Sekenario b Final

Embed Size (px)

Citation preview

I. Skenario A-28 week pregnant woman, 27 years old, G1P0A0 visited medical doctor for prenatal care. She had been suffering from hyperthyroid disease (Graves Disease) and got Prophyltiouracil 3x100 mg/day regularry since 2 years ago, but during pregnancy, she stopped consuming the medicine because she thought that the medicine will harm the fetus. The Woman complained palpitation and felt nervous and anxious. She also complained heat intolerance and fatigue. Physical Examination Vital Sign: BP HR RR Temp. Head Neck Chest Extremity : 130/80 mm/Hg, : 120 bpm, : 24x/minute, : 37,2oC : Exopthalmus (+) in both eyes : Diffuse enlargement in anterior neck : Tachycardia : Fine tremor at fingers

II. Klarifikasi Istilah 1. GPA: Gravitus 1 Partus 0 Abortus 0 = Kehamilan ke-1 = Belum pernah melahirkan = Belum pernah keguguran

2. Hyperthiroid disease : Keterikatan hipertiroidisme, tiroid dan 1

exopthalmus dengan denyut nadi cepat, keringat yang banyak, gejala saraf, gangguan psikis, badan semakin kurus dan peningkatan metabolisme basal 3. Prophyltiouracil : inhibitor thiroid yang digunakan dalam pengobatan hyperthiroidism 4. Palpitasi : Perasaan berdebar-debat atau denyut jantung tidak teratur, bersifat subyektif 5. Fine Tremor : Getaran/gigilan involunter yang ringan (tremor halus) 6. Exopthalmus : Precutio mata yang abnormal (perluasan melebihi batas yang biasanya/di atas permukaan sebuah bidang) 7. Heat Intolerance 8. Diffuse 9. Nervous 10. Anxious : Tidak tahan terhadap panas : Pembesaran yang batasnya tidak tegas : Gugup : Perasaan ketakutan tanpa stimulus yang jelas dikaitkan dengan perubahan fisiologis seperti tachycardia dan tremor. III. Identifikasi Masalah 1. Wanita 27 tahun dengan masa kehamilan 28 minggu GPA menderita hyperthiroid disease(Graves Disease) 2. Dia mendapat obat prophyltiouracil 3x100 mg per hari tetapi selama masa kehamilan dia berhenti mengonsumsi obat tersebut karena takut obat tersebut akan membahayakan janinnya. 3. Perempuan tersebut mengeluhkan palpitasi, merasa gugup dan cemas, intoleransi terhadap panas dan mudah lelah. 4. Pemeriksaan fisik

2

IV. Analisis Masalah 1. Apa dampak dari hyperthiroid terhadap kehamilannya? Selama hamil, kelenjar tiroid berproduksi 50 persen lebih banyak dibanding saat tidak hamil. Kelenjar tiroid yang terlalu aktif disebut Hipertiroidisme. Kondisi tersebut membuat kebutuhan kelenjar ini akan yodium pun meningkat. Karena itu jika asupan yodium tidak mencukupi, tiroid bisa membengkak, dan risiko hipertiroid pun meningkat. Dampak kondisi hipertiroid dapat memicu terjadinya: 1. Kelahiran prematur atau persalinan yang terpaksa harus dilakukan sebelum waktunya. 2. Preeklampsia, yaitu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan gejala hipertensi, edema, dan/atau proteinuria. 3. Berat badan bayi yang rendah atau lahir dalam kondisi meninggal dunia. 4. Peningkatan detak jantung abnormal pada janin. 5. Hipertiroidisme maternal takikardi fetal, lahir prematur, lahir dalam kondisi meninggal dunia, TSI (Tiroid Stimulating Immunoglobulins) meningkat tinggi. 6. Dapat menyebabkan hipertiroidisme fetal atau neonatal. 7. Terapi obat yang dapat melintasi plasenta berpotensi mengganggu fungsi tiroid fetus dan menyebabkan goiter fetal. Penyakit Graves adalah suatu penyakit autoimun di mana tubuh menghasilkan antibodi yang merangsang kelenjar tiroid. Mekanismenya, tubuh si ibu menghasilkan antibodi yang merangsang kelenjar tiroid, antibodi ini kemudian sampai ke janin dan turut merangsang kelenjar tiroid si janin. Ini harus dicegah dan diobati karena efek buruknya bisa saja terjadi lahir mati, keguguran atau kelahiran prematur. 3

2. Apakah ada hubungan antara usia ibu, dengan penyakit hyperthiroid yang dideritanya? (Epidemiologi + Faktor Risiko) Distribusi jenis kelamin dan umur pada penyakit hipertiroidi amat bervariasi dari berbagai klinik. Perbandingan wanita dan laki-laki yang didapat di RSUP Palembang adalah 3,1 : 1 di RSCM Jakarta adalah 6 : 1, di RS. Dr. Soetomo 8 : 1 dan di RSHS Bandung 10 :1.1 Sedangkan distribusi menumt umur di RSUP Palembang yang terbanyak adalah pada usia 21 - 30 tahuii (41,73%), ada juga sumber yang mengaatakan dibawah umur 40 tahun, tetapi menurut beberapa penulis lain puncaknya antara 3040 tahun. Dari data-data tersebut dapat disimpulkan bahwa wanita lebih banyak dari laki-laki dan jika ditinjau berdasarkan umur wanita tersebut menderita penyakit graves sejak berumur 25 tahun, merupakan umur yang mempunyai prevalensi yang cukup besar terkena penyakit grave (< 40 tahun).

3. Apa saja hormon-hormon yang terlibat pada masa kehamilan? Dan bagaimana mekanisme kerjanya? Hormone yang disekresi pada masa kehamilan yang mempengaruhi sekresi dari hormone thyroid diantaranya : 1. human chorionic gonadotropin (HCG) Normalnya menstruasi pada wanita yang tidak hamil terjadi dalam waktu kira-kira 14 hari setelah ovulasi, pada saat itu sebagian besar endometrium uterus terlepas dari uterus dan dikeluarkan. Bila hal ini terjadi setelah ovum diimplantasikan, kehamilan akan terhenti. Akan tetapi hal ini akan dicegah oleh sekresi human chorionic gonadotropin oleh jaringan embrionik dengan cara sebagai berikut:

4

a. Bersamaan dengan sel trofoblas dari sebuah ovum yang baru dibuahi, hormone human chorionic gonadotropin disekresi oleh sel-sel sinstial trofoblas ke cairan ibu. b. Sekresi hormone ini pertama kali dalam darah 8-9 hari setelah ovulasi, segera setelah blastokista berimplantasi di endometrium. c. Kemudian kecepatan sekresi meningkat dengan cepat dan mencapai kecepatan maksimum pada kira-kira 10-12 hari kehamilan dan menurun sampai kadar yang lebih rendah menjelang 16-20 minggu. Fungsi hormone human chorionic gonadotropin : a. Mencegah inovulasi korpus luteum pada akhir siklus bulanan wanita. b. Hormone ini menyebabkan korpus luteum meyekresi lebih banyak lagi hormone-hormone kelamin-estrogen dan progesterone untuk berapa bulan berikutnya. c. Mencegah menstruasi dan menyebabkan endometrium terus tumbuh dan menyimpan nutrisi dalam jumlah cukup besar dan tidak dibuang dalam darah menstruasi. d. Mengubah sel-sel menyerupai desidua berkembang dalam

endometrium selama siklus seksual wanita normal menjadi sel desidua sesungguhnya sangat membengkak dan banyak

mengandung nutrisi-kira-kira pada waktu blastokista berimplantasi. e. Efek pada testis janinmenimbulkan perangsangan sel-sel interstisial testis fetus pria sehingga mengakibatkan pembentukan testosteron pada fetus pria sampai lahir. Sekresi testosterone dalam jumlah sedikit ini menyebabkan tumbuhnya organ kelamin pria bukan wanita pada fetus. Pada akhir kehamilan testosterone yang

5

dihasilkan testis janin juga menyebabkan densensus testis kedalam skrotum. Dibawah pengaruh hormone human chorionic gonadotropin , korpus luteum didalam ovarium ibu tumbuh menjadi kira-kira dua kali dari ukuran awalnya menjelang satu bulan atau lebih setelah kehamilan dimulai, dan estrogen serta progesterone yang terus menerus disekresikan mempertahankan sifat asli desidua endometrium uterus, yang diperlukan untuk perkembangan janin. Bila korpus luteum dibuang sebelum minggu ke 7 maka akan terjadi abortus spontan, kadang sampai minggu ke 12. Setelah waktu ini plasenta akan menyeksresikan sejumlah progeteron dan estrogen yang cukup untuk

mempertahankan kehamilan selama sisa periode kehamilan. Korpus luteum akan mengalami involusi secara perlahan setelah kehamilan 13 sampai 17 minggu. HCG dapat meningkatkan kerja thyroid dan tingginya kadar HCG plasma dalam trimester pertama menyebabkan rendahnya kadar TSH kemudian kembali menjadi normal sepanjang kehamilan. 2. estrogen Estrogen pada wanita yang tidak hamil disekresikan dalam jumlah berarti hanya oleh ovarium, walau disekresi dalam jumlah kecil oleh korteks adrenal. Selama kehamilan, estrogen dalam jumlah besar juga disekresikan oleh plasenta. Estrogen yang disekresikan oleh plasenta tidak disintesis secara de novo dari zat-zat dasar dalam plasenta. Sebaliknya estrogen hampir seluruhnya dibentuk dari senyawa ateroid androgen, dihidroepiandrosteron dan 16-hidroksidehidroepiandrosteron, yang dibentuk oleh kelenjar adrenal ibu dan juga di kelenjar adrenal fetus. Androgen lemah ini kemudian ditranspor oleh darah ke plasenta dan diubah oleh sel-sel tropoblas menjadi estradiol, estron dan estriol. (kortek adrenal fetus sangat besar, 80% dari yang disebut zona fetus, yang fumgsi utamanya menyekresikan dihidroepiandrosteron selama kehamilan.) Selama kehamilan, jumlah estrogen yang sangat berlebihan menyebabkan:

6

a. Perbesaran uterus b. Perbesaran payudara dan pertumbuhan struktur duktus payudara ibu. c. Perbesaran genitalia externa wanita. d. Merelaksasi ligamentum pelvis, sehingga persendian sakroiliaka menjadi lentur dan simfisis pubis menjadi elastic. Perubahan ini akan memudahkan pasase fetus melalui jalan lahir. e. Beberapa alasan untuk mempercayai bahwa estrogen juga mempengaruhi aspek umum perkembangan fetus selama kehamilan, contohnya

mempengaruhi kecepatan reproduksi sel pada embrio awal. Estrogen meningkatkan jumlah protein pengikat hormone thyroid dalam serum yang meningkatkan kadar hormone thyiroid total dalam darah. Itu karena, 99% hormone thyroid dalam darah terikat dengan protein. 3. Progesteron Lagi ini Awalnya disekresikan oleh korpus luteum,dan kemudian oleh placenta.ini merangsang perkembangan kelenjar susu,dan juga menhambat sekresi

prolaktin(dalam rangka untuk menghentikan menyusui) dan juga menghambat FSH dan LH,ini merengsang aktifitas pertumbuhan dan kelenjar rahim.hal ini penting untuk implantasi yang sukses dan pemeliharaan endometrium untuk mensekresikan nutrisi diambil oleh embrio berkembang dan menekan sistem kekebalan slightl ibu sehingga janin tidak ditolak,sebagai hormon steroid,Itu akan dipindahkan kejanin dan digunakan oleh janin untuk produksi hormon janin oleh adrenal janin.hal ini juga quitens kontraksi otot rahim untuk mencegah pengusiran prematur janin menyebabkan kelenjar susu untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan mereka untuk menghasilkan susu. 4. plasenta laktogen

hormon dibuat dalam plasenta yang memberikan prioritas janin atas glukosa ibu dan asam lemak.Juga dikenal sebagai Human Chorionic Somatomammotrophin. 7

5. Prolaktin disekresikan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis ibu, adalah penting untuk ekspresi estrogen dan progesteron pada kelenjar susu. Karena itu, estrogen (dan progesteron) menghambat laktasi sampai kelahiran..Ketika tingkat Estrogen dan Progesteron kemudian menurun setelah melahirkan, prolaktin dapat memberi efek secara penuh dan menyusui dapat terjadi. 6. Relaksin Penyebab relaksasi ligamen, melembutkan leher rahim dan menghambat kontraksi otot.

4. Bagaimana fisiologi hormon thyroid pada kehamilan? Fungsi Tiroid pada Janin Sistem hipotalamus-hipofisis janin berkembang dan berfungsi secara lengkap bebas dari fungsi ibu. Pada kehamilan 11 minggu, sistem porta hipofiseal telah berkembang, dan ditemukan adanya TSH dan TRH yang terukur. Pada sekitar waktu yang bersamaan, tiroid janin mulai menangkap iodin. Namun sekresi hormon tiroid kemungkinan dimulai pada pertengahan kehamilan (18-20 minggu). TSH meningkat dengan cepat hingga kadar puncak pada 24-28 minggu, dan kadar T4 memuncak pada 35-40 minggu. Kadar T3 tetap rendah selama kehamilan; T4 diubah menjadi rT3 oleh deiodinase-5 tipe 3 selama perkembangan janin. Pada saat lahir, terdapat peningkatan mendadak yang nyata dari TSH, suatu peningkatan T4, suatu peningkatan T3, dan suatu penurunan rT3 (lihat Bab 13), parameter ini secara berangsur-angsur kembali normal dalam bulan pertama kehidupan.

Fungsi Tiroid pada Kehamilan Perubahan mencolok dalam paramater tiroid selama kehamilan adalah peningkatan dari TBG dengan akibat meningkatnya T4 total dan T3 total pada serum. Peningkatan TBG disebabkan oleh glikosilasi hepar akibat-estrogen dari 8

TBG dengan Nasetilglukosamin, yang memperpanjang kecepatan bersihan metabolik TBG. Biasanya tidak terdapat perubahan dalam prealbumin pengikat tiroksin dan sedikit perubahan pada albumin. Walaupun T4 dan T3 total meningkat, keseimbangan yang baru timbul antara tironin bebas dan terikat, dan kadar T4 bebas dan T3 bebas normal. Perubahan lain pada kehamilan termasuk suatu peningkatan bersihan iodida, yang pada daerah dengan asupan iodin yang rendah, dapat menyebabkan suatu penurunan T4, suatu kenaikan TSH, dan pembesaran tiroid. hCG, yang mencapai puncak mendekati akhir dari trimester pertama, mempunyai aktivitas agonis TSH yang lemah dan dapat merupakan 24 penyebab dari pembesaran tiroid yang ringan yang terjadi pada saat tersebut. Ibu melintasi plasenta dan mensuplai kebutuhan janin; dalam jumlah yang besar, I dapat menghambat fungsi tiroid janin. TSH-R Ab[stim] dan TSH-R Ab[blok] ibu juga dapat melintasi plasenta dan dapat merupakan penyebab dari gangguan fungsi tiroid pada janin. Seperti dijelaskan di atas, sebagian besar T3 dan T4 ibu diiodinisasi oleh deiodinase-5 plasental tipe 3 dan tidak mencapai janin. Namun, obat-obatan antitiroid seperti propiltiourasil dan metimazol melintasi plasenta dan dalam dosis yang besar akan menghambat fungsi tiroid janin

5. Apakah keadaan hiperthiroidisme berpengaruh terhadap fertilisasi seorang wanita? Pasien penyakit Grave cenderung mengalami remisi pada waktu hamil dan eksaserbasi pada masa pasca persalinan. Kehamilan merupakan suatu bentuk alograf jaringan asing yang dapat berkembang tanpa penolakan tubuh. Keadaan seperti ini dapat berlangsung karena pada proses kehamilan baik imunitas humoral maupun imunitas selular ditekan. Antibodi antitiroid pada penyakit grave biasanya menurun selama kehamilan. Fungsi sel T supresor janin meningkat mencegah penolakan ibu dan juga akan menurun intensitas penyakit grave untuk sementara

9

6. Apa etiologi dari Graves Disease? Etiologi: Penyakit ini merupakan penyakit autoimun yang ditimbulkan oleh adanya reaksi beberapa autoantibody terhadap reseptor tirotropin (TSH). Autoantibodi tersebut dapat disebabkan oleh: 1. Autoantibodi terhadap reseptor TSH atau thyroid stimulating immunoglobulin (TSI) 2. Thyroid-growth-stimulating immunoglobulin (TGI) 3. TSH-binding inhibitor immunoglobulin (TBII) Proses autoimun didalam kelenjar tiroid melalui 2 cara: Antibodi yang terbentuk berasal dari tempat yang jauh(diluar kelenjar tiroid)karenapengaruh antigen tiroid spesifik sehingga terjadi imunitas humoral. Zat-zat imun dilepaskan oleh sel-sel folikel kelenjar tiroid itu sendiri yang menimbulkan Imunita seluler.Antibodi ini bersifat spesifik yang disebut juga Thyroid Stimulating Autoantibodies (TSAb),serta stimulator lain seperti LATS(Long Acting Thyroid Stimulator),LATS-P(Long Acting Thyroid

Stimulator protector),HTS(Human thyroid Stimulator) yang berikatan dgn reseptor TSH yang terdapat pada membrane sel folikel kelenjar tiroid sehingga merangsang fungsi kelenjar tiroid dan biosintesis hormone tiroid sehingga menyebabkan tirotoksikosis. Beberapa faktor yang mendorong respon imun pada penyakit graves ialah : 1. Kehamilan. 2. Kelebihan iodida, khusus di daerah defisiensi iodida. Dimana kekurangan iodida dapat menutupi penyakit graves laten pada saat pemeriksaan. 3. Infeksi bakterial atau viral.

10

4.Diduga stress dapat mencetus suatu episode penyakit graves, tapi tidak ada bukti yang mendukung.

7. Bagaimana manifestasi klinis dari Graves Disease? Jawab: Goiter simetris difus dengan bruit Eksoftalmos, proptosis Kemosis Retraksi kelopak mata Mata berair Ulserasi kornea Diplopia dan oftalmoplegia Papiledema, ketajaman penglihatan berkurang Akropachi tiroid (jari tabuh) Miksedema local (terutama pretibial)

8. Bagaimana patogenesis dari Graves Disease? Pada penyakit Graves, limfosit T mengalami perangsangan terhadap antigen yang berada didalam kelenjar tiroid yang selanjutnya akan merangsang limfosit B untuk mensintesis antibodi terhadap antigen tersebut. Antibodi yang disintesis akan bereaksi dengan reseptor TSH didalam membran sel tiroid sehingga akan merangsang pertumbuhan dan fungsi sel tiroid, dikenal dengan TSH-R antibody. Adanya antibodi didalam sirkulasi darah mempunyai korelasi yang erat dengan aktivitas dan kekambuhan penyakit. Mekanisme otoimunitas merupakan faktor penting dalam patogenesis terjadinya hipertiroidisme, oftalmopati, dan dermopati pada penyakit Graves.

11

Sampai saat ini dikenal ada 3 autoantigen utama terhadap kelenjar tiroid yaitu tiroglobulin (Tg), thyroidal peroxidase (TPO) dan reseptor TSH (TSH-R). Sel-sel tiroid mempunyai kemampuan bereaksi dengan antigen diatas dan bila terangsang oleh pengaruh sitokin (seperti interferon gamma) akan

mengekspresikan molekul-molekul permukaan sel kelas II (MHC kelas II, seperti DR4) untuk mempresentasikan antigen pada limfosit T.3

Autoimun

Reaksi antibodi IgG/TSI dg reseptor TSH

Merangsang adenilat siklase kadar cAMP

Poliferasi kel tiroid produksi tiroksin

Merangsang fungsi kel tiroid

Tirotoksikosis

Faktor-faktor: Faktor genetik berperan penting dalam proses otoimun, antara lain HLAB8 dan HLA-DR3 pada ras Kaukasus, HLA-Bw46 dan HLA-B5 pada ras Cina,dll Faktor lingkungan juga ikut berperan dalam patogenesis penyakit tiroid otoimun seperti penyakit Graves. Virus yang menginfeksi sel-sel tiroid manusia akan merangsang ekspresi DR4 pada permukaan sel-sel folikel tiroid, diduga sebagai akibat pengaruh sitokin (terutama interferon alfa). Faktor infeksi, basil gram negatif Yersinia enterocolitica, yang menyebabkan enterocolitis kronis, diduga mempunyai reaksi silang dengan otoantigen kelenjar tiroid. Antibodi terhadap Yersinia

enterocolitica terbukti dapat bereaksi silang dengan TSH-R antibody pada membran sel tiroid yang dapat mencetuskan episode akut penyakit Graves.

12

Asupan yodium yang tinggi dapat meningkatkan kadar iodinated immunoglobulin yang bersifat lebih imunogenik sehingga meningkatkan kecenderungan untuk terjadinya penyakit tiroid otoimun.

Dosis terapeutik dari lithium yang sering digunakan dalam pengobatan psikosa manik depresif, dapat pula mempengaruhi fungsi sel limfosit T suppressor sehingga dapat menimbulkan penyakit tiroid otoimun.

Faktor stres juga diduga dapat mencetuskan episode akut penyakit Graves, namun sampai saat ini belum ada hipotesis yang memperkuat dugaan tersebut.

9. Bagaimana patofisiologi dari Graves Disease? Hipertiroid adalah suatu keadaan klinik yang ditimbulkan oleh sekresi berlebihan dari hormon tiroid yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Didapatkan pula peningkatan produksi triiodotironin (T3) sebagai hasil meningkatnya konversi tiroksin (T4) di jaringan perifer. Dalam keadaan normal hormon tiroid berpengaruh terhadap

metabolisme jaringan, proses oksidasi jaringan, proses pertumbuhan dan sintesa protein. Hormon-hormon tiroid ini berpengaruh terhadap semua sel-sel dalam tubuh melalui mekanisme transport asam amino dan elektrolit dari cairan ekstraseluler kedalam sel, aktivasi/sintesa protein enzim dalam sel dan peningkatan proses-proses intraseluler.

13

Mekanisme kelelahan

Mekanisme cemas, gugup, dan tremor Hormon tiroid Meningkatkan inaktivasi hormone glukokortikoid adrenal oleh hati Mekanisme umpan balik Terjadi produksi hormone adrenokortikotropik oleh hipofisis anteriaor Kecepatan sekresi glukokortikoid oleh adrenal Sekresi norepineprin dan epineprin Rangsangan simpatis Timbul rasa cemas dan gugup, tremor ( denyut jantung)

Mekanisme palpitation Hipertiroidisme Peningkatan aktivasi system saraf simpatis Peningkatan proliferasi reseptor spesifik katekolamin pd sel target ( reseptor edrenergik di otot jantung, otot rangka, jaringan adiposa ) 14

Peningkatan kepekaan sel target terhadap katekolamin Peningkatan aktivasi reseptor adrenergik peningkatan CO, eksitabilitas & frekuensi denyut jantung

Palpitasi

10. Bagaimana farmakokinetik dan farmakodinamik pada prophyltiouracil? - Farmakokinetik PTU diabsorpsi dengan cepat, dan mencapai Kadar puncak dalam serum setelah 1 jam. Bioavailibilitas obat ini sebesar 50-80% dapat disebabkan oleh absorbsinya tidak sempurna oleh efek first-pass yang besar di hati. Volume distrbusi mendekati total air dalam tubuh dengan akumulasi di kelenjar tiroid. Sebagian besar PTU yang memasuki tubuh akan diekskresikan oleh ginajl dalam waktu 24 jam berupa glukuronida yang tidak aktif. Waktu paruh PTU dalam plasma pendek yaitu sekitar 1,5 jam. Pemberian PTU dengan frekuensi setiap 68jam dengan dosis tunggal sebesar 100mg dapat menghambat organifikasi iodine sebanyak 60% selama 7 hari.. PTU memiliki ikatan protein yang lebih kuat sehingga tidak mudah melintasi plasenta. - Farmakodinamik Kerja utamanya adalah dengan mencegah sintesis hormone tiroid dengan menghambat reaksi yang dikatalisis peroksidase tiroid dan dengan menghambat organifikasi iodine. Obat ini juga menghambat penggabungan iodotirosin. PTU menghambat deiodinasi T4 dan T3 di perifer. Karena pengaruh pada sintesis hormone lebih kuat disbanding pengaruh pelepasan hormone, mula kerja obat ini lambat dan sering memerlukan waktu 3-4 minggu sebelum simpanan T4 habis.

15

11. Bagaimana

indikasi,

kontraindikasi,

dan

efek

samping

dari

prophyltiouracil? Prophylthiouracil cukup kuat terikat pada protein, sehingga tidak mudah menembus placenta. Obat ini digunakan pada tiga bulan pertama kehamilan dan tidak dianjurkan digunakan pada 6 bulan terakhir kehamilan. Efek samping yang lazim terjadi adalah ruam prurutik maskulopapular yang kadang disertai demam. Efek samping yang jarang terjadi dapat berupa hepatitis, limfadenopati, hipoprotrombinemia, ikterus kolestatik, atralgia, vaskulitis, ruam urtikarial, dll.

12. Apakah tepat penghentian konsumsi obat prophyltiouracil? Tidak, karena pada wanita hamil, penggunaan propiltriurasil lebih aman dan lebih dianjurkan dibandingkan dengan obat-obatan yang lain karena lebih sedikit obat yang sampai ke janin, dengan syarat dosisnya diturunkan ataupun dikurangi. Dan apabila pengobatan hypertiroid dihentikan dampak, pada fetus akan lebih buruk, dibandingkan dengan mengkonsumsi propiltriurasil meskipun ada efek sampingnya seperti dapat menghambat sintesa hormone tiroid sehingga menyebabkan hipotiroid pada janin dan struma pada bayi, tetapi hal ini jarang terjadi.

13. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik? BP :130/80 mmHg Prehipertensi o Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik o Normal< 120 mmHg (dan) < 80 mmHg o Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg o Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg

16

o Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHgHR : 120 bpm RR : 24x/minutes normal Temp :37,2C normal Head : exopthalmus (+) in both eyes abnormal Neck : Diffuse enlargement in anterior neck abnormal

Chest : Tachyardia abnormal Extremity : fine tremor at finger abnormal

14. Bagaimana mekanisme abnormalitas pemeriksaan fisik? Mekanisme diffuse enlargement Auto imunitas jar. Tiroid pelepasan I g yang berikatan dengan reseptor TSH (TSI) aktivasi terus menerus cAMP sel-sel tiroid mengalami hiperplasia diffuse enlargment Exopthalmus Hingga saat ini peneliti belum mengetahui secara pasti, tetapi menurut hipotesis sementara: Tersensitasinya Ab sitotoksik terhadap autoantigen TSH-R pada fibroblast orbita, otot orbita, dan jaringan tiroid Tc akan menghasilkan sitokin-sitokin yang menyebabkan: Inflamasi fibroblast orbita, orbital myositis, diplopia, dan proptosis12 autoantibodi Self antigen pada jar. orbita dan otot-otot orbita

Reaksi autoimun

Infiltrasi limfosit, sel mast, sel plasma

17

inflamasi

Pembengkakan jaringan retro orbita

exophtalmus Respon inflamasi yang terjadi akibat adanya antigen dan antibody menimbulkan infiltrasi makrofag dan limfosit pada jaringan orbita dan otot-otot ekstraokular produksi sitokin dan gikosaminoglikan peningkatan tekanan osmotik volume otot ekstraokular & akumulasi cairan peningkatan volume jaringan retrobulbar exopthalmus Mengapa ibu itu gugup dan gelisah ? Hipertiroid merangsang sekresi epinefrin Plasma katekolamin meningkat Terjadi gangguan pada reseptor katekolamin Sensitivitasnya bekurang di sistem saraf Adrenergic Tejadi beberapa abnormalitas selular structural dan perubahan mekanisme regulatorinya/pengaturnya Komponen-komponen biologis yang memproduksi anxiety meningkat Anxiety dan nervous Mengapa fatigue ? Kehamilan dimana asupan makanan sebagian besar diberikan pada fetus menyebabkan ibu mendapat bagian sedikit (kurang asupan bagi tubuh ibu), dan diperparah dengan hypermetabolism dan aktivitas adrenergic yang

18

tinggi menyebabkan cepatnya deplesi cadangan energi, air dan ion-ion tubuh Mengapa tremor ? Peningkatan kadar hormon tiroidmeningkatkan pelepasan dari katekolaminpeningkatan kadar katekolamin plasma meningkatpeningkatan sensitivitas Beta Adrenergik reseptordilatasi arteri ke otot skeletalaliran O2 meningkat ke otottonus otot meningkatfine tremor Mengapa tachicardia ? Hormon tiroid meningkat meningkatkan pelepasan dari katekolamin kadar katekolamin plasma meningkat peningkatan sensitibilitas BetaAdrenergik reseptor terhadap katekolamin peningkatan aktivitas dari jantung tachicardia

15. Apa saja pemeriksaan penunjang pada kasus ini? Pemeriksaan laboratorium a. T4 dan T3 meningkat b. RAIU (Radioactive Iodine Uptake) tidak boleh pada ibu hamil c. FT4 (free T4) meningkat d. RT3 (Reverse T3) Uptake e. TSH menurun

19

1. Apabila TSH rendah, T4 rendah T3 normal: subklinik, atau T3 toxicosis 2. TSH rendah, T4 tinggi hipertiroid primer 3. TSH tinggi kemungkinan mengalami secondary hiperthyroid f. Antibody tiroid (antitiroid globulin dan antibody antimikrosomal), apabila meningkat Graves Disease g. Pemeriksaan PBI (Plasma Bound Protein) dalam serum Normal 4-8 g/100ml Pada hipertiroidisme PBI h. Kadar Kolesterol dalam serum Pada hipertiroid kadar kolesterol dan ester i. Pemeriksaan BMR Normal -20 sampai +20%. Pada hipertiroid, BMR meningkat kecepatam metabolism basal biasanya meningkat 60-100%. Untuk menilai fungsi tiroid dilakukan pemeriksaan: 1. TSH serum (biasanya menurun) 2. T3, T4 (biasanya meningkat) Tes tambahan: 1. test darah hormone tiroid 2. X-ray scan untuk mendeteksi adanya tumor 3. CAT scan untuk mendeteksi danya tumor 4. MRI scan untuk mendeteksi adanya tumor

20

Konsentrasi TSH di dalam plasma diukur dengan radioimunologik. Pada tipe tirotoksis yang biasa, sekresi TSH oleh hipofisis anterior sangat ditekan secra mnyeluruh oleh sejumlah tiroksin dan triiodotironin yang sedang bersikulasi sehingga hampir tidak ditemukanTSH dalam plasma. Konsentrasi TSI diukur dengan radioiumunologik. TSI normalnya tinggi pada tipe tirotoksikosis yang biasa tetapi rendah pada adenoma tiroid.

16. Bagaimana penatalaksanaan kasus ini? a. Terapi dengan obat antitiroid

Farmakokinetik: Propiltiurasil diabsorbsi dengan cepat, ,mencapai kadar puncak setelah 1 jam. Bioavabilitas sebesar 50-80% dapat disebabkan oleh absobsinya yang tidak sempurna atau oleh efek first-pass yang besar dalam hati. Volume distribusi mendekati total air dalam tubuh dengan akumulasi dalam kelenjar tiroid. Sebagian besar dari dosis propiltiurasil yang masuk tubuh diekskresikan oleh ginjal dalam waktu 24 jam sebagai glukoronid yang tidak aktif. Sebaliknya metimazol diabsorbsi secara sempurna tetapi kecepatannya dpaat bervariasi. Metimazol diakumulasikan dengan mudah oleh kelenjar tiroid dan mempunyai volume distribusi serupa dengan propiltiurasil. Metimazole diekresikan lebih lambat dibandingkan dengan propiltiurasil, dan sebanyak 6075% ditemukan kembali dalam urin dalam waktu 24 jam. (Waktu paruh plasma yang pendek dari obat-obat ini 1 jam untuk propiltiurasil dan 6 jam untuk metimetazol) tidak banyak berpengaruh pada masa kerja antitiroid atau interval dosis karena kedua obat ini diakumulasi oleh kelenjar tiroid. Cara pemberian propiltiurasil dengan frekuensi setiap 6 jam beralasan karena dosis tunggal 100-150 mg, setelah 4-8 minggu kemudian dilanjutkan dengan menurunkan dosis secara perlahan samapi tingkat 50-150 mg sekali sehari, dapat menghambat 60% organifikasi yodium selama 7 hari. Karena dosis 21

tunggal 30 mg metimazole memperlihatkan efek antitiroid selama lebih dari 24 jam, maka pemberian dengan dosis tunggal setiap hari cukup efektif untuk piatalaksanaan hipertiroidisme ringan sampai sedang. Kedua obat ini melintasi sawar palsenta dan diakumulasikan oleh tiroid janin, sehingga harus berhati-hati dalam penggunaan obat ini pada ibu hamil. Untuk ibu hamil, propiltiurasil lebih baik daripada metimazole dan lebih dianjurkan karena proteinnya kuat dan karena tidak banyak yang melintasi

plasenta. Tambahan lagi, propiltiurasil tidak disekresi dalam jumlah cukup ke dalam air susu ibu yang akan ditelan oleh bayi. Farmakodinamik: Kerja utama obat ini adalah untuk mencegah sintesis hormone dengan menghambat reaksi katalisisperoksidase tiroid untuk menghambat organifikasi yodium. Tambahan lagi, obat ini menghambat penggabungan ioditirosin. Obat ini menghambat ambilan iodida oleh kelenjar. Propiltiurasil dalam tingkat yang lebih rendah menghambat deiodinasi T4 dan T3 di perifer. Karena pengaruh pada sintesis hormone lebih kuat dari pada pembebasan hormone, mula kerja obat ini lambat, sering memrlukan waktu 3-4 minggu sebelum simpanan T4 dihabiskan. b. Tiroidektomi Merupakan pengobatan terpilih untuk pasien dengan pembesaran kelenjar tiroid atau goiter multinodular. Pasien ini diobati lebih dulu dengan obatobat antitiroid sampai tercapai keadaan eutiroid (kira-kira 6 minggu). Sebagai tambahan, untuk selama 2 minggu sebelum pembedahan, pasien diberi larutan jenuh iodide, 2 x sehari 5 tetes, untuk mengurangi vaskularitas kelenjar dan menyederhanakan pembedahan.

c.

Yodium Radioaktif

22

Merupakan isotop yang hanya digunakan untuk pengobatan tirotoksikosis. Pemberian peroral terdapat dalam larutan sebagai natrium, absorbsinya cepat, dikonsentrasikan oleh tiroid, dan di inkorporasikan kedalam tempat-tempat sipanan di folikel. Efek teurapetiknya bergantung pada emisi sinar beta dengan paruh waktu efektif 5 hari dan kisaran penetrasi 400-200 m. beberapa minggu setelah pemberian, terjadi penghancuran parenkim tiroid yang dibuktikan dengan pembengkakan dan nekrosis, pecahnya folikel, edema, dan infiltrasi leukosit. Keuntungan dari radioiodine ini meliputi pemakaian yang mudah, efektif, harga tidak mahal, dan bebas dari rasa nyeri. Rasa takut akan terjadinya kerusakan genetic akibat diinduksi oleh radiasi, leukemia, dan tumor ganas telah menyebabkan beberapa klinik membatasi penggunaan radioiodine dalam pengobatan hipertiroidisme pada orang dewasa di atas umur tertentu, misalnya umur 40 tahun. Iodin radiokatif tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau ibu menyusui, karena obet ini dapat melintasi plasenta dan diekresikan ke dalam air susu ibu. Komplikasi utama dari terapi radioiodin adalah hipotiroidisme, yang ditemukan pada sekitar lebih dari 80% dari pasien. Selain pengobatan medikamentosa: 1) Istirahat. Hal ini diperlukan agar hipermetabolisme pada penderita tidak makin meningkat. Penderita dianjurkan tidak melakukan pekerjaan yang melelahkan/mengganggu pikiran balk di rmah atau di tempat bekerja. Dalam keadaan berat dianjurkan bed rest total di Rumah Sakit. 2) Diet. Diet harus tinggi kalori, protein, multivitamin serta mineral. Hal ini antara lain karena : terjadinya peningkatan metabolisme, keseimbangan nitrogen yang negatif dan keseimbangan kalsium yang negatif.

23

17. Bagaimana komplikasi kasus ini? Penyakit jantung tiroid (PJT) . Diagnosis ditegakkan bila terdapat tanda-tanda dekompensasi jantung (sesak, edem dll), hipertiroid dan pada pemeriksaan EKG maupun fisik didapatkan adanya atrium fibrilasi. curah jantung (cardiac output) meningkat terjadilah gagal jantung yang termasuk dalam jenis Hight Output failure Krisis Tiroid (Thyroid Storm). Merupakan suatu keadaan akut berat yang dialami oleh penderita tiritoksikosis (life-threatening severity). Biasanya dipicu oleh faktor stress (infeksi berat, operasi dll). Gejala klinik yang khas adalah hiperpireksia, mengamuk dan tanda tandatanda hipertiroid berat yang terjadi secara tiba-tiba Periodic paralysis thyrotocsicosis ( PPT) Terjadinya kelumpuhan secara tiba-tiba pada penderita hipertiroid dan biasanya hanya bersifat sementara. Dasar terjadinya komplikasi ini adalah adanya hipokalemi akibat kalium terlalu banyak masuk kedalam sel otot. Itulah sebabnya keluhan PPT umumnya terjadi setelah penderita makan (karbohidrat), oleh karena glukosa akan dimasukkan kedalam selh oleh insulin bersama-sama dengan kalium (K channel ATP-ase). Komplikasi akibat pengobatan. Komplikasi ini biasanya akibat overtreatment (hipotiroidisme) dan akibat efek samping obat (agranulositosi, hepatotoksik). Hiperkalsemia dan nefrokalsinosis Kelahiran premature atau kematian intra uterine jira tidak terkontrol Gagal tumbuh janin Preeklamplasia pada kehamilan Kegagalan jantung kongestif dan tirotoksikosis pada neonatos Agrunolisitosis akibat OAT Exophtalmus berat

24

Peningkatan risiko osteoporosis pada ibu Pada pria dapat mengakibatkan penurunan libido, impotensi, berkurangnya jumlah sperma, dan ginekomastia.

18. Bagaimana prognosis kasus ini? Jawab: Hipertiroidisme pada umumnya prognosis baik, jarang sekali berakibat fatal jika kausal ditangani dengan baik. Pada banyak pasien, oftalmopati bisa sembuh sendiri dan tidak memerlukan pengobatan selanjutnya. Tetapi pada kasus yang berat hingga ada bahaya kehilangan penglihatan, perlu diberikan pengobatan glukokortikoid disis tinggi disertai tindakan dekompresi orbita untuk menyelamatkan mata tersebut. Pasien yang menjalani RAI 40-70% mengalami hipotiroidisme dalam 10 tahun mendatang. Hipertiroidisme bisa menjadi hipotiroidisme bila tidak dipantau kadar hormone tiroid pada ibu, obat-obat antitiroid bisa melewati plasenta dan menyebabkan gangguan pembentukan hormone tiroid pada janin, janin bisa menjadi hipotiroidisme sampai kretinisme.

19. Bagaimana tindakan preventif pada kasus ini? Primer

Tujuannya untuk menghindari diri dari faktor resiko. 1. Berikan edukasi 2. Konsumsi makanan sumber iodium (ikan laut, garam beryodium) 3. Iodisasi air minum untuk wilayah dengan resiko tinggi 4. Berikan kapsul minyak beriodium pada penduduk di daerah endemik berat dan sedang

25

Sekunder Deteksi dini penyakit Upayakan orang yang sakit agar sembuh Hambat progresivitas penyakit Tersier

Tujuannya untuk mengembalikan fungsi mental, fisik, dan sosial penderita setelah proses penyakitnya dihentikan. Kontrol berkala untuk memastikan dan mendeteksi adanya

kekambuhan/penyebaran Lakukan rehabilitasi dengan membuat penderita lebih percaya diri, fisik sehat bugar dan keluarga serta masyarakat daopet menerima kehadirannya melalui fisioterapi Menekan munculnya komplikasi dan kecacatan

20. Apa Kompetensi Dokter Umum pada kasus ini? Tingkat Kemampuan 3 3a. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan- pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (bukan kasus gawat darurat). V. Hipothesis Ibu, 27 tahun dengan masa kehamilan 28 minggu mengalami kekambuhan Graves Disease karena penghentian konsumsi obat (PTU) selama kehamilan.

26

VI.Kerangka Konsep

Wanita(Menderita Graves Disease) 27 tahun, hamil 28 minggu, berhenti mengonsumsi PTU

Hamil (hCG dan Estrogen)

Hipertiroid Semakin Berat

Palpitasi

Tachycardia

Fine Tremor

Exopthalmus

Diffuse Enlargement y

27

VII. Learning Issues A. Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Tiroid ANATOMI TIROID

Kelenjar tiroid merupakan kelenjar berwarna merah kecoklatan dan sangat vascular. Terletak di anterior cartilago thyroidea di bawah laring setinggi vertebra cervicalis 5 sampai vertebra thorakalis 1. Kelenjar ini terselubungi lapisan pretracheal dari fascia cervicalis dan terdiri atas 2 lobus, lobus dextra dan sinistra, yang dihubungkan oleh isthmus. Beratnya kira2 25 gr tetapi bervariasi pada tiap individu. Kelenjar tiroid sedikit lebih berat pada wanita terutama saat menstruasi dan hamil. Lobus kelenjar tiroid seperti kerucut. Ujung apikalnya menyimpang ke lateral ke garis oblique pada lamina cartilago thyroidea dan basisnya setinggi cartilago trachea 4-5. Setiap lobus berukutan 5x3x2 cm Isthmus menghubungkan bagian bawah kedua lobus, walaupun terkadang pada beberapa orang tidak ada. Panjang dan lebarnya kira2 1,25 cm dan biasanya anterior dari cartilgo trachea walaupun terkadang lebih tinggi atau rendah karena kedudukan dan ukurannya berubah. Vaskularisasi

28

Kelenjar tiroid disuplai oleh arteri tiroid superior, inferior, dan terkadang juga arteri tiroidea ima dari a. brachiocephalica atau cabang aorta. Arterinya banyak dan cabangnya beranastomose pada permukaan dan dalam kelenjar, baik ipsilateral maupun kontralateral.

a. tiroid superior menembus fascia tiroid dan kemudian bercabang menjadi cabang anterior dan posterior. Cabang anterior mensuplai permukaan anterior kelenjar dan cabang posterior mensuplai permukaan lateral dan medial. a. tiroid inferior mensupali basis kelenjar dan bercabang ke superior (ascenden) dan inferior yang mensuplai permukaan inferior dan posterior kelenjar. Sistem venanya berasal dari pleksus perifolikular yang menyatu di permukaan membentuk vena tiroidea superior, lateral dan inferior. Sistem Limfatik Pembuluh limfe tiroid terhubung dengan plexus tracheal dan menjalar sampai nodus prelaringeal di atas isthmus tiroid dan ke nodus pretracheal serta paratracheal. Beberapa bahkan juga mengalir ke nodus brachiocephal yang terhubung dengan tymus pada mediastinum superior. Innervasi Kelenjar tiroid diinnervasi oleh superior, middle, dan inferior cervical symphathetic ganglia FISIOLOGI TIROID Hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid memiliki dua buah lobus, dihubungkan oleh isthmus, terletak di kartilago krokoidea di leher pada cincin trakea ke dua dan tiga. Kelenjar tiroid berfungsi untuk pertumbuhan dan mempercepat metabolisme. Kelenjar tiroid menghasilkan dua hormon yang penting yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Karakteristik triioditironin adalah berjumlah lebih sedikit dalam serum karena reseptornya lebih sedikit dalam protein pengikat plasma di serum tetapi ia lebih kuat karena memiliki banyak resptor pada jaringan. Tiroksin memiliki banyak reseptor pada protein

29

pengikat plasma di serum yang mengakibatkan banyaknya jumlah hormon ini di serum, tetapi ia kurang kuat berikatan pada jaringan karena jumlah reseptornya sedikit. (Guyton. 1997) Proses pembentukan hormon tiroid adalah: 1) Proses penjeratan ion iodida dengan mekanisme pompa iodida. Pompa ini dapat memekatkan iodida kira-kira 30 kali konsentrasinya di dalam darah; 2) Proses pembentukan tiroglobulin. Tiroglobulin adalah glikoprotein besar yang nantinya akan mensekresi hormon tiroid; 3) Proses pengoksidasian ion iodida menjadi iodium. Proses ini dibantu oleh enzim peroksidase dan hidrogen peroksidase. 4) Proses iodinasi asam amino tirosin. Pada proses ini iodium (I) akan menggantikan hidrogen (H) pada cincin benzena tirosin. Hal ini dapat terjadi karena afinitas iodium terhadap oksigen (O) pada cincin benzena lebih besar daripada hidrogen. Proses ini dibantu oleh enzim iodinase agar lebih cepat. 5) Proses organifikasi tiroid. Pada proses ini tirosin yang sudah teriodinasi (jika teriodinasi oleh satu unsur I dinamakan monoiodotirosin dan jika dua unsur I menjadi diiodotirosin) 6) Proses coupling (penggandengan tirosin yang sudah teriodinasi). Jika monoiodotirosin bergabung dengan diiodotirosin maka akan menjadi triiodotironin. Jika dua diiodotirosin bergabung akan menjadi tetraiodotironin atau yang lebih sering disebut tiroksin. Hormon tiroid tidak larut dalam air jadi untuk diedarkan dalam darah harus dibungkus oleh senyawa lain, dalam hal ini tiroglobulin. Tiroglobulin ini juga sering disebut protein pengikat plasma. Ikatan protein pengikat plasma dengan hormon tiroid terutama tiroksin sangat kuat jadi tiroksin lama keluar dari protein ini. Sedangkan triiodotironin lebih mudah dilepas karena ikatannya lebih lemah. (Guyton. 1997)

30

PENGATURAN HORMON TIROID - RANTAI KOMANDO Tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari. Pada gilirannya, pituitari diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar dalam darah (suatu efek umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari) dan sebagian oleh kelenjar lain yang disebut hipothalamus, juga suatu bagian dari otak. Hipothalamus melepaskan suatu hormon yang disebut thyrotropin releasing hormone (TRH), yang mengirim sebuah signal ke pituitari untuk melepaskan thyroid stimulating hormone (TSH). Pada gilirannya, TSH mengirim sebuah signal ke tiroid untuk melepas hormon-hormon tiroid. Jika aktivitas yang berlebihan dari yang mana saja dari tiga kelenjar-kelenjar ini terjadi, suatu jumlah hormon-hormon tiroid yang berlebihan dapat dihasilkan, dengan demikian berakibat pada hipertiroid.

Gambar 1 : Regulasi hormon tiroid Sumber : Sherwood (1996). Hormon Tiroid dan Paratiroid. Dalam : Sherwood L (eds). Fisiologi

31

manusia, dari sel ke sistem. EGC, Jakarta. Hal 675-682 Angka atau kecepatan produksi hormon tiroid dikontrol oleh kelenjar pituitari. Jika tidak ada cukup jumlah hormon tiroid yang beredar dalam tubuh untuk mengizinkan fungsi yang normal, pelepasan TSH ditingkatkan oleh pituitari dalam suatu usahanya untuk menstimulasi tiroid untuk memproduksi lebih banyak hormon tiroid. Sebaliknya, ketika ada suatu jumlah berlebihan dari hormon tiroid yang beredar, pelepasan TSH dikurangi ketika pituitari mencoba untuk mengurangi produksi hormon tiroid. EFEK HORMON TIROID Efek pada perkembangan janin o Sistem TSH dan hipofisis anterior mulai berfungsi pada janin manusia di dalam 11 minggu.Sebagian T3 dan T4 maternal diinaktivasi pada plasenta. Dan sangat sedikit hormon bebas mencapai sirkulasi janin. Dengan demikian, janin sebagian besar tergantung pada sekresi tiroidnya sendiri. Efek hormon tiroid dalam meningkatkan sintesis protein adalah : o Meningkatkan jumlah dan aktivitas mitokondria; o Meningkatkan kecepatan pembentukan ATP. Efek tiroid dalam transpor aktif : o Meningkatkan aktifitas enzim NaK-ATPase yang akan menaikkan kecepatan transpor aktif dan tiroid dapat

mempermudah ion kalium masuk membran sel. Efek pada metabolisme karbohidrat : o Menaikkan aktivitas seluruh enzim, Efek pada metabolisme lemak:

32

o Mempercepat proses oksidasi dari asam lemak. Pada plasma dan lemak hati hormon tiroid menurunkan kolesterol, fosfolipid, dan trigliserid dan menaikkan asam lemak bebas. Efek tiroid pada metabolisme vitamin: o Menaikkan kebutuhan tubuh akan vitamin karena vitamin bekerja sebagai koenzim dari metabolisme (Guyton 1997). Oleh karena metabolisme sebagian besar sel meningkat akibat efek dari tiroid, maka laju metabolisme basal akan meningkat. Dan peningkatan laju basal setinggi 60 sampai 100 persen diatas normal. Efek Pada berat badan. o Bila hormone tiroid meningkat, maka hampir selalu

menurunkan berat badan, dan bila produksinya sangat berkurang, maka hampir selalu menaikkan berat badan. Efek ini terjadi karena hormone tiroid meningkatkan nafu makan. Efek pada konsumsi oksigen dan produksi panas o T3 meningkatkan konsumsi O2 dan produksi panas sebagian melalui stimulasi Na+ K+ ATPase dalam semua jaringan kecuali otak, lien dan testis. Hal ini berperan pada peningkatan percepatan metabolisme basal dan peningkatan kepekaan terhadap panas pada hipertiroidisme. Efek Simpatik o Hormon tiroid meningkatkan jumlah reseptor adrenergik-beta dalam otot jantung, otot skeletal dan jaringan adiposa. Mereka juga menurunkan itu, reseptor juga adrenergik-alfa dapat miokardial. aksi

Disamping

mereka

memperbesar

katekolamin pada tempat pascareseptor. Dengan demikian,

33

kepekaan terhadap ketokolamin meningkat dengan nyata pada hipertiroidisme, dan terapi dengan obat-obatan penyekat adrenergik-beta dapat sangat membantu dalam mengendalikan takikardi dan aritmia. Efek Hematopoetik o Peningkatan kebutuhan selular akan O2 pada hipertiroidisme menyebabkan peningkatan produksi eritropoietin dan

peningkatan eritropoiesis. Namun volume darah biasanya tidak meningkat karena hemodilusi. Hormon tiroid meningkatkan kandungan 2,3 difosfogliserat eritrosit, memungkinkan

peningkatan disosiasi O2 hemoglobin dan meningkatkan penyediaan O2 kepada jaringan. Efek Skeletal o Hormon tiroid merangsang peningkatan penggantian tulang, meningkatkan resorbsi tulang dan hingga tingkat yang lebih kecil, pembentukan tulang. Dengan demikian, hipertiroidisme dapat menimbulkan osteopenia yang bermakna. Efek Neuromuskular o Walaupun hormon tiroid merangsang peningkatan sintesis dari banyak protein struktural, pada hipertiroidisme terdapat peningkatan penggantian protein dan kehilangan jaringan otot atau miopati. Terdapat juga suatu peningkatan kecepatan kontraksi dan relaksasi otot, secara klinik diamati adanya hiperfleksia pada hipertiroidisme. Hormon tiroid penting untuk perkembangan dan fungsi normal susunan syaraf pusat dan hiperaktivitas pada hipertiroidisme serta di dalam kehamilan. Efek Endokrin

34

o Hormon tiroid meningkatkan pergantian metabolik dari banyak hormon dan obat-obatan farmakologi. Kecepatan produksi kortisol akan meningkat pada pasien hipertiroid dengan fungsi adrenal normal sehingga mempertahankan suatu kadar hormon sirkulasi yang normal. Efek terhadap Cardiovascular. o Aliran darah, Curah jantung, Frekuensi deny jantung, dan Volume darah meningkat karena meningkatnya metabolism dalam jaringan mempercepat pemakaian oksigen dan

memperbanyak produk akhir yang dilepas dari jaringan. Efek ini menyebabkan vasodilatasi pada sebagian besar jaringan tubuh, sehingga meningkatkan aliran darah. Efek pada Respirasi. o Meningkatnya kecepatan metabolism akan meningkatkan pemakaian oksigen dan pembentukan karbondioksida. Efek pada saluran cerna. o Meningkatkan nafsu makan dan asupan makanan. Tiroid dapat meningkatkan kecepatan sekresi pergerakan saluran cerna. FISIOLOGI TIROID DALAM KEHAMILAN Peningkatan aktivitas kelenjar tiroid terlihat dari peningkatan uptake radioiodine oleh kelenjar tiroid selama kehamilan. Mulai trimester II kehamilan, kadar total triioditironin dan tiroksin serum (T3 dan T4) meningkat dengan tajam. Peningkatan sekresi tiroksin tersebut dihubungkan dengan meningkatnya degradasi plasenta. 0-10 minggu masa kehamilan, kelenjar tiroid belum berkembang getah pencernaan dan

35

10-12 minggu masa kehamilan, kelenjar tiroid mulai berkembang dan fungsional tapi masih bergantung pada ibu Minggu selanjutnya, kelenjar tiroid telah fungsional sepenuhnya tanpa bergantung pada ibu Pada awal kehamilan terjadi peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerular sehingga terjadi peningkatan bersih iodida dari plasma. Keadaan ini akan menimbulkan penurunan konsentrasi plasma iodida dan memerlukan penambahan kebutuhan iodida dari makanan. Pada wanita dengan kecukupan iodida, keadaan ini hanya akan menimbulkan sedikit pengaruh terhadap fungsi tiroid karena penyimpanan iodida intratiroidal mencukupi sejak mula konsepsi dan tidak berubah selama kehamilan. Juga terjadi peningkatan kebutuhan iodine untuk keperluan sintesa iodothyronine janin melalui plasenta. Proses sintesa ini mulai berfungsi secara progresif setelah trimester pertama. Timbulnya struma tergantung pada kemampuan tiroid mengadakan kompensasi yang pada gilirannya juga tergantung pada kadar iodium plasma. Salah satu upaya agar kadar iodium tidak terlalu rendahiaalah dengan konsumsi yang cukup mengandung iodium. Kedua, BMR (basal metabolic rate). Dahulu sebelum kadar hormone tiroid dapat di ukur, fungsi tiroid selalu ipantau dengan BMR. Pada kehamilan BMR meningkat, mulai jelas pada bulan ke-4 yang terusmeningkat sampai ke bulan 8. Kenaikan ini sampai 70-80% karena konsumsi oksigen oleh uterus dan isinya. Metabolisme Hormon Tiroid di Plasenta Plasenta mengandung enzim iodothyronine deiodinase dalam jumlah yang banyak. Deionisasi T4 yang dikatalisir oleh enzim ini merupakan sumber reverse T3 yang ditemukan dalam cairan ketuban. Kadar reverse T3 dalam ketuban ini sebanding dengan kadar T4 maternal. Enzim ini berfungsi untuk menurunkan konsentrasi T3 dan T4 dalam sirkulasi janin.

36

Kadar T4 total pada hamil muda (antara 6-12 minggu),meskipun jumlahnya kecil secara kualitatif, konsentrasi seperti ini menunjukkan betapa pentingnya hormon tiroid untuk menjamin pertumbuhan yang adekuat dari unit fetomaternal. Setelah terjadi konsepsi diikuti perubahan hormonal dan metabolik yang sangat berpengaruh pada sistem endokrin ibu. Pada metabolisme tiroid, terjadi peningkatan TBG dan kadar hormon tiroid serum, peningkatan renal clearence yodium, serta peningkatan produksi tiroksin. Fisiologi tiroid ibu dan jannnya berbeda, tetapi ada interkasi melalui plasenta dan cairan amnion, yang memodulasi transfer yodium dan hormon tiroid dari ibu ke fetus dalam jumlah kecil tetapi sangat penting. Peerkembangn bayi tergantung pada plasenta yang berfungsi mangatur bahan dari ibu ynga masuk ke janin, sebagai alat ekskresi, sintesis polipeptida dan hormon steroid yang mempengaruhi ibu dan metabolisme janin. Saat tiroid jann mulai berfungsi, maka plasdenta relatif sebagai barrier antara sistem ibu dan janin. Plasenta mamalia tidak permeable terhadap TSH dan relatif tidak permeabel terhadap hormon tiroid. Pada janin manusia yang agenesis tiroid atau terdapat defek organifikasi total, rerata kadar T4 total tali pusat 4 (50 nm/L) sedangkan pada dewasa normal rerata kadar T4 11 g/dl (140 nmol/L). Plasenta permeable terhadap TRH dan telah dibuktikan plasenta dapat mensitesis TRH. Dengan adanya produksi TRH ekstra hipotalamus janin, menyebabkan tingginya kadar TRH dalam serum janin. Tingginya kadar TRH serum janin ini dipertahankan, karena aktivitas degradasi nya sangat rendah, bahkan relatif tidak ada. Kadar TRH serum pada ibu rendah dan hanya sedikit sekali berpengaruh pada janin. Plasenta juga memproduksi hormon polipeptida dengan bioaktivitas tinggi mirip TSH. Sebagian bioaktivitas ini, merupakan sifat hCG, sebagian kecil mirip TRH. Bioaktivitas yang mirip TSH mencapai kadar terttinggi pada trisemester pertama, yang secara transient meningkatkan kadar hormon tiroid bebas serum ibu dan secara transient pula menekan sekresi TSH ibu, tetapi hal ini hanya sedikit berpengaruh pada fungsi tiroid janin.

37

B. HIPERTIROID Dikenal juga sebagai tirotoksikosis, hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan 1. Etiologi

Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambaan kadar HT dan TSH yang tinggi. TRF akan Tendah karena umpan balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang tinggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan. Penyebab Utama Penyakit Grave akibat antibodi reseptor TSH yang merangsang aktivitas tiroid Toxic multinodular goitre berhubungan dengan autoimun tiroid Solitary toxic adenoma

Penyebab Lain Tiroiditis Penyakit troboblastis Ambilan hormone tiroid secara berlebihan

Pemakaian yodium yang berlebihan

38

-

Kanker pituitari Obat-obatan seperti Amiodarone 2. PATOFISIOLOGI

Hipertiroidisme

(Tiroktosikosis)

merupakan

suatu keadaan di mana didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan. Hipertiroidisme

adalah keadaan tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi tiroid, yang merupakan akibat dari fungsi tiroid yang berlebihan. o Hipertiroidisme disebabkan oleh (Hyperthyrodism) kelenjar tiroid adalah bekerja keadaan secara

berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam darah. o Krisis tiroid merupakan suatu keadaan klinis

hipertiroidisme yang paling berat mengancam jiwa, umumnya keadaan ini timbul pada pasien dengan dasar penyakit Graves atau Struma multinodular toksik, dan berhubungan dengan faktor pencetus: infeksi, operasi, trauma, zat kontras beriodium, hipoglikemia, partus, stress emosi, penghentian obat anti tiroid, ketoasidosis diabetikum, tromboemboli paru, penyakit

serebrovaskular/strok, palpasi tiroid terlalu kuat.

39

C. GRAVES DISEASE Grave Disease / Struma Diffusa Toksik (Goiter non noduler toksik-difus) Penyakit autoimun merupakan penyebab tirotoksikosis terbanyak (hampir 90%) 95% dari kasus hiperthyroidism pada kehamilan, sindroma klinik

hipermetabolisme. Diagnosis berdasarkan peningkatan FT4 dan penekanan TSH. Kasus hipertiroidism yang jarang pada kehamilan termasuk toxic multi nodular goiter, toxic adenoma dll4 Etiologi: Thyroid Stimulating Autoantibodies (TSAb) berikatan dgn reseptor TSH, merangsang fungsi kelenjar tiroid sehingga menyebabkan tirotoksikosis. Beberapa faktor yang mendorong respon imun pada penyakit graves ialah : 1. Kehamilan. 2. Kelebihan iodida, khusus di daerah defisiensi iodida. Dimana kekurangan iodida dapat menutupi penyakit graves laten pada saat pemeriksaan. 3. Infeksi bakterial atau viral. 4.Diduga stress dapat mencetus suatu episode penyakit graves, tapi tidak ada bukti yang mendukung. Epidemiologi Penyakit tiroid menyerang 1-2% wanita pada masa reproduktif. Laki : Wanita = 1:7 Insiden terbanyak pada umur 30 40 tahun. Berkaitan dengan bentuk-bentuk endokrinopati autoimun lainnya.Masalah tiroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tetapi, komplikasi hypertyroidism terjadi sekitar 1-2 pada 1000 40

kelahiran1,2.Sekitar 50% dari wanita yang terkena memiliki riwayat keluarga positif autoimun penyakit tiroid3. Manifestasi klinis Hipertiroidisme,struma diffusa,ophtalmopati, dermopati (Miksedema pretibial), Tanda Bruit yg terdengar diatas kelenjar tiroid,gemetar pd tangan dan lidah,aritmia jantung,dan pelebaran fissura palpebra mata. PATOFISIOLOGI Hipertiroidi adalah suatu keadaan klinik yang ditimbulkan oleh sekresi berlebihan dari hormon tiroid yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Didapatkan pula peningkatan produksi triiodotironin (T3) sebagai hasil meningkatnya konversi tiroksin (T4) di jaringan perifer.7,8 Dalam keadaan normal hormon tiroid berpengaruh terhadap metabolisme jaringan, proses oksidasi jaringan, proses pertumbuhan dan sintesa protein. Hormon-hormon tiroid ini berpengaruh terhadap semua sel-sel dalam tubuh melalui mekanisme transport asam amino dan elektrolit dari cairan ekstraseluler kedalam sel, aktivasi/sintesa protein enzim dalam sel dan peningkatan prosesproses intraseluler. 7,8 Patogenesis Efek dari kehamilan pada hyperthyroidism

Thyrotoxicosis biasa meningkat pada kehamilan padda trimester ke2 & ke 3 (bersama dengan kondisi autoimun lainnya berkaitan dengan imunosupresi pada kehamilan). Level dari TSH (TSH reseptor-stimulating antibodies) dapat berkurang sebagai konsekuensi dari peningkatan pada penyakit Graves dan kebutuhan yang rendah untuk pengobatan anti-thyroid2. Tetapi exaserbasi dapat terjadi pada trimester1 mungkin berkaitan terhadap produksi human chorionic gonadotrophin (hCG)dan juga pada puerperium berkaitan dengan reversal dari berkurangnya level antibody yang terlihat saat kehamilan

41

-

Efek dari hyperthyroidism pada kehamilan

Thyrotoxicosis parah dan tidak terawat berhubungan dengan penghambatan ovulasi, menstrual irregularities dan infertil. Selain itu meningkatkan rate miscarriage, restriksi pertumbuhan intrauterine (IUGR), kelahiran prematur dan resiko tinggi kematian perinatal.3. untuk wanita dengan hyperthyroidism ringan dan dikontrol baik dengan obat anti-thyroid, hasil maternal dan foetal biasanya baik dan tidak terpengaruh oleh penyakit ini. Thyrotoxicosis yang tidak terkontrol dnegan baik dapat berakibat krisis thyroid dan gagal jantung pada saat partus. Penegakan Diagnosis 1. Anamnesis meliputi penggalian informasi mengenai gejala-gejala yang dialami pasien, riwayat penyakit sebelumnya, dan adanya kemungkinan riwayat peyakit keluarga. Gejala-gejala yang harus ditanyakan dalam anamnesis adalah 1. 2. > manifestasi hipermetabolisme dan aktivitas simpatis yang berlebih 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Lelah gemetar tidak tahan panas, keringat semakin banyak bila panas kulit lembab BB menurun nafsu makan meningkat palpitasu dan takikardia Diare 42

11.

kelemahan serta atrofi otot.

1. Pemeriksaan Fisik o Tanda vital (suhu, nadi, laju pernepasan, dan tekanan darah) takikardi o Dilihat apakah ada perbesaran kelenjar tiroid atau gondok o Terjadinya tremor : dapat diperiksa dengan melihat ada tidaknya getaran pada kertas yang diletakkan pada tangan yang diangkat setinggi bahu dalam keadaan extansi o Pemeriksaan bola mata (eksoftalmos) 2. Pemeriksaan Lab T4 dan T3 meningkat RAIU (Radioactive Iodine Uptake) tdk boleh pada ibu hamil FT4 (free T4) meningkat RT3 (Reverse T3) Uptake Pemeriksaan kadar TSH Apabila TSH rendah, T4 rendah T3 normal: subklinik, atau T3 toxicosis TSH rendah, T4 tinggi hipertiroid primer TSH tinggi kemungkinan mengalami secondary hiperthyroid Antibody tiroid (antitiroid globulin dan antibody antimikrosomal), apabila meningkat Graves Disease Pemeriksaan PBI (Plasma Bound Protein) dalam serum Normal 4-8 g/100ml 43

-

Pada hipertiroidisme PBI iii. Kadar Kolesterol dalam serum Pada hipertiroid kadar kolesterol dan ester Pemeriksaan BMR Normal -20 sampai +20% Pada hipertiroid BMR

Diagnosis Banding Graves Disease Hypo thyroid Goiter Hashimoto Thyroiditis Hyper thyroid Tumor kel. tiroid Autoimun Nodul tiroid toksik hormon tiroksin TSH BMR Palpitasi Exopthal mus + + N normal + Normal + tumor Autoimun dan kehamilan kasus

etiologi

autoimun

< iodium

TSH TSH

/ autoimun

-

-

+

+ (11%)

-

-

+

-

+

44

Heat intoleranc e Fatigue Tremor + + + + + + ? + + + + ? +

Penatalaksanaan 1. Obat anti tiroid

Obat anti tiroid yang dianjurkan ialah golongan tionamid yaitu propilthiourasil (PTU) dan carbamizole (Neo Mercazole) . Yodida merupakan kontraindikasi untuk diberikan karena dapat langsung melewati sawar plasenta dan dengan demikian mudah menimbulkan keadaan hipotiroid janin. Wanita hamil dapat mentolerir keadaan hipertiroid yang tidak terlalu berat sehingga lebih baik memberikan dosis OAT yang kurang dari pada berlebih.

Bioavilibilitas carbamizole pada janin 4 kali lebih tinggi dari pada PTU sehingga lebih mudah menyebabkan keadaan hipotiroid. Melihat hal-hal tersebut maka pada kehamilan PTU lebih terpilih. PTU mula-mula diberikan 100-150 mg tiap 8 jam. Setelah keadaan eutiroid tercapai (biasanya 4-6 minggu setelah pengobatan dimulai), diturunkan menjadi 50 mg tiap 6 jam dan bila masih tetap eutiroid dosisnya diturunkan dan dipertahankan menjadi 2 kali 50 mg/hari. Idealnya hormon tiroid bebas dipantau setiap bulan. Kadar T4 dipertahankan pada batas normal dengan dosis PTU 100 mg/hari. Bila tirotoksikosis timbul lagi, biasanya pasca persalinan, PTU dinaikkan sampai 300 mg/hari. Efek OAT terhadap janin dapat menghambat sintesa hormon tiroid. Selanjutnya hal tersebut dapat menyebabkan hipotiroidisme sesaat dan struma pada bayi, walaupun hal ini jarang terjadi. Pada ibu yang menyusui yang mendapat OAT, OAT dapat keluar bersama ASI namun jumlah PTU kurang dibandingkan carbamizole dan bahaya pengaruhnya kepada bayi sangat kecil, meskipun demikian perlu dilakukan pemantauan pada bayi seketat mungkin.

45

2. Golongan -Bloker Obat golongan ini tidak dianjurkan pada kehamilan karena berbagai penelitian menunjukan bahwa obat tersebut menyebabkan terjadinya plasenta yang kecil, pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat, tidak ada respon terhadap keadaan anoksia, dapat menimbulkan bradikardi dan hipoglikemia. Atas dasar ini maka golongan - Bloker tidak dianjurkan sebagai obat pilihan pertama pada hipertiroid dengan kehamilan. Tetapi apabila sangat diperlukan umpama pada hipertiroid berat, krisis atau ancaman krisis tiroid, dapat diberikan seperti biasa. 3. Tiroidektomi Tiroidektomi secara umum sebenarnya tidak dianjurkan. Hanya perlu dilakukan bila pasien hipersensitif terhadap obat anti tiroid (OAT) atau OAT sama sekali tidak efektif, suatu hal yang sangat jarang atau pada mereka dengan gejala mekanik akibat penekanan dari struma. 3. Terapi Yodium Radioaktif Pemberian terapi maupun pemeriksaan fungsi tiroid dengan iodida radioaktif merupakan kontraindikasi pada hipertiroid dalam kehamilan, oleh karena yodida dan radiodida juga dengan mudah melewati plasenta Prognosis

Prognosis umumnya baik bagi ibu dan anak apabila diterapi dengan baik. Komplikasi

1. Penyakit jantung tiroid (PJT) . Diagnosis ditegakkan bila terdapat tandatanda dekompensasi jantung (sesak, edem dll), hipertiroid dan pada pemeriksaan EKG maupun fisik didapatkan adanya atrium fibrilasi. 2. Krisis Tiroid (Thyroid Storm). Merupakan suatu keadaan akut berat yang dialami oleh penderita tiritoksikosis (life-threatening severity). Biasanya dipicu oleh faktor stress (infeksi berat, operasi dll). Gejala klinik yang

46

khas adalah hiperpireksia, mengamuk dan tanda tanda-tanda hipertiroid berat yang terjadi secara tiba-tiba 3. Periodic paralysis thyrotocsicosis ( PPT). Terjadinya kelumpuhan secara tiba-tiba pada penderita hipertiroid dan biasanya hanya bersifat sementara. Dasar terjadinya komplikasi ini adalah adanya hipokalemi akibat kalium terlalu banyak masuk kedalam sel otot. Itulah sebabnya keluhan PPT umumnya terjadi setelah penderita makan (karbohidrat), oleh karena glukosa akan dimasukkan kedalam selh oleh insulin bersama-sama dengan kalium (K channel ATP-ase)

Propiltiourasil (PTU) Nama generik : Propiltiourasil Nama dagang di Indonesia : Propiltiouracil (generik) Indikasi : hipertiroidisme Kontraindikasi : hipersensisitif terhadap Propiltiourasil, blocking replacement regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan masa menyusui. Bentuk sediaan : Tablet 50 mg dan 100 mg Dosis dan aturan pakai : untuk anak-anak 5-7 mg/kg/hari atau 150-200 mg/ m2/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. Dosis dewasa 3000 mg/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. untuk hipertiroidisme berat 450 mg/hari, untuk hipertiroidisme ocasional memerlukan 600-900 mg/hari; dosis pelihara 100-150 mg/haridalam dosis terbagi setiap 8-12 jam. Dosis untuk orangtua 150-300 mg/hari (Lacy, et al, 2006) Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada kecendrungan pendarahan, mual muntah, hepatitis.

47

Mekanisme

Obat:

menghambat dari iodin dan

sintesis

hormon

tiroid

dengan dan

memhambatoksidasi

menghambat

sintesistiroksin

triodothyronin (Lacy, et al, 2006) Risiko khusus : Hati-hati penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa menyebabkan hipoprotrombinnemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui, penyakit hati. Farmakokinetik : PTU diabsorpsi secara cepat, kadar puncak serum dicapai setelah 1 jam. Bioavailabilitas PTU sebesar 50-80% diduga disebabkan oleh absorpsi yang tidak lengkap atau efek lintas pertama yang besar di hati. Volume distribusi hampir sebesar jumlah air tubuh total dengan akumulasi terjadi pada kelenjat tiroid. Sebagian besar dosis PTU yang dikonsumsi diekskresi oleh ginjal seagai glucuronide yang tidak aktif dalam waktu 24 jam. Sebaliknya, methimazole diabsorpsi secara lengkap tetapi pada laju yang tidak sama. Methimazole segera diakumulasi oleh kelenjar tiroid dan memiliki volume distribusi yang sama dengan PTU. Ekskresi lebih lambat daripada PTU ; 65-70% dari setiap dosis didapatakn kembali dalam urin dalam waktu 48 jam. Waktu paruh plasma yang singka tdari agen-agen ini (1,5 jam untuk PTU dan 6 jam untuk methimazole) tidak terlalu berpengaruh pada lama kerja antitiroid atau pada waktu selang dosis karena kedua agen tersebut diakumulasi oleh kelenjar tiroid. Untuk PTU, pemberian obat setiap 6-8 jam cukup beralasan karena setiap 100 mg dosis tunggal methimazole menghasilkan suatu efek antitiroid lebih lama dari 24 jam, suatu dosis tunggal setiaphari cukup efektif untuk mengelola hipertiroidisme ringan sampai sedang. Kedua thioamide dapat melewati plasenta dan dikonsentrasi pada tiroid fetus, sehingga penggunaan obat tersebut pada masa kehamilan harus sangat hati-hati. Dari dua thioamide tersebut, penggunaan pada masa kehamilan lebih disukai PTU karena agen ini lebih kuat terikat pada protein sehinga tidak mudah menembus

48

plasenta. Lagi pula, PTU tidak disekresi dalam jumlah besar dalam ASI sehinga tidak perlu menghentikan pemberian ASI. Farmakodinamik : Thioamide bekerja melalui sejumlah besar mekanisme. Aksi yang utama dalah untuk mencegah sintesis hormon dengan menghambat reaksi yang dikatalisasi oleh peroksidase tiroid untuk menyekat organifikasi iodine. Selain itu, thioamide tersebut menyekat gabungan iodotyrosine. Thioamode tidak menyekat ambilan iodide oleh kelenjar. PTU dan methimazole menghambat deiodinasi perifer T3 dan T4. Oleh karena sintesis lebih dipengaruhi dibandingkan dengan rilis hormon tersebut, sehingga mula kerja agen tersebut lambat, seringkali memerlukan 3-4 minggu sebelum penyimpanan T4 berkurang. Propythiouracil ( lebih sering digunakan dibandingkan Methimazole karena memiliki ikatan yang lebih besar dengan protein). Pada pasien hamil biasanya diberikan propiltiourasil dengan dosis serendah mungkin yaitu 200 mg/hari atau lebih lagi. Hipertiroidisme kerap kali sembuh spontan pada kehamilan tua sehingga propiltiourasil dihentikan. Obat-obatan tambahan sebaiknya tidak diberikan karena T4 yang dapat melewati plasenta hanya sedikit sekali dan tidak dapat mencegah hipertiroidisme pada bayi yang baru lahir. Pada masa laktasi juga diberikan propiltiourasil karena hanya sedikit sekali yang keluar dari susu ibu. Dosis yang dipakai 100-150 mg tiap 8 jam. Setelah pasien uetiroid, secara klinis dan laboratorium, dosis diturunkan pada batas normal dengan dosis propiltiourasil < 100 mg/hari. Apabila tirotoksikosis timbul lagi, biasanya pascapersalinan, propiltiourasil dinaikkan sampai 300 mg/hari.

49

DAFTAR PUSTAKA 1. Barrett, E.J. The thyroid gland. In Boron WF, Boulpaep EL. Medical physiology.A cellular and molecular approach. Ist Edition. Saunders. Philadelphia. 2003 : 1035- 1048. 2. Magner JA : Thyroid stimulating hormone: biosynthesis, cell biology and bioactivity. Endocr Rev 1990; 11:354 3. Glinoer D. Regulation of maternal thyroid during pregnancy. J Clin Endocrinol Metab 1990;71: 276 4. Wall JR. Autoimmune thyroid disease. Endocrinol Metab Clin North Am 1987;229:1 5. Wilkin TJ. Mechanism of disease : receptor autoimmunity in endocrine disorders. N Eng J Med 1990; 323: 1318 6. Surks MI. American thyroid association guidelines for use of laboratory test in thyroid disorders. JAMA 1990; 263:1529 7. Solomon B. Current trend in the management of Graves disease. J Clin Endocrinol Metab 1990 ; 70:1518 8. Fenzi G. Clinical approach to goiter. Clin Endocrinol Metab 1988 ; 2:671 9. Bertram G. Katzung . Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 8. 10. Patterson, Nancy Ruth; Jake George (2002). Graves' Disease In Our Own Words. Blue Note Pubns. ISBN 1-878398-20-2. 11. eMedicine - Hyperthyroidism, Robert J Ferry Jr emedicine.medscape.com 12. Graves' Disease and the Manifestations of Thyrotoxicosis - Leslie l. De Groot, Thyroid Disease Manager, Chapter 10 (http://www.thyroidmanager.org/Chapter10/10-frame.htm) 13. Iglesias P, Dvora O, Garca J, Tajada P, Garca-Arvalo C, Dez JJ (August 2009). "Severe hyperthyroidism: aetiology, clinical features and treatment outcome". Clin. Endocrinol. (Oxf) 72 (4): 551 7. doi:10.1111/j.1365-2265.2009.03682.x. PMID 19681915. 14. Brent GA (June 2008). "Clinical practice. Graves' disease". N. Engl. J. Med. 358 (24): 2594 605.doi:10.1056/NEJMcp0801880. PMID 18550875.

50