Upload
kata
View
130
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
LISNAWATI, M. Psi. Sejarah Pelayanan dan Pelayanan Anak Berbakat. Th 1974. - PowerPoint PPT Presentation
Citation preview
SEJARAH PELAYANAN DAN PELAYANAN ANAK BERBAKAT
LISNAWATI, M. Psi.
Th 1974
Upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berupa pemberian beasiswa bagi peserta didik Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berbakat dan berprestasi tinggi tetapi lemah kemampuan ekonomi keluarganya.
Tahun 1998
Pelayanan dalam bentuk percepatan belajar/akselerasi telah dirintis pada dengan melakukan ujicoba pelayanan pendidikan bagi anak berpotensi kecerdasan dan bakat istimewa pada 2 sekolah swasta di DKI Jakarta dan satu sekolah swasta di Jawa Barat yang mendapat arahan dari Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Hasil penelitian Hawadi, dkk., (1998):
penelitian tentang program percepatan belajar terhadap 20 SMA Unggulan di 16 propinsi di Indonesia diperoleh kesimpulan bahwa program ini dianggap tidak cukup memberikan dampak positif pada peserta didik berbakat untuk mengembangkan potensi intelektual yang tinggi. Salah satu faktor penyebabnya adalah data yang menunjukkan 25,3% peserta didik SMA Unggulan hanya mempunyai kecerdasan umum yang berfungsi pada taraf di bawah rata-rata dan hanya 9,7% yang tergolong anak memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
Implikasi negatif akselerasi berdasar hasil penelitian Hawadi, dkk (1988):
peserta didik tidak lagi memperoleh kenyamanan dalam mengikuti pendidikan tetapi berada dalam situasi yang terkekang dan terpaksa
layanan yang diberikan guru tidak membantu berkembangnya potensi intelektual peserta didik karena guru yang mengajar di program akselerasi relatif tidak disiapkan untuk mengajar peserta didik cerdas istimewa
Th 2007
Dilakukan diskusi dan workshop yang melibatkan para psikolog, akademisi, pendidik, dan pengelola program akselerasi untuk melakukan penyempurnaan konsep dan pedoman dengan memperhatikan berbagai kebijakan pemerintah yang tertuang dalam UU no. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP no. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan serta berbagai aturan pemerintah lainnya yang terkait
Konsep dan pedoman layanan
Aspek kesiswaan Aspek kurikulum
Konsep dan pedoman layanan: 1. aspek kesiswaan
Tes yang digunakan untuk merekrut siswa baru program akselerasi menggunakan tiga komponen yaitu: tes IQ, kreativitas, dan task commitment.
Tes IQ: skala minimal yang ditetapkan oleh para psikolog adalah 130 atau pada tingkatan very superior. Para psikolog telah merekomendasikan beberapa jenis alat tes antara lain: Wechsler Intelligence Scale for Children, Stanford Binet atau Culture Fair Intelligence Test Skala 2A/2B
2. aspek kurikulum
Diferensiasi kurikulum yaitu memberikan tugas dan kegiatan belajar yang berbeda dari rata-rata anak seusianya sesuai dengan kebutuhan belajarnya.
Tiga jalur diferensiasi kurikulum:- enrichment (pengayaan) yaitu kegiatan belajar yang memungkinkan perluasan materi kurikulum,
- extension (pendalaman) yaitu kegiatan belajar yang memungkinkan investigasi bidang studi secara lebih mendalam
- acceleration (percepatan) yaitu kegiatan belajar yang memungkinkan untuk menyelesaikan materi belajar dalam waktu yang lebih singkat (Davis dan Rimm, 1998).
Persoalan bagi guru bagaimana mengolah standar Isi (Kepmendiknas 22) untuk
dimodifikasi menjadi isi yang sesuai dengan keunggulan peserta didik cerdas istimewa dan meningkatkan tantangan taraf berfikir yang cocok dengan peserta didik yang cerdas tersebut.
Konsekwensi bagi guru untuk memodifikasi kegiatan pembelajaran bagi peserta didik reguler ke corak kegiatan pembelajaran yang menuntut corak berfikir tingkat tinggi. Pola kegiatan pembelajaran yang demikian luas cakupan dimensinya tidak cukup menggunakan pola one way traffic, sehingga pola seperti pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) maupun mengutamakan produk/proyek lebih banyak digunakan.
Konsekwensi: mengharuskan guru untuk menetapkan bobot materi juga harus bertipe setidaknya C-4 (analisis) dan jika dimungkinkan sampai C-6 (evaluasi) yang mendorong peserta didik berfikir tingkat tinggi dan kritis.
Tantangan guru sebagai agen pembelajaran profesional:
menambahkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (ICT)
meningkatkan bobot materi pelajaran dan bobot kegiatan pembelajaran, menggunakan tidak hanya buku paket sebagai bahan pengajaran
bentuk pelaksanaan yang multi dimensi agar semua potensi yang istimewa dapat dikembangkan
Model Pembelajaran untuk Peserta didik Cerdas Istimewa
Karakteristik peserta didik cerdas istimewa :Mampu membaca-berhitung dengan caranya sendiriPerkembangan bahasa lebih cepat dan perbendaharaan
kata lebih banyakPerkembangan nalar cepat dan sangat baikSuka bertanya-mencari tahu dan mencari alasan (why-
how)Mampu bekerja mandiri, perhatiannya bertahan lamaMinatnya luas, bervariasi dan mendalamDaya tahannya bagusSuka berteman dengan anak yang lebih dewasaSuka pada hal-hal/mempelajari yang baru
KONSTRUKTIVISME
Bahwa menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran peserta didik. Artinya, bahwa peserta didik harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, peserta didik tidak diperlakukan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
MODEL PEMBELAJARAN :
Mengkaji teori belajar konstruktivisme di atas, model pembelajaran yang relevan dijadikan acuan guru, antara lain: 1) Contextual Teaching Learning (CTL), 2) Project Based Learning, 3) Problem Based Learning.
Mengapa Menggunakan Model Pembelajaran di atas?
1. Pemilihan model pembelajaran mengacu pada implementasi kompentesi dasar,
2. Mengaktifkan kegiatan belajar peserta didik,3. Menstimulasi proses berpikir tingkat tinggi,4. Pembelajaran terintegrasi dimensi kompetensi,5. Memberikan peluang situasi belajar, lingkungan, tugas-
tugas yang relevan, realistik, otentik, dinamis, dan menyajikan kompleksitas dunia nyata,
6. Mengembangkan kecakapan hidup dan bukan sekedar reproduksi pengetahuan,
7. Mengakomodasi kegiatan belajar individual, kolaboratif dan kompetitif,
8. Kompleksitas belajar dicerminkan oleh penekanan pada belajar interdisipliner,
9. Pengukuran otentik dan tidak terpisahkan dengan kegiatan pembelajaran.
1. Contextual Teaching Learning
Pembelajaran kontekstual memungkinkan peserta didik untuk munguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan agar dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan. Terdapat kalimat kunci yang menjadi ciri pembelajaran kontekstual, yaitu suatu pembelajaran yang menekan kan terciptanya kaitan bermakna antara sesuatu yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan nyata.
Tahap-tahap implementasi pembelajaran kontekstual :
Mengidentifikasi kompetensi yang harus dicapai, materi pembelajaran dan keterkaitannya dalam kehidupan nyata,
Merancang skenario pembelajaran sesuai karakteristik kompetensi yang harus dicapai dan tingkat keberagaman yang ada,
Memilih atau merancang model pembelajaran sesuai skenario yang telah disusun,
Merancang dan melaksanakan penilaian secara otentik dan berkelanjutan.
2. Project Based Learning
Pembelajaran Berbasis Proyek dikonsepsi kan sebagai model pembelajaran yang berpusat pada proses, relatif berjangka waktu, berfokus pada masalah, unit pembelajaran bermakna dengan mengitegrasikan konsep-konsep dari sejumlah komponen pengetahuan, atau disiplin, atau lapangan studi, dan kegiatan pembelajaran berlangsung secara kolaboratif dalam kelompok yang hiterogen.
Tahap-tahap implementasi pembelajaran berbasis proyek :
Ciri-ciri utama pembelajaran berdasarkan masalah meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama, dan menghasilkan karya dan peragaan. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik.
Tahap-tahap implementasi pembelajaran berbasis proyek :
1. Penetapan Tujuan2. Merancang situasi masalah3. Organisasi sumber daya dan rencana logistik4. Merancang tugas Interaktif5. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar6. Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok7. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah8. Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Managemen9. Asesment dan Evaluasi
Pandangan konstrukstivistik
pembelajaran harus kontekstual dan memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan pengalaman pembelajarannya
pembelajaran yang baik harus dirancang berbasis pada kontek sosial sekolah, konteks peserta didik serta konteks kompetensi yang dituju
pembelajaran yang kontektual harus dirancang sesuai dengan karakter peserta didik (Johnson , 2002). Apabila peserta didik yang dihadapi memiliki kunggulan maka pembelajaran harus dirancang dengan keunggulan dalam isi maupun dalam prosesnya.
Aspek Psikologis Layanan Siswa Berbakat/Gifted
Menyiapkan kelas khusus Lingkungan belajar yang positif
Lingkungan sosial yang tenang, tidak mencekam, tidak mengancam, dan lingkungan fisik yang nyaman, sehingga menumbuhkan suasana mental-emosional yang positif
Melibatkan siswa secara total Siswa secara aktif mengambil tanggung
jawab dalam proses belajar mengajar Berbasis aktivitas daripada materi atau
ceramah
Aspek Psikologis...
Kolaborasi antar siswa Memberikan kesempatan pada siswa untuk
belajar secara bersama dan bekerja sama Ada kolaborasi antar siswa dalam komunitas
belajar Kaya dengan gaya belajar
Memberikan kesempatan untuk menggunakan semua indera dan gaya belajar tiap siswa
Belajar konstektual Mengerjakan tugas dalam proses yang terus
menerus dengan melibatkan diri dalam kehidupan nyata, memperoleh umpan balik, refleksi diri, evaluasi diri dan terjun dalam kehidupan nyata
Aspek Psikologis...
Menyiapkan kompetensi guru
Kompetensi paedagogik, kepribadian, sosial, profesional
Mempunyai pengalaman mengajar yang memadai
Mempunyai kemampuan intelektual yang tinggi
Kreatif Mempunyai bakat khusus Ada keberanian untuk melakukan terobosan
CERDAS ISTIMEWA ……….
Guru-Pendidik Harus dapat menerima kenyataan bahwa siswa
mempunyai kelebihan pengetahuan tentang materi pelajaran tertentu
Jangan menjadikan diri kita juga berbakat dan cerdas istimewa
Mempunyai toleransi yang tinggi bahwa perilaku anak didiknya yang sering membuat ribut dan mempunyai kontrol yang kurang di dalam kelas
Belajar untuk mengatakan maaf saya tidak tahu , mari kita pelajari bersama.
CERDAS ISTIMEWA ……..
Beberapa kesalahan cara pandang terhadap anak cerdas istimewa Sebagai anak yang bermasalah, karena hanya
masalah kecerdasan/kognitif saja (tetapi kreativitas, motivasi, komitmen terhadap tugas, tumbuh kembang, kepribadian, dukungan lingkungan tidak diperhatikan)
Anak cerdas istimewa tidak mengalami kesulitan, hambatan dan masalah
Disibukkan dengan masalah akademik tetapi tidak menyentuh masalah-masalah yang dimiliki anak berbakat