2
xiii ABSTRAK Latar Belakang: Gangguan pada sistem pernapasan merupakan penyebab kesakitan dan kematian. Infeksi pada saluran pernapasan jauh lebih sering terjadi jika dibandingkan dengan infeksi pada sistem organ tubuh. Insiden penyakit pernapasan kronik, terutama emfisema dan bronkitis kronik semakin meningkat dan merupakan penyebab utama gangguan serta cacat kronik pada pria. Penambangan belerang di Kawah Ijen Kabupaten Banyuwangi sangat berbahaya bagi kesehatan pekerja akibat gas H 2 S yang beracun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan faal paru pada penambang belerang. Metode: Penelitian analitik dengan metode cross sectional, sampel 192 orang yang bekerja sebagai penambang belerang. Variabel terikat adalah gangguan faal paru, variabel bebas adalah lama paparan gas H 2 S, perilaku merokok, usia, dan lama bekerja. Data dikumpulkan dengan wawancara, observasi dan pemeriksaan spirometri. Hasil: Subyek yang mengalami gangguan faal paru sebanyak 126 orang, 38 orang gangguan obstruktif dan 88 orang gangguan restriktif. Hasil uji t tidak berpasangan diketahui terdapat perbedaan rerata faal paru penambang belerang yang bekerja 5 tahun dan <5 tahun untuk VEP 1 (p=0,0001) dan KVP (p=0,0001), berusia 40 tahun dengan berusia <40 tahun untuk VEP 1 (p=0,0001) dan KVP (0,0001), dan uji kruskal wallis perokok aktif (p=0,01). Analisis multivariabel dengan uji interaksi diketahui ada interaksi lama paparan gas H 2 S dan usia dengan nilai VEP 1 /KVP (%) bermakna secara statistik dengan p=0,045, nilai R-square=0,07. Kesimpulan: Terjadi gangguan faal paru pada penambang belerang yang bekerja 5 tahun dan berusia 40 tahun di Kawah Ijen Kabupaten Banyuwangi tahun 2013. Interaksi lama paparan gas H 2 S dan usia dapat mempengaruhi nilai VEP 1 /KVP (%) sebesar 7%. Kata Kunci: Gangguan Faal Paru, Penambang Belerang, Hidrogen Sulfida, Cross Sectional

S2-2013-323025-abstract

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hkjhjk

Citation preview

Page 1: S2-2013-323025-abstract

  

xiii  

ABSTRAK

Latar Belakang: Gangguan pada sistem pernapasan merupakan penyebab kesakitan dan kematian. Infeksi pada saluran pernapasan jauh lebih sering terjadi jika dibandingkan dengan infeksi pada sistem organ tubuh. Insiden penyakit pernapasan kronik, terutama emfisema dan bronkitis kronik semakin meningkat dan merupakan penyebab utama gangguan serta cacat kronik pada pria. Penambangan belerang di Kawah Ijen Kabupaten Banyuwangi sangat berbahaya bagi kesehatan pekerja akibat gas H2S yang beracun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan faal paru pada penambang belerang.

Metode: Penelitian analitik dengan metode cross sectional, sampel 192 orang yang bekerja sebagai penambang belerang. Variabel terikat adalah gangguan faal paru, variabel bebas adalah lama paparan gas H2S, perilaku merokok, usia, dan lama bekerja. Data dikumpulkan dengan wawancara, observasi dan pemeriksaan spirometri.

Hasil: Subyek yang mengalami gangguan faal paru sebanyak 126 orang, 38 orang gangguan obstruktif dan 88 orang gangguan restriktif. Hasil uji t tidak berpasangan diketahui terdapat perbedaan rerata faal paru penambang belerang yang bekerja ≥5 tahun dan <5 tahun untuk VEP1 (p=0,0001) dan KVP (p=0,0001), berusia ≥40 tahun dengan berusia <40 tahun untuk VEP1 (p=0,0001) dan KVP (0,0001), dan uji kruskal wallis perokok aktif (p=0,01). Analisis multivariabel dengan uji interaksi diketahui ada interaksi lama paparan gas H2S dan usia dengan nilai VEP1/KVP (%) bermakna secara statistik dengan p=0,045, nilai R-square=0,07.

Kesimpulan: Terjadi gangguan faal paru pada penambang belerang yang bekerja ≥5 tahun dan berusia ≥40 tahun di Kawah Ijen Kabupaten Banyuwangi tahun 2013. Interaksi lama paparan gas H2S dan usia dapat mempengaruhi nilai VEP1/KVP (%) sebesar 7%.

Kata Kunci: Gangguan Faal Paru, Penambang Belerang, Hidrogen Sulfida, Cross Sectional

Page 2: S2-2013-323025-abstract

  

xiv  

ABSTRACT

Background: Disorder of the respiratory system is a cause of morbidity and mortality. Infections of the respiratory tract is much more common than infections of the body's organ systems. The incidence of chronic respiratory diseases, especially emphysema and chronic bronchitis has increased and becomes a major cause of chronic disability and disorders in men. Sulphur mining activities done at Ijen Crater of Banyuwangi District is very dangerous to the health of the workers due to poisonious H2S gas. This study was conducted to determine factors associated with lung function disorder of sulphur miners.

Methods: An analytical study using cross sectional methods, a sample of 192 people working as sulphur miners. The dependent variable is lung function disorder, the independent variables are the length of exposure to H2S gas, smoking behavior, age, and length of work. Data were collected by conducting interviews, observation and examination of spirometry.

Findings: Subjects with lung function disorder is as many as 126 people, 38 people with obstructive lung function disorder and 88 others with restrictive lung function disorder. From the results of unpaired t-test, the mean differences in pulmonary function of sulphur miners working ≥5 years and <5 years for FEV1 (p = 0.0001) and FVC (p=0.0001), aged ≥40 years and aged <40 years for FEV1 (p= 0.0001) and FVC (p=0.0001), and kruskall wallis test active smokers (p=0.01) were revealed. Multivariable analysis with interaction test revealed long exposure to H2S gas and age with statistically significant value (%)of FEV1/FVC with p=0.045, R-square value =0.07

Conclusions: Disorder of lung function occurred to sulphur miners of Banyuwangi District who worked ≥5 years and aged ≥40 years old in 2013. Interaction between length of exposure to H2S gas and age could affect the value (%) of FEV1/FVC by 7%.

Keywords: Lung Function, Sulphur Miners, Hydrogen Sulfide, Cross Sectional