169
SISTEM ADMINISTRASI DAN INFORMASI GAMPONG (SAIG) & IMPIAN BREUH SIGUPAI Gampong Bergerak Membangun Berbasis Data, Meningkatkan Pelayanan dan Memandirikan Warga Pengalaman Pelaksanaan Program SAIG Abdya

Sistem Adminisrasi dan Informasi Gampong

  • Upload
    marzara

  • View
    286

  • Download
    4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Buku ini adalah Buku Pembelajaran dari proses Pelaksanaan Program Sistem Adminisrasi dan Informasi Gampong (SAIG) di Kabupaten Aceh Barat Daya.

Citation preview

SISTEM ADMINISTRASI DAN INFORMASI

GAMPONG (SAIG) & IMPIANBREUH SIGUPAI

Gampong Bergerak Membangun Berbasis Data,Meningkatkan Pelayanan dan Memandirikan Warga

Pengalaman Pelaksanaan Program SAIG Abdya

Gampong Bergerak Membangun Berbasis Data,Meningkatkan Pelayanan dan Memandirikan Warga

Pengalaman Pelaksanaan Program SAIG Abdya

SISTEM ADMINISTRASI DAN INFORMASI

GAMPONG (SAIG) & IMPIANBREUH SIGUPAI

vSAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

SEKAPUR SIRIH LOGICA 2

Assalamu’alaikum Wr.Ww

SELAMA hampir lima tahun perjalanannya di Aceh, Program LOGICA 2 telah melaksanakan banyak program yang berkontribusi untuk mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan dengan

mendorong perbaikan pelayanan publik khususnya dalam sektor pendidikan dan kesehatan, serta pelayanan terkait pemberdayaan perempuan dan perlindungan. Semua ini beorientasi kepada tujuan utama yaitu terciptanya perdamaian yang berkelanjutan dan stabilitas di Aceh.

Salah satu intervensi strategis yang dilakukan oleh LOGICA 2 adalah memastikan proses pembangunan yang partisipatif, terutama dari sisi perencanaan. LOGICA 2 berkeinginan mewujudkan adanya perencanaan pembangunan yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat, terutama kelompok termarjinalkan dan masyarakat pedesaan. Ini dilakukan salah satunya melalui proyek percontohan bernama Sistem Administrasi dan Informasi Gampong (SAIG)yang dilaksanakan di 65 Gampong dan 4 Kecamatan, Kabupaten Aceh Barat Daya (ABDYA)

Buku yang sedang anda baca saat ini adalah Buku Pembelajaran dari proses Pelaksanaan Program SAIG. Tujuan dari buku ini adalah untuk menyajikan informasi dan cerita rinci tentang proses pengembangan SAIG di

vi SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Abdya, mulai dari proses awal (assessment), hingga pelaksanaan, termasuk pula testimoni dari masyarakat yang berpartisipasi didalam pengembangan progam SAIG ini.

Kami berharap buku ini dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat terutama untuk pihak-pihak yang berencana mereplikasi program SAIG tersebut.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang secara aktif telah terlibat pelaksanaan program SAIG dan terutama dalam penyusunan buku ini, terutama kepada tim penulis, tim SAIG, dan khususnya kepada masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya.

Wassalam,

Rene Schinkel Team Leader LOGICA 2

viiSAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

PENGANTAR PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

ALHAMDULILLAH, seluruh proses Pemetaan Apresiatif Gampong (PAG), penyiapan program dan perangkat lunak Sistem Administrasi dan Informasi Gampong (SAIG) yang didukung AustralianAid melalui

Logica2, telah rampung pada akhir Mei 2014. Buku ini adalah rekaman pembelajaran dari proses pelaksanaan Program SAIG di Aceh Barat Daya.

Dalam buku ini jejak awal para Fasilitator Pemetaan Apresiatif Gampong (FPAG), Fasilitator Teknis Pemetaan (FTP) dan Kader Pemetaan Apresiatif Gampong (KPAG), yang telah bergumul dengan berbagai tantangan di 65 gampong dalam wilayah Kecamatan Manggeng, Jeumpa, Kualabatee dan Babahrot, dapat kita cermati dalam buku ini. Semoga buku ini dapat menjadi referensi yang berguna untuk memandu proses pelaksanaan PAG dan SAIG, bagi 87 gampong lain di Kecamatan Susoh, Blangpidie, Tangan-tangan dan Lembah Sabil di Aceh Barat Daya; juga gampong lain yang berencana mereplikasi PAG dan SAIG.

Pemerintah Aceh Barat Daya memberikan apresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Pemerintah Australia, khususnya mereka yang tergabung dalam program Logica2 dan Access, yang telah membantu impian kami, perlahan tapi pasti, menjadi kenyataan. Demikian pula saudara-saudara

viii SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

di Nusa Tenggara Barat (NTB), kami sampaikan salut dan terima kasih dengan setulus hati, karena telah bersedia menerima puluhan putra-putri kami berguru di Lombok pada akhir Oktober 2013, serta melakukan sharing pembelajaran bersama warga dan pemerintah di Lombok Utara pada pekan pertama Mei 2014.

Apa yang telah diberikan, terutama oleh warga Desa Sawe, Karang Bajo, Semparu, Giri Sasak, Kuripan Selatan dan Gili Indah serta Pemerintah Kabupaten Dompu, Lombok Tengah, Lombok Barat dan Lombok Utara, sungguh sangat bernilai bagi kami. Semoga persaudaraan yang telah kita rajut, dapat terus berlanjut. Kiranya, kehangatan persahabatan dan kerelaan untuk saling berbagi, dalam jalan cita-cita menuju kemandirian desa, benar-benar berujung pada kesejahteraan warga di kampung-kampung kita.

Semoga buku ini dapat memberi gambaran lebih terang ihwal proses awal pengembangan program SAIG di Aceh Barat Daya. Kisah-kisah dalam pelaksanaan program serta testimoni para tokoh dan warga yang ada dalam buku ini semoga menginspirasi kita untuk mengembangkan dan atau menjaga program SAIG tetap terpelihara. Koreksi dan perbaikan sesuai pengalaman masing-masing, tentu sangat kami nantikan. Dengan berbagi, makin sempurna pula kita melaksanakan dan menerapkan SAIG di masa datang.

Semoga pengalaman kami, turut pula anda rasakan manfaatnya. Insya Allah.

Blangpidie, 20 Mei 2014Wassalam,

Ir. JUFRI HASANUDDIN, MMBupati Aceh Barat Daya

ixSAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

DAFTAR ISI

Sekapur Sirih LOGICA 2 _ vPengantar Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya _ viiDaftar Isi _ ix

BAB I IMPIAN NANGGROE BREUH SIGUPAI _ 1Sang Pencetus _ 3Ramuan SAIG _ 8Lebih Dekat dengan Nanggroe Breuh Sigupai _ 16 a. Etnografi Nanggroe Breuh Sigupai _ 17 b. Cara Lain Mengenang Sigupai _ 20 c. Sekilas Sejarah Abdya _ 21Potensi Nanggroe Breuh Sigupai _ 24

BAB II PROSES KREATIF _ 31SAIG & Pentingnya Database _ 32Pola Interaktif _ 36

BAB III MIMPI YANG TERWUJUD _ 41Rujukan & Pembelajaran _ 42SAIG di Mata Pejabat Abdya _ 58Para Pelopor _ 61 a. Agent of Change from Manggeng _ 61 b. Para Penebar Aroma Jeumpa _ 89 c. Para Pelopor Kuala Batee _ 110 d. Pahlawan di Babahrot _ 129Kata Mereka Tentang SAIG _ 134

BAB IV SAIG DI BALIK LENSA _ ix

IMPIAN NANGGROE

BREUH SIGUPAI

IMPIAN NANGGROE

BREUH SIGUPAI

BAB I

2 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

3SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Sang Pencetus

“Gayung Bersambut”, itulah yang dirasakan pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) saat Local Governance Innovations for Communities in Aceh (LOGICA2) menawarkan program peningkatan Kapasitas Gampong melalui Pemetaan Apresiatif

dan Sistem Administrasi dan Informasi Gampong (SAIG). Program semacam itu memang telah lama dinanti kabupaten dengan julukan Nanggroe Breuh Sigupai ini.

LOGICA2 konsen melakukan berbagai aktivitas untuk membangun kesadaran dan penguatan kapasitas masyarakat, termasuk mengembangkan berbagai sistem layanan publik dengan membangun kesadaran, serta memperkuat kapasitas masyarakat untuk aktif mendorong layanan publik yang optimal, pemerintah yang mampu merespon kebutuhan-kebutuhan masyarakat secara inovatif.

Aceh Barat Daya sendiri merupakan salah satu Kabupaten pemekaran dari Kabupaten Aceh Selatan, tepatnya pada tahun 2002 melalui UU No. 4 Tahun 2002. Aceh Barat Daya mempunyai 9 (sembilan) Kecamatan, 20 Mukim dan 132 Gampong dengan jumlah penduduk 144.787 jiwa, yang terdiri dari 73.221 orang laki-laki dan 71.566 orang perempuan.

Ada satu pertanyaan menggelitik, “mengapa Abdya?, mengapa bukan daerah lain?” Padahal Aceh memiliki 23 kabupaten/kota dengan berbagai potensinya.

Aktivis perempuan sekaligus Program Manager SAIG - LOGICA2, Khairani Arifin memberikan jawabannya, hal tersebut karena Abdya memperlihatkan komitmen paling tinggi terhadap semua kegiatan yang pernah dilakukan

4 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

LOGICA2.“Pemerintah Abdya berkomitmen tinggi terhadap semua program kami,

tentunya komitmen ini sangat menentukan keberhasilan program yang akan dijalankan,” ungkapnya.

Saat LOGICA2 menawarkan program ini, Abdya masih belum mempunyai sistem pendataan yang baik diharapkan dapat meningkatkan kehidupan dan kesejahteraan kelompok marjinal.

Di tingkat Gampong keterlibatan masyarakat marjinal, perempuan dan pemuda dalam pengambilan keputusan, masih sangat minim. Hal ini dikarenakan di gampong belum terdapat mekanisme keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan yang dibangun dan didukung dengan sistem pendataan yang baik, serta belum ada mekanisme pengambilan keputusan yang dapat dipakai dalam pengambilan kebijakan-kebijakan bersifat strategis, sehingga kepentingan kelompok marjinal sering terabaikan dalam pembangunan gampong.

Selain itu kelompok-kelompok masyarakat, termasuk kelompok marjinal yang ada di gampong belum terberdayakan dengan baik, dan tidak terkelola potensinya dengan baik untuk ikut serta dalam pembangunan gampong.

Menurut LOGICA2 kondisi Abdya sebelum program ini diterapkan, gampong belum memiliki database dan profil yang informatif yang dapat dipergunakan untuk perencanaan pembangunan digampong. Pemda belum memiliki data Aset Potensi Gampong yang komprehensif yang dapat digunakan menentukan arah kebijakan.

Belum tersedianya data dan peta sosial ekonomi serta data dan peta klasifikasi tingkat kesejahteraan keluarga/masyarakat, masyarakat belum dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, pembangunan yang direncanakan dan dijalankan belum seluruhnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan belum mampu sepenuhnya menjawab masalah riel masyarakat, khususnya kelompok marjinal serta Penyelesaian sengketa yang dibangun, untuk menjawab persoalan kelompok marjinal belum menggunakan mekanisme yang baik.

5SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Kondisi tersebut disebabkan beberapa hal, di antaranya: Pemda masih sulit memadukan antara rencana kabupaten dengan rencana gampong, pelaksanaan program pembangunan belum efektif dan efisien, dampak dari program pembangunan belum terukur secara baik.

Penyebab lainnya, Bappeda sebagai leading sector perencanaan pembangunan daerah masih sulit menyusun perencanaan pembangunan yang komprehensif, pemda masih sulit menentukan kebijakan dan strategi dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pengentasan kemiskinan serta minimnya keterlibatan masyarakat marjinal dalam proses pengambilan keputusan.

Selain berbagai permasalahan di atas, Aceh Barat Daya sendiri memiliki banyak potensi di antaranya: Komitmen pemerintah Aceh Barat Daya untuk pelaksanaan program sangat tinggi, jarak dan jumlah gampong di Aceh Barat Daya yang mudah dijangkau, gampong telah punya profil Ekonomi Sosial Budaya (ekosob) yang disusun oleh kader yang ada di gampong dan difasilitasi oleh LOGICA2, terdapat Sarjana Pendamping Gampong di setiap gampong yang ditugaskan untuk melakukan pendampingan

Salah satu aset paling penting adalah, banyak kelompok muda berkualitas yang pernah punya pengalaman melakukan pemetaan gampong.

LOGICA2 melakukan upaya peningkatan kualitas sistem perencanaan pembangunan daerah dengan melakukan pendataan aset dan potensi gampong, pendataan sosial kependudukan, dan pengklasifikasian tingkat kesejahteraan keluarga yang divisualisasikan dalam peta sosial ekonomi dan kemudian akan dipergunakan untuk menentukan arah kebijakan dan pelaksanaan pembangunan yang berkeadilan dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat, termasuk kelompok marjinal.

Sehingga terbangunnya sistem Pemetaan Sosial Ekonomi dan Sistim Administrasi dan Informasi Gampong di 65 Gampong di Abdya berdasarkan klasifikasi tingkat kesejahteraan dan kearifan lokal untuk meningkatkan pelayanan dan pemenuhan Hak Kelompok Marjinal dan dipergunakan untuk Perencanaan Pembangunan.

Tujuan dari program ini adalah memperkuat kapasitas masyarakat gampong

6 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

melalui Pemetaan Apresiatif dan Sistem Administrasi dan Informasi Gampong untuk pemenuhan hak kelompok marjinal.

Selain itu juga Mengembangkan Visioning Kabupaten yang melibatkan berbagai actor dan champion pembangunan dari tingkat kabupaten sampai gampong. Meningkatkan Kapasitas masyarakat marjinal dan kelompok perempuan dalam menyusun visioning gampong yang menentukan arah pembangunan gampong 5 tahun kedepan. Melakukan penggalian aset, potensi dan tantangan sosial ekonomi masyarakat gampong,

Selain itu juga mengembangkan profil dan peta apresiatif gampong yang menghasilkan peta interaktif sosial ekonomi berdasarkan klasifikasi tingkat kesejahteraan keluarga (miskin, sedang, kaya) yang akan dipergunakan untuk menentukan arah kebijakan pembangunan. Menggunakan hasil pemetaan untuk perencanaan pembangunan, mulai dari tingkat gampong sampai tingkat kabupaten.

Meningkatkan tertib administrasi dan efisiensi serta kualitas pelayanan warga di tingkat gampong melalui SAIG, sehingga layanan publik bagi warga di tingkat gampong menjadi lebih efektif. Membuka akses informasi masyarakat terhadap pelaksanaan pembangunan baik di tingkat gampong hingga kabupaten.

Memperkuat kemampuan dan kapasitas masyarakatkhususnya kelompok marginal, sehingga mampu melakukan advokasi atas hak mereka, dan pemerintah gampong mampu menyelesaikan konflik pembangunan yang muncul di tingkat warga.

Sasaran program SAIG sangat menyentuh kepentingan masyarakat, yaitu melibatkan Masyarakat (warga miskin, perempuan, kaum muda dan kelompok marginal lainnya) mereka terlibat dalam setiap proses pelaksanaan, dan hasil dari pemetaan sosial akan menjadi bahan bagi penyusunan perencanaan yang akan memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung kepada mereka.

Masyarakat juga akan meningkat kapasitasnya dalam menentukan prioritas kebutuhan mereka untuk diadvokasi kepada pemerintah, serta akan muncul

7SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

kesadaran tentang hak-hak dasar mereka dan mengetahui apa dan bagaimana kewajiban pemerintah dalam pemenuhannya.

Program ini juga melibatkan sepenuhnya aparatur gampong, mereka akan terlibat dalam seluruh proses dan data pemetaan sosial akan menjadi bahan untuk perencanaan pembangunan khususnya di tingkat gampong. Selain itu, aparatur gampong akan lebih mudah mengidentifikasi masalah dan kebutuhan warganya, sehingga dengan mudah melakukan berbagai upaya untuk pemenuhannya. Aparatur gampong juga akan mempunyai mekanisme baru dalam menentukan kebutuhan prioritas warganya, baik bagi kelompok marjinal, maupun kelompok masyarakat lainnya.

Pemerintah gampong, kecamatan dan kabupaten akan mudah mengidentifikasi masalah dan kebutuhan masyarakat di tingkat gampong termasuk berbagai potensi dan asetnya, dengan mudah akan mampu melakukan berbagai upaya untuk pemenuhan hak-hak dasar masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran. Pemerintah juga akan mempunyai informasi yang komprehensif dari seluruh gampong dalam menyusun perencanaan dan penyelenggaraan musrenbang.

Pemerintah Abdya juga mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dari gampong dan daerah lain, yang terlebih dahulu menjalankan kegiatan yang sama sehingga mampu menciptakan perubahan dalam perencanaan pembangunan yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya secara adil. Pemerintah kabupaten, kecamatan dan gampong di luar lokasi pilot project, akan mendapatkan informasi dan pembelajaran, sehingga akan termotivasi untuk melakukan replikasi di wilayah kerja (seluruh gampong di wilayah kabupaten).

Manfaat lainnya dari program ini, kader gampong mendapatkan banyak penguatan kapasitas sehinga mampu mengimplementasikannya di seluruh gampong, telah mempunyai kemampuan untuk melakukan advokasi, pendampingan dan memfasilitasi masyarakat miskin serta kelompok masyarakat lainnya dalam memperjuangkan hak-hak dasar mereka.Bagi Unit Pelayanan dapat menggunakan hasil pemetaan sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan, khususnya untuk kelompok marjinal.

8 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

ToF“Pemberdayaan & Teknik Fasilitasi Dasar/

Advokasi & PAG” bagi KPAG+Aparatur GampongOleh FPAG+Faskab

Coach bagi Tim Sensus

Gampong

2. Pertemuan Apresiatif Kabupaten “Visioning Kabupaten”

(Pemda-Pem.Gampong-OMS-Tokoh Masy.-Kader Gampong-Profesi-dll.)

3. Sosialisasi dan membangun komitmen warga & Pemerintahan Gampong

Fas. Kab.+FPAG

4. Pemetaan Apresiatif Gampong (Visioning Gampong) & Identifikasi Indikator lokal)

FPAG, KPAG, warga & Pem.Gampong

5. Mengembangkan Instrumen Pendataan (E-planning)KPAG+Pemerintahan Gampong+BPS+SKPK

l Pemerintahan Gampong Komitmenl Kader Gampong terbentuk (KPAG)

l Indikator kesejahteraan lokal l Warga sadar

Instrumen Sensus KK

Berikut ini adalah tabel untuk meramu program SAIG;

a. Program Jangka Pendek

Ramuan Sistem Administrasi dan Informasi Gampong (SAIG)

9SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

1. Appreciative Interview(Pemda-Pem.Gampong-OMS-Tokoh Masyarakat-

Kader Gampong-Profesi-dll.)

9. Pemetaan digital gampong

FTP, KPAG & Pem. Gampong

8.a. Mengembangkan database dan pemetaan

digitalFTP, KPAG & Pem.

Gampong

6.Pendataan KK Tim Pendataan,

FPAG, KPAG, Staf Pem. Gampong

10. SAIG

7. Pemetaan sosial, ekonomi & potensi (finalisasi data)

FPAG, FTP, KPAG, warga gampong & Pem.Gampong

8.b. Perencanaan Pembangunan GampongTim Perencana, KPAG, Pemerintah Gampong

ToT “Pemetaan Appresiatif Gampong”(FPAG, FTP, Faskab, Tim Pelaksana

Teknis Kab)

Review Pembe-lajaran Tengah kegiatan

Training “Peme-

taan Digital (OSM & Q-GIS)”

ToT “Pemetaan Appresiatif Gampong”(FPAG, FTP, Faskab, Tim Pelaksana

Teknis Kab)

ToF AI & Fasilitasi PAK)(FPAG, FTP, Tim Pelaksana Teknis Kab. & District DBO)

KPAG handal, kreatif, Inovatif. Pemerintah Gampong kuat &

selalu menggunakan database untuk Pembangunan.

Database kependudukan (profil keluarga)

Peta digital “Sosial/Potensi

Gampong”

Sketsa Gampong sebaran rumah tangga

berdasarkan tingkat klasifikasi kesejahteraan

Data penduduk berdasarkan

tingkat klasifikasi kesejahteraan

RPJMG, RKPG, APBG

10 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

PERSIAPAN PROGRAM:

1. Identifikasi dan seleksi serta Penetapan Tim Pelaksana Program. 1.1 Tim Pengarah Kabupaten1.2 Tim Pendukung Teknis Kabupaten, 5 orang1.3 Fasilitator Kabupaten, 1 orang1.4 Fasilitator Pemetaan Apresiatif Gampong (FPAG), 18 orang1.5 Fasilitator Teknis Pemetaan (FTP), 5 orang1.6 Konsultan Quality Assurance, 1 orang dari Tim ACCESS1.7 Konsultan Teknis Pemetaan, 2 orang dari Tim ACCESS1.8 Kader Pemetaan Apresiatif Gampong (KPAG). Jumlah dan nama

ditetapkan menyusul secara partisipatif sekitar 163 orang.Semua Tim akan ditetapkan dengan Keputusan Bupati Aceh Barat Daya.

2. Pertemuan Konsolidasi Tim Kabupaten dan Tim Pelaksana Program. Partisipan utama adalah Pemerintah Kabupaten, pemerintah kecamatan lokasi pilot, pemerintah gampong lokasi pilot, LSM dan stakeholder kabupaten lainnya untuk membangun Komitmen awal tentang program.

PELAKSANAAN PROGRAM:

1. ToF Appreciative Interview dan Pertemuan Apresiatif Kabupaten (PAK). Partisipan utama adalah Tim Pelaksana Program (Fasilitator Kabupaten dan FPAG). Fasilitator adalah konsultan dan external expert.

2. Interview Appresiatif. Interviewer adalah Fasilitator Kabupaten dan FPAG. Pihak yang diinterview adalah champion kabupaten hingga gampong (laki-laki, perempuan).

3. Pembuatan Film dan Buku hasil Intreview Appresiatif. Pembuatan film dan buku akan dilakukan oleh individu atau perusahaan/lembaga yang mempunyai pengalaman dalam pembuatan film dan buku.

4. Workshop Membangun Visioning Kabupaten (PAK). Partisipan utama adalah champion kabupaten sampai gampong yang sudah di interview

11SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

apresiatif serta melibatkan Pemkab, DPRK, LSM dan Tokoh Masyarakat. Fasilitator adalah konsultan dan external expert.

5. ToT “Pemetaan Apresiatif Gampong”. Partisipan adalah FPAG, FTP dan Tim Pendukung Teknis Kabupaten. Pelatih adalah pihak konsultan bersama external expert.

6. Sosialisasi Membangun komitmen warga dan Pemerintah Gampong serta mengidentifikasi Kader Pemberdayaan Masyarakat Gampong. Dalam hal ini FPAG melakukan proses beberapa hari di lapangan dan memfasilitasi pembentukan tim pelaksana tingkat gampong secara partisipatif dan memastikan terbentuknya Tim KPAG.

7. Pemetaan Apresiatif Gampong untuk mengembangkan visioning awal gampong dan mengidentifikasi indikator kesejahteraan lokal. Hasil dari ini adalah draft instrument sensusyang masih perlu dikonfirmasi dengan berbagai pihak terkait.

8. Workshop Finalisasi Instrumen Sensus/Pendataan Partisipatif. Dalam hal ini apa yang akan didata atau di sensus harus disepakati baik oleh masyarakat berdasarkan hasil indicator lokal, SKPK, termasuk BPS dan pihak lain yang berkaitan dengan data gampong dan rumah tangga.

9. Pembekalan Tim Sensus Partisipatif. Bertujuan untuk menyamakan persepsi dan meningkatkan keterampilan tim sensus dari warga tentang cara dan instrument yang akan digunakan selama sensus. Proses ini akan difasilitasi oleh FPAG masing-masing dan berlangsung di tingkat kecamatan atau gampong masing-masing.

10. Pelaksanaan Sensus Partisipatif. Proses survey seluruh rumah tangga yang akan dilakukan oleh KPAG bersama Pemerintahan Gampong. Kegiatan ini akan menghasilkan data penduduk berdasarkan tingkat klasifikasi kesejahteraan dan data survey untuk melengkapi peta digital.

11. Review dan Refleksi Pembelajaran tengah kegiatan. Partisipan utama adalah FPAG, FTP dan perwakilan KPAG yang progresif. Kegiatan ini bertujuan untuk memetik pembelajaran setelah proses-proses pengorganisasian masyarakat hingga menghasilkan data sensus

12 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

kependudukan rumah tangga. Setelah kegiatan ini dilanjutkan dengan training teknis pemetaan bagi tim teknis dari tingkat gampong sampai kabupaten.

12. Training Teknis Pemetaan digital (OSM dan Q-GIS). Partisipan utama adalah FTP termasuk perwakilan Tim Teknis Kabupaten bersama beberapa orang KPAG atau Perangkat Gampong yang memiliki kapasitas tentang penggunaan computer dasar.

13. Pemetaan sosial, ekonomi dan aset gampong serta finalisasi dan validasi data sensus. Merupakan proses pleno pasca sensus untuk validasi data dan mulai mengembangkan visi gampong. Proses ini difasilitasi KPAG dengan dukungan FPAG.

14. Mengembangkan database profil gampong. Kegiatan dilakukan KPAG dan Pemerintah Gampong difasilitasi Fasilitator Pemetaan Apresiatif. Kegiatan ini akan menghasilkan database kependudukan (profil keluarga) dan Draft Profil Gampong.

15. Mengembangkan peta digital. Kegiatan teknis yang secara khusus akan difasilitasi oleh FTP serta diikuti KPAG dan Aparatur Gampong yang memiliki keterampilan dasar komputer.

16. Workshop pemanfaatan Peta sosial ekonomi interaktif (digital) dan database gampong. Kegiatan ini akan dikaitkan dengan persiapan Musrenbang Gampong. Melalui KPAD, FPAD dan lainnya memfasilitasi proses pemanfaatan peta social dan database gampong untuk proses penyusunan rencana kerja pembangunan gampong.

17. Menyusun mekanisme pemanfaatan dan penggunaan data. Merupakan kegiatan tindak lanjut dari workshop pemanfaatan peta sosial dan database gampong. Pemerintah gampong hingga kabupaten akan difasilitasi untuk mengembangkan mekanisme pemanfaatan dan penggunaan database secara berkelanjutan.

18. Sosialisasi Hasil Pemetaan Sosial ke SKPK dan DPRK. Hasil pemetaan diharapkan menjadi landasan untuk pembangunan dan pelayanan publik, sehingga program akan memfasilitasi kegiatan sosialisasi hasil dimaksud.

13SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

19. Memfasilitasi penggunaan database dan pemetaan sosial untuk Musrenbang Tahun 2014. Kegiatan Musrenbang difasilitasi oleh Tim khusus. KPAG dan FPAD memastikan bahwa database dan pemetaan social yang sudah dihasilkan menjadi bahan dasar dalam mengembangan program tahunan. Proses inidifasilitasi dari tingkat gampong, kecamatan hingga kabupaten.

20. Mengembangkan SAIG. Kegiatan difasilitasi Fasilitator Teknis Pemetaan, Fasilitator Pemetaan Apresiatif bersama KPAG dan Pemerintah Gampong. Kegiatan bertujuan untuk meningkatkan mutu layanan kependudukan dan administrasi kepada warga oleh Pemerintah Gampong dengan memanfaatkan data profil rumah tangga yang sudah dihasilkan sebelumnya.

b. Kegiatan Jangka Menengah.

Setelah selesai Pemetaan sosial digital, langkah berikutnya yang dilakukan adalah: 1. Memperkuat kapasitas aparatur gampong untuk meningkatkan

kemampuandalam menggunakan hasil pemetaan sosial untuk proses perencanaan pembangunan gampong dan membangun mekanisme penyelesaian konflik di tingkat gampong.

2. Membangun Community centre sebagai media komunikasi antar warga di tingkat gampong dan dengan pemerintah dan unit penyedia layanan lainnya dari berbagai level.

3. Memperkuat kelompok perempuan dan pemuda untuk mampu melakukan advokasi hak masyarakat.

4. Menyusun sistem pendataan on line dari gampong ke Kabupaten, untuk E-Planning Kabupaten.

5. Workshop stakeholders (SKPK dan Unit Pelayanan lainnya) untuk penggunaan hasil pemetaan dalam perbaikan pelayanan publik.

14 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

6. Memfasilitasi Penyusunan Peraturan bupati (perbup) tentang penggunaan data kependudukan dan hasil pemetaan ekonomi sosial oleh seluruh SKPK untuk perencanaan Kabupaten.

7. Menghubungkan hasil pemetaan dengan E-planning pemerintah Aceh.8. Asistensi Replikasi di Kecamatan lain di Wilayah Abdya.

I. Indikator Kinerja/Keberhasilan

Kegiatan ini akan dinilai berhasil bila telah memenuhi sejumlah indikator (beserta buktinya) berikut ini:• Tersedianya data kependudukan dan Pemetaan Sosial ekonomi di 65

gampong berdasarkan klasifikasi tingkat kesejahteraan keluarga (miskin, sedang, kaya) berdasarkan kearifan lokal serta ketersebarannyadengan menggunakan JOSM dan QGIS untuk meningkatkan pelayanan dan pemenuhan hak kelompok marjinal yang akan dipergunakan untuk menentukan arah kebijakan dan arah pembangunan.

• Data Kependudukan dan Hasil Pemetaan Sosial dipakai untuk proses perencanaan gampong dan kabupaten serta untuk penyelesaian konflik di komunitas.

• Sistem Administrasi dan Informasi Gampong berjalan.• Unit pelayanan di kecamatan-kecamatan di lokasi program, menggunakan

data hasil pemetaan sebagai dasar untuk pemberian dan perbaikan layanan.

• Tersedianya data aset & potensi gampong di minimal 65 gampong di Abdya.

• Tersedianya data kependudukan dan pemetaan sosial ekonomi di 65 gampong berdasarkan klasifikasi tingkat kesejahteraan keluarga (miskin, sedang, kaya) berdasarkan kearifan lokal serta ketersebarannya dengan menggunakan JOSM dan QGIS untuk meningkatkan pelayanan dan pemenuhan hak kelompok marjinal yang dipergunakan untuk

15SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

menentukan arah kebijakan dan arah pembangunan.• Tersedianya data profil sosial ekonomi kependudukan & data klasifikasi

tingkat kesejahteraan keluarga di minimal 65 gampong di Abdya.• Tersedianya peta apresiatif gampong (PAG) &peta sosial ekonomi yang

menggambarkan secara jelas dan aktual tentang aset, potensi, sebaran pen duduk & kerentanan sosial ekonomi warga (by name by address) di minimal 65 gampong di Abdya.

• Terbentuknya Community Centre (CC) di 65 Gampong di Abdya sebagai media pemberdayaan warga, menjadi tempat bagi warga untuk mendapatkan informasi, mengajukan permasalahan dan mencari solusi serta strategi untuk penyelesaian masalah. CC juga menjadi tempat komunikasi antar warga dengan pengambil keputusan dan unit pelayanan di level yang lebih tinggi.

• Unit pelaksana untuk sistem administrasi pemerintahan dan pelayanan masyarakat, unit pemenuhan pelayanan pendidikan dasar, unit pemenuhan pelayanan kesehatan dasar dan unit pelayanan dan pemenuhan perlindungan perempuan dan anak di 65 gampong berjalan dengan baik.

• Kelompok Perempuan dan pemuda di minimal 65 gampong mempunyai aktivitas yang berkontribusi pada mendorong kehidupan yang lebih adil, bermartabat dan setara, serta dilibatkan dalam berbagai proses pengambilan keputusan.

• Terbangunnya mekanisme penyelesaian konflik di tingkat gampong.• Tersedianya peraturan bupati (Perbup) untuk penggunaan data hasil

pemetaan sosial ekonomi dan data kependudukan untuk kesejahteaan masyarakat, khususnya kelompok marjinal.

Pelaksanaan seluruh kegiatan dilakukan oleh Pemerintah Abdya dan difasilitasi oleh LOGICA2 bekerja sama dengan beberapa stakeholder terkait di Abdya, Aparatur Gampong, LSM, PNPM, Tokoh Masyarakat dan Kader Gampong.

16 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Nanggroe Breuh Sigupai

Sigupai sendiri merupakan varietas unggulan yang mejadi kebanggaan masyarakat Abdya. Sigupai menjadi varietas lokal yang unggul karena aroma wangi yang semerbak terutama saat padi mulai berbunga, harum semerbak menyebar ke segala penjuru sawah. Gabah sigupai yang beraroma khas, rasa nasi sangat enak dan pulen, sehingga

banyak diminati oleh masyarakat manapun yang pernah merasakannya. Sigupai termasuk salah satu jenis padi wangi atau aromatic rice.

Belakangan seiring perkembangan teknologi masyarakat Aceh Barat Daya sudah jarang menanam sigupai, keengganan ini karena masa panen sigupai lebih lama dibanding dengan varietas unggul nasional yang banyak masuk ke Abdya, dengan menawarkan segala kemudahan dan masa panen yang pendek.

Sigupai bukan satu-satunya varietas unggul lokal di Aceh Barat Daya, karena selain sigupai juga ada padi Sunteng, padi Cantik Manih, Sirendeh, Sukam Rayeuk, Sukam Cut, Simua, Si Kuneng, Penataran, Barcelona dan lain-lain. Tetapi diantara semua varietas unggul tersebut, sigupai merupakan varietas yang paling unggul, karena rasa dan aromanya tidak bisa ditandingi oleh padi manapun juga.

Petani perlahan mulai berubah dan mulai meninggalkan cara-cara pertanian lama, mulai menggunakan pupuk dan benih bersertifikat, mulai meninggalkan adat istiadat lama dan yang sangat disayangkan, mulai meninggalkan sigupai.

Perlahan sigupai mulai langka di Aceh Barat Daya, petani lebih memilih untuk menanam bibit yang berumur lebih pendek. Pemerintah Daerah dalam hal ini instansi terkait dipandang terus mendorong petani untuk mengembangkan tanaman padi sigupai melalui program khusus, agar beras “asli” Abdya ini tidak hanya tinggal nama.

Kabupaten Aceh Barat Daya secara geografis berada antara 3º.05’-3º.80’ Lintang Utara (LU) dan 96º.02’- 97º.23.03º Bujur Timur (BT). Secara garis

17SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

besar, wilayahnya berada di belahan utara garis katulistiwa sehingga beriklim tropik. Sebagian besar daerah ini berpanorama sangat indah karena merupakan deretan pegunungan Bukit Barisan dan Taman Nasional Gunung Leuser yang menghijau di bagian Utara dan perairan Samudera Indonesia di pesisir Barat Daya dan Selatan.

Dataran rendah adalah bagian sempit berupa lembah-lembah yang terdiri dari perkampungan dan persawahan serta perkebunan rakyat. Sungai-sungai besar dengan air jernih penuh bebatuan yang menjadi tumpuan kehidupan masyarakat. Gemericik air dari sungai-sungai besar, seperti Krueng Seumayam di sebelah Barat yang menjadi perbatasan dengan kabupaten Nagan Raya, Krueng Babahrot, Krueng Beukah atau Krueng Susoh di Blangpidie dan Krueng Baru di Lembah Sabil di sebelah Timur yang menjadi perbatasan dengan kabupaten Aceh Selatan, merupakan potensi alam yang besar bagi kabupaten Aceh Barat Daya.

Daerah-daerah subur yang terdapat di aliran sungai-sungai tersebut merupakan anugerah dan sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduknya yang merupakan masyarakat agraris yang mengandalkan pertanian sistem irigasi untuk pertanian padi, perkebunan kelapa sawit dan tanaman coklat/kakao.

a. Etnografi Aceh Barat Daya

Masyarakat Aceh Barat Daya bermata-pencaharian di sektor agraris dengan pertanian dan perkebunan sebagai lahan pekerjaan dan pendapatan terbesar. Sebagian lagi merupakan komunitas pantai yang bermatapencaharian sebagai nelayan yang menggantungkan hidupnya dari perikanan laut dan perairan di sekitar air payau serta rawa-rawa. Selebihnya bekerja di sektor perdagangan, pertukangan, buruh, pegawai pemerintah ataupun swasta.

Berdasarkan etnografi, kabupaten Aceh Barat Daya berpenduduk heterogen, yang terdiri dari beberapa etnis pendatang yang menetap di sana. Etnis Batak atau

18 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

yang disebut leco atau maco adalah penghuni “asli” dari ras Protomelayu. Mereka tinggal di sekitar Guha Batak di hulu Krueng Beukah di pedalaman Blangpidie. Pada fase selanjutnya, datang etnis Aneuk Jamee yang merupakan penduduk migrasi dari Sumatera Barat. Di samping itu juga ada pendatang dari etnis Melayu pesisir dari bagian selatan Sumatera Utara. Para migran ini cenderung mendiami daerah pesisir pantai dan tepian muara sungai-sungai besar atau di sepanjang garis pantai di Aceh Barat Daya.

Migrasi penduduk selanjutnya, datang dari etnis Aceh khususnya dari Aceh Besar yang membuka perkebunan lada. Kemudian disusul oleh kedatangan para petani dari etnis Pidie yang membuka lahan pertanian padi.

Kedatangan penduduk minoritas lainnya, seperti Jawa, Cina, dan Mandailing. Mereka telah mengalami asimilasi dalam pluralitas sehingga kemudian dapat menyebar ke seluruh kenegerian di Aceh Barat Daya. Sedangkan orang-orang Cina sejak kedatangannya, tetap berkonsentrasi di sekitar kota Blangpidie, karena adanya perbedaan agama dan kepercayaan dengan penduduk lainnya. Pada mulanya zelfbestuurden Blangpidie berada di bawah hegemoni kenegerian Susoh, namun kemudian berdiri sendiri menjadi zelfbestuur.

Perkembangan perdagangan di kota Blangpidie sangat signifikan karena merupakan basis agraris terbesar di wilayah bagian Barat Selatan Aceh terutama sebagai penghasil padi serta didukung situasi keamanan dan kedudukan pusat militer Belanda. Daya tarik ini mendatangkan minat dari para pedagang Cina dari Sibolga (Sumatra Utara) dan Padang (Sumatera Barat) untuk membangun pertokoan di Blangpidie. Perkembangan kota Blangpidie sebagai pusat perdagangan semakin bertambah ramai, semenjak dibukanya akses jalan raya mulai dari Kutaraja sampai ke Tapaktuan Aceh Selatan oleh Belanda.

Kabupaten ini memiliki bentang alam yang cukup menantang yaitu Lautan Hindia dan dataran tinggi yang terjal dan curam. Wilayah Kabupaten Aceh Barat Daya sendiri merupakan hamparan datar, sedangkan bagian tengah merupakan kawasan Bukit Barisan yang terdiri dari gunung dan bukit-bukit dan sebagian lagi hamparan laut. Banyak potensi kekayaan alam yang dapat

19SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

dimanfaatkan untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat.Batas-batas administrastifKabupaten Aceh Barat Daya adalah sebagai

berikut:- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues;- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Selatan;- Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia;- Sebelah Barat berbatasan Kabupaten Nagan Raya. (Wikipedia)

Luas Wilayah Administratif Kecamatan di Kabupaten Aceh Barat Daya

No

Keca

matan

Ibuko

ta

Luas

(Km2

)

Jara

k Ibu

kota

Kab.

deng

an Ib

ukota

Ke

c.(Km

)

Juml

ah G

ampo

ng

Keter

anga

n

1 Manggeng Kedai Manggeng 55.65 22 18 1 gampong

non status

2 Tangan-Tangan

Tanjung Bunga 63.23 11 15 -

3 Blangpidie Pasar Blangpidie 581.22 2 20 1 gampong

non status

4 Susoh Padang Baru 19.05 5 29 1 gampong non status

5 Kuala Batee Psr. Kota Bahagia 314.82 19 21 3 gampong

non status

6 Babahrot Pantee Rakyat 658.28 32 14 7 gampong

non status

7 Lembah Sabil Cot Bak U 49.43 26 14 2 gampong

non status

20 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

8 Setia Lhang 41.20 7 9 3 gampong non status

9 Jeumpa Alue Sungai Pinang 229.29 12 12 2 gampong

non status

Jumlah 1.882,05 136 165 20

 Sumber : Draf RTRW Aceh Barat Daya, 2012

b. Cara Lain Mengenang Sigupai

“Bek nyak tuloe boh hate, bek kapajoh le boh pade muda”1 potongan syair itu melengking tinggi disela-sela pukulan rapai dan alunan

seulawet. Tujuh perempuan cantik berlari kecil memutar sisi panggung, tangan

digerak lemah gemulai mengikuti pukulan rapai’i dan syair. Baju mereka kuning, celana panjang hitam, kain panjang yangmenutupi kepala meliuk-liuk mengikuti arah angin.

Empat lelaki muda berbaris disisi kiri panggung, serentak berlari kecil ke tengah-tengah panggung. Menjatuhkan diri dan memutar balik membentuk barisan. Mereka memakai baju hijau mengkilap, celana hitam dengan hiasan motif Aceh di bagian ujung celana. Di pinggang melingkar kain sarung. Mereka memakai tudung penutup kepala. Seakan hendak turun ke sawah.

Pemuda pemudi itu sedang membawakan tarian kreaasi “Breuh Sigupai”, tari ini menceritakan tentang petani yang turun kesawah menanam padi sigupai.

Adalah Mursyidin, laki-laki lulusan FKIP Kesenian Unversitas Syiah Kuala. Jurusan yang ia pilih memang sesuai dengan darah seni yang menggelagak

1 Jangan hai burung engkau makan padi

21SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

di tubuhnya,ia menjadi pelatih tari di Sanggar Meuligoe Abdya, arahan Nasruddin.

Tentang ide menciptakan tarian breuh Sigupai, ia berkisah, saat itu ia berfikir keras, memutar seluruh memorinya tentang tanah kelahirannya, hingga akhirnya teringat akan breuh sigupai. Akhirnya ia menampilkan tarian breuh Sigupai untuk kontingen Abdya dibidang seni tari.

Ia menjelaskan, baju penari warna hijau menandakan daun padi, baju kuning penari wanita diumpamakan buah padi. Saat penari berkumpul ditengah panggung, bermakna doa bersama sesudah panen.Ia mengaku tidak menemukan kesulitan saat mengajar dan menentukan gerakan. Untuk menambah nuansa ke-Acehan tari ini diiringi dengan rapai dan seulawueut.

c. Sekilas Sejarah Abdya

Sampai saat ini, jejak peninggalan dan situs sejarah budaya orang Pidie masih dapat dijumpai di kota Blangpidie.  Di antaranya diabadikan sebagai nama tempat, seperti Kuta Batee, Keudee Pasi Ara, Kuta Parek, Kuta Tuha, Kuta Tinggi, Kuta Padang, Lampoh Drin, dan lain-lain. Selain itu juga warisan berupa pertanian tradisional dan permukiman sekaligus berfungsi sebagai benteng (kuta).

Pada awalnya pesisir Barat Sumatera adalah sentra pertambangan emas dan perdagangan lada internasional di bawah kontrol kesultanan Aceh yang dulunya disebut  Bandar Sapuluh  suatu sebutan untuk wilayah di sebelah Selatan Pariaman sampai ke Indrapura. Konflik eksternal di Malaka dan konflik internal di pesisir Barat Sumatera tersebut mengakibatkan terjadinya migrasi orang-orang Aceh dari pesisir Timur Aceh, dan orang-orang Melayu dari pesisir Barat Sumatera yang bersimpati kepada kesultanan Aceh.

Mereka yang datang dari pesisir Barat Sumatera disebut “tamu” dan “anak tamu” atau dalam konteks Aceh disebut “Aneuk Jamee” atau “Jamu”  yang datang dari berbagai  nagari  seperti; Tiku (sebutan Malayu untuk “Teuku”),

22 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Agam, dan Pariaman.2

Akibatnya, pesisir Barat Aceh  bukan sekadar tumbuh menjadi  lahan pertanian yang subur  bagi pertanian lada dan padi orang-orang Pidie saja. Namun juga munculnya aktivitas-aktivitas pelayaran dan kedai-kedai atau pasar tradisional di perkampungan orang-orang  Aneuk Jamee,  seperti  keudai  Pasi Susoh sebagai pusatnya. Daerah-daerah di sekitar daerah tersebut pada akhirnya berkembang menjadi tempat pemukiman baru bagi orang-orang Pidie, Aceh Besar, dan Aneuk Jamee  yang menjadi bagian penting dari perjuangan politik, ekonomi, sosial dan budaya dalam  kerajaan  Aceh Darussalam pasca-invasi Malaka dari pengaruh Portugis  dan “gangguan” Belanda di pesisir Barat Sumatera.

Orang-orang Pidie menyebut bermigrasi ke sana dengan istilah “jak u barat” atau  “jak bungka”  untuk mencari harapan dan penghidupan yang baru bagi mereka. Mereka terus bergerak ke berbagai daerah untuk mencari emas, bertani lada dan padi. Lada kemudian menjadi komoditi perdagangan  internasional yang sangat menguntungkan saat itu. Sedangkan bagi orang  Aneuk Jamee migrasi itu adalah dalam rangka menghindari perang saudara di “Ranah Minang”, dan juga sebagai bentuk loyalitas dan integritas mereka dengan kesultanan Aceh yang sudah terjalin sejak Portugis dan Belanda belum masuk ke sana.

Sekitar paruh kedua abad ke-17, telah banyak orang-orang Pidie yang bermigrasi ke daerah Tangse di bagian Selatan Pidie. Mereka tergerak bermigrasi ke daerah itu untuk mencari emas. Namun di daerah tersebut ternyata tidak ditemukan defisit emas yang banyak, maka mereka meneruskan perjalanannya ke daerah Tutut di dekat Meulaboh, kabupaten Aceh Barat sekarang. Mereka terus berjalan melewati pegunungan yang saat ini disebut “Aneuk Manyak” yang terletak di antara kedua daerah itu. Sampai di Tutut,

2 Perang Paderi tahun 1805-1836 adalah penyebab orang Minangkabau bermigrasi ke pesisir Barat Aceh, lihat Ayanda M. Historya, Serial Minang Diaspora: Petualangan Machoedoem Sati di Tanah Rencong, diupdate 7 September 2009,

23SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

mereka tidak hanya mencari emas, tetapi ada juga yang mencari pekerjaan lain, terutama di bidang pertanian.

“Blangpidie” sebagai sebuah kota yang terbentuk dari adanya migrasi orang-orang Pidie menarik dibicarakan, bukan saja karena dinamika sejarah yang telah dilampaui selama kurun waktu ratusan tahun, tetapi keberadaannya yang memiliki peran penting sejarah berdirinya  seuneubok padee  atau lahan persawahan (blang) oleh orang-orang Pidie yang datang dari pesisir Timur Aceh pada masa lalu.3 Kota ini pada awalnya dikenal dengan toponim “Kuta Batee” yang mungkin saja merujuk kepada adanya suatu perkampungan yang dibentengi dengan pertahanan yang terbuat dari gundukan tanah dan batu. Asumsi ini berdasarkan kota ini adalah daerah aliran sungai Krueng Susoh yang mengangkut material batu dan kerikil dari hulu yang melewati sepanjang kota ini. Kota ini sering bergeser karena abrasi dari profil sungai melintang yang berhulu di pegunungan Bukit Barisan yang menyebabkan perubahan pada letak dan tata kota ini.

Portugis dalam rangka mempertahankan Malaka dari Portugis, dan juga melawan devide et impera-nya Belanda di wilayah pesisir Barat Sumatera pada masa lalu. Hal ini telah melahirkan “warisan sejarah dan budaya” yang kaya warna, terutama di dalam membentuk ikatan dan jaringan sosial kemasyarakatan di kota ini, yaitu;  antara orang-orang Pidie, orang-orang Aceh Besar, dan orang-orang Aneuk Jamee  pada saat ini.

Warisan sejarah dan budaya tersebut dapat disaksikan dari “keterpaduan yang khas dari keberagaman” di pesisir Barat Aceh tersebut merupakan potensi yang besar jika dikelola dengan baik.

3 Lihat penjelasan Snouck Hurgronje dalam Op.cit, hlm.120.

24 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

POTENSI NANGGROE BREUH SIGUPAI

Wisata Alam, Sejarah dan Ziarah

Mungkin tidak banyak yang tahu Aceh pernah digempur Amerika Serikat akibat politik dagang dan provokasi Belanda. Saksi bisu peristiwa besar itu dalah Pelabuhan Kuala Batu di Susoh, yang rata dengan tanah. Sejak tahun 1789 Aceh sudah menjalin hubungan dagang

dengan Amerika Serikat. Kapal-kapal dari Amerika datang untuk memuat lada yang kemudia diangkut ke Amerika Serikat, Eropa dan Cina. Menurut M Nur El Ibrahimy dalam buku Selayang Pandang Langkah Diplomasi Kerajaan Aceh, setiap tahun diangkut sekitar 42.00 pikul atau sekitar 3.000 ton. Pusat perdagangan itu dilakukan di Pelabuhan Kuala Batu, Susoh

(http://www.atjehcyber.net/2011/07/ketika-aceh-di-gempur-amerika.html)

Wilayah yang menyimpan sejuta sejarah ini termasuk dalam gugusan pegunungan Bukit Barisan. Aceh Barat Daya mengandalkan sektor pertanian dan perdagangan untuk kelangsungan perekonomiannya. Hal ini ditunjang dengan posisinya yang sangat strategis di jalur dagang kawasan barat Aceh, khususnya kota Blangpidie yang sejak dulu menjadi pusat perdagangan di pantai Barat Aceh. Daerah ini menyimpan potensi wisata alam, budaya, sejarah serta ziarah, di antaranya:

Bendungan Irigasi Krueng Susoh Blangpidie

Irigasi Teknis Krueng Baru, Kecamatan Lembah Sabil kritis dan bendungan Irigasi Teknis Krueng Susoh (Kuta Tinggi), Blangpidie, Aceh Barat Daya. Aliran

25SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Krueng Baru yang memosok kebutuhan air sawah arah Kecamatan Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan.

Tugu Perjuangan Tengku Pekan

Tugu Perjuangan Teungku Peukan Tugu yang terdapat di Babupaten Aceh Barat Dayaini dibangun untuk mengenang Teungku Peukan yang tewas tanggal 11 September 1926 dalam sebuah penyerangan ke Bivak/Tangse Belanda di Blangpidie.Teungku Peukan merupakan seorang ulama yang berpengaruh dan kharismatik. Beliau merupakan sosok pejuang perintis kemerdekaan yang pantang menyerah.

Pantai Cemara Indah Aceh Barat Daya

Pantai Cemara Indah Selain pasir pantainya putih yang indah, disini juga tersedia Taman Rekreasi, yang merupakan salah satu objek wisata rekreasi keluarga. Pantai Cemara Indah ramai di kunjungi tidak hanya dari masyarakat Kabupaten Aceh Barat Daya saja, tetapi juga dari luar daerah, terutama di hari-hari libur dan akhir pekan. Lokasi wisata ini sedang dalam tahap pembangunan yang nantinya akan menjadi objek wisata yang terus berkembang. Fasilitas yang tersedia saat ini adalah warung, bangku taman, tempat permainan anak, lapangan olah raga dan mushalla. Di samping itu pelayanan sarana air bersih, listrik,dan telepon juga tersedia di lokasi wisata ini

Krueng Babahrot

Krueng Babahrot Sungai indah ini mengalir dari pegunungan nan hijau, air yang bersih dan sejuk akan terlihat ketika melintasi jembatan panjang

26 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

krueng babahrot,panorama alam yang sangat indah dan asri menjadi pesona dan daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Krueng Babahrot ini, dengan luas sekitar 8,5 Ha dan juga dilengkapi dengan fasilitas penunjang pariwisata berupa rumah makan.

Pucok krung Alue

Objek wisata Pucok Krueng Alue di Gampong Alue Seulaseh Kecamatan Jeumpa pun menjadi incaran pengunjung. Tak hanya dari Aceh Barat Daya, tetapi juga diserbu wisatawan dari Kabupaten Nagan Raya. Pucok Krueng Alue tidak begitu jauh dari jalan kabupaten.

Warga yang datang berlibur juga memanfaatkan untuk mandi di sungai. Beberapa sudut sungai terlihat berbentuk seperti kolam yang dikelilingi batu-batu besar. Lonjakan pengunjung juga berpengaruh pada omset pedagang di lokasi wisata.

Pantai Pusong Sangkalan Aceh BArat Daya

Pantai Pusong Sangkalan  berjarak 3 Km (tiga kilometer) dari Kota Blangpidie Ibu Kota Kabupaten Aceh Barat Daya,Pantai Pusong Sangkalan berhadapan dengan Samudera Hindia masih perawan, pasirnya yang bersih.

Nama Pusong digunakan karena di Samudera Hindia dengan jarak 1 KM dari bibir pantai tertadapat “Pusong” (Pulau Gosong). Sangkalan adalah nama wilayah kemukiman dimana Pantai itu berada. Selain nama tersebut, pantai ini dikenal juga dengan nama Pantai Bali.

Nama pantai Bali diberikan penduduk setempat karena banyak menyebutkan keindahan pantai tersebut tidak kalah dengan keindahan Pantai di Bali.

27SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Pantai Kuala Puntung Aceh Barat Daya

Objek Wisata Pantai Kuala Puntung  merupakan objek wisata pantai yang terletak di Gampong Ujung Serangga, tempat wisata ini berjejer cafe di sepanjang jalan, juga sangat dekat dengan pelabuhan perahu nelayan untuk menangkap ikan dan pelabuhan bongkar muat barang dari kapal-kapal luar daerah.

Tari Ratéb Meuseukat Aceh Barat Daya

Tari Rateb Meuseukat merupakan salah satu tarian Aceh yang berasal dari Aceh. Nama Ratéb Meuseukat berasal dari bahasa Arab yaitu rateb asal kata ratib artinya ibadat dan meuseukat asal kata sakat yang berarti diam.

Syahdan, tari Ratéb Meuseukat ini diciptakan gerak dan gayanya oleh anak Teungku Abdurrahim alias Habib Seunagan (Nagan Raya), sedangkan syair atau ratéb-nya diciptakan oleh Teungku Chik di Kala, seorang ulama di Seunagan, yang hidup pada abad ke XIX. Isi dan kandungan syairnya terdiri dari sanjungan dan puji-pujian kepada Allah dan sanjungan kepada Nabi, dimainkan oleh sejumlah perempuan dengan pakaian adat Aceh. Tari ini banyak berkembang di Meudang Ara, Rumoh Baroe di kabupaten Aceh Barat Daya.

Pada  mulanya Ratéb Meuseukat dimainkan sesudah selesai mengaji pelajaran agama malam hari, dan juga hal ini tidak terlepas sebagai media dakwah. Permainannya dilakukan dalam posisi duduk dan berdiri. Pada akhirnya juga permainan Ratéb Meuseukat itu dipertunjukkan juga pada upacara agama dan hari-hari besar, upacara perkawinan dan lain-lainnya yang tidak bertentangan dengan agama.

28 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Tabel Objek Wisata ABDYAPotensi Wisata di Kabupaten Aceh Barat Daya

No. Lokasi/ Kecamatan

Nama Tempat Wisata Objek Wisata Jenis

Wisata

1. Lembah Sabil Pemandian Krueng Baru • Pemandian Krueng Baru Wisata

Alam

2. ManggengPantai Wisata Ujong Ketapang

• Teupin Batee• Taman Laut Ujung

Manggeng• Pantai Ujung Manggeng• Pasir Butiran Lhok Pawoh

Wisata Alam

3. Tangan-Tangan Pantai Wisata Aron Tumpang

• Pantai Wisata Blang Padang• Kuburan Batee Meuculek

AirTerjun Alue Kareng• Mon Jeue Panorama Alam

Wisata Alam dan Sejarah

4. Blangpidie Pemandian Krueng Susoh

• Kolam Tgk. Malem Batee Permata

• Pemandian Kolam Putroe Hijau

• Gunong Cot Keummeunyan• Panorama Gunong dan

Irigasi Mata Ie• Makam T. Awee Geutah• Makam T. Peukan• Makam Tgk. Dilubuk• Makam Tgk. Sirah Panyang• Makam T. Ben Mahmud• Makam Syeh Mahmud

Wisata Alam, Budaya dan Sejarah

5. SusohPasir Putih Pantai Cemara Indah

• Kuala Katung• Pantai Wisata Nelayan• Pasir Ujong Keutapang• Pulau Gosong• Taman Laut Ujong Serangga

Wisata Alam

29SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

6. Kuala Batee

Pantai Wisata Lama TuhaSitus Kerajaan Kuala Batee

• Taman Laut Lama Tuha• Pemandian Air Terjun• Panton Cut• Pantai Lama Muda • SitusPeninggalan

Bersejarah Portugis• Makam Tgk. Djakfar Lailon

Wisata Alam, Budaya dan Sejarah

7. Babahrot

Krueng BabahrotWisata Perkebunan

• Raja Malaka• Krueng Seumayam• Perkebunan Sawit

Wisata Alam dan Sejarah

Sumber : Draf RTRW Kabupaten Aceh Barat Daya, 2012

Dari tabel potensi wisata di atas terlihat bahwa Kabupaten Aceh Barat Daya memiliki daya tarik dan objek wisata yang unik dan beragam. Pembangunan pariwisata  tidak hanya turut andil dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), tetapi lebih dari itu, pariwisata merupakan aset pembangunan yang luas bagi suatu daerah.

Segala potensi yang tersimpan di Abdya inilah yang ingin digali oleh LOGICA2 demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Banyak impian yang ingin diraih oleh Abdya dan LOGICA2 mencoba berpatner dengan Pemerintahannya untuk mewujudkan mimpi tersebut. l

PROSES KREATIF

PROSES KREATIF

BAB II

32 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Sistem Administrasi dan Informasi Gampong (SAIG) dan Pentingnya Database

Program Sistem Administrasi dan Informasi Gampong (SAIG) merupakan Pilot Project program yang dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya, Provinsi Aceh bersama Australian Aid. Program ini bertujuan membentuk sistem pendataan apresiatif yang bertumpu pada kekuatan gampong. Keluaran program ini nantinya akan terwujudnya

gampong yang mandiri dengan dukungan database Gampong yang apresiatif, akurat dan tepat.

Untuk tahap awal, Program SAIG diterapkan di empat Kecamatan dalam wilayah Aceh Barat Daya. Yaitu meliputi Kecamatan Babahrot, Kuala Batee, Jeumpa dan Manggeng. Sedangkan lima Kecamatan lainnya diharapkan akan menjadi program replikasi selanjutnya.

Dalam Pelaksanaannya, Program SAIG dijalankan oleh manajemen Local Governance Innovations for Communities in Aceh Phase II (LOGICA2) sebagai player project Autralian Aid di Aceh. Program ini dimulai pada September 2013 dan ditargetkan selesai pada April 2014.

Selain itu, Pemerintah Aceh menunjuk Aceh Barat Daya sebagai satu dari enam kabupaten tempat pilot project gampong mandiri. Gampong mandiri dibentuk untuk mewujudkan masyarakat gampong yang mampu mengoptimalkan berbagai sumber daya di gampong tersebut. “Terutama untuk pencapaian standar pelayanan minimum di bidang administrasi pemerintahan, pelayanan masyarakat, kesehatan, pendidikan, serta perlindungan perempuan dan anak,

33SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Syarat pembentukan sebuah gampong mandiri, adalah adanya kedaulatan di tangan warga. Selain itu, adanya pemberdayaan peningkatan kapasitas masyarakat agar dapat menggunakan sumber daya bagi kesejahteraan dan martabat mereka. Syarat lain, adanya partisipasi aktif dari warga sebagai modal sosial dan pelibatan peran semua masyarakat.

Sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2012-2017, Bupati Jufri Hasanuddin dan Wakil Bupati Yusrizal Razali yang diusung Partai Aceh memiliki visi: “Kabupaten Aceh Barat Daya yang islami, sejahtera, dan mandiri melalui pemberdayaan potensi daerah yang berbasis kearifan lokal.”

Untuk mewujudkan visi tersebut, ada beberapa misi yang ingin dilaksanakan, antara lain, melakukan reformasi birokrasi menuju pemerintahan yang baik (good governance), bersih dan berwibawa (clean government) berdasarkan Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UUPA); menerapkan nilai-nilai keagamaan secara terpadu dalam tatanan kehidupan masyarakat, sosial, dan budaya yang berlandaskan syariat Islam; dan memberdayakan ekonomi kerakyatan dalam rangka peningkatan pendapatan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

Salah satu misi yang tengah dijalankan Bupati Jufri dalam reformasi birokrasi adalah dengan menghadirkan Sistem Administrasi dan Informasi Gampong atau SAIG di Aceh Barat Daya. Program ini berupa pemetaan apresiatif secara digital di 65 gampong percontohan.

65 Gampong dari empat Kecamatan di Aceh Barat Daya telah melakukan tahapan sensus Apresiatif dalam Program Sistem Administrasi dan Informasi Gampong (SAIG). Sensus Apresiatif akan melibatkan lebih dari 200 orang Kader Pemetaan Apresiatif Gampong (KPAG) yang tersebar di empat Kecamatan, yaitu Babahrot, Kuala Batee, Jeumpa dan Manggeng. Sensus ini berbeda dengan sensus yang pernah dilakukan sebelumnya. Seluruh warga masyarakat wajib berpartisipasi aktif untuk mengikuti setiap tahapannya.

Kegiatan Sensus Apresiatif merupakan salah satu dari tahapan Program Sistem Administrasi dan Informasi Gampong (SAIG). Hasil dari Kegiatan Sensus Apresiatif ini nantinya akan diformulasikan menjadi Database

34 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Gampong yang menjadi milik Gampong dan Pemerintah. Database tersebut akan menjadi data dasar Pemerintah baik di tingkat

Gampong dan Kabupaten untuk menjalankan pembangunan di daerah mereka ke depannya. Kegiatan Sensus Apresiatif akan sangat berbeda dengan Program Sensus lainnya.

Sensus ini sepenuhnya milik masyarakat, oleh karena itu, mereka harus memiliki kesadaran penuh bahwa program ini milik masyarakat gampong. Milik gampong dan diawasi oleh gampong.

Para kader tidak hanya dibiarkan terjun ke lapangan begitu saja, tetapi LOGICA2 tetap membekali mereka dengan pelatihan tim sensus SAIG. Pelatihan yang melibatkan 25 Fasilitator SAIG tersebut telah dilaksanakan dalam 4 gelombang di Guest House Khana Pakat Blangpidie.

Pelaksanaan Pelatihan Tim Sensus SAIG merupakan proses pembekalan bagi kader – kader gampong yang dipilih sebelum melaksanakan kegiatan sensus di gampong mereka masing – masing. Ketika pelaksanaan sensus dilapangan nantinya, kader diharapkan telah mampu menjalankan setiap tugas dan fungsinya sesuai dengan arahan yang mereka terima selama mengikuti pelatihan tersebut. Proses Pelatihan Tim Sensus ini juga diharapkan sebagai media perkenalan bagi setiap kader yang di utus dari masing-masing gampong. Pelatihan Tim Sensus merupakan rangkaian kegiatan dari Tahapan Program Sistem Administrasi dan Informasi Gampong (SAIG).

Selain itu, LOGICA2 akan membangun portal website gampong yang merupakan faktor penting dalam usaha mewujudkan Kemandirian gampong. Warga gampong sangat antusias terhadap keberadaan internet di gampong mereka. Keberadaan website – website gampong yang sudah berhasil dibangun secara swadaya, mampu memberi warna baru bagi dunia internet di Indonesia.

Pada November 2013, jumlah website gampong / desa hampir mencapai angka 1000. Angka ini cukup fantastis karena sebagian besar mereka yang mampu mengelola web justru berasal dari daerah yang tidak memiliki akses internet yang bagus. Hebatnya, justru mereka mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi warganya berkat promosi dan pemasaran potensi

35SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

unggulan gampong secara online.Sebut saja Gampong Lhok Gayo, sebuah gampong di Kecamatan Babahrot,

Aceh Barat Daya. Lewat website sederhana mereka http://lhokgayodesa.tk beragam informasi hasil alam gampong dipublikasikan secara rutin. Ada sawit, kakao, pinang, durian dan beragam hasil perkebunan lainnya. Dampaknya, komoditas gampong itu tak sekadar diketahui oleh warga setempat tapi juga para pelaku ekonomi di daerah lainnya. Sekarang penjualan TBS Sawit warga Gampong Lhok Gayo sudah berlangsung antarkota sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi warganya.

Hal itu menunjukkan keberadaan website gampong memiliki hubungan yang erat dengan tata kelola gampong. Keberadaan website gampong tak sekadar sebagai media untuk menyebarluaskan informasi (infomobilisasi) dari gampong tapi juga untuk mendorong tumbuhnya para pelaku ekonomi dan pemasaran produk unggulan di gampong (mobilisasi sumberdaya). Bila tren di sejumlah gampong itu mampu direplikasi oleh gampong-gampong lainnya, maka bukan hal yang mustahil apabila 5-10 tahun ke depan, gampong mampu menjadi garda depan pertumbuhan ekonomi nasional.

Dukungan kebijakan yang memberikan ruang seluas-luasnya bagi gampong untuk mengembangkan basis-basis perekonomian mutlak diperlukan. Pendekatan mobilisasi sumberdaya mendorong praktik infomobilisasi menciptakan peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Perekonomian gampong tumbuh akibat para pelaku ekonomi gampong mampu mengemas gagasan dan kreativitasnya menjadi gagasan kolektif publik. Publik bisa menerima produk-produk unggulan gampong sehingga jaringan pemasaran maupun produksi semakin luas. Pada situasi itu, gampong akan berubah menjadi tulang punggung perekonomian nasional yang kokoh. Jadi, betapa pentingnya membangun Portal Website di sebuah gampong

Selain itu, pembahasan RUU Desa yang telah disahkan menjadi UU Desa merupakan tonggak sejarah bagi bangsa Indonesia. Baru kali ini lahir UU Desa yang secara khusus mengatur tentang Desa dan Desa Adat. Selama ini, pengaturan tentang desa selalu menjadi bagian dari UU tentang Pemeritahan

36 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Daerah, mulai dari UU No.22 tahun 1948 tentang Pokok Pemerintahan Daerah, UU No.18 tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemeritahan Daerah, UU No.19 tahun 1965 tentang Desa Praja, UU No. 5 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, UU No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Dari semua pelaksanaan pengaturan mengenai Desa belum dapat mewadahi kepentingan dan aspirasi masyarakat desa yang sampai saat ini mencapai lebih dari 73.000 desa. Padahal Desa menjadi Garda terdepan sebuah kemajuan bangsa, karena Desa merupakan unit terkecil dari jalannya roda pemerintahan dan laju pembangunan. Sehingga alangkah naifnya kalau sampai 68 tahun Indonesia merdeka, kita belum memiliki UU yang secara khusus mengatur urusan-urusan Desa dan Masyarakat Desa.

Pola Interaktif

Pendapatan, lantai rumah, pekerjaan, jumlah tanggungan, kepemilikan ternak, dan lahan, beberapa hal tersebut merupakan beberapa indikator kesejahteraan rumah tangga yang dihasilkan dari proses SAIG. Proses Temu Warga juga dihadiri oleh Fasilitator Pemetaan sebagai pihak yang mendampingi Kader Pemetaan

dalam melakukan Tahapan Pemetaan Apresiatif Gampong.Temu Warga adalah sebuah inisiatif pertemuan warga untuk menggali

informasi dari warga terkait indikator pembeda kesejahteraan Rumah Tangga satu dengan yang lainnya. Seluruh warga dimintai pendapat tentang ciri pembeda kesejahteraan antara Rumah Tangga di Gampong mereka, kemudian hasil indikator yang ditentukan warga tersebut akan menjadi acuan Tim Pemetaan SAIG dalam menyusun instrumen sensus di tingkat kabupaten.

Metode ini tentu berbeda dengan penentuan indikator yang lumrah

37SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

dilakukan oleh BPS atau lembaga sensus lainnya yang mengabaikan Indikator lokal dari warga setempat. Setelah Temu Warga, Kader bersama Pemerintah Gampong akan melakukan Sensus Apresiatif di Gampong mereka masing-masing.

Para kader, diarahkan untuk mencari setiap nilai positif dari gampong mereka masing-masing. Apa saja kekuatan yang dapat ditemukan di setiap gampong. Tujuannya untuk memanfaatkan kelebihan setiap gampong sebagai aset pembangunan. Untuk itu harus melibatkan seluruh masyarakat. Tujuan lain dari Pemetaan Apresiatif Gampong untuk mendorong lahirnya visi awal sebuah gampong. Tahapan Pemetaan Apresiatif Gampong salah satunya berupa sensus. Bentuk sistem ini berupa data offline dan online di setiap gampong. Nantinya, bakal ada sebuah website portal per gampong. Isinya, data potensi dari gampong itu sendiri.

Melihat manfaat program ini, daerah lain ikut tertarik untuk menggunakan program SAIG di daerah mereka. Lima Kabupaten di Provinsi Aceh meliputi Kabupaten Bireun, Pidie Jaya, Aceh Tamiang, Aceh Tengah dan Aceh Timur melakukan kunjungan sharing pembelajaran terkait penerapan Program Sistem Administrasi dan Informasi Gampong (SAIG) ke Kecamatan Babahrot Kabupaten Aceh Barat Daya.

Kelima Kabupaten tersebut mengirimkan masing-masing dua orang utusan dari elemen Pemerintahan dan masyarakat untuk selanjutnya diikut sertakan dalam Kegiatan Pelatihan Program SAIG yang dilaksanakan di Aula SMPN 1 Babahrot semenjak 17 sampai 27 Maret. Mereka diharapkan nantinya bisa menjalankan Program SAIG di gampong masing-masing.

Kader juga dilibatkan dalam diskusi bersama warga. Dari diskusi dan temu warga diharapkan dapat teridentifikasi indikator kesejahteraan keluarga di setiap gampong dalam tiga klasifikasi: miskin, sedang, dan kaya. Setelah terindentifikasi, data-data itu dimasukkan ke dalam database dan dikoneksikan dengan peta digital SAIG. Data kemudian disimpan secara offline dalam basis data setiap gampong.

Sistem informasi desa yang akan ditampilkan secara online memuat data

38 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

statistik seperti grafik jenis pekerjaan warga dan kondisi sosial ekonomi masyarakat gampong bersangkutan.

Pemerintah Aceh Barat Daya juga melibatkan dan bekerja sama dengan beberapa stakeholder terkait seperti aparatur gampong, Lembaga Swadaya Masyarakat, PNPM, dan tokoh masyarakat setempat.

Satu hal yang tidak kalah menantang adalah Pleno, dimana semua data yang telah didapatkan dibeberkan di balai-balai gampong, seperti meunasah, kantor keuchik bahkan aula gampong. Masyarakat datang berbondong-bondong menyaksikan nama mereka masuk ke dalam data miskin, sedang atau kaya.

Saat pleno, semua warga berhak menyatakan keberatan atau persetujuan atas data yang telah diperoleh kader. Baik untuk dirinya sendiri maupun untuk warga lain di gampong mereka.

Biasanya di pleno akan terbongkar bila ada yang menyembunyikan harta kekayaannya, maka ada masyarakat lain yang akan memverifikasi data tersebut. Dengan cara melibatkan warga sepenuhnya, masyarakat merasa sepenuhnya dihargai dan dilibatkan dalam program SAIG. Sehingga tingkat partisipasi warga semakin meningkat.

39SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

IMPIAN YANG

TERWUJUD

IMPIAN YANG

TERWUJUD

BAB III

42 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Rujukan Pembelajaran

Berbagai jenis surat keperluan warga kini dapat disiapkan hanya dalam tiga menit, 65 gampong sudah punya database apresiatif dan peta digital yang akurat dan terpercaya, termasuk tersedianya Website gampong di 65 gampong di empat kecamatan, Babahrot,Kuala Batee,Jeumpa dan Manggeng Kabupaten Aceh

Barat Daya (ABDYA).Informasi tersebut disampaikan oleh Khairani Arifin, selaku Program

Manager SAIG-LOGICA2 sekaligus aktivis perempuan yang gencar menyuarakan hak kaumnya.

Khairani menambahkan, selain itu data gampong akan dilengkapi dengan peta digital, Peraturan Bupati (Perbup) tentang pemanfaatan SAIG dan peta digital, pelatihan Web Administrasi Gampong, tersedianya fasilitas pendukung di gampong serta terbangunnya kesadaran peserta TOT untuk menciptakan perubahan berbasis aset.

Setelah berjalannya program tersebut, perempuan yang akrab disapa Rani ini berharap Pemerintah Aceh Barat Daya dapat memberi dukungan berupa penyediaan computer untuk melanjutkan program tersebut.

Rani juga berharap, Pilot Project ini dapat diteruskan oleh Pemerintah Daerah, sehingga menghadirkan data yang akurat di seluruh gampong di Aceh Barat Daya secara khusus dan seluruh Aceh.

Menurut Rani, Aceh Barat Daya terpilih untuk pilot project program ini karena Aceh Barat Daya memperlihatkan komitmen paling tinggi terhadap semua kegiatan yang pernah dilakukan LOGICA2.

“Pemerintah Aceh Barat Daya berkomitmen tinggi terhadap semua program kami, komitmen orang nomor satu di daerah tersebut mempercepat

43SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

proses pelaksanaan program SAIG,” Tidak hanya pemerintah yang diuntungkan dengan program ini,

masyarakat juga merasakan dampak positif dari program ini. Selain surat menyurat semakin mudah, dengan data yang akurat dan peta interaktif dari setiap program pemerintah akan tepat sasaran.

Tidak seperti sebelumnya, yang berhak mendapat bantuan, tidak pernah tersentuh sedangkan mereka yang ekonominya cukup mampu sering mendapatkan bantuan. Hal tersebut merupakan dampak dari carut-marutnya database.

“ Kini, setelah finalisasi SAIG akan terbangunnya visi bersama antara pemerintah dan masyarakat, serta terciptanya partisipasi apresiatif di tingkat pemerintah dan masyarakat,” imbuhnya.

Melalui program ini, Rani juga merasakan adanya semangat KPAG untuk membangun gampong, terdapat perubahan pola fikir masyarakat gampong untuk memanfaatkan aset-aset yang tersedia di gampong.

“Warga dilibatkan sehingga mereka merasa dihargai dalam proses pembangunan gampong,” pungkasnya. l

Program ini tidak hanya menghadirkan keakuratan data, tetapi juga SMS Gateway dan peta digital. Dengan sekali klik, informasi gampong akan terpapar dengan akurat.

AGUSTIAN Saputra, sebagai Fasilitator Teknis Pengolahan Data tahu benar SAIG program sangat bermanfaat bagi masyarakat. Ia mengungkapkan, selain data yang sangat akurat, website juga hadir

disetiap gampong, yang akan memaparkan potensi gampong dalm peta

44 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

interaktif. Tersedia 176 informasi mengenai gampong, “Bahkan dengan sekali klik, kita langsung tahu bagaimana bentuk rumahnya, berapa ekor sapinya,” ujar Agus.

Pelatihan untuk memanfaatkan data, peta dan website gampong sudah diberikan LOGICA2 untuk masyarakat. “jadi, mereka tidak ditinggal begitu saja tanpa mengetahui bagaimana memanfaatan program ini,” ujar laki-laki 34 tahun ini.

Pengelolaannya dilakukan sendiri setelah ada peta dan database. LOGICA2 memberikan training kepada masyarakat untuk memanfaatkan data dan peta. “Bahkan direncanakan data akan diupdate setiap enam bulan, sehingga data masyarakat yang pindah, meninggal, melahirkan akan terupdate,”

Menariknya lagi, jika selama ini sebuah surat konsepnya tergantung dari rental komputer, tapi sekarang sistemnya sama. “Tinggal beri tahu Nomor Induk Kependudukan (NIK), surat akan selesai dalam tiga menit, yang formatnya diberikan langsung oleh departemen dalam negeri,” ungkap Agus.

Ini kebanggaan tersendiri bagi Agus, karena masyarakat sudah tersentuh teknologi. Selain itu juga akan muncul klasifikasi tingkat kesejahteraan keluarga. Yang indikatornya ditentukan sendiri oleh masyarakat.

Untuk menghasilkan data yang akurat, sensus yang dilakukan oleh akan digabung dengan indikator kemiskinan BPS. Yang akhirnya menghasilkan indikator kesejahteraan paling akurat se-Sumatera.

Nantinya akan tersedia, panduan, modul pengalaman Aceh Barat Daya dan buku pembelajaran. Saat ini beberapa Kabupaten tertarik belajar ke Aceh Barat Daya, seperti Aceh Tamiang, Aceh Timur, Pidie Jaya, Aceh Tengah dan Aceh Barat.

Untuk mendukung program ini, Bappeda sebagai leading sector di Aceh Barat Daya siap menghadirkan komputer untuk 4 kecamatan dan 65 gampong persiapan dan definitif.

Nanti juga akan tersedia sms gateway. Jika masyarakat membutuhkan golongan darah tertentu, dengan satu sms maka seluruh penduduk akan mendapat sms, sehingga bantuan akan lebih cepat.

45SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Agus punya cerita menarik saat melaksanakan program SAIG, saat itu sedang ada program keluarga harapan dari departemen sosial, warga yag mendapat bantuannya, diluar kriteria, hal tersebut diakibatkan oleh data yang amburadul. Hingga seorang keuchik curhat kepadanya.

“Kalau sudah seperti ini dengan program SAIG saya yakin akan tepat sasaran.,” ujar kepala Dusun Ie Mirah, Babahrot, waktu itu.

Data ini memuat semua informasi yang dibutuhkan, termasuk data tambahan seperti siapa yang paling suka membaca didalam keluarga, gizi buruk, bahkan bentuk lantai rumah, dan sebagainya. “Indikator ditentukan sendiri oleh masyarakat,”

Prestasi SAIG memang tidak dapat dipungkiri membuat bangga pemerintah dan masyarakat Aceh Barat Daya, walaupun pada awalnya mendapat tatapan kecurigaan dari penduduk gampong.

Masyarakat merasa, sensus, tidak ada manfaatnya, “mulanya mereka enggan memberi data, karena saat itu sedang kasus sadap menadap antara Indonesia dan Australia, apalagi LOGICA2 dari Australia. Mereka bertanya, apakah nanti data ini akan disadap oleh pemerintah Australia?

“Untuk meyakinkan masyarakat memang butuh waktu. Dengan proses panjang, akhirnya mereka tahu ini adalah untuk mereka dan mimpi pemerintah Aceh Barat Daya juga,”

Untungnya Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya sangat mendukung, bahkan sebelum Launching pemerintah mengundang aparat gampong untuk mensosialisasikan kepada warga masyarakat.

“Sehingga masyarakat merasa terlibat dalam program ini. Bahkan ibu-ibu juga dilibatkan,” ujar laki-laki yang tumbuh besar di Banda Aceh dan kini menetap di Meulaboh. l

46 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Perempuan cantik ini bangga menjadi bagian dari perubahan Aceh Barat Daya

NAMANYA Dian Eriani, S.H. Alumni UMSU, Fakultas Hukum, sekarang tinggal di Aceh Barat Daya, karena terpikat dan menikah dengan laki-laki asli Aceh Barat daya, Ia sendiri berasal dari Aceh

Tenggara. “Saya adalah pendatang yang mencintai tanah ini, masuk dalam sejarah

perubahan Aceh Barat Daya , itu luar biasa bagi saya,” ujarnya.Sebelum bergabung dengan program SAIG, ia aktif di berbagai Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM), NGO dan berprofesi sebagai tenaga advokat.Untuk program SAIG, Ia sebagai Fasilitator Pemetaan Apresiatif Gampong

(FPAG) Kecamatan Jeumpa, mengkoordinir gampong Ikue Lhung, Kuta Makmur, dan Padang Geulumpang.

“Saya merasa bangga menjadi bagian dari perubahan ini. Nama Dian Eriani termasuk dalam sejarah perubahan Aceh Barat Daya,” ujarnya senang.

“Kadang justru orang luar yang bekerja dengan ikhlas. Dian mengaku hubungan emosional dengan warga sudah terjalin dengan baik, “bahkan kalau pulang, tiba-tiba ada yang memberi buah tangan, jeruk nipis, sunti, rasanya senang sekali mereka mau menerima saya,”

Hal yang paling menyenangkan saat menjalankan program adalah kembali menemukan dunianya. Yaitu kembali bekerja dilapangan, “Sudah jenuh di kantor, senang bisa berbagi kembali. Wah, ini lho dunia yang telah lama kutinggalkan,” ujarnya gembira.

Dengan pembawaanya yang supel, ia tidak kesulitan untuk beradaptasi dengan masyarakat Aceh Barat Daya. Bahkan ia menemukan banyak saudara dan teman.

47SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Sebagai pendatang di Aceh Barat Daya, ia merasa program ini tidak hanya bermanfaat untuk masyarakat tetapi juga untuk dirinya secara pribadi. Ia menjadi tahu kulturasi budaya, dan sifat mayarakat di Aceh Barat Daya.

“Kita harus mengubah pola fikir mereka, karena biasanya setiap program diiming-imingi dengan uang, sedangkan SAIG tidak seperti itu, Aceh sudah terlalu dimanjakan dengan bantuan,”

Memang banyak banyak pertanyaan masyarakat yang harus dijawabnya dengan sabar. Apa itu Indikator, untuk apa data. Apa pentingnya. Ada uang tidak?kalau tidak ada uang untuk apa?”

Berbagai pertanyaan itu ia jawab dengan sabar, akhirnya masyarakat tahu kalau SAIG sangat bermanfaat bagi mereka sendiri.

Ia sempat pesimis saat pleno, khawatir tidak ada yang datang. “Ternyata ramai yang datang,” ujarnya senang.

Karena saat pleno dan validasi data, ada penduduk yang pulang memberi tahu tetangganya.“Eh udah lihat hasil pleno belum? Coba lihat data kalian, sudah betul apa belum?” kisahnya.

Bahkan penduduk yang saat disensus memberikan data yang Kurang valid, atau bahkan tidak mau disensus, setelah pleno mereka meminta data mereka didata kembali.

Karena masyarakat akhirnya menyadari manfaat dari program SAIG. “Jika ada bantuan seperti BLSM, Raskin dan sebagainya selalu salah sasaran, dengan adanya SAIG sangat membantu,”

Apapun rintangannya, Dian tetap semangat menjalani proses. “Karena target ini adalah berlari bersama bukan berjalan bersama. Jadi saya bekerja sambil belajar dan berlari,” ujarnya sambil tertawa.

Dian merasa, Kader di Gampongnya luar biasa, para Kader Pemetaan Apresiatif Gampong (KPAG) bekerja keras dan sudah berpengalaman terjun ke masyarakat, “mereka adalah orang yang mau meluangkan waktu tanpa imbalan, untuk membangun gampong,”

Dian mengakui, pekerjaannya kadang tidak mengenal waktu, bahkan pernah sampai tangah malam.

48 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Untungnya keluarga mendukung. “Saat temu warga pernah sampai jam 12 malam. Tetapi kerja tetap berjalan dan ditunggui suami,” l

Ia sempat sangat khawatir akan terjadi perkelahian antar warga saat rapat pleno.

MULANYA Sri Rosnijar Darmi merasa pesimis. Masyarakat sudah tidak percaya dengan namanya pendataan. Usai didata, bantuan tak kunjung datang.

“Ramai mayarakat bertanya, usai data, akan diberi bantuan? Dari dulu hanya didata saja, tidak ada yang betul-betul membantu rakyat,” ujar Sri Rosnijar Darmi.

Namun ia dengan sabar mensosialisasikan kalau yang dilakukannya bukan program bantuan. Ia hanya fokus pada pengelolaan administrasi, aset gampong dan mempercepat proses administrasi. Bukan bantuan berbentuk uang atau benda.

“Mereka awalnya ragu, apakah data kami tidak akan diapa-apakan? Warga khawatir datanya digunakan untuk kepentingan pihak tertentu,” kisahnya.

Tanpa kenal lelah, ia terus memberikan pemahaman ke masyarakat bahwa setalah didata akan dikembalikan ke Gampong. Kemudian dipaparkan dalam pleno. Masyarakat akan memverifikasi data mereka sendiri.

“Ya nyerocos terus sampai mereka mengerti. Memang harus sabar menghadapi masyarakat,” ungkapnya.

Secara perlahan-lahan namun pasti, masyarakat mulai menerima program yang dijalankan Sri. Mulanya temu warga hanya dihadiri beberapa warga, kemudian bertambah menjadi 20, 30, sampai akhirnya 50 orang.

49SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Menurutnya, warga antusias karena program ini bersifat terbuka, tidak ada yang disembunyikan.

“Sesuai janji, data itu akan diberitahukan kepada masyarakat. Tidak disembunyikan, bahkan mereka ikut terlibat dalam menentukan indikator,”

Akhirnya mereka antusias mengikuti setiap tahapan. Apalagi saat pleno. Terlebih kaum Ibu. Intinya mereka mendukung program ini, hanya saja harus diberi pengertian.

Sri mengakui tahapan paling berat dari semuanya adalah pleno, “karena ini validasi hasil sensus,”

Saat pleno, semuanya akan terbongkar. “Awalnya saat sensus, jangan beritahu ini, jangan beritahu itu, jangan masukkan mobil, tapi saat pleno otomatis orang yang berupa-pura miskin itu akan disorak oleh warga lain. Semua terbongkar, rupanya dia punya lahan, punya kendaraan,”

“Masyarakat sendiri yang mengadili. Sempat timbul ketegangan saat pleno. Deg-degan juga, takut ada yang berkelahi, namun syukrnya semua berjalan dengan baik walaupun ada ketegangan disana sini,” ungkapnya.

Kadang ia menangkap fenomena menarik, masyarakat yang miskin, diam saja menerima ia berada dalam kolom miskin. Sedangkan mereka yang cukup mampu sibuk minta dimasukkan datanya menjadi miskin.

“Kadang-kadang memang sulit, masyarakat masih lebih suka miskin, agar dapat bantuan,”

Di sisi lain, ia senang sebagian besar masyarakat punya nurani yang bersih, mereka akan memberitahu siap saja yang fakir dan miskin di Gampong, dengan tujuan membantu agar nanti bila ada bantuan, akan diterima oleh yang berhak. l

50 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Sempat panik saat dalam persiapan pleno, ternyata form input data berkurang 8 kolom, dari yang seharusnya 176 kolom hanya 168 kolom yang tersedia dalam form input data. Namun akhirnya semua berjalan dengan baik

SAFARI lahir di Meunasah Teungoh 8 Oktober 1982 silam. Ia Fasilitator Pemetaan Apresiatif Gampong (FPAG) untuk kecamatan Manggeng, dan membawahi dua Gampong, yaitu Sejahtera dan Blang Manggeng.

“Walaupun dua gampong, tapi luas gampong ini sama dengan empat gampong lain,” ujarnya.

Safari mengakui, secara keseluruhan, program di gampong lebih cepat selesai dibandingkan gampong lain. Saat gampong lain baru meyelesaikan tugasnya sebanyak 50%, ia bersama kader dan masyarakat Gampong telah menyelesaikan pekerjaan hingga 90%.

Keberhasilan tersebut dicapai setelah mengalami kendala yang cukup serius, ketika itu, setelah sensus dan sedang dalam persiapan pleno, ternyata safari dan tim SAIG MAnggeng mendapatkan form input data berkurang 8 kolom, dari yang seharusnya 176 kolom hanya 168 kolom yang tersedia dalam form input data. Hal tersebut membuatnya sangat panik.

“Sampai saya panik sekali, rasanya kacau sekali, saya sampai tidak berselera makan,”

Tentu saja pleno tidak mungkin dilaksanakan karena indikator tidak lengkap. Kemudian dengan waktu yang semakin singkat, ia berinisiatif mencari bantuan FTP Kabupaten untuk membantu.

Oleh Program Manager SAIG, mereka diberi waktu tiga hari untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Karena masalah yang cukup serius tersebut, Safari dan rekan-rekan sering tidur di kantor, menyelesaikan pekerjaan mereka

51SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

hingga larut malam. “Ini persoalan serius, tentang kepercayaan masyarakat, jadi saya sangat

panik ketika terjadi kesalahan waktu itu,” Namun setelah kerja keras, mereka berhasil menyelesaikan pekerjaan

dengan baik dan mengadakan pleno. “Ini pleno pertama di Manggeng, sangat menegangkan, semua harus dipersiapkan dengan baik.,” katanya.

Safari senang melihat antusiasme warga, lebih dari 500 warga gampong berkumpul menyaksikan jalannya rapat pleno. “Saya lihat masyarakat cukup antusias, belum pernah ada pertemuan seramai itu.

Karena dua Gampong itu sangat luas, dengan penduduk sekitar 2.454 jiwa, dan jarak yang jauh antar dusun membuat mereka terpakasa mengadakan pleno lebih dari satu kali.

“Namun saya puas dengan pekerjaan ini, karena membantu masyarakat adalah keinginan saya,” pungkasnya. l

ADHWIR, Laki-laki kelahiran 16 juni 1983 ini menjadi Fasilitator Pemetaan Apresiatif Gampong (FPAG) untuk kecamatan Kuala Batee. Empat gampong berada di bawah tanggungjawabnya, yaitu Kuala

Teurubu, Geulanggang Gajah, Blang Makmur dan Krueng Panto. Keikutsertaannya dalam program SAIG sederhana saja, berawal dari email

LOGICA2 kemudian ia mendaftarkan diri, ikut seleksi dan lulus. Perkerjaannya dalam menjalankan proses program SAIG sebagai FPAG

sangat membekas dihati, “memfasilitasi masyarakat hingga, memfasilitasi kader merupakan pengalaman tak terlupakan,” imbuhnya.

Menurutnya, tugas sebagai FPAG di Kecamatan Kuala Batee tidak terlalu menemui banyak hambatan. Karena Kuala Batee adalah kampung kelahirannya,

“Kaum sendiri, orang sendiri, jadi pendekatannya lebih mudah,” ujarnya. Ia menambahan, memang tidak terlalu sulit dalam hal pendekatan

dengan masyarakat. Tidak perlu lagi memperkenalkan diri, dan hal ini sangat

52 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

membantu saya dalam menjalankan program ini. Namun ia menyayangkan sikap masyarakat yang masih menganggap

kegiatan ini adalah program bantuan. “Itu yang menjadi tantangan bagi saya untuk menjelaskan bahwa ini bukan

program bantuan. Itu yang paling kami sosialisasikan,” Masyarakat juga memberi dukungan untuk program SAIG. Walaupun ia

mengakui ada warga yang menyembunyikan informasi tentang harta kekayaan mereka karena berharap, jika mereka dianggap miskin maka akan diberi bantuan.

Adhwir ingat, di gampong Kuala Truebu kader SAIG didatangi seorang warga, pasalnya warga tersebut tidak setuju dengan status harta kekayaannya masuk kategori sedang, ia menginginkan namanya masuk ke dalam daftar warga miskin. Karena berfikir, jika miskin akan mendapatkan bantuan.

“Saat pleno semua terbongkar, ada yang ngotot, ada yang malu,” ungkap laki-laki yang punya hobi membaca, olah raga dan menjelajah dunia social ini.

Untungnya ia memiliki tim yang solid, siap membantu kapan saja dibutuhkan. “Team Work di Kuala Batee sangat kuat, itu yang membuat saya beruntung. Saling melengkapi, saling menutupi, membantu, pengalaman yang mereka sharing sesama FPAG sangat membantu,” ungkapnya.

Adhwir juga merasakan, dukungan aparatur gampong juga sangat membantu berjalannya program SAIG dengan baik. “Jika aparatur gampong tidak mendukung, kami yakin pekerjaan ini akan jauh lebih sulit,”.

Pengalamannya, menjadi penyuluh pertanian, pengelola mitra tani, dan kegiatan kemasyarakatan lainnya sangat membantu dalam menjalani setiap tahapan.

“ Jadi tidak asing jika berhubungan dengan masyarakat,” Ia sangat berharap dukungan dari pemerintah. Karena program ini adalah

asset, “harus dijaga dengan baik jangan diabaikan,”harapnya.Adhwir berharap pemerintah dapat memberi dukungan berupa fasilitas

untuk meneruskan program ini. Dan dapat diterapkan ke seluruh kecamatan di Aceh Barat Daya, bahkan seluruh Aceh. l

53SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

LELAKI berkulit putih ini akrab disapa Anas. Hari itu Ia memakai kemeja Abu-Abu dipadu dengan jeans warna senada. Dengan pembawaan ramah dan sering bercanda, memudahkannya bersosialisasi dengan

masyarakat untuk menjalankan program SAIG Aceh Barat Daya. Khairunnas sangat tertarik dengan program SAIG dan bersyukur program

ini dijalankan di Aceh Barat Daya. Penyebabnya, selain karena bermanfaat bagi masyarakat, ia menyukai semua hal berbasis pengembangan teknologi.

“Program ini berorientasi pada pengembangan gampong berbasis IT. Mengembangkan teknologi informasi di tataran gampong, agar gampong dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan akurat dan transparan,” ungkapnya.

“Selain itu saya memang tergila-gila pada dunia IT,” ujar alumni Universitas Respati Indonesia, Jurusan Teknik Informatika ini.

Blogger asal Aceh Barat Daya yang hobi menggoda perempuan ini bertugas sebagai FPAG Kecamatan Babahrot, yang membawahi lima gampong, yaitu Ie Mirah, Gunung Samarinda, Pante Cermin, dan dua gampong persiapan, Teladan Jaya dan Simpang Gadeng.

“Beruntung sebagai putra Babahrot, saya ditempatkan dikecamatan saya,”Yang paling menarik saat menjalankan program adalah proses sosialisasi

kepada masyarakat. Kadang-kadang mengagetkan, tidak percaya dengan hasil yang telah kami raih, Aceh Barat Daya menjadi pilot project.

“Sangat bangga karena Aceh Barat Daya terpilih” ujarnya spontan.Laki-laki yang suka bercanda ini punya pengalaman menarik dalam

proses menjalankan program. “Saat sosialisasi, mereka curiga data tersebut akan dimanfaatkan untuk politik. Mereka bertanya, apakah data ini tidak dimanfaatkan untuk kepentingan politik,”

Karena saat kami sosialisasi, hubungan Indonesia dan Australia sedang kurang baik akibat masalah penyadapan, apalagi sumber dana LOGICA2

54 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

berasal dari Australia. Mereka ragu dengan program yang kami jalankan. Namun dengan sosialisasi yang cukup intens, masyarakat akhirnya

mengerti dan ikut mendukung program SAIG.Tantangannya lainnya, saat menghadapi berbagai karakter masyarakat.

Apalagi untuk mendapatkan kejujuran dari masyarakat saat proses penggalian informasi.

“Masyarakat kita punya mental ingin miskin, karena berharap bantuan. Padahal program ini tidak memberikan bantuan,” ujar laki-laki kelahiran Aceh Barat Daya, 10 Juli 1986 ini.

Khairunnas mengakui, banyak sekali manfaat yang dirasakan berkat program SAIG, di antaranya tercipta data yang mudah diakses sehingga masyarakat dimudahkan dalam urusan surat menyurat, cepat dan birokrasi menjadi lebih mudah. Tereksposnya potensi-potensi gampong masyarakat hingga ke tingkat Nasional.

“Sehingga memancing rasa ingin tahu pihak luar untuk melihat bagaimana program ini dijalankan. Dan kita mempunyai data akurat, dan siap berbagi”.

Ia berharap tidak hanya sebagai pilot project, tetapi dapat dijadikan fondasi basis data tingkat gampong dan juga menjadi contoh bagi daerah lain dalam menyongsong UU Gampong yang akan disahkan.

“Saya cukup puas dengan hasil yang telah dicapai, dalam waktu yang relatif singkat tapi mampu menghasilkan sesuatu yang luar biasa bagi Aceh Barat Daya,” tutupnya. l

KASYFUL Wara, salah satu pemuda terbaik Aceh Barat Daya yang terlibat dalam program SAIG. hari itu ia memakai kemeja merah lengan panjang dipadu jeans, nada bicaranya teratur, ia alumni

Fakultas Tarbiyah, pendidikan Agama, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.Kasyful mengaku sering terlibat program LOGICA2 sebelumnya, sehingga

mudah mendapatkan akses informasi untuk program selanjutnya. Setelah

55SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

mengikuti serangkaian tes yang dilakukan oleh LOGICA2, dan dinyatakan lulus. Ia mejabat sebagai FPAG kecamatan Jeumpa, dan mengkoordinir tiga

gampong, Asoe Nanggroe, Ladang Neubok dan Cot Mane.Ia merasakan program ini berbeda, sangat transparan dan bermanfaat bagi

masyarakat. “Program ini betul-betul menyentuh masyarakat dan tepat sasaran,” ujar

pemuda kelahiran Sangkalan, 27 Juli 1986 ini. Menurutnya untuk menjalankan program ini gampang-gampang susah.

“Dikatakan terlalu sulit, tidak, hanya saja karena ini berbeda, masyaraat masih saja mengira ini program bantuan. Padahal Kita bawa program, bukan uang,” katanya.

Setelah disosialisasikan oleh aparatur gampong, oleh Pemerintah Aceh Barat Daya, dan oleh tim FPAG serta kader, masyarakat sedikit demi sedikit paham bahwa ini bukan program bantuan.

Kasyful mengaku cukup puas dengan hasil yang telah dicapai. “Dalam waktu yang relatif singkat, telah dapat dirasakan hasilnya oleh masyarakat,” ucapnya. l

IA FPAG Kecamatan Kuala Batee, mengkoordinir tiga gampong, yaitu Gampong Teungoh, Alue Padee dan Blang Padang.

“Saya senang terlibat dalam program ini,” ujar Riki RidwansyahLaki-laki ramah berkulit hitam ini merasa bersyukur program SAIG

ini berjalan dengan baik dan bermanfaat dan memberi pencerahan bagi masyarakat Gampong.

Suka duka telah ia lalui bersama tim SAIG lainnya. Riki mengatakan, tantangan program ini karena msayarakat tidak percaya bahwa data itu penting. Mereka juga takut kekurangan jatah bantuan jika harta mereka diketahui public dan didata. Selain itu juga cukup sulit untuk mengumpulkan masyarakat, apalagi saat itu menjelang pemilu legislatif.

56 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

“Suhu politik sedang memanas,” ujar alumni Fakultas Pertanian Unsyiah ini.Namun semuanya dapat diatasi dengan baik, berkat sosialisasi dari aparatur

gampong, pemerintah kabupaten dan tim SAIG sendiri. Bahkan saat proses temu warga, masyarakat dengan antusias menyebutkan

indikator untuk memetakan harta kekayaan penduduk gampong. Riki menjelaskan, terdapat beberapa indikator yang disepakati oleh

gampong tempat ia menjadi FPAG, yaitu lahan, pekerjaan, jumlah tanggungan. Pendidikan Kepala Keluarga, bentuk rumah, status rumah, kesehatan, kendaraan, jumlah ternak, bahan bakar memasak, jumlah tanggungan keluarga dan pendapatan.

Uniknya, warga Gampong memasukkan bahan bakar memasak mejadi indikator. Sebab indikator ditentukan oleh masing-masing gampong, tergantung kebijakan dari gampong sendiri.

“Memang masyarakat yang menentukan sendiri, indikator itu kita padukan dengan data Badan Pusat Statistik juga,” ungkapnya. l

PEREMPUAN ramah ini FPAG kecamatan Manggeng, mengkordinir tiga Gampong, yaitu Lhok Paoh, Pante Pirak dan Panton Makmu. Namanya Shinta Yulisna, suaranya tinggi, seolah menyimpan banyak energi.

Dengan semangat tinggi, ia menceritakan bahwa sangat gembira atas keterlibatannya dalam program ini. Walaupun mengalami kendala saat mengumpulkan masyarakat, karena kesibukan mereka bekerja mencari nafkah.

Beruntung para kader sangat sigap dan kompak. “Program ini terkesan mudah tapi harus banyak beradaptasi dengan kondisi di lapangan,” ucapnya.

Saling menguatkan saat menjalankan program ini. “Karena kita bekerja di Gampong sendiri, kalau kita bekerja setengah-setengah, kita malu, ada beban moral tersendiri.,”

Shinta mengatakan, Program ini di Lombok dijalankan selama dua tahun sedangkan di Aceh Barat Daya menjadi 7 bulan. “Tidak ada kompensasi waktu.

57SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Dikejar batas waktu,’ ujarnya. Namun semua kerja keras itu terbayar saat pleno, warga gampong berduyun-

duyun datang. Menyaksikan semua data-data yang telah dikumpulkan oleh kader diungkapkan didepan umum untuk diverifikasi bersama.

“Ramai sekali yang datang, seperti pesta,” ujarnya. “ Namun Alhamdulillah dapat selesai tepat waktu,” pungkas Alumni

Fakultas Pertanian Unsyiah Lulusan 2001 ini. l

SAMA seperti FPAG lainnya Agus Rahman, merasa beruntung program ini diterapkan di Aceh Barat Daya. Karena sangat bermanfaat bagi masa depan gampong. Database menjadi lebih akurat dilakukan dengan proses

yang transparan dan akuntabilitas. Sebagi FPAG Kecamatan Jeumpa, Agus mengkoordinir enam gampong,

yaitu Alue Sungai Pinang, Kuta Jeumpa, Alue Rambot, Gampong Baru dan dua gampong persiapan, Alue Seulaseh dan Jeumpa Barat.

Sebagai Pegawai Negeri Sipil, Rosita Hs bersyukur program ini berjalan dnegan baik dan bermanfaat untuk masyarakat.

“Saya bangga, Aceh Barat Daya sebagai pilot project bahkan Indonesia Bagian Barat dan pertama di Sumatera,” ujar perempuan kelahiran Peulumat, 7 Desember 1973 ini.

Dalam program SAIG, ia brperan sebagai pendamping sekaligus pemantau. Menurutnya, dari aparat Gampong, hingga Sekretaris Daerah, Wakil Bupati dan Bupati sudah mengetahui manfaat dari program ini. Dan sangat mereka memberi dukungan penuh.

Menurut pantauannya, sampai program ini selesai tidak ada masyarakat yang menentang, mereka sangat antusias. “Senang dengan sistem ini, sehingga bila nanti ada program bantuan akan tepat sasaran,”

Ia berharap nantinya tidak hanya empat kecamatan tapi dapat diterapkan SAIG, namun diseluruh kecamatan di Aceh Barat Daya.

58 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

“Walaupun tidak lagi didanai LOGICA2, program ini harus tetap berjalan dengan didanai Pemkab,” harap sekretaris Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan Keluarga Sejahtera (BPM,PP,KS) ini.

Seperti Rosita Hs, Dewi Marlina, S.P., M.P. juga berperan sebagai pendamping dan pemantau proses SAIG. Perempuan kelahiran Blangpidie, 27 September Tahun 1978 silam ini berstatus sebagai PNS sebagai Staf BLHKP (Badan Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan), sebagai Pelaksana Tekhnis Kabupaten.

“Yang diperlukan untuk program ini adalah support dalam fasilitasi, koordinasi dan konsultasi,” ujarnya.

Ia senang SAIG menghasilkan peningkatan SDM melalui program berbasis potensi aset dan partisipatif, ketersediaan database yang akurat dan peta interaktif berdampak transparan dan tepatnya sasaran dari program dan kegiatan pembangunan.

“Manfaat yang dapat dirasakan adalah memudahkan koordinasi integrasi program antar kegiatan dengan SKPK dan lainnya,”

Senang merupakan bagian perubahan dari program SAIG ini di Kabupaten Aceh Barat Daya, hanya saja Ia berharap program ini tidak berakhir disini, harus dilanjutkan,” pungkasnya. l

SISTEM ADMINISTRASI DAN INFORMASI GAMPONG (SAIG) DI MATA PEJABAT ACEH BARAT DAYA

Pemerintah Aceh Barat Daya memberikan dukungan penuh terhadap program SAIG, terbukti dengan penyediaan 65 unit komputer untuk gampong pilot project.

59SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

“SAYA merinding, sesuatu yang cukup berat, akhirnya bisa selesai dalam waktu tujuh bulan. Saya sangat terkejut dengan apa yang telah dicapai oleh LOGICA2 untuk proyek ini, melebihi ekspektasi

saya,” ujar kepala Bappeda Aceh Barat Daya, Weri, S.E., M.A.Weri yakin SAIG adalah mimpi pimpinan Aceh Barat Daya. Menurutnya,

Pemimpin Aceh Barat Daya sudah bisa promosi tentang program ini ke daerah lain bahkan ke provinsi lain di Indonesia.

Bahkan, Aceh Tengah, Aceh Tamiang, Aceh Timur, Pidie Jaya menaruh minat pada program ini. “Banyak yang bertanya, kapan bisa dishare ke daerah lain. Kalau sudah siap seperti ini, kita sudah berani berkata “Welcome to Aceh Barat Daya”,” ujar Weri senang.

Menjawab harapan dari masyarakat, Weri menyatakan Pemerintah Aceh Barat Daya akan menyediakan sebanyak 65 unit komputer untuk gampong pilot project.

“Jadi jangan takut program ini berhenti ditengah jalan, Pemerintah Aceh Barat Daya sangat mendukung program ini, saya juga yakin banyak yang iri dengan Aceh Barat Daya,” ujarnya.

Weri menjelaskan bahwa replikasi pemetaan kemiskinan dan sistem administrasi dan informasi Gampong (SAIG) di kabupaten Dompu tidak 100% diadaptasi. Tetapi yang dilakukan adalah mengkombinasi dengan data dan kearifan lokal masyarakat Aceh di Kabupaten Aceh Barat Daya.

Weri mengaku, sebelumnya pihaknya sangat kesulitan pembuat perencanaan pembangunan di Aceh Barat Daya. Hal tersebut dikarenakan kurang tersedianya data yang akurat.

Namun beruntung, Penyusunan database ini Aceh Barat Daya bekerjasama dengan LOGICA2 dalam melakukan pemetaan kemiskinan dan Sistem Administrasi dan Informasi Gampong telah membuahkan hasil.

“Para Kader dan FPAG telah bekerja keras menggali data dengan akurat, hal tersebut lebih mudah dilakukan karena mereka adalah putra Aceh Barat Daya, punya hubungan emosional dengan Aceh Barat Daya,”

“Dengan adanya data yang akurat, semua bantuan yang disalurkan

60 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Pemerintah akan tepat sasaran. Termasuk bantuan BLSM, Raskin dan sebagainya,” tambahnya.

Cita citanya , dengan sekali klik, semua data akan terlampir dengan akurat akhirnya tercapai, walaupun baru di empat kecamatan pilot project. Namun pencapaian itu sangat membanggakan.

“Setelah SAIG berhasil, pembangunan di gampong bisa lebih efektif dan efisien. Juga akan diterapkan melalui program SAIG dalam bentuk portal atau situs web yang dikelola pemerintahan gampong,”

Ia mengungkapkan, keakuratan data dan sistem administrasi informasi gampong yang baik adalah cita-cita pemerintah Aceh Barat Daya di bawah kepemimpinan Bapak Jufri Hasanuddin dan Bapak Yusrizal Razali.

Bupati Aceh Barat Daya sangat mengapresiasi program dari LOGICA2 ini. Karena lembaga tersebut sangat membantu dalam mendukung visi dan misi Pemerintahannya.

“Kini, di bagian Timur ada Dompu, maka dibagian Barat Indonesia ada Aceh Barat Daya dengan database yang akurat,” ujarnya bangga.

Dengan berhasilnya program ini, sangat membantu mengurangi tingkat eror, tidak seperti data-data tahun sebelumnya, cenderung menyesatkan.

Bupati Jufri Hasanuddin berkomitmen membawa perubahan di  Bumoe Breuh Sigupai.  Ia juga tak antikritik. “Silakan kritisi aktivitas dan kinerja pemerintah secara proporsional. Jika ada informasi yang dibutuhkan, pemerintah siap menyediakan. Apalagi, ini kan eranya keterbukaan informasi.”

Menurut Jufri, keberhasilan memimpin pemerintahan diukur bukan dengan makmurnya orang-orang yang menjalankan pemerintahan, tapi rakyatnya yang sejahtera.  Jufri  berkomitmen tinggi melayani rakyat sesuai kemampuan dan peluang yang tersedia, sesuai hukum yang berlaku. “Rakyat dilayani, bukan dikontrol.”

61SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Para pelopor (AI)

a. Agent of Change from Manggeng

Senda gurau dengan dosen pembimbing di kampusnya pada tahun 1991 silam membawanya sebagai pemerhati

lingkungan. Meski menghadapi berbagai rintangan, banyak prestasi telah diraihnya.

NAMANYA Ir. H. T. Ahmad, ia ingat saat itu sang dosen, Yusri Nyak Pha, menyarankan agar saya pulang saja ke

kampung, tidak perlu lagi jadi pegawai. “Pulang saja ke kampung tanam saja pala,” ujar sang dosen waktu itu.

”T. Ahmad muda bertanya, “Kenapa tidak boleh saya jadi pegawai Pak?”

“ Tidak usah lagi.” jawab sang dosen singkat.T. Ahmad berfikir keras, hingga ia membenarkan saran dosen

pembimbingnya. Ternyata keputusannya menuai rintangan terjal. Ia merasa tertekan dengan gelar Ir. yang sudah ia sandang.

“orang-orang mengejek saya, itu lihat serjana Paya Itek, waktu itu saya pulang dari Alue Dawah Tanam merica,” kenangnya.

Memang sejak selesai kuliah ia sudah menanyakan kepada orang tua

62 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

bagaimana kalau ia tidak lagi jadi pegawai negeri. Orang tua T. Ahmad termasuk demokratis dengan membiarkan anak mereka memilih jalannya sendiri.

Mulailah T. Ahmad menanam merica. Namun alangkah malunya ia karena waktu itu harga merica sangat murah.

Waktu itu ia terinspirasi dengan pak Said Muzahar, beliau selalu menceritakan tentang merica. Akhirnya terpancinglah T. Ahmad untuk menanam merica,

Mulanya ia berfikir simple saja, waktu yang diperlukan untuk pembibitan merica hingga berbuah hanya satu tahun,

“Saya bisa kalau seperti itu,”Dan memang berhasil. waktu itu merica berbuah sangat lebat, di rumah

hasil panen sudah berkarung-karung. Namun saying, merica itu tidak ada peminat. Tidak ada yang mau membeli.

Akhirnya ia berfikir untuk tidak berlama-lama dengan merica, akhirnya T. Ahmad beralih ke peternakan ayam. Berbekal pengalamannya saat kuliah kerja nyata (KKN) di Sumatera Utara, di sana mereka membuat mesin tetas. Dan ia mulai mencoba menciptakan mesin tetas dari lampu teplok.

Saat itu semua warga kampung heran, mengapa bisa menetas dengan menggunakan lampu teplok, ini bener-bener luar biasa, bagaimana bisa menetas bukan dierami oleh induknya.

“Saat itu saya teringat sekali, karena sudah mencapai 80 telur ayam setiap harinya, tetapi tidak ada juga orang yang mau membeli, saya pun bingung, bagaimana pula caranya hidup ini, apa yang kita buat semua tidak ada yang mau beli,”

Setelah hamper putus asa ia teringat kembali bidang pendidikan yang ia tempuh, yaitu pembibitan, karena di Manggeng tidak ada yang memulai pembibitan.

Tahun pertama saya mulai pembibitan sebanyak 300 batang. 300 batang itu ia bagikan semua kepada warga kampung, tujuannya untuk membuktikan bahwa ada benih yang dalam waktu dekat akan berbuah seperti pohon induknya.

63SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Bermula dari situ, sejak tahun 1991 itu berbagai bibit ia bagikan kepada masyarakat supaya mereka percaya bahwa bibit itu akan membuahkan hasil. Tahun berikutnya sudah mulai ada peminat, ketika itu datang pegawai dari Bappeda dari Meulaboh yang membutuhkan bibit 1000 batang.

Waktu ia ia mengatakan kepada pegawai Bapedda Meulaboh kalau untuk pembibitan ia mampu, namun ia tidak mempunyai modal untuk beli polibag. Ternyata pihak Bappeda memberikan modal.

“Ternyata itulah proyek saya yang pertama,”Saat itu ia mendapatkan proyek pembibitan Rp.1000/ bibit. Kemudian ia beli

sebidang tanah di daerah Tumbok, 1000 batang jumlah uangnya 1.000.000,- waktu itu harga tanah tersebut 600.000,- pemilik tanah mau dibayar dengan cara menyicil. Saat itu ia membayar uang muka Rp 200,000., dan melunasi Rp. 400.000.,. Di daerah Tumbok T. Ahmad mulai mengembangkan berbagai macam jenis bibit.

Masalah tidak selesai sampai disitu, saat itu datang seorang bergaya konglomerat. Ia mengaku memerlukan bibit untuk dibawa ke Gampong Kubang Gajah. Ia pun percaya, dan diberikan uang pajar sebesar 250.000,- . harga bibit Rp. 2,5 juta, sanga konglomerat berjanji akan memberikan sisa pembayaran pada hari Kamis.

Sampai pada hari, kamis dan kamis-kamis selanjutnya, ia terus menunggu bayaran. Tapi yang berjanji tidak kunjung datang.

“Jadi sistem dan cara berpikir masyarakat memang sudah begitu, sulit diubah, hampir semuanya berbohong, posisi dan jabatan apa saja mereka tetap bohong. Jadi seperti pepatah Aceh, Sulet Keu Pangkai Akai keu laba. Memang benar begitu, sampai kepala-kepala Dinas membohongi saya juga,” ujarnya kesal.

Saat itu ia berfikir, kalau seperti itu, ia lebih baik mejadi Pegawai Negeri saja, karena banyak sekali orang-orang yang tidak jujur. “Kalau swasta memang berat dan saya pribadi sudah pesimis dengan kondisi seperti ini,”

Namun akhirnya ia tetap bertahan dengan usaha pembibitannya. Tanpa ia sadari, bibit yang sudah ia bagikan berkembang dengan baik dan orang-orang

64 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

mulai berminat. “Karena mereka sudah percaya ternyata memang cepat berbuah, dan saya

terdaftarlah sebagai penagkal benih pertama, resmi dan berlabel,”Kemudian ia mulai mengikuti berbagai pelatihan penangkalan benih, ke

Bandung, Manado dan daerah-daerah lainnya hingga ke Thailand. Terakhir ia mendapat pelatihan bagaimana membuat bibit dari kultur jaringan, menurutnya itu teknologi paling muthakhir dalam pembibitan.

Namun dibalik kisah jatuh bangunnya, T. Ahmad punya cerita menarik di balik penampilannya yang sangat sederhana.

Dulu pernah suatu hari orang ingin mewawancari saya, tetapi yang diwawancarai orang lain yang berpenampilan necis yang berada di dekat saya, setelah ia semakin kewalahan menjawab pertanyaan wartawan baru ia mengaku dan menunjuk ke arah saya. Danmengaku ia bukan T. Ahmad.

Ia juga pernah dibawa langsung ke Tapaktuan tanpa pemberitahuan sebelumnya, ternyata ia diusulkan untuk mendapat penghargaan Kalpataru,

T. Ahmad tetap bertahan dengan segala rintangan, menurutnya, ilmu yang ia miliki merupakan keterampilan yang tidak dipunyai semua orang. Keterampilan pembibitan seperti ini sangat jarang dilakukan.

Padahal pembibitan teknologi sederhana, tetapi nilai produknya mahal, contohnya kuini itu bisa ratusan ribu perbatang setelah diolah, nantinya bisa berbuah beranekan ragam. Ia juga melihat disegi spiritual itu sudah menjadi sedekah,

“Yang lain memang tidak ada yang mampu kita berikan, jadi saya telah memutuskan sampai kapanpun saya tetap akan melakukan ini untuk mentrasfer ilmu kepada masyarakat,”

Ia juga bercerita tentang anak-anak magang, saya fikir akan menerapkan sedikit biaya operasional untuk bensin dan listrik, cuma setelah saya lihat kehidupannya baju yang dipakai saja selama magang berbulan-bulan disini saya lihat cuma itu-itu saja yang dipakai, uang yang tadi sudah disepakati untuk biaya praktek 50.000/siswa tidak jadi juga saya ambil.

Bekerja dengan ikhlas adalah keinginannya. Masyarakat dan teman-taman

65SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

sering ia ajak membantunya melakukan pembibitan. “Merekapun mau membantu saya, walaupun tidak pernah saya bayar atau

saya gaji, paling-paling saya hanya memberikan makan dan rokok,’Mereka memang juga telah dilatioh oleh T. Ahmad dan sudah mengerti

tentang pembibitan. Mereka tidak meminta gaji, menurutnya, jika ada pihak yang memberikan perhatian kepada pembibitan akan lebih mudah. ketika anak-anak magang selesai praktek, mereka sudah mengahsilkan berbagai macam jenis bibit,

Bibit itu dapat dijual dan hasilnya nanti digunakan untuk kegiatan praktek anak-anak, tetapi itulah yang sampi saat ini belum ada yang mau menampung, seperti baru-baru ini ia mendapat sedikit rezeki, seharusnya uang itu digunakan untuk menafkahi keluarga, tetapi ia malah teringat ketika nantinya anak-anak magang datang, harus melatih apa untuk mereka, akhirnya uang itu digunakan untuk membeli biji mangga dan kuini.

Pernah juga suatu ketika siswa magang dari Babahrot, mereka harus dikrim ke Sare, Aceh Besar, sementara biaya untuk magang ke sana mereka harus menjual sawah, sementara sawah itulah yang menghidupi keluarga mereka.

“Oleh karena itulah saya tidak sampai hati kalau mereka saya tolak untuk magang disini, sementara pemerintah seperti menutup mata tidak mau memberikan sedikit perhatian untuk kegiatan praktek ini, sementara ini merupakan tanggung jawab pemerintah tetapi akhirnya saya yang harus menanggung beban ini,”

“karena saya berpikir kalaulah saya juga mundur dari kenyataan seperti ini, jadi siapa lagi yang akan peduli terhadap hal seperti ini, karena memang tidak ada orang yang mau peduli,” ujarnya sedih.

Pernah juga usahanya mendapat angin segar, saat itu, ketika Akmal Ibrahim menjabat Bupati, T. Ahmad pernah menyampaikan untuk membuat sebuah Laboratorium hanya 250.000.000,-,

“Kita bisa menghasilkan benih-benih yang tahan lama, contohnya pala, 250 juta itu untuk operasional 1 tahun, saya sudah punya 1 orang tenaga, tinggal cari 1 orang lagi untuk kita latih,”

66 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Namun sayang, laboratorium itu tidak kunjung berdiri. Selanjutnya semua berjalan apa adanya.

Ia juga bercerita, saat PKA ia menerima telepon dari Bupati Aceh Selatan. Bapak Bupati mengajak T. Ahmad untuk membantu program Pemerintah di Aceh Selatan, namun ia belum tahu program apa yang akan dilaksanakan.

Dalam kesempatan itu ia sarankan kepada Bupati Aceh Selatan untuk menangani hama Pala, karena Pala adalah produk unggulan Aceh Selatan.

“Membangun daerah dengan produk unggulan daerah sebenarnya paling mudah, seperti contohnya Aceh Barat Daya misalnya produk unggulannya kacang tanah, jadi dari kacang tanah itu kita membangun,”

Dulu saat Adi Sasono Menteri Koperasi, T. Ahmad datang ke Jakarta sang Menteri menawarkan kepadanya untuk menanam berbagai tanaman di bawah Menteri Koperasi. 5 perusaaan besar Indonesia siap berinvestasi di Aceh Barat Daya yang nantinya akan menjadi pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk daerah. waktu itu Aceh Barat Daya Bapak Nasir menjabat sebagai Pj. Bupati Aceh Barat Daya.

“Namun karena beliau meninggal, makanya program itu gagal,”Hobi T. Ahmad yang lainnya adalah bereksperimen. Pernah suatu ketika

tanaman kacang di Gampong Padang Keulele diserang hama ulat. Masyarakat sudah pasrah dengan kondisi seperti itu, karena mereka sudah berusaha untuk menyemprot, tetapi tidak berhasil.

Ahmad menyampaikan untuk datang keesokan harinya. Keesokan harinya petani sudah berkumpul dan T. Ahmad mengajarkan warga gampong membuat pestisida organic dengan bahan bakunya daun Capa, daun Sirsak dan tembakao lalu ditumbuk dan disemprotkan ke kacang yang terserang hama.

“Petani pun merasa senang karena murah dan ampuh,”Sampai sekarangpun kepada siswa-siswa yang magang ia mengajarkan

keterampilan membuat pupuk organik, pupuk cair organic, pestisida organik.Magang di area pembibitan dan perkebunan miliknya sudah dimulai sejak

tahun 1997, sejak itu sudah mulai ramai dikirim mahasiswa magang.Ia juga ikut andil dalam menanamkan nilai agama kepada siswa magang,

67SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

tidak hanya diajarkan metode pertanian. Setiap malam diberikan pengajian, hingga siswa-siwa yang nakal itu setelah magang di tempatnya sudah bissa mengumandangkan azan dan menjadi lebih santun.

Namun ia masih mengalami kendala untuk penginapan para siswa magang.” Saya sudah sampaikan kepada orang-orang yang berkompeten, tetapi ternyata belum ada seorangpun yang mau membuka hatinya untuk membangun sebuah asrama,” ungkapnya.

Sampai akhir 2013 ia sudah menerima 3 lembar surat dari tiga sekolah untuk magang.

Sebenarnya ia sudah sangat sangat kewalahan dengan kondisi saat ini. Karena ia bingung harus menmpatkan para siswa magang tersebut.

“Masalahnya kalu kita pungut biaya rasanya saya tidak sampai hati, karena rata-rata meraka adalah keluarga miskin, pernah kedapatan 10 ribu rupiah dikirim dari kampung untuk anaknya yang lagi magang, dan baru-baru ini siswa dari Babahrot waktu saya antar kerumahnya, tadinya saya berniat untuk memintak uang untuk isi minyak mobil saja, tetapi begitu saya melihat kondisi rumahnya sayapun menangis, akhirnya saya pun tidak jadi mengambil uangnya,” kisahnya.

Dilain pihak ia juga tidak sampai hati untuk menolak mereka ingin magang di perkebunan dan pembibitan mimliknya. Apalagi ia teringat baru baru ini para siswa yang berasal dari Alue Damah, mereka adalah anak-anak korban konflik.

“di Alue Damah itu merupakan korban pelanggaran HAM yang paling berat, pernah saya bertanya kepada anak-anak, kalian waktu konflik dulu bagaimana? Mereka langsung menangis,”

“Saat konflik, para laki-laki dikumpulkan di dalam sebuah rumah, tangan mereka di ikat lalu dibakar. Makanya anak-anak disaat saya bertanya tentang konflik mereka langsung meneteskan air mata,” kisahnya.

Ir. H. T. Ahmad pernah menyampaikan kepada Dullah ( Anggota DPRK) untuk membangun sebuah asrama sederhana. Lalu sanga anggota dewan menyampaikan ke sdinas terkait. Namun sayang,dinas terbut menuduh T. Ahmad mencari keuntungan.

68 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

“Heran saya apa saya akan tidur di situ, saya punya rumah. Maksud saya pondok itu untuk siswa magang,”

Hal yang paling membanggakannya adalah, saat melihat masyarakat mulai memahami dan sudah mau melakukan penanaman bibit yang ia kembangkan.

T. Ahmad berharap, pola pertanian ini harus organik, karena berdasarkan teori , zat kimia itu masuk ke dalam air minum yang kita minun, hingga larut dalam air susu ibu.

“coba bayangkan dari semenjak di pegunungan sana orang menggunakan bahan kimia. Jadi harapan saya pertanian kedepan harus berpola kepada organik,” harapnya.

Kalau berbicara mimpi, ia tidak pernah memimpikan apapun, “sebenar saya saya sudah apatis dengan kondisi yang ada sekarang, tidak tentu harus dimana kita memulainya lagi, ini ibarat rantai yang sudah putus dan tidak kita temukan lagi dimana penyambung rantai tersebut,” ujarnya kecewa.

T. Ahmad berharap, pemerintah terus memberikan dukungan dan pelatihan kepada masyarakat yang mberminat pada bidang pertanian, “Sampai mereka benar-benar bisa mendapatkan hasil dan mandiri,” harapnya. l

Perempuan single parent ini merasa terpanggil untuk mencerahkan dunia pendidikan Anak Usia Dini di gampong Tangan-tangan, Kecamatan Tangan-tangan, Aceh Barat Daya

TAHUN 2004 silam, sebuah ruang kecil di Gedung Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) menjadi saksi bisu perjuangan Adi Fauziah mengubah wajah pendidikan dengan bermodalkan ruangan sederhana

69SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

berdinding papan dan sehelai tikar ia gunakan sebagai tempat untuk mengajari anak-anak di Gampong Tangan- Tangan.

“Modal saya waktu itu hanya tekad dan semangat,” ujar ibu dua anak ini. Beruntung ia diizinkan menggunakan ruangan PEKKA, karena ia

tergabung dalam organisasi tersebut, dimana mereka memperjuangkan hak-hak perempuan dan anak.

Tahun pertama dirasakan sebagai masa tersulit bagi Adi, ia nekad mengajar seorang diri, dengan jumlah murid yang sangat minim, sekitar 5 sampai 10 orang saja. Saat itu para orang tua belum mempercayakan anak-anak mereka kepada Adi.

“Tetapi itu tidak menurunkan semangat saya dalam mengajari anak – anak tersebut,” kisahnya.

Ide membuka Pendidikan Anak usia Dini (PAUD) muncul saat perjalanan pulang setelah mengantarkan anak-anaknya ke sekolah. Ia sendiri sebagai seorang ibu merasa terpanggil untuk berbuat sesuatu untuk anak-anak di gampongnya.

Tahun 2000 ia menjadi single parent. Bekerja keras menghidupi dan menyekolahkan kedua puteranya. Saat ini. Putera sulungnya telah menjadi mahasiswa di UNRI, Riau dan sibungsu telah duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).

Saat itu ia merasa heran dengan kondisi pendidikan anak usia dini, “Dari sekian banyak anak-anak, hanya sekitar empat orang saja yang bersekolah,” ujarnya heran.

“Faktor pertama yang harus saya akui memang jarak yang cukup jauh untuk menuju ke sekolah kemudian masalah ekonomi pun juga menjadi faktor yang mempengaruhi pendidikan di gampong ini,”

Sebenarnya permasalahannya tiak hanya pendidikan anak usia dinitetapi ramai sekali masyarakat di gampong tersebut yang putus sekolah.

Berbekal ilmu yang diperolehnya di bangku kuliah, Adi menjadi guru satu – satunya di sekolah tersebut, dengan penuh semangat dan kasih sayang ia terus mengajarkan anak – anak tersebut untuk berbaur satu sama lain.

70 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Setelah beberapa lama pandangan masyarakat di gampong tersebut sedikit demi sedikit mulai terbuka, pada tahun kedua para orang tua mulai mengantarkan anak – anaknya bersekolah. Sedikit demi sedikit Adi pun mulai mencari funding untuk dapat membantu sekolahnya tetap beroperasi.

Setelah perjuangan panjang, tahun 2007 ia berhasil mendaftarkan PAUD tersebut ke Dinas Pendidikan. Namun perjuangannya tidak berhenti sampai disitu, karena sampai sekarang PAUD tersebut belum tersentuh bantuan langsung dari Pemerintah Kabupaten.

Selama 9 Tahun, segala keperluan Administrasi yang di butuhkan sekolah ia ambil dari iuran bulanan siswa yang di kutip Rp.2000;/Bulan.

“Itu pun belum bisa memenuhi semua yang kami butuhkan, termasuk untuk membayar gaji tenaga pengajar,”

Kini tenaga pengajar di sekolah tersebut sudah bertambah menjadi lima orang guru, mereka berasal dari masyarakat gampong, sebagian hanya tamatan SMU dan tamatan terguruan tinggi.

Dengan segala keterbatasan, baik dari segi Mobiller bermain maupun alat peraga, Adi merasa sangat bangga karena siswa – siswi binaanya mampu bersaing dengan sekolah- sekolah lain saat mengikuti perlombaan.

Anak-anak itu pernah menjadi juara di tingkat Kabupaten pada Bidang seni menari, minat dan bakat pada hari Anak Nasional.

“Sering juga anak – anak didik kami baik yang masih sekolah maupun alumni dari PAUD tersebut namun masih sering datang kerumah saya untuk belajar menari dan di undang pada acara – acara di tingkat Gampong maupun Kecamatan,”

Merekapun sering mendapat hadiah, sebagian dibagikan kepada anak-anak dan sebagian lagi menjadi dana tambahan bagi Sekolah.

Dengan cara itulah Adi menghidupkan sekolahnya, namun ia masih menyimpan harapan dan impian.

“Saya sangat ingin melihat anak saya selesai kuliah dan saya berharap Pemerintah dapat sedikit memperhatikan pendidikan khususnya bagi

71SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Gampong yang jauh dari pusat kota sehingga tidak ada perbedaan kualitas pendidikan bagi anak – anak di Kabupaten, Kecamatan dan seperti masyarakat yang sedikit terpencil seperti di daerah kami,” ujarnya penuh harap. l

Penolakan demi penolakan tidak membuatnya menyerah untuk menghadirkan pendidikan yang layak bagi

anak-anak. Hingga akhirnya membawanya menjadi Caleg perempuan pilihan gampong Pusu Ingin Jaya.,

kecamatan Manggeng, Aceh Barat Daya.

BERBAGAI penolakan tidak membuat Aisyah menyerah untuk mewujudkan keinginannnya menghadirkan pendidikan anak usia dini yang layak bagi anak di Gampog Pusu Ingin Jaya, Kecamatan

Manggeng. Memang pada awalnya sekolah gampong tersebut telah memiliki bangunan

sekolah yang dibangun dari dan PNPM. Namun belum dimanfaatkan karena belum dilengkapi peralatan yang mendukung kegiatan belajar mengajar.

Aisyah bersyukur, karena tahun 2010 saat ia berjuanga mewujudkan keinginannya, LOGICA2 memberikan bantuan Hibah ke gampong sebesar 15,000,000; (lima belas juta rupiah) / gampong dampingan.

Pada awalnya Aisyah hanya bekerja didampingi fasilitator LOGICA2 yang bertugas di gampong Pusu Ingin Jaya, “Saya sangat berharap di gampong memiliki sekolah PAUD sama seperti Gampong lain tetapi keingin saya ini tidak mendapat dukungan kuat oleh aparatur Gampong karena pihak aparatur gampong ingin menggunakan dana tersebut untuk kepentingan lain,”

Berbagai usaha diupayakan untuk mewujudkan keinginannya. “Dengan

72 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

usaha yang keras saya mencoba memberikan pengertian pada pihak aparatur agar dana hibah itu dapat digunakan untuk keperluan Mobiler bangunan PAUD yang telah dibangun agar anak – anak digampong bisa bersekolah,”

Namun sayang, usulan pertamanya tidak diterima oleh pihak aparatur Gampong. Tidak patah arang, Aisyah menjumpai sekretaris Gampong dan memberikan pengertian yang bahwa adanya PAUD akan berdampak positif bagi gampong khusus bagi anak – anak yang masih berumur di bawah 5 tahun.

Ia meyakinkan, bahwa uisa tersebut adalah usia emas seorang naak. Karena itu harus dibina dengan baik untuk menghasilkan generasi yang lebih baik di masa mendatang, sehinggan Aceh Barat Daya akan lebih baik nantinya.

Selain itu, ia juga mengatakan kepada Sekdes pendingnya pendidikan PAUD agar anak-anak dapat diterima dengan mudah saat masuk ke Sekolah Dasar yang telah mempunyai persyaratan memiliki Ijazah TK ataupun PAUD saat memdaftar. Sehingga anak – anak di gampong bersekolah di sekolah yang mereka inginkan nanti.

Usaha keras itu akhirnya membuahkan hasil. “Sekdes setuju,” ujarnya gembira.

Namun waktu itu Keuchik hanya member dukungan secara lisan. “Kerjakan saja, kalau perlu tanda tangan dan stempel saya siap tapi kalau yang lain saya tidak mau ambil pusing,” kenangnya meniru ucapan Keuchik saat itu.

Kata – kata itu tidak mematahkan semangat Aisyah. Karena ia mendapat dukungan yang besar dari suami, walaupun terkadang ia merasa bersalah pada suami kerena dalam seminggu ia mempunyai waktu dua hari untuk keluarga.

Karena ia tidak hanya aktif sebagai kader, ia pun aktif dalam kegiatan SPP yang ada di Gampong.

“Syukurnya suami tidak pernah mematahkan semangat saya berjuang demi kemajuan gampong,”

Dukungan itu menjadi semacam charge bagi Aisyah untuk terus berusaha mengupayakan agar bangunan PAUD yang ada di gampong tersebut dapat segera dimamfaatkan, di tengah perjalanannya membangun PAUD, beruntung ia bertemu dengan Rijal, seorang pemuda yang mempunyai keinginan

73SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

memajukan gampong.Tidak sedikit kendala yang mereka hadapi. Mulai dari awal mempertahankan

dana untuk PAUD hingga membuat pengurusan ke kantor Notaris yang terhalang oleh biaya.

“Saya harus meminjam uang kepada orang lain untuk dapat membuat akte ke Notaris agar PAUD tersebut dapat terdaftar di Dinas Pendidikan,”

Aisyah dan rijal bekerja dengan suka rela tanpa bantuan, baik dari segi finansial maupun tenaga. Hingga akhirnya pada pertengahan tahun 2012 PAUD tersebut resmi terdaftar di Dinas Pendidikan.

“Setelah berjalan dua tahun, saat ini PAUD tersebut telah memiliki sekitar 20 murid,”

Perjuangan belum berakhir, bermodalkan pendidikan yang hanya lulusan SMU, isyah rela menjadi Guru secara suka relawan di PAUD tersebut

“Namanya juga sukarela, tanpa gaji,” ungkapnya sambil tersenyum.Sampai saat ini sekolah tersebut belum memiliki Guru yang berstatus PNS

dan belum mendapat bantuan apapun dari pemerintah.“Jangankan untuk membayar gaji guru, untuk membuat laporan bulanan

saja saya merasa kewalahan mencari dana nya, iuran bulanan yang kami sepakati dengan orang tua murid sebesar 5000/bulan tidak berjalan lancer,” ungkapnya.

Hal tersebut disebabkan kondisi ekonomi masyarakat gampong tersebut rata – rata masih berada dibawah rata-rata. Sehingga Aisyah sering menggunakan dana pribadi agar sekolah tersebut tetap bisa berjalan.

Akan tetapi semua usaha kerasnya terbayar dengan sesuatu yang sangat sederhana.

“Satu hal yang membuat sangat bangga, kemanapun saya berjalan di seputaran gampong murid-murid memanggil saya dengan panggilan “ ibu “ itu sangat membuat saya sangat bahagia,”

Apalagi saat melihat murid-murid tahun pertama sekolah diwisuda pada tanggal 9 September 2012 lalu, “Semua kelelahan itu terasa hilang, walaupun dengan dana yang pas-pasan untuk mengadakan acara wisuda sekolah,”

74 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Saat itu dengan semangat, Aisyah sibuk menyewa pakaian untuk murid-murid kesayangannya. Padahal ia sendiri tidak mahir mengendarai sepeda motor. Namun hal itu tidak menjadi kendala yang berarti demi terlaksananya acara wisuda sekolah tersebut.

“Dengan semua kerja keras yang telah saya lakukan untuk masyarakat gampong saat ini meraka mempercayi saya untuk menjadi Calon Legislatif perwakilan dari gampong karena mereka berharap agar kedepannya gampong kami dapat lebih baik lagi,”

Harapan Aisyah yang paling besar adalah, ia ingin semua anak – anak yang ada di gampong dapat bersekolah.

“Dan PAUD kami dapat segera memiliki Guru Pegawai Negeri Sipil agar dapat mengajarkan Guru dan Murid di Sekolah kami sesuai dengan Standar Pendidikan Nasional,” pungkasnya. l

Lagu ciptaannya berjudul “Aceh Membangun” dinyanyikan oleh Diva Nasional, Ruth Sahanaya di sebuah TV Swasta.

RASA bangga membuncah di dadanya, bahagia karena lagu yang ia ciptakan dinyanyikan seorang Diva Nasional.

“Aliran musik saya bergenre Gambus, perjalanan karir bermusik saya dimulai dari tahun 1975,” ujarnya.

Musik adalah inspirasi dan hidup bagi laki laki paruh baya bernama Fahmi Ayus. Hari itu ia

75SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

mengenakan peci hitam, baju dan celana hitam. ia mengaku musik adalah hobi dan bakatnya.

Ia merasa bangga karena karyanya dihargai, hingga melahirkan dua album yang sudah beredar dipasaran. Pengalamannya bermusik telah membawanya sebagai dewan juri paduan suara pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) VI tahun 2013. Semuanya ia pelajari secara otodidak.

Dengan modal nekat, rekaman ia lakukan disebuah studio di Medan berbekal uang Kredit yang ia ambil, Fahmi membuat album pertama.

Semua dilakukan tanpa ada dukungan dari pemerintah maupun pihak lain, ”Saya tetap ingin mewujudkan impian ini dalam membuat album guna membuktikan eksistensi saya dalam bermusik, kisahnya.

Mulanya ia terinspirasi musik-musik melayu. “Karena pada masa kecil saya, saya sering mendengan lagu-lagu melayu dari Malaysia. Radio pada masa itu yang paling bagus gelombang siarannya adalah radio Malaysia sehingga menginspirasi saya untuk memilih musik bergenre melayu,”

Beberapa waktu yang lalu ia diminta oleh Pemerintah Provinsi untuk menjadi tutor mengajar selama 15 hari untuk guru-guru musik dengan latar belakang pendidikan formal musik.

“Saya sendiri belum pernah belajar musik secara formal, khususnya mempelajari not-not balok. Sedangkan orang-orang yang saya ajarkan adalah alumni-alumni dari sekolah musik dari seluruh Aceh,” ungkapnya.

“Alhamdulillah saya mampu menjawab semua pertanyaan dari peserta training sampai dengan teknik-teknik pengenalan suara, saya juga berbagi pengalaman dengan mereka, semua peserta mengapresiasi karena saya dianggap telah mampu mentransfer pengetahuan bermusik mereka sacara baik,” tambahnya.

Mulanya bermusik adalah hobi. Disamping juga bakat yang ia miliki. “Untuk bermusik itu setidaknya harus memiliki bakat karena akan menunjang kita untuk bisa bermain musik lebih baik,”

Selain itu juga keinginan yang kuat untuk mencari ilmu dan kemauan untuk belajar musik. “Saya juga bisa membaca not-not balok, sesungguhnya

76 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

saya belum pernah untuk mempelajari not-not balok secara formal, padahal disini bukan basis tempat menuntut ilmu untuk bermusik,”

Ia berusaha untuk mempelajari semua alat-alat musik. Untuk lebih meningkatkan daya serap dalam bermusik, ia mencatat semua apa yang belum diketahui dan pelajari sebelumnya baik secara teori maupun prakteknya pada training-training diikuti.

Untuk terus eksis di dunia musik tentunya butuh dukungan dari berbagai pihak. Salah satunya keluarga dan sahabat.

“Mereka selalu bersama saya dalam kegiatan-kegiatan bermusik saya,”Mereka yang selalu setiap menyemangati Fahmi Ayus dalam berkarir. “Karir

bermusik saya pasang surut, semua atas inisiatif sendiri, tidak ada dukungan dari pemerintah maupun pihak lain, tapi saya tetap jalan, tetap berkreasi untuk sebuah seni, tanpa harus berhenti,”

Kebanggaan Fahmi yang lain adalah ia dapat mengajarkan anak-anak di lingkungan tempat tinggalnya bermain musik dengan berbagai macam alat musik.

Kebanggaan itu lebih terasa karena ia tidak tahu kalau selama ini dianggap penting bagi dunia musik Aceh.

“Hal tersebut sangat membanggakan saya,” Puluhan tahun bermusik, ia masih menyimpan satu impian. Ia ingin

menciptakan lagu musik Religi.“Jika orang mendengarnya merupakan lagu dari Aceh Barat Daya ataupun

menjadi ikon musik Aceh Barat Daya. Karena musik religi mengandung nilai-nilai agama ataupun menyiratkan pesan-pesan moral yang terkandung di liriknya,”

Sehingga lanjutnya, lagu religi dapat diterima oleh masyarakat luas. “Saya juga mempunyai impian untuk dapat membesarkan musik di Aceh Barat Daya dengan musisi-musisi Aceh Barat Daya yang lain,” ujarnya. l

77SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Ia aktif melakukan advokasi terhadap masyarakat ekonomi lemah tanpa mengharap imbalan apapun

HAL yang paling membanggakannya, apabila kasus-kasus yang ia tangani berhasil dan masalah mereka mereka

selesai hingga tidak timbul konflik di internal.“Itu menjadi kepuasan tersendiri bagi saya

walaupun saya tidak mendapatkan bayaran sesuai dengan profesi saya sebagai lawyer,” ujar Irfan Faisal.

Apalagi jika bertemu dengan masyarakat dengan bangga mengatakan “abang sangat berjasa bagi kami”,

“Sebuah ucapan terimakasih yang tidak ternilai harganya,” ujar alumni Fakultas Hukum UNMUHA.

Ia tidak pernah terfikirkan untuk menjadi pegawai negeri sipil. Pernah satu kali ikut test PNS di Tapaktuan, Aceh Selatan, itupun karena dipengaruhi oleh teman-temannya, karena saat itu beredar isu bahwa tes pegawai negeri itu bersih dari KKN, tapi pada prakteknya tetap saja banyak terjadi Nepotisme dalam proses rekruitmen.

“Setelah pengalaman itu saya terpanggil untuk dapat membantu masyarakat dalam kasus-kasus hukum,”ungkapnya.

Penanganan kasus secara kolektif seperti konflik sengketa tanah antara masyarakat dengan pemerintah juga sering ia lakukan, client-client nya berasal dari seluruh Aceh bahkan dari Medan.

“Tergantung tingkat keterkenalan seorang lawyer, dan keberhasilan kasus-

78 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

kasus yang ditangani,” ungkapnya.“Jadi dimanapun seluruh Indonesia kita bisa menjadi advokat. Saya juga

sering memfasilitasi masyarakat dengan pemerintah, saat terjadi konflik atas penyimpangan-penyimpangan bantuan yang selama ini terjadi dimasyarakat. Saya mengkoordinir masyarakat untuk tidak berkonflik dengan pemerintah, sehingga semua bisa diselesaikan dengan baik,” kisahnya.

Motivasinya berkecimpung di dunia hukum kemasyarakatan karena ia merasa iba terhadap masyarakat ekonomi lemah namun mereka tidak bisa menyelesikan kasus-kasusnya disebabkan anggapan mereka biaya untuk menyewa seorang pengacara sangat tinggi.

“Saya malu, jika mempunyai ilmu di bidang itu tapi saya tidak dapat berbuat banyak dan membantu mereka. Saya merasa terpanggil untuk melakukannya. Dan tidak pernah saya mengedepankan masalah uang untuk membantu,”

Disetiap kasus yang ia tangani, baginya merupakan kontribusi terhadap masyarakat tanpa mengharapkan imbalan apapun. Karena ia sangat memahami memaklumi kondisi ekonomi masyarakat kita di Gampongnya.

“Kadang kita dihargai dengan 1 bungkus rokok, terkadang saya pernah dihargai dengan uang sebesar lima puluh ribu rupiah,” ungkapnya.

Bahkan pernah dalam membuat sebuah gugatan di pengadilan Faisal sama sekali tidak dibayar, “Hal yang terpenting bagi saya adalah saya bisa membantu kaum-kaum lemah dari kasusnya hingga selesai,”

“Hal inilah yang menjadi kepuasan tersendiri bagi diri saya,”Masyarakat dapat melakukan kosnsultasi hukum agar mereka tahu

dan paham seperti apa proses hukum yang sebenarnya, karena dikalangan masyarakat banyak ditakuti oleh persoalan hukum, oleh hati dan perasaannya dan juga fikirannya.

Masyarakat beranggapan Faisal mampu menangani kasus-kasus hukum, karena mereka tahu ia merupakan lulusan dari fakultas hukum. Laki laki initidak hany aktif menadvokasi massyarakat saja, sebelumnya ia juga terlibat di LSM Garda Madina yang banyak bersentuhan dengan grass root, dan dari situlah ia tahu bahwa hukum itu perlu dan dibutuhkan oleh masyarakat dengan

79SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

penanganganan secara intens dan serius. “Saya terus membantu dan memfasilitasi masyarakat pada setiap kasus baik

personal maupun kelompok,”Saya secara professional dalam dunia hukum baru 1 tahun terakhir, tapi

mengadvokasi secara umum dari tahun 1993. Dari situ saya sadar bahwa masyarakat sangat butuh dukungan dan pendampingan hukum.

Dari sekian kasus yang ia tangani dari tahun 1993, hanya tujuh kasus yang kalah sampai ketingkat Mahkamah Agung. Sampai dengan sekarang, Bang Pan terus membantu masyarakat dalam berkonsultasi hingga mendampingi saat persidangan.

Ia juga mengingatkan dan mengajak rekan-rekan seprofesinya agar jangan selalu berorientasi pada finansial dalam membantu orang lain, “karena dengan keikhlasan tentu orang lain lebih menghargai kita dari apa yang telah kita lakukan buat mereka,”

Sekian lama mengadvokasi, ternyata awalnya dia tidak mengambil kuliah jurusan hukum melainkan mengambil jurusan teknik sipil dan ekonomi, setelah pengumuman dan ternyata tidak lulus.

Barulah ia masuk fakultas Hukum UNMUHA. Semester pertama ia masih tidak menaruh minat dengan Hukum, semester kedua ia sudah mulai tertarik berkat seorang dosen yang pernah mengatakan “ kita kuliah dihukum sama dengan sekolah SMK Kejuruan, karena setelah selesai nanti kita bisa buka bengkel sendiri karena kebutuhan hukum itu sama dengan kebutuhan air dan beras,” kenangnya.

Ia mempunyai satu impian untuk Aceh Barat Daya. “Saya mengharapkan pemerintah dengan serius untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dibidang ekonomi, dengan memberikan bantuan-bantuan sesuai dengan kepentingan masyarakat,”

“Jangan seorang nelayan diberikan bantuan bibit kacang maupun sebaliknya. Ini tidak sesuai dengan jenis usaha, bahkan tidak tepat sasaran.”

Sedangkan untuk hukum, ia sangat berharap transparansi di bagian administrasi dan keuangan baik pemerintahan di Gampong maupun

80 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

pemerintahan yang lebih tinggi. “Jika terdapat oknum pejabat yang tersandung kasus hukum agar

berhentikan dari jabatannya, supaya dalam proses hukumnya dapat lebih objektif dan transparan,” harapnya. l

Berbekal kemampuannya tampil di depan umum, ia mengajarkan anak-anak Gampong Pusu Ingin Jaya berpidato.

LINDA adalah bungsu dari lima bersaudara. Perempuan lulusan SMP dan pernah mondok di pesantren selama satu tahun ini selalu berusaha berbuat sesuatu untuk membangun gampongnya.

Ia berhasil mengajarkan anak-anak di Gampongnya untuk berani tampil di depan umum. Walaupun semua kegiatan yang dilakukan linda tidak mendapat dukungan dari pemerintah da masyarakat Gampong, dan orang tua dari anak-anak yang ia ajarkan. Namun ia pantang menyerah dan tetap berupaya memajukan gampong dengan caranya.

Ia gembira bercampur heran dengan semangat anak-anak untuk belajar berpidato. Awalnya murid Linda hanya berjumlah 2 sampai lima orang. Tetapi kini sudah hampir 30 murid.

“Saya juga heran kenapa mereka mau datang ke rumah saya untuk belajar, kalau pengakuan anak-anak itu, mereka senang belajar pidato pada saya,” ujarnya.

Sebelumnya pada tahun 2008 Linda pernah menjadi Juara Pidato dan mengaji di tingkat Kabupaten.

Tapi setelah itu langsung jatuh sakit. “Kepala saya terasa mau pecah, sampai

81SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

rasanya saya ingin membelah dan mengeluarkan semua isi yang ada dalam kepala saya, tapi alahamdulillah berkat doa dan usaha kini saya sudah sehat kembali namun sudah tidak sesehat dulu lagi karena setiap kali saya terlalu banyak berfikir akan membuat kepala saya menjadi sakit lagi,”

Dengan kondisinya kini, ia tetap bersemangat mengajarkan anak – anak itu. Bahkan ia sendiri yang menuliskan konsep pidato untuk dihafalkan dan diajarkan cara mempraktekkannya.

Selain mengajarkan pidato, terkadang bila ada waktu senggang ia juga mengajarkan tarian tradisional. Sesekali anak didiknya diundang oleh beberapa pihak yang mengadakan acara, baik hajatan di kampung maupun di kantor Gampong dan kecamatan.

Terkadang ia juga mengadakan perlombaan pidato untuk anak – anak. Memang ia mengakui sangat minim baik dari segi dana maupun fasilitas, bahkan ia menyulap meja makan yang ada di rumah menjadi podium seadanya dan meminjam sendiri pengeras suara milik Gampong walaupun harus menjawab berbagai macam pertanyaan yang sebetul nya itu alasan penolakan agar saya tidak bisa meminjam barang tersebut.

Namun ia tetap gigih mempertahankan keinginannya. “ Itu tidak menjadi penghalang bagi saya, sedangkan untuk hadiah, bagi yang menang pidato saya membuat kesepakatan dengan murid-murid saya untuk menyisihkan Rp 500; dari uang jajan mereka dengan catatan tidak boleh minta kepada orang tua mereka,”

Itu dilakukan Linda karena ia tidak memiliki penghasilan untuk membelikan hadiah “Andai saja saya punya uang saya sangat ingin membelikan hadiah yang pantas buat murid-murid saya yang telah bisa berpidato,”

Terkadang ia hanya mampu memberikan hadiah berupa makanan ringan seperti mie instan dan jajanan kecil lainnya.

Ternyata hadiah yang hanya sekedar itu merupakan penyemangat untuk anak-anak itu berlatih pidato.

Linda juga mengajarkan anak-anak gampongnya membaca al Quran di malam hari.

82 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Dengan penuh semangat ia terus mengajarkan semua ilmu yang ia miliki kepada anak-anak tersebut. Walaupun ia sering mendengar cibiran dari warga gampong.

“mereka mengatakan saya otak saya konslet, alias stres, “ Namun cibiran itu tidak membuatnya mundur. Karena ia sadar sepenuhnya

untuk berbuat kebaikan akan banyak rintangan dan hambatannya. Karena hal yang paling membanggakan baginya adalah ketika mendengar atau melihat anak didiknya dapat tampil percaya diri di depan orang banyak.

“Saat ini berkat kerja keras dan kesabaran ada beberapa dari murid telah berani tampil di sekolah saat acara muhazarah tiap hari jumat, terkadang di mushalla gampong setelah usai sholat jamaah mereka ingin maju walaupun sering terlihat wajah yang tidak yakin dari orang gampong saat melihat merka ingin tampil, dan alhamdulillah mereka bisa,”

Linda punya satu harapan sederhana, “saya ingin masyarakat gampong dapat mendukung dan bekerja sama dalam mengajarkan ilmu agama kepada anak - anak khususnya pihak aparatur gampong agar dapat lebih bekerja sama tanpa harus memandang usia untuk berbuat kebaikan,” ujarnya penuh harap. l

Kekurangan fisik dan kemiskinan tidak membuat pemuda ini patah arang. Berbekal tekad dan semangat, ia berhasil membuka usaha milik pribadi di Gampong Padang, Kecamatan Manggeng, Aceh Barat Daya.

SEBELUM mulai membuka usaha sendiri, mulanya ia bekerja di sebuah bengkel las di gampong kelahirannya. Saat itu ia masih duduk di bangku sekolah Menengah pertama di Kecamatan Manggeng. Sepulang sekolah

83SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

ia langsung bekerja dan mendapat upah sebesar Rp. 5000- Rp.10.000 perhari.“Tergantung banyak dan tidaknya pekerjaan,” ujar Sahibul Rahman.Dari upah tersebut, ia dapat membantu meringankan ekonomi keluarga,

menambah uang jajan juga ia sisakan sedikit untuk ditabung. “Tapi yang membuat saya sangat tertarik bekerja adalah karena saya punya

cita-cita memiliki usaha sendiri, di bengkel itu saya mendapat pengalaman dan keterampilan memadai,”

Tahun 2005, ia menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di madrasah Aliyah Negeri (MAN) Manggeng. Saat itu ia bercita-cita melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi dengan harapan nantinya dapat menjadi pegawai Negeri Sipil (PNS).

“Dengan pemahaman bahwa PNS lebih memiliki jaminan hidup,”Namun kondisi ekonomi keluarga belum dapat mendukung harapan

tersebut. Tahun pertama setelah menamatkan sekolah Menengah Atas, ia gagal melanjutkan ke perguruan tinggi.

Namun pekerjaanya di bengkel las tidak pernah ia tinggalkan. Mimpi untuk melanjutkan kuliah hingga perguruan tinggi terus ia jaga. Dengan harapan kondisi ekonomi keluarganya akan membaik.

Tahun berikutnya masih sama seperti tahun lalu, tidak ada perubahan bearti. Kehidupan keluarganya masih sulit.

Akhirnya ia mengambil keputusan besar dalam hidupnya untuk merantau ke Banda Aceh. Rencananya ia akan bekerja sambil kuliah. Berbekal keterampilan yang dimiliki selama bekerja di bengkel las.

“Walaupun kondisi tubuh saya cacat tapi saya tidak mau mengharap belas kasihan orang lain, bahwa Allah tidak membeda-bedakan peluang rezeki bagi hamba-Nya,”

Selama mengikuti proses ujian tes masuk Perguruan Tinggi ia menumpang di tempat kos teman sekampung. Saat tiba hari pengumuman kelulusan, ternyata ia lulus. Namun kegagalan semangatnya.

Justru ia bertekat untuk tetap bertahan di Banda Aceh. Dengan harapan lebih mengasah keterampilan las yang sudah dimiliki. Apalagi Banda Aceh

84 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

sebagai ibukota provinsi pastilah memiliki usaha pengelasan lebih maju dan moderen, karena melayani kebutuhan warga perkotaan.

Karena ia punya mimpi, suatu hari nanti ia akan membuka usaha sendiri, yang dapat menampung banyak tenaga kerja.

“Para teman sekampung yang menampung saya tinggal di Banda Aceh, sangat mendukung ide tersebut,”

Setelah beberapaka kali mengalami penolaka, akhirnya ia diterima sebagai karyawan di salah usaha pengelasan, CV. Karya Samba dengan upah harian 35 ribu.

“Usahanya cukup lumayan besar dengan jumlah karyawan sudah mencapai 20 orang, order kerja full dengan aneka ragam pesanan,” kisahnya.

Setelah dua tahun, Rahman berkeinginan membuka usaha mandiri di kampung halamannya. Berbekal keterampilan yang sudah dimiliki selama dua tahun dan bermodal sedikit tabungan, juga dukungan keluarga teman teman. Ia mulai membuka usaha bengkel las dengan memanfaatkan ruangan sudut dapur rumahnya.

Usaha las sederhana itu ia beri nama “Karya Rahmat”, dengan fasilitas kerja yang masih terbatas. Kini usahanya cukup berkembang. Sekarang ia berhasil membuka usaha di pusat pasar Manggeng di lokasi yang cukup strategis, dengan jumlah karyawan 4 orang, dan order kerja yang tak pernah putus.

Tapi ia masih menyimpan sebuah mimpi, “agar usaha saya ini dapat berkembang menjadi usaha moderen baik fasilitas maupun tertib administrasi, sekaligus menjadi dapur bengkel dalam mencetak tenaga kerja terampil dalam pengelasan,” imbuhnya. l

“Manajer yang baik itu sebenar dia mampu mempengaruhi orang lain bekerja untuk kepentinganya,” (Zulhilmi)

85SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

KEMANAPUN bertugas, Zulhilmi selalu mengemban amanah besar, “membereskan yang belum beres,”. Ayah empat anak ini tinggal di Gampong Gunung Cut dan berprofesi sebagai kepala sekolah MTSN

Manggeng.Ia bertugas pertama sekali sebagai kepala sekolah tahun 1996. Amanah

perdana ia menjabat sebagai kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTSN) Tangan-Tangan. Zulhilmi termasuk salah satu penggagas sekolah tersebut.

Ketika MTSN Tangan-tangan sudah sedikit mapan, Zulhilmi dipindahkan ke MTSN Kuala Batee. Ia diamanahkan membereskan yang belum beres di sekolah tersebut. Selama bertugas, banyak perubahan yang positif yang ia lakukan.

Hingga ia saya keluar dari sekolah, masih membawa kesan yang baik. Bahkan hingga kini komunikasi dengan rekan sesame pengajar di sekolah masih intents dilakukan. Kepala sekolah yang baru masih sering berkonsultasi dengannya. Guru-guru di sekolah itu juga masih sering mencari solusi kepadanya dari pada ke kepala sekolah yang baru.

Kemudian ia kembali ditugaskan di MTSN Manggeng dengan satu pesan yang sama “Perbaiki Mtsn Manggeng”.

“Pada dasarnya MTSN Manggeng memang sudah bagus. Untuk lebih meningkatkan mutu sekolah tersebut saya menanamkan sistem keterbukaan. Maka ketika orang bertanya kenapa bisa kita gerak sumberdaya disini dengan sumberdaya yang terbatas tapi mereka tetap mau berkerja kerena memang keterbukaan yang terapkan sejak awal,”

Kunci lainnya adalah dengan menerapkan sistem yang ia sebut “Manajemen Keluarga”. Pendekatan kekeluargaan yang ia lakukan dengan tidak mengganggap para guru itu sebagai bawahan, tetapi sebagai kawan.

Sehingga para guru lebih sering memanggilnya dengan sebutan Abang dari pada Bapak. Dan baginya, itu tidak menurunkan marwahnya sebagai kepala sekolah. ia bersyukur dengan dengan pendekatan kekeluargaan ia mampu

86 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

membuat mereka bekerja, bahkan terkadang tidak perlu diberi uang. “Saya ajak para guru berkomunikasi dan sharing dengan para guru bahkan

minum kopi bersama, sampai- sampai ada orang yang mau bertemu kepala sekolah tidak tahu yang mana kepala sekolahnya. mungkin ini berbeda dengan kepala sekolah yang lain yang sangat menjaga wibawa,dan bagi saya wibawa itu perlu hanya pada kondisi tertentu saja,”

Kalau di sekolah yang lain para guru mungkin susah untuk berkomunikasi dngan kepala sekolah karena segan tapi para guru disini tidak segan terhadapnya. Begitu juga sebaliknya.

Dengan terbangunnnya komunikasi yang baik, jika ada sesuatu yang tidak berkenan di hati, Zulhilmi akan menyampaikan langsung kepada rekan-rekan sesama pengajar dengn caranya sendiri.

“Jadi kalau ada sesuatu hal yang tidak berkenan, saya kadang menyampaikan dengan cara tertawa kepada meraka sehingga tidak membuat mereka tersinggung malah kadang- kadang malah termotivasi,”

Pada saat pertama ia ditugaskan di Manggeng, ia tidak pernah menutupi berapa besar dana yang dimiliki oleh MTsn Manggeng, bahkan ia sering memotivasi guru untuk memanfaatkan dana dengan sebaik mungkin untuk kepentingan pendidikan.

Ia juga menerapkan sistem transparansi, dengan menyampaikan kepada para guru berapa dana yang dibantu oleh pemerintah, berapa dana BOS, dengan membuat pengumuman terbuka sejak pertama ia bertugas.

Ia hanya mengingatkan kepada guru bagaimana menafaatkan dana dengan baik agar benar- benar bisa dimanfaatkan untuk peningkatan sekolah dan juga peningkatan mutu sekolah disamping peningkatan kesejahteraan guru.

“Transparansi itu sangat penting bagi saya, karena dengan keterbukaan ini mereka jadi paham, dan jika sudah memahami pasti mereka dengan sendirinya mereka mau bekerja,” ujar pria kelahiran 5 Juni 1972 ini.

Dalam menerapkan prinsipnya, ia selalu mendapat motivasi dari sang istri. Kebetulan isterinya juga berprofesi sebagai tenaga pendidik di di sebuah Madrasah Aliyah Swasta.

87SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

“Itu motivasi terbesar saya. Dan semua juga harus mengakui bahwa dorongan istri paling besar bagi siapa saja, begitu juga dengan saya. Walaupun pada perjalanaannya tidak sempurna 100 %, no body is perfect. tapi paling tidak kita sudah berusaha untuk kesempurnaan itu,”

Selain itu dorongan teman- teman, yang memberikan respect positif terhadap apa yang ia lakukan menjadikan motivasi baginya untuk menjadi lebih baik.

“Tanpa motivasi dari rekan- rekan saya tidak mungkin bisa melakukan ini, karena apapun yang saya lakukan adalah kerja tim, ia selalu menekankan pada rekan- rekan bahwa kalau ada keberhasilan itu adalah keberhasilan Bersama,”

“Kalau ada kegagalan itu adalah tanggung jawab saya sebagai kepala sekolah, karena gagal memimpin itu,”

Namun dibalik semua keberhasilan itu, dengan rendah hati ia mengakui masih banyak kekurangan saat memimpin. Misalnya belum maksimalnya pemberdayaan peran komite sekolah.

“Kalau bicara keberhasilan, saya pikir saya masih jauh, tapi sebatas peningkatan mungkin iya,”

Walaupun selama ini ia tidak pernah meninggalkan komite dalam setiap kebijakan sekolah, tapi belum secara utuh menyeluruh disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya sarana prasana. Untuk melaksanakan pertemuan- pertemuan dengen komite sekolah saja sangat sulit, dan ia memanfaatkan pertemuan dengan komite setiap ada kegiatan anak- anak, dan kesempatan itu dimanfaatkan untuk menyampaikan setiap keinginan sekolah, sampai dengan realisasi dana BOS pun ia bawa ke ruang dengan pihak komite dan para guru.

Ketika ide- ide positif untuk perubahan yang baik berjalan dengan baik dan melihat kawan- kawan mau bekerja dengan sungguh itu merupakan sebuah kebanggaan baginya.

“Ada rasa puas jika rekan- rekan lain senang dengan apa yang saya lakukan. dan itu wajar bagi saya, sebagai kepala sekolah,”

Salah satu mimpinya adalah peningkatkan kualitas pendidikan dengan prinsip berkeadilan,

88 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Misalnya tahun ini, Ujian Nasional MtsN Manggeng tidak dibantu oleh para guru. “Tidak ada keterlibatan guru sedikitpun dalam UN murid-murid mulai tahun 2013 ini, saya sudah mengambil sikap untuk tidak membantu, apapun keadaannya,”

Namun hasil yang diperoleh cukup memuaskan, dengan tingkat kelulusan 98%, hanya 3 orang yang tidak lulus dari 381 siswa.

Ia sangat menginginkan UN tahun mendatang juga tidak dibantu oleh para guru saat menjawab soal ujian, namun guru membantu para siswa sata belajar mengajar bahkan jika perlu memberika les tambahan menjelan UN.

“Saya rasa itu perlu perhatian serius dari pemerintah jika memang ingin meningkatkan kualitas pendidikan. Dan selama ini kita liat banyak program pendidikan dari pemerintah hanya terkesannya program “ Asal menghabiskan uang saja,”

Ketika tim LOGICA2 datang dan Zulhilmi sangat respect karena memang programnya jelas. Menurutnya, walaupun yang dilakukan oleh LOGICA2 itu kecil tapi outputnya, outcomenya jelas. “Dan pemerintah selama ini tidak seperti itu. tidak ada tindak lanjutnya,”

Menurutnya, pemerintah tidak pernah turun ke bawah untuk memetakan kebutuhan sekolah melalui indikator dan skala prioritas, termasuk untuk peningkatan kualitas guru.

Ia punya satu impian lain, yaitu terbentuknya bengkel karya, karena sumber daya memang sudah ada, banyak guru yang punya keterampilan, seperti menjahit, menyulam, merangkai bunga dan sebagainya. “Saya berharap dengan adanya bengkel karya tersebut, dapat menghasilkan uang bagi siswa dan juga untuk sekolah,” harapnya. l

89SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

B. Penebar Aroma Jeumpa

Hatinya tersentuh untuk memberdayakan kaum perempuan, hingga ia mendirikan tempat pengajian umum, membuka usaha kue kering, aktif dalam kegiatan posyandu

hingga menjadi Imam dayah Perempuan di Gampong Padang Glumpang, Kecamatan Jeumpa, Aceh Barat Daya.

BERBEKAL ilmu dari sebuah tempat pengajian, Asma kembali ke kampung halaman, melihat fenome di gampongnya, tidak ada satupun kegiatan kemasyarakatan. Hatinya terketuk untuk menciptakan sebuah

gerakan perubahan. Berawal dari membentuk sebuah kelompok pengajian, dengan dukungan

masyarakat Asma mencoba merangkul dan mengumpulkan kaum perempuan agar mau menimba ilmu dan melaksanaan pengajian sebagai salah satu kegiatan rutin di gampong.

“Kegiatan ini terus saya jalani sehingga membuat saya termotivasi untuk mengajarkan ilmu yang saya miliki khususnya pengajian bagi kaum perempuan,”

“Saya sangat miris melihat fenomena ketika pemuda-pemudi datang kerumah saya untuk belajar mengaji sebagai syarat untuk melangsungkan pernikahan,”

Hatinya terketuk untuk mentransfer ilmu yang ia miliki. Sampai saat ini pengajian rutin yang dilakukan di rumahnya tetap berjalan dengan baik.

“Walaupun rumah saya kecil tidak cukup menampung orang banyak,”Namun ia sangat berharap suatu saat dapat membangun sebuah balai

90 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

pengajian di samping rumah. Kebetulan ia masih memilik tanah kosong persisi di samping rumah.

Selain sebagai seorang ustazah, ia juga terlibat sebagai seorang kader posyandu. Di posyandu ia banyak melakukan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada kesadaran warga terhadap pentingnya kesehatan khususnya bagi ibu hamil agar dapat termotivasi memeriksakan kehamilan ke posyandu sehingga ibu dan anak bisa sehat.

Barkat dorongan dan motivasi dari kawan-kawan kader posyandu, puskesmas di gampong Padang Glumpang kecamtan Jeumpa telah mendapat proiritas dari dinas kesehatan kabupaten Aceh Barat Daya sebagai Puskemas terbaik dan telah mendapat kunjungan dari dinas kesehatan provinsi dalam rangka kunjungan puskesmas siaga serta mendapat pembinaan kader posyandu dari NGO CRS.

Selain pentingnya pendidikan agama, Asma menyadari bahwa kebutuhan ekonomi juga merupakan satu hal yang harus terpebuhi dengan baik. Dari kelompok [engajian yang telah terbentuk, Asma berinisiatif membuka kelompok usaha yang dapat membentuk kreatifitas warga khususnya perempuan.

setelah berembuk, mereka sepakat membuat usaha kue kering yang bertujuan untuk pemberdayaan ekonomi rumah tangga. Dari kelompok usaha kue kering ini Asma sudah menampung beberapa tenaga kerja perempuan.

Ia sangat berharap usaha kue kering kelompok ini mampu bersaing dan memasarkan produknya ke seluruh kecamatan yang ada di Aceh Barat Daya bahkan hingga keluar kabupaten.

Pencapaian yang telah diraihnya tentu membuat perempuan berusia 41 tahun itu bangga. Karena telah berhasil memotivasi kaum perempuan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat baik untuk pengembangan gampong maupun perempuan itu sendiri.

Ia melakukan semua hal tersebut tanpa pamrih. Karena mengingat amanah dari sang guru agar bisa berbagi dan mengajarkan ilmu kepada sesama walaupun sedikit.

Namun Asma masih menyimpn beberapa harapan, yaitu agar pemerintah

91SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

memberikan perhatian terhadap kegiana kelompok perempuan binaannya, agar kaum perempuan dapat terlibat aktif untuk berbagai kegiatan di gampong, dan kelompok usaha kue kering mendapat bantuan karena saat ini masih mengalami kendala financial.

“Semoga dengan SAIG kebutuhan gampong kami dapat terpenuhi karena gampong kami masih kekurangan fasilitas Gampong seperti jalan yang masih berkerikil,” pungkasnya. l

Studi banding ke Ranah Minang membawa Keuchik Kuta Tinggi Kecamatan Blangpidie ini menjadi

entrepreneur sejati.

KEGIGIHAN terlihat jelas di raut wajah laki-laki kelahiran Kuta Padang, 3 Juli 1968 silam ini. Berbekal pengalamannya menjadi Ketua Forum Keuchik Kabupaten Aceh Barat Daya, telah membawanya

studi banding Forum Keuchik ke Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. Satu hal yang membedakannya dengan Keuchik lain, yaitu kejelian melihat

peluang. Salah satu ilmu yang di perolehnya pada studi banding tersebut adalah, Keuchik Anwar melihat pola dan sistem beternak ikan Lele. Ia terheran-heran dengan kolam-kolam raksasa di Ranah Minang.

“Dari situ saya bertekad menciptakan kolam-kolam ikan di Aceh Barat Daya,” ujar Anwar.

Kurang puas dengan hasil kunjungan studi banding, berbekal uang pribadi Keuchik Anwar kembali ke Sumatera Barat, ia melihat lebih lanjut bagaimana sistem pemeliharaan ikan lele dengan lebih serius.

92 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

“Saya belajar bagaimana pengembangbiakan Lele hingga menghasilkan uang,” ujar ayah tiga putra ini.

Berbekal sedikit ilmu yang diperolehnya, Keuchik Anwar kembali ke Aceh Barat Daya dan langsung mempraktekkan metode pengembangbiakan Lele tersebut.

“Pertama, saya masukkan semua bibit Lele ke kolam, tidak begitu lama semuanya mati,” kisah Anwar.

Keuchik Anwar sangat frustasi dengan kejadian tersebut, “Saya stres karena mengambil kredit bank untuk membuka usaha Lele,”

Namun ia tidak menyerah begitu saja, Keuchik Anwar terus saja mempelajari metode pengembangbiakan Lele hingga akhirnya ia berhasil. Panen perdana dihadiri oleh Pj. Bupati Aceh Barat Daya, Azhari Hasan. Panen tersebut juga menarik perhatian media Serambi Indonesia untuk meliputnya.

“Panen perdana menghasilkan dua ton lebih Lele,” ujarnya gembira.Menuai sukses pada panen perdana bukan berarti segala permasalahan

selesai. Ia sempat kebingungan karena tidak ada yang mau membeli hasil panen tersebut.

“Saya putar otak bagaimana caranya Lele ini dapat terjual, akhirnya saya bagi-bagikan saja kepada fakir miskin dan sekitar 35 warung makan di Manggeng,” ungkapnya.

Ternyata pemberian tersebut juga menuai penolakan. “Mereka tidak mau menerimanya karena lele sangkuriang begini lah, begitulah, banyak sekali alasan-alasan mereka,”

“ Terus saya katakan kepada mereka terima saja, kalau tidak enak buang” kisahnya.

Masing-masing ia bagikan 1 kg Lele segar. Setelah berbagai penolakan, keesokan harinya respon yang tidak terduga

datang dari masyarakat. Para pemilik warung mendatanginya dan bertanya. “Pak Keuchik, lelenya

enak, apa masih ada lagi,” Tanya mereka.”Saya katakan masih ada saya jualnya 5000/kg, tapi sekarang saya jualnya

93SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

25.000/kg”, hitungan sekarang sudah bisnis kalau kemarin gratis karena masih promosi,” ceritanya sambil tertawa.

Keuchik Anwar merasa senang karena berhasil membuka usaha peternakan Lele. Lebih lagi karena ia dapat membantu ekonomi keluarga dan warganya sendiri.

“Apa yang saya usahakan ini semata-mata karena ridha Allah SWT, Selama kita tulus dan ikhlas dalam berusaha akan membawa keberkahan bagi saya sendiri dan orang lain,” ujarnya tulus.

Dari usaha tersebut, ia telah mempekerjakan beberapa karyawan, dan bila ada masyarakat yang ingin membuka usaha sepertinya, Keuchik Anwar memberikan bibit tersebut dengan senang hati, bila ikan-ikan tersebut laku terjual, baru dilakukan pembayaran.

“Dari usaha mereka sudah dapat membeli Motor, ini menadakan adanya peningkatan ekonomi masyarakat,”

Kini, pembeli bibit tidak hanya dari Manggeng, namun juga dari luar daerah. seperti dari Sawang, Meukek, Terbangan, Kandang, Samadua, Labuhan Haji dan daerah lainnya. Kini, usaha Keuchik Anwar semakin sukses, di kolam Lelenya sudah tersedia kolam pancing mania.

Mereka yang punya hobi memancing atau sekedar menghilangkan penat kolam pancing mania Keuchik Anwar bisa menjadi pilihan.

“Pada prinsipnya hidup harus berubah, kemudian bagaimana nantinya perubahan pada diri kita kearah yang positif dapat menjadi motivasi bagi orang lain juga,”

Sejak dulu ia berkeinginan melakukan pembaharuan di Gampong Kuta Tinggi. Hal itu telah ia tanamkan seja menjadi Keuchik Kuta Tinggi empat Tahun yang lalu. Kini perubahan telah banyak perubahan di gampong tersebut, yang dirasakan telah mencapai 80%, baik segi pelayanan administrasi gampong maupun keterlibatan warga untuk ikut melakukan perubahan.

Banyak hal yang membanggakannya, bila ia berbuat sesuatu kepada masyarakat untuk kebaikan dan bermanfaat buat bagi mereka,

“Saya merasa bangga sekali. Saya merasa terpanggil untuk terus dapat

94 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

membantu masyarakat, karena mereka merupakan keluarga saya juga,” Tidak hanya perubahan-perubahan di gampong, tetapi juga di organisasi

yang ia ketuai yaitu Forum Keuchik Kabupaten Aceh Barat Daya. Dan organisasi lain yng diikutinya, yaitu Organisasi Sepak Bola PERSADA (Lisensi Pelatih), Ketua Forum Keuchik Kabupaten Aceh Barat Daya, Ketua Partai Persatuan Pembangunan Kabupaten Aceh Barat Daya.

“Saya ajak semua rekan-rekan keuchik yang lain untuk dapat terus meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat. Karena Keuchik itu tugas utamanya melayani masyarakat, kalau tidak mau melayani, mundur saja dari Keuchik,”

Kontribusi Keuchik Anwar untuk melakukan perubahan didorong dengan niat ikhlas, komitmen dan isme kedaerahan yang kuat. Kini, banyak pengakuan dari masyarakat bahwa pengurusan administrasi di gampong sekarang lebih cepat dan mudah.

“Itu juga merupakan hal yang membanggakan bagi diri saya, sekarang semua serba mudah,”

“Keberhasilan yang sudah saya lakukan tidak terlepas dari dukungan Pemerintah Daerah yang selama ini memberi arahan-arahan sehingga pemerintahan gampong berjalan dengan baik, begitu juga rekan-rekan Keuchik, teman-teman yang selama ini membantu serta masyarakat, dukungan dari keluarga saya juga sangat berarti bagi saya untuk terus berkarya,” ungkapya.

Setiap bekerja, ia selalu menanamkan nilai-nilai keikhlasan sehingga tidak pamrih kepada orang lain, apapun yang sudah ia lakukan. Nilai-nilai ini, ujarnya, perlu kita tularkan kepada orang lain, supaya kita lebih maksimal dalam melayani warga kita. Dengan niat tulus dan ikhlas akan membawa keberkahan bagi saya dan orang lain dalam mengabdi kepada masyarakat dan membangun Aceh Barat Daya ke depan agar lebih baik.

Dengan semangat dan keikhlasan, walaupun banyak hambatan yang ditemui, ia menghadapinya dengan tegar. “Karena niat saya itu ikhlas. Pada mula mejabat sebagai keuchik, saya pernah cemooh oleh masyarakat, semua serba salah,”

95SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Hambatan tersebut menjadi pelecut bagi Keuchik Anwar untuk bekerja lebih baik. Sehingga menjadi kekuatan yang luar biasa, serta di barengi dengan komunikasi yang baik.

“Baik tidaknya komunikasi yang kita lakukan akan berdampak juga pada kita, semua persoalan harus dihadapi dengan pikiran tenang, hati yang lapang, dan pada 4 tahun terakhir ini sudah banyak perubahan yang terjadi di masyarakat,” cetusnya.

Namun , di balik keberhasilannya, keuchik Anwar masih menyimpan impian. Ia berharap pemerintah peduli terhadap rakyat, dan fokus terhadap kesejahteraan rakyat. Baik dengan bantuan-bantuan ekonomi, modal usaha, bibit-bibit sehingga masyarakat nantinya mampu meningkatkan ekonominya dan taraf hidup yang lebih layak.

Ia juga berharap hasil bumi di Aceh Barat Daya jangan lagi dieksploitasi kemudian dijual keluar negeri. “Tapi biarlah dikelola dengan baik di daerah kita saja supaya masyarakat dapat diberdayakan sehingga dapat menyerap tenaga kerja, dan bisa menekan angka pengangguran di Aceh Barat Daya,” harapnya.

Impiannya yang lain adalah agar pemerintah dapat merealisasikan pembangunan pelabuhan Surin. “Selama ini kita selalu ketergantungan dengan Medan untuk mengekspor komoditi pertanian kita, dengan adanya pelabuhan Surin kita dapat menjual langsung ke luar negeri dengan harga yang tinggi dan dapat memberi semangat kepada petani-petani karena hasil panen mereka di beli dengan harga tinggi sehingga pertumbuhan ekonomi Aceh Barat Daya dapat meningkat,”

Impiannya yang paling besar adalah menjadikan kemukiman Kuta Tinggi menjadi Kecamatan Kuta Tinggi.

“Impian saya kemukiman Kuta Tinggi dapat menjadi kecamatan Kuta Tinggi dan Camat Pertamanya dari Keuchik Kuta Tinggi,” tutupnya dengan tawa membahana. l

96 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Keberhasilan Kita adalah Keberhasilan Masyarakat Kita. (Indra Dewi)

MOTTO itu yang membuat Indra Dewi, perempuan berusia 36 Tahun ini terus bergerak melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Padalah ia hanya seorang ibu rumah tangga lulusan Sekolah Dasar yang ia sempat mengenyam pendidikan di sebuah Pesantren hingga tingkat Sekolah Menengah Atas.

Di Gampong, ia selalu mengikuti berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti kader Posyandu, bendahara kelompok SPP dan banyak kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan langsung dengan Masyarakat,

“Saya sangat tertarik dengan kegiatan-kegiatan seperti ini,” ujarnya.banyak pengalaman yang telah ia dapatkan dalam memberdayakan

masyarakat mulai dari pengalaman yang kurang menyenangkan sampai kepada pengalama yang menyenangkan dan membanggakan.

“sebagai salah seorang kader posyandu saya selalu berkeinginan agar semua mansyarakat menyadari bahwa betapa pentingnya memeriksa kehamilan secara berkala,”

Pernah suatu hari salah seorang masyarakat di gampong mengalami masalah pada kehamilannya, Dewi menyarankan untuk memeriksa kehamilannya tetapi dia menolak untuk melakukan pemeriksaan, “saya sangat khawatir dengan kesehatan dia”

Tidak patah arang, Dewi terus berusaha untuk meyakinkan perempuan tersebut untuk memeriksa kehamilannya tetapi dia tetap menolak, dengan bujukan dan dorongan akhirnya ibu hamil tersebut mau memeriksa kehamilannya dengan meyakinkan dia bahwa pemeriksaan tersebut tidak

97SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

membahayakan malah sangat bermamfaat bagi kandungannya, “saya merasa puas dengan usaha saya, dan saya melakukan semua ini

semata-mata tulus untuk membantu sesame,”Disamping menjadi kader posyandu, Dewi juga pernah membentuk

kelompok simpan pinjam KSM binaan LOGICA2. “awal nya saya ragu membentuk kelompok ini tetapi setelah mendangar

penjelasan dari salah seorang utusan dari logica2 saya termotivasi dengan kegiatan ini dan akhirnya membentuk sebuah kelompok di Gampong saya dan Alhamdulillah masih berjalan sampai saat ini,”

Walaupun dalam perjalanannya tidak terlepas dari rintangan berbagai rintangan. Namun dengan bantuan LOGICA2 dan dukungan keluarga ia dapat melewati masa-masa sulit.

“Suami saya sangat mendukung apapun yang saya lakukan selama hal tersebut positif bagi saya dan bagi masyarakat, beliau juga sering memotivasi saya sampai saya berpikir orang lain bias kenapa saya tidak,”

Dari segudang kegiatan dan Pengalaman, ia menyimpa satu kenangan manis saat seorang warga Australia utusan dari LOGICA2 berkunjung ke rumahnya.

“Beliau mengapresiasi kinerja saya dalam membentuk kelompok KSM dan beliau juga salah seorang motivator bagi saya,” ujarnya senang.

Harapan Dewi sederhana, ia sangat berharap pemerintah mengoptimalkan lagi pelayanan posyandu baik dari pemberdayaan kader maupun fasilitas program posyandu serta pembinaan kelompok,

“Semoga pemerintah memfasilatasi apapun yg di butuhkan kelompok masyarakat sebagai penunjang keberhasilan dan pemberdayaan masyarkat,” tutupnya. l

98 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

“Jangan tanyakan apa yang sudah diberi oleh masyarakat kepada kita, tapi tanyakan apa yang telah kamu berikan kepada masyarakat”

SEKILAS tidak ada yang berbeda dengan laki-laki berusia 53 tahunn ini. Namun setelah mengajaknya berbincang lebih jauh, ternyata Guru SMA ini telah menorehkan banyak hal untuk Aceh Barat Daya .

Berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) tidak membuatnya berpangku tangan. Ia bahkan perintis pramuka Aceh Barat Daya pada tahun 2009. Ia juga dipercayakan sebagai Tuha Peut di gampongnya.

“Saya senang sekali dengan perubahan,” ujar Bakhtiar. Sebagai tokoh pendidikan, ia memperhatikan dulu di gampongnya anak-

anak putus sekolah mendominasi gampong kelahirannya. Penyebabnya adalah factor ekonomi dan kurangnya minat terhadap pendidikan. Sehingga generasi muda tersebut sering melakukan berbagai hal yang meresahkan masyarakat.

Melihat hal tersebut, Bahktiar tidak tinggal diam, ia sering berbincang masyarakat terutama orang tua anak yang putus sekolah, ia memberi pengetahuan dan pemahaman terkait pentingnya pendidikan bagi anak. Sedikit demi sedikit usahanya membuahkan hasil. Para orang tua mulai menyadari pentingnya pendidikan bagi anak mereka.

Sebagai tokoh masyarakat, ia juga menyadari satu perubahan di dalam masyarakat. Ia melihat pudarnya sikap saling membantu atau gotong royong. Padahal dengan kebersamaan, cenderung akan memudahkan berbagai kegiatan.

“Saya pikir sifat gotong royong ini perlu di galakkan kembali di dalam kehidupan bermasyarakat artinya bagaiman cara kita merubah pola pikir masyarakat bahwa kita semua ini adalah bersaudara seperti sebuah keluarga,”

99SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Keinginan itu muncul saat ia melihat salah seorang warga panen padi , seringkali dilakukan sendir. Karena warga tersebut tidak mempunyai keluarga lain sehingga ia berusaha menyelesaikan pekerjaannya sendiri,”

“Hal ini sangat kita sayangkan kenapa kita tidak mau membantu,? apa karena dia bukan saudara kita, apa karena dia bukan siapa-siapa padahal dia sangat membutuhkan pertolongan kita,”

Sehingga Bakhtiar berusaha mengubah pola fikir masyarakat agar menganggap siapapun saudara. Dengan begitu diharakan akan terciptanya kebersamaan dan sikap saling membantu.

Menurut Bakhtiar, kini telah terjadi perubahan ke arah yang lebih baik. “Disaat semua yang saya lakukan ada peningkatan, ini menjadi kepuasan bathin tersendiri bagi saya,”

“Harapan saya ke depan semoga adanya perubahan yang lebih baik dari segi ekonomi, pendidikan dan sosial agar sumber daya manusia yang ada lebih berkualitas dan dapat memajukan daerah,” harapnya. l

Mulai dari membentuk Gampong Siaga, kelompok Perempuan Tani, hingga meminjamkan rumahnya untuk kegiatan Posyandu gampong Ladang Neubok, Kecamatan

Jeumpa, Aceh Barat Daya.

HARI itu ia mengenakan daster warna hijau pupus, senyum mengembang di wajahnya. Kartinah, lahir di Aceh 5 September 1969, wanita paruh baya ini tetap energik dan semangat untuk

membangun gampong.Disela-sela kesibukannya mengurus rumah tangga, Kartinah juga

100 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

menyempatkan diri bersama warga membentuk Gampong Siaga, ia juga aktif sebagai kader posyandu dan membetuk kelompok tani wanita.

Dengan dorongan seorang bidan Gampong yang kebetulan ditempatkan di Gampongnya. Kartinah bersama warga membentuk Gampong siaga. Pada awal terbentuknya Gampong siaga, warga mengumpulkan biaya dari setiap rumah sebesar Rp. 1000,- setiap bulannya, dana yang sudah terkumpul akan disumbangkan kepada warga yang sakit di Gampong tersebut.

Setiap warga sakit akan diberikan bantuan sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah)

“Walaupun jumlahnya kecil diharapkan bisa membantu warga,”Namun sayang, kebiasaan ini hanya berjalan selama beberapa bulan. Warga

mulai sulit untuk membayar iuran, sehingga kas kosong. Melihat keadaan ini, Kartinah dan rekan-rekan mulai berpikir keras untuk mengatasi masalah tersebut.

Tekad Kartinah dan warga tetap meninginkan Gampong mereka sebagai Gampong siaga tidak pernah surut. Hingga akhirnya mereka menemukan solusi, setiap warga yang mengambil jatah Beras Miskin (Raskin) diwajibkan membawa uang sebesar Rp. 1000,-.

Uang tersebut digunakan untuk keperluan Gampong siaga, metode ini berjalan lancar. Setiap bulan ketika warga mengambil Raskin, mereka langsung membayar uang keperluan Gampong siaga dan masyarakat tidak keberatan untuk itu. Gampong siaga yang diketuai oleh Kartinah sudah berjalan selama 5 tahun.

“Manfaatnya dirasakan sendiri oleh warga Gampong,” ujar Kartinah. Tidak hanya mengelola Gampong Siaga, Kartinah bersama warga Gampong

juga membuat kelompok tani yang diberi nama dengan Kelompok Wanita Tani Jeumpa, saat ini mereka sudah menyewa lahan di Gampong dan menanam sayur-sayuran. Melalui kelompok ini kartinah berharap ibu-ibu rumah tangga dapat membantu perekonomian keluarga.

“Dengan adanya berbagai kegiatan, ibu-ibu bisa menjadi lebih kreatif. Daya berharap kedepannya akan membentuk koperasi simpan pinjam,”

101SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Sebagai kader posyandu Kartinah aktif menganjurkan perempuan diGampongnya untuk rajin memeriksakan kehamilan dan lainnya untuk kepentingan ibu dan anak.

Sebelumnya, Posyandu di Gampong dilaksanakan di tempat yang tidak layak, melihat kondisi tersebut kemudian Kartinah meminjamkan rumahnya untuk tempat posyandu agar masyarakat merasa nyaman.

Kesuksesan Kartinah tidak terlepas dari keinginan yang kuat dari diri sendiri dan kelompok serta peran dari bidan Gampong, dukungan masyarakat, keuchik, anak dan suami.

Ada satu harapan Kartinah yang belum terwujud, yaitu membuka Koperasi Gampong, membuat berbagai pelatihan, seperti menjahit, untuk meningkatkan skill masyarakat,

“Saya berharap selain kelompok tani wanita, juga akan terbentuk kelompok ternak untuk ibu-ibu di Gampong.,” harapnya.

Kartinah ibu Rumah tangga yang memiliki tiga orang anak, anak pertama sedang melaksaakan pendidikan di Bogor, anak kedua kuliah di Lhokseumawe sedangkan putera bungsunya masih duduk di bangku tsanawiyah di Blangpidie. l

Meski hanya lulusan Sekolah Dasar, perempuan ini berjuang tak kenal lelah meningkatkan kualitas hidup kaumnya.

KASMAWATI aktif dalam berbagai kegiatan Gampong, salah satunya membentuk kelompok usaha kue kering dengan nama “ASKA” bersama perempuan di Gampong Padang Geulumpang, Kecamatan

Jeumpa, Aceh Barat Daya. ASKA kemudian di pasarkan ke swalayan-swalayan di Blangpidie, mulanya

102 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

memang ada beberapa swalayan yang menolak produk gampong tersebut. Namun tanpa kenal lelah Kasmawati dan kawan-kawan terus merusaha memasarkan kue kering ASKA.

Mereka bahkan pernah memasarkan kue produk Gampong Padang Geulumpang sampai ke Banda Aceh. Namun karena persaingan produk Gampong tersebut tidak bertahan lama di pasar Banda Aceh.

:berbagai kesuksesan diraih Kasmawati adalah berkat dorongan Asma, seorang perempuan motivator di kecamatan Jeumpa.

“Saya merasa berguna jika mampu berbuat baik untuk masyarakat,” ujar perempuan kelahiran 39 tahun silam ini.

Kasmawati juga aktif dberbagai kegiatan lain, yaitu sebagai kader Posyandu, kader Gampong, ketua wirid, aktif di kelompok barzanzi, juga pernah mengikuti beberapa pelatihan Gender di Banda Aceh serta pelatihan Women Leader di Sigli.

Organisasi Wirid Yasin dan barzanzi sudah berjalan selama puluhan tahun sejak tahun 1995 silam yang diprakarsai oleh Asmawati.

Kegiatan tersebut dengan senang hati dilakukan oleh Kasmawati, karena setiap minggu tempat wirid berpindah-pindah dari rumah ke rumah sehingga bisa sekaligus siratulrahmi dengan warga. Awalnya Kasmawati hanya sebagai anggota, karena selalu aktif, Kasmawati terpilih sebagai ketua, kemampuan Kasmawati sebagai Qoriah dalam kelompok wirid menjadi nilai plus.

Sampai sekarang pendapat Kasmawati masih dihargai oleh masyarakat. Dari berbagai macam kegiatan yang pernah dilaksanakan, satu hal paling berkesan adalah saat training Gender ketika itu, training dilakukan di alam terbuka dan kasmawati menyampaikan dengan penuh semangat bahwa ingin wanita Aceh Barat Daya maju

“Perempuan harus disamakan dengan laki-laki dalam hal jaminan pendidikan, kesehatan dan pekerjaan, tanpa meninggalkan kodratnya sebagai seorang wanita,” ujarnya.

Sebagai ibu rumah tangga yang memiliki 5 orang anak, ia paham betul kewajibannya sebagai seorang isteri sekaligus ibu.

103SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Kasmawati berharap, nantinya tidak ada lagi pengangguran dan anak putus sekolah. Ia juga sangat berharap pemerintah memperhatikan perbaikan jalan Gampong dan peningkatan fasilitas Gampong.

“Agar kelompok produksi terus berlanjut walaupun banyak tantangan, muncul kader-kader baru yang mempunyai semangat dan kemampuan lebih untuk peningkatan keterampilan,” l

“Lebih Baik Menjadi Budak daripada Menjadi Sayed. Sungguh kuturut muda yang payah demi cita-cita.

Kutahan hati yang tabah asal mendapat, tak mengapa” (Tgk. Musliadi)

MOTTO hidup itu membentuk karakter Teungku Musliadi. Kemeja batik membalut tubuhnya, dipadu dengan sarung hijau motif kotak-kotak dan peci hitam. laki-laki berusia 39 Tahun ini aktif

mengikuti berbagai kegiatan di gampong Alue Sungai Pinang, Kecamatan jeumpa, Aceh Barat Daya .

Sejak tahun 1997, ia menjabat sebagai Ketua Pemuda Islam Perti hingga tahun 2000, Wakil Partai Kebangkitan Ummat, Anggota DPRK Aceh Selatan tahun 2001 s/d 2004, Wakil Sekretaris Partai Bintang Reformasi 2004-2005, Ketua Tim Musyawarah Majelis Ulama Komisi B bagian Kependidikan hingga Blt. Muspida Plus di Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU).

Gampong tempat tinggalnya termasuk dusun tertinggal. Dengan tingkat pendidikan masyarakat masih rendah, tingginya angka kemiskinan dan pengangguran,.

“Keseharian masyarakat Gampong saya adalah mengambil upahan di

104 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

sawah. Saya sangat rihatn melihat kondisi Gampong saya dan beberapa rumah warga yang masih tidak layak huni bahkan ada yang sudah memiliki empat orang anak namun belum memiliki rumah,” kisahnya.

Melihat kondisi tersebut Teungku Musliadi terpanggil untuk membantu, ia coba mengajukan proposal ke Baitul Mall Aceh Barat Daya .

“Alhamdullillah usaha saya mendapatkan hasil walaupun belum maksimal, ketika itu warga mendapatkan 3 unit rumah bantuan Baitul Mall Aceh Barat Daya ,” ujarnya.

Ia sangat sedih melihat masyarakat di Gampongnya yang berpendidikan rendah, “saya ingin Gampong maju, saya ingin masyarakat mendapat pendidikan mulai dari usia dini mungkin tahap awal saya ingin ada pendidikan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di Gampong saya, saya bersedia menghibahkan tanah saya untuk membangun sekolah di Gampong saya.,”

Baginya, pendidikan sangat penting, hingga membuat Teungku Musliadi sehingga berfikir untuk mendirikan sebuah pasantren.

“Ide tersebut saya sampaikan kepada masyarakat kemudian masyarakat setuju dan akhirnya berdirilah sebuah pesantren,”

Ia berharap kepada Pemerintah untuk lebih memperhatikan dusun Alue Sungai Pinang, masuknya aliran listrik ke pesantren, mobiler untuk pesantren dan rumah bagi warga yang belum miliki rumah layak huni.

Pembangunan pasentren tersebut adalah swadaya masyarakat, hal tersebut membuktikan bahwa mereka juga ingin mendapat pendidikan yang lebih baik.

“Harapan ke depan saya ingin Gampong ini tidak tertinggal dari dusun lain dari berbagai sector, termasuk pertanian dan peternakan, hingga pendidikan anak usia dini. l

“Tem Susah, Tem Payah, Tem Rugo” (Thamren Nyakmat).

105SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

LAKI-LAKI paruh baya ini fasih berbahasa Inggris, dengan kemampuan tersebut ia membuka les bahasa Inggris gratis di Gampong Alue Sungai Pinang Kecamatan Jeumpa. Namun sangat disayangkan, lama kelamaan

muridnya semakin sedikit. “Begitulah masyarakat kita, masih belum merasa butuh, gratis saja mereka

tidak mau datang apalagi bayar, sementara di kota-kota besar untu belajar mereka rela bayar mahal-mahal untuk belajar bahasa Inggris,” ujar Thamrin.

Hari itu ia memakai kemeja biru motif kotak-kotak, dipadu celana abu-abu. Rokok tidak pernah jauh dari sosok Thamrin.

Tahun 2006 ia pindah ke Nagan Raya untuk mengajar Bahasa Inggris di salah satu SMA. Ia sangat gembira saat SMA tempat ia mengabdi lulus UN dengan nilai bahasa Inggris yang cukup memuaskan.

Ia juga sering menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat baik kasus perdata maupun pidana, seperti pengadilan adat sehingga semua masalah selesai di Gampong.

“Saat itu saya mendapatkan penghargaan Polmas (Polisi Masyarakat) dari Kapolres Aceh Barat Daya Bapak Subakti,”

Sebagai Tuha Peut ia barani mengkritisi sesuai dengan wewenang tuha peut yaitu di bidang penganggaran, legislasi dan pengawasan tentunya semua kegiatan harus sesuai dengan aturan yang berlaku karena masalah yang paling besar saat ini adalah aturan sudah ada tapi tidak pernah jalan.

Ia sosok yang pancasilais yang anti terhadap 3 golongan manuasia yakni: Manusia yang merasa dirinya kuat tapi kesehariannya menekan yang lemah, manusia yang merasa dirinya kaya tapi kesehariannya menindas yang miskin, manusia yang merasa dirinya pintar tapi menipu yang bodoh.

Thamrin masih menyimpan beberapa harapan, yaitu terciptanya pemerintah yang bersih, aturan yang berjalan sesuai prosedur dan membangun lembaga bahasa di Aceh Barat Daya. l

106 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Ia mejadi pelopor penyelamatan lingkungan, bersama masyarakat ia bahu membahu memperjuangkan kelestarian lingkungan demi kesejahteraan masyarakat di Gampongnya.

WISMAN bergabung dengan Jaringan Komunitas Mayarakat Adat Aceh (JKMA), dan dibantu oleh Walhi. Saat itu di Gampong Alue Sungai Pinang sedang berjalan proyek tambang. 400 kepala

keluarga (KK) terpaksa mengungsi ke Gampong Ie Mirah Kecamatan Babah Rot karena dampak pembukaan tambang tersebut.

Menurutnya, usaha tambang itu tidak untuk mensejahterakan masyarakat, tetapi menyengsarakan rakyat. “Mengingat lebih banyak mudarat dari pada manfaatnya maka bersama masyarakat di 6 Gampong kami menolak izin tambang,”

Saat itu mereka mengirim surat ke Menteri Kehutanan, Lingkungan Hidup dan ISDM, hasilnya tambang tidak mendapat izin karena ada tolakan dari masyarakat.

Pernah juga air sungai Alue Sungai Pinang di alirkan ke Blang Pidie, padahal untuk Kecamatan Jeumpa sendiri masih kekurangan air untuk pertanian. Sampai ada masyarakat yang ingin membobol tanggul air tersebut. Namun berkat pengertian yang diberikan oleh Wisman, mereka mengurungkan niat tersebut.

Ia juga menggalakkan pemberdayaan ekonomi rumah tangga, dengan memanfaatkan pekarangan rumah. “Misalnya setiap rumah ditanami Coklat daripada tumbuh rumput lebih baik tanami tanaman yang menghasilkan. Hasilnya bisa membantu perekonomian rumah tangga,” ujarnya.

Ia juga melihat fenomena dimasyarakat Gampongyang masih membuang

107SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

sampah ke parit tanpa memikirkan dampaknya, “batang pisang saja dipotong dibuang keparit, bahkan masyarakat di sawah pada musim potong misalnya membersihkan parit buang sampahnya kejalan, tanpa ada kesadaran sudah merusak infastruktur dan tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya, kesadaran-kesadaran ini yang harus kita tingkatkan,” ujarnya.

Saat Wisman menjadi tuha peut ia mengawasi pelaksanaan-pelaksaan program dan kami melaporkan ke pihak berwajib jika ada kesalahan-kesalahan pelaksaan program di lapangan.

“Saya sangat senang melakukan ini semua dan bangga dengan pperubahan-perubahannya.

Ia sangat berharap, ke depan semua program tepat sasaran, sehingga akan berdampak pada peningkatan sumber daya manusia. l

Sebelumnya gampong Ikue Lhueng merupakan gampong yang tertinggal, jalan masih berupa batu kerikil, fasilitas

Gampong belum ada. Namun setelah Zulkifli menjabat sebagai Keuchik, Ikue lhueng lebih baik.

MENURUTNYA, Gampong sangat terbantu dengan adanya PNPM, sebelum ia menjabat sebagai keuchik Gampong Ie Kulhueng mendapat peringkat 2 terburut. Perangkingan tersebut dilakukan

PNPM untuk memberikan bantuan kepada gampong tertinggal. “Berkat dukungan masyarakat dan kerjasama gampong Ikue Lhueng

mendapat peringkat 1 dan 2. Sekarang jalan Gampong sudah teraspal, mesjid tempat ibadah sudah lebih baik, saluran pembuangan sudah memadai, fasilitas Gampong sudah mulai membaik, lapangan juga bola sudah ada,” ujarnya

108 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Sebelumnya gampong Ikue lhueng sudah mendapat hibah lapangan bola, namun karena ada sedikit maslaah dengan ahli waris tanah, sehingga warga tidak diizinkan menggunakan lapangan tersebut untuk tempat bermain bola.

“Berkat pendekatan dan kerja keras saya dan perangkat Gampong serta dukungan masyarakat sekarang lapangan bola sudah sah menjadi milik Gampong bahkan surat-surat sudah lengkap,” ungkapnya.

Zulkifli juga mengusahakan berbagai macam bantuan untuk gampong Ikue Lhueng, sekarang sudah ada kelompok ternak sapi yang dilakukan dengan pengawasan bersama. Anggota kelompok tidak bisa menjual sapi sembarangan. “saya sebagai keuchik tidak akan mengeluarkan izin jual jika tidak dengan kesepakatan,”

Ia juga bercerita tentang mata pencaharian pokok masyarakat Gampongnya, yaitu membuat atap dari rumbia, menurutnya, pohon rumbia bisa dimanfaatkan mulai dari daun, pelepah, dan batang.

Masyarakat di gampong Ikue Lhueng sudah pernah mendapat pelatihan membuat tirai untuk teras rumah, dari hasil pelatihan masyarakat sudah mampu membuat dengan cukup baik, produksi masyarakat juga sudah banyak namun masih kendala pemasaran sehingga kemudian produksi dihentikan.

Kaum perempuan mencoba menmanfaatkan sagu yang dibuat dari batang rumbia, berbahan dasar sagu kaum perempuan membuat industri rumah tangga dengan meproduksi kerupuk, bahkan hasil produksi kerupuk sudah pernah dipamerkan di Pekan Kebudayaan Aceh ke VI pada tahun 2013 yang lalu

“Sangat disayangkan lagi-lagi masyarakat saya di gampong Ikue Lhueng terkendala dengan pasar dengan berat hati produksi terpaksa dihentikan,” kisahnya.

Zulkifli sangat ingin Ikue Lhueng menjadi Gampong yang maju. Ia memang sudah ke beberapa provinsi lain di Indonesia, seperti Studi Banding keuchik di Sumatera Barat dan training Pengelolaan Aset Gampong di Jogyakarta. Di sana, mereka sudah mampu menambah penghasilan gampong, memajukan Gampong dengan swadaya, memfungsikan kantor Gampong.

109SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

“Saya ingin Gampong saya menjadi lebih baik dengan kerjasama semua pihak,”

Demi meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat gampong, Zulkifli rela memindahkan usaha panglong kayu miliknya ke Gampong Ikue Lhueng, awalnya usaha ini berada di Blangpidie.

“Karena saya menjabat sebagai kepala gampong maka saya dipindahkan lokasinya di samping rumah saya agar ketika masyarakat memerlukan pelayanan saya, saya selaku keuchik selalu ada di tempat, ini semata-mata saya lakukan agar pelayanan pada msayarakat bisa lebih baik,”

Ia sangat berkeinginan untuk mengaktifkan semua pejabat gampong, “semua sudah ada fungsi masing-masing tapi hari ini gampong Ikue Lhueng masih terkendala dengan kantor gampong, lokasi tempat pembangunan kantor gampong sudah kami sediakan namun yang membangun kantor gampong yang belum ada. Masyarakat di Gampong saya harus banyak perubahan yakni saya ingin masyarakat saya kreatif sehingga tidak banyak duduk tidak berbuat apa-apa,” harapnya.

Semua yang ia lakukan selalu mendapat dukungan dari istri serta masyarakat. Ia merasa bersyukur dan bangga dapat membuat perubahan untuk gampong dan masyarakat Ikue Lhueng.

Harapannya ke depan agar kantor Keuchik segera dibangun, administrasi harus lebih baik. “Keinginan saya terhadap Gampong dan masyarakat sama dengan keinginan bapak terhadap anaknya, seorang bapak pasti ingin keadilan untuk anaknya, bapak ingin anaknya sejahtera, bapak ingin anaknya mempunyai pendidikan yang tinggi,” ujarnya berfilosofi.

Ia masih menyimpan harapan lain, yaitu setelah kantor Gampong dibangun, semua kegiatan gampong harus dilaksanakan di kantor gampong ia juga berharap adanya pelatihan dan modal usaha dan terciptanya unit kesehatan di Ikue Lhueng. l

110 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

C. Para Pelopor Kuala Batee

Ia pantas menyandang gelar inisiator, tahun 1985 saat masyarakat belum mengenal turnamen, dengan tekad baja ia berhasil menyelenggarakan turnamen bola kaki dan bola voli pertama di Pantai Selatan

USIANYA tidak lagi muda, sudah kepala lima. Tetapi Abbas Ahmad masih menyibukkan hari-hari senjanya dengan kegiatan sosial. Saat ini ia aktif sebagai ketua pelaksana Panitia Pembangunan Mesjid

Gampong Krueng Batee, Kecamatan Kuala Batee, Aceh Barat Daya. Dengan senang hati ia berbagi kisah hidupnya. Sekitar tahun 1985-1986 ia

pernah menjadi inisiator dan pelaksana Turnamen Kapolres Cup Aceh Selatan (saat itu Aceh Barat Daya masih belum dimekarkandari kabupaten induk, Aceh Selatan). Bersama teman temannya ia melaksanakan turnamen cabang bola kaki dan bola voli yang merupakan turnamen pertama yang dilaksanakan di daerah Pantai Selatan.

Awalnya tidak mudah untuk menjalankan kegiatan tersebut, karena masyarakat saat itu masih sangat awam mengenai apa itu turnamen, bagaimana menjalankannya, seperti apa prosesnya. Namun dengan penuh semangat Abbas meyakinkan bahwa itu bukanlah hal yang tidak mungkin sehingga acara tersebut terlaksana dengan sukses.

Pada tahun 1993 ia menyelenggarakan piala KKN Cup cabang bola kaki dan mendapat penghargaan langsung dari Rektor Universitas Syiah Kuala

111SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

“Karena itu pertama kali dilakukan bahkan untuk wilayah se provinsi Aceh pada saat itu,” jelasnya.

Abbas sangat termotivasi dengan berbagai kegiatan olahraga dan organisasi. Semangatnya dalam melakukan berbagai kegiatan tidak luput dari dukungan keluarga terutama istri dan juga teman temannya.

Menurutnya, olahraga dan organisasi yang dapat mempersatukan semua lapisan masyarakat dan lintas generasi, terutama generasi muda. Turnamen turnamen yang diadakan dapat terlaksana dengan baik dan sukses berkat dukungan dari pemerintah gampong dan juga Muspika.

Motto hidupnya adalah “Mewakafkan sisa hidup untuk kepentingan masyarakat dan mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi”. Karena baginya setiap amanah yang diberikan oleh masyarakat haruslah dijalankan dengan baik.

Ia berharap, “Agar generasi muda tidak malu bertanya kepada yang lebih tua dan berpengalaman agar mereka bisa belajar pengalaman dari orng tua seperti saya,” ujarnya sambil tersenyum.

Pesan ini ia sampaikan karena keprihatinannya melihat tindak tanduk generasi muda dan juga jarak yang tercipta antar generasi ini.

Harapannya yang lain ia tujukan untuk pemerintah. “Nantinya jika ada bantuan yang akan diberikan oleh pemerintah kabupaten harus tepat sasaran,” harapnya. l

Ia berjuang tak kenal lelah meningkatkan pendidikan di gampong Keude Baro, termasuk menghadirkan sekolah menengah pertama (SMP) yang menjadi impian setiap

warga Gampong.

112 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

ADA yang berbeda dari Keuchik satu ini. Ia sangat bersemangat dalam memperjuangkan kepentingan masya-

rakat gampongnya. Walaupun sudah menjadi tugas dan tanggung jawab yang melekat pada jabatannya sebagai Keuchik, namun ia merasa memiliki tanggung jawab yang lebih lagi untuk berperan aktif dalam pembangunan gampongnya.

Namanya Cut Zaitar T. Hukum, menjabat sebagai Keuchik Keude Baro, kecamatan Kuala Batee, Aceh Barat Daya. Hari itu ia mengenakan kemeja batik biru dipadu dengan celana coklat. Setiap katanya mencerminkan tekad berbuat untuk warga gampongnya.

Sebelum tahun 2008 Gampong Keude Baro termasuk Gampong tertinggal dan kurang tersentuh dari segi pembangunan infrastruktur. Akses perjalanan ke gampong tersebut dirasa agak sulit.

Tidak hanya tertinggal dari segi transportasi, infrastruktur pendidikan seperti masih tertinggal. “Anak anak sekolah dasar disini bersekolah di gampong terdekat seperti seperti ke gampong Ie Mameh dan bahkan ke kecamatan tetangga yaitu gampong Pulau Kayu kecamatan Susoh karena tidak ada sekolah dasar di Keude Baro,”kisahnya.

Sedangkan sekolah di kecamatan sendiri jaraknya jauh dan tidak jarang setelah lulus SD tidak melanjutkan lagi ke tingkat SMP. Jarak gampong yang jauh dari sekolah, tingginya angka putus sekolah, bahkan setiap tahunnya terus meningkat membuat Zaitar berpikir keras untuk mengatasi masalah tersebut.

Ia berinisiatif membangun sebuah Sekolah Menengah Pertama di gampongnya. Tingkat Menengah Pertama ia pilih karena melihat kebiasaan, anak-anak putus sekolah didominasi pada tingkat ini.

Usaha pertama yang dilakukan adalah meminta bantuan kepada pemerintah melalui Dinas Pendidikan, namun sayang setelah disurvei diputuskan tidak layak untuk dibangun di wilayah tersebut karena jumlah siswanya tidak cukup untuk dilaksanakan proses belajar mengajar.

113SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Usaha Zaitar tidak berhenti sampai di situ, saat itu wilayah Keude Baro mendapat bantuan pembangunan rumah korban konflik untuk 50 kepala keluarga dari Pemerintah Jerman (GTZ) ia pun kemudian melanjutkan usaha mendapatkan bantuan pembangunan sekolah dari lembaga donor Jerman tersebut.

Awalnya pihak donor tidak merespon permintaan dari Keuchik Keude Baro ini, karena mereka berkonsentrasi kepada pembangunan rumah. Namun Zaitar berinisiatif untuk menyewa tenaga penerjemah agar bisa berkomunikasi secara langsung dengan perwakilan lembaga donor tersebut. Melihat ada peluang, Zaitar pun memanfaatkan kesempatan dengan baik.

Ia menjelaskan betapa pentingnya jika sebuah sekolah SMP dibangun di gampongnya, begitu bermanfaatnya bagi masyarakat di beberapa gampong sekaligus, seperti Keude Baro, Ie Mameh dan Lama Tuha karena anak anak di Gampong tersebut tidak harus bersekolah di tempat yang jauh dengan kendala utama transportasi sehingga jumlah anak putus sekolah semakin meningkat setiap tahunnya.

Tidak sampai menunggu lama, usahanya pun berhasil. Pihak donor setuju untuk membangun gedung sekolah SMP di Gampong Keude Baro. Walaupun dalam pelaksanaan proses membangun sekolah tersebut menemui berbagai rintangan, seperti penempatan lokasi sekolah, proses mendapatkan izin dari pemerintah kabupaten dan beberapa kendala lainnya.

“Saya bersyukur sekolah itu akhirnya berdiri di gampong kami,” ujarnya. Ia sangat berharap pemerintah melaksanakan program pembangunan

secara merata tidak melihat hanya yang terdekat saja, agar daerah yang tertinggal jangan semakin jauh tertinggal dan yang maju terus maju.

Terutama ia sangat mengharapkan bantuan modal transportasi seperti bus atau alat transportasi lain untuk siswa sekolah. Bagi seorang Zaitar, anak anak usia sekolah haruslah tetap bersekolah terlepas dari alasan apa pun.

“ Jangan sampai mereka putus sekolah. Memajukan pembangunan pendidikan adalah yang utama dan harus menjadi prioritas untuk mencerdaskan bangsa,” harapnya. l

114 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Mengangkat kembali situs-situs sejarah di Kuala Batee adalah impiannya

FADLI Ali, seorang aktivisis dan anggota partai politik serta peminat sejarah. Ia termasuk salah satu pendiri partai lokal di Aceh. Pada masa pemerintahan Gubernur Abdullah Puteh melalui program Gema

Assalam pada saat itu, Fadli Ali melakukan pendampingan ke gampong yang ada di Kecamatan Kuala Batee untuk dijadikan daerah wisata.

Saat itu yang dimunculkan adalah gampong Lama Tuha. Mulai dari bantuan pembangunan infrastruktur seperti jembatan dan jalan, memasukkan jaringan listrik yang manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh Lama Tuha tetapi juga gampong terdekat lainnya seperti Keude Baro dan Ie Mameh.

Profil gampong Lama Tuha yang menggambarkan tentang permasalahan dan potensi gampong juga pernah dibuatnya. Hal ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan Pak Keuchik pada saat itu alm. Keuchik Dewa dan juga masyarakat Lama Tuha yang punya tingkat partisipasi yang tinggi dalam bergotong royong dan terlibat dalam setiap proses pembangunan gampong.

Fadli Ali ingin melakukan advokasi untuk daerah tertinggal karena termotivasi ingin menjadikan Lama Tuha sebagai miniatur Aceh. Menurutnya Lama Tuha selain ketinggalan dari segi infrastruktur, banyak potensi yang bisa dikembangkan.

Selain itu ia sangat berharap ada arkeolog yang dapat melakukan pemugaran situs kerajaan Kuala Batu. Banyak bukti peninggalan sejarah bahwa daerah Lama Tuha dulunya adalah sisa kerajaan. Ia berharap nantinya tercipta sebuah museum mini.

Berdasarkan buku yang ia baca, Kerajaan tersebut menjadi pengekspor lada terbesar pada masanya . Wisata sejarah dan wisata budaya sangat mungkin

115SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

dikembangkan di wilayah Aceh Barat Daya berdasarkan bukti sejarah yang tersisa, meskipun sebagian besar rusak dan bahkan hilang.

Bagi Fadli Ali, menggali kembali kisah sejarah adalah panggilan jiwa. Termotivasi dari cerita sejarah bahwa Kerajaan Kuala Batu dulunya adalah kerajaan yang jaya ia berfikir mengapa generasi saat ini tidak mengangkat kembali kejayaan tersebut.

“Memang untuk mengembangkan situs budaya harus didukung pemerintah dari segi perencanaan dan pendanaan,”

Selain itu, menurutnya wilayah sungai sekitar Lama Tuha dapat dikembangkan menjadi objek wisata yang bisa meningkatkan ekonomi masyarakat. Memang dibutuhkan biaya besar untuk mewujudkan program ini yang tidak bisa jika hanya disokong oleh APBK namun harus ada dana dari pemerintah pusat.

Harapannya program pemerintah dapat disesuaikan dengan potensi dan masalah suatu wilayah, data pemerintah juga haruslah akurat.

Dibalik ide-ide briliannya muncul dari tokoh inspirasi. Di tingkat Internasional adalah Ali Syaryati seorang Ideolog sahabat Khomeini sedangkan di tingkat nasional tokoh yang sangat menginspirasi baginya adalah Amien Rais.

“Kaum ideolog lah yang bisa membuat perubahan,” ujarnya. l

27 tahun menjadi bidan gampong, menorehkan begitu banyak kisah dalam hidupnya. Husniar atau lebih akrab disapa Bu Hus adalah bidan senior di Gampong Padang

Sikabu Kecamatan Kuala Batee, Aceh Barat Daya.

116 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

“SEBAGAI petugas kesehatan, hal yang sangat menantang adalah mengubah polafikir dan kebiasaan masyarakat,”

Selain menjalankan profesi sebagai bidan dengan membuka praktek pengobatan dan melahirkan dirumahnya, Husniar juga terus menjalankan aksinya mengubah kebiasaan masyarakat dengan mensosialisasikan pentingnya melakukan pemeriksaan rutin pada ibu hamil.

“Menjelaskan perlunya mengubah kebiasaan lama ibu yang memberi pisang pada bayi baru lahir dan menggantinya dengan ASI ekslusif selama 6 bulan, mengubah pola makan saat nifas, bahkan mensosialisasikan Keluarga Berencana (KB) kepada masyarakat memerlukan kesabaran,” ujarnya.

Mulanya tidak mudah mengubah apa yang sudah menjadi kebiasaan lama. Tidak sedikit yang menolak dan tidak menerima apa yang disampaikan olehnya. Namun dengan usaha yang terus menerus dan dengan memberi contoh dalam kurun waktu yang lama, sedikit demi sedikit pemahaman masyarakat pun berubah.

“Karena mereka bisa melihat sendiri perubahan dan membandingkan jika mengikuti apa yang disarankan oleh bidan. Sehingga masyarakat saat ini sudah banyak yang sadar untuk tidak melakukan kebiasaan lama yang tidak baik,”

Hal tersebut dirasakan Husniar ketika melihat semakin banyak wanita hamil yang rutin memeriksakan kehamilan mereka, jumlah ibu menyusui yang memberi ASI ekslusif pada bayinya terus meningkat, jumlah peserta KB di gampong tersebut semakin meningkat di samping masyarakat juga tidak segan untuk berobat jika sakit.

“Walaupun mereka tidak punya uang, rumah saya selalu terbuka bagi siapa saja yang membutuhkan,”

Husniar juga dekat dengan dukun bayi. Bahkan dia mengajak mereka bersama sama dengan bidan pemerintah untuk menolong ibu hamil dan melahirkan setelah terlebih dahulu diberi bekal ilmu kesehatan dan cara

117SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

menangani proses melahirkan yang baik untuk mengurangi resiko terjadinya kematian pada ibu dan bayi.

Saat ini semua proses persalinan tidak ada lagi yang dilakukan di rumah melainkan di Puskesmas dan beliau juga ikut melibatkan beberapa dukun bayi sebagai mitranya.

Baginya ini semua dilakukan karena dorongan hati nurani dan kemauan. Dengan terjalinnya keakraban tersebut Husniar yakin masyarakat akan lebih respect terhadap semua sara-sarannya.

Sesuai dengan motto hidupnya, “Jangan pernah merasa tinggi dengan yang kita miliki, hidup biasa biasa saja agar masyarakat bisa menerima kita”, ia berusaha untuk dekat dengan semua warganya.

Di usianya yang sudah beranjak senja Husniar masih berharap bisa merubah pola pikir masyarakat untuk meningkatkan kesehatan dengan cara yang benar. l

Berjuang bersama masyarakat kecamatan Jeumpa, membuka jalan penghubung Gampong Alue Padee demi

kesejahteraan warga gampong.

LELAKI kelahiran tahun 1968 ini selain menjadi bendahara gampong Alue Padee juga sebagai sekretaris Tim Pengelola

Kegiatan (TPK) PNPM.Dengan segudang pengalaman, seperti ketua

Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) selama dua periode (tahun 2004 dan tahun 2009) membuat

118 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

keberpihakan Jasman pada pemberdayaan masyarakat terlihat jelas.Menurutnya gampongnya masih sangat membutuhkan pembangunan

infrastruktur. Ada cerita menarik ketika ia mengusulkan pembangunan jalan penghubung antara Gampong Alue Pade dengan Kampung Tengah yang saat itu tidak diloloskan oleh Tim Verifikasi kecamatan.

Menurutnya usulan ini sangat penting karena selain menjadi jalan penghubung antar dua gampong, juga untuk memudahkan petani mengangkut hasil panen mereka. Jasman bersama dengan rekan rekannya mendatangi Tim Verifikasi untuk menanyakan kenapa usulan mereka ditolak.

Ternyata penolakan tersebut dengan pertimbangan, jika dibangun jalan penghubung tidak tersedia tambahan untuk timbunan talud sehingga jalan tersebut tidak akan berfungsi dengan baik.

Tidak menyerah sampai di situ, Jasman dan rekan rekan lainnya menemui perangkat gampong, dibuatlah kesepakatan dengan perangkat gampong bahwa dana Alokasi Dana Gampong (ADG) tahun 2014 nanti akan dipakai untuk penimbunan talud.

Setelah mencapai kata sepakat, yang ditanda tangani oleh perangkat gampong, mereka pun kembali menjumpai Tim Verifikasi sehingga akhirnya usulan tersebut pun disetujui.

Ayah dari tiga orang anak ini punya harapan bahwa suatu saat ekonomi masyarakat terutama masyarakat gampongnya akan meningkat yang menurutnya dapat terwujud melalui pendidikan, baik formal maupun informal.

Jasman berpendapat bahwa kita harus terlibat dalam pembangunan meskipun keterlibatan yang paling mudah adalah dengan mengikuti pertemuan dan rapat untuk menentukan arah pembangunan. l

119SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Ketulusannya membawa perubahan signifikan di Gampong Geulanggang Gajah, Kecamatan Kuala Batee, Aceh Barat Daya. Mulai dari pendirikan Taman kanak-kanak hingga

menghadirkan lapangan voli.

SYARIFAH Rohani merupakan aktivis perempuan di Gampong Geulanggang Gajah, Kecamatan Kuala Batee, Aceh

Barat Daya. Ia aktif di KPMD PNPM Mandiri PerGampongan, Kader Posyandu, anggota Tuha Pheut, serta Kader LOGICA2.

Syarifah juga gigih mengajak perempuan di Gampongnya bergabung dalam kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Awalnya ia hanya menuai penolakan, masyarakat Gampong tidak tertarik. Namun akhirnya usaha itu membuahkan hasil.

Ia juga memperjuangkan usulan pendirian sekolah Taman Kanak Kanak (TK) dengan bantuan dana dari program LOGICA2. Karena sekolah Gampong tersebut belum memiliki TK. Rohani bahkan pernah ikut terlibat aktif dalam memperjuangkan didirikannya lapangan voli untuk pemuda gampong bantuan dari program MGKD IOM.

Perempuan berusia 46 tahun ini adalah sosok perempuan sederhana yang sangat peduli terhadap masyarakat gampongnya. Walaupun sehari hari ia hanya seorang penjual temped an berstatus janda beranaka satu. Namun tekadnya untuk memajukan gampong membuat para aktivis dan pejabat pemerintah pantas malu dengan sepak terjang dan tekadnya.

“Saya hanya ingin Gampong ini maju,” ujar Syarifah Rohani. Ada cerita menarik saat Syarifah memperjuangakan pembangunan

120 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

lapangan voli di Gampongnya.. Awalnya masyarakat tidak setuju bantuan dari IOM dipakai untuk membangun sarana olah raga, mereka menginginkan bantuan tersebut dibagi rata ke seluruh penduduk gampong dengan alasan bantuan tersebut untuk korban konflik.

Apalagi tidak tersedia lahan swadaya sehingga harus membeli lahan untuk dijadikan lapanga. Sedangkan IOM tidak mengizinkan pembelian tanah. Dengan motivasi ingin memajukan gampongnya, Syarifah berfikir lain, pemuda gampongnya memiliki potensi dalam bidang olahraga voli tetapi tidak berkembangkan karena tidak tersedia sarana untuk berlatih.

Akhirnya setelah menempuh berbagai proses rumit dan panjang bahkan dihadiri langsung oleh perwakilan IOM dari Banda Aceh, usulan tersebut pun terkabulkan. Hadirlah lapangan voli pertama di gampong Geulanggang Gajah.

“Kesejahteraan dan kesuksesan itu haruslah merata jangan hanya dinikmati oleh sebagian kalangan saja,”harapnya.

Ia menyimpan satu harapan besarnya untuk masa depan Aceh Barat Daya, yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memiliki pemimpin yang cerdas dan jujur. Meningkatkan perekonomian masyarakat.

“Yang dapat dicapai dengan satu langkah yaitu pendidikan,”pungkasnya. l

Mengubah sesuatu dimulai dari hal kecil, jika orang cacat bisa kenapa orang normal tidak bisa berbuat apa apa adalah motto perempuan cantik ini. Ia aktif mengaja perempuan gampong menjadi entrepreneur. Mulai dari usaha keripik bayam, balsem pala hingga pemanfaatan limbah plastik.

121SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

PEREMPUAN yang akrab disapa Kak Nong ini mempunyai nama asli Mardiani. Selain mengurus suami dan empat orang anak, ia

juga menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan sosial di gampongnya.

Perempuan berkulit putih ini berasal dari Aceh Tamiang namun setelah menikah ia menetap di Gampong Alue Pisang kecamatan Kuala Batee.

Banyak yang menarik dari sosok Kak Nong ini. Hatinya terpanggil ketika melihat banyak perempuan di gampongnya tidak memiliki aktivitas rutin yang menghasilkan kecuali hanya duduk, diam dan menunggu hasil yang dibawa oleh suami mereka.

“Seharusnya perempuan turut aktif dan turut punya andil berperan dalam pembangunan,” ujarnya.

Awalnya untuk mewujudkan idenya Kak Nong mengajak ibu-ibu dan anak perempuan yang putus sekolah membentuk sebuah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) beranggotakan enam orang untuk memproduksi keripik bayam dengan harapan dapat menambah penghasilan.

Kenapa bayam, ? karena menurutnya bayam adalah bahan baku yang mudah didapat dan bisa ditanam dilahan sekitar rumah. Ternyata keripik tersebut cukup diminati. Hanya saja menurut Kak Nong usaha tersebut tidak akan berkembang lebih jauh karena pemasaran hanya dilingkungan tempat tinggal.

Penyebab lainnya karena kemasan yang kurang menarik. Seiring berjalannya waktu dengan penuh kesabaran Kak Nong terus mendampingi kelompoknya, membuat pertemuan rutin, memberi tambahan informasi kepada anggotanya bahkan ia mentransfer ilmu yang ia peroleh ketika mengikuti pelatihan-pelatihan maupun hasilnya membaca buku sehingga sedikit demi sedikit anggota kelompoknya pun bertambah banyak hingga saat ini sudah mencapai jumlah 32 orang.

Dari keripik bayam kemudian ia beralih memproduksi balsem pala. Balsam

122 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

pala menjadi pilihan karena Aceh Barat Daya selama ini belum memiliki produk unggulan yang menjadi ciri khas daerah sebagai buah tangan bagi para pendatang, lagipula pala sebagai bahan baku utama mudah diperoleh.

Berbekal tekad kuat, Kak Nong memperdalam ilmunya tentang bagaimana mengolah pala menjadi balsem, hal ini ia peroleh dari membaca dan browsing internet. Alhasil sekarang kegiatan memproduksi balsem pala terus berlanjut bahkan sudah mulai dipasarkan di luar kabupaten Aceh Barat Daya seperti Bireuen, Aceh Jaya dan Aceh Tamiang.

“Hanya saja dalam pemasaran, masih terkendala belum keluarnya izin dari Badan Pengawas Obat-Obatan dan Makanan (BPOM).” Paparnya.

Kak Nong merupakan sosok perempuan yang energik dan komunikatif, bisa menyampaikan apa yang diinginkannya kepada orang lain dengan sangat baik dan penuh semangat.

Semangat Kak Nong untuk mengajak perempuan Gampong menjadi enterpreuner tidak berhenti sampai di Balsem Pala saja. Saat ini ia sedang sibuk memikirkan bagaimana limbah rumah tangga dan sampah plastik yang banyak terbuang bisa dimanfaatkan, selain mengurangi pencemaran lingkungan juga bisa menghasilkan nilai jual.

“Jika dijadikan tas kresek atau benda lain yang lebih bermanfaat, mengapa kita biarkan terbuang,” ujarnya. Ia memilih limbah sebagai bahan baku karena tidak memerlukan modal.

“Jika kita memang menyukai suatu perubahan, yakin bisa melakukan dan berusaha sungguh sungguh maka apa yang diimpikan bisa menjadi nyata,” imbuhnya.

Karena menurutnya, pendidikan saja tidaklah cukup untuk bisa berbuat. “Melainkan harus didukung dengan pengalaman dan banyak berjalan untuk mewujudkan suatu perubahan,” tutupnya. l

123SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Meski hanya penjual air tebu, ia adalah tim verifikasi BRR untk bantuan rumah bagi korban konflik, serta aktif

membantu masyarakat di gampongnya mendapatkan hak mereka.

MESKIPUN ekonomi keluarganya sendiri masih kekurangan, namun Nurdencis tidak berpangku tangan. Nurdencis atau akrab disapa Icih tinggal di gampong Pasar Kota Bahagia. Sehari hari ia

berjualan air tebu dan bensin di depan rumahnya.Icih pernah membantu sebuah keluarga miskin yang memiliki anak yatim

dan tinggal di rumah yang tidak layak huni di daerah Drien Leukit. Icih menjumpai Camat dan meminta diberikan bantuan kepada keluarga tersebut.

Kemudian pihak kecamatan pun turun dan tahap awal mereka memberikan bantuan sembako. Bantuan rumah untuk keluarga yatim tadi diperoleh dari Pemkab melalui jaringan yang dimiliki Icih.

Ia sangat peduli terhadap ketimpangan social. Saat ini juga aktif sebagai kader posyandu yang sudah diembannya sejak tahun 1998.

Lalu saat Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) akan memberikan bantuan perumahan bagi korban konflik di Kecamatan Kuala Batee, Icih juga ikut serta bersama para Muspika untuk menjadi Tim Verifikasi.

Mereka menelusuri dan mencari korban konflik yang rumahnya dibakar. Dan menurutnya bantuan rumah tersebut sangat tepat sasaran karena verifikasi dilakukan dengan baik. Ia juga pernah memfasilitasi orang yang sakit parah dari Gampong Gelanggang Gajah sehingga mendapat tindakan medis dengan tepat, bahkan sampai dirujuk ke salah satu rumah sakit di Banda Aceh.

Juga ikut mengadvokasi sebanyak 38 orang di gampongnya yang seharusnya

124 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

menerima bantuan BLM namun tidak mendapatkan BLM, mereka bersama sama menjumpai anggota DPR untuk menuntut hak mereka.

Menurutnya hal ini dilakukan karena ia termotivasi selalu ingin membantu orang yang tidak mampu. Ia sangat berharap bisa mensejahterakan keluarganya dan keluarga fakir miskin, kaum dhuafa serta yatim piatu.

Perempuan 46 tahun ini sangat berharap nantinya pemerintah bisa memberikan bantuan tepat sasaran terutama bantuan untuk anak yatim piatu yang saat ini jumlahnya sudah berkurang.

Bagi Icih, membantu orang lain adalah ladang amal. “Saya tidak mampu menyumbangkan sesuatu secara ekonomi hanya sumbagan berupa tenaga dan pikiran,” pungkasnya. l

Pernah menjabat sebagai Keuchik selama lebih dari 20 tahun tentunya memiliki segudang pengalaman hidup bagi pak Amat.

WALAUPUN sudah lama pensiun dari profesi Keuchik, namun panggilan Keuchik Amat masih melekat pada beliau. Bahkan beliau selalu dipanggil untuk acara kemasyarakatan dan termasuk

orang yang dituakan di kemukiman Padang Sikabu. Pertama menjabat sebagai Keuchik gampong Padang Sikabu pada 10

Oktober 1987 sampai dengan Maret 2008. Selama kurun waktu tersebut banyak hal yang dialami terutama pada masa konflik dimana banyak keuchik yang mengundurkan diri karena tidak sanggup berada dibawah tekanan antara dua pihak yang saling bertikai saat itu.

Namun hal tersebut tidak menyurutkan niat beliau untuk tetap memangku

125SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

jabatan sebagai Keuchik Padang Sikabu. Terinspirasi oleh Pj. Bupati Aceh Selatan waktu itu Bapak Zainal Abidin yang akrab disapa Ayah Cek bahwa Keuchik adalah pelayan bagi masyarakat, membuat Pak Amat termotivasi untuk terus mengemban tugas Keuchik.

Pada masa konflik posisi keuchik sangat beresiko, menjadi keuchik ibarat benteng terdepan untuk setiap masalah yang ada di gampong. Beliau juga pernah mengalami tindak kekerasan pada saat itu ketika ingin menjemput warganya yang ditangkap oleh aparat.

Ia rela berkorban waktu dan tenaga lebih dari seharusnya karena ingin melindungi warga gampongnya. Pak Abbas juga berani menyalahi aturan yang secara administrasi adalah salah. “Jika menyalahi aturan yang telah dibuat yang bertujuan memudahkan urusan dan mempersempit ruang birokrasi sehingga masyarakat merasa semua urusan menjadi mudah kenapa tidak,” imbuhnya. l

Berawal dari ide mengumpulkan dana berupa segenggam beras, ia berhasil mendirikan Koperasi

Breuh Sireugam yang kini telah tumbuh hingga mampu membeli lima hektar lahan dan cadangan dana sebesar

Rp. 35 juta.

ROSDIANA adalah penggagas dan pendiri Koperasi Breuh Sireugam di Gampong Alue Padee, Kecamatan Kuala Batee,

Aceh Barat Daya. Koperasi tersebut dibentuk saat konflik ketika ekonomi keluarga dirasa sulit. Saat itu ia harus membiayai anaknya yang sedang

126 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

kuliah di Banda Aceh.Saat konflik memanas di Tanah Aceh, sangat sulit bagi masyarakat untuk

keluar rumah mencari nafkah. Mereka hanya diizinkan melangkah sejauh 100 meter dari rumahnya. Bagai buah simalakama.

“Sulit untuk terus membiayai anak kuliah karena penghasilan tidak ada sementara jika si anak dibawa pulang tentu akan membahayakan jiwanya karena konflik,”

Melihat kondisi tersebut, perempuan yang akrab disapa Kak Ros ini berinisiatif mengajak lima perempuan di gampongnya membentuk sebuah koperasi dan aktif memikul beban mata pencaharian keluarga,

Sebagai modal awal mereka mengumpulkan beras segenggam setiap harinya dan setiap bulan dikumpulkan ke koperasi. Beras yang terkumpul kemudian dijual dan hasilnya dipinjamkan kepada anggota secara bergilir.

Selain mengumpulkan beras mereka juga membuat kue hantaran pengantin yang berbahan baku beras seperti kue Juadah dan kue Boi. Kak Ros juga mengajarkan keterampilan kepada anggotanya dengan memanfaatkan kain perca yang disulap menjadi bunga.

Pada tahun 2008 mereka mendaftarkan koperasi Breuh Sireugam pada notaris. Koperasi berjalan dengan baik walau dengan manajemen dan pembukuan yang sederhana. sehingga jumlah anggotanya terus bertambah menjadi 57 orang. Dan modal dari beras segenggam dari tahun ke tahun terus meningkat hingga mencapai angka 35 juta rupiah.

Koperasi Breuh Sireugam ini pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah melalui Dinas Perindustrian berupa bantuan barang senilai lima puluh juta rupiah dan 1 unit sepeda motor.

Koperasi Breuh Sireugam juga pernah mendapat bantuan komputer dan perangkat internet yang dimanfaatkan oleh anggotanya untuk menerima rental pengetikan. Sekarang koperasinya sudah membeli sebuah lahan kosong seluas 5 hektar yang rencananya akan ditanam sawit.

“Selain menanam sawit juga akan disisip dengan tanaman pisang dan ubi jalar. Saya berharap nantinya ketika dipanen koperasi bisa memproduksi

127SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

keripik pisang dan ubi,” ungkapnya. Kak Ros ini memiliki kelebihan mampu meyakinkan orang lain dan

bisa membuat orang percaya. Ia punya mimpi untuk terus mengembangkan koperasi Breuh Sireugam menjadi lebih maju dengan dasar agama yang kuat. Ia ingin koperasi ini nantinya memiliki yayasan anak yatim piatu dimana kebun sawit menjadi salah satu sumber penghasilan dan

“Tidak mengharap bantuan semata, tetapi kami berusaha mandiri,” imbuhnya. l

Ia aktivis yang peduli pada sejarah

SYAHRUL Fadli lahir di Aceh Barat Daya 41 tahun lalu dan telah dikarunia 3 buah hati. Sebagai putera Aceh Barat Daya , ia konsern terhadap pengembangan pariwisata dan sangat berharap semua elemen masyarakat bersatu dalam membangun Aceh Barat Daya tanpa terkotak kotak oleh kepentingan masing masing.

Syahrul Fadli merupakan penggagas dan merancang Lama Tuha menjadi wilayah ekowisata pada masa gubernur Abdullah Puteh. Lama Tuha menurut sejarah dulunya adalah wilayah yang maju sisi perdagangannya, wilayah laut Lama Tuha menjadi jalur masuk pedagang dunia.

Syahrul ingin mengangkat kembali kemajuan wilayah ini. Saat itu Aceh Barat Daya masih termasuk wilayah Aceh Selatan. Konflik kepentingan antar wilayah ini menjadi benturan besar yang akhirnya mengurungkan niat Syahrul mengekspos Lama Tuha.

Setelah Aceh Barat Daya menjadi kabupaten baru, Syahrul melanjutkan misinya untuk mengangkat kembali kisah Lama Tuha, langkah pertama adalah

128 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

dengan merencanakan pembangunan infrastruktur dan listrik.Bersama rekannya di Gema Assalam, ia merancang program untuk

pariwisata wilayah Lama Tuha. Ia pernah membuat perencanaan program dan memuat profil Lama Tuha yang harus diseminarkan sebelum rencana tersebut disetujui dan dibukukan. Kegiatan ini dilakukan di bawah koordinasi langsung dengan Bupati Aceh Barat Daya yang pada waktu itu dipimpin oleh Burhanuddin.

Bukan hal yang mudah waktu itu untuk mendapatkan data akurat dan cocok dengan data BAPPEDA dan BPS. Tak mengenal lelah, Syahrul mengkoordinasikan hal tersebut dengan melibatkan tokoh masyarakat, melaksanakan pertemuan musyawarah dan rapat, juga memanfaatkan jaringan di tingkat kabupaten yang dimilikinya.

Pada masa awal Aceh Barat Daya memekarkan diri dari Aceh Selatan hal yang harus ada adalah konsep RTRW dan RUTR (Rencana Umum Tata Ruang Kota). Syahrul Fadli termasuk orang yang membuat RUTR tersebut. Pernah menjadi Fasilitator Gampong di Kecamatan Kuala Batee untuk bantuan rumah program BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi).

Ia juga aktif di organisasi kepemudaan dan partai politik. Di masa sekolah, ia pernah menjabat sebagai ketua OSIS dan aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Syiah Kuala. Seorang perintis lahirnya IPELMA (Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Aceh Barat Daya) dan menjadi ketua pertama di organisasi tersebut.

Keinginan agar bermanfaat bagi orang lain menjadi motivasi Fadhli untuk terus aktif dalam memperjuangkan perubahan. Tokoh yang menginspirasi baginya adalah sosok Azwar Abu Bakar karena beliau selalu mendorongnya harus yakin pada diri sendiri dan berani mencari solusi atas setiap masalah yang dihadapi. l

129SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

D. Para Pejuang Dari Babahrot

Latar belakang pendidikan sebagai sarjana pendidik mengetuk hati dan moralnya membentuk TPA, Remaja Mesjid hingga merintis Madrasah Ibtidaiyah Kampung

Tengah, Kecamatan Babahrot, Aceh Barat Daya.

MENURUTNYA dibutuhkan tidak hanya sekolah umum di Kecamatan Babahrot tetapi juga sekolah berbasis agama yang nantinya diharapkan akan tercipta perubahan akhlak generasi

muda melalui pengetahuan agama.Lelaki muda berusia 30 tahun ini sangat peduli terhadap dunia pendidikan.

Mukhtar, S.Pd.I merupakan perintis Raudhatul Athfal sebuah Taman Kanak Kanak di Kampung Tengah. Secara swadaya ia dan teman temannya menjalankan aktivitas sekolah tanpa biaya operasional dari manapun, membangun jaringan dengan Departemen Agama.

Bekerja sebagai tenaga bakti di sekolah MTsN 1 Babahrot bukanlah satu satunya aktivitas rutin yang ia jalani selain bertani dan berkebun.

Ia termotivasi karena tidak ada sekolah setingkat Taman Kanak Kanak di Gampongnya. Perjuangannya pun berbuah manis. Sekarang sekolah tersebut telah berjalan dengan baik bahkan sudah ditempatkan beberapa guru berstatus Pegawai Negeri Sipil, dibawah pengawasan langsung dari Departemen Agama.

Tidak berhenti sampai di situ, Mukhtar juga terlibat dalam merintis sekolah MIS (Madrassah Ibtidaiyah Swasta) berbasis agama di Kecamatan Babahrot. tugas moral sebagai seorang pendidik telah menyentuh hatinya ketika melihat

130 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

banyaknya sekolah dasar (SD) yang dibangun oleh Dinas Pendidikan bahkan hingga ke pelosok, sementara tidak ada satupun sekolah setara SD berbasis agama di kecamatan Babahrot.

Setelah terlebih dahulu bertanya kepada masyarakat sekitarnya tentang kebutuhan akan sebuah sekolah yang berbasis agama, Mukhtar dan rekan rekannya pun berjuang untuk memperoleh dukungan dan jaringan agar terbentuknya sebuah MIS di kecamatan Babahrot.

Walaupun awalnya orang tua siswa ragu menyekolahkan anak anak mereka ke sekolah tersebut karena khawatir dengan status sekolah, namun sekarang proses pendidikan di MIS Babahrot yang dirintisnya sudah berjalan dengan baik bahkan sudah diresmikan dan sudah memperoleh izin operasional sekolah dari Departemen Agama.

Mukhtar sangat berharap nantinya MIS Babahrot setara dengan MIN Blangpidie bahkan menjadi sekolah unggul di kecamatan tersebut. Harapannya itu bukanlah sesuatu yang mustahil dengan adanya sosok seperti Mukhtar. Lelaki muda ini punya motto hidup “Dimana ada kebaikan ada kita disana”.

“Tentu saya akan terus berjuang untuk mewujudkan masa depan pendidikan Aceh Barat Daya yang lebih cerah,” l

H. Alimin Ali tokoh kharismatik yang begitu dikenal di Kecamatan Babahrot, Aceh Barat Daya.

KIPRAHNYA sebagai penggerak pengembangan usaha perkebunan bagi masyarakat di kawasan Babahrot terutama di Gampong Pante Cermin telah membuahkan hasil yang sangat bermanfaat bagi

masayarakat.

131SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Ia aktif sebagai ketua Kelompok Perkebunan sejak Tahun 1980. Selain pernah menjabat sebagai Keuchik dan Mukim.

H. Alimin Mengajak masyarakat untuk beralih ke usaha perkebunan Kakao dan Sawit serta memperjuangkan pentingnya pendidikan ketrampilan berkebun bagi masyarakat. Juga terlibat aktif dalam kegiatan pendidikan dan sosial.

“Masyarakat sekarang telah beralih ke usaha perkebunan yang cenderung menjanjikan hasil yang memuaskan,”

Berkat usahanya, kini telah Terbentuk kelompok – kelompok perkebunan masyarakat dan hampir 60 % lebih masyarakat Babahrot terutama gampong Pante Cermin memiliki lahan perkebunan.

“Memang Memberi pemahaman kepada masyarakat membutuhkan kesabaran dan keyakinan, namun kita harus Berusaha dan yakinlah dengan usaha kita,” imbuhnya. l

Kerja keras, kerja cerdas dan niat iklas, Hidup harus berpikir 5 – 10 tahun kedepan. Dengan sedekah, rezeki

bertambah. (Bang Man Seungko)

SULAIMAN R atau lebih dikenal dengan Bang Man Seungkoe merupakan salah satu aktor penggerak pembangunan di Gampong Gunung Samarinda. Ia Mewakafkan tanah untuk membagun pasantren dan

Musalla hingga berdirinya pesantren di gampong Gunung Samarinda. “Saya senang jika dapat melakukan sesuatu untuk masyarakat,” ujarnya. Ia juga memberi pemahaman kepada Masyarakat Gunung Samarinda

agar mempuyai kebun sawit 2 hektar/kk. Melakukan lobi dengan Pemerintah

132 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

daerah maupun provinsi untuk membangun jalan di Gampong Gunung Samarinda. Hingga terealisasi pembangunan jalan sepanjang 30 meter menuju ke kebun warga.

Ia juga memiliki usaha warung Makan Khas Aceh yang sudah begitu dikenal oleh masyarakat di Aceh Barat Daya, Bang Man memanfaatkan ‘prestice’ warung miliknya untuk menarik perhatian para pengunjung warung. Baik dari kalangan stakeholders maupun pejabat publik dengan pendekatan harga diskon bahkan gratis.

pendekatan tersebut ia gunakan untuk memudahkan jalannya dalam berdialog dengan pemerintah maupun stakeholder untuk menjalankan misinya demi kemaslahatan warga Gampongnya. l

Mak Lelang akan terus hidup di tangannya.

IA adalah aktor penggerak seni, Hasan Hadi sudah tidak muda lagi, usianya sekitar 60 tahun, namun semangatnya untuk melestarikan seni warisan endatu tidak pernah padam.

Hasan Hadi tinggal di Gampong Pante Rakyat, Dusun Geunang Jaya, Kecamatan Babah Rot, Aceh Barat Daya dengan sang istri.

Warga Gampong sering memanggilnya Tgk. Hasan. diusia senja, ia masih eksis di dunia seni, di kediamannya beliau mengajarkan tarian Maklelang, tarian ini terdiri dari delapan orang penari satu Syech. Tarian ini menceritakan tentang Legenda Malelang Dan Madiun.

“Tarian ini adalah warisan yang harus di wariskan dan di lestarikan, tarian ini adalah milik Aceh Barat Daya dan tidak banyak orang tau bagaimana kisah yang sebenarnya, bila dibiarkan dan tidak dilestarikan tarian ini akan punah

133SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

maka sangat rugi bagi saya, ini adalah budaya kita dan harus di lestarikan,” ujarnya. l

“Kekurangan materi bukan berati alasan untuk berhenti mengabdi,” (Masnidar)

IA Kader Pemberdayaan Masyarakat di PNPM, Ketua Wirid Yasin, Kader Posyandu, Memfasilitasi masyarakat dalam pembebasan tanah untuk membangun jalan serta Mengurus dana simpan pinjam di Gampong

Persiapan Lhok Mantri, Kecamatan Babahrot, Aceh Barat Daya. Tidah hanya itu, ia bahkan menghibahkan tanah untuk membangun jalan

menuju sekolah di gampongnya. Kak Mas, begitu warga Gampong persiapan Lhok Mentri memanggilnya. Di usianya yang relative muda, 32 tahun, Masnidar telah menorehkan berbagai kegiatan bermanfaat bagi masyarakat Gampong. Warga merasa terbantu dengan adanya pembangunan jalan baik yang terhubung ke dusun- dusun maupun jalan menuju ke kebun warga

Ia memulai pengabdian di masyarakat sejak tahun 2004 dengan bergabung di PPK sekarang sering disebut PNPM, sejak megabdi di lembaga tersebut kak mas sering terlibat dalam hal pembebasan tanah warga untuk membangun jalan selain tugas tersebut yang di emban kepadanya kak mah juga di beri tanggun jawab dalam mengurus dana simpan pinjam.

Hambatan dalam yang sering di hadapi dalam menjalankan amanah tersebut kak Mas mengatakan dalam pengutipan uang simpan pinjam pihak yang meminjam tidak melunasi uang yang di pinjamkan sesuai batas waktu yang telah di tentukan,

“Harapan saya, semua jalan Gampong, baik yang menuju ke kampung

134 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

maupun ke kebun warga di aspal,”Selai dari itu harapan terbesar dalam hidupnya pendidikan anak-anak yang

ada di alue mentri tetrsebut semua memperoleh pendidikan yang layak. l

Kata Mereka Tentang Sistem Administrasi dan Informasi Gampong (SAIG)

RUMAH sederhana bercat hijau pupus itu milik Ridwan, masyarakat gampong Suka Makmur, Kecamatan Manggeng. Aceh Barat Daya. Bagian samping rumahnya ia jadikan kios kecil berisi beraneka jajanan dan kebutuhan rumah tangga.

Laki-laki berperawakan tinggi ini dilahirkan di Sarah Perlak, Sungai Mas, Aceh Barat. Pada 7 Juni 1970 silam. Sejak tahun 1999 ia pindah ke Manggeng, Aceh Barat Daya.

“Saya dilahirkan di Aceh Barat, dituakan di Aceh Barat Daya,” ujar alumni SMEA 1 Meulaboh jurusan Akutansi.

Sebagai bendahara gampong, merangkap sekretaris, ia mengikuti semua tahapan program SAIG. Menurutnya, semua tahapan berjalan cukup lancar, walaupun masih terdapat beberapa kendala seperti tidak adanya papan informasu di kantor Keuchik yang mengumumkan mengenai program ini.

“Kalau ada papan pengumuman itu, kita tidak perlu menjelaskan terus menerus setiap bertemu dengan warga,”

Menurutnya, sebelum pleno masyarakat bingung dengan program ini. Tetapi setelah pleno mereka baru menyadari manfaat program ini.

“Tanggapan masyarakat cukup positif, karena data sudah akurat dan surat menyurat menjadi sangat cepat.” Ungkapnya.

135SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Ridwan berharap program ini dapat berlanjut walaupun tanpa dibiayai LOGICA2. Tetapi dibiayai oleh pemerintah Aceh Barat Daya.

“Minat belajar masyarakat Aceh Barat Daya cukup tinggi, mereka banyak bertanya, mulai dari perekrutan kader hingga pleno.”

Lelaki yang akrab disapa Bang Wan ini melihat fenomena unik yang terjadi di masyarakat saat pertama program ini berjalan. Ia bercerita, saat perekrutan kader, tidak pernah diiming-imingi dengan imbalan apapun. Sehingga sebagain besar masayarakat tidak mau menjadi kader.

Setelah terpilih beberapa warga yang ikhlas bekerja tanpa bayaran, ternyata di akhir kegiatan mereka diberi bayaran. Masyarakat yang dulu menolak, merasa menyesal dan iri kepada kader.

Ridwan merasa gembira dan bangga dengan adanya program ini di Aceh Barat Daya. Sepanjang ingatannya, belum pernah masyarakat berkumpul di satu tempat seramai itu seperti saat pleno. Hal tersebut menurutnya karena dipancing oleh rasa ingin tahu dan makanan yang disediakan oleh panitia.

Pleno dilaksanakan di SD Suka Makmue. dihadiri lebih dari 200 orang . “Jadi saat pleno, semua bisa terbongkar. Bila ada yang menyembunyikan data saat kader melaksanakan sensus, masyarakat lainnya akan membongkar hal tersebut di muka umum,” kisahnya.

“Sehingga masyarakat dapat bejajar kalau kejujuran itu penting,”Saat pleno, penduduk dari Gampong tetanggapun ramai yang datang,

mereka ingin tahu mengapa ramai sekali penduduk berkumpul malam itu. Gampong tersebut berpenduduk 126 KK, Indikator dari Gampong tersebut

adalah pendapatan, kepemilikan rumah, lahan, kepemilikan ternak, kendaraan, penerangan, pendidikan KK, pekerjaan, serta kepemilikan usaha.

Pendidikan di Gampong itu rata-rata Sekolah Menengah Pertama (SMP). Banyak yang putus sekolah, sebagian besar berprofesi buruh tani.

Penyebabnya pendidikan rendah karena sekolah jauh, paling dekat terletak di Kecamatann manggeng, 3km/5000 perhari ongkos yang dikeluarkan, sehingga masyarakat tidak mampu menyekolahkan anak mereka.

Ridwan sendiri punya sebuah bengkel dan aktif di radio RAPI, Radio Antar

136 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

penduduk Indonesia. Sekitar 1 tahun. Sebagai komunitas pengurangan dampak resiko, “Jika sinyal Hp terputus,

komunikasi digunakan dengan HT,”Manfaat itu juga dirasakan Rafasah, gampong Sejahtera, Kecamatan

Manggeng. Sebagai kader, ia merasakan pahit manis saat melakukan sensus di gampong berpenduduk 1800 jiwa tersebut.

Rafasah, lahir di Gampong Teupin Batee, 20 Januari 1977. Kini Nenek 1 orang Cucu ini tinggal di gampong Sejahtera, di seberang jalan di depan rumahnya sungai kecil mengalirkan air jernih hingga ke sawah penduduk.

Rumah Rafasah semi permanen, dengan cat hijau pupus. Karpet warna gelap dengan motif kotak-kotak menutupi lantai rumahnya. Rumah itu tampak semarak dengan hiasan bunga plsatik warna-warni berukuran sebahu orang dewasa di sudut rumah. Beberapa foto terpajang di dinding.

Hari itu memakai jilbab lebar warna abu-abu, daster hitam dan sarung batik coklat.

Rafasah mengakui, saat ia menjalankan tugasnya memang pada awalnya ada yang menyembunyikan kekayaan mereka saat kader melakukan sensus. Karena mereka mengharapkan bantuan, bahkan setelah disensus dan ia hasil menunjukkan bahwa ia tergolong kaya, warga tersebut datang ke rumahnya meminta diganti status menjadi sedang atau bahkan miskin.

“Mereka tidak mau digolongkan dalam keluarga mampu, mereka maunya tidak mampu dengan harapan mendapat bantuan,’

Kendala lainnya saat disensus mayarakat mengeluh. “Untuk apa sensus selalu,”

Namun jika dipresentasekan, jumlah warga yang kurang mendukung sensus hanya sekitar 20%. Sedangkan 80% lainya sangat mendukung program ini.

Menurut Rafasah, sensus ini sangat berbeda, transparan dan terukur. Bila masyarakat menyembunyikan datanya ketika disensus, maka pada saat pleno data tersebut akan dikomplain oleh orang lain.

Indikator yang disepakati dari gampong sejahtera adalah pendapatan,

137SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

pekerjaan, pendidikan, kepemilikan lahan, sawah, ternak, tambak, kepemilikan boat, perabot rumah tangga, kepemilikan kendaraan, jumlah tanggungan, dan kepemilikan rumah.

Bagi Rafasah, sensus ini banyak sekali manfaatnya daan tepat sasaran. Selain sebagai kader SAIG LOGICA2, ia juga kader KPMD, ia tidak

pandang bulu memilih kegiatan berdasarkan materi, tetapi yang bermanfaat bagi masyarakat. Ia pernah menjadi Tuha Peut, ketua wirid Yasin, pengajar di TPA, hingga membantu masyarakat mengajukan proposal bantuan yang ia lakukan dengan penuh ketulusan tanpa mengharap imbalan apapun.

Bukan hanya itu, ia juga membentuk kelompok kesenian dan Barzanzi, Marhaban untuk acara turun tanah dan sunat rasul. Sanggar Sakinah yang ia rintis cukup diminati warga kampung bahkan ia sering dipanggil mengisi acara hingga kecamatan.

Kekurangannya hanya tidak bisa mengendarai sepeda motor. Sehingga sang suami harus mengantarnya kemanapun. Terkadang kekurangan tersebut sedikit mengurangi kegesitannya dalam menjalankan semua kegiatan kemasyarakatan.

Rata-rata penduduk gampong sejahtera lulusan SMA., namun menurut Rafasah, pendidikan tinggi tidak menjamin seseorang mau berbuat untuk warganya,

“Yang paling penting adalah kemauan membangun gampong,” ujarnya. Kader lainnya bernamanya Bahagia, hidungnya menjulang tinggi, mata

lebar dengan alis lebat. Lajang berparas Arab pada hari itu ia memakai baju coklat. Sebagai kader di gampong Geulanggang Gajah, Kecamatan Kuala Batee, ia mengakui program SAIG LOGICA2 ini sangat berdampak positif bagi masyarakat.

Bahagia mengungkapkan, dengan program ini sistem administrasiinformasi gampong ini menjadi lebih mudah. Pariwisata dan potensi gampong lainnya dapat dengan mudah terekspos. Karena gampong telah memiliki website sendiri.

Namun saat mengumpulkan data, ia mengakui mengalami beberapa

138 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

kendala. “Masyarakat berlomba-lomba menjadi miskin karena mengira akan dapat bantuan, padahal sensus ini sudah kita jelaskan bukan untuk bantuan,”ungkapnya.

Kendala yang dirasakan saat melakukan sensus adalah saat menganggap sensus ini tidak penting. Namun saat pleno, masyarakat baru menyadari kalau peran keikutsertaan dalam pendataan hal tersebut penting dan program ini transparan.

“Pleno diadakan di gedung musyawarah, sekitar 200 orang hadir,”Indikator yang disepakati oleh penduduk Gampong Geulanggang Gajah

adalah: pekerjaan, luas lahan, jumlah tanggungan, pendidikan Kepala Keluarga, bentuk rumah,status kepemilikan lahan, jumlah tanggungan, pendapatan, ternak, .

Bahagia juga merasakan pengalaman menarik, ketika ia datang untuk melakukan sensus bersama kader lainnya. Ia pernah dikira pengemis. Sampai seorang warga memberinya uang receh.

“Ya, sampai dikira pengemis, diberi uang receh,” ujarnya sambil tertawa.Bahagia sudah lama menjadi kader LOGICA2. Alumni S1 IAIN Imam

Bonjol, Padang, Sumatera Barat, Jurusan Ahlus Syahsiyah ini aktif di berbagai kegiatan kemasyarakatan.

Said Nazli sangat bersyukur program SAIG dijalankan di Gampongnya. Laki-laki paruh baya ini sehari-hari bekerja sebagai petani. Kulitnya hitam, namun selalu tersenyum ramah. Dengan senang hati ia berbagi mengenai program yang dijalankan di gampongnya.

“LOGICA2 telah menciptakan perubahan di gampong kami. Dengan program ini, nantinya semua program pemerintah akan tepat sasaran,” ujarnya senang.

Harapannya, program itu akan berlanjut dan tidak terhenti di tengah jalan. “Maunya program ini berlanjut, Pemerintah Aceh Barat Daya bisa

melanjutkannya,” harap Said. Harapan yang sama juga disampaikan Romi Iskandar, pemuda kelahiran

6 Juni 1992 ini ditunjuk oleh Keuchik Gampong persiapan Rumoh Panyang.

139SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

Kecamatan Kuala Batee, sebagai operator. “Saya harap nantinya program ini akan tetap berjalan, tidak berhenti

sampai di sini,” harapnya. Romi terpilih mengikuti pelatihan operator gampong untuk program SAIG.

Dengan program ini ia dapat menambah ilmu, wawasan sekaligu membantu meringankan tugas perangkat gempong.

“Semua sudah ok, tinggal menunggu data untuk diinput saja,”Namun ia merasa, masih kurangnya sosialisasi yang dilakukan pihak

LOGICA2 mengenai program SAIG ini kepada masyarakat. Padahal, menurutnya program ini sangat bermanfaat, karena masyarakat Gamponga dapat mengetahui apa potensi yang tersimpan di Gampongnya. Karena Gampong sudah memiliki Website gampong.

“Namun memang masih terkendala karena sebagian besar warga gampong masih gagap teknologi, mereka belum tahu internet, website,” ujarnya.

Sehari-hari Romi bekerja sebagai pegawai kontrak di kantor camat Kecamatan Jeumpa. Sepulang kerja, ia melanjutkan pekerjaannya di tempat fotocopy UD. Surya di Jalan Nasional Blang Pidie-Nagan Raya, Kota Bahagia.

Tempat fotocopy itu bercat biru, dipadu dengan biru di bagian atas. Dua perangkat computer termasuk printer terletak di sudut ruangan. Beberapa file dan arsip Gampong tertata di dalam lemari hitam di tengah ruangan.

“Kerja di sini selain untuk tambah penghasilan juga membantu Sekdes, Karena tem pat fotocopy ini merangkap kantor Sekdes” ungkap alumni SMA 1 Kuala Batee ini.

Ia kader gampong Alue Rambot, kecamatan Jeumpa, Aceh Barat Daya. Ia senang berinteraksi langsung dengan masyarakat. Dan sudah mejadi kader program logica sejak lama.

Meskipun di lapangan ia kerap menemui protes dan penolakan. Misalnya ketika menjalankan sensus, masyarakat protes, “Untuk apa data-data, tidak ada manfaat,”

Tetapi dengan sabar ia menjelaskan bahwa program ini sangat bermafaat, “Memang sekarang belum dirasakan manfaatnya, namun nanti masyrakat yang

140 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

akan merasakan hasilnya sendiri,” Indera Dewi sabar menjelaskan dengan detail.

Saat pleno, masyarakat mulai memahami manfaat program ini. Pleno diadakan di balai Gampong. Adapun Indikator dari Gampong tersebut adalah; pendidikan, penghasilan, kesejahteraan dalam keluarga, dan pekerjaan. Sebagian besar penduduk di Gampong itu berpendidikan SMA dan bekerja sebagai petani.

Namanya Armiya, ia guru SMP Tunas Nusa. Dulu ia pernah mejabat sebagai tuha peut. Ia mengecap pendidikan D-3 di Unsyiah dan melanjutkan S1 di Universitas Terbuka jurusan Fisika.

Ia sangat mendukung program ini, walaupun mulanya merasa asing. “Dengan program ini, tersedia data akurat, sudah pasti program pemerintah akan tepat sasaran,”

“Selama ini saya tidak pernah melihat program seperti ini. Biasanya yang jatah mendapatkan bantuan tidak dapat, begitu juga sebaliknya. Hal itu karena kesimpangsiuran data, saya bersyukur dengan program ini semua program pemerintah akan tepat sasaran,” harapnya.

Harapannya program ini agar dapat dilanjutkan. “Sesuatu yang baik jangan putus di tengah jalan. Agar ke depan masyarakat akan lebih terdata,” pungkasnya. []

141SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

SISTEM ADMINISTRASI

DAN INFORMASI GAMPONG (SAIG)

DI BALIK LENSA

SISTEM ADMINISTRASI

DAN INFORMASI GAMPONG (SAIG)

DI BALIK LENSA

BAB IV

144 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

145SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

146 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

147SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

148 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

149SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

150 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

151SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

152 SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

153SAIG & IMPIAN BREUH SIGUPAI

SISTEM ADMINISTRASI DAN INFORMASI GAMPONG (SAIG) & IMPIAN BREUH SIGUPAIGampong Bergerak Membangun Berbasis Data,Meningkatkan Pelayanan dan Memandirikan Warga

FASILITATOR PEMETAAAN

APRESIATIF GAMPONG (FPAG) :

HERY FIRMANSYAH, S.Psi.

REFI RAFLI, S.K.H.

SAFARI, S.Pd.I.

T. M. DAUD YUSKA, S.Pd.I.

SHINTA YULISNA, S.P.

DEWI PUTRI AGUSTINA, S.P.

DIAN ERIANI, S.H.

AGUS RAHMAN

KASYFUL WARA, S.Pd.I.

SRI ROSNIJAR DARMI, S.E.

MURIYANTI, A.Md.Kep.

SELIAH, S.E.

ADHWIR, S.P.

AKMAL, S.Pd.I.

RIKI RIDWANSYAH, S.P.

KHAIRUNNAS, S.Kom.

HARTONO ISDA, S.Pd.I.

SUPRIYADIANTO, S.Sos.I.

FASILITATOR TEKNIS

PEMETAAN (FTP) :

AGUSTIAN SAPUTRA, S.T.P.

SURISWAN, S.T.

SAID AZIZ ALATAS, S.E.

MITRAFUDDIN, S.T.

PENULIS :

MELLYAN CUTKEUMALA NYAKMAN

LAYOUTER :

ZULHAM YUSUF

Pengalaman Pelaksanaan Program SAIG Abdya

PROGRAM MANAGER SAIG (PM SAIG) : KHAIRANI ARIFIN, S.H., M.Hum.

FASILITATOR KABUPATEN SAIG (FASKAB) : NASHRUN MARZUKI, S.H.

TRAINER/KONSULTAN SAIG : Ir. NYOMAN OKA, M.M.

PELAKSANA PROGRAM SISTEM ADMINISTRASI DAN INFORMASI GAMPONG (SAIG)

Sistem Adm

inistrasi dan Informasi Gam

pong (SAIG) & Impian Breuh Sigupai