13
JAWABAN DAN PERTANYAAN MATERI PEMANFAATAN RADIONUKLIDA DALAM BIDANG PERTANIAN Oleh Ahmad Kamil Nasution KIMIA NON-KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Residu-Pestisida-Dalam-Bahan-Makanan.docx

Embed Size (px)

Citation preview

JAWABAN DAN PERTANYAAN MATERIPEMANFAATAN RADIONUKLIDA DALAM BIDANG PERTANIANOlehAhmad Kamil NasutionKIMIA NON-KEPENDIDIKANUNIVERSITAS NEGERI MEDAN2015

Oleh

Ahmad Kamil Nst, Armillah Abdullah, Chika Fadillah, Dewi Rahmawati, Fitrah Amini, Fransnando Kurniawan Sitorus

ABSTRAK

Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah pangan, di samping papan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Ditinjau dari aspek keamanan dan higiene bagi konsumen, bahan makanan yang baik dan layak dikonsumsi harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Untuk memenuhi kebutuhan makanan penduduk yang meningkat dari waktu ke waktu terutama di negara berkembang, upaya produksi pangan sering menghadapi kendala serangan hama yang menyebabkan gagal panen atau hasil panen berkurang. Untuk memperoleh data mengenai penurunan kadar residu pestisida dalam suatu bahan pangan diperlukan penanganan dengan suatu metode analisis tertentu. Penggunaan pestisida disamping untuk mengontrol hama dan penyakit pada tanaman, pestisida juga berdampak negatif berupa adanya residu pestisida. Pestisida yang sering digunakan di Indonesia adalah golongan organoklorin yang merupakan racun kronis dan sangat berbahaya bagi lingkungan. Salah satu jens pestisida Organoklorin yang banyak ditemukan residunya yaitu lindan. Residu pestisida bukan hanya dari bahan, namun juga berasal dari penyerapan akar dari dalam tanah, pada tanaman yang dipanen umbinya.Program keamanan pangan yang telah ditetapkan pemerintah merupakan langkah strategis, yang perlu dilaksanakan secara terpadu untuk memberikan jaminan perlindungan kesehatan masyarakat.

Kata Kunci: Residu Pestisida, Bahan Makanan, Bahaya Pestisida

PENDAHULUAN

Pangan dan makanan mempunyai fungsi yang sangat amat penting untuk manusia karena merupakan kebutuhan utama dan menentukan kelangsungan hidup manusia.Hak atas pangan adalah hak asasi yang paling penting setelah hidup. Oleh karena itu setiap manusia berhak atas pangan yang memadai baik kualitas dan kuantitasnya. Makanan yang aman merupakan faktor yang penting untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Menurut Undang-undang RI No 7 tahun 1996, keamanan pangan didefinisikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Penyakit melalui makanan (food borne disease) dapat berasal dariberbagai sumber yaitu organismepathogen termasuk bakteri, kapang,parasit dan virus, dari bahan kimiaseperti racun alami, logam berat,pestisida, hormon, antibiotik, bahan.

Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad pengganggu tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam kesehatan manusia. Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak bijaksana jelas akan menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan lingkungan. Idealnya teknologi pertanian maju tidak memakai pestisida. Tetapi sampai saat ini belum ada teknologi yang demikian. Pestisida masih diperlukan, bahkan penggunaannya semakin meningkat. Pengalaman di Indonesia dalam menggunakan pestisida untuk program intensifikasi, ternyata pestisida dapat membantu mengatasi masalah hama padi. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama, hingga meluasnya serangan dapat dicegah, dan kehilangan hasil karena hama dapat ditekan. Pengalaman di Amerika Latin menunjukkan bahwa dengan menggunakan pestisida dapat meningkatkan hasil 40 persen pada tanaman coklat. Di Pakistan dengan menggunakan pestisida dapat menaikkan hasil 33 persen pada tanaman tebu, dan berdasarkan catatan dari FAO penggunaan pestisida dapat menyelamatkan hasil 50 persen pada tanaman kapas.

Batas Maksimum Residu (BMR)

BMR adalah konsentrasi residu yang diperbolehkan berada dalam atau pada bahan pangan pada saat dipasarkan, dinyatakan dalam mg/kg bahan pangan (bpj, ppm) dan keberlakuannya di suatu Negara ditetapkan secara hukum. Contoh BMR beberapa pestisida dalam bahan pangan disajikan pada Tabel.

Tabel 1. Batas Maksimum Residu (BMR) beberapa pestisida dalam bahan pangan

Pestisida

BMR (mg/kg)

Jenis Pangan

Aldrin

0,1

Sayuran, buah-buahan, rempah-rempah

DDT

7,0

Lemak, daging sapi,kerbau, unggas

3,5

Apel, Buah pir

1,25

Susu dan hasil olahannya

1,0

Sayuran, Kacang-kacangan, rempah-rempah, buah-buahan

Diazinon

0,5

Telur

0,1

Jagung,kacang polong

0,25

Buncis,semangka,gambas,lobak

0,5

Kacang-kacangan, kecambah, ketimun

0,7

Lemak, daging sapi, kerbau,kambing

0,75

Sayuran,buah-buahan, rempah

Fenitrotion

0,5

Sayuran,Buah-buahan, teh hijau

0,1

Biji coklat

0,05

Daging, susu dan hasil olahannya

Karbaril

5

Apel, pisang,wortel,kembang kol,seledri, terong,Kecambahan daging, unggas, lada, buah anggur

3

Ketimun, semangka, gambas

2

Barley, gandum

1

Jagung

0,2

Kentang

Sumber : Sudana(1986:87)

Senyawa Pestisida Dalam Bahan Makanan

Secara harfiah, pestisida berarti pembunuh hama (pest: hama dan cide: membunuh). Dalam bidang pertanian banyak digunakan senyawa kimia, antara lain sebagai pupuk tanaman dan pestisida. Berdasarkan SK Menteri Pertanian RI No. 434.1/Kpts/TP.270/7/2001, tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pestisida, yang dimaksud dengan pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk beberapa tujuan berikut :

1. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman, atau hasil-hasil pertanian.

2. Memberantas rerumputan.

3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.

4. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman (tetapi tidak termasuk golongan pupuk).

Sementara itu, The United States Environmental Control Act mendefinisikan pestisida sebagai berikut :

1. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan, mencegah atau menangkis gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, serta jasad renik yang dianggap hama; kecuali virus, bakteri, atau jasad renik lain yang terdapat pada hewan dan manusia.

2. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur pertumbuhan atau mengeringkan tanaman.

Pengertian pestisida menurut Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 dalam Kementrian Pertanian (2011) dan Permenkes RI No.258/Menkes/Per/III/1992 adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :

1. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian- bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.

2. Memberantas rerumputan

3. Mengatur atau merangsang pertumbuhan yang tidak diinginkan

4. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan peliharaan atau ternak

5. Memberantas atau mencegah hama-hama air

6. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam bangunan rumah tangga alat angkutan, dan alat-alat pertanian

7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan tanaman, tanah danair.

Menurut PP RI No.6 tahun 1995 dalam Soemirat (2005), pestisida juga didefinisikan sebagai zat atau senyawa kimia, zat pengatur tubuh dan perangsang tubuh, bahan lain, serta mikroorganisme atau virus yang digunakan untuk perlindungan tanaman.

1. Klasifikasi Pestisida

Pestisida dapat diklasifikasikan berdasarkan sifatnya, targetnya/sasaran, cara kerjanya atau efek keracunan dan berdasarkan stuktur kimianya yaitu:

1.1 Berdasarkan atas sifat pestisida dapat digolongkan menjadi : bentuk padat, bentuk cair, bentuk asap (aerosol), bentuk gas (fumigan).

1.2 Berdasarkan organ targetnya/sasrannya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Insektisida berfungsi untuk membunuh atau mengendalikan serangga

b. Herbisida berfungsi untuk membunuh gulma

c. Fungisida berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan

d. Algasida berfungsi untuk membunuh alga

e. Rodentisida berfungsi untuk membunuh binatang pengerat

f. Akarisida berfungsi untuk membunuh tungau atau kutu

g. Bakterisida berfungsi untuk membunuh atau melawan bakteri

h. Moluskisida berfungsi untuk membunuh siput.

1.3 Berdasarkan Cara Kerja atau efek keracunannya dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Racun kontak adalah membunuh sasarannya bila pestisida mengenai kulit hewan sasarannya

b. Racun perut adalah membunuh sasarannya bila pestisida tersebut termakan oleh hewan yang bersangkutan.

c. Fumigan adalah senyawa kimia yang membunuh sasarannya melalui saluran pernafasan.

d. Racun sistemik adalah pestisida dapat diisap oleh tanaman, tetapi tidak merugikan tanaman itu sendiri di dalam batas waktu tertentu dapat membunuh serangga yang menghisap atau memakan tanaman tersebut.

1.4 Berdasarkan stuktur kimianya pestisida dapat digolongkan menjadi: golongan organoklorin, golongan organofhosfat, golongan karbamat, golongan piretroid.

a. Golongan Organoklorin

Merupakan bagian dari kelas yang lebih luas dari halogenated hydrocarbon, termasuk diantaranya dan terkenal sebagai penyebab masalah yaitu Polyclorinated biphenyls dan dioxin. Sebagai kelompok, insektisida organoklorin merupakan racun terhadap susunan saraf (neurotoxins) yang merangsang sistem saraf baik pada serangga maupun mamalia, menyebabkan tremor dan kejang-kejang.

b. Golongan Organofhospat

Insektisida organofosfat adalah diantara pestisida yang paling toksik pada manusia dan paling banyak frekuensinya ditemukan keracunan insektisida. Tertelan sedikit saja seperti 2 mg pada anak-anak dapat menimbulkan kematian.

c. Golongan Carbamat

Menurut Sartono (2002) pestisida golongan carbamat merupakan racun kontak, racun perut dan racun pernapasan. Bekerja sama seperti golongan organofosfat, yaitu menghambat aktivitas enzim kolinesterase. Jika terjadi keracunan yang di sebabkan oleh golongan karbamat, gejalanya sama seperti pada keracunan organofosfat, tetapi lebih mendadak dan tidak lama karena efeknya terhadap enzim kolinesterase tidak persisten.

d. Golongan Piretroid

Insektisida dari kelompok piretroid merupakan analog dari piretrum yang menunjukkan efikasi yang lebih tinggi terhadap serangga dan pada umumnya toksisitasnya terhadap mamalia lebih rendah dibandingkan dengan insektisida lainnya. Namun kebanyakan diantaranya sangat toksik terhadap ikan, tawon madu dan serangga berguna lainnya. Bekerjanya terutama secara kontak dan tidak sistemik.

2. Kandungan Zat Kimia Pestisida

Kemampuan pestisida untuk dapat menimbulkan terjadinya keracunan dan bahaya injuri tergantung dari jenis dan bentuk zat kimia yang dikandungnya.

1. Organofosfat

Organofosfat berasal dari H3PO4 (asam fosfat). Pestisida golongan organofosfat merupakan golongan insektisida yang cukup besar, menggantikan kelompok chlorinated hydrocarbon yang mempunyai sifat:

a. Efektif terhadap serangga yang resisten terhadap chorinatet hydrocarbon.

b. Tidak menimbulkan kontaminasi terhadap lingkungan untuk jangka waktu yang lama

c. Kurang mempunyai efek yang lama terhadap non target organisme

d. Lebih toksik terhadap hewan-hewan bertulang belakang, jika dibandingkan dengan organoklorine.

3. Dampak Residu Pestisida dalam Tubuh Manusia

Pestisida masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara sedikit demi sedikit dan mengakibatkan keracunan kronis. Bisa pula berakibat racun akut bila jumlah pestisida yang masuk ke tubuh manusia dalam jumlah yang cukup.

1.Keracunan Kronis

Pemaparan kadar rendah dalam jangka panjang atau pemaparan dalam waktu yang singkat dengan akibat kronis. Keracunan kronis dapat ditemukan dalam bentuk kelainan syaraf dan perilaku (bersifat neuro toksik) atau mutagenitas. Selain itu ada beberapa dampak kronis keracunan pestisida, antara lain:

a. Pada syaraf

Gangguan otak dan syaraf yang paling sering terjadi akibat terpapar pestisida selama bertahun-tahun adalah masalah pada ingatan, sulit berkonsentrasi, perubahan kepribadian, kelumpuhan, bahkan kehilangan kesadaran dan koma.

b. Pada Hati (Liver)

Hati adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menetralkan bahan-bahan kimia beracun, maka hati itu sendiri sering kali dirusak oleh pestisida apabila terpapar selama bertahun-tahun. Hal ini dapat menyebabkan Hepatitis

c. Pada Perut

Muntah-muntah, sakit perut dan diare adalah gejala umum dari keracunan pestisida. Banyak orang-orang yang dalam pekerjaannya berhubungan langsung dengan pestisida selama bertahun-tahun, mengalami masalah sulit makan. Orang yang menelan pestisida ( baik sengaja atau tidak) efeknya sangat buruk pada perut dan tubuh secara umum. Pestisida merusak langsung melalui dinding-dinding perut.

d. Pada Sistem Kekebalan

Beberapa jenis pestisida telah diketahui dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh manusia dengan cara yang lebih berbahaya. Beberapa jenis pestisida dapat melemahkan kemampuan tubuh untuk menahan dan melawan infeksi. Ini berarti tubuh menjadi lebih mudah terkena infeksi, atau jika telah terjadi infeksi penyakit ini menjadi lebih serius dan makin sulit untuk disembuhkan.

e.Pada Sistem Hormon.

Hormon adalah bahan kimia yang diproduksi oleh organ-organ seperti otak, tiroid, paratiroid, ginjal, adrenalin, testis dan ovarium untuk mengontrol fungsi-fungsi tubuh yang penting. Beberapa pestisida mempengaruhi hormon reproduksi yang dapat menyebabkan penurunan produksi sperma pada pria atau pertumbuhan telur yang tidak normal pada wanita. Beberapa pestisida dapat menyebabkan pelebaran tiroid yang akhirnya dapat berlanjut menjadi kanker tiroid.

2.Keracunan Akut.

Keracunan akut terjadi apabila efek keracunan pestisida langsung pada saat dilakukan aplikasi atau seketika setelah aplikasi pestisida.

a.Efek akut lokal.

Bila efeknya hanya mempengaruhi bagian tubuh yang terkena kontak langsung dengan pestisida biasanya bersifat iritasi mata, hidung, tenggorokan dan kulit.

b.Efek akut sistemik.

Terjadi apabila pestisida masuk kedalam tubuh manusia dan mengganggu sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida keseluruh bagian tubuh menyebabkan bergeraknya syaraf-syaraf otot secara tidak sadar dengan gerakan halus maupun kasar dan pengeluaran air mata serta pengeluaran air ludah secara berlebihan, pernafasan menjadi lemah/cepat (tidak normal)Cara pestisida masuk kedalam tubuh :

1. Kulit, apabila pestisida kontak dengan kulit.

2. Pernafasan, bila terhisap

3. Mulut, bila terminum/tertelan.

Selain keracunan langsung, dampak negatif pestisida bisa mempengaruhi kesehatan orang awam yang bukan petani, atau orang yang sama sekali tidak berhubungan dengan pestisida. Kemungkinan ini bisa terjadi akibat sisa racun (residu) pestisida yang ada didalam tanaman atau bagian tanaman yang dikonsumsi manusia sebagai bahan makanan. Konsumen yang mengkonsumsi produk tersebut, tanpa sadar telah kemasukan racun pestisida melalui hidangan makanan yang dikonsumsi setiap hari. Apabila jenis pestisida mempunyai residu terlalu tinggi pada tanaman, maka akan membahayakan manusia atau ternak yang mengkonsumsi tanaman tersebut. Makin tinggi residu, makin berbahaya bagi konsumen. Dewasa ini, residu pestisida di dalam makanan dan lingkungan semakin menakutkan manusia. Masalah residu ini, terutama terdapat pada tanaman sayur-sayuran seperti kubis, tomat, petsai, bawang, cabai, anggur dan lain-lainnya. Sebab jenis-jenis tersebut umumnya disemprot secara rutin dengan frekuensi penyemprotan yang tinggi, bisa sepuluh sampai lima belas kali dalam semusim. Hal ini disebabkan karena insektisida alami cepat terurai sehingga melakukan penyemprotan secara berulang-ulang. Bahkan beberapa hari menjelang panenpun, masih dilakukan aplikasi pestisida. Publikasi ilmiah pernah melaporkan dalam jaringan tubuh bayi yang dilahirkan seorang Ibu yang secara rutin mengkonsumsi sayuran yang disemprot pestisida, terdapat kelainan genetik yang berpotensi menyebabkan bayi tersebut cacat tubuh sekaligus cacat mental.(Wudianto R, 2001).

4. Penanggulangan residu pestisida dalam makanan

Residu pestisidaadalahpestisidayang masih tersisa padabahan pangansetelah diaplikasikan ketanamanpertanian. Tingkat residu pada bahan pangan umumnya diawasi dan ditetapkan batas amannya oleh lembaga yang berwenang di berbagai negara. Paparan populasi secara umum dari residu ini lebih sering terjadi melalui konsumsi bahan pangan yang ditanam dengan perlakuan pestisida, ditanam atau diproses di tempat yang dekat dengan area berpestisida.

Adapun penanggulangan yang dapat dilakukan penggunaan pestisida jauh di bawah dosis anjuran, penyiraman tanaman dilakukan 3 kali sehari serta pencucian bahan makanan sebelum diolah.

Sumber pencemaran pestisida pada produk ternak umumnya berasal dari bahan pakan, hijauan pakan ternak, tanah tercemar dan air yang terjadi selama proses prapanen. Pola minimalisasi residu pestisida dalam produk ternak dapat dilakukan selama proses prapanen secara integratif, antara lain melalui proses kimiawi, biodegradasi dengan menggunakan mikroba. Bahan kimia yang umumnya berupa larutan dapat dicampur dengan tanah melalui pemupukan dan atau penyemprotan. Pola pertanian organik merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan untuk meminimalisasi kontaminasi pada lahan pertanian sehingga dapat menurunkan residu pestisida pada produk pertanian tersebut. Pemberian pakan limbah organik yang rendah residu pestisida ternyata dapat mengurangi tingkat residu pestisida pada produk ternak yang dihasilkan. Untuk menghilangkan kontaminasi pestisida pada tanah perlu dilakukan secara bertahap dengan menerapkan pola pertanian organik secara terus menerus.

Saat ini, Indonesia telah mempunyai ketetapan BMR Pestisida pada Hasil Pertanian yang dikeluarkan melalui Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Pertanian Nomor 711/Kpts/TP.27/8/96. Rincian BMRP pada hasil pertanian yang meliputi tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan dan perkebunan baik yang dapat dikonsumsi maupun tidak langsung dikonsumsi dapat dilihat pada Lampiran SKB tersebut. SKB menyatakan bahwa hasil pertanian yang beredar di Indonesia baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri tidak boleh mengandung residu pestisida melebihi BMR yang ditetapkan. Sedangkan hasil pertanian yang dimasukkan dari luar negeri yang mengandung residu pestisida melebihi BMR harus ditolak. Nilai BMR untuk setiap kombinasi komoditi dan jenis pestisida yang tertung dalam SKB tersebut diadopsi dari Hasil Keputusan CCPR pada tahun 1996.

PENUTUP

Seiring dengan meningkatnya kesejahteraan, pendapatan dan pendidikan masyarakat saat ini; keamanan pangan menjadi perhatian utama bagi masyarakat untuk mendapatkan pangan yang sehat dan aman. Ketersediaan pangan yang sehat dan aman dari bahan berbahaya seperti pestisida, merupakan salah satu kunci utama dalam mewujudkan gizi yang baik. Oleh karena itu, diperlukan proses yag panjang melalui rantai produksi hingga pascaproduksi. Keamanan Pangan adalah suatu kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pencemaran, dari bahan beracun dan mikroba patogen yang merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Keamanan pangan pada dasarnya merupakan proses yang komplek, yang berkaitan erat dengan aspek kebijakan, toksisitas, kimiawi, status gizi, kesehatan dan ketentraman batin. Berbagai kasus keracunan/penyakit bawaan pangan (fuodborne disease) rnulai bermunculan di berbagai wilayah Indonesia. Residu/ cemaran bahan kimia seperti pestisida masih terdeteksi dari berbagai produk pangan. Keberadaan pestisida dalam pangan tersebut dapat membahayakan kesehatan konsumen, seperti efek keracunan, imunosupresi dan karsinogenik. Program keamanan pangan yang telah ditetapkan pemerintah merupakan langkah strategis, yang perlu dilaksanakan secara terpadu untuk memberikan jaminan perlindungan kesehatan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Afriyanto, 2008. Kajian Keracunan Pestisida Pada Petani Penyemprot Cabe Di Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. UNDIP, Semarang

Kementrian Pertanian.2011. Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida. Direktorat Jenderal Prasaranan dan Sarana Kementrian Pertania, Jakarta

Kristianingrum,Susila.2009. Kajian Berbagai Metode Analisis Residu Pestisida Dalam Bahan Pangan. FMIPA UNY, Yogyakarta

Ohorella,A.,Anwar.D dan Anwar. 2013. Identifikasi Residu Pestisida Golongan Organoklorin Bahan Aktif Lindan Pada Wortel Di Pasar Tradisional(Pasar Terong) Dan Pasar Moderen (Swalayan Ramayana Mtos) Kota Makassar Tahun 2013.UNHAS, Makassar

Runia, Y. 2008. Faktor-fakor yang Berhubungan dengan Keracunan Pestisida Organofosfat, Karbamat dan Kejadian Anemia pada Petani Holtikultura Di Desa Tejosari Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Universitas Diponegoro, Semarang.

Sartono. 2001. Racun Dan Keracunan. Widya Medika, Jakarta.

Soemirat, J. 2005. Toksikologi Lingkungan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Sudana, A., Daryono, H dan Rudiyanto. 2004. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Residu Pestisida Metidation Pada Tomat, Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. Xxix, No. 2 2004 73.Departemen Farmasi FmipaITB, Bandung

Wudianto. R. 2001. Petunjuk Penggunaan Pestisida. PenebarSwadaya, Jakarta

Yuantari,M.G.C. 2009.Studi Ekonomi Lingkunga Penggunaan Pestisida Dan Dampaknya Pada Kesehatan Petani Di Area Pertanian Hortikultura Desa Sumber Rejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Jawa Tengah. UNDIP, Semarang

http://Repository.Usu.Ac.Id/Bitstream/123456789/22988/4/Chapter%20ii.Pdf

1