of 26 /26
Menimbang : Mengingat MEMUTUSI(AN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH PELAYANAN KESEHATAN. SALINAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 35 ayat (5) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2OO9 tentang Kesehatan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan; 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); TENTANG FASILITAS BAB I bphn.go.id

SALINAN - katigaku.top · Fasilitas Pelayanan Kesehatan didirikan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif. Bagian Kedua

Embed Size (px)

Text of SALINAN - katigaku.top · Fasilitas Pelayanan Kesehatan didirikan untuk menyelenggarakan pelayanan...

Menimbang :

Mengingat

MEMUTUSI(AN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAHPELAYANAN KESEHATAN.

SALINAN

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 47 TAHUN 2016

TENTANG

FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 35 ayat (5)

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2OO9 tentangKesehatan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintahtentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan;

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentangKesehatan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5063);

TENTANG FASILITAS

BAB I

bphn.go.id

http://www.bphn.go.id/data/documents/09uu036.pdf

FRESIDEI.,Ir-lEPUEr_r l( lllDoNEStA

-2-

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal I

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat

dan/ atau tempat yang digunakan untukmenyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baikpromotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yangdilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah,dan/ atau masyarakat.

2. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yangmengabdikan diri dalam bidang kesehatan sertamemiliki pengetahuan dan/ atau keterampilan melaluipendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenistertentu memerlukan kewenangan untuk melakukanupaya kesehatan.

3. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesiayang memegang kekuasaan pemerintahan negaraRepublik Indonesia yang dibantu oleh Wakil presidendan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945.

4. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagaiunsur penyelenggara pemerintahan daerah yangmemimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yangmenjadi kewenangan daerah otonom.

5. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakanurusan pemerintahan di bidang kesehatan.

BAB II

,B+to^ =']'iffi

bphn.go.id

Jr l-il: 'i Il-ll:'I IT iri:-,l.tl:I_lr: ll.t [).) | lta i l/1

-3-

BAB IIKETERSEDIAAN FASILITAS PEIAYANAN KESEHATAN

Bagran KesatuUmum

Pasal 2

Fasilitas Pelayanan Kesehatan didirikan untukmenyelenggarakan pelayanan kesehatan baik promotif,preventif, kuratif, maupun rehabilitatif.

Bagian Kedua

Jenis dan Tingkatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Pasal 3

Fasilitas Pelayanan Kesehatan menyelenggarakanpelayanan kesehatan berupa:a. pelayanan kesehatan perseorangan; dan/ ataub. pelayanan kesehatan masyarakat.

Pasal 4

(1) Jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 3 terdiri atas:a. tempat praktik mandiri Tenaga Kesehatan;b. pusat kesehatan masyarakat;c. klinik;d. rumah sakit;e. apotek;f. unit transfusi darah;g. Iaboratorium kesehatan;h. optikal;

i. fasilitas.

bphn.go.id

(1)

PRESIDENREPU BLIK INDONESIA

-4-

i. fasilitas pelayanan kedokteran untuk kepentinganhukum; dan

j. Fasilitas Pelayanan Kesehatan tradisional.(2) Dafam hal tertentu untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan dan perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi kesehatan, Menteri dapatmenetapkan jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatanselain jenis fasilitas sebagaimana dimaksud padaayat (1).

Pasal 5

Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimanadimaksud da-lam Pasal 3 dapat memiliki tingkatanpelayanan yang terdiri atas:a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama;b. Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat kedua; danc. Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat ketiga.Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertamasebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf amemberikan pelayanan kesehatan dasar.

Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat keduasebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf bmemberikan pelayanan kesehatan spesialistik.Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat ketigasebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf cmemberikan pelayanan kesehatan subspesialistik.Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat kedua dantingkat ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (3)dan ayat (4) dapat memberikan pelayanan yangdiberikan oleh Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkatdibawahnya.

(2t

(3)

(4)

(s)

Bagian

bphn.go.id

*."rJin=t,',?Sf;*.r,o-5-

Bagian KetigaPenentuan Jumlah dan Jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Paragraf 1Umum

Pasal 6

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggungjawab atas ketersediaan Fasilitas Pelayanan Kesehatandalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yangsetinggi-tingginya.

Pasal 7

Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

bertanggung jawab menyediakan Fasilitas PelayananKesehatan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

Pasal 8

Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalamPasal 6 dapat menentukan jumlah dan jenis FasilitasPelayanan Kesehatan serta pemberian izin beroperasidi daerahnya.Kewenangan Pemerintah Daerah dalam menentukanjumlah dan jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatandidasarkan pada kebutuhan dan tanggung jawabdaerah masing-masing sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.Penentuan jumlah dan jenis Fasilitas PelayananKesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan oleh Pemerintah Daerah denganmempertimbangkan unsur-unsur sebagai berikut:

(1)

(21

(3)

a. luas . .

bphn.go.id

(4)

(s)

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-6-

a. luas wilayah;b. kebutuhan kesehatan;c. jumlah dan persebaran penduduk;d. pola penyakit;e. pemanfaatannya;f. fungsi sosial; dang. kemampuan dalam memanfaatkan teknologi.Bobot unsur-unsur sebagaimana dimaksud padaayat (3) disesuaikan untuk setiap jenis FasilitasPelayanan Kesehatan.

Ketentuan mengenai jumlah dan jenis FasilitasPelayanan Kesehatan serta pemberian izin beroperasisebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku jugauntuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan yangdiselenggarakan melalui kegiatan penanaman modalasing.

Ketentuan mengenai jumlah dan jenis FasilitasPelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud padaayat (3) tidak berlaku untuk jenis rumah sakitkhusus karantina, penelitian, dan asilum.Ketentuan mengenai penentuan jumlah dan jenisrumah sakit khusus karantina, penelitian, danasilum, sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diaturdengan Peraturan Menteri.

Pasal 9

(1) Pertimbangan penentuan jumlah dan jenis FasilitasPelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalamPasal 8 ayat (3) tidak berlaku b"gi Fasilitas PelayananKesehatan di daerah terpencil, sangat terpencil,perbatasan, dan kepulauan.

(6)

(7)

(2) Ketentuan

bphn.go.id

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-7 -

(2) Ketentuan mengenai Fasilitas Pelayanan Kesehatan didaerah terpencil, sangat terpencil, perbatasan, dankepulauan dilaksanakan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Paragraf 2Tempat Praktik Mandiri Tenaga Kesehatan

Pasal 10

Pemerintah Daerah menentukan jumlah tempatpraktik mandiri Tenaga Kesehatan berdasarkankebutuhan masyarakat terhadap pelayanankesehatan pada 1 (satu) wilayah.Penentuan kebutuhan masyarakat terhadappelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan melalui penetapan rasio antarajumlah Tenaga Kesehatan dibanding dengan jumlahpenduduk.

Penetapan rasio sebagaimana dimaksud pada ayat (21dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut:a. kondisi geogralis dan aksesibilitas masyarakat;b. tingkat utilitas; danc. jam kerja pelayanan.Dalam hal penetapan rasio sebagaimana dimaksudpada ayat (2) tidak sesuai dengan ketersediaanjumlah Tenaga Kesehatan di wilayah tersebut,Pemerintah Daerah wajib menetapkan kebljakanuntuk memenuhi jumlah praktik mandiri masing-masing Tenaga Kesehatan.

(1)

(21

(3)

(4)

Paragraf 3

bphn.go.id

(1)

t2t

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-8-

Paragraf 3Pusat Kesehatan Masyarakat

Pasal 11

Pemerintah Daerah kabupaten/kota wajibmenyediakan paling sedikit 1 (satu) pusat kesehatanmasyarakat pada setiap kecamatan.Pendirian lebih dari 1 (satu) pusat kesehatanmasyarakat didasarkan pada pertimbangankebutuhan pelayanan, jumlah penduduk, danaksesibilitas.Penentuan jumlah pusat kesehatan masyarakatberdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksudpada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Paragraf 4

Klinik

Pasal 12

Pemerintah Daerah kabupaten/kota menentukanjumlah klinik berdasarkan kebutuhan masyarakatterhadap pelayanan kesehatan pada I (satu) wilayah.Penentuan kebutuhan sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan melalui penetapan rasio antarajumlah klinik dibanding dengan jumlah penduduk.Rasio sebagaimana dimaksud pada ayat (21ditetapkan dengan pertimbangan sebagai berikut:a. kondisi geografis dan aksesibilitas masyarakat;b. tingkat utilitas;c. jam kerja pelayanan; dan

(3)

(1)

(2t

(3)

d. jumlah .

bphn.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-9-

d. jumlah praktik mandiri dokter/dokter gigi ataudokter spesialis/dokter gigi spesialis di wilayahtersebut.

(4) Dalam hal penetapan rasio sebagaimana dimaksudpada ayat (2) tidak sesuai dengan ketersediaanjumlah klinik, Pemerintah Daerah menetapkankebljakan untuk memenuhi jumlah klinik.

Paragraf 5Rumah Sakit

Pasal 13

(1) Pemerintah Daerah bertanggung jawab menyediakanrumah sakit sesuai kebutuhan masyarakat:a. paling sedikit 1 (satu) rumah sakit dengan

klasifikasi paling rendah kelas D untuk setiapkabupaten/ kota; dan

b. paling sedikit 1 (satu) rumah sakit denganklasifikasi paling rendah kelas B untuk setiapprovinsi.

(2) Pemerintah Daerah bertanggung jawab dalammelakukan pemenuhan sebaran rumah sakit secaramerata di setiap wilayah kabupaten/kotaberdasarkan pemetaan daerah denganmemperhatikan jumlah dan persebaran penduduk,rasio jumlah tempat tidur, dan akses masyarakat.

(3) Selain Pemerintah Daerah bertanggung jawab dalammenyediakan rumah sakit sebagaimana dimaksudpada ayat (l), swasta dapat mendirikan rumah sakitsesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 6 . . .

bphn.go.id

(1)

(21

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

_10_

Paragraf 6

Apotek

Pasal 14

Pemerintah Daerah kabupaten/kota bertanggungjawab menyediakan apotek sesuai kebutuhanmasyarakat terhadap pelayanan kefarmasian.Penyediaan apotek sebagaimana dimaksud pada ayat(l) berdasarkan pemetaan daerah denganmempertimbangkan jumlah Fasilitas PelayananKesehatan berupa tempat praktik mandiri TenagaKesehatan, klinik, pusat kesehatan masyarakat, danrumah sakit.

Pxagraf 7Unit Transfusi Darah

Pasal 15

Pemerintah Daerah kabupaten/kota wajibmenyediakan paling sedikit I (satu) unit transfusidarah pada setiap kabupaten/kota.Dalam kondisi tertentu Pemerintah Daerahkabupaten/kota dapat mendirikan lebih dari 1 (satu)unit transfusi darah berdasarkan pertimbangan:a. kecukupan pemenuhan kebutuhan darah;

dan/ ataub. waktu tempuh rumah sakit dengan unit transfusi

darah.

(1)

(2)

Paragraf 8

bphn.go.id

(1)

(21

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 1l -

Paragraf 8

Laboratorium Kesehatan

Pasal 16

Pemerintah Daerah bertanggung jawab menyediakanlaboratorium kesehatan sesuai kebutuhanmasyarakat terhadap pelayanan kesehatan.

Penyediaan laboratorium kesehatan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkanpemetaan daerah dengan mempertimbangkan jumlah

Fasilitas Pelayanan Kesehatan berupa tempat praktikmandiri Tenaga Kesehatan, klinik, pusat kesehatanmasyarakat, dan rumah sakit.

Paragraf 9

Optikal

Pasal 17

Pemerintah Daerah bertanggung jawab menyediakan

optikat sesuai kebutuhan masyarakat terhadappelayanan kesehatan.

Penyediaan optikal sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan berdasarkan pemetaan daerahdengan mempertimbangkan jumlah FasilitasPelayanan Kesehatan berupa tempat praktik mandiriTenaga Kesehatan, klinik, pusat kesehatanmasyarakat, dan rumah sakit.

(1)

(2t

Paragraf 1O

bphn.go.id

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-t2-

Paragraf 10Fasilitas Pelayanan Kedokteran Untuk Kepentingan Hukum

(1)

t2l

Pasal 18

Pemerintah Daerah bertanggung jawab menyediakanfasilitas pelayanan kedokteran untuk kepentinganhukum yang dilaksanakan oleh rumah sakit atauinstitusi lain paling sedikit 1 (satu) setiap provinsi.Fasilitas pelayanan kedokteran untuk kepentinganhukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harusmemenuhi syarat dan standar yang ditetapkan olehMenteri.

Paragraf 11Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tradisional

Pasal 19

Pemerintah Daerah kabupaten/kota bertanggungjawab menyediakan Fasilitas Pelayanan Kesehatantradisional sesuai kebutuhan pelayanan.Pemerintah Daerah kabupaten/kota bertanggungjawab dalam melakukan sebaran Fasilitas PelayananKesehatan tradisional secara merata di setiap wilayahkabupaten/ kota berdasarkan pemetaan daerah sesuaikebutuhan pelayanan.

BAB IIIPERIZINAN

Pasal 2O

(1) Setiap penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatanwajib memiliki izin yang diberikan setelah memenuhipersyaratan sesuai jenis Fasilitas PelayananKesehatan.

(1)

(21

(21 tzin

bphn.go.id

(2t

(3)

(4)

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-13-

Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikanoleh gubernur dan bupati/walikota sesuaikewenangannya.

Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan tertentu, izinsebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan olehMenteri.Fasilitas Pelayanan Kesehatan tertentu sebagaimanadimaksud pada ayat (3) berupa:a. rumah sakit kelas A;b. Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang

diselenggarakan melalui kegiatan penanamanmodal asing;

c. Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang memberikanpelayanan yang bersifat kompleks; dan

d. Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang bersifatnasional atau merupakan rujukan nasional.

Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (21dan ayat (3) harus mempertimbangkan ketentuanmengenai penentuan jumlah dan jenis FasilitasPelayanan Kesehatan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai izin penyelenggaraanFasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a sampaidengan huruf h dilaksanakan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai izin penyelenggaraanFasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf i dan huruf jdiatur dengan Peraturan Menteri.

(s)

(6)

(7t

BAB IV.

bphn.go.id

(1)

(21

FRr:SlDEI.lR EPrJ E t_ ( ll.lD O t..tE S tA

-t4-

BAB IVPENYELENGGARAAN

Pasal 21

Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib memilikisistem tata kelola manajemen dan tata kelola pelayanankesehatan atau klinis yang baik.

Pasal22

Penanggung jawab Fasilitas Pelayanan Kesehatanwajib memasang papan nama Fasilitas PelayananKesehatan sesuai dengan jenisnya.Papan nama sebagaimana dimaksud pada ayat (l),paling sedikit memuat:a. jenis dan nama Fasilitas Pelayanan Kesehatan;

danb. nomor izin dan masa berlakunya.Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan berupa praktikmandiri Tenaga Kesehatan, papan nama harusmemuat nama lengkap, gelar dan/atau jenis TenagaKesehatan, waktu praktik, dan nomor izin praktik.Papan nama sebagaimana dimaksud pada ayat (l),harus dipasang pada tempat yang mudah dilihat.

Pasal 23

Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajibmelaksanakan sistem rujukan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

(3)

(4)

Pasal 24

bphn.go.id

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-15-

Pasal 24

Fasilitas Pelayanan Kesehatan dapat dimanfaatkansebagai tempat atau wahana pendidikan bagi TenagaKesehatan, serta tempat penelitian dan pengembangan dibidang kesehatan yang dilaksanakan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 25

Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a sampaidengan huruf h, menyelenggarakan pelayanankesehatan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraanFasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf i dan huruf jdiatur dengan Peraturan Menteri.

BAB V

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 26

Menteri, gubernur, dan bupati/walikota melakukanpembinaan terhadap Fasilitas Pelayanan Kesehatansesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing.Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diarahkan untuk:a. memenuhi kebutuhan setiap orang dalam

memperoleh akses atas Fasilitas PelayananKesehatan;

(1)

(2)

(1)

(2)

b. meningkatkan .

bphn.go.id

ffiPF E S IDEI.I

nEnunL[i ti.lDor tEStA-16-

b. meningkatkan mutu penyelenggaraan FasilitasPelayanan Kesehatan; dan

c. mengembangkan sistem rujukan pelayanankesehatan yang efisien dan efektif.

Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan melalui:a. komunikasi, informasi, edukasi, dan

pemberdayaan masyarakat;b. advokasi dan sosialisasi; danc. monitoring dan evaluasi.Menteri dalam melaksanakan pembinaansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatmendelegasikan kepada kepala dinas di provinsi dankabupaten/kota yang tugas pokok dan fungsinya dibidang kesehatan.Menteri, gubernur, dan bupati/walikota dalammelaksanakan pembinaan sebagaimana dimaksudpada ayat (l) dapat mengikutsertakan asosiasiFasilitas Pelayanan Kesehatan dan organisasi profesiTenaga Kesehatan.

Pasal 27

(1) Menteri, gubernur, dan bupati/walikota melakukanpengawasan terhadap Fasilitas Pelayanan Kesehatansesuai kewenangan masing-masing.

(3)

(4)

(s)

(2) Menteri dalam melaksanakansebagaimana dimaksud pada ayatmendelegasikan kepada kepala dinas dikabupaten/kota yang tugas pokok danbidang kesehatan.

pengawasan

(1) dapatprovinsi danfungsinya di

(3) Ketentuan

bphn.go.id

PRESIDENREPU BLIK INDONESIA

-t7-

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasanterhadap Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur dengan PeraturanMenteri.

BAB VI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 28

Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakanpelayanan kesehatan wajib menyesuaikan denganPeraturan Pemerintah ini paling lambat 2 (dua) tahunterhitung sejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan.

BAB VIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 29

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku,semua peraturan perundang-undangan yang mengaturtentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan dinyatakan masih

tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan denganketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 30

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan.

Agar

bphn.go.id

PRESIDENREPU BLII( INDONESIA

-18-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Pemerintah ini denganpenempatannya dalam Lembaran Negara RepublikIndonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 31 Oktober 2016

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakartapada tanggal 31 Oktober 2016

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 229

Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

Asisten Deputi Bidang Pembangunan Manusia

bphn.go.id

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 47 tagUW 2016

TENTANG

FASI LITAS PELAYANAN KESEHATAN

I. UMUMFasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/ atau

tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanankesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang

ditakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan/ataumasyarakat.

Untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang baik,diperlukan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang dapat menyediakanpelayanan kesehatan yang terjangkau bagi seluruh lapisanmasyarakat dalam rangka peningkatan kesehatan, pemeliharaankesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan.

Penyediaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan merupakan tanggungjawab Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai ketentuanUndang-Undang Nomor 36 Tahun 2O09 tentang Kesehatan yangmenyatakan bahwa Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaanFasilitas Pelayanan Kesehatan bagi masyarakat untuk mencapaiderajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Selanjutnya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 menyatakanbahwa Pemerintah Daerah dapat menentukan jumlah dan jenisFasilitas Pelayanan Kesehatan serta pemberian izin beroperasi didaerahnya dengan mempertimbangkan luas wilayah, kebutuhankesehatan, jumlah dan persebaran penduduk, pola penyakit,pemanfaatannya, fungsi sosial, dan kemampuan dalam memanfaatkanteknologi.

Dalam

bphn.go.id

PRESIDENREPU BLIK INDONESIA

-2-

Dalam rangka memberikan kepastian hukum dan menjaminakses masyarakat terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan yangdiselenggarakan oleh Fasilitas Pelayanan Kesehatan, maka perlumengatur Fasilitas Pelayanan Kesehatan termasuk upaya persebaranjenis-jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan dalam suatu PeraturanPemerintah.

Materi muatan Peraturan Pemerintah tentang FasilitasPelayanan Kesehatan sebagai berikut:a. jenis dan tingkatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan;b. penentuan jenis dan jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan;c. perizinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan;d. penyelenggaraan Fasilitas Pelayanan Kesehatan; dan

e. pembinaan dan pengawasan.

II. PASAL DEMI PASALPasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Ayat (1)

Huruf aYang dimaksud dengan "tempat praktik mandiri tenagakesehatan" adalah Fasilitas Pelayanan Kesehatan yangdiselenggarakan oleh Tenaga Kesehatan yang memilikikewenangan untuk memberikan pelayanan langsungkepada pasien/klien.

Huruf b

bphn.go.id

PRESIDENREPU B LII( INDONESIA

-J-

HurufbYang dimaksud dengan upusat kesehatan masyarakat'adalah Fasilitas Pelayanan Kesehatan yangmenyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat danupaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, denganlebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yangsetinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Huruf cYang dimaksud dengan 'klinik" adalah FasilitasPelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan pelayanankesehatan perorangan yang menyediakan pelayananmedis dasar dan/ atau spesialistik.

Huruf dYang dimaksud dengan "rumah sakit' adalah institusipelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanankesehatan perorangan secara paripurna yangmenyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dangawat darurat.

Humf eYang dimaksud dengan "apoteld adalah sarzrnapelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktikkefarmasian.

Huruf fYang dimaksud dengan "unit transfusi darah" adalahFasilitas Pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakandonor darah, penyediaan darah, dan pendistribusiandarah.

Huruf gYang dimaksud dengan "laboratorium kesehatan" adalahFasilitas Pelayanan Kesehatan yang melalsanakanpengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap bahanyang berasal dari manusia dan/ atau bahan bukanberasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit,penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor risikoyang dapat berpengaruh pada kesehatan perseorangandan f atau masyarakat.

Hurrf h. . .

{,w

bphn.go.id

*r*J.Tott,',?Sf;*=r,o

-4-

Huruf hYang dimaksud dengan "optikal" adalah FasilitasPelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan pelayananefraksi, pelayanan optisi, dan/ atau pelayanan lensa

kontak.Huruf i

Yang dimaksud dengan "fasilitas pelayanan kedokteranuntuk kepentingan hukum" adalah Fasilitas PelayananKesehatan yang memberikan pelayanan kedokteranuntuk kepentingan hukum yang meliputi pelayanankedokteran forensik klinik, patologi forensik,laboratorium forensik, dan dukungan penegakan hukum.

HurufjYang dimaksud dengan "Fasilitas Pelayanan Kesehatantradisional" adalah Fasilitas Pelayanan Kesehatan yangmenyelenggarakan pengobatan/perawatan pelayanankesehatan tradisional komplementer.Fasilitas Pelayanan Kesehatan tradisional didirikansecara mandiri maupun berkelompok yang dimiliki olehperseorangan atau badan hukum.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 5Ayat (1)

Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang memiliki tingkatanpelayanan antara lain berupa klinik dan rumah sakit.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (s)Cukup jelas.

Pasal 6 .

bphn.go.id

-$",DPRES IDEN

REPUBLIK INDONESIA

-5-

Pasal 6Cukup jelas.

Pasal 7Yang dimaksud dengan "Fasilitas Pelayanan Kesehatan" antara lainFasilitas Pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan upayakesehatan yang bersifat nasional atau merupakan rujukannasional.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Ayat (1)Yang dimaksud dengan "daerah terpencil" adalah daerah yang

sutit dljangkau karena berbagai sebab seperti keadaangeograli (kepulauan, pegunungan, daratan, hutan dan rawa),transportasi, sosial, dan ekonomi.Yang dimaksud dengan "daerah sangat terpencil' adalahdaerah yang sangat sulit dijangkau karena berbagai sebabseperti keadaan geografi (kepulauan, pegunungan, daratan,hutan dan rawa), transportasi, sosial, dan ekonomi.Yang dimaksud dengan "daerah perbatasan" adalah bagiandari wilayah negara yang terletak pada sisi dalam sepanjangbatas wilayah Indonesia dengan negara lain, dalam hal bataswilayah negara di darat, kawasan perbatasan berada dikecamatan.

Yang dimaksud dengan "daerah kepulauan" adalah daerahyang memiliki karakteristik secara geografis dengan wilayahlautan lebih luas dari daratan yang di dalamnya terdapatpulau-pulau yang membentuk gugusan pulau sehinggamenjadi satu kesatuan geografis dan sosial budaya.

Ayat (2)Cukup je1as.

Pasal 10

bphn.go.id

PRESIDENREFUBLIK INDONESIA

-6-

Pasal 10

Ayat (l)Cukup jelas.

Ayat (21

Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)

Kebijakan untuk memenuhi jumlah praktik mandiri masing-masing Tenaga Kesehatan antara lain berupa pemberianinsentif, kepastian pendapatan (guaranteed income), ataukemudahan dalam perizinan, yang bertujuan memberikandaya tarik bagi Tenaga Kesehatan untuk berpraktik di wilayahtersebut dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturanperundang-undangan lainnya.

Pasal 1 ICukup jelas..

Pasal 12Ayat (l)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (s)

Cukup jelas.

Ayat (4)Kebijakan untuk memenuhi jumlah klinik antara lain berupakemudahan perizinan klinik dan sebagainya.

Pasal 13

bphn.go.id

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-7 -

Pasal 13Ayat (1)

Huruf aYang dimaksudkabupaten/kotakelas C.

Huruf bCukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (s)

Cukup jelas.

Pasal 14Cukup jelas.

Pasal 15Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17Cukup jelas.

Pasal 18Cukup jelas.

Pasal 19Cukup jelas.

Pasal 2O

Cukup jelas.

dengan'paling rendah kelas D" adalahdapat juga menyediakan rumah salit

Pasal 21

#*fr}

bphn.go.id

PRES IDENREPU ELIK INDONESIA

-8-

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal24Jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang dapat dimanfaatkansebagai tempat atau wahana pendidikan bagi Tenaga Kesehatanberupa rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5942

bphn.go.id