21
PENGARUH FRAMING PADA KEPUTUSAN AKUNTANSI MANAGERIAL DALAM PERSPEKTIF INDIVIDU-KELOMPOK; Pengujian Empiris atas Prospect Theory dan Fuzzy-Trace Theory Oleh Amril Arifin & Indra Wijaya Kusuma Abstract The purposes of this study are to explore framing effects in a managerial accounting decision context on individual and group’s perspective, and to test the explanatory power of prospect theory and fuzzy-trace theory, on such effects. A number of 279 students in executive class of Magister Management Gadjah Mada University participated in this experiment. The results show the existence of the framing effect bias at individual and also at group. This result also indicates the ability of fuzzy-trace theory to predict the bias as does prospect theory, but in experiment hereinafter was designed to distinguish among the explanatory abilities of two theories in an accounting context, this result indicate that the fuzzy-trace theory provides additional power to explain the framing effect. At examination of decision difference between group and individual, result shows the existence of group polarization when information presented in gain domain/positive frame, but when information presented in loss- domain/negative-frame, individual and group do not show the existence of group polarization. Keyword: Framing, Framing Effect, Prospect Theory, Fuzzy-Trace Theory, Decision Making, Managerial Decision, Individual-Group Decision.

semak akun keprilakuan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

seminar akuntansi

Citation preview

Page 1: semak akun keprilakuan

PENGARUH FRAMINGPADA KEPUTUSAN AKUNTANSI MANAGERIALDALAM PERSPEKTIF INDIVIDU-KELOMPOK;

Pengujian Empiris atas Prospect Theory dan Fuzzy-Trace Theory

Oleh Amril Arifin & Indra Wijaya Kusuma

Abstract

The purposes of this study are to explore framing effects in a managerial accounting decision context on individual and group’s perspective, and to test the explanatory power of prospect theory and fuzzy-trace theory, on such effects. A number of 279 students in executive class of Magister Management Gadjah Mada University participated in this experiment. The results show the existence of the framing effect bias at individual and also at group. This result also indicates the ability of fuzzy-trace theory to predict the bias as does prospect theory, but in experiment hereinafter was designed to distinguish among the explanatory abilities of two theories in an accounting context, this result indicate that the fuzzy-trace theory provides additional power to explain the framing effect. At examination of decision difference between group and individual, result shows the existence of group polarization when information presented in gain domain/positive frame, but when information presented in loss-domain/negative-frame, individual and group do not show the existence of group polarization.

Keyword: Framing, Framing Effect, Prospect Theory, Fuzzy-Trace Theory, Decision Making, Managerial Decision, Individual-Group Decision.

PENDAHULUANLatar BelakangPengaruh frame atau framing adalah sebuah fenomena yang menunjukkan bahwa para pembuat keputusan akan merespon dengan cara yang berbeda pada permasalahan keputusan yang sama jika masalah tersebut disajikan dalam format yang berbeda (Kuhberger, 1998; Levin et. al., 1998). Teori prospek merupakan salah satu teori yang mencoba menjelaskan pengaruh framing (Kahneman dan Tversky, 1979; Tversky dan Kahneman, 1981). Teori ini mendukung banyak penemuan dalam penelitian akuntansi, akan tetapi hasil yang tidak konsisten dalam beberapa literatur psikologi (Schneider, 1992) memberi inspirasi para peneliti untuk menjelaskan keterbatasan penggunaan teori prospek dalam menjelaskan pengaruh framing.Teori alternatif untuk menganalisa pengaruh framing yaitu teori fuzzy-trace, yang dikembangkan pada awal tahun 1990an (Reyna dan Brainerd, 1990; Reyna dan Brainerd, 1991a; Reyna dan Brainerd, 1991b). Penelitian terakhir dari Chang et al. (2002)

Page 2: semak akun keprilakuan

menemukan bahwa teori fuzzy-trace lebih dapat menjelaskan pengaruh framing dalam pengambilan keputusan akuntansi manajerial, dibandingkan dengan teori prospek.Pada banyak penelitian dalam area framing tidak dibedakan efek framing dan efek refleksi. Levin dkk. (1998) berargumentasi bahwa dua efek ini adalah berbeda, efek framing menekankan pada permasalahan keputusan yang sama dengan frame yang berbeda, sementara efek refleksi melibatkan dua permasalahan keputusan yang berbeda. Kegagalan untuk membedakan dua efek akan menyebabkan kesalahan penafsiran, oleh karena itu penting untuk membedakan efek framing dan efek refleksi. Lebih jauh lagi, pemisahan kedua efek ini akan sangat berguna dalam menentukan kemampuan dari kedua teori dalam menjelaskan efek framing.Kebanyakan penelitian pembuatan keputusan dalam domain akuntansi memfokuskan pada pembuatan keputusan oleh individu. Banyak kritik atas hal ini. Pertimbangan masalah keputusan kelompok perlu dipertimbangkan dengan dua alasan. Pertama, keputusan pengalokasian sumberdaya (investasi) dan evaluasi kinerja dibuat oleh kelompok manajer bukan oleh para manajer secara perorangan (Anthony dan Govindarajan, 2001). Kedua, konsisten dengan yang pertama, para peneliti akuntansi manajemen telah menyebutkan pentingnya meneliti fenomena akuntansi manajemen dari perspektif kelompok (Libby dan Luft, 1993).

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris mengenai (1) pengaruh framing dalam pembuatan keputusan investasi oleh individu dan kelompok, (2) perbedaan keputusan investasi oleh individu dan kelompok, (3) kemampuan teori prospek dan teori fuzzy-trace dalam menjelaskan pengaruh framing.

TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Keputusan Individu-Kelompok

Pergeseran keputusan individu kelompok dikenal dengan the risk-shift phenomena (RSP). Fenomena ini dijelaskan oleh teori polarisasi kelompok. Polarisasi kelompok terjadi ketika adanya pergeseran dalam pengambilan resiko antara keputusan individu dan kelompok atau ketika posisi pradiskusi awal anggota kelompok dapat mempengaruhi diskusi kelompok selanjutnya dalam pembuatan keputusan (Isenberg, 1986). Sejumlah teori telah dikembangkan untuk menjelaskan hal-hal yang mungkin mempengaruhi keputusan kelompok. Wallach et al. dalam Rutledge dan Harrell (1994) mengembangkan diffusion of responsibility theory yang menyatakan bahwa pergeseran keputusan terjadi karena tidak ada seorangpun yang bertanggung jawab atas keputusan kelompok.

Hasil dari studi-studi polarisasi kelompok juga menemukan bahwa keputusan kelompok cenderung lebih ekstrim dalam arah yang sama dengan keputusan rata-rata (pradiskusi) individu (Rutledge dan Harrell, 1994). Isenberg (1986) melakukan sebuah telaah kritikal dan meta analisis tentang polarisasi kelompok, hasil studinya memberikan dukungan kuat adanya pengaruh informasional dan perbandingan interpersonal terhadap terjadinya polarisasi kelompok. Teori pengaruh informasional (informational influence theory) menjelaskan bagaimana pemrosesan informasi dapat mempengaruhi polarisasi kelompok. Diskusi kelompok dapat menyebabkan para individu mengubah keputusannya ke arah yang sama dengan keputusan pradiskusi mereka karena diskusi tersebut menghadapkan para individu dengan argumen-argumen persuasif yang mendukung ke arah tersebut.

Page 3: semak akun keprilakuan

Penjelasan teoritis selanjutnya adalah teori perbandingan sosial (social comparison theory). Teori ini menyatakan bahwa para individu secara kontinyu menekankan untuk lebih mempersepsikan/merepresentasikan diri sendiri dalam suatu cara yang diinginkan secara sosial (socially favorable). Interaksi kelompok mengkondisikan anggotanya untuk membandingkan posisi mereka dengan anggota lainnya dalam kelompok (Isenberg, 1986)Teori Prospek

Tversky dan Kahneman (1981) menggunakan masalah penyakit Asia dalam menjelaskan pengaruh framing

Permasalahan 1:Bayangkan bahwa Amerika Serikat sedang mempersiapkan upaya pemberantasan penyakit Asia yang sangat berbahaya, yang diduga bisa membunuh 600 orang. Dua program alternatif untuk memberantas penyakit tersebut telah diusulkan, masing-masing program memiliki konsekuensi sebagai berikut:

Jika program A dipilih, 200 orang akan bisa diselamatkan.

Jika program B dipilih, probabilitas 600 orang yang akan diselamatkan adalah 1/3, sedangkan probabilitas tak seorangpun bisa diselamatkan adalah 2/3.

Alternatif yang mana dari kedua program tersebut yang anda sukai?Permasalahan 2:Mempunyai permasalahan yang sama dengan masalah pertama, namun program altenatif yang ditawarkan adalah:

Jika program C dipilih, 400 orang akan meninggal.

Jika program D dipilih, probabilitas tak seorangpun meninggal adalah 1/3, sedangkan probabilitas semuanya akan meninggal adalah 2/3.

Alternatif yang mana dari kedua program tersebut yang anda sukai?Pada permasalahan 1 yang menggunakan susunan kata positif (akan

diselamatkan), Tversky dan Kahneman (1981) mencatat bahwa mayoritas subyek (72%) lebih menyukai program A yang secara pasti menyelamatkan 200 orang. Menurut expected utility theory (Friedman dan Savage dalam Rutledge dan Harrell, 1994), program C dan D pada permasalahan 2 yang menggunakan susunan kata negatif (akan meninggal) adalah sama dengan Program A dan B pada permasalahan 1, akan tetapi kebanyakan partisipan lebih memilih program D (78%) dibanding program C (22%). Hal inilah yang disebut pengaruh framing yaitu ketika suatu masalah yang sama dengan frame yang berbeda dapat mengakibatkan pembalikan pilihan atau pilihan yang berbeda. Tversky dan Kahneman (1979) menggunakan teori prospek sebagai kerangka untuk menjelaskan fenomena ini.Perbedaan antara Efek Framing dan Efek Refleksi

Berikut ini adalah dua eksperimen lotere (Kahneman dan Tversky 1979) yang memperlihatkan pengaruh masalah domain.

Masalah 3a: Memilih antara (n = 95) (problem domain : gain)A : Menang $ 4,000 dengan probabilitas .80,

dan $ 0 dengan probabilitas .20 [ 20 % ]B: Menang $ 3,000 [ 80 % ]

Masalah 3b: Memilih antara (n = 95) (problem domain : loss)A : Rugi $ 4,000 dengan probabilitas .80,

Page 4: semak akun keprilakuan

dan $ 0 dengan probabilitas .20 [ 92 % ]B : Rugi $ 3,000 [ 08 % ]

Kahneman dan Tversky (1979) menyebutkan peristiwa refleksi dari pilihan risk-averse untuk domain keuntungan (masalah 3a) dan pilihan risk–seeking untuk domain kerugian (masalah 3b) sebagai efek refleksi. Dibandingkan efek refleksi, efek framing melibatkan hanya satu masalah (masalah penyakit Asia) dengan dua bingkai (positif dan negatif). Seperti yang diindikasikan oleh Li (1998), istilah “efek framing” mengacu pada perubahan di dalam deskripsi yang berbeda dari permasalahan yang sama, sedangkan “efek refleksi” mengacu pada tanggapan berbeda sebab ada dua permasalahan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 1 yang menganalisa efek framing pada masalah penyakit Asia.*** Masukkan Tabel 1 disini ***

Banyak studi memandang dua terminologi ini dengan cara yang sama namun bagaimanapun dua efek ini jelas sangat berbeda. Efek framing dapat menjelma sebagai keputusan yang bias (Emby dan Finley 1997; Rutledge 1995), tetapi efek refleksi memerlukan daerah yang berbeda tanpa tergantung pada bingkai masalah.

Hipotesis Riset Berdasarkan Teori Prospek Menurut Kuhberger (1995) susunan kata mengenai hasil pilihan (“selamat” atau

“meninggal”) menentukan daerah permasalahan (yaitu, “untung” atau “rugi”) dan berhubungan dengan efek refleksi. Pada sisi lain, bingkai masalah (yaitu, “positif” atau “negatif”) tergantung pada penggunaan suatu peniadaan “tidak” yang berhubungan dengan efek framing. Penambahan peniadaan “tidak” kepada kalimat hanya merubah bingkai masalah dari positif ke negatif atau sebaliknya tanpa merubah daerah permasalahan (yaitu, daerah kerugian atau keuntungan). Sebagai contoh pada permasalahan penyakit Asia, kombinasi yang memungkinkan dari domain problem dan frame problem ditekankan pada pilihan beresiko dengan peniadaan “tidak” seperti yang disajikan pada tabel 1, yaitu pada revisi program A dan C.

Di dalam masalah penyakit Asia harus dicatat bahwa kombinasi dari domain problem yang dirasakan oleh pembuat keputusan dengan problem frame adalah gain-domain/positive-frame dan loss-domain/negative-frame. Oleh karena itu pengujian penyakit Asia mengacaukan efek framing dan efek refleksi. Dalam rangka memisahkan kedua efek diperlukan penciptaan kombinasi yang lain yaitu, gain-domain/negative-frame dan loss-domain/positive-frame (Chang et al. 2002). Dengan membandingkan hasil dari penetapan dua kombinasi yang berbeda kita akan memahami dengan lebih jelas efek framing dan efek refleksi.

Hasil penelitian tentang keputusan kelompok menyatakan bahwa pengaruh framing akan menjadi ekstrim untuk kelompok dibandingkan dengan individu. Dalam konteks keputusan investasi, informasi yang disajikan secara negative-frame akan mempengaruhi peningkatan preferensi resiko oleh individu, sedangkan kelompok diprediksikan akan menunjukkan preferensi yang lebih besar terhadap resiko daripada individu. Pada kondisi positive-frame, individu diperkirakan menunjukkan penurunan preferensi terhadap resiko begitu juga dengan kelompok akan menunjukkan penurunan preferensi atas resiko, interaksi ini dapat dilihat pada gambar 1.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penelitian ini mengajukan hipotesis bagaimanakah teori prospek menjelaskan pengaruh informasi atau fakta yang disajikan

Page 5: semak akun keprilakuan

dalam gain-domain/positif-frame, loss-domain/negative-frame, gain- domain/negative-frame dan loss-domain/positive-frame mengarahkan keputusan kelompok atau individu. Untuk menguji isu tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:H1a: Menurut teori prospek, ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan

dinyatakan dalam gain-domain/positif-frame, individu akan memilih keputusan yang kurang beresiko (less-risky). Ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan dinyatakan dalam loss-domain/negative-frame, individu akan memilih keputusan yang beresiko.

H1b: Menurut teori prospek, ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan dinyatakan dalam gain-domain/positif-frame, kelompok akan memilih keputusan yang kurang beresiko (less-risky). Ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan dinyatakan dalam loss-domain/negative-frame, kelompok akan memilih keputusan yang beresiko.

H1c: Menurut teori prospek, ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan dinyatakan dalam gain-domain/positif-frame, keputusan kelompok kurang beresiko (less-risky) daripada keputusan individu.

H1d: Menurut teori prospek, ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan dinyatakan dalam loss-domain/negative-frame, keputusan kelompok lebih beresiko (more-risky) daripada keputusan individu.

H1e: Menurut teori prospek, ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan dinyatakan dalam gain-domain/negative-frame, individu akan memilih keputusan yang kurang beresiko (less-risky). Ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan dinyatakan dalam loss-domain/positive-frame, individu akan memilih keputusan yang beresiko.

H1f: Menurut teori prospek, ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan dinyatakan dalam gain-domain/negative-frame, kelompok akan memilih keputusan yang kurang beresiko (less-risky). Ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan dinyatakan dalam loss-domain/positive-frame, kelompok akan memilih keputusan yang beresiko.

Teori Fuzzy-TraceReyna dan Brainerd (1990) menemukan Teori Fuzzy-Trace (FTT) sebagai

alternatif dalam menjelaskan pengaruh framing. Teori ini berbeda dengan teori prospek, FTT mengasumsikan individu lebih memilih untuk menggunakan alasan yang menyederhanakan penyajian informasi (Reyna dan Brainerd 1991a).

Reyna dan Brainerd (1991a, 1995) menggunakan FTT untuk menjelaskan pengaruh framing pada kasus klasik (penyakit Asia). Ketika informasi kuantitatif tersedia, pembuat keputusan mengintisarikan pilihan menjadi “lebih” atau “kurang” dibanding dengan pilihan lainnya untuk membedakan pilihan tersebut. Ketika pilihan memasukkan hasil nol (tidak ada orang yang diselamatkan), intisari pilihan kemudian menjadi “beberapa” dengan “tidak ada” atau “ada” dengan “tidak ada”. Oleh karenanya

Page 6: semak akun keprilakuan

menurut FTT, pembedaan yang tak jelas dari pilihan dalam kasus penyakit Asia dapat dinyatakan sebagai berikut:

Program A: Sebagian orang akan diselamatkanProgram B: Sebagian orang akan diselamatkan atau

tak seorangpun akan diselamatkanProgram C: Sebagian orang akan meninggalProgram D: Tidak ada orang yang akan meninggal atau

sebagian orang akan meninggal

Berdasarkan FTT, untuk membuat sebuah pilihan antara program A dan B, “sebagian orang akan diselamatkan” adalah hal yang sama bagi kedua alternatif dan perbedaan terpusat pada “tak seorangpun akan diselamatkan.” Karenanya, pembuat keputusan lebih memilih program A. Dalam memperbandingkan program C dengan program D, “sebagian orang akan mati” adalah hal yang sama bagi kedua alternatif, oleh karena itu individu memusatkan pada bagian yang berbeda yaitu “tidak ada orang akan meninggal” dan lebih memilih program D. Bukti yang jelas di dalam studi Reyna dan Brainerd (1991a, 1995), menemukan bahwa pemindahan semua angka-angka dari permasalahan penyakit Asia dan menggantikannya dengan ungkapan yang tidak jelas tidak menghapuskan efek framing.

Pemisahan efek framing dan efek refleksi dengan menciptakan kombinasi yang lain (yaitu gain-domain/negative-frame dan loss-domain/positive-frame) pada tabel 1 membuat individu tidak bisa menyederhanakan pilihan keputusan ke tingkatan intisari. Pada situasi ini FTT menunjukkan bahwa para pembuat keputusan harus mengusahakan pengetahuan atau informasi tambahan untuk menghasilkan sebuah keputusan. Untuk permasalahan pengambilan keputusan yang lebih rumit di dalam manajemen atau akuntansi dapat diasumsikan bahwa para pembuat keputusan mungkin harus melatih pemikirannya pada tingkatan kuantitatif ketika pilihan berbeda dan tidak dapat disederhanakan pada tingkatan intisari.

Menurut FTT jika usaha tambahan digunakan untuk membuat sebuah keputusan dan pilihan menyarankan expected value yang sama pada suatu tingkatan kuantitatif, maka perbedaan individual di dalam pilihan resiko atau tingkat keyakinan bisa melunakkan dampak dari efek framing. Wang (1996) mengindikasikan bahwa ketika pilihan resiko seorang pembuat keputusan melemah, dia bisa menjadi lebih sensitif terhadap efek framing, namun ketika pilihan resiko seorang pembuat keputusan menguat, dia menjadi lebih kebal terhadap manipulasi framing. Hipotesis Riset Berdasarkan Teori Fuzzy-Trace

Secara ringkas teori fuzzy-trace mengasumsikan individu lebih memilih untuk menggunakan alasan yang menyederhanakan penyajian informasi (intisari), dengan kata lain jika pilihan beresiko diuraikan menggunakan gain-domain/positive-frame atau loss-domain/negative-frame, FTT memprediksikan bahwa individu akan membuat sebuah keputusan pada level intisari, dengan begitu efek framing akan ada.

Menurut FTT, revisi pilihan pada tabel 1 dengan menggunakan peniadaan “tidak” dalam upaya pemisahan efek framing dan efek refleksi adalah informasi yang tidak bisa disederhanakan pembuat keputusan kedalam tingkatan intisari, tetapi memerlukan usaha pengetahuan tambahan untuk menghasilkan suatu keputusan, dalam hal ini efek framing akan absen. Maka, hipotesis berdasar pada teori fuzzy-trace adalah sebagai berikut:

Page 7: semak akun keprilakuan

H2a: Menurut FTT, ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan dinyatakan dalam gain-domain/positif-frame, individu akan memilih keputusan yang kurang beresiko (less-risky). Ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan dinyatakan dalam loss-domain/negative-frame, individu akan memilih keputusan yang beresiko.

H2b: Menurut FTT, ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan dinyatakan dalam gain-domain/positif-frame, kelompok akan memilih keputusan yang kurang beresiko (less-risky). Ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan dinyatakan dalam loss-domain/negative-frame, kelompok akan memilih keputusan yang beresiko.

H2c: Menurut FTT, ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan dinyatakan dalam gain-domain/positif-frame, keputusan kelompok kurang beresiko (less-risky) daripada keputusan individu.

H2d: Menurut FTT, ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan dinyatakan dalam loss-domain/negative-frame, keputusan kelompok lebih beresiko (more-risky) daripada keputusan individu.

H2e: Menurut FTT, ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan dinyatakan

dinyatakan dalam gain-domain/negative-frame atau dalam loss-domain/positive-frame, efek framing akan hilang.

METODA PENELITIANSubyek Penelitian

Sejumlah 279 mahasiswa MM Kelas Eksekutif Universitas Gadjah Mada yang ada di Jakarta dan Yogyakarta turut berpartisipasi dalam penelitian ini. Tiga puluh lima sampel tidak dipakai karena salah dalam menjawab soal manipulation check, tidak lengkap diisi, serta tidak memenuhi persyaratan sejumlah mata kuliah yang pernah diikuti. Total sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 244 sampel.

Desain Penelitian

Eksperimen ini menggunakan between-subjects design dengan faktorial 2 x 6 (Tabel 2). Dua variabel independen yaitu framing dan tipe keputusan. Framing terdiri atas PT (gain-domain/positive frame), PT (loss-domain/negative-frame), FTT (gain-domain/positive-frame), FTT (loss-domain/negative-frame), PT dan FTT (gain-domain/negative-frame), serta PT dan FTT (loss-domain/positive-frame). Tipe keputusan terdiri atas individu dan kelompok, sedangkan variabel dependennya adalah keputusan investasi.

*** Masukkan Tabel 2 disini ***Manipulation Check

Lima soal manipulation check dalam penelitian ini merupakan kontrol atas jawaban partisipan, yang menunjukkan seberapa jauh tingkat pemahaman partisipan atas kasus atau treatment yang diberikan.

Page 8: semak akun keprilakuan

Pilot Test

Untuk mengetahui apakah kasus yang diberikan dapat dipahami oleh partisipan atau tidak, sebelumnya dilakukan pilot test. Pilot test melibatkan 84 orang partisipan, yang terdiri atas 24 mahasiswa Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi (MSi) UGM jurusan Akuntansi, dan 60 mahasiswa program strata 1 (S-1) Ekstensi UMM jurusan Akuntansi. Instrumen yang digunakan adalah pengembangan dari instrumen Chang et al. (2002).

Prosedur Eksperimen

Pada pengisian instrumen secara individu, partisipan secara acak diberikan instrumen penelitian untuk setiap treatment pada penelitian ini. Masing-masing partisipan terlebih dahulu membaca ilustrasi studi kasus kemudian membuat rekomendasi atas dua opsi yang diberikan dan menentukan tingkat keyakinan atas rekomendasi tersebut. Tahap selanjutnya partisipan mengisi pertanyaan demografis dan soal manipulation check. Masing-masing partisipan mendapatkan sebuah souvenir dan buku kecil yang merupakan penjelasan terperinci atas maksud eksperiman. Waktu yang diberikan untuk kasus secara individu adalah 10 menit.

Pengisian instrumen secara kelompok juga sama dengan individu. Perbedaannya mereka secara random dikelompokkan atas dua atau tiga orang anggota dalam satu kelompok, kemudian mendiskusikan dan membuat keputusan yang harus disepakati oleh semua anggota kelompok. Waktu yang diberikan untuk membuat keputusan kelompok adalah 15 menit.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Demografi Partisipan

Karakteristik demografi partisipan terdiri atas tiga bagian utama: umur, jenis kelamin dan pengalaman kerja yang berhubungan dengan pengambilan keputusan. Rata-rata umur partisipan adalah 33 tahun, sebagian besar partisipan berjenis kelamin pria yaitu 173 partisipan dan 71 partisipan berjenis kelamin wanita, sedangkan rata-rata pengalaman dalam hal pengambilan keputusan adalah 3.44 tahun.

Analisa Hipotesis

Analisa H1a, H1b, H1c dan H1d adalah pengujian hipotesis dalam kerangka teori prospek, yaitu pengujian atas masing-masing individu serta masing-masing kelompok, dan juga perbedaan antara keputusan individu dan kelompok terhadap keputusan investasi yang disajikan dalam gain-domain/positive-frame dan loss-domain/negative-frame.

Hasil Chi-Square=5.757, p=0.016 pada tabel 3-statistical test 1 menandakan adanya perbedaan dalam pengambilan keputusan oleh individu, ketika informasi keputusan disajikan dalam gain-domain/positive-frame dan loss-domain/negative-frame. Temuan ini mendukung H1a. Hasil Chi-Square=27.191, p=0.000 pada tabel 3-statistical test 1 menunjukkan adanya perbedaan pengambilan keputusan pada kelompok, ketika informasi keputusan disajikan dalam gain-domain/positive-frame dan loss-domain/negative-frame. Hasil ini mendukung H1b.

Page 9: semak akun keprilakuan

*** Masukkan Tabel 3 disini ***

Hasil Chi-Square=7.380, p=0.007 yang ditunjukkan pada tabel 3-statistical test 2 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam pengambilan keputusan antara individu dan kelompok ketika informasi keputusan disajikan dalam gain-domain/positive-frame, temuan ini mendukung H1c. Pada sisi lain, ketika informasi keputusan disajikan dalam loss-domain/negative-frame tidak terdapat perbedaan antara keputusan yang dibuat oleh individu maupun kelompok. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3-statistical test 2, dengan hasil Chi-Square=0.313, p=0.576. Temuan ini menolak H1d.

Analisa H2a, H2b, H2c dan H2d, adalah pengujian hipotesis dalam kerangka teori fuzzy-trace, yaitu pengujian atas masing-masing individu serta masing-masing kelompok dan juga perbedaan antara keputusan individu dan kelompok terhadap keputusan investasi yang disajikan dalam gain-domain/positive-frame dan loss-domain/negative-frame.

Hasil Chi-Square=10.646, p=0.001 pada tabel 4-statistical test 1 menandakan adanya perbedaan dalam pengambilan keputusan oleh individu, ketika informasi keputusan disajikan dalam gain-domain/positive-frame dan loss-domain/negative-frame. Temuan ini mendukung H2a. Hasil Chi-Square=29.474, p=0.000 pada tabel 4-statistical test 1 menunjukkan adanya perbedaan pengambilan keputusan pada kelompok, ketika informasi keputusan disajikan dalam gain-domain/positive-frame dan loss-domain/negative-frame. Hasil ini mendukung H2b.

*** Masukkan Tabel 4 disini ***

Hasil Chi-Square=5.401, p=0.020 yang ditunjukkan pada tabel 4-statistical test 2, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam pengambilan keputusan antara individu dan kelompok ketika informasi keputusan disajikan dalam gain-domain/positive-frame. Temuan ini mendukung H2c. Pada sisi lain, ketika informasi keputusan disajikan dalam loss-domain/negative-frame tidak terdapat perbedaan antara keputusan yang dibuat oleh individu maupun kelompok, hal ini dapat dilihat pada tabel 4-statistical test 2 dengan nilai Chi-Square=0.633, p=0.426. Temuan ini menolak H2d.

Analisa H1e, H1f, dan H2e adalah pengujian hipotesis untuk menguji kemampuan prediksi dari masing-masing teori, yaitu teori prospek dan teori fuzzy-trace. Pengujian dilakukan pada masing-masing individu dan masing-masing kelompok dengan menyajikan keputusan investasi dalam gain-domain/negative-frame dan loss-domain/positive-frame.

*** Masukkan Tabel 5 disini ***

Pada hasil Chi-Square di tabel 5-statistical test 1, yaitu Chi-Square=0.703, p=0.402 untuk individu, dan Chi-Square=1.285, p=0.257 untuk kelompok mengindikasikan tidak adanya perbedaan keputusan yang dibuat oleh individu ataupun kelompok ketika informasi keputusan disajikan dalam gain-domain/nagtive-frame dan loss-domain/positive-frame. Hasil Chi-Square pada tabel 5-statistical test 2 juga memperlihatkan hasil yang tidak berbeda antara individu dan kelompok, yaitu ketika informasi keputusan disajikan dalam gain-domain/positive-frame dan ketika

Page 10: semak akun keprilakuan

informasi keputusan disajikan dalam loss-domain/negative-frame. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H1e dan H1f ditolak, sedangkan H2e didukung.

Analisa Tambahan

Seperti yang diungkapkan oleh Chang et al., (2002) bahwa teori fuzzy-trace menunjukkan jika pilihan tidak bisa disederhanakan pada tingkatan intisari, maka para pembuat keputusan akan mempertimbangkannya pada tingkatan kuantitatif. Jika hasil pilihan dihadapkan pada tingkatan kuantitatif yang sama, maka diprediksikan bahwa keputusan akan dipengaruhi oleh para pembuat keputusan yang cenderung mengambil resiko. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Wang (1996) serta Sickar dan Highouse (1998). Untuk membuktikan prediksi teori fuzzy-trace ini, maka dilakukan analisa tambahan dengan menggunakan ANCOVA.

Pada tabel 6 (panel A) yang menggunakan kerangka teori prospek, framing secara signifikan berpengaruh dalam pengambilan keputusan tanpa adanya pengaruh pemilihan resiko atau tingkat keyakinan (nilai p=0.000 untuk PT, dan p=0.624 untuk tingkat keyakinan). Tabel 6 (panel B) yang menggunakan kerangka teori fuzzy-trace juga memperlihatkan hal yang sama (nilai p=0.000 untuk FTT, dan nilai p=0.281 untuk tingkat keyakinan).

*** Masukkan Tabel 6 disini ***

Hasil pada tabel 6 (panel C) sangat jauh berbeda dengan hasil pada panel A dan B, yaitu ketika pilihan berada dalam gain-domain/negative-frame dan loss-domain/positive-frame atau ketika pilihan tidak dapat disederhanakan. Hasil pengujian ini memperlihatkan bahwa framing sama sekali tidak mempengaruhi pilihan para partisipan. Hasil ini makin memperkuat ketepatan prediksi dari teori fuzzy-trace, yang mengatakan bahwa pengaruh framing akan absen ketika informasi keputusan disajikan dalam gain-domain/negative-frame dan loss-domain/positive-frame. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya (Wang, 1996; Sickar dan Highouse, 1998; dan Chang et al., 2002) adalah tingkat keyakinan bukan merupakan faktor yang mempengaruhi partisipan ketika informasi tidak dapat disederhanakan.

PENUTUPHasil pengujian membuktikan keunggulan teori fuzzy-trace dalam menjelaskan pengaruh framing dibanding teori prospect. Prediksi dari teori fuzzy-trace yaitu ketika informasi keputusan tidak dapat disederhanakan, maka para pembuat keputusan cenderung memproses informasi pada tingkatan kuantitatif, dan karena informasi yang tidak dapat disederhanakan membuat hilangnya pengaruh framing. Hal ini dijelaskan ketika informasi disajikan dalam gain-domain/negative-frame dan loss-domain/positive-frame, baik individu maupun kelompok, sama sekali tidak memperlihatkan adanya perbedaan yang siginifikan.

Pada perbedaan keputusan antara kelompok dan individu, ketika informasi disajikan dalam gain-domain/positive-frame, hasilnya memperlihatkan bahwa pengaruh framing menjadi lebih besar pada kelompok daripada individu. Perbedaan ini menunjukkan terjadinya polarisasi kelompok. Hasil ini konsisten dengan penelitian Paese et al. (1993), Rutledge dan Harrell (1994), dan Haryanto (2000). Namun ketika informasi keputusan disajikan dalam loss-domain/negative-frame, perbedaan

Page 11: semak akun keprilakuan

keputusan antara individu dan kelompok tidak memperlihatkan adanya polarisasi kelompok. Hasil ini berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya. Perbedaan ini bisa disebabkan oleh dua hal. Pertama, penggunaan sampel pada penelitian menggunakan between-subjects design, penggunaan within-subjects design pada penelitian sebelumnya terpengaruh oleh sensitivitas partisipan ketika kasus diberikan pada kelompok. Kedua, mungkin saja pada kehidupan sehari-hari, partisipan terbiasa menerima informasi dengan loss-domain/negative-frame. Berita-berita negatif seperti: keterpurukan ekonomi; lesunya dunia bisnis; keengganan investor untuk melirik pasar Indonesia; ketergantungan pada IMF; korupsi dan kolusi yang berakar; ancaman disintegrasi bangsa; serta segudang masalah sosial, politik dan ekonomi; merupakan berita yang senantiasa kita terima. Hal ini dapat mempengaruhi psikologi pengambilan keputusan partisipan, sehingga menghilangkan sensitivitas kelompok dalam pengambilan keputusan (Bowditch dan Buono, 1990; Seamon et al., 2002)

Pada pengujian tambahan dengan menggunakan ANCOVA, dukungan atas prediksi teori fuzzy-trace makin kuat. Ketika informasi keputusan dapat disederhanakan atau ketika informasi disajikan dalam gain-domain/positive-frame dan loss-domain/positive-frame, pengaruh framing sangat signifikan berpengaruh, dan ketika informasi keputusan tidak dapat disederhanakan atau ketika informasi keputusan disajikan dalam gain-domain/negative-frame dan loss-domain/positive-frame, pengaruh framing tidak signifikan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan partisipan.

Hasil yang berbeda pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya (Wang, 1996; Sickar dan Highouse, 1998; dan Chang et al., 2002), yaitu ketika pengaruh framing tidak signifikan, tingkat keyakinan juga bukan hal berpengaruh pada pengambilan keputusan partisipan. Ada beberapa penjelasan akan hal ini. Pertama, Pengalaman. Penelitian sebelumnya menggunakan mahasiswa sedangkan pada penelitian ini menggunakan mahasiswa dari kelas eksekutif yang hampir seluruhnya telah mempunyai pengalaman kerja, bahkan sebagian besar berada pada posisi strategis dalam perusahaan dan berpengalaman dalam pengambilan keputusan. Sangat dimungkinkan pengalaman partisipan menjadi hal yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan tersebut (Biyanto, 2001). Kedua, mungkin saja perbedaan cluster pada beberapa dimensi budaya (Hofstede, 1998) menyebabkan perbedaan sikap orang Indonesia dalam pengambilan keputusan, tanpa dipengaruhi oleh tingkat keyakinan. Mentalitas bangsa kita yang mengalami degradasi moral dan ekonomi berimplikasi pada runtuhnya kepercayaan diri, termasuk dalam pengambilan keputusan. Dalam pengambilan keputusan lebih banyak berharap pada faktor lucky, tanpa ada rasa kepercayaan diri atau tingkat keyakinan. Ketiga, rata-rata umur partisipan dalam penelitian ini adalah 32 tahun, jauh lebih tua dibanding rata-rata umur partisipan dalam penelitian sebelumnya. Seperti yang diungkapkan oleh Reyna dan Ellis (1994) bahwa umur signifikan berpengaruh dalam pengambilan keputusan.

Seperti pada penelitian eksperimen lainnya, validitas eksternal atau ketidakmampuan hasil eksperimen untuk menggeneralisasi simpulan secara menyeluruh tentunya merupakan ancaman dari penelitian ini. Keterbatasan lainnya adalah pada kasus yang sangat sederhana dan belum familiar sehingga mungkin akan berbeda hasilnya jika

Page 12: semak akun keprilakuan

kasus yang digunakan lebih realistis, lebih kompleks dan cukup familiar bagi para partisipan.

Implikasi dari penelitian ini memberikan pengetahuan mengenai bagaimana penyaji informasi menyajikan suatu informasi. Bagaimana akuntan merancang suatu sistem pelaporan dengan penyajian informasi keuangan yang kompleks dan tidak dapat dengan mudah diringkas atau disederhanakan sehingga akan mengurangi bias akibat efek framing. Implikasi lainnya adalah, para penyaji informasi dapat menggunakan framing atau pembingkaian informasi yang relevan untuk mencapai keputusan yang diinginkan. Penyajian informasi dengan frame positif dapat mengurangi perilaku risk taker, sebaliknya penyajian informasi dengan frame negatif dapat meningkatkan perilaku risk taker dari para pengambil keputusan yang cenderung konservatif.

Penelitian yang akan datang pada bidang ini masih sangat luas. Selain penggunaan skenario yang lebih kompleks, pertanyaan bagaimana seharusnya teori prospek mengungkapkan alasan atas hilangnya efek framing pada pengambilan keputusan, ketika kedua efek dipisahkan juga adalah tantangan penelitian berikutnya. Tantangan lainnya adalah pengujian lebih lanjut atas teori fuzzy-trace sebagai generalisasi atas kemampuan prediksi dari teori fuzzy-trace. Hal menarik lainnya adalah pemisahan kedua efek yang tidak menunjukkan bahwa tingkat keyakinan merupakan faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan, membuka peluang pada pengujian dimasa mendatang khususnya pada subject orang Indonesia. Sangat memungkinkan adanya pengaruh lain yang justru dominan serta signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan ketika kedua efek dipisahkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, R.N. and V. Govindarajan, 2001. Management Control Systems, 10th Ed. Boston: McGraw-Hill.

Biyanto, Frasto. 2001. Hubungan Pembingkaian Informasi Anggaran, Tanggungjawab, dan Pengalaman terhadap Pilihan Keputusan pada Investasi Beresiko. Tesis Pasca Sarjana UGM.

Bowditch, J.L. and A.F. Buono. 1990. A Primer on Organizational Behavior. Singapore: John Wiley & Sons.

Christensen, Larry B. 1988. Experimental Methodology. 4th Ed. Allyn and Bacon Chang Janie C., Yen, Sin-Hui, and Duh, Rong-Ruey. 2002. An Empirical Examination of

Competing Theories to Explain the Framung Effect in Accounting-Related Decisions. Behavioural Research In Accounting 14: 35-64

Emby, C. and D. Finley. 1997. Debiasing framing effects in auditors’ internal control judgments and testing decisions. Contemporary Accounting Research 14: 55-57.

Friedman. M.. and L. J. Savage. 1948. The utility analysis of choices involving risks. Journal of Political Economy 56: 279-304.

Gudono and Hartadi. 1998. Apakah Teori Prospek Tepat untuk Kasus Indonesia?: Sebuah Replikasi Penelitian Tversky dan Kahneman. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 1(1): 29-42.

Page 13: semak akun keprilakuan

Haryanto. 2000. Pengaruh Framing dan Jabatan Mengenai Informasi Investasi pada Keputusan Individu-Kelompok: Suatu Eksperimen Semu. Tesis Pasca Sarjana UGM

Hofstede, G. and M.H. Bond. 1988. The Confucius Connection: From Cultural Roots to Economic Growth. Organizational Dynamics. pp. 5-21

lsenberg, D .J., 1986. Group Polarization: A Critical Review and Meta-Analysis. Journal of Personality and Social Psychology (June): 1141-1151.

Kahneman, D. and A. Tversky. 1979. Prospect Theory: An Analysis of Decision Under Risk. Econometrica 47 (2): 263-291.

Kuhberger, A. 1998. The influence of framing on risky decisions: A meta-analysis. Organizational Behavior and Human Decision Processes 75: 23-55.

___________, 1995. The framing of decisions: A new look at old problems. Organizational Behaviour and Human Decision Processes 32: 230-240

Levin, I. P., S. L. Schneider, and G. J. Gaeth. 1998. All frames are not created equal: A typology and critical analysis of framing effects. Organizational Behavior and Human Decision Processes 76: 149-188.

Libby, R. and J. Luft. 1993. Determinant of Judgment Performance in Accounting Setting: Ability, Knowledge, Motivation, and Environment. Accounting Organization and Society: 425-450.

Li. S. 1998. Can the conditions governing the framing effect be determined? Journal of Economic Psychology 19: 133-153.

Reyna. V. F., and C. J. Brainerd. 1990. Fuzzy processing In transitivity development. Annual of Operations Research 23: 37-63.

__________., and C. J. Brainerd. 199la. Fuzzy-trace theory and framing effects In choice: Gist extraction, truncation, and conversion. Journal of Behavioral Decision Making 4: 249-262.

__________., and C. J. Brainerd. 199lb. Fuzzy-trace theory and children’s acquistion of mathematical and scientific concepts. Learning and Individual Differences 3: 27-59.

__________., and S. C. Ellis. 1994. Fuzzy-trace theory and framing effects in chlldrens risky decision making. Psychological Science 5:275-279.

__________., and C. J. Brainerd. 1995. Fuzzy-trace theory: An interim synthesis. Learning and Individual Differences 7:1-75.

Rutledge. R. W. and A.M. Harrell. 1994. The Impact of Responsibility and Framing of Budgetary Information on Group Shifts. Behavioral Research in Accounting. 6: 93-109.

_____________. 1995. The ability to moderate recency effects through framing of management accounting information. Journal of Managerial Issues VII: 27-40.

Schneider, S. L. 1992. Framing and conflict: Aspiration level contingency, the status quo, and current theories of risky choice. Journal of Experimental Psychology: Learning, Memory, and Cognition 18:1040-1057.

Seamon, John G., Luo, Chun R., Schwartz, Michael A., 2002. Repetition can have similar or different effects on accurate and false recognition. Journal of Memory and Language. Feb 2002

Sekaran, U. 2000. Research Methods for Business—A Skill Building Approach. Third Edition. John Wiley & Sons Inc.

Page 14: semak akun keprilakuan

Sickar, M.J., and S. Highhouse. 1998. Looking closer at the effects of framing on risky choice: An item response theory analysis. Organizational Behavior and Human Decision Processes 75: 75-91.

Tversky, A. and D. Kahneman. 1981. The Framing of Decision and The Psychology of Choice. Science Volume 211(30): 453-458.

Wallach, M. A., N. Kogan, and D. D. Bem, “Diffusion of Responsibility and Level of Risk Taking in Groups,” Journal of Abnormal and Social Psychology 69 11964), pp. 263—274.