4
THE 5 TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta 1004 THE 5 TH URECOL ISBN 978-979-3812-42-7 SIKAP SOSIAL PERSPEKTIF MULTIKULTURAL DALAM BIMBINGAN KELOMPOK Devi Trianasari 1 , Nurlatifah Alauddin 2 , Anhar 3 , dan Ledyana Dwi Mei Situngkir 4 1 Program Studi Bimbingan dan Konseling, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta Email : [email protected] 2 Program Studi Bimbingan dan Konseling, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta Email : [email protected] 3 Program Studi Bimbingan dan Konseling, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta Email : [email protected] 4 Program Studi Bimbingan dan Konseling, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta Email : [email protected] ABSTRAK Sikap dapat dibedakan menjadi dua yaitu sikap sosial dan sikap individual. Istilah “sikap sosial” banyak konsep tercakup mulai dari pendapat, keyakinan sampai ke konsep abstrak tentang kepribadian. Masalah sikap sosial adalah masalah komitmen sosial. Komitmen sosial erat hubungannya dengan menentukan sikap ego terhadap kehidupan sosialnya (ego involvement atau perlibatan pribadi). Semua perilaku manusia adalah budaya, hal tersebut karena manusia adalah makhluk sosial (Hoorens & Poortinga, 2000). Perilaku sosial jelas terkait dengan konteks sosial budaya yang dikembangkan, misalnya: prosedur ucapan, membungkuk, dan lain-lain yang bervariasi dari budaya yang satu dengan budaya yang lain, hal ini merupakan transmisi budaya pada perilaku sosial. Jenis perilaku sosial terjadi di semua budaya, tetapi untuk melakukan dan menerapkan budaya dengan cara yang berbeda tergantung pada keadaan budaya lokal. Tujuan dari bimbingan kelompok lintas budaya adalah untuk mengeksplorasi sistem budaya guna menemukan fenomena perilaku sosial baru sesuai dengan realitas sosial budaya lokal. Bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok. Tujuan yang hendak dicapai oleh kelompok tersebut adalah menerima informasi. Kegiatan dalam bimbingan kelompok adalah pemberian informasi untuk keperluan tertentu bagi para anggota kelompok. Kegiatan pemberian informasi agar dapat berjalan dengan lancar dan penuh manfaat, perlu mengikuti aturan tertentu. Kata Kunci : Sikap Sosial, Multikultural dan Bimbingan Kelompok. 1. PENDAHULUAN Manusia memiliki dimensi pribadi dan sosial atau biasa disebut sebagai makhluk individu yaitu setiap manusia memiliki hak dan kewajiban masing-masing, kemudian manusia juga merupakan makhluk sosial yaitu akan saling tergantung pada manusia lain untuk kepentingan diri maupun lingkungan. Manusia sebagai makhluk sosial akan selalu berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya, kemampuan komunikasi manusia dipengaruhi oleh budaya yang sudah ada dilingkungan tempat tinggal. Berbagai kelompok dalam masyarakat akan memiliki budaya yang berbeda pada masyarakat tempat tinggal lainnya. Interaksi sekelompok masyarakat pada lingkungan akan membentuk suatu budaya yang diterapkan sebagai pedoman kehidupan keseharian. Budaya tersebut melingkupi cara berbicara, cara memberi salam, menghormati, menyikapi suatu permasalahan, dan hal lain yang akan

SIKAP SOSIAL PERSPEKTIF MULTIKULTURAL DALAM BIMBINGAN KELOMPOKlpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/176-Devi-1004-1007.pdf · SIKAP SOSIAL PERSPEKTIF MULTIKULTURAL DALAM BIMBINGAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SIKAP SOSIAL PERSPEKTIF MULTIKULTURAL DALAM BIMBINGAN KELOMPOKlpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/176-Devi-1004-1007.pdf · SIKAP SOSIAL PERSPEKTIF MULTIKULTURAL DALAM BIMBINGAN

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1004THE 5TH URECOL ISBN 978-979-3812-42-7

SIKAP SOSIAL PERSPEKTIF MULTIKULTURAL DALAM BIMBINGANKELOMPOK

Devi Trianasari1, Nurlatifah Alauddin2, Anhar 3, dan Ledyana Dwi Mei Situngkir4

1Program Studi Bimbingan dan Konseling, Program Pascasarjana, Universitas Negeri YogyakartaEmail : [email protected]

2Program Studi Bimbingan dan Konseling, Program Pascasarjana, Universitas Negeri YogyakartaEmail : [email protected]

3Program Studi Bimbingan dan Konseling, Program Pascasarjana, Universitas Negeri YogyakartaEmail : [email protected]

4Program Studi Bimbingan dan Konseling, Program Pascasarjana, Universitas Negeri YogyakartaEmail : [email protected]

ABSTRAK

Sikap dapat dibedakan menjadi dua yaitu sikap sosial dan sikap individual. Istilah“sikap sosial” banyak konsep tercakup mulai dari pendapat, keyakinan sampai ke konsepabstrak tentang kepribadian. Masalah sikap sosial adalah masalah komitmen sosial. Komitmensosial erat hubungannya dengan menentukan sikap ego terhadap kehidupan sosialnya (egoinvolvement atau perlibatan pribadi).

Semua perilaku manusia adalah budaya, hal tersebut karena manusia adalah makhluksosial (Hoorens & Poortinga, 2000). Perilaku sosial jelas terkait dengan konteks sosial budayayang dikembangkan, misalnya: prosedur ucapan, membungkuk, dan lain-lain yang bervariasidari budaya yang satu dengan budaya yang lain, hal ini merupakan transmisi budaya padaperilaku sosial. Jenis perilaku sosial terjadi di semua budaya, tetapi untuk melakukan danmenerapkan budaya dengan cara yang berbeda tergantung pada keadaan budaya lokal. Tujuandari bimbingan kelompok lintas budaya adalah untuk mengeksplorasi sistem budaya gunamenemukan fenomena perilaku sosial baru sesuai dengan realitas sosial budaya lokal.

Bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam suasanakelompok. Tujuan yang hendak dicapai oleh kelompok tersebut adalah menerima informasi.Kegiatan dalam bimbingan kelompok adalah pemberian informasi untuk keperluan tertentubagi para anggota kelompok. Kegiatan pemberian informasi agar dapat berjalan denganlancar dan penuh manfaat, perlu mengikuti aturan tertentu.

Kata Kunci : Sikap Sosial, Multikultural dan Bimbingan Kelompok.

1. PENDAHULUANManusia memiliki dimensi pribadi

dan sosial atau biasa disebut sebagaimakhluk individu yaitu setiap manusiamemiliki hak dan kewajiban masing-masing,kemudian manusia juga merupakan makhluksosial yaitu akan saling tergantung padamanusia lain untuk kepentingan diri maupunlingkungan. Manusia sebagai makhluk sosialakan selalu berinteraksi dan berkomunikasidengan lingkungan sekitarnya, kemampuankomunikasi manusia dipengaruhi oleh

budaya yang sudah ada dilingkungan tempattinggal. Berbagai kelompok dalammasyarakat akan memiliki budaya yangberbeda pada masyarakat tempat tinggallainnya.

Interaksi sekelompok masyarakatpada lingkungan akan membentuk suatubudaya yang diterapkan sebagai pedomankehidupan keseharian. Budaya tersebutmelingkupi cara berbicara, cara memberisalam, menghormati, menyikapi suatupermasalahan, dan hal lain yang akan

Page 2: SIKAP SOSIAL PERSPEKTIF MULTIKULTURAL DALAM BIMBINGAN KELOMPOKlpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/176-Devi-1004-1007.pdf · SIKAP SOSIAL PERSPEKTIF MULTIKULTURAL DALAM BIMBINGAN

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1005THE 5TH URECOL ISBN 978-979-3812-42-7

diterapkan pada nilai-nilai masyarakattersebut. Individu yang berada padasekelompok masyarakat tertentu menjadibagian dari penerapan budayadilingkungannya.

Sebagai makhluk sosial, manusiatidak dapat hidup seorang diri. Di manapundan bagaimanapun manusia hidup senantiasamembentuk kelompok hidup yang terdiri darisejumlah anggota untuk menjamin baikkeselamatan, perkembangan, maupunketurunan. Kehidupan berkelompok itumengembangkan ketentuan yang mengaturhak dan kewajiban masing-masing individusebagai anggota, untuk ketertiban dalampergaulan sosial mereka.

2. SIKAP SOSIALSikap dapat dibedakan menjadi dua

yaitu sikap sosial dan sikap individual. Istilah“sikap sosial” banyak konsep tercakup mulaidari pendapat, keyakinan sampai ke konsepabstrak tentang kepribadian. Sesuatuditanggapi sebagai enak, menyenagkan,memuakkan, memberi kedamaian, tentangbenda, tingkah laku orang lain, situasi dimasyarakat maupun budaya dan agama,dapat dicakup dengan “sikap sosial”.Ekspresi sikap sosial tersebut akan munculdengan kata atau perbuatan: setuju, tidakyakin, melawan, mematuhi perintah, terusterang, berani, membenci, tawakal, belajargiat, agresif pada siapapun dan apapun, dansebagainya (Alex Sobur, 2003).

Diperolehnya suatu sistem nilai ataunorma yang menentukan sikap sosial danjuga tingkah laku perbuatannya denganmasuknya individu ke dalam kelompoktertentu. Sikap yang menentukan caramenghadapi individu lain dalamkelompoknya dan individu di luarkelompoknya serta kelompok psikologisnya.Dapat dikatakan individu yang telah menjadianggota kelompok tertentu berarti telahmengadakan komitmen kepada kelompoktersebut dan atau telah mengadakanperlibatan pribadi atau ego involvementkepada kelompok atau norma dan sistemtertentu yang akan menentukan sikapsosialnya.

Masalah sikap sosial adalah masalahkomitmen sosial. Komitmen sosial erathubungannya dengan menentukan sikap egoterhadap kehidupan sosialnya (egoinvolvement atau perlibatan pribadi). Egoinvolvement berarti satu atau beberapa sikappribadi telah menjadi atau mengadakanhubungan fungsional operasional dalamsuatu frame of reference, bersama-samadengan faktor dalam dan luar pribadi.Sedangkan perlibatan pribadi berarti sikap-sikap yang dimiliki pribadi telah secarafungsional meluluhkan diri dengan sistemnilai atau norma tertentu, sehingga akanmenentukan hubungan sosial.

3. MULTIKULTURALSemua perilaku manusia adalah

budaya, hal tersebut karena manusia adalahmakhluk sosial (Hoorens & Poortinga, 2000).Perilaku sosial jelas terkait dengan kontekssosial budaya yang dikembangkan, misalnya:prosedur ucapan, membungkuk, dan lain-lainyang bervariasi dari budaya yang satu denganbudaya yang lain, hal ini merupakantransmisi budaya pada perilaku sosial. Jenisperilaku sosial terjadi di semua budaya,tetapi untuk melakukan dan menerapkanbudaya dengan cara yang berbeda tergantungpada keadaan budaya lokal. Tujuan daribimbingan kelompok lintas budaya adalahuntuk mengeksplorasi sistem budaya gunamenemukan fenomena perilaku sosial barusesuai dengan realitas sosial budaya lokal.

Manusia hidup berpuak-puak,bersuku-suku, dan berbangsa-bangsa.Masing-masing puak, suku, dan bangsa itumemiliki lingkungan sosial budaya sendiriyang mana yang satu berbeda dari yanglainnya. Perbedaan itu ada yang amat besar,cukup besar, ada yang tidak begitu besar, adayang agak kecil, dan ada yang cukup halus.Perbedaan yang amat besar tercermin padakalimat “barat adalah berat dan timur adalahtimur, keduanya tidak akan bisa bertemu”.

Setiap individu pada sistem sosialmenempati perilaku sosial tertentu, perilakutersebut disebut sebagai peran. Dan setiapperan dikenai sanksi yang mengarah padapengaruh sosial dan tekanan, agar perilakusesuai dengan norma sosial yang standar.

Page 3: SIKAP SOSIAL PERSPEKTIF MULTIKULTURAL DALAM BIMBINGAN KELOMPOKlpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/176-Devi-1004-1007.pdf · SIKAP SOSIAL PERSPEKTIF MULTIKULTURAL DALAM BIMBINGAN

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1006THE 5TH URECOL ISBN 978-979-3812-42-7

Empat hal penekanan konseptual untukmemahami konteks adalah adaptasi budaya,transmisi, latar belakang atau sejarah, danakhirnya pada perilaku sosial.i

4. BIMBINGAN KELOMPOKBimbingan merupakan salah satu

strategi layanan dalam bimbingan dankonseling. Layanan bimbingan dan konselingbertujuan untuk membantu konseli mencapaiperkembangan yang optimal, membantumemecahkan permasalahan, melakukanpencegahan pada permasalahan konseli yangakan datang. Permasalahan yang munculbiasanya dari berbagai faktor yaitu pribadi,sosial, belajar, dan karir hal ini sejalandengan bidang gerak layanan bimbingan dankonseling.

Untuk mencapai tujuan tersebut,maka konseli diberikan materi layanan yangmenyangkut pada empat bidang yaitupribadi, sosial, belajar, dan karier. Startegipenyajian layanan bimbingan dan konselingdapat berupa bimbingan klasikal, bimbingankelompok, konseling, dan strategi lain yangmampu mengantarkan informasi kepadakonseli.

Bimbingan kelompok adalah layananbimbingan yang diberikan dalam suasanakelompok. Tujuan yang hendak dicapai olehkelompok tersebut adalah menerimainformasi. Kegiatan dalam bimbingankelompok adalah pemberian informasi untukkeperluan tertentu bagi para anggotakelompok. Kegiatan pemberian informasiagar dapat berjalan dengan lancar dan penuhmanfaat, perlu mengikuti aturan tertentu.

Bimbingan kelompok menurutSyamsu Yusuf (2009:81) adalah bimbingankepada konseli melalui kelompok-kelompokkecil (5-10 konseli), bimbingan ditujukanuntuk merespon kebutuhan dan minatkonseli. Sedangkan menurut Tatiek Romlah(2006:17) bimbingan kelompok merupakansalah satu teknik bimbingan yang berusahamembantu individu agar mencapaiperkembangan yang optimal sesuai denganminat, bakat serta nilai yang dianutnya yangdilaksanakan dalam situasi kelompok.Pengertian yang telah dijabarkan olehbeberapa ahli tersebut dapat ditarik

kesimpulan bahwa bimbingan kelompokadalah strataegi atau teknik dalam pemberianinformasi yang sesuai dengan kebutuhankonseli untuk mencapai perkembangan yangoptimal dan sebagai salah satu cara untukpemecahan masalah yang dihadapi olehkonseli.

Tatiek Romlah (2006:23)mengklasifikasikan macam-macambimbingan kelompok yaitu:1. Kelompok primer dan kelompok

sekunder. Kelompok primer yaituanggota-anggota kelompok bertemusecara langsung bersama-samamemecahkan masalah, sedangkankelompok sekunder yaitu kelompokyang hubungan anggota-anggotanyabertemu tidak langsung bersifat formaldan pertemuan anggotanya pada saattertentu saja.

2. Kelompok psikologis yaitu kelompokyang memiliki ciri bersifat informal,tidak memiliki peraturan, jumlahanggotanya kecil, dan keanggotaanbersifat sukarela biasanya sangathomogen. Kelompok sosial memilikiciri keaggotaan bersifat sukarelamaupun tidak sukarela, biasanyaheterogen dari segi umur, pekerjaan,kedudukan.

In group adalah kelompok yanganggotanya sadar mengidentifikasikandirinya dan melibatkan diri dalam kegiatankelompok. Keterlibatan anggota ditentukanpada sikap-sikapnya yaitu: sikap membantu,memikirkan dan sikap kerjasama. Kemudianout group kebalikan dengan kelompok ingroup. Adapun macam-macam kelompoklain yaitu: kelompok tertutup dan kelompokberkesinambungan, kelompok latihankepekaan, kelompok pertemuan, kelompokpengembangan organisasi, dan kelompoklatihan keterampilan hidup.

Berikut tahap kegiatan padabimbingan kelompok:1. Tahap pembentukan, berupa pengenalan

diri, pelibatan diri, pemasukan diridalam kelompok. Adapun kegiatan padatahap pembentukan seperti :

Page 4: SIKAP SOSIAL PERSPEKTIF MULTIKULTURAL DALAM BIMBINGAN KELOMPOKlpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/176-Devi-1004-1007.pdf · SIKAP SOSIAL PERSPEKTIF MULTIKULTURAL DALAM BIMBINGAN

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1007THE 5TH URECOL ISBN 978-979-3812-42-7

a. Menjelaskan pengertian kegiatankelompok

b. Menjelaskan cara dan asas kegiatankelompok

c. Saling memperkenalkan danmengungkapkan diri

d. Penggunaan permainan kreatiftertentu untuk memulai keakraban

2. Tahap peralihan, jembatan tahappertama dan tahap ketiga. Adapunkegiatan pada tahap peralihan adalahsebagai berikut :

a. Menjelaskan kegiatan yang akanditempuh pada tahap berikutnya

b. Menawarkan sambil mengamatiapakah anggota sudah siapmemasuki tahap yang ketiga.

3. Tahap kegiatan merupakan pembahasantopik, kegiatan berupa :

a. Masing-masing anggota bebasmengemukakan topik

b. Menetapkan topikc. Anggota membahas topik

4. Tahap pengakhiran, yaitu penilaian dantindak lanjut. Kegiatan berupapenjelasan kelopmpok bahwa kegiatanakan segera berakhir, kelompokmengemukakan kesan dan hasilkegiatan, kemudian membahas kegiatanlanjutan mengenai harapan dan pesan.

5. HUBUNGAN SOSIAL PERSEPKTIFMULTIKULTURAL DALAMBIMBINGAN KELOMPOK

Multikulutural merupakankesederajatan dalam melakukan sesuatu tidakdipengaruhi oleh budaya suatu kelompoktertentu, gender, kedudukan, jabatan danlainnya. Multikultural merupakan persamaanhak bagi setiap kelompok. Terlebih Indonesiamerupakan negara yang terdiri dari ribuanpulau, suku dan adat istiadat bagi setiapkelompok dengan berbagai perbedaantersebut, maka membagun pendidikan yangtidak dipengaruhi oleh perbedaan menjadihal yang penting untuk keberlangsungan dankemajuan Indonesia.

Layanan bimbingan dan konselingmewadahi 4 bidang gerak salah satunyaadalah bidang sosial, yang artinya konselipada setiap jenjang pendidikan memiliki latar

belakang budaya kelompok tertentu. Denganteknik bimbingan kelompok maka dapatdifasilitasi setiap anggota kelompok untukmengeksplor budaya di lingkungannya,sehingga anggota kelompok lain akanmembahas mengenai budaya yang dimilkitiap anggota kelompoknya.

REFERENSI :John W. Berry, etc. 2002. Cross-Cultural

Psychology Research and Applications.New York: Cambridge University Press

Romlah, Tatiek. 2006. Teori dan PraktekBimbingan Kelompok. Malang:Universitas Negerei Malang.

Yusuf, Syamsu. 2009. Program Bimbingandan Konseling di Sekolah. Bandung:Risqi Press.

M.M. Sri Hastuti & W. S Winkel. 2004.Bimbingan dan Konseling di InstitusiPendidikan.Yogyakarta: Media Abadi.

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum dalamLintas Sejarah. Bandung: PustakaSetia.

Prayitno & Erman A. (2009). Dasar-dasarBimbingan dan konseling. Jakarta: PT.Rineka Cipta.