6
1 Sholawat Nabi Kasih Sayang *) Zainal Abidin [email protected] Pendahuluan Nabi Muhammad diutus Allah tiada lain untuk merahmati semesta alam. Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Q.s. 21:107). Maka tentulah bukan kebetulan bila ternyata Nabi Muhammad SAW dan agama yang dibawanya merupakan rahmat. Merupakan kasih sayang bagi semesta alam. Tentulah bukan kebetulan, bahkan hal yang wajar bahwa pembawa kasih sayang adalah seseorang yang pengasih dan penyayang. Siapa pun yang mempelajari Sirah Nabi SAW, akan menjumpai kisah-kisah kasih sayang Nabi Muhammad SAW, sebagaimana siapa pun yang mempelajari syariat agama akan dengan mudah menemukan bukti hikmah-hikmah kasih sayang Islam. Kasih sayang sang Rasul SAW, baik sebagai bapak dan suami dalam lingkungan keluarga, sebagai saudara di kalangan handai taulan, sebagai teman di kalangan sahabat, sebagai guru di antara para murid, sebagai pemimpin di kalangan ummat, bahkan sebagai manusia di tengah mahluk-mahluk Allah yang lain. Dalam surat At-taubah ayat 128, Allah SWT menyifati nabi Muhammad SAW dengan beberapa sifat yang kesemuanya merupakan penggambaran akan besarnya kasih sayang beliau. “Benar-benar telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kalangan kalian sendiri, yang terasa berat baginya penderitaan kalian; penuh perhatian terhadap kalian; dan terhadap orang-orang Mukmin, sangat pengasih lagi penyayang” (Q.s. 9:128) --- *) Disampaikan di Gedung Muslimat NU Sendangagung Kec. Sendangagung Kab. Lampung Tengah Prov. Lampung, 30 Maret 2014

Shalawat Nabi Kasih Sayang - Zainal Abidin

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Shalawat Nabi Kasih Sayang - Zainal Abidin

1

ميحرلا نمحرلا هللا مسب

Sholawat Nabi Kasih Sayang *)

Zainal Abidin

[email protected]

Pendahuluan

Nabi Muhammad ملسو هيلع هللا ىلص diutus Allah tiada lain untuk merahmati semesta alam.

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Q.s. 21:107).

Maka tentulah bukan kebetulan bila ternyata Nabi Muhammad SAW dan agama yang

dibawanya merupakan rahmat. Merupakan kasih sayang bagi semesta alam.

Tentulah bukan kebetulan, bahkan hal yang wajar bahwa pembawa kasih sayang adalah

seseorang yang pengasih dan penyayang. Siapa pun yang mempelajari Sirah Nabi SAW,

akan menjumpai kisah-kisah kasih sayang Nabi Muhammad SAW, sebagaimana siapa pun

yang mempelajari syariat agama akan dengan mudah menemukan bukti hikmah-hikmah

kasih sayang Islam.

Kasih sayang sang Rasul SAW, baik sebagai bapak dan suami dalam lingkungan keluarga,

sebagai saudara di kalangan handai taulan, sebagai teman di kalangan sahabat, sebagai guru

di antara para murid, sebagai pemimpin di kalangan ummat, bahkan sebagai manusia di

tengah mahluk-mahluk Allah yang lain.

Dalam surat At-taubah ayat 128, Allah SWT menyifati nabi Muhammad SAW dengan

beberapa sifat yang kesemuanya merupakan penggambaran akan besarnya kasih sayang

beliau.

“Benar-benar telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kalangan kalian sendiri, yang terasa berat

baginya penderitaan kalian; penuh perhatian terhadap kalian; dan terhadap orang-orang Mukmin, sangat

pengasih lagi penyayang” (Q.s. 9:128)

---

*) Disampaikan di Gedung Muslimat NU Sendangagung Kec. Sendangagung Kab. Lampung Tengah Prov. Lampung, 30 Maret 2014

Page 2: Shalawat Nabi Kasih Sayang - Zainal Abidin

2

Dalam ayat ini disebutkan bahwa Rasulullah SAW adalah orang yang „aziizun alaihi

maa‟anittum, yang merasakan betapa berat melihat penderitaan dan hariishun „alaikum yang

sangat mendambakan keselamatan kaumnya; dan raufun rahiim, pengasih lagi penyayang

terhadap orang-orang yang beriman.

Penderitaan kaumnya terasa berat sekali bagi Rasulullah SAW; baik penderitaan itu dialami

di dunia maupun –apalagi- di akhirat. Oleh karena itu Rasulullah SAW hariish, penuh

perhatian, dan sangat mendambakan keselamatan kaumnya –ummat manusia- jangan sampai

menderita. Dan hal ini dapat dilihat dari sikap dan sepak terjang beliau dalam kehidupan dan

perjuangannya: bagaimana beliau menyantuni dan menganjurkan penyantunan terhadap

kaum dhu‟afa; bagaimana beliau menegakkan dan menganjurkan penegakan kebenaran dan

keadilan; bagaimana beliau menghormati dan menganjurkan penghormatan terhadap harkat

dan martabat manusia; bagaimana beliau berperingai dan menganjurkan untuk berperangai

mulia (akhlaq al-kariimah); dan bagaimana beliau tak henti-hentinya melakukan dan

menganjurkan amar ma‟ruf nahi munkar dan seterusnya.

Maka tidaklah mengherankan bahwa, sebagai pemimpin, Nabi Muhammad SAW sangat

ditaati, karena dan dengan kasih sayang; bukan ditaati karena ditakuti dan dengan kebencian

atau keterpaksaan. Jadi, kasih sayang Allah yang mewujud dalam firman-Nya –perintah dan

larangan-Nya- melalui pribadinya yang pengasih dan penyayang – ke dalam kehidupan

ummat manusia.

Dan kaum muslim yang berimanlah yang selanjutnya diharapkan meneruskan membawa

kasih sayang Ilahi itu kepada semesta alam. Bukankah Allah SWT sendiri berfirman kepada

Nabi SAW:

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan

mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.s. 3:31).

Belajar Mengilmui Sholawat

Sayidina Ali karamallahuwajhah mendekatkan telinganya ke mulut Nabi SAW saat beliau

hendak menghembuskan nafas terakhirnya. Terdengar dari mulut Nabi SAW, “Ummati,

ummati”.

Begitu cinta Rasulullah SWA kepada ummatnya. Keabadian cinta Rasulullah SAW itu di-

wasilah-kan dengan sholawat.

Page 3: Shalawat Nabi Kasih Sayang - Zainal Abidin

3

Allah SWT berfirman:

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,

bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Q.s. 33:56)

Membaca shalawat mungkin sendiri di kamar, di perjalanan atau ketika sedang larut dalam

pekerjaan. Mungkin pula kita membacanya secara berjamaah di surau-surau atau pada acara-

acara tertentu di kampung kita. Umumnya orang tidak hanya membaca sholawat tetapi juga

qoshidah, wirid atau dzikir yang kesemuanya merupakan karya para auliya atau pujangga

lslam yang telah diwariskan secara turun-temurun sejak berabad-abad yang lalu melalui

tradisi Maulid Nabi, pepujian di musholla-musholla atau di tempat dan acara lainnya.

Qoshidah bisa bermuatan sholawat, dzikir atau wirid atau juga kalimat-kalimat ungkapan

cinta kepada Allah SWT, Nabi Muhammad SAW atau kepada lslam itu sendiri. Adapun

wirid atau dzikir adalah kata-kata yang diungkapankan untuk mengingat Allah SWT,

menghayati keagungan-Nya, meminta atau memohon sesuatu kepada-Nya. lsinya bisa

diambil dari ajaran langsung Allah SWT atau merupakan kreasi atau ciptaan hamba-hamba-

Nya.

Sebagaimana sholat, puasa, zakat, haji dan jenis ibadah lainnya, sholawat itu bukan agama

dan bukan tujuan dari apa yang dilakukan itu sendiri. Sholawat hanya berposisi -seperti

sholat, puasa, zakat, dan haji- sebagai alat dan cara untuk mengantarkan kita pada tujuan

sejati yakni dekat dengan Allah SWTserta berdampingan dengan Rasulullah SAW.

Meskipun tentu saja sholawat tidak berkedudukan seperti ibadah sholat dan puasa yang

mahdhoh dan merupakan rukun lslam. Sholawat merupakan thoriqah atau jalan untuk

mengintensifkan dan memperdalam hubungan batin dengan, utama Allah SWT dan kedua

Rosululloa SAW. Oleh karena itu yang terpenting dan yang menjadi tolok ukur adalah

apakah dengan metode-metode sholawat ini akan menjadi makin dekat dengan Allah SWT

dan Rosulullah SAW atau tidak.

Karena tidak ada seseorang yang sungguh-sungguh sanggup dan bisa menilai orang lain

maka diri sendirilah yang dalam hati dan batinnya masing-masing harus memacu

menggembalakan diri sendiri (ngengon awake dhewe) dan rajin meniti perkembangan mutu

hubungan dengan Allah SWT dan Rosulullah SAW. Maka makin banyak kita mengingat

Allah SWT dan Rasulullah SAW dengan dan dalam sholawat makin bermanfaatlah apa yang

dilakukan dengan sholawat-sholawat yang dibaca.

Sholawat merupakan ungkapan cinta kepada Rasulullah SAW, yang dipelopori langsung

oleh Allah SWT sendiri kemudian dikembangkan oleh para pecinta Muhammad Saw.

Allah SWT menyuruh kita untuk bersholawat kepada Nabi Mumammad sambil la tegaskan

bahwa perintah ini pun la sendiri (bersama malaikat-Nya) yang memelopori perwujudannya.

la berbeda dengan perintah-perintah Allah SWT lainnya. Kalau kepada hambanya la

menyuruh bersembahyang. Allah SWT sendiri tidak perlu bersembahyang. Kalau

Allah SWT memerintahkan hambanya untuk berzakat, Beliau sendiri tentu tidak perlu

Page 4: Shalawat Nabi Kasih Sayang - Zainal Abidin

4

berzakat. Kalau Allah SWT meminta kita untuk berpuasa Allah SWT sendiri tentu tidak

terkenai kewajiban berpuasa. Allah tidak melakukan apa yang diperintahkan Dirinya kepada

hamba-hambanya.

Tetapi khusus dalam soal sholawat Allah berpenampilan agak berbeda. la yang menyerukan,

Ia yang mengasih contohnya. Allah beserta para malaikat-Nya bersholawat kepada

Rosulullah SAW. Demikian besar dan agungnya cinta Allah SWT kepada kekasih-Nya yang

bernama Muhammad itu sehingga la sendiri mau bersholawat kepadanya dengan

memposisikan diri bukan hanya sebagai yang punya perintah tapi juga sekaligus pelopomya.

Tak hanya itu, kita juga perlu melihat cintanya Allah kepada Muhammad dari kenyataan

bahwa: kalau kita bersembahyang kita mempunyai dua kemungkinan, diterima oleh Allah

atau tidak. Begitu juga kalau kita berpuasa, berzakat atau mengerjakan ibadah yang lainnya.

Tetapi kalau kita bersholawat itu pasti diterima oleh Allah sekaligus pasti sampai kepada

Rosulullah. Dari sisi kita -hamba Allah dan ummat Muhammad- sholawat merupakan

ungkapan terima kasih tiada tara kepada Rasulullah SAW yang telah memandu dan

memimpin perjalanan kaum Muslimin kepada Allah SWT. Ungkapan cinta kita kepada

Rosululloh itu sekaligus juga merupakan perwujudan cinta kita kepada Alloh. Mustahil kita

mencintai Allah SWT, tanpa mencintai Rasulullah SAW. Sebab Rasulullah-lah hamba yang

paling dicintai oleh Allah.

Sholawat: Segitiga Cinta Seraya menegaskan kepada sudara-saudara kita yang barangkali cemas kepada sholawat

bahwa pertama, sholawat itu tidak menuhankan Muhammad. Kedua, sholawat itu tidak

menganggap Muhammad sebagai anak Tuhan. Kita mempelajari bahwa sesungguhnya yang

terjadi adalah adanya segitiga cinta. Di titik atas ada Allah, di titik kanan ada Muhammad

SAW dan di titik kiri ada kaum Muslimin.

Gambar: Segitiga Cinta Sholawat

Masing-masing titik itu disambungkan oleh garis sedemikian rupa sehingga terbentuk segi

tiga. Dan segi tiga itu akan bermuatan cinta, sehingga bisa disebut segitiga cinta. Nah,

sekarang kita lihat. Pada garis pertrama, antara Allah dengan Rosululloh. Allah sangat

mencintai Muhammad SAW dan sebaliknya Muhammad pun sangat mencintai Allah SWT

sehingga sempurna aliran cintanya. Kemudian pada garis kedua antara Allah dengan kaum

Muslimin, Allah sangat mencintai kita, tetapi kita kadang ogah-ogahan kepada Allah.

Lantas garis yang ketiga, antara Muhammad dengan kita. Muhammad sangat mencintai kita.

Muhammad melakukan tirakat untuk kita dan agar do'anya tentang kita dikabulkan oleh

Allah, Muhammad menempuh puasa sedemikian rupa supaya Allah pakewuh kepada

أ نس

Page 5: Shalawat Nabi Kasih Sayang - Zainal Abidin

5

Muhammad terutama yang menyangkut nasib kita. Mengapa demikian? Selain Allah pada

pihak pertama, Muhammad juga punya kekasih berikutnya yaitu para sahabat. Yakni mereka

yang hidup sezaman dan pernah bertemu dengan Rosulullah semasa hidupnya. Sedangkan

yang tidak bemasib seperti sahabat alias yang hidup sesudah Rosulullah wafat itu bemama

ummat lslam.

Para sahabat sudah jelas nasibnya. Mereka hidup bersama-sama dengan Rasulullah berjuang

dan lara lapa. Rasulullah sangat mencintai mereka dan selalu mendoakan mereka. Lantas

bagaimana dengan ummat lslam ini yang hidup setelah ditinggal wafat Rosulullah. Siapa

yang mendoakan mereka?

Nah, Rasulullah itu tidak tega untuk meninggal dunia tanpa meninggalkan atau mewariskan

mekanisme kabulnya doa atas nasib kita semua. Jadi bagaimana Allah akan mengabulkan

doa kita kalau kita tidak melangsungkan lalu lintas segi tiga cinta itu. Dengan begitu

mencintai Muhammad yang misalnya kita ungkapkan lewat sholawat adalah penyikapan

yang logis, adil dan sewajamya saja terhadap kasunyatan perhubungan cinta antara Allah,

Muhammad dan kita. Demikianlah doa kita akan sampai arusnya kepada Allah kalau

melewati Muhammad. Sebab bagaimana mungkin Allah mengabulkan do'a kita kalau kepada

kekasih-Nya kita bersikap acuh tak acuh. Allah ini sangat pencemburu dan romantis. Allah

menghendaki keindahan pergaulan antara diri-Nya, Kekasih-Nya dan kita.

Sholawat membuat Akal Basah oleh Hati dan Hati Tegak oleh Akal

tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. (Q.s 56:79)

Untuk menjelas kalimat di atas kita memakai acruan salah satu ayat suci Al-Qur’an yang

sudah sangat terkenaf yakni La Yamassuhu lllal Muthohharun. Ayat ini lazimnya ditafsir

secara fisik bahwa kalau kita sedang batal alias dalam kondisi tak berwudhu maka tidak

diperbolehkan untuk menyentuhnya. ltu benar sekali, terutama dari segi fiqih. Tetapi mari

kita luaskan makna dan tafsir ayat tersebut misalnya dengan memahaminya begini: Kita

tidak akan bisa bersentuhan dengan makna, hikmah, rizqi, barokah dan segala macam

kandungan Al-Qur’an jika kita tidak mengusahakan diri kita untuk terlebih dahulu

muthohhar atau tersucikan. Tersucikan itu bahasa lainnya adalah tercerahkan. Dan soal cerah

mencerahkan ini Allah SWT sudah sejak dulu menawari manusia untuk bisa mencerahkan

diri. Tercerahkan di bidang apa? Kita lihat dulu secara sederhana struktur jiwa manusia.

Dalam jiwa manusia ada tiga sisi atau unsur terpenting yakni akal, spiritual, dan mental.

Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa ketercerahan itu meliputi tiga sisi tersebut. Jadi

tercerahkan secara akal atau muthahhar aqliyah, tercerahkan secara spiritual atau muthahhar

rukhiyyafi dan tercerahkan secara mental atau muthahhar nafsiyyah. Ketiganya akan

memproduk ketercerahan akhlak atau muthahhar akhlaqiyyah. Umumnya orang hanya

memiliki sebagaian saja dari ketercerahan tersebut. Ada yang tercerahkan secara aqliyyah

tetapi tumpul secara spiritual dan mental. Ada yang tercerahkan secara spiritual (mletik

hatinya), tetapi gagap secara intelektual alias sempit wawasannya serta tidak kokoh

mentalnya. Juga tak ketinggalan ada yang tercerahkan secara mental tapi buta secara

intelektual dan spiritual.

Page 6: Shalawat Nabi Kasih Sayang - Zainal Abidin

6

Demikianlah kalau kita tidak mengupayakan diri agar utuh ketercerahannya maka kita akan

tidak bisa bersentuhan dengan Al-Qur'an. Nah, bersholawat adalah salah satu jalan untuk

mengutuhkan ketercerahan itu, agar kaffah. Agar tak cuma sesisi saja. Sholawat membuat

akal basah oleh hati dan hati tegak oleh akal. Sholawat, metode mengambil jarak dari

kesibukan kerja keras sehari-hari

Ketika kita suntuk bekerja atau melakukan sejumlah pekerjaan entah yang rutin atau yang

tidak, umumnya kita mempunyai kecenderungan untuk capek, jenuh dan yang terpenting

barangkali juga potensial mengidapkan pada diri kita keterasingan tertentu terhadap apa

yang kita kerjakan. Pada saat seperti itu yang kita perlukan tak sekedar istiharat dan rekreasi

tetapi yang terpokok adalah pengambilan jarak terhadap situasi dan keadaan semacam itu

agar kita bisa lebih mengendapkan batin dan pikiran, supaya segar jiwa kita dan siap

melanjutkan pekerjaan-pekerjaan berikutnya. Demikian siklus wajar kemanusiaan yang

dialami oleh orang. Dalam memenuhi kebutuhan untuk rekreasi dan pengambilan jarak itu

orang menempuh banyak hal mulai yang positif sampai yang negatif. Yang positif misalnya

orang pergi rekreasi menikmati suasana alam di pantai atau di gunung, plesir ke luar kota

dan sebagainya. Yang negatif umpananya orang menenggak minum-minuman keras, atau

berjudi. Nah, sholawat hadir sebagai salah satu pilihan yang positif praktis, berdimensi dunia

akherat langsung, dalam memenuhi kebutuhan untuk pengambilan jarak tersebut.

Sholawat jauh lebih positif secara medis, moral-sosial, keilmuan dan ukhrawi daripada

menenggak narkoba atau bahkan dibanding nonton film sekalipun. Dengan menikmati

sholawat-sholawat kita akan memperoleh kenikmatan dan kepuasan batin yang lnsya Allah

lebih ruhaniah dan sejati. Sholawat merupakan jalan yang lebih selamat dan menyelamatkan

ditinjau dari berbagai sisi dan sudut.

(Ya khafiyyal althaf adriknaa biluthfikal khafiy;

Ya muhawwilal hawli wal ahwal hawwil haalana ila ahsanil ahwal)

Acuan:

A. Mustofa Bisri. 2007. Membuka Pintu Langit. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Emha Ainun Nadjib. 2001. Segitiga Cinta. Yogyakarta: Zaituna. عبد القادر اجليالين صالة بشائر اخلريات

http://gusmus.net/page.php?mod=dinamis&sub=2&id=301

http://mocopatsyafaat.blogspot.com/2012/01/sholawat.html