16
SKRIPSI ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUBDIALEK DESA MENSANAK KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA KEPULAUAN RIAU E-JORNAL Oleh ARITA NIM 100388201291 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITASMARITIM RAJAALI HAJI TANJUNGPINANG 2016

SKRIPSI ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUBDIALEK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · skripsi analisis afiksasi bahasa melayu subdialek desa

  • Upload
    lamphuc

  • View
    231

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSI ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUBDIALEK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · skripsi analisis afiksasi bahasa melayu subdialek desa

SKRIPSI

ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUBDIALEK

DESA MENSANAK KECAMATAN SENAYANG

KABUPATEN LINGGA

KEPULAUAN RIAU

E-JORNAL

Oleh

ARITA

NIM 100388201291

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITASMARITIM RAJAALI HAJI

TANJUNGPINANG

2016

Page 2: SKRIPSI ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUBDIALEK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · skripsi analisis afiksasi bahasa melayu subdialek desa
Page 3: SKRIPSI ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUBDIALEK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · skripsi analisis afiksasi bahasa melayu subdialek desa
Page 4: SKRIPSI ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUBDIALEK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · skripsi analisis afiksasi bahasa melayu subdialek desa

ABSTRAK

Arita. 2016. Analisi Afiksasi Bahasa Melayu Sub Dilaek Desa Mensanak

Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga. Skiripsi. Tanjungpinang: Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Pembimbing I: Drs. Suhardi,

M.pd. Pembimbing II: Ahada Wahyusari, M.pd.

Kata Kunci : Afiksasi, Dialek Melayu

Banyaknya kesalahan penggunaan Afiksasi Bahasa Melayu Dialek Desa

Mensanak Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga ketika masyarakat

menggunakan bahasa sehari-hari. Kesalahan ini terjadi karena meningkatnya

perpindahan penduduk yang beraneka ragam suku, ilmi pengetahuan dan

teknologi juga dapat mengakibatkan perkembangan bahasa, serta pergaulan juga

bisa mengakibatkan berkurangnya keaslian bahasa tersebut. Berdasarkan masalah-

masalah tersebut peneliti merumuskan masalah penelitian menjadi 2 (dua) yaitu :

(1) Bagaimanakah bentuk-bentuk kata Bahasa Melayu Sub Dialek Desa

Mensanak Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga? (2) Apakah perubahan yang

terjadi akibat Bahasa Bahasa Melayu Sub Dialek Desa Mensanak Kecamatan

Senayang Kabupaten Lingga?

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk Kata Bahasa

Melayu Sub Dialek Desa Mensanak Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga dan

perubahan yang terjadi akibatBahasa Melayu Sub Dialek Desa Mensanak

Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga.

Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 145 orangyaitu masyarakat

kelurahan Desa Mensanak RT II RW II, sampel penelitian ini diambil 15% dari

penduduk desa mensanak yaitu sebanyak 21 orang yang diambil dengan teknik

acak proporsional. Penelitian ini menggunakan metode deskriftif kualitatif,

dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan teknik catat.

Dari hasil pengumpulan data, peneliti memperoleh delapan afiks

yang terdiri dari lima prefiks, satu infiks dan dua sufiks. Adapun delaapan

prefiks tersebut yaitu /bә-/, /tә-/, /pә-/, /mә-/ dan /ŋ-/, satu infiks yaitu /-mә-/, dan

dua sufiks yaitu /-an/, dan /-kan/.

Page 5: SKRIPSI ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUBDIALEK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · skripsi analisis afiksasi bahasa melayu subdialek desa

Abstract

Arita, 2016. Affixation analysis Malay Dialect Sub Mensanak Great Lingga.

Essay. Tanjungpinang: Language and Literature Department of Education of

Indonesia, Techer Training and Education Faculty, Maritime Raja Ali Haji

University, Supervisor I: Drs. Suhardi, M.pd. and Supervisor II: Ahada

Wahyusari, M.pd.,

Key word: affixation, Malay Dialect

Numerous errors affixation Malay dialectuse Mensanak Great when

people use every day language. This error occurs due to the increased movement

of people of diverse ethnic, science and technology can also lead tonthe

development of language, as well as the association could also result in reduced

authenticity of the language. Based on these problems, we propose the research

problem into two, namely: (1) How the Word Forms Malay Dialect Sub Mensanak

Great Lingga? (2) Are the changes that occur due Malay Dialect Sub Mantang

Great Lingga?

The purpose of this study was to determine the word form of malay

language Dialect Sub Mensanak Great Lingga. Population in this research are

145 people Mensanak RT II RW II Mensanak Great Lingga.

The sample taken 15% of the total population of as many as 21 people were taken

to the proportional random techniques. This research uses descriptive qualitative

method. The data collection techniques were observation, interview and record

engineering. The result of the research shared that eight affixes consisting offive

prefixes, one infixis, and two suffixes.

As for the eigh-prefixs is /bә-/,/ tә-/, /pә-/, /mә-/ and / ŋ-/, the infixis /-mә-/, and

two suffixes are /-an/, and /-it/.

Page 6: SKRIPSI ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUBDIALEK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · skripsi analisis afiksasi bahasa melayu subdialek desa

1. Pendahuluan

Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh manusia untuk

mengungkapkan pikiran, perasaan dan kehendak sehingga terjadi komunikasi dan

intreraksi dalam kehidupan masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2008:119), “Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang berartikulasi yang

berwenang-wenang dan konvesional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk

melanjutkan perasaan dan pikiran”. Hal tersebut juga sesuai dengan yang

dikatakan Chaer (2006:2),”Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer,

yang dipergunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,

berintraksi, dan mengidentifikasikan diri”.

Adapun Sifat dan ciri bahasa antara lain (1) bahasa itu adalah sebuah sistem,

(2) bahasa itu berwujud lambang, (3) bahasa itu berupa bunyi, (4) bahasa itu

bersifat arbitrer, (5) bahasa itu bermakna, (6) bahasa itu bersifat konvensional, (7)

bahasa itu bersifat universal, (8) bahasa itu bersifat unik, (9) bahasa itu bersifat

produktif, (10) bahasa itu berpariasi, (11) bahasa itu bersifat dinamis, (12) bahasa

itu berfungsi sebagai alat interaksi sosial, dan (13) bahasa itu merupakan identitas

penuturnya. Bahasa merupakan ciri pembeda yang paling menonjol dari tiap-tiap

kelompok sosial, karena dengan bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya

sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain. Adapun yang

melatarbelakangi perbedaan bahasa tersebut adalah penciptaan bahasa yang

bersipat arbitrer dan konvesional.

Setiap bahasa dibentuk oleh kaidah dan pola yang tidak boleh dilanggar.

Kaidah dan pola-pola tersebut dibentuk agar komunikasi yang dilakukan dapat

berjalan dengan lancar. Jika masyarakat penutur suatu bahasa tidak

memperhatikan kaidah yang sudah disepakati tersebut maka sudah tentu kegiatan

berkomunikasi akan terganggu, misalnya dalam hal afiksasi jika penggunaannya

tidak sesuai dengan kesepakatan penutur maka pesan atau maksud yang

disampaikan akan menimbulkan respon yang tidak sesuai dengan harapan.

1

Page 7: SKRIPSI ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUBDIALEK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · skripsi analisis afiksasi bahasa melayu subdialek desa

Bahasa Melayu merupakan satu diantara bahasa yang digunakan

sekelompok masyarakat Indonesia dalam berinteraksi sehari-hari. Sekelompok

masyarakat yang berinteraksi dengan bahasa tersebut sebagian terdapat di

Provinsi Kepulauan Riau. Oleh karena penciptaan bahasa yang bersifat arbitrer

dan konvisional maka Bahasa Melayu di Kepulauan Riau sendiri terdiri dari

beranekaragam. Dari keanekaragaman inilah tercipta banyak dialek yang

digunakan masyarakat Kepulauan Riau.

2. Metode Penelitian

Metode berperan sangat penting dalam sebuah penelitian, sehingga

perlu diketahui metode penelitian itu sendiri. Menurut Chaer (2007:18),

“Penelitian adalah suatu proses, yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan secara

terencana dan sistematis untuk mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-

pertanyaan tertentu yang diajukan sebagai masalah dalam penelitian tersebut.

Metode penelitian adalah suatu cara untuk mengambil, menganalisis,

mengidentifikasikan variabel yang dilakukan untuk mendapatkan jawaban

terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sebagai masalah dalam penelitian”.

jadi, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu

berupaya menggambarkan suatu fenomena yang diteliti secara apa adanya

dilapangan. Menurut Sugiono (2005:87), bahwa “ penelitian deskriptif adalah

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri, baik satu

variable atau lebih (indevenden) tanpa membuat perbandingan, atau

menghubungkan antara variable satu dengan variable lainnya”. Dengan

menggunakan data kualitatif yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan

gambar.

3. Hasil Penelitian

Berdasarkan data yang peneliti peroleh melalui teknik wawancara tak

terstruktur, teknik simak dan teknik cakap, dan teknik rekam dan catat, maka

peneliti memperoleh bentuk-bentuk afiks dan perubahan bentuk afiks yang terjadi

Page 8: SKRIPSI ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUBDIALEK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · skripsi analisis afiksasi bahasa melayu subdialek desa

akibat afiksasi yang terjadi dalam bahasa Melayu subdialek Desa Mensanak

Kecamatan Senayang, seperti pada tebel berikut:

AFIKSASI BAHASA MELAYU

SUB DIALEK DESA MENSANAK KECAMATAN SENAYANG

No. Tuturan yang Mengandung Afiksasi

dan Makna Tuturan Dalam Bahasa

Indonesia

Afiksasi Afiks/

Alomorf

yang

Melekat

Dasar

kata

yang

Dilekati

Jenis

Afiks

1. na? Dibawa? bǝlaya di Kalimantan

‘Mau dibawa berlayar di Kalimantan.’

dibawa? /di-/ bawa? Prefiks

2. na? Dibawa? bǝlaya di Kalimantan

‘Mau dibawa berlayar di Kalimantan’

bǝlaya /bǝ-/ laya Prefiks

3. kalau diǝ na? tǝkǝncɛŋ baŋɔnkan.

‘Kalau dia mau terkencing

bangunkan.’

tǝkǝncɛŋ /tǝ-/ kǝncɛŋ Prefiks

4. kalau diǝ na? tǝkǝncɛŋbaŋɔnkan.

‘Kalau dia mau terkencing

bangunkan.’

baŋɔnkan /-kan/ baŋɔn Sufiks

5. Biasǝ baŋɔn sǝsuRaŋ.

‘Biasa bangun sendiri.’

sǝsuRaŋ.

/sǝ-/+/s-

/

suRaŋ.

Prefiks

6.

sayǝÑuci semuǝ.

‘Saya mencuci semua.’

Ñuci /Ñ-/ cuci Prefiks

30

Page 9: SKRIPSI ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUBDIALEK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · skripsi analisis afiksasi bahasa melayu subdialek desa

7. lah sǝtaɔn lɛbɛh.

‘Sudah setahun lebih.’

sǝtaɔn /sǝ-/ taɔn Prefiks

8. adǝkatǝñǝubat satu juta duǝ Ratɔs.

‘Ada katanya obat satu juta dua

ratus.’

Katǝñǝ /-ñǝ/ katǝ Sufiks

9. sǝbǝlɔm kǝna? pǝñakɛt ini, diam di

selakau.

‘Sebelum terkena penyakit ini, tinggal

di selakau.’

sǝbǝlɔm /sǝ-/ bǝlɔm Prefiks

10. sǝbǝlɔm kǝna? pǝñakɛt ini, diam di

selakau.

‘Sebelum terkena penyakit ini, tinggal

di selakau.’

pǝñakɛt /pǝñ-/ sakɛt Prefiks

11. minta? tǝmankan buat tambɔl.

‘Minta temanin buat kue.’

tǝmankan /-kan/ tǝman Sufiks

12. nda? tau rǝsǝpñǝ.

‘Tidak tau resepnya.’

rǝsǝpñǝ. /-ñǝ/ rǝsǝp Sufiks

13. jadi dipaŋgɛl dukun sini?.

‘Jadi panggilkan dukun sini.’

dipaŋgɛl /di-/ paŋgɛl Prefiks

14. dipǝgaŋ macam ini nda? tǝRasǝ.

‘Dipegang seperti ini tidak terasa.’

Dipǝgaŋ /di-/ pǝgaŋ Prefiks

Page 10: SKRIPSI ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUBDIALEK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · skripsi analisis afiksasi bahasa melayu subdialek desa

15. dipǝgaŋmacam ini nda? tǝRasǝ.

‘Dipegang seperti ini tidak terasa.’

tǝRasǝ /tǝ-/ Rasǝ Prefiks

16. biasǝsǝpiŋgan abɛs.

‘Biasa sepiring habis.’

sǝpiŋgan /sǝ-/ piŋgan prefiks

17. makin kuat gaŋguan diǝ.

‘Semakin kuat gangguan dia.’

Gaŋguan /-an/ gaŋgu Sufiks

18. nah, itu yaŋdiharapkan.

‘Nah, itu yang diharapkan.’

diharapkan /di-kan/ harap Konfiks

19. tǝRambɛ? aɛ?.

‘Terambil air.’

tǝRambɛ? /tǝR-/ ambɛ? Prefiks

20. na? bǝbalɛ? sǝsuRaŋ nda? bisǝ.

‘Mau balek sendiri tidak bisa.’

bǝbalɛ? /bǝ-/ balɛ? Prefiks

21. kalau diǝÑǝbɔt na? tǝkǝncɛŋ, baŋɔn.

‘Kalau dia menyebut mau terkencing,

bangun.’

Ñǝbɔt /Ñ-/ sǝbɔt Prefiks

22. habɛs bǝkǝcai.

‘Habis berserakan.’

bǝkǝcai /bǝ-/ kǝcai Prefiks

23. nda? dapat ditahan agɛ?.

‘Tidak bisa ditahan lagi.’

Ditahan /di-/ tahan Prefiks

24. kini kitǝ pula? mbɛRɛ? Makan.

‘Sekarang kita pula memberi makan.’

mbɛRɛ? /m-/ mbɛRɛ? Prefiks

Page 11: SKRIPSI ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUBDIALEK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · skripsi analisis afiksasi bahasa melayu subdialek desa

25. ajaɛ? Mbuat lapis.

‘Ajakan membuat lapis.’

ajaɛ? /-ɛ?/ aja Prefiks

26. ajaɛ? Mbuat lapis.

‘Ajarkan membuat lapis.’

mbuat /m-/ buat Prefiks

27. nda? sada mǝgaŋ taŋan kau te.

‘Tidak sadar memegang tangan kamu

tu.’

Mǝgaŋ /m-/ pǝgaŋ Prefiks

28. kǝna? uRaŋ nda? bǝduɛt makin susah.

‘Karna orang tidak berduit semakin

susah.’

bǝduɛt /bǝ-/ duɛt Prefiks

29. lɛtɛh ŋǝlawan ubat.

‘Lelah melawan obat.’

ŋǝlawan /ŋǝ-/ lawan Prefiks

30. Nabɔŋ lo? Iket-iket.

‘Menabung dulu sedikit-sedikit.’

Nabɔŋ /N-/ tabɔŋ Prefiks

31. bǝkǝjǝdi Rumah Sakɛt.

‘Bekerja di Rumah Sakit.’

Bǝkǝjǝ /bǝ-/ kǝjǝ Prefiks

32. di Kalimantan baŋa? bǝRasɛl.

‘Di Kalimantan banyak berhasil.’

bǝRasɛl

/bǝR-/ hasɛl. Prefiks

33. nda? bisǝdiubah nda?

‘Tidak bisa diganti mungkin.’

Diubah /di-/ ubah Prefiks

34. ŋǝlayaŋ ja? suRat tu. ŋǝlayaŋ /ŋǝ-/ layaŋ Prefiks

Page 12: SKRIPSI ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUBDIALEK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · skripsi analisis afiksasi bahasa melayu subdialek desa

‘Melayang saja surat itu.’

35. ŋapos sǝmuǝ macam manǝ.

‘Menghapus semua bagaimana.’

Ŋapos /ŋ-/ hapos Prefiks

36. na? dihapos semuǝ.

‘Mau dihapus semua.’

Dihapos /di-/ Hapos

Prefiks

37. mbuka?dari manǝtadɛ?.

‘Membuka dari mana tadi.’

mbuka? /m-/ buka? Prefiks

38. paksǝlah ŋikɔt aja?.

‘Terpaksalah mengikut saja.’

ŋikɔt /ŋ-/ ikɔt Prefiks

39. diǝ puñǝpǝnǝkan macam BB.

‘Dia punya tombolnya seperti BB.’

pǝnǝkan /Pǝn-/ tǝkan Prefiks

40. katǝ kau nda? ŋǝluaɛ? duɛt.

‘Katamu tidak mengeluarkan uang.’

ŋǝluaɛ? /ŋǝ-ɛ?/ lua Konfiks

41. pasti bǝtǝŋka duǝ bǝRadɛ? te.

‘Pasti bertengkar dua bersaudara tu.’

bǝtǝŋka /bǝ-/ tǝŋka Prefiks

42. pasti bǝtǝŋka duǝbǝRadɛ? te.

‘Pasti bertengkar dua bersaudara tu

bǝRadɛ? /bǝR-/ adɛ? Prefiks

43. Ŋape macam itu.

‘Mengapa seperti itu.’

Ŋapǝ /ŋ-/ apǝ prefiks

44. malas na? bǝjalan. bǝjalan /bǝ-/ jalan prefiks

Page 13: SKRIPSI ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUBDIALEK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · skripsi analisis afiksasi bahasa melayu subdialek desa

‘Malas mau berjalan.’

45. masǝh mikɛɛ? ana?.

‘Masih memikirkan anak.’

mikɛɛ? /m-ɛ?/ pikɛ Konfiks

46. bia Ayah yaŋmbaya.

‘Biar Ayah yang membayar.’

Mbaya /m-/ baya Prefiks

47. ambɛ? Kan duǝ butɛ?.

‘Ambilkan dua buah.’

ambɛ?kan /-kan/ ambɛ? Sufiks

48. usah dihaRapɛ? Agɛ?.

‘Jangan diharapkan lagi.’

diharapɛ? /di-ɛ?/ haRap konfiks

49. usah didǝŋaɛ? gila?.

‘Jangan terlalu didengarkan.’

didǝŋaɛ? /di-ɛ?/ dǝŋa Konfiks

50. bǝkǝRiŋat malas makai baju.

‘Berkeringat malas memakai baju.’

bǝbǝkǝRiŋat /bǝ-/ kǝRiŋat Prefiks

51. lah diambɛ?.

‘Sudah diambil.’

diambɛ? /di-/ ambɛ? Prefiks

52. bukan mǝrɔkɔ? agɛ?.

‘Bukan merokok lagi.’

mǝrɔkɔ? /mǝ-/ rɔkɔ? Prefiks

53. nda? tǝRabɛs kǝla?.

‘Tidak terhabis nanti.’

tǝRabɛs

/tǝR-/ habɛs Prefiks

54. lah bǝcakap dǝngan diǝ?

‘Sudah berbicara dengan dia.’

bǝcakap /bǝ-/ cakap Prefiks

Page 14: SKRIPSI ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUBDIALEK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · skripsi analisis afiksasi bahasa melayu subdialek desa

Berdasarkan hasilsil pengumpulan data dilapangan, peneliti menemukan 22

bentuk afiks yang terdiri dari delapan bentuk prefiks yaitu prefiks /-bǝ-/, /tǝ-/, /pǝ-

/, /di-/, /g-/, /m-/, /N-/, dan /sǝ-/; satu bentuk infiks yaitu infiks /-ǝm-/; empat

konfiks yaitu konfiks /N-ɛ?/, /m-ɛ?/, /di-kan/, di-ɛ?/, /sǝ-ñǝ/, /N-ñǝ/, /g-ɛ?/, /pǝ-

an/, dan /kǝ-an/.

4. Simpulan dan Saran

Smpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan peneliti, diperoleh 22

bentuk afiks dalam bahasa Melayu dialek Mensanak yang terdiri dari delapan

bentuk prefiks yaitu prefiks bә-/, /tә-/, /pә-/, /m-/, /N-/, /di-/, /g-/, dan /sә-/; Satu

bentuk infiks yaitu infiks /-әm-/ ; empat bentuk sufiks yaitu sufiks /-ñә/,/ε?/, /-an/,

dan /-kan/ ; Sembilan bentuk konfiks yaitu konfiks /N-ε?/, /N-/ñә/, dan /kә-an/,

m-ε?/, /di-kan/, /di-ε?/, /sә-ñә/, /g-ε?/, dan /pә-an/.

Selain itu, bentuk-bentuk afiks akan mengalami perubahan bentuk setelah

proses afiksasi sesuai dengan huruf awal dasar kata yang dilekatinya. Kaidah

perubahan bentuk afiks setelah afiksasi dalam Bahasa Melayu Subdialek

Mensanak adalah sebagai berikut.

Prefiks /bә-/

Prefiks /tә-/

Prefiks/pә-/

Prefiks /m-/

Prefiks /N-/

Prefiks /sә-/

Konfiks /N-ε/

Konfiks /N-ñә/

Konfiks /kә-an/

Page 15: SKRIPSI ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUBDIALEK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · skripsi analisis afiksasi bahasa melayu subdialek desa

Saran

Berdasarkan pengalaman peniliti dalam melakukan penelitian ini, peneliti

ingin memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi peneliti yang akan meneliti bahasa daerah agar menguasai fonetik

beserta lambang fonetisnya, hal ini di karenakan setiap bahasa daerah

memiliki artikulasi yang berbeda dengan bahasa Indonesia.

2. Bagi peneliti berikutnya, terutama putra dari daerah Kabupaten Lingga

agar dapat meneliti dari segi kebahasaan. hal ini mengingat penelitian

mengenai aspek kebahasaan masih kurang mendapat perhatian.

3. Peneliti juga menyarankan kepada pihak Pemerintah daerah Kabupaten

Lingga untuk memberi dukungan kepada para peneliti lain yang meneliti

bahasa daerah di Lingga, agar generasi berikutnya tetap dapat mempelajari

tata bahasa melayu Lingga yang menjadi asset budaya Kabupaten Lingga,

Kepulauan Riau.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa

Depertemen Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Balain

Pustaka.

Arifin, Zaenal dan Junaiah. 2009. Morfologi, Bentuk, makna dan Fungsi. Jakarta:

PT. Grasindo.

Arikunto Suharmi, 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Pratik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan. 2011. Kamus Bahasa Indonesia (untuk pelajar). jakarta

Chaer, A . 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Chaer, A . 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Page 16: SKRIPSI ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUBDIALEK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · skripsi analisis afiksasi bahasa melayu subdialek desa

Chaer, A . 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Semarang: Penerbit Nusa Indah.

Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.

Jakarta: PT Gramedia

Muslicin, Mansur. 2010. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta:

PT. Bumi Aksara.

Pateda, Mansoer. 1987. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa.

Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan

Infleksional). Bandung: Refika Aditama.

Rosita, 2013. Analisis Afiksasi Bahasa Melayu Sub Dialek Mantang Besar

Kecamatan Mantang Kabupaten Bintan. Skripsi. Tanjungpinang:

Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tidak diterbitkan

Febriani, Laoli. 2011. Afiksasi dalam bahasa nias (dalam

htt://repository.usu.id/handle. 123456789/28528). Diakses pada tanggal 14

April 2015

Irwan. 2007. Proses Afiksasi dalam Bahasa Anggola/mandailing (dalam

htt://repository.usu.ac.id.handle/123456789/1681). Diakses pada tanggal

14 April 2015

Misran. 2007. Fonologi Bahasa Melayu.(dalam

hht://melayuonline.com/cultrure/dig1925). Diakses pada tanggal 14 april

2011