18
2.2. Rinitis akut 2.2.1.Definisi Rinitis akut adalah radang pada mukosa hidung yang berlangsung akut, kurang dari 12 minggu, dapat disebabkan karena infeksi virus, bakteri, ataupun iritan, yang sering ditemukan karena menifestasi dari rinitis simplek (common cold), influenza, penyakit eksantem (seperti morbili, variola, varicela, pertusis), penyakit spesifik, serta sekunder dari iritasi lokal atau trauma. 3,8 2.2.2.Epidemiologi Rinitis akut merupakan penyebab morbiditas yang signifikan. Gejala-gejala rinitis secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup pasien karena gejala- gejala sistemik yang menyertainya seperti fatigue, sakit kepala, dan gangguan kognitif. Ada tiga hal yang dipandang dapat mempengaruhi keadaan klinis dari pasien-pasien dengan rinitis akut. Hal tersebut termasuk usia, jenis kelamin, dan variasi musim terjadinya penyakit tersebut. Togias telah meneliti bahwa 70% pasien yang didiagnosa dengan penyakit hidung nonalergik terdapat pada usia dewasa > 20 tahun. Tetapi belum diketahui penyebab pasti dari hubungan antara usia dengan rinitis alergik. 7

rinitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

rinitis

Citation preview

Page 1: rinitis

2.2. Rinitis akut

2.2.1. Definisi

Rinitis akut adalah radang pada mukosa hidung yang berlangsung

akut, kurang dari 12 minggu, dapat disebabkan karena infeksi virus, bakteri,

ataupun iritan, yang sering ditemukan karena menifestasi dari rinitis simplek

(common cold), influenza, penyakit eksantem (seperti morbili, variola,

varicela, pertusis), penyakit spesifik, serta sekunder dari iritasi lokal atau

trauma.3,8

2.2.2. Epidemiologi

Rinitis akut merupakan penyebab morbiditas yang signifikan. Gejala-

gejala rinitis secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup pasien karena

gejala-gejala sistemik yang menyertainya seperti fatigue, sakit kepala, dan

gangguan kognitif.

Ada tiga hal yang dipandang dapat mempengaruhi keadaan klinis dari

pasien-pasien dengan rinitis akut. Hal tersebut termasuk usia, jenis kelamin,

dan variasi musim terjadinya penyakit tersebut. Togias telah meneliti bahwa

70% pasien yang didiagnosa dengan penyakit hidung nonalergik terdapat

pada usia dewasa > 20 tahun. Tetapi belum diketahui penyebab pasti dari

hubungan antara usia dengan rinitis alergik.7

Jenis kelamin dapat menjadi faktor risiko dari rinitis nonalergik.

Settipane dan Klein mengatakan bahwa 58% dari pasien rinitis nonalergik

adalah wanita. Enberg menemukan 74% pasien rinitis nonalergik adalah

wanita. National rinitis Classification Task Force (NRCTF) menemukan

71% pasien dengan rinitis nonalergik adalah wanita.7

2.2.3. Klasifikasi dan Etiologi

Rinitis akut terdiri atas 3 tipe, yaitu:3,4,8

1. Rinitis Virus

Rinitis virus terbagi 3, yaitu:

a. Rinitis Simplek (Pilek, Selesema, Comman Cold, Coryza)

Page 2: rinitis

Rinitis simplek disebabkan oleh virus. Infeksi biasanya terjadi

melalui droplet di udara. Beberapa jenis virus yang berperan antara

lain, adenovirus, picovirus, dan subgrupnya seperti rhinovirus,

coxsakievirus, dan ECHO. Masa inkubasinya 1-4 hari dan berakhir

dalam 2-3 minggu.

Pada awalnya terasa panas di daerah belakang hidung, lalu

segera diikuti dengan hidung tersumbat, rinore, dan bersin yang

berulang-ulang. Pasien merasa dingin, dan terdapat demam ringan.

Mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Awalnya, secret

hidung (ingus) encer dan sangat banyak. Tetapi bisa jadi mukopurulen

bila terdapat invasi sekunder bakteri, seperti Streptococcus

Haemolyticus, pneumococcus, staphylococcus, Haemophillus

Influenzae, Klebsiella Pneumoniae, dan Mycoplasma Catarrhalis.

b. Rinitis Influenza

Virus influenza A,B atau C berperan dalam penyakit ini. Tanda

dan gejalanya mirip dengan common cold. Komplikasi sehubungan

dengan infeksi bakteri sering terjadi.

c. Rinitis Eksantematous

Morbili, varisela, variola, dan pertusis, sering berhubungan

dengan rinitis, dimana didahului dengan eksantemanya sekita 2-3 hari.

Infeksi sekunder dan komplikasi lebih sering dijumpai dan lebih berat.

2. Rinitis Bakteri/ supuratif

Biasanya riinitis merupakan lanjutan dari rinitis virus sebagai

infeksi sekunder dari dewasa, yang sering disertai sinusitis dan pada anak

sering disertai dengan adenoiditis. Namun pada anak- anak dapat terjadi

riinitis baketrialis primer

Rinitis bakteri dibagi 2, yaitu:

a. Infeksi Non-spesifik

Infeksi non-spesifik dapat terjadi secara primer ataupun sekunder.

1) Rinitis Bakteri Primer

Tampak pada anak dan biasanya akibat dari infeksi

pneumococcus, streptococcus atau staphylococcus. Membrane

Page 3: rinitis

putih keabu-abuan yang lengket dapat terbentuk di rongga hidung,

yang apabila diangkat dapat menyebabkan pendarahan.

2) Rinitis Bakteri Sekunder

Merupakan akibat dari infeksi bakteri pada rinitis viral akut

b. Rinitis Difteri

Penyakit ini disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae.

Rinitis difteri dapat bersifat primer pada hidung atau sekunder pada

tenggorokan dan dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronis. Dugaan

adanya rinitis difteri harus dipikirkan pada penderita dengan riwayat

imunisasi yang tidak lengkap. Penyakit ini semakin jarang ditemukan

karena cakupan program imunisasi yang semakin meningkat.

Gejala rinitis akut ialah demam, toksemia, terdapat limfadenitis,

dan mungkin ada paralisis otot pernafasan. Pada hidung ada ingus

yang bercampur darah. Membrane keabu-abuan tampak menutup

konka inferior dan kavum nasi bagian bawah, membrannya lengket

dan bila diangkat dapat terjadi perdarahan. Ekskoriasi berupa krusta

coklat pada nares anterior dan bibir bagian atas dapat terlihat.

Terapinya meliputi isolasi pasien, penisilin sistemik, dan antitoksin

difteri.

3. Rinitis Iritan

Tipe rinitis akut ini disebabkan oleh paparan debu, asap atau gas

yang bersifat iritatifseperti ammonia, formalin, gas asam dan lain-lain.

Atau bisa juga disebabkan oleh trauma yang mengenai mukosa hidung

selama masa manipulasi intranasal,contohnya pada pengangkatan corpus

alienum. Pada rinitis iritan terdapat reaksi yang terjadi segera yang

disebut dengan “immediate catarrhal reaction” bersamaan dengan

bersin, rinore, dan hidung tersumbat. Gejalanya dapat sembuh cepat

dengan menghilangkan faktor penyebab atau dapat menetap selama

beberapa hari jika epitel hidung telah rusak. Pemulihan akan bergantung

pada kerusakan epitel dan infeksi yang terjadi karenanya.

Page 4: rinitis

2.2.4. Stadium

Berdasarkan stadiumnya dapat dibagi menjadi : 10

a. Stadium prodromal, pada hari pertama:

1) rasa panas dan kering pada cavum nasi.

2) bersin-bersin.

3) hidung tersumbat.

4) sekret encer jernih seperti air.

Pemeriksaan (rhinoskopi anterior/RA) cavum nasi sempit,

terdapat sekret serous dan mukosa udem dan hiperemis.

b. Stadium akut, hari kedua sampai keempat:

1) bersin-bersin berkurang.

2) obstruksi nasi bertambah, akibat obstruksi nasi akut terjadi hiposmia,

gangguan gustateris, rasa makanan tidak enak.

3) sekret kental kuning.

4) badan tak enak.

Pemeriksaan cavum nasi lebih sempit, sekret mukopurulen.

Mukosa lebih udem dan hiperemis.

c. Stadium Penyembuhan (resolusi) hari kelima sampai ketujuh:

Gejala-gejala di atas berkurang (udem dan hiperemis berkurang,

obstruksi berkurang, sekret berkurang). Kadang-kadang rinitis akut

didahului gejala nasofaringitis sehingga timbul gejala panas, batuk, dan

pilek. Tetapi adanya faringitis atau laringitis akut tidak selalu didahului

oleh rinitis akut.

2.2.5. Patofisiologi

Pada stadium permulaan terjadi vasokonstriksi yang akan diikuti

vasodilatasi, udem, dan meningkatnya aktifitas kelenjar seromucinous dan

goblet sel, kemudian terjadi infiltrasi leukosit dan deskuamasi epitel. Sekret

mula-mula encer dan jernih kemudian berubah menjadi kental dan lekat

(mukoid) berwarna kuning mengandung nanah dan bakteri (mukopurulen).

Toksin yang berbentuk terbentuk terserap dalam darah dan limfe,

Page 5: rinitis

menimbulkan gejala-gejala umum. Pada stadium resolusi terjadi proliferasi

sel epitel yang telah rusak dan mukosa menjadi normal kembali.10

2.2.6. Manifestasi klinis

Rinitis akut pada dasarnya memiliki tanda dan gejala yang sulit

dibedakan antara tipe yang satu dengan tipe yang lainnya. Rasa panas,

kering dan gatal di dalam hidung, bersin, hidung tersumbat, dan terdapatnya

ingus yang encer hingga mukopurulen. Mukosa hidung dan konka berubah

warna menjadi hiperemis dan edema. Biasanya diikuti juga dengan gejala

sistemik seperti demam, malaise dan sakit kepala.8

Penyakit ini biasanya dimulai dengan gejala malaise, lesu, sakit

kepala, demam dan pada hidung biasanya disertai rasa panas dan nyeri..

Selanjutnya ditandai dengan hidung yang berair, selanjutnya hidung

tersumbat karena pembengkakan mukosa. Infeksi virus merusak sistem

transportasi mukosiliar, yang menghambat pembersihan sistem sekresi.

Kerusakan mempermudah kolonisasi dari bakteri sehingga cairan berubah

menjadi mukopurulen. Gejala lokal dan sistemik biasanya mereda dalam

waktu sekitar seminggu.11

.Pada rinitis influenza, gejala sistemik umumnya lebih berat disertai

sakit pada otot. Pada rinitis eksantematous, gejala terjadi sebelum tanda

karekteristik atau ruam muncul. Ingus yang sangat banyak dan bersin dapat

dijumpai pada rinitis iritan.8

2.2.7. Diagnosis

Rinitis akut umumnya didiagnosis dari gambaran klinisnya. Walaupun

pada dasarnya memiliki tanda dan gejala yang hampir sama, tetapi terdapat

juga beberapa karekteristik yang khas membedakannya. Pada rinitis bakteri

difteri, diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan kuman dari sekret

hidung.8

Page 6: rinitis

Table 1.1 Alur penegakan diagnosis rinitis

2.2.8. Penatalaksanaan

Rinitis akut merupakan penyakit yang bisa sembuh sendiri secara

spontan setelah kurang lebih 12 minggu. Karena itu umumnya terapi yang

diberikan lebih bersifat simptomatik, seperti analgetik, antipiretik, nasal

dekongestan dan antihistamin disertai dengan istirahat yang cukup. Terapi

khusus tidak diperlukan kecuali bila terdapat komplikasi seperti infeksi

sekunder bakteri, maka antibiotik perlu diberikan.3,4,8

Dekongestan oral mengurangi sekret hidung yang banyak, membuat

pasien merasa lebih nyaman, namun tidak menyembuhkan.4 Tetes hidung

efedrin 1 % dapat membantu jika bila hidung tersumbat. Pemberian obat

simtomatik oral sangat efektif dengan diberikan 4 jam sekali, suatu kapsul

yang terdiri dari efedrin sulfat, pentobarbital, dan asam asetil salisilat

Page 7: rinitis

Preparat analgetik-antipiretik dapat meringankan gejala, dimana antipiretik

yang biasanya diberikan adalah asetaminofen.

Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadnya rinitis akut

adalah dengan menjaga tubuh selalu dalam keadaan sehat. Dengan begitu

dapat terbentuknya system imuitas yang optimal yang dapat melindungi

tubuh dari serangan za-zat asing. Istirahat yang cukup, mengkonsumsi

makanan dan minuman yang sehat dan olahraga yang teraturjuga baik untuk

menjaga kebugaran tubuh. Selain itu, mengikuti program imunisasi lengkap

juga dianjurkan, seperti vaksinasi MMR untuk mencegah terjadinya rinitis

eksantematous.8

Pencegahan tergantung kepada kesehatan pribadi dengan lebih sering

mencuci tangan, terutama sebelum menyentuh wajah, memperkecil kontak

dengan orang-orang yang telah terinfeksi, tidak berbagi sapu tangan, alat

makan, atau gelas minum, menutup mulut ketika batuk dan bersin.9

2.2.9. Komplikasi

Rinitis akut biasanya dapat sembuh sendiri (self-limiting) dan

membaik secara spontan setelah 2-3 minggu, tetapi kadang-kadang,

komplikasi seperti sinusitis, faringitis, tonsiitis, bronchitis, pneumonia

dan otitis media dapat terjadi.1

2.2.10. Prognosis

Rinitis akut merupakan “self limiting disease” umumnya sembuh

dalam 7 -10 hari. Tapi dapat lebih lama 3 minggu bila ada faringitis,

laringitis atau komplikasi lain.7

2.3. Rinitis Simpleks

2.3.1. Definisi

Penyakit yang biasanya juga disebut dengan common cold

disebabkan oleh virus, akut dan dapat sembuh sendiri yang ditandai dengan

rhinorrhea dan hidung tersumbat, dan kadang disertai iritasi tenggorokan,demam

dan malaise.12

2.3.2. Etiologi

Page 8: rinitis

Lebih dari 200 virus telah dikaitkan dengan rhinitis simpleks. Yang paling

banyak disebabkan dari enam kelompok virus yaitu rhinoviruses, coronaviruses,

parainfluenza viruses, respiratory syncytial virus, influenza viruses dan

adenoviruses. Rhinovirus dari keluarga Picornaviridae merupakan penyebab

terbanyak dari rhinitis simpleks. Coronavirus mencapai sekitar 10% dari penyebab

infeksi.12

Table 1.2 Penyebab dari rinitis simpleks

2.3.3. Patofisiologi

Sebagian besar informasi mengenai pathogenesis dari rhinitis simplek berasal

dari studi dari eksperimen induksi infeksi rhinovirus. Setelah virus berinokulasi,

virus menyerang host dengan mengikat molekul reseptor adhesi intraseluler

Reseptor dari sel epitel basal (ICAM-1), terutama yang terletak di daerah-ICAM

1- yang kaya akan adenoid tersebut., seluruh virus akan bertranslokasi melintasi

membran sel epitel dan untuk melepaskan RNA virus ke dalam sitoplasma untuk

replikasi. Terjemahan dari seluruh genom ke poliprotein, menghasilkan protein

virus baru. Hal ini akan terjadi jika protein (RNA) dapat teragregasi dan akhirnya

akan dilepaskan ketika sel inang hancur. Infeksi dapat secara menyebar intranasal

dan faring. Khas untuk infeksi rhinovirus adalah terisolasi selyang terkena yang

tersebar dari epitel yang terinfeksi dengan epitel normal. Berbeda dengan lvirus

lainya, virus flu biasa seperti influenza dan adenovirus, pada epitel tidak

menunjukkan perbedaan mencolok kerusakan atau perubahan sitopatik.

Mekanisme dimana rhinovirus menginfeksi sel epitel di saluran napas bagian atas

Page 9: rinitis

yang akan menyebabkan gejala rhinitis akut masih belum sepenuhnya dimengerti

sampai saat ini. Teori yang ada saat ini yaitu virus menghasilkan kerusakan epitel

nasal infeksi virus yang bertanggung jawab untuk gejala. Infeksi rhinovirus dari

epitel membangkitkan sintesis dan pelepasan mediator dan sitokin, yang

menghasilkan kaskade dari inflamasi. Reaksi ini berhubungan dengan gejala

seperti pilek dan juga menyebabkan terjadinya vasodilatasi dan peningkatan

permeabilitas pembuluh darah, infiltrasi seluler, dan pelepasan berbagai mediator

inflamasi yang akan menimbulkan gejala-gejala lain.2

. 2.3.4. Manifestasi Klinis

Penyakit ini diawali dengan gejala seperti malaise (lesu, sakit kepala,

demam) dan rasa tidak nyaman lokal di hidung dan nasofaring seperti terbakar,

dan nyeri. Selanjutnya akan diikuti dengan hidung berair yang awalnya serosa

dan hidung tersumbat karena pembengkakan mukosa. Pada pemeriksaan akan

tampak mukosa hidung memerah dan membengkak. Selain itu virus akan merusak

sistem transportasi mukosiliar, yang menghambat siklus pembersihan normal dari

sekresi di hidung, akibatnya akan terjadi penumpukan cairan yang semakin

banyak akibat inflamasi dan akan menpermudah kolonisasidari bakteri, yang akan

mengubah konsistensi cairan hidung menjadi mukopurulen. Gejala lokal dan

sistemik biasanya akan mereda dalam waktu sekitar seminggu.3,11

. 2.3.5. Diagnosis

Rinitis akut umumnya didiagnosis dari gambaran klinisnya. Walaupun pada

dasarnya memiliki tanda dan gejala yang hampir sama, tetapi terdapat juga

beberapa karekteristik yang khas membedakannya.8

. 2.3.6. Tatalaksana

Rinitis simpleks merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri secara

spontan. Karena itu umumnya terapi yang diberikan lebih bersifat simptomatik,

Page 10: rinitis

seperti analgetik, antipiretik, nasal dekongestan dan antihistamin disertai dengan

istirehat yang cukup. Terapi khusus tidak diperlukan kecuali bila terdapat

komplikasi seperti infeksi sekunder bakteri, maka antibiotik perlu diberikan.13

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: rinitis

1. Soetjipto D., Wardani RS. Hidung. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga

Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Keenam. Jakarta: FK UI, 2010. hal

: 118-122.

2. Ballenger JJ. Anatomy and Physiology of the Nose and Paranasal Sinuses

Dalam : Ballenger’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. Edisi ke-

16. Iilinois: BC Decker, 2003 hal : 547-549.

3. Dhingra PL. Disease of Ear Nose and Throat. Edisis ke- 4.New Delhi:

Elsevier, 2007 hal : 129-135; 145-148.

4. Heilger PA, 1997. Hidung : Anatomi dan Fisiologi Terapan. Dalam : Boies

Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke-6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

EGC, hal : 173-188; 206-208.

5. Sobol SE. 2007. Sinusitis Acute Medical Treatment.. [Diakses tanggal 20 April

2012,   http://www.emedicine.com/ent/topic337.htm ]

6. Nizar NW. 2000. Anatomik Endoskopik Hidung Sinus Paranasal dan

Patofiologi Sinusitis. Dalam : Kumpulan Naskah Lengkap Kursus, Pelatihan

dan Demo BSEF, Makassar, 1-11.

7. Settipane R.A, Lieberman P. Update on Non-Allergic Rhinitis. Brown

University School of Medicine. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2015,

http://nypollencount.com/Articles/Non-Allergic%20Rhinitis.pdf

8. Soepardi E.A. Iskandar N.I. Bashiruddin J. dkk. Infeksi hidung. Dalam Buku

Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher. Edisi 6.

Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Hal: 140-2.

9. The Free Dictionary. Rhinitis. Gale Encyclopedia of Medicine. Last update :

2008 [Diakses tanggal 20 April 2012,  http://medical-

dictionary.thefreedictionary.com/rhinitis]

10. Rolla LT. Acute rhinitis. The eclectic practice of medicine. Henriette’s Herbal.

2009. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2015,

http://www.swsbm.com/EclecticMed/Eclectic%20Medicine_Part_2.pdf

11. Probst, R. dkk. Basic Othorhinolaryngology. Thieme. New York. 2006. Hal 49

12. Boone J.B. Etiology of Infectious Diseases of the Upper Respiratory

TractDalam : Ballenger’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. Edisi

ke-16. Iilinois: BC Decker, 2003 hal : 633-635.

Page 12: rinitis

13. Newlands, Shawn D. Bailey, Biron J. et al.. Textbook of Head and Neck

Surgery-Otolaryngology. 3rd edition. Volume 1.. Philadelphia: Lippincot:

Williams & Wilkins, 2000, 273-279