Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
i
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing,
Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
ii REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
Undang-undang No.19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
Pasal 72
1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal
ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara masing-masing paling sedikit 1
(satu) bulan dan/atau denda paling sedikit
Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara
paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan
atau barang hasil pelangaran hak cipta terkait sebagai
dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
iii
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi
Inti, dan Inovasi Nilai
Penulis:
Dr. Hery Winoto, TJ., S.E., M.M.
PENERBIT:
CV. AA. RIZKY
2020
iv REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi
Inti, dan Inovasi Nilai
© Penerbit CV. AA RIZKY
Penulis:
Dr. Hery Winoto, TJ., S.E., M.M.
Desain Sampul dan Tata Letak:
Tim Kreasi CV. AA. RIZKY
Cetakan Pertama, Juni 2020
Penerbit:
CV. AA. RIZKY
Jl. Raya Ciruas Petir, Puri Citra Blok B2 No. 34
Kecamatan Walantaka, Kota Serang - Banten, 42183
Hp. 0819-06050622, Website : www.aarizky.com
E-mail: [email protected]
Anggota IKAPI No. 035/BANTEN/2019
ISBN : 978-623-6506-04-2 xii + 166 hlm, 23 cm x 15,5 cm
Copyright © 2020 CV. AA. RIZKY
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak buku ini dalam bentuk dan dengan cara
apapun tanpa ijin tertulis dari penulis dan penerbit.
Isi diluar tanggungjawab Penerbit
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
v
PRAKATA
Persaingan untuk mendapatkan mahasiswa baru
program studi S1 Manajemen di lingkungan Kopertis
Wilayah III DKI Jakarta saat ini semakin ketat. Data
sekunder menunjukkan adanya kecenderungan berkurangnya
minat calon mahasiswa memilih program studi S1
Manajemen. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
hasil kajian mengenai rumusan strategi keunggulan bersaing,
kompetensi inti, inovasi nilai, dan pengaruhnya terhadap
reputasi di lingkungan PTS Kopertis Wilayah III DKI
Jakarta. Penelitian ini bersifat deskriptif dan verifikatif. Unit
analisis adalah program studi sedangkan unit observasinya
adalah pejabat struktural program studi S1 Manajemen di
lingkungan Kopertis Wilayah III. Data penelitian berupa data
sekunder dan data primer, keduanya bersifat data cross
sectional. Data sekunder berasal dari Direktorat Jenderal
Perguruan Tinggi, sedangkan data primer dikumpulkan
melalui survey kepada pejabat struktural program studi S1
Manajemen yang terpilih sebagai sampel dengan
menggunakan kuesioner. Ukuran sampel sebanyak 75
program studi S1 Manajemen dengan unit observasinya
sebanyak 75 orang pejabat struktural. Pengujian hipotesis
penelitian dilakukan dengan metode statistika deskriptif dan
metode Partial Least Square (PLS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) program
studi S1 Manajemen PTS di lingkungan Kopertis Wilayah III
DKI Jakarta belum mampu merumuskan strategi keunggulan
vi REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
bersaing, belum memanfaatkan kompetensi inti, belum
melakukan inovasi nilai dan belum meningkatkan reputasi
yang positif di mata masyarakat; (2) Secara simultan terdapat
pengaruh dari strategi keunggulan bersaing dan kompetensi
inti terhadap inovasi nilai; namun secara parsial kompetensi
inti lebih dominan dalam mempengaruhi inovasi nilai; (3)
inovasi nilai berpengaruh signifikan terhadap reputasi. (4)
Secara simultan terdapat pengaruh dari strategi keunggulan
bersaing dan kompetensi inti terhadap reputasi baik langsung
maupun tidak langsung melalui inovasi nilai; namun secara
parsial kompetensi inti lebih dominan dalam mempengaruhi
reputasi.
Jakarta, Juni 2020
Dr. Hery Winoto., S.E., M.M
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA ...................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................... ix
DAFTAR GRAFIK ......................................................... xi
BAB I PROBLEMATIKA REPUTASI PROGRAM
STUDI ........................................................... 1
BAB II STRATEGI KEUNGGULAN BERSAING .. 19
A. Pengertian Strategi Keunggulan
Bersaing ................................................... 19
B. Pengukuran Strategi Keunggulan
Bersaing ................................................... 31
BAB III KOMPETENSI INTI ..................................... 37
A. Pengertian Kompetensi Inti ..................... 37
B. Pengukuran Kompetensi Inti ................... 42
BAB IV INOVASI NILAI ........................................... 47
A. Pengertian Inovasi Nilai .......................... 47
B. Pengukuran Inovasi Nilai ........................ 52
BAB V REPUTASI .................................................... 57
A. Pengertian Reputasi ................................. 57
B. Pengukuran Reputasi ............................... 65
BAB VI DESKRIPSI HASIL (STUDI KASUS)......... 73
A. Strategi Keunggulan Bersaing,
Kompetensi Inti, Inovasi Nilai, dan
Reputasi Program Studi ........................... 73
1. Strategi Keunggulan Bersaing............. 77
2. Kompetensi Inti ................................... 88
3. Inovasi Nilai ........................................ 97
4. Reputasi Prodi Manajemen ................. 109
viii REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
B. Strategi Keunggulan Bersaing, dan
Kompetensi Inti terhadap Inovasi Nilai
serta Implikasinya pada Reputasi ............ 120
1. Strategi Keunggulan Bersaing dan
Kompetensi Inti Terhadap Inovasi
Nilai .................................................... 120
2. Inovasi Nilai terhadap Reputasi .......... 126
C. Strategi Keunggulan Bersaing dan
Kompetensi Inti Berpengaruh Terhadap
Reputasi melalui Inovasi Nilai ................ 133
D. Pemetaan Strategi .................................... 138
E. Langkah Strategi Operasional ................. 141
BAB VII PENUTUP ..................................................... 149
DAFTAR PUSTAKA ..................................................... 152
TENTANG PENULIS .................................................... 165
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Program Studi S1 Manajemen Yang Telah/
Pernah Diakreditasi BAN PT ....................... 2
Tabel 1.2 Distribusi Program Studi S1 Di Wilayah
Provinsi DKI Jakarta yang Pernah/Telah
Diakreditasi BAN PT.................................... 4
Tabel 2.1 Rekapitulasi Pengertian Strateg
Keunggulan Bersaing ................................... 29
Tabel 2.2 Komparasi Dimensi Strategi Keunggulan
Bersaing ........................................................ 32
Tabel 3.1 Rekapitulasi Pengertian Kompetensi Inti ..... 41
Tabel 3.2 Komparasi Dimensi Variabel Kompetensi
Inti ................................................................. 42
Tabel 4.1 Rekapitulasi Pengertian Inovasi Nilai .......... 51
Tabel 4.2 Komparasi Dimensi Inovasi Nilai ................ 52
Tabel 5.1 Rekapitulasi Pengertian Reputasi ................. 64
Tabel 5.2 Rekapitulasi Pengertian Reputasi ................. 68
Tabel 6.1 Hasil Pengujian Hipotesis 1 .......................... 76
Tabel 6.2 Analisis Deskriptif Variabel Strategi
Keunggulan Bersaing ................................... 77
Tabel 6.3 Analisis Deskriptif Kompetensi Inti ............. 88
Tabel 6.4 Analisis Deskriptif Inovasi Nilai .................. 98
Tabel 6.5 Analisis Deskriptif Reputasi ......................... 110
Tabel 6.6 Pengujian secara Simultan Strategi
Bersaing dan Kompetensi Inti terhadap
inovasi Nilai .................................................. 121
Tabel 6.7 Pengujian Secara Parsial Strategi
Keunggulan Bersaing dan Kompetensi Inti
terhadap Inovasi Nilai ................................... 122
Tabel 6.8 Pengujian Inovasi Nilai terhadap Reputasi ... 127
x REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
Tabel 6.9 Pengujian Simultan Strategi Keunggulan
Bersaing dan Kompetensi Inti terhadap
Reputasi Melalui Inovasi .............................. 134
Tabel 6.10 Pengujian secara Parsial Strategi
Keunggulan Bersaing dan Kompetensi Inti
serta Inovasi terhadap Reputasi .................... 134
Tabel 6.11 Pengaruh Langsung dan Tak Langsung
Strategi Keunggulan Bersaing dan
Kompetensi Inti terhadap Reputasi melalui
Inovasi Nilai ................................................. 135
Tabel 6.12 Pemetaan Strategi Pengembangan Inovasi
Nilai .............................................................. 139
Tabel 6.13 Pemetaan Strategi Peningkatan Reputasi ..... 140
Tabel 6.14 Langkah Strategi Operasional
Pengembangan Kompetensi Inti ................... 141
Tabel 6.15 Langkah Strategi Operasional Strategi
Keunggulan Bersaing ................................... 144
Tabel 6.16 Langkah Strategi Operasional
Pengembangan Inovasi Nilai ........................ 145
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
xi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Upaya Pengelola dalam Membangun
Reputasi Program Studi Manajemen ............ 6
Grafik 1.2 Inovasi Nilai Prodi S1 Manajemen ............... 10
Grafik 2.1 Strategi Keunggulan Bersaing Prodi S1
Manajemen ................................................... 13
Grafik 2.2 Kompetensi Inti Pengelola Program Studi
S1 Manajemen .............................................. 16
Grafik 6.1 Nilai Rata-Rata Hasil Riset........................... 75
xii REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
1
BAB I
PROBLEMATIKA REPUTASI
PROGRAM STUDI
Persaingan diantara PTS (Perguruan Tinggi Swasta)
untuk mendapatkan mahasiswa baru tidak ubahnya
persaingan perusahaan untuk mendapatkan konsumen.
Situasi tersebut tampak dari strategi dan upaya yang
dilakukan untuk menarik perhatian calon mahasiswa/
konsumen. PTS telah menerapkan strategi bisnis yang
selama ini hanya dilakukan oleh perusahaan. Pada masa-
masa penerimaan mahasiswa baru, bahkan jauh sebelumnya,
iklan-iklan PTS muncul setiap hari di surat kabar,
terpampang di billboard jembatan penyeberangan, spanduk,
dan di berbagai media iklan lainnya. Pada masa-masa
tersebut PTS aktif mengunjungi sekolah-sekolah dan
mengirimkan tawaran masuk perguruan tinggi dengan
pemotongan biaya atau beasiswa dalam jumlah yang besar.
PTS juga membuat analisis SWOT (strength, weakness,
opportunity, dan threats) menetapkan STP (segmenting,
targeting, dan positioning), menganalisis situasi persaingan,
mengidentifikasi beberapa PTS lainnya sebagai kompetitor,
dan sebagainya layaknya yang dilakukan perusahaan bisnis.
Total program studi S1 yang telah/pernah diakreditasi
BAN PT sampai Juni 2014 adalah 11.287 program studi.
Program studi yang paling banyak diakreditasi adalah
program studi S1 Manajemen (2.262 program studi atau
2 REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
20,04%), program studi S1 Pendidikan Agama Islam (582
program studi atau 5,16%), dan program studi S1 Akuntansi
(546 program studi atau 4,84%).
Hal tersebut menunjukkan bahwa persaingan untuk
mendapatkan mahasiswa baru semakin ketat pada program
studi S1 Manajemen. Jumlah program studi S1 Manajemen
kurang lebih sama dengan jumlah universitas ditambah
STIE, hal ini karena hampir semua universitas dan STIE
dapat dipastikan memiliki Program Studi Manajemen.
Jumlah Program Studi S1 Manajemen yang telah diakreditasi
BAN PT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi)
dipaparkan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Program Studi S1 Manajemen Yang Telah/Pernah
Diakreditasi BAN PT
Wilayah Jumlah Persentase
PTS dan PTN Wilayah Provinsi
DKI Jakarta 108 4.77%
PTS dan PTN Wilayah Provinsi
Jawa Barat dan Provinsi Banten 791 34.97%
PTS dan PTN Wilayah Provinsi
Jawa Timur 115 5.08%
PTS dan PTN Wilayah Provinsi
Jawa Tengah 64 2.83%
PTS dan PTN Wilayah Provinsi
DI Yogyakarta 28 1.24%
PTS dan PTN di luar Pulau Jawa 363 16.05%
PTS dan PTN Seluruh Indonesia 793 35.06%
Total 2.262 100.00%
Sumber: http://ban-pt.kemdiknas.go.id/ diakses tanggal 29
Juni 2012
http://ban-pt.kemdiknas.go.id/
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
3
Data pada Tabel 1.1 menunjukkan 4.77% program
studi S1 Manajemen yang sudah diakreditasi BAN-PT
berada di wilayah Provinsi DKI Jakarta, 34,97% berada di
wilayah Provinsi Jawa Barat, dan Banten, dan 16,05%
berada di luar Pulau Jawa. Situasi tersebut menunjukkan
persaingan mendapatkan mahasiswa baru menjadi semakin
ketat terjadi di program studi S1 Manajemen di wilayah
Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, karena
sebagian besar sudah terakreditasi BAN PT. Terlebih lagi
jarak diantara lokasi perguruan tinggi relatif dekat dan
akses/infrastruktur transportasi tersedia dengan memadai.
Mahasiswa yang bermukim di lingkungan Jabodetabek
(Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) bahkan
ditambah Serang dan Karawang pada umumnya
memanfaatkan fasilitas transportasi darat motor, mobil
pribadi, bis umum, angkutan umum, dan kereta commuter
line untuk menuju ke kampusnya masing-masing. Persaingan
diantara PTS di wilayah ini menjadi semakin ketat.
Persaingan untuk mendapatkan mahasiswa program
studi S1 Manajemen diantara PTS tidak hanya terjadi
diantara program studi yang sama, yakni program studi S1
Manajemen, tetapi juga diantara berbagai pilihan program
studi yang ditawarkan. Jumlah program studi S1 yang
telah/pernah diakreditasi di wilayah 3 (yakni PTS dan PTN
(Perguruan Tinggi Negeri) yang berada di wilayah Provinsi
DKI Jakarta) sebanyak 1.205 program studi, sedangkan di
wilayah 4 (PTS dan PTN di wilayah Provinsi Jawa Barat dan
Provinsi Banten) sebanyak 1.563 program studi. Beberapa
program studi yang merupakan saingan terdekat program
4 REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
studi manajemen diantaranya adalah program studi S1
Akuntansi, S1 Teknik Informatika, S1 Ilmu Komunikasi, S1
Ilmu Hukum, S1 Sistem Informasi, S1 Teknik Industri, dan
S1 Psikologi. Distribusi program studi S1 di wilayah
Provinsi DKI Jakarta yang telah/pernah diakreditasi BAN PT
ditunjukkan pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2
Distribusi Program Studi S1 Di Wilayah Provinsi DKI
Jakarta yang Pernah/Telah Diakreditasi BAN PT
Program Studi/Gabungan
Program Studi Jumlah
Persentase
(%)
Akuntansi 80 6,64
Teknik Informatika 52 4,32
Ilmu Komunikasi 43 3,57
Ilmu Hukum 41 3,40
Sistem Informasi 38 3,15
Teknik Industri 28 2,32
Psikologi 24 1,99
Gabungan Program Studi
Pendidikan
165 13,69
Gabungan Program Studi Teknik
(selain Teknik Informatika dan
Teknik Industri)
121 10,04
Gabungan Program Studi Lainnya 505 41,91
Manajemen 108 8,96
Total 1.205 100%
Sumber: http://ban-pt.kemdiknas.go.id/ diakses tanggal 29
Juni 2012
http://ban-pt.kemdiknas.go.id/
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
5
Berdasarkan Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 terungkap
bahwa program studi S1 manajemen di wilayah DKI Jakarta
dihadapkan pada persaingan dengan prodi S1 Manajemen
yang berada di wilayah sekitarnya yaitu di wilayah Jawa
Barat dan Banten yang sebagian besar sudah terakreditasi.
Selain itu juga dihadapkan pada persaingan dengan beberapa
program studi lainnya yang juga sudah banyak yang
terakreditasi, misalnya dengan gabungan program studi
pendidikan, S1 Akuntansi, S1 Teknik Informatika, S1 Ilmu
Komunikasi, S1 Ilmu Hukum, S1 Sistem Informasi, S1
Teknik Industri, dan S1 Psikologi.
Situasi persaingan PTS di Provinsi DKI Jakarta, baik
diantara sesama program studi S1 Manajemen, ataupun
diantara berbagai program studi yang merupakan pesaing
program studi S1 Manajemen, mengindikasikan perlunya
berbagai upaya manajerial jika program studi/PTS tidak
ingin ditutup karena kekurangan mahasiswa. Upaya tersebut
seharusnya difokuskan pada upaya membuat calon
mahasiswa tertarik pada program studi S1 Manajemen yang
dikelolanya. Namun hasil observasi awal menunjukkan
masih kurangnya upaya yang dilakukan pihak program studi
untuk meningkatkan ketertarikan pada program studi S1
Manajemen. Hal itu berimplikasi pada reputasi program
studi yang menurun.
Pentingnya reputasi menurut Wijanarko (2006)
adalah sebagai salah satu pendorong daya saing perguruan
tinggi. Reputasi menurut Chun (2005:102) yaitu pandangan
publik atas suatu perusahaan yang dinilai baik, atau tidak
hanya dipandang secara global atas hal-hal seperti
6 REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
keterbukaan, kualitas dan lainnya sehingga dapat dikatakan
sebagai pandangan atas dasar gerak langkah perusahaan.
Dimensi reputasi yang bersumber dari Chun
(2005:102) terdiri dari : Emotional Appeal, Product and
Services, Financial Performance, Vision and Leadership,
Workplace Environment, Social Responsibility. Namun hasil
survey pendahuluan yang dilakukan pada tahun 2013
terhadap 20 pengelola program studi S1 Manajemen,
ternyata memperlihatkan bahwa sebagian besar pengelola
Program Studi S1 Manajemen masih kurang melakukan
upaya untuk meningkatkan reputasi bagi program studi yang
dikelolanya, sebagaimana terlihat pada Grafik 1.1 di bawah
ini :
Grafik 1.1
Upaya Pengelola dalam Membangun Reputasi Program
Studi Manajemen
Sumber : Survey Awal Untuk Penelitan Disertasi, 2013, n=20
3,4 3,58 3,59 3,46 3,56 3,47
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
Emotionalappeal
Product andservice
Financialperformance
Vision andleadership
WorkplaceEnvironment
Socialresponsibility
Reputasi
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
7
Berdasarkan Grafik 1.1 di atas, terlihat bahwa
pengelola program studi S1 Manajemen di Area Jakarta
belum mengelola secara optimal reputasi program studinya,
berdasarkah hasil survey yang menunjukkan skor masing-
masing aspek reputasi yang masih berada di bawah skala
4.00. Pada grafik terlihat bahwa reputasi diukur dari
emotional appeal, product and service, financial
performance, vision and leadership, workplace environment,
dan social responsibility yang masing-masing berada di
bawah skala 4 (skala kategori “baik”).
Pengelola program studi S1 manajemen yang
menjadi responden pada umumnya cenderung masih kurang
melakukan upaya untuk meningkatkan reputasi yang baik
bagi program studi yang dikelolanya. Hal tersebut dapat
diketahui dari kurang adanya aktivitas yang dapat
menimbulkan rasa kagum dari masyarakat pada prodi
(seperti mengembangkan prestasi yang dapat
dipublikasikan), kurang membuat program studi S1
Manajemen menarik di mata masyarakat, kurang
mempertahankan keberlangsungan program studi S1
Manajemen, dan kurang aktif dalam melakukan pengabdian
pada masyarakat.
Masih rendahnya reputasi di kalangan program studi
S1 Manajemen di area Jakarta sebagaimana terungkap pada
Grafik 1.1 di atas, diduga karena masih rendahnya proses
inovasi nilai yang diimplementasikan di program studi
tersebut. Bennett, Lucchesi, dan Vedder (2010:54)
menyatakan bahwa inovasi nilai yang dilakukan pendidikan
tinggi dapat meningkatkan reputasi institusi.
8 REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
WHO (2012:37) mengajukan komponen inovasi nilai
untuk jasa pendidikan, yaitu:
(1) Keuntungan relatif (relative profit), yaitu sejauh mana
inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya.
Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi
dapat diukur dari nilai ekonomi, kepuasan, dan status
sosial, atau karena mempunyai komponen yang sangat
penting. Makin menguntungkan bagi penerima makin
cepat tersebarnya inovasi. Karena itu keuntungan relatif
pada suatu perguruan tinggi menjadi pertimbangan
mahasiswa untuk memilih perguruan tinggi.
(2) Kompatibel (compatible), yaitu tingkat kesesuaian
inovasi dengan nilai, pengalaman masa lampau, dan
kebutuhan penerima. Karena itu mahasiswa memilih
perguruan tinggi dari pengalaman masa lampau orang
lain yang telah merasakan kuliah pada program studi
tertentu di perguruan tinggi, serta sesuai dengan
kebutuhan calon mahasiswa tersebut.
(3) Kompleksitas (complexity), yaitu tingkat kesukaran
untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi
penerima. Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan
mudah digunakan akan cepat tersebar, sedangkan inovasi
yang sukar dimengerti atau sukar dipergunakan akan
lambat proses penyebarannya.
(4) Trialabilitas (trialability), yaitu dapat dicoba atau
tidaknya suatu inovasi oleh penerima. Inovasi
pembelajaran misalnya diberikan kepada mahasiswa
sebagai suatu percobaan, apakah inovasi tersebut dapat
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
9
memberikan perubahan pada proses pembelajaran di PT
tersebut.
(5) Observabilitas (observability), yaitu mudah tidaknya
diamati suatu inovasi. Inovasi yang dilakukan oleh
perguruan tinggi, misalnya inovasi dalam promosi yang
dilakukan dengan menggunakan teknologi informasi
yang dapat diamati oleh mahasiswa dan masyarakat.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka rendahnya
reputasi PTS yang memiliki program studi S1 Manajemen,
cenderung disebabkan oleh kurangnya program studi
tersebut melakukan inovasi, sehingga inovasi nilai menjadi
rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil survey awal (2013)
terhadap 20 responden pengelola program studi S1
Manajemen yang ternyata hanya sebagian pengelola prodi
yang melakukan inovasi pada saat melakukan aktivitas
penerimaan mahasiswa baru (PMB), misalnya melakukan
kerja sama dengan sekolah menengah melalui lomba-lomba
yang berbasis kompetensi, melakukan simulasi kewira-
usahaan, dan lain-lain, yang memberikan nuansa baru untuk
para calon mahasiswa, sehingga menjadi daya tarik tersediri,
sebagaimana yang terlihat pada Grafik 1.2 di bawah ini :
10 REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
Grafik 1.2
Inovasi Nilai Prodi S1 Manajemen
Sumber : Survey Awal Untuk Penelitan Disertasi, 2013, n=20
Berdasarkan Grafik 1.2 di atas, terlihat bahwa
pengelola program studi S1 Manajemen di Area Jakarta
belum secara optimal mengembangkan inovasi nilai dalam
mengelola program studinya, berdasarkah hasil survey yang
menunjukkan skor masing-masing aspek inovasi nilai yang
masih berada di bawah skala 4.00. Pada grafik terlihat bahwa
inovasi nilai diukur dari keuntungan relatif, kompatibel,
kompleksitas, triabilitas, dan observabilitas yang masing-
masing berada di bawah skala 4 (skala kategori “baik”).
Pengelola program studi S1 Manajemen cenderung
masih kurang mampu menciptakan inovasi yang dapat
meningkatkan status sosial mahasiswa di masyarakat
(misalnya aktivitas mahasiswa yang mampu memberikan
solusi bisnis nyata bagi masyarakat UMKM), kurang mampu
melaksanakan inovasi yang sudah berhasil dilaksanakan
3,43 3,58 3,6 3,56 3,49
11,5
22,5
33,5
44,5
5
Keuntunganrelatif
Kompatibel Kompleksitas Trialabilitas Observabilitas
Inovasi Nilai
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
11
program studi lain (misalnya program studi S1 Akuntansi
telah mampu mengadakan perlombaan akuntansi se-
Jabotabek), kurang mampu membangun inovasi yang mudah
dipahami oleh masyarakat pada umumnya (misalnya
menciptakan suatu model manajemen pemerintahan desa),
dan kurang mampu membuat inovasi yang mudah
diujicobakan pada mahasiswa (misalnya program
kewirausahaan kampus).
Peranan inovasi dalam mengembangkan reputasi
sejalan dengan hasil penelitian Hüsig dan Mann (2012:186)
dalam jurnalnya yang berjudul “The Role of Promoters in
Effecting Innovation in Higher Education Institutions”.
Tulisan tersebut meneliti dua studi kasus Honour Program di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, University of Regensburg
Jerman sebagai bentuk inovasi. Hasilnya menunjukkan
bahwa program tersebut meningkatkan kualitas pendidikan,
dan reputasi fakultas.
Selanjutnya berkaitan dengan inovasi dan reputasi,
Courtright dan Smudde (2009:245) menganalisis komunikasi
strategis terbaru dari perusahaan yang dipilih pada
Reputation Institute's 2008 Global Pulse Project (lima
perusahaan yang dinilai baik pada inovasi, dibandingkan
dengan lima perusahaan dengan peringkat rendah pada
reputasi keseluruhan). Hasil menunjukkan bahwa tema
umum, pilihan gaya, dan pola wacana yang digunakan untuk
membingkai identitas perusahaan, menghasilkan citra
pemangku kepentingan yang menguntungkan, dan
membangun reputasi yang inovatif.
12 REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
Kurangnya reputasi program studi S1 Manajemen
sebagaimana dikemukakan di atas, diduga pula karena pihak
pengelola program studi belum menerapkan strategi
keunggulan bersaing dengan tepat. Trustrum dan Wee
(2007:8) menyatakan bahwa strategi bersaing dapat
menurunkan biaya dan meningkatkan manfaat dari layanan
pendidikan suatu lembaga pendidikan tinggi tersebut,
sehingga dapat menciptakan inovasi nilai. Dasar keunggulan
bersaing yang mengacu pada pendapat Porter (1998) terdiri
dari : kepemimpinan biaya menyeluruh (overall cost
leadership) dan diferensiasi (differentiation) yang mencakup
speed dan flexibility.
Berdasarkan pernyataan di atas, inovasi nilai yang
kurang dilakukan oleh program studi S1 Manajemen
disinyalir disebabkan oleh kurang tepatnya pengelola
program studi merumuskan strategi keunggulan bersaing.
Dalam menciptakan strategi bersaing tersebut banyak
perguruan tinggi menonjolkan beberapa program unggulan
mereka, diantaranya sertifikasi internasional, kerja sama
dengan industri, dan kerja sama internasional. Sertifikasi
internasional bisa berupa pengakuan dari organisasi profesi
di luar negeri (misalnya ada program bisnis yang mengklaim
mendapatkan pengakuan AACSB (American Association of
Colleges and Schools of Business) atau sertifikasi kendali
mutu yang biasanya dilakukan di dunia industri (ada PTS
yang telah memperoleh ISO 9001).
Keterkaitan antara perguruan tinggi dan dunia kerja
merupakan salah satu area yang paling banyak menjadi
unggulan bagi PTS. Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
13
kompetensi (SK Mendiknas No 045/U/2002 perihal
Kurikulum Inti), pengajaran harus relevan dengan kebutuhan
masyarakat dan kompetensi yang ditentukan industri terkait
dan organisasi profesi. Maka dari itu, kerja sama dengan
industri sering dijadikan nilai jual.
Berdasarkan uraian di atas, seharusnya PTS yang
memiliki program studi S1 Manajemen dapat menerapkan
strategi keunggulan bersaing sebagaimana yang
dikemukakan di atas, namun pada kenyataannya prodi S1
manajemen di DKI Jakarta masih relatif kurang mampu
menerapkan strategi keunggulan bersaing tersebut,
sebagaimana yang terlihat pada Grafik 1.3 di bawah ini :
Grafik 1.3
Strategi Keunggulan Bersaing Prodi S1 Manajemen
3,6 3,58 3,57
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
KepemimpinanBiaya Operasional
Keunikan KualitasProgram Studi
Strategi Fleksibilitas
Strategi Keunggulan Bersaing
Sumber : Survey Awal Untuk Penelitan Disertasi, 2013, n=20
Berdasarkan Grafik 1.3 di atas, terlihat bahwa
pengelola program studi S1 Manajemen di Area Jakarta
14 REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
belum secara optimal merumuskan strategi keunggulan
bersaing yang tepat dalam mengelola program studinya,
berdasarkan hasil survey yang menunjukkan skor masing-
masing aspek strategi keunggulan bersaing yang masih
berada di bawah skala 4.00. Pada grafik terlihat bahwa
strategi keunggulan bersaing diukur dari kepemimpinan
biaya operasional, keunikan kualitas program studi, dan
strategi fleksibilitas yang masing-masing berada di bawah
skala 4 (skala kategori “baik”).
Berdasarkan Grafik 1.3, terlihat bahwa sebagian
besar pengelola program studi S1 Manajemen cenderung
menerapkan strategi keunggulan biaya, namun persaingan
biaya kuliah yang ditawarkan sangat ketat, sehingga banyak
diantara PTS yang mengandalkan beasiswa untuk merekrut
mahasiswa yang relatif kurang mampu. Hanya sedikit
program studi S1 Manajemen di wilayah Provinsi DKI
Jakarta yang menerapkan strategi keunggulan manfaat dan
menerapkan perbedaan dalam proses pembelajarannya,
seperti pembahasan kasus pada bisnis nyata di kelas. Dengan
hasil demikian diduga mempengaruhi reputasi program studi
tersebut.
Dugaan keterkaitan antara strategi keunggulan
bersaing dengan reputasi, sejalan dengan hasil penelitian
Tavitiyaman, Qu, dan Zhang (2011:651) yang menjelaskan
bahwa faktor kekuatan persaingan dalam industri sebagai
dasar perumusan strategi bersaing dalam rangka
meningkatkan kinerja perilaku (behavior performance)
merupakan intangible asset dari perusahaan yang dapat
disebut sebagai reputasi perusahaan.
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
15
Obloj dan Obloj (2006:213) menyimpulkan
penelitiannya bahwa :
“Our analysis shows that if the differences in the
levels of reputation decrease, the value of a unit of
difference increases. We also extrapolate the results
of our research into a more general model that shows
the conditions in which a strategy based on high
reputation (price premium per unit of reputation) is
the most effective one and indicates the process of
reputation development by stimulating the dynamics
of leader and follower behavior”
Hasil tersebut mengungkapkan bahwa jika terjadi
perbedaan dalam tingkat penurunan reputasi, maka
perbedaan nilai unit akan meningkat. Diketemukan model
yang lebih umum yang menunjukkan kondisi di mana
strategi didasarkan pada reputasi tinggi (harga premium per
unit reputasi) adalah yang paling efektif dan menunjukkan
proses pembangunan reputasi dengan merangsang dinamika
perilaku pemimpin dan pengikut.
Selain itu, juga terdapat indikasi masih adanya
kelemahan dalam kompetensi inti yang ada di program studi
S1 Manajemen di Jakarta dan sekitarnya. Awang,
Mohammed, dan Sharil (2011:243) menjelaskan bahwa
kompetensi inti merupakan suatu kemampuan, keterampilan,
dan pengetahuan unit dari perguruan tinggi sebagai dasar
dalam menciptakan inovasi suatu organisasi. Berdasarkan
pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa kurangnya
program studi S1 Manajemen dalam melakukan inovasi
cenderung disebabkan oleh pemanfaatan kompetensi inti
yang kurang optimal.
16 REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
Hu dan Lin (2011 : 4229) membagi kompetensi inti
dalam empat dimensi, yaitu interpersonal skill, professional
field, job attitude, dan higher education. Interpersonal skill
mencakup (1) memiliki kemampuan menyelesaikan masalah;
(2) respek terhadap mahasiswa, mengetahui tentang perasaan
dan kebutuhan mahasiswa, dan membangun hubungan yang
baik; (3) memiliki keinginan menyelesaikan masalah,
menyelesaikan komplain, dan memenuhi kebutuhan.
Untuk memperkuat dugaan kurangnya kompetensi
inti dari pengelola program studi S1 Manajemen di area
Jakarta, telah dilakukan survey pendahuluan (2013) terhadap
pengelola program studi S1 Manajemen di DKI Jakarta,
yang ternyata sebagain besar program studi belum memiliki
program-program unggulan yang bernilai, sulit ditiru, dan
tidak dapat digantikan, sebagaimana tergambar pada grafik
berikut ini :
Grafik 1.4
Kompetensi Inti Pengelola Program Studi S1 Manajemen
Sumber : Survey Awal Untuk Penelitan Disertasi, 2013, n=20
3,6 3,58 3,57 3,56
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
InterpersonalSkill
ProfessionalField
Job Attitude HigherEducation
Kompetensi Inti
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
17
Berdasarkan Grafik 1.4 di atas, terlihat bahwa
pengelola program studi S1 Manajemen di Area Jakarta
belum secara optimal memanfaatkan kompetensi inti yang
dimilikinya dalam mengelola program studinya, karena
berdasarkan hasil survey yang menunjukkan skor masing-
masing aspek kompetensi inti yang masih berada di bawah
skala 4.00. Pada grafik terlihat bahwa kompetensi inti
diukur dari interpersonal skill, professional field, job
attitude, dan higher education yang masing-masing berada
di bawah skala 4 (skala kategori “baik”).
Demikian juga menurut Asosiasi Badan
Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia
(ABPPTSI, 2012) terdapat sebanyak 90 persen dari 3.214
perguruan tinggi swasta yang ada di Indonesia dinilai tidak
siap bersaing dengan perguruan tinggi asing saat
diberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, sehingga
sangat berpotensi tutup, karena belum memiliki program-
program unggulan. Sementara Henard dan Roseveare
(2012:8) menyatakan bahwa kompetensi inti suatu institusi
pendidikan tinggi seperti world class university, tercermin
dari kinerja penelitian yang menjadi suatu dasar untuk
mempertahankan reputasi institusi tersebut.
Dugaan keterkaitan antara kompetensi inti dengan
reputasi, adalah sejalan dengan hasil penelitian Hidayat
(2008) yang menurutnya terdapat empat faktor dalam
kompetensi yang menampilkan kebernilaian dan tingkat
kesulitan suatu program untuk ditiru oleh perguruan tinggi
lain sebagai faktor dominan dalam mempengaruhi
terbentuknya kompetensi. Semakin bernilai dan semakin
18 REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
sulit ditiru suatu program unggulan yang dimiliki perguruan
tinggi maka kompetensinya akan meningkat pula. Perguruan
tinggi kurang menciptakan program-program unggulan yang
bernilai dan sulit ditiru sehingga kurang terlihat lebih
menarik dibanding dengan para pesaingnya.
Berikutnya Dalota (2013:203) mencoba untuk
menentukan apakah inovasi menentukan manajemen sumber
daya manusia perusahaan atau, sebaliknya, manajemen
sumber daya manusia mempengaruhi tingkat inovasi
perusahaan. Kesimpulan penelitian dikemukakan sebagai
berikut yang menunjukkan adanya keterkaitan antara sumber
daya manusia dengan inovasi :
“The conclusions drawn from European studies
about HRM impact on firms’ innovations using the
above models are the following:
- There are empirical evidences that innovation explains the adoption of some HRM practices. The
choice of an innovation strategy implies the use of
an incentive-based compensation, the
encouragement of employee participation, the use
of appraisal systems and the use of broad internal
career opportunities.
- The HRM practices condition the firm’s orientation towards innovation. The participation
and the use of promotion plans significantly
explain the firm’s innovation orientation.
(Dalota, 2013: 210)
Berdasarkan penelitian Dalota tersebut yang
mengungkapkan bahwa sumber daya berperan dalam
pembentukan inovasi, menunjukkan bahwa kompetensi inti
memiliki keterkaitan dengan inovasi, mengingat kompetensi
inti melekat dalam sumber daya manusia suatu organisasi.
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
19
BAB II
STRATEGI KEUNGGULAN
BERSAING
A. Pengertian Strategi Keunggulan Bersaing
Tavitiyaman, Qu, dan Zhang (2011:650) menyatakan
strategi keunggulan bersaing adalah strategi untuk
memenangkan persaingan melalui penciptaan nilai yang
superior bagi pelanggan. Strategi bersaing terdiri dari strategi
citra merek, strategi sumber daya manusia, dan strategi
teknologi informasi. Pada jasa pendidikan tinggi strategi
keunggulan bersaing menitikberatkan pada memenangkan
persaingan melalui strategi sumber daya manusia dan
teknologi informasi. Sumber daya manusia merupakan
output dari pendidikan tinggi, yaitu kualitas lulusan yang
baik yang dihasilkan dari proses pembelajaran yang
melibatkan kualitas dosen/ pengajar yang baik pula.
Strategi keunggulan bersaing (competitive
advantange strategy) bisa ditafsirkan sebagai upaya
memberikan berbagai nilai tambah dan keistimewaan pada
setiap aspek pemasaran produk atau jasa kepada konsumen,
dibandingkan para pesaing, dalam proses pertukaran
tersebut. Sedangkan Porter, sebagaimana dikutip Assael
(2001:14) antara lain menyebutkan adanya tiga hal pokok
untuk menciptakan keunggulan bersaing, yakni memberikan
nilai (value) kepada konsumen melalui produk atau jasa yang
superior, disebut marketing advantage atau differentiation
20 REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
strategy; menyerahkan nilai tersebut kepada konsumen
melalui harga yang lebih rendah dibandingkan para pesaing
dengan cara mengurangi biaya produksi dan pemasaran
selanjutnya ini disebut cost advantage atau cost leadership
strategy, serta melayani pasar tertentu atau disebut focus
strategy.
Penerapan strategi keunggulan bersaing dalam bisnis
jasa pendidikan tinggi menjadi sangat penting, karena pada
perguruan tinggi terutama PTS sebagaimana yang
dikemukakan oleh Sucipta (2013) menjelaskan bahwa di
Indonesia, sektor jasa pendidikan tinggi swasta ternyata
dapat dikatakan sedang menurun, hal ini ditandai oleh
banyaknya PTS yang bermasalah. Masalah PTS tersebut
terutama disebabkan oleh kurangnya minat calon mahasiswa
yang mau mendaftar di PTS tersebut. Sehingga PTS yang
mengandalkan dana masyarakat untuk membiayai
operasional pendidikannya menjadi sangat lemah, sehingga
pada akhirnya tidak mampu mempertahankan kelangsungan
hidupnya (survive).
Perkembangan dan perubahan lingkungan yang
begitu cepat berubah, termasuk pergeseran tuntutan
masyarakat, kemajuan teknologi, serta perubahan sosial
ekonomi, telah mempengaruhi sektor pendidikan tinggi,
sehingga mengakibatkan timbulnya persaingan bisnis dalam
industri pendidikan tinggi yang begitu ketat
(hypercompetitive). Perkembangan dan perubahan terjadi
secara lintas geografis. Kondisi yang demikian menuntut
setiap PTS untuk bisa menggali dan mengembangkan
sumber-sumber keunggulan bersaing agar dapat bertahan
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
21
hidup. Perubahan yang semakin cepat di tengah arus
globalisasi dan industrialisasi, menuntut PTS untuk mampu
mengantisipasi perubahan tersebut, khususnya dalam
menghasilkan lulusan yang adaptif, yang siap menyambut
tantangan tersebut. Namun pada sisi lain PTS dinilai belum
siap bersaing di era global.
Dalam membangun dan mengembangkan keunggulan
bersaing perguruan tinggi, maka dibutuhkan proses
manajemen pemasaran (marketing management process),
yaitu suatu mekanisme dimana PTS mampu berinteraksi
dengan masyarakat melalui aktivitas pembelajaran,
penelitian, dan pengabdian pada masyarakat. Mekanisme ini
dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan masyarakat,
kemudian mengembangkan dan menerapkan strategi yang
tepat untuk memenuhi kebutuhan tersebut, serta melakukan
evaluasi terhadap respons masyarakat. Secara bersamaan
mekanisme tersebutberlangsung dengan melibatkan
lingkungan, yaitu dengan diawalievaluasi terhadap
lingkungan, pengembangan berbagai kemungkinan strategi
dalam rangka meningkatkan keunggulan bersaing, dan
diakhiri dengan evaluasi terhadap respons kompetisi yang
timbul.
Menurut Wheelen & Hunger (2012:110) kekuatan
persaingan industri bersumber dari lima kekuatan persaingan
Porter ditambah dengan kekuatan stakeholder, lima kekuatan
persaingan yang dimaksud terdiri dari:
1. Masuknya pesaing baru (threat of new entrants)
Pada prinsipnya semakin mudah memasuki suatu industri
jasa pendidikan tinggi, maka profitabilitas bagi PTS yang
22 REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
ada di pasar akan semakin rendah. Di pihak lain jika
terdapat penghalang masuk pasar, maka jumlah PTS baru
yang akan masuk akan semakin berkurang. Terdapat
beberapa penghalang masuk pasar yang signifikan,
termasuk: skala ekonomi, diferensiasi jasa pendidikan,
modal yang dibutuhkan, akses kepada stakeholder
(masyarakat, para pengelola dan dosen, pemerintah dalam
hal ini DIKTI), biaya peralihan dan kebijakan pemerintah.
2. Ancaman dari produk substitusi (threat of substitutes)
Tersedianya alternatif pendidikan lain sebagai substitusi
dari PTS, seperti kursus-kursus, pelatihan siap kerja, atau
tawaran-tawaran pekerja tingkat SMU dapat membatasi
limit dari potensi laba dari pesaing dalam suatu industri
dengan menetapkan biaya kuliah tertinggi yang dapat
dikenakan kepada mahasiswa. Untuk mengatasi hal ini
PTS harus dapat memberikan “superior value” bagi
mahasiswanya. Masyarakat akan beralih ke jasa
pendidikan substitusi dalam kondisi:
Biaya kuliah dan manfaat atau penampilan jasa
pendidikan substitusi tidak berbeda jauh dari jasa
pendidikan yang ditawarkan pada PTS.
Biaya peralihan (switching cost) rendah
Masyarakat lebih cenderung memilih bekerja bagi
anak-anaknya yang sudah lulus SMU di masa
sebelumnya.
3. Kekuatan tawar menawar pembeli (bargaining power of
buyers)
Jika masyarakat memiliki kekuatan tawar menawar yang
tinggi maka laba yang dapat diraih oleh setiap PTS
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
23
menjadi berkurang, artinya calon mahasiswa memiliki
banyak pilihan untuk masuk perguruan tinggi, sehingga
banyak PTS yang sulit mendapatkan mahasiswa baru
melakukan penurunan biaya kuliah atau menawarkan
beasiswa. Terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan
kekuatan tawar menawar dari masyarakat tinggi,
termasuk:
Masyarakat/calon mahasiswa yang berdaya beli tinggi
memiliki banyak pilihan.
Perguruan tinggi negeri (PTN) menjadi alternatif yang
sangat menarik bagi masyarakat/calon mahasiswa,
bahkan beberapa PTN membuka program ekstensi
yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan daya
tampungnya.
4. Kekuatan tawar menawar supplier (bargaining power of
suppliers)
Jika pemasok dalam suatu industri memiliki kekuatan
tawar menawar yang tinggi, mereka dapat menekan
pesaing dengan menetapkan harga yang tinggi atau
menurunkan kualitas produknya. Pemasok PTS dalam hal
ini penyedia buku, ATK, serta pemerintah dalam hal ini
BAN-PT sebagai pengakreditasi PTN dan PTS memiliki
kekuatan tawar menawar yang tinggi, sehingga baik PTN
maupun PTS wajib terakreditasi supaya mendapatkan
mahasiswa, karena saat ini mahasiswa sudah lebih cerdas
dalam memilih PTS, mereka akan memilih PTS yang
minimal berakreditasi “B”. Terdapat beberapa faktor
penyebab kekuatan tawar menawar pemasok PTS yang
tinggi, termasuk:
24 REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
Hanya terdapat sedikit pemasok besar, misalnya jurnal
nasional akreditasi dan internasional terakreditasi
jumlahnya tidak sebanding dengan jumlah dosen di
PTS, padahal salah satu persyaratan peningkatan
jabatan akademik, baik lektor kepala maupun guru
besar mewajibkan memiliki jurnal tersebut. Demikian
juga untuk akreditasi PTS agar memperoleh predikat A
dan B harus memiliki jurnal tersebut.
Badan Akreditasi Nasional (BAN-PT) merupakan
suatu lembaga pemerintahan yang sangat diperlukan
oleh perguruan tinggi, sehingga baik PTN maupun
PTS mutlak harus melalui BAN-PT untuk menjalankan
operasional pendidikannya.
5. Intensitas persaingan diantara pesaing yang ada (intensity
of rivalry)
Terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan persaingan
yang intens pada jasa pendidikan tinggi, termasuk:
Banyaknya jumlah PTS dan PTN dengan ukuran dan
kekuatan yang relatif sama.
Pertumbuhan para lulusan SMU yang tidak semuanya
memilih PT.
Biaya tetap dan penghalang keluar jasa pendidikan
yang tinggi.
Buffet dalam Gordon (2002) menyatakan kunci dari
investasi bukan dengan menilai seberapa banyak industri
mempengaruhi society tetapi dengan menentukan
keunggulan bersaing dari perusahaan dan yang paling utama
durabilitydari keunggulan tersebut, atau ”the key to investing
is not assessing how much an industry is going to affect
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
25
society or how much it will grow, but rather determining the
competitive advantage of any given company and above will,
the durability of that advantage”. Pada jasa pendidikan
tinggi, investasi yang utama adalah human capital, yaitu
seseorang dapat meningkatkan penghasilannya melalui
peningkatan pendidikan (Hastarini Dwi Atmanti, 2005:31).
Gordon (2002) yang meninjau keunggulan bersaing
dari sisi competitor dan customer (CRM) berpendapat bahwa
bersaing bukan hanya merupakan pemikiran tetapi juga suatu
strategi dan proses. Menurut Gordon (2002) perusahaan
bersaing mengenai lima sumber daya, yaitu: manusia, waktu,
uang, teknologi dan pengetahuan. Pada jasa pendidikan
tinggi juga melibatkan lima unsur, yaitu manusia, waktu,
dana, teknologi, dan pengetahuan. Kelima hal tersebut masih
kurang dimiliki oleh PTS di Indonesia, sebagaimana yang
dilaporkan oleh ABPPTS (2012) bahwa sebanyak 90 persen
dari 3.214 perguruan tinggi swasta yang ada di Indonesia
dinilai tidak siap bersaing dengan perguruan tinggi asing saat
2015 mulai diberlakukan Masyarakat ASEAN sehingga
sangat berpotensi tutup. Mungkin hanya ada 10 persen
perguruan tinggi swasta yang mampu bersaing dengan
perguruan tinggi asing di saat pasar Indonesia makin terbuka
pada saat itu. Posisi PTS di Indonesia banyak yang kalah
bersaing dengan perguruan tinggi asing, sehingga
dikhawatirkan jika hal tersebut dibiarkan maka akan banyak
PTS yang tutup. Bila dilihat dari modal, teknologi, dan
sumber daya manusia maka 90 persen PTS yang ada di
Indonesia akan kalah bersaing dengan perguruan tinggi
asing. Hal lain yang dikhawatirkan adalah saat itu akan
26 REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
banyak dosen asing yang mengajar di perguruan tinggi asing
yang tentunya akan membuat disparitas pendapatan yang
lebar antara gaji pendidik lokal dan asing. Kekhawatiran lain
adalah adanya kemungkinan perguruan tinggi asing akan
mengakuisisi PTS yang tidak kuat. Bisa saja pada awalnya
mereka melakukan kerjasama tapi pada akhirnya PTS akan
diakuisisi oleh perguruan tinggi asing. Walaupun dalam
Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan UU Nomor 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi
ada rambu-rambu yang mengatur masuknya perguruan tinggi
asing ke Indonesia, namun persiapan untuk meningkatkan
daya saing PTS Indonesia menjadi sangat penting.
Gordon (2002) berpendapat bahwa mengingat
kompleksitas dalam meningkatkan keunggulan bersaing,
maka organisasi bisnis jarang memperhatikan pesaing dan
lebih kepada konsumen dan segmen pasar, oleh karena itu
diperlukan pendekatan baru yang tidak hanya fokus kepada
konsumen tetapi juga pesaing. Dengan mempelajari pesaing,
maka kesempatan terbuka bagi perusahaan untuk
mengadopsi inisiatif dalam meningkatkan keunggulan,
sehingga perusahaan dapat melakukan investasi untuk
memperoleh keunggulan bersaing sebelum pesaing
melakukannya. Demikian juga kondisi PTS di Indonesia,
Hadari Nawawi (2005) menjelaskan bahwa PTS lebih
memfokuskan bagaimana mendapatkan mahasiswa melalui
pendekatan dengan SMU-SMU disekitar meraka, namun
kurang memperhatikan program pendidikan dan kurikulum
seperti apa yang dimiliki oleh PTN atau PTS lain, sehingga
lembaga tersebut lebih menarik bagi para calon mahasiswa
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
27
untuk dipilih. Karena itu PTS harus juga melihat aktivitas
pendidikan PTN atau PTS lain yang banyak dipilih oleh
calon mahasiswa/ lulusan SMU, sehingga memiliki kualitas
pendidikan yang sama dengan para pesaingnya itu. Dengan
kata lain PTS harus memperhatikan pesaing sasaran,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Gordon (2002) :
“Competitor targeting is the process of selecting a
competitor that represents an important opportunity
or threat to your company, especially in respect of the
individual customers your firm wants and then
planning and implementing strategic, tactical and real
time initiatives to help the company achieve its
business objectives”.
Competitor targeting dilakukan agar PTS dapat :
(1) Belajar dari PTN atau PTS lainnya, sehingga dapat
memperbaiki kualitas pendidikan.
(2) Merancang differentiated position pada masyarakat yang
berbeda dengan PTN/ PTS lainya.
(3) Merancang differentiated position pada masyarakat yang
berbeda dengan PTN/ PTS lainnya yang telah ditentukan.
(4) Memperoleh keunggulan relatif pada PTN/ PTS lain
yang menjadi sasaran perbandingan.
(5) Memperoleh hasil competitively superior untuk
shareholder.
Penerapan strategi keunggulan bersaing yang sesuai
akan menghasilkan superior customer value baik berupa
lower relative cost ataupun unique benefits. Selanjutnya
superior customer value akan meningkatkan kepuasan pasar
sasarannya yang pada gilirannya akan memberi respon
28 REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
positif dalam bentuk semakin banyak mahasiswa yang
menggunakan dan loyal terhadap PTS, karena lebih
tingginya nilai (value) yang dirasakan daripada value yang
dirasakan dari strategi keunggulan bersaing PTN atau PTS
lainnya.
Strategi keunggulan bersaing suatu perguruan tinggi
diarahkan untuk memenangkan persaingan di suatu pasar
sasaran. Suatu persaingan akan dimenangkan jika strategi
PTS mampu menciptakan strategi bersaing (competitive
strategy) yang mempunyai keunggulan bersaing (competitive
advantage). Sebagaimana dikemukakan oleh Wheelen dan
Hunger (2012:183) strategi bersaing merupakan strategi
dimana suatu perusahaan atau suatu bisnis akan bersaing
dalam sebuah cakupan industri yang memfokuskan pada
pengembangan posisi kompetisi unit bisnis baik yang
bergerak dalam bidang barang ataupun jasa.
Bennett dan Smith (2002:75), menyatakan
keunggulan bersaing merupakan keunggulan yang dicapai
melalui nilai pelanggan yang superior dengan menciptakan
suatu strategi bersaing untuk mencapai kemampuandan
pertumbuhan.
Berdasarkan pemaparan konsep strategi keunggulan
bersaing di atas, di bawah ini terungkap tentang rekapitulasi
pemaparan dari beberapa ahli tentang konsep tersebut.
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
29
Tabel 2.1
Rekapitulasi Pengertian Strateg Keunggulan Bersaing
No Penulis Konsep
1 Tavitiyaman,
Qu, dan
Zhang (2011:
650)
Strategi keunggulan bersaing adalah
strategi untuk memenangkan
persaingan melalui penciptaan nilai
yang superior bagi pelanggan.
Strategi bersaing terdiri dari strategi
citra merek, strategi sumber daya
manusia, dan strategi teknologi
informasi.
2 Porter, dalam
dikutip
Assael
(2001: 14)
Ada tiga hal pokok untuk
menciptakan keunggulan bersaing,
yakni memberikan nilai (value)
kepada konsumen melalui produk
atau jasa yang superior, disebut
marketing advantage atau
differentiation strategy; menyerahkan
nilai tersebut kepada konsumen
melalui harga yang lebih rendah
dibandingkan para pesaing dengan
cara mengurangi biaya produksi dan
pemasaran selanjutnya ini disebut
cost advantage atau cost leadership
strategy, serta melayani pasar
tertentu atau disebut focus strategy.
3 Gordon
(2002)
Meninjau keunggulan bersaing dari
sisi competitor dan customer (CRM)
30 REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
No Penulis Konsep
berpendapat bahwa bersaing bukan
hanya merupakan pemikiran tetapi
juga suatu strategi dan proses
4 Wheelen dan
Hunger
(2012:183)
Strategi bersaing merupakan strategi
dimana suatu perusahaan atau suatu
bisnis akan bersaing dalam sebuah
cakupan industri yang memfokuskan
pada pengembangan posisi kompetisi
unit bisnis baik yang bergerak dalam
bidang barang ataupun jasa
5 Bennett dan
Smith
(2002:75)
Keunggulan bersaing merupakan
keunggulan yang dicapai melalui
nilai pelanggan yang superior dengan
menciptakan suatu strategi bersaing
untuk mencapai kemampuandan
pertumbuhan.
6 Porter dalam
Hua (2011:
2086-2008)
yaitu suatu kombinasi antara tujuan
yang diperjuangkan dengan alat
(kebijakan) yang digunakan untuk
mencapai tujuan tersebut atau
pencarian posisi yang mengun-
ungkan dalam suatu pasar sebagai
tempat persaingan
Berdasarkan komparasi konsep di atas, maka
konstruk strategi keunggulan bersaing dalam penelitian ini
merupakan suatu kombinasi antara tujuan yang
diperjuangkan PTS dengan alat (kebijakan) yang digunakan
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
31
untuk mencapai tujuan tersebut atau pencarian posisi yang
menguntungkan dalam suatu pasar sebagai tempat
persaingan.
B. Pengukuran Strategi Keunggulan Bersaing
Indikator keunggulan bersaing menurut Bennett dan
Smith (2002) adalah meliputi price, promotion skill, speed of
service, established reputation,cost advantage, product
design, service quality, specialized expertise, range of
expertise, flair and creativity, and personal attention to
client needs.
Namun Day dan Wensley (1988) menyatakan bahwa
keunggulan bersaing diartikan sebagai kompetisi yang
berbeda dalam keunggulan keahlian dan sumber daya.
Secara luas menunjukkan apa yang diteliti di pasar yaitu
keunggulan posisional berdasarkan adanya customer value
yang unggul atau pencapaian biaya relatif yang lebih rendah.
Dalam memilih suatu strategi bersaing ada dua faktor
yang perlu dipertimbangkan yaitu: daya tarik suatu pasar
untuk memberikan tingkat laba jangka panjang dan
penentuan posisi relatif dalam suatu pasar. Dengan demikian
tujuan strategi bersaing adalah menemukan posisi PTS
dalam suatu pasar yang memungkinkan suatu lembaga
perguruan tinggi dapat melindungi diri terhadap tekanan
persaingan atau mempengaruhi tekanan secara positif.
Adapun daya tarik pasar bagi suatu PTS dalam
persaingan ditentukan oleh lima kekuatan bersaing yaitu:
ancaman masuknya PTS baru, ancaman dari lembaga
pendidikan lainnya, kekuatan tawar-menawar masyarakat,
32 REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
kekuatan tawar-menawar pemasok, dan persaingan di antara
PTN/PTS yang ada. Pada gilirannya posisi relatif suatu
perguruan tinggi dalam suatu pasar menentukan tingkat laba.
Untuk memenangkan persaingan, suatu perguruan tinggi
dapat menciptakan dua dasar keunggulan bersaing
sebagaimana menurut Wheelen dan Hunger (2012:185)
terdapat dua strategi kompetitif generik Porter yang
dimaksudkan untuk mengungguli pesaingnya dalam suatu
industri yaitu : lower cost dan diferensiasi. Kedua dasar
keunggulan tersebut jika dihubungkan dengan cakupan pasar
dapat menghasilkan tiga strategi generik yaitu:
kepemimpinan biaya dan diferensiasi untuk segmen yang
luas dan fokus (focus) untuk segmen yang sempit. Secara
langsung keunggulan bersaing melalui pemasaran dapat
diperoleh dari diferensiasi dan fokus segmen.
Berdasarkan beberapa konsep strategi keunggulan
bersaing di atas, terungkap komparasi dimensi sebagai
berikut :
Tabel 2.2
Komparasi Dimensi Strategi Keunggulan Bersaing
Bennett dan
Smith (2002)
Tavitiyaman,
Qu, dan
Zhang
(2011: 650)
Porter, dalam
dikutip Assael
(2001: 14)
Wheelen dan
Hunger
(2012:185)
Konstruk
(pendapat
penulis)
- Price,
- promotion
skill,
- Speed of
service,
- Established
reputation,
- strategi
citra
merek,
- strategi
sumber
daya
manusia,
- Cost
leadership
strategy
- Differentia-
tion strategy
- Focus
strategy
- Lower cost
- Diferensiasi
- Strategi
kepemim-
pinan biaya
operasional,
- Keunikan
kualitas
program
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
33
- Cost
advantage,
- Product
design,
- Service quality,
- Specialized
expertise,
- Range of
expertise,
- Flair and
creativity,
- Personal
attention to
client needs.
- strategi
teknologi
informasi
studi,
- Strategi
fleksibilitas
Berdasarkan komparasi dimensi di atas, maka
variabel strategi keunggulan bersaing dalam penelitian ini
diukur atas konstruk dimensi strategi kepemimpinan biaya
operasional, keunikan kualitas program studi, dan strategi
fleksibilitas. Sedangkan indikator untuk masing-masing
dimensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
(1) Strategi Kepemimpinan Biaya Operasional
Menurut Wheelen & Hunger (2012:186),
Kepemimpinan biaya adalah strategi bersaing-biaya
yang lebih rendah yang ditujukan untuk pasar massal
yang luas dan membutuhkan bangunan agresif dari
fasilitas skala efisien, mengejar pengurangan biaya,
biaya yang ketat dan kontrol biaya overhead,
menghindari rekening nasabah marginal, dan
minimalisasi biayadi daerah seperti R & D, layanan,
tenaga penjualan, periklanan, dan sebagainya.
34 REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
Adapun menurut Ireland, Hoskisson, Hitt
(2013:100), Strategi kepemimpinan biaya adalah
serangkaian tindakan terpadu yang dilakukan untuk
menghasilkan barang atau jasa dengan fitur yang
diterima pelanggan pada biaya terendah, dibandingkan
dengan para pesaing.
Strategi kepemimpinan biaya rendah yang
dilakukan perguruan tinggi lebih menitikberatkan pada
keunggulan dalam biaya operasional dibandingkan
dengan pesaingnya, sehingga dapat menawarkan harga/
biaya kuliah yang relatif lebih rendah dari pesaingnya.
Berdasarkan paparan di atas, maka dimensi
kepemimpinan biaya operasional dalam penelitian ini,
tersusun atas konstruk :
a. Pertimbangan pada kemampuan keuangan mahasiswa
b. Perhatian pada biaya kuliah Perguruan Tinggi lainnya
c. Perhatian pada permintaan mahasiswa atas prodi S1
Manajemen
(2) Dimensi Keunikan Kualitas Program Studi
Sebagaimana diketahui strategi diferensiasi akan
menempatkan perguruan tinggi secara unik untuk
memenuhi kebutuhan khusus mahasiswa. Secara umum
PT akan memberikan nilai penting bagi mahasiswa
sehingga mahasiswa bersedia membayar harga premium
(premium price). PTS harus selalu mencari cara-cara
diferensiasi yang menghasilkan harga premi yang lebih
besar dari biaya diferensiasi. Hal tersebut dijelaskan
secara bisnis oleh Hooley dan Saunders (1993: 210)
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
35
tercatat empat cara diferensiasi (uniqueness divers)
yaitu: diferensiasi produk (product differentiation),
diferensiasi harga (pricing differentiation), diferensiasi
promosi (promotional differentiation) dan diferensiasi
distribusi (distribution differentiation).
Sementara itu Kotler dan Keller (2009:295)
mengemukakan diferensiasi dilakukan dengan cara:
diferensiasi produk (product differentiation),
diferensiasi pelayanan (service differentiation),
diferensiasi karyawan (personnel differentiation), dan
diferensiasi citra (image differentiation). Sementara
menurut Wheelen& Hunger (2012:186), diferensiasi
ditujukan untuk pasar missal yang luas dan melibatkan
penciptaan produk atau jasa yang unik.
Strategi diferensiasi pada perguruan tinggi lebih
melihat pada sejauhmana perguruan tinggi memiliki
keunggulan dalam manfaat pembelajaran dibandingkan
dengan pesaingnya, menitikberatkan pada perbedaan
dalam proses pembelajarannya dengan pesaingnya,
kecepatan merespon permasalahan mahasiswa (speed),
dan fleksibel dalam layanan (flexibility).
Berdasarkan paparan di atas, maka dimensi
strategi keunikan kualitas program studi tersusun atas
konstruk indikator sebagai berikut :
a. Keunggulan dalam sistem informasi
b. Keunggulan dalam sistem pembelajaran
c. Keunggulan dalam kurikulum
d. Keunggulan dalam fasilitas pembelajaran
36 REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
(3) Strategi Fleksibilitas
“In dealing with flexibility, managers have two
main dimensions : speed and variety (Verdu-Jover et al,
2004). Speed refes to the ability to activate response in
time and variety refers to the amount of capabilities
firms have to respond to the demands of the
environment”(Idris, 2002:280). Berdasarkan pendapat
tersebut, fleksibilitas terkait dengan kemampuan
organisasi untuk merespon permintaan lingkungan.
Berdasarkan paparan di atas, maka dimensi
strategi fleksibilitas tersusun atas konstruk indikator
sebagai berikut :
a. Fleksibilitas dalam melayani mahasiswa yang kurang
mampu
b. Fleksibilitas dalam kualitas pembelajaran
c. Fleksibilitas dalam kekhususan kurikulum
*****
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
37
BAB III
KOMPETENSI INTI
A. Pengertian Kompetensi Inti
Chen dan Chang (2011:5738) menyatakan “core
competence has become a popular term in business
discipline, however, the meaning of the “core” term is still
unclear because it is loosely used in a variety of way”.
Kompetensi inti dapat juga berlaku bagi disiplin bisnis
manajemen, walaupun arti “inti” itu sendiri masih belum
jelas untuk disiplin ini.Pada dasarnya kompetensi inti dalam
bisnis merupakan suatu kemampuan dalam menemukan
suatu gagasan yang merupakan unsur investasi dari suatu
organisasi, misalnya gagasan berupa visi tentang perusahaan.
Implikasinya, bagaimana investasi tersebut dilaksanakan
dengan menggunakan pengetahuan atau keterampilan teknis
untuk mengembangkan perusahaan. Untuk itu perlu
diterjemahkan ke dalam kegiatan-kegiatan seperti
menilai peluang-peluang utama apa saja untuk bisa masuk ke
industri dan atau pasar. Setelah itu perlu dirancang apa
strategi bisnis yang tergolong unik untuk merealisasikan visi
perusahaan. Dan kemudian bagaimana kompetensi inti
perusahaan ditetapkan. Chen dan Chang (2011:5740)
mendefinisikan kompetensi inti dari sudut pandang
manajemen stratejik, yaitu “organizational capabilities that
advantageously integrate, reconfigure, gainand release
internal resources to match oreven create market change
38 REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
and lead to organizational competitive advantage”.
Kapabilitas organisasi yang memiliki keunggulan yang
sesuai dengan perubahan pasar serta dapat membangun
keunggulan bersaing.
Menurut Wheelen & Hunger (2012:138) “Core
competency is a collection of competencies that crosses
divisional boundaries, is widespread within the corporation,
and is something that the corporation can do exceedingly
well”. Kompetensi inti merupakan sekumpulan kompetensi
yang lintas divisional dan tersebar di seluruh perusahaan dan
merupakan sesuatu yang dapat dilakukan organisasi dengan
baik.
Dalam prakteknya dipendidikan tinggi, Nawawi
(2005) melihat pentingnya PTS memiliki kompetensi inti itu
sebagai sumber keunggulan bersaing bagi PTS tersebut, serta
jika kompetensi inti PTS tersebut terkomunikasikan dengan
baik, maka akan memudahkan masyarakat mengenalnya dan
membedakannya dengan perguruan tinggi lain, baik PTN,
PTS lainnya, atau PT asing. Kompetensi inti perguruan
tinggi akan dicerminkan oleh kebutuhan pengetahuan teknis
apa saja yang akan digunakan. Keterkaitan kompetensi
dengan strategi bisnis akan dicerminkan oleh rangkaian
proses yang diawali dari sumber gagasan berupa inovasi
produk paten yang merupakan hasil dari program penelitian
dan pengabdian masyarakat. Kemudian proses berikutnya
dicerminkan oleh produktivitas dan efisiensi. Ketika produk
dihasilkan maka hal itu tidak lepas dari bagaimana
membangun kepercayaan masyarakat. Untuk itu menurut
Alma (2005) PTS harus mengembangkan citra layanan
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
39
pendidikan mereka dilihat dari kualitas pembelajaran,
penelitian, dan pengabdian pada masyarakat. Karena itulah
dimensi distribusi dan salurannya menjadi hal yang sangat
penting sesuai dengansegmen pasar. Keseluruhan proses itu
akan diikuti dengan umpan balik yang berguna untuk
menyusun strategi inovasi teknologi baru. Dalam
perkembangan jangka panjang kompetensi inti itu sendiri
bisa berubah sesuai dengan perkembangan pasar dan
teknologi.
Orisinalitas dari konsep menurut Hu dan Lin
(2011:4228) adalah “learning new knowledge and
technology by oneself and collecting information about the
work”. Melakukan pembelajaran pengetahuan dan teknologi
baru secara mandiri dan mengumpulkan informasi mengenai
pekerjaan/tugas.
Kompetensi inti PTS membuat adanya pergeseran
yakni dari individual ke organisasi sebagai unit analisis dan
dari aspek-aspek sosio-budaya ke hal-hal yang sifatnya lebih
teknis. Hal itu didasarkan pada analisis peran profesional
dan/atau formulasi tanggung jawab profesional. Pernyataan
kompetensi menjelaskan hasil yang diharapkan dari kinerja
dan dari fungsi yang terkait secara professional,
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sangat penting
untuk kinerja fungsi tersebut. Pernyataan kompetensi
tersebut memfasilitasi penilaian yang berpatokan pada
kriteria tertentu. Dalam hal ini kompetensi diperlukan
sebagai alat prediksi tentatif atas efektivitas profesional dan
harus mengikuti prosedur validasi terus menerus.
40 REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
Kompetensi inti beragam sesuai dengan jenis
industrinya. Sebagai contoh, dalam jasa bisnis pendidikan
tinggi, kompetensi inti bermuara pada aktivitas
pembelajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.
Jadi perguruan tinggi yang paling baik adalah yang mampu
menciptakan nilai masyarakat yang tinggi. Tiap PT harus
memiliki kompetensi inti yang memenuhi syarat-syarat
untuksukses di masyarakat. Misalnya PT yang bergerak di
bidang studi perhotelan harus berbasis pada mutu pelayanan
yang prima dalam bidang pendidikan perhotelan.
Kompetensi inti sangat terikat dengan fokus strategi
perguruan tinggi. Dalam industri jasa pendidikan tinggi, PTS
harus memiliki perbedaan keunggulan dengan PTN atau PTS
lainnya. Untuk itu pengelola PTS dapat menentukan satu
dari beberapa pilihan utama dari fokus strategis. Misalnya,
kalau strateginya berfokus pada inovasi pembelajaran, maka
PTS akan bersaing melalui perubahan kurikulum sesuai
dengan tuntutan masyarakat dan pemberi kerja. Kalau
strateginya mengarah pada pusat penelitian, maka PTS harus
bersaing dalam memperoleh hibah bersaing dari DIKTI serta
penelitian-penelitian lain yang bermanfaat bagi
pembangunan Indonesia. Kalau strateginya dalam hal
pengabdian pada masyarakat maka PTS harus mampu
bersaing dalam membangun masyarakat binaan dan
masyarakat mandiri yang mampu terberdayakan dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta hibah
pengabdian masyarakat dari DIKTI.
Peran pemimpin PTS sangatlah strategis untuk
menetapkan dan mengembangkan kompetensi inti PTS
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
41
tersebut. Dalam dunia bisnis misalnya, para investor akan
menjadi lebih tertarik untuk menanamkan sahamnya apabila
kompetensi inti perusahaan tersebut mampu memenuhi
ekspektasi pasar yang tinggi. Untuk itu kompetensi inti ini
baru akan dapat dipenuhi kalau setiap individu dosen dalam
perguruan tinggi itu juga memiliki kompetensi inti berupa
tingkat pengetahuan, sikap, keterampilan, karakter dan nilai
pribadi, dan motivasi kerja yang tinggi.
Berikut ini adalah komparasi pengertian kompetensi
inti dari berbagai sumber :
Tabel 3.1
Rekapitulasi Pengertian Kompetensi Inti
No Penulis Pengertian
1 Chen dan
Chang (2011)
Kapabilitas organisasi yang memiliki
keunggulan yang sesuai dengan
perubahan pasar serta dapat membangun
keunggulan bersaing.
2 Wheelen &
Hunger (2012)
Kompetensi inti merupakan sekumpulan
kompetensi yang lintas divisional dan
tersebar di seluruh perusahaan dan
merupakan sesuatu yang dapat
dilakukan organisasi dengan baik.
3 Hu and Lin
(2011)
Melakukan pembelajaran pengetahuan
dan teknologi baru secara mandiri dan
mengumpulkan informasi mengenai
pekerjaan/tugas.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka konstruk
kompetensi inti dalam penelitian ini disusun ke dalam suatu
konstruk yaitu kapabilitas organisasi yang memiliki
42 REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
keunggulan yang sesuai dengan perubahan pasar serta dapat
membangun keunggulan bersaing.
B. Pengukuran Kompetensi Inti
Hu dan Lin (2011:4229) membagi kompetensi inti
dalam empat dimensi, yaitu interpersonal communication,
professional field, job attitude, and higher education.
Interpersonal skill mencakup (1) memiliki kemampuan
menyelesaikan masalah, (2) respek terhadap mahasiswa,
mengetahui tentang perasaan dan kebutuhan mahasiswa, dan
membangun hubungan yang baik, (3) memiliki keinginan
menyelesaikan masalah, menyelesaikan komplain, dan
memenuhi kebutuhan. Professional field mencakup
memberikan pelayanan yang baik oleh kompetensi
profesional. Job attitude mencakup (1) mampu bekerja keras
dan kooperatif dengan mitra, (2) bekerja tekun dan proaktif
pada tugas. Higher education mencakup kemampuan untuk
melakukan pembelajaran pengetahuan dan teknologi baru
secara mandiri dan mengumpulkan semua informasi untuk
kelancaran tugas.
Berikut disampaikan komparasi dimensi kompetensi
inti yang disampaikan oleh beberapa sumber berikut ini :
Tabel 3.2
Komparasi Dimensi Variabel Kompetensi Inti
Hu dan Lin
(2011: 4229)
Wheelen dan
Hunger (2012)
Konstruk
(pendapat penulis)
- Interpersonal
communication,
- Professional
- Asset berwujud
- Asset tidak
berwujud
- Keterampilan
interpersonal,
- Wilayah
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
43
field,
- Job attitude,
- higher
education.
profesional,
- Sikap terhadap
Pekerjaan,
- Pendidikan
tinggi
Berdasarkan paparan di atas, maka variabel
kompetensi inti dalam penelitian ini disusun atas konstruk
dimensi yang terdiri dari : Keterampilan interpersonal
(interpersonal skill), Wilayah professional (professional
field), Sikap terhadap Pekerjaan (job attitude), dan
Pendidikan tinggi ( higher education). Penjelasan untuk
masing-masing dimensi dijelaskan berikut ini :
(1) Dimensi Interpersonal Skill
Menurut Lawrence Dyche (2007:1036-1037)
interpersonal skill terdiri dari aspek Cognitive yaitu
pemahaman, Affective yaitu empati, dan Behavioral
yaitu Relational versatility.
Berdasarkan pendapat di atas, serta sesuai
dengan unit analisis penelitian, maka dimensi
interpersonal skill tersusun atas konstruk indikator :
a. Kemampuan menyelesaikan masalah perkuliahan
b. Kemampuan menyelesaikan masalah pribadi
mahasiswa
c. Kemampuan menyelesaikan masalah keuangan
mahasiswa
44 REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
(2) Dimensi Professional Field
Baretti (2004) ”affirms that the development of a
professional self is more a process than an acquired set
of behaviors or values” (Shelagh Larkin, 2010:448).
Profesional merupakan suatu proses . ”Professional
field: Supplying good service by professional
competence” (Hu and Lin, 2011:4228).
Berdasarkan pendapat di atas, serta sesuai dengan
unit analisis penelitian, maka dimensi Professional field,
tersusun atas konstruk indikator :
a. Kemampuan dalam pelayanan yang profesional
b. Kemampuan soft skill dalam melakukan pekerjaan
(3) Dimensi Job Attitude
Job attitude: ”Working hard and cooperating with
colleagues and Persistent work and Proactive
encouragement to the work”(Hu and Lin, 2011:4228).
Berdasarkan pendapat di atas, serta sesuai dengan
unit analisis penelitian, maka dimensi job attitude
tersusun atas konstruk indikator :
a. Mampu kooperatif dengan mitra
(4) Dimensi Higher Education
”Higher education: Learning new knowledge and
technology by oneself and collecting information about
the work” (Hu and Lin, 2011:4228). Higher
educationmencakup kemampuan untuk melakukan
pembelajaran pengetahuan dan teknologi baru secara
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
45
mandiri dan mengumpulkan semua informasi untuk
kelancaran tugas.
Berdasarkan pendapat di atas, serta sesuai dengan
unit analisis penelitian, maka dimensi job attitude
tersusun atas konstruk indikator :
a. Kesesuaian pendidikan pegawai dengan pekerjaan
b. Kesesuaian jabatan pegawai dengan pendidikannya
c. Kesesuaian jabatan akademik dosen dengan aturan
dalam mengajar
d. Kesesuaian pendidikan dosen dengan aturan dalam
mengajar
e. Kesesuaian kompetensi dosen dengan mata kuliah
f. Penguasaan teknologi informasi dan komunikasi
*****
46 REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
47
BAB IV
INOVASI NILAI
A. Pengertian Inovasi Nilai
Henard dan Roseveare (2012:33) menyatakan inovasi
nilai adalah salah satu unsur utama yang mengendalikan
perbaikan kualitas mengajar yang dapat meningkatkan level
institusi pendidikan tinggi. Inovasi dalam mengajar dan
pembelajaran dapat menjadi suatu faktor yang sangat penting
untuk institusi pendidikan tinggi. Inovasi dalam institusi
pendidikan lebih dititikberatkan pada kegiatan penelitian dan
pengembangan yang dapat mendorong solusi yang kreatif
dari permasalahan-pemasalahan praktis maupun akademik
serta menjadi suatu bentuk baru dalam mempromosikan
pembelajaran mahasiswa sesuai dengan pemecahan
masalahnya.
McLaughlin (2011) menyatakan ”organizations that
innovate will continue to achieve success and innovation
around products and services is certainly of value, but high-
order innovation can provide more substantial, economic
long-term benefits”. Organisasi yang berinovasi akan
mencapai keberhasilan dan inovasi di seluruh produk dan
jasa pasti akan meningkatkan nilai, tapi semakin tinggi
melakukan inovasi akan bermanfaat secara ekonomi dalam
jangka panjang. Misalnya inovasi yang dilakukan oleh
Universitas Indonesia sebagaimana yang disampaikan
Muhammad (2012) bahwa inovasi dalam pendidikan yang
http://pemilihanrektor.ui.ac.id/content/inovasi-dalam-pendidikan-yang-menjadikan-ui-sebagai-perguruan-tinggi-unggulan-dengan-misi
48 REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
menjadikan UI sebagai perguruan tinggi unggulan dengan
misi memberikan akses pendidikan seluas-luasnya bagi
bangsa indonesia. Universitas Indonesia yang telah
dicanangkan sebagai suatu cyber campus, memiliki potensi
di dalam pemanfaatan TIK baik untuk kegiatan akademik
maupun non-akademik. Dalam rangka untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran, memperluas akses dan memfasilitasi
program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ), maka penerapan e-
Learning menjadi salah satu strategi yang penting untuk
mencapai tujuan tersebut. Kondisi infrastruktur dan fasilitas
TIK yang ada saat ini memungkinkan berbagai kegiatan
pembelajaran berbasis e-Learning dapat diterapkan secara
efektif dan efisien, mulai dari kegiatan seminar, studium
generale hingga program berjenjang secara penuh dapat
diselenggarakan tanpa mengurangi kualitas pendidikannya.
Kim and Mauborgne (2008) menyatakan dalam
strategi samudra biru (Blue Ocean Strategy), inovasi nilai
adalah pengejaran pembedaan yang serempak dan biaya-
biaya lebih rendah. Inovasi nilai diciptakan dalam wilayah
dimana tindakan perusahaan secara positif mempengaruhi
struktur biaya dan penawaran nilai pada pembeli.
Penghematan biaya dilakukan dengan menghilangkan dan
mengurangi faktor yang menjadi titik persaingan dalam
industri. Dalam perjalanan waktu, biaya berkurang lebih jauh
ketika skala ekonomi bekerja setelah terjadi volume
penjualan tinggi akibat nilai unggul yang diciptakan.
WHO (2012:37) mengajukan komponen inovasi nilai
untuk jasa pendidikan, yaitu:
http://pemilihanrektor.ui.ac.id/content/inovasi-dalam-pendidikan-yang-menjadikan-ui-sebagai-perguruan-tinggi-unggulan-dengan-misihttp://pemilihanrektor.ui.ac.id/content/inovasi-dalam-pendidikan-yang-menjadikan-ui-sebagai-perguruan-tinggi-unggulan-dengan-misihttp://pemilihanrektor.ui.ac.id/content/inovasi-dalam-pendidikan-yang-menjadikan-ui-sebagai-perguruan-tinggi-unggulan-dengan-misi
REPUTASI PROGRAM STUDI Tinjauan Atas Keunggulan Bersaing, Kompetensi Inti, dan Inovasi Nilai
49
(1) Keuntungan relatif (relative profit), yaitu sejauhmana
inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya.
Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi
dapat diukur dari nilai ekonomi, kepuasan, dan status
sosial, atau karena mempunyai komponen yang sangat
penting. Makin menguntungkan bagi penerima makin
cepat tersebarnya inovasi. Karena itu keuntungan relative
pada suatu perguruan tinggi menjadi pertimbangan
mahasiswa untuk memilih perguruan tinggi.
(2) Kompatibel (compatible), yaitu tingkat kesesuaian
inovasi dengan nilai, pengalaman masa lampau, dan
kebutuhan penerima. Karena itu mahasiswa memilih
perguruan tinggi dari pengalaman masa lampau orang
lain yang telah merasakan kuliah p