51
RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA BUSANA SMK WIDYA PRAJA UNGARAN DENGAN PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) SKRIPSI diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh Mokhamad Sofyan 1102412061 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA ...Keahlian Tata Busana SMK Widya Praja Ungaran cukup relevan dengan pelaksanaan praktik kerja lapangan (PKL). Saran bagi sekolah sebaiknya

  • Upload
    others

  • View
    30

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • RELEVANSI KURIKULUM KOMPETENSI KEAHLIAN TATA BUSANA SMK WIDYA PRAJA UNGARAN

    DENGAN PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

    SKRIPSI

    diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

    gelar Sarjana Pendidikan

    Oleh

    Mokhamad Sofyan

    1102412061

    PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

    JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

    FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2017

  • i

  • ii

  • iii

  • iv

    MOTO DAN PERSEMBAHAN

    MOTO

    - Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah menganggap dirinya terlalu

    tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan

    cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik

    pendidikan itu tidak diberikan sama sekali. (Tan Malaka)

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini dipersembahkan untuk Ayahanda

    dan ibunda tercinta Bapak Dwi Haenri dan Ibu

    Rini Utami.

  • v

    ABSTRAK

    Sofyan, Mokhamad. 2017. Relevansi Kurikulum Kompetensi Keahlian Tata Busana SMK Widya Praja Ungaran dengan Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan.

    Skripsi. Jurusan Teknologi Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan.

    Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Budiyono, M.Pd dan

    Pembimbing II: Dr. Yuli Utanto, S.Pd.,M.Si.

    Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu lembaga yang menyiapkan

    para tenaga kerja. SMK diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang unggul,

    tangguh, kreatif, mandiri, dan profesional pada bidangnya masing-masing. Salah satu

    usaha SMK dalam meningkatkan mutu dan kualitas lulusannya adalah dengan

    menyelenggarakan program praktik kerja lapangan (PKL). Namun berdasarkan data

    Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah selama ini masih banyak

    lulusan SMK yang tidak atau belum tertampung dalam dunia kerja. Desain penelitian

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan

    kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII SMK Widya

    Praja Ungaran yang telah melaksanakan PKL. Sampel dalam penelitian ini adalah

    seluruh anggota populasi yaitu 41 siswa kelas XII di SMK Widya Praja Ungaran.

    Teknik pengumpulan data dilakukan dengan angket, wawancara, dan dokumentasi.

    Angket digunakan untuk memperoleh data kompetensi siswa saat melaksanakan

    PKL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kurikulum Kompetensi Keahlian Tata

    Busana SMK Widya Praja Ungaran cukup relevan dengan pelaksanaan praktik kerja

    lapangan (PKL). Hal ini ditunjukkan pada kecenderungan siswa menjawab sebanyak

    19 siswa (46,3%) masuk dalam kategori cukup relevan. Kemudian jumlah siswa yang

    menjawab dalam kategori relevan sebanyak 13 siswa (31,7%). Selanjutnya jumlah

    siswa yang menjawab pada kategori kurang relevan sebanyak 7 siswa (17,1%).

    Sedangkan jumlah siswa yang menjawab paling sedikit masuk pada kategori sangat

    relevan yaitu 2 siswa (4,9%) Simpulan penelitian ini Kurikulum Kompetensi

    Keahlian Tata Busana SMK Widya Praja Ungaran cukup relevan dengan pelaksanaan

    praktik kerja lapangan (PKL). Saran bagi sekolah sebaiknya dilakukan evaluasi

    kurikulum dan silabus secara kontinyu, serta perlu dilakukan komunikasi untuk

    menyamakan persepsi antara sekolah dan industri.

    Kata Kunci: relevansi, kurikulum, PKL

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan YME, yang telah melimpahkan

    berkat, rahmat, dan kasih-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsidengan

    judul “Relevansi Kurikulum Kompetensi Keahlian Tata Busana SMK Widya Praja

    Ungaran dengan Pelaksanaan PKL”.

    Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan,

    bantuan, dan sumbang saran dari segala pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini

    peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

    1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang

    telah memberikan kesempatan studi dan menyelesaikan skripsi.

    2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

    Negeri Semarang yang telah memberikan persetujuan pengesahan skripsi ini.

    3. Drs. Sugeng Purwanto, M.Pd., Ketua Jurusan TP UNNES yang telah

    memberikan saran dan arahan dalam penyempurnaan skripsi.

    4. Drs. Budiyono, M.Pd., Dosen pembimbing pertama yang telah memberikan

    bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.

    5. Dr. Yuli Utanto, S.Pd.,M.Si., Dosen pembimbing kedua yang telah memberikan

    bimbingan, arahan, dan saran kepada peneliti selama penyusunan skripsi.

    6. Drs. Sugeng Purwanto, M. Pd., Dosen penguji utama yang telah menguji dengan

    teliti dan sabar serta memberikan banyak masukan kepada peneliti.

  • vii

  • viii

    DAFTAR ISI

    PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... i

    PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................................... ii

    PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................. iii

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv

    ABSTRAK .............................................................................................................. v

    KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

    DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

    DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

    1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 7

    1.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 7

    1.4 Rumusan Masalah .................................................................................... 8

    1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8

    1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................... 9

    BAB II KERANGKA TEORETIK DAN KERANGKA BERPIKIR ............. 10

    2.1 Kerangka Teori ...................................................................................... 10

    2.1.1 Hakekat Kurikulum ...................................................................... 10

    2.1.1.1 Pengertian Kurikulum ...................................................... 10

    2.1.1.2 Kurikulum 2013................................................................ 11

    2.1.1.3 Prinsip Pengembangan Kurikulum ................................... 13

    2.1.1.4 Relevansi Kurikulum ........................................................ 15

    2.1.2 Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan ..................................... 16

    2.1.2.1 Pengertian SMK ............................................................... 16

  • ix

    2.1.2.2 Tujuan SMK ..................................................................... 17

    2.1.3 Pendidikan Sistem Ganda ............................................................. 19

    2.1.3.1 Pengertian PSG ................................................................. 19

    2.1.3.2 Tujuan PSG ...................................................................... 19

    2.1.3.3 Komponen-komponen PSG .............................................. 21

    2.1.4 Praktik Kerja Lapangan ................................................................ 24

    2.1.4.1 Pengertian PKL ................................................................ 24

    2.1.4.2 Manfaat PKL .................................................................... 25

    2.2 Kerangka Berpikir ................................................................................. 27

    2.3 Penelitian yang Relevan ........................................................................ 29

    BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 33

    3.1 Jenis dan Desain Penelitian ................................................................... 33

    3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 33

    3.3 Populasi dan Sampel Penelitian............................................................. 34

    3.4 Objek Penelitian .................................................................................... 34

    3.4.1 Variabel Bebas.............................................................................. 34

    3.4.2 Variabel Terikat ............................................................................ 35

    3.5 Definisi Operasional .............................................................................. 35

    3.6 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 36

    3.6.1 Angket .......................................................................................... 36

    3.6.2 Wawancara ................................................................................... 36

    3.6.3 Dokumentasi ................................................................................. 37

    3.7 Instrumen Penelitian .............................................................................. 37

    3.7.1 Lembar Angket ............................................................................. 37

    3.7.2 Lembar Wawancara ...................................................................... 39

    3.7.3 Dokumentasi ................................................................................. 39

    3.8 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ..................................................... 40

    3.8.1 Uji Validitas Instrumen ................................................................ 40

  • x

    3.8.2 Uji Reliabilitas Instrumen ............................................................. 41

    3.9 Teknik Analisis Data ............................................................................. 43

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian ............................................................. 45

    4.1.1 Deskripsi Kurikulum Tata Busana .............................................. 45

    4.1.1.1 Visi dan Misi .................................................................. 45

    4.1.1.2 Kurikulum Komp. Keahlian Tata Busana ...................... 47

    4.1.1.3 Potensi Pendukung ......................................................... 48

    4.1.2 Pelaksanaan PKL SMK Widya Praja .......................................... 49

    4.1.2.1 Deskripsi Pelaksanaan PKL ........................................... 49

    4.1.2.2 Tata Tertib PKL ............................................................. 52

    4.1.3 Analisis Relevansi dan PKL ........................................................ 53

    4.2 Pembahasan ........................................................................................... 82

    4.2.1 Kurikulum Komp. Keahlian Tata Busana ................................... 82

    4.2.2 Pelaksanaa PKL Tata Busana Widya Praja ................................. 82

    4.2.3 Relevansi Kurikulum dengan PKL .............................................. 83

    4.3 Implikasi Penelitian ............................................................................... 97

    4.4 Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 98

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 99

    5.1 Simpulan ................................................................................................ 99

    5.2 Saran ... .................................................................................................. 100

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 101

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Kurikulum Kompetensi Keahlian Tata Busana ........................................ 5

    Tabel 1.2 Kurikulum PKL Kompetensi Keahlian Tata Busana ................................ 6

    Tabel 3.1 Skor Pengukuran Instrumen ...................................................................... 38

    Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian................................................................... 38

    Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Reliabilitas Instrumen ................................................... 42

    Tabel 3.4 Kategori Penilaian Standar Kompetensi ................................................... 44

    Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Relevansi Kurikulum dengan PKL ........................ 55

    Tabel 4.2 Data Statistik Relevansi Kurikulum dengan PKL .................................... 56

    Tabel 4.3 Tingkat Relevansi Kurikulum dengan PKL .............................................. 57

    Tabel 4.4 Data Statistik SK Pengetahuan Tekstil ..................................................... 59

    Tabel 4.5 Tingkat Relevansi SK Pengetahuan Tekstil .............................................. 61

    Tabel 4.6 Data Statistik SK Dasar Teknologi Menjahit............................................ 62

    Tabel 4.7 Tingkat Relevansi SK Dasar Teknologi Menjahit .................................... 64

    Tabel 4.8 Data Statistik SK Dasar Pola .................................................................... 66

    Tabel 4.9 Tingkat Relevansi SK Dasar Pola ............................................................. 67

    Tabel 4.10 Data Statistik SK Dasar Desain .............................................................. 69

    Tabel 4.11 Tingkat Relevansi SK Dasar Desain ....................................................... 71

    Tabel 4.12 Data Statistik SK Desain Busana ............................................................ 72

    Tabel 4.13 Tingkat Relevansi SK Desain Busana .................................................... 74

    Tabel 4.14 Data Statistik SK Pembuatan Pola .......................................................... 75

    Tabel 4.15 Tingkat Relevansi SK Pembuatan Pola .................................................. 77

    Tabel 4.16 Data Statistik SK Pembuatan Busana (Industri) ..................................... 79

    Tabel 4.17 Tingkat Relevansi SK Pembuatan Busana (Industri).............................. 81

    Tabel 4.18 Kompetensi dan Potret Hasil PKL .......................................................... 97

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi Relevansi Kuriukulum dengan PKL .................... 56

    Gambar 4.2 Diagram Kecenderungan Relevansi Kuriukulum dengan PKL ............ 58

    Gambar 4.3 Diagram Kecenderungan SK Pengetahuan Tekstil ............................... 61

    Gambar 4.4 Diagram Kecenderungan SK Dasar Teknologi Menjahit ..................... 65

    Gambar 4.5 Diagram Kecenderungan SK Dasar Pola .............................................. 68

    Gambar 4.6 Diagram Kecenderungan SK Dasar Desain .......................................... 71

    Gambar 4.7 Diagram Kecenderungan SK Desain Busana ........................................ 74

    Gambar 4.8 Diagram Kecenderungan SK Pembuatan Pola ...................................... 78

    Gambar 4.9 Diagram Kecenderungan SK Pembuatan Busana (Industri) ................. 81

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Angket Uji Coba Peneliti ................................................................... 103

    Lampiran 2 Validitas Instrumen Angket ................................................................ 111

    Lampiran 3 Reliabilitas Instrumen Angket ............................................................ 115

    Lampiran 4 Angket Penelitian ............................................................................... 116

    Lampiran 5 Tabulasi Data Penelitian ..................................................................... 122

    Lampiran 6 Hasil Wawancara ................................................................................ 125

    Lampiran 7 Rekap Skor Penilaian ......................................................................... 129

    Lampiran 8 Data Statistik Angket Relevansi Kurikulum dengan PKL ................. 132

    Lampiran 9 Dokumen Penelitian ........................................................................... 146

    Lampiran 10 Surat Keterangan Penelitian ............................................................. 163

    Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian .................................................................... 165

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Dalam era modern seperti saat ini tuntutan Sumber Daya Manusia yang memiliki

    kompetensi di bidangnya sangat diperlukan. Terutama untuk mengantisipasi

    globalilasi yang membawa dampak bagi semua aspek kehidupan. Dunia kerja

    yang makin hari makin berkembang juga menuntut kompetensi yang mumpuni

    dan mengharuskan bagi para calon pelakunya untuk mempersiapkan diri mereka

    secara matang.

    Salah satu lembaga yang menyiapkan para tenaga kerja adalah

    Sekolah Menengah Kejuruan. Sebagaimana mengacu pada penjelasan pasal 15

    Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang

    menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang

    mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.

    SMK diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang unggul, tangguh,

    kreatif, mandiri, dan profesional pada bidangnya masing-masing. Salah satu usaha

    SMK dalam meningkatkan mutu dan kualitas lulusannya adalah dengan

    menyelenggarakan program praktik kerja lapangan (PKL). Hal ini sejalan dengan

    Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kepmendikbud) Nomor

    323/U/1997 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda pada Sekolah

  • 2

    Menengah Kejuruan. Program ini dilaksanakan di setiap SMK dalam bentuk

    PKL. PKL melibatkan dua pihak yaitu pihak sekolah dan pihak dunia kerja baik

    yang berbentuk dunia usaha maupun dunia industri.

    Namun, kenyataanya menunjukan bahwa selama ini masih banyak

    lulusan SMK yang tidak atau belum tertampung dalam dunia kerja. Menurut data

    Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 di Jawa Tengah, meskipun angka

    lowongan kerja masih jauh lebih rendah dari angkatan pencari kerja, namun tidak

    semua lowongan kerja terpenuhi penempatanya. Pada tahun 2013 tersedia

    169,827 ribu pencari kerja terdaftar, dan 127,818 ribu lowongan kerja terdaftar,

    serta sebanyak 99,007 ribu tenaga kerja ditempatkan. Keadaan tersebut

    menunjukan terjadinya mismatch dalam pasar kerja.

    Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Dalam

    web Penyelarasan Pendidikan dengan Dunia Kerja Republik Indonesia

    menyebutkan bahwa masalah yang terjadi diantaranya adalah banyak sekolah

    yang tidak berkomunikasi dengan industri, sehingga sekolah tidak mengetahui

    apa yang dibutuhkan oleh industri. Mereka hanya ingin mengajar pada bidang

    tertentu tanpa peduli bidang tersebut dibutuhkan atau tidak. Misalnya, materi

    yang digunakan sebagai bahan mengajar sudah sangat kuno dan tidak update

    padahal materi-materi tersebut tidak sesuai lagi dengan kebutuhan di dunia kerja.

    Kedua, sarana dan prasarana praktik yang tidak mendukung. Misalnya, jurusan

    tata busana tapi sarana dan prasarana sangat terbatas dan tidak memadai. Ketiga,

  • 3

    kemampuan guru dalam mengajar kurang. Guru kurang berkompeten dalam

    bidangnya, tidak ada upgrading, tidak ada magang, tidak pernah tahu kebutuhan

    dunia luar, sehingga tidak memungkinkan guru tersebut memberikan kompetensi

    yang memadai bagi siswanya. Selain itu, industri tidak memberikan kesempatan

    yang cukup bagi siswa untuk melakukan PKL. Kalaupun diberikan pelaksanaan

    PKL tidak terprogram, dilepaskan begitu saja, industri tidak mau

    menginformasikan kebutuhan dan tuntutan yang ada. Industri tidak mau berbagi

    fasilitas, misalnya alat-alat yang tidak terpakai disumbangkan ke sekolah yang

    dapat dimanfaatkan sebagai alat praktik.

    Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2012 pasal 8 menyebutkan

    bahwa penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) sebagai

    acuan pembelajaran melalui pendidikan formal, non formal dan informal oleh

    menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang pendidikan. Untuk

    jenjang SMK berdasarkan peraturan tersebut termasuk pada kualifikasi II yang

    harus mampu memiliki kualifikasi sebagai berikut:

    a. Mampu melaksanakan satu tugas spesifik, dengan menggunakan alat, dan

    informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan, serta menunjukan

    kinerja dengan mutu yang terukur, dibawah pengawasan langsung

    atasanya.

  • 4

    b. Memiliki pengetahuan operasional dasar dan pengetahuan factual bidang

    kerja yang spesifik, sehingga mampu memilih pemecahan yang tersedia

    terhadap masalah yang lazim timbul.

    c. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung

    jawab membimbing orang lain.

    Penetapan kualifikasi nasional tersebut sesuai dengan tantangan dunia

    kerja yang semakin meningkat. Tantangan kerja pada masa mendatang semakin

    membutuhkan kualifikasi sumber daya manusia dengan spesifikasi keterampilan

    teknis dan praktis yang semakin tinggi.

    Hal yang dapat dipersiapkan untuk mengikuti tuntutan dunia industri

    yang semakin berkembang adalah dengan mempersiapkan kurikulum yang isinya

    relevan dengan dunia kerja. UU SISDIKNAS tahun 2003 mendefinisikan

    kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan

    bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

    kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.

    Pada proses pembelajaran, kurikulum dituangkan dalam silabus.

    Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran

    dengan tema tertentu, yang mencakup: standar kompetensi, kompetensi dasar,

    materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang

    dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Kegiatan pembelajaran di sekolah,

  • 5

    baik itu teori mapun praktik dilakukan berdasarkan silabus yang telah disusun.

    Begitu pula dengan kegiatan pembelajaran praktik yang dilakukan di dunia kerja.

    Tata Busana merupakan salah satu kompetensi keahlian di SMK

    Widya Praja Ungaran. Berdasarkan silabus Kompetensi Keahlian Tata Busana,

    dijelaskan bahwa Kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik digolongkan

    menjadi Dasar Kompetensi Kejuruan (C2) dan Kompetensi Kejuruan Paket

    Keahlian Tata Busana (C3). Namun dalam pelaksanaan PKL, hanya ada 7

    kompetensi yang harus dilaksanakan.

    Tabel 1.1 Kurikulum Kompetensi Keahlian Tata Busana

    NoKompetensi Keahlian Tata Busana

    Dasar Kompetesi Kejuruan (C2) Kompetensi Kejuruan Paket Keahlian Tata Busana (C3)1 Pengetahuan Tekstil Pembuatan Hiasan

    2 Dasar Teknologi Menjahit Desain Busana

    3 Dasar Pola Pembuatan Pola

    4 Dasar Desain Pembuatan Busana (Industri)

    5 Simulasi Digital Pembuatan Busana (Custom-made)

    Sumber: Silabus SMK Widya Praja Ungaran

    Sedangkan, kompetensi yang harus dimiliki siswa yang

    melaksanakan PKL adalah sebagai berikut:

  • 6

    Tabel 1.2 Kurikulum PKL Kompetensi Keahlian Tata Busana

    No Kompetensi1 Pengetahuan Tekstil

    2 Dasar Teknologi Menjahit

    3 Dasar Pola

    4 Dasar Desain

    5 Desain Busana

    6 Pembuatan Pola

    7 Pembuatan Busana (Industri)

    Sumber: Silabus SMK Widya Praja Ungaran

    Silabus yang menjadi pedoman pelaksanaan pembelajaran di SMK

    harus sesuai dengan pelaksanaan PKL di Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI).

    Sehingga, perlu adanya relevansi antara proses dan materi yang diberikan dalam

    pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja. Relevansi merupakan kesesuaian

    antara kemampuan yang diperoleh melalui pendidikan dengan kebutuhan

    pekerjaan. Hal tersebut juga disadari oleh SMK Widya Praja Ungaran, SMK

    tersebut merupakan salah satu sekolah yang berada di kawasan industri konveksi

    terbesar di daerah Kabupaten Semarang.

    Untuk mengetahui secara lebih jelas apakah silabus yang selama ini

    menjadi pedoman pelaksanaan pembelajaran khususnya tata busana sesuai dengan

    pelaksanaan PKL dalam dunia industri, maka perlu diketahui seberapa tinggi

    relevansi kurikulum Kompetensi Keahlian Tata Busana SMK Widya Praja

    Ungaran dengan pelaksanaan PKL.

  • 7

    1.2 Identifikasi Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi beberapa

    permasalahan sebagai berikut:

    1. Banyaknya lulusan SMK yang tidak atau belum tertampung dalam dunia

    kerja.

    2. Kurangnya komunikasi antara sekolah dengan Dunia Industri.

    3. Sarana dan prasarana praktik yang kurang mendukung

    4. Guru kurang berkompeten dalam bidangnya

    5. Industri tidak memberikan kesempatan yang cukup bagi siswa yang

    melakukan PKL

    6. Sekolah belum mengetahui secara jelas apakah kurikulum kompetensi

    keahlian tata busana yang menjadi pedoman PKL sesuai dengan

    pelaksanaanya di dunia industri.

    1.3 Batasan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah perlu diadakan pembatasan masalah

    penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk memperjelas permasalahan yang diteliti,

    agar lebih fokus dalam mengkaji permasalahan. Peneliti hanya membatasi pada

    relevansi silabus Kompetensi Keahlian Tata Busana SMK Widya Praja Ungaran

    dengan pelaksanaan PKL. Kompetensi keahlian disini yaitu kelompok mata

  • 8

    pelajaran C2-Dasar Kejuruan dan C3-Kompetensi Kejuruan paket keahlian tata

    busana. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai Januari 2017.

    1.4 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, dapat dirumuskan

    masalah yang timbul dan berhubungan dengan penelitian ini agar masalah

    menjadi jelas, terarah, dan tidak meluas, maka menitikberatkan permasalahan

    sebagai berikut:

    1. Bagaimana kurikulum Kompetensi Keahlian Tata Busana SMK Widya Praja

    Ungaran?

    2. Bagaimana pelaksanaan PKL di Jurusan Tata Busana SMK Widya Praja

    Ungaran?

    3. Bagaimana relevansi kurikulum Kompetensi Keahlian Tata Busana SMK

    Widya Praja Ungaran dengan pelaksanaan PKL?

    1.5 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah diatas, peneliti bertujuan mendapatkan jawaban

    dan gambaran atas permasalahan yaitu: untuk mengetahui relevansi kurikulum

    Kompetensi Keahlian Tata Busana SMK Widya Praja Ungaran dengan

    pelaksanaan PKL.

  • 9

    1.6 Manfaat Penelitian

    1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi untuk kajian lebih

    mendalam tentang pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai

    relevansi silabus Kompetensi Keahlian Tata Busana dengan pelaksanaan PKL.

    2. Manfaat praktis yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

    a. Bagi Peneliti Lain

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengeahuan dan

    wawasan, sehingga dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian

    selanjutnya.

    b. Bagi Sekolah

    Hasil penelitian ini dapat memberi masukan tentang pelaksanaan praktik

    kerja lapangan di lapangan sehingga dapat dijadikan sebagai evaluasi

    kegiatan lebih lanjut.

  • 10

    BAB II

    KERANGKA TEORETIK DAN KERANGKA BERPIKIR

    2.1 Kerangka Teoritik

    2.1.1 Hakekat Kurikulum

    2.1.1.1 Pengertian Kurikulum

    Kurikulum merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan

    dalam proses kegiatan belajar mengajar. UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

    menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

    mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

    pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

    tertentu.

    Menurut pandangan lama, kurikulum diartikan sebagai rencana

    pelajaran disuatu sekolah. Kurikulum merupakan kumpulan mata-mata

    pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa

    (Sukmadinata, 2007: 4). Sedangkan pandangan modern dalam kurikulum

    dikemukakan oleh Romine (dalam Hamalik, 2008: 4): “Curriculum is

    interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences

    which pupils have under direction of the school, weather in the classroom or

    not”. Dalam pandangan ini, kurikulum lebih dianggap sebagai suatu

    pengalaman yang nyata terjadi dalam proses pendidikan. Kurikulum bersifat

  • 11

    luas, karena bukan hanya terdiri atas mata pelajaran, tetapi meliputi semua

    kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggung jawab sekolah termasuk

    kegiatan di luar kelas (ekstrakurikuler).

    Berdasarkan beberapa pengertian kurikulum diatas, maka kurikulum

    dapat diartikan sebagai rancangan pembelajaran menegenai tujuan, isi, serta

    cara dalam semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggung jawab

    sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.

    2.1.1.2 Kurikulum SMK Widya Praja

    Kurikulum yang digunakan SMK Widya Praja Ungaran saat ini adalah

    Kurikulum 2013. Kurikulum ini memusatkan pada perkembangan karakter

    siswa. Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari Kurikulum Berbasis

    Kompetensi (KBK) yang pernah diujicobakan pada tahun 2004. KBK atau

    (Competency Based Curriculum) dijadikan acuan dan pedoman bagi

    pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan

    (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur

    pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah (Mulyasa, 2013: 66).

    Menurut Mulyasa (2013: 65) pengembangan Kurikulum 2013

    diharapkan dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif,

    inovatif, afektif, melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan

    yang terintegrasi. Pengembangan kuriulum difokuskan pada pembentukan

    kompetensi dan karakter peserta didik, berupa paduan pengetahuan,

  • 12

    keterampilan, dan sikap yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai

    wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya secara kontekstual.

    Oleh karena itu, peserta didik perlu mengetahui kriteria penguasaan

    kompetensi dan karakter yang akan dijadikan sebagai standar penilaian hasil

    belajar sehingga para peserta didik dapat mempersiapkan dirinya melalui

    penguasaan terhadap sejumlah kompetensi dan karakter tertentu, sebagai

    prasayarat untuk melanjutkan ke tingkat penguasaan kompetensi dan karakter

    berikutnya.

    UU No. 20 Tahun 2003, bagian umum mengatakan bahwa “Strategi

    pembangunan pendidikan nasional dalam undang-undang ini meliputi: ….., 2.

    pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, ….” dan

    pada penjelasan Pasal 35, bahwa “kompetensi lulusan merupakan kualifikasi

    kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan

    sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.” maka diadakan

    perubahan kurikulum dengan tujuan untuk “melanjutkan Pengembangan

    Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan mencakup kompetensi sikap,

    pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.” Untuk mencapai tujuan

    tersebut menuntut perubahan pada berbagai aspek lain, terutama dalam

    implementasinya di lapangan.

    Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dapat dimaknai sebagai suatu

    konsep kurikulum yang menekankan pada kemampuan melakukan

  • 13

    (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga

    hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik. Kurikulum ini diarahkan untuk

    mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan

    minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran,

    ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab.

    Berdasarkan Keputusan Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan

    Menengah yang mengacu pada SI dan SKL, dijelaskan spektrum Kompetensi

    Keahlian Administrasi Tata Busana, yakni kompetensi yang harus dimiliki

    peserta didik yang terdiri dari 5 Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK) dan 5

    Kompetensi Kejuruan (KK). Secara keseluruhan, terdapat 10 kompetensi mata

    pelajaran yang harus dikuasai peserta didik Kompetensi Keahlian Tata

    Busana. Oleh sebab itu, pada penyusunan kurikulum Kompetensi Keahlian

    Tata Busana, sekolah perlu memperhatikan 10 kompetensi tersebut.

    2.1.1.3 Prinsip Pengembangan Kurikulum

    Menurut Sukmadinata (2007:150) kurikulum merupakan rancangan

    pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi

    siswa di sekolah. Ada 2 prinsip pengembangan kurikulum, yaitu:

    1) Prinsip-prinsip Umum

    Ada beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum.

    a. relevansi

  • 14

    ada 2 macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum yaitu

    relevan keluar dan relevan di dalam kurikulum itu sendiri.

    Relevansi keluar maksudnya tujuan, isi, dan proses belajar

    yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan

    tuntutan, kebutuhan, perkembangan masyarakat. Relevansi di

    dalam yaitu ada kesesuaian atau konsistensi antara

    komponen-komponen kurikulum, yaitu tujuan, isi, proses

    penyampaian, dan penilaian.

    b. fleksibilitas

    kurikulum hendaknya memiliki sifat lentur atau fleksibel.

    Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal

    yang solit tetapi dalam pelaksanaanya memungkinkan

    terjadinya penyesuaian dengan kondisi.

    c. kontinuitas atau kesinambungan

    perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara

    berkesinambungan, tidak terputus-putus.

    d. praktis

    Kurikulum hendaknya mudah dilaksanakan menggunakan

    alat-alat sederhana dan biaya yang murah.

    e. efektivitas

  • 15

    Kurikulum tetap harus diperhatikan keberhasilanya, baik

    secara kuantitas maupun kualitas.

    2) Prinsip-Prinsip Khusus

    a. Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan

    b. Prinsip berkenaan dengan isi pendidikan

    c. Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar

    d. Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat

    pengajaran

    e. Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.

    2.1.1.4 Relevansi Kurikulum

    Secara umum, arti dari relevansi adalah kecocokan. Relevan adalah

    bersangkut paut, berguna secara langsung (kamus bahasa Indonesia).

    Relevansi berarti kaitan, hubungan (kamus bahasa Indonesia). Sperber &

    Wilson, D. (dalam Jatmoko, 2013), mendefinisikan relevansi dalam dua hal

    yaitu pertama relevansi merupakan masalah derajat dan kami tidak

    menyatakan apa pun tentang bagaimana cara menentukan derajat relevansi,

    kedua relevansi sebagai suatu hubungan antara asumsi dan konteks.

    Menurut Jatmoko (2013) kurikulum merupakan segala bentuk

    aktivitas atau kegiatan dalam dunia pendidikan yang dapat mempengaruhi

    peserta didik selama berada dalam lingkungan sekolah serta hal-hal yang

    memiliki fungsi untuk mengantarkan pendidikan pada tujuannya

  • 16

    Jadi dapat disimpulkan bahwa relevansi kurikulum merupakan

    kesesuaian/keserasian antara apa yang diajarkan di sekolah dengan visi dan

    misi sekolah yang mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Kurikulum

    harus sejalan dengan lingkungan peserta didik, tuntutan kehidupan peserta

    didik dan tuntutan karier peserta didik. Kaitannya dengan pendidikan SMK,

    dalam meningkatkan mutu pendidikan relevansi kurikulum sangat diperlukan

    dalam kemampuan sekolah membentuk kompetensi lulusan agar menjadi

    tenaga kerja yang produktif.

    2.1.2 Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan

    2.1.2.1 Pengertian Sekolah Menengah Kejuruan

    Hamalik (1990: 24) mengemukakan pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk

    pengembangan bakat, pendidikan dasar keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan

    yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan keterampilan.

    Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pendidikan menengah

    kejuruan adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan

    meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota

    masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik

    dengan lingkungan sosial, bangsa, dan alam sekitarnya serta mengembangkan

    kemampuan untuk lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi.

    Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan

    formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan

  • 17

    menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat.

    Sekolah di jenjang pendidikan dan jenis kejuruan dapat bernama Sekolah

    Menengah Kejuruan (SMK) atau Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau

    bentuk lain yang sederajat.

    Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 Bab I Pasal 1 Ayat (3)

    menjelaskan bahwa pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada

    jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan

    siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. Pendidikan menengah

    kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta

    mengembangkan sikap profesional. Sesuai dengan bentuknya, sekolah

    menengah kejuruan menyelenggarakan program-program pendidikan yang

    disesuaikan dengan jenis-jenis lapangan pekerjaan.

    2.1.2.2 Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan

    Tujuan pendidikan menengah kejuruan menurut Undang-Undang Nomor 20

    Tahun 2003, terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum

    pendidikan menengah kejuruan yaitu:

    a. meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan

    Yang Maha Esa;

    b. mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga Negara yang

    berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan

    bertanggung jawab;

  • 18

    c. mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki wawasan

    kebangsaan, memahami dan menghargai keanekaragaman budaya

    bangsa Indonesia;

    d. mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian

    terhadap lingkungan hidup dengan secara aktif turut memelihara dan

    melestarikan lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya alam

    dengan efektif dan efisien.

    Tujuan khusus pendidikan menengah kejuruan adalah sebagai berikut:

    a. menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu

    bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada sebagai tenaga

    kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program

    keahlian yang dipilihnya;

    b. menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih

    dalam berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja dan

    mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang

    diminatinya;

    c. membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

    agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri

    maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi;

    d. membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai

    dengan program keahlian yang dipilih.

  • 19

    Berdasarkan uraian tersebut pendidikan kejuruan merupakan pendidikan

    menengah yang mempersiapkan peserta didik agar siap bekerja dalam bidang

    tertentu.

    2.1.3 Pendidikan Sistem Ganda

    2.1.3.1 Pengertian Pendidikan Sistem Ganda

    Pendidikan sistem ganda adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan

    keahlian kejuruan, yang memadukan secara sistematik dan sinkron program

    pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh

    melalui kegiatan bekerja langsung pada bidang pekerjaan yang relevan terarah

    untuk mencapai penguasaan kemampuan keahlian tertentu (Pakpahan, dalam

    Wena 1996: 16).

    Pendidikan sistem ganda sebagai alternatif pola pembelajaran di SMK

    ditetapkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia

    Nomor 323/U/1997, yaitu “pendidikan sistem ganda selanjutnya disebut PSG

    adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian jurusan yang

    memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah

    menengah kejuruan dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh

    melalui bekerja langsung pada pekerjaan sesungguhnya di institusi pasangan,

    terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu”.

    2.1.3.2 Tujuan Pendidikan Sistem Ganda

    Merujuk pada Kemendikbud, tujuan PSG yaitu:

  • 20

    a. Meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan kejuruan melalui peran

    serta IP

    b. Menghasilkan tamatan yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan

    etos kerja yang sesuai dengan lapangan kerja

    c. Menghasilkan tamatan yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan

    sikap, yang menjadi bekal dasar pengembangan dirinya secara

    berkelanjutan

    d. Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja

    sebagai bagian dari proses pendidikan

    e. Meningkatkan efisiensi penyelenggaraan pendidikan menengah

    kejuruan melalui pendayagunaan sumberdaya pendidikan yang ada di

    dunia kerja.

    Menurut Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (1994: 7) tujuan

    penyelenggaraan program PSG sebagai berikut:

    a. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional

    (dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan etos kerja yag sesuai

    dengan tuntutan lapangan kerja).

    b. Memperkokoh “link and match” antara sekolah dengan dunia kerja.

    c. Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja

    yang berkualitas profesional.

  • 21

    d. Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja

    sebagai bagian dari proses pendidikan.

    Berdasarkan uraian tujuan pendidikan sistem ganda diatas dapat

    disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan sistem ganda adalah

    mengoptimalkan hasil pembelajaran pada pendidikan kejuruan. Hasil

    pembelajaran pada pendidikan kejuruan antara lain menghasilkan lulusan

    lembaga pendidikan kejuruan yang memiliki keterampilan yang sesuai dnegan

    kebutuhan lapangan kerja

    2.1.3.3 Komponen-komponen Pendidikan Sistem Ganda

    Menurut Wena (1996: 17) komponen-komponen Pendidikan Sistem Ganda

    antara lain:

    a. Kelembagaan

    Dilihat dari segi kelembagaan pendidikan sistem ganda kejuruan terdiri

    dua sub sistem yaitu sub sistem pendidikan di sekolah dan sub sistem

    pendidikan di industri. Lembaga sekolah kejuruan sebagai salah satu sub

    sistem dari sistem ganda memang secara khusus dirancang sebagai

    tempat belajar. Tetapi lembaga sebagai bagian dari sistem ganda tidak

    secara khusus dirancang sebagai tempat belajar. Oleh karena itu, agar

    dunia industri dapat digunakan sebagai tempat praktik secara maksimal

    oleh siswa maka seyogyanya pihak industri mampu memerankan fungsi

    kependidikan.

  • 22

    b. Kurikulum PSG

    Kurikulum di sekolah dirancang secara komperehensif, yang meliputi

    semua kegiatan belajar. Dengan demikian pengembangan kurikulum

    sekolah didasari atas aspek-aspek psikologis karakteristik siswa.

    Sedangkan kurikulum yang ada di industri hanya berupa tuntunan

    praktik, yang jauh lebih sederhana dan lebih praktis dari kurikulum

    seklah. Jadi, dalam hal ini isndutri seyogyanya menyediakan tuntunan

    praktik bagi para siswa, sehingga siswa tahu secara jelas apa yang harus

    dilakukan dan bagaimana melakukannya.

    c. Materi pembelajaran

    Materi disekolah lebih ditekankan pada pembelajaran teori-teori

    kejuruan, sedangkan materi di industri lebih ditekankan pada praktik

    kerja tetapi berkaitan dengan teori-teori yang dipelajari di sekolah.

    d. Strategi mengajar

    Kegiatan mengajar di sekolah lebih sistematis karena pelajaran telah

    disusun secara sistematis berdasarkan kaidah-kaidah teori pembelajaran.

    Sedangkan pembelajaran di industri menekankan pada proses belajar

    mengajar keterampilan kerja tertentu.

  • 23

    e. Kegiatan industri

    Lebih besifat usaha produksi barang, tetapi dibarengi dengan usaha

    belajar mengajar di tempat, atau belajar melalui pengalaman praktik

    langsung.

    f. Kegiatan belajar di industri

    Bersifat belajar dalam situasi dunia nyata, sedangkan belajar di sekolah

    berupa belajar pada situasi sekolah yang terkendali.

    g. Dunia industri dan sekolah

    Industri merupakan dunia orang dewasa, sedangkan dunia sekolah

    merupakan dunia remaja. Kondisi dan situasi yang demikian jangan

    sampai mengganggu proses belajar siswa di industri.

    h. Kepentingan

    Di industri terjadi konfik tujuan antara kepentingan produksi (prinsip

    ekonomi) dan kepentingan latihan (prinsip pendidikan), sedangkan

    sekolah prinsip pendidikan merupakan satu0satunya faktor

    determinannya.

    i. Pengajar

    Di sekolah guru bertanggung jawab terhadap program pelaksanaan

    pembelajaran, sedangkan di industri pembelajaran praktik sepenuhnya

    menjadi tanggng jawab instruktur.

    j. Tempat belajar

  • 24

    Belajar di sekolah sebagian besar dilakukan di ruang kelas, sedangkan

    belajar di industri hampir seluruhnya dilakuka di tempat kerja. Adanya

    perbedaan tempat belajar ini tentu akan mempengaruhi situasi

    pembelajaran.

    Berdasarkan seluruh komponen tesebut, perlu adanya sinergitas dan

    keterkaitan antar komponen sehingga dapat menghasilkan pendidikan sistem

    ganda yang tepat guna dan tepat sasaran.

    2.1.4 Praktik Kerja Lapangan

    2.1.4.1 Pengertian Praktik Kerja Lapangan

    Menurut Hamalik (2007: 91) praktik kerja lapangan, pada hakikatnya adalah

    suatu program latihan yang diselenggarakan di lapangan atau luar kelas, dalam

    rangka kegiatan pembelajaran sebagai bagian integral program pelatihan. Lebih

    lanjut ia menjelaskan bahwa:

    Praktik kerja industri merupakan suatu komponen yang penting dalam

    sistem pelatihan manajemen untuk mengembangkan wawasan dan keterampilan

    manajemen para pesertanya. Dalam kesempatan itu, para peserta dapat

    memadukan antara teori proses yang telah diperolehnya di kelas dengan

    pengalaman praktis, mereka mengalami secara langsung kehidupan lingkungan

    organisasi bertindak dan berperan sebagai tenaga unsur manajemen dalam

    bidang tertentu.

  • 25

    2.1.4.2 Manfaat Praktik Kerja Lapangan

    Hamalik (2007: 92) menggolongkan manfaat PKL sebagai berikut:

    1) Bagi peserta didik, praktik kerja lapangan memberikan manfaat antara

    lain:

    a. Menyediakan kesempatan kepada peserta untuk melatih keterampilan

    manajemen dalam situasi lapangan yang aktual, hal ini penting dalam

    rangka belajar menerapkan teori atau konsep yang telah dipelajari

    sebelumnya.

    b. Memberikan pengalaman-pengalaman praktis kepada peserta

    sehingga hasil pelatihan bertambah luas.

    c. Mendekatkan dan menjembatani penyiapan peserta untuk terjun

    langsung ke bidang tugasnya menempuh program pelatihan tersebut.

    2) Bagi lembaga latihan, praktik kerja bermanfaat bagi lembaga pelatihan,

    antara lain:

    a. Mengembangkan dan membina kerjasama antara lembaga pelatihan

    dengan organisasi dan manajemen tempat penyelenggaraan praktik

    tersebut.

    b. Lembaga pelatihan berkesempatan menguji tingkat relevansi dan

    efektivitas program peralihan serta memperoleh informasi balikan

    mengenai program pelatihan yang telah dilaksanakan.

  • 26

    c. Tenaga pelatih turut memperoleh pengalaman tertentu dari

    lingkungan manajemen tempat penyelenggaraan praktik.

    d. Lembaga pelatihan mendapat bantuan yang sangat berharga dari

    organisasi diluar lembaga dalam melaksanakan program pelatihan.

    e. Lembaga pelatihaan turut dan berkesempatan melaksanakan program

    pengabdian masyarakat terhadap organisasi penyelenggara praktik

    dalam pelaksanaan program produktivitas organisasi bersangkutan.

    3) Bagi organisasi penyelenggara praktik kerja, organisasi atau lembaga

    tempat diselenggarakannya praktik kerja merasakan manfaat tertentu,

    antara lain:

    a. Para manajer dan tenaga di lingkungan organisasi mempunyai

    kesempatan memberikan sumbanganya dalam upaya menyiapkan

    tenaga professional.

    b. Dalam hal-hal tertentu, organisasi atau lembaga tersebut mendapat

    bantuan dalam melaksakan kegiatan di lingkungan organisasinya.

    c. Kehadiran tenaga/peserta prakktik kerja turut berpengarauh terhadap

    tenaga kerja yang ada berupa pengetahuan dan keterampilan serta

    motivasi untuk belajar terus.

    d. Lembaga atau organisasi yang bersangkutan secara tak langsung

    merupakan sumbangan social dan kegiatan pemasaran melalui pra

    peserta tersebut.

  • 27

    4) Bagi pengembangan program pelatihan, hasil praktik kerja dan laporan

    serta hasil penilaian praktik dapat digunakan sebagai bahan masukan

    untuk melakukan modifikasi, perbaikan, dan peningkatan efisiensi

    pelatihan untuk masa selanjutnya.

    2.2 Kerangka Berpikir

    Lulusan SMK yang telah disiapkan sebagai calon tenaga kerja, diharapkan

    memiliki kompetensi yang relevan terhadap kebutuhan dunia usaha/ dunia

    industri konveksi di Kota Ungaran. Harapan dunia usaha/ dunia industri tersebut

    berarti semakin baik kompetensi yang dimiliki siswa, maka produktivitas kerja

    dan tingkat keterserapan lulusannya di dunia kerja semakin tinggi.

    Pelaksanaan PKL di SMK Widya Praja Kompetensi Keahlian Tata Busana

    dilakukan di beberapa perusahaan konveksi di Ungaran. Berdasarkan paparan

    tersebut, maka dapat dirumuskan dalam bagan kerangka berpikir sebagai berikut:

  • 28

    Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

    PRAKTIK KERJA

    LAPANGAN DI

    INDUSTRI

    PEMBELAJARAN

    DI SEKOLAH

    1. Pengetahuan Tekstil

    2. Dasar Teknologi Menjahit

    3. Dasar Pola

    4. Dasar Desain

    5. Desain Busana

    6. Pembuatan Pola

    7. Pembuatan Busana (Industri)

    RELEVANSI KURIKULUM TATA BUSANA

    DENGAN PELAKSANAAN PKL

    KURIKULUM

    KOMPETENSI

    KEAHLIAN TATA

    BUSANA

    KOMPETENSI SISWA

    KEBUTUHAN

    INDUSTRI

  • 29

    2.3 Penelitian Yang Relevan

    Penelitian yang relevan digunakan sebagai acuan dalam penelitian yang akan

    dilakukan, untuk membedah hasil dari penelitian ini. Penelitian yang relevan

    dengan penelitian ini diantaranya yaitu:

    Penelitian sebelumnya dalam bentuk jurnal tahun 2013 oleh Dwi

    Jatmoko dengan judul “Relevansi Kurikulum SMK Kompetensi Keahlian Teknik

    Kendaraan Ringan Terhadap Kebutuhan Dunia Industri di Kabupaten Sleman”.

    Hasil dari penelitian ini (1) relevansi kurikulum SMK Kompetensi Keahlian

    Teknik Kendaraan Ringan dengan kebutuhan industri servis mobil di Kabupaten

    Sleman untuk bidang Engine sebesar 100% chasis 100% dan kelistrikan 91,6%;

    (2) kompetensi yang dibutuhkan industri servis mobil yang tidak disediakan

    dalam kurikulum untuk bidang engine sebesar 15%, chasis 4% dan kelistrikan

    0%; (3) kompetesi yang tidak dibutuhkan industri servis mobil namun

    dilaksanakan dalam kurikulum bidang engine dan chasis 0%, dan kelistrikan

    0,08%; (4) kompetensi yang dibutuhkan industri service mobil dan ada dalam

    kurikulum tapi tidak dilaksanakan di SMK untuk bidang engine sebesar 22,88%,

    chasis 14,60% dan kelistrikan 12,02%. Kesimpulan secara umum bahwa

    kurikulum dalam kategori relevan, namun ada beberapa kompetensi yang tidak

    terlaksana.

    Selanjutnya, penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan

    dilaksanakan adalah dalam bentuk artikel jurnal yang ditulis Machfud Ridwan

  • 30

    dkk dari Universitas Negeri Surabaya dengan judul “Relevansi Kurikulum Ilmu

    Ukur Tanah Pendidikan Teknik Bangunan FT-Unesa dengan Kurikulum

    Geomatika SMK dan Kompetensi yang dibutuhkan di Dunia Industri”. Hasil

    penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa tingkat relevansi kompetensi

    kurikulum Ilmu Ukur Tanah di S1 PTB FT-Unesa dengan Kurikulum Geomatika

    di SMKN 3 Jombang, SMKN 1 Nganjuk, dan SMKN 1 Madiun mempunyai

    tingkat relevansi yang tinggi yaitu 92,86% sangat relevan, 7,14% relevan

    marjinal, dan 0% tidak relevan. Tingkat relevansi kompetensi kurikulum Ilmu

    Ukur Tanah di S1 PTB FT-Unesa dengan kemapuan yang dibutuhkan di dunia

    industri juga mempunyai tingkat relevansi yang tinggi yaitu 78,57% sangat

    relevan, 0% relevan marjinal, dan 21,43% tidak relevan. Terdapat 16 kompetensi

    kurikulum gabungan antara kurikulum Geomatika di SMK dan kompetensi

    RSKKNI Bidang Informasi Geospasial yang tidak tercakup dalam kurikulum S1

    PTB FT-Unesa.

    Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan

    adalah dalam bentuk artikel jurnal yang ditulis Arina Hidayati dari Universitas

    Sebelas Maret dengan judul “Relevansi Kompetensi Lulusan Sekolah Menengah

    Kejuruan dengan Kebutuhan Dunia Usaha dan Industri”. Hasil penelitian

    menyebutkan (1) Kurikulum SMK Negeri 1 Batang disusun dengan melibatkan

    pihak diluar sekolah yaitu pemerintah dan perusahaan; (2) kompetensi keahlian

    akuntansi dan softskills yang diajarkan sekolah sudah sesuai dengan kebutuhan

  • 31

    DU/DI, hanya saja DU/DI menetapkan standar kompetensi yang tinggi dalam

    rekrutmen kerja, terutama pada bagian akuntasi dan keuangan. Hal ini

    menyebabkan siswa lulusan SMK N 1 Batang yang bekerja di perusahaan hanya

    mendapat jabatan yang rendah.

    Selain itu, penelitian serupa juga dilakukan oleh Rita Permana Kelana

    Wati pada tahun 2013 dengan judul “ Relevansi Pekerjaan Lulusan SMK dengan

    Kompetensi Keahlian Berdasarkan Pengalaman Praktik Kerja Industri”. Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa: 1) Ada relevansi pekerjaan lulusan SMK

    berdasarkan pengalaman prakerin terutama untuk kompetensi keahlian Pemasaran

    dan Perhotelan, sementara untuk kompetensi keahlian Akuntansi dan TKJ

    sebagian kurang relevan; 2) Faktor penyebab sebagian tidak relevan baik dalam

    penempatan prakerin maupun setelah lulus dan memperoleh pekerjaan

    dikarenakan tidak semua DU/DI mengijinkan untuk mengerjakan tugas-tugas

    yang sifatnya rahasia; ada beberapa materi pelajaran produktif yang sebenarnya

    sudah diajarkan di sekolah berbeda kondisinya pada saat mereka berada pada

    lingkungan kerja.

    Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Ioana Chan Mouw dkk

    dari Computing Departement, National University of Samoa Apia, Samoa pada

    tahun 2013 hingga 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kursus dalam

    computing dinas relevan dengan kebutuhan dunia industri dan dunia kerja.

    Namun, ada aspek yang perlu diperbaiki lagi. Dalam penelitian ini disarankan

  • 32

    melakukan penelitian secara rutin untuk menyesuaikan kurikulum dengan

    kebutuhan industri.

    Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan

    dilaksanakan terletak pada objek yang akan diteliti, yaitu relevansi kurkulum.

    Selain itu, subjek yang digunakan juga sama, yaitu siswa SMK yang telah

    melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan.

  • 99

    BAB V

    SIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Simpulan

    1. Berdasarkan analisis kompetensi sesuai kurikulum yang sudah ditetapkan

    pemerintah, terutama yang paling dibutuhkan, dari 10 Standar Kompetensi

    yang ada dalam kurikulum, hanya 7 yang diambil sebagai pedoman PKL

    karena hal tersebut mengingat 3 dari 7 kompetensi tersebut sangat jarang

    dipakai saat PKL.

    2. Pada pelaksanaan PKL terdapat beberapa Industri dan Usaha yang tidak

    melibatkan siswa secara penuh dalam melaksanakan pekerjaan. Sehingga

    siswa kurang mendapat kesempatan dan pengalaman yang maksimal.

    3. Berdasarkan data yang diperoleh dari analisis yang dilakukan dapat ditarik

    kesimpulan bahwa Kurikulum Kompetensi Keahlian Tata Busana SMK

    Widya Praja Ungaran cukup relevan dengan pelaksanaan praktik kerja

    lapangan (PKL). Hal ini ditunjukkan pada kecenderungan siswa

    menjawab sebanyak 19 siswa (46,3%) masuk dalam kategori cukup

    relevan.

  • 100

    5.2 Saran

    Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, pembahasan dan kesimpulan

    pada bagian sebelumnya, maka saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai

    berikut:

    1. Bagi sekolah:

    a. Sebaiknya dilakukan evaluasi kurikulum dan silabus secara kontinyu

    agar dapat mengikuti perubahan kebutuhan kompetensi yang

    dibutuhkan dunia industri.

    b. Sebaiknya menggunakan dunia industri yang memiliki

    sarana/peralatan kantor yang lengkap dan memiliki kedekatan

    terhadap tugas pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi sebagai

    tempat prakerin.

    c. Sebaiknya dilakukan komunikasi tentang konsep PSG untuk

    menyamakan persepsi antara sekolah dengan dunia industri.

    2. Bagi peneliti lain yang berminat untuk melakukan penelitian sejenis,

    diharapkan dapat melakukan penelitian dengan melibatkan dunia industri

    sebagai responden.

  • 101

    DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

    Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

    Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas

    Hamalik, Oemar. 2007. Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatian Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara

    Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

    Hidayati, Arina. 2015. Relevansi Kompetensi Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan dengan Kebutuhan Dunia Usaha dan Industri. Jurnal Universitas Sebelas Maret

    Jatmoko, Dwi. 2013. Relevansi Kurikulum SMK Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan Terhadap Kebutuhan Dunia Industri di Kabupaten Sleman. Jurnal Pendidikan Vokasi UNY

    Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 323/U/1997 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda pada Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Kemdikbud

    Mouw, Ioana Chan. 2014. An Evaluation of Relevance of Computing Curricula to Industry Need (Virtual Partisipation). Computing Departement, National University of Samoa Apia.

    Mulyasa. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

  • 102

    Pemerintah Republik Indonesia. 1990. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 Bab I Pasal 1 Ayat (3). Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia

    Pemerintah Republik Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2012 Pasal 8 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Jakarta: Pemerintah Repulik Indonesia.

    Ridwan, Machfud, dkk. 2015. Relevansi Kurikulum Ilmu Ukur Tanah Pendidikan Teknik Bangunan FT-Unesa dengan Kurikulum Geomatika SMK dan Kompetensi yang dibutuhkan di Dunia Industri. Jurnal Kajian Pendidikan Teknik Bangunan Vol 3 (3)

    Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

    Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

    Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.Bandung: PT Remaja Rosdakarya

    Wati, Rita Permana Kelana. 2013. Relevansi Pekerjaan Lulusan SMK dengan Kompetensi Keahlian Berdasarkan Pengalaman Praktik Kerja Industri.Skripsi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana

    Wena, Made. 1997. Pendidikan Kejuruan Sistem Ganda. Malang: Proyek OPF IKIP Malang

  • 167

    167

    Wwawancara dengan Ketua Jurusan Tata Busana

    Kegiatan Belajar Mengajar Siswa SMK Widya Praja Ungaran