33
RESPONSI VITILIGO Disusun Oleh: Zefania Yonisa P. G99141008 Pembimbing: Dr. Prasetyadi Mawardi, Sp.KK, FINS DV, FAA DV

Responsi Vitiligo Yonisa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kulit

Citation preview

RESPONSI

VITILIGO

Disusun Oleh:Zefania Yonisa P.G99141008

Pembimbing: Dr. Prasetyadi Mawardi, Sp.KK, FINS DV, FAA DV

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDISURAKARTA2015STATUS RESPONSIILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

Pembimbing: Dr. Prasetyadi Mawardi, Sp.KK, FINS DV, FAA DVNama Mahasiswa: Zefania Yonisa P.NIM: G99141008

VITILIGO

I. SINONIMVitiligo berasal dari kata vituli, vitelius, atau vitium. Di pertengahan abad ke-16, Hieronymous Mercurialis berpendapat bahwa istilah vitiligo berasal dari bahasa Latin vitium atau vitellum yang berarti cacat. Dikenal beberapa istilah untuk vitiligo antara lain shwetakustha, suitra, behak dan beras.1,2

II. DEFINISIVitiligo merupakan kelainan kulit kronis akibat gangguan pigmen melanin, ditandai bercak putih berbatas tegas. Vitiligo dapat meluas, mengenai seluruh bagian tubuh yang mengandung sel melanosit, misalnya: rambut dan mata. Vitiligo merupakan acquired depigmentary disorder yang paling umum dijumpai.2,4Vitiligo adalah gangguan pigmen berupa makula depigmentasi idiopatik didapat akibat hilangnya melanosit pada daerah yang terlibat seperti kulit dan rambut. Perbedaan warna pada daerah-daerah tubuh yang sensitif akan menurunkan kualitas hidup penderita dan mengganggu secara kosmetik.2,4

III. EPIDEMIOLOGIInsidens yang dilaporkan bervariasi antara 0,1 sampai 8,8%. Dapat mengenai semua ras dan kelamin Vitiligo ditemukan pada 0,1-2,9% populasi penduduk dunia, di usia berapapun, tersering pada usia 10-40 tahun, dengan dominasi pada perempuan. Di Amerika, sekitar 2 juta orang menderita vitiligo. Di Eropa Utara dialami 1 dari 200 orang. Di Eropa, sekitar 0,5% populasi menderita vitiligo. Di India, angkanya mencapai 4%. Prevalensi vitiligo di China sekitar 0,19%. Sebagian besar kasus terjadi sporadis, sekitar 10-38% penderita memiliki riwayat keluarga dan pola pewarisannya konsisten dengan trait poligenik.2,5Umumnya vitiligo muncul setelah kelahiran, dapat berkembang di masa anak-anak, onset usia rata-ratanya adalah 20 tahun. Sementara ahli berpendapat vitiligo dijumpai baik pada pria maupun wanita, tidak berbeda signifikan dalam hal tipe kulit atau ras tertentu. Pada 25% kasus, dimulai pada usia 14 tahun; sekitar separuh penderita vitiligo muncul sebelum berusia 20 tahun. 2,6Ada faktor genetik. Pada penderita vitiligo, 5% akan mempunyai anak dengan vitiligo. Riwayat keluarga bervariasi antara 20-40%.Individu yang memiliki keluarga, baik pada orang tua, saudara ataupun anak nya memiliki risiko terjangkitvitiligo.Vitiligo pada kembar identik juga pernah dilaporkan sebelumnya.Selain itu, individu yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit tiroid, diabetes mellitus juga memiliki risiko lebih besar untuk menderita vitiligo.1

IV. ETIOLOGIPenyebab vitiligo belum diketahui, berbagai faktor pencetus sering dilaporkan, misalnya krisis emosi dan trauma fisis. Etiopatogenesis vitiligo multifactorial, misalnya: faktor defek genetik, berbagai jenis stres (stres emosional, stres oksidatif dengan akumulasi radikal bebas), kerusakan melanosit karena mekanisme autoimmunity (kekebalan tubuh), self-destructive, sitotoksik (keracunan tingkat seluler), ketidakseimbangan kalsium, peningkatan ROS (reactive oxygen species), oksidan-antioksidan, autotoksik/metabolik, penyakit autoimun, dan mekanisme biokimiawi yang diperantarai saraf.2Vitiligo tidak hanya memengaruhi kulit, melainkan juga terkait dengan beragam abnormalitas metabolik, termasuk intoleransi glukosa dan abnormalitas lemak, yang memperkuat sifat sistemik vitiligo.Melanosit, terutama yang dijumpai di jaringan adipose, karena mampu mengurangi inflamasi dan kerusakan oksidatif, dapat juga mencegah sindrom metabolik.2

V. PATOGENESISMasih sedikit yang diketahui tentang patogenesis vitiligo. Sampai saat ini terdapat beberapa hipotesis patofisiologi vitiligo yang dianut, yang masing-masing mempunyai kekuatan dan kelemahan yaitu:1,6a) Hipotesis autositoksik Hipotesis ini berdasarkan biokimiawi melanin dan prekursornya. Dikemukakan bahwa terdapat produk antara dari biosintesis melanin yaitu monofenol atau polifenol. Sintesis produk antara yang berlebihan tersebut akan bersifat toksik atau beracum terhadap melanosit. Melanosit normal mempunyai proteksi terhadap proses tersebut, sedangkan pada penderita vitiligo mekanisme proteksi ini labil, sehingga bila ada gangguan, produk antara tersebut akan merusak melanosit dan akibatnya terjadi vitiligo. Hal ini secara klinis dapat terlihat lesi banyak dijumpai pada daerah kulit yang mengandung pigmen lebih banyak (berwarna lebih gelap). Juga hal ini dapat terjadi pada pekerja-pekerja industri karet, plastik dan bahan perekat karena banyak berkontak dengan bahan fenol dan katekol.1,6

2) Hipotesis neurohumoral Hipotesis ini mengatakan bahwa mediator neurokimiawi seperti asetilkolin, epinefrin dan norepinefrin yang dilepaskan oleh ujung-ujung saraf perifer merupakan bahan neurotoksik yang dapat merusak melanosit ataupun menghambat produksi melanin. Bila zat-zat tersebut diproduksi berlebihan, maka sel melanosit di dekatnya akan rusak. Gangguan pelepasan katekolamin dari ujung saraf otonom berperan penting dalam perkembangan vitiligo melalui produksi partikel toksik di microenvironment melanosit area yang terkena; melalui aksi sitotoksik langsung dari katekolamin; atau metabolit (produkmetabolisme)-nya. Peningkatan konsentrasi katekolamin juga menjadi fenomena sekunder karena stres yang berhubungan dengan vitiligo.Secara klinis dapat terlihat pada vitiligo segmental satu atau dua dermatom, dan seringkali timbul pada daerah dengan gangguan saraf seperti pada daerah paraplegia, penderita poli neuritis berat.2, 1

3) Hipotesis imunologik Vitiligo merupakan suatu penyakit autoimun; pada penderita dapat ditemukan autoantibodi terhadap antigen sistem melanogenik, yaitu autoantibodi anti melanosit yang bersifat toksik terhadap melanosit. Dari hasil-hasil penelitian terakhir, tampaknya hipotesis imunologik yang banyak dianut oleh banyak ahli. Hal ini disokong dengan kenyataan bahwa insidens vitiligo meningkat pada penderita penyakit autoimun, yaitu antara lain : penyakit kelenjar tiroid, alopesia areata, anemia pernisiosa, anemia hemolitik autoimun, skleroderma, artritis rheumatoid.1, 6

4) Hipotesis biokimiawiHipotesis biokimiawi menyatakan terjadi peningkatan sintesis hydrobiopterin, suatu kofaktor hidroksilase tirosin yang menghasil- kan peningkatan katekolamin dan reactive oxygen species (ROS) toksik untuk melanosit. Penurunan kadar katalase dan peningkatan konsentrasi H2O2 pada kulit penderita vitiligo memperkuat hipotesis biokimiawi.2, 7

VI. GEJALA KLINISBanyak pasien yang menunjukkan onset vitiligo berdasar lokasi yang sering terkena trauma fisik (Koebner phenomenon) atau stress emosional. Vitiligo merupakan bercak putih pucat, berbatas tegas, umumnya berdiameter 0,5-5 cm. Bercak tersebut dapat meluas dari bercak yang sebelumnyatelah muncul atau terbentuk bercak yang baru.4Lesi vitiligo umumnya mempunyai distribusi yang khas. Lesi terutama terdapat pada daerah terpajan (muka, dada, bagian atas, punggung tangan), daerah intertriginosa (aksila, lipat paha), daerah sekitar orifisium (sekitan mulut, hidung, mata dan anus), pada bagian ekstensor permukaan tulang yang menonjol (jari-jari, lutut, siku), daerah tibia anterior, daerah sekitar puting susu dan umbilikus. Daerah mukosa yang sering terkena terutama genital, bibir dan gusi . Di samping itu dapat pula ditemukan bentuk-bentuk lain dari lesi vitiligo, antara lain:2,3,4a) Trichome vitiligo : vitiligo yang terdiri atas lesi berwarna coklat, coklat muda dan putih.

b) Vitiligo inflamatoar: lesi dengan tepi yang meninggi eritematosa dan gatal. c) Lesi linear

Distribusi vitiligo mengikuti tiga pola, yaitu: fokal, segmental, dan generalisata (nonsegmental). a) Fokal; vitiligo terbatas pada satu atau dua area tubuh. b) Segmental; hilangnya warna hanya pada satu sisi tubuh, bisa juga mengenai minimal satu segmen atau lebih. Bersifat stabil dan unilateral. Distribusinya sesuai dengan satu atau lebih dermatoma tubuh yang berdekatan atausesuai Blaschkos lines. Sering dimulai di masa anak-anak. Onset cepat. Sering terjadi pada wajah. Biasanya tidak disertai penyakit autoimun lainnya. Pada kasus onset dini, sulit dibedakan dengan nevus depigmentosus. c) Generalisata (nonsegmental); terbanyak dijumpai, hilangnya pigmen tersebar dan simetris. Bersifat progresif dan bergejolak (flare-ups). Karakterisasinya adalah bercak putih biasanya simetris, sering bertambah/ meluas seiring berjalannya waktu. Umumnya terjadi di tempat yang sensitif terhadap tekanan-gesekan, dan cenderung mudah trauma, seperti di: jari-jari, persendian (siku, lutut), aksila, pergelangan tangan, pusat, sekitar mata, hidung, telinga, mulut, lipat paha, genitalia, dan anus. Dapat dimulai di masa anak, namun biasanya terjadi kemudian. Kerapkali berhubungan dengan riwayat autoimunitas pada keluarga atau personal. Sering kambuh lagi di tempat sama (insitu) setelah autologous grafting. Terkait erat dengan kehilangan fungsi epidermis secara substansial, dan terkadang juga melanosit folikel rambut. Vitiligo nonsegmental vitiligo disebut juga vitiligo vulgaris/simetris atau tipe akrofacial.

Sebagian literatur menyebutkan tipe klinis vitiligo universal, yaitu: hilangnya pigmen di seluruh area permukaan tubuh. Presentasi klinis paling umum adalah lesi depigmentasi di area yang terpapar sinar matahari.

VII. KLASIFIKASIAdapun klasifikasi klinis vitiligo adalah sebagai berikut:1,2 1) Localized, terbagi tiga: fokal (satu makula atau lebih dengan distribusi sederhana), unilateral (satu makula atau lebih di salah satu bagian tubuh, dengan distribusi dermatomal; ciri khasnya adalah lesi berhenti mendadak di garis tengah tubuh, misalnya satu tungkai), mukosal (keterlibatan mukosa membran).2) Generalized, terbagi tiga: vulgaris (bercak putih tersebar atau berpencar), acrofacialis (bagian putih atau patches terlokalisir atau terbatas pada ekstrimitas distal dan wajah), mixed atau campuran (bentuk vulgaris dan acrofacialis).3) Universalis (lesi sepenuhnya atau hampir di seluruh permukaan kulit).

VIII. PEMERIKSAAN LABORATORIUMUntuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis banding, maka penderita vitiligo sebaiknya menjalani pemeriksaan laboratorium sebagai screening: T4, radioimmunoassay TSH (thyroid stimulating hormone), antinuclear antibody, gula darah puasa, hitung darah lengkap (complete blood count) atas indikasi anemia pernisiosa, dan tes stimulasi ACTH jika curiga penyakit Addison. Pemeriksaan dengan lampu wood, mikroskop elektron, dan biopsi lesi boleh dilakukan bila diperlukan. Sebaiknya semua penderita diperiksa kadar gula darahnya, mengingat lebih rentan/ berisiko menderita diabetes melitus, penyakit tiroid, anemia pernisiosa, dan penyakit Addison.2Pemeriksaan lampu wood diperlukan untuk evaluasi dari makula penderita vitiligo. Pada pemeriksaan histopatologi lesi vitiligo menunjukkan tidak dijumpainya melanosit dan granul melanin di epidermis; pewarnaan perak atau reaksi dopa, memberi hasil negatif. Pada pemeriksaan dengan mikroskop elektron terlihat hilangnya melanosit, sedangkan pada tepi lesi sering dijumpai melanosit yang besar dengan prosesus dendritikus yang panjang. Pada lesi awal atau tepi lesi masih dapat dijumpai beberapa melanosit dan granul melanin.2,3

IX. DIAGNOSISDiagnosis vitiligo didasarkan pada anamnesis dan gambaran klinis. Ditanyakan pada penderita:1a) Awitan penyakitb) Riwayat keluarga tentang timbulnya lesi dan uban yang timbul dini.c) Riwayat penyakit kelainan tiroid, alopesia areata, diabetes mellitus, dan anemia pernisiosa.d) Kemungkinan faktor pencetus, misalnya stres, emosi, terbakar surya, dan pajanan bahan kimiawi.e) Riwayat inflamasi, iritasi, atau ruam sebelum bercak putih.

X. DIAGNOSIS BANDINGDiagnosis banding untuk vitiligo antara lain: depigmentasi diinduksi obat atau topikal, depigmentasi pascainflamasi (misalnya: skleroderma, psoriasis, atopic eczema), depigmentasi pascatrauma, idiopathic guttate hypomelanosis, progressive macular hypomelanosis, lepra, lichen sclerosus (untuk vitiligo genital), leucoderma associated with melanoma, melasma, mycosis fungoides-associated depigmentation, naevus anaemicus, naevus hipopigmentasi, naevus of Ito, piebaldism, pityriasis alba, pityriasis versicolor, tuberous sclerosis.Penyakit/gangguan tersering yang dikira/ mirip vitiligo adalah: tinea (pityriasis) versicolor, piebaldism, dan guttate hypomelanosis.2,3

XI. PENATALAKSANAAN

1) Sinar UltravioletTerapi lain dengan NB-UVB, yaitu: narrowband ultraviolet B (NB-UVB) light (311 +/-2), biasa digunakan untuk localized vitiligo. Ada tiga pilihan NB-UVB: nonfocused NB-UVB, microphototherapy, NB excimer light. Beberapa keuntungan NB-UVB: dapat mencegah efek samping psoralen, mengurangi dosis kumulatif radiasi. Juga dapat digunakan untuk wanita hamil dan anak-anak tanpa efek fototoksik atau atrofi epidermis, dengan sedikit erythema dibandingkan dengan fototerapi lain. Problem yang mungkin timbul adalah timbulnya kemerahan sementara (transient erythema), dengan rare desquamation. Fototerapi NB-UVB direkomendasikan untuk generalized vitiligo. Baru-baru ini, fototerapi NB-UVB telah dikombinasikan dengan suatu antioxidant pool yang mengandung alpha-lipoic acid, vitamin C, vitamin E, dan polyunsaturated fatty acids, atau Polypodium leucotomos, suatu ekstrak tumbuhan yang berefek antioxidative dan immunomodulatory, dengan perbaikan respons yang objektif.2,6Terapi dengan NB-UVB biasanya diberikan 2x/minggu namun tidak dalam 2 hari yang berurutan, satu sesi berlangsung selama 5-10 menit.Selama 6-12 bulan menghasilkan lebih dari 75% repigmentasi pada sekitar 50%-75% anak-anak.Respons terapi tergantung lokasi, luas, dan durasi vitiligo.Perbaikan yang paling cepat pertama adalah wajah, lalu badan diikuti dengan anggota gerak tubuh. Bagian yang paling lama mengalami penyembuhan adalah tangan dan kaki.2,6

2) Terapi TopikalTerapi topikal, seperti kortikosteroid dan inhibitor kalsineurin dimungkinkan masih efektif pada kasus vitiligo nonsegmental ataupun segmental yang lokalisata. Kombinasi antara topical dan sinar ultraviolet sering direkomendasikan bila tidak ada respon yang signifikan setelah 3 bulan pengobatan fototerapi saja.2, 9, 12Obat golongan kortikosteroid, seperti: triamcinolone, hydrocortisone, atau prednisone, dipakai untuk menghentikan penyebaran vitiligo dan menyempurnakan pembentukan kembali pigmen kulit. Jika merupakan reaksi autoimun, maka dapat diberi kortikosteroid fluorinasi kuat.2, 9, 12Inhibitor calcineurin topikal umumnya lebih disukai untuk lesi wajah dan leher karena tidak menyebabkan atrofi kulit dan dapat meningkatkan repigmentasi tanpa penekanan respon/sistem kekebalan alamiah tubuh.Penghambat calcineurin, seperti tacrolimus dan pimecrolimus, merupakan agen antiinflammasi nonsteroidal.FK506 (tacrolimus) dikombinasikan dengan endothelin (ET-3) terbukti efektif menstimulasi diferensiasi sel-sel neural crest yang mengindikasikan manajemen yang lebih baik.Krim pimecrolimus 1% menghasilkan repigmentasi hampir semua lesi pada kelopak mata dan genital.2Proses repigmentasi pada vitiligo dipostulasikan sebagai hasil supresi pengenalan autoantibodi antigen melanosit di permukaan sel dan menghasilkan inhibisi reaksi T-limfosit sitotoksik. Efek samping penghambat calcineurin termasuk: gatal sementara, sensasi terbakar, dan erythema. 2Tacrolimus 0,03% atau 0,1% ointment diberikan 1-2 x sehari untuk setidaknya 3 bulan, sebaiknya sebagai terapi pilihan untuk vitiligo di kepala dan leher, termasuk vitiligo segmental pada anak-anak, dan sebagai alternatif dari kortikosteroid topikal untuk vitiligo di daerah tubuh dan anggota gerak. Tacrolimus topikal efektif untuk anak dengan vitiligo.12Secara topikal; psoralens 1-5% (liquid atau cream) methoxsalen, trioxsalen, pimecrolimus atau tacrolimus ointment 0,03-0,1%, calcipotriene, atau derivat lakton makrolid, digunakan bersamaan paparan ultraviolet-A (UVA). Contoh: larutan psoralen 1% dalam alkohol dioleskan, lalu dipajan di bawah sinar matahari antara pukul 10- 12, hingga kulit menjadi merah. Secara sistemik, dipakai psoralen (10-60 mg/hari) selama 2-9 bulan. Terapi topikal inovatif lain yaitu prostaglandin E (PGE2), berdasarkan pertimbangan bahwa sinar ultraviolet juga menginduksi melanogenesis melalui impaired turnover membran fosfolipid akibat meningkatnya produksi prostaglandin, yang berperan penting dalam mengaktivasi proses repigmentasi. Caranya: gel berisi 166,6 g/g PGE2 digunakan pada lesi vitiligo sekali sehari selama 6 bulan.2Kehadiran CD25+ T cells tampak di lesi vitiligo yang aktif. Pimecrolimus menghambat aktivasi T-cell, sehingga secara teoretis lebih efektif pada lesi yang aktif daripada di lesi yang stabil. Efek terapeutik pimecrolimus mirip dengan glukokortikosteroid topikal potensi sedang dan kuat. Repigmentasi awal dengan kortikosteroid topikal terlihat dari 2 minggu hingga 4 bulan setelah terapi dimulai. Untuk kasus vitiligo di wajah yang diterapi dengan tacrolimus, diperlukan waktu 6 minggu untuk repigmentasi. Namun dari segi efektivitas, pimecrolimus topikal 1% lebih aman dibandingkan dengan clobetasol propionate 0,05%.2Problem penggunaan kortikosteroid topikal yang umum adalah: jerawat dan erupsi acneiform, rosacea, atrofi kulit, gatal, erythema, teleangectasias, striae distensae, hypertrichosis, blistering dan berisi cairan (vesciculation), bengkak, terbakar dan reaksi mirip terbakar sinar surya, photoaging, meningkatnya risiko berkembang menjadi kanker kulit nonmelanoma.2Psoralen plus UVA (PUVA) untuk localized vitiligo, dapat menimbulkan mual, muntah,pusing atau sensasi berputar mirip vertigo, kejang, sakit kepala, katarak, dan risiko berkembang menjadi kanker kulit nonmelanoma.2

3) Terapi PembedahanUntuk kasus tertentu, dipertimbangkan transplantasi pada area vitiligo yang kecil. Terapi pembedahan pada vitiligo merupakan suatu pilihan menarik, namun dilakukan jika penyakit telah inaktif selama 6-12 bulan. Tekniknya dapat secara punch-graft, minigraft, suction-blister, autologous-cultures dan autologous-melanocytes-grafts, micropigmentation, split thickness graft, minigraft menggunakan punch biopsies, epidermal suction blisters sebagai preparation, donor dan transplantasi non-cultured cell suspensionatau cultured melanocytes. Kini minigraft tidak lagi direkomendasikan karena tingginya efek samping dan hasil kosmetik yang jelek, termasuk cobblestone appearance dan polka dot appearance. Teknik yang memiliki nilai rata-rata sukses tertinggi adalah split skin grafting dan epidermal blister grafting.2,9Efek samping pembedahan pada vitiligo antara lain: infeksi (reaktivasi herpes simpleks), hiperpigmentasi pasca-inflamasi, repigmentasi tak merata, jaringan parut berupa skar hipertrofik, thick grafts, dan permukaan tak teratur.2,9Pembedahan boleh dilakukan pada area yang sensitif secara kosmetik jika tidak ada lesi baru, tidak ada fenomena Koebner, tidak ada perluasan lesi dalam 12 bulan sebelumnya. Berbagai metode pembedahan (surgery) seperti: transplantasi autologous epidermal cell suspensions, aplikasi ultrathin epidermal grafts, dan kombinasi berbagai pendekatan ini, digunakan pada beberapa kasus vitiligo segmental atau fokal jika pendekatan medis gagal. Split-skin grafting masih merupakan pilihan yang terbaik.2,9

4) Terapi LainnyaBila lesi vitiligo luas, direkomendasikan bleaching atau depigmentation dengan krim hidrokuinon.Namun, terapi ini membuat kulit menjadi sensitif terhadap sinar surya.Selama terapi, dianjurkan memakai sunscreen (tabir surya) dengan sun protection factor (SPF) 30 atau lebih. Rekomendasi FDA untuk penderita vitiligo dengan luas lebih dari 50% area permukaan tubuhnya, adalah terapi depigmentasi topikal menggunakan 20% monobenzyl ether of hydroquinone (MBEH) cream. Hasilnya terlihat setelah 4-12 bulan terapi.8,9Obat umum topikal dapat digunakan untuk menutupi cacat atau kerusakan kulit secara temporer, semipermanen, atau permanen. Misalnya: berbagai agen self-tanning; pewarna; celupan (dyes); lotion pemutih; krim penutup warna; dasar (foundations) bedak, cairan, dan stick; campuran bedak dan semprotan, pembersih (cleansers); tato semipermanen dan permanen; dan celupan (dyes) untuk rambut putih di wajah dan kepala.2Dihydroxyacetone (DHA) merupakan agen self- tanning yang paling sering digunakan.Makin tinggi konsentrasi, makin baik respons diamati, terutama pada penderita yang memiliki phototypes lebih gelap. Intervensi self-tanning dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup.10Terapi topikal alternatif lainnya yaitu: khellin, melagenina I dan II, minoxidil, dan L-phenylalanine oral diakitkan dengan paparan cahaya.

XII. PROGNOSISPrognosis untuk repigmentasi pada sebagian besar penderita vitiligo tidak baik. Pada sebagian besar kasus, vitiligo merupakan penyakit kronis dan progresif. Repigmentasi spontan jarang terjadi.2

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardiman L.2009. Kelainan pigmen. Dalam: Djuanda, A., (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal: 300-289.2. Dito Anurogo, Taruna Ikrar. 2014. Vitiligo. CDK-220/ vol. 41 no. 9 th. 2014. 3. Klaus W, Richard Allen J. Fitzpatricks color atlas and synopsis of clinical dermatology. Sixth edition. New York: McGraw-Hill.4. Naoki O,Tamio S, Mari WK, Atsushi T, Miki T,Tomoko F, Kazuyoshi F, Tamihiro K, Katsuhiko T, Yuji Y,Shigetoshi S,YoshihikoM,Chikako N,Akimichi M,Hidemi N,Masako M,Ichiro K. 2013. Guidelines for the diagnosis and treatment of vitiligo in Japan. Journal of Dermatology2013;40: 344354.(http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/1346-8138.12099/pdf)5. Imran Majid. 2010. Vitiligo management: an update. British Journal of Medica Practitioners 2010;3(3):a332. (http://bjmp.org/files/2010-3-3/bjmp-2010-3-3-a332.pdf)6. Halder RM, Chappell JL. Vitiligo Update. Semin Cutan Med Surg 2009;28:86-92.7. Gawkrodger DJ, Ormerod AD, Shaw L, Mauri-Sole I, Whitton ME, Watts MJ, Anstey AV, Ingham J, Young K. Guideline for the diagnosis and management of vitiligo. Br J Dermatol 2008;159:1051-76.8. Nanette B. Silverberg. 2010. Update in childhood vitiligo. Current Opinion in Pediatrics2010, 22:4454529. Alain Taeb, M.D., and Mauro Picardo, M.D. 2009. Vitiligo. N Engl J Med 2009;360:160-9 (http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMcp0804388)10. Halder RM, Chappell JL. Vitiligo Update. Semin Cutan Med Surg 2009;28:86-92.11. A. Taieb, A. Alomar, M. Bhm, M.L. Dell'Anna, A. De Pase, V. Eleftheriadou, K. Ezzedine, Y. Gauthier, D.J.Gawkrodger, T. Jouary, G. Leone, S. Moretti, L. Nieuweboer-Krobotova, M.J. Olsson, D. Parsad, T. Passeron,A. Tanew, W. van der Veen, N. van Geel, M. Whitton, A. Wolkerstorfer, M. Picardo. Guidelines for the Management of Vitiligo.The British Journal of Dermatology. 2013;168(1):5-19. 12. Alicia Cecile Border, Jo Lambert, Nanny van Gee.2009.Current and emerging therapy for the management of vitiligo. Clinical, Cosmetic and Investigational Dermatology 2009:2 1525.

LAPORAN KASUSVITILIGO

A. ANAMNESIS1. IDENTITASNama:Tn. JUmur:36tahunJenis Kelamin:Laki-lakiPekerjaan: Petugas kesehatanAgama:IslamAlamat:BoyolaliStatus: MenikahTanggal Periksa:20 Mei 2015No. RM:01292xxx

2. KELUHAN UTAMABercak putih di jari-jari tangan

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Pasien datang dengan keluhan terdapat bercak-bercak berwarna putih di jari-jari tangan kanan dan kiri.Bercak-bercak tersebut muncul secara tiba-tiba sejak 1 tahun yang lalu yang semakin lama semakin meluas. Pertama muncul di jari-jari tangan, kemudian mulai muncul di dagu, atas bibir, punggung kaki dan di bawah ketiak sebelah kanan. Pasien tidak mengeluhkan adanya gatal, nyeri, atau mati rasa pada bercak-bercak tersebut.Pasien menyangkal adanya trauma, peradangan, ataupun kontak dengan bahan iritan sebelum muncul bercak-bercak tersebut.Pasien juga menyangkal adanya hal-hal yang mengganggu pikirannya sehingga menimbulkan stress.Pasien sudah pernah berobat ke dokter spesialis kulit di Boyolali lalu diberi obat kapsul namun pasien tidak tahu nama obatnya. Karena belum ada perbaikan, pasien berobat ke praktek dokter spesialis kulit di Solo lalu disarankan untuk melakukan fototerapi di Poli Kulit RSDM.Saat ini pasien sudah melakukan fototerapi sebanyak 17x dengan jadwal fototerapi 2x/minggu.

4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULURiwayat keluhan serupa: (+) sejak 1 tahun laluRiwayat atopik: disangkalRiwayat alergi obat dan makanan: disangkalRiwayat DM: disangkalRiwayat mondok: disangkal

5. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGARiwayat penyakit serupa: disangkalRiwayat alergi obat dan makanan: disangkalRiwayat DM: disangkalRiwayat hipertensi: disangkal

6. RIWAYAT KEBIASAANPasien bekerja sebagai seorang petugas kesehatan di salah satu rumah sakit di kota Solo.Pasien mengatakan bahwa ia tidak pernah merokok, minum akohol ataupun menggunakan obat bebas. Setiap hari pasien mandi sebanyak 2x/hari.

B. PEMERIKSAAN FISIK1. STATUS GENERALISKeadaan umum:baik, compos mentis, gizi kesan baikVital SignT: 110/80 mmHgRR: 18 x/menitN: 82 x/menitT : 36.4o CKepala: lihat status dermatologisLeher:dalam batas normalMata:dalam batas normalTelinga:dalam batas normalAxilla: dalam batas normal Truncus anterior:lihat status dermatologisAbdomen:dalam batas normalTruncus posterior: dalam batas normalInguinal: dalam batas normalEkstremitas superior:lihat status dermatologisEkstremitas inferior:lihat status dermatologis

2. STATUS DERMATOLOGISRegio kepala,truncus anterior, ekstremitas superior dextra et sinistra, ekstremitas inferior dextra et sinistra:Tampak patch depigmentasi dengan ukuran bervariasi, berbatas tegas dan tepi irregular.

C. DIAGNOSIS BANDING1. Vitiligo2. Hipopigmentasi pasca inflamasi3. Morbus hansen

D. DIAGNOSISVitiligo

E. TERAPI1. NON MEDIKAMENTOSAa. Menghindari stress psikis yang berkepanjanganb. Menghindari paparan sinar matahari atau bahan kimia secara langsungc. Memberikan pengarahan dan konseling bahwa pengobatan untuk penyakit ini adalah jangka panjang, tidak bisa dengan sekali diobati langsung sembuh.d. Rutin melakukan fototerapi sesuai jadwal 2x/minggue. Meminum dan menggunakan obat dengan teratur dan sesuai petunjuk, jika keluhan hilang tetap kontrol ke dokter hingga dinyatakan sembuhf. Mandi minimal 2x sehari dengan air bersih

2. MEDIKAMENTOSAFototerapi seminggu 2xTopikal: kloderma zalf 1x sehari dioleskan setiap malam

F. PROGNOSISAd vitam:bonamAd sanam:bonamAd fungsionam:bonamAd kosmetikam:dubia ad malam12