16
SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Filsafat Oleh: Fariza Ainul Wardah Nurul Hakimah Tri Yuliani Dosen: Nuriyadin, M.Fil.I JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SEJARAH PERTUMBUHAN   DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT

SEJARAH PERTUMBUHAN

DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Pengantar Filsafat

Oleh:

Fariza Ainul Wardah

Nurul Hakimah

Tri Yuliani

Dosen:

Nuriyadin, M.Fil.I

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2012

Page 2: SEJARAH PERTUMBUHAN   DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT

DAFTAR ISI

SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT………… 1

A. Masa Kuno……………………………………………………………………1

B. Sifat Filsafat Pra Socrates…………………………………………………….2

1. Thales……………………………………………………………………..2

2. Anaximander……………………………………………………………...3

3. Anaximanes……………………………………………………………….4

4. Pythagoras………………………………………………………………...5

C. Sifat Filsafat Socrates………………………………………………………...6

D. Penutup ………………………………………………………………………9

Page 3: SEJARAH PERTUMBUHAN   DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT

SEJARAH PERTUMBUHAN

DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT

A. Masa Kuno

Awal sejarah perkembangan filsafat barat dimulai dari Milete di Asia kecil sekitar

tahun 600 SM. Pada saat itu Milete menjadi kota transit berbagai Negara yang terlibat

perdagangan yang tidak menutup kemungkinan terjadi pertemuan berbagai latar

belakang kebudayaan ataupun pemikiran.

Diantaranya Negara tersebut adalah Mesir, Itali, Yunani, dan Asia. Pemikira

filsafat Yunani periode awal acapkali disebut sebagai filsafat alam.1 Tipe filsafat alam

ini juga disebut filsafat Pra-Socrates. Dan tokoh-tokoh filsafat ini lebih di kenal filsuf

alam. Pandangan filsuf alam ini melahirkan aliran monism, yaitu aliran yang

menyatakan hanya satu kenyataan fundamental. Kenyataan tersebut dapat berupa jiwa,

materi, Tuhan atau substansi lainnya yang tidak dapat di ketahui.2

1Carl Gustav Hampel, Philosophy of Natural Science (New York: Printice Hall.Inc., 1966),

diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Cuk Ananta Wijaya, Pengantar Filsafat Alam

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal. 3-45.2I. R. Poedjawijatna, Pembimbing ke Arah Filsafat (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal.22-27.

1

Page 4: SEJARAH PERTUMBUHAN   DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT

B. Sifat Filsafat Pra Socrates

1. Thales (624-546 SM)

Ia tinggal di Miletus pada abad ke-7. Ia digelari sebagai Bapak Filsafat karena

dialah orang yang mula-mula berfilsafat. Ia mengajarkan filosofnya hanya melalui

mulut saja, serta dikembangkannya pula oleh muridnya dari mulut ke mulut pula. Baru

Aristoteles, kemudian menuliskan ajarannya.

Thales ini beranggapan bahwa air penting bagi kehidupan. Ia menganggap bahwa

dunia itu di kelilingi oleh air. Tapi Thales tidak mengatakan bahwa segala sesuatunya

terbuat dari air. Bagi Thales air adalah sebab yang pertama dari segala yang ada dan

yang jadi, tetapi juga akhir dari segala yang ada dan yang jadi tersebut. Dalam

pandangan Thales tidak ada jurang yang dapat memisahkan hidup dengan mati.

Semuanya satu, dan ia percaya setiap benda juga memiliki jiwa.

Thales menganut kepercayaan pada animisme, yaitu kepercayaan bahwa bukan

harus yang hidup saja yang memiliki jiwa, tetapi bahan atau benda mati juga memiliki

jiwa. Terhadap pandangan Thales bahwa dunia terbuat dari air, ada yang menolaknya

yaitu berasal dari muridnya sendiri Anaximander.

_________________________________________________________________

Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsasfat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010). .

2

Page 5: SEJARAH PERTUMBUHAN   DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT

2. Anaximander

Anaximander merupakan murid dari Thales yang lahir pada tahun 610 SM

dan meninggal pada tahun 547 SM. Ia lebih muda 15 tahun dari Thales. Sebagai

filosof ia lebih mudah dari pada gurunya, ia ahli dalam bidang astronomi dan ahli

ilmu bumi.

Ia berpendapat bahwa permulaan yang pertama tidaklah bias ditentukan

karena tidak memiliki sifat-sifat zat yang ada sekarang. Seperti halnya dengan

gurunya, Anaximander mencari akar dari segala sesuatu. Yang diterima oleh

akalnya bahwa yang asal itu satu, tidak banyak, tetapi yang satu tersebut bukanlah

air sebagaimana yang dikemukakan oleh Thales. Menurut pendapat Anaximander

bahwa yang asal itu tidak berhingga dan tidak berkeputusan, tetapi yang asal itu

yang menjadi dasar alam yang dinamainya sebagai “Apeiron”. Apeiron ini tidak

dapat dirupakan, tidak ada persamaanya dengan salah satu barang yang kelihatan di

dunia ini.

_____________________________________________________________

Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsasfat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010) hlm.

3

Page 6: SEJARAH PERTUMBUHAN   DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT

3. Anaximanes

Ia hidup dari tahun 585-528 SM, ia merupakan guru yang penghabisan dari

pada para filosofi alam yang berkembang di Milatos, ia adalah murid dari

Anaximander. Ia merasa perlu untuk mengkritik tentang apeiron yang misterius dan

tidak bisa diserap yang dikemukakan oleh gurunya.

Anaximenes berargumentasi bahwa udara merupakan unsur yang paling

esensial yang mengembun dan menguap, memanas dan mendingin, mendarat dan

menipis. Dengan demikian udaralah yang membuat dunia ini, yang menjadi sebab

segala yang hidup.

Sebagai kesimpulan dari ajarannya, yaitu: “Sebagaimana jiwa kita yang tidak

lain daripada udara, menyatukan tubuh kita, demikian pula udara mengikat dunia

menjadi satu, penghidupan masyarakat. Kepentingan jiwa itu tampak olehnya dalam

perubungan alam besar saja. Jiwa menyusun tubuh manusia jadi satu dan menjaga

supaya tubuh itu jangan gugur dan bercearai-berai. Anaximenes berpendapat bahwa

udara itu merupakan benda materi. Ia juga dapat membedakan antara yang hidup

dengan yang mati, yaitu bahwa yang mati itu tidak mempunyai jiwa.

___________________________________________________________________

Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsasfat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010) hlm.

4

Page 7: SEJARAH PERTUMBUHAN   DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT

4. Pythagoras

Pytagoras berasal dari Samos. Ia dilahirkan sekitar tahun 580 SM. Menurut

usianya ia seangkatan dengan Xenophanes. Ia meninggal pada tahun 500 SM.

Pytagoras bersikuku atas pendapatnya yang mengemukakan bahwa bahan

dasar kosmos bukan “bahan” tetapi lebih tepatnya bentuk-bentuk (forms) dan

hubungan-hubungan. Melalui Pytagoras, secara khusus problem utama ontologi

kuno m terfokus. Persoalannya adalah bagaimanakah tatanan abstrak atau bentuk-

bentuk benda memanifestasikan dalam segudang benda-benda aktual di dunia ini,

“persoalan yang tunggal dalam yang banyak.”

Ujung tarikat Pytagoras adalah mendidik kebatinan dan mensucikan roh.

Pytagoras percaya akan kependidikan jiwa dari makhluk sekarang kepada makhluk

yang akan datang. Menurut kepercayaan Pytagoras, manusia itu asalnya Tuhan. Jiwa

itu adalah penjelmaan dari Tuhan yang jatuh ke dunia karena berdosa, dan ia akan

kembali ke langit apabila sudah dicuci dosanya. Adapun cara mensucikan jiwa dari

dosa tersebut adalah dengan hidup murni, tetapi hidup murni itu dilakukan secara

berangsur-angsur. Menurutnya hidup di dunia ini adalah persediaan untuk hidup di

akhirat. Oleh sebab itu semua dari sini dikerjakan untuk hidup di hari kemudian.

Selain dari hal mistik, Pytagoras juga sebagai ahli pikir tertentu dalam ilmu

matematika dan ilmu hitung lainnya. Dari matematika Pytagoras melompat ke

dalam dunia pandangan. Alam ini menurutnya tersusun sebagai angka-angka dimana

ada matematika, ada susunan dan ada kesejahteraan. Tetapi tidak di alam saja

berkuasa matematika, ia juga berkuasa dalam segala barang. Dengan jalan ini

Pytagoras sampai kepada pokok ajarannya yang menyatakan bahwa “segala barang

adalah angka-angka.”

_____________________________________________________

Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsasfat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010) hlm.

5

Page 8: SEJARAH PERTUMBUHAN   DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT

C. Sifat Filsafat Socrates

Sebelum Socrates, ada satu kelompok yang menyebut diri mereka sophis (kaum

sofis) yang berarti kaum cendekiawan. Mereka menjadikan persepsi manusia sebagai

ukuran kebenaran realitas (kebenaran hakiki) dan menggunakan tesis serta argumentasi

yang keliru dalam kesimpulan-kesimpulan mereka. Secara perlahan kata “sophis”

(sophist, sophistes) kehilangan makna aslinya, dan kemudian bermakna seseorang yang

menggunakan tesis-tesis keliru. Dari sinilah awalnya kita mengenal sophistry, yaitu cara

berpikir yang menyesatkan.

Socrates –mungkin karena kerendahan hatinya—melarang orang menyebut

dirinya seorang sophis (cendekiawan). Socrates menyebut dirinya filosof, pecinta

kebijaksanaan, menggantikan sophists yang bermakna sarjana. Gelar “sarjana” ini

merosot derajatnya menjadi bermakna “orang yang menggunakan penalaran yang

salah”. Karena sophistic dianggap sebagai penalaran yang salah, maka filosof bergeser

maknanya dari pecinta kebijaksanaan menjadi pecinta kebenaran. Filsafat pada akhirnya

diasumsikan sebagai cara pemikiran yang benar, dan dikaitkan dengan kebijaksanaan

dan kebenaran.

Socrates merupakan filsuf pertama yang dilahirkan di Athena pada tahun 470

sebelum Masehi dan meninggal pada tahun 399 sebelum Masehi. Bapaknya bernama

Sophroniskos adalah seorang pemahat (pembuat) patung dan ibunya bernama

Phainarete yang berprofesi sebagai seorang bidan. Socrates menikah pertama kali

dengan Mirtos (Diogenes Laertius, II, 26) dan ketika Socrates sudah cukup berumur, Ia

menikah yang kedua kalinya dengan Xantippe (Xenophon, Simposium, II, 10). Pada

pernikahannya yang kedua dengan Xantippe mereka tidak bahagia tetapi mereka

dikaruniai tiga orang anak.

6

Page 9: SEJARAH PERTUMBUHAN   DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT

Pada awalnya Socrates ingin menuruti jejak bapaknya menjadi seorang pemahat

patung. Tetapi pada akhirnya ia berganti profesi menjadi seorang filsuf.

Seperti halnya dengan para kaum sofis Socrates juga memberi pelajaran kepada

rakyat. Sama halnya dengan para kaum sofis ia mengarahkan perhatiannya kepada

manusia. Perbedaannya dengan para kaum sofis bahwa socrates tidak memumungut

biaya bagi pengajarannya.

Maksud dan tujuan ajaran-ajarannya bukan untuk meyakinkan orang lain supaya

mengikuti dia, tetapi untuk mendorong orang supaya mengetahui dan menyadari diri

sendiri. Socrates juga menentang relativisme kaum sofis, sebab ia yakin bahwa ada

kebenaran yang obyektif1.

Socrates bergaul dengan semua orang baik tua maupun muda, kaya dan miskin.

Ajarannya tidak pernah ditulis olehnya, melainkan dilakukannya dengan perbuatan,

dengan cara hidup2.

Bagi Socrates dalam kematian jiwa dan tubuh terpisah, tubuh menjadi hancur dan

jiwa meneruskan “perjalanannya”, karena jiwa bersifat langgeng. Seperti dikenal dalam

legenda kuno Yunani, bahwa jiwa-jiwa orang mati akan kembali ke rumah Hades, dan

kelak di kemudian hari akan di hidupkan lagi dari kematian. Menurut hal tersebut

berarti orang-orang yang hidup adalah mereka yang di bangunkan kembali dari

kematiannya. Ini membuktikan bahwa jiwa memang benar-benar ada di sana, dan tak

mungkin di hidupkan lagi apabila jiwa tersebut tidak ada.

7

Page 10: SEJARAH PERTUMBUHAN   DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT

Menurut Socrates tubuh merupakan hal yang tampak dan selalu berubah-ubah,

sedangkan jiwa sebagai hal yang tak tampak yang selalu sama tak berubah-ubah. Ada

kemungkinan jiwa kita akan selalu dibawa tubuh kea rah sesuatu yang berubah dan

terbawa ke keadaan kacau tersesat kehilangan arah. Namun, apabila jiwa mampu

mempelajari segala sesuatunya sendiri, maka ia akan menuju ke sesuatu yang murni dan

abadi tak dapat mati serta tak akan berubah.3

1.Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 1 (Yogyakarta: Kanisius, 2005) hlm. 35 2.Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani (Jakarta: Tintamas, 1986) hlm. 73

3Drs. Loekisno Choirul Warsito, M.Ag .Drs. Ali Maksum, M.Ag. Sanuri, M. FiI.I. Nuriyadin,

M. FiI.I. dan H.A nis Bachtiar, M. FiI. I., Pengantar Filsafat (Surabaya: IAIN SA Press,

2011) hal. 20-21

8

Page 11: SEJARAH PERTUMBUHAN   DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT

D. Penutup

Kesimpulan

Zaman Yunani ditandai dengan munculnya pemikir-pemikir Yunani pada abad

VI SM sampai akhir abad IV SM. Di antara pemikir aliran-aliran ini adalah

Thales, Anaximender, Anaximenes. Ketiganya cenderung para matrelistis.

Sedangkan aliran Pythagoras yang bercorak mistis dan matematis.

Dalam jalan pemikiran Socrates ini, dapat disimpulkan bahwa tugas manusia

adalah untuk menjaga keselamatan jiwa lebih berharga dibanding dengan raga.

Jiwa bukan sekedar nyawa manusia, melainkan suatu azas hidup dalam arti yang

lebih dalam yakni hakikat manusia sebagai pribadi yang bertanggung jawab.

Apabila manusia hanya sekedar hidup tidak ada artinya melaikan hidup secara

baik dan bemanfaat begi orang lain. Untuk mencapainya, manusia harus

mempunyai penglihatan dalam yang murni. Jika ia melakukan hal yang salah,

maka ada yang tidak beres pada penglihatan tersebut. Maka yang paling pokok

adalah membuat manusia mempunyai penglihatan dalam yang benar.

9