Upload
mollie-mathews
View
232
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
MENJELASKAN TENTANG RANCANGAN TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SOOKO
Citation preview
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-1
BAB VI
DATA DAN ANALISA
6.1 Gambaran Umum
6.1.1 Karakteristik Kabupaten Mojokerto
A. Kondisi Fisik Dasar
1. Geografis
Wilayah Kabupaten Mojokerto terletak di antara 11120'13'' sampai dengan 11140'47'' bujur timur dan antara 718'35'' sampai dengan 747'' lintang selatan. Secara geografis Kabupaten Mojokerto tidak berbatasan dengan pantai, hanya
berbatasan dengan wilayah kabupaten lainnya:
Sebelah Utara : Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik
Sebelah Timur : Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Pasuruan
Sebelah Selatan : Kabupaten Malang
Sebelah Barat : Kabupaten Jombang
2. Topografi
Topografi wilayah Kabupaten Mojokerto cenderung cekung di tengah dan tinggi
di bagian selatan dan utara. Bagian selatan merupakan wilayah pegunungan yang
subur, meliputi Kecamatan Pacet, Trawas, Gondang dan Jatirejo. Bagian tengah
merupakan wilayah daratan, sedangkan bagian utara merupakan daerah perbukitan
kapur yang cenderung kurang subur.
Sekitar 30% dari seluruh wilayah Kabupaten Mojokerto kemiringan tanahnya
lebih dari 15 derajat, sedangkan sisanya merupakan wilayah dataran dengan tingkat
kemiringan lahan kurang dari 15 derajat.
Pada umumnya ketinggian wilayah kecamatan di Kabupaten Mojokerto rata-rata
berada 700 m di
atas permukaan laut.
Secara administratif wilayah Kabupaten Mojokerto terdiri dari 18 Kecamatan
dan 304 desa. Luas wilayah Kabupaten Mojokerto seluruhnya adalah 692,15 km2,
dimana wilayah Kecamatan Dawarblandong merupakan kecamatan dengan luas
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-2
wilayah terbesar. Sedangkan Kecamatan Ngoro dan Jetis mempunyai luas wilayah
terbesar kedua dan ketiga.
3. Iklim
Seperti wilayah lainnya di Indonesia, di Kabupaten Mojokerto hanya dikenal dua
musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Selama tahun 2011 jumlah
curah hujan lebih rendah dibandingkan jumlah curah hujan selama tahun 2010.
Selama tahun 2011 total curah hujan setahun dari 18 stasiun pengamat yang terdapat
di Kabupaten Mojokerto mencapai 1.398 mm, sedangkan tahun sebelumnya sebesar
2.859 mm. Jumlah hari hujan selama tahun 2011 mencapai 66 hari dan lebih rendah
dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai 139 hari. Jumlah curah hujan
maupun hari hujan pada bulan Januari sampai dengan Mei 2011 di sebagian besar
stasiun pengamat mengalami peningkatan. Setelah itu pada bulan Juni menurun dan
pada bulan Juli sampai bulan Oktober tidak terdapat hujan sama sekali yang berarti
waktunya musim kemarau. Pada bulan November mulai meningkat lagi sampai akhir
tahun. Hal ini disebabkan karena perubahan iklim yang tidak menentu
B. Kondisi Fisik Binaan
Kondisi fisik binaan untuk Kabupaten Mojokerto terdiri dari beberapa faktor, antara
lain pola penggunaan lahan, karakteristk dan sebaran fasilitas, dan kondisi utilitas. Berikut
merupakan penjelasan dari factor-faktor tersebut.
1. Pola Penggunaan Lahan
Kabupaten Mojokerto memiliki luas lahan untuk usaha pertanian seluas 97.790
Ha, terdiri dari lahan sawah seluas 37.101 Ha dan lahan bukan sawah 60.689 Ha.
Terdapat lahan sawah berpengairan teknis seluas 21.314 Ha (57,45%). Sisanya adalah
lahan sawah berpengairan semi teknis, sederhana, dan tadah hujan.
Lahan bukan sawah meliputi pekarangan, bangunan dan halaman, tegal, kebun,
kolam, tebat/empang, hutan rakyat, hutan negara, perkebunan dan lainnya.
Penggunaan lahan bukan sawah terluas adalah hutan negara (47,63%), untuk
pekarangan bangunan dan halaman (24,14 %) dan untuk tegal/kebun (19,00 %),
berikut merupakan tabel penggunaan luas lahan pada Kabupaten Mojokerto.
Tabel 6.1 Penggunaan Luas Lahan Pada Kabupaten Mojokerto
No. KecamatanLuas Lahan (HA)
Lahan Sawah
Lahan Non Sawah
Lahan Non Pertanian
Jumlah
1 Jatirejo 2.178 178 5.466 7.8222 Gondang 2.237 879 3.161 6.277
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-3
3 Pacet 2.913 761 8.166 11.8404 Trawas 777 1.400 3.695 5.8725 Ngoro 1.295 3.380 8.807 13.4826 Pungging 2.543 750 1.249 4.5427 Kuterejo 2.660 99 1.338 4.0978 Mojosari 1.559 180 930 2.6699 Bangsal 1.506 145 878 2.52910 Mojoanyar 1.491 225 644 2.36011 Dlanggu 2.573 63 909 3.54512 Puri 2.351 63 1.102 3.51613 Trowulan 2.496 344 1.588 4.40114 Sooko 1.269 94 980 2.34315 Gedeg 1.635 29 788 2.45216 Kemlagi 2.610 908 2.190 5.70817 Jetis 2.601 1.323 2.761 6.68518 Dawar blandong 2.434 2.696 22520 7.650
Jumlahtotal
2011 37.101 13.517 47.172 97.7902010 37.101 13.517 47.172 97.7902009 37.101 13.517 47.172 97.790
Sumber : Kabupaten Mojokerto dalam angka, 2012
2. Karakteristik dan Sebaran Fasilitas
Kawasan permukiman merupakan kawasan di luar kawasan lindung yang
digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian masyarakat
yang berada di perkotaan dan perdesaan Kabupaten Mojokerto, dengan
mempertimbangkan kelestarian lingkungan dan diupayakan tidak melakukan
peralihan fungsi terhadap lahan pertanian teknis. Untuk wilayah permukiman yang
terdapat di Kabupaten Mojokerto sudah menyebar rata ke seluruh kecamatan yang ada
di Kabupaten Mojokerto itu sendiri, dengan terdiri dari permukiman yang terdapat di
wilayah perkotaan Kabupaten Mojokerto dan permukiman yang terdapat di wilayah
pedesaan Kabupaten Mojokerto.
3. Kondisi Utilitas
Kondisi utilitas yang terdapat di Kecamatan Sooko dapat dilihat pada jaringan
drainase, jaringan air bersih, sistem persampahan serta sistem sanitasi/ jaringan air
limbah.
a. Jaringan Drainase
Jaringan drainase yang terdapat di Kabupaten Mojokerto merupakan satu
kesatuan sistem jaringan drainase Kabupaten Mojokerto, karena dinamika
perubahan penggunaan lahan yang terjadi kiranya dimensi dan sistem
drainase yang ada pada saat ini perlu penyesuaian melalui penyempurnaan
sistem jaringan drainase yang terdapat pada desa-desa pusat perkotaan dan
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-4
pada pusat permukiman. Sarana drainase yang terdapat di Kabupaten
Mojokerto masih kurang optimal dengan masih sering terjadinya wilayah
rawan banjir yang dikarenakan tidak adanya saluran tersendiri pada setiap
kawasan fungsional yang terhubung ke saluran primer, sehingga membebani
saluran wilayah permukiman.
Permasalahan timbulnya genangan bahkan banjir di musim hujan tidak
hanya disebabkan belum sempurnanya sistem sirkulasi drainase yang ada
namun juga dapat diakibatkan oleh tersumbatnya aliran akibat
pembuangan sampah atau kurang sempurnanya tangkapan air bahkan
dimungkinkan akibat curah hujan yang sangat tinggi. Saluran drainase selain
memerlukan pemeliharaan fisik juga perlu adanya kegiatan pelumpuran atau
membersihkan saluran drainase dari endapan lumpur. Selain itu, penyusunan
rencana induk sistem drainase wilayah kabupaten dan rencana penanganan
kawasan tertentu rawan banjir juga perlu diwujudkan.
b. Jaringan Air Bersih
Jumlah pelanggan air bersih di wilayah Kabupaten Mojokerto pada tahun 2011
sebanyak 13.286 pelanggan. Sedangkan volume air yang disalurkan sebesar
2.567.327 m3 dengan nilai Rp.5.939.623.000,-.
c. Sistem Persampahan
Pengelolaan sampah yang terdapat di wilayah Kabupaten Mojokerto dengan
mekanisme pembuangan dari rumah tangga ke Tempat Pembuangan Sampah
Sementara (TPS) kemudian transfer depo dan selanjutnya dibuang ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA). Pola pembuangan sampah yang ada pada saat ini
masih menggunakan pola lama, yaitu pengumpulan, pengangkutan dan
dibuang. Selain itu, volume sampah yang dihasilkan tiap harinya tidak sesuai
dengan volume TPS yang tersedia untuk Kabupaten Mojokerto itu sendiri.
Sehingga untuk mencegah terjadinya timbulan sampah, diharapkan kepada
pemerintah Kabupaten Mojokerto untuk menyediakan TPS pada tiap-tiap
kecamatan, tentunya dengan memperhatikan standar yang ada.
d. Sistem Sanitasi dan Jaringan Air Limbah
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-5
Sistem Sanitasi di Kabupaten Mojokerto sebagian besar sudah menggunakan
septictank pribadi, meskipun masih terdapat sebagian masyarakat yang
menggunakan septictank komunal
6.1.2 Karakteristik Kecamatan Sooko
A. Karakteristik Fisik Dasar
1. Batas Fisik dan Letak Ketinggian Kecamatan Sooko
Batas Fisik:
Sebelah utara : Kec. Gedeg & Kota Mojokerto
Sebelah Timur : Kec. Puri
Sebelah Selatan : Kec. Trowulan
Sebelah Barat : Kec. Trowulan dan Kab. Jombang
Wilayah Kecamatan Sooko terletak di ketinggian 25 meter sampai dengan 80
meter di atas permukaan laut.
2. Luas dan Pembagian Wilayah Kecamatan Sooko
Luas Kecamatan Sooko adalah 2.350,9 Ha, yang terdiri dari 109 RW, 402 RT, 15
Desa dan 58 Dusun. Tabel 6.2 merupakan luas wilayah per desa yang terdapat di
Kecamatan Sooko.
Tabel 6.2 Luas Wilayah Per Desa Kecamatan Sooko
No Desa/DesaLuas Wilayah
(km)1 Sooko 1.372 Japan 1.533 Jampirogo 1.144 Brangkal 1.555 Ngingasrembyong 1.856 Tempuran 1.837 Sambiroto 1.438 Kedungmaling 1.189 Karangkedawang 1.2810 Wringinrejo 1.4811 Modongan 2.3512 Mojoranu 1.7613 Klinterejo 1.3514 Gemekan 2.6315 Blimbingsari 1.97
Sumber: Kabupaten Mojokerto Dalam Angka, 2012Brdasarkan tabel 6.2 luas wilayah tertinggi adalah Desa Gamekan yaitu sebesar
2,63 km2 dan luas wilayah terendah yaitu Desa Jampirogo dengan luasan 1,14 km2.
Ditinjau bedasarkan RTRW Kabupaten Mojokerto tahun 2011, Kecamatan Sooko
memiliki 8 Desa yang tergolong dalam Kawasan Ibu Kota Kecamatan (IKK). Desa itu
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-6
antara lain Desa Sooko, Desa Japan, Desa Jampirogo, Desa Brangkal, Desa
Sambiroto, Desa Kedungmaling, Desa Wringinrejo, dan Desa Gemekan.
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-7
Peta 6.1 Administrasi Kecamatan Sooko
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-8
Peta 6.2 Kawasan Ibu Kota Kecamatan
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-9
B. Karakteristik Fisik Binaan
Kondisi Fisik Binaan Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto dapat dilihat dari
penggunaan lahan yang ada. Berikut ini merupakan rincian dari penggunaan lahan di
Kecamatan Sooko.
1. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kecamatan Sooko terdiri lahan sawah dan lahan non sawah,
berikut ini merupakan tabel luas lahan sawah dan lahan non sawah yang dirinci
menurut Desa di Kecamatan Sooko:
Tabel 6.3 Luas Lahan di Kecamatan Sooko
No DesaLuas Lahan (Ha)
Lahan Sawah Lahan Non Sawah1 Gemekan 47,8 62,62 Blimbingsari 118,1 94,33 Brangkal 76,8 45,54 Kedungmaling 68,7 77,75 Klinterejo 77,5 61,66 Modongan 176,8 90,57 Sambiroto 97,7 48,88 Jampirogo 41,1 73,39 Japan 41,8 98,6
10 Sooko 25,1 122,211 Wringinrejo 82,5 67,912 Karangkedawang 89,3 36,913 Mojoranu 137,4 39,014 Tempuran 113,9 54,315 Ngingasrembyong 93,3 89,9
Jumlah 1287,8 1063,1Sumber: Kecamatan Dalam Angka, 2011
Berdasarkan tabel 6.3 dapat diketahui bahwa luas lahan sawah di Kecamatan
Sooko seluas 1287,8 hektar atau sebesar 54,78% sedangkan lahan non sawah yang
terdiri dari bangunan permanen, hutan negara dan lain-lain seluas 1063,1 hektar atau
sebesar 45,22%.
6.2 Rumusan Tujuan Perencanaan
6.2.1 Analisis Tujuan Perencanaan
Keberhasilan tercapainya tujuan penataan ruang wilayah perencanaan dapat diukur
dari pencapaian yang telah diwujudkan telah sesuai dengan arahan yang ditetapkan dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota dan apabila diperlukan dapat
dilengkapi dengan prinsip-prinsip (Permen PU No: 20/PRT/M/2011). Berdasarkan pengertian
tersebut maka Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Sooko memerlukan suatu
arahan dan acuan untuk mencapai suatu tujuan nyata dengan ketentuan teknis yang telah
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-10
disusun dan kemudian dilaksanakan dalam tahap perencanaan dan pembangunan sehingga
dicapai konsistensi dan keserasian pembangunan kawasan perkotaan Kecamatan Sooko.
6.2.2 Tinjauan Kebijakan Regional dan BWP Kecamatan Sooko
A. Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur terdapat delapan wilayah
pengembangan. Dari kedelapan wilayah pengembangan tersebut Kabupaten Mojokerto
tergolong dalam WP Germakertosusila Plus dengan pusat di Kota Surabaya meliputi: Kota
Surabaya, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten
Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kabupaten Jombang,
Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten
Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep.
Dengan fungsi sebagai pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura,
kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan,
pariwisata,transportasi, dan industri. Ditinjau dari segi geografisnya Kabupaten Mojokerto
diharapkan dapat menjadi filter arus urbanisasi penduduk di wilayah sekitarnya yang
berkeinginan ke ibukota Provinsi Jawa Timur yaitu Surabaya.
B. Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Mojokerto
1. Struktur Ruang
Berdasarkan RTRW Kabupaten Mojokerto tahun 2011 , maka Kecamatan Sooko
terbagi menjadi 2 kawasan, yaitu kawasan perkotaan dan kawasan pedesaa.
Pembagian kawasan perkotaan dan pedesaan di kecamatan sooko didasarkan pada
Undang- Undang nomor 26 tahun 2006 tentang penataan ruang. Di Kecamatan Sooko
Ada delapan desa yang termasuk kedalam kawasan perkotaan dan tujuh desa yang
termasuk kedalam kawasan pedesaan. Tabel 6.4 berikut ini adalah tabel desa kawasan
perkotaan dan pedesaan Kecamatan Sooko :
Tabel 6.4 Kawasan Perkotaan dan Perdesaan Di Kecamatan SookoNo. Perkotaan Perdesaaan1 Sooko Nginasrembayong 2 Wringinrejo Tempuran 3 Sambiroto Mojoranu 4 Brangkal Karangkedawang 5 Gamekan Modongan 6 Japan Klintenrejo 7 Jampirogo Blimbingsari 8 Kedungmaling
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-11
Sumber: RTRW Kabupaten Mojokerto, 2011
Berdasarkan RTRW Kabupaten mojokerto, struktur pemanfaatan ruang
Kecamatan Sooko terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
a. Sebagai Kawasan industri skala menengah hingga berat terdapat di perkotaan.
b. Kegiatan perdagangan utama Kabupaten Mojokerto terdapat di perkotaan
Sooko, sedangkan untuk perdagangan tingkat regional yang menampung hasil
produksi industri, pertanian dan perkebunan dengan lingkup skala regional.
c. Pusat kegiatan pendidikan hingga tingkat tinggi.
d. Sub-sub terminal yang melayani pergerakan antar perkotaan terdapat pada
setiap kota Kecamatan.
Selain itu Kecamatan Sooko juga termasuk dalam arahan pengembangan Pusat
Kegiatan Lingkungan promosi ( PKLp) dengan skala pelayanan lokal. Adapun Fungsi
pengembangan PKLp Kecamatan Sooko adalah
a. Sebagai pusat permukiman skala kabupaten
b. Sebagai Pusat Pelayanan Pendidikan skala dasar hingga menengah
2. Pola Ruang
Berdasarkan RTRW Kabupaten Mojokerto, terdapat beberapa peruntukan
kawasan budidaya yang terdapat di Kecamatan Sooko, beberapa peruntukan kawasan
di Kecamatan Sooko adalah :
a. Kawasan permukiman perkotaan, Wilayah perkotaan di Kabupaten Mojokerto
memiliki pusat pelayanan terkonsentrasi di sekitar Perkotaan Sooko, Gedeg
dan Mojosari. Orientasi pergerakan penduduk cenderung mengarah ke pusat
kota di mana pada wilayah ini terdapat fasilitas pendukung yang lengkap.
Pada kawasan perkotaan ini dimungkinkan untuk diarahkan pengembangan
Rusunawa, Dimana diprediksi selama 20 tahun kedepan akan terjadi
perubahan dalam perkembangan jalan Tol, dan kawasan industri sehingga
sangat dimungkinkan terjadi pertambahan kebutuhan akan hunian. Salah satu
upaya untuk menjembatani antara kebutuhan akan hunian dan kencenderungan
penggembangannya secara horisontal yang akan banyak memakan lahan maka
diarahkan untuk dikembangkan Rusunawa (Rumah Susun Sederhana Sewa).
b. Kawasan persawahan
c. Kawasan perikanan tangkap atau yang biasanya terletak pada waduk, situ atau
danau.
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-12
d. Kawasan budidaya air tawar, pada kecamatan Sooko dikususkan pada budi
daya ikan gurami
e. Serta, kawasan pemasaran hasil produksi ikan
3. Kawasan Strategis
Berdasarkan RTRW Kabupaten Mojokerto, terdapat beberapa arahan kawasan
strategis bagi Kecamatan Sooko, diantaranya :
a. Peruntukan industri dan pergudangan sepanjang ruas Jalan By Pass Mojokerto
b. Sebagai, kawasan cepat tumbuh, yaitu menjadikan Kecamatan Sooko, sebagai
pusat koleksi dan distribusi hasil pertanian perkebunan dan kehutanan dengan
wilayah pendukung Puri, Trowulan Jatirejo, Mojanyar
4. Kawasan Pemanfaatan Ruang
Berikut ini adalah beberapa arahan pemanfatan Kecamatan Sooko ruang yang
termasuk kedalam program pembangunan Kabupaten Mojokerto :
a. Sebagai Sistem dan Fungsi Perwilayahan
b. Sebagai Pemantapan Peran dan Fungsi Kota
c. Penentuan Struktur Pelayanan
d. Kawasan Perkotaan Pusat Kegiatan Lokal
e. Pengendalian kaawasan pertanian unggulan, untuk kawasan pertanian abadi
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-13
Peta 6.3 Pusat Kegiatan Lingkungan Promosi (PKLp) II
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-14
C. Kebijakan Rencana Pembangunan Daerah
Tujuan Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Mojokerto tahun 2005
2025 adalah untuk mewujudkan masyarakat dan daerah Kabupaten Mojokerto yang Maju,
Adil, Makmur, Tentram, dan Beradab. Dalam konteks pembangunan sarana dan prasarana
wilayah tujuan PJP Daerah Kabupaten Mojokerto tercantum dalam:
1. Terwujudnya peningkatan kegiatan ekonomi dan pendapatan masyarakat ditandai
oleh hal-hal berikut :
a. Meningkatnya pertumbuhan sektor Industri, Jasa dan Pariwisata di Kabupaten
Mojokerto yang didukung oleh sektor pertanian yang handal
b. Semakin luasnya lapangan kerja dan semakin berkurangnya angka
pengangguran
c. Semakin meningkatnya pendapatan riil masyarakat yang diikuti oleh
pemerataan pendapatan yang berkeadilan, dan semakin menurunnya jumlah
keluarga miskin di Kabupaten Mojokerto
d. Tersedianya sarana & prasarana dasar wilayah yang memadai sehingga
mampu mendorong tumbuh kembangnya sektor industri, jasa dan pariwisata
2. Terwujudnya penataan dan pelestarian Sumber Daya Alam (SDA) dan
Lingkungan Hidup di Kabupaten Mojokerto secara berkelanjutan ditandai oleh
hal-hal berikut :
a. Terwujudnya pengembangan wilayah yang sesuai dengan fungsi dan Tata
Guna Lahan serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kabupaten
Mojokerto
b. Tersediaanya kawasan permukiman, pergudangan, dan industri yang memadai
c. Terwujudnya pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam secara
berkelanjutan serta tetap terjaganya kelestarian lingkungan hidup
d. Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam menjaga pelestarian sumber daya
alam dan lingkungan hidup
Kebijakan Pembangunan Daerah Kabupaten Mojokerto diletakkan pada beberapa
prinsip pokok diantaranya:
1. Mewujudkan Otonomi Daerah yang didukung oleh sumber daya manusia
berkualitas, serta penguatan kelembagaan dan masyarakat yang memiliki daya
saing dalam mengelola sumber daya alam
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-15
2. Permulihan ekonomi, dalam rangka memperkuat fundamental ekonomi, menuju
stabilitas ekonomi yang berkeadilan, dengan memperluas kesempatan berusaha
serta penyebaran asset produksi
3. Peningkatan produksi, khususnya sub bidang unggul dengan memperluas usaha-
usaha yang berbasis pal sumber daya lokal
4. Menumbuhkan iklim pembangunan yang kondusif dengan mengembangkan
demokrasi, sehingga akan mewujudkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian pembangunan
Daerah Kecamataan Sooko merupakan daerah termasuk kedalam kaategori
permukiman perkotaaan karena pertumbuhannya sangat besar dan dipengaruhi oleh letaknya
yang berbatasaan langsung dengan Kota Mojokerto. Arahan pengembangan kawasan
perdagangan utama di Kabupaten Mojokerto bertumpu pada kawasan perkotaan di
Kecamatan Sooko. Pada pusat kota di Kecamatan Sooko dikembangkan kegiatan
perdagangan skala pelayanan regional atau perdagangan grosir. Indsutri manufaktur yang
dapat dikembangan antara lain sejenis dengan industri yang telah ada yaitu industri sepatu,
industri peralatan rumah tangga, Industri Kerajinan Tangan, industri pakaian dll.
Kebijakan tersebut mengacu kepada perkembangan Kecamatan Sooko yang mengarah
kepaada kawasan permukiman dan diikuti dengan pertumbuhaan kawasan perdagangan dan
jasa di jalan-jalan utama Kecamatan, baik itu sector formal maupun informal, serta adanya
jalan By Pass yang menghubungkan Surabaya-Mojokerto-Jombang sebagai daerah
pertumbuhan industri besar dan menengah.
D. Kebijakan Sektoral
Berdasarkan kebijakan sektoral, Kecamatan Sooko dibagi menjadi tiga bidang yaitu
bidang fisik dan sosial budaya.
1. Bidang Fisik
Berikut merupakan analisis kebijakan sektoral bidang fisik yang terdapat di
bagian wilayah perencanaan di Kecamatan Sooko.
Tabel 6.5 Analisis Kebijakan Sektoral Bidang Fisik di BWP KecamatanSookoSektor Desa Kebijakan Keterangan
Jalan Gamekan - Perbaikan jalan lingkungan Kebijakan ini sesuai karena di Kecamatan Sooko masih terdapat jaringan jalan yang masih rusak sehingga butuh perbaikan serta pemeliharaan jalan
Wringinrejo - Pemeliharaan jalan desaJampirogo - Peningkatan jalan desa (aspal dan
paving)Kedungmaling - Pelebaran jalan poros desa
- Peningkatan jalan aspal Brangkal - Pemeliharaan jalan
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-16
Sektor Desa Kebijakan KeteranganSooko - Pemeliharaan jalanJapan - Pembangunan jembatan
- Pengaspalan jalanSambiroto - Pebaikan jalan lingkungan
- Pelebaran jalan- Jalan Makadam
Drainase Wringinrejo - Perawatan saluran Di Kecamatan Sooko sebagian besar jaringan drainasenya masih kurang baik atau rusak, maka perlu pengembangan jaringan drainase meliputi perawatan saluran drainase, perbaikan saluran dan pemberian plengseng. Kebijakan bertujuan untuk mengurangi genangan air pada badan jalan dan banjir.
Jampirogo - Perbaikan drainase jalan desaSooko - Normalisai sluran RA. BasuniJapan - Normalisasi pembuangan air
- Plengsengan kali brangkalSambiroto - Plengsengan
Sarana Japan - Perbaikan gedung TK- Perbaikan gedung Mi
Kebijakan ini sesuai untuk Kecamatan Sooko karena belum optimalnya kuantitas dan kualitas sarana pendidikan yang ada. Untuk itu perlu diadakan penambahan dan perbaikan, serta pelengkapan dan fasilitasnya.
Sooko - Pembangunan gedung playgroup- Perbaikan gedung kantor TK- Pendidikan dan latihan PKK
Gamekan - Perbaikan MI almustofa- Perbaikan TK Dharma wanita
ASRI Wringinrejo - Pembangunan gedung TK
Sumber: Hasil Analisis, 2013
2. Bidang Pendidikan
Berikut merupakan analisis kebijakan sektoral bidang pendidikan yang terdapat di
bagian wilayah perencanaan di Kecamatan Sooko.
Tabel 6.6 Analisis Kebijakan Sektoral Bidang Pendidikan di BWP Kecamatan SookoSektor Desa Kebijakan Keterangan
Pendidikan Japan - Perbaikan gedung TK- Perbaikan gedung Mi
Pembangunan dan perbaikan fasilitas pendidikan ini di karenakan untuk mengoptimalkan kuantitas dan kualitas sarana pendidikan yang ada di Kecamatan Sooko.
Sooko - Pembangunan gedung playgroup- Perbaikan gedung kantor TK- Pendidikan dan latihan PKK
Gamekan - Perbaikan MI almustofa- Perbaikan TK Dharma wanita
ASRI Wringinrejo - Pembangunan gedung TKBrangkal - Pelatihan kewirausahan
Sumber: Hasil Analisis, 20133. Bidang Sosial
Berikut merupakan analisis kebijakan sektoral bidang sosial yang terdapat di
bagian wilayah perencanaan di Kecamatan Sooko.
Tabel 6.7 Analisis Kebijakan Sektoral Bidang Sosial di BWP Kecamatan SookoSektor Desa Kebijakan KeteranganSosial Brangkal - Kegiatan ekonomi produktif Program ini Dilakukan untuk
meningkatkan SDM sehingga dapt Jampirogo - Bnatuan PNPM
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-17
Sektor Desa Kebijakan Keterangan- Bantuan RTSM- Bantuan paket
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Wringinrejo - Program PUEM- Bantuan PNPM
Gamekan - Alat dan kursus pertukangan- Kursus las dan alat- Kurus bengkel dan alat
Japan - Kursus elektro- Kursus mengelas
Kedungmaling - Pelatihan batik tulis mongerto
- Tata boga- Kursus menjahit
Sambiroto - Pelatihan pengrajin sepatu- Sarana dan prasarana karang
tarunaSumber: Hasil Analisis, 2013
E. Fungsi dan Peran BWP Kecamatan Sooko
Pengembangan Bagian wilayah yang perkotaan dipriorotaskan (BWP) merupakan
upaya perwujudan rencana tata ruang yang dijabarkan kedalam rencana penanganan bagian
dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan. Adpaun fungsi dan peran Kecamatan Sooko
menjadi pengembangan bagian wilayah perkotaan yang diprioritaskan adalah Kecamatan
Sooko sebagai kawasan perkotaan pusat kegiatan lokal promosi (PKLp), yang memiliki
fungsi pengembangan sebagai pusat industri skala nasional dan regional, pusat pemasaran
hasil pertanian, perikanan dan peternakan yang terdapat pada Kabupaten Mojokerto.
Berdasarkan RTRW Kabupaten Mojokerto, Kecamatan Sooko merupakan salah satu
kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal yang terdapat di Kabupaten Mojokerto. Hal ini
dikarenakan di Kecamatan Sooko terdapat kawasan bersejarah yang terletak di Desa
Klintirejo dimana terdapat candi dan benda-benda sejarah peninggalan Kerajaan Mojopahit.
Benda-benda bersejarah ini yang juga di temukan di Kecamatan Trowulan sebagai pusat
Kerajaan Mojopahit, Kecamatan Trawas, dan Kecamatan Puri. Untuk itu Kecamatan Sooko
menjadi salah satu Kecamatan yang juga ikut berperan aktif dalam melestraikan benda
bersejarah dengan membentuk kawasan lindung dan kearaifan lokal yang terdapat di
Kabupaten Mojokerto.
Wisata budaya terletak di Kecamatan Trowulan, Kecamatan Jatirejo, Kecamatan
Trawas, Kecamatan Ngoro, Kecamatan Pacet, Kecamatan Puri dan Kecamatan Sooko dan
(Kawasan Pengembangan Pariwisata.
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-18
Bagi pemenuhan kebutuhan internal Kabupaten Mojokerto dan kegiatan ekspor, maka
pengembangan kegiatan peternakan yang terdapat pada saat ini dapat dipertahankan,
berdasarkan kebutuhan pengembangan ke depanya dapat diatur arah pemanfaatanya, dalam
pengembangan peternakan, Kecamatan Sooko memiliki peran dalam pengembangan kegiatan
peternakan besar jenis sapi potong, dan peternakan ternak kecil.
Bagi pengembangan kawasan perikanan budi daya air tawar, terdapat dua jenis yakni
pengembangan kawasan pengembangan perairan umum berupa waduk, telaga serta
pengembangan mengunakan kolam dengan luas 0.25 km2, pengembangan kawasan budidaya
air tawar jenis kolam ini terdapat di Desa Sambiroto, Kecamatan Sooko.
Rencana pengembangan kawasan strategis, kawasan strategis difungsikan sebagai
kawasan strategis ketahanan ekonomi pada Kabupaten Mojokerto, pada Kecamatan Sooko
diperuntukkan kawasan industry dan pergudangan, kawasan industry dan pergudangan pada
Kecamatan Sooko terletak di Desa Jampirogo.
Berdasarkan RTRW Kabupaten Mojokerto Kecamatan Sooko merupakan Kecamatan
yang merupakan Kawasan cepat tumbuh, Keamatan Sooko sebagai pusat koleksi dan
distribusi hasil pertanian perkebunan dan kehutanan dengan wilayah pendukung Puri,
Trowulan Jatirejo, Mojanyar.
6.2.3 Perumusan Tujuan Penataan BWP Kecamatan Sooko
Perumusan tujuan penataan Bagian Wilayah Perencanaan (BWP) Kecamatan Sooko
dapat didasarkan pada RTRW Kabupaten Mojokerto dan Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Kabupaten Mojokerto. Berdasarkan rencana struktur ruang yang terdapat di dalam
RTRW Kab. Mojokerto, maka kecamatan Sooko terbagi dalam dua arahan rencana, yaitu
rencana pengembangan pedesaan dan rencana pengembangan perkotaan.
Kecamatan Sooko terdiri dari 15 desa, dengan beberapa diantaranya yang akan
diarahkan menjadi daerah perkotaan yaitu Desa Sooko, Desa Wringinrejo, Desa Sambiroto,
Desa Japanan, Desa Brangkal, dan Desa Gamekan, dimana pada wilayah tersebut akan
diarahkan menjadi pusat pelayanan dan pengembangan Pusat Kegiatan Lokal serta Pusat
Kegiatan Lokal promosi ( PKLp) dengan skala pelayanan lokal bahkan regional. Adapun
Fungsi pengembangan PKLp Kecamatan Sooko adalah
a. Sebagai pusat permukiman skala kabupaten
b. Sebagai Pusat Pelayanan Pendidikan skala dasar hingga menengah.
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-19
Sementara itu, adapun rencana pengembangan pedesaan di Kecamatan Sooko lebih
menitik beratkan pada pengadaan fasilitas pelayanan serta sistem jaringan jalan. Hal ini
bertujuan menjadikan wilayah pedesaan sebagai pusat pusat penghubung dengan wilayah
kecamatan di sekitar Kecamatan Sooko.
Arahan pengembangan Kecamatan Sooko berdasarkan Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Kabupaten Mojokerto akan menjadi permukiman perkotaan dan terdapat kegiatan
perdagangan skala pelayanan regional atau perdagangan grosir serta indutri manufaktur yaitu
industri sepatu, industri peralatan rumah tangga, Industri Kerajinan Tangan, industri pakaian
dll.
6.3 Rencana Pola Ruang
6.3.1 Kependudukan
Perencanaan suatu wilayah pada hakekatnya merupakan suatu upaya yang
ditunjukkan untuk mewadahi kegiatan penduduknya. Sehingga kependudukan merupakan
salah satu komponen yang penting dalam merencanakan suatu rencana kota. Dengan adanya
kependudukan, maka perputaran arus barang dan arus uang akan menjadi lebih hidup. Hal ini
juga yang menjadikan perkembangan kota menjadi lebih cepat. Hal tersebut menunjukkan
bahwa kependudukan merupakan faktor penentu dalam kegiatan perencanaan wilayah.
Analisis kependudukan yang dilakukan adalah mencakup proyeksi penduduk, tingkat
kepadatan penduduk dan perubahan penduduk.
A. Pertumbuhan Penduduk
Analisis penduduk ditekankan pada proyeksi penduduk untuk distribusi dan kepadatan
penduduk pada tahun perencanaan. Kegiatan analisis penduduk ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan umum penduduk sampai dengan akhir
perencanaan. Tabel 6.8 berikut merupakan jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk di
Kecamatan Sooko Tahun 2007-2012.
Tabel 6.8 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Sooko Tahun 2007 2012
Tahun JumlahPertumbuhan
Pernduduk2007 57472 -2008 70787 23,17%2009 73036 3,18%2010 73625 0,81%2011 75484 2,52%2012 77785 3,05%
Rata-rata Pertumbuhan Penduduk
6,54%
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-20
Sumber: Data Kependudukan dan Catatan Sipil Tahun 2007-2012Dari jumlah penduduk yang terdapat pada tabel 6.8 di atas, dapat diketahui grafik
pertumbuhan penduduk Kecamatan Sooko dari tahun 2008 hingga tahun 2012. Berikut
merupakan grafik pertumbuhan penduduk Kecamatan Sooko.
Pertumbuhan Penduduk Kecamatan SookoSumber: Hasil Analisis, 2013
Berdasarkan data penduduk Kecamatan Sooko, rata-rata pertumbuhan penduduk
Kecamatan Sooko pertahun adalah sebesar 6,54% pertahun. Tingginya pertumbuhan
penduduk BWP Kecamatan Sooko disebabkan oleh pertumbuhan penduduk pada tahun 2008
mengalami peninggatan yang drastis yaitu sebesar 23,17% dari total penduduk tahun 2007.
Hal yang mendasari peningkatan ini adalah jumlah migrasi masuk dan tingkat kelahiran yang
berkembang pesat terutama di Kecamatan Sooko. Sehingga apabila rata-rata pertumbuhan ini
digunakan sebagai dasar dalam memperkirakan jumlah penduduk BWP Kecamatan Sooko
dimasa depan, maka akan terjadi ledakan jumlah penduduk yang besar dan dalam
perencanaan nantinya dirasa kurang tepat.
Untuk itu digunakanlah analisis peramalan jumlah penduduk dengan
mempertimbangkan tingkat kelahiran, kematian, migrasi masuk dan migrasi keluar yang
terjadi di Kecamatan Sooko. Berikut adalah tingkat kelahiran, kematian dan pergerakan
penduduk Kecamatan Sooko yang disajikan dalam tabel 6.9 berikut.
Tabel 6.9 Tingkat Kelahiran, Kematian dan Pergerakan penduduk Kecamatan Sooko
TahunJumlah
penduduk
Jumlah Kelahiran
Jumlah Kematian
Jumlah Migrasi Masuk
Jumlah Migrasi Keluar
Tingkat Kelahiran
Tingkat Kematian
Tingkat Migrasi Masuk
Tingkat Migrasi Keluar
2008 70787 584 197 899 154 0,008 0,003 0,013 0,0022009 73036 2204 240 820 1524 0,030 0,003 0,011 0,0212010 73625 1258 125 1248 1842 0,017 0,002 0,017 0,0252011 75484 1618 720 1303 938 0,021 0,010 0,017 0,012
77781 1248 612 734 1121 0,016 0,008 0,009 0,014
57472
70787 73036 7362575484 77785
0100002000030000400005000060000700008000090000
2007 2008 2009 2010 2011 2012
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-21
Rata-Rata 0,019 0,005 0,014 0,015Sumber: Kabupaten Dalam Angka Tahun 2008-2012
B. Perkiraan Jumlah Penduduk
Perkiraan Jumlah penduduk digunakan untuk meramalkan jumlah penduduk BWP
Kecamatan Sooko hingga 20 tahun mendatang. Peramalan jumlah penduduk BWP
Kecamatan Sooko menggunakan metode cohort dengan mempertimbangkan tingkat
kematian, kelahiran dan migrasi yang terjadi di Kecamatan Sooko.
Gambar Model Dinamik Proyeksi Pertumbuhan Penduduk BWP Kecamatan SookoSumber: Hasil Analisis, 2013
Tabel 6.10 Proyeksi Penduduk Per Desa BWP Kecamatan Sooko Tahun 2013-2032
DesaTahun Proyeksi (jiwa)
2012 2013 2017 2022 2027 2032Gamekan 4.978 5.092 5.577 6.249 7.001 7845Brangkal 4.520 4.624 5.064 5.674 6.357 7123Kedungmaling 7.793 7.972 8.731 9.783 10.961 12281Sambiroto 4.093 4.187 4.586 5.138 5.757 6450Jampirogo 3.534 3.615 3.960 4.436 4.971 5569Japan 9.577 9.797 10.730 12.022 13.470 15092Sooko 14.141 14.466 15.844 17.752 19.889 22284Wringinrejo 2.964 3.032 3.321 3.721 4.169 4671
Jumlah 51.600 52.785 57.813 64.775 72.575 81315Sumber: Hasil analisis 2013
Pada tabel 6.10 dapat dilihat jumlah penduduk di BWP Kecamatan Sooko sampai
dengan 20 tahun mendatang diproyeksikan akan meningkat menjadi 81.315 jiwa atau
meningkat sebesar 2.934 jiwa (2,30% per tahun). Proyeksi jumlah penduduk ini akan
digunakan untuk mencari kebutuhan fasilitas dan utilitas di BWP Kecamatan Sooko.
Penduduk
Kelahiran
Birth rate
Kem atian
Death rate
migrasi
masuk
migrasi
keluar
im migration rate em migration rate
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-22
C. Kepadatan Penduduk
Tingkat kepadatan penduduk di BWP Kecamatan Sooko secara keseluruhan sebesar
48 jiwa/ha, namun untuk masing- masing desa mempunyai perbedaan. Hal ini menunjukkan
adanya pemusatan penduduk dan juga persebaran penduduk di beberapa desa. Bedasarkan
SNI 03-1933-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan,
klasifikasi kepadatan suatu daerah dapat disajikan dalam tabel 6.11 berikut:
a. Kepadatan penduduk sangat padat digunakan untuk kriteria kawasan dengan
tingkat kepadatan penduduk lebih dari 400 jiwa per hektar.
b. Kepadatan penduduk tinggi digunakan untuk kriteria kawasan dengan tingkat
kepadatan penduduk 201 sampai 400 jiwa per hektar.
c. Kepadatan penduduk sedang digunakan untuk kriteria kawasan dengan tingkat
kepadatan penduduk antara 151 sampai 200 jiwa per hektar.
d. Kepadatan penduduk rendah digunakan untuk kriteria kawasan dengan tingkat
kepadatan penduduk kurang dari 150 jiwa per hektar.
Berdasarkan klasifikasi kepadatan diatas, maka berikut adalah tingkat kepadatan
penduduk di BWP Kecamatan Sooko untuk setiap Desa/desa:
Tabel 6.11 Kepadatan Penduduk Per Desa dalam BWP Kecamatan Sooko Tahun 2012
Sumber: Kecamatan Dalam Angka, 2011Pada tahun 2012 diketahui Desa Gamekan yang merupakan pusat pelayanan dari
BWP Kecamatan Sooko mempunyai kepadatan penduduk sebesar 45 jiwa/Ha dengan tingkat
kepadatan pendudukpaling kecil terdapat pada Desa Wringinrejo sebesar 20 jiwa/Ha dan
kepadatan penduduk paling becar berada di Desa Sooko sebesar 96 jiwa/Ha.
Kepadatan penduduk yang tinggi di Desa Sooko dipengaruhi oleh kondisi wilayah
yang berdekatan dengan Kota Mojokerto sebagai pusat kegiatan dan memiliki sarana
prasarana lengkap. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan penduduk cenderung memusat di
daerah tersebut dan wilayah sekitarnya. Selain itu tingkat aksesibilitas juga mempengaruhi
tingginya kepadatan penduduk Desa Sooko dimana desa ini dilalui oleh Jalan RA Basuni
yang menghubungkan Kabupaten Mojokerto dengan Kota Mojokerto dan antar kecamatan di
Desa Luas (Ha)Kepadatan (jiwa/Ha)
Klasifikasi Kepadatan
Gamekan 110 45 Rendah Brangkal 122 37 Rendah Kedungmaling 146 53 Rendah Sambiroto 146 28 Rendah Jampirogo 114 31 Rendah Japan 140 68 Rendah Sooko 147 96 Rendah Wringinrejo 150 20 Rendah
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-23
Kabupaten Mojokerto. Terlihat bahwa baik sarana perkantoran maupun perdagangan dan jasa
tersebar di sepanjang jalan ini. Berikut ini adalah tingkat kepadatan BWP Kecamatan Sooko
bedasarkan proyeksi penduduk.
Tabel 6.12 Proyeksi Kepadatan Penduduk Kecamatan Sooko Tahun 2013-2032
DesaLuas(Ha)
Proyeksi Kepadatan (jiwa/Ha)Kepadatan
2013Kepadatan
2017Kepadatan
2022Kepadatan
2027Kepadatan
2032Gamekan 110 45 47 55 66 79Brangkal 122 37 38 45 54 65Kedungmaling 146 53 55 64 78 94Sambiroto 146 28 29 34 41 49Jampirogo 114 31 32 37 45 54Japan 140 68 71 83 100 120Sooko 147 96 100 116 140 169Wringinrejo 150 20 21 24 29 35
Sumber: Hasil Analisis, 2013Tabel 6.12 merupakan perhitungan kepadatan penduduk menggunakan jumlah
penduduk proyeksi. Diasumsikan bahwa luasan masing-masing desa tidak mengalami
perrubahan hingga 20 tahun mendatang. Terlihat bahwa BWP Kecamatan Sooko memiliki
tingkat kepadatan penduduk yang relatif tinggi dikarenakan penduduk mengalami
peningkatan dari tahun-tahun.
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-24
Peta 6.4 Kepadatan Penduduk BWP Kecamatan Sooko
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-25
6.3.2 Fisik Dasar dan Sumber Daya Alam
A. Tanah dan Geomorfologi
Wilayah Kecamatan Sooko terletak pada ketinggian antara 25 meter sampai dengan
88 meter di atas permukaan air laut. Jenis tanah yang terdapat di wilayah Kota Mojokerto
sebagian besar terdiri dari aluvial (62.74%) dan grumosol (37.26%). Dari kondisi tersebut
jenis tanah di Kota Mojokerto merupakan tanah yang cukup baik untuk usaha pertanian,
karena tanah tersebut terdiri dari endapan tanah liat bercampur dengan pasir halus, berwarna
hitam kelabu dengan daya penahan air yang cukup baik dan banyak mengandung mineral
yang cukup baik bagi tumbuh-tumbuhan.
B. Hidrologi
Wilayah Kota Mojokerto mempunyai beberapa daerah aliran sungai yang manfaatnya
cukup besar bagi kehidupan penduduk, khususnya untuk keperluan irigasi pertanian. Potensi
hidrologi yang terdapat di Kota Mojokerto, ialah sungai, sumber mata air, serta model
pengairannya. Menurut (Balitbang,2011), Kota Mojokerto dilalui oleh 4 (empat) buah sungai
yang cukup potensial yaitu:
a. Sungai Brantas di sebelah utara kota sepanjang 3,5 Km arah alirannya ke timur.
b. Sungai Brangkal di sebelah barat kota sepanjang 2,25 Km arah alirannya keutara.
c. Sungai Sadar di sebelah timur kota sepanjang 2,00 Km arah alirannya ke utara.
d. Sungai Gedeg di sebelah barat kota sepanjang 2,00 Km.
C. Klimatologi
Lokasi Kota Mojokerto berada di sekitar garis khatulistiwa, maka seperti daerah yang
kain Kota Mojokerto mempunyai perubahan iklim sebanyak 2 (dua) jenis setiap tahunnya,
yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Bulan Oktober sampai April merupakan musim
penghujan, sedangkan bulan Mei sampai september merupakan musim kemarau.
Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat
tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Temperatur udara di Kota
Mojokerto mencapai 19,7 oC-36,3 oC dengan kelembaban udara pada bulan Mei mengalami
tahap paling rendah tingkat kelembabannya, yaitu hanya sebesar 95%, sedangkan pada bulan-
bulan yang lainnya berkisar antara 97% - 100%.
Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan
orographi dan perputaran/ pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam
menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Pada bulan desember merupakan curah hujan
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-26
tertinggi di Kota Mojokerto yang terjadi selama tahun 2007 yaitu mencapai 452 mm. Namun,
ada juga bulan yang tidak terdapat hari hujan yaitu bulan Juli, September dan Nopember.
Curah hujan tersebut mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung pola pertanaman
yakni intensitas penggunaan tanah dan tersedianya air pengairan.
D. Sumber Daya Alam Potensial
Kecamatan Sooko merupakan salah satu kecamatan di Kota Mojokerto. Potensi
sumberdaya alam potensial yang dimiliki oleh Kecamatan Sooko didominasi oleh hasil
pertanian yaitu padi. Lahan sawah terbesar di Kecamatan Sooko terdapat pada Desa
Modongan. Potensi sumberdaya alam lainnya adalah kebun jagung. Selain dari sektor
pertanian juga terdapat potensi sumber daya alam berupa peternakan dan budidaya ikan darat.
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-27
Peta 6.5 Jenis Tanah Kecamatan Sooko
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-28
Peta 6.6 Curah Hujan Kecamatan Sooko
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-29
E. Kemampuan Lahan
Analisis aspek fisik dan lingkungan adalah analisa untuk mengenali karakteristik
sumber daya alam dengan menelaah kemampuan dan kesesuaian lahan agar pemanfaatan
lahan dapat dilakukan secara optimal dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem.
Kemampuan lahan merupakan sifat dasar lahan yang memberikan hasil untuk penggunaan
tertentu secara optimal dan lestari. Klasifikasi kemampuan lahan didasarkan pada delapan
karakterikstik satuan lahan, yaitu: kemiringan lahan, tekstur, struktur, permeabilitas, bahan
organik dan erodibilitas tanah, drainase dan persebaran kerikil di permukaan lahan.
Kelas kemampuan lahan merupakan kelompok penggunaan lahan suatu wilayah
sesuai dengan kemampuan lahan tersebut untuk dapat digunakan secara efisien dan optimal,
dengan perlakuan-perlakuan tertentu sehingga dapat digunakan secara berkelanjutan.
Penentuan kelas kemampuan lahan berdasarkan faktor-faktor fisik tanah dan lingkungan,
kemudian dikategorikan berdasarkan faktor yang menjadi penghambat yang ditemukan di
lahan tersebut, serta beberapa ciri-ciri tanah dan lingkungan. Kelas kemampuan tanah ini
lebih umum sifatnya jika dibandingkan dengan kelas kesesuaian lahan yang sifatnya lebih
khusus.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 dijelaskan
tentang analisis kemampuan lahan dan beberapa kriterian penentuan kemampuan lahan.
Kriteria-kriteria tersebut akan di jelaskan sebagai berikut:
1. Analisis Satauan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang kriteria kemampuan lahan
berdasarkan morfologi. Berikut merupakan tabel kriteria kemampuan lahan
berdasarkan morfologi.
Tabel 6.13 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi
No. Morfologi KelerenganHasil
PengamatanSKL Morfologi Nilai
1.Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan
>40%
Groundcheck Survei Lapangan
Kemampuan lahan dari morfologi tinggi
1
2.Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan
25-40%Kemampuan lahan dari morfologi cukup
2
3. Bukit/Perbukitan 15-25%Kemampuan lahan dari morfologi sedang
3
4. Datar 2-15%Kemampuan lahan dari morfologi kurang
4
5. Datar 0-2%Kemampuan lahan dari morfologi rendah
5
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-30
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007
Berdasarkan tabel 6.14 dan peta kelerengan lahan untuk Kecamatan Sooko dapat
ditetapkan bahwa Kecamatan Sooko terletak pada kelerengan 0-2%. Dari hasil
pengamatan yang dilakukan pada Kecamatan Sooko di dapatkan bahwa Kecamatan
Sooko terletak pada kriteria dengan skor 5 yaitu kemampuan lahan dari morfologi
kurang.
2. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang kriteria kemampuan lahan
berdasarkan kemudahan dikerjakan. Berikut merupakan tabel kriteria kemampuan
lahan berdasarkan kemudahan dikerjakan.
Tabel 6.14 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan
No. Morfologi KelerenganHasil
PengamatanSKL Kemudahan
DikerjaanNilai
1.Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan
>40%
Groundcheck Survei
Lapangan
Tingkat kemudahan pengerjaan, kekerasan batuan tinggi
1
2.Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan
25-40%Tingkat kemudahan pengerjaan, kekerasan batuan cukup
2
3. Bukit/Perbukitan 15-25%Tingkat kemudahan pengerjaan, kekerasan batuan sedang
3
4. Datar 2-15%Tingkat kemudahan pengerjaan, kekerasan batuan kurang
4
5. Datar 0-2%Tingkat kemudahan pengerjaan, kekerasan batuan rendah
5
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007
Berdasarkan tabel 6.15 dan peta topografi, peta kemiringan lereng, peta geologi
serta peta penggunaan lahan Kecamatan Sooko dapat ditetapkan bahwa Kecamatan
Sooko terletak pada kriteria tingkat kemudahan pengerjaan dan kekerasan batuan
yang rendah. Sehingga dari kriteria tersebut dapat diketahui bahwa untuk SKL
Kemudahan dikerjakan, Kecamatan Sooko memiliki skor 5.
3. Analisis Satauan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang kriteria kemampuan lahan
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-31
berdasarkankestabilan lereng. Berikut merupakan tabel kriteria kemampuan lahan
berdasarkan kestabilan lereng.
Tabel 6.15 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng
No. MorfologiKelerenga
nKetinggian
Curah Hujan
Penggunaan Lahan
SKLKestabilan
LerengNilai
1.
Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan
>40% Tinggi (Sama)Semak Belukar, Lading
Kestabilan lereng rendah
1
2.
Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan
25-40%Cukup Tinggi
(Sama)
Kebun, Hutan, Hutan Belukar
Kestabilan lereng kurang
2
3.Bukit/Perbukitan
15-25% Sedang (Sama) SemuaKestabilan lereng sedang
3
4. Datar 2-15% Rendah (Sama) SemuaKestabilan lereng Tinggi
4
5. Datar 0-2%Sangat/Rendah
(Sama) Semua 5
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007
Berdasarkan tabel 6.16 dan peta kelerengan Kecamatan Sooko, dapat ditetapkan
bahwa Kecamatan Sooko terletak pada kriteria kestabilan lereng tinggi. Sehingga dari
kriteria tersebut dapat diketahui bahwa untuk SKL kestabilan lereng, Kecamatan
Sooko memiliki skor 5.
4. Analisis Satauan Kemampuan Lahan (SKL) kestabilan pondasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang kriteria kemampuan lahan
berdasarkankestabilan pondasi. Berikut merupakan tabel kriteria kemampuan lahan
berdasarkan kestabilan pondasi.
Tabel 6.16 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi
No.SKL Kestabilan
LerengPenggunaan Lahan SKL Kestabilan Pondasi Nilai
1. Kestabilan lereng rendah
Semak Belukar, LadingDaya dukung dan kestabilan pondasi rendah
1
2. Kestabilan lereng kurang
Kebun, Hutan, Hutan Belukar Daya dukung dan
kestabilan pondasi kurang
2
3. Kestabilan lereng sedang
Semua 3
4.Kestabilan lereng Tinggi
SemuaDaya dukung dan kestabilan pondasi tinggi
4
5. Semua 5
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007
Berdasarkan tabel 6.17 dan peta topografi, peta kemiringian lereng, peta geologi,
data curah hujan dan bencana alam di Kecamatan Sooko, Kecamatan Sooko terletak
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-32
pada kestabilan lereng tinggi, sehingga digolongkan mempunyai daya dukung dan
kestabilan pondasi tinggi. Berdasarkan kriteria tersebut, penggunaan lahan di
Kecamatan Sooko digolongkan dapat digunakan untuk pengembangan pembangunan.
Sehingga dari kriteria tersebut dapat diketahui bahwa untuk SKL kestabilan pondasi,
Kecamatan Sooko memiliki skor 5.
5. Analisis Satauan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang kriteria kemampuan lahan
berdasarkan ketersediaan air. Berikut merupakan tabel kriteria kemampuan lahan
berdasarkan ketersediaan air.
Tabel 6.17 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air
No. Morfologi KelerenganPenggunaan
LahanSKL Ketersediaan
AirNilai
1.Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan
>40%Semak Belukar, Lading
Ketersediaan air sangat rendah
1
2.Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan
25-40%Kebun, Hutan, Hutan Belukar
Ketersediaan air rendah
2
3. Bukit/Perbukitan 15-25% SemuaKetersediaan air sedang
3
4. Datar 2-15% Semua Ketersediaan air tinggi
45. Datar 0-2% Semua 5
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007
Berdasarkan tabel 6.18 dan peta kemiringan lereng, peta hidrologi, peta
klimatologi, peta geoogi dan peta penggunaan lahan di Kecamatan Sooko dapat
diketahui bahwa Kecamatan Sooko terletah pada kelerenagn 0-2% sehingga
Kecamatan Sooko terletak pada kriteria ketersediaan air tinggi. Sehingga dari kriteria
tersebut dapat diketahui bahwa untuk SKL ketersediaan air, Kecamatan Sooko
memiliki skor 5.
6. Analisis Satauan Kemampuan Lahan (SKL) Untuk Drainase
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang kriteria kemampuan lahan
berdasarkan untuk drainase. Berikut merupakan tabel kriteria kemampuan lahan
berdasarkan untuk drainase.
Tabel 6.18 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Untuk DrainaseNo. Morfologi Kelereng Ketinggian/T Penggunaan SKL Nilai
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-33
an opografi Lahan Drainase
1.Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan
>40% TinggiSemak Belukar, Lading
Drainase tinggi
5
2.Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan
25-40% Cukup TinggiKebun, Hutan, Hutan Belukar
Drainase cukup
4
3. Bukit/Perbukitan 15-25% Sedang Semua 34. Datar 2-15% Rendah Semua Drainase
kurang2
5. Datar 0-2% Sangat/Rendah Semua 1Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007
Berdasarkan tabel 6.19 dan peta kemiringan lereng, peta topografi, peta geologi,
peta hidrologi, peta klimatologi dan peta penggunaan lahan di Kecamatan Sooko,
dapat diketahui bahwa Kecamatan Sooko terletak pada kelerenagn 0-2% sehingga
Kecamatan Sooko terletak pada kriteria drainase kurang. Sehingga dari kriteria ini
dapat diketahui bahwa keadaan penyaluran air kurang baik. Kriteria tersebut dapat
diketahui bahwa untuk SKL drainase, Kecamatan Sooko memiliki skor 1.
7. Analisis Satauan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Erosi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang kriteria kemampuan lahan
berdasarkan erosi. Berikut merupakan tabel kriteria kemampuan lahan berdasarkan
untuk erosi.
Tabel 6.19 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Erosi
No. Morfologi KelerenganKetinggian/Topografi
Penggunaan Lahan
SKL Erosi Nilai
1. Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan
>40% Tinggi Semak Belukar, Lading
Erosi tinggi 1
2. Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan
25-40% Cukup Tinggi Kebun, Hutan, Hutan Belukar
Erosi cukup tinggi
2
3. Bukit/Perbukitan 15-25% Sedang Semua Erosi sedang 3
4. Datar 2-15% Rendah Semua Erosi sangat rendah
4
5. Datar 0-2% SangatRendah
Semua Tidak ada erosi
5
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007
Berdasarkan tabel 6.20 dan peta hidrologi, peta klimatologi, peta geologi dan peta
penggunaan lahan di Kecamatan Sooko, dapat diketahui bahwa Kecamatan Sooko
terletak pada kelerenagn 0-2% sehingga Kecamatan Sooko terletak pada kriteria tidak
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-34
ada erosi. Sehingga dari kriteria tersebut dapat diketahui bahwa untuk SKL terhadap
erosi, Kecamatan Sooko memiliki skor 5.
8. Analisis Satauan Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan Limbah
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang kriteria kemampuan lahan
berdasarkan pembuangan limbah. Berikut merupakan tabel kriteria kemampuan lahan
berdasarkan untuk pembuangan limbah.
Tabel 6.20 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan Limbah
No. Morfologi KelerenganPenggunaan
Lahan
SKL Pembuangan
LimbahNilai
1. Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan
>40% Semak Belukar, Lading
Kemampuan lahan unutk membuang limbah kurang
1
2. Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan
25-40% Kebun, Hutan, Hutan Belukar
2
3. Bukit/Perbukitan 15-25% Semua Kemampuan lahan untuk membuang limbah sedang
3
4. Datar 2-15% Semua Kemampuan lahan untuk membuang limbah cukup
45. Datar 0-2% Semua 5
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007
Berdasarkan tabel 6.21 dan peta kemiringan lereng, peta topografi, peta geologi
dan peta penggunaan lahan di Kecamatan Sooko dapat diketahui bahwa Kecamatan
Sooko terletak pada kelerenagn 0-2% sehingga Kecamatan Sooko terletak pada
kriteria kemampuan lahan untuk membuang limbah cukup. Sehingga dari kriteria
tersebut dapat diketahui bahwa untuk SKL pembuangan limbah, Kecamatan Sooko
memiliki skor 5.
9. Analisis Satauan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Bencana Alam
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang kriteria kemampuan lahan
berdasarkan bencana alam. Berikut merupakan tabel kriteria kemampuan lahan
berdasarkan untuk bencana alam.
Tabel 6.21 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Bencana AlamNo. Morfologi` Kelerengan Ketinggian Penggunaan SKL Nilai
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-35
/Topografi Lahan Bencana Alam
1. Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan
>40% Tinggi Semak Belukar, Lading
Potensi bencana alam tertinggi
5
2. Gunung/pegunungan dan Bukit/Perbukitan
25-40% Cukup Tinggi
Kebun, Hutan, Hutan Belukar
4
3. Bukit/Perbukitan 15-25% Sedang Semua Potensi bencana alam cukup
3
4. Datar 2-15% Rendah Semua Potensi bencana alam kurang
25. Datar 0-2% Sangat/Ren
dahSemua 1
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007
Berdasarkan tabel 6.22 dan peta topografi, peta kemiringan lereng, peta geologi,
peta hirologi dan peta klimatologi di Kecamatan Sooko dapat diketahui bahwa
Kecamatan Sooko terletak pada kelerenagn 0-2% sehingga Kecamatan Sooko terletak
pada potensi bencana alam kurang. Kecamatan Sooko memiliki topografi yang tidak
curam sehinggan resiko bencana cukup kecil.Sehingga dari kriteria tersebut dapat
diketahui bahwa untuk SKL ketersediaan air, Kecamatan Sooko memiliki skor 1.
Berdasarkan analisis diatas, dapat dilakukan perhitungan untuk kemampuan lahan
untuk Kecamatan Sooko dari hasil overlay peta topografi, peta kemiringan lereng, peta
geologi, peta hirologi dan peta klimatologi. Berikut merupakan perhitungan skor dari Satuan
Kemampuan Lahan (SKL).
Tabel 6.22 Perhitungan Kemampuan Lahan Berdasarkan Satuan Kemampuan Lahan
No.SKL
Morfologi
SKL Kemudahan Dikerjakan
SKL Kestabilan
Lereng
SKL Kestabilan
Pondasi
SKL Keersediaan
Air1. Bobot 5 Bobot 5 Bobot 5 Bobot 5 Bobot 52. 5 1 5 3 53. 10 2 10 6 104. 15 3 15 9 155. 20 4 20 12 206. 25 5 25 15 257. 25 5 25 15 25
No.SKL
Terhadap Erosi
SKL unutk Drainsae
SKL Penbuangan
Limbah
SKL Bencana
Alam
Kemamuan Lahan
1. Bobot 5 Bobot 1 Bobot 5 Bobot 1 Total Nilai2. 3 5 0 5 323. 6 10 0 10 644. 9 15 0 15 965. 12 20 0 20 1286. 15 25 0 25 1607. 15 25 0 25 160
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-36
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007
Dari total perhitungan pada tabel 6.23 dapat dibuat beberapa kelas dengan nilai
minimum yang didapatkan yaitu 32 dan nilai maksimum yang didapatkan yaitu 160. Berikut
merupakan tabel internal kelas kemampuan lahan dan klasifikasi pengembangannya.
Tabel 6.23 Kemampuan Lahan dan Klasifikasi Pengembangan Kecamatan Sooko
No. Total SkorKelas Kemampuan
LahanKlasifikasi Pengembangan
1. 32 - 58 Kelas a Kemampuan pengembangan sangat rendah2. 59 83 Kelas b Kemampuan pengembangan rendah3. 84 109 Kelas c Kemampuan pengembangan sedang4. 110 134 Kelas d Kemampuan pengembangan agak tinggi5. 135 -160 Kelas e Kemampuan pengembangan sangat tinggi
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007
Berdasarkan tabel 6.24 tentang kemampuan lahan dan klasifikasi pengembangan
Kecamatan Sooko dapat diketahui bahwa Kecamatan Sooko memperoleh total skor sebesar
150. Sehingga skor 150 menempati interval 135-160 dan termasuk di dalam kelas e. Kelas
kemampuan lahan e merupakan kemampuan pengembangan sangat tinggi.
F. Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan merupakan suatu lahan yang menggambarkan tingkat kecocokan
sebidang tanah untuk suatu penggunaan tertentu. Menentukan kesesuian suatu lahan
menggunakan teknik overlay peta setiap faktor yaitu faktor kelerengan, kepekaan tanah
terhadap erosi dan intensitas hujan harian rata-rata yang nantinya akan didapatkan satuan
lahan menurut klasifikasi dan nilai skor dari ketiga tersebut. penetapan fungsi kawasan
dilakukan dengan cara menjumlah nilai skor dari ketiga faktor tersebut. Besarnya faktor
tersebut menggambarkan kemampuan lahan. Untuk mendapatkan kesesuaian lahan, maka
dapat dilakukan dengan cara overlay antara peta tata guna lahan dengan kemampuan lahan
untuk setiap satuan lahan.
1. Arahan Tata Ruang Pertanian
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tenatang arahan kemampuan
lahan menurut kelas dari kemampuan lahan. Berikut merupakan tabel tentang arahan
tata ruang.
Tabel 6.24 Arahan Tata Ruang Kecamatan Sooko
NoKemampuan Lahan
Arahan Tata Ruang Pertanian
Kelas Kemampuan Pengembangan Klasifikasi Nilai1. Kelas a Kemampuan pengembangan sangat rendah Lindung 1
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-37
2. Kelas b Kemampuan pengembangan rendah Kawasan Penyangga 23. Kelas c Kemampuan pengembangan sedang Tanaman Tahunan 34. Kelas d Kemampuan pengembangan agak tinggi Tanaman Setahun 45. Kelas e Kemampuan pengembangan sangat tinggi Tanaman Setahun 5
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007
Berdasarkan tabel 6.25, diketahui bahwa Kecamatan Sooko terletak pada kelas 3
dengan kemampuan pengembangan sangat tinggi. Kemampuan pengembangan ini
berarti arahan tata ruang pertanian dengan klasifikasi lahan tanaman setahun dengan
skor 5.
2. Arahan Rasio Penutupan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang arahan rasio penutupan
menurut kelas dari kemampuan lahan. Berikut merupakan tabel tentang arahan rasio
penutupan.
Tabel 6.25 Arahan Klasifikasi Rasio Tutupan
No.Kelas Kemampuan
LahanArahan Klasifikasi Rasio Tutupan Nilai
1. Kelas a Non bangunan 12. Kelas b Rasio tutupan lahan maksimal 10 % 23. Kelas c Rasio tutupan lahan maksimal 20%
34. Kelas d Rasio tutupan lahan maksimal 30%5. Kelas e Rasio tutupan lahan maksimal 50% 4
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007
Berdasarkan tabel 6.26 dapat diketahui bahwa Kecamatan Sooko terletak pada
kelas e. Sehingga dari kelas tersebut dapat diketahu bahwa arahan klasifikasi rasio
tutupan lahan terdapat pada kriteria rasio tutupan lahan maksimal 50% dengan skor 4.
3. Arahan Ketinggian Bangunan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang arahan ketinggian
bangunan menurut kelas dari kemampuan lahan. Berikut merupakan tabel tentang
arahan ketinggian bangunan.
Tabel 6.26 Arahan Ketinggian Bangunan
No.Kelas Kemampuan
LahanArahan Ketinggian
BangunanNilai
1. Kelas a Non bangunan 12. Kelas b Non bangunan 23. Kelas c Bangunan < 4 lantai 3
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-38
4. Kelas d5. Kelas e Bangunan >4 lantai 4
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007Berdasarkan tabel 6.27 diatas dapat diketahui bahwa Kecamatan Sooko terletak
pada kelas kemampuan lahan e. Sehingga dari kelas e ini diperoleh araha ketinggian
bangunan dengan klasifikasi bangunan >4 dengan skor 4.
4. Arahan Pemanfaatan Air Baku
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dijelaskan tentang arahan pemanfaatan air
baku menurut kelas dari kemampuan lahan. Berikut merupakan tabel tentang arahan
pemanfaatan air baku.
Tabel 6.27 Arahan Pemanfaatan Air Baku
No.Kelas
Kemampuan Lahan
Arahan Pemanfaaatan Air Baku
Nilai
1. Kelas a Sangat rendah 12. Kelas b Rendah 23. Kelas c
Cukup 34. Kelas d5. Kelas e Sangat Baik 4
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007
Berdasarkan tabel 6.28 dapat diketahui bahwa Kecamatan Sooko terlatak pada
kelas kemampuan lahan kelas e. Sehingga Kecamatan sooko memiliki arahan
pemanfaatan air baku dengan klasifikasi sangat baik dan memiliki skor 4.
Berdasarkan analisis kesesuaian lahan di Kecamatan Sooko, dapat diketahui bahwa
Kecamatan Sooko merupakan kawasan budidaya. Kawasan budidaya ini dapat dimanfaatkan
untuk pengembangan pembangunan Kecamatan Sooko dan untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat Kecamatan Sooko. Perekonomian Kecamatan Sooko dapat
dikembangkan jika pembangunan dapat berjalan lancar. Analisis kemampuan dan kesesuaian
lahan ini dapat mempermudah pengembangan Kecamatan Sooko menjadi Pusat Kegiatan
Lingkungan promosi (PKLp) untuk Kabupaten Mojokerto.
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-39
Peta 6.7 Kemampuan Lahan Kecamatan Sooko
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-40
Peta 6.8 Kesesuaian Lahan Kecamatan Sooko
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-41
6.3.3 Fisik Binaan
A. Tata Guna Lahan
Penggunaan lahan di BWP Kecamatan Sooko terdiri dari permukiman, sarana
pendidikan, sarana kesehatan, sarana pemerintahan dan pelayanan umum, sarana keamanan,
sarana peribadatan, sarana RTH dan olahraga, sarana perdagangan dan jasa, sarana rekreasi
dan sosial budaya serta serta sarana perindustrian dan pergudangan. Dominasi penggunaan
lahan di Kecamatan Sooko didominasi oleh permukiman dan sarana perdagangan. Kecamatan
Sooko memiliki luas sebesar 2.346 Ha. Bagian Wilayah Perencanaan (BWP) Rencana Detail
Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Sooko terdiri dri 8 Desa yang terdiri dari Desa Sooko,
Kecamatan Wringinrejo, Kecamatan Sambiroto, Kecamatan Kedungmaling, Kecamatan
Japan, Kecamatan Jampirogo, Kecamatan Gamekan dan Kecamatan Brangkal dengan total
luas BWP Kecamatan Sooko sebesar1.075 Ha. Berikut adalah penggunaan lahan di BWP
Kesamatan Sooko ditampilkan dalam tabel 6.28.
Tabel 6.28 Penggunaan Lahan BWP Kecamatan SookoPenggunaan Lahan Luas LahanPermukiman 475,03Industri 23,04Kesehatan 2,82Pemakaman 1,91Pendidikan 15,6Perdagangan dan Jasa 20,9Pemerintahan dan Pelayanan Umum 3,13Keamanan 0,5Rekreasi dan Sosial Budaya 2,05Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Olahraga 42,8Pertanian 596,6Jumlah 1184,38
Sumber : Hasil survey, 2013
Bedasarkan tabel 6.29, maka perbandingan prosentase lahan terbangun dengan lahan
tidak terbangun sebesar 51,19 : 48,81. Pembangunan Kecamatan Sooko mengikuti pola linier
yaitu pembangunannya mengikuti jalan utama. Namun dominasi penggunaaan lahan yang
mengikuti jalan utama berupa sarana perdagangan dan jasa serta sarana pemerintahan dan
pelayanan umum. Permukiman terletak di sekitar sarana perdagangan dan jasa serta sarana
pemerintahan dan pelayanan umum, sehingga tidak terletakdi sepanjang jalan utama.
Penggunaan lahan ini dapat melengkapi dan menunjang kebutuhan masyarakat Kecamatan
Sooko dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kecamatan Sooko dilalui oleh jalan lingkar luar
yang menyebabkan arus perkembangan pembangunan cukup tinggi sehingga sarana
perdagangan dan jasa berkembang cukup tinggi. Pengembangan bagian wilayah yang
diprioritaskan adalah Kecamatan Sooko sebagai kawasan perkotaan pusat kegiatan lokal
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-42
promosi (PKLp), yang memiliki fungsi pengembangan sebagai pusat industri skala nasional
dan regional, pusat pemasaran hasil pertanian, perikanan dan peternakan yang terdapat pada
Kabupaten Mojokerto. Sehingga penggunaan lahan di Kecamatan Sooko akan terus
meningkat setiap tahun dan penggunaan lahan tidak terbangun akan tergantikan dengan lahan
terbangun untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan masyarakat. Untuk memenuhi
permintaan dan kebutuhan masyarakat, jalan utama di Kecamatan Sooko memiliki
perkembangan pertumbuhan yang cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan perekonomian
Kecamatan Sooko.
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-43
Peta 6.9 Tata Guna Lahan BWP Kecamatan Sooko
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-44
B. Sebaran Permukiman dan Sarana
1. Persebaran Permukiman di BWP Kecamatan Sooko
Persebaran permukiman di Kecamatan Sooko pada umumnya berbentuk linier
atau mengikuti pola perkembangan jalan dan berbentuk grid. Untuk pola permukiman
linier banyak ditemukan di desa-desa yang tersebar di ponggiran kota seperti Desa
Tempuran, Desa Ngingasrembyong, Desa Blimbingsari, Desa Klinterejo, Desa
Karangkedawang, Desa Modongan, dan Desa Mojoranu. Sedangkan pola
permukiman berbentuk grid umumnya berupa perumahan yang banyak ditemukan di
Desa Sooko, Gamekan, Desa Brangkal, Desa Kedungmaling, Desa Sambiroto, Desa
Jampirogo, Desa Japan dan Desa Wringinrejo. Berikut adalah sebaran permukiman
Kecamatan Sooko menurut Desa.
Tabel 6.29 Persebaran Permukiman BWP Kecamatan Sooko
DesaLuas
Permukiman (Ha)
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha)
Tingkat Hunian
(Jiwa/unit)Gamekan 96,2 4978 52 3Brangkal 58,3 4520 78 4Kedungmaling 86 7793 91 10Sambiroto 50 4093 82 8Jampirogo 79,2 3534 45 1Japan 67,8 9577 141 7Sooko 92,8 14141 152 4Wringinrejo 58,2 2964 51 4
Jumlah 588,5 51600 12484 4Sumber: Monografi Desa tahun 2011 dan Hasil analisis 2012
Dari tabel 6.29 diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat hunian di BWP
Kecamatan Sooko rata rata keseluruhan adalah 4 jiwa/unit. Dalam perhitungan
analisis tingkat hunian rumah menunjukkan bahwa proyeksi kebutuhan rumah
diasumsikan bahwa satu rumah dihuni oleh satu keluarga dengan rata-rata keluarga
terdiri dari 5 jiwa.
Bedasarkan hasil proyeksi penduduk dari tahun 2013-2032 dapat diketahui bahwa
jumlah penduduk selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya. Sehingga diasumsikan
seiring dengan pertambahan penduduk bertambah pula jumlah kebutuhan lahan
permukiman. Untuk itu diperlukan analisis proyeksi jumlah rumah hingga tahun 2032
sehingga dapat diperoleh luasan kebutuhan lahan permukiman hingga tahun 2032.
Bedasarkan Pedoman Perencanaan Permukiman Perkotaan, 2004 perhitungan
proyeksi kebutuhan perumahan didasarkan melalui perhitungan sebagai berikut:
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-45
a. Perubahan jumlah penduduk = Jumlah penduduk tahun proyeksi jumlah
penduduk tahun sekarang
b. Kebutuhan unit rumah = Perubahan Jumlah Penduduk/Rasio tingkat hunian
Selain itu perlu juga diketahui jumlah backlog yang terjadi di BWP Kecamatan
Sooko. Berikut ini adalah jumlah backlog yang terjadi di BWP Kecamatan Sooko
bedasarkan data 2012:
Tabel 6.30 Backlog Rumah di BWP Kecamatan Sooko
Jumlah KK
Jumlah Penduduk
Perbandingan KK-Rumah
Jumlah rumah
eksisting
Backlog berdasarkan
Jumlah Penduduk
Backlog berdasarkan jumlah KK
1358 4978 KKRumah 1158 - 1262244 7793 KK>Rumah 749 4048 14951236 4093 KK>Rumah 509 1548 727
979 3534 KKRumah 1372 2717 12874019 14141 KK>Rumah 3552 - 467
914 2964 KK>Rumah 812 - 10214693 51600 KK>Rumah 12484 8313 4204
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Berikut adalah Proyeksi kebutuhan rumah tiap desa di BWP Kecamatan Sooko tahun 2013-2032.
Tabel 6.31 Proyeksi Rumah BWP Kecamatan Sooko Tahun 2013-2032
DesaJumlah Rumah Jumlah Proyeksi Rumah Pertambahan Rumah
2012 2013 2017 2022 2027 2032 2013 2017 2022 2027 2032
Gamekan 15081226 1343 1505 1686 1889 -283 117 162 181 203
Brangkal 11581114 1219 1366 1531 1715 94 106 147 164 184
Kedungmaling 7491920 2103 2356 2640 2957 2666 183 253 284 318
Sambiroto 5091008 1104 1237 1386 1553 1224 96 133 149 167
Jampirogo 2824871 954 1068 1197 1341 -1953 83 115 129 144
Japan 13722359 2584 2895 3244 3634 2274 225 311 349 391
Sooko 35523484 3815 4275 4790 5366 485 332 459 515 577
Wringinrejo 812730 800 896 1004 1125 42 70 96 108 121
Total 12484 12711 13922 15599 17477 19582 4548 1211 1677 1878 2105
Sumber: Hasil Analisis, 2013Keterangan : Tanda (-) : Kelebihan rumah
Berdasarkan tabel 6.31 tentang proyeksi rumah diatas kita dapat lihat bahwa pada
tahun 2013 pertambahan rumah yang dibutuhkan sebanyak 4548 rumah, pada tahun
2017 pertambahan rumah sebanyak 1211, tahun 2022 dibutuhkan rumah sebanyak
1677, pada tahun 2027 sebanyak 1878 dan tahun 2032 dibutuhkan rumah sebanyak
2105 sehingga total keseluruhan jumlah rumah yang dibutuhkan 20 tahun yang akan
datang sebanyak 11419 rumah yang tersebar dalam delapan desa. Untuk tahun 2013
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-46
terdapat kelebihan rumah sebesar 283 rumah/KK atau sebesar 1160 jiwa penduduk di
Desa Gamekan dan sebesar 1953 rumah/KK atau 8007 jiwa penduduk di Desa
Jampirogo. Kondisi ini disebabkan karena kebutuhan rumah di dua desa tersebut
sudah terpenuhi di tahun sebelumnya. Kebutuhan rumah tersebut juga dipengaruhi
oleh bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya. Apabila jumlah penduduk
bertambah maka rumah yang dibutuhkan akan bertambah.
2. Persebaran Sarana di BWP Kecamatan Sooko
Persebaran fasilitas umum di BWP Kecamatan sooko dipengaruhi oleh tingkat
aksesibilitas jaringan jalan dan persebaran permukiman. Berikut adalah jumlah sarana
yang ada di Kecamatan Sooko.
a. Sarana Pendidikan
Berikut ini adalah jumlah eksisting sarana pendidikan di BWP Kecamatan
Sooko beserta intensitas bangunannya.
Tabel 6.32 Jumlah Eksisting Sarana Pendidikan Tahun 2012
Jenis Sarana
Eksisting Sarana
Jumlah (unit)
Luas (m2)
KDB KLB
Playgroup dan TK 17 3302,8 40% - 90% 0,40 1,20
SD 14 97270 40% -70% 0,40 1,20SMP 3 2060,2 85% 0,85SMA 4 7433,1 60% 0,6Perguruan Tinggi 1 675,9 50% 0,5Pendidikan non formal
67 9243,1 60% 1,2
Sumber: Hasil Survey, 2013Seiring dengan adanya peningkatan jumlah penduduk, maka dipastikan
kebutuhan akan sarana pendidikan juga akan bertambah. Berikut adalah
penambahan jumlah kebutuhan dan kapasitas sarana pendidikan di BWP
Kecamatan sooko.
Tabel 6.33 Kebutuhan dan Kapasitas Sarana Pendidikan BWP Kecamatan Sooko Tahun 2013
Jenis Sarana
Jumlah Penduduk
Pendukung (jiwa)
Standar Luas
Lahan
Jumlah Penduduk
Total
Proyeksi Penduduk Menurut
Umur
Eksisting Sarana
Jumlah Yang Dibutuhkan Kapasitas
Pelayanan (%)Jumlah
(unit)Luas (m2)
Jumlah (unit)
Luas (m2)
Playgroup dan TK
1250 500
52.787
1.718 17 3302,8 1 690 494,76%
SD 1600 2000 5.257 14 97270 3 6.570 532,62%
SMP 4800 9000 2.617 3 2060,2 1 4.910 1031,72%
SMA 4800 12500 2.491 4 7433,1 1 6.490 2007,23%
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-47
Perguruan Tinggi
1 675,9
Non Formal
33 6588,8
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Tabel 6.34 Analisis Kebutuhan Sarana Pendidikan BWP Kecamatan Sooko Tahun 2017-2032
Jenis Sarana
Proyeksi Tahun 2017 Proyeksi Tahun 2022
Jumlah Penduduk
Proyeksi Menurut
umurJml. (unit)
Luas (m2)
Jumlah Penduduk
ProyeksiMenurut
umurJml. (unit)
Luas (m2)
Playgroup danTK
87813
1.8812 750
64.775
2.1082 840
SD 5.757 4 7.200 6.450 4 8.060SMP 2.866 1 5.370 3.211 1 6.020SMA 2.728 1 7.100 3.056 1 7.960
Perguruan Tinggi
Pendidikan non formal
Jenis Sarana
Proyeksi Tahun 2027 Proyeksi Tahun 2032
Jumlah Penduduk
Proyeksi Menurut
umurJml. (unit)
Luas (m2)
Jumlah Penduduk
Proyeksi Menurut
umurJml. (unit)
Luas (m2)
Playgroup danTK
72575
2.3622 950
81.313
2.6462 1.060
SD 7.227 5 9.030 8.097 5 10.120
SMP 3.598 1 6.740 4.031 1 7.550
SMA 3.425 1 8.920 3.837 1 9.990
Perguruan Tinggi
Pendidikan non formalSumber: Hasil Analisis, 2013
Secara keseluruhan sarana pendidikan di Kecamatan Sooko terdiri dari play
group dan TK, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),
Sekolah Menengah Atas (SMA), Perguruan Tinggi, dan Pendidikan
Nonformal. Berdasarkan analisis sarana pendidikan dapat diketahui bahwa:
1) Play group dan TK
Berdasarkan data persebaran sarana pendidikan Kecamatan Sooko, play
group dan TK hanya terdapat 17 unit dengan luas sebesar 3302,8 m2. Play
group dan TK pada tahun 2013 dibutuhkan sebanyak 1 unit dengan total
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-48
luas sebesar 690 m2. Sehingga jumlah dan luas yang dibutuhkan telah
memenuhi standar dari jumlah dan kapasitas pelayanannya. Proyeksi
kebutuhan play group dan TK pada tahun 2017 adalah sebanyak 2 unit
dengan luasan sebesar 840 m2. Proyeksi kebutuhan play group dan TK
pada tahun 2022 adalah sebanyak 2 unit dengan luasan sebesar 830 m2.
Proyeksi kebutuhan play group dan TK pada tahun 2027 adalah sebanyak
2 unit dengan luasan sebesar 950 m2. Proyeksi kebutuhan play group dan
TK pada tahun 2032 adalah sebanyak 2 unit dengan luasan sebesar 1.060
m2. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan tidak diperlukan
penambahan jumlah dan luasan play group dan TK. Untuk analisis KDB
dan KLB sarana pendidikan, standar yang digunakan yaitu standar untuk
bangunan umum, dimana untuk KDB standarnya adalah 40%-60%, dan
untuk KLB standarnya adalah 0,5 0,6. Jika dibandingkan dengan kondisi
eksisting yang ada, maka bisa disimpulkan bahwa KDB dan KLB sarana
pendidikan di Kecamatan Sooko sudah memenuhi standar.
2) Sekolah Dasar (SD)
Berdasarkan data persebaran sarana pendidikan Kecamatan Sooko,
Sekolah Dasar (SD) hanya terdapat 14 unit dengan luas sebesar 97270 m2.
Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2013 dibutuhkan sebanyak 4 unit dengan
total luas sebesar 6.843 m2. Sehingga luas yang dibutuhkan telah
memenuhi belum standar dari jumlah dan kapasitas pelayanannya.
Proyeksi kebutuhan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2017 adalah sebanyak
4 unit dengan luasan sebesar 7.196 m2. Proyeksi kebutuhan Sekolah Dasar
(SD) pada tahun 2022 adalah sebanyak 4 unit dengan luasan sebesar 8.062
m2. Proyeksi kebutuhan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2027 adalah
sebanyak 5 unit dengan luasan sebesar 9.034 m2. Proyeksi kebutuhan
Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2032 adalah sebanyak 5 unit dengan
luasan sebesar 10.121 m2. Sarana pendidikan yang berupa Sekolah Dasar
(SD) sudah melayani semua desa yang ada di Kecamatan Sooko.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan tidak diperlukan penambahan
jumlah dan luasan Sekolah Dasar (SD). Aanalisis KDB dan KLB sarana
pendidikan, standar yang digunakan yaitu standar untuk bangunan umum,
DATA DAN ANALISARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033
KECAMATAN SOOKOKABUPATEN MOJOKERTO
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA VI-49
dimana untuk KDB standarnya adalah 40%-60%, dan untuk KLB
standarnya adalah 0,5 0,6. Jika dibandingkan dengan kondisi eksisting
yang ada, maka bisa disimpulkan bahwa KDB dan KLB sarana pendidikan
di Kecamatan Sooko sudah memenuhi standar.
3) Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Berdasarkan data persebaran sarana pendidikan Kecamatan Sooko,
Sekolah Menengah Pertama (SMP) hanya terdapat 3 unit dengan luas
sebesar 2060,2 m2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tahun 2013
dibutuhkan sebanyak 1 unit dengan total luas sebesar 5109,375 m2.
Sehingga luas yang dibutuhkan belum memenuhi standar dari jumlah dan
kapasitas pelayanannya. Proyeksi kebutuhan Sekolah Menengah Pertama
(SMP) pada tahun 2017 adalah sebanyak 1 unit dengan luasan sebesar
5.366 m2. Proyeksi kebutuhan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada
tahun 2022 adalah sebanyak 1 unit dengan luasan sebesar 6.012 m2.
Proyeksi kebutuhan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tahun 2027
adalah sebanyak 1 unit dengan luasan sebesar 6.736 m2. Proyeksi
kebutuhan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tahun 2032 adalah
sebanyak 1 unit dengan luasan sebesar 7.547 m2. Sarana pendidikan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) sudah melayani semua desa yang ada
di Kecamatan Sooko. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan
diperlukan penambahan luasan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
sebesar 5.487 m2. Untuk analisis KDB dan KLB sarana pendidikan,
standar yang digunakan yaitu standar untuk bangunan umum, dimana
untuk KDB standarnya adalah 40%-60%, dan untuk KLB standarnya
adalah 0,5 0,6. Jika dibandingkan dengan kondisi eksisting yang ada,
maka bisa disimpulkan bahwa KDB dan KLB sarana pendidikan di
Kecamatan Sooko sudah memenuhi standar.
4) Sekolah Menengah Atas (SMA)
Berdasarkan data persebaran sarana pendidikan Kecamatan Sooko,
Sekolah Menengah Atas (SMA) hanya terdapat 3 unit dengan luas sebesar
7433,1. Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 2013 dibutuhkan
sebanyak 1 unit dengan total luas sebesar 6755,2 m2. Sehingga luas yan