25
REFERAT PATOLOGI ANATOMI BLOK RESPIRATORY “Adenokarsinoma” Disusun oleh : KELOMPOK D.1 Karina Adistiarini G1A009010 Dera Fakhrunnisa G1A009020 Gita Ika Irsatika G1A009030 Sukma Setya Nurjati G1A009040 Purindri Maharani S G1A009050 Bunga Wiharning S.P G1A009060 Saddam Husein S G1A009070

REFERAT PATOLOGI ANATOMI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

referat

Citation preview

Page 1: REFERAT PATOLOGI ANATOMI

REFERAT PATOLOGI ANATOMI

BLOK RESPIRATORY

“Adenokarsinoma”

Disusun oleh :

KELOMPOK D.1

Karina Adistiarini G1A009010

Dera Fakhrunnisa G1A009020

Gita Ika Irsatika G1A009030

Sukma Setya Nurjati G1A009040

Purindri Maharani S G1A009050

Bunga Wiharning S.P G1A009060

Saddam Husein S G1A009070

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2011

Page 2: REFERAT PATOLOGI ANATOMI

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Adenokarsinoma merupakan kanker yang berasal dari jaringan

kelenjar. Kanker merupakan penyakit penyebab kematian terbesar kedua

di dunia. Dalam laporan yang dikeluarkan oleh The American Cancer

Society pada tahun 2002, terdapat 1,3 juta penderita kanker baru di

Amerika dan hampir 50% dari seluruh kasus mengalami kematian karena

kanker 1. Data kejadian kanker di Indonesia menunjukkan bahwa terdapat

100 orang yang didiagnosis terkena kanker untuk setiap 100 ribu orang

indonesia setiap tahunnya2. Sedangkan menurut Suvei Kesehatan Rumah

Tangga (SKRT) tahun 2002, kanker merupakan penyebab kematian nomor

tiga di Indonesia setelah penyakit jantung dan stroke 3 (Bryant, 2007).

Pada sistem repirasi, adenokarsinoma yang sering ditemukan

adalah adenokarsinoma paru dan adenokarsinoma bronkioalveolar.

Adenokarsinoma paru tercatat terjadi sekitar 30%- 45% dan nampaknya

akan terus mengalami peningkatan. Kasus adenokarsinoma paru biasanya

terjadi pada organ paru dan lebih sering terjadi pada wanita daripada

pada pria, dengan kecenderungan metastasis pada area awal di

sekitar nodus limfa dan otak. Penderita adenokarsinoma paru biasanya

memiliki riwayat penyakit paru interstitial kronis, seperti skleroderma,

penyakit reumatoid, sarkoidosis, pneumonitis interstitial, tuberkolosis, 

infeksi paru berulang atau penyakit paru yang disertai nekrosis. Hal ini

menyebabkan adenokarsinoma sering disebut scar carcinoma (Bryant,

2007).

Adenokarsinoma bronkioalveolar, yang merupakan sebuah subtipe

adenokarsinoma paru dengan tingkat kejadian sekitar 2% - 4% dari total

kejadian kanker paru, sering dikaitkan dengan beberapa penyakit paru

yang berakibat pada fibrosis paru, seperti pneumonia, fibrosis

paru idiopatik, granulomata, asbestosis, alveolitis dengan fibrosis,

skleroderma, dan penyakit Hodgkin. Tempat terjadinya kanker ini masih

1

Page 3: REFERAT PATOLOGI ANATOMI

menjadi perdebatan, namun kemungkinan telah diperkecil antara

populasi sel Clara atau pneumosit tipe II yang merambat

sepanjang alveolar septa (Bryant, 2007).

Adenokarsinoma dapat menyerang paru, kolon, serviks, protat,

vagina, pankreas, esofagus, payudara, abdomen, dan banyak organ-organ

vital lainnya. Sering kali adenokarsinoma ini memiliki prognosis yang

buruk. Karena itu, kami membuat referat ini untuk meningkatkan

pemahaman mengenai Adenokarsinoma yang dikhawatirkan berbahaya.

(Subramanian, 2007)

B. TUJUAN

a. Tujuan Umum

Tujuan dari pembuatan referat ini adalah untuk mengetahui dan

memperdalam mengenai Adenokarsinoma.

b. Tujuan Khusus

1. Memahami definisi Adenokarsinoma

2. Memahami epidemiologi Adenokarsinoma

3. Memahami etiologi Adenokarsinoma

4. Memahami patogenesis dan patofsiologis Adenokarsinoma

5. Memahami klasifikasi Adenokarsinoma

6. Memahami gambaran patologi anatomi Adenokarsinoma

7. Memahami penegakkan diagnosis Adenokarsinoma

8. Memahami terapi lama dan terapi baru Adenokarsinoma

9. Memahami komplikasi dari Adenokarsinoma

10.Memahami prognosis Adenokarsinoma

2

Page 4: REFERAT PATOLOGI ANATOMI

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Adenokarsinoma adalah kanker yang berasal dari jaringan kelenjar.

jaringan ini juga bagian dari kategori jaringan yang lebih besar dikenal

sebagai epitel. Jaringan epitel termasuk, namun tidak terbatas pada, kulit,

kelenjar dan berbagai jaringan lainnya yang melapisi rongga dan organ

tubuh (Subramanian, 2007).

Embryo epitel berasal dari ektoderm, endoderm dan mesoderm.

Harus diklasifikasikan sebagai adenokarsinoma, sel-sel tidak selalu perlu

menjadi bagian dari suatu kelenjar, asalkan mereka memiliki sifat sekresi

(Subramanian, 2007).

Bentuk karsinoma dapat terjadi dalam beberapa mamalia yang

lebih tinggi, termasuk manusia. Yah adenocarcinoma dibedakan cenderung

menyerupai jaringan kelenjar bahwa mereka berasal dari, sedangkan

diferensiasi buruk tidak mungkin. Dengan pewarnaan sel-sel dari biopsi,

ahli patologi akan menentukan apakah tumor merupakan adenokarsinoma

atau beberapa jenis kanker lainnya (Subramanian, 2007).

Adenokarsinoma dapat timbul dalam banyak jaringan tubuh karena

sifat mana-mana kelenjar dalam tubuh. Meskipun setiap kelenjar mungkin

tidak mensekresi substansi yang sama, selama ada fungsi eksokrin ke sel,

itu dianggap kelenjar dan bentuk ganas yang karenanya bernama

adenokarsinoma (Subramanian, 2007).

Tumor kelenjar endokrin, seperti VIPoma, insulinoma sebuah,

pheochromocytoma, dll, biasanya tidak disebut tumor neuroendokrin

sebagai adenocarcinoma, tetapi, sering disebut. Jika jaringan kelenjar tidak

normal, tapi jinak, dikatakan menjadi suatu adenoma (Subramanian,

2007).

Adenoma jinak biasanya tidak menyerang jaringan lain dan jarang

bermetastasis. adenocarcinoma ganas menyerang jaringan lain dan sering

3

Page 5: REFERAT PATOLOGI ANATOMI

bermetastasis diberikan cukup waktu untuk melakukannya (Subramanian,

2007).

Istilah ini adenokarsinoma berasal dari makna 'adeno' 'mengenai

kelenjar' dan 'karsinoma', yang menggambarkan suatu kanker yang

dikembangkan dalam sel epitel (Subramanian, 2007).

B. EPIDEMIOLOGI

Adenokarsinoma merupakan penyebab kematian terbesar kedua di

dunia disebabkan oleh kanker. Dalam laporan yang dikeluarkan oleh The

American Cancer Society pada tahun 2002, terdapat 1,3 juta penderita

kanker baru di Amerika dan hampir 50 % dari seluruh kasus mengalami

kematiaan karena kanker. Data kejadian kanker di Indonesia menunjukkan

bahwa terdapat 100 orang yang terdiagnosis terkena kanker untuk setiap

100 ribu orang Indonesia pada setiap tahunnya. Berdasarkan Survei

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2002, kanker merupakan

penyebab kematian nomor tiga di Indonesia setelah jantung dan stroke

(Bryant, 2007).

World Health Organization (WHO) tahun 2007 melaporkan bahwa

insidens penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan

PMR 13 %. Di negara maju seperti Amerika dan Inggris, kematian akibat

kanker menduduki peringkat kedua setelah penyakit kardiovaskuler. Salah

satu kanker yang menyebabkan kematian tertinggi di dunia adalah kanker

paru. WHO World Report 2000 melaporkan, PMR kanker paru pada tahun

1999 di dunia 2,1%. Menurut WHO, Cause Spesific Death Rate (CSDR)

kanker trakea, bronkus, dan paru di dunia 13,2 per 100.000 penduduk

dengan PMR 2,3% (WHO, 2004).

4

Page 6: REFERAT PATOLOGI ANATOMI

C. ETIOLOGI

Beberapa etiologi dari karsinoma paru adalah sebagai berikut.1. Kebiasaan merokok

Rokok selain sebagai inisiator juga merupakan promoter dan progresor,dan rokok diketahui mempunyai pengaruh terbesar terjadinya kanker paru. Tidak hanya pada perokok aktif yang berisiko terhadap kanker paru, namun perokok pasif pun akan berisiko terkena kanker paru. Diperkirakan 25% kanker paru dari bukan perokok adalah berasal dari perokok pasif. Anak-anak yang terpapar asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena risiko kanker paru dua kali lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar (Amin, 2009).

2. Bahan Berbahaya IndustriResiko kanker meningkat pada penderita

asbestosis. Dapat terjadi peningkatan resiko pada asbestosis dengan kombinasi merokok. Laten period sebelum terjadinya kanker adalah selama 10-30 tahun. Resiko asbestosis untuk terkena kanker paru adalah 5 kali lipat orang bukanperokok. Perokokberat yang terpajan asbestos memperlihatkan peningkatan risiko kanker paru sekitar 55 kali lipat dibandingkan dengan bukan perokok yang tidak terpajan asbestos (Kumar et al, 2007).

Selain itu radiasi ion pada pekerja tambang uranium, radon, arsen, kromium, nikel, polisklik hidrokarbon serta vinil klorida juga merupakan etiologi dari kanker paru (Amin, 2009).

3. Genetik

5

Page 7: REFERAT PATOLOGI ANATOMI

Terdapat perubahan atau mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni : Proto oncogene, Tumor suppressor gene, Gene encoding enzyme (Amin, 2009).

4. UsiaFrekuensi kanker meningkat seiring pertambahan

usia. Sebagian besar mortalitas akibat kanker terjadi pada usia antara 55 dan 75 tahun. Angka ini menurun seiring dengan penurunan jumlah populasinya (Kumar et al, 2007).

5. DietBeberapa penelitian melaporkan bahwa

rendahnya konsumsi terhadap betakarotene, selenium dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru (Amin, 2009).

D. KLASIFIKASI DAN GAMBARAN PATOLOGI ANATOMI

Adenocarcinoma diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu

sebagai berikut :

1. Acinar Adenocarcinoma

Merupakan bentuk yang paling umum. Didefinisikan oleh

WHO yaitu, memiliki bentuk dominasi struktur kelenjar yaitu dengan

asinus dan tubulus dengan atau tanpa daerah papiler atau solid. Tumor

dibedakan baik dari kelenjar dimana dilapisi oleh sel columnar tinggi

(Amin, 2009).

2. Papillary Adenocarcinoma

Papiler adenocarcinoma memiliki susunan yang di dominasi

struktur papiler. Struktur Papillary dengan tonjolan sel ke kelenjar

lumen. Umumnya tipe papiler ini menunjukkan inti dari jaringan ikat

fibrosa yang ditutupi oleh lapisan tunggal cuboid (Amin, 2009).

3. Karsinoma bronchioalveolar

6

Page 8: REFERAT PATOLOGI ANATOMI

Merupakan adenokarsinoma di mana sel-sel tumor silindris

tumbuh pada dinding alveoli yang sudah ada sebelumnya (Amin,

2009).

4. Solid adenokarsinoma

Permukaannya berlendir dan padat merupakan salah satu ciri

khas dari solid adenokarsinoma Karena jenisnya padat sehingga sulit

untuk melihat pembentukan kelenjar (Amin, 2009).

Berikut adalah gambaran patologi anatomi untuk adenokarsinoma :

Gambar 1. Adenokarsinoma

Tampak sel tunggal berbentuk morula, asini, dan papiler. Inti sel

terletak di tepi dengan bentuk bulat/oval, tampak kromatin halus dan

tampak anak inti yang menonjol cukup besar. Pada adenokarsinoma ini

sitoplasma tampak lebar.

Khas pada adenokarsinoma tampak bentuk formasi glandular dan

kecenderungan kearah pembentukan konfigurasi papilari. Biasanya

membentuk musin dan seringtumbuh dari bekas kerusakan jaringan paru

(scar) (Amin, 2009).

E. PATOGENESIS

7

Page 9: REFERAT PATOLOGI ANATOMI

Sel epitel pernafasan (EFGR) membutuhkan banyak perubahan

genetik menjadi invasif dan metastasis kanker. Kita dapat mendeteksi

beberapa perubahan sel pada perokok dan mantan perokok.

Ketidak stabilan genetik pada kanker terdapat 2 tingkat, yaitu pada

tingkat kromosom dan tingkat nuklotida. Pusat kanker paru menyebabkan

kelainan pada angka kromosom dan kelainan sitogenik structural termasuk

selesi dan dan translokasi nonreciprocal. Ketidakseimbangan kromosom

berhubungan dengan hilangnya fungsi mitosis. (Tang, 2005).

Sebenarnya bagaimana hal ini terjadi pada kanker paru-paru tidak

diketahui secara pasti. Tumor menyalin nomer DNA dapat lebih terstruktur

dan dengan cara baru teknik sitogenetika molekuler seperti perbandingan

genom hibridisasi, yang juga menunjukkan beberapa kelainan pada kanker

paru.

Setidaknya tiga kelas gen selular yang terlibat, proto-onkogen, gen

penekan tumor (TSGs), dan perbaikan DNA gen. Aktivitas onkogenik

sering terjadi melalui mutasi point, amplifikasi gen, atau perbaikan dimana

TSGs dinonaktifkan secara baik dengan pengurangan 1 alel induk yang

dikombinasikan dengan point atau mutasi kecil, atau inaktivasi metilasi

dari target TSG di alel yang tersisa, disregulasi dari ekspresi gen (Fong,

1999).

Penelitian saat ini belum dapat memastikan peran kelainan gen

yang menonjol dari perbaikan DNA pada kanker paru termasuk perbaikan

gen DNA yang tidak cocok. Namun, perubahan dalam urutan pengulangan

sudah terlihat. Fenotipe yang terlihat dalam kanker paru muncul berbeda

dari fenotipe replication error repair (RER+) khusus yang terlihat pada

tumor dengan mutasi pada perbaikan gen DNA yang tidakcocok.

Pada kanker paru, pengaruh ketidakstabilan terhadap proporsi dari markers

relative kecil dan menyebabkan perubahan tunggal dari ikatan alel

individu yang berlawanan dengan “RER+laddering.” Kami mengacu pada

fenotip yang terlihat di kanker paru sebagai perubahan mikrosatelit. Ada

laporan yang melibatkan jalur perbaikan DNA lain dalam kanker paru.

8

Page 10: REFERAT PATOLOGI ANATOMI

Ini termasuk mutasi tidak berkala dalam gen yang terlibat dalam

perbaikan kerusakan DNA oksidatif (OGG1) dan inaktivasi gen DNA

perbaikan O6-metilguanin-DNA methyltransferase (MGMT) oleh

mekanisme epigenetik dari promotor hypermethylation (Fong, 1999).

F. PATOFISIOLOGI

Tumor yang terjadi pada permulaannya dimulai dengan adanya zat

yang bersifat initiation yang merangsang terjadinya perubahan sel.

Perangsangan yang lama diperlukan dan berkesinambungan untuk memici

timbulnya penyakit tumor. Inisiasi agen biasanya berupa biologis, kimia

atau fisik yang berkemampuan bereaksi langsung dan merubah struktur

dasar dari komponen (DNA). Dari akibat keterpaparan yang lama ditandai

dengan berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya formasi tumor.

Proses ini berlangsung lama, hingga minggu bahkan sampai tahunan.

Penyerangan percabangan segmen / sub bronkus menyebabkan silia hilang

dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen dari etiologinya.

Akibat dari adanya pengedapan karsinogen maka menyebabkan

metaplasia, hiperplasia dan displasia. (Price & Wilson, 2005)

Lesi yang terletak pada sentral berasal dari salah satu cabang

bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstruksi dan ulserasi

bronkus dengan diikuti supurasi di bagian distal. Gejala-gejala yang timbul

bisa berupa batuk, dispneu, demam, hemoptysis, dan dingin. Pada

auskultasi terdengar suara wheezing unilateral. Kebanyakan jenis tumor ini

timbul di daerah perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat

dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial

kronik. Seringkali lesi juga meluas ke pembuluh darah dan limfe pada

stadium dini, dan sering bermetastatis jauh sebelum lesi primer

menyebabkan gejala-gejala. (Price & Wilson, 2005).

G. PENEGAKAN DIAGNOSIS

9

Page 11: REFERAT PATOLOGI ANATOMI

Berikut adalah langkah – langkah dalam penegakan diagnosis

adenokarsinoma :

1. Anamnesis

Sebagian besar adenokarsinoma adalaha simptomatik sampai

penyakit menunjukkan perkembangan berarti. Tumor yang membesar

akan merusak jaringan sekitarnya dan memberikan gejala.

Sedangkan jika dilihat dari faktor risiko, merokok meningkatkan

risiko untuk hamper semua jenis kanker. Mungkin ada factor risiko lain

untuk adenokarsinoma di lokasi organ yang berbeda. Setiap tempat

mungkin memiliki faktor yang berbeda (Patrick, 2006).

2. Pemeriksaan Fisik

Adenokarsinoma sangat sulit dideteksi. Dari pemeriksaan fisik

bisa ditemukan benjolan. Untuk adenokarsinoma paru biasanya

terdeteksi nodul dengan ukuran 20mm-50mm (Patrick, 2006).

3. Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan radiologis

Dilakukan sebagai pemeriksaan awal untuk mendeteksi adanya

kanker paru. Biasanya dengan menggunakan foto rontgen toraks,

tetapi jika ingin hasilnya lebih baik bisa digunakan CT Scan

ataupun MRI (Amin, 2009).

b) Pemeriksaan sitologi

Pemeriksaan ini tidak selalu memberikan hasil positif karena

tergantung dari beberapa hal, diantaranya letak tumor terhadap

bronkus dan jenis dari tumor itu sendiri ( Amin, 2009).

c) Pemeriksaan histopatologi

Merupakan gold standar untuk diagnosis kanker paru, termasuk

adenokarsinoma. Untuk mendapatkan spesimen yang akan

digunakan pada pemeriksaan ini dilakukan dengan cara biopsi

(Amin, 2009).

10

Page 12: REFERAT PATOLOGI ANATOMI

H. TERAPI LAMA

Pengobatan kanker bergantung pada jenis atau tipe kanker yang

diderita, darimana asal kanker tersebut atau pola penyebarannya. Umur,

kondisi kesehatan umum serta sistem pengobatan juga mempengaruhi

proses pengobatan kanker.

Pengobatan yang umumnya diberikan adalah melalui :

1. Pembedahan atau operasi, di mana tumor diambil bila memungkinkan

2. Kemoterapi dengan obat-obatan sitostatika (obat membunuh sel

kanker).

3. Radioterapi (menggunakan sinar radiasi).

4. Terapi hormonal

5. Terapi biologik (molekuler atau menggunakan obat non-sitstatika

khusus). 

Secara umum biasanya digunakan lebih dari satu macam cara

pengobatan di atas, misalnya pembedahan yang diikuti oleh kemoterapi,

bahkan seringkali ketiga cara pengobatan tersebut di atas digunakan.

Tujuan utama operasi adalah mengangkat kanker secara

keseluruhan, karenanya hanya dapat sembuh kalau yang belum menjalar

ketempat lain. Sedangkan kemoterapi dan radiasi bertujuan untuk

membunuh sel kanker atau menghentikan pertumbuhan sel kanker atau

paling tidak memperlambat perkembangan sel kanker baru.

I. TERAPI BARU

Beberapa tahun terakhir dengan berkembang pemahaman biologi

kanker melahirkan beberapa terapi target yang menghambat proses biologi

perkembangan NSCLC, yaitu antibodi monoklonal dan molekul kecil

penghambat tyrosin kinase (TKI) (Giaccone, 2007).

Monoklonal antibodi anti EGFR seperti Cetuximab berikatan

dengan ektraselluler domain yang menginaktifkan konfigurasi EGFR yang

berkompetisi dengan ikatan reseptor dengan demikian menghambat

aktifasi ligand tyrosin kinase EGFR. Molekul kecil penghambat tyrosin

11

Page 13: REFERAT PATOLOGI ANATOMI

kinase EGFR seperti Erlotinib dan Gefitinib secara timbal balik dengan

ATP mengikat domain intraselluler katalis EGFR tyrosin kinase sehingga

menghambat autophosphorylation dan signaling. Antibody monoclonal

anti EGFR hanya mengenal EGFR semata oleh karena itu sangat selektif

terhadap reseptor tersebut, beberapa macam molekul kecil penghambat

tyrosin kinase EGFR menghambat growth factor reseptor tyrosin kinase

termasuk beberapa anggota family EGFR, ataupun reseptor

vascular endothel growth factor (VEGF) (Ciardiello, 2008).

Uji klinis terapi dengan anti bodi monoklonal kini mengalami

kemajuan pada hampir semua jenis kanker. FDA sejauh ini telah

menyetujui beberapa terapi target untuk kanker tertentu antara lain seperti

rituximab (rituxan),trantuzumab (Hercepin), Cetuzimab (erbitux) dan

Bevacizumab (Avastin) (Noda, 2002).

Gambar 2. Mekanisme kerja obat antibodi monoklonal anti-EGFR pada sel

kanker (Ciardiello, 2008).

J. KOMPLIKASI

1. PnemonitisGangguan faal bronchus danretensi lender

umumnya menimbulkan pneumonitis yang berulang.

12

Page 14: REFERAT PATOLOGI ANATOMI

Dalam keadaan yang lebih berat lagi dapat menimbulkan abses paru, pada keadaan lebih lanjut akan menyebabkan obstruksi bronchus dengan segala akibatnya seperti atelektasis (Sjamsuhidajat et al, 2005).

2. Gangguan pada NervusAdanya gangguan pada n. recurens akan

menyebabkan disfoniaparalisis pita suara. Sedangkan gangguan pada n. frenicus akan menyebabkan kelumpuhan pada diafragma yang sering tidak disadari. Infiltrasi plexus brachialis menyebabkan sindrom pleksus brakialis yang sangat nyeri (Sjamsuhidajat et al, 2005).

3. MetastasisMetastasis melalui saluran getah bening

menimbulkan pembesaran kelenjar getah bening di hilus dan mediastinum sampai supraklavikula dan paraskalenus. Pada wanita adenokarsinoma dapat bermetastasis ke ginjal, lambung, usus besar, dan peritoneum (Kostakou, et al, 2007).

K. PROGNOSIS

Yang terpenting dalam prognosis kanker paru adalah penentuan

stadium dari penyakit. Pasien yang telah dilakukan tindakan bedah,

kemungkinan hidup setelah operasi adalah 30%.

40% penderita adenokarsinoma meninggal akibat komplikasi

torakal, 55% karena ekstratorakal. 15% adenokarsinoma bermetastasis ke

otak dan 8-9% meninggal karena kelainan system saraf sentral.

13

Page 15: REFERAT PATOLOGI ANATOMI

Kemungkinan hidup rata-rata pasien tumor metastasis bervariasi,

dari 6 bulan hingga 1 tahun. Hali ini sangat bergantung pada performance

status menurut skala Karnofsky, luasnya penyakit, adanya penurunan berat

badan dalam 6 bulan terakhir. (Sudoyo, 2006).

BAB III

KESIMPULAN

1. Adenokarsinoma merupakan kanker yang berasal dari jaringan kelenjar.

2. Adenokarsinoma merupakan penyebab kematian terbesar kedua di dunia

disebabkan oleh kanker.

3. Etiologi dari adenokarsinoma diantaranya adalah kebiasaan merokok bahan berbahaya industri, genetik, usia, dan diet.

4. Adenokarsinoma diklasifikasikan menjadi acinar adenocarcinoma,

papillary adenocarcinoma, karsinoma bronchioalveolar, dan solid

adenocarcinoma.

5. Penegakan diagnosis adenokarsinoma yaitu dengan anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan

14

Page 16: REFERAT PATOLOGI ANATOMI

penunjang yang terdiri dari pemeriksaan radiologis, pemeriksaan sitologi dan pemeriksaan histopatologi.

6. Terapi untuk kanker, termasuk adenokarsinoma secara umum biasanya

digunakan lebih dari satu macam cara terapi, misalnya pembedahan yang

diikuti oleh kemoterapi.

7. Pada beberapa tahun terakhir dikembangkan monoklonal antibodi anti

EGFR untuk pengobatan kanker termasuk adenokarsinoma.

8. Komplikasi dari adenokarsinoma diantaranya adalah pneumonitis,

gangguan pada nervus dan metastasis.

9. Prognosis adenokarsinoma adalah buruk.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Zulkifli. 2009. KankerParu dalam Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam, Jilid III EdisiV. Jakarta: FK UI, hal. 2255-2256.

Bhattacharjee, Arindam et all. 2001. Classification of human lung carcinomas by

mRNA Expression Profiling Reveals Distinct Adenocarcinoma Subclasses.

PNAS Journal. Vol. 98 No. 24: 13790–13795.

Bryant, A.2007. Differences in Epidemiology, Histology, and Survival Between

Cigarette Smokers and Never-Smokers Who Develop Non-Small Cell Lung

Cancer.  Chest  Journal .132 (1): 198–192.

Davey, Patrick. 2006. Medicine at a Glance. Surabaya : Penerbit Erlangga.

15

Page 17: REFERAT PATOLOGI ANATOMI

Fong, Kwun M & Yoshitaka Sekido and John D. Minna, 1999. Molecular

Pathogenesis of Lung Cancer. Vol 118:1136-1152.

Giaccone, Giuseppe. 2007. The Potencial of Antiangiogenic Therapy in Non –

Small Cell Lung Cancer. Amerian Association for Cancer Research Journal.

Vol. 13 (7).

Kostakou, Chrysoula., Khaldi, Lubna., Kapsoritakis, Andreas. 2007. Melaena: A

Rare Complication Of Duodenal Metastases From Primary Carcinoma Of

The Lung. The Internet Journal of Gastroenterology.,vol. 5 : 2.

Kumar V, Cotran RS, & Robbins SL. 2007. Buku Ajar Patologi, Volume 2.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal. 561-562.

Noda, Kazumasa et all. 2002. Irinotecan Plus Cisplatin Compared with Etoposide

Plus Cisplatin for Extensive Small-Cell Lung Cancer. The New

England Journal of Medicine. Vol. 346 No. 2. 85 – 91.

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. Jakarta: EGC.

Sjamsuhidajat R, Jong W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. hal. 433.

Subramanian J, Govindan R. 2007. Lung Cancer in Never Smokers: a

Review. Journal of Clinical Oncology. Vol.  25 (5): 561–70.

Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta.

FKUI.

Tang X, Shigematsu H, Bekele BN, et al. 2005. Role of EGFR mutations in the

pathogenesis of lung adenocarcinomas. THORAX an International Journal

of Respiratory Medicine. Vol 65: 7568–72.

Zain, Hamdani et all. 2007. Karakterisasi Sifat Autofluoresensi Jaringan

Adenokarsinoma Menggunakan Metode Analisis Multieksitasi. Jurnal

Makara Kesehatan. Vol. 11 No. 2: 69 – 75.

16

Page 18: REFERAT PATOLOGI ANATOMI

17