Upload
agssyarif
View
844
Download
14
Embed Size (px)
Citation preview
SESI 13Kebijakan Deviden
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mengetahui berbagai macam kebijakan deviden
2. Memahami kontroversi kebijakan deviden
3. Memahami isi informasi deviden dan efek clientele
4. Memahami pembelian saham kembali, deviden sahan dan
pemecahan saham
Tujuan Instruksional Khusus Menjelaskan berbagai macam kebijakan deviden dan kontroversinya, isi informasi deviden dan efek clientele serta kebijakan deviden lainnya.
Sub Pokok Bahasan Macam kebijakan deviden, kontroversi deviden, isi informasi deviden dan efek clientele, pembelian saham kembali, deviden sahan dan pemecahan saham
Estimasi Waktu 150 menit
Daftar Bacaan Brealey, Myers & Marcus, Block & Hirt
109
Pengertian Dasar Deviden
Perusahaan yang melakukan aktivitasnya dan memperoleh laba bersih,
dihadapkan dengan dua kemungkinan mengenai laba tersebut yakni laba
dibagikan kepada pemegang saham dan atau laba ditahan. Keputusan deviden
dapat mempengaruhi secara signifikan kebutuhan pendanaan eksternal
perusahaan. Dengan kata lain, semakin besar deviden tunai yang dibayarkan
kepada pemegang saham, semakin besar jumlah pendanaan yang harus
diperoleh dari eksternal perusahaan baik berupa pinjaman maupun penerbitan
saham perusahaan.
Deviden tunai adalah sumber dari arus kas untuk pemegang saham dan
memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan masa dating.
Laba ditahan merupakan pendapatan yang tidak dibagikan sebagai deviden
karenanya merupakan bentuk pendanaan intern.
Tipe dan Cara Pembayaran Dividen
Ada beberapa tipe dividen: dividen kas dan dividen non-kas. Untuk dividen
non-kas, ada dividen saham (stock dividend) dan pemecahan saham (stock
splits). Berikut ini penjelasan untuk masing-masing tanggal yang berkaitan
dengan dividen.
1. Tanggal pengumuman adalah tanggal pada saat pembayaran dividen
diumumkan oleh perusahaan.
2. Tanggal ex-dividend adalah tanggal dimana pembeli saham sebelum
tanggal tersebut berhak atas dividen
3. Tanggal pencatatan adalah tanggal dimana semua pemegang saham
yang terdaftar pada tanggal tersebut berhak atas dividen.
4. Dividen dibayarkan pada tanggal pembayaran kepada semua pemegang
saham yang berhak menurut catatan yang dibuat pada tanggal
pencatatan.
Meskipun secara formal tanggal pencatatan merupakan tanggal yang penting,
tetapi secara ekonomis, tanggal ex-dividend merupakan tanggal yang penting.
110
KONTROVERSI KEBIJAKAN DIVIDEN
Miller dan Modigliani (MM) berargumen bahwa kebijakan dividen tidak
mempengaruhi nilai perusahaan, sementara argumen lain mengatakan bahwa
dividen yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan, dan argumen terakhir
mengatakan bahwa dividen yang rendah yang akan meningkatkan nilai
perusahaan
a) Kebijakan Dividen Tidak Relevan
Miller dan Modigliani (1961) mengajukan argumen bahwa kebijakan dividen
tidak relevan.[1] Misalkan ada dua periode tahun ini dan tahun depan. Misal,
perusahaan membagi dividen setiap tahunnya. Jika tahun ini perusahaan tidak
membagi dividen, maka pada tahun depan, investor bisa memperoleh dividen
tahun depan dan dividen yang seharusnya dibayar tahun ini plus tingkat
keuntungan dari dividen yang ditahan tersebut. Argumen yang diajukan oleh
Miller dan Modigliani (MM). MM menunjukkan bahwa investor indifferent (sama
saja) terhadap kebijakan dividen
MM mengajukan beberapa asumsi berikut ini dalam analisis mereka:
1. Tidak ada pajak atau biaya lainnya. Pelaku pasar tidak bisa mempengaruhi
harga sekuritas. Pasar diasumsikan sempurna (perfect).
2. Semua pelaku pasar mempunyai pengharapan yang sama terhadap
investasi, keuntungan, dan dividen di masa mendatang. Pengharapan
investor dikatakan homogen
3. Kebijakan investasi ditentukan lebih dulu, kebijakan dividen tidak
mempengaruhi kebijakan investasi
b) Kebijakan Dividen dan Kebijakan Investasi
Jika dividen ditambah, kemudian dipakai untuk mengurangi investasi yang
mempunyai net present value positif, bagaimana akibatnya terhadap nilai
perusahaan. Yang lebih penting adalah memanfaatkan dana untuk
menghasilkan investasi yang mempunyai tingkat pengembalian (return) lebih
besar dibandingkan dengan tingkat keuntungan yang disyaratkan (required
rate of return).
c) Argumen yang Mendukung Relevansi Dividen
111
Argumen ketidakrelevanan kebijakan dividen mengasumsikan pasar yang
sempurna dan efisien. Jika pasar tidak sempurna, maka kebijakan dividen akan
relevan. Argumen yang menyatakan bahwa kebijakan dividen relevan
berangkat dari asumsi ketidaksempurnaan pasar. Di satu sisi, argumen
tersebut mengatakan bahwa perusahaan perlu membayar dividen yang tinggi,
di sisi lain, argumen tersebut mengatakan sebaliknya, yaitu perusahaan perlu
membayar dividen yang rendah.
1. Dividen Dibayar Tinggi (Bird In the Hand Theory)
Argumen ini mengatakan bahwa pembayaran dividen mengurangi
ketidakpastian, yang berarti mengurangi risiko, yang pada giliran
selanjutnya mengurangi tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh
pemegang saham (ks, atau biaya modal saham).
Mengurangi Ketidakpastian. Dividen yang tinggi akan membantu
mengurangi ketidakpastian. Beberapa tipe investor akan menyukai
pendapatan saat ini. Karena dividen diterima saat ini, sedangkan capital
gain diterima di masa mendatang, ketidakpastian dividen menjadi lebih
kecil dibandingkan dengan ketidakpastian capital gain. Gordon (1961)
berargumentasi bahwa nilai saham akan ditentukan oleh nilai sekarang dari
dividen yang akan diterima investor saat ini dan di masa mendatang.
Mengurangi Konflik Keagenan antara Manajer dengan Pemegang
Saham. Argumen lain yang mendukung pembayaran yang tinggi datang
dari kerangka teori keagenan (agency theory). Menurut teori tersebut
konflik bisa terjadi antar pihak-pihak yang berkaitan di perusahaan.
Efek Pajak. Meskipun dividen mempunyai pajak efektif yang lebih tinggi
dibandingkan dengan capital gain, tetapi dalam beberapa situasi, investor
memilih pembayaran dividen yang lebih tinggi karena membayar pajak
yang lebih rendah
2. Dividen Dibayar Rendah
Variabel pajak dan biaya emisi saham (flotation cost) mendasari argumen
tersebut.
Efek Pajak. Litzenberger dan Ramaswamy mengajukan argumen efek
pajak terhadap dividen. Menurut argumen mereka, pajak capital gain
biasanya lebih rendah dibandingkan dengan pajak atas dividen. Pada
112
kenyataannya investor mempunyai tingkat pajak yang beragam, sehingga
efek pajak terhadap dividen tidak bisa digeneralisir untuk semua investor.
Biaya Emisi (Flotation Costs). Jika perusahaan membayarkan dividen
dan kemudian menerbitkan saham, maka perusahaan akan mengeluarkan
biaya emisi saham. Karena itu perusahaan akan lebih baik membayarkan
dividen rendah sehingga tidak harus menerbitkan saham baru.
Pengujian Empiris
Bagan 3. Pengujian Empiris Kebijakan Dividen
Dividen Yield, D1 / Po (%)
14% 15% 16% Tingkat pertumbuhan (g)
Tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham terdiri dari dua bagian,
yaitu dividend yield (D1/P0) dan tingkat pertumbuhan (g), seperti berikut ini.
Alternatif pengujian empiris yang lain adalah dengan menggunakan regresi
dalam kerangka CAPM (Capital Asset Pricing Model), dengan spesifikasi sebagai
berikut ini.
dimana ksi = tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham i
RF = tingkat keuntungan aset bebas risikob, γ = koefisien regresiRM = tingkat keuntungan pasarDi = dividend yield saham i
113
15% `ks = D1 / Po + g (naik dengan naiknya g)
ks = D1 / Po + g (konstan = 15%)
ks = D1 / Po + g (turun dengan turunnya g)
ks = D1 / P0 + g ………….. 8.1
Ksi = RF + b (RM – RF) + γ (Di – DM) ..………8.2
DM = dividend yield rata-rata saham (pasar)
ISI INFORMASI DIVIDEN DAN EFEK CLIENTELE
Isi Informasi Dividen (Information Content of Dividend)
Ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan
dividen, dan harga saham akan turun jika ada pengumuman penurunan
dividen. Tetapi ada argumen lain yang lebih masuk akal. Dividen itu sendiri
tidak menyebabkan kenaikan (penurunan) harga, tetapi prospek perusahaan,
yang ditunjukkan oleh meningkatnya (menurunnya) dividen yang dibayarkan,
yang menyebabkan perubahan harga saham. Teori tersebut kemudian dikenal
sebagai teori signal atau isi informasi dari dividen. Menurut teori tersebut,
dividen mempunyai kandungan informasi, yaitu prospek perusahaan di masa
mendatang.
Efek Klien (Clientele Effect)
Menurut argumen ini, kebijakan dividen seharusnya ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan segmen investor tertentu. Kebijakan dividen tertentu akan menarik
segmen tertentu. Kemudian tugas perusahaan (manajer keuangan) adalah
melayani segmen tersebut. Kebijakan dividen yang berubah-ubah akan
mengacaukan efek klien tersebut, menyebabkan harga saham berubah.
Beberapa penelitian empiris nampaknya mendukung teori tersebut
Teori Dividen Residual (Residual Theory of Dividends)
Menurut teori dividen residual, perusahaan menetapkan kebijakan dividen
setelah semua investasi yang menguntungkan habis dibiayai. Dengan kata
lain, dividen yang dibayarkan merupakan ‘sisa’ (residual) setelah semua usulan
investasi yang menguntungkan habis dibiayai.
Menurut teori tersebut, manajer keuangan akan melakukan langkah-langkah
berikut ini.
1. Menetapkan penganggaran modal yang optimum. Semua usulan investasi
yang mempunyai NPV yang positif akan diterima (dilaksanakan).
114
2. Menentukan jumlah saham yang diperlukan untuk membiayai investasi
baru tersebut sambil menjaga struktur modal yang ideal (target).
3. Menggunakan dana internal untuk mendanai kebutuhan dana dari saham
tersebut.
4. Membayarkan dividen hanya jika ada sisa dari dana internal, setelah
semua usulan investasi dengan NPV positif didanai.
Karena itu, dengan menggabungkan kebijakan dividen residual dan
pembayaran dividen yang stabil, yaitu kebijakan smoothed residual dividend
policy. Dengan metode ini, perusahaan melakukan langkah-langkah sebagai
berikut ini.
1. Memperkirakan pendapatan dan kesempatan investasi untuk jangka waktu
panjang, misal 5-10 tahun mendatang.
2. Menghitung rata-rata sisa kas yang bisa dibagikan sebagai dividen dalam
jangka waktu tersebut.
3. Menetapkan target rasio pembayaran dividen selama jangka waktu
tersebut.
Dengan demikian smoothed residual dividend policy dipakai untuk
memperkirakan target rasio pembayaran dividen jangka panjang, bukannya
untuk tahun tertentu.
Beberapa Faktor dalam Kebijakan Dividen a) Kesempatan Investasi
Semakin besar kesempatan investasi maka dividen yang bisa dibagikan akan semakin
sedikit. Akan lebih baik jika dana ditanamkan pada investasi yang menghasilkan NPV yang
positif.b) Profitabilitas dan LikuiditasArus kas atau profitabilitas yang baik
bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Sebaliknya jika arus kas
tidak baik. Alasan lain adalah untuk menghindari akuisisi oleh perusahaan lain.
Perusahaan yang mempunyai kas yang berlebihan seringkali menjadi target
dalam akuisisi. Untuk menghindari akuisisi, perusahaan bisa membayarkan
dividen, dan sekaligus juga membuat senang pemegang sahamc) Akses ke
Pasar Keuangan Jika perusahaan mempunyai akses ke pasar keuangan yang baik,
perusahaan bisa membayar dividen lebih tinggi. Akses yang baik bisa membantu
perusahaan memenuhi kebutuhan likuiditasnya.d) Stabilitas Pendapatan Jika
pendapatan perusahaan relatif stabil, arus kas di masa mendatang bisa diperkirakan dengan
lebih akurat. Perusahaan semacam itu bisa membayar dividen yang lebih tinggi. Hal yang
115
sebaliknya terjadi untuk perusahaan yang mempunyai pendapatan yang tidak stabil.
Ketidakstabilan arus kas di masa mendatang membatasai kemampuan perusahaan
membayar dividen yang tinggiPembatasan-pembatasan
Kontrak hutang, obligasi, ataupun saham preferen sering membatasi
pembayaran dividen dalam situasi tertentu. Tetapi dalam situasi buruk,
dimana arus kas lebih kecil, pembatasan tersebut akan mempengaruhi
pembayaran dividen oleh perusahaan.
e) Kendali terhadap perusahaan
Pemegang saham mempercayakan pada pembelanjaan intern dalam
mempertahankan “control” terhadap perusahaan, berarti dividend payout
ratio rendah
PEMBELIAN SAHAM KEMBALI (STOCK REPURCHASES), DIVIDEN SAHAM (STOCK DIVIDEND), DAN PEMECAHAN SAHAM (STOCK SPLIT)
Pembelian Saham Kembali (Stock Repurchases)
Stock Repurchases dilakukan bila perusahaan mempunyai kelebihan kas dan
tidak ada lagi kesempatan investasi yang menguntungkan, maka mungkin
akan lebih baik atau menguntungkan bagi pemegang saham bila
“dana”tersebut didistribusikan. Distribusi bisa dilakukan dengan: (a) membeli
kembali saham, atau (b) meningkatkan cash devidend kepada pemegang
saham.
Alternatif dari pembayaran dividen kas, perusahaan bisa melakukan pembelian
saham kembali. Pembelian saham perusahaan yang beredar tersebut bisa
dilakukan melalui pasar sekunder Bursa Efek. Saham yang dibeli tersebut
masuk dalam rekening treasury stock. Secara teoritis, nilai perusahaan
sebelum dan sesudah pembelian saham kembali akan sama
Keuntungan Pembelian Saham Kembali
1. Pembelian saham kembali bisa menghemat pajak.
2. Pengumuman pembelian kembali bisa dianggap sebagai signal positif
oleh investor, kerana pembelian saham kembali seringkali didorong oleh
116
motivasi manajer yang mengganggap bahwa harga saham undervalued
(lebih rendah dari yang seharusnya).
3. Pembayaran dividen biasanya dilakukan dengan pola stabil.
4. Pemegang saham mempunyai pilihan dengan pembelian saham kembali.
Jika membutuhkan kas, mereka bisa menjual saham yang mereka
peroleh. Sebaliknya, jika tidak membutuhkan kas, atau menghindari
pajak, mereka bisa menginvestasikan kembali ke dalam saham
perusahaan.
5. Dalam beberapa situasi tertentu, pembelian saham kembali dilakukan
secara selektif (targeted repurchase).
Kerugian Pembelian Saham Kembali
1. Pemegang saham bisa mempunyai preferensi yang berbeda antara
dividen kas dan pembelian saham kembali (keuntungan diperoleh dari
capital gain). Dividen kas cenderung lebih bisa ‘diandalkan’ karena
memberi pendapatan yang jelas (kas yang diterima), dan relatif stabil.
2. Perusahaan barangkali membayar harga pembelian kembali terlalu
tinggi, sehingga merugikan pemegang saham saat ini (yang tetap
memegang saham).
3. Pemegang saham yang menjual sahamnya barangkali tidak mengetahui
persis implikasi dan efek dari program pembelian saham kembali. Jika
mereka merasa dirugikan, mereka bisa saja menuntut perusahaan.
Bila tidak ada biaya transaksi dan tidak ada personal income tax, maka secara teoritis ada perbedaan antara Stock Repurchases dan Cash Dividend Misal: - Laba bersih Rp 2.000.000 - Jumlah saham yg beredar 500 lbr - Pendapatan per lembar saham (EPS) Rp 4 - Harga pasar saham setelah deviden Rp 60 - (P/E ratio) Rp 15 (market price/EPS) Perusahaan akan mendistribusikan Rp 1.500.000,- dengan cara pemberian cash dividend atau pembelian kembali saham (dana ini tidak diambil dari keuntungan).
117
• Kalau investor menghendaki cash dividend, maka nilai saham sebelum deviden dibayarkan adalah = deviden diharapkan + harga pasar semula = (Rp 1.500.000/500.000) + Rp 60 = Rp 63.
• Kalau perusahaan memilih untuk membeli kembali sahamnya dengan mengajukan
penawaran (tender offer) kepada pemegang saham dengan harga Rp 63 per saham, maka:
Jumlah saham yang dapat dibeli dari uang Rp 1.500.000 adalah = Rp 1,5 juta/Rp 63 = 23.810 lbr
• Pendapatan per lembar saham (EPS) sesudah pembelian kembali saham = Rp2.000.000/476.190 = Rp 4,20,- (catatan 500.000 lbr – 23.810 lbr = 476.190 lbr).
• Bila Price earning ratio tetap Rp 15, maka harga saham sebelum deviden = Rp 4,2 X 15 = Rp 63 berarti: nilainya sama dengan alternatif cash dividend. (Jumlah yang dibagikan kepada pemegang
saham tetap Rp 3; baik lewat cash dividend maupun pembelian kembali saham).
• Jadi secara teoritis harga equilibrium yang ditawarkan dalam pembelian kembali saham (equilibrium repurchase price) =
P = Px + D/S P = Harga equilibrium pembelian kembali saham Px = Harga pasar per lembar saham atas dasar ex-devidend D = Jumlah dana yang didistribusikan S = Jumlah lembar saham yang beredar sebelum ada pendistribusian dana. Bila perusahaan menawarkan harga di bawah harga ekuilibrium, maka bagi pemegang saham yang menjual sahamnya akan rugi dan sebaliknya akan memperoleh keuntungan jika harga di atas harga ekuilibrium.
• Cara pembelian kembali saham: (a) melalui tender offer, yakni perusahaan mengajukan penawaran
resmi kepada pemegang saham yang mana harga umumnya di atas harga pasar,
(b) melalui pasar (pasar modal), dengan harga pasar.
DIVIDEN SAHAM DAN STOCK SPLIT
Stock Dividend adalah pembayaran deviden dalam bentuk saham (stock).
Pemberian stock deviden tidak merubah jumlah modal sendiri, tetapi hanya
merubah struktur modal. Stock Split merupakan pemecahan jumlah lembar
saham menjadi jumlah yang lebih banyak dengan penurunan harga nilai
nominal per lembar saham secara proporsional.
Dividen saham dan stock split mempunyai efek ekonomis yang sama,
meskipun mempunyai perbedaan dari sudut pandang akuntansi
Penyesuaian Akuntansi Dividen Saham dan Stock Split (Pemecahan
Saham)
118
Konsekuensi dari dividen saham dan stock split adalah bertambahnya jumlah
saham yang beredar. Tetapi, karena tidak ada nilai tambah (secara ekonomis),
maka harga saham per-lembar menjadi lebih kecil. Total efek dari dividen
saham dan stock split tidak ada, dengan kata lain, nilai total perusahaan
(saham) akan sama
Alasan Dilakukannya Dividen Saham dan Stock Split
1. Perusahaan ingin menahan kas atau pengganti cash devidend apabila
perusahaan dalam kesulitan kas., tetapi juga ingin membayar dividen.
Resolusinya adalah dengan membayar stock dividend atau stock splits.
2. Perusahaan ingin mempertahankan harga pasar dan memperoleh
trading range yang dikehendaki (dianggap ideal) agar tidak terlalu tinggi
yang bisa mengakibatkan investor kecil tidak berminat membeli saham
perusahaan
3. Perusahaan ingin memberi signal ke pasar bahwa jumlah lembar saham
yang beredar semakin banyak karena diminati investor, saham menjadi
populer. Penemuan empiris menunjukkan bahwa harga akan bereaksi
positif pada saat stock split diumumkan
Ilustrasi: Struktur modal perusahaan sebagai berikut: Saham Biasa (Nilai Nominal Rp 1000) Rp 8.000.000 Agio saham (capital surplus) 4.000.000 Laba Yang Ditahan 18.000.000 Jumlah Modal Sendiri 30.000.000
- Ditetapkan akan diberikan sebagai stock devidend sebanyak 10% 800 lembar (setiap pemilik 10 lembar saham akan mendapat tambahan 1 lembar saham.
- Harga pasar saham Rp 1500/lembar.Pembahasan:Stock dividend = 800 lbr X Rp 1.500 = Rp 1.200.000,-Laba yang ditahan berkurang senilai Rp 1.200.000,-
tambahan untuk Saham Biasa = Rp 1000 X 800 lbr = Rp 800.000, tambahan capital surplus = Rp 1.200.000 – Rp 800.000 = Rp 400.000
atau (Rp 1500 – Rp 1000) X 800 lbr.
Struktur modal setelah pemberian stock dividend adalah sbb: Saham Biasa (Nilai Nominal Rp 1000) Rp 8.800.000
Agio saham (capital surplus) 4.400.000 Laba Yang Ditahan 16.800.000 Jumlah Modal Sendiri 30.000.000
119
Misal keuntungan yang akan dibagi sebagai cash devidend adalah Rp 9.000.000.• Sebelum ada stock dividend, pendapatan per lembar saham = 9.000.000/8000lbr = Rp 1.125
• Sesudah ada stock dividend, pendapatan per lembar saham = 9.000.000/8800lbr = Rp 1.023 - Sebelum stock dividend pemilik 10lbr saham akan menerima pendapatan = 10 lbr X Rp 1.125 = Rp 11.250 - Setelah stock dividend pemilik 10lbr saham terima tambahan pendapatan = 11 lbr X Rp 1.023 = Rp 11.253
• Kekayaan pemegang 10 lbr saham sebelum stock dividend = 10 lbr X Rp 1.500 (HP) = Rp 15.000. - Setelah stock devidend harga pasar 10 lembar saham turun menjadi = Rp 15.000 – 15.000/11 lbr = Rp 13.636,4 Jadi harga pasar per lembar saham = Rp 13.636,4/10 = Rp 1.363,4 - Sesudah stock devidend pemilik 10 lbr saham akan menerima tambahan 1 lbr saham sehingga kekayaan pemegang 11 lbr saham = 11 lbr X Rp 1.363,4 = Rp 15.000,-Kesimpulan
dari sudut pemegang saham:• Apakah kekayaan pemegang saham naik dengan adanya stock dividend? Tidak. Pendapatan dan kekayaan pemegang saham tidak berubah Stock dividend akan mempunyai arti bagi pemegang saham bila:Perusahaan di samping memberikan stock dividend, tetap mempertahankan pemberian cash dividend perlembar yang tetap sama jumlahnya dengan keadaan sebelum pemberian stock dividend. misal: perusahaan membayar cash devidend Rp 1000/lbr (bila tetap dipertahankan), maka pemegang 10 lbr saham sebelum ada stock dividend akan menerima pendapatan = 10 X Rp 1000 = Rp10.000.- pemegang 11 lembar saham setelah ada stock dividend akan menerima pendapatan = 11 X Rp 1000 = Rp 11.000.-1. Apabila investor menjual tambahan lbr saham yang diterima sebagai
stock dividend dan menganggap penjualan tersebut sebagai “windfall gain” Jumlah saham yang dimiliki sebelumnya tetap dipertahankan.
Reverse Split
Reverse split merupakan kebalikan dari stock spit. yakni mengurangi jumlah
lembar saham dan menaikkan harga pasar saham yang dianggap terlalu
rendah.
Dalam reverse split, beberapa lembar saham disatukan menjadi satu saham.
Dalam dunia nyata, reverse split dilakukan karena beberapa alasan.
Pertama, saham yang nilainya terlalu kecil sering dianggap sebagai saham
yang tidak baik atau tidak ‘terhormat’. Investor menganggap perusahaan
tersebut mempunyai prospek yang kurang baik, dan cenderung menilai
rendah (underestimate). Untuk itu harga saham dinaikkan agar mendekati
range yang ideal.
Kedua, jika harga saham meningkat, biaya transaksi diharapkan menjadi
semakin kecil (kebalikan dari penemuan empiris efek stock split). Biaya
transaksi yang lebih kecil diharapkan mendorong likuiditas saham.
120
DISKUSI KELAS1. Sebutkan macam-macam kebijakan deviden dan
jelaskan dasar pertimbangan penetapan kebijakan tersebut.
SOAL TEORI
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan cash dividend, stock dividend, repurchases stock, stock split dan reverse stock? Dan jelaskan dasar pertimbangan penetapan kebijakan tersebut.
3. Jelaskan secara argumentative kebaikan dan kelemahan dari pembelian kembali saham (stock repurchases)
1. PT.Imut2 memiliki struktur modal perusahaan sebagai berikut:Saham Biasa (Nilai Nominal Rp 500) Rp 9.000.000Agio saham (capital surplus) 5.000.000Laba Yang Ditahan 26.000.000 Jumlah Modal Sendiri 40.000.000
SOAL APLIKASI
Berdasarkan RUPS ditetapkan akan diberikan stock devidend sebanyak 10% dan Harga pasar saham Rp1500/lembarPertanyaan:
a. Jumlah lembar saham yang akan dibagikan (stock dividend)
b. Besarnya tambahan capital surplusc. Komposisi struktur modal yang baru
.
121