11
ARTIKEL PENELITIAN KESEHATAN BroANG PELAYANAN KESEHATAN DASAR DI INDONESIA BAGIAN TIMUR Oleh: Dr. Agus Suwandono, MPH, DR. PH. * Makalah ini dlsunfing dari naskah asli yang telah disajikan dalam Lokakarya Litbangkes IBTdengan hanya memuat hal-hal pokok tanpa menghilangkan makna yang ada pada naskah asli. Naskah lengkap dan asli dapat diperoleh pada Bagian Perpustakaan dan Informasi Penelitian Badan Litbangkes Jl. Percetakan Negara 29 Jakarta, atau pada penults yang bersangkutan dengan alamat Puslitbang Pelayanan KesehatanJl. Percetakan Negara 23 Jakarta. Pendahuluan Sasaran utama Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun Pertama adalah terciptanya landasan yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatannya sendiri menuju masyarakat yang adil dan makmur beidasaikan Pancasila. Selama hampir 25 tahun ini, masyarakat Indonesia telah mengalami banyak perubahan dalam arti perbaikan keadaan sosial ekonomi termasuk kesehatan. Banyak penelitian dan survai yang telah dilakukan yang menunjukkan adanya peningkatan pembangunan. Tetapi di pihak lain, angka-angka tersebut belum bisa menunjukkan seberapa besar pemerataan yang diinginkan seperti tersebut dalam GBHN. Selain itu banyak para ahli yang mempermasalahkan secara nyata tentang Indonesia Bagian Timur. Apakah pemerataan sosial ekonomi dan pelayanan kesehatan juga sudah mencapai Indonesia bagian ini? Demi untuk pemerataan yang dicita-citakan Pemerintah telah mengarahkan dan memprioritaskan pembangunan termasuk pembangunan kesehatan ke Indonesia Bagian Timur. Untuk tidak mengulangi permasalahan-permasalahan yang terjadi pada waktu pembangunan Indonesia Bagian Barat pada waktu yang lampau, dan agar pembangunan di IBT benar- benar merupakan pembangunan yang tumbuh dan berkembang dari bawah dan sesuai dengan kemampuan serta kebutuhan masyarakat setempat. Keadaan, Masalah Dan Potensi Yang Mempengaruhi Pembangunan Pelayanan Kesehatan Dasar Di Indonesia Bagian Timur Dalam tulisan ini, IBT berarti "daerah di Indonesia bagian timur yang meliputi 9 propinsi yaitu propinsi-propinsi NTS, NTT, TIM-TIM, IRIA, MALUKU, SULUT, SULTENG, SULSEL dan SULTRA-. Pengertian ini mengundang pula beberapa permasalahan yang mendasar, yaitu pertanyaan apakah yang dipakai sebagai dasar untuk pemilihan dari 9 propinsi ini? Banyak para pakar yang masih membahas pengertian IBT ini, dan rupa-rupanya sampai saat ini masih belum ada kesepakatan tentang definisi IBT. Tetapi, seperti pengertian di atas, tampaknya yang termudah adalah berdasar pada letak geografi ke sembilan propinsi yang ada di bagian tertimur dari Indonesia. *' Peneliti/Ketua Kelompok Kebijaksanaan dan Sumber Daya Kesehatan, Puslitbang Pelayanan Kesehatan Badan Litbangkes., Jl. Percetakan Negara No. 23, Jakarta. 54 Media Litbangkes \bl. I No. 04/1991

PENELITIAN KESEHATAN BroANG PELAYANAN KESEHATAN …

  • Upload
    others

  • View
    19

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENELITIAN KESEHATAN BroANG PELAYANAN KESEHATAN …

ARTIKEL

PENELITIAN KESEHATANBroANG PELAYANAN KESEHATAN DASAR

DI INDONESIA BAGIAN TIMUROleh:

Dr. Agus Suwandono, MPH, DR. PH. *

Makalah ini dlsunfing dari naskah asli yang telah disajikan dalam Lokakarya Litbangkes IBTdenganhanya memuat hal-hal pokok tanpa menghilangkan makna yang ada pada naskah asli. Naskah lengkap dan aslidapat diperoleh pada Bagian Perpustakaan dan Informasi Penelitian Badan Litbangkes Jl. Percetakan Negara 29Jakarta, atau pada penults yang bersangkutan dengan alamat Puslitbang Pelayanan KesehatanJl. PercetakanNegara 23 Jakarta.

Pendahuluan

Sasaran utama Pembangunan JangkaPanjang 25 Tahun Pertama adalah terciptanyalandasan yang kuat bagi bangsa Indonesia untuktumbuh dan berkembang atas kekuatannya sendirimenuju masyarakat yang adil dan makmurbeidasaikan Pancasila.

Selama hampir 25 tahun ini, masyarakatIndonesia telah mengalami banyak perubahan dalamarti perbaikan keadaan sosial ekonomi termasukkesehatan. Banyak penelitian dan survai yang telahdilakukan yang menunjukkan adanya peningkatanpembangunan. Tetapi di pihak lain, angka-angkatersebut belum bisa menunjukkan seberapa besarpemerataan yang diinginkan seperti tersebut dalamGBHN. Selain itu banyak para ahli yangmempermasalahkan secara nyata tentang IndonesiaBagian Timur. Apakah pemerataan sosial ekonomidan pelayanan kesehatan juga sudah mencapaiIndonesia bagian ini?

Demi untuk pemerataan yang dicita-citakanPemerintah telah mengarahkan dan memprioritaskanpembangunan termasuk pembangunan kesehatan keIndonesia Bagian Timur. Untuk tidak mengulangi

permasalahan-permasalahan yang terjadi pada waktupembangunan Indonesia Bagian Barat pada waktuyang lampau, dan agar pembangunan di IBT benar-benar merupakan pembangunan yang tumbuh danberkembang dari bawah dan sesuai dengankemampuan serta kebutuhan masyarakat setempat.

Keadaan, Masalah Dan Potensi YangMempengaruhi Pembangunan PelayananKesehatan Dasar Di Indonesia Bagian Timur

Dalam tulisan ini, IBT berarti "daerah diIndonesia bagian timur yang meliputi 9 propinsiyaitu propinsi-propinsi NTS, NTT, TIM-TIM, IRIA,MALUKU, SULUT, SULTENG, SULSEL danSULTRA-.

Pengertian ini mengundang pula beberapapermasalahan yang mendasar, yaitu pertanyaanapakah yang dipakai sebagai dasar untuk pemilihandari 9 propinsi ini? Banyak para pakar yang masihmembahas pengertian IBT ini, dan rupa-rupanyasampai saat ini masih belum ada kesepakatan tentangdefinisi IBT. Tetapi, seperti pengertian di atas,tampaknya yang termudah adalah berdasar padaletak geografi ke sembilan propinsi yang ada dibagian tertimur dari Indonesia.

*' Peneliti/Ketua Kelompok Kebijaksanaan dan Sumber Daya Kesehatan, PuslitbangPelayanan Kesehatan Badan Litbangkes., Jl. Percetakan Negara No. 23, Jakarta.

54 Media Litbangkes \bl. I No. 04/1991

Page 2: PENELITIAN KESEHATAN BroANG PELAYANAN KESEHATAN …

ARTIKEL

Untuk mempermudah mencaripermasalahan dan potensi yang ada pada 9 propinsidiuraikan berdasarkan kerangka pikir yang ada padaSKN atau Repelita V Kesehatan yaitu:

1. Status/Derajat Kesehatan

Dalam uraian status kesehatan ini, akandicoba memaparkan dua status kesehatan terpentingyaitu IMR/AKB dan MMR/AKI. Ke dua angka iniamat penting untuk dipikirkan oleh karenamerupakan dua indikator penting dari 10 sasaranpokok kesejahteraan ibu dan anak pada tahun 2000(10 Summit Goal by the Year 2000). AKB walaupuntidak secara eksplisit disebutkan tetapi hal inimerupakan inti dari 7 sasaran dari 10 Summit Goaltersebut. Dengan rendahnya ke dua angka ini makapaling tidak masa lah-masa lah klasik yangberhubungan dengan kesehatan di negaraberkembang telah mulai terpecahkan.

Apabila melihat perkembangan AKB dipropinsi-propinsi daerah IBT maka keadaannyaadalah demikian:

Propinsi

Timor TimurNTTNTBIrjaMalukuSulutSultengSulselSultraRata-rataJawa - BaliSumateraKalimantanNASIONAL

1980

114173981158711890107113859110298

1990

697815082773311168818354676873

Keterangan:Perkiraan menurut Sensus Penduduk 1980

' Perkiraan "SEMENTARA" Sensus Penduduk1990 (Intern EPS)

Angka-angka tersebut di atas merupakanangka-angka sementara, terutama angka tahun 1990masih merupakan angka sementara yang diambildari basil BPS yang sebetulnya masih merupakankeperluan intern BPS. Angka-angka ini diambil

untuk sekedar merangsang diskusi intern dalamlokakarya ini, yaitu diskusi dengan assumsi bahwaangka tersebut betul. Dalam jangka 10 tahun AKBdapat diturunkan antara 25-30 per 1000 kelahiran,dengan beberapa ekstrim seperti Sulut (turun54/1000 kelahiran hidup) dan Sulteng (turun hanya7/1000 kelahiran hidup).

Tentang AKI, angka yang pasti masihbelum ada, tetapi diperkirakan sekitar 450 per100.000 kelahiran hidup. Menurut pengarahanBapak Menteri Kesehatan dan 10 summit goal, AKIini harus dapat diturunkan sampai 225 pada tahun2000. Yang menjadi masalah adalah menurut hasilpenelitian Dr. Ratna Budiarso, ada suatukecenderungan AKI ini untuk meningkat selama 12tahun terakhir ini. Penelitian di Maluku, denganperhitungan indirect technic sisterhood,menunjukkan angka kecenderungan yang kira-kirasama. Perhitungan angka AKI ini memang cukupsulit, selain pengaruh kualitas sampel (misalnyaketerbatasan mengingat), jumlah sampel juga haruscukup banyak.

2. Faktor-Faktor Lingkungan

Berdasarkan beberapa penelitian di daerahMaluku dan penjajagan daerah atau FGD untukpenyusunan proposal CHN III di Maluku, NTT danIrja, maka dapat disimpulkan beberapa faktor-faktorlingkungan yang mempunyai pengaruh besarterhadap derajat kesehatan, pelayanan kesehatan danperilaku masyarakat. Faktor-faktor lingkunganmenjadi lebih penting lagi, oleh karena walaupunsudah diketahui, tetapi faktor-faktor ini banyak yangmerupakan faktor persisten yang sulit untuk dirobah.

a. Geografi, Musim, Transportasi dan Komunikasi

Daerah yang luas dengan kondisipegunungan, rawa dan kepulauan menjadikanmasalah geografi, musim, transportasi dankomunikasi harus diperhitungkan sebagai masalahutama. Musim ombak dan angin yang seringmenyebabkan tidak mungkinnya dilakukanperjalanan guna supervisi merupakan masalah yangcukup persisten. Masih kurangnya saranatransportasi dan komunikasi menyebabkan hubungansatu daerah menjadi lambat dan seringkali terputussama sekali. Hal ini juga menyebabkan sulitnya KIEdan referal dilaksanakan dengan optimal di IBT.

Media Litbangkes Vol.l No.04/1991 55

Page 3: PENELITIAN KESEHATAN BroANG PELAYANAN KESEHATAN …

ARTIKEL

b. Demogrqfi

Penduduk yang relatif jarang dan salingberjauhan menyebabkan sulitnya pem'binaanprogram-program kesehatan dan partisipasimasyarakat yang memerlukan gotong royong. Didaerah kepulauan, penduduk mempunyai tendensiuntuk bergerombol di pulau-pulau tertentu yangrelatif kecil sehingga menyebabkan kurangmeratanya penyebaran penduduk. Kecenderunganuntuk urbanisasi mulai tampak di beberapa kotayang relatif besar di IBT.

c. Sosial-ekonomi

Relatif rendahnya pendidikan pendudukterutama golongan wanita apabila dibandingkandengan daerah IBB menyebabkan masalah yangcukup serius. Hal ini banyak disebutkan oleh parapeneliti, bahwa salah satu faktor terpenting dalampenurunan AKB dan AKI adalah tingkat pendidikanibu. Walaupun demikian , beberapa penelitianmenunjukkan kecenderungan adanya peningkatanstatus pendidikan penduduk wanita dalam 5 tahunterakhir ini. Pendapatan per kapita yang juga relatiflebih rendah dibandingkan penduduk IBBmenyebabkan masalah kesehatan menjadi semakinkompleks, terutama yang berhubungan denganmasalah gizi dan perawatan penduduk yang sakit.Tanah yang kering merupakan masalah yang cukuppenting bagi perkembangan pertanian di daerahNusa Tenggara, Tim-tim dan beberapa daerahlainnya. Keadaan ini juga menyebabkan sulitnya airbersih yang merupakan kebutuhan vital bagimasyarakat, sehingga sering menimbulkan masalah-masalah sosial di antara warga masyarakat.Kekayaan laut, potensi peternakan dan kekayaanbasil tambang yang belum bisa tergali oleh karenaketerbatasan teknologi dan sumber daya jugamerupakan masalah yang masih belum terpecahkan.

d. Budaya dan Agama

Faktor budaya merupakan faktor yangpenting dalam mempengaruhi status kesehatan,perilaku dan pelayanan kesehatan. Pengaruh inidapat merupakan penghambat dan banyak pula yangdapat dimanfaatkan sebagai potensi. Tabu,kepercayaan kepada dukun yang berlebihan,kebiasaan minum minuman keras, kebiasaan yangturun menurun seperti halnya wanita melahirkanharus pergi ke hutan, wanita dalam masa nifas harus

dipanggang (di'fufu") beserta anaknya denganramuan obat untuk mengusir roh jahat (diHalmahera dan NTT), perbedaan derajat atau kasta,masalah nasi "papah" di NTB dan masalah-masalahkultur lainnya perlu mendapatkan perhatian khusus.Di pihak lain sistem "pela", "mapalus", pencatatanlahir-mati dan Iain-lain sistem yang potensial dapatdikembangkan lebih lanjut dalam tujuan untukmembantu peningkatan derajat kesehatan. SistemKIE kesehatan untuk masyarakat hendaknyadisesuaikan dengan adat istiadat dan budayasetempat. Tokoh-tokoh tradisional dapatdimanfaatkan pula sebagai motivator kesehatan,beberapa penelitian dan penja jagan di IBTmerekomendasikan pemanfaatan tokoh-tokoh ini.Faktor agama dan tokoh agama merupakan faktorpotensial yang dapat dimanfaatkan secara optimaldalam KIE, peningkatan motivasi dan pelayanankesehatan di IBT. Banyak pendekatan-pendekatankesehatan melalui agama yang secara ilmiah telahdibuktikan efektivitasnya oleh beberapa peneliti,seperti misalnya pendekatan Dana Sehat melaluisistem kolom jemaat di Minahasa. Pendekatan-pendekatan JPKM dapat pula disampaikan melaluitokoh-tokoh agama. Petugas-petugas kesehatandengan misi agama banyak yang telah membuktikankeberhasilannya dalam memanusiakan manusiaterutama dalam menir.gkatkan derajat kesehatan dankesejahteraan masyarakat.

e. Lingkungan Hidup Yang Kurang Sehat

Lingkungan hidup yang kurang sehat yangmerupakan lingkungan hidup yang "malarious",kekeringan yang lama dan keadaan-keadaan lain danlingkungan hidup yang kurang menguntungkanmenyebabkan tingginya infeksi malaria, ISPA,diare, tetanus neonatorum, frambusia, penyakit kulitdan penyakit-penyakit lainnya. Kurangnyapenyediaan air bersih dan sarana pembuangankotoran serta air limbah juga memperburuklingkungan hidup yang sudah kurangmenguntungkan. Keadaan ini bertambah parahdengan perilaku masyarakat yang tidak mendukung.Masalah perilaku akan dibicarakan secara khusus.

f. Politik

Suasana politik yang kurangmenguntungkan di beberapa daerah di IBT cukupmerugikan masyarakat dengan adanya kerusuhan-kerusuhan sporadis. Keadaan ini diperburuk dengan

56 Media Litbangkes \bl.INo.04/1991

Page 4: PENELITIAN KESEHATAN BroANG PELAYANAN KESEHATAN …

ARTIKEL

sikap beberapa golongan masyarakat yang masihberpikir secara primitif dan paternalistik sehinggamengakibatkan sering terjadi jatuhnya beberapakorban yang tidak diharapkan.

3. Perilaku Dan Parti si pasi Masyarakat

Perilaku masyarakat merupakan masalahyang tidak dapat dilepaskan dari budaya setempat.Beberapa daerah di IBT mempunyai tendensi untukminum minuman keras, bahkan ada tendensipeningkatan pecandu minuman keras di Maluku(1991). Hal ini akan me mb aha yak an kesehatanterutama apabila terjadi kecenderunganmeningkatnya kebiasaan minum di kalangan wanitayang tentunya akan menyebabkan masalah terhadapkehamilannya. Perilaku hidup bersih di kalanganmasyarakat IBT yang lebih dari 80% tinggal dipedesaan juga masih kurang menggembirakan.Survai etnografi tahun 1991 menunjukkan adanyakecenderungan perilaku tidak mandi yang meningkatdi Maluku. Keputusan dalam mencari pertolongankesehatan dalam suatu keluarga tidak hanyaditentukan oleh keluarga itu sendiri, tetapiditentukan pula oleh para sesepuh dan ayah ibukeluarga tersebut. Bahkan u m u m n y a dominasikeputusan ditentukan oleh para tokoh masyarakat.

Partisipasi masyarakat di bidang kesehatanuntuk menuju kepada kemandirian masyarakat dalammenyehatkan dirinya amatlah penting untukditingkatkan di daerah-daerah IBT. Tetapisayangnya, data-data penimbangan balita dibeberapa daerah di IBT menunjukkan rendahnyapartisipasi masyarakat. Rasa bosan dari ibu-ibuhamil, PUS dan ibu yang mempunyai balita untukdatang ke Posyandu telah ditunjukkan oleh survaietnografi di Maluku. Pengamatan beberapa pakarpeneliti juga menunjukkan hal yang sama denganalasan kegiatan yang terlalu monoton dan seringnyapetugas tidak hadir di Posyandu. Rasaketergantungan pada petugas kesehatan yang cukupbesar hendaknya dapat merangsang para petugaskesehatan untuk membuat kegiatan di Posyandumenjadi suatu kegiatan yang inovatif danmerangsang kemandirian.

4. Pelayanan Kesehatan

Faktor pelayanan kesehatan merupakanfaktor pengaruh yang cukup penting secara timbalbalik dalam hubungannya dengan lingkungan,

perilaku dan status atau derajat kesehatanmasyarakat. Pada garis besarnya, faktor ini dapatdibagi menjadi beberapa komponen pokok yaitu: a.cakupan pelayanan kesehatan; b. kualitas pelayanankesehatan; c. manajemen pelayanan kesehatan; d.kuantitas dan kualitas ketenagaan; e. sarana danlogistik pelayanan kesehatan; f. sistem informasi;dan g. program pelayanan kesehatan.

a. Cakupan Pelayanan Kesehatan

Umumnya data laporan ataupun penelitianmenunjukkan kenaikan cakupan pelayanan kesehatandasar, walaupun apabila dilihat dari jumlah cakupanmasih relatif lebih rendah dibandingkan dengandaerah IBB. Terdapat pula suatu kecenderunganpeningkatan cakupan pelayanan kesehatan swastabaik dasar maupun pelayanan kesehatan rujukan didaerah Maluku dan beberapa daerah lainnya. Hasilsurvai etnografi di Maluku (1991) menunjukkanp e n i n g k a t a n pernyataan masyarakat yangmengatakan jauhnya tempat pelayanan kesehatan diMaluku dibandingkan dengan hasil SKRT 198S.Secara antropologis pernyataan ini diungkapkansebagai suatu "s imbol" akan ketidakpuasanmasyarakat terhadap pelayanan Puskesmas didaerahnya. Seringnya dokter, perawat dan bidantidak berada ditempat menyebabkan merekamengatakan hal tersebut.

b. Kualitas Pelayanan Kesehatan

Dengan adanya kecenderungan makintingginya tingkat pendidikan masyarakat, terjadipula kecenderungan masyarakat untuk lebih bersikapkritis. Naiknya cakupan pelayanan dasar dan rujukanswasta di samping suatu hal yang menggembirakanjuga memerlukan perhatian khusus oleh karenamengandung konotasi kurangnya kualitas pelayananRS Pemerintah, Puskesmas dan PuskesmasPembantu. Ungkapan masyarakat tentang jauhnyapelayanan kesehatan juga dapat diterjemahkandengan keinginan masyarakat untuk mendapatkanpelayanan kesehatan dasar dan rujukan yangberkualitas.

c. Manajemen Pelayanan Kesehatan

Manajemen pelayanan kesehatan masihperlu diadakan pembenahan dengan mengurangibirokrasi yang sering terjadi dan merugikanpenderita. Manajemen ini tidak hanya memerlukan

Media Litbangkes Vol.1 No.04/1991 57

Page 5: PENELITIAN KESEHATAN BroANG PELAYANAN KESEHATAN …

ARTIKEL

perbaikan pada unit pelayanan kesehatan dasar danrujukan saja, tetapi juga diperlukan perbaikanmanajemen dinas kesehatan baik tingkat I maupuntingkat II. Hubungan kerja, sarana, budget danprogram masih memerlukan pembenahan denganmengurangi birokrasi, pembinaan tim dandesentralisasi dari tingkat yang lebih atas. Menurutstudi etnografi Maluku tahun 1991, dari basil diskusikelompok guna membahas basil penelitian ini, danpenjajagan FGD CHN III di NTT, Irja dan Malukumaka pembenahan manajemen pelayanan kesehatanadalah salah satu kunci terpenting dari peningkatanmutu pelayanan kesehatan.

d. Kuantitas dan Kualitas Tenaga Kesehatan

Kuantitas tenaga umumnya masih kurangguna mencukupi program baik di Puskesmasmaupun RS. Tenaga dokter, bidan dan bidan untukdesa masih memerlukan tambahan yang cukupberarti. Dalam hal kekurangan tenaga yang bersifatabsolut ini, titik permasalahannya tidak hanya padamasalah ada tidaknya tenaga, tetapi juga padamasalah produksi tenaga, termasuk standar/kriteriapemilihan calon tenaga, minat calon, kapasitassekolah, jumlah dan kualitas guru. Masalah keduaadalah masalah manajemen distribusi tenaga.Selanjutnya masalah yang tak kalah pentingnyaadalah cara atau usaha untuk membuat tenagakesehatan mau tinggal ditempat cukup lama. Selainkekurangan tenaga absolut, kuantitas tenaga yangkurang dapat pula bersifat relatif, hal ini disebabkanmungkin kurang efektif dan efisiennya cara bekerjatenaga kesehatan yang sudah ada. Untuk inidiperlukan in service training berkala denganpembinaan teknis medis, kepemimpinan danmanajemen pelaksanaan pelayanan kesehatan.

Kualitas para tenaga kesehatan terutamadalam hal teknis medis, perilaku, motivasi,kepemimpinan, kepribadian, profesionalisme dankreativitas kerjanya masih belum dapat memuaskanmasyarakat. Masalah ini menurut penelitianetnografi dan penelitian kinerja perawat kesehatanbaik swasta maupun pemerintah merupakan faktorvital yang mempunyai pengaruh besar sekaliterhadap keberhasilan pelayanan kesehatan.Pembinaan intensif tentang peningkatan kualitastenaga kesehatan harus dilaksanakan oleh atasanlangsung amat diperlukan. Insentif baik berupapsikis (umpan balik, penghargaan, kenaikanpangkat, pelatihan, pendidikan dsb.) maupun fisik

(fasilitas untuk berumah tangga, sarana yang cukupdalam pekerjaan dsb.) perlu dipikirkan oleh atasanlangsung.

e. Sarana dan Logistik Pelayanan Kesehatan

Di daerah IBT keluhan kurangnya saranadan logistik kesehatan termasuk obat, peralatanmedis, gaji dan transportasi sering dikeluhkansebagai masalah utama. Dari segi obat dan vaksinkeluhan utama bukannya pada kurangnya obat-obatan atau vaksin, tetapi dari segi ongkos danwaktu pengambilan obat di Dinas KesehatanKabupaten. Selain ongkos yang tinggi, pengambilanobat memerlukan waktu yang relatif lama.Banyaknya kerusakan alat komunikasi, medis teknis,perawatan dan sarana transportasi menunjukkancerobohnya perawatan dan pemeliharaan sertadikeluhkan sebagai kurangnya biaya untukpemeliharaan.

f. Sistem Informasi

Walaupun sudah ada laporan-laporan yangterintegrasi seperti halnya SP2TP dan SP2RS,keluhan terhadap masih tetap adanya laporan-laporanrutin per kegiatan yang menurut pengakuan parapelaksana dirasakan amat memberatkan. Di sampingitu tidak adanya umpan balik dari laporan merekajuga banyak dikeluhkan oleh para petugas.Kurangnya penggunaan data sebagai dasarpengambilan keputusan operasionalisasi kegiatan danperencanaan program atau kegiatan akanmenyebabkan tidak bergunanya sistem informasi dibidang kesehatan.g. Program-program Pelayanan Kesehatan

Banyaknya program pelayanan kesehatanyang merupakan program direktorat dikeluhkankurangnya fleksibilitas terhadap kebijaksanaanoperasional pelaksanaan program-program kesehatanuntuk dapat disesuaikan dengan kondisi dan situasidaerah.

Pembahasan Penelitian Pelayanan KesehatanDasar, Sumber Daya Dan Kemampuan PenelitianDilBT.

Pembahasan penelitian pelayanan kesehatandasar di IBT, sumber daya dan kemampuanpenelitian di IBT akan didasari dengan penelitianSistem Informasi Penelitian Binkesmas yang

58 Media Litbangkes Vol.1No. 04/1991

Page 6: PENELITIAN KESEHATAN BroANG PELAYANAN KESEHATAN …

ARTIKEL

diselesaikan oleh Badan Litbangkes pada akhir tahunyang lalu. Pada prinsipnya penelitian ini mencobauntuk menelaah 1990 buah basil penelitianBinkesmas atau pelayanan kesehatan dasar yangdikumpulkan dari berbagai sumber di seluruhIndonesia. Dari 1990 basil penelitian yangterkumpul, 1217 buah basil penelitian memenuhikriteria (antara lain tahun 1985-1991, sesuai denganbidang Binkesmas yang sudah ditetapkan, penelitidan lembaga penelitinya jelas, mempunyai basillengkap atau paling tidak abstrak hams ada.) untukdipakai sebagai bahan dalam penelitian ini.

Dari 1217 buah basil penelitian ini, makasebanyak 104 buah mempunyai lokasi penelitian dipropinsi sesuai dengan pengertian IBT yang dipakaidalam pertemuan ini. Lebih dari 34% (44 buahpenelitian) penelitian Binkesmas memilih lokasi diSulsel, 21,2% (22 buah) berlokasi di NTB, 7,7% (8buah) di Sulut, 6,7% (7 buah) berlokasi di NTT dansisanya di propinsi-propinsi lain IBT.

Dari hasil-hasil yang disajikan tentangpenelitian Binkesmas di IBT tahun 1985-1991 makadapat diambil beberapa kesimpulan sbb.:

1. Adanya kecenderungan yang meningkat untukmelakukan penelitian-penelitian di IBT sejaktahun 1985-1991. Tiga propinsi IBT terbanyakuntuk lokasi penelitian Binkesmas adalahSulsel, NTB Sulut dan NTT, sedangkan 6propinsi lainnya walaupun pernah dipakaisebagai lokasi penelitian tetapi relatif sedikitdibandingkan dengan ke tiga propinsiterdahulu.

2. Badan Litbangkes melaksanakan penelitian yangterbanyak dalam hal menggunakan propinsi-propinsi di IBT, disamping itu UNHAS, UI danUNSRAT merupakan universitas potensial dalammelaksanakan penelitian-penelitian pelayanankesehatan dasar di IBT. Walaupun demikiantidak berarti universitas lain dan pihak lainnyatidak berpotensi untuk melaksanakan penelitiantersebut, oleh karena terbukti ada beberapaUniversitas, swasta dan organisasi profesionalyang melaksanakan juga penelitian kesehatandasar di IBT.

3. Penelitian kesehatan dasar di IBT bukanhanyadilaksanakan oleh Badan Litbangkes, FKMdan FK, tetapi disiplin lain juga melaksanakan

penelitian tersebut sesuai dengan aspek yangakan dilihat.

4. Peminta penelitian terutama bera&al daridikalangan universitas dan Badan Litbangkes,disamping tentunya Depkes dan BKKBN.Belum sempat di teliti secara mendalam berapapersen dari semua penelitian ini telah dipakaisebagai masukan kebijaksanaan di lingkunganDepkes dan BKKBN.

5. Bidang terbanyak dari penelitian tersebut adalahKesehatan Keluarga, Gizi, PSM dan PKM,walaupun demikian bidang dari Ditjen lain danSetjen yang berhubungan dengan pelayanankesehatan dasar merupakan unsur penting untukdi teliti.

6. Sub bidang terbanyak adalah KB, Balita/bayi,integrasi, gizi dan sosial-ekonomi, sertapelatihan dan pendidikan kesehatan. Hal inimenunjukkan bahwa penelitian pelayanankesehatan dasar di IBT telah mencoba untukmengarah pada 10 sasaran pokok kesehatan ibudan anak pada tahun 2000.

7. Tujuan utama penelitian-penelitian tersebutadalah untuk identifikasi faktor pengaruh danbudaya, mengetahui prevalensi, melihat KAPdan mencar i /memperba ik i pola pelayanankesehatan dasar di IBT.

8. Cara penelitian (erbanyak yang digunakanadalah survai yang juga mempunyai konotasikepada unit analisis yaitu sasaranpenelitian tersebut. Tampak pula cara analisisyang kebanyakan adalah analisis diskriptif, halini menunjukkan bahwa sebagian besarpenelitian menggunakan sampel yang relatifkecil, dana yang minimal, berguna untukmemenuhi kebutuhan intern dan mungkinkemampuan yang terbatas.

9. Publikasi dan distribusi basil penelitiantampaknya masih terbatas di kalanganpelaksana dan peminta dalam bentuk laporanpenelitian. Melihat hal ini, tampaknya hasilpenelitian masih banyak yang belum diketahuioleh para pengambil keputusan dan pembuatkebijaksanaan di bidang kesehatan selain pihakpelaksana dan peminta.

Media Litbangkes Vol.1 No.04/1991 59

Page 7: PENELITIAN KESEHATAN BroANG PELAYANAN KESEHATAN …

ART1KEL

Tantangan Dan Peluang Penelitian PelayananKesehatan DasarDi Indonesia Bagian Timur

Tantangan penelitian pelayanan kesehatandasar di IBT dapat dilihat dari prioritas basil diskusitersebut di atas. Tantangan ini, apabila dapatdijawab oleh para peneliti, maka hasilnya akansangat membantu para pengambil keputusan didaerah IBT untuk mengambil langkah-langkah yanglebih tepat guna. Tantangan juga datang dari usaha-usaha penelitian operasional terhadap program-program pelayanan kesehatan dasar dan rujukanyang direkomendasikan, apabila penelitianoperasional dapat dilakukan dengan baik, makahasilnya akan berguna untuk perbaikan program danmenemukan masalahnya, dengan demikianpengambil keputusan daerah dapat memperbaikiprogramnya hingga akhimya dapat dimanifestasikanmenjadi suatu kebijaksanaan lokal yang operasionaldan sesuai di bidang pelayanan kesehatan dasar danrujukan. Hasilnyapun dapat dipakai untukpemantapan konsep pembangunan daerah yangtipikal untuk daerah tersebut sebagai contoh: sistemgugus pulau di Maluku.

Selain tantangan tersebut di atas, tantanganlain adalah bagaimana dapat membuat penjajaganyang dapat menghasilkan kecenderungan pada masamendatang untuk daerah IBT, baik regional maupunpropinsi. Dengan di temukannya kecenderungan-kecenderungan regional dan propinsi (kalaumungkin) maka program dan kebijaksanaanpelayanan kesehatan pada masa datang dapatdiantisipasikan.

Tantangan lain adalah terhadap sumberdaya manusia dan sumber daya lokal, kedua hal ini,baik pada saat ini atau pada masa mendatang perludibenahi secara serius dan berkesinambungan. Bidanyang berada di desa, sejak produksinya sampai padakinerja, kebutuhan, reward sistem dan masa depanmereka perlu dipikirkan. Demikian pula terhadapdokter pegawai tidak tetap. Juga terhadap tenagakesehatan lainnya seperti SKM, sanitarian, ahli gizidsb. Kemungkinan, untuk mendidik tenaga lokalyang mungkin dengan saringan normal dariPusdiknakes tidak akan lulus, dapat dipikirkan dandiuji coba dengan penelitian operasional. Tenaga inimerupakan tenaga yang tidak digaji oleh Depkesatau Pemda, mereka nantinya diharapkan bisamembantu dukun bayi dan menggantikannya.Apabila mereka mampu dan ingin melanjutkan

sekolahnya untuk menjadi bidan di desa yang benar,maka mereka akan diberikan biaya sekolah olehPemda. Tenaga lokal ini telah diusulkan olehMaluku dan Irja dalam proposal CHN III dandiutamakan anak/keluarga dukun bayi dan kaderkesehatan. Tantangan lain adalah peranan sektorswasta, kelompok agama, organisasi profesional danLSM lainnya yang telah berperan dalampembangunan kesehatan di IBT dan akanmempunyai peran lebih besar lagi pada periodepembangunan yang akan datang. Bagaimana caranyaagar institusi ini selain bermanfaat untuk kegiatanpelayanan juga bermanfaat untuk penelitian terapan.

Penelitian pelayanan kesehatan dasar danrujukan yang inovatif baik yang formal maupuntidak formal seperti halnya JPKM, Dana Sehat, PosObat Desa dan pengembangan Posyandu perludipikirkan dan disesuaikan dengan kondisi, situasidan budaya setempat. Penelitian-penelitian dasarseperti resistensi insektisida, kursus-kursus kaderdan KIE pelayanan kesehatan dan rujukan perlu puladilaksanakan sebagai kegiatan pendukung penelitianoperasional.

Peluang untuk Badan Litbangkes danUniversitas dalam melaksanakan penelitian-penelitian ini cukup besar, selain para donoragencies, projek-projek lokal juga banyakmenyediakan dana terutama untuk propinsi-propinsidengan CHN III. Dana dari Population V, WHOdan DIP pemerintah dapat pula dipakai untukpenelitian-penelitian ini.

Contoh-contoh penelitian yang diusulkandalam CHN III untuk waktu 5 tahun mendatangadalah sebagai berikut:1. Propinsi Maluku, antara lain adalah sbb.:

a. Penelitian etnografi untuk suku terasing;b. Survai data kesehatan dasar untuk Propinsi

Maluku;c. Penelitian operasional untuk konsep Gugus

Pulau;d. Survai penyebab kekurangan yodium & vitamin

A;e. Penelitian tentang pola penyebab kematian ibu

hamil;f. Penelitian operasional untuk kinerja & KAP

dukun bayi;g. Penelitian operasional untuk kinerja & KAP

bidan di desa;

60 Media Litbangkes Vol.1 No. 04/1991

Page 8: PENELITIAN KESEHATAN BroANG PELAYANAN KESEHATAN …

ARTIKEL

h. Penelitian operasional untuk kinerja & KAPdokter pegawai tak tetap;

i. Penelitian efektivitas biaya pelayanan KIA;j. Penelitian dasar tentang penyebab kematian

perinatal;k. Penelitian KAP masyarakat terhadap hidup sehat;1. Penelitian operasional terhadap pelatihan kader.

2. Propinsi Irian Jaya

a. Penelitian terhadap pola pengembangankesehatan masyarakat;

b. Penelitian terhadap status kekurangan yodium;c. Penelitian dampak pendidikan anak sekolah

terhadap malaria;d. Penelitian dampak pelayanan pengobatan kader

di daerah terpencil;e. Penelitian tentang keadaan gizi dan pola

makanan setempat.

3. Propinsi Nusa Tenggara Timur

a. Penelitian KAP di bidang KIA, gizi danimunisasi;

b. Penelitian terhadap praktek registrasi vital;c. Penelitian terhadap perencanaan dan manajemen

obat;d. Penelitian dampak kualitas imunisasi;e. Penelitian efektivitas pelayanan Puskesmas/Sub

Puskesmas;f. Penelitian kinerja Posyandu;g. Penelitian peran perawat senior di Puskesmas;h.. Penelitian tentang standard operasional dan

rujukan di Puskesmas.

Selain hal-hal tersebut diatas maka perludiperhatikan pula penelitian-penelitian yang dapatmendukung perkiraan kebijaksanaan Bangkajang IIyang diberikan oleh Menteri Kesehatan padaGabungan Sespa-Sespasus 14 November 1991,Jakarta. Butir-butir prakiraan ini hendaknya dapatdikaji dan disesuaikan dengan keadaan, situasi dankondisi daerah dalam memprioritaskan penelitian diIBT.

Prakiraan tersebut adalah sbb.:

1. Secara bertahap kelompok umur yang mendapatprioritas akan bergeser dari kelompok usia bayidan anak balita kekelompok usia remaja danusia produktif. Demikian pula perhatian yangmakin besar diberikan kekelompok usia lanjut.

2. Peranserta masyarakat, LSM, organisasiprofesional dan swasta makin ditingkatkanbaik dalam pelayanan kesehatan yang bersifatkuratif, rehabilitatif maupun preventif danpromotif.

3. Upaya-upaya untuk meningkatkan danmemelihara kebugaran jasmani bagi kelompokusia remaja, usia produktif maupun kelompokusia lanjut ditingkatkan.

4. Upaya-upaya khusus yang sifatnya lintas sektoralakan dikembangkan dan ditingkatkan untukmenangani'masalah-masalah penyalahgunaanobat/narkotika dan bahan-bahan psikotropik,alkoholisme, dan merokok, prioritas khususnyadiberikan pada kelompok usia remaja dan usiaproduktif.

5. Upaya-upaya untuk memantau kondisilingkungan terhadap pencemaran akanditingkatkan dan didukung denganpengembangan peraturan perundang-undanganyang dibutuhkan.

6. Pengawasan terhadap obat-obatan, makanan akanditingkatkan. Suatu pusat informasi obat danracun akan dikembangkan.

7. Upaya kesehatan kerja akan ditingkatkanterutama bagi tenaga kerja industri rumahtangga, petani dan nelayan, sedangkan untuktenaga kerja perusahaan/industri kerjasamadengan sektor tenaga kerja ditingkatkan.

8. Upaya pelayanan kesehatan kota akan terusditingkatkan dan dikembangkan denganmengutamakan daerah-daerah kumuhsementara itu upaya pelayanan kesehatan untukdaerah-daerah terpencil ditingkatkan mutunya.

9. Sistem rujukan medik/kesehatan akan terusditingkatkan terutama menitik-beratkan padarujukan di rumah sakit kabupaten/kotamadya(tipe C) dengan menambah para spesialis sesuaidengan kebutuhan dan mengembangkan lebihlanjut unit- unit gawat darurat. Dalam sistemrujukan ini peranan swasta akan makinditingkatkan.

10. Untuk mengatasi biaya kesehatan yang makinmeningkat maka konsep Dana Upaya

Media Litbangkes Vol.1 No. 04/1991 61

Page 9: PENELITIAN KESEHATAN BroANG PELAYANAN KESEHATAN …

ART1KEL

Kesehatan Masyarakat (DUKM) yang bentukoperasionalnya berupa program-program JPKMakan terus ditingkatkan dengan mengikutsertakan swasta, serta didukung olehperaturan perundang-undangan yang diperlukan.Program Dokter Keluarga akan ditingkatkan.

ll.Pemanfaatan obat dan pengobatan tradisionalsebagai budaya bangsa akan ditingkatkan dengandidukung oleh penelitian dan pengembanganyang diperlukan.

12. Secara bertahap perhatian terhadap pelayanankesehatan untuk penyakit-penyakit tidakmenular atau penyakit kronik akanditingkatkan.

13. Pendayagunaan tenaga kesehatan akan mendapatperhatian khusus, terutama.yang menyangkuttenaga bidan desa, tenaga dalam jabatanfungsional dan tenaga dengan ikatan kerja.

14. Sejalan dengan meningkatnya akses terhadapberbagai informasi, maka penyuluhan kesehatanmasyarakat akan lebih ditingkatkan untukantisipasi berbagai dampak yang kurangmenguntungkan.

IS.Upaya deregulasi, debirokratisasi dandesentralisasi akan terus dikembangkan untuklebih meningkatkan basil guna dan daya gunapembangunan kesehatan.

16.Sistem informasi manajemen kesehatan akanmendapatkan perhatian khusus untukmeningkatkan basil guna dan daya gunapembangunan kesehatan.

17.Peneli t ian terapan di bidang pelayanankesehatan, sumber daya baik kualitas maupunkuantitasnya dan kebijaksanaan kesehatanakan mendapatkan perhatian khusus untukmengantisipasi, mengembangkan danmeningkatkan kualitas berbagai programkesehatan.

Saran

Ada beberapa saran dan usulan untukpeningkatan penelitian pelayanan kesehatan di IBTadalah sbb.:

1. Perlu dilanjutkannya pengumpulan dan telaahyang lebih mendalam dari hasil-hasil penelitianpelayanan kesehatan di propinsi-propinsi IBTuntuk masukan lebih jauh dari prioritaspenelitian yang diperlukan guna penyusunankebijaksanaan operasional program-programpelayanan kesehatan di IBT.

2. Agar potensi sumber daya, institusi dankemampuan peneli t ian di IBT dapat lebihdikembangkan, maka perlu dipikirkan adanyapembinaan kemampuan penelitian bidangpelayanan kesehatan dan Depkes, institusikesehatan lainnya baik pemerintah maupunswasta di propinsi-propinsi IBT. Pembinaan inisebaiknya merupakan kerja sama antara BadanLitbangkes dengan BKS FKM, konsorsiumfakultas kedokteran dan lembaga-lembagapenelitian dari Universitas-universitas di IBT.Pembinaan ini penting dalam rangkadesentralisasi penelitian-penelitian terapankepada universitas, institusi kesehatan setempatdan LSM setempat.

3. Agar Badan Litbangkes dapat berfungsi sepertiyang d iha rapkan dengan efisiensi danefektivitas yang tinggi di IBT, maka perludipikirkan pembentukan suatu Balai atau StasiunBadan Litbangkes di salah satu ibu kotapropinsi di IBT.

4. Perlu dilaksanakan suatu usaha penjajagankecenderungan pelayanan kesehatan dasar danrujukan dalam hubungannya dengan masalah,potensi dan keadaan status kesehatan di IBT.Pelaksanaan penjajagan ini hendaknya dikerjakanbersama-sama Universitas setempat dan unsurprogram Kanwil Kesehatan setempat.

5. Dalam operasionalisasi pembangunan kesehatan,maka perlu dikembangkan suatukekebijaksanaan pembangunan kesehatan,terutama dalam hal pelaksanaan program danpenelitian pelayanan kesehatan untuk situasinormal, situasi daerah sulit dan situasi musibahserta bencana. Hal ini penting mengingatkondisi-kondisi yang demikian masih banyakterdapat di Indonesia.

6. Dalam memprioritaskan penelitian pelayanankesehatan di IBT, perlu dipikirkan bentuk-bentuk penelitian operasional dan penelitian

62 Media Litbangkes Vol.lNo.04/1991

Page 10: PENELITIAN KESEHATAN BroANG PELAYANAN KESEHATAN …

ARTIKEL

dasar yang berfokuskan pada faktor kemandirianmasyarakat dan peningkatan mutu pelayananserta manajemen petugas kesehatan untukefektivitas dan efisiensi pelayanan kesehatandasar dan rujukan.

7. Perlu pembenahan dalam diri Badan Litbangkessendiri terutama dalam hal memprioritaskanpenelitian pelayanan kesehatan dan pengadaansistem manajemen penelitian yang tepat guna.

8. Perlu dikembangkan lebih lanjut sistem informasipenelitian pelayanan kesehatan yangmenyeluruh dan terintegrasi, sehingga hasil-hasil penelitian dapat lebih disebarluaskan dandipakai sebagai masukan terhadapkebijaksanaan operasional pelayanan kesehatanbaik di pusat maupun di daerah.

9. Perlu tindak lanjut dari pertemuan lokakaryasecara nyata untuk operasionalisasi dari hasil-hasil lokakarya ini.

Penutup

Pada kesempatan ini penulis mengucapkanbanyak terimakasih kepada Bapak Dirjen Binkesmasyang telah memberikan biaya untuk penelitianSistem Informasi Manajemen (SIMPEN) Binkesmassehingga datanya sebagian dapat dipakai dalammakalah ini. Juga kepada Dr. Rudolf L.S. Pattiata,Ka. P4K Surabaya, beserta sejawat-sejawat penelitiP4K Surabaya terutama kepada Dr. Sukanto S.,penulis ucapkan banyak terima kasih atas masukan-masukannya sehingga makalah ini memungkinkanuntuk diselesaikan. Tidak lupa penulis sampaikanterima kasih pada Dr. Kemal N. Siregar ataspemberian saran yang diberikan dalam penyusunanmakalah ini.

Daftar Pustaka

1. Abednego, Hadi Marjanto (1987). Peningkatankualitas Fisik Sumber Daya ManusiaMenjelang Tahap Tinggal Landas. KertasKarya Perorangan (Taskap) Peserta Kursusregular Angkatan ke XX - 1987. Mabes ABRI,Lemhanas, Jakarta.

2. Adhyatma (1991). PengembanganKebijaksanaan Bidang Kesehatan DalamRangka Menyongsong Pembangunan JangkaPanjang 25 Tahun ke II. Bahan Ceramah

Merited Kesehatan RI Pada Gabungan Sespa-Sespasus 14 Nopember 1991, Jakarta.

3. Adhyatma (1991). Peranan PembangunanKesehatan Dalam Peningkatan KualitasSumber Daya Manusia. Seminar sehariPeranan Sektor Ekonomi dalam PembangunanKesehatan, 9 Nopember 1991. Jakarta.

4. Adhyatma (1990). Pembinaan KualitasGenerasi Bangsa Dalam Proses Pembangunan25 tahun ke dua. Bahan Menteri KesehatanPada Tertemuan Konsultasi dengan KomisKesra-DPA. Jakarta.

5. Adhyatma (1990). Peranan Bupati/Walikota-madya Kepala Daerah Tingkat II DalamPelaksanaan Pembangunan Bidang Kesehatan.Jakarta.

6. Adhyatma (1990). Kebijaksanaan dan StrategiKesehatan Bangsa. Bahan Kuliah dari MenteriKesehatan pada Kursus Regular AngkatanXXIII, Lemhanas, 21 Agustus 1990.Deparmenet Kesehatan RI. Jakarta.

7. Adhyatma (1990). Pokok-pokok Kebijaksanaanuntuk Tahap Tinggal Landas DalamPembangunan Kesehatan. DepartemenKesehatan RI. Jakarta.

8. Balitbangkes (1992). Laporan Akhir HasilPenelitian SIMPEN Binkesmas. Jakarta

9. Biro Pusat Statistik (1984). IndikatorKesejahteraan Rakyat 1984. Jakarta.

10. Biro Pusat Statistik (1989). IndikatorKesejahteraan Rakyat 1989. Jakarta.

11. DepKes RI (1989). Beberapa Pandangantentang proses Tinggal landas pembangunankesehatan. Basan Rakerkesnas 1989. Jakarta.

12. Departemen Kesehatan RI (1990). Bahan untuklampiran dari pidato kenegaraan di DepanSidang Paripurna DPR 16 Agsutus 1990.Mengenai Pelaksanaan Pembangunan DiBidang Kesehatan. Jakarta.

13. Departemen Kesehatan (1990). SistemManajemen Nasional (SIMNAS). Rakernas1990, 10 - 22 Pebruari 1990. No.A.04.A.

14. Depkes RI (1985). Sistem Kesehatan Nasional.Jakarta.

15. Depkes RI (1989). Rencana PembangunanLima Tahun kelima Bidang Kesehatan1989/1990-1993/1994. Jakarta.

16. Depkes RI (1990). Perkiraan Strategi NasionalJangka Sedang 1993-1998. Jakarta

17. East Nusa Tenggara Regional Office (1992).Community Health and Nutrition Project EastNusa Tenggara. 1st Revised Proposal. Kupang.

Media Litbangkes Vol.I No.04/1991 63

Page 11: PENELITIAN KESEHATAN BroANG PELAYANAN KESEHATAN …

ARTIKEL

18. Hapsara, H.R. (1990). The Role of WHO instrengthening Epidemiological Capabilities. Apaper addressed to the faculty of Public Health,Univ.Indonesia, Oct. 11, 1990. Jakarta.

19. Kanwii Depkes Propinsi Maluku (1992).Community Health and Nutrition III ProjectProposal, Maluku Province. Ambon. 25.

20. Ministry of Health Irian Jaya Provincial office(1992). Community Health and Nutrition IIIProject Proposal, Irian Jaya Provice,1992- 26.1997. Jayapura.

21. National Institute of Health Research andDevelopment (1990). The Trend Assessment ofHealth Development in Indonesia : a study forproviding basic input to the second long termdevelopment plan. Ministry of Health. Jakarta.

22. Rogers, G.R. and Hackenberg, R. {1989). 27.Extending Epidemiologic Transition Theory ; anew stage. Social Biology Vol. 34 No. 3-4,234 - 243 p.

23. Pattiata, Rudolf L.S. (1991). Pembinaan PusatPenelitian dan Pengembangan PelayananKesehatan selama 2 (dua) tahun. P4KSurabaya. 28.

24. Sapirie, S. (1990). Health Trends and

Emerging Issues in 1990's and tehe TwentyFirst Century. A paper Presented to theScientific Meeting on "The EpidemiologicalTransition and Propective Health Services* 9-10 October 1990. Indonesian EpidemiologicalAssociation. Jakarta.Sumarmo, P.S. dan Suwandono, A. (1991).Analisa kecenderungan Bidang Kesehatan.Depkes RI. Rakernas 1991. Ciloto.Sumodinoto, S. (1990). The Health ServicePattern in Indonesia in the Early Twenty FirstCentury. A paper Presented to the ScientificMeeting on "The Epidemiological Transitionand Propective Health Services" 9-10 October1990. Indonesian Epidemiological Association.Jakarta.Suwandono, A. (1990). Commentar to Paper :The Health Service Pattern in Indonesia in theEarly Twenty First Century. A paper Presentedto the Scientific Meeting on "The Epidemiolo-gical Transition and Propective HealthServices" 9-10 October 1990. IndonesianEpidemiological Association. Jakarta.UNDP (1990). Human Developmen Report.Oxford University Pree. New York-Oxford.

Lokakarya Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Indonesia Bagian Timur

Media Litbangkes Vol.1 Ko.0-1/1991