12
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 1069 RELASI KERJASAMA ELIT KAPITALIS DENGAN ELIT LOKAL TAMBANG EMAS (STUDI KASUS) TIMIKA PAPUA Yonas Yanampa, Tri Sulistyaningsih, Asep Nurjman Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang. Email: [email protected]. Alamat: Jl. Bandung 1 Malang, Jawa Timur Abstraksi Relasi kerjasama antar elit, bergerak di bidang industri tambang emas, telah melibatkan berbagai stakeholder. Tujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk relasi kerjasama elit kapitalis dengan elit lokal tambang emas Timika Papua. Panggung perusahan PT.Freeport Indonesia merupakan perusahan Amerika yang sampai kini telah berlangsung berhasil mengekspolorasi dan eksploitasi sumber daya alam (SDA), meskipun tantangan eksternal dan internal siliberganti. Kehadiran perusahanjuga memberikan dampak positif dan negatif terhadap kondisi daerah baik ditingkat lokal maupun nasional. Sebagai dampak positif adalah saling menguntungkan keuangan antarnegara dalam politik ekonomi. Sementara dampak negatif adalah kondisi masyarakat lokal dialienakan, diskriminasi, intimidasi dalam perspektif, ekonomi, politik dan lingkungan. Makna kerjasama antar elit, dapat menciptakan dunia lapangan kerjasama, menurunkan tingakat kemiskinan, pengangguran, dan sehingga secara tidak langsung mengubah paradigma sosiokultur masyarakat feodalisme dapat meningkatkan etika dan nilai kolektivitas masyarakat semakin bertambahdalam kehidupan dinamika politik ekonomi makro maupun mikro. karakteristik kapitalis pada prinsipnya mencari keuntungan sebesar-besarnya untuk mencapai tujuansenantiasa memanfaatkan berbagai stakeholder. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, dimana tipe penelitian tersebut merupakan penelitian yang mendeskripsikan, menjelaskan, menjabarkan tentang bentuk- bentuk relasi kerjasama antar elit kapitalis dengan elit lokal Timika Papua. Adapun penelitian yang dimaksud akan pengumpulkan data secara seksama akurat dan sistematis dengan cara memahami dan mendalami kasus, dan fokus pada pengumpulan data akurat yang benar-benar terjadi dilapangan.Metode analisa data yang digunakan adalah metode kualitatif berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menunjukan bahwa kerjasama antar elit kapitalis dengan elit lokal di wilayah Timika papua merupakan perjuangan dan persaingan politik ekonomi antar negara disebabkan karena kepentingan keuangan pemerintah serta berbagai kelompok masyarakat untuk mendapatkan keuntungan dari hasil industri tambang sedang eksplotasi. Sementara kerusakan lingkungan dan komoditas-komoditas masyarakat lokal dialienasi, sehingga masyarakat lokal melakukan demontrasi maka timbul konflik pertambangan antara perusahan dengan masyarakat lokal (akar rumput) menjadi potensi. Tetapi perusahan industri tambang tersebut mampu pengendalian konflik akhirnya konflik vertikal menjadi sesuatu yang baik untuk memperbaiki kinerja demi mencapai tujuan perusahan PT.Freeport Indonesia. Kata Kunci: Relasi Kerjasama, Elit Kapitalis, Elit Lokal, Tambang Emas, Timika Papua A. Latar Belakang Relasi kerjasama merupakan bentuk kegiatan sosial antara orang-perorangan atau kelompokmanusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan. Kerjasama Amerika, Indoesia, dan elit lokal dikembangkan dan dimajukan dengan menghormati hak-hak kedua negara untuk melakukan berbagai kerjasama pada aspek-aspek kehidupan berbangsa dan bernegara tanpa mengabaikan dan mengucilkan keberadaan negara tersebut serta mewujudkan perdamaian dan memberikan nilai tambah yang menguntungkan. Karakteristik kapitalis pada prinsipnya mencari keuntungan sebesar- besarnya memanfaatkan berbagai stakeholder. KelompokStakeholder yang dimaksud adalah(1) elit kapitalis Amerika (2) Pemerintah Indonesia) (3) Elit lokal, Timika Papua. Aktor-aktor tersebut memiliki peran dan fungsinya masing- masing. Kapitalis Amerika merupakan petinggi negara yang pemilik modal (uang), sedangkan Pemerintah Indonesia otoriter atas sumber daya alam (SDA) yang terdapat di nusantara republik Indonesia, dan unsure pertukaran jaringan bisnissertainformasi multisional. Kelompok

RELASI KERJASAMA ELIT KAPITALIS DENGAN ELIT LOKAL …

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RELASI KERJASAMA ELIT KAPITALIS DENGAN ELIT LOKAL …

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 1069

RELASI KERJASAMA ELIT KAPITALIS DENGAN ELIT LOKAL

TAMBANG EMAS (STUDI KASUS) TIMIKA PAPUA

Yonas Yanampa, Tri Sulistyaningsih, Asep Nurjman Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang.

Email: [email protected]. Alamat: Jl. Bandung 1 Malang, Jawa Timur

Abstraksi

Relasi kerjasama antar elit, bergerak di bidang industri tambang emas, telah melibatkan berbagai

stakeholder. Tujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk relasi kerjasama elit kapitalis dengan elit lokal

tambang emas Timika Papua. Panggung perusahan PT.Freeport Indonesia merupakan perusahan

Amerika yang sampai kini telah berlangsung berhasil mengekspolorasi dan eksploitasi sumber daya

alam (SDA), meskipun tantangan eksternal dan internal siliberganti. Kehadiran perusahanjuga

memberikan dampak positif dan negatif terhadap kondisi daerah baik ditingkat lokal maupun

nasional. Sebagai dampak positif adalah saling menguntungkan keuangan antarnegara dalam politik

ekonomi. Sementara dampak negatif adalah kondisi masyarakat lokal dialienakan, diskriminasi,

intimidasi dalam perspektif, ekonomi, politik dan lingkungan. Makna kerjasama antar elit, dapat

menciptakan dunia lapangan kerjasama, menurunkan tingakat kemiskinan, pengangguran, dan

sehingga secara tidak langsung mengubah paradigma sosiokultur masyarakat feodalisme dapat

meningkatkan etika dan nilai kolektivitas masyarakat semakin bertambahdalam kehidupan dinamika

politik ekonomi makro maupun mikro. karakteristik kapitalis pada prinsipnya mencari keuntungan

sebesar-besarnya untuk mencapai tujuansenantiasa memanfaatkan berbagai stakeholder.

Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, dimana tipe penelitian

tersebut merupakan penelitian yang mendeskripsikan, menjelaskan, menjabarkan tentang bentuk-

bentuk relasi kerjasama antar elit kapitalis dengan elit lokal Timika Papua. Adapun penelitian yang

dimaksud akan pengumpulkan data secara seksama akurat dan sistematis dengan cara memahami

dan mendalami kasus, dan fokus pada pengumpulan data akurat yang benar-benar terjadi

dilapangan.Metode analisa data yang digunakan adalah metode kualitatif berdasarkan hasil penelitian

dan pembahasan menunjukan bahwa kerjasama antar elit kapitalis dengan elit lokal di wilayah

Timika papua merupakan perjuangan dan persaingan politik ekonomi antar negara disebabkan karena

kepentingan keuangan pemerintah serta berbagai kelompok masyarakat untuk mendapatkan

keuntungan dari hasil industri tambang sedang eksplotasi. Sementara kerusakan lingkungan dan

komoditas-komoditas masyarakat lokal dialienasi, sehingga masyarakat lokal melakukan demontrasi

maka timbul konflik pertambangan antara perusahan dengan masyarakat lokal (akar rumput) menjadi

potensi. Tetapi perusahan industri tambang tersebut mampu pengendalian konflik akhirnya konflik

vertikal menjadi sesuatu yang baik untuk memperbaiki kinerja demi mencapai tujuan perusahan

PT.Freeport Indonesia.

Kata Kunci: Relasi Kerjasama, Elit Kapitalis, Elit Lokal, Tambang Emas, Timika Papua

A. Latar Belakang

Relasi kerjasama merupakan bentuk kegiatan sosial antara orang-perorangan atau

kelompokmanusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan. Kerjasama Amerika, Indoesia, dan elit

lokal dikembangkan dan dimajukan dengan menghormati hak-hak kedua negara untuk melakukan

berbagai kerjasama pada aspek-aspek kehidupan berbangsa dan bernegara tanpa mengabaikan dan

mengucilkan keberadaan negara tersebut serta mewujudkan perdamaian dan memberikan nilai

tambah yang menguntungkan. Karakteristik kapitalis pada prinsipnya mencari keuntungan sebesar-

besarnya memanfaatkan berbagai stakeholder.

KelompokStakeholder yang dimaksud adalah(1) elit kapitalis Amerika (2) Pemerintah

Indonesia) (3) Elit lokal, Timika Papua. Aktor-aktor tersebut memiliki peran dan fungsinya masing-

masing. Kapitalis Amerika merupakan petinggi negara yang pemilik modal (uang), sedangkan

Pemerintah Indonesia otoriter atas sumber daya alam (SDA) yang terdapat di nusantara republik

Indonesia, dan unsure pertukaran jaringan bisnissertainformasi multisional. Kelompok

Page 2: RELASI KERJASAMA ELIT KAPITALIS DENGAN ELIT LOKAL …

1070 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk

elitlokalTimikaPapua, pemilik hak ulayat (industri tambang emas). Berbagai kelompok elit ini

memainkan panggung perusahan PT.Freeport Indonesia sebagai dapur dunia mencari dan

mendapatkan kepentingan. Sistemik kapitalis menjadi dominanbisnis ekonomi, pertanian, dan

industrial tanpa memperhitungkan modal yang dimilki.

Ketika kerjasama antar elit mulaipeningkatankeuanganekonomi antarnegara, dapatmemberikan

banyak manfaat. Sekalipun dalam kontrakkaryamengalami konflik pertambangan, antara kelompok

masyarakat dengan perusahankadang-kadangmenjadi potensikonflik. Sebagai penyebab timbulnya

konflik pertambangan yakni komoditas-komoditas masyarakat lokal dialienasiolehkapitalis.

Ketidakpuasanitulahtimbulkonflikvertikal.Dalam hubungan kerjasama

mewujudkankepentinganberbagaipihaktermasuk juga perusahan abvokasi kepentingan

masyarakatlokaldapatdiakuisebagai pemilik hak ulayat hinggaperusahan eksploitasi tertata lancar

dan baik. Dalam konteks kerjasama seringkali terjadi konflik vertical.Konflik perusahan terjadi

karena masyarakat tidak merasa mendapatkan nilai tambahan sebagai kesejahteraan dan

kemakmuran. Jika perusahan bijaksana menyelesaikan konflik dengan cara memenuhi permintaan

dan penawaran aspirasi masyarakat, perusahan menerima konfliksebagai sesuatu yang baik.

Golonganmasyarakat kapitalismerupakanmasyarakat yang memiliki modalekonomi yang paling

dominandalamduniaekonomipolitikdengan sistem persaingan di revel ekonomi makro.

Sehinggamuncul revolusi politik ekonomi di bidangpertaniandanindustrial dengandemikian,

perusahankapitalismengkerukpotensialtambang emas di wilayah Timika Papua,

eksploitasitambangterbukamaupuntertutupdapat diperdagangkanuntuk memenuhi kepentingan elit

kapitalis semata. Kerjasama antar elit dikontrol langsung oleh pihak privat atau sektor swasta,

untukmelancarkan produksi ekspor dan impor barang perdagangan. Selain itu, upah yang begitu

besar membeli tenaga kerja dan sarana produksi lebih besarnilai ekspordanimpor. Seiring waktu,

perusahanmulaimemperhatikan masyarakat lokal hingga masyarakatpun ikut berkepihakan pada

perusahan untuk bekerja langsungskenario mendapat posisi atau jabatan struktural dan fungsional

dalam perusahan PT.Freeport Indonesia (Bagong Suyanto, 2014).

Sistem kerjasama antar elit kapitalis denganIndonesia adalah pasca kontrak karya (KK). Proses

kerjasama yang dilakukan adalah model negosiasi semata. Tidak mematuhi peraturan perundang-

undangan No. 11 tahun 1967 tentang pertambangan umumdan peraturan daerah khusus Propinsi

Papua.Aturandikeluarkan oleh pemerintah pusat sekedar landasansimbolik, untukperusahan masuk

mengkeruk dan eksploitasi industri tambang. Tetapiaturan yang digunakan dalam relasi kerjasama

antarelitadalah model negosiasi. Buktinyaperusahanberhasiloperasitambangemasdengan dua sistem

yaitu (1) penambangan terbuka (open pit) dan (2) sistem tambang tertutup (block caving) tanpa

memperhitungkan nilai kuantitatifyang dicapai oleh kaumkapitalis (Paharizal, 2016).

Jika kontrak karya pasca industri tambang emas pertama atau sebelumnya telah berakhir, maka

kaum elit kapital ingin operasi kembali atau memperluas tempat (area) operasi hanya disetting oleh

sekelompok elit tertentu dengan sistem negosiasi, sehingga lapisan semua masyarakat

ataukaryawanburuhsulit mengetahuiataumemahami strategis kerjasama yang di bangun antar elit

tersebut. Berbagai lapisanmasyarakat dari berbagaidaerahdansukubangsatanpa berpikirpanjang

melibatkan diri dalam perusahan sebagaitenaga kerja buruh. Dengan demikian, masyarakatlokal

mengalami perubahan nilai dan norma dinamika sosial menstranspormasi diri darikehidupan

masyarakat tradisional secara kolektif menjadi modernisasi. Kondisi masyarakat daerah Timika pesat

berkembang dan mengalami peradaban modernisasidisebabkan karena akibat daripengaruh

kehadiran perusahan asing, kini disebut PT. Freeport Indonesia. Mengadopsi sosiokultural pada

masyarakat lokal Timika bangsa dan negara mendapatkan peluangdankesempatanuntuk mencari

jatidiri dan eksitensi ekonomi (Ambar T. Sulistiyani, 2004).

Perusahan tambang emas kini, disebut PT. Freeport Indonesia pendapatan cukup popularitas,

maka perusahan melakukan regulasi kepada pemilik harta kepada publik selama perusahan tambang

emas operasi banyak kepedulian terhadap masyarakat lokal daerah dalam perspektif ekonomi, insfra-

struktur termasuk juga pranata sosial itulah wujud nyata yang sudah dikerjakan oleh perusahan asing

tersebut. tetapi sebaliknya apabila kapitalismelakukan eksploitasi dan dialienasikan kebutuhan

masyarakat proletariat otomatis merugikan kepentingan masyarakat dalam bidang ekonomi, dan

keluarga kapitalis privat telah digantikan oleh perusahan nasional dan internasional sebagai tanggung

Page 3: RELASI KERJASAMA ELIT KAPITALIS DENGAN ELIT LOKAL …

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 1071

jawab moral perusahan kepada pemilik ulayat tanah adat melalui dukungan sosial(Bryan S. Turner,

2012).

Permasalahan komoditas (tambang emas) merupakan pusat persoalan sosiokultural masyarakat

kapitalis terhadapmasyarakat lokaldiwilayah Timika Papua, dimana nilai kolektif masyarakat dapat

terjaga ketat oleh elit lokal. Dalam hal ini, kepala suku, tokoh wanita, pemuda dan keagamaan kaum

intelektual (akademik). Norma dan nilai sosiokultural masyarakat lokal Timika menjaga potensial

alamnya sehingga, kaum kapitalis melangkah meluas wilayah operasi kewajiban mediasi dengan elit-

elit yang dilibatkan dalam kerjasama agar pembagian investasi transparansi dan akuntabilitas.

Pada prinsipnya kelola komoditas (tambang emas) berakar pada orientasi materialis sehingga elit

masyarakat lokal yang dilibatkan langsung dalam kontrak karya (KK) negosiasi pembagian investasi.

Suatu kondisi dimana aktivitas-aktivitas produktif kerja sering dijadikan para kaum proletariat dapat

memproduksi bukan untuk dirinya melainkan untuk kaum kapitalis. Nilai tambahan bagi masyarakat

lokal (pemilik ulayat) mendapatkan keuntungan melalui corparate social responsibility) (CSR)

sebagai dana tanggungjawab sosial. Keuntungan hasil inipun tidak mutlak perusahan diberikan

kepada masyarakat setempat, tetapi proses negosiasi yang cukup panjang dan akhhirnya memberikan

dana satu persen atau dana hibahkepada masyarakat korban terutama suku Amungme dan Kamoro

serta lima suku kerabat lainnya (Edi Suharto, 2010).

B. Kajian Teori

a. Relasi Kerjsama

Relasi kerjasama secara umum dalam istilah teamwork dapat definisikan sebagai kumpulan

individu yang bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan. Kumpulan individu-individu tersebut

memiliki aturan dan mekanisme kerja yang jelas serta saling tergantung antara satu dengan yang

lain.Bekerja dalam bentuk tim akan lebih efektif dari pada bekerja sendiri-sendiri. Bekerja dalam tim

memiliki banyak fungsi dan manfaat. Fungsi bekerja dalam tim antara lain dapat berubah sikap,

perilaku, dan nilai-nilai pribadi serta dalam mendisiplinkan anggota lainnya. Cara kerja tim

menghendaki adanya komunikasi terbuka diantara semua anggota. Interaksi antar anggota tim yang

efektif, akan mempengaruhi dinamika kerja tim. Tidak hanya penting dan bermanfaat bagi

organisasinya saja, tetapi juga memberikan manfaat bagi individu para anggotanya. Manfaat lain

dari tim adalah meningkatkan komunikasi interpersonal antara para anggotanya (Amirullah, 2015).

Pengamatan istilah kerjasama pendapat Marx bahwa kerjasama sebenarnya tidak dibatasi untuk

aktivitas ekonomi belaka, melainkan mencakup seluruh tindakan-tindakan produktif dimana manusia

mulai mengubah dan mengolah alam material untuk tujuan tertentu. Jika proses kerjasama berjalan

dengan efektif otomatis akan mengalami banyak perubahan selama di bawah sistem kapitalisme.

Melalui proses produksi menjadi dasar obyektivitas menghasilkan makna baru dalam kehidupan

manusia, menstranspormasikan terhadap pemenuhan kebutuhan bisa membawah manusia pada

penciptaan kebutuhan baru dalam ekonomi keluarga. Sehingga pengembangan kekuatan-kekuatan

dan potensi-potensi manusia yang sebenarnya. Kemudian kerjasama merupakan aktivitas sosial,

melibatkan orang lain secara langsung terlibat dalam produksi-produksi, atau tidak langsung akan

menikmati hasilkerjasamanya (Ritzer, 2013).

Relasi kerjasama merupakan salah satu usaha diantara sejumlah usaha disektor informasi yang

kehadirannya menjadi “jawaban terakhir” proses pertumbuhan kesempatan kerja yang lambat dalam

sektor industri dan kemiskinan di lingkungan perkotaan merupakan salah satu usaha disektor

informal yang mampu mengatasi kemiskinan perkotaan sebab aktor pekerja yang padat karya

membutuhkan modal relatif mencukupi kebutuhan sehari-hari atau modal yang tidak terlalu besar,

mandiri bersifat kewiraswastaan, dan tak terlalu banyak menggantungkan pada uluran tangan

Pemerintah dan elit kapitalisme. Akan tetapi jika pekerjaan itu menguntungkan secara ekonomi maka

masyarakat kaum buruh akan konsisten dengan pekerjaan yang telah produksi secara kapitalisme

(Agus M. Irianto, 2015).

b. Elit Kapitalisme

Page 4: RELASI KERJASAMA ELIT KAPITALIS DENGAN ELIT LOKAL …

1072 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk

Sejarah perkembangan kapitalisme tidak dapat dilepaskan dari pembahasan sejarah tatanan

masyarakat di Eropa Barat. Masyarakat di (benua) Eropa merupakan masyarakat yang perkembangan

peradabannya sangat mempengaruhi perkembangan peradaban dunia hingga sekarang. Terkait

dengan sejarah menunjukan bahwa kapitalisme berkembang pada struktur kekuasaan tertentu dalam

suatu masyarakat, terjadi perubahan sistem politik sebagai akibat dari munculnya para pemegang

kekuasaan ekonomi, yakni para kapitalis dan penguasa yang memiliki peralatan produksi. Di

samping itu, terdapat para pekerja yang berkaitan dengan masalah pengajian, sehingga kekuasaan

sendiri dihapus saat berharapan dengan kekuasaan sesungguhnya yaitu kekayaan dan kemilikan

modal (Caude. Jessua, 2015) dan baca juga tesis (Farden A. Murib, 2017).

Munculnya industri dan sistem kapitalisme sebagian besar agricultural menjadi sistem industrial

yang menyeluruh. Sebagai akibat sejumlah besar rakyat meninggalkan lahan pertanian dan pekerjaan

agritultural guna pekerjaan-pekerjaan industrial diberikan dalam pabrik-pabrik yang berkembang

pesat. Birokrasi-birokrasi ekonomi yang muncul untuk memberikan banyak layanan yang dibuthkan

industri dan sistem ekonomi kapitalis yang sedang muncul. Karena para anggota kaum proletariat

berproduksi hanya untuk pertukaran, mereka juga merupakan bagian dari konsumen, sebab mereka

tidak memiliki alat produksi sendiri, maka harus mengunakan upahnya untuk membeli

kebutuhannya. Pihak yang memberikan upah adalah kaum kapitalis. Kaum kapitalis adalah orang-

orang memiliki alat-alat produksi dengan bantuan teknologi yang canggih dapat membeli tenaga-

tenaga buruh, dan komoditas-komoditas dengan harga atau upah yang murah demi pencapian

kepentingan-pentingan kapitalis untuk memiliki modal (uang) yang sebesar-besarnya (Marx,dalam

George. Ritzer, 2011) dan baca juga dalam tesis (Farden A. Murib, 2017).

c. Elit lokal

Elit lokal merupakan perseorangan atau kelompok dari orang yang dianggap berpengaruh

dan mempunyai kecerdasan intelektual di dalam masyarakat, diantaranya para tokoh masyarakat,

pemuka agama, pemuda, pemimpin organisasi, mantan penguasa dan orang-orang yang mempunyai

kemampauan dan kompetensi yang relatif lebih dibanding masyarakat kebanyakan. Kemudian

dimaksud dengan elit lokal disini adalah elit yang tidak bersentuhan dengan partai politik serta tidak

menjadi bagian dari partai politik. Dalam hal ini, elit lokal dinilai mempunyai kemampuan

mempengaruhi masyarakat karena memiliki kekuasaan informal yang diakui dan dihormati oleh

masyarakat.

Elit non politik lokaladalah seseorang yang menduduki jabatan-jabatan strategis dan

mempunyai pengaruh untuk memerintah orang lain dalam lingkup masyarakat. Elit non politik ini

seperti: elit keagamaan, elit organisasi kemasyarakatan, kepemudaan, profesi dan lain sebagainya.

Perbedaan tipe elit lokal ini diharapkan selain dapat membedakan ruang lingkup mereka, juga dapat

memberikan penjelasan mengenai hubungan antar-elit politik maupun elit mesyarakat dalam proses

kerjasamasstakeholder.

Dalam sirkulasi elit, konflik bisa muncul dari dalam kelompok itu sendiri maupun

antarkelompok pengusaha maupun kelompok tandingan. Sirkulasi elit menurut Pareto terjadi dalam

dua kategori yaitu: Pertama, pergantian terjadi antara kelompok-kelompok yang memerintah sendiri,

dan Kedua, pergantian terjadi di antara elit dengan penduduk lainya. Pergantian model kedua ini bisa

berupa pemasukan yang terdiri atas dua hal yaitu: (a). Individu-individu dari lapisan yang berbeda

kedalam kelompok elit yang sudah ada, dan atau (b). Individu-individu dari lapisan bawah yang

membentuk kelompok elit baru dan masuk kedalam kancah perebutan kekuasaan dengan elit yang

sudah ada.Dalam pengertian tertentu elit-elit penentu sama tuanya dengan masyarakat manusia yang

terorganisasi, yang kesemuanya mempunyai minoritas-minoritas mereka yang terkemuka meliputi

pendeta-pendeta, orang-orang tua, raja-raja panglima, atau atau ahli-ahli dan pahlawan-pahlawan

yang legentaris yang menjadi perantara dan lambang-lambang bagi kehidupan bersama. Masyarakat

dapat diperkirakan beraneka ragam dalam cara mereka melakukan pengaturan untuk mengadakan

seleksi melatih dan memberi imbalan pada minoritas mereka yang memimpin, tetapi dalam

prakteknya hanya sedikit cara yang diterapkan(Suzanne Keller, 1995).

C. Landasan Teori

a. Teori Interaksionisme Simbolik

Page 5: RELASI KERJASAMA ELIT KAPITALIS DENGAN ELIT LOKAL …

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 1073

Perilaku interaksionisme merupakan pembahasan prinsip-prinsip dasar teori interaksi

simbolis. Dalam pengertian umum ini, tidak akan mudah dilakukan karena seperti kata Paul Rock,

ia mengandung “kekaburan yang terbentuk secara sengaja” dan berlawanan terhadap sistematisasi.

Ada beberapa perbedaan signifikan dalam teori interaksionisme simbolis, menurut Blumer, mencoba

mengemukakan prinsip-prinsip dasar teori ini adalah sebagai berikut:

(1) Kemampuan Berpikir

Kemampuan berpikir dapat membedakan interaksionisme simbolis dengan behaviorisme

yang jadi akarnya. Asumsi ini, menjadi basis bagi seluruh orientasi teoritis interaksionisme simbolis.

Kemudian ia juga mengatakan bahwa asumsi kemampuan berpikir manusia adalah salah satu

sumbangsih utama penganut interaksionisme simbolis memiliki konsepsi pikiran yang tidak lazim,

yaitu memandang pikiran muncul dalam sosialisasi kesadaran.Penganut interaksionisme simbolis

pun tidak memahami pikiran sebagai benda, struktur fisik, namun sebagai proses yang berlangsung

terus-menerus. Pikiran hampir seluruhnya terkait dengan setiap aspek lain interaksionisme simbolis,

termasuk sosialisasi, makna, simbolis. Diri, interaksi dan bahkan masyarakat.

(2) Berpikir dan Interaksi

Berpikir dan interaksi merupakan individu yang memiliki kemampuan berpikir secara

umum. Pandangan semacam ini, menyebabkan interaksionisme simbolis memusatkan perhatian pada

interaksi sosial spesifik-sosialisasi. Bagi interaksionisme simbolis adalah proses dinamis yang

memungkinkan orang mengembangkan kemampuan berpikir, tumbuh secara manusiawi. Lebih jauh

lagi, spesialisasi tidak sekedar proses atau arah dimana aktor menerima informasi, namun proses

dinamis dimana aktor membangun dan memanfaatkan informasi untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

(3) Tindakan dan Interaksi

Tindakan dan interaksi merupakan pusat perhatian interaksionisme simbolis, dampak makna

dan simbol pada tindakan dan interaksi manusia. Dalam hal ini, ada gunanya menggunakan gagasan

mead tentang perbedaan perilaku tertutup dengan perilaku terbuka. Perilaku tertutup adalah perilaku

berpikir, yang melibatkan simbol dan makna. Perilaku terbuka adalah perilaku aktual yang dilakukan

oleh aktor. Makna dan simbol memberi karakteristik khusus pada tindakan sosial (yang melibatkan

aktor tunggal), dan interaksi sosial (yang melibatkan dua aktor atau lebih yang melakukan tindakan

sosial yang secara timbal balik). Dalam proses interaksi sosial, secara simbolis orang

mengkomunikasikan makna kepada orang lain yang terlibat. Dengan kata lain, dalam interaksi sosial,

aktor terlibat dalam proses pengaruh mempengaruhi satu individu dengan individu lainnya(Ritzer,

2013).

Melalui proses interaksi dengan dirinya sendiri itu, individu memilih mana diantara stimulus

yang tertuju padanya akan ditanggapinya. Dengan demikian, individu tidak secara langsung

menanggapi stimulus, tetapi terlebih dahulu memilih dan kemudian memutuskan stimulus yang akan

ditanggapinya.Simbol atau tanda yang diberikan oleh manusia dalam melakukan interaksi

mempunyai makna-makna tertentu, sehingga dapat menimbulkan komunikasi. Komunikasi secara

murni baru terjadi bila masing-masing pihak tidak saja memberikan makna pada perilaku mereka

sendiri, tetapi memahami atau berusaha memahami makna yang diberikan oleh pihak lain. Dalam

hubungan ini, Habermas mengemukakan dua kecendrungan fungsional dalam argument bahasa dan

komunikasi serta hubungan dengan perkembangan manusia. Pertama, bahwa manusia dapat

mengarahkan orientasi perilaku mereka pada konsekuensi-konsekuensi yang paling positif. Kedua,

sebagai kenyataan bahwa manusia terlibat dalam interaksi makna yang kompleks dengan orang yang

lain, dapat memaksa mereka untuk cepat berinteraksi dengan apa yang diinginkankan orang lain

(Ritzer, 2013: 396).

Persentuhan inteksionisme simbolik dengn perspektif Parson, Giddens, dan Bourdeu bahwa

dalam tindakan apapun, manusia sebagai anggota masyarakat merupakan pelaksana “peran-peran

sosial) tertentu, yang termasuk dalam perspektif mikro mempelajari tindakan sosial manusia,

meskipun bertolak dari akar yang berbeda ternyata juga mengalami persentuhan-persentuhan dengan

sejumlah perspektif lain. Di antaranya, ketika membangun diskusi anatara “peran” dan “tindakan” ia

bersentuhan dengan model analisis fungsional, teori tindakan voluntaristik, serta keteraturan sosial

parsons. Ketika menempati posisi-posisi aktor atau setting dalam melakukan tindakan sosial,

interaksionisme simbolik bersentuhan dengan pemikiran konsep “waktu-ruang”dan “strkturisasi”

(Agus M. Irianto, 2015).

Page 6: RELASI KERJASAMA ELIT KAPITALIS DENGAN ELIT LOKAL …

1074 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk

b. Jaringan Sosial

Orientasi sosiologi atomistik memusatkan perhatian pada aktor yang mengambil keputusan

terlepas dari aktor lain. Lebih umum lagi, mereka memusatkan perhatian pada “atribut personal”

aktor. Salah satu aspek terpenting dari analisis jaringan adalah dia cenderung menjauhkan sosiologi

dari studi kelompok sosial dan kategori sosial dan pendekatannya pada studi tentang ikatan antar dan

antara aktor yang ”tidak cukup terbatas dan begitu ketat untuk disebut sebagai kelompok” (Ritzer,

2013).

Teori jaringan tampaknya bersandar pada serangkaian prinsip koheren pendapat B. Wellman,

1983) dalam buku Ritzer, sebagai berikut:

1. Ikatan antar aktor biasanya bersifat simetris baik isi maupun intensitasnya. Aktor saling

memberi hal berbeda satu sama lain, dan mereka melakukannya dengan kurang lebih intens.

2. Ikatan antar individu harus dianalisis dalam konteks struktur dan jaringan yang lebih besar.

3. Penstrukturan ikatan sosial mngarah pada berbagai jaringan yang tidak acak.

Hasilnya adalah melibatkan berbagai pihak mlahirkan kolaborasi dan kompetisi. Beberapa

kelompok menjadi satu untuk mendapatkan sumber daya yang langkah tersebut secara kolaboratif,

sementara beberapa kelompok lain berkompetisi dan berkonflik untuk memperebutkan sumber daya

tersebut. Jadi teori jaringan memiliki sifat dinamis dengan struktur sistem yang berubah seiring

dengan perubahan pola kualisi dan konflik adalah bahwa “kohesi adalah fungsi dari perasahan

identifikasi anggota kelompok dengan kelompok tersebut, khususnya perasaan bahwa kepentingan

timbal balik, mereka dibatasi dengan kepentingan kelompok (Ritzer, 2013).

Dalam pelaksanaan jaringan sosial dapat terlihat kepentingan ekonomi yang dimiliki oleh tiap-

tiap anggota dalam jaringan. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan dan menstabilkan kualitas

perekonomian para anggota jaringan. Jaringan sosial yang berdasarkan ekonomi dapat terlihat

apabila tercukupinya kebutuhan sehari-hari, adanya penghasilan yang pasti didapat dan terdapat

sistem pembagian kerja yang jelas yang melatarbelakangi mereka dalam bekerja sehari-hari yang

dilakukan mempengaruhi dalam membangun jaringan sosial pada aktor.Tercukupinya kebutuhan

sehari-hari merupakan faktor yang paling dominan dalam membangun jaringan sosial antar aktor.

Tercukupinya kebutuhan sehari-hari dapat dilihat dari bagaimana kebutuhan sandang, pangan dan

papan yang mereka dapatkan setelah masuk dalam jaringan sosial yang bangun. Berdasarkan jurnal,

(Amalia Fatma Pitaloka, 2015).

D. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif, Desain penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yaitu mendeskripsikan, menjelaskan,

menjabarkan yang berpandangan bahwa apa yang nampak dipermukaan termasuk pola perilaku

manusia sehari-hari merupakan suatu gejala atau fenomena dari apa yang tersembunyi. Penggunaan

penelitian studi kasus ini dipilih karena melalui penjabaran ini akan membantu peneliti dalam

memahami berbagai gejala atau fenomena sosial yang ada di dalam elit kapitalis dalam lapisan

masyarakat. Peneliti harus mampu mencurahkan waktu dengan anggota masyarakat yang ditelitinya

untuk memperoleh sebuah pemahaman tentang bagaimana pandangan kelompok elit kapitalis dengan

elit lokal terhadap bentuk-bentuk kerjasama yang mendorong mereka dalam membentuk sebuah

komunikasi jaringan sosial.

Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif mutlak diperlukan, karena peneliti sendiri

merupakan alat (instrument) pengumpul data yang utana sehingga kehadiran peneliti mutlak

diperlukan dalam menguraikan data nantinya. Karena dengan terjun langsung ke lapangan maka

peneliti dapat melihat secara langsung fenomena di daerah lapangan seperti keadaan atau kondisi

daerah operasi kerjasama dan bagaimana perspektif masyarakat lokal memahami relasi kerjasama

yang berjalan. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan

perencana, pelaksana, pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnyaa ia menjadi hasil

pelapor dari hasil penelitiannya (Moleong, 1994).

Kedudukan peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian ini sangat tepat, karena ia mempunyai

peran yang sangat vital dalam proses penelitian. Sedangkan kehadiran penelitian dalam penelitian ini

diketahui statusnya sebagai peneliti oleh subyek atau informan, dengan terlebih dahulu mengajukan

surat ijin penelitian ke lembaga yang terkait. Adapun peran peneliti dalam penelitian ini adalah

sebagai pengamat berperan serta yaitu peneliti tidak sepenuhnya sebagai pemeran sarta tetapi masih

Page 7: RELASI KERJASAMA ELIT KAPITALIS DENGAN ELIT LOKAL …

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 1075

melakukan fungsi pengamatan. Peneliti pada saat penelitian mengadakan pengamatan langsung,

sehingga diketahui fenomena-fenomenayang nampak. Secara umum kehadiran peneliti di lapangan

dilakukan melakukan tiga tahap, yaitu: (1) Penelitian pendahuluan yang bertujuan mengenal

lapangan penelitian. (2) Pengumpulan data, dalam bagian ini peneliti secara khusus mengumpulkan

data-data yang dibutuhkan dalam proses penelitian. (3) Evaluasi data yang bertujuan menilai data

yang diperoleh di lapangan penelitian dengan kenyataan yang ada.Pendekatan Penelitian adalah

metedologi penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini

diarahkan pada latar secara utuhuntuk menelaah dan memahami sikap, pandanga, perasaan perilaku

individu atau kelompok orang perlu memandang sebagai sesuatu dari keutuhan (Lexy. J. Maleong,

2014).

Jenis penelitian yang digunakan dalam kasus ini adalah mengunakan studi kasus, dimana tipe

penelitian tersebut merupakan penelitian yang mendeskripsikan tentang proses kerjasama antar elit.

Adapun penelitian yang dimaksud akan mengumpulkan data secara seksama, akurat dan sistematis

dengan cara mengamati kasus dan fokus pada pengumpulan data yang akurat yang terjadi dilapagan.

Kemudian strategis peneliti mengumpulkan data maupun informasi yang akurat, melalui individu,

kelompok stakeholder antar elit sesuai dengan judul “Relasi Kerjasama Antara Elit Lokal dengan

Elit Kapitalis Tambang Emas (Studi Kasus Di Timika Papua)”.Lokasi Penelitian Penelitian ini

dilakukan di Kabupaten Timika Papua. Deskriptifnya akan fokus pada studi kasusrelasi kerjasama

antara elit kapitalis dengan elit lokal, pada perusahan asing (PT. Freeport Indonesia)

masuk/mengabdi dan mengkeruk potensi sumber daya alam (SDA) salah satunya adalah industri

tambang emas. Sehingga peneliti melakukan penelitian ini diangkap mempermudah untuk diteliti

sesuai dengan fakta di lapangan.

Adapun alasan peneliti mengambil lokasi tersebut dikarenakan; (1)Terdapat perusahan asing

(PT.Freeport Indonesia) tunggaltelah masuk/mengabdidanmelakukan kerjasama dengan elit lokal di

bidang industri pertambangan selama 51 tahun. Sehingga peneliti ingin mengetahui bentuk-bentuk

kerjasama apa saja yang dibangun selama ini (2) Bagaimana perusahan berpihakan pada masyarakat

lokal dan memberikan manfaat kerjasama yang efektif atau sebaliknya kelompok elit memanfaatkan

relasi kerjasama sebagai memenuhi kepentingan antara elit kapitalis dengan elit lokal saja. Subjek

Penelitian dan Informan, berdasarkan teknik Sampling Purposive yang akan dipakai. Purposive

sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu,

Pertimbangan tertentu ini, bahwa orang tersebut diangkap paling tahu tentang apa yang peneliti

diharapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan mempermudahkan peneliti mejelajahi

objek atau situasi yang diteliti (Sugiyono, 2015).

Dalam penelitian ini, subyek penelitianlebih pada pengumpulan data informasi. Informasi adalah

orang-orang dari intansi perusahan atau lembaga yang semanjak membangun mitra kerjasama

diminta keterangan tentang bentuk-bentuk relasi kerjasama yang profesional dan praktis, sesuai

dengan faktadilapangan.Berdasarkan fokus penelitian yang telah ditentukan, maka beberapa intansi

atau lembaga sebagai mitra kerjasama atau orang-orang yang dijadikan sebagai sumber informan dan

dokumentasi.

Teknik Pengumpulan DataDalam penelitian kualitatif dikenal beberapa metode

pengumpulan data yang umum digunakan, beberapa metode tersebut antara lain adalah

observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang

akan digunakan yaitu: (1) Observasi atau pengamatan langsung, maka Observasi adalah teknik

pengumpulan data di mana dalam melakukan penelitian peneliti mengamati secara langsung

objek penelitian untuk memperoleh kebenaran dari data yang didapat dalam metode ini, peneliti

melakukan observasi secara langsung pada orang-perorangan dalam beberapa intansi atau

lembaga yang membangun mitra kerjasama antara perusahan, yang fokus pada lokasi penelitian

guna mengumpulkan data-data yang diperlukan. Dimana peneliti secara langsung melihat atau

mengamati apa yang terjadi pada subjek penelitian, selain itu peneliti juga mengunakan

pengamatan secara terfokus adalah pengamatan yang jelas diketahui subjek peneltian untuk

mengamati peristiwa yang terjadi pada perusahan, intansi dan lembaga-lembaga mitra kerjasama

dalam hal ini peneliti mengamati langsung di lapangan (Sugiyono, 2015).

Page 8: RELASI KERJASAMA ELIT KAPITALIS DENGAN ELIT LOKAL …

1076 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk

Wawancara Mendalam (in-depth interview). Maka wawancara mendalam dengan aktor (orang-

perorangan) yang melakukan mitra kerjasama dengan perusahan asing dapat melakukan wawancara

secara terbuka, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang relasi kerjasama

antara elit kapitalis dengan elit lokal tersebut, sehingga peneliti mendapat informasi akurat melalui

wawancara sehingga mendapatkan informasi yang relevan (Sugiyono, 2015).

Dokumentasi, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa foto-foto dari lokasi penelitian,

termasuk juga berkas-berkas yang diambil, akan dikaji kembali dengan maksud untuk melengkapi

data-data yang diperoleh dari lapangan menjadi landasan penelitian. Teknik analisa data, teknik

analisa data merupakan salah satu langkah dalam rangka memperoleh temuan hasil penelitian, hal

ini menyebabkan data akan menentukan kearah mana temuan ilmiah bila dianalisis dengan cara

teknik yang tepat.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian perlu dianalisis dengan teliti dan cermat sehingga dapat

menemukan kesimpulan yang tepat dari penelitian tersebut. Analisis dimaksudkan untuk proses

penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dipahami diimplementasikan untuk

menghubungkan data dengan konteks yang sesuai dengan apa yang menjadi tema penelitian yang

diangkat. Seterusnya data yang didapatkan dalam penelitian ini akan disederhanakan dalam bentuk

deskriptif, dalam hal ini menggambarkan pemaknaan atas kerjasama antara elit kapitalis dengan elit

lokal diwilayah Timika Papua. Jadi analisis data yag digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif, yakni (1) analisis sebelum di lapangan. Analisis sebelum dilapangan adalah peneliti

melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki dilapangan.

Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan atau data sekunder yang akan

digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Selanjutnya penelitian ini masih bersifat sementara

dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan bukan lagi berupa angka-angka. (2) Analisis selama di lapangan. Analisis

data selama di lapangan dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai

pengumpulan data dalam kurun waktu tertentu. Kemudian pada saat wawancara berupa pertanyaan-

pertanyaan kepada subjek peneliti agar peneliti melakukan analisis terhadap jawaban yang

diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancai setelah dianalisis belum memuaskan, maka peneliti

akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kreadibel.

Miles and Huberman (1984) dalam (Sugiyono, 2015).

Teknik pemeriksaan keabsahan data. Teknik pemeriksaan keabsahan data melekat pada konsep

objektivitas, berarti dapat dipercaya, faktual, dan dapat dipastikan. Berkaitan dengan persoalan itu,

subjektif berarti tidak dapat dipercaya atau melenceng (Moleong, 2015).Dalam konsep pemeriksaan

keabsahan data peneliti melakukan dengan cara (1) perpanjanganKeikutsertaan. Perpanjangan

Keikut-sertaan adalah peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Dalam keikutsertaan

tidak dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan waktu berarti peneliti tinggal dilapangan

sampai pengumpulan data tercapai. Dalam penelitian ini peneliti mengunakan beberapa teknik

keikutsertaan yaitu; (a) Membatasi ganggungan dari dampak peneliti pada konteks pengumpulan

data. (b) Membatasi kekeliruan (biases) pada penenliti (c) Mengkonpensasikan pengaruh dari

kejadian-kejadian tidak biasa atau pengaruh sesaat.Pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,

melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang

baru. Dalam penelitian ini, penulis juga mengunakan ketekunan pengamatan mencari secara

konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam proses analisis yang berlangsung. Untuk mencari

apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat (Moleong, 2015).

(2) Ketekunanataukeajengan pengamatan. Keajengan pengamatan berarti mencari secara

konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan.

Mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat.Maksud perpanjangan

keikutsertaan ialah untuk memungkinkan peneliti terbuka terhadap pengaruh ganda, yaitu faktor-

faktor kontekstual dan pengaruh bersama pada peneliti dan subjek yang akhirnya mempengaruhi

fenomena yang diteliti (Moleong, 2015). (3) Triagulasi. Triagulasi dengan sumber berarti

membandingkan dan mengecek informasi yang diperoleh melalui berbagai sumber dengan berbagai

cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triagulasi sumber yaitu untuk mengecek dan

memastikan data yang diperoleh berdasarkan sumber; triagulasi teknik yaitu data yang dikumpulkan

dengan teknik wawancara dipagi hari pada saat nara sumber masih segar, belum banyak masalah,

Page 9: RELASI KERJASAMA ELIT KAPITALIS DENGAN ELIT LOKAL …

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 1077

akan memberikan data yang valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian

kredibilitas data, dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi

atau teknik dalam waktu atau situasi yang berbeda.

Triagulasi sumber yaitu mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triagulasi

data perluh dilakukan yaitu megadakan cek ulang tentang pemaknaan kerjasama antara elit lokal

dengan kapitalis, yaitu dengan jalan mengaji data yang diperoleh dari beberapa subyek dan informan

serta memperkaya refrensi melalui dokumentasi. Wawancara pada subyek dan informan dilakukan

lebih dari satu orang dengan bahan wawancara yang sama. Kemudian hasil wawancara tersebut

dipadukan, dan dibandingkan mana pandangan yang sama dan yang berbeda apabila sama berarti

hasil wawancara tersebut diangkap benar dan dijadikan kesimpulan (Moleong, 2004). (4)

Pemeriksaan sejawat melalui diskusi.

Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh

dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Teknik tersebut mengandung beberapa maksud

sebagai salah satu teknik kemeriksaan keabsahan data yaitu, pertama peneliti tetap mempertahankan

sikap terbuka dan kejujuran dalam diskusi yang telah berjalan, agar pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan agar memperoleh hasil yang diharapkan. Kedua diskusi dengan sejawat memberikan

kesempatan awal yang baik untuk dapat informasi yang baik dan akurat sehingga peneliti ikut

merasakan keterharusan para peserta atau subjek penelitian untuk membuat sesuai yang tepat

(Moleong, 2015). (5) Analisis kasus negatif. Teknik analisis kasus negatif dilakukan dengan jalan

mengumpulkan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi yang telah

dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding sebelum waktunya diambil sebagai kasus

untuk meneliti kekurangan informasi yang diperoleh supaya meningkatkan argumentasi penemuan

(Moleong, 2015) (6) Pengecekan anggota.

Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data sangat penting dalam

pemeriksaan derayat kepercayaan. Pertama cek dengan anggota yang terlibat meliputi data, kategori,

analitis, penafsiran, dan kesimpualan. Anggota yang terlibat dimanfaatkan untuk memberikan reaksi

dari segi pandangan dan situasi mereka sendiri terhadap data yang telah diorganisasikan oleh peneliti.

Pengecekan anggota dapat dilakukan baik secara formal maupun secara tidak formal. Pengecek

anggota secara formal yaitu menyediakan kesempatan untuk mempelajari secara sengaja apa yang

dimaksudkan oleh responden dengan jalan bertindak dan berlaku untuk memberikan informasi.

Artinya setiap hari pada waktu peneliti bergaul dengan para subjeknya mereka diminta pendapatnya

(Moleong, 2015).

E. Hasil dan Pembahasan

a. Hasil

Membangun relasi kerjasama elit kapitalis, Pemerintah Indonesia, dengan elit lokal tambang

emas Timika Papua mulai berdiri perusahan pemilik kapitalis Amerika kontrak karya (KK) pertama

sejak Tahun 1967 di Timika Papua, sampai sekarang tahun 2017 telah berjalan normal. Untuk

membangun relasi kerjasma antar elit perusahan melibatkan berbagai stakeholderdari tingkat

Internasional, nasional, dan lokal ditempatkan dengan peran dan fungsinya masing-masing. Aktor

yang dapat dilibatkan dalam perusahan ini adalah petinggi negara (Presiden, menteri, legislatif, partai

politik, LSM, Intelejen TNI/POLRI dan kelompok elit lokal Timika Papua.

Pendekatan mengakomodir semua stakeholder perusahan Amerika telah membangun

jaringan komunikasi dan informasi bisnis melalui terminologi sehingga berhasil melakukan

ekploitasi industri tambang emas di dua tempat yakni tambang terbuka dan tertutup (diatas tanah,

dan dibawah tanah), tenaga kerjawan yang digunakan adalah ahli-ahli dari diluar negeri dan dalam

negeri. Kerjasama antar elit seringkali mengalami tantangan eksternal dan internal akibat dari

kondisi/geografis daerah, dan masyarakat lokal melakukan demonstrasi pertama tahun 1997, 2006,

dan 2017 menuntut ke perusahan hanya nasib mereka diakui perusahan sebagai pemilik tunggal yang

setidaknya mendapat komoditas-komoditas dan juga kelayakan bekerja di jabatan-jabatan strategis

dalam perusahan PT.Freeport Indonesia, sehingga timbul konflik vertikal. Penyebab konflik

masyarakat timbul karena mereka tidak mendapatkan apa-apa dan ironisnya lagi mereka dapat

dialienasikan, diskriminasi, intimidasi, oleh milisteris Indonesia.

Berdasarkan konflik pertambangan perusahan (aktor petinggi kedua negara) juga abvokasi

kepentingan masyarakat lokal melalui dana jaminan sosial (CSR) untuk pengembangan ekonomi,

Page 10: RELASI KERJASAMA ELIT KAPITALIS DENGAN ELIT LOKAL …

1078 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk

kesehatan, pendidikan, sosial dan lingkungan. Dana yang diberikan langsung oleh perusahan adalah

dana satu persen dalam bentuk program kerja melalui beberapa lembaga kemasyarakatan (lembaga

pengembangan masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK), lembaga adat Amungme (LEMAS),

lembaga adat kamoro (LEMASKO), Yayasan Wharsting, Yayasan Juamako). Berdirinya lembaga-

lembaga ini adalah untuk membangun jaringan dan informasi bisnis melalui mitra kerja. Banyak hal

yang dikerjakan oleh mitra kerja tersebut banyak juga yang gagal akibat tidak profesional kelola dana

mitra dengan benar oleh elit lokal yang menduduki jabatan-jabatan strategis.

Kebanyakan masyarakat lokal Timika hampir tujuh puluh lima person hidup dibawah garis

kemiskinan. Faktanya dari segi pembangunan insfa struktur, pranata sosial, masih banyak yang tidak

kerjakan baik, akhirnya masyarakat lokal hidup dalam rumah tradisional, pelayanan kesehatan juga

banyak tempat yang belum di bangun klinik, masyarakat yang sakit berat tidak ditolong secepatnya

sehingga banyak yang meninggal, bukan hanya itu melainkan tingkat penganguran masyarakat

semakin bertambah, faktor pendidikan masyarakat hampir rata-rata tidak bersekolah. Fakta kondisi

masyarakata lokal tersebut dalam kongnif, dan perasaan mereka timbul ketidakpuasan akhirnya

melakukan konflik vertikal masyarakat dengan perusahan, masyarakat dengan keamanan,

masyarakat dengan Pemerintah daerah tak ujung penyelesaian. Tetapi perusahan menerima konflik

sebagai sesuatu yang baik dan apapun motif konflik sebagian besar dapat menyelesaikan dengan cara

memberikan dana subsidi agar masyarakat bisa kelola sendiri.

Perusahan berjalan normal kapitalis keterlibatan melisterisme Indonesia di tempat

eksploitasi dan eksporolasi tambang emas, masyarakat yang tidak memiliki kepentingan dalam

perusahan tidak berhak masuk berekspresi, sekalipun masyarakat pribumi yang hidup di tempat

eksploitasi, justru sikap dan karakteristik militerisme melakukan tindakan prasangka dan agresif

sehingga masyarakat intimidasi, diskriminasi, dikucilkan bahkan dialienasikan mereka dari tempat

mereka tinggal dan perusahan terus-menerus menguasai komoditas-komoditas yang ada. Dalam hal

ini, perusahan tidak menutupi kemungkin-kemungkinan memberikan pelayanan-pelayanan dengan

pendekatan rasionalitas abvokasi kepentingan secara bertahap dalam berbagai bidang salah satu

diantaranya adalah pelayanan pendidikan dapat dibiaya mulai dari tingakat sekolah dasar hingga

gelar doktor.

Sistem yang dibangun oleh kedua negara adalah interaksi simbolik,sebab secara detail dan

mendalam bahwa ekslpolitasi tambang emas yang sedang berlangsung tidak semua orang melihat

sebab sistem tersebut kabur. Peraturan yang buat dan disepakti melalui kontrak karya (KK) antar

kedua negarapun sampai dengan hari ini, semua tidak melaksanakan tetapi aturan tersebut menjadi

ladasan simbolik perusahan masuk dan mengkeruknya. Paradigma masyarakat luar beranggapan

bahwa ketika aturan Pemerintah daerah (PERDA) tidak dijalankan dengan profesional maka

keuangan negara kepentingan masyarakat dpat diabaikan ini tandanya bahwa negara dapat dirugikan

secara tak beretika dan bermoral. Secara keseluruhan kerjsama antar elit Amerika, Pemerintah

Indonesia, dan elit lokal Timika Papua yang melibatkan mendapatkan keuntungan hasil dari

eksploitasi maka mereka konsisten abvokasi para perusahan.

b. Pembahasan

Relasi kerjasama antar elit Amerika, Pemerintah Indonesia, elit lokal Timika Papua, dapat

dibentuk dalam kontrak karya (KK) diman keberadaan perusahan membawah dampak positf dan

juga negatif. Dampak positif kerjasama merupakan mewujudkan perdamaian dan memberikan nilai

tambah yang menguntungkan. Dampak negatif kehadiran kapitalis Amerika perusahan PT.Freeport

Indonesia menciptakan timbul penyebab konflik pertambangan, antara kelompok masyarakat dengan

perusahankadang-kadangmenjadi potensikonflik di ranah kehidupan masyarakat. Ketika perusahan

menghadapi persoalan eksternal maupun internal senantiasa memanfaatkan kekuatan militerisme

Indonesia, sebagai pelindung serta pengendalian sosial dalam menghadapi konflik sosial yang

timbul.Sehingga perusahan konsisten mengkeruk dan ekploitasiindustritambang, untukmencapai

nilai targer.

Tindakan dan interaksi merupakan pusat perhatian antar aktor elit dalam jaringan sosial,

komunikasi bisnis terlihat sebagai interaksi simbolis, akhirnya tindakan stakeholder perusahan yang

bergerak di bidang industri tambang menjadikan landasan yang kabur seperti mead menjelaskan

perbedaan perilaku tertutup dengan perilaku terbuka. Yang disebut perilaku tertutup adalah dimana

perusahan Amerika selama melakukan kerjasaama dengan Pemerintah Indonesia, dan elit lokal,

Page 11: RELASI KERJASAMA ELIT KAPITALIS DENGAN ELIT LOKAL …

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 1079

rahasia manajemen tidak bisa publik mengetahui tetapi yang bisa dirasakan oleh berbagai kelompok

masyarakat adalah sebuah sikap tertutup bisa dilihat dari makna dan simbol memberi tindakan sosial

yang mempengaruhi satu individu dengan individu lainnya.

Dalam bentuk asset barang (gedung, kendaraan, besi, perumahan, dan tempat eksploitasi

tambang emas) terutama nilai tambah penghasilan (pendapatan) sangat kabur dapat dilihat dan

segaligus menikmati oleh masyarakat pada umumnya dan lebih khusus lagi masyarakat lokal yang

hidup di tempat eksploitasi. Sedangkan perilaku terbuka adalah perusahan membuka lapangan kerja

bagi masyarakat dunia pada umumnya dan lebih khususnya lagi masyarakat lokal Timika Papua,

akhirnya banyak kerja di perusahan dan juga perusahan memberikan peluang dan kesempatan untuk

masyarakat lokal bisnis ekonomi mikro.

Perusahan juga memiliki jaringan otoriter dengan keamanan aparatur negara sebagai untuk

melindungi tempat eksploitasi tambang, dengan memberikan dana keamanan yang cukup besar

sehingga aparat keamanan juga menjalankan fungsi dengan tegas dan profesional tetapi juga pihak

lain seringkali dapat dirugikan.Dalam hal ini, asumsi Marx mengangkap bahwa subordinasi kelas

buruh dan subordinasi kelas brojuis adalah watak kapitalisme yang paling penting, karena dengan

posisi dan cara seperti itulah kelas borjuis akan dapat leluasa menyerap nilai tambah (surplus volue)

dari tenaga kerja tidaklah keliru jika dikatakan kapitalisme baru benar-benar disebut kapitalisme

apabila jantung hidupnya, yaitu rasionalisasi perolehan laba berkelanjutan melalui eksploitasi tenaga

kerja, memasuki ranah produksi masyarakat dalam sistem kapitalistik kerap kali dapat dinikmati oleh

berbagai kalangan.

Esensi yang mendasar dari kapitalisme, menurut Robert Lekachman tiga unsur penting

dominan dalam relasi kerjasama yakni ; (1) modal (uang) adalah bagian dari kekayaan suatu bangsa

dalam masyarakat merupakan karya manusia dan karenanya bisa di produksi berulang kali

(reproducible); (2) di bawah sistem kapitalisme, suatu perlengkapan modal masyarakat, alat-alat

produksinya dimiliki oleh segelintir individu yang memiliki hal legal untuk mengunakan hak

milikinya guna meraup keuntungan produksi; dan (3) kapitalisme bergantung kepada sistem pasar,

yang menentukan distribusi, mengalokasikan sumber-sumber daya dan menetapkan tingkat-tingkat

pendapatan, gaji, biay sewa, dan keuntungan dari kelas-kelas sosial yang berbeda.

Dalam konteks ini, Eric Wolf menyebutkan tiga ciri pokok yang menandai kapitalisme.

Pertama, berkembangnya kelas kapitalis yang dengan kekayaan uangnya bisa membeli tenaga kerja

dan sarana produksi untuk memproduksi barang dagangan di pasar. Kedua, kelas kapitalis menguasai

semua sarana produksi yang penting dalam perekonomian masyarakat dan membatasi akses bebas

pekerja terhadap sarana-sarana produksi hingga pekerja harus menjual tenaga kerjanya kepada

kapitalis. Ketiga, maksimalisasi keuntungan melalui produksi yang dikuasai sepenuhnya oleh

kapitalis. Teori tersebut telah dirasakan oleh penguasa, pengusaha, dan masyarakat dunia menuju

kesejahteraan dan kemakmuran rasional dalam setiap kehidupan sebagai masyarakat industrialis.

Fakta kerjasama dalam bidang industri tambang emas, sedang berlangsung sampai dengan

targer tahun 2041, untuk menindaklanjuti eksploitasi pihak perusahan dengan masyarakat lokal

sedang negosiasi kontrak karya (KK) di ganti menjadi ijin usaha pertambangan khusus (IUPK) aturan

ini disahkan melalui undang-undann nomor 1 tahun 2017 tentang ijin usaha pertambangan khusus

(IUPK) kedua pentinggi negara telah mengakui dan menetapkan sebagai landasan simbolik jaringan

informasi bisnis politik ekonomi antar kedua negara. Dalam pertengahan perubahan-perubahan

sistem juga mengalami tantangan yang begitu besar bagi keberlangsung ekploitasi tambang tetapi

kerja keras dari semua pihak, terutama orang-perorangan yang menduduki dalam jabatan struktural

dan fungsional perusahan mengenalikan tantangan itu dengan baik dan akhirnya banyak pihak boleh

menerima perubahan itu sebagai sesuatu yang dapat menguntungkan keuangan negara, kepentingan

masyarakat baik di tingkat nasional dan lokal.

F. Kesimpulan Relasi kerjamasa antar elit kapitalis Amerika, Pemerintah Indonesia, dan elit lokal Timika

Papua, dapat dibentuk berdasarkan komitmen dan janji pertukan jaringan informasi bisnis politik

ekonomi antar kedua negara, yang sedang berjalan dan bergerak dibidang industri pertambangan

emas di Timika Papua, menjadi kepentingan berbagai stakeholder. Fakta membuktikan bahwa

sekelompok orang yang terlibat dalam kerjasama ini, mendapatkan fasilitas yang cukup mewah

ketimbang masyarakat yang tidak terlibat (bekerja) justru dapat diskriminasi, dialienasikan,

Page 12: RELASI KERJASAMA ELIT KAPITALIS DENGAN ELIT LOKAL …

1080 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk

dikucilkan, diintimidasi dan diabaikan komoditas-komoditas pemilikannya. Akhirnya timbul konflik

vertikal antar perusahan dengan masyarakat, tetapi karena jaminan perlindungan aparat keamanan

sehingga konflik teratasi dengan baik dan konflik juga diterima sebagai sesuatu yang baik.

Kapitalis Amerika adalah pemilik modal (uang) yang mendominasi bisnis politik ekonomi,

terutama dibidang industri pertambangan, pertanian. Sedangkan Pemerintah Indonesia penguasa atas

sumber daya alam (SDM) terdapat di nusantara republik Indonesia. Kelompok elit lokal adalah

pemilik tunggal atas tanah ulayat industri tambang emas di Timika Papua. Kelompok tersebut adalah

aktor yang bermain panggung PT.Freeport Indonesia. Pasca perpanjangan kontrak telah berakhir

keputusan tertinggi adalah ke tiga aktor untuk diperpanjangan atau sebaliknya. Pembangun bagi

masyarakat proletariat yang di wilayah Timika mendapat pelayanan khusus melalui mitra kerja yang

dibangun oleh PT.Freeport dalam bentuk lembaga kemasyarakatan yakni lembaga pengembangan

masyarakat Amungme Kamoro (LPMAK), lembaga adat Amungme (LEMASA), lembaga adat

Kamoro (LEMASKO), Yayasan Wharsting, dan Yayasan Juamako).

Lembaga yang tersebut kelola dana satu persen dari perusahan PT.Freeport Indonesia

sebagai dana jaminan sosial (CSR) dalam bentuk program, akhir lembaga juga tidak bekerja sesuai

tujuan lembaga tetapi justru keluar dari tujuan yang sebenarnya sehingga hak masyarakat dapat

diabaikan akhirnya terjadi konflik vertikal horizontal. Segi lain, dengan terjadi konflik kedua mitra

evaluasi program kerja dan memperhatikan program apa saja yang belum dikerjakan dan sudah

dikerjakan,

Daftar Pustaka

[1] Amirullah. (2015). Kepemimpinan dan Kerjasama Tim, Jakarta: Mitra Wacana Media.

[2] Agus M. Irianto. (2015). Interkasionisme Simbolik, Semarang: Gigih pustaka Mandiri

[3] Bryan S. Turner. (2012). Relasi Agama dan Teori Sosial Kontemporer, Banguntapan

Yogjakarta:

[4] Bagong Suyanto. (2013). Sosiologi ekonomi Kapitalisme dan Konsumsi di Era Masyarakat

Post-modernisme, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group

[5] Claude Jessua. (2015). Kapitalisme, Yogjakarta: Jalasutra.

[6] Emzir. (2011). Metedeologi Penelitian Kualitatif ANALISIS DATA, Jakarta: Rajawali Press

[7] Elly M. Setiadi & Usman Kolip. (2010). Pengantar Sosiologi “Pemahaman Fakta dan Gejala

Permasalahn Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya”, Jakarta:Kencana.

[8] Fauzi. Muchamad. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Sebuah Pengantar, Semarang:

Walisongo Press.

[9] Goodman, J. Douglas-Ritzer George. (2008). Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

[10] Krinus Kum. (2015), Konflik Pertambangan Di Tanah Papua, Jakarta: Mitra Wacana Media

[11] Lexy J. Moleong. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

[12] Markus Haluk. 2014), Menggugat Freeport Suatu Jalan Penyelesaian Konflik, Jayapura:

Deyai.

[13] Oman Sukmana. (2016), Konsep dan Teori Gerakan Sosial, Malang Jatim: Intrans

Publishing Wisma Kalimetro.

[14] Suzanne Keller. (1984/ 1995), pengguasa dan Kelompok Elit Peranan elit penentu dalam

masyarakat modern.