11
RMK AUDITING II SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF A T AS TRANSAKSI O l eh : N A MA : E N D A H TI TI WI G AT I N I M : F1 314 038 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

RMK Audit 2 Bab 15

Embed Size (px)

DESCRIPTION

auditing

Citation preview

Page 1: RMK Audit 2 Bab 15

7/17/2019 RMK Audit 2 Bab 15

http://slidepdf.com/reader/full/rmk-audit-2-bab-15 1/11

RMK AUDITING II

SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN

PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

Oleh :

NAMA : ENDAH TITI WIGATI

NIM : F1314038

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Page 2: RMK Audit 2 Bab 15

7/17/2019 RMK Audit 2 Bab 15

http://slidepdf.com/reader/full/rmk-audit-2-bab-15 2/11

2015

SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN

SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

Risiko nonsampling (nonsupling risk) adalah risiko bahwa pengjian

audit tidak menemukan pengecualian yang ada dalam sampel. Proseduraudit yang tidakfektif untuk mndeteksi pengecualian uang diragukan

adalah dengan memeriksa sampel dokumen pengiriman dan menentukan

apakah masing masing telah dilampirkan ke faktur penjualan, dan bukan

memeriksa sampel salinan faktur penjualan untuk menentukan apakah

dokumen pengiriman telah dilampirkan. Dalam kasus ini auditor telah

melakukan pengujian dengan arah yang salah karena memulainya dngan

dokumen pengiriman dan bukan salinan fakturpenjualan. Prosedur audit

 yang dirancang dengan cerma, instruksiyang tepat, pengawasan, dan review

merupakan cara untuk mengendalikan risiko nonsampling.Risiko sapling (sampling risk) adalah risiko bahwa auditor mencapai

kesimpulan yang salah karna sampel populasi yang tidak representatif.

Risiko sampling adalah bagian sampling yang melekat akibat pengujian

lebih sedikit dari populasi secara keseluruhan. Jika populasi sebenarnya

memiliki tingkat pengecualian, uditir menerima populasi yang slah karenaa

sampel tidak cukup mewakili populasi.

 Auditor memiliki dua carauntuk mengendalikan risiko sampling:

1. Menyesuaikan ukuran sampel

2. Menggunakan metode pemilihan item sampel yang tepat dari populasi

1. SAMPLING STATISTIK VS SAMPLING NONSTATISTIK DAN

PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK DAN NONPROBABILISTIK

Metode sampling audit dapat dibagi menjadi dua kategori utama :

sampling statistik dan sampling nonstatistik. Kategori tersebut srerupa

karena keduanya melibatkan tiga tahap :

1. Perencanaan sampel

2. Pemilihan sampael dan melakukan pengujian

3. Pengevaluasian hasil

 Tujuan dari perencanaan sampel adalah memastikan bahwa

pengujian audit dilakukan dengan cara yang memberikan risiko sampling

 yang diinginkan dan meminimalkan kemungkinan kesalahan nonsampling.

Pemilihan sampel melibatkan keputusan bagaimana sampel dipilih dari

populasi. Auditor baru dapat melksanakan pengujian audit hanya setelah

item sampel dipilih. Pengevaluasian hasil adalah penarikan kesimpulan

 berdasarkan pengujian audit.

Sampling statistik (statistical sampling) berbeda darisampling

nonstatistik dalam hal bahwa, dengan menerapkan aturan matematika,

auditor dapat mengkuantifikasi (mengukur)risiko sampling dalam

Page 3: RMK Audit 2 Bab 15

7/17/2019 RMK Audit 2 Bab 15

http://slidepdf.com/reader/full/rmk-audit-2-bab-15 3/11

merencanakan sampel (langkah 1) dan dalam mengevaluasi hasil (langkah

3)

  Dalam sampling nonstatistik (nonstatistical sampling) auditir

tidak mengkuantifikasikan sampling.ebaiknya, auditor memilih item sampel

 yang diyakini akan memberikan informasi yang paling bermanfaat,dalamsituasi tertentu, dan mencapai kesimpulan mengenai populasi atas

dasar pertimbangan. Karena alasan tersebut penggunaan sampling

nonstatistik sering kali disebut dengan sampling pertimbangan (jidgemental

sapling)

Baik pemilihan sampel probabilistik maupun nonprabobalistik berada

pada langkah 2. Apabila menggunakan pemilihan sampel probabilistik

(probabiistic sampel selection) auditor memlih cara acak item item sehingga

setiap item populasi memiliki item probabilitas yang sama untuk

dimasukkan dalam sampel. Proses ini memerlukan ketelitian yang sangat

tinggi dan menggunaan salah satu dari beberapa metode yang telah dibahas

secara singkat. Dalam pemilihan sampel nonprobabilistik (nonprobabilistik

sample selection), auditor memilih item sampel dengan menggunakan

pertimbangan yang profsional dan bukan metode probabilistik. Auditir

dapat menggunakan salah satu dari beberapa metode pemilihan sampel

nonprobabilistik.

Standar auditing memungkinkan auditor untuk menggunakan baik metode

sampling statistik maupun nonstatistik. Akan tetapi, jauh lebih lebih

penting bahwa kedua metode itu deterapkan dengan hati-hati. Semua

langkah dalam proses harus diikuti dengan hati-hati. Jika sampling

statistik digunakan, sampel harus bersifat probabilistik dan metode evaluasi

statistik yang tepat harus dingunakan dengan sampel untuk melakukan

perhitungan risiko sampling. Auditor juga dapat melakukan evaluasi

nonstatistik apabila menggunakan pemilihan probabilistik, tetapi jarang

dapat diterima mengevaluasi sampel nonprobabilistik dengan menggunakan

metode statistik

 Ada tiga jenis metode pemilihan sampel yang sering kali dikaitkan

dengan sampling audit nonstatistik . ketiga metode itu bersifatnonprobabilistik. Sementara itu, ada empat jenis metode pemilihan sampel

 yang sering kali dikaitkan dengan sampling audit statistik, yang semuanya

 bersifat probabilistik.

Metode pemilihan sampel nonprobabilistik (pertimbangan) termasuk berikut

ini :

1. Pemilihan sampel terarah

2. Pemilihan sampel blok

3. Pemilihan sampe sembarangan

Metode pemilihan sampel probabilistik termasuk berikut ini :

Page 4: RMK Audit 2 Bab 15

7/17/2019 RMK Audit 2 Bab 15

http://slidepdf.com/reader/full/rmk-audit-2-bab-15 4/11

1. Pemilihan sampelacak sederhana

2. Pemilihan sampel sistematis

3. Pemilihan sampel probabilitas yang proporsional dengan ukuran

4. Pemilihan sampel yang bertahap

B. METODE PEMILIHAN SAMPEL NONPROBABILISTIK

Metode pemilihan sampel nonrobabilistik adalah metode yang tidak

memenuhi persyaratan teknis bagi pemilihan sampel nonprobabilistik.

Karena metode tersebut tidak didasarkan pada probabilitas matematika,

keterwakilan sampel mungkin sulit ditentukan.

Dalam pemilihan sampel terarah (directed sample selection) auditor dengan

sengaja menilih setiap item dalam sampel berdasarkan kriteria

pertimbangannya sendiri ketimbang menggunakan pemilihan acak.

Pendekatan yang umum digunakan termasuk :Pos yang paling mngkin mengandung salah saji. Auditor sering kali mampu

mengidentifikasi pos populasi mana yang mungkin mengandung salah saji.

Pos yang mengandung karakteristik populasi terpilih. Dengan memilih satu

atau lebih pos yang memiliki karakterisitik populasi yang berbeda, auditor

mungkin bisa merancang sampel agar regresentatif.

Cakupan nilai uang yang besar. Auditor kadang kadang dapat

memilih sampel yang meliputi bagian total nilai uang bagian populasi yang

 besar sehingga mengurangi risiko penarikan kesimpulan yang tidak tepat

dengan tidak memeriksa pos pos yang kecil.

Dalam pemilihan sampel blok (block sample selection), auditor memilih pos

pertama dalam satu blok, dan sisanya dipilih secara berurutan. Biasanya

penggunaan sampel blok hanya dapat diterima jika jumlah blok yang

digunakan masuk akal. Jika hanya segelintir blok yang digunakan

probabilitas memperoleh sampel nonpresentatif sangatlah besar, dengan

menggunakan kemungkinan perputaran karyawan, perubahan sistem

akuntansi dan sifat musiman, ari sejumlah jenis.

Pemilihan sampel sembarangan (haphazard sample selection), adalah

pemilihan sampel item atau pos tanpa bias yang disengaja oleh auditor.

Dalam kasus semacam itu, auditor memilih item populasi tnpa memandangukurannya, sumber,atau karakteristik lainnya yang membedakan.

  Kekurangan pemilihan sampel sembarangan yang paling serius

adalah sulitnya menjaga agar tetap tidak bias dalam melakukan pemilihan.

Karena pelatihan auditor dan bias yang tidak disengaja, item populasi

tertentu akan lebih besar kemungkinannya untuk dimasukkan dalam

sempel ketimbang yang lainnya.

C. METODE PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK

Sampel statistik mengharuskan sampel probabilistik mengukur risikosampling. Untuk sampel probabilistik, auditortidakmenggunakan

Page 5: RMK Audit 2 Bab 15

7/17/2019 RMK Audit 2 Bab 15

http://slidepdf.com/reader/full/rmk-audit-2-bab-15 5/11

pertimbangan mengenai item atau po sampel mana yang akan dipilih, keculi

dalam memilih mana dari epat metode pemilihan yang akan digunakan.

Dalam sampel acak (random sample)sederhana, setiap kombinasi dari item

populasi yang mngkin memiliki kesempatan untuk dimasukkan dalam

sampel..auditor menggunakan sampling random atau acak sederhanauntuk populasi sampel apabila tidak ada kebutuhan untuk menekankan

satu atau lebih item populasi.

 Tabel angka acak. Jika auditor memperolehsampel angka acak

sederhana, mereka harus menggunakan metode yang memastikanbahwa

semua item dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih.

 Angka acakadalah serangkaian dari digit yang memiliki probabilitas yang

sama untuk muncul selama jangka panjang dan tidak memiliki pola yang

dapat diidentifikasi. Sebuah tabel angka acak (random number table)

memiliki digit acak dalam bentuk tabel dengan baris dan kolom yang telah

diberikan nomor. Auditor memilih sampel acak dengan pertama membentuk

korespondensi antara nomer dokumen klien yang akan dipilih dan digit

pada tabel angka acak.

 Angka acak yang dihasilkan komputer. Sebagian besar sampel yang

digunakan auditor dihasislkan oleh komputer dengan menggunakan salah

satu dari tiga jenis program : spreadsheet elektronik, generator angka acak,

dan perangkat lunak audit yang tergenarilisasi. Program komputer

menawarkan beberapa keunggulan : penghematan waktu, berkurangnya

kemungkinan kesalahan auditor dalam memilih angka, dan dokumentasi

otomatis. Karena sebagian besar auditir memiliki akses ke komputerdan ke

spreadsheet elektronik atau program generator angka acak, mereka

 biasanya lebih suka menggunakan angka acak yang dihasilkan komputer

ketimbang metode pemilihan probabilistik lainnya.

Dalam pemilihan sampel sistematis (sistematic sample selection), yang

 juga disebut sampling sistematis, auditor menghitung suatu interval dan

kemudian memilih item item yang akan dijadikan sampel berdasarkan

ukuran interval tersebut.interval ditentukan dengan membagi ukuran

populasi dengan ukuran sampel yang diinginkan. Keunggulan dari

pemilihan sistematis adalah lebih mudah digunakan. Dalam sebagian besarpopulasi, sampel sistematis dapat diambil dengan cepat dan pendekatannya

secara otomatis akan menempatkan nomor lain dalam urutan, yang

membuatnya lebih mudah dalam mengembangkan dokumentasi yang

sesuai.

Dalam banyak situasi audit, jauh lebih menguntungkan memilih

sampel yang menekankan item item populasi dengan julah tercatat yang

lebih besar. Ada dua cara untuk memperoleh sampel semacam itu :

1. Mengambil sampel dimana probabilitas pemilihan setiap item

populasi individual bersifat proporsional dengan jumlah tercatatnya. Metodeini disebut sebagai sampling dengan probabilita yang proporsional dengan

Page 6: RMK Audit 2 Bab 15

7/17/2019 RMK Audit 2 Bab 15

http://slidepdf.com/reader/full/rmk-audit-2-bab-15 6/11

ukuran (pps), dan dievaluasi dengan menggunakan sampling nonstatistik

atau sampling statistik unit moneter.

2. Membagi populasi kedalam subpopulasi, biasanya menurut ukuran

dolar, dan mengambil sampel yang lebih besar dari subpopulasi itu dengan

ukuran yang lebih besar. Hal ini disebut sebagai sampling bertahap, dandievaluasi dengan menggunakan sampling nonstatistik ataupun sampling

statistik variabel.

D. SAMPLING UNTUK TINGKAT PENGECUALIAN

 Auditor menggunakan sampling pada pengujia pengendalian dan

pengujian substantifatas transaksi untuk mengestimasi persentase item

item dalam populasi yang memiliki karakteristik atau atribut kepentingan.

Persentase ini disebut sebagai tingkat keterjadian (accurence rate) atau

tingkat pengecualian(exception rate). Sebagai contoh jika auditor menetukan bahwa tingkat pengecualianuntuk ferivikasi internal faktur penjualan

adalah sekitar 3persen, maka rata rata 3dari tiap 100 faktur tidak

diverifikasi secara layak.

  Auditor sangat memperhatikan jenis

pengecualianberikutdalampopulasi data akuntansi:

a.Menyimpan atau deviasi daripengendalian yang diterapkan klien

 b.Salah saji moneter dalam populasi data transaksi

c.Salah saji moneter dalam rincian transaksi saldo akun

Mengetahui tingkat pengecualian sangat bermanfaat bagi dua jenis

pengecualian yang pertama, yang melibatkan transaksi. Karena itu, auditor

menggunakan secara ekspensif sampling audit yang mengukur tingkat

pengecualian ketika melakukanpengujian pengendalian dan pengujian

ekspensif atas transaksi. Perihal jenis pengecualian ketiga, biasanya auditor

harus mengestimasi jumlah total dolar dari pengecualian itu karena mereka

harus memutuskan apakah salah saji yang ada bersifat material. Jika ingin

mengetahui jumlah salah saji, auditor akan menggunakan mode yang

mengukur nilai uang, bukan tingkat pengecualian.

  Tingkat pengecualian dalam suatu sampel akan digunakan untuk

mengestimsi tingkat pengecualian dalam populasi yang merupakan“estimasi terbaik” auditor atas tingkat pengecualian populasi. Istilah

pengecualian (exception) harus dipahami sebagai mengacu pada deviasi dari

prosedur pengendalian klien maupun jumlah yang salah secara moneter,

apakah hal itudisebabkan oleh kesalahan akuntansi yang tidak disengaja

atau penyebab lainnya. Istilah deviasi (deviation) terutama mengacu pada

penyimpangan dari pengendalian yang telahdigariskan.

  Dalam menggunakan sampling audit untuk menentukan tingkat

pengecualian, auditor ingin mengetahui seberapa besar tingkat

pengecualian itu, dan bukan lebar interval keyakinannya. Karena ituauditor berfokus pada batas estimasi interval, yang disebut tingkat

Page 7: RMK Audit 2 Bab 15

7/17/2019 RMK Audit 2 Bab 15

http://slidepdf.com/reader/full/rmk-audit-2-bab-15 7/11

pengecualian atas yang dihitung(computed upper exception rate = CUER)

atau yang diestimasi dalam melakukan pengujian pengendalian dan

pengujian supstantif atas transaksi. Dengan menggunakan angka dari

contoh sebelumnya, auditor dapat menyimpulkan bahwa CUER untuk

dokumen pengiriman yang hilang adalah 4% dengan risikosampling sebesar5% yang berarti auditor menyimpulkan bahwa tingkat pengecualian

populasi tidak lebih besar dari 4% dengan risiko sebesar 5% tingkat

pengecualian itu akan melampaui 4%. Setelah dihitung, auditor dapat

mempertimbangkan CUER dalam konteks tujuan audit khusus. Sebagai

contoh, jika pengujian dilakukan atas dokumen pengiriman yang hilang,

auditor harus menentukan apakah tingkat pengecualian sebesar 4% itu

merupakan risiko pengendalian yang dapat bagi tujuan keterjadian

(occurrence).

 

E. APLIKASI SAMPLING AUDIT NONSTATISTIK

 Auditor menggunakan 14 langkah yang dirancang dengan baik untuk

menerapkan sampling audit pada pengujian pengendalian

danpengujiansubstantif atas transaksi. Langkah langkah tersebut dibagi

menjadi tiga tahap yang telah digambarkan sebelumnya. Auditor harus

mengikuti langkah langkat tersebut dengan cermat untuk memastikan

diterapkannya persyaratan audit maupun sampling dengan benar.

Merencanakan sampel

1. Menyatakan tujuan pengujian audit

2. Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan

3. Mendifinisikan atribut dan kondisi pengecualian

4. Mendefinisikan populasi

5. Mendefinisikan unit sampling

6. Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi

7. Menetapkan risiko yang dapat diterima atas penentuan risiko

penilaian yang terlalu rendah

8. Mengestimasi tingkat pengecualian populasi

9. Menentukan ukuran sampel awal

Memilih sampel dan melaksanakan prosedur audit1. Memilih sampel

2. Melaksanakan proseur audit

Mengevaluasi hasil

1. Menggenaralisasi dari sampel ke populasi

2. Menganalisis pengecualian

3. Memutuskan aksebtabilitas populasi

 Tujuan pengujian harus dinyatakan dalam istilah siklus transaksi yang

sedang diuji. Biasanya, auditor mendefinisikan tujuan pengendalian dan

pengujian substantif atas transaksi sebagai :• Menguji keefektifan operasi pengendalian

Page 8: RMK Audit 2 Bab 15

7/17/2019 RMK Audit 2 Bab 15

http://slidepdf.com/reader/full/rmk-audit-2-bab-15 8/11

• Menentukan apakah transaksi mengandung salah saji moneter

Sampling audit dapat diterapkan setiap kali auditor berencana membuat

suatu kesimpulan mengenai populasi berdasarkan suatu sampel. Auditor

harus memeriksa program audit dan memilih prosedur audit dimana

sampling audit dapat diterapkan:a.Mereview transaksi penjualan untuk melihat jumlah yang besar dan

tidak biasa (prosedur analitis)

 b.Mengamati apakah tugas klerk piutang usaha terpisah dari tugas

menangani kas (pengujian pengendalian)

c.Memeriksa sampel salinan faktur penjualan untuk melihat :

• Persetujuan kredit oleh manajer kredit (pengujian

pengendalian)

• Keberadaan dokumen pengiriman yang dilampirkan

(pengujian pengendalian)• Pencantuman nomor bagan akun(pengujian pengendalian)

d.Memilih sampel dokumen pengiriman dan menelusuri masing masing

ke salinan faktur penjualan terkait (pengujian pengendalian)

e.Membandingkan kuantitas yang tercantum pada setiap salinan faktur

penjualan dengan kuantitas pada dokumen pengiriman yang terkait

(pengujian substantif atas transaksi)

Sampling audit tidak dapat diterapkan bagi dua prosedur pertama dalam

program audit ini. Prosedur yang pertama adalah prosedur analitis dimana

sampling tidak layak diterapkan. Sementara yang kedua adalah prosedur

observasi yang tidak memiliki dokumentasi untuk melaksanakan sampling

audit.

 Jika sampling audit digunakan, auditor harus mendifinisikan dengan

tepat karakteristik (atribut) yang sedang diuji dan kondisi

pengecualian.kecuali mereka telah mendefinisikan dengan tepat setiap

atribut, staf yang melaksanakan prosedur audit tidak akan memiliki

pedoman untuk mengidentifikasi pengecualian. Atribut kepentingan dan

kondisi pengecualian untuk sampling audit diambil langsung dari prosedur

audit yang digunakan auditor.

Populasi dalam item item yang ingin digeneralisasikan oleh auditor. Auditor dapat mendefinisikan populasi untuk memasukkan setiap item

 yang mereka inginkan, tetapi ketika memilih sampel, sampel tersebut harus

dipilih dari sepuluh populasi seperti yang telah didefinisikan. Auditor harus

mendefinisikan dengan cermat terlebih dahulu, sejalan dengan tujuan

pengujian audit.

 Auditor mendefinisikan unit sampling berdasarkan definisi populasi dan

tujuan pengujian audit. Unit sampling adalah unit fisik uang berhubungan

dengan angka acak ang dihasilkan auditor. Jadi sangatlah bermanfaat

memikirkan unit sampling sebagai titik awal untuk melakukan pengujian

Page 9: RMK Audit 2 Bab 15

7/17/2019 RMK Audit 2 Bab 15

http://slidepdf.com/reader/full/rmk-audit-2-bab-15 9/11

audit. Untuk siklus penjualan dan penagihan, unit sampling biasanya

 berupa nomor faktur penjualan atau dokumen pengiriman.

Penerapan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (tolerabel

exeption rate = TER) untuk setiap atribut memerlukan pertimbangan

profesional auditor. TER merupakan tingkat pengecualian tertinggi yangakan di ijinkan auditor dalam pengendalian yang sedang diuji dan masi

 bersedia menyimpulkan bahwa pengendalian telah berjalan efektif (dan atau

tingkat slah saji moneter dalam transaksi masi dpat diteriima).

Untuk sampling audit dalam pengujian pengendalian dan pengujian

substantif atas transaksi risiko tersebut sebagai risiko pengendalian yang

terlalu rendah (acceptable risk of assessing control risk (ARACR) to low )

 ARACR mengukur risiko yang bersedia ditanggung auditor untuk menerima

suatu pengendalian sebagai efektif (atau tingkat slah saji sebagai dapat

ditoleransi) apabila tingkat pengecualian populasi yang sebenarnya lebih

 besardaripada tingkat pegecualian yang dapatditoleransi (TER)

 Auditor harus lebih dulu membuat estimasi tingkat pengecualian

populasi untuk merencanakan ukuran sampel yang sesuai. Jika estimasi

tingkat pengecualian populasi (estemated population exception rate = eper)

rendah, ukuran sampel yang lebih kecil akan memenuhi tingkat

pengecualian yang dapat di toleransi (TER) auditor, karena hanya

diperlukan lebih sedikit estimasi yang tepat.

Penetapan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (tolerable exception

rate = TER) untuk setiap atribut memerlukan pertimbangan proffesional

auditor,TER merupakan tingkat pengecualian tertinggi yang akan diijikan

auditordalam pengendalian yang sedang diuji dan masi bersedia

menyimpulkan bahwa pengendalian telah berjalan dengan

efektif(dan/tingkat salah saji moneter dalam transaksi masi dapat diterima)

Untuksampling audit dalam pengujian pengendalian dan pengujian

substantif atas transaksi, risiko tersebut sebagai risiko yang dapat diterima

atas penilaian risiko pengendalian yang terlalu rendah (acceptable risk of

assessing control risk (ARACR)too low). ARACR mengukur risiko yang

 besedia ditanggung auditor untuk menerima sesuatu pengendalian sebagai

efektif(atau tingkat salah saji sebagai dapat ditoleransi) apabila tingkatpengecualian populasi yang sebenarnya ebih besar dari tingkat

pengecualian yang dapat ditoleransi TER.

 Auditor harus terlebih dahulu membuat estimasi tingkat

pengecualian populasi untuk merencanakan ukuran sampel yang sesuai.

 Jika estimasi tingkat pengecualian populasi (estimated populasion exception

rate =EPER) rendah, ukuran sampel yang relatif kecil akan memenuhi

tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi TER auditor, karena hanya

diperlukan lebih sedikit estimasi yang tepat.

sensifitas ukuran sampel terhadap perubahan faktor. Untuk memahamikonsep yang mendasari sampling dalam audit. Kenaikan setiap faktor

Page 10: RMK Audit 2 Bab 15

7/17/2019 RMK Audit 2 Bab 15

http://slidepdf.com/reader/full/rmk-audit-2-bab-15 10/11

secara independenterhadap ukuran sampel. Dampak sebaliknya akan

terjadi jiks setiap faktor menurun.

Merevisi TER atau ARACR alternatif ini harus diikuti hanya jika

auditor telah menyimpulkan bahwa spesifikasi awal terlalu konservatif.

Mengurangi baik TER maupun ARACR mungkin sulit dipertahankan jikaauditor akan direview olehpengadilan atau komisi. Auditor harus mengubah

persyaratan trsebut hanya setelah persyaratan yang cermat diberikan.

 Memperluas ukuran sampel kenikan ukuran sampel dapat menurunkan

kesalahan sampling jika tingkat pengecualian sampel (SER) aktual tidak

meningkat.SER juga dapat meningkat atau menurun jika item item

tambahan dipilih. Kenaikan ukuran sampel akan diberikan jika auditor

 yakin sampael awal tidak bersifat presentatif, atau jika penting

untukmemperoleh bukti bahwa pengendalian telah beroperasi secara efektif.

Merefisi penilaian risiko pengendalian. Jika hasil pengendalian dan

pengujian substantif atas transaksi tidak mendukung penilaian risiko

pengendalian pengendalian, auditor harus merivisi penilaian risiko

pengendalian keatas. Hal ini meungkin menyebabkan auditor meningkatkan

pengujian substantif atas transaksi dan pengujian atas rincian saldo.

Mengomunikasikan kepada komite audit atau manajemen. Komunikasi

dikombinasikan dengan salah satu atau tiga tindakan lainnya yang baru

saja dijelaskan, memang harus dilakukan tanpa memandang sifat

pengecualian. Jika auditor menentukan menentukan bahwa pengendalian

intrnal tidak beroperasi secara efektif.

F. SAMPLING AUDIT STATISTIK

Metode sampling statistik yang paling sering digunakan untuk pengujian

pengendalian dan engujian substantif atas transaksi adalah sampling

atribut (atribute sampling). Sampling nonstatistik juga memiliki atribut,

 yang merupakan karakteristik yang sedang diuji dalam populasi, tetapi

sampling atribut merupakan metode statistik.

G. DISTRIBUSI SAMPLING

 Auditor mendasarkan pengujian statistiknya pada distribusi sampling.Disribusi sampling adalah distribusi frekuensi hasil semua sampel

 berukuran khusus yang dapat diperoleh dari populasi yang memiliki

 beberapa karakteristik tertentu.distribusi sampling memungkinkan auditor

untuk membuat laporan probabilitas mengenai kemungkinan terwakilnya

stiap sampel dalam distribusi.sampling atribut didasarkan pada distribusi

 binominal, imana setipsampel dalam populasi memiliki satu dari dua nilai

 yang mungkin atau deviasi pengendalian.

H. APLIKASI SAMPLING ATRIBUT

Merencanakan sampel

Page 11: RMK Audit 2 Bab 15

7/17/2019 RMK Audit 2 Bab 15

http://slidepdf.com/reader/full/rmk-audit-2-bab-15 11/11

1. menyatakan tujuan pengujian audit

2. memutuskan apakah sampling aidit dapat diterapkan

3. mendefinisikan atribut dan kondisi pengecualian

4. mendefinisikan populasi

5. menetapkan tingkat pengencualian yang dapat ditoleransi6. menetapakan ARACR yang terlalu rendah

7. mengestimasi tingkat pengecualia populasi

8. menentukan ukuran sampel awal

menggunakan tabel, jika auditor menggunakan tabel untuk menentukan

ukuran sampel awal, mereka akan mengikuti empat langkah berikut :

a.memilih tabel yang berhubungan dengan ARACR

 b.menempatkan TER pada bagian atas tabel

c.menempatkan EPER pada kolom bian kiri

d.membaca kebawah kolom bawah TER yang sesuai hingga berpotongn

dengan baris EPER yang tepat. Angka pada perpotongan tersebut

adalah ukuran sampel awal dampak ukuran populasi

  Memilih sampel dan melaksanakan prosedur audit

• memilih sampel. Satu satunya perbedaan dalam pemilihan sampel

 bagi sampling statistikdan nonstatistik adalah terletak pada

persyaratan bahwa metode probabilistik harus digunakan untuk

sampling statistik. Baik sampling acak sederhana maupun sampling

sistematis akan digunakan pada sampling atribut.

• Melaksanakan prosedur audit, sama untuk sampling atribut maupun

sampling nonstatistik

• Mengevaluasi hasil

• Menggenaralisasi dari sampel ke populasi. Untuk sampling atribut,

auditor menghitung batas kemampuan atas CUER dengan ARACR

tertentu, yang sekali lagi menggunakan program komputer khusus

atau tabel yang dikembangkan dari rimus statistik.

Dalam makalah ini kami menguraikan sampel presentatif dan

membahas perbedaan antara sapling statistik dan nonstatistik serta

pemilihan sampel probabilistik dan nonprobabilistik. Kami juga membahas

langkah dalam sampling untuk tingkat pengecualian yang digunakan padapengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Sampling

atribut nonstatistik dan statistik untuk tingkat pengecualian.