273

Sedjarah umat islam djilid pertama tjetakan ketiga, 1958.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

I l ">‘•*

Rentjana kulit : Hasan Basri

TJETAKAN

perlama ............................... 1950kcdua ................................... 1952ketiga .................................. 1958

1'F.ItTJF.TAKAN NUSANTARA BUKITT1.NCGI

H. A . M a lik K a rim A m a r u l la h

S e c l j a m l i I I m a t I s l a m ,

(ijilitl pertama

N.V. N U SA N TA RA — B U K ITTIN G G I — D JA K A R T A

\ ; .' sKrVAVJK ^

hak p e n g a r a n gDILINDUNGI UNDANG-UNDANG

J E R p U S T ^ l V .

TAMGGAL . 1 4 - 2 - Q o o i^ R s . l | 4 4 l U , . , ,

- ^ " L B u k u f i V ( d l 4 i . - ,

T" * * ' ~i 0 - ....« ....IQ . K n..... .......................

P E N D A H U L U A N

,,Sedjarah Umat Islam ini tclah mulai saja susun tahun 1939, karena tjitci-tjitci hendak m cnerbitkan buah tangan jang agak besar. Dal am tahun 1941 sudah ad a m aksud dari penerbit madjalah Pedoman M asjarakat hendak me- nerbitkan. Tetapi lantaran harga kertas karena akibat pe- rang, kian hari kian naik, m aka tergendalalah penerbitan, hingga sampai sekarang telah sepiduli tahun naskahnja ter- sim pan didalam peti. Berkali-kali kita telah pindah, se- djak dari M edan, sampai Padang Pandjang, sampai M anin- djau, dengan isteri dan tudjuh anak. Kadang‘ bertjetjeran- lah barang berketjil-ketjil dan kitab-kitab, tetapi naskah „Sedjarah Umat Islam ” senantiasa dipelihara baik dan di- djaga rapi. Sehingga selamat, tidak kurang sehelai naskah djuapun.

A d a kira-kira seratus kitab tarich besar dan ketjil jang kita batja seketika m enjusun kitab ini, dan sangat kita perhatikan pula kitab-kitab tarich jang dikarang dizatnan barn. Lalu kita susun kitab ini sefasal dem i sefasal.

B u ku ini kita djadikan em pat djilid. D jilid jang perta- m a lebih dahulu m enjelidiki keadaan tanah Arab, ilm u bu- minja, keturunan penduduknja, penghidupannja, hasilbuini- nja, kepertjajaan dan agama jang m em pengaruhi pergaulan hidupnja dan adat istiadatnja, dan hubungan kebudajaannja dengan bangs a2 jang ada disekelilingnja.

Dengan m engetahui itu, dapatlah kelak d iukur dima- sjarakat sem atjam mana N abi besar itu dilahirkan dan bagaimana pengaruh seruannja itu kepada masjarakat jtadi. Sesudah itu, barulah diterangkan tarich hidup dan per- djuangan beliau, jang terbagi dua itu, permulaan sertian d i M ekah dan pendirian Negara di M adinah, lalu kepada peperangan-pepexjftig&r^petuing tiap-tiapnja itu m en-djadi tangga um at A rab uifiuj& mentjapai m endjadi suatu negara jang kuat, sehinggti~lhTfcala beliau wafat.boleh di- katakan tanah A rab telah bersatu.

' Setelcih melihat bagaimanci besar perubahan jang linxbullantuum adjatan belian hingga bangsa Arab jang nw m e-luk- againa Islctm itu beroleh djiwa barn dan kem adjuanjang pesat, kita masuk kepada fasal jang pen ting dida-dam buku uu, jaitu menerangkan rahasia adjaran N abiMuhammad s.a.w. dan imipati daripada agama Islam, se-baga, suatu agama jang telal, membangunkan suatu pera-daban besai dan kebudajaan tinggi jang tidak dapat dilalui begun sad/a.

• Setb<'s.ai dimaMumi didalam sedjarah, peradaban du­ma telah d/inulai ditepi sungai Nil dan negeri-neqeri jangZ , L ? ' " Z - ,N t" iVe' '»"■ « « ' » ' <!«" P « r s l,T f.nah ■ uiaustau- kenutdia/i menjeberang ke Ero-

f ' “ " J' " ' r <k,n »<«'<»bungmnja n " “ mbuUah kem hali

m mdaban J ' " “2 « » '"■ D»" ia r im 4 m P e r Z h L ' ? T ' T ™ *perm hbm bcm, s 'e L rL g Z ! ’" mdic'di >m" s k a l ‘h r i

" » '» » « ■penjelidik atas kphi 1 a,}aCI11’ ° lne/u a r dan k r it ik a h li-a h li dan pengaruhnia ■ QSU\ ^esar M u h a m m a d s.a.w .ini. Sampai d isin i ' ' / n.cin~llfi'>'an ja n g b esar d id u n ia didjadikan dasar ! a ,s‘ blfku jang pertam a, u n tu k

««"« " ‘S a r a T J i T , m ™ iUa didahim ^ n t j a p a i"asa, e Z n t h ' i

bangan k e b a n g 'Z k a ^ o J T ini, dizaman perkeni- dupan sebagai bangsa / S f e / - / " ? 0" " ' 0' ment}apai ke,li rang jang berharea. Penu>h,l ’ /W ,nendladi suatu ba~ lebih dari 90 persen I a^a/>>a Islcim di Indonesiajang bam didirikan ini n Z J k u l i 'T ^ a8“r Nesaragama jang hidup, dan m en°H nl Negara Islam : A -inimpin2 dan pemuka I s la m n u „ ,,a8‘,ma lain hid“P' Pe~ incising2 tengah berdjuan? dan hPT f s / PengUhatannjama Islam mendapat kedudukannia^n>a Jang add dcilam N e g a ­

ra ini. D em i kian pula harapan dan sam butan A lum Island atas tim bnlnja bangs a bant ini. Tandanja, m an atau tidak m an, diham bat atan didustai, na/nnn bangsa dan Negara Islam ini akan tetap m endjadi salu anggola jang penting keduditkannja didalam madjlis A la m Islami, bagi m entja- pai tudjuan jang achir dari N abi M uham m ad, jaitu per- dam aian dunia ; karena dunia ini — m enurut sabdanja akan diwarisi oleh ham banja jang sanggup m enegakkan kebadjikan.

M aka merasa berbahagialah pengarang djika ia telah dapat m enjem bahkan buku ini — dan djilid-djilid jang berikutnja, Insja A llah — kepada masjarakat kat/m M us- lim in Indonesia, jang kedatangannja ketengah m edan bang- sa-bangsa, tengah dielu-elukan oleh bangsa-bangsa tetang- ga, terutam a jang seagama. M oga-moga riwajat kehidupan N abi, serta saripati adjarannja medjadi sun teladan bagi baiigsaku jang bant ban^itn.

Sungai bantang, M anindjait D juli 1 9 4 9 /Ram adhan 1368

Dengan Salam pengarang

Setelah habis tjetakan keclua, menjusullah tjetakan ke-III. Pethatkm bangsa Indonesia, terutama Angkatcm M tt- da kepada Ilmu Pengetahuan sedjarah, teristimewa ke- bangkitan perhatian dan minat kepada Agama Islam , nic- njebabkan besarnja perhatian atas buki, ini. Setelah diljo - ba menjusunnja dengan tenang seksama, njatalah bahw a ia a an mendjadi empat djilid. Tetapi djilid jctng perta-

berikJtnia mend}adi P° kok daripada djilid duo clan

( S o h fn - iberdH T Pa‘ buah »Se/<olah Tinggi I s la m ,”ranean h I ? , Diakarta>, nampaklah k e ku -SM A n / " ba8' mahW swa. D isekolah-sekolahtang Aon,!'* r ' - i ^ ltk,,' buku bahasa Indonesia ten-janp dikarn ' ? acrdl Nabi M uhammad s.a .w .tang Islam ft l Musl"»in. Meskipun b u k ir ten-tang Islam dan Muhammad s a u> „,i J- i ■ iingan orang jang bukan jS J , d]“8a 'mereka tn e r a w, k n i l<mumnja tidaklah dapatoleh pengarang dalam ^ m im a n a /«»S dupat dirasaibukan djuranv lgan Islam sendirt. M alahantentanu \r u i , , '1’ h'lk"~huku tentang Islam at cmIslam rt/y Jang ditulis oleh penults sela in

diiwanin ’J mengandlm8 di llSa °kan rasa jang ada dalam SCI kern ’n “rena Pe"Sc,ruh agama jang dianutnjci, sehing- iang beragama Islam. memUaskan h“V peladjar-peladjar

r e ^ ° ! ^ ^ n lL T idap. atl l nena,nbah pertolongan bagi m e ­mo dan m em J11- ’ , akan mei™dju kepada aga-s.a w Sebah m m at kehlduPan Nabinja, M uham m adm e m j i n i T L r 7 anmm]a adalah seorans IsUim dan

PENDAHULUAN TJETAKAN KE-III.

P E N G A R A N G .

B A H A G I A N PER TAMA

KEADAAN TANAH ARAB

Pasal I 1LMU BUMI.

D a era h tanah A rab atau djazirat Arab, atau semenan- d junq A rabia itu, terletak disebelah barat daja negeri Asia. Sebelah ke utara berwatas kenegeri Palcstina, perkam pung- an Badui Sjam, dan negeri Irak. Disebelah tim ur berwatas ke le luk Parsi, teluk Oman. Ke Selatan laiJtan Kmciia «« teluk Aden. Ke barat Selat B a b e l Mandeb Lai, Me, dan terusan Suez. Tanah diantara Port Sa.d dengan Aden itu pandjangnja sampai 500 mil, dan d.anita ra B b 1andeb d e n ia n Rasul Hadd 1300 m il.-A ntara Poit Said bcl di Selatan den«an sungai Furat 600 mil. A dapun luas s e i t n n i "ng A , * ia it..'sampai . .20*000 m, p en* ..atau 3 ,000 ,000 kilometer pcrsegh...Alili _atau -i,uuu,uuu ■ r - . => kilometer per-R . B lan ch ard mengatakan sampai 3.700.00

S e pcndudukn ja pad a masa ini adalah diantara 12 dengan14 djuta. .

Ahli" ilmu bumi purbakala, baik dari banesa Rumawi. atau bangsa Arab sendin telah b e , t . ^ paham tentang n ^ n u n d j ^ k “ a / ^ i a nX enophon telah m em . watasnja. Ptoleme nienjani-besar d a n tanah Irak ke ^ Bangsa A rab end ,npaikan ^®tasnjd [n d june Sinai, Palestina dan Sim ah m em asukkan sei enand.I f jang kita m aksud dengank e d a l a m djazira nja. l e ^ t er ._negeJr. jang biasanja dxdudukid jaz ira t A rab itu, J‘ ~k n djelaslah bahw asanja watas-oleh bangsa Arab m a k a ^ k ^ sgtu ukur.watas tanah > ' ^ ^ ‘ pcrkisaran dan pertukaran masa.S ^ ? d hr jang d id iam ^ o leh bangsaA rab Hu m e m a n d j a n g sam pa, k e t e p i sungai Furat se

Barat dan sampai pula ketepi sungai Nil, sebab dizaman pemerintahan Radja-radja Fir’aun bangsa Arab itu mene- gakkan chaimahnja djuga dipinggir sungai Nil sampai ke- pinggii lautan Merah. Bangsa Mesir sendiri mempunjai pandangan sedjak zaman purbakala bahvvasanja tanah-ta- nah jang sebelah timur negeri mereka sampai kewatas ne- gen Bab.l hanja terhitung satu negeri sadja, jaitu negeri Vp t ^e anja. denSan orang Sumatera jang datanszkn ateu T f miS,alnja’ wa,auPun dia orang Bengkul kan sidin aPan|-l!l’ namun semuanja mereka hituns-kan sadja satu asal, jaitu orang Sumatera ^

m a n d w adn !tU T a* 1f mbitjaraan kita sekarang ialah m c- ka„n^ S a £ enUrUt Panda^ sekarang. bu-

nah Arab i tu ^ n g ^ d u n ^ d ik e ^ ^ -Iag' tl,inpak' tLlniPak ta- kedjurusan itu tiada pernah dihentikTn^Ahr" P fnjelidikan huan dan hal bumi dari b a n m Am Ahll' ahl1 pengeta- amat bersungguh-sungguh melandiul-n pallr]? f hlr mi jakm sedjak Radia Ibnu Snud m2 • . n Penjelidikan itu, Amerika membuka suatu ta m b - in ^ 1 — ka" SUatU m askaPai di Al-hassa. ‘ ® minjak jang paling besar

Dari psngetahuan jang rinpknc ; para ahli penjelidik, bahwa sebnhn -0g telah disusun oleh itu terdiri dari bukit-bukit bat„ ?gl3n besar tanah A rab padang lapang tanah Suriah dan’ s T 8 melahdai menudju, , D' a" tara bukit-bukit jang terkenli ^ arsi- lah bukit Sinai. Tingeim'a 260n d >sebelah barat, ia- t a n j a k tersebut d i d S n f k t o b ,= £ 1 '“ ' [ ,u la h b u k i t i “ " S menenma Wahju. Kltab sutji, tempat M usa

Bukit-bukit sebelah Hedjaz dan t , nja sampai 2000 meter. Bukit h-, .-’anian ada jang tinggi-

Selatan sampai 2400 meter ^?San Hadramaut disebe- rendah bila telah sampai diselat 0 ^ nSan bertambahmur laut sampai 3000 meter m an- Bukit Hidjau di ti-

D-sana terdapat tiga lembah. Berm.il ^ ^ »rmula dan dekat M edi-

null dan M ckkah . Jang p srtam a m -m and jang dari selatan ke u ta ra hingga sam pai kedesa-desa Sjam. Jang kedua me- l 'ud ju kc bara t da ja dan tenggara sampai ke Selat Parsi. Jang ketiga sampai kc u tara Selat Parsi; ia d iham bat oleh buk it-buk it jang m em andjang sampai ketepi pantai Lautan M erah dan bukit-bnkit ja n g n ie m a n d ja n g pula sampai ke- pantai L.autan Hindia. Setelah sampai d ibukit-bukit Sjam dan T ua ik , baru lah lembah itu terbuka pula.

Lain dari ketiga lembah besar itu ada lagi beberapa lem­bah ketjil-ketji! dan bclukar-belukar subur. teru tam a jang terle tak agak terdekat dari ketiga lembah itu.

Rumi djazirat itu terbagi dua, tanah jang subur dan ta ­nah jang tandus. Bahagian jang tandus dan kering itulali jang lebili luas. Oleh sebab udaranja panas, pajahlah me­

* njelidik kesana. Tetapi dengan pesawat terbang, kesi.litan itu sudah mulai dapat dipetjahkan.

Sebahagian besar kering dan amat sukar mentjari air. Ha! itu sudah demikian sedjak beribu tahun jang telah lalu. Oleh sebab itu sangatlah sulit kehidupan penduduknja. Sju- kurlah ada djuga se-kali- turun hudjan jang dapat ditam- p un ' ' dan beberapa buah telaga. Kalau tidak, tentulah a lean rnusnah atau habis pindah pendudiik disana ketem pat lam, h in iTCia mendjadi padang kering belaka. .

A dapun bahagian jang subur dan jang dapat d itanaim itu perm ulaannja ialah dinegeri Jaman, Hadranraut, Nedjd dan O m an. Boleh kita katakan bahwa itulah tanah baha- oian jang bacus dan subur, dan disana dapatlah manusia m engatur hidup dengan baik sehingga dapat m entjapai ke-

1 *0 ! bah ag i a n jang tertinggi dari P-rgunungan Jam«"- Ned id dan Oman itu terdapat air mengalir dengan tenre- ram nia. Kelak air itu sampai kebahagian pantai, d igunakan untuk penjiram tum buhtu inbuhan . M ata air kurang, pi kalau menggali sumur dapat lekas bertemu dengan an .

U d a ra dan hawanja berbeda-beda menurut kedudukan tanahnja. Tanah-tanah dipinggir laut amat panas, panasnja

3

lembab. Disebelah tanah pegunungan dimusim panas, sa- ngat panas siang harinja dan dimusim dinginpun sancat

^ lta.na^ Nedjd, mana jang berdekatan dengan lem- bah dan aliran air, udaranja adalah pertencahan, tetapi mana jang djauh dari sana, lebih panas. Dimusim dinein dan musim pantjaroba, maka tanah Jam an sedang hawa- nja. Dimusim rabik (musim bunga) hudjan turun dan tum-

u -tumbuhan subur. Tetapi dimusim panas sangatlah na- nasnja, sehingga ukuran panas di Sahara sampai 43 dera- djat diwaktu siang dan 38 diwaktu malam. Di/ereng-leren-

dan negeri-negeri jang berdekatan densan laut, ukur- ^ n r n n T Sam.p" 29 der,ftdjat didaIam bulan Juli. H udjan 1„ cPr,ine^uri aman la a^ pada bulan Djuni sampai bu- bulan P eh n Cr - N?d d scdiak bulan Nopember sampai dmranMS ?ar',' ' ka ba"jaMah air. Tetapi saldiu F-I tinggi sedtt!;"’ diP“"ljak-Pi'ntjak hukit

ng“ r ™ S ' S n ! * • » , I" " * «■jar senang sekali akan angin f e h t i n pcIajar‘Pe,a-lebih suka akan angin timur s e b S 1 ^bus udara jang menaruh pengharaoan ’ * k lem_ga akan bau-bauan bungadari me™baJ a .dJu-banon. Angin Timur kerap kali d i s S / J '''njair Arab: Anein‘ ianu Dali™ lSjairkan olch penjair-pe-samun, angin itu berhembus'“dinSstm '■a -?h Unginjang tadinja terkurung diantara b u k ^ h tJa‘-U anginnas, sehingga mendjadi amat panat nM V " ‘ Pa_ tai-pantai laut Merah dan pantai t ! i ^ Ketjuah d 'Dan- tanah Arab tidaklah djahat ben J ai'S1’ ? udaranjak. Penjakit jang ada disam w PenJakltPun tldak ba-infeluenza dan kadang-kadang a d T r * ‘alah, demam k u ra ’° ua djuga kolera.Pembahagian tanah menurut politik

Pembahagian tanah dan pemerintn^ • 1 u ■tjam pula, menurut pereda J a n n n m ? a!3nja berba8ai m a­

n Pohtik dan pemerintahan.

/

D ahu lu kala, menurut keterangan ahli rivvajat Diodorc, Sfrabon dan Ptoleine, tanah Arab itu terbagi tiga bahagian. Bahagian pertam a tanah A rab jang banjak batu, jaitu se- bahagian Sinai dan bahagian bukit- jang m em andjang di- an ta ra Palestina dan L au t Merah. Kedua tanah A rab jang tandus, jaitu jang m em andjang dari batas-batas Jam an sam­pai ke Furat. Dan terpisah dengan tanah A rab jang berba- tu -ba tu itu oleh lembah G hur sebelah Timur. Ketiga ialah tanah A rab jang subur, mengandung akan bahagian Sela­tan jaitu tanah Nedjd, Hedjaz, Jam an dan Oman.

Bangsa A rab sendiri membagi djaziratnja kepada 5 baha- oian. Abdul M unzir Hisjani bin M oehaimnad bin Saib dan A lham dan i berkata, bahwa tanah Arab itu terbagi hma, jaitu : T iham ah, Hedjaz, Nedjd, Arudh dan Jam an.

T iham ah dan disebut djuga Ghur ialah tanah jang 'nc 'ri' be lin tang sedjak dari pantai laut Merah sampai kekaki u kit barisan Suraat.

Dinam ai T iham ah karena sangat panasnja. T lh a ™ " m enuru t b ah asa Arab, dapat diartikan sangat panas u a d inam ai djuga Ghur, karena tanahnja^ rendah, j< S itu s a m a l a h dengan bahasa kita ,,gur’ un.

Hedjaz. jaitu bukit barisan Suraat jang men™" S , stm d jak dari udjung negeri J a m a n sampai k e ^ e p i ‘ ohanl_ o rang Badui di Sjam. Dinamai Hedjaz, a T jh.irnahbat, karena dia jang mengham bat tanah rendah T.ham adengan tanah Tinggi Nedjd.

A d a p u n Nedjd jaitu terletak bahf gl.a" Ja"A ra b itu. Sebelah selatan dimulai dan^ud j g -a sebe- m an , penghabisannja ialah di Samawah. J p inam ai lah t im ur ialah T iham ah dan pinggir t 3113!1 . ' terting-N edjd , artinja tinggi, karena dialah bahagi V u ta ra gi. N edjd itu terbagi dua pula, p e r t a m a _ N ed jd-Al- jaitu negeri Hail dan sekelihngnja, di * Aru(jh, dan H ed jaz . K edua bahagian selatan, jaitu ne^, d inam ai N edjd-a l-Jam an.

5

gCH Jdiliamall dan Bahrein dan sekelilingnja. Tenmsuk djuga sedikit bahagian Nedjd dan Ghur, karena dekat dari tepi laut, pada beberapa tempat lanahnja kerendahan. Di­namai Aiudh, artinja terhampar, karena dia terhampar di- antara negeri Jaman, Nedjd dan Irak.

Adapun Jaman,. jaitu bahagian jang terletak disebelah selatan Nedjd sampai ketepi pantai lautan Hindia, me­mandjang ke timur sampai kebatas Hadramaut dan Sjilir dan Oman, termasuk djuga sedikit udjung Nedjd dan Ti- hamali. "

Ahli-ahl, ilmu bumi bangsa Eropa ada jang membaaitanah Arab kepada 9 bahagian. Menunit Houdas : jaitu :Hedjaz, Jamasi, Madrantauf, Muhrah, Uman, Alhasaa, Nedjd dan Sjamr. ’

terdhd! n!!Lmn^i se|nenandjung tanah Arab itu sebelum hnwihifir 8 :nm Pertama (1914-1918), adalah di- nurut trnrliQ;aSa ’adJaan Turki Bani Usman, tetapi me-nar dnmf ^ pada hakikatnja jang benar-be-Jaimn tiHn? f ' T f Seket'ka itu hanJalah HcdJ ^ dan Jannn’ Diri f n.’ Patlahal Aden itu „sepotong” darichiliVih R'i a6n pedalaman> hanja mendoakan chalifah-dak ndn d'Sidang Djuni’at’ selain dari itJ li-oJeh Sierh etapi negcri-negeri itu tetap dipegangbesar n-irin n ^ . mi.inJa niasing-masing. Amir jang paling lumknn* np ••lasa ltu la' a d' Nedjd. Setelah Hedjaz mema’- Dada'nnsn1 n"8. epada Turki dan berdiri dipihak Inggeris nia nadn Cn^-H‘?ngr-ltU’ maka. Hedjaz diakui kemerdekaan- mendiadi Versailles, dan diakui Sjarif Husindiaoun d i n p - ^ ^ ' r ildak beberapa tahun dia memerintah, n l l d S 2' ? Ch IbnU Sa’ud d™ nc?ei‘i it- dikuasai- berinh n-im•„!3-U" kan"jalah negeri Hedjaz dan Nedjd di- dHah” barU* jaitu ••kcra(1.ia:in Arabiah Sau-sebicni r^' ada beberapa keradjaan kctjil-ketjil,biwah kuns-i Ih ' e™an’ As‘r (ianS kemudian djatuh ke- bawah kuasa Ibnu Sa’ud djuga), Hadramaut, Lahadj, Oman

dan lain-lain jang sebahagian besar sekarang dibawah pe- ngaruh Inggeris.

II a s i I I) u in i .

Tadi sudah kita njatakan bahvva negeri itu terbagi dua, jang subur dan jang kering, jang kering itu lebih luas se­hingga sukar mengambil hasilnja, ketjuali kalau ilmu pe- ngetahuan kelak dapat memperbaiki itu, entah berapa ta­hun lagi. Bukankah Laut Mati. jang mati itu sudah dapat di „hidupkan” orang dengan ilmu pengetahuan, sehingga mendatangkan hasil jang banjak, sebagai garam dan po- tasch ?

Adapun bahagian jang subur itu, banjak djuga hasil jang dapat dikeluarkannja.

Beberapa orang ahli tumbuh-tumbuhan bangsa Barat sudah menjelidiki tumbuh-tumbuhan disana. D. Forskal, Niebuher, Bofta, S. Scheneiliiirth dan A. Defiers, adalah nama ahli-ahli pengetahuan darihal tumbuh-tumbuhan jang telah menjelidiki chasiat dan kegunaan tumbuh-tumbuhan ditanah Arab.

Setengah dari hasil tanamannja ialah kopi dan kurma. Keduanja boleh dikatakan hasil jang sangat dimuliakan dan mendjadi mata pentjaharian bangsa Arab, kurma maka- nannja jang terutama, kopi dapat dikirimnja keluar negeri, terutama dinegeri Jaman, kopi jang dimasjhurkan Moca. Dizaman Kompeni Belanda melakukan Monopoli stelsel ditanah air kita ini, kopi Moca (kopi Arab) itu telah di- tjoba menanam dinegeri kita.

Adapun kurma itu tumbuh kebanjakan didaerah-daerah pedalaman sebagai di Hedjaz, Nedjd dan Alhasaa. Di Hedjaz ditanam orang pohon balsem, jaitu sematjam tum­buh-tumbuhan jang boleh diambil minjaknja dan didjadi- kan obat gosok, baunja harum. Disebelah utara ditanam orang assana jaitu sematjam tumbuh-tumbuhan jang daun- nja biasa diambil mendjadi peluntur. Ditanah air kita di-

7

’ negeri ^ ana Makl” artinja sana jang tumbuh di-bawanp himhY ,te,PPat JanS subur banjak ditanam orang katiano’ d o I i r p i S a n g ’ tebu' tembakau, kapas, ganduni. roos L m in rT ng Lendah’ katJanS hidjau, kol. bunga ku-rukiO zniti^ a',.n jas’ lar>gkuas, sepedas, niknak (ru- patiar lada itnm hma-U T " 1* dan se8ala matjam djcruk. memetikbuah nenH61?1 i U£r1’ikut ai dan lain- 'ain- Dimusim dan buah bu^hnn w . ^ igenangi” oleh makananmah, Thaif dan b S a f n . 3" ’ ^ datang dari Wadi Fati’

ternak^angHferp'ent!n^dih■ k j da' Dua matJ'am itulahArab. Dari unta merek-. an dan semenandjung tanahsebagai hasil pohon en au ^ d n f^ 1' 1 has*'.j’anS amat besar. makan, kulitnja didiml h 1 1 '.llpilI?S kita; ^dagingnja di- sunja diminum dan dia ’boleh I dldjadikan benang, su- dari satu tempat k e t e l a . 'w ? memikul beban bei‘atluh hari. Binatang itu sabar i , , pcrdJalanan berpu-haus dan panas. Kuda dapat V n m h n h kuat menahan lapar, pentju’kupkan perlawanan p e r m ■ kendaraan, buatmenangkis musuh Kuda inn* t”,.nienJerang negeri atau Nedjd. Radja-radja Arab P, g baglls ia>ah kudabcsar-besar Eropa, memandnnS rsa,labat dengan orang berharga sekali, kalau dia ml g ,Sa!“ P i e r i a n jang amat dari kuda ialah keledai a*lkan kuda itu. Selainitu kambing dan gambal f b i n S i ) ^ ' -rT g kuat' Setelah dja, karena dia tidak tahan h P‘ hanJa sedikit sa-sebagai tanah Arab itu An r-6ndl ^ 'duP ditempat kering ngembalakan ternak. Aiam diPergunakan orang pe- kian djuga itik dan ancsa u ^ U§a diPellliara orang, demi- lkan laut banjak ditepi nVntv ? u ar sedikit sadia> tetapi pantai Lautan Hindia Dih K Arab’ terutama ditePi mengeringkan ikan *itu. beraPa negeri ditjoba orang

Binatang liar iano te*rl ruang, kantjil, musang ‘? Sana ialah serigala- be-burung unta, kera, ten«eilini rf rusa’ dem‘kian djuga

ng dan seumpamanja.

Jang biasa diburu orang ialah kidjang. arnab (tikus be- landa), ajam ntan, pujuh dan berbagai ragam burunu. Bu- rung-burung jang lain ialah elang. dan gagak. Burung-bu- i ung sematjam ini banjak benar di Padang Pasir tempat orang lain lintas. Kalau ada unta jang mati. didalam masa jang tidak berapa lama hanja akan tinggal tulangnja sadja, karena akan datang burung itu beramai-rainai memakan- nja.

Terdapat djuga disitu binatang bcrbisa, scumpam a ular, lipan dan kala.

Belalang terlalu amat banjak dan bernnisim-musim. Ka- lau nmsimnja datang, selalu merugikan, habis musnah ta- nam an muda dimakannja, sehingga tinggal ranting sadja. itulah sebab belalang itu oleh bangsa A rab dinamai ,,dja- raad” , artinja litjin tandas. sebab litjin tandas tanam an bila dihinggapinja, beribu-ribu sekali hinggap. Tetapi kalau di- goreng dan dimasak bukan main enaknja, barangkali ka­rena m akanannja daun-daun sadja. Binatang m erajap ada djuga sebagai lawa-Iawa, tikus rumah, tikus tanah; kutjing, harimau akar, harimau besar, singa dan bermatjam-mntjam binatang jang hidup ditanah panas.

Dahulu belum diketahui orang benar berapa banjak lo- gam jang dapat dikeluarkan dari tanah Arab. Tetapi se- . djak pemerintahan Ibnu Sa’ud telah diizinkannja beberapa orang ahli-ahli logam bangsa Eropa menjelidiki. Sesudah di Irak, maka sekarang didekat Alhasaa telah digali orang minjak tanah. Disebelah H adram aut, Jam an, Om an terda­pat sedikit tembaga, besi, timah dan terdapat djuga garani darat. Dilaut Bahrein dikeluarkan orang mutiara, dipantai Jam an dikeluarkan orang m aradjaan. Orang kota bekerdja menenun kain, membuat ham paran, m enjamak kulit. Orang H adram aut dan Jam an suka sekali berladang, karena ta- nahnja lebih subur. Orang Badui lebih suka memelihara ternaknja, untanja, kuda, kambing dan biri-birinja.

Dari Yam an keluar kopi M oca jang terkenal, demikian

Sedjarah Umat Islam 2 9

djuga permata akik, minjak anbar, kulit binatang dan lain- lain.

Dari Oman kcluar minjak atliar, kasturi, zakfaraan, ga- ding gadjah, kelapa dan lada. Tetapi hasil jang uniat ter- penting ialah niutiara dan jaqut dua djenis permata mahal jang amat berharga didunia. Dari Nedjd keluar minjak sa- min dan Kuda Arab. Dari luar negeri dimasukkan barang-

arang kobutuhan sehari-hari. Dizaman sekarang banjak di­masukkan motor dan mesin.

Perhubungan lalu lintas.

kl' u~'‘ntas ian8 niasjhur ialah : Damaskus, ! ! u Ma’an (Ibukota Sjarkil Ardan seka-M-id-iin «.V v, unain’.Mekkah. Mesir, Semenandjung Sinai,

BnpHnn ' n A l - w a d j h , Badr, Hunain, Mekkah.Mekkah H iSa - r . , Ncldjd’ M ekkah- Jam an> A sir’ T h aif>

n L , f ’ Shan’aak- Aden, Shan’aak.bera ti^-ra tu^tihn^^11 Pe^ ubungan jang telah bedaku

Dxdabm 7 ?m n’ g dengan kafilah (karavaan).I m t f h , Pemerintahan Sultan Abdul Hamid, be-w-iknf qpH-3 , P^°Pa2anda besar membuat djalan kereta api li'i it11 ri * u Y1 ^ am samPa ke Medinah. Maksud niu-

• fahun 1 0 no ^as'k Tetapi setelah beliau dima’zulkan di-iQ . . o, terhentilah usaha itu. Sedjak perang dunia1914 ,918, rusak binasalah djalan itu.utamI dcngan usaha keradjaan- Arab, ter-dialan udira ' an di Arabia, telah ada perhubungan adalah landint d'antara Djeddah dan Mesir. Itumotor ianp telnh anPada Pei'hubungan dengan kendaraan djuan in" rae"djadi soal b^ a sedjak zaman kema-

Hud aid ah ' Adf'n a dar' Pelabuhan Suez, Djeddah,

ke P arsfdaneindta.negerJ MuSCat dan Bahrei" kita dapat

10

Pasal II

B A N G S A

A s a l - u s u l .

Dizaman kemadjuan pengetahuan baru sekaraiig ini, mempeladjari asal-usul dan sumber bahasa mendjadi djen- djang jang terpenting didalam menjelidiki dari mana asal- usul suatu bangsa dan pertaliannja dengan bangsa jang Iain. Setelah diselidiki orang bahasa Arab dengan penjeli- dikan setjara ’ilmu pengetahuan baru, serta diperbanding- kan dan dipersangkut-pautkan dengan bahasa-bahasa lbra- ni, Asjur, Babil dan Punisia, ternjatalah bahwa sekJian bangsa itu berdekatan dan pokok asalnja hanja satu sa- dja. Jang menambah bukti bahwasanja asal-usul bangsa itu satu adanja, ialah nielihat kepada bentuk dan pengawa- kan, seperti rambut hitam, djanggut tebal, warna kulit dan lain-lainnja menurut dasar biologi dan Antropologi (ilmu asal-usul keturunan dan ilmu menjelidiki bentuk tubuh manusia).

Dari hasil segenap penjelidikan itu dapatlah ditetapkan bahwa bangsa Arab itu tergolong bangsa Saam (Samieten).

Gousfav le Bon berkata bahwasanja beberapa zaman lamanja, bangsa Arab itu telah ada djuga. Ahli-ahli jang menjelidiki dan menggali perbendaharaan bumi telah men- dapat bukti bahwa bangsa-bangsa manusia jang hidup ham- pir kepada masa zaman besi, adalah bentuk badannja ham- pir bersamaan sadja.

Orang jang mempeladjari asal-usul bahasa perdekatan- nja dengan bahasa jang lain, menjangka bahwasanja la-

U

pangan luas jang terletak diantara dua buah sungai besar Furat dan Dadjlah (Tigris), demikian djuga tanah Kaukasus dan sebelah Utara tanah Arab, dahulunja didiami oleh sa­tu bangsa sadja, bahasanja pun satu pula, jaitu bahasa Saam. Oleh sebab itu maka bangsa Arab itu dihilung satu asal dengan bangsa Ibrani, Siriani, Asjur dan Kaldan.

Tjuma mendjadi pertikaian diantara ahli-ahli itu tentang tempat diam bangsa Saam jang asal. Didalam kitab Taurat tersebut bahwasanja tempat tinggal bangsa manusia jang mula-mula ialah diantara dua sungai besar itu, dari sana dia terpetjah-petjah kemana-mana. Dari bangsa Saam itu terpetjahlah mendjadi bangsa Asjur dan bangsa Babil di­negeri Irak, dan mendjadi bangsa Aram dinegeri Sjam, dan mendjadi bangsa Punisia dipantai Surya, mendjadi bangsa Ibrani dinegeri Palestina dan mendjadi bangsa Arab dida­lam semenandjung tanah Arab, mendjadi bangsa Ethiopia dinegeri Habsji.

Djardji Zaidan, ahli penjelidik jang masjhur itu berka- ta : „Salet dan Rebter berkata, bahwa asal-usul kediaman bangsa Saam itu ditanah Habsji. Tetapi segolongan jang lain lagi, dikepalai oleh Sprenger, Seridcr, Robertson dan Wenkler berkata bahwa asal-usul kediaman bangsa Saam itu ialah didalam Semenandjung tanah Arab sendiri. Dari sanalah kelak kemudiannja bangsa itu terpentjar keseluruh muka bumi. Egnazie Guidi berkata bahwasanja asal-usul bangsa Saam itu disebelah Utara Furat.

W alaupun bagaimana perselisihan tentang asal-usul lem- pat kediaman bangsa Saam dahulukala, namun mereka se- pakat bahwa Saam itulah jang terpetjah mendjadi benna- tjam-matjam bangsa. Dahulunja bahasanja hanja satu pula, tetapi lama-lama mendjadi berobah karena perobahan ik- lim dan menuruti undang-undang kemadjuan hidup, seliing- £3. lttlfltl-Iciniu djadi berdjauhan bunjinja, berlainan huruf- nja, dan lain pula susunannja.

12

1

K e t u r u n a n .

Jang telah terbiasa dari zaman daluilu clan jang banjak terdapat didalam buku-buku tarich, adalah bangsa Arab itu dibagi-bagi kepada tiga bahagian, jaitu : Arab Ba'dah, Arab Aribah, dan ketiga Arab Musta’ribah.

Berkata ahli riwajat Abdul Fidaa : ..Bangsa Arab itu terbagi kepada tiga bahagian, jaitu Baidah, Aribah dan Musta’ribah. Adapun Baidah, jaitu bangsa Arab zaman purbakala, jang riwajatnja sudah tidak dapat diterangkan lagi, hanjalah bekas-bekasnja sadja jang tinggal sedikit- sedikit, sebab zamannja sudah amat lama. Arab Baidah itu ialah Arab Aad. Stamud dan Djurhum jang pertama. Semuanja itu tidak dapat diselidiki lagi, karena telah mus- nah.

Sesudah Djurhum jang pertama itu barulah timbul Djur­hum jang kedua, ialah dari pada keturunan Bani Qahthan. Djurhum jang kedua itulah jang mendjelma mendjadi Arab Ibrahim ketanah Arab akan mendirikan Ka’bah, anaknja jang lain dari keturunan Qahthan itu. Keinudian itu da- tanelah Nabi Ibrahim ketanah Arab akan mendirikan Ka’­bah, anaknja jang bernama Isma’il kawin dengan anak pe- reinpuan kaum itu, maka keturunannjalah jang mendjadi Arab Musta’ribah, artinja orang lain jang telah mendjadi bangsa Arab.

Kaum Qahthan itu menimbulkan dua keturunan besar, jaitu Himjar dan Kahlan.

Dari kaum Himjar itu adalah keturunan radja-radja jang memerintah negeri Jaman jang bernama „Tubba” , tubba’ samalah dengan Kisraa di Parsi, Negus di Habsji dan Qaishar di Rum. Apabila lebih dari dua, maka tubba’ itu disebut Tababiah (djama’). Seserpih lagi ialah kaum Qudha’ah jang menguasai negeri Sjihr, dan seserpih lagi ialah Banu Kilab jang dizaman dahulu telah berdiam ke- negeri Daumatul Djandal. Tabuk dan tepi-tepi negeri Sjam. Seserpih lagi ialah Tanuch, dan berkediaman disebelah Se-

13

1

latan negeri Sjam. Seserpih lagi ialah Djuhainah. tinggal- nja ialah dipinggir Selatan Hedjaz. Seserpih lagi ialah Banu Sulaih,;. tinggalnja didusun-dusun tanah Sjam, tetapi ke- mudian mereka dapat dikalahkan dan ditaklukkan oleh radja-radja Ghassan. Setelah itu terdapat djuga serpih jang lain, jaitu Banu Nahd, Banu ’Uzrh dan Banu Sja'ban.

Kahlan terpetjah pula mendjadi beberapa ranting, jang masjhur ialah Azad, Thai’, Muzhadj, Hamdan, Kindah, Murad dan Inmar. Dari Kabilah Azad itulah keturunan radja-radja Ghassan, jaitu radja-radja jang dahulu mume- untah dinegeri Sjam, dan dari Banu Ghassan itu djugalah keturunan Banu Aus dan Banu Chazradj jang tinggal di­negeri Jasrib (jaitu Madinah). Demikian djuga Chuza’ah

keberapa lamanja menguasai Mekkah sebelum Quraisi. Adapun Thai’ ialah Kabilah jang tinggal di Nedjd-al-He- djaz, dilereng buttt Adja dan Salma, jang sekarane dima- sjhurkan dengan nama bukit Sjamr. Dari keturunan Thai’ itulah keturunan Nabhan, Salaman, Hani dan Sadus. Mu­zhadj dan Hamdan terJebih banjak tinggal ditanah Jaman sen dm. Chauhn, D jm b d m Aud adalah keturunan dari

Muzhadj. Adapun Kindah lama djuga memerintah ditanah Hadramaut, dan mele’oar sajap kekuasaannja sampai ke­pada Bani Asad di Jamamah, setengah dari tjabang ketu- runannja ialah Sukun. Adapun Banu Murad ialah didekat negeri Zubad dibukit-bukit Jaman. Anmar mempunjai dua ranting keturunan, jaitu Badjilah dan Chas’am. Kaum Ba- djilah itu besar djasanja menaklukkan negeri-negeri Arab dizaman pemerintahan Saidina Umar.

Kabilah jang berketurunan dari ’Amr bin Sabaa, ialah Lucham. Dari Lucham itulah keturunan Banu-Daar dan radja-radja Munazarah dinegeri Hirah, jaitu suatu keradja- an jang berdiri lama djuga dipinggir sungai Furat.

Menurut keterangan ahli keturunan persukuan Arab, adapun Adnan jang mendjadi bapa besar dari Arab Mus­ta’ribah itu, sampai nasabnja kepada Isma’il ibnu Ibrahim jang datang kenegeri Mekkah dan berdekat tinggal dengan

14

bangsa Arab Djurhum kedua, sampai kawin dengan anak perempuan mereka. Maka turun temurunlali anak tjutju Isma’il itu, sehingga sampai kepada Adnan. Adnan itu beranak seorang laki-laki, namanja Nizaar, dan Nizaar itu beranak empat orang, jaitu Ajjad, Anmar, Rabi’ah dan Mudhar. Keturunan Mudhar dan Rabi’ah inilah jang sangat kembang ditanah Arab sampai sekarang.

Mudhar itu banjak serpih belahan kabilahnja, salah satu diantaranja jang terbesar ialah Banu Qais, kepada Qais itulah bernasab banu Hawazin dan Salim. Havvazin dan Salim itu tinggal disebelah bahagian Barat dari negeri Nedjd. Dan dari Qais itu djuga turun Banu Ghathfaan dan dari Ghathfaan itu turun Zabjaan dan ’Absin, jaitu anak dari Baghiidh dan Asjdja’ bin Raist, dan Ghani bin A’shur. Banu Absin dan Zabjaan inilah jang diperangi oleh Saidina Abu Bakar setelah Nabi wafat. karena murtad.

Salah seorang anak dari Mudhar ialah Iljas. Persukuan- nja jang masjhur ialah Tamim bin Murr, Huzail bin Mudri- kah dan Banu Asad bin Chuzaimah dan serpih Kinanah bin Chuzaimah. Dari Kinanah itu menurunkan Quraisj, jaitu nama ketjil dari Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah. Quraisj itu terbagi kepada beberapa kabilah, jang masjhur ialah Djumah dan Sahm, anak dari Hushaish bin Ka’b, se­telah itu kabilah ’Adi bin Ka’b, Machzum bin Jaqzah bin Murrah bin Taim bin Murrah, setelah itu Zuhrah bin Kilab, sesudah itu Abdud-Daar bin Qushai, Asad bin ’Abdul- ’Uzza bin Qushai dan Abdu-Manaf bin Qushai. Keturunan ’Abdi-Manaaf itu bertjabang empat, jaitu ’Abdi-Sjams, Naufal, ’Abdul Muthalib dan Hasjim. Dari keturunan Bani Hasjim itulah Nabi Muhammad bin Abdullah bin Abdul- Muthalib bin Hasjim.

Demikianlah petjah-petjahan bani Mudhar itu. Adspun petjah-petjahan bani Rabi’ah jang termasjhur ialah Bani Asad, tinggal disebelah Selatan Wadi-al-Riminah, setelah itu Wail dan Wail terpetjah mendjadi Bani Bakr dan Bani Taghlib. Lama sekali kedua kabilah ini bermusuh2an dan

15

berpcrang, tcrutama setelah Kulaib terbunuli. sehingga lan-tavan peperangan itu hampir musnah kedua belah pihak-nja. Kepada Bakr bin Wail itulah berbangsa Banu Hanifahdinegeri Jamamah, jang diperangi Abu Bakr karena mur- tad.

Diantara Banu Mudhar dengan Banu Rabi’ah itu besar pu a permusuhannja sehingga turun temurun beratus tahun.

lasa anu Rabi’ah meminta bantuan kepada Arab Jaman aiuaiam hendak memerangi belahannja Banu Mudhar itu.

°.mi. ian 1 r'ngkasan nasab bangsa Arab dan keturu- b'lni'lL- r 11’ a tcrapgkan dengan ringkas. Tetapi masih ni'i hp„„ ? ahli-ahli riwajat jang tidak dapat mcmegang- Nnbi Mid? egu Sebagaimana Adnan, nenek mojane dari m e n e n ^ t anil,nad’ hanJa sehingga dialah ahli tarich dapat Nnhi L-p. c.enSan terang silsilah nenek mojang baginda mid'ih sa.mPai ke Nabi Ibrahim sudah mulai ragu,m e s k i D u n \ t a t a u t i § a matJam keterangan mereka, Mm dan snh Muha*nmad itu k e t u r u n a n Nabi tbra-

tertjampur'diantan AH at‘1U Persukuan lain ianSm 1, ara Adnan dengan lsma’il.

da ibivfirc't- 'r seorang diantara guru besar pa­p und l di Mesir menulis didalam bukunja

anThiT nprh^-11” ’ ”BeberaPa orang pengarang telah meng- r , ,a lan sanSat didalam menjusun silsilah keturu-

h’ itu’ serta ranting-ranting dan serpih be- niitnk'm’if aV Clah banJak mereka susun kitab-kitab me- mino- VpK 1 etaP* nasab-nasab ini tidaklah dapat ditang- d a rf ln l ®narannia semuanja” . Ditanja orang Imam Malik n r snmnn’°i-dng *ak*''ak> jar>g sanggup menjatakan nasab- denparkTn' 't ePada. ^abi Adam, maka bentji beliau men- hu 9” Lnln rT u S6ra a be^ au berkata : „Dari mana dia ta- Isma’il |.,i' a,takan oranS Pu,a ; „Sampai kepada Saidinabarkan kcpadanja ?’’ Mal’k mendJawab ; ”SiaPa menScha-

tidaknja nns'iKlI*Xm ada Perselisihan tentang kebenaran atau 1 ‘ -nasab itu, namun penduduk utara dan pen-

duduk sclatan tanah Arab tetap bcrlain bahasanja dan ben- tuknja bcrbeda djuga sedikit.

Bahasa orang Jaman pada masa itu berbcda dengan ba­hasa orang Hedjaz, tentang nahwunja dan sarafnja. Baha­sa orang Jaman itu lebih banjak terpengaruh oleh bahasa Habsji dan bahasa orang Akkad, dan bahasa orang Hedjaz lebih banjak terpengaruh oleh bahasa Ibrani dan Nabhti. Pendeknja, banjaklah perbedaannja penduduk utara dan penduduk selatan itu. baik didalam kehidupan se-hari-. atau didalam djalan ilmu pengetahuan dan peradaban. jaitu mc- nuruti tinggi rendahnja djalan pergaulan dan masjarakat sedaerah. Bangsa Arab terutama jang tinggal dikota, telah banjak bergaulan dengan bangsa lain jang lebih madiu, de­ngan keradjaan Mesir sudah lama ada perhubungan per- niagaan, sebab orang Mesir banjak membeli batu-batu per- mata jang mahal, gading gadjah dan minjak athar. jang didatangkan oleh orang Arab dari India dan Afrika.

Perbedaan bahasa orang Hedjaz dengan Jaman dizuman itu. tak obahnja dengan perbedaan jang mulai ada terda- pat diantara bahasa Melaju jang dipakai oleh orang Me- laju Indonesia dengan orang Melaju di Malaya. Bahasa Melaju Indonesia terpengaruh oleh bahasa Belanda 'imat banjak dan bahasa Melaju Malaya mulai terpengaruh oleh Inggeris. Sebab itu maka angkatan muda jang datang ke- mudian ini, sudah banjak jang tidak faham lagi membatja surat-surat dan kitab-kitab keluaran Malaya, demikian dju- sza sebaliknja. padahal 30 tahun jang telah lalu masih ber- samaan. Apalagi setelah di Indonesia diandjurkan orang memakai huruf Rumawi, padahal di Malaya masih mema- kai huruf Arab.

Mauray berkata dalam „Ia Grandcn encyclopaedic” ten­tang fasal ..Arab”; ,,Bahwasanja bangsa-bangsa Afrika Ti­mur telah sedjak zaman purbakala ada perhubungannja dengan penduduk Semenandjung tanah Arab. Bangsa Bar- bar dan lain-lain jang menudju negeri Irak, senantiasa me- lalui tanah Arab” .

17

Pertjampuran dengan bangsa2 lain.

Bangsa Arab bertjampur gaul dengan orang Punisia, Kaldan, Junani, Rumawi, Parsi, Mesir, Ibrani. Habsji, Zan- dj1 dan lain-lain. Pendeknja dengan beberapa bangsa dan kabilah, ada lantaran berpindah, ada lantaran berdekatan negeri dan djuga lantaran menjerang negeri orang atau di- serang orang lain, jang semuanja itu mendjadi sebab jang erpenting dari pada pertukaran manusia dari satu keada-

an epada keadaan lain. Sebab itu tidaklah kita heran dji- a angsa Arab itu kemudiannja telah meinpunjai darah jampuran dari berbagai-bagai bangsa, apalagi setelah me- e a memeluk agama Islam dan memasuki serta menakluk- an negen-negeri lain. Disana mereka kawin, atau mereka

hifii?6 ' ara gund* dan dajang, jang semuanja itu menim- an turunan baru. Naik Hadji-pun salah satu sebab

J^ng erpenting dari pada pertjampuran darah itu. D isana hpri-o*11?1! *caum Muslimin dari berbagai-bagai bangsa.

\ na. '•cena'an diantara satu dengan jang lain, ada banc- » Mesir, Suriah, Hindi, Tionghoa, Parsi, Zandji, Habsji, Marokko, Mdjazairiah, Indonesia, Siam dan Iain-lain. Ba- njak persemandaan dan permenantuan, sehingga sekarang mi 65% dari penduduk Mekkah itu adalah bangsa tjam- puran dari seluruh darah ummat Islam. Lantaran di^ete- ngah kota banjak pertjampuran itu, sedang dikota jang lain, ain pula tjampurannja, maka pada zaman sekarang ini

terdapatlah banjak perbedaan perangai atau peradaban di­antara penduduk tanah Arab itu. Orang Arab Mekkah ru- panja kuning-kuning, Arab Nedjd rupanja agak hangus, Arab Oman badannja besar-besar, Arab Jaman badannja ketjiJ-ketjil serupa orang Djepang, Arab Suriah hampir menjerupai Arab Marokko, jaitu berkulit sebagai bangsa Barat, Arab Mesir agak hitam dan besar tubuhnja dekat dengan Sudan, jang dikota kuning pula karena banjak tjam- pur dengan darah Turki dan lain-lain. Arab Irak badannja tegap-tegap. Demikian djuga Arab Andalus Utara, rupanja

18

scperti orang Eropa. Achirnja sampai kepada keturunan bangsa Arab dinegeri kita ini. Sebagai terdapat ditanah Bugis. hanja kopiah putihnja sadja jang menundjukkan dia orang Arab, dan bangsawan-bangsawan Siak, bangsriwan Pontianak, semuanja sudah rupa Melaju.

B a d u i .

Adapun penduduk Badui adalah penduduk jang djauh dari pada pertjampuran dengan bangsa-bangsa itu, karena sampai kepada masa ini belum banjak perobahan _-iidup mereka, melainkan masih tetap sebagaimana jang di'ukis- kan didalam kitab Taurat. djauh dari pcrgaulan kota. Ma- lahan hidup bergaul setjara kota itu sangatlah mereka ren- dahkan.

Sebab itu maka dengan sendirinja terbagi dualah masja­rakat Arab itu, jaitu Badui dan kota. Badui adalah kabilah- kabilah jang masih djauh dari pada peradaban, djauh dan pada sckolah, djauh dari pada kemadjuan. Mereka tidak mcmpunjai riwajat, jang dapat diperhatikan oleh ahli tarich zaman baru. Berat sangka orang bahwasanja mereka masih tetap berkeadaan sebagai 3000 \tahun jang lalu djuga. Tiap-tiap kabilah dipimpin seorang Sjech, jang dinamai kepala kabilah.

Orang Badui itu pada galibnja suka psrang, nienjerang, dan menggembalakan unta, kambing dan biri-nja. Mereka sangat mendjundjung tinggi kemerdekaan. Itu sebabnja ma­ka mereka bentji kepada penduduk kota, jang menuiut ke- jakinan mereka — lantaran terlalu peradaban itu, maka kemerdekaan mereka telah dikungkung oleh kemadjuan itu. Untuk mendjadi bukti bahwasanja mereka sangat men- djundjung tinggi kemerdekaan itu ialah penaklukkan bang- sa-bangsa atas tanah Arab, sebagai bangsa Junani, Ruma- wi, Parsi dan lain-lain. Semuanja tidak dapat menaklukkan bangsa Badui. tidak dapat masuk kehati orang Badui. t.ntah zaman sekarang, tempat jang masih rahasia itu bisa dida-

19

tangi dengan tjepat oleh kendaraan bennotor dan kapal terbang.

Goustav le Bon menegaskan bahwasanja Badui djazirah Arab itu memantangkan sangat bertjotjok tanam, terutama menanam gandum atau kaju jang berbuah, dan pantang pula membuat rumah, karena mereka pandang perbuatan itu semuanja akan niengungkung kemerdekaan mereka

Oleh karena mereka tidak mau mentjari kehidupan iang tetap itu, timbullah satu tabiat sadja, jaitu menjerans Di- serangnja bangsa jang telah madju kekota. Orang-orang kotapun takut akan mereka. Sampai kepada zaman Sjarief Husin memerintah di Mekkah, djalan antara Mekah de­ngan Medinah itu tidaklah aman sentosa, karena serangan jang selalu terdapat dari orang Badui itu. Menurut peman- dangan orang kota jang telah madju, mereka mcrair.pok tetap. bag. mereka itu adalah mata hidup. Sebab itu maka Goustav le Bon menjatakan djuga didalam tarichnja itu 1” afjC i t£In| a^uP Arab”, bahwasanja perampasan Badui kepada kabiJah jang Jalu lintas itu, tidaklah banjak pero- bahannja dengcin serangan bangsa Eropah kepada negeri- negeri jang ditaklukkan, karena bermaksud hendak me- ngambil hasil”.

Perbedaannja sedikit, jaitu orang Badui nienjerano: banc;- sa jang lebih madju, dan orang Eropah menjerang bangsa jang masih Badui. "

Lantaran kehidupan jang demikian, mereka tidak iakut mati, menjerang itu djadi kesenangan. Setelah datang nga- ma Islam, sehingga mereka mendjadi balatentara jang ga- gah berani, jang djarang tandingannja didalam riwajat. Terutama didalam balatentara itu terdapat orang jang alirn, pintar, ahli seni dan lain-lain. Maka berobahlah Ba­dui itu kepada kemadjuan, mana jang telah masuk keda- lam tentara, dasar keberanian bermula itu tidaklah hiking, tjuma berobah bentuknja. Tabiat suka menjerang dan me- rampas itu berganti mendjadi berani menempuh maut ka­rena mentjari mati sjahid. Tabiat mereka jang tadinja sudi

20

menolong orang lain jang njata lemah, berganti mendjadi gagah berani dan tangkas.

Berkata ahli riwajat Zaborouiski : Orang Badui itu sa­ngat sekali memeliliara keturunan mereka, takut djangan tcrtjanipur darah mereka dengan jang lain. Hal ini sudah mereka djaga sedjak zaman Nabi Musa dahulu, meskipun ada djuga bangsa lain datang, sebagai bangsa Mesir. Su- riah dan mereka hiaup berkabilah-berkabilah dibawah pim- pinan kepala mereka. Tabiat mereka jang masjhur ialah menjerang, tetapi hormat kepada tetamu, merdeka, kedjam, sangat menghargakan kemuliaan diri, sabar menanggung siksa. Lantaran kedjam itu, maka mereka pendendam ke­pada musuh jang menjerang mereka. Kalau ada orang mu- safir, barangnja dirampas, tetapi dengan gagah berani. Ta- lak sedikit sekali terdjadi, mereka hormat kepada perem- puan. Setengah dari adat orang pcrempuan, ialah berdja- lan mengiringkan kaum laki-laki kemedan perang, untuk menimbulkan keberanian kaum laki-laki itu”. ^

Orang-orang jang naik hadji dizaman pemerintahan Tui- ki dan Sjarief Husin itu kerap kali bertemu dengan Badui tengah merampas itu. Mula-mula dilepaskannja tem- bakan dari puntjak bukit, isjarat menjuruh kabilah itu bei- henti, dan tidak perlu melawan. Kalau terdjadi perlawanan, maka sangatlah mereka peliharakan benar djangan sampai anak-anak dan orang perempuan kena tembak, tetaPl jang laki-laki mudah sadja mereka bunuh. Sebaliknja ;<a au ada orang hadji jang berdjalan sendirian dikampung oiang Badui jang kemaren atau tadi pagi mendjadi perampok itu, mereka itu djugalah jang akan menolong dan memelinaia orang itu, mengantarkannja dari satu perhentian kepeihen- tian jang lain atau menerimanja mendjadi tetamu dida am chaimahnja sampai tiga hari, sampai kelak dia selamat 1- ba disuatu kota. .

Demikianlah kehidupan jang gandjil dari bangsa Badui itu. Pada zaman sekarang dari sedikit kesedikit kemadjuan dunia jang sangat tjepat djalannja ini, mulai djuga sam-

21

pai asapnja ketanah Badui. Sesudah Nabi Muhammad dan Chalifah Umar tidak ada orang besar-besar jang memper- hatikan nasib Badui itu, sudah 1300 tahun lamanja. Baru- lah sekarang radja Ibnu Sa’ud mendjadi seorang radja Arab jang terbesar, telah dapat memimpin kaum Badui jang ada dalam tanah airnja kepada kemadjuan. Kaum itu diperintahkan bersawah ladang. beternak dan diberi karn- pung. Kepala-’ rampok ditanah Hedjaz itu ditangkapi. Ka- lau ada terdjadi perampokan didekat sebuah dusun Badui. sedang perampoknja tidak kedapatan, maka seluruh isi dusun itu disiksa, didenda, dihukum, sehingga keamanan kembalilah ketanah Arab, sebagai dizaman Umar Amin Raihani (failasoof Arab), mengakui bahwa sedjak Umar, meskipun sudah ada Mu’awijah, AJmaa’mun dan Saiahud- din, belum ada jang memikirkan Badui itu, barulah setelali Ibnu Sa’ud mendjadi Umar kedua.

O r a n g k o t a .

Adapun orang kota, berlain bentuknja menurut perlainan bentuk masjarakatnja pula, ataupun perlainan bangsa- bangsa jang dekat dan bergaul dengan mereka. Orang kota didjazirat Arab telah bertjampur dengan berbagai-bagai .bangsa, sebagai Zandji, Ibrani, Punisia dan lain-lain. Per­bedaan pertjampuran itu, sudah barang jang biasa, adalah sangat besar pengaruhnja kepada adat istiadat. Sebab itu Arab Nedjd berlain dengan Arab Oman, Arab Hedjaz ber­lain dengan penduduk Jaman.

Ahli-ahli sedjarah berselisih tentang tabiat mereka itu. Palgrave menolak dakwa setengah ahli riwajat jang menu- duh bahwa bangsa Arab itu tidak dapat menerima kema­djuan. Beliau berkata bahwasanja pada tabiat bangsa itu nampak bahwa ada persediaan buat madju, buat memakai alat-alat baru, kereta api, mesin-mesin dan seumpamanja, asal ada orang jang memimpinnja lebih dahulu kedjurusan itu. Karena mereka adalah jang sebagus-bagus djenis ma-

22

nusia dimuka alani ini. Semuanja itu — kata beliau — da­pat saja buktikan setelah saja selidiki dan buktikan sendiri dengan mata kepala saja di semenandjung itu sendiri.

Zabouroski berkata : „Adapun djenis Arab itu, telah sepakat ahli riwajat menjatakan bahwa mereka adalah jang semulia-mulia djenis bangsa manusia. Kita takdjub dengan mereka. sebagai takdjubnja penjelidik jang lain djuga, de- mi melihat bagusnja persediaan mereka didalam kesopanan, sebagai tahu akan harga kemuliaan diri dan lain-lain pe- rangai mulia” .

Didalam Encyclopedic Britanica tersebut : „Bangsa Arab adalah termasuk semulia-mulia djenis manusia, bangsa Arab mempunjai susunan jang sempurna menurut tabiat, sempurna tubuhnja dan pantja-inderanja, bidjaksana dan sanggup menghadapi pekerdjaannja menurut bentuknja” .

Af-Alusi berkata : „Bangsa Arab lantaran mereka ter­masuk golongan manusia jang sempurna akal dan fikiran, dan fasih serta tjerdas, timbullah pada mereka segala dasar budi-utama dan pusaka mempusakailah mereka didalam segala djasa jang baik. Karena akal jang sempurna itu menghasilkan ilmu dan ma’rifat, dirajat dan hikmat bi­djaksana dan tjerdas, biaperi dan terang ingatan, lekas me- nerima dan dapat menimbang, djitu persangkaan dan kuat firasat, dapat meramalkan jang akan kedjadian dan mudah mendapat ilham, halus pemandangan dan tepat pertim- bangan, sehat fikiran dan tidak lupa apa jang dihapal, pasih lidah berkata-kata dan dapat diterima orang dengan lekas, demikian djuga segala budi pekerti jang terpudji. Semua­nja ditjapai oleh bangsa Arab” .

Demikianlah keterangan pihak jang memudjikan ketjer- dasan bangsa Arab. Sekarang mari kita salinkan pula pen- dapatan jang berlawanan dengan itu.

Ibnu Chuldun berkata : „Orang Arab sudah biasa h ’tdup sederhana, karena telah galib pada mereka hidup seljara liar. Pada kalangan mereka ada orang jang telah djadi ta- biatnja merampas, merusakkan harta benda orang dengan

23

tidak usah begitu susah pajah” . Dibahagian lain beliau ber­kata : ,,Adapun bangsa Arab apabila mengalahkan negeri lain, lekas sekali mereka membawa kerusakan dan kebina- saan, sebabnja ialah lantaran mereka ummat liar, sebab sudah berurat berakar pada mereka keliaran itu, sudah mendjadi budi dan djibillah bagi mereka. M ereka senang sekali kalau mereka dapat keluar dari pada ikatan peratur- an dan tidak dapat diatur dengan undang-undang dan sia- sat. Tabiat demikian tentu sadja tidak dapat menimbulkan kemadjuan, bahkan berlawanan dengan kemadjuan. Pen-

e nja kebiasaan mereka hanjalah satu, jaitu mengembara. bertualang dan mengalahkan orang Iain. Tentu sadja tabiat demikmn berlawanan dengan kctenteraman kem adjuan".

Dibahagian fain beliau berkata pula : ..Bangsa A rabadalah ummat jang sedjauh-djauhnja dari pada siasal ke- ladjaan. Sebabnja ialah lantaran mereka lebih banjak ke- baduiannja dari pada sekalian bangsa Iain. Mereka tidak kenal akan kekurangan, tidak merasa perlu kepada kehi­dupan jang mewah-mewah, sebab sudah terbiasa hidup susah, hidup mengembara. Lantaran itu mereka tidak me­rasa perlu untuk diatur orang lain, melainkan oleh kepala- nja sendiri, sehingga susah menjusun dan mengatur iang satu kepada jang lain, karena hidup demikian sudah enak bagi mereka. Meskipun mereka ada mempunjai kepa 'a-ke- pala, maka hadjatnja kepada kepala itu hanjalah laniaran hendak menjusun ’ashabijah sadja. Kepala-kepala itu ter- paksa mesti berlaku hanja sebagai ketua sadja, tidak boleh berlaku keras kepada mereka, padahal suatu keradjaan atau pemerintahan perlu kepada pemimpin jang kuat.

O’leary berkata : ,,Sesungguhnja bangsa Arab jan ;; di- pandang sebagai misal dan tjontoh itu, adalah bangsa jang hanja hidup memandang lahir sadja (materialis), m em an- dang sesuatu dengan pandangan lahir, artinja m em andang sesuatu hanjalah sekedar faedah lahir atau keuntungan jang akan bisa diambil dari pada barang itu, karena sudah sa­ngat berurat-akar kelobaan itu didalam perasaan m ereka.

24

Mereka tidak mempunjai medan untuk chajal. untuk me- mandang lebih djauh. demikian djuga tidak ada mempu­njai perasaan halus jang akan menimbulkan kasihan. Me­reka tidak begitu tjondong kepada agama. Tidak menien- tingkan sesuatu kalau sekiranja tidak akan membawa laba lahir, jang akan memenuhkan perasaan kepada harga ke- muliaan dirinja sendiri. Lantaran itu mereka berontak da­ri pada segala matjam apa djuapun jang bernama peme- lintahan. Sehingga timbul didalam hati mereka perasaan bentji, hasad dan dengki, chianat dan sakit hati kepada kepala perang atau kepala persukuan mereka sendiri se­djak sehari dia diangkat mendjadi kepala itu. Meskipun dia sahabatnja jang paling karib selama ini. Karena kalau seseorang berbuat baik kepada mereka, bukanlah mereka menerima itu dengan terima kasih, tetapi mereka sangka kebaikan itu adalah alamat kelemahan orang jang mem- beri” .

La Mains berkata : Bangsa Arab adalah bangsa jangdemokratis, tetapi demokrasi jang sudah terlalu djauh. Pemberontakannja kepada segala kekuasaan, ialah lanta­ran kekuasaan itu mentjoba hendak mengikat atau mem- batas kemerdekaan dirinja, meskipun ikatan dan kungku- ngan itu djuga untuk kemuslihatan dirinja sendiri. Inilah dia suatu rahasia jang dengan dia dapat kita selidiki apa- kah sebabnja kerap kali benar timbul huru-hara dan ke- katjauan, kebusukan dan kechianatan didalam sebahagian besar tarich Arab. Tidak tahu akan rahasia inilah jang menjebabkan maka orang Eropa kerap kali benar djatuh kepada kesalahan didalam memerintah bangsa itu, sehing­ga kerap kali membawa kurban, padahal kurban itu belum perlu. Kesukaran memimpin bangsa Arab itu dan kesu- karan mereka takluk kepada suatu pemerintahan, itulah jang mendjadi halangan paling besar, jang menjuka'-kan memimpin bangsa itu supaja dapat meniru kemadjuan Ba­rat. Ketjintaan bangsa Arab kepada kemerdekaannja ada­lah sangat besar, sampai kalau ada orang jang bermaksud

Sedjarah Umat Islam 3 25

membatasinja atau tnenguranginja agak sesudut, mereka- pun akan bangkit berdiri dengan marah dan garangnja. se- rupa Singa liar jang baru dikurung kedalain kandang besi, mau dia menguis besi itu dengan gerahamnja karena sangat marahnja meminta supaja dia dikembalikan kepada kemer- dekaannja itu. Tetapi disegi jang lain, adalah bangsa Arab itu bangsa jang djudjur, teguh berdjandji, setia kepada adat istiadat nenek mojangnja, budiman dan sangat me- muliakan akan tetamunja, setia pula mendjaga akan per- djandjian-perdjandjian perang, dan teguh memegang nkan kewadjiban suatu persahabatan jang telah diikat. Pada umumnja, menurut kiraan saja, adalah sipat-sipat dan pe- rangai ini disimpulkan sebagai sipat jang berdjalan menurut perdjalanan kemadjuan bangsa-bangsa bukanlah sipat sua­tu bangsa jang chusus. Sehingga djika sekiranja bangsa Aiab itu telah terbiasa hidup bertjotjok tanam misalnja. maka akan berobahlah sipat-sipat itu dari sedikit kesedi- kit” .

Tidak sjak lagi bahwa kita disini melihat bermatjam-ma- tjam pendapat para ahli tentang bangsa Arab, beriawan satu dengan jang lain, ada jang me/nudjikan benar akan

orang Arab, sehingga lantaran terlalu mensutjikan itu, me­reka lalai memperhatikan bahwa bangsa Arab itu m anu­sia djuga. Ialah seumpama AI-AIusi tadi. Ada pula jang menuduhnja terdiri dari kaum peranipok-perampok, liar dan biadab, masuk kesatu negeri dirusakkannja negeri itu, djauh dari siasat keradjaan, materialis, tidak ada perasaan, tidak ada chajal, tidak mau diatur. Seumpama perkataan Ibnu Chuldun dan O’leary itu.

Pendeknja, kedua belah pihaknja sama berlebih-lebihan. Jang memudji terlalu tinggi itu, sehingga mengatakan orang Arab tidak ada tjelanja, maka berlawanan perkataannja itu dengan ilmu pengetahuan baru, dengan ilmu bangsa-bang­sa jang terbaru. Karena menurut ilmu bangsa-bangsa mo­dem (volkenkunde), tiap-tiap bangsa itu ada mempnnjai tjela dan ada mempunjai kelebihan.

26

Jang kedua, jang terlalu mengurangkan hak bi-ngsa Arab, kebanjakan karena perasaan bentji atau Sju'buijah, memandang bangsanja sendiri lebih tinggi Iantaran kckua- saannja, sebagai La Mains tadi, dan ada pula karena ku- rang luas selidik. Golongan ini haruslah menjelidiki benar dahulu akan perbedaan djiwa Arab Badui dengan Arab jang telah mendirikan kehidupan dikota, sehingga dapat dibedakan benar achlak kedua golongan ini. Tjoba perha- tikan pendapatan Ibnu Chaldun itu. Didalam keterar.gan- nja, tidaklah dibedakannja orang Badui dengan orang ko- ta, dan tidak dibedakannja pula penghidupan bangsa Arab sebelum Islam (djahilijah) dengan penghidupan sesudah Is­lam. Padahal sudah njata kehidupan Badui dan kota, Dja­hilijah dan Islam mempunjai perbedaan jang besar seka­li.

Tak dapat dibenarkan seluruhnja penjelidikan !bnu Chuldun jang mengatakan bahwa bilamana bangsa Arab masuk kedalam suatu negeri, lekas membawa kerusakan. Taricrh tjukup terbentang dihadapan kita, tjukup menun- djukkan bagaimana tamaddun jang telah dibawa oleh bang­sa itu kemuka dunia. Bekas-bekasnja tjukup ditiap-tiap ta­nah jang dimasuki oleh peradaban bangsa itu.

Pendapat beliau mengatakan bahwa bangsa Arab tidak bisa diatur mendjadi suatu pemerintahan, terbukti tidak pu­la dapat dibenarkan sama sekali. Sebab seluruh dunia te­lah menjaksikan pula bahwa beberapa keradjaan Arab jang besar-besar telah berdiri, bekas keadilan, keteguhan dan kebesaran keradjaan-keradjaan itu masih dapat di- buktikan sampai kepada zaman sekarang ini. Satu masa bangsa Arab telah mentjapai zaman mas jang mulia, pe­radaban, tamaddun, ilmu pengetahuan jang tinggi nilamja, telah mereka alirkan kemuka dunia.

Q'leary menjipatkan bangsa Arab kaum jang hanja tak- luk kepada lahir, dipengaruhi harta benda, tamak dan lo- ba, tidak begitu perduli kepada agama. Semuanja tertolak oleh hikajat-hikajat kemuliaan, budiman, dermawan bang-

27

sa Arab jang tertulis didalam beberapa buku jang tebal- tebal, tjeritera-tjeritera jang benar-benar kedjadian. Tetapi lantaran djarang bertemu tandingannja, kadang-kadang di- sangka sebagai dongeng.

Kejakinan mereka kepada agama dan djihad mereka mempertahankan agama jang mereka jakini, tidaklah ber- suluh batang pisang lagi, tetapi bersuluh matahari, berge- langgang dimata orang banjak. Hanja bangsa Arablah jang telah terlalu banjak menumpahkan darah karena setia ke­pada agama. Kata O’leary bahwa bangsa Arab kurang kuat ingatan, kurang halus perasaan, bolehlah ditolak de­

hat sjairnja tentang tasauf, tentang tjinta, tentang rindu, tentang keberanian, sjair perang, adab, filisofi dan lain- lain. Dante di Itali, Goethe di Djerman dan Scheller. ter­pengaruh oleh keindahan sjair - sjair Arab itu.

Adapun bangsa Arab dilihat kepada bentuk tubuhnja, adalah mereka. pukul rata tinggi agak kurus, ketjuali be­berapa keturunan disebelah Jaman, pandjang mukanja, pu- tih kuning, tetapi ditempat jang agak panas, warnanja agak

at kepada merah sawo, matanja hitam demikian djuga rambutnja, rambut itu kasar, keningnja tinggi sedikit, hi- dungnja mantjung, mulutnja ketjil, telinganja ketjil pula, bidjak, lekas mengerti, lekas dapat dibangkitkan kemarah- annja, terutama apabila tersinggung k.et\\ul\aan dan kehor- ma annSa - Kalau te.Va.Vi m aiah itu, tangannja lekas sekali me- megang pedangnja hendak berkelahi, walaupun kadang-ka-

ang kurang difikirkannja kebesaran dan kekuatan mu- f-f ^crang itu sudah mendjadi kebiasaannja. Orang Hadramaut dahulukala datang ke Indonesia ini ialah ka­rena hendak membeli „bedil”, sebagai orang Ambon mem- beli ,,sepatu” dan orang Minang merantau mentjari duit pembeli „sawah” . Mereka suka kepada kemerdekaan, suka kepada persamaan, dan didalam hati masing-masing, me­reka merasa bahwa keturunan mereka lain dari jang lain dan darah mereka lebih tinggi.28

Pasal IIIT A R IC H ARAB SEBELUM ISLAM.

Penjelidikan zaman barn.Sudah mendjadi ilmu jang umum didalam kalangan

bangsa-bangsa selama ini bahwa bangsa Arab sebclum Islam, terdiri dari beberapa kabilah Badui jang tidak mem- punjai tempat tinggal tetap, terputus perhubungannja de­ngan bangsa jang telah lebih djauh kemadjuannja, sebagai bangsa Rumawi, Junani dan Mesir. Demi setelah diselidi- ki oleh ahli-ahli riwajat zaman baru, ternjatalah bahwa persangkaan demikian amat keliru. Bahkan perhubungan bangsa A rab sudah lama sekali dengan bangsa jang madju itu, baik dalam perniagaan maupun peradaban. Penulis ri­wajat zaman baru itu banjak jang telah menghabiskan umur, harta dan benda dan berletih tulang memasuki ta­nah Arab, hendak mentjari persangkutan zaman kini de­ngan zaman purbakala itu, semata-mata berchidmat kepa­da ilmu pengetahuan.

Dalam tahun 1825 tiga orang penjelidik, jaitu VV. F. Hempi'ich, M.O. Taniisier dan C.G. Ehrenberg telah da­tang ke Tihamah dan ’Asir.

J . Halevy dalam tahun 1869, dan Edward Galnser tahun 1890 telah datang ke Djauf dan M a?rib.

C. Cruttendu dan J .R . Wellsted datang menjelidiki H a­dramaut dalam tahun 1835. A. von Wred dan W. Wuwan tahun 1843 dan Hirich dalam tahun 1893 datang ke Musqat.

Neuber ketika akan berangkat ke India, telah masuk djuga ke Musqat. S.B. Miles dalam tahun 1876 datang ke Oman. Burckhard tahun 1814, Sir Richard ziarah ke H e­djaz tahun itu djuga. G.F. SadJier pernah ke Nedjd, G.A. Wallin tahun 1862. C. Dougty tahun 1875. C. H uber ta­hun 1883.

Dan banjak lagi jang lain telah ziarah keseluruh negeri- negeri dipedalaman tanah Arab itu, sampai kebeberapa

29

padang pasirnja, ada jang hendak mengetahui riwajat kc- turunan bangsa, ada jang mempeladjari djenis binatangnja. ada jang mempeladjari djenis logamnja dan niatjam-matjam lagi jang lain, jang semuanja itu banjak sekali menambah keterangan dan ilmu berhubung dengan djazirah itu.

Bahan riwajat Arab itu adalah terbagi dua, ada jana tertulis didalam buku-buku dan ada pula jang terdapat pada bekas-bekas lama, pada runtuhan batu-batu atau pa- ,da ukiran-ukiran. Kitab-kitab itu ada jang ditangan bang­sa Arab sendiri dan ada pada luar Arab. Jang terdapat di-

ama’ ada didalam tanah Arab sendiri, sebagai di Hedjaz, Jaman dan lain-lain, dan ada pula diluarnja sebagai pada bekas bangsa Babil, Asjur, Mesir dan Puni-Slcl.

Kitab jang paling tua. jang menuUskan beberapa tarich Aum, ialah A1 Quran. Disana ada t e t r u l i s beberapa per- kataan tentang bangsa Arab jang telah lama nnisnah, se­bagai ’Aad, Stamud dan beberapa riwajat radja-radja J a ­man a ta u bandjir besar jang merusakkan beberapa Sadd di Ma’rib, jang bernama Sailul ’Arim. Riwajat-riwajat di­dalam Quran itu, tidaklah berlebih-lebihan, dan apa dikatakannja itu semua pada masa ini sudah dapat di- buktikan dengan penjelidikan ilmu. Lain dari Quran ada­lah lain tarich sebagai karangan Ibnu Astir, Sarih Ibnu Hisjam, Tarich Thabari, Murdjuz-Zahab, ’Iqdul Farid , Al- Aghany, Ibnu Chuldun dan lain-lain.

Untuk menjelidiki riwajat djahilijah sebelum Islam, d a ­pat ditjari pula didalam sjair-sjair, sebagai sjair Abu T a- mam, Abu Zaid Alhialy. Thabaqat Ibnu Qutabah, dan lajn" lain. Dan selain dari tarich dalam kalangan Arab sendm , terdapat djuga didalam kitab Tuurat, atau tarich kaiangan Ilirodotus, Strabon, BaEtius, Petelomcus dan lain-lain.

Bahan-bahan jang terlukis dibatu-batu dan runtuhan ru- inah-rumah lama itu banjak di Hadramaut, di Jam an dan disebelah selatan tanah Arab. Tetapi jang telah m usnah itu belumlah terbuka semuanja sampai sekarang ini. Dibekas-

30

bekas perumahan kuno dari bangsa Babil terdapat kalimat jang bunjinja „melukh”, dan satu keradjaan Arab tua ber- nama M u’in terdapat disalah satu runtuhan rumah lama itu tertulis „manium” . Batu-batu itu ditulis 3000 tahun sebelum Nabi Isa dilahirkan.

Sungguhpun begitu, tarich-tarich kemudian banjak dju­ga jang berlebih-lebihan, tertjampur dongeng dan ketera- ngan jang kurang masuk akal. Sekarang ahli-ahli masih belum puas menjelidiki. Dinegeri Suriah, Palestina dan Irak, sekarang, sengadja diadakan undang-undang buat melindungi barang-barang kuno.

ARAB SEBELUM ISLAM.

(Menurut keterangan ahli riwajat bangsa Arab)

Arab purbakaJa (Baidp.h).

Berkata Ibnu Chuldun : „Adapun Arab ’Aad itu, ialah keturunan dari pada ’Aad bin ’Aush bin Iram bin Saam. Trempat diam mereka jang mula-mula ialah Ahqaaf-Ar- Raml, tempat diantara Jaman dengan Oman, menudju Ha- dramaut dan Sjihr.

Kata Mas’urii: „Jang berkuasa sesudah ’Aad itu ialah Sjidad. Keturunannja itulah jang kemudiannja meluaskan kuasanja, ke Irak, Sjam dan Hindi.

Ibma Sa’id menjebutkan didalam riwajatnja bahwa kaum Sjidad itu dahulukala pernah djuga mengalahkan tana i Qubthi, pernah masuk kedalam negeri Iskandariah dan 1- dirikannja suatu kota jang bernama Un. Tetapi kemudian mereka dapat pula diusir kembali oleh bangsa Mesir, jang berserikat dengan bangsa Sudan, dan Barbar untuk me ngusir. Masih kekallah kekuasaan kaum Sjidad itu s a m p a i datang Ja’rab bin Qathan jang mengalahkan mereka, se­hingga mereka lari memilih tempat tinggal jang baru di- atas bukit-bukit Hadramaut, sampai musnahnja.

31

, a af ’ ,satu tjabang dari ’Aad itu, jaitu ’Ubail. tjabane di n?»ffdan Aad bin ’Aush. Tempat tinggal mereka ialah fCnn ’auj as antara negeri Mekkah densan Medinah.

um Abd Djucham bin Jram tinggal di Thaif. dan kian i«ma Kian punah pula.d-iricLapun iang dikatakan kaum Stamud, ialah keturunan dan Stamud bin, Kastir bin Tram. Karapung mereka ialahS h S i I " Wadi,-Qura, jaitu diantara Hedjaz denganbukit buk i^h frUmah tSmpat tinggaI mereka ialah aiatas gusnja Jang merCka pahat dengan sebagus-ba-

Hediaz d e ^ n 'V ' ” KaUm Stamud itu berkuasa diantara Pumah t Sjam, sampai ketepi pantai lautan Habsji

y ? * ' T * * W * <*“ » b u k it-b u k it j? n gd t t n I Pahat’ tanah tempat itu sekarang terdapa di- djalan akan pergi Hadji di Wadil-Qura.

la, ^ - ; ! n TflaSmin,menurLlt keterangan Ibnul-Kalbi ia­In ’«l« I 1 P ram ^ ‘n Saam. Kampung mere-

1 I'l iili til Jamamah, mereka berbelahan dengan kaum Mainud. Thasmin itu berkampung di Bahrein. Tetapi me- nuiut keterangan Thabri kedua persukuan itu sama-saina tinggal di Jamamah, tidak ada jang di Bahrein, karena Jamamah itu subur, sehingga dapat mereka menegakkan negeri, membuat taman dan rumah-rumah indah. Salah se­orang dari pada radja Thasmin jang meinegang pemerin- tahan, ialah ’Amluq. Baginda sangat bengis dan zalim.

Jang bernama kaum ’Amaliq ialah keturunan ’Amliq bin Lauz. Kata T habri : „Keturunan ’Amliq itu sangat kem- bang, mereka terpetjah-petjah, sehingga adalah penduduk Arab Timur petjahan mereka djuga, penduduk Oman dan penduduk Hedjaz keturunan mereka djuga, bahkan F ira tfh jang memerintah Mesir, pun ada jang dari keturunan m e­reka. Radja-radja jang berkuasa di Sjam, jang bernam a kaum Kan’aan, pun dari keturunan mereka djuga” .

Djardjani menguatkan bahwa keturunan ’Amaliq itu ada mendjadi Fir’aun di Mesir.

32

Ada pula satu tjabang bernama Umaim, tjabang saudara dari kaum 'Amaliq bin Lauz itu. Menurut kata setengah riwajat, tempat tinggal mereka ialah ditanah Par­si. Ada lagi satu tjabang bernama Hadhura, kampungnja ialah di Rass, mereka dahulunja menjembah api (madjuzi).

Adapun Hadramaut, tidaklah dimasukkan orang lagi ke- dalam golongan Arab purbakala. tetapi telah dihitung Arab ’Aribah, karena keturunan mereka masih ada tinggal pada qurun-qurun jang achir.

Ada lagi jang bernama Djurhum. Menurut keterangan Ibnu Sa’id, Djurhum itu ada dua, pertama Djurhum lama, termasuk ummat Arab jang telah musnah, dan ada Djur­hum kedua, jaitu keturunan dari Djurhum bin Qahthan. jakni seketika Ja’rab bin Qahthan memerintah di Jaman. diangkatnja saudaranja jang bernama Djurhum mendjadi radja di Hedjaz.

AR AB MUTTA’ARRIBAII ( ARAB UTARA ).

Kata Ibnu Chuldun : ,.Dikenal Arab Mutta’arribah, ialah Arab Jaman dan Arab Sabaa. Ahli keturunan Bani Israi! menjangka bahwa nenek mereka Sabaa dari ketuiunan Kusj bin Kana’an, dan ahli keturunan Arab tidak mau me- nerimanja. Dan jang sah dan jang diterima oleh unium, ialah bahwa Sabaa itu keturunan Qahthan. Sabaa itu a n a ' Jasjdjab anak Ja’rib, anak Qahthan.

Kata Ibnu Hazm : „Qahthan itu mempunjai 10 a n a k a ki-laki dan dari anak-anak itu dia tidak beroleh keturunan. Kemudian itu disebutkannja pula bahwa dua dari ana. ' anak itu mentjampungkan diri kedalam Himjar. La u i sebutnja pula Alharts bin Qahthan. Katanja : Kata orane dia beranak, bernama Al-Asur. dari sanalah turunnja an zalah bin Safwan, Nabi untuk kaum Rass. Rass ialah di­antara Nadjran dengan Jaman, dan dari Hadramaut ke a mamah. Setelah itu disebutnja pula Ja’rab bin Qahthan, a tanja : ,.Pada merekalah kaum Himjar” .

33

Kata Ibnu Sa’id : „Sesudah Ja’rib itu, mendjadi ,-adja pula puteranja Jasjdjab, dan kata orang namanja jang se- benarnja „Jaman”, dengan kekerasan diambilnja kekuasa- an jang ada didalam tangan saudara-saudara ajahnja. Se­sudah dia, djadi radja pula puteranja ’Abd Sjams, dan ka- tanja namanja sebenarnja ,,’Abir”, dan dinamai orang Sa­baa, karena dia jang memulai melakukan tawanan kepada musuh, dan dia jang mula pertama mendirikan kota Sabaa dan membuat dinding air (Sadd-Ma’rib) jang terkenal.

Kata AI-Mas’u d i : „Radja Jaman mula-mula ialah Sabaa anak Jasjdjab anak Ja’rib, anak Qahthan, dan namanja Abd Sjams. Lama kekuasaannja 480 tahun. Sesudah dia,

berkuasa v^etan ja Himjar anak Sabaa anak Jasjdjab anak Ja rib. Adalah beliau orang jang amat gagah perka- sa, sangat pintar berkuda, lagi indah rupanja. Berkuasa 50 tahun, dan kata orang lebih dari itu, ada pula jans me- ngatakan kurang. Beliau lebih terkenal dengan gelar ,,A1- mutawwdj (jang bermahkota).

Kata Ibnu Sa id : „Jang berkuasa sesudah Himjar ialah saudaranja Kahlan; sesudah itu ialah Wasil anak Himjar. sesudah itu Saksak bin Wasil. Setelah Malik bin Himjar mang a , jang menguasai Oman ialah puteranja Qudha’ah.

if 1?^Langl ^ Saksak dan dapat diusir. Sesudah Sak- saK naiK pula puteranja Jafar bin Saksak. Banjaklah go- longa^n jang melawan kepadanja, dan diantara jang mela- wan ialah Malik bin Al-Haf anak Qudha’ah. Lama djuga huru-haia itu sampai Ja’far mangkat, digantikan oleh pu­teranja jang bernama An-Nu’man. Tetapi jang sebenarnja memegang tampuk kekuasaan ialah Maran bin ’Auf bin Himjar, jang lebih terkenal dengan gelar „Zi riaasj” (jang berbulu bagai burung). Daerah kekuasaannja ialah Bah- lein. Lalu dia datang ke Nadjran, maka diperanginjalah Malik bin Al-Haf bin Qudha’ah itu.

Setelah Nu’man amat tua ia dipendjarakan Zi-riaasj. Pandjang usia Nu’man itu dalam pendjara. Setelah dia, berkuasa pula keturunannja Asdjam bin M u’arif. Sedjak

34

dia. katjau balaulah urusan Bani Him jar, hingga tjrpetjah- belahlah keradjaannja, sehingga sampai ketangan Al-P.aisj. Dari zam annja barulah teguli kcm bali. sampai kepada ketu­runan radja-radja T ubba’.

Radja-R adja T ubba’ dan Himjar.

Kata Ilm u C huldun : Radja-radja Tubba’ (Tababi’ah) dan H im jar itu adalah keturunan ’Abd-Sjam s, menurut penjelidikan ahli-ahii scdjarah. Kota-kota pusat keku«'-aan nja ialah Shan’aak. D an kota M a’rib adalah tiga Marlialati djauhnja dari Shan’aak. Ratu Sabaa, salah seorang wi a ratu m ereka. jaitu satu bendungan jang dipeibuat ian a dua bukit, dibina dengan batu-batu dan tembok 'ua., un tuk pem bendung air hudjan, dan air-mata-air, jang sadja beberapa lobang ketjil untuk mcngeluaikan aw kedar perlu. Itulah jang bernama A l-’arm.

Kata beliau pula : Radja Tubba’ jang m u la -m u a, nic rut kesepakatan ahli-ahli tarich ialah Al-harst „ <•(jan gln en jiran i), karena beliau s e n a n t i a s a menjiram - nja dengan anugerah. Ahli tarich berselisih ten a ~ , usulnja. T etapi mereka sepakat bahwa salah seo < - tuiim an dari W asil bin A l-G aust. ^

Thabari berkata ketika membitjarakan salah s c r , r- radja T ubba’ itu, bahwa A s’d Abu Karb datai^ ‘u Jaman, pada djalan jang ditempuh ,.Al-Raisj ‘ ^H inega tiba dibukit T hai” , kemudian itu men J ‘ ,|<e A l-A nbar. Setelah dia sampai di Hirah. tengah bingunglah dia. D isana dia tegak dan dinumainj .. itu „A1-H irah” (kebingungan). L a i u diteruskannja i * ^ la n a n n ja . sesudah ditinggalkannja d item pat 1 u < um dari A l-A zd , Lucham . Djtizam, ’Am .lah d an 'Q u d lu ah . D idirikanlah negeri disana. Setelah itu hct pi . [<.,ihtem pat baru itu beberapa keturunan dan ai 'terns' ke Beliaupun terus menudju Al-Anbar, setelah ,M ausul, terus ke Azerbidjan. D isana bertemu dengan bans

35

sa Turki, maka terdjadilah perang besar. Bangsa Turki itu dapat dikalahkannja dan banjak orang ditawannja, lalu

e laupun kembalilah ke Jaman. Pandjang djua usia radja itu, segan kepadanja radja-radja jang lain dan baniak mengnantarkan persembahan kepadanja.

Ibnu Hazm sesudah menjebutkan ra d ja - ra d ja T u b b a ’ itu perkata : „Tentang asal-usul mereka, banjak selisih dan banjak katjau, terdahulukan jang kemudian, dan terkem u- diankan jang dahulu. Banjak terkurang dan banjak nu a “ “ an; Tidak ada kitab-kitab tentang J a d i a ^ t dja Tubba itu jang dapat dipegang benar, ketjuali sedikit

la ma’sanT na ^ riWajatnja *** te,ah

1311 Jaman atas pcrobahan agama itu, demikian djuga p en ­duduk Nadjran jang telah umum memelulc agama Nasrani. Jang mendjadi pemimpin dari kaum Nasrani itu ialah A b ­dullah bin AN-Stamir. Adapun agama Nasrani itu telah masuk kenegeri mereka dibawa oleh seorang diantara rau- rid-murid Nabi Isa (Hawary) sendiri, namanja Simon Be- liau ini sangat kuat beribadat dan makbul doanja dan b a ­njak kelebihan-kelebihannja, dapat dia mengobat orang sa- kit, hingga sembuh. Tetapi beliau sangat m enjembunjikan namanja, supaja djangan orang tahu. Seorang bernam a Sa­leh mendjadi pengikutnja jang setia. Mereka berdua lari, hingga sampai ketanah Arab. Setelah sampai ditanah A rab , mereka dapat ditangkap oleh satu angkatan saudagar bu- dak. Sampai di Nadjran, terdjuallah kedua budak itu. Sam ­pai disana didapatinja penduduknja menjembah pohon kurma. Kalau mereka mengadakan hari raja m enjem bah batang kurma itu, berkumpullah mereka bersam a-sama di- bawah naungnja, lalu mereka persangkut-sangkutkan per-

36

i

hiasan mereka dan kain badju mereka. Sampai disana ter- paksalah kedua murid dan guru itu, Simon dan Saleh ber- pisah karena menurutkan tuannja masing-masing. Sampai dirumah, amatlah tertariknja jang membeli Simon itu me- lihat ibadatnja dan sangat tekunnja beribadat. I.alu dita- njakannja asal-usulnja dan agamanja. Itulah kesempatan jang sebaik-baiknja bagi Simon untuk memberi keterangan agama Isa kepada tuannja itu dan ditjelanja menjembah batang kurma. Persembahan jang sedjati hanjalah Allah. Kaiau" dia mohonkan kepada persembahan sedjati itu un­tuk membinasakan pohon kurma itu, tentulah akan han- tjur binasa.

Mendengar itu, jang membelinja mendjawab : ,,kalau memang engkau sanggup memohonkan itu kepada Tuhan- mu itu, hingga ada bekasnja, maka kami akan inasuk ke-dalam agamamu”.

Simon-pun mulaiiah berdo’a. Tiba-tiba datanglah angin sangat kerasnja, dibongkarnja pokok kurma itu s a m p a i

kepada urat-uratnja, habis tumbang.Melihat bekas doa jang sangat makbul itu, seluruh pen­

duduk Nadjran masuklah mendjadi pemeluk agama Nas- rani.

Habsji menaklukkan Jaman.

Berkata Hisjam bin Muhammad Al-Kalbi, tentang se- bab-sebab Zi-Nuas memerangi negeri Nadjran. Kaianja, ada seorang pemeluk agama Jahudi dinegeri Nadjran. Anaknja berdua dianiaja oleh penduduk Nadjran, sehing­ga mati terbunuh kedua anak itu. Melihat perbuatan za- lim itu, orang Jahudi itu meminta tolong kepada Zi-Nuas, atas nama agama, dapatlah lagi penduduk Nadjran itu pe­meluk Nasrani. Maka berhasillah maksud Zi-Nuas menga­lahkan negeri itu. Ada seorang pemimpin Nadjran Daus Zu Sja’laban namanja, dapat meloloskan dirinja. D;apun terus berangkat menghadap Kaisar Rum, meminta perto-

37

longan, sambil dipeiiihatkannja sebuah kitab Indjil bekas dibakar oleh Zi-Nuas. Kaisar Rum memerintahkan kepada Negus negeri Habsji supaja dengan segera mengirim ang- katan perang menuntut bela dari pada Zi-Nuas itu. Oleh

egus dikirimlah suatu angkatan perang dibawah pimpi- nan panglimanja bernama Irbath, untuk melakukan kehen- aak Kaisar itu. Dalam angkatan perang Irbath itu ikut

juga Abraham Al-Asjram. 70.000 banjaknja tentera di­bawah perintah Irbath itu.

Setelah angkatan perang itu mengindjak bumi Arab Zi- uas menjiapkan pula angkatan perangnja. Sajang sekali,

gagal maksudnja sebab banjak perpetjahan didalam kala- ngan oiang-orang besar Himjar. Sehingga tatkala terdiadi

tldl klah samPai lama berdjuang, hingga ka- wnh i P en^an sebab itu takluklah Jaman keba-

i aSr l? 1V ? an Irbath i'anS perkasa mengi- . pcrtiga dan harta rampasan kepada Negus, n itm e-

nuhi djandjinja dengan baginda. Dengan sombong dan ang- kuh Irbath menghinakan negeri jang diduduki itu, diper- budaknja orang besar2nja dan diruntuhkan benteng-ben- teng pertahanan, seumpama Saldjik, Sun dan Gamdan.

Habsji menjerang Ka’bah.Ibnu Chuldun menjebutkan didalam tarichnja, bahwa

Abrahah membuat sebuah geredja di Shan’aak, d inam ai- nja Qalijs. Djaranglah geredja setjantik itu. Setelah scle- sai, dikirimnjalah surat kepada Negus dan Kaisar R um , menjatakan bahwa hatinja belum senang, sebelum seluruh bangsa Arab, memalingkan hadjinja kepada geredjanja itu.

Berita isi surat tersiar didalam kalangan bangsa A rab. Maka murkalah pemimpin-pemimpin mereka. Seorang ke­pala Bani Fuqaim dan seorang kepala Bani Malik, dengan sengadja datang kegeredja Qalijs itu dan keduanja berse- nang-senang membuat kotor didalamnja. Berita itu sampai kepada Abrahah dan dikatakan orang pula bahwa orang itu datang dari rumah tempat bangsa Arab naik hadji itu.

38

Sangatlah naik murka Abrahah mendengar kabar _ itu, hingga dia bersumpah bahwa dia sendiri akan peigi ke Ka’bah hendak meruntuhkannja. Setelah itu dikeluarkan- nja perintah keras supaja penduduk naik hadji ke Qalijs sadja lagi. Setelah sampai orang suruhan menjampaikan perintah itu kenegeri Kinanah, ia dipanah orang hmgga mati. Kemarahan Abrahah memuntjak tinggi, sehingga tetaplah niatnja mengatur angkatan pergi meruntuhkan Ka’bah itu. Maka berangkatlah dia dengan benbu-nbu ten- t 2 i-a Habsji menudju Mekkah, dia sendiri mengendarai ga- djah besar. Ditengah djalan bertemu seorang bangsawan Himiar, Zu-Nafar namanja, jang sengadja datang mela- wan. Tetapi Z u - N a f a r dapat dikalahkan dan ditawan di- biarkannja tinggal hidup untuk mendjadi penundjuk dja-

laiKata Ibnu-Isliak : Tatkala ia lalu di Taif, ia disongsong oleh Mas'ud bin Ma’tab, diiringkan oleh pemuka-pemuka Staaif Mereka menjatakan tunduk dan meieka utus Abu £ $ S S & Penundjuk djalan. M ak s disuau, .em pa. diantara Taif dengan Mekkah mat.lah Abu Raqal itu. Ku burnja b e r p u lu h - p u lu h tahun kemudian masih tetap diLm- pari oleh orang Arab jang lalu hntas.

Setelah dekat, Abrahahpun memermtahkan b ^ e ja p a tentera berkuda lebih dahulu masuk ke Mekk^ ; ™ ra” _ pasi harta benda penduduk. Diantara jang*diram p*,itu«_ lah 200 ekor unta kepunjaan Abdul Muttahb secL g liau diwaktu itu adalah mendjadi pemunpin Quraisj. Me reka bermaksud hendak melawan tentera jang ^ a n g Tetapi setelah diketahui bahwa kekuatan tiada seimbant , mereka hentikanlah maksud itu.

Abrahahpun menjuruh Hanathah bangsawan Hunja itu datang ke Mekkah memben tahu kepada orang Q u i < j tentang maksudnja hendak meruntuhkan K ab« h i tv . d a n

memberi maklumat perang kepada mereka, kala m-, eka mentjoba m e n g h a l a n g - h a l a n g . maksudnja. Hal itu d i s a m

paikannja djuga kepada Abdul Muttahb sendiri. Denman

39

tenang beliau mendjawab, bahwa dia tidak ada maksud hendak berperang dengan Abrahah. Rumah ini adalah rurnah Allah, kalau dibelanja, itu adalah rumahnja sendiri. dan kalau Allah membiarkan tidak ada pula diantara kami jang sanggup melawan. Hanathah membawa Abdul Motta- lib datang menghadap Abrahah, didjalan bertemu Zi-Nafar jang tengah tertawan itu. Zi-Nafar membawa Abdul Mut- talib kepada pawang gadjah Abrahah, dan Zi-Nafar itu membawakan Abdul Muttalib menghadap Abrahah. Maka sangatlah Abrahah menghormatinja. dia turun dari atas singgasananja dan berteman baik dengan dia. Denman P f ° ! on# an pawanS gadjah duduk bersama-sama Abu I nalib diatas hamparan. Maka mulailah Abdul Muttalib menanjakan tentang 200 ekor untanja jang dirampas oleh tentera Abrahah itu.

Abrahah berkata : „Alangkah baiknja engkau tanjakan tentang maksudku meruntuhkan Ka’bah, padahal itulah agama hngkau dan nenek-mojangmu, dan engkau tinsnjal- kan mengurus unta itu”.

Abdul Muttalib mendjawab: „Saja adalah jang empu-

mengSrusnja” PUn rUmah ' tU ada ja 'lg emPunJa Jang al<anUnta itupun dikembaY^an kepada Abdul Muttalib.‘ C c ah itu tersebutlah datang beribu-ribu ekor burung,

jang memang biasa datang hendak mentjari makann.nnja 30 pada sisa-sisa angkatan perang jang besar itu. Rupa-

nja pada burung itu telah ada kuman-kuman penjakit tja- tjar jang sangat hebat, sebagai kuman sampar pada tikus dan kuman malaria dari njamuk. Kuman jang amat ber- bahaja itu telah menular dari burung itu pada batu-batu ketjil jang berserak dikeliling chaimah-chaimah tempat tentera itu. Dalam beberapa hari sadja, berdjangkitlah pe­njakit tjatjar jang amat hebat dalam kalangan tentera be­sar itu, disertai lagi oleh sangat panasnja gurun pasir itu. Beribu-ribu jang tewas, laksana tentera Napoleon jang per- gi menjerang tanah Rusia dengan 800.000 tentera, terpak-

40

sa pulang dengan sisa tentera 25.000 orang karena musnali oleh kedinginan dan sampar.

Musnahlah tentera Abrahah karena penjakit tjatjar itu, tidak dapat lagi dilangsungkan meruntuhkan Ka’bah. me- lainkan merekalah jang runtuh. Kekajaannja jang sangat banjak, terpaksa ditinggalkan dan dengan sisa tentera jang tinggal, Abrahah pulang kembali memikul malu dan djeng- kel hati. Tidak lama sampai di Shan’aak radja jang -om- bong itupun mangkat, kata setengah ahli tarich, karena tja­tjar itu djuga, dan kata setengah karena mendeiita '..ialudan sakit hati. .

Adapun harta benda jang amat banjak, jang tertinggal ketika pulang dengan kutjar-katjir itu, telah dibagi-bagikan oleh Abdul Muttalib kepada kaum Quraisj dengan sebaik- baik pembagian, dipandang anugerah Tuhan jang amat bernikmat untuk djiran rumah Allah.

Sambungan Ibnu Chuldun : ,,Setelah Abrahah mangkat, terpengaruh oleh sakit lantaran bentjana jang menimpanja di Mekkah, naiklah puteranja Jaksum, dan itulah gelarnja sekali. Bertambah besar kuasanja, ditindasnja benar-benar ban^sawan-bangsawan Hinijar itu, dan kabilah-kabilah Jaman, laki-laTdnja dibunuh, perempuannja dikavvini, anak-anaknja didjadikan chadam. Pendeknja b e r le lu a s a la h bangsa Habsji jang menang itu atas bangsa jang dipermtali-nja. .

Setelah mangkat pula Jaksum bin Abrahah itu, diganti- kanlah oleh saudaranja Masruq. Sangatlah buruk pemerin- tahannja dan bertambah kezaliman orang Habsji dinegen Jaman, hingga rakjat tiada tahan lagi. Maka bangkitlah se­orang pemimpin, Saif bin Zi Jazn namanja. Dia pergi me- minta perbantuan kepada Kisra negeri Parsi. Maka pulang- lah Saif ketanah airnja, dibantu oleh tentera Parsi. Dalam peperangan terbunuhlah Masruq dan habislah kekuasaan Habsji di Jaman sesudah berkuasa turun temurun empat radja dalam masa 72 tahun; jang mula-mula Irbath, sesu­dah itu Abrahah, sesudah itu puteranja Jaksum, sesudah

Sedjarah Umat Islam 4 41

itu saudaranja Masruq bin Abrahah” .

Kekuasaaii Parsi di Jaman.

Kata Ibnu Clmtdun pula : Setelah amat lama menimpa negen Jaman karena pemerintahan Habsji itu, bangkitlah

a*. ^ Zi Jazn Al-Himjari. Mula-mula dia pergi kepadaradja Rum mengadukan keburukan pemerintahan Habsji itu dan dimintanja baginda menukar vvakilnja disana de­ngan orang Rum sendiri. Permohonan itu tiada diambil perhatian oleh Kaisar, sebab Habsjipun sama-sama pcme- luk agairia Nasrani dengan bangsa Rum. Lantaran itu Saif meneruskan perdjalanan pergi menghadap Kisra Radja Parsi, dengan perantaraan Nu’man bin Munzir, Gubernur Kisra di Hirah dan kelilingnja jang termasuk tanah Arab.

u man bersedia menolong membawa Saif menghadap Kisra. pada waktunja menghadap jang telah ditentukan dan disuruhnja Saif menunggu sementara. Setelah sampai waktunja, berangkatlah mereka menudju istana Kisra. Se­telah dapat menghadap, disampaikannjalah permohonannja itu mohon bantuan mengusir bangsa Habsji, dan mchon diakui dia sendiri djadi radja di Jaman.

Dengan tjepat sadja Kisra mendjawab : „Negerimu ter­lalu djauh dari negeri kami. Disana penghasilan ta’ ada, hanja kambing dan unta, kami hadjat kepada tanahmu” .

Setelah itu diberilah dia persalinan dan diberi pula anu- gerah mas dan perak, dan dia disuruh pulang. Sampai sa­dja dimuka istana ditabur-taburkannjalah dinar (mas) dan dirham (perak) anugerah itu dimuka orang banjak, hins- ga direbutkan orang. Kisra murka melihat perbuatan itu dan -dia dipanggil kembali masuk kedalam, dan ditanjai apa sebab dia berbuat begitu dengan anugerah radja. Dengan gagahnja pemimpin Arab itu mendjav/ab : „Aku kemari bukan minta mas dan perak. Bukit-bukit ditanah airku. emas dan perak belaka. Aku datang kemari, ialah meminta supaja Kisra membongkar kezaliman dari tanah-air k a ­uri” .

42

Perkataan itu sangat mengenai hati Kisra, dan disuruh- nja Saif menunggu putusan musjawaratnja dengan ahli-ahli keradjaannja. Mereka itu mendjawab : ,,Didalam pendjara banjak paduka mengurung orang. jang dapat dipergunakan untuk berperang. Kirimlah orang-orang rantai itu bersama dia. Kalau orang-orang itu tewas semua, sudah sampai dju­ga maksud paduka Tuan terhadap mereka. Dan kalau me­reka menang. dengan sendirinja kekuasaan Tuanku ber­tambah luas.

Tuanku perintahkanlah menjusun 800 orang jang akan pergi kesana dan Tuanku pilih mana dalam kalangan mere­ka siapa jang lebih mulia, jang lebih tinggi bangsanja dan keturunannja. Itulah djadikan kepala” . Maka dipilihlah Wahzar orang Dailam.

Kata Ibnu Hazm : ,,Wahzar itu adalah keturunan dari Djamasab, paman dari Radja Anu-Sjirwan. Maka diang- katlah dia mendjadi kepala dari teman-temannja itu, be- rangkat dengan perahu 8 buah banjaknja. Dua perahu ka- ram, enam selamat sampai dipantai Adan. Setelah msreka sampai di’oumi Jaman, bertanjalah Wahzar kepada Saif : ,,Mana scndjata ?”

Saif mendjawab : Ada tombak-tombak buatan Arab, be­rapa engkau suka. Kemana kakiku kesana kakimu, sam­pai kita menang, atau kita tewas semua” .

.,Sekarang saja mengerti”, djawab Wahzar.Maka mulailah Saif mengumpulkan kaumnja seberapa

jang mungkin. Mendengar kedatangannja itu, Masruq bin Abrahahpun datang lebih dahulu hendak menjerangnja de­ngan 10.000 Habsji, demikian djuga Habsji-Habsji pera- nakan Jaman. Maka berhadapanlah kedua angkatan perang itu. Wahzar jang gagah berani itu memerintahkan putera­nja sendiri membunuh Masruq. Putera Wahzar mendja­wab : ,,Tundjukkan kepadaku, jang manakah radjanja itu” . Lalu ditundjukkan, jang bergadjah itulah dia, dikepalanja ada mahkota dan diantara dua matanja terdjuntai sebutir permata Jaqut jang merah. Demi kelihatanlah Masruq tu-

43

run dari gadjahnja, menunggang kuda, dan tidak lama ke- mudian turun pula dari kuda, menunggang bagal. Ketika itulah putera Wahzar membidikkan panahnja dan melepas- nja sekali dari busurnja, hingga tepat mengenai perm ata Jaqut jang terdjuntai diantara kedua matanja itu, terus menembus kedalam benaknja dan tersungkur djatuh dari atas bagalnja. Dengan soraic gegap gempita tentera Parsi dan Jaman madju kemuka lantaran kemenangan itu, dan tentera Habsji patahlah semangatnja melihat majat radja- nja telah tergelimpang. Lantaran itu merekapun kalah. wa- laupun bilangannja lebih besar. M aka m asutta li WaYoar kedalam kola SWcm’Mik. Demi ia sampai dipintu kota.. dia berkata : „Bendera kebesaranku tidak boleh masuk keda­lam kota ini dalam hal keadaan tunduk atau rebah !”

Mendengar sabda itu, terpaksalah pintu kota itu dirun- tuhkan, hingga bendera masuk dengan tiada tunduk atau diiebahkan. Maka berkuasalah dia di Jaman dan dibuang barang Habsji jang masih tinggal dari negeri itu. Lalu diki- rimnja surat kepada Kisra meriwajatkan segala kedjadian itu, serta dikirimnja pula harta-benda jang telah dapa t di- rampas. Tidak lama kemudian datanglah balasan surat dari Kisra, memerintahkan Wahzar menjampaikan penga- kuan baginda atas Saif bin Zi Jazn mendjadi radja di J a ­man, dengan membajar upeti tiap tahun kepada Parsi. Se- mua diikut oleh Saif dengan patuh. Tidak lama kemudian, Wahzar pun kembali kepada Kisra dan Saif tetap kian la­ma kian teguh kekuasaannja, apatah lagi nenek-mojangnja memang telah radja djua. Buat wakil Kisra di Jam an, ada­lah Wahzar meninggalkan ganti, dengan pendjagaan dari satu djumlah ketjil tentera, berkedudukan di Shan'aak. Dan berkendirilah Saif bin Zi-Jazn dengan kekuasaannja dan didiami istana radja, jaitu R a’s-Gamdaan.” — Sekian Ibnu Hazm.

Sangatlah sukatjita bangsa Arab seluruhnja mendengar kemenangan Saif dengan bantuan Kisra Parsi itu, apatah lagi mendengar kebidjaksanaannja, hingga dapat dia di-

44

akui berkeradjaan sendiri oleh Kisra. Banjaklah pemimpin- pemimpin Arab jang datang menziarahinja keistana Ra’s Gamdaan, mengutjapkan selamat. Diantaranja ialah Abdul Muttalib nenek Nabi Muhammad sendiri. Ketika Sail di- pudji, dia telah berkata, bahwa kekuasaannja tidak akan lama, jang akan lama berkuasa — katanja — orang besar jang akan datang tidak lama lagi, dialah jang akan menja- tukan seluruh tanah Arab”. Beliau rupanja ahli tenung.

Saif meninggal beberapa tahun kemudian dibunuh oiang ketika menjerang tanah Habsji.

ARAB SELATAN

Amir-amir di Hirah.Kata Ibnu Chuldun : Adapun perkabaran bangsa Arab

di Irak dalam zaman jang pertama, adalah mereka Arab Aribah, maka tidaklah sampai beritanja jang djelas kepada kita. Hanjalah terkabar bahwa kaum ’Aad dan Amalik pernah memerintahi Irak. Adapun zaman jang kedua, ja­itu Arab Musta’ribah, adalah keradjaan mereka bersifat kebadawian dan jang mendjadi kepala ialah siapa jang le­bih kuat. Keradjaan Arab jang agak besar ialah Radja- radja Tubba’ dinegeri Jaman. Berkali-kali terdjadi pepe- rangan diantaram ereka dengan bangsa Parsi. Kadang-ka- dang dapat mengalahkan mereka, dan dapat merampas dan menguasai Irak. Tetapi tiada pernah dua kali negeri Jaman sendiri dikuasainja. Dahulu telah kita njatakan ba- gaimana Buchtinasar (Radja Babil) mengalahkan Parsi pu­la. Disebahagian besar tanah Irak dan pinggir-pinggir ne­geri Sjam dan Djazirah, berdiam kaum Araam dan sisa- sisa bekas tentera putera Tubba’, dari Dja’far Tai, Kalb, Tamin dan lain-lain dari Djurhum dan orang-orang jang datang sertanja, dari Tanuch, Numarah bin Lucham. Qans bin Ma’d, dan lain-lain. Kampung-kampung diantara Hi­rah dan Furat sampai kedekat Al-Anbar, adalah tempat tinggal mereka. Mereka lebih terkenal dengan nama Arab pesisir.

45

Kata Tbzbari : ..Selelah Buchtinasar mangkat, orang Arab jang ditetapkannja tempat tinggalnja di H irah. nicns- gabungkan diri dengan penduduk Al-Anbar. hingsza bebe­rapa lamanja kota Hirah itu tinggal sunji sepi. tidak se- oiang djuapun orang Arab jang datang kesnna. Melainkan berkumpullah ahlinja di Anbar semuanja, dan kabilah- 'aoilah Arab jang lain dari Bani Jsmail dan Bani Mas'ud bin Adnan. Setelah banjak keturunan Mas’ud bin ’A dnan

an kabilah-kabilah Arab jang lain dan penuh negeri me­reka dari Tihamah dan pengikutnja, mereka telah berpe- tjah-petjah karena peperangan sama sendiri. M aka kekiar- aft mereka mentjari daerah jang lebih luas dan subur di-

™ger! Jam“n atau Sjam Timur. Maka datanglah diantara o ^ ^ pa kab,,ah da" turun di Bahrein. Disana

• . ada ^atl! kumpulan dari Azad. Maka timbullah ke-mginan beberapa bangsa Arab jang tinggal di Bahrein itu Wxxd-aV p-.ndah kedusun-dustin Ink- ri , • •

didalam kekuasannnia rv bersjarikat dengan mereka

perpetjahan sama sen d iri,'^ 'j^ n T S af n S b a b k ' " ' ‘ h radja-radja ketjil dentnn k li-.f m enjebabkun banjak

pensirjnpnk Samnni / /’ ^ dengan kaumn ja dank i t , h ? J \ Pl ,dm na mcreka daPati oranfi Arm enia . JMU Ddngsa datang dari Babil dan kelilingnja dari tanahw ausul jang tengah berperang dengan bangsa Arduani ja- ltu kumpulan keradjaan-keradjaan ketjil. M aka dinamai ladja-radja golongan ketjil, ialah sebab kekuasaan masina-’- nja hanja atas setumpuk ketjil tanah, sebuah puri, dan be­berapa tumah, dipagari dengan tembok ganti bentene.

Kata T habari: Adalah ’Amr bin ’Adi jang m ula-mula mengambil negeri Hirah mendjadi pusat keradjaan A.rab. Dia pulalah mula-niula nama jang tersebut didalam kitab- kitab mereka mendjadi Radja Arab di Irak, dan kepada-

46

njalah radja-radja itu berbangsa. Radja-radja itu ialah ra- dja-rdja keluarga Nashr. Senantiasalah ’Amr bin ’Adi itu mendjadi radja, sampai wafatnja didalam usia 120 tahun. berkuasa sendiri, tiada jang membantah, dia taklukkan ne­geri kiri-kanan, dia rampas dan dia kuasai. Datang kepa- nja utusan negeri mana-mana psrgi menghadap, tidak dia mengaku ta’luk kepada radja ketjil-ketjil itu, dan mereka- pun tidak pula mengaku takluk kepadanja, sampai datang Ardjasjir bin Babak dari negeri Parsi.

Kata Ibnu Chuidun : ..Setelah mangkat ’Amr bin ’Adi, memerintahlah atas bangsa Arab dan dusun-dusunnja se­djak dari Irak, Hedjaz dan Djazirah, puteranja Amrul Qijs bin ’Amr bin ’Adi. Diberi gelar „Al~badu”. jang mula- inula, sebab dialah radja ’Arab dan wakil keradjaan Parsi jang mula-mula menerim a dan memeluk agama Nasrani. Menurut keterangan Al-Kalbi usianja 114 tahun.

Kata AI-Mas’ud : ,,Radja-radja Hirah itu 23 orang ba- njaknja, jaitu dari Bani Nashr dan lain-lain kabilah Arab dan Parsi. Lamanja keradjaan itu 622 tahun 8 bulan” .

Abdul Fida’ mendjelaskan nama radja-radja Hirah itu, katanja : „Mereka dikenal dengan nama Bani Munzir, ke­turunan ’Adi bin Nashar bin Rabi’ah, keturunan Lucham bin ’Adi bin S;>b;r.i. Setelah terbunuh Djuzaimah, djad< ra­dja ’Amr bin ’Adi, sesudah itu puteranja Amrul Qijs, se- sudah itu puteranja ’Amr bin Amrul Qijs, sesudah itu Aus Al-’Amliqi, sesudah itu seorang radja Amalik djuga, Ke­mudian kembali kekuasaan kepada keturunan ’Amr bin ’Adi bin Nashr. Djadi radja dari mereka Amrul Qijs pula, keturunan ’Amr bin Amrul Qijs. Lebih dikenal namanja „Amrul Qijs 11” jang bergelar „Al-muhriq”, pembakar. Sesudah dia memerintah pula puteranja Nu’man „A1- A’war” (tjelek). _

Beliaulah jang mendirikan istana Churnaq dan Sudair. Lamanja memerintah 30 tahun, kemudian diapun mening- galkan keradjaan dan hidup bertapa, jaitu dizaman peme- rintahan Parsi dipegang oleh Baheram bin Jazdadjird. Se-

47

sudah beliau mengundurkan diri itu. djadi radja pula pu­teranja Al-Munzir bin Nu’man. Sesudah itu puteranja pu­la Al-Aswad bin Al-Munzir. Dialah jang beroleh keme- nangan memerangi keradjaan Arab Gassaan di Sjam Se­sudah itu memerintah pula puteranja Alqamah. Sesudah itu Amrul Qijs bin Nu’man bin Amrul Qijs ,.A1-Muhriq” . Dialah jang membunuh Sinimmar. Sesudah itu djadi radja puteranja Al-Munzir bin Amrul Qijs. Sesudah itu Al-Haris dari Arab Kindah. Sudah itu Qabus bin Al-Munzir, sesu­dah itu saudaranja pula Al-Munzir bin Al-Munzir, kemu­dian itu puteranja Nu’man bin Al-Munzir bin Al-Munzir bin Maa’is- Samaa” (Air langit). Kemudian itu pindahlah kekuasaan di Hirah sesudah Nu’man jang tersebut dari tangan kaum Lucham kepada Ijas bin Qubaisah orang Tai.

Baru enam bulan Ijas itu berkuasa, maka Muhammad s.a.w. pun diutus Tuhan mendjadi Rasul.

Sesudah Ijas, berkuasalah di Hirah Zadawaihi bin Mah- saan orang Hamdan (Parsi). Kemudian itu kembalilah ke­kuasaan ketangan kaum Lucham, maka berkuasalah se­sudah Zadawaihi itu Al-Munzir bin Nu’man bin Al-Munzir bin Al-Munzir bin Mais-Samaa, jang digelari bangsa Arab „A1-Magrur” . "

Amir-amir di Gassan.Kata Ibnu Ciiuldun : Menurut pengetahuan kita, kera-

djaan Arab jang mula-mula ditanah Sjam, adalah ditangan kaum Amalik. Kemudian itu pada keturunan Iram bin Saarn; dikenal dengan nama Irami. Banu Iram itu berdiam dipinggir-pinggir Sjam dan Irak, nama mereka ada tersebut didalam kitab Taurat dan ada mereka berperang dengan radja-radja golongan ketjil. Radjanja jang paling achir ia­lah Zubaa. Radja perempuan, puteri dari ’Amr bin Su- mida” . Mereka bertetangga dengan Qudha’ah di Djazirah dan dapat -mereka mengalahkan ’Amalik. Setelah Zubaa mati, memerintah Tunawwach dari turunan Qudha’ah. Ta-

48

/

di telah kita tcrangkan bahwa mereka turun di Hirah dan Anbar dan bertetangga dengan bangsa Armenia. Mereka berkuasa dibawah penilikan keradjaan Rum. Kemudian lemahlah kekuasaan Tunawwach dan dikalahkan oleh Su- laih dari turunan Q udha’ah djuga. Sesudah itu Dhadja’im. Waktu itulah m ereka menerima dan memeluk agama Nas­rani. Dan mereka tetap djadi Radja Arab dibawah perlin- dungan Rum.

Begitulah keadaan mereka beberapa lamanja. Dan ada­lah tempat tinggal mereka dinegeri Muab ditanah Bulaqaa.

Kata Abdul Fidaa : Radja-radja Gassaan itu adalah se­bagai amil dari Kaisar-Kaisar Rum untuk Arab Sjam. Asal Gassaan itu ialah dari Jaman dari keturunan Bani Azad jang telah tertjerai-berai dari Jaman sedjak petjahnja ben dungan dan datangnja bandjir Sailil Arm jang terkenal itu. Turun mereka disalah satu telaga air di Sjam, bernama Gassaan. maka kesanalah mereka membanggakan diri. Se­belum mereka datang ke Sjam, telah ada djuga disana bangsa jang mereka dapati, jaitu kaum Dhadja ini, dari keturunan Sulaih. M aka dapatlah kaum Gassaan mengusir Sulaih dari kampung halamannja dan mereka bunuh ra djanja dan mereka gantikan tempatnja.

Radja Gassaan jang pertama ialah Djufnah. Permulaan kekuasaan Gassaan itu adalah 400 tahun sebelum agama Islam. Kata setengah ahli tarich lebih lagi dari itu. e' lah Djufnah itu djadi radja dan telah terbunuh radja- u- laih, tunduklah Qudha’ah dan bangsa Rum jang tinggal di Sjam. Didirikannja di Sjam beberapa rumah untuk ber- bagai-bagai usaha. Setelah dia mangkat, naik puteianja Sta’labah. Radja inilah jang mendirikan empangan Snarn il Gadir, ditepi Hauran dekat Bulaqaa. Setelah itu _nai, puteranja Harist. Sesudah itu Djabalah bin Harist. jang mendirikan beberapa djembatan. Sesudah itu A - Harist bin Djabalah; tempat tinggalnja di Bulaqaa. beliau dirikan Al-Hafir dan rumah perusahaannja. Sudan itu Al-Munzir Agung bin Al-Harist. Kemudian itu Nu man

49

1

bin Al-Harist. Setelah itu Djabalah bin Al-Harist. Sete­lah itu Al-Diham bin Al-Harist. Dialah jang mendirikan Dair-Dhucham dan Dair el-Nubuwwah, keduanja biara tempat pendeta beribadat. Setelah itu Amr bin Al-Harist. Setelah itu Djufnah jang ketjil puteri Al-Munzir Agung. Dialah jang membakar kota Hirah. Sebab itu maka ketu- runannja bergelar „A1-Muhriq” (pembakar). Sesudah itu An-Nu’man ketjil anak Al-Munzir A guns. Kemudian itu An-Nu’man bin ’Amr bin Al-Munzir. Dialah jang men- dirikan istana Suaidaa. Sesudah itu Djabalah bin An-Nu’- man b n Al-Diham bin Al-Harist. Sesudah itu saudaranja AJ-Hanst. Sesudah itu An-Nu’man bin Al-Harist. Dialah jang memperbaiki bandar galian Rasafah, jang telah di- rusakkan oleh beberapa radja-radja Hirah Bani Lucham. Sesudah puteranja Al-Munzir bin An-Nu’man. Sudah itu saudaranja Amr bin An-Nu’man, sudah itu saudaranja m e­reka pula Hadjar bin An-Nu’man. Sudah itu Harist bin-Al- Hadjr. Kemudian itu Djabalah bin Al-Harist, kemudian itu Al-Harist bin Djabalah. Sesudah itu An-Nu’man bin Al- Harist. Sudah itu Al-Aiham bin Djabalah bin Al-Harist. Dialah jang empunja istana Tadmir. Wakilnja bernama Al-Qiin bin Chisru membuat istana buat baginda didarat, dan rumah perusahaan. Agaknja itulah istana Burqu’. Ke- mudien itu saudaranja Al-Munzir bin Djabalah. Sesudah itu saudaranja pula Sjarahil bin Djabalah. Sesudah itu sau­daranja pula ’Amr bin Djabalah. Kemudian itu Djabalah bin Al-Harist. Kemudian sekali ialah Djabalah bin Al- Aiham bin Djabalah. Dialah Radja Gassaan jang paling achir, masuk Islam di zaman Umar. (Tetapi karena ter- singgung perasaannja ketika mengerdjakan tawaf di K a’­bah, lantaran dia akan dihukum sebab menempeleng orang jang memidjakkan djubahnja, dia lari kembali kenegeri Rum, dan beliau kembali kedalam agama Nasrani). Ada perselisihan tentang lamanja keradjaan itu, kata setengah. orang 400 tahun, kata setengah lagi 600 tahun, kata sete­ngah diantara itu.

50

Kata Al-Mas’u d i : Negeri radja-radja Gassaan itu di Jar- muk dan Djaulan dan lainnja dan Ghuthah Damsjik dan kelilingnja. Dan ada djuga pergi ke Ardun dincgeri Sjam.

Kata Ibnii Sai’d : Radja-radja Bani Gassaan Djufnaf itu 32 orang dan lamanja memerintah 600 tahun.

Asnir-amir di Kindah.

Kata T h ab a r i : .,Jang mendjadi pengiring radja-radja Himjar ialah anak-anak bangsawan dari kaum Himjar sen­diri. Seorang diantara pengiring radja itu ialah Hassaan bin Tubba’ penghulu Kindah. Tatkala Hassaan mulai menak- lukkan tanah Arab dan melalui Hedjaz, ketika akan be- rangkat diangkatnja saudaranja Hadjr bin ’Amr mendjadi wakilnja memerintah kaum-kaum keturunan Ma’d bin Ad­nan semua, jang berdiam ditanah Hedjaz itu. Hadjr telah melakukan icewadjibannja dengan sebaik-baiknja. Tatka­la dia mati, digantikan oleh puteranja Amr „A1-Maqshur”.

Kata Abdul-’Tidaa : ..Radja Kindah jang pertama ialah Hadjr bin ’Amr. Dia adalah dari keturunan Kindah bin Sabaa. Sebelum Hadjr djadi radja, Kindah tidak niem- punjai radja, hingga jang kuat menelan jang lemah. Sete­lah Hadjr djadi radja, diaturnjalah pekerdjaan dengan be- res, dengan siasat jang sebaik-baiknja. Dapat pula diratn- pasnja dari tangan radja-radja Lucham beberapa daerah ditanah Bani Bakr bin Wail. Setelah dia mangkat diganti­kan oleh ’Amr bin Hadjr, digelari orang „A1-Maqshur” karena dia merasa tjukup dengan milik ajahnja. Kemudian itu puteranja Al-Harist bin Amr. Keradjaan Al-Harist ini terhitung kuat, dia sezaman dengan Kisra Qubaz bin Tiruz, sama-sama berfaham zindiq dan masuk mazhab Mazdak. Maka Qubaz mengusir bin Mais-Samaa Al-luchami dari Hirah dan digantinja dengan Al-Harist tersebut. Bertam­bah besarlah pengaruh Al-Harist. Setelah Anu-Sjirwan men­djadi Radja Parsi, baginda kembalikan Al-Harist ketem­pat kedudukannja semula di Hirah dan diusirnja pula Al-

51

Harist. Maka iapun menjingkirkan diri, diikuti dari bela- kang oleh Bani Tagallab dan beberapa kabilah lain. Maka dapatlah mereka rampas harta-bendanja dan 40 orang dari Bani Hadjr. Semuanja dibunuh mati atas perintah Al-Mun­zir, dikampung Bani Marjan. Sesudah naik anaknja Hadjr bin Al-Harist, memerintah pada Bani Asad bin Chuzaimah bin Mudrikah, dan anak-anaknja jang lainpun mendjadi radja dalam kabilah-kabilah Arab. Ia digantikan oleh pu­teranja Sjarahil bin Al-Harist atas Bakr bin Wail. Sudah itu anaknja pula M a’adi Kariba bin Al-Harist. Sudah itu anaknja Salmah memerintah Tagallab dan Namr.

Beberapa Radja jang Iain.

Ada lagi beberapa radja jang lain, memerintah di He­djaz dan lain-lain; jang amat masjhur ialah Amr bin Lahi Pernah dia meradjai Hedjaz. Banjak namanja tersebut Hi. z a m a n Djahilijah. Kepadanja dibangsakan Chuza’ah do Zuhair bin Habbaab. Dia digelari orang „Al-Kahin” k rena amat tepat pandangannja. Lama dia hidup dan kerao" kali berperang. Pernah pula dia berkumpul cjppoan ,\bri" hah Al-Asjram jang bcrgtl(]0] hendlik menjerang Ka’bah itu. Maka amat hormat Abrahah kepadanja dan dilebih- kannja martabatnja dari pada pemimpin-pemimpin Arab jang lain. Kekuasaannja ialah atas Bakr dan Tagallab ke­turunan Wail. Dan setengah diantara Radja Arab djuga ialah Kubi’ah. Ia berkuasa atas Bani Ma’d dan diperangi angkatan-angkatan dari Jaman serta dikalahkan dan amat besar pengaruhnja. Dan seorang lagi Al-Muhlal bin Rabi’ah bin Al-Harist; dikumpulkannja kabilah-kabilah Tagallab dan,berperang dengan Bani B a k r .....................

ARAB SEBELUM ISLAM

(Menurut penjclidikan zaman baru).

’Amalik di Irak.

Setelah diperhatikan buku-buku tarich karangan penga- rang Arab sendiri, sedjak dari Mas’udi sampai kepada Ibnu Chuldun dan lain-lain, ternjata bahwa beratus tahun sebelum agama Islam diturunkan itu, belumlah sampai ke­kuasaan bangsa Arab keluar dari dalam djaziratnja sen­diri. Hanja satu sadja jang sampai berkuasa keluar_d«crah- nja, jaitu kaum ’Amalik jang m c n ie rm tn h d m e e r lL a k . Bukit dari kekuasaan ini adalah terdapat dibatu-batu ber- surat bekas-bekas keradjaan Babylon jang telah rjntuh

" “A hli tarich m engutip dari pada l t a « j a i t u nhh t ^ hbangsa Koldan, balnvasanja d.negen n pk a la te la h a d a k e k u a s a a n b an g sa A ra b . Lama usia keia- Kaui l u d u auct , 945 tahun, d atangnja la-djaan itu tidak k“ !a n g K‘ , . j ^ setelah keradjaan Arablah sesudah keradjaan Kaldan. » . . ft\\ai\can ra-itu runtuh, digantikan oleh kcidUJtUin 0d anTa aUA sembilan orang. (Hal ini dikuatkan oleh Djar-

. V k-it-ihnia Tarich Arab sebelum Islam ).du Zaidan didalam kitaonja hertukar fa-Ahli oenielidik jang datang kemudian telah bertukai la Ahli penjenciiK j inia mengatakan bahwasanja

ham. tentang hal ini. J ■Rnhil ian** oertamaE I S M n bah­

wasanja satu d 4„tara k e r a d g , A r * > d g n -reka ialah antan* ahli £ .ch K a s d a n ^ Babil itu adalah satu k e ia d ja a n ja n g ^ mem?rin_diterangkannja nama-namc J adalah keradja

S i S S S - A J E ' t t . " » ^ disebutka" ° ,eh B r a -

sus itu.Dan lagi penduduk Badui Irak itu oleh penduduk Babil

53

dinamai Amuru, artinja orang Barat. Nama Amuru itu di- lekatkan kepada scgala penduduk jang berasal dari sebelah Barat sungai Furaat, termasuk bangsa Saam dan ada djuga orang Aram dinegeri Sjam dan di daerah Badui.

Didalam riwajat kuno tersebut bahwasanja kaum Kan’- aan telah pernah menaklukkan Palestina pada qurun ke 25 sebelum Nabi Isa dan diusirnja penduduknja jang asli. Bersamaan dengan itu pulalah turunnja Badui Aram ke- negeri Babil dan didirikannja keradjaan jang berr.ama Amuru itu. Kemudian dialihnja namanja kepada Aribi, a r­tinja orang dari sebelah Barat djuga. Thabari menamakan nenek mojang orang Amalik itu dengan ’Arib.

Apalagi, setelah diselidiki terdapat pula persamaan ba­hasa diantara keradjaan Hamurabi itu, jaitu dantara dua sungai Furaat dan Dadjlah dengan bahasa Arab, jan > ti­dak terdapat pada sekalian bahasa Saam. Setengah tion- tohnja ialah tentang perputaran baris dengan rafa' ke L atS„n ’ da" dja,T- Terdapat persamaan jang amat berde-h ' / m d “ a b ^ asa B ab y' dengan bah asa A rab . P a d a -

1 t Danasa Saam jang lain tidak terdapat persamaan jang sampai begitu. Tjuma pada kaum Batraa dan Tadmir, ltupun karena kedua kaum itu memang keturunan dari pa­da Amalik djuga.

Satu tjontoh lagi ialah tanwin, jaitu nun dipenghabisan kalimat, untuk bukti atas perkataan nakirah, didalam ba­hasa Arab ialah nun, tetapi didalam bahasa Babil ialah mim. Sudah barang maklum bahwa kedua machradj huruf itu melalui hidung. Alamat djama’, didalam bahasa Arab ialah huruf jaa dan huruf nun. Bahasa Babyl huruf wa.v dan huruf nun. Sedang didalam bahasa Seryani huruf jaa dan huruf mini.

Nama-nama radja-radja jang memerintah dari keradjaan Hamurabi itupun tersusun menurut undang-undang su- sunan Arab pula. Misalnja Samu-abi, bahasa Arabnja Abi- Saam, atau Sjamsu-Eluna ! Artinja Sjamsu ilhuna (Mata- hari Tuhan kami). Dan banjak lagi terdapat perkataan-per-

54

kataan lain didalam batu bersurat itu jang memperkuaf ke- dudukan persangkaan ini.

Berhala-berhala jang disembah oleh orang Babil itu ba­njak pula psrserupaan namanja dengan nama-nama bcrha- la persembahan orang Arab purbakala. Seumpamanja Ijl- Sjams-Asjtaroet-Sain-Samdaan-Nasr dan lain-lain.

Kalau benar pengakuan dan persangkaan itu, tentu su- dahlah dapat dibuktikan bahwasanja bangsa Arab 25 qurun sebelum Isa (2500 tahun), telah mentjapai kema­djuan jang tinggi sekali, serupa bangsa Mesir djuga, jaitu setelah melihat bagaimana keradjaan Hamurabi itu sang- gup mengatur pemerintahannja, undang-undangnja, nikah kawinnja, perniagaan, hak warisan dll.

Sungguhpun begitu masih ada djuga golongan jang be- lum mau menerima keterangan itu, sebab kalau dengan se- mata-mata begitu sadja — kata mereka — belumlah da­pat dikatakan tjukup.

’Amalik di Mesir. 'Ahli tarich bangsa Arab menjebutkan bahwasanja orang

Arab ’Amalik itu sudah pernah menaklukkan negeri Mesir dan berkuasa disitu, sehingga ada jang sampai djadi Fir - aun.

Hal jang disebutkan ahli tarich bangsa Arab itu tjuma pendek sadja, tidak diterangkannja dimasa apa dan bagai­mana tjara penaklukan itu, sehingga ahli-ahli tarich men­djadi ragu, jang mendjadikan ada kehendak menjelidiki sampai dimana kebenaran riwajat itu.

Jesifoes ahli tarich Jahudi itu, telah menukilkan dari pada Manthon ahli tarich Iskandarijah demikian bunjinja : „Telah pernah terdjadi dizaman Timaus seorang radja ka­mi, Tuhan telah murka kepada kami, maka dibukakan Tu- han kepada suatu kaum jang tidak tentu asal-usulnja, da­tang dari sebelah Timur, diperanginja kami dengan gagah berani, dikalahkannja kami dan negeri kami, dihinakannja radja-radja kami dan dibakarinja kampung halaman kami,

55

diruntuhkannja rumah-rumah berhala kami, dihinakannja manusia, dibunuhnja laki-laki dan dirampasnja perempuan dan anak-anak. Kemudian itu mereka angkat radja, jang mereka namai Salathis, tempat kedudukannja ialah di Manfis. Dan didjatuhkannja perintah membajar tjukai ke­pada seluruli negeri Mesir, bahagian atas dan bahagian bawah. Lalu mereka dirikan benteng-benteng untuk mem- pertahankan tanah Mesir dari pada serangan orang Asjur, mereka dirikan negeri Auraas, maksudnja untuk memper- tahankan negeri djuga dan mereka perteguh benteng-ben- teng dan dinding kota.

Nama bangsa itu ialah Hyksos artinja „radja pengemba- la” .

Menurut penjelidikan penjelidik Brugch perkataan H yk­sos itu diambil dari pada asalnja. jaitu bahasa HytoeSuvie iaiaiv ^ s ta a a a a Wyk daft && [, scoring

h ykso s dcng&n art/an Badui, sebab Hyksos itu arfinja Badui jang pindah dari Sahara sebelum Timur, ja­itu tanah Arab. Tetapi didalam bekas-bekas peninggalan negeri Mesir, tidaklah terdapat nama dari satu keradjaan jang pernah memerintah Mesir bernama Hyksos.

Didalam peninggalan-peninggalan barang kuno itu ter­dapat pula bahwasanja satu kaum jang datang dari negeri lain telah pernah menguasai tanah Mesir bahagian bawah. Kemudian kaum itu diusir oleh radja negeri Thybe. Dida­lam bahasa uraum nama bangsa itu ialah Myn atau Mevnte, datang dari negeri jang bernama Asjar, boleh djadi artinja Asjur.

Ringkasan perkataan ahli tarich G. Contenau bahwasa­nja bangsa Hyksos itu ialah tjampuran bangsa-bangsa Asia- Tengah jang suka sekali meninggalkan negeri mereka dan berpindah kedaerah lain untuk mentjari rezeki. Pernah mereka taklukkan tanah Surya dan Palestina, sehingga achirnja mereka masuk kenegeri Mesir, mereka kusai Del­ta, satu tempat jang paling subur. Bangsa Mesir mengenal keradjaan ini dengan nama „keradjaan pengembala” , jaitu

56

Hyksos. Tanah Mesir sebelah Selatan tetap didalam ta- naan radja-radja (Fir'aun) anak negeri, sampai tahun 1580 sebelum Nabi Isa. Waktu itulah terdjadi peperangan hebat, sehingga tanah Mesir dikuasai oleh bangsa Saam (S~- mieten). Keterangan ini dikuatkan oleh ahli riwajat Ma-nethon. .

Dari kumpulan penjelidikan ini ternjata bahwasanja Hyksos itu ialah bangsa Saam, datang ke Mesir dari Asia Tengah. Ahli penjelidik zaman sekarang beluni dapat me- nundjukkan bukti bahwa mereka itu bangsa Arab, karena tidak terdapat bukti-bukti jang tjukup menurut dasar il- mu pengetahuan baru. Djadi keterangan Jusit'us dan pc-nga- rang-pengarang tarich Arab tentang bangsa Arab ’Amalik telah pernah memerintah Mesir itu masih terbengkalai, be- lum dapat diakui kebenarannja.

A RA B S E L A T A N

Daulat Mu’inijah.Ahli-ahli penjelidik disebelah Selatan telah membukti-

kan bahwasanja setinggi-tinggi dan sedjauh-djauh nwaja* jang telah dilalui oleh bangsa Arab purbakala itu tidaklah mefampaui dari pada qurun jang kedelapan sebelum Isa dilahirkan. Bekas-bekas batu bersurat bina-binaan lama itu terbagi kepada dua zaman, zaman keradjaan Mu’inijah dan Saba-ijah. Setelah diperbandingkan, ternjata pula bahwa keradjaan Mu’inijah itu terlebih tua dari pada Saba-ijah.

Ahli riwajat jang berkata bahwa Mu’inijah lebih tua, ia- lah Muler, Glazar, dan Winckler, dan ada djuga jang lain. Mereka mengatakan bahwa perantaraan kedua keradjaan itu tidak kurang dari pada 500 tahun. lang menguatkan pendirian ini dizaman sekarang termasuk djuga Martin Hartman dan Edward Meyer. Hartman mengakui memang dahulu Mu’inijah dari pada Saba-ijah, tetapi kalau hanja melihat kepada bekas jang ada sekarang ini, masa kedua-

Sedjarah Umat Islam 5 57

nja bersamaan, sesudah itu baru datang Himjar. Segala keradjaan11 itu telah pernah mentjapai kemadjuan. sebab bahan-bahan untuk mentjapai kemadjuan boleh dikatakan tjukup didalam negeri mereka, adakalanja lantaran subur tanah, atau lantaran terletak ditengah-tengah dari ne^eri- jang tengah memperhubungkan perniagaan. '

Etsrabon seketika menerangkan keadaan negeri Jaman berkata : „Ditanah Arab sebelah selatan terdapat 4 ketu­runan, jaitu Mu’inijaii, tempatnja dan ibu kotanja di Qar- naa, setelah itu Saba-ijali ibu kotanja Ma’rib. setelah itu Qatabijah ibu kotanja Tamna. Setelah itu Hadramaut. ibu kotanja Sjabwah.

Dibahagian Iain beliau menerangkan bahwa kaum M u’- inijah itu membawa psnuagaannja kencgcvi BavaUva. \bu kota Anbath. "

iiu tinggal d in c g e -H fctflg subur, 6anjak rimba belukarnja. A hli tarich jang lain sebagai Theonosins dan I’tlom eo ada djuga nieniebut- kan tentang keradjaan Mu’inijah itu.

Halefiy diabad ke-19, jang telah pernah berziarah ke- tanah Arab jaitu kenegeri Djuf sebelah utara, telah rnen- dapat beberapa suratan lama, banjaknja 303 kepingan Di­sana telah dapat dibuktikan bahwa ditempat batu-batu itu terdapat, disanalah dahulu kala pusat keradjaan M u’inijah itu.

Nama- radjanjapun telah dapat ditjari orang didalam batu-batu bersurat itu. Jang telah dikenal dan dapat ditja- tet jalah 26 orang. Tiap2 radja itu mempunjai pula geiar kebesaran sendiri-sendiri, sebagai „Jang Gagah” , J a n g P e r - kasa” , Djohan Pahlawan” dan lain sebagainja. ~

Menurut penjelidikan MuJIer, keturunan radja1’ disana ialah dari pada ajah kepada anak, kadang- sama- meme- rintah. Gelaran Radja ialah Mizeaad, sebagai gelar radja- radja Sabaa ialah Mikrab. Henri Masse berpendapatan bo­leh djadi seluruh tanah Arab sebelah Selatan itu dibawah keradjaan Mu’inijah dahulu.

58

Oleh karena terlalu banjak bekas-bekas dimana-mana jang menundjukkan bahwa memang ada satu keradjaan Arab purbakala jang bernama Mu’inijah, dan banjak pula jang datang menjelidikinja. maka tidaklah didapat riwajat jang lain jang sanggup menolong menjusun pangkal dan udjungnja, mulai naik dan mulai djatuhnja. Tjuma dida­lam bekas- jang terdapat oleh Glazar, setjara ringkas sa­dja dinjatakan bahwasanja keradjaan Mu’inijah itu dig.mti- kan oleh Saba-ijah serta dikalahkannja. Achir2 keradjaan

i Mu’inijah itu masih terscbut didalam qurun kedua sebelum Masehi, dan ketika itu keradjaan Saba-ijah telah ada.

Bahasa Mu’inijah itu hampir sama dengan bahasa Saba- ijah, hurui'nja boleh dikatakan satu sadja, tjuma berbeda tentang dhamir untuk menundjukkan seorang laki-laki jang gaib (Dia); didalam bahasa Mu’inijah disebut huruf sin, padahal didalam bahasa Saba, Babyl dan Habsji, per.del:- nja bangsa Saam seluruhnja ialah huruf Haa, jang sampai sekarang terpakai djuga didalam bahasa Arab.

Bekas- peninggalan lama itu menundjukkan pula bah­wa keradjaan Mu'inijah itu bukanlah keradjaan pena'luk, keradjaan jang suka berperang, tetapi suka berniaga de­ngan negeri- jang lain, sehingga banjak perhubungannja di­dalam hal perniagaan dengan negeri- jang madju pada ma­sa itu. .

K e r a d j a a n S a b a .

Arab Saba telah mendirikan satu keradjaan besai di Jaman didalam qurun kedelapan sebelum Nabi Isa. Terse- but riwajatnja didalam bekas- suratan lama bangsa Asjur. Dan dari sebab melihat bekas-bekas itulah timbul perhati- an orang hendak mentjotjokkan apa- jang tersebut didalam Quran tentangan Ratu Balqis dengan ilmu pengetahuan se­tjara sekarang. Tetapi sajang, belumlah dapat diketahui dengan pasti, didalam qurun keberapakah permulaan ri­wajat keradjaan Saba itu, sebab masih banjak lagi batu

59

bersurat, atau runtuhan lama jang belum dapat dikeluarkan dari dalam bumi. Kelak kalau pekerdjaan ini berhasil dju­ga, tentu banjak lagi rahasia zaman purbakala jang akan dapat dikeluarkan dari tanah Arab itu.

Tjuma penjelidik Glazar jang dapat membuktikan achir keradjaan itu, jaitu pada qurun kelima belas sebelum Nabi Isa, jaitu menilik kepada dongeng2 kuno jang terdapat dari batu-batu bersurat. Didalam penjelidikan itu tersebut bahv/asanja seorang Radja Saba, bernama Itti-Amara membajar upeti kepada radja Rum jang bernama Sargon II, jang berkuasa diantara tahun 705 dengan tahun 721 sebelum Masehi. Disitu tersebut djuga bahwa radja-rad ja Saba jang memerintah ialah 27 orang, 15 bergelar Mukrib dan 12 bergelar Malik (Radja). Tiap-tiapnja mempunjai gelar kebesaran sendiri-sendiri jang berbeda pula dari gelar kebesaran-kebesaran Mu’inijah dahulu.

Dati pciljclidikan itu ternjata bahwasanja asal mu'anja keradjaan itu hanja ketjil sadja, seumpama satu amir atau kepala agama, tetapi kemudian mendjadi satu keradjaan besar jang luas kuasanja. Dan lagi tidak terdapat bahwa keradjaan itu keradjaan peperangan, hanja lebih banjak terdapat, bahwa keradjaan itu keradjaan perniagaan. Di­dalam surat-suratan lama itu tersebut tentang keradjaan Asjur dan Mesir biasanja „Ditaklukkan, dikalahkan, dise- rang, diperintah mengantar upeti, dirampas hartanja” , te­tapi didalam bekas-bekas keradjaan Saba itu hanja terse­but „Didirikan, ditegakkan, diperbuat” dan lain-lain.

Didalam bekas-bekas lama itu telah terdapat pula bah­wa Saba itu melalui empat zaman. Dizaman pertama radja- radjanja bergelar „Mukrib Saba” , dizaman kedua bergelar „Malik Saba”, dibahagian zaman ketiga bergelar „Malik Saba dan Raidan”, lalu dizaman jang keempat bergelar ra- dja-radjanja „Malik Saba, Raidan, Hadramaut dan lain- lain” .

60

Keradjaan Himjar.

Sesudah keradjaan Saba itu lemah, maka dia digantikan oleh keradjaan Himjar, jaitu keturunan kedua dari Saba. Djadi boleh disebut Himjar itu Saba kedua dan Saba per­tama itu bernama Saba aseli. Pertukaran pemerintahan ini terdjadi didalam qurun kedua sebelum Nabi Isa.

Keradjaan baru ini telah memudahkan perhubungan dari Barat ke Timur. Angkatan perniagaan dilautan bertambah madju, sehingga armada bangsa Rum dapat lalu hnt^s muka lautan merah. meskipun dengan melalui Tan jung Pengharapan sadja. Djalan ke India mulai terbuka, au an merah mendjadi tempat singgah kapal-kapal besar me munggah muatan dan membongkarnja. Lantaran itu maca dizaman tersebut keradjaan Himjar termasuk sat^ era djaan besar jang masjhur. P e la b u h a n -p e la b u h a n di au an merah dilautan Hindia dan terus dipinggir lautan a ra maut mendjadi ramai makmur. _ .

Agama Nasrani mulai dibavva kedalam negeri Hinij ialah dizaman Kaisar Rum jang bernama Constantvni n , jang memerintah diantara tahun 337 dengan tahun .50 , dengan perantaraan seorang guru agama jang ~rnan ■ Theopilies. Sehingga didirikannja satu geredja dmegen J < - man. Dizaman pemerintahan radja Anstace (491 - )>mulailah masuk dengan dalamnja pengaruh Keristen Keaa- lam negeri itu. sehingga seluruh Himjar djatuh kedalam kuasa asama itu. Dizaman Nabi s.a.w. bekas-bekas pe­ngaruh itu masih terdapat dinegeri Nadjran. _

Orans Habsji pernah memasukkan pengaruhnja pula Ke­dalam negeri itu. Wakil radja Jaman jang bernama Aksoem memerintah sezaman dengan Constantyn.

Perhubungan keradjaan Rum dengan Himjar sangat ra- pat. ialah disebabkan kemakmuran perniagaan Rum me- nudju India itu, tentu sadja negeri itu mesti dirapati, tentu sadia kedudukan tidak akan djauh berbeda dengan kedu- dukannja sekarang ini, karena dia boleh dikatakan djalan

61

ke India pula bagi Inggeris. Sebab itu besarlah pcngaruli Rum disana, apalagi sangat ditakuti oleh Rum kalau ke­radjaan Ghassaan disebelah selatan berpengaruh ’-vclak sampai kcdaerah Himjar .itu.

Tetapi didalam tahun 521 terdjadi djuga apa jam: di­takuti oleh keradjaan Rum itu. Dinegeri Himjar terbit pemberontakan dibawah pimpinan radjanja jang bernama Zi Nuas. Radja Zi Nuas itu rupanja tidak suka memeluk agama Nasrani, tetapi dipilihnja agama Jahudi. Dia men­djadi propagandisnja jang keras, sehingga terbitlah perten- tangan hebat dengan bangsa Habsji dan bangsa Arab iane telah memeluk agama Nasrani. Lantaran Habsji lebih 'de- kat dari sana, maka Kaisar Rum meminta kepada sahabat- nja Negus Habsji supaja mengatur tentera memadamkan pemberontakan kaum Jahudi itu, tegasnja kaum Arab Him- jav itu. M aka dikirimkanlah balatcntera kesana dibawah pimpinan Abrahah, seorang kepala perang Habsji jang ga­gah. Didalam satu peperangan jang hebat Zi Nuas telah dapat dikalahkan. Sedjak waktu itu Habsjilah jang me- nguasai negeri Jaman.

Kepala perang Habsji jang mula-mula ialah Irbaffc, se­sudah itu Abrahah. Abrahah inilah jang mendirikan satu geredja indah di Shan’aa, dengan maksud hendak menan- dangi Ka’bah di Mekkah. Sampai dia datang ke Mekkah hendak meruntuhkan Ka’bah itu. tetapi maksudnja tak ha- sil, karena tjerdik tjendekianja Abdul Muttalib jang men­djadi kepala orang Quraisj ketika itu. Kissah itu telah ter- maktub didalam Qur’an.

Rupanja kekuasaan Habsji atas tanah Arab ini achirnja tidaklah menjenangkan hati keturunan Himjar jang lain, sehingga timbullah kepala perang bangsa Himjar sendiri Seit bin Zi-Jazn namanja. Dia meminta bantu bangsa Parsi. untuk mengusir orang Habsji itu. Kehendaknja dikabulkan, dia dibantu berperang oleh Kisra, dengan menjuruh se­orang kepala perangnja jang gagah mengawani Sen itu. Achirnja Habsji terusir pula, setelah beberapa orang radja-

62

radjanja memerintah disana. Seif diakui sebagai radja Him­jar kembali, tetapi Parsi menar.amkan pengaruhnja disana.

Suatu bekas jang tinggal lama dari keradjaan Saba jang dahulu, ialah Sad Ma’rib, artinja air hudjan jang turur, da­ri gunung ditjoba menghambatnja dengan dinding trmbo'c tinggi dan dibuka sadja sekedar untuk penjiram tanah, jang tjukup untuk setahun. Dizaman Himjar, dan dizaman Habsji dalam tahun 450 ditjoba niemperbaiki kembali, te­tapi tidak berhasil.

Permintaan perbantuan Seif kepada Jaman itu terdjadi ialah dalam tahun 570. Radja Habsji jang penghabisan se­sudah Abrahah ialah Masruk, mati tcrbunuh didalam pe- rana. Setelah Seif berhasil maksudnja, maka datanglah orana-orana besar Arab menziarahinja mengutjapkan sela- mat "atas kemenangannja. Diantaranja ialah nenek Nabi Muhammad s.a.w. Abdul Muttalib. Sedjak waktu itu wa- kil-waki! Parsi berganti-ganti memerintah dinegeri Jaman itu sebaaai Gubernur dari Kisra Parsi. Dalam tahun 571 miladijah. Nabi Muhammad s.a.w. lahir kedunia.

Setelah Rasulullah mendjadi Rasul dan duduk di Ma- dinah, disampaikannjalah seruannja kenegeri Jaman itu. Ketika itu kekuasaan Himjar telah susut, jang sebenar- nia berkuasa ialah wakil-wakil radja Parsi jang ada disana. Setelah aaama Islam dibawa kesana oleh utusan Rasulullah s.a.w., jaitu Ma’az bin Djabal dan Abu Musa Al-Asj’arij, maka berdujun-dujunlah penduduk Jaman itu memeluk Islam, sehingga radja-radja wakil Parsi itupun masuk ke- dalam Islam.

A RA B U T A R A

Keradjaan Hirah.Neaeri Hirah itu, kalau dilihat bekasnja pada zaman ini,

ialah "tiga mil djauhnja dari negeri Kaufah, disatu tempat jang sekarang bernama Nadjf, dipinggir sungai Furat jang masjhur, sebelah ke Barat. Sekarang terletak disebelah

63

tenggara dari pada pusara Saidina Ali bin Abi Talib. Nege­ri Hirah itu termasjhur lantaran bagus hawa udaranja. ka­rena dekat dari daratan. Lantaran Hirah itu terletak ditepi negeri Irak se"belah Barat dan kesananja tidak ada negeri lagi, itulah sebabnja maka orang Badui suka sekali inera- maikan negeri itu. Mula-mula mereka datang kesana men- djual hasil ternaknja, lama-lama timbullah keinginan hen­dak meramaikannja. Apalagi karena pada masa itu, disa- nalah mereka merasa lebih arnan dari pada gangguan hu- kum keradjaan jang telah teratur. Oleh sebab itu ada pen­duduk Hirah itu penduduk tjampuran, tetapi jang terba- njak ialah bangsa Arab aseli.

Keradjaan atau amaraat Hirah itu didirikan pada tahun 240 miladij. Jang mendirikan itu ialah ’Amr ibnu ’Adij. Keradjaan Parsi tidak keberatan keradjaan itu berdiri, ma- lahan disuruhnja benar mendirikan, karena dengan berdi- rinja satu keradjaan jang teratur dibatas tanah Arab itu, sukarlah bagi bangsa Arab akan menjerang kenegeri Parsi. Djadi adalah negeri dan keradjaan Hirah itu dipandango.eh keradjaan Parsi sebagai keradjaan batas (bufferstaat). Menurut peraturan jang dilazimkan pada masa itu, adalah per ubwgafl d/a/ifara Hirah dengan Parsi itu, sebagai per- nubungan suatu keradjaan jang diberi perlmdungan dengan pelindungnja. Tiap-tiap Amir jang akan naik mendjadi °ra- dja, hendaklah menjatakan sumpah setia kepada Kisra Par­si, dan hendaklah mendjaga kalau-kalau ada musuh iang bermaksud hendak menjerang kenegeri Parsi. Untuk pem- balas itu, maka keradjaan Hirah dibebaskan dari pada pem- bajaran tjukai dan upeti. Dan lagi peraturan keradjaan Par­si pada masa itu ialah pemerintahan otonom (Gubernur dan radja-radja memerintah sendiri-sendiri didalam daerah- nja, dan kuasa Radja Besar hanja sebagai pelindung sadja), bukan sebagai peraturan negeri Rum jang berdasar peme­rintahan pusat, tidak ada satu peraturan jang boleh didja- lankan, kalau tidak mendapat kebenaran dari puntjak ke­radjaan di Roma atau Istambul.

64

Keradjaan-keradjaan jang lebih tua ditanah Arab, seba­gai Lucham, Ghassaan dan radja-radja Kindah mentjoba berebut pengaruh kesebelah Selatan itu. Kebanjakan dian­tara mereka ialah Arab keturunan Adnan. Sjech-sjech atau amir-amir itu memerintah dengan tidak mempunjai kera­djaan teratur, atau serdadu berbilang, tidak berbenteng, ti­dak berpagar. Mereka pada masa itu tidak kenal benteng berbina, tetapi benteng mereka hanja diri sendiri. Lantaran sjadja’ah, keberanian jang ada dalam djiwa dan semnngat.

Oleh karena keradjaan Rum mulai lemah, dan keradjaan Parsi memberi pula kebebasan bergerak sendiri, sangatlah madju keradjaan Hirah itu. Mereka mendjadi keradjaan jang mcngangkut perniagaan keseluruh tanah Arab. Diam- bilnja perniagaan dari Parsi, didjualnja ketanah Arab dan mana jang laku dinegeri Parsi, diangkutnja pula kesana dari tanah Arab, sehingga hiduplah djalan ekonomi (niaga) diantara Arab dan Parsi semasa kebesaran Hirah.

Menurut keterangan ahli riwajat Sedillot (*), asal usul radja-radja Hirah itu ialah dari pada keturunan Qudha’ah, jaitu keturunan Adnan, dari kabilah Tanuch, asalnja dari Bahren dan Tihamah. Mereka dapat menguatkan kuasa- nja di Hirah dan dalam tahun 192 miladij mereka menje­rang sampai ke Irak. Setelah itu mfcYfcfav VaMv&fcaa pvfo n eger i Anbar. Jang mendjadi kepala keradjaannja Dada tahun 228 ialah Djuzaimah Al-Abrasj. Al-Abrasj itu ma­sih meneakui bahwa keradjaannja ialah berhubungan de- n(Jan Parsi. Kisra jang memberinja perlindungan dan ke­besaran ialah Ardasjir bin Sasan. Setelah Al-Abrasj mang- kat, dia digantikan oleh Amr bin Adij, jang mula-mula m em bentuk " dan meresmikan berdirinja keradjaan Hirah itu. Dari keturunan Bani Lucham. Keradjaan jang didiri- kannja itu masih tetap berkuasa sampai tahun 605 mila­dij.

Diantara bangsa Parsi dengan Junani terdjadi perebutan

(*) Sedillot, ditulisan Arab biasa ditulis Sediu.

65

pengaruh jang sangat hebat disekeliling sungai Furat itu. Ketika itulah keradjaan Hirah jang ketjil itu dapat mem- perbaiki pengaruhnja dan meluaskan kuasanja disekitar Furat. Mereka perdekat perhubungan dengan Parsi, sambil meminta keuntungan dari kemenangan. Ditahun 272 sesu­dah Isa, dapat dikalahkannja tanah-tanah diantara Furat dengan Dadjlah itu, bahkan sampai mereka meluaskan kuasa ke Inthakijah. Tetapi setelah keradjaannja itu men­djadi luas, mereka bingung pula, lantaran susah ment'cmu- dikan negeri-negeri jang telah ditalukkan itu. '

Sangat lama pertentangan diantara bangsa Parsi dengan Rum ketika itu. Kalau sekiranja sesekali keradjaan Rum beroleh kemenangan, maka kepajahan djugalah negeri Hi­rah itu, karena keradjaan Rum melepaskan dendamnja. Beberapa kali, sedjak tahun 289, 353 sampai kepada ta­hun 363 negeri Rum menjerang ketanah Arab Selatan itu. Ketika itulah negeri Anbar dirampas oleh tentera Rum, se­hingga dapat dikalahkannja Munzir I pada tahun 421. T e­tapi didalam tahun 498 berperang pula Parsi dengan Rum, ketika itu Kaisar Amtace kalah, sehingga boleh dikatakan seluruh djazirat Furat dan Dadjlah itu terlepas dari tan^an Rum pada tahun 502. Dalam tahun 503 Nu’man III radja Hirah berserikat sekali lagi dengan Parsi mengusir oran<* Rum itu. Persukuan Taghlab dan Bakar turut pula peran» dibawah kepala amir mereka jang bernama AIhars( bin Amr. Radja ini memeluk dan membela ae,anra Mazdak

Karen“ dia te“ "'M gham pirkand m kepada Pai si dengan djalan memeluk dan membelaagcl/nanja, jaitu agama Mazdak itu, maka diusirnjalah

Munzir III dari keradjaan pada tahun 515. Tetapi kisra jang datang dibelakang tidak bersetudju dengan agama baru itu, Alharst diusir dari Hirah dan Munzir Iff diicem- balikan kepada keradjaannja.

Maka radja Munzir III itulah jang membela kedudukan keradjaan Hirah dan tanah-tanah Arab jang dibawah lin- dungan keradjaan Parsi, didalam memerangi bangsa Tuna-

a

66

rukuaii, r-ehingga bangsa Junani tidak dapat membangunkan uasanja fagi ditanah Arab. Dizaman Munzir III itulah

keradjaan Hirah sangat madju dan makmur, sampai ke­pada masa pemerintahan radja INuman V dari tahun 5S3 sampai tahun 605 miladijah. Maka N u’man V itulah 1 a- dja Hirah keturunan Lucham jang achir sekali. Setelah dia mangkat, maka negeri Hirah itu dimaklumkan dengan resmi sebagai suatu daerah jang diperintah dengan an§" sung oleh keradjaan Parsi, sampai kepada zaman . a.angnja Nabi Muhammad s.a.w. o —rn t

Demikianlah riwajat ringkas jang ditulis oleh Se i ° " Tentang asal usul penduduk Arab Selatan itu. ‘

ahli tarich Henri Masset menulis demikian: -A apun berapa kabilah dari Utara pindah kesebelah se^a.an. ‘ mereka dirikan beberapa amarat jang beilain-am. p < nja. Ditepi negeri Sjam berdiri keradjaan Bani '^Vnnle)' jang diakui oleh keradjaan Byzantium (Cons ai _ ’sebab digunakan untuk pelindungi wa'tas .e i? ^ d i a k u i Berdiri pula keradjaan Bani Lucham di Hira , JI =• ^oleh keradjaan Parsi, untuk penjelamatkan a * >Sebab itu maka Lucham dan Ghassaan itu ten . 2bawa-bawa oleh permusuhan kedua keI.aaJa[!eradiaan Ba- mempengaruhinja. Hirah sebagai pusat alINlasrani< <neeeri ni Lucham, disana kuat pertahanan agama < ^-.Ja-nnila itu mendjadi pusat ilmu. Radja Lliclvani .U b icj.} j.u_ memerintah telah dapat diketahui tarich wafa nj*. P ‘kl,at burnja sendiri, jaitu tahun 328 miladija • ,m parsi, ti- perdjandjian persahabatan keradjaan itu - ‘ia j;,nu me- daklall m ereka terhalang akan^iem eiu reka sukai, jaitu agama NaS»'ani-NilStl

Amir-amir Ghassaan. . m DahulunjaKabilah Ghassaan itu datang kcnege keturunan

negeri itu dibawah kuasa Bam 1 mil rcka dirikan ke- Qudha’ah. Lalu mereka kalahkan dan lindungan kera- kuasaan sendiri ditempat itu, dibawan f

djaan Roma-Raya, sehingga terkenal dengan nama Kera­djaan Bani Ghassaan. Dengan berangsur-angsur mereka mendjadi madju, sempat mendirikan negeri dan kota, men­dirikan benteng dan pertahanan. Pusat keradjaannja di Bushra, didalam negeri Hauraan. Sekarang tempat itu di- masjhurkan dengan Bushra Eski Sjam, atau Bushra Sjam sadja.

Negeri Sjam itu djatuh kedalam kuasa keradjaan Rum, sedjak qurun jang pertama sebelum Nabi Isa dilahirkan. Ketika Nabi Isa menjampaikan da\vah kenabiannja, ter- masjhur mendjadi wakil keradjaan Rum disana Pilatus dan Kaisarnja Hirodotiis. Tetapi tanah Sjam bahagian dusun Badui dibawah kuasa bangsa Nabthi. Lantaran bangsa Ba­dui itu tidak mengenal perdamaian dan selalu sadja mengu- sik kedudukan bangsa Rum, maka diperbuatlah perdamai­an dengan mereka itu. Kebanjakan dari mereka ialah be­kas-bekas Badui Dhadja’im jang m enguasai Sjam dahiriu-

Setelah iepas masa penaklukkan Iskandar Zulkarnain flskandar Agung), jang mengalahkan negeri Parsi sampai ketepi sungai Gangga itu, maka negeri Irak dan Parsi itu diperintah oleh radja ketp-ketyA dan bevpetjah be\ah. D \-

vtegefi *etjil berdiri seorang radja, dinegeri lain berdm pula rad]a Jam dengan lidak ada perhubungan di­antara satu dengan jang lain. L antaran perpetjahan itu ma-a iTlllddnlah bangsa jang telah mendjadi musuh lama P ar­

si itu, jaitu bangsa Rum, mengalahkan negeri itu satu per- satu. Tetapi kemudian beruntung bagi bangsa Parsi ka- rena timbul keradjaannja jang kuat, jaitu keradjaan Sasan pada permulaan qurun ketiga miladijah. Dengan kuat kua- sanja negeri jang berpetjah belah itu telah dapat dipersa- tukannja, radja-radja jang berkuasa sendiri-sendiri itu ti- daklah lepas daripada pendjagaan Kisra jang tertinggi. Lantaran melihat bangsa Parsi telah kuat, maka ba ngsa Rum pun mendjadi gentarlah, dia takut bangsa jang telah bangun kembali itu akan menuntut bela. Satu akal sadja

68

lagi jang tinggal, jaitu bangsa Rum merasa perlu mendekat- kan diri kepada bangsa Arab. Maksud mendekati bangsa Arab bukan sadja karena mendjaga djangan menghadapi perkara sulit lantaran satu barisan didalam menghadapi bangsa Parsi.

Pada masa itu, sebagai diatas diterangkan tadi, bangsa Arab Ghassaan sedang mendesak ke Utara. Bulaqa telah dapat dirampasnja dari tangan kaum Dhadja im. Bangsa Rum mengerti bahwa keradjaan Ghassaan ini akan besar dan akan berpengaruh didalam kalangan bangsa Arab, ja­itu menilik kepada letak tanahnja dan subur negerinja. Ke­radjaan inilah jang didekati oleh Rum, dimudahkan per­hubungan dengan mereka, dan mulai pula dimasukkan aga- ina Nasrani dengan berangsur-angsur, sehingga achirnja agama Nasranilah jang mendjadi agama mereka jang res-mi- .

Memang keradjaan B i\n i Ghassaan itu mendjadi Juas dan berkuasa, madju dan masjhur. Dizaman pemerintahan Alharist bin Djabalah dan anak-anaknja, seluruh Sjell'll sampai ke Bukit Hauraan dibawali kuasanja, sampai dju­ga ke Tadmir, lalu ke seluruh Arab Suriah, Palestina, Li- banon, Baduinja dan kotanja. Banjak keradjaan ini mening- galkan bekas, banjak mendirikan gedung2 dan istana, kam- pung dan kota, negeri dan pasar pendjualan, bahkan pada sungai-sungai jang luas mereka telah sanggup mengadakan djembatan jang teratur. Setengah daripada bekas-bekas is­tana indah jang didirikan oleh keradjaan Bani Ghassaan jang,bekasnja masih didapati orang ialah „Sharhul Ghadi”

Istana putih” , „Benteng hidjau” dan banjak lagi bekas- bekas jang lain jang sekarang masih boleh didapati.

Bosseaur seorang ahli penjelidik bekas-bekas kuno telah pernah menjelidiki ke-atas bukit Hauraan. Disana banjak didapatinja bekas-bekas kemadjuan jang telah ditinggalkan oleh Bani Ghassaan itu. Sebuah benteng dinding kota jang tebal dan teguh telah didirikannja, untuk menghambat se­rangan dari bangsa Badui.

69

Menurut keterangan dari Henri Masset adalah radja ke­radjaan jang dahulu sekali terkenal namanja didalam ri- wajat, Alharist bin Djabalah. Radja itu diakui kekuasaan- nja didalam tanahnja oleh Kaisar Roma Justinianus dalam tahun 529 m. Lantaran dia berkuasa dan dia seorana alim jang dalam pengetahuannja tentang agama Kcristen^maka Kaisar memberinja gelar „PhyIarqui-Patrice” (Radja dan pendeta). Itulah gelar jang setinggi-tingginja semasa itu dibawah Kaisar.

Diachir qurun jang keenam, mulailah keradjaan itu r.iun- dur. Perselisihan jang terdjadi diantara Bani Ghassaan jang dibawah pengaruh Rum dengan Bani Lucham janu dibawah pengaruh Parsi, telah mendalam. Pergantum>an Rum kepada Ghassaan tidaklah sebagai dahulu lagi. Demi tatkala negeri Sjam telah dikuasai dan dimasuki kaum Muslimin dizaman pemerintahan Saidina Umar, maka ke­radjaan Ghassaan itu sudah tinggal namanja sadja. Anak radjanja jang paling achir namanja Djabalah bin Aiham memeluk Tslam dizaman Saidina Umar. Din naik hadji' ke M e k k a h . Tetapi hnlnran sulu perselisihan dengan seoran** kuli, jang lantaran itu dia mesti menerima hukuman dari chalifah, dia keberatan. Dia ingat kelebihan dirinja sadja tidak patut menerima hukuman sebagai kuli ! Lantaran itu dia lari malam dari negeri Mekkah, melindungkan di'inja ke Constantinople, dan masuk Keristen kembali. Disana- lah dia mangkat, dengan mangkatnja punahlah kekuasaan Bani Ghassaan, negeri itupuri djatuhlah dengan serta nier- ta ketangan Islam.

Nedjd dan Hedjaz.

Didalam qurun ketudjuh miladijah, pertentangan kera­djaan Roma Bisantium dengan keradjaan Parsi Sasaan itu telah sampai kepuntjaknja, jang berhubung dengan tanah Arab. Soal tanah Arab mendjadi soal jang selalu hangat.

70

Tiap-tiap keradjaan mentjari tanah daerahnja sendiri, tak ubahnja dengan perchutan pengaruh keradjaan Inggeris dengan keradjaan Perantjis pada masa ini, ditanah Arab itu djuga. Sebab itu, maka tanah jang hanja terpel’hara kemerdekaannja dan mendjadi pusat persatuan atau pen- tjari keamanan dari pengaruh asing hanjalah dua baha­gian sadja, jaitu Nedjd dengan Hedjaz. Kedua tumpuk ta­nah ini masih merdeka, sebab disana belum dimasuki oleh pengaruh asing. Tetapi disanapun belum pernah berdiri satu keradjaan jang bersifat Monarchi (beradja-radja; se­bagai di Ghassaan dan Lucham itu. Disana adalah sebagai negeri persatuan. Tiap-tiap kabilah diperintah oleh sjech- nja sendiri-sendiri, dan mengurus keperluannja sendiri-sen- ciiri. Tetapi bilatnana datang satu musjkil dari luar, maka berkumpullah kepala-kepala kabilah itu memilih siapa di­antara mereka jang sanggup menguruskan hal itu kepada orang luar itu. Segala urusan dapat disempurnakan dengan bores lantaran pcraluran jang dem ikian . Bukan mereka bersatu, mereka sesamanja pun berlain-lain kepentingan, dan kadang-kadang ada djuga perselisihan jang membawa pertumpahan darah sesamanja. Tetapi terhadap keluar, mereka bersatu.

Ada pula satu puak jang achirnja dapat djuga mendiri­kan kekuasaan sendiri, jaitu Kaum Kindah. Mereka dapat menegakkan kekuasaan disebelah Nedjd diachir qurun ke- lima. Mula-mula dia berebut pengaruh dengan Bani Lu­cham, jang membawa banjak kemenangan kepada Kindah. ]3ani Kindah itupun termasuk kaum jang pindah dari Uta-

ke Selatan. Meskipun pertentangannja dengan Bani Lucham mula-mula membawa kemenangan baginja, tetapi achirnja Bani Ghassaan dan Bani Lucham bersatu meng- hadapinja. Pada tahun 529 keradjaan Kindah itu kalah se- kalah-kalahnja, sampai mentjoba meminta bantuan kemba­li kepada keradjaan Rum, tetapi kedatangan utusannja ke Rum, jaitu anak Radjanja jang bernama Amrul Qais, ahli sja’ir jang terkenal itu, tidaklah berhasil.

71

Negeri Mekkah sendiri dikepalai oleh Djurhum ketu- runan Qahtan, jaitu Djurhum jang kedua. Tetapi setelah Nabi Ibrahim datang ke Mekkah, maka kawinlah anaknja jang bernama Isma’iJ dengan anak perempuan orang Djur­hum itu. Anak-anak keturunan Isma’il itu dihormati dan dibesarkan oleh penduduk disana, sebab Ibrahim dan Is- ma’illah jang telah berdjasa menegakkan Ka’bah jang se­djak waktu itu telah mendjadi pusat persatuan ibadat dari seluruh bangt-a /Vtab, tetapi mereka tidaklah memeaane hukum. Kemudian itu berpindahlah kaum Al-Azad d ad M a’rib setelah runtuh bendungan air buatan Saba itu. D i­antara mereka ada jang pindah ke Mekkah, jaitu Haristah bin Amr jang bergelar Chuza’ah. Diperanginja kaum Djur- huni dan diambilnja kekuasaan didalam Mekkah. Lantaran kekuasaan baru itu, keturunan-keturunan Ibrahim itu ti­daklah memegang kedudukan jang teristimewa lagi.

Sungguhpun mereka tidak beroleh kedudukan sebagai dahulu lagi lantaran kekuasaan kaum Al-Azad dari Jaman itu, namun anak tjutju Ibrahim telah berkembang. Ketu- runannja jang bernama Adnan sangat kembangnja, terssbar diseluruh Hedjaz dan Nedjd dan sampai ketepi-tepi tanah Irak dan Bahrein. Adapun jang tinggal dinegeri Mekkah ialah keturunan Adnan dari pada Fihr bin Malik. Fihr bin Malik itulah jang bernama ,,Quraisj”, kepadanjalah di- bangsakan keturunan Quraisj jang masjhur itu. Dizaman Fihr, alias Quraisj masih hidup, meskipun orang tahu bah­wa dia keturunan Adnan, tegasnja keturunan Ibrahim, ti­d a k l a h dia mempunjai kuasa apa-apa lagi, dan tidak ada pula keluarganja jang berani mengambil haknja, sehingga M a s d j i d i l Haram itu dibawah urusan kaum Azad sadja. B a r u l a h dizaman Qushai bin Kilab, jaitu bapa jang ke- lima dari Nabi Muhammd s.a.w. bangkit persatuan Quraisj kembali. Dikumpulkannja kaumnja, disusurmja vapvW dv\rv mendapat '^ng besar kembali, sehingga sanggUpmenandingi dan mengedjar kaum Chuza’ah itu. Achirnja diambilnjalah segala kekuasaan dan dimintanjalah kuntji

72

Lin

in

Ka’bah dari pada Abi Ghabsjam, jaitu m enantim ja. Scdji,k ilu maka dialah jang terpandang sebagai^ kepala dinegeri M ekkah, kepala agama jang tertinggi. Kemudian diakui hak itu oleh seluruh djaziral Arab sampai turun tcm unkepada anak ljutjunja. . .

Setengah dari bekas tangan Qushai itu ialah mendiriki.. sebuah balairuns dineseri M ekkah, namanja ..D am n Nad wall” . Dibalairung itulah kaum Quraisj berkumpul mem perkatakan urusannja, sehingga djaranglah suatu pergadu- han jamz tidak bisa diselesaikan den8ar? baik dan damai.

Hak-hak jang diperdapat oleh Qushai itu. la ah, :1. „A lliw a’\ jaitu bendera peperangan. Tidak dikilxukan

bendera perang melainkan2. ..Alhidjabah” , jaitu pintu Ka bah. Tidak dibuka dan di-

tutup oleh seorang djuga pintu Ka bah itu. mela.nkan olehnja. Sebab itu dialah jang men jaganja.

3. „Siqajatul Hadj wa rifadatuhu”, artinja m em ben mi- num kepada orang hadji m em ben makannja

Siqajah ialah menjediakan air dalam gutji, jang ditjam pur dengan tamar dan zabib. Rifadah jaitu makanan seba-

• i* t** +• ^ fnhnn orang Quraisj scluiiihnjaS n S n b ^ ^ g S ' e p a d a Qushai atas pekerdja-

“ S f w lS u Qushai masih hidup,Abdi Manaf telah mendjadi o ra n | ^ tentu sadja dia-terkepala pula didalam kaumnja. Sebab >tu lah jang akan menggantikan j«= « Abdi Manaf supajaTetapi Qushai m em ben wasiat: k p bernama Ab-kekuasaan itu dibagi den§a* ‘ ‘ Wasiat itu diikut oleh dud-Daar, karena dia lebih tua. wasiaAbdi M anaf. . ini-i inki ianti di-

Setelah Abdi Manaf meningga. ’. anu ^ sjC}m Abdi Sjams, tinggalkannja ialah e™Pa\ . ora"g’ £ atnja ini berlomba de- Abdul Muttalib dan Nauta • ^bdid-D aar itu. Keempat- ngan anak keturunan a lebih berhak> kavenanja merasa bahwa merekaian jm e

Sedjarah Umat Islam 6 73

ajah mereka lebili pandai dan tjerdik dan lebih terkenuika didalam kaumnja, apalagi mereka lebih kembang. Lanta­ran itu mulailah timbul perselisihan dan pertingkahan lan­taran berebut kemuliaan. Lantaran itu petjah dualah kaum Quraisj, sebahagian membela keturunan Abdi Manaf dan sebahagian membela keturunan Abdid-Daar. Hampirlah terdjadi perang jang hebat, jang bisa mengalirkan darah satu keturunan, kalau tidak lekas insaf beberapa oran<j pe- mimpin untuk mentjari djalan perdamaian. Maka dapatlah persetudjuan dibagi dua sadja hak jang telah diterima dari bapa itu. Jaitu, Bani Abdid-Daar diberi hak memes?an« kuntji Ka’bah (Hidjabah), memegang bendera dan merT djaga Nadwah (balairung) itu. Sedang Bani Abdi M^naf tiiserahi Siqajah (memberi minum) dan rifadah (member!

\ ___ _ l io r lii Irp fn n in n n A M ; \/r_____ 1

antara merexa — ..... unuian kepadaH a s i im D ialah ja n g m em egang siqajah dan rifadah itu S m o a i k e p a d a a n a k tjutjunja, sehingga datang ag a m a Is ] * m keadaan m asih tetap dem ikian. , s ~

Sebagai d im a k lu m i ad alah Nabi M u h a m m a d dan A li bin A b ? T h a l i b d a ri k e tu ru n a n Hasj.m. Seket.ka M ek k ah te ' A b l, f , . n Ali m e n tio b a mengambil kuntji K a’bnl-. ^ditaklukkan Al. i j keturunan AbJdid^ ab^ dari pada jang Te ; Nabi menjuruh kembalikan iJa,lgb C r n r k c l » n g » " n j » . d a n N a b i b e r s a b d a b a h » a atJ1 J-nnHnekan kepada jang berhak memegangnn Uu mesti dipu ‘ j bihan jang ada pada kaum Qunil-'

' “ t a T«u iai‘“ di“ ranE s!,a,U Pf^iS ilta il ja,,j , Pa' da "hh ll! karena ada balai untuk mendamaikan i , L '',Us me S a h . dissna see»la »lisih bisa didan.aikan ^ >a-,u n . . m e n d ja d i k ep a la tidak d itenttlkan ]->ad■ i v , i ,S f u p eru t sad ja . m elainkan dibagi-bagi, ApalagV “

^ r k a insaf bagaimana tinggi kedudukan m erest ln p e m a n d a n g a n orang Arab, pendjaga keamanan r u m / a ? fail dan negen Mekkah mend,ad, tempat a„,a„ ja i g f ' '

74

boleh terdjadi penumpahan darah disana. maka meskipun bagaimana besar selisih tidaklah mau orang Quraisj scsa- manja akan herkelahi dan menumpahkan darah. Bulan Ha­dji dipandang bulan sutji. tiga bulan lamanja pcrang di pci - hentikan dan perniagaan diatur bores, sekali setaluin di- adakari pasar „kongres” untuk memperdalam kesusaste- raan dan keindahan bahasa, bernama Ukaz. Lantaran itu seketika terdjadi seiisih diantara Hasjim dengan Umajjah. jaitu anak saudaranja jang tua Adbi Sjams. meskipun se­iisih itu telah besar, insaf akan kedudukan mereka di Mek­kah itu djugalah jang menjebabkan tidak sampai berbosai- besar.

Hasjim merasa dia lebih mulia, karena dia lebih tjeidik' dan dia pula jang mendapat kemenangan undian untuk memberi minum dan makan orang Hadji, sedang Umajjah hanjalah pada tiimkatan anak baginja, sebab anak saudara­nja. Tetapi karena Umajjah lebih kembang, lebih banjak turunannja, harta bendanja lebih banjak pula, diapun me­rasa pantas pula buat melawan pamannja itu bcrebu! pe­ngaruh. Tentu sadja akan terdjadi pertumpahan darah jang hebat, kalau sekiranja kedudukan mereka ditenga tcngah bangsa Arab itu tidak mereka ingat.

Tjoba perhatikan bagaimana satu kesalahan Quraisj te­lah mendjatuhkan hari*a mereka dalam pandangan bang sa Arab seumumnja. Pada suatu masa terdjadi peperangan diantara Qijs dengan Kinanah, dua persukuan jang besai. Peperangan itu terdjadi dibulan jang dilarang.Quraisj terpaksa tjampur didalam peperangan itu, sebab satu pihak mendjadi kawan serikatnja. Padahal peisehsih- an itu terdjadi pada bulan jang teiiarang, bulan Hadji. Lan­taran orang Quraisj ikut didalam peperangan itu, maka peperangan itu dinamai ,,Fudjdjaar” , perang melanggar ke- sutjian bulan jang disutjikan.

Satu lagi kelebihan orang Quraisj itu, jaitu peraturan jang bernama „Halaful Fudhul” . Maksudnja ialah me- ngembalikan segala barang jang diambil dengan aniaja ke-

75

pada jang empunja dinegeri Mekkah sendiri, tidak berbe- da diantara orang Qurasj dengan jang lainnja. Jnilah satu semangat jang tersendiri didalam Quraisj jang tidak ter­dapat didalam psrgaulan Djahilijah.

Demikianlah keadaan masjarakat dan pergaulan orana Quraisj, sampai datang agama Islam, mempunjai kekuasa­an dan kebesaran jang patut dihormati dan didjundjung tinggi didalam masjarakat Arab seluruhnja. Adapun kota Madinah sendiri pada masa itu, adalah dibawah pengaruh bangsa Jahudi jang telah berkampung disana beratus ta­hun dan merekalah jang memegang perniagaan jaitu Jahu­di Banin-Nadhir, Bani Quriazhah, dan Bani Qainuqaa. Da­lam tahun 300 miladijah, datanglah kesana dan berdiam disana, dua kabilah keturunan Al-Azad, dari keturunan Qahthan, jaitu Kabilah Aus dan kabilah Chazradj. Ketika radja-radja Tubba’ dinegeri Jaman bermaksud hendak me- naklukkan negeri itu, mereka telah dapat menangki; dan mempertahankan negerinja. Medinah itu dahulunja nama­nja Jastrib, Tetapi lantaran peperangan sama sendm 'janc ■tet&ya& sedjaV taViun 497 sampai tahun 615, lemahlah ke - kuatan kedua kabilah itu, sehingga lantaran itu kota Jas­trib telah dapat menandingi Mekkah, apalagi Medinah le­bih dekat perhubungan kenegeri Jerusalem, Baitul Makdis.

PENDJADJAHAN ASING

M e s i r .

Untuk melengkapkan tarich ini, perlu djuga kita seiidiki siapa-siapakah pahlawan-pahlawan perang asing jane te­lah mentjoba menaklukkan atau telah pernah menakluk- kan djazirat Arab itu. Adapun jang mula- sekali mentjoba mendjadikan tanah Arab itu mendjadi daerah kekuasaannja ialah Radja Ahmas, radja Mesir jang mendirikan keradja­an ketiga belas, dan jang membangunkan negeri Mesir da­ri pada pengaruh bangsa Hyksos. Setelah bangsa Hyksos

76

itu mereka tolak dari Mesir, sampai mereka sera n g dan mereka usir pula keteneah-tengah djazirat Sinai, J . C1 hun sebelum Nabi Isa dilahirkan kedunia. Tetapi se.elan bangsa Ethiopia dan Nobia menjerang negeri Mesir, te - paksalah Maharadja itu pulang kenegennja mcnangK-is s--rangan itu. h-i

1600 Tahun sebelum Nabi Isa. Tahotamas III I|^ntjob< pula menjerang, sampai diseberangmja T e lu ' u ‘ masuk ke djazirat Arab. Ramsis III didalam - ‘ .sebelum Nabi Isa mentjoba pula menjerang oengc » ‘ c d:_ tan berkuda. Didirikannja pula armada jang besar cu turunkannja dipantai Lautan Merah. Maksudnj* tanah menjerbu kenegeri Habsji dan Somalia dan se ’ r_ Arab. Maksudnja jang sebenarnja ialah henda *. Pde_ mudah perhubungan perniagaan diantara nfSe , nSi,„ negeri Timur Djanh. U lupersahabatan dengan negeri Jaman dan 0 ^ kabj[ahpantai, dipcrbuatnja djalan raja mempt- dengan su-membawa perniagaan, diantaia Lau _ orana pan-ngai Nil melalui tanah Arab. D i u t u s n j a ‘ ■ t a m b a n gdai kedjazirat Sinai, hendak menjel.d.k. ^ anJ mQ_mas d a n lain-lain j a n g telah d i w a s . a t k a n olenjanenja dahulu kala. . , , Dnmsis IV, jaitu

Tindakan Ramsis III ini dituruti o ^ kelanahI 16 sebelum Nabi Isa. Dibukanja pula djalan d A rab jang lebih pendek dari djalan jan^

A s j u r ,

Bangsa Asjurpun telah mentjoba ta=nah itu)tn, jaitu dizaman radjanja Blasar II. » d j a perangPada qurun kesembilan sebelum Isa, scsu < dengandengan Suriah. Didekat batas Mesir bertemi satu kabilah Arab. Diqurun kedelapan sebe kebetulansa Arab mentjoba menjerang kenegeri Sarnu , buatan negeri itu dibawah kekuasaan keradjaan Asj

itu menimbulkan dendam jang amat besar didalam hati Radja Sargon II, sehingga diadakannjalah penjerangan be­sar pada tahun 715 sebelum Nabi Isa. Sampai dia ken.ege- ri-negeri udjung, jang selama ini belum pernah dimasuki musuh.

Sesudah Sargon II, datang pula Sanhariib (jang meme- rintah sedjak tahun 706 sampai tahun 681 sebelum^ Nabi Isa) diserangnja pula tanah Arab sehabis menjei ang Siiidaa. Cyprus, Arwaad, Asqalaan dan lain-lain negeri disebelan barat tanah Arab dan sebelah selatannja didekat djazirat Sinai. Setelah itu Radja Huddiin pula, jaitu jang memerin­tah dari tahun 681 sampai tahun 668. Diperanginja Me­sir, Punisia, Ogal dan negeri Arab. Dari tahun 668 sampai tahun 605 memerintah pula Radja Banibal. Diperanginja Arab lantaran Arab berpihak kepada musuhnja, sampai di- rampasnja negeri Bartaa dan Muaab. Perang jang hebat terdjadi diantara sungai Furaat dengan Teluk Parsi.

B a b i l .Dalam tahun 605 sampai tahun 562 memerintah Radja

BuchtinasSiar, radja Babil. Bagindapun mengalahkan bang­sa Arab pula, banjak jang dibunuh dan ditawan. Kabarnja sampai Radja itu memasuki negeii Hedjaz.

P a r s i .Sabur radja Parsi telah mentjoba pula. Bangsa J>inani

bermaksud pula hendak menaklukkan bangsa Arab, iotapi tidak berhasil maksudnja. Jang berhasil maksudnja ialah Radja Iskandar Zulkarnain. Bagmda kalahkan keradjaan Dara. Bangsa Arab kebetulan berpihak kepada keradjaan Dara (Parsi) itu.

I s k a n d a r .Lantaran itu Radja Iskandar murka kepada bangsa j|„ (

apalaci bagincia jnkin killilll SCkil'lin]u Ittliuh Av;\h

78

dikuasainja, barulah berarti dia mendjadi radja mcmpu- njai ,,dua tanduk”, dua kekuasaan, di Barat dan di Timui. Sebab itu dikirimnja armadanja menjelidiki Teluk Parsi mentjari djalan jang mudali mengepung djazirat itu. Tjuma sajanc maksudnja belum dapat dilaksanakannja, dia mang- kat didalam usia jang amat muda itu, karena baginda :nan- di didalam perdjalanan. diwaktu jang amat panas.

Dizaman Kaisar Agustus bangsa Rumawi hendak menak- lukkan tanah itu. Galus telah membawa tenteranja kesana, tetapi pulang dengan tangan hampa.

79

PASAL IV

TAMADUN ARAB SEBELUM ISLAM

Diantara penduduk Arab selatan dengan penduduk uta- ra terdapat beberapa perbedaan. Penduduk selatan masih dekat kepada pergaulan setjara Badui dan tidak mau ietap didalam satu-satu tempat. Penduduk utara lebih suka ke- kota. menerima pergaulan ramai. Lantaran itu keniataanlah kemadjuan jang telah ditjapai oleh penduduk utara itu, sehingga dapat disaksikan bekas-bekasnja sampai kepada zaman sekarang ini.

Adapun orang selatan tidak dapat benar mentjapai ke­madjuan. Hal itu timbul lantaran pengaruh tanah tempat tinsgal karena kurang terdapat sjara-sjarat buat mentjapaikemadjuan. . . .. , .

Untuk menguatkan pendapatan ini, marilan kita sahnkan perkataan ahli tarich Al-AIusi. Dia berkata : A dapunOahthan iaitu Arab p enduduk tanah Jaman, adalah keada- an mereka lebih bagus, galibnja mereka tinggal didalam neeeri-negeri jang lebih makmur dan subur, sehingga sang- liup mereka mendirikan istana-istana jang indah-indah dan menegakkan benteng-benteng jang kuat dan teguh. Mere­ka mempunjai negeri-negen jang besar dan hal itu telah diteranekan pandjang lebar oleh ahh-ahli tarich. T jo b a perhatikan „Saba, dia telah d.njatakan Tuhan didalam Quran jang sutji demikian : „Sesungguhnja sudah ada bagi k?um Saba itu tempat kediaman jang mempunjai kebest ran dua taman indah disebelah kanan dan sebelah kiri. Makanlah dari pada rezeki Tuhan dan ^ ju k u r i a h kepa. danja, karena adanja negeri jang subui itu dan karena nik-mat Tuhan jang PenSa® p““Hi' rinn or)n„ nr„n(V ,Ada ba°i mereka radja-radja dan oran -orang besar iiin„

s s i s ” ,a A n s rpunjai sumber kehidupan dan panda, m ^ r „egeri d™

80

siasat keradjaan. Sanggup mengatur rumah tangga dan ba­risan serdadu, pandai mendirikan kota dan negeri, pandai pula mengahrkan saluran air, jang semuanja itu tidak ter- tjapai kalau penduduknja dalam keadaan bodoh. Agama mereka berbagai matjam, sehingga telah diutus Tuhan ke­pada mereka Rasul jang akan menjampaikan seruan Tu­han, suruhan dan tegahan, beriman mana jang beriman dan menolak serta mendustakan mana jang mendustakan, sebagai umat lain djuga. Dan lagi, mereka berdjasa besar didalam memadjukan perusahaan. Radja-radjanja mem- punjai kepandaian didalam ’ilmu menjelidiki bintang-. Se­mua keterangan itu tidaklah dapat dibantah dan ditolak, sebab telah dituturkan turun temurun dan telah dapat di- lihat kepada bukti-buktinja jang sah.”

Lalu Al-Alusi m enjam bung lagi : ,,Adapun keturunan Adnan dan Arab lain jang berdekatan tempat tinggal de­ngan dia. jaitu Arab Jaman jang telah meninggalkan tanah airnja jang asli sedjak runtuhnja Sad Ma’rib lantaran air bah jang besar itu, adalah mereka memegang peraturan jang diterima dari pada nenek mojang sadja, jang berdasar atas ilmu jang turun dari langit. Sjariat jang turun dari langit itu ialah mereka terima dari pada nenek mojang me­reka Nabi Ibrahim dan Ismail, jang lantaran telah lama masanja dan djauh vvaktunja, banjaklah sjariat pusaka itu jang telah berobah dari pada dasar pengadjaran jang asli. Lantaran kelamaan masa itulah maka telah bertukar dari pada Tauhid kepada penjembahan berhala, meskipun me­reka mengaku djuga bahwa apa jang mereka pakai itu be- rasal dari pada pengadjaran neneic mojangnja Nabi Ibrahim dju^a. Penjembahan kepada berhala itu telah kepindahan dari pada tetangga mereka jang baru datang, jaitu Arab Chuza’ah keturunan Al-Azad. Budi perangai mereka itulah jang mereka tiru dan teladan. Sedjak masa itu teredarlah kedjahilan dalam kalangan mereka dan tertutuplah pintu ilmu, mendjadi tjerai-berai perusahaan jang telah ada, tim­bul selisih dan silang-sengketa diantara satu kabilah dengan

81

lain kabilah. Maka bertambah tumbuhlah bibit kebentjian sesamanja, sehingga tidak ada lagi jang tinggal ilmu jang diterima dari kakek mojang, tidak pula sjariat dari pada seorang Nabi, tidak pula memperdulikan ilmu akal sema- ta, sebagai ilmu tabib, ilmu hisab dan lain-lain. Tjuma, kalau akan dapat dikatakan ilmu djuga, adalah kepandaian dan ketjerdikan jang timbul lantaran ketjcpatari otak, jaitu bersjair dan berchutbah, demikian djuga ilmu memeKhara nama nenek mojang dan keturunan, serta peperansan- jang telah mereka tempuh, atau ilmu mengetahui letakliin- tang untuk penentukan djihad jang akan ditempuh, dan il­mu bermain sendjata sebab kerap kali terdjadi peperansian. Lantaran itu maka mereka disebut ummat-umnii.”

Sekian perkataan A1 Alusi tentang tamaddun bangsa Arab itu.

Goustave Le Bon berkata, jang ringkasnja demikian :,.Adapun pengarang- jang sezaman dengan turunnja kitab Taurat, mengatakan bahwasanja perniagaan bangsa Arab terutama jang tinggal dikota sebagai Jaman, telah pernah sangat madju. Hirodotus diqurun jang keempat sebelum Tsa berkata bahwasanja tanah Arab itulah jang sebaha»ia_ bahagianja tanah, dan jang sesubur-subur tanah jang mak- mur. Staben berkata : „Bahwasanja Sad Ma’rib adalah be- kas tangan manusia jang amat adjaib. Bekas-bekas penje- lidikan zaman modern menundjukkan bahwasanja tanah Jaman itu dahulu kala telah pernah mendjadi pusat ne«e- ri jang amat madju, dia telah pernah mentjapai tamaddun jang telah ditjapai oleh Mesir purbakala. Meskipun pada masa ini belum banjak didapat bekas-bekas peninggalan la­ma jang berguna untuk penguatkan riwajat jang tertulis maka kita masih mengharapkan bahwa bekas-bekas itu akan bertemu djuga kelak, sebagaimana jang telah didapat pada kemadjuan bangsa Nenive, Babylon dan lain-lain"itu. Sedang dari pada bekas jang ban; sedikit sadja kita dapat! kita sudah dapat membajang-bajangkan sendiri bagainiana makmurnja kemadjuan jang telah ditjapai oleh tanah Arab

82

sebelum Islam. Dengan jang sedikit itu sudah dapat kita tolak keterangan setengah pengarang jang menuduh bahwa bangsa Arab"purbakala itu bangsa jang masih biadab. Se­bab rupanja mereka telah tampil keatas panggung dunia sebelum bangsa Rumawi tampil. Karena perhubungan me­reka dahulukala itu dengan bangsa-bangsa lain, maka te­lah banjak mereka mengalirkan l'aedah jang berguna ke­dalam alam dan bangsa-bangsa.” Sekian Goustave Le Bon didalam kitabnja ,,La Civilization des Arabes.

Maka untuk menguraikan kemadjuan Arab Utara Sela­tan itu, marilah kita kupas sedikit apa jang tersebut i'ida- lam tarich tentang perkara itu.

A R A B S E L A T A N

Keradjaan dan Umat.Adapun jang dinamai satu keradjaan pada galibnja ia­

lah tersusun dari pada beberapa gedung dan rumah tem­pat diam, jang semuanja dipunjai oleh seorang sjech atau amir. Didalam gedung itu — jang bentuknja tentu sadja setjara dizaman itu pula — disusun dan diatui haika a au berhala persembahan dan pemudjaan, jang semuanja cti- bangsakan kepada jang empunja. Lama- besarlah pengaruli kepala suku jang kembang biak dan banjak pamili itu, sam­pai golongan ketjil jang lainpun mendekat kepadanja. laupun tidak seketurunan. Dari sana lama-lama timbus sa­tu keradjaan jang berangsur besar dan terus besai. kianlah sederhananja pada mulanja, maka terdin keiadja- an Mu’inijah, Sabaijah, Himjarijah dan lain-lain itu. 1 ju- ma. keradjaan-keradjaan itu lebih banjak mengatur pernia­gaan. Kalau sekiranja kuasanja itu langsung keluar dari negeri Jaman, maka pengaruhnja atas negeri itupun penga­ruh perniagaan djuga.

Jang mendjadi kepala pemerintahan ialah radja. Penn- tahnja tidak dapat disanggah, dia bersemajam dalam ge-

dung atau istananja di Ma’rib atau jang lain, djarang dia keluar. Radja2 itu sedikit sekali memperhatikan peraturan barisan serdadu, karena perangpun djarang pula terdjadi, hanjalah seketika menangkis serangan dari negeri luar, atau memelihara kabilah didalam perdjalanannja. Serdadu-ser- dadu jang djarang berperang itu, kebanjakan hanja diper- gunakan untuk membina rumah-’, memperluas djalan raja dan jang terpenting sekali memperhatikan bendungan, ada- kah tiris disana sini.

Kekuasaan radja itu diturunkannja kepada anak dan tju- tjunja, turun temurun. Djika tak ada anak, diturunkan ke pada saudaranja. Jang berbeda sedikit hanjalah disebelah Hadramaut, sebelum datang agama Nasrani. Straben ber­kata : „Adapun radja dinegeri itu, tidaklah dipindahkan dari pada ajah kepada anak atau seorang dari pada kera- bat, tetapi dipindahkan kepada anak laki2 jang mula2 di- lahirkan oleh seorang orang besar jang ikut memerintah dibawah kuasa radja pada masa itu.

Tjaranja ialah bilamana radja telah bermaksud hendak mentjari penggantinja itu, disembahkan kepada baginda nama-nama isteri orang besar2 jang tengah hamil. Setelah itu didjagai betul2, siapakah jang lebih dahulu melahirkan anak. Setelah anak jang dahulu itu lahir, djika' perem uuan tidaklah mendjadi urusan, tetapi djika laki2, maka anak itu diasuh dan dipelihara baik-baik, dialah jang ditentu- kan akan m endjadi pengganti radja kelak. ’

Demikianlah diterangkan oleh Djardji Zaidan didalam kitabnja „Bangsa Arab sebelum Islam” .

Radja2 itu mempunjai gelar kebesaran, seumpama „Bas- ta” dan „Rajjam” didalam keradjaan Mu’inijah; „Jabiin, Jauf dan Wataar” didalam keradjaan Sabaijah. Bangsa" Arab Jaman itu telah pernah mempunjai uang sendiri, jang didalam uang itu diukirkan gambar radja dan namania, serta nama negeri, tempat uang itu ditjap. Diberi pula per- hiasan beberapa tanda2 jang melukiskan politik atau ma- sjarakat pada masa itu, sebagai gambar burung hantu,

84

gambar elang, gambar kepala banteng jang djadi simbul dari pertanian dan pertjotjok-tanaman, demikian djuga bulan sabit, jang mendjadi simbul agama jang paling ting­gi.

Karena kesungguhan dan hati2nja ahli selidik zaman se­karang, maka uang lama itu dapat djuga mereka tjari. dan disimpan didalam gedung2 artja di Eropa. Dari pada uang lama negeri Jaman itu dapat dilihat orang bahwa radja2 Jaman itu memakai kebiasaan mendjalin rambutnja, ram- but jang telah didjalin itu mendjuntai dari pipi sebelah kiri atau sebelah kanan, dan setengah terurai kebelakang. Ada­pun m em an d jan g k an djanggut atau kurnis, rupanja tidaklah dibiasakan, karena tidak pernah bertemu pada mata uang lama-lama itu.

Mereka suka sekali memakai kuda tunggang. Tetapi se­telah bertjampur gaul dengan bangsa Habsji, telah suka djuga mereka mengenderai kereta kebesaran jang dihela kuda atau gadjah.

Djardji Zaidan mentjeriterakan, bahwasanja menurut ri­wajat dari Theofatus, seketika Kaisar Justinianus mengirim- kan utusannja dari Constatinople dipermulaan qurun ke- enam Masehi untuk menghadap radja Himjar, adalah ke­pala utusan itu bernama Julianus. Kata Julianus : „Radja duduk diatas sebuah kereta kentjana keemasan jang dihela oleh empat ekor gadjah. Pakaian baginda hanjalah tjawat dan satu selendang jang bertekat emas, didjarinja ada tjin- tiln jang berbatu permata mahal, ditangannja ada sebuah perisai bersalutkan emas dan dua buah tombak, dibelakang- ni'i berdjalan pengiring-pengiring dengan sendjata masing2, dan masing2 menjanjikan njanji-njanjian pudjtan terliadap kepada baginda. Setelah utusan itu tiba dibalai penghada- pan, disembahkan surat Kaisar, surat itu baginda sambul dengan tangan baginda sendiri, ditjiuvnnju sebelum dibu- kanja, lalu ditjiumnja pula kening utusan itu dan ditjium- nja pula segala hadiah kiriman Kaisar. Isi surat itu ialah meminta supaja baginda sudi mengusir bangsa Parsi dari

85

batas negerinja dan meminta baginda memclihara keama- nan djalan perniagaan dan membuka kesempatan bagi ahli- perniagaan Rumawi jang datang dari Iskandarijah. ISemua perrnintaan sahabatnja itu dikabulkannja.”

Adapun ummat dinegeri Jaman terbagi kepada ernpat tingkatan :

1. Serdadu bersendjata, untuk pemelihara negeri, pendjaga benteng dan pendjaga kabilah- didalam perdjalanan lalu-lintas.

2. Orang peladang, untuk bertjotjok tanam.3. Kaum tukang dan4. Orang berniaga.

Meniiik sepintas lalu kepada segala adat istiadat iama itu, dapatlah kita buktikan bahwa banjak lagi bekas- adat lama itu jang masih tinggal pada bangsa Arab zamari se­karang. Terbukti dari pada adat mentjium kening tetamu jang baru datang dan mentjium hadiah itu. Di Hadramaut masjarakat orang sampai hari ini masih terbagi kepada empat tingkatan itu pula, jaitu tingkatan pemimpin agama. terdiri dari kaum Said; tingkatan kaum peperangan pen­djaga negeri, terdiri daripada kaum kabili, tingkatan kaum pertjotjok tanam dan kaum saudagar. Selebihnja dinamai dhu’afaa, kaum lemah. Dan tingkat jang dibawah dilarang keras mengambil isteri dari tingkat jang diatas.

K e m a k m u r a n .

Kalau sekiranja dizaman sekarang kita pergi melawat kebekas-bekas keradjaan Arab purbakala itu, jang akan kita dapati hanjalah pasir jang tebal dan tjahaja panas matahari jang amat terik. Padahal dahulunja disana telah berdiri negeri jang besar dan kebun2 serta ladang jang su­bur. Disanalah dahulunja berdiri kota2 dari keradjaan

Mu’in. Saba dan Himjar. Padahal disana tidak ada Furat jang telah mengairi Irak, tidak ada Nil jang telah menghi- dupkan Mesir. Hudjan hanja sekali setahun. Pada miisa

86

itu, lantaran susahnja mentjari air, mereka adakan hen- dungan ditepi bukit, sehingga air tidak rnengaiir sadja lagi, melainkan tertahan, mereka bukakan sumbatnja sekedar perlu untuk pengairi tanam-tanaman. Kota Ma’rib atau Saba jang asli itu sadja, tidaklah kurang besarnja dari pa­da satu kilometer budjur-sangkar. Tepi kota didindins de- ngan tembok tebal, mempunjai pintu kota sebelah barat dan sebelah timur. Dipintu sebelah barat bertulis nama ra­dja jang mendirikan tembok itu. jaitu „Jas’amar Jabin anak Samah’ali Januf, Makrib Saba.”

Setengah dari pada negeri purbakala itu, ialah Mu’in, Baraqisj, Sjabwah, Saafar dan Shan’aak, boleh dikatakan semua negeri lama itu telah musnah. telah tertimbun oleh pasir jang tebal. Seorang penjelidik bernama Halifix telah dapat menggali bekas negeri Mu’in itu, jang sclama ini tidak diketahui walaupun oleh penduduk negeri Jaman sendiri, karena dibangkitkan dari dalam pasir. T>uma Shan’aak jang dapat dibangunkan kembali dengan Shan’aak baru, diatas Shan’aak jang sekarang itulah terkubur Shan’­aak jang lama. Negeri Shan’aak itulah jang didjadikan pu­sat pemerintahan oleh bangsa Parsi seketika telah me.nak- lukkan negeri Jaman. Satu diantara istananja jang indah dizaman purbakala ialah Ghamdan.

Alliamdani, seorang ahli tarich Islam diqurun jang ke- empat hidjrat Nabi, masih mendapati banjak diantara be­kas-bekas gedung dan istana jang indah-indah bekas za­man purbakala dinegeri Jaman itu. Sehingga seketika Al- hamdani membajangkan dan menjatakan sipat-sipat dan bentuk-bentuk istana lama itu, banjaklah orang kemudian jang kurang pertjaja, dan menuduh apa jang dikaickan Hamdani itu hanjalah dongeng chajalan tukang hikajat sa­dja. Tetapi karena ditilik dengan saksama, bahwa Hamda­ni tidak akan mentjari keuntungan dari pada dustanja, ter- tariklah hati ahli-ahli Eropa itu hendak datang meniaksi- kan sendiri kesana, sebagai Halifix, Arnot dan Glazar. Ma­ka dapatlah mereka membuktikan sendiri, bahwa apa jang

diterangkan Hamdani didalam bukunja ,,Al-I kli 1" itu benar adanja.

Kesungguhan memb'endung air hudjan itu, adalah salah satu dari pada bekas tamaddun jang menakdjubkan dunia, sehingga kalau sekiranja dizaman sekarang ada kesunggu­han demikian, tentulah tanah itu tidak akan kekurangan air.

P e r n i a g a a n .

Lantaran negeri Jaman itu terletak dipertengalian, ma­ka madjulah perhubungan perniagaannja dengan lain bang­sa. Perhubungannja dengan negeri Hindustan menghasil- kan barang-barang jang perlu dipakai oleh bangsa Asjur, Mesir dan Punisia, jang dibawanja melalui tanah Jaman dengan kapal atau dengan kabilah daratan. Jang temen- ting kehasilan itu ialah barang emas, batu permata mahal, gading gadjah, kaju tjendana dan gaharu, demikian djuga pemasak makanan, sebagai lada dan lain-lain. Dari Afri- ka Timur dapat dihasilkan minjak athar, kasturi, bulu bu­rung unta, emas dan gading. Dari Skutera keluar kaju tjendana, dari Bahrein mutiara. Semuanja diangkut oleh saudagar dari negeri itu masing-masing kepasar perhubu­ngan, jaitu tanah Jaman. Semuanja diraih oleh orang Ja­man, dia sendiri membagikan kebangsa-bangsa jang hendak bertukar perniagaan itu. Perniagaan itu lebih aman diba- wa djalan darat, karena ombak Teluk Parsi lebih mereka takuti dari pada gelombang Skutera.

Pendeknja patutlah djika sekiranja Straben berkata bah­wasanja kemadjuan negeri itu dahulukala tidak kalah de­ngan Mesir dan Rumawi, apa lagi kalau sekiranja tidak banjak dilakukan kekerasan dengan peperangan, sebab pe- perangan itu mendjadikan miskin dan melambatkan suatu kemadjuan jang sedianja akan tertjapai lekas.

88

A n a in u .Dari bekas-bekas suratan zaman purbakala itu telah da­

pat diketaluii orang, apakah agama jang dipeluk pada ma­sa itu. Rupanja mereka menjembah bulan dan matahari. Mereka sipatkan kedua benda itu dengan bermatjam-ma- tjam sipal. mereka sembah, tetapi jang terlebih mereka psntingkan ialah menjembah matahari. sebab barano.kali la n t a ra n dialah penerang jang utama dari pada alam ini. dan bintang-bintang adalah sebagai punggawa dan pahla- wan-pahlawan wakil „Tuhan Mata hari” itu.

Dibekas-bekas tua itu dapat djuga disaksikan, bahwasa­nja nama tuhan itu bermatjam-matjam, tuhan jang penja- jang, jang pengasih, jang berkuasa, jang memberi hidup dan lain-lain. Ada djuga mereka bangsakan Tuhan itu ke­pada suatu tempat jang mereka pandang sutji. Untuk Tu­han itu kadang- mereka perbuatkan gedung atau tempat m enjem bah jang tersendiri, sebagai mahligai Ghamdaan jang masjhur itu.

Orang Jahudi telah mentjoba memasukkan agamanja ke.sana, sehingga banjak penduduk selatan itu jang telah memeluk agama tersebut. Diantaranja jang amat masjhur ialah seorang dari pada radja-radja Himjar jang achir. jang bernama Zi Nuas, jang dahulu telah kita terangkan djuga riwajat perlawanannja. Dialah jang amat keras melawan pemeluk agama Nasrani, sehingga terdjadi peperangan de- noan penduduk Nasrani Nadjaran, jang telah memeluk aga- im Nasrani karena propaganda dari Rumawi. Satu dianta­ra orans Jahudi jang tcrmasjhur pula, ialah Sam’ul, jang mendirikan benteng Al-Ablaq, tempat Amrul Qijs m.em- petaruhkan alnt perkakas perangnja. Ketika alat perkakas psrans ilu hendak dirampas oleh musuh Amrul Qijs, ti­daklah Sam’ul itu mau menjerahkan. Sehingga diantjani akan disembelih anaknja, kalau perkakas itu ditahannja djuga; dia lebih suka anaknja disembelih dari pada dia me- metjahkan amanat. Sehingga mendjadi pepatah didalam kalangan Arab : „Teguh akan djandji, sebagai Sam’ul” .

Se:ljarah Umat Islam 7

Agama Nasrani masuk kesebelah selatan itu dari Irak dan dari negeri Rumawi. Apalagi perhubungan perniaga­an diantara Jaman dengan Irak dan Irak dengan Jaman sangat rapatnja, itupun mendjadi sebab bertambah mudah- nja tersiar agama tersebut kekiri kanan. Tempat kedudu­kan Nasrani jang paling penting ialah negeri Nadjran. Ne­geri itu subur dan ramai. Agama Nasrani disitu diatur oleh tiga orang kepala, jaitu „Said, Aqib dan Usquf”. Said ada­lah mempunjai hak sebagai hak kepala kabilah, dan men­djadi kepala perang, dia jang mengatur urusan perhubu­ngan luar negeri, dan mengatur perhubungan dengan ka­bilah lain. Aqib mengurus pekerdjaan didalam negeri jang berhubungan dengan keduniaan, Usquf mengepalai segala urusan jang berhubungan dengan keagamaan.

Menurut keterangan Jaqut Al-Himavvi pengembara Arab jang masjhur itu, adalah diantara utusan-utusan jang da­tang menghadap Nabi terdapat seorang Said jang bernama Wahb, seorang Aqib jang bernama Abdul Masih, dan se­orang Usquf jang bernama Abu Haristah. Mulanja Rasu- lullah hendak mengadakan mubahalah dengan mereka, te­tapi mereka tidak mau. Achirnja diikatlah perdjandjian damai diantara mereka dengan Rasulullah.

Menurut keterangan Ole’ary orang Nadjran itu menga- nut agama Nasrani Mazhab Ja’aqibah (Jacobeinen). Lan­taran itulah maka dekat perhubungan mereka dengan Nas­rani Habsji, karena satu mazhab.

Lantaran penjiaran itu, kembang biaklah agama Nasrani didalam kalangan bangsa Arab, sehingga ada jang mendjadi pendeta mendirikan biara sendiri dan menjisihkan diri, ser- ta mendjadi pengadjar, menjiarkan faham tentang dosa dan tebusan, tentang uknum dan persatuan tiga tahun, jang djadi dasar i’tikad agama Masehi.

B a h a s a .

Tentang bahasa Arab Selatan itu, menurut penjelidikan ahli2, djauh amat perbedaannja dari pada bahasa Arab

90

Utara, bahkan berbeda dengan Arab jang lain semuanja, bukan sadja bahasa, malahan tulisannjapun berlain. Ba­hasa itu berdekatan dengan bahasa Seriani. Satu kaum me- negaskan bahwasanja bahasa dan huruf Himjar itu lebih berdekatan dengan huruf Punisia.

Teranglah bahwasanja sebelum agama Islam, Arab Se­latan itu mempunjai bahasa dan huruf sendiri, jang berun- dang-undang sendiri pula. Huruf- jang mengarah-arahi hu­ruf Himjar itu, masih terdapat sekarang ini dinegeri H.ibsji. Setelah datang agama Islam, barulah rata huruf jang di- pakai sekarang ini, jang kian lama kian madju pula.

A R A B U T A R A

B a h a s a .

Sebagaimana telah dikatakan berulang-ulang dahulu, Arab Utara itu galibnja masih hidup setjara Badui. Sebab itu tentu sadja tjorak kemadjuannja djauh lebih terkcbe- lakang dari pada Arab Selatan dan susunan masjarakatnja- pun demikian pula.

Lebih dahulu kita bitjarakan dari hal bahasa. Bangsa Arab di utara ini sudah banjak bergaul sehingga banjak tertjampur dengan lain- bahasa negeri jang bergaul dengan dia. Kalimat- dari bahasa lain banjak termasuk kedalamnja, bukan sekali gus, tetapi didalam masa jang lama pula, jang riwajat sendiri tidak dapat menentukan. Tetapi bolehlah kita bagi tingkatan perdjalanan riwajat bahasa Arab Uta­ra itu kepada tiga masa. Jang pertama ialah semasa logat itu masih bersih, belum banjak tjampurannja, tetapi masih sempit daerahnja, jaitu dizaman Arab Amalik dan Arab purbakala jang lain. Kedua bahasa Arab dizaman kaum Djurhum kedua jang telah bertjampur gaul dan telah me­nerima Nabi Ibrahim dan Ismail didalam pergaulannja. Bahasa ketika itu sudah lain bentuknja dan telah dituruti

91

oleh kelurunannja dibelakang, sebagai Arab Mudhar dan Arab Rabi’ah, Kinanah, Nizar dan Qais. Tingkatan ketiga ialah setelah kaum Quraisj mendjadi pendjaga Mekkah, la­lu banjak pergaulannja dengan kabilah- jang lain jang da­tang berziarah ke Mekkah tiap2 tahun, sekurang-kurangnja 50 hari kabilah- itu mendjadi tetamu Quraisj ditanah Mek­kah, 3 hari dipasar Zul Madjaaz, tudjuh hari di Madjimah, tiga puluh hari dipasar ’Ukkaz, 10 hari mengerdjakan ma- nasik hadji.

Lain dari itu, lantaran keperluan perniagaan, banjak kali pula orang2 Quraisj itu berniaga dengan orang luar nege- l'inja. Mereka pergi ke Jaman, sampai ke Irak, Habsji, Hauraan, kenegeri Parsi dan Hindustan. Disana meieka bertemu susunan jang halus, atau bahasa jang gandjil, ntau barang2 jang tidak ada dinegeri mereka sendiii, tetapi ada namanja dinegeri lain itu, barang itu mereka bawa ke Mek­kah, disana mereka pakai dengan namanja sendiii dinegeri asalnja itu. Dalam sebanjak itu, dari bahasa Paisilah me­reka mengambil paling banjak.

Lantaran itu Quraisj telah mendjadi pertemuan bebera­pa bahasa lain, jang terlebih menolong pula kepada mere- ka, lantaran mereka berdiam dan mendjadi pendjaga Ka’­bah, sehingga bahasa mereka mendjadi bahasa jang amat kaja.

Lain dari pada itu, haruslah kita ketahui, bahwasanja kemadjuan bahasa itu bergantung benar kepada kemadjuan akal dan ilmu bangsa jang mempunjai bahasa itu sendiri. Didalam bahasa kita Indonesia sendiri, dapatlah hal jang terdjadi dengan bahasa At'ab itu didjadikan katja perban- dingan. Belum lagi berlalu 400 tahun, sudah nampak ke­madjuan bahasa itu. Mulai bahasa Melaju mendjadi madju ialah sedjak zaman keradjaan Melaju Malaka, pertengahan- nja ialah zaman pengarang Abdul Kadir Munsji. Sekarang, didalam masa 30 tahun, jakni sedjak bangun pergerakan bangsa kita, bahasa Indonesia turut madju. Kadang-ka-

92

dang dimasjhurkan dan dimadjukan bahasa lama jang ter- suruk-suruk, kadang-kadang dipindjam bahasa asing, za­man jang achir ini dirobah dari pada bahasa Melaju ke­pada undang-undang bahasa Indonesia, jang mendjadi himpunan dari pada bahasa daerah, scbngaimana t;rrijadi dengan bahasa orang Quraisj itu.

Lantaran itu maka sangguplah penjair2 Badui itu me- numpahkan perasaan hatinja dengan bahasa Arab Quiaisj itu, bahkan kadang2 mereka perkaja dengan tjiptaan dji- wanja sendiri, sehingga ada satu djenis benda jang dida­lam bahasa Arab mendapat sepuluh, duapuluh, bahkan 100 nama.

Bahasa Arab itu kaja-raja. Itu dakui oleh ahli2 pcnjeii- dik bahasa Semieten (Saam) seumumnja. Djamak taksir sadja, kadang2 mempunjai petjahan kepada beberapa se- butan, apalagi nahunja dan sarafnja. Hal ini dinjatakan oleh Noldke seorang ahli bahasa2 Timur. Tetapi pendapa- tan beliau jang amat meninggikan itu, dibantah oleh se­orang guru besar dari Universiteit Fuad I, Cairo jaitu Ah­mad Amin. Kata beliau kami akui bahasa Arab kaja raja, tetapi kekajaan itu kebanjakan masih terlingkung didalam gunung2 batu dan padang saharanja, pada unta dan kuda kendaraannja dan perasaan lamunan jang m en ggeiagak da­ri dalam djiwa penjair mereka. Tetapi mereka miskin, me­reka tak sanggup mcnjatakan saldju dipuntjak gunung, atau lautan dengan ikan, laut serta kapalnja; tak sanggup melukiskan kehidupan mewah didalam istana radja. Baru- lah mereka kenal akan hal itu, setelah keradjaan Arab sen­diri dan peradaban Arab bertambah tertjampur dengan bangsa dan bahasa lain.

Tentang kekajaan didalam timbangan, didalam nahu dan saraf. didalam petjahan kalimat dari pada zaman kczaman lain dari pada jang membuat kepada jang diperbuat. dan pada zaman kepada tempat, memang djarang tandingar.nja didalam bahasa lain.

93

Pcpatah dan petitih,

Bangsa Arab banjak sekali mempunjai amsal dan perum­pamaan. Amsal clan perumpamaan itu lekas tersiar dida- lam kalangan orang banjak. karena pendek, djitu dan mu- dah menghapalnja. Berbeda dengan sjair, jang tidak berapa djumlah jang bisa menghapal, karena deradjat ahli sjair itu tentu sadja lebih tinggi clan jang sudi menerimanja lebih tinggi pula.

Sebagaimana djuga pantun- Melaju, perumpamaan dan pantun itu berbeda menurut perbedaan dalam tempat me­reka diam, atau pekerdjaan jang mereka hadapi, sehingga berbeda pantun orang Pariaman — misalnja — dengan pantun orang Agam (Bukittinggi), berbeda pula djalan nja- njiannja, sebab jang pertama ditepi laut, pentjahariannja menangkap ikan, rumahnja didekat laut dan mendengar ombak bergulung, sedang orang Agam berumah dilereng bukit, merasai angin gunung jang njaman. Maka demikian pula perbedaan amsal bangsa Arab itu. Tentu sadja jang akan banjak diambil misal ialah perkara unta dan kuda. panah dan perburuan, atau pertandingan didalam perang. Orang Quraisj, sebab mereka kaum perniagaan, maka am- salnjapun lebih banjak berhubung dengan itu pula.

S j a i r .

Arab Utara sangat sekali memuliakan ahli sjair. Dengan sjair itulah mereka akan dapat melepaskan sanak jang menggelora dari dalam djiwa raga, terutama didalam per- djuangan dan pertempuran. Ahli sjair mendapat kedudu­kan tertinggi didalam kabilahnja. Kadang- digambarkan- nja keenakan membalas dendam, kadangJ dinjatakannja penghormatan kepada tetamu, kadang* perkara keberanian.

Sjair lama itu boleh dikatakan sederhana. Seorang ahli sjair menjatakan ingatannja kepada zaman jang telah lalu, semasa dia masih tinggal didalam kampung halamannja,

94

didalam chaimahnja, dan dikiri kanannja t^rnak gembala- nja, sekarang dia telah dihempaskan najib ketempat jang djauh, entah bila akan pulang. Dia bermenung dan <eri- ngat kepada masa itu, semasa dia masih dikampung, lalu disjairkannja bahwa dikampung halamannia ada kctjinta- annja, tambatan rindu dendamnja, kadang2 namanja si Majju, kadang2 Fathmah, atau ’Ablah dan lain2. Maka di- misalkannjalah ketjintaannja itu dengan anak kidjang iang tjepat lari, dengan matanja jang liar dan tjepat langkahnja. Sehabis itu lalu dia masuk kepada maksudnja jang sedja­ti, misalnja membangkitkan semangat kaumnja dan kabi- lahnja supaja bangkit membalas dendam, dan dinjatakan- nja pula bahwa pada beberapa waktu jang telah lalu, mu- suhnja sudah pernah dikalahkan didalam satu tempat. Lain sjair ialah meratapi kawan jang telah lama pergi, atau me- ratapi abang atau adiknja jang mati dibunuh oleh musuh- nja disatu medan perang.

Beberapa orang diantara ahli sjair itu telah mentjapai tingkatan kemadjuan dan ketinggian iang tersendiri, mele- bihi dari pada jang lain2. Zuhair telah sanggup menjatakan budi dan perangai kaumnja, demikian djuga sebagai Amrul Qijs, Intarah dan lain2. Tudjuh diantara sjair jang terpilih dan amat menarik had telah digantungkan di Ka’bah, se­bagai barang jang terpandang mahal, jaitu sjair2 dari Am-, rul Qijs, jang wafat pada tahun 540 Masehi, Alharst jang wafat tahun 564, Intarah jang wafat tahun 615, ’Amr jang wafat tahun 622 dan Lubaid jang wafat tahun 662 Masehi.

Teradat didalam kalangan mereka berkumpul-kumpul didalam chaimah, atau diluarnja djika terang bulan, ;nen- dengarkan salah satu diantara mereka mengulangi ketu- djuh sjair pilihan itu. jang setiap bait dibatja, sekali pula diterima dengan arigguk tanda terasa, kadang2 disuruh ulang dua kali.

Harga ahli sjair sangat tinggi. Satu kabilah djika timbul- didalam kalangan'ija seorang ahli sjair, akan berasa bang- galah mereka dipasar Ukkaz dihadapan kabilah lain, wa-

95

laupun jang bangga itu hanja membanggakan kawan. kare­na diri sendiri tidak pandai. Kabilah lain akan datang me- ngutjapkan sclamat bahagia kepada kabilah jang bsrun- tung.

A h l i p i d a t o .

Pada permulaannja, ahli sjair itu terpandang tinggi. se- hingga bekas itu masih bertemu sekctika Rasulullah teiah diutus. Bahasa Quran jang indah itu mereka katakan : ..Akan kita katakan sjair, dia bukan sjair” . Tetapi kemu- dian akan djemu djuga orang memikirkan, karena beberapa orang diantara ahli sjair itu telah mengambil sjair untuk mendjadi alat mendjadi tukang ,,membuat” sjair karena mengharap upah. Ketika itu mulailah kurang perhatian ke­pada ahli sjair, dan naik deradjat mendjadi ahli pidato, jang sanggup membangkitkan perhatian unuim dengan pi- datonja jang berapi-api, jang menimbulkan semangat.

Dengan sendirinja ahli pidato perlu timbul didalam ma- sjarakat mereka, akan perang, akan berdjuang, bertanding, kalah dan mengalahkan, menjerang atau menangkis sera- ngan, atau membalas dendam lama. Ahli pidato perlu da­lam waktu jang demikian. Dan merekapun timbullah.

Ahli pidato pada masa itu, tidak perlu memilih kata-kata jang pelik- dan sulit, tidak perlu susah-pajah mentjari kata- sebagai untuk merangkai sjair, tjukup kata-’ biasa, tetapi dapat menumpahkan segenap jang terasa dalam hati. Ke- banjakan chathib, apabila bcrpidato, isi pidato adalah me- nuturkan dan menguraikan kelebihan, ketinggian dan ke- masjhuran kaumnja dimedan perang. dimedan keberanian dan kctangkasan. Seorang chatib tegak ketempat igak tinggi, kadang- hanja dengan isjarat tangan, dan kadang- memakai tongkat, tidak berdiri dimimbar sebagai zaman kita ini. Jang terpudji ialah pidato jang lantang suarnnja, bukan lantang dipaksa, luas mulutnja dan besar leher- nja.

96

A g a m a .

Matjam-matjamlah agama atau kepertjajaan penduduk Arab Utara itu. setengahnja ada jang berpegang dengan Nabi Ibrahim, setengahnja pula menjembah berhala, me­njembah matahari dan bulan, menjembah bintang; ada pu­la orang zindiq tak suka diikat agama, ada pula jang me­njembah malaikat, menjembah djin, menjembah api. dan terdapat djuga agama keturunan kitab, jaitu Jahudi dan Nasrani.

Jang memakai agama Nabi Ibrahim itu, terbagi dua. pci- tama tetap memcgang apa jang diterimanja dari Nabi Ibra­him itu. tidak diobah-obahnja, tetapi setengahnja pula di- tambahnja dengan beberapa tambahan, dinamainja djuga agama Nabi Ibrahim. Ada lagi jang mengakui beragama Nabi Ibrahim dan dipertjajainja pula pengadjaran jang di- berikan oleh Nabi-Nabi jang sesudahnja sebagai Musa dan Isa. Golongan ini sedikit sekali.

Jang menjembah berhala itu, mengakui djuga bahwasa nja bukanlah berhala itu jang mendjadikan aiam. tetap Tu­han Jang Maha Esa sendirinja djuga. Kata mereka, maka- nja mereka menjembah kepada Tuhan dengan perantaraan berhala, ialah lantaran tiadalah lajak bahwa orang jang sebagai mereka akan datang sadja dengan langsung meng­hadap Tuhan dengan tiada memakai orang perantaraan, maka adalah berhala- itu sebagai orang perantaraan. Jang setengah laui menjembah berhala. karena mempunjai pen- dirian bahwasanja berhala itu tidak berobah dengan Ka’­bah. sama- didjadikan kiblat didalam menjembah Allah Ta’ala. Tetapi ada jang lebih gandjil, mereka berkata bah­wa pada tiap- berhala itu ada setannja, setan itulah jang mengatur baik buruk nasib manusia, sebab itu setan itulah jang~hakikatnja disembah, bukan berhalanja; berhaianja "hanja sebagai lambang sadja. Kalau tidak disembah ?etan itu. alamat akan ditimpa bahaja.

97

Berhala-berhala jang masjhur ialah Lata, ’Uzza dan Ma- nata. Menurut keterangan ahli tarich Jaqut, Lata ialah ber­hala orang Saqif di Thaif, ’Uzza berhala orang Ghathfaan. Kata mereka berhala-berhala itu mempunjai sjafa’at sen­diri, sebagai anak perempuan Tuhan jang berkuasa menda- tangkan sjafa’at.

Setengahnja lagi berkejakinan bahwa matahari itu ialah sebangsa malaikat. Adapun bulan dan bintang-bintang se­muanja meminta tjahaja dari padanja. Buruk dan baik na- sib alam ini bergantung kepada belas kasihan Matahari, itulah sebabnja maka dia patut disembah, dibesarkan dan dimuliakan. Untuk sebagai wakil matahari, diperbuatlah berhala jang ditangannja terpegang sebuah permata jang amat mahal. Untuknja didirikan sebuah rumah jang chu- sus, dinamai rumah matahari. Disediakan harta wakaf buat dia dan mempunjai djurukuntji dan pendjaga, bahkan ada jang sengadja pergi naik hadji kesana. Matahari itu disem­bah tiga kali, jaitu waktu fadjar, tengah hari tepat dan sen- dja kala ! Itu pulalah sebabnja maka seketika agama Is­lam telah didatangkan, dilarang keras orang sembahjang pada ketiga waktu itu, supaja djangan menjerupai ibadat penjembah matahari itu.

Suatu kaum lagi berkejakinan bahwa bulanpun patut pula disembah, dia jang mengatur alam sebelah bawah, se­bagai matahari mengatur alam sebelah atas. Disebutkan pula berhala wakil bulan, mereka sembah dan mereka su- djud, mereka puasa untuk memperingati dia, diawal, di- tengah dan diachir bulan, diberinja pula berhala itu ma- kanan dan minuman, disana bernjanji dan bergurau, sambil mementil gitar sutji.

Segolongan lagi ialah kaum jang tidak mengakui ada jang mendjadikan alam dan tidak mengakui akan datang- nja hari kiamat. Segala sesuatu didjadikan oleh kehendak masa, „Adhar”, sebab itu maka dinamai orang mereka itu „dahri-jin”, dan dizaman sekarang bisa dinamai „Natura- lis” atau „Materialis” .

98

Ada lagi golongan jang dinamai „Shabi-ah” . Mereka itu menggantungkan kepertjajaannja kepada perdjalanan bin- tang dan falak, berkejakinan bahwasanja segala sesuatu ini, geraknja dan diamnja, berdjalan dan berhentinja, semuanja itu bertali dan berkait dengan perdjalanan bintang-bintang. Sebab itu maka tiap-tiap bintang itu ada namanja, ada ke- besarannja, dan ada rumah-rumah persembahan jang di- tentukan buat masing-masingnja. Bagi matahari ada ru- mahnja bagi bulan ada rumahnja, demikian djuga bagi za- hal, musjtari, marich, zuhrah, ’Atharid dan lain-lain, dan tiap-tiap bintang itu mempunjai ketuhanan sendiri-sendiri. Tiap-tiap bintang itu ada berhala jang menjerupainja. Ve­nus atau Zuhrah, Tuhan dari ketjantikan, sebab itu maka masih didapati orang berhala dari Venus itu dinegeri Ro­ma, sajang telah patah tangannja sebelah, merupakan se­orang perempuan jang amat tjantik. Dari sanalah rupanja pengambilan agama Shabiah itu. Tetapi ada pula segoio- ngan Shabi-ah lagi jang membesarkan negeri Mekkah; jang naik hadji, mengharamkan binatang buruan tanah haram, tidak suka makan daging babi, dan tidak mau nikah de­ngan kaum kerabat; serupa dengan kepertjajaan orang Is­lam.

Ada djuga jang menjembah malaikat, mengatakan ma- laikat itu anak pereitipuan Tuhan. Beberapa orang Quraisj ada jang zindiq, ada jang menjembah djin hantu, dan ada pula jang menjembah api.

Agama Jahudi masuk ketanah Hedjaz, setelah mereka itu diusir-usir oleh Bangsa Siriani dan Junani dari negeri mereka. Agama itu diterima oleh anak tjutju Nabi Ismail dengan segala senang hati, sehingga banjak jang memeluk agama Jahudi, sebab agama itu membesarkan Tuhan, jang menolong Nabi Ibrahim, nenek mojang mereka. Agama itu terkembang di Hedjaz, terutama di Chaibar dan diantara Qabilah Bani Quraizah, Nadlir dan Qunaiqa’ dinegeri Me­dinah. Apalagi agama Jahudi jang masuk ke Hedjaz itu te­lah agak halus karena telah ditjampuri oleh peradaban Ju-

99

\

nani, dan ketika itu pusatnja ialah di Iskandariah, tempat pertemuan peradaban Barat dan Timur ketika itu. Sehing­ga agama telah tertjampur filsafat.

Agama Nasrani masuk keutara dari negeri Rum, diba- \va oleh anggota pemerintahan keradjaan Ghassaan jang melawat kesana karena berniaga. Agama Nasrani pada ma­sa itu terpetjah kepada beberapa geredja, tegasnja kepada beberapa firkah. Ditanah Arab berpengaruh dua firkah, jaitu Nasturiah dan Ja’aqibah. Nasturiah terkembang di Hirah dan Ja’aqibah terkembang disebelah Sjam.

Agama Nasrani itu, sebagai agama Jahudi djuga, telah banjak bertjampur gaul dengan filsafat bangsa Junani. Dia adalah satu dari agama jang lahir di Timur, tetapi tersiar di Barat. Sebelum agama itu datang kesana, orang disana telah mempunjai peradaban sendiri. Iskandariah ketika itu mendjadi tempat pergabungan dan pertemuan. Tidaklah heran djika Keristen telah bersifat Barat, walaupun asainja dari Timur, sebab sebelum dia masuk kenegeri Junani be- lumlah dia mentjapai kemadjuan, sedang madjunja dita­nah Arab itupun, sesudah mendatangi Junani dan Roma djuga.

Tidaklah heran djika filsafat Plato dan Socrates masuk kcdalam agama itu, baik tjaranja berfikir atau dasar ketu- hanannja. Sebab kepala-kepala agama itu berkejakinan bahwasanja dasar berfikir didalam agama mereka tidak da­pat disuapkan kedalam hati ummat jang telah biasa berke- tjimpung didalam dunia filsafat, kalau tidak dengan filsafat pula. Maka di Iskandariah itulah didirikan sebuah sekolah tinggi memperdalam ilmu ketuhanan dengan memakai „rampah-ratus” filsafat. Berdirinja ialah didalam qurun ketiga Miladijah. Setelah itu didirikan pula sebuah madra­sah "lagi di Inthakiah (Entiocie) didalam tahun 270, dan didirikan di Nashibin sebuah lagi dalam tahun 297. Disini diadjarkan djuga bahasa Siriani dan bahasa Junani. Jang paling banjak mementingkan ilmu bangsa Junani itu ialah

100

Nasturiah. Banjak kitab-kitab filsafat dan ketuhanan orang Junani mereka terdjemahkan, demikian djuga ilmu labib dan ilmu alam. Kepala-kepala agama dalam mazhab ini banjak jang merangkap mendjadi tabib mahir, terdapat di­negeri I-Iirah. Djadi tidaklah heran, bahwa setelah runtuli kekuasaan Nasrani dan naik bendera Islam disebelah Hirah itu, negeri Kaufah dan Basrah itulah jang mendjadi pusat ilmu kalam, dari sanalah timbul faham fikhi jang tinggi- tinggi dan imam-imam jang besar, sebagai Imam Hnnati, Hasan Basri dan lain-lain, terutama dalam ilmu berfikir, sebab Kaufah dan Bashrah dekat dengan Hirah, sedang Hi­rah mendjadi pusat kemadjuan berfikir pada masa jang sebelumnja.

Douzy menjatakan bahwasanja seketika Muhammad di- bangkitkan, telah ada tiga buah agama jang berpengaruh ditanah Arab, jaitu Jahudi, Nasrani dan Wastani, agama menjembah api.

Diantara agama-agama itu, pemeluk Jahudilah jang sa­ngat utuh didalam agama mereka, dan sangat bentji kepa­da pemeluk agama jang lain. Tidak pernah terdengar per- tentangan hebat diantara pemeluk-pemeluk agama itu pada masa itu. Kalau sekali-sekali tersebut, tidak lain ialah tini- bul dari pada pemeluk Jahudi. Agama Nasrani tidak mem­punjai banjak pengikut, jang memeluknja tidak begitu da­lam kejakinan atau pengetahuannja tentang agama itu. Aga­ma itu banjak benar mengandung rahasia dan memenfing- kan perkara madjizat dan kegandjilan, jang amat lam;; ba­ru dapat masuk kepada batin penduduk tanah itu, jang lebih banjak takluk perkara lahir.

Henri Du Castries menegaskan bahwasanja agama pen­duduk pada umumnja ialah wastani, menjembah berhala. Faham tauhid itu ada sedikit-sedikit didalam hati, tetapi belum keluar. Kalau terdapat seorang dua jang teguh ber- pegang dengan tauhid, mereka namai diri mereka kaum Ahnaaf, memakai agama Hanif, pusaka nabi Ibrahim.

101

I lm u k etu ru n a n .

Diantara sekian banjak bangsa-bangsa, maka bangsa Arab itulah suatu bangsa jang sangat mementingkan meng- hapal pohon keturunan dari mana nenek, dari mana asal, petiahan dari siapa, keturunan siapa dan kemana pergi si anu kemana pula turun si fulan, sehingga dengan mi.nje- butkan nama kabilah sadja. sudah mudah jang lain menge- tahui diketurunan jang keberapa bertemu sedjaiah nasab mereka. Mereka perlu benar mengetahui dan memelihara itu, sebab mereka kerap kali berperang untuk merapatkan perhubungan diantara jang seketuiunan didalam rriw.ngha- dapi jang lain. Walaupun kelak, didalam satu keturunan jang telah djauh, terdjadi pula perselisihan.

Tingkat nasab (keturunan) itu mereka bagi kepada enam. Mula-mula „Sja’ab’\ setelah itu „kabilah”, sesudah itu „Imarah” , sesudah itu ..bathn”, sesudah itu „fachz”, sesudah itu „fushailah” .

Kita beri umpama lebih dahulu dari persukuan Nabi Muhammad. Baginda keturunan dari nenek besarnja, Ad­nan. Adnan itu mempunjai dua anak jaitu Mudhar dan Rabi’ah. Mudhar itu mempunjai keturunan jang terbesar pula jang masjhur ialah dua, Kinanah dan Quraisj. Dari Quraisj turun dua keturunan jang besar pula, jaitu Bani ’Abdi Manaaf dan Bani ’Abdid-Daar. Dan dari Bani ’Abdi Manaaf itu turun pula beberapa keturunan, satu diantara- nja Bani Hasjim, jang menurunkan Nabi karena Nabi Mu­hammad itu anak ’Abdullah, anak ’Abdul Muttalib, anak Hasjim.

Maka Adnan itu dinamai „Sja’ab”, Rabi’ah dan Mudhar dinamai ,,Qabilah”, Quraisj dan Kinanah dinamai ,.lma- rah”, Bani ’Abdi Manaaf dan ’Abdid-Daar, dinamai „A1- bathn”, Bani Hasjim dinamai „Alfachz”, Bani Abdul Mut­talib atau Bani Abi Thalib dinamai „Fushailah” .

Semuanja boleh diumpamakan „pohon”, „dahan”, ran­ting besar”, „ranting ketjil” . Atau „suku”, „kaum”, ,,be-

102

lahan”; „pajung”; „periuk besar” ; „periuk ketjil” ; „sebuah perut”.

Orang Arab menamai anaknja berbagai ragam. Ada jane msnamai anaknja dengan nama-nama kemenangan, karena mengharap menang, sebagai „Ghalib” (menang), „Mnlik” (kuasa) „Muqatil” (perang), „Thariq” (mengetok pintu gerbang musuh) dan lain-lain. Ada pula karena m ensha- rapkan beruntung sebagai „Sa’d, Sa’id, Mas’ud” (semuanja artinja keberuntungan). Ada pula menamai anak-den^an jang keras, sebagai sembojan dari kekerasan, sebagai „Hadjr” (batu), „Sharchr” (batu gunung), „Fihr” (anak matjan). Dan ada pula jang menamai anaknja dengan n a ­ma binatang-binatang jang mula-mula ditemuinja seketika anak itu baru lahir baik si ,,Kalb” (andjing). atau „Sta’Jab” (kantjil) dan lain-lain.

Tjeritera pusaka (dongeng).

Bangsa Arab kuat sekali inenghapal tjeritera pusaka nenek mojang, terutama jang berhubung dengan kissah per- djuangan kaum mereka dengan kaum lain, satu kabilah de­ngan lain kabilah. Hal itu mendjadi kesukaan mereka, se­gala perkara jang terdjadi ketika itu, kekuatan pedang si- fulan, kegagahan si anu bertempur, kematian saudara si anu, semuanja itu tersebut, diulang dan dipaparkan, ditu- runkan kepada anak tjutju. Demikian djuga tjeritera per- tempuran mereka dengan bangsa jang lain.

Merekapun suka sekali mentjeriterakan hal-ihwal jang telah terdjadi berhubung dengan pertjintaan. Ataupun do- ngeng-dongeng kuno jang banjak mereka terima daripada bangsa Parsi.

Tenung dan ranial.

Tenung dan ramal, maksudnja satu, tenung adalah ar- tiannja jang umum dan ramal adalah tjabangnja, karena

103

ada tenung itu jang didapat lantaran melihat pada pasir (ramal artinja pasir).

Amat besarlah kuasa orang jang tahu ilmu tenung itu pada masa itu. Tukang tenung dapat memberikan bitjara tentang menang atau kalahnja peperangan jang akan di- tempuh, demikian djuga tentang perdjodohan jang akan dipertalikan, beruntungkah pergaulannja kelak atau tidak; demikian djuga perniagaan jang akan didjalankan, berla- bakah atau merugi; semuanja diberikan buah pikiran oleh tukang tenung. Besar benar kepertjajaan mereka kepada­nja sebab menurut sangka mereka, dia itu ada perhubu­ngan dengan alam gaib, tahu keadaan jang akan terdjadi.

Meskipun ada diantara mereka jang mempertjajai tauhid, maka jang mempertjajai tauhid itupun pertjaja djuga ke­pada tenung. sebab katanja, kabar gaib jang sampai ke­pada tukang tenung itu ialah daripada malaikat. Orang jang menjembah berhala berkejakinan bahwa kabar s;aib itu dibawa oleh roh kepada berhala tempat meminta, dan berhala itu senantiasa berhubungan dengan ahli tenung.

Pekerdjaan itu sederhana sadja. Kalau sekiranja <;ese- orang datang kepada dukun menjatakan bahwa dia sakit kepala misalnja, maka dibatjakan mantera dan dilekatkan „ruqji” sebangsa azimat. Kalau ada satu kesulitan, dilihat diramal, kalau terdjadi selisih, diundi dengan kaju jang dilemparkan keawang-awang lalu dilihat mana jang djatuh kebawah lebih dahulu, sebelah ditjat merah dan sebelah putih, merah tanda terlarang, putih tanda izin. Kalau orang menanjakan takwil mimpi, beliau ternienung seakan-akan menunggu ilham, kemudian baru dibatjakan tat'sirnja.

I l m u b i n t a n g .

Bangsa Arab mengerti djuga tentang ke^cjjiim binUuiu. Hanja menurut sekedar untuk mengetahui niusim kurma berbuah atau untuk mengetahui bilamana mereka pantas berangkat ke Sjam, atau ke Thaif. Bintang itu mereka ba-

104

gi kepada 12 tumpuk, tiap-tiap satu tunipuk bernama bu- rudj.

Enam bintang selatan dan enam bintang utara. Bintang selatan ialah hamal, seer, djauzaak, sarthan. asad, sunbu- lah. Bintang utara ialah mizan, aqrab, qus. djuddi, dalwu. dan hut.

Hamal terkumpul dari tiga belas bintang, sur 32, djau- zaak 18. sarthan 9, asad 27, sunbulah 23, mizan 8, ’aqrab 21, qaus 31, djuddi 28, dahvu 42, dan hut 34 bintang.

Lantaran sukar mentjari air, pembaunan hidung mereka amat tadjam, sepanas-panas hari, dengan hidung mereka dapat menentukan, dimana tempat jang ada air, walaupun masih djauh, dan awan dapat pula mereka sisihkan mana jang akan djadi hudjan dan mana jang akan petjah. Dari angin, dapat pula mereka tcntukan apakah jang akan ke- djadian sesudah itu. Lain dari itu pandai benar mereka mentjari djedjak. Kepandaian itu sampai sekarang masih belum hilang didalam kalangan bangsa Arab Badui, se­hingga seketika tuan Dr. Husain Haikal Pasja melawat ke­tanah Arab beberapa tahun jang telah lalu, beliau masih menjatakan keheranan atas kesigapan mata mereka itu mentjari djedjak, padahal dipadang pasir luas.

Kepandaian berkuda, niemanah.

Bangsa Arabpun terhitung satu bangsa jang t a b u tuah dan tjelaka kuda, pandai pula memperhatikan bentul: ba- dan dan belangnja. Sehingga tjelaka kuda itu mereka hi- tung sampai seratus, pada larinja dua puluh empat, pada bentuknja tiga puluh enam, dan kelakuannja duapuluh.

Kepandaian memanahpun demikian pula, mereka ter­hitung bangsa jang terpandai didalam urusan itu, karena bukan sadja hidup mereka daripada memanah burung dan binatang, tetapi panah itu salah satu daripada alat pepe­rangan jang terpenting. Sipat-sipat serta letak baiang dikenai itu"diberi pula bernama. Disamping kepandaian

Sedjarah Umat Islam 8 105

bermain panah, merekapun terhitung bangsa jang pandai mempermainkan tombak dan pedang. Seorang bangsa Arab jang masjhur kuat tangannja memainkan pedang, ialah ’Amr ibn Ma’adi Kariba. Dia termasuk salah seorang pah- lawan Arab jang masjhur lantaran gagah beraninja didalam perang. Dia mempunjai sebilah pedang jang sangat kuat dan tadjam, masjhur pedang itu kemana-mana. Namanja ialah Shamshamah. Dizaman Saydina Umar dia telah ma­suk agama Islam. Lantaran kemasjhuran pedang itu, ditjo­ba oleh Saidina Umar memindjamnja. Setelah itu beliau tjobakan dengan tangannja sendiri. Tetapi sajang, tiba di- tangannja, tidaklah bertemu sebagaimana jang dikatakan orang. Hal itu beliau sampaikan kepadanja. Maka dengan djenaka dia mendjawab : „Hanja pedangnja jang Tuanku pindjam, padahal tangan jang selalu memakai pedang itu tidak Tuanku pindjam pula” .

Berbagai-bagai adat.

Setengah daripada kebiasaan mereka dizaman djahiliah ialah meratap dan menjebut-njebut kebaikan orang jang telah mati. Tjaranja ialah berkumpul-kumpul bersama-sa- ma dirumah orang jang telah mati dan makan-makan. Pe- rempuan-perempuan jang datang berganti-ganti membantu kaum kerabat jang mati untuk meratapi jang mati.

Kalau mereka berperang dapat menawan seorang ahli sjair, lidah ahli sjair itu diikat.

Kalau radja atau amir mendapat sakit, dia dipikul di- atas kuduk bersama-sama. Mereka tidak suka meminum chamar. Tetapi apabila ada dendam jang akan dibalaskan, barulah mereka minum chamar. Adat jang hampir serupa dengan ini adalah pada orang Atjeh dahulu kala, jaitu me­reka belum mau mendjahit tepi badju, sebelum dapat mem- balaskan dendam kepada musuhnja.

Ada diantara persukuan Arab itu —- tetapi tidak unium — , jang suka membunuh anak perempuannja, karena ta-

106

kut akan beroleh malu. Ada djuga jang membunuh anak itu bukan karena takut malu, melainkan karena rupa anak itu tidak menarik hatinja. Ada pula jang membunuh anak lantaran takut akan miskin. Kalau seseorang beroleh pute- ra 10 orang, dan mendjalang 1 1 orang, maka anak jang kesebelas itu dipotongkan kurban. untuk tebusannja. Ka- barnja konon, >:.dalah Abdullah ajah Nabi Muhammad s.a.w. anak jang kesebelas itu pula, dan pernah disembelih- kan pula kurban untuk tebusannja oleh ajahnja Abdulmut- talib, tiga puluh ekor unta.

Kalau mereka hendak meiakukan suatu perbuatan pen- ting, misalnja akan kawin atau akan musafir ketempat djauh, lebih dahulu mereka pergi kepada berhala jang ber­nama Hubal, berhala jang paling besar dikeliling Ka’bah. Mereka bawa uang 100 dirham, uang itu diserahkan kepa­da pendjaga Ka’bah, lalu dikeluarkan mangkuk dari dalam- nja, tudjuh buah banjaknja. Ketudjuh mangkuk itu dike­luarkan dengan undian, didalamnja ada tertulis keizinan, kemudahan, kesukaran, halangan dan lain-lain. Melihat kepada tulisan mangkuk jang lebih dahulu keluar, dapat- lah ditentukan izin atau tidaknja pekerdjaan itu dilangsung- kan.

Kalau ada seorang ternama dari kabilah lain jang ter- tawan, maka kadang-kadang orang jang terpandang itu di- lepaskan sadja, dengan tidak meminta kerugian atau te- busan, tetapi lebih dahulu ditjukur ubun-ubunnja, dan be- kas rambut ubun-ubun itu didjadikan kebanggaan kepada orang lain oleh jang menawan.

Kalau ada orang jang tidak disukai musafir ketempat lain, dinjalakan api dimuka rumah jang ditinggalkannja itu. Dan ada banjak lagi jang lain-lain adat berhubung der.gan api.

Mereka biasa meminta perlindungan kepada djin. Kclau mereka takut akan ditirnpa bahaja penjakit, maka mereka hantarkan seekor binatang ternak kebawah sebuah pohon kaju besar jang dipandang keramat dan berdjin. Diberinja

107

garis k elilin g b inatang itu dan dibatjanja batjaan : ,,B erse- iind ung aku dengan djin jang berkuasa d is in i” .

Seorang perempuan jang sukar betul niendapat djodoh. maka dibagi duanja rambutnja, seperdua dilapihnja dan seperdua lagi diuraikannja. Setelah itu ditjelaknja matanja sebelah, bertentangan dengan rainbut jang dilapih itu. Se­telah itu dibukanja betisnja sebelah dan dia duduk malani hari membatja : „Saja mau kawin, sebelum subuh”.

Mereka sangat memandang naas kepada gagak, dan dju­ga beberapa matjam burung jang lain, seumpama burung hantu. Perkataan jang dipandang naas ditukar dengan jang lain, misalnja perkataan balak (penjakit putih jang bisa rnenghinggapi muka dan udjung tangan orang), mereka tukar kepada perkataan „djelas”.-

Kalau ada orang jang berangkat keluar negeri dan me- ninggalkan isteri dirumah, sebelum berangkat itu diikatkan- nja lebih dahulu benang kepada sebuah bahan kaju jang hanja diketahuinja sendiri sadja dimana tempatnja. Kelak kalau dia kembali pulang, dia singgah dahulu kepada po- hon kaju itu, dilihatnja tanggalkah buhur itu apa tidak. Kalau tanggal, alamat bahwa isterinja telah berlangkah se- rong dengan orang lain sepeninggalnja itu.

BAHAGIAN KEDUA.

K E D A T A N G A N M U H A M M A DPasal I

DUNIA SEBELUM MUHAMMAD

Oleh karena ,,dunia” ketika itu belum .,seluas” sekarang. negeri Eropa sendiripun belum banjak jang dikenal, maka jang terlingkung dalam perkataan ,,dunia” , barulah negeri Parsi, Tiongkok, Hindustan, Rum dan Junani : Itu tidak­lah heran, karena berkali-kali didalam Quran disebut „ai- ardh” (bumi), padahal jang dimaksud dengan bumi itu, ternjata ialah satu daerah jang ketjil, jaitu Mesir.

Keradjaan Roma.Didalam qurun jang kelima Masehi, keradjaan jang ter-

besar ialah keradjaan Rumawi Timur. Watasnja sebelah. Barat ialah Lautan Adriatik, sebelah Timur pinggir su­ngai Dadjlah. Watasnja sebelah Selatan sampai kenegeri Tataar dan sebelah Utara sampai kenegeri Habsji.

Keradjaan Rumawi Timur itu mentjapai puntjak ke- tinggiannja, sesudah terlepas zaman Costantyn Agung, ia­lah dizaman Justinianus (527 — 565 m.) Baginda meme­rintah 37 tahun. Baginda bertjita-tjita hendak menghidup- kan kembali kebesaran Roma jang lama, sebab itu diutus- njalah pahlawan-pahlawan perangnja jang gagah-gagah menaklukkan negeri-negeri jang djauh, sampai ditakluk- kannja Afrika Utara, sampai ke Spanjol. jang dapat ditak- lukkannja sesudah perang jang tidak kurang 20 tahun la­manja. Lebih 64 negeri jang baginda laklukkan, 930 dae­rah jang subur djatuh kebawah kuasa baginda, dan ditiap- tiap negeri jang sudah takluk itu baginda titahkan m?ma- djukan pertanian, pertukangan dan perusahaan beraneka warna. Lain dari itu mulailah dikeluarkan undang-undang

109

negeri untuk mengatur hukum. demikian djuga geredja un­tuk beribadat, mahligai tempat bersemajanii.

Setelah baginda menaklukkan beberapa negeri sebelah Barat, dia menghadapkan pula perhatiannja ke Timur, ba­ginda hendak menguasai Parsi. Sebab itu terdjadilah pepe- rangan-pepcrangan jang tidak putus-putusnja dengan bang­sa jang tidak kurang pula kemadjuannja itu. Peperangan jang tiada berhenti-henti ini, menjebabkan keradjaan Ro­ma Timur (Bizantium) itu mendjadi lemah. Kelemahan ini sudah tidak dapat ditahan-tahan lagi. demi setelah Kaisar Justinianus itu mangkat, digantikan oleh anak saudaranja jang bernama Justinianus II, setelah itu Tibarius, setelah itu Murius, setelah itu Focas. Focas itu pertjuma djadi Kai­sar dari keradjaan jang sebesar itu, karena baginda amat dungu, sehingga hamba rakjat amat bentji kepadanja. Ham- ba rakjat sangat mengharapkan moga-moga timbul seorang pengandjur jang akan dapat melepaskan mereka daripada pemerintahan radja jang dungu itu. Kebetulan ada seorang Gubernur jang memerintah di Afrika namanja Hiraclius (Hiraqlu), jang otaknja ada tjerdas dan pikirannja dalam. Penduduk Konstatinopel menjerunja supaja pulang, mele­paskan negeri dari pada pemimpin radja jang tidak tahu apa-apa itu. Hiraclius mengabulkan permintaan ini, dia datang dengan suatu armada memasuki negeri itu. Focas dibunuhnja dan dia dudulc keatas singgasana mengganti- kan radja jang terbunuh itu pada tahun 610. Pada masa pemerintahannja itulah agama Islam lahir kedunia.

Dia memerintah sampai tahun 641. Tetapi kekuasaan­nja senantiasa terantjam oleh bangsa Parsi, sehingga bangsa Parsi dapat merampas negeri-negeri Suriah, Palestina, dan Asia-ketjil. Oleh sebab itu maka adalah pada pertengahan qurun keenam itu, masa djatuhnja kekuasaan dan kebesar- an Rum sampai kebawah sekali, baik dalam urusan pe­merintahan, apalagi masjarakat dan agama, timbul ber- matjam-matjam buah pikiran dan didirikan orang berma- tjam-matjam mazhab.

110

Partai-partai agama.

Sebelum Nabi Muhammad diutus, agama Nasrani ter­bagi kepada beberapa golongan. Jang tcrmasjhur di l im u t ialah tiga Partai; ] ..

Partai Ja’qubiah, tersiar di Mesir, Sudan dan Haosji. Patrai Nasturi, tersiar di Mausul, Irak dan Paisj- Partai Malkani, tersiar di tanah Maghribi, Sicilia, An­

dalusia dan Sjam.Kaum Ja’cubi mempertjajai bahwasanja Isa Almasih itu

ialah Allah, Allah dan Insan terkumpul pada satu uknum, ialah Almasih. Kaum Nasturi dan Malkani berkcpertjajaan bahwa Almasih itu mempunjai dua thabiat jang beibeda, jaitu sipat thabiat Lahut (Ketuhanan) dan Nasut (Keina-nusiaan). , ,

Menurut keterangan seorang ahli bernama P.3. AKdre, bahwasanja di Asia Tengah pada permulaan qurun e u djuh tersiar tiga mat jam geredja, jaitu geredja kera Jaan Katholik, geredja Monophysia dan geredja Nasturi. Keu- ka Partai ini telah bertentangan amat hebat tentang kedi- rian Almasih. Monophysia berpendirian bahwa pada^ masih itu ada sipat ketuhanan dan sipat kemanusiaan jan0 terkumpul didalam satu tubuh. Tetapi geredja Ortnodox dan Nasturi berpendirian bahwa Almasih itu mempunjai dua sipat jang berbeda, jaitu sipat Tuhan dan sipat manu

Perselisihan ini lama dan sengit sekali, jaitu „apakah ke tuhanan dan kemanusiaan berselisihan atau bersatu pa a iradat dan perbuatan Almasih ?”

Orang Ja’cubiah mengatakan bahwa perbuatan dan ira­dat Almasih itu ialah dari thabiat ketuhanannja. Nasturiah berkata bahwa Almasih itu mempunjai thabiat kemanusiaan jang menimbulkan iradat dan perbuatan, jang kalau timbul adalah amat berlainan dari thabiatnja jang ketuhanan itu. Mereka berselisih pula merupakan persa­tuan ketuhanan dengan kemanusiaan itu. Kaum Ja’cubiah

111

berkata bahwa persatuan ketuhanan dengan kemanusiaan pada diri Ahnasih itu ialah sebagaimana air dimasukkan kedaiam chamar, lalu mendjadi djenis jang satu. Kaum Nasturiah berkata ialah sebagai minjak dengan air, te­tap didalam djenis masing-masing. Kaum Malkaniah ber­kata bahwa persatuan ketuhanan dan kemanusiaan itu se­bagaimana persatuannja api kepada besi jang dibaknr.

Selain dari perselisihan tentang ketuhanan, mereka ber- selisih pula dalam perkara-perkara jang lain, misalnja ,,apa- kah Almasih itu akan turun kedunia sebelum hari kiamat atau tidak turun” ? ,,Adakah hari mahsjar itu untuk ruh dan badan atau untuk ruh sadja ?” ,,Adakah sipat Allah itu tambahan dari zat Allah atau zat itu djugakah sipat- nja ? ?” Kaum Nasturiah adalah golongan jang berfaham bahwa segenap takdir dari Allah, ichtiar tidak ada pada hamba.

Oleh sebab politik selalu ditjampurkan dengan agama, pertentangan-pertentangan itu selalu membawa akibal jang tidak baik bagi politik negeri. Sehingga lantaran pertikai- an pendapatan itu kerap kali Partai jang dibawah Partai lain, lebih sudi menaklukkan diri kepada bangsa lain Ba­njak Partai bangsa Rum jang menjerahkan diri kebawah kuasa keradjaan Parsi, lantaran Partai pemerintah tidak mereka setudjui. Bangsa Armenia, lantaran mereka berka­ta bahwa" Almasih hanja mempunjai satu thabiat sadja, jaitu ketuhanan, sedang kepertjajaan itu dikafirkan oleh pemerintah, maka mereka sangat digentjet oleh Pemerintah, dan mereka lebih sudi menjerahkan negeri mereka kepada Parsi. Demikian djuga perbuatan orang Mesir seketika ne­geri itu ditaklukkan oleh A m r ibnul ’Ash; satu partai mern- bela ’Amru menjerahkan negeri mereka dengan tidak ba­njak susah. lantaran mereka berlain Partai dengan peme­rintah.

Pertentangan bangsa Rum dengan Jahudi.Selain dari itu, permusuhan diantara kaum Jahudi de­

ngan orang Rum sangat sekali hebatnja, mendjadikan bulu l'oma berdiri. Dizaman pemerintahan Hiraclius telah ter­djadi pemberontakan kaum Jahudi di Inthakijah (Antiochie) mereka bunuh pcndeta Rum disana, mereka tjintjann ba­dannja dengan sangat kedjam. "

Demi setelah menerima laporan itu, Hiraclius mengutus bala-tenteranja membalaskan dendam, membalaskan yakit hati dengan amat kedjam pula. Kekedjaman itu tidak me- ngurangi pemberontakan, bahkan mereka berontak pula di Punisia, mereka bunuh Gubernur. Setelah itu berkumpul pu­la orang Jahudi di Shur, Phunisia dan Palestina. M aksud­nja ialah hendak masuk kenegeri Shur (Babil) dengan kekerasan, akan mereka bunuhi segala orang Nasrani jang ada disana sehabis-habisnja. Hal ini diketahui oleh kepala geredja ditempat itu, lalu disampaikannja kabar ini kepada Gubernur, maka diberi ingatlah kepada pendjaga-pendjaga kota supaja berawas-awas pada malam itu. Setelah hari tengah malam, orang-orang Jahudi itu menjerbu masuk ke- kota. tetapi kedatangan mereka telah dapat ditangkis T e­tapi orang-orang jang sedang palak itu rupanja belum pit­as, terus mereka hadapkan langkah mereka kebiara-biara Nasrani dan geredja-geredjanja jang ada diluar kota, mere­ka runtuhkan dan mereka rusakkan. mereka petjahi segala alat-alat persembahjangan jang ada didalam, demikian djuga mereka perbuat dusun-dusun jang ada berkeli.ling. Orang Jahudi itu ditangkapi segera, seluruh penduduk Ja ­hudi kota Shur dibunuhi ! Pemberontakan begitu kedjadi- an djuga di Qisarijah dan Palestina, lalu diutus oleh ra­dja saudaranja bernama Teodoras memadamkan pembe- rontakan itu, orang Jahudi kembali dibunuh. Mereka ber- tambah marah kepada keradjaan Rum jang mereka pan- dang kedjam dan ganas itu, sehingga merekapun mendja­di ganas. Lantaran kemarahan mereka, pernah mereka te- bus 80.000 orang Nasrani jang tertawan oleh bangsa Parsi, lalu mereka sembelih semuanja !

1 13

P a r s i .

Dizaman pemerintahan Justinianus itu, Kisra (Iinperor) dinegeri Parsi ialah Anu Sjirwan jang masjhur dengan ge­lar ,,Radja jang adil” . Baginda tidak sudi berdamai de­ngan bangsa Rum, sebab itu baginda atur balatenteranja untuk menjerang bangsa Rum. Diserangnja Suriah, diba- karnja Inthakijah dan dirampasnja negeri-negeri di Asia Ketjil. Untuk menangkis serangan tentera Parsi itu, maka Radja Justinianus mengutus pahlawan perangnja jang ber­nama Balzarius jang gagah berani, serangan jang keras dari Parsi itu dapat dilawannja sehingga Parsi undur. Se­telah undur, dia madju pula sekali lagi. Balzarius terpaksa dikirim pula, demikianlah berganti-ganti, tidak berkepu- tusan, sehingga 20 tahun lamanja (541 — 561). Perang jang tidak berhenti-henti dan kerugian jang menimpa nege­ri menjebabkan kedua-dua radja itu bosan djuga dan mere­ka pun telah tua-tua. Kisra sudi menerima perdamaian, se­bab Justjnianus harus membajar upeti 30.000 dinar dalam setahun, dan hak pertuanan bangsa Rum diakui kembali diatas tanah-tanahnja jang lama.

Dengan pendakwaan bahwa menjerang dengan mairsud membela hak sahabatnja jang terbunuh, maka Kisra Abruiz jang menggantikan Anu Sjirwan menjerang kembali kene­geri Suriah dalam tahun 614. Dalam penjerangan ini orang Jahudi berpihak kepada bangsa Parsi. Negeri Suriah dapat ditaklukkannja kemudian itu ditaklukkan pula Mesir se­telah itu Inthakiah, setelah itu Damascus dan Baitul Mu- qaddas. Setelah itu diizinkannja tenteranja merebut meram- pas dalam negeri Jerusalem dengan ganasnja, mereka ba- kar kuburan sutji, mereka runtuhkan geredja kiamat me­reka rampas segala emas podi jang ada dalamnja dan me­reka tangkap kepala geredja itu serta mereka kirim kenege- rinja. Kelakuan jang kedjam itu terdjadi di Suriah dengan tidak ada halangan sedikit djuga sampai 2 tahun (616). Maka orang Nasrani jang terbunuh dalam masa dua tahun

114

itu tidak kurang daripada 90.000 orang. Setelah itu Abruiz mengirimkan tenteranja ke Asia-Kctjil. Mana sadja negen jang dimasukinja, terus takluk, bendera kemenangan lerus berkibar, sehingga sudah hampir sampai telapak kaki me­reka ketepi laut Bosporus !

Kaisar Hiraclius selama pertempuran itu hanja enak2 tidur dalam singgasana, didalam pangkuan perempuan- tjantik, meminum chamar sebanjak-banjaknja untuk pe- rintang-perintang hati dan pehilangkan susah. Setelah kuku musuh sampai kedalam daging keradjaannja, barulah dia insaf dan bangun, tetapi wang perbendaharaan negeri ko- song untuk penjiapkan alat sendjata dan bekal perang, se­hingga terpaksa memindjam harta geredja, dengan djan- dji akan dibajar dengan berbunga kalau perang telah me­nang kelak. Lalu diaturnja tenteranja dan dengan kapal tentera itu dibawanja ke Selesia di Asia-Ketjil dan diram- pasnja daerah Isus. Setelah itu bertemu dengan tenteia Parsi jang kuat itu, sekali ini Rum kaiah pula, jaitu dulam tahun 622.

Tahun 627 mulai pula perang kembali diantara kedua keradjaan ini, waktu itu Parsi jang kalah. Tentera Ru™ sampai mengindjak negeri Neniwa, ibu keradjaan Babil purbakala. Setelah itu terdjadi pula kekatjauan didalam ne­geri Parsi sendiri lantaran berebutan keradjaan, pemcrintah- an katjau balau, sampai dalam masa empat tahun sadja. 9 kali radja bertukar. Jang djadi pangkal permusuhan itu ti­dak lain ialah pangkal permusuhan di Rum djuga, perkara pertukaran faham dalam urusan agama.

Budi pekerti masjarakat sudah sangat merosot. Hal itu telah nampak, lama sebelum datangnja agama Islam. Pang­kal perpetjahan ialah lantaran timbul berbagai faham aga­ma. Adjaran Zaraoster sudah banjak diobah-obah.

Adapun pengadjaran Zaraoster (Sjaradasjat) itu ialah terbagi kepada dua tiang. Pertama, alam ini mempunjai aturan sendiri jang mesti dilaluinja dan dia mempunjai tan- da2 tabiat jang tetap. Kedua, terdapat pertentangan jang

115

paling hebat diantara dua kekuatan jang sangat bsrla- vvanan, jaitu diantara gelap dengan terang, diantara subur dengan kering, hudjan dengan panas, siang dengan malam dan seterusnja. Maka sumber segala roch jang baik itu ha­nja satu sadja — menurut Sjaradasjat itu — itulah Tuhan jang bernama „Ahura mazda”, dan pusat dari roch jang djahat itu ialah satu Tuhan pula, namanja „Darutj ahri- man” . Sebab itu segala udjud ini, sumbernja hanja dua, Tuhan kebaikan dan Tuhan kedjahatan.

Satu lagi tjabang agama jang tersiar di Parsi semasa itu dan banjak pula pengikutnja ialah mazhab Manu. Ringkas- an kepertjajaan agama Manu itu ialah bahwa alam ini — sebagai kata Sjaradasjat djuga — dikuasai oleh dua pokok, jaitu terang dan gelap. Tetapi didalam perkara jang teima- suk garis2 ketjil, berlain pengadjarannja dengan pengadja­ran Sjaradasjat itu. Sjaradasjat memandang bahwa alam jang nampak dimata sekarang ini adalah alam jang diba­wah lindungan Tuhan kebaikan, sebab ada tanda2 jang menundjukkan bahwa didalam segala pertempuran dan perdjuangan itu, pihak jang gelap achirnja kalah djuga. Tetapi mazhab Manu berkata bahwasanja terdjadinja per­djuangan itu sadja sudah tjukup untuk menundjukkan bah­wa alam ini sekarang dibawah pengaruh Tuhan kedjahatan. Sjaradasjat memandang, untuk pembela Tuhan kebaikan itu hendaklah kita menurutkan tabiat kemanusiaan, kita berbini, beranak, makan dan minum, bertjotjok tanam dan bersawah ladang, dengan djalan demikianlah memberikan kemenangan kepada Tuhan kebaikan. Tetapi pihak Manu berkata bahwasanja manusia wadjib memutuskan perhu­bungan dirinja dengan sjahwatnja, harus hidup sebagai pen- deta, sebab alam ini adalah pertempuran sengit diantara baik dan djahat, maka jang lebih beruntung ialah siapa jang lebih dahulu mati. Sebab itu wadjiblah puasa 7 hari dalam sebulan, banjak2kan sembahjang, jaitu berdiri se­orang dan dibasuhnja mukanja dengan air, dia menghadap kepada matahari, lalu berdiri dan sudjud, 12 kali banjak-

116

nja, jaitu sebanjak bilangan putaran matahari dalam se- tahun. Tiap- satu sudjud ada satu batjaannja. Terlarang menjembelih binatang, sebab itu bernama menjakiti.

Beberapa orang ahli2 bangsa Eropa, sebagai M. Gavaig- nao, Gudefroy, dan lain-lain berkata bahwa peladjaran Ma- nu itu ialah pusaka mazhab Mazdakijah, jang telah ditjam- pur-baurkan dengan peladjaran Bani Israil dan filsafat Nasrani.

Menurut penjelidikan ahli2, peladjaran Manu itu banjak miripnja dengan peladjaran Komunis. Jaitu hendaklah m a­nusia itu memandang bahwa kelahiran mereka sama hi­dup mereka sama, sebab itu hendaklah hidupkan rasa per­samaan. Oleh karena pangkal perebutan manusia didunia ini hanja dua perkara, jaitu harta dan perniagaan. L an ta­ran pertemuan dua aliran ini, terdirilah satu dan hak isteri, tegasnja harta kawan harta awak dan isteri kawan isteri awak. Sjahrastani menegaskan didalam bukunja Airnilal wan Nihal demikian : „Kaum Mazdak melarang manusia berbentji-bentjian dan berbunuh-bunuhan. Lantaran sebab kebentjian dan permusuhan itu kebanjakan dari harta dan perempuan, sebab itu dihalalkan sadja harta dan percmpu- an itu, sebagaimana berserikat mempunjai air dan kaju api”

Mazhab Mazdak dihapuskan dan dibunuhi pemeluk-pe- meluknja oleh Qubaz tahun 523, sisanja ialah M azhab Manu.

Filsafat dan iSmu.

Kota Iskandariah (Alexandrie) waktu itu telah mendjadi pusat pertemuan ber-matjam-matjam mazhab filsafat dan ber-matjam-matjam partai agama. Dipinggir sungai Nil itu bertemulah ahli-ahli pikir (filsafat) dan ahli zuhud (tasauf) jang berlain pendirian dan berlain pendapat. Tetapi lan­taran pergaulan, dapat djuga tawar menawar, karena ke­madjuan pikiran itu sama djuga haknja dengan kemadju-

117

an perniagaan. Lantaran pertemuan dua aliran ini, terdiri - lah satu mazhab jang baru dalam berpikir, tegak diatas dua dasar jang tadinja berlawanan, tetapi sekarang -Jida- maikan. Pertama sjak dan menjeiidik, jang kedua membe- narkan dan menurut.

Di Iskandariah itulah terdjadi pertemuan pikiran Ti­mur dengan pikiran Barat (Junani). Maka timbullah nati- djah jang gandjil, jaitu kepertjajaan agama jang berdasar atas chajal orang Timur dan penjelidikan orang Barat. Oiang Junani mempunjai ilmu, orang Timur mempunjai dongeng. Dongeng itu dikupas oleh orang Junani dengan mantiknja jang terkenal, sampai djelas dan terang. Sema- ngat Timur jang tadinja hanja ,,menurut”, sekarangpun te­lah dimasuki oleh kehendalc menjelidiki, berenang dengan pikiran didalam alam jang sjahadah (jang dapat disaksikan mata), jang selama ini belum dapat diketahui, barulah se- mendjak beigaul dengan bangsa Junani. Orang Timur jang banjak tasaufnja dan orang Barat jang banjak filsafatnja, sekarang tertjipta mendjadi beberapa pendirian partai ba­ru sebagai Neo-Platonisme, Mazhab Jahudi Filoon, mazhab Shabiin jang didirikan oleh Julban dan lain-lain sebagai- nja. Peigabungan filsafat dengan agama dan pertemuan agama dengan filsafat ini telah amat hidup di fskandariah sedjak qurun jang psrtanm Masehi.

Pada qurun jang pertama itu, timbullah Mazhab Neo- Platonisme (Al-Aflathuniatul Hadistah). Mazhab jang tim- bul di Iskandariah ini, mula-mulanja hanja sengadja hen­dak menjelidiki dan mengupas suatu soal jang semata-ma- ta pikiran. Tetapi lama-lama Mazhab ini telah membela agama orang Junani dan melawan Nasrani. Lama-lama te­lah berkisar mendjadi ilmu semata-mata untuk mengeta­hui barang gaib, mengetahui hal-hal jang menjalahi adat, mempeladjari sihir dan talsamat.

Lain dari itu di Iskandariah telah timbul dan madju pula ilmu kedokteran, terutama ilmu membedah majat. se­bab ilmu ini keturunan dari kesukaan orang Mesir purba-

118

kala membelah perut majat supaja mudah memasukkan obat untuk membuat majat itu tahan lama (mummie). Se­telah itu madju pula ilmu pisah (kimijah), karena iimu itu telah ada djuga pada orang Mesir sebelum dikuasai bang­sa Junani. Di Iskandariah berdiri satu madrasah untuk memperdalam kedua ilmu ini.

Setelah bangsa-bangsa jang datang dari Utara jang ma­sih biadab, jaitu bangsa-bangsa Goth jang mengalir laksa- na bandjir kebenua Eropa, bangsa Bourgondia, Wondal, Sakson dan lain-lain, demikian djuga bangsa Mongool dan Hun, datang mengalahkan keradjaan Roma itu, Roma tak dapat mempertahankan dirinja lagi, karena kerusakan ach- lak, kerusakan pemerintahan dan peraturan negeri jang su­dah bobrok.

Geredja Eropa seluruhnja sangat memerangi peradaban pusaka Junani dan Rumawi itu, orang-orang jang mem­perdalam ilmunja dari pusaka lama itu diperangi dan di- musuhi. Berpikir ditahan, memperdalam ilmu dilarang. Karena menurut kejakinan mereka, deradjat agama ketika itu sudah tingkatan ma’sum, tidak perlu menambah-nam- bah ilmu dengan mendalamkan akal lagi. Barulah timbul kembali tjahaja ilmu itu sedjak tertjampur dengan tja’naja ketimuran tadi. Jaitu dipertengahan zaman pertengahan.

Jang djadi pangkal debat adalah tentang tabiat Almasih. Debat tentang ketuhanannja dan kemanusiaannja telah memperdalam penjelidikan kepada filsafat. Orang agama waktu itu sudah terpaksa singgah djuga kedalam buku-bu- ku pusaka Junani untuk mentjari-tjari pendirian jang da­pat menguatkan satu pendirian jang mereka pilih. Achir­nja kitab-kitab itu terpaksa diterdjemahkan. Karena pen- tingnja telah amat terasa.

Orang Sirjani banjak mengambil filsafat Junani itu, ter­utama ilmu Neo-Platonisme, mereka siarkan disebelah ne­geri Irak. Kitab-kitab Junani itu mereka terdjemahkan ke­dalam bahasa mereka sendiri, apa lagi bahasa Sirjani ma­sa itu mendjadi bahasa peradaban dan kesusasteraan pula.

119

Bahasa Sirjani itu djuga jang untuk menjalin kitab-kitab agama oleh bangsa Arab jang dibawah perintah bangsa Parsi. Sampai didirikan beberapa madrasah untuk memper- dalam pengetahuan agama jang disandarkan atas filsafat itu dinegeri Rahaa, Nashibin dan Djandisabur. Orang Sir­jani bukan sadja menterdjemahkan dari bahasa Junani un­tuk mengambil ilmu mantiknja dan ilmu kedokterannja, bahkan mereka terdjemahkan djuga dari bahasa ..Pahlcvi”. jakni bahasa Parsi lama. Didalam qurun kelima Masehi, orang Sirjani tertarik dengan filsafat Aristo, mantik Aristo pada qurun itulah mereka permahir. Untuk memadiukan ilmu ketabiban tnereka dirikan sekolah tabib di Djandisa­bur. Seorang jang masjhur disekolah itu ialah Sergius jang wafat pada tahun 536. Bangsa Sirjani banjak djuga menga- rang dalam hal ilmu alam, mengetahui perdjalanan mata­hari dan bulan, bintang dan lain-lain. Ilmu ini mereka tc- rima djuga dari nenek mojangnja bangsa Kaldan. Sergius mengarangkan ilmu perdjalanan matahari. Assabakti me- ngarangkan perdjalanan bintang-bintang.

Lain dari itu, bangsa Sirjani djuga memperdalam ilmu kimiah, hisab, dongeng, tarich dan filsafat. Hampir selu- ruhnja bertjap agama, karena memang boleh dikatakan se­muanja berasal dari kaum pendeta. Ahli-ahli tarich mc- ngatakan bahwa ilmu bangsa Junani tidak berapa madju dipusat keradjaan Bizantium sendiri, meskipun banjaknja kitab-kitab tjatetan ilmu itu ada tersimpan disana, apalagi setelah Kaisar Justinianus mati. Setelah terdjadi pula per- tentangan hebat diantara mazhab-mazhab agama did;’lam mempertahankan faham masing-masing, maka banjak ki- tab-kitab pihak lawan jang dibakari, ilmu tidak dituntut lagi. Tjuma sesekali timbul radja jang hendak mentjari pu- djian, menjuruh orang menuntut ilmu, tetapi berdasar aga­ma. Ilmu filsafatpun telah bertukar mendjadi ilmu „A1- lahut” (ilmu ketuhanan). Umumnja pada masa itu, segala ilmu itu dipergunakan oleh orang Keristen untuk penguat- kan satu kepertjajaan jang mereka pegang dalam agama,

120

apalagi untuk chutbah.Ilmu orang Parsi jang tersiar tidak seberapa banjak. Ke-

banjakan hanja berhubung dengan sjair dan tjeritera-ljeri- tera kuno. Demikian djuga beberapa buku tentang keper- tjajaan gaib, sampai kezaman Sabur bin Ardasjir ~clavi k e ­radjaan Sasan dipertengahan qurun ketiga Masehi. Seke­tika terdjadi peperangan diantara keradjaan Parsi diba- wah pimpinan Sabur dengan keradjaan Rumawi. m aka ba­njak ahli-ahli ilmu itu jang baginda bawa kenegerinja. La­lu baginda utus pula orang kenegeri Junani mentjari buku- buku jang mahal untuk diterdjemahkan kedalam bahasa Parsi. Dizaman pemerintahan kisra Anu Sjirwan (531-578). negeri Parsi bertambah madju dalam urusan ilmu jang in- dah-indah itu, karena baginda bawa kenegerinja ahli-ahli' ilmu jang diusir oleh Kaisar Justinianus, musuhnja itu. Di­dalam surat perdjandjian perdamaian keradjaan Parsi dan Rum, ditaruhkan djuga satu fas til bahwa Kaisar Justinianus tidak boleh mengganggu ulama-ulama bangsanja jang telah melindungkan diri ke Parsi itu, djika sewaktu-waktu mere- ka pulang ketanah airnja.

Bukan sadja Kisra mengambil ilmu dari Junani, bahkan beginda utus djuga beberapa ahli ilmu untuk memperda­lam penjelidikan dalam kemadjuan bangsa Hindustan. Ki­tab ,.Kalilah dan Daminah” beliau suruh tjari naskahnja didalam perbendaharaan Radja Hindustan dan disalin ke­dalam bahasa Parsi. Baginda suruh terdjemahkan kitab-ki­tab bahasa Sansekrit kedalam bahasa Parsi. Di Djandisabur ditambah pula satu sekolah untuk menjelidiki penjakit de­ngan pimpinan tabib-tabib dari Hindustan dan Junani. Il­mu tabib Hindi dengan Abqurathi didjadikan satu. Sehing­ga Djandisabur dizaman baginda masjhur sebagai sumber ilmu kesehatan.

Djadi adalah bangsa Parsi sebelum Islam itu telah m a­dju djuga ilmu pengetahuannja, terutama dalam hal sjair, adab dan tabib.

Demikianlah keadaan bangsa-bangsa tetangga, jaitu Sir-

Sedjarah Umat Islam 9 121

1

jani, Rumawi dan Parsi seketika didapati oleh Muhammad s.a.w.

Pendek kata, adalah bangsa Parsi sebelum Islam telah memperdalam penjelidikannja pula dalam dunia filsafat dan tabib. Akal mereka telah tjerdas dan telah tersiar ke- mana-inana. Jang paling istimewa didalami oleh bangsa itu ialah ilmu bintang dan ilmu falak, jang mereka warisi dari nenek mojang atau mereka nukilkan dari bangsa-bang­sa tetangga. Zaman pemerintah Anu Sjirvvan jang berge- lar „Jang ’Adil”, sangatlah bersemaraknja ilmu penoeta- huan itu. Memang ilmu madju dibawah naungan Rahmat dan Keadilan.

I n d i a .

Adapun ditanah Hindustan, lantaran pengaruh adjaran Brahmana jang membagi manusia berkasta-kasta, ada dju­ga kemadjuan ilmu pengetahuan, jaitu dalam kalangan kasta2 tinggi. Mereka tidak Icetinggalan dari bangsa Ju­nani dan Parsi. Mereka telah sanggup mengarangkan hi- kajat2 dan tarich nenek mojangnja, mengandung filsafat dan disusun sebagai sjair. Kitab2 sjair jang dipandang su- tji oleh orang Hindu, jaitu Mahabhrata dan Ramajana ada­lah lukisan dari kemadjuan filsafat Hindu jang telah tua usianja itu. Sehingga lantaran radja2 Parsi senantiasa me- ngutamakan ketabiban Hindustan itu didalam rumah sa- kitnja, sebagai diperbuat oleh Anu Sjirwan untuk rumah sakit Djandisabur itu. Karena ketabiban Hindi berbeda pula dari ketabiban Junani dan Parsi.

I n d o n e s i a .

Seratus tahun sebelum Nabi lahir, telah tersebut adanja suatu keradjaan jang telah mentjapai deradjat tinggi di In­donesia, jaitu keradjaan Sriwidjaja, diatas bukit Seguntang Maha Mem, dipinggir sungai Musi jang sekarang ini. Oleh

122

karena itu terletak dipukiu Sumatera, ditepi Selat Malaka. ditepi pelajaran lalu lintas diantara India dan Tionukok. maka berpengaruhlah pula kedua peradaban itu kepada peradaban Indonesia lama itu. Sriwidjaja telah dapat me- lebarkan kuasa kepulau Langkapuri (Ceylon), tanah Birma dan Vietnam. Sriwidjaja dizaman djajanja itu telah mendja­di pusat dari pada Agama Budha mazhab Mahayana. Dia adalah sebagai pcrantaraan sementara dari pada aliran Budha, datang dari Hindustan, menudju Tiongkok, sing- gah di Sriwidjaja (Indonesia). Warisan ini djugalah jang disambut oleh Indonesia dizaman Islam, mendjadi tempat perantaraan untuk kemadjuannja dari Arab dan Hindustan akan menudju Maluku dan Pilipina.

Pandangan ahli- tarich Barat tentang dunia sebelum Muhammad.

Seorang penulis Barat jang masjhur, bernama Gaul La- boom, telah menulis dimukaddimah bukunja tentang Mu­hammad dan Quran, demikian bunjinja : „Supaja orang tahu bagaimana pengaruh suatu seruan agama atau faham kepada masjarakat, lebih dahulu hendaklah diketahui ke- adaan diri orang jang membawa seruan dan ketahui pula keadaan manusia dizaman dia datang.”

Dimasa Muhammad itu dilahirkan, jaitu dalam qurun jang keenam, adalah seluruh alam ini dalam gelap gulita, sebab huru-hara dan fitnah. Bangsa Goth Ariaan di Spanjol dan Perantjis Utara, senantiasa memerangi Radja Kelooves dan turunannja, lantaran mereka beragama Katholik. Oleh sebab itu radja tersebut terpaksa meminta perbantuan ke­pada Imperor Rum Timur, jaitu Radja Justinianus. Teta­pi kemudian radja tersebut-terpaksa pula perang kembali dengan radja jang hendak membantunja itu, sebab pahla- wan2 jang dikirimnja kenjataan hendak merampas kekua- saannja, bertukar sikap membantu mendjadi sikap men- djadjah.

123

Dinegeri Perantjis sendiri anak2 Radja Kelooves berebut kekuasaan pula diantara bangsa Goth dengan Frank sa­ngat pula hebatnja, sehingga meninggalkan bekas jang amat menjedihkan didalam tarich.

Dinegeri Inggeris terdjadi pertentangan hebat diantara bangsa Anglo dengan bangsa Sakson. Keturunan Keinris jang mula-mula membuka pulau2 Inggeris itu terdesak oleh bangsa pendatang.

Di Italia keradjaan Rumawi jang dahulunja mempunjai kebesaran jang tiada terhingga, sudah bernasib sebagai se-

uah patung besar jang petjah belah, hanja negeri Roma sadja lagi jang tinggal sebagai petjahan kepala dari patung

^ ma tlI?8gal didalam lingkungan kota Rom a jang se- ikit itu sadja lagi bekas- kekuasaan agama, ganti dari

Kekuasaan djadjahan jang dahulu. Sebentar-sebentar terbit i ara^ - 'an„kTelcat3auan lantaran perebutan pengaruh

k ^ a1nfrn Jaan" LombaicUa’ Astrogothia dan lain*, maka „i K m H v ! naTltU tl? a c daPat mempertahankan dirinja la- tiil iane tfrlaV- telah mendjadi sebuah kota ke-radaban tinggi!1 3 ^ Setelah sekian lama memcgang pe-

dari tepi sungai mengantjam Eropa Utara, sedjakngai Donau disebelah T ‘ Sebel£h Barat sampai ketepi su-wegia dan Denemarken^ k Ban§sa2 Skandinavia, Nor-dan Hun hendak menoambiwT'1 dengan bangSa- Lombardia, baik den^fn v ! daerah Ta™s, Macedonia dan

Waktu itu dari tenpnW l 3San atau dengan t!Pu daia’ Turkj, jaitu hamsn •g benua Asia telah timbul bangsa d j a a n Junani ^ 1 memotong kekuasaan kera-f h f t * <•" . terkurung didalam dinding- kotaCOTsranfinopel sadja.

Djika dibandingkan buku2 karangan ahli sedjarah mene- iang an keradjaan Roma diqurun jang pertama dengan ke­a aan didalam qurun jang keenam itu. Dahulu menjatakan e uasaan dan kebesaran, kemudian penuh dengan ke-

bengisan dan mempermain djiwa.

124

Keadaan benua Asia sendiri tidak pula lebih berur.tung dari pada benua Eropa. Adapun keradjaan Tibet dan ke­radjaan India, jang banjak sedikitnja ada djuga pengaruh peradaban mereka ke Eropa, baik dalam perkara pikiran atau dalam perkara bahasa; demikian djuga dengan bang­sa Tionghoa, jang mempunjai politik tersendiri dan masja- rakat tersendiri, semuanja itu djatuh kedalam perpetjuhan dan pertikaian jang tiada putus2nja, baik urusan did;.lam negeri, apalagi didalam perebutan pengaruh agama. Nege­ri Rusia jang sekarang ini, belumlah dikenal orang pada masa itu.

Negeri Parsi dengan keradjaannja jang masjhur itu, jang amat banjak perhubungannja dengan Barat, terutama sete­lah pendjadjahan Iskandar Macedonia ketanah Timur, ke­tika itu sedang hebat pertempurannja dengan keradjaan Rumawi. Ditanah Afrika sendiri, jang ketika itu dibawah pengaruh lasjkar-lasjkar dan saudagar-saudagar bangsa Ru­mawi djuga, sangat besar pengaruh mereka kepada anak negeri, anak negeri dihisap, negeri Mesir sendiri sudah ber- nasib bagai bangkai. Disebelah utara Afrika kaum Rum berbuat demikian pula, setelah tanah itu mereka rampas dari pada bangsa Wandal. ])

Alhasil disegala djihat terdjadi huru-hara, kekatjauan dan perbuatan jang lebih dekat kepada kebiadaban. Per- gantungan manusia kepada djalan kedjahatan lebih bar.jak dari pada pergantungan kepada kebaikan. Kepala2 dan orang2 jang berkuasa, mereka itulah jang lebih banjak nic- ngepalai perbuatan2 zalim itu, dengan tidak mengenal ka- sihan terhadap kepada orang lemah, kepada orang2 tani, orang berniaga dan jang mempunjai tanah. Kalau tidaklah lantaran sedikit suara jang sajup-sajup sampai dari kepa­la2 geredja dan beberapa sisa dari filsafat tua, jang djauh

1) Dari pada nama „Wandal” inilah diambil nama „Anda­lusia”, negeri Sepanjol sekarang.

125

terpentjil didalam geredja jang sunji, tidaklah kita akan bertemu dengan sesuatu jang bernama kesutjian, pada ma­sa itu” . (Demikianlah digambarkan oleh Faridj Wadjdij didalam Dairatul M a’rifnja).

Goustave le Bon menerangkan didalam bukunja ,,Kema­djuan bangsa Arab” ; „Tatkala Muhammad pindah itu (ar- tinja mulai kebesarannja tegak, pen), maka dua buah ke­kuasaan telah membagi-bagi alam; Imperor Rumawi rimur dan Imperor Parsi. Jang pertama menguasai Constantino- pel, Eropa Selatan, Asia Ketjil dan Afrika Utara sedjak dari Mesir ke Lautan Atlantik. Kekuasaan Parsi memenuhi seluruh benua Asia. Adapun Eropa Barat dan Selatan di­bawah tjengkeraman bangsa Barbar, lantaran negeri itu te­lah kutjar-katjir sedjak hantjurnja kekuasaan Rumawi di Barat.

Kedua-dua keradjaan itu senantiasa bertempur bercbut kekuasaan, sehingga kedua-duanja pun lemah, terus d;atuh dan habis musnah. Dinegeri Mesir, Afrika, Spanjo! dan Itali terdjadi perlawanan jang hebat diantara inazhab-maz- hab agama, sesat menjesatkan lantaran perkara-perkara ketjil. Bertambah hebatnja lantaran pemerintahan senan­tiasa mentjampuri pula.”

Lothrop Stoddard menerangkan didalam bukunja ..The New World of Islam” 2). Memang, Islam telah bangkit dari djazirat itu laksana halimbubu jang hebat dan keras. Ditengah djalan dia bertemu dengan padang jang tandus dari pada pimpinan roh sutji. Dua keradjaan, Parsi dan Rum telah mendjadi dua pohon jang kekurangan air dan dekat tumbang, entah hidup entah mati. Agama jang ada pada kedua keradjaan ini telah mendjadi agama permain- an dan mengetjewakan. Dinegeri Parsi agama Mazdakijah telah sangat luntur tjoloknja. mendjadi suatu agama Ma-

2) Telah diterdjemahkan oleh A. Nuwaihid kebahasa Arab dan dibersjarah oleh Amir Sjakib Arselan, sampai 4 kali setebal asalnja, diberi nama „Hadiral alamil Islam.”

126

djusi jang busuk, mendjadi pentjaharian dan tipuan kcke- dj annul dan kemungkaran oleh kepala-kepala agama. Se­hingga agama itu mendjadi sangat dibentji orang lantaran tjabulnja.

Dikeradjaan Roma Timur, jaitu keradjaan Bizantium, agama telah meinakai pakaian jang bukan pakaiannja jang asli, telah dimasuki oleh peladjaran sjirk, penuh dengan churafat dan bid’ah, dibawah pimpinan kepala-kepala aga­ma bangsa Rum jang sangat sontok pikiran, sehingga aga­ma Nasrani telah mendjadi agama olok-olok. Bid’ah dan kesehatan itulah jang paling besar memegang peranan mendjatuhkan deradjat kedua keradjaan itu. Kalau terdja­di perselisihan senantiasa diselesaikan dengan setjara ke­djam. Apalagi lantaran kuasa radja-radja zalim jang tidak mengenal kasihan kepada rakjatnja, sehingga habis nnis- nah perasaan tjinta kepada tanah air dan tjinta kepada ke­radjaan. Lain dari itu adalah kelemahan jang timbul lan- taran peperangan-peperangan jang tiada berhenti-henti di­antara keduanja, kelemahan dahulu dari pada mestinja.

Berkata Sedeliout: „Tatkala bangsa Arab didalam ke- bingungannja dan didalam keinginan kepada pergaulan bersama, maka terdjadilah peperangan besar diantara Kis­ra dengan Hiraclus, jang sangat hebat pertempurannja di- dalam pertengahan qurun ketudjuh. Ketika itu Kisra telah dapat merampas Dadjlah, Furat, Sjam dan Palestina dan Mesir. Kemudiannja dapat dirampas kembali oleh Hiraclus radja Konstantinopel itu. Peperangan diberhentikan de­ngan perdamaian sesudah habis segenap kekuatan kedua­nja, hantjur benteng-benteng dan pertahanan, kutjar katjir urusan rakjat karena terlalu banjak pembajaran padjak bertambah lama bertambah murat marit sehingga timbul agama Islam” .

Keadaan ditanah Arab.Ahli-ahli selidik berselisih tentang keadaan negeri Aiab

sebelum agama Islam. Kata setengahnja sebelum Nabi di-

127

bangkitkan, maka tanah Arab itu telah menempuh kema­djuan djuga, sebab itu telah ada persediaan mereka untuk menerima agama baru itu. Jang lain membantah pendapa- tan itu, terutama menjebut ada persediaan dan ada kema­djuan. Kata jang kedua itu, negeri Arab masa itu masih sangat djahil, sangat djatuh deradjatnja didalam kesop;'inan dan budi, apalagi dalam urusan politik dan keagamaan.

Sedeliout berkata : -Permusuhan diantara satu qabilah dengan qabilah sangat hebatnja, sehingga dengan nnidah bangsa Junani dari utara dan bangsa Parsi cian timur dan bangsa Habsji dari selatan menaklukkan dan hendak mem- bagi-bagi negeri itu. Tetapi kemasukan bangsa asing ini menimbulkan keinsafan mereka, sehingga mereka kembali kepada persatuan. Dengan politik amat halus bangsa Arab itu mengadu-adu ketiga bangsa jang loba itu. Mereka tipu

a,nSs‘l Parsi supaja menguasai negeri Madaain dan nege­ri- dihadapan Teluk Parsi, supaja dapat terhambat persa­tuan jang akan diikat diantara keradjaan Habsji dengan unani, jang ketika itu Habsji bermaksud hendak mengua­

sai tana Hedjaz. Dengan tjerdik Abdulmutalib nenek Na* i apat menghadap Abrahah, wakil keradjaan Habsji jang ermaksud selain dari pada menaklukkan Hedjaz. hendak

meruntuhkan Ka’bah. Setelah selesai urusan itu, Abdul- mu a ib pergi ke Shan’aak mengutjapkan selamat bahagia kepada Radja Seif bin zi Jaznin A1 Himjari jang dapat du- V ‘ ea*as smSgasananja kembali dengan pertolongan kera- cjaan arsi padahal dahulunja negeri itu dibawah kuasa

h' t'11 r?a csud bangsa-bangsa lain hendak me- r j cl tanab Arab itu, mereka djadi insaf, sehing­

ga aidapat persatuan jang timbul dari pada persatuan ba- nasa, meskipun agama tidak sama.

Lantaran banjak bertjampur dengan bangsa asing itu dan menilik agama-agama orang Jahudi dan Nasrani, maka telah ada segolongan ketjil dari mereka jang telah bentji

128

menjembah berhala, bentji mengawini djanda ajah dan ti­dak suka lagi menguburkan anak perempuan hidup-hidup. Meskipun begitu mereka tidak pula mau memasuki agama Nasrani atau Jahudi, melainkan mereka hendak menghi- dupkan kembali agama nenek mojang mereka jang asli, agama Hanif namanja dari Nabi Ibrahim. Beberapa orang ahli telah memperdalam pengetahuannja bcrhubung dengan kesutjian agama, sebagai Waraqah bin Naufal, Usman bin Huraist, ’llbaid dan Zaid bin ’Amru dan lain-lain, jang semuanja mengakui terns terang bahwa mereka tiadn se- tudju dengan keperljajaan dan agama jang dipeluk oleh kaum keluarganja. Mereka seru orang dengan sjaii-sjair dan pidato-pidato supaja sudi mengembalikan agama jang ash dari nenek mojang, jaitu agama Hanif tadi. Dan mereka beri ingat djuga bahwa akan datang tidak berapa lama lagi seorang Nabi, jang akan menjempurnakan segala pekerdja- an dan pengadjaran itu.

Lothrop Stoddard berkata : „Betapa tidak, pada hal su­dah beratus tahun bangsa Arab karam didalam lautan sjirk dan keberhalaan, jang achirnja timbul djuga pikiran jang tjerdas sehingga datang perasaan bentji k e p a d a semuanja itu, dan timbul pula niat hendak mentjapai perobahan. Di­dalam berontak pikiran itulah datangnja seruan Islam, se­hingga seruan itu segera masuk kedalam hati pemuda-pe- muda” .

Kata Renan : .,Belum pernah terdapat suatu tamaddun jang melebihi keindahan tamaddun orang Arab sebelum datangnja agama Islam”. a

Kata Gaul Labom : „Tabiat dan achlak bangsa Arab pa­da masa itu, menundjukkan bahwasanja mereka masih menempuh pintu kemadjuan jang pertama”.

Katanja pula : „Orang Arab masa itu sangat dojan mi- num chamar. Didalam sjair-sjair mereka, terdapat pantun- pantun memudji minuman keras dan mengandjurkan pei- djudian.

129

Laki-Iaki beristeri menurut berapa sukanja dan menurut berapa kepentingannja, dan ditjeraikannja sadja kalau dia sudah djemu. Seorang perempuan djanda dihukumkan mendjadi waris untuk anak si ajah jang tinggal. sehingga bukan sedikit terdapat perkawinan diantara anak jang tua dengan isteri ajah jang muda. Hal ini telah diharamkan oleh Islam dan dipandang sebagai satu perkawinan jang tjabul. Jang sangat kedjam adat ketika itu ialah mengu- burkan anak perempuan hidup-hidup”. "

Tetapi semuanja itu bukan menundjukkan bahwa bang­sa Arab tidak mempunjai budi jang baik. Mereka sangat suka kepada hidup merdeka dan sangat mendjaga akan kemerdekaannja. Mereka biasakan berbuat bakti dan meng- hormati tetamu.

Bangsa asing jang lebih madju peradabannja dari bang­sa Arab jang tinggal di beberapa rumah tangga ditanah Arab ketika itu, tidaklah berpengaruh sehingga dapat me- njerukan agama mereka. Orang Jahudi jang merasa diri mereka dan agama mereka lebih mulia, tidak suka mema- sukkan agamanja kepada bangsa Arab. Kalau ada O'ang jang masuk, itu adalah lantaran ada beberapa dorop.a,an jang menundjukkan bahwa asal-usul mereka dahulunja "sa­tu. Kesukaan orang Jahudi ketika itu hanjalah menipenga- ruhi orang Arab dengan harta bendanja, jaitu membunga- kan uang. Orang Nasrani jang datang ketanah Arab keba- njakan ialah oiang-oiang pelarian dari negerinja masing2, kaiena kerasnja perselisihan agama dinegeri Roma. Mere­ka tidak dapat mempengaruhi orang lain dengan pera­daban agamanja, tak obahnja dengan Nasrani Habsji.

Didalam salah satu surat kabar pengetahuan bahasa Rus tersebut : ,,Adalah bangsa Arab sebelum lahir Muhammad itu membiasakan mengurbankan manusia jang ditawan di­dalam peperangan untuk berhala mereka, demikian djuga anak-’ mereka ! Anak-anak perempuan mereka kuburkan hidup2, musuh mereka bunuhi dimana bertemu. Pendek-

130

nja, achlak mereka sangat kesat, pendendam dan suka me- numpahkan darah".

Kata Edward M ontct: „Orang Arab seketika Nabi Mu­hammad akan dibangkitkan itu sangatlah niundur dan ren- dahnja, sehingga amat perlu kepada seorang pemimpin be­sar didalam urusan agama dan budi pekerti.”

Barthelemeu Sant Helaire berkata : ,,Kalau benar bah­wa orang Arab sebelum Islam itu telah mentjapai kema­djuan, tentu tidaklah akan sampai turun ajat larangan jang demikian bunjinja, jang menjebabkan bulu roma kita ber­diri.” Diharamkan atas kamu menikahi ibu kamu, anak pe- rempuan kamu, saudara perempuan kamu, saudara perem- puan ibumu, saudara perempuan ajahmu. anak perempuan saudaramu laki2 dan anak perempuan saudaramu perem­puan.” Pendeknja menurut pendapat penulis ini, kemun- duran dan kerendahan bangsa Arab sebelum Nabi Muham­mad diutus itu lebih dari pada bangsa Barbar dan bangsa Ibrani sebelum Nabi Musa dibangkitkan.

Pendeknja : berlainan keadaan bangsa Arab sebelum Is­lam itu karena berlainan siasat, tiaga, kebudajaan dan budi pekerti. Semuanja itu berpen^aruh kepada pergaulan dan diri mereka.

Dalam hal politik, adalah sebagai jang kita njatakan di- atas tadi; bangsa Habsji telah menaklukkan Jaman, iv.mu- dian itu bangsa Parsi pula. Waktu itu penduduk amat mcn- derita. Disebelah Utara kedapatan tiga buah keradjaan-ke- radjaan ketjil, dua di Irak dan satu di Sjam, dibawah nau- ngan Parsi dan Rum. Tjuma satu merdeka.

Di Mekkah ada teratur sedikit karena orang- Quraisj melindungi negeri itu dan mendjaganja untuk menerima tetamu tiap2 tahun jang datang ke Ka’bah. Ada jang bei- djabatan memberi minum, ada jang memegang kuntji, ada jang memegang bendera perang, ada jang mengepala. mu- sjawarat dan ada jang memerintah. Ada pula jang mcnga-

131

tur agama, peperangan, politik dengan kabilah lain dan lam-lainnja.

Dalam uiusan kebudajaan, maka beberapa orant; ahli sjair telah meningkat kemasjhurannja, demikian djuga ahli pidato. Diadakan beberapa pasar tahunan, sebagai Ukaaz untuk bertanding kepintaran dan mempertukarkan pe-nia- gaan. Diantara sjair2 jang banjak itu, maka langeam Qu- raisj jang lebih menang.

Dalam hal tiaga, negeri Mekkah diachir qurun keenam mendjadi pusat perniagaan lantaran banjak pasar tahunan didirikan disana. Dari segala pelosok djazirat itu orang membawa permagaannja kesana, demikian djuga dari Su- nah dan Irak. Dari pada kedatangan orang berniaga dan berhadji itu, maka pendjaga-pendjaga Ka’bah itu ada men- dapat penghidupan jang bagus. Lain dari itu merekapun terpandang tinggi karena mendjadi pendjaga Ka’bah di pandang bangsawan. Sebelum datang waktu Hadji mereka berkumpul kepasar Ukaaz itu berdjual beli, setelah’ pasaran mulai hampir selesai, baru diadakan pertemuan umum ber- sjair, setelah selesai baru berangkat bersama-sama ke Mek­kah mengerdjakan hadji. J

Dimusim dingin mereka berangkat ke Suriah, Palestina dan kesebelah Selatan Thursina. Musim panas mereka per­gi istirahat ke Thaif.

Adat dan kesopanan sangat turun, minum chamar diu- di, menguburkan anak perempuan hidup-hidup, merampas dan merampok djadi kesukaan benar. Kadang-kadan" lan­taran perselisihan mulut sedikit sadja, boleh menumpah- kan darah. Dendam sangat mendjadi. Perempuan sangat bangga kalau dapat menghapuskan darah musuhnja keba- djunja atau meminum darah itu dan menggigit djantung- nja. 1

Dalam hal agama pun sangat buruk, hewan diambil dja­di Tuhan, ada pula jang menjembah bintang, menjembah kaju, batu dan lain-lain. Jahudi dan Nasrani sendiri tidak

132

kuasa mengobahnja, karena kedua agama ltupun telah ka- ram kepada churafat dan bid’ah jang sangat banjak, kitab- kitab telah banjak berobah dan ditukar isinja oleh pen- deta-pendeta menurut sukanja. _ _

Keadaan masjarakat dengan sendirinja meminta datang­nja manusia berdjiwa besar, untuk mengobahnja.

133

Pasal 11.

MUHAMMAD ANAK ABDULLAH

K e t u r u n a n .

Abdul-Qasim, Muhammad ibn ’Abdillah, ibn ’Abdil Muttalib, ibn Hasjim, ibn ’Abdi- Manaaf. ibn Qushaijj, ibn Kilaab, ibn Murrah, ibn Ka'ab, ibn Luaij, ibn Ghaalib. ibn Fihr, ibn Malik, ibn Annadrh, ibn Kinanah, ibn C huzaim ah, ibn^ Mudrikah, ibn Iljaas, ibn Mudhar, ibn Nizaar, ibn Ma’d, ibn ’Adnan. Nasabnja jang sepakal diantara ahli tarich hanjalah sehingga Adnan ini sadja, keatasnja ter­djadi perselisihan. Tetapi sepakat pula ahli tarich rnen- sahkan bahwa ’Adnan itu turunan Nabi Ibrahim Alchalil Jang djadi perselisihan ialah berapa orangkah nenek n en ek beliau diantara Ismail dengan Adnan itu. Kata seteneah- nja banjaknja 40 orang. setengahnja pula mengatakan^ha- nja 7 orang. ~

Berkata Abu ’AbdiJIah Alhaafiz : „Tentang berapakah bilangan nenek-nenek mojang Rasulullah sedjak dari A d ­nan mendjelang Ismail dan Ibrahim itu tidaklah ada suatu riwajat jang mu’tamad” .

Nasabnja dari djihat ibunja adalah demikian : »Mulmn, mad ibn Aminah ibnati Wahb, ibn ’Abdi-Manaaf, ibn Zuh rah, ibn Hakim, (Kilaab). D isa n a la h pertemuan nasab ajah nja dengan nasab ibunja.

Perkawinan Abdullah dengan Aminah.

Abdullah anak Abdul-Muttalib itu adalah satu-sa(Unja anak jang amat ditjintai oleh ajahnja. Lalu dia dikawinfcan dengan Aminah anak Wahb itu. Ketika kawin itu usia A b ­dullah baru 18 tahun. Aminah adalah fermasuk go!ons>an anak-anak perempuan bangsawan dan berbudi dalam ka_ langan Quraisj. Belum lama setelah mereka kawin, m aka

134

Aminah hamil. Baru 2 bulan anak itu dalam kandungan, meninggallah Abdullah dikampung ibunja, Bani Adij ibn Nadjdjaar didekat kota Madinah, ketika dia singgah disa­na, kembali dari berniaga kenegeri Sjam, lalu timbul de- mam jang membawa wafatnja. Disanalah beliau dimakain- kan.

Kelahiran Nabi Muhammad.

Muhammad Rasulullah dilahirkan pagi-pagi hari Senin dalam bulan Rabi’ul Awwal, tahun jang pertama dari ta­hun gadjah jang masjhur, jaitu 40 tahun setelah Kisra Anu Sjirwan duduk diatas singgasana keradjaan Parsi, berse- tudju dengan bulan April tahun 571 miladij, menurut per- hitungan Mahmud Pasja ahli falak Mesir jang masjhur itu.

Dia dilahirkan dirumah Abi Thalib, didalam kampung Bani Hasjim di Mekkah. Setelah dia dilahirkan, ibunja menjuruh orang suruhan kerumah neneknja Abdul-Mutta- lib menjampaikan kabar suka-tjita itu. Dengan amat bei- girang kabar itu diterimanja, terus anak itu dinamainja Muhammad. Nama Muhammad itu belumlah biasa terpa- kai sebelum itu ditanah Arab.

Abdul-Muttalib termasjhur sebagai seorang kepala ka­um jang disegani dalam Bani Hasjim, demikian djuga da­lam kaum Quraisj seluruhnja, lantaran pengaruhnja jang besar didalam urusan peperangan, kekuasaan, hal-ihwal agama dan peraturan masjarakat dimasa itu.

Urusau menjusukan.

Menurut adat Arab, anak itu tidak disusukan oleh ibu­nja sendiri, djika dia orang terpandang, tetapi ditjarikan seorang tukang menjusukan dari kampung Badui. Karena kehidupan anak-anak itu didusun boleh menguatkan tubuh- nja dan memperbaiki lidahnja, djangan kena ,,hawa” kota. Menurut pendapatan orang Arab, tukang susu atau tu-

135

kang didik orang kota itu serupa dengan malam jansr ge- lap-gulita lajaknja, menghabiskan pengharapan tentang ha- ri kemudian anak-anak. Maka datanglah kekota beberapa orang perempuan dari Badui Bani Sa’d ibn Bkr mentjari anak-anak jang akan disusukan. Jang beruntung beroleli Muhammad ialah seorang perempuan bernama H a lim a h binti Abi Zuaib ibn Alharist Assa’dijah. Maka diterimanja- lah anak ketjil itu dari ibunja terus digendongnja kekarn- pungnja di Badui Bani Sa’d. 4 tahun lamanja anak itu di­dalam asuhan Halimah.

Didalam asuhan nenek, paman dan ibunja.

Setelah beban itu dipikul oleh Halimah dengan teguh setia, dan tjukup empat tahun lamanja, anak itu dikemba- likannjalah kepada ibunja. Menurut adat Arab, setiap ta­hun Aminah pergi ziarah kepusara suaminja didekat kota Madinah itu. Setelah anak itu dikembalikan oleh Halimah, tidak berapa lama kemudian, pergilah dia berizarah kepu­sara suaminja itu bersama-sama pula dengan anaknja jang masih dalam pangkuan itu, bersama-sama pula dengan ne- neknja Abdul Muttalib. Tetapi didalam perdjalanan akan pulang, Aminah ditimpa demam pula, lalu menemui adjal- nja. Dia meninggal dan majatnja dikuburkan di AI-Abwaa, suatu dusun diantara kota Madinah dengan Mekkah. Anak jang malang itu pindahlah kedalam gendongan budak pu­saka ajahnja, seorang perempuan, bernama Ummu Aiman Dialah jang membawa balik ke Mekkah. Anak itu dh su h ' dengan penuh kasih sajang oleh neneknja Abdul Muttalib.

Berkata Ibnu Is haaq : „Maka adalah Rasulullah itu hi­dup didalam asuhan neneknja Abdul Muttalib ibn Hasiim Neneknja itu ada mempunjai suatu hamparan tempat du- duk dibawah Imdungan Ka’bah itu. Anak-anaknja sennia- nja duduk disekelilmg hamparan itu. Kalau dia belum da­tang, tidak ada seorang pun anak-anaknja jang berani du­duk dekat, lantaran amat hormat kepada orang tua itu.

136

Maka datanglah Rasulullah — sckctika itu dia masih anak-, — dia duduk sadja keatas hamparan itu. Maka datang pu- lalah anak-anak neneknja itu hendak mengambil tangan- nja menjuruhnja undur. Demi kelihutan oleh Abdul Mutta­lib, diapun berkata : ..Biarkan sadja tjutjuku ini berbuat sekehendaknja. Demi Allah sesungguhnja dia kelak akan mempunjai kedudukan penting. Lalu anak itu didudukkan- nja didekatnja. dibarut-barutnja punggungnja dengan ta- ngannja, disenangkannja hati anak itu dan dibiarkannja apa jang diperbuatnja.

Setelah wafat pula Abdul Muttalib maka dipclihai alah dia oleli pamannja Abu Thalib menurut wasiat neneknja itu. Pamannja inipun seorang jang penjajang pula, dan mendjaganja dengan hati-hati. Demi bila Abu Thalib me- ngangkut perniagaannja kenegeri Sjam, dibawanja djuga anak" itu. Tetapi tidak lama mereka dinegeri Sjam, lalu kembali pulang, jaitu ke Sjam jang pertama. Muhammad sendiri ketika itu tidak dapat masuk keibu kota, karena ada seorang pendeta jang memberi nasihat Abu Thalib su­paja anak itu dibawa sadja pulang kembali. karena dia ke­lak akan memikul suatu pekerdjaan besai.

Masa inudanja.

Diwaktu dia masih inuda belia, berkobarlah peperangan „fudjdjaar” . Fudjdjaar artinja peperangan jang melanggar akan kesutjian bulan jang tidak boleh berperang padanja, lantaran bulan itu musim hadjdji. Jang berperang ialaL 'a urn Quraisj bersama-sama dengan p e rsu k u a n -p e is u k u a n

jang mengikat perdjandjian dengan dia, menghadapi kaum Qaijs bersama dengan qabilah jang mengikat perdjancijian dengan dia pula. Peperangan ini terdjadi di Nachlah, di­antara Mekkah dengan Thaif. Jang djadi kepala p e ia n g umum dari pasukan Quraisj ialah Harb ibn Umajjah. ka­rena namanja jang baik dan usianja jang telah landjut* D a­ri Bani Abdil Muttalib dikepalakan p u la . Az-Zubair ibn

Sedjarah Umat Islam 10 137

’Abdul Muttalib. Nabipun hadir didalam peperangan ini. Kerdjanja ialah mengisikan panah kepada busumja ketika akan dipanahkan oleh paman-pamannja.

Setelah itu dia kawin dengan Chadidjah binti Chuwailid A1 Asadijah. Chadidjah itu adalah seorang perempuan jang memegang perniagaan besar, bangsawan, bernama baik dan berharta. Biasa dia menggadji orang buat mendjalan- kan perniagaan itu. Setelah sampai kepadanja berita bah­wa Muhammad itu seorang anak muda jang berbudi lagi bidjaksana, dan boleh dipertjajai, ditawarkannjalah kepada Muhammad supaja sudi membawa perniagaannja kenege- ri Sjam. Dan untuk mendjadi temannja didalam perdjala­nan disuruhnja pula budjangnja bernama Maisarah men­djadi pengiring. Muhammad setudju dan berangkat ke Sjam membawa perniagaan itu. Perniagaan itu sangatlah laris dan laku, lagi membawa keuntungan jang bukan sedikit.

Demi Chadidjah menjaksikan kepandaian Muhammad mendjalankan perniagaan dan kelurusan hatinja, pertjaja- lah dia bahwa Muhammad akan sanggup mendjadi pelin- dungnja jang sebenarnja. Lalu dipinangnjalah Muhammad kepada paman-pamannja itu. Pinangannja itu dikabulkan orang dan terdjadilah perkawinan jang beruntung diantara keduanja. "

Tiba-tiba terdjadilah suatu bahaja besar menimpa f:ec,c- ri Mekkah, jaitu bandjir besar jang merusakkan dinding Ka bah, padahal dinding itu telah lapuk djuga, sebab per­nah terbakar. Waktu dinding itu diperbaiki, Rassullah tu- rut bekerdja memperbaikinja dengan orang banjak.

Tiba-tiba terdjadilah perselisihan kepala-kepala qabilah itu tentang siapakah jang lebih pantas memikul „Hndja- ru’l Aswad” dari tempat terlempamja untuk dibinakan ke- tempatnja semula. Semuanja mengaku berhak, sehingga h<tmpir terdjadi pertumpahan darah.

Seorang ahli bitjara memberi pemandangan bahwa hal ini lebih baik diserahkan menjelesaikannja kepada orang jang mula-mula sekali masuk Ka’bah pagi-pagi. Tiba-tiba

138

jang mula-mula masuk itu ialah Muhammad sendiri, maka kepadanjalah diserahkan menjelesaikan itu, sebab dia jang dipertjajai (Al-Amin). Lalu dengan ketjerdikannja diham- parkannja kain selendang dan diambilnja batu bertuah itu, diletakkannja kedalam selendang itu dan disuruhnja kepa­la-kepala qabilah itu mengangkatnja bersama-sama. Setelah sampai ditempatnja, dia pula jang mengambil batu itu dan meletakkan ditempatnja. Lantaran keputusan hukuman jang sangat adil itu, sangatlah gembira hati orang dan ber­tambah hormat orang kepadanja, meskipun dia baru se­orang anak muda, lalu digelari Muhammad jang dipertja­jai (Al-Amin).

Kehidupan sebelum diutus.

Dia tidak menerima waris dari pada ajahnja, warisan jang patut disebut mentjukupi untuk hidupnja didalam ke­adaan jatim itu. Tetapi itu pulalah jang menjebabkan dari ketjilnja dia pertjaja kepada kekuatannja sendiri. Setelah datang waktu untuk berusaha, ditjobakannja menggembala- kan kambing, sebab semasa ketjilnja didusun dia telah per­nah djuga menggembalakan kambing dengan saudara-sau- dara sepesusuannja.

Diwaktu mudanja pernah djuga dia berniaga dan ber- kongsi dengan seorang saudagar ketjil bernama As-Saaib ibn Abis-Saaib. Kemudian itu dia menerima upah mendja- lankan perniagaan Chadidjah kenegeri Sjam. Setelah dia kawin dengan Chadidjah, maka diteruskannja perniagaan itu sehingga dia ada mengetjap sedikit kemampuan. Tetapi perniagaan itu terhenti setelah menghadapi pekerdjaan ke- Rasulan.

Didalam kalangan kaumnja dia termasjhur lantaran bu­di pekertinja jang utama; dia djudjur, boleh dipertjajai, se­hingga bergelar Al-Amin. Bukan sekali dua kali crang mempertaruhkan barang kepadanja. Dia tak pernah mi- num chamar, tak pernah memakan sembelihan jang disem-

139

belih untuk dikurbankan bagi berhala, tidak pernah sekali djuga menghadiri peralatan menghormati berhala. Balikan sedjak masih remadja, sudah ada tanda-tanda kebenfjian hatinja kepada berhala-berhala itu.

Pendeknja sebelum djadi Rasul itu telah tersisih djuga dia dari orang lain, lantaran budinja jang tinggi, pema’af, penjantun, sabar, sjukur, ’adil, tawadhu’, honnat kepada orang tua, kasih kepada orang muda, dermawan, gagah be­rani, bermalu. Hal ini setelah dia djadi'Rasul pernah di­akui dan disaksikan oleh musuhnja jang paling besar, An- Nashr ibn Al-Harist namanja. Dia berkata : „Semasa dia muda kamu suka kepadanja lantaran dia paling djudjur, paling lurus perkataannja, paling setia memegang amanat. Demi setelah tumbuh uban dikepalanja membawa sualu seruan jang gunanja untuk kamu, lalu kamu tuduh dia se­orang tukang sihir ! Demi Allah, sekali-kali tidaklah dia tukang sihir.”

Seketika Emperor Hiraqlu memerintah pernah ditanja- kannja kepada Abu Sufjan, musuh Muhammad djuga keti­ka itu : „Sebelum dia membawa seruan ini, pernahkah ka­mu kenal dia sebagai seorang pembohong ?”

Djawab Abu Sufjan : ,,Tidak pernah sekali-kali.”„Kalau orang tidak biasa berdusta didalam urusan jang

berhubung dengan manusia, tentu dia lebih tidak berani berdustd didnldffl utusan jang berhubung dengan Allah” , sabda baginda !

P e r g a u i a n .

■ Dia kenal betul akan kesukaan dan pergauian bangsa Arab, demikian djuga langgam bitjara tiap-tiap negeri Arab. Tiap-tiap kabilah dilawannja berbitjara menurut li- dah qabilah itu ! Perkataannja lemak manis, tersusun dan tertib, berfasal, beratur, dapat dihapal dan dimenungkan, faham siapa jang mendengar, seakan-akan mutiara jang di- susun lajaknja.

140

Kata Aisjah : ..Rasulullah tidak pernah bertjakap bersc- loro sebagai tjakapku ini, perkataannja bersusun, berudjung berpangkal” . '

Berkata Ibn Abi Haalali : „Senantiasa dia berduka-tjita, selalu dia berfikir. Tak pernah senang diam, tidak dia bsr- tjakap kalau tidak perlu, pandjang diamnja, dimulainja per­kataannja dan dikuntjinja dengan teratur, perkataannja itu penuh berisi, tidak banjak bunga dan tidak tctialu ring- kas, lemak manis tidak tegang dan tidak kcndor.”

Bila diperhatikan dengan seksama bagairnana baik sia- sat jang dilaluinja didalam menghadapi bangsa Arab, ta- hulah kita sehingga mana akal budinja. Demikian rupa dia disiksa, dihina dan dimaki, peladjarannja tidak ditcrima dan sampai dia meninggalkan tanah tumpah darahnja kemudian itu bangsa itu pula jang bersedia mendjadi bala- tcnleranja. sudah berperang menghadapi kaum kerabolnja sendiri, anaknja, ajahnja dan segala persukuannja lantaran mempertahankan peladjaran itu, bahkan mereka turut ber- pindah pula kemana dia pindah, semuanja menundjukkan dengan njata bagairnana adanja siasat hidupnja. ketjerdi- kan dan kebidjaksanaannja, tahu akan akibat pekerdiaan, mengerti akan pertjaturan hidup dan kenal akan tabiat kaum sebangsanja.

Kebcranian menghadapi kcsukaran,

Dia seorang jang gagah-berani, tangkas perwira, pah- lawan dan satria, madju dan tak kenal gentar. Tidak sc- gan menghadapi bahaja bagaimanapun besarnja, walaupun kematian berdiri dimukanja, sabar ditiinpa bala bentjana, tetap hati, tak berkisar. Ketika masih diam di Mekkah, ti­dak terbuat-buat dibulu banjaknja kesakitan jang didatang- kan orang Quraisj. Ketika itu dia masih lemah, sabarnja tidak pernah kurang. Demikian pula setelah pindah kene- geri Madinah, setelah kuat kuasa. Tidak pernah undur langkahnja dari pada maksud jang pertama, jaitu menjiar-

14 L

kan sjariat, sehingga sjariut itu menang. Sekuat-kuat mu- suhnja dan sekedjam-kedjam mereka, diwaktu dia gagah dan dapat menaklukkan negeri Mekkah. musuh itu telah dimaafkarinja dari pada kesalahan mereka.

Berkata Ali ibn Abi Thalib : ,.Diwaktu sengitnja pepe­rangan, kadang-kadang gentar hati kami melihat Rasulul- lah, dia jang paling dekat kemuka musuh, bukan sebagai kepala2 perang zaman sekarang, mereka jang paling djauh dari pada panah dan tombak musuh.”

Tidak memcntingkan dunia.

Dia tidak mementingkan dunia, tidak memperdulikan bunga dunia jang lekas laju itu. Perhiasan hidupnja hanja ta’at akan Allah, sembojannja hanjalah menahan nafsu dan mentjukupkan apa jang ada. Pakaiannja hanja sekcdar jang perlu, lebihnja untuk sahabatnja. Hidupnja amat se- derhana, makanannja sekedar akan kenjang, hamparannja dari pada rumput berdjalin, pernah menderita lapar kare­na tak ada jang akan dimasak, ketika demikian selalu dia puasa. Ketika meninggal tidak dia meninggalkan wang se- dinar atau sedirham djuapun. Peninggalannja ketika wafat hanjalah sebuah sendjata, seekor kuda tunggang dan tanah jang telah disedekahkan. Sahabat-sahabatnja hidup dida­lam kekajaan karena harta rampasan, seketika negeri- ke- liling telah takluk. Padahal didalam kesempatan jang se- baik itu, rumah beliau tinggal kosong dari pada perhiasan dan berhari-hari pernah kekurangan makanan. Pernah Umar berkata dengan air mata berlinang : Mengapa be- gini ja Rasulullah ! Padahal kuntji masjrik dan magrib tc- lah terpegang ditangan tuan !”

Beliau djawab : „Aku Nabi, bukan Kaisar !”Dan pernah isteri-isterinja disuruh memilih. turut terus

dengan dia, atau bertjerai, kalau mereka tidak tahan ber- suamikan dia, karena tidak mentjari dunia !

Dia tidak meninggalkan kekajaan benda, kekajaan ben­

da akan habis, tapi dia telah meninggalkan kekajaan djiwa, jang seluas langit dan bumi.

Dia sangat takut akan Tuhan dan sangat kuat beribadat, ta ’at dan muhibbah (tjinta), lama sembahjangnja, teru tam a sembahjang malamnja, sembahjang malam sampai penat lututnja. Demikian kemuliaannja disisi Tuhan, nam un itu sangat kerap dia menangis memohonkan belas kasihan T u ­han.

Memdjaga martabat diri.

Dia tahu benar akan harga diri, kuat kemauan, teguh hati, tidak pernah mentakchirkan pekerdjaan hari ini sam ­pai besok, tidak suka bersenda-gurau jang tidak berfaedah, tidak takut ditimpa kemiskinan atau kekurangan, tidak suka menjimpan-njimpan harta akan dim akan besok lusa; dermavvan, lebih dermawan dari mega jang telah m enaung akan mendjatuhkan hudjan, lebih m urah dari pada angin jang sepoi basah. Tidak pernah orang jang datang m em in­ta pertolongan pulang dengan tangan kosong. Kalau sedang tidak ada, dia djandjikan akan memberi d im ana ada.

Berkata Shafwaan ibn Umajjah : „Telah pernah R asu- lullah itu memberikan barang kepadaku. Sebelum itu a d a ­lah dia orang jang paling kubentji. Tetapi setelah pem be- rian itu, tidak ada orang jang lebih kusajangi dari pada dia. Saja naik saksi bahwa budi pekerti jang seperti itu t i ­dak akan bertemu kalau bukan pada seorang N abi.”

Kedermawanannja itu adalah karena Allah semata-inata, kadang-kadang hartanja diberikannja kepada fakir dan miskin, kadang-kadang untuk sabilillah, kadang-kadang pula untuk penawan hati orang jang baru memeluk agam a Islam. Kadang-kadang dia memberikan derma kepada orang lain, laksana pemberian radja-radja, sehingga untuk dirinja dan rumah tangganja sendiri tidak ketinggalan sisa- nja lagi. D ia berikan anugerah sebagai pem berian Kisra dan Qaishar, pada hal dia hidup dirumah kekurangan m a- kan.

143

Kebaikan pergaulannja.

Tidak pernah dia menghardik budjangnja, tidak pernah memukul dengan tidak semena-mena, kctjuali didalam pe­rang. Kata Anas ibn Malik fchadamnja) : ..Scpuluh tahun lamanja saja bekeraja dirumnh Rasulullah. tidak pernah dia menghardik saja. KaJau ada pckerdjaan saja kerdja­kan, tidak pernah dia bertanja apa sebab saja kerdjakan. Kalau ada pekerdjaan tidak saja kerdjakan, tidak pernah dia berkata mengapa tidak saja kerdjakan.”

Berkata ’Aisjah : ,,Rasulullah itu apabila tinggal diru- mahnja, sangat lemah lembutnja, suka tersenjum dan tcr- tawa.”

Dia sajang kepada segenap kaum kerabatnja, lemah Jem- but sikapnja kepada anak tjutjunja. Tidak pernah dia ber­kata jang tidak baik, madjlisnja madjlis pertundjuk dan il­mu. rumahnja rumah kebaikan m a l u dan budi; tidak ada orang membitjarakan aib orang lain disana; teman-teman duduknja tidak ada jang menjangka bahwa orang lain lebih mulia disisi Nabi dari padanja. Kalau datang orang baru dengan perkataannja jang kasar, beliau terima dengan sa- bar. D i m u l i a k a n n j a orang jang patut dimuliakan menurut perangainja dan agamanja. Kalau ada perkataan jang tidak disetudjuinja dikeluarkan orang. dialihnja bitjara kepada jang lain. Orang jang paling mulia disisinja ialah jang luas fahamnja dan lebih banjak nasehatnja. Kalau orang mem­bitjarakan aehirat, dia ikut bitjara pula. Dibitjarakan orang makanan dan minuman, dia bitjara pula; dibitjarakan orang dunia, dia ikut bitjara pula, tetapi semuanja dibawanja ke­pada keagamaan.

N a m u n begitu kebaikan pergaulannja, bukan sekali dua dia ditimpa oleh kekasaran budi orang. Namun begitu sa­ngat sabarnja, pema’afnja luar biasa.

Seketika dia membagi-bagi harta rampasan (ghanimah) didalam peperangan Chaibar, telah berkata kepadanja se­orang laki-laki : ,,Hai Rasulullah, hendaklah adil membagi-

144

bagi.” Djawab beliau : ,,\Vahai, kalau sekiranja saja tidak membagi dengan adil, siapakah lagi jang akan adil ? Kalau saja tidak adil, saja mesti tjelaka dan saja mesti rugi.” Umar sangat sakit hati mendengar pembitjaraan orang itu, lalu dia berkata kepada Rasulullah : ,.Biarkanlah saja pan- ljung leh?r munafik ini.” Djawab Rasul : ..Berselindung- lah dengan Allah, djanganlah sampai dikatakan orang ke- lak bahwa Muhammad membunuh sahabatnja.”

Didalam satu peperangan, Nabi telah beristirahat diba- wah sepohon kaju. Lalu datang seorang kafir membawa pedangnja dan mengatjungkannja ditentang kepala Nabi se- raja berkata : „Siapakah jang akan menghambat pedang- ku ini dari padamu ?” Djawab Rasul : „Allah !” Mendc- ngar nama Allah itu, djatuhlah pedang itu dari tangan orang itu. Pedang itu diambil oleh Nabi dan diatjungkan- nja pula kepala orang itu seraja berkata : ..Siapakah iang akan menghalangiku dari pada engkau ?” ,Tidak seorang djuga”, kata laki- itu dengan takutnja. Lalu dia berkata pula : ,.Berbuat baiklah kepadaku ja Muhammad.” Udjar beliau : ..Utjapkanlah La ilaha il-lallah dan aku Rasulul- lah !” ,,Tidak, kata laki-laki itu, saja tidak akan mengu- tjapkan sjahadat itu, tjuma saja berdjandji kepadamn. ti- dak akan tjampur tangan lagi kemana-mana." ..Baiklah.” kata Rasulullah. Lalu orang itupun pergilah kekampungnja. kembali, sampai disana dia berkata kepada kaum keluarga- nja : ,,Demi Allah, saja kembali dari pada orang jang sc- niulia-mulianja.”

Tjaranja mcmberi pctundjuk.

Dia berdjuang dengan sengit dan gagah. sehingga dia menang dan segala kekuasaan zaman kolotpun hantjur- lah. Maka perhatian orangpun terpusatlah kepada dirinja. Kalau sekiranja dia bukan seorang Nabi, masa itulah jang sebaik-baiknja baginja untuk meninggi dan menggagahkan diri, memaksa, mengantjam dan boleh djuga mendjadi ra-

dja, bahkan mendakwakan dirinja Tuhan. Tetapi semuanja itu tidak. Tetapi sampai meninggalnja dia berkata bahwa dia hanja seorang manusia biasa, diutus Tuhan memberi pertundjuk kepada segenap bangsa manusia.

Berkali-kali dia mempertundjukkan mukdjikzat, tetapi senantiasa dialasnja dengan perkataan, bahwasanja muk­djikzat jang demikian bukan dari kuat kuasanja, melainkan dari keizinan Tuhan djua.

Pernah dikatakannja kepada sahabat-sahabatnja, dja­ngan dia diagung-agungkan melebihi batas, sebagaimana telah berlaku dengan orang Nasrani terhadap Isa Almasih. „Katakanlah kepadaku Muhammad itu hamba Allah dan pesuruhNja.”

Chang-orang jang membantahnja, kalau orang itu ahli berpikir tidak disuruhnja menghadap kepada dirinja, tetapi disuruhnja sadja memperhatikan alam seisinja, untuk me- njaksikan kekuasaan Allah jang penuh diatas semua jang maudjud; lihat langit jang tak bertiang, lihat bumi jane su­bur mendjadi, lihat bukit jang laksana pasak, lihat tumbuh- tumbuhan beraneka warna, achir sekali perhatikan pada dirimu sendiri, disemuanja itu ada tanda-tanda kebenran Tuhan” .

Keteguhan pcndiriannja.

Tiga belas tahun lamanja beliau menjampaikan seruan- nja kepada kaum jang kasar budi itu, tidak ada jang me­reka sembah melainkan berhala, dan bila ditanja apa se­babnja, mereka djawab bahwa memang begitu jang telah ditenma dari nenek mojang. Budi pekerti amat rendah, hanja sebuah pekerti jang agak tinggi, jaitu bangga dengan turunan, sehingga menimbulkan perang perebutan penga- luh, berkali-kali. Kemanapun dia pergi, diterima dengan muka asam, dengan hati kesat, budi kasar dan perangai jang tidak^ senonoh. Tiga tahun lamanja bekerdja, hanja 13 orang jang suka mengikut. Sungguhpun demikian, dia

146

teguh dan tetap didalam tjita-tjitanja. Kemudian itu datang perintah Tuhan supaja menjainpaikan dakwah itu dengan terang-terang, menjuruh menghentikan menjembah berha­la, membulatkan perhatian kepada Tuhan. Bukan orang lain jang melawannja, melainkan kaum kerabatnja sendiri. Nabi berkata : ,,SembahIah olehmu Allah Jang Esa” , maka Abu Lahb, pamannja sendiri berkata : „Hai kaumku, anakku ini hendak mengadjakmu meninggalkan pusaka nenek mo- jangmu.”

Dia naik keatas bukit Shafa, disuruhnja orang berkum- pul sedjak dari Bani Fihr dan Bani-Adi, semuanja telah berkumpul ! Lalu dia bertanja : „Kalau kukatakan kepada- mu bahwa dibalik lurah ini ada musuh jang hendak menje­rang, pertjajakah kamu ?” Mereka djawab : „Tentu pertja- ja, sebab engkau belum pernah kedapatan berdusta.” Ma­ka udjar baginda : ,,Kalau demikian keteguhan pertjaja ka­mu kepadaku, saja beri ingatlah kepadamu sekalian bah­wa kamu mesti taubat, kalau tidak maka kamu akan di- timpa oleh azab jang pedih.” Mendengar itu berkata pula Abu Lahb : ,,Tjelakalah engkau, untuk itukah kami engkau kumpulkan ?”

Maka datanglah titah Tuhan kepadanja supaja diberinja pengadjaran kaum kerabatnja jang dekat, dari Bani H a­sjim, Bani Muttalib, Bani Naufal, Bani Abd. Sjams, dan keturunan Bani Abdi Manaaf. Lalu dia berkata : ,.Seorang jang terikat dalam kaum, tidaklah akan sampai hati ber- dusla kepada kaumnja, saja sendiri tidaklah akan berdusta kepadamu, derni Allah ! Kalau misalnja saja dikatakan menipu orang lain, maka kamu tidaklah akan kutipu. Demi Allah, tiada Tuhan selain Dia. Tuhan jang telah meneutus akan aku mendjadi pesuruhNja. Kamu chususnja untuk manusia umumnja : sesungguhnja kamu sekalian akan ma­ti laksana tidur djua, dan akan dibangkitkan dari kematian laksana bangun dari tidur djua. Kamu akan dihitung lan­taran amalan kamu, jang baik akan dibalasi baik dan jang

147

djahat akan dibalasi djahat; masuk sjurga sclamanja atau masuk neraka selamanja.”

Seruan itu telah diterima salah, mereka merasa dihina, merasa dikatakan bodoh, Tuhan mereka. jaitu berhala, me­reka rasa diolok-olokkan. ,,Siapakah ini, jang berkata bah­wa dia golongan kerabat kita. tetapi kita dimaki-makinja ? Tjerdik benarkah dia ?” Lantaran itu semuanja telah dja­di musuhnja, tjuma Abu Thalib (pamannja) sadja jang tetap membelanja. Seorang Quraisj telah datang kepada Abu^ Thalib berkata : „Anak saudaramu telah memaki- maki Tuhan kami, mentjela agama kami dan membusuk- kan kepertjajaan kami. Salah satu dari dua, suruh dia ber- henti, atau biarkan kami berbuat sesuka hati kami ierha- dapnja. karena kami pertjaja bahwa engkau tidak akan terpisah dengan kami.” Kedatangan orang itu telah dito- lak oleh Abu Thalib dengan sikap manis. Nabi sendiri ker- dja terus, tidak pernah undur. Sehinsiga sckaii-kali mereka telah mengirimkan utusan kepada Abu Thalib menjampai­kan antjaman : „Kami tak sabar lagi atas perbuatan anak saudaramu itu.” Abu Thalib bingung, tidak kuat hatinja akan memisahkan diri dari kaumnja, dan tak sampai pula hatinja membiarkan anak saudaranja dibentji orang. Lalu disampaikannja permintaan kepada Muhammad, "supaja dia berlaku „alon-a1on” sedikit. Tetapi Rasul telah mendia- wab : .fWahai pamanku, saja belum akan berhenti sebelum pekerdjaan mi berhasil atau saja mati.”

Mendengar itu hati pamannja bertambah teguh, dia ber­kata : „Teruskanlah apa jang kau sukai, demi Allah saja tidak akan membiarkan engkau tersintuh oleh siapapun selama-lamanja.” ’

Hal ini telah menimbulkan hal" jsng tidak diingini, ka­um Muslimin kian lama kian disakiti. Qabilah2 Quraisj jang berdekat kepada Nabi, jang tidak mau menjerahkan Nabi kepada mereka, telah dipandang musuh pula, sampai di- bekot. Maka berdjandjilah Bani Hasjim dan Bani Abdul Muttalib bersama dengan Abu Thalib akan membelanja.

148

Kaum Muslimin jang tidak mempunjai pertahanan besar bertambah susah. Oleh sebab itu maka Rasulullah mengi- zinkan sahabat2nja pindah kenegeri Habsjah. Demi sete­lah tahu kaum Quraisj bahwasanja mereka sudah senang tinggal dinegeri Habsjah itu, mereka utuslah kesana dua or an** utusan ahli biaperi jang bidjak, jaitu Amr ibn Al-Ash d a n ,° A b d u l l a h ibu Ibn Rabi’ah membawa beberapa per­sembahan dan hadiah kepada Nadjasji (Negus) supaja oran»2 jang pindah itu dilarang tinggal disana dan disu- ruh p u l a n s f ketanah airnja. Tetapi semuanja itu tidak ber­hasil. Nadjasji tak dapat dipengaruhi, melamkan bagindatertarik memeluk agama Islam.

Maka datanglah diwaktu musim beberapa orang dari Bani Aus dan Chazradj di Medinah kenegeri Mekkah. se- naadia hendak hadji. Maka bertemulah mereka dengan R°asul di Djumrat ’ul ’Aqabah. Pada dua kali pertemuan, oran°2 itu telah tertarik dengan pengadjaran Nabi, dan berdfandii teguhlah mereka bahwa djika Nabi pinda'n ke- neaeri mereka, mereka akan mendjadi pembela dan psno- lonenia (Anshar). Maka datanglah titah Tuhan menjuruh p in d a h kenegeri Medinah itu. Nabi suruhlah sahabat-saha- batnja pindah seorang demi seorang kenegeri jang baru itu untuk mcngerdjakan perintah Allah dengan lebm be- bas dan leluasa. Tidak lama kemudian datang pula penn- tah supaja Nabi sendiripun pindah. Setelah beliau pindah kepada kediaman jang baru itu, Islampun menempuh peng- hidupan jang baru. Disanalah terdapat keteguhan dan ke- kuatan. Disanalah mulai didirikan Negara jang beliau tjita- tjitakan itu, Negara Islam, Negara Tauhid.

Kesanggupannja menjelami djiwa sahabatnja.

Seorang pemiinpin' besar, supaja mendapat pembantu dan penjokong fahamnja harus mempunjai kesanggupan menjelami djiwa pengikut2nja; tjara sekarang, haius tahu ilmu djiwa. Lantaran kepandaian beliau jang luar biasa

149

dalam hal itu, dapatlah ditangkapnja hati sahabat-salinbau nja itu. Semua bersedia mati karena mempertahankannja dan semuanja diberinja kebesaran dan dinaikkannja djiwa- nja keatas, sehingga semua mendjadi manusia-manusia be­sar.

Penghargaan mereka diberinja menurut taraf tingkatan masing-masing. Tentang Abu Bakr beliau berkata T ..Pe­rempuan jang paling kusajangi ialah Aisjah dan laki-laki jang kutjintai ialah ajahnja.”

Tentang Umar dia berkata : ..Kalau ada Nabi sesudah- ku, tentulah Umar Nabi itu.”

Tentang Usman : „Kalau ada anak perempuan jamr Iain lagi, hai Usman, tentu engkau djuga jang akan kuambil menantu .

Tentang Ali : „Saja kota ilmu, Ali ialah pintunia.”Tentang Sa’d, seketika Sa’d bcrmaksud hendak mewa-

siatkan seluruh hartanja, beliau berkata : ..Djanean S-i'd sepertigapun sudah terlalu banjak.” ’

Tentang Zubair : „Tiap Nabi mempunjai Hawary ha- waryku ialah Zubair.” y’

Ibnu Abbas diberinja gelar : „Pendeta Islam” dan di­do akannja supaja la dapat mengetahui rahasia Al-Quriin.

Tentang Abu Ubaidah dia berkata: „Akan ku-utus ke-Pa^ i Uh0r ai,n r Jia K® P«!mg diPertJ'aia Pad a um m at in i.”

Setelah Chalid bin Wahd pahlawan harapan Quraisj itumasuk Islam, dia menangis dihadapan Nabi dan niinta am- pun atas dosanja selama ini. Kata beliau : ..Islam men»- hapuskan dosa jang lama.” Dan setelah Chalid pularn* da-

-Mu'tah, beliau berkata: „Chalid adalah pedang Allah. Gelar itulah jang menambah naik djiwa „ped;:n°” Tuhan itu. Sehingga ketika ia diberhentikan dengan tiba- tiba dari djabatan kepala perang oleh Chalifah Umar, de­ngan tidak berkutjak dia berkata : .,Saja berperang bukan karena Umar.” "

Tentang Mu’awijah, seketika jjada suatu hari Mu'awijah tidur berlepas lelah dekat saudara perempuan Ummul Mu’-

150

minin Ummu Habibah dan kepalanja terletak diatas iiari- baan belian, maka masuklah Nabi kedalam. Dengan sege- ra Ummu Habibah menghindarkan kepala adiknja jang di- sajanginja itu. Nabi berkata : ,,Sajangkah engkau akan adikmu itu, hai Ummu Habibah ? ? Patutlah dia disajangi ! Dia kelak akan djadi orang besar Arab seluruhnja” . Mu’- awijah berkata : „Sabda inilah jang amat mempengaruhi djivvaku, hingga sedjak sa’at itu tidak lepas-lepas lagi dari ingatanku keinginan djadi orang besar.”

Amr bin Ash diangkatnja djadi kepala satu angkatan perang, pada hal baru sadja masuk Islam. Sabda beliau kepadanja : „Berangkatlah Amr, disana engkau akan ber- oleh harta jang banjak.”

,,Hamba memeluk Islam bukanlah karena mengharap harta, ja djundjungan, hanja semata-mata karena tjinta ke­pada Allah dan Rasulnja.” Djawab Amr !

„Tak mengapa Amr, harta benda jang baik, amat pan- tas’ untuk laki-laki jang baik” djawab Rasul.

Bukankah ini alamat dari dalamnja beliau menjelami djiwa sahabatnja ? Benar Amr bin Ash masuk Islam ha­nja karena tjinta kepada Allah dan Rasul, tentu dia djuga tidak menolak kalau mendapat harta ? Djauh sangat pan- dangan Nabi. Bukankah dia djuga jang telah undur dari politik karena perselisihan dengan Usman, seketika di- ad jak Mu’awiiah masuk partainja menentang Ali, dengan djandji akan diangkat djadi Gubernur berautonomi di Me­sir, dengan penghasilan besar, dia telah menerima $kan djabatan itu ? Bukankah tepnt perkataan beliau : :,Tak mengapa Amr ! Harta bend? ’ang baik amat pantas buat laki-laki jang baik.”

Tentang Salman Farisi beliau berkata : „Djika penge­tahuan terletak dibintang Surajja, anak Parsi akan sang- gup mentjapainja” .

„Suruhlah Bilal azan, karena suaranjalah jang lebih lan- tang” , kata beliau terhadap Bilal. Hingga sampai tuanja, tidak ada djabatan jang mulia dipandangnja dari pada itu.

151

Ketika dia sakit akan wafat. isterinja berkata : ,.Aduh:u sc- dihku !” Tapi Bilal berkata : ..Aduhai gembira hatiku !” ■ „Mengapa tuan berkata begitu” tanja isterinja. Beliau . „Aku gembira karena akan bertemu segera dengan orang jang aku tjintai.” “ .

Abu Sufjan, orang besar. ingin kebesaran. Selama ini mendjadi penghalang Islam nomor satu. Ketika akan nie- naklukkan Mekkah, dengan beberapa patah kali mat sadja, beliau telah memutar musuh besar djadi kawan : ..Siapa masuk rumah Abu Sufjan, aman !” .

Patah segala perlawanan. Tidak ada suatu kemuliaan di­dalam hati bangsawan Arab jang lebih tinggi, dari pada djika rumahnja dipandang tempat pelindungan aman, apa­tah lagi djika sama deradjatnja dengan mesdjid.

Dibalik itu, ada pula sahabatnja jang pada p endapat

beliau tiada baiknja djika mentjampuri politik sebab faham - nja jang keras. Sahabat itu ialah Abu Zarr. ,.Engkau ta usah mentjampuri pemerintahan, hai Abu Zarr !” kata be­liau. Djanganlah engkau mengharapkan tolongan orang lain, walaupun terdjatuh tjambukmu dari atas untaniu, am- billah sendiri” kata beliau pula.

Dia amat iba kasihan kepada sahabatnja jang besar itu, hati dyudjur. ibadat Vuat, tapi iniskin. Pernah beliau ber- kata . „Kasihan Abu Zarr, djalan sendiri. pergi sendiri. pu- Isng sendiri dan hidup sendirian pula.” Hanja Abu Zarr itulah —- sebanjak itu sahabatnja — jang dibahasakannja ,,Chalili , sedjawatku, bahasa persahabatan jang setinggi- tingginja. "

Abdullah bin Ubai masjhur sebagai munafik jang selalu menghalang-halangi sikap Nabi. Tapi puteranja sendiri, Abdullah bin Abdullah bin Ubai bin Salul adalah seorang sehabat jang setia. Setelah Abdullah bin Ubai wafat. ba­njak orang mentjela perbuatannja waktu hidupnja, pada hal dihadapan putera mendiang itu sendiri. Maka sangat- lah halus perasaan beliau, dapat diingatnja tjinta seorang anak kepada ajahnja, walau bagaimana sekalipun kesalah-

152

orang jang hidup dengan inenljela-tjela orang jang eclah m ati.”

Didjaganja benar perasaan Abdullah bin Abdullah bin Ubai.

Begitu tinggi budinja dan dalam pandangannja ata-, dji­w a pengikut^nja. T idakkah itu suatu djiwa jang besar ? T i- dakkah pantas kalau sahabat-nja itu bersedia mati sadja nntuk membela dirinja ?

Sedjarah Umat Islam 11 153

" I

BEBERAPA PEPERA N G A N

Setelah Muhammad berangkat pindah ke Medinah itu, sampailah dia lebih dahulu disatu tempat jang bernama Qubaa, satu karnpung ketjil jang djauhnja kira- 2 djam perdjalanan kaki dari kota Medinah. Disanalah didirikan- nja mesdjidnja jang pertama. Setelah empat hari disana, barulah perdjalanannja diteruskannja ke Medinah, disam- but dengan segala suka ria oleh kaum Anshar. Setelah itu diikatkannja persaudaraan jang sangat karib dan setia di­antara sahabat-sahabatnja jang pindah dari Mekkah de­ngan sahabat- jang didapatinja dinegeri Medinah itu. Tiap- seseorang orang Anshar bersahabat dengan seorang Mu- hadjirin, sehingga tidaklah merasa sepi dan tjanggung iagi orang jang baru pindah itu dinegeri jang baru mereka ma- suki. Tetapi baru sadja terlepas dari pada permusuhan ka- um musjrikin Mekkah, sekarang berhadapan pula dengan musuh jang lain bentuknja, jaitu kaum Jahudi. Kaum Ja­hudi itu tel all berdiam dinegeri Jastrib sedjak beberapa ra- tus tahun, terdiri dari qabilah-qabilah Bani Ouraizah dan Bani Nudhair. Sipat psrmusuhan mereka bukanlaii ianta- ran mereka Veiasulan Muhammad lantaran ti­dak tahu, sebagaimana kaum musjrikin, sebaliknja mereka sudah kenal betul, sudah bertemu oleh mereka tanda- bah­wa memang inilah dia Rasul achir zaman jang telah di- djandjikan oleh Nabi Musa akan datang kelak. Tetapi jang menghambat pengakuan mereka ialah rasa hasad dengki. Tidak senang hati mereka mengapa Rasul itu tidak ditim- bulkan didalam kalangan Bani Israil, mengapa didalam kalangan Bani Isma’il. Padahal sebelum R.asul datang, ka­lau sekiranja terdjadi perdebatan atau peperangan diantara mereka dengan orang Arab, senantiasa mereka mengan- tjam kepada orang Arab itu dengan perkataan : ,.Awaslah kamu, kelak akan datang seorang Rasul memberi ketera-

Pasal III.

J 54

ngnn tentang agama kami ini dan kebenarannja." K-.’betu- lan Rasul jang ditunggu itu timbul dalam kalangan orang jang selama ini mereka hinakan dan pandang rendan ! Ciil- zit apakah jang tidakkan timbul ?

Rupanja sikap kebentjian dari pihak Jahudi itu nienda- pat bantuan pula pada bathin dari beberapa orang bangsa Arab, jang menjatakan Islam pada zahir, tetapi hati me­reka masih kufur. Mereka menjatakan itu, hanja karena segan kepada golongan terbanjak, jang ketika itu telah ber- iman kepada Muhammad. Maka bahaja jang didatangkan oleh pihak munaficjin ini, lebih besar pula kesannja dida­lam hati Rasul dan sahabat-nja dari pada kebentjian jang timbul dari pihak ketiga qabilah Jahudi itu. Sebab kaumJ munafiq itu bergaul tiap hari dengan kaum Muslimin. da­pat diketahuinja rahasia mereka dan disampaikannja ke­pada musuh- Islam. Untuk mendjaga bahaja jang lebih besar dari pada kaum Jahudi ini, terpaksa Rasulullah mem- perbuat perdjandjian tidak serang-menjerang dengan mere­ka, kalau ada datang musuh dari luar, mereka tidak boleh niembantu musuh itu. dan mereka tidak pula diusik dida­lam kepertjajaan jang mereka pegang.

P e r a n g B a d r .

Musuh jang terbesar ketika itu ialah kaum Quraisj. Me- rekalah jang selama ini menjakiti kaum Muslimin dan me- ngusir mereka dari kampung halamannja setelah lebih da­hulu menimpakan bermatjam-matjam hal jang tiada ter- tanggung rasa sakitnja. Harta benda jang tinggal dinegeri Mekkah. sebab orang- itu pindah, diambil sadja dengan paksa. Oleh sebab itu, maka setelah Rasulullah mendirikan keradjaannja di Medinah, „utang piutang” dengan kaum musjrikin inilah jang hendak diselesaikannja lebih dahu­lu.

Maka sampailah berita bahwa seperangkatan saudagar2 Quraisj dibawah pimpinan Abu Sufjan pergi melandjutkan

perniagaannja kenegeri Sjam, banjaknja diantara 30 de­ngan 40 orang. Setelah mereka kembali, terdengarlah be- rita itu oleh Rasulullah s.a.w. Maka bersabdalah dia ke­pada sehabat2nja menjuruh bersiap hendak pergi mengliam- bat kafilah jang pulang dari negeri Sjam itu. Meskipun ada djuga diantara sahabat-sahabat itu jang merasa kebera- tan sebab tidak menjangka bahwa kalau perlu, boleh pula kaum Muslimin mengangkat sendjata untuk mempertahan- kan diri atau untuk menegakkan kebenaran. Tetapi lebih banjak jang suka, sehingga berdjumlah sama sekali 314 orang, jaitu 63 orang dari Muhadjirin, 61 dari Aus dan 170 dari Chazradj.

Demi tatkala sampai kepada Abu Sufjan perkabaran itu, dengan segera dikirimnja utusan kenegeri Mekkah, memberi tahukan kepada orang Quraisj bahwa perniagaan mereka jang dikepalainja itu didalam bahaja. Maka tim- bullah tjemas orang Quraisj mendengarkan kabar itu se­hingga disusun balatentera Quraisj jang tidak kurang diuin- lahnja diantara 900 dengan 1000 orang. Maka terdjadilah perdjuangan jang amat hebat disuatu padang jang berna­ma Badr. Disanalah Tuhan menundjukkan bagaimana te­guh dan gagahnja hati kaum Muslimin jang bilangannja djauh lebih sedikit dari bilangan musuh itu. 70 orang musjrikin terbunuh, 70 pula jang tertawan. Sedang dari pihak tentera Muslimin, jang mati sjahid banjaknja 14 orang. K e m e n a n g a n perang Badr ini adalah membuka lem- baran gemilang dalam perdjuangan Islam.

Perang dengan Bani Qainuqaa.

Bani Qainuqaa jang dahulu telah membuat perdjandjian tidak serang menjerang dengan Rasulullah, merekalah jang lebih dahulu memungkiri perdjandjian itu. Meskipun se­belum itu sudah banjak djuga terdengar perkataan-perka- taan jang kurang enak, tetapi tidaklah diatjuhkan oleh Ra­sulullah. Tetapi setelah Rasulullah beroleh kemenangan

J56

didalam peperangan Badr, kaum itu telah berkata kepada Rasulullah : „Ja Muhammad, dianganlah engkau mendjadi bangga lantaran kemenanganmu berhadapan dengan kaum- mu sendiri. Kemenanganmu itu belum bernama kemena- ngan, sebab kaummu itu belum mengerti tipu-daja perang, dan engkau serang ketika mereka terlengah. Kalau satu kali engkau tjoba berperang dengan kami, disanalah eng­kau tahu kelak bahwa jang engkau hadapi ialah rmnii- sia.”

Karena perkataan itu memang berarti satu tantangan, atau boleh djuga disebut suatu perbuatan chianat kepada djandji, maka tidak tunggu lama lagi, Rasulullah dengan sahabat-sahabatnja telah pergi mengepung kampung me­reka, sehingga mereka pergi bertahan kedalain benteng me­reka sendiri. Setelah 15 hari 15 malam lamanja didalam kepungan, merekapun tidak tahan lagi, lalu tunduk kepada hukumnja. Mereka diusir keluar kota Medinah. Maka te- ruslah kaum itu pindah kenegeri Sjam. tinggal disana sam­pai kepada turunan-turunannja.

P e r a n g U h u d .

Pada peperangan di Uhud ini, dapatlah orang Quraisj membalaskan dendam kasumatnja dan malu jang mereka pikul lantaran kekalahan di Badr dahulu.

Mereka pergi kepeperangan Uhud itu ialah dengan niat hendak membalaskan dendam dan hendak membersihkan alangan jang telah mulai menimpa bagi keamanan pernia­gaan mereka kenegeri Sjam. Maka berkumpullah 3000 ten­tera Quraisj, diiringkan oleh beberapa perempuan untuk memukulkan genderang bagi pembangkitkan keberanian hati orang jang berperang. Demi tatkala sampai perkaba- ran itu kepada Nabi, bermusjawaratlah beliau dengan sa^ habat-sahabatnja, apakah musuh itu akan ditangkis sadja dari dalam kota, atau akan ditempuh kemedan perang. Menurut pendapatan dari pada Abdullah ibn Ubai ibn Sa-

157

luU jaitu salah seorang dari kepala orang Medinah tetapi munafiq, lebih baik musuh itu ditunggu dari dalam kota Medinah sadja, karena kalau mereka tcgak diluar kota, tidak berani masuk, tentu mereka akan bcrhenti disuatu tempat jang berbahaja. Tetapi kalau mereka masuk djuga kedalam kota, boleh kita perangi dengan sehebat-hebalnja.” Rasul sendiri djuga berpendapatan demikian. Tetapi golo- ngan sahabat-sahabatnja jang terbanjak, tidak setudju de­ngan pendapat itu, melainkan mereka lebih suka ber- tempur dengan musuh diluar kota berhadap-hadapan Se- telah terdjadi pertukaran pikiran beberapa lamanja. setu- djulah Rasulullah dengan pendapat sahabat-sahabatnja jang terbanjak itu. Maka keluarlah tentera itu 1000 orang banjaknja. Tetapi baru sadja sampai disuatu tempat jang bernama Sjauth, Abdullah ibn Ubai dengan sepertiga ten­tera jang dihasutnja telah belot dan kembali pulang. Dia berkata : ,,Kemauan mereka sadja jang mesti diikuti, ke- mauan kita sekali-kali tak diikuti ! Mari kita pulang kein- bali teman-teman, guna apa kita membunuh-bunuh diri disini.” 300 Orang banjaknja jang dapat dihasutnja.

Rasulullahpun anr\]a ocngivn "100oTang salnabatnja sampai kepada suatu bukit jang bernama Uhud. Maka diatuinjalah tjara perdjuanaan itu membela- kangi bukit Uhud dan menghadap ke Medinah. 300 Ten­tera Quiaisjpun mulailah mengatur serangannja, sajap ka- nan dibawah pimpinan Chalid ibn Al-Walid dan sajap kiri dibawah pimpinan Ikramah ibn Abi Djahl, 200 tentera Quiaisj mengendeiai kuda. Tiga kali lentera Quraisj men­tjoba menjerbu kemuka, tetapi karena hebatnja tangkisan Muslimin, maka pertahanan itu tidak dapat ditembus. Ka­lau tentera itu mundur kebelakang, terdenuar oleh niere- ka suara perempuan-pej-cmpuan bersorak-sorak, sambil memukul genderang menjuruh madju kembali. merekapun madju pula dengan scmangat baru.

Setelah bertahan, kaum Muslimin mulai menjerang.Hampir sadja kaum Muslimin menang. Sajang tentera

jang disuruh mendjaga bukit dengan panah, melinat bah­wa kaum musjrikin telah niundur, timbul nafsu mereka hendak turut menjerang pula bersama barisan jang dapat menolak musuh itu, supaja kelak dapat mengambil harta rampasan jang telah ditinggalkan oleh musuh jang mundur. Melihat tempat jang terdjaga itu telah kosong, jang rupa­nja mendjadi kuntji dari pada pertahanan Muslimin, maka tentera berkuda jang dibawah pimpinan Chalid ibn Al- Walid itupun datang menjerang bertubi-tubi. sehingga tsn- tera Muslimin jang telah dirintang harta rampasan itu ti­dak sanggup mempertahankan diri lagi. Rasulullah sendiri- pun ketika itu banjak beroleh luka-luka. Pendeknja pepe­rangan Uhud ini mendatangkan kerugian bagi Muslimin, lantaran tidak teguh memegang perintah kepala perang, lantaran thamak kepada harta rampasan. Disinilah Hamzah paman Nabi beroleh sjahid.

Perang Chandak (Alr/aah).

Sampai berita kepada Rasulullah bahwa beberapa Qabi- lah bangsa Arab telah berkumpul mendjadi satu dsngan Jahudi hendak melawan beliau dan hendak menjerang kota Medinah. Maka atas buah pikiran dari pada Salman Al- Farisi, seorang jang telah banjak memperhatikan tjava-tja- ra perdjuangan ditanah Parsi, dipcrbuatlah benteng (chan­dak) keliling kota Medinah, ketika memperbuat benteng itu, Rasulullah sendiri jang mengatur dan memulai peker- djaan itu. Kaum Quraisj telah datang menjerang bersama- sama dengan qabilah-qabilah Arab jang dibawah pcnga- ruhnja, jaitu Kinanah, Ghathfaan dan lain-lain, djumlahnja tidak kurang dari 10.000 orang. _ _ _

Tatkala sampai kabar bahwa musuh jang sebanjak itu telah dckat, maka disuruhnjalah tentera Muslimin berta- han ditepi kota sebelah Timur, membelakang ke Bukit Assal’a, banjaknja 3000 orang. Quraisj berhehti dimuara tempat jang biasa dilalui bandjir dan Ghathfnan ber'nenti didekat Uhud.

159

20 Hari lamanja mereka berperang dengan tentera kaum Muslimin, tetapi tidak berani menjerbu kedalam kota Me­dinah, sehingga serangan itu tidak nampak hasilnja. Rupa­nja timbul perselisihan didalam kalangan mereka sama me­reka, musjrikin dan Jahudi, sehingga penjerangan itu gaga I. karena kehilangan persatuan; dan malamnja datang angin badai besar, hingga terbongkarlah chaimah-c'naimah tem- pat mereka bermalam, maka kutjar katjirlah tentera se- kutu jang telah petjah persatuannja itu. Jang mati dari pi­hak kaum Muslimin hanja 6 orang.

Mekkah ditaklukkan.

Qabilah-Qabilah Chuza’ah telah membuat djandji ber- sahabat dengan Rasul, dan Qabilah Bakr telah membuat perdjandjian persahabatan pula dengan Quraisj, pad;; hal qabilah Chuza’ah dan Bakr itu selama ini adalah dua ka­bilah jang sangat bermusuh-musuhan. Lantaran perdjandji­an jang mereka sangka telah kuat dengan kaum Quraisj, maka salah seorang kepala persukuan Bakr telah mennarn- bil kesempatan untuk membalaskan dendamnja kepada Chuza ah. Mereka dapat bantuan dari Quraisj. Demi sam­pai kabar penjerangan Bakr itu dan bahwa mereka dapat bantuan bathm dari Quraisj, jang disampaikan oleh wakil

-luzaah Arar ibn Salim kepada Rasul serta diirinni oula dengan sjair jang menundjukkan bagaimana kaum Quraisj memungkm djandjinja, maka timbullah niat Rasulullah buat menjerang Quraisj, apalagi didalam perdjandjian de­ngan Chuza ahpun telah diatur begitu. Rasulullah tidak da­pat mengundurkan niatnja lagi. Tempo hari telah diper- buat perdjandjian bahwa 10 tahun tidak akan terdjadi pe­rang diantara Quraisj dengan pihak Rasul, tetapi Quraisj sekarang mungkir, ditjari-tjarinja djalan perang dengan memberikan sendjata kepada Bani Bakr sahabat mereka, untuk menjerang kepada Chuza’ah sahabat Rasul didalam politik.

160

Kesalahan ini terasa benar oleh Quraisj. Maka untuk mempcrbaiki kesalahan itu. mereka kirim utusan ahli bi­tjara jang ternama dalam kalangan mereka. Abu Suljan, pergi menghadap kepada Rasul di Medinah. maksudnja untuk memperbaharui perdjandjian dan sebagai menghi- lang-hilangkan djedjak mereka jang telah salah itu. Tetapi Rasulullah telah tahu, kedatangan Abu Sufjan hendak me­minta memperbarui perdjandjian berarti bahwa mereka telah melanggar perdjandjian jang lama. Abu Suljan disu- ruh pulang kc Mekkah dengan tangan kosong, tidak bcr- faedah rupanja perdjalanan, walaupun Rasulullah menan- tunja, bahkan seketika dia mentjoba hendak duduk di- atas tikar Rasul, telah dihclakan tikar itu oleh anak kan- dungnja, Ummul Mu’minin Ummu Habibah.

Maka disuruhlah oleh Nabi sahabat-sahabatnja itu ber- siap supaja berangkat terus kenegeri Mekkah, disuruh pula menutup rahasia itu, supaja djangan sampai kepada orang Quraisj. Tentera jang akan mcmasuki Mekkah itu 10.000 orang banjaknja.

Kaum Quraisj telah 'oersiap-siap menunggu-nunggu ba- haja jang akan menimpa sedjak mereka bersalah itu. Tetapi lantaran teguhnja kaum Muslimin memegang rahasia, ti­dak terbetik berita 10.000 serdadu itu kenegeri Mekkah. Setelah kaum Muslimin sampai ke Murrur Zahraan, maka tiga orang Quraisj jang mendjadi spion telah tertangkap. Seorang diantaranja Abu Sufjan sendiri. Abu Sufjan terus memeluk agama Islam. Keislamannja telah diterima oleh Rasul dengan kehormatan besar. Rasulullah berkata jang maksudnja bahwasanja pengepungan Mekkah akan terus dilangsungkan, Quraisj tidak akan dapat menghambat ke­datangan tentera jang besar lagi. Sebab itu lebih baik Abu Sufjan kembali ke Mekkah, memaklumkan bahwa „segala orami akan dipcrangi, kctjuali orang jang masuk kerumah Abu Sufjan, atau jang menutup pintu rumahnja atau jang masuk kedalam mesdjid” . Mendengar anugerah kemuliaan demikian rupa, musuh besar jang masjhur itu, tidak dapat

161

menantang lagi. Dia pulang terus ke Mekkah, kcdatangan- nja ditunggu orang dengan dada berdebar, orang tidak ta­hu apa jang akan kedjadian, sebab kabar- rahasia dari Medinah tidak ada. Waktu itu Abu Sufjan berkata dengan suaranja jang keras : ,,Hai sekalian kaum Quraisj ! Mu­hammad telah datang kemari dengan tenteranja jang amat besar, jang tidak akan sanggup kita melavvannja lagi. Tju­ma dia berpesan, tiga golongan sadja jang beroleh keaman- an, jaitu orang jang masuk kerumah Abu Sufjan, orang jang menutup pintu ruinahnja sendiri dan orang jang ma­suk kedalam mesdjid.

Mendengar perkataan itu, orang mendjadi ribut keta- kutan, semangat Nabi telah lebih dahulu masuk ke Mekkah sebelum tubuhnja. Orang-orang itu buru- menutup pintu rumah, setengahnja berlari kerumah Abu Sufjan, jang amat bangga dengan kemuliaan itu sebab rumahnja sama mulia- nja disisi Muhammad dengan mesdjid, tempat berlindung jang ketiga. Mesdjidpun penuh dengan orang jang melin- dungkan diri.

Rasulullahpun masuklah diiringkan tenteranja, bekas2 kepala perang Quva\s'i jang dahulunja dibangga-banggakan, sebagai Chalid ibn Al-Walid, Amr ibn Al-Aash dan Iain2 sekarang telah berdiri mendjadi kepala tentera Nabi. Abu Sufjan sendiri, jang hanja tinggal seorang, telah takluk pula.

Tidak ada terdapat perlawanan, hanjalah disuatu tem­pat, perlawanan jang tidak berarti sadja. Setelah dia ma­suk ke Mekkah, dan orang banjak telah surut darahnja melihat pahlawan besar jang tenang tetapi gagah itu, se- dang mereka bertanja-tanja dalam hati, apakah geran^an lagi jang akan dikerdjakannja, maka Rasulpun pergilah thawaaf keliling Ka’bah tudjuh kali, mengutjapkan kaiimat

„Tidak ada Tuhan inclainkan Allah, tunggal, tidak ada sjarikat bagiNja, foenar djandjiNja, dia akan mcnoiong hambaNja, dan dibinasakanNja musuh2 jang bersafoi, de- jigan sendirinja.

162

Ketahuilah olclunu, bahwasanja dengan kasumat, dsrah tcriumpah, harta hilang, jnng semuanja itu mendjadi da’waa diantara kamu selama ini, pada hari jang sehari ini adalah dibawah kuasaku; Tang tidak hanjalah perkara kun­tji Ka’bah dan urusan minimi orang Hadji.”

Setelah itu dia berkata pula :„Hai sekalian orang Quraisj, Allah telah menghapuskan

dari pada kamu akan segala daki- djahifijah dan membc- sar-besarkan nenek mojang, sebab manusia itu semua da­ri Adam, dan Adam dari pada tanah.”

Setelah itu dia berkata pula : ,.Hai sekalian kaumQuraisj. pada sangkamu sekalian, akan berbuat apakahsaja kepadamu ?” _

Mereka mendjawab : „Tentu engkau berbuat baik ke­pada kami, wahai saudara kandung kami jang baik budi, anak dari saudara kami jang baik budi.”

Denman muka berscri Rasulullah bersabda : ,,Peigilah kamu sekalian, kamu sekalian kulepaskan.’ ^

Setelah itu dikembalikan kuntji Ka’bah kepada tukang kuntjinja jang telah memegang turun temurun. Lalu dia m asuk ' kedalam Ka’bah, dibuangnja segala gambar. pa- tung. berhala jang bermatjam - matjam tersimpan didalnm- nja'itu. Pada hari jang sehari itu banjak sekali orang Quraisj jang memeiuk agama Islam, hanja beberapa orang sadja jang masih belum man. tetapi kemudiannja man dju-ga. _ • • ," Dengan djatuhnja Mekkah dan takluknja Quraisj, ber- artilah bahwa keradjaan berhala telah djatuh dan ker^dja- an Islam berdiri. Dan sedjak waktu itu bcrdujun-dujun qa- bilah" Arab memeluk agama Islam.

PcraiiR Hunain.Sebabnja maka terdjadi peperangan di Hunain. ialah

karena ada lagi dua qabilah jang terbcsar jang belum me­meluk Islam dan tidak suka lekas takluk sebagai Quiaisj itu. jaitu Bani Staqif dan Bani Hawaazin. Beberapa orang

163

tehh sernW-if1}1111 kedua 'n‘ tcIah berkumpul, merekaDemi nn i i menjerang Mekkah.

ka dikumiut nnSNrWknm ;nitkepada RasuIullah • TsehiniTon • J, 12.000 tentera menudju negeri itu,bunii^mennn^ i lembah Hunain- Mereka telah bersem-sampai diIemhUh gan tentera Rasu! »tu, sehingga se-

terselM mereka datang m enjeraS de-Muslimin b e lu m ^ t Jilng <:c[j;'-a l;l,a' pada [ml kaumbegitu bes'ir V JukuP persiapan. Melihat serangan jang janrm asih hnn m *1USlimin lari tjcrai-berai, terutama kan” peperanfnn ,™a Islam dan belum biasa menjaksi- beraoa ratus Mi h Jang teguh bertahan hanjalah be- S b e ? d i u n l f J T dan Anshaar ian8 telah lama dan berkis-ir diri tr , . at Rasulullah. Beliau sendiri tidak bat-sahabntnin ^ Ja‘- lihat kete§ullan Rasul dan saha- dJtandSh S i f f Pilihan. serta “Mil baitnja itu. maka timbul kemhni- tentera jang beribu-ribu jang lari itu. kemuka musii/ S,emanSat mereka. Mereka menjerbu pula beberaoa s m t ' ^P8an gagah beraninja, sehingga didalam um MuslinVn Jl ’ . mbaWah kemenangan kepada ka- sukuan StTnlf r kekalaha" kepihak musuh. Dari p-; rsu- terbunuh Rut 3 t-'dak kuranS dari 70 orans jang matiharta ramm " "T '" baniaknja kau™ Muslimin beroleh narta rampasan pada hari itu.

Islam mulai tersiar keluar fanali Aral).

Ra^Sahpun1 n i iS T /lgan -lslam ditanah Arab niakada radia-mHi-i mengirim utusan-utusannja kepa-A n b Diri * ne£er'.'neSeri jang terbesar diluar tanahkan h'lhw'i ^ mdta s'asat negeri, bolehlah diumpama-u/ i ci Ct i ^an-utusan itu sebagai memaklumkan bah- wa suatu keradjaan Arab jang baru telah berdiri. Kepada )d ja-ra ja Habsji, Parsi, Rum dan Mesir, masing-masing ada surat-surat seruan kepada Islam. Ada radja-radja itu jang menerima dengan baik sebagai Habsji, dan ada jang

164

memberi hadiah tanda-tanda persahabatan radja-radja. se- bagai Muqauqis radja Mesir. Ada jang hendak menjelidiki dahulu sebagai radja Rum, dan ada pula jang mennliiua kepada utusan dan merobek-robek surat Nabi, jaitu radja Parsi. Sehingga keradjaan Parsi harus membajar dengan kerugian jang besar sekali, kemudiannja keradjaannja ro- bek-robek pula, sebagai robeknja surat itu.

P e r a n g T a b u k .

Peperangan Tabuk itu didalam Al-Quran disebut peDC- rangan dimusim susah, (jaumil ’usrah), lantaran ketika itu, hari sedang kemarau dan pertahunan tidak mendjadi. Se­babnja ialah karena telah terdengar kabar bahwa tentera Rum telah berkumpul di Sjam dibawah pimpinan radja Rum Hiraqlu hendak pergi menjerang Negara Islam. R a­sul lalu mengatur suatu tentera besar jang tidak kurang dari pada 30.000 orang, dari Mekkah, Medinah dan per- sukuan-persukuan Arab. Karena peperangan ini selain da­ri perkara agama, rupanja telah bersipat ,,bangsa dengan bangsa” . Bukan main sukarnja didalam perdjalanan pada waktu itu, sehingga pernah satu ekor unta dibunuh dan air didalam lembungnja jang diambil mendjadi air minum. Sesampai tentera besar itu di Tabuk, datanglah kepala ka­um A rab negeri Tabuk itu, namanja Jahana ibn R u’bah. Dia buat perdamaian dengan Rasul dan mengaku t;kan membajar djaziah tiap tahun. Kemudian itu datang pula kepala kaum dinegeri Djar’ba, dan negeri Azrah membuat perdamaian dan mengaku takluk dengan membajar djaziah pula. Sesampai di Tabuk itu diutusnja pahlawannja jang gagah berani Chalid ibn Al-Walid menemui Akidar (Radja ketjil) dinegeri Daumat. Radja itu ditawan dan dibawa menghadap Rasul. Dia mengaku takluk pula sambil niem- bajar djazjah tiap tahun, setelah itu dia disuruh pulang ke- negerinja. Rupanja pertentangan dengan Rum belum dja­di besar-besaran waktu itu, karena tentera Rum tidak ber-

165

teniu. Beberapa hari sadja disana, setelah menaklukkan beberapa negeri, kembalilah tentera itu kenegeri Medinah.

rtulah beberapa peperangan jang besar dan pentinu pen- ting jang dihadiri oleh Rasul, walaupun banjak lagfn~pe- rangan lain jang ketjil-ketjil dan peperangan jang beliau tiada turut hadir. ' "

R a s u l w a f a t .

Pada bulan Shafar tahun 1 1 hidjrat Rasul, niuiailah P.a- sul merasai demam. Maka dimintalah keizinan kepada is- teri-isteiinja supaja selama sakit itu dia dibiarkan dirumah isterinja jang muda Aisjah. Merekapun tidak keberatan.

Pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal tahun I 1 hidj­rat, (632 miladijah), vvafatlah beliau dan tersiarlah kabar wafatnja itu kepada seluruh sahabat-sahabatnja. sehingea mereka mendjadi bingung tidak tentu apa jang akan diker- djakan hampir semuanja kehilangan akal, bahkan Umai ibu Al-Chathtab sendiri. Maka datanglah Abu Bakr, sedan" matanja telah mengembang air, ditjiumnja kening djenazah jang mulia itu, lalu dia berkata : "

,.Atas nama a^ahku dtm Vouku ja Muhammad ! Aku ber- saksi dihadapan Tuhan, bahwa sesungguhnja engkau senan- tiasa muha, baik waktu hidupmu, ataupun setelah enokau menutup mata Setelah itu dia naik keatas mimbar dimes- djid mengeluarkan pembitjaraan-pembitjaraan jang sedih tetapi penting dan dalam, jang telah dapat meredakan <’e- lora hati jang sedang bingung itu, katanja : *

,,IIai manusia, barangsiapa diantara kamu jang n ioijem - bah Muhammad maka Muhammad telah mati, tetapi siapa jang menjembah Allah, maka Tuhan Allah senantiasa bi- dup dan tidak akan inati-mati. M uhammad itu hanjalah seorang diantara Rasul-Rasul, jang telah lalu pula sebehim - nja Rasul jang lain. Djika sekiranja dia m eninggal, apnkah kamu akan Hie;niitar tmnitmii * Siapa jang m em utar tismit- nja (berpaling), maka sekali-kali tidak akan m em bahajakan

166

bagi Allah segala perbuatannja ifu, dan Allah akan mem- hcB i gandjaran bagi siapa jang sudi bcrsjukur”.

Mendengar itu kembalilah mereka tenteram, terutama Umar. Teranglah bahwa Nabi Muhammad telah mening- gal, tetapi adjarannja tidak akan mati dan Tuhan tetap hidup.

167

PA N D A N G A N Al-ILl-AlJLl SE D JA R A H T E N T A N G K EH ID U PA N NABI M U H A M M A D S.A.W.

S e d i 11 o t .

„Duri ketjilnjci, sampai dia dewasa. adalah M uhammad itu seorang manusia jang paling besar kesopanannja, pe- ma’af, pandai mendjawab pertanjaan orang, perkataannja lantjar dan dapat dipegang, djauh dari pada kedji dan ter- masjhur didalam kaumnja dengan nama Al-Amin, artinja ,,jang dipertjaja.”

Meskipun dia seorang ummi, namun akalnja sangat tjer- das, pendapatnja sangat djitu, mukanja selalu manis. ba­njak diam dari pada berkata, mudah bergaul. Didalam mempertahankan kebenaran sama baginja diantara orang jang djauh dengan orang jang dekat. Sajang kepada orang miskin, tidak mclalaikan orang fakir, tidak gentar kepada orang jang berkuasa lantaran kekuasaannja. Dia dapat mengumpulkan dan mempersatukan sahabat-sahabatnja. sabai berhadapan dengan mereka itu. Kalau ada sahabat­nja tak datang, dia sendiri mentjarinja. Dia duduk diiikar beisama-sama dengan mereka, terompahnja didjahitnja sen- dui badjunja dia sendiri menambal, susu kambingnja dia sendiri memerahnja.” "

Henri Du Castries.

kus«?-eh SebabJ tU tidak,ah dapat kita ingkari bagaimana j»-iimnnVmdi? Mohammad sedjak masa mudanja dan ba- seHiVit a 1C hatinja. Dan iman itu tidaklah gojah memnfm -a Pada kehidupar.nja kedua. Kemenangan-ke- te'Ti l" ° £ i! - d‘dapatnja, semuanja telah menambah ke-

•fa.r t n .^ja^ir>an. Iktikad jang telah melandjut ting­’ 1 ac. ada tjatjat tjelanja sedikit djuapun. Bebera­

pa tudunan, jang mengatakan bahwa haluan hidupnja di- banagian jang kedua itu telah berobah lantaran mendapat

168

kemenangan dan kemegahan dunia. sekali-kali tidaklah bcr- alasan. Meskipun demikian kebesaran jang telah didapat- nja. sekali-kali dia tidak terpedaja oleh perhiasan dimia, tidak pula menjebabkan dia bachil, djauh sekali dari pada tamak. Dia dapat mentjari pangkat jang setinggi-tingginja diseluruh negeri Arab, kalau dia man, tetapi sekali-kali ti­dak ada maksudnja hendak mentjari itu. sehingga tidak ada mempunjai pengawal dan pengiring, tidak dia berwazir dan bcrorang djaga. Dipandangnja rendah sadja harta ben­da dan kebesaran. Sudah sampai sekian tinggi kekuasaan- nja, namun tidak ada alamat kebesaran itu selain dari pa­da scbentuk tjintjin jang bertuliskan Muhammad Ra­sul Allah.”

Muhammad melawan agama berhala dengan kekuatan jang teguh sepandjang hidupnja, dengan tidak undur sedi- kitpun. Tuhan hanja satu, bukan dia undur, sebagai- niana undurnja Radja Rumawi ..Emperor Constanlyn” . Imannja selalu teguh, tidak berkisar selangkahpun, tidak surut setapakpun, kesudahannja sebagaimana permuhan- nja djuga. Kalau sekiranja ditengah perdjalanannja dia ra- cu atas kebenaran kerasulannja, sebagaimana disangka oleh kebanjakan orang, maka keteguhan hatinja didalam meng- hadapi tiap-tiap kesulitan dan bahaja itu, sudah tjukup mendjadi bukti bahwa dia memang seorang Rasul.

Orang jang ingkar atas kebenaran Muhammad itu sen­diri, tidak dapat mengingkari bahwa sampai njawanja ber- tjerai dengan badannja, namun Muhammad tetap seorang jang teguh pada pendiriannja. Dia menutup niata setelah tjukup dilakukannja kewadjibannja. Batjalah tarieh-tarich bangsa Arab sendiri, tidak satupun jang berselisih, satu udjudnja, satu isinja, mengatakan bahwa sampai mati, Muhammad itu tetap seorang Rasul besar. Kebenaran ke­terangan ahli-ahli tarich itu tidak dapat ditolak lagi, kalau sekiranja kita didalam menjelidiki tarich, masih t^ ip ber- dasar kepada ilmu pengctahuan.”

Sedjarah Umat Islam 12 169

Djardji Zaidan (ahli sedjarah Kristen).

„Setengah penulis jang bukan Islam, menuduh bahwasa­nja Muhammad menjiarkan agama dan kejakinannja ini lantaran mengharap kebesaran dan kemegahan dunia.

Kita tidak dapat menerima perkataan itu, karena tidak ada buktinja menurut dasar ilmu pengetahuan. Apalagi tarich perdjalanan hidup Muhammad tjukup djelas me­nundjukkan bahwasanja dia bekerdja dengan ichlas dan tulus. Tidak berani dia menjuruh orang banjak kedalam Islam, melainkan setelah dia sendiri jakin benar lebih dahulu akan kerasulan dirinja, bahwa memang dialah jang diutus Allah untuk menjampaikan seruan besar itu.

Kalau sekiranja tidak ada kejakinan jang demikian. ten- lulah tidak akan kuat dia menderita azab siksa dan alangan rintangan jang tiada berkeputusan dari pada kaumnja. Se­belum dia diutus mendjadi Rasul, tetap dia seorang jang terhormat dan dibesarkan oleh kaumnja, karena budinja jang tinggi, turunannja dan kekajaannja sedjak beristen Chadidjah. Setelah dia menjatakan peladjarannja itu ba- rulah ahli Mekkah mengantjam dan menjakitinja, sehingga Bani Hasjim sendiripun dibentji orang, sebab Bani Hasjim adalah kaumnja. Mereka perbuat permufakatan m em b ek o t kaum itu, tidak mau mengikat perdjandjian dengan mere­ka atau berhubungan pernikahan. Dituliskan perdjandjian itu diatas kertas dan digantungkan di Ka’bah mendjadi ala- mat bahwa djandji itu sudah dimateraikan dengan kata su- tji. Sehingga lantaran itu Bani Hasjim terpaksa menjisih- kan dirinja keatas bukit tiga tahun lamanja. Mereka tidak berani turun ke Mekkah, kalau bukan tjara sembunji.Jang berani keluar dari ikatan perdjandjian itu hanjalah Abi Lahb, karena meskipun dia Bani Hasjim djuga, diapun turut memusuhi peladjaran Muhammad itu. .

Dia teguh dan tahan menderita siksaan dari kaumnja, karena disampingnja ada pamannja jang mendjadi kesega-

170

nan orang banjak, jaitu Abi Thalib. Tetapi setelah tv,- inan n ja itu mati. tidak djuga undur hatinja. malahan ber tambah teguh agi dari dahulu, pada hal ora no banjak sudah lebih beiiantas angan membuat g an sgu an atas diri nja Apalagi setelah mati pula isterinja Chadidjah dan harta benda tempat bersandar tak ada laei. Kedua orane jang pent,ng itu wafat 3 tahun sebelum Nabi Pi n d a h \ f Medinah Sedjak oiang berdua itu mati. orans sudah ber- tambah berlantas angan, tidak mengagak-aeak laei, ter­utama Abi Lahb, Alhakm ibn Al-Ash, Uqbah ibn Abi M u ’ith dan lain-lain. dan semua adalah tetans^a dan ka umnja djua. Pernah dia dilontar denean b atu ^ 'p ern -h di" sungkup dengan kotoran unta sedang dia sembahjang' per­nah makanannja diberi nadjis.

Karena tidak sanggup lagi menderita siksaan demikian rupa. lanlah Muhammad kenegeri Thaif, mengharap disa­na moga-moga akan bertemu orang jang sudi menolong dan membantunja serta pertjaja dengan "seruannja. Maka tidaklah ada jang ditemuinja hanjalah pcnolakan dan pen^- hinaan orang banjak djua, sebab itu diapun kembalilah pu- lang dengan tangan hampa. Sungguhpun begitu, selanekah- pun tidak djuga dia undur dari pada seruannja. Ahli Thaif tidak tjukup hanja sekedai menghinakannja, bahkan mere­ka suruh orang perisau dan budak-budak hina melempari- nja dan memaki-makinja, sehingga dia diperdesak-desakkan, hampir sadja kedjadian itu membahajakan bagi djiwanja.' Achirnja dia dapat meloioskan diri, dia bermohon kepada Allah, dan dia pulang kembali ke Mekkah. Sampai disana, kebentjian kaumnja lebih berlipat ganda djuga dari dahu­lu. "

Tjobalah perhatikan halnja setelah "Jia kembali dari Thaif itu. Semua orang, karib dan ba’id, djauh dan dekat telah bentji kepadanja. Dan kalau sekiranja sudi dia ber- andjak dari pada pendiriannja, akan berobahlah keadaan sebentar itu djuga, dia akan dihormati kembali, akan di-

171

dudukkan didalam pergaulan mereka sebagai kedudukan- nja jang dahulu, dimuliakan dan dibesarkan. Tetapi dia tidak berandjak dari seruannja, tidak surut selangkah, se­bab bukan megah dunia jang ditjarinja.

Kalau bukanlah dia mempunjai kcpertjajaan jang teguh dan jakin akan kebenaran da’wah jang dibawanja itu; kalau bukanlah dia pertjaja sungguh dan jakin bahwasanja se- sungguhnja dia utusan Allah subhanahu wa ta’ala, tidaklah

i akan lama dia dapat tahan menerima siksaan dan penderi- taan jang hebat itu dari kiri kanannja.”

Demikianlah keterangan Djardji Zaidan didalam b'.iku- nja Tarich Kemadjuan Islam. Djardji Zaidan adalah penga- rang Arab jang masjhur dizaman jang belum lama berse- lang, ahli tarich, penjelidik dan ahli ilmu, tetapi tetap me­meluk agama Kcristen, karena dia berasal dari Arab Ke- risten negeri Sjam.

Thomas Carlyle.

„Saja amat suka kepada Muhammad, karena dia teguh pada pendirian, dia jang mendidik dirinja sendiri, tidak mau menjatakan barang jang tidak ada pada dirinja, dan sekali-kali tidak bertemu bekas ketakburan dan kesom- bongan padanja; meskipun dia bukan pula hina. Dia sen­diri jang menambal badjunja jang robek, dia sendiri men- djahit terompahnja. Dalam ketawadu’an itu, berani dia menjatakan kata jang benar kepada Kisra Parsi dan Kaisar Rum. Dinjatakannja kepada mereka apa jang wadjib me­reka lakukan terhadap rakjat. Dia tahu hakikat se- suatu, bukan tahu kulit sadja dari nidup didunia. Dia me- lihat dan dia memperhatikan akan sekalian kamalat dan kesempurnaan Allah, dan dia insaf akan kelemahan ma­nusia.”

1 72

Henri Masse ,,L’Islam”.

,,Kalau sekiranja kita selidiki dan kita kupas kehidupan Rasul itu dengan setjara idjmal, kita lihat bahwa dia mem­punjai perasaan jang halus, senantiasa berfikir, mempunjai nafsiah jang pada batinnja penuh dengan kesedihan. ^.da- pun hasii pendapatanrja itu ialah bahwa dia pertjaja. Tu- han hanja satu, dan setelah kehidupan jang sekarang akan ada lagi kehidupan jang lain jang lebih kekal. Dia penja- jang dan tulus, dia teguh memegang kepertjajaan dan keja- kinan. Lain dari itu dia adalah seorang ahli hukum. di- samping ahli siasat. dan ahli peperangan. Dia bukan se­orang kepala pemberontak, tetapi kepala suatu perobaban dan perdamaian.”

Lawra Vcccia Vaglicric „Apologi del’ Islamisme”.

„Adalah Muhammad kepala dari satu keradjaan, sa- neat memperhatikan kehidupan bangsa jang dipimpmnja serta kemerdekaannja. Dihukumnja orang jang berani ber­buat kesalahan menurut keadaan pada zamannia, serta me­nurut bentuk masjarakat kaumnja jang masih setengah liar. Nabi menjeru kepada satu agama jang mengakui Tu- ban hanja satu. Didalam menjeru itu dia seorang j an si le- niah lembut dan santun, hatta kepada musuhnja sekalipun. Dirinja memiliki dua matjam sipat jang semulia-mulianja jaitu ’adi! dan penjajang.”

Dr. Sjibli Sjaini! Keristen-Arab.

„Mcskipun bagairnana duduknja perkara, namun saja mcsti mendjadi pembela Quran, saja mesti kagum dengan orang jang dituruni kitab ini, meskipun saja sendiri diliiai dari golongan agamanja. Kebenaran adalah kcpunjaan bei- sama, dan hikmat adalah kepunjaan seluruh orang muk- niin, harus mereka djemput walaupun dimanat erletaknja.

173

dan membelanja adalah mendjadi kewadjiban atas tiap-tiap orang jang insjaf. ’

Bagaimana saja tidakkan kagum dengan orang jan?: ein- punja kitab itu (Muhammad), padahal manusia sudah sam­pai begitu kagum dengan seorang jang hanja sebagai Na­poleon sadja, sehingga mereka katakan bahwa orang seba­gai Napoleon itu sudah diluar daripada adat kebiasaan du- nia. Sehingga kalau sekiranja kurang hati-hati. ada jang mau mendakwakan bahwa Napoleon itu Tuhan. Dengan bukti kedjadian itunjatalah bahwa tabiat manusia itu su­ka sekali membesarkan penumpah darah. Padahal apalah harganja seorang Napoleon dihadapan seorang Muhammad Napoleon boleh kita katakan tcrletak dibumi^dan Muham­mad dibintang Suraja. Bolehkah dibandingkan seorang muslih (pengobah) jang sedjati dengan seorang penumpah darah ? Bagaimana orang akan berani membandingkan se­orang Nabi jang begitu mulia, dengan seorang sebagai Na­poleon jang mengurbankan segala tudjuan pergauian hi­dup untuk keuntungan dirinja sendiri. Hasil Repolusi Pe- rantjis jang mulia diruntuhkannja, dan diatas itu dia men- dirikan satu kemuliaan buat dirinja seorans.’'

Bartholomeo Saint Heller.

„Adalah Muhammad seorang jang sangat bidjak. se- 0 1 ang jang sangat teguh beragama, seorang ianc sangat pe- njajang dan santun.” ' " °

Gaudcfroy - Demombynes.

„Kepintaran Muhammad menjabarkan hatinja dan si- kapnja jang lemah lembut itu, serta pengaruh kenabian- nja jang besar. semuanja tjukup untuk mentjapai segala maksudnja.”

174

Hanna Dapenhrit.

..Bertambah diselidiki dengan sungguh-sungguh teiuta- ma didalam riwajat-riwajat jang bisa dipegang. didalam hal sipat-sipai Muhammad itu, maka bertambahlah r>jata kerendahan budi orang-orang jang mendjadi pentjela Mu­hammad itu, seumpama Merxy dan Beridout, dan dari pe­ngarang terkemudian ialah Federik Shelgil, jang melapanc- kan djalan mentjela kepada Nabi. (Didalam buku Ttiqad Islam, karangan seorang ahli penjelidik Barat jang mr-suk Islam, bernama Abdullah Willem Couliam”).

V o J f a i r e .

„Bilamana kita lihat pembawa-pembawa sjariat jang datang kedunia, kita dapati bahwasanja Muhammad me- ngernbangkan agamanja dengan djalannja sendiri, jaitu dengan penaklukan. Memang, meskipun hampir segenap agama itu didjalankan dengan api dan besi, namun tidal; seorang djuga jang merangkap dengan sikap gagah berani, sebagai Muhammad. Ttulah kelebihan jang ada pada aga- raa Islam, sehingga ketuhanan dapat dipertahankan seorang diri oleh orang sebagai Nabi ini.”

■Edouard M ontet.

„Dikenal Muhammad itu sebagai seorang jang tulus niatnja, lemah lembut dan insaf mendjatuhkan hukum, mu- clah menjatakan fikiran dan menjelidiki.”

S e d i 1 1 o t .

„A dapun budi pekerti Muhammad itu, mentjapai ke- sempurnaan. Dia pema’af akan musuhnja jang sebesar- besarnjapun, jakni sesudah menaklukkan negeri M ekkah. Dia zuhud, tidak akan berselisih orang mengatakan bahwa

175

dia tahan menanggung kekurangan pada dirinja sendiri di­dalam harta benda dan kekajaan. Dilihat dan disaksikan- nja radja-radja lain dengan kebesarannja, dan dia sendiri- puh diachir hidupnja sanggup kalau mau begitu. tetapi se­muanja tidak sebuahpun jang dapat mempengaruhinja. Perkataannja didengar, perintahnja diturut, tetapi didalam melakukan semuanja itu mukanja tetap manis, baik terha- 1dap orang tinggi atau orang rendah. terutama dalam ber- ;soal djawab."’ !

B. .Smith „Kehidupan Muhammad”.

..Muhammad adalah pendiri suatu unimat besar, >-.;iatu keradjaan besar dan satu agama besar. Itulah satu kedja- dian jang belum pernah terdapat sebelum Muhammad, dan tidak pula akan terdjadi lagi sesudahnja, padahal dia se­orang jang ummi, tak pandai membatja dan nienulis. Dia datang membawa satu kitab jang penuh dcnuan lindane- undang sjariat, ibadat dan achbar bangsa-bangsa." ~

Goustavc Le Bon.

,,Kalau kita akan menaksir kebesaran scseorann kmta- lan mclihat bukti pekerdjaannja. maka mungkinlah kita berkata bahwasanja Muhammad itu memang scbesar-besar manusia jang telah bertemu didalam tarich.”

176

Pasal IV

FALSAFAT SERUAN NABI MUHAMMAD S.A.W.

Seruaniija tentang itiqad (Tauhid).

Dia menjeru segenap bangsa manusia supaja mengesa- knn Tuhan. mentauhidkan Allah, pada zatNja dan sipatNja clan pcrbuatannja. sutji daripada segala perserupaan dan umpama. Dialah Rabbul Alamin, mcndjaga akan segonap alam. Segala sesuatu didalam udjud ini tunduk kepada kuasaNja. Dia sendiri jang membuat, Dia jang membikin. Dia jang mengatur menurut kesukaanNja. Segala jang ada didalam alam, dari Dia datangnja dan kepadaNja keniba- li. DiketahuiNja segenap sesuatu, besar dan ketjil. Dia jang mentakdirkan segala-galanja. Dia amat dekat dan Dia mengabulkan permohonan hambaNja.

„Dialah Tuhan Jang Esa, tempat beriindung, tidak be- ranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada bagiNja kur'u (persamaan) sesuatupun. (I) Segala kepudjian adala.n un- tukNja. Dia Pengasih dan Penjajang, dan Dialah jang me- nguasai akan hari pembalasan. (2) BagiNjalah apa jang ada dilangit dan dibumi. (3) Dialah Allah, tidak ada Tu- han selain Dia, Dialah jang hidup dan teguh, tidak me- ngambil akan dia kelupaan dan tidur, bagiNja apa jang ada dilangit dan dibumi. (4) Amat sutjilah Dia jang di- tanganNja segenap kekuasaan, dan berkuasa atas tiap-tiap sesuatu. (5) Dialah jang tidak ada Tuhan selain Dia, me- ngetahui akan segenap jang gaib dan jang njata, Dia pe­ngasih dan penjajang. (6) PadaNjalah terpegang anak kun- tji segala jang gaib, tidak mengctahui akan hal itu meiain- kan Dia, dan diketalniiNja pula segenap jang didarat dan dilaut, bahkan apapun jang djatuh dari pada daun kaju, semuanja dikctahuiNja ; demikian djuga sebutir bidji di­dalam gelap bumi. Tidak-ada jang basah dan tidak ada jang kering, melainkan semuanja sudah tertuiis didalam

177

kitab jang njata. (7) Dia kuat, Dia kuasa. (8) Kalau ber- tanja hambaku kepadamu ja Muhammad katakanlah bah­wa Aku dekat kepadanja, Aku perkenankan seruan orang jang menjeru, sebab itu mohonlah kepadaku, dan pertja- jalah akan daku. (9)

Peladjaran inilah jang dibawa oleh M uhammad kete- ngah-tengah kaumnja, dengan inilah ditumbangkannja se­gala urat akar kemusjrikan dan perscmbahan kepada ber­hala. Dengan inilah dibersihkannja akal budi manusia da­ri pada waham dan chajal jang tidak menentu, jang selama ini mendjadi duri jang selalu menghambat langkah manu­sia mentjerdaskan akal. Dengan inilah direbahkannja ben- dera tukang tenung dan ramal, pendeta dan kepala aga­ma jang mempunjai kuasa tidak berbatas atas pergaulan hidup manusia; jang mengaku diri mereka m endjadi'„w u- satha” , mendjadi orang perantaraan diantara Chalik” de­ngan machlukNja. Sehingga tidak ada jang berani mema- djukan suatu pekerdjaan, atau memulai suatu tjita-tjita se­belum mendapat izin dari pada kepala agama, jane sekian ratus tahun lamanja mengambil keuntungan untuk dirinja sendiri dengan nama agama dan segala jang sutji. Mereka katanja pemimpin agama, pembawa manusia kepada T u ­han, tetapi merekalah jang mendinding manusia akan ber- djalan mentjari Tuhannja. Besar pengaruh mereka a t a s di­ri, djiwa dan harta benda sesamanja manusia. Maka de­ngan sebab peladjaran Nabi Muhammad ini, terhind:iriah dinding itu, terbukalah tjahaja bagi masing- otak buat mengabdi sendiri kepada Tuhan Rabbal ’Alamin.

Jang kedua ialah kepertjajaan tentang adanja beberapa orang manusia jang terpilih mendjadi utusan Allah kepa­da sesamanja manusia, untuk memberi petundjuk dan pe­ngadjaran kepada manusia itu, memberi budjukan dan an- tjaman; budjukan karena berbuat baik dan antjaman ka­rena berbuat djahat. Setengah dari pada manusia jang mendjadi Rasul itu ialah Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, M uham ­mad dan jang lain-lain. Dasar pengadjaran mereka hanja

178

satu, dan Nabi jang datang kemudian adalah sebagai pe- njambung dari pada pekerdjaan jang telah dimulai oleh Nabi jang telah terdahulu. Bahwasanja Nabi itu, — seba­gai di katakan tadi — ialah manusia sebagai manusia iang Tain djuga, mereka adalah hamba Allah dan pesuruhNja. Mereka diutus untuk membimbing manusia dan menun­djukkan djalannja, sehingga djika datang kelak tanja Tu­han kepada manusia itu, tidak dapat lagi mentjari dalih pelepaskan diri.

Tang kefiga, Muhammad memberi tahukan bahwasanja dibalik kehidupan kita jang sekarang ada lagi suatu ke­hidupan, hidup jang kedua itulah hidup jang kekal, ber­nama hari kiamat, atau hari hisab (berhitung), atau hari hutang dibajar dan piutang diterima. Semua kita akan ma­ti, dan setelah mati akan dibangkitkan kembali. Disanalah akan diterima gandjaran atas segala amalan, jang baik dibalas baik dan jang djahat dibalasi siksa. Tidak ada amalan itu jang akan tersembunji, melainkan semuanja ter- buka njata. Barang siapa jang menerima kitabnja pada masa itu dari kanan, bahagialah baginja dan barang siapa menerima dari kiri atau dari belakang, tjelakalah dirinja. Segala amalan baik. walau sebesar zarrah diperlihatkan. be­gitu djuga amalan djahat walau sebesar zarrah, akan diper- fihatkan pula.

Dibalik alam jang nampak ini ada lagi alam gaib, ma­nusia wadjib pertjaja akan alam gaib itu, itulah dia alam arwah. Disana ada orang gaib jang berdasar sutji. mengi- kut perintah Allah dan mendjadi tentaranja bernama Ma- laikat. Dan ada pula orang gaib jang mcnipu daja ma­nusia kepada kedjahatan, bernama Sjaithan. dan ada pu­la orang gaib jang sama mendapat seruan kepada agama dengan manusia, itulah Djin.

I b a d a t .Adapun ibadat jang mendjadi sendi atau rukun ialah

lima perkara : Pertama sjahadat; naik saksi tiada Tuhan

179

melainkan Allah dan Muhammad pesuruh Allah. Kedua sembahjang. Maksud sembahjang ialah sebagai bukti tan­da ichlas mengabdi kepada Tuhan. Dengan sembahjang itulah Allah tundjukkan bagairnana tjaranja kita meniata- kan perasaan membesarkan dan memuliakan serta inenga- gungkan namaNja; „Dirikan olehmu akan sembahjan". se- sungguhnja sembahjang itu mentjegahmu dari pada peker- djaan jang kedji dan mungkar dan ingat akan Allah itu adalah Maha Besar.” (10) .

Sebelum masuk kepada sembahjang, selain dari nada hati jang dibersihkan dari pada sjirik (mempersjarikatkan Tuhan) dan nifaq (lain dimulut lain dihati), hendaklah di­bersihkan badan dari pada hadas besar dan hadas kstjil? diperintahkan mengambul uduk dengan membasuh muka dan dua tangan, menjapu kepala dan membasuh kaki. Di- waktu mabuk tak boleh sembahjang, supaja tulus hat; ke Tuhan, diwaktu didalam perdjalanan boleh mendjamak dan boleh mengqashar, asal perhubungan djangan putus dengan Tuhan. Dan sembahjang hendaklah menghadap ke­pada kiblat, jaitu Ka’bah, masdjidil haram. "

Ketiga puasa bulan Ramadan. Menghentikan makan dan minum serta bersetubuh dengan isteri sebelum fad jar menjingsing sampai matahari terbenam. Gunanja ialah un- tnk mendidik diri mejakinkan kelemahan dihadapan kua­sa luhan, untuk meninggikan dan membuktikan ketinggian deradjat manusia, jang hidupnja bukanlah diperintah sjah- wat, tetapi sanggup bertanggang lantaran perintah ibadat. Kalau sakit atau didalam perdjalanan, boleh diganti di­nar] Jain. Tua uzm jang berzaman boleh mcmbajai fi- diah. Malam hari boleh bergaul sebagai biasa dengan is­teri.

Keempat zakat, jaitu mengeluarkan sebahagian dari pa­da haita benda untuk fakir dan miskin, bilamana tjukup tahun dan tjukup nishab, baik binatang ternak atau tanam- tanaman. Dibagikan kepada delapan djenis, jaitu fakir miskin, pengurus zakat dan orang muallaf, budak jang akan

ISO

Kelinia hadji dan uni rah, jaitu ziarah ke Mesdiidil fn- am, sekurangnja sekali selama hidup, bagi siapa iin-rh m i a!ii a k MkJa krSanggUpan buat datane kesana. Su£aja dapat disaksikan d.neger. itu beberapa manfaat jang akan

dapat menanibah keteguhan iman, dan supaja ditempat-jang tertentu itu menjebut dan membesarkan nama Allahi i i i Pj-n negeri Mekah Pusat Pekerdjaan Hadji itu, hen-

clak ah dipandang sebagai tanah haram, tanah ulajat jang ticiak boleh diganggu, disana hendaklah aman sentosa,' di- hentikan disana peperangan, dilarang memburu binatang buruannja. Pendeknja didjaga kesutjiannja.

Tnilah jang bernama Rukun Islam jang lima.

S o p a n s a 11 f u n .

Dia sendiri mengakui terus terang, bahwa kedatangan- nja ini jang terpenting ialah hendak memperbaiki budi pe- kerti bangsa manusia.

Diharamkannja tadjassus, jaitu mengorek-ngorek kebu- rukan orang lain dengan djalan mengintipnja. Dilarangnja membitjarakan aib tjelaan orang dibalik belakangnja. di­larang hasad dan dengki. bentji dan belakang-belakangan. djusta dan memberi gelar buruk, munafik dan memungkir djandji, chianat dan takbur.

Diperintahkannja tawaduk merendah diri, penjajang dan penjantun, berbuat baik dan pemaaf, menahan niarah dan menahan membalas dendam, berbuat baik kepada sesama manusia dan main, mehjimpan rahasia dan mensjukuri djasa orang, menziarahi orang sakit dan mentakziahi ke- matian, mengutjapkan salam bila bertemu, meminta izin akan m asuk rumah, membajarkan amanat kepada ahli nja, pelan2 bersuara dan sabar atas tjobaan, menghabiskan per­musuhan dan tidak membangkit2.

„Djangan mengikuti sjak wasangka jang tidak beralasan

" b n is S b if" ° ra"S berl'ul0""- Allah (sabilillah) Ja„

181

(zhan), dan djangan mentjela suatu kaum akan kaum jang lain, karena boleh djadi jang ditjelanja itu keadaannja le- bih baik dari pada jang inentjela ; demikian djuga perem­puan terhadap perempuan, djangan mentjela suatu golong- annja kepada jang lain, boleh djadi perempuan jang di- tjela itu lebih baik dari pada jang mentjela.” (11)

Setelah itu amat ditjela pekerti nifak, jaitu lain jang dimulut dengan jang dihati, pepat diluar pantjung didaiam. „Tanda munafik ialah tiga perkara; bila berkata terfjam- pur dusta, bila berdjandji mungkir dan bila dipertjajai, chianat ia dari pada kepertjajaan itu” (12) — ,,Bila me­reka berdiri sembahjang, berdiri dengan malas, dan bila beramal hanjalah menuntut penghargaan manusia (ria) dan tidak ingat akan Allah, hanjalah sedikit sekali.” (13) „Dan bahwasanja jang sedjahat-djahat manusia ialah zul wadjhaini, artinja jang mempunjai dua muka, kemari lain bitjaranja, kesanapun lain pula.” (14)

„Djangan berdjalan diatas bumi Allah dengan tjongkak, karena gagahmu tidaklah sekali-kali sanggup mentjarik

tinggimu tidaklah akan sampai menjavupai bi'-

„Adapun hamba Allah jang sedjati, jang bernama Iba- aur-Rahman, ialah jang berdjalan diatas bumi Allah de­ngan sikap ramah-tamah, dan bila berkata-kata dengan orang djahil, perkataannja penuh damai.” (16) „Tidak ma­suk sjurga orang jang masih ada didalam hatinja, waiau- pun sebesar bidji sawi dari pada ketakburan, dan tidaklah akan masuk neraka orang jang masih ada didalam hatinja walaupun sebesar bidji sawi dari pada iman.” (17)

Dengan perantaraan Abu Hurairah beliau bersabda : ..Sedekah tidaklah mengurangi harta, maaf bukanlah meng- hinakan tetapi menambah mulia, dan orang jang tawaduk kepada Allah, akan bertambah tinggi martabatnja.” C18)

„Bukan kaja karena banjak harta, kaja ialah kekajaan diri (batin).” (19) ,,Orang jang penjajang kepada sesama­nja manusia, akan disajangi oleh Allah; sebab itu maka

182

h Rasulullah kepadanja dan berkata : „Barang-siapa r £ ida penjajang, tentulah tiadakan disajang.” (21) „Berbuat baiklah kepada dua orang ajah dan bunds.

hormat kepadanja, djangan mengutjapkan kata- j a n e m c n o - ibakan hatinja, hamparkan kepada keduanja sajap6" kcren- dahan, dan memohonkan kepada Allah moga-moea kedua­nja disajangi Tuhan, sebagai keduanja mengasuhmu seke­tika engkau ketjil.” (22) "

,,Anak jatim djangan dikerasi, orang jane meminta d i i ngan dihardik.” (23) " “ J‘

Dari Abu Musa Al-Asja’arij, bersabda beliau : H endak ­lah tiap-tiap orang Muslimin itu kuat bersedekah.”

„Bagaimana kalau tak ada jang akan disedekahkan. ?” ,,Berusaha dengan tangan, memberi manfaat kepada di­

ri, se tel fill itu dupat pula bersedekah”, djawab beliau. ..Kalau kami tak sanggup ?.”„Tundjukkan djalan kepada orang jang terdesak” . „Kalau tidak kam i kerdjakan ?”..Suruh orang berbuat baik.”„Kalau kami tiada sanggup pula ?”„Tahan dirimu dari pada kedjahatan, itupun sudah se-

dekah namanja.” (24)„Sukakah engkau kuberitakan kepadam u orang jang p a ­

ling baik dan orang jang paling djahat? (Tiga kali beliau bertanja demikian), lalu bertanja sahabat-sahabat; A p a - kah itu ? Beliau bersabda : , ,Jang sebaik-baik kam u ialah orang jang diharap kebaikannja, dan terpelihara o rang lain dari djahatnja. Dan jang sedjahat-djahat kam u ialah orang jang tidak dapat d iharap kebaikan dari padan ja dan

1 8 3

tidak terpelihara orang lain dari d jaha tn ja .” (25). ,,Tidaklah masuk sjurga orang jang tidak dapat tcrpe- lihara tetangganja dari pada kedjahatannja .” (26) ...Ada­pun orang jang bernama Muslim, ialah jang terpelihara kaum Muslimin dari pada lidahnja dan taneannja , dan orang jang bernama Muhadjir ialah orang jane berpindah dari pada jang dilarang Allah” . (27). „Barane-siapa jan» beriman dengan Allah dan hari achirat, hendaklah nu-lia- kan tetamunja, dan barang-siapa jang beriman dengan Al­lah dan hari achirat, hendaklah muliakan tetan<»«anja- dan barang-siapa jang beriman dengan Allah dan hari achirat hendaklah berkata baik ; kalau tidak diam lah” (28) Ke' benaran menundjukkan djalan kepada kebadjikan keb” dii- kan menundjukkan djalan kesjurga. Dusta membawa" ke- pada cluidjana, durdjana rnerobawa kenerak'i C^O) iVlu ka jang djernih pekerti jang lemah lembut dan p Jnda i’ber- belandja, adalah satu bahagian dari pada duaouluh pat bahagian k e n a b ia n ” (30) „Tidaklah ada s n m S ' kara jang akan memberatkan t i m b a * ^ se o n n o a

]aTlg d j a t m ; r i - ang ,ber; jang sopan. M aka sesungguhnja Allah nm,? u 11 budlpa d a lidah jang kedji dan kotor.” (3 j j a nnirka k<=-

..Takutlah kepada Allah dimana sadh ,iringilah perbuatanmu jang djahat dahiiluni-i 4 i’ ^

manusia dengan budi jang baik ” (32) Kenaaa„MaIu adalah_ setengah dari pada iman, dan iman itu

disjurga tempatnja. Mulut kotor ialah dari pada batin jan» kering, dan batin jang kering itu dineraka tem patnja ” f33) Satu diantara parkataan kenabian jang mula-mula! ialah „Djika kamu tidak bermalu, berbuatlah apa jang kamu su- kai. (34)

,,Barang-siapa jang menutup aurat (ketjclaan) oran<* lain samalah artinja dengan menghidupkan anak-anak p--rem- puan jang dikuburkan orang hidup-hidup.” (35) „Barang- siapa jang menjimpan akan rahasia temannja, akan dikisar-

184-

kan iipi neraka jang njaris membakar mukanja dihari kia- mat.” (36) ..Barang-siapa jang tiada sjukur kepada niann- sia, berarti tidak sjukur kepada Allah.” (37)

,,Barang-siapa jang berziarah kepada seorang saudara­nja jang tengah sakit. atau melawat kerumah seorang sau­daranja, maka akan menjerulah seorang tukang seru (dari pada malaikat) : Baiklah engkau dan baiklah perdjak'nan engkau dan tersedialah bagi engkau suatu kedudukan jang mulia didalam sjurga.” (38)

Bertanja seorang kepada Rasulullah, apakah keish.man jang paling baik. Beliau mendjawab : ,.membagikan makan- an, membatjakan salam kepada orang jang kau kenal atau tidak kau kenal sekalipun” . (39) ,,Jang berkendaraan me- n^utjapkan salam kepada jang berdjalan kaki, jang tengah berdjaian kepada jang sedang duduk, jang sedikit kepada jang banjak.” (40)

„Hai orang jang beriman. djanganlah kamu masuk ke­pada sebuah rumah jang bukan rumahmu, sebelum kamu memohonkan izin dan memberikan salam kepada ahlinja, itulah jang baik bagi kamu, supaja kamu ingat-ingat. Ka­lau tidak kamu dapati seorangpun didalamnja, djanganlah kamu rnasuk-masuk sadja sebelum diberi izin. dan kalau kamu disuruh kembali, hendaklah kembali, itulah jang lebih sutji bagi kamu, dan Allah atas segala apa jang ka­mu kerdjakan, amat mengetahui. Tetapi tidaklah ada dosa •itas kamu djika kamu masuk kedalam sebuah rumah jang tidak ada jang mendiaminja, jang padanja ada keperluan kamu. Allah mengetahui apa jang kamu njatakan dan apa jang kamu sembunjikan.” (41)

Dari ’Athaa Alchurasaany, bahwasanja Nabi bersabda : _ ,B e r s a la m - s a la m a n la h kamu supaja hilang kebentjian dari hatimu, tundjuk-menundjukilah kamu supaja timbul tjinta c]an hilang persengketaan.” (42)

,,Neraka wailun bagi tukang mentjela dan memaki.” (43) oOrang mukmin bukan pelaknat.” (44) ..Berikan amanat kepada orang jang mempertjajai kamu, dan djangan chia-

gedjarah Umat Islam 13 185

nat kepada orang jang mengchianati engkau” (45) „Orang jang paling dibentji oleh Allah ialah tukan* dendam dan kasumat. (46) „Tentukan tudjuan hidupmu, lembutkan suaramu, karena iang paling dibentji ialah suara jane M?" njerupai suara keledai.” (47) ‘

„Bukan bernama berani karena sanggup bertempur, jang bernama berani ialah jang sanggup menahan marahnja” .

„Tidaklah memuliakan seorang anak muda akan seorang nlndn X f ’ 0 * ainkan “ enjediakan pula Allah akan anak esok ” (49) Jang akan memuliakannja djika dia tua

'imatrber 1 ebUi°/ph' a s u u ja b orang memudji kawannja

?ons r r ,eran-clong lehernja. Kalau hendak memudji V j u T i a S t ' X hpudjianmu itu kepada Allah.” (5 0 ) ° ’ sanaj,K- nu‘

Beliau larang keras duduk diteni dhi™ ,duk disana dapat menimbulkan gundjiVe fun a a iena "lalu lintas, atau memperkatakan anak h inf apada suatu hari bertanjalah sahabatrn-, k o iang. Makami akan menghindar dari sana mdVi /^ 'm cin ak ah ka-s e m p a t b e r t ja k a p - t ja k a p scs'im n \ ' • r i a n a ' a ^ ^ a m i

da : „Kalau kamu englan manLi!”1' ^ 1 beliau bersab"ga hendaklah kamu baiaiknn h T I-1 duduk dju"b oajaikan hak chtcpi djalan itu.”

A pakah hak itu, ja R asulullah?

•■i- e ^.u * ^ n< )tlW£}b : »Peliharakan penglihatanmu, tahani si ap djahatmu, utjapkan djawab salam orang, suruh ber­buat baik dan tjegah berbuat djahat.” (51)

Beii makan orang jang kelaparan, ialah kepada orang sakit, lepaskan orang jang kesempitan.” „Wahai orang j^ng benman, hendaklah kamu teguhi akan djandjunu.”

186

1 e r h a d a p m a s j a r a k a t p e r e m p u a n .

Sebelum kita terangkan kedudukan perempuan didalam peladjaran Nabi M uham m ad, wadjib kita singkapkan da­hulu serba sedikit tarich perempuan dizaman djahilijah un­tuk djadi perbandingan.

Dizaman djahilijah, kalau seorang perempuan kematian suami, dia mesti masuk kurung, tukar badju dengan jang buruk, djangan berharum-harum an, sebelum habis masa setahun. Perem puan mana jang disukai, boleh dinikahi sadja, tetapi dia tidak menerima bahagian vvaris. Bila se­orang laki-laki mati, maka jang paling karib kepadapjalah jang berhak atas perempuan itu, sebab itu tidak djarang seorang anak mewarisi isteri ajahnja, artinja ibu tiii anak itu sendiri; demikian djuga mereka kumpulkan dua perem­puan bersaudara. Ada djuga jang memaksa anak peiem- puannja melakukan pelatjuran.

Begitulah kedudukan perempuan kalau kita tilik daii .e- gi keburukannja. Tetapi kalau hendak kita singkapkan pu­la kebesarannja, maka tjukuplah kissah Bulqis Ratu negen Saba itu akan mendjadi perbandingan. Kissah Bulqis me­nundjukkan sehingga mana benar kemuliaan dan kebesai- an serta ketjerdikan jang mereka tjapai.

Bulqis mempusakai kekuasaan dan keradjaan dari dan nenek mojangnja serta dari suaminja. S i n g g a s a n a an mahligainja amat indah, sehingga dalam Quran iseuu kan : „Dilengkapkan dari tiap2 sesuatu, dan dia mempunjaiarasj jang besar.” (53)

Lima belas tahun lamanja Ratu itu m e m e r i n t a h d-ngan bidjaksana dan keadilan. Sulaiman Radja Israil e i ' a 1 u, tahu benar bagairnana tjerdiknja radja perempuan in., se bab itu baginda tidaklah mengirini surat jang ter a u am pandjang benar seketika menjeru Ratu itu kepada agamd nja, tjukup ditulisnja dengan ringkas : „Suiat ini c a n u laiman, dengan nama Allah Jang Pengasih dan Penjajang,

187

bahwa cljangan tuan puteri m em banggakan diri kepadaku, dan datanglah kepadaku dengan dam ai.”

Surat jang penting ringkas itu, jang tidak penuh berisi dengan perkataan memudji-mudji m enurut adat radja-ra­dja zaman itu, tetapi kokoh dan tak dapat ditjela, tidaklah menjebabkan murka ratu itu. Tetapi tidak pula dia lekas mengambil keputusan, melainkan dikumpulkannja orang besar-besarnja. Meskipun dia tahu bahwa surat itu kurang kena letaknja, masih tetap dipudjinja djuga, supaja orang2 besar itu djangan memulai musjawarat dengan marah, dia bersabda : „Hai orang-orang besarku, sesunaguhnja telah dialamatkan kepadaku seputjuk surat jang mulia.” Sebelah itu dia bersabda pula : „Wahai sidang ramai, berilah aku

fiknan tentang pekerdjaanku ini, karena aku tidaklah memutuskan suatu perkara sehplnm •njaksikan atas benarnja ” kamU semuanJa me-

M a d j l i s it u m e s k ip u n d is e r a h i m u s j a w a r a t ia n ® s e b e r-it

*tU’ karen,ar t ' ^ u bukM sem birang Ratubahkan ahli fikir lebih dan pada mereka mereka ser-Vh kan putusan kepadanja dan mereka bersedia m-ndiun" djung titah : „Kami tjukup mempunjai kekuatan, kami tiu" kup mempunjai kegagahan, segala perkara ini terserahhh kepada tuan puten; pandang s e n d i n g apa titah jam; akand \ d ja u M a n kepada k a m i ” w

Lain Ratu itu menerangkan kepada mereka lebih dahu­lu bagaimana melarat atau manfaatnja, bagaimana jang baik, apakah radja Suliman jang mengirim surat itu akan ditunggu dengan damai atau dengan perang. Kalau perang jang akan dilakukan, ditundjukkannja pula kerugian jang akan timbul lantaran peperangan. H am ba rakjat akan bi- nasa, negeri akan hantjur luluh, terutama djika musuh itu lebih kuat. Lalu diterangkannja politik perang jang sam­pai hari kiamat tidak akan berobah, jaitu politik penjera­ngan musuh kenegeri jang alah; „Adapun radja2, bilama- na mereka masuk kedalam suatu negeri, dirusakkannja ne­geri itu, dan mereka djadikan orang-orang bangsawan di-

188

dalam negeri itu mendjadi hina. Demikianlah mereka per- buat.” "

Kemudian Ratu itu mendapat fikiran baru, lalu sabda- nja : „Akan saja kirimkan kepada radja besar itu hadiah.”

Hadiah jang akan dikirimkannja itu ialah sebagai sua­tu udjian siasat jang tertinggi. Kalau hadiah itu diterima- nja, tandanja adalah dia seorang radja besar, jang kekera- sannja kelak harus dilawan dengan kekerasan pula. Disa- nalah tentunja kelak alah dan menang, naik dan turun suatu keradjaan dan sedjak waktu itu kita sudah mcsti b ersed ia . Tetapi kalau hadiah itu dikembalilcannja der.gan baik, alamat benarlah dia seorang Nabi. Harus kita terima dia masuk kenegeri kita, kita dengarkan adjaran dan per- tundjuknja, bukan kekalahan jang akan kita dapat, tetapi kemenangan sedjati.

Tatkala hadiah itu telah disampaikan utusan kepada ba"inda Radja-Nabi Sulaiman, maka dengan gagahnja ba- ainda berkata : „Apakah tuan-tuan bantu saja dengan har­ta ? Maka sungguh apa jang diberikan Allah kcpaduku, lebih baik dari pada jang diberikannja kepadamu; bahkan kamulah jang akan bersukatjita dengan harta hadiahnni itu.” Harta itu beliau kembalikan.

Setelah utusan kembali maklumlah Bulqis bahwa dia bukan berhadapan dengan Radja Besar, bahkan dengan Nabi. Bukan peperangan jang terdjadi, tetapi perpindohan Ratu itu dari pada agama pusaka nenek mojangnja me- njembah matahari kepada agama menjembah Tuhan jang satu. Bukan itu sadja, melainkan terdjadilah pcrtalian jang rapat diantara keradjaan Jerusalem dengan keradjaan Saba karena perhubungan itu diikatkan dengan tali perkawin-

1 Sedjak itu tumbanglah akar-akar agama menjembah ma­tahari dari negeri Saba, berganti dengan agama menjembahTuhan Jang Esa. .

Denman tjeritera mi, tjukuplah terang bagairnana ke- adilan °Quran menjatukan masjarakat dizaman djahilijah

189

itu. Disetengah tempat jang masih belum merasa hawa ke- madjuan, perempuan sangat terhina. dibunuh hidup-hidup dilatjuikan ajah bundanja. dipusakai oleh anak dari ajah: tetapi ditempat jang telah madju, sampai meinccang ken- dah keradjaan jang besar. ""

Adapun dinegeri jang selain tanah Arab, sebagai dine- gen Junani, pun demikian pula halnja. Pada umumnja perempuan dipandang sebagai machluk jano; rendah, euna- nja hanja pengatur rumah tangga dan penghasiikan turnnan. Penduduk Athena memandang bahwa istcri itu adalah ba- rang jang boleh diperniagakan pindali dari satu tangan ke- ngan jang lain. Didalam riwajat bangsa Rumawi purbakala terdapat bahwasanja sebagaimana kebebasan laki-laki mempunjai gundik, maka isteripun bebas pula mempunjai ketjintaan, sehingga berkatjaulah pergaulan hidup. Radja Gludius mempunjai permaisuri Ratu Messalina, Gludius mempunjai beberapa gundik, dan Messalina mempunjai beberapa orang kekasih pula.

DMafam pergaulan bangsa Hindustan tidak berobaii da­ri pada itu. Perempuan dipandang sangat hina. Didalarn beberapa sjariatnja tersebut bahwa bahaja perempuan le­bih besar dari pada bahaja maut, dialah gelombang, dia­lah gelagak api neraka dan dialah ratjun dan bisa ular. Pe­raturan dan adat seorang isteri turut dibakar dengan sua- minja jang telah mati, baru sadja dihapuskan sedjak bang­sa Inggeris masuk kedalam negeri itu.

Didalam masjarakat bangsa Tionghoa perempuan itu ti­dak ada artinja apa-apa didalam rumah tangga, anak pe­rempuan tidak beroleh apa-apa. Penghidupan baru dita­nah Tionghoa, berusaha sangat merobah segala peraturan pintjang setjara lama itu.

Sebab itu segala kepintjangan itu telah dilukiskan oleh Kassim Amin, pengandjur pembela perempuan jang masj­hur di Mesir itu demikian : „Masuknja seorang perempuan kedalam anggota rumah tangga, artinja ialah menghabis- kan segala kemerdekaan jang ada padanja. Itulah scbab-

190

nja maka bangsa Junani, Ruinawi, Djerman, Hindu, Tiong- hoa, dan Arab memandang bahwa isteri itu ialah hak m!- lik suaminja. Dipunjainja isteri itu sebagai mempunjai bu- dak djuga, jaitu berdjual beli, sebab dengan terbajarnja mas kawin, kepada orang tuanja, artinja tanggallah kuasa orang tua itu dari padanja dan putuslah hubungannja. Hnl ini boleh dibuktikan pada undang-undang Rumawi.

A dat beristeri lebih dari satu sangat tersiar, sebab pe­perangan jang selalu berkobar diantara satu kabilah de­ngan kabilah jang lain menjebabkan bilangan laki-laki ber- kurang dan bilangan perempuan bertambah banjak. A pa- lagi kekuasaan jang tidak berbatas dari kepala-kepala pe- nierintahan, jang boleh memilih sadja perempuan m ana jang disukainja dan berapa sadja dia mau. Radja-radja itu dipandang sutji, dipandang orang luar biasa, setengah tu­han, sebab itu perbuatannja berbini banjak itu dipandang sutji pula, sehingga tidak ada batasnja sedikit djuga. Adat ini sampai kepada beberapa masa masih terdapat ditanah H industan begitu djuga bangsa M adai, Parsi, Babylon, dan Asjur. Orang Brahmana dari tingkatan tinggi boleh ber­isteri berapa suka.

Orang Israil sebelum M usapun sangat bersimaradjalela pula berbini banjak itu. Barulah dizaman Banu Talm ud bangsa Israil menentukan batasnja berapa, jaitu sebanjak jang sangeup laki-laki itu memberi nafkahnja. Jang ?ebih hebat adalah dinegeri Sparta, laki-laki tidak boleh beris­teri lebih dari satu, tetapi sebaliknja perempuan boleh ber-suami berapa suka.

Meskipun beristeri lebih dari satu itu tidak mendjadi peraturan jang tertulis dinegeri Rom a, tetapi lantaran me­reka telah hidup didalam Republik, dan karena ingin me- ngetjap liawa kemerdekaan, m aka mereka pun merdeka pulalah memilih kekasih dan gundik, selir dan dajang be­rapa suka. sehinega perkawinan mendjadi sematjam pela- tjuran djuga. sehingga achirnja keradjaan mengizinkan nie- melihara gundik berapa sadja suka. Inilah salah satu d a n

191

pada tjatjat jang mendjatuhkan keradjaan besar itu, scba- gaimana jang banjak tcrsebut didalam riwajat.

Maka datanglah agama Islam mcncntukan suatu kedu- dukan jang pasti bagi perempuan. Mula-mula sekali di!a- rang keras dan diharamkan adat kebiasaan menguburkan anak perempuan hidup-hidup karena takut menanggung rnalu dan tidak membawa laba. Didalam beberapa ajat di- terangkan bahwa perkara pembuniihan kedjam itu akan di- buka nanti diachirat.

Setelah itu diberi bataslah kekuasaan wali terhadup ke­pada anak perempuannja. Tidak boieh dia dipaksa kawin kalau dia teJab dewasa, melainkan diminta ridanja. Tidak seorang djuga jang bcrhak memaksanja kawin dengan sia­pa jang tidak disukainja, balikan boleh dibatalkan nikah- nja djika dia mengadu kepada hakim.

Biasanja dizaman djahilijah, seorang perempuan diwarisi oleh karib suami djika suami itu mati, meskipun perem- puan itu tak suka. Adat itu dibatalkan dan diharamkan.

Islam mewadjibkan suami bergaul dengan isterinja de­ngan makruf, diharamkan silaki berbuat sewenang-wenang kepada isterinja dan menimbulkan permusuhan. Kalau sua­mi hendak mengganti isteri dengan jang lain, haram atas- nja mengambil barang pemberiannja kepada isterinja jang tua itu. Pengambilan pemberian itu dipandang sebagai suatu b u h t a a n , artinja dosa besar. "

Setelah itu diberi peringatan bahwasanja suami adalah penggembala jang bertanggung djawab atas keselamatan is­terinja dan si isteri adalah penggembala jang bertang‘:ung djawab atas keselamatan rumah tangga suaminja.

Diperingatkan, hendaklah isteri itu dipelihara baik, k a ­rena dia terdjadi dari pada barang iemah. diambil dengan kaliniat Allah dan dihalalkan dengan nama Allah. Dipe­ringatkan benar didalam Quran bahwasanja „laki-laki ada­lah sebagai pemimpin bagi perempuan, dengan barang jang telah dilebihkan Tuhan setengah dari pada jang se-

192

tengah dan dengan barang jang mereka naikahkan dari- pada harta benda.” (54)

Kedudukan ibu sangat diagungkan oleh sjariat Muham­mad. Kedudukan orang tua termasuk ibu sendiri, adalah dibawah kedudukan Rasul didalam tjara memuliakan.nja, rida Allah adalah bergantung kepada rida kedua ibu ba- pa ! Sehingga pernahlah seseorang pemuda akan pergi pe­rang, datang kepada Rasulullah menjatakan, bagaimana- lah akalnja^dia terseru kemedan perang, pada hal ibunja telah tua, tidak ada jang akan memelihara, maka Nabi pc- rintahkan dia memelihara ibunja, dan memelihara ibu itu sama djuga pahalanja dengan pergi bcrdjihad kemedan pe- rang. (55)

Seketika seseorang menanjakan siapakah jang patut leDin diutamakan, Rasulullah mendjawab utam ak an lah ibu, sam- pai tiga kali, dia berkata. Keempat kalinja baru diterang- kannja mengutamakan ajah. (56)

Memang, poligami atau beristeri lebih dari satu diharus- kan, tetapi bukan sebagai dahulu lagi, berapa suka, melain­kan diberi berbatas, setinggi-tingginja empat orang. Itnpun kalau sanggup akan adil memimpin isteri jang berempat itu. Kalau tidak sanggup, hendaklah seorang sadja. (57)

Diberi pula peringatan, bahwasanja adil beristeri itu su- kar didapat. (58) Dan diperingatkan bahwasanja seseorang jang beristeri dua orang, padahal tidak adil, akan datang diachirat, kakinja djatuh sebelah, artinja berdjalan sebagai orang pintjang. (59)

Diandjurkan beristeri, tetapi diperingatkan pula bahwa­sanja ikatan peristerian itu bernama djandji jang paling bcrat. paling penting, tidak ada lagi diatas itu, ilulah ..mistaqan ghalizha.” (60) _" Quran menundjukkan bahwasanja memilih hidup ber­isteri, artinja memilih sakinat, artinja ketenteraman, memi­lih mawaddat dan rahmat (61), dan diterangkan pula bah­wasanja isteri itu adalah pakaian suami dan suami adalah pakaian isteri. (62) Berobah dari pada teori orang dahulu,

193

jang hanja mengatakan isteri pakaian suami, tetapi suami jang dipertuan oleh isterinja, boleh berbuat sekehendak hatinja sadja.

„Swami” dari bahasa Sansekerta, artinja Tuhan.Ditentukan batas-batas manakah jang disebut mahram,

artinja perempuan jang tidak boleh dikawini lantaran per­hubungan kerabat, termasuk djuga kerabat jang timbul lantaran sepesusuan. (63) Setelah itu dilarang pula per- kawinan laki-laki muslim dengan perempuan musjrik dan sebaliknja, tetapi dihalalkan laki-laki muslim mccgawini perempuan keturunan kitab, jaitu Jahudi dan Nasrani. (64)

Dilarang keras perkawinan laki-laki pezina dengan pe­rempuan baik-baik, demikian djuga sebaliknja. (65)

Sebagaimana diberikan pintu untuk bergaul, diberi pula pintu untuk berpisah, djangan terkurung didalam satu ru­mah dua orang jang tidak dapat hidup bergaul dengan aman lagi. Tetapi diberi peringatan, bahwasanja djika ke- kesalan didalam rumah itu masih dapat ditanggung, lebih baik ditanggung karena itu lebih baik dari pada bertjerai. (66) Dan kalau akan terdjadi selisih jang membahajakan pergauian, dibolehkan kaum pamili kedua belah fihaknja tjampur tangan, itulah jang bernama hakam. (67) Dan ka­lau tak ada djalan lain lagi, barulah boleh talak, tetapi adalah talak itu barang halal jang amat dibentji. Dan se- dapat-dapat, talak itu djanganlah kerap kali, artinja bergaul sebentar dan tjerai pula, lalu bergaul pula, lalu tjerai pula. Dua kali sudah tjukup (68), karena dengan dua kali itu sudah pantaslah untuk mengudji masih bisa diteruskan mendirikan rumah tarigga apa tidak. Kalau sudah genap tiga kali, habislah pergauian itu, tutuplah buku; biar jang laki-laki mentjari jang lain dan jang perempuan mentjari pula, mudah-mudahan dengan jang baru akan lebih be- runtung.

Kalau talak tidak dapat dielakkan lagi, hendaklah di­berikan dipermulaan hitungan iddah (69), jaitu lepas dari haidnja mendjelang sutjinja, sebelum ditjampuri pula, su-

194

Paja lekas dia lepas dari iddah, dan tidak lama dia terikat kalau dia hendak mentjari jang lain. Selama didalam iddah itu dia masih berhak tinggal dirumah suaminja itu, dan berhak menerima nafkah. Barulah boleh dia dikeluarkan kalau ada perbuatannja jang tidak senonoh ketika itu. Dan barangkali selama didalam Id d ah itu masih dapat mentjari djalan untuk berdamai ! (70)

Ditentukan pula iddah itu, jaitu tiga quruk, tiga kali su- Iji dan tiga kali haid. (71) Perem puan jang tidak berhaid lagi, karena tua atau karena jang lain, diberi sadja batas tiga bulan sepuluh hari (72), jang wafat suaminja bcriddah empat bulan sepuluh had (73) dan perempuan jang hamil, ialah sampai anaknja lahir. (74) Tetapi kalau isteri itu ditjeraikan, sebelum disetubuhi, tidaklah dia beriddah. (75) Dan selama didalam iddah itu hendaklah bersikap iemah lembut djuga kepadanja, meskipun telah orang Iain, ja- nganlah dia disakiti. Dituntut supaja ibu jang didalam lada i menjusukan anaknja djuga selama didalam iddah itu, se­bab belandja anak itu adalah tanggungan ajahnja. ( 7 0

Demikianlah dengan ringkas hak-hak dan kewadjiban jang ditentukan Nabi M uham m ad itu terhadap kepada ka- uin perempuan, jakni hak dan kewadjiban jang belum di­kenal orang sedikit djuga sebelum itu, sehingga lantaran itu berobahlah pandangan jang tadinja menganggap kaum perempuan ratjun masjarakat, setan alas, ular biludak dan lain-lain. B a h k a n Rasulullah menegaskan : ,,Jang sebaik- baik kamu ialah jang paling baik kepada ahlinja, dan saja sendiri adalah orang jang paling baik kepada ahliku.” (77)

Mereka terlingkung dengan laki-laki didalam satu aga­ma, tidak berobah hanjalah pada ranting, tetapi bersatu pada pohon. Didalam pengadjaran M uham m ad tersebut : . .B a r a n g s ia p a jang beramal dengan amalan jang saleh. da­ri pada laki-laki dan perempuan, dan dia beriman pula, m aka masuklah mereka kedalam sjurga.” (78) ,,Barangsia­pa jang beram al dengan amalan jang saleh laki-laki dan perem puan, dan dia beriman pula, m aka akan kami beii-

195

kan kepada mereka kehidupan jang mulia, kami beri gan- djaran atas amalan mereka jang baik itu.” (79) „Maka memperkenankanlah Tuhan akan seruan mereka, bahwa­sanja kami tidaklah akan menjia-njiakan amalan kamu, baik laki-laki atau perempuan.” (80)

P e r h a m b a a n .

Perhambaan atau perbudakan, jakni kemerdekaan sc- orang manusia jang asli terampas dari dirinja dan mendja- di milik dari orang lain.

Perhambaan atau perbudakan itu sudah meliputi alam 1111, sedjak kedjahilan itu ada dalam alam. Sebabnja maka timbul, ialah lantaran pekerdjaan didalam hidup itu tidak semua senang, melainkan lebih banjak jang susah menger- djakannja, maka manusia jang tak kuat mengerdjakannja, mentjari orang lain jang dapat tempatnja menimpakan ke- beratannja sendiri itu, mula-mulanja digantikan dengan harta sendiri, misalnja dengan upah. Tetapi achirnja di- tjari orang jang lebih lemah keadaannja dari pada diri sen­diri, dikuasai dirinja dan didjadikan sebagai hak milik untuk memikul beban itu. Disebelah timur perbudakan itu bertambah naik, sehingga harga budak mendjadi sangat murah. Pekerdjaannja ialah bertjotjok tanam dan bernia- ga. Disebelah selatan tidaklah begitu besar pengaruhnja berbudak itu, sebagai disebelah utara, karena ongkos mem- beri makan budak terlalu amat mahal. Dengan keterangan ini njatalah bahwa dahulu kala perbudakan itu tidak da­pat dipisahkan dart pada kemadjuan kehidupan dan usa- ha.

Dinegeri Mesir purbakala budak itu adalah sebagai alat untuk mengerdjakan pekerdjaan atau untuk menjatakan kemegahan dan perhiasan. Budak terdapat didalam ista­na radja, dirumah-rumah kepala agama dan dirumah kepa- la-kepala perang. Orang-orang tawanan dipandang seba­gai budak dari keradjaan jang menang. Kerdjanja ialah

J96

melajani istana radja dan mengatur serta membersihkan- nja dan memperbaiki kerusakannja. Membuat pyramide jang tinggi-tinggi dan besar itu kebanjakan diserahkan ke­pada budak-budak.

Didalam sjariat agama Manu (Hindu) ada dinjatakan bahwa manusia itu terdiri dari dua tingkatan. Pertama Drawida, jaitu manusia dari tingkatan tinggi, seumpama Brahm ana dan jang dibawahnja. Kedua ialah kaum Sudra, jaitu tingkatan rendah jang kerdjanja akan mendjadi pela- jan dari tingkat tinggi itu. Kastrya dan Wisia masih go- longan tinggi, boleh dikatakan sedikit sadja dibawahnja dari pada Brahmana. Tetapi Sudra liaruslaYi dibawah be- tul, kepada mereka dikenakan aturan kehinaan diatzis na­ma agama. Mereka harus selalu bersedia berchidmat ke­pada Brahmana, meskipun mereka bukan budaknja. Atur­an agamalah jang menentukan bahwa mereka budak ! Ka­lau dia berani mendjamah diri orang Brahmana, hukum bunuhlah jang menunggunja. Kalau mereka berani mama- ki tingkatan tinggi itu, lidahnja mesti dipotong. Kemudian- nja telah banjak pula serpih belahannja kasta ini, sehingga timbul pula Paria, jaitu orang-orang jang dikutuk, dibawah pula dari kaum Sudra itu, sehingga baunja sadja dipandang nadjis, tidak boleh berdiri dimuka pintu angin.

Didalam keradjaan Asjur pun terdapat perbudakan itu, istana dipenuhi oleh perempuan jang mendjadi gundik dan budak pelajan. Dinegeri Parsi sangat bersimaradjalela per­budakan itu sampai ketengah-tengah Asia. Pernah djuga keradjaan memperbuat beberapa peraturan untuk melin- dungi budak-budak itu djangan sampai jang dipertuannja terlalu berleluasa.

Herodotus menulis, bahwasanja didalam undang-undang itu tersebut bahwa seorang Parsi merdeka tidak boleh me- njiksa budaknja kalau satu kesalahan baru dibuatnia se­kali. Tetapi kalau diulanginja sekali lagi sesudah menda- pat peringatan, barulah boleh dibunuh.

Perbudakan untuk keperluan umum terdapat djuga di«

197

tanah Tiongkok satu qurun sebelum Maschi. Jang djadi budak ialah orang hukuman dan orang tawanan, itulah asal mulanja, kemudian mereka itulah jang didjadikan bu­dak. Budak- dibawa kedalam negeri sesudah perang, atau dari tanah Tiongkok se.ndiri, karena ada orang jang men- djual anaknja karena miskinnja. Tetapi perbudakan di Tiongkok tidaklah terkenal kedjamnja sebasiai di tem pat lain tadi. "

Bangsa Ibrani tidaklah begitu kedjam kepada budak se­bagaimana terdapat pada bangsa Junani dan Rumawi. Di­dalam sjariat Musa tersebut bahwasanja seorang budak jang akan dikenakan hukuman bunuh, tidaklah seoran gp u n jang beihak mendjatuhkan hukum itu, melainkan kadi sen­diri. Itu mendjadi bukti bahwa sudah ada sedikit perlin- dungan agama Jahudi kepada perbudakan.

Junan* mes^'Pun sudah banjak timbul fiiosol, tidak ada didalam kalangan mereka jang menjatakan filsa- fatnja mengingkari perbuatan itu. Bahkan Aristo sendiri menga 'in agusnja budak, bukti atas memansz berbeda da- rah dan keturunan manusia. "

Diantara djalan mentjari budak itu ialah mendjadi 1a- nun (peiampok dilautan) atau mentjuri penduduk tepi pan­tai. Tuan besar berkuasa atas budaknja, tjuma dinegeri Junani itu hukuman mati atas budak sadja jang inesti di- sahkan hakim, hukuman lain sesuka hati penghulunja. Di- negeri Roma perbudakan didapat dari tawanan perang djuga atau dari anak jang dilahirkan dari sebab pertjam- puran dengan budak perempuan. Ada djuga orang merde- ka jang lantaran undang-undang bisa djadi budak, inisalnja tidak terbajar olehnja hutang.

Meskipun negeri itu mempunjai undang-undang, tetapi didalam undang-undang tidak tersebut bahwasanja budak itu mempunjai harta, atau rumah tangga, keturunan dan sifat kesendirian, semuanja kepunjaan penghulunja. Bang- sa jang lain di Eropa dizaman purbakala itu, sebagai bang­sa Djerman, Ghaal, Frank, Goth, Hun, Anglo-Saxson, se-

198

muanja berbudak dan semuanja tidak memandang budak sebagai manusia jang berhak, hanja sebagai barang, dibuat sesuka hati jang empunja. Boleh dibunuh, dibuang dan di- perbuat sesuka hati, tidak ada larangan.

Didalam agama Nasrani tidaklah disediakan suatu un- dan-undang jang menentukan nasib budak-budak. Bchkan Paulus didalam surat kirimannja kepada orang Afsus me- wasiatkan supaja budak-budak takluk dan tunduk kepada perintah penghulunja.

Agama Islam datang kedunia adalah seketika perbuda­kan itu masih merata didalam segala bangsa, Arabnja dan Adjamnja, dibarat dan ditimur. Meskipun Islam tidak me- njukai hilangnja kemerdekaan sebahagian hamba Allah di- hadapan jang sebahagian, tidaklah dia menghapuskan per­budakan itu dengan sekali gus. Sukar akan menghapuskan satu kebiasaan jang telah dipakai oleh segala bangsa, tu- tun temurun dengan sekali pukul. Kalau perkara perbuda­kan itu jang dibuka Islam lebih dahulu, maulah pekerdja­an jang lebih penting masa itu, jaitu menudjukan hati ke­pada Tuhan jang Satu, menguatkan kembali pertalian machluk dengan chalik akan gagal oleh suatu perkara jang kalah pentingnja dari itu, meskipun penting djuga. Tetapi Islam, tegasnja Muhammad telah meninggalkan djedjak jang bagus untuk diselidiki oleh orang kemudian bagai­mana supaja perbudakan itu dapat dihapuskan, menurut djalan jang ditinggalkan Islam.

Menurut peraturan jang lama dari segala bangsa, orang tawanan perang itulah jang mendjadi budak. Apabila Is­lam dimasukkan kepada sebuah negeri, mula-mula pendu- duknja diadjak memeluk Islam. Kalau mereka memeluk- Islam, samalah hak mereka dengan tentera jang masuk, tidak ada pendjadjah dan tidak ada terdjadjah, boleh am- bil mengambil dan nikah-menikahi, tidak berbeda Arab- nja dan Adjamnja. Djika agama itu belum termakan, hen­daklah bajar djaziah sadja. Djaziah ialah sebagai perlin- dungan atas negeri itu, penduduknja merdeka mendjalan-

199

kan agama apa jang dijakininja. Tetapi kalau tidak man pula begitu, artinja ialah melawan. Kalau melawan tentu timbul perang. Kalau penduduk negeri itu kalah. sehing­ga ada jang tertawan, maka mereka menurut aturan jana telah beribu tahun, mendjadi budak tawanan. Tetapi oleh Islam mereka diberi lcesempatan buat menebus diri, se­hingga boleh pulang dan merdeka kembali.

Ada bermatjam-mntjam djalan jang ditundjukkan untuk mentjapai keutamaan. Pertama sekali seketika Rasulullah menjatakan bagairnana tjaranja menempuh kesulitan iiidup dan segi-seginja, beliau terangkan untuk menjeberangi ke­sulitan perdjuangan hidup, jang utama lebih dahulu" ialah memerdekakan budak-budak atau memberi makan kecada orang jang kelaparan dimusim makanan amat sukar. '(81) Demikian tersebut didalam Qur'an.

Didalam satu hadist dirawikan oleh Abu Zarr bahwasa­nja dia bertanja kepada Nabi, apakah amalan jang pr.'.in^ utama. Nabi mendjawab, ialah iman dengan Allah dan ber- djihad pada djalan Allah. Sesudah ditanjakannja pula, bagairnana tjara memerdekakan budak jang lebih utama! Maka Nabi mendjawab, ialah budak jang lebih mahal be- linja dan jang lebih sangat ditjintai oleh ahli kerabatnia (82) _ J ’

Kata Abu Hurairah, Nabi bersabda : ,,Barangsiapa jang memerdekakan seorang budak perempuan jang beriman” maka akan dimerdekakan Tuhan pula dirinja sendiri, dari api neraka sebanjak keping-keping tubuh perempuan itu ” (83) K F ‘

Disamping keutamaan budi itu, diadakan pula hukuman memerdekakan budak atas beberapa kesalahan pelanaga- ran :1. Bersetubuh dengan isteri disiang hari puasa, hukum

nja jang pertama ialah memerdekakan budak. (84)2. Membunuh seorang sesama Islam dengan tiada senga-

dja, hukumnja ialah memerdekakan budak jang ber­iman. (85)

2 0 0

J - Sumpah jang telah terlandjur dan tidak tertebus diwak- tunja, hukumannja jang pertama ialah memerdek.'ikan budak. (86)

Amat diutamakan kawin dengan budak sendiri, mahar- Jija ialah memerdekakan budak itu. Beliau sendiri pernah berbuat begitu terhadap kepada isterinja tawanan perang dari satu kepala suku. Demikian djuga budaknja jang la­ki-laki, lekas dimerdekakannja dan dikawinkannja dengan seorang perempuan bangsawan, jaitu Zaid bin Haristah. Sahabat-sahabatnja semuanja memerdekakan budaknja. dan budak-budak itu mendapat hak jang sama didalam lcaum, dinamai „Maulal Qaum”. Bilal sahabat jang masj- hur, ialah budak jang dimerdekakan oleh Abu Bakr, Us­man memerdekakan Staubaan, Umar memerdekakan Shu- haib, Ibnu Umar memerdekakan Nafi’. Orang-orang jang dimerdekakan itu kemudiannja mendjadi orang-orang jang terkenal didalam riwajat pertumbuhan Islam.

Buchari merawikan dari Abu Hurairah, bahwasanja Na­bi bersabda : „Djangan engkau katakan kepada h.imba sahaja itu hai budakku, hai hambaku, tetapi katakanlah hai anak mudaku, hai gadisku !” (87)

Perbudakan itu tidak djuga habis-habisnja dari seluruh dunia sampai waktu jang achir. Tetapi didalam Islam telah tersedia beberapa baTutn u n lu k V M W pettgjttvpus- an itu. Abraham Lincoln Presiden Amerika jang ke 16 mula-mula jang mengandjurkan penghapusan budak. Di- benua Amerika pada masa itu, budak sama derdjatnja de­ngan di Eropa sebelum Islam. Budak-budak itu ialah orang-orang hitam jang dibawa dari Afrika, diikat dan di­beri rantai, disuruh bekerdja membuka tanah jang baru, boleh dibunuh kalau melawan. Sampai Goustave Le Bon berkata : „Bukan begitu budak-budak jang ada didalam Islam, djauh bedanja dengan jang ada didalam tangan orang Nasrani.”

Unaang-undang penghapusan budak jang kemudiannja diumumkan diseluruh dunia, bukanlah karena kehendak

Sed jarah U m at Islam 14 201

agama. Abraham Lincoln sendiri, salah satu sebab-sebab dia dibentji niusuhnja sampai terdjadi perang saudara di Amerika dan sampai dia dibunuh dengan kedji. ialah ka­rena penghapusan budak itu. "

Maka dapatlah kita katakan bahwa perobahan terhadap budak jang telah dibawa oleh Islam, pada zaman ini telah disambung oleh kemadjuan dunia, meskipun sisa-sisanja masih ada djuga dibeberapa podjok dunia. Itu tidaklah heran, karena m em b atja rantjangan dari satu tjita-tjita le­bih mudah dari pada m en d ja lan k an n ja .

■Bukankah beribu-ribu tawanan sehabis perang dunia ke­dua, masih meringkuk dinegeri" bangsa jang menang ? Apakah itu bukan budak ? ~

M en tja p a i k eb a h a g ia a n d iri.

Islam mendjelaskan bahwa kebahagiaan hidup seorang manusia, baik didunia apalagi diachirat tidaklah bergan-

^ P ada orang lain, melainkan kepada usaha sendiii. ,,Tidaklah bagi manusia melainkan apa jang diusahakan- nja; dan sesungguhnja bekas us»\«myA \\u d\pev\\\vat- 'M i KCpaaanja, kemudian itu akan diberikan kepadanja balasan jang setim pal.” (88) Kepada orang jang tidak ber- usaha dan hanja mengharap bantuan orang lain, Tuhan bersabda : „Maka tidak bermanfaat kepadanja perbantuan orang jang membantunja.” (89) „Dan menjeru Nuh akan Tuhannja, maka katanja, ja Tuhanku, bahwa puteraku itu adalah ahliku, dan djandji engkau adalah benar. Engkau- lah jang sebidjaksana-bidj'aksana orang jang bidjak°.ana. Kata Tuhan, hai Nuh, dianja bukan ahlimu, karena dia tiada beramal jang saleh.” (90)

Demikianlah, maka Nuh tidak dapat mempertahankan puteranja. Ibrahim pun tak dapat membela ajalmja, Luth tak dapat menolong isterinja dan Muhammad sendiri tidak pula dapat membela pamannja jang amat ditjintainja, Abu Thalib. Sebab itu hendaklah tiap-tiap orang pertjaja akan

20 2

tenaga sendiri dan jakin bahwa ia sendiripun dapat, asal mau mentjapai derdjat jang lebih tinggi didalam menge- djar bahagia raja. ,.Barangsiapa jang beramal sebesar zar- rah dari kebaikan, akan dilihatnja; dan barang-siapa jang beramal, walau sebesar zarrah dari kedjahatan, akan dili­hatnja pula.” (91)

,,Orang beriman jang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah dari pada orang beriman jang lemah; dan bagi se­mua ada djuga kebaikan. Perhatikanlah baik-baik apa jang akan membawa manfaat bagi dirimu dan mohonlah perto- longan Tuhan dan djangan lemah. Kalau engkau ditnnpa oleh suatu mara, djanganlah berkata, „kalau aku perbuat begitu, tentu begitu dan begitu jang akan kudapat. Te­tapi katalah : „Takdir Allah, apa jang dikehendakinja di- perbuatnja.” Karena kata-kata kalau itu adalah peinbuka amal sjaithan.” (92)

,,Ditanja orang R a s u l u l l a h ■ ,,Manakah manusia jang baik ?” Beliau djawab : „Orang jang pandjang usianja dan baik amalnja” . Ditanja pula, „Siapakah manusia jang dja­hat ?” Djawab beliau : ,.Orang jang pandjang usianja danburuk perbuatannja.” (93)

,,Barangsiapa jang memulai didalam Islam, suatu clja- 1 an"jang baik dan diamalkan orang sesudahrija, akan ditu- lis untuknja pahala serupa jang mengerdjakannja kemu­dian, tidak kurang dari pahalanja sedikit djuapun. Bauing- siapa jang memulai suatu djalan jang djahat didalam s­lam, lalifdikerdjakan orang sepeninggalnja, akan ditulis buat dia dosa sebanjak orang jang mengamalkan itu, tidak kurans dari pada dosa mereka sedikitpun. (94)

Ummul Mukminin Aisjah berkata bahwa amalan jang amat disukai oleh Rasulullah ialah jang dikerdjakan dengan tetap. (95) Anas bin Malik mengatakan Rasulullah ber- do’a : ,,Aku berselindung kepada engkau dari pada susah dan duka, lemah dan malas, bachil dan pengetjut, tekanan hutang dan dibawah pengaruh orang. (96)

Akal adalah tiang kehidupan manusia, jang berakallah

203

jang beruntung mendapat pikulan beban agama. Dengan akal dapat diperbcdakan jang baik dengan jang buruk. Se­bab itu banjaklah didalam Quran itu seruan mempergr.na- kan a k a l ; „Apakah tidak kamu akali.” (97) „Mereka ber­kata, djika kami dengar dan kami akali, tidaklah kami ukan mendjadi ahli neraka.” (98) „Demikianlah beberapa per­umpamaan kami perbuat untuk manusia, dan tidaklah da­pat mengakalinja, hanja orang jang berpengetahuan.” (99)

Ragu-ragu dan waham tidak boleh dipakai, ambilla'n pendirian jang jakin. ,,Berikanlah kedjelasanmu djikalau kamu orang jang benar.” (100) „Dan tidaklah mengikut kebanjakan manusia melainkan kepada sangka-sangka be- laka. Dan sangka-sangka itu tidaklah dapat melebihi kcbe- naran selama-lamanja. Sesungguhnja Allah lebih tahu apa jang mereka perbuat.” (101)

„Djika engkau ikut kebanjakan orang jang ada dimuka bumi ini, akan mereka sesatkan engkau dari pada djalan Allah. Tidak ada jang mereka ikut, selain sangka-sanska.” ( 102)

Kemudian dinjatakannja pula bahajanja suatu kepertja- jaan atau pendirian jang tidak berdasar kepada akal atau ilmu pengetahuan. „Djanganlah kamu terima sadja sssua- tu jang tidak ada pengetahuanmu padanja. Sesungguhnja pendengaran dan penglihatan dan hati, semuanja akan ber- tanggung djawab padanja.” (103)

Ilmu Pengetahuan sangat dihargai tinggi; „Ja Tuhanku, tambahlah pengetahuanku.” (104) Tidak diberikan kepa­damu ilmu, hanja sedikit.” (105) ,,Adakah akan sama orang jang berpengetahuan dengan orang jang tidak ber­pengetahuan ? (106) „Diberikannja hikmat kepada barang- siapa jang diberi hikmat, maka sesungguhnja dia telah beroleh anugerah jang banjak. Dan tidaklah ingat, melain­kan orang jang mempunjai inti.” (107) ,,Adakah sama orang buta dengan orang njalang ?” (108) „Mengangkat Allah Ta’ala akan orang jang beriman dari pada kamu

204

dan orang jang diberi ilmu pengetahuan, beberapa dera- djat” (109)

..Barang-siapa jang melalui suatu djalan untuk menuri- tut ilmu pengetahuan, Allah akan membawanja kedjalan menudju sjurga. Malaikat menghamparkan sajapnja karena rida kepada orang jang menuntut ilmu. Orang jang beril- mu, memohonkan ampun untuknja orang jang dilangit dan orang dibumi dan ikan-ikan didasar laut. Kelebilian orang jang berilmu dari pada orang jang semata-mata Abid, lak- sana kelebihan bulan purnama dari sekalian bintang-bin- tang. Orang alim adalah waris Nabi-nabi. Nabi-nabi tiada mewariskan dinar dan dirham, tetapi beliau-beliau rnewa- riskan ilmu. Maka siapa jang mengambil ilmu, sungguh dia telah mengambil bahagian jang amat subur.” (110)

„Tuhan tidak mentjabut ilmu sekali tjabut dari pada hambanja. Tetapi tertjabut ilmu dengan sebab kematian orang-orang jang berpengetahuan. Hingga djika tidak ada lagi ulama jang tinggal, orang banjak memilih kepala orang djahil. Ditanja orang, lalu dia berfatwa dengan tidak ber­ilmu. Sesatlah dia dan menjesatkan.” ( I l l )

Untuk Keselamatan Masjarakat, sangat diandjurkan me- njuruh berbuat jang makruf dan mentjegah berbuat jang mungkar. Harus berani menjatakan kebenaran dan mene- gur jang salah : ,.Demi Allah, Tuhan jang memegangku dengan tangannja. Hendaknjalah kamu sebenar menjuruh jang makruf dan mentjegah jang mungkar. Atau — kalau kamu tidak mau — Tuhan akan menurunkan kepada ka­mu akan siksanja, kemudian kamu memohon berdo’a ke­padanja, tiada lagi diperkenankannja” . (112)

K e ja k in a n a g a m a .

Dilarangnja berbentji-bentjian lantaran berlainan agama. Tetapi sebaliknja diakuinja bahwa tiap-tiap golongan itu mempunjai tudjuan sendiri-sendiri. „Semuanja mempu­njai tudjuan jang dihadapi. Sebab itu maka berlomba-lom-

205

balah semuanja berbuat kcbadjikan” . (113) ,,Manusia se- nantiasa akan bertikai-tikai, melainkan orana jang diberi Rahmat oleh Allah.” (1 14)

Menjeru orang lain kepada agama jang kita peluk dan jakini, tidak boleh dengan paksaan : „Serulah kepad.i dja­lan Tuhanmu dengan hikmat dan pengadjaran jang baik. dan bertukar fikiranlah dengan djalan jang lebih bagus. Tuhanmulah jang lebih tahu siapa jang sesat dari pada djalannja dan Dia pula jang lebih tahu siapa jang diberi petundjuk”. (115) ..Kalau Tuhan engkau menghenuaki, sungguh berimanlah isi bumi ini semuanja. Apakah enukau akan memaksa manusia supaja beriman ?” (116) ..Tidak ada paksaan didalam agama, sudah djelas perbedaan di­antara kebidjaksanaan dengan kesesatan.” (117)

Didjelaskan pula, bahwa segala sesuatu didalam alam ini, adalah menurut suatu undang-undang jang tetap dan aturan jang tentu, itulah dia jang bernama tak d ir . Segala pekerdjaan didalam dunia, baik alam jang tinggi (bumi. langit dan tjakrawala), atau jang rendah, tidaklah beidja- lan dengan begitu sadja dan tidak pula dengan tiba-tiba, tapi ada jang mengatur dan ada aturannja ; ,,Sesungguhnja segala sesuatu itu kami djadikan dengan qadar (hinggann)” (118) „Tidaklah kami djadikan langit dan bumi dan ba­rang jang antara^ keduanja bermain-main.” (119) ..Ada- kah mereka pandang selain djalan orang jang dulu-dulu ? Maka sekali-kali tidak akan engkau dapati bagi sunnah- Allah itu ganti. Dan sekali-kali tidak akan engkau dapati bagi sunnah-AIlah itu perpalingan.” (120)

Maka diadjaklah manusia menaruhkan perhatiannja atas keindahan susunan dan peraturan alam itu, agar da­pat hendaknja dia mengetahui rahasia jang tersembunji di- dalamnja. Dengan itu, walaupun tubuhnja ada dibumi. na- mun djiwanja akan dapat mengatasi bumi, landjut hubu- ngan dengan alam malakut : „Katalah pandanglah olehmu apakah jang ada dilangit dan dibumi.” (121) „Apakah ti­dak mereka pandang kepada unta bagaimana dia didjadi-

206

kan, kepada langit bagairnana dia diangkatkan, kepada bu- kit bagairnana dia dipantjangkan, dan kepada bumi bagai- niana dia diham parkan.” (122) „Sesungguhnja pada kedja- dian langit dan bumi, dan pertukaran malam dengan siang, mendjadi tanda-tanda bagi orang-orang jang mempunjai sari-pati” . (123)

Gembar-gembor diluaran, gedang bungkus tak berisi, reklame kosong, propaganda jang berlebih-lebihan, tiada- lah menundjukkan kesedjatian. Hanja hati jang ichlas dan djudjur dan bakti jang baik, itulah jang harus didjadikan tudjuan sedjati didalam prikehidupan; ,,Tidaklah kebadji- kan bahwa engkau palingkan wadjahmu ke Timur atau ke Barat. Tetapi, kebadjikan itu ialah orang jang pertjaja de­ngan Allah dan hari jang achir dan malaikat dan kitab- kitab dan Nabi-Nabi; dan memberikan harta kepada orang jang hadjat atasnja, d a r i kaum kerabat. anak jatim, orang3 miskin, orang-orang pengembara, orang jang meminta dan orang jang didalam belenggu perbudakan. Dan mendirikan sembahjang dan mengeluarkan zakat, dan orang jang me- neguhi djandji bila berdjandji. Dan orang jang sabar di- waktu sulit dan susah, dan diwaktu kesulitan jang tiba-ti- ba. Itulah orang jang benar dan itulah orang-orang jang taqw'a.” (124)

Diperingatkan lagi, bahwa pcrobahan nasib suatu kaum bukanlah ditangan "orang lain, tetapi didalam tangannja sendiri, dengan sebab kekuatan djiwa jang terpendam di­dalam diri, sebagai manusia sedjati. „Sesungguhnja Tuhan Allah tiada akan merobah keadaan pada suatu kaum. se­belum mereka sendiri merobah apa jang ada pada diri me­reka.” (125)

Didjelaskan undang-undang perdjuangan hidup, bahwa jang berhak tetap hidup hanjalah tjita-tjita tinggi dan mulia disertai ilmu dan amal, bukan dengan angan-angan jang tak menentu ; „Telah kami tuliskan didalam kitab Zabur sesudah peringatan, bahwasanja bumi ini akan diwauskan

207

kepada hamba kami jang berbuat perkara-perkara ianc mulia.” (126) ' *"

Dan kekuatan masjarakat ialah pada persatuan. rubuh- nja ialah pada perpetjahan. ,.Berpegang teguhlah dcnsjan ta­li Allah, semuanja, dan djanganlah berpetjah belah.” (127)

..Perumpamaan orang-orang jang beriman pada tjinta- menjintai, sajang menjajangi dan bantu membantunja. ia­lah seumpama tubuh, bila merasa sakit suatu anggota. menderitalah seluruh tubuh dengan kepajahan dan de- mam. (128) ,,Orang jang beriman dengan orang jang ber­iman, adalah laksana suatu binaan, menecuhkan jans sete­ngah akan jang setengah.” (129) " ~

Dan patrinja ialah tjinta : ,,Tidaklah beriman seseorang kamu sebelum ia tjinta kepada saudaranja, sebagai tjinta kepada dirinja sendiri.” (130) ,,Barang-siapa jang mele- paskan dari seorang Islam suatu kesempitan dari berbagai i agam kesempitan dunia, akan melepaskan pula Allah dari padanja suatu kesempitan dari berbagai ragam kesempitan achirat. Dan Allah senantiasa bersedia menolong seorang hambanja, selama hambanja itu menolong saudaranja.” (• 1) ,,Tidaklah masuk kamu kedalam sjurga sebelumberiman, dan belum beriman sebelum tjinta-mentjintai. Su- dikah kamu, kutundjukkan kepadamu suatu perbuatan. dji-v L 91U c rf JaV'u’ 3kan timbullah kasih sajang diantara Kamu . „biarkanlah memberi salam diantara kamu.” (132)„Koh itu adalah bala-tentera jang tersusun, mana jang telah kenal mengenali, akan berdekat dan mana jang tiada ke- nal-mengenal akan bertikai.” (133) ,,Bakti jang setinggi- tingginja, ialah bahwa tetap menghubungkan seseorang akan pertalian silaturrahmi ajahnja, sesudah ajahnia me- ninggal.” (134)

Kebahagiaan djiwa, tidaklah mengabaikan kebahagiaan tubuh dan kepuasan hidup. Tjapailah kemadjuan jang se- tinggi-tingginja didunia ini, ambillah dan bongkarlah sega­la kekajaan jang tersembunji didalam bumi. — Tiada di­larang — tetapi hendaklah digunakan semuanja itu untuk

208

manfa’at pri-kemanusiaan seluruhnja, djangan hanja untuk kescnangan suatu golongan : ..Katakanlah kepada orang- orang jang taqwa, apakah jang telah diturunkan oleh Tu- hanmu kepadamu. Mereka berkata ..kebaikan” bagi orang jang bekerdja baik didunia ialah hasil kebaikan pula. Dan hari achirat adalah lebih tinggi, kebaikan dan tempat jang

1 ssmulia-mulianja untuk orang jang taqwa.” (135) „Kata- kanlah. siapakah jang m;ngharamkan perhiasan Allah jang dikeluarkannja untuk hambaNja, dan demikian pula rezeki jang baik-baik ? (136) „Harapkanlah apa jang te­lah disediakan Allah untukmu dihari achirat, dan djangan- lah lupa pula bahagiannni didunia. Berbuat kebadjikanlah sebagaimana Tuhanpun telah berbuat kebadjikan atas di- rimu, dan djansanlah kamu menszinsiini keonaran diatas bu­mi.” (137) “ w

Diberi ingat kepada orang jang beriman agar dia dja- nean tertipu : „Hai orang jang beriman, bila datang kepa­damu orang jang fasiq membawa berita, hendaklah djelasi benar lebih dahulu supaja djangan tertimpa buruk suatu kaum semata-mata karena kedjahilanmu akan duduknja perkara. Maka djadilah kemudiannja kamu ditimpa penjesa- lan atas perbuatanmu itu.” (138) „Tidaklah orang mukmin digigit binatang bisa pada satu lobang dua kali.” (139)

Dinjatakan pula, bahwasanja tiap- ummat itu ada tem­po naiknja dan ada pula tempo djstuhnja. „Bagi tiap- um­mat ada djandjinja. bila datang djandji mereka, tidaklah dapat ditakchirkan satu saat dan tidak puia dapat didahu- lukan.” (140) Dan tempat kita sendiri-sendiri didalam per- djuangan hidup inipun sudahlah tentu : „Dan tidaklah ada diantara kita. melainkan telah ada baginja tempat jang tertentu.” (141)

Maksud agama. ialah kebahagiaan bangsa manusia bu­kanlah untuk ketjelakaannja ; kemuliaannja bukan keren- dahannja. „Menghendaki Allah untuk kamu kemudahan dan bukanlah Allah menghendaki kesusahan bagi kamu.” (142) ..Tidak menghendaki Allah hendak mendjadikan atas

209

kamu didalam beragama dari pada kesempitan, lapi ke- hendak Tuhan ialah hendak mensutjikan kamu dan hen­dak menjempurnakan nikmatnja atas kamu.” (143) „Ber- kehendak Tuhan Allah bahwa meringankan dari padamu. Dan didjadikan manusia itu lemah.” (144) „Tidaklah me- mikulkan Allah akan suatu diri, melainkan sekedar kesang- gupannja.” (145)

„Agama itu mudah. Orang2 jang mempersulit-sulit aga­ma akan dirubuhkan oleh agama. Berteguh-teguhlah, ber- dekat-dekatanlah, dan gembira menggembirakan, dan ber- t.olong-tolonganlah dengan sedikit pagi, sedikit siang dan sedikit malam.” (146)

„Permudahlah, djangan dipersukar-sukar. Gembirakan- lah djangan dipertakut-takuti.” (147)

„Biarkanlah daku pada barang jang kutinggalkan untuk- mu. Sesungguhnja kebinasaan orang jang sebelum kamu ialah karena banjak tanja, dan banjak bantahan mereka atas Nabi- mereka. Bila kularang barang sesuatu djauhilah dan djika kusuruhkan, perbuatlali, sekuat kuasamu.” (148) .,rjelakalah orang jang suka berlebih-lebihan, memperda- lam-dalam, hingga melampaui kepatutan pada kata- dan fiil mereka.” (149)

Bukan sadja sesama manusia jang harus dikasihi. Bi- natangpun harus disajangi : ,,Masuk seorang perempuan kedalam neraka, karena seekor kutjing jang diikatnja, ti­dak diberinja makan dan tidak dibiarkannja dia mentjari makanan sendiri dari binatang2 ketjil iang merajap dibu­mi.” (150)

Pendeknja, ditutupnja segala pintu jang akan membawa kepada ketjelakaan diri sendiri dan ketjelakaan didalam pergauian hidup bersama : ,,Mereka bertanja kepada eng­kau tentang chamar dan perdjudian. Katakanlah, pada ke­duanja dosa jang besar dan ada djuga manfaatnja. Tetapi dosanja lebih besar dari pada manfaatnja.” (151) „Kehen- dak sjaithan lain tidak hanja hendak membangkitkar di­antara kamu permusuhan dan bentji dengan chamar dan

2 1 0

perdjudian itu, dan hendak mcnghambatmu dalam mc- ingingat Allah dan dari sembahjang. Adakah kamu akan tertegah ?” (152) „Hai orang jang beriman, adapun . mar, djudi, bertenung dimuka berhala dan sernbe ‘ * at patung itu, tjuma nadjis dari perbuatan sjai ian , ‘ ,Maka djauhilah olehmu semuanja ifu, supaja kamu t>c. kemenangan.” (153) ,.Djanganlah mendekati zma.zm i adalah kedji dan perdjalanan jang amat buiuk. U - ^

P eladjaran p o litik dan Iiukuin.

Kebangsaan jang sempit, atau memandang golongan sen­diri lebih-mulia dari pada golongan jang lain sangatlafi a - tentang oleh Islam. Dalam Islam sebagai agama, tidak acu tingkatan tinggi dan tingkatan rendah. Jang tinggi la J< lati barangsiapa jang taqwa' kepada Allah Kebangsaan di­akui, bukan buat bermusuh-musuhan nal-mengenal. Setelah kenal men g e n a l hendakL h i bangsa tadi ingat akan satu tudjuan, jaitu „Adalah mansia itu semuanja satu bangsa.” (155) Hh<iU-an

„Wahai seluruh manusia, sesungguhnja karn > .kamu dari seorang lakr dan s e o r a n g perempuan da mi tjiptakan pula kamu berbangsa- cU1Ss<* . sg_puak, supaja kamu kenal mengenal. Sesungc ‘ il J‘ ^ . mulia-mulia kamu disisi Tuhan Allah, ialah oia g jc b

in.ka berbaiklah diantara dua s a u d a r a m u '1;)

Bertanja Wastilah bin Asqa* kepada R“ “lulLd.f/ narkah artinja ’Ashabiah ? Beliau jawa .. kau tolong kaummu walaupun didalam iai <. ‘ ' .

Ditetapkan dasar pemerintahan ialah atas sjura warat), pemerintahan s e w e n a n g - w e n a n g dan hendak jang berkuasa sadja, akan mendjauhkan l a rak jat. ..Dan djika engkau bersikap tegang dan kcv « . reka itu akan mendjauhkan diri dan kel.l.ngmu, Ben ma-

211

aflah mereka dan mohonkan ampun untuk mereka dan ba- walah mereka musjawarat pada urusan itu dan bila telah kokoh dalam hatimu, bertawakkallah kepada Allah.” (159)

Urusan mereka, mereka musjawaratkan diantara sesama mereka.” (160)

Djika dizaman itu belum ada parlemen atau peranljang pengelola dan lain2 setjara pemerintahan sekarang. ada­lah karena tingkat kemadjuan dunia belum kesana. Sebab itu, pintu kemadjuan itu tetap dibukakannja lebar untuk ummatnja jang datang dibelakang. ,,Urusan keagamaan- mu serahkan kepadaku. Tetapi urusan dunia kamu lebih tahu. Dasar telah beliau tinggalkan ! Perlebarlah menurut zaman dan tempat.

Dimestikan taat kepada Allah, taat kepada Rasul dan Ulil Anui, jaitu orang jang mendjalankan pemerintahan. Selama Ulil-Amri itu masih mendjalankan aturan Allah : .,Ta atlah kepada Allah, ta’atlah kepada Rasul dan kepa­da Ul.l-Amri dari pada kamu.” (161) Dikata-kata dari pa- da kamu djelas dapat diambil kesimpulan bahwa pemerin- ahan jang berdiri atas kehendak rakjat, untuk rakjal dan engan rakjat, adalah kewadjiban atas seoran^ Muslim

pada perkara jang disukai atau jang dirasa berat. Selama tidak disuruh berbuat maksiat. Kalau diperintahkan ber­buat maksiat, tidak ada dengar, tidak ada ta’at (162) Di- sim ada hak menjatakan fikiran dan menentang !

Tanda kemakmu-an suatu negara : „Bila pemerintahmu terdiri dan antaramu jang baik-baik, bila oranc kaja-kaja- mu berdada lapang, dan bila pemerintahmu diTakukan de­ngan sjura,^ maka dataian bumi lebih baik bagimu dari pe- rutnja (lebih berbahagialah hidupmu). Dan bila pemerin­tahmu teidiri dari orang-orang jang djahat, dan orang- orang kajamu bachil, dan pemerintahanmu didjalankan oleh orang-orang perempuan, maka perut bumi lebih baik bagimu dari pada datarannja (lebih berbahagia orang jang mati). (163) ,,Kalau Allah menghendaki kebaikanbagi seorang kepala pemerintah, didjadikannja baginja se-

212

orang wazir (perdana menteri) jang djudjur. Kalau dia terlupa diingatkannja, dan kalau dia teringat dibantunja. Dan djika Allah menghendaki jang lain dari itu, didjadikan baginja wazir jang djahat. Djika dia terlupa tidak diingat­kannja dan djika dia teringat tidak dibantunja.” (18^)

Bila mati seorang hamba Allah jang diserahi Tuhan ber- tanggung djawab mendjaga rakjat, padahal dikala hidupnja dia selalu berlaku tjurang kepada rakjat itu; akan diha- ramkan Tuhan dia memasuki sjurga.” (165)

Berperang diizinkan, apabila tidak ada djalan lain lagi. Sebab perang adalah dua : 1) mempertahankan diri dari pada gangguan musuh. 2) mempertahankan dan membela seruan agama, bila ada orang jang menghambat djalannja, dengan menjiksa orang jang mempertjajainja, sehingga orang dihalangi itu tidak beroleh kemerdekaan memilih agama jang disukainja. Atau dihambat orang masuk Is­lam. Atau dilarang menjampaikan seruannja. Dan dizaman achir ini lebih hebat dari itu, jaitu dirampas kemerdekaan suatu Negeri Islam oleh bangsa lain, hingga hilang kebe- basannja melakukan agamanja karena tidak ada kekuasaan ditangannja lagi.

,,Diberi izin bagi orang berperang karena mereka di- aniaja. Dan Allah sanggup menolong mereka, jaitu orang jang diusir dari kampung halaman mereka dengan tidak be­nar, hanja karena mereka berkata ,,Tuhan kami AUah’ . Dan djika tidak ada belaan Allah manusia jang setengah dengan jang setengah tentu akan diruntuh orang Shaw a m i , dan B ia^nfdan Shalawat (*) dan mesdjid-mesdjid jang di- sebut padanja nama Allah sebanjak-banjaknja — Dan akan ditolong oleh Allah orang jang menolongnja — Sesungguh- nja Allah itu Maha Kuat dan Maha Teguh, Orang jang dji­ka kami beri kedudukan dibumi, mereka dirikan sembah-

:::) Shawami’, Bia’un, Shalawat ialah nama2 rumah tempat beribadat (geredja, biara d.1.1.).

213

jang dan mereka berikan zakat, dan menjuruh dengan jang makruf dan mentjegah dari jang mungkar — Dan bagi Al­lah kesudahan segala pekerdjaan” . (166)

„Dan perangilah pada djalan Allah orang jang memera- ngi kamu. — Dan djangan melanggar batas, sungguh Allah tiada suka akan orang jang melanggar batas — Bunuh me­reka dimana sadja kamu bertentangan dengan mereka — Usir mereka sebagai mereka mengusir kamu — dan fitnah lebih berbahaja dari pada pembunuhan — dan djangan ka­mu perangi mereka didekat masdjidil haram sebelum me­reka memerangimu — kalau mereka perangi akan kamu maka bunuhlah mereka — Itulah gandjaran bagi orang jang kafir. Dan kalau mereka telah berhenti, maka Allah mem­beri ampun dan penjajang.

,.Perangilah mereka hingga tidak ada fitnah lagi, dan ada­lah agama se-mata- bagi Allah — Kalau mereka berhenti pula, maka tak ada lagi permusuhan. ketjuali terhadap orang jang aniaja. Bulan jang sutji dengan bulan jang sutji dan kesutjian ialah qishash — Barangsiapa jang melanggar batas atas kamu, langgar batas pula atas mereka. Dan ta- kutlah akan Allah, dan ketahuilah bahwa Allah adalah ber- sama orang-orang jang muttaqin.” (167)

,,Perangilah mereka hingga tidak ada fitnah lagi. dan adalah agama semuanja bagi Allah. Maka djika mereka te­lah berhenti, sesungguhnja Allah tetap memandang apa jang kamu kerdjakan. Maka djika mereka berpaling pula, ingatlah bahwasanja Allah pembelamu ; Dialah jang se- baik-baik pembela dan sebaik-baik penolong.” (168)

,,Mengapa kamu tidak berperang pada djalan Allah, pa­da hal ada orang-orang jang lemah dari pada laki-laki, dan perempuan dan anak- berkata : „Ja Tuhan kami, keluarkan kami dari negeri -ini, jang zalim ahlinja, dan djadikanlah ba­gi kami dari sisi engkau seorang pembela. Dan djadikanlah bagi kami dari sisi engkau seorang penolong.” ( 169)

Terhadap kaum musjrikin jang tidak suka terseret ke­dalam peperangan, tidak berpihak kepada kaumnja dan

214

tidak pula kepada kaum Muslimin, dikatakan : ,,Djika me­reka mendjauhkan diri dan tidak turut memerangimu, dan sudi membawa damai kepada kamu, maka tidaklah Allah mendjadikan atas mereka suatu djalan.” (170) Dengan sja- rat tjenderongnja kepada Islam itu benar- bukan muzab- zab, sebentar kesana sebentar kemari; ,,Akan kamu per- dapat pula jang lain, mereka hendak mentjari keamanan dari kamu dan keamanan pula dari kaum mereka, tiap- kembali kepada fitnah, merekapun berputar pula. Maka djika mereka tiada mendjauhkan diri dari pada kamu, lalu membawa perdamaian, dan menarik tangan mereka, maka ambillah mereka dan bunuh dimana sadja berdjum- pa. Terhadap orang-orang itu kami djadikan bagimu ke­kuasaan jang djelas”. (171)

Diperintahkan memerangi golongan jang ingkar (bugat) dalam kalangan kaum Muslimin sendiri, jaitu jang keluar dari persatuan (172) Diperintahkan menjiapkan alat pe­rang dengan setjukup kekuatan (173) Dilarang bertjita- tjita supaja bertemu dengan musuh dan djika bertemu dju­ga, hendaklah bersikap teguh, dan tetap ingat akan Allah, supaja menang. (174). Diizinkan memakai tipu daja dida­lam perang, sebab perang itu ialah tipu-daja (Chud’ah) (175) Dalam satu peperangan terdapat bangkai perempuan sedjak itu beliau larang membunuh perempuan dan anak- anak (176)

Terhadap golongan jang dahulunja telah mengikat per­djandjian damai, kemudian mungkir dari djandjinja itu, lalu turut memerangi kaum Muslimin pula, dilakukan si- kap jang keras, sebagai dilakukan kepada kaum Jahudi jang berbuat begitu di Medinah. Inilah sebab aturan : ,.Pe- rangilah orang jang tidak beriman dengan Allah dan tidak dengan hari achirat, dan tidak mengharamkan apa jang di­haramkan Allah dan Rasulnja dan tidak beragama dengan agama jang benar, dari pada orang jang keturunan kitab, hingga mereka bajar djaziah, dan mereka telah ketjil.” (177)

Tetapi kalau ada jang minta berdamai hendaklah terima

21 5

permintaan itu : ,,Kalau mereka berhadap kepada perda­maian, hendaklah kamu sambut, dan tawakkallah kepada Allah ; Allah mendengar lagi mengetahui. Dan djika mere­ka bermaksud hendak menipu engkau, maka djaminan eng­kau ialah Allah, dialah jang menjokong engkau dengan per- tolongannja dan dengan orang-orang jang beriman dan dia pula jang mempersatukan mereka.” (178)

Meskipun bagairnana hebatnja berperang, namun terha­dap orang jang berlainan agama, jang tidak turut menuisuhi tidaklah terlarang berhubungan jang baik : „Tidak mela- rang Allah akan kamu terhadap orang jang tidak mcnie- rangi akan kamu lantaran agama, dan tidak mengusir akan kamu dari kampung halamanmu; bahwa berbuat perhu­bungan baik kamu dengan mereka dan berlaku adil atas mereka. Sesungguhnja Tuhan Allah amat suka kepada orang jang berlaku adil. Jang dilarang akan kamu ialah ter­hadap orang jang memerangi akan kamu pada agama. dan jang mengusir kamu dari kampungmu, dengan terang-te- lang pula pengusiran itu; bahwa kamu berhubungan baik dengan mereka. Barangsiapa jang membuat hubungan de­ngan mereka, itulah orang jang aniaja. (179) "

Diperintahkan memelihara dengan setia akan djandji da- mai jang telah diikat dengan orang musjrikin. (180)

,,Barangsiapa jang membunuh seorang dari antara kaum jang telah terikat djandji itu, tidaklah akan mentjium asap sjurga, dan asap sjurga akan diperdapatnja selama perdja­lanan 40 tahun” . (181) Dan harus membajar hukuman, jaitu membajar diat kepada ahli jang terbunuh itu dan memerdekakan seorang budak jang beriman. Kalau tidak didapat jang demikian itu, hendaklah puasa dua bulan ber- turut-turut” . (182)

Undang-undang hukum, diatur pula sebaik-baiknja. Po- kok segala hukuman bukanlah pelepaskan sakit hati ke­pada jang terhukum tetapi untuk menginsjafkan dan me­melihara masjarakat. "

2 1 6

Jang paling atas ialah hukuni qisas. jaitu hutang djiwa dibajar dengan djiwa ; ..Hai orang jang beriman diaturkan pada kamu undang-undang qisas pada pembunuhan, orang merdeka dengan merdeka. budak dengan budak dan pe- rempuan dengan perempuan.” (183)

,,Barangsiapa jang terbunuh dengan aniaja, maka kami djadikan bagi walinja kekuasaan. Maka djanganlah berle- bih-lebihan pada melakukan pembunuhan, karena dia telah ditolong.” (184) Dan dikuatkan pula oleh Quran, hukuni lama jang telah ada dalam kitab Taurat, tentang qisas se­bahagian anggota badan. mata bajar mata. hidung bajar hidung, telinga bajar telinga, gigi bajar gigi, dan luka-iuka jang lainpun qisas djuga. Barangsiapa jang bersedekah de­ngan diain maka itu adalah kaffarah baginja.” (185)

Didjelaskan hikmat qisas. jaitu menghidupkan masjara­kat. ,,Dan bagi kamu pada qis_as itu, adalah hidup, \yahai orang jang berisi djiwanja, supaja kamu taqwa.” (18 b)

Bajaran djiwa dapat diganti dengan harta, sebanjak jang diputuskan hakim dengan sjarat diterima oleh wali jang terbunuh.

Membunuh dengan tersalah, tiada dengan sengadja den- danja ialah memerdekakan seorang budak jang beriman dan membajar diat jang diserahkan kepada ahlinja, ketjuali kalau mereka bersedekah. Dan djika ada dari pada kaum itu musuh bagi kamu, dan dia beriman pula, maka ialah memerdekakan budak jang beriman. Kalau dia dari kaum jang telah terikat antara kamu dengan mengikat perdjan­djian, maka diat jang diserahkan kepada ahlinja dan me­merdekakan budak jang beriman. Maka djika tidak iida- pat, hendaknja puasa dua bulan berturut-turut. (187) ^

Hukuman zinaj ,,Perempuan bei'zina dan laki- berzina maka hendaklah didera tiap-tiap seorangnja 100 dera, dan djanganlah kamu merasa iba pada melakukan agama Allah; djika kamu beriman dengan Allah dan hari jang achir. Dan hendaklah menjaksikan akan azab keduanja itu segoiong- an orang beriman.” (188)

Sedjarah Umat Islam 15 217

B u d a k p e re m p u a n ja n g m u h s in d jik a k e d a p a ta n b e r z in a , d ik e n a k a n h u k u m a n s e p a ro ( 5 0 d e ra ) (1 8 9 )

Menuduh orang berzina bukanlah perkara gampana. Si- penuduh wadjib mengemukakan empat saksi jang melihat djelas : „Orang jang melemparkan tuduhan zina kepada perempuan sopan, kemudian tidak mendatangkan empat saksi, hendaklah didera 8 0 kali, dan djangan diterima dari padanja kesaksian selama-lamanja, itulah orang jang fasiq; ketjuali orang jang taubat sesudah itu dan memperbaiki akan dirinja maka sesungguhnja Allah pemben ampun dan penjajang.” ( 1 9 0 )

Suami menuduh isterinja berzina, mempunjai hukum sen­diri : „Dan orang jang menuduh isterinja sendiri dan ti­dak ada padanja empat saksi melainkan dirinja sendiri, maka kesaksian seorangnja ialah empat kali naik saksi de­ngan Allah, bahwa dia sungguh-sungguh dipihak benar. Jang kelima, bahwa laknat Allah atasnja djika dia berkata bohong. (191)

„Dan disingkirkan dari pada perempuan itu siksaan dji­ka dia naik saksi pula empat kali dengan Allah bnhwa suaminja adalah bohong. Jang kelima, bahwa kemurkaan Allah akan memmpa dirinja sendiri, kalau suaminia itu benar.” (192) 1

Hukuman mentjuri; „Pentjuri laki-laki dan pentjuri pe­rempuan potonglah tangan masing-masing, gandjaran atas kesalahannja dan pada Allah dan Allah teguh lagi bidiak- sana. Barangsiapa jang taubat sesudah aniaja dan mem­perbaiki, maka Allah menerima taubatnja. Allah p en eam - pun dan penjajang.” (193)

H ukum an kaum perusak, jaitu perom pak, peram pok, penjamun dan lanun dilautan : m ereka dinam ai oran g Tang m emerangi A llah dan Rasul; Sesungguhnja b a lasan orang jang memerangi A llah dan R asulN ja dan berusah a pada bumi m em buat kebinasaan, bahw a dibunuh atau d isa lib - kan, atau dipotongi tangan m ereka dan kaki m ereka kiri dengan kanan, atau dibuang dari bum i. B agi m erek a ke-

218

hinaan didunia dan bagi mereka diachirat azab jang amat besar. Ketjuali orang jang taubat sebelum dilakukan sikap atas mereka; maka ketahuilah olehmu bahwasanja Allah pengampun dan penjajang” (194)

Dilarang memperbeda-bedakan hukum terhadap orang jang dipandang mulia dan jang dipandang orang bawahan; ..Balasan suatu kedjahatan ialah hukum jang setimpal pu­la.” (195)

Tetapi sekeras-keras hukuman nampak djuga kasih Al­lah. Orang jang taubat dan memperbaiki. diberi ampun oleh Tuhan. Sebab itu pula supaja jang bersangkutan memberi maaf. w

Kata Anas : Tidaklah melihat aku akan Rasulullah bi-la dibawa orang kepadanja suatu perkara jang berkehen- dak qisas, melainkan beliau suruh jang bersangkutan mem­beri maaf.” (196)

„Singkirkanlah hukuman dari orang muslimin sekuat kuasamu. Kalau ada baginja alasan pelepaskan diri, be- baskanlah. Karena Imam jang tersalah memberi ampun lebih baik dari pada tersalah mendjatuhkan hukuman. (197)

„Pada suatu masa kaum Quraisj sangat tertarik perha- tian mereka tentang seorang perempuan dari Bani Mach- zum telah bersalah mentjuri, maka berkatalah mereka, siapakah jang akan menjampaikan perasaan ini kepada R a­sulullah. M aka kata mereka pula, siapakah jang akan lebih berani bertjakap dengan beliau, selain orang jang amat di- tjintainja, jaitu Usamah bin Zaid. M aka diutuslah Usamah kepada beliau. M aka sabda beliau kepada Usamah : „Apa- kah engkau hendak membela suatu hukum dari pada hu- kum-hukum Allah ? Sesudah itu beliaupun berpidato : ,,Se- bab-sebab jang meruntuhkan bangsa-bangsa jang sebelum kamu, ialah djika ada dikalangan bangsawan-bangsawan mereka jang mentjuri, mereka diamkan sadja. Tetapi ka­lau orang jang tiada berbangsa jang mentjuri, mereka laku- kan hukuman. Demi Allah ! Kalau kiranja Fathiinah binti M uham m ad jang mentjuri, pasti kupotong tangannja. (198)

2 1 9

Menegakkan keadilan, membanteras kezaliman itulah tudjuan mendirikan agama : „Djanganlah kamu sangka se­kali-kali, bahwa Allah melengahkan perbuatan orang jang zalim. Tjuma mereka dilambatkan sampai pada ditampil- kan padanja seluruh hati dan penglihatan.” (199) „Keta- huilah, laknat Allah berlaku atas orang jang zalim.” (200) „Katakanlah, jang diharamkan Tuhanku ialah perkara-per­kara jang kedji, baik jang njata atau tersembunji, dan dosa dan tindakan sewenang-wenang diluar kebenaran.” (201) „Takutilah do’a orang jang teraniaja, karena tidak ada lagi dinding antara do’a itu dengan Tuhan.” (202) Zulm itu adalah kegelapan dihari kiamat.” (203) „Baranesiapa mengamaja walau sedjengkal tanah, akan dipikulnia^nanti tudjuh bumi.” (204) „Tolonglah saudaramu jang mengania- ja mereka bertanja : „Menolong jang teraniaja kami telah tahu, ja Rasulullah ! Bagaimana pula menolong ian<* mene- amaja . Djawab beliau : ,,Tarik tangannja ' ” (205) "

,X>atang sesorang meminta diputuskan perkarania kepa­da Nabi, tetapi dia bertjakap keras-keras dihadapan beliau

,sa^ abat-sahat>at beliau. Lalu berkata be!

berkatfkala“ ia"g ' mp'mia tak- ber“^ ^Anah rnemermtahkari kamu supaja membajarkan ama- nat kepada ahlinja dan bila menghukum diantara manusia hendaklah hukumkan dengan adil.” (207) Allah memerin- tahkan adil dan ihsan dan memberi kepada keluar«a dan melarang jang kedji dan jang mungkar dan sewenang-we-

“ a"&hT aja lmU in?a t ” (208) ”Hai ^ a n g jang beriman, adalah kamu semuanja menegakkan keadilan bersaksi de-kernnh n f n-’ iW a ta s ,dirimu sendiri, atau ibu bapa dan

A Djlka,™ereka kaia a ta u faqir, maka Allah lebih utama dengan keduanja. Maka djanganlah menuruti hawa, dalam menudju keadilan.” (209)

Barangsiapa jang menuntut djadi qadhi kaum musli-n an l^ lng8\ ai, dltjapamja’ kemudian keadilannja me­ngalahkan kezalimannja, masuklah dia kedalam sjurga.

2 2 0

Dan djika zalimnja mengalahkan adihija, maka ncrakalah baginja.” (210)

Berkata pula Rasulullah : „Manusia jang amat disukai Allah Ta’ala dihari kiamat dan jang paling dekat tempat duduknja dari padanja ialah Imam jang adil. Dan manusia jang amat dibentji Allah dihari kiamat dan amat djauh tem­pat duduknja dari padanja, ialah Imam jang ganas”. (211) „Jang termasuk manusia jang baik, ialah jang terlebih pan­dai menghukum.” (212)

,,Qadhi itu tiga matjam : satu masuk sjurga, dua masuk neraka. Adapun jang masuk sjurga, ialah orang jang ’avif akan kebenaran lalu dia menghukum dengan kebenaran itu. Laki2 jang kenal akan kebenaran tapi zalim dalam menghukum, maka dia masuk neraka. Dan orang jang menghukum pada manusia, pada hal dia djahil, maka dia- pun masuk neraka.” (213)

Pada suatu hari Ibnu Abi Marjam Al-Azadi masuk menghadap kepada Muawijah, diwaktti beliau telah djadi chalifah. Maka berkatalah beliau kepadanja : „Apakahmaksud kedatanganmu, hai Ibnu Abi Marjam ? Dia men­djawab : „Suatu hadist dari pada Rasulullah s.a.w. ku- dengar beliau bersabda : „Barangsiapa jang diangkat Al­lah mendjadi pengatur kaum Muslimin, lalu dia berhidjab dihadapan hadjat mereka dan dibiarkannja sadja mereka didalam faqirnja, maka Allah pun akan berhidjab pula da­ri pada hadjatnja dan akan membiarkannja pula dalam faqirnja dihari qiamat.” — Sedjak itu — kata Ibnu Abi Marjam — telah diangkatnja seorang wakilnja jang istime- wa mengurus hadjat orang banjak.” (214) '

„Bila hakim beridjtihad, maka benar idjtihadnja, dia mendapat dua pahala. Dan djika beridjtihad, lalu tersalah, dapat satu pahala” . (215)

Pamong Pradja : ,.Bahwasanja Nabi mengangkat Ibnul- Latbiah mendjadi amil zakat Bani Salim. Setelah dia kem­bali kepada Rasulullah dan diminta perhitungannja, ber­kata dia : „Tnilah barang-barang jang telah aku pungut dan

221

sekarang aku serahkan. Dan jang ini, adalah barang-ba'ang hadiah jang dihadiahkan orang buat diriku sendiri. Maka berkata Rasul : ,,Tjobalah duduk sadja didalam rumah ajahrau dan rumah ibumu, sampai datang kepadamu ha­diah itu, djika engkau benar-’ — Setelah itu berdirilah be­liau berchutbah dihadapan orang banjak, dipudji dan di- sandjungnja Allah lalu katanja : ,.Amina ba’du ! Saja ine- ngangkat amil beberapa orang diantara kamu untuk me- ngurus perkara-perkara jang telah ditanggungkan Allah atas diriku. Maka datang salah seorang, lalu mengatakan, ini. barang untuk kamu, dan barang jang satu lagi Tni, ada­lah hadiah jang dihadiahkan orang untuk diriku sendiri. Alangkah baiknja djika dia duduk sadja dirumah ajahnja atau rumah ibunja, sampai datang kepada hadiahnja itu, djika ia benar. Demi Allah tidak boleh seorang djuapun mengambil, walau sedikit.” (216)

„Barangsiapa jang kamu angkat mengerdjakan suatu pe- kerdjaan dan kami tentukan pula rezekinja. maka djika ada pula jang diambilnja, itulah gulul” . (penipuan, kcrun- si). (217)

Saksi dusta : „Sudikah kamu kunjatakan kepadamu, jang sebesar-besarnja dosa besar?” „Tentu, ja Rasulullah!” djawab kami. „Memperserikatkan Tuhan, mendurhakai ajahbunda.” Beliau sedang berbaring lalu beliau duduk dan diteruskannja : Dan ketahuilah pula, jaitu kata jane di- buat-buat, kata-kata jang dibikin-bikin dan kesaksian"dus- ta.” Lama beliau membitjarakan itu. (218)_ „Dan djanganlah kamu sembunjikan kesaksian. Siapa jang menjembunjikannja, itulah orang jang telah ada dosa dalam hatinja; Dan Allah dengan apa jang kamu kerdja­kan, mengetahui.” (219)

222

P e n g h id u p a n d a n k e m a k m u r a n .

Kalau kita tilik Quran dengan seksama, terutama jang berhubungan dengan urusan riba itu, akan dapatlah kita pastikan bagairnana pengaruh riba dan peternakan uang itu dinegeri Mekkah pada permulaan Islam. Terasa sendiri bagairnana rusak binasanja masjarakat dan perekonomian umum lantaran riba. Sengsara besarlah jang akan diderita oleh orang jang djatuh kedalam tjengkeramannja. Karena tukang riba itu tidak ada padanja lain fikiran dari pada mengumpulkan harta benda, walaupun dengan djalan menghisap darah orang lain.

Bekasnja amat hebat, kehidupan orang jang telah dnkat oleh riba itu mendjadi morat marit dan kurus kering, tak dapat mengangkat diri lagi, katanja menolong, padahal menggolong. Lantaran peternakan uang jang berlaku de­ngan setjara kedjam itu, anak negeri telah terbagi dua, ja ­itu golongan tukang riba jang amat banjak hartanja dan golongan orang jang diperas keringatnja. Jang fakir sam­pai tidak mempunjai kekajaan sedikitpun, hanja badju jang lekat ditubuhnja, lain tak ada. Aturan diperbuat oleh jang kaja2 dengan semau-maunja, jang miskin mesti takluk pa­da mereka, kalau tidak, tak bisa hidup.

N a b i tah u b e tu l p e n ja k it b a n g sa n ja , d an d ia p u la ja n g ta h u b e tu l tjara b aga irn an a m e n g o b a t p en ja k it itu . S u d a h la m a d ia m e n ilik itu , su d ah b o sa n m a ta n ja m e m p er h a tik a n o r a n g b erb u a t se w e n a n g -w e n a n g d e n g a n se sa m a n ja m a ­n u sia . D a la m u m u r 4 0 ta h u n d ia m e n d ja d i R a su l, se d ja k u s ia 2 5 tah u n d ia m e n d ja d i se o r a n g a h li p e r n ia g a a n d a n m a su k k e d a la m m a sja ra k a t o r a n g itu . T e la h d ilih a tn ja b a - g a im a n a t ip u d a ja , k itju h , su m p a h u n tu k m e n g u a tk a n d u s­ta; te la h d ilih a tn ja b aga irn an a h a r ta b e n d a a n a k ja tim d i- an ia ja , d ilih a tn ja p u la b aga irn an a o r a n g ja n g b e r h a r ta h i­du p se n a n g d ia ta s k er in ga t s im isk in . M a k a k u a tla h n ia t d a n

2 2 3

minatnja hendak menghantjurkan segala keburukan itu dan menegakkan kesutjian, kecijudjuran dan kelurusan bernia-sa.

T jorak pergauian jang sedemikian sangat mempenearuhi akan djalan seruannja. Selalu diperingatkannja supaja ora nr; kaja membantu jang miskin, selalu diperingatkannja h?k milik anak jatim, selalu dikatakannja kepada orang kaja, bahwa mereka tidaklah akan mentjapai hidup scnam* ka­lau bukan dengan sebab orang jang da’if itu. Dan anak jatim seita miskin itu, atau budak- jang dikuasai o n n c selama ini, itulah jang didjadikannja kawan. Sama ba->inh diantara Um ar dengan Bilal (hamba) dan Shuhaib fhanhVl dengan Abu Bakr. ‘ ‘

Keras benar aturan Quran kepada tukan* riba itu • Orang jang pemakan riba itu tidaklah mereka te«ak m e ’

lainkan sebagaimana tegaknja orang jang tcpak‘dithlnm pengaruh sjaitan karena telah tersinggung akal bud-'nin sebab mereka berkata bahwasanja djual beli kontan itu se rupa djuga dengan riba. Allah telah menghalalkan djua'' beli dan mengharamkan riba. Maka barangsiapa ian" d ,t ., " kepadanja peringatan dari pada Tuhannja lalu dihent'-kVn nja, baginjalah apa jang telah terdahulu dan pekerdiainnH itu terserahlah kepada Allah, tetapi barangsiapa jang kem bah lagi memakan riba, itulah ahli neraka, kekal merek-i didalamnja. Disungkurkan Allah kebumi segala riba d-m diberinja bunga akan sedekah, dan Allah tidaklah sudi ak-in orang kafir lagi berbuat dosa. Sesungguhnja o r a n /j a n ^ beriman dan beramal saleh dan mendirikan sembahian- dan mengeluarkan zakat, bagi mereka sandjaran disisi Tuhan dan tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak pu la kedukaan. Wahai orang2 jang beriman, takutlah akan Allah dan djauhilah olehmu bekas sisa perbuatan riba itu kalau kamu benar2 beriman. Kalau tidak djuga kamu ker- djakan, maka bersedialah kamu akan berperang dengan Allah dan Rasulnja, dan djika kamu taubat maka bagi- mulah pokok harta bendamu itu, tidak kamu menganiaja

224

dan tidak pula dianiaja. Kalau sekiranja orang itu didalam kesempitan, tunggulilah dimana waktu kelapangan, dan bahwa kamu sedekahkan sadja, itulah jang baik bagi ka­mu. djika kamu mengetahui.” (220) ..Waliai orang jang beriman, djanganlah kamu memakan riba beilipat gan- da.” (221)

Tetapi sebagai kitab tuntunan jang serba ringkas, tidak pula Quran itu menguraikan satu persatu gans ketjil ma­na jang riba dan mana djual belinja, hanja bergantung 'e- pada keadaan waktu itu. Adat mereka ialah b. a seorang berhutang. ditentukannja hari membajar bila lepas hau membajar, tidak djuga dibajar m a k a berkatalah jang em- punja uang : ..Bajar sekarang, atau bajar bunfeanja. i T t a k dibajarnja. maka hulang itu terus d.I.patkan gtm-dakan.

Riba kapitalisme djahilijah dibanteras kcras, hingga mendarah daging kebentjian ummat ^ P a< ‘ ;Lalu diadakan gantinja jang amat sutji dan beisih. Jaitu fakir dan miskin mendapat bahagian jang mesh dan pasti dari pada harta orang kaja. Habis tahun haita jang .clah ditentukan itu, sudah mesti dikeluarkan, dan iakir dan nns- kin orang2 jang berhutang, budak2 jang telah berdjandji den can penghulunja akan membajar sekian djumlah. asal dimerdekakan, orang2 jang terlantar didalam perdjalanan kenerluan umum. Sudah boleh menunggu pembahag.an itu dengan tidak usah ragu lagi. Zakat atau bernama ojuga

wadiib, bukanlah urusan kemerdekaan seseorang d e „ ™ tata-bendanja. tetapi hak bagi Negara Islam me- ncambil harta itu — dengan kekuasaan — dan menjerah- kan kepada jang berhak menerima.

Peraturan zakat ini, jang diurus oleh Negara, dalam. Ne­gara Islam, dapatlah mendjadi djalan tengah didalam per- tentangan orang jang bermodal dengan kaum miskin. De­ngan pungutan jang wadjib ini, hilanglah rasa bentji dan kurang puas dari jang melarat kepada jang hartawan.

Peraturan, itulah jang perlu ! Peraturan dibawah penga- wasan Negara. Dengan diadakan undang-undang hukuman bagi siapa jang melanggar. Karena kalau hanja dibiarkan sadja hamba Allah ini, dia mesti lupa akan sesamanja ma­nusia : ,,Dan djikalau melapangkan Allah Ta’ala akan re- zeki bagi hambanja, pasti dia akan berlaku sewenang-we- nang diatas bumi.” (222) Itulah laku djiwa tiap-tiap ma­nusia jang tidak dapat ditahan. Kita sefaham dengan kaum Marx tentang jang sedikit ini. Jaitu semata-mata adjaran- adjaran untuk membersihkan djiwa sadja, tidaklah tjukup. Inilah dalam Islam, aturan zakat. Selain Islam tidak me- mungkiri bahwa usaha-usaha penting harus diambil nega- ra, iapun tidak membunuh pertumbuhan bcrichtiar dan berusaha untuk sendiri, asal zakatnja dibajar. Djadi ada­lah zakat itu usaha meringankan pcrtentangan kelas !

Selain dari sedekah jang wadjib, tiap-tiap orang Islam diandjurkan mendjadi orang dermawan, ditjela bachil, dan didjandjikan pahala jang utama bagi siapa jang pemurah. Laksana sembahjang, jang wadjib ialah lima waktu, tapi siapa jang bertjita-tjita membuat djiwanja lebih besar, usa- hakanlah menambah dengan sembahjang-sembahjang jang sunnat; maka begitu pula dengan zakat. Zakat adalah wa­djib bagi tiap-tiap orang Islam jang telah sampai nishab hartanja dan genap bilangan tahunnja. Dan banjak lagi pintu menolong jang lain. Jaitu hibah hadiah, wakaf dan sebagainja.

„Umpamanja orang jang menafkahkan hartanja pada djalan Allah, adalah seumpama sebidji benih menumbuh- kan tudjuh tangkai pada tiap-tiap tangkai itu seratus bi- dji pula. Dan Allah melipat gandakan bagi barangsiapa jang dikehendakinja. Allah Maha Luas dan Maha Tahu.” (223) „Dan orang-orang jang menafkahkan harta mereka pada djalan Allah, kemudian itu tidak diturutinja dengan tjertjaan dan menjakiti : bagi mereka pahalanja disisi Tu­han, dan tidak ada ketakutan atas mereka, tidak pula ke- dukaan.” (224) „Umpamanja orang jang menafkahkan

2 2 6

hartan ja , m cngharap rida Allah, dan mengokohkan a i p ada djiw a m ereka. adalah laksana kebun i ana i sd^ ’ ters iram hudjan , m aka datanglah hasilnja er ipa ga • M a k a m eskipun hudjan tiada turun, lapun mengf hasil djua. Dan Allah dengan apa jang amu an < < •m an d a n c i” . (225) „Hai orang-orang jang ' dkahkan lah apa-apa jang baik d an pada h a s i l^ haniu, d ^dari pada apa jang kami keluarkan a§ 'nV . Dacjania, iangdjanganlah kamu tjam purkan jang usu < melainkan bah-kam u sendiripun tiada sudi mengam i i J - . k e t a h u i l a h

wa kam u pedjam kan inatamu pa c JterDUCjji.” (226)olehm u bahwa Allah M aha Kaja < m s j a n perak, dan

„ D a n orang-orang jang ^en jim pan emas^dan .t i d a k d i n a f k a h k a n n j a p a d a J< £ , „ 0 2 7 ) , . S e k a l i - k a l :l a h m e r e k a d e n g a n a z a b j a n g p ; . j k sebelum k a m u t ia d a la h k a m u a k a r k j a d j k a n ^ „n a f k a h k a n d a n p a d a b a r a n g j a n g y .

, ,D e m i m a la m , a Pab l 1‘a ben d eran — ^ e m i k e d ja d i-s ia n g a p a b ila 1a te la h tera g esuno£,u h n ja u sa h a m u itu a n la k i- la k i d an p e r e n ip 1.^ .^ S e s u n ^ g u n n j ^ m e n ib c r i .beraneka-w arna M aka < ‘ ‘ kebadjikan, akan ka-

k ^ a kemudaham A d ^ u n ^

d a k e s u k a r a n . ’ (229) _O rane iang dermawan dekat dari Allah, dekat d a n m a­

nusia, dekat dari sjurga dan djauh dari neraka. O rang jang bachil djauh dari Allah, djauh dan manusia d jauh d a n sjurga, dan dekat dari neraka. Orang jang djahil tetap . d e i- mawan lebih disukai Allah dari pada orang jang abi-1 te ­tapi bachil.” (230)

..Dua pekerti jang tiada dapa t terpukul da lam diri o ran g jang beriman, bachil dan buruk laku .” (231)

227

Sabda Rasul djuga : „Awasilah olehinu akan zulm (ania- ja) karena aniaja itu adalah kegelapan dihari kiamat. Dan awasilah bachil, karena bachil itulah lubuhnja ummat jang sebelum kamu ; itulah jang membawa mereka menumpah- kan darah dan menghalalkan jang haram.” (232)

Dari Abdullah bin Mas’ud, sabda Nabi : Tidak adairi hati, hanja atas dua perkara. Seorang diberi Allah har­ta, maka dikuasainja harta itu, dihabiskannja untuk mene- gakkan kebenaran. Dan seorang diberi Allah hikmat, lain dilakukannja dan diamalkannja.” (233)

Ditundjukkannja pula, kemana djalannja menafkahkan harta : „Mereka bertanja kepadamu, apakah jang mereka nafkahkan ? Katakan apa jang kamu nafkahkan dari oada kebaikan, ialah untuk ajah-bunda, dan kaum kerabat, dan anak jatim, dan orang miskin, dan ibnis sabil, dan apa jang kamu perbuat dari kebaikan, makaAllah adalah me­ngetahui nja.” (234) „Bagi orang-orang faqir jang te]a]i terikat kepada djalan Allah, tidak mereka sanggup lagi berusaha diatas bumi, menjangka orang djahil bahwa me­reka kaja, karena sangat pandainja menutupi kemislcinan (ta’affuf), kamu kenal akan mereka pada air mukanja. me­reka tidak meminta-minta kepada manusia merendah-ren- dah. Dan apa jang kamu nafkahkan dari pada kebaikan, sesungguhnja Allah mengetahuinja.” (235) ’

Menjuruh Rasulullah s.a.w. supaja bersedekah. Berka­ta seorang laki-laki „Pada hamba ada satu dinar” — n-|a_ ka berkata beliau : „Sedekahkan itu pada dirimu sendiri.” „Padaku ada seorang anak” — Padaku ada sebuah Ingi !

Sedekahkan itu kepada isterimu” — ,,ada lagi sebuah katanja pula. Beliau djawab : „Sedekahkan kepada cha- dammu” — „Ada lagi sebuah !” — beliau djawab : ..Eng­kau lebih pandai memandang kemana jang patut.” (236)

Seorang bertanja kepada Rasulullah : „Hamba ada~harta dan ada anak, padahal ajahku berhadjat pula akan harta- ku. Beliau berkata : „Engkau sendiri dan hartamu itu, ada­lah punja ajahmu. Sesungguhnja anak-anak kamu adalah

jang seindah-indah usahamu, sebab itu makanlah buah usa­ha anakmu itu.” (237)

Sabda beliau : ,,Barangsiapa memikul beban tiga anak perempuan, atau tiga saudara perempuan, atau dua sauda­ra perempuan atau dua anak perempuan, lalu didiknja bu- dinja, dan diperlakukannja dengan baik, terus dikawinkan- nja; baginjalah sjurga.” (238)

„Orang jang berdjalan melihat perempuan djanda dan orang miskin, adalah seumpama orang jang pergi berdju- ang didjalan Allah, atau seumpama orang jang puasa tiap hari dan berdiri sembahjang tiap malam.” (239)

Orang jang pergi meminta-minta kepada manusia, pada­hal tjukup kemampuan, akan datang dia dihari kiamat, bersama psrmintaannja itu, sedang mukanja bertjoreng- moreng.” (240)

,,Tangan jang diatas lebih baik dari tangan jang diba­wah” . (241)

M a n u s ia itu tam ak , d ia sangat lo b a d an rakus k ep a d a harta. M a k a un tuk mcngurangi p en garu h itu , d jan gan la li m e lih a t k e a ta s , k ep ad a oran g jang leb ih m am p u dari p a ­d a n ja tap i p a n d an g lah k epad a orang jan g leb ih m elara t, d a n k e tik a m en a fk a h k a n harta, djangan terla lu b erk u ran g-k u ra n g dan d jan gan boros.

Sabda Nabi : „Djika ada pada anak Adam dua lembah harta, dia akan minta lembah jang ketiga. Dan tidaklah jang akan memenuhi perut anak Adam, ketjuali tanah. Allah memberi taubat kepada siapa jang taubat.” (242)

„Bila kamu memandang kepada orang jang lebih dari kamu pada harta dan chulk, maka pandanglah kepada orang jang lebih dibawah dari padanja. Itulah jang lebih patut supaja djangan kamu edjekkan nikmat Allah atasinu.” (243)

,,Djangan engkau letakkan tanganmu kekudukmu, dan djangan dilepaskan pula selepas-lepasnja, maka akan duduk kamu dengan murung dan menjesal. Sesungguhnja Tuhan- mu meluaskan rezekinja bagi siapa jang dikehendakinja

229

dan menentukan. Sesungguhnja beiiau dengan hambanja amat tahu dan memandang.” (244)

,,Djika Tuhan meluangkan rezeki bagi hambaNja, mere­k a akan berbuat sewenang-wenang diatas bumi. Tetapi Al­lah menurunkan dengan hinggaan atas siapa jang dikehen- dakiNja” . (245) “

,,Allah melebihkan setengah kamu dari jang setengah dalam hal rezeki.” (246)

Setelah itu Islampun membangkitkan semangat berusa- ha, berniaga. bertjotjok tanam. Tingkat jang tinggi ialah saudagar, tani dan tukang. Dipudji saudagar jang lapang dada membeli dan mendjual, dipudji orang berpiiitang jang memberi kelapangan bagi jang berutang.

Sabda Rasul : „Tidaklah memakan seorang akan maka- nan, jang lebih baik dari pada hasil usaha tangannja sen­diri. Dan Nabi Allah Daud adalah makan dari hasi! ta- tangannja sendiri.” (247)

,,Bahwa mengambil seorang kamu akan seutas tali, la­lu mengikat seberkas kaju api, dan memikulkan dibahunja, lalu didjualnja, lebih baik baginja dari pada meminta-min- ta kepada manusia, kadang-kadang diberinia kadan* ti­dak. (248) B

Do’a Nabi : „Ja Tuhanku, aku berlindung dengan Eng­kau dari pada malas dan tua-bangka dan ~dosa"dar. hu- tang.” (249) “ '

„Saudagar jang dipertjaja dan djudjur, adalah bersama Nabi-nabi, orang-orang jang siddik, orang sjuhada dan orang-orang saleh.” (250) „Diberi Allah rahmat laki-laki jang lapang hati ketika membeli dan ketika membaiar ” (251) J '

„Kata Nabi : ,.Adalah dahulukala seorang saudagar mempiutangi manusia. Bila dilihatnja orang kesempitan, berkatalah dia kepada anak-anak semangnja, ,,berilah dia kelapangan, moga-moga Tuhan memberi kelapangan pula bagi kita.” Maka diberi Allahlah dia kelapangan.” (252)

230

,,Barangsiapa jang senang hatinja djika dia dilepaskan Allah dari kesusahan2 hari kiamat, hendaklah diberinja pula bemafas (diberi kelapangan) orang jang tengah ke- sempitan atau bebaskan sama sekali.” (253)

„Barangsiapa mengambil (menghutang) harta orang. de­ngan niat hendak membajar; akan dibajar oleh Allah. Dan siapa jang mengambil dengan niat memusnahkannja, akan dimusnahkan Allah.” (254)

„Barangsiapa jang memperdapat hartanja ditangan orang jang telah muftis (failliet), maka dialah jang lebih berhak mengambilnja.” (255)

„Sekakar membajar hutang adalah aniaja.” (256) „Tidaklah menanam seorang Islam akan suatu tanaman,

atau menebarkan suatu benih, jang dimakan oleh burung, atas manusia, atau binatang, melainkan semuanja itu se­bagai pahala sedekah baginja. (257)

„Tiga orang jang mendjadi musuhku dihari kiamat : „Orang jang mungkir dari djaminannja. Orang jang men­djual orang merdeka, lalu dimakannja harganja. Orang inne mencupah atas suatu upahan, jang telah dikerdjakan- njaf dan tidak dibajarnja upah itu ” (258)

Penuhilah sukatan bila menjukat dan memmbangiah dengan timbangan jang lurus ” (259)

Keteguhan memegang djandji adalah minjak pemutar roda hubun«an kehidupan masjarakat, hingga berputar de­ngan lantjar. Sebab itu, apa djuapun matjam usaha, Icete- oShan djandji itulah djiwanja. Amanat, kepertjajaan. itu- fah modal utama. „Wahai orang jang beriman, penuhilah djandji.” (260)

Terlarang mengambil harta benda dengan batil dan di- bawa pula perkara kemuka hakim : „Dan djanganlah ka­mu makan harta kamu diantaramu dengan batil, lalu di- bawa kemuka hakim, supaja kamu makan sebahagian harta manusia dengan dosa, padahal kamu tahu.” (261)

Bon dan kwitansi/dan surat2 hutang : „Hai orang jang beriman, bila hutang piutang kepada djandji jang ditentu-

231

kan. hendaklah tulikan — Hendaklah menuUskan dianta­ra kamu penulis dengan adil — dan djanganlah enggan penulis itu bahwa menuliskan sebagai jang diadjarkan Allah — Hendaklah tulis — Dan hendaklah mendjelaskan orang atasnja hak, dan takutlah kepada Allah. Tuhannja ; dan djangan dipandang enteng dari padanja sedikitpun — Djika ada jang berhak itu pandir atau iemah atau tiada sanggup mendjelaskan, hendaklah mendjelaskan waimja dengan add. Dan persaksikanlah dengan dua saksi dari

^ alaU tldak keduanja laki,2 boleh seoiang laki-laki dan dua orang perempuan dari orang jang kamu suka1 djadi saksi, djika tersesat seorang diantaranja boleh

U S " ol.eh Ja"g la,n — Dan djanganlah enggan saksi2 bila dipanggd Djangan bosan menuliskannja, ketjil atausi A lh h Pa,‘ T h l temPonJa - Hulah jang lebih adil di- menH J msng°kohkan kesaksian. dan lebihmendjauhkan dan keraguan. Ketjuali ni-miimnn i a -S S L ’ S ™ J ? " * * * ™ m » k aratan djika tidak kamu tuliskan Dan ners'ik'-’V l* "i ^ e" kamu berdjual beli dan djanganlah memh t I t,J1vadan djangan pula saksi. i a l f u k a m u S - K ^itulah perbuatan fasiq. Taqwalah kepada Allnh’w\ U’ £ mengadjar Allah akan kamu, dan Alhh ^ "mengetahui. Dan djika kamu dalam nerd lot j P~ S“ atU ada seorang penulis, adakanlah agunan i n n o ^ 11 ” lLda''c djika mempertjajai setengah kamu ak-in 'b ipeSanS- ^ a n hendaklah jang dipertjajai menjerahkan setengahnja takutlah akan Allah, Tuhannja! d a n d V C m ? - ’ njikannja, maka sesungguhnja telah ada dosa d a h m 1 ' ' tmja, Dan Allah dengan apa jang kamu ' f c ~hui.” (262) Perbuat mengeta-

Tentang waris. Waris diatur pula dpnu-m t , dan sateliti-telitinja. Allah mewasiatkan ntn iJ jdas anak-anakmu, laki-laki mendapat scbaniaV h-ilin?/11 ^ dap erem p uan . D an djika m ereka peremnunn^np ' ‘ "ian dua

d a n d j i k a d ia s e o ra n g , d ia m e n d a p a t s e p a r o .” ( 2 6 3 )Hikmat mendjadi bahagian anak perempuan separo da­

ri waris untuk anak laki-laki, karena anak laki-laki itu akan kawin, dia akan membajar mahar dan nafkah isteri akan dibajarkan pula. Perkakas-perkakas rumah tangga, tikar clan bantal, lapik hamparan, semuanja tanggungan la- ki-laki. Anak perempuan akan menerima mahar, _ akan menerima nafkah. Harta anak laki-laki akan habis dari berbagai-bagai keperluan, harta anak perempuan jang se­dikit akan bertambah. Ajah jang telah tua dibelandjai oleli anak laki-lakinja dan belandja anak perempuan sebelum kawin adalah tanggungan ajah.

Waris ajah bunda : „Dan bagi ajah bunda masing-ma-. sing seperenam dari pada jang tinggal, djika ada bagi jang mati itu anak. Dan djika tidak ada baginja anak dan wans- nia hanja ajah bundanja, maka ibunja mendapat sepertiga; dan djika ada baginja saudara-saudara, maka bagi ibunja seperenam.” (264)

Waris suami-isteri : „Bagi kamu seperdua jang cl.'tmg- galkan isterimu, djika tidak ada bagi isteri itu anak Dan djika ada baginja anak, maka u n t u k m u seperempat dan apa jang ditinegalkannja. Dan bagi isten-ister. itu seper-

k»n» baS b„“£kamu anak. Maka djika ada bagimu anak, maka W ® ieka sepeideiapan dari apa jang kamu ingga < ■ - -

Waris anak-anak ibu : „Dan dj.ka ada seorangJak,- ak i . n i-nialafi atau seorang perempuan dan b ^ J

mewaiisk.u saudara perempuan, maka bagiada saudara laki-lak < 1 keduanja seperenam. Djika tiap-tiap ^ o r a n g ^ a n a a J berserikat se.mereka lebih banjak d a n itu,p e r t ig a . ” ( 2 6 6 ) M e r e k a m in t a fa t w a k e p a d a

W a r is s a u d a r a u s b a h . » M e ' ^ , t w .im Ll p a d a k a la la h ,e n g k a u ; k a t a k a n la h . A l la h rn c rn b .;n fa tw a m u p ^

djika seorang menmggal, 'dak ana J , ua itu se-saudara perempuan; maka bag. s™d‘ £ *kiPitu meneri- perdua apa jang dia tinggalkan. Dan lak

Sedjarah Umat Islam 16' 233

ma waris, djika saudara perempuan itu jang mati, djika tidak ada bagi perempuan itu anak. Djika ada perempuan itu berdua, maka bagi keduanja dua pertiga dari apa jang dia tinggalkan. Dan djika ada semuanja beberapa laki-laki dan perempuan, maka bagi jang laki-laki seumpama ba­hagian dua perempuan.” (267)

Bila isteri ditjeraikan, hendaklah diberi mut’ali, iaitu belandja sebagai pengobat hatinja jang susah lantaran "ber- tjerai. Dan mendjadi wadjib, kalau sesudah dinikahi, be­lum ditjampuri, sudah ditjeraikan.

„Tidaklah ada salahnja atas kamu apabila mentalak isteri- nui selama belum kamu sintuh atau belum kamu bajar bagi mereka keperluan; Mut’ahilah mereka. Orang jang mam- pu menurut mampunja, orang jang papa menurut papanja, jaitu mut’ah jang makruf. Itulah hak atas orang jang ber­buat baik.” (268) „Dan bagi orang jang ditalak, hendak­lah diberikan mut’ah jang makruf. Hak atas orang-orang jang taqwa.” (269)

Terhadap jang ditalak sebelum disetubuhi : „Berilahmereka mut’ah, dan lepaskanlah mereka dengan lepasan jang sebaik-baiknja.” (270) ,,Dan djika mentalak kamu akan mereka sebelum kamu sintuh, padahal sudali kamu bajar kepada mereka bajaran jang perlu (mahar), maka (mut’ahnja) ialah separo dari jang telah kamu fardukan itu; ketjuali djika mereka maafkan atau dimaafkan oleh orang ]ang ditangannja terpegang akad nikah (wali), dan bahwa kamu bermaat'-maafan, itulah jang lebih dekat kepada taqwa dan djanganlah kamu lupakan budi kcutamaan dian­tara kamu — Sesungguhnja Allah dengan apa jang kamu Perbuat, tetap mengetahui” . (271)

Anak jatim. Anak jatim disuruh oleh sjarak supaja di- peliharakan sebaik-baiknja : „Dan mereka tanjakan kepada engkau dari hal anak jatim; katakanlah, bahwa berbuat perbaikan atas mereka adalah suatu perangai utama, dan . ] a kamu bergaul dengan mereka, maka adalah niere-Ka sau daram u.” (272)

234

,.Dan berikanlah kepada anak-anak jatim itu akan har- tanja dan djanganlah kamu makan harta mereka kepada harta kamu; perbuatan itu adalah dosa jang amat besar.” (273) _

„PikulIah beban anak jatim itu hingga telah sampai wak­tu mereka nikah. Kalau kamu tilik telah ada tanda dewa- sa padanja, maka serahkanlah kepada mereka hartanja. Dan djanganlah kamu makan hartanja itu dengan boros dan supaja tjepat habisnja — hingga mereka besar — Dan orang jane kaja, hendaklah berlaku ’iflah — dan orang jans^ faqir hendaklah memakainja dengan makruf — Dan djika kamu menjerahkan harta ketangan mereka. hendak­lah adakan saksi — Dan tjukuplah T uhan Allah mendjadipenilik.” (274)

Hendaklah merasa tjemas. orang jang kalau dia mening- gal, meninggalkan dibelakangnja akan ketuiunan jang le- rnah-lemal-Tjang takut atas mereka : Maka taqwalah kamu semua akan Allah dan berkatalah dengan perkataan jang diitu. Sesungguhnja orang memakan harta anak jatim de­ngan aniaja, sungguhnja memakan didalam perutnja akan api, dan kelak akan menjalakan api neraka.” (275) „Dan bahwa kamu berdiri terhadap anak jatim dengan adil.”(276)

Dan djanganlah kamu dekati harta anak jatim, melain- kan dengan djalan jang sebaik-baiknja, hingga sampai dia te«uih berdiri sendiri, dan teguhlah membajar djandji, ka­rena djandji itu adalah suatu tanggung djawab.” (277)

Bersabda Nabi : ,,Saja dan pengasuh anak jatim didalam sjurga ,,begini” , (lalu diisjaratkannja dengan telundjuk dan djari tengahnja.” (278)

Chanimah, jaitu harta jang dapat dirampas didalam pe- ran", ditentukan pula letaknja :

, Ketahuilah bahwa barang jang dapat kamu rampas da­lam perang, maka jang untuk Allah adalah seperlimanja dan untuk Rasul dan kaum kerabat dan anak jatim dan orang miskin dan orang didalam perdjalanan.” (279)

235

Fai’ jaitu harta rampasan jang keras jang tidak diindjak dengan kuda atau kenderaan : ,,Apa jang difai’kan Allah daii pada ahli desa-desa, maka adalah dia bagi Allah dan bagi Rasul, dan bagi kaum kerabat, anak jatim, orang mis­kin dan ibnissabil. Supaja djangan ada kelebihan kekuasa- an orang jang kaja-kaja dari pada kamu.” (280)

i ntUk 01‘an8"orang faqir jang telah berpindah, jang1 'eluaikan dan kampung halaman mereka dan harta me­

reka jang mengharap mereka akan kurnia Allah dan rida- nja, dan menolong mereka akan Allah dan Rasulnja, itulah kann£montg tJang J*?ar- .Dan orang-orang jang menjedia- mereka aknn 8 ° iman sebelum mereka, jang tjinta

d k memner, g ]ang berPindah kepada mereka, danmertkrS?nP didalam dada hadJat dari *"8Hir w ’ m ereka tm ggalkan kepentingan diri Ven -

aZ Un r reka da ,am k esu litan pu la : D a n barang- b ero leh k e m ^ 8 kebach ilan dirinja, itulah orang jang dah ftu f Z T r f 1:- D an ,°rang -orang 3a»g datang sesu - d osa kam i Ia n /n , J * T uh™ kam i' am punilahlui kam i dengan ^ S r d?nUd a jan§ te la^ ™ enclahu-l^ m h o t; 1 • lm a n ’ d a n d ja n g a n la h e n g k a u d a d ik a n d a -la m h a t i k a m i r a s a b e r a t t e r h a d a p o r a n g ja n g beriman I,

W-T- a™ ’ sun8guh engkau belas kasihan.” (281) C a l™ m ati. am at diandjurkan p u l l

..D ip erin tahk an atas kam u apabila telah hadir k e o id i-

lf k ada berPeninggalan baik, supaja berwasiat un tu k ib u -b a p a d a n kaum k erab at d en g a n makruf, m endia-

S i a ^ o d T ^ 5 ° rang iang taqWa' Siapa «• . °idengarnja, maka dosanja adalah atas oranppen®ajangU” 1(™82 ) SeSUngguhnja Allah meniberi ai»pun dan

N ab? mdihatku3 ketika A b* WacWash. dia berkata : Datang dan beliau tid^- f Saklt’ dan saJa sedan§ dl M ekkah, dari padania r t r \ m atl ditanah 3ang dia telah pindah Ibnu Afraa t 'Z . Tiai| berkata : Rahmat Allah atasmu, hai

• Lalu aku berkata : „Ja Rasulullah ! Saja236

hendak mewasiatkan harta bcndaku semuanja ! — ^Dja- ngan !” kata beliau. Separo !” kataku. — ,,Djangan ! kata beliau pula. „Sepertiga ?” kataku. -— „Sepertiga ? Djadilah ! Sepertiga itupun telah banjak. Djika engkau ting- galkan waris engkau dalam kekajaan lebih baik dari pada djika engkau tinggalkan mereka melarat, menadah-nadah- kan tangan meminta-minta belas kasihan orang. Padahal bagairnana djuapun engkau mengeluarkan nafkah, namun dianja adalah sedekah, hatta sesuap nasi jang diangkat is- terimu kedalam mulutnja. Dan boleh djadi Tuhan Allah akan mengangkat daradjatmu, maka dapatlah banjak orang mengambil manfaat dari padamu, dan mudarat de­ngan engkau jang lain”. — Dan Sa’d ketika itu hanja mem­punjai seorang anak perempuan.” (283)

Sekianlah kita kmnpulkan serba sedikit filsafat dan sari adjaran Nabi Muhammad s.a.\v._

Bckas adjaran Rasul kepada djiwa bangsa Arab.

Suatu perobahan besar dan tjcpat, suatu revolusi djiwa jang amat hebat, jang djarang tandingannja telah terdjadi. Dari satu padang pasir jang tandus, dari suatu lembah jang tiada bertumbuh-tumbuhan, telah mengalir air-bah jang amat hebat, menggenangi seluruh djazirat itu dan achirnja — dalam masa tjepat pula — telah mengaliri seluruh alam. Itulah revolusi jang ditimbulkan oleh peladjaran jang telah dibavva oleh Nabi Besar Muhammad Shallal-Lahu ’Alaihi Wa Sallam.

D ari pengem bala-pengem bala unta dipadang pasir, telah tertjipta suatu sedjarah besar, sedjarah dari satu keradjaan, sedjarah dari satu agam a, dan sedjarah dari satu diantara kebudajaan dunia.

Dari akal budi jang tadinja rendah dan tiada terkenal, didalani masa hanja seperempat abad, telah terbit bintang- bintang kemanusiaan jang besar. Dalam seperempat abad tersusun seluruh tanah Arab. Dalam setengah abad tum-

•237

bang kekuasaan keradjaan Parsi dan Rum. Dalam tiga perempat abad, menjcberang ke semenandjung Iberia, ta­nah Andalusia. Dalam satu abad, (seratus tahun). telah nlengetok pintu keradjaan langit, Tiongkok !

Asalnja ialah dari pada semangat jang ditimbulkan oleh adjaran Nabi Besar Muhammad s.a.w. tadi.• Dari pada menjembah berhala, sebanjak orang sebanjak

kabilah dan suku, mereka telah berpindah dan bersusun bahu menghadapkan muka kepada tempat menjembah Jang Maha Esa, jaitu Allah Tuhan Sarwa Sekian Alam.

Kaiiniat Tauhid menimbulkan Tauhid kalimat.Kata-kata persatuan menimbulkan persatuan kata.Kesatuan tudjuan kepada Tuhan, sendirinja menimbul­

kan kesatuan hati mempertahankan pendirian, kesatuan tenaga jang tidak dapat dipetjahkan.

Hanja satu Tuhan, Rabbiu ’Alamin, Tuhan dari selu­ruh alam, jang mengatur segenap sesuatu, ditangannja se- genap kekuasaan, mengetahui akan segala rupa, ketjil dan besar; semut hitam diatas batu hitam didalam sebuah s»ua jang kelam, terhhat dia mendjalar, terdengar dia mei.'iW- kak- Dengan itu naiklah tingkatan fikiran jang tadinja ma­sih buntu itu, mafhumlah bahwa Tuhan itu bukan benda adanja tetap, kekuasaan Maha Besar dan Maha Luas me- nputi ilmunja akan segala sesuatu.

Diadjarkan kepada mereka bahwa agama merckalahS h d S TdT u 8f m;V dan bahwa alam inihn ’ l- n m , mba kesesatan- dan Nabi merekalah •! e akdn membawa ummat sesat itu kepada netLmdiuVR S » • " * ■ sem uanja a l t E S a

a d t l Pk ltU Untuk memberi petundjuk ke­pada bangsa-bangsa dan membawa adjakan j a n n V n n r

«• ipaksa, bahkan tidak diberati didalam pendi-238

rinn itu . T etap i haruslah ditcbus pendjagaan keam anan de­ngan p.em bajaran djiziah . ' .

Kepertjajaan bahwa segala kebaikan akan dibalas dinan achir dengan pahala pula, dan bagi jang durhaka atau undur neraka tcntangannja ; lagi pula kepertjajaan ^ segala sesuatu menurut takdir, tidak mati sebelum a i mentakdirkan mati, semuanja itu ber’oekas benar 'ePtKul budi pekerti mereka, sehingga tak takut mendapat banaja, walau bagairnana besarnja sekalipun. .

Dahulu jang terpandang tinggi ialah harta dan banjak anak, banjak turunan. Dahulu jang terpandang tinggi ialah pemraruh kebesaran. Datang Islam menundjukkan jang m ahal ialah amal saleh. Adapun anak dan harta Kalau menghalangi amal saleh, tidaklah ada haiganja. ang pun bukanlah kemegahan disisi Allah. Kemegahan hanja­lah taqwa kepadaNja. Sebab orang kembali keachir.it bi 1- kanlah dengan pangkat keturunan, tetapi dengan amal dan hati jang niuslim.

Tadinja berpetjah betoh, tak mau diatur, kcras kepala, berebut pengaruh. Sekarang disusun kedalam satu saf, menegakkan satu tudjuan, jaitu rida Allah, membela satu kejakinan jaitu Islam. Sehingga lantaran itu, satu bangsa besar berdiri satu agama besar tegak dan satu keraujaan besar tcmih. Bukan sadja didalam wilajat tanahnja, bankan melebar sampai keloar. Dan djika dia m a s u k kedalam satu ne°eri jang bukan negerinja, bukan sebagai pcnajat jaJi, bukan sebagai perusak, tetapi bermaksud menjiarkan ke- nikmatan agama itu, menegakkan kebenaian, menghan- tjurkan kesesatan dan memperluas achlak dan budi pekerti serta mempertinggi semarak kalimat Allah.

Berbekas pengadjaran itu kepada masjarakat dapat di­lihat pada diri pemuka-pemukanja, hindar kedustaan dan tegak kebenaran, teguh memegang djandji dan hapus ke- mungkaran, bahkan seorang jang mungkir akan djandjinja mendjadi tjatjat baginja dan keturunannja selama-lamanja. Adil menghukum, teguh memegang amanat, menghubung

239

silalurrahmi, pandai bertetangga. tak ada tjakap k.-'tor, terdjaga harta anak jatim, tidak dituduh lagi orang b::ik- berzifta, tidak dikubur lagi anak perempuan hidup-hidup. Hapus peminum chamar, habis perdjudian, hindar gundjing dan upat. habis hasad dan dcngki, tidak ada lagf bangga membangga. Bertukar dengan perangai lemah lembut. Tc- tapi teguh memegang pendirian.

Goldziher pernah memperbandingkan didalam kitab penjelidikannja bagaimana kehidupan mulia jang ditjita- tjita oleh ummat djahiliah dan bagaimana pula setelah Is­lam. Islam membawa mereka kepada kesedaran dan hidup pertcngahan. Sedang dizaman djahiliah keberanian t.dak ada batas, pertolongan tidak berdjangka, dcrmawan 'sam­pai membawa kepada boros. Melepaskan dendam kepada kabilah lain, walaupun kabilah sendiri jang saiah. ' *

Dizaman djahiliah itu berilah orang derma, walaupun din sendiri mendjadi miskin. Belalah kaummu, walaupun dia salah. Teguhilah memegang namamu, walaupun mati tentangannja. Hidup mulia jang dibentangkan Islam ialah •

I unduk kepada Allah, ikut perintahNja, sabar menerima , bentjana, dan tekankan kepcrluan sendiri untuk keper- luan bersama, semuanja itu harus tunduk kepada keadilan agama, walaupun mengenai din. Djangan berbangca-bang«a djangan mengangkat din dengan takbur, dan djangan bc°r-

,menSharaPkan Pen8hargaan sesama manu­s i a i t u l a h kehidupan mulia jang djadi tjita-tjita Islams e m S n o ^ atk;',n ,be1ka,S: li,ekaS djahiUah dihapuskan s e h S I ? apf kah k e h ld u Pan itu bertukar sama sekali ilm bekas-bekas jang lama tak ada lagi ? Adapunitu iffk^b I1""11 ba,p a-bang f '^m buktikan bahwa hal l i t ; ! bertemu- Akan berobah sekali gus, atau hilana dan agn,la sekali.ddaklah daPat' didalam tiap-tiap bangsa bahwa np1. ’ perdJalanan tiap-tiap riwajat menundjukkan Bek-ic ,p *emPuran Jang lama dan jang baru mesti hebatmas? l Cat aan jang lama bcrtemu djuga sampai beberapa

" Meskipun Nabi Muhammad berusaha keras meng-240

hapuskan segala bekas djaliiliali, hapus sama sekali dia tidak. Kadang-kadang hapus keluar, karena kebesaran Mu­hammad tidak tertentang oleh kedjahiliahan itu, tetapi se­telah dia mati, djahiliah jang tertekan itu kadang-kadang timbul pula kembali.

Tslam datang mcnghapuskan taassub dan m em ban ggakan persukuan dan kaum sendiri. Islam menjerukan bahwa se­luruh manusia sama harganja, jang tinggi hanjalah jang lebih taqwa kepada Allah. Meskipun begitu dimana ada se- bab-sebab jang menimbulkan, djahiliah itu timbul cJjuga. Setelah Bani Umajah berkuasa, taassub djahiliah tidaK da­pat disembunjikan lagi. Sebelum Tslam, keraslah pertcn- tangan Bani Umajah dengan Bani H a s j i m , telah pudui di­zaman Nabi. Sebab walaupun beliau Bani Hasjim, tidak ada sebesar zarrah djuapun terdapat pada beliau keinginan akan mclebihi kabilahnja. Tetapi pada jang lain, tentu tidak sampai kepada tingkatan perasaan Nabi itu. Kalau tidak demikian. tjuma dua orang jang bcrsih dari pada itu, jaitu Abu Bakar dan Umar. Adapun jang lain, ketika Umar akan wafat, diperingatkannja supaja kalau Usman tcrpilih^ meng- gantikannja, supaja Usman djangan melebihkan Bani Uma­jah, dan kalau Ali jang terangkat, djangan pula dia m ele - bihkan Bani Hasjim. Dia sebagai seorang besar jang telah bertahun-tahun mengalami pemerintahan, tidaklah akan sampai mengeluarkan perkataan demikian kepada dua orang jang terhitung besar pula, kalau tidak sanggup^ be­liau meneropong hati sanubari masing-masing. bah- wa didalamnja masih terselip rasa jang lama.

Dan hal itu kedjadian, meskipun ahli tarich mentjari djalan lain buat pembelaan. Salah satu dari pada sebab-se- bab jang menimbulkan huru hara dizaman Usman jang mc- njebabkan dia terbunuh, adalah karena jang beliau ar.gkat mendjadi wali negeri kebanjakan Bani Umajah, dan kalau dapat jang lebih karib perhubungannja kepadanja. Bahkan orang jang telah pernah diasingkan dizaman Rasulullah,

2 4 L

dipanggilnja pulang kembali, kebctulan orang itu 13ani Uma­jah pula.

Setelah terdjadi pertempuran diantara M u’awijah dengan Ali, ada ahli pidato jang berkata terus terang, jaitu seorang perempuan dari pihak barisan Ali. „Kctahuilah tuan'-’ — katanja, — bahwa peperangan ini lahirnja perebutan chali- fah, atau penuntutan darah Usman, tetapi batinnja dendam kesumat Bani Umajah dengan Bani Hasjim jang lama jang ditimbulkan.” w

Setelah itu, jang paling hebat pula ialah pertentangan keturunan Adnan dengan keturunan Oahan. Di Churasan bertentangan Azad dengan Taim, jang pertama kabilah Jamani (Qathaani) dan kedua Adnani. Di Sjam timbul pe­rang diantara Kalb dengan Qais, jang pertama Jamani jang kedua Adnani. Pertarungan sematjam ini sampai djua ke­negeri Andalus. Begitu pula di Irak.

Rupanja taassub djahiliah itu sudah mendjadi darah da- ging tak dapat dihapuskan, hanja dapat dibenamkan keda- lam. Seseorang Islam kalau satu kali mengakui bahwa dia tidak Islam lagi, kafirlah dia disaat itu. Tetapi seorang anak Indonesia, walaupun dimasukkannja iklan disurnt-su- rat kabar, dia bersumpah tudjuh kali keturunan, meneata- kan dia tidak anak Indonesia lagi, dia tetap orang Indone­sia djuga. "

Akan hapus sama sekali tidaklah dapat. Riwajat perdja­lanan bangsa-bangsa telah membuktikan bahwa segala se­suatu itu berdjalan menurut aturan sunnatullah djuga

Satu bukti lagi ialah perlawanan dan pemberontakan ka- um murtad jang terdjadi dizaman Abu Bakar. Ketika itu chadakan aturan bahwa tiap-tiap negeri menjerahkan ba­hagian zakat kedalam perbendaharaan negeri (Baitul-inaal) di Medinah. Mereka salah terima, mereka pandang aturan itu satu perampasan kemerdekaan dan penuhinaan kepada kabilah mereka; zakat dipandangnja djaziah! Padahal mak­sud penjerahan ialah supaja mudah membaginja kepada jang berhak, bagi muslihat bersama. .

Didusun-dusun (Badwi) lebih sukar lagi merobahnja. Meskipun Islam telah datang. namun berbangga antara sa- tu sama lain, duduk ngobrol sambil minum tuak, masih belum berobah. Masih terdapat seorang wakil chalifah ter- sesat-sesat membatja ajat sembahjang, padahal dia djadi imam, karena dia mabuk. Anak-anak chalitah sendiri, iang ajahnja masih tergolong sahabat, hidupnja amat mewah : umpama Jazid bin Mu’awijah.

Sungguhpun masih banjak orang jang hidupnja bciiim dapat dibentuk oleh adjaran Islam, tidaklah kita bolen lu- pa bahwa memang hidup sutji itu hanja didapat dengan perdjuangan, jang bertingkat-tingkat deradjat iman tiap- tiap manusia. Bukankah lebih besar djumlahnja orang jang dapat didjadikan teladan jang gilang-gemilang dalam pei- djalanan hidup ? Kehidupan orang-orang jang dekat K e ­

pada Rasul, jang sama berdjuang dengan beliau seumpa- ina Abu Bakar. Umar, IJsman, Ali dan beratus-ratus Mu- hadjirin dan Anshar. terutama jang turut berdjuang sebe­lum takluk Mekkah (daplal-fat’hi), adalah Islam pilihan dan Muslim jang patut didjadikan tjonto sclaina-lnmanja, hingga sampai hari kiamat. Sebab itu maka Allah Ta'ala memberi keterangan, bahwa tidak sama derdjatnja orang berdjuang sebelum penaklukan itu dengan jang berdjuang scsudahnja, meskipun sama-sama dapat djandji baik

Kemudian itu ternjata bahwa hidajat Allah bukan tci len­til untuk satu bangsa sadja, dan bukan pula untuk satu ma­sa sadja Quran meskipun diturunkan dalam bahasa Arab, scruannja adalah buat seluruh dunia. Setelah agama Is­lam merata keluar tanah Arab, maka hikmat hidup jang ditjita-tjitakan Islam itu terdapat pula pada bangsa jang bukan Arab dan djauh dari Nabi. Beratus tahun dibtia- kang Nabi, ditanah Parsi, Hindustan, Turki, di Andalusia, telah terdapat orang-orang besar Islam luar biasa. Sedans tanah asalnja sendiri. Mekkah dan Medinah hanja niemc- lihara kekajaan riwajat, dan mulia hanja scmata-mata ka­rena keduanja dipandang tanah sutji.

2 4 3

Sebab itu tidaklah akan heran ahli-ahli tarich jang benar- benar sudi mengetahui filsafat tarich, djika tidak kikis sa- ma sekali dengan sekali gus rasa kedjahiliahan itu, dalam sekali gus, pada permulaan masanja, maka djanganlah tje- laan itu ditimpakan kepada bangsa Arab sadja. Seluruh dunia pada masa ini belum terlepas dari pada penjakit de­mikian, walaupun bangsa jang dipandang sesopan-sopannja sekalipun. M aka djika bangsa Arab jang mula-mula itu b e ­lum dapat mengikutinja seratus persen, apatah salahnja dji­ka kita jang datang dibelakang ini melihat langsung kepada Al-Quran itu sendiri ? Terutama bagi pemeluk Islam dari seluruh bangsa ? Dan mengapa pula tanda-tanda kelemah- anan manusia didjadikan sangkutan untuk melupakan be- kas-bekasnja jang mulia ? Dapatkah dimungkiri bahwa se­muanja itu dipel'dapat lantaran kemadjuan djiwa jang di- perdapat oleh bangsa itu, meskipun sisa jang lama belum habis sama sekali. Bukankah suatu perdjuangan besar dan hebat mengobah masjarakat lama kepada jang baru ber- langsung setapak demi setapak ?

Quran tetap terbentang dimuka kita, untuk batjaan ber- sama. Mari kita jang datang kemudian ini kembali kesana. Nabi^ Muhammad s.a.w. telah memberi pengharapan bagi kita jang pertjaja kepada seruan itu, walaupun kita bukan orang Arab.

„Ummatku adalah laksana turunnja air hudjan, tidak dapat dipastikan apakah jang turun lebih dahulu, lebih me- njuburkan bumi atau jang turun kemudian” .

2 4 4

PENGARUH ADJARAN MUHAMMAD Menurut penjelidikan Ahli-Alili Barat

T o I s 1 o i„Tidak usah diragukan lagi bahwasanja Muhammad itu

memang sebesar-besar manusia jang berciiidmat kepada pe­ri kemanusiaan, dengan pengchidmatan jang amat mulia. Tjukuplah djadi kebanggaan baginja, karena dia telah sanggup membawa satu ummat kepada nurul-hak (tjahaja kebenaran), dan mengadjaknja supaja senang dengan ke­hidupan damai tenteram. Diutamakannja kehidupan zu- hud, dilarangnja menumpahkan darah dan mengurbankan sesama manusia bagi keperluan agama. Maka terbukalah bagi ummat itu djalan kemadjuan dan peradaban. Peker­djaan jang telah dikerdjakan Muhammad itu memang satu pekerdjaan besar. Bukan sembarang laki-laki jang bisa melangsungkannja. Orang sebagai dia ini memang pantas menerima pcnghormatan dan penghargaan.”

M i s m e r,,Kita ahli falsafat jang sudi menjelidik sesuatu, me­

ngakui, bahwasanja pekerdjaan dan bekas tangan jang la­ma kekalnja didalam alam dunia in i hanjalah jang dian- djurkan oleh seorang besar. Dia mesti m em punjai ketjer- dasan pikiran jang luar biasa. Dia datang hendak mem- p srb a ik i alam dan mengobat masjarakat kaumnja dari pa­da kesengsaraan jang telah lama diidapkan. Kasih saji'.ng- nja akan alam menjebabkan dia senantiasa bekerdja men­tjari apa jang baik untuk pengobatnja.

Adapun Muhammad, demi setelah dilihatnja kegelapan manusia didalam mengetahui djalan kedjadian alam ini, mulailah dia mengumpulkan azamnja untuk memberi me­reka petundjuk. Disesuaikannja undang-undang thabiat atas segala apa jang kedjadian didalam alam, menurut tingkatan ketjerdasan fikiran pada masa itu. Itulah sebab-

nja dia memberi kenjataan bahwasanja Allah itu Hsa ada- nja. Itulah sebagai ganti dari pada churafat mengat:’kan Tuhan tiga. tersusun didalam iubuh jang satu dari pada ajah, ruhul kudus dan patera. Padahal sudah bertahun- tahun lamanja terdjadi peperangan antara mereka sebab tidak ada persesuaian menentukan bagaimanakah pe^ini- bungan ketuhanan jang tiga itu.

Tauhid dan wahdaniat jang mendjadi dasar pengadjaran Islam itu, itulah jang mendjadi sebab terpenting dari pada kemenangan Muhammad. Benarlah apa jang pernah ditulis oleh penulis jang masjhur, bahwasanja seruan kepada ka­limat tauhid diwaktu alam dipenuhi oleh churafaaf ilmu lahut itu, adalah satu seruan jang paling utama. Satu kalimat tauhid keluar dari mulut Muhammad, tjukup untuk membakar sekalian rumah-rumah berhala dan menerangi sepertiga dunia.” ~D e s v e r g e s

„Didalam Quran tjukup tcrtera pokok-pokok keagama- an, budi pekerti, falsafat undang-undang ilmu siasat : ilmu perang dan djuga undang-undang didalam pergaulan dan masjarakat, untuk mengatur perhubungan manusia diantara satu sama lain, dari tiap-tiap satu sudut dari matjam ragam sudut kehidupan jang sulit besar ini” . "

r* Sjibli SjaniiH (sratelek Arab Nasrani),,Apakah zaman kemadjuan sekarang ini akan mcmung-

dJasa agama Al-Quriin kepadanja? Ingatlah bagaima- ™ pada masa itu segala kaum dan bangsa itu karam dida- iani lautan hawa nafsu, lalai dari pada ilmu peneelahuan. Maka islamlah jang telah mcmbangkitkan mereka dari P«-aa kekaraman itu, Islamlah jang telah mengibarkan pan- ^ ‘-panajmja, Islamlah jang memeliharakan perbendaha- ‘lannja. Kalau bukan lantaran Islam, barangkali akan ha-

‘11Llsnah dmu-ilmu pusaka bangsa Junani, adabnja dan awratnja. Bukan pula saja mengatakan, bahwa Islam jam*enundahkannja semuanja. ■* °

246

Islam ialah memeliharakan ilmu itu, djangan sampai ha­bis musnali dihantjurkan oleh tangan orang jang tak tahu harganja, sehingga njaris tidak sampai sama sekali ketangan kita.

C a u z o 11,,\V adjiolah atas kita menghormati agama Islam dan

mempeigunakannja untuk mempermudah djalan menjiar- kan man fa atnja didalam alam. Sebagaimana telah kita per- gunakan djuga kekuatan alam itu sendiri, sebagai air, hawa, batu bara, 1 isterik dan lain-lain, dengan tidak memperduli- kan tjatjian dan hinaan jang telah ditimpakan kepadanja oleh orang jang terdahulu.”

l)e von Bert..Sangatlah bodoh kalau kita katakan dan kita tuduh dju­

ga bahwa Islam itu disiarkan dengan udjung pedang. Kare­na agama ini dengan tcrang-terang melarang pertumpahan darah, menjuruh berbuat baik dan mentjegah berbuat mung- kar. Dia menjuruh sjura (musjawarat), dan dia melarang istibdad (dictatoriaal). Islam memberikan hak kepada kaum Muslimin didalam pergauian hidupnja. Eropa harus ingat, bahwa mereka berhutaug budi kepada kaum Muslimin, se­bab mereka telah dapat memelihara peradaban purbakala, padahal ketika itu Eropa masih didalam gelap gulita. Orang Arablah jang telah memelihara pusaka JunanC sehingga ti­dak hilang dan sampai achirnja ketangan mereka dengan selamat” .

Sir William Muir.,,Quran j.ang mulia penuh dengan dalil-dalil jang dapat

disaksikan dengan pantja-indera dan dapat diselidiki de­ngan akal. jaitu atas udjudnja Allah. Dialah Malik jang Qudus. Dia akan memberi gandjaran atas hambaNja menu- lut amalnja, baik dibalas baik dan djahat dibalas djahat. Mengikuti budi pekeiti utama dan mendjauhi pekerti jang durdjana, disemkan kepada segenap alam. Wadjib atas se-

247

kalian mukalai' mengabdi kepada Allah, karena itulah po- kok pangkal sentausa hidupnja.

Banjak lagi jang lain-lain. kiaskanlah kepada itu bebe­rapa seruan Quran jang lain, jang tjukup dennan alasan jang sempurna. Dia lerangkan pula hakikat hari kiamat de- ngan alasan jang masuk ’akal, benar dan tjukup penipipa- maan jang menakdjubkan.”

M i s m e r

(l.li' ’A.ga"la lslam menjerukan supaja bersepakat rukun dan damau Dia mengakui kenabian Musa dan Isa, dia melctak-N '!hi n m "t pada k ebesarannJa JanS setim pal. Peladjaran diuon h n r teta? d lhorm atin i a - suruhan N ab i-n ab i itu

SUaihkannja- D ‘djandjikannja m asuk siurca m enaerd ? k L Jang-,mengikU,t. akan PeladJai'a” itl‘ serta ridak deng°an A llah J a n g ' S a " dUn d ,p i,p ilknja berim an

ng^Xklu^neae rMeSh f?tika.dia te,ah me‘h a la -b e r ln ln itn v •> ■ d n u n tu h k a n n ja s e c a la b er -n a i m a k a s k n i l '»h v u tU d ia b erk a ta ^ D a t a n g > g b e -tia sa m es ti sirn a d i u - i ” b a t a L K a |c na Jan 8 b ata l itu s e n a n - le b ih a n s e s e o ™ . • ' g ‘ k a ta n Ja : -T id a k ad a k e -keturunan dan w l P " ses“ ™ s karena ketinagian Adam dari p S a S Adam dan

D avid Orckohart

a t - b r n f t ^ 'B u ^ r d ^ ^ " ag?nia biki,nan’ bl,kan wahju dibu-kuasa geredja Tet'mi S ' l" ^ aa" ’ bukan puIa dianusia umum ' d P' ,nen^ l,n suatu masjarakat ma-Muslimin m ^ k u l n j a ” . p em en ntahan jang sanSSu P setiaP

Arnest Renan

h u k ^ J ^ T Se" ? ri r d a 'ah "len- andung hukum- J C amat tinggi deradjatnja. Setiap aku masuk ke-248

dalam sebuah mesdjid Islam, senantiasa tertarik hatiku ke­pada agama itu, walaupun aku masih belum seorang Islam. ’

Edward Gibon,,Agama Muhammad sunji dari pada jang meragukan

dan mendatangkan sjak wasangka. Quran adalah sebesar- besar dalil atas kuasa Allah Ta’ala, setelah dilarang oleh Nabi menjembah berhala dan bintang-bintang. Kalau akal budi hanja sematjam akal kita ini, sukarlah akan dapat mendalami penjelidikan kepada rahasianja jang sulil dan dalam itu” .

Bandeli Djuzi (Arab Nasrani),.Kalau kita selidiki dengan seksama pekerdjaan jang te­

lah dirampungkan oleh Nabi Muhammad itu, tidaklah kita sanggup mengingkarinja, bahwasanja dia telah membajar- k a n djandjinja dan telah sampai sebahagian besar dari tjita- tjitanja. Demi kalau sekiranja ditakdirkan Tuhan usianja lebih pandjang dari itu, tentulah perobahan jang dibawanja akan lebih luas dan sempurna. Sungguhpun demikian, maka segenap pekerdjaannja didalam masa jang pendek di Me­dinah itu. sungguh suatu pekerdjaan besar. Padahal dja- naan orang lupa bagairnana hebat tanggungannja ketika itu; niana perang, mana pula perebutan pengaruh, hasad deng- ki, tjerdik buruk dan perangai munafik. Kalau kita ingkari bagairnana besarnja pekerdjaan Muhammad didalam sua- sana jang demikian, njatalah kita orang jang besar kepala dan fanatik buta” .Herbert Spencer

,,Agama Islam penuh dengan wasiat untuk membentuk budi pekerti, segala manusia wadjib memegangnja” .

Sedilot.,,Setengah dari pada bukti penundjukkan buta mata me­

reka dan pekf\k tcWrvga mereka dari pada kebenaran dan tergelintjir kaki mereka daripada djalan kedjudjuran, ialah

Sedjarah Umat Islam 17 249

ajat Quran itu sendiri, jang telah sanggup menghapuskan kebiasaan buruk bangsa Arab purbakala, menentukan bela darah, melepaskan dendam, bermusuh terang-terang, mem­bunuh anak perempuan, karena takut ditimpa malu dan gentar menghadapi kemiskinan” .

Goustave Le Bon,,Agama Islam senantiasa sesuai dengan hasil penjelidi-

kan ilmu pengetahuan zaman baru. Dia sanggup memper- baiki budi pekerti jang telah rusak, mengandjurkan perbu­atan baik, keadilan dan mema’afkan kesalahan lawan

Quran tersiar dengan alasan tjukup, bukan dengan pak- saan. Itulah jang menjebabkan bangsa-bangsa tertarik ke­padanja, sehingga bangsa-bangsa itu telah dapat bersatu dibawah satu aturan, sesudah bangsa Arab, sebagai bangsa Turki dan bangsa Mongol”.

R.V.C. Bctdley dalam bukunja „Tlie Messenger”Sebagai penutup kita salinkan kesan R.V.C. Bodley jang

tudjuh tahun lamanja mengembara dipadang pasir tanah Arab dan dapat menjelami djiwa Arab jang aseli, dalam bukunja „Muhammad Utusan Tuhan” ;

,,Dan Islam adalah peraturan satu-satunja jang terdapat didalamnja sosialisme dalam arti jang sebenarnja. Da­lam adjaran Islam didjelaskan bahwasanja segala sesuatu dalam alam ini adalah kepunjaan bersama. Tak ada disana harta kepunjaan diri sendiri. Islam mendjelaskan dengan teiang-terang, bahwasanja orang miskin mempunjai hak jang tentu atas harta orang jang kaja.

Semangat dernokrasi seperti ini telah dibawanja keselu- ruh pendjuru, jang disana berlaku pengaruh Tslam. Undang- undangnja berdjalan atas bangsa-bangsa dan atas diri pri- badi. Dan tidaklah Islam mengakui pendjadjahan. Islam ti­dak memandang perlu mengadakan propaganda bagi banc- sa jang lebih tinggi ketjerdasannja untuk menindas bangsa jang lemah, dengan alasan hendak memperbaiki hidupnja.

2 5 0 *

Belum selang lama sesudah Muhammad wafat, Islampun tersiar kemana-mana. Tetapi dinegeri jang telah ditalrluk- kannja tidaklah dia melakukan feodalisme. Hasil bumi ta­nah jang dibuka bukanlah dikirim kepusat, untuk kesenang- an dan kemewahan kaum Muslimin. Dan tidaklah mereka memakai langkah bangsa kulit putih jang sekarang, jaitu memberikan tanah djadjahan itu kepada kaum koloni jang didatangkan dari pusat penaklukan, sehingga mereka men­dapat keuntungan lipat ganda daripada hasil jang semes- tinja. Tetapi Islam berbuat sebaliknja. Memang, Islam men­dapat hasil djuga dari tanah itu, tetapi dengan kerdjasama serapat-rapatnja dengan penduduk jang asli ditanah itu, jang kebanjakannja telah berpindah mendjadi orang Islam Lantaran itu mereka telah mendjadi teman sehidup se m a ti. Bukti jang sebaik-baiknja masih tetap, bagairnana baiknja hubungan damai diantara penduduk Muslimin jang datang dengan penduduk asli. Negeri- itu telah m en d ja d i ben­teng Islam, sedjak abad ketudjuh sampai abad k e e m p a t be­las, ketjuali ditanah „Spanjol” .

T A M M A T

251

B IL A N G A N A JA T , NOMOR SU R A T D A N PE R A W I HADISD id a lam pasal III „ fa lsafat seruan N abi M uhamm ad s.a.w .”

ja n g d itu lis ia lah nom or surat. M isalnja Baqarah surat 2 dan a ja t 255 (2 : 2 55 ).

(1 ) Qur’an 112 — (2 ) Qur’an 1 — (3 ) Qur’an 4 : 170 — (4) Q ur’an 2 : 255 — (5 ) Qur’an 67 : 1 — (6 ) Qur’an 59 : 22 —(7 ) C : 58 - 59 — (8 ) Qur’an 22 : 40 — (9 ) Qur’an 2 : 186

(1 0 ) Qur’an 29 : 45 — (11) Qur’an 49 : 11 — (12 ) H adis di- riw ajatkan B uchari dari A bi H ulairah. — (13) Qur’an 4 : 141(1 4 ) H adis M uslim dari A bi H urairah •— (15 ) Qur’an 17 : 37__ ( 16 ) Qur’an 25 : 63 — (17) H adis diraw ikan Turm uzi dariIbnu A bbas; (18 ) H adis M uslim dari A bi Hurairah (19) Bu- chari-M uslim -T urm uzi dari A bi H urairah — (20) Abu Daud, T urm uzi dari Ibnu A m r bin A sh. (21) B uchari dari A bi H urai­rah. (22 ) Qur’an 17 : 24 — (23) Qur’an 93 : 8-10 — (24) B ucha­ri dari A bu Musa A l-asj’ari. (25 ) B uchari dari A bi H urairah __ (26 ) M uslim dari A bi Hurairah. — (27) B uchari dari A b­du llah bin A m r. — (28 ) B uchari dari A bi H urairah — (29) B u ch ari dari A bdu llah — (30 ) B uchari dari A bdullah . — (31) T urm uzi dari Abid-Dardaa.

(3 2 ) T urm uzi dari A bi Zarr. — (33) Turm uzi dari A bi H u­rairah . — (34 ) B uchari dari Abi M as’ud. — (35) Abu Daud dari Okbah bin ’A m ir. — (36) Turm uzi dari A bi Dardan. — (3 7 ) Turm uzi dari A bi Sa’id A lchudarij. — (38) Turm uzi dari A b i H urairah. — (39 ) B uchari dari A bdullah bin A m r — (4 0 ) H adis diraw ikan ahli hadis jan g bcrem pat sela in N asai dari A bi H urairah.

(4 1 ) Qur’an 24 : 27. — (42) H adis diriw ajatkan im an M alik dari A th a ’a Al-C-hurasany — (43) 104 : 1 — (44) Turm uzi dariIbnu U m a r .__ (45) Abu Daud dan Turm uzi dari A bi Hurairah.— (4 6 ) M uslim dari A isjah . — (47) Qur’an 31 : 19.

(4 8 ) B uchari dari A bi Hurairah. (49) Turm uzi dari A nas. — (5 0 ) M uslim dari A bdir R ahm an bin A bi Bakrah. — (51 ) B u­ch ari dari A bi Sa’id A lchudary. — (52) B uchari dari A bi Musa A l-’A s j’ary. (53 ) K isah Ratu Saba’a terseb u t didalam Qur’an su rat 27 (A n n am l) m ulai ajat 23 sam pai beberapa ajat dibela-

253

kang. (54) Qur’an 4 : 33. — (55) N asa’i dari Mu’awijart bin D.jahimah. — (56) Buchari dari Abi Hurairah — (57 ) Menurut Qur’an surat 4 : 3 . — (58) Menurut Qur’an sural 4 : 128. — (59 ) H adis A shabus Sunan dari Abi Hurairah. — (60) Qur’an 4 : 20 (61) M enurut Qur’an surat 3 : 21 — (62) m enurut Qur­’an surat 2 : 187 — (63) Qur’an 4 : 22 •— (64) Qur’an 2 : 221— (64) Qur’an 5 : 6 (65) Qur’an 4 : 3 . — (66 ) Qur’an 4 : 18— (6 7 )Qur’an 4 : 34 — (6 8 ) Qur’an 2 : 229. — (69) Qur’anGo : 1 — (70) Qur’an 65 : 1. — (71) Qur’an 2 : 228. — (72) Qur’an 65 : 4 — (73) Qur’an 2 : 234. — (74 ) Qur’an 65 : 4 — (75 ) Qur’an 33 : 49. — (76) Qur’an 2 : 223. — (77) Hadis sa- hih. — (78) Qur’an 4 : 123. — (79 ) Qur’an 16 : 97 . — (80) Qur’an 3: 195. — (81) Qur’an 90 : 10-14. — (82) Hadis B ucha­ri dari Abi Zarr. — (83) Muslim dari Abi Hurairah. __ (84)Peraturan dan sunnah Nabi — ( 8 5 ) ,Qur’an 4 : 19 (8 6 ) Qur’an2 : 223 — (87) Hadis Buchari dari Anas bin Malik. (88 ) Qur’an53 : 39. — (89) Qur’an 74 : 48. — (90) Qur’an 11 : 45. — (91) Qur’an 99 : 6-8 — (92) Hadis Muslim dari Abi Hurairah. — (93) Turmuzi dari Abi Bakrah. — (94 ) M uslim dari D jarir bin A bdullah. (95) Buchari dari A isjah. — (96) Buchari dariA nas bin Malik. — (97) Qur’an 2 : 44 — (98) Qur’an 67 : 10.— (99) Qur’an 29 : 43 — (100) Qur’an 2 : 111 — ( 101) Qur’an

2) Qur’an 6 : 116 - (103> Qur’an 17 : 36 -(104) Qur an 39 : 9. — (105) Qur’an 17 : 85. — (106) Qur-

311 « ~ (1 ° 5) Qur’an 17 ; 85' ~ (106 ) Qur’an 39 : 9— (107) Qur’an 2 : 269. - (108) Qur’an 6 : 50. - (109), lU an 0 • 11. (110) Hadis Abu Daucl dari Abu Darda-a* ~~ (111) H adis Buchari dari Abdullah bin A m r bin A l-’Ash.

(112) Hadis Turmuzi dari Huzaifah. — (113) Qur’ah 2 :

(U 4 ) Qur’an 11 : 119- - <115) Qur’an 16 : 125. —> 2 Qur’an 10 ; " • — ( 117) Qur’an 2 : 256. — (118) Qur-

^ 49 ~ (U 9 ) Qur’an 21 : 16‘ — ( 12° ) Qur’an 35 : 43 —( 121 ) Qur’an 10 : 101 — ( 122) Qur’an 88 : 17 : 20 . — (123)Q uran 3 :190. — (124) Qur’an 2 : 176. — (125) Qur’an 13 :

n o o \ (126) QUr’an 21 : 105- ~ (127> Qur'an 3 : 103 —«) H adis M uslim dari N u’man bin B asjir. — (129) M uslim

254

dari A b i M usa. — (130 ) M uslim dari A nas. — (131 ) Turm uzi d ari A b i H urairah. — f 132) M uslim dari A bi H urairah. — (1 3 3 ) B uchari dari A isjah . (1 3 4 ) M uslim , A bu D aud, Turm uzi dari Ibnu U m ar. — (135 ) Q ur’an 18 : 30. — (136) Qur’an 7 :3 1 . __ (137 ) Qur’an 28 : 77. — (138 ) Qur'an 49 : 6 — (139)B u ch ari dari A bi H urairah. — (140 ) Qur’an 37 : 164. — (142) Q ur’an 2 : 185. — (1 4 3 ) Q u ran 22 . 78. — (144 ) Qur’an 4 :27 : __ (1 4 5 ) Qur’an 2 : 286. — (146 ) B uchari dari A bi H u­rairah . — (147 ) B uchari dari A nas. — (148 ) B uchari dari A- bi H urairah. — (149 ) B uchari dari A bdu llah . — (150 ) B u ­ch ari M uslim dari Ibnu U m ar.

(1 5 1 ) Qur’an 2 : 219. — (1 5 2 ) Q ur’an 5 : 94. — (153 ) Qur­’an 5 : 93.— (1 5 4 ) Qur’an 17 : 32. — (155) Qur’an 2 : 213. — (1 5 6 ) Qur’an 49 : 13. — (1 5 7 ) Qur’an 49 : 10. — (1 5 8 ) A bu D aud dari W astilah bin A l-A sq a’.

(1 5 9 ) Qur’an 3 : 159. — (160 ) Qur’an 42 : 48. — (161 ) Qur­an 4 : 85. — (162 ) B uchari dari Ibnu ’U m ar. — (163 ) T urm u­zi, dan k atanja hadis in i gharib , dari A bi H urairah. — (1 6 4 ) A bu D aud, N asa ’i dari A isjah . — (165 ) B uchari-M uslim dari M a’qal b in Jasaar. ,

(166 ) Qur’an 22 : 39. — (167) Qur’an 2 : 190. — (1 6 8 ) Qur­’an 8 : 39-40. — (169 ) Qur’an 4 : 74. — (170) Qur’an 4 : 89. — (1 7 1 ) Qur’an 4 : 90. — (172) Q ur’an 49 : 9. — (173 ) Qur'an28 ; 77. — (174) Qur’an 49 : 6 — (175) B uchari dari A bi H urairah. — (176) B uchari dari Ibnu ’U m ar. — (1 7 7 ) Qur'an 9 . 30 . — (178 ) Qur’an 8 : 62. — (179 ) Qur’an 60 : 8-9

(1 8 0 ) Qur’an 9 : 5 . — (181) B uchari dari A b d u lla h bin A m r. — (182) Qur’an 4 : 91 — (183) Qur’an 2 : 173. — (1 8 4 ) Qur’an 17 : 33. — (185) Qur’an 5 : 48. — (1 8 6 ) Q ur’an2 ■ 179 . ___ (187 ) Qur’an 4 : 91 — (188) Qur’an 24 : 2 — (1 8 9 )Q ur’an 4 : 24. — (190) Qur’an 24 : 4. .(1 9 1 ) Qur’an 24 : 6 . — (192) Qur’an 24 : 7.— (1 9 3 ) Q ur’ang . 41 . ____ (194) Qur’an 5 : 36. — (195 ) Qur’an 45 : 40. —(1 9 6 ) A bu D aud, Am . N asa’i dari A nas b in M alik . — (1 9 7 ) A t T urm uzi dari ’A isjah . (198) H adis d iraw ikan o leh ah li h ad is jan g berlim a dari ’A isjah . — (199) Qur’an 14 : 42. —

255

(200) Qur’an 7 : 43. — (201) Q uran 7 : 32. — (202) A1 Dja m i’ul K abir Turm uzi dari Ibnu ’Abbas. — (203) Buchari dari A b dullah bin ’U m ar. (204) Buchari M uslim dari ,A isjah. — (205) B uchari dari A nas. — (206) Buchari dari Abi H urairah— (207) Qur’an 4 : 57. —■ (208) Qur’an 16 : 90. — (209) Qur’an 4 : 134.

(210) Abu Daud dari A bi Hurairah. (211) At-Turmuzi dari Abi Said. — (212) B uchari dari Abi Hurairah. (213) Abu Daud dari Buraidah. — (214) Abu Daud dan At-Turmuzi dari Ibnu A bi Marjam. — (215) Buchari, M uslim, Abu Daud dari ’A m r bin A l-’A sh. — (216) Buchari dari Abi Hamid As-Sn’idi.— (217) A bu Daud dari Buraidah. — (218) Buchari dari Abi Bakrah. — (219) Qur’an 2 : 283.

(220) Qur’an 2 : 275-279. — (221) Qur’an 3 : 130.(222) Qur’an 42 : 27. — (223) Qur’an 2 : 261. — (224) Qur­’an 2 : 262. — (225) Qur’an 2 : 265 — (226) Qur’an 2 : 267— (227) Qur’an 9 : 35. — (228) Qur’an 3 : 92. — (229) Qur­’an 92 : 1-9. — (230) At-Turmuzi dari Abi Hurairah.

(231) H adis diraw ikan Turmuzi dari Abi Sa’id Al-Chudarij.— (232) D iraw ikan Turm uzi dari Djabir bin A bdullah. — (233) B uchari dari A bdullah bin M as’ud. — (234) Qur’an 2 : 215.— (235) Qur’an 2 : 273. — (236) H adis Abu Daud, A n-Nasaai dari A bi Hurairah. — (237) Abu Daud dari A bdullah bin ’A m r A l-’A sh. — (238) H adis Abu Daud, Turmuzi dari A bi Sa’id. — (239) Turm uzi dari Shafwan bin Sulaim . — (240) A shhabus-Sunan dari Ibnu Mas’ud. — (241) D iraw ikan oleh jan g berenam , k etju a li Turmuzi. •— (242) Buchari dari Ibnu Abbas. — (243) B uchari, M uslim, Turmuzi dari A bi Hurairah.— (244) Qur’an 17 : 29. — (245) Qur’an 42 : 27. __ (246)Qur’an 16 : 71.

(247) B uchari dari Miqdad. — (248) Buchari dari Zubair bin ’A w am . — (249) Buchari dari ’A isjah .— (250) Turmuzi dari A bi Sa’id Al-Chudarij. (251) B uchari dari Djabir bin A bdullah — (252 ). Buchari, M uslim, Turmuzi dari Abi H urai­rah — (253) M uslim dari A bi Qutabah — (254) Buchari dari Abi H urairah — (255) Buchari dan M uslim dari A bi Hurai-

256

• s

rah —• (256) B uchari dari H urairah — (257) B uchari dari A nas bin Malik — (258) Buchari dari Hurairah — (259) Qur­’an 17 : 35. — (260) Qur'an 5 : 1 . —• (261) Qur’an 2 : 188— (262) Qur’an 2 : 283 — (263) Qur’an 4 : 10 — (264)Qur’an 4 : 10 — (265) Qur’an 4 : 11. — (266) Qur’an 4 : 11— (267) Qur’an 4 : 175. — (268) Qur’an 2 : 236. — (269)Qur’an 2 : 241. — (270) Qur’an 33 : 49. — (271) Qur’an 2 : 237— (272) Qur’an 2 : 220 — (273) Qur’an 4 : 2 . — (274) Qur’an 4 : 5 . — (275) Qur’an 4 : 8-9. — (276) Qur'an 4 : 125. —(277) Qur’an 6 : 152. — (278) H adis B uchari dari Sahl bin Sa’d.

(279) Qur’an 2 : 41. — (280) Qur’an 59 : 7. — (281) Qur’an 59 : 8 1 0 .

(282) Qur’an 2 : 180. — (283) H adis diraw ikan o leh Buchari dari Sa’id bin A bi W aqash.

I

257

I S I B U K U

PEN D A H U L U A N .

B A H A G IA N P E R T A M A : K E A D A A N T A N A H A R A B

halam an

P a sa ! r : ILM U B U M ID aerah — P em b ah ag ian tanah m e- 1 — 10m irut p o litik — H asil bum i — P e r ­hu bungan la lu lin ta s.

P nsal II : B A N G S AA sal-u su l — K etu ru n an — P er- 11 — 28tjam puran den gan ban gsa- la in —B adui — O rang kota.

P asa l III : T AR IC H A R A B SE B E L U M ISLA MP en je lid ik a n zam an baru — A rab 29 — 52seb elu m Islam (arab p urbakala)

. A rab M utta’arribali : (arab u tara)R adja-radja T ubba’ dan H im jar —H absji m en ak luk kan Jam an —H absji m en jeran g K a’bah.Arab S e la tan : A m ir-A m ir di H irah— A m ir-A m ir di G assan — A m ir- A m ir di K indah — B eb erapa radja jan g lain.

A R A B SE B E L U M ISLA M (m cnu- rut p en je lid ik an zam an b aru).’A m alik di Irak — ’A m alik di Me- 53 — 79 sir — .A rab S elatan : D aulat M u’in i­jah — K eradjaan Saba — K erad ja­an H im yar.A rab U tara : K eradjaan H irah —A m ir- di G hassaan — N ed jd dan I-Iediaz.P encljadjahan A sin g: M esir - A sju r— B abil — P arsi — Iskandar.

259

P a sa l IV : T A M A D D U N ’A R A B SE B E L U MISLAMA rab S elatan : K eradjaan dan U m at 80 — 108— K em akm uran — P ern iagaan —A gam a —• B ahasa.A rab U tara : B ahasa — P epatah dan p e titih — Sja ir — A h li p i­dato — A gam a — Ilm u K eturunan— T jerita pusaka (d o n g en g ) — •T en u n g dan ram al — Ilm u b intang— K ep andaian berkuda, m em anah— B erbagai-bagai adat.

B A H A G IA N K E D U A : K E D A T A N G A N M UHAM M AD

P asa l I : D U N IA SE B E L U M M UHAM M AD K eradjaan Rom a — Partai-partai agam a — P erten tan gan bangsa Rum dengan Jahudi — P arsi — F ilsa fa t dan ilm u — India — Indonesia .

Pandangan ahli-ahli tarich Barat tentang dunia sebelum Muh a in in ad

P asa l II ; M UHAM M AD A N A K A B D U L L A H K etu ru nan — P erkaw inan A bdullah dengan A m inah — K elah iran N abi M uham m ad — U rusan m enjusukan— D idalam asuhan nenek , pam an dan ibunja — Masa m udanja — K ehidupan seb elu m d iutus — P er­gaulan — K eberanian m enghadapi kesukaran — Tidak m em entingkandunia — M endjaga m artabat d i r i__K ebaikan pergaulannja — Tjaranja m em beri petundjuk — K eteguhan pend iriannja — K esanggupannja m en je lam i djiw a sahabatnja.

P asal III : B E B E R A P A P E P E R A N G A NP eran g B adr — P erang denganB ani Qainuqaa — P eran g U hud __P erang C handak (ahzaab) — Mek-

109 — 122

123 133

134 — 153

154 — 167

260

/

kah ditaklukkan — P erang H unain— Islam m ulai tersiar kelu ar tanah A rab — P erang Tabuk — R asul w a­fat.

P andangan ahli-ahli sedjarah ten- 168 — 176tang keh idupan N abi M uham m ads.a.w.Sed illo t ■— H enri Du C astries —D jardji Zaidan —• T hom as C arlyle— H enri M asse — Laura V eecia V aglier ic — Dr S jib li S jam il —B artholom eo Saint H eller — Gau- defroy D em om bynes — Hanna Da- penbrit — V olta ire — Edouard M ontet — S ed illo t — B. Sm ith —G oustave L e Bon.

P asa l IV : F A L SA F A T SE R U A N N A B I M U­HAMMAD S.A.W .Tauhid — Ibadat — Sopan santun 177 — 244 T erhadap m asjarakat perem puan —Perham baan — M entjapai kebaha­giaan d iri — K ejakinan A gam a —P eladjaran politik dan hukum .R iba : P enghidupan dan kem akm ur- an — B ekas adjaran R asul kepada djiw a bangsa Arab.

P engaruh A djaran M uhammad 245 — 251M enurut p enjelid ikan A h li- Barat T olstoi — M ism er — D esverges —Dr S ji’b li S jam il — Cauzon — D e V on Bort — Sir W illiam Muir —M ism er —• D avid Orckohart — Ar- nest R enan — Edward Gibon —B andeli D juzi — H erbert Spencer— G oustave L e Bon - R.V.C. B odley.

BIL A N G A N A JA T , NOMOR SU- 253 — 257 RAT D A N PER A W I H ADIS.

261

\

Menjusul:

S ed jarah U niat Islam d jilid II

i s i : K eradjaan IslamC halifah jang berem pat(A bu Bakar — U m ar — Usm an — A li)K eradjaan Bani Um ayah K eradjaan B ani Abbas K eradjaan Islam di Andalusia K eradjaan Islam di AfrikaK eradjaan Islam di M esir Sjam dan Sem enandjung

A rabia

Sed jarah U niat Islam djilid III

i s i : T ersiar Islam kesebelah Timur Iran — India — A fghanistanSedjarah keradjaan Turki Osmani di A sia k etjil dan

Eropah Tim ur

Penerbit N.V. Nusantara

Bukittinggi — Medan — Palembang — Djakarta.

II A M K A

262

Amarullah, H* A iialik Karim* Sedjarah Umat Islam*

PEFAI

/*~ I