Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
RESISTENSI PEMULUNG LANJUT USIA DI TPA ANTANG KOTA
MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
FITRI HANDAYANI
NIM 105381102117
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
JULI, 2021
iv
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : FITRI HANDAYANI
Nim : 105381102117
Jurusan : Pendidikan Sosiologi
Judul Skripsi : Resistensi Pemulung Lanjut Usia di TPA Antang Kota
Makassar
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi ini merupakan hasil
penelitian, pemikiran dan pemaparan asli saya sendiri. Saya tidak mencantumkan
tanpa pengetahuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau
ditulis oleh orang lain, atau sebagai bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau
ijasah pada Unismuh Makassar atau perguruan tinggi lainnya.
Apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam
pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan
peraturan yang berlaku di Unismuh Makassar.
Demikian pernyataan ini saya buat.
Makassar, 09 Agustus 2021
Yang Membuat Pernyataan
FITRI HANDAYANI
NIM: 105381102117
v
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Fitri Handayani
Nim : 105381102117
Jurusan : Pendidikan Sosiologi
Judul Skripsi : Resistensi Pemulung Lanjut Usia di TPA Antang Kota
Makassar
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini. Saya
menyusun sendiri dan tidak dibuatkan oleh siapapun.
2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh Pimpinan Fakultas.
3. Saya tidak melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi saya.
4. Apabila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1, 2, dan 3 maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat, dengan penuh kesadaran.
Makassar, 09 Agustus 2021
Yang Membuat perjanjian
Fitri Handayani
NIM: 105381102117
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Pahami pontensi anda untuk meraih yang lebih baik.
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini sebagai darma baktiku untuk Ayahanda
dan Ibundaku tercinta serta saudaraku dan keluargaku tersayang.
vii
ABSTRAK
Fitri Handayani, 2021. Resistensi Pemulung Lanjut Usia Di TPA Antang Kota
Makassar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah
Makassar Pembimbing I H. Nurdin, Pembimbing II Syarifuddin.
Skripsi ini mengkaji tentang Resistensi Pemulung Lanjut . Tujuan penelitian
adalah Untuk mengetahui Bentuk Resistensi Pemulung Lanjut Usia dan
menganalisis Kelanjutan Resistensi Pemulung Lanjut Usia di TPA Antang Kota
Makassar.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan pendekatan Deskriptif dengan metode pengumulan data melalu
dua yaitu data primer dan sekunder, dengan pengumpulan dari jurnal, skripsi, buku,
blog, dan lain-lain. Dengan menggunakan teori konstruksi dan konflik sosial
sebagai pisau analisis mendapatkan data yang lebih akurat
Hasil penelitian menujukkan bahwa fokus resistensi yang dimaksudkan
disini ialah salah satu bentuk perilaku bertahan hidup di tengah mentropolitan.
Tindakan bertahan tersebut untuk dapat melakukan pemenuhan kebutuhan hidup
mereka dan juga dapat meminimalisirkan barang-barang atau sampah yang tidak
berguna. bentuk resistensi pemulung lanjut usia berbagai macam ada yang
memulung sebagai pekerjaan utama, ada yang memulung sebagai waktu kosong,
bahkan ada yang melakukan pekerjaan pemulung sebagai hobby dan kelanjutan
mereka tetap akan memulung bagaimanapun kondisinya, para pemulung lansia
sadar akan keterbatasannya makanya mereka akan tetap melanjutkan pekerjaan
memulung ini.
Kata Kunci : Resistesni, Pemulung, Lanjut Usia
viii
ABSTRACT
Fitri Handayani, 2021. The Resistance of Elderly Scavengers in Landfill of Antang,
Makassar, Faculty of Teacher Training and Education. Universitas
Muhammadiyah Makassar. Under Supervised by first supervisor H. Nurdin, and
second supervisor Syarifuddin.
This thesis examines the Advanced of Scavenger Resistance. The aim of the
study was to determine the form of resistance of elderly scavengers and to analyze
the continuation of resistance of elderly scavengers in landfill of Antang, Makassar.
The research method used in this study was qualitative research with a
descriptive approach with two methods of collecting data, namely primary and
secondary data, with collection from journals, thesis, books, blogs, and others by
using the theory of social construction and conflict as an analytical knife to obtain
more accurate data.
The result of the study has been shown that the focus of the resistance
referred was a form of survival behavior in the midst of a metropolis. This defensive
action is to be able to fulfill their daily needs and also to minimize useless items or
waste. There are various forms of resistance for elderly scavengers, some are
scavenging as their main job, some are scavenging as an empty time, some even do
scavenging work as a hobby and they will continue to scavenge regardless of the
condition, elderly scavengers are aware of their limitations so they will continue to
work.
Keywords: Resistence, Scavengers, Elderly.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Subhanahu Wata’alaatas segala limpahan rahmat,
hidayat dan karunia. Shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan kita
baginda Nabi Muhammad Salallahhu Aiaihi Wasallam, beserta keluarga dan
sahabat-sahabatnya. Sosok teladan umat dalam segala perilaku keseharian yang
berorientasi kemuliaan hidup di dunia dan akhirat. Alhamdulillah atas hidayah dan
inayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Resistensi Pemulung Lanjut Usia di TPA Antang Kota Makassar.” Yang
merupakan salah satu syarat guna menempuh ujian skripsi gelar Sarjana
Pendidikan Sosiologi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah menyumbangkan tenaga, pikiran, ilmu pengetahuan motivasi beserta
do’a kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Keberhasilan dalam
penyelesaian skripsi ini tidak hanya terletak pada diri peneliti semata tetapi tentunya
banyak pihak yang memberikan sumbangsi khususnya kepada kedua orang tuaku,
Ibunda tercinta Sutriyanti dan Ayahanda tercinta Suhardianto yang selama ini telah
memberikan dukungan do’a yang tidak pernah putus dan tidak dapat saya balaskan
dengan apapun itu serta saudara dan saudariku yang selalu memberikan dukungan,
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang
terhormat Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. selaku Rektor Universitas
x
Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
menimba ilmu pengetahuan di kampus tercinta ini, Bapak Erwin Akib, M.Pd.,
Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar, Bapak Drs. H. Nurdin, M.Pd. selaku ketua prodi
Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar yang selalu memberikan semangat dalam pengerjaan
skripsi, Bapak Dr. H. Nurdin, M. Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan
saran, motivasi dan sumbangan pemikiran kepada penulisan sehingga tersusunnya
skripsi ini, Bapak Syarifuddin, S.Pd, M.Pd. selaku Pembimbing II yang dengan
penuh ketelitian dan kesabaran membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih kepada Sahabatku yang seperjuangan didunia perkuliahan ini
Yulianti dan Khairun Nisa serta teman Kelas Sosiologi 17 A, yang senantiasa
mengisi hari-hari saya menjadi menyenangkan, terima kasih kepada teman-teman
Asrama Putri Bulungan Nurul Ulfa Taher, Elsa Daniel yang selalu menemani dan
membantu saya dalam penyusunan skripsi ini jangan cepat puas dengan hasil yang
dicapai dan sampai jumpa dipuncak kesuksesan dan terima kasih atas dukungannya,
Teman-teman P2K yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas
segala dorongan dan motivasi yang diberikan untuk peneliti, Semua pihak yang
tidak sempat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian
skripsi ini, terima kasih atas bantuan dan dukungannya. I wannt thank me, I wanna
thank for believing in me, I wanna thank me for doing all this hard work, I will
think me for having no days off, I want thank me for never quitting, I wannt thank
for just being me at all times.
xi
Demikianlah mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti
khususnya dan pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT melimpahkan pahala
yang berlipat ganda atas bantuan yang telah diberikan kepada peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini, Aamiin Yarobbl Alamin.
Makassar , 15 Juni 2021
Peneliti
Fitri Handayani
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ...................................................................... v
ABSTRAK BAHASA INGGRIS ..................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 7
E. Definisi Operasional ........................................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................ 9
A. Kajian Konsep .................................................................................................... 9
B. Kajian Teori ....................................................................................................... 16
C. Kerangka Pikir .................................................................................................. 23
D. Penelitian Terdahulu ......................................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................. 33
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ..................................................................... 33
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................... 34
xiii
C. Informan Penelitian .......................................................................................... 35
D. Fokus Penelitian ................................................................................................ 35
E. Jenis dan Sumber Data .................................................................................... 36
F. Instrumen Penelitian ........................................................................................ 37
G. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 38
H. Teknik Analisis Data ....................................................................................... 39
I. Teknik Keabsahan Data ................................................................................... 41
J. Etika Penelitian .................................................................................................. 41
K. Outline Penelitian ............................................................................................. 42
BAB IV HISTORY DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ........ 43
A. Sejarah Lokasi Penelitian ................................................................................. 43
B. Letak Geografi ................................................................................................... 52
C. Keadaan Penduduk ............................................................................................ 53
D. Keadaan Sosial budaya ..................................................................................... 54
E. Keadaan Pendidikan……………………………………………………...54
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................... 52
A. Hasil Penelitian .................................................................................................. 56
B. Pembahasan ........................................................................................................ 67
C. Interpretasi Hasil Penelitian ............................................................................. 71
D. Cara Kerja Toeri ............................................................................................... 78
E. Posisi Penelitan .................................................................................................. 81
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 76
A. Kesimpulan Hasil Penelitian ............................................................................ 76
xiv
B. Saran Penelitian ................................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 79
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan Sumber Daya alam
tapi miskin dengan Sumber Daya Manusia sehingga Sumber daya Alam
yang merupakan devisa Negara dikuasai oleh pihak asing yang tentunya ini
menimbulkan efek pula pada perekonomian bangsa ini. Sebagai bangsa
yang telah merdeka selama 75 tahun, Indonesia belum biasa dikatakan
bangsa yang berhasil karena belum dapat mensejahterakan kehidupan
rakyat. Sebagai contoh masih banyak rakyat Indonesia yang hidup di bawah
garis kemiskinan.
Dalam pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020
Tentang Cipta Kerja yang dimaksud dengan ” Cipta Kerja adalah upaya
penciptaan kerja melalui usaha kemudahan, perlindungan, dan
pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah, peningkatan
ekosistem investasi dan kemudahan berusaha, dan investasi Pemerintah
Pusat dan percepatan proyek strategis nasional.” Dan didalam Pasal 1 angka
2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja disebutkan
bahwa Cipta Kerja adalah “Selain berdasarkan asas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), penyelenggaraan Cipta Kerja dilaksanakan berdasarkan asas
lain sesuai dengan bidang hukum yang diatur dalam undang-undang yang
2
bersangkutan.” Pengertian tenaga kerja dalam Undang-undang Nomor 13
Tahun 2003 tersebut melakukan perubahan cipta kerja dalam Undang-
undang Nomor 11 tahun 2020, dan menyebutkan pengertian
Kcetenagakerjaan di Undang-undang Nomor 11 tahun 2020 Tentang
Ketenagakerjaan yang memberikan pengertian “Ketenagakerjaan adalah
segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum,
selama masa kerja”.
Perkembangan Kota besar yang kian hari melibatkan pertumbuhan
masalah ekonomi secara fisik, hingga disisi lain justru melahirkan orang-
orang pinggiran atau yang lazim disebut dengan masyarakat marjinal,
Kemiskinan yang masih menjadi PR bagi pemerintah. Banyaknya PHK,
kurangnya lapangan pekerjaan ditambah harga-harga kebutuhan pokok
yang terus melambung tinggi dan membuat mereka harus melakukan
pekerjaan sebagai pemulung untuk memenuhi kehidupan mereka. Beberapa
bulan ini, kehidupan pemulung lansia cukup melonjak tinggi dengan
timbulnya wabah yang tengah melanda dunia.
Pemulung dipandang sebagai strata paling bawah di dalam
masyarakat kita. Mungkin kerena pekerjaan mereka yang bersinggungan
langsung dengan sampah. Bahwasanya hanya beberapa orang saja dari
masyarakat kita menyadari sesungguhnya betapa sulitnya mereka dalam
melakukan pemenuhan kebutuhan kehidupan mereka serta berperan sebagai
pemulung dalam pengelolaan sampah.
3
Resistensi adalah ketahanan atau daya tahan terhadap sesuatu. Jadi,
resistensi pemulung lanjut usia sebuah strategi bertahan hidup di tengah
kota besar dengan melakukan profesi sebagai pemulung untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Resistensi juga banyak digunakan dalam ilmu
pengetahuan dari biologi, maupun fisika.
Apa yang dilakukannya ialah salah satu bentuk nyata dalam
pengelolaan lingkungan hidup, karena sampah-sampah yang diambil oleh
pemulung lansia adalah rata-rata merupakan sampah organik seperti botol
atau gelas plastik air mineral, kardus-kardus bekas, besi rongsokan, kaca
dan sebagainya. Dan ternyata itu semua itu memiliki nilai jual yang di
sisakan oleh pemulung adalah sampah-sampah organik yang bagian
pengelolaanya adalah tugas dari pemerintah daerah dalam hal ini adalah
tugas dari Dinas kebersihaan dan pertamanan Kota. Sampah atau barang
bekas favorite yang sering dikumpulkan oleh pemulung adalah kertas, besi,
aluminium, plastik. Sayangnya pemulung banyak dijauhi dan ada yang
memberi pandangan negatif terhadap pemulung. Hal ini muncul ketika
suatu perumahan mengalami kehilangan barang-barang. Di halaman rumah
saat pemulung ramai mencari barang bekas. Jika kita melihat penampilan
pemulung yang setia dengan karung di punggung dan tongkat pengais
sampah yang terbuat dari potongan besi. Kepala di tutupi topi, baju yang
lusuh dan bolong. Kita biasa merubah pandangan terhadap pemulung dari
sisi kaca mata positif. Akan terlihat manfaat besar yang diraih dari kegiatan
memulung. Dari berbagai aktivitas yang dilakukan pemulung lanjut usia
4
yang berumur 60-74 tahun, banyak juga pemulung yang berasal dari anak-
anak yang berumur 6-9 tahun harus memulung untuk membantu kedua
orang tuanya, ada juga remaja yang berumur 10-13 tahun yang terpaksa
untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehingga terpaksa tidak sekolah.
Dengan adanya keberadaan manusia yang diciptakan Allah SWT.
Yang kemudian menciptakan manusia-manusia lain agar dapat berkembang
menjadi banyak hingga berkelanjutan hingga sampai masa kini, termasuk
dengan adanya kita sekarang. Menurut Harlock, salah contoh
perkembangan manusia ialah menjadi tua. Namun demekian, daya tangkap
dan kecerdasan lansia tidaklah berkurang. Orang tua yang sehat tidak akan
kehilangan kemampuan memberikan pertimbangan dan berfikir abstrak.
Kosakata, keterampilan berhitung, daya nalar hasil pendidikan, dan
pengalamannya akan berfungsi terus sampai ajal datang.
Keberadaan sebagai profesi pemulung sering dianggap sebagai
konotasi yang negatif. Ada dua jenis pemulung yaitu (pemulung lepas) yang
bekerja sebagai swausaha dan pemulung yang bergantung pada seorang
pengepul yang meminjamkan uang kepada mereka dan memotong uang
pinjaman tersebut saat membeli barang tersebut.
Fenomena kekinian yang terjadi dapat dirujuk pada Tribun
New.com (18 Oktober 2020, 18:15) yang berjudul Gagal Bangun
Pengelolaan Sampah. Berita tersebut mengulas berbagai permasalahan di
TPA Antang, Erwin menjelaskan bahwa kondisi ini sebagai gambaran
5
bahwa Provinsi Kota Makassar sebelumnya tak memiliki visi yang jelas
dalam menangani masalah persampahan modern di Antang. Kemudian
Fenomena yang terjadi di Jawa Barat kekinian yang terjadi dapat dirujuk
pada Tribun New.com (20 September 2020, 13:09) yang berjudul Pemulung
Gendong 40kg Sampah dari Gunung, Rutin Bantu Lansia Meski
Penghasilan Tak Seberapa. Berita tersebut mengulas seorang kakek yang
bernama Mbah Bingah yang tiap harinya naik turun gunung untuk
mengumpulkan sampah. Yang harga 1kg dihargai dengan Rp.1.000,-.
Sehingga dalam seharinya, Mbah Binga hanya mengantongi uang sekitar
Rp.30.000,- sampai Rp. 40.000,- saja.
Mayoritas pemulung-pemulung tersebut adalah orang dari desa,
yang melakukan urbanisasi dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi
ekonomi. Hal itu di tandai dengan adanya fasilitas-fasilitas umum yang
dengan mudah untuk di akses yang tentunya memberikan keuntungan bagi
siapa saja yang hidup di kota. Salah satu hal tersebut yang menjadi salah
satu factor penarik masyarakat desa untuk datang berbondong-bondong
melakukan perpindahan dari desa ke Kota (Sadewo, 2007:15).
Keberadaan Makassar sebagai Kota Metropolitan terbesar di
Indonesia Timur memberikan gambaran yang menjanjikan bagi sebagian
orang untuk mengais rezeki di segala bidang dalam rangka meningkatkan
taraf hidup. Fenomena keberagaman yang terjadi di Kota Makassar dalam
berbagai bidang di sisi lain juga mendatangkan masalah baru khususnya
6
dalam hal persampahan. Sampah yang menjadi problem dala kota-kota
besar. Sampah juga biasa menjadi “Sumber Kehidupan” bagi warga miskin.
Selama ini penelitian yang membahas tentang pemulung lansia
dalam lingkup social cukup langkah, bahkan dalam ruang lingkup Sulawesi
Selatan. Berbeda dengan kajian seputar Syamsuddin Simmau: 2013 , Safarit
Fafan Wahyudi : 2014, Maulida : 2019 .
Dengan berbagai permasalahan yang terjadi, peneliti sangat tertarik
dalam melakukan penelitian tentang “Resistensi Pemulung Lanjut Usia di
TPA Antang Kota Makassar untuk diteliti. Dengan memperhatikan
bagaimana resistensi pemulung lanjut usia di tempat pembuangan akhir
yang dihadapi masyarakat pemulung di TPA Antang Kota Makassar secara
mendalam tanpa bermaksud sedikitpun menghakimi para pemulung lansia
mengenai kehidupan manusia.
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab semua permasalahan yang
telah dirumuskan adapun rumusan penelitian ini.
1. Bagaimana bentuk resistensi pemulung lanjut usia ditempat
pembuangan akhir Antang Kota Makassar ?
2. Bagaimana keberlanjutan resistensi pemulung lanjut usia ditempat
pembuangan akhir Antang Kota Makassar ?
7
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan yang telah
dirumuskan adapun tujuan penelitian ini.
1. Untuk mengetahui bentuk resistensi pemulung lansia ditempat
pembuangan akhir Kota Makassar.
2. Untuk mengetahui keberlanjutan resistensi pemulung lansia
ditempat pembuangan akhir Kota Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah serta tujuan
penelitian diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi kontribsi pengetahuan.
1. Manfaat Teoritis
Hasil Penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang sangat
berharga pada perkembangan ilmu pendidikan terutama bagi jurusan
Pendidikan Sosiologi yang dinamakan objek utamanya yaitu
masyarakat, sebagai pengembangan ilmu dan wawasan sebagai
pembandingan antara teori yang di dapat dari bangku perkuliahan
dengan fakta yang dilapangan. Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan acuan bidang penelitian sejenisnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat
Dapat memahami profesi pemulung lansia dalam pemenuhan
kebutuhan hidupnya tidak mudah agar masyarakat yang melihatnya
tidaklah berpandang buruk kepada para pemulung tersebut.
8
b. Bagi Peneliti Sendiri
Dapat mengembangkan pengetahuan tentang sosiologi khususnya
mengenai resistensi pemulung lansia.
c. Untuk referensi
Yakni dapat menjadi rujukan bagi para peneliti selanjutnya.
E. Definisi Operasional
Untuk tidak terjadi kekeliruan dan kesalahpahaman dalam membaca
serta mengikuti pembahasan penelitian ini maka perlu dijelaskan beberapa
istilah diantaranya:
1. Resistensi adalah Ketahanan atau daya tahan terhadap sesuatu. Dalam
KBBI resistensi adalah ketahanan. Yang dimaksudkan disini adalah
sebuah strategi kebertahan hidup pemulung lansia dalam memenuhi
kebutuhan hidup mereka di tengah Kota Makassar sebagai Kota
mentropolitan.
2. Pemulung lansia adalah seorang perempuan atau laki-laki yang berumur
60 tahun keatas yang berkerja memungut barang-barang bekas atau
sampah proses pendaur ulang.
3. TPA antang adalah suatu tempat pembuangan akhir sampah di Kota
Makassar.
4. Kota Makassar adalah suatu tempat yang terletak di Sulewesi selatan
yang merupakan ibukota Sulewesi Selatan, yang dikenal dengan Kota
Ujung Pandang yang dimana kota makassar dijuluki sebagai Kota
Daeng.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP
A. Kajian Konsep
1. Pengertian Resistensi
a. Resistensi
Berasal dari Bahasa inggris yaitu resist. Dalam hal ini yang di
maksud adalah sebuah tindakan menolak atau melawan. Resistensi ialah
menujukkan sebuah sikap untuk berperilaku bertahan, berusaha
melawan, menentang atau upaya oposisi pada umunya sikap ini tidak
merujuk pada paham yang jelas. Dalam pandangan prespektif Sosiologi
tentang realitas social, Resistensi kemudian dipahami sebagai suatu
inisiatif perubahan, suatu respon yang menghasilkan sebuah kenyataan
dimana individu hidup (Satriani, Juhaepa,2018).
Istilah resistensi banyak digunakan dalan berbagai bidang dan ilmu
pengetahuan lainya. Dalam biologi, resistensi merupakan daya tahan
alami tubuh terhadap pengaruh buruk seperti halnya racun dan kuman.
Resistensi juga merujuk pada ketahanan suatu tanaman terhadap
penyakit atau hamma. Sedangkan dalam ilmu fisika, resistensi ialah
kemampuan suatu benda untuk menahan arus listrik,
Resistensi menurut Bernard dan Jonatan adalah suatu perlawanan
atau bertahan untuk menegakkan keadilan yang terjadi. Resistensi
10
sebenarnya dilakukan oleh orang-orang yang lemah berada pada
struktur bawah. Hubungan antara satu dengan pihak lemah dan pihak
yang kuat sesungguhnya hubungan tersebut tidaklah seimbang, maka
pihak bawah harus menyeimbangkan agar hubungan mereka melalui
resistensi tetap data bertahan.
Resistensi terhadap perubahan Oreg : 2013 adalah suatu perilaku
yang muncul dengan ditandai perilaku negative ketika terjadi suatu
perubahan. Sehingga memiliki focus jangka pendek dan memiliki
pemikiran yang kaku (tidak open mind).
Resistensi yang dimaksudkan disini ialah salah satu bentuk perilaku
bertahan hidup dari orang-orang yang mengucilkan strata bawah atau
orang lemah. Tindakan bertahan tersebut untuk dapat melakukan
pemenuhan kebutuhan hidup mereka dan juga dapat meminimalisirkan
barang-barang atau sampah yang tidak berguna.
Seperti beberapa penjelasan sebelumnya, mayoritas berpendapat
bahwa pengertian resistensi artinya penolakan. Tindakan terjadi
perbedaan pendapat pada pengertian dasar ini. Termasuk juga makna
serupa dengan penolakan seperti perlawanan, pertentangan, dan makna
lain yang beranonim dengan kata-kata tersebut.
b. Pemulung
Pemulung adalah bentuk aktivitas dalam mengumpulkan barang-
barang dari berbagai lokasi pembuangan sampah yang masih biasa
dimanfaatkan untuk mengawali proses penyuluhan ketempat-tempat
11
produksi (daur ulang) aktivitas tersebut terbagi ke dalam tiga klasifikasi
diantaranya agen, pengepul dan pemulung Wurdjinem : 2001. Agen,
pengepul dan pemulung merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan
dan tidak dapat dipisahkan dalam proses produksi daur ulang sampah,
karena mereka saling membutuhkan satu sama lain. Jika dilihat tempat
pemulung bekerja sangat tidak memenuhi standar kesehatan dan
lingkungan terkesan kumuh, factor yang ikut menentukan seseorang
bekerja sebagai pemulung antara lain adalah tingkat pendidikan yang
rendah serta kertebatasan pada modal maupun skill yang mereka miliki.
Pemulung merupakan seseorang yang memiliki pekerja sebagai
pencari barang yang sudah tidak layak pakai, maka orang yang bekerja
sebagai pemulung adalah orang yang bekerja sebagai pengais sampah,
dimana antara pemulung dan sampah sebaga dua sisi mata uang. Dalam
menjalan pekerjannya, pemulung dapat dibedakan menjadi dua yaitu,
pemulung menetap dan pemulung yang tidak menetap.
1. Pemulung menetap adalah pemulung yang bermukim di gubuk-
gubuk kardus, tripleks, terpal atau lainnya di sekitar tempat
pembuangan akhir sampah.
2. Sedangkan kelompok pemulung tidak menetap adalah pemulung
yang mencari sampah dari gang, jalanan, tong sampah warga,
pinggir sungai dan lainnya.
Menurut Oliver dan Candra (2007: 65) mereka rela berkorban untuk
direndahkan martabatnya tanpa pamrih untuk mengunggatnya. Mereka
12
rela diberi prespesi negative sebagai maling tanpa maling tanpah pamrih
untuk melakukan pemberontakan. Mereka juga merelakan dirinya
dipanggang terik matahari demi memenuhi tuntutan perut anak
keluarganya.
c. Strategi Sosial
Pada mulanya istilah strategi social digunakan dunia militer
dan diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer
untuk memenangkan suatu peperangan. Seorang yang berperan
dalam mengatur strategi untuk memenangkan peperangan sebelum
melakukan tindakan, ia akan menimbang bagaimana kekuatan
pasukan yang dimilikinya baik diliat dari kuantitas dan kualitasnya.
Setelah semuanya diketahui, baru kemudian ia akan menyusun
tindakannya yang harus dilakukan, baik tentang siasat peperangan
yang harus dilakukan, baik tentang siasat peperangan yang harus
dilakukan, taktik dan teknik peperangan maupun waktu yang tepat
untuk melakukan serangan.
Secara umum strategi merupakan cara atau proses yang
digunakan untuk tercapainya sebuah tujuan. Strategi merupakan
tindakan yang bersifat instrumental (senantiasa meningkat) dan
terus menerus, yang dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang
tujuan yang diharapkan. Berikut ini merupakan pendapat dari
beberapa para ahli tentang pengertian strategi social.
1. Menurut Stephanie K. Marrus
13
Strategi merupakan suatu proses penentuan rencana para pemimpin
puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai
penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat
dicapai.
2. Menurut Hamel dan Prahalad
Strategi adalah tindakan yang bersifat instrumental (senantiasa
meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut
pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa
depan.
3. Menurut A.Halim
Strategi merupakan suatu cara dimana sebuah lembaga atau
organisasi mencapai suatu tujuannya sesuai dengan peluang dan
ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi serta kemampuan dan
sumber daya.
2. Kemiskinan di Perkotaan
Masalah kemiskinan di perkotaan disebabkan kedudukan kota-kota
masyarakat Negara tersusun dalam jaringan yang bertingkat dan
merupakan pusat-pusat penguasaan atau mendominas bagi pengaturan
kesejahteraan, kehidupan masyarakat Negara. Sistem pendominasian
yang berpusat di kota-kota bukan hanya melibatkan aspek-aspek
ekonomi, social dan komunikasi dan kebudayaan, namun kenyataan
sosial ekonomi, sosial dan komunikasi dan kebudayaan, namun
kenyataan social yang ada dalam masyarakat maupun didunia ini,
14
manusia cenderung untuk berorientasi kekota atau kota lain bahwa
orang desalah yang berorientasi kekota dan buka orang kota yang
berorientasi kedesa (Agus Sjafari, 2014:18). Karena adanya orientasi
pada Kota, Kota cenderung untuk tumbuh terus dan menjadi semakin
kompleks karena Kota mempunya potensi atau kemampuan untuk
menampung pendatang-pendatang baru dari pedesaan atau kota-kota
dan temat-tempat lainnya.
Ternyata apa yang terjadi diluar jangkauan baying mereka. Mereka
berlomba-lomba dengan para pencari kerja yang lain, dan persaingan ini
dijadikan objek komediti. Siapa yang memiliki uang, maka merekalah
yang mendapatkan pekerjaan.disitu kita tau pasti bahwa orang-orang
urban datang ke kota untuk mencari uang, tentu saja mereka tidak
memiliki uang dan kalah saing dengan anak, saudara ataupun kerabat
orang-orang pemilik uang juga kalah dengan orang-orang yang
memiliki untuk memutuskan jalan mereka. Mereka yang berniat
berdagang pun di paksa untuk bersaing denga mereka yang mempunyai
modal besar. Bahkan kondisi seperti inilah yang memaksa mereka
mengambil jalan untuk tetap hidup dengan melakukan pekerjan-
pekerjaan seadanya seperti tukang becak, pedagang asongan, pemulung
pengamen dan lain-lain. Bahkan tak jarang dari mereka melakukan
tindakan kriminal dari dari masyarakat inilah tercipta sebuah kelas yang
hidup mereka terpinggirkan.
15
Penambahan jumlah penduduk yang pesat dan tidak disertai dengan
pesatnya peningkatan kemajuan ekonomi, telah menyebabkan
kemiskinan (Agus Sjafari, 2014:1). Beban yang terlalu berat untuk
dipikul didaerah pedeasaan, yang alternative-alternatfnya untuk
memperoleh pekerjaan dan pendapatan ekonomi guna menyambung
hidup amat terbatas, telah menyebabkan adanya penyerbuan-
penyerbuan kekota secarabesar-besarraan oleh penduduk desa untuk
mencari nafkah dan hidup di Kota.
Keluarga miskin masyarakat perkotaan pada dasarnya terdiri dari
keluarga yang tingkat pendapatan dan penghasilan ekonom keluarga
tersebut dikarenakan oleh masih rendahnya atau belum memiliki
keberdayaan keluarga serta belum berkembangnya pola perilaku
mencari nafkah yang tepat bagi kepala rumah tangga miskin tersebut.
Rendahnya keberdayaan keluarga serta belum berkembangnya pola
perilaku mencari nafkah kepala keluarga miskin perkotaan oleh :
a. Tingkat pengetahuan yang rendah dikarenakan tingkat
pendidikannya rendah,
b. Sikap mental masyarakatnya yang masih tradisional tanpa disertai
oleh keinginan untuk maju dan berkembang dan
c. Keterampilan yang tidak memadai untuk dapat bersaing hidup
dikota.
Kehidupan keluarga miskin diperkotaan diatas, mengakibatkan
kehidupannya yangterasing baik secara social, ekonomi, maupun
16
politik. Secara social mereka tetap terindentifikasi sebagaimasyarakat
marginal (terpinggirkan) dan tidak memiliki modal social yang
memadai untuk dapat bersaing dengan masyarakat lainnya yang miliki
model sosial dan modal ekonomi yang besar dikota.
3. Kajian Teori
Teori merupakan alat terpenting dalam ilmu pengetahuan, karena
tanpa suatu teori, yang ada hanyalah serangkaian pengetahuan mengenai
fakta. Salah satu fungsi dari teori adalah sebagai suatu kerangka pemikiran,
fungsinya sebagai pendorong proses berfikir deduktif yang bergerak dari tak
terwujud menuju fakta-fakta nyata. Mengenai hal tersebut, teori yang
digunakan oleh peneliti berfungsi sebagai kerangka yang memberikan
batasan kepadanya. Ini perlu dilakukan karena dalam kehidupan masyarakat
terdapat berbagai fakta konkret sehingga pembatasan perlu diperhatikan
dalam penelitian. Oleh karena itu, perlu adanya landasan teori dalam
penelitian ini agar penelitian ini tidak melebar kemana-mana.
a. Teori Konstruksi Sosial
Resistensi adalah sebuah daya ketahanan atau tindakan untuk
mempertahankan bahkan bisa secara melawan (Adlin, 2006). Dalam
kehidupan masyarakat marginal (terpinggirkan), resistensi yang dilakukan
bertahan hidup guna untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Menurut
Berger dan Luckman (Bungin, 2008:14) mulai menjelaskan realitas social
dengan memisahkan pemahaman “kenyataan dan pengetahuan”. Realitas
diartikan sebagai kualitas yang terdapat didalam realitas-realitas yang
17
diakui sebagai memiliki keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada
kehendak kita sendiri. Pengetahun didefinisikan sebagai kepastian bahwa
realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik.
Berger dan Luckman (Bungin, 2008:15) mengatakan terjadi
dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan masyarakat
menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalui ekseternalisasi,
objektivasi dan internalisasi. Ada tiga tahap peristiwa. Pertama,
eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke dalam
dunia, baik dalam kegiatan mental, maupun fisik. Ini sudah menjadi sifat
dari manusia, ia akan selalu mencurahkan diri ke tempat dimana ia berada.
Manusia tidak dapat kita mengerti sebagai ketertutupan yang lepas dari
dunia luarnya. Manusia berusaha menangkap dirinya, melalui proses inilah
dihasilkan suatu dunia dengan kata lain, manusia menemukan dirinya
sendiri dalam suatu dunia.
Kedua, Objektivitas, yaitu hasil yang telah dicapai baik mental
maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu
menghasilkan realitas objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil
itu sendiri sebagai suatu aktivitas yang berada di luar dan berlainan dari
manusia yang menghasilkannya. Lewat proses objektivitas ini, masyarakat
menjadi suatu realitas suigeniris. Hasil dari eksternalisasi kebudayaaan itu
misalnya, manusia menciptakan alat demi kemudahan hidupnya atau
kebudayaan non-materi dalam bentuk bahasa. Baik alat maupun Bahasa
18
adalah kegiatan eksternalisasi manusia ketika berhadapan dengan dunia, ia
adalah hasil dari kegiatan manusia.
Setelah di hasilkan, baik benda atau bahasa sebagai produk
eskternalisasi tersebut menjadi realitas yang objektif. Bahkan ia dapat
menghadapi sebagai penghasil dari produk kebudayaan. Kebudayaan yang
telah berstatus sebagai realitas objektif, ada di luar kesadaran manusia, ada
“di sana” bagi setiap orang. Realitas objektif itu berbeda dengan kenyataan
subjektif perorangan. Ia menjadi kenyataan empiris yang bias dialami setiap
orang.
Ketiga, internalisasi. proses internalisasi lebih merupakan
penyerapan kembali dunia objektif kedalam kesadaran sedemekian rupa
sehingga subjektif individu dipengaruhi oelh struktur dunia social. Melalui
internalisasi, manusia menjadi hasil dari masyarakat. Berbagai macam
unsur dari dunia yang telah terobjektifkan tersebut dapat ditangkap sebagai
gejala realitas diluar kesadarannya, sekaligus sebagai gejala internal bagi
keasdarannya. Bagi Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak
juga sesuatu yang diturunkan oleh tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan
dikontruksi. Dengan pemahaman semacam ini, realitas berwajah
ganda/prural. Setiap orang bisa mempunyai pengalaman, preferansi,
pendidikan tertentu, dan lingkungan pergaulan atau social tertentu akan
menafsirkan realitas social itu dengan kontruksinya masing- masing.
Kontruksi social adalah sebuah pernyataan kenyakinan dan juga
sebuah sudut pandang bahwa kandungan dari kesadaran, dan cara
19
berhubungan dengan orang lain itu diajarkan oleh kebudayaan dan
masyarakat.
Dalam teori konstruksi social di katakan, bahwa manusia yang hidup
dalam konteks social tertentu melakukan proses interaksi secara simultan
dengan lingkungannya. Masyarakat hidup dalam dimensi-mensi dan realitas
objektif yang di kontruksi melalui momen eksternalisasi dan objektivasi dan
dimensi subjektif yang di bangun melalui momen internalisasi. Baik momen
eksternalisasi, objektivasi maupun internalisasi tersebut akan selalu
berproses secara dialektik dalam masyarakat. Dengan demikian, yang
dimaksud dengan realitas social adalah hasil dari sebuah kontruksi social
yang diciptakan oleh manusia itu sendiri.
Dalam konteks kontruksi sosial dalam penelitian ini dijadikan
sebagai guidance untuk melihat realitas sosial, karena menurut Bergerdan
Luckman konturksi sosial dibangun melalui dua cara : Pertama,
mendefinisikan tentang kenyataan atau “realitas” dan “pengetahuan”.
Realitas sosial adalah sesuatu yang tersirat didalam pergaulan sosial
yang digunakan secara sosial melalui komunikasi Bahasa, kerjasama
melalui bentuk-bentuk organisasi sosial dan seterusnya. Realitas sosial di
temukan dalam pengalaman intersbujektif, sedangkan pengetahuan
mengenai realitas sosial adalah berkaitan dengan segala aspeknya, meliputi
ranah kognitif, psikomotorik, emosional dan intuifif.
Sosiologi sebagai pengetahuan dalam pemikiran Berger dan
Luckman, memahami dunia kehidupan (life wold) selalu dalam proses
20
dialektika antara the selfi (individu) dan dunia sosio kultural. Proses
dialektika itu mencakup tiga momen simultan, yaitu eksternalisasi
(penyesuaian diri dengan dunia sosio kultural sebagai produk manusia),
objektivitas (interkasi dengan dunia intersubjektif yang dilembagakan atau
mengalami institusionalisasi), dan internalisasi (individu mengindetifikasi
dengan lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu
menjadi anggotannya).
Tahap eksternalisasi dan obejektivitas merupakan pembentukan
masyarakat yang disebut sebagai sosialisasi primer, yaitu momen dimana
seseorang berusaha mendapatkan dan membangun tempatnya dalam
masyarakat. Dalam kedua tahap ini (eksternalisasi dan objektivitas)
seseorang memandang masyarakat sebagai realitas objektif (man in society).
Sedangkan dalam tahap internalisasi, seseorang membutuhkan pranata
sosial (social order), dan agar pranata itu dapat dipertahanakan dan
dilanjutkan, maka haruslah ada pembenaran terhadap pranata tersebut,
tetapi pembenaran itu dibuat juga oleh manusia sendiri melalui proses
legitimasi yang disebut objetivitas sekunder.
Realitas sosial merupakan kontruksi social yang diciptakan oleh
individu yang di kemukakan dari pemikiran Berger dan Luckman . Individu
adalah manusia bebas yang melakukan hubungan antara manusia yangs satu
dengan yang lain. Individu menjadi penentu alam dunia social yang di
kontruksi berdasarkan kehendaknya. Individu bukanlah sosok korban
21
social, namun ialah sebagai mesin produktif sekaligus reproduksi yang
kreatif dalam mengkontruksi dunia sosialnya (Bungin, 2011:4).
Berdasarkan teori realitas social yang dimaksud diciptakan oleh
individu adalah pemulung yang merupakan seorang yang memiliki
pekerjaan sebaga pencari barang yang tidak layak pakai, maka orang yang
bekerja sebagai pemulung adalah yang berkerja sebagai pengumpul barang-
barang bekas disebabkan factor ekonomi. Dalam realitas social
dimasyarakat, keberadaan pemulung dapat dilihat dua sisih yang berbeda
dimana profesi pemulung ini mampu memberikan peluang kerja kepada
pemulung itu sendiri.
Jadi, alasan saya memilih teori konstruksi sosial ini, saya ingin
menjadikan acuan saya dalam proses penelitian nanti, yang dimana di dalam
teori konstruksi sosial yang di kemukakan oleh Berger dan Luckman ada
tiga tahap peristiwa yang terjadi. Pertama, eksternalisasi, ojektivitas, dan
internalisasi dari berbagai peristiwa yang di kemukakan oleh Berger dan
Luckman muncul suatu realitas sosial yang terjadi dimasyarakat. Sehingga
kita dapat mengetahui realitas pemulung lanjut usia di tengah Kota
metropolitan.
b. Teori Konflik Sosial
Kehidupan masyarakat tidak lepas dengan yang disebut konflik dan
pertentangan antara individu maupun kelompok yang berbeda. Munculnya
konflik di tengah masyarakat adanya perbedaan tujuan, pertentangan kelas,
22
dan perubahan social yang dapat memicu muncunya konflik dan
pertentangan di tengah masyarakat.
Pada tataran yang sedang mengalami konflik dengan pihak lain
justru dapat memperbaiki ikatan dalam kelompok, atau dapat pula yang
terjadi dengan suatu kelompok yang lain dapat menciptakan kohesi
(hubungan) melalui aliansi dengan kelompok lain (Ritzer dan Goodman,
2009: 19)
Karl Marx menekankan pada proses social yang paling dasar.
Munculnya suatu kelas-kelas social di tengah masyarakat yang
menyebabkan terjadinya konflik social. Maksudnya disini bahwa konflik
adalah proses social menghargai satu sama lain. Sadar atau tidak sadar
dalam kehidupan sehari-hari kita sering tidak menghargai satu sama lain,
seperti halnya dengan masyarakat marginal (terpinggirkan) yang selalu
memandang sebelah mata kepada mereka. Selalu beranggapan sebagai
strata paling bawah di dalam masyarakat kita.
Jadi, alasan saya memilih teori konflik sosial yang di kemukakan
oleh Karl Marx , Karl Marx menekankan pada proses sosial mendasar.
Karena kelas-kelas sosial yang terjadi di tengah masyarakat semakin terjadi
dimana-mana apalagi dengan kondisi sebagai profesi pemulung yang
langsung bersinggungan langsung dengan sampah banyak sekali konflik
yang terjadi di kalangan pemulung.
23
B. Kerangka Konsep
Kerangka Konsep merupakan penjelasan sementara terhadap gejala
yang menjadi objek permasalahan di sebuah topik penelitian. Yang menjadi
kriteria utama dalam membuat suatu kerangka berpikir agar dapat
meyakinkan ilmuwan adalah alur-alur pemikiran yang logis dalam membuat
suatu kerangka berpikir dapat membuahkan kesimpulan yang berupa
hipotesis.
Masyarakat bertindak dan melakukan segala aktivitas atas dasar
pemikiran dan setiap pola pikir manusia atau masyarakat dasarnya sama
dalam hal bersosial. Ada juga sebagian masyarakat yang kebalikannya
berpikir dan merespon tindakan atas dasar kebutuhan mereka, contohnya
timbulnya permasalahan dalam segi perekonomian.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui cara strategi dalam
melakukan pemenuhan kebutuhan pemulung lansia. Pekerjaan yang dimana
orang-orang menganggap bahwa perkerjaan pemulung ini sangatlah
dianggap sebelah mata oleh sebagian orang.
Pada setiap jenis penelitian, selalu menggunakan kerangka berfikir
sebagai alur dalam menentukan arah penelitian, hal ini untuk menghindari
terjadinya perluasan pembahasan yang menjadikan penelitian tidak terarah
atau terfokus. Pada penelitian ini maka peneliti menyajikan kerangka
sebagai berfikir.
24
Bagan 1.1 Kerangka Konsep
BENTUK RESISTENSI KEBERLANJUTAN
RESISTENSI
TEORI KONSTRUKSI SOSIAL
BERGER DAN LUKMAN
TEORI KONFLIK SOSIAL KARL
MAX
PEMULUNG LANSIA
RESISTENSI
HASIL PENELITIAN
25
C. Penelitian Terdahulu
Beberapa hasil penelitian terdahulu yang meneliti tentang Resistensi
Pemulung lansia :
Penelitian yang dilakukan oleh (Satriani, Juhaepa, 2018) dengan
judul “Resistensi Sosial Masyarakat Suku Bajo” hasil penelitian tersebut
menjelaskan bahwa masyarakat bajo dipulau Masudu terdapat beberapa
factor yang menjadi penyebab resistensi yang pertama factor kultural dan
ekonomi, factor struktur, factor lingkungan sebagai strategis yang dilakukan
dalam resistensi social masyarakat suku bajo dipulau Masudu diantaranya
melalui demonstrasi dan perlawanan kontemporer.
Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian saya adalah
penelitian ini memfokuskan penelitiannya pada masyarakat suku bajo di
pulau Masudu, dan berbagai resistensi terjadi di karenakan berbagai factor
kultural, struktur, dan lingkungan di masyarakat suku bajo di pulau Masudu.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu ialah sama-sama
menfokuskan penelitian terhadap fenomena resistensi di tengah kehidupan
masyarakat sosial.
Penelitian yang dilakukan oleh (Nurdinah Muhammad, 2017)
dengan judul “Resistensi Masyarakat Urban dan Masyarakat Tradisional
Dalam Menyikapi Perubahan Sosial” hasil penelitian tersebut menjelaskan
bahwa Nilai-nilai baru menggantikan nilai-nilai local yang telah mengakar,
dan orang-orang secara khusus mengembangkan identitas yang memberi
26
mereka rasa memiliki budaya global dari pada identitas local itu sendiri.
Kehilangan toleransi antara satu sama lain, perubahan pola interaksi, gaya
hidup merupakan beberapa dampak yang diakibatkan oleh globalisasi.
Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian saya adalah
penelitian ini memfokuskan penelitiannya pada resistensi perubahan sosial
dengan masyarakat urban, yang dimana banyak nilai-nilai baru yang
menggantikan nilai local yang telah dilakukan secara turun menurun.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu ialah sama-sama
menfokuskan penelitian terhadap fenomena resistensi yang terjadi di era
globalisasi ini.
Penelitian yang dilakukan oleh (Savonda Rizky Komorina, 2017)
dengan judul “Resistensi Masyarakat Kelurahan Gunung Anyar Kecamatan
Gunung Anyar Surabaya” hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa
Masyarakat Gunung Anyar telah melakukan berbagai tindakan resistensi.
Menurut Scott resistensi dibedakan menjadi dua yaitu resistensi terbuka dan
terselubung. Tindakan resistensis secara terbuka yang dilakukan masyarakat
antara lain melakukan demo, memasang spanduk, pamphlet dan membuat
surat pernyataan. Sedangkan tindakan resistensi terselubung yang dilakukan
masyarakat antara lain membentuk forum komunikasi gunung anyar.
Resistensi yang terjadi menimbulkan konflik yang bekepanjangan hingga
saat ini belum ada penyelesaian dan masyarakat dengan pihak investor.
Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian saya adalah
penelitian ini memfokuskan penelitiannya pada resistensi masyarakat
27
Keluruhan Gunung Karang Anyar kepada pihak investor yang
merencanakan pembangunan appartement dan mall. Sehingga banyak
masyarakat yang menolak dengan adanya pembangunan tersebut
dikarenakan akan merusak cagar alam. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu ialah sama-sama menfokuskan penelitian mengenai
fenomena resistensi yang terjadi untuk mempertahankan cagar alamnya.
Penelitian yang dilakukan oleh (Syamsudi, 2013) dengan judul
“Interkasi Kaum Pemulung Dengan Masyarakat (Studi Pada Masyarakat
Kelurahan Bukit Cermin)”. hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa
peneliti berusaha menggali tentang bagaimana proses-proses dalam
pelaksanaan interkasi social kaum pemulung yang telah terjadi dan dijalanin
selama mereka tinggal di wilayah Kelurahan Bukit Cermin. Banyak warga
yang berprasangka curiga terhadap para pemulung asing yang memasuki
wilayahnya selain keterlibatan keluarga pemulung dalam berinteraski,
berkomunikasi dan bersosialisasi terhadap masyarakat sekitar tempat
tinggalnya. Kaum pemulung tersebut aktif dalam berinterkasi,
berkomunikasi dan bersosialiasi, terhadap masyarakat sekitar wilayah
tempat tinggal yang berprasangka curiga terhadap kamu pemulung dapat
diminimilasirkan atau dihilangkan.
Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian saya adalah
penelitian ini memfokuskan penelitiannya interaksi kaum pemulung dengan
masyarakat kelurahan bukit cermin karna banyak warga yang berprasangka
buruk kepada kaum pemulung. Persamaan penelitian ini dengan penelitian
28
terdahulu ialah sama-sama menfokuskan pada fenomena yang terjad di
tengah kehidupan bermasyarakat sosial.
Penelitian yang dilakukan oleh (Sam’un Mukramin, 2015) dengan
judul “Pemulung Sebagai Fenomena Sosial di TPA Sampah Tamangapa
Kota Makassar” hasil penelitian ini menujukkan bahwa profesi pemulung
menjadi pilihan karena mampu memenuhi semua kebutuhan sehari-hari dan
meningkatkan taraf hidup, hubungan sosial (interaksi) yang sangat
terintegrasi dan saling berhubungan berdasarkan kesamaan hubungan kerja
dan memiliki dampak social, kemampuan memenuhi semua kebutuhan
hidup dalam meningkatkan pendapatan, mengurangi jumlah pengangguran
dan mengurangi jumlah sampah, pola sosial dan gaya hidup yang
dipengaruhi oleh ketimpangan antara pendidikan dan kehidupan,
hedonisme, pragmatisme mempengaruhi pernikahan dini akibat arus
modernisasi dan globalisasi.
Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian saya adalah
penelitian ini memfokuskan penelitiannya pada fenomena-fenomena yang
terjadi di TPA sampah Tamangapa Kota Makassar, banyaknya yang
memilih menjadi profesi pemulung karena untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu ialah
sama-sama menfokuskan pada permasalahan pemulung di tengah kota
metropolitan.
Penelitian yang di lakukan oleh (Sarah Herfiza, 2019) dengan judul
“Kesejehateraan Subjektif Pada Pemulung” hasil dari penelitian ini
29
menujukkan peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
survei dan dengan teknik sampling insidental. Sehingga tidak terdapat
hubungan tingkat kesejahetraan subjektif pemulung berdasarkan
sosiodermgorafi (jenis kelamin p> 0,05 usia p > 0,05 pendidikan terakhir p
> pemulung 0,05, status pernikahan p> 0,05 dan penghasilan p> 0,05).
Subjek penelitian ini dominan berada pada tingkat kesejateraan subjektif
tinggi berjumlah 58 subjek (66,7).
Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian saya adalah
penelitian ini memfokuskan penelitiannya untuk mengetahui Kesejahteraan
Subjektif pada Pemulung. Persamaan penelitian ini dengan penelitian
terdahulu ialah sama-sama menfokuskan pada permasalahan pemulung di
tengah kehidupan bermasyarakat sosial.
Penelitian yang di lakukan oleh (Safarit Fafan Wahyudi, 2014)
dengan judul “Budaya Kemiskinan Masyarakat Pemulung” hasil dari
penelitian ini menujukkan bahwa wujud budaya yang diwariskan dari
generasi ke generasi di perkampungan kumuh. Budaya tersebut antara lain
ketergantungan dengan pengepul, singkatnya masa anak-anak, rendahnya
partisipasi dan integrasi pada pranata masyarakat serta wilayah slum yang
didalamnya tercipta hubungan bilateral.
Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian saya adalah
penelitian ini memfokuskan penelitiannya pada kondisi yang membudaya
di lingkungan masyarakat pemulung. Persamaan penelitian ini dengan
30
penelitian terdahulu ialah sama-sama menfokuskan pada permasalahan
pemulung di tengah kehidupan bermasyarakat sosial.
Penelitian yang di lakukan oleh (Viorentin Simanjuntak, 2019)
dengan judul “Pertikaian Sosial Antara Pemulung (Studi Pada Pemulung
Etnis Batak di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru” hasil dari penelitian ini
menujukkan bahwa terdapat beberapa bentuk pertikaian yang antara
pemulung di Kecamatan, yaitu sebagai berikut: permasalahan Kawasan
kerja permasalahan kawasan kerja ini di temukan pada pertikaian yang
melibatkan tiga subjek penelitian, yaitu ibu rona, bapak rehat dan ibu
sondang. Permasalahan jenis barang yang dikumpulkan permasalahan jenis
barang yang dikumpulkan ini melibatkan empat subjek penelitian yaitu ibu
Rona, bapak Kamal, bapak Yanto dan bapak Rehat.
Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian saya adalah
penelitian ini memfokuskan penelitiannya pada permasalahan antara
pemulung Etnis suku Batak dengan pemulung lainnnya, yang menjadi
permasalahan ini terjadi karena perebutan kawasan pada saat memulung.
Sehingga menyebabkan pertikaian sesama pemulung lainnya. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian terdahulu ialah sama-sama menfokuskan
fenomena pemulung yang terjadi dit tengah kehidupan bermasyarakat.
Penelitian yang di lakukan oleh (Muhammad Siregar, 2020) dengan
judul “Dampak Sosial Ekonomi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bagi
Pemulung Desa Mrican Ponorogo” hasil dari penelitian ini menujukkan
bahwa tempat pembuangan akhir sampah Mrican memberi peluang kerja,
31
menambah penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya pendidikan.
Orang tua yang melibatkan anak untuk memulung dapat menghambat
pendidikan anak. Pemulung memanfaatkan air PDAM di sekitat tempat
tinggalnya untuk pemenuhan kebutuhan air bersih. Upaya jangka waktu
dalam mempertahankan kehidupan pemulung dilakukan dengan bekerja
sampingan yaitu dengan bercocok tanam dan berternak.
Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian saya adalah
penelitian ini memfokuskan penelitiannya pada manfaat dengan adanya
TPA bagi Desa Mrican Ponorogo. Akan tetapi, banyak orang tua yang
melibatkan anaknya untuk memulung. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu ialah sama-sama menfokuskan fenomena pemulung
yang terjadi dit tengah kehidupan bermasyarakat.
Penelitian yang di lakukan oleh (Ardli Restyan F.M, 2013) dengan
judul “Konflik dan Intergritas dalam Prespektif Pemulung di Surabaya”
hasil penelitian ini menujukkan bahwa konflik yang terjadi di antara kedua
belah pihak adalah mengenai harga dan proses penjualan yang di persulit
oleh pihak pabrik. Namun, munculnya konflik justru meningkatkan
integritas di dalam kelompok pemulung. Terbukti dengan bersatunya
mereka untuk mendirikan organisasi Ikatan Pemulung Indonesia Jawa
timur. Peran penting dari organisasi pemulung ini selain sebagai katup
penyelamat saat terjadi konflik, organisasi ini juga telah mamp merubah
kehidupan para pemulung.
32
Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian saya adalah
penelitian ini memfokuskan penelitiannya munculnya berbagai konflik di
kalangan pemulung. Akan tetapi, dengan adanya konflik-konflik tersebut
membawa kalangan pemulung memiliki rasa soladaritas yang terhadap
sesame pemulung. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu
ialah sama-sama menfokuskan fenomena pemulung yang terjadi dit tengah
kehidupan bermasyarakat.
Jadi, dapat disimpulkan dari beberapa penelitian terdahulu ini
bentuk resistensi ada banyak strategi yang dilakukan salah satu bentuknya
untuk melakukan ketahanan dalam menjaga nilai-nilai yang telah ada, dan
melakukan resistensi perlawanan guna untuk mendapatkan hak-hak mereka
itu sendiri.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian lapangan (Field research) dengan menggunakan jenis penelitian
Kualitatif Deskriptif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
pengambilan sampel sumber data dilakukan dengan teknik pengumpulan
dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi
(Sugiyono, 2015).
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan Penelitian ini adalah Pendekatan Fenomelogi. Karena
itu data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa informasi yang
berbentuk keterangan-keterangan dan bukan berupa angka-angka. Namun
data tersebut digunakan dan dianalisis untuk mendapatkan makna yang
terkandung dalam data itu sendiri. Analisis kualitatif dianggap lebih tepat di
dalam penelitian ini agar mampu memahami dan memberikan gambaran
yang jelas mengenai permasalahan yang terkait dengan pembahasan.
Sesuai dengan tujuannya, penelitian kualitatif ditujukan untuk
memahami fenomena-fenomena sosial yang terjadi di para pemulung lanjut
34
usia. Penelitian kualitatif sekedar memahami fenomena tetapi juga
mengembangkan teori, Penelitian kualitatif juga mengkaji adaptasi dengan
multistrategi, yang bersifat interaktif, seperti observasi langsung,
wawancara mendalam, dokumen-dokumen, teknik-teknik pelengkap seperti
foto, rekaman, dan lain-lain.
Dengan mengungkapkan sebuah fenomena dan makna secara
alamiah tersebut, penulis menggunakan metode deskriptif. Penelitian
kualitatif memiliki karakteristik dan mendekripsikan suatu keadaan yang
sebenarnya. Mendeskripsikan sesuatu berarti menggambarkan apa dan
bagaimana suatu kejadian terjadi, dan penulis akan berusaha menganalisis,
mengetahui dan mendeskripsikan mengenai presepsi masyarakat terhadap
pemulung lansia di TPA Antang Kota Makassar.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Penelitian ini dilakukan di tempat TPA Antang Kelurahan Tamangapa,
Kota Makassar. Lokasi ini di pilih karna pembuangan akhir Kota
Makassar satu-satunya hanya di TPA Antang.
2. Waktu penelitian yang digunakan peneliti untuk dilaksanakan penelitian
ini sejak tanggal dikeluarkan ijin penelitian dalam kurun waktu 2 bulan,
1 bulan pengumpulan data yang meliputi penyajian dalam bentuk skripsi
dan proses bimbingan berlangasung. Penelitian terlebih dahulu
menjelaskan waktu pelaksanaan penelitian, selanjutnya peneliti
membuat table penelitian, dengan format sebagai berikut.
35
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian yang dimaksudkan disini memberi Batasan studi
kualitatif sekaligus membatasi penelitian guna memilih data yang relevan
dan mana data yang tidak relevan (Moleong, 2010). Oleh karena itu
penelitian ini memfokuskan pada Resistensi Pemulung Lansia di TPA
Antang Kota Makassar.
D. Informan Penelitian
Teknik penentuan informan yang dilakukan oleh peneliti dalam
penelitian ini teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono, “Teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu”. Teknik
penentuan informan dengan menggunakan purposive sampling dipilih
karena orang (informan) dengan penilaian tertentu menurut kebutuhan
peneliti, sehingga layak untuk dijadikan sumber informasi.
Informan penelitian merupakan seseorang yang memberikan
informasi berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Peneliti
memilih berbagai kritreria sebagai berikut :
1. Informan kunci yaitu orang-orang yang akan dipandang tahu
permasalahan yang diteliti yaitu :
a) Pemulung lansia 60-65 Tahun
b) Pengelola TPA
36
2. Informan umum, maksudnya yaitu mereka yang terlibat secara
langsung dalam interaksi sosial.
a) Warga sekitar Antang
b) Kepala Kelurahan
3. Informan pendukung, yaitu mereka yang memberikan informasi
walupun tidak langsung terlihat dalam interkasi sosial.
a) Sopir Truck Sampah
E. Jenis dan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data
diperoleh. Apabila penelitian menggunakan lembar observasi atau
wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data tersebut disebut
dengan responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-
pertanyaan penelitian, baik itu pertanyaan tertulis maupun lisan. Sumber
data yang menjadi bahan baku penelitian, untuk dioleh menjadi wujud data
primer dan sekunder.
Sugiyono (2010: 15), data yang diperlukan penelitian yang
bersumber dari data primer dan sekunder :
1. Data primer
Data yang dikumpulkan melalui pengamatan langsung untuk
melengkapi data, maka melakukan wawancara secara langsung dan
mendalam dengan berpedoman pada daftar pernyataan yang telah
disiapkan sebagai alat pengumupulan data. Dalam data ini sumber
37
data utama (data primer) diperoleh langsung dari setiap informan
yang diwawancarai secara langsung dalam penelitian.
2. Data sekunder
Menurut Sugiyono (2013: 308), data sekunder merupakan
data yang tidak dapat secara langsung oleh peneliti. Data bukan
berasal dari pihak pertama, tetapi dari pihak kedua. Data yang
didapat berupa data tertulis, yaitu sumber data yang diluar kata–kata
tindakan dan tindakan yang termasuk sebagai sumber data kedua,
namun tetap penting untuk menunjang data penelitian. Adapun
sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah yang diperoleh
dari jurnal, dan data yang relevan.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam melakukan
penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam artian lebih cermat, lengkap dan sistematis
sehingga lebih muda untuk dioleh. Peneliti sendiri sebagai instrumen utama
dan human instrumen. Adapun alat bantu penelitian yang digunakan dalam
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pedoman Wawancara, alat yang digunakan dalam melakukan
wawancara yang dijadikan dasar untuk memperoleh informasi dari
informan yang berupa data pertanyaan.
2. Lembar Observasi, berisi hal-hal tentang kegiatan akan diamati
peneliti, pada saat melakukan pengamatan langsung ke lapangan.
38
3. Catatan dokumentasi, adalah data pendukung yang dikumpulkan
sebagai penguatan data observasi dan wawancara yang berupa
gambar, data sesuai dengan kebutuhan penelitian.
4. Alat tulis menulis yaitu buku, pulpen, atau pensil sebagai alat untuk
mencatat informasi yang didapat pada saat wawancara, kamera
ponsel sebagai alat dokumentasi dalam kegiatan penelitian, alat
perekam sebagai alat untuk merekam pada saat peneliti
mewawancarai informan.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan metode sebagai berikut :
1. Observasi merupakan aktivitas penelitian dalam rangka
mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah penelitian
melalui proses pengamatan langsung dilapangan (Gulo, 2002: 116).
Jenis observasi yang akan dilakukan adalah observasi secara
langsung dilapangan.
2. Wawancara (interview), adalah pengumpulan data dengan
mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara
(pengumpulan data) kepada responden dicatat dengan alat peneliti
melakukan wawancara secara langsung dengan narasumber dan
wawancara dilakukan dengan cara penyampaian sejumlah
pertanyaan kepada narasumber, hingga keterangan dianggap cukup
untuk melengkapi informasi terhadap penelitian.
39
Jenis wawancara tersebut berupa tanya jawab sesuai dengan
pedoman wawancara yang ingin di ajukan kepada masyarakat
pendatang dan juga masyarakat lokal.
3. Dokumentasi merupakan suatu Teknik pengumpulan data dengan
cara menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik
dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Jenis data ini berupa
sampel untuk memenuhi atau melengkapi data-data yang akan
diteliti.
4. Partisipatif merupakan dimana peneliti terlibat dalam kegiatan
sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai
sumber penelitian.
H. Teknik Analisis Data
Analisis Data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh observasi, wawancara, catatan lapangan dan
dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori,
menjabarkan kedalam unit-unit, sintesa, menyusun kedalam pola. Memilih
mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Dimana
penyusunannya diarahkan untuk menjawab rumusan masalah. Analisis data
dalam penelitian kualitatif bersifat induktif yaitu analisis berdasarkan data
yang di peroleh selanjutnya dikembangkan menjadi lebih rinci hingga
mudah dimengerti, yaitu dengan model Miles dan Huberman sebagaimana
40
dikutip Sugiyono (2008). Aktivitas yang dilakukan dalam Teknik
menganalisis data dikelompokkan menajdi 3 (tiga) kategori yaitu:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang diperoleh dilapangan yang masih ditulis dalam
bentuk uraian atau laporan terperinci, laporan tersebut direduksi,
dirangkum dipilih, difokuskan pada program, sehingga mudah
dipahami.
2. Penyajian Data (Data Display)
Display Data adalah usaha untuk menujukkan sekumpulan
data atau informasi, untuk melihat gambar keseluruhan atau bagian
tertentu dari penelitian tersebut. Adapun bentuk-bentuk display ini
bisa berupa grafik, matrik, network atau bentuk-bentuk yang lain.
Tujuan di perlukannya display data supaya penelitian dapat
menguasai data secara cermat dan tidak tenggelam dan tumpukkan
data.
3. Pengambilan Kesimpulan (Conclusion Drawaing)
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan
temuan baru yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap
sehingga setelah diteliti menjadi jelas dapat berupa hubungan
interkatif, hipotesis atau teori, sehingga kesimpulan awal dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berubah bila
terdapat bukti-bukti. Namun jika kesimpulan pada tahap awal
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
41
Kembali kelapangan maka kesimpulan tersebut adalah yang
kredibel.
I. Teknik Keabsahan Data
Teknik Keabsahan data adalah proses mentriangulasi tiga data yang
terdiri dari data Observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun alat yang
digunakan untuk menguji keabsahan data yaitu :
1. Triangulasi Sumber Data adalah menggali kebenaran informasi
tertentu melalui berbagai metode dan sumber pengolahan data.
2. Triagulasi Metode dilakukan dengan cara membandingkan
informasi atau data dengan cara yang berbeda.
3. Triagulasi Teknik, menurut Sugiyono (2013:330) triagulasi Teknik
berarti peneliti menggunakan Teknik pengumpulan data yang
berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber data yang sama.
Peneliti menggunakan observasi, wawancara mendalam, serta
dokumentasi.
J. Etika Penelitian
Para peneliti sebagai ilmuwan dituntut untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat. Dalam
melakukan tugas penelitian, para peneliti harus memiliki etika penelitian
dan menjalankan proses penelitian.
Etika penelitian dalam hal ini adalah proses yang dilakukan peneliti
pada saat proses awal penelitian hingga proses penyelesaian dengan baik,
42
sopan, santun, jujur dan tidak melanggar etika penelitian dengan melakukan
peniruan atau plagiat.
K. Outline Penelitian
Outline penelitian merupakan suatu rancangan tentang inti
permasalahan yang memuat garis-garis besar yang dirangkaingkan dengan
ide-ide yang disusun sistematis, logis, jelas, terstruktur dan teratur.
Gambar Tabel 1.1
No. Jenis kegiatan
Bulan ke -
1 2 3 4 5 6 7
1. Pengusulan judul
2. Penyusunan proposal
3. Konsultasi pembimbing
4. Seminar proposal
5. Pengurusan izin penelitian
6. Pelaksanaan penelitian
7.
Pengolahan data, analisis
dan penyusunan laporan
8. Seminar Hasil
9. Wisuda
43
BAB IV
HISTORY DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Lokasi Penelitian
1. Kota Makassar
Makassar adalah Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan, yang terletak di
bagian Selatan Pulau Sulawesi yang dahulu disebut Ujung Pandang, terletak
antara 119º24’17’38” Bujur Timur dan 5º8’6’19” Lintang Selatan yang
berbatasan sebelah Utara dengan Kabupaten Maros, sebelah Timur Kabupaten
Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah Barat adalah Selat
Makassar. Kota Makassar memiliki topografi dengan kemiringan lahan 0-
2°(datar) dan kemiringan lahan 3-15° (bergelombang). Luas Wilayah Kota
Makassar tercatat 175,77 km persegi. Kota Makassar memiliki kondisi iklim
sedang hingga tropis memiliki suhu udara rata-rata berkisar antara 26,°C
sampai dengan 29°C.
Kota Makassar berada di muara Sungai Tallo dengan pelabuhan niaga kecil
di wilayah itu pada penghujung abad XV. Sumber-sumber Portugis
memberitakan, bahwa bandar Tallo itu awalnya berada di bawah Kerajaan
Siang di sekitar Pangkajene. Pada pertengahan abad XVI, Tallo bersatu dengan
sebuah kerajaan kecil lainnya yang bernama Gowa, dan mulai melepaskan diri
dari kerajaan siang, bahkan menyerang dan menaklukkan kerajaan-kerajaan
sekitarnya.
Pada masa pemerintahan Raja Gowa XVI, didirikan Benteng Rotterdam,
pada masa itu terjadi peningkatan aktivitas pada sektor perdagangan lokal,
44
regional dan internasional, sektor politik serta sektor pembangunan fisik oleh
kerajaan. Masa itu merupakan puncak kejayaan Kerajaan Gowa, namun
selanjutnya dengan adanya perjanjian Bungaya menghantarkan Kerajaan
Gowa pada awal keruntuhan. Komoditi ekspor utama Makassar adalah beras,
yang dapat ditukar dengan rempah-rempah dari Maluku maupun barang-
barang manufaktur asal Timur Tengah, India dan Cina di Nusantara Barat. Dari
laporan saudagar Portugal maupun catatan-catatan lontara setempat, diketahui
bahwa peranan penting saudagar Melayu dalam perdagangan yang
berdasarkan pertukaran hasil pertanian dengan barang-barang impor. Dengan
menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya, yang pada umumnya
berbasis agraris, maka Makassar menguasai kawasan pertanian yang relatif
luas dan berusaha pula untuk membujuk para saudagar di kerajaan sekitarnya
agar pindah ke Makassar, sehingga kegiatan perdagangan semakin
terkonsentrasi di bandar niaga baru Makassar.
Hanya dalam seabad saja, Makassar menjadi salah satu Kota niaga
terkemuka dunia yang dihuni lebih 100.000 orang (kota terbesar ke 20 dunia).
Pada zaman itu jumlah penduduk Amsterdam, yang termasuk Kota
kosmopolitan dan multikultural baru mencapai sekitar 60.000 orang.
Perkembangan bandar Makassar yang demikian pesat itu, berkat hubungannya
dengan perubahan-perubahan pada tatanan perdagangan internasional masa
itu. Pusat utama jaringan perdagangan di Malaka, ditaklukkan oleh Portugal
pada tahun 1511, demikian juga di Jawa Utara semakin berkurang mengikuti
kekalahan armada lautnya di tangan Portugal dan pengkotakkotakan dengan
45
kerajaan Mataram. Bahkan ketika Malaka diambil alih oleh Kompeni Dagang
Belanda (VOC) pada tahun 1641, banyak pedagang Portugis ikut pindah ke
Makassar.
Sampai pada pertengahan abad ke-17, Makassar berupaya merentangkan
kekuasaannya ke sebagian besar Indonesia Timur dengan menaklukkan Pulau
Selayar dan sekitarnya, kerajaan-kerajaan Wolio di Buton, Bima di Sumbawa,
Banggai dan Gorontalo di Sulawesi bagian Timur dan Utara serta mengadakan
perjanjian dengan kerajaan-kerajaan di Seram dan pulau-pulau lain di Maluku.
Secara Internasional, sebagai salah satu bagian penting dalam dunia Islam,
Sultan Makassar menjalin hubungan perdagangan dan diplomatik yang erat
dengan kerajaan-kerajaan Banten dan Aceh di Indonesia Barat, Golconda di
India dan Kekaisaran Otoman di Timur Tengah.
Hubungan Makassar dengan dunia Islam diawali dengan kehadiran Abdul
Ma’mur Khatib Tunggal atau Dato’ Ri Bandang yang berasal dari
Minangkabau, Sumatera Barat yang tiba di Tallo (sekarang Makassar) pada
bulan September 1605. Beliau mengislamkan Raja Gowa ke-XIV I-
Mangngarangi Daeng Manrabia Dengan Gelar Sultan Alauddin (memerintah
Tahun 1593-1639), dan dengan Mangkubumi I-Mallingkaang Daeng
Manyonri Karaeng Katangka yang juga sebagai Raja Tallo. Kedua raja ini,
yang mulai memeluk Agama Islam di Sulawesi Selatan. Pada tanggal 9
Nopember 1607, tepatnya hari Jum’at, diadakan shalat Jum’at pertama di
Mesjid Tallo dan dinyatakan secara resmi bahwa penduduk Kerajaan Gowa-
Tallo telah memeluk Agama Islam, pada waktu bersamaan pula, diadakan
46
shalat Jum’at di Mesjid Mangallekana di Somba Opu. Tanggal inilah yang
selanjutnya diperingati sebagai Hari Jadi Kota Makassar sejak Tahun 2000,
yang sebelumnya hari jadi Kota Makassar diperingati pada tanggal 1 April
setiap tahunnya. Para ningrat Makassar dan rakyatnya dengan giat ikut dalam
jaringan perdagangan internasional, dan interaksi dengan komunitas Kota yang
kosmopolitan itu menyebabkan sebuah “creative renaissance” yang
menjadikan Bandar Makassar sebagai salah satu pusat ilmu pengetahuan
terdepan pada zamannya.
Koleksi buku dan peta, zaman itu masih langka di Eropa namun di Makassar
sudah banyak terkumpul. Makassar merupakan salah satu perpustakaan ilmiah
terbesar di dunia, dan para sultan tak segan-segan memesan barang-barang
paling mutakhir dari seluruh pelosok bumi, termasuk bola dunia dan teropong
terbesar pada waktunya, yang dipesan secara khusus dari Eropa.
Ambisi para pemimpin Kerajaan Gowa-Tallo untuk semakin memperluas
wilayah kekuasaan serta persaingan Bandar Makassar dengan Kompeni
Dagang Belanda (VOC) berakhir dengan perang paling dahsyat dan sengit
yang pernah dijalankan Kompeni. Pasukan Bugis, Belanda dan sekutunya dari
Ternate, Buton dan Maluku memerlukan tiga tahun operasi militer di seluruh
kawasan Indonesia Timur. Baru pada Tahun 1669, akhirnya dapat merata-
tanahkan Kota Makassar dan benteng terbesarnya, Somba Opu. Bagi Sulawesi
Selatan, kejatuhan Makassar di tangan federasi itu merupakan sebuah titik
balik yang berarti bahwa Bandar Niaga Makassar menjadi wilayah kekuasaan
VOC, dan beberapa pasal perjanjian perdamaian membatasi dengan ketat
47
kegiatan pelayaran antar-pulau Gowa-Tallo dan sekutunya. Pelabuhan
Makassar ditutup bagi pedagang asing, sehingga komunitas saudagar hijrah ke
pelabuhan-pelabuhan lain. Pada beberapa dekade pertama setelah pemusnahan
kota dan bandar Makassar, penduduk yang tersisa membangun sebuah
pemukiman baru di sebelah utara bekas Benteng Ujung Pandang, benteng
pertahanan pinggir utara kota lama itu pada Tahun 1673 ditata ulang oleh VOC
sebagai pusat pertahanan dan pemerintahan diberi nama baru Fort Rotterdam,
dan ‘kota baru’ yang mulai tumbuh di sekelilingnya itu dinamakan
‘Vlaardingen’. Pemukiman itu jauh lebih kecil daripada Kota Raya Makassar
yang telah dihancurkan.
Pada dekade pertama seusai perang, seluruh kawasan itu dihuni tidak lebih
2.000 jiwa, pada pertengahan abad ke-18 jumlah itu meningkat menjadi sekitar
5.000 orang, setengah di antaranya berupa budak. Selama dikuasai VOC,
Makassar menjadi sebuah kota yang terlupakan, maupun para penjajah
kolonial pada abad ke-19 itu tak mampu menaklukkan jazirah Sulawesi Selatan
yang sampai awal abad ke-20 masih terdiri dari lusinan kerajaan kecil yang
independen dari pemerintahan asing, bahkan sering harus mempertahankan
diri terhadap serangan militer yang dilakukan kerajaan-kerajaan itu. Maka,
‘Kota Kompeni’ itu hanya berfungsi sebagai pos pengamanan di jalur utara
perdagangan rempahrempah tanpa hinterland bentuknya pun bukan ‘bentuk
kota’, tetapi suatu aglomerasi kampung-kampung di pesisir pantai sekeliling
Fort Rotterdam.
48
Pada awalnya, kegiatan perdagangan utama beras di Bandar Dunia ini
adalah pemasaran budak serta suplai beras kepada kapal-kapal VOC dan
menukarkannya dengan rempah-rempah di Maluku. Pada tahun 30an di abad
ke18, pelabuhan Makassar dibuka bagi kapal-kapal dagang Cina. Komoditi
yang dicari para saudagar Tionghoa di Sulawesi, pada umumnya berupa hasil
laut dan hutan seperti teripang, sisik penyu, kulit kerang, sarang burung dan
kayu cendana, sehingga tidak dianggap sebagai langganan dan persaingan bagi
monopoli jual-beli rempah-rempah dan kain yang didirikan VOC. Sebaliknya,
barang dagangan Cina, terutama porselen dan kain sutera, dijual para
saudagarnya dengan harga yang lebih murah di Makassar daripada yang bisa
didapat oleh pedagang asing di negeri Cina sendiri. Adanya pasaran baru itu,
mendorong kembali aktivitas maritim penduduk Kota dan kawasan Makassar.
Terutama penduduk pulau-pulau di kawasan Spermonde mulai
menspesialisasikan diri sebagai pencari teripang, komoditi utama yang dicari
para pedagang Cina, dengan menjelajahi seluruh Kawasan Timur Nusantara.
Sejak pertengahan abad ke-18 para nelayan-pelaut Sulawesi secara rutin
berlayar hingga pantai utara Australia, selama tiga sampai empat bulan
lamanya membuka puluhan lokasi pengolahan teripang. Sampai sekarang,
hasil laut masih merupakan salah satu mata pencaharian utama bagi penduduk
pulau-pulau dalam wilayah Kota Makassar. Setetah Pemerintah Kolonial
Hindia Belanda menggantikan kompeni perdagangan VOC yang bangkrut
pada akhir abad ke-18, Makassar dihidupkan kembali dengan menjadikannya
sebagai pelabuhan bebas pada tahun 1846. Tahun-tahun berikutnya terjadi
49
kenaikan volume perdagangan yang pesat, dan Kota Makassar berkembang
dari sebuah pelabuhan backwater kembali menjadi bandar internasional.
Dengan semakin berputarnya roda perekonornian Makassar, jumlah
penduduknya meningkat dari sekitar 15.000 penduduk pada pertengahan abad
ke-19 menjadi kurang lebih 30.000 jiwa pada awal abad berikutnya. Makassar
abad ke-19 itu dijuluki “kota kecil terindah di seluruh Hindia-Belanda” (Joseph
Conrad, seorang penulis Inggris-Polandia terkenal),dan menjadi salah satu port
of call utama bagi para pelaut pedagang Eropa, India dan Arab dalam
pemburuan hasil-hasil hutan yang amat laku di pasaran dunia maupun perahu-
perahu pribumi yang beroperasi di antara Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan
Maluku. Pada awal abad ke-20, Belanda akhirnya menaklukkan daerah-daerah
independen di Sulawesi, Makassar dijadikan sebagai pusat pemerintahan
kolonial Indonesia Timur. Tiga setengah dasawarsa Neerlandica, kedamaian di
bawah pemerintahan kolonial itu adalah masa tanpa perang paling lama yang
pernah dialami Sulawesi Selatan, dan sebagai akibat ekonominya berkembang
dengan pesat. Penduduk Makassar dalam kurun waktu itu meningkat sebanyak
tiga kali lipat, dan wilayah Kota diperluas ke semua penjuru.
Dideklarasikan sebagai Kota Madya pada tahun 1906, Makassar tahun
1920-an adalah Kota besar kedua di luar Jawa yang membanggakan dirinya
dengan sembilan perwakilan asing, sederetan panjang toko di tengah kota yang
menjual barang-barang mutakhir dari seluruh dunia dan kehidupan sosial-
budaya yang dinamis dan kosmopolitan. Perang Dunia Kedua dan pendirian
Republik Indonesia sekali lagi mengubah wajah Makassar. Hengkangnya
50
sebagian besar warga asing pada Tahun 1949 dan Nasionalisasi perusahaan-
perusahaan asing pada akhir Tahun 1950-an menjadikannya kembali sebuah
Kota provinsi. Bahkan, sifat asli Makassar pun semakin menghilang dengan
kedatangan warga baru dari daerah-daerah pedalaman yang berusaha
menyelamatkan diri dari kekacauan akibat berbagai pergolakan pasca revolusi.
Antara Tahun 1930-an sampai Tahun 1961 jumlah penduduk m eningkat
dari kurang lebih 90.000 jiwa menjadi hampir 400.000 orang, lebih daripada
setengahnya pendatang baru dari wilayah luar kota. Hal ini dicerminkan dalam
penggantian nama kota menjadi Ujung Pandang berdasarkan julukan
Jumpandang yang selama berabad-abad lamanya menandai Kota Makassar
bagi orang pedalaman pada Tahun 1971. Baru pada Tahun 1999 kota ini
berubaha namanya kembali menjadi Makassar, tepatnya 13 Oktober
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999 Nama Ujung
Pandang dikembalikan menjadi Kota Makassar. Dan sesuai Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang diganti dengan
Undangundang Nomor 32 Tahun 2004, luas wilayah Kota Makassar
bertambah kurang lebih 4 mil kearah laut setara dengan 10.000 Ha, sehingga
seluruh daratan dan lautan seluas ± 27.577Ha.
2. Tempat Pembuangan Akhir Kota Makassar
Kota Makassar atau Kota Mangkasara’dari tahun 1971 hingga 1999 secara
resmi di kenal sebagai Ujung Pandang adalah Ibu Kota Provinsi Sulawesi
Selatan. Makassar merupakan Kota metropolitan terbesar di kawasan
Indonesia Timur dan pada masa lalu pernah menjadi ibu kota Negara Indonesia
51
Timur dan Provinsi Sulawesi. Makassar terletak di pesisir barat daya pulau
Sulawesi selatan dan berbatasan dengan selat Makassar di sebelah barat,
Kabupaten Pengkajene di Sebelah Utara, Kabuaten Maros di sebelah Timur
dan Kabupaten Gowa di Sebelah Selatan.
TPA antang merupakan tempat pembuangan akhir segala jenis sampah
yang berada di Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala Kota Makassar.
Letak lokasi ini 15 Km dari pusat Kota Makassar.
Awal mula munculnya TPA Antang di Kecamatan Manggala Kota
Makassar bertempat di wilayah Tamangaapa, sekitar 15 km dari pusat kota
Makassar. TPA Antang merupakan satu-satunya TPA di Kota Makassar.
Sampah yang sebagai besar berasal dari sampah rumah tangga, sampah pasar,
sampah perkantoran, dan sampah pusat perbelanjaan. Sebelum TPA antang di
bangun sebagai lahan TPA, pada tahun 1979, sampah padat perkotaan di buang
di Panamu, Kecamatan Ujung Tanah. Karena keterbatasan wilayah dan
lokasinya yang dekat dengan laut, tempat pembuangan sampah di pindahkan
ke Kantisang. Kecamatan Biringkaya pada tahun 1980. Karena telah
menurunkan kualitas air.
Kemudian pada tahun 1984, Pemerintah Kota Makassar membangun TPA
baru di tanjung bunga, Kecamatan Tamalate. Akan tetapi, pertumbuhan
penduduk yang terus meningkat dan pendirian wilayah perumahan di sekitara
Kecamatan Tamalate mendorong pemerintah untuk membangun Tamangapa
sebagai lahan TPA untuk Kota Makassar pada tahun 1992.
52
B. Letak Geografis
1. Kondisi Geografis dan Batas Wilayah
Di Kelurahan Tamangapa yang di pilih sebagai lokasi penelitian
adalah salah satu Kelurahan dalam wilayah Kecamatan Manggala Kota
Makassar yang memiliki luas 662 Ha. Di tinjau dari batas-batasnya.
a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan
Tamangapa Kecamatan Manggala
b. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan
Kabupaten Gowa
c. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan
Somba Opu, Kabupaten Gowa.
d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kelurahan
Tamangapa Kecamatan Manggala.
Gambar 1 : Peta TPA Tamangapa
53
2. Kondisi Demogrfi
a. Jumlah penduduk Keluarahan Tamangaapa per 30 November 2018
adalah kurang lebih 10.971 jiwa
Terdiri dari Laki-lak = 5.494 jiwa dan Perempuan = 5.447 jiwa
Dengan jumlah kepala kelurahan = 3.231 KK
Jumlah rumah = 3241 Rumah
b. Wilayah kerja Kelurahan Tamangapa terbagi atas :
Rukun Warga = 7 RW
Rukun Tetangga = 35 RT
c. Kepadatan Penduduk per Ha2 adalah = 1. 813/Ha
Sumber : Kantor Lurah Tamangaapa, 2021
C. Keadaan Penduduk
Keadaan Penduduk adalah data-data setiap warga masyarakat yang pergi
atau menetap di suatu daerah dan di input oleh mereka yang mempunyai
wewenang dalam menginput data warga di sekitarnya agar tidak terjadi suatu
permasalahan yang timbul di kemudian hari. Dalam hal ini adalah warga atau
masyarakat di jalan Antang Raya Kota Makassar ini memilik lokasi jumlah
penduduk yang padat.
Adapun Data Kependudukan Kecamatan Manggala Kota Makassar Sebaga
berikut:
Data Kependudukan Mei 2021
PERINCIAN
WARGA NEGARA RI
WARGA ASING
JUMLAH
54
Sumber : Kantor Lurah Tamangapa, 2021
Pada table diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk menurut warga
wegara RI penduduk awal dan penduduk akhir yang berjenis laki-laki mengalami
penurunan yang awalnya 5.508 menjadi 5.507, sedangkan yang perempuan
mengalami peningkatan yang awalnya 5.489 menjadi 5.496. Dan kalau di total
seluruhnya jumlah laki-laki dan perempuan di Kelurahan Tamangapa berjumlah
11.003.
A. Sosial Budaya
1. Etnis, penduduk Kelurahan Tamangapa sebagian besar merupakan etnis
Makassar.
2. Agama, pada umumnya adalah pemeluk agama islam.
3. Pekerjaan/ mata pencaharian, sebagian besar mata pencaharian penduduk
Kelurahan Tamangaapa adalah petani dan peternak.
Sumber : Kantor Lurah Tamangapa 2021.
B. Keadaan Pendidikan
Semakin tinggi tamatan pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pula
kemampuan serta kesempatan untuk bekerja. Peningkatan kualitas sumber
NO LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI
+PEREMPUAN
1. Penduduk
awal
5.508 5.489 0 0 5.508 5.489 10.997
2. Kelahiran 5 3 0 0 5 3 8
3. Kematian 4 3 0 0 4 3 7
4. Pendatang 6 8 0 0 6 8 14
5. Pindah
keluar
8 1 0 0 8 1 9
6. Penduduk
akhir
5.507 5.496 0 0 5.507 5.496 11.003
55
daya manusia melihat dari tamatan dan mendapatkan upah yang sesuai dengan
pendidikan akhir serta kemampuan mereka.
Pada masyarakat luas serta proses kegiatan interkasi manusia saling
bermasyarakat dan menciptakan tingkatan-tingkatan dalam proses pergaulan
atau emosional. Proses pergaulan manusia berada pada proses adaptasi
manusia saat ini bisa di ukur dari tingkat pendidikan manusia. Dapat di lihat
dari aspek sosial masyarakat, manusia berkembang dalam dunia masyarakat
mengikuti titik lingkungannya.
Keadaan pendidikan atau tingkat pendidikan pekerja pemulung rata-rata
batas jenjang SD dan SMP. Hal inilah salah satu menjadi alasan kenapa pekerja
pemulung tidak bisa memiliki pekerjaan yang lebih tinggi.
Aspek pendidikan yang dapat kita lihat pada daerah sangat berbeda
termasuk pada daerah Kelurahan Tamangaapa Kota Makassar ini yang lebih
memilih bekerja sebagai Berdagang, Berternak. Dari yang di lihat rata-rata
masyarakat yang berprofesi sebagai pemulung ada yang tidak sekolah dan
tingkat pendidikan mulai dari SD, SMP.
Maka dari itu sebagai masyarakat pada daerah kelurahan tamangapa banyak
yang bekerja sebagai pemulung mengingat keadaan umur mereka yang sangat
rentan, ini hanya satu pilihan mereka karena dekat dari TPA.
56
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada sub ini hasil penelitian ini diuraikan tentang bentuk Resistensi
Pemulung lansia Usia dan Keberlanjutan Resistensi Pemulung Lanjut Usia
di TPA Antang Kota Makassar.
1. Bentuk Resistensi Pemulung Lanjut Usia di TPA Antang
Resistensi berasal dari Bahasa inggris yaitu resist. Dalam hal ini
yang di maksud adalah sebuah tindakan menolak atau melawan. Resistensi
ialah menujukkan sebuah sikap untuk berperilaku bertahan, upaya oposisi
pada umunya sikap ini tidak merujuk pada paham yang jelas. Namun yang
menjadi fokusnya resistensi yang dimaksudkan disini ialah salah satu
bentuk perilaku bertahan hidup di tengah mentropolitan. Tindakan bertahan
tersebut untuk dapat melakukan pemenuhan kebutuhan hidup mereka dan
juga dapat meminimalisirkan barang-barang atau sampah yang tidak
berguna.
Pekerjaan saat ini sangat miris bagi masyarakat yang mana
masyarakat pada era ini berkembang sangat pesat banyaknya batasan aturan
yang tidak sejalan. Menjadi permasalahan bertambahnya di Indonesia karna
mirisnya perekonomian indonesia yang menyebabkan bertambahnya
penduduk dari desa ke kota. Inilah yang menjadi permasalahan semakin
bertambah penduduk di suatu tempat. Alasan-alasan yang menyebabkan
timbulnya permasalahan seperti ini yang pertama proses perpindahan
57
penduduk baik dari desa ke kota maupun warga negara asing yang mulai
menempati sebagai kota-kota yang ada di Indonesia. Maka dari itu
penyediaan lapangan pekerjaan di setiap daerah yang awal mulanya cukup
bagi setiap masyarakat yang terdaftar di suatu daerah menjadi sangat
berkurang dan hal itu yang menimbulkan perekonomian masing-masing
daerah.
Pada dasarnya pekerjaan dalam hal ini yang berprofesi sebagai
pemulung lanjut usia. Pekerjaan yang cukup berat bagi para lanjut usia
untuk dapat bertahan hidup di tengah Kota Mentropolitan.
Pada era ini banyak para masyarakat desa yang pindah ke Kota. Dan
sudah bertahun-tahun hidup di Kota dan tidak juga memiliki pekerjaan di
karenakan tidak mempunyai ijazah, untuk dapat melamar pekerjaan yang
lebih baik. Oleh karena itu masyarakat mulai mengambil pekerjaan yang
menurutnya cukup memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dari hasil peneliti, salah satu daerah tepatnya di Jalan Antang
Kecamatan Manggala, Keluarahan Tamangapa Kota Makassar ini
merupakan salah satu tempat yang dimana masyarakat mengais rezeki. Ciri
khas pada tempat ini di koordinasikan langsung dengan dinas lingkungan
hidup daerah Makassar.
Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan salah
satu responden yang bernama Pak hafiz selaku penanggung jawab pengelola
TPA Antang di Kelurahan Tamangapa Kota Makassar mengatakan bahwa :
TPA Antang menjadi pusat pembuangan akhir Kota Makassar yang
terkoordinasi langsung dengan Dinas Lingkungan Hidup Daerah
58
Makassar, karena ini salah satu program pemerintah daerah No.4 tahun
2014 tentang pengelolan sampah Kota Makassar.(D.1/Wawancara/9
Juni)
Tempat ini menjadi ladang usaha bagi masyarakat yang bingung harus
bekerja seperti apa dengan tidak memiliki ijazah yang membutuhkan pekerjaan.
Karena peneliti melihat banyaknya masyarakat miskin yang sangat membutuhkan
pekerjaan dan yang menjadi permasalahannya adalah kurangnya lapangan
pekerjaan yang memadai.
Permasalahan di tengah masyakarat saat ini salah satunya dalam segi
perekonomian. Dimana banyaknya masyarakat pada tingkat menegah kebawah
yang tidak mendapatkan pekerjaan yang layak untuk di kerjakan, tidak hanya itu
sebagaian dari mereka tidak mendapatkan pekerjaan. Maka dari itu, mereka
memilih pekerjaan yang menurut mereka cocok dengan mereka dan tidak
memerlukan ijazah, dan mereka memilih menjadi pemulung, pengemis dan tidak
sedikit dari mereka yang melakukan tindakan kriminal.
Sebagaian masyarakat yang berada pada tingkatan menegah kebawah
melakukan pekerjan-pekerjaan yang dapat menghasilkan atau menambah
perekonomian salah satunya mereka melakukan dua pekerjaan sekaligus, yang
dimana seorang suami bekerja sebagai pemulung dan tukang batu kemudian
seorang ibu bekerja sebagai pemulung dan sebagai tukang cuci rumah tangga
seperti di daerah Kecamatan Manggala Kelurahan Tamangapa Kota Makassar.
Hasil dari penelitian dalam hal ini melihat adanya stretegi bertahan hidup
masyarakat di sekitar daerah tersebut, dengan salah satu responden yang bernama
Dg Te’ne sebagai salah satu pemulung lanjut usia di TPA Antang Kelurahan
Tamangapa Kota Makassar berpendapat bahwa :
Untungnya ada pembuangan sampah ini membuat bagi masyarakat
miskin di daerah Kelurahan Tamangaapa ini, jadi lebih
59
mempermudah masyarakat mendapatkan pekerjaan atau bertahan
hidup di Kelurahan Tamangapa tersebut cukup membantu.
(D.2/Wawancara/10 Juni)
Hasil wawancara dari Dg Te’ne menjelaskan beliau sangat senang
dengan adanya pembungan sampai di Antang, membuat beliau lebih mudah
mendapatkan pekerjaan dan beliau merasa cukup membantu dengan
memulung ini. 1Hasil pengamatan peneliti, masyarakat yang memulung
di tempat pembuang akhir tersebut merupakan tindakan yang bagus.
Karena tidak hanya membantu untuk pemerintah dan masyarakat lain
dalam membantu mengurangi sampah di tengah permasalahan TPA
yang hampir melewati kapasitas sampah di TPA tersebut. Karena
dengan adanya pemulung, sehingga banyak pengepul sampah yang
memanfaatkan ini guna barang-barang tersebut di jual kembali ke
pabrik-pabrik yang membutuhkan sehingga bernilai ekonomis. Maka
dari itu masyarakat kelas menengah kebawah mencari pekerjaan yang
sesuai dengan standar kriteria keterampilan mereka.
Berkaitan dengan resistensi atau yang dimaksudkan disini strategi
bertahan hidup dimana hasil penelitian yang di dapatkan oleh peneliti
dengan responden yang bernama H. Abd. Rasyid R,SE.MM. selaku
Kepala Kelurahan Tamangapa Kota Makassar yang berpendat bahwa :
Mereka hanya berfikir bagaimana caranya dapat
menghasilkan uang dan bertahan hidup tanpa membedakan
pekerjaan perempuan dengan pekerjaan laki-laki, untuk
masyarakat yang memiliki starata menengah kebawah harus
bisa dalam melakukan pekerjaan yang mereka pilih.
(D.3/Wawancara/14 Juni)
60
Menurut pendapat dari salah satu responden yang bernama H. Abd.
Rasyid R,SE.MM. Permasalahan mulai tercipta karna adanya suatu
yang baru dalam masyarakat baik dari tingkah kegiatan hingga
pandangan-pandangan. Seperti dari pengamatan di daerah ini yang
memilih bekerja sebagai pemulung di umur yang rentan ini pasti tidak
lepas dari pandangan yang berbeda dari masyarakat sekitar. Baik dari
pandangan yang berikan menghasilkan hal positif ataupun negatif.
Bahkan bisa menjadikan konflik terhadap stigma orang-orang yang
berpandangan negatif.
Di lihat dari pandangan peneliti, perkerjaan memang saat ini kurang
memadai di tengah pandemik dan itulah kenapa sebagaian masyarakat
memilih untu memulung dan mendapatkan penghasilan. Kurangnya
masyarakat yang berpendidikan juga menjadi kendala bagi masyarakat
di daerah jalan Antang Kelurahan Tamangaapa ini memilih untuk
memulung untuk mendapatkan uang.
Adapun penjelasan dari bapak Muklis selaku pemulung di TPA
Antang Kelurahan Tamangaapa Kota Makassar berpendapat bahwa :
Mau diapa, alhamdulilah saja bisa dapat bekerja sebagai
pemulung untuk memenuhi kebutuhan hidup. Disyukuri saya
cuman ini yang saya bisa untuk menambah pengahasil.
Untungnya masih kuat saya menggendong sampah-sampah ini.
Terserahlah orang-orang mau berkata apa, yang penting yang
lakukannya dengan halal. (D.4/Wawancara/17 Juni)
Hasil wawancara dari bapak Muklis yang menjelaskan ia sangat
bersyukur bekerja seperti ini walaupun hasil yang di dapatkan tak
seberapa, tapi pak muklis sangat bersyukur karna bisa menambah
61
penghasilsn setiap hari. Dan keluargapun sangat mendukung walaupun
hanya sebagai pemulung.
Di lihat keadaan saat ini masyarakat yang memilik strata kelas
bawah yang sangat sulit mendapatkan pekerjaan. Tidak hanya di lihat
tingkat pendidikan juga dapat di lihat dari tingkat kemampuan dan tak
memandang umur juga jenis kelamin.
Pemulung merupakan seseorang yang memungut, mengambil, dan
mencari barang yang sudah tidak terpakai untuk di jual keasa
pengusaha atau pengepul yang akan mengelolanya menjadi suatu
barang komoditas atau di olah sendiri kemudian di jual kembali.
Mereka adalah orang tua, muda, dan anak-anak. Akan tetapi, yang
manjadi fokus pemulung lanjut usia.
Adapun penjelasan ibu Nursia selaku pemulung lanjut usia di TPA
Antang Kelurahan Tamangaapa Kota Makassar mengatakan bahwa :
Alasan saya memilih menjadi pemulung, lihatlah keadaan saya
yang sudah tua tidak ada yang menerima saya kerja dengan jalan
pincang-pincang. Lagian sudah 30 tahun saya bekerja sebagai
pemulung karna untuk memenuhi kebutuhan hidup saya, karena
keluarga saya sudah tidak ada. (D.5/Wawancara/18 Juni)
Hasil wawancara dari ibu nursia yang menjelaskan bahwa ia bekerja
karna ingin membiayai kebutuhan hidupnya sendiri dan ia juga merasa
senang dengan pekerjaan yang telah ia pilih selama 30 tahun.
Adapun penjelasan yang lain dari bapak Base selaku pemulung
lanjut usia d TPA Antang Kelurahan Tamangapa Kota Makassar
mengatakan bahwa :
62
sama saja dengan orang-orang lain, karna kebutuhan sehari-
hari walaupun masih dikatakan tidak cukup tapi harus tetap di
syukuri pemberian tuhan, dan penghasilan satu hari paling tinggi
cuman 65 meskipun pergi pagi pulang malam untuk mencari
besi-besi untuk di jual. (D.6/Wawancara/18 Juni 2021)
Hasil wawancara dari bapak Base menjelaskan bahwa ia bekerja
sebagai pemulung karna untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan
beliaupu sangat bersyukur dengan apa yang selalu ia peroleh selama
memulung.
Selanjutnya penjelasan yang lain dari bapak Sakka selaku pemulung
lanjut usia di TPA Antang Kelurahan Tamangapa Kota Makassar
mengatakan bahwa :
Memilih menjadi pemulung sampah, ini bisa menjadi hiburan
saya pribadi di usia saya yang rentan ini, karena jika saya sudah
berada di tempat buangan akhir (TPA) saya bertemu dengan
para pemulung lainnya, sambil bekerja kami juga bercanda.
Selain itu juga saya senang karna mendapatkan barang-barang
yang masih bagus, seperti kipas anging, sendal atau barang-
barang yang masih layak untuk saya gunakan.
(D.7/Wawancara/18 Juni 2021)
Hasil wawancara dari bapak Sanga lmenjelaskan beliau memilih
pekerjaan pemulung merupakan pekerjaan yang menyenangkan dan
sudah hobby, karna kalau satu hari beliau tidak memulung ada aneh
dari dirinya. Beliau merasa senang dengan pekerjaannya karna tidak
sulit untuk di kerjakan dan yang paling penting tidak memerlukan
ijazah, dan juga tidak perlu memerlukan keterampilan untuk
mengambil barang-barang bekas.
63
Selain itu ada juga penjelasan yang lain dari bapak Syamsir selaku
pemulung Lanjut usia di TPA Antang Keluarahan Tamangapa Kota
Makassar mengatakan bahwa :
Menjadi seorang pemulung pasti dianggap sebelah mata dengan
masyarakat, karna pekerjaan ini halal sekarang banyak orang
di luar sana yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan
uang dan itu saya tidak lakukan, selagi saya masih berusaha
saya akan melakukan pekerjaan yang halal seperti memulung
sampah ini. (D.8/Wawancara/18 Juni 2021)
Hasil wawancara dari bapak syamsir menjelaskan bahwa sekarang
sangat sulit mendapatkan pekerjaan apalagi dengan pendidikan yang
seadanya sehingga beliau memilh untuk bekerja sebagai pemulung
sampah karena menjadi pemulung sampah tidak memerlukan modal
sedikitpun walaupun hasilnya sedikit yang penting bisa memenuh
kebutuhan hidup.
Selanjutnya adapun penjelasan yang lain dari ibu Sitti selaku
pemulung lanjut usia di TPA Antang Kelurahan Tamangapa Kota
Makassar mengatakan bahwa :
karna saya seorang janda yang memiliki anak dua. Suami saya
sudah lama meninggal karna faktor ekonomi mau tidak mau
saya terpaksa menjadi pemulung karna tidak ada lagi
penghasilan selain memulung. (D.9/Wawancara/22 Juni 2021)
Hasil wawancara dari ibu Sitti menjelaskan bahwa mau tidak mau
saya harus bekerja agar anak bisa sekolah, karna saya berharap agar
denga bersekolah mereka tidak mengikuti jejek ibunya yang bekerja
sebagai pemulung tetapi menjadi orang sukses.
64
Karena itulah demi melawan kehidupan kerasnya di kota para
sebagian orang memilh memulung untuk dapat bertahan hidup.
(D.1/Dokumentasi/pengamatan langsung peneliti).
Hasil penelitian yang didapatkankan peneliti melakukan
pengamaatan secara langsung mengenai kondisi tempat penelitian.
Dari beberapa informan yang di dapatkan bentuk resistensi
pemulung lanjut usia dengan cara memulung inilah yang dapat
memenuhi kebutuhan hidup mereka dan keluarga. Di karenakan umur
mereka yang sudah cukup tua dengan tidak mempunyai izajah diatas
rata-rata sehingga sangat sulit mendapatkan pekerjaan. Bahkan ada
yang memiliki hobby memulung di karenakan sering mendapatkan
barang-barang yang masih layak di gunakannya. Walaupun hasil yang
di dapatkan terbilang sangatlah kurang, akan tetapi mereka
mensyukuri apa yang telah di peroleh.
2. Keberlanjutan Resistensi Pemulung Lanjut Usia di TPA Antang
Pemulung di anggap sebagai profesi yang di pandang negatif atau di
pandang sebelah mata oleh orang-orang sebagaian. Kehidupan
pemulung yang semakin banyak, sehingga para pemulung bergantung
pada sampah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Di dalam kesempatan ini, di mana para pemulung yang bekerja dari
pagi hingga sore, mereka dapat bercengkrama dengan para pemulung
lainnya. Sehingga memunculkan rasa solidaritas terhadap sesama
pemulung. Akan tetapi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka yang
lebih, mereka sebagian mencari pekerjaan yang lain atau yang bisa
65
mereka kerjakan sesuai kemampuannya seperti tukang batu, mencuci,
tukang bersih-bersih.
Adapun hasil wawancara dari ibu Dg Te’ne selaku pemulung lanjut
usia di TPA Antang Kelurahan Tamangapa Kota Makassar
mengatakan bahwa :
Untuk memenuhi kebutuhan saya yang berkepanjangan, saya
akan tetap memulung dan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang
saya bisa. (Data Selanjutnya)
Hasil wawancara dari ibu Dentenne yang menjelaskan bahwa ia akan
tetap melanjutkan pekerjaan ini dan melakukan pekerjan-pekerjaan lain yang
bisa menghasilkan uang, agar dapat memenuhi kebutuhan hidup beliau
dengan cucunya.
Adapun selanjutnya hasil wawancara dari ibu Sana selaku pemulung di
TPA Antang Kelurahan Tamangapa Kota Makassar mengatakan bahwa :
Masalah penghasilan saja tidak menentu dari hasil memulung, demi
keberlangsungan hidup saya dan keluarganya, saya akan tetap
memulung. Walaupun nanti setelah pandemik saya mendapatkan
pekerjaan lain, saya akan tetap mengambilnya.(D.10/Wawancara/24
Juni 2021)
Hasil wawancara dari ibu Sana yang menjelaskan bahwa untuk
kebelangsungan hidup beliau akan tetap bertahan hidup dengan cara
memulung, apabila beliau mendapatkan pekerjaan lain yang ia mampu, ia
akan mengambil pekerjaan tersebut.
Adapun hasil wawancara dari bapak basir selaku pemulung di TPA Antang
Kelurahan Tamangapa Kota Makassar mengatakan bahwa :
Mengenai kelanjutan saya memulung, tergantung keadaan kalau saya
mendapatkan pekerjan lain yang hasinya lebih banyak saya akan
menjadikan memulung sebagai sampingan saya.(D.11/Wawancara/24
Juni 2021)
66
Hasil wawancara dari bapak basir yang menjelaskan bahwa kelanjutannya
dalam memulung akan melihat kondisi dan waktu, apabila beliau menemukan
pekerjaan yang hasilnyal lebih dari memulung, ia akan memulung di waktu
selangnya.
Adapun hasil wawancara yang lain dari bapak base selaku pemulung di
TPA Antang Kelurahan Tamangapa Kota Makassar mengatakan bahwa ;
Saya akan tetap memulung, kalaupun TPA ini di pindah saya juga akan
pindah, karna saya sudah lama sekali menjadi pemulung awal
dibuatnya tempat pembuangan ini.(Data Selanjutnya)
Hasil wawancara dari bapak base yang menjelaskan bahwa beliau akan
tetap memulung bagaimanapun kondisinya, karna beliau bekerja sebagai
pemulung di TPA Antang ini sudah cukup lama.
Adapun hasil wawancara dari Bapak Baba selaku supir truck sampah di
TPA Antang Kelurahan Tamangapa Kota Makassar mengatakan bahwa:
Saya sedih, miris melihat di usia yang tua ini mereka yang masih
memulung, mereka gampang sekali terkena penyakit kalau berada
lingkungan seperti ini. (D.12/Wawancara/25 Juni 2021)
Hasil wawancara dari Bapak Baba menjelaskan bahwa beliau miris melihat
para pemulung yang masih memulung untuk dapat bertahan hidup, beliau
khawatir akan kesehatan mereka yang langsung bersentuhan pada banyaknya
sampah-sampah di TPA.
Adapun pendapat dari hasil wawancara bapak Muh Kasim sebagai supir
truck sampah di TPA Antang Kelurahan Tamangaapa Kota Makassar
mengatakan Bahwa :
Melihat keberadaan para lansia disini aja saya tersentuh, tapi apa boleh
buat mereka disini untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, sama
halnya dengan saya yang menjadi supir truck sampah
disini.(D.13/Wawancara/25 Juni 2021)
67
Hasil wawancara dari bapak Muh Kasim menjelaskan bahwa beliau melihat
mereka disini saja beliau sedih. Akan tetapi demi sesuap nasi mereka tidak
peduli apapun yang ada di TPA ini.
Adapun pendapat dari hasil wawancara bapak Ilham Depaselle sebagai
masyarakat di TPA Antang Keluarahan Tamangapa Kota Makassar
Mengatakan bahwa :
Terkadang kami warga Kelurahan Tamangapa tidak nyaman dengan
barang-barang para pemulung yang mereka taro di samping jalan,
hampir terjadi konflik di antara para pemulung dengan warga karna
dengan barang-barang mereka. ((D.14/Wawancara/25 Juni 2021)
Hasil wawancara dari bapak Ilham Depaselle menjelaskan bahwa beliau
terkadang tidak nyaman dengan barang yang dibawah oleh pemulung yang di
taruh di samping, bahkan hampir terjadi konflik diantara warga dengan para
pemulung karna para pemulung mengindahkan keperluan bersama.
Adapun pendapat lain dari bapak Sapri sebagai masyarakat di Kelurahan
Tamangaapa Kota Makassar mengatakan bahwa :
Kalau memang mereka ingin melanjutkan sebagai pemulung tidak
masalah, asalkan mereka tidak membuat risih para warga kami. Lagian
mereka dapat mengurangi sampah yang ada di TPA Antang.
(D.14/Wawancara/25 Juni 2021)
Hasil wawancara dari bapak Sapri menjelaskan bahwa beliau tidak masalah
dengan mereka tetap melanjutkan memulung, dengan kata lain tidak membuat
risih para warga. Beliau juga mengatakan dengan mereka memulung dapat
mengurangi sampah di tempat pembuangan akhir TPA Antang.
B. Pembahasan
Pada sub pembahasan ini membahas mengenai uraian hubungan hasil
penelitian dengan teori, agar menjadikan teori sebagai acuan dalam hal
pembahasan.
68
1. Bentuk Resistensi Pemulung Lanjut Usia (Lansia)
Pemulung adalah seseorang atau sekelompok yang melakukan
aktivitas memungut atau mengumpulkam barang-barang bekas
(sampah) yang dapat di manfaatkan atau di jual kembali dengan
ketentuan untuk mendapatkan nilai ekonomis. Adapun pemulung yang
mengumpulkan barang-barang bekas dengan cara mengerumunin truck
sampah yang setelah dibongkar.
Keterbatasan kemampuan dan daya pikir tidak sedikit di antara
mereka memilih sebuah pekerjaan ini untuk di lakukan bukan karena
hasil akan tetapi proses yang diinginkan sebaliknya, tidak sedikit juga
keberadaan manusia dalam hal mengenai pekerjaan ini tidak di harapkan
proses akan tetapi yang hasil di kemudian menjadi sebagai tujuan utama
dalam melakukan sebuah pekerjaan.
Para pemulung hampir mayoritas bukanlah orang pribumi, akan
tetapi orang pendatang yang dari desa. Karna sudah lama tinggal di kota
dan memulung sudah cukup lama akhirnya mereka nyaman dengan
pekerajaan sebagai pemulung walaupun masih di katakan sangatlah
kurang untuk mereka para lanjut usia, karna mereka harus memerlukan
obat dan menghidupi keluarga mereka.
Sebagain para pemulung juga ada yang terpaksa memulung
dikarenakan tuntunan kebutuhan hidup mau tidak mau mereka memilih
menjadi pemulung karena keterbatasan pendidikan juga mereka sulit
mendapatkan pekerjaan. Akan tetapi hubungan sesama pemulung cukup
69
baik, para pemulung saling bercengkrama, saling bercanda sambil
memilh barang-barang bekas tanpa harus berbagi keluh kesah hidup
mereka sendiri.
Hingga bagi sebagian dari para pemulung yang akan tetap
memulung sampai kapanpun karna ada yang hobby dengan memulung
akan tetapi, ada sebagai masyarakat yang perpandangan negatif kepada
para pemulung lanjut usia.
Menurut Teori Berger dan Luckman (Bungin, 2008:15) mengatakan
bahwa terjadi dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan
masyarakat menciptakan individu. Adapun teori penelitian ini
menggunakan teori Konstruksi Sosial, karena pembahasannya berbicara
tentang pengetahuan atas realitas yang di lihat berdasarkan kondisi
sosial yang terjadi di mana kita dapat melihat dari berbagai kondisi
sosial yang ingin di ketahui.
Hubungan teori konstruksi sosial dengan penelitian ini adalah
dimana kita dapat melihat pemulung lanjut usia jadikan sebagai fokus
penelitian dengan mencari tahu realitas sosial mengenai permasalahan
yang peneliti ingin teliti seperti halnya fenomena di ruang lingkup
masyarakat dalam segi pekerjaan profesi pemulung lanjut usia (Lansia)
di TPA Antang Kota Makassar.
Dalam realitas sosial dimasyarakat, yang dimana keberadaan
pemulung dapat di lihat yang berbeda dimana profesi sebagai pemulung
70
ini mampu memberikan peluang kerja kepada pemulung itu sendiri atau
bahkan menjadikan orang lain berpenghasilan.
Tidak hanya itu realitas yang ada di masyarakat pemulung tidak
serta merta mereka masyarakat yang tidak memiliki uang, ada beberapa
pendapat terkait penelitian ini menguak, realitas yang benar-benar
terjadi di sebagian para pemulung ini bisa dikatakan lebih dari cukup
yang mereka butuhkan, karena mereka menemukan barang-barang
berharga yang kemudian dijual dengan harga di atas rata-rata.
2. Kelanjutan Resistensi Pemulung Lanjut Usia (Lansia)
Menurut Karl Marx dalam segi kehidupan manusia tidak lepas
dengan yang disebut konflik dan pertentangan antara individu maupun
kelompok yang berbeda., karena Karl Marx berpendapat bahwa konflik
lahir dengan beberapa konsepsi.
Berbagai permasalahan yang terjadi para pemulung akan tetap
melanjutkan pekerjaannya walaupun di pandang sebelah mata oleh
masyarakat sekitar. Demi untuk keberlangsung hidup dan juga yang
sudah hobby dalam memulung
Hal seperti inilah yang menimbulkan konflik sosial yang dimana
kelompok strata atas mengucilkan kelompok strata bawah, yang
mengira kalau mereka melewati di depan rumah mereka, mereka
mengira akan mencuri barang mereka.
Kemudian muncul berbagai stigma-stigma negatif kepada para
pemulung, yang menyebabkan ada skat di antara masyarakat kecil.
71
Walaupun ada sebagaian masyarakat yang masih peduli dengan para
pemulung lansia.
Tidak hanya itu para pemulung juga berkonflik karna barang-
barangnya menghasilkan bau, yang barang-barangnya di simpan di
persimangan jalan atau dekat rumah warga. Dan muncul konflik antara
masyarakat dengan pemulung di TPA Antang Kelurahan Tamangapa
Kota Makassar.
Sejauh dari hasil penelitian ini didapatlah hasil bahwa keberlanjutan
resistensi pemulung lanjut usia ini ada berbagai permasalahan dalam
segi ekonomi dan kelanjutan resistensi pemulung yang peneliti dapatkan
para pemulung akan tetap stay dalam pekerjaan memulung hingga
pembuangan tersebut pindah karna kapasitas pembungan tidak lama,
tidak mencukupi. Hal yang menjadi penguat melanjutkan menjadi
pemulung karna tidak mempunyai sekolah untuk mendapatkan
pekerjaan yang mereka inginkan.
C. Interpretasi Hasil Penelitian
Pada sub ini membahas mengenai interpretasi hasil penelitian pada
saat di lapangan dengan teknik pengumupulan data wawancara (interview)
dari informan yang telah di pilih.
No. Informan Interview Interprestasi Teori
1.
Bapak HF
(pengelola TPA)
jadi pemulung
indepent walaupun
sebernarnya kalau
pemulung tidak
memiliki ikatan
jual beli barang-
Konstruksi
Sosial
72
melihat peraturan
lingkungan hidup
tidak boleh ada
aktivitas di TPA,
cuman melihat dari
sisi kehidupan. Kami
memperbolehkan
barang dari TPA,
pemulung berdiri
sendiri, dan kalau
mau di lihat dari
peraturan
lingkungan hidup
tidak boleh ada
aktivitas di TPA,
akan tetapi
melihat dari
kehidupan
ekonomi yang
berbeda-beda.
Kami
memperbolehkan
2.
Bapak
AR(Kepala
Kelurahan
mereka hanya berfikir
untuk bisa
menghasilkan uang
dan bertahan hidup,
akan tetapi kita tidak
meremehkan
penghasilan mereka.
Dan dengan adanya
dari sebagian para
pemulung mereka
hanya
memikirkan
bagaimana bisa
mendapatkan
uang, namun kita
tidak boleh
Konstruksi
sosial
73
pemulung juga dapat
mengurangi sampah
yang ada di TPA.
meremehkan
pengahasilan
mereka.
3.
Ibu DT(
Pemulung)
dengan adanya TPA
ini dapat membuat
saya dan para
pemulung lainnya
lebih mudah
mendapatkan
pekerjaan.
ia merasa senang
dengan adanya
TPA ini dengan
mendapatkan
pekerjaan dengan
cara memulung
dan sangat
membantu di
kehidupan kami.
Konstruksi
Sosial
4.
Bapak MK
(Pemulung)
saya dapat bekerja
sebagai pemulung.
Saya bersyukur
cuman ini yang bisa
untuk menambah
penghasilan saya.
ia sangat
bersyukur bekerja
seperti ini,
walaupun hasil
yang di dapatkan
tidak seberapa.
Tapi data
menambah
pengahasilan
setiap harinya.
Konstruksi
Sosial
74
5.
Ibu NR
(Pemulung)
Alasan saya menjadi
pemulung karena
keadaan saya yang
tua ini, lagian saya
sudah 30 tahun
bekerja sebagai
pemulung untuk
dapat memenuhi
kebutuhan hidup
saya.
ia bekerja sebagai
pemulung karena
ingin membiayai
kebutuhannya
dan ia juga
merasa senang
karna pekerjaan
ini telah ia pilih
selama 30 tahun.
Konstruksi
sosial
6.
Bapak BS
(Pemulung)
sama saja dengan
orang-orang, saya
memilih memulung
untuk dapat
memenuhi kebutuhan
sehari-hari walaupun
dikatakan tidak
cukup, saya akan
tetap bersyukur.
ia bekerja sebagai
pemulung untuk
kebutuhan hidup
keluarganya dan
beliaupun sangat
bersyukur dengan
apa yang di
perolehnya.
Konstruksi
Sosial
7.
Bapak SK
(Pemulung)
saya menjadikan
pemulung ini sebagai
hiburan saya pribadi
di usia saya yang
memilih menjadi
pemulung
merupakan
pekerjaan yang
Konstruksi
Sosial
75
rentan. Dan juga
untuk memenuhi
kebutuhan sehari-
hari.
menyenangkan.
Dan hasilnya
dapat di pakai
untuk kebutuhan
hidup
8.
Bapak
SY(Pemulung)
menjadi seorang
pemulung pasti di
anggap sebelah mata
dengan masyarakat,
karna pekerjaan ini
halal yang saya
lanjutkan.
mendapatkan
pekerjaan halal
sangat sulit
sehingga beliau
memilih menjadi
pemulung.
Konstruksi
Sosial
9.
Ibu ST
(Pemulung)
memulung karena
terpaksa faktor
ekonomi untuk dapat
menafkahi anak-anak
saya.
mau tidak mau
saya bekerja
sebaga pemulung
agar anak saya
dapat bersekolah.
Konstuksi
Sosial
10.
Ibu SN
(Pemulung)
penghasilan dengan
dengan memulung
saja masih kurang.
Demi
keberlangsungan
hidup keluarga saya,
untuk
keberlangsungan
hidup ia akan
tetap memulung
untuk dapat
berthan hidup.
Konstruksi
Sosial
76
saya akan tetap
memulung.
11.
Bapak BR
(Pemulung)
mengenai
keberlanjutkan
memulung,
tergantung keadaan
saya mendapatkan
pekerjaan lain jikalau
hasilnya lebih
banyak, saya akan
menjadikan
memulung sebagai
sampingan saya.
kelanjutan dalam
memulung akan
melihat kondisi
dan waktu,
apabila ia
menemukan
pekerjaan yang
hasilnya lebih
dari memulung.k
Konstruksi
Sosial
12.
Bapak BB(
Supir Truck
Sampah)
saya sedih, miris
melihat di usia tua
ini. Mereka masih
memulung, mereka
akan gampang sekali
terkena penyakit
kalua terus-terussan
berada dilingkungan
seperti itu.
miris melihat para
pemulung tua
yang masih
memulung untuk
dapat bertahan
hidup, ia khawatir
akan kesehatan
mereka yang
bersentuhan
Konstruksi
Sosial
77
langsung dengan
sampah-sampah.
13.
Bapak KM(
Supir Truck
Sampah)
melihat keberadaan
para lansia disini saya
tersentuh, tapi apa
boleh buat mereka
disini untuk dapat
bertahan hidup. Sama
halnya dengan saya
menjadi supir truck
dsini.
melihat mereka
disini saja ia
sedih. Akan tetapi
demi sesuap nasi
mereka tidak
peduli apapun
yang ada di TPA
ini.
Konstruksi
Sosial
14
Bapak ID
(Masyarakat)
kami sebagai warga
kelurahan
Tamangapa tidak
nyaman dengan
barang-barang para
pemulung yang
mereka taruh di
samping jalan,
hampir terjadi konflik
karna dengan barang-
barang mereka yang
mengganggu warga.
terkadang kami
tidak nyaman
dengan
keberadaan
barang-barang
mereka yang
berasal dari para
pemulung,
bahkan hampir
terjadi konflik
diantara kedua
belah pihak.
Konflik
Sosial
78
15.
Bapak SP
(Masyarakat)
mereka ingin
melanjutkan sebagai
pemulung tidak
masalah, asalkan
tidak membuat rishi
para warga. Lagian
mereka dapat
mengurangi sampah
tidak masalah
mereka
melanjutkan
memulung,
dengan kata lain
tidak membuat
rishi warga.
Mereka juga
dapat mengurangi
sampah di TPA
ini.
Koflik
Sosial
Pada table diatas menujukkan bahwa mayoritas para pemulung lansia
memilih profesi sebagai pemulung untuk dapat memenuh kebutuhan
hidupnya dan sebagai dari mereka ada yang menjadikan memulung sebagai
hobby karna tidak memerlukan ijazah ataupun modal untuk menghasilkan
uang. Dan sebagian warga Tamangapa yang risih dengan para pemulung,
karena para pemulung menaruh barang-barangnya di samping jalan.
D. Cara Kerja Teori
Dalam teori Konstruksi Sosial di katakan, bahwa manusia yang
hidup dalam konteks social tertentu melakukan proses interaksi secara
simultan dengan lingkungannya. Masyarakat hidup dalam dimensi-mensi
dan realitas objektif yang di kontruksi melalui momen eksternalisasi dan
objektivasi dan dimensi subjektif yang di bangun melalui momen
79
internalisasi. Baik momen eksternalisasi, objektivasi maupun internalisasi
tersebut akan selalu berproses secara dialektik dalam masyarakat. Dengan
demikian, yang dimaksud dengan realitas sosial adalah hasil dari sebuah
kontruksi social yang diciptakan oleh manusia itu sendiri.
1. Teori Konstruksi Sosial Berger dan Luckman
Teori dari Berger dan Luckman yaitu terjadi dialektika antara
individu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan
individu. Proses dialektika ini terjadi melalui ekseternalisasi,
objektivasi dan internalisasi. Ada tiga tahap peristiwa.
a. Eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri
manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental, maupun
fisik. Ini sudah menjadi sifat dari manusia, ia akan selalu
mencurahkan diri ke tempat dimana ia berada.
b. Objektivitas, yaitu hasil yang telah dicapai baik mental maupun
fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu
menghasilkan realitas objektif yang bisa jadi akan menghadapi
si penghasil itu sendiri sebagai suatu aktivitas yang berada di
luar dan berlainan dari manusia yang menghasilkannya.
c. Internalisasi lebih merupakan penyerapan kembali dunia
objektif kedalam kesadaran sedemekian rupa sehingga subjektif
individu dipengaruhi oleh struktur dunia social. Melalui
internalisasi, manusia menjadi hasil dari masyarakat. Berbagai
macam unsur dari dunia yang telah terobjektifkan tersebut dapat
80
ditangkap sebagai gejala realitas diluar kesadarannya, sekaligus
sebagai gejala internal bagi kesadarannya.
Keterkaitan hasil teori diatas dapat disimpulkan bahwa
realitas sosial merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh
individu itu sendiri, bisa dilihat disini seseorang atau individu
yang bebas melakukan pekerjaan sebagai memulung sampah di
TPA Antang Kota Makassar. Yang berusaha bertahan hidup
tengah kota mentropolitan ini dan juga memberikan pandangan
bahwa konstruksi sosial sebuah pernyataan keyakinan dan juga
sebuah sudut pandang dari kesadaran dan cara berhubungan
dengan orang lain.
2. Teori Konflik Sosial Karl Marx
Teori menjelaskan di kehidupan bemasyarakat tidak lepas
dengan adanya konflik dan pertentangan antar individu maupun
kelompok yang berbeda. Munculnya konflik di tengah masyarakat
perbedaan tujuan dan perubahan sosial. Konflik dilator belakangi
oleh perbedaan-perbedaan ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat
istiadat, keyakinan dan sebagaiannya Sehingga dalam proses sosial
mendasar dalam ruang lingkup pemulung. Konflik yang terjadi
seperti merendahkan orang-orang marginal dan konflik dengan
keberadaan mereka yang membuat risih warga sekitar. Namun pada
sedang mengalami konflik dengan pihak lain justru dapat
81
memperbaiki ikatan dalam kelompok yang kemudian menjadikan
hamrmonis.
E. Posisi Penelitian
Penelitian ini mempunyai subjek yang sama dengan penelitian
relevan yaitu sama-sama meneliti tentang stretegi pemulung di kawasan
tertentu, beberapa penelitian terdahulu lebih fokus pada interaksi kaum
pemulung dengan masyarakat, adapatasi sosial masyarakat pemulung. Dari
penelitian tersebut dapat dilihat kebaharuan dalam penelitian yaitu
bagaimana resistensi pemulung lanjut usia yang dimana pada penelitian ini
lebih mengkrucutkan permasalahan pemulung yang hanya berfokus pada
pemulung lanjut usia. Pemulung lanjut usia yang berusaha melawan
kondisinya dan tetap bertahan di untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup
dan keluarga mereka. Bahkan sebagian dari pada para pemulung lanjut usia
ada yang sudah menjadikan memulung sebagai hal yang menyenangkan
bagi mereka karna dengan memulung di usia yang senja ini mereka tetap
dapat bersenda gurau dengan sesama pemulung dan mendapatkan barang-
barang yang sekiranya masih bisa digunakan dan dapat menghasilkan.
Resistensi pemulung lanjut usia tidak hanya menjadikan memulung
sebagai pekerjaan utama mereka, mereka terkadang mengambil pekerjaan
yang sekiranya masih mampu mereka kerjakan misalnya bekerja sebagai
tukang rumput, tukang kuli bangun, yang masih dikatakan bahwa kerja
mereka kurang dari kata maksimal dengan usia mereka yang cukup rentan.
Demi kebelangsungan hidup mereka akan tetap memulung selagi halal.
82
Walaupun terkadang sebagian masyarakat merasa sedih melihat
kondisi di usia senja ini harus bekerja sebagai pemulung, karna bersentuhan
langsung dengan sampah apalagi dengan umur mereka yang sudah tua
gampang sekali terkena penyakit, akan tetapi demi untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidup mereka memilih sebagai pemulung. Karna dengan bekerja
sebagai memulung mereka tidak harus bersekolah atau tidak memubutuhan
ijazah apalagi harus menggunakan modal dalam bekerja. Inilah hal yang
menjadikan alasan dalam memilih pekerjaan memulung.
Kemudian adapun beberapa masalah yang terjadi dalam lingkup
resistensi pemulung lanjut usia yang dimana mereka dianggap sebelah mata
oleh masyarakat. Dan sebagian para warga merasa risih karena barang-
barang mereka yang mereka taruh di simpang jalan yang dapat mengganggu
aktivitas warga.
83
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis penelitian pada bab sebelumnya yaitu
mengenai resistensi pemulung lanjut usia di Kelurahan Tamangapa Kota
Makassar, maka penulis dapat menyimpulkan hasi penelitian ini. Adapun
bentuk resistensi pemulung lanjut usia untuk dapat memenuhi
kebutuhannya sehari-hari. Awalnya mulanya terpaksa untuk memulung
agar dapat bertahan hidup, lama kelamaan menjadi pekerjaan yang
menyenangkan bertemu dengan teman-teman sesama pemulung. Para
pemulung mempunyai hubungan baik dengan sesama para pemulung
sehingga bisa merasakan solidaritasi itu sendiri. Adapun berkelanjutan
resistensi pemulung dengan adanyan rasa solidaritas sesama pemulung,
banyak dari para pemulung yang akan tetap melanjutkan pekerjaan sebagai
pemulung di usia tua mereka. Walaupun dengan tetap melanjutkan
pekerjaan sebagai pemulung pendapatan yang di hasilkan masih di katakan
sangatlah kurang, akan tetapi mereka sangat bersyukur apapun yang mereka
telah lalukan. Adapun anggapan muncul dari berbagai para pemulung yang
telah di teliti seperti meninggal suaminya dan ada pula yang hobby dengan
pekerjaan sebagai pemulung. Meskipun hidup mereka berada di lingkungan
yang terbilang dibawah rata-rata mereka tidak pernah memiliki pemikiran
untuk malu dengan pekerjaan yang sampai saat ini mereka lakukan.
84
B. SARAN
Ada pun beberapa saran yang perlu di perhatikan dalam penangan sampah
dan aktivitas pemulung, agar penelitian ini menjad bahan pertimbangan bagi
kebijakan pemerintah, penulis memberi saran.
1. Pemerintah hendaknya memberikan perhatian khusus kepada para
pemulung khusus yang sudah lanjut usia. Mengingat kondisi mereka
yang gampang terkena penyakit dengan keadaan yang selalu
bersinggunggan langsung dengan sampah.
2. Pemerintah diharapkan dapat melakukan penataan terhadap
lingkungan tempat tinggal pemulung yang berada di tempat
pembuangan akhir TPA Antang agar terciptanya lingkungan yang
sehat dan rapi.
3. Hendaknya pemerintah mengorganisir para pemulung lewat suaut
wadah atau lembaga yang dapat meningkatkan kesadaran akan
pentingna pendidikan. Dan orang tua pemulung lebih memperhatikan
pendidikan anak-anaknya.
85
DAFTAR PUSTAKA
Adlin, A. (2006). Resistensi Gaya Hidup. Teori Realitis. Jakarta: Jalasutra.
Ardli Restyan F.M. (2013). Konflik dan Integritas dalam Prespektif Pemulung di
Surabaya. penelitian, 01, 1–6.
Attamimi, Lucky A. 2018. Resistensi Warga Pinggir Rel Surabaya: Studi
Deskriptif Resistensi Tim Anti Penggusuran Masyarakat Pinggir Rel
Surabaya Terhadap Pembangunan Tol Tengah Kota Surabaya, Universitas
Airlangga Semester Genap/Tahun 2013/2014
Husni, lalu. 2014. Pengantar hukum ketenagakerjaan. Rajawali pers. Jakarta:
Universitas Mataram.
Moleong Lexy. (2001). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda
Karya
Muslimin. (2015). Resistensi Paguyuban Pedagang Pasar Tradisional Terhada
p Pembangunan Mall Dinoyo City (Studi Di Paguyuban Pedagang P
asar Dinoyo Kota Malang). UMM.
Muhammad Siregar. (2020). Dampak Sosial Ekonomi Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Bagi Pemulung Desa Mrican Ponorogo. penelitian, 4(1), 67–74.
Nursalam dan Suardi dan Syarifuddin. (2016). Teori Sosiologi Klasik, Modern,
Posmodern, Saintifik, Hermeneutik, Kritis, Evaluasi dan Integratif.
Yogyakarta : Writing Revolution
Nurdinah Muhammad. (2017). resistensi Masyarkat Urban dan Masyarakat
Tradisonal dalamMenyikapi Perubahan Sosial. Artikel, 19(2), 149–168.
Safarit Fafan Wahyudi. (2014). Budaya Kemiskinan Masyarakat Pemulung.
penelitian, 02(02).
Sam’un Mukramin. (2015). Pemulung Sebagai Fenomena Sosial di TPA Sampah
Tamangapa Kota Makassar. Penelitian, 9, 413–424.
Sarah Herfiza. (2019). Kesejahteraan Subjektif pada Pemulung : Tinjauan
Sosiodemografi. penelitian, 5(2), 139–150.
https://doi.org/10.22146/gamajop.49945
Satriani, Juhaepa, dan A. U. (2018). RESISTENSI SOSIAL MASYARAKAT
SUKU BAJO (Studi Kasus Atas Perlawanan Masyarakat Di Pulau Masudu
Kecamatan Poleang Tenggara Terhadap Kebijakan Resettlement Ke Desa
Liano Kecamatan Mataoleo Kabupaten Bombana). Artikel, Vol 3, 408–415.
Savonda Rizky Komorina. (2017). Resistensi Masyarakat Kelurahan Gunung
Anyar Kecamatan Gunung Anyar Surabaya. Artikel, 05(01), 1–6.
Scoot, James. 2000. Senjatanya Orang-orang yang Kalah; Bentuk-Bentuk
Resistensi Sehari-hari Kaum Tani. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
86
Scott, J. (1990). Domination and the Arts of Resistance. USA: Yale Univer
sity Press.
Suriadi, A.2008. Resistensi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur
Pedesaan. Jurnal. Jakarta : Universitas Indonesia, FISIP, Program
Pascasarjana, Program Studi Sosiologi
Sugiyono (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA.
Soekanto, Soerjono. Dan Sulistyowati, Budi. (2015). Sosiologi Suatu Pengantar.
Depok : PT Rajagrafindo Perseda.
Rizer dan George, G. (2008). Teori sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.
Ritzer, George, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2010.
Syamsudi. (2013). imterkasi Sosial Kaum Pemulung Dengan Masyarakat. Artikel.
Viorentin Simanjuntak. (2019). Pertikaian Sosial Antara Pemulung. penelitian, 6,
1–15.
https://makassar.terkini.id/sejarah-tpa-antang-dari-panampu-tanjung-bunga-lalu-
pindah-ke-tamangapa/
https://makassarkota.go.id/geografis
L
A
M
P
I
R
A
N
Data Informan
1. Nama : Hafiz Jenis kelamin : L
Usia : 31 Tahun
Pekerjaan : Penanggung Jawab Pengelola TPA
Waktu : Rabu, 09 Juni 2021
Tempat : Kantor Pengelola TPA
2. Nama : H. Abd. Rasyid. R,SE. MM Jenis kelamin : L
Usia : 35 Tahun
Pekerjaan : Kepala Lurah Tamangaapa
Waktu : Senin, 14 Juni 2021
Tempat : Kantor Lurah Tamangapa
3. Nama : Muklis Jenis kelamin : L
Usia : 58 Tahun
Pekerjaan : Pemulung
Waktu : Kamis, 17 Juni 2021
Tempat : TPA Antang
4. Nama : Nursia Jenis kelamin : P
Usia : 60 Tahun
Pekerjaan : Pemulung
Waktu : Jumat, 18 Juni 2021
Tempat : TPA Antang
5. Nama : Base Jenis kelamin : L
Usia : 55 Tahun
89
Pekerjaan : Pemulung
Waktu : Jumat, 18 Juni 2021
Tempat : TPA Antang
6. Nama : Sakka Jenis kelamin : L
Usia : 62 Tahun
Pekerjaan : Pemulung
Waktu : Jumat, 18 Juni 2021
Tempat : TPA Antang
7. Nama : Syamsir Jenis kelamin : L
Usia : 50 Tahun
Pekerjaan : Pemulung
Waktu : Jumat, 18 Juni 2021
Tempat : TPA Antang
8. Nama : Sitti Jenis kelamin : P
Usia : 32 Tahun
Pekerjaan : Pemulung
Waktu : Kamis, Juni 2021
Tempat : TPA Antang
9. Nama : Gg Te’ne Jenis kelamin : P
Usia : 60 Tahun
Pekerjaan : Pemulung
Waktu : Sabtut, 10 Juni 2021
Tempat : TPA Antang
10. Nama : Sana Jenis kelamin : P
Usia : 56Tahun
Pekerjaan : Pemulung
90
Waktu : Sabtu, 24 Juni 2021
Tempat : TPA Antang
11. Nama : Basir Jenis kelamin : L
Usia : 55 Tahun
Pekerjaan : Pemulung
Waktu : Sabtu, 24 Juni 2021
Tempat : TPA Antang
12. Nama : Baba Jenis kelamin : L
Usia : 34 Tahun
Pekerjaan : Supir Truck Sampah
Waktu : Minggu, 25 Juni 2021
Tempat : TPA Antang
13. Nama : Muh Kasim Jenis kelamin : L
Usia : 51 Tahun
Pekerjaan : Supir Truck Sampah
Waktu : Jumat, 18 Juni 2021
Tempat : TPA Antang
14. Nama : Ilham Dapaselle Jenis kelamin : L
Usia : 47 Tahun
Pekerjaan : Masyarakat
Waktu : Jumat, 18 Juni 2021
Tempat : Tamangapa Raya
15. Nama : Sapri Jenis kelamin : L
Usia : 34Tahun
Pekerjaan : Masyarakat
Waktu : Minggu, 25 Juni 2021
91
PEDOMAN WAWANCARA
1. Pedoman Wawancara pengelola TPA
Nama :
Tanggal :
1. Siapa nama lengkap bapak/ibu pengelola TPA ini?
2. Kenapa sampah harus di kelo ?
3. Ada berapa jenis sampah di bedakan ?
4. Bagaimana cara mengelola sampah yang baik?
5. Berapa harga satu kilo sampah yang dijual dari pemulung ?
6. Mengenai pemulung, apakah mereka protes dengan harga yang cukup
murah ?
7. Bagaimana arah dan kebijakan dari dinas lingkungan hidup daerah ?
8. Selama bapak/ibu bekerja sebagai pengelola sampah di TPA Antang
dampak apa yang timbul dalam pemulung lanjut usia ini?
9. Menurut bapak/ibu bagaiamana pandangan bapak terhadap pemulung lansia
di TPA ?
10. Apa saja kendala bapak/ibu dalam mengelola TPA Antang ini ?
11. Apa harapan bapak/ibu terhadap dinas lingkungan hidup daerah ?
92
2. Pedoman Wawancara Untuk Lurah
Nama :
Tanggal :
1. Sudah berapa lama bapak/ibu sebagai kepala desa ?
2. Program apa saja yang di lakukan oleh bapak/ibu tentang tempat
pembuangan akhir di antang ?
3. Apakah masyarakat kelurahan tamangaapa kooperatif atau bekerja sama ?
4. Bagaimana respon warga mengenai banyak pemulung di sekitaran
kelurahan tamangaapa ?
5. Apa yang menjadi dampak dengan adanya pemulung di sekitaran
kelurahan tamangapa ?
6. Apa yang menjadi permasalahan dengan adanya tempat pembuangan akhir
sampah ?
7. Apakah para pemulung lanjut usia terdata ?
8. Apakah masyarakat kelurahan tamangapa, pernah konflik dengan para
pemulung ?
9. Apa harapan bapak/ibu tentang tempat pembuangan akhir sampah di
kelurahan tamangapa ?
93
3. Pedoman Wawancara untuk Pemulung
NAMA :
TANGGAL :
1. Siapa nama lengkap bapak/ibu ?
2. Dimana alamat tinggal sekarang bapak/ibu ?
3. Kalau boleh tau, berapa usia bapak/ibu ?
4. Berapa lama bapak/ibu berkerja sebagai pemulung di TPA Antang ?
5. Mengapa bapak/ibu memilih pekerjaan sebagai pemulung di tengah umur
bapak/ibu ini ?
6. Bagaimana cara bapak/ibu bertahan hidup yang bekerja sebagai pemulung
di TPA Antang ?
7. Apakah bapak/ibu merasa senang bekerja sebagai pemulung di TPA
Antang ?
8. Apakah keluarga mendukung pekerjaan bapak/ibu?
9. Berapa harga perkilo barang yang bapak/ibu jual ?
10. Apakah bapak/ibu menginginkan pekerjaan lain selain sebagai
pemulung,atau bapak/ibu ingin berhenti bekerja sebagai pemulung ?
11. Bagaimana kelanjutan bapak/ibu dalam bertahan hidup yang bekerja
sebagai pemulung ?
12. Apakah harapan bapak/ibu di tengah umur bapak/ibu ?
94
4. Pedoman Wawancara untuk masyarakat
NAMA :
TANGGAL :
1. Siapa nama lengkap bapak/ibu?
2. Sudah berapa lama bapak tinggal di daerah TPA Antang ?
3. Apa yang anda ketahui mengenai pemulung lanjut usia ?
4. Bagaimana pandangan bapak/ibu mengenai pemulung lanjut usia yang
masih bekerja sebagai pemulung ?
5. Bagaimana hubungan masyarakat dengan pemulung lanjut usia di TPA
Antang ?
6. Apakah pemulung lanjut usia pernah konflik dengan warga ?
7. Apa yang anda harapkan untuk para pemulung lanjut usia di TPA Antang
?
95
6. Pedoman Wawancara untuk Supir Truck Sampah
NAMA :
TANGGAL :
1. Siapa nama lengkap bapak/ibu?
2. Sudah berapa lama bapak bekerja sebagai supir truck di daerah TPA
Antang ?
3. Apa yang anda ketahui mengenai pemulung lanjut usia ?
4. Bagaimana pandangan bapak/ibu mengenai pemulung lanjut usia yang
masih bekerja sebagai pemulung ?
5. Bagaimana hubungan masyarakat dengan pemulung lanjut usia di TPA
Antang ?
6. Apakah pemulung lanjut usia pernah konflik dengan para supir truck
sampah lainnya ?
7. Apa yang anda harapkan untuk para pemulung lanjut usia di TPA Antang
?
96
DOKUMENTASI
Foto wawancara dengan H. Abd. Rasyid R,SE.MM (Kepala Kelurahan) (14 Juni
2021)
Foto wawancara dengan Bapak Hafiz (pengelola TPA Antang) (09 Juni 2021)
97
Foto wawancara dengan pemulung (17 Juni 2021)
Foto wawancara dengan pemulung (18 Juni 2021)
98
Foto wawancara dengan pemulung (10 Juni 2021)
Foto dengan supir truck sampah (25 Juni 2021)
99
Foto dengan supir truck sampah (25 Juni 2021)
100
Foto wawancara dengan masyarakat (25 Juni 2021 )
Foto wawancara dengan masyarakat ( 25 Juni 2021)
101
102
103
104
105
106
RIWAYAT HIDUP
Fitri Handayani lahir pada tanggal 12 November
1999, di Bunyu Desa Bunyu Barat Kecamatan Bunyu
Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara. Penulis
merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara, dari
pasangan Suhardianto dan Sutriyanti. Penulis pertama kali
masuk pendidikan formal di SDN 01 Bunyu pada tahun
2006 dan tamat pada tahun 2011.
Pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Negeri 01 Bunyu dan tamat pada tahun 2014. Setelah tamat di SMP,
penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 01 Bunyu dan tamat
pada tahun 2017. Pada tahun 2018 terdaftar sebagai Mahasiswi di Universitas
Muhammadiyah Makassar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan
Pendidikan Sosiologi melalui seleksi penerimaan Mahasiswa Baru.