1
18 KAMIS, 22 AGUSTUS 2019 JURNAL EKONOMI ISLAM REPUBLIKA Rubrik ini terselenggara atas kerjasama Harian Republika dengan Departemen Ilmu Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Tim Redaksi Iqtishodia: Dr R Nunung Nuryartono Prof Dr Yusman Syaukat Prof Dr Muhammad Firdaus Dr Lukman M Baga Dr Irfan Syauqi Beik Dr Asep Nurhalim Salahuddin El Ayyubi Deni Lubis I katan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI), sebagai wadah berkumpulnya para pakar, regulator, dan pegiat ekonomi syariah, akan kembali menyelenggarakan hajatan besar empat tahunan, yaitu kegiatan muktamar pada tanggal 23-25 Agustus 2019. Muktamar IAEI adalah forum tertinggi pengambilan keputusan yang akan menentukan arah kebijakan IAEI se- lama empat tahun ke depan, termasuk di dalam- nya adalah pemilihan kepengurusan yang baru, menggantikan kepemimpinan Prof Bambang Brodjonegoro yang telah memimpin IAEI selama dua periode sebagai ketua umum, yaitu periode 2011-2015 dan 2015-2019. Segala prestasi dan catatan emas kepengurusan beliau diharapkan dapat dilanjutkan selama empat tahun ke depan, sehingga peran dan kontribusi IAEI terhadap pembangunan ekonomi syariah nasional dan internasional bisa semakin signifikan. Dengan situasi perekonomian global yang semakin berat dan menantang, dibutuhkan adanya upaya strategis dalam mengonsoli- dasikan semua potensi domestik agar daya tahan perekonomian nasional semakin kuat. Dalam konteks ini, potensi ekonomi syariah yang sangat besar, harus dapat dikelola dan diman- faatkan secara optimal melalui upaya yang terkoordinasikan dengan baik. Untuk mereal- isasikan hal tersebut, IAEI harus terus memain- kan peran strategisnya, agar ambisi Indonesia untuk menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia pada 2024 dapat diwujudkan. Paling tidak, ada empat peran yang harus diperkuat oleh IAEI selama empat tahun ke depan. Pertama, peran pengembangan keil- muan ekonomi syariah. IAEI, sebagai tempat berkumpulnya para intelektual ekonom syariah, harus mampu merumuskan dan mengem- bangkan keilmuan ekonomi syariah. Peran keil- muan ini sangat penting karena inilah fondasi utama dari bangunan sistem ekonomi syariah. Para anggota IAEI harus didorong untuk mela- hirkan teori-teori dan formula-formula baru dalam pengembangan ilmu ekonomi syariah. Hal ini sangat penting karena akan menja- wab kritikan sebagian pihak yang mengatakan bahwa teori-teori dalam ekonomi syariah yang diajarkan di kampus-kampus tidak bersifat orisi- nal dan cenderung mengikuti pendekatan konvensional. Tentu ini bukan hal yang mudah. Karena itu, upaya penguatan dan peningkatan kapasitas keilmuan para anggota IAEI menjadi mutlak untuk dilakukan. Ruang-ruang dialog dan diskusi yang secara substantif terkait dengan pengembangan keilmuan, harus terus- menerus diperbesar. Selain itu, keberadaan buku-buku teks ekonomi syariah yang diajarkan di perguruan tinggi, harus terus-menerus dit- ingkatkan kualitasnya. Jika melihat kondisi saat ini, sejumlah pihak telah berusaha untuk mengembangkan aspek keilmuan ekonomi syariah ini dengan lebih baik. Sebagai contoh, Pusat Kajian Strategis BAZNAS sejak didirikan pada tanggal 1 Agustus 2016 hingga saat ini, telah mengembangkan beragam produk keilmuan yang telah diterapkan dalam kebijakan pengelolaan zakat nasional, antara lain perumusan Indeks Zakat Nasional (IZN) sebagai alat ukur kinerja zakat nasional. Bahkan, Indeks Kesejahteraan BAZNAS (IKB), sebagai bagian dari IZN, akan dibahas secara khusus dalam pertemuan World Zakat Forum (WZF) pada tanggal 5-7 November 2019 men- datang di Bandung. Tujuannya, agar IKB ini bisa diadopsi dan dimodifikasi oleh negara-negara anggota WZF yang saat ini berjumlah 33 negara. Beberapa negara bahkan mengusulkan namanya diubah menjadi Zakat Welfare Index. Kedua, peran strategis IAEI adalah sebagai partner kebijakan negara. Ini sangat penting sebagai upaya untuk memastikan aspek imple- mentasi ekonomi syariah dalam kebijakan ekonomi negara. Keberadaan Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024 harus dapat dimanfaatkan dengan baik. IAEI harus mengawal agar seluruh quick wins dalam mas- terplan tersebut bisa dilaksanakan dengan baik selama lima tahun ke depan. Demikian pula, dengan rencana pembentukan pusat riset ekonomi syariah internasional yang digagas oleh Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) harus dapat dimanfaatkan IAEI dengan baik, karena ini adalah rangkaian yang tidak ter- pisahkan dalam penguatan ekonomi syariah. Ketiga, peran IAEI adalah menjadi pusat edukasi publik yang berkelanjutan. Edukasi publik ini sangat penting dan strategis, karena akan mendorong keterlibatan aktif masyarakat dalam penguatan kegiatan ekonomi dan keuang- an syariah. Sebagai contoh, IAEI secara aktif harus terus-menerus mengingatkan masyarakat mengenai bahaya riba, apalagi saat ini fenomena pinjaman online ribawi begitu marak terjadi di tengah masyarakat. OJK mencatat bahwa volume pinjaman online melalui fintech atau tekfin telah mencapai angka Rp 41,04 triliun hingga akhir Mei 2019. Ini adalah fakta sekaligus menjadi tantangan bagi dunia keuangan syariah untuk bisa menawarkan alternatif sumber pendanaan berbasis teknologi yang sesuai dengan syariah. Selain itu, porsi edukasi juga harus didorong pada edukasi indus- tri halal (sektor riil) dan edukasi ZISWAF (zakat, infak, sedekah, dan wakaf). Ini karena masih belum optimalnya pemanfaatan potensi industri halal ataupun sektor ZISWAF dalam memperku- at perekonomian nasional. Adapun peran yang keempat adalah sebagai hub atau jembatan komunikasi dan sinergi antarpemangku kepentingan strategis. Berkumpulnya individu yang berasal dari tiga jalur utama, yaitu ABG (Akademik, Bisnis, dan Government/Pemerintah/Regulator), harus dapat dioptimalkan dengan baik. Ini adalah modal IAEI dalam mendorong pengarusutamaan (mainstreaming) ekonomi syariah dalam kehidupan ekonomi negara. Insya Allah, sinergi- tas yang dibangun IAEI selama ini, akan mem- berikan dampak positif dalam upaya meningkatkan peran ekonomi syariah dalam menyejahterakan dan memajukan perekonomi- an masyarakat dan bangsa. Wallaahu a’lam. Dr Irfan Syauqi Beik Staf Pengajar Departemen Ilmu Ekonomi Syariah FEM IPB dan Ketua 1 DPP IAEI Memperkuat Peran Strategis IAEI TSAQOFI H angatnya isu global warming dalam dua dekade terakhir mem- beri prioritas baru da- lam sektor keuangan syariah. Tidak hanya berfokus pada pembangunan ekonomi, sosial, kesehatan, atau pendidikan, ke- uangan syariah juga mulai memberikan perhatian yang besar pada aspek ling- kungan. Pada 2018, Pemerintah Indonesia menjadi negara pertama di dunia yang menerbitkan green sukuk untuk proyek- proyek ramah lingkungan. Organisasi pen- gelola dana sosial Islam (zakat dan wakaf), baik yang dibentuk pemerintah maupun masyarakat, semakin sering membuat program-program cinta lingkungan. Dom- pet Dhuafa, misalnya, pada 2016 melun- curkan program "Sedekah Pohon" untuk memperbaiki kondisi lingkungan. Tidak mau ketinggalan, masyarakat juga berinisiatif membangun hutan wakaf untuk menjaga kelestarian lingkungan dan hutan. Sepanjang pengetahuan penu- lis, telah terdapat tiga hutan wakaf di In- donesia. Pertama, hutan wakaf di Jantho Aceh yang dibangun oleh sekelompok anak muda pecinta alam pada 2012. Ke- dua, hutan wakaf (Wakaf Leuweung Sa- bilulungan) di Kabupaten Bandung yang dikembangkan di Pemkab Bandung pada 2013, dan ketiga, Hutan Wakaf di Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan Kabu- paten Bogor yang dikembangkan oleh Yayasan Yassiru pada 2018. Hutan wakaf secara sederhana adalah hutan yang dibangun di atas tanah wakaf. Mengapa harus hutan wakaf? Sebab, wa- kaf membuat kelestarian hutan semakin terjamin, karena seperti yang disam- paikan oleh para ulama di dalam kitab- kitab fikih, wakaf tidak boleh dijual, tidak boleh diwariskan, dan tidak boleh dihi- bahkan. Berdasarkan prinsip hukum Is- lam ini, hutan yang telah diwakafkan ti- dak boleh dikonversi, misalnya, menjadi permukiman. Saat ini pengelolaan hutan wakaf ma- sih berfokus pada aspek ekologi. Ke de- pannya, hutan wakaf diharapkan juga da- pat memberikan manfaat lainnya, seperti manfaat sosial dan ekonomi kepada masyarakat sekitar. Sebab, lebih dari 10 juta dari sekitar 48 juta orang Indonesia yang tinggal di dalam dan sekitar hutan adalah penduduk miskin. Bagaimanakah model hutan wakaf yang produktif? Hutan wakaf dapat ber- mula dari niat wakif (pemberi wakaf) un- tuk mewakafkan hartanya (dapat berupa wakaf lahan ataupun wakaf uang) dengan tujuan untuk dikelola oleh nazir (pengelo- la wakaf) sebagai hutan wakaf. Hal ini memungkinkan, sebab wakif memiliki kewenangan untuk menentukan tujuan pemanfaatan dari aset yang akan diwa- kafkannya tersebut, dan nazir harus men- gelola aset wakaf tersebut sesuai dengan tujuan yang ditentukan oleh wakif. Seba- gai contoh, Hutan Wakaf Cibunian ber- awal dari inisiatif seorang wakif untuk mewakafkan sebidang tanahnya sebagai hutan kepada Yayasan Yassiru. Selanjutnya, nazir perlu mengupaya- kan program-program agar hutan wakaf tersebut menjadi produktif. Hal ini sesuai dengan inti dari wakaf itu sendiri, seperti perintah Rasulullah SAW kepada Umar bin Khattab RA. Ketika Umar RA ingin mewakafkan sebidang kebun kurma miliknya di Khaibar, beliau bersabda, “Tahan pokoknya, sedekahkan hasilnya.” Agar dapat menyedekahkan hasil, aset wakaf yang harus dipertahankan pokok- nya perlu untuk dikelola secara produktif. Bagaimana menjadikan hutan wakaf produktif? Salah satu jawabannya adalah dengan aplikasi konsep agroforestri. Be- berapa tipe agroforestri yang dapat di- kembangkan sejak awal pada hutan wakaf antara lain agisilvikultural (penanaman tanaman kehutanan dengan tanaman pertanian) atau agrisilvopastoral (pena- naman tanaman kehutanan, pertanian, dan dikombinasikan dengan peternakan). Praktik agroforestri memungkinkan hutan wakaf memiliki hasil jangka pan- jang (dari tanaman kehutanan) dan jang- ka pendek (dari tanaman pertanian). Se- bagian hasil tersebut akan dikembalikan kepada nazir untuk dijadikan sebagai salah satu sumber dana pengembangan hutan wakaf ke depannya. Dalam proses ini, lapangan kerja baru dapat terbuka. Ini menjadi peluang meningkatkan pen- dapatan bagi masyarakat dhuafa yang hidup di dalam dan sekitar hutan. Selain manfaat ekonomi, hutan wakaf juga dapat memberi manfaat sosial, ekol- ogis, pendidikan, kesehatan, dan spiritual (dakwah). Dari aspek sosial, hutan wakaf akan sangat membantu penghidupan masyarakat yang membutuhkan, con- tohnya sebagai ruang terbuka hijau yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai ma- cam aktivitas sosial. Dari aspek ekologis, hutan wakaf ber- peran penting dalam pencegahan dari bencana alam seperti banjir dan longsor, meningkatkan biodiversitas, menjaga kestabilan iklim mikro, serta konservasi air. Sebagai contoh, pada Hutan Wakaf Cibunian terdapat mata air yang sangat penting, sebab mata air tersebut dijadikan sebagai salah satu sumber air bagi warga sekitar untuk kebutuhan sehari-hari. Hal ini serupa dengan apa yang pernah dila- kukan oleh Utsman bin Affan RA ketika beliau membeli sumur dan mewakafkan- nya kepada kaum muslimin di Madinah. Hutan wakaf dapat menjadi sarana pendidikan. Pada saat ini, di Hutan Wa- kaf Cibunian terdapat sebuah saung yang digunakan oleh mahasiswa Fahutan IPB untuk mengoperasikan “Serincil” atau “Sekolah Rimbawan Kecil” bagi anak- anak Desa Cibunian setiap minggunya. Selain itu, dari aspek kesehatan, sudah tentu peningkatan kondisi ekologis akan berdampak positif pada kesehatan warga di sekitar hutan. Sebagai contoh, keterse- diaan air bersih yang terus terjaga sangat penting untuk air minum warga yang ter- bebas dari limbah berbahaya. Yang spesial dari hutan wakaf adalah manfaat spiritual (dakwah). Hutan wakaf yang dibangun dari wakaf yang merupakan salah satu instrumen utama keuangan sosial Islam, harus juga menyentuh dimen - si religiositas warga. Sebagian dari profit yang dihasilkan dapat digunakan untuk mendukung kegiatan dakwah, seperti per- baikan sarana/prasarana ibadah dan pe- ningkatan literasi Alquran masyarakat. Se- cara tidak langsung, hutan wakaf juga menjadi syiar Islam pada masyarakat, menjadi bukti nyata bahwa Islam adalah agama yang ramah lingkungan, manifes- tasi Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. Isu lingkungan sebenarnya bukan barang yang baru dalam Islam. Dalam Alquran, Allah tidak menyukai orang- orang yang membuat kerusakan lingkun- gan, seperti firman-Nya dalam surah al- Qasas:77, ”Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu ber- buat kerusakan di (muka) bumi. Sesung- guhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang berbuat kerusakan.” Menjaga lingkungan juga merupakan salah satu perhatian Rasulullah. Hal ini tecermin dalam sabda-sabda sang Nabi yang melarang merusak pepohonan bahkan pada saat perang sekalipun. Sebaliknya, Beliau SAW mengajarkan bahwa menanam pohon adalah sedekah. “Tidaklah seorang Muslim menanam po- hon, tidak pula menanam tanaman ke- mudian pohon/tanaman tersebut dima- kan oleh burung, manusia, atau binatang melainkan menjadi sedekah baginya.” (HR Imam Al Bukhari). Upaya pelestarian hutan yang dini- atkan secara ikhlas juga merupakan ibadah yang bernilai tinggi di sisi Allah SWT. Maka itu, hal ini sudah selayaknya kembali kita prioritaskan. Mari berwakaf hutan untuk kepentingan masa kini dan masa depan. Wallaahu a’lam. Miftahul Jannah Mahasiswa S3 Kulliyyah of Architecture and Environmental Design IIU Malaysia Model Pengembangan Hutan Wakaf IRWANSYAH PUTRA/ANTARA Khalifah Muhamad Ali Dosen Departemen Ilmu Ekonomi Syariah FEM IPB dan Kandidat Doktor IIU Malaysia G Gambar 1. Skema Hutan Wakaf Produktif

Republika dengan Dr Lukman M Baga Dr Irfan Syauqi Beik … · 2019. 8. 27. · dapatan bagi masyarakat dhuafa yang hidup di dalam dan sekitar hutan. Selain manfaat ekonomi, hutan

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Republika dengan Dr Lukman M Baga Dr Irfan Syauqi Beik … · 2019. 8. 27. · dapatan bagi masyarakat dhuafa yang hidup di dalam dan sekitar hutan. Selain manfaat ekonomi, hutan

18 KAMIS, 22 AGUSTUS 2019JURNAL EKONOMI ISLAM REPUBLIKA

Rubrik ini terselenggaraatas kerjasama HarianRepublika denganDepartemen Ilmu EkonomiSyariah, Fakultas Ekonomidan Manajemen IPB

Tim Redaksi Iqtishodia:Dr R Nunung NuryartonoProf Dr Yusman SyaukatProf Dr Muhammad FirdausDr Lukman M BagaDr Irfan Syauqi BeikDr Asep NurhalimSalahuddin El AyyubiDeni Lubis

I katan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI),sebagai wadah berkumpulnya para pakar,regulator, dan pegiat ekonomi syariah, akankembali menyelenggarakan hajatan besar

empat tahunan, yaitu kegiatan muktamar padatanggal 23-25 Agustus 2019. Muk tamar IAEIadalah forum tertinggi pengambilan keputusanyang akan menentukan arah kebijak an IAEI se -lama empat tahun ke depan, termasuk di da lam -nya adalah pemilihan kepengurus an yang baru,menggantikan kepemimpinan Prof Bam bangBrodjonegoro yang telah memimpin IAEI selamadua periode sebagai ketua umum, yaitu periode2011-2015 dan 2015-2019. Segala prestasi dancatatan emas kepengurusan beliau diharapkandapat dilanjutkan selama empat ta hun ke depan,sehingga peran dan kontribusi IAEI terhadappembangunan ekonomi syariah na sional daninternasional bisa semakin signifikan.

Dengan situasi perekonomian global yangsemakin berat dan menantang, dibutuhkanadanya upaya strategis dalam mengonsoli-dasikan semua potensi domestik agar dayatahan perekonomian nasional semakin kuat.Dalam konteks ini, potensi ekonomi syariah yangsangat besar, harus dapat dikelola dan diman-faatkan secara optimal melalui upaya yangterkoordinasikan dengan baik. Untuk mereal-isasikan hal tersebut, IAEI harus terus memain -kan peran strategisnya, agar ambisi Indonesiauntuk menjadi pusat ekonomi dan keuangansyariah dunia pada 2024 dapat diwujudkan.

Paling tidak, ada empat peran yang harusdiperkuat oleh IAEI selama empat tahun kedepan. Pertama, peran pengembangan keil-muan ekonomi syariah. IAEI, sebagai tempatberkumpulnya para intelektual ekonom syariah,harus mampu merumuskan dan mengem-bangkan keilmuan ekonomi syariah. Peran keil-muan ini sangat penting karena inilah fondasiutama dari bangunan sistem ekonomi syariah.Para anggota IAEI harus didorong untuk mela -hirkan teori-teori dan formula-formula barudalam pengembangan ilmu ekonomi syariah.

Hal ini sangat penting karena akan menja -wab kritikan sebagian pihak yang mengatakanbahwa teori-teori dalam ekonomi syariah yangdiajarkan di kampus-kampus tidak bersifat orisi-nal dan cenderung mengikuti pendekatankonven sional. Tentu ini bukan hal yang mudah.Ka rena itu, upaya penguatan dan peningkatankapasitas keilmuan para anggota IAEI menjadimu tlak untuk dilakukan. Ruang-ruang dialogdan diskusi yang secara substantif terkaitdengan pengembangan keilmuan, harus terus-menerus diperbesar. Selain itu, keberadaanbuku-buku teks ekonomi syariah yang diajarkandi perguruan tinggi, harus terus-menerus dit-ingkatkan kualitasnya.

Jika melihat kondisi saat ini, sejumlah pihaktelah berusaha untuk mengembangkan aspekkeilmuan ekonomi syariah ini dengan lebih baik.Sebagai contoh, Pusat Kajian Strategis BAZNASsejak didirikan pada tanggal 1 Agustus 2016hingga saat ini, telah mengembangkan beragamproduk keilmuan yang telah diterapkan dalamkebijakan pengelolaan zakat nasional, antaralain perumusan Indeks Zakat Nasional (IZN)sebagai alat ukur kinerja zakat nasional.Bahkan, Indeks Kesejahteraan BAZNAS (IKB),sebagai bagian dari IZN, akan dibahas secarakhusus dalam pertemuan World Zakat Forum(WZF) pada tanggal 5-7 November 2019 men-datang di Bandung. Tujuannya, agar IKB ini bisadiadopsi dan dimodifikasi oleh negara-negaraanggota WZF yang saat ini berjumlah 33 negara.Beberapa negara bahkan mengusulkannamanya diubah menjadi Zakat Welfare Index.

Kedua, peran strategis IAEI adalah sebagaipartner kebijakan negara. Ini sangat pentingsebagai upaya untuk memastikan aspek imple-mentasi ekonomi syariah dalam kebijakanekonomi negara. Keberadaan MasterplanEkonomi Syariah Indonesia 2019-2024 harusdapat dimanfaatkan dengan baik. IAEI harusmengawal agar seluruh quick wins dalam mas-terplan tersebut bisa dilaksanakan dengan baikselama lima tahun ke depan. Demikian pula,

dengan rencana pembentukan pusat risetekonomi syariah internasional yang digagas olehKomite Nasional Keuangan Syariah (KNKS)harus dapat dimanfaatkan IAEI dengan baik,karena ini adalah rangkaian yang tidak ter-pisahkan dalam penguatan ekonomi syariah.

Ketiga, peran IAEI adalah menjadi pusatedukasi publik yang berkelanjutan. Edukasipublik ini sangat penting dan strategis, karenaakan mendorong keterlibatan aktif masyarakatdalam penguatan kegiatan ekonomi dan keuang -an syariah. Sebagai contoh, IAEI secara aktifharus terus-menerus mengingatkanmasyarakat mengenai bahaya riba, apalagi saatini fenomena pinjaman online ribawi begitumarak terjadi di tengah masyarakat.

OJK mencatat bahwa volume pinjamanonline melalui fintech atau tekfin telah mencapaiangka Rp 41,04 triliun hingga akhir Mei 2019. Iniadalah fakta sekaligus menjadi tantangan bagidunia keuangan syariah untuk bisa menawarkanalternatif sumber pendanaan berbasis teknologiyang sesuai dengan syariah. Selain itu, porsiedukasi juga harus didorong pada edukasi indus-tri halal (sektor riil) dan edukasi ZISWAF (zakat,infak, sedekah, dan wakaf). Ini karena masihbelum optimalnya pemanfaatan potensi industrihalal ataupun sektor ZISWAF dalam memperku-at perekonomian nasional.

Adapun peran yang keempat adalah sebagaihub atau jembatan komunikasi dan sinergiantarpemangku kepentingan strategis.Berkumpulnya individu yang berasal dari tigajalur utama, yaitu ABG (Akademik, Bisnis, danGovernment/Pemerintah/Regulator), harusdapat dioptimalkan dengan baik. Ini adalahmodal IAEI dalam mendorong pengarusutamaan(mainstreaming) ekonomi syariah dalamkehidup an ekonomi negara. Insya Allah, sinergi-tas yang dibangun IAEI selama ini, akan mem-berikan dampak positif dalam upayameningkatkan peran ekonomi syariah dalammenyejahterakan dan memajukan perekonomi-an masyarakat dan bangsa. Wallaahu a’lam. ■

Dr Irfan Syauqi BeikStaf Pengajar Departemen

Ilmu Ekonomi SyariahFEM IPB dan Ketua 1

DPP IAEI

Memperkuat Peran

StrategisIAEI

TSAQOFI

Hangatnya isu globalwar ming dalam duadekade terakhir mem -beri prioritas baru da -lam sektor keuangansya riah. Tidak hanya

berfo kus pada pembangunan ekonomi,sosial, kesehatan, atau pendidikan, ke -uangan syariah juga mulai memberikanperhatian yang besar pada aspek ling -kung an.

Pada 2018, Pemerintah Indonesiamenjadi negara pertama di dunia yangmenerbitkan green sukuk untuk proyek-proyek ramah lingkungan. Organisasi pen-gelola dana sosial Islam (zakat dan wakaf),baik yang dibentuk pemerintah maupunmasyarakat, semakin sering mem buatprog ram-program cinta ling kung an. Dom -pet Dhuafa, misalnya, pada 2016 melun -cur kan program "Sedekah Po hon" untukmemperbaiki kondisi ling kungan.

Tidak mau ketinggalan, masyarakatjuga berinisiatif membangun hutan wakafuntuk menjaga kelestarian lingkungandan hutan. Sepanjang pengetahuan penu -lis, telah terdapat tiga hutan wakaf di In -donesia. Pertama, hutan wakaf di JanthoAceh yang dibangun oleh sekelompokanak muda pecinta alam pada 2012. Ke -dua, hutan wakaf (Wakaf Leuweung Sa -bilulungan) di Kabupaten Bandung yangdikembangkan di Pemkab Bandung pada2013, dan ketiga, Hutan Wakaf di DesaCibunian Kecamatan Pamijahan Kabu -paten Bogor yang dikembangkan olehYayasan Yassiru pada 2018.

Hutan wakaf secara sederhana adalahhutan yang dibangun di atas tanah wakaf.Mengapa harus hutan wakaf? Sebab, wa -kaf membuat kelestarian hutan semakinterjamin, karena seperti yang disam-paikan oleh para ulama di dalam kitab-kitab fikih, wakaf tidak boleh dijual, tidakboleh diwariskan, dan tidak boleh dihi -bah kan. Berdasarkan prinsip hukum Is -lam ini, hutan yang telah diwakafkan ti -dak boleh dikonversi, misalnya, menjadipermukiman.

Saat ini pengelolaan hutan wakaf ma -sih berfokus pada aspek ekologi. Ke de -pan nya, hutan wakaf diharapkan juga da -pat memberikan manfaat lainnya, sepertimanfaat sosial dan ekonomi kepadamasyarakat sekitar. Sebab, lebih dari 10juta dari sekitar 48 juta orang Indonesia

yang tinggal di dalam dan sekitar hutanadalah penduduk miskin.

Bagaimanakah model hutan wakafyang produktif? Hutan wakaf dapat ber -mula dari niat wakif (pemberi wakaf) un -tuk mewakafkan hartanya (dapat berupawakaf lahan ataupun wakaf uang) dengantujuan untuk dikelola oleh nazir (pengelo-la wakaf) sebagai hutan wakaf. Hal inimemungkinkan, sebab wakif memilikikewenangan untuk menentukan tujuanpemanfaatan dari aset yang akan diwa -kaf kannya tersebut, dan nazir harus men-gelola aset wakaf tersebut sesuai dengantu juan yang ditentukan oleh wakif. Seba -gai contoh, Hutan Wakaf Cibunian ber -awal dari inisiatif seorang wakif untukmewakafkan sebidang tanahnya sebagaihutan kepada Yayasan Yassiru.

Selanjutnya, nazir perlu mengupaya -kan program-program agar hutan wakaftersebut menjadi produktif. Hal ini sesuaidengan inti dari wakaf itu sendiri, sepertiperintah Rasulullah SAW kepada Umarbin Khattab RA. Ketika Umar RA inginme wakafkan sebidang kebun kurmamilik nya di Khaibar, beliau bersabda,“Ta han pokoknya, sedekahkan hasilnya.”Agar dapat menyedekahkan hasil, asetwa kaf yang harus dipertahankan pokok -nya perlu untuk dikelola secara produktif.

Bagaimana menjadikan hutan wakafproduktif? Salah satu jawabannya adalahdengan aplikasi konsep agroforestri. Be -

be rapa tipe agroforestri yang dapat di -kembangkan sejak awal pada hutan wakafantara lain agisilvikultural (penanamantanaman kehutanan dengan tanamanpertanian) atau agrisilvopastoral (pena -nam an tanaman kehutanan, pertanian,dan dikombinasikan dengan peternakan).

Praktik agroforestri memungkinkanhutan wakaf memiliki hasil jangka pan -jang (dari tanaman kehutanan) dan jang -ka pendek (dari tanaman pertanian). Se -bagian hasil tersebut akan dikembalikankepada nazir untuk dijadikan sebagaisalah satu sumber dana pengembanganhutan wakaf ke depannya. Dalam prosesini, lapangan kerja baru dapat terbuka.Ini menjadi peluang meningkatkan pen-dapatan bagi masyarakat dhuafa yanghidup di dalam dan sekitar hutan.

Selain manfaat ekonomi, hutan wakafjuga dapat memberi manfaat sosial, ekol-ogis, pendidikan, kesehatan, dan spiritual(dakwah). Dari aspek sosial, hutan wakafakan sangat membantu penghidupanmasya rakat yang membutuhkan, con-tohnya sebagai ruang terbuka hijau yangdapat dimanfaatkan untuk berbagai ma -cam aktivitas sosial.

Dari aspek ekologis, hutan wakaf ber -peran penting dalam pencegahan dariben cana alam seperti banjir dan longsor,meningkatkan biodiversitas, menjagakestabilan iklim mikro, serta konservasiair. Sebagai contoh, pada Hutan Wakaf

Cibunian terdapat mata air yang sangatpenting, sebab mata air tersebut dijadikansebagai salah satu sumber air bagi wargasekitar untuk kebutuhan sehari-hari. Halini serupa dengan apa yang pernah dila -kukan oleh Utsman bin Affan RA ketikabeliau membeli sumur dan mewakafkan-nya kepada kaum muslimin di Madinah.

Hutan wakaf dapat menjadi saranapendidikan. Pada saat ini, di Hutan Wa -kaf Cibunian terdapat sebuah saung yangdigunakan oleh mahasiswa Fahutan IPBuntuk mengoperasikan “Serincil” atau“Se kolah Rimbawan Kecil” bagi anak-anak Desa Cibunian setiap minggunya.Selain itu, dari aspek kesehatan, sudahten tu peningkatan kondisi ekologis akanberdampak positif pada kesehatan wargadi sekitar hutan. Sebagai contoh, keterse-diaan air bersih yang terus terjaga sangatpenting untuk air minum warga yang ter-bebas dari limbah berbahaya.

Yang spesial dari hutan wakaf adalahmanfaat spiritual (dakwah). Hutan wakafyang dibangun dari wakaf yang merupakansalah satu instrumen utama ke uang ansosial Islam, harus juga menyentuh dimen -si religiositas warga. Sebagian dari profityang dihasilkan dapat diguna kan untukmendukung kegiatan dakwah, seperti per-baikan sarana/prasarana iba dah dan pe -ningkatan literasi Alquran ma sya rakat. Se -cara tidak langsung, hutan wa kaf jugamenjadi syiar Islam pada masya rakat,menjadi bukti nyata bahwa Islam ada lahagama yang ramah lingkungan, manifes-tasi Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.

Isu lingkungan sebenarnya bukanbarang yang baru dalam Islam. DalamAlquran, Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan lingkun-gan, seperti firman-Nya dalam surah al-Qasas:77, ”Berbuat baiklah (kepada oranglain) sebagaimana Allah telah ber buatbaik kepadamu, dan janganlah kamu ber -buat kerusakan di (muka) bumi. Sesung -guh nya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Menjaga lingkungan juga merupakansalah satu perhatian Rasulullah. Hal initecermin dalam sabda-sabda sang Nabiyang melarang merusak pepohonan bah kan pada saat perang sekalipun.Se ba liknya, Beliau SAW mengajarkanbah wa menanam pohon adalah sedekah.“Ti daklah seorang Muslim menanam po -hon, tidak pula menanam tanaman ke -mu dian pohon/tanaman tersebut dima -kan oleh burung, manusia, atau binatangmelainkan menjadi sedekah baginya.”(HR Imam Al Bukhari).

Upaya pelestarian hutan yang dini-atkan secara ikhlas juga merupakanibadah yang bernilai tinggi di sisi AllahSWT. Maka itu, hal ini sudah selayaknyakembali kita prioritaskan. Mari berwakafhutan untuk kepentingan masa kini danmasa depan. Wallaahu a’lam. ■

Miftahul JannahMahasiswa S3

Kulliyyah ofArchitecture and

Environmental DesignIIU Malaysia

Model Pengembangan Hutan WakafIRWANSYAH PUTRA/ANTARA

Khalifah MuhamadAli

Dosen DepartemenIlmu Ekonomi SyariahFEM IPB dan Kandidat

Doktor IIU Malaysia

G

Gambar 1. Skema Hutan Wakaf Produktif