Upload
merlin
View
144
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
-
Citation preview
Bioteknologi Pertanian
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup
(bakteri, fungi, viru s , dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol)
dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Bioteknologi secara umum
berarti meningkatkan kualitas suatu organisme melalui aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi
tersebut dapat memodifikasi fungsi biologis suatu organisme dengan menambahkan gen dari
organisme lain atau merekayasa gen pada organisme tersebut. Selain itu bioteknologi juga
memanfaatkan sel tumbuhan atau sel hewan yang dibiakkan sebagai bahan dasar sebagai
proses industri.
Prinsip-prisip bioteknologi telah digunakan untuk membuat dan memodifikasi
tanaman, hewan, dan produk makanan. Bioteknologi yang menggunakan teknologi yang
masih sederhana ini disebut bioteknologi konvensional atau tradisional. Penerapan
bioteknologi konvensional ini sering diterapkan dalam pembuatan produk-produk makanan.
Seiring dengan perkembangan dan penemuan dibidang molekuler maka teknologi yang
digunakan dalam bioteknologi pada saat ini semakin canggih.bioteknologi yang
menggunakan teknologi canggih ini disebut bioteknologi modern.
Contoh Pengaplikasian Bioteknologi Pertanian
1. Bioteknologi Fungi Biokontrol Dan Pengembagannya Untuk Aplikasi Dalam
Bidang Pertanian, Industri Ramah Lingkungan Dan Kesehatan
Untuk meminimalkan pemakaian pestisida kimiawi sintetik yang sering berdampak
buruk bagi lingkungan dan kesehatan, sejak beberapa tahun telah dikembangkan fungi
biokontrol untuk perlindungan tanaman dari hama dan penyakit. Fungi biokontrol adalah
fungi, atau yang lebih umum dikenal sebagai jamur benang, yang dapat menghambat secara
biologis pertumbuhan patogen tanaman, parasit atau insekta. Mekanisme perlindungan
tanaman oleh fungi biokontrol ini meliputi beberapa aspek biokimiawi di antaranya produksi
dan pelepasan ke lingkungan enzim hidrolitik, metabolit sekunder yang bersifat anti-bakteri,
anti-nematoda maupun anti-fungi lain, serta senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan
tanaman, ataupun merangsang tanaman menghasilkan senyawa pertahanan diri. Kemampuan
memproduksi dan melepaskan ke lingkungan pertumbuhannya berbagai senyawa ini dapat
dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan lain dari perlindungan tanaman. Enzim hidrolitik dapat
digunakan untuk berbagai proses industri penting, seperti dalam proses penyiapan bahan baku
untuk bioetanol, penyamakan kulit, biopulping, biobleaching, industri makanan, dan industri
obat terapeutik. Metabolit sekunder yang dihasilkan oleh fungi biokontrol yang bersifat anti-
bakteri, anti-nematoda ataupun anti-fungi dapat dikembangkan sebagai antibiotik baru atau
untuk aplikasi perlindungan penyimpanan bahan hasil pertanian. Salah satu jenis metabolit
sekunder yang dihasilkan fungi biokontrol dan kini mendapat banyak perhatian adalah
peptaibol. Penelitian peptaibol mengindikasikan, peptaibol tidak saja berpotensi
dikembangkan sebagai antibiotik, tetapi beberapa peptaibol ditengarai dapat menghambat
progresivitas penyakit Alzheimer. Dikarenakan kemampuan biokimiawinya, beberapa fungi
biokontrol memiliki kemampuan biotransformasi, sehingga berpotensi untuk digunakan
dalam berbagai proses untuk produksi senyawa baru yang memiliki bioaktivitas tertentu.
Beberapa fungi biokontrol yang telah dikembangkan antara lain adalah Paecilomyces
lilacinus, Pochonia chlamydosporia, Hirsutella rhossiliensis, H. minnesotensis (anti-
nematoda) (Johnson et al., 2009) , Lecanicillium lecanii, Beauveria bassiana, Isaria
takamizusanensis, Nomuraea anemonoides, Metharhizium anisoliae (anti-serangga patogen)
(Sun dan Liu, 2006, Johnson et al., 2009, Sosa-Gomez et al., 2009, Scholte et al., 2005);
Chaetomium sp (Tomilova dan Shternshis, 2006); Epicoccum nigrum sp (Larena et al.,
2004)., Gliocladium sp. , Trichoderma viride (anti plant pathogenic fungi), dan Trichoderma
harzianum (mycoparasitic dan anti nematodes) (Harman dan Kubicek, 1998, Harman, 2006).
Mekanisme Perlindungan Tanaman Oleh Fungi Biokontrol
Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. merupakan jamur (fungi) filament (benang)
dengan anggota spesies yang banyak digunakan dalam perlindungan tanaman alami sebagai
fungi biokontrol. Sebagian besar dilaporkan sebagai pelindung tanaman terhadap penyakit
tanaman yang disebabkan oleh jamur patogen (Harman, 2006), tetapi ada juga yang telah
dilaporkan dapat melindungi tanaman terhadap nematoda (cacing kecil) (Sharon et al.,2009),
bakteri (Watanabe et al., 2005) dan virus (Hanson dan Howell, 2004).
Sebagai contoh, berbagai galur dari spesies-spesies tertentu Trichoderma sp. dan
Gliocladium sp. dapat melindungi tanaman kapas, tembakau dan timun terhadap Rhisoctonia
solani (Hanson dan Howell, 2004, Lu et al., 2004), strawberi terhadap Botrytis cinerea (Sanz
et al., 2005), jagung terhadap Pythium ultimum dan Colletotrichum graminicola (Harman et
al., 2004a, Harman et al., 2004b, Harman, 2006), kelapa sawit terhadap Ganoderma
boninense (Susanto et al., 2005), padi terhadap bakteri Burkholderia glumae, Burkholderia
plantarii, dan Acidovorax spp. (Watanabe et al., 2005), pisang terhadap Fusarium sp.
(Nugroho et al.,2002), bayam dan kangkung terhadap Albugo candida dan Albugo ipmoeae-
panduratae (Marlina et al., 2006, Marlina, 2007, Ifriadi, 2005).
Gambar 1. Contoh mikoparasitisme oleh fungi biokontrol T. asperellum T.N.C59 (fungi
koloni atas dan terbesar, dengan spora hijau) terhadap fungi patogen tanaman pisang
Fusarium sp. (fungi koloni bawah putih, yang makin mengecil, dan spora T. asperellum yang
hijau mulai invasi ke koloni Fusarium).
2. Aplikasi Bioteknologi Untuk Pengembangan Tanaman Resisten Terhadap Hama
Dan Penyakit.
Secara alamiah, tanaman memiliki ketahanan terhadap hama maupun penyakit
tertentu. Tanaman dapat dikatakan resisten dengan beberapa kondisi sebagai berikut.
(a). memiliki sifat-sifat yang memungkinkan tanaman itu menghindar, atau pulih
kembali dari serangan hama ada keadaan yang akan mengakibatkan kerusakan pada
varietas lain yang tidak tahan.
(b). memiliki sifat-sifat genetik yang dapat mengurangi tingkat kerusakan yang
disebabkan oleh serangan hama
(c). memiliki sekumpulan sifat yang dapat diwariskan, yang dapat mengurangi
kemungkinan hama untuk menggunakan tanaman tersebut sebagai inang
(d). mampu menghasilkan produk yang lebih banyak dan lebih baik dibandingkan
dengan varietas lain pada tingkat populasi hama yang sama
Perakitan Tanaman Resisten
langkah pertama adalah mengkarakteristik gen yang mengatur sistem ketahanan tanaman
tersebut dengan langkah-langkah sebagai berikut
[1]. Isolasi DNA
Tanaman hasil eksplorasi yang telah diseleksi memiliki ketahanan terhadap hama dan
tanaman yang memiliki ketahan terhadap penyakit. Misalnya varietas tanaman kentang yang
tahan terhadap hama lalat dan tanaman kentang yang tahan terhadap penyakit bakteri.
lakukan isolasi DNA nya untuk mengetahui struktur gen ketahanan dengan tahapan
sebagai berikut.
[a].Pemotongan organ tanaman
Varietas tanaman terpilih yang memiliki ketahanan terhadap hama dan varietas tanaman yang
memiliki ketahanan terhadap penyakit secara terpisah kita ambil organ tanamannya [daun
atau batang] kemudian potong-potong untuk memudahkan pengrusakan diding dan membran
selnya.
[b]. perusakan dinding dan membrane sel
Organ tanaman yang telahdipotong di hancurkan dalam lumping untuk merusak dinding
selnya.
[c].Inactivasi dengan enzim DNA-se
Untuk memastikan sel DNA tidak rusak, pada cairan hasil pengrusakan tanaman diberikan
enzim DNA-se sehingga diperoleh DNA yang utuh dan bisa dikarakterisasi.
[d].Purifikasi DNA
Untuk memurnikan DNA yang akan kita gunakan, cairan DNA beserta bahan tambahan
lainnya disentrifus sehingga DNA dengan berat molekul yang lebih tinggi akan terpisah
dengan cairan lainnya.
[e].Sekuensing DNA
Menggunakan sel agarose, DNA yang sudah terpurifikasi dielektrophoresis. kemudian dibaca
pada sinar UV. Bandwith yang muncul diterjemahkan sekuensing DNA-nya menggunakan
program blast sehingga tersusun rangkaian basa ACGT-nya.
[2]. Kloning DNA
Cloning DNA pada dasarnya untuk mengisolasi dan menggandakan DNA. Tahapan cloning
DNA adalah pemotongan DNA menggunakan enzim restriksi, penyambungan potongan-
potongan [fragmen DNA], transformasi rekombinan DNA, dan seleksi klon DNA yang
mengandung gen ketahanan yang dikehendaki.
[a]. Pemotongan DNA
DNA murni yang telah disekuensing dan diduga memiliki gen ketahanan, gen ketahanan
yang merupakan rangkaian basa tertentu di potong menggunakan enzim restriksi sehingga
diperoleh fragment DNA Untuk disisipkan pada sel DNA vector.
[b]. Penyisipan fragment DNA dan Penyambungan
Gen murni dari sel DNA yang memiliki sifat ketahanan tadi disisipkan pada sel DNA vector
kemudian disambung lagi dengan menambahkan enzim ligase. Sel DNA vector yang telah
disisipkan gen [fragment DNA] ini dinamakan dengan molekul DNA rekombinan.
[c]. Transformasi DNA rekombinan
Molekul DNA rekombinan yang telah siap ditransformasi pada bakteri E. colli untuk proses
penggandaan. Masing-masing sel E coli yang mengandung DNA rekombinan akan terus
membelah diri, sehingga masing-masing molekul rekombinan diperbanyak. Disamping itu,
molekul plasmid vektor yang ada dalam sel juga bereplikasi, sehingga dalam satu sel terdapat
perbanyakan kopi melekul DNA rekombinan
[d]. Seleksi klon DNA
Kegiatan ini ditujukan untuk mendapatkan DNA rekombinan yang benar-benar mengandung
fragmen DNA sisipan [gen ketahanan] yang diinginkan diantara banyak populasi DNA
rekombinan yang ada. Kegiatan seleksi ini dapat dilakukan dengan identifikasi melalui
penanda antibiotic, warna koloni berdasarkan penanda vector, dan marka molekuler terhadap
adanya gen target menggunakan hibridisasi protein-protein DNA dan amplifikasi gen target
menggunakan prosedur PCR.
langkah kedua,adalah menganalisis gen yang dicurigai menjadi pembawa sifat ketahanan
tanaman tersebut melalui uji inplanta. Gen diinokulasikan pada tanaman yang peka terhadap
hama dan penyakit tertentu apakah benar memberikan respon pada tanaman. Pada proses
langkah kedua ini adalah tahapan bagaimana mentransformasikan gen ketahanan terpilih
kepada tanaman yang kita kehendaki. Beberapa tahapan pada langkah kedua ini adalah
sebagai berikut.
[1]. Transformasi Gen
Molekul DNA yang telah diseleksi dan telah diidentifikasi positif telah mengandung gen
ketahanan yang kita sisipkan [fragmen DNA tertentu] ditransformasi ke sel tanaman yang
dikembangkan secara kultur jaringan. Transformasi gen ini dapat dilakukan dengan beberapa
metode. Metode langsung melalui kontruksi sel bakteri agrobacterium [penambahan molekul
rekombinan pada sel bakteri] kemudian diinokulasikan pada tanaman] dan melalui metode
langsung seperti biolistic particle gun, divortex dengan silicon carbide (karbid silikon) dan
perlakuan pada protoplas tanaman dengan elektroporasi atau dengan polyethylene glycol
(PEG) dan lainnya.
[2]. Uji Ekspresi Gen oleh Tanaman
Untuk menilai keberhasilan transformasi gen ke tanaman, maka tanaman diuji apakah gen
yang telah ditransformasikan diekspresikan oleh tanaman. Untuk mengidentifikasi ekspresi
gen ini dapat digunakan uji DAS ELISA atau PCR terhadap gen target yang di
transformasikan. Jika telah positif gen tersebut terekspresi [ada] pada sel tanaman [jaringan
tanaman], maka transformasi dinyatakan berhasil, akan tetapi jika tidak maka kembali
dilakukan transformasi. Dari beberapa kali proses transpormasi memungkinkan gen tersebut
tidak dapat terekspresi oleh tanaman. kegiatan ini merupakan langkah postulat Koch. Gen
yang kita transformasikan harus berada di sel tanaman dan dapat kita ambil lagi untuk
dicocokan apakah gen tersebut benar-benar sama dengan gen yang kita transformasikan atau
mengalami perubahan setelah masuk dalam sel tanaman. tanaman uang telah berhasil
ditransformasi dengan gen tadi dinamakan sebagai tanaman transgenic.
langkah ketiga adalah menganalisis dampak terhadap morfologis dan fisiologis tanaman
serta mengujicoba tanaman tersebut baik dalam lingkungan terkontrol [di rumah kaca]
ataupun dalam lingkungan alami [di lapangan].
[1]. Analisis dampak morfologis dan fisiologis pada tanaman transgenic.
Pada tanaman transgenic diamati pertumbuhan morfologis seperti bentuk daun, batang, akar,
bunga dan buah apakah terdapat perubahan dibanding tanaman yang bukan transgenic.
Perubahan-perubahan yang bernilai negative dijadikan referensi dampaknya terhadap aspek
fisiologis seperti umur tanaman, produktivitas, daya responsifnya terhadap pemupukan dan
lain-lain. Apabila faktor negative lebih dominan dibanding faktor positif maka perlu
pencarian gen-gen baru untuk perakitan tanaman trangenik ini, akan tetapi bila faktor
dominan merupakan hal yang positif maka tanaman ini bisa dikembangkan lebih lanjut untuk
diuji. Aspek terpenting dalam analisis ini tentunya lebih banyak kearah produktivitas dan
umur tanaman hingga panen. Aspek morfologis masih bisa ditolelir apabila tanaman tersebut
mampu menghasilkan produksi yang tinggi dan umur panen yang cepat.
[2]. Uji coba resistensi tanaman
Setelah transformasi gen pada tanaman tidak memberikan banyak dampak negative dan justru
memberikan efek positif yang lebih baik, maka tanaman tersebut diuji baik dalam lingkungan
terkontrol [rumah kaca] maupun lingkungan alami [di lapangan]. Kondisi resistensi yang
telah ditujukan terhadap OPT tertentu kita coba uji baik melalui uji non preferensi, uji
toleransi, maupun uji antibiosis.
[a]. Uji non preferensi
Uji non preferensi ini ditujukan untuk melihat tingkat kesukaan OPT sasaran terhadap
tanaman yang telah ditransformasi untuk mengendalikan/mengurangi serangan OPT tersebut.
Uji ini dapat dilakukan dengan menempatkan dua tanaman yang berbeda [1 transgenik dan 1
tipe biasa] kemudian menginokulasikan OPT pada tanaman tersebut. Tanaman yang dipilih
oleh OPT tersebut merupakan tanaman yang disukainya. Apabila tanaman transgenic menjadi
tidak disukai oleh hama tersebut maka dapat dikatakan bahwa tanaman resisten tahap I.
[b]. Uji toleransi
Uji toleransi merupakan bentuk analisis terhadap tingkat kemampuan tanaman dalam
menetralisir/ melokalisir atau mengakomodir terhadap serangan OPT. Dalam arti, pada
kondisi tanaman terserang oleh OPT masih mampu menghasilkan produksi yang maksimal
dan pertumbuhan yang baik. Semakin baik tingkat toleransinya terhadap dinamika populasi
hama sasaran maka tanaman tersebut dapat dikatakan sebagai tanaman resisten tahap II.
[c]. Uji antibiosis
Uji ini memberikan gambaran bahwa tanaman memiliki kemampuan untuk melemahkan,
memperlambat aktifitas, bahkan membunuh OPT yang menyerang tanaman tersebut. Dalam
arti tanaman mampu meracuni OPT yang memanfaatkannya, dengan ekspresi gen yang kita
tambahkan ketanaman apakah mampu menyebabkan tanaman memiliki sistem perlawanan
terhadap OPT. apabila tanaman ini sudah menunjukkan kemampuannya melawan terhadap
PT sasaran dengan gen yang kita transformasikan maka dapat dikatakan sebagai tanaman
resisten III.Tentunya dengan transformasi gen akan menimbulkan dampak resisten dari tiga
jenis resisten tersebut baik terjadi secara bersamaan maupun terpisah. Dengan kombinasi
antara gen ketahanan terhadap OPT patogen dan OPT hama akan memungkinkan tanaman
memiliki ketahanan [resistensi] ganda baik bersifat resisten I, II, atau III.Uji coba resistensi
tanaman di lingkungan alami mutlak dilakukan dan di multi lokasi sebagai gambaran faktor
pembatas terhadap keberhasilan resistensi tanaman yang kita kembangkan. Hal ini berkaitan
erat dengan kondisi lingkungan yang sudah kita pahami mempengaruhi seluruh aspek OPT.
Apabila tanaman sudah menunjukan resistensinya terhadap OPT sasaran baik secara non
preferrensi, toleransi, maupun antibiosis maka langkah keempat adalah menganalisis produk
yang dihasilkan bagaimana nilai gizi keamanannya produk tersebut bagi manusia sebagai
pengkonsumsi utama.
Suksesi Perakitan Tanaman Resisten
Perakitan tanaman resisten terhadap hama dan penyakit telah banyak dilakukan terutama di
Negara-negara maju. Komoditas yang tengah banyak dikembangkan menjadi tanaman
transgenic sudah banyak mulai dari padi, jagung, kubis, kapas, kedelai, dan sebagainya.Pada
tahun 1995, tanaman transgenik pertama mulai tersedia bagi petani di Amerika Serikat, yaitu
jagung hibrida yang mengandung gen cry IA(b), Maximizer, yang dibuat oleh
Novartis;tanaman kapas yang mengandung gen cry IA(c), Bollgard, dan kentang yang
mengandung gen cry 3A, Newleaf, yang dibuat oleh Monsanto. Tanaman Azuki bean
transgenik melalui transformasi gen α-amylase inhibitor yang diperoleh dari common bean,
telah menunjukkan ketahanan terhadap hama kumbang Bruchus (Ishimoto et al., 1996).
Schroeder et al. (1995) dan Shade et al. (1994) juga berhasil mentransformasikan gen α-
amylase inhibitor dari common bean ketanaman kacang pea (Pisum sativum L.)
danmenunjukkan ketahanan terhadap kumbang Bruchus (Bruchus pisorum). snowdrop lectin
dari Galanthus nivalis agglutinin (GNA) menunjukkan hasil paling beracun terhadap
serangga hama, dengan menurunkan tingkat hidup wereng coklat sampai 50% pada
konsentrasi 0.6 µm (Gatehouse, 1998).Rao, et al. 1999 berhasil merakit padi transgenik yang
mengandung gen GNA melalui sistem transformasi particle bombardment dari embrio muda
dan elektropora-si dari protoplas. Hasil uji bioasai, padi transgenik tersebut dapat
menurunkan tingkat hidup, keperidian, dan memper-lambat pertumbuhan wereng
coklat.Hingga tahun 1990an, beberapa tanaman telah berhasil ditransformasi menggunakan
gen ketahanan terhadap OPT tertentu baik menggunakan vector bakteri maupun
menggunakan metode DNA uptake dan penembakan mikroproyektil. Bhattacharya et al
[2002] berhasil mentransformasi gen cryIA[b] pada tanaman kubis varietas golden acre
menggunakan vector bakteri agrobacterium tumifaciens strain GV2260 dan tanaman
transgenic tersebut mampu menunjukkan resistensinya terhadap Plutella xylostella dengan
tingkat mortalitas larva antara 51.84 sampai 74.06% dengan tingkat kerusakan daun antara
6% -23%.Nurhasanah, dkk [2005] berhasil mendapatkan 4 kultur tanaman kentang transgenic
yang ditransformasi gen hordothionin dengan agrobacterium tumifaciens strain LBA 4404
dan telah dibuktikan gen tersebut terekspresi melalui analisis PCR. Hasil pengujian
toksisitasnya secara invitro terhadap Ralstonia solanacearum, menghasilkan 2 tanaman
transgenik yang toleran, 1 yang moderat toleran dan 1 yang rentan.Pardal, dkk [2005]
berhasil melakukan transformasi gen pinII pada tanaman kedelai menggunakan teknik
Penembakan Partikel pada varietas Wilis, sehingga diperoleh satu tanaman tansforman WP2
yang mengandunggen pinII yakni Gen pengkode senyawa anti nutrisi yang dapat
menghambat kerja enzim proteolitik (proteinase) di dalam perut serangga namun belum
diujicobakan terhadap hama sasaran. Djonovic et al [2006] yang mentransformasikan protein
sm1 yang berasal dari trichoderma ressei mampu menginduksi ketahanan tanaman secara
istemik terhadap patogen daun Colletotrichum sp. Dengan area penekanan gejala sebesar
(1.35 cm2)
3. Produk –Produk Pertanian Hasil Bioteknologi Pertanian
1) Padi Golden Rice
Padi merupakan tanaman pangan utama dunia. Dengan demikian padi menjadi
prioritas utama dalam bioteknologi. Selain padi, tanaman pangan yang telah banyak
mendapat sentuhan bioteknologi adalah kentang.Penerapan bioteknologi pada
tanaman padi sebenarnya telah lama dilakukan. Salah satu produknya adalah pari jenis
golden rice yang dikenalkan pada tahun 2001. Diharapkan padi jenis ini dapat
membantu jutaan orang yang mengalami kebutaan dan kematian dikarenakan
kekurangan vitamin A dan besi. Vitamin A sangat penting untuk penglihatan, respon
kekebalan,perbaikan sel, pertumbuhan tulang, reproduksi, hingga penting
untukpertumbuhan embrionik.
Nama Golden Rice diberikan karena butiran yang dihasilkan berwarna kuning
menyerupai emas karena mengandung karotenoid. Rekayasa genetika merupakan
metode untuk produksi Golden Rice. Hal ini disebabkan karena tidak ada plasma
nutfah padi yang mampu mensintesis karotenoid.
2) Kentang Russet Burbank
Teknik bioteknologi saat ini telah banyak digunakan dalam produksi kentang. Baik
dalam teknik penyediaan bibit, pemuliaan kentang, hingga rekayasa genetika untuk
meningkatkan sifat-sifat unggul kentang. Dalam hal penyediaan bibit, saat ini teknik
kultur jaringan telah banyak digunakan.Teknik kultur jaringan me-mungkinkan petani
mendapatkan bibit dalam jumlah besar yang identik dengan induknya. Contoh
varietas kentang baru adalah kentang Ruset Burbank yang memiliki kandungan pati
yang tinggi yang dapat menghasilkan kentang goreng dan kripik kentang dengan
kualitasyang lebih baik karena menyerap lebih sedikit minyak ketika digoreng.
3) Tomat FlavrSavr
Teknologi rekayasa genetika juga telah diaplikasikan pada tanaman hortiklutura.
Sebagai contoh yang cukup terkenal adalah tomat FlavrSavr,yaitu jenis tomat yang
buah matangnya tidak lekas rusak/membusuk. Hal ini sangat berbeda dengan tanaman
tomat lain, di mana buah yang matang cepat menjadi rusak. Sifat tomat FlavrSavr ini
sangat berguna dalam pengiriman buah ke tempat yang jauh sebelum tiba di tangan
konsumen.
4) Tembakau Rendah Nikotin
Salah satu dari sekian banyak kerugian merokok adalah gangguan kesehatan karena
kadar nikotin yang tinggi. Pendekatan bioteknologi dilakukan untuk mengatasi
permasalahan ini yaitu dengan merakit tanaman tembakau yang bebas kandungan
nikotin. Pada tahun 2001 jenis tembakau ini diklaim dapat mengurangi resiko
serangan kanker akibat merokok. Selain bebas nikotin,sentuhan bioteknologi lain juga
dilakukan untuk tanaman tembakau misalnya dengan meningkatkan aroma
menggunakan gen aroma dari tanaman lain. Salah satu yang telah berhasil adalah
mengabungkannya dengan aroma buah lemon.
RESUME JURNAL
BIOTEKNOLOGI PERTANIAN
Oleh :
Nama: Merlin Narakarti Khoirus Salam
NIM: 135040201111303
Kelas: N
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG
2014