Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
ANALISIS SWOT FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
KEBANGKRUTAN USAHA ROTI
(Studi Kasus Terhadap Usaha-Usaha Roti Di Kampung Sidodadi
Kec. Bangunrejo Kab. Lampung Tengah)
Oleh :
SULAIMAN
NPM. 1502040270
Jurusan : Ekonomi Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1441 H / 2019 M
ii
ANALISIS SWOT FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
KEBANGKRUTAN USAHA ROTI
(Studi Kasus Terhadap Usaha-Usaha Roti Di Kampung Sidodadi
Kec. Bangunrejo Kab. Lampung Tengah)
Diajukan Untuk Memenuhi Skripsi dan Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh :
SULAIMAN
NPM. 1502040270
Pembimbing I : Suci Hayati, S.Ag., M.S.I
Pembimbing II : Zumaroh, M.E.Sy
Jurusan : Ekonomi Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1441 H / 2019 M
iii
iv
v
vi
ANALISIS SWOT FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEBANGKRUTAN
USAHA ROTI
(Studi Kasus Terhadap Usaha-Usaha Roti di Kampung Sidodadi
Kec. Bangunrejo Kab. Lampung Tengah)
ABSTRAK
Oleh :
SULAIMAN
Kebangkrutan merupakan masalah yang dapat terjadi dalam sebuah usaha
apabila usaha tersebut mengalami kondisi kesulitan. Kesulitan yang dapat
menyebabkan kebangkrutan terdiri dari dua faktor yaitu, kesulitan yang
disebabkan dari faktor eksternal dan kesulitan yang disebabkan dari faktor
internal. Analisis SWOT diperlukan untuk merencanakan strategi yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan internal organisasi, serta
peluang dan ancaman atau tantangan eksternal suatu usaha guna menghindari
kebangkrutan suatu usaha.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan atau menggali,
mengembangkan dan menguji teori. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui kemudian menganalisa faktor-faktor penyebab kebangkrutan usaha
roti di kampung Sidodadi menggunakan analisis SWOT. Penelitian ini
menggunakan tehnik pengumpulan data dengan metode wawancara dan
dokumentasi. Wawancara dilakukan kepada pemilik usaha roti, karyawan,
distributor, dan konsumen, sedangkan dokumentasi diperoleh dari surat-surat,
catatan harian, kenangan-kenangan, laporan, dan sebagainya. Semua data-data
tersebut dianalisa secara induktif.
Berdasarkan hasil penelitian, kebangkrutan usaha-usaha roti yang ada di
kampung Sidodadi disebabkan oleh tiga faktor utama yang menjadi penyebab dari
bangkrutnya usaha-usaha roti yang ada di kampung Sidodadi. Faktor-faktor
tersebut adalah faktor manajemen, faktor keuangan, dan faktor pemasaran.
Penerapan strategi SWOT dalam usaha-usaha roti baik dari faktor internal
maupun eksternal belum optimal, dalam hal ini pemilik usaha yang mengalami
kebangkrutan berada di bawah rata-rata keseluruhan kekuatan internalnya dan
gagal dalam meminimalisir kelemahan yang ada serta berada di bawah rata-rata
keseluruhan upaya menjalankan strategi yang memanfaatkan peluang eksternalnya
dan menghindari ancaman.
vii
MOTTO
يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر إن الل
(٩٠والبغي يعظكم لعلكم تذكرون )
Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran. (QS. An- Nahl: 90).1
من جد و جد
“Barang Siapa Bersungguh-sungguh, Maka Mendapatkanya”
1 Depertemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV
Dipenogoro, 2005), 277.
viii
ORISINALITAS PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Sulaiman
NPM :1502040270
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Jurusan : Ekonomi Syariah
Menyatakan bahwa Tugas Skripsi ini secara keseluruhan adalah asli hasil
penelitian saya kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tiada kata yang pantas diucapkan selain bersyukur kepada Allah SWT yang
telah memberikan begitu banyak berkah dalam hidup penulis. Penulis
persembahkan skripsi ini sebagai ungkapan rasa hormat dan cinta kasih yang tulus
kepada :
1. Kedua orang tuaku Ibu Sujiati dan Bapak Abdullah yang telah
memberikan dukungan moril maupun materi serta do’a yang tiada henti
untuk saya.
2. Kedelapan Saudara kandung saya yang senantiasa memberikan semangat,
senyum dan do’anya untuk keberhasilan skripsi ini.
3. Bapak dan ibu dosen yang telah memberikan dan menyampaikan ilmunya
kepada saya, akan selalu ku kenang apa yang telah engkau berikan.
4. Kedua pembimbingku Suci Hayati, S.Ag., M.S.I dan Zumaroh, M.E.Sy
yang telah membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penulisan skripsi
ini dengan penuh rasa sabar.
5. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu menyemangati dan membantu untuk
menyelesaikan skripsi ini.
6. Almamater Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas taufik hidayah-
Nya dan inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini,
yang berjudul “Analisis SWOT Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan Usaha
Roti (Studi Kasus Terhadap Usaha-Usaha Roti di Kampung Sidodadi Kec.
Bangunrejo Kab. Lampung Tengah)”, sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan program Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro guna memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi (SE).
Dalam Penyelesaian skripsi ini, peneliti telah menerima banyak bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya peneliti mengucapkan banyak
terimakasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Enizar,M.Ag, selaku Rektor IAIN Metro.
2. Ibu Dr. Widhiya Ninsiana, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam.
3. Bapak Dharma Setyawan,M.Ag, selaku ketua jurusan Ekonomi
Syariah.
4. Suci Hayati, S.Ag., M.S.I, selaku pembimbing I yang telah memberi
bimbingan, masukan, dan arahan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Ibu Zumaroh, M.E.Sy, selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, mengarahkan dan memberikan masukan untuk skripsi ini.
xi
6. Seluruh dosen serta segenap Civitas Akademika Fakultas Ekonomi
Dan Bisni Islam.
Namun penulis menyadari, bahwa penyusunan Skripsi ini belum mencapai
kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai
pihak untuk kesempurnaannya. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri serta bagi pembaca pada umumnya.
xii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ......................................................................................... i
Halaman Judul ............................................................................................. ii
Halaman Nota Dinas .................................................................................... iii
Halaman Persetujuan ................................................................................... iv
Halaman Pengesahan .................................................................................. v
Halaman Abstrak ......................................................................................... vi
Halaman Orisinilitas Penelitian................................................................... vii
Halaman Moto ............................................................................................. viii
Halaman Persembahan ................................................................................ ix
Halaman Kata Pengantar ............................................................................. x
Daftar isi ...................................................................................................... xii
Daftar Lampiran .......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Pertanyaan Penelitian ...................................................................... 15
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................... 15
D. Penelitian Relevan ........................................................................... 16
BAB II LANDASAN TEORI
A. Analisis SWOT ............................................................................... 19
1. Pengertian Analisis SWOT ..................................................... 19
2. Fungsi, Manfaat, dan Tujuan Analisis SWOT .......................... 21
3. Faktor-Faktor Analisis SWOT .................................................. 24
B. Kebangkrutan .................................................................................. 26
1. Pengertian Kebangkrutan .......................................................... 26
2. Dasar Hukum Kebangkrutan ..................................................... 28
3. Faktor-Faktor Kebangkrutan .................................................... 30
C. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ........................................ 35
1. Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah ............................... 35
xiii
2. Dasar Hukum Usaha Mikro Kecil Menengah ........................... 36
3. Kriteria Usaha Mikro Kecil Menengah ..................................... 39
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian ................................................................ 41
B. Sumber Data .................................................................................... 43
C. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 44
D. Analisis Data ................................................................................... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................... 48
1. Profil Kampung Sidodadi .......................................................... 48
2. Profil Usaha Roti di Kampung Sidodadi ................................... 49
B. Analisa SWOT Faktor Penyebab Kebangkrutan Usaha Roti di Kampung
Sidodadi .......................................................................................... 56
1. Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan Usaha Roti .................. 56
2. Strategi Mempertahankan Usaha Roti di Kampung Sidodadi .... 66
C. Analisis Data ................................................................................... 84
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 88
B. Saran ................................................................................................ 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. SK Pembimbing Skripsi
2. Surat Izin Pra Survey
3. Alat Pengumpul Data
4. Kartu Bimbingan
5. Surat Izin Research
6. Surat Bebas Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Usaha kecil memiliki arti sebuah usaha yang dimiliki satu orang
saja, maka tanggung jawab dan aplikasinya dipikul oleh satu orang
tersebut. Usaha kecil sangat banyak ditemukan dimasyarakat , seorang
yang membuka usaha kecil juga akan membuka lapangan kerja untuk
orang lain. Usaha perseorangan merupakan tipe paling dasar dari sebuah
badan usah, sekaligus merupakan badan usaha yang paling tua dan paling
umum. 1
Kelebihan dari usaha kecil adalah operasinya menyebar keseluruh
pelosok dan berbagai ragam bidang usaha , tentu dalam kelebihannya ini,
usaha kecil sagat mudah dalam pemasarannya. Pemasarannya di berbagai
pelosok itu mencakup seluruh lapisan masyarakat, maka dari itu
segmentasi pemasaran sangat mudah dilakukan. Usaha kecil juga
mempunyai kekurangan yaitu beberapa usaha cenderung menghasilkan
pendapatan yang tidak teratur sehingga pemilik tidak mendapatkan
keuntungan dan juga mempunyai kekurangan hasil produksinya yang
belum mempunyai kualitas yang baik.2,
Peluang berkembangnya suatu usaha kecil semakin terbuka lebar
dengan semakin banyaknya masyarakat yang ingin berwirausaha. Hal ini
tentu membuat persaingan di dalamnya akan semakin ketat, persaingan
1 Wahyu Adji, et, al. Ekonomi, (Jakarta: Erlangga, 2017), 215. 2 Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 47.
2
yang semakin ketat tersebut, akan berdampak pada kinerja usaha kecil.
Oleh sebab itu perlu adanya sebuah menejemen dan strategi yang baik agar
dapat bersaing guna mempertahankan usahanya.
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan internal
organisasi, serta peluang dan ancaman atau tantangan eksternal suatu
organisasi atau proyek atau suatu spekulasi bisnis.3
Setiap usaha didirikan dengan harapan akan menghasilkan profit
sehingga mampu untuk bertahan dan berkembang dalam jangka waktu
yang sangat panjang. Sukses tidaknya suatu kegiatan usaha pada dasarnya
tidak tergantung pada besar-kecilnya ukuran usaha, tetapi lebih
dipengaruhi oleh bagaimana mengelolanya. Oleh karena itu kelemahan
yang sering dijumpai pada usaha kecil yang gagal adalah dalam
keorganisasian, keuangan, administrasi, dan pemasaran. 4
Analisis SWOT dilakukan dengan tujuan untuk mengenali tingkat
kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan setiap usaha yang diperlukan untuk
mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Berhubung tingkat kesiapan
fungsi ditentukan oleh tingkat kesiapan masing-masing faktor yang terlibat
dari setiap fungsi, maka analisis SWOT dilakukan terhadap keseluruhan
faktor dalam setiap fungsi, baik faktor internal maupun eksternal. Agar
3 M. Fathur Rohman, Teknik Analisis Manajemen SWOT Untuk Menyusun KKP
DIKLATPIM dan RENSTRA, (Malang, AFJ Mobicons, 2012), 13.
4Fitria Wulandari, “Analisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Metode Altman (Z-
Score) Pada Perusahaan Farmasi (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2011-2015)”, Benefit Jurnal Manajemen dan Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Juni
2017, 15.
3
dalam melakukan analisis bisnis, pelaku bisnis dapat mengidentifikasi
masalah dan faktor-faktor yang mempengaruhi serta menemukan
solusinya. 5
Masalah kebangkrutan selalu menjadi momok yang meresahkan
bagi berbagai pihak. Kebangkrutan suatu usaha menimbulkan banyak
masalah dalam perekonomian. Pihak yang dirugikan tidak hanya pemilik
usaha, tetapi juga pihak karyawan, kreditur, mitra usaha, serta masyarakat
sebagai konsumen juga akan dirugikan. Oleh sebab itu , gejala-gejala
kebangkrutan suatu usaha harus segera dideteksi sedini mungkin oleh
pihak manajemen sebelum menjadi terlambat dan sulit untuk dikendalikan.
Kebangkrutan adalah kondisi disaat perusahaan mengalami
ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya. Sehingga perusahaan
tidak mampu melanjutkan kegiatan oprasionalnya dengan lancar seperti
sebelumnya, dikarenakan dana yang tidak mencukupi. Sedangkan,
Menurut Lesmana kebangkrutan adalah ketidakpastian mengenai
kemampuan atas suatu perusahaan untuk melanjutkan kegiatan operasinya
jika kondisi keuangan yang dimiliki mengalami penurunan.6
Kebangkrutan merupakan kegagalan perusahaan dalam
menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba.Kebangkrutan
juga merupakan kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk
melunasi kewajibannya. Kondisi ini biasanya tidak muncul begitu saja di
perusahaan, ada indikasi awal dari perusahaan tersebut yang biasanya
5Hendro, Dasar-Dasar Kewirausahaan, (Jakarta: Erlangga, 2011), 46. 6 Rico Lesmana, Pedoman Menilai Kinerja Untuk Perusahaan Tbk, Yayasan, BUMN,
BUMD, dan Organisasi Lainnya, Edisi Pertama, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2003), 174.
4
dapat dikenali lebih dini kalau laporan keuangan dianalisis secara lebih
cermat dengan suatu cara tertentu. Rasio keuangan dapat digunakan
sebagai indikasi adanya kebangkrutan di perusahaan.7
Kebangkrutan merupakan masalah yang dapat terjadi dalam sebuah
usaha apabila usaha tersebut mengalami kondisi kesulitan. Kesulitan yang
dapat menyebabkan kebangkrutan terdiri dari dua faktor yaitu, kesulitan
yang disebabkan dari faktor eksternal dan kesulitan yang disebabkan dari
faktor internal. Dari faktor eksternal seperti terjadinya kesulitan bahan
baku atau kesulitan sumber daya, sehingganya kehilangan kesempatan
dalam melakukan produksi dan menghasilkan profit, kemudian kesulitan
diakibatkan faktor alam seperti terjadinya bencana yang memaksa
melakukan pembubaran. Sedangkan untuk faktor internal bisa dilihat dari
segi keuangan, yaitu kesulitan terjadi apabila sudah tidak mampu lagi
membayar semua hutang-hutangnya dan memenuhi kewajibannya
sehingga mulai melakukan pembubaran.8
Di Kampung Sidodadi terdapat usaha mikro kecil menengah
pembuatan roti yang setatus kepemilikannya adalah perorangan. Dalam
pengelolaannya usaha tersebut dikelola sendiri oleh pemilik usaha, dan
dalam proses produksi serta pemasaran pengusaha mengandalkan
masyarakat sekitar .Pada tahun 2011 berdiri dua usaha roti, kedua usaha
roti yang ada beroprasi dengan baik, bahkan salah satu dari usaha roti yang
berdiri di tahun 2011 berkembang sangat baik dan sampai saat ini masih
7Prihadi Toto, Analisis Laporan Keuangan Teori dan Aplikasi, (Jakarta: PPM, 2011),
332. 8Ibid.
5
aktif beroprasi dan memproduksi roti yang terus bertambah setiap
tahunnya kemudian di tahun berikutnya, yaitu 2012 kembali berdiri lima
usaha roti, dari lima usaha yang berdiri, dua usaha roti yang ada sudah
mengalami kebangkrutan dan tiga usaha berjalan dengan baik, tetapi dua
dari tiga usaha yang berjalan sudah berada diambang kebangkrutan dan di
tahun 2013 berdiri kembali tiga usaha roti yang salah satunya mengalami
kebangkrutan, adapun kedua usaha yang ada masih beroprasi tetapi
mengalami penurunan produksi. Di tahun-tahun berikutnya tidak ada lagi
yang mendirikan usaha roti, sehingganya jumlah usaha roti yang ada di
kampung Sidodadi berjumlah sepuluh sampai tahun 2016. Pada tahun
2017 usaha-usaha roti yang ada mulai mengalami kemunduran
sehingganya ada tiga usaha roti yang pada akhirnya tutup karena
mengalami kebangkrutan, dan sampai saat ini masih ada tujuh usaha roti,
namun kebanyakan sudah berada diambang kebangkrutan, hanya ada dua
usaha yang masih aktif beroperasi.9
Usaha – usaha roti yang ada di kampung Sidodadi sejak mulai
berdiri pada 2011 hingga bertahan sampai tahun 2017 untuk tiga usaha roti
yang mengalami kebangkrutan. Artinya dapat dikatakan bahwa usaha –
usaha roti yang ada di kampung Sidodadi sudah berjalan cukup lama yaitu
lebih kurang enam tahun dan tujuh usaha roti yang ada bertahan sampai
sekarang.
9 A, Kepala Kampung, Wawancara, Sidodadi, 14 April 2019
6
Tabel 1.1
Data Usaha-usaha Roti Kampung Sidodadi
NO. PEMILIK
USAHA
TAHUN
BERDIRI
PENGELOLAAN
USAHA
PEMASARAN STATUS
USAHA
1 Jarwo 2011
Pemilik usaha
mengelola usaha
secara individu.
Manajemen
serta
pengelolaan
keuangan di
lakukan oleh
pemilik dan para
karyawan hanya
membantu
dalam proses
produksi
Pemasaran hasil
produksi adalah
dengan
menitipkan ke
warung- warung,
dan pemasaran di
lakukan oleh
masyarakat
sekitar pabrik
dengan sistem
pembayaran
setelah barang
terjual
Aktif
Beroperasi
2 Sadi 2011
Pemilik usaha
mengelola usaha
secara individu.
Manajemen
serta
pengelolaan
keuangan di
lakukan oleh
pemilik dan para
karyawan hanya
membantu
dalam proses
produksi
Pemasaran hasil
produksi adalah
dengan
menitipkan ke
warung- warung,
dan pemasaran di
lakukan oleh
masyarakat
sekitar pabrik
dengan sistem
pembayaran
setelah barang
terjual
Aktif
Beroperasi
3 Sriyanto 2012
Pemilik usaha
mengelola usaha
secara individu.
Manajemen
serta
pengelolaan
keuangan di
lakukan oleh
pemilik dan para
karyawan hanya
membantu
dalam proses
produksi
Pemasaran hasil
produksi adalah
dengan
menitipkan ke
warung- warung,
dan pemasaran di
lakukan oleh
masyarakat
sekitar pabrik
dengan sistem
pembayaran
setelah barang
terjual
Bangkrut
7
4 Aris 2012
Pemilik usaha
mengelola usaha
secara individu.
Manajemen
serta
pengelolaan
keuangan di
lakukan oleh
pemilik dan para
karyawan hanya
membantu
dalam proses
produksi
Pemasaran hasil
produksi adalah
dengan
menitipkan ke
warung- warung,
dan pemasaran di
lakukan oleh
masyarakat
sekitar pabrik
dengan sistem
pembayaran
setelah barang
terjual
Aktif
Beroperasi
5 Teguh 2012
Pemilik usaha
mengelola usaha
secara individu.
Manajemen
serta
pengelolaan
keuangan di
lakukan oleh
pemilik dan para
karyawan hanya
membantu
dalam proses
produksi
Pemasaran hasil
produksi adalah
dengan
menitipkan ke
warung- warung,
dan pemasaran di
lakukan oleh
masyarakat
sekitar pabrik
dengan sistem
pembayaran
setelah barang
terjual
Aktif
Beroperasi
6 Misban 2012
Pemilik
usaha mengelola
usaha secara
individu.
Manajemen
serta
pengelolaan
keuangan di
lakukan oleh
pemilik dan para
karyawan hanya
membantu
dalam proses
produksi
Pemasaran hasil
produksi adalah
dengan
menitipkan ke
warung- warung,
dan pemasaran di
lakukan oleh
masyarakat
sekitar pabrik
dengan sistem
pembayaran
setelah barang
terjual
Bangkrut
7 Ikar
Supardi 2012
Pemilik usaha
mengelola usaha
secara individu.
Manajemen
serta
pengelolaan
Pemasaran hasil
produksi adalah
dengan
menitipkan ke
warung- warung,
dan pemasaran di
Aktif
Beroperasi
8
keuangan di
lakukan oleh
pemilik dan para
karyawan hanya
membantu
dalam proses
produksi
lakukan oleh
masyarakat
sekitar pabrik
dengan sistem
pembayaran
setelah barang
terjual
8 Warsono 2013
Pemilik usaha
mengelola usaha
secara individu.
Manajemen
serta
pengelolaan
keuangan di
lakukan oleh
pemilik dan para
karyawan hanya
membantu
dalam proses
produksi
Pemasaran hasil
produksi adalah
dengan
menitipkan ke
warung- warung,
dan pemasaran di
lakukan oleh
masyarakat
sekitar pabrik
dengan sistem
pembayaran
setelah barang
terjual
Aktif
Beroperasi
9 Kosim 2013
Pemilik usaha
mengelola usaha
secara individu.
Manajemen
serta
pengelolaan
keuangan di
lakukan oleh
pemilik dan para
karyawan hanya
membantu
dalam proses
produksi
Pemasaran hasil
produksi adalah
dengan
menitipkan ke
warung- warung,
dan pemasaran di
lakukan oleh
masyarakat
sekitar pabrik
dengan sistem
pembayaran
setelah barang
terjual
Aktif
Beroperasi
10 Ansori 2013
Pemilik usaha
mengelola usaha
secara individu.
Manajemen.
Pengelolaan
keuangan di
lakukan oleh
pemilik dan para
karyawan hanya
membantu
dalam proses
produksi
Pemasaran hasil
produksi adalah
dengan
menitipkan ke
warung, dan
pemasaran di
lakukan
masyarakat
dengan sistem
pembayaran
setelah barang
terjual
Bangkrut
Sumber: Data olah wawancara
9
Selain usaha-usaha kecil, di kampung Sidodadi terdapat usaha-
usaha mikro, usaha ini bergerak dalam bidang produksi roti dan keripik
yang juga dalam pengelolaannya usaha tersebut dikelola sendiri oleh
pemilik usaha, dalam proses produksi serta pemasaran pengusaha
mengandalkan masyarakat sekitar, dan ada juga yang dalam proses
produksi serta pemasaran dilakukan oleh pemilik usaha itu sendiri.
Pada tahun 2010 berdiri satu usaha yang beroprasi dengan baik,
bahkan usaha yang berdiri pada tahun 2010 berkembang sangat baik pada
awal berdirinya, pada tahun 2015 usaha ini mengalami kemunduran dan
pada 2016 usaha ini mengalami kebangkrutan. Kemudian di tahun
berikutnya, yaitu 2011 kembali berdiri satu usaha dan aktif beroprasi
sampai saat ini, pada tahun 2013 berdiri kembali dua usaha yang salah
satunya mengalami kebangkrutan, pada tahun 2014 kembali berdiri dua
usaha dan pada tahun 2015 berdiri tiga usaha yang semuanya masih aktif
beroprasi.
Tabel 1.2
Data Usaha-usaha Mikro Kampung Sidodadi
NO. PEMILIK
USAHA
TAHUN
BERDIRI
PENGELOLAAN
USAHA
PEMASARAN STATUS
USAHA
1 Paroji 2010
Pemilik usaha
mengelola usaha
secara individu.
Manajemen serta
pengelolaan
keuangan di
lakukan oleh
pemilik dan para
karyawan hanya
membantu dalam
proses produksi
Pemasaran hasil
produksi adalah
dengan
menitipkan ke
warung-
warung, dan
pemasaran di
lakukan oleh
pemilik usaha
Bangkrut
10
2 Ridwan 2011
Pemilik usaha
mengelola usaha
secara individu.
Manajemen serta
pengelolaan
keuangan di
lakukan oleh
pemilik dan para
karyawan hanya
membantu dalam
proses produksi
Pemasaran hasil
produksi adalah
dengan
menitipkan ke
warung-
warung, dan
pemasaran di
lakukan oleh
pemilik usaha
Beroprasi
3 Masturi 2013
Pemilik usaha
mengelola usaha
secara individu.
Manajemen serta
pengelolaan
keuangan di
lakukan oleh
pemilik dan para
karyawan hanya
membantu dalam
proses produksi
Pemasaran hasil
produksi adalah
dengan
menitipkan ke
warung-
warung, dan
pemasaran di
lakukan oleh
pemilik usaha
Bangkrut
4 Munir 2013
Pemilik usaha
mengelola usaha
secara individu.
Manajemen serta
pengelolaan
keuangan di
lakukan oleh
pemilik dan para
karyawan hanya
membantu dalam
proses produksi
Pemasaran hasil
produksi adalah
dengan
menitipkan ke
warung-
warung, dan
pemasaran di
lakukan oleh
pemilik usaha
Beroprasi
5 Siti
Salamah 2014
Pemilik usaha
mengelola usaha
secara individu.
Manajemen,
proses produksi
serta pengelolaan
keuangan di
lakukan oleh
pemilik
Pemasaran hasil
produksi adalah
dengan
menitipkan ke
warung-
warung, dan
pemasaran di
lakukan oleh
pemilik usaha
Beroprasi
11
6 Turni 2014
Pemilik usaha
mengelola usaha
secara individu.
Manajemen serta
pengelolaan
keuangan di
lakukan oleh
pemilik dan para
karyawan hanya
membantu dalam
proses produksi
Pemasaran hasil
produksi adalah
dengan
menitipkan ke
warung-
warung, dan
pemasaran di
lakukan oleh
pemilik usaha
Bangkrut
7 Ansori 2015
Pemilik usaha
mengelola usaha
secara individu.
Manajemen serta
pengelolaan
keuangan di
lakukan oleh
pemilik dan para
karyawan hanya
membantu dalam
proses produksi
Pemasaran hasil
produksi adalah
dengan
menitipkan ke
warung-
warung, dan
pemasaran di
lakukan oleh
pemilik usaha
Beroprasi
8 Siti
Marwiyah 2015
Pemilik usaha
mengelola usaha
secara individu.
Manajemen,
produksi, serta
pengelolaan
keuangan di
lakukan oleh
pemilik
Pemasaran hasil
produksi adalah
dengan
menitipkan ke
warung-
warung, dan
pemasaran di
lakukan oleh
masyarakat
sekitar tempat
usaha dengan
sistem
pembayaran
setelah barang
terjual
Beroprasi
12
9 Waljinah 2015
Pemilik usaha
mengelola usaha
secara individu.
Manajemen serta
pengelolaan
keuangan di
lakukan oleh
pemilik dan para
karyawan hanya
membantu dalam
proses produksi
Pemasaran hasil
produksi adalah
dengan
menitipkan ke
warung-
warung, dan
pemasaran di
lakukan oleh
pemilik usaha
dan masyarakat
sekitar tempat
usaha dengan
sistem
pembayaran
setelah barang
terjual
Beroprasi
Sumber: Data olah wawancara
Manajemen yang salah dalam menjalankan usaha berakibat pada
banyaknya usaha yang mengalami kemunduran bahkan ada yang
mengalami kebangkrutan, manajemen dalam usaha yang ada tidak
tersusun dengan baik.
Wawancara dengan pengusaha roti Dusun III Kampung Sidodadi,
mengatakan usaha roti yang ada bermodalkan pinjaman dari Bank. Karena
kesalahan dalam manajemen keuangan Sebagian pengusaha roti gagal
dalam membayar hutang, hal tersebut berakibat pada penurunan produksi
disebabkan kekurangan modal bahkan sebagian pengusha roti pada
akhirnya ada yang menghentikan usahanya dan melelang aset-aset usaha
yag ada untuk menutup hutang di Bank.10
Hasil wawancara dengan salah satu pekerja, mengatakan bahwa
dalam proses produksi Seiring berjalannya waktu mengalami perubahan,
pemilik usaha memerintahkan kepada para pekerja untuk mengurangi
10 S, Pengusaha Roti Dusun III, Wawancara, Sidodadi, 30 Maret 2019
13
bahan-bahan dengan alasan bahan baku semakin mahal, dengan
pengurangan bahan baku tersebut menyebabkan menurunnya kualitas dari
roti yang dihasilkan sehingganya banyak pelanggan yang komplain, hal
tersebut berakibat pada permasalahan dalam memasarkan produk, banyak
pelanggan yang kemudian beralih kepada produk lain, pada akhirnya
produksi terus berkurang setiap harinya.11
Wawancara dengan pengusaha roti Dusun VI Kampung Sidodadi,
mengatakan dalam distribusi produk pengusaha roti mengandalkan
masyarakat sekitar, dengan sistem membawa barang dengan pembayaran
diakhir, dalam hal ini tidak ada jaminan, hanya saling percaya. Pada
awalnya sistem ini berjalan lancar, namun seiring berjalannya waktu tidak
sedikit dari para penjual yang kemudian tidak membayar roti yang mereka
jual dan membawa kabur uang hasil penjualan roti sehingganya pengusaha
roti mengalami kerugian.12
Hasil wawancara dengan salah satu pengusaha roti Dusun IV
Kampung Sidodadi, mengatakan bahwa usaha roti merupakan usaha yang
menjanjikan karena dalam proses pembuatan roti sangat mudah dan
keuntungan yang didapat cukup besar, sehingga banyak masyarakat yang
tertarik untuk mendirikan usaha roti. Untuk biaya produksi satu buah roti
Rp 400,- kemudian pengusaha menjual kepada reseller dengan harga Rp
700,- maka keuntungan yang didapat adalah 75% dari modal. Karena
pengelolaan manajemen yang kurang baik, usaha roti yang ada mengalami
11 F, Karyawan Pabrik Roti, Wawancara, Sidodadi, 30 Maret 2019
12 A, Pengusaha Roti Dusun VI, Wawancara, Sidodadi, 30 Maret 2019
14
kemunduraan bahkan ada sebagian usaha roti yang tutup karena
mengalami kebangkrutan. Hal ini tentu saja menimbulkan banyak masalah
dalam perekonomian, membuat para karyawan yang bekerja di pabrik roti
menjadi kehilangan pekerjaannya dan perekonomian masyarakat sekitar
yang awalnya mulai membaik kembali memburuk dengan bangkrutnya
usaha-usaha roti yang ada. 13
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih
mendalam mengenai faktor-faktor yang menyebabkan bangkrutnya usaha-
usaha roti yang berada di Kampung Sidodadi, dan menganalisa faktor-
faktor yang ada untuk mengetahui penyebab utama dari bangkrutnya usaha
roti. Untuk menghasilkan analisis yang baik maka peneliti meninjaunya
dengan analisis SWOT, Oleh karena itu, peneliti ingin mengambil judul
Analisis SWOT Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan Usaha Roti
(Studi Kasus Terhadap Usaha Roti Kampung Sidodadi Kecamatan
Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah)
13T, Pengusaha Roti Dusun IV, Wawancara, Sidodadi, 30 Maret 2019
15
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah: Bagaimana faktor-faktor
yang menyebabkan kebangkrutan usaha roti di kampung Sidodadi menurut
analisis SWOT?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk menemukan atau menggali,
mengembangkan dan menguji teori. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui kemudian menganalisa faktor-faktor penyebab
kebangkrutan usaha roti di kampung Sidodadi menggunakan analisis
SWOT.
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
sumbangsih pemikiran yang dapat memperkaya informasi dalam
rangka menanggulangi atau mencegah wirausahawan dari
kebangkrutan dalam usaha roti.
b. Secara praktisi
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
masukan bagi masyarakat Sidodadi untuk megetahui faktor
penyebab bangkrutnya usaha.
16
D. Penelitian Relevan
Bagian ini memuat beberapa hasil penelitian sebelumnya yang
telah diteliti oleh beberapa mahasiswa yang telah melakukan penelitian
kemudian membandingkan apakah peneltian yang akan peneliti lakukan
tersebut telah diteliti sebelumnya atau belum. Disini penulis menengaskan
kembali bahwa penelitian yang sedang dilakukan belum pernah diteliti
sebelumnya. Permasalahan yang penulis angkat mengenai Analisis SWOT
Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan Usaha Roti. Oleh karena itu,
peneliti memaparkan perkembangan beberapa karya ilmiah terkait dengan
pembahasan peneliti, diantaranya adalah:
1. Ratna Wahyuning tahun 2008 Universitas Islam Negri Malang
dengan judul “Analisis SWOT pada Usaha Waralaba (Sudi Kasus
Bakso Kota Cak Man Malang)”. Penelitian menyimpulkan bahwa
Bakso Kota Cak Man Malang mempunyai banyak peluang dan
keunggulan yang bisa dimaksimalkan oleh pemilik. Dengan analisa
SWOT, peluang tersebut dapat dimanfaatkan dengan maksimal untuk
membantu perusahaan dalam memilih strategi yang tepat. Terbukti
dengan dapat bertahannya Bakso Kota Cak Man Malang dalam krisis
ekonomi dengan menggunakan sistem waralaba
2. Tri Setyono tahun 2017 Universitas Nusantara PGRI Kediri dengan
judul “Analisis Terhadap Faktor-Faktor Kebangkrutan Pada
Industri Jamu Tradisional Parang Husada Di Kabupaten Kediri”
Penelitian menyimpulkan bahwa Faktor penyebab kebangkrutan
17
perusahaan, dapat berasal dari internal maupun eksternal perusahaan.
Faktor internal perusahaan mampu mengancam kelangsungan
perusahaan, Dari sekian bayak permasalah yang dihadapi oleh Industri
Jamu Tradisional Parang Husada. Maka dapat diketahui bahwa modal
usaha menjadi faktor utama penyebab kebangkrutan, sulitnya dalam
mencari modal usaha disebabkan karena banyaknya para pelanggan
dan supliyer, yang sengaja tidak mau membayar hutang kepada pihak
perusahaan. pada akhirnya hal ini menjadi masalah yang sangat serius
yang kini sedag dihadapi oleh Industri Jamu Tradisional Parang
Husada.
3. Skripsi Cipta Kurnia Aji tahun 2008 di Universitas Islam Negeri
Jakarta dengan judul ” Pendekatan Analisis SWOT Terhadap
Produk Tabungan Haji Arafah “. Dalam penelitian ini tabungan haji
arafah menghasilkan strategi S-O yaitu meningkatkan pengembangan
produk, meningkatkan pelayanan terhadap nasabah, membuat kiat-kiat
pemasaran produk dan promosi yang lebih gencar. Dengan strategi W-
O yakni dengan menjaga citra bank, menambah jaringan pemasaran,
mengoptimalkan bagian humas. Strategi S-T yaitu dengan melakukan
kegiatan social di masyarakat. Strategi W-T seperti mencari kiat-kiat
baru dalam mensosialisasikan produk, mengoptimalkan SDM
pemasaran. Dengan strategi-strategi tersebut, produk tabungan haji
arafah dapat lebih maksimal dalam pencapaian yang diinginkan
perusahaan.
18
Berdasarkan kedua penelitian tersebut di atas, penelitian yang
dilakukan oleh peneliti sama-sama mengkaji analisis SWOT dan analisis
faktor-faktor kebangkrutan, hanya saja penelitian ini berbeda denga
penelitian sebelumnya yaitu apabila penelitian yang dilakukan Ratna
Wahyuning meneliti mengenai strategi yang tepat yang digunakan untuk
membuat usaha bakso bertahan dalam krisis ekonomi, sehingga komponen
yang ada berbeda, karena peneliti fokus terhadap faktor-faktor
kebangkrutan. Penelitian yang dilakukan Tri Setyono memiliki perbedaan
dalam menganalisis faktor-faktor kebangkrutan, dalam penelitian ini
peneliti menggunakan analisis SWOT, sedangkan penelitian sebelumnya
tidak menggunakan analisis SWOT, Adapun penelitian yang dilakukan
Cipta Kurnia Aji meneliti tentang jasa dunia perbankan, yaitu tentang
tabungan haji arafah maka adapun strategi faktor internal dan eksternalnya
berbeda, dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu meneliti
tentang analisis SWOT pada UMKM khususnya pada usaha roti.
Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan judul
“Analisis SWOT Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan Usaha Roti”
dapat ditegaskan bahwa belum pernah diteliti sebelumnya khususnya di
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro Lampung.
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opporunities, and Threats)
1. Pengertian Analisis SWOT
Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opporunities, and
Threats) adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
menentukan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika
yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang
(Opporunities), namun secara bersama dapat meminimalkan kelemahan
(Weaknesses) dan ancaman (Threats).1
Analisis SWOT menurut Sondang P. Siagian merupakan
salah satu instrument analisi yang ampuh apabila digunakan dengan
tepat. Telah diketahui pula secara luas bahwa “SWOT merupakan
akronim untuk kata- kata strenghs (kekuatan), weaknesses
(kelmahan), opportunities (peluang) dan htreats (ancaman).2
Analisis SWOT dapat diartikan sebagai evaluasi terhadap
keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Analisis
SWOT merupakan salah satu instrumen analisis lingkungan internal
dan eksternal perusahaan. Analisis ini didasarkan pada asumsi
bahwa suatu strategi yang efektif akan meminimalkan kelemahan
dan ancaman. Bila diterapkan secara akurat, asumsi sederhana ini
1 Swardono, Manajemen Srategik Konsep dan Kasus, (Yogyakarta: UUP AMP YKPN,
2002), 5 2 Sondang P.Siagian, manajemen strategik, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2000), 172
20
Berbagai Peluang
Kelemahan
internal Kekuatan
internal
Berbagai ancaman
mempunyai dampak yang besar atas rancangan suatu strategi yang
berhasil.
Diagram 2.1 Analisis SWOT
Analisis SWOT3
(Strengths, Weaknesses, Opporunities, and Threats)
3. Mendukung strategi 1. Mendukung strategi
Turn around agresif
4. Mendukung strategi 2. Mendukung
Devensif strategi diversifikasi
Melalui analisis SWOT, perusahaan dapat melihat evaluasi
keseluruhan terhadap strenghs (kekuatan), weaknesses (kelmahan),
opportunities (peluang) dan htreats (ancaman). Tujuan fundamental
analisis SWOT adalah untuk mengidentifikasi trend, kekuatan dan
3 Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka utama, 2004), 19.
21
kondisi yang memiliki dampak potensial pada formulasi dan
implementasi strategi pemasaran perusahaan. Ini merupakan langkah
paling penting atas dasar dua alasan. Pertama, setiap perubahan
dalam lingkungan eksternal dapat menimbulkan dampak serius pada
pasar-pasar sebuah perusahaan. Dengan mengantisipasi dan
melakukan tindakan, perusahaan akan mampu mengambil manfaat
dari perubahan-perubahan ini. Kedua, langkah ini memberikan
peluang untuk menyusun aspek-aspek terpenting untuk dievaluasi.
2. Fungsi, Manfaat, dan Tujuan Analisis SWOT
Analisis SWOT memiliki fungsi, manfaat, dan tujuan sebagai
berikut:4
a. Fungsi Analisis SWOT
Secara umum analisis SWOT sudah dikenal oleh
sebagian besar tim teknis penyusun rencana perusahaan.
Sebagian dari pekerjaan pereencanaan strategi terfokus pada
apakah perusahaan mempunyai sumber daya dan kapabilitas
memadai untuk menjalankan misi dan mewujudkan visinya.
Pengenalan akan kekuatan yang dimiliki akan membantu
perusahaan untuk menaruh perhatian dan melihat peluang-
peluang baru, sedangkan penilaian yang jujur terhadap
kelemahan-kelemahan yang ada akan memberikan bobot realism
pada rencana-rencana yang akan dibuat perusahaan. Jadi, fungsi
4 Ibid., 10.
22
analisis SWOT adalah menganalisa mengenai kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki perusahaan, serta analisa mengenai
peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan yang dilakukan
melalui telaah terhadap kondisi eksternal perusahaan.
b. Manfaat Analisis SWOT
Analisis SWOT bermanfaat apabila telah secara jelas
ditentukan dalam bidang apa bisnis beroprasi dan arah mana
perusahaan menuju ke masa depan serta ukuran apa saja yang
digunakan untuk meneliti keberhasilan manajemen perusahaan
dalam menjalankan misinya dan mewujudkan misinya dari hasil
analisis akan memetakan posisi perusahaan terhadap
lingkungannya dan menyediakan pilihan strategi umum yang
sesuai serta dijadikan dasar dalam menetapkan sasaran-sasaran
perusahaan selama 3-5 tahun kedepan untuk memenuhi
kebutuhan dan harapan para stakeholder atau analisis SWOT
berguna untuk menganalisa faktor-faktor di dalam perusahaan
yang memberikan andil terhadap kualitas pelayanan atau salah
satu komponennya sambil mempertimbangkan faktor-faktor
eksternal.
c. Tujuan Analisis SWOT
Tujuan utama analisis SWOT adalah mengidentifikasi
strategi perusahaan secara keseluruhan. Hampir setiap
perusahaan maupun pengamat bisnis dalam pendekatannya
23
banyak menggunakan analisis SWOT. Kecenderungan ini
tampaknya akan terus semakin meningkat, yang mana satu
dengan yang lainnya saling berhubungan dan saling tergantung.
Penggunaan analisis SWOT ini sebenarnya telah muncul sejak
lama mulai dari bentuknya yang paling sederhana, yaitu daklam
rangka menyusun strategi untuk mengalahkan musuh dalam
pertempuran.
Konsep dasar pendekatan SWOT tampaknya sederhana
sekali sebagaimana dikemukakan oleh Sun Tzu bahwa apabila
kita telah mengenali kekuatan dan kelemahan lawan, sudah dapat
dipastikan kita dapat memenangkan pertempuran. Dalam
perkembangannya saat ini analisis SWOT tidak hanya dipakai
untuk menyusun strategi di medan pertempuran, melaikan
banyak dipakai dalam penyusunan perencanaan bisnis yang
bertujuan untuk menyusun strategi-strategi jangka panjang
sehingga arah dan tujuan perusahaan dapat dicapai dengan jelas
dan dapat segera diambil keputusan berikut semua perubahannya
dalam menghadapi pesaing.5
Pentingnya analisis SWOT dalam menjalankan suatu
usaha juga dijelaskan dalam QS. Al-Hasyr:18, yakni sebagai
berikut:
5 Ibid.
24
مت لغد وات قوا الل إن الل خب ي ا أي ها الذين آمنوا ات قوا الل ولت نظر ن فس ما قد ير (١٨با ت عملون )
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah
kepada Allah SWT. Dan hendaklah setiap diri memperhatikan
apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan
bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q.S. Al-Hasyr:18)6
Ayat tersebut di atas menjelaskan, bahwa suatu usaha
perlu melakukan adaptasi dalam perencanaan, setiap kegiatan
perencanaan harus memperhatikan situasi dan kondisi yang
terkait dengan masa lalu, masa kini, dan masa depan atau yang
akan datang, hal ini bisa dipahami karena prinsip keterkaitan satu
sama lain dari ketiga masa atau waktu itu.7
Berdasarkan tafsir ayat tersebut di atas, apabila dikaitkan
dengan analisis SWOT maka dapat dipahami bahwa suatu usaha
bisnis yang dilakukan harus selalu difikirkan (direncanakan) agar
tidak rugi dan pada akhirnya bisa bermanfaat.
3. Faktor-Fakor Analisis SWOT
Untuk menganalisis secara mendalam maka perlu melihat
faktor-faktor analisis SWOT. Yaitu, faktor eksternal dan internal
suatu perusahaan.8
6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2010), 547. 7 Hadhiri, choiruddin SP, Klarifikasi Kandungan Al-Quran Jilid 1, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2005), 157 8 Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan. (Bandung: Alvabeta, 2014), 260
25
a. Faktor Eksternal
Faktor eksternal ini mempengaruhi terbentuknya
opportunities dan threats (O and T). Dimana faktor ini
menyangkut dengan kondisi-kondisi yang terjadi di luar
perusahaan yang mempengaruhi dalam pembuatan keputusan
perusahaan. Faktor ini mencakup lingkungan industri dan
lingkungan bisnis makro, ekonomi, politik, hukum,
teknologi, kependudukan, dan sosial budaya.
b. Faktor Internal
Faktor internal ini mempengaruhi terbentuknya
strengths dan weakness (S and W). Dimana faktor ini
menyangkut dengan kondisi yang terjadi dalam perusahaan,
yang mana ini turut mempengaruhi terbentuknya pembuatan
keputusan perusahaan. Faktor internal ini meliputi semua
macam manajemen fungsional: pemasaran, keuangan,
operasi, sumberdaya manusia, penelitian dan pengembangan,
sistem informasi manajemen, dan budaya perusahaan.
Kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi
faktor internal dan faktor eksternal, untuk mengidentifikasi
berbagai masalah yang timbul dalam perusahaan, maka sangat
diperlukan penelitian yang sangat cermat sehingga mampu
menemukan strategi yang sangat cepat dan tepat dalam mengatasi
masalah yang timbul dalam perusahaan.
26
B. Kebangkrutan
1. Pengertian Kebangkrutan
Kebangkrutan (bankcruptcy) merupakan kondisi dimana
perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya.
Perusahaan yang mengalami kesulitan ekonomi akan lebih cepat
mengalami kebangkrutan, karena kesulitan ekonomi akan memicu
semakin cepatnya kebangkrutan perusahaan yang mungkin tadinya
sudah sakit kemudian semakin sakit dan bangkrut. Perusahaan yang
belum sakitpun akan mengalami kesulitan dalam pemenuhan dana
untuk kegiatan operasional perusahaan akibat adanya krisis ekonomi
tersebut. Namun demikian, proses kebangkrutan sebuah perusahaan
tentu saja tidak semata-mata disebabkan oleh faktor ekonomi saja,
tetapi bisa juga disebabkan oleh faktor lain yang sifatnya non
ekonomi.9
Kebangkrutan adalah kondisi disaat perusahaan mengalami
ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya. Sehingga
perusahaan tidak mampu melanjutkan kegiatan oprasionalnya dengan
lancar seperti sebelumnya, dikarenakan dana yang tidak mencukupi.
Sedangkan, Menurut Lesmana kebangkrutan adalah ketidakpastian
mengenai kemampuan atas suatu perusahaan untuk melanjutkan
9 Tri Setyono, Analisis Terhadap Faktor-Faktor Kebangkrutanpada Industri jamu
Tradisional Parang Husada di Kabupaten Kediri, Simki-Economic, Vol. 01 No. 05, 2017, 10.
27
kegiatan operasinya jika kondisi keuangan yang dimiliki mengalami
penurunan.10
Kebangkrutan merupakan kegagalan perusahaan dalam
menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba.
Kebangkrutan juga merupakan kondisi dimana perusahaan tidak
mampu lagi untuk melunasi kewajibannya. Kondisi ini biasanya tidak
muncul begitu saja di perusahaan, ada indikasi awal dari perusahaan
tersebut yang biasanya dapat dikenali lebih dini kalau laporan
keuangan dianalisis secara lebih cermat dengan suatu cara tertentu.
Rasio keuangan dapat digunakan sebagai indikasi adanya
kebangkrutan di perusahaan.11
Kebangkrutan merupakan masalah yang dapat terjadi dalam
sebuah usaha apabila usaha tersebut mengalami kondisi kesulitan.
Kesulitan yang dapat menyebabkan kebangkrutan terdiri dari dua
faktor yaitu, kesulitan yang disebabkan dari faktor eksternal dan
kesulitan yang disebabkan dari faktor internal. Dari faktor eksternal
seperti terjadinya kesulitan bahan baku atau kesulitan sumber daya,
sehingganya kehilangan kesempatan dalam melakukan produksi dan
menghasilkan profit, kemudian kesulitan diakibatkan faktor alam
seperti terjadinya bencana yang memaksa melakukan pembubaran.
Sedangkan untuk faktor internal bisa dilihat dari segi keuangan, yaitu
10 Rico Lesmana, Pedoman Menilai Kinerja Untuk Perusahaan Tbk, Yayasan, BUMN,
BUMD, dan Organisasi Lainnya, Edisi Pertama, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2003), 174.
11Prihadi Toto, Analisis Laporan Keuangan Teori dan Aplikasi, (Jakarta: PPM, 2011),
332.
28
kesulitan terjadi apabila sudah tidak mampu lagi membayar semua
hutang-hutangnya dan memenuhi kewajibannya sehingga mulai
melakukan pembubaran.12
2. Dasar Hukum Kebangkrutan
Pengaturan mengenai Kepailitan di Indonesia mengacu pada
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, yang dalam Pasal 2
menyebutkan:
1. Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak
membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo
dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan,
baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu
atau lebih kreditornya.
2. Permohonan dapat juga diajukan oleh kejaksaan untuk
kepentingan umum.
Dalam penjelasan Pasal 2 ayat (1) dinyatakan bahwa yang
dimaksud dengan kreditor dalam ayat ini adalah baik kreditor
konkuren, kreditor separatis, maupun kreditor preferen. Khusus
mengenai kreditor separatis dan kreditor preferen, mereka dapat
mengajukan permohonan pernyataan pailit tanpa kehilangan hak
12Ibid.
29
agunan atas kebendaan yang mereka miliki terhadap harta debitor
dan haknya untuk didahulukan.13
Dasar hukum Hukum Kepailitan Indonesia tidak hanya
yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004, tetapi
juga segala sesuatu yang berkaitan dengan kepailitan yang diatur
dan tersebar di berbagai peraturan perundang-undangan.
Asas Hukum Kepailitan Indonesia secara umum diatur dalam
Pasal 1131 KUH Perdata dan asas khusus dimuat dalam Undang-
Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang.14
Dalam hubungan dengan peraturan perundang-undangan
kepailitan, peraturan dimaksud juga berfungsi untuk melindungi
kepentingan pihak-pihak terkait dalam hal ini Kreditor dan Debitor,
atau juga masyarakat. Mengenai hal ini, penjelasan umum Undang-
Undang Nomor 37 Tahun 2004 menyebutkan beberapa faktor perlunya
pengaturan mengenai kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran
utang. Faktor-faktor dimaksud yaitu:
1. Untuk menghindari perebutan harta debitor apabila dalam waktu
yang sama ada beberapa kreditor yang menagih piutangnya dari
debitor.
2. Untuk menghindari adanya kreditor pemegang hak jaminan
kebendaan yang menuntut haknya dengan cara menjual barang
13 Adrian Sutedi, Hukum Kepailitan, (Bogor, Ghalia Indonesia, 2009), 24 14 Syamsudin Sinaga, Hukum Kepailitan Indonesia, (Jakarta, Tatanusa, 2012), 34
30
milik debitor tanpa memperhatikan kepentingan debitor atau para
kreditor lainnya.
3. Membagikan harta debitor secara adil dan seimbang menurut besar
atau kecilnya piutang masing-masing kreditor.
4. Untuk menghindari adanya kecurangan-kecurangan yang dilakukan
oleh salah seorang kreditor atau debitor sendiri. Misalnya, debitor
berusaha untuk memberi keuntungan kepada seorang atau beberapa
orang kreditor tertentu sehingga kreditor lainnya dirugikan, atau
adanya perbuatan curang dari debitor untuk melarikan semua harta
kekayaannya dengan maksud untuk melepaskan tanggung
jawabnya terhadap para keditor.15
Kepailitan ini tidak hanya menimpa pada orang perorangan
namun juga pada suatu perusahaan. Suatu perusahaan yang dinyatakan
pailit pada saat ini akan membawa dampak dan pengaruh buruk, bukan
hanya pada perusahaan itu saja namun juga dapat berakibat global.
3. Faktor-faktor kebangkrutan
Kebangkrutan usaha muncul karena beberapa hal, tetapi bila
dikelompokkan akan terdapat 3 faktor utama penyebab kebangkrutan,
yaitu:16
1. Kebangkrutan yang disebabkan oleh diri sendiri
2. Kebangkrutan karena faktor dari luar
15 H.Man S. Sastrawidjaja, Hukum Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang, (Bandung, Alumni, 2006), 72 16 Prihadi Toto, Analisis Laporan Keuangan Teori dan Aplikasi, (Jakarta: PPM, 2011),
332.
31
3. Kebangkrutan bencana alam.
Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab mundurnya
sebuah usaha sehingganya terjadilah kebangkrutan yaitu:17
1. Faktor Perencanaan
Banyak usaha yang tiba-tiba tutup karena tidak mempunyai
rencana yang jelas. Pemilik usaha membiarkan usaha usahanya
berjalan sesuai keadaan sehingga seperti layaknya kapal yang
berlayar tanpa arah sehingga terombang ambing ditengah laut.
Tidak adanya perencanaan dalam usaha akan menyebabkan
kegagalan dalam usaha. Perencanaan dapat berupa
perencannaan jangka panjang dan jangka pendek. Perencanaan
bagaimana usaha kedepannya akan menentukan arah gerak
pertumbuhan usaha yang pada suatu saat akan membentuk
seperti apa usaha kedepannya, perencanaan harus matang dan
tersusun rapi serta tercatat
2. Faktor Manusia (SDM)
Manusia adalah penggerak dan pengelola sebuah usaha,
baik itu usaha kecil maupun usaha yang besar. Sumber daya
manusia yang baik akan menjadi sentral kesuksesan sebuah
usaha, ketika sumber daya manusianya buruk maka akan sangat
berpengaruh pada perjalanan sebuah usaha dan dapat
menyebabkan mundurnya sebuah usaha sehingganya perlu
17 Hendro, Dasar-dasar Kewirausahaan,(Jakarta: Erlangga, 2011), 47.
32
menentukan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat
melaksanakan sebuah usaha sesuai dengan perencanaan.
3. Faktor Keuangan
Kesulitan keuangan menjadi faktor kegagalan sebuah
usaha. Sebab masalah keuangan berarti masalah energi sebuah
usaha. Tanpa keuangan (arus kas/chas flow) yang lancar sebuah
usaha akan sulit atau bahkan tidak bisa berhasil, karena arus
kas dalam sebuah usaha bagaikan darah dalam tubuh manusia,
apabila arus kas tidak mengalir maka dapat dipastikan sebuah
usaha pasti akan berhenti. Sehingganya faktor keuangan ini
juga sangat penting bagi kelangsungan sebuah usaha.
4. Faktor Administrasi
Administrasi sering diartikan sebagai serangkaian
kegiatan perencanaan keuangan, pencatatan, penagihan,
personalia, dan distribusi logisik serta barang dalam suatu
usaha. Administrasi sangat membantu dalam proses
pengembangan usaha, namun banyak pengusaha yang
mengabaikan pencatatan kegiatan oprasional yang dilakukan,
padahal banyak dampak yang terjadi jika suatu kegiatan usaha
dilakukan tanpa pencatatan, dengan pencatatan yang baik maka
pemilik usaha dapat mengevaluasi, apakah usaha yang
dijalankan dekat dengan keuntungan atau ancaman
kebangkrutan.
33
5. Pengelolaan Usaha.
Pengelolaan usaha yang baik sangat berpengaruh
terhadap keberlangsungan sebuah usaha, selain perencanaan
perlu adanya pengelolaan agar dapat mencapai tujuan dari
usaha yang dijalankan, perencanaan yang baik tanpa adanya
pengelolaan yang baik akan berakibat pada gagalnya
pencapaian tujuan dari usaha yang ada sesuai dengan yang
direncanakan. Maka dari itu perlu adanya pengelolaan yang
baik dalam sebuah usaha agar kegiatan usaha tetap berjalan.
6. Faktor Pemasaran dan Penjualan
Usaha yang tidak melakukan riset berarti usaha yang
asal-asalan atau cenderung nekat sehingga mudah sekali jatuh
karena tidak ada link dengan pasarnya . Pemasaran dan
penjualan merupakan kendali bagi gerbong-gerbong lainya
seperti keuangan, personalia, produktif distribusi, logistik
pembelian, jadi pemasaran dan penjualan memainkan peranan
penting bagi kelancaran sebuah usaha. Banyak usaha yang
gagal karena hanya mementingkan gerbong-gerbongnya saja
dan lupa bahwa lokomotifnya belum berjalan dengan baik.
7. Faktor Pesaing.
Perusahaan juga jangan melupakan persaingan karena
kalau produk pesaing lebih diterima di masyarakat, maka
34
perusahaan akan kehilangan konsumen dan hal tersebut akan
berakibat menurunnya pendapatan perusahaan.
Menurut Karakaya dan Kobu (1994), identifikasi penyebab
kegagalan usaha sehingga menyebabkan kebangkrutan usaha
dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:18
1. Berkaitan dengan pasar
a. Waktu peluncuran produk kurang tepat
b. Desain produk yang tidak disesuaikan dengan kebutuhan
pasar
c. Tidak mengikuti selera pasar
d. Strategi distribusi yang tidak tepat
e. Kemasan produk dan kualitasnya tidak sesuai dengan target
pasar.
2. Berkaitan dengan aspek keuangan
a. Harga terlalu mahal dan tidak terjangkau oleh pasar
b. Kesulitan aliran dana ( cash fow ) dan berantakan
c. Piutang macet terlalu besar
d. Hutang usaha terlalu besar dan tidak dapat mengembalikan
kredit atau membayar beban bunga.
3. Berkaitan dengan manajemen
a. Manajemen kualitas terlalu buruk
b. Lemah dalam manajemen
18 Ibid., 54.
35
c. Konsep tim tidak dibangun dengan baik
d. Lemah dalam proses produksi
Banyak hal yang dapat menyebabkan kegagalan dalam berusaha.
Kegagalan dapat terjadi karena kesalahan melakukan perhitungan sampai
pada faktor-faktor yang memang tidak dapat dikendalikan oleh manusia.
Sukses tidaknya suatu kegiatan usaha pada dasarnya tidak tergantung pada
besar-kecilnya ukuran usaha, tetapi lebih dipengaruhi oleh bagaimana
mengelolanya. Maka dari itu perlu adanya pengelolaan yang baik dalam
sebuah usaha agar kegiatan usaha tetap berjalan.
C. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
1. Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomer 20
tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, Menengah yang ada beberapa
kriteria yang dipergunakan untuk mendefinisikan pengertian dan
kriteria Usaha Mikro, Kecil, Menengah. Pengertian-pengertian UMKM
adalah:19
a. Usaha mikro adalah usaha produktif miliki orang perorangan dan
atau badan usaha perorangan yang memenuhi usaha kriteria usaha
mikro sebagaimana di atur dalam undang-undang
b. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau anak cabang perusahaan
19 Undang-undang Republik Indonesia Nomer 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, makro,
dan menengah.
36
yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang
mempunya kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang.
c. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau anak cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha kecil atau usaha besar
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana di atur dalam undang-undang.
2. Dasar Hukum UMKM
Dalam konsideran menimbang Undang-Undang No. 20 tahun
2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dinyatakan: a) bahwa
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 harus diwujudkan
melalui pembangunan perekonomian nasional berdasarkan demokrasi
ekonomi., b) bahwa masyarakat sesuai dengan amanat Ketetapan MPR
XVI/MPR-RI/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi
Ekonomi, Usaha Kecil, Mikro, dan menengah perlu diberdayakan
sebagai bagian integral ekonomi rakyat mempunyai kedudukan peran
dan potensi strategis untuk mewujudkan struktur perekonomian
nasional yang makin berkembang dan berkeadilan; c) bahwa
37
pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagaimana
dimaksud dalam huruf b, perlu diselenggarakan secara menyeluruh,
optimal, dan berkesinambungan melalui pengembangan iklim yang
kondusif, pemberian kesempatan berusaha, dukungan, perlindungan,
dan pengembangan usaha seluasluasnya, sehingga mampu
meningkatkan kedudukan, peran, dan potensi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan
peningkatan pendapatan rakyat, penciptaan lapangan kerja, dan
pengentasan kemiskinan.20
Penciptaan iklim usaha merupakan refleksi tugas pemerintah
yang diwujudkan dalam berbagai bentuk kebijakan, peraturan dan
perundangan yang mengarahkan untuk mengatasi permasalahan
eksternal yang dihadapi UMKM dan memfasilitasi terbukanya peluang
berusaha secara berkeadilan.
Sementara sebelum UU No. 20 Tahun 2008 ini diberlakukan,
Pemerintah sebelumnya telah menerbitkan UU No. 5 Tahun 1995
tentang Usaha Kecil yang dalam konsiderannya juga menekankan
tentang filosofi pentingnya pemberdayaan ekonomi kecil sebagai
bagian intergral pembangunan ekonomi nasional dalam mewujudkan
pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesempatan berusaha dalam rangka
terciptanya masyarakat adil dan makmur. Undang-undang UMKM
20Yusri, Perlindungan Hukum Terhadap Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Dalam
Perspektif Keadilan Ekonomi, Kanun Jurnal Ilmu HukumNo. 62, Th. XVI (Banda aceh:
Universitas Syiah Kuala, 2014), 119.
38
telah menetapkan tujuan dari UMKM sebagaimana tercantum dalam
Pasal 3 yang berbunyi: Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah bertujuan
menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka
membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi
yang berkeadilan.
Sementara itu tujuan pemberdayaan UMKM adalah :
a) Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang
seimbang, berkembang, dan berkeadilan;
b) Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh
dan mandiri; dan
c) Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja,
pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan
pengentasan rakyat dari kemiskinan.21
Tujuan dari UMKM itu sendiri yaitu mengentaskan
kemiskinan, menumbuhkan perekonomian masyarakat, terciptanya
masyarakat yang berperilaku adil dan makmur, membangun
perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang
berkeadilan.
21Ibid., 120.
39
3. Kriteria Usaha Mikro Kecil Menengah
Kriteria Usaha Mikro Kecil Menengah menurut undang-
undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UU UMKM) adalah sebagai berikut:
a. Kriteria usaha mikro adalah memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan
tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah).
b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: Memiliki kekayaan
bersih lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki
hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,- (dua
miliar lima ratus juta rupiah).
c. Kriteria Usaha Menengah adalah memiliki kekayaan bersih lebih
dari Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunantempat usaha, atau memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,- (dua miliar lima
40
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.
50.000.000.000,- (lima puluh miliar rupiah).22
Sebagaimana usaha pada umumnya UMKM memiliki
kelebihan dan kekurangan.23
a) Kelebihan UMKM
1) Pemilik memiliki kebebasan untuk bertindak,
2) Meningkatkan perubahan struktur ekonomi di daerah
tempat berdirinya usaha kecil,
3) Meningkatkan kemampuan produktif sumber daya
manusia.
b) Kekurangan UMKM
1) Sistem produksi dan pemasaran relatif lemah,
2) Sulit mendapatkan modal jangka panjang,
3) Pemilik tidak mampu mengelola usaha dan sumber daya
manusia.
22 Mukti Fajar, UMKM DI INDONESIA perspektif hukum ekonomi(Yogyakarta, Pustaka
Pelajar, 2016), 112.
23 Akifa P Nayla, Komplet Akuntansi Untuk UKM Dan Waralaba, ( Yogyakarta:
Laksana, 2004), 3.
41
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research),
Menurut Abdurrahmat Fathoni, penelitian lapangan yaitu “suatu
penelitian yang dilakukan di lapangan atau di lokasi penelitian, suatu
tempat yang dipilih sebagai lokasi untuk menyelidiki gejala objektif
sebagai terjadi di lokasi tersebut, yang dilakukan juga untuk
penyusunan laporan ilmiah”.1
Penelitian lapangan (field research) dianggap sebagai
pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk
mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa peneliti
berangkat ke lapangan untuk mengadakan penelitian tentang sesuatu
fenomena dalam suatu keadaan ilmiah. Perihal demikian, maka
pendekatan ini terkait erat dengan pengamatan-berperan serta. Peneliti
lapangan biasanya membuat catatan secara ekstensif yang kemudian
dibuatkan kodenya dan dianalisis dalam berbagai cara.2
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa penelitian ini adalah
penelitian lapangan dimana peneliti ke lapangan untuk meneliti secara
1 Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2011), 96. 2 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2014), 26.
42
intensif terperinci, dan mendalam faktor-faktor penyebab bangkrutnya
usaha roti yang ada di kampung Sidodadi kecamatan Bangunrejo
Lampung Tengah provinsi Lampung.
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan atau
menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang (sedang terjadi).3
Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengkajian fenomena secara
lebih rinci atau membedakannya dengan fenomena yang lain. Data
yang dihasilkan dari penelitian ini yaitu data kualitatif. Penelitian ini
bersifat deskriptif, karena penelitian ini berupaya mengumpulkan fakta
yang ada, penelitian ini terfokus pada usaha mengungkapkan suatu
masalah dan keadaan sebagaimana adanya, yang diteliti dan dipelajari
sebagai sesuatu yang utuh.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa deskriptif kualitatif
merupakan penelitian yang dilakukan untuk membuat penggambaran
secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai situasi-situasi kejadian-
kejadian yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang
dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.
Penelitian ini akan mendeskripsikan faktor-faktor penyebab
bangkrutnya usaha roti di kampung Sidodadi yang berupa keterangan-
keterangan bukan berupa angka-angka atau hitungan, jadi dapat
3 Sandu Siyoto, Ali Sodik, Dasar Metodelogi Penelitian, (Yogyakarta: Literasi Media
Publishing, 2015), 11.
43
diartikan bahwa penelitian ini hanya berupa keterangan-keterangan
tentang faktor-faktor kebangkrutan usaha roti yang ada di kampung
Sidodadi.
B. Sumber Data
Sumber data adalah dari mana data yang diperoleh. Dalam
penelitian ini, menggunakan dua sumber data yang berkatian dengan
pokok permasalahan yang hendak di ungkapkan, yaitu sumber data primer
dan sumber data sekunder.
1. Sumber data primer
Sumber data ini adalah sumber pertama dimana sebuah data
dihasilkan dan sumber dimana data dapat diperoleh secara langsung
dari lapangan atau dari sumbernya.4
Data primer diperoleh atau bersumber dari keterangan orang-
orang yang berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini data
primer peneliti ambil dari masing-masing pemilik usaha roti baik yang
mengalami kebangkrutan, ataupun usaha-usaha roti yang masih
beroperasi, karyawan yang pernah bekerja di tempat tersebut,
distributor produk dari usaha roti yang mengalami kebangkrutan dan
masih beroperasi, dan beberapa konsumen dari produk yang
dihasilkan. Tujuanya untuk mengetahui bagaimana operasionalnya,
peneliti fokus mencari data yang bersumber dari masing-masing
pemilik usaha yang bangkrut dan pemilik usaha-usaha yang masih
4 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, (Jakarta : Kencana Prenada
Media Grup,2013), 129.
44
beroperasi, tiga karyawan, tiga distributor produk dari usaha roti yang
mengalami kebangkrutan dan masih beroperasi, serta dua konsumen
produk. Karena mereka yang mengetahui secara detail mengenai
tempat usaha roti yang mengalami kebangkrutan, maka dengan
demikian peneliti akan dapat memperoleh data yang cukup. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab
bangkrutnya usaha roti yang ada di kampung Sidodadi.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah
sumber data primer. Sumber data sekunder dihasilkan secara tidak
langsung, oleh karena itu sumber data sekunder diharapkan dapat
berperan membantu mengungkap data yang diharapkan.5 Data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa buku-buku yang
berkaitan dengan penelitian Dalam hal ini penulis memperoleh data
dan informasi dari buku-buku dan dokumentasi pabrik roti yang
berkaitan dengan faktor-faktor kebangkrutan usaha roti. Adapun buku
yang ada relevansinya dengan penelitian ini yaitu buku yang berjudul
Kewirausahaan karangan Kasmir, Pengantar Manajemen karangan
Ernie Tisnawati dan Kuriawan Saefullah, Pengantar Bisnis karangan
Kustoro Budiarta, Dasar-Dasar Kewirausahaan karangan Hendro.
5 Ibid., 29.
45
C. Tehnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian lapangan peneliti menggunakan beberapa tehnik
pengumpulan data , yaitu sebagai berikut:
a. Wawancara/Interview
Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses
tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan
datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh
yang diwawancara.6
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit. Adapun yang diwawancarai ialah masing-
masing pemilik usaha yang bangkrut dan pemilik usaha-usaha yang
masih beroperasi, tiga karyawan, tiga distributor produk dari usaha roti
yang mengalami kebangkrutan dan masih beroperasi, serta dua
konsumen produk.
Untuk dapat mencapai apa yang diharapkan, maka peneliti
menggunakan bebas terpimpin dengan menyiapkan garis besar
mengenai hal-hal yang akan ditanyakan terkait perjalanan usaha roti
6S. Nasution, Metode Research, (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: Bumiaksara, 2012), 105.
46
untuk mencari faktor-faktor yang menjadi penyebab bangkrutnya
usaha-usaha roti yang ada di kampung Sidodadi.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang
digunakan dalam metodelogi sosial, pada intinya metode dokumentasi
adalah metode yang digunakan untuk menelusuri histori. Sebagian data
yang tersedia berbentuk surat-surat, catatan harian, kenangan-
kenangan, laporan, dan sebagainya.7
Jadi jelaslah bahwa metode dokumentasi merupakan catatan
keterangan yang bersifat dokumentasi. Metode ini peneliti gunakan
untuk mendapatkan data tentang sejarah pabrik roti, jumlah karyawan
dan perjalanan usaha roti.
D. Analisis Data
Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh
data.8 Analisis data yang digunakan adalah analisa data kualitatif dengan
cara berfikir induktif, karena data yang diperoleh berupa keterangan-
keterangan dalam bentuk uraian. Kualitatif adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif yaitu sumber tertulis atau ungkapan
tingkah laku yang diobservasikan dari manusia.9
7 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, 153-154 8 Sandu Siyoto, Ali Sodik, Dasar Metodelogi Penelitian, (Yogyakarta: Literasi Media
Publishing, 2015), 120.
9 Burhan Ashafa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), 16.
47
Data yang diperoleh dengan menggunakan metode wawancara
terlebih dulu data diolah dan dianalisis menggunakan metode kualitatif ,
yaitu menjabarkan keterangan-keterangan dengan mengacu kepada teori-
teori yang sesuai dengan pokok masalah, sedangkan hasil dokumentasi
digunakan untuk menunjang hasil wawancara.
Data yang peneliti peroleh dari pemilik usaha pembuatan roti
merupakan data kualitatif. Teknik analisis data yang peneliti gunakan pun
merupakan teknik analisis kualitatif dengan menggunakan metode berfikir
induktif.
Berfikir induktif merupakan suatu cara berfikir yang berangkat dari
fakta-fakta yang khusus dan kongkrit, peristiwa asli, kemudian dari fakta
atau peristiwa yang khusus tersebut ditarik kesimpulan secara generalisasi
yang mempunyai sifat umum.10
Dalam pengambilan kesimpulan skripsi digunakan metode analisis
yang bersifat deskriptif yang berbentuk induktif, peneliti berusaha
memaparkan data hasil survei dan membandingkan dengan pustaka yang
ada, bertolak dari kasus-kasus yang bersifat khusus kemudian mengambil
kesimpulan secara umum. Tujuannya untuk menyederhanakan data yang
telah terkumpul dan menyajikan dalam susunan yang baik sehingga dapat
lebih mudah dipahami.
10 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012),
224.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Profil Kampung Sidodadi
Kampung Sidodadi merupakan salah satu dari 17 kampung
yang berada diwilayah kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung
Tengah yang terletak 6 KM dari Kecamatan Bangunrejo, dengan
sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.
Kampung Sidodadi dulunya adalah hutan belantara yang dibuka pada
1954 oleh sejumlah orang yang dipimpin oleh Bapak Karto Diwiryo
sebagai Kepala Tebang. Pada tahun 1954 kampung Sidodadi masuk
wilayah Kecamatan Padang Ratu dan pada tahun 1964 dipindah masuk
dalam wilayah Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah
sampai sekarang.1
Kampung Sidodadi merupakan salah satu dari 17 kampung di
wilayah Kecamatan Bangunrejo, yang terletak 6 km kearah barat dari
kota Kecamatan. Kampung Sidodadi mempunyai luas wilayah seluas
600 hektar, dengan batas- batas sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kampung Sidomulyo
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kampung Poncowarno
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kampung Sidorejo
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kampung Purwodadi
1 Profil Desa Pangan Aman Kampung Sidodadi, Dokumentasi, Diakses 16 Agustus 2019
49
2. Profil Usaha Roti di Kampung Sidodadi
Usaha- usaha roti di kampung Sidodadi merupakan usaha
mikro kecil menengah pembuatan roti yang setatus kepemilikannya
adalah perorangan. Dalam pengelolaannya usaha tersebut dikelola
sendiri oleh pemilik usaha, dan dalam proses produksi serta pemasaran
pengusaha mengandalkan masyarakat sekitar, sehingganya usaha-
usaha roti yang ada mampu meningkatkan perekonomian masyarakat.
Bermula dari kejenuhan masyarakat Sidodadi yang bekerja
sebagai karyawan di pabrik roti membuat mereka memutuskan untuk
berhenti dari tempat mereka bekerja dan memilih untuk kembali ke
kampung halaman, namun dengan pendapatan yang kurang cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup di kampung halaman membuat
mereka berfikir untuk mendirikan usaha. Banyaknya masyarakat
Sidodadi yang bekerja diluar kota sebagai karyawan pabrik roti
membuat banyak masyarakat yang mengerti proses dalam usaha roti,
mulai dari proses mencari bahan-bahan, proses produksi, serta
pemasaran produk.2
Sehingga usaha yang dipilih untuk mereka jalankan adalah
usaha roti. Berbekal pengetahuan dan pengalaman membuat mereka
yakin untuk mendirikan usaha roti, hal lain yang membuat mereka
memutuskan untuk memilih usaha roti selain pengetahuan dan
2 Jarwo, pengusaha Roti, Wawancara, 16 Agustus 2019
50
pengalaman adalah masih banyaknya peluang dalam usaha roti dan
besarnya keuntungan yang bisa di dapat .dari usaha roti.3
Mulai pada tahun 2011 berdiri dua usaha roti yaitu milik
bapak Jarwo dan bapak Sadi, kedua usaha roti yang ada beroprasi
dengan baik, bahkan salah satu dari usaha roti yang berdiri di tahun
2011 berkembang sangat baik dan sampai saat ini masih aktif beroprasi
dan memproduksi roti yang terus bertambah setiap tahunnya yaitu
milik bapak Jarwo, sedangkan usaha milik bapak Sadi masih kurang
stabil dan terkadang berada diambang kebangkrutan.4
Kemudian di tahun berikutnya, yaitu 2012 kembali berdiri
lima usaha roti, dari lima usaha yang berdiri, dua usaha roti yang ada
sudah mengalami kebangkrutan yaitu milik bapak Sriyanto dan bapak
Misban, dan tiga usaha berjalan dengan baik, tetapi dua dari tiga usaha
yang berjalan sudah berada diambang kebangkrutan yaitu milik bapak
Teguh dan bapak Aris, sedangkan milik bapak Ikar Supardi masih
berjalan dengan baik.5
Kemudian di tahun 2013 berdiri kembali tiga usaha roti yang
salah satunya mengalami kebangkrutan yaitu milik bapak Ansori,
adapun kedua usaha yang ada masih beroprasi tetapi mengalami
penurunan produksi adalah milik bapak Kosim dan bapak Warsono. 6
3 Jarwo, Pengusaha Roti, Wawancara, 16 Agustus 2019 4 Profil Desa Pangan Aman Kampung Sidodadi, Dokumentasi, Diakses 17 Agustus 2019 5 Profil Desa Pangan Aman Kampung Sidodadi, Dokumentasi, Diakses 17 Agustus 2019 6 Profil Desa Pangan Aman Kampung Sidodadi, Dokumentasi, Diakses 17 Agustus 2019
51
Tahun-tahun berikutnya tidak ada lagi yang mendirikan usaha
roti, sehingganya jumlah usaha roti yang ada di kampung Sidodadi
berjumlah sepuluh sampai tahun 2016. Pada tahun 2017 usaha-usaha
roti yang ada mulai mengalami kemunduran sehingganya ada tiga
usaha roti yang pada akhirnya tutup karena mengalami kebangkrutan,
dan sampai saat ini masih ada tujuh usaha roti, namun kebanyakan
sudah berada diambang kebangkrutan, hanya ada dua usaha yang
progresif.7
Usaha – usaha roti yang ada di kampung Sidodadi sejak mulai
berdiri pada 2011 hingga bertahan sampai tahun 2017 untuk tiga usaha
roti yang mengalami kebangkrutan, itu artinya usaha – usaha roti yang
ada sudah berjalan cukup lama yaitu lebih kurang enam tahun dan
tujuh usaha roti bertahan sampai sekarang.
Modal dalam usaha roti diperoleh dari pinjaman dan dana
pribadi, dengan mengeluarkan modal Rp. 500.000.000 – 1000.000.000
para pemilik usaha roti dapat mendirikan usahanya. Saat ini omset
usaha – usaha roti rata – rata dalam satu bulan mencapai Rp.
35.000.000 – 50.000.000, dengan keuntungan rata-rata 50% dari modal
dalam pembuatan roti. Omset usaha cenderung fluktuatif, karena tinggi
rendahnya omset usaha dipengaruhi banyaknya pesanan dan lancarnya
pemasaran.8
7 Profil Desa Pangan Aman Kampung Sidodadi, Dokumentasi, Diakses 17 Agustus 2019 8 Jarwo, Pengusaha Roti, Wawancara, Minggu, 16 Agustus 2019
52
Pengelolaan usaha roti dikelola sendiri oleh pemilik usaha,
sedangkan dalam proses produksi para pemilik usaha menjalankan
usahanya dengan bantuan karyawan, rata-rata usaha roti yang ada di
kampung Sidodadi memiliki jumlah karyawan sebanyak 18 orang
dengan sistem pembagian kerja tiga shift, yaitu shift pagi, siang dan
malam, pergantian shift dilakukan setiap minggunya dengan waktu
kerja enam jam sehari dan gaji yang diberikan kepada setiap karyawan
adalah Rp. 1.000.000 / bulan.9
Usaha – usaha roti di Kampung Sidodadi pada dasarnya
memiliki perencanaan dan program kerja seperti rencana
pengembangan usaha dengan membuka cabang, meningkatkan kualitas
kerja karyawan dan lain sebagainya, namun program kerja tersebut
tidak dibuat secara tertulis oleh pemilik usaha melainkan hanya dalam
bentuk lisan, sehingga dalam realisasinya program kerja tersebut tidak
ada target dalam merealisasikannya.10
Usaha-usaha roti yang ada di kampung Sidodadi dapat
dikatakan cukup berkembang, namun ada beberapa usaha yang gagal,
perkembangan usaha tersebut ditandai dengan kemampuannya dalam
mempertahankan usaha hingga saat ini yang bisa dikatakan sudah
cukup lama. Bertahannya usaha-usaha yang ada hingga saat ini
tentunya dipengaruhi oleh bagaimana strategi dari usaha-usaha roti
9 Jarwo, Pengusaha Roti, Wawancara, 16 Agustus 2019 10 Sadi, Pengusaha Roti, Wawancara, 19 Agustus 2019
53
dalam mempertahankan usahanya agar mampu bersaing ditengah
perkembangan ekonomi.
Tabel 4.1
Data Usaha-usaha Roti Kampung Sidodadi
NO. PEMILIK
USAHA
TAHUN
BERDIRI
KONDISI
USAHA
NAMA
USAHA
1 Jarwo 2011
Usaha yang dimiliki bapak Jarwo terus
mengalami perkembangan dari tahun
ke tahun, usaha milik bapak Jarwo
dapat dikategorikan usaha yang
progresif karena baiknya
perkembangan usaha yang dimiliki
Lucky
Bakery
2 Sadi 2011
Usaha yang dimiliki bapak Sadi terus
mengalami perkembangan dari tahun
ke tahun, namun terkadang tidak stabil
mengalami penurunan, akan tetapi
dapat kembali mengalami kenaikan
usaha milik bapak Sadi dapat
dikategorikan usaha yang survive
karena baiknya perkembangan usaha
yang dimiliki, meskipun terkadang
mengalami penurunan.
Terbit
Bakery
3 Sriyanto 2012
Usaha yang dimiliki bapak Sriyanto
dapat dikategorikan sebagai usaha
yang bangkrut, karena telah berhenti
memproduksi roti
Queen
4 Aris 2012
Usaha yang dimiliki bapak Aris
terkadang mengalami kenaikan, dan
terkadang mengalami penurunan dari
tahun ke tahun, terkadang tidak stabil
mengalami penurunan, akan tetapi
dapat kembali mengalami kenaikan
usaha milik bapak Aris dapat
dikategorikan usaha yang survive
karena baiknya perkembangan usaha
yang dimiliki, meskipun terkadang
mengalami penurunan.
Dua
Putri
54
5 Teguh 2012
Usaha yang dimiliki bapak Teguh
terkadang mengalami kenaikan, dan
terkadang mengalami penurunan dari
tahun ke tahun, terkadang tidak stabil
mengalami penurunan, akan tetapi
dapat kembali mengalami kenaikan
usaha milik bapak Teguh dapat
dikategorikan usaha yang survive
karena baiknya perkembangan usaha
yang dimiliki, meskipun terkadang
mengalami penurunan.
Icabella
6 Misban 2012
Usaha yang dimiliki bapak Misban
dapat dikategorikan sebagai usaha
yang bangkrut, karena telah berhenti
memproduksi roti
Shaza
7 Ikar
Supardi 2012
Usaha yang dimiliki bapak Ikar
Supardi terus mengalami
perkembangan dari tahun ke tahun,
usaha milik bapak Ikar Supardi dapat
dikategorikan usaha yang progresif
karena baiknya perkembangan usaha
yang dimiliki
Bombast
8 Warsono 2013
Usaha yang dimiliki bapak Warsono
dapat dikategorikan sebagai usaha
yang berada di ambang kebangkrutan,
karena dari tahun ke tahun semakin
mengalami penurunan, jumlah
produksi setiap tahunnya pun menurun
-
9 Kosim 2013
Usaha yang dimiliki bapak Kosim
dapat dikategorikan sebagai usaha
yang berada di ambang kebangkrutan,
karena dari tahun ke tahun semakin
mengalami penurunan, jumlah
produksi setiap tahunnya pun menurun
Dora
10 Ansori 2013
Usaha yang dimiliki bapak Ansori
dapat dikategorikan sebagai usaha
yang bangkrut, karena telah berhenti
memproduksi roti
-
Sumber: Data olah wawancara
Berdasarkan tabel diatas, usaha- usaha roti yang ada di kampung Sidodadi
dilihat dari kondisi usaha saat ini, maka usaha-usaha roti yang ada dapat
dikelompokan menjadi empat kelompok yaitu:
55
a. Usaha roti yang mengalami kebangkrutan, yaitu usaha-usaha yang sudah
tidak memproduksi roti dan sudah menutup usahanya.
Jumlah usaha-usaha yang mengalami kebangkrutan ada tiga usaha roti,
yaitu milik Sriyanto, Misban, dan Ansori.
b. Usaha roti yang mengalami kemunduran dan berada di ambang
kebangkrutan, yaitu usaha-usaha yang memiliki banyak permasalahan,
baik dari sisi manajemen, keuangan, produksi, maupun pemasaran, dan
pemilik usaha mengalami kesulitan dalam mengatasinya. Usaha-usaha ini
masih berjalan dan masih memproduksi roti namun dalam jumlah yang
tidak banyak.
Jumlah usaha-usaha yang mengalami kemunduran ada dua usaha roti,
yaitu milik Warsono dan Kosim.
c. Usaha roti yang berjalan tidak stabil, terkadang mengalami kenaikan dan
terkadang mengalami penurunan, yaitu usaha-usaha yang memiliki banyak
permasalahan namun masih dapat mengatasinya sehingga usaha-usaha ini
cenderung naik turun dan tidak stabil. Dalam proses produksi, roti yang
diproduksi sesuai dengan keadaan usaha, ketika turun maka produksi roti
sedikit, dan begitu pula sebaliknya.
Jumlah usaha-usaha yang tidak stabil ada tiga usaha roti, yaitu milik Sadi,
Aris, Dan Teguh
d. Usaha roti yang mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, yaitu
usaha-usaha yang progresif dan mampu bertahan dalam persaingan usaha.
56
Dalam proses produksi usaha-usaha ini mengalami kenaikan dalam jumlah
roti yang dihasilkan dari waktu ke waktu.
Jumlah usaha-usaha yang mengalami perkembangan ada dua usaha roti,
yaitu milik Jarwo dan Ikar supardi
B. Analisa SWOT Faktor Penyebab Kebangkrutan Usaha Roti di Kampung
Sidodadi
1. Faktor –Faktor Penyebab Kebangkrutan Usaha Roti di Kampung
Sidodadi
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada usaha-usaha roti
yang ada di Kampung Sidodadi Kecamatan Bangunrejo Kabupaten
Lampung Tengah . hasil wawancara dengan para pemilik usaha roti
bahwasanya usaha-usaha roti yang ada di kampung Sidodadi ada yang
mengalami perkembangan, ada usaha roti yang berjalan tidak stabil,
terkadang mengalami kenaikan dan terkadang mengalami penurunan,
ada juga yang berada diambang kebangkrutan, dan ada yang
mengalami kebangkrutan.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kebangkrutan usaha-
usaha roti yang ada di kampung Sidodadi adalah: 11
a. Faktor Perencanaan
Bapak Jarwo mengatakan bahwa dengan bekal pengetahuan
yang kurang mengenai usaha roti membuat para pengusaha
memulai usaha dengan perencanaan yang kurang baik.
Perencanaan yang dilakukan oleh sebagian pengusaha roti belum
tersusun dengan baik dan belum dilakukan secara tertulis, sehingga
11 Hendro, Dasar-dasar Kewirausahaan,(Jakarta: Erlangga, 2011), 47.
57
menjadikan target yang ditetapkan belum terukur dengan jelas dan
terarah. Perencanaan dalam usaha tidak memikirkan jangka
panjang dan hanya di lakukan dalam jangka pendek, para
pengusaha melakukan perencanaan selanjutnya seiring berjalannya
waktu.12
Perencanaan yang baik sangat berpengaruh terhadap
keberlangsungan usaha karena sebuah usaha sangat membutuhkan
perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang agar usaha
berjalan dengan baik dan sebuah usaha membutuhkan perencanaan
yang matang dan tersusun rapi serta tercatat. Banyak usaha yang
bangkrut karena tidak mempunyai rencana yang jelas. Usaha tanpa
perencanaan maka akan berjalan tanpa aturan, sehingga tujuan
yang akan dicapai akan menemui berbagai kendala, maka dengan
demikian usaha yang ada tidak akan berjalan dengan baik.
b. Faktor Manusia
Dalam memulai usaha ada beberapa pemilik usaha yang
memulai usaha dengan alasan melihat keuntungan besar yang dapat
diperoleh, berdasarkan cerita dari pemilik usaha roti sebelumnya.
Bermodalkan ketertarikan dan keinginan untuk mendirikan usaha
roti tanpa diimbangi dengan kemampuan mengakibatkan
pengelolaan usaha dilakukan dengan kurang baik. Sebagian dari
pengusaha roti tidak faham bagaimana cara mengelola usaha
12 Jarwo, Pengusaha Roti, Wawancara, 16 Agustus 2019
58
dengan baik sehingga mengakibatkan sebagian dari usaha roti
yang ada pada akhirnya mengalami kebangkrutan. Selain dari
faktor pemiliknya yang tidak faham mengenai pengelolaan usaha,
faktor manusia yang bekerja ditempat usaha-usaha roti tersebut
juga menjadi penyebab bangkrutnya usaha. Sebagian karyawan
yang bekerja di tempat usaha-usaha roti memiliki loyalitas dan rasa
tanggung jawab yang kurang dalam perjalanan usaha, terkadang
karyawan mengabaikan aturan- aturan yang ada.13
Bapak Aris mengatakan bahwa dalam proses produksi roti,
ketika tidak sedang diawasi karyawan yang berugas sibuk bermain-
main dan lupa memperhatikan roti yang sedang dioven dalam
mesin sehingga roti yang dihasilkan terkadang gosong, hal ini
berakibat pada buruknya kualitas roti yang dihasilkan, bahkan
terkadang roti yang diproduksi terlalu gosong dan pada akhirnya
hanya di buang, dan tentunya hal ini menyebabkan kerugian bagi
pemilik usaha.14
Feri sebagai karyawan membenarkan apa yang disampaikan
oleh bapak Aris bahwasannya terkadang ada karyawan yang
bekerja dengan tidak baik sesuai dengan yang diperintahkan ketika
pemilik usaha tidak mengawasi pekerjaannya. Para karyawan sibuk
13 Ansori, Pengusaha Roti, Wawancara, 23 Agustus 2019 14 Aris, Pengusaha Roti, Wawancara, 20 Agustus 2019
59
bermain handphone dan mengabaikan tugas-tugas yang diberikan
oleh pemilik usaha sehingga pekerjaan menjadi terbengkalai.15
Manusia merupakan penggerak dan pengelola sebuah
usaha, sumber daya manusia yang baik akan menjadi sentral
kesuksesan sebuah usaha. Dalam melakukan sebuah usaha
tentunya tidak dipungkiri setiap orang yang ingin melakukan
sebuah usaha perlu kemampuan yang baik dalam melihat situasi
dan kondisi yang ada sehingga pengelolaan usaha roti bisa berjalan
dengan baik dan bertahan dalam persaingan yang ada, dalam hal ini
perlu keilmuan dan pengalaman, karena dalam menjalankan usaha
yang terpenting adalah ilmu dan pengalaman. Sehingganya perlu
menentukan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat
melaksanakan sebuah usaha dengan baik.
c. Faktor Keuangan
Pemilik usaha roti yang ada di kampung Sidodadi sebagian
besar memiliki kesulitan dalam keuangan dikarenakan modal
pribadi yang dimiliki pemilik usaha tidak mencukupi sehingga
sebagian dari mereka mengandalkan pinjaman dari bank dalam
menjalankan usahanya, dan dengan semakin sulitnya mendapat
pinjaman dari bank, dan proses yang lama, mengakibatkan para
pengusaha roti memiliki permasalahan dalam keuangan, seiring
berjalannya waktu pada akhirnya mereka memutuskan untuk
15 Feri, Karyawan, Wawancara, 25 Agustus 2019
60
mengurangi jumlah karyawan dan jumlah produksi roti,
menyesuaikan dengan modal yang dimiliki.16
Frediyanto mengatakan bahwa para pemilik usaha pada
awalnya sangat loyal kepada para karyawan. Pemilik usaha selalu
membayar gaji karyawan tepat waktu dan terkadang memberikan
bonus kepada para karyawan. Namun seiring berjalannya waktu,
banyak piutang yang tidak tertagih, dan sulitnya mendapat
tambahan modal dari pihak bank membuat pemilik usaha
mengalami kesulitan dalam keuangan. Sehingga hal tersebut
membuat pemilik usaha mengurangi jumlah produksi roti,
menyesuaikan dana yang ada, hal tersebut berakibat juga pada
pengurangan karyawan. Meskipun sudah mengurangi jumlah
produksi roti dan jumlah karyawan terkadang pemilik usaha juga
masih terlambat memberikan gaji kepada para karyawan.17
Setiap melakukan usaha tentunya memerlukan modal. baik
modal financial, tenaga maupun pikiran. Dalam melakukan sebuah
usaha tentunya memerlukan modal yang sangat cukup walaupun
dari awal dengan modal yang pas-pasan akan tetapi lambat laun
memperlukan modal yang cukup, sehingga kebutuhan-kebutuhan
dalam melakukan usaha dapat terpenuhi. Tanpa keuangan yang
lancar sebuah usaha akan sulit berjalan atau bahkan tidak bisa
berhasil.
16 Sriyanto, Pengusaha Roti, Wawancara, 21 Agustus 2019 17 Frediyanto, Karyawan, Wawancara, 18 Agustus 2019
61
d. Faktor Administrasi
Pengelolaan usaha yang dilakukan dalam bagian
administrasi tidak menggunakan data tertulis dan hanya
menggunakan perkiraan pemilik usaha roti tanpa adanya
pencatatan usaha baik dalam pencatatan laporan keuangan,
pencatatan penagihan, personalia, dan distribusi logisik serta
barang, sehingga pemilik usaha roti yang ada di kampung Sidodadi
akan kesulitan dalam memperoleh kembali keseluruhan data yang
ada sebelumnya ketika terjadi permasalahan dalam administrasi.18
Administrasi sering diartikan sebagai serangkaian kegiatan
perencanaan keuangan, pencatatan, penagihan, personalia, dan
distribusi logisik serta barang dalam suatu usaha. Administrasi
sangat membantu dalam proses pengembangan usaha, namun
banyak pengusaha yang mengabaikan pencatatan kegiatan
oprasional yang dilakukan, padahal banyak dampak yang terjadi
jika suatu kegiatan usaha dilakukan tanpa pencatatan, dengan
pencatatan yang baik maka pemilik usaha dapat mengevaluasi,
apakah usaha yang dijalankan dekat dengan keuntungan atau
ancaman kebangkrutan.
e. Faktor Pengelolaan Usaha
Pemilik usaha-usaha roti dalam pengelolaan usahanya
mereka melakukan pengelolaan sendiri tanpa mengandalkan orang
18 Kosim, Pengusaha Roti, Wawancara, 24 Agustus 2019
62
lain. Sebagian dari pemilik usaha dalam pengelolaan usahanya
hanya mengutamakan keuntungan tanpa memperhatikan kualitas
dari produk yang dihasilkan, bahkan ketika bahan baku naik
pengusaha mengurangi takaran bahan sehingga menghasilkan roti
dengan kualitas lebih rendah, dari sisi lain para pemilik usaha roti
mengelola usaha roti dengan cara yang kurang baik sehingga
berdampak pada keberlangsungan usaha roti yang ada.19
Pengelolaan keuangan dalam usaha roti yang ada juga
kurang baik, para pemilik usaha tidak memperhatikan pendapatan
dan pengeluaran dan tidak ada pencatatan secara detail mengenai
hal tersebut, sehingga terkadang pemilik usaha tidak mengetahui
apakah pengeluaran lebih besar dari pendapatan ataukah
sebaliknya.20
Pengelolaan usaha yang baik sangat berpengaruh terhadap
keberlangsungan sebuah usaha, selain perencanaan perlu adanya
pengelolaan agar dapat mencapai tujuan dari usaha yang
dijalankan, perencanaan yang baik tanpa adanya pengelolaan yang
baik akan berakibat pada gagalnya pencapaian tujuan dari usaha
yang ada sesuai dengan yang direncanakan. Maka dari itu perlu
adanya pengelolaan yang baik dalam sebuah usaha agar kegiatan
usaha tetap berjalan.
19 Sadi, Pengusaha Roti, Wawancara, 19 Agustus 2019 20 Kosim, Pengusaha Roti, Wawancara, 10 November 2019
63
f. Faktor Pemasaran
Dalam pemasaran roti pemilik usaha tidak memasarkan
produknya sendiri, dalam pemasaran para pemilik usaha
mengandalkan masyarakat sekitar untuk menjual roti yang
dihasilkan dengan sistem membawa barang terlebih dahulu dan
pembayaran diakhir setelah barang yang dibawa terjual. Pada
awalnya sistem ini berjalan dengan baik, namun seiring
berjalannya waktu sebagian penjual tidak membayar roti yang
mereka jual, bahkan ada yang membawa kabur uang hasil
penjualan. sehingga pengusaha roti mengalami kerugian.21
Dedi yang merupakan salah satu distributor mengatakan
bahwa dalam pemasaran roti cukup mudah, akan tetapi terkadang
roti yang di produksi memiliki kualitas yang kurang baik,
sehingganya mendapatkan komplain dari pelanggan, dan hal
tersebut disampaikan kepada pemilik usaha, akan tetapi tidak
mendapat tanggapan yang baik dan roti yang dihasilkan tetap
memiliki kualitas yang kurang baik. Sehingganya distributor
memilih untuk beralih kepada produk roti dari tempat usaha lain
yang lebih berkualitas. Dengan demikian pemilik usaha kehilangan
pelanggan dan hal tersebut berakibat pada penurunan jumlah
produksi roti.22
21 Aris, Pengusaha Roti, Wawancara, 20 Agustus 2019 22 Dedi, Distributor Roti, Wawancara, 17 Agustus 2019
64
Ibu Tarmiah selaku konsumen mengungkapkan bahwa roti
yang dibeli dari distributor roti pada awalnya memiliki rasa yang
enak, akan tetapi seiring berjalannya waktu roti yang dibeli
memiliki rasa yang berbeda dan tekstur roti menjadi kasar,
sehingganya beliau memilih untuk berhenti berlangganan produk
roti yang dipasarkan oleh distributor produk roti dari usaha roti
yang ada di kampung Sidodadi.23
Bapak Ikar Supardi selaku pemilik usaha roti yang sampai
saat ini masih progresif mengungkapkan bahwa dalam pemasaran
produknya bapak Ikar Supardi lebih selektif dalam mencari
distributor, ketika ada distributor yang tidak jujur dan menunggak
pembayaran terlalu banyak maka bapak Ikar Supardi akan
menghentikan kerja samanya. Selain itu bapak Ikar Supardi juga
selalu berusaha menjaga kualitas roti yang di produksi sehingga
konsumen tidak beralih ke produk roti dari tempat usaha lain.24
Sebuah usaha mampu berjalan dengan baik ketika
pemasaran produk yang dihasilkan berjalan dengan lancar,
pemasaran memainkan peranan penting bagi kelancaran sebuah
usaha, karena dalam sebuah usaha produk yang dihasilkan harus
dipasarkan, ketika pemasaran produk tersebut gagal maka dapat
berakibat pada kegagalan usaha, sehingganya perlu perencanaan
dan pengelolaan yang baik dalam sistem pemasaran. Pemilik usaha
23 Tarmiah. Konsumen, Wawancara, 26 Agustus 2019 24 Ikar Supardi, Pengusaha Roti, Wawancara, 19 Agustus 2019
65
juga harus mengidentifikasi sifat konsumen, untuk menghindari
kehilangan konsumen, juga untuk menciptakan peluang,
menemukan konsumen baru dan menghindari menurunnya hasil
penjualan dan mencegah konsumen berpaling ke pesaing agar
usaha tetap berjalan dengan baik.
g. Faktor Pesaing
Usaha-usaha roti yang ada di kampung Sidodadi terbilang
cukup banyak, masyarakat kampung Sidodadi banyak yang tertarik
dengan keuntungan yang besar dalam usaha roti, sehingganya
banyak yang kemundian memilih mendirikan usaha roti, hal ini
mengakibatkan usaha-usaha roti baru bermunculan dari tahun ke
tahun, sehingga membuat persaingan dalam usaha roti semakin
ketat dan peluang yang ada dalam usaha roti semakin kecil.25
Pada awal berdirinya usaha-usaha roti kepala kampung
Sidodadi melihat kemungkinan kebangkrutan yang akan terjadi
kepada usaha-usaha roti yang ada di kampung Sidodadi.
Sehingganya memberikan tawaran kepada pemilik usaha untuk
membentuk suatu kelompok pengusaha roti dengan harapan agar
para pengusaha roti dapat bekerja sama satu sama lain, saling
membantu mengatasi permasalahan yang ada dan diharapkan
dengan dibentuknya kelompok tersebut tidak terjadi persaingan
yang tidak sehat diantara para pengusaha roti. Akan tetapi rencana
25 Sriyanto, Pengusaha Roti, Wawancara, 21 Agustus 2019
66
dari kepala kampung Sidodadi mendapat tanggapan yang kurang
baik, sehingganya rencana tersebut tidak terealisasikan dan
kekhawatiran kepala kampung Sidodadi pada akhirnya terjadi. Para
pemilik usaha saling bersaing dan menjatuhkan satu sama lain.26
Banyaknya pesaing menjadi salah satu ancaman bagi
keberlangsungan usaha-usaha roti yang ada, dengan banyaknya
pesaing maka peluang untuk mengembangkan usaha semakin kecil.
apabila pesaing tersebut lebih bisa memberikan produk yang lebih
baik dan berkualitas serta harga yang lebih terjangkau sehingga
produk pesaing lebih diterima mayarakat , dengan demiki pemilik
usaha akan kehilangan konsumen dan hal tersebut akan berakibat
pada menurunnya pendapatan, tentu hal ini sangat berpengaruh
terhadap keberlangsungan usaha roti yang ada. Dengan demikian
pemilik usaha akan kehilangan konsumen dan hal tersebut akan
berakibat pada menurunnya pendapatan.
2. Strategi Memperahankan Usaha Roti di Kampung Sidodadi
Strategi yang digunakan oleh pemilik usaha-usaha roti untuk
mempertahankan usahanya ditengah perkembangan ekonomi dapat
diilustrasikan berdasarkan kondisi usaha-usaha roti, baik dari aspek
kekuatan ( strengths ), kelemahan ( weakhnes ), peluang ( opportunities ),
dan ancaman ( threats ), yang dihadapi oleh pemilik usaha-usaha roti,
yaitu sebagai berikut:
26 Akhmadi, Kepala Kampung Sidodadi, Wawancara, 15 Agustus 2019.
67
a. Kekuatan ( strengths )
Kekuatan yang dimiliki disini adalah kekuatan – kekuatan yang
secara umum dimiliki oleh pelaku usaha dalam menjalankan usahanya
dan kekuatan – kekuatan tersebut mempunyai pengaruh terhadap
perkembangan usaha ditengah persaingan dan kemajuan dunia bisnis,
adapun kekuatan – kekuatan yang dimiliki pelaku usaha roti adalah
sebagai berikut:
1) Lokasi Yang Strategis
Lokasi yang strategis adalah salah satu faktor yang
menentukan tingkat keberhasilan suatu usaha, usaha-usaha roti
yang mampu bertahan ditengah perkembangan zaman dan
persaingan usaha berada di lokasi yang dekat dengan jalan raya
yang menjadi lalulintas masyarakat sehingga hal ini membuat
usaha-usaha roti yang ada mudah diketahui orang.
Wawancara dengan bapak Ikar Supardi mengatakan bahwa
usaha- usaha yang mengalami kebangkrutan berada dilokasi yang
kurang strategis, sedangkan usaha-usaha yang mampu bertahan dan
tetap progresif dalam persaingan berada di lokasi yang sangat
strategis dan mudah untuk dijangkau para pembeli, sehingga hal ini
berpengaruh penjualan roti yang dihasilkan. Karena hal tersebut
bapak Ikar Supardi mendirikan usahanya di tempat yang strategis
68
dan mudah dijangkau, dengan demikian usaha yang dimiliki tetap
berjalan sampai saat ini dan terus mengalami perkembangan.27
2) Harga Yang Bersaing
Harga yang mahal menurut sebagian orang menunjukan
bahwa bahwa suatu produk lebih baik dari segi kualitasnya. Namun
apabila suatu produk yang sama dijual oleh pesaing dengan harga
yang lebih murah, maka kemungkinan besar banyak pembeli yang
kemudian lebih memilih produk yang lebih murah. Konsumen
pada umumnya lebih menyukai produk yang memiliki harga yang
lebih murah dan produknya tidak kalah saing dari segi kualitas.
Wawancara dengan bapak Jarwo mengatakan bahwa
dengan harga yang lebih murah dan produk yang baik maka usaha-
usaha roti yang ada mampu bertahan ditengah persaingan,
sedangkan usaha-usaha roti yang tidak mampu menciptakan
produk yang baik dengan harga yang murah maka akan kalah
dalam persaingan usaha. Usaha-usaha yang mampu bertahan dalam
persaingan merupakan usaha yang besar dan mampu menciptakan
produk dalam jumlah besar, sehingga dapat memperkecil biaya
produksi, dengan demikian pemilik usaha mampu menjual dengan
harga yang murah dan dengan kualitas yang sama dengan usaha-
usaha lain. Sedangkan usaha yang mengalami kebangkrutan
27 Ikar Supardi, Pengusaha Roti, Wawancara, 17 agustus 2019
69
sebaliknya, sehingga tidak mampu bersaing dan pada akhirnya
mengalami kebangkrutan.28
3) Sumber Daya Manusia Yang Baik
Sumber daya manusia yang baik sangat berperan terhadap
perjalanan usaha, sumber daya manusia merupakan modal utama
dalam suatu usaha. Bertahan atau tidaknya suatu usaha sangat
dipengaruhi oleh kemampuan sumber daya manusia, baik sumber
daya manusia pada bagian manajemen, produksi, ataupun
pemasaran. Sumber daya manusia yang baik akan menjadi sentral
kesuksesan sebuah usaha, ketika sumber daya manusianya buruk
maka akan sangat berpengaruh pada perjalanan sebuah usaha dan
dapat menyebabkan mundurnya sebuah usaha sehingganya perlu
menentukan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat
melaksanakan sebuah usaha sesuai dengan perencanaan.
Wawancara dengan bapak Sriyanto mengatakan bahwa
sumber daya manusia yang baik dalam usaha-usaha roti sangat
berperan dalam perjalanan usaha roti yang ada, sumber daya
manusia yang buruk mengakibatkan permasalahan dalam usaha.
Seperti halnya dalam proses produksi, ketika pemilik usaha salah
dalam memilih karyawan yang bekerja pada bagian produksi, maka
akan berakibat pada buruknya kualitas roti yang dihasilkan,
28 Jarwo, Pengusaha Roti, Wawancara, 16 Agustus 2019
70
sehingga membuat para pelanggan beralih pada produk roti yang
lebih berkualitas.29
4) Kualitas Produk Yang Dihasilkan
Hasil produksi yang berkualitas tentunya menjadi salah satu
kekuatan dalam strategi usaha- usaha roti. Produk yang berkualitas
didukung oleh kelengkapan peralatan pembuat roti dan sumber
daya manusia yang berkualitas dan sudah professional dalam
bidangnya.
Hasil wawancara dengan bapak Sadi mengatakan bahwa
dalam proses produksi beliau mempertahankan takaran bahan
dalam pembuatan roti agar roti yang dihasilkan memiliki kualitas
yang selalu baik, dan dalam proses pembuatannya beliau
melakukan pengawasan dalam proses produksi, agar tidak terjadi
kesalahan dalam pembuatan roti.30
Sedangkan dalam proses produksi yang dilakukan usaha-
usaha roti yang mengalami kebangkrutan sebagaimana hasil
wawancara dengan karyawan salah satu usaha roti yang mengalami
kebangkrutan mengatakan bahwa pemilik usaha roti
memerintahkan kepada para karyawan agar mengurangi takaran
bahan pembuatan roti ketika harga bahan baku naik, sehingga roti
yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih buruk dari
sebelumnya. Terkadang pemilik usaha juga tidak melakukan
29 Sriyanto, Pengusaha Roti, Wawancara, 21 Agustus 2019 30 Sadi, Pengusaha Roti, Wawancara, 19 Agustus, 2019
71
pengawasan terhadap para karyawan ketika proses produksi,
sehingganya para karyawan memproduksi roti dengan tidak benar
dan pada akhirnya roti yang dihasilkan berkualitas buruk.31
Selain produk roti yang kurang berkualitas, Sukianto selaku
konsumen juga mengeluhkan pengemasan roti yang kurang baik
dan rapi sehingga terkadang ada semut atau serangga kecil yang
masuk kedalam kemasan. Selain itu kemasan produk juga
menurutnya kurang menarik perhatian para pembeli.32
5) Layanan Yang Baik
Usaha- usaha roti yang mampu bertahan selalu
mengutamakan pelayanan yang baik kepada para pelanggan dan
konsumen yaitu dengan bertanggung jawab dan menerima keluhan
para pelanggan dan konsumen kemudian menindaklanjuti keluhan
tersebut.
Berdasarkan wawancara dengan bapak Jarwo megatakan
bahwa dalam usaha pemilik berusaha dengan maksimal untuk
memberikan layanan yang baik dan selalu berusaha memberikan
yang terbaik untuk para pelanggan serta menindak lanjuti setiap
keluhan para konsumen. Bapak jarwo selalu menerima keluhan
para konsumen terhadap produknya dengan senang hati kemudian
31 Fredianto, Karyawan, Wawancara, 18 Agustus 2019 32 Sukianto, Konsumen, Wawancara, 26 Agustus 2019
72
berusaha memperbaiki kualitas produk sesuai dengan yang
diharapkan konsumen.33
Berdasarkan wawancara dengan bapak Dedi selaku
distributor mengatakan bahwa usaha-usaha roti yang mampu
bertahan dalam persaingan selalu memberikan layanan yang baik
dan mengutamakan kepuasan konsumen serta menindak lanjuti
setiap keluhan konsumen, sedangkan usaha-usaha yang mengalami
kebangkrutan seringkali memberikan layanan yang kurang baik
dan seringkali mengabaikan keluhan konsumen dan hanya
memikirkan keuntungan.34
b. Kelemahan ( weakhnes )
Kelemahan merupakan penghalang yang dihadapi oleh para
pengusaha dalam mengembangkan serta melaksanakan aktivitas yang
mempengaruhi pencapaian laba yang diinginkan oleh para pelaku
usaha roti yang ada di kampung Sidodadi. Kelemahan – kelemahan
tersebut adalah
1) Modal Yang Besar Dalam Pendirian Usaha
Untuk mendirikan atau menjalankan suatu usaha tentu
diperlukan sejumlah modal, sebab berjalannya suatu usaha
tentunya membutuhkan modal. Modal merupakan salah satu kunci
untuk menggerakkan suatu usaha dan mengembangkan usaha.
33 Jarwo, Pengusaha Roti, Wawancara, 16 Agustus 2019 34 Dedi, Distributor Roti, wawancara, 17 Agustus 2019
73
Kurangnya modal dalam usaha akan berakibat buruk pada jalannya
suatu usaha.
Berdasarkan wawancara dengan bapak Sriyanto
mengatakan bahwa modal yang besar dalam usaha roti menjadi
salah satu kelemahan bagi usaha roti di kampung Sidodadi,
mengingat modal yang digunakan adalah milik sendiri dan jika
ingin mengembangkan usaha pemilik usaha mengandalkan jasa
perkreditan baik itu jasa Bank atau non Bank, Namun jika ingin
menggunakan jasa perkreditan persyaratannya cukup sulit dan
prosesnya lama, sehingga pengusaha roti yang tidak memiliki
modal pribadi yang cukup akan kalah bersaing dengan pengusaha
yang memiliki modal pribadi yang cukup. Bapak Sriyanto
mengatakan bahwa usaha yang dimilikinya juga berhenti
memproduksi roti dikarenakan kekurangan modal. Banyaknya
piutang tidak tertagih mengakibatkan kehabisan modal, dan
sulitnya mendapat pinjaman dari bank membuat bapak Sriyanto
memilih untuk menghentikan usahanya35
2) Manajemen bekerja kurang maksimal
Manajemen merupakan salah satu kunci dalam sebuah
usaha, usaha yang memiliki manajemen yang baik maka akan
berkembang, apabila manajemen kurang maksimal, maka akan
berakibat pada kurang maksimalya usaha yang dijalankan.
35 Sriyanto, Pengusaha Roti, Wawancara, 21 Agustus 2019
74
Berdasarkan hasil Wawancara dengan bapak Aris
mengatakan bahwa Usaha-usaha roti yang ada di kampung
Sidodadi belum melakukan pembukuan atau pencatatan, ada
sebagian yang sudah melakukan pembukuan atau pencatatan,
namun dalam pencatatan tersebut belum dilakukan secara teratur
sehingga pencatatan kegiatan- kegiatan dalam usaha belum bisa
dilakukan secara rapi. Bapak Aris dalam usahanya hanya mencatat
hal-hal yang dirasa sangat penting sehingganya ketika terdapat
permasalahan dalam usaha beliau kesulitan dalam menemukan
letak permasalahan karena terkadang masalah yang ada berasal dari
hal-hal kecil yang tidak tercatat.36
3) Perawatan Alat Produksi
Alat-alat produksi tentunya memerlukan perawatan agar
tetap dapat befungsi secara baik, sehingga proses produksi dapat
berjalan dengan lancar. Ketika sebuah usaha tidak memiliki tenaga
ahli dalam perawatan alat produksi maka pemilik usaha akan
mengalami kesulitan ketika terjadi masalah dengan alat produksi
yang dimiliki.
Berkaitan dengan perawatan alat produksi, usaha-usaha roti
yang ada di kampung Sidodadi belum memiliki karyawan teknis
khusus untuk sekedar memantau atau memperbaiki alat produksi
ketika terjadi kerusakan, sehingga jika terjadi permasalahan atau
36 Aris, Pengusaha Roti, Wawancara, 20 Agustus 2019
75
kerusakan, maka harus memperbaikinya pada penyedia layanan
jasa yang bisa memperbaiki alat produksi tersebut. Hampir seluruh
usaha roti yang ada tidak memiliki tenaga ahli dalam merawat
mesin produksi, sehingganya pemilik merawat alat produksi
dengan kemampuan seadanya, dan ketika terjadi kerusakan yang
cukup parah para pemilik mencari tenaga ahli untuk
memperbaiki..37
4) Kondisi Jalan Yang Rusak
Pendistribusian produk roti yang dimiliki para pengusaha
roti tentunya akan mengalami masalah ketika kondisi jalan yang
ada banyak mengalami kerusakan. Dengan kondisi jalan yang
rusak tentunya akan berakibat pada kurang efisiennya waktu
pengiriman.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Pramono
mengatakan bahwa konsumen dari usaha-usaha roti yang ada tidak
hanya berada di sekitar wilayah Lampung Tengah, tetapi juga ada
diluar wilayah Lampung Tengah. Sehingga menurut beliau kondisi
jalan yang rusak menjadi salah satu kendala atau hambatan dalam
oprasional usaha-usaha roti yang ada terkait dengan efisiensi
waktu. Bapak Pramono mengatakan bahwa banyak distributor yang
lebih memilih tempat usaha roti yang berada di lokasi yang mudah
dijangkau dan dengan kondisi jalan yang baik dikarenakan hal
37 Warsono, Pengusaha Roti, Wawancara, 25 Agustus 2019
76
tersebut akan mempermudah para distributor dalam memasarkan
produk.38
5) Kendala dalam pemasaran produk
Sebuah usaha mampu berjalan dengan baik ketika
pemasaran produk yang dihasilkan berjalan dengan lancar, karena
dalam sebuah usaha produk yang dihasilkan harus dipasarkan,
ketika pemasaran produk tersebut gagal maka dapat berakibat pada
kegagalan usaha, sehingganya perlu perencanaan dan pengelolaan
yang baik dalam sistem pemasaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Sadi
mengatakan bahwa dalam pemasaran roti yang di produksi
pengusaha roti mengandalkan masyarakat sekitar, dengan sistem
membawa barang dan setelah terjual baru membayarnya, dalam hal
ini tidak ada jaminannya, hanya unsur saling percaya saja. Pada
awalnya sistem ini berjalan lancar, namun seiring berjalannya
waktu banyak dari penjual yang tidak membayar roti yang mereka
jual dan membawa kabur uang hasil penjualan roti sehingganya
banyak piutang yang tidak tertagih. Hal tersebut membuat
pengusaha roti mengalami kerugian.39
c. Peluang ( opportunities )
38 Pramono , Distributor Roti, Wawancara, 24 Agustus 2019 39 Sadi, Pengusaha Roti, Wawancara, 19 Agustus 2019
77
Kondisi ini adalah merupakan suatu keadaan yang mendukung
atau memberikan kesempatan kepada usaha-usaha roti yang ada untuk
tumbuh dan berkembang, adapun kesempatan atau peluang ini adalah
sebagai berikut:
1) Luasnya Pangsa Pasar
Perkembangan perekonomian, sosial dan budaya pada
masyarakat membuat peluang atau kesempatan bagi perkembangan
UMKM, termasuk usaha-usaha roti yang ada di Kampung Sidodadi
sehingga tetap eksis memberikan layanan dalam sektor pangan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Aris
mengatakan bahwa usaha roti yang ada di kampung Sidodadi
memiliki pangsa pasar yang cukup luas, karena di daerah sekitar
kampung Sidodadi belum banyak yang mendirikan usaha roti,
sehingga peluang dalam memasarkan produk yang dihasilkan
masih terbuka lebar. Pemasaran roti yang diproduksi tidak hanya di
daerah Lampung Tengah saja, akan tetapi ke luar daerah juga.
Seperti Lampung Barat, Lampung Selatan, dan Palembang.40
2) Memperluas Tempat Usaha
Memperluas tempat usaha adalah merupakan salah satu
cara untuk mengembangkan suatu usaha, semakin berkembangnya
suatu usaha maka usaha tersebut memerlukan perluasan tempat
usaha, untuk membantu dan mempermudah proses produksi dalam
40 Aris, Pengusaha Roti, Wawancara, 20 Agustus 2019
78
jumlah banyak, selain itu pemilik usaha juga dapat menjangkau
daerah-daerah yang jauh dari tempat usaha roti.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Sadi
mengatakan bahwa banyaknya daerah yang belum ada tempat
usaha roti menjadi peluang usaha-usaha roti untuk dapat
memperluas tempat usahanya ke daerah lain yang dianggap
memiliki potensi untuk mengembangkan atau memperluas usaha-
usaha roti. Seperti yang dilakukan bapak Sadi, pada awalnya beliau
mendirikan usahanya di wilayah Bogor, kemudian melihat
banyaknya peluang di wilayah Lampung dan pada akhirnya beliau
mendirikan dua tempat usaha roti di Lampung. 41
3) Produk Yang Selalu Berkembang
Semakin berkembangnya kebutuhan masyarakat akan
makanan yang beragam membuat usaha-usaha roti yang ada
memiliki peluang untuk memberikan inovasi-inovasi yang baru
dalam usaha roti.
Usaha-usaha roti yang berkembang mampu mengambil
peluang yang ada dan senantiasa berinovasi dengan membuat
produk yang baru dan berkualitas, sedangkan usaha yang tidak
berkembang dan usaha yang mengalami kebangkrutan hanya fokus
pada satu produk dan tidak mau mencoba membuat inovasi baru.
Bapak Ikar Supardi mengatakan bahwasanya pengusaha haruslah
41 Sadi, Pengusaha Roti, Wawancara, 19 Agustus 2019
79
kreatif dan inovatif sehingganya beliau selalu berinofasi dalam
memproduksi roti dengan membuat inovasi rasa baru agar para
pelanggan tidak bosan dengan roti yang di produksi. Selain hasil
inovasi sendiri, beliau juga memproduksi roti dengan melihat
minat konsumen serta mengikuti saran dari para konsumen.42
4) Kompetitor
Banyaknya pesaing menjadi salah satu ancaman bagi
keberlangsungan usaha-usaha roti yang ada, namun bisa juga
menjadi peluang bagi pihak lain , dengan banyaknya pesaing maka
peluang untuk mengembangkan usaha semakin kecil. Apabila
pesaing tersebut lebih bisa memberikan produk yang lebih baik dan
berkualitas serta harga yang lebih terjangkau, tentu hal ini sangat
berpengaruh terhadap keberlangsungan usaha.
Usaha-usaha roti yang mampu bertahan di tengah
persaingan merupakan usaha yang cukup besar dan bermodalkan
dana pribadi dalam menjalankan usahanya. Bapak Sriyanto
mengatakan usaha-usaha yang ada di Kampung Sidodadi sebagian
besar mengandalkan modal dari pinjaman bank, sehingganya para
pengusaha yang memiliki modal pribadi yang besar memiliki
peluang lebih besar dalam memenangkan persaingan usaha.43
5) Pola Perilaku dan Kebutuhan Masyarakat Yang Semakin
Berkembang
42Ikar Supardi, Pengusaha Roti, Wawancara, 17 Agustus 2019 43 Sriyanto, Pengusaha Roti, Wawancara, 21 Agustus 2019
80
Saat ini masyarakat perkampungan banyak yang mulai
mengikuti pola konsumsi masyarakat perkotaan dengan
mengkonsumsi makanan-makanan yang siap santap, sehingga ini
menjadi peluang bagi para pelaku usaha-usaha roti yang ada di
kampung Sidodadi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Sadi
mengatakan bahwa pada awal berdirinya usaha roti, pemasaran roti
mayoritas untuk daerah perkotaan dan untuk daerah perdesaan
tidak terlalu banyak, namun seiring berjalannya waktu, perubahan
pola konsumsi masyarakat perdesaan mulai berubah, yaitu lebih
memilih mengkonsumsi makanan-makanan siap konsumsi
daripada harus membuat sendiri, maka hal ini berakibat pada
semakin besarnya peluang bagi para pengusaha dalam memasarkan
produknya. Dengan catatan produk yang dihasilkan haruslah
produk yang berkualitas dan memiliki harga yang terjangkau maka
dapat dipastikan akan diterima masyarakat.44
d. Ancaman ( threats )
Selain kendala dan hambatan, seiring berjalannya waktu dan
semakin berkembangnya perekonomian, teknologi, sosial, dan budaya
pada masyarakat. Usaha-usaha roti yang ada juga melihat adanya
ancaman akibat dari beberapa perkembangan tersebut, yang
mengancam keberlangsungan usaha roti. Adapun beberapa hal yang
44 Sadi, Pengusaha Roti, Wawancara, 19 Agustus 2019
81
dianggap sebagai ancaman bagi keberlangsungan usaha roti adalah
sebagai berikut:
1) Perkembangan Teknologi
Perkembangan teknologi dianggap sebagai ancaman bagi
keberlangsungan usaha-usaha roti yang ada. Karena, dengan
adanya teknologi yang semakin modern seperti handphone dengan
fasilitas internet dan dilengkapi dengan vitur yang canggih
sehingga komunikasi dengan orang lain akan semakin mudah. Hal
ini dikhawatirkan akan menyebabkan orang lain mendapatkan
informasi produk roti yang lebih berkualitas dengan harga yang
terjangkau sehingga berpengaruh pada menurunnya konsumen dari
produk roti yang ada.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Teguh
mengatakan bahwa dengan perkembangan tekhnologi, informasi
baru sangat mudah tersebar, oleh karena itu ada sebagian
distributor produk dari usaha-usaha roti yang ada di kampung
Sidodadi yang beralih pada produk roti dari usaha lain setelah
mendapatkan informasi mengenai adanya produk roti yang lebih
diminati konsumen dengan kualitas yang baik dan harga yang
sama.45
2) Munculnya Kompetitor / Pesaing baru
45 Teguh, Pengusaha Roti, Wawancara, 18 Agustus 2019
82
Dunia usaha tentunya tidak akan lepas dari adanya pesaing.
Munculnya pesaing baru berakibat pada semakin kecilnya peluang
untuk mengembangkan usaha. Apabila pesaing tersebut bisa
memberikan produk yang lebih baik dan berkualitas serta harga
yang lebih terjangkau, sehingga produk pesaing dapat diterima di
masyarakat tentu hal ini sangat berpengaruh terhadap
keberlangsungan usaha.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Sadi
mengatakan bahwa usaha yang dijalankan pada awalnya berjalan
lancar, seiring berjalannya waktu banyak bermunculan pengusaha
roti baru. Pengusaha roti baru menjadi salah satu ancaman bagi
keberlangsungan usaha-usaha roti yang ada, banyak pesaing baru
yang memiliki modal yang lebih besar sehingga pesaing tersebut
lebih bisa memberikan layanan yang baik, produk yang lebih baik
dan berkualitas serta harga yang lebih terjangkau. Tentu hal ini
sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan usaha-usaha roti
yang ada sebelumnya.46
3) Mahalnya Bahan Baku
Kondisi ekonomi saat ini mengakibatkan harga bahan baku
pembuatan roti mengalami kenaikan harga. Tentu kondisi ini
nantinya juga akan memberikan ancaman bagi usaha-usaha roti
46 Sadi, Pengusaha Roti, Wawancara, 19 Agustus 2019
83
yang ada. Semakin besarnya bahan baku berakibat pada semakin
besarnya biaya produksi yang harus dikeluarkan.
Mahalnya bahan baku membuat bapak Sriyanto melakukan
pengurangan takaran bahan pembuatan roti, sehingga roti yang
dihasilkan mengalami penurunan kualitas, hal ini berakibat pada
banyaknya konsumen yang mengeluh akan kualitas roti yang
dihasilkan.47
Wawancara dengan Sendi salah satu karyawan usaha roti
yang mengalami kebangkrutan mengatakan bahwa ketika bahan
baku pembuatan roti harganya naik, maka pemilik usaha akan
memerintahkan kepada para karyawan untuk mengurangi takaran
bahan dan memperkecil bentuk roti yang di produksi, sehingga
kualitas roti yang dihasilkan menurun, dan pada akhirnya kalah
bersaing.48
4) Kondisi Jalan
Kondisi jalan yang rusak tentu juga akan menjadi ancaman
bagi usaha-usaha roti, hal ini berdampak pada konsumen yang
berada jauh dari tempat usaha, dengan kondisi jalan yang rusak
para konsumen akan lebih memilih membeli produk dari tempat
usaha lain yang berada di daerah yang jalannya baik dengan
produk yang sama.
47 Sriyanto, Pengusaha Roti, Wawancara, 21 Agustus 2019 48 Sendi, karyawan, Wawancara, 20 Agustus 2019
84
Berdasarkan wawancara dengan bapak Fajri sebagai
distributor roti mengatakan bahwa banyak distributor roti yang
mengeluh akan kondisi jalan yang rusak, karena kondisi jalan yang
rusak merupakan kendala dalam mendistribusikan roti ke
konsumen, hal ini tentunya berdampak pada banyaknya distributor
yang lebih memilih untuk bekerjasama dengan tempat usaha yang
memiliki kondisi jalan yang lebih baik, agar memudahkan
pendistribusian produk.49
C. Analisis Data
Berdasarkan analisis pada temuan penelitian tersebut di atas dapat ditarik
kesimpulan, bahwa usaha-usaha roti yang mengalami kebangkrutan dalam
implementasi analisis SWOT dengan menggunakan strategi-strategi usaha baik
dari faktor internal maupun eksternal belum optimal. Dalam hal ini pemilik usaha
yang mengalami kebangkrutan berada di bawah rata-rata keseluruhan kekuatan
internalnya dan gagal dalam meminimalisir kelemahan yang ada serta berada di
bawah rata-rata keseluruhan upaya menjalankan strategi yang memanfaatkan
peluang eksternalnya dan menghindari ancaman. Sehingga dalam hal ini usaha-
usaha roti yang berada di ambang kebangkrutan harus mengoptimalkan kembali
implementasi analisis SWOT agar mampu bertahan dalam persaingan usaha dan
bisa lebih komprehensif dalam mengetahui keadaan bisnis yang di jalankan,
sehingga tidak mengalami kondisi yang sama seperti usaha-usaha roti yang
mengalami kebangkrutan dan usaha-usaha roti yang progresif harus bisa
49 Fajri, Distributor Roti, Wawancara, 22 Agustus 2019
85
mempertahankan implementasi analisis SWOT dalam menjalankan usaha, agar
tetap eksis dalam usaha roti yang dijalankan.
Para pemilik usaha tidak faham mengenai analisis SWOT, meskipun
demikian secara tidak langsung sebagian pemilik usaha menerapkannya, dan
penerapan analisis SWOT dalam usaha-usaha roti itu berhasil ketika di terapkan
secara maksimal, keberhasilan itu ditunjukan dengan hasil penelitian bahwa
analisis SWOT yang dilakukan ini membuahkan hasil yaitu keberhasilan sebagian
usaha-usaha roti dalam mempertahankan daya saingnya terhadap pesaing-
pesaingnya dimana sebagian usaha-usaha roti ini masih berjalan dan masih
banyak konsumen yang memilih produk roti yang dihasilkan dilihat dari hasil
produksi roti.
Berdasakan wawancara dengan pemilik usaha roti yang progresif dapat
dilihat bahwa pemilik usaha berusaha meminimalisir kelemahan yang ada, serta
menghindari ancaman, dalam hal ini pemilik usaha berusaha membenahi diri,
sehingga usaha roti yang bertahan dalam persaingan memiliki keunggulan
bersaing yang baik jika dibandingan dengan usaha-usaha sejenis. Dengan cara
itulah sebuah usaha dapat bertahan dalam menghadapi persaingan yang semakin
kompetitif. Sedangkan hal tersebut tidak dilakukan oleh pemilik usaha yang
mengalami kebangkrutan.
Dari hasil penelitian atau wawancara dengan para pemilik usaha dapat
disimpulkan bahwa penyebab utama kegagalan usaha sehingga menyebabkan
kebangkrutan usaha dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:50
Berkaitan dengan pasar, ketidakmampuan pemilik usaha dalam mengikuti
selera pasar serta kualitas produk yang menurun dan tidak adanya inovasi-inovasi
baru dalam produk yang dihasilkan. ketidakmampuan pemilik usaha mengikuti
50 Hendro, Dasar-dasar Kewirausahaan,(Jakarta: Erlangga, 2011), 54.
86
selera pasar serta mempertahankan kualitas roti yang di produksi dan tidak adanya
ide-ide baru untuk menciptakan produk yang menarik menjadi bagian dari
penyebab kebangkrutan usaha. Bapak Sriyanto mengungkapkan bahwa mahalnya
bahan baku membuat beliau melakukan pengurangan takaran bahan pembuatan
roti, sehingga roti yang dihasilkan mengalami penurunan kualitas, hal ini
berakibat pada banyaknya konsumen yang mengeluh akan kualitas roti yang
dihasilkan dan pada akhirnya memilih untuk berhenti membeli produk roti yang
dihasilkan.
Berkaitan dengan aspek keuangan, diantaranya adalah memberikan
piutang kepada pelanggan terlalu besar dengan persyaratan piutang yang sangat
longgar atau jangka waktu piutang yang sangat panjang. Seperti halnya
diungkapkan bapak Aris bahwa dalam pemasaran roti yang di produksi pengusaha
roti mengandalkan masyarakat sekitar, dengan sistem membawa barang dan
setelah terjual baru membayarnya, dalam hal ini tidak ada jaminannya, hanya
unsur saling percaya saja.
Usaha-usaha yang mengalami kerugian operasi juga mengalami
kekurangan modal maka kemungkinan besar usaha tidak akan mampu lagi untuk
membiayai operasi dan membayar kewajibannya tepat pada tanggal jatuh tempo.
Frediyanto yang merupakan karyawan salah satu tempat usaha roti mengatakan
bahwa para pemilik usaha pada awalnya sangat loyal kepada para karyawan.
Pemilik usaha selalu membayar gaji karyawan tepat waktu dan terkadang
memberikan bonus kepada para karyawan. Namun seiring berjalannya waktu,
banyak piutang yang tidak tertagih, dan sulitnya mendapat tambahan modal dari
87
pihak bank membuat pemilik usaha mengalami kesulitan dalam keuangan.
Sehingga hal tersebut membuat pemilik usaha mengurangi jumlah produksi roti,
menyesuaikan dana yang ada, hal tersebut berakibat juga pada pengurangan
karyawan.
Berkaitan dengan manajemen, ketidakmampuan manajemen atau
lemahnya manajemen sering kali membuat suatu usaha gagal karena kualifikasi
personalia pihak manajemen yang kurang bagus dan kurangnya kemampuan,
pengalaman, keterampilan, serta kurang inisiatif dapat menyebabkan tidak
tercapainya tujuan perusahaan. Seperti halnya yang diungkapkan oleh bapak
Ansori, dalam memulai usaha ada beberapa pemilik usaha yang memulai usaha
dengan alasan melihat keuntungan besar yang dapat diperoleh, berdasarkan cerita
dari pemilik usaha roti sebelumnya. Bermodalkan ketertarikan dan keinginan
untuk mendirikan usaha roti tanpa diimbangi dengan kemampuan mengakibatkan
pengelolaan usaha dilakukan dengan kurang baik. Sebagian dari pengusaha roti
tidak faham bagaimana cara mengelola usaha dengan baik sehingga
mengakibatkan sebagian dari usaha roti yang ada pada akhirnya mengalami
kemunduran, bahkan ada yang mengalami kebangkrutan.
Berdasarkan hasil wawancara dapat dilihat bahwa ketika pemilik usaha
tidak memiliki manajemen yang baik dalam menjalankan usaha serta tidak
memilikan modal yang tidak mencukupi untuk mengoprerasikan usaha dan
mengabaikan kualitas produk roti yang dihasilkan maka hal itulah yang pada
akhirnya menjadi penyebab kemunduran usaha-usaha yang ada, bahkan menjadi
penyebab bangkrutnya usaha.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan pengolahan data dan penganalisaan data maka dapat
diambil kesimpulan bahwa:
Faktor-faktor yang menyebabkan kebangkrutan usaha-usaha roti yang ada
di kampung Sidodadi menurut analisis SWOT antara lain yaitu:
a. Faktor Internal
1. Faktor perencanaan
Perencanaan yang dilakukan belum tersusun dengan baik dan
belum dilakukan secara tertulis, serta tidak memikirkan jangka panjang
dan hanya di lakukan dalam jangka pendek.
2. Faktor manusia
SDM yang berperan dalam usaha roti memiliki kemampuan yang
kurang memadai, baik pemilik usaha ataupun karyawan.
3. Faktor keuangan
Pemilik usaha roti memiliki kesulitan dalam keuangan dikarenakan
modal yang dimiliki pemilik usaha tidak mencukupi.
4. Faktor administrasi atau pencatatan
Administrasi tidak menggunakan data tertulis dan hanya
menggunakan perkiraan pemilik usaha roti tanpa adanya pencatatan
usaha baik dalam pencatatan laporan keuangan, pencatatan penagihan,
personalia, dan distribusi logisik serta barang.
89
5. Faktor pengelolaan usaha
Pemilik usaha dalam pengelolaan usahanya hanya mengutamakan
keuntungan tanpa memperhatikan kualitas dari produknya.
6. Faktor kualitas produk
Produk yang dihasilkan mengalami penurunan kualitas dari waktu ke
waktu, baik dari segi ukuran maupun rasa.
b. Faktor Eksternal
1. Faktor pemasaran atau penjualan
Banyaknya distributor yang tidak jujur, mereka tidak membayar
roti yang terjual, bahkan ada yang membawa kabur uang hasil
penjualan. sehingga pengusaha roti mengalami kerugian.
2. Faktor pesaing
Banyaknya pengusaha roti yang ada di kampung Sidodadi
mengakibatkan tingkat persaingan usaha semakin tinggi.
3. Faktor perkembangan teknologi
Perkembangan teknologi masyarakat lebih mudah mendapatkan
informasi produk roti yang lebih berkualitas dengan harga yang
terjangkau sehingga berpengaruh pada menurunnya jumlah konsumen.
Dengan demikian kebangkrutan usaha-usaha roti yang ada di kampung
Sidodadi disebabkan oleh sembilan faktor penyebab kebangkrutan. Dari Sembilan
faktor tersebut terdapat tiga faktor utama yang menjadi penyebab dari
bangkrutnya usaha-usaha roti yang ada di kampung Sidodadi. Faktor-faktor
tersebut adalah faktor manajemen, faktor keuangan, dan faktor pemasaran.
90
B. Saran
Menjadi wirausahawan yang baik membutuhkan kritik dan saran yang
membangun, maka dengan ini peneliti memberikan saran kepada para pemilik
usaha roti yang masih berjalan agar dapat bertahan di tengah persaingan yang ada,
yaitu sebagai berikut:
1. Usaha-usaha roti yang ada hendaknya lebih mengoptimalkan kembali
implementasi analisis SWOT.
2. Pemilik usaha hendaknya memanfaatkan segala kesempatan yang ada dengan
menggunakan kelebihan atau kekuatan yang dimiliki sehingga usahanya dapat
bertahan.
3. Pemilik usaha hendaknya memanfaatkan peluang yang ada dengan cara
meminimalisir kelemahan dari usaha yang dimiliki.
4. Pemilik usaha hendaknya menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk
mengatasi ancaman yang ada.
5. Pemilik usaha hendaknya berusaha meminimalisir kelemahan yang ada, serta
menghindari ancaman, dalam kondisi ini pemilik usaha dituntut untuk segera
berbenah diri agar dapat menghadapi persaingan yang semakin kompetitif.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyu Adji, et, al. Ekonomi.Jakarta: Erlangga, 2017.
Anoraga, Pandji. Manajemen Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Wulandari, Fitria “Analisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Metode Altman
(Z-Score) Pada Perusahaan Farmasi (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015)”, Benefit Jurnal
Manajemen dan Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Juni 2017
Hendro, Dasar-Dasar Kewirausahaan, Jakarta: Erlangga, 2011
Lesmana, Rico. Pedoman Menilai Kinerja Untuk Perusahaan Tbk, Yayasan,
BUMN, BUMD, dan Organisasi Lainnya, Edisi Pertama, Jakarta: Elex
Media Komputindo, 2003
Toto, Prihadi. Analisis Laporan Keuangan Teori dan Aplikasi, Jakarta: PPM,
2011
Amir Saleh dan Bambang Sudiyatno, Pengaruh Rasio Keuangan untuk
Memprediksi Probabilitas Kebangkrutan pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia , Universitas Stikubank
Semarang: 2013
Aryani Intan Endah Rahmawati, Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi
Financial Distress, Studi Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2008-2013), universitas diponegoro semarang :2015
Undang-undang Republik Indonesia Nomer 20 tahun 2008 tentang usaha mikro,
makro, dan menengah.
Kismono, Gugup. Pengantar Bisnis, Yogyakarta: BEFE Yogyakarta, 2012
P Nayla, Akifa. Komplet Akuntansi Untuk UKM Dan Waralaba, Yogyakarta:
Laksana, 2004
Setyono, Tri. Analisis Terhadap Faktor-Faktor Kebangkrutanpada Industri jamu
Tradisional Parang Husada di Kabupaten Kediri, Simki-Economic, Vol.
01 No. 05, 2017.
Fathoni, Abdurrahmat. Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi,
Jakarta: Rineka Cipta, 2011
J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2014)
Sandu Siyoto, Ali Sodik, Dasar Metodelogi Penelitian, Yogyakarta: Literasi
Media Publishing, 2015
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, Jakarta : Kencana
Prenada Media Grup,2013
S. Nasution, Metode Research, (Penelitian Ilmiah), Jakarta: Bumiaksara, 2012
Ashafa, Burhan. Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 2013
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D, Bandung: Alfabeta,
2012
Swardono, Manajemen Srategik Konsep dan Kasus, (Yogyakarta: UUP AMP
YKPN, 2002)
P.Siagian, Sondang. manajemen strategik, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2000)
Michael A. Hitt, dkk, Manajemen Strategis Menyongsong Era Persaingan
Globalisasi, (Jakarta: Erlangga, 1997)
Rangkuti, Freddy. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka utama, 2004)
Fahmi, Irham. Pengantar Manajemen Keuangan. (Bandung: Alvabeta, 2014)
Fajar, Mukti . UMKM DI INDONESIA perspektif hukum ekonomi(Yogyakarta,
Pustaka Pelajar, 2016)
Yusri, Perlindungan Hukum Terhadap Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah
Dalam Perspektif Keadilan Ekonomi, Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 62, Th. XVI
(Banda aceh: Universitas Syiah Kuala, 2014)
Sastrawidjaja, H.Man S. Hukum Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang, (Bandung, Alumni, 2006)
Sinaga, Syamsudin. Hukum Kepailitan Indonesia, (Jakarta, Tatanusa, 2012)
Sutedi, Adrian. Hukum Kepailitan, (Bogor, Ghalia Indonesia, 2009)
Setyono, Tri. Analisis Terhadap Faktor-Faktor Kebangkrutanpada Industri jamu
Tradisional Parang Husada di Kabupaten Kediri, Simki-Economic, Vol. 01 No.
05, 2017
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2010)
Hadhiri, choiruddin SP. Klarifikasi Kandungan Al-Quran Jilid 1, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2005)
ALAT PENGUMPUL DATA (APD)
ANALISIS SWOT FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEBANGKRUTAN
USAHA ROTI
(Studi KasusTerhadap Usaha-Usaha Roti Di Kampung Sidodadi
Kec.BangunrejoKab. Lampung Tengah)
A. INTERVIEW
1. Interview kepada pemilik usaha roti
1) Mengapa anda memilih usaha ini ?
2) Bagaimana perencanaan usaha yang anda jalankan?
3) Bagaiman perkembangan usaha roti yang anda jalankan?
4) Berapa modal yang keluarkan dalam usaha ini?
5) Berapa omzet yang di dapat setiap bulan?
6) Berapa keuntungan yang di dapat setiap bulan?
7) Bagaiman pencatatan (laporan) keuangan pada usaha anda?
8) Berapa jumlah karyawan yang bekerja pada usaha anda?
9) Bagaimana pembagian kerja dalam pengelolaan usaha anda?
10) Bagaimana pemasaran produk usaha anda?
11) Bagaimana kelebihan yang dimiliki produk anda?
12) Bagaimana kelemahan (kekurangan) yang ada pada produk anda?
13) Bagaimana peluang usaha yang anda miliki?
14) Adakah ancaman bagi usaha anda?
15) Apakah pesaing yang muncul menjadi salah satu ancaman, dan
bagaimana anda mengatasinya?
16) Apakah kenaikan bahan baku menjadi salah satu ancaman bagi
keberlangsungan usaha anda, dan bagaimana anda mengatasinya?
17) Apakah usaha anda pernah mengalami kesulitan dalam usaha?
18) Apa penyebab kesulitan dalam usaha tersebut?
19) Bagaimana upaya mengatasi kesulitan tersebut?
20) Adakah peluang untuk memperluas usaha anda?
2. Interview kepada karyawan
1) Pada bagian apa anda bekerja?
2) Bagaimanakah sistem pembagian tugasnya?
3) Bagaimana dengan kompensasi yang diberikan pemilik usaha roti?
4) Bagaimana manajemen kerja yang diterapkan pemilik usaha roti ?
5) Bagimana dengan kualitas roti yang diproduksi?
3. Interview kepada distributor
1) Sudah berapa lama anda menjadi distributor roti?
2) Bagaimana pola kerjasama dengan pengusaha roti?
3) Apakah anda menjadi distributor pada lebih dari satu usaha roti,
dan mengapa?
4) Adakah kendala dalam mendistribusikan roti pada konsumen?
5) Apa saja keluhan konsumen terhadap roti yang didistribusikan?
6) Bagaimana anda menindaklanjuti keluhan konsumen?
4. Interview kepada konsumen
1) Jenis roti apa yang biasa anda beli?
2) Bagimana dengan kualitas roti yang anda beli?
3) Bagaimana harga yang ditawarkan?
4) Adakah keluhan atas roti yang anda beli?
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Sulaiman, lahir di
Sidodadi, 17 Mei 1997, anak kesembilan dari
sembilan bersaudara. Penulis lahir dari pasangan
suami istri Bapak Abdullah dan Ibu Sujiati.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di
SDN 01 Sidodadi Kec. Bangunrejo selesai pada
tahun ajaran 2008/2009, kemudian melanjutkan ke jenjang SLTP yaitu di SMP IT Al-
Hidayah sampai kelas VIII kemudian melanjutkan di MTs Muhammadiyah 01 Kalirejo
Kec. Kalirejo selesai pada tahun ajaran 2011/2012. Kemudian melanjutkan ke jenjang
SLTA yaitu di MA Muhammadiyah 01 Kalirejo Kec. Kalirejo selesai pada tahun ajaran
2014/2015.
Setelah lulus SLTA penulis melanjutkan di PTKIN yaitu STAIN Jurai Siwo
Metro yang sekarang menjadi IAIN Metro Lampung di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam dengan jurusan Ekonomi Syariah pada Agustus 2015 dan lulus pada tahun 2020
dengan judul Skripsi “Analisis SWOT Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan
Usaha Roti (Studi Kasus Terhadap Usaha Roti Kampung Sidodadi Kecamatan
Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah)”.