

Materi pelatihan sertifikasi QIA dikembangkan berdasarkan hasil

survei yang dilakukan oleh Institute Internal Auditor dalam merumuskan

pengetahuan dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh seseorang sehingga

memiliki standar kualifikasi internal auditor tingkat dunia. Materi-materi

tersebut diberikan secara bertahap sesuai dengan sifat ketrampilan dan

tingkat kompleksitasnya, meliputi:

Tabel 2.2

Materi pelatihan dan Pendidikan sertifikasi QIA

Proses Internal Audit

Keterampilan Internal Audit

Management Control dan Teknologi Informasi

Lingkungan Audit

Dasar I

Profesionalisme, Standar dan Kode Etik

Dasar-dasar akunting

Pengantar Akuntansi

Manajemen Keuangan

Kebijakan Pemerintah

Dasar IIInternal Audit I (control system)

Manajemen Audit

Sistem Informasi Manajemen

Perpajakan

Pasar Modal

Lanjutan I

Internal Audit II (Teknik Internal Audit)

Audit Sampling Audit Sistem Informasi I

Akuntansi Keuangan Menengah

Manajemen

Page 51: Skripsi QIA

73

Pemasaran

Lanjutan tabel 2.2

Lanjutan II

Fraud Auditing Internal Audit III( Teknik Pelaporan)

Akuntansi Manajemen

Audit Sistem Informasi II

Ekonomi Makro & Mikro

Manajerial

Komunikasi dan Psikologi Audit

Manajemen Audit Internal

Peran Internal Auditor pada Abad 21

Manajemen Stratejik

Kebijakan Pengawas Pemerintah

Sumber: YPIA

Sebagaimana terlihat dalam bagan tersebut di atas, pelatihan dan ujian

sertifikasi QIA dikelompokkan dalam empat kategori: pengetahuan mengenai

proses internal auditing, penguasaan atas skill (keterampilan) internal

auditing, pemahaman atas management control dan teknologi informasi, dan

pemahaman atas lingkungan audit.

Apabila setelah 3 tahun sejak internal auditor tersebut memperoleh

gelar QIA, namun belum memenuhi perolehan / kewajiban PPL minimal 180

jam, maka gelar QIA tersebut dapat dicabut kembali oleh Dewan Sertifikasi

QIA. Setiap pemegang QIA diwajibkan melaporkan pengumpulan kredit

PPL-nya kepada Dewan Sertifikasi QIA pada setiap akhir tahun. Ketentuan

Page 52: Skripsi QIA

74

tentang Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) diatur oleh Dewan

sertifikasi QIA sebagai berikut:

Tabel 2.3

KREDIT PENDIDIKAN PROFESIONAL BERKELANJUAN

NO JALUR KREDIT PPL NILAI KREDIT1 PENDIDIKAN 1. Peserta seminar / pelatihan /

workshop di Dalam Negeri.10 Jam / hari  

2. Peserta seminar / pelatihan / workshop di Luar Negeri.

20 Jam / hari 

3. Moderator seminar. 20 Jam

4. Pembicara seminar. 40 Jam

5. Pengajar Pelatihan Bidang Auditing (Related to Auditing).

sesuai jam efektif mengajar.

6. Kegiatan pembinaan & pengembangan auditor di Kantor Sendiri.

Sesuai jam efektif.

2 PUBLIKASI 1. Penulisan artikel.  20 jam / tiap artikel.

2. Penulisan Diktat (Modul). 30 jam / tiap diktat (modul).

3. Penterjemahan Buku 30 jam / tiap buku4. Penulisan Buku 60 jam / tiap buku5. Editor / penyunting penulisan

buku.30 jam / tiap buku

3 PRAKTISI Praktek sebagai auditor dalam 1 tahun   penuh .

Diberi kredit sesuai dengan jam penugasan, dengan kedit max 30 jam per tahun

Sumber: YPIA

Guna memelihara kualitas pelaksanakan tugasnya, penyandang gelar

QIA wajib mematuhi standar dan kode-etik profesi yang dikeluarkan oleh

Page 53: Skripsi QIA

75

Dewan Sertifikasi. YPIA membantu Dewan Sertifikasi dalam menyiapkan

dan memonitor pelaksanaan standar, kode-etik, dan program continuing

profesional education. Pernyataan yang diberikan oleh auditor internal

bersertifikasi QIA yang telah terukur keakuratannya diharapkan dapat

menjamin kualitas profesional internal audit dan pelaksanaan audit internal.

2.4.2 Keistimewaan Sertifikasi QIA

Sertifikasi QIA yang dijalankan semenjak tahun 1995 memiliki

banyak keistimewaan, antara lain:

1. Sertifikasi QIA merupakan sertifikasi resmi internal auditor yang pertama

di Indonesia, walaupun pendidikan dan pelatihan sertifikasi yang diberikan

di YPIA bukan yang pertama di Indonesia

2. Proses sertifikasi tersebut disahkan oleh BPKP

3. Sertifikasi QIA tersebut diharapkan dapat membentuk dan memacu

internal auditor untuk lebih kompeten dan professional dalam menjalankan

tugas-tugasnya. Pendidikan dan pelatihan di YPIA akan meningkatkan

pengetahuan dan pemahaman internal audit akan tugas yang menjadi

tanggung jawabnya, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kualitas

audit internal.

4. Sertifikasi tersebut didorong oleh adanya kode etik QIA yang

mensyaratkan kewajiban pada profesi, manajemen, pemegang saham, dan

masyarakat untuk memelihara perilaku professional yang tinggi.

Page 54: Skripsi QIA

76

5. Internal audit yang bersertifikasi QIA diharuskan untuk memperbaharui

pendidikannya dalam jangka waktu 3 sampai 5 tahun setelah memperoleh

gelar sertifikasi QIA tersebut. Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi atas

perubahan-perubahan yang terjadi.

2.5 Kemampuan Profesional Auditor Internal

Sifat-sifat profesional adalah kondisi-kondisi kesempurnaan teknik yang

dimiliki seseorang melalui latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang

berguna untuk mengembangkan teknik tersebut, dan keinginan untuk mencapai

kesempurnaan dan keunggulan dibandingkan dengan rekan sejawatnya. Sertifikat

Qualified Internal Auditor merupakan simbol kualitas dan profesionalisme

individu yang menyandang gelar tersebut. Sertifikasi ini telah memenuhi kriteria

profesianal yang dikemukakan oleh Sawyer (2005:10) yaitu:

1. Pelayanan Kepada Publik

Auditor Internal memberikan jasa untuk meningkatkan penggunaan sumber

daya secara efektif dan efisien. Kode Etik profesi ini mensyaratkan anggotanya

menghindari terlibat dalam kegiatan ilegal. Auditor internal juga melayani

publik melalui hubungan kerja mereka dengan komite audit, dewan direksi dan

badan pengelola lainnya.

2. Pelatihan Khusus Berjangka Panjang

Pemberian gelar auditor internal kepada seseorang tidak secara otomatis

menjadikan orang tersebut profesional. Untuk memenuhi kriteria ini, internal

Page 55: Skripsi QIA

77

auditor harus mengikuti pelatihan-pelatihan, lulus test khusus, dan memperoleh

sertifikat. Jadi hanya auditor internal yang telah mengikuti ujian dan menerima

pengukuhan sebagai Qualified Internal Auditor yang dapat mengaku sebagai

auditor internal profesional.

Page 56: Skripsi QIA

78

3. Taat pada Kode Etik

Profesi audit internal memiliki kode etik profesi yang harus ditaati dan

dijalankan oleh segenap auditor internal. Kode etik tersebut memuat standar

perilaku sebagai pedoman bagi seluruh auditor internal. Pelanggaran terhadap

kode etik dapat mengakibatkan dicabutnya keanggotaan auditor internal dari

organisasi profesinya.

4. Anggota Asosiasi & Hadir Dalam Setiap Pertemuan

Di Indonesia telah terdapat beberapa organisasi profesi seperti Forum

Komunikasi Satuan Pengawasan Internal Badan Usaha Milik Negara dan

Badan Usaha Milik Daerah (FKSPI BUMN/D), Yayasan Pendidikan Internal

Audit (YPIA), Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA), dan

Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII).

5. Publikasi Jurnal yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian praktik

Lembaga Auditor internal menerbitkan jurnal Internal Auditor, buku-buku

teknis, studi riset, monograf, presentasi audio-visual, dan lain-lain. Sumbangan

bagi publikasi ini datang bukan saja dari praktisi, tetapi juga dari akademisi

yang terkenal.

6. Mengikuti Ujian

Sertifikasi internal auditor dilakukan oleh Dewan Standar Qualified Internal

Auditor yang berhak mengeluarkan gelar QIA bagi auditor yang telah

Page 57: Skripsi QIA

79

memiliki pengalaman kerja dalam bidang internal auditing paling sedikit

selama 1 tahun dan telah lulus dari ± 20 ujian sejenis, yang diselenggarakan

dalam lima jenjang pendidikan (Gambar 2.1)

7. Memiliki Lisensi Dari Dewan Sertifikasi Nasional

Seseorang yang bekerja sebagai internal auditor dapat menandatangani laporan

internal audit dan memberikan opini atas audit tanpa khawatir akan tindakan

hukum. Akan tetapi mulai terjadi perubahan secara perlahan-lahan. Beberapa

departemen internal audit mengharuskan seluruh anggotanya memiliki

sertifikat.

2.6 Kualitas Audit Internal

Audit dikatakan berkualitas jika memenuhi standar yang seragam dan

konsisten, yang menggambarkan praktik-praktik terbaik Audit internal serta

merupakan ukuran kualitas pelaksanaan tugas untuk memenuhi tanggung jawab

profesinya. Standar tersebut terrangkum dalam Standar Profesi Audit Internal

(YPIA, 2004).

Standar Profesi Audit Internal merupakan Pedoman Praktik Audit Internal

yang menjadi sumber rujukan bagi auditor internal dalam menjalankan fungsinya

secara professional. Standar Profesi Audit Internal terdiri atas Standar Atribut,

Standar Kinerja dan Standar Implementasi. Standar Atribut dan Standar Kinerja

berlaku untuk semua jenis penugasan audit internal, sedangkan Standar

Implementasi hanya berlaku untuk satu penugasan tertentu.

Page 58: Skripsi QIA

80

Standar Atribut berkenaan dengan karakteristik organisasi, individu dan

pihak-pihak yang melakukan kegiatan audit internal. Standar Kinerja memberikan

praktik-praktik terbaik pelaksanaan audit mulai dari perencanaan sampai dengan

pemantauan tindak lanjut. Standar Implementasi merupakan standar yang

diterbitkan di masa mendatang untuk kegiatan tertentu, misalnya kegiatan

Assurance, consulting, Investigasi dan Control Self Assessment (CSA).

Standar Kinerja (SPAI, 2004) menjelaskan sifat dari kegiatan audit

internal dan merupakan ukuran kualitas pekerjaan audit. Standar tersebut terdiri

dari:

1. Pengelolaan Fungsi audit Internal: Penanggung jawab fungsi audit internal

harus mengelola fungsi audit internal secara efektif dan efisien untuk

memastikan bahwa kegiatan fungsi tersebut memberikan nilai tambah bagi

organisasi.

2. Lingkup Penugasan: Fungsi audit internal melakukan evaluasi dan

memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko,

pengendalian, dan governance, dengan menggunakan pendekatan yang

sistematis, teratur dan menyeluruh.

3. Perencanaan Penugasan: Auditor internal harus mengembangkan dan

mendokumentasikan rencana untuk setiap penugasan yang mencakup ruang

lingkup, sasaran, waktu dan alokasi sumber daya.

Page 59: Skripsi QIA

81

4. Pelaksanaan Penugasan: Dalam melaksanakan audit, auditor internal harus

mengidentifikasi, menganalisa dan mendokumentasikan informasi yang

memadai untuk mencapai tujuan penugasan.

5. Komunikasi Hasil Penugasan: Auditor internal harus mengkomunikasikan

hasil penugasannya secara tepat waktu.

6. Pemantauan Tindak Lanjut: Penanggungjawab fungsi audit internal harus

menyusun dan menjaga sistem untuk memantau tindak lanjut hasil penugasan

yang telah dikomunikasikan kepada manajemen.

2.7 Pengaruh Sertifikasi Qualified Internal Auditor Terhadap

Kualitas Audit Internal

Organisasi profesi audit internal berkeyakinan bahwa fungsi internal audit

yang efektif mampu menawarkan sumbangan penting dalam meningkatkan proses

corporate governance, pengelolaan risiko dan pengendalian manajemen. Auditor

internal pada umumnya dan terlebih auditor internal yang bersertifikasi QIA

mempunyai kemampuan lebih dalam mengevaluasi sistem pengendalian internal.

Seseorang yang bersertifikasi memiliki tingkat kompetensi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan seseorang dalam posisi yang sama tetapi tidak memiliki

sertifikat, karena melalui sertifikasi Qualified Internal auditor diharapkan audit

internal menjadi professional dalam melaksanakan audit internal didalam

perusahaan sehingga hasilnya menjadi lebih baik dan berkualitas.

Page 60: Skripsi QIA

82

Audit yang berkualitas merupakan sebuah tujuan akhir dari proses

pelaksanaan audit internal. Tercapainya audit yang berkualitas ditentukan oleh

kemampuan profesional auditor internal menerapkan norma pemeriksaan intern

dalam menjalankan tugasnya.

Apabila auditor internal berkualitas, berperan dengan baik dan didukung

oleh kemauan baik dari pimpinan organisai, pengendalian intern akan lebih baik

dan dengan sendirinya kinerja perusahaan akan semakin meningkat dan bagi

manajemen semua level, serta akuntan public tugasnya akan sangat terbantu.

(Hiro di jurnal Unesco International Centre for engineering education (UICEF),

Melbourne 2002:256).

2.8 Self Assessment, Self Regulation & Self Evaluation

A. Self Assessment

Penilaian diri (Self Assessment) adalah suatu teknik penilaian, dimana

subjek yang ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan

dengan, status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya

dalam mata pelajaran tertentu. Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak

positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang . Keuntungan penggunaan

teknik ini antara lain sebagai berikut:

Dapat menumbuhkan rasa percaya, karena mereka diberi kepercayaan

untuk menilai dirinya sendiri;

Page 61: Skripsi QIA

83

Seseorang dapat menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena

ketika mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap

kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya;

Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih orang tersebut untuk

berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam

melakukan penilaian.

Sedangkan kekurangannya adalah assessment yang dilakukan tidak

independen karena dilakukan sendiri dan dapat menimbulkan pertanyaan apakah

assessment telah dilakukan secara obyektif. Akibatnya mungkin timbul

keraguan bagi pihak di luar apakah penilaian mandiri tersebut telah

dilaksanakan secara obyektif dan apakah hasil penilaian mandiri tersebut telah

benar-benar mencerminkan kondisi yang sesungguhnya terdapat di perusahaan.

Namun demikian bukan berarti metode penilaian mandiri ini tidak ada

manfaatnya. Metode penilaian mandiri tetap besar potensi manfaatnya

sepanjang assessment tersebut dikerjakan secara jujur dan obyektif.

B. Self Regulation

Menurut Goleman (2001:514) mendefinisikan pengaturan diri (Self

Regulation) dengan menangani emosi kita sedemikian sehingga berdampak

positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda

kenikmatan sebelum tercapainya sesuatu sasaran dan mampu pulih kembali dari

tekanan emosi. Seorang auditor yang mempunyai pengaturan diri yang baik

akan memiliki rasa tanggung jawab atas kinerja pribadi dan mempunyai

Page 62: Skripsi QIA

84

keluwesan dalam menghadapi berbagai perubahan (Goleman 2001:130). Selain

itu orang dengan pengaturan diri mudah menerima dan terbuka terhadap

gagasan, pendekatan dan informasi-informasi baru. Dengan pengaturan diri

seseorang akan memiliki integritas yang tinggi, bersikap terbuka, jujur dan

konsisten sehingga mengantarkan seseorang menjadi bintang kinerja dalam

bidang apapun (Goleman 2001:144). Dengan pengaturan diri, auditor akan

memenuhi komitmen tetap teguh, tetap positif, tidak goyah serta dapat berfikir

jernih dan tetap fokus meskipun dalam tekanan (Goleman 2001:131). Salah satu

ciri auditor unggulan adalah sifat tidak mudah diintimidasi atau ditekan

(Goleman 2001:109). Berdasarkan uraian tersebut dapat diasumsikan bahwa

pengaturan diri berpengaruh terhadap kinerja auditor.

C. Self Evaluation

Komite audit seharusnya mempertimbangkan untuk melaksanakan

Evaluasi diri (Self Evaluation) tahunan yang menyeluruh atas kinerja dan

efektivitasnya. Evaluasi-diri dapat dilakukan dalam berbagai bentuk yang

berbeda, melibatkan jumlah peserta, dan menggunakan teknik yang

beragam. Namun, yang paling penting, evaluasi-diri harus mengadopsi

pendekatan langsung yang akan membantu komite audit dalam menilai kekuatan

dan kelemahan dan meletakkan landasan bagi perbaikan di masa

depan. Sebelum evaluasi diri dimulai, Komite harus menetapkan bagaimana

evaluasi diri dapat menjamin bahwa jawaban mencerminkan pertukaran ide dan

Page 63: Skripsi QIA

85

opini yang jujur diantara ketua dan anggota komite

(www.aicpa.org/download/.../Audit_Comm_dec09_linked.pdf).

Evaluasi diri meliputi:

1. Introspeksi. Evaluasi kinerja komite audit dengan menanyakan pertanyaan

spesifik tentang dampak telah diorganisasi, dan yang paling penting, proses

pelaporan keuangan, audit tahunan, hubungan dengan auditor internal dan

independen, anggota manajemen dan pejabat terpilih. Pertimbangkan

termasuk wakil dari badan atau pejabat setara dalam proses evaluasi.

2. Komprehensif. Melakukan evaluasi 360 derajat dari semua anggota komite

audit dan ketua komite. Ketua harus mempertimbangkan hasil evaluasi dari

masing-masing anggota komite dalam konteks evaluasi ketua di

anggota. Ketua harus mempertimbangkan apakah ada anggota komite harus

dirotasi dari komite, hal ini harus dilakukan melalui konsultasi dengan

perwakilan dari badan atau pejabat setara. Catatan kehadiran anggota dan

tingkat partisipasi harus dipertimbangkan selama proses ini.

3. Peningkatan kinerja. Mintalah kepala eksekutif audit, chief financial officer,

CEO, dan auditor independen untuk komentar pada kinerja komite

audit. Sertakan ini umpan balik konstruktif dalam sesi sebagaimana

dimaksud dalam angka 1 di atas.

4. Kompetensi. Gunakan alat yang tersedia, termasuk AICPA Penilaian

Kompetensi Self-Tool (CAT) untuk mengevaluasi kinerja.

Page 64: Skripsi QIA

86

5. Kepemimpinan. Para anggota harus bicara tentang kinerja komite. Jika

anggota secara kolektif sepakat bahwa komite tidak berkinerja pada tingkat

yang dibutuhkan, para anggota harus membawa keprihatinan mereka untuk

menjadi perhatian ketua badan atau pejabat setara.

Page 65: Skripsi QIA

87

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah Sertifikasi Qualified Internal Auditor

sebagai variabel independen dan Kualitas Audit Internal sebagai variabel

dependen. Pemilihan objek tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa

Sertifikasi Qualified Internal Auditor merupakan salah satu ciri professionalisme

yang dibutuhkan oleh auditor internal, sehingga audit yang dilakukannya

berkualitas. Sedangkan unit analisis dari penelitian ini adalah Satuan Pengawasan

Internal pada tujuh Badan Usaha Milik Negara yang ada di Kota Bandung, yaitu:

1. PT. PINDAD (Persero)

2. PT. INTI (Persero)

3. PT. Kereta Api (Persero)

4. PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero)

5. PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA (Persero)

6. PT. PLN (Persero) Distribusi Jabar & Banten

7. PT. Bio Farma (Persero)

Page 66: Skripsi QIA

88

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan oleh penulis untuk melakukan penelitian adalah

metode deskriptif analitis. Penelitian deskriptif analitis merupakan penelitian

terhadap fakta-fakta saat ini dari suatu populasi. Tujuan dari penelitian dengan

menggunakan metode deskriptif ini adalah untuk menguji hipotesis atau

menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan current status dari subjek yang

diteliti. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survei yaitu

pengumpulan dan analisis data berupa opini dari subjek yang diteliti (responden)

melalui tanya jawab dengan cara mengisi kuisioner dan wawancara (Indriantoro &

Supomo, 2002:26). Periode waktu yang digunakan adalah cross sectional yaitu

faka sesaat berupa data yang hanya sekali dikumpulkan dalam suatu periode

pengamatan dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian (Sekaran, 2006:177).

3.2.1 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk mengetahui jenis dan

indikator dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini. Selain itu,

proses ini juga dimaksudkan untuk menentukan skala pengukuran dari

masing-masing variabel sehingga pengujian hipotesis dengan menggunakan

alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar.

Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati.

Variabel-variabel yang dioperasionalisasikan adalah semua variabel yang

terkandung dalam hipotesis yang telah dirumuskan, yaitu sebagai berikut:

Page 67: Skripsi QIA

89

1. Variabel independen atau variabel X yaitu Sertifikasi Qualified Internal

Auditor

2. Variabel dependen atau variabel Y yaitu Kualitas Audit Internal

Sertifikasi Qualified Internal Auditor yaitu gelar kualifikasi dalam

bidang internal auditing, yang merupakan simbol kualitas dan profesionalisme

individu yang menyandang gelar tersebut. Dalam hal ini, kualitas dan

profesionalisme individu tercermin dalam kualitas dan profesionalisme

perusahaan. Sedangkan Kualitas Audit Internal yaitu karakteristik audit

internal yang memenuhi standar yang seragam dan konsisten, yang

menggambarkan praktik-praktik terbaik audit internal serta merupakan ukuran

kualitas pelaksanaan tugas untuk memenuhi tanggung jawab profesinya

(YPIA, 2004).

Untuk keperluan pengujian, maka variabel-variabel tersebut perlu

dijabarkan sehingga diperoleh indikator-indikator dari masing-masing

variabel. Adapun indikator-indikator dari masing-masing variabel tersebut

diuraikan pada tabel 3.1.

Page 68: Skripsi QIA

90

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Dimensi IndikatorItem

NomorSkala

UkuranSkala

Variabel X:

Sertifikasi Qualified

Internal Auditor

Kemampuan Profesional

(Sawyer, 2005)

a. Pelayanan kepada publik 1-5

Ordinal Likert

b. Pelatihan khusus berjangka panjang 6-9

c. Taat pada Kode Etik 10-17

d. Anggota Asosiasi & Hadir Dalam Setiap Pertemuan 18-19e. Publikasi Jurnal yang bertujuan untuk meningkatkan

keahlian praktik20-22

f. Mengikuti Ujian 23

g. Lisensi Dari Dewan Sertifikasi Nasional 24

Variabel Y:

Kualitas Audit Internal

Standar Kinerja (SPAI, 2004)

a. Pengelolaan Fungsi audit Internal 25-31

Ordinal Likert

b. Lingkup Penugasan 32-38

c. Perencanaan Penugasan 39-43

d. Pelaksanaan Penugasan 44-47

e. Komunikasi Hasil Penugasan 48-51

f. Pemantauan Tindak Lanjut 52-54

Page 69: Skripsi QIA

3.2.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yaitu sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang

mempunyai karakteristik tertentu. Sedangkan populasi target adalah populasi

spesifik yang relevan dengan tujuan atau masalah penelitian (Indriantoro dan

Supomo, 2002:115). Dari pernyataan tersebut, maka populasi target penelitian

ini adalah Tim audit pada tujuh Badan Usaha Milik Negara yang ada di Kota

Bandung yaitu:

1. PT. PINDAD (Persero)

2. PT. INTI (Persero)

3. PT. Kereta Api (Persero)

4. PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero)

5. PT. Telekomunikasi Indomesia (Persero)

6. PT. PLN (Persero) Distribusi Jabar & Banten

7. PT. Bio Farma (Persero)

Untuk menentukan ukuran populasi atau sampel dalam penelitian ini

mengacu pada pernyataan Suharsimi Arikunto (2002:107) Bahwa untuk

menentukan anggota sampel, maka apabila subjek kurang dari 100 (seratus)

lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian sensus.

Selanjutnya jika subjek besar, dapat diambil antara 10% - 12% atau 20% - 25%

atau lebih tergantung kemampuan penelitian dilihat dri waktu, tenaga dan dana.

Sampel dalam penelitian ini adalah sampel jenuh atau sensus dimana seluruh

anggota populasi diambil. Unit analisis dari penelitian ini adalah Satuan

Pengawasan Internal pada tujuh Badan Usaha Milik Negara yang ada di Kota

1

Page 70: Skripsi QIA

92

Bandung. Sedangkan responden dalam penelitian ini adalah Ketua / Pengawas

Tim Audit internal yang mengikuti program sertifikasi QIA.

3.2.3 Keterbatasan Penelitian

Hasil dari penelitian ini terdapat keterbatasan pada responden penelitian

untuk penilaian variabel-variabel penelitian karena responden yang menjadi

objek penelitian diminta untuk menilai dirinya sendiri sehingga dapat

menyebabkan hasil penelitian yang bias. Selain itu, tingkat generalisasi dari

hasil penelitian ini hanya berlaku untuk objek penelitian, serta masih terdapat

factor-faktor lain yang tidak diteliti.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data adalah suatu usaha untuk mengumpulkan

data yang dilakukan secara sistematis dengan prosedur yang telah ditetapkan

(Suharsimi Arikunto, 2002:123). Data yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan data kualitatif, dimana data kualitatif dapat dijelaskan melalui

perhitungan jumlah setiap kategori yang diamati (Indriantoro dan Supomo,

2002:115). Sedangkan jika dilihat dari sumber datanya, penelitian ini

menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari

sumber asli. Data primer dikumpulkan secara khusus oleh peneliti untuk

menjawab pertanyaan penelitian. Pada penelitian ini, data dapat berupa opini

subjek secara individual dengan menggunakan kuisioner sebagai instrument

Page 71: Skripsi QIA

93

penelitian. Pengumpulan data dapat dilakukan berdasarkan atas berbagai

sumber dan cara. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui dua

cara yaitu:

a. Studi Kepustakaan

Penulis melakukan penelitian dengan membaca beberapa literatur, referensi,

sumber-sumber pendukung lainnya juga materi yang penulis peroleh selama

perkuliahan untuk mendapatkan data sekunder.

b. Studi Lapangan

Penulis melakukan penelitian dengan mengunjungi langsung objek

penelitian tersebut untuk mendapatkan data-data yang diperlukan melalui

penyebaran kuesioner kepada responden. Kuesioner dilakukan dengan

menyebarkan beberapa pertanyaan mengenai Sertifikasi Qualified Internal

Auditor dan kualitas audit internal auditor. Jenis kuisioner yang digunakan

adalah kuesioner tertutup dengan skala likert yaitu ukuran yang digunakan

untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang fenomena.

Skor jawaban untuk setiap item pertanyaan yang digunakan oleh peneliti

adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2

Skor Jawaban dengan Skala Likret

Sangat tidak setuju / Sangat tidak sesuai, sangat tidak baik, tidak pernah

1

Tidak setuju / tidak sesuai, tidak baik, hampir tidak pernah 2Ragu-ragu / netral, kadang-kadang 3Setuju / sesuai, baik, sering 4Sangat setuju / sangat sesuai, sangat baik, selalu 5

Page 72: Skripsi QIA

94

Page 73: Skripsi QIA

95

3.2.5 Transformasi Data dari Ordinal manjadi Interval

Data yang diperoleh dari kuisioner merupakan data ordinal maka agar

dapat diolah lebih lanjut data hasil kuisioner penelitian tersebut harus

dikonversikan terlebih dahulu menjadi skala interval. agar dapat menggunakan

tes statistic parametric. Cara yang digunakan adalah dengan metode successive

interval yaitu metode skala yang digunakan untuk menaikkan skala pengukuran

ordinal ke skala pengukuran interval. Secara garis besar Successive Interval

dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Pada setiap butir jawaban tentukan frekuensi responden yaitu banyaknya

responden yang mendapat skor 1, 2, 3, 4, dan 5.

b. Membagi setiap bilangan frekuensi dengan banyaknya responden

keseluruhan yang menghasilkan proporsi.

c. Jumlahkan nilai proporsi secara keseluruhan untuk setiap responden

sehingga diperoleh proporsi kumulatif.

d. Tentukan nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh dengan

menggunakan tabel distribusi normal

e. Tentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan

menggunakan tabel tinggi densitas.

f. Menhitung nilai skala / skala value (SV) yaitu:

Page 74: Skripsi QIA

96

Keterangan:

= Kepadatan batas bawah

= Kepadatan batas atas

= Daerah di bawah batas atas

= Daerah di bawah batas bawah

g. Menentukan nilai Skala Interval (k)

3.2.6 Metode Pengujian dan Analisis Data

3.2.6.1 Metode Pengujian Data

Karena dalam penelitian ini data diperoleh melalui penyebaran

kuisioner, maka kesungguhan responden dalam menjawab pertanyaan

merupakan hal yang sangat penting. Untuk memastikan bahwa data yang

diperoleh akurat dan dapat diandalkan, harus dilakukan uji kualitas dan uji

normalitas data terhadap instrumen penelitian.

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kecermatan suatu alat

ukur yang digunakan dalam menjalankan fungsinya sehingga diketahui

validitasnya (kesahihannya). Skala yang digunakan adalah skala ordinal,

untuk uji validitas yang digunakan adalah dengan mengkorelasikan skor

masing-masing item pertanyaan dengan total skor untuk seluruh item

variabel. Untuk menentukan kevalidan item kuesioner digunakan metode

Koefisien korelasi Product Moment Pearson yaitu dengan

Page 75: Skripsi QIA

97

mengkorelasikan skor total yang dihasilkan oleh masing-masing

responden dengan masing-masing item, dengan rumus:

Keterangan:

r = koefisien korelasi Pearson

n = banyak data

X = data variable X

Y = data variable Y

Kemudian nilai korelasi ini dibandingkan dengan syarat minimum

korelasi r=0,3. Jika nilai r hitung lebih besar dari syarat minimum r

korelasi, maka item tersebut adalah valid. Setelah valid, barulah skor-skor

dari item tersebut dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas suatu pengukuran menunjukkan sejauh mana

pengukuran tersebut bebas dari bias. Suatu pengukuran yang memiliki

reliabilitas tinggi adalah pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur

yang dapat dipercaya (reliable).

Uji reliabilitas adalah pengujian keandalan alat ukur yang

digunakan untuk mengetahui sejauh mana suatu pengukuran dapat

memberikan hasil yang sama bila dilakukan pengukuran kembali pada

subjek yang sama. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat

pengumpul data pada dasarnya menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan,

Page 76: Skripsi QIA

98

kestabilan atau konsistensi alat tersebut dlam mengungkap gejala tertentu

dari sekelompok individu.

Uji yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan

koefisien alpha Cronbach. Rumus untuk alpha Cronbach’s adalah

Keterangan :

r = Reliabilitas Instrumen

k = Banyak Butir Pertanyaan

= varians masing-masing item

= varians total skor item

Rumus varians yang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan:

n = Jumlah responden

X = Nilai skor yang dipilih (total nilai nomor-nomor butir pertanyaan)

Dengan metode internal consistency ini, semakin tinggi koefisien

alpha, maka kuesioner semakin reliabel. Reliabilitas suatu konstruk

variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s alpha >0,60

(Bhuono Agung Nugroho, 2005:72)

c. Uji Normalitas Data

Page 77: Skripsi QIA

99

Untuk mengetahui ada/tidaknya pengaruh Sertifikasi Qualified

Internal auditor (QIA) terhadap Kualitas audit internal pada tujuh Badan

Usaha Milik Negara yang ada di Kota Bandung digunakan analisis regresi

linear sederhana. Analisis regresi merupakan bagian dari statistik

parametrik. Untuk mengetahui kelayakan data yang diperoleh dan dapat

digunakan dalam perihitungan menggunakan analisis parametrik terlebih

dahulu dilakukan uji normalitas data. Uji normalitas pada penelitian ini

akan digunakan Kolmogorov-Smirnov Test. Dasar pengambilan keputusan

uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dilihat dari

nilai probabilitas asymptotic significancenya. Nilai Probabilitas asymptotic

significance lebih besar dari 0,05 berarti data berdistribusi normal.

3.2.6.2 Metode Analisis Data

a. Analisis Statistik Deskriptif

Setelah melakukan uji validitas dan reliabilitas, kita perlu

memahami terlebih dahulu bagaimana tanggapan responden terhadap

variabel X dan variabel Y. Skor jawaban untuk masing-masing variabel

dikategorisasi menggunakan melalui distribusi rentang antar kuartil.

Untuk data ordinal atau data interval/ratio yang memiliki distribusi

asimetris, ukuran pemusatan dapat dilakukan melalui distribusi rentang

antar kuartil (Cooper, 2006:467).

Nilai minimum distribusi adalah persentil 0 dan nilai maksimum

distribusi adalah persentil ke-100. Kuartil pertama sama dengan

Page 78: Skripsi QIA

100

persentil ke-25, kuartil kedua (median) sama dengan persentil ke-50

dan kuartil ketiga sama dengan persentil ke-75. Pada data diskrit yang

berurutan, nilai kuartil I, Kuartil II dan kuartil III dapat ditentukan

melalui perhitungan sebagai berikut.

Kuartil II (Median) = [ Skor minimum + Skor maksimum] : 2

Kuartil I = [ Skor minimum + Median ] : 2

Kuartil III = [ Median + Skor maksimum ] : 2

Skor minimum = skor terendah jumlah pertanyaan jumlah responden

Skor maksimum = skor tertinggi jumlah pertanyaan jumlah

responden

Selanjutnya skor tersebut diklasifikasikan berdasarkan rentang

kriteria sebagai berikut :

Skor minumim s.d Q1 = Tidak Baik

Q1 s.d Q2 = Kurang

Q2 s.d Q3 = Cukup

Q3 s.d Skor Maks = Baik

b. Analisis Regresi Linier Sederhana

Pengujian yang dilakukan terhadap hipotesis yang dilaksanakan

secara kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi linier

sederhana. Rumusnya adalah sebagai berikut:

Y = a + bX

Page 79: Skripsi QIA

101

Metode penaksiran yang akan digunakan untuk menentukan a

dan b sebagai taksiran dari dan β adalah metode kuadrat terkecil

(Ordinary Least Square/OLS). Ordinary Least Square yaitu suatu

metode penaksir parameter model regresi dengan jalan meminimumkan

jumlah kuadrat kekeliruan. Untuk menentukan koefisien a dan b dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

dan

Keterangan:

X = Skor Sertifikasi Qualified Internal Audit

Y = Skor Kualitas audit internal

a = Harga Y bila X = 0 (konstan)

b = Angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka

peningkatan atau penurunan variabel terikat yang didasarkan pada

variabel bebas

Koefisien regresi b akan bernilai positif (+) jika menunjukkan

hubungan searah antara variabel bebas dengan variabel tak bebas.

Page 80: Skripsi QIA

102

Artinya kenaikan variabel bebas akan mengakibatkan kenaikan variabel

tak bebas, begitu pula sebaliknya jika variabel bebas mengalami

penurunan. Nilai b akan bernilai negatif (-) jika menunjukkan hubungan

yang berlawanan. Artinya kenaikan variabel bebas akan mengakibatkan

penurunan variabel tak bebas, begitu pula sebaliknya apabila variabel

bebas mengalami penurunan.

c. Pengujian Asumsi Regresi

Hasil persamaan regresi yang diperoleh akan tepat dalam

menggambarkan data (variabel) yang diteliti (hasil yang diperoleh

valid) apabila tidak terjadi pelanggaran terhadap asumsi-asumsi regresi

klasik. Untuk itu selanjutnya dilakukan pengujian asumsi regresi yaitu

normalitas dan hoteroskedastisitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah One

Sample Kolmogorov-smirnov Test dan pendekatan grafik, yaitu normal

probability plot. Perhitungan Kolmogorov-Smirnov Test dilakukan

dengan bantuan SPSS. Hasil analisis ini kemudian dibandingkan

dengan nilai kritisnya. Dasar pengambilan keputusan dapat dilakukan

berdasarkan probabilitas (asymptotic significance), yaitu:

Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah

normal.

Page 81: Skripsi QIA

103

Jika probabilitas < 0,05 maka distribusi dari populasi adalah tidak

normal.

Pengujian secara visual dapat juga dilakukan dengan metode

grafik normal Probability Plots dalam program SPSS.

Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa data memenuhi

asumsi normalitas.

Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti

arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa data tidak

memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari

model yang diamati tidak memiliki varian yang konstan. Untuk

menguji ada tidaknya masalah heteroskedastisitas pada model regresi

yang diperoleh digunakan Uji Korelasi Rank Spearman. Korelasi Rank

Spearman dilakukan dengan cara menghitung korelasi masing-masing

variabel bebas dengan harga mutlak dari residual (error) dengan rumus

sebagai berikut:

(Gujarati, 2003:406)

dengan hipotesis sebagai berikut:

Ho: r = 0 (tidak terdapat heteroskedastisitas)

Page 82: Skripsi QIA

104

Ha: r 0 (terdapat heteroskedastisitas)

Jika hasil korelasi variabel bebas terhadap nilai absolut dari

residual (error) siginifikan, maka dapat disimpulkan terhadap

heteroskedastisitas (varian dari residual tidak homogen).

Page 83: Skripsi QIA

105

d. Analisis Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi menunjukkan besarnya pengaruh variabel

independen (X) dan variabel dependen (Y), untuk menghitungnya

dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

R2 = koefisien determinasi

= nilai Y taksiran model regresi

= nilai rata-rata Y

= skor Y

Page 84: Skripsi QIA

106

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Berikut ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian. Hasil tersebut berupa data-

data yang diperoleh peneliti dari berbagai sumber dan juga karakteristik serta

informasi umum mengenai perusahaan yang diambil datanya sebagai objek

penelitian.

Tabel 4.1

Populasi Auditor Internal pada 7 BUMN di Kota Bandung

Nama Perusahaan

Jumlah Auditor Internal

Kepemilikan Sertifikat QIAYa Tidak

PT. PINDAD 15 3 12PT. INTI 10 2 8PT. Kereta Api 45 1 44PTPN VIII 24 3 21PT. Telkom 80 15 65PT. PLN 10 3 7PT. BIOFARMA 11 1 10

Total 195 28 167Sumber: Hasil Wawancara

Dari tabel diatas terlihat bahwa internal auditor pada 7 BUMN di kota Bandung

masih sedikit yang memiliki sertifikat QIA. Hal ini disebabkan karena mahalnya

biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan sertifikat QIA, maka sebagian

besar internal auditor menunggu untuk bergiliran mendapatkan subsidi dari

perusahaan untuk dapat mengikuti program tersebut. Selain itu, program

Page 85: Skripsi QIA

107

Sertifikasi QIA juga memakan waktu cukup lama dan tingkat kesulitan yang

cukup tinggi.

Gambaran umum mengenai karakteristik responden yang dijadikan sampel dalam

penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.

Tabel 4.2

Karakteristik Responden

Nama Perusahaan

UsiaLama

BekerjaPendidikan

Latar Belakang Pendidikan

PT. PINDAD >41 >5 S1 AkuntansiPT. INTI >41 >5 S1 AkuntansiPT. Kereta Api >41 >5 S2 ManajemenPTPN VIII 31-35 >5 S1 ManajemenPT. Telkom >41 >5 S1 ITPT. PLN >41 >5 Diploma AkuntansiPT. BIOFARMA >41 >5 S2 Akuntansi

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Pada bagian ini juga diuraikan bagaimana Sertifikasi Qualified Internal Auditor

(QIA) dan kualitas audit internal pada tujuh Badan Usaha Milik Negara yang ada

di Kota Bandung berdasarkan penilaian Ketua Tim Audit yang menjadi responden

penelitian.

Untuk mendapatkan penilaian peneliti menyebarkan 7 kuesioner dengan pilihan

jawaban skor 1 sampai dengan 5. Berdasarkan skor tanggapan responden tersebut

selanjutnya dilakukan perhitungan skor total untuk masing-masing variabel

Sertifikasi Qualified Internal auditor (QIA) dan Kualitas Audit Internal. Skor

jawaban untuk masing-masing variabel dikategorisasi menggunakan melalui

distribusi rentang antar kuartil. Untuk data ordinal atau data interval/ratio yang

Page 86: Skripsi QIA

108

memiliki distribusi asimetris, ukuran pemusatan dapat dilakukan melalui

distribusi rentang antar kuartil (Cooper, 2006:467).

4.1.1 Deskripsi Variabel Sertifikasi Qualified Internal Auditor (X)

Variabel Sertifikasi Qualified Internal auditor (QIA) diukur dengan 7 indikator

yaitu pelayanan kepada publik, pelatihan khusus berjangka panjang, taat pada

kode etik, anggota asosiasi dan hadir dalam setiap pertemuan, publikasi jurnal

yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian praktik, mengikuti ujian dan lisensi

dari dewan sertifikasi nasional. Berdasakan data penelitian yang diperoleh dari 7

responden penelitian untuk 24 item sebagai ukuran variabel Sertifikasi Qualified

Internal Auditor (QIA). Hasil tanggapan responden yang diperoleh untuk variabel

Sertifikasi Qualified Internal auditor (QIA) untuk setiap indikator ditunjukkan

pada tabel 4.3

Tabel 4.3

Skor dan Interval Kriteria Variabel Sertifikasi QIA

Indikator SkorJumlah

ItemMin Q1 Q2 Q3 Mak Klasifikasi

Pelayanan Kepada Publik

146 5 35 70 105 140 175 Baik

Pelatihan khusus berjangka panjang

120 4 28 56 84 112 140 Baik

Taat pada Kode Etik 235 8 56 112 168 224 280 BaikAnggota Asosiasi dan Hadir Dalam Setiap Pertemuan

55 2 14 28 42 56 70 Cukup

Publikasi Jurnal 79 3 21 42 63 84 105 BaikMengikuti Ujian 28 1 7 14 21 28 35 Baik Lisensi Dari Dewan Sertifikasi Nasional

27 1 7 14 21 28 35 Cukup

Total 690 24 168 336 504 672 840 BaikSumber: Hasil Pengolahan Data

Page 87: Skripsi QIA

109

Hasil skor untuk variabel Sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) (X)

berdasarkan data tanggapan responden secara keseluruhan berada pada rentang

baik (672-840). Penilaian yang diberikan responden memberikan gambaran

bahwa Sertifikasi Qualified Internal auditor (QIA) yang diteliti terlihat sudah

baik.

Min 168

Q1336

Q2504

Q3672

Maks840Tidak

BaikKurang Cukup Baik

690

Berdasarkan data tanggapan responden, diantara butir-butir pertanyaan untuk

variabel Sertifikasi Qualified Internal auditor, terdapat dua indikator yang berada

pada rentang cukup baik yaitu Indikator anggota asosiasi & hadir dalam setiap

pertemuan dan Lisensi Dari Dewan Sertifikasi Nasional. Penilaian yang diberikan

responden memberikan gambaran bahwa walaupun responden merupakan anggota

dari suatu organisasi profesi, namun mereka tidak selalu dapat berpartisipasi

dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh organisasi tersebut. Padahal hal tersebut

dapat mengembangkan karier dan jabatan fungsional auditor karena keikutsertaan

dalam seminar angka kredit poinnya cukup tinggi bila dibandingkan dengan

pelaksanaan audit. selain dari kendala motivasi dari auditor untuk aktif dalam

kegiatan tersebut rendah sekali, kendala lainnya adalah penganggaran

keikutsertaan dalam kegiatan seminar dan sejenisnya biasanya sangat minim.

Selain itu, responden juga menganggap bahwa untuk dapat meningkatkan

Page 88: Skripsi QIA

110

kemampuan professionalnya, tidak harus selalu dibuktikan dengan kepemilikan

sertifikat, namun bisa juga dengan cara lainnya seperti memperbanyak

pengalaman dan penugasan audit yang dilaksanakan.

4.1.2 Deskripsi Variabel Kualitas audit internal (Y)

Variabel Kualitas audit internal diukur dengan 6 indikator yaitu Pengelolaan

Fungsi audit Internal, Lingkup Penugasan, Perencanaan Penugasan, Pelaksanaan

Penugasan, Komunikasi Hasil Penugasan dan Pemantauan Tindak Lanjut sebagai

indikator. Berdasakan data penelitian yang diperoleh dari 7 responden penelitian

untuk 30 item pertanyaan sebagai ukuran variabel Kualitas Audit Internal. Hasil

tanggapan responden yang diperoleh untuk variabel Kualitas Audit Internal untuk

setiap indikator ditunjukkan pada tabel 4.4.

Tabel 4.4

Skor Dan Interval Kriteria Variabel Kualitas Audit Internal

Indikator SkorJumlah

ItemMin Q1 Q2 Q3 Mak Klasifikasi

Pengelolaan Fungsi audit

Internal203 7 49 98 147 196 245 Baik

Lingkup Penugasan

209 7 49 98 147 196 245 Baik

Perencanaan Penugasan

135 5 35 70 105 140 175 Cukup

Pelaksanaan Penugasan

115 4 28 56 84 112 140 Baik

Komunikasi Hasil Penugasan

111 4 28 56 84 112 140 Baik

Pemantauan Tindak Lanjut

85 3 21 42 63 84 105 Baik

Total 858 30 210 420 630 840 1050 BaikSumber: Hasil Pengolahan Data

Page 89: Skripsi QIA

111

Hasil skor untuk variabel Kualitas Audit Internal (Y) berdasarkan data tanggapan

responden secara keseluruhan berada pada rentang baik (840-1050). Penilaian

yang diberikan responden memberikan gambaran bahwa Kualitas audit internal

yang diteliti terlihat baik.

Min 210

Q1420

Q2630

Q3840

Maks1050Tidak

BaikKurang Cukup Baik

858

Berdasarkan data tanggapan responden, diantara butir-butir pertanyaan untuk

variabel Kualitas Audit Internal, hasil skor untuk Indikator Perencanaan

Penugasan berdasarkan data tanggapan responden berada pada rentang cukup

baik. Penilaian yang diberikan responden memberikan gambaran bahwa

Perencanaan Penugasan untuk sampel yang diteliti belum begitu optimal, hal ini

disebabkan karena anggaran dan waktu audit yang diberikan dan disusun belum

begitu efektif jika dibandingkan dengan beban aktual yang dibutuhkan dalam

pelaksanaan audit.

4.2 Hasil Pengaruh Sertifikasi QIA terhadap Kualitas Audit Internal

Untuk mengetahui ada/tidaknya pengaruh Sertifikasi Qualified Internal Auditor

(QIA) terhadap Kualitas audit internal pada tujuh Badan Usaha Milik Negara

yang ada di Kota Bandung dalam penelitian ini digunakan analisis regresi linear

sederhana.

Page 90: Skripsi QIA

112

Data penelitian untuk kedua variabel yang diteliti dikumpulkan melalui

penyebaran kuesioner dengan skala ukur ordinal. Untuk memenuhi syarat data

yang digunakan dalam perhitungan analisis regresi sekurang-kurangnya

mempunyai skala pengukuran interval, data yang dikumpulkan dari kuisioner

terlebih dahulu ditransformasikan menjadi skala interval menggunakan Method of

Successive Interval (MSI). Hasil data interval dapat dilihat pada lampiran.

Menggunakan data dengan skala ukur interval yang diperoleh selanjutnya

dihitung untuk setiap variabel yang digunakan dalam analisis data.

4.2.1. Hasil Pengujian Data

Untuk menguji apakah alat ukur (instrument) yang digunakan memenuhi syarat-

syarat alat ukur yang baik, sehingga mengahasilkan data yang sesuai dengan apa

yang diukur, sebelum dilakukan analisis data berdasarkan hasil kuesioner yang

terkumpul terlebih dahulu dilakukan pengujian data melalui uji validitas dan

reliabilitas data.

1. Hasil Uji Validitas

a. Hasil Validitas Variabel Sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA)

Kuesioner penelitian Variabel Sertifikasi Qualified Internal auditor (QIA) terdiri

atas 24 item pernyataan. Hasil perhitungan korelasi untuk skor setiap butir

pernyataan dengan total skor Variabel Sertifikasi Qualified Internal auditor (QIA)

dapat dilihat dalam tabel 4.5.

Page 91: Skripsi QIA

113

Tabel 4.5

Hasil Perhitungan Validitas Variabel Sertifikasi QIA

Item Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8

Korelasi 1 0.851 0.851 0.597 0.185 0.906 0.851 0.528

Nilai Batas 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3

Kesimpulan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Item Pernyataan 9 10 11 12 13 14 15 16

Korelasi 0.906 0.851 0.873 0.771 0.906 0.834 1 0.906

Nilai Batas 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3

Kesimpulan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Item Pernyataan 17 18 19 20 21 22 23 24

Korelasi 0.906 1 0.827 0.656 0.848 0.851 0.834 0.74

Nilai Batas 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3

Kesimpulan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian

Hasil pengujian valitas item kuesioner menunjukkan bahwa seluruh item

pernyataan dalam setiap variabel Sertifikasi QIA memiliki nilai korelasi di atas

0,3 sebagai nilai batas suatu item kuesioner penelitian dikatakan dapat digunakan

(dapat diterima) berdasarkan kriteria yang diungkapkan dalam Barker,et.al.

(2002:70). Sehingga dapat dikatakan bahwa item kuesioner Variabel Sertifikasi

QIA valid dan dapat digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti.

Page 92: Skripsi QIA

114

b. Hasil Validitas Variabel Kualitas Audit Internal

Kuesioner penelitian Variabel Kualitas audit internal terdiri atas 30 item

pernyataan. Hasil perhitungan korelasi untuk skor setiap butir pernyataan dengan

total skor Variabel Kualitas audit internal dapat dilihat dalam tabel 4.6.

Tabel 4.6

Hasil Perhitungan Validitas Variabel Kualitas audit internal

Item Pernyataan 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34Korelasi 1 0.532 0.809 0.946 0.919 0.721 0.721 0.721 0.721 0.809

Nilai Batas 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3Kesimpulan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Item Pernyataan 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44Korelasi 0.885 0.517 0.746 1 0.683 0.683 0.641 0.683 1 0.683

Nilai Batas 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3Kesimpulan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Item Pernyataan 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54Korelasi 1 0.809 0.809 1 1 0.677 0.919 0.77 1 0.919

Nilai Batas 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3Kesimpulan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian

Hasil pengujian validitas item kuesioner menunjukkan bahwa seluruh item

pernyataan dalam setiap variabel Kualitas audit internal memiliki nilai korelasi di

atas 0,3 sebagai nilai batas suatu item kuesioner penelitian dikatakan dapat

digunakan (dapat diterima) berdasarkan kriteria yang diungkapkan dalam

Barker,et.al. (2002:70). Sehingga dapat dikatakan bahwa item kuesioner Variabel

Page 93: Skripsi QIA

115

Kualitas audit internal valid dan dapat digunakan untuk mengukur variabel yang

diteliti.

2. Hasil Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas digunakan untuk mengukur tingkat kekonsistenan tanggapan

responden terhadap item pernyataan kuesioner berdasarkan pemahaman

responden terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yang diajukan. Uji

Reliabilitas dilakukan dengan metode Alpha. Hasil perhitungan koefisien

reliabilitas untuk masing-masing variabel diberikan pada tabel berikut.

Tabel 4.7

Hasil Pengujian Reliabilitas

No Variabel Koefisien Reliabilitas Keterangan1 Sertifikasi QIA 0,961 Reliabel2 Kualitas audit internal 0,955 Reliabel

Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian

Hasil koefisien reliabilitas untuk variabel Sertifikasi QIA diperoleh sebesar 0,961

dan koefisien reliabilitas untuk variabel Kualitas audit internal diperoleh sebesar

0,955. Nilai reliabilitas yang diperoleh diatas 0,7 sebagai nilai batas suatu

instrumen penelitian dikatakan dapat digunakan (nilai reliabilitas masuk dalam

kategori dapat diterima/cukup baik) berdasarkan kriteria yang diungkapkan dalam

Barker,et.al. (2002:70).

Hasil uji validitas semua pernyataan valid dan reliabel, yang berarti bahwa data

penelitian yang diperoleh dari instrumen yang digunakan layak digunakan untuk

mengetahui dan menguji permasalahan yang diteliti.

Page 94: Skripsi QIA

116

3. Hasil Uji Normalitas Data

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test. Dasar

pengambilan keputusan uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-

Smirnov, dilihat dari nilai probabilitas asymptotic significancenya. Nilai

Probabilitas asymptotic significance lebih besar dari 0,05 berarti data berdistribusi

normal.

Tabel 4.8

Hasil Uji Normalitas dengan Kolgomorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

7 7

1.6628 1.7348

.57008 .47459

.286 .174

.286 .174

-.169 -.160

.756 .460

.617 .984

N

Mean

Std. Deviation

Normal Parameters a,b

Absolute

Positive

Negative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

SertifikasiQualified Internalauditor (QIA) (X)

Kualitas auditinternal (Y)

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 15.0

Dari tabel diatas, terlihat bahwa hasil uji untuk X besarnya nilai Kolmogorov-

Smirnov adalah 0,286 dengan probabilitas 0,617. Diperoleh nilai signifikansi Uji

Kolmogorov-Smirnov variabel X lebih besar dari 0,05, jadi dapat disimpulkan data

variable X berdistribusi normal. Untuk Y besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov

adalah 0,174 dengan probabilitas 0,984. Diperoleh nilai signifikansi uji

Page 95: Skripsi QIA

117

Kolmogorov-Smirnov variabel Y lebih besar dari 0,05, jadi dapat disimpulkan data

variable Y berdistribusi normal.

4.2.2 Hasil Analisis Data

1. Analisis Regresi Linier Sederhana

Menggunakan rata-rata skor variabel X dan Y dari data yang telah

ditransformasikan dengan MSI dan berdistribusi normal, selanjutnya dapat

dihitung persamaan regresi menggunakan metoda kuadrat terkecil. Nilai konstanta

(a) dan koefisen regresi (b) diperoleh dari perhitungan SPSS sebagai berikut:

Tabel 4.9

Hasil Koefisien Regresi

Coefficientsa

.563 .346 1.628 .164

.705 .198 .847 3.559 .016

(Constant)

Sertifikasi QualifiedInternal auditor (QIA) (X)

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Kualitas audit internal (Y)a.

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 15.0

Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh persamaan regresi linier yang

menggambarkan hubungan fungsional variabel Sertifikasi Qualified Internal

Auditor (QIA) terhadap Kualitas audit internal pada tujuh Badan Usaha Milik

Negara yang ada di Kota Bandung sebagai berikut :

= 0,563 + 0,705 X

Diperoleh nilai konstanta (a) dalam persamaan regresi di atas sebesar 0,563. Nilai

konstanta (a) menunjukan besarnya rata-skor Kualitas audit internal pada tujuh

Page 96: Skripsi QIA

118

Badan Usaha Milik Negara yang ada di Kota Bandung pada saat Sertifikasi

Qualified Internal Auditor (QIA) tidak berubah atau tetap (0).

Koefisien regresi X sebesar 0,705 menunjukan skor Kualitas audit internal pada

tujuh Badan Usaha Milik Negara yang ada di Kota Bandung akan meningkat

sebesar 0,705 pada saat skor Sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA)

meningkat. Artinya semakin baik Sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA)

akan meningkatkan kualitas audit internal menjadi lebih baik.

2. Pengujian Asumsi Regresi

Terdapat dua asumsi regresi yang harus diuji agar persamaan regresi yang

diperoleh bisa dinyatakan baik digunakan untuk mengambil kesimpulan. Asumsi

yang diuji untuk model regresi ini adalah normalitas residual/error nilai taksiran

model regresi dan asumsi tidak terjadi heterogenitas varians (asumsi

heteroskedastisitas). Pengujian asumsi regresi dilakukan karena model regresi

diperoleh melalui penaksran menggunakan metode estimasi kuadrat terkecil

(Ordinary Least Square/OLS).

1. Hasil Uji Normalitas Model (Error Term)

Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji normalitas data residual hasil

taksiran model regresi (error term). Pengujian normalitas dilakukan dengan

menggunakan uji Kolmogorov Smirnov terhadap data residual hasil taksiran

model regresi. Hasil perhitungan untuk model yang diperoleh dapat dilihat pada

tabel 4.10:

Page 97: Skripsi QIA

119

Tabel 4.10

Hasil Uji Normalitas Model

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

7

.0000000

.25249852

.330

.147

-.330

.872

.432

N

Mean

Std. Deviation

Normal Parameters a,b

Absolute

Positive

Negative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardized Residual

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Hasil perhitungan menunjukan nilai probabilitas (sig.) Kolmogorov-Smirnov Test

yang diperoleh sebesar 0,432. Hasil pengujian normalitas model regresi

menunjukkan bahwa nilai residual dari model berdistribusi normal. Hal ini dapat

dilihat dari hasil perhitungan normalitas menunjukkan nilai probabilitas (sig.)

Kolmogorov-Smirnov Test yang diperoleh lebih besar dari 0,05.

Cara lain untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak adalah

dengan melihat grafik normal P Plot of Regression Statistic. Bila titik-titik

menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, berarti

model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. Hasil uji normalitas pada

penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.1.

Page 98: Skripsi QIA

120

Gambar 4.1

Grafik Normalitas

2. Uji Asumsi Bebas Heterokedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan indikasi bahwa varians residual tidak homogen

yang mengakibatkan nilai taksiran yang diperoleh tidak lagi efisien. Untuk

menguji apakah varian dari residual homogen digunakan Uji Korelasi Rank

Spearman, yaitu dengan menghitung korelasi variabel bebas dengan harga mutlak

dari residual (error). Apabila koefisien korelasi variabel bebas signifikan

menunjukan adanya heteroskedastisitas.

Page 99: Skripsi QIA

121

Tabel 4.11

Hasil Nilai Korelasi Spearman untuk Uji Heteroskedastisitas

Correlations

1.000 -.714

. .071

7 7

-.714 1.000

.071 .

7 7

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

ABSr

Sertifikasi QualifiedInternal auditor (QIA) (X)

Spearman's rhoABSr

SertifikasiQualified Internalauditor (QIA) (X)

Diperoleh nilai signifikansi korelasi X dengan nilai mutlak residual (absr) sebesar

0,071. Hasil pengujian heteroskedastisitas menunjukkan bahwa varians dari

residual homogen (tidak terdapat heteroskedastisitas). Hal ini ditunjukan oleh

hasil korelasi dari variabel X dengan nilai absolut dari residual (error) tidak

signifikan pada level 5% karena diperoleh nilai signifikansi lebih besar dari 0,05

sebagai batas tingkat kekeliruan.

Cara lain untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah dengan

melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan nilai

residualnya (SDRESID). Jika tidak ada pola yang jelas dan titik-titik menyebar di

atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

Hasil pengujian heterokedastisitas pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar

4.2.

Page 100: Skripsi QIA

122

Gambar 4.2

Grafik Uji Heterokedastisitas

3. Koefisien Determinasi

Besarnya pengaruh pengaruh Sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA)

terhadap Kualitas Audit Internal pada tujuh Badan Usaha Milik Negara yang ada

di Kota Bandung dilihat dari koefisien determinasi. Hasil perhitungan koefisien

determinasi dapat dilihat pada tabel 4.12.

Page 101: Skripsi QIA

123

Tabel 4.12

Koefisien Determinasi

Model Summaryb

.847a .717 .660 .27660Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), Sertifikasi Qualified Internalauditor (QIA) (X)

a.

Dependent Variable: Kualitas audit internal (Y)b.

Hasil koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 0,717. Jadi diperoleh besanya

pengaruh Sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) terhadap Kualitas Audit

Internal pada tujuh Badan Usaha Milik Negara yang ada di Kota Bandung adalah

0,717 100% = 71,7%. Adapun sisanya sebesar 100% − 71,7% = 28,3%

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diamati dalam penelitian ini.

4.4 Pembahasan

Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa Auditor internal yang

mengikuti program Sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) berpengaruh

positif terhadap kualitas audit internal. Variabel Sertifikasi Qualified Internal

Auditor (X) yang diproksikan melalui Kemampuan Profesional auditor memiliki

nilai koefisien regresi sebesar 0,705 satuan yang berarti bahwa jika kemampuan

profesional auditor naik satu satuan maka akan meningkatkan kualitas audit

internal sebesar 0,705 satuan. Sementara itu, besarnya koefisien determinasi (R2)

yang dihasilkan adalah sebesar 0,7117 artinya variabel Sertifikasi Qualified

Page 102: Skripsi QIA

124

Internal Auditor memberikan kontribusi sebesar 71,17% dalam menjelaskan

variabel kualitas audit internal.

Berdasarkan hasil penelitian, auditor internal yang bersertifikasi Qualified

Internal Auditor pada 7 BUMN di Kota Bandung telah menjalankan pekerjaannya

dengan profesionalisme yang baik. Dengan kemampuan professional yang baik

maka akan berpengaruh terhadap kualitas audit internal yang baik pula.

Kemampuan professional yang memadai akan memberikan keyakinan bahwa

audit dapat dilaksanakan dengan baik, diharapkan informasi dan saran yang

diberikan kompeten dan relevan dalam memperbaiki kesalahan. Dengan

demikian, auditor internal diharapkan dapat menemukan permasalahan yang akan

berdampak negatif bagi organisasi serta memperbaikinya sehingga tidak terjadi

lagi di periode berikutnya.

Sertifikasi Qualified Internal Auditor merupakan salah satu cara auditor internal

untuk dapat menjaga dan mempertahankan kemampuan professional tersebut.

Setelah auditor internal melakukan tahapan pelatihan sertifikasi Qualified Internal

Auditor, auditor internal akan mengaplikasikan ilmu yang didapatnya selama

mengikuti pelatihan sertifikasi Qualified Internal Auditor. Dengan ini diharapkan

auditor internal semakin meningkatkan kemampuan profesionalnya sehingga

mereka lebih bertanggung jawab terhadap peran dan fungsinya dalam

memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

Page 103: Skripsi QIA

125

Proses Sertifikasi Qualified Internal Auditor yang diikuti oleh auditor-auditor

internal pada 7 BUMN yang ada di Kota Bandung telah berhasil memberikan

kontribusi pada peningkatan kualitas audit internal perusahaan tersebut.

Pemberian sertifikasi Qualified Internal Auditor oleh Dewan Sertifikasi Qualified

Internal Auditor telah secara nyata meningkatkan kemampuan professional

auditor internal perusahaan tersebut. Oleh karena itu, pimpinan audit internal

diharapkan dapat mengikutsertakan auditor internal dalam program Sertifikasi

Qualified Internal Auditor dalam rangka meningkatkan kemampuan professional

para auditornya sehingga dapat meningkatkan kualitas audit internal.

Page 104: Skripsi QIA

126

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Sertifikasi Qualified Internal

Auditor berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit Internal. Hal ini berdasarkan

hasil pengujian statistik terhadap Variabel Sertifikasi Qualified Internal Auditor

(X) yang diproksikan melalui Kemampuan Profesional auditor memiliki nilai

koefisien regresi sebesar 0,705 satuan yang berarti bahwa jika kemampuan

profesional auditor naik satu satuan maka akan meningkatkan kualitas audit

internal sebesar 0,705 satuan. Sementara itu, besarnya koefisien determinasi (R2)

yang dihasilkan adalah sebesar 0,7117 artinya variabel Sertifikasi Qualified

Internal Auditor memberikan kontribusi sebesar 71,17 % dalam menjelaskan

variabel kualitas audit internal.

Page 105: Skripsi QIA

127

5.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dan kesimpulan hasil

penelitian, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

Bagi Auditor Internal

Berdasarkan hasil penelitian, masih banyak auditor internal yang belum

memiliki sertifikat QIA hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa untuk dapat

meningkatkan kemampuan professionalnya, tidak harus selalu dibuktikan dengan

kepemilikan sertifikat, namun bisa juga dengan cara lainnya seperti

memperbanyak pengalaman dan penugasan audit yang dilaksanakan. Padahal,

Sertifikasi Qualified Internal Auditor merupakan salah satu cara auditor internal

untuk dapat menjaga dan mempertahankan kemampuan professional tersebut.

Untuk itu, sebaiknya auditor internal dapat mengikuti sertifikasi QIA ini, karena

Proses Sertifikasi Qualified Internal Auditor yang diikuti oleh auditor-auditor

internal pada 7 BUMN yang ada di Kota Bandung telah berhasil memberikan

kontribusi pada peningkatan kualitas audit internal perusahaan tersebut. Selain itu,

diharapkan ilmu-ilmu yang telah didapat dan ketaatan kepada kode etik terus

diterapkan dan dijaga dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, sehingga dapat

memberikan nilai tambah bagi perusahaan secara keseluruhan.

Bagi Pimpinan Audit Internal

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa Indikator anggota asosiasi

& hadir dalam setiap pertemuan dan Lisensi Dari Dewan Sertifikasi Nasional berada

Page 106: Skripsi QIA

128

pada rentang cukup baik. Namun, kendala motivasi dari auditor untuk aktif dalam

kegiatan tersebut rendah sekali, kendala lainnya adalah penganggaran

keikutsertaan dalam kegiatan seminar dan sejenisnya biasanya sangat minim. Oleh

karena itu, bagi Pimpinan Audit Internal diharapkan untuk dapat memberikan

kesempatan auditornya untuk mengikuti seminar dan sejenisnya baik dari waktu

maupun dukungan dana dan memotivasi auditor untuk mendalami pengetahuan

auditnya dengan membuat tulisan-tulisan ilmiah dalam mendukung karir dan

peningkatan kompetensi.

Bagi peneliti selanjutnya

1. Dalam penelitian ini, responden yang menjadi objek penelitian diminta

untuk menilai dirinya sendiri sehingga hasil penelitian menjadi bias. Dalam

penelitian selanjutnya sebaiknya digunakan responden yang berbeda agar

hasil yang diperoleh tidak bias.

2. Responden penelitian juga hendaknya diperluas, tidak terbatas pada BUMN

di kota Bandung saja tetapi dapat dilakukan di kota lainnya juga dengan

karakteristik organisasi yang berbeda pula sehingga hasil penelitian dapat

digeneralisasi.

3. Pengukuran Kualitas Audit Internal hanya ditinjau dari aspek ketaatannya

terhadap Standar Kinerja (YPIA, 2004), sebaiknya peneliti selanjutnya dapat

meninjau dari aspek lain yang tidak diteliti disini. Selain itu, peneliti

selanjutnya hendaknya dapat mempertimbangkan untuk menambah faktor

lain yang dapat mempengaruhi Kualitas Audit Internal.

Page 107: Skripsi QIA

129

DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A., Dan Loebbecke, James K. 2003. Auditing Pendekatan Terpadu. Diadaptasi Oleh Amir Abadi Jusuf. Buku I. Edisi Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Barker, C., Pistrang, N., and Elliott, R. 2002. Research Methods in Clinical Psychology: An Introduction for Students and Practitioners. 2nd Edition. England: John Wiley & Sons, Ltd.

Cooper, Donald R and Schindler, Pamela S., 2006, Business Research Methods, 9th Edition, McGraw-Hill, International Edition

Goleman, Daniel. 2001. Working White Emotional intelligence. (terjemahan Alex Tri Kantjono W). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics. 4th edition. New York: McGraw Hill.

Hiro Tugiman. 2008. Pengenalan Audit Internal. Bandung: Makalah

Hiro Tugiman, 2009. Minat Audit Internal Di Indonesia. Bandung: IM Telkom

Kalbers Dan Fogarthy. 1995. Profesionalism And Internal Auditor: A Profile. Pada Mid American Journal Of Bussiness

Konsorsium Organisasi Profesi audit Internal. 2004. Standar Profesi Audit Internal. Jakarta: YPIA

M. Arief Effendi. 2007. Tantangan Untuk Menjadi Seorang Auditor Internal Yang Profesional. Jakarta

Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.

Nur Indriantoro & Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi & Manajemen. Yogyakarta: BPFE

Sawyer, Lawrence B. Et. All. 2005. Sawyer’s Internal  Auditing. Diterjemahkan oleh Desi Adhariani. Buku I. Edisi 5 Jakarta: Salemba Empat

Sari Fitria Hayati. 2004. Hubungan Auditor Internal Bersertifikasi Qualified Internal Auditor Dengan Kualitas Laporan Audit Internal. Bandung: Universitas Padjadjaran

Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi IV, Jakarta : Rineka Cipta.

Page 108: Skripsi QIA

130

Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik. 2007. Dasar-Dasar Audit Internal Sektor Publik. Tangerang: STAN

www.ypia.com/sertifikasiqia

www.aicpa.org/download/.../Audit_Comm_dec09_linked.pdf

www.docstoc.com/docs/32080371/penilaian-hasil-belajar

Page 109: Skripsi QIA

131