31
SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT PERSPEKTIF HADIS Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Cut Sonia Dinata NIM. 11210429 PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR (IAT) FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 1439 H / 2017 M

SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

  • Upload
    others

  • View
    20

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN

MENURUT PERSPEKTIF HADIS

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Cut Sonia Dinata

NIM. 11210429

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR (IAT)

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)

JAKARTA

1439 H / 2017 M

Page 2: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN

MENURUT PERSPEKTIF HADIS

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Cut Sonia Dinata

NIM. 11210429

Pembimbing:

Dr. H. Ahmad Fudhaili, M.Ag

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR (IAT)

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)

JAKARTA

1439 H / 2017 M

Page 3: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

xi

ABSTRAKSI

Banyak aspek kehidupan yang kini mengalami perubahan dan pergeseran

nilai-nilai asasi dari apa yang seharusnya, salah satunya dalam budaya

makan. Bagi masyarakat modern, aktifitas makan bukan lagi sekedar untuk

memenuhi kebutuhan utama biologis tapi beralih untuk mengikuti

perkembangan tren. Tanpa disadari kecenderungan tersebut juga

menghinggapi kehidupan umat Islam.

Di sisi lain ada kemajuan di bidang teknologi yang menjadi salah satu

faktor penting yang mendukung lahirnya berbagai inovasi sajian kuliner yang

dalam prosesnya ternyata berhasil mengubah sesuatu yang haram menjadi

produk dan bahan makanan olahan yang tersamarkan unsur kandungannya.

Budaya makan yang menjadi global life style tampaknya tidak disikapi

dengan cukup bijak oleh umat Islam di masa sekarang. Demi mengikuti tren

yang berkembang, kita menjumpai banyak umat Islam yang kurang

memperhatikan nilai-nilai syariat yang telah ditetapkan saat mereka memilih

makanan yang akan dikonsumsi. Hal ini mengindikasikan mulai terkikisnya

sikap menjaga kesucian diri (‘iffah) yang seharusnya dimiliki oleh setiap

orang yang beriman.

Keresahan terhadap fenomena di atas melatarbelakangi penulis untuk

membahas lebih lanjut permasalahan tersebut dalam skripsi dengan judul

Sikap ‘Iffah dalam Memilih Makanan menurut Perspektif Hadis. Dalam

skripsi ini penulis mencoba memaparkan konsep halal, haram, dan thayyib

berdasarkan dalil Al-Qur’an dan sunnah serta pendapat para ulama salaf dan

kontemporer sekaligus menyingkap keterkaitan sikap ‘iffah atau menjaga

kesucian diri dengan proses memilih makanan halal sebagaimana yang

terdapat dalam hadis-hadis Rasulullah saw.

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian

pustaka yang bersifat kualitatif. Pendekatan penelitian dilakukan melalui

hadis-hadis Rasulullah saw. yang dianalisa dengan metode syarh (penjelasan)

dan takhrij (seleksi). Adapun sumber primer yang digunakan adalah beberapa

kitab hadis yang termasuk dalam kutub at-tis’ah dan kitab Fatẖ al-Bârî Syarẖ

Shaẖîẖ al-Bukhârî. Selain itu, penulis juga merujuk pada buku-buku keislaman

yang mengkaji bidang akhlak dan fiqh serta kamus Bahasa Arab untuk

mendukung pembahasan dalam skripsi ini.

Page 4: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI

A. Konsonan

th ط a ا

zh ظ b ب

ʹ ع t ت

gh غ ts ث

f ف j ج

q ق ẖ ح

k ك kh خ

l ل d د

m م dz ذ

n ن r ر

w و z ز

h ه s س

′ ء sy ش

y ي sh ص

dh ض

B. Vokal

Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap

Fatẖah : a ا : â ي... : ai

Kasrah : i ي : î و... : au

Dhammah : u و : û

Page 5: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

ix

C. Kata Sandang

1. Kata sandang yang diikuti alif lam ( ال ) qamariyah, contoh:

al-Madînah : المدينة al-Baqarah : البقرة

2. Kata sandang yang diikuti alif lam ( ال ) syamsiyah, contoh:

as-Sayyidah : السيدة ar-rajul : الرجل

ad-Dârimî : الدارمي asy-syams : الشمس

3. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah (tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan dengan

lambang ( _ ), sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan

huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd.

Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydîd yang berada di tengah

kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang

diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh:

فهاء Âmannâ billâhi : أمنابلله Âmana as-sufahâʹu : آمنالس

الذين كع Inna al-ladzîna : إن wa ar-rukka´i : والر

4. Ta Marbûthah ( ة )

Ta Marbûthah ( ة ) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata

sifat (na‘at), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h”.

Contoh:

الإسلمية al-af’idah : الأفئدة al-jâmi‘ah al-islâmiyyah : الجامعة

Page 6: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

x

Sedangkan ta marbûthah ( ة ) yang diikuti atau disambungkan (di-

washal) dengan kata benda (ism), maka dialihaksarakan menjadi huruf

“t”. Contoh:

Âmilatun Nâshibah‘ : عاملةناصبة

D. Huruf Kapital

Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf capital, akan tetapi

apabilah telah dialihaksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan yang

Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal kalimat,

huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain. Ketentuan

yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak

miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun

untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang

ditulis capital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh:

‘Alî Hasan al-‘Âridh, al-‘Asqalanî, al-Farmawî dan seterusnya. Khusus

untuk penulisan kata Al-Qur’an dan nama-nama surahnyamenggunakan

huruf kapital. Contoh; Al-Qur’an, Al-Baqarah, Al-Fatihah dan seterusnya.

Page 7: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

iv

KATA PENGANTAR

Alẖamdulillâhi rabbil ‘âlamîn, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke

hadirat Allah swt. yang telah melimpahkan seluruh rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Sikap ‘Iffah

dalam Memilih Makanan menurut Perspektif Hadis.

Salawat dan salam penulis sanjungkan kepada seorang pembawa

agama yang sempurna dan diridhai Allah swt., karena berkat kerja keras dan

perjuangan panjang beliau Islam dapat berdiri tegak di atas bumi Allah dan

menjadi landasan hidup bagi seluruh umat manusia. Beliau adalah Nabi

Muhammad saw.

Penyusunan skripsi merupakan salah satu syarat yang diajukan oleh

pihak universitas kepada seluruh mahasiswa dalam rangka menyelesaikan

pendidikan di Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta. Dalam skripsi iui,

penulis mengangkat permasalahan seputar sikap menjaga kesucian diri dalam

memilih makanan sebagaimana yang terdapat dalam hadis-hadis Rasulullah

saw.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada beberapa pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah

mendukung, memotivasi dan membantu penulis dalam penyusunan karya

ilmiah ini.

1. Rektor Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta Ibu Prof. Dr. Hj. Khuzaemah

T. Yanggo, MA

2. Dekan Fakultas Ushuluddin Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) Ibu

Dra. Hj. Maria Ulfah, MA

3. Dosen pembimbing skripsi Bapak Dr. H. Ahmad Fudhaili, M.Ag

4. Para dosen penguji Ibu Dr. Hj. Romlah Widayati, MA dan Bapak Ali

Mursyid, M.Ag

Page 8: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

v

5. Para instruktur tahfizh dari Lembaga Tahfizh dan Tilawah Al-Qur’an

(LTTQ) Ibu Hj. Muthmainnah, MA dan Hj. Istiqamah, MA

6. Para staff Fakultas Ushuluddin Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT)

Ibu Suci Rahayu Ningsih dan Ibu Ruqoyah Tamami

7. Para dosen Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta

8. Bapak KH. Ahmad Lutfi Fathullah, Pusat Kajian Hadis (PKH),

Perputakaan Iman Jama’, dan Perpustakaan Umum UIN Syarif

Hidayatullah

9. Special thanks untuk orangtua tercinta Papa Drs. H. T. Saifuddin TA, Msi

dan Mama Hj. Sri Intan Dahlia SE. Untuk the one and only Kakak Cut

Finansia Dinata, thank you for staying with me through the ups and

downs. Untuk Abang Teuku Heru Dinata, Mpo’, Aminuddin Eunos, Mba’

Heni Rusmini dan Aa’ Rahmat. Untuk semua keponakan Teuku

Muhammad Hafidz, Muhammad Zidane Hidayat, Maryam Syathira dan

Muhammad Bilal Kautsar

10. Teman-teman Ushuluddin angkatan 2011, Siti Juhro, Ana Umi Farohah,

Wahdah Farhati, Aniq Kholidah Ritonga, Mudrikatul Azizah, Popon

Rukoyah, Siar Ni’mah, Ristiana, Maria Ulfa Baniry, Misyka Nuri

Fathimah dan Laila Muthmainnah. Last but not least, untuk Hafi

Munirwan, Nurul Fadhilah Hasrun, Meira Rizki, Ziaulhaq, Safia Azhar

dan Pocut Shaliha Finzia.

Jakarta, 22 Agustus 2017

Cut Sonia Dinata

Page 9: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah menjamin rezeki bagi kehidupan setiap makhluk-Nya dan

menentukan apa saja yang boleh dikonsumsi (halal) dan yang dilarang

(haram).

Pada dasarnya, segala sesuatu yang berada di bumi adalah halal

dan yang haram sangat sedikit jumlah maupun jenisnya. Maka seharusnya

bukanlah hal yang sulit bagi seorang muslim untuk memilih manakah di

antara sekian banyak makanan halal tersebut yang ingin ia konsumsi.

Tapi peradaban manusia kini telah memasuki era globalisasi yang

berimbas pada pergeseran nilai-nilai asasi dalam banyak aspek kehidupan,

salah satunya budaya makan dan minum. Bagi manusia modern, aktifitas

makan dan minum bukan lagi sekedar untuk memenuhi kebutuhan biologis

namun beralih untuk mengikuti tren. Tanpa disadari kecenderungan

tersebut juga menghinggapi kehidupan umat Islam.

Budaya makan yang dipengaruhi global life style membuka

peluang baru bagi produsen untuk menciptakan berbagai inovasi dalam

sajian makanan. Inovasi pun kian bermunculan manakala ada kecanggihan

teknologi yang memudahkan proses produksi bahkan hingga mampu

mengubah suatu zat yang haram menjadi produk dan bahan makanan

olahan yang tersamarkan unsur kandungannya.

Selain itu, proses transportasi lintas negara yang kini seolah tanpa

batas (boundless) berimbas pada merambahnya produk dan bahan

makanan dengan komposisi yang tidak jelas asal-usulnya di kalangan

masyarakat muslim secara besar-besaran. Dari bentuk dan sajian yang

tidak sederhana, produk-produk tersebut tidak dikenali bahan bakunya

Page 10: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

2

oleh kaum muslimin karena berasal dari luar negeri dan pada kemasannya

tidak mencantumkan kandungan komposisi pembuatan, atau dapat pula

berupa produk dalam negeri yang komposisinya diterangkan dengan

bahasa kimia yang tidak dimengerti oleh konsumen muslim yang awam.

Kemajuan dalam bidang teknologi telah menyebabkan masuknya bahan-

bahan syubhat, haram bahkan najis ke dalam makanan, minuman dan obat-

obatan yang beredar dalam kehidupan sehari-hari seorang muslim. Hal ini

tentu saja memungkinkan seorang muslim secara tidak sengaja

memasukkan bahan-bahan najis atau haram ke dalam tubuhnya, yang

berakibat negatif pada ibadah yang ia lakukan dan kesempurnaan

akhlaknya.

Seperti yang kita ketahui kewenangan atas pengawasan produk

yang masuk dan beredar di Indonesia sepenuhnya milik pemerintah.

Meskipun terdapat lembaga khusus untuk mengawasi dan menjamin

kehalalan produk dan bahan makanan seperti LPPOM MUI, namun

lembaga ini sangat terbatas dalam menjalankan fungsinya. LPPOM MUI

hanya mempunyai kapasitas memberi pengawasan terhadap produk

dengan sertifikasi halal yang sebelumnya diajukan atas inisiatif dari pihak

produsen. Adapun LPPOM MUI tidak mempunyai kapasitas mewajibkan

setiap produsen makanan untuk melalui proses sertifikasi halal.

Sementara itu, masyarakat di berbagai belahan dunia pada

umumnya, dan Indonesia khususnya, belum terlalu menaruh perhatian

penuh terhadap makanan halal secara detail dan menyeluruh. Tercatat

sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia tidak menjamin

bahwa semua masyarakat muslim Indonesia memiliki tingkat pemahaman

dan kesadaran yang tinggi akan pentingnya hukum halal haram dalam

kehidupan mereka. Mayoritas dari mereka hanya menilai kehalalan

makanan berdasarkan zat atau esensinya tanpa melihat kepada rangkaian

Page 11: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

3

proses yang meliputi makanan tersebut mulai dari cara pembuatan hingga

penyajiannya.

Melihat realita tersebut, penulis meyakini bahwa masyarakat

muslim tidak bisa hanya menyandarkan tanggung jawab untuk menjaga

apa yang masuk ke dalam tubuh mereka sendiri kepada pihak lain, dalam

hal ini pemerintah dan LPPOM MUI. Mereka harus bisa menjaga diri agar

tidak terjerumus kepada hal-hal yang Allah haramkan karena ini

merupakan kewajiban bagi setiap muslim agar menjadi hamba-Nya yang

bertakwa. Sikap menjaga diri disebut juga dengan ‘iffah dan hal inilah

yang akan dibahas lebih lanjut oleh penulis. Penggunaan terminologi ‘iffah

pada judul skripsi didasari oleh keinginan penulis untuk menggambarkan

bagaimana seharusnya seorang muslim bersikap dalam memilih makanan,

bukan hanya menghindari yang haram dan syubhat, tapi lebih kepada

pengendalian diri untuk tidak terpengaruh oleh gaya hidup atau tren yang

berkembang di era globalisasi.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah suatu cara bagaimana kita melihat, menduga,

mengira dan menguraikan, serta menjelaskan apa yang menjadi masalah.

Sesuai dengan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasikan

masalah sebagai berikut.

1. Adanya kemajuan teknologi yang memanfaatkan anggota tubuh babi

dan anjing sebagai bahan komposisi dalam pembuatan makanan atau

menjadikannya produk siap pakai yang dijual luas di masyarakat. 2. Banyaknya bahan makanan haram dari negara-negara asing yang

masuk ke Indonesia karena aktifitas perdagangan dunia yang tidak lagi

mengenal lintas jarak.

Page 12: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

4

3. Adanya pemahaman yang berkembang di kalangan umat Islam bahwa

semua makanan hukumnya halal selama tidak mengandung bahan-

bahan yang diharamkan seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan

hadis.

4. Adanya pada umat Islam di zaman modern yang memilih makanan

karena mengikuti tren dan kurang mempertimbangkan status kehalalan

sebuah produk makanan sehingga dapat dikatakan bahwa mereka tidak

menerapkan sikap ‘iffah atau menjaga kesucian diri.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pembatasan masalah adalah memberikan gambaran yang jelas pada faktor-

faktor tertentu dalam masalah yang diteliti. Sedangkan perumusan masalah

adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan yang memadai dan

mengarah pada upaya untuk memahami atau menjelaskan faktor-faktor

yang berkaitan dengan masalah tersebut.

Berdasarkan dari uraian latar belakang dan identifikasi masalah di

atas, penulis membatasi penelitian ini pada poin 3 yaitu mengenai

pemahaman umat Islam terhadap konsep halal, haram, dan thayyib dalam

memilih makanan yang akan dikonsumsi.

Kemudian penulis juga membatasi penelitian pada poin 4 yaitu

mengenai sikap menjaga kesucian diri (‘iffah) yang harus dimiliki seorang

muslim dalam memilih makanan halal guna menjaga bahan-bahan yang

akan masuk ke dalam tubuhnya dan berdampak pada ibadah yang

dilakukan serta pengembangan pribadi orang tersebut.

Sehingga permasalahan yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah

rumusan sebagai berikut:

Page 13: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

5

1. Bagaimana pemahaman umat Islam mengenai konsep halal, haram, dan

thayyib berdasarkan dalil Al-Qur’an dan sunnah serta pendapat para

ulama salaf dan kontemporer?

2. Bagaimana hubungan sikap ‘iffah atau menjaga kesucian diri dengan

proses memilih makanan halal sebagaimana yang terdapat dalam hadis-

hadis Rasulullah saw.?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan suatu penelitian adalah mengungkapkan pernyataan-pernyataan

tentang apa yang hendak dicapai dalam penelitian. Dari definisi tersebut,

maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Peningkatan pemahaman dan cara pandang yang luas bagi umat Islam

mengenai kompleksitas masalah halal haram dalam menghadapi

tantangan kehidupan di zaman modern.

b. Pembuktian bahwa sikap menjaga kesucian diri (‘iffah) sangat

dibutuhkan oleh seorang muslim dalam memilih makanan sebagaimana

yang ditunjukkan oleh dalil-dalil Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah saw.

Sejalan dengan tujuan penelitian maka penelitian ini diharapkan

dapat memberi manfaat yaitu:

a. Memperluas objek pembahasan tentang halal-haram menurut hukum

Islam sehingga dapat menjadi pedoman hidup bagi masyarakat muslim

khususnya dalam menentukan menu makanan yang akan dikonsumsi.

b. Meningkatkan kesadaran dan kepekaan masyarakat Islam tentang

banyaknya produk makanan yang kemungkinan mengandung

komposisi haram baik dalam jumlah besar atau kecil sehingga menuntut

mereka lebih selektif dalam mengonsumsi makanan.

Page 14: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

6

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah kegiatan yang meliputi mencari, membaca dan

menelaah laporan-laporan penelitian dan bahan pustaka yang memuat

teori-teori yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.

Pada bagian ini, kami akan membahas teori-teori dan laporan

penelitian yang berkaitan dengan halal-haram dalam pangan.

Skripsi yang ditulis oleh Suaibah pada tahun 2005 dengan judul

Konsep Halal dan Thayyib dalam Surah Al-Maidah ayat 88 (Kajian Tafsir

al-Manâr), jurusan Tafsir Hadis, fakultas Ushuluddin, Institut Ilmu Al-

Qur’an Jakarta. Skripsi ini hanya membahas tentang tinjauan umum

makanan dalam Al-Qur’an serta konsep halal dan thayyib dalam surah Al-

Mâidah ayat 88 dalam kajian tafsir al-Manâr.

Skripsi yang ditulis oleh Nunung Maisyaroh pada tahun 2007

dengan judul Pengaruh Makanan terhadap Kesehatan (Telaah Tafsir

Quraish Shihab dan Hamka pada Surah ‘Abasa ayat 24-31), jurusan Tafsir

Hadis, fakultas Ushuluddin, Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta. Skripsi ini

membahas tentang dampak makanan bagi kesehatan seseorang yang

terdapat dalam surat ‘Abasa ayat 24-31 yang ditinjau dari corak penafsiran

Quraish Shihab dan Hamka.

Dua skripsi di atas memiliki perbedaan yang besar dengan skripsi

yang akan penulis kaji. Skripsi-skripsi sebelumnya menitikberatkan

pembahasan pada konsep makanan halal dan pengaruhnya menurut

perspektif tafsir Al-Qur’an. Sementara pada skripsi ini, penulis akan

mengupas berbagai kompleksitas masalah halal dan haram dalam makanan

serta hubungannya dengan sikap ‘iffah atau menjaga kesucian diri.

Jurnal yang ditulis oleh Muhammad Tahmid Nur, M.Ag dengan

judul Konsep Makanan dalam Hukum Islam, IAIN Palopo. Jurnal ini

membahas konsep makanan pada surat Al-Baqarah ayat 168, ragam

Page 15: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

7

makanan halal dan haram menurut Al-Qur’an serta tujuan dan fungsi

makanan.

Jurnal yang ditulis oleh Sohrah dengan judul Etika Makan dan

Minum dalam Pandangan Syariah, fakultas Syariah dan Hukum UIN

Alauddin Makassar. Jurnal ini membahas etika makan dan minum menurut

syariat Islam dan dampak penerapan etika tersebut terhadap kesehatan

seseorang.

Dalam tafsir al-Wasîth karya Wahbah az-Zuhaili, mantan dekan

fakultas Syari’ah dan ketua jurusan Fiqh/Syari’ah Universitas Damaskus

dan Universitas Uni Emirat Arab, yang diterjemahkan oleh Muhtadi dkk

dan diterbitkan oleh Gema Insani pada Februari 2013, dijelaskan bahwa

orang-orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya hendaknya melatih

diri dan keluarga untuk menunaikan amal saleh. Mereka hendaknya

melindungi keluarga dan diri mereka dari api neraka dengan cara

menasihati dan mendorong mereka untuk melakukan ketaatan sehingga

mereka tidak terjerumus dalam api neraka yang mengerikan. Ini menjadi

dalil bahwa orangtua harus mengetahui apa yang ia perintahkan dan ia

larang.

Penafsiran di atas selaras dengan penjelasan yang terdapat dalam

Tafsir Al-Qur’an Tematik tentang Etika Berkeluarga, Bermasyarakat dan

Berpolitik yang diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an

pada Agustus 2009, bahwa surat At-Tahrim ayat 6 mengandung perintah

untuk menghindarkan penghuni rumah dari hal-hal yang tidak islami,

karena hal itu akan dipertanggungjawabkan pada hari kiamat.

Menurut kami seorang muslim yang sesungguhnya pasti akan

menghidupkan suasana Islam di dalam keluarga maupun lingkungan

sekitar, salah satunya dengan membiasakan diri untuk mengkonsumsi

makanan yang jelas kehalalannya. Hal ini sangat penting karena

Page 16: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

8

mengkonsumsi makanan yang halal akan memberi pengaruh besar pada

pribadi dan jiwa seseorang. Dari pembahasan di atas juga dapat dipahami

bahwa semua yang kita lakukan di dunia akan dipertanggungjawabkan,

termasuk makanan dan minuman yang kita konsumsi.

Ali Mustafa Ya’qub mengatakan dalam bukunya yang berjudul

Kriteria Halal-Haram yang diterbitkan oleh Pustaka Firdaus pada Mei

2009, bahwa di antara hal yang harus diwaspadai oleh kaum muslimin saat

ini adalah terorisme pangan (food terrorism), yaitu sebuah upaya nyata

yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam untuk merusak dan menyakiti

kaum muslimin. Upaya tersebut berupa produksi bahan-bahan pangan

yang dibuat dengan bahan baku yang membahayakan tubuh dan akal

pikiran. Bahan-bahan pangan ini kemudian diekspor ke negara-negara

Islam untuk dikonsumsi oleh kaum muslimin. Sehingga ketika bahan-

bahan tersebut dikonsumsi secara terus-menerus, maka lambat laun

bahayanya akan menyerang kondisi tubuh dan akal mereka.

Penulis sependapat dengan penjelasan di atas. Sebagaimana yang

kita ketahui bahwa ada tiga aspek yang dijadikan sarana oleh musuh Islam

untuk menghancurkan kaum muslim, yaitu melalui food (makanan),

fashion (gaya berbusana) dan fun (hiburan). Sudah seharusnya setiap

muslim untuk benar-benar menjaga dan memperhatikan apa yang akan

dikonsumsi.

Abu Sari’ Muhammad Abdul Hadi berpendapat dalam bukunya

yang berjudul Hukum Makanan dan Sembelihan dalam Pandangan Islam,

yang diterjemahkan oleh Sofyan Suparman dan diterbitkan oleh Trigenda

Karya pada 1997, bahwa asal hukum segala perkara itu diperbolehkan

karena sesungguhnya Allah menganugerahkan kepada hamba-hamba-Nya

semua yang ada di bumi. Hal ini didasarkan pada firman Allah swt. di

dalam surat Al-Baqarah ayat 29.

Page 17: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

9

Ayat ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang ada di bumi dan

di langit itu asal hukumnya dibolehkan atau mubah. Dengan demikian,

makanan dan sembelihan pun termasuk perkara yang dibolehkan Allah

bagi kita. Maka dalam kedua hal itu asal hukumnya adalah halal, kecuali

jika ada suatu dalil yang mengharamkannya, lalu dalil itu diamalkan

khusus dalam perkara yang dituju oleh dalil tersebut.

Dalam buku tersebut juga dikatakan bahwa setiap muslim

hendaknya jangan mengambil makanan dan minuman yang dihidangkan

tanpa mengetahui asal-usulnya karena dikhawatirkan mengandung barang-

barang haram yang berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang.

Kami sependapat dengan uraian di atas yang mengatakan bahwa

hukum asal segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit adalah

dibolehkan atau mubah. Namun sesuatu yang mubah akan berubah

menjadi haram bila ada dalil yang menunjukkan keharamannya.

Menurut buku M. Quraish Shihab Menjawab 101 Soal Perempuan

yang Patut Anda Ketahui yang diterbitkan oleh Lentera Hati pada Maret

2011, dikatakan bahwa ketika seseorang mengonsumsi makanan yang

tidak diketahui asal-usulnya maka ia cukup mengucapkan basmalah atas

makanan tersebut kemudian ia memakannya.

Kami berpendapat bahwa dahulu para sahabat masih menjadikan

Rasulullah saw. sebagai sumber kedua dalam penetapan hukum segala

Islam, termasuk dalam menentukan kehalalan suatu makanan. Sedangkan

di zaman modern seperti saat ini kita tidak dapat menilai kehalalan suatu

makanan secara lahiriyah saja. Sebab tidak jarang produsen makanan

secara diam-diam mencampurkan bahan haram ke dalam komposisi

produk makanan. Untuk itu kita diharuskan untuk sangat berhati-hati

dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi. Salah satu cara yang

Page 18: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

10

dapat dilakukan adalah dengan senantiasa memperhatikan label halal resmi

pada setiap produk makanan yang akan dikonsumsi.

F. Metodologi Penelitian dan Teknik Penulisan

Metodologi penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni. Adapun

metodologi penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji

masalah adalah sebagai berikut.

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian

pustaka yang bersifat kualitatif. Pendekatan penelitian dilakukan melalui

hadis-hadis Rasulullah saw. yang dianalisa dengan metode syarh

(penjelasan) dan takhrij (seleksi). Adapun sumber primer yang digunakan

adalah beberapa kitab hadis yang termasuk dalam kutub at-tis’ah dan kitab

Fatẖ al-Bârî Syarẖ Shaẖîẖ al-Bukhârî. Penulis juga merujuk pada buku-

buku keislaman yang mengkaji bidang akhlak dan fiqh serta kamus Bahasa

Arab untuk mendukung pembahasan dalam skripsi ini.

Teknik penulisan laporan dalam penelitian ini merujuk pada

Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Institut Ilmu Al-Qur’an

(IIQ) Jakarta yang disusun oleh Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA,

et al., dkk yang diterbitkan oleh IIQ Press pada tahun 2011.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan adalah penjelasan tentang bagian-bagian yang akan

ditulis di dalam penelitian secara sistematis.

Hasil akhir dari penulisan ini akan dituangkan dalam laporan

tertulis dengan sistematika, sebagai berikut:

Bab I. Pendahuluan. Bagian ini memuat latar belakang masalah,

identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan

Page 19: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

11

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan teknik

penulisan, serta sistematika penulisan.

Bab II. Pada bab ini akan membahas sikap ‘iffah dalam kehidupan, mulai

dari definisi ‘iffah, dalil-dalil tentang ‘iffah dalam Al-Qur’an dan sunnah,

hal-hal yang dapat menumbuhkan ‘iffah, dan urgensi sikap ‘iffah.

Bab III. Pada bab ini akan membahas kriteria makanan berdasarkan hadis,

mulai dari uraian tentang definisi makanan, kriteria makanan halal serta

konsep thayyib.

Bab IV. Bagian ini berisi analisa terhadap hadis-hadis yang menunjukkan

pentingnya sikap ‘iffah dalam memilih makanan.

Bab V. Penutup. Bagian ini berisi kesimpulan dan saran.

Page 20: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

149

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

‘Iffah adalah sikap yang dapat menjaga seseorang dari melakukan

perbuatan-perbuatan dosa, baik yang dilakukan oleh tangan, lisan maupun

anggota tubuh lainnya. Dengan sikap ‘iffah, seseorang akan berusaha

meninggalkan hal-hal yang sebenarnya dibolehkan, namun karena untuk

melindungi diri dari hal-hal yang tidak patut, maka dia rela

meninggalkannya.

Dalil sikap ‘iffah dalam Al-Qur’an dapat ditemukan pada QS. An-

Nur [24]: 33, QS. An-Nisa’ [4]: 6 dan QS. Al-Baqarah [2]: 273. Selain itu

sikap ‘iffah juga terdapat dalam hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan

oleh Imam al-Bukhari, Imam Ahmad dan Imam an-Nasa‘i.

Beberapa pendapat para ulama dan ahli tafsir tentang ‘iffah antara

lain:

1. Luqmân al-Hakîm berkata, “Hakikat wara’ adalah pengendalian diri

(iffah).”

2. Abdullâh bin ‘Umar ditanya tentang kehormatan, beliau menjawab,

“Kesabaran adalah kehormatan”, beliau juga berkata, “Kami

masyarakat Quraisy menghitung kesabaran dan kedermawanan

sebagai kehormatan, sementara pengendalian diri (‘iffah) dan

membenahi harta sebagai keperwiraan.”

Urgensi sikap ‘iffah antara lain: amal shalih yang menjadi sebab

terkabulnya doa, cabang dari ketaatan dan keimanan, menjaga anggota

tubuh dari segala sesuatu yang Allah haramkan, menjaga harta di dunia

dan kenikmatan surga di akhirat, bagian dari sikap keberanian untuk

memperoleh hal terpuji dan kehormatan, bukti kesempurnaan diri

Page 21: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

150

seseorang dan kemuliaannya, memiliki jiwa yang damai dan hidup yang

tenang, menjauhkan masyarakat dari kerusakan dan hal tercela,

menyebarkan ajaran sikap ‘iffah akan menciptakan masyarakat yang

bertakwa, serta bukti kesempurnaan akal dan kesucian diri.

Makanan adalah segala bahan yang kita makan atau masuk ke

dalam tubuh yang membentuk atau mengganti jaringan tubuh,

memberikan tenaga, atau mengatur semua proses dalam tubuh.

Kriteria makanan halal dalam Islam ditinjau dari dua aspek, yaitu

halal lighairi dzâtihî dan halal lidzâtihî.

Halal lighairi dzâtihî adalah penilaian terhadap status halal yang

didasarkan pada sebab-sebab di luar substansi barangnya, seperti apakah

makanan tersebut diperoleh dengan cara yang benar sesuai syariat atau

tidak.

Halal lidzâtihî adalah kehalalan yang dinilai dari substansi

barangnya atau zat asal suatu makanan.

Thayyib (baik) adalah sesuatu yang dirasakan enak oleh indra atau

jiwa, atau segala sesuatu selain yang menyakitkan dan menjijikkan.

Makna thayyib secara syar‘i di dalam Al-Qur’an merujuk pada tiga

pengertian, yaitu:

1. Zat yang dinilai baik tidak membahayakan tubuh dan akal pikiran,

sebagaimana pendapat Imam Ibn Katsir.

2. Sesuatu yang dipandang lezat, sebagaimana pendapat Imam Syafi‘i dan

ulama lainnya.

3. Halal itu sendiri, yaitu sesuatu yang suci, tidak najis dan tidak

diharamkan, sebagaimana pendapat Imam Malik dan Imam ath-Thabari.

Para ulama tidak sepakat dalam satu pendapat tentang sesuatu yang

dipandang thayyib pada makanan karena hal tersebut tidak secara eksplisit

tercantum di dalam Al-Qur’an dan Sunnah.

Page 22: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

151

Menurut para ulama mazhab Hanafi, para ulama mazhab Hanafi

berkisar pada dua makna:

1. Tabiat yang sehat, sebagaimana pendapat Imam al-Jashshash dan Imam

al-Hashkafi

2. Selera bangsa Arab, lebih spesifik lagi bangsa Hijaz, sebagaimana

pendapat Imam Ibn ‘Abidin.

Menurut mazhab Maliki kriteria istithâbah (penilaian baik) dan

istikhbâts (penilaian buruk) adalah nash-nash syariah atau hati manusia.

Para ulama mazhab Syafi‘i berpendapat bahwa kriteria istithâbah

dan istikhbâts adalah selera bangsa Arab. Artinya, apa yang dipandang baik

oleh bangsa Arab, maka hal itu adalah baik dan konsekuensi hukumnya

halal. Sebaliknya, apa yang dipandang buruk oleh bangsa Arab, maka hal

itu adalah buruk dan konsekuensi hukumnya haram.

Kriteria istithâbah (penilaian baik) dan istikhbâts (penilaian buruk)

menurut pengikut mazhab Hanbali mengikuti selera bangsa Arab.

Meskipun para ulama mazhab Syafi‘i dan Hanbali sama-sama

menetapkan selera bangsa Arab sebagai kriteria istithâbah dan istikhbâts,

namun terdapat perbedaan dalam menentukan kategori bangsa Arab

manakah yang berhak melakukan penilaian tersebut.

Al-Imam ar-Rafi’i dari kalangan mazhab Syafi‘i berkata bahwa

rujukan dalam istithâbah adalah penilaian dari bangsa Arab yang hidup di

masa Nabi saw. hingga sekarang.

Sementara itu, Imam Ibn Qudamah dari kalangan mazhab Hanbali

berpendapat bahwa kriteria istithâbah dan istikhbâts adalah penduduk

Hijaz.

Selain para imam empat mazhab, ada pula ulama kontemporer

yang berpendapat tentang konsep thayyib, yaitu Yusuf al-Qardhawi dan

Wahbah az-Zuhaili. Namun para ulama kontemporer tersebut ternyata

Page 23: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

152

masih berpegang teguh pada apa yang telah ditetapkan sebelumnya oleh

ulama terdahulu (empat mazhab) dan tidak membuat ketentuan baru dalam

masalah istithâbah dan istikhbâts.

Dalam memilih makanan, seorang muslim harus memiliki sikap

‘iffah. Pentingmya sikap ‘iffah dapat kita lihat dalam sejumlah hadis

Rasulullah saw.

Pada pembahasan hadis tentang jelasnya sesuatu yang halal dan

haram, kita melihat gambaran posisi halal dan haram dalam Islam dan

perkara samar yang terdapat di antara keduanya. Penjelasan mengenai

batasan halal dan haram yang ditemukan berulang kali dalam tiga hadis

shahih yang berbeda menunjukkan urgensi untuk menjadikan batasan-

batasan tersebut sebagai acuan utama dalam menjalankan kehidupan yang

berlandaskan pada perintah Allah swt. dalam Al-Qur’an dan ajaran

Rasulullah saw. melalui sunnahnya.

Dari ketiga hadis yang disebutkan dalam pembahasan ini juga

terdapat nasihat yang tersirat untuk menjaga diri dengan sikap ‘iffah, yaitu

menjauhi perkara yang samar agar tidak terjerumus pada perkara yang

haram.

Selanjutnya pada pembahasan hadis tentang akan datangnya zaman

ketika seseorang tidak lagi mempedulikan halal haram, Rasulullah saw.

mengabarkan satu masa di saat manusia tidak lagi berhati-hati dalam

mencari harta. Hal tersebut menjadikan seseorang kehilangan kehormatan

dirinya.

Pembahasan tema hadis yang ketiga berkaitan dengan tertolaknya

ibadah akibat mengkonsumsi barang haram. Dari sini dapat disimpulkan

bahwa makan dan minum merupakan aktifitas penting yang tidak boleh

dianggap sepele karena itu semua akan berpengaruh pada diri seseorang

dan ibadah yang dilakukannya. Sebagaimana yang dikatakan dalam hadis

Page 24: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

153

bahwa Allah tidak akan mengabulkan doa orang yang pada dirinya

melekat barang haram, maka sudah sepatutnya seorang muslim benar-

benar menjaga diri dari hal-hal yang tidak disukai Allah dan di sinilah

sikap ‘iffah dibutuhkan.

Kemudian pada pembahasan hadis tentang darah dan daging yang

tidak masuk surga karena tumbuh dari makanan haram, dapat kita lihat

bahwa seorang muslim punya kewajiban besar untuk menjaga dirinya dari

apa yang Allah haramkan dan hal itu dapat diwujudkan melalui sikap

‘iffah.

Pembahasan hadis berikutnya mengenai akan datangnya zaman

ketika sebaik-baik harta bagi seorang muslim adalah kambing. Beberapa

hadis pada pembahasan ini menggambarkan sikap ‘iffah yang tinggi dalam

diri seorang muslim. Sikap tersebut dapat dilihat dari usaha keras yang

ditempuh dengan mengembalakan kambing di puncak gunung semata-

mata mencari rezeki halal agar selamat iman juga agamanya. Menjaga

agama juga berarti menjaga kesucian diri dan inilah yang merupakan

esensi dari sikap ‘iffah itu sendiri.

Selanjutnya adalah pembahasan mengenai keengganan Rasulullah

saw. memakan kurma jatuh yang beliau temukan. Beberapa hadis pada

pembahasan ini menggambarkan kesempurnaan sikap ‘iffah yang dimiliki

oleh Rasulullah saw. Bila timbul keraguan pada suatu makanan, maka

Rasulullah saw. akan segera meninggalkannya karena khawatir itu adalah

apa yang Allah haramkan bagi beliau. Padahal Rasulullah saw. hidup di

masa ketika makanan halal dan haram masih dapat dengan mudah

dibedakan−tidak seperti di zaman sekarang ketika makanan bisa saja

mengandung unsur haram tapi tersamarkan dengan berbagai

kemungkinannya−, namun beliau sudah menerapkan sikap kehati-hatian

demi menjaga diri dan agamanya.

Page 25: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

154

Pembahasan terakhir adalah membaca basmalah saat hendak

memakan makanan yang tidak diketahui asal-usulnya. Dari beberapa

penjelasan para ulama mengenai hadis ini, penulis menarik kesimpulan

bahwa jawaban Rasulullah saw. untuk membaca basmalah bila mendapat

makanan yang tidak diketahui asal usulnya adalah bentuk keringanan yang

beliau berikan karena pada saat itu umat Islam masih sedikit jumlahnya

dan dalam proses mengenal syariat, sementara pensyariatan harus

dilakukan secara bertahap agar tidak membebani.

Namun kini syariat Islam telah sempurna diturunkan sehingga

konteks hadis ini tidak dapat sepenuhnya diaplikasikan dalam kondisi

normal. Ketika seseorang memilih makanan dan bukan dalam kondisi

darurat, hendaknya ia mengedepankan sikap ‘iffah dengan mencari tahu

asal usul makanan tersebut untuk memastikan kehalalannya. Jangan

sampai seseorang bersikap seolah tidak mementingkan perkara ini atau

meringankannya karena keliru dalam memahami hadis di atas secara

menyeluruh.

B. Saran

Dengan adanya pembahasan ini, penulis berharap kepada seluruh kaum

muslimin agar dapat lebih meningkatkan kehati-hatian mereka dalam

memilih makanan. Sikap ‘iffah akan lahir dengan sendirinya di saat

seorang muslim menambah pengetahuannya terkait perkara halal haram

dan menjadikan hal ini sebagai prioritas dalam kehidupan mereka. Tujuan

utama diciptakannya manusia di dunia ini adalah untuk beribadah

menyembah Allah semata. Namun apa artinya seseorang beribadah

seumur hidup bila akhirnya semua tertolak akibat makanan haram yang

mengalir di dalam darahnya?

Page 26: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

155

DAFTAR PUSTAKA

Ad-Dimasyqî, Abû al-Fidâ’ Ismâ‘îl ibn ‘Umar ibn Katsîr ibn al-Qurasyî al-

Basharî, Tafsîr Al-Qur’an al-‘Azhîm, t.tp: Dâr Thayyibah, 1999.

Al-‘Asqalânî, Ahmad ibn ‘Alî ibn Hajar Abu al-Fadhl. Fatẖ al-Bârî Syarẖ

Shaẖîẖ al-Bukhârî. Beirut: Dâr al-Ma’rifah, 1379 H.

Al-‘Asqalani, Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fatẖ al-Bârî Syarẖ Shaẖîẖ al-Bukhârî,

terj. Amiruddin, Jakarta: Pustaka Azzam, 2013.

Al-‘Asqalani, Ibnu Hajar, Fatẖ al-Bârî: Syarẖ Shaẖîẖ al-Bukhârî, terj.

Ghazirah Abdi Ummah, Jakarta: Pustaka Azzam, 2002.

Al-Ashfahânî, Abû al-Qâsim al-Husain bin Muẖammad ar-Râghib al-

Ashfahânî, adz-Dzarî’ah ilâ Makârim asy-Syarî’ah, Kairo: Dâr as-

Salâm, 2007.

Al-Ashfahânî, Abû al-Qâsim al-Husain bin Muẖammad ar-Râghib, al-

Mufradât fî Gharîb Al-Qur’ân, Damaskus: Dâr al-Qalam, 1412 H.

Al-Ashfahânî, Aẖmad ibn al-Husain ibn Aẖmad Abû Syujâ’ Syihâbuddîn

Abû ath-Thayyib, Matn Abî Syujâ’ al-Musamma al-Ghâyah wa at-

Taqrîb, t.tp: ‘Alam al-Kutub, t.t.

Alaydrus, Habib Syarief Muhammad, Agar Hidup Selalu Berkah: Meraih

Ketenteraman Hati dengan Hidup Penuh Berkah, Bandung: PT Mizan

Pustaka, 2010.

Al-Bassam, Abdullah bin Abdurrahman, Syarah Bulughul Maram, terj.

Thahirin Saputra dkk, Jakarta: Pustaka Azzam, 2010.

Al-Buhga, Musthafa dan Muhyiddin Misto, Pokok-Pokok Ajaran Islam, terj.

Abdullah, Jakarta: Robbani Press, 2002.

Al-Ghazali, al-Imam Abu Hamid, Ringkasan Ihya’ ‘Ulumuddin, terj. Bahrun

Abu Bakar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011.

Page 27: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

156

Al-Ghazali, Imam, Benang Tipis antara Halal dan Haram, Surabaya: Putra

Pelajar, 2003.

Al-Ghazali, Imam, Mutiara Ihya’ Ulumuddin: Ringkasan yang Ditulis

Sendiri oleh Sang Hujjatul Islam, terj. Iwan Kurniawan. Bandung:

Mizan Pustaka, 2008.

Al-Ghazali, Imam, Rahasia Halal Haram: Hakikat Batin Perintah dan

Larangan Allah, terj. Iwan Kurniawan. Bandung: Mizania, 2007.

Al-Hanafi, Abû Muẖammad Maẖmûd bin Aẖmad, ‘Umdah al-Qârî Syarẖ

Shaẖîẖ al-Bukhârî. Beirut: Dâr Iẖyâ’ at-Turâts al-‘Arabî.

Al-Hanafî, Aẖmad ibn ‘Alî Abû Bakr ar-Râzî al-Jashshâsh, Aẖkâm Al-

Qur’an, Beirut: Dâr Iẖya’ at-Turâts al-‘Arabî, 1405 H.

Al-Hanafî, Ibn ‘Âbidîn Muẖammad Amîn ibn ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Azîz

‘Âbidîn ad-Dimasyqî, Radd al-Muhtâr ‘ala ad-Durr al-Mukhtâr,

Beirut: Dâr al-Fikr, 1992.

Al-Hasyimi, Abdul Mun’im, Akhlak Rasul menurut Bukhari dan Muslim, terj.

Abdul Hayyie al-Kattani, Jakarta: Gema Insani, 2009.

Alie, Imam Masykur dan Rahmat, Makanan Halal: Ketentuan tentang

Pangan Halal dalam Islam dan Ketentuan Perundang-Undangan

Lainnya, Jakarta: Departemen Agama, 1998.

Al-Ifrîqî, Muẖammad bin Mukarram bin ‘Alî Abu al-Fadhl Jamâluddîn bin

Manzhûr al-Anshârî ar-Ruwaifi’î, Lisân al-‘Arâb, Beirut: Dâr Shâdir,

1433 H.

Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim, Panduan Hukum Islam, terj. Asep Saefullah FM

dkk. Jakarta: Pustaka Azzam, 2010.

Al-Jauziyyah, Muẖammad bin Abû Bakr bin Ayyûb bin Sa‘ad Syamsuddîn

Ibnu Qayyim, Raudhah al-Muẖibbîn wa Nazhah al-Musytâqîn,

Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1983.

Page 28: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

157

Al-Ju’fî, Muẖammad bin Ismâ’îl Abû ‘Abdillâh al-Bukhârî. Shaẖîẖ al-

Bukhârî, t.tp: Dâr Thauq an-Najâh, 1422 H.

Al-Jurjânî, ‘Alî bin Muẖammad bin ‘Alî az-Zayn asy-Syarîf, Kitâb at-

Ta’rîfât, Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1983.

Al-Khiraqî, Abû al-Qâsim ‘Umar bin al-Husain, Mukhtashar al-Khiraqî, t.tp:

Dâr ash-Shaẖâbah li at-Turâts, 1993.

Al-Kufawî, Ayyûb bin Mûsâ al-Husainî al-Quraimî, al-Kulliyyât, Beirut:

Muassasah ar-Risâlah, t.t.

Al-Madanî, Mâlik bin Anas bin Mâlik bin ‘Âmir al-Ashbaẖî, Muwaththa’ al-

Imâm Mâlik, t.tp: Muassasah ar-Risâlah, 1412 H.

Al-Makkî, Asy-Syâfi’î Abû ‘Abdillâh Muẖammad ibn Idrîs ibn al-‘Abbâs ibn

‘Utsmân ibn Syâfi’ ibn ‘Abd al-Muththalib ibn ‘Abd Manâf al-

Muththalibî al-Qurasyî, al-Umm, Beirut: Dâr al-Ma’rifah, 1990.

Al-Maqdisî, Muwaffaq ad-Dîn Abû Muẖammad ‘Abdullâh ibn Aẖmad ibn

Muẖammad ibn Qudâmah ibn Miqdâm ibn Nashr ibn ‘Abdillâh, al-

Mughnî li Ibn Qudâmah, Kairo: Maktabah al-Qâhirah, 1968.

Al-Mâwardî, Abû al-Hasan ‘Alî bin Muẖammad, Adab ad-Dunyâ wa ad-Dîn,

t.tp: Dâr Maktabah al-Hayâh, 1986.

Al-Qardhawi, Yusuf, Halal Haram dalam Islam, Jakarta: Akbar Media Eka

Sarana, 2005.

Al-Qazwînî, Ibnu Mâjah Abû ‘Abdillâh Muẖammad bin Yazîd, Sunan Ibn

Mâjah, t.tp: Dâr Iẖyâ’ al-Kutub al-‘Arabiyyah, t.t.

Al-Qurasyî, Abû Bakr ‘Abdillâh bin Muẖammad bin ‘Ubaid bin Sufyân bin

Qais al-Baghdâdî al-Umawî (Ibn Abi ad-Dunyâ), al-Wara’, Kuwait:

ad-Dâr as-Salafiyyah, 1988.

Al-Qurthubî, Abû ‘Abdillâh Muẖammad bin Aẖmad bin Abî Bakr bin Farẖ

al-Anshârî al-Khazrajî Syamsuddîn, al-Jâmi’ li Aẖkâm Al-Qur’ân,

Kairo: Dâr al-Kutub al-Mishriyyah, 1964.

Page 29: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

158

Al-Qurthubî, Abû al-Walîd Muẖammad ibn Aẖmad ibn Muẖammad ibn

Aẖmad ibn Rusyd, Bidâyah al-Mujtahid wa Nihâyah al-Muqtashid,

Kairo: Dâr al-Hadîts, 2004.

Al-Sya’rawi, Syaikh Mutawalli, Hikmah di Balik yang Halal dan Haram,

Solo: Pustaka Mantiq, 1994.

Alu Mubarak, Syaikh Faishal bin Abdul Aziz, Ringkasan Nailul Authar, terj.

Amir Hamzah dkk, Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.

Al-Yamanî, Muẖammad bin ‘Alî bin Muẖammad bin ‘Abdullâh asy-

Syaukânî, Nail al-Authâr, Mesir: Dâr al-Hadîts, 1993.

Al-Yamanî, Muẖammad ibn ‘Alî ibn Muẖammad ibn ‘Abdullâh asy-

Syaukânî, Fatẖ al-Qadîr, Beirut: Dâr al-Kalam ath-Thayyib, 1414 H.

An-Naisâbûrî, Abû ‘Abdillâh al-Hâkim Muẖammad bin ‘Abdullâh bin

Muẖammad, al-Mustadrak ‘alâ ash-Shaẖîẖayn li al-Hâkim, Beirut:

Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1990.

An-Naisâbûrî, Muslim ibn al-Hajjâj Abû al-Hasan al-Qusyairî. Shaẖîẖ

Muslim. Beirut: Dâr al-Fikr, 1983.

An-Nasâ’î, Abû ‘Abdurraẖman Aẖmad bin Syu’aib bin ‘Alî al-Khurrâsânî,

as-Sunan ash-Shughra an-Nasâ’î, Aleppo: Maktab al-Mathbû‘ât al-

Islâmiyyah, 1986.

An-Nawawî, Abû Zakariyyâ Muẖyi ad-Dîn Yaẖyâ ibn Syaraf, al-Majmû’

Syarẖ al-Muhadzdzab, t.tp: Dâr al-Fikr, t.t.

An-Nawawi, Imam Abu Zakaria Yahya Syaraf, Raudhatuth Thalibin, terj. A.

Shalahuddin dkk. Jakarta: Pustaka Azzam, 2008.

Ar-Râzî, Aẖmad bin Fâris bin Zakariyyâ’ al-Qazwînî, Maqâyîs al-Lughah,

t.tp: Dâr al-Fikr, 1979.

As-Sijistânî, Abû Dâwud Sulaimân bin al-Asy’ats bin Isẖâq bin Basyîr bin

Syaddâd bin ‘Amr al-Azadî, Sunan Abî Dâwud, Beirut: al-Maktabah

al-‘Ashriyah, t.t.

Page 30: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

159

Asy-Syaibânî, Abû ‘Abdillâh Aẖmad bin Muẖammad bin Hanbal bin Hilâl

bin Asad, Musnad al-Imâm Aẖmad bin Hanbal, t.tp: Muassasah ar-

Risâlah, 2001.

Ath-Thabarî, Muẖammad ibn Jarîr ibn Yazîd ibn Katsîr ibn Ghâlib al-Amalî,

Jâmi’ al-Bayân fî Ta’wîl Al-Qur’an, t.tp: Muassasah al-Risalah, 2000.

At-Tirmidzî, Muẖammad bin ‘Îsâ bin Saurah bin Mûsâ bin adh-Dhaẖẖak, al-

Jâmi’ al-Kubrâ‒Sunan at-Tirmidzî, Beirut: Dâr al-Gharb al-Islamî,

1998.

Az-Zuhailî, Wahbah, Tafsir al-Munir: Aqidah, Syari’ah & Manhaj, terj.

Abdul Hayyie al-Kattani, Jakarta: Gema Insani, 2013.

Bin Hamîd, Shâliẖ bin ‘Abdullâh, Nadhrah an-Na’îm fî Makârim Akhlâq ar-

Rasûl al-Karîm, Jeddah: Dâr al-Wasîlah, t.t.

Bin Mufliẖ, Syamsuddîn, al-Âdâb asy-Syar‘iyyah wa al-Minaẖ al-Mar‘iyyah,

t.tp: ‘Âlam al-Kutub, t.t.

Departemen Agama RI, Pentingnya Makanan Halal dan Bergizi bagi

Keluarga, Jakarta: Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan

Syari’ah, 2007.

Ibnu Taimiyah, Syaikhul Islam, Tazkiyatun Nafs, Jakarta: Darus Sunnah, t.t.

Ibrahim, Mahyuddin, Seratus Delapan Puluh Sifat Terpuji dan Tercela,

Jakarta: Restu Agung, 1996

Indra, Hasbi, dkk, Halal Haram dalam Makanan, Jakarta: Penamadani, 2004.

Man, Saadan dan Zainal Abidin Yahya, Halalkah Makanan Kita? Bagaimana

Mencarinya di Pasaran, Malaysia: PTS Islamika Sdn. Bhd., 2014.

Muchtar, Asmaji, Fatwa-Fatwa Imam Syafi‘i, Jakarta: Amzah, 2014.

Mujieb, M. Abdul dkk, Ensiklopedia Tasawuf Imam al-Ghazali, Jakarta:

Hikmah, 2009.

Munawwir, Ahmad Warson, Kamus al-Munawwir Bahasa Arab-Indonesia,

Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.

Page 31: SIKAP ‘IFFAH DALAM MEMILIH MAKANAN MENURUT …

160

Musthafa, Ibrahim, dkk., Al-Mu’jam al-Wasîth, Kairo: Dâr ad-Da’wah, t.t.

Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2014.

Syaibah, Abû Bakar bin Abî, al-Kitâb al-Mushannaf fî al-Aẖâdîts wa al-

Âtsâr, Riyadh: Maktabah ar-Rusyd, 1409 H.

Yaqub, Ali Mustafa, Kriteria Halal-Haram untuk Pangan, Obat dan

Kosmetika menurut Al-Qur’an dan Hadis, terj. Mahfud Hidayat,

Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 2009.

Zaid, Syaikh Fauzi Muhammad Abu, Hidangan Islami: Ulasan

Komprehensif, Jakarta: Gema Insani, 1997.