219
DATA DAN ANALISA RENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033 KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-1 BAB VI DATA DAN ANALISA 6.1 Gambaran Umum 6.1.1 Karakteristik Kabupaten Mojokerto A. Kondisi Fisik Dasar 1. Geografis Wilayah Kabupaten Mojokerto terletak di antara 11120'13'' sampai dengan 11140'47'' bujur timur dan antara 718'35'' sampai dengan 747'' lintang selatan. Secara geografis Kabupaten Mojokerto tidak berbatasan dengan pantai, hanya berbatasan dengan wilayah kabupaten lainnya: Sebelah Utara : Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik Sebelah Timur : Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Pasuruan Sebelah Selatan : Kabupaten Malang Sebelah Barat : Kabupaten Jombang 2. Topografi Topografi wilayah Kabupaten Mojokerto cenderung cekung di tengah dan tinggi di bagian selatan dan utara. Bagian selatan merupakan wilayah pegunungan yang subur, meliputi Kecamatan Pacet, Trawas, Gondang dan Jatirejo. Bagian tengah merupakan wilayah daratan, sedangkan bagian utara merupakan daerah perbukitan kapur yang cenderung kurang subur. Sekitar 30% dari seluruh wilayah Kabupaten Mojokerto kemiringan tanahnya lebih dari 15 derajat, sedangkan sisanya merupakan wilayah dataran dengan tingkat kemiringan lahan kurang dari 15 derajat. Pada umumnya ketinggian wilayah kecamatan di Kabupaten Mojokerto rata-rata berada <500 m di atas permukaan laut, dan hanya Kecamatan Pacet dan Trawas merupakan daerah terluas yang memiliki daerah dengan ketinggian >700 m di atas permukaan laut. Secara administratif wilayah Kabupaten Mojokerto terdiri dari 18 Kecamatan dan 304 desa. Luas wilayah Kabupaten Mojokerto seluruhnya adalah 692,15 km2, dimana wilayah Kecamatan Dawarblandong merupakan kecamatan dengan luas

RTRW SOOKO

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MENJELASKAN TENTANG RANCANGAN TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SOOKO

Citation preview

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-1

    BAB VI

    DATA DAN ANALISA

    6.1 Gambaran Umum

    6.1.1 Karakteristik Kabupaten Mojokerto

    A. Kondisi Fisik Dasar

    1. Geografis

    Wilayah Kabupaten Mojokerto terletak di antara 11120'13'' sampai dengan 11140'47'' bujur timur dan antara 718'35'' sampai dengan 747'' lintang selatan. Secara geografis Kabupaten Mojokerto tidak berbatasan dengan pantai, hanya

    berbatasan dengan wilayah kabupaten lainnya:

    Sebelah Utara : Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik

    Sebelah Timur : Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Pasuruan

    Sebelah Selatan : Kabupaten Malang

    Sebelah Barat : Kabupaten Jombang

    2. Topografi

    Topografi wilayah Kabupaten Mojokerto cenderung cekung di tengah dan tinggi

    di bagian selatan dan utara. Bagian selatan merupakan wilayah pegunungan yang

    subur, meliputi Kecamatan Pacet, Trawas, Gondang dan Jatirejo. Bagian tengah

    merupakan wilayah daratan, sedangkan bagian utara merupakan daerah perbukitan

    kapur yang cenderung kurang subur.

    Sekitar 30% dari seluruh wilayah Kabupaten Mojokerto kemiringan tanahnya

    lebih dari 15 derajat, sedangkan sisanya merupakan wilayah dataran dengan tingkat

    kemiringan lahan kurang dari 15 derajat.

    Pada umumnya ketinggian wilayah kecamatan di Kabupaten Mojokerto rata-rata

    berada 700 m di

    atas permukaan laut.

    Secara administratif wilayah Kabupaten Mojokerto terdiri dari 18 Kecamatan

    dan 304 desa. Luas wilayah Kabupaten Mojokerto seluruhnya adalah 692,15 km2,

    dimana wilayah Kecamatan Dawarblandong merupakan kecamatan dengan luas

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-2

    wilayah terbesar. Sedangkan Kecamatan Ngoro dan Jetis mempunyai luas wilayah

    terbesar kedua dan ketiga.

    3. Iklim

    Seperti wilayah lainnya di Indonesia, di Kabupaten Mojokerto hanya dikenal dua

    musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Selama tahun 2011 jumlah

    curah hujan lebih rendah dibandingkan jumlah curah hujan selama tahun 2010.

    Selama tahun 2011 total curah hujan setahun dari 18 stasiun pengamat yang terdapat

    di Kabupaten Mojokerto mencapai 1.398 mm, sedangkan tahun sebelumnya sebesar

    2.859 mm. Jumlah hari hujan selama tahun 2011 mencapai 66 hari dan lebih rendah

    dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai 139 hari. Jumlah curah hujan

    maupun hari hujan pada bulan Januari sampai dengan Mei 2011 di sebagian besar

    stasiun pengamat mengalami peningkatan. Setelah itu pada bulan Juni menurun dan

    pada bulan Juli sampai bulan Oktober tidak terdapat hujan sama sekali yang berarti

    waktunya musim kemarau. Pada bulan November mulai meningkat lagi sampai akhir

    tahun. Hal ini disebabkan karena perubahan iklim yang tidak menentu

    B. Kondisi Fisik Binaan

    Kondisi fisik binaan untuk Kabupaten Mojokerto terdiri dari beberapa faktor, antara

    lain pola penggunaan lahan, karakteristk dan sebaran fasilitas, dan kondisi utilitas. Berikut

    merupakan penjelasan dari factor-faktor tersebut.

    1. Pola Penggunaan Lahan

    Kabupaten Mojokerto memiliki luas lahan untuk usaha pertanian seluas 97.790

    Ha, terdiri dari lahan sawah seluas 37.101 Ha dan lahan bukan sawah 60.689 Ha.

    Terdapat lahan sawah berpengairan teknis seluas 21.314 Ha (57,45%). Sisanya adalah

    lahan sawah berpengairan semi teknis, sederhana, dan tadah hujan.

    Lahan bukan sawah meliputi pekarangan, bangunan dan halaman, tegal, kebun,

    kolam, tebat/empang, hutan rakyat, hutan negara, perkebunan dan lainnya.

    Penggunaan lahan bukan sawah terluas adalah hutan negara (47,63%), untuk

    pekarangan bangunan dan halaman (24,14 %) dan untuk tegal/kebun (19,00 %),

    berikut merupakan tabel penggunaan luas lahan pada Kabupaten Mojokerto.

    Tabel 6.1 Penggunaan Luas Lahan Pada Kabupaten Mojokerto

    No. KecamatanLuas Lahan (HA)

    Lahan Sawah

    Lahan Non Sawah

    Lahan Non Pertanian

    Jumlah

    1 Jatirejo 2.178 178 5.466 7.8222 Gondang 2.237 879 3.161 6.277

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-3

    3 Pacet 2.913 761 8.166 11.8404 Trawas 777 1.400 3.695 5.8725 Ngoro 1.295 3.380 8.807 13.4826 Pungging 2.543 750 1.249 4.5427 Kuterejo 2.660 99 1.338 4.0978 Mojosari 1.559 180 930 2.6699 Bangsal 1.506 145 878 2.52910 Mojoanyar 1.491 225 644 2.36011 Dlanggu 2.573 63 909 3.54512 Puri 2.351 63 1.102 3.51613 Trowulan 2.496 344 1.588 4.40114 Sooko 1.269 94 980 2.34315 Gedeg 1.635 29 788 2.45216 Kemlagi 2.610 908 2.190 5.70817 Jetis 2.601 1.323 2.761 6.68518 Dawar blandong 2.434 2.696 22520 7.650

    Jumlahtotal

    2011 37.101 13.517 47.172 97.7902010 37.101 13.517 47.172 97.7902009 37.101 13.517 47.172 97.790

    Sumber : Kabupaten Mojokerto dalam angka, 2012

    2. Karakteristik dan Sebaran Fasilitas

    Kawasan permukiman merupakan kawasan di luar kawasan lindung yang

    digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian masyarakat

    yang berada di perkotaan dan perdesaan Kabupaten Mojokerto, dengan

    mempertimbangkan kelestarian lingkungan dan diupayakan tidak melakukan

    peralihan fungsi terhadap lahan pertanian teknis. Untuk wilayah permukiman yang

    terdapat di Kabupaten Mojokerto sudah menyebar rata ke seluruh kecamatan yang ada

    di Kabupaten Mojokerto itu sendiri, dengan terdiri dari permukiman yang terdapat di

    wilayah perkotaan Kabupaten Mojokerto dan permukiman yang terdapat di wilayah

    pedesaan Kabupaten Mojokerto.

    3. Kondisi Utilitas

    Kondisi utilitas yang terdapat di Kecamatan Sooko dapat dilihat pada jaringan

    drainase, jaringan air bersih, sistem persampahan serta sistem sanitasi/ jaringan air

    limbah.

    a. Jaringan Drainase

    Jaringan drainase yang terdapat di Kabupaten Mojokerto merupakan satu

    kesatuan sistem jaringan drainase Kabupaten Mojokerto, karena dinamika

    perubahan penggunaan lahan yang terjadi kiranya dimensi dan sistem

    drainase yang ada pada saat ini perlu penyesuaian melalui penyempurnaan

    sistem jaringan drainase yang terdapat pada desa-desa pusat perkotaan dan

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-4

    pada pusat permukiman. Sarana drainase yang terdapat di Kabupaten

    Mojokerto masih kurang optimal dengan masih sering terjadinya wilayah

    rawan banjir yang dikarenakan tidak adanya saluran tersendiri pada setiap

    kawasan fungsional yang terhubung ke saluran primer, sehingga membebani

    saluran wilayah permukiman.

    Permasalahan timbulnya genangan bahkan banjir di musim hujan tidak

    hanya disebabkan belum sempurnanya sistem sirkulasi drainase yang ada

    namun juga dapat diakibatkan oleh tersumbatnya aliran akibat

    pembuangan sampah atau kurang sempurnanya tangkapan air bahkan

    dimungkinkan akibat curah hujan yang sangat tinggi. Saluran drainase selain

    memerlukan pemeliharaan fisik juga perlu adanya kegiatan pelumpuran atau

    membersihkan saluran drainase dari endapan lumpur. Selain itu, penyusunan

    rencana induk sistem drainase wilayah kabupaten dan rencana penanganan

    kawasan tertentu rawan banjir juga perlu diwujudkan.

    b. Jaringan Air Bersih

    Jumlah pelanggan air bersih di wilayah Kabupaten Mojokerto pada tahun 2011

    sebanyak 13.286 pelanggan. Sedangkan volume air yang disalurkan sebesar

    2.567.327 m3 dengan nilai Rp.5.939.623.000,-.

    c. Sistem Persampahan

    Pengelolaan sampah yang terdapat di wilayah Kabupaten Mojokerto dengan

    mekanisme pembuangan dari rumah tangga ke Tempat Pembuangan Sampah

    Sementara (TPS) kemudian transfer depo dan selanjutnya dibuang ke Tempat

    Pembuangan Akhir (TPA). Pola pembuangan sampah yang ada pada saat ini

    masih menggunakan pola lama, yaitu pengumpulan, pengangkutan dan

    dibuang. Selain itu, volume sampah yang dihasilkan tiap harinya tidak sesuai

    dengan volume TPS yang tersedia untuk Kabupaten Mojokerto itu sendiri.

    Sehingga untuk mencegah terjadinya timbulan sampah, diharapkan kepada

    pemerintah Kabupaten Mojokerto untuk menyediakan TPS pada tiap-tiap

    kecamatan, tentunya dengan memperhatikan standar yang ada.

    d. Sistem Sanitasi dan Jaringan Air Limbah

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-5

    Sistem Sanitasi di Kabupaten Mojokerto sebagian besar sudah menggunakan

    septictank pribadi, meskipun masih terdapat sebagian masyarakat yang

    menggunakan septictank komunal

    6.1.2 Karakteristik Kecamatan Sooko

    A. Karakteristik Fisik Dasar

    1. Batas Fisik dan Letak Ketinggian Kecamatan Sooko

    Batas Fisik:

    Sebelah utara : Kec. Gedeg & Kota Mojokerto

    Sebelah Timur : Kec. Puri

    Sebelah Selatan : Kec. Trowulan

    Sebelah Barat : Kec. Trowulan dan Kab. Jombang

    Wilayah Kecamatan Sooko terletak di ketinggian 25 meter sampai dengan 80

    meter di atas permukaan laut.

    2. Luas dan Pembagian Wilayah Kecamatan Sooko

    Luas Kecamatan Sooko adalah 2.350,9 Ha, yang terdiri dari 109 RW, 402 RT, 15

    Desa dan 58 Dusun. Tabel 6.2 merupakan luas wilayah per desa yang terdapat di

    Kecamatan Sooko.

    Tabel 6.2 Luas Wilayah Per Desa Kecamatan Sooko

    No Desa/DesaLuas Wilayah

    (km)1 Sooko 1.372 Japan 1.533 Jampirogo 1.144 Brangkal 1.555 Ngingasrembyong 1.856 Tempuran 1.837 Sambiroto 1.438 Kedungmaling 1.189 Karangkedawang 1.2810 Wringinrejo 1.4811 Modongan 2.3512 Mojoranu 1.7613 Klinterejo 1.3514 Gemekan 2.6315 Blimbingsari 1.97

    Sumber: Kabupaten Mojokerto Dalam Angka, 2012Brdasarkan tabel 6.2 luas wilayah tertinggi adalah Desa Gamekan yaitu sebesar

    2,63 km2 dan luas wilayah terendah yaitu Desa Jampirogo dengan luasan 1,14 km2.

    Ditinjau bedasarkan RTRW Kabupaten Mojokerto tahun 2011, Kecamatan Sooko

    memiliki 8 Desa yang tergolong dalam Kawasan Ibu Kota Kecamatan (IKK). Desa itu

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-6

    antara lain Desa Sooko, Desa Japan, Desa Jampirogo, Desa Brangkal, Desa

    Sambiroto, Desa Kedungmaling, Desa Wringinrejo, dan Desa Gemekan.

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-7

    Peta 6.1 Administrasi Kecamatan Sooko

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-8

    Peta 6.2 Kawasan Ibu Kota Kecamatan

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-9

    B. Karakteristik Fisik Binaan

    Kondisi Fisik Binaan Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto dapat dilihat dari

    penggunaan lahan yang ada. Berikut ini merupakan rincian dari penggunaan lahan di

    Kecamatan Sooko.

    1. Penggunaan Lahan

    Penggunaan lahan di Kecamatan Sooko terdiri lahan sawah dan lahan non sawah,

    berikut ini merupakan tabel luas lahan sawah dan lahan non sawah yang dirinci

    menurut Desa di Kecamatan Sooko:

    Tabel 6.3 Luas Lahan di Kecamatan Sooko

    No DesaLuas Lahan (Ha)

    Lahan Sawah Lahan Non Sawah1 Gemekan 47,8 62,62 Blimbingsari 118,1 94,33 Brangkal 76,8 45,54 Kedungmaling 68,7 77,75 Klinterejo 77,5 61,66 Modongan 176,8 90,57 Sambiroto 97,7 48,88 Jampirogo 41,1 73,39 Japan 41,8 98,6

    10 Sooko 25,1 122,211 Wringinrejo 82,5 67,912 Karangkedawang 89,3 36,913 Mojoranu 137,4 39,014 Tempuran 113,9 54,315 Ngingasrembyong 93,3 89,9

    Jumlah 1287,8 1063,1Sumber: Kecamatan Dalam Angka, 2011

    Berdasarkan tabel 6.3 dapat diketahui bahwa luas lahan sawah di Kecamatan

    Sooko seluas 1287,8 hektar atau sebesar 54,78% sedangkan lahan non sawah yang

    terdiri dari bangunan permanen, hutan negara dan lain-lain seluas 1063,1 hektar atau

    sebesar 45,22%.

    6.2 Rumusan Tujuan Perencanaan

    6.2.1 Analisis Tujuan Perencanaan

    Keberhasilan tercapainya tujuan penataan ruang wilayah perencanaan dapat diukur

    dari pencapaian yang telah diwujudkan telah sesuai dengan arahan yang ditetapkan dalam

    Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota dan apabila diperlukan dapat

    dilengkapi dengan prinsip-prinsip (Permen PU No: 20/PRT/M/2011). Berdasarkan pengertian

    tersebut maka Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Sooko memerlukan suatu

    arahan dan acuan untuk mencapai suatu tujuan nyata dengan ketentuan teknis yang telah

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-10

    disusun dan kemudian dilaksanakan dalam tahap perencanaan dan pembangunan sehingga

    dicapai konsistensi dan keserasian pembangunan kawasan perkotaan Kecamatan Sooko.

    6.2.2 Tinjauan Kebijakan Regional dan BWP Kecamatan Sooko

    A. Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur

    Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur terdapat delapan wilayah

    pengembangan. Dari kedelapan wilayah pengembangan tersebut Kabupaten Mojokerto

    tergolong dalam WP Germakertosusila Plus dengan pusat di Kota Surabaya meliputi: Kota

    Surabaya, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten

    Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kabupaten Jombang,

    Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten

    Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep.

    Dengan fungsi sebagai pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura,

    kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan,

    pariwisata,transportasi, dan industri. Ditinjau dari segi geografisnya Kabupaten Mojokerto

    diharapkan dapat menjadi filter arus urbanisasi penduduk di wilayah sekitarnya yang

    berkeinginan ke ibukota Provinsi Jawa Timur yaitu Surabaya.

    B. Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Mojokerto

    1. Struktur Ruang

    Berdasarkan RTRW Kabupaten Mojokerto tahun 2011 , maka Kecamatan Sooko

    terbagi menjadi 2 kawasan, yaitu kawasan perkotaan dan kawasan pedesaa.

    Pembagian kawasan perkotaan dan pedesaan di kecamatan sooko didasarkan pada

    Undang- Undang nomor 26 tahun 2006 tentang penataan ruang. Di Kecamatan Sooko

    Ada delapan desa yang termasuk kedalam kawasan perkotaan dan tujuh desa yang

    termasuk kedalam kawasan pedesaan. Tabel 6.4 berikut ini adalah tabel desa kawasan

    perkotaan dan pedesaan Kecamatan Sooko :

    Tabel 6.4 Kawasan Perkotaan dan Perdesaan Di Kecamatan SookoNo. Perkotaan Perdesaaan1 Sooko Nginasrembayong 2 Wringinrejo Tempuran 3 Sambiroto Mojoranu 4 Brangkal Karangkedawang 5 Gamekan Modongan 6 Japan Klintenrejo 7 Jampirogo Blimbingsari 8 Kedungmaling

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-11

    Sumber: RTRW Kabupaten Mojokerto, 2011

    Berdasarkan RTRW Kabupaten mojokerto, struktur pemanfaatan ruang

    Kecamatan Sooko terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu :

    a. Sebagai Kawasan industri skala menengah hingga berat terdapat di perkotaan.

    b. Kegiatan perdagangan utama Kabupaten Mojokerto terdapat di perkotaan

    Sooko, sedangkan untuk perdagangan tingkat regional yang menampung hasil

    produksi industri, pertanian dan perkebunan dengan lingkup skala regional.

    c. Pusat kegiatan pendidikan hingga tingkat tinggi.

    d. Sub-sub terminal yang melayani pergerakan antar perkotaan terdapat pada

    setiap kota Kecamatan.

    Selain itu Kecamatan Sooko juga termasuk dalam arahan pengembangan Pusat

    Kegiatan Lingkungan promosi ( PKLp) dengan skala pelayanan lokal. Adapun Fungsi

    pengembangan PKLp Kecamatan Sooko adalah

    a. Sebagai pusat permukiman skala kabupaten

    b. Sebagai Pusat Pelayanan Pendidikan skala dasar hingga menengah

    2. Pola Ruang

    Berdasarkan RTRW Kabupaten Mojokerto, terdapat beberapa peruntukan

    kawasan budidaya yang terdapat di Kecamatan Sooko, beberapa peruntukan kawasan

    di Kecamatan Sooko adalah :

    a. Kawasan permukiman perkotaan, Wilayah perkotaan di Kabupaten Mojokerto

    memiliki pusat pelayanan terkonsentrasi di sekitar Perkotaan Sooko, Gedeg

    dan Mojosari. Orientasi pergerakan penduduk cenderung mengarah ke pusat

    kota di mana pada wilayah ini terdapat fasilitas pendukung yang lengkap.

    Pada kawasan perkotaan ini dimungkinkan untuk diarahkan pengembangan

    Rusunawa, Dimana diprediksi selama 20 tahun kedepan akan terjadi

    perubahan dalam perkembangan jalan Tol, dan kawasan industri sehingga

    sangat dimungkinkan terjadi pertambahan kebutuhan akan hunian. Salah satu

    upaya untuk menjembatani antara kebutuhan akan hunian dan kencenderungan

    penggembangannya secara horisontal yang akan banyak memakan lahan maka

    diarahkan untuk dikembangkan Rusunawa (Rumah Susun Sederhana Sewa).

    b. Kawasan persawahan

    c. Kawasan perikanan tangkap atau yang biasanya terletak pada waduk, situ atau

    danau.

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-12

    d. Kawasan budidaya air tawar, pada kecamatan Sooko dikususkan pada budi

    daya ikan gurami

    e. Serta, kawasan pemasaran hasil produksi ikan

    3. Kawasan Strategis

    Berdasarkan RTRW Kabupaten Mojokerto, terdapat beberapa arahan kawasan

    strategis bagi Kecamatan Sooko, diantaranya :

    a. Peruntukan industri dan pergudangan sepanjang ruas Jalan By Pass Mojokerto

    b. Sebagai, kawasan cepat tumbuh, yaitu menjadikan Kecamatan Sooko, sebagai

    pusat koleksi dan distribusi hasil pertanian perkebunan dan kehutanan dengan

    wilayah pendukung Puri, Trowulan Jatirejo, Mojanyar

    4. Kawasan Pemanfaatan Ruang

    Berikut ini adalah beberapa arahan pemanfatan Kecamatan Sooko ruang yang

    termasuk kedalam program pembangunan Kabupaten Mojokerto :

    a. Sebagai Sistem dan Fungsi Perwilayahan

    b. Sebagai Pemantapan Peran dan Fungsi Kota

    c. Penentuan Struktur Pelayanan

    d. Kawasan Perkotaan Pusat Kegiatan Lokal

    e. Pengendalian kaawasan pertanian unggulan, untuk kawasan pertanian abadi

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-13

    Peta 6.3 Pusat Kegiatan Lingkungan Promosi (PKLp) II

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-14

    C. Kebijakan Rencana Pembangunan Daerah

    Tujuan Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Mojokerto tahun 2005

    2025 adalah untuk mewujudkan masyarakat dan daerah Kabupaten Mojokerto yang Maju,

    Adil, Makmur, Tentram, dan Beradab. Dalam konteks pembangunan sarana dan prasarana

    wilayah tujuan PJP Daerah Kabupaten Mojokerto tercantum dalam:

    1. Terwujudnya peningkatan kegiatan ekonomi dan pendapatan masyarakat ditandai

    oleh hal-hal berikut :

    a. Meningkatnya pertumbuhan sektor Industri, Jasa dan Pariwisata di Kabupaten

    Mojokerto yang didukung oleh sektor pertanian yang handal

    b. Semakin luasnya lapangan kerja dan semakin berkurangnya angka

    pengangguran

    c. Semakin meningkatnya pendapatan riil masyarakat yang diikuti oleh

    pemerataan pendapatan yang berkeadilan, dan semakin menurunnya jumlah

    keluarga miskin di Kabupaten Mojokerto

    d. Tersedianya sarana & prasarana dasar wilayah yang memadai sehingga

    mampu mendorong tumbuh kembangnya sektor industri, jasa dan pariwisata

    2. Terwujudnya penataan dan pelestarian Sumber Daya Alam (SDA) dan

    Lingkungan Hidup di Kabupaten Mojokerto secara berkelanjutan ditandai oleh

    hal-hal berikut :

    a. Terwujudnya pengembangan wilayah yang sesuai dengan fungsi dan Tata

    Guna Lahan serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kabupaten

    Mojokerto

    b. Tersediaanya kawasan permukiman, pergudangan, dan industri yang memadai

    c. Terwujudnya pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam secara

    berkelanjutan serta tetap terjaganya kelestarian lingkungan hidup

    d. Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam menjaga pelestarian sumber daya

    alam dan lingkungan hidup

    Kebijakan Pembangunan Daerah Kabupaten Mojokerto diletakkan pada beberapa

    prinsip pokok diantaranya:

    1. Mewujudkan Otonomi Daerah yang didukung oleh sumber daya manusia

    berkualitas, serta penguatan kelembagaan dan masyarakat yang memiliki daya

    saing dalam mengelola sumber daya alam

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-15

    2. Permulihan ekonomi, dalam rangka memperkuat fundamental ekonomi, menuju

    stabilitas ekonomi yang berkeadilan, dengan memperluas kesempatan berusaha

    serta penyebaran asset produksi

    3. Peningkatan produksi, khususnya sub bidang unggul dengan memperluas usaha-

    usaha yang berbasis pal sumber daya lokal

    4. Menumbuhkan iklim pembangunan yang kondusif dengan mengembangkan

    demokrasi, sehingga akan mewujudkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan,

    pelaksanaan dan pengendalian pembangunan

    Daerah Kecamataan Sooko merupakan daerah termasuk kedalam kaategori

    permukiman perkotaaan karena pertumbuhannya sangat besar dan dipengaruhi oleh letaknya

    yang berbatasaan langsung dengan Kota Mojokerto. Arahan pengembangan kawasan

    perdagangan utama di Kabupaten Mojokerto bertumpu pada kawasan perkotaan di

    Kecamatan Sooko. Pada pusat kota di Kecamatan Sooko dikembangkan kegiatan

    perdagangan skala pelayanan regional atau perdagangan grosir. Indsutri manufaktur yang

    dapat dikembangan antara lain sejenis dengan industri yang telah ada yaitu industri sepatu,

    industri peralatan rumah tangga, Industri Kerajinan Tangan, industri pakaian dll.

    Kebijakan tersebut mengacu kepada perkembangan Kecamatan Sooko yang mengarah

    kepaada kawasan permukiman dan diikuti dengan pertumbuhaan kawasan perdagangan dan

    jasa di jalan-jalan utama Kecamatan, baik itu sector formal maupun informal, serta adanya

    jalan By Pass yang menghubungkan Surabaya-Mojokerto-Jombang sebagai daerah

    pertumbuhan industri besar dan menengah.

    D. Kebijakan Sektoral

    Berdasarkan kebijakan sektoral, Kecamatan Sooko dibagi menjadi tiga bidang yaitu

    bidang fisik dan sosial budaya.

    1. Bidang Fisik

    Berikut merupakan analisis kebijakan sektoral bidang fisik yang terdapat di

    bagian wilayah perencanaan di Kecamatan Sooko.

    Tabel 6.5 Analisis Kebijakan Sektoral Bidang Fisik di BWP KecamatanSookoSektor Desa Kebijakan Keterangan

    Jalan Gamekan - Perbaikan jalan lingkungan Kebijakan ini sesuai karena di Kecamatan Sooko masih terdapat jaringan jalan yang masih rusak sehingga butuh perbaikan serta pemeliharaan jalan

    Wringinrejo - Pemeliharaan jalan desaJampirogo - Peningkatan jalan desa (aspal dan

    paving)Kedungmaling - Pelebaran jalan poros desa

    - Peningkatan jalan aspal Brangkal - Pemeliharaan jalan

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-16

    Sektor Desa Kebijakan KeteranganSooko - Pemeliharaan jalanJapan - Pembangunan jembatan

    - Pengaspalan jalanSambiroto - Pebaikan jalan lingkungan

    - Pelebaran jalan- Jalan Makadam

    Drainase Wringinrejo - Perawatan saluran Di Kecamatan Sooko sebagian besar jaringan drainasenya masih kurang baik atau rusak, maka perlu pengembangan jaringan drainase meliputi perawatan saluran drainase, perbaikan saluran dan pemberian plengseng. Kebijakan bertujuan untuk mengurangi genangan air pada badan jalan dan banjir.

    Jampirogo - Perbaikan drainase jalan desaSooko - Normalisai sluran RA. BasuniJapan - Normalisasi pembuangan air

    - Plengsengan kali brangkalSambiroto - Plengsengan

    Sarana Japan - Perbaikan gedung TK- Perbaikan gedung Mi

    Kebijakan ini sesuai untuk Kecamatan Sooko karena belum optimalnya kuantitas dan kualitas sarana pendidikan yang ada. Untuk itu perlu diadakan penambahan dan perbaikan, serta pelengkapan dan fasilitasnya.

    Sooko - Pembangunan gedung playgroup- Perbaikan gedung kantor TK- Pendidikan dan latihan PKK

    Gamekan - Perbaikan MI almustofa- Perbaikan TK Dharma wanita

    ASRI Wringinrejo - Pembangunan gedung TK

    Sumber: Hasil Analisis, 2013

    2. Bidang Pendidikan

    Berikut merupakan analisis kebijakan sektoral bidang pendidikan yang terdapat di

    bagian wilayah perencanaan di Kecamatan Sooko.

    Tabel 6.6 Analisis Kebijakan Sektoral Bidang Pendidikan di BWP Kecamatan SookoSektor Desa Kebijakan Keterangan

    Pendidikan Japan - Perbaikan gedung TK- Perbaikan gedung Mi

    Pembangunan dan perbaikan fasilitas pendidikan ini di karenakan untuk mengoptimalkan kuantitas dan kualitas sarana pendidikan yang ada di Kecamatan Sooko.

    Sooko - Pembangunan gedung playgroup- Perbaikan gedung kantor TK- Pendidikan dan latihan PKK

    Gamekan - Perbaikan MI almustofa- Perbaikan TK Dharma wanita

    ASRI Wringinrejo - Pembangunan gedung TKBrangkal - Pelatihan kewirausahan

    Sumber: Hasil Analisis, 20133. Bidang Sosial

    Berikut merupakan analisis kebijakan sektoral bidang sosial yang terdapat di

    bagian wilayah perencanaan di Kecamatan Sooko.

    Tabel 6.7 Analisis Kebijakan Sektoral Bidang Sosial di BWP Kecamatan SookoSektor Desa Kebijakan KeteranganSosial Brangkal - Kegiatan ekonomi produktif Program ini Dilakukan untuk

    meningkatkan SDM sehingga dapt Jampirogo - Bnatuan PNPM

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-17

    Sektor Desa Kebijakan Keterangan- Bantuan RTSM- Bantuan paket

    meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.

    Wringinrejo - Program PUEM- Bantuan PNPM

    Gamekan - Alat dan kursus pertukangan- Kursus las dan alat- Kurus bengkel dan alat

    Japan - Kursus elektro- Kursus mengelas

    Kedungmaling - Pelatihan batik tulis mongerto

    - Tata boga- Kursus menjahit

    Sambiroto - Pelatihan pengrajin sepatu- Sarana dan prasarana karang

    tarunaSumber: Hasil Analisis, 2013

    E. Fungsi dan Peran BWP Kecamatan Sooko

    Pengembangan Bagian wilayah yang perkotaan dipriorotaskan (BWP) merupakan

    upaya perwujudan rencana tata ruang yang dijabarkan kedalam rencana penanganan bagian

    dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan. Adpaun fungsi dan peran Kecamatan Sooko

    menjadi pengembangan bagian wilayah perkotaan yang diprioritaskan adalah Kecamatan

    Sooko sebagai kawasan perkotaan pusat kegiatan lokal promosi (PKLp), yang memiliki

    fungsi pengembangan sebagai pusat industri skala nasional dan regional, pusat pemasaran

    hasil pertanian, perikanan dan peternakan yang terdapat pada Kabupaten Mojokerto.

    Berdasarkan RTRW Kabupaten Mojokerto, Kecamatan Sooko merupakan salah satu

    kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal yang terdapat di Kabupaten Mojokerto. Hal ini

    dikarenakan di Kecamatan Sooko terdapat kawasan bersejarah yang terletak di Desa

    Klintirejo dimana terdapat candi dan benda-benda sejarah peninggalan Kerajaan Mojopahit.

    Benda-benda bersejarah ini yang juga di temukan di Kecamatan Trowulan sebagai pusat

    Kerajaan Mojopahit, Kecamatan Trawas, dan Kecamatan Puri. Untuk itu Kecamatan Sooko

    menjadi salah satu Kecamatan yang juga ikut berperan aktif dalam melestraikan benda

    bersejarah dengan membentuk kawasan lindung dan kearaifan lokal yang terdapat di

    Kabupaten Mojokerto.

    Wisata budaya terletak di Kecamatan Trowulan, Kecamatan Jatirejo, Kecamatan

    Trawas, Kecamatan Ngoro, Kecamatan Pacet, Kecamatan Puri dan Kecamatan Sooko dan

    (Kawasan Pengembangan Pariwisata.

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-18

    Bagi pemenuhan kebutuhan internal Kabupaten Mojokerto dan kegiatan ekspor, maka

    pengembangan kegiatan peternakan yang terdapat pada saat ini dapat dipertahankan,

    berdasarkan kebutuhan pengembangan ke depanya dapat diatur arah pemanfaatanya, dalam

    pengembangan peternakan, Kecamatan Sooko memiliki peran dalam pengembangan kegiatan

    peternakan besar jenis sapi potong, dan peternakan ternak kecil.

    Bagi pengembangan kawasan perikanan budi daya air tawar, terdapat dua jenis yakni

    pengembangan kawasan pengembangan perairan umum berupa waduk, telaga serta

    pengembangan mengunakan kolam dengan luas 0.25 km2, pengembangan kawasan budidaya

    air tawar jenis kolam ini terdapat di Desa Sambiroto, Kecamatan Sooko.

    Rencana pengembangan kawasan strategis, kawasan strategis difungsikan sebagai

    kawasan strategis ketahanan ekonomi pada Kabupaten Mojokerto, pada Kecamatan Sooko

    diperuntukkan kawasan industry dan pergudangan, kawasan industry dan pergudangan pada

    Kecamatan Sooko terletak di Desa Jampirogo.

    Berdasarkan RTRW Kabupaten Mojokerto Kecamatan Sooko merupakan Kecamatan

    yang merupakan Kawasan cepat tumbuh, Keamatan Sooko sebagai pusat koleksi dan

    distribusi hasil pertanian perkebunan dan kehutanan dengan wilayah pendukung Puri,

    Trowulan Jatirejo, Mojanyar.

    6.2.3 Perumusan Tujuan Penataan BWP Kecamatan Sooko

    Perumusan tujuan penataan Bagian Wilayah Perencanaan (BWP) Kecamatan Sooko

    dapat didasarkan pada RTRW Kabupaten Mojokerto dan Pembangunan Jangka Panjang

    Daerah Kabupaten Mojokerto. Berdasarkan rencana struktur ruang yang terdapat di dalam

    RTRW Kab. Mojokerto, maka kecamatan Sooko terbagi dalam dua arahan rencana, yaitu

    rencana pengembangan pedesaan dan rencana pengembangan perkotaan.

    Kecamatan Sooko terdiri dari 15 desa, dengan beberapa diantaranya yang akan

    diarahkan menjadi daerah perkotaan yaitu Desa Sooko, Desa Wringinrejo, Desa Sambiroto,

    Desa Japanan, Desa Brangkal, dan Desa Gamekan, dimana pada wilayah tersebut akan

    diarahkan menjadi pusat pelayanan dan pengembangan Pusat Kegiatan Lokal serta Pusat

    Kegiatan Lokal promosi ( PKLp) dengan skala pelayanan lokal bahkan regional. Adapun

    Fungsi pengembangan PKLp Kecamatan Sooko adalah

    a. Sebagai pusat permukiman skala kabupaten

    b. Sebagai Pusat Pelayanan Pendidikan skala dasar hingga menengah.

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-19

    Sementara itu, adapun rencana pengembangan pedesaan di Kecamatan Sooko lebih

    menitik beratkan pada pengadaan fasilitas pelayanan serta sistem jaringan jalan. Hal ini

    bertujuan menjadikan wilayah pedesaan sebagai pusat pusat penghubung dengan wilayah

    kecamatan di sekitar Kecamatan Sooko.

    Arahan pengembangan Kecamatan Sooko berdasarkan Pembangunan Jangka Panjang

    Daerah Kabupaten Mojokerto akan menjadi permukiman perkotaan dan terdapat kegiatan

    perdagangan skala pelayanan regional atau perdagangan grosir serta indutri manufaktur yaitu

    industri sepatu, industri peralatan rumah tangga, Industri Kerajinan Tangan, industri pakaian

    dll.

    6.3 Rencana Pola Ruang

    6.3.1 Kependudukan

    Perencanaan suatu wilayah pada hakekatnya merupakan suatu upaya yang

    ditunjukkan untuk mewadahi kegiatan penduduknya. Sehingga kependudukan merupakan

    salah satu komponen yang penting dalam merencanakan suatu rencana kota. Dengan adanya

    kependudukan, maka perputaran arus barang dan arus uang akan menjadi lebih hidup. Hal ini

    juga yang menjadikan perkembangan kota menjadi lebih cepat. Hal tersebut menunjukkan

    bahwa kependudukan merupakan faktor penentu dalam kegiatan perencanaan wilayah.

    Analisis kependudukan yang dilakukan adalah mencakup proyeksi penduduk, tingkat

    kepadatan penduduk dan perubahan penduduk.

    A. Pertumbuhan Penduduk

    Analisis penduduk ditekankan pada proyeksi penduduk untuk distribusi dan kepadatan

    penduduk pada tahun perencanaan. Kegiatan analisis penduduk ini dilakukan untuk

    memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan umum penduduk sampai dengan akhir

    perencanaan. Tabel 6.8 berikut merupakan jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk di

    Kecamatan Sooko Tahun 2007-2012.

    Tabel 6.8 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Sooko Tahun 2007 2012

    Tahun JumlahPertumbuhan

    Pernduduk2007 57472 -2008 70787 23,17%2009 73036 3,18%2010 73625 0,81%2011 75484 2,52%2012 77785 3,05%

    Rata-rata Pertumbuhan Penduduk

    6,54%

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-20

    Sumber: Data Kependudukan dan Catatan Sipil Tahun 2007-2012Dari jumlah penduduk yang terdapat pada tabel 6.8 di atas, dapat diketahui grafik

    pertumbuhan penduduk Kecamatan Sooko dari tahun 2008 hingga tahun 2012. Berikut

    merupakan grafik pertumbuhan penduduk Kecamatan Sooko.

    Pertumbuhan Penduduk Kecamatan SookoSumber: Hasil Analisis, 2013

    Berdasarkan data penduduk Kecamatan Sooko, rata-rata pertumbuhan penduduk

    Kecamatan Sooko pertahun adalah sebesar 6,54% pertahun. Tingginya pertumbuhan

    penduduk BWP Kecamatan Sooko disebabkan oleh pertumbuhan penduduk pada tahun 2008

    mengalami peninggatan yang drastis yaitu sebesar 23,17% dari total penduduk tahun 2007.

    Hal yang mendasari peningkatan ini adalah jumlah migrasi masuk dan tingkat kelahiran yang

    berkembang pesat terutama di Kecamatan Sooko. Sehingga apabila rata-rata pertumbuhan ini

    digunakan sebagai dasar dalam memperkirakan jumlah penduduk BWP Kecamatan Sooko

    dimasa depan, maka akan terjadi ledakan jumlah penduduk yang besar dan dalam

    perencanaan nantinya dirasa kurang tepat.

    Untuk itu digunakanlah analisis peramalan jumlah penduduk dengan

    mempertimbangkan tingkat kelahiran, kematian, migrasi masuk dan migrasi keluar yang

    terjadi di Kecamatan Sooko. Berikut adalah tingkat kelahiran, kematian dan pergerakan

    penduduk Kecamatan Sooko yang disajikan dalam tabel 6.9 berikut.

    Tabel 6.9 Tingkat Kelahiran, Kematian dan Pergerakan penduduk Kecamatan Sooko

    TahunJumlah

    penduduk

    Jumlah Kelahiran

    Jumlah Kematian

    Jumlah Migrasi Masuk

    Jumlah Migrasi Keluar

    Tingkat Kelahiran

    Tingkat Kematian

    Tingkat Migrasi Masuk

    Tingkat Migrasi Keluar

    2008 70787 584 197 899 154 0,008 0,003 0,013 0,0022009 73036 2204 240 820 1524 0,030 0,003 0,011 0,0212010 73625 1258 125 1248 1842 0,017 0,002 0,017 0,0252011 75484 1618 720 1303 938 0,021 0,010 0,017 0,012

    77781 1248 612 734 1121 0,016 0,008 0,009 0,014

    57472

    70787 73036 7362575484 77785

    0100002000030000400005000060000700008000090000

    2007 2008 2009 2010 2011 2012

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-21

    Rata-Rata 0,019 0,005 0,014 0,015Sumber: Kabupaten Dalam Angka Tahun 2008-2012

    B. Perkiraan Jumlah Penduduk

    Perkiraan Jumlah penduduk digunakan untuk meramalkan jumlah penduduk BWP

    Kecamatan Sooko hingga 20 tahun mendatang. Peramalan jumlah penduduk BWP

    Kecamatan Sooko menggunakan metode cohort dengan mempertimbangkan tingkat

    kematian, kelahiran dan migrasi yang terjadi di Kecamatan Sooko.

    Gambar Model Dinamik Proyeksi Pertumbuhan Penduduk BWP Kecamatan SookoSumber: Hasil Analisis, 2013

    Tabel 6.10 Proyeksi Penduduk Per Desa BWP Kecamatan Sooko Tahun 2013-2032

    DesaTahun Proyeksi (jiwa)

    2012 2013 2017 2022 2027 2032Gamekan 4.978 5.092 5.577 6.249 7.001 7845Brangkal 4.520 4.624 5.064 5.674 6.357 7123Kedungmaling 7.793 7.972 8.731 9.783 10.961 12281Sambiroto 4.093 4.187 4.586 5.138 5.757 6450Jampirogo 3.534 3.615 3.960 4.436 4.971 5569Japan 9.577 9.797 10.730 12.022 13.470 15092Sooko 14.141 14.466 15.844 17.752 19.889 22284Wringinrejo 2.964 3.032 3.321 3.721 4.169 4671

    Jumlah 51.600 52.785 57.813 64.775 72.575 81315Sumber: Hasil analisis 2013

    Pada tabel 6.10 dapat dilihat jumlah penduduk di BWP Kecamatan Sooko sampai

    dengan 20 tahun mendatang diproyeksikan akan meningkat menjadi 81.315 jiwa atau

    meningkat sebesar 2.934 jiwa (2,30% per tahun). Proyeksi jumlah penduduk ini akan

    digunakan untuk mencari kebutuhan fasilitas dan utilitas di BWP Kecamatan Sooko.

    Penduduk

    Kelahiran

    Birth rate

    Kem atian

    Death rate

    migrasi

    masuk

    migrasi

    keluar

    im migration rate em migration rate

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-22

    C. Kepadatan Penduduk

    Tingkat kepadatan penduduk di BWP Kecamatan Sooko secara keseluruhan sebesar

    48 jiwa/ha, namun untuk masing- masing desa mempunyai perbedaan. Hal ini menunjukkan

    adanya pemusatan penduduk dan juga persebaran penduduk di beberapa desa. Bedasarkan

    SNI 03-1933-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan,

    klasifikasi kepadatan suatu daerah dapat disajikan dalam tabel 6.11 berikut:

    a. Kepadatan penduduk sangat padat digunakan untuk kriteria kawasan dengan

    tingkat kepadatan penduduk lebih dari 400 jiwa per hektar.

    b. Kepadatan penduduk tinggi digunakan untuk kriteria kawasan dengan tingkat

    kepadatan penduduk 201 sampai 400 jiwa per hektar.

    c. Kepadatan penduduk sedang digunakan untuk kriteria kawasan dengan tingkat

    kepadatan penduduk antara 151 sampai 200 jiwa per hektar.

    d. Kepadatan penduduk rendah digunakan untuk kriteria kawasan dengan tingkat

    kepadatan penduduk kurang dari 150 jiwa per hektar.

    Berdasarkan klasifikasi kepadatan diatas, maka berikut adalah tingkat kepadatan

    penduduk di BWP Kecamatan Sooko untuk setiap Desa/desa:

    Tabel 6.11 Kepadatan Penduduk Per Desa dalam BWP Kecamatan Sooko Tahun 2012

    Sumber: Kecamatan Dalam Angka, 2011Pada tahun 2012 diketahui Desa Gamekan yang merupakan pusat pelayanan dari

    BWP Kecamatan Sooko mempunyai kepadatan penduduk sebesar 45 jiwa/Ha dengan tingkat

    kepadatan pendudukpaling kecil terdapat pada Desa Wringinrejo sebesar 20 jiwa/Ha dan

    kepadatan penduduk paling becar berada di Desa Sooko sebesar 96 jiwa/Ha.

    Kepadatan penduduk yang tinggi di Desa Sooko dipengaruhi oleh kondisi wilayah

    yang berdekatan dengan Kota Mojokerto sebagai pusat kegiatan dan memiliki sarana

    prasarana lengkap. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan penduduk cenderung memusat di

    daerah tersebut dan wilayah sekitarnya. Selain itu tingkat aksesibilitas juga mempengaruhi

    tingginya kepadatan penduduk Desa Sooko dimana desa ini dilalui oleh Jalan RA Basuni

    yang menghubungkan Kabupaten Mojokerto dengan Kota Mojokerto dan antar kecamatan di

    Desa Luas (Ha)Kepadatan (jiwa/Ha)

    Klasifikasi Kepadatan

    Gamekan 110 45 Rendah Brangkal 122 37 Rendah Kedungmaling 146 53 Rendah Sambiroto 146 28 Rendah Jampirogo 114 31 Rendah Japan 140 68 Rendah Sooko 147 96 Rendah Wringinrejo 150 20 Rendah

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-23

    Kabupaten Mojokerto. Terlihat bahwa baik sarana perkantoran maupun perdagangan dan jasa

    tersebar di sepanjang jalan ini. Berikut ini adalah tingkat kepadatan BWP Kecamatan Sooko

    bedasarkan proyeksi penduduk.

    Tabel 6.12 Proyeksi Kepadatan Penduduk Kecamatan Sooko Tahun 2013-2032

    DesaLuas(Ha)

    Proyeksi Kepadatan (jiwa/Ha)Kepadatan

    2013Kepadatan

    2017Kepadatan

    2022Kepadatan

    2027Kepadatan

    2032Gamekan 110 45 47 55 66 79Brangkal 122 37 38 45 54 65Kedungmaling 146 53 55 64 78 94Sambiroto 146 28 29 34 41 49Jampirogo 114 31 32 37 45 54Japan 140 68 71 83 100 120Sooko 147 96 100 116 140 169Wringinrejo 150 20 21 24 29 35

    Sumber: Hasil Analisis, 2013Tabel 6.12 merupakan perhitungan kepadatan penduduk menggunakan jumlah

    penduduk proyeksi. Diasumsikan bahwa luasan masing-masing desa tidak mengalami

    perrubahan hingga 20 tahun mendatang. Terlihat bahwa BWP Kecamatan Sooko memiliki

    tingkat kepadatan penduduk yang relatif tinggi dikarenakan penduduk mengalami

    peningkatan dari tahun-tahun.

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-24

    Peta 6.4 Kepadatan Penduduk BWP Kecamatan Sooko

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-25

    6.3.2 Fisik Dasar dan Sumber Daya Alam

    A. Tanah dan Geomorfologi

    Wilayah Kecamatan Sooko terletak pada ketinggian antara 25 meter sampai dengan

    88 meter di atas permukaan air laut. Jenis tanah yang terdapat di wilayah Kota Mojokerto

    sebagian besar terdiri dari aluvial (62.74%) dan grumosol (37.26%). Dari kondisi tersebut

    jenis tanah di Kota Mojokerto merupakan tanah yang cukup baik untuk usaha pertanian,

    karena tanah tersebut terdiri dari endapan tanah liat bercampur dengan pasir halus, berwarna

    hitam kelabu dengan daya penahan air yang cukup baik dan banyak mengandung mineral

    yang cukup baik bagi tumbuh-tumbuhan.

    B. Hidrologi

    Wilayah Kota Mojokerto mempunyai beberapa daerah aliran sungai yang manfaatnya

    cukup besar bagi kehidupan penduduk, khususnya untuk keperluan irigasi pertanian. Potensi

    hidrologi yang terdapat di Kota Mojokerto, ialah sungai, sumber mata air, serta model

    pengairannya. Menurut (Balitbang,2011), Kota Mojokerto dilalui oleh 4 (empat) buah sungai

    yang cukup potensial yaitu:

    a. Sungai Brantas di sebelah utara kota sepanjang 3,5 Km arah alirannya ke timur.

    b. Sungai Brangkal di sebelah barat kota sepanjang 2,25 Km arah alirannya keutara.

    c. Sungai Sadar di sebelah timur kota sepanjang 2,00 Km arah alirannya ke utara.

    d. Sungai Gedeg di sebelah barat kota sepanjang 2,00 Km.

    C. Klimatologi

    Lokasi Kota Mojokerto berada di sekitar garis khatulistiwa, maka seperti daerah yang

    kain Kota Mojokerto mempunyai perubahan iklim sebanyak 2 (dua) jenis setiap tahunnya,

    yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Bulan Oktober sampai April merupakan musim

    penghujan, sedangkan bulan Mei sampai september merupakan musim kemarau.

    Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat

    tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Temperatur udara di Kota

    Mojokerto mencapai 19,7 oC-36,3 oC dengan kelembaban udara pada bulan Mei mengalami

    tahap paling rendah tingkat kelembabannya, yaitu hanya sebesar 95%, sedangkan pada bulan-

    bulan yang lainnya berkisar antara 97% - 100%.

    Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan

    orographi dan perputaran/ pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam

    menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Pada bulan desember merupakan curah hujan

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-26

    tertinggi di Kota Mojokerto yang terjadi selama tahun 2007 yaitu mencapai 452 mm. Namun,

    ada juga bulan yang tidak terdapat hari hujan yaitu bulan Juli, September dan Nopember.

    Curah hujan tersebut mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung pola pertanaman

    yakni intensitas penggunaan tanah dan tersedianya air pengairan.

    D. Sumber Daya Alam Potensial

    Kecamatan Sooko merupakan salah satu kecamatan di Kota Mojokerto. Potensi

    sumberdaya alam potensial yang dimiliki oleh Kecamatan Sooko didominasi oleh hasil

    pertanian yaitu padi. Lahan sawah terbesar di Kecamatan Sooko terdapat pada Desa

    Modongan. Potensi sumberdaya alam lainnya adalah kebun jagung. Selain dari sektor

    pertanian juga terdapat potensi sumber daya alam berupa peternakan dan budidaya ikan darat.

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-27

    Peta 6.5 Jenis Tanah Kecamatan Sooko

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-28

    Peta 6.6 Curah Hujan Kecamatan Sooko

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-29

    E. Kemampuan Lahan

    Analisis aspek fisik dan lingkungan adalah analisa untuk mengenali karakteristik

    sumber daya alam dengan menelaah kemampuan dan kesesuaian lahan agar pemanfaatan

    lahan dapat dilakukan secara optimal dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem.

    Kemampuan lahan merupakan sifat dasar lahan yang memberikan hasil untuk penggunaan

    tertentu secara optimal dan lestari. Klasifikasi kemampuan lahan didasarkan pada delapan

    karakterikstik satuan lahan, yaitu: kemiringan lahan, tekstur, struktur, permeabilitas, bahan

    organik dan erodibilitas tanah, drainase dan persebaran kerikil di permukaan lahan.

    Kelas kemampuan lahan merupakan kelompok penggunaan lahan suatu wilayah

    sesuai dengan kemampuan lahan tersebut untuk dapat digunakan secara efisien dan optimal,

    dengan perlakuan-perlakuan tertentu sehingga dapat digunakan secara berkelanjutan.

    Penentuan kelas kemampuan lahan berdasarkan faktor-faktor fisik tanah dan lingkungan,

    kemudian dikategorikan berdasarkan faktor yang menjadi penghambat yang ditemukan di

    lahan tersebut, serta beberapa ciri-ciri tanah dan lingkungan. Kelas kemampuan tanah ini

    lebih umum sifatnya jika dibandingkan dengan kelas kesesuaian lahan yang sifatnya lebih

    khusus.

    Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 dijelaskan

    tentang analisis kemampuan lahan dan beberapa kriterian penentuan kemampuan lahan.

    Kriteria-kriteria tersebut akan di jelaskan sebagai berikut:

    1. Analisis Satauan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi

    Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang

    Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya

    dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang kriteria kemampuan lahan

    berdasarkan morfologi. Berikut merupakan tabel kriteria kemampuan lahan

    berdasarkan morfologi.

    Tabel 6.13 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi

    No. Morfologi KelerenganHasil

    PengamatanSKL Morfologi Nilai

    1.Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan

    >40%

    Groundcheck Survei Lapangan

    Kemampuan lahan dari morfologi tinggi

    1

    2.Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan

    25-40%Kemampuan lahan dari morfologi cukup

    2

    3. Bukit/Perbukitan 15-25%Kemampuan lahan dari morfologi sedang

    3

    4. Datar 2-15%Kemampuan lahan dari morfologi kurang

    4

    5. Datar 0-2%Kemampuan lahan dari morfologi rendah

    5

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-30

    Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007

    Berdasarkan tabel 6.14 dan peta kelerengan lahan untuk Kecamatan Sooko dapat

    ditetapkan bahwa Kecamatan Sooko terletak pada kelerengan 0-2%. Dari hasil

    pengamatan yang dilakukan pada Kecamatan Sooko di dapatkan bahwa Kecamatan

    Sooko terletak pada kriteria dengan skor 5 yaitu kemampuan lahan dari morfologi

    kurang.

    2. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan

    Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007 tentang

    Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya

    dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang kriteria kemampuan lahan

    berdasarkan kemudahan dikerjakan. Berikut merupakan tabel kriteria kemampuan

    lahan berdasarkan kemudahan dikerjakan.

    Tabel 6.14 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan

    No. Morfologi KelerenganHasil

    PengamatanSKL Kemudahan

    DikerjaanNilai

    1.Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan

    >40%

    Groundcheck Survei

    Lapangan

    Tingkat kemudahan pengerjaan, kekerasan batuan tinggi

    1

    2.Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan

    25-40%Tingkat kemudahan pengerjaan, kekerasan batuan cukup

    2

    3. Bukit/Perbukitan 15-25%Tingkat kemudahan pengerjaan, kekerasan batuan sedang

    3

    4. Datar 2-15%Tingkat kemudahan pengerjaan, kekerasan batuan kurang

    4

    5. Datar 0-2%Tingkat kemudahan pengerjaan, kekerasan batuan rendah

    5

    Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007

    Berdasarkan tabel 6.15 dan peta topografi, peta kemiringan lereng, peta geologi

    serta peta penggunaan lahan Kecamatan Sooko dapat ditetapkan bahwa Kecamatan

    Sooko terletak pada kriteria tingkat kemudahan pengerjaan dan kekerasan batuan

    yang rendah. Sehingga dari kriteria tersebut dapat diketahui bahwa untuk SKL

    Kemudahan dikerjakan, Kecamatan Sooko memiliki skor 5.

    3. Analisis Satauan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng

    Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang

    Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya

    dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang kriteria kemampuan lahan

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-31

    berdasarkankestabilan lereng. Berikut merupakan tabel kriteria kemampuan lahan

    berdasarkan kestabilan lereng.

    Tabel 6.15 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng

    No. MorfologiKelerenga

    nKetinggian

    Curah Hujan

    Penggunaan Lahan

    SKLKestabilan

    LerengNilai

    1.

    Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan

    >40% Tinggi (Sama)Semak Belukar, Lading

    Kestabilan lereng rendah

    1

    2.

    Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan

    25-40%Cukup Tinggi

    (Sama)

    Kebun, Hutan, Hutan Belukar

    Kestabilan lereng kurang

    2

    3.Bukit/Perbukitan

    15-25% Sedang (Sama) SemuaKestabilan lereng sedang

    3

    4. Datar 2-15% Rendah (Sama) SemuaKestabilan lereng Tinggi

    4

    5. Datar 0-2%Sangat/Rendah

    (Sama) Semua 5

    Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007

    Berdasarkan tabel 6.16 dan peta kelerengan Kecamatan Sooko, dapat ditetapkan

    bahwa Kecamatan Sooko terletak pada kriteria kestabilan lereng tinggi. Sehingga dari

    kriteria tersebut dapat diketahui bahwa untuk SKL kestabilan lereng, Kecamatan

    Sooko memiliki skor 5.

    4. Analisis Satauan Kemampuan Lahan (SKL) kestabilan pondasi

    Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang

    Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya

    dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang kriteria kemampuan lahan

    berdasarkankestabilan pondasi. Berikut merupakan tabel kriteria kemampuan lahan

    berdasarkan kestabilan pondasi.

    Tabel 6.16 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi

    No.SKL Kestabilan

    LerengPenggunaan Lahan SKL Kestabilan Pondasi Nilai

    1. Kestabilan lereng rendah

    Semak Belukar, LadingDaya dukung dan kestabilan pondasi rendah

    1

    2. Kestabilan lereng kurang

    Kebun, Hutan, Hutan Belukar Daya dukung dan

    kestabilan pondasi kurang

    2

    3. Kestabilan lereng sedang

    Semua 3

    4.Kestabilan lereng Tinggi

    SemuaDaya dukung dan kestabilan pondasi tinggi

    4

    5. Semua 5

    Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007

    Berdasarkan tabel 6.17 dan peta topografi, peta kemiringian lereng, peta geologi,

    data curah hujan dan bencana alam di Kecamatan Sooko, Kecamatan Sooko terletak

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-32

    pada kestabilan lereng tinggi, sehingga digolongkan mempunyai daya dukung dan

    kestabilan pondasi tinggi. Berdasarkan kriteria tersebut, penggunaan lahan di

    Kecamatan Sooko digolongkan dapat digunakan untuk pengembangan pembangunan.

    Sehingga dari kriteria tersebut dapat diketahui bahwa untuk SKL kestabilan pondasi,

    Kecamatan Sooko memiliki skor 5.

    5. Analisis Satauan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air

    Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang

    Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya

    dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang kriteria kemampuan lahan

    berdasarkan ketersediaan air. Berikut merupakan tabel kriteria kemampuan lahan

    berdasarkan ketersediaan air.

    Tabel 6.17 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air

    No. Morfologi KelerenganPenggunaan

    LahanSKL Ketersediaan

    AirNilai

    1.Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan

    >40%Semak Belukar, Lading

    Ketersediaan air sangat rendah

    1

    2.Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan

    25-40%Kebun, Hutan, Hutan Belukar

    Ketersediaan air rendah

    2

    3. Bukit/Perbukitan 15-25% SemuaKetersediaan air sedang

    3

    4. Datar 2-15% Semua Ketersediaan air tinggi

    45. Datar 0-2% Semua 5

    Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007

    Berdasarkan tabel 6.18 dan peta kemiringan lereng, peta hidrologi, peta

    klimatologi, peta geoogi dan peta penggunaan lahan di Kecamatan Sooko dapat

    diketahui bahwa Kecamatan Sooko terletah pada kelerenagn 0-2% sehingga

    Kecamatan Sooko terletak pada kriteria ketersediaan air tinggi. Sehingga dari kriteria

    tersebut dapat diketahui bahwa untuk SKL ketersediaan air, Kecamatan Sooko

    memiliki skor 5.

    6. Analisis Satauan Kemampuan Lahan (SKL) Untuk Drainase

    Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang

    Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya

    dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang kriteria kemampuan lahan

    berdasarkan untuk drainase. Berikut merupakan tabel kriteria kemampuan lahan

    berdasarkan untuk drainase.

    Tabel 6.18 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Untuk DrainaseNo. Morfologi Kelereng Ketinggian/T Penggunaan SKL Nilai

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-33

    an opografi Lahan Drainase

    1.Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan

    >40% TinggiSemak Belukar, Lading

    Drainase tinggi

    5

    2.Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan

    25-40% Cukup TinggiKebun, Hutan, Hutan Belukar

    Drainase cukup

    4

    3. Bukit/Perbukitan 15-25% Sedang Semua 34. Datar 2-15% Rendah Semua Drainase

    kurang2

    5. Datar 0-2% Sangat/Rendah Semua 1Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007

    Berdasarkan tabel 6.19 dan peta kemiringan lereng, peta topografi, peta geologi,

    peta hidrologi, peta klimatologi dan peta penggunaan lahan di Kecamatan Sooko,

    dapat diketahui bahwa Kecamatan Sooko terletak pada kelerenagn 0-2% sehingga

    Kecamatan Sooko terletak pada kriteria drainase kurang. Sehingga dari kriteria ini

    dapat diketahui bahwa keadaan penyaluran air kurang baik. Kriteria tersebut dapat

    diketahui bahwa untuk SKL drainase, Kecamatan Sooko memiliki skor 1.

    7. Analisis Satauan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Erosi

    Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang

    Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya

    dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang kriteria kemampuan lahan

    berdasarkan erosi. Berikut merupakan tabel kriteria kemampuan lahan berdasarkan

    untuk erosi.

    Tabel 6.19 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Erosi

    No. Morfologi KelerenganKetinggian/Topografi

    Penggunaan Lahan

    SKL Erosi Nilai

    1. Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan

    >40% Tinggi Semak Belukar, Lading

    Erosi tinggi 1

    2. Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan

    25-40% Cukup Tinggi Kebun, Hutan, Hutan Belukar

    Erosi cukup tinggi

    2

    3. Bukit/Perbukitan 15-25% Sedang Semua Erosi sedang 3

    4. Datar 2-15% Rendah Semua Erosi sangat rendah

    4

    5. Datar 0-2% SangatRendah

    Semua Tidak ada erosi

    5

    Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007

    Berdasarkan tabel 6.20 dan peta hidrologi, peta klimatologi, peta geologi dan peta

    penggunaan lahan di Kecamatan Sooko, dapat diketahui bahwa Kecamatan Sooko

    terletak pada kelerenagn 0-2% sehingga Kecamatan Sooko terletak pada kriteria tidak

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-34

    ada erosi. Sehingga dari kriteria tersebut dapat diketahui bahwa untuk SKL terhadap

    erosi, Kecamatan Sooko memiliki skor 5.

    8. Analisis Satauan Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan Limbah

    Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang

    Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya

    dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang kriteria kemampuan lahan

    berdasarkan pembuangan limbah. Berikut merupakan tabel kriteria kemampuan lahan

    berdasarkan untuk pembuangan limbah.

    Tabel 6.20 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan Limbah

    No. Morfologi KelerenganPenggunaan

    Lahan

    SKL Pembuangan

    LimbahNilai

    1. Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan

    >40% Semak Belukar, Lading

    Kemampuan lahan unutk membuang limbah kurang

    1

    2. Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan

    25-40% Kebun, Hutan, Hutan Belukar

    2

    3. Bukit/Perbukitan 15-25% Semua Kemampuan lahan untuk membuang limbah sedang

    3

    4. Datar 2-15% Semua Kemampuan lahan untuk membuang limbah cukup

    45. Datar 0-2% Semua 5

    Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007

    Berdasarkan tabel 6.21 dan peta kemiringan lereng, peta topografi, peta geologi

    dan peta penggunaan lahan di Kecamatan Sooko dapat diketahui bahwa Kecamatan

    Sooko terletak pada kelerenagn 0-2% sehingga Kecamatan Sooko terletak pada

    kriteria kemampuan lahan untuk membuang limbah cukup. Sehingga dari kriteria

    tersebut dapat diketahui bahwa untuk SKL pembuangan limbah, Kecamatan Sooko

    memiliki skor 5.

    9. Analisis Satauan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Bencana Alam

    Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang

    Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya

    dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang kriteria kemampuan lahan

    berdasarkan bencana alam. Berikut merupakan tabel kriteria kemampuan lahan

    berdasarkan untuk bencana alam.

    Tabel 6.21 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Bencana AlamNo. Morfologi` Kelerengan Ketinggian Penggunaan SKL Nilai

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-35

    /Topografi Lahan Bencana Alam

    1. Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan

    >40% Tinggi Semak Belukar, Lading

    Potensi bencana alam tertinggi

    5

    2. Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan

    25-40% Cukup Tinggi

    Kebun, Hutan, Hutan Belukar

    4

    3. Bukit/Perbukitan 15-25% Sedang Semua Potensi bencana alam cukup

    3

    4. Datar 2-15% Rendah Semua Potensi bencana alam kurang

    25. Datar 0-2% Sangat/Ren

    dahSemua 1

    Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007

    Berdasarkan tabel 6.22 dan peta topografi, peta kemiringan lereng, peta geologi,

    peta hirologi dan peta klimatologi di Kecamatan Sooko dapat diketahui bahwa

    Kecamatan Sooko terletak pada kelerenagn 0-2% sehingga Kecamatan Sooko terletak

    pada potensi bencana alam kurang. Kecamatan Sooko memiliki topografi yang tidak

    curam sehinggan resiko bencana cukup kecil.Sehingga dari kriteria tersebut dapat

    diketahui bahwa untuk SKL ketersediaan air, Kecamatan Sooko memiliki skor 1.

    Berdasarkan analisis diatas, dapat dilakukan perhitungan untuk kemampuan lahan

    untuk Kecamatan Sooko dari hasil overlay peta topografi, peta kemiringan lereng, peta

    geologi, peta hirologi dan peta klimatologi. Berikut merupakan perhitungan skor dari Satuan

    Kemampuan Lahan (SKL).

    Tabel 6.22 Perhitungan Kemampuan Lahan Berdasarkan Satuan Kemampuan Lahan

    No.SKL

    Morfologi

    SKL Kemudahan Dikerjakan

    SKL Kestabilan

    Lereng

    SKL Kestabilan

    Pondasi

    SKL Keersediaan

    Air1. Bobot 5 Bobot 5 Bobot 5 Bobot 5 Bobot 52. 5 1 5 3 53. 10 2 10 6 104. 15 3 15 9 155. 20 4 20 12 206. 25 5 25 15 257. 25 5 25 15 25

    No.SKL

    Terhadap Erosi

    SKL unutk Drainsae

    SKL Penbuangan

    Limbah

    SKL Bencana

    Alam

    Kemamuan Lahan

    1. Bobot 5 Bobot 1 Bobot 5 Bobot 1 Total Nilai2. 3 5 0 5 323. 6 10 0 10 644. 9 15 0 15 965. 12 20 0 20 1286. 15 25 0 25 1607. 15 25 0 25 160

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-36

    Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007

    Dari total perhitungan pada tabel 6.23 dapat dibuat beberapa kelas dengan nilai

    minimum yang didapatkan yaitu 32 dan nilai maksimum yang didapatkan yaitu 160. Berikut

    merupakan tabel internal kelas kemampuan lahan dan klasifikasi pengembangannya.

    Tabel 6.23 Kemampuan Lahan dan Klasifikasi Pengembangan Kecamatan Sooko

    No. Total SkorKelas Kemampuan

    LahanKlasifikasi Pengembangan

    1. 32 - 58 Kelas a Kemampuan pengembangan sangat rendah2. 59 83 Kelas b Kemampuan pengembangan rendah3. 84 109 Kelas c Kemampuan pengembangan sedang4. 110 134 Kelas d Kemampuan pengembangan agak tinggi5. 135 -160 Kelas e Kemampuan pengembangan sangat tinggi

    Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007

    Berdasarkan tabel 6.24 tentang kemampuan lahan dan klasifikasi pengembangan

    Kecamatan Sooko dapat diketahui bahwa Kecamatan Sooko memperoleh total skor sebesar

    150. Sehingga skor 150 menempati interval 135-160 dan termasuk di dalam kelas e. Kelas

    kemampuan lahan e merupakan kemampuan pengembangan sangat tinggi.

    F. Kesesuaian Lahan

    Kesesuaian lahan merupakan suatu lahan yang menggambarkan tingkat kecocokan

    sebidang tanah untuk suatu penggunaan tertentu. Menentukan kesesuian suatu lahan

    menggunakan teknik overlay peta setiap faktor yaitu faktor kelerengan, kepekaan tanah

    terhadap erosi dan intensitas hujan harian rata-rata yang nantinya akan didapatkan satuan

    lahan menurut klasifikasi dan nilai skor dari ketiga tersebut. penetapan fungsi kawasan

    dilakukan dengan cara menjumlah nilai skor dari ketiga faktor tersebut. Besarnya faktor

    tersebut menggambarkan kemampuan lahan. Untuk mendapatkan kesesuaian lahan, maka

    dapat dilakukan dengan cara overlay antara peta tata guna lahan dengan kemampuan lahan

    untuk setiap satuan lahan.

    1. Arahan Tata Ruang Pertanian

    Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang

    Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya

    dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tenatang arahan kemampuan

    lahan menurut kelas dari kemampuan lahan. Berikut merupakan tabel tentang arahan

    tata ruang.

    Tabel 6.24 Arahan Tata Ruang Kecamatan Sooko

    NoKemampuan Lahan

    Arahan Tata Ruang Pertanian

    Kelas Kemampuan Pengembangan Klasifikasi Nilai1. Kelas a Kemampuan pengembangan sangat rendah Lindung 1

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-37

    2. Kelas b Kemampuan pengembangan rendah Kawasan Penyangga 23. Kelas c Kemampuan pengembangan sedang Tanaman Tahunan 34. Kelas d Kemampuan pengembangan agak tinggi Tanaman Setahun 45. Kelas e Kemampuan pengembangan sangat tinggi Tanaman Setahun 5

    Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007

    Berdasarkan tabel 6.25, diketahui bahwa Kecamatan Sooko terletak pada kelas 3

    dengan kemampuan pengembangan sangat tinggi. Kemampuan pengembangan ini

    berarti arahan tata ruang pertanian dengan klasifikasi lahan tanaman setahun dengan

    skor 5.

    2. Arahan Rasio Penutupan

    Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang

    Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya

    dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang arahan rasio penutupan

    menurut kelas dari kemampuan lahan. Berikut merupakan tabel tentang arahan rasio

    penutupan.

    Tabel 6.25 Arahan Klasifikasi Rasio Tutupan

    No.Kelas Kemampuan

    LahanArahan Klasifikasi Rasio Tutupan Nilai

    1. Kelas a Non bangunan 12. Kelas b Rasio tutupan lahan maksimal 10 % 23. Kelas c Rasio tutupan lahan maksimal 20%

    34. Kelas d Rasio tutupan lahan maksimal 30%5. Kelas e Rasio tutupan lahan maksimal 50% 4

    Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007

    Berdasarkan tabel 6.26 dapat diketahui bahwa Kecamatan Sooko terletak pada

    kelas e. Sehingga dari kelas tersebut dapat diketahu bahwa arahan klasifikasi rasio

    tutupan lahan terdapat pada kriteria rasio tutupan lahan maksimal 50% dengan skor 4.

    3. Arahan Ketinggian Bangunan

    Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang

    Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya

    dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang arahan ketinggian

    bangunan menurut kelas dari kemampuan lahan. Berikut merupakan tabel tentang

    arahan ketinggian bangunan.

    Tabel 6.26 Arahan Ketinggian Bangunan

    No.Kelas Kemampuan

    LahanArahan Ketinggian

    BangunanNilai

    1. Kelas a Non bangunan 12. Kelas b Non bangunan 23. Kelas c Bangunan < 4 lantai 3

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-38

    4. Kelas d5. Kelas e Bangunan >4 lantai 4

    Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007Berdasarkan tabel 6.27 diatas dapat diketahui bahwa Kecamatan Sooko terletak

    pada kelas kemampuan lahan e. Sehingga dari kelas e ini diperoleh araha ketinggian

    bangunan dengan klasifikasi bangunan >4 dengan skor 4.

    4. Arahan Pemanfaatan Air Baku

    Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang

    Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya

    dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang arahan pemanfaatan air

    baku menurut kelas dari kemampuan lahan. Berikut merupakan tabel tentang arahan

    pemanfaatan air baku.

    Tabel 6.27 Arahan Pemanfaatan Air Baku

    No.Kelas

    Kemampuan Lahan

    Arahan Pemanfaaatan Air Baku

    Nilai

    1. Kelas a Sangat rendah 12. Kelas b Rendah 23. Kelas c

    Cukup 34. Kelas d5. Kelas e Sangat Baik 4

    Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007

    Berdasarkan tabel 6.28 dapat diketahui bahwa Kecamatan Sooko terlatak pada

    kelas kemampuan lahan kelas e. Sehingga Kecamatan sooko memiliki arahan

    pemanfaatan air baku dengan klasifikasi sangat baik dan memiliki skor 4.

    Berdasarkan analisis kesesuaian lahan di Kecamatan Sooko, dapat diketahui bahwa

    Kecamatan Sooko merupakan kawasan budidaya. Kawasan budidaya ini dapat dimanfaatkan

    untuk pengembangan pembangunan Kecamatan Sooko dan untuk meningkatkan

    perekonomian masyarakat Kecamatan Sooko. Perekonomian Kecamatan Sooko dapat

    dikembangkan jika pembangunan dapat berjalan lancar. Analisis kemampuan dan kesesuaian

    lahan ini dapat mempermudah pengembangan Kecamatan Sooko menjadi Pusat Kegiatan

    Lingkungan promosi (PKLp) untuk Kabupaten Mojokerto.

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-39

    Peta 6.7 Kemampuan Lahan Kecamatan Sooko

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-40

    Peta 6.8 Kesesuaian Lahan Kecamatan Sooko

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-41

    6.3.3 Fisik Binaan

    A. Tata Guna Lahan

    Penggunaan lahan di BWP Kecamatan Sooko terdiri dari permukiman, sarana

    pendidikan, sarana kesehatan, sarana pemerintahan dan pelayanan umum, sarana keamanan,

    sarana peribadatan, sarana RTH dan olahraga, sarana perdagangan dan jasa, sarana rekreasi

    dan sosial budaya serta serta sarana perindustrian dan pergudangan. Dominasi penggunaan

    lahan di Kecamatan Sooko didominasi oleh permukiman dan sarana perdagangan. Kecamatan

    Sooko memiliki luas sebesar 2.346 Ha. Bagian Wilayah Perencanaan (BWP) Rencana Detail

    Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Sooko terdiri dri 8 Desa yang terdiri dari Desa Sooko,

    Kecamatan Wringinrejo, Kecamatan Sambiroto, Kecamatan Kedungmaling, Kecamatan

    Japan, Kecamatan Jampirogo, Kecamatan Gamekan dan Kecamatan Brangkal dengan total

    luas BWP Kecamatan Sooko sebesar1.075 Ha. Berikut adalah penggunaan lahan di BWP

    Kesamatan Sooko ditampilkan dalam tabel 6.28.

    Tabel 6.28 Penggunaan Lahan BWP Kecamatan SookoPenggunaan Lahan Luas LahanPermukiman 475,03Industri 23,04Kesehatan 2,82Pemakaman 1,91Pendidikan 15,6Perdagangan dan Jasa 20,9Pemerintahan dan Pelayanan Umum 3,13Keamanan 0,5Rekreasi dan Sosial Budaya 2,05Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Olahraga 42,8Pertanian 596,6Jumlah 1184,38

    Sumber : Hasil survey, 2013

    Bedasarkan tabel 6.29, maka perbandingan prosentase lahan terbangun dengan lahan

    tidak terbangun sebesar 51,19 : 48,81. Pembangunan Kecamatan Sooko mengikuti pola linier

    yaitu pembangunannya mengikuti jalan utama. Namun dominasi penggunaaan lahan yang

    mengikuti jalan utama berupa sarana perdagangan dan jasa serta sarana pemerintahan dan

    pelayanan umum. Permukiman terletak di sekitar sarana perdagangan dan jasa serta sarana

    pemerintahan dan pelayanan umum, sehingga tidak terletakdi sepanjang jalan utama.

    Penggunaan lahan ini dapat melengkapi dan menunjang kebutuhan masyarakat Kecamatan

    Sooko dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kecamatan Sooko dilalui oleh jalan lingkar luar

    yang menyebabkan arus perkembangan pembangunan cukup tinggi sehingga sarana

    perdagangan dan jasa berkembang cukup tinggi. Pengembangan bagian wilayah yang

    diprioritaskan adalah Kecamatan Sooko sebagai kawasan perkotaan pusat kegiatan lokal

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-42

    promosi (PKLp), yang memiliki fungsi pengembangan sebagai pusat industri skala nasional

    dan regional, pusat pemasaran hasil pertanian, perikanan dan peternakan yang terdapat pada

    Kabupaten Mojokerto. Sehingga penggunaan lahan di Kecamatan Sooko akan terus

    meningkat setiap tahun dan penggunaan lahan tidak terbangun akan tergantikan dengan lahan

    terbangun untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan masyarakat. Untuk memenuhi

    permintaan dan kebutuhan masyarakat, jalan utama di Kecamatan Sooko memiliki

    perkembangan pertumbuhan yang cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan perekonomian

    Kecamatan Sooko.

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-43

    Peta 6.9 Tata Guna Lahan BWP Kecamatan Sooko

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-44

    B. Sebaran Permukiman dan Sarana

    1. Persebaran Permukiman di BWP Kecamatan Sooko

    Persebaran permukiman di Kecamatan Sooko pada umumnya berbentuk linier

    atau mengikuti pola perkembangan jalan dan berbentuk grid. Untuk pola permukiman

    linier banyak ditemukan di desa-desa yang tersebar di ponggiran kota seperti Desa

    Tempuran, Desa Ngingasrembyong, Desa Blimbingsari, Desa Klinterejo, Desa

    Karangkedawang, Desa Modongan, dan Desa Mojoranu. Sedangkan pola

    permukiman berbentuk grid umumnya berupa perumahan yang banyak ditemukan di

    Desa Sooko, Gamekan, Desa Brangkal, Desa Kedungmaling, Desa Sambiroto, Desa

    Jampirogo, Desa Japan dan Desa Wringinrejo. Berikut adalah sebaran permukiman

    Kecamatan Sooko menurut Desa.

    Tabel 6.29 Persebaran Permukiman BWP Kecamatan Sooko

    DesaLuas

    Permukiman (Ha)

    Jumlah Penduduk

    (Jiwa)

    Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha)

    Tingkat Hunian

    (Jiwa/unit)Gamekan 96,2 4978 52 3Brangkal 58,3 4520 78 4Kedungmaling 86 7793 91 10Sambiroto 50 4093 82 8Jampirogo 79,2 3534 45 1Japan 67,8 9577 141 7Sooko 92,8 14141 152 4Wringinrejo 58,2 2964 51 4

    Jumlah 588,5 51600 12484 4Sumber: Monografi Desa tahun 2011 dan Hasil analisis 2012

    Dari tabel 6.29 diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat hunian di BWP

    Kecamatan Sooko rata rata keseluruhan adalah 4 jiwa/unit. Dalam perhitungan

    analisis tingkat hunian rumah menunjukkan bahwa proyeksi kebutuhan rumah

    diasumsikan bahwa satu rumah dihuni oleh satu keluarga dengan rata-rata keluarga

    terdiri dari 5 jiwa.

    Bedasarkan hasil proyeksi penduduk dari tahun 2013-2032 dapat diketahui bahwa

    jumlah penduduk selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya. Sehingga diasumsikan

    seiring dengan pertambahan penduduk bertambah pula jumlah kebutuhan lahan

    permukiman. Untuk itu diperlukan analisis proyeksi jumlah rumah hingga tahun 2032

    sehingga dapat diperoleh luasan kebutuhan lahan permukiman hingga tahun 2032.

    Bedasarkan Pedoman Perencanaan Permukiman Perkotaan, 2004 perhitungan

    proyeksi kebutuhan perumahan didasarkan melalui perhitungan sebagai berikut:

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-45

    a. Perubahan jumlah penduduk = Jumlah penduduk tahun proyeksi jumlah

    penduduk tahun sekarang

    b. Kebutuhan unit rumah = Perubahan Jumlah Penduduk/Rasio tingkat hunian

    Selain itu perlu juga diketahui jumlah backlog yang terjadi di BWP Kecamatan

    Sooko. Berikut ini adalah jumlah backlog yang terjadi di BWP Kecamatan Sooko

    bedasarkan data 2012:

    Tabel 6.30 Backlog Rumah di BWP Kecamatan Sooko

    Jumlah KK

    Jumlah Penduduk

    Perbandingan KK-Rumah

    Jumlah rumah

    eksisting

    Backlog berdasarkan

    Jumlah Penduduk

    Backlog berdasarkan jumlah KK

    1358 4978 KKRumah 1158 - 1262244 7793 KK>Rumah 749 4048 14951236 4093 KK>Rumah 509 1548 727

    979 3534 KKRumah 1372 2717 12874019 14141 KK>Rumah 3552 - 467

    914 2964 KK>Rumah 812 - 10214693 51600 KK>Rumah 12484 8313 4204

    Sumber: Hasil Analisis, 2013

    Berikut adalah Proyeksi kebutuhan rumah tiap desa di BWP Kecamatan Sooko tahun 2013-2032.

    Tabel 6.31 Proyeksi Rumah BWP Kecamatan Sooko Tahun 2013-2032

    DesaJumlah Rumah Jumlah Proyeksi Rumah Pertambahan Rumah

    2012 2013 2017 2022 2027 2032 2013 2017 2022 2027 2032

    Gamekan 15081226 1343 1505 1686 1889 -283 117 162 181 203

    Brangkal 11581114 1219 1366 1531 1715 94 106 147 164 184

    Kedungmaling 7491920 2103 2356 2640 2957 2666 183 253 284 318

    Sambiroto 5091008 1104 1237 1386 1553 1224 96 133 149 167

    Jampirogo 2824871 954 1068 1197 1341 -1953 83 115 129 144

    Japan 13722359 2584 2895 3244 3634 2274 225 311 349 391

    Sooko 35523484 3815 4275 4790 5366 485 332 459 515 577

    Wringinrejo 812730 800 896 1004 1125 42 70 96 108 121

    Total 12484 12711 13922 15599 17477 19582 4548 1211 1677 1878 2105

    Sumber: Hasil Analisis, 2013Keterangan : Tanda (-) : Kelebihan rumah

    Berdasarkan tabel 6.31 tentang proyeksi rumah diatas kita dapat lihat bahwa pada

    tahun 2013 pertambahan rumah yang dibutuhkan sebanyak 4548 rumah, pada tahun

    2017 pertambahan rumah sebanyak 1211, tahun 2022 dibutuhkan rumah sebanyak

    1677, pada tahun 2027 sebanyak 1878 dan tahun 2032 dibutuhkan rumah sebanyak

    2105 sehingga total keseluruhan jumlah rumah yang dibutuhkan 20 tahun yang akan

    datang sebanyak 11419 rumah yang tersebar dalam delapan desa. Untuk tahun 2013

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-46

    terdapat kelebihan rumah sebesar 283 rumah/KK atau sebesar 1160 jiwa penduduk di

    Desa Gamekan dan sebesar 1953 rumah/KK atau 8007 jiwa penduduk di Desa

    Jampirogo. Kondisi ini disebabkan karena kebutuhan rumah di dua desa tersebut

    sudah terpenuhi di tahun sebelumnya. Kebutuhan rumah tersebut juga dipengaruhi

    oleh bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya. Apabila jumlah penduduk

    bertambah maka rumah yang dibutuhkan akan bertambah.

    2. Persebaran Sarana di BWP Kecamatan Sooko

    Persebaran fasilitas umum di BWP Kecamatan sooko dipengaruhi oleh tingkat

    aksesibilitas jaringan jalan dan persebaran permukiman. Berikut adalah jumlah sarana

    yang ada di Kecamatan Sooko.

    a. Sarana Pendidikan

    Berikut ini adalah jumlah eksisting sarana pendidikan di BWP Kecamatan

    Sooko beserta intensitas bangunannya.

    Tabel 6.32 Jumlah Eksisting Sarana Pendidikan Tahun 2012

    Jenis Sarana

    Eksisting Sarana

    Jumlah (unit)

    Luas (m2)

    KDB KLB

    Playgroup dan TK 17 3302,8 40% - 90% 0,40 1,20

    SD 14 97270 40% -70% 0,40 1,20SMP 3 2060,2 85% 0,85SMA 4 7433,1 60% 0,6Perguruan Tinggi 1 675,9 50% 0,5Pendidikan non formal

    67 9243,1 60% 1,2

    Sumber: Hasil Survey, 2013Seiring dengan adanya peningkatan jumlah penduduk, maka dipastikan

    kebutuhan akan sarana pendidikan juga akan bertambah. Berikut adalah

    penambahan jumlah kebutuhan dan kapasitas sarana pendidikan di BWP

    Kecamatan sooko.

    Tabel 6.33 Kebutuhan dan Kapasitas Sarana Pendidikan BWP Kecamatan Sooko Tahun 2013

    Jenis Sarana

    Jumlah Penduduk

    Pendukung (jiwa)

    Standar Luas

    Lahan

    Jumlah Penduduk

    Total

    Proyeksi Penduduk Menurut

    Umur

    Eksisting Sarana

    Jumlah Yang Dibutuhkan Kapasitas

    Pelayanan (%)Jumlah

    (unit)Luas (m2)

    Jumlah (unit)

    Luas (m2)

    Playgroup dan TK

    1250 500

    52.787

    1.718 17 3302,8 1 690 494,76%

    SD 1600 2000 5.257 14 97270 3 6.570 532,62%

    SMP 4800 9000 2.617 3 2060,2 1 4.910 1031,72%

    SMA 4800 12500 2.491 4 7433,1 1 6.490 2007,23%

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-47

    Perguruan Tinggi

    1 675,9

    Non Formal

    33 6588,8

    Sumber: Hasil Analisis, 2013

    Tabel 6.34 Analisis Kebutuhan Sarana Pendidikan BWP Kecamatan Sooko Tahun 2017-2032

    Jenis Sarana

    Proyeksi Tahun 2017 Proyeksi Tahun 2022

    Jumlah Penduduk

    Proyeksi Menurut

    umurJml. (unit)

    Luas (m2)

    Jumlah Penduduk

    ProyeksiMenurut

    umurJml. (unit)

    Luas (m2)

    Playgroup danTK

    87813

    1.8812 750

    64.775

    2.1082 840

    SD 5.757 4 7.200 6.450 4 8.060SMP 2.866 1 5.370 3.211 1 6.020SMA 2.728 1 7.100 3.056 1 7.960

    Perguruan Tinggi

    Pendidikan non formal

    Jenis Sarana

    Proyeksi Tahun 2027 Proyeksi Tahun 2032

    Jumlah Penduduk

    Proyeksi Menurut

    umurJml. (unit)

    Luas (m2)

    Jumlah Penduduk

    Proyeksi Menurut

    umurJml. (unit)

    Luas (m2)

    Playgroup danTK

    72575

    2.3622 950

    81.313

    2.6462 1.060

    SD 7.227 5 9.030 8.097 5 10.120

    SMP 3.598 1 6.740 4.031 1 7.550

    SMA 3.425 1 8.920 3.837 1 9.990

    Perguruan Tinggi

    Pendidikan non formalSumber: Hasil Analisis, 2013

    Secara keseluruhan sarana pendidikan di Kecamatan Sooko terdiri dari play

    group dan TK, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),

    Sekolah Menengah Atas (SMA), Perguruan Tinggi, dan Pendidikan

    Nonformal. Berdasarkan analisis sarana pendidikan dapat diketahui bahwa:

    1) Play group dan TK

    Berdasarkan data persebaran sarana pendidikan Kecamatan Sooko, play

    group dan TK hanya terdapat 17 unit dengan luas sebesar 3302,8 m2. Play

    group dan TK pada tahun 2013 dibutuhkan sebanyak 1 unit dengan total

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-48

    luas sebesar 690 m2. Sehingga jumlah dan luas yang dibutuhkan telah

    memenuhi standar dari jumlah dan kapasitas pelayanannya. Proyeksi

    kebutuhan play group dan TK pada tahun 2017 adalah sebanyak 2 unit

    dengan luasan sebesar 840 m2. Proyeksi kebutuhan play group dan TK

    pada tahun 2022 adalah sebanyak 2 unit dengan luasan sebesar 830 m2.

    Proyeksi kebutuhan play group dan TK pada tahun 2027 adalah sebanyak

    2 unit dengan luasan sebesar 950 m2. Proyeksi kebutuhan play group dan

    TK pada tahun 2032 adalah sebanyak 2 unit dengan luasan sebesar 1.060

    m2. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan tidak diperlukan

    penambahan jumlah dan luasan play group dan TK. Untuk analisis KDB

    dan KLB sarana pendidikan, standar yang digunakan yaitu standar untuk

    bangunan umum, dimana untuk KDB standarnya adalah 40%-60%, dan

    untuk KLB standarnya adalah 0,5 0,6. Jika dibandingkan dengan kondisi

    eksisting yang ada, maka bisa disimpulkan bahwa KDB dan KLB sarana

    pendidikan di Kecamatan Sooko sudah memenuhi standar.

    2) Sekolah Dasar (SD)

    Berdasarkan data persebaran sarana pendidikan Kecamatan Sooko,

    Sekolah Dasar (SD) hanya terdapat 14 unit dengan luas sebesar 97270 m2.

    Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2013 dibutuhkan sebanyak 4 unit dengan

    total luas sebesar 6.843 m2. Sehingga luas yang dibutuhkan telah

    memenuhi belum standar dari jumlah dan kapasitas pelayanannya.

    Proyeksi kebutuhan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2017 adalah sebanyak

    4 unit dengan luasan sebesar 7.196 m2. Proyeksi kebutuhan Sekolah Dasar

    (SD) pada tahun 2022 adalah sebanyak 4 unit dengan luasan sebesar 8.062

    m2. Proyeksi kebutuhan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2027 adalah

    sebanyak 5 unit dengan luasan sebesar 9.034 m2. Proyeksi kebutuhan

    Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2032 adalah sebanyak 5 unit dengan

    luasan sebesar 10.121 m2. Sarana pendidikan yang berupa Sekolah Dasar

    (SD) sudah melayani semua desa yang ada di Kecamatan Sooko.

    Berdasarkan analisis yang telah dilakukan tidak diperlukan penambahan

    jumlah dan luasan Sekolah Dasar (SD). Aanalisis KDB dan KLB sarana

    pendidikan, standar yang digunakan yaitu standar untuk bangunan umum,

  • DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-49

    dimana untuk KDB standarnya adalah 40%-60%, dan untuk KLB

    standarnya adalah 0,5 0,6. Jika dibandingkan dengan kondisi eksisting

    yang ada, maka bisa disimpulkan bahwa KDB dan KLB sarana pendidikan

    di Kecamatan Sooko sudah memenuhi standar.

    3) Sekolah Menengah Pertama (SMP)

    Berdasarkan data persebaran sarana pendidikan Kecamatan Sooko,

    Sekolah Menengah Pertama (SMP) hanya terdapat 3 unit dengan luas

    sebesar 2060,2 m2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tahun 2013

    dibutuhkan sebanyak 1 unit dengan total luas sebesar 5109,375 m2.

    Sehingga luas yang dibutuhkan belum memenuhi standar dari jumlah dan

    kapasitas pelayanannya. Proyeksi kebutuhan Sekolah Menengah Pertama

    (SMP) pada tahun 2017 adalah sebanyak 1 unit dengan luasan sebesar

    5.366 m2. Proyeksi kebutuhan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada

    tahun 2022 adalah sebanyak 1 unit dengan luasan sebesar 6.012 m2.

    Proyeksi kebutuhan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tahun 2027

    adalah sebanyak 1 unit dengan luasan sebesar 6.736 m2. Proyeksi

    kebutuhan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tahun 2032 adalah

    sebanyak 1 unit dengan luasan sebesar 7.547 m2. Sarana pendidikan

    Sekolah Menengah Pertama (SMP) sudah melayani semua desa yang ada

    di Kecamatan Sooko. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan

    diperlukan penambahan luasan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

    sebesar 5.487 m2. Untuk analisis KDB dan KLB sarana pendidikan,

    standar yang digunakan yaitu standar untuk bangunan umum, dimana

    untuk KDB standarnya adalah 40%-60%, dan untuk KLB standarnya

    adalah 0,5 0,6. Jika dibandingkan dengan kondisi eksisting yang ada,

    maka bisa disimpulkan bahwa KDB dan KLB sarana pendidikan di

    Kecamatan Sooko sudah memenuhi standar.

    4) Sekolah Menengah Atas (SMA)

    Berdasarkan data persebaran sarana pendidikan Kecamatan Sooko,

    Sekolah Menengah Atas (SMA) hanya terdapat 3 unit dengan luas sebesar

    7433,1. Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 2013 dibutuhkan

    sebanyak 1 unit dengan total luas sebesar 6755,2 m2. Sehingga luas yan