Upload
others
View
24
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI(KPHP) UNIT IX OBA
KPH TIDORE KEPULAUAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTANJANGKA PANJANG ( RPHJP )
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI(KPHP) UNIT IX OBA
KPH TIDORE KEPULAUANPROVINSI MALUKU UTARA
TAHUN 2017 - 2026
TIDORE, SEPTEMBER 2015
PEMERINTAH PROVINSIMALUKU UTARA
ii
Lokasi KPHP Unit IX Oba
PETA SITUASI (KPHP) UNIT IX OBA
iii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPHJP) KPHP Unit IX Oba KPH
Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara, diarahkan untuk
mengoptimalkan fungsi-fungsi produksi, jasa sumberdaya hutan. dan
lingkungannya, baik produksi kayu, produksi bukan kayu, maupun jasa
lingkungan, melalui kegiatan pokok berupa pemanfaatan, pemberdayaan
masyarakat, serta pelestarian lingkungan yang merupakan satu kesatuan
kegiatan. Rencana pengelolaan jangka panjang ini diharapkan dapat
memberi arah pengelolaan hutan dan kawasannya, yang melibatkan
semua pihak dalam upaya pengembangan KPHP Unit IX Oba KPHTidore
Kepulauan di Provinsi Maluku Utara. Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan Jangka Panjang ini dimaksudkan agar proses pembangunan KPHP
berjalan secara sistimatis dan terarah menuju pencapaian target
pembangunan. Tujuan penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka
Panjang KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara
adalah :
1. Terlaksananya pengelolaan dan pemanfaatan hutan yang intensif dan
profesional untuk optimalisasi pengelolaan dan pemanfaatan hutan di
tingkat tapak.
2. Menciptakan keselarasan gerak dan langkah bagipara pihak
(stakeholder) yang terlibat, sehingga dapat memperoleh asas manfaat
yang berimbang atas kehadiran KPHP di wilayah mereka.
3. Memberikan arahan manajemen bagi personil KPHP, untuk pengelolaan
dan pemanfaatan kawasan hutan secara berkesinambungan dan
berkelanjutan.
Rencana pengelolaan KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan
dalam sepuluh tahun ke depan diarahkan pada pemanfaatan hutan di
kawasan hutan produksi dan di kawasan hutan lindung. Pemanfaatan
hutan pada hutan produksi meliputi: (a) Pemanfaatan hasil hutan kayu
dari hutan alam (HHK-HA) melalui kegiatan Restorasi Ekosistem (RE), (b)
Pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan (Jasling), dan hasil hutan bukan
iv
kayu (HHBK), (c) Pemberdayaan masyarakat, (d) Perlindungan kawasan,
dan (e) Pendidikan dan penelitian. Selanjutnya pemanfaatan hutan di
kawasan hutan lindung meliputi: (a) Perlindungan kawasan, serta (b)
Pendidikan dan penelitian.
KPHP Unit IX Oba,KPH Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara,
memiliki luas wilayah kelola± 19.211 ha yang terdiri atas: Hutan Lindung
(HL) seluas 637,93 ha dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas
18.572,98 ha. Dari hasil penataan blok dan petak pengelolaan, wilayah
KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara terbagi
atas : 2 (dua) blok pada Hutan Lindung, masing-masing : Blok Inti seluas
367,57 ha, Blok Pemanfaatan seluas 85,21 ha dan Blok khusus pendidikan
dan penelitian seluas : 185,15 ha, dan 5 (lima) blok pada Hutan Produksi
Terbatas, masing-masing : Blok pemanfaatan HHK-HA (Restorasi
Ekosistem) seluas : 820,68 ha, Blok pemanfaatan kawasan, jasa
lingkungan, dan hasil hutan bukan kayu (HHBK) seluas : 15.447,52 ha,
Blok pemberdayaan masyarakat seluas : 1.868,69 ha, Blok perlindungan
seluas : 334,26 ha, dan Blok pendidikan dan penelitian seluas : 101,81 ha.
Rencana pemanfaatan wilayah tertentu seluas 17.401,43 Ha, pada Blok
pemanfaatan seluas 85,21 ha, blok pemanfaatan kawasan jasa lingkungan
dan HHBK seluas 15.447,52 ha dengan skema kemitraan dengan
masyarakat dan investor serta Blok pemberdayaan masyarakat seluas
1.868,69 ha.
Untuk pelaksanaan pengelolaan / pemanfaatan wilayah kerja KPHP
Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara sepuluh tahun
ke depan, KPHP ini perlu didukung sarana-prasarana perkantoran yang
memadai, peningkatan SDM, serta pembiayaan yang memadai baik yang
bersumber dari dana-dana APBD, APBN maupun dari hasil kerjasama
kemitraan. Diharapkan selama jangka waktu pengelolaan periode sepuluh
tahun pertama, KPH ini sudah dapat menjadi KPH yang mandiri dan dalam
bentuk kelola keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Rencana
kelola wilayah KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan berjangka sepuluh
v
tahun ini memiliki peluang adanya rasionalisasi wilayah kelola, dan review
rencana kelola minimal lima tahun. Rencana Pengelolaan KPHP dengan
durasi waktu sepuluh tahun ke depan, maka rencana kelola perlu segera
ditindaklanjuti dengan penyusunan rencana tahunan KPH.
Kebutuhan biaya dalam rangka pengelolaan KPHP Unit IX ObaKPH
Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara untuk sepuluh tahun ke depan,
dibutuhkan dana sebesar Rp. 283.245.686.690.- dengan perincian untuk
kawasan hutan lindung (HL) sebesar Rp. 6.386.165.910.-, dan untuk
hutan produksi terbatas (HPT) sebesar : Rp. 276.859.520.780.-
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................. iPETA SITUASI .......................................................................... iiRINGKASAN ............................................................................ iiiKATA PENGANTAR.................................................................... viDAFTAR ISI.............................................................................. viiDAFTAR TABEL......................................................................... xDAFTAR GAMBAR ..................................................................... xivDAFTAR LAMPIRAN DATA ....................................................... xvDAFTAR LAMPIRAN PETA ......................................................... xvi
I. PENDAHULUAN ............................................................. 1A. Latar Belakang . ........................................................ 1B. Tujuan Pengelolaan . .................................................. 3C. Sasaran ................................................................... 5D. Ruang Lingkup ......................................................... 6E. Batasan Pengertian..................................................... 9
II. DESKRIPSI KAWASAN KPHP UNIT IX OBA . ............... 20A. Risalah Wilayah KPHP ................................................ 20
1. Letak dan Luas ................................................... 202. Iklim .................................................................... 213. Geologi dan Jenis Tanah ....................................... 224. Hidrologi dan Daerah Aliran Sungai (DAS) .............. 235. Topografi dan Kelerengan .................................... 246. Aksesibilitas Kawasan ........................................ 257. Sejarah Wilayah .................................................. 278. Pembagian Blok .................................................. 28
B. Potensi Wilayah .......................................................... 291. Penutupan Vegetasi/Lahan .................................. 292. Potensi Tegakan ................................................. 303. Potensi Non Kayu (HHBK) .................................... 324. Flora dan Fauna Langka ...................................... 335. Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam ........... 33
C. Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat ...................... 341. Kependudukan .................................................... 342. Agama dan Suku ................................................ 393. Tenaga Kerja ....................................................... 404. Sarana dan Prasarana Perekonomian .................... 405. Sarana dan Prasarana Pendidikan ........................ 41
viii
Halaman
6. Sarana dan Prasarana Kesehatan ......................... 417. Lembaga Formal dan Informal .............................. 418. Kearifan Budaya/Adat Lokal Masyarakat ................ 46
D. Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan .......... 47
E. Posisi KPHP Unit IX Oba dalam Perspektif Tata RuangWilayah dan Pembangunan Daerah . ........................... 491. Pengelolaan Kawasan Fungsi Hutan Lindung ......... 502. Pengelolaan Kawasan Fungsi Hutan
Produksi Terbatas ................................................. 50
F. Isu Strategis, Kendala, Permasalahan............................ 51
III. VISI DAN MISI PENGELOLAAN KPHP UNIT IX OBA ... 53
A. Visi KPHP Unit IX Oba ................................................ 53B. Misi KPHP Unit IX Oba ............................................... 53C. Tujuan Pengelolaan KPHP Unit IX Oba ........................ 53
IV. ANALISIS DAN PROYEKSI ............................................ 55A. Analisis Data dan Informasi KPHP Unit IX Oba ............. 55
1. Analisis Situasi KPHP Unit IX Oba............................. 552. Analisis Situasi Industri, Pasar, Bisnis Hasil
Hutan dan Jasa Lingkungan..................................... 563. Analisis Finansial..................................................... 594. Analisis Situasi Biogeofisik, Risalah Sosial Budaya,
dan Ekonomi Lokal.................................................. 635. Analisa Situasi Lingkungan Politik dan Kepemerintahan . 736. Analisis Para Pihak ................................................. 747. Analisis Lingkungan Strategis KPHP Unit IX Oba
(SWOT).................................................................. 78B. Proyeksi Pengelolaan Hutan KPHP Unit IX Oba ............ 83
1. Prinsip-Prinsip Perencanaan Hutan........................... 832. Target dan Kegiatan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan Jangka Panjang ............................................ 86
3. Arahan Pembangunan Jangka Panjang .................... 92
V. RENCANA KEGIATAN .................................................... 94A. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola dan Penataan Hutan 95B. Pemanfaatan Hutan Pada Wilayah Tertentu.................. 110C. Pemberdayaan Masyarakat.......................................... 114
ix
Halaman
D. Pembinaan Dan Pemantauan Pada Areal KPHP YangTelah Memiliki Ijin Pemanfaatan Maupun PenggunaanKawasan Hutan .......................................................... 119
E. Penyelenggaraan Rehabilitasi Pada Areal Di Luar Ijin .... 121F. Pembinaan Dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasi
Dan Reklamasi Pada Areal Yang Memiliki Ijin PemanfaatanDan Penggunaan Kawasan Hutan ............................... 125
G. Penyelenggaraan Perlindungan Hutan Dan Konservasi Alam.. 126H. PenyelenggaraanKoordinasi Dan Sinkronisasi Antar
Pemegang Ijin ............................................................ 130I. Koordinasi Dan Sinergi Dengan Instansi Serta Stakeholder
Terkait ....................................................................... 134J. Penyediaan Dan Peningkatan Kapasitas Sumber Daya
Manusia ..................................................................... 138K. Penyediaan Pendanaan ............................................... 144L. Pengembangan Database .......................................... 151M. Rasionalisasi Wilayah Kelola ........................................ 153N. Review Rencana Pengelolaan (Minimal 5 Tahun Sekali).. 155O. Pengembangan Investasi ............................................ 158
VI. PEMBINAAN, PENGAWASA DAN PENGENDALIAN... ... 173A. Pembinaan Aparat Teknis dan Aparat Terkait Pengelolaan
KPHP ......................................................................... 173B. Pengendalian.............................................................. 177C. Pengawasan............................................................... 180
VII. PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN ............. 182A. Pengukuran Kinerja KPHP............................................ 182B. Pemantauan ............................................................... 182C. Evaluasi ..................................................................... 182D. Pelaporan................................................................... 183
VIII.PENUTUP. ...................................................................... 185
DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 187
x
DAFTAR TABEL
Nomor HalamanTeks
1. Luas WilayahKPHPUnit IX ObaMenurutFungsiKawasan Hutan .......................................................... 21
2. Komposisi JenisTanah dalam Kawasan KPHP Unit IXOba KPH Tidore Kepulauan .......................................... 23
3. Luas (Ha) Dan Persentase Luas (%) DAS KPHP Unit IXOba ............................................................................. 24
4. Komposisi Kelas Lereng Pada KPHP Unit IX Oba KPHTidore Kepulauan ........................................................ 25
5. Aksesibilitas di Wilayah KPHP Unit IX Oba MenurutFungsi Kawasan Hutan ................................................ 26
6. Luas Kawasan, Fungsi, Blok Peruntukan dan Luas PetakKPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan ....................... 28
7. Luas Penutupan Lahan KPHP Unit IX Oba....................... 29
8. Potensi Menurut Kelas Penutupan Lahan ........................ 30
9. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan KepadatanPenduduk Kecamatan di Wilayah KPHP Unit IX Oba ........ 34
10. Banyaknya Penduduk Menurut Kecamatan dan JenisKelamin ..................................................................... 35
11. Jumlah Penduduk Menurut Agama Yang DianutPadaSetiap Kecamatan Di Wilayah KPHP Unit IX Oba ............. 39
12. Jumlah Sarana Peribadatan Pada Setiap KecamatandiWilayah KPHP Unit IX Oba............................................. 39
13. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas MenurutJenis Kegiatan Utama di Kota Tidore Kepulauan Tahun2013............................................................................ 40
14. Jenis Dan Jumlah Sarana Prasarana Perekonomian DiSekitar Wilayah KPHP Unit IX Oba KPH TidoreKepulauan.................................................................... 40
15 . Jenis Dan Jumlah Sarana Prasarana Pendidikan Di SekitarWilayah KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan........... 41
xi
Nomor HalamanTeks
16. Jenis Dan Jumlah Sarana Prasarana Kesehatandi SekitarWilayah KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan........... 41
17. Luas Areal IUP Tiap Perusahaan pada Wilayah KPHPUnit IX Oba .................................................................. 48
18. Komponen Perhitungan Profitabilitas KPHP..................... 61
19. Kelas Penutupan Lahan KPHP Unit IX Oba...................... 64
20. Perhitungan Potensi Tegakan per Plot dan Strata PotensiWilayah TutupanLahan .......................................................................... 66
21. Hasil Perhitungan Jumlah Permudaan ............................ 68
22. Analisis Terhadap Faktor Strategi Internal dan EksternalKawasan KPHP Unit IX Oba ........................................... 80
23. Penentuan Strategi Prioritas Kawasan KPHP Unit IX Oba.. 82
24. Uraian Kegiatan Inventarisasi Berkala Pada Wilayah KPHPUnit IX Oba........................................................................... 96
25. Jenis Kegiatan, Nama Blok dan Petak Untuk RencanaKelola Penataan Hutan Di Wilayah KPHP Unit IX Oba ...... 99
26. Rencana Pemanfaatan pada Wilayah Tertentu KPHP Unit
IX Oba ........................................................................ 113
27. Rencana Pembuatan Hutan Kemasyarakatan Pada LahanTerbuka... .................................................................... 115
28. Rencana Kegiatan Pembuatan Hutan Desa.. ................... 119
29. Rencana Kegiatan Pembinaan dan Pemantauan Hutan Pada
Areal Yang Berizin.. ...................................................... 121
30. Analisis Spasial Lahan Kritis Pada Wilayah KPHP Unit
IX Oba ......................................................................... 122
31. Rencana Penyelenggaraan Rehabilitasi Pada Arealdiluar Izin..................................................................... 124
xii
Nomor HalamanTeks
32. Rencana Kegiatan Pembinaan dan PemantauanPelaksanaan Rehabilitasi dan Reklamasi ....................... 126
33. Jenis-Jenis Kegiatan Perlindungan Hutan KPHP UnitIX Oba ....................................................................... 128
34. Rencana Koordinasi dan Sinkronisasi Antar Pemegang Izin 133
35. Format Kelembagaan Yang Terlibat Dalam PengelolaanKPHP Unit IX Oba ....................................................... 134
36. Koordinasi dan Sinergi Peran Para Pihak UntukKegiatan Pengelolaan KPHP Unit IX Oba......................... 135
37. Bentuk dan Rencana Kegiatan Koordinasi dan SinergiDengan Instansi dan Stakeholder KPHP Unit IX Oba ....... 137
38. Rencana Kebutuhan Personil KPHP Unit IX Oba .............. 140
39. Rencana Kebutuhan Fasilitas Sarana dan Prasarana KPHPUnit IX Oba .................................................................. 142
40. Rencana Bentuk Kegiatan Penyediaan Dana ................... 146
41. Rencana Program dan Kegiatan Jangka PanjangHutan Lindung KPHP Unit IX Oba................................... 147
42. Rencana Program dan Kegiatan Jangka PanjangHutan Produksi Terbatas KPHP Unit IX Oba.................... 148
43. Rencana Program Pengembangan Database................... 153
44. Rencana Program dan Kegiatan Rasionalisasi WilayahKelola .......................................................................... 155
45. Rencana Review Pengeelolaan KPHP Unit IX Oba ........... 157
46. Rencana Pengembangan Investasi KPHP Unit IX Oba...... 160
47. Taksiran Pendapatan Unit Usaha Tanaman Per Hektar .... 165
48. Tingkat Keuntungan Unit Usaha Tanaman Per Hektar ..... 166
49. Tingkat Keuntungan Nominal Rencana Umum ................ 167
50. Cash FlowAnalisis Finansial Unit Usaha Tanaman untukJenis Kayu-Kayuan 100% (Nyatoh/Palapi/Cempaka/Jabon, dll.) Per Hektar, Pada Kawasan Hutan Produksi(Populasi tanaman 1.100 Batang/Ha)............................. 170
xiii
Nomor HalamanTeks
51. Cash FlowAnalisis Finansial Unit Usaha Hutan untukJenis Kayu-Kayuan 90% (Nyatoh/Palapi/Cempaka/Jabon, dll.) Dan MPTS 10% (Kemiri, dll) Per Hektar,Pada Kawasan Hutan Produksi (Populasi tanaman 1.100Batang/Ha) .................................................................. 171
52. Cash Flow Analisis Finansial Unit Usaha Tanaman untukJenis Kayu-Kayuan 90% (Nyatoh/Palapi/Cempaka/Jabon, dll.) Dan MPTS 10% (Kemiri, dll) Per Hektar,Pada Kawasan Hutan Produksi (Populasi tanaman 400Batang/Ha) .................................................................. 172
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor HalamanTeks
1. Perkembangan Jumlah Penduduk Dan Penduduk MiskinTahun 2012 dan Tahun 2013 Di KPH Tidore Kepulauan .. 38
2. Diagram Peta Kekuatan Kawasan KPHP Unit IX Oba ....... 81
xv
DAFTAR LAMPIRAN DATA
Nomor HalamanTeks
1. Volume Pohon (mᵌ) Per Kelas Diameter (cm) BerdasarkanKelompok Jenis Meranti / Jenis Kayu Komersial I ............ 189
2. Volume Pohon (mᵌ)Per Kelas Diameter (cm) BerdasarkanKelompok Jenis Kayu Rimba Campuran / Komersial II...... 190
3. Volume Pohon(mᵌ) Per Kelas Diameter (cm) BerdasarkanKelompok Jenis Kayu Eboni / Kelompok Kayu Indah I ...... 191
4. Volume Pohon(mᵌ) Per Kelas Diameter (cm) BerdasarkanKelompok Jenis Kayu Indah / Kelompok Kayu Indah II .... 192
5. Volume Pohon(mᵌ) Per Kelas Diameter (cm) BerdasarkanKelompok Jenis Kayu Rimba Campuran .......................... 193
6. Luas Kawasan, Fungsi, Blok Peruntukan dan Luas PetakKPHP Unit IX Oba ........................................................ 196
xvi
DAFTAR LAMPIRAN PETA
NomorTeks
1. Peta Wilayah Kerja Kesatuan Pengelolaan HutanProduksi (KPHP) Unit IX Oba KPH Tidore KepulauanProvinsi Maluku Utara Skala 1 : 50.000 (2 Lembar) ……
2. Peta Blok dan Petak Kesatuan Pengelolaan HutanProduksi (KPHP) Unit IX Oba KPH Tidore KepulauanProvinsi Maluku Utara Skala 1 : 50.000 (2 Lembar) ……
3. Peta Wilayah Tertentu Kesatuan Pengelolaan HutanProduksi (KPHP) Unit IX Oba KPH Tidore KepulauanProvinsi Maluku Utara Skala 1 : 50.000 (2 Lembar) ……
4. Peta Penutupan Lahan Kesatuan Pengelolaan HutanProduksi (KPHP) Unit IX Oba KPH Tidore KepulauanProvinsi Maluku Utara Skala 1 : 50.000 (2 Lembar) ……
5. Peta Iklim dan Curah Hujan Kesatuan PengelolaanHutan Produksi (KPHP) Unit IX Oba KPH TidoreKepulauan Provinsi Maluku Utara Skala 1 : 50.000 (2Lembar) ……
6. Peta Jenis Tanah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi(KPHP) Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan ProvinsiMaluku Utara Skala 1 : 50.000 (2 Lembar) ……………...
7. Peta Potensi Jasa Lingkungan, Potensi Kayu danAksessibilitas Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi(KPHP) Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan ProvinsiMaluku Utara Skala 1 : 50.000 (2 Lembar) ……………...
8. Peta Lereng Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi(KPHP) Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan ProvinsiMaluku Utara Skala 1 : 50.000 (2 Lembar) ……………...
9. Peta Daerah Aliran Sungai Kesatuan Pengelolaan HutanProduksi (KPHP) Unit IX Oba KPH Tidore KepulauanProvinsi Maluku Utara Skala 1 : 50.000 (2 Lembar) ……
10. Peta Penggunaan Lahan Kesatuan Pengelolaan HutanProduksi (KPHP) Unit IX Oba KPH Tidore KepulauanProvinsi Maluku Utara Skala 1 : 50.000 (2 Lembar) ……
xvii
No Teks
11. Peta Izin PenggunaanKawasan Hutan KesatuanPengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IX Oba KPHTidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara Skala 1 :50.000 (2 Lembar) ……………………………………….
12. Peta Aksessibilitas Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi(KPHP) Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan ProvinsiMaluku Utara Skala 1 : 50.000 (2 Lembar) ……………...
| 1RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengelolaan hutan di Indonesia,disamping telah memberikan
dampak positif bagi penerimaan devisa negara, penciptaan lapangan
kerja, peningkatan pendapatan, dan taraf hidup masyarakat, juga
telah memunculkan dampak negatif terhadap kualitas lingkungan yang
ditandai dengan terjadinya bencana alam banjir, tanah longsor,
kekeringan, pemanasan global,dan bentuk bencana alam lainnya.Pola
pikir antroposentris yang mengutamakan aspek ekonomi dan
mengabaikan aspek pembinaan dan perlindungan hutan dalam
pembangunan kehutanan, menjadi faktor pemicu utama terjadinya
deforestasi hutan.Pola pikir masyarakat yang terpaku pada
pemanfaatan hasil hutan kayu (timber oriented) telah menimbulkan
tekanan terhadap kelestarian hutan di Indonesia.
Era baru pengurusan dan pengelolaan hutan di Indonesia, telah
dimulai sejak diterbitkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
:6Tahun 2007 jo. PP Nomor : 3 tahun 2008 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan,
sebagai penjabaran lebih lanjut dari Undang Undang Nomor : 41
Tahun 1999 tentang Kehutanan, melalui sebuah lembaga yang disebut
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPHP). Konsep KPHP lahir sejak
diberlakukannya Undang Undang Nomor : 5 tahun 1967 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Hutan yang pada masa itu
diartikan sebagai Kesatuan Pemangkuan Hutan, sebagaimana
diterapkan dalam pengelolaan hutan oleh Perum Perhutani di Pulau
Jawa. Dalam Undang Undang Nomor :41 tahun 1999 tentang
Kehutanan, konsep ini kembali dimunculkan kemudian diikuti dengan
| 2RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
aturan pedoman pembentukannya seperti tertera dalam beberapa
peraturan perundang-undangan.
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi yang disingkat dengan
istilah KPHP, adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok
dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.
KPHP adalah organisasi pengelola hutan di tingkat tapak sebagai alat
untuk menuju Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) dan peningkatan nilai
ekonomi dari pemanfaatan hutan.
Dengan terbentuknya KPHP di daerah, maka akan mempunyai
peluang untuk memperbaiki tatakelola hutan (forest governance),
memperkecil laju degradasi hutan, mempercepat rehabilitasi dan
reforestasi, meningkatkan perlindungan dan pengamanan hutan,
meningkatkan manfaat hutan bagi masyarakat desa/kelurahan di
dalam dan sekitar hutan, meningkatkan stabilitas penyediaan hasil
hutan kayu dan non kayu, menyediakan data dan informasi sumber
daya hutan sebagai dasar penyusunan rencana pengelolaan, dan
fasilitasi untuk memasuki ”carbon market”.
Di sisi lain, pembentukan KPHP di daerah-daerah tidak hanya
untuk menjawab tantangan pemerintah : “no KPHP, no budget”, tapi
lebih dari pada itu bertujuan untuk dapat menyediakan wadah bagi
terselenggaranya kegiatan pengelolaan hutan di tingkat tapaksecara
lestari di masa depan.Satu diantara KPHP yang telah terbentuk
kelembagaannya di daerah adalah Kesatuan Pengelolaan Hutan
Produksi (KPHP) Unit IX Oba di KPH Tidore Kepulauan, Provinsi
Maluku Utara. Ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor : 73/Menhut-II/2010, KPHP Unit IX Oba merupakan
salah satu dari 16 unit KPHP yang dibentuk di wilayah Provinsi Maluku
Utara yang wilayahnya merupakan kawasan Hutan Produksi Terbatas
(HPT)dan Hutan Lindung (HL) mangrove.
Wilayah KPHP Unit IX Oba berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor : SK. 73/Menhut-II/2010 tanggal 8 Pebruari 2010
| 3RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
seluas ± 16.325 ha. Kemudian berdasarkan surat Kepala Dinas
Pertanian, Perkebunan Kehutanan dan Ketahanan Pangan
Nomor : 522/166/ tanggal 1 Juni 2015 kepada Direktur Pembentukan
Wilayah Pengelolaan Hutan dan Penyiapan Areal Pemanfaatan
Kawasan Hutan mengusulkan Percepatan penerbitan Surat Keputusan
Penetapan KPHP Unit IX OBA Provinsi Maluku Utara seluas lebih
kurang 19.211 ha. Perbedaan luasan ini disebabkan adanya
perubahan penunjukan kawasan hutan di wilayah Provinsi Maluku
Utara berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.
302/Menhut-II/2013 tanggal 1 Mei 2013. Dalam hal ini definitif luasan
areal kerja KPHP Unit IX Oba diperoleh setelah penataan batas
terselesaikan ditingkat lapangan.Untuk mendukung optimalisasi
penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi KPHP Unit IX Oba, perlu
diperlengkapi dengan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
(RPHJP) di tingkat tapak yang merupakan kelanjutan dari proses
kegiatan tata hutan, dan sebagai arahan manajemen bagi personil
KPHP dalam mewujudkan visi dan misi KPHP tersebut di masa depan.
B. Tujuan Pengelolaan
Tujuan pengelolaan RPHJP KPHP Unit IX Oba yakni :
1. Terlaksananya pemantapan kawasan, pengelolaan dan
pemanfaatan hutan yang intensif dan profesional untuk
optimalisasi pengelolaan dan pemanfaatan hutan di tingkat tapak
pada areal KPHP Unit IX Oba seluas 19.211 ha yang terbagi
dalam blok pada HL, masing-masing : Blok Inti seluas 367,57 ha,
Blok Pemafaatan seluas 85,21 ha dan Blok khusus seluas :
185,16 ha, dan blok pada HPT, masing-masing : Blok
Pemanfaatan HHK-HA seluas : 820,68 ha, Blok Pemanfaatan
kawasan jasa lingkungan, dan hasil hutan bukan kayu (HHBK)
seluas : 15.447,52 ha, Blok pemberdayaan masyarakat seluas :
| 4RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
1.868,69 ha, Blok Perlindungan seluas : 334,26 ha, dan Blok
Khusus seluas : 101,81 ha.
2. Pemanfaatan wilayah tertentu KPHP Unit IX Oba seluas
17.401,42 Ha pada Blok pemanfaatan pada HL seluas 85,21 ha,
blok pemanfaatan kawasan jasa lingkungan dan HHBK seluas
15.447,52 ha pada Hutan Produksi dengan skema kemitraan
dengan masyarakat dan investor serta Blok Pemberdayaan
masyarakat seluas 1.868,69 ha pada Hutan Produksi.
3. Melaksanakan upaya-upaya rehabilitasi hutan dan lahan pada
lahan kritis seluas 2.321,54 ha.
4. Pemenuhan sarana dan prasarana penunjang kegiatan
operasional meliputi bangunan kantor, bangunan resort,
kendaraan Operasional roda empat dan roda dua, peralatan
kantor dan peralatan teknis secara bertahap. Rekruitmen
pegawai dan pengembangan SDM sesuai standar kompentensi
bidang teknis kehutanan dan kompetensi lainnya dalam
mendukung operasional KPH.
5. Mewujudkan tata kelola hutan untuk memperkecil laju degradasi
hutan, percepatan rehabilitasi dan reforestasi, peningkatan
perlindungan dan pengamanan hutan, meningkatkan manfaat
hutan bagi masyarakat desa/kelurahan di dalam dan sekitar
hutan, serta meningkatkan stabilitas penyediaan hasil hutan kayu
dan non kayu.
6. Menciptakan keselarasan gerak dan langkah bagipara pihak
(stakeholder) yang terlibat, sehingga dapat memperoleh asas
manfaat yang berimbang atas kehadiran KPHP di wilayah
mereka.
7. Memberikan arahan manajemen bagi personil KPHP, untuk
pengelolaan dan pemanfaatan kawasan hutan secara
berkesinambungan dan berkelanjutan.
| 5RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
C. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dari penyusunan RPHJP Unit IX Oba
ini adalah terlaksananya pengelolaan hutan di seluruh kawasan KPHP
Unit IX Oba seluas 19,211 ha, dengan berbagai jenis kegiatan pada
fungsi kawasan hutan lindung dan hutan produksi terbatas meliputi :
1. Pembangunan sarana dan prasarana penunjang operasional :
pembangunan jalan rintis sepanjang 95 km dan tanda-tanda batas
di lapangan yang akan direalisasikan secara bertahap selama 10
tahun
2. Penelitian dan pengembangan pada blok khusus pendidikan dan
penelitian yang berorientasi pada aspek sosial ekonomi
masyarakat di sekitar kawasan hutan, pemanfaatan dan
pengembangan komoditi HHBK unggulan, potensi kayu dan non
kayu, serta flora dan fauna langka serta pengembangan potensi
jasa wisata alam.
3. Inventarisasi hutan secara berkala pada hutan lindung (637,93 ha)
dan hutan produksi terbatas (1,071.83 ha)
4. Penataan blok dan petak pengelolaan pada kawasan fungsi hutan
lindung (28,90 km) dan hutan produksi terbatas (30,37 km).
5. Perlindungan hutan dengan kegiatan-kegiatan operasi
pengamanan hutan secara berkala serta penindakan kasus
perambahan hutan secara liar
6. Rehabilitasi lahan kritis pada lahan seluas 1,364.86 ha yang
berada dalam kawasan hutan lindung dan hutan produksi terbatas
melalui kegiatan reboisasi yang dilakukan dengan pola kemitraan
dengan masyarakat
7. Pembangunan Hutan Kemasyarakat (HKm) seluas 193,35 ha dan
Hutan Desa (HD) seluas 172,11 ha pada blok pemberdayaan
masyarakat untuk menghindari konflik dengan masyarakat di
sekitar kawasan KPHP
| 6RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
8. Pelaksanaan restorasi ekosistem pada Blok Pemanfaatan HHK-HA
(IUPHHK-RE) seluas 820,68 ha melalui penanaman jenis kayu
lokal dengan kombinasi antara jenis kayu dan HHBK,
pemeliharaan, perlindungan dan pemulihan ekosistem hutan
termasuk penanaman, pengayaan, penjarangan, penangkaran
satwa, pelepasliaran flora dan fauna dengan pola kemitraan
dengan pemegang izin maupun masyarakat.
D.Ruang Lingkup
Ruang lingkup RPHJP KPHP Unit IX Oba meliputi :
1. Rencana Program dan Kegiatan RPHJP Hutan Lindung terdiri dari;
a) Program pemantapan pemanfaatan potensi sumberdaya
hutan,kegiatan orientasi batas partisipatif, rekonstruksi batas,
hutan partisipatif, penataan blok dan petak pengelolaan hutan
b) Program peningkatan kualitas dan akses informasi SDA dan
lingkungan hidup, Inventarisasi potensi komoditi hasil hutan
bukan kayu, Inventarisasi spesies flora dan fauna endemik, dan
langka utk konservasi, Penyusunan dan pelaporan, leaflet, data
spatial dan non spatial, Peningkatan dan pelatihan SDM penyaji
data daninformasi KPHP, Workshop data dan informasi KPHP
c) Program Rehabilitasi dan pemulihan cadangan SDA kegiatan
Reboisasi kawasan / stok karbon, Pelatihan pesemaian dan
penanaman pohon, Pembuatan bangunan penangkar spesies
flora, unggulan lokal dan fauna langka setempat.
d) Program Pengembangan kapasitas pengelolaan SDA, kegiatan
Kerjasama kemitraan/kolaborasi utk pendanaan pengelolaan
KPHP, Menyusun aturan pengmbngn dan pmfaatn HHBK, Jasa
lingkungan, wisata alam, Penyusunan materi penyuluhan dan
penggandaan, studi banding ke KHP yg sdh eksis, pembentukan
pokja2 masyakarat pemandu wisata dan pemanfaatan jasling
| 7RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
e) Program Pemantapan perlindungan dan pengamanan kawasan,
kegiatan Operasi terpadu pengamanan kawasan hutan lindung,
Koordinasi dgn aparat keamanan yg terkait, Fasilitasi proses
penegakan hukum (pemberkasan perkara), Pembuatan
bangunan pos kerja/penjagaan pada setiap blok pengelolaan.
f) Program Pendidikan dan pelatihan , Kegiatan Menyusun
program kegiatan pelatihan teknis pengelolaan hutan, Pelatihan
ketrampilan tentang rehabilitasi, perlindungan dan pemanfaatan
HHBK (demplot), Kerjasama dgn lembaga PT untuk peningkatan
SDM personil KPHP, Workshop dan diklat pengelolaan KPHP ,
Kerjasama (MoU) dgn lembaga PT (tim pakar, utk pendidikan
dan pelatihan, Dilkat pengembangan usaha kepariwisataan dan
jasa lingkungan.
g) Program Penelitian dan pengembangan IPTEK, kegiatan Riset
sosek masyarakat di sekitar kawasan HL, Riset sistem
pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata, alam yang ramah
lingkungan, Riset pertumbuhan dan perkembangan, hutan
(forest entomology)
h) Program Pengembangan sarana dan prasarana fisik, kegiatan
Pembuatan jalan rintis (tracking) menuju lokasi-lokasi
pemanfaatan, pembuatan dan pemasangan tanda-tanda
informasi di lapangan
2. Rencana Program dan Kegiatan RPHJP Hutan Produksi Terbatas
terdiri dari;
a) Program pemantapan pemanfaatan potensi sumberdaya hutan,
kegiatan Penataan batas luar kawasan, Pemeliharaan batas
kawasan, Orientasi batas partisipatif, Penataan blok dan petak
pengelolaan hutan orientasi batas partisipatif, rekonstruksi batas
hutan
| 8RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
b) Program peningkatan kualitas dan akses informasi SDA dan
lingkungan hidup, kegiatan Inventarisasi potensi kayu dan non
kayu pada hutan primer dan sekunder, Penyusunan dan
pelaporan neraca SDH leaflet, data spatial dan non spatial,
Peningkatan dan pelatihan SDM penyaji data dan informasi
KPHP, Workshop data dan informasi KPHP.
c) Program Rehabilitasi dan pemulihan cadangan SDA kegiatan
Reboisasi kawasan / stok karbon, Pelatihan pesemaian dan
penanaman pohon, Pembuatan bangunan penangkar spesies,
flora unggulan lokal dan fauna langka., Pembuatan demplot HD
dgn pola penanaman, agroforestry, Pembuatan hutan
kemasyarakatan (HKm) pd ahan terbuka,
d) Program Pengembangan kapasitas pengelolaan SDA, kegiatan
Kerjasama kemitraan/kolaborasi utk pendanaan pengelolaan
KPHP, Menyusun aturan dan insentif pengembangan dan
pemanfaatan SD Hutan oleh masyrakat, Penyusunan materi
penyuluhan dan penggandaan , Studi banding ke KPHP yang
sudah eksis, Pembentukan pokja-pokja masyarakat pendaur
ulang limbah kayu (souvenir, briket dll), Pembentukan pokja-
pokja masyarakat untuk pemanfaatan HHBK
e) Program Pemantapan perlindungan dan pengamanan kawasan
kegiatan Operasi terpadu pengamanan kawasan terhadap
komoditas kayu dan non kayu, Pembuatan sekat bakar (vegetasi
/ mekanis) Koordinasi dengan aparat keamanan yg terkait ,
Fasilitasi proses penegakan hukum (pemberkasan perkara),
Pembuatan bangunan pos kerja/penjagaan pada setiap blok
pengelolaan, Pembuatan bangunan pos pengawasan pada titik
masuk/keluar jalan utama
f) Program Pendidikan dan pelatihan, kegiatan Menyusun program
kegiatan pelaksanaan Kerjasama (MoU) dgn lembaga PT (tim
pakar) pelatihan teknis pengelolaan hutan, pelatihan
| 9RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
ketrampilan tentang rehabilitasi, perlindungan dan pemanfaatan
hasil hutan (demplot) , Kerjasama dengan lembaga pendidikan
untuk perluasan, info rasa cinta pada Sumber Daya Hutan
Kerjasama dengan lembaga Perguruan Tinggi untuk
peningkatan SDM, Workshop dan diklat pengelolaan KPHP,
Kerjasama (MoU) dengan lembaga Perguruan Tinggi (tim pakar)
untuk pendidikan dan pelatihan.
g) Program Penelitian dan pengembangan IPTEK kegiatan Riset
pertumbuhan riap tegakan hutan alam dan tanaman, Riset
sosek masyarakat di sekitar kawasan hutan (HPT), Riset
pertumbuhan jenis unggulan lokal, Riset tingkat bahaya erosi
DAS dan sub DAS, Riset rekayasa genetik untuk mencari
spesies, unggulan lokal berumur pendek, Riset sistem
pemanenan kayu dan non kayu yang ramah lingkungan, Riset
pemanfaatan limbah kayu untuk masyarakat sekitar hutan, Riset
pengembangan komoditi hasil hutan non kayu, Riset
pertumbuhan dan perkembangan H&P hutan (forest
entomology), Riset pemetaan komposisi jenis tanah dalam
kawasan.
h) Program Pengembangan sarana dan prasarana fisik,
Pembangunan aksesibiltas (jalan, jembatan, gorong2 dll), jalan
utama, jalan sekunder / sarad, jembatan & gorong-gorong,
Pembuatan & pemasangan tanda-tanda informasi di lapangan,
Pengadaan fasilitas teknologi pemanenan kayu, Pengadaan
fasilitas teknologi pemanenan HHBK
E. Batasan Pengertian
1. Kesatuan Pengelolaan Hutan yang selanjutnya disebut KPH adalah
wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan
peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.
| 10RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
2. Kesatuan Pengelolaan Hutan Model adalah wujud awal KPH yang
secara bertahap dikembangkan menuju situasi dan kondisi aktual
organisasi KPH di tingkat tapak.
3. Organisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi yang selanjutnya
disebut KPHP adalah organisasi pengelolaan hutan produksi yang
wilayahnya sebagian besar terdiri atas kawasan hutan produksi
yang dikelola Pemerintah Daerah.
4. Sarana adalah barang atau benda bergerak yang dapat dipakai
sebagai alat dalam pelaksanaan tugas dan fungsi unit organisasi
meliputi peralatan perkantoran, peralatan transportasi dan
peralatan lainnya.
5. Prasarana adalah barang atau benda tidak bergerak yang dapat
menunjang atau mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi unit
organisasi antara lain tanah, bangunan, ruang kantor.
6. Fasilitasi sarana dan prasarana adalah bentuk dukungan
Pemerintah kepada KPHL dan KPHP berupa sarana dan prasarana.
7. Pengurusan Hutan adalah kegiatan penyelenggaran hutan yang
meliputi perencanaan kehutanan, pengelolaan hutan, penelitian
dan pengembangan, pendidikan dan latihan, serta penyuluhan
kehutanan dan pengawasan.
8. Perencanaan adalah suatu proses penentuan tindakan-tindakan
masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan
memperhitungkan sumberdaya yang tersedia untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan.
9. Perencanaan Kehutanan adalah proses penetapan tujuan,
penentuan kegiatan dan perangkat yang diperlukan dalam
pengurusan hutan lestari untuk memberikan pedoman dan arah
guna menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan kehutanan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan
berkelanjutan.
| 11RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
10. Rencana Kehutanan adalah produk perencanaan kehutanan yang
dituangkan dalam bentuk dokumen rencana spasial dan numerik
serta disusun menurut skala geografis, fungsi pokok kawasan
hutan dan jenis-jenis pengelolaannya serta dalam jangka waktu
pelaksanaan dan dalam penyusunannya telah memperhatikan tata
ruang wilayah dan kebijakan prioritas pembangunan yang terdiri
dari rencana kawasan hutan dan rencana pembangunan
kehutanan.
11. Rencana Pengelolaan Hutan adalah rencana pada kesatuan
pengelolaan hutan yang memuat semua aspek pengelolaan hutan
dalam kurun jangka panjang dan pendek, disusun berdasarkan
hasil tata hutan dan rencana kehutanan, dan memperhatikan
aspirasi, peran serta dan nilai budaya masyarakat serta kondisi
lingkungan dalam rangka pengelolaan kawasan hutan yang lebih
intensif untuk memperoleh manfaat yang lebih optimal dan lestari.
12. Tata Hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan
hutan, mencakup kegiatan pengelompokan sumberdaya hutan
sesuai tipe ekosistem dan potensi yang terkandung di dalamnya
dengan tujuan untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya bagi
masyarakat secara lestari.
13. Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan
penyusunan rencana pengelolaan hutan; pemanfaatan hutan;
penggunaan kawasan hutan; rehabilitasi dan reklamasi hutan;
perlindungan hutan dan konservasi alam.
14. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan
kawasan hutan, memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan
hasil hutan kayu dan bukan kayu serta memungut hasil hutan
kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraan
masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.
| 12RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
15. Penggunaan kawasan hutan merupakan penggunaan untuk
kepentingan pembangunan di luar kehutanan tanpa mengubah
status dan fungsi pokok kawasan hutan.
16. Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya untuk memulihkan,
mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan
sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam
mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.
17. Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau
memulihkan kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar
dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya.
18. Lahan Kritis adalah lahan yang berada di dalam dan di luar
kawasan hutan yang telah mengalami kerusakan, sehingga
kehilangan atau berkurang fungsinya sampai pada batas yang
ditentukan atau diharapkan.
19. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu
wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai
dan anak sungai yang bersifat menampung, menyimpan, dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau laut
secara alami yang batas di darat merupakan pemisah topografi
dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan.
20. Tata Air DAS adalah hubungan kesatuan individual unsur-unsur
hidrologis yang meliputi hujan, aliran sungai, peresapan dan
evapotranspirasi dan unsur lainnya yang mempengaruhi neraca air
suatu DAS.
21. Reboisasi adalah upaya pembuatan tananam jenis pohon hutan
pada kawasan hutan rusak yang berupa lahan kosong/terbuka,
alang-alang atau semak belukar dan hutan rawang untuk
mengembalikan fungsi hutan.
22. Penanaman pengkayaan reboisasi adalah kegiatan penambahan
anakan pohon pada areal hutan rawang yang memiliki tegakan
| 13RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
berupa anakan, pancang, tiang dan pohon 200-400 batang/ha,
dengan maksud untuk meningkatkan nilai tegakan hutan baik
kualitas maupun kuantitas sesuai fungsinya.
23. Kawasan adalah Wilayah yang memilki fungsi utama lindung atau
budidaya.
24. Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumberdaya alam, sumberdaya buatan.
25. Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan.
26. Konservasi tanah adalah upaya penempatan setiap bidang lahan
pada penggunaan (secara vegetatif dan/atau sipil teknik) yang
sesuai dengan kemampuan lahan tersebut dan
memperlakukannya sesuai dengan syarat syarat yang diperlukan
agar tidak terjadi kerusakan tanah sehingga dapat mendukung
kehidupan secara lestari.
27. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi
kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang
disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-
daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan dan
menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan,
kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang
berhubungan dengan pengelolaan hutan.
28. Tata Batas dalam wilayah KPH adalah melakukan penataan batas
dalam wilayah kelola KPH berdasarkan pembagian Blok dan petak.
29. Inventarisasi hutan adalah rangkaian kegiatan pengumpulan data
untuk mengetahui keadaan dan potensi sumber daya hutan serta
lingkungannya secara lengkap.
30. Blok adalah bagian wilayah KPH yang dibuat relatif permanen
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan.
| 14RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
31. Petak adalah bagian dari blok dengan luasan tertentu dan menjadi
unit usaha pemanfaatan terkecil yang mendapat perlakuan
pengelolaan atau silvikultur yang sama.
32. Wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya
belum menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan usaha
pemanfaatannya.
33. Evaluasi adalah suatu proses untuk mengukur pencapaian suatu
tujuan tertentu yang telah ditetapkan serta dilakukan secara
sistematik dan teratur, hasilnya digunakan sebagai umpan balik
untuk perbaikan pelaksanaan perencanaan selanjutnya.
34. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan
kawasan hutan, memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan
hasil hutan kayu dan bukan kayu serta memungut hasil hutan
kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraan
masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.
35. Pemanfaatan kawasan adalah kegiatan untuk memanfaatkan
ruang tumbuh sehingga diperoleh manfaat lingkungan, manfaat
sosial dan manfaat ekonomi secara optimal dengan tidak
mengurangi fungsi utamanya.
36. Pemanfaatan jasa lingkungan adalah kegiatan untuk
memanfaatkan potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak
lingkungan dan mengurangi fungsi utamanya.
37. Pemanfaatan hasil hutan kayu adalah kegiatan untuk
memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan berupa kayu
dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi
pokoknya.
38. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan untuk
memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan berupa bukan kayu
dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi
pokoknya.
| 15RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
39. Pemungutan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu adalah
kegiatan untuk mengambil hasil hutan baik berupa kayu dan/atau
bukan kayu dengan batasan waktu, luas dan/atau volume
tertentu.
40. Izin pemanfaatan hutan adalah izin yang diterbitkan oleh pejabat
yang berwenang yang terdiri dari izin usaha pemanfaatan
kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha
pemanfaatan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu, dan izin
pemungutan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu pada areal
hutan yang telah ditentukan.
41. Izin usaha pemanfaatan kawasan yang selanjutnya disingkat IUPK
adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan kawasan
pada hutan lindung dan/atau hutan produksi.
42. Izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan yang selanjutnya
disingkat IUPJL adalah izin usaha yang diberikan untuk
memanfaatkan jasa lingkungan pada hutan lindung dan/atau
hutan produksi.
43. Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu yang selanjutnya
disingkat IUPHHK dan/atau izin usaha pemanfaatan hasil hutan
bukan kayu yang selanjutnya disebut IUPHHBK adalah izin usaha
yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu
dan/atau bukan kayu dalam hutan alam pada hutan produksi
melalui kegiatan pemanenan atau penebangan, pengayaan,
pemeliharaan dan pemasaran.
44. IUPHHK restorasi ekosistem dalam hutan alam adalah izin usaha
yang diberikan untuk membangun kawasan dalam hutan alam
pada hutan produksi yang memiliki ekosistem penting sehingga
dapat dipertahankan fungsi dan keterwakilannya melalui kegiatan
pemeliharaan, perlindungan, dan pemulihan ekosistem hutan
termasuk penanaman, pengayaan, penjarangan, penangkaran
satwa, pelepasliaran flora dan fauna untuk mengembalikan unsur
| 16RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
hayati (flora dan fauna) serta unsur non hayati (tanah, iklim dan
topografi) pada suatu kawasan kepada jenis yang asli, sehingga
tercapai keseimbangan hayati dan ekosistemnya.
45. IUPHHK dan/atau IUPHHBK dalam hutan tanaman adalah izin
usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa
kayu dan/atau bukan kayu dalam hutan tanaman pada hutan
produksi melalui kegiatan penyiapan lahan, pembibitan,
penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran.
46. Izin pemungutan hasil hutan kayu yang selanjutnya disingkat
IPHHK adalah izin untuk mengambil hasil hutan berupa kayu pada
hutan produksi melalui kegiatan pemanenan, pengangkutan, dan
pemasaran untuk jangka waktu dan volume tertentu.
47. Izin pemungutan hasil hutan bukan kayu yang selanjutnya
disingkat IPHHBK adalah izin untuk mengambil hasil hutan berupa
bukan kayu pada hutan lindung dan/atau hutan produksi antara
lain berupa rotan, madu, buah-buahan, getah-getahan, tanaman
obat-obatan, untuk jangka waktu dan volume tertentu.
48. Hutan tanaman industri yang selanjutnya disingkat HTI adalah
hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh
kelompok industri kehutanan untuk meningkatkan potensi dan
kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam
rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan.
49. Hutan tanaman rakyat yang selanjutnya disingkat HTR adalah
hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh
kelompok masyarakat untuk meningkatkan potensi dan kualitas
hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka
menjamin kelestarian sumber daya hutan.
50. Hutan tanaman hasil rehabilitasi yang selanjutnya disingkat HTHR
adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun
melalui kegiatan merehabilitasi lahan dan hutan pada kawasan
hutan produksi untuk memulihkan, mempertahankan dan
| 17RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
meningkatkan fungsi lahan dan hutan dalam rangka
mempertahankan daya dukung, produktivitas dan peranannya
sebagai sistem penyangga kehidupan.
51. Sistem silvikultur adalah sistem budidaya hutan atau sistem teknik
bercocok tanaman hutan mulai dari memilih benih atau bibit,
menyemai, menanam, memelihara tanaman dan memanen.
52. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani
hak atas tanah.
53. Hutan kemasyarakatan adalah hutan negara yang pemanfaatan
utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat.
54. Hutan desa adalah hutan negara yang belum dibebani izin/hak,
yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan
desa.
55. Iuran izin usaha pemanfaatan hutan yang selanjutnya disingkat
IIUPH adalah pungutan yang dikenakan kepada pemegang izin
usaha pemanfaatan hutan atas suatu kawasan hutan tertentu.
56. Provisi sumber daya hutan yang selanjutnya disingkat PSDH
adalah pungutan yang dikenakan kepada pemegang izin sebagai
pengganti nilai intrinsik dari hasil hutan yang dipungut dari hutan
negara.
57. Dana reboisasi yang selanjutnya disingkat DR adalah dana yang
dipungut dari pemegang IUPHHK dalam hutan alam pada hutan
produksi untuk mereboisasi dan merehabilitasi hutan.
58. Perorangan adalah Warga Negara Republik Indonesia yang cakap
bertindak menurut hukum.
59. Surat keterangan sahnya hasil hutan adalah dokumen-dokumen
yang merupakan bukti legalitas hasil hutan pada setiap segmen
kegiatan dalam penatausahaan hasil hutan.
60. Industri primer hasil hutan kayu adalah pengolahan kayu bulat
dan/atau kayu bahan baku serpih menjadi barang setengah jadi
atau barang jadi.
| 18RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
61. Industri primer hasil hutan bukan kayu adalah pengolahan hasil
hutan berupa bukan kayu menjadi barang setengah jadi atau
barang jadi.
62. Pengendalian adalah suatu proses atau upaya untuk mengurangi
atau menekan penyimpangan yang mungkin terjadi, sehingga
diperoleh suatu hasil sesuai dengan yang telah ditetapkan melalui
pemantauan, pengawasan dan penilaian kegiatan.
63. Lembaga Desa Pengelola Hutan Desa yang selanjutnya
disebutLembaga Desa adalah lembaga kemasyarakatan yang
ditetapkandengan Peraturan Desa yang bertugas untuk mengelola
Hutan Desayang secara fungsional berada dalam organisasi desa
dan bertanggungjawab kepada Kepala Desa.
64. Areal kerja hutan desa adalah satu kesatuan hamparan kawasan
hutanyang dapat dikelola oleh lembaga desa secara lestari.
65. Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dalam hutan desa
adalah izinusaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan
berupa kayudalam hutan desa pada hutan produksi melalui
kegiatan penanaman,pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran.
66. Pemanfaatan kawasan adalah kegiatan untuk memanfaatkan
ruangtumbuh sehingga diperoleh manfaat lingkungan, manfaat
sosial danmanfaat ekonomi secara optimal dengan tidak
mengurangi fungsiutamanya.
67. Pemanfaatan jasa lingkungan adalah kegiatan untuk
memanfaatkanpotensi jasa lingkungan dengan tidak merusak
lingkungan danmengurangi fungsi utamanya.
68. Pemanfaatan hasil hutan kayu adalah kegiatan untuk
memanfaatkan danmengusahakan hasil hutan berupa kayu
dengan tidak merusaklingkungan dan tidak mengurangi fungsi
pokoknya.
69. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan
untukmemanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan berupa
| 19RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
bukan kayudengan tidak merusak lingkungan dan tidak
mengurangi fungsipokoknya.
70. Pemungutan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu adalah
kegiatanuntuk mengambil hasil hutan baik berupa kayu dan/atau
bukan kayudengan batasan waktu, luas dan/atau volume
tertentu.
71. Penetapan areal kerja hutan desa adalah pencadangan areal
kawasanhutan oleh Menteri untuk areal kerja hutan desa.
72. Hak pengelolaan hutan desa bukan merupakan hak kepemilikan
ataskawasan hutan, dan dilarang memindahtangankan atau
mengagunkan,serta mengubah status dan fungsi kawasan hutan.
Hak pengelolaanhutan desa dilarang digunakan untuk
kepentingan lain di luar rencanapengelolaan hutan dan harus
dikelola berdasarkan kaedah-kaedahpengelolaan hutan lestari.
73. Permohonan Hak Pengelolaan Hutan Desa diajukan oleh Lembaga
Desakepada Gubernur melalui Bupati/waliKPH dengan
melampirkanpersyaratan: a. peraturan desa tentang penetapan
lembaga desa; b.surat pernyataan dari kepala desa yang
menyatakan wilayah administrasidesa yang bersangkutan yang
diketahui camat; c. luas areal kerja yangdimohon; dan d. rencana
kegiatan dan bidang usaha lembaga desa.
| 20RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
BAB II
DESKRIPSI KAWASANKPHP UNIT IX OBA
A. Risalah Wilayah KPHP Unit IX Oba
1. Letak dan Luas
Secara geografis wilayah yang ditetapkan sebagai KPHP Unit
IX Oba terbentang dari 0° 46′ 55,99″ - 0° 18′ 21,47″ LU dan
127° 31′ 26,58″-127°46′31,63″ BT.
Secara administratif wilayah KPHP Unit IX Oba terletak di
tiga wilayah kecamatan yakni Kecamatan Oba Utara, Kecamatan
Oba Tengah dan Kecamatan Oba Kota Tidore Kepulauan Provinsi
Maluku Utara. Adapun batas wilayah KPHP Unit IX OBA yaitu :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Halmahera
Barat.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan KPHP Model Gn. Sinopa.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Maluku.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Taman Nasional Ake
Tajawe Lolobata.
Wilayah KPHP Unit IX Oba berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor : SK. 73/Menhut-II/2010 tanggal 8
Pebruari 2010 seluas ± 16.325 ha. Kemudian berdasarkan surat
Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan Kehutanan dan
Ketahanan Pangan Nomor : 522/166/ tanggal 1 Juni 2015
kepada Direktur Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan dan
Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan Hutan mengusulkan
Percepatan penerbitan Surat Keputusan Penetapan KPHP Unit IX
OBA Provinsi Maluku Utara seluas lebih kurang 19.211 ha.
Perbedaan luasan ini disebabkan adanya perubahan penunjukan
kawasan hutan di wilayah Provinsi Maluku Utara berdasarkan
| 21RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. 302/Menhut-II/2013
tanggal 1 Mei 2013. Dalam hal ini definitif luasan areal kerja KPHP
Unit IX Oba diperoleh setelah penataan batas terselesaikan
ditingkat lapangan.
Rincian luas wilayah KPHP Unit IX Oba per fungsi kawasan
hutan yaitu HL. Akengabengan-Asimoko-Tg. Wayamli-Akeoba)
seluas kurang lebih 637,932 ha dan HPT. Ake Oba-Tg. Wayamli-
Tolawi-Ake Kobe seluas kurang lebih 18.572,984 ha. Secara rinci
perbandingan luas kawasan hutan berdasarkan Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor : SK. 73/Menhut-II/2010 tanggal 8 Pebruari
2010 dan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
: SK. 302/Menhut-II/2013 tanggal 1 Mei 2013 sebagaimana
terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas WilayahKPHP Unit IX Oba Menurut Fungsi KawasanHutan
No. Fungsi HutanLuas (±Ha)
(SK. 73/Menhut-II/2010)
(SK. 302/Menhut-II/2013)
1 2 3 4
1.Hutan Lindung 0 637,932
2.Hutan Produksi Terbatas 16.325 18.572,984
Jumlah 16.325 19.210,92Sumber:Tata Hutan KPHP Unit IX Oba 2015
2. Iklim
Keadaaan iklim di KPH Tidore Kepulauan di pengaruhi oleh
angin laut.Musim barat atau utara umumnya berlangsung pada
bulan Desember sampai dengan bulan maret. Pada bulan April
terjadi masa transisi ke musim selatan atau timur tenggara.
Sedangkan musim selatan atau timur tenggara umumnya
berlangsung selama enam bulan yang berawal dari bulan Mei
hingga bulan Oktober dimana masa transisi ke musim barat terjadi
pada bulan November. Berdasarkan data dari Brigade Proteksi
| 22RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Tanaman Soasio, selang tahun 2013 curah hujan hampir terjadi
di sepanjang bulan dengan itensitas yang beragam. Rata-rata
curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar
350 mm dan terendah terjadi pada bulan Maret yakni 30 mm
sebagaimana terlihat pada tabel 2. Tipe iklim pada daerah KPH
Tidore Kepulauan dan juga umumnya kabupaten lain di Provinsi
Maluku Utara mempunyai tipe iklim tropis. Berdasarkan sistem
klasifikasi Schmidt F.H dan J.H.A. Ferguson yang didasari oleh
curah hujan dan jumlah hari hujan, maka iklim di KPH Tidore
Kepulauan tergolong dalam klasifikasi Tipe iklim A.
3. Geologi Dan Jenis Tanah
DaerahKota TidoreKepulauansecara fisiografidapatdi bagi
manjadi 2 bentukan utama yaitu pada daerah Pulau Tidore dan
Pulau Halmahera. Bagian kedua wilayah Kota Tidore Kepulauan
yang berada pada Pulau Halmahera memiliki karakteristik yang
berbeda dengan Pulau Tidore. Satuan geomorfologi ini antara lain
adalah dataran alluvial, perbukitan denudasional,
perbukitan denudasional ultramafik, Platodan Monoklin. Sejarah
pembentukan batuan di Kota Tidore Kepulauan adalah di mulai
pada Oligosen yaitu dengan diendapkannya Batuan Gunung api
Formasi Bacan. Formasi ini terdiri dari batuan gunung api berupa
lava, breksi dan tufa dengan sisipan batu pasir dankonglomerat.
Satuan batuan Gunung api muda sering juga disebut sebagai
satuan batuan gunung api Holosen merupakan endapan dari
gunung api Kiematubu.Terdiri dari breksi gunung api,lava, tufa
dan abu vulkanik. Breksi gunung api terdiri dari andesit piroksen,
kelabu tua, kompak ukuran butir dari 3 hingga 100 cm,batua pung
putih kecoklatan, ringan, amidaloidal, dan getas. Struktur geologi
daerah Kota Tidore Kepulauan yang berkembang adalah
sesar.Sesar banyak dijumpai didaerah Pulau Halmahera. Sesar ini
| 23RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
berkembang Barat Laut – Tenggara dan Timur Laut – Barat
Daya.Jenis sesar agak sulit di identifikasi di lapangan, bidang sesar
yang dijumpai di lapangan berupa zona hancuran, pada zona ini
dijumpai filit dan tampak mineral pengisi rekahan. Kemiringan
lapisan secara umum adalah kearah barat, akan tetapi beberapa
tempat dijumpai kemiringan ke arah utara (N: 268⁰E:30⁰). Besar
kemiringan batuan berkisar antara 10⁰ hingga 30⁰. Struktur sesar
merupakan daerah yang rawan terjadi gerakan tanah. Kejadian
gerakantanah ini terutama pada saat hujan turun dan juga jika
terjadi gempa.
Adapun kompisisi jenis tanah dalam kawasan KPHP Unit IX
Oba disajikan pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Komposisi Jenis Tanah dalam Kawasan KPHP Unit IX Oba KPHTidore Kepulauan
NoSoil Survey
Staff(Ordo)
Klasifikasi Tanah(Sub Ordo)
Fungsi Kawasan Hutan(ha)Jumlah
(ha)HL.
Akengabengan-Asimoko-Tg.
Wayamli-Akeoba
HPT.Ake Oba-Tg.
Wayamli-Tolawi-Ake Kobe
1 2 3 4 5 6
1 Inceptisol Dystrudepts-Endoaquepts 179,89 4.082,27 4.262,17
2 Inceptisol-Histosol Endoaquents-Haplohemists 181,10 181,10
3 Inceptisol-Entisol Endoaquepts-Udifluvents 97,21 97,21
4 Inceptisol-Mollisol Eutrudepts-Haprendolls 25,95 510,42 536,37
5 Andisol-Inceptisol Hapludands-Dystrudepts 250,99 7.783,37 8.034,36
6 Ultisol-Inceptisol Hapludults-Dystrudepts 6.099,71 6.099,71
Jumlah : 637,93 18.572,98 19.210,92Sumber : Tata Hutan KPHP Unit IX Oba, Tahun 2015
4. Hidrologi Dan Daerah Aliran Sungai (DAS)
Berdasarkan Satuan Wilayah Pengelolaan DAS (SWP),
wilayah KPHP unit IX Oba terbagi atas 2 wilayah SWP yakni SWP
Oba seluas 18.412,672 ha (95,84 %) dan SWP Ake Kolamo
seluas 798,243 ha (4,16 %) dengan jumlah DAS sebanyak 12
DAS, masing-masing : DAS Akebale, Ake Gumi, Ake Lamo Tidore,
| 24RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Ake Lola, Ake Tayawi, Ake Toburo, Ake Tului, Akekolamo, Ake Gita
Ds, Ake Mira, Ake Oba, dan DAS Ake Waimira Tiga. Adapun secara
rinci luas wilayah masing-masing DAS disajikan pada Tabel 3
dibawah ini :
Tabel 3.Luas (Ha) dan Persentase Luas (%) DAS KPHP Unit IX Oba
No DAS Luas (ha) %1 2 3 4
1 DAS Ake Bale 790,226 4,1132 DAS Ake Gumi 110,970 0,5783 DAS Ake Lamo Tidore 3.492,997 18,1824 DAS Ake Lola 118,556 0,6175 DAS Ake Tayawi 10.976,404 57,1366 DAS Ake Toburo 1.212,760 6,3137 DAS Ake Tului 267,941 1,3958 DAS Akekolamo 798,244 4,1559 DAS Gita Ds 135,746 0,70710 DAS Mira 3,678 0,01911 DAS Oba 535,569 2,78812 DAS Waimira Tiga 767,825 3,997
Total : 19.210,916 100Sumber : Tata Hutan KPHP Unit IX Oba, Tahun 2015
5. Topografi Dan Kelerengan
Kondisi topografi wilayah KPHP Unit IX Oba yang merupakan
wilayah kepulauan memiliki kelas lereng dengan didominasi curam
(31,37 %) seluas 6,026.70 ha, agak curam (26,85 %) seluas
5,159.42 ha, dan landai (19,44 %) seluas 3,735.55 ha yang
banyak terdapat di wilayah pesisir. Semakin ke dalam dan jauh
dari pantai maka kebanyakan lahan topografinya berbukit-bukit
dengan kelerengan curam, agak curam bahkan sampai sangat
curam. Adapun komposisi kelas lereng (%) dan jumlah luasan
(ha) pada KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan terlihat pada
Tabel 4 berikut :
| 25RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Tabel 4. Komposisi Kelas Lereng pada KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan
No Kecamatan
Kelas Lereng (%)
JumlahDatar0 – 8%
(ha)
Landai9-15%(ha)
Curam16-25%
(ha)
Agakcuram
26-45%(ha)
Sangatcuram>46%(ha)
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Oba 1.620,06 863,99 1.041,60 716,43 273,65 4.515,74
2. ObaTengah 1.615,90 2.626,88 4.189,74 3.949,08 591,27 12.972,87
3. Oba Utara 179,67 244,68 795,36 493,90 8,70 1.722,31
Jumlah : 3.415,63 3.735,55 6.026,70 5.159,42 873,62 19.210,92
Persentase : 17,77 19,44 31,37 26,85 4,54 100
Sumber : Tata Hutan KPHP Unit IX Oba, Tahun 2015
6. Aksessibilitas Kawasan
Secara geografis, letak Kota Tidore Kepulauan berada
hampir di tengah-tengah wilayah Provinsi Maluku Utara, sehingga
memiliki aksessibilitas yang hampir merata keseluruh
wilayahProvinsi Maluku Utara. Secara kewilayahan administrasi
Kota Tidore Kepulauan yakni wilayah yang berada di dataran
Pulau Halmahera dan pulau-pulau kecil. Pulau-pulau kecil tersebut
antara lain Pulau Tidore, Maitara, Mare, Failonga, Sibu, Woda,
Raja, Guratu, Tameng dan Joji, sedangkan wilayah KPHP Unit IX
Oba berada di dataran Pulau Halmahera.
Kota Tidore Kepulauan sebagai pusat pemerintahan Provinsi
Maluku Utara, yang berpusat di Kelurahan Sofifi. Sebagian besar
sarana dan prasarana perkantoran pemerintah provinsi diarahkan
pembangunannya dikawasan tersebut. Kedekatan dengan Kota
Ternate di Pulau Ternate juga mempemudah aksessbilitasdari
TidorekeTernateyang dapat ditemukan sejumlah sentra jasa dan
perdagangan serta pelabuhan dan bandara udara yang memadai
untuk pelayanan dalam skala nasional.Wilayah KPHP Unit IX Oba
berada di jalur jalan trans Sofifi-Weda. Untuk menuju ke Kota
Tidore Kepulauan dari Ternate dapat menggunakan speedboat
dengan waktu tempuh selama lebih kurang 15 menit,
| 26RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
sedangkan untuk menunju wilayah KPHP Unit IX Oba dari ibu
Kota Tidore Kepulauan dapat menggunakan speedboat dengan
waktu tempuh selama lebih kurang 30 menit.
Wilayah KPHP unit IX Oba di Kota Tidore Kepulauan meliputi
tiga wilayah kecamatan yakni Kecamatan Oba Utara, Kecamatan
Oba Tengah dan Kecamatan Oba dengan posisinya berada dekat
dengan ibuKota Provinsi Maluku Utara (Sofifi) dan berada di jalur
jalan trans Sofifi-Weda sebagai ibu KPH Kabupaten Halmahera
Tengah,sehingga memiliki aksessibilitas yang memadai berupa
jalan aspal dan sirtu. Dengan demikian wilayah KPHP ini cukup
mudah dijangkau dari batas luar kawasan hutan. Selain itu
terdapat beberapa sungai besar seperti Sungai Oba, Sungai
Tobatu, Sungai Toburo, Sungai Lamo, Sungai Roral dan Sungai
Bai yang dapat digunakan sebagai aksessibilitas menuju wilayah
KPHP. Secara rinci tingkat aksessibilitas kawasan hutan pada
wilayah KPHP Unit IX Oba dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Aksessibilitasdi Wilayah KPHP Unit IX Oba MenurutFungsiKawasan Hutan
No Fungsi Kawasan
Rendah(tidak ada
sungaidan jalan)
(ha)
Sedang(ada sungaiatau jalan)
(ha)
Tinggi(ada
sungaidan jalan)
(ha)
Jumlah
(ha)1 2 3 4 5 6
1 HL 56,43 581,50 0 637,93HL.Akengabengan-Asimoko -Tg.Wayamli-Akeoba
56,43 581,50 0 637,93
2 HPT 0 17.202,16 1.370,83 18.572,98
HPT. Ake Oba-Tg.Wayamli-Tolawi-AkeKobe
0 17.202,16 1.370,83 18.572,98
Jumlah 56,43 17.783,66 1.370,83 19.210,92Sumber: Tata Hutan KPHP Unit IX Oba, 2015
| 27RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
7. Sejarah Wilayah
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor:
73/Menhut-II/2010 tanggal 8 Januari 2010, telah menetapkan
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi/Lindung (KPHP/L) di
Provinsi Maluku Utara sebanyak 16 (enam belas) unit dengan
luas 1.768.424 ha yang terdiri dari 11 unit KPHP dan 5 unit KPHL
dan tersebar di 7 wilayah administrasi pemerintahan
kabupaten/Kota. Unit-unit KPHP dimaksud antara lain KPHP (L)
Pulau Morotai, KPH(L) Tiabo, KPH(L) Sasado Bidadari KPH(P)
Wasile Maba, KPH(P) Watileo, KPH(L) Ake Kobe, KPH(P) Damuli,
KPH(P) Talawi, KPH(P) Oba, KPH(P) Gn. Sinopa, KPH(L) Ternate
Tidore KPH(P) Gane, KPH(P) Pulau Bacan, KPH(P) Pulau Obi,
KPH(P) Wai Todontaha dan KPH(P) Wai Samada.
KPHP Unit IX OBA dibentuk berdasarkan Peraturan Walikota
Tidore Kepulauan Nomor : 17 Tahun 2014 tanggal 24 Juni 2014
tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Dinas Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi pada Dinas
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan dan
telah diusulkan kepada pusat DirektoratPembentukan Wilayah
Pengelolaan dan Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan
Hutan/Direktorat Rencana, Pengunaan dan Pembentukan Wilayah
Pengelolaan Hutan untuk percepatan SK. Penetapan KPHP Unit IX
OBA KPH Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara seluas ±
19.211 ha, Melalui surat Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan
Kehutanan dan Ketahanan Pangan Nomor : 522/166 tanggal
1 Juni 2015.
| 28RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
8. Pembagian Blok
Pembagian blok kawasan hutan KPHP Unit IX Oba
menggunakan analisis spasial (SIG) dan kriteria yang digunakan
mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan
Nomor : P.5/VII-WP3H/2012.
Seluruh Wilayah KPHP Unit IX Oba dibagi atas 7 blok utama
yaitu pada HL sebanyak 2 blok yang terdiri dari blok inti dan blok
khusus. Selanjutnya pada Hutan Produksi terbagi atas 5 blok yaitu
blok pemanfaatan HHK-HA (Restorasi Ekosistem), blok
pemanfaatan kawasan jasa lingkungan dan HHBK, blok
pemberdayaan masyarakat, blok perlindungan, dan blok khusus
sebagaimana pada Tabel 6.
Tabel 6. Luas Kawasan, Fungsi, Blok Peruntukan dan Luas Petak KPHPUnit IX Oba KPH Tidore Kepulauan
Fungsi Hutan Blok Peruntukan Luas (ha)1 2 3
HL Akengabengan-Asimoko-Tg. Wayamli-Ake oba
1. Blok Inti2. Blok Pemanfaatan3. Blok Khusus
367.5785.21
185.16
Total 1 637.93HPT Ake oba-Tg. Wayamli-Tolawi-Ake kobe
1. Blok Pemanfaatan HHK-HA
2. Blok PemanfaatanKawasan jasaLingkungan dan HHBK
3. Blok PemberdayaanMasyarakat
4. Blok Perlindungan5. Blok Khusus
820.68
15.447.52
1.868.69
334.27101.81
Total 2 18.572.98Grand Total 1 + Total 2 19.210.92Sumber: Tata Hutan KPHP Unit IX Oba, 2015
| 29RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
B. Potensi Wilayah
1. Penutupan Vegetasi / Lahan
Kondisi penutupan lahan hasil penafsiran citra satelit resolusi
sedang (Landsat 8) tahun 2015 terdiri dari Hutan mangrove
primer, Hutan primer, Hutan sekunder, pertanian lahan kering
campur semak primer, Pertanian lahan kering campur semak dan
semak belukar. Secara rinci kondisi penutupan lahan berdasarkan
fungsi dan kelas penutupan lahan di areal KPHP Unit IX Oba
disajikan pada Tabel 7 berikut :
Tabel 7. Luas Penutupan Lahan KPHP Unit IX ObaNo. Kawasan Hutan/ Penutupan Lahan Luas (ha) %1 2 3 4
1. HL.Akengabengan-Asimoko-Tg.Wayamli-Akeoba 637,932 3,32
a.Hutan mangrove primer (Hmp) 637,645 3,31b.Pertanian lahan kering campur semak (Pc) 0,287 0,001
2. HPT. Ake Oba-Tg. Wayamli-Tolawi-AkeKobe 18.572,984 96,67
a.Hutan primer (Hp) 10.72,833 5,58b.Hutan sekunder (Hs) 13.713,882 71,38c.Pertanian lahan kering campur semak (Pc) 2.225,989 11,58d.Semak belukar (Sb) 1.560,280 8,12
Jumlah : 19.210,916 100Sumber: Tata Hutan KPHP Unit IX Oba 2015
Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa secara umum
kondisi penutupan lahan pada wilayah KPHP Unit IX Oba
merupakan hutan sekunder atau sebesar 71,38 % dari luas
wilayah KPHP. Secara fungsi kawasan HL didominasi hutan
mangrove primer dan pada kawasan HPT didominasi hutan
sekunder.
| 30RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
2. Potensi Tegakan
KPHP Unit IX Oba memiliki potensi tegakan untuk penutupan
hutan lahan kering primer rata-rata sebesar 130,97 m³/ha, hutan
lahan kering sekunder rata-rata sebesar 119,61 m³/ha dan hutan
mangrove primer sebesar 48,93 m³/ha. Volume tegakan per kelas
diameter per kelas tutupan lahan secara detail disajikan pada
Tabel 9. Dalam penyusunan tata hutan ini potensi tegakan di
kategorikan atas 3 kelas/tingkatan yaitu volume tinggi (>250 m³)
pada hutan lahan kering primer, sedang (150-250 m³/ha) pada
hutan lahan kering sekunder, dan rendah (<150 m³/ha) pada
kelas tutupan non hutan tercantum pada tabel 8.
Tabel 8.Potensi Menurut Kelas Penutupan Lahan
No. Kelas Penutupan Lahan NomorPlot
LuasPlot(ha)
JumlahPohon
VolumePohon(m3)
1 2 3 4 5 6
1. Hutan Lahan Kering Primer 1 1 121 130.97
Jumlah : 1 1 121 130.97
Rata-Rata / Plot : 121 130.97
2.Hutan Lahan KeringSekunder 2 1 133 111.65
3 1 110 92.964 1 83 99.395 1 89 174.44
Jumlah : 4 4 415 478.46
Rata-Rata / Plot : 83 119.61
3. Hutan Manggrove Primer 1 1 71 48.93
Jumlah : 1 1 71 48.93
Rata-Rata / Plot : 71 48.93Sumber : Laporan Inventarisasi Biogeofisik KPHP Unit IX Gane Tahun 2015
Sesuai hasil inventarisasi biogeofisik pada 4 plot hutan lahan
kering sekunder terdapat sebanyak 415 pohon atau rata-rata103
pohon/plot dengan jenis pohon terbanyak yaitu hiru (Vatica
papuanaDyer) sebanyak 79 pohon; marsawa (Anisoptera costata
Korth) sebanyak 32 pohon dan kayu besi(Intsia biyuga) sebanyak
27 pohon. Selanjutnya pada 1 plot lahan kering primer terdapat
sebanyak 121 pohon atau rata-rata 121 pohon/plot yang
| 31RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
didominasi oleh jenis matoa (Pometia pinnata Forst) dan hatebesi
(Homalium faetidum Benth) masing-masing sebanyak 15 pohon.
Kedua jenis pohon tersebut termasuk kelompok jenis
meranti/kelompok komersil satu. Hasil inventarisasi pada 1 plot
hutan mangrove primer terdapat 71 pohon dengan jenis yang
dominan Soneratia alba sebanyak 55 pohon dan termasuk
kelompok jenis kayu rimba campuran/kelompok komersil dua.
Adapun hasil inventarisasi volume pohon per kelas diameter
berdasarkan kelompok jenis kayu dapat dilihat pada Lampiran
Data 1, 2, 3, 4, dan 5.
Indeks Nilai Penting (INP) menunjukkan jenis tumbuhan
yang paling menguasai suatu habitat. INP dikelompokkan dalam 3
kategori yaitu INP tinggi dengan nilai ˃ 133,3 – 200%, INP
sedang dengan nilai ˃ 66,6 – 133,3% dan INP rendah dengan
nilai 0 – 66,6% (Batara, 2005). Perhitungan INP untuk tingkat
pohon memperlihatkan jenis hiru (40,39%) memilikikerapatan
relatif dan dominasi relatif yang sangat tinggi dibanding jenis
pohon lainnya, kemudian diikuti jenis marsawa, dan matoa.
Analisis INP untuk tingkat pohon termasuk kedalam kriteria
rendah. Jenis hiru memperlihatkan sebaran tumbuh pada hampir
semua plot yang di inventarisasi, kemudian jenis kenari, mologotu,
matoa dan gosale.
Perhitungan INP tingkat tiang pada tutupan lahan untuk
hutan lahan kering primer menunjukan bahwa jenis kayu matoa
memiliki INP tertinggi yaitu sebesar 24,95% diikutijenis helekedan
jenis dao.Hutan lahan kering sekunder memperlihatkan jenis hiru
memiliki INP yang tertinggi sebesar 40,39%, kemudian jenis
marsawa dan jenis matoa. Hasil analisis INP tingkat tiang,
termasuk kategori rendah. INP tutupan lahan kering primer
memperlihatkan INP tertinggi yaitu jenis kayu hitam sebesar
31,58% dan jenis Malambua sebesar 22,85% dan untuk tutupan
| 32RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
lahan kering sekunder, INP tertinggi yaitu jenis kayu hiru sebesar
31,17%, dan jenis kora sebesar 20,37%.
INP tingkat pancang termasuk dalam kelompok kategori
rendah karena INP yang tertinggi jenis hiru sebesar 13,83%,
kemudian jenis nanari sebesar 12,03% dan jenis samama sebesar
11,24%. Untuk tingkat semai INP memperlihatkan bahwa jenis
caplong memiliki INP yang tertinggi sebesar 13,89%, kemudian
jenis hiru sebesar 13,01% dan jenis matoa sebesar 11,75%. Data
INP tingkat semai termasuk kategori INP rendah.
3. Potensi Non Kayu (HHBK)
Keanekaragaman hayati (biodiversity) flora dalam kawasan
KPHP Unit IX Oba tergolong cukup tinggi. Pada wilayah hutan
dataran tinggi dan hutan dataran rendah ditumbuhi oleh berbagai
jenis vegetasi berkayu dan non kayu yang memiliki nilai komersial
maupun non-komersial. Jenis-jenis flora dominan yang sudah
dikenal masyarakat serta memiliki nilai komersial tinggi di pasaran
antara lain adalah : hiru (Vatica papuana Dyer), marsawa
(Anisoptera costata Korth), dan kayu besi (Intsia biyuga). Dari
golongan non kayu (HHBK) di dominasi oleh jenis Rotan (Calamus
spp.), t Bambu (Bambusa spp.), dan Aren (Arenga pinnata Merr.).
Di samping itu juga ditemukan HHBK dari golongan buah-buahan
seperti kenari, manggis, pala, belimbing, jambu dan langsat.
Ditemukan pula jenis tanaman multiguna seperti Agatis sebagai
penghasil kayu dan getah damar serta berbagai jenis komoditi
HHBK lainnya. Potensi non kayu tersebar di hampir seluruh
kawasan hutan produksi yang ditanam oleh masyarakat sejak
lama seperti pala,manggis,langsat dan lokasinya tersebar rata-rata
1 orang memliki 1 s/d 2 ha ada juga yg lebih, hasil panen di jual
di pasar lokal. Pada tanaman pohon damar lokasinya juga tersebar
di wilayah kawasan HPT tumbuh secara alami , untuk
pemanfaatan getah damar belum di kelola dengan baik. Potensi
| 33RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
getah damar dapat di jadikan sebagai bisnis dengan menjual
getah damar.
Adapun potensi kayu hasil Inventarisasi Biogeofisik KPHP
Unit IX Oba sebagai Lampiran data 1, 2,3,4 dan 5 Buku RPHJP ini.
4. Flora dan Fauna Langka
Dari hasil diskusi dengan masyarakat desa setempat yang
sering masuk ke lokasi kawasan areal KPHP Unit IX Oba, mereka
sering menjumpai jenis fauna langka dan dilindungi seperti burung
taon, kakatua merah, kakatua putih, kakatua hijau, nuri, woka-
woka, kumkum, kera/monyet, babi hutan, rusa, musang dan
kuskus. Potensi seperti burung nuri, kakatua banyak di buru
orang untuk koleksi pribadi atau di jual dengan harga yang
bervariasi dari Rp. 50.000 sampai dengan Rp. 200.000
Pada hutan mangrove ditemukan flora anggrek langka yang
tumbuh di batang pohon dan fauna seperti kelelawar, soa-soa dan
kepiting kenari. Ekosistem fauna di hutan mangrove menjadi
berkurang karena terjadi penebangan mangrove oleh masayakat
untuk di jadikan kayu bakar. Lokasi mangrove berada di
kecamatan oba utara kelurahan guraping, kec. Oba tengah
kelurahan akelamo dan desa Lola dan kec.oba desa talasi,desa
gita, dan kelurahan payahe.
5. Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam
Dalam kawasan fungsi hutan produksi terbatas khususnya
pada blok pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan, dan HHBK.
potensi jasa lingkungan seperti jasa wisata alambisa di
kembangkan diantaranya terdapat air terjun (petak 176) yaitu di
desa Sigela Kecamatan Oba Kota Tidore Kepulauan yang
berpotensi untuk dikembangkan sebagai lokasi pariwisata
sehingga dapat menambah daya tarik/nilai ekonomi dari kawasan
KPHP Unit IX Oba. Air terjun tersebut juga dapat dimanfaatkan
| 34RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
untuk pembangkit listrik (mikro-hidro), sumber air minum,
perikanan darat, dan irigasi pertanian lahan basah bagi
masyarakat.Selain Air terjun Sigela, terdapat juga Air Terjun Sie,
Danau, Spot Pengamatan Burung Bidadari Halmahera (Semioptera
Wallacea) dan Pemandangan Batu Papan di Desa Sie. Selain di
desa Sie, terdapat juga tempat wisata Bendungan di Desa Koli dan
lokasi Kemah Konservasi. Potensi jasa lingkungan juga menjadi
penyerap dan penyimpan karbon.
C. Sosial, Ekonomi, Dan Budaya Masyarakat
1. Kependudukan
Sebaran jumlah dan kepadatan penduduk pada 3 wilayah
kecamatan KPHP Unit IX Oba sebagaimana terlihat pada Tabel 9
di bawah ini :
Tabel 9. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan PendudukKecamatan di Wilayah KPHP Unit IX Oba
No. KecamatanLuas
Wilayah(Km²)
JumlahDesa/Klrhn
(Desa/Klrhn)
JumlahPenduduk
(Jiwa)
KepadatanPenduduk
(Jiwa/Km²)
1 2 3 4 5 61 Oba 403,67 13 10.858 26,902 Oba Utara 376,00 13 14.031 37,323 Oba Tengah 424,00 14 8.061 19,01Jumlah : 1.203,67 40 32,950 83,23
Sumber :BPS Kota Tidore Kepulauan (2014)
Kecamatan Oba Utara memiliki jumlah penduduk tertinggi
sebanyak 14.031 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar :
37,32 jiwa/km², diikuti oleh kecamatan Oba yang memiliki jumlah
penduduk sebanyak 10.858 jiwa dengan kepadatan penduduk
sebesar : 26,90 jiwa/km², dan kecamatan Oba Tengah yang
memiliki jumlah penduduk sebanyak 8.061 jiwa dengan tingkat
kepadatan penduduk sebesar 19,01 jiwa/km². Sebaran penduduk
pada setiap kecamatan berdasarkan jenis kelamin dan rasio jenis
kelamin disajikan pada Tabel 10 berikut ini :
| 35RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Tabel 10. Banyaknya Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
No. KecamatanPenduduk (Orang)
RatioJenis KelaminLaki-Laki Perempuan Jumlah
1 2 3 4 5 6
1 Oba 5.570 5.288 10.858 105,332 Oba Utara 7.137 6.895 14.031 103,513 Oba Tengah 4.091 3.970 8.061 103,03Jumlah : 16.798 16.153 32.950
Sumber :BPSKota Tidore Kepulauan (2014)
Desa – desa yang berada di sekitar kawasan hutan di
wilayah KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan yaitu Kecamatan
oba utara (desa kaiyasa,desa gosale, Kelurahan Guraping, Desa
Galala, Desa Bukit Durian, Desa Ampera, Desa Gorojou, Desa
Akekolano dan Desa Kusu), kecamatan oba tengah ( Desa Akesai,
Desa Akedotilou, Desa Aketobololo, Kelurahan Akelamo, Desa
Siokona, Desa togeme, Desa Fanaha, Desa yehu,desa lola, dll)
kecamatan oba(Desa Talasi, Desa Gita, Desa Bale, Desa Koli, Desa
Woda, Desa Kosa kelurahan payahe, dll).
a. Mata pencaharian
Sebagian besar penduduk Kota Tidore Kepulauan
mempunyai mata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Pada
umumnya profesi petani dan nelayan tersebut bersifat tradisional,
karena mereka menggeluti profesi tersebut secara turun temurun
dan merupakan bagian dari tradisi masyarakat terutama yang
tinggal di wilayah pedesaan. Penghasilan petani yang berladang
tanaman semusim dengan luasan terbatas, tentu tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, sehingga masih
diperlukan alternatif sumber ekonomi yang lain. Dari kondisi yang
ada sering menjadikan masyarakat desa sekitar hutan sebagai
buruh penebang kayu atau perambah hutan yang menyebabkan
semakin cepatnya laju degradasi kawasan hutan, namun
penduduk tersebut belum dapat dikatakan makmur atau sejahtera
| 36RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
kehidupannya secara ekonomi. Lebih lanjut adanya
keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar dan kurangnya modal
menyebabkan rendahnya produktifitas yang mengakibatkan
rendahnya pendapatan yang diterima dan akan berimplikasi pada
rendahnya tabungan dan investasi (Kuncoro, M.,1997 dalam
Anonim, 2007).
b. Pendapatan dan pengeluaran penduduk
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil inventarisasi
aspek sosial ekonomi dan budaya yang dilakukan oleh Tim BPKH
Wilayah VI pada Tahun 2015, rata-rata pendapatan/penerimaan
rumah tangga dari usaha di sektor pertanian sebesar 15,23 juta
rupiah per rumah tangga per tahun. Sedangkan rata-rata
pendapatan/penerimaan rumah tangga dari usaha di luar sektor
pertanian sebesar 2,76 juta rupiah per rumah tangga per tahun.
Bagi masyarakat memiliki lahan merupakan hal yang sangat
penting dalam mendapatkan penghasilan untuk mencukupi
kehidupan mereka. Hasil produksi pertanian dijual ke tengkulak,
pasar kecamatan dan pasar kabupaten.Untuk hasil produksi dijual
ke tengkulakyang ada di desa, sehingga harga seperti padi/beras,
kasbi, jagung dan komoditi pertanian lainnya berfluktuasi
berdasarkan harga tengkulak. Sektor pertanian yang diusahakan
oleh masyarakat seperti kelapa, coklat, pala, cengkah, jagung dan
tanaman palawija lainnya. Sistem pertanian yang diterapkan
tanaman campur pada satu lahan atau tumpangsari dengan
menggunakan alat-alat yang tradisional seperti cangkul, parang
dan lainnya. Tanaman kelapa dipadukan dengan jagung, kasbi,
pisang, kakao, dan pala.Harga barang dan kebutuhan sembilan
bahan pokok (sembako) terus menanjak naik, justru harga kopra
dan hasil bumi lainnya fluktuatif. Harga hasil pertanian seperti
jagung perkilogaram sebesar Rp. 10.000,-, kasbi perkarung Rp.
40.000,-, pisang pertandan sebesar Rp. 20.000,- dan kopra
| 37RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
berkisar antara Rp. 4.000 sampai Rp. 4.500 per kilogram.
Masyarakat desa umumnya mengandalkan kelapa sebagai
tanaman pokok, rata-rata luas lahan yang dimiliki 1-2 ha,
sehingga bagi mereka harga kopra saat ini terlalu kecil,
dibandingkan beban pekerjaan, ongkos dan upah kerja selama
proses produksi. Harga yang bervariasi menyebabkan hasil yang
diperoleh tidak seimbang dibandingkan dengan biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi dan lamanya pekerjaan,
belum termasuk biaya pupuk, transportasi kendaraan roda empat,
long boat/perahu untuk mengangkut hasil pertanian yang dijual ke
pasar kecamatan atau pasar KPH.
Pengeluaran penduduk merupakan indikator kemampuan
ekonomi penduduk dijadikan dasar pendekatan untuk menghitung
angka kemiskinan penduduk. Penduduk tergolong miskin apabila
tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar, baik makanan maupun
non makanan. Berdasarkan data dari BPS Kota Tidore Kepulauan
tahun 2014, rata-rata pengeluaran daerah Kota Tidore Kepulauan
mengalami peningkatan dari Rp. 493 milyar pada tahun 2012
menjadi Rp. 597 milyar pada tahun 2013.
c. Pendapatan asli daerah (PAD) dan pendapatan regional daerah
Pendapatan asli daerah (PAD) Kota Tidore Kepulauan yang
berasal dari akumulasi pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba
BUMD, dan penerimaan lain-lain mengalami peningkatan dari
tahun 2012 sebesar Rp. 11.948 milyar menjadi Rp. 16.351 milyar
pada tahun 2013. Selanjutnya salah satu indikator yang dapat
dijadikan landasan monitoring dan evaluasi pembangunan
ekonomi yaitu dengan melihat angka Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB). PDRB menurut lapangan usaha menunjukkan
kemampuan sumber daya ekonomi untuk menghasilkan barang
dan jasa di suatu wilayah. PDRB dapat memberikan informasi
penting tentang potensi ekonomi lokal, kontribusi setiap sektor
| 38RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
ekonomi, pertumbuhan ekonomi setiap sektor, sekaligus dapat
memberikan gambaran ekonomi dalam satu tahun dan melihat
peluang prospek ekonomi ke depan. Nilai PDRB Kota Tidore
Kepulauan atas dasar harga berlaku (adhb) tahun 2013 sebesar
640.477,51 juta rupiah, dengan kontribusi terbesar diberikan oleh
sektor pertanian yakni sebesar 310.490,67 juta rupiah atau hampir
50 persen dari total PDRB. Sedangkan nilai PDRB atas dasar harga
konstan (adhk) tahun 2013 sebesar 322.871,01 juta rupiah
dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6,11 persen. Nilai
PDRB perkapita Kota Tidore Kepulauan selama tiga tahun terakhir
menunjukkan peningkatan tren yang positif. Hal ini memberikan
indikasi bahwa perekonomian di wilayah ini menunjukkan tren
yang semakin membaik dengan meningkatnya daya beli
masyarakat.
d. Angka kemiskinan penduduk
Jumlah penduduk miskin di Kota Tidore Kepulauan menurut
data BPS Kota Tidore Kepulauan Tahun 2014 mengalami
penurunan pada tahun 2013 sebanyak 5,5 ribu jiwa dibanding
tahun sebelumnya (2012) sebanyak 5,6 ribu jiwa. Adapun
perkembangan jumlah penduduk dan penduduk miskin di Kota
Tidore Kepulauan pada tahun 2012 dan tahun 2013 terlihat pada
Gambar 1 di bawah ini :
Gambar 1. Perkembangan Jumlah Penduduk Dan Penduduk MiskinTahun 2012 dan Tahun 2013 Di KPH Tidore Kepulauan
| 38RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
ekonomi, pertumbuhan ekonomi setiap sektor, sekaligus dapat
memberikan gambaran ekonomi dalam satu tahun dan melihat
peluang prospek ekonomi ke depan. Nilai PDRB Kota Tidore
Kepulauan atas dasar harga berlaku (adhb) tahun 2013 sebesar
640.477,51 juta rupiah, dengan kontribusi terbesar diberikan oleh
sektor pertanian yakni sebesar 310.490,67 juta rupiah atau hampir
50 persen dari total PDRB. Sedangkan nilai PDRB atas dasar harga
konstan (adhk) tahun 2013 sebesar 322.871,01 juta rupiah
dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6,11 persen. Nilai
PDRB perkapita Kota Tidore Kepulauan selama tiga tahun terakhir
menunjukkan peningkatan tren yang positif. Hal ini memberikan
indikasi bahwa perekonomian di wilayah ini menunjukkan tren
yang semakin membaik dengan meningkatnya daya beli
masyarakat.
d. Angka kemiskinan penduduk
Jumlah penduduk miskin di Kota Tidore Kepulauan menurut
data BPS Kota Tidore Kepulauan Tahun 2014 mengalami
penurunan pada tahun 2013 sebanyak 5,5 ribu jiwa dibanding
tahun sebelumnya (2012) sebanyak 5,6 ribu jiwa. Adapun
perkembangan jumlah penduduk dan penduduk miskin di Kota
Tidore Kepulauan pada tahun 2012 dan tahun 2013 terlihat pada
Gambar 1 di bawah ini :
Gambar 1. Perkembangan Jumlah Penduduk Dan Penduduk MiskinTahun 2012 dan Tahun 2013 Di KPH Tidore Kepulauan
020.00040.00060.00080.000
100.000
Thn 2012Thn 2013
92.564 94.493
5.6005.500
Jml Penduduk (Jiwa)Jml Penduduk…
| 38RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
ekonomi, pertumbuhan ekonomi setiap sektor, sekaligus dapat
memberikan gambaran ekonomi dalam satu tahun dan melihat
peluang prospek ekonomi ke depan. Nilai PDRB Kota Tidore
Kepulauan atas dasar harga berlaku (adhb) tahun 2013 sebesar
640.477,51 juta rupiah, dengan kontribusi terbesar diberikan oleh
sektor pertanian yakni sebesar 310.490,67 juta rupiah atau hampir
50 persen dari total PDRB. Sedangkan nilai PDRB atas dasar harga
konstan (adhk) tahun 2013 sebesar 322.871,01 juta rupiah
dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6,11 persen. Nilai
PDRB perkapita Kota Tidore Kepulauan selama tiga tahun terakhir
menunjukkan peningkatan tren yang positif. Hal ini memberikan
indikasi bahwa perekonomian di wilayah ini menunjukkan tren
yang semakin membaik dengan meningkatnya daya beli
masyarakat.
d. Angka kemiskinan penduduk
Jumlah penduduk miskin di Kota Tidore Kepulauan menurut
data BPS Kota Tidore Kepulauan Tahun 2014 mengalami
penurunan pada tahun 2013 sebanyak 5,5 ribu jiwa dibanding
tahun sebelumnya (2012) sebanyak 5,6 ribu jiwa. Adapun
perkembangan jumlah penduduk dan penduduk miskin di Kota
Tidore Kepulauan pada tahun 2012 dan tahun 2013 terlihat pada
Gambar 1 di bawah ini :
Gambar 1. Perkembangan Jumlah Penduduk Dan Penduduk MiskinTahun 2012 dan Tahun 2013 Di KPH Tidore Kepulauan
5.500
| 39RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
2. Agama dan Suku
Jumlah penduduk menurut agama yang di anut pada setiap
kecamatan di wilayah KPHP Unit IX Oba terlihat pada Tabel
11berikut ini :
Tabel 11. Jumlah Penduduk Menurut Agama yang dianut pada setiapKecamatan di Wilayah KPHP Unit IX Oba
No KecamatanPenduduk Menurut Agama (Orang)
Islam Protestan Katolik Hindu Budha1 2 3 4 5 6 7
1. Oba 9.419 1.110 - - -2. ObaTengah 7.772 1.268 72 - -3. Oba Utara 12.836 2.114 367 - -Jumlah : 100.027 4.492 439 - -
Sumber : BPS Kota Tidore Kepulauan, 2014
Tabel memperlihatkan bahwa masyarakat dominan
menganut agama Islam diikuti penganut agama Kristen protestan
dan selanjutnya Kristen katolik. Adapun jumlah sarana
peribadatan terlihat pada Tabel 12 berikut ini :
Tabel 12. Jumlah Sarana Peribadatan Pada Setiap Kecamatan DiWilayah KPHP Unit IX Oba
No KecamatanSarana Peribadatan (Buah)Masjid Mishola Gereja Pura Vihara
1 2 3 4 5 6 7
1. Oba 20 1 9 - -2. ObaTengah 17 4 11 - -3. Oba Utara 18 22 9 - -Jumlah : 55 27 29 - -
Sumber :BPSKota Tidore Kepulauan, 2014
Kerukunan hidup di Kota Tidore Kepulauan terbentuk dan
terbina dengan baik yang tercemin dari beberapa suku yang
mendiami daerah tersebut, terdapat beberapa suku seperti suku
Oba, Ternate, Makian, Bugis, Tobelo Galela dan Buton. Bahasa
yang lazim digunakan yakni bahasa pasar atau Indonesia pasar
dengan logat serta dialek suku yang ada.
| 40RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
3. Tenaga Kerja
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kota Tidore
Kepulauan (2014), proporsi jumlah angkatan kerja pada tahun
2013 mencapai 44.330 orang yang masuk dalam usia produktif
(15 tahun ke atas). Dari jumlah angkatan kerja tersebut, 43.503
orang berstatus bekerja, sedangkan yang menganggur 827 orang.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 69.26 persen dengan
angka pengangguran terbuka sebesar 1.87 persen, seperti yang
terlihat pada Tabel 13 di bawah ini :
Tabel 13. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas MenurutJenis Kegiatan Utama di Kota Tidore Kepulauan Tahun 2013
Jenis Kegiatan Utama Laki-Laki Perempuan Total
1 2 3 4
I. Angkatan Kerja Bekerja Penganggur
26.40126.131
270
17.92917.372
557
44.33043.503
827II. Bukan Angkatan Kerja 5.593 14.078 19.671Jumlah : 31.994 32.007 64.001TPAK : 82.52 56.02 69.26Angka Pengangguran : 1.02 3.11 1.87
Sumber : BPS Kota Tidore Kepulauan Tahun 2014
4. Sarana dan Prasarana Perekonomian
Adanya sarana dan prasarana perekonomian di wilayah
KPHP Unit IX Oba bertujuan untuk menunjang kelancaran
kegiatan perekonomian. Adapun kondisi sarana dan prasarana
perekonomian terlihat pada Tabel 14berikut ini :
Tabel 14. Jenis Dan Jumlah Sarana Prasarana Perekonomian Di SekitarWilayah KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan
No. KecamatanJenis Sarpras Perekonomian (Buah)
Pasar Toko Kios Koperasi/Non-Koperasi Bank
1 2 3 4 5 6 71 Oba 4 4 142 - -2 Oba Tengah 2 - 9 3 -3 Oba Utara 3 14 385 - -Jumlah : 9 18 536 3 -
Sumber :Statistik Daerah Kecamatan Oba, Oba Tengah, dan Oba Utara Tahun 2014.
| 41RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
5. Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha sadar
manusia untuk mengembangkan kepribadian dan meningkatkan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur
hidup. Salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan adalah
dengan meningkatkan sarana dan prasarana di suatu daerah.
Adapun jenis dan jumlah sarana prasarana pendidikan di
sekitar wilayah KPHP Unit IX Oba disajikan pada Tabel 15 berikut
ini :
Tabel 15 . Jenis Dan Jumlah Sarana Prasarana Pendidikan Di SekitarWilayah KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan
No. KecamatanJenis Sarpras Pendidikan
(Buah)SD/
SederajatSMP/
SederejatSMA/
SederajatPT /
Sederajat1 2 3 4 5 6
1 Oba 14 8 4 -2 Oba Tengah 16 8 4 -3 Oba Utara 17 8 8 1Jumlah : 47 24 16 1
Sumber :Statistik Daerah Kecamatan Oba, Oba Tengah, dan Oba Utara Tahun 2014.
6. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Jenis dan jumlah sarana prasarana kesehatan di sekitar
wilayah KPHP Unit IX Oba disajikan pada Tabel 16 di bawah ini :
Tabel 16. Jenis Dan Jumlah Sarana Prasarana Kesehatan Di SekitarWilayah KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan
No. KecamatanJenis Sarpras Kesehatan
(Buah/Orang)
Polindes Posyandu Puskesmas /Pustu Bidan Dokter
1 2 3 4 5 6 71 Oba 5 21 5 23 42 Oba Tengah 7 20 9 13 33 Oba Utara 11 19 6 13 3Jumlah : 23 60 20 49 11
Sumber :Statistik Daerah Kecamatan Oba, Oba Tengah, dan Oba Utara Tahun 2014.
7. Lembaga Formal dan Informal
Terbentuknya institusi pada tingkat lokal atau lembaga
masyarakat baik formal maupun informal sangat diharapkan
| 42RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
dalam pengelolaan hutan berasaskan kelestarian. Kelembagaan
yang terdapat hampir disetiap desa yang dijadikan sample
kegiatan inventarisasi sosial budaya masyarakat baik itu
kelembagaan formal maupun informal. Adapun kelembagaan
Pemerintah Desa yang terdapat pada desa sample yakni sebagai
berikut :
a. Kepala Desa (pimpinan pemerintah di tingkat desa)
Kepala Desa sebagai pemegang pucuk pimpinan tertinggi
di suatu desa dalam melaksanakan tugasnya selalu
berdampingan dengan Badan Permusyawatan Desa (BPD)
untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Pada desa
sampel kepala desa merupakan seorang yang menjadi
panutan, setiap perkataan dan tindak tanduknya sangat
dihormati, dan dihargai.
b. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan
lembaga perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk
desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah.
Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku
adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau
pemuka masyarakat. BPD berfungsi menetapkan Peraturan
Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan
aspirasi masyarakat. Badan ini juga berfungsi sebagai
penasehat dan pendamping kepala desa dalam melakukan
tugasnya dan ikut serta membantu dalam hal pelaksanaan
kegiatan yang berhubungan dengan kemajuan desa. Seorang
ketua BPD dan anggotanya merupakan orang-orang yang
dihormati dan dipandang oleh masyarakat.
| 43RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
c. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
Optimalisasi kelembagaan masyarakat khususnya LPM
yang telah ada diharapkan mampu menjadi wahana
penyaluran aspirasi dan aktualisasi masyarakat dalam
pengelolaan hutan. Tugas LPM sangat mendukung pihak
pemerintahan desa dalam mengambil dan memutuskan segala
aturan dan kebijakan yang ada di desa tersebut. Keberadaan
lembaga masyarakat sangat diharapkan dalam upaya
menjembatani setiap program yang ada dalam
mengimplementasikannya di lapangan sehingga program-
progam yang ada tidak mubazir. Supaya kelembagaan yang
ada dapat berjalan dengan baik, harus mempunyai
keanggotaan yang jelas, mempunyai aturan yang disepakati
bersama seluruh anggota, dan mempunyai program yang jelas
dan realistis.
Selain kelembagaan yang ada diperlukan lembaga
yang dapat mendukung pembangunan kehutanan dan
penguatan kelembagaan di desa sehingga memudahkan
dalam menyerap program-program pemerintah. Kelembagaan
lainnya yang ada di desa seperti:
d. Forum pemberdayaan masyarakat (FPM)
FPM merupakan Lembaga Kemasyarakat yang dibentuk
atas prakarsa masyarakat yang bertujuan memberikan aspirasi
masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
pembangunan desa. Maksud pembentukan Lembaga
Kemasyarakatan adalah untuk memelihara dan melestarikan
nilai-nilai gotong-royong, menumbuhkembangkan peran serta
masyarakat secara optimal guna membantu kelancaran
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan
pembinaan kemasyarakatan secara lebih berdaya guna dan
berhasil guna. Tujuan pembentukan Lembaga
| 44RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Kemasyarakatan untuk meningkatkan peran serta masyarakat
dalam membantu kelancaran penyelenggaran pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan serta menciptakan kondisi
dinamis dalam pemberdayaan masyarakat. Pada 12 desa
sampel terdapat FPM, sehingga diharapkan keterlibatan
masyarakat desa dalam pembangunan desa dapat berjalan
dengan baik.
e. Kelembagaan ekonomi
Kelembagaan ekonomi terdiri dari kelompok-kelompok
masyarakat yang berorientasi profit (keuntungan) dan
dibentuk di desa berbasiskan pada pengelolaan sektor
produksi dan distribusi. Contoh dari kelembagaan ekonomi
adalah koperasi, kelompok tani, kelompok pengrajin,
perseroan terbatas yang ada di desa. Kelembagaan ekonomi
yang terdapat di desa sample sebagai berikut :
- Koperasi Simpan Pinjam, dan wadah lain yang
memberikan simpan pinjam di Desa Ampera dan
Kelurahan Akelamo. Wadah tersebut membantu
masyarakat dalam mengembangkan usaha mereka, dan
dapat juga berfungsi memberikan solusi bagi masyarakat
untuk membantu/menopang pengeluaran yang
mendadak.
- Kelompok tani, adalah kumpulan petani/peternak/pekebun
yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan,
kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber
daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan
mengembangkan usaha anggota. pada dasarnya adalah
organisasi non formal di perdesaan. Pada 12 desa
terdapat Kelompok tani yang berfungsi membantu petani
untuk meningkatkan hasil pertanian masyarakat desa dan
| 45RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
kelompok tersebut juga merupakan kelompok tani hutan
untuk tujuan kebun bibit rakyat (KBR).
- Kelembagaan sosial, meliputi pengelompokan sosial yang
dibentuk oleh warga dan bersifat sukarela. Contoh dari
kelembagan sosial adalah karang taruna, arisan, lembaga
swadaya masyarakat, forum RT/RW, organisasi
masyarakat.
Adapun contoh dari kelembagaan sosial yang terdapat
pada desa yang dijadikan sample dalam kegiatan ini adalah
sebagai berikut :
- Karang tarunamerupakan salah satu organisasi
kepemudaan yang ada di Indonesia. Karang Taruna
merupakan wadah pengembangan generasi muda
nonpartisan, yang tumbuh atas dasar kesadaran dan rasa
tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat
khususnya generasi muda di wilayah Desa / Kelurahan atau
komunitas sosial sederajat, yang terutama bergerak
dibidang kesejahteraan sosial. Organisasi sosial
kepemudaan Karang Taruna merupakan wadah pembinaan
dan pengembangan serta pemberdayaan dalam upaya
mengembangkan kegiatan ekonomis produktif dengan
pendayagunaan semua potensi yang tersedia dilingkungan
baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam
yang telah ada. Karang Taruna didirikan dengan tujuan
memberikan pembinaan dan pemberdayaan kepada para
remaja, misalnya dalam bidang keorganisasian, ekonomi,
olahraga, advokasi, keagamaan dan kesenian.
- PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga), Gerakan
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga selanjutnya di
singkat PKK, adalah gerakan nasional dalam pembangunan
masyarakat yang tumbuh dari bawah yang pengelolaanya
| 46RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
dari, oleh dan untuk masyarakat menuju terwujudnya
keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat
sejahtera, maju dan mandiri, kesejahteraan dan keadilan
gender serta kesadaran hukum dan lingkungan. PKK
disetiap desa sampel sudah berjalan dengan baik, ini
mungkin karena lembaga non formal ini di ketuai langsung
oleh seorang ibu kepala desa. Lembaga ini melibatkan
seluruh masyarakat yang ada di desa, dan yang berperan
penting ada ibu-ibu yang ada di desa.
Analisis lembaga masyarakat baik formal maupun
informal yang ada, perlunya menjadi perhatian dan
pengembangan untuk mendukung pengelolaan hutan dalam
manajemen KPHP Unit IX Oba. Lembaga informal dapat
diberdayakan dalam pengelolaan hutan, dengan melibatkan
anggota atau masyarakat desa dalam bentuk pelatihan dan
setiap kegiatan KPHP Unit IX Oba yang bersifat perlindungan
dan rehabilitasi kawasan hutan. Tujuannya untuk
meningkatkan peningkatan pengetahuan dan kesejahteraan
masyarakat yang hidup disekitar KPHP Unit IX Oba.
8. Kearifan Budaya/Adat Lokal Masyarakat
Kerukunan hidup di KPH Tidore Kepulauan terbentuk dan
terbina dengan baik yang tercemin dari beberapa suku yang
mendiami daerah tersebut, terdapat beberapa suku seperti suku
Oba, Ternate, Makian, Bugis, Jawa , Tobelo, Galela, Buton, Sanger
dan terdapat juga suku yang masih menempati kawasan hutan
dan masih beraktifitas dalam hutan yaitu suku Tobelo Dalam
(Togutil).Mayoritas beragama Islam dan sebagian kecil beragama
Kristen Protestan. Bahasa yang lazim digunakan yakni bahasa
pasar atau Indonesia Pasar dengan logat serta dialek suku yang
| 47RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
ada. Masyarakatnya cukup terbuka terhadap pendatang, namun
memiliki karakter yang tegas.
Nilai-nilai budaya masyarakat merupakan pedoman yang
memberi arah dan orientasi terhadap hidup dan bersifat umum.
Sebaliknya norma yang berupa aturan-aturan untuk perilaku
bersifat khusus, sedangkan perumusannya sering bersifat amat
terperinci, jelas dan tegas. Sebagai daerah hegemoni kesultanan
Tidore, pemerintah Kota Tidore Kepulauan memberi perhatian
khusus bagi pengembangan kebudayaan dengan mengalokasikan
anggaran khusus untuk kesultanan Tidore dalam upaya
peningkatan nilai-nilai budaya dan sejarah melalui berbagai
kegiatan kesultanan. Hasanah budaya daerah sebagai bagian
asset sejarah terus dilestarikan seperti tari-tarian dan berbagai
artifak sejarah peninggalan masa kejayaan kesultanan Tidore.
Gotong-royong merupakan pranata sosial yang bersifat
tolong menolong dan penting untuk menjaga keserasian
lingkungan sosial pada masyarakat. Pranata tolong menolong
yang melandasi setiap kegiatan sehari-hari baik dalam kegiatan
pertanian yang berhubungan dengan sekitar rumah tangga
maupun untuk kegiatan yang berkaitan dengan kepentingan
umum. Masyarakat mempunyai sifat ramah, damai dan rasa
gotong-royong yang tinggi untuk mendorong proses
pembangunan di lingkungannya sendiri.
D. Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan
Sebagian wilayah blok pemanfaatan pada hutan produksi
terbatas yaitu seluas ± 9.220 ha merupakan wilayah IUP dari 4 badan
usaha yakni PT. Banua Sanggam Lestari, PT. Gema Nusantara Bhakti,
PT. Mulia Anugerah Sawitindo dan PT. Shana Tova Anugerah. Status
keseluruhan badan usaha tersebut masih dalam tahap IUP dari
Walikota Kota Tidore Kepulauan dan sampai saat ini belum
| 48RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
mengajukan izin eksplorasi ke Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan.
Sesuai dengan hasil pemantauan terhadap izin-izin tersebut
diatas belum terdapat aktifitas didalam wilayah KPHP Unit IX Oba,
sehingga areal open mining access yang disebabkan oleh aktifitas
pertambangan belum ada.Dari keempat izin tersebut hanya PT. Shana
Tova Anugrah yang memiliki progress dilapangan pada wilayah IUP
yang berada di APL yakni berada di wilayah Desa Paceda.Untuk
progres perizinan diwilayah KPHP Unit IX Oba dari pihak PT. Shana
Tova Anugrah masih dalam tahap koordinasi dengan Pemerintah
Provinsi Maluku Utara.Pihak KPHP Unit IX oba agar dalam
pengelolaannya agar dapat memantau dan memonitoring pelaksanaan
aktifias izin-izin tersebut.
Badan usaha yang telah memegang Izin Usaha Pertambangan
(IUP) dari Walikota Tidore Kepulauan berupa Surat Keputusan
mempunyai luasan sebagian masuk di wilayah hutan produksi kelola
KPHP Unit IX Oba, terjadi perbedaan luasaan karena hasil survey
pertambangan bahwa tambang emas,nikel berada juga di area HPT.
Adapun luas areal IUP masing-masing perusahaan seperti pada
Tabel 17.
Tabel 17. Luas Areal IUP Tiap Perusahaan pada Wilayah KPHP Unit IX Oba
No. Nama BadanUsaha Nomor SK
TanggalWaktu
berakhir izin
Luas SK(ha)
Luas yangmasukwilayah
KPH (ha)
Komoditas Status
1 2 3 4 5 6 7 8
1. PT. BanuaSanggam Lestari
76.23Tahun2009
30 Januari2017 3.187,00 143,08 Nikel Eksplorasi
2.PT. GemaNusantaraBhakti
39.2Tahun2010
12 Mei2016 5.000,00 1.610,24 Emas Eksplorasi
3.PT. MuliaAnugrahSawitindo
7.5 Tahun2012 30 Januari
2016 8.304,00 5.006,29 Nikel Eksplorasi
4. PT. Shana TovaAnugrah
7.1 Tahun2012
30Desember
20169.063,00 2.460,75 Emas Eksplorasi
Jumlah : 25.554,00 9.220,36
Sumber : Tata Hutan KPHP Unit IX Oba Tahun 2015
| 49RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
E. Posisi KPHP Unit IX Oba dalam Perspektif Tata RuangWilayah Dan Pembangunan Daerah
Posisi KPHP Unit IX Oba dalam perspektif tata ruang wilayah
dan pembangunan Daerah Provinsi Maluku Utara tergolong penting.
Pentingnya KPHP menjadi bagian dalam pengembangan tata ruang
serta wadah bagi pengelolaan kawasan lindung dan hutan produksi
karena KPHP telah menjadi bagian dari pembangunan nasional dan
secara hirarki menjadi bagian dari pembangunan daerah.
Peran KPHP Oba dalam pertumbuhan ekonomi daerah
diharapkan dapat mensejahterakan dan meningkatkan pendapatan
masyarkat sekitar kawasan hutan dengan mengelola potensi – potensi
yang ada dalam hutan seperti pengelolaan pohon damar, tanaman
bambu, tanaman rotan, gula aren, pemanfaatan jasa lingkungan
seperti air terjun.
Program KPHP Unit IX Oba yaitu pemanfaatan jasa lingkungan
seperti air terjun bisa bersinergi dengan Pembangunan daerah di
bidang pariwisata. Pengelolaan hasil hutan bukan kayu seperti
bambu,rotan, dammar gula aren secara baik bisa menjadi produk
unggulan lokal sehingga dapat di pasarkan dengan nilai jual tinggi.
Dengan demikian dapat meningkatkan pendapatan asli daerah.
Selain itu, kehadiran KPH merupakan penjabaran dari Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 1999 dan dipertegas dalam RKTN
Kementerian Kehutanan tahun 2011-2030.
Mengacu pada Tata Ruang KPH Kepulauan Tidore 2012,
belum terdapat tumpang tindih antara posisi KPHP Unit IX Obadengan
rencana pembuatan jalan kabupaten/provinsi dan bandara.Pada tata
ruang disebutkan adanya potensi tambang berupa nikel dan emas
yang letaknya di HPT seperti tertera pada potensi blok pemanfaatan
kawasan. Selain itu ada rencana hutan mangrove yang ada yang
merupakan kawasan inti/blok perlindungan akan dijadikan Kawasan
Strategi Lingkungan Hidup sehingga ke depan perlu disinkronkan lagi
| 50RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
agar dapat sinergikan antara KPHP dengan tata ruang wilayah Kota
Tidore Kepulauan. Berdasarkan pada rencana tata ruang wilayah
tersebut maka arahan pengelolaan KPHP Unit IX Oba yaitu sebagai
berikut :
1. Pengelolaan kawasan fungsi hutan lindung:
a. arahan pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan
kawasan di bawahnya
b. arahan pengelolaan kawasan perlindungan setempat
c. arahan pengelolaan kawasan pelestariaan
d. arahan pengelolaan kawasan rawan bencana alam
e. arahan pengelolaan kawasan lindung
2. Pengelolaan kawasan fungsi hutan produksi terbatas:
a. Penetapan batas kawasan hutan produksi terutama yang
belum ditata batas dalam rencana yang lebih rinci
berdasarkan RTRW Kota Tidore Kepulauan
b. Pengendalian pemanfaatan ruang yang dilakukan meliputi: (i)
untuk pemanfaatan ruang yang dinilai tidak merusak dapat
dilakukan dengan tetap mempertahankan intensitas (limitasi)
kegiatan, pelaporan, dan pengawasan/monitoring; dan (ii)
untuk pemanfaatan ruang yang dinilai dapat merusak
dilakukan penutupan kegiatan, penertiban, penerapan sanksi,
rehabilitasi apabila terjadi kerusakan. (iii) peningkatan
koordinasi antar sektor dan instansi dalam pengelolaan
kawasan; (iv) pemanfaatan potensi hasil hutan berprinsip
konservasi sumberdaya alam secara berkelanjutan; (v)
perizinan pemungutan hasil hutan diperketat; (vi)
penyelesaian masalah tumpang tindih (over lapping)
pemanfaatan kawasan terutama dengan kawasan lindung dan
kawasan budidaya lainnya; (vii) peningkatan Inventarisasi dan
Pemantapan Tataguna (Intag) Kawasan; dan (viii)
| 51RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
meningkatkan kesadaran dan pemberdayaan masyarakat
sekitar kawasan
F. Isu Strategis, Kendala, dan Permasalahan
Pengelolaan hutan memiliki isu-isu strategis yang berpengaruh
dalam rencana pengelolaan hutan jangka panjang KPHP Unit IX Oba
sebagai berikut :
1. Pemantapan kawasan hutan.
2. Degradasi dan deforestasi kawasan hutan.
3. Percepatan pembangunan perhutanan sosial.
4. Perdagangan carbon.
5. Pengelolaan hutan lestari.
6. Tingkat perekonomian masyarakat yang relatif rendah.
Dalam menghadapi isu-isu strategis diatas, pengelolaan hutan
KPHP Unit IX Oba akan menghadapi kendala-kendala sebagai berikut :
1. Pemahaman masyarakat akan fungsi hutan sebagai penyangga
kehidupan dan perlindungan ekosisitem masih relatif rendah.
2. Masyarakat belum mengetahui batas-batas kawasan hutan secara
pasti.
3. Ketergantungan masyarakat didalam/sekitar hutan yang tinggi
terhadap hutan sebagai sumber penghidupan.
4. Terdapat pemukiman masyarakat di dalam kawasan hutan yakni
Transmigrasi Koli dan Desa Woda.
5. Pada lokasi KPHP Unit IX Oba terdapat Izin Usaha Pertambangan
atas nama PT. Banua Sanggam Lestari, PT. Gema NusantaraBhakti,
PT. Mulia Anugerah Sawitindo dan PT. ShanaTova Anugerah.
Sesuai dengan kendala yang ada, pengelolaan hutan KPHP Unit
IX Oba masih menghadapi permasalahan seperti :
1. Koordinasi antar instansi dan stakeholder terkait yang belum
berjalan dengan baik.
| 52RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
2. Masyarakat dan pemerintah setempat masih belum memahami
dengan benar tujuan dan sasaran dari suatu pembangunan KPHP
Unit IX Oba.
3. Masyarakat dan pemerintah setempat masih belum memahami
dengan benar manfaat pembangunan KPHP Unit IX Oba.
Untuk mengantisipasi isu-isu strategis, kendala dan
permasalahan yang bakal dihadapi dalam pengelolaan KPHP Unit IX
Oba pada 10 tahun mendatang maka arahan kegiatan sebagai solusi
untuk menghadapinya antara lain meliputi :
1. Melakukan penataan tata batas kawasan hutan terutama pada
kawasan hutan yang belum di tata batas. Langkah ini akan
menekan potensi konflik yang bisa terjadi antara pihak pengelola
KPHP dengan masyarakat
2. Melakukan rehabilitasi kawasan lahan hutan untuk memperkecil
laju deforestasi dan degradasi kawasan dan lahan hutan dengan
kegiatan-kegiatan pemulihan hutan dan lahan, pengendalian erosi
dan sedimentasi, dan mengendalikan sumberdaya air
3. Menarik investor untuk membantu pendanaan dalam
memberdayakan masyarakat melalui pembangunan hutan
tanaman rakyat dengan pendekatan pola agroforestry (social
forestry)
4. Mempersiapkan semua piranti pengelolaan hutan lestari dalam
menyambut era perdagangan karbon
5. Menjaga dan mempertahankan kualitas dan kuantitas areal fungsi
kawasan hutan lindung melalui pengelolaan KPHP secara optimal
dan berkesinambungan
6. Memberdayakan masyarakat di sekitar kawasan hutan melalui
pola kemitraan dengan kegiatan-kegiatan pengelolaan hutan
berbasis masyarakat (PHBM)
| 53RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
BAB IIIVISI DAN MISI PENGELOLAAN
KPHP UNIT IX OBA
A. Visi KPHP Unit IX Oba
Sebagaimana penjelasan tersebut di atas maka telah
ditetapkan visi KPHP Unit IX Oba sebagai berikut :
Visi : “Mewujudkan Masyarakat yang Sejahtera dan Hutan
yang Lestari “
B. Misi KPHP Unit IX Oba
Adapun misi yang akan diemban dari visi KPHP Unit IX Oba
tersebut di atas yakni :
Misi : 1. Meningkatkan pengelolaan hutan berdasarkan
karakterisitik di tingkat tapak.
Misi tersebut bertujuan untuk mengoptimalisasi
pengelolaan hutan sampai ke tingkat tapak terkecil
dalam rangka meningkatkan kontribusi kehutanan
terhadap pendapatan produk domestik bruto (PDB)
dari hasil hutan kayu, bukan kayu dan jasa
lingkungan.
2. Memberdayakan masyarakat dalam mengoptimalkan
potensi sumber daya hutan.
Misi tersebut bertujuan untuk memperkuat
kesejahteraan rakyat sekitar hutan melalui
optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya hutan
yang tersedia.
C. Tujuan Pengelolaan
Berdasarkan pada visi dan misi yang akan dicapai untuk 10
tahun ke depan, maka tujuan akhir yang diharapkan dalam
pembentukan KPHP Unit IX Oba ini adalah tercapainya pengelolaan
| 54RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
hutan lindung dan hutan produksi terbatas secara efisien dan lestari.
Disamping itu, pembentukan KPHP merupakan bagian dari strategi
penataan hutan untuk mencapai pemantapan kawasan. Dalam
jangka panjang KPHP Unit IX Oba diharapkan mampu memproduksi
hasil hutan kayu dan hasil hutan lainnya secara lestari, mampu
memberi keuntungan kepada masyarakat, dan organisasi KPHP dapat
menjadi mandiri dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD).
| 55RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
BAB IVANALISIS DAN PROYEKSI
A. Analisis Data dan Informasi KPHP Unit IX Oba
1. Analisis Situasi KPHP Unit IX Oba
Analisis situasi KPHP berkaitan dengan keberadaan dari
suatu usaha terhadap pengalokasian sumber daya yang
terkandung di dalamnya. Dengan kata lain, analisis situasi
menggambarkan tentang bagaimana proses penggunaan dari
sumber daya yang bersifat terbatas untuk memenuhi kebutuhan
baik barang dan jasa.
Penyelenggaraan KPHP membutuhkan ketersediaan lahan,
modal, dan tenaga kerja yang bersifat tidak tak terbatas, sehingga
analisis situasinya harus mampu menggambarkan komparasi
antara nilai manfaat dengan biaya penyelengaraan KPHP.Secara
konvensional, output yang dihasilkan dan penilaian pengeluaran
dalam penyelenggaraan KPHP hanya terbatas pada barang dan
jasa yang memiliki harga pasar (finansial). Sementara itu, selain
barang dan jasa, KPHP juga memiliki kontribusi jasa lingkungan
yang tidak dapat dinilai secara finansial. Kajian mengenai
bagaimana menilai jasa lingkungan ke dalam unit moneter yang
menjadi perhatian ekonomi lingkungan dapat menjadi panduan
untuk mengukur nilai finansial jasa lingkungan tersebut, akan
tetapi nilai finansial yang diberikan belum tentu merupakan harga
pasar.
Aspek lain dari analisis situasi terhadap penyelenggaraan
KPHP yakni kaitan antara kegiatan yang bersifat mikro dengan
konteks perwilayahan yang lebih luas. Misalnya bagaimana KPHP
Unit IX Oba dapat memberikan kontribusi terhadap kegiatan
ekonomi regional dan nasional. Sebaliknya bagaimana kegiatan
ekonomi pada aras regional dan nasional mempengaruhi
| 56RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
keberadaan KPHP Unit IX Oba.Pada aras ini analisis ekonomi
dapat berperan untuk memberikan masukan dalam perumusan
kebijakan, baik pada aras nasional maupun pada aras regional,
dalam hal pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia.
Salah satu cara untuk menilai penyelenggaraan KPHP yakni
mengevaluasi aspek produktivitasnya baik secara finansial
maupun secara ekonomi yang lebih luas. Produktivitas dapat
diartikan sebagai kemampuan untuk berproduksi yang diukur dari
seberapa besar KPHP mampu memberikan profit atas
penyelenggaraannya. Pertanyaan pertama yang harus
dikemukakan adalah siapa yang berkepentingan terhadap KPHP
tersebut dan apa kepentingannya. Jawaban terhadap pertanyaan
tersebut akan menentukan ukuran efisiensi yang akan digunakan.
Sebagaimana penyelenggaraan kegiatan bisnis usaha
lainnya, penyelenggaraan KPHP tidak hanya terbatas pada
kepentingan suatu kelompok tertentu, akan tetapi juga
merupakan kepentingan pemerintah sebagai pengambil
keputusan. Para pengambil keputusan berkentingan terhadap
produktivitas penggunaan lahan, kelestarian lingkungan,
ketersediaan lapangan kerja, ketersediaan pangan dan penguatan
kelembagaan.
2. Analisis Situasi Industri, Pasar,Bisnis Hasil Hutan danJasaLingkungan
Hasil dari berbagai hal mengenai KPHP memberikan
gambaran bahwa bentuk usaha ini mempunyai ciri-ciri yangsangat
relevandengan karakteristik lingkungan alam dan lingkungan
budaya. Sebagai suatu bentuk penggunaan lahan,
penyelenggaraan KPHP harus secara gradual memberikan
sumbangan terhadap upaya mengatasi masalah kerusakan
lingkungan dan sekaligus sebagai salah satu pendekatan dalam
pengentasan kemiskinan di pedesaan. Dengan demikian, analisis
| 57RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
situasi industri, pasar, dan bisnis hasil hutan, serta jasa
lingkungan harus diawali dari pemahaman atas model atau bentuk
KPHPyang menjadi target analisis. Pemahaman tersebut
menyangkut proses dan tahapan pengembangannya, karakteristik
lingkungan, output yang dihasilkan termasuk di dalamnya jasa
lingkungan, teknologi yang digunakan, kebutuhan modal, biaya
sosial yang ditimbulkan dan juga manfaat ekologis yang seringkali
muncul tanpa disengaja dalam proses pelaksanaan di lapangan.
Lebih lanjut terkait dengan apa yang akan dihasilkan dalam
penyelenggaraan KPHP, dengan bertolak dari pandangan nilai
ekonomi total, penilaian tidak hanya terbatas pada hasil produksi
yang memiliki nilai pasar (HHK dan HHBK) akan tetapi juga
terhadap jasa lingkungan yang secaraempiris tidak atau belum
memiliki nilai finansial.Sebagai suatu nilai keanekaragaman hayati
yang mampu dikonservasi atau bahkan dikembangkan,
kemampuan untuk meningkatkan dan menjaga kesuburan tanah,
dampak hidro-orologis.
Demikian pula dengan biaya yang dikeluarkan untuk
penyelenggaraan KPHP tidak hanya terbatas dalam artian jumlah
uang yang dikeluarkan para operator, akan tetapi juga
pengorbanan dari pihak lain dengan adanya KPHP ini.Persoalan
yang muncul kemudian yakni bagaimana penilaian ekonomi
terhadap semua itu dilakukan. Untuk output dan input yang
memiliki nilai pasar, harga pasar dapat digunakan untuk menilai
barang dan jasa yang dihasilkan ataupun yang digunakan. Harga
pasar yang mana yang akan digunakan merupakan persoalan
yang akan di bicarakan di bagian lain.
Untuk menilai jasa lingkungan terdapat beberapa metoda
penilaian yang masuk dalam cakupan ekonomi lingkungan.
Turner et al.,(1994) mengelompokkan metoda penilaian
lingkungan ke dalam dua ketegori besar, yaitu penilaian dengan
| 58RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
pendekatan permintaan pasar (demand curve approach), dan
penilaian dengan pendekatan non-market demand. Pendekatan
non-market demand pada hakekatnya merupakan penilaian atas
biaya yang harus dikeluarkan sebagai akibat dari satu aktivitas
atau dikeluarkannya satu kebijakan pemerintah.
Pendekatan atau metoda yang termasuk dalam kategori ini
adalah: pendekatan effect on production (EoP) atau metoda
opportunity cost (OC) yang merupakan penilaian atas biaya yang
harus dikeluarkan atau kerugian yang harus ditanggung oleh satu
proses produksi akibat satu kegiatan atau kebijakan tertentu;
pendekatan dose response (DR) yaitu penilaian terhadap dampak
yang terjadi akibat diterbitkannya ketentuan baku mutu
lingkungan tertentu; pendekatan preventive expenditure, menilai
kesediaan seseorang untuk menjaga kenyamanan lingkungannya;
dan lain sebagainya.
Pendekatan demand market pada hakekatnya yakni menilai
barang dan jasa lingkungan sesuai permintaannya. Ada dua
metoda penilaian. Pertama, metoda revealed preference, yaitu
penilaian atas barang dan jasa lingkungan berdasarkan
permintaan nyata di pasar.Contohnya, adanya permintaan atas
hasil barang yang ramah lingkungan dengan harga yang lebih
tinggi.Travel cost method dan hedonic price methodadalah contoh
dari metoda ini.Kedua, penilaian dengan metoda expressed
preference, yaitu penilaian barang dan jasa lingkungan
berdasarkan pernyataan orang yang secara explisit disampaikan
melalui satu survey, misalnya dalam contingent valuation method
diajukan pertanyaan secara individual berapa nilai satu barang
dan jasa lingkungan.
| 59RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
3. Analisis Finansial
Kepentingan masyarakat dalam memanfaatkan KPHP Unit IX
Oba terutama terletak harapan untuk mendapatkan penerimaan
serta jasa lingkungan yang dibutuhkan. Kedua kepentingan
tersebut akan menentukan parameter produktivitas berikut ini :
a. Parameter
Terdapat sejumlah cara dan pengukuran profitabilitas
yang lazim dipakai.Analisis Manfaat-Biaya atau Benefit-Cost
Analysis menghasilkan dua parameter berikut: Benefit-Cost
Ratio (BCR) dan Internal Rate of Return (IRR).
BCR merupakan perbandingan antara nilai manfaat dan
nilai biaya dari satu investasi pada tingkat bunga yang telah
ditentukan.Nilai BCR > satu menunjukkan bahwa investasi
cukup menguntungkan.Sedangkan IRR membandingkan
manfaat dan biaya yang ditunjukkan dalam persentasi. Dalam
hal ini nilai IRR merupakan tingkat bunga di mana nilai
manfaat sama dengan nilai biaya.IRR merupakan parameter
yang menunjukkan sejauh mana satu investasi mampu
memberikan keuntungan.Nilai IRR yang lebih besar dari
tingkat bunga umum memberikan petunjuk bahwa investasi
tersebut cukup menguntungkan.
Analisis yang lebih sering digunakan untuk mengukur
profitabilitas satu investasi jangka panjang dalam kegiatan
pertanian adalah Net Precent Value (NPV), yaitu selisih antara
nilai manfaat dan nilai biaya selama kurun waktu tertentu
pada tingkat bunga yang ditentukan.Nilai positif NPV dari satu
sistem kegiatan investasi (penyelenggaraanKPHP) di mana
usaha tersebut cukup menguntungkan.
Ketika terdapat kemandirian dalam mengelola suatu
usaha, maka profitabilitas yang diukur dengan NPV dapat
diturunkan menjadi penerimaan bersih per satuan waktu yang
| 60RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
dalam hal ini disebut dengan return to labor.Return to labor
dihitung dengan cara mengubah tingkat upah dalam
perhitungan NPV, sehingga menghasilkan NPV=0. Perhitungan
ini mengubah ‘surplus’ yang ada menjadi upah setelah
memasukkan biaya input dan modal dalam discounted cash
flow.Return to labor yang lebih besar dari tingkat upah umum
memberikan indikasi bahwa kegiatan itu memberikan
keuntungan bagi pengguna.
NPV yang dihitung dengan harga finansial (analisis
finansial), yaitu perhitungan dengan nilai pasar yang
mencerminkan penerimaan dan pengeluaran nyata pengguna,
menghasilkan parameter profitabilitas untuk kepentingan
pengguna. Dalam hal ini akan memberikan estimasi besarnya
keuntungan dari penyelenggaran suatu KPHP yang
dianalisis.Dengan perkataan lain inilah penerimaan nyata
suatu usaha.Dalam hal ini, return tolabor yang dihitung
dengan nilai finansial, merupakan indikator profitabilitas bagi
petani yang merupakan insentif untuk berproduksi. Sedangkan
perhitungan NPV dengan menggunakan harga-harga ekonomi
(analisis ekonomi), yaitu harga barang dan jasa yang
mencerminkan nilai tertinggi, menghasilkan parameter
profitabilitas untuk kepentingan para pengambil keputusan
atan masyarakat yang lebih luas.
Mengingat bahwa produktivitas lahan merupakan
kepentingan para pengambil keputusan, maka NPV yang
dihitung dengan nilai ekonomi, merupakan indikator
profitabilitas yang lebih baik.Karena memasukkan semua
komponen lingkungan di dalamnya.
b. Pengukuran manfaat dan biaya
Persoalan lain yang perlu mendapat perhatian dalam
analisis finansial terhadap penyelenggaraan KPHP adalah
| 61RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
menyangkut: (1) komponen apa saja yang harus masuk ke
dalam perhitungan, dan (2) bagaimana kita mengukur atau
memberi nilai untuk masing-masing komponen.Tabel
18memberikan gambaran secara garis besar mengenai kedua
hal tersebut.
Tabel18. Komponen Perhitungan Profitabilitas KPHP
NomorAnalisis Finansial Analisis Ekonomi
Item Pengukurannilai*) Item Pengukuran nilai*)
1 2 3 4 5
Manfaat Semuakomoditasyangdihasilkan KPHP
Rata-ratatahunan harganyata setiapkomoditas ditingkat penggunaselama sepuluhtahun terakhir
Semuakomoditas yangdihasilkan KPHPSemua jasalingkungan yangbisadimanfaatkandari KPHP
Rata-rata tahunan harganyata selama sepuluhtahun terakhir untukmasing komoditas ditingkat petani yangmencerminkan hargainternasional atau hargasosial yang dibayar olehpasar internasional padatingkat petani.(export/import parityprice at entry gate)Tergantung padametoda penilaian
Biaya Input usaha:Semua inputusaha
Rata-ratatahunan harganyata selamasepuluh tahunterakhir untuksetiap input yangdigunakan.
Input usaha:Semua inputusaha
Rata-rata tahunan harganyata selama sepuluhtahun terakhir untuksetiap input usaha yangdigunakan pada tingkatpengguna yangmencerminkan hargainternasional.(export/import parityprice at entry gate)
Faktor domestiktenaga kerja:Semua tenagakerja yangterlibat
Tingkat upahnyata
Faktor domestiktenaga kerja:Semua tenagakerja yangterlibat
Tingkat upah nyata
Faktor domestikmodal
Nilai kumulatifmodal kerja,termasuk retribusiyang harusdibayar, tidakterduga (pelancardsb.), dana taktis,dll.
Faktor domestikmodal
Nilai komulatif modalkerja, tidak termasukbiaya-biaya retribusi,pelancar, dana taktislainnya.
*)harga dan upah nyata yaitu harga dan upah yang sudah dihilangkan dampakinflasinya(deflated)
| 62RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
c. Pengukuran kendala
Penyelenggaraan suatu KPHPperlu mengantisipasi
berbagai kendala yang dapat naik kepermukaan. Diantara
kendala-kendala itu yakni ketersediaan tenaga kerja dan
ketersediaan uang kas sebagai modal usaha. Pemahaman
terhadap kendala yang menyangkut tenaga kerja dapat
didekati dengan menghitung kebutuhan tenaga kerja untuk
menjalankan kegiatan KPHP: jumlah kebutuhan tenaga kerja
untuk membangun yang diketahui dalam HOK/hektar, dihitung
dengan cara menjumlah semua tenaga kerja yang
dialokasikan sampai saat terjadinya cash-flow positif,
kebutuhan tenaga kerja untuk pemeliharaan (HOK/ha/tahun,
yaitu rata-rata curahan tenaga kerja per hektar per tahun
setelah tercapainya positive cash flow tersebut dan tenaga
kerja total (rata-rata HOK/ha/tahun).
Angka-angka tersebut kemudian dibandingkan dengan
angka ketersediaan tenaga kerja daerah setempat.Bagi para
pengambil keputusan, angka-angka tersebut merupakan
informasi mengenai berapa besar tenaga kerja yang mampu
diserap oleh satu sistem produksi tertentu (penyelengaraan
KPHP).
Sedangkan untuk mengetahui kendala aliran uang kas,
pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan cara
menghitung biaya pembangunan satu sistem KPHP; yaitu
semua biaya yang harus dikeluarkan sampai terjadinya
positive cash flow. Informasi ini menjadi penting jika dikaitkan
dengan upaya untuk memperluas sistem pengelolaan hutan
yang akuntabel dan transparan.
Kendala lainnya adalah: apakah sudah bisa menjadi
jaminan bahwa KPHP yang memiliki nilai ekonomi cukup
| 63RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
tinggi, benar-benar memberikan kesejahteraan bagi para
pengguna serta multi pihak yang terkait. Upaya untuk
mengubah nilai lingkungan menjadi nilai pasar semakin
menjadi tantangan yang memerlukan kerja keras untuk
mengaktualisasikannya.
4. Analisis Situasi Biogeofisik, Risalah Sosial Budaya, danEkonomi Lokal
a. Analisis Situasi Biogeofisik
Lokasi KPHP unit IX Oba di Kota Tidore Kepulauan
berada pada tiga wilayah kecamatan yakni Kecamatan Oba
Utara, Kecamatan Oba Tengah dan Kecamatan Oba, dimana
posisinya berada dekat dengan ibukota Provinsi Maluku Utara
(Sofifi). Letak dan posisi yang strategis karena berada berada
pada jalur jalan trans sofifi-weda (Ibukota Kabupaten
Halmahera Tengah) sehingga memiliki aksessibilitas yang
memadai berupa jalan aspal dan sirtu. Dengan demikian
wilayah KPHP ini cukup mudah dijangkau dari batas-batas luar
kawasan hutan. Selain itu terdapat sungai sungai besar seperti
Sungai Oba, Sungai Tobatu, Sungai Toburo, Sungai Lamo,
Sungai Roral dan Sungai Bai yang dapat digunakan sebagai
aksessibilitas menuju wilayah KPHP.
Di dalam wilayah KPHP terdapat 2 blok utama yaitu blok
pada hutan lindung yang terbagi dalam 3 blok terdiri dariblok
inti, blok pemanfaatan dan blok khusus pendidikan dan
penelitian. Blok pada hutan produksi yang terbagi dalam 5
blok yaitu blok pemanfaatan HHK-HT, blok pemanfaatan
kawasan jasa lingkungan dan HHBK, blok pemberdayaan
masyarakat, blok perlindungan, dan blok khusus untuk
pendidikan dan penelitian.
Hasil inventarisasi terhadap situasi biogeofisik di
lapangan memperlihatkan potensi yang cukup besar untuk
| 64RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
dikelola secara lestari dan berkesinambungan.Potensi tersebut
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
masyarakat yang berdomisili di sekitar kawasan KPHP Unit IX
Oba.
- Kondisi penutupan vegetasi
Wilayah KPHP Unit IX Oba didominasi tutupan lahan
hutan lahan kering sekunder seluas 13.713,88 ha atau
71,39% dan kondisi tempat termasuk hutan sekunder
dengan kerapatan sedang. Dalam KPHP Unit IX Oba juga
terdapat lahan budidaya yang dikelola oleh masyarakat
desa setempat, seperti tanaman kelapa, cengkih, pala,
dan pertanian lahan kering lainnya. Pelaksanaan kegiatan
Inventarisasi Biogeofisik KPHP Unit IX Oba dilaksanakan
pada strata hutan lahan kering primer, hutan lahan kering
sekunder dan hutan mangrove primer. Luas kawasan
hutan pada wilayah kerja KPHP Unit IX Oba sesuai kelas
penutupan lahan sebagaimana disajikan pada Tabel 19di
bawah ini.
Tabel 19. Kelas Penutupan Lahan KPHP Unit IX Oba
No Kelas Penutupan LahanFungsi Kawasan (ha) Jumlah
(ha)HL HPT1 2 3 4 5
1 Hutan mangrove primer 637.64 0,00 637.642 Pertanian lahan kering campur semak 0.29 0,00 0.293 Hutan Lahan Kering Primer 0,00 1,072.83 1,072.834 Hutan Lahan Kering Sekunder 0,00 13,713.88 13,713.885 Pertanian lahan kering campur semak 0,00 2,225.99 2,225.996 Semak belukar 0,00 1,560.28 1,560.28Jumlah (ha) 637.93 18,572.98 19,210.92
Sumber :Pengolahaan GIS BPKH Wilayah VI Tahun 2015.
Hasil inventarisasi biogeofisik pada seluruh strata
ditemukan 536 pohon, dengan rata-rata jumlah batang
per plot pada strata hutan lahan kering primer 121
pohon/plot, strata lahan kering sekunder 103 pohon/plot,
| 65RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
dan strata hutan mangrove primer 71 pohon/plot. Jenis
pohon yang dominan adalahhiru(Vatica papuana Dyer),
mersawa (Anisoptera costata Korth), dan kayu besi (Intsia
biyuga). Semua jenis pohon yang ditemukan
dikelompokkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor : SK.163/Kpts-II/2003 tanggal 26 Mei 2003
tentang pengelompokan jenis kayu sebagai dasar
pengenaan iuran kehutanan, maka pohon yang ditemukan
pada inventarisasi biogeofisik dikelompokan kedalam
kelompok jenis meranti/kelompok komersial satu,
kelompok jenis kayu rimba campuran/kelompok komersial
dua, dan kelompok jenis kayu indah/kelompok indah dua.
Hasil inventarisasi biogeofisik di lapangan, tidak semua
jenis pohondapat dikelompokan kedalam kelompok
tersebut.
- Volume tegakan
Untuk mengetahui volume tegakan pada wilayah
KPHP Unit IX Oba, maka dilakukan perhitungan potensi
tegakan setiap plot, pada strata kelas penutupan lahan
hutan lahan kering primer, hutan lahan kering sekunder
yang masih berhutan, dan hutan mangrove primer.Pada
Tabel 20disajikan hasil perhitungan potensi tegakan per
plot,per strata tutupan lahan dan seluruh strata potensi
wilayah tutupan lahan.
| 66RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Tabel 20. Perhitungan Potensi Tegakan per Plot dan Strata PotensiWilayah Tutupan Lahan
No Kelas Penutupan Lahan Plot JumlahPohon
VolumePohon(m3)
1 2 3 4 5
1 Hutan Lahan Kering Primer 1 121 130.97Jumlah 1 121 130.97Rata-Rata / Plot 121 130.97
2 Hutan Lahan KeringSekunder 2 133 111.653 110 92.964 83 99.395 89 174.44
Jumlah 4 415 478.46Rata-Rata / Plot 83 119.61
3 Hutan Mangrove Primer 1 71 48.93Jumlah 1 71 48.93Rata-Rata / Plot 71 48.93
Sumber:Laporan Inventarisasi Biogefisik KPHP Unit IX Oba Tahun 2015
Analisis potensi ekologi yang menggambarkan
penguasaan (dominansi) dari suatu jenis tumbuhan pada
suatu habitat melalui perhitungan Indeks Nilai Penting
(INP) dalam 3 (tiga) kriteria pengelompokan yaitu tinggi
dengan nilai ˃ 133,3 – 200%, sedang dengan nilai ˃ 66,6
– 133,3% dan rendah dengan nilai 0 – 66,6% (Batara,
2005). Perhitungan INP untuk tingkat pohon
memperlihatkan jenis hiru (40,39%) memiliki kerapatan
relatif dan dominasi yang sangat tinggi dibanding jenis
pohon lainnya, kemudian diikuti jenis marsawa dan matoa.
Analisis INP untuk tingkat pohon termasuk kedalam
kriteria rendah. Jenis hiru memperlihatkan sebaran
tumbuh pada hampir semua plot yang di inventarisasi,
kemudian jenis kenari, mologotu, matoa dan gosale. Ini
menggambarkan bahwa pada setiap kawasan hutan KPHP
Unit IX Obaselalu dijumpai jenis tanaman tersebut.
Perhitungan INP tingkat tiang pada tutupan lahan
untuk hutan lahan kering primer dan hutan lahan kering
| 67RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
sekunder memperlihatkan bahwa pada hutan lahan kering
primer jenis kayu matoa dengan INP sebesar 24,95%
diikuti jenis heleke dan jenis dao. Hutan lahan kering
sekunder memperlihatkan jenis hiru memiliki INP yang
tertinggi sebesar 40,39%, kemudian jenis marsawa dan
jenis matoa. Analisis INP tingkat tiang termasuk kriteria
rendah.INP tutupan lahan kering primer memperlihatkan
INP tertinggi jenis kayu hitam sebesar 31,58% dan jenis
Malambua 22,85% dan tutupan lahan kering sekunder INP
tertinggi jenis kayu hiru sebesar 31,17%, dan jenis Kora
sebesar 20,37%.
INP tingkat pancang termasuk dalam kelompok
kriteria rendah karena INP yang tertinggi jenis hiru
sebesar 13,83%, jenis nanari sebesar 12,03% dan jenis
samama sebesar 11,24%. Untuk tingkat semai INP
memperlihatkan bahwa jenis caplong memiliki INP yang
tertinggi sebesar 13,89%, jenis hiru sebesar 13,01% dan
jenis matoa sebesar 11,75%. Data INP tingkat semai
termasuk kriteria rendah.Secara umum hasil analisis INP
terhadap vegetasi dalam kawasan KPHP Unit IX Oba
memberikan arahan pengelolaan hutan untuk revegetasi
kedepannya harus memperhatikan jenis tanaman yang
memiliki INP yang tinggi untuk diusahakan sebagai
tanaman unggulan. Selanjutnya jenis tanaman yang
memiliki INP yang rendah perlu adanya perhatian yang
serius agar jenis pohon tersebut tidak menjadi punah.
- Permudaan
Permudaan tingkat semai, pancangdan tiang dapat
menjadi indikator dalam keanekaragaman jenis vegetasi
yang terdapat di kawasan hutan KPHP Unit IX Oba.
Sebaran jenis vegetasi yang terdapat pada masing-masing
| 68RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
plot yang di inventarisasi menggambarkan komposisi dari
setiap plot hampir berimbang. Jenis-jenis pohon yang
terdapat pada tingkat semai, pancang dan tiang dapat
juga memberikan gambaran kondisi tempat tumbuh setiap
jenis yang dapat tumbuh pada kawasan hutan KPHP Unit
IX Oba, sehingga tanaman yang akan ditanam dapat
menjadi referensi dari setiap tanaman yang ada pada
setiap plot. Adapun jumlah permudaan per plot contoh
tersaji pada Tabel 21 berikut ini :
Tabel 21. Hasil Perhitungan Jumlah Permudaan
No PlotTingkat (phn)
KeteranganTiang Pancang Semai
1 2 3 4 5 6
1 1 68 47 35 Hutan Lahan Kering Primer
2 2 63 55 42 Hutan Lahan Kering Sekunder
3 3 70 27 32 Hutan Lahan Kering Sekunder
4 4 82 41 41 Hutan Lahan Kering Sekunder
5 5 47 27 34 Hutan Lahan Kering Sekunder
Jumlah 330 197 184Rata-rata/plot 66 39.4 36.8
6 6 68 18 114 Hutan Mangrove Primer
Jumlah 68 18 114Rata-rata/plot 68 18 114
Sumber: Laporan Inventarisasi Biogefisik KPHP Unit IX Oba Tahun 2015
- Jenis fauna
Hasil diskusi dengan masyarakat yang sering masuk
ke lokasi kawasan areal KPHP Unit IX Oba, mereka sering
menjumpai fauna berupa burung taon, kakatua merah,
kakatua putih, kakatua hijau, nuri, woka-woka, kumkum,
kera/monyet, babi hutan, rusa, musang/kuskus.Pada
hutan mangrove ditemukan anggrek yang tumbuh di kayu
dan fauna seperti kelelawar, soa-soa dan kepiting kenari.
- Jenis tanah
Batuan atau bahan induk sangat menentukan
pembentukan tanah di suatu kawasan. Bahan induk tanah
| 69RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
di kawasan ini yaitu vulkanis dan litosol (tanah berbatu-
batu). Bahan latosol berasal dari pelapukan batuan beku
dan sedimen yang masih baru (belum sempurna)
sehingga butirannya besar/kasar.Bahan vulkanis berasal
dari endapan abu vulkanis baru yang memiliki butiran
kasar.Jenis-jenis tanah yang terdapat dalam wilayah
KPHP Unit IX Oba antara lain jenis latosol dan
regosol.Tanah latosol mempunyai bahan yang berasal dari
tuff vulkanik dan terdiri dari latosol gunung.
- Iklim
Iklim merupakan rata-rata kondisi atmosfir yang
merupakan hasil perhitungan parameter-parameter cuaca
dalam jangka waktu yang lama.Unsur-unsur iklim
merupakan parameter yang sulit untuk dikendalikan dalam
kegiatan pengelolaan hutan.Parameter cuaca yang
digunakan dalam bidang kehutanan yakni curah hujan dan
temperature.Keadaaan iklim di KPH Tidore Kepulauan
dipengaruhi oleh angin laut.Musim angin Barat atau utara
umumnya berlangsung pada bulan Desember sampai
dengan bulan Maret.Pada bulan April terjadi masa transisi
kemusim angin Selatan atau Timur tenggara. Sedangkan
musim Selatan atau Timur Tenggara umumnya
berlangsung selama enam bulan yang berawal dari bulan
Mei hingga bulan Oktober dimana masa transisi ke musim
Barat terjadi pada bulan November. Selama tahun 2010
curah hujan hamper terjadi disepanjang bulan dengan
itensitas yang beragam.Curah hujan tertinggi terjadi pada
bulan Desember yaitu sebesar 119,3 mm dan terendah
terjadi pada bulan Nopember yakni 10,5 mm. Tipe iklim
pada daerah KPH Tidore Kepulauan dan juga umumnya
Kabupaten lain di Provinsi Maluku Utara mempunyai tipe
| 70RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
iklim tropis. Berdasarkan sistem klasifikasi Schmidt dan
Ferguson yang didasari oleh curah hujan dan jumlah hari
hujan, maka iklim di KPH Tidore Kepulauan tergolong
dalam klasifikasi Tipe iklim A.
- Topografi / Kelerangan
Kondisi topografi wilayah KPHP Unit IX Oba memiliki
kelas lereng dengan di dominasi agak curam (15-40%)
dan lahan curam (16-25%) dan lahan agak curam (16-
25%) seluas 58.2 %, dan 37,2% tergolong datar dan
landai yang banyak terdapat di wilayah pesisir. Dalam hal
ini semakin ke dalam dan jauh dari pantai maka
kebanyakan lahan berbukit-bukit. Kondisi topografi
kawasan hutan KPHP Unit IX Oba yang didominasi
kelerengan agak curam sampai curam menjadi perhatian
serius dalam pengelolaan hutan karena berpengaruh
terhadap tingkat erosi permukaan tanah sehingga
menyebabkan berkurangnya kualitas kesuburan tanah.
Kawasan hutan yang kelerengannya curam dapat dikelola
menjadi fungsi perlindungan untuk konservasi tanah dan
air.
- Fungsi ekosistem DAS
Memperhatikan wilayah pengelolaan ekosistem
dalam satuan wilayah pengelolaan DAS, dalam kawasan
KPHP Unit IX Oba terdapat 12 DAS yaitu DAS Akebale,
Ake Gumi, Ake Lamo Tidore, Ake Lola, Ake Tayawi,
Ake Toburo, Ake Tului, Akekolamo, Ake Gita Ds, Ake
Mira, Ake Oba, dan DAS Ake Waimira Tiga.Pengelolaan
DASsangat penting karena keterwakilan sebaran lokasi
kawasan hutan dari daerah hulu sampai ke hilir yang
menggambarkan ekosistem kawasan hutan yang dapat
dimanfaatkan jasa lingkungan dari kawasan hutan yang
| 71RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
ada, sehingga memberikan kontribusi buat pembangunan
KPHP Unit IX Oba.
b. Analisis Risalah Budaya
Sebagian besar penduduk Kota Tidore Kepulauan
mempunyai mata pencaharian sebagai petani dan nelayan.
Pada umumnya profesi petani dannelayan tersebut bersifat
tradisional, karena mereka menggeluti profesi tersebutsecara
turun temurun dan merupakan bagian dari tradisi masyarakat
terutama yangtinggal di wilayah pedesaan. Penghasilan petani
yang berladang tanaman semusim dengan luasan terbatas,
tentu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhanhidup keluarga,
sehingga masih diperlukan alternatif sumber ekonomi yang
lain. Dari kondisi yang ada sering menjadikan masyarakat
desa sekitar hutan sebagai buruh penebang kayu atau
perambah hutan yang menyebabkan semakin cepatnyalaju
degradasi kawasan hutan, namun penduduk tersebut tidak
dapat dikatakan makmur atau sejahtera kehidupannya secara
ekonomi. Lebih lanjut adanya keterbelakangan,
ketidaksempurnaan pasar dan kurangnya modal menyebabkan
rendahnya produktifitas yang mengakibatkan rendahnya
pendapatan yang diterimadan akan berimplikasi pada
rendahnya tabungan dan investasi (Kuncoro, M.,1997 dalam
Anonim, 2007).
Kerukunan hidup di Kota Tidore Kepulauan terbentuk
dan terbina dengan baik yang tercemin dari suku yang
mendiami daerah tersebut. Beberapa suku seperti suku Oba,
Ternate, Makian, Bugis, Tobelo Galela dan Buton.Mayoritas
bergama Islam dan sebagian kecil beragama Kristen
Protestan. Bahasa yang lazim digunakan bahasa pasar atau
Indonesia Pasar dengan logat serta dialek suku yang ada.
| 72RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Masyarakatnya cukup terbuka terhadap pendatang namun
memiliki karakter yang tegas.
Nilai-nilai budaya masyarakat merupakan pedoman yang
memberi arah dan orientasi terhadap hidup dan bersifat
umum. Sebaliknya norma yang berupa aturan-aturan untuk
perilaku bersifat khusus, sedangkan perumusannya sering
bersifat amat terperinci, jelas dan tegas. Sebagai daerah
hegemoni kesultanan Tidore, Pemerintah Kota Tidore
Kepulauan memberi perhatian khusus bagi pengembangan
kebudayaan dengan mengalokasikan anggaran khusus untuk
kesultanan Tidore dalam upaya peningkatan nilai-nilai budaya
dan sejarah melalui berbagai kegiatan kesultanan. Hasanah
budaya daerah sebagai bagian asset sejarah terus dilestarikan
seperti tari-tarian dan berbagai artifak sejarah peninggalan
masa kejayaan kesultanan Tidore.
Gotong-royong merupakan pranata sosial yang bersifat
tolong-menolong dan penting untuk menjaga keserasian
lingkungan sosial padamasyarakat.Pranata tolong-menolong
yang melandasi setiap kegiatan sehari-hari baik dalamkegiatan
pertanian yang berhubungan dengan sekitar rumah tangga
maupun untukkegiatan yang berkaitan dengan kepentingan
umum. Masyarakat mempunyai sifat ramah, damai danrasa
gotong-royong yang tinggi untuk mendorong proses
pembangunan dilingkungannya sendiri.
c. Analisis Situasi Ekonomi Lokal
Perekonomian Kota Tidore Kepulauan terus mengalami
peningkatan. Peningkatan ekonomi dilihat dari peningkatan
PDRB Kota Tidore Kepulauan selama 3 tahun terakhir.Nilai
PDRB Kota Tidore Kepulauan atas dasar harga berlaku (adhb)
pada tahun 2011 sebesar 500.703,53 juta rupiah, meningkat
menjadi 568 982,08 juta rupiah pada tahun 2012 dan terus
| 73RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
meningkat sampai pada tahun 2013 sebesar 640 477,51 juta
rupiah.
Peningkatan PDRB atas dasar harga konstan dari tahun
ke tahun mengindikasikan pertumbuhan ekonomi yang positif.
Dalam tiga tahun terakhir Kota Tidore Kepulauan telah sukses
mencatat pertumbuhan ekonomi lokal diatas 5%.Kontribusi
terbesar diberikan olehsektor pertanian yakni sebesar Rp
310.490,67 juta rupiah atau 48,48 persen dari total PDRB
diikuti kontribusi dari sektor perdagangan, hotel dan restoran
sebesar 29,48 persen dan sektor industri pengolahan sebesar
6,55 persen. Nilai PDRB atas dasar harga konstan (adhk)
tahun 2013 sebesar Rp. 322.871,01 juta rupiah
5. Analisis Situasi Lingkungan Politik dan Kepemerintahan
Secara umum situasi lingkungan politik di wilayah kawasan
KPHP Unit IX Oba sangat kondusif untuk pembangunan -
pembangunan KPHP tersebut. Beberapa faktor yang dapat
mengindikasikan kondusifnya situasi lingkungan politik di wilayah
kawasan KPHP tersebut yakni :
a. Tingkat kesadaran berpolitik dari masyarakat desa yang
berdomisili di sekitar kawasan cenderung membaik. Hal ini
terlihat dari keikutsertaan masyarakat pada berbagai kegiatan
pesta demokrasi.
b. Adanya keterwakilan dari wakil-wakil rakyat yang berasal dari
kecamatan disekitar kawasan KPHP sehingga membuka
saluran aspirasi masyarakat lewat wakil-wakil rakyat yang
duduk di Dewan Kota.
c. Adanya sejumlah organisasi kemasyarakatan non pemerintah
(LSM) yang bergerak di bidang lingkungan hidup, dan sosial
kemasyarakatan
d. Adanya semboyan :Toma Loa Se Banari, yang bermakna pada
keberkatan, keselamatan,dan kehormatan akan dapat diraih
| 74RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
oleh masyarakat apabilamasyarakat senantiasa menjunjung
tinggi nilai keadilan dankebenaran dalam penyelenggaraan
pemerintahan,pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan.
Dari sisi pemerintahan, diprediksi untuk 10 tahun ke depan
pengelolaan KPHP Unit IX Oba relatif masih stabil karena
pemerintahan Kota Tidore Kepulauan baru saja melakukan
pemekaran wilayah sehingga tidak akan banyak merubah struktur
kepemerintahan daerah tersebut. Satu-satunya issu di bidang
pemerintahan yang dapat mengganggu tahap pelaksanaan
pengelolaan KPHP Unit IX Oba adalah issue pemekaran wilayah
Kecamatan yang berdampingan langsung dengan kawasan KPHP
Unit IX Oba, sehingga apabila issu tersebut terjadi akan langsung
mempengaruhi pelaksanaan pengelolaan KPHP ke depan.
6. Analisis Para Pihak
Analisis para pihak merupakan alat untuk mengidentifikasi
kelompok-kelompok terkait dalam memberi dan memperoleh
imbas dari penyelenggaraan KPHP Unit IX Oba.Karakter, peranan
dan aspirasi kelompok tersebut diulas dengan jelas.Analisis ini
bermanfaat untuk memungkinkan pemantauan dan evaluasi setiap
waktu secara berkala. Karakteristik kegiatan dalam pengelolaan
KPHP dapat dianalisis melalui tingkat kekhususan, sifat pengaruh
utama, metoda dan jenis tindakan. Dalam hal ini derajat
komitmen para pihak bervariasi menurut program atau kegiatan
yang dilaksanakan.Analisis untuk menilai sejauh mana peran dan
komitmen para pihak dilakukan melalui analisis peran baik internal
maupun eksternal serta analisis aktor-aktor yang berpengaruh.
Identifikasi para aktor atau kelompok yang berpengaruh
menurut Arturo (1984) dapat dilakukan melalui analisis tingkat
pengaruh (influence) dan tingkat kepentingan (importance) yang
terdiri atas:
| 75RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
a. Kelompok yang dapat mengontrol secara formal maupun
informal dalam pengambilan keputusan.
b. Kelompok yang mengontrol proses anggaran dan distribusi
sumberdaya keuangan.
c. Kelompok yang mengontrol pengadaan sumberdaya fisik yang
dibutuhkan untuk memperlancar pencapaian tujuan atau
mempelancar kegiatan.
d. Kelompok yang mengontrol mutu staf.
e. Kelompok yang mendapatkan sumberdaya terbanyak/terbaik
dan memegang kekuasaan informal.
f. Kelompok yang tidak dapat diganti seperti teknis langka,
pengetahuan mengenai birokrasi yang kompleks dan
sebagainya.
Dengan menggunakan teori kontingensi, maka dapat dibuat
distribusi peran dalam organisasi. Kelompok yang mampu
mengatasi secara lebih efektif ketidakpastian di dalam dan di luar
organisasi memperoleh kekuasaan terbesar kemudian diikuti
dengan kelompok yang keahliannya bersifat langka dan kelompok
yang sentral terhadap tujuan-tujuan organisasi. Dengan
melakukan analisis para pihak, maka hal-hal berikut dapat dicapai
antara lain seperti :
1. Identifikasi pihak-pihak yang harus diberi dukungan dan
bantuan untuk ikut berpartisipasi dalam KPHP Unit IX Oba
2. Identifikasi pihak yang menang dan yang kalah dalam kaitan
hak, perhatian, sumberdaya, keterampilan dan kemampuan
untuk ikut ambil bagian atau mempengaruhi jalannya KPHP
Unit IX Oba
3. Peningkatan sensitivitas pembangunan KPHP Unit IX Oba
terhadap kebutuhan mendesak dari individu atau kelompok
yang terlibat.
| 76RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
4. Penekanan dampak negatif terhadap kelompok-kelompok
yang rawan dan kurang beruntung akibat pembentukan KPHP
Unit IX Oba
5. Pengembangan peluang aliansi dalam penyelenggaraan KPHP
Unit IX Oba
6. Penekanan resiko konflik yakni dengan teridentifikasinya hal -
hal yang dapat menimbulkan konflik kepentingan dan harapan
para para pihak.
7. Peningkatan peluang partisipatif selama penyelenggaraan
KPHP Unit IX Oba
Para pihak (stakeholder) dalam KPHP Unit IX Oba adalah
merupakan pihak-pihak yang terpengaruh oleh dampak dari suatu
kegiatan KPHP serta pihak-pihak yang dapat mempengaruhi atau
memberi dampak dalam kegiatan KPHP. Para pihak dapat berupa
individu, kelompok masyarakat atau lembaga. Dalam prakteknya,
yang tergolong disini yakni kelompok pemakai (pihak yang
menggunakan suatu sumberdaya atau wilayah) dan kelompok
peminat yang menaruh minat atau mempunyai ide mengenai
sesuatu atau siapa yang dapat mempengaruhi penggunaan suatu
sumberdaya atau wilayah. Di samping itu terdapat pula kelompok
penerima manfaat, perantara, pihak-pihak yang terlibat di dalam
dan terpisah dari proses pengambilan keputusan. Secara umum,
para pihak dapat dikelompokkan ke dalam 2 (dua) jenis utama,
yaitu:
a. Para pihak primer yakni pihak-pihak yang mendapat manfaat
atau yang dirugikan oleh sebuah kegiatan, pembangunan
KPHP. Istilah ini menggambarkan orang-orang yang
sepenuhnya tergantung pada sebuah sumberdaya atau
wilayah demi kelangsungan hidupnya (misalnya wilayah hutan
dalam KPHP Unit IX Oba).Pada umumnya mereka hidup di
dalam atau di dekat sumberdaya yang dimaksud. Ketika
| 77RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
dihadapkan pada perubahan seringkali pilihan mereka sangat
terbatas, sehingga akan mengalami kesulitan dalam
beradaptasi.
b. Para pihak sekunder termasuk semua orang dan lembaga lain
yang memegang peranan, minat dan atau menjadi perantara
di dalam sumberdaya suatu wilayah yang sedang
dipertimbangkan.
Setelah terpahaminya kondisi fisikKPHP Unit IX Oba dan data
informasi stakeholder terkait, maka potret para pihak dapat
dikategorikan ke dalam 3 (tiga) lingkaran, yakni :
a. Lingkaran pertama, yang berisi para pihak yang mempunyai
transaksi langsung dengan sistem pengelolaan KPHP, misalnya
pemerintah, masyarakat di dalam dan di sekitar areal KPHP
dan mitra bisnis.
b. Lingkaran kedua, yang berisi para pihak yang mempunyai
perhatian intensif terhadap pengelolaan KPHP,misalnya Ornop,
pemerhati, akademisi, peneliti dan sebagainya.
c. Lingkaran ketiga, yang berisi para pihak yang tidak langsung
menerima manfaat dan/atau dampak pengelolaan KPHP,
misalnya penegak hukum, politisi, masyarakat di daerah hilir.
Parapihak kemudian dipetakan menurut tingkatan
aspirasi/kepentingan, kapasitas, attitude/sikap dan praktisnya
(AKAP).Stakeholder lingkaran pertama meliputi :
a. Dinas Kehutanan Provinsi.
b. Dinas Kehutanan KPH.
c. BPDAS.
d. BPKH Wilayah VI.
e. BPK.
f. BKSDA.
g. Peladang di dalam kawasan.
h. Masyarakat sekitar kawasan.
| 78RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
i. Industri perkayuan lokal.
Stakeholder lingkaran kedua meliputi :
a. LSM.
b. Kelompok pemerhati lingkungan.
c. Peneliti.
d. Perguruan tinggi.
Stakeholder lingkaran ketiga meliputi :
a. Peladang di dalam kawasan .
b. Masyarakat sekitar hutan.
c. Politisi.
d. Masyarakat pengguna air (masyarakat hilir).
e. Penegak hukum.
7. Analisis Lingkungan Strategis KPHP Unit IX Oba (SWOT)
Analisis lingkungan strategis terhadap faktor internal dan
eksternal utama dari kawasan KPHP Unit IX Oba dapat
dirumuskan sebagai berikut :
a. Faktor Internal Utama (kekuatan), meliputi :
- Sumberdaya di sekitar kawasan tersedia untuk
pengelolaan
- Luas kawasan cukup besar
- Potensi hutan primer dan sekunder cukup besar
- Jenis tanah sangat kompleks
b. Faktor Internal Utama (kelemahan), meliputi :
- Terdapat kawasan yang sudah digarap masyarakat
menjadi pertanian lahan kering
- Luas kawasan semak belukar cukup besar
c. Faktor Eksternal Utama (peluang), meliputi :
- Sarana ekonomi di sekitar kawasan tersedia
- Etos kerja penduduk di sekitar kawasan menunjang untuk
pengelolaan
| 79RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
d. Faktor Eksternal Utama (ancaman), meliputi :
- Penduduk pra sejahtera di sekitar kawasan cukup tinggi
- Keragaman etnis penduduk di sekitar kawasan berpotensi
terjadinya konflik
Adapun analisis terhadap faktor strategi internal dan
eksternal yang dimiliki kawasan KPHP Unit IX Oba terlihat pada
Tabel 22.
| 80RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Tabel 22.Analisis Terhadap Faktor Strategi Internal dan Eksternal Kawasan KPHP Unit IX Oba
No. Faktor Internal NUBF(%) ND NBD Nilai Keterkaitan
JmlNK NRK NBK TNB Ranking
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kekuatan (S) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 SDM disekitar kawasan tersedia untuk pengelolaan 5 0.23 5 1.15 X 5 5 0 0 5 0 5 0 3 23 2.6 0.006 1.16 V
2 Luas kawasan cukup besar 5 0.23 5 1.15 5 X 5 3 3 5 3 5 5 4 38 3.4 0.008 1.16 VI
3 Potensi hutan primer dan sekunder cukup besar 5 0.23 5 1.15 5 5 X 3 3 5 5 5 4 5 40 4.3 0.01 1.16 VII
4 Jenis tanah sangat kompleks 3 0.14 3 0.42 0 3 3 X 5 3 5 5 5 0 29 2.1 0.69 1.11 X
4.59
Kelemahan (W)
5 Terdapat kawasan yg sdh digarap masy menjadi pert lahan kering 5 0.23 5 1.15 5 5 5 4 X 5 5 5 5 5 44 4.5 0.01 1.16 VIII
6 Luas kawasan semak belukar cukup besar 5 0.23 5 1.15 0 5 4 4 4 X 4 4 5 5 35 3.6 0.008 1.16 IX
28 2.32
Faktor Eksternal
Peluang (O)
7 Sarana ekonomi di sekitar kwsn tersedia (bank, koperasi, pasar) 5 0.45 5 2.25 3 4 5 0 0 5 X 5 5 2 29 3.3 0.015 2.27 I
8 Etos kerja penduduk disekitar kwsn menunjang utk pengelolaan 5 0.45 5 2.25 4 5 5 0 0 5 0 X 5 5 29 3.4 0.015 2.27 II
4.54
Ancaman (T)
9 Penduduk pra sejahtera di sekitar kawasan cukup tinggi 4 0.36 4 1.44 4 0 5 0 0 5 0 5 X 5 24 3.1 0.011 1.47 III
10 Keragaman etnis penduduk disekitar kwsn berpotensi konflik 4 0.36 4 1.44 3 0 5 0 0 5 0 5 4 X 22 2.9 0.01 1.45 IV
18 2.92
| 81RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Hasil analisis memperlihatkan bahwa peta kekuatan
kawasanKPHP Unit IX Oba terletak pada kuadran I, yang berarti
bahwa posisinya sangat menguntungkan karena memiliki peluang
dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada
secara maksimal. Peta kekuatan ini dapat menerapkan strategi
yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif untuk
mencapai tujuan pengelolaan, sebagaimana terlihat pada
Gambar 2 berikut ini :
S=4.59
T=2.92 O=4.54
W=2.32
Gambar 2.Diagram Peta Kekuatan Kawasan KPHP Unit IX Oba
Selanjutnya untuk penentuan strategi dalam rangka
mencapai tujuan pengelolaanKPHP Unit IX Oba didasarkan pada
matriks SWOT pada Tabel 23berikut ini :
| 82RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Tabel 23.Penentuan Strategi Prioritas Kawasan KPHPUnitIX Oba
FAKTORInternal
Eksternal
Kekuatan (S) Kelemahan (W)1. SDM disekitar kawasan tersedia utk
pengelolaan2. Luas kawasan cukup besar3. Potensi hutan primer & sekunder cukup besar4. Jenis tanah sangat kompleks
1. Terdpt kwsn yg sdh digarap masymenjadi pert lhn kering
2. Luas kwsn semak belukar cukupbesar
Peluang (O)
1. Sarana ekonomi di sekitarkwsn tersedia (bank, koperasi,pasar)
(S1O1) : Melibatkan masy. disekitar kwsn utk pdkegiatan2 pengelolaan utk memperbaikikesejahteraan ekonomi keluarga (mengurangi jmlkeluarga pra sejahtera)(S2O1) : Memberikan peran kepada koperasi(basis ekonomi rakyat) utk berinvestasi pdkegiatan2 pengelolaan(S3O1) : Memberikan peran yang lebih besar kpdkoperasi utk ikut dalam proses produksi kayu dannon kayu yg tersimpan dari hutan primer dansekunder(S4O1) : Memperkaya jenis2 kegiatan dlmkawasan dgn melibatkan koperasi dlm prosespemanfaatan potensi kawasan
(W1O1): Memberikan kesempatankpd masy dgn modalperbankan/koperasi utk memanfaatkanareal kemiringan lahan dlmmenciptakan income
(W2O1): Menciptakan jenis2 kegiatanyg terkait dengan kegiatan produksikayu pd kwsn yg sudah digarap melaluiperan masy dan perbankan/koperasi
2. Etos kerja penduduk disekitarkwsn menunjang utk pengelolaan
(S1O2) : Melibatkan semua potensi SDM yg tersdiadisekitar kwsn utk ikut dlm proses pengelolaan(S2O2):Memperkaya jenis2 kegiatan usaha yangberskala kecil utk masy. dlm rangka pemanfaatanpotensi luas kwsn(S3O2) : Memperkaya jenis2 kegiatan usaha yangberskala kecil utk masy. dlm rangka pemanfaatanpotensi hutan primer dan sekunder yg tersimpandlm kwsn.(S4O2) : Menciptakan berbagai jenis kegiatan ygberkaitan dgn pemanfaatan potensi jenis tanah dlmkwsn hutan
(W1O2) : Memberikan peran yg lebihbesar kpd masy utk mengelola kwsndgn kelerengan agak curam sampaicuram (pola padat karya)
(W2O2) : Membuka berbagai jeniskegiatan penanaman/reahabilitasilahan dgn melibatkan masy, ygmenguasai lahan garapan di dlmkawasan
Ancaman (T)
1. Penduduk pra sejahtera disekitar kawasan cukup tinggi
(S1T1) : Menggunakan pola padat karya utksemua jenis kegiatan pengelolaan agar tenaga kerjadr masy sekitar hutan dpt terserap secara lebihbesar(S2T1) : Menciptakan kegiatan2 usaha dgn polakombinasi usaha budidaya pd areal produksi dansisa tebangan(S3T1) : Memberikan kesempatan kpd masy utkmemanfaatan sisa2 hasil produksi kayu dr kwsnhutan primer & sekunder yg masih dpt digunakanutk peningkatan ekonomi keluarga (daur ulanglimbah kayu)(S4T1) : Memberikan kesempatan kpd masy utkmemanfaatan potensi jenis tanah melalui kegiatan2budidaya berbagai sp kayu unggulan local
(W1T1) : Memberikan pelatihan2 kpdmasy dlm meningkatkan kualitas kerjapd lokasi2 dgn kemiringan agakekstrim utk memperbaiki pendapatankeluarga
(W2T1) : Melakukan berbagai jeniskegiatan penanaman/reahabilitasilahan dgn melibatkan masy. prasejahtera pd lahan yg sdh digarap dlmkwsn.
2 Keragaman etnispenduduk disekitar kwsnberpotensi konflik
(S1T2) : Melakukan proses pembauran utk setiapjenis kegiatan usaha dlm upaya memperkecilterjadinya konflik dlm kerja(S2T2) : Memberikan peran yang sama bagisemua etnis penduduk utk ikut dlm kegiatan2pengelolaan dlm kwsn(S3T2) : Mendistribusikan tugas yang sama utksetiap etnis dlm pengelolaan kwsn hutan primer dansekunder(S4T2) : Memberikan kesempatan yg sama kpdsemua etnis masy utk memanfaatan potensi jenistanah melalui kegiatan2 budidaya berbagai sp kayuunggulan local
(W1T1) : Mengikutsertakan semuaetnis penduduk utk ikut dlm kegiatan2pengelolaan dan memberikan distribusitugas yg sama dlm mengelola kwsn2yg ekstrim (agak curam s/d curam)
(W2T1) : Pengalokasian kegiatan2penanaman pd lahan yg sudahdigarap, dilakukan pd semua kwsntanpa terkecuali utk menekanterjadinya konflik
| 83RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Mengacu matrik SWOT diatas terdapat 18 (delapan belas)
strategi yang dapat ditempuh sebagai alternatif untuk pencapaian
tujuan pengelolaan kawasan KPHP Unit IX Oba. Dari sejumlah
strategi tersebut terdapat 5 (lima) strategi prioritas masing-
masing yakni :
a. Melibatkan masyarakat di sekitar kawasan dengan
memberikan peran yang lebih besar pada kegiatan-kegiatan
pengelolaan produksi kayu dan non kayu, pemanfaatan
pariwisata (jasa lingkungan), dan pelestarian
keanekaragaman flora dan fauna yang ada dalam kawasan
hutan primer maupun sekunder
b. Mengoptimalkan pengelolaan KPHP Unit IX Oba dengan
memperkaya jenis-jenis kegiatan pengelolaan dalam kawasan
untuk menunjang roda perekonomian masyarakat di sekitar
kawasan hutan.
c. Melindungi potensi keanekaragaman hayati melaluiregulasi
yang tersedia
d. Melakukan koordinasi dan kerjasama secara intensif dengan
pemerintah pusat/daerah dalam proses pengelolaan KPHP
e. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melindungi
kawasan secara mandiri
B. Proyeksi Pengelolaan Hutan KPHP Unit IX Oba
1. Prinsip-Prinsip Perencanaan Hutan
Perencanaan kehutanan adalah merupakan proses aktif yang
memerlukan pemikiran serius mengenai apa yang dapat dilakukan dan
yang akan terjadi di masa depan. Proses perencanaan kehutanan
menyangkut kegiatan koordinatif dari semuaelemen yang terdapat di
dalam faktor internal manajemen KPHP maupun inter-relasinya
| 84RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
dengan situasi eksternal dalam rangka mencapai tujuan pengelolaan
hutan. Proses perencanaan hutan harus dirancang dan dilakukan
untuk menjamin keseimbangan antara kenyataan di lapangan dengan
kapasitas manajemen dan antara prioritas ekonomi, ekologi, dan
sosial serta prioritas-prioritas pembangunan kehutanan daerah,
regional dan nasional. Informasi-informasi yang ada harus dapat
dimanfaatkan untuk : (1) melandasi berbagai analisis yang diperlukan,
(2) menjelaskan keuntungan dan kerugian yang potensial akan dialami
oleh para pihak, menjadi aras rasional dalam menyeimbangkan
negosiasi berbagai kepentingan para pihak, dan tolokukur bagi
kegiatan pemantauan dan evaluasi. Oleh sebab itu aspek
kelengkapan, akurasi, reliabilitas dan kemutakhiran informasi
menentukan proses dan hasil perencanaan pengelolaan hutan.
Proyeksi merupakan perkiraan tentang masa yang akan datang
dengan menggunakan data yang ada sekarang ini. Dalam konteks
pengelolaan KPHP unit IX Oba, proyeksi merupakan sebuah kegiatan
perencanaan yang akan dilaksanakan untuk mengoptimalkan
pemanfaatan sumberdaya alam.KPHP unit IXOba merupakan salah
satu KPHP di Provinsi Maluku Utara mempunyai wilayah kelola yang
luas. Total luas wilayah hutan di KPHP unit IX Oba seluas ± 19.211
Ha.Wilayah kelola yang luas merupakan sebuah kekuatan untuk
mengembangkan dan menggerakkan bisnis disektor kehutanan
maupun non kehutanan.
| 85RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Beberapa peluang yang diproyeksikan akan terwujud, seiring
dengan majunya KPHP unit IXOba adalah
(a) Proyeksi Potensi Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
Potensi jenis ini apabila di kelola dengan maksimal bisa menjadi .
sumber pendapatan negara yang kemudian dikembalikan ke daerah
penghasil kemudian digunakan untuk pembangunan daerah di
bidang kehutanan.
Suplai bahan baku ini akan bertambah jika potensi kayu hutan
tanaman dan potensi kayu rimba campuran di masukkan dan
diharapkan mampu menggerakkan industri kayu lokal, Bergeraknya
industri kayu diharapkan mampu menggerakkan sektor
perekonomian daerah.
(b) Proyeksi Potensi Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu
Proyeksi Potensi HHBK pengelolaan dan pemanfaatannya bisa
menjadi komiditi unggulan lokal apabila di kelola dan di manfaatkan
secara baik maka hasilnya maksimal,berkualitas sehingga dapat
dipasarkan dengan nilai jual yang tinggi dan bisa menunjang
perekonomian masyarakat di sekitar wilayah KPHP Oba. Jenis HHBK
adalah Rotan, bambu, aren,getah damar dan hasil hutan bukan
kayu dari golongan buah-buahan (kenari,manggis,pala belimbing,
jambu dan langsat)
(c) Proyeksi Potensi Jasa Lingkungan
Jasa lingkungan ini bisa dikembangkan sebagai lokasi pariwisata
sehingga dapat menambah daya tarik/nilai ekonomi dari kawasan
KPHP Unit IX Oba, juga dapat dimanfaatkan untuk pembangkit
listrik (mikro-hidro), sumber air minum , perikanan darat (budidaya
ikan air tawar) dan irigasi pertanian lahan basah bagi masyarakat.
| 86RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
2.Target dan Kegiatan Penyusunan Rencana PengelolaanHutan Jangka Panjang
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor : 3 Tahun 2008 tentang
Perubahan Atas PeraturanPemerintah Nomor 6 Tahun 2007
tentang Tata Hutan dan PenyusunanRencana Pengelolaan Hutan,
serta Pemanfaatan Hutan, rencana pengelolaanhutan pada
KPHPadalah meliputi: (a). Rencanapengelolaan hutan jangka
panjang; dan (b).rencana pengelolaan hutan jangkapendek.
a. Tujuan yang Akan Dicapai KPHP Unit IX Oba
Tujuan yang ingin dicapai pada penyusunan RPHJPKPHP
Unit IX Oba adalah sebagai berikut:
1. Terlaksananya pengelolaan dan pemanfaatan hutan yang
intensif dan profesional untuk optimalisasi pengelolaan
dan pemanfaatan hutan di tingkat tapak.
2. Menciptakankeselarasan gerak dan langkah bagi semua
para pihak (stakeholder) yang terlibat, sehingga dapat
memperoleh asas manfaat yang berimbang atas kehadiran
KPHP di wilayah mereka.
3. Memberikan arahan manajemen bagi personil KPHP, untuk
pengelolaan dan pemanfaatan kawasan hutan secara
berkesinambungan dan berkelanjutan.
b. Kondisi yang Dihadapi
Dalam rangka pencapaian target dan tujuan pengelolaan
hutan jangkapanjang KPHP Unit IX Oba, terdapat beberapa
hal yang perlumenjadi pertimbangan, sebagai berikut:
- KPHP memiliki luas kawasan yang tidak terlalu besar yakni
: ± 19.211 hektar
- Dari aspek administrasi pemerintahan, letak kawasan
KPHP ini berada sangat dekat dengan Ibukota provinsi
(Sofifi)
| 87RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
- Sesuai aspek geografi, posisi KPHP Unit IX Oba berada
pada koordinat 0° 46′ 55,99″ - 0° 18′ 21,47″ LU dan 127°
31′ 26,58″ - 127°46′31,63″ BT.
- Sesuai wilayah pengelolaan ekosistem dalam satuan
wilayah pengelolaan DAS, dalam kawasan KPHP Unit IX
Obaterdapat 12 DAS yaitu DAS Akebale, Ake Gumi, Ake
Lamo Tidore, Ake Lola, Ake Tayawi, Ake Toburo, Ake
Tului, Akekolamo, Ake Gita Ds, Ake Mira, Ake Oba, dan
DAS Ake Waimira Tiga.Pengelolaan DAS sangat penting
karena keterwakilan sebaran lokasi kawasan hutan dari
daerah hulu sampai ke hilir yang menggambarkan
ekosistem kawasan hutan yang dapat dimanfaatkan jasa
lingkungan dari kawasan hutan yang adasehingga
memberikan kontribusi nyata untuk suatu
pengelolaanKPHP Unit IX Oba.
- Masyarakat yang bermukim disekitar kawasan KPHP
menginginkan KPHP ini menjadi kawasan pelestari sumber
air bagi kehidupan mereka. Oleh karena itu KPHP ini
harus mampu menciptakan debit air yangseimbang
sepanjang tahun.Lebih lanjut berdasarkan aktivitas kelola
hutan, masyarakat mendambakan terdapat sejumlah
besar kawasan pemberdayaan untuk kegiatan-kegiatan
pemanenan hasil kayu dan non kayu. Disamping itu,
masyarakat juga menghendaki adanya kegiatan-kegiatan
rehabilitasi pada sejumlah besar kawasan hutan yang
ditumbuhi semak belukar.
- Sebagian kawasan telah diarahkan menjadi areal
pencadangan untuk kegiatan penambangan dari 4 badan
usaha pemegang IUP (9.220,364 hektar).
| 88RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
c. Strategi dan Kelayakan Pengembangan Pengelolaan Hutan
Strategi serta kelayakan pengembangan pengelolaan
hutan, meliputi tata hutan, pemanfaatan dan penggunaan
kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, dan
perlindungan hutan dan konservasi alam. Strategi dan
kelayakan pengembangan pengelolaan hutan ditinjau dari
aspek kelola kawasan, kelola pemanfaatan hutan, kelola
pasar, kelola konservasi, kelola rehabilitasi-restorasi dalam
kerangka pencapaian fungsi ekonomi, lingkungan dan sosial
yang optimal. Pengembangan pengelolaan hutan diarahkan
untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi produksi dan jasa
sumberdaya hutan dan lingkungannya, baikproduksi kayu dan
non kayu, maupun jasa lingkungan, melaluikegiatan pokok
berupa pemanfaatan, pemberdayaan masyarakat,
sertapelestarian lingkungan yang merupakan satu kesatuan
kegiatan.
- Tata Hutan
Tata hutan yakni kegiatan rancang bangun unit
pengelolaan hutan, mencakup kegiatan pengelompokan
sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan
potensi yang terkandung di dalamnya dengan tujuan
untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi
masyarakat secara lestari. Kegiatan tata hutan di KPHP
Unit IX Oba terdiri atas: tata batas; inventarisasi hutan;
pembagian ke dalam blok; pembagian petak dan anak
petak; dan pemetaan. Hasil kegiatan berupa inventarisasi
penataan hutan yang disusun dalam bentuk buku dan
peta penataan KPHP. Berdasarkan kondisi lokasi dan
mengacu pada hasil inventarisasi potensi tegakanhutan
serta identifikasi kondisi sosial ekonomi dan budaya
| 89RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
KPHPUnit IX Oba seluas ± 19.211 ha, selanjutnya disusun
rencana kegiatan untuk KPHP tersebut sebagai berikut :
Tata Hutan Pada Hutan Lindung seluas ± 637,93
hektar, mencakup kegiatan-kegiatan :
1. Penentuan batas-batas kawasan hutan yang ditata.
2. Inventarisasi, identifikasi, dan perisalahan kondisi
kawasan hutan.
3. Pengumpulan data sosial, ekonomi dan budaya di
hutan dan sekitarnya.
4. Pembagian hutan ke dalam blok inti / blok utama,.
5. Registrasi
6. Pengukuran dan pemetaan.
Tata Hutan Pada Hutan Produksi Terbatas seluas
lebih kurang 18.572,98 hektar, mencakup kegiatan-
kegiatan :
1. Penentuan batas hutan yang ditata.
2. Inventarisasi potensi dan kondisi hutan mencakup:
jenis, potensi dan sebaran flora dan fauna; rancangan
trayek batas luas kawasan dan batas dalam kawasan
hutan; sosial, ekonomi, budaya masyarakat; status,
penggunaan, penutupan lahan; jenis tanah,
kelerengan lapangan atau topografi; iklim;
kependudukan (demografi); keadaan hidrologi,
bentang alam dan gejala-gejala alam.
3. Perisalahan hutan.
4. Pembagian hutan ke dalam blok pemanfaatan HHK-HA
(Restorasi Ekosistem), blok pemanfaatan kawasan,
jasa lingkungan, dan HHBK, blok pemberdayaan
masyarakat, dan blok perlindungan.
5. Pemancangan tanda batas blok dan petak.
6. Pembukaan wilayah dan sarana pengelolaan.
| 90RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
7. Registrasi.
8. Pengukuran dan pemetaan.
Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk
memanfaatkan kawasan hutan, jasa lingkungan, hasil
hutan kayu dan non kayu serta memungut hasil hutan
kayu dan non kayu secara optimaldan adil untuk
kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga
kelestariannya. Penggunaan kawasan adalah kegiatan
untuk memanfaatkan ruang tumbuh sehingga diperoleh
manfaat lingkungan, manfaat sosial dan manfaatekonomi
secara optimal dengan tidak mengurangi fungsi utamanya.
Sesuai kondisi lokasi dan mengacu pada hasil rancangan
KPHP Unit IX Oba, disusun rencana kegiatan sebagai
berikut:
Kegiatan pemanfaatan hutan yang dinilai layak untuk
dilaksanakan diwilayah KPHP Unit IX Oba yaitu ;
Pemanfaatan kawasan,Pemanfaatan jasa lingkungan, (c)
Pemanfaatan hasil hutan kayu,Pemanfaatan hasil hutan
non kayu,danPemungutan hasil hutan non kayu.
Kegiatan penggunaan kawasan hutan yang dinilai
layak untuk dilaksanakan di wilayah KPHP Unit IX Oba
masih perlu pengkajian terutama keberadaan potensi
tambang di wilayah ini. Namun demikian apabila di
kawasan ini ditemukan adanya potensi tambang
sepertimineral dan emas maka dapat dilakukan pengkajian
kelayakanusahanya oleh pengelola KPHP.Selain usaha
pertambangan, di wilayah KPHP dimungkinkan pula
dilakukan penggunaan kawasan hutan dengan tujuan
strategis lainnya seperti: Kepentingan religi, Pertahanan
dan keamanan, Pembangunan jaringan telekomunikasi,
Pembangunan jaringan instalasi air, listrik, dan lain
| 91RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
sebagainya. Selain penggunaan kawasan hutan di wilayah
KPHP untuk tujuan strategis, dapat digunakan untuk
kepentingan umum terbatas seperti: Jalan umum, Saluran
air bersih dan atau air limbah, Pengairan, Bak
penampungan air, Fasilitas umum, dan Repeater
telekomunikasi. Memperhatikan kondisi kawasan hutan
KPHP Unit IX Oba yang sebahagian wilayahnya memiliki
penutupan lahan berupa tanah-tanah kosong, semak
belukar dan hutan rusak,maka diperlukan adanyan
kegiatan rehabilitasi dan reklamasi hutan dan lahan.
Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan yang dilakukan
di wilayah KPHP Unit IX Oba meliputi: Inventarisasi lahan
kritis, pengukuran dan pemetaan areal reboisasi, reboisasi
(penanaman), pemeliharaan tanaman, pengayaan
tanaman, dan penerapan tekniskonservasi.Kegiatan
reklamasi hutan dan lahan di wilayah KPHP Unit IX Oba
meliputi: Inventarisasi lokasi, penetapan lokasi
(pengukuran dan pemetaan lokasi), perencanaan, dan
pelaksanaan reklamasi. Kegiatan reklamasi hutan
dilakukan pada kawasan hutan yang telah dirambah oleh
masyarakat dengan kegiatan-kegiatan budidaya pertanian.
Memperhatikan kondisi kawasan hutan wilayah
pengelolaan KPHP Unit IX Oba yang terletak sangat dekat
dengan pemukiman penduduk maka sistem perlindungan
dan pengamanan hutan akan menjadi lebih kompleks.
Berdasarkan kondisi tersebut, Pengelola KPHP akan
menghadapi kendala besar terhadap komunitas perambah
yang memanfaatkan kawasan hutan negara sebagai
lahan miliknya baik dalam bentuk pertanian menetap,
perladangan berpindah maupun dalam bentuk
pemukiman. Untuk menyikapi masalah tersebut, pihak
| 92RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
pengelola KPHP dapat melakukan pendekatan secara
represif dengan membangun pola kemitraan untuk
menemukan solusi terbaik, dalam koridor hukum dan
perundang-undangan yang berlaku. Bentuk-bentuk
kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :
1. Sosialisasi dan penyuluhan peraturan perundang-
undangan di bidang kehutanan.
2. Mendorong peningkatan produktivitas masyarakat.
3. Memfasilitasi terbentuknya kelembagaan masyarakat.
4. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan
pengelolaan hutan.
5. Melakukan kerjasama dengan pemegang hak atau
izin.
6. Meningkatkan efektifitas koordinasi kegiatan
perlindungan hutan.
7. Mendorong terciptanya alternatif mata pencaharian
masyarakat.
8. Meningkatkan efektifitas pelaporan terjadinya
gangguan keamanan hutan.
9. Mengambil tindakan pertama yang diperlukan
terhadap gangguan keamanan hutan.
4. Arahan Pembangunan Jangka Panjang KPHP
Berdasarkan uraian sebelumnya dan mengacu pada hasil
inventasi dan identifikasi potensi sumberdaya alam dan sumberdaya
manusia di dalam dan di sekitar wilayah KPHP, arahan
pembangunan jangka panjang KPHP dapat dikemukakan sebagai
berikut :
Arahan perlindungan hutan, meliputi kegiatan-kegiatan :
Pembinaan area perlindungan tata air (hidro-orologi), pelestarian
| 93RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
habitat hutan alam untuk perlindungan vegetasi hutan alam (stok
karbon) pada kawasan hutan lindung dan hutan produksi tetap
Arahan pemanfaatan hutan, meliputi kegiatan-kegiatan
:Pelaksanaan kegiatan restorasi ekosistem (IUPHHK-RE),
pemanfaatan jasa lingkungan, dan hasil hutan bukan kayu (HHBK).
Arahan pemberdayaan masyarakat, meliputi kegiatan-kegiatan
: Pembangunan dan pengembangan Hutan Kemasyarakatan (HKm),
penyelenggaraan Hutan Desa (HD), Pembinaan area pertanian
lahan kering permukiman dalam wilayah KPHP, Pembinaan area
pengembangan model-model agroforestri dan silvikultur intensif
(SILIN) pada lahan terambah/terokupasi, dan penyelenggaraan
rehabilitasi hutan (reboisasi dan pengkayaan reboisasi).
Dalam mewujudkan rencana-rencana kegiatan yang telah
dirumuskantersebut di atas, maka diperlukan beberapa program
pendukung dan penunjang seperti: Penguatan kapasitas
kelembagaan KPHP serta peningkatan kapasitas sumberdaya
manusia,termasuk pemantapan organisasi, sarana dan prasarana,
serta fasilitas penunjang; Melakukan sistem koordinasi, sinkronisasi,
dan sinergitas yang baik dengan stakeholder terkait; Menyediakan
pendanaan kegiatan yang memadai sesuai kebutuhan;
Pengembangan database hingga terbangunnya sistem informasi
kehutanan KPHP; Pengembangan investasi dan rasionalisasi wilayah
kelola serta review rencana pengelolaan KPHP minimal 5 tahun
sekali; Penyelenggaraan pembinaan, pengawasan dan
pengendalian yang baikdan terukur sesuai peraturan perundang-
undangan; Pemantauan dan evaluasi yang baik dan beretika, serta
sistem pelaporan yang baik yang dilakukan secara periodik;
Pembuatan dan pelaksanaan standar operasi dan prosedur (SOP)
KPHP menuju pengelolaan berbasis kinerja.
| 94RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
BAB VRENCANA KEGIATAN
Rencana kegiatan KPHP Unit IX Oba merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan kegiatan penyusunan rencana pengelolaan hutan
jangka panjang maupun jangka pendek. Rencana Pengelolaan Hutan
Jangka Panjang (RPHJP) adalah Rencana pengelolaan hutan pada tingkat
strategis berjangka waktu 10 (sepuluh) tahun atau selama jangka benah
pembangunan KPHP.
Berdasarkan pada PP No. 6 tahun 2007 disebutkan bahwa tata
hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan serta pemanfaatan
hutan merupakan bagian dari pengelolaan hutan.Tata hutan dan
penyusunan rencana pengelolaan hutan serta pemanfaatan hutan di
seluruh kawasan hutan merupakan kewenangan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah. Kegiatan pengelolaan hutan mencakup kegiatan-
kegiatan :tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan,
pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan
reklamasi hutan serta perlindungan hutan dan konservasi alam.
Berdasarkan kondisi wilayah KPHP Unit IX Oba yang ada saat ini
dan kondisi yang diharapkan untuk 10 (sepuluh) tahun ke depan maka
rencana pengelolaan hutan KPHP Unit IX Oba seluas 19.211 hektar
mencakup rencana strategis selama jangka waktu rencana pengelolaan
hutan dalam kawasan hutan lindung (HL) : 637,93 hektar, dan hutan
produksi terbatas (HPT) : 18.572,98 hektar. Secara garis besar, rencana
strategis pengelolaan hutan KPHP Unit IX Oba mencakup kegiatan-
kegiatan perlindungan hutan alam (stok karbon) serta pendidikan dan
penelitian pada kawasan hutan lindung sebagai blok inti, dan kegiatan-
kegiatan pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan, dan hasil hutan bukan
kayu (HHBK), pemberdayaan masyarakat, perlindungan, serta pendidikan
dan penelitian pada kawasan hutan produksi terbatas (HPT) sebanyak 5
(lima) blok.
| 95RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Rencanakegiatan strategis selama jangka waktu rencana
pengelolaan hutan KPHP Unit IX Oba dapat diuraikan sebagai berikut :
A. Inventarisasi Berkala WilayahKelola DanPenataan Hutan
1. Inventarisasi Hutan Menyeluruh berkala
Inventarisasi yang dimaksud adalah kegiatan yang dilaksanakan
untuk mengetahui dan memperoleh data serta informasi tentang
sumberdaya, potensi sumberdaya serta lingkungannya secara lengkap
mulai dari kondisi biogeofisik sampai kondisi sosial ekonomi dan
budaya di wilayah kelola KPHP unit Oba. Tujuan kegiatan inventarisasi
adalah untuk mendapatkan data dan informasi yang dipergunakan
sebagai bahan perencanaan dan perumusan kebijakan strategi jangka
panjang, jangka menengah dan operasional jangka pendek sesuai
dengan tingkatan dan kedalaman inventarisasi yang dilaksanakan.
Kegiatan inventarisasi berkala pada wilayah kelola KPHP Oba
dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh data yang update dan
akurat pada masing-masing unit pengelolaan pada kurun waktu
tertentu, hal yang dimaksudkan adalah untuk mengetahui apakah
kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan arah kebijakan
pengelolaan yang telah ditetapkan dan perkembangan yang dicapai.
Inventarisasi secara berkala pelaksanaannya mengacu pada pedoman
inventarisasi hutan. Hasil inventarisasi akan memberikan gambaran
tentang risalah kondisi unit pengelolaan hutan secara berkala sebagai
berikut:
Kondisi awal. Kegiatan inventarisasi pada kondisi awal sebetulnya
telah dilaksanakan pada saat kegiatan penataan hutan, hasil dari
kegiatan inventarisasi adalah pembagian blok dan wilayah kerja
yang akan dikembangkan.
Kondisi 5 tahun berikutnya dan dilengkapi dengan uraian
peningkatan dan penurunan serta permasalahannya
| 96RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Kondisi 10 tahun berikutnya dilengkapi dengan peningkatan dan
penurunan serta permasalahannya.
Target kegiatan inventarisasi berkala ini menyebar pada 3
Kecamatan. Kegiatan inventarisasi difokuskan pada wilayah KPHP Oba
yang mencakup 8 (delapan) Blok. Pada kawasan hutan lindung terdiri
blok Inti dan blok khusus, di kawasan hutan produksi terbatas di Blok
Pemanfaatan HHK-HA (Restorasi Ekosistem), Blok pemanfaatan
kawasan jasa lingkungan dan HHBK, blok pemberdayaan masyarakat,
blok perlindungan dan blok khusus pendidikan dan penelitian.
Kegiatan Inventarisasi pada wilayah KPHP Unit IX Oba selengkapnya
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 24. Uraian kegiatan Inventarisasi Berkala pada Wilayah KPHPUnit IX Oba
No Nama Kawasanhutan
Blok peruntukan Luas (Ha) Target inventarisasi Tahunpelaksanaan
1 2 3 4 5 6
1 Hutan lindungAkengabengan-asimoko-Tg.wayamli-akeoba
1.Blok Inti2. BlokPemanfaatan
367.57
85.21
(a) Inventarisasi Potensi EkowisataMangrotve
(b) Inventarisasi areal yang berpotensiuntuk Pengembangan Budidayakepiting kenari
(c) Inventarisasi angrekyang tumbuh dikayu Mangrove
(d) Inventarisasi Potensi KomoditasSatwa Kelelawar
(e) Inventarisasi Areal untukpenangkaran soasoa
2017, 2018
2.blok khusus 185.16 (a) Inventarisasi spesies2 flora unggulanlokal & fauna langka.
(b) Inventarisasi potensi jasa lingkungan
2017,2018
Jumlah 637.93
2. Hutan ProduksiTerbatas AkeOba-Tg.Wayamli-tolawi- ake kobe
1. BlokPemanfaatanHHK-HA(IUPHHK-RE)
820.68 (a) Inventarisasi jenis tanaman kayu-kayudan MPTS lokal setempat
(b) Inventarisasi potensi HHBK dan jasalingkungan(jasa wisata alam, jasaaliran air dan jasa karbon)
2018,2019
| 97RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
2. BlokPemanfaatanJasaLingkungandan HHBK
15.447,52 (a) Inventarisasi potensi jasalingkungan(jasa wisata alam, jasaaliran air dan jasa karbon)
(b) Inventarisasi potensi tanaman HHBKnon kayu maupun jenis buah-buah.
2018, 2019
3. BlokPemberdayaan Masyarakat
1,868,69 (a) Inventarisasi lokasi yang berpotensiuntuk kegiatan pemberdayaan
(b) Inventarisasi potensi kayu & non kayu pdhutan primer
(c) potensi kayu & non kayu pd hutan sekunder(d) Inventarisasi pemanenan kayu & non kayu
yang ramah lingkungan
2017,2018,2019
4. BlokPerlindungan
334,27 (a) Inventarisasi potensi kayu & non kayu pd hutanprimer
(b) Inventarisasi potensi kayu & non kayu pd hutanprimer
(c) Inventarisasi floran dan fauna yangendemik dan dilindungi
(d) Inventarisasi areal tutupan hutan dan nonhutan yang perlu direhabilitasi
(a) Inventarisasi kawasan yang rawankebakaran, banjir dan erosi
(e) Identifikasi wilayah yang rawanperambahan
2017,2018,2019
5. Blok Khususpendidikan &Pelatihan
101,81 (a) Inventarisasi spesies2 flora unggulan lokal &fauna langka
(b) Inventarisasi jasa lingk & wisata alam yg ramahlingkungan
(c) Inventarisasi Jalan rintis menuju tempatpendidikan & penelitian
2017,2018
2. Penataan Hutan
Berdasarkan hasil inventariasi kondisi biogeofsisik dan sosekbud
KPHP Unit IX Oba tahun 2015 dan Permenhut Nomor :
P.6/Menhut-II/2010 Tentang Norma, Standar, Prosedur dan
Kriteria Pengelolaan Hutan Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan
Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi
(KPHP); Arahan IHBM pada kegiatan HHK-HT/HTI; Petunjuk teknis
penyusunan rencana pengelolaan pada KPHPL dan KPHP tahun
2012, selanjutnya dirumuskan rencana-rencana penataan hutan
KPHP Unit IX Oba, berdasarkan fungsinya pada areal seluas
| 98RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
± 19.211 ha, yaitu pada kawasan hutan produksi (HPT) seluas
± 18.572,98 ha, dan Hutan Lindung seluas ±637,93 ha. seperti
terlihat pada Tabel 25 berikut ini :
| 99RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Tabel 25. Jenis Kegiatan, Nama Blok dan Petak Untuk Rencana Kelola Penataan Hutan Di Wilayah KPHP Unit IX ObaNama
Kawasan Nama Blok No Petak /Lokasi
Jumlah Luas Jenis KegiatanBiaya Tahun
Keterangan(Fungsi) Petak (Ha) (x Rp 1000) Pelaksanaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9Hutan
Lindung(HL)
637,93 ha
Blok Inti danBlok
Pemanfaatan
Semua petakdalam blok
9 452,76 Orientasi batas partisipatif 68.400 2017 BL (Panjang ± 22,80 km)
Rekonstruksi batas partisipatif 228,000 2026 BL (Panjang ± 22,80 km)Penataan blok dan petakpengelolaan hutan 86,700 2017 Panjang ± 29,90 km
Inventarisasi potensi komoditi hasilhutan bukan kayu
51,000 2017
45,000 2018 637,93 Ha
Inventarisasi spesies flora & faunaendemik dan langka utk konservasi
51,000 2017
45,000 2018 637,93 HaPenyusunan & pelaporan, leaflet,data spatial & non spatial 150,000 2018 1 PaketPeningkatan dan pelatihan SDMpenyaji data & informasi KPHP 100,000 2018 1 Paket
Workshop data dan informasi KPHP 100,000 2018 1 Paket
Reboisasi kawasan / stok karbon3,380,000 2017
637,93 Ha3,000,000 2018
Kerjasama kemitraan/kolaborasi utkpendanaan pengelolaan KPHP
110,000 2018
2 Paket120,000 2019Menyusun aturan pengmbngn &pmfaatn HHBK, Jasa lingk, wisataalam 60,000 2017 1 PaketPenyusunan materi penyuluhan &penggandaan 110,000 2017 1 Paket
| 100RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Studi banding ke KHP yg sdh eksis110,000 2018
1 Kali120,000 2022
Pembentukan pokja2 masy pemanduwisata & pemanfaatan jasling
62,500 2017
10 Kelompok62,500 2018
Operasi terpadu pengamanankawasan hutan lindung
147,743 2017 s/d 2026 10 KaliKoordinasi dgn aparat keamanan ygterkait 249,805
2017, 2018, 2019,2026 6 Kali
Fasilitasi proses penegakan hukum(pemberkasan perkara) 125.763 2017 s/d 2026 10 KaliPembuatan bangunan poskerja/penjagaan pd blok pengelolaan 500,000 2017 1 bhMenyusun program keg. pelatihanteknis pengelolaan hutan 55,000 2017 1 PaketKerjasama dgn lembaga PT utkpeningkatan SDM personil KPHP 400,000 2017, 2018 2 Paket
Workshop dan diklat pengelolaanKPHP
120,000 2017 1 Paket
140,000 2018 1 PaketKerjasama (MoU) dgn lembaga PT(tim pakar) utk pendidikan danpelatihan 120,000 2017 1 PaketDilkat pengembangan usahakepariwisataan dan jasa lingkungan 120,000 2018 1 PaketRiset sosek masy di sekitar kawasanhutan lindung (HL) 100,000 2018 1 Paket
Pembuatan & pemasangan tanda-tanda informasi di lapangan
25,000 2017 10 bh
27,500 2018 10 bhPembangunan Sarpras ekowisata 750,000 2018,2019,2020 3 Paket
| 101RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Blok Khusus HL8 1 185,16Pelatihan pesemaian danpenanaman pohon 390,000 2017 s/d 2019 3 KaliPembuatan bangunan penangkarspesies2 flora unggulan lokal &faunalangka. 250,000 2017 1 UnitPelatihan ketrampilan ttg rehab,perlndngan & pemanfaatan HHBK(demplot) 80,000 2018 1 LokasiRiset sistem pemanfaatan jasa lingk& wisata alam yg ramah lingkungan 125,000 2018 1 PaketRiset pertumbuhan & perkembanganH&P hutan (forest entomology) 130,000 2020 1 Paket
Pembuatan jalan rintisan (tracking)menuju lokasi2 wisata edukatif 30,000 2017 5 km
HutanProduksiTerbatas(HPT)18.572,98
BlokPemanfaatanHHK-HA(IUPHHK-RE)
Include dgnHPT 1-HPT189
Penataan batas luar kawasan
45.56 2017 7,59 kmPemeliharaan batas kawasan 126.52 2019 12,65 km
Orientasi batas partisipatif 22.77 2017 7,59 km
Semua petakdalam blok 9 820,68
Penataan blok dan petakpengelolaan hutan 127.98 2017 21.33 km
Inventarisasi potensi kayu & nonkayu pd hutan primer
21.48 2017 143,20 ha
18.75 2018 125 ha
Inventarisasi potensi kayu & nonkayu pd hutan sekunder
93.75 2017 625 ha
93.75 2018 625 haPenyusunan & pelaporan neraca SDHutan, leaflet, data spatial & nonspatial 50.00 2018 1 PaketPeningkatan dan pelatihan SDMpenyaji data & informasi KPHP 33.33 2018 1 Paket
Workshop data dan informasi KPHP 25.00 2018 1 Paket
| 102RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kerjasama kemitraan/kolaborasi utkpendanaan pengelolaan KPHP
27.50 2017 1 Paket
30.00 2018 1 PaketMenyusun aturan & insentifpengmbngan & pemanfaatan SDHutan oleh masy 15.00 2017 1 PaketPenyusunan materi penyuluhan &penggandaan 27.50 2017 1 Paket
Studi banding ke KHP yg sdh eksis 27.50 2018 1 Kali
Pembentukan pokja2 masy pendaurulang limbah kayu (souvenir, briketdl
31.25 2017 5 Kelompok
31.25 2018 5 KelompokOperasi terpadu pengamanan kwsnterhdp komoditas kayu 748.87 2017 s/d 2026 5 Kali
Koordinasi dgn aparat keamanan 45.00 2017 s/d 2019 5 KaliFasilitasi proses penegakan hukum(pemberkasan perkara) 26.320 2017 s/d 2026 10 KaliRiset pertmbhn riap tegakan hutanalam dan tanaman 100.00 2018 1 Paket
Riset sosek masy di sekitar kawasanhutan produksi terbatas (HPT) 95.58 2017, 2021, 2024
3 paket
Riset pertbhn jenis unggulan local 187.5 2018 1 Paket
Riset tingkat bahaya erosi 167.50 2017, 2019, 2023 1 paketRiset rekayasa genetik untukmencari spesies unggulan lokalberumur pendek 125.00 2018 1 PaketRiset sistem pemanenan kayu yangramah lingkungan 131.66
2018, 2019,2024 3 Paket
Riset pemanfaatan limbah kayuuntuk masyarakat sekitar hutan 160.00
2020, 20212024 3 Paket
Riset pemetaan komposisi jenistanah dlm kawasan 68.75 2018, 2019 2 PaketPembuatan & pemasangan tanda-tanda informasi di lapangan 16.56
2017, 2018,2019 8 bh
| 103RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
1 2 3 4 5 6 7 8 9Pengadaan fasilitas teknologi pemanenankayu 25,000,000.00 2018 1 PaketMenyusun program keg. pelatihan teknispengelolaan hutan 28.75 2017, 2019 2 paket
Kerjasama dgn lembaga pend utkperluasan info rasa cinta pd SD hutan
30.00 2018 1 Paket35.00 2019 1 Paket
Kerjasama dgn lembaga PT utkpeningkatan SDM personil KPHP
50.00 2017 1 Paket55.00 2018 1 Paket
Workshop dan diklat pengelolaan KPHP30.00 2017 1 paket
35.00 2018 1 paketKerjasama (MoU) dgn lembaga PT (timpakar) utk pendidikan dan pelatihan 30.00 2017 1 Paket
HPT157 1Pembuatan bangunan poskerja/penjagaan pd blok pengelolaan 500,000.00 2017 1 bh
HPT160 1
Pembuatan bangunan pos pengawasanpd titik masuk/keluar jalan utama 250,000.00 2017 1 bh
HPT160 1Pelatihan pesemaian dan penanamanpohon 120.00
2017, 2018,2019 1 kali
Pembangunanaksebilits(jaln,jembatan,gorong,dll)
Jalan utama 32,500,000.00 2017, 2018, 2019 ± 22.5 km
Jalan sekunder 14,125,000.00 2017, 2018, 2019 ± 22.2 km
HPT163;164 2 Jembatan dan gorong2 5,000,000.00 2017 s/d 2021 ± 2 bh
BlokPemanfaatan
Kawasan, JasaLingkungan, dan
HHBK
Include dgnHPT 1-HPT189
156 15.447,52 Penataan batas luar kawasan 45.56 2017 7,59 km
Pemeliharaan batas kawasan 126.52 2019 12,65 km
Orientasi batas partisipatif 22.77 2017 7,59 kmPenataan blok dan petak pengelolaan htn 127.98 2017 21.33 km
Semua petakdalam blok
156 15.447,52Inventarisasi potensi kayu & non kayu pdhutan primer
21.48 2017 143,20 ha18.75 2018 125 ha
Inventarisasi potensi kayu & non kayu pdhutan sekunder
93.75 2017 625 ha93.75 2018 625 ha
Workshop data dan informasi KPHP 25.00 2018 1 Paket
Reboisasi kawasan / stok karbon 773,846.66 2017 s/d 2026 773.84 ha
| 104RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
1 2 3 4 5 6 7 8 9Kerjasama kemitraan/kolaborasi utk pendanaanpengelolaan KPHP
27.50 2017 1 Paket30.00 2018 1 Paket
Menyusun aturan & insentif pengmbngan &pemanfaatan SD Hutan oleh masy. 15.00 2017 1 PaketPenyusunan materi penyuluhan &penggandaan 27.50 2017 1 Paket
Studi banding ke KHP yg sdh eksis 27.50 2018 1 PaketPembentukan pokja2 masy utk pemanfaatanHHBK
31.25 2017 5 kelompok31.25 2018 5 kelompok
Koordinasi dgn aparat keamanan yg terkait 45.00 2017 s/d 2019 5 KaliFasilitasi proses penegakan hukum(pemberkasan perkara) 26.320 2017 s/d 2026 10 KaliPembuatan & pemasangan tanda-tandainformasi di lapangan 16.56
2017, 2018,2019 6 bh
Pengadaan fasilitas teknologi pemanenan hasilhutan bukan kayu 5,000,000.00 2020 1 PaketMenyusun program keg. pelatihan teknispengelolaan hutan 28.75 2017, 2019 2 paketKerjasama dgn lembaga pend utk perluasaninfo rasa cinta pd SD hutan
30.00 2018 1 paket35.00 2019 1 paket
Kerjasama dgn lembaga PT utk peningkatanSDM personil KPHP
50.00 2017 1 Paket55.00 2018 1 Paket
Workshop dan diklat pengelolaan KPHP30.00 2017 1 paket35.00 2018 1 paket
Kerjasama (MoU) dgn lembaga PT (tim pakar)utk pendidikan dan pelatihan 30.00 2017 1 PaketRiset sosek masy di sekitar kawasan hutanproduksi terbatas (HPT) 95.58 2017, 2021, 2024
3 paket
Riset tingkat bahaya erosi DAS dan sub DAS 167.502017, 2019,2023 1 paket
Riset sistem pemanenan kayu yang ramahlingkungan 131.66
2018, 2019,2024 3 Paket
Riset pengembangan komoditi hsl hutan nonkayu
50.00 2018 1 paket60.00 2019 1 paket
| 105RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
1 2 3 4 5 6 7 8 9Riset pemetaan komposisi jenistanah dlm kawasan 68.75 2018, 2019 2 Paket
HPT9 1
Pembuatan bangunan pospengawasan pd titik masuk/keluarjalan utama 250,000.00 2017 1 bh
HPT53 1
Pembuatan bangunan poskerja/penjagaan pd blokpengelolaan 500,000.00 2017 1 bhJalan utama 32,500,000.00 2017, 2018, 2019 ± 22.5 kmJalan sekunder 14,125,000.00 2017, 2018, 2019 ± 22.2 km
HPT153 1 Jembatan dan gorong2 5,000,000.00 2017 s/d 2021 ± 2 bh
BlokPemberdayaan
Masyarakat
Include dgnHPT 1-HPT189
20 1.868,69
Penataan batas luar kawasan 45.56 2017 7,59 kmPemeliharaan batas kawasan 126.52 2019 12,65 kmOrientasi batas partisipatif 22.77 2017 7,59 kmPenataan blok dan petakpengelolaan hutan 127.98 2017 21.33 kmInventarisasi potensi kayu & nonkayu pd hutan primer
21.48 2017 143,20 ha18.75 2018 125 ha
Semuapetak dalam
blok20
Inventarisasi potensi kayu & nonkayu pd hutan sekunder
93.75 2017 625 ha
1.868,69 93.75 2018 625 haPenyusunan & pelaporan neraca SDHutan, leaflet, data spatial & nonspatial 50.00 2018 1 paketPeningkatan dan pelatihan SDMpenyaji data & informasi KPHP 33.33 2018 1 paket
Workshop data dan informasi KPHP 25.00 2018 1 paketReboisasi kawasan / stok karbon 773,846.66 2017 s/d 2026 773.84 ha
Riset sosek masy di sekitar kawasanhutan produksi terbatas (HPT) 95.58 2017, 2021, 2024
3 paket
Riset tingkat bahaya erosi DAS dansub DAS 167.50
2017, 2019,2023 1 paket
Riset sistem pemanenan kayu yangramah lingkungan 131.66
2018, 2019,2024 3 Paket
| 106RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
1 2 3 4 5 6 7 8 9Riset pemanfaatan limbah kayu untukmasyarakat sekitar hutan 160.00 2020, 2021 2024 3 PaketRiset pengembangan komoditi hsl hutan nonkayu
50.00 2018 1 paket60.00 2019 1 paket
Riset pemetaan komposisi jenis tanah dlmkawasan 68.75 2018, 2019 2 PaketPembuatan & pemasangan tanda-tandainformasi di lapangan 16.56 2017, 2018, 2019 8 bhPengadaan fasilitas teknologi pemanenanhasil hutan bukan kayu 5,000,000.00 2020 1 paket
HPT134 1 Pelatihan pesemaian dan penanaman pohon 120.00 2017, 2018, 2019 1 kaliHPT42 &HPT159 2
Pembuatan demplot HD dgn polapenanaman agroforestry 4,302,750.00 2018 172,11 Ha
HPT47 &HPT170 2
Pembuatan hutan kemasyarakatan (HKm)pd lahan terbuka 4,831,250 2019 193,35 HaKerjasama kemitraan/kolaborasi utkpendanaan pengelolaan KPHP
27.50 2017 1 paket30.00 2018 1 paket
Menyusun aturan & insentif pengmbngan &pemanfaatan SD Hutan oleh masy. 15.00 2017 1 paketPenyusunan materi penyuluhan &penggandaan 27.50 2017 1 paket
Studi banding ke KHP yg sdh eksis 27.50 2018 1 paketPembentukan pokja2 masy pendaur ulanglimbah kayu (souvenir, briket dll)
31.25 2017 5 kelompok31.25 2018 5 kelompok
Pembentukan pokja2 masy utk pemanfaatanHHBK
31.25 2017 5 kelompok31.25 2018 5 kelompok
Koordinasi dgn aparat keamanan yg terkait 45.00 2017 s/d 2019 5 KaliFasilitasi proses penegakan hukum(pemberkasan perkara) 26.320 2017 s/d 2026 10 Kali
HPT133Pembuatan bangunan pos kerja/penjagaanpd blok pengelolaan 500,000.00 2017 1 bh
HPT170Pembuatan bangunan pos pengawasan pdtitik masuk/keluar jalan utama 250,000.00 2017 1 bh
| 107RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
1 2 3 4 5 6 7 8 9Menyusun program keg. pelatihan teknis pengelolaan hutan 28.75 2017, 2019 2 paketPelatihan ketrampilan ttg rehab, perlndngan & pemanfaatanhsl hutan (demplot) 82.50 2018, 2019 1 lokasiKerjasama dgn lembaga pend utk perluasan info rasa cinta pdSD hutan
30.00 2018 1 paket35.00 2019 1 paket
Kerjasama dgn lembaga PT utk peningkatan SDM personilKPHP
50.00 2017 1 Paket55.00 2018 1 Paket
Workshop dan diklat pengelolaan KPHP30.00 2017 1 paket35.00 2018 1 paket
Kerjasama (MoU) dgn lembaga PT (tim pakar) utk pendidikandan pelatihan 30.00 2017 1 PaketJalan utama 32,500,000.00 2017, 2018, 2019 ± 22.5 kmJalan sekunder 14,125,000.00 2017, 2018, 2019 ± 22.2 km
HPT170 Jembatan dan gorong2 5,000,000.00 2017 s/d 2021 ± 2 bh
BlokPerlindungan
Includedgn HPT 1-
HPT1893 334,27
Penataan batas luar kawasan 45.56 2017 7,59 kmPemeliharaan batas kawasan 126.52 2019 12,65 kmOrientasi batas partisipatif 22.77 2017 7,59 kmPenataan blok dan petak pengelolaan hutan 127.98 2017 21.33 km
Inventarisasi potensi kayu & non kayu pd hutan primer21.48 2017 143,20 ha
Semuapetak dlm
blok
18.75 2018 125 ha
Inventarisasi potensi kayu & non kayu pd hutan sekunder93.75 2017 625 ha
3 334,27 93.75 2018 625 haPenyusunan & pelaporan neraca SD Hutan, leaflet, data spatial& non spatial 50.00 2018 1 paketPeningkatan dan pelatihan SDM penyaji data & informasi KPHP 33.33 2018 1 paketWorkshop data dan informasi KPHP 25.00 2018 1 paketReboisasi kawasan / stok karbon 773,846.66 2017 s/d 2026 773.84 haOperasi terpadu pengamanan kwsn terhdp komoditas kayudan non kayu 748.87 2017 s/d 2026 5 Kali
Pembuatan sekat bakar (vegetasi / mekanis) 250.002017, 2018,2019, 2020 25 km
Koordinasi dgn aparat keamanan yg terkait 45.00 2017 s/d 2019 5 Kali
Fasilitasi proses penegakan hukum (pemberkasan perkara) 26.320 2017 s/d 2026 10 KaliRiset pertmbhn riap tegakan hutan alam dan tanaman 100.00 2018 1 Paket
| 108RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
1 2 3 4 5 6 7 8 9Riset sosek masy di sekitar kawasan hutan produksi terbatas(HPT) 95.58 2017, 2021, 2024 3 paket
Riset pertumbuhan jenis unggulan lokal 187,5 2018 1 Paket
Riset tingkat bahaya erosi DAS dan sub DAS 167.502017, 2019,2023 1 paket
Riset pertumbuhan & perkembangan H&P hutan (forestentomology) 125.00 2018 1 paket
Riset pemetaan komposisi jenis tanah dlm kawasan 68.75 2018, 2019 2 PaketJalan utama 32,500,000.00 2017, 2018, 2019 ± 22.5 kmJalan sekunder 14,125,000.00 2017, 2018, 2019 ± 22.2 kmJembatan dan gorong2 5,000,000.00 2017 s/d 2021 ± 2 bh
Pembuatan & pemasangan tanda-tanda informasi di lapangan 16.562017, 2018,2019 8 bh
HPT180 1 Pelatihan pesemaian dan penanaman pohon 120.002017, 2018,2019 1 kali
Kerjasama kemitraan/kolaborasi utk pendanaan pengelolaanKPHP
27.50 2017 1 paket
30.00 2018 1 paketMenyusun aturan & insentif pengmbngan & pemanfaatan SDHutan oleh masy. 15.00 2017 1 paket
Penyusunan materi penyuluhan & penggandaan 27.50 2017 1 paket
Studi banding ke KHP yg sdh eksis 27.50 2018 1 paket
HPT182 1Pembuatan bangunan pos kerja/penjagaan pd blokpengelolaan 500,000.00 2017 1 bhPembuatan bangunan pos pengawasan pd titik masuk/keluarjalan utama 250,000.00 2017 1 bh
Menyusun program keg. pelatihan teknis pengelolaan hutan 28.75 2017, 2019 2 paket
HPT178 1
Pelatihan ketrampilan ttg rehab, perlndngan & pemanfaatan hslhutan (demplot)
82.50 2018, 2019 1 lokasi
| 109RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kerjasama dgn lembaga pend utk perluasan info rasa cinta pdSD hutan
30.00 2018 1 paket
35.00 2019 1 paket
Kerjasama dgn lembaga PT utk peningkatan SDM personilKPHP
50.00 2017 1 Paket
55.00 2018 1 Paket
Workshop dan diklat pengelolaan KPHP30.00 2017 1 paket
35.00 2018 1 paket
Kerjasama (MoU) dgn lembaga PT (tim pakar) utk pendidikandan pelatihan
30.00 2017 1 Paket
Blok Khusus HPT175 1 101,81 Pembuatan bangunan penangkar spesies2 flora unggulan lokal& fauna langka.
250.00 2017 1 unit
| 110RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
B. Pemanfaatan Hutan Pada Wilayah Tertentu
Berdasarkan Permenhut No 6 tahun 2010 tentang Norma, Standar,
Prosedur Dan Kriteria Pengelolaan Hutan Pada Kesatuan Pengelolaan
Hutan Lindung (KPHL) Dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP),
wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum
menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan usaha pemanfaatannya.
Karena kondisinya yang belum menarik investor, maka di harapkan pihak
pengelola KPHP Oba bisa mempromosikan kawasan ini kepada pihak
investor. Pengembangan usaha pada wilayah tertentu bisa diarahkan
kepada usaha di luar sektor kehutanan dengan tetap memperhatikan
prinsip-prinsip kelestarian dan skala ekonomis. Kawasan hutan dalam
wilayah KPH yang belum dibebani izin pemanfaatan hutan dan
penggunaan kawasan hutan diarahkan menjadi wilayah tertentu yang
akan dikelola sendiri oleh Pengelola KPH sesuai ketentuan yang berlaku.
Pengembangan wilayah tertentu diarahkan sebagai salah satu
wilayah usaha unggulan yang mendatangkan keuntungan finansial bagi
KPHP Unit IX Oba . Keuntungan finansial yang didapatkan akan
mempercepat kemandirian KPHP Oba. Berdasarkan arahan strategis dan
kondisi lapangan maka pemanfaatan wilayah tertentu dapat dilakukan
pada kawasan hutan produksi terbatas berada di blok pemanfaatan pada
HL seluas 85,21 ha, blok pemanfaatan jasa lingkungan dan HHBK seluas
15.447,52 Ha, blok Pemberdayaan Masyarakat seluas 1.868,69 Ha, pada
Hutan produksi (HP/HPT). Sehingga jumlah keseluruhan untuk
pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu adalah 17.401,42 Ha.
Rencana pemanfaatan wilayah tertentu dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Blok Pemanfaatan
Pelaksanaan Pembangunan sarana dan prasarana ekowisata
mangrove di kawasan ini diharapkan dapat menambah nilai
| 111RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
tambah jasa lingkungan meliputi pembangunan jalur track,
shelter, serta bangunan penunjang dalam pengelolaannya dapat
dikelola sendiri, bekerja sama dengan Dinas terkait dan
masyarakat. Sumber pendanaan dapat juga dapat usahakan
dari pihak swasta mauun sumber lain yang tidak mengikat.
2. Pemanfaatan blok jasa lingkungan dan HHBK
Pemanfaatan jasa lingkungan dan HHBK merupakan upaya
pemanfaatan dan pendayagunaan potensi jasa lingkungan
(sumber daya air, udara, oksigen, carbon, keindahan,
kenyamanan dan spiritual) dengan tetap memperhatikan prinsip
keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan pelestarian
alam.
Jasa lingkungan berupa jasa wisata alam(air terjun) jasa
aliran air untuk irigasi dan listrik dan jasa karbon untuk
kehidupan ekosistem yang ada dan bisa di manfaatkan,
Pemandangan Batu Papan, Bendungan, Lokasi Perkemahan
Konservasi dan Spot untuk pengamatan burung bidadari.
Pemanfaatan HHBK mempunyai peluang yang cukup besar
dan menjanjikan serta kompetitif di wilayah KPHP unit IX Oba.
Potensi yang dapat dioptimalkan untuk HHBK adalah
pemanfaatan rotan, getah damar, aren, sagu dan Bambu
Komoditas komoditi tersebut selama ini masih dipungut dan
dimanfaatkan oleh masyarakat secara sporadis berdasarkan
permintaan pasar
3. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat di wilayah KPHP Unit IX Oba
dapat dilakukan melalui pemberian bantuan dana pembinaan,
penyuluhan dan sosialisasi, bimbingan teknis dan pelatihan, serta
pemberian areal hak pengelolaan lahan hutan secara khusus di
| 112RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
wilayah KPHP. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan antara lain
pembuatan demplot Hutan Desa (HD) dengan pola penanaman
Agroforestry dan pembuatan Hutan Kemasyarakatan (HKm) pada
lahan terbuka. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembalikan
fungsi hutan agar lebih baik dengan harapan agar dapat
meningkatan penghasilan dan pemberdayaan masyarakat
disekitar hutan, agar masyarakat memperoleh pengakuan dalam
hal pengelolaan hutan dengan memberikan izin Hutan Desa
(HD) kemitraan kehutanan atau Hutan Kemasyarakatan
(HKm).
Adapun rencana Kegiatan pada wilayah tertentu adalah sebagai
berikut :
1. Rehabilitasi Dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam
Fungsi kawasan Hutan Produksi Terbatas meliputi kegiatan
Reboisasi kawasan /stok karbon, Pelatihan persemaian dan
penanaman pohon, pembuatan bangunan penangkar spesies-
spesies flora unggulan dan fauna langka, pembuatan demplot
Hutan Desa (HD) dengan pola penanaman Agroforestry dan
pembuatan Hutan Kemasyarakatan (HKm) pada lahan terbuka.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengembalikan fungsi hutan agar
lebih baik dengan harapan agar dapat meningkatan penghasilan
dan pemberdayaanmasyarakat disekitar hutan, agar masyarakat
memperoleh pengakuan dalam hal pengelolaan hutan dengan
memberikan izin Hutan Desa (HD) kemitraan kehutanan atau
Hutan Kemasyarakatan (HKm). Kegiatan ini direncanakan pada
tahun 2017 sampai dengan tahun 2026, sumber dana APBD/APBN.
2. Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Sumber Daya Alam
Fungsi kawasan Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Lindung
meliputi kegiatan Kerjasama Kemitraan/Kolaborasi untuk
| 113RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
pendanaan pengelolaan KPHP, Menyusun aturan dan insentif
pengembangan dan pemanfaatan Sumber daya hutan oleh
masyarakat; penyusunan materi penyuluhan dan pengadaan; Studi
banding ke KPH yang sudah eksis; Pembentukan Pokja-pokja
masyarakat pendaur ulang limbah kayu (Souvenir, Briket, dll);
Pembentukan Pokja-pokja masyarakat untuk pemanfaatan HHBK.
Kegiatan ini bertujuan untuk bangun sarana fasilitas ekowisata
agar dapat mendatangkan wisatawan domestic dan mancanegara,
dengan harapan meningkatan PAD, menciptakan lapangan kerja
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta salah satu
sumber pendapatan KPH. Kegiatan ini direncanakan pada tahun
2017, 2018 dan 2022, sumber dana APBD/APBN.
Tabel 26. Rencana Pemanfaatan pada Wilayah TertentuNama
Kawasan Programkegiatan Jenis Kegiatan
Biaya TahunKeterangan
(Fungsi) (x Rp 1000) Pelaksanaan
1 2 3 4 5 6
HutanLindung
(HL)
Pengembanganpengelolaan
kapasitas SDA
Kerjasama kemitraan/kolaborasi utkpendanaan pengelolaan ekowisata 110 2018 1 paket
Pembangunan Sarpras Ekoswisata 750 2018,2019,2020 3 paketHutan
ProduksiTerbatas
(HPT)
Rehabilitasi danpemulihan
cadangan SDA
Reboisasi kawasan / stok karbon 23,215,400.00 2017 s/d 2026 2321,54 haPelatihan pesemaian dan penanamanpohon 360
2017, 2018,2019 9 Kali
Pembuatan demplot HD dgn polapenanaman agroforestry 4,302,700.00 2018 1 kegiatanPembuatan bangunan penakarspesies2 flora ungulan local & faunalangka 250 2017 1 unitPembuatan hutan kemasyarakatan(HKm) pd lahan terbuka 4,831,200.19 2019 1 kegiatan
Pengembanganpengelolaan
kapasitas SDA
Studi banding ke KHP yg sdh eksis 110 2018 1 Kali
Penyusunan materi penyuluhan &penggandaan 110 2017 1 Paket
Menyusun aturan & insentifpengembangan & pemanfaatan SDHoleh masyakat
60 2017 1 paket
Kerjasama kemitraan/kolaborasi utkpendanaan pengelolaan KPHP
110 20182 Paket
120 2019
Pembentukan pokja2 masy untukpemanfaatan HHBK
62.5 201810 kelomk
62.5 2019
Pembentukan pokja2 masy pendaurulang limbah kayu (saovenr,briketdll)
62.5 201710 Klmpk
62.5 2018
| 114RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
C. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat di wilayah KPHP Unit IX Oba dapat
dilakukan melalui pemberian bantuan dana pembinaan, penyuluhan
dansosialisasi, bimbingan teknis dan pelatihan, serta pemberian areal
hakpengelolaan lahan hutan secara khusus di wilayah KPHP.
Pemberian areal hak pengelolaan lahan dalam wilayah KPHP
dimungkinkan karena sejak puluhan tahun silam masyarakat telah
melakukan usahatanilahan kering, bahkan ada beberapa lokasi telah
dimukimi oleh penduduksetempat.
Luas blok pemberdayaan 1.868,69 Ha yang diperuntukkan untuk
rehabilitasi dengan pola agrofosrestry seluas 1.503,24 ha terutama
pada penutupan lahan pertanian lahan kering campur semak dan
semak belukar.Bentuk kegiatan pemberdayaan yakni:
1. Pembuatan Hutan Kemasyarakatan (HKm) pada lahan terbuka .
Sasaran lokasi pembuatan HKm adalah lahan-lahan hutan yang
saatini berupa pertanian lahan kering dan pertanian lahan kering
campur semak luasan lokasi HKM ditargetkan 193,35 Ha berada
di petak 47 dan 170 di Desa sofang,Desa aketobolo, Kelurahan
akelamo, Desa Koli dan Desa Bale kecamatan Oba,Sasaran
Kegiatan ini adalah meningkatnya partisipasi masyarakat dalam
pelestarian kawasan hutan dan meningkatnya pendapatan
masyarakat di sekitar kawasan hutanbentuk pengolahan diarahkan
penerapan sistem agroforestri.Jenis tanaman MPTS yang dapat
diusahakan seperti Kemiri, Durian, Langsat, Duku, Melinjo,
Nangka, Mangga, Sukun, Aren,Cengkeh, Jambu dan Untuk jenis
tanaman kayu-kayuan dianjurkanadalah jenis tanaman kayu-
kayuan untuk kayu pertukangan, seperti Nyatoh, Palapi.
| 115RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Kegiatan awal untuk pembuatan HKm adalah
a) Sosialisasi Penataan batas areal kerja, melibatkan masyarakat
sekitar hutan yang di jadikan lokasi HKm, aparatur kecamatan,
desa/lurah setempat, waktu pelaksanaan di bulan Pebruari
tahun 2018
b) Pembentukan Kelompok Tani Hutan, kelompok yang di bentuk
di targetkan 10 kelompok tani hutan waktu pelaksanaan di
bulan pebruari tahun 2018
c) Penataan batas areal kerja, dilakukan di area kerja HKM dengan
pendamping kelompok tani yang telah terbentuk. Luasan lokasi
HKM d targetkan 193,35 Ha berada di petak 47 dan 170 Desa
sofang, Desa aketobolo, Kelurahan akelamo, Desa Koli dan Desa
Bale kecmatan Oba , waktu pelaksanaan di minggu ke empat
tahun 2018, waktu pelaksanaan maret 2018
d) Pelatihan Kelompok Tani, diikuti sebanyak 10 kelompok , waktu
pelaksanaan di bulan maret 2018
Tabel27. Rencana Pembuatan Hutan Kemasyarakatan (HKm) pada lahan terbuka
FungsiKawasan
Kegiatan Tahapankegiatan
Lokasi Biaya (xRp.1000)
Waktu Target
1 2 3 4 5 6 7
HPTPembuatanHKm padalahan terbuka
SosialisasiPenataanbatas arealkerja
Desa sofang,Desaaketobolo,Kelurahan akelamo,Desa Koli dan DesaBale
10.000 2018 Mengetahuikondisi dankebutuhanmasyarkatsetempat
Pembentukankelompoktani hutan
2.000 2018 Terbentuknya 10kelompok tanuhutan
Penataanbatas arealkerja
20.000 2018 Mengetahui batas-batas areal kerjayang menjadilokasi HKM
PelatihanKelmpok tani
4.000 2018 Kelompok dapatpengetahuan danketerampilan ttgpengelolaan danpemanfaatan SDHsecara optimal,menguntungkandan berkelanjutan
| 116RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
2.Pembuatan Demplot Hutan Desa dengan pola penanaman
Agroforestry
Sasaran lokasi pembuatan Hutan Desa adalah hutan alam yang
berpotensi hasil hutan kayudan merupakan hamparan kawasan
hutan yang dapat dikelola oleh lembaga desa secara lestari dan
berada dikawasan Hutan produksi seluas 172,11 ha berada di
petak HPT 42 dan HPT 159 dengan keterlibatan masyarakat Desa
Sofang, Aketobololo, Akelamo, Woda dan Desa Beringin Jaya.
Sasaran Kegiatan ini adalah menjamin berlangsungnya kelestarian
fungsi hutan secara ekonomi, ekologi, sosial dan budaya setempat
meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pelestarian kawasan
hutan dan meningkatnya pendapatan masyarakat di sekitar
kawasan hutan bentuk pengolahan memanfaatkan hutan alam
dengan pola penanaman agroforestry. Jenis tanaman MPTS yang
dapat diusahakan seperti Kemiri, Durian, Langsat, Duku, Melinjo,
Nangka, Mangga, Sukun, Aren, Cengkeh, Jambu dan Untuk jenis
tanaman kayu-kayuan dianjurkan adalah jenis tanaman kayu-
kayuan untuk kayu pertukangan, seperti Nyatoh, Palapi.
Kegiatan awal untuk pembuatan Hutan desa adalah
a) Sosialisasi Penataan batas areal kerja, melibatkan masyarakat
sekitar hutan yang di jadikan lokasi Hutan desa, aparatur
kecamatan, desa/lurah setempat, waktu pelaksanaan di april
Pebruari tahun 2019
b) Pembentukan Kelompok Tani Hutan, kelompok yang di bentuk
di targetkan 10 kelompok tani hutan waktu pelaksanaan di
bulan Maret tahun 2019
c) Penataan batas areal kerja, dilakukan di area kerja Hutan desa
dengan pendamping kelompok tani yang telah terbentuk. Luas
areal kerja seluas 172,11 ha berada di petak HPT 42 dan HPT
159 berada Desa Sofang, Aketobololo, Akelamo, Woda dan
| 117RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Desa Beringin Jaya , waktu pelaksanaan, waktu pelaksanaan
April 2019
d) Pelatihan Kelompok Tani, diikuti sebanyak 10 kelompok ,
waktu pelaksanaan di bulan Mei 2019
Penyelenggaraan hutan desa dimaksudkan untuk
memberikan akses kepada masyarakat setempat melalui lembaga
desa dalam memanfaatkan sumberdaya hutan secara lestari.
Penyelenggaraan hutan desa bertujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat setempat secara berkelanjutan.
Hak pengelolaan hutan desa dapat diberikan untuk jangka
waktupaling lama 35 (tiga puluh lima) tahun dan dapat
diperpanjang. HakPengelolaan Hutan Desa dapat diperpanjang
berdasarkan evaluasi yangdilakukan paling lama setiap 5 (lima)
tahun satu kali oleh pemberi hak. Lembaga Desa pemegang Hak
Pengelolaan Hutan Desa dapat mengajukan IUPHHK dalam hutan
desa yang terdiri dari IUPHHK Hutan Alam atau IUPHHK Hutan
Tanaman. IUPHHK Hutan Alam atau IUPHHK Hutan Tanaman
dalam Hutan Desa hanya dapat diajukan pada areal kerjaHak
Pengelolaan Hutan Desa yang berada dalam Hutan Produksi.
Dalam hal di areal Hak Pengelolaan Hutan Desa terdapat hutan
alam yang berpotensi hasil hutan kayu, maka Lembaga Desa
dapat mengajukan permohonan IUPHHK Hutan Alam dalam Hutan
Desa. Dalam hal di areal Hak Pengelolaan Hutan Desa dapat
dikembangkan hutan tanaman, maka Lembaga Desa dapat
mengajukan permohonan IUPHHK Hutan Tanaman dalam Hutan
Desa. Rencana kerja hak pengelolaan hutan desa dimaksudkan
sebagai acuan bagi pemegang hak dalam pengelolaan hutan desa
dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan dan alat
pengendalian bagi Pemerintah, provinsi, dan kabupaten. Rencana
kerja hak pengelolaan hutan desa terdiri dari: Rencana Kerja
| 118RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Hutan Desa (RKHD); dan Rencana Tahunan Hutan Desa (RTHD).
RKHD merupakan rencana pengelolaan hutan desa selama jangka
waktu pemberian hak 35 tahun yang menjamin berlangsungnya
kelestarian fungsi hutan secara ekonomi, ekologi, sosial
danbudaya setempat. RKHD meliputi aspek-aspek: Kelola
kawasan; Kelola kelembagaan; Kelola usaha; dan Kelola
sumberdaya manusia. RKHD disusun oleh lembaga desa yang
dilakukan secara partisipatif dalam satukesatuan hak pengelolaan
hutan desa. RKHD disahkan oleh Gubernur yangdapat
didelegasikan kepada Kepala Dinas Provinsi yang diserahi tugas
dan tanggung jawab di bidang kehutanan.Lembaga Desa
menyampaikan RKHD yang telah disahkan Gubernur kepada
Menteri dengan tembusan kepadaBupati/Walikota.
Rencana Tahunan Hutan Desa (RTHD) merupakan
penjabaran lebihrinci dari RKHD yang memuat kegiatan-kegiatan
yang akan dilaksanakandan target-target yang akan dicapai dalam
jangka waktu 1 (satu) tahun ke depan. RTHD memuat rencana
yang meliputi: rencana tata batas areal kerja;rencana
penanaman; rencana pemeliharaan; rencana pemanfaatan;
danrencana perlindungan. RTHD disahkan oleh Bupati yang
dapatdidelegasikan kepada Dinas yang diserahi tugas dan
tanggung jawab dibidang kehutanan di Kabupaten/Kota.Lembaga
Desa menyampaikan RTHD yangtelah disahkan kepada Gubernur
dengan tembusan kepada Menteri.
Adapun rencana kegiatan Hutan Desa di blok pemberdayaan
masyarakat terdapat pada tabel berikut ini.
\
| 119RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Tabel28. RencanaKegiatan Pembuatan Hutan Desa (HD)
FungsiKawasan
Kegiatan Tahapankegiatan
Lokasi Biaya (xRp.1000)
Waktu Target
1 2 3 4 5 6 7
HPTPembuatanHKm padalahan terbuka
SosialisasiPenataanbatas arealkerja
Desa Sofang,Aketobololo,Akelamo, Woda danDesa Beringin Jayakec. Oba tengah
10.000 2018 Mengetahuikondisi dankebutuhanmasyarkatsetempat
Pembentukankelompoktani hutan
2.000 2018 Terbentuknya 10kelompok tanuhutan
Penataanbatas arealkerja
20.000 2018 Mengetahui batas-batas areal kerjayang menjadilokasi HD
PelatihanKelmpok tani
4.000 2018 Kelompok dapatpengetahuan danketerampilan ttgpengelolaan danpemanfaatan SDHsecara optimal,menguntungkandan berkelanjutan
D. Pembinaan Dan Pemantauan Pada Areal KPHP Yang TelahMemiliki Izin Pemanfaatan Maupun Penggunaan KawasanHutan
Wilayah KPHP Unit IX Oba terdapat IUP dari 4 badan usaha
pertambangan seluas 9.226 ha yaitu PT. Banua Sanggam Lestari,
Gema Nusantara Bhakti, Mulia Anugerah Sawitindo, dan Shana Tova
Anugerah. Sampai saat inike empat badan usaha tersebut masih
dalam status pemegang IUP yang dikeluarkan oleh Walikota Tidore
Kepulauan dan belum bisa beroperasi karena belum memperoleh izin
dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,sehingga
pembinaan dan pemantauan dilapangan belum dapat dilakukan.
Pemantauan dan pembinaan dilaksanakan pada saat izin telah
terbitkan terhadap seluruh kewajiban yang tercantum dalam izin,
sesuai peraturan yang berlaku Kepala KPHP wajib melaksanakan
pembinaan, pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan izin
| 120RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
penggunaan kawasan hutan di wilayah KPH-nya.Hasil pembinaan,
pemantauan dan evaluasi wajib dilaporkan setiap tiga bulan kepada
Menteri dengan tembusan kepada Gubernur dan Bupati/Walikota.
Kegiatan pembinaan dilakukan untuk memberikan pedoman
dalam perencanaan,pelaksanaan dan pengendalian kepada pemegang
izin agar melaksanakan tugas dan fungsinya secara berdaya guna dan
berhasil guna.
Bentuk Pembinaan dan pemantauan areal yang telah berizin di
lakukan secara berjenjang mulai dari tingkat adminitrasi maupun pada
tingkat manajemen pengelolaan. mekanisme pembinaan dan
pengawasan di tingkat tapak dilakukan dengan cara mengawasi
seluruh kegiatan pengelolaan, pengawasan penataan hasil usaha
kehutanan menggunakan mekanisme seperti tertuang dalam
Permenhut 42/Menhut II/2014 tentang penataan hasil hutan kayu
yang berasal dari hutan tanaman.
Sedangkan untuk pembinaan dan pengawasan terhadap
lingkungan mengacu pada dokumen rencana pengelolaan dan
pemantauan lingkungan (RKL dan RPL) salah satunya dengan
mendirikan pos pemantauan dan jalan pemeriksaan di dalam KPHP
unit IX Oba. Pada tingkat administrasi maka instrumen perundangan
yang berlaku, bentuk pembinaan dapat di gambarkan dalam bentuk
tabel berikut ;
| 121RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Tabel 29. Rencana Kegiatan Pembinaan Dan Pemantauan Hutan Pada Areal YangBerizin.
NamaKawasan(Fungsi)
Jenis kegiatanM etode
tahapanBiaya Tahun
Keterangan(x Rp1000) Pelaksanaan
1 2 3 4 5 6 7
HPT Pembinaan,Pemantauan danEvaluasiPelaksanaanRehabilitasi Hutanoleh Pemegang izin
pembelajaranbersama dankesetaraan
- mendirikan pospemantauan danjalanpemeriksaan didalam KPHP
1.000 2019, 1 kegiatan
- pembangunanjalanpemeriksaan
8.000 20191 kegiatan
Pembinaan ,Pemantauan danEvaluasiPelaksanaanReklamasi Hutanoleh Pemegang izin/hak
pembelajaranbersama dankesetaraan
- mendirikan pospemantauan danjalanpemeriksaan didalam KPHP
5.000 2020, 1 kegiatan
- pembangunanjalanpemeriksaan
8.000 2019 1 kegiatan
Pembinaanpenyelenggaraanpengelolaan DAS(Penglolaan DASterpadu, base lineDAS, data dan petalahan kritis)
pembelajaranbersama dankesetaraan
- mendirikan pospemantauan danjalanpemeriksaan didalam KPHP
5.000 2019 1 kegiatan
- pembangunanjalanpemeriksaan
9.000 2020 1 kegiatan
E. Penyelenggaraan Rehabilitasi Pada Areal Di Luar Izin
Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) adalah upaya untuk
memulihkan,mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan
lahan sehingga dayadukung, produktivitas dan peranannya dalam
mendukung sistem penyanggakehidupan tetap terjaga.Kegiatan
rehabilitasi hutan (RH) di suatu wilayahdiselenggarakan dengan
mengacu pada jumlah luasan lahan kritis yang ada diwilayah tersebut.
Dari hasil analisis spasial yang dilakukan oleh BPKH Wilayah
VI Manado pada Tahun 2015, lahan kritis dalam kawasan KPHP Unit
IX Oba yang perlu direhabilitasi seluas ± 2.321,54 ha atau seluas
12,08 % dari luas wilayah KPHP Unit IX Oba sebagaimana terlihat
pada Tabel 30.
| 122RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Adapun penyebaran lahan kritis dalam kawasan terutama
terdapat di kawasan fungsi hutan produksi (HP) pada kawasan HPT
Ake Oba-Tg. Wayamli-Tolawi-Ake Kobe yang didominasi oleh
pertanian lahan kering campur semak serta semak belukar, dan tanah
kosong.
Tabel 30. Analisis Spasial Lahan Kritis Pada Wilayah KPHP Unit IX Oba
No Kawasan Hutan/lahan Kritis Luas (ha) %
1 2 3 4
I HL 637,93 3,32HL. Akengabengan-Asimoko-Tg. Wayamli-Akeoba 637,93 3,32
1Agak Kritis 637,93 3,32II HPT 1.8572,98 96,68
HPT. Ake Oba-Tg. Wayamli-Tolawi-Ake Kobe 1.8572,98 96,681Agak Kritis 6.025,69 31,372Kritis 1.364,86 7,103Potensial Kritis 10.225,75 53,234Sangat Kritis 956,68 4,98
Grand Total 19.210,92 100,00Sumber : Analisis Spasial oleh BPKH Wilayah VI Manado 2015
Rencana pemulihan hutan diwilayah DAS KPHP Unit IX Oba 10
tahun ke depan. Untuk areal lahan kritis yang berada di blok
perlindungan, blok pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan, dan HHBK
pada wilayah HPT dapat diskemakan melalui kegiatan rehabilitasi
hutan (RH), dan areal lahan kritis pada blok pemberdayaan
masyarakat dapat diskemakan melalui kegiatan rehabilitasi hutan
tanaman pola HKm.
Berdasarkan luassasaran Rehabilitasi Hutan seluas ± 2.321,54ha,
apabila direratakan per tahun sasaran kegiatan RH di wilayah KPHP
Unit IX Oba dalamsepuluh tahun ke depan (periode tahun 2017-2026)
maka sasaran kegiatan Rehabilitasi Hutan tahunan mencapai luas
sebesar ± 232,154 ha/tahun. Jenis tanaman yang akan ditanam yaitu
tanaman lokal (Nyatoh/Palapi/Jati/Jabon/ dll.) dan MPTS
(Kemiri,durain,pala ).
| 123RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Rehabilitasi hutan pada wilayah KPH yang wilayahnya tidak
dibebani izin pelaksanannya dilakukan oleh KPH. melalui kegiatan :
Reboisasi Kawasan/stok karbon , Pelatihan Persemaian dan
penanaman.
Kegiatan Rehablitasi dapat di jelaskan sebagai berikut
a. Reboisasi kawasan /stock karbon.
Areal yang diprioritaskan untuk direhabilitasi pada areal KPHP Unit IX
Oba adalah jumlah luasan ± 2.321,54 Ha yang berada pada blok
perlindungan,blok pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan dan HHBK, blok
pemberdayaan pada wilayah HPT. Adalahlahan kering campur semak serta
semak belukar, dan tanah kosong. areal-areal yang tanah kosong atau
tutupan hutannya telah terbuka atau yang berpenutupan semak belukar
sebagai akibat aktivitas perambahan masyarakat pola dengan sistem
pengayaan tanaman, sedang yang telah dirambah masyarakat dalam
bentuk pertanian lahan kering dan atau pertanian campur semak maka
dilakukan rehabilitasi pola agroforestry secara swakelola oleh KPHP Unit IX
Oba atau secara kemitraan dengan masyarakat lokal, dan atau lembaga
desa.
Pelaksanaan reboisasi di targetkan selesai 10 tahun (2017 s/d 2026)
dengan luasan tiap tahun yang di reboisasi sebesar 232,15 Ha/tahun.
Sedangkan jenis bibit yang di adakan bekerjasama dengan BPDAS
sumber dana berasal dari dana DAK / DAU APBD atau bantuan bibit dari
BPDAS dan mita kerja lainnya. Rencana Jenis tanaman yang akan di
tanam adalah berupa kayu-kayuan maupun komoditas MPTS (Multi
Purpose Tree Spesies) sepertitanaman lokal (Nyatoh/Palapi/Jati/Jabon/
dll.) dan MPTS (Kemiri,durian, pala, dll.)
b. Pelatihan Persemaian dan penanaman
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petani di sekitar hutan terkait dengan pengelolaan
| 124RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
dan pemanfaatan sumberdaya hutan secara optimal,
menguntungkan dan berkelanjutan. Tahapan Kegiatan meliputi :
Identifikasi dan pemetaan issue, masalah dan tindakan
penanganan yang dibutuhkan
Penyusunan rencana kegiatan pelatihan dan penyuluhan
Praktek cara persemaian dan penanaman
Pelatihan di targetkan di ikuti 10 kelompok tani hutan yang berada
di sekitar kawasan HPT yang terdapat lahan kritis. Narasumber
berasal dari dinas, UPT Kementrian LHK, Litbang.
Rencana Penyelenggaraan Rehabilitasi pada areal diluar izin
disajikan pada Tabel berikut :
Tabel 31. Rencana Peyelenggaraan Rehebilitasi Pada ArealDiluar Izin
NamaKawasan(Fungsi)
Luas Programkegiatan Jenis Kegiatan
Biaya Tahun Ket.
(Ha) (x Rp 1000) Pelaksanaan
1 2 3 4 5 6 7
HutanProduksiTerbatas
(HPT)
±2.321,54Blok
Pemanfaatankwsan jasalinkungandan HHBK
Rehabilitasi &pemulihan
SDA
ReboisasiKawasan/stokkarbon
23.215.400 2018 s.d 2026
- APBN-APBD-Mitra Kerja-BPDAS
PelatihanPersemaian danpenanaman 360.000 2018 ,2019,
2020
- APBN- APBD
-
Total 36.309.400
| 125RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
F. Pembinaan Dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasi DanReklamasi Pada Areal Yang Memiliki Izin PemanfaatanDanPenggunaan Kawasan Hutan.
Pembinaan dan pemantauan pelaksanaan rehabilitasi dan
reklamasi lingkungan ditujukan terutama pada wilayah blok
pemanfaatan HHK-HA (Restorasi Ekosistem) seluas ± 820,68 ha, dan
pada blok pemanfaatan kawasan jasa lingkungan dan HHBK seluas ±
15.447,52. Arahan untuk dilakukan pemantauan pelaksanaan
rehabilitasi dan reklamasi karena mengingat pada blok pemanfaatan
HHK-HT akan dilakukan kegiatan pemanenan hasil hutan kayu oleh
pihak pengelola KPHP Unit IX Oba, sambil menunggu mitra usaha
yang tertarik untuk pengelolaannya. Demikian pula pada blok
pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan dan HHBK yang dicadangkan
sebagai lokasi pemanfaatan tambang oleh badan usaha yang telah
memegang IUP dari Walikota Tidore Kepulauan, sehingga nantinya
perlu dilakukan upaya-upaya reklamasi lingkungan ketika badan usaha
tersebut beroperasi. Di samping itu, pada blok ini terdapat sejumlah
besar kawasan lahan kritis yang perlu dilakukan rehabilitasi.
Rencana KegiatanPembinaan dan Pemantauan Pelaksanaan
Rehabilitasi dan Reklamasiyaitu
1. Pada blok Pemanfaatan HHK-HA (Restorasi Eksosistem) dengan
luasan ± 820,68 ha dengan memberikan bimbingan Pelaksanaan
Rehabilitasi dan reklamasi, di awali dengan menyusun program
kegiatan teknis pengelolaan hutan dengan mengacu pada petunjuk
teknis yang telah di tetapkan pemerintah atau pengelola KPHP
setelah itu membangun pos – pos / gubuk kerja/ penjagaan setiap
titik blok..
2. Pada blok Pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan dan HHBK
dengan luasan ± 15.447,52 ha. Sama halnya dengan blok
pemanfaatan HHK-HA (Restorasi Eksosistem) dengan memberikan
bimbingan Pelaksanaan Rehabilitasi dan reklamasi, dititik beratkan
| 126RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
pada upaya reklamasi lingkungan ketika badan usaha telah
beroperasi dan terdapat juga lahan kritis yang perlu di rahabilitasi.
Pelaksanaan di awali dengan menyusun program kegiatan teknis
pengelolaan hutan dengan mengacu pada petunjuk teknis yang
telah di tetapkan pemerintah atau pengelola KPHP setelah itu
membangun pos – pos / gubuk kerja/ penjagaan setiap titik
blok.Dalam konteks pembinaan pelaksanaan rehabilitasi terhadap
blok yang sudah ada ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan
diarahkan untuk pembinaan teknis dan administrasi. Pembinaan
teknis menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan ketentuan teknis
pelaksanaankegiatan, sedangkan pembinaan adminsitrasi
menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan ketentuan administrasi
keuangan
Tabel 32. Rencana Kegiatan Pembinaan Dan Pemantauan PelaksanaanRehabilitasi Dan Reklamasi
NamaKawasan Luas Bentuk
kegiatanJenis kegiatan Metode
Biaya Tahun Ket.
(Fungsi) (Ha) (x Rp 1000) Pelaksanaan
1 2 3 4 5 6 7 8
HutanProduksiTerbatas
(HPT)
± 820,68Blok
PemanfaatanHHK-HA
(RestorasiEkosistem)
Pembinaan&PemantauanPelaksanaanReabilitasi
dan reklamasi
- Menyusun programkegiatan teknispengelolaan hutan
Memberikanpemahaman cararehabilitasi danreklamasi sesuaijuknis yang telah ditetapkanpemerintah/pengelola
500
2017, 2018
1 kegtn
- pembuatan poskerja 1.000 1 paket
±15.447,52Blok
Pemanfaatankwsan jasalinkungandan HHBK
Pembinaan&PemantauanPelaksanaanReabilitasi
dan reklamasi
Menyusun programkeg, pelatihan teknispengelolaan hutan
7.500
2017 ,2018,
1 kegtn
- pembuatan poskerja 1.000
1 paket
G. Penyelenggaraan Perlindungan Hutan Dan Konservasi Alam
1. Perlindungan Hutan
Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan
membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan,
yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran,
| 127RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan dan
menjaga hak-hak negara, masyarakat danperorangan atas hutan,
kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkatyang
berhubungan dengan pengelolaan hutan.
Untuk mencegah, membatasi dan mempertahankan serta
menjagakawasan hutan di wilayah KPHP Unit IX Oba seperti
diuraikanpada prinsip-prinsip perlindungan hutan yang disebabkan
oleh perbuatanmanusia, maka pihak pengelola KPHP Unit IX Oba
bersama dengan masyarakat perlu melakukan upaya-upaya: 1)
sosialisasi dan penyuluhan peraturan perundang-undangan
di bidangkehutanan; 2) inventarisasi permasalahan; 3) mendorong
peningkatan produktivitas masyarakat; 4) memfasilitasi
terbentuknya kelembagaan masyarakat; 5) meningkatkan peran
serta masyarakat dalam kegiatan pengelolaan hutan; 6)
kerjasama dengan pemegang hak atau izin; 7) meningkatkan
efektifitas koordinasi kegiatan perlindungan hutan; 8) mendorong
terciptanya alternatif mata pencaharian masyarakat; 9)
meningkatkan efektifitas pelaporan terjadinya gangguan
keamanan hutan; 10) mengambil tindakan pertama yang
diperlukan terhadap gangguankeamanan hutan; dan atau 11)
mengenakan sanksi terhadap pelanggaran hukum.
Pada kawasan hutan di wilayah KPHP Unit IX Oba telah ada
personil pengelolanya sehingga pelindungan hutan menjadi
tanggung jawab pihak pengelola. Adapun perlindungan hutan
atas hasil hutan mencakup hal-hal sebagai berikut :
1) Setiap orang yang mengangkut, menguasai atau memiliki hasil
hutan wajib dilengkapi bersama-sama dengan surat
keterangan sahnya hasil hutan.
2) Termasuk dalam pengertian hasil hutan yang tidak dilengkapi
bersama sama dengan surat keterangan sahnya hasil hutan
adalah:
| 128RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
a. asal usul hasil hutan dan tempat tujuan pengangkutan
tidak sesuaidengan yang tercantum dalam surat
keterangan sahnya hasil hutan;
b. apabila keadaan fisik, baik jenis, jumlah maupun volume
hasil hutan yang diangkut, dikuasai atau dimiliki sebagian
atau seluruhnya tidak sama dengan isi yang tercantum
dalam surat keterangan sahnya hasil hutan;
c. pada waktu dan tempat yang sama tidak disertai dan
dilengkapi surat-suratyang sah sebagai bukti;
d. Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan masa berlakunya
telah habis;
e. hasil hutan tidak mempunyai tanda sahnya hasil hutan.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai surat keterangan sahnya
hasil hutan diatursesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Dalam rangka pelaksanaan perlindungan hutan di wilayah
KPHP Unit IX Oba mengacupada Permenhut No.: P.6/Menhut-
II/2010. Adapun arahan jenis-jenis kegiatan perlindunganhutan
yang dapat dilakukan untuk 10 tahun ke depan terlihat pada Tabel
35 berikutini :
Tabel 33.Jenis-Jenis Kegiatan Perlindungan HutanKPHP Unit IX Oba
Jenis KegiatanWilayahSasaran Volume Biaya (Rp x
Rp 1.000)Tahun
PelaksanaanHL HPT HL HPT
1 2 3 4 5 6 7
Operasi terpadupengamanan kwsn terhdpkomoditas kayu dan nonkayu
10 kali 10 kali 2.995,42 2017 s/d 2026
Koordinasi dgn aparatkeamanan yg terkait
5kali 5 km 430 2017 s/d 2019
Fasilitasi proses penegakanhukum (pemberkasanperkara)
10 kali 5 kali 251,53 2017 s/d 2026
Pembuatan bangunan poskerja/penjagaan pd setiapblok pengelolaan
1 bh 4 bh 2.500.000 2017
| 129RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Pembuatan bangunan pospengawasan pd titikmasuk/keluar jalan utama
- 2 bh 1.000.000 2017
Pembuatan sekat bakar(vegetasi / mekanis)
- 25 km 250 2017 s/d 2020
Kegiatan perlindungan hutan di wilayah KPHP Unit IX Oba
meliputi: (i) Perlindungan di kawasan hutan lindung (blok inti)
untuk perlindungan sumber plasma nutfah, dan habitat flora
maupun fauna yang masih asli dalam kawasan mangrove; dan
(ii)blok perlindungan pada hutan produksi (HPT) untuk melindungi
fungsi hidro-orologis/tata air serta pengendalian bencanabanjir,
menyelamatkan habitat flora dan fauna asli, dan melindungi
kawasan penyanggah (Buffer Zone/BFZ).
2. Penyelenggaraan konservasi alam
Penyelenggaraan konservasi alam KPHP Unit IX Oba
diarahkan pada blok inti/blok perlindungan dalam kawasan hutan
lindung maupun hutan produksi dan merupakan areal yang sama
sekali tidak dibolehkan adanya aktivitas manusia. Arahan
pembuatan blok perlindungan dalam kawasan hutan lindung dan
hutan produksi didasari pada pertimbangan bahwa kawasan
tersebut memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang cukup
tinggi, memiliki struktur dan tekstur tanah yang rawan erosi, serta
memiliki kelerengan curam dan sangat curam.Penyelenggaraan
konservasi dilakukan melalui pendekatan konsep Hutan Bernilai
Konservasi Tinggi (High Conservation Value Forest/HCVF).
Konservasi alam bertujuan melindungi ekositem hayati dari
kepunahan yang meliputi:pemanfaatan,perlindungan, pelestarian
dan terjaminnya ekosistem yg berkesinambungan.Rencana
Kegiatan diantaranya adalah
a. Pemancangan batas yaitu pemasangan pamfhletdan
keterangan lainnya sebagai tanda batas kawasan hutan yg
dilindungi yg sering dilewati orang
| 130RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
b. Pemeliharaan batas yaitu pemasangan palang berisi larangan
merusak kelestarian hutan
c. Mempertahankan luas dan fungsi yaitu patroli monitoring ke
kawasan hutan yang dilindungi
d. Pengendalian kebakaranyaitu melakukan monitoring sebagai
upaya pencegahan kebakaran
e. Reboisasiyaitu rehabiitasi lahan kritis
f. Pemanfatan jasa lingkunganyaitu penyediaan air bersih utuk
kebutuhanhari-hari
g. Pelatihan kelompok masyarakat tentang pengalihan kayu bakar
ke energi terbarukan seperti biogas .
H. Penyelenggaraan Koordinasi DanSinkronisasi AntarPemegang Izin
Sampai saat penyusunan RPHJP ini pada wilayah KPHP Unit IX
Oba belum terdapat izinpemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan
hutan yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. Namun kedepankegiatan usaha pemanfaatan hutan dan
penggunaan kawasan hutandi wilayah KPHP Unit IXObaakan sangat
diperlukan dalam mendorong upaya kemandirian KPHP, maka sangat
penting dilakukan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin
usaha. Untuk mewujudkan terselenggaranya koodinasi dan
sinkronisasi, pihak pengelola KPHP Unit IX Oba bertugas dalam
memfasilitasi setiap kepentingan yang ada agar tidakterjadi
tumpangtindih kepentingan antar pemegang izin. Sesuai Tupoksi KPHP
Unit IX Oba selaku pemangku kawasan hutan di wilayahkerjanya serta
selaku manajer kawasan hutan perlumembangun suatu sistem
koordinasi yang solid antar pengelola KPHP dengan pelaku-
pelakuusaha di wilayahnya, serta antar dan inter para pelaku
usahapemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan. Karena
| 131RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
itu direkomendasikan sistem koordinasi dan sinkronisasi antar
pemegang izin sebagai berikut:
1. Koordinasi dan sinkronisasi dalam penetapan batas dan
pemancangan pal-palbatas persekutuan antar pemegang izin.
2. Koordinasi dan sinkronisasi program dalam pengelolaan blok inti,
dan blok perlindungan di wilayah KPHP.
3. Koordinasi dan sikronisasi program dalam pengelolaan dan
pemantauan lingkungan, termasuk dalam pengelolaan dan
pengendalian dampak lingkungan.
4. Koordinasi dan sinkronisasi dalam program pemanfaatan jaringan
jalan angkutan lintas antar pemegang izin.
5. Koordinasi dan sinkronisasi program dalam pelaksanaan
kegiatanrehabilitasi hutan dan reklamasi hutan.
6. Koordinasi dan sinkronisasi program dalam kegiatan
pemberdayaanmasyarakat.
7. Koordinasi dan sinkronisasi program pengembangan jenis-jenis
tanamankehutanan dan MPTS.
8. Koordinasi dan sinkronisasi program pengembangan sistem
pemasaran hasil tanaman kehutanan dan MPTS.
Dalam penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar
pemegangizin, pemangku wilayah (KPHP Unit IX Oba) memilikiperan
penting dalam memfasilitasi setiap rencana dan pelaksanaan
koordinasi dan sinkronisasi.Terhadap wilayah-wilayah KPHP yang
belum ada pemegang izinnya maka pihak pengelola KPHP Unit IX Oba
bertanggung jawab melakukan koordinasi dan sinkronisasi program-
program kegiatan pengelolaan hutan dengan setiap pemegang izin
usaha di wilayah kerjanya. Penyelenggaraan koordinasi dan
sinkronisasi antar pemegang izin maupun pengelola kawasan/areal
kerja, akan dibangun melalui komunikasi, edukasi dan
penyadartahuan yang efektif dan efisien.
| 132RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Bentuk Kegiatan pokok koordinasi dan sinkronisasi antar
pemegang izin di KPHP Unit IX Oba dapat di uraikan sebagai berikut
1. Koordinasi dan sinergi dalam perencanaan hutan yang meliputi
pelaksanaan penetapan batas dan pemancangan pal-palbatas,
inventarisasi hutan dan penataan hutan,perencanaan hutan
dimulai sejak proses pengurusan izin. Proses koordinasi
dilaksanakan oleh KPH mulai dari tingkat tapak (blok dan petak)
yang dikoordinir oleh kepala resort/kepala divisi Para pemegang
pemohon izin harus memperhatikan wilayah-wilayah yang telah
dibebani izin. Jika wilayah tersebut belum dibebani izin maka pihak
calon pemegang izin berkonsultasi dengan pengelola KPHP unit IX
Oba untuk proses perizinan selanjutnya.
2. Koordinasi dan sinergi pelaksanaan pengelolaan hutan yang
meliputi pembukaan wilayah hutan, pemanfaatan hutan,
penggunaan kawasan hutan, pengolahan hasil hutan, pemasaran
hasil hutan dan jasa lingkungan, pengendalian dampak lingkungan.
Proses koordinasi dan sinkronisasi dapat dilakukan dengan cara
mensosialisasikan rencana program dan kegiatan tahunan dan lima
tahunan ke tingkat desa dan kecamatan dalam musrenbang
tingkat desa/kecamatan melalui tenaga pendamping lapangan.
Usulan-usulan program dan kegiatan kampung sektor kehutanan
diakomodir dalam program dan kegiatan yang bersesuaian
dikoordinasikan dan disinkronisasikan dengan sektor lain agar tidak
terjadi tumpang tindih kegiatan dan penganggaran. Dengan proses
koordinasi teknis demikian diharapkan dapat terjadi integrasi
program akomodatif dan terpadu.
3. Koordinasi dan sinergi pelaksanaan pembinaan dan perlindungan
hutan yang meliputi rehabilitasi hutan, Pemberdayaan masyarakt
,pengamanan hutan dan pengendalian kebakaran hutan, serta
konservasi hutan. Pelaksanaan pembinaan dan perlindungan hutan
tentunya berkoordinasi dengan aparat keamanan misalnya
| 133RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
kebakaran hutan dapat di tangani dengan cepat. Pemberdayaan
masyarakat melalui pola HKM,HD perlu koordinasi dan saling
sinergi sehingga berjalan sesuai target.
4. Koordinasi dan sinergi pelaksanaan penelitian dan pengembangan,
meliputi pendidikan dan pelatihan, penyuluhan kehutanan,
pengembangan jenis-jenis tanaman kehutanan dan MPTS.
Berikut tabel 34 Rencana penyelenggaraan rehabilitasi pada
areal diluar izin :
Tabel 34. Rencana Koordinasi Dan Sinkronisasi Antara Pemegang Izin
NamaKawasan Program kegiatan Jenis Kegiatan
Tahun Metode
(Fungsi) Pelaksanaan
1 2 3 4 5
HutanProduksiTerbatas
(HPT)
Koordinasi danSinkronisasi dalamperencanaan hutan
Penataan batas danpemsangan pal
2018 ,2019, Pengambilan plotberbasis petak dan kelasumur.
inventarisasi hutan 2018,2019 Pengumpulann data
` penataan hutan 2019 Pengumpulann data,pengmbilan sampling
Koordinasi danSinkronisasi dalampengelolaan hutan
pembukaan wilayah hutan2019,2020
Survey
pemanfaatan hutan2020
Kemitraan denganmasyrakat dan investor
penggunaan kawasan hutan2018,2019
Pengembangan danpendayagunaan potensikawasan wisata alam
pengolahan hasil hutan2020,2021
Pelatihan
pemasaran hasil huta2022
Memperkenalkan hasilhutan
jasa lingkungan2021
Koordinasi danSinkronisasi dalam
pembinaan danperlindungan hutan
rehabilitasi hutan2019
- Survey lahan kritis
Penanama` Pemberdayaan masyarakat
2019Pembinaan kelompk
pengamanan hutan danpengendalian kebakaranhutan
2018 – 2026- Patroli Gabungan- Pemasangan papan
informasikonservasi hutan 2020 Pengawasan
Koordinasi danSinkronisasi dalam
penelitian danpengembangan
pendidikan dan pelatihan2019,2020
Bintek
penyuluhan kehutanan2019
Sosialisasi
Pengembangn jenistanaman kehutanan danMPTS
2020 Penelitian jenis
| 134RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
I. Koordinasi Dan Sinergi Dengan Instansi Serta StakeholderTerkait
Untuk koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder
terkait (peran para pihak), pihak pengelola KPHP Unit IX Oba
bersama-sama dengan mitrausaha harus selalu berkoordinasi dan
bersinergidengan beberapa instansi dan stakeholder terkait untuk
optimalisasi pengelolaan kawasan hutan,format kelembagaan dan
koordinasi sinirgi para pihak sebagaimana tersaji pada Tabel berikut
ini :
Tabel 35.Format Kelembagaan Yang Terlibat Dalam Pengelolaan KPHP Unit IXOba
No Organisasi Stakeholder
1 2 3
1. Pemerintah Pusat
- BPHP Ambon
- BPKH Manado
- BKSDA
- BPDAS Akemalamo
2. Pemerintah DaerahProvinsi/Kab/KPH
- DPRD
- Dinas Kehutanan
- Dinas Pertambangan
- Dinas Pariwisata
- PDAM
- Badan Penyuluh
- Perbankan
- Koperasi
- Camat
- Kepala Kelurahan/Desa
3. Lembaga Independent - Kelompok Wisata Alam
| 135RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
4. Swasta - Badan Usaha
5. Masyarakat
- Tokoh Masyarakat
- Petani Hutan
Tabel 36. Koordinasi dan Sinergi Peran Para Pihak Untuk KegiatanPengelolaanKawasan KPHP Unit IX Oba
No Jenis Kegiatan KoordinasiDengan
SinergiDengan
SubstansiKebutuhan
1 2 3 4 5I Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (HHK)
A IUPHHK-HA BPKH;BPHP;DishutKPH;Badan Usaha
Perbankan;Badan Usaha
Dana;Binwasdal
II Pemanfaatan KawasanA IUP Pemprov; Dinas
PertambanganProv/KPH;Pemkot;Dishut KPH
Badan Usaha Dana;Binwasdal
B UPHHBKKelompok Tani;Koperasi
DinasPerindustrian;Perbankan
C UPJL-WW-AH (Jasawana wisata-AgroHutan)
Kelompok Wisata Alam Dinas Pariwisata;Perbankan
D UPJL-JAA (Jasalingkungan-jasaaliran air)
Kelompok pengelolajasa air
PDAM KPH;Perbankan
III Pemberdayaan MasyarakatA Hutan
Kemasyarakatan(HKm)
BPKH;Pemdes/PetaniHutan
BPDAS; Dishutbun
B Hutan Desa (HD) BPKH;Pemdes/PetaniHutan
BPDAS; Dishutbun
IV Rehabilitasi HutanA RH-HL
(Reboisasi/Pengkayaan)
BPKH;Petani Hutan BPDAS;DishutbunKPH
B RH-HP(HT,HKm,Agf)
BPKH;Petani Hutan BPDAS;DishutbunKPH
IV Perlindungan Hutan dan KonservasiA Perlindungan blok
inti HL (plasmanutfah)
Dishut KPH; Pemdes Dishut KPH; Pemkec;Pemdes
B Perlindungan TataAir (PL-TA)
Dishut KPH; Pemdes Dishut KPH; Pemkec;Pemdes;Masyarakat
C Perlindungan flora& fauna langka
BKSDA;pemdes Dishut KPH; Pemkec;Pemdes;Masyarakat
| 136RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Adapun bentuk dan rencana kegiatan koordinasi dan sinergi denganinstansi dan stakeholder dapat di uraikan sebagai berikut :
1. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dengan tidak merusak lingkungan
dan tidak mengurangi fungsi pokoknya bertujuan meningkat
produksi kayu untuk di pasarkan melalui mitra kerja atau investor
sehingga dapat memberikan manfaat social dan ekonomi bagi
masyarakat setempat . Adapun instansi dan stockholder yang
saling sinergi adalah Dinas Kehutanan,BPHP,BPKH merupakan
instansi teknis kehutanan,investor atau badan usaha merupakan
mitra kerja yang mengolah hasil hutan kayu. Koordinasi dan
sinergitas selalu rutin dengan pertemuan tiap sebulan sekali.
2. Pemanfaatan kawasan adalah kegiatan untuk memanfaatkan ruang
tumbuh sehingga di diperoleh manfaat secara optimal dengan tidak
mengurangi fungsi utamanya, kawasan yang dapat di manfaatkan
yaitu jasa lingkungan berupa jasa wisata alam(air terjun) jasa aliran
air untuk irigasi dan listrik dan jasa karbon untuk kehidupan
ekosistem yang ada.Pemanfaatn HHK dengan pemberdayaan
masyarakat melalui pola HKM,HD menjadikan peran masyrakat
setempat sangat penting Koordinsi dan sinergi dengan pihak
terkait penting dilakukan karena pemfaatan kawasan ini di area
yang perlu dijaga kelestariannya.pertemuan dengan instansi terkait
bersama kelompok tani rutin dilakukan demi kesinambungan
program ini.
3. Pemberdayaan Masyarakatdi titik beratkan pada pengelolaan
bersama dengan membentuk kelompok kerjakegiatan yang di
arahkan adalah pembangunan masyarakat hutan desa yang
mengelola hasil hutan dengan tidak merusak hutan alam tersebut.
Pelatihan kelompok agar dapat memahami pengelolaan hutan desa
secara baik. Kelompok kerja bekerjsama dengan KPH untuk
berkoordinasi dengan investor untuk memanfaatkan hasil hutan
yang dikelola masyarakat.
| 137RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
4. Rehabilitasi hutan, di lakukan dengan reboisasi atau pengkayaan
terhadap hutan yang kritis di awali dengan survey lahan kritis . KPH
menyiapkan bibit bekerjasama dengan dinas kehutanan atau
BPDAS untuk menyiapkan bibit untuk ditanam di lahan kritis.
5. Perlindungan hutan dan konservasi alam. Perlindungan terhadap
blok inti, blok tata air dan flora fauna. Hal yang dilakukan operasi
gabungan dengan aparat keamanan dan pemasangan papan
informasi , pembuatan penakaran untuk flora fauna yang langka.
Tabel 37.Bentuk Dan Rencana kegiatan koordinasi dan sinergi dengan instansidan stakeholder KPHP Unit IX Oba
No Jenis Kegiatan Bentuk Kegiatan Langkah– langkah Waktu
1 2 3 4 5
1.PemanfaatanHHK
Peningkatan KapasitasProduksi kayu
Kemitraan denganmasyrakat dan investor
2018,2020
Penyesuaian Perizinanpemanfaatan hasil hutankayu
Penyesuaian perizinan dankapasitas jatah tebangan
2019, 2021
2.
Pemanfaatankawasan
pemanfaatan jasalingkungan (jasa wisataalam, jasa aliran air dan jasakarbon)
Pengembangan danpendayagunaan potensikawasan wisata alam
2018 s.d 2026
pemanfaatan hasil hutankayu dalam hutan alam padahutan produksi
pemberdayaan masyrakatmelalui pola HKM,HD danRehabilitasi.
2018, 2019
pemungutan hasil hutanbukan kayu (HHBK)
rekruitmen investorpengusahaan hasil hutanbukan kayu
2018, 2019
3.PemberdayaanMasyarakat
Pengelolaan Hutan Bersamamasyarakat (PHBM)
Pembentukan kelompokkerja
2017, 2018,2019
Pembangunan masyarakatdesa hutan (PMDH)
Pelatihan Kelompok Tani 2018, 2020
4.Rehabilitsi Hutan Reboisasi /pengkayaan - Survey lahan kritis
- Penanaman2017, 2018,2019
5.PerlindunganHutan danKonservasi
Perlindungan blok inti HL(plasma nutfah)
- Patroli Gabungan- Pemasangan papan
informasi
2017 s.d 2026
| 138RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Perlindungan Tata Air (PL-TA)
Rehabilitasi DAS 2017 s.d 2021
Perlindungan flora & faunalangka
- Patroli- Pembuatan Penangkaran
Satwa yang di lindungi
2017 s.d 20262018, 2019
J. Penyediaan Dan Peningkatan KapasitasSumber Daya Manusia
1. Sumber Daya Manusia
Sebagai upaya untuk penguatan kapasitas kelembagaan
KPHP Unit IX Oba menuju KPHP yang mandiri, dibutuhkan
peningkatan sumberdayamanusia (SDM) yang mengelolanya, baik
dari aspek kuantitas maupun kualitas.Kualitas SDM terutama yang
terkait dengan kualifikasi dan kompetensi staf yangmemiliki
relevansi dengan komponen-komponen kegiatan yang
akanditanganinya. Selanjutnya dalam rangka meningkatkan
kapasitas dankapabilitas kelembagaan KPHP dalam menangani
wilayah kelolanya, dinilaipenting menyelenggarakan resort-resort
dalam wilayah kabupaten/Kota.Dalam Permenhut No.P.
42/Menhut-II/ 2011 Tentang StandarKompetensi Bidang Teknis
Kehutanan Pada Kesatuan Pengelolaan HutanLindung dan
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi, dijelaskan beberapa
halterkait dengan standar kompetensi SDM untuk pengelolaan
KPHP sebagaiberikut:
Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki
olehseseorang, mencakup pengetahuan, keterampilan dan
sikap perilaku yangdiperlukan dalam pelaksanaan tugas
jabatannya secara profesional, efektifdan efisien.
Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggung jawab,wewenang dan hak seseorang pegawai dalam
melaksanakan pekerjaanpada suatu organisasi.Dalam
memberikan pertimbangan teknis dan mengusulkan
| 139RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
penetapan organisasi KPHP, khususnya yang berkaitan
dengan sumberdaya manusia,
Dalam kaitan tersebut di atas, Pemerintah Provinsi dan KPH
perlu memperhatikan Standar KompetensiBidang Teknis
Kehutanan Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung
danKesatuan Pengelolaan Hutan Produksi sesuai Permenhut
Nomor P.42/Menhut-II/2011 antara lain; Persyaratan Administrasi
Minimal bagi Pegawai KPHP TipeB berhubung KPHP Unit IX Oba
termasuk dalam Tipe B. Selanjutnya berdasarkan Pasal 10 ayat
(2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61Tahun 2010 tentang
Pedoman Organisasi dan Tata Kerja KesatuanPengelolaan Hutan
Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi diDaerah,
pengangkatan jabatan dan pegawai KPHP Unit IX Oba harus
memenuhi standar kompetensi bidang teknis kehutanan.
Sebagai UPTD KPHP tipe B, KPHP Unit IX Obabaru terpenuhi
dua persyaratan yaitu kepala KPHP (KKPHP) dan kepala sub
bagian tata usaha (Kasubag TU). Yang belum terpenuhi hingga
saat ini adalah kepala-kepala resort KPHP. Karena itu
untukmenjadikan KPHP terkelola baik sesuai arahan rencana
pengelolaan hutan dipandang perlu membentuk resort-resort
KPHP yang baru atau memberdayakan resort-resort kehutanan di
wilayahnya. Selanjutnya untuk menghindari terjadinya tumpang
tindih kepentingan pengelolaan hutan di wilayah KPHP Unit IX
Oba, maka antara Dinas Kehutanan Provinsi Maluku Utara dengan
KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan perlu segera dibentuk
resort-resort di wilayahnya. Sehingga resort yang ada di tingkat
Dinas Kehutanan Provinsi Maluku Utara dapat dilebur ke dalam
resort-resort tersebut, di bawah kendali UPT KPH Tidore
Kepulauan KPHP Unit IX Oba.
Kebutuhan pegawai untuk KPHP Unit IX Oba KPH Tidore
Kepulauan dapat berasal dari bakti rimbawan dan Dinas
| 140RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Kehutanan Provinsi Maluku Utara sesuai dengan kebutuhan dan
kompetensi SDM yang tersedia. Untuk saat ini SDM yang tersedia
20 orang yang terdiri 1 Orang KKPHP, 1 orang Kasubag TU, 2
orang Kepala Seksi, 3 orang Penyuluh Kehutanan, 9 orang Staf
dan 4 orang Bakti Rimbawan. Selanjutnya analisis kebutuhan
tenaga teknisi lapangan termasuk Jagawana pada KPHP Unit IX
Oba KPH Tidore Kepulauan harus didasarkan pada pertimbangan
bahwa setiap staf tenaga teknis pada tingkat seksi dengan
kemampuan mengurus hutan adalah 10.000 Ha/orang, sedangkan
pada tingkatlapangan (Jagawana) adalah 5.000 Ha/orang. Dengan
demikian, rencana kebutuhan personil KPHP Unit IX Oba untuk 10
tahun ke depan sebanyak ± 39 orang dengan rincian
sebagaimana Tabel 38berikut :
Tabel 38. Rencana kebutuhan personil KPHP Unit IX Oba
No Nama JabatanKondisi s/dSeptember
2017
RencanaKebutuhan Pendidikan Pelatihan Yang
Dibutuhkan
1 2 3 4 5 61 Kepala KKPH 1 1 S1 Diklat KKPH
2 Kepala Sub BagianTata Usaha
1 1 S1 DiklatPenatausahaan
3 Kepala Seksi 2 2 S1 Diklat TeknisPengelolaan Hutan
4 Kepala Resort - 3 - DiklatKepemimpinan
5 Kelompok Jabatan Fungsional
Polhut - 6 - Diklat PenyegaranPolhut
Penyuluh 3 6 S1 Diklat TeknikPenyuluhan
6 Tenaga admnistrasi,Keuangan dan Staf
9 10 S1 Diklat Admin. &Keuangan
7 Tenaga BaktiRimbawan
4 10 S1 danSMK
Diklat TeknisPengelolaan Hutan
Jumlah 20 39
2. Penataan Personil
Untuk memenuhi tenaga dengan persyaratan tersebut di
atas, dapatdilakukan dengan cara penataan personil yang ada di
lingkup Pemda Provinsi Maluku Utara dan atau berasal dari
| 141RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
wilayah Kabupaten/Kota lain dalam Provinsi Maluku Utaradan atau
berasal dari wilayah provinsilainnya dan atau dari pusat.
Pemenuhan kebutuhan tenaga kerja lingkup KPHP Unit IX Oba
dapat dilaksanakan sesuai kebutuhan minimal dalam rangka
efisiensi dan efektifitas pelaksanaan pembangunan KPHP saat ini
dan di masa depan.
3. Pengembangan SDM Pengelola KPHP
Pengembangan sumberdaya manusia (SDM) dimaksudkan
untuk memenuhi kualifikasi SDM dan jumlah pengelola KPHP
sesuai PP Nomor 3 Tahun 2008.Tujuannya adalah mempercepat
berfungsinya KPHP sebagaipenguatan pengelolaan hutan di
tingkat tapak. Kegiatan pengembangan SDM pengelola KPHP di
tingkat tapak meliputi; pelatihan teknis pengelolaan hutan dan
perencanaan hutan lingkup KPHP sertapelatihan manajerial KPHP
dalam hubungannya pemerintahan, dan lain-lain.Selanjutnya bagi
pemegang izin usaha pemanfaatan hutan dan penggunaan
kawasan hutan di wilayah KPHP Unit IX Oba dapat merekrut
kebutuhan tenaga kerja sesuai kebutuhannya, namun tetap
mengacu pada kententuan peraturan perundang-undangan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
4. Sarana dan Prasarana Penunjang SDM
Berdasarkan Permenhut Nomor P.41/Menhut-II/2011
Tentang Standar FasilitasiSarana dan Prasarana Kesatuan
Pengelolaan Hutan Lindung Model dan Kesatuan Pengelolaan
Hutan Produksi, dijelaskan beberapa hak terkait dengan sarana
dan prasarana KPHP sebagai berikut:
Sarana adalah barang atau benda bergerak yang dapat
dipakai sebagai alat dalam pelaksanaan tugas dan fungsi unit
| 142RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
organisasi meliputi peralatan perkantoran, peralatan
transportasi dan peralatan lainnya.
Prasarana adalah barang atau benda tidak bergerak yang
dapat menunjang atau mendukung pelaksanaan tugas dan
fungsi unit organisasi antara lain tanah, bangunan, ruang
kantor.
Fasilitasi sarana dan prasarana adalah bentuk dukungan
Pemerintah kepadaKPHP berupa sarana dan prasarana.
Adapun proses fasilitasi sarana dan prasarana KPHP Unit IX
Oba akan direalisasi setelah tersusunnya buku tata hutan dan
rencana pengelolaan hutan jangka panjang (RPHJP). Sedangkan
rencana Kebutuhan Fasilitas Sarana dan Prasarana KPHP Unit IX
oba sebagaimana Tabel 39 dibawah ini :
Tabel 39.Rencana Kebutuhan Fasilitas Sarana dan Prasarana KPHP UnitIXOba
No Jenis Sarpras Volume Satuan Spesifikasi Keterangan
1 2 3 4 5 6
1 Bangunan Kantor :
UPTD KPHP 1 unit Permanen Pm
Resort KPHP 3 unit Permanen Pm
2 Kendaraan Operasional :
Roda empat 2 unit Double Cabin 4WD operasional patroli 1
unit, operasional
kantor 1 unit
Roda dua 9 unit Trail operasional resort
3 Peralatan Kantor
Meja dan kursi kerja 21 set Biro 5 unit, ½ biro
16 unit
operasional
perekantoran
Meja dan kursi rapat 6 set sda
Meja dan kursi tamu 6 set sda
Lemari arsip 5 unit sda
Filling cabinet 5 unit sda
AC 5 unit Kantor KPH 2 unit,
Resort 3 unit
Kipas angina 5 unit Kantor KPH 2 unit,
Resort 3 unit
Televisi 4 unit sda
Pengeras suara (Wairless) 4 unit sda
| 143RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Genset 4 unit 1 unit 30 Kw, 3 unit
5 Kw
sda
4 Peralatan Operasional :
PC Komputer 5 unit Core i7, Ram 4 Gb,
HD 1 TB
sda
Printer 5 unit Multifunction sda
Laptop 5 unit Core i7, Ram 4 Gb,
HD 1 TB, Win10,
Touchscreen
sda
Mesin ketik (manual) 5 unit sda
Handy Talk (HT) 6 unit Disesuaikan sda
OHP 1 unit sda
Plotter 1 unit 32 inch sda
5 Peralatan Survey :
GPS 10 unit Disesuaikan sda
Kompas 10 unit Disesuaikan sda
Haga meter 10 unit Disesuaikan sda
Phi band 10 unit Disesuaikan sda
Altimeter 10 Unit Disesuaikan sda
Meteran roll 10 unit Disesuaikan sda
Teropong 10 unit Disesuaikan sda
5. Bentuk kegiatan peningkatan Kapasitas Personil
Pengelolaan kawasan KPHP Unit IX Oba sangat membutuhkan
dukungan dan kemampuan personil yang memadai. Kapasitas
personil menentukan berhasil tidaknya pengelolaan. Untuk itu
diperlukan pengembangan dan peningkatan bagi personil dari segi
pengetahuan berupa pendidikan, pelatihan-pelatihan penunjang
berupa keahlian pada bidang-bidang tertentu, dan penggalian
informasi dari luar yang dapat menambah pengalaman dan
wawasan.
Beberapa kegiatan jangka panjang dalam program peningkatan
kapasitas personil antara lain :
(1) Perbaikan jenjang pendidikan
(2) Pemetaan kompetensi
| 144RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
(3) Diklat SDM Pengelola KPH
(4) Pertukaran kunjungan staf pengelola
(5) Studi perbandingan
(6) Magang pegawai
(7) Rekrutmen Pegawai KPH
Berdasarkan Permenhut No.P.41/Menhut-II/2011 Tentang Standar
FasilitasiSarana dan Prasarana Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung
Model danKesatuan Pengelolaan Hutan Produksi,
K. Penyediaan Pendanaan
Penyelenggaraan pengelolaan KPHP Unit IX Oba membutuhkan
danayang cukup besar untuk setiap jenis kegiatan usahanya.Oleh
karena itu dalam penyelenggaraan setiap jenis kegiatan usaha akan
dilakukandalam bentuk kemitraan dengan berbagai pihak yang
berminat untuk berinvestasi diwilayahnya.Untuk mencapai maksud
tersebut, KPHP Unit IX Oba menawarkan berbagai produk
pemanfaatan kawasan hutan dan penggunaankawasan hutan. Dalam
rencana sepuluh tahun ke depan, KPHP menawarkan rencana usaha
pemanfaatan hutan, yaitu rencana pemanfaatan hasil hutan kayu
restorasi ekosistem pada hutan produksi (HHK-RE), rencana
pemanfaatan jasa lingkungan (jasa wisata alam, jasaaliran air dan
jasa karbon), dan rencana pemungutan hasil hutan bukan kayu
(HHBK)pada hutan produksi. Rencana-rencana usahapemanfaatan
kawasan hutan dan hasil hutan tersebut diharapkanpendanaannya
bersumber dari pemegang izin usaha.Upaya-upaya tersebut di atas
dimaksudkan agar KPHP mampumembiayai dirinya menuju
kemandirian. Untuk maksud tersebut KPHP perlu mempercepat
rekruitmen investor pengusahaan Hasil Hutan Kayu (HHK).
Selanjutnya kegiatan pemanfaatan kawasan hutan untuk IUP tambang
| 145RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
emas dan nikel masih menunggu pengurusan izin dari Kementrian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Di harapkan operasional
pemanfaatan pertambangan dapat pula membantu pendanaan
pengelolaan KPHP Unit IX Oba. Sumber pendanaan dapat diperoleh
dari APBD, APBN, Donatur, dan Pihak lain yang tidak mengikat sesuai
dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Bentuk kegiatan untuk memperoleh sumber pendanaan adalah
sebagai berikut :
1. Membentuk mitra dengan berbagai pihak yang berminat untuk
berinvestasi dengan menawarkan berbagai produk pemanfaatan
kawasan hutan dan penggunaan kawasan hutan, rencana usaha
pemanfaatan hutan yaitu rencana pemanfaatan hasil hutan kayu
dalam hutan Alam (Restorasi Ekosistem) pada hutan produksi
(IUPHHK-RE), rencana pemanfaatan jasa lingkungan (jasa wisata
alam, jasa aliran air dan jasa karbon), dan rencana pemungutan
hasil hutan bukan kayu (HHBK) pada hutan produksi.
2. Koordinasi dan konsultasi dengan Kementerian Kehutanan tentang
perencanaan anggaran pembangunan KPHP Unit IX Oba.
3. Konsultasi usulan anggaran KPHP Oba yang disiapkan dari APBD ,
sampai tahap Rapat pembahasan dan penatapan anggaran
4. Menggunakan skenario PPK-BLUD. Pengelolaan dengan model
PPK-BLUD dirasakan lebih fleksibel karena KPHP unit IX Oba akan
lebih fleksibel dalam mengelola unit bisnisnya dengan tetap
mengedepankan fungsi pelayanan publik.
Bentuk kegiatan dapat di uraikan dalam bentuk tabel 40 berikut;
| 146RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Tabel 40. Rencana bentuk kegiatan penyediaan dana
Program Jenis Kegiatan Tahun
1 2 3
PenyediaanDana
1. Membentuk Mitra kerja dengan pihak yangberinvestasi
2017, 2018
2. Koordinasi & konsultasi dengan KEMENLHKtentang perencanaan anggaran
2017, 2018
3. Konsultasi anggaran dengan Pemda tentangpenggaran dana APBD
2017, 2018
4. Menggunakan scenario PPK – BLUD 2020
Adapun rencana pendanaan KPHP Unit IX Oba KPH Tidore
Kepulauan untuk sepuluh tahun ke depan terlihat pada Tabel 41 dan Tabel
42berikut ini :
| 147RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Tabel 41. Rencana Program dan Kegiatan Jangka Panjang Hutan Lindung (HL) KPHP Unit IX ObaRencana Tahun dan Biaya (x Rp 1.000)
No Program & Kegiatan LokasiVolume(Satuan) 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 Sumber
DanaVol Biaya Vol Biaya Vol Biaya Vol Biaya Vol Biaya Vol Biaya Vol Biaya Vol Biaya Vol Biaya Vol Biaya
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1Prog. Pemantapan pemanfaatan potensisumberdaya hutan APBD/APBNOrientasi batas partisipatif HL Mangrove 22,80 km 22,80 68,400Rekonstruksi batas partisipatif HL Mangrove 22,80 km 22,80 228,000 APBD/APBNPenataan blok dan petak pengelolaan hutan HL Mangrove 28,90 km 28,90 86,700
2Prog. Peningkatan kualitas & akses informasiSDA & LHInventarisasi potensi komoditi hasil hutanbukan kayu Wilayah HL 637,93 Ha 337,93 51,000 300 Ha 45,000Inventarisasi spesies flora & fauna endemikdan langka utk konservasi Sda 637,93 Ha 337,93 51,000 300 Ha 45,000 APBD/APBNPenyusunan & pelaporan, leaflet, data spatial &non spatial Kantor KPHP 1 paket 1 paket 150,000Peningkatan dan pelatihan SDM penyaji data &informasi KPHP Kantor KPHP 1 paket 1 paket 100,000Workshop data dan informasi KPHP Kantor KPHP 1 paket 1 paket 100,000
3 Prog. Rehabilitasi & pemulihan cadangan SDAReboisasi kawasan / stok karbon Wilayah HL 637,93 337,93 3,380,000 300 3,000,000
Pelatihan pesemaian dan penanaman pohonMasy sekitarkwsn 3 kali 1 110,000 1 130,000 1 150,000 APBD/APBN
Pembuatan bangunan penangkar spesies2 floraunggulan lokal & fauna langka. Wilayah HL
1 unit(150m2) 1 unit 250,000
4Prog. Pengembangan kapasitas pengelolaanSDAKerjasama kemitraan/kolaborasi utkpendanaan pengelolaan KPHP Kantor KPHP 2 paket 1 110,000 1 120,000Menyusun aturan pengmbngn & pmfaatnHHBK, Jasa lingk, wisata alam Sda 1 paket 1 paket 60,000 APBD/APBNPenyusunan materi penyuluhan &penggandaan Sda 1 paket 1 paket 110,000Studi banding ke KHP yg sdh eksis Inhutani 1 kali 1 paket 110,000 1 paket 120,000Pembentukan pokja2 masy pemandu wisata &pemanfaatan jasling
Desa2 sktrkwsn HL 10 klmpk 5 klmpk 62,500 5 klmpk 62,500
5Prog. Pemantapan perlindungan &pengamanan kawasanOperasi terpadu pengamanan kawasan hutanlindung Wilayah HL 10 kali 1 kali 110,000 1 kali 120,000 1 kali 130,000 1 kali 140,000 1 kali 150,000 1 kali 160,000 1 kali 170,000 1 kali 180,000 1 kali 190,000 1 kali 147,743Koordinasi dgn aparat keamanan yg terkait Sda 5 kali 2 kali 55,000 2 kali 60,000 1 kali 65,000 69,805 APBD/APBNFasilitasi proses penegakan hukum(pemberkasan perkara) Sda 10 kali 1 kali 10,000 1 kali 10,500 1 kali 11,025 1 kali 11,576 1 kali 12,154 1 kali 12,761 1 kali 13,399 1 kali 14,068 1 kali 14,771 1 kali 15,509Pembuatan bangunan pos kerja/penjagaan pdsetiap blok pengelolaan Sda 1 bh 1 bh 500,000
6 Prog. Pendidikan dan pelatihanMenyusun program keg. pelatihan teknispengelolaan hutan Kantor KPHP 1 paket 1 paket 55,000Pelatihan ketrampilan ttg rehab, perlndngan &pemanfaatan HHBK (demplot)
Desa2 sktrkwsn HL 1 lokasi 1 lokasi 80,000
Kerjasama dgn lembaga PT utk peningkatanSDM personil KPHP Provinsi Malut 2 paket 1 paket 200,000 1 paket 200,000 APBD/APBNWorkshop dan diklat pengelolaan KPHP Kantor KPHP 2 paket 1 paket 120,000 1 paket 140,000Kerjasama (MoU) dgn lembaga PT (tim pakar)utk pendidikan dan pelatihan UNSRAT 1 paket 1 paket 120,000Dilkat pengembangan usaha kepariwisataandan jasa lingkungan Kantor KPHP 1 paket 1 paket 120,000
7 Prog. Penelitian dan pengembangan IPTEKRiset sosek masy di sekitar kawasan hutanlindung (HL)
Desa di sktrkwsn HL 1 paket 1 paket 100,000
Riset sistem pemanfaatan jasa lingk & wisataalam yg ramah lingkungan Wilayah HL 1 paket 1 paket 125,000 APBD/APBNRiset pertumbuhan & perkembangan H&P sda 1 paket 1 paket 130,000
| 148RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
hutan (forest entomology)8 Prog. Pengembangan sarana & prasarana fisik
Pembuatan jalan rintis (tracking) menujulokasi2 pemanfaatan Wilayah HL 5 km 5 km 30,000Pembuatan & pemasangan tanda-tandainformasi di lapangan sda 20 bh 10 bh 25,000 10 bh 27,500
APBD/APBN
Pembagunan Sarpras ekowisata HL 3 paket 1 250.000 1 250.000 1 250.000
Jumlah :3.382,154,
603.001.755,
50 476,03 281,58 162,15 292,76 183,40 194,07 204,77 461,06TOTAL : 63.386.165,91
Tabel 42. Rencana Program dan Kegiatan Jangka Panjang Hutan Produksi Terbatas (HPT) KPHP Unit IX ObaRencana Tahun dan Biaya (x Rp 1.000)
No. Program & Kegiatan LokasiVolume(Satuan) 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026
Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1Prog. Pemantapan pemanfaatanpotensi sumberdaya hutan
Penataan batas luar kawasan HPT30,37
km30,37
km 182,22APBD/
APBN
Pemeliharaan batas kawasan sda50,61
km50,61
km 506,1
Orientasi batas partisipatif HPT30,37
km30,37
km 91,11Penataan blok dan petakpengelolaan hutan HPT
85,32km
85,32km 511,92
2Prog. Peningkatan kualitas & aksesinformasi SDA & LHInventarisasi potensi kayu & nonkayu pd
HutanPrimer
1,072,83Ha
572,83Ha 85,924 500 Ha 75
APBD/APBN
hutan primer & sekunderHutanSekunder 5000 Ha
2500Ha 3752500 Ha 375
Penyusunan & pelaporan neraca SDHutan, leaflet, data spatial & nonspatial
WilayahHPT 1 paket 1 paket 150
Peningkatan dan pelatihan SDMpenyaji data & informasi KPHP sda 1 paket 1 paket 100Workshop data dan informasi KPHP sda 1 paket 1 paket 100
3Prog. Rehabilitasi & pemulihancadangan SDA
Reboisasi kawasan / stok karbonWilayahHPT
2.321,54Ha
232,154Ha 2.321.540
232,154Ha 2.321.540
232,154Ha 2.321.540
232,154Ha 2.321.540
232,154Ha 2.321.540
232,154Ha 2.321.540
232,154Ha 2.321.540
232,154Ha 2.321.540
232,154Ha 2.321.540
232,154Ha 2.321.540
Pelatihan pesemaian danpenanaman pohon
Masysekitarkwsn 3 kali 1 kali 110 1 kali 120 1 kali 130
APBD/APBN
Pembuatan bangunan penangkarspesies2 flora unggulan lokal &fauna langka.
WilayahHPT
1 unit(150m2) 1 unit 250
Pembuatan demplot HD dgn polapenanaman agroforestry
WilayahHPT
172,11Ha 1 Keg 4.302.750
Pembuatan hutan kemasyarakatan(HKm) pd lahan terbuka
WilayahHPT
193,35Ha 1 Keg 4.831.250
4Prog. Pengembangan kapasitaspengelolaan SDAKerjasama kemitraan/kolaborasi utkpendanaan pengelolaan KPHP
KantorKPHP 2 paket 1 paket 110 1 paket 120
APBD/APBN
Menyusun aturan & insentifpengmbngan & pemanfaatan SDHutan oleh masy. sda 1 paket 1 paket 60Penyusunan materi penyuluhan &penggandaan sda 1 paket 1 paket 110Studi banding ke KHP yg sdh eksis Inhutani 1 kali 1 paket 110
| 149RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Pembentukan pokja2 masy pendaurulang limbah kayu (souvenir, briketdll)
Desa2 sktrkwsn HPT
10klmpk 5 klmpk 62,5 5 klmpk 62,5
Pembentukan pokja2 masy utkpemanfaatan HHBK
Desa2 sktrkwsn HPT
10klmpk 5 klmpk 62,5 5 klmpk 62,5
5Prog. Pemantapan perlindungan &pengamanan kawasanOperasi terpadu pengamanan kwsnterhdp komoditas kayu dan nonkayu
WilayahHPT 10 kali 1 kali 110 1 kali 120 1 kali 130 1 kali 140 1 kali 150 1 kali 160 1 kali 170 1 kali 180 1 kali 190 1 kali147,743
APBD/APBN
Pembuatan sekat bakar (vegetasi /mekanis) sda 25 km 10 km 100 5 km 50 5 km 50 5 km 50Koordinasi dgn aparat keamanan ygterkait sda 5 kali 2 kali 55 2 kali 60 1 kali 65Fasilitasi proses penegakan hukum(pemberkasan perkara) sda 10 kali 1 kali 10 1 kali 10,5 1 kali 11,025 1 kali 11,576 1 kali 12,154 1 kali 12,761 1 kali 13,399 1 kali 14,068 1 kali 14,771 1 kali15,509
APBD/APBN
Pembuatan bangunan poskerja/penjagaan pd setiap blokpengelolaan sda 4 bh 4 bh 2.000.000Pembuatan bangunan pospengawasan pd titik masuk/keluarjalan utama sda 2 bh 2 bh 1.000.000
6 Prog. Pendidikan dan pelatihanMenyusun program keg. pelatihanteknis pengelolaan hutan
KantorKPHP 2 paket 1 paket 55 1 paket 60
APBD/APBN
Pelatihan ketrampilan ttg rehab,perlndngan & pemanfaatan hslhutan (demplot)
KantorKPHP 2 lokasi 1 lokasi 80 1 lokasi 85
Kerjasama dgn lembaga pend utkperluasan info rasa cinta pd SDhutan
WilayahsekitarHPT 2 paket 1 paket 120 1 paket 140
Kerjasama dgn lembaga PT utkpeningkatan SDM
ProvinsiMalut 2 paket 1 paket 200 1 paket 220
Workshop dan diklat pengelolaanKPHP
KantorKPHP 2 paket 1 paket 120 1 paket 140
Kerjasama (MoU) dgn lembaga PT(tim pakar) utk pendidikan danpelatihan UNSRAT 1 paket 1 paket 120
7Prog. Penelitian dan pengembanganIPTEKRiset pertmbhn riap tegakan hutanalam & tanaman
WilayahHPT 1 paket 1 paket 200
APBD/APBN
Riset sosek masy di sekitar kawasanhutan (HPT)
Desa disktr kwsnHPT 1 paket 1 paket 100 1 paket 86,25 1 paket 97,5
Riset pertumbuhan jenis unggulanlokal
WilayahHPT 1 paket 1 paket 125
Riset tingkat bahaya erosi DAS dansub DAS DAS 2 paket 1 paket 200 1 paket 220 1 paket 250Riset rekayasa genetik untukmencari spesies unggulan lokalberumur pendek
WilayahHPT 1 paket 1 paket 125
Riset sistem pemanenan kayu dannon kayu yang ramah lingkungan sda 2 paket 1 paket 125 1 paket 150 1 paket 120Riset pemanfaatan limbah kayuuntk masy sekitar hutan sda 2 paket 1 paket 100 1 paket 120 1 paket 100Riset pengembangan komoditi hslhutan non kayu sda 2 paket 1 paket 100 1 paket 120Riset pertumbuhan &perkembangan H&P hutan (forestentomology) sda 1 paket 1 paket 125Riset pemetaan komposisi jenistanah dlm kawasan sda 2 paket 1 paket 125 1 paket 150
8Prog. Pengembangan sarana &prasarana fisikPembangunan aksesibiltas (jalan, Wilayah
| 150RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
jembatan, gorong2 dll) HPT
jalan utama sda ± 90 km 30 km 30.000.000 30 km 45.000.000 30 km 55.000.000APBD/APBN
jalan sekunder / sarad sda ± 89 km 50 km 25.000.000 30 km 22.500.000 9 km 9.000.000
jembatan & gorong-gorong sda ± 6 bh 2 bh 5.000.000 1 bh 3.000.000 1 bh 3.500.000 1 bh 4.000.000 1bh 4.500.000Pembuatan & pemasangan tanda-informasi di lapangan
Desa2 sktrkwsn HPT 30 bh 20 bh 40 5 bh 12,5 5 bh 13,75
Pengadaan fasilitas teknologipemanenan kayu
WilayahHPT 1 paket 1 paket 25.000.000
Pengadaan fasilitas teknologipemanenan HHBK
WilayahHPT 1 paket 1 paket 10.000.000
Jumlah : 65.324.661,17 102.127.303,00 74.654.620,88 16.321.841,58 6.821.908,40 2.321.712,76 2.321.973,40 2.322.051,57 2.321.744,77 2.321.703,25APBD/APBN
TOTAL : 276.859.520,78
| 151RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
L. Pengembangan Database
Sistem informasi kehutanan KPHP diberlakukan dengan maksud
sebagaiacuan dalam penyelenggaraan sistem informasi kehutanan
sebagai norma, standar, prosedur dan kriteria dalam penyelenggaraan
sistem informasi kehutanan di tingkat KPHP. Tujuan penetapan sistem
informasi kehutanan KPHP adalah terlaksananya penyelenggaraan
sistem informasi kehutanan secara terkoordinasi dan terintegrasi
sebagai pendukung dalam proses pengambilan keputusan serta
peningkatan pelayanan bagi publik dan dunia usaha. Jenisdata
kehutanan yang diperlukan dalam penyelenggaraan sistem informasi
kehutanan pada KPHP Unit IX Oba adalah meliputi data:
a.Kawasandan potensi hutan; b. Industri kehutanan; c. Perdagangan
hasil hutan; d.Rehabilitasi lahan kritis; e. Pemberdayaan masyarakat;
dan f. Tata kelolakehutanan.
1. Data kawasan dan potensi hutan antara lain meliputi: Luas
kawasan hutan dan perairan; Tata batas kawasan hutan; Luas
kawasan hutan yang telah ditetapkan; Luas dan letak perubahan
fungsi dan peruntukan kawasan hutan;Luas dan letak kesatuan
pengelolaan hutan; Potensi hasil hutan kayu; Potensi hasil hutan
bukan kayu; Luas areal yang tertutup dan tidak tertutuphutan;
Luas dan letak areal penggunaan kawasan hutan; Jenis flora
danfauna yang dilindungi; Gangguan keamanan hutan; Lokasi dan
luas areal kebakaran hutan; dan Perlindungan hutan.
2. Data industri kehutanan antara lain meliputi: Jumlah dan luas izin
usaha pemanfaatan hasil hutan kayu; Jumlah dan luas izin usaha
pemanfaatan hasilhutan bukan kayu; Jumlah dan luas izin usaha
pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam; Jumlah izin
pengusahaan tumbuhan dan satwa liar; Produksi kayu bulat dan
kayu olahan (produksi hasil hutan bukan kayu dan Pelaksanaan
| 152RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
sistem silvikultur intensif); Jumlah dan kapasitas industri primer
kehutanan; dan sertifikasi pengelolaan hutan.
3. Data perdagangan hasil hutan antara lain meliputi: Volume dan
nilai eksporhasil hutan kayu dan bukan kayu; Volume dan nilai
impor kayu bulat dankayu olahan; Nilai perdagangan tumbuhan
dan satwa liar; Potensi penyerapan dan perdagangan karbon; Nilai
PNBP dari penggunaan kawasan hutan; dan Kontribusi sektor
kehutanan terhadap Produk DomestikBruto (PDB)
4. Data rehabilitasi lahan kritisantara lain meliputi: Lokasi dan luas
lahan kritis berdasarkan DAS; Laju deforestasi dan degradasi;
Hasil kegiatan rehablitasi hutan dan lahan; Luas dan lokasi
kegiatan reklamasi kawasan hutan; dan Pengembangan kegiatan
perbenihan.
5. Data pemberdayaan masyarakat antara lain meliputi: Lokasi dan
luas hutan desa; Jumlah, letak dan luas areal hutan tanaman
rakyat; Letak dan luas areal hutan rakyat; Letak dan luas areal
hutan kemasyarakatan; Pengelolaan Hutan Bersama masyarakat
(PHBM); Pembangunan masyarakat desa hutan (PMDH);
Peningkatan ekonomi masyarakat disekitar kawasan konservasi;
dan Peningkatan usaha masyarakat di sekitar hutan produksi.
6. Data tata kelola kehutanan antara lain meliputi: Jumlah dan
sebaran PNSinstansi kehutanan; Alokasi dan realisasi anggaran;
Sarana dan prasarana instansi kehutanan; Realisasi audit reguler
dan khusus; Penyuluhan kehutanan; dan Teknologi produk dan
informasi ilmiah.
Bentuk Pengembangan database di KPHP Unit IX Oba tahapan
meliputi:
1. Penyusunan desain Sistem Informasi Manajemen (SIM); mencakup
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan pengelolaan
pembangunan kehutanan KPHP Unit IX Oba
| 153RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
2. Pengadaan software dan hardware sarana dan prasarana
pendukung berbasis teknologi informasi
3. Pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan dan
pelatihan yang berkaitan dengan teknologi informasi.
Adapun rencana Program Pengembangan Database KPHP Unit IX
Oba untuk sepuluh tahun ke depan terlihat pada Tabel berikut ini :
Tabel 43. Rencana Program Pengembangan Database
Program Jenis Kegiatan Tahun
1 2 3
PengembanganDatabase
1. Penyusunan/Desain sistem informasimanajemen (SIM) yang mencakupperencanaan, pelaksanaan dan pengendaliankegiatan pengelolaan pembangunan kehutananKPHP Unit IX Oba serta pengadaan softwaredan peralatan pendukungnya
2017, 2018
2. Pengadaan software dan handware sarana danprasarana pendukung berbasis teknologiinformasi
2017, 2018
3. Pengembangan sumber daya manusia melaluipendidikan dan pelatihan yang berkaitandengan teknologi informasi
2017, 2018
M. Rasionalisasi Wilayah Kelola
Untuk mengembangkan manajemen pengelolaan kawasan KPHP
Unit IX Oba dibutuhkan proses rasionalisasi wilayah kelola melalui
kegiatan-kegiatan perencanaan dan diskusi publik.Rasionalisasi
kawasan KPHP terkait denganaspek perkembangan kebijakan dibidang
pengelolaan hutan maupun dengan kondisi hutan di tingkat tapak.
Terdapat dua alasan mengapa rasionalisasi kawasan harus
dilakukan. Pertama rasionalisasi terkait keberadaan desa/dusun di
dalam kawasan hutan..Rasionalisasi terhadap wilayah-wilayah seperti
ini adalah dengan mengeluarkan desa/dusun dalam kawasan tersebut
(enclave). Kedua adalah Rasionalisasi wilayah kelola terkait
| 154RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
perubahan pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan. Misalnya
jika blok pemanfaatan kayu pada hutan alam sudah tidak memiliki
potensi yang signifikant maka perlu dirasionalisasi ke bentuk wilayah
kelola lain misalnya diarahkan ke pemanfaatan kayu hutan tanaman
Selanjutnya dalam perjalanan proses pengelolaan KPHP sepuluh
tahun ke depan, apabila dalamrentang waktu tersebut terdapat
beberapa rencana usaha yang tidakmemungkinkan dilaksanakan
setelah dilakukan studi-studi kelayakan ataupunterdapat rencana
kegiatan yang belum teridentifikasi saat penyusunan rencanaini maka
dapat dilakukan rasionalisasi wilayah kelola.
Rencana Rasionalisasi pengelolaan kawasan hutan di KPHP Unit
IX Oba dapat di jelaskan sebagai berikut;
1. Pengurangan dan atau penambahan luas areal wilayahkelola pada
kegiatan usaha-usaha tertentu dalam wilayah KPHP.Isu
rasionalisasi wilayah kelola yang dapat dilaksanakan dalam waktu
dekat adalah penggabungan (merger) berbagai jenis program dan
kegiatan KPHP Unit IX Oba dengan KPHP Model Gunung Sinopa,
dengan pertimbangan bahwa kedua KPHP tersebut letaknya
berdampingan antara satu dengan lainnya.
2. Pemanfaatan kawasan pada blok pemanfaatan terdapat juga
pertambangan yang sudah mendapat IUP dari Walikota, apabila
izin pertambangan ini sudah dikelola dengan baik sesuai peraturan
perundangan-undangan yang berlaku maka dapat di kelola
pemanfaatannya.
3. Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK); Pengembangan
investasi getah pohon damar diharapkan diprioritaskan dilakukan
pada areal yang direncanakan menjadi wilayah tertentu yang
mempunyai potensi HHBK pada areal yang penutupan lahan
hutannya primer dan hutan sekunder yang terdapat pada Blok
Pemanfaatan HL, Blok Pemberdayaan Masyarakat, dan Blok Jasa
Lingkungan dan HHBK pada HPT.
| 155RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Rasionalisasi wilayah kelola yang dilakukan harus disesuaikan dengan
kaidah-kaidah ekologis dan ekonomi artinya perubahan-perubahan
yang terjadi dalam wilayah kelola KPHP unit IX Oba tetap
mengedepankan aspek ekologi dan aspek sosial ekonomi.
Rencana program dan kegiatan rasionalisasi wilayah kelola pada KPHP
Unit IX Oba untuk sepuluh tahun ke depan terlihat pada Tabel berikut
ini :
Tabel 44. Rencana Program dan kegiatan rasionalisasi wilayah kelola
Program Jenis Kegiatan Tahun
1 2 3
Rasionalisasiwilayah kelola
1. Pengurangan dan atau penambahan luas arealwilayah kelola pada kegiatan usaha-usahatertentu dalam wilayah KPHP
2017, 2018
2. Pemanfaatan kawasan pada blok pemanfaatan 2020, 2021
3. Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu(HHBK) 2019,2021,
N. Review Rencana Pengelolaan (Minimal 5 Tahun Sekali)
Review rencana pengelolaan 5 tahun merupakan kegiatan
evaluasi terhadap rencana kegiatan yang telah dilakukan selama 5
tahun. Review rencana pengelolaan dilakukan mulai dari tingkat blok
pengelolaan sampai dengan petak pengelolaan. Maksud dilakukannya
review terhadap rencana pengelolaan adalah untuk mewujudkan
tatanan pengelolaan hutan secara efisien dan lestari, melalui evaluasi
terhadap seluruhkegiatan di unit-unit pengelolaan hutan tingkat tapak
(blok dan petak). Evaluasi terhadap pengelolaan blok dan petak
didasarkan pada data-data yang terkumpul sebagai ukuran kinerja
| 156RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Reviewr encana pengelolaan KPHP Unit IX Oba sangat
dimungkinkan untuk dilakukan selama proses dan maksud serta
tujuan review tidak menyalahi peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Rencana Review di wilayah KPHP Unit IX Oba sebagai berikut ;
1. Review pelaksanaan pengelolaan di wilayah KPHP oba yang
terdapat potensi tambang,review pengelolaan tambang perlu di
monitoring dan dievaluasi secara rutin karena pengelolaan
tambang yang tidak sesuai aturan menyebabkan kerusakan hutan
dan ekosistem flora dan fauna terancam punah yang berdampak
pada bencana alam dan merugikan masyarakat yang berada di
sekitar kawasan hutan itu, sehingga mereview kembali
pelaksanaan pengelolaan tambang.
2. Review pelaksanaan pengelolaan usaha pemanfaatan HHK pada
Hutan Desa. Pelaksanaan review dilakukan minimal dalam kurun
waktu lima tahun apabla dalam pengelolaan pemanfaatan hasil
hutan kayu tidak memberikan keuntungan ekonomi dan menaikkan
kesejahteraan masyarakat desa serta tidak dilakukan dengan
sistem pengelolaan hutan lestari maka penentuan terhadap blok
pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan desa perlu ditinjau
ulang.
3. Review pelaksanaan pengelolaan Hutan Kemasyakatan, sama
halnya dengan hutan desa pelaksanaan review setiap lima tahun
sekali dan apabila pengelolaanya tidak sesuai aturan yang ada
sehingga mengubah status dan fungsi kawasan hutan secara
ekonomi, ekologi dan social yang berdampak pada rusaknya
lingkungan kemudian pemanfaatn HHBK tidak memberi dampak
positif yang signifikan untuk masyakat di sekitar kawasan hutan,
maka pelaksanaan hutan kemasyakatan ini perlu di review kembali.
4. Review pelaksanaan pengelolaan pemanfaatan jasa lingkungan,
Pelaksanaan review setiap lima tahun perlu dilaksanakan untuk
| 157RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
melihat perkembangan pemanfaatan jasa lingkungan apabila
pemanfaatan tidak sesuai dengan aturan dan merusak ekosistem
yang ada maka perlu review kembali.
5. Review pelaksanaan perubahan peraturan pemerintah terkait
pengelolaan dan pemanfaatan hasil hutan, mereview yang
dimaksudkan disini adalah mensinkronkan setiap perubahan
kebijakan pemerintah di bidang pengelolaan hutan yang mungkin
terjadi selama jangka waktu tertentu, seperti contoh kasus adanya
rencana pembukaan lahan transmigrasi di Desa Koli, Kecamatan
Oba yang sebagian kawasannya masuk pada wilayah hutan
produksi terbatas KPHP Unit IX Oba. Luas lahan kawasan hutan
produksi yang masuk dalam rencana transmigrasi tersebut belum
diketahui dengan pasti karena belum di tata batas
Rencana program dan kegiatan reviewrencana pengelolaan KPHP Unit
IX Oba terlihat pada Tabel berikut ini :
Tabel 45. Rencana reviewpengelolaan KPHP Unit IX Oba
Program Jenis Kegiatan Tahun
1 2 3
Reviewrencanapengelolaan 5(lima) tahun
sekali
1. Review pelaksanaan pengelolaan di wilayahKPHP oba yang terdapat potensi tambang
2021
2. Review pelaksanaan pengelolaan usahapemanfaatan HHK pada Hutan Desa
2022
3. Review pelaksanaan pengelolaan HutanKemasyakatan
2023,
4 Review pelaksanaan pengelolaan pemanfaatanjasa lingkungan
2022
5 Review pelaksanaan perubahan peraturanpemerintah terkait pengelolaan danpemanfaatan hasil hutan
2021
| 158RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
O. Pengembangan Investasi
Pengembangan investasi di KPHP unit IX Oba diarahkan pada
pemanfaatan investasi pada hasil hutan bukan kayu, pengembangan
hasil hutan kayu dan pemanfaatan jasa lingkungan. Sebelum kegiatan
tersebut dilaksanakan maka KPHP unit IX Oba akan merencanakan
pembuatan rencana bisnis plan. Adapun rencana pengembangan
investasi dijelaskan secara ringkas di bawah ini
1. Pengembangan investasi pada hasil hutan bukan kayu
Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)/jasa lingkungan
mempunyai peluang yang cukup besar dan menjanjikan serta
kompetitif di wilayah KPHP unit IX Oba. Potensi yang dapat
dioptimalkan untuk HHBK adalah pemanfaatan rotan, pemanfaatan
getah damar. Beberapa lokasi yang memiliki potensi rotan di hutan
alam adalah di wilayah Kecamatan Oba Tengah dan Kecamatan
Oba Utara, Sedangkan getah Damar terdapat pada kecamatan Oba
tengah, Oba Utara dan Kecamatan Oba demikian KPHP unit IX Oba
akan merencanakan budidaya rotan untuk skala usaha dimana
untuk lokasinya akan mengambil lokasi di wilayah-wilayah blok
pemanfaatan jasling dan HHBK. Saat ini pasar untuk produk rotan
masih terbuka lebar baik untuk pasar lokal maupun untuk pasar
regional. Sedangkan pasar untuk getah damar umumnya berada di
Pulau Jawa
2. Pengembangan Investasi Ekowista dan Jasa Lingkungan
KPHP unit IX Oba mempunyai potensi jasa lingkungan berupa air
dan wisata alam baik pegunungan maupun wisata mangrove.
Pemanfaatan jasa lingkungan air beberapa diantaranya telah
dimanfaatkan oleh masyarakat. Skema pengembangan investasi
jasa lingkungan air adalah pemanfaatan kebutuhan air baku/air
minum. Hasil survey terhadap potensi air baku terdapat di Desa
Sigela Kecamatan Oba. Investasi pengembangan wisata alam,
direncanakan akan dilakukan dengan model kemitraan antara pihak
| 159RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
KPHP unit IX Oba dan Universitas pola mandiri sedangkan untuk
wisata mangrove akan dikelola oleh KPHP.
3. Pengembangan Investasi Hutan Alam (Restorasi Ekosistem)
izin usaha yang diberikan untuk membangun kawasan dalam hutan
alam pada hutan produksi yang memiliki ekosistem penting
sehingga dapat dipertahankan fungsi dan keterwakilannya melalui
kegiatan pemeliharaan, perlindungan, dan pemulihan ekosistem
hutan termasuk penanaman, pengayaan, penjarangan,
penangkaran satwa, pelepasliaran flora dan fauna untuk
mengembalikan unsur hayati (flora dan fauna) serta unsur non
hayati (tanah, iklim dan topografi) pada suatu kawasan kepada
jenis yang asli, sehingga tercapai keseimbangan hayati dan
ekosistemnya. Luas wilayah pengembangan hutan alam restorasi
ekosistem (IUPHHK-RE) mencapai 820,68 ha dengan pola
penanaman sejenis dan kombinasi antara jenis kayu dan HHBK.
Mengingat luasannya kecil maka model kemitraan yang akan dipilih
dalam rangka pengembangan hutan tanaman
4. Pengembangan investasi kayu di hutan alam
Bisnis kayu adalah salah satu bisnis jangka panjang dengan
kemungkinan keuntungan yang sangat tinggi, selama beberapa
abad terakhir permintaan kayu selalu meningkat seiring dengan
meningkatnya populasi dunia.Berdasarkan perspektif di atas maka
usaha pengembangan investasi kayu di KPHP unit IXOba memiliki
prospek yang cerah. Prinsip dasar yang dianut oleh KPHP unit IX
Oba dalam pengembangan investasi kayu adalah:
1. Investasi kayu harus ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat
sekitar hutan khususnya dan masyarakat Kota Tidore Kepulauan
secara umum
2. Investasi kayu harus dilakukan dengan prinsip-prinsip
pengelolaan hutan lestari.
| 160RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Dengan demikian maka arahan pengembangan investasi kayu di
KPHP unit IX Oba adalah
1. Pengembangan hasil hutan kayu hutan alam yang akan
dilakukan langsung oleh pengelola KPHP unit IX Oba
2. Pengembangan hutan kayu pada hutan alam melalui pemberian
ijin kepada masyarakat/koperasi dan pengembangan investasi
melalui restorasi ekosistem sebagai wujud dari pengelolaan
hutan secara lestari
Tabel Rencana program dan kegiatan Pengembangan Investasi KPHP
Unit IX Oba terlihat pada Tabel berikut ini :
Tabel 46. Rencana Pengembangan Investasi KPHP Unit IX Oba
Program Jenis KegiatanRencana
Tahun Mulai
1 2 3
PengembanganInvestasi
1. Pengembangan investasi pada hasil hutanbukan kayu
2021
2. Pengembangan investasi Jasa Lingkungan danekowisata
2018
3. Pengembangan investasi Restorasi Ekosistem 2023
4 Pengembangan investasi Kayu di Hutan Alam 2022
Rencana pengembangan investasi di wilayah KPHP Unit IX Oba
sangat dibutuhkan untuk menyakinkan pihak investordalam
menanamkan modalnya di wilayah KPHP.Untuk itu perlu dilakukan
analisis kelayakan terhadap beberapa rencana usaha pemanfaatan
hutan yang diselenggarakanoleh KPHP.
Adapun rencana pengembangan investasi di wilayah KPHP Unit
IX Oba dititikberatkan pada perhitungan kelayakan usaha
pemanfaatan hutan produksi melalui pembangunan hutan tanaman
seperti hutan tanaman berbasis HKm atau hutan tanaman lainnya,
termasuk kegiatan rehabilitasi hutan.
| 161RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Perhitungan kelayakan usaha pemanfaatan hutan produksi
adalah:
1. Pembiayaan dan Penataan Waktu
Besarnya anggaran pembangunan hutan tanaman lima tahun
terakhirdari berbagai sumber anggaran beserta realisasinya
dijadikan acuan dalam merencanakan jumlah anggaran untuk
lima tahun berikutnya.
Rencana anggaran pada dasarnya merupakan terjemahan dari
inputmenjadi unit uang dengan menggunakan satuan biaya
(unit cost) yang berlaku serta asumsi-asumsi tertentu.
Satuan biaya yang digunakan didasarkan pada hasil studi
lapanganpada waktu dan tempat tertentu dan/atau ketetapan
instansi-instansiyang berwenang.
Pembiayaan kegiatan pembangunan hutan tanaman
bersumber dari APBN/APBD dan sumber-sumber lain yang
berpotensi membiayai kegiatan untuk masa lima tahun
kedepan (masa review rencanapengelolaan hutan). Selain
pembiayaan tersebut, pembiayaan kegiatanjuga dapat berasal
dari DBH DR, DAK Bidang Kehutanan, dan lain-laintermasuk
pembiayaan secara swadaya masyarakat maupun kemitraan.
Analisis finansial dilaksanakan untuk menentukan sampai
seberapabesar suatu program/kegiatan dapat memberikan
manfaat yang lebihbesar dari biaya (investasi) yang diperlukan
dari sudut ekonomi maupunperbaikan kondisi lingkungan.
Analisa finansial merupakan alat bagi pembuat keputusan
untukmenetapkan layak atau tidaknya suatu program/kegiatan
dilaksanakan.
Keuntungan atau manfaat dari program/kegiatan dapat
berupakeuntungan langsung, atau tidak langsung dan tidak
dapat dinilaidengan uang (intangable), misalnya perbaikan
| 162RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
lingkungan hidup,perbaikan iklim mikro, meningkatkan
stabilitas nasional dan sebagainya.
Pendekatan kelayakan ekonomi digunakan untuk menilai
kegiatan atauprogram dengan cara menghitungNet Present
Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Benefit Cost
Ratio (BCR)
Analisis finansial hanya dilakukan untuk rencana usaha di
kawasanhutan produksi, karena kegiatan pada hutan lindung
lebih difokuskankepada upaya konservasi dan perbaikan
lingkungan.
2. Analisis Kelayakan Ekonomi
Analisis kelayakan ekonomi bertujuan untuk mengetahui
tingkatkelayakan ekonomi dari kegiatan usaha yang akan
dilaksanakan ditinjau darisegi ekonomi. Kriteria yang digunakan
dalam analisis ekonomi ini adalah NetPresent Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), dan Benefit Cost Ratio(BCR).
Hasil analisis kelayakan finansial pada kegiatan rencana
usaha pemanfaatan hutan tanaman, termasuk rehabilitasi hutan
(reboisasi dan pengkayaan rebosiasi) pada kawasan Hutan
Produksi, baik dalam pola pertanaman campuran jenis kayu-
kayuan dengan MPTS maupun dalam pola pertanaman monokultur
kayu-kayuan diuraikan sebagai berikut.:
Standar per ha tanaman pada Hutan Produksi dengan jumlah
tanaman 1.100 batang/hektar yang akan diterapkan:
Sebanyak 990 btg/ha jenis Tanaman Kayu-kayuan (90%) jenis
Nyatoh/Palapi, Jati/ Mahoni/Jabon dan jenis tanaman MTPS
Kemiri/dll. sebanyak 110 btg/ha (10%).
Standar per ha Tanaman Pengkayaan pada Hutan Produksi
dengan jumlah tanaman 400 batang/hektar yang akan
diterapkan: Sebanyak 360 btg/ha jenis Tanaman Kayu-kayuan
| 163RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
(90%) jenis Trembesi/ Agatis/dll. dan jenis tanaman MTPS
Kemiri/dll. sebanyak 40 btg/ha (10%).
Standar per Ha Tanaman pada Hutan Produksi dengan jumlah
tanaman 1.100 batang/hektar yang akan diterapkan:
Sebanyak 1.100 btg/ha jenis Tanaman Kayu-kayuan (100%)
jenis Nyatoh/Palapi, Jati/ Mahoni/Jabon/dll.
3. Pendapatan Unit Kegiatan Rencana Penanaman pada
Areal Hutan Restorasi Ekosistem.
Pendapatan setiap unit kegiatan usaha diperoleh dari nilai
output yang bisa dihasilkan unit kegiatan. Untuk kepentingan
penyusunan dokumen rencana ini, pendapatan setiap unit
kegiatan usaha diperoleh dari hasil penjualan hasil hutan kayu-
kayuan dan MPTS.
Harapan hasil kayu dan biji kemiridapat diperoleh sejak
pemanenan pertama (umur 10 tahun hasil penjarangan) dan
pemanenan akhir (umur 15tahun) untuk jenis kayu-kayuan dan
mulai tahun ke-5 untuk biji kemiri dapat diuraikan berikut :
Untuk jenis kayu pertukangan berdaur sedang (Nyatoh,
Palapi, Jabon, dll.) pola monokultur kayu-kayuan (100%) dan
pola campuran (90% kayukayuan) dengan populasi tanaman
RH sebanyak 1.100 btg/ha pada hutan produksi diasumsikan
dapat diperoleh hasil kayu dari hasil pemanenan penjarangan
II tahun ke-10 dengan taksiran sejumlah 28,82-32,03 m³/ha
(setara 89-99 pohon/ha atau intensitas penjarangan 10% dari
891-990 phn/ha dan rata-rata diameter batang setinggi dada
27,6 cm serta rata-rata tinggi bebas cabang 11 m).
Selanjutnya pada panen akhir tahun ke-15 diasumsikan dapat
diperoleh sejumlah 744,73- 827,48 m³/ha (setara 842- 935
pohon/ha sisa hasil penjarangan dan rata-rata diameter
batang setinggi dada 36,36 cm serta rata-rata tinggi bebas
cabang 17,2 m).Perkiraan harga jenis komoditi kayu kelas I, II
| 164RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
dan III yang berlaku saat dipasaran dengan harga Rp.
2.000.000/m³ dan untuk hasil penjarangan dengan harga Rp.
500.000/m3.
Untuk kegiatan tanaman pengkayaan (400 btg/ha) pada
Hutan Produksi pola pertanaman campuran (90% kayu-
kayuan dan10% MPTS jenis Kemiri/dll.) diasumsikan dapat
diperoleh hasil kayu dari hasil penjarangan ke-II (tahun ke-10)
sebesar 10,48 m3/ha (setara 32 phn/ha atau intensitas
penjarangan 10% dari 324 phn/ha dan rata-rata diameter
batang setinggi dada 27,6 cm serta rata-rata tinggi bebas
cabang 11 m). Selanjutnya pada panen akhir tahun ke-15
sejumlah 270,81 m³/ha (setara 306 pohon/ha dengan dan
rata-rata diameter batang setinggi dada 36,36 cm serta
ratarata tinggi bebas cabang 17,2 m).
Untuk jenis kayu penghasil buah/biji (Kemiri/dll.) hutan
produksi diasumsikan dapat diperoleh hasil biji kemiri bentuk
gelondongan mulai hasil tahun ke-5 s.d. tahun ke-15, dan
setelah tahun ke-15 hingga umur kemiri 70 tahun (setelah
umur 70 tahun kemiri menurun produksi bizinya). Mulai tahun
ke-5 diasumsikan kemiri mulai memperoduksi biji dengan
taksiran sejumlah 75 kg/phn/thn, hingga tahun ke-15
sejumlah 125 kg/phn/thn. Harga biji kemiri gelondongan saat
di pasaran berkisar Rp. 3.800/kg – Rp. 5.700/kg. Untuk
keperluan perhitungan ini digunakan harga Rp. 5.000/kg. Dari
proporsi tanaman kemiri yang direncanakan yaitu 10% pada
Hutan Produksi, dapat diperoleh hasil sebagai berikut.:
Pada kegiatan pembuatan tanaman di Hutan Produksi
(90% kayukayuan dan 10% MPTS Kemiri dari populasi
tanaman 1.100 btg/ha), diasumsikan dapat diperoleh hasil
sebesar 8,25 ton/ha/thn pada tahun ke-5, sebesar 11
| 165RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
ton/ha/thn pada tahun ke-10, dan sebesar 13,75
ton/ha/thn pada tahun ke-15.
Pada kegiatan Pembuatan Tanaman Pengkayaan di Hutan
Produksi (90% kayu-kayuan dan 10% MPTS Kemiri dari
populasi tanaman 400 btg/ha), diasumsikan dapat
diperoleh hasil sebesar 3 ton/ha/thn pada tahun ke-5,
sebesar 4 ton/ha/thn pada tahun ke-10, dan sebesar 5
ton/ha/thn pada tahun ke-15.Harga komoditas di atas
merupakan dasar dalam analisis finansial setiap unit usaha
tanaman kayu-kayuan, dan MPTS pada kegiatan usaha
hutan tanaman termasuk kegiatan rehabilitasi hutan
(reboisasi dan pengkayaan reboisasi) pada hutan produksi
seperti tercermin dalam dalam cash flow. Apabila harga
tersebut di atas dikalikan dengan jumlah volume produksi
(m³, kg, atau ton) akan diperoleh perkiraan pendapatan
untuk jenis komoditi yang diusahakan di wilayah KPHP
bersama-sama masyarakat penggunaan lahan hutan.
Adapun taksiran pendapatan disajikan pada Tabel 47
berikut ini :
Tabel 47.Taksiran Pendapatan Unit Usaha Penanaman pada areal RestorasiEkosistem Per Hektar
No Jenis Unit Usaha Pendapatan (Rp)1 2 3
1 Unit Usaha Tanaman Jenis Kayu-kayuan 90%(Nyatoh/Palapi/Jati/Jabon/ dll.) dan MPTS 10%(Kemiri, dll.) Per Hektar pada KawasanHutanProduksi: Populasi Tanaman 1.100 Btg/Ha.
2,183,574,250
2 Unit Usaha Tanaman Jenis Kayu-kayuan 100%(Nyatoh/ Palapi/Jati/Jabon/dll.) Per Hektar padaKawasan Hutan Produksi: Populasi Tanaman 1.100Btg/Ha.
1,815,082,500
3 Unit Usaha Tanaman Pengkayaan Jenis Kayu-kayuan90%(Nyatoh/ Palapi/Jati/Jabon/dll.), danMPTS 10%(Kemiri/ dll.) PerHektar pada KawasanHutanProduksi: Populasi Tanaman 400 Btg/Ha.
794,027,000
| 166RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
4. Keuntungan Finansial (Commercial Profitability)
Kriteria yang dipilih dalam analisis ini adalah berupa angka
nilai sekarangnetto (NPV) yakni keuntungan dalam nilai rupiah
dengan memasukkan biayaopportunitas modal (bunga), rasio
pendapatan biaya terdiskon (BC ratio) yaknitingkat keterhubungan
relatif terhadap biaya termasuk biaya bunga, sertaprosentase
keuntungan internal (internal/financial rate of return
atauIRR/FRR).yakni tingkat keuntungan mutlak dinyatakan dalam
prosentase biaya.Seperti telah dijelaskan bahwa perhitungan
besarnya NPV dan BCR didasarkanbiaya suku bunga riil sebesar
modal yang menjadi beban investor kepada kridetur(seluruh biaya
unit kegiatan dianggap berasal dari pinjaman) yakni sebesar
9%.Demikian juga halnya dengan tingkat keuntungan yang
digunakan sebagai angkapembanding IRR yang ditemukan.Cash
flow untuk memperkirakan harapan NPV, BCR dan IRR unit
kegiatanusaha secararinci disajikan pada Tabel 37, Tabel 38, dan
Tabel 39.Pada tabel tersebutdapat ditemukan tingkat keuntungan
unit kegiatan usaha masyarakat diukur darikriteria yang digunakan
seperti terlihat pada Tabel 48 berikut ini :
Tabel 48. Tingkat Keuntungan Unit Usaha Tanaman Per Hektar
No Jenis Unit UsahaNPV(Rp) BCR
IRR(%)
1 2 3 4 5
1 Unit Usaha Hutan Jenis Kayu-kayuan 90%(Nyatoh/Palapi/Jati/Jabon/ dll.) dan MPTS10% (Kemiri, dll.) Per Hektar padaKawasanHutan Produksi: Populasi Tanaman1.100 Btg/Ha.
379,240,267 2.16 22.40
2 Unit Usaha hutan Jenis Kayu-kayuan 100%(Nyatoh/ Palapi/Jati/Jabon/dll.) Per Hektarpada Kawasan Hutan Produksi: PopulasiTanaman 1.100 Btg/Ha.
277,229,305 2.11 21.20
3 Unit Usaha Hutan Pengkayaan Jenis Kayu-kayuan 90%(Nyatoh/ Palapi/Jati/Jabon/dll.), dan MPTS10% (Kemiri/ dll.) PerHektar pada Kawasan Hutan Produksi:Populasi Tanaman 400 Btg/Ha.
136,220,196 2.13 22.26
| 167RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahuibahwa pada
tingkat suku bunga konstan yang menjadi beban program ini
(9%konstan dan 17% nominal), dapat diharapkan bahwa program
yang diusahakanbisa menunjukkan keuntungan relatif (NPV)
positip, dan rasio pendapatan biaya(BCR) lebih besar dari satu.
Sejalan dengan NPV dan BCR, demikian juga halnyapada sisi IRR-
nya.Angka harapan IRR untuk unit kegiatan usaha hutan
tanamanternyata lebih dari nilai opportunitas kapital bagi unit
kegiatan ini (9% konstan, atau17% per tahun).Berdasarkan hasil
analisis ini dapat disimpulkan bahwa prospekfinansial strategi unit
usaha hutan tanaman di wilayah KPHP Unit IX Oba menurut nilai
harapan keuntungan finansialnya adalah layak untuk
dilaksanakan. Analisis selanjutnya adalah analisis biaya dan
pendapatan nominal unitusaha hutan tanaman (tidak
memasukkan unsur biaya bunga modal), dapatdikatakan bahwa
unit kegiatan usaha yang diusulkan cukup prospektif.Hal
iniditunjukkan dari nilai keuntungan nominal yang positip. Tingkat
keuntungan nominal rencana umum ini disajikan pada Tabel 49
berikut ini
Tabel 49.Tingkat Keuntungan Nominal Rencana UmumNo. Jenis Unit Usaha Total Biaya
(Rp)Total
Pendapatan (Rp)Keuntungan
(Rp)1 2 3 4 5
1 Unit Usaha Tanaman Jenis Kayu-kayuan 90%(Nyatoh/Palapi/Jati/Jabon/dll.) danMPTS 10% (Kemiri, dll.) Per Hektarpada KawasanHutan Produksi:Populasi Tanaman 1.100 Btg/Ha.
992,251,013 2,183,574,250 1,191,323,238
2 Unit Usaha Tanaman JenisKayu-kayuan 100% (Nyatoh/Palapi/Jati/Jabon/dll.) Per Hektar padaKawasan Hutan Produksi: PopulasiTanaman 1.100 Btg/Ha.
833,629,725 1,815,082,500 981,452,775
3 Unit Usaha Tanaman Pengkayaan JenisKayu-kayuan 90%(Nyatoh/ Palapi/Jati/Jabon/dll.), danMPTS 10% (Kemiri/ dll.) PerHektar pada Kawasan Hutan Produksi:Populasi Tanaman 400 Btg/Ha.
362,757,750 794,027,000 431,269,250
| 168RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan usaha
hutantanaman harus didukung dengan biaya yang cukup untuk
menjaminketersediaan sumber daya yang diperlukan.Untuk itu
perlu dilakukan perhitungan yang cermat agar sumber daya yang
dibutuhkan selalu tersedia. Dasar pertimbangan yang digunakan
dalam menentukan pembiayaan kegiatan usaha penanaman pada
areal restorasi ekosistem termasuk rehabilitasi hutan didasarkan
kepada:
- Keputusan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan (BUK)
tentang penetapan biaya satuan yang terbaru.
- Keputusan Direktur Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan
Perhutanan Sosial(BPDAS-PS) tentang penetapan biaya satuan
bidang reboisasi danrehabilitasi lahan yang terbaru.
- Standarisasi Kebutuhan Tenaga Kerja (HOK/Ha)daripejabat
berwenang.
- Standar biaya di wilayah kerja sasaran kegiatan dari hasil
pengamatanlapangan dan konsultasi dengan instansi terkait.
- Harga satuan pokok kegiatan Provinsi Maluku Utara
atauKabupaten/Kota yang terbaru.
- Kemungkinan kenaikan harga dalam kurun 5 (lima)
tahun.Besar upah pekerja yang berlaku di Wilayah Kota Tidore
Kepulauan berkisar antara Rp. 40.000,- s.d. Rp. 50.000.- per
hari, dan pada tingkat Provinsi Maluku Utara sebesar Rp.
50.000.- per hari. Dengan demikian dalam perhitungan
kebutuhanbiaya RH digunakan rerata standar upah pekerja
Rp.45.000.-. per hari. Mengingat perencanaan ini masih semi
definitif maka untuk harga bibittanaman kayu-kayuan dan
MPTS masih dapat disesuaikan denganperkembangan harga
dasar yang berlaku saat ini,termasuk harga bahan dan
| 169RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
peralatan. Adapun Cash FlowAnalisis Finansial Unit Usaha
Hutan Tanaman dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
| 170RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Tabel 50. Cash FlowAnalisis Finansial Unit Usaha Tanaman untuk Jenis Kayu-Kayuan 100% (Nyatoh/Palapi/Cempaka/Jabon, dll.) Per Hektar, PadaKawasan Hutan Produksi (Populasi tanaman 1.100 Batang/Ha)
| 171RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Tabel 51. Cash Flow Analisis Finansial Unit Usaha Tanaman untuk Jenis Kayu-Kayuan 90% (Nyatoh/Palapi/Cempaka/Jabon, dll.) Dan MPTS 10%(Kemiri, dll) Per Hektar, Pada Kawasan Hutan Produksi (Populasi tanaman 1.100 Batang/Ha)
| 172RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Tabel 52. Cash FlowAnalisis Finansial Unit Usaha Tanaman untuk Jenis Kayu-Kayuan 90% (Nyatoh/Palapi/Cempaka/Jabon, dll.) Dan MPTS 10%(Kemiri, dll) Per Hektar, Pada Kawasan Hutan Produksi (Populasi tanaman 400 Batang/Ha)
| 173RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
BAB VIPEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENGENDALIAN
Menteri Kehutanan melakukan pembinaan,pengendaliandan
pengawasan teknis atas penyelenggaraan tata hutan dan penyusunan
rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan
hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan dan perlindungan hutan oleh
KPHP.Dalam hal ini, Menteri dapat menugaskan kepada Gubernur untuk
melakukan pembinaan, pengendalian dan pengawasan teknis.
Dalam pelaksanaannya, Gubernur menugaskan kepada Kepala Dinas
Kehutanan Provinsi Maluku Utara untuk melakukan pembinaan,
pengawasan dan pengendalian pengelolaan KPHP Unit IX OBA.
Selanjutnya secara berjenjang, Kepala UPT KPH Tidore Kepulauan KPHP
Unit IX OBA melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian di
wilayahnya sesuai tugas pokok danfungsinya.
A. Pembinaan Aparat Teknis dan Aparat Terkait PengelolaanKPHP
Pembinaan pengelolaan KPHP Unit IX OBA bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman aparat serta kemampuan teknis dalam
mendukung kegiatan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan
hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi
dan reklamasi hutan dan perlindungan hutan oleh KPHP di wilayahnya.
Pembinaan antara lain pembinaan aparat teknis KPHP serta
aparat desa setempat yang terkait dengan kegiatan tata hutan dan
penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan,
penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan dan
perlindungan hutan.
Adapun bentuk pembinaan yang dilakukan oleh Menteri,
Gubernur dan Walikota meliputi pemberian : pedoman; bimbingan;
pelatihan; arahan dan/atau supervisi. Pedoman ditujukan terhadap
pelaksanaan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan,
| 174RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
serta pemanfaatan hutan.Sementara bimbingan ditujukan terhadap
penyusunan prosedur dan tata kerja.Pelatihan ditujukan terhadap
sumber daya manusia dan aparatur.Mengenai arahan mencakup
kegiatan penyusunan rencana dan program.Untuk supervisi ditujukan
terhadap pelaksanaan tata hutan dan penyusunan rencana
pengelolaan hutan, serta pemanfaatan hutan.
Pembinaan yang dilakukan Kepala KPHP khususnya dalam
menyelenggarakan pengelolaan hutan oleh organisasi KPHP,
pemanfaatan hutan dan/atau pengolah hasil hutan meliputi :
1. Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan.
Dalam pelaksanaannya Kepala KPHP melakukan pembinaan
berupa :
Memberikan penilaian dan masukan dalam proses penyusunan
tata hutan dan rencana pengelolaan hutan;
Memberikan penilaian dan masukan terhadap draft yang telah
tersusun hingga dihasilkan tata hutan dan rencana
pengelolaan hutan untuk disahkan;
Memberikan arahan kepada pegawai KPHP terkait kegiatan
penyusunan rencana pengelolaan hutan;
Memberikan arahan kepada pegawai KPHP untuk
mengembangkan kapasitasnya;
Memberikan arahan kepada pegawai KPHP agar sentiasa
melaksanakan kegiatan sesuai dengan aturan perundangan
yang terkait :
2. Pemanfaatan hutan.
Dalam pelaksanaan pemanfaatan hutan Kepala KPHP
memberikan pembinaan antara lain :
Pembinaan, pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan izin
pemanfaatan hutan di wilayah KPHP-nya dan dilaporkan
kepada Menteri setiap 3 (tiga) bulan dengan tembusan
kepada Gubernur dan Walikota;
| 175RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Memberikan informasi mengenai aturan perundangan yang
mengatur pemanfaatan hutan kepada para pemegang izin
pemanfaatan hutan;
Mengingatkan kepada para pemegang izin pemanfaatan hutan
khususnya mengenai kewajiban yang harus dipenuhi;
Memberikan peringatan kepada para pemegang izin
pemanfaatan hutan yang melakukan aktifitas pemanfaataan
yang tidak sesuai dengan aturan perundangan yang
mengatur;
Memberikan penilaian dan masukan terhadap pelaksanaan
kegiatan pemanfaatan hutan;
3. Penggunaan kawasan hutan.
Pemberian pembinaan oleh Kepala KPHP meliputi :
Pembinaan, pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan izin
penggunaan kawasan hutan di wilayah KPHP-nya dan
dilaporkan kepada Menteri setiap 3 (tiga) bulan dengan
tembusan kepada Gubernur dan Walikota.
Memberikan informasi mengenai aturan perundangan yang
mengatur pemanfaatan hutan kepada para pemegang izin
penggunaan hutan;
Mengingatkan kepada para pemegang izin pinjam pakai
kawasan hutan khususnya mengenai kewajiban yang harus
dipenuhi;
Memberikan peringatan kepada para pemegang izin pinjam
pakai yang melakukan aktifitas pemanfaataan yang tidak
sesuai dengan aturan perundangan yang mengatur;
Memberikan penilaian dan masukan terhadap pelaksanaan
kegiatan penggunaan kawasan hutan;
| 176RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
4. Rehabilitasi Hutan dan Reklamasi.
Pembinaan Kepala KPHP antara lain :
Pembinaan atas pelaksanaan rehabilitasi hutan di wilayah
KPHP-nya dan dilaporkan kepada Menteri setiap 3 (tiga) bulan
dengan tembusan kepada Gubernur dan Walikota;
Memberikan informasi mengenai aturan perundangan yang
mengatur rehabilitas hutan;
Pembinaan, pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan
reklamasi hutan di wilayah KPHP-nya dan dilaporkan kepada
Menteri setiap 3 (tiga) bulan dengan tembusan kepada
Gubernur dan Walikota;
Memberikan informasi mengenai aturan perundangan yang
mengatur rehabilitas hutan dan reklamasi kepada para
pemegang izin pinjam pakai kawasan hutan;
Memberikan penilaian dan masukan terhadap pelaksanaan
kegiatan rehabilitasi dan reklamasi hutan;
5. Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.
Bentuk konkrit pembinaan yang dilakukan oleh Kepala KPHP
antara lain :
Memberikan informasi aturan perundangan yang mengatur
mengenai perlindungan hutan dan konservasi alam;
Melaporkan serta memberikan masukan kepada pemerintah
dan pemerintah daerah mengenai pelaksanaan kegiatan
perlindungan dan konservasi alam di wilayah KPHP secara
berkala;
Memberikan penilaian dan masukan terhadap pelaksanaan
kegiatan perlindungan hutan dan konservasi alam;
Tahapan Pembinaan :
- Penyusunan berbagai pedoman dan atau SOP disetiap blok
pemanfaatan dan penggunaan kawasan KPHP Unit IX Oba.
| 177RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
- Penerapan disiplin pegawai teknis dan administrasi yang mengacu
pada PP 54 tahun 2010 tentang disiplin PNS dilingkungan KPHP Unit
IX Oba.
- Memberikan reward bagi tenaga teknis dan administrasi yang
memberikan kinerja baikserta memberikan punishment bagi tenaga
teknis danadministrasi yang melakukan pelanggaran.
- Mengadakan pengarahan internal bagi pengelola KPHP Unit IX Oba
termasuk tenaga teknis dan administrasi. yang bersifat rutin
(bulanan, semester dan tahunan) atau bersifat insidental.
- Melakukan kegiatan out-bondsecara periodik untuk lebih mengikat
tali persaudaraan antar sesama tenaga teknis dan tenaga
administrasi dilingkungan KPHP Unit IX Oba.
- Mengadakan in house training bagi staf teknis dan administrasi
dengan mengundang trainer dari perguruan tinggi dan atau praktisi.
- Mengirimkan tenaga teknis dan tenaga administrasi untuk mengikuti
pelatihan teknisyang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah,
Pemerintah Provinsi dan Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan RI.
- Melakukan promosi jabatan bagi setiap pejabat struktural yang telah
memenuhi persyaratan sesuai dengan mekanisme peraturan
perundangang
B. Pengendalian
Kamus besar bahasa Indonesia memberikan defenisi yang
beragam terhadap kata pengendalian, yaitu antara lain: melakukan
pembatasan, memberikan pengaruh, melakukan penyesuaian
dan/atau pengaturan terhadap suatu kegiatan, kebijakan ataupun
suatu usaha antara hasil yang telah dicapai dengan sasaran yang ingin
dicapai agar sesuai dengan yang diharapkan.
| 178RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Dalam pelaksanaan tata hutan dan penyusunan rencana
pengelolaan hutan, serta pemanfaatan hutan, pengendalian dapat
dipahami sebagai suatu upaya untuk mempengaruhi, mensinkronkan,
serta melakukan pembatasan terhadap suatu kebijakan atau
pelaksanaan kegiatan dalam pengelolaan hutan oleh KPHP, pemanfaat
hutan dan/atau pengolah hasil hutan agar sesuai dengan sasaran
yang ingin dicapai. Pengendalian meliputi kegiatan monitoring dan
evaluasi.Monitoring merupakan kegiatan untuk memperoleh data dan
informasi, kebijakan, dan pelaksanaan pengelolaan hutan, sementara
evaluasi merupakan kegiatan untuk menilai keberhasilan pelaksanaan
pengelolaan hutan lestari yaitu tata hutan dan penyusunan rencana
pengelolaan hutan, serta pemanfaatan hutan yang dilakukan secara
periodik disesuaikan dengan jenis perizinannya.
Adapun bentuk pengendalian yang dilakukan oleh Kepala KPHP
dalam setiap penyelenggaraan kegiatan pengelolaan hutan antara
lain:
1. Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan.
Pengendalian yang dilakukan antara lain :
Memberikan penilaian dan saran penyesuaian terhadap draft
tata hutan dan rencana pengelolaan hutan yang telah disusun
agar lebih sesuai dengan kondisi situasional tingkat tapak
untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai.
Memberikan masukan dan rekomendasi dalam perekrutan
tenaga KPHP agar memenuhi standar kompetensi yang
diinginkan;
2. Pemanfaatan hutan
Dalam pelaksanaannya, Kepala KPHP melakukan
pengendalian antara lain :
Pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan izin pemanfaatan
hutan di wilayah KPHP-nya dan dilaporkan kepada Menteri
| 179RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
setiap 3 (tiga) bulan dengan tembusan kepada Gubernur dan
Walikota;
Memantau dan mengevaluasi pemenuhan kewajiban para
pemegang izin pemanfaatan hutan;
Memberikan peringatan kepada para pemegang izin bilamana
terdapat pelaksanaan izin yang tidak sesuai dengan prosedur
yang berlaku;
Memberikan sanksi atas pelanggaran pelaksanaan izin
pemanfaatan hutan oleh pemegang izin sesuai dengan
kewenangannya;
3. Penggunaan kawasan hutan.
Pengendalian yang dilakukan Kepala KPHP antara lain :
Pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan izin pinjam pakai
kawasan hutan di wilayah KPHP-nya dan dilaporkan kepada
Menteri setiap 3 (tiga) bulan dengan tembusan kepada
Gubernur dan Walikota;
Memantau dan mengevaluasi pemenuhan kewajiban para
pemegang izin pinjam pakai kawasan hutan;
Memberikan peringatan kepada para pemegang izin bilamana
terdapat pelaksanaan izin yang tidak sesuai dengan prosedur
yang berlaku;
Memberikan sanksi sesuai dengan kewenangannya atas
pelanggaran pelaksanaan izin pinjam pakai kawasan hutan
oleh pemegang izin;
4. Rehabilitasi hutan dan reklamasi.
Bentuk konkrit pengendalian oleh Kepala KPHP antara lain :
Pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan rehabilitasi hutan
di wilayah KPHP-nya dan dilaporkan kepada Menteri setiap 3
(tiga) bulan dengan tembusan kepada Gubernur dan Walikota;
Memberikan saran dan masukan dalam pelaksanaan
rehabilitasi hutan dan reklamasi;
| 180RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Memberikan penilaian keberhasilan atas pelaksanaan
rehabilitasi hutan dan reklamasi;
5. Perlindungan hutan dan konservasi alam.
Pengendalian yang dilaksanakan oleh Kepala KPHP antara
lain :Memberikan penilaian keberhasilan terhadap pelaksanaan
kegiatan perlindungan hutan dan konservasi alam;
C. Pengawasan
Pengawasan dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat
Menteri, Gubernur, Walikota, sampai palaksana di tingkat tapak sesuai
dengan kewenangan masing-masing. Adapun uraian pelaksanaan
pengawasan oleh Kepala KPHP pada setiap kegiatan pengelolaan
hutan oleh KPHP, pemanfaat hutan dan/atau pengolah hasil hutan
adalah sebagai berikut :
1. Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan.
Pengawasan oleh Kepala KPHP berupa :
Mengawal dan mengamati proses dan perkembangan
pelaksanaan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan;
Mengawal dan menjaga profesionalisme pegawai KPHP dalam
melaksanakan tata hutan dan penyusunan rencana
pengelolaan hutan;
2. Pemanfaatan hutan.
Bentuk konkrit pengawasan oleh Kepala KPHP antara lain :
Mengawal dan mengamati pelaksanaan atas izin pemanfaatan
hutan;
Menjaga hubungan yang baik dengan para pemegang izin;
Mengawal pemenuhan kewajiban oleh para pemegang izin;
Mengawal masa berlaku izin pemanfaatan hutan
3. Penggunaan kawasan hutan.
Kepala KPHP melakukan pengawasan dalam bentuk :
| 181RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Mengawal dan mengamati pelaksanaan atas izin pinjam pakai
kawasan hutan di wilayah KPHP;
Menjaga hubungan yang baik dengan para pemegang izin;
Mengawal pemenuhan kewajiban oleh para pemegang izin;
Memperhatikan masa berlaku izin pinjam pakai kawasan
hutan;
4. Rehabilitasi hutan dan reklamasi.
Bentuk konkrit pengawasan oleh Kepala KPHP antara lain :
mengawal dan mengamati pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi
hutan;
5. Perlindungan hutan dan konservasi alam.
Pengawasan oleh Kepala KPHP antara lain : mengawal dan
mengamati pelaksanaan perlindungan hutan dan konservasi alam.
Tahapan pembinaan yang perlu dilakukan di KPHP Unit IX Oba
dapat di uraikan sebagai berikut ;
1. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia pengelola KPHP
unit IX Oba dalam penyelenggaraan kegiatan pengelolaan baik
berupa pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi maupun
pendidikan non formal berupa pendidikan dan pelatihan lainnya
yang dapat meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan
keahlian guna mendukung jalannya pengelolaan.
2. Membentuk kondisi yang dapat menguatkan kerangka semangat
kerjasama diantara pihak pengelola, SKPD, mitra dan masyarakat
dalam pelaksanaan pengelolan KPHP unit IX Oba.
3. Pengembangan sistem informasi yang baik agar dapat menyajikan
hal-hal baru yang bermanfaat bagi semua pihak di dalam
pengelolaan.
| 182RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
BAB VIIPEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Pengukuran Kinerja KPHP
Kegiatan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pengelolaan atau
pelaksanaan kegiatan KPHP menjadi dasar dalam pengukuran kinerja
KPHP. Pengukuran kinerja KPHP dilaksanakan oleh pengelola KPHP
secara internal dan oleh tim penilai indenpenden secara eksternal.
Karena itu, dalam pengukuran kinerja KPHP diperlukan kriteria dan
indikator, mekanisme penilaian dan penjaminan mutu pengelolaan
KPHP.
B. Pemantauan
Pemantauan adalah kegiatan pengamatan secara terus menerus
terhadap pelaksanaan suatu tugas dan fungsi satuan organisasi.Kegiatan
pemantauan dilakukan oleh unsur internal KPHP unit IX Oba maupun
unsur eksternal (institusi) diluar KPHP unit IX Oba.Pemantauan
dilaksanakan dengan melakukan penilaian terhadap seluruh komponen
pengelolaan. Hasil yang diperoleh dari pemantauan akan dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam evaluasi pengelolaan. Jangka waktu
pemantauan dapat dilakukan secara berkala
Mekanisme pemantauan dilakukan oleh struktural yang membawahi
wilayah KPHP unit IX Oba mulai dari Walikota, Sekretaris Daerah dan
Kepala Dinas Kehutanan. Pemantauan bisa dilakukan dengan
berkoordinasi dengan Satker lainnya misalnya BAPPPEDA terkait dengan
data dan pola ruang Hasil Pemantauan akan dilaporkan secara berjenjang
mulai dari bawah ke atas
C. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan melihat ukuran kuantitatif dan kualitatif
yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan, yang
dikategorikan kedalam kelompok masukan (inputs), keluaran (outputs)
| 183RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
,hasil (outcomes), dan manfaat (benefits). Hasil evaluasi menggambarkan
tingkat keberhasilan/kegagalam sebuah program dan atau kegiatan
Evaluasi keberhasilan program pengelolaan KPHP unit IX Oba dapat
diukur dari :
1. Tingkat perambahan terhadap kawasan KPHP unit IX Oba semakin
menurun.
2. Timbulnya kesadaran dan meningkatnya peran aktif masyarakat
terutama yang disekitar kawasan untuk menjaga dan melindungi
kawasan KPHP unit IX Oba dari gangguan keamanan kawasan serta
berkembangnya nilai-nilai kearifan lokal masyarakat dalam
mendukung pengelolaan kawasan.
3. Meningkatnya pendapatan masyarakat dari pemanfaatan hasil
hutan yang memiliki izin
4. Meningkatnya investasi dibidang kehutanan yang bisa diukur dari
realisasi investasi di KPHP unit XI Oba
5. Meningkatnya pengelolaan kawasan oleh seluruh stakeholder
terkait yang memiliki kepedulian terhadap kawasan KPHP unit IX
Oba yang dimulai dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, KPHP
unit IX Oba sebagai Unit Pelaksana Teknis pengelolaan dan pihak
mitra pendukung.
6. Tersedianya data dan informasi mengenai potensi kawasan
D. Pelaporan
Pelaporan merupakan bentuk pertanggungjawaban kegiatan mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan
evaluasi.Pada instansi pemerintah, pelaporan seluruh kegiatan yang
dilaksanakan disampaikan dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP).Pelaporan kinerja dimaksudkan untuk
mengkomunikasikan capaian kinerja dari suatu instansi pemerintah dalam
satu tahun anggaran, yang dikaitkan dengan pencapaian tujuan dan
sasarannya.Penyampaian laporan disampaikan kepada pihak yang
| 184RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
memiliki hak atau yang berkewenangan meminta keterangan atau
pertanggungjawaban.
Pada kegiatan pelaporan, KPHP unit IX Oba melaporkan hasil akhir dari
seluruh kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh KPHP unit IX Oba sesuai
dengan fungsi dan tugasnya secara berkala.Acuan yang digunakan dalam
pelaporan adalah berdasarkan standar prosedur operasional yang
berlaku.Pelaporan disusun dengan mengacu kepada Prosedur Kerja KPHP
unit IX Oba.Tahapan dari penyampaian laporan dimulai dari penyiapan
format laporan, penyusunan bahan laporan dan resume telaahan bahan
laporan sampai ke pada tahap penyusunan Laporan Bulanan, Laporan
Triwulanan, Laporan Semesteran, dan Laporan Tahunan. Seluruh laporan
yang telah tersusun ditandatangani oleh Kepala KPH dan disampaikan
kepada Kepala Dinas
| 185RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
BAB VIIIPENUTUP
Hutan dan kawasan hutan mempunyai peranan sebagai penyangga
dan penyeimbang lingkungan global, sehingga keterkaitannya dengan
dunia internasional menjadi sangat penting dengan tetap mengutamakan
kepentingan nasional. Dengan pengelolaan hutan yang optimal
memberikan kontribusi bagi kepentingan nasional dan dunia internasional
dalam mensejahterakan masyarakat.
Dalam rangka pengelolaan hutan untuk memperoleh manfaat yang
optimal dari hutan dan kawasan hutan bagi kesejahteraan masyarakat,
pada prinsipnya kawasan hutan KPHP Unit IX Oba harus dikelola dengan
tetap memperhatikan sifat, karakteristik dan keutamaannya, tanpa
mengubah fungsi pokoknya yaitu fungsi lindung dan produksi. Oleh
karena itu dalam pengelolaan hutan perlu dijaga keseimbangan kedua
fungsi tersebut.
Kondisi hutan di wilayah KPHP Unit IX Oba belakangan ini sangat
memprihatinkan yang ditandai dengan meningkatnya laju degradasi
hutan, kurang berkembangnya investasi dibidang kehutanan, rendahnya
kemajuan pembangunan hutan tanaman, kurang terkendalinya illegal
logging dan illegal trade, merosotnya perekonomian masyarakat di dalam
dan sekitar hutan, meningkatnya luas kawasan hutan yang tidak terkelola
secara baik sehingga perlu dilakukan upaya-upaya strategis dalam bentuk
deregulasi dan debirokratisasi.
Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan hutan di
KPHP Unit IX Oba dalam upaya menjaga kelestarian hutan, diperlukan tata
kelola yang baik sesuai perkembangan dan kemajuan bangsa. Suatu
langkah maju yang telah dicapai saat ini adalah pengelolaan hutan
berbasis pengelolaan tingkat tapak atau yang dikenal dengan kesatuan
pengelolaan pengelolaan hutan (KPH).
| 186RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Dalam mewujudkan visi dan misi KPHP Unit IX Oba yang
mengoptimalkan fungsi pengelolaan pada setiap blok-blok pengelolaan
berdasarkan asas kelestarian hasil dan ekosistem hutan untuk
kesejahteraan masyarakat sekitar hutan untuk mencapai kemandirian dan
profesional dalam pengelolaan hutan maka pengelolaannya harus dapat
diterima semua pihak yang berkepentingan terkait kawasan ini dengan
komitmen yang tinggi. Untuk mewujudkan hal tersebut pengelolaan hutan
KPHP Unit IX Oba dalam menjalankan fungsi dan tugasnya menyusun
rencana pengelolaan hutan jangka panjang (10 tahun) kemudian perlu
segera ditindaklanjuti berupa penjabaran kedalam rencana jangka pendek
dan selanjutnya rencana tahunan dengan menyelenggarakan kegiatan
inventarisasi dan penataan kawasan dipercepat guna menghindari
terjadinya konflik internal dan eksternal.
Mengingat banyaknya stakholder yang diharapkan ikut
berpartisipasi dalam pelaksanaan pengelolaan hutan di wilayah KPHP Unit
IX Oba maka rencana pengelolaan jangka panjang KPHP ini perlu segera
diimplementasikan. Juga dengan banyaknya para pihak (dinas/instansi)
yang akan terlibat dalam pembangunan KPHP ini maka dalam
implementasinya perlu dilakukan kerjasama dalam wujud koordinasi dan
sinkronisasi program yang baik dalam pelaksanaannya.
| 187RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
DAFTAR PUSTAKA
Menteri Dalam Negeri. 2010. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61
Tahun 2010 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Kesatuan
Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi di
Daerah, tanggal 23 Desember 2010. Jakarta. 9 hal.
Menteri Kehutanan. 2010. Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
73/Menhut-II/2010 tentang KPHP dan KPHL di Maluku Utara, tanggal 8
Februari 2010
Menteri Kehutanan. 2013. Peraturan Menteri KehutananNomor:
P.9/Menhut-II/2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Kegiatan Pendukung
dan Pemberian Insentif Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, tanggal
28 Januari 2013. Jakarta.
Presiden Republik Indonesia. 2008. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah, tanggal 4
Februari 2008. Jakarta.
Presiden Republik Indonesia. 2014. Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 77 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan
Maluku, tanggal 23 Juli 2014. Jakarta.
Rangkuti, F. (2006), Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis,
Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama; Jakarta
| 188RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
LAMPIRAN
| 189RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Lampiran 1. Volume Pohon (mᵌ) Per Kelas Diameter (cm) Berdasarkan Kelompok Jenis Meranti / Jenis Kayu Komersial I
No Nama LokalPohon
Kelas DiameterJumlahNama
Perdagangan Nama Latin 20 – 29 30 - 39 40 - 49 50 - 59 60N VOL N VOL N VOL N VOL N VOL N VOL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 161 Damar Agathis philippinensis Warb 0 0.000 1 0.866 0 0.000 0 0.000 0 0.000 1 0.8662 Hatebesi Kiya Homalium faetidum Benth 5 2.013 2 0.971 1 1.728 1 2.304 0 0.000 9 7.0163 Hiru Resak Vatica papuana Dyer 34 14.974 25 27.326 16 27.896 8 18.670 1 1.423 84 90.2894 Kamayoa Dysoxylum sp. 2 0.627 1 0.899 0 0.000 1 1.576 0 0.000 4 3.1025 Kayu Besi Merbau Intsia biyuga, ok.kt Ze 6 2.283 9 8.321 1 2.642 5 14.062 6 39.609 27 66.9186 Kora Mersawa Anisoptera costata Kort 16 6.184 7 5.672 1 2.428 1 2.600 0 0.000 25 16.8857 Marsawa Anisoptera costata Korth 8 2.202 10 8.960 6 9.641 1 1.318 7 42.242 32 64.3638 Matoa Matoa Pometia pinnata forst 15 8.958 6 4.420 11 12.682 1 1.964 2 5.587 35 33.6129 Nanari Kenari Canarium hirsutum Wild 19 5.276 8 6.171 3 3.236 0 0.000 1 3.229 31 17.91210 Nati Canarium cummune Lamk 0 0.000 0 0.000 1 1.405 0 0.000 0 0.000 1 1.40511 Nyato Palaquium javense Burck 15 4.454 8 9.003 1 1.247 1 2.961 0 0.000 25 17.664
Jumlah : 236 84.7403 77 72.6093 41 62.90482 19 45.4552 17 92.0904 274 320.03
| 190RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Lampiran 2. Volume Pohon (mᵌ) Per Kelas Diameter (cm) Berdasarkan Kelompok Jenis Kayu Rimba Campuran / Komersial II
No Nama Lokal Pohon
Kelas DiameterJumlahNama
Perdagangan Nama Latin 20 - 29 30 – 39 40 - 49 50 - 59 60
N VOL N VOL N VOL N VOL N VOL N VOL1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Amo Hutan Artocarpus integrus Merr 3 1.015 1 0.627 0 0.000 0 0.000 0 0.000 4 1.6422 Bintangur Bintangur Calophyllum sp 3 0.526 4 2.550 1 0.940 2 4.887 0 0.000 10 8.9013 Binuang Binuang Octomeles sumtrana Miq 2 0.406 0 0.000 1 1.970 0 0.000 0 0.000 3 2.376
4 Bugis Koordensiodendronpinnatum Merr 1 0.478 1 0.446 0 0.000 0 0.000 3 13.568 5 14.492
5 Caplong Calophyllum sp 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000 1 5.427 1 5.4276 Gofao Laban Vitex cofassus Reinw 3 0.971 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000 3 0.9717 Gomen Sterculia 0 0.000 0 0.000 1 1.071 0 0.000 0 0.000 1 1.0718 Gopasa Gopasa Vitex globrata R.Br 0 0.000 0 0.000 1 0.985 0 0.000 0 0.000 1 0.9859 Haleke Saninten Castanopsis buruana Miq 9 2.763 4 1.510 2 1.800 0 0.000 0 0.000 15 6.073
10 Jati Hutan BinuangOctomeles SumatranaMiq 5 1.476 1 1.248 0 0.000 0 0.000 0 0.000 6 2.724
11 Kenanga Kenanga Cananga odorataHook.f.et.Th 3 1.269 1 0.982 2 3.777 0 0.000 0 0.000 6 6.028
12 Kuru ranggu Koordensiodendronpannatum Merr 2 0.668 0 0.000 0 0.000 0 0.000 1 8.968 3 9.635
13 Ngusu Hutan ketapang hutan Terminalia catappa L. 1 0.247 1 1.296 1 2.454 0 0.000 1 8.898 4 12.89514 Salawaku Jeuning Albizzia falcata Back 1 0.898 0 0.000 0 0.000 0 0.000 1 8.192 2 9.09015 samama Jabon Anthocepallus micropillus 1 0.466 1 0.679 0 0.000 0 0.000 0 0.000 2 1.14616 Sukun hutan Sukun Artocarpus communis 4 1.943 2 1.698 0 0.000 2 4.018 3 9.961 11 17.620
17 Tofiri Koordensiodendronpinnatum Merr 1 0.435 0 0.000 0 0.000 1 1.676 1 7.570 3 9.681
Jumlah : 236 84.7403 16 11.0357 9 12.99628 5 10.58 11 62.584 80 110.755
| 191RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Lampiran 3. Volume Pohon (mᵌ) Per Kelas Diameter (cm) Berdasarkan Kelompok Jenis Kayu Eboni / Kelompok Kayu Indah I
No Nama LokalPohon
Kelas DiameterJumlah
Nama Perdagangan Nama Latin 20 - 29 30 - 39 40 - 49 50 - 59 60N VOL N VOL N VOL N VOL N VOL N VOL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 161 Kayu Hitam Tobala Diospyros ebenum Koen 4 0.787 9 5.772 1 1.148 1 3.143 0 0.000 15 10.8502 Malambua Malam k Diospyros ulo Merr 17 5.206 4 3.491 0 0.000 0 0.000 0 0.000 21 8.6973 Mologotu Eboni Diospyros ebenum Koen 7 1.637 2 2.368 2 3.367 0 0.000 0 0.000 11 7.372
Jumlah : 236 84.7403 15 11.6313 3 4.514924 1 3.14322 0 0 47 26.9194
| 192RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Lampiran 4. Volume Pohon (mᵌ) Per Kelas Diameter (cm) Berdasarkan Kelompok Jenis Kayu Indah / Kelompok Kayu Indah II
No Nama Lokal Pohon
Kelas DiameterJumlahNama
Perdagangan Nama Latin 20 - 29 30 - 39 40 - 49 50 - 59 60N VOL N VOL N VOL N VOL N VOL N VOL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Bua rao Dracontomelon dao Merr 1 0.502 0 0.000 0 0.000 00.000 0 0.000 1 0.502
2 Dao Dao Dracontomelon Dao Mer 0 0.000 1 1.255 2 2.065 00.000 3 24.752 6 28.073
3 Karikis Nyato Manilkara merilliana H.J.L 1 0.229 0 0.000 0 0.000 00.000 0 0.000 1 0.229
4 Marfala Langerstroemia sp 0 0.000 1 0.942 0 0.000 00.000 0 0.000 1 0.942
5 Ngame Dao putih Dracontomelon Dao Mer 0 0.000 0 0.000 0 0.000 00.000 1 13.001 1 13.001
Jumlah : 236 84.7403 2 2.19732 22.065136 0 0 4 37.7536 10
42.7466
| 193RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Lampiran 5. Volume Pohon (mᵌ) Per Kelas Diameter (cm) Berdasarkan Kelompok Jenis Kayu Rimba Campuran
No Nama Lokal Pohon
Kelas DiameterJumlah
Nama Perdagangan Nama Latin 20 – 29 30 - 39 40 - 49 50 - 59 60
N VOL N VOL N VOL N VOL N VOL N VOL1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Aiwole 0 0.000 0 0.000 1 1.591 0 0.000 0 0.000 1 1.591
2 Badenga Kjellbergeodendron celebicus 4 1.000 3 1.835 3 1.581 2 4.461 0 0.000 12 8.877
3 Baktong 0 0.000 1 0.771 0 0.000 0 0.000 0 0.000 1 0.771
4 Bohe Anisoptera costata Korth 0 0.000 1 2.095 1 2.472 0 0.000 0 0.000 2 4.568
5 Bukusori 2 0.711 2 0.663 2 3.533 0 0.000 0 0.000 6 4.907
6 Bumira 1 0.241 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000 1 0.241
7 Buru Maba buxifolia Pers 1 0.384 1 1.073 0 0.000 0 0.000 0 0.000 2 1.457
8 Cempaka Lipiniopsis ternatensis Val 2 0.849 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000 2 0.849
9 Coro Ficus Variegata 2 0.765 3 2.157 1 3.304 0 0.000 0 0.000 6 6.226
10 Gomu hutan Neonauclea Spp 2 0.395 1 0.844 1 2.816 0 0.000 0 0.000 4 4.055
11 Gonda 0 0.000 0 0.000 1 0.488 0 0.000 0 0.000 1 0.488
12 Gosale Eugenia (2) 5 1.444 3 2.269 1 2.225 0 0.000 2 5.972 11 11.910
13 Hoka 2 0.478 1 1.075 1 2.415 0 0.000 0 0.000 4 3.851
14 Kayu cina Casuarina sumatrana Yungh 0 0.000 0 0.000 3 3.456 0 0.000 0 0.000 3 3.456
15 Kayu KambingGaruga floribunda Dacne
0 0.000 1 0.588 0 0.000 0 0.000 0 0.000 1 0.588
16 KolotKambing 0 0.000 3 2.280 0 0.000 0 0.000 0 0.000 3 2.280
| 194RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
17 Kome Nauclea mitragyna Merr 4 2.455 6 5.840 0 0.000 0 0.000 0 0.000 10 8.294
18 Kuning kayu Murraya paniculata 0 0.000 1 0.736 0 0.000 0 0.000 0 0.000 1 0.736
19 Kusu 0 0.000 0 0.000 0 0.000 1 2.962 0 0.000 1 2.962
20 Lida soa-soa 1 0.340 2 1.825 0 0.000 1 0.931 1 3.677 5 6.773
21 Malwoi 0 0.000 1 0.928 0 0.000 0 0.000 0 0.000 1 0.928
22 Manggis Hutan Garciana Sp 2 0.752 1 0.470 0 0.000 0 0.000 0 0.000 3 1.222
23 Moriolo 0 0.000 0 0.000 0 0.000 1 2.726 1 5.216 2 7.942
24 Morohoka 1 0.116 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000 1 0.116
25 Moyowa 1 0.380 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000 1 0.380
26 Name-name Nani Cynometra {2} 3 0.555 2 1.465 1 0.874 0 0.000 0 0.000 6 2.894
27 Nyiru 0 0.000 0 0.000 1 1.795 0 0.000 0 0.000 1 1.795
28 Pala Hutan Mendarahan Myristica fatua Houtt 0 0.000 1 0.320 0 0.000 0 0.000 1 1.626 2 1.946
29 Panambua 1 0.485 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000 1 0.485
30 Popaya hutan Nangka hutan Scaphyum (7) 0 0.000 1 0.303 1 0.546 0 0.000 0 0.000 2 0.849
31 Pugut-pugut 0 0.000 0 0.000 1 0.062 0 0.000 0 0.000 1 0.062
32 Puwe 0 0.000 1 0.270 0 0.000 0 0.000 0 0.000 1 0.270
33 Raja kayu Kempas Koompasia malaccensin Maing 3 1.028 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000 3 1.028
34 Samar merah 0 0.000 1 0.365 0 0.000 0 0.000 0 0.000 1 0.365
35 Situlo 0 0.000 1 0.404 0 0.000 0 0.000 0 0.000 1 0.404
36 Smole 0 0.000 0 0.000 1 1.101 0 0.000 0 0.000 1 1.101
| 195RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Lanjutan Lampiran 5.1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
37 Suling Dripetes sp 9 2.852 6 4.564 0 0.000 0 0.000 0 0.000 15 7.416
38 Teo-Teo 1 0.348 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000 1 0.348
39 Tinga 0 0.000 1 0.779 0 0.000 0 0.000 0 0.000 1 0.779
40 Tome-tome Kawayang Pygeum (4). 1 0.390 0 0.000 0 0.000 0 0.000 0 0.000 1 0.390
41 Tonga-tonga Grewia eriocarpus Juss 0 0.000 0 0.000 0 0.000 1 1.730 0 0.000 1 1.730
42 Wei Parartrophis philippinensis 0 0.000 1 0.405 0 0.000 0 0.000 0 0.000 1 0.405
43 Yofe 0 0.000 0 0.000 1 1.249 0 0.000 0 0.000 1 1.249
Jumlah : 236 84.7403 46 34.3237 21 29.508 6 12.8107 5 16.4913 126 108.984
| 196RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Lampiran 6 . Luas Kawasan, Fungsi, Blok Peruntukan dan Luas Petak KPHPUnit IX Oba KPH Tidore Kepulauan
Fungsi Kawasan Hutan Lindung (HL)
Nama Kawasan Hutan Blok PeruntukanNomor Luas Petak
Petak (Ha)
1 2 3 4
HL. Akengabengan-Asimoko - 1. Blok Inti HL1 22,82
Tg. Wayamli-Akeoba HL2 7,66
(637.93 ha) HL3 64,61HL4 20,60HL5 9,58HL6 3,54HL7 52,71HL9 245,30HL10 25,95
Sub Total 1 : 452.782. Blok Khusus
HL8 185.16Pendidikan & Penelitian
Sub Total 2 : 185.16Total 1 : 637.93Fungsi Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT)HPT. Ake Oba-Tg. Wayamli - 1. Blok Pemanfaatan HHK-HA HPT156 86,37
Tolawi - Ake Kobe (IUPHHK-RE) HPT157 112,45
(18.572.98 ha) HPT160 80,26
HPT161 91,40
HPT163 98,02
HPT164 107,40
HPT166 76,62
HPT167 81,22
HPT169 86,95
Sub Total 1 : 820.682. Blok Pemanfaatan Kawasan HPT1 96,19Jasa Lingkungan, dan HHBK HPT2 79,77
HPT3 93,38HPT4 81,02HPT5 81,78HPT6 86,54HPT7 76,20HPT8 76,88HPT9 76,59HPT10 99,51HPT11 122,22HPT12 111,00
| 197RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
HPT13 80,61HPT14 78,97HPT15 81,37HPT16 89,33HPT17 112,73HPT18 94,78HPT19 88,03HPT20 76,20HPT21 80,26HPT22 87,71HPT23 100,91HPT24 100,23HPT25 114,26
HPT26HPT27
120,43102,71
HPT28 110,40HPT29 113,76HPT30 121,90HPT31 108,13HPT32 123,94HPT33 123,89HPT34 89,20HPT35 111,43HPT36 83,78HPT37 81,06HPT38 89,35HPT39 90,46HPT40 75,14HPT41 90,59HPT43 88,61HPT44 75,22HPT45 107,98HPT46 101,09HPT48 99,74HPT49 114,09HPT50 123,15HPT51 100,77HPT52 123,29HPT53 110,46HPT54 80,52HPT55 115,28HPT56 89,09HPT57 87,44HPT58 102,81
| 198RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
HPT59 117,78HPT60 93,32HPT61 89,88HPT62 82,84HPT63 85,74HPT64 83,74HPT65 98,37HPT66 75,94HPT67 89,32HPT68 75,91
HPT69HPT70
112,6380,88
HPT71 86,42HPT72 87,61HPT73 95,34HPT74 76,27HPT75 123,17HPT76 103,08HPT77 117,30HPT78 111,14HPT79 110,37HPT80 75,58HPT81 97,79HPT82 121,68HPT83 114,14HPT84 80,60HPT85 107,02HPT86 82,55HPT87 122,06HPT88 114,51HPT89 91,76HPT90 81,54HPT91 119,48HPT92 80,65HPT93 118,36HPT94 124,26HPT95 111,26HPT96 118,99HPT97 87,80HPT98 124,33HPT99 99,18HPT100 122,82HPT101 101,10HPT102 124,38
| 199RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
HPT103 105,84HPT104 84,24HPT105 116,13HPT106 124,46HPT107 122,68HPT108 117,54HPT109 102,95
HPT110HPT111
118,28113,77
HPT112 120,66HPT113 114,44HPT114 112,75HPT115 92,87HPT116 120,56HPT118 103,80HPT120 119,62HPT121 84,40HPT122 111,30HPT123 113,49HPT127 85,91HPT128 118,74HPT129 123,25HPT130 80,87HPT131 91,55HPT135 82,61HPT136 87,13HPT137 95,53HPT138 77,67HPT139 81,71HPT140 123,78HPT141 85,34HPT142 89,00HPT143 76,51HPT144 121,91HPT145 113,77HPT146 104,46HPT147 77,21HPT148 123,78HPT149 120,34HPT150 78,32HPT151 85,18HPT152 84,55HPT153 76,99HPT173 116,15
| 200RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
HPT174 104,20HPT176 118,48HPT177 100,65HPT179 85,67
HPT181HPT183
96,3681,44
HPT184 80,55HPT185 79,58HPT186 91,44HPT187 80,29HPT188 93,91HPT189 91,87
Sub Total 2 : 15.447.523. Blok PemberdayaanMasyarakat HPT42 94,66
HPT47 88,10
HPT117 87,04
HPT119 98,98
HPT124 91,48
HPT125 83,60
HPT126 79,78
HPT132 106,56
HPT133 107,32
HPT134 77,05
HPT154 102,52
HPT155 99,59
HPT158 98,09
HPT159 77,45
HPT162 86,20
HPT165 91,30
HPT168 121,20
HPT170 105,25
HPT171 77,87
HPT172 94,67
Sub Total 3 : 1.868.694. Blok Perlindungan HPT178 111,71
HPT180 107,41HPT182 115,15
Sub Total 4 : 334.27
5. Blok KhususHPT175 101.81
Pendidikan & PenelitianSub Total 5 : 101.81Total 2 (Sub Total 1 + Sub Total 2 + Sub Total 3 + Sub Total 4 + Sub Total5) 18.572.98Grand Total (Total 1 + Total 2) : 19.210.92
| 201RPHJP KPHP Unit IX Oba KPH Tidore Kepulauan – Provinsi Maluku Utara