Upload
elimjusri
View
197
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
WILMS TUMOR
Citation preview
BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH MAKASSAR
NEFROBLASTOMA
Oleh :Elim Jusri, S. Ked.
Pembimbing :dr. P. Indal Patra, M Kes, Sp Rad.
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKBAGIAN ILMU RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2013
1
REFERATOKTOBER 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Elim Jusri, S. Ked.
NIM : 10542 0073 09
Judul Referat : Nefroblastoma
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu
Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, Oktober 2013
Pembimbing Mahasiswa
dr. P. Indal Patra, M Kes, Sp Rad. Elim Jusri, S. Ked.
2ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya serta segala kemudahan yang diberikan dalam setiap kesulitan
hamba-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan referat ini dengan judul
Nefroblastoma. Syukur Alhamdulillah ya Allah. Tugas ini ditulis sebagai salah
satu syarat dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di Bagian Radiologi
Berbagai hambatan dialami dalam penyusunan tugas referat dan laporan
kasus ini. Namun berkat bantuan saran, kritikan, dan motivasi dari pembimbing
serta teman-teman sehingga tugas ini dapat terselesaikan.
Secara khusus penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
mendalam kepada dr. P. Indal Patra, M Kes, Sp Rad. selaku pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu dengan tekun dan sabar dalam membimbing,
memberikan arahan dan koreksi selama proses penyusunan tugas ini hingga
selesai.
Penulis menyadari bahwa refarat ini masih jauh dari yang diharapan oleh
karena itu dengan kerendahan hati penulis akan senang menerima kritik dan saran
demi perbaikan dan kesempurnaan tugas ini.
Semoga refarat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis secara
khusus.
Makassar, Oktober 2013
Penulis
3iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
A. Pendahuluan ............................................................................................... 1
B. Anatomi ...................................................................................................... 2
C. Defenisi ....................................................................................................... 3
D. Epidemiologi .............................................................................................. 4
E. Etiologi ....................................................................................................... 4
F. Gambaran Klinis.......................................................................................... 5
G. Diagnosis .................................................................................................... 7
H. Diagnosis Banding ...................................................................................... 13
I. Penatalaksanaan .......................................................................................... 14
J. Prognosis .................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 16
4iv
A. Pendahuluan
Tumor Wilms, yang juga dikenal dengan nama nefroblastoma, adalah
kanker pada ginjal yang terutama menyerang anak-anak, merupakan jenis
kanker ginjal tersering pada anak-anak, dengan angka kejadian tertinggi pada
usia 3 tahun, dan jarang terjadi diatas usia 8 tahun. Tumor Wilms biasanya
menyerang hanya 1 ginjal (unilateral), hanya 5% kasus yang menyerang kedua
ginjal (bilateral).1,2,3
Deskripsi yang pertama kali mengenai tumor Wilms di dalam literatur
Inggris dilakukan oleh Franz pada tahun 1814 yang melaporkan sebuah kasus
yang dinamainya “fungus haematodes”. Di dalam laporan kasusnya ini, Franz
mendeskripsikan seorang anak perempuan berusia 1 tahun dengan kelainan
yang ciri khasnya sama dengan tumor Wilms unilateral kiri. Spesimen tumor
Wilms yang pertama telah dipamerkan diHuntarian Museum of the Royal
College of Surgeons di london, Inggris, sejak tahun 1700-an. Kata Wilms’
tumor dipakai untuk nefroblastoma sejak dilakukannya monogram klasik oleh
Max Wilms pada tahun 1899. Pada saat itu Max Wilms mendeskripsikan tujuh
kasus tumor jaringan campuran yang bersifat maligna pada ginjal anak-anak.
Nefrektomi terhadap tumor Wilms yang pertama kali berhasil dilakukan pada
tahun 1877, tetapi baru pada awal tahun 1900-an terapi operatif dinyatakan
sebagai terapi yang efektif untuk tumor ini. Pada tahun 1936, Priestley dan
Schulte melaporkan rata-rata harapan hidup pada penderita nefroblastoma
yang telah dioperasi adalah 15%. Pada tahun 1941, Ladd dan Gross
melaporkan rata-rata harapan hidup pada penderita nefroblastoma yang
dioperasi menggunakan pendekatan transabdominal adalah 24%. Pada tahun
1950, Gross dan Neuhauser melaporkan rata-rata harapan hidup pada
penderita nefroblastoma yang telah menjalani nefrektomi yang diikuti dengan
kemoterapi adalah 47%. Pada tahun 1956, Farber memperkenalkan
kemoterapi sistemik sebagai terapi tambahan terhadap terapi operatif dan
radiasi, dan pada tahun 1964 melaporkan rata-rata harapan hidup 89 % pada
53 kasus.2,4
1
Penelitian klinis selanjutnya terhadap tumor Wilms kurang berkembang
karena kelangkaan kasusnya, hingga berdirinya National Wilms’ Tumor Study
Grup(NWTSG) pada tahun 1969, yang merupakan gabungan beberapa
kelompok untuk melakukan terapi terhadap tumor Wilms dengan tata cara
yang jelas dan definitif, sehingga dapat dilakukan perbandingan secara
statistik terhadap berbagai metode terapi. Tujuan utama NWTSG adalah untuk
mempertahankan angka kesembuhan rata-rata yang tinggi pada pasien-pasien
dengan tumor Wilms, dengan menyesuaikan intensitas dan lamanya terapi
berdasarkan derajat penyakit dan pemeriksaan histologis. 2,4
Di dalam referat ini, penulis akan membahas mengenai Tumor Wilms,
yang mencakup epidemiologi, patofisiologi, klasifikasi, diagnosis,
penatalaksanaan, komplikasi dan prognosisnya.
B. Anatomi
Gambar 1: Anatomi Renal
Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua
sisicolumna vertebralis, di bawah liver dan limphe. Di bagian superior ginjal
terdapat adrenal gland(juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal bersifat
retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritonium yang melapisi
2
rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal
kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk
hati. Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas.
Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak
pararenal) yang membantu meredam goncangan.
Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena
tertekan ke bawah oleh hati. Kutub atas ginjal kanan terletak setinggi iga
keduabelas, sedangkan ginjal kiri terletak setinggi iga kesebelas. Pada orang
dewasa, panjang ginjal sekitar 12-13 cm, lebarnya 6 cm, tebal 2,5 cm dan
beratnya ± 140 gram ( pria=150 – 170 gram, wanita = 115-155 gram).
Kedua ureter merupakan saluran yang panjangnya sekitar 10-12 inci (25
ningga 30 cm), terbentang dari ginjal sampai vesica urinaria. Fungsi ureter
menyalurkan urine ke vesica urinaria.
Vesica urinaria merupakan kantong berotot yang dapat mengempis,
terletak dibelakang simfisis pubis. Fungsi vesica urinaria: (1) Sebagai tempat
penyimpanan urine, dan (2) mendorong urine keluar dari tubuh.
C. Definisi
Tumor Wilms (nephroblastoma) didefinisikan sebagai tumor ginjal
yang tumbuh dari sel embrional primitif ginjal.1,2 Tumor Wilms ditandai
dengan adanya benjolan massa di abdominal, demam, nausea, anoreksia,
hematuria dan hipertensi.3,4
Tumor Wilms merupakan kasus yang sering ditemukan dari keganasan
ginjal pada anak dan menempati urutan kelima dari seluruh kasus keganasan
pada anak. Tumor ini diperkirakan sekitar 25 – 30% dari semua kanker pada
anak. Insidens tertinggi terdapat pada anak dengan usia antara 2 – 3 tahun.
Frekuensi anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan adalah sama.
Frekuensi tumor ini dilaporkan meningkat pada pasien aniridia kongenital,
3
neurofibromatosis, anomali pada sistem genitourinarius dan penderita sindrom
Backwith-Wiedemann.1,3
Menurut beberapa laporan, terdapat kemungkinan untuk mendeteksi
tumor Wilms pada individu yang memiliki risiko tinggi dengan menggunakan
teknik analisis biokimia dan kromosom.1 Penatalaksanaan tumor Wilms
meliputi pembedahan, terapi radiasi dan kemoterapi, dimana hal ini tergantung
pada stadium dan gambaran patologi.3,4,6
D. Epidemiologi
Tumor Wilms merupakan kasus keganasan yang ditemukan pada anak
dan menempati urutan kelima dari seluruh kasus keganasan pada anak.
Diperkirakan dari 10.000 kelahiran terdapat satu orang anak yang menderita
tumor Wilms. Insiden tumor Wilms di Amerika Serikat diperkirakan
ditemukan sekitar kurang lebih 500 kasus baru untuk setiap tahunnya dan
untuk setiap tahun pula terdapat 7,8 per juta anak yang berumur di bawah 15
tahun menderita tumor Wilms. Frekuensi anak laki-laki dibandingkan dengan
anak perempuan adalah sama dan insiden tertinggi terdapat pada anak dengan
usia antara 2 – 3 tahun. Anak yang berkulit hitam (negro) insidensnya lebih
tinggi (7,9%) dibanding anak yang bekulit putih (6,2%).1,3,7
E. Etiologi
Tumor berasal dari blastema metanefrik dan terdiri atas blastema,
stroma dan epitel. Apabila ditemukan ketiga unsur tersebut dalam satu tumor,
disebut berpola trifasik, bila hanya dua unsur disebut bifasik, sedangkan yang
hanya terdiri dari satu unsur disebut monfasik (monomorf). Biasanya tumor
Wilms menunjukkan pola trifasik.8,9
Tumor Wilms dapat bermetastase dengan cepat dengan penyebaran
secara langsung, secara hematogenous, atau melalui penyebaran limfe.
Penyebaran secara langsung ke kapsul ginjal dan jaringan lunak perirenal,
nodus linfe periaortik, pembuluh darah ginjal, dan pada vena cava hampir
selalu ditemukan pada saat didiagnosis.3,8,9
4
Metastasis pada nodus limfe regional ditemukan pada 15% kasus.
Metastasis paling sering terjadi di paru, kemudian hati, peritoneum, dan jarang
di tulang dan otak. Neoplasma retroperitoneal pada anak dengan metastase
paru lebih cenderung dicurigai sebagai tumor Wilms dibanding tumor solid
lainnya, sebaliknya bila terdapat metastase pada tulang saat didiagnosis lebih
cenderung untuk dicurigai tumor solid yang lain dibanding tumor Wilms.8
Gejala tambahan yang diakibatkan oleh metastasis ini tergantung dari
lokasi metastase dan organ yang terkena. Kematian paling sering disebabkan
oleh metastasis di paru, disamping sebagai akibat dari komplikasi terapi yang
agresif.10
F. Gambaran Klinis
Hampir semua kasus tumor Wilms ditandai dengan adanya benjolan
atau massa di bagian abdominal, dimana Kaplan dan Ehrlich mencatat
benjolan ini hampir terdapat pada 90% kasus dan hal ini seringkali ditemukan
secara tidak sengaja dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh orang tua
penderita maupun dalam pemeriksaan fisik yang rutin dilakukan oleh seorang
dokter.1,3,4,5,11
Kebanyakan penderita dibawa dengan benjolan atau massa yang besar
dan terutama terdapat pada bagian lateral abdomen antara iga dengan ileum
(flank) atau pada abdomen bagian atas, namun dapat juga memperlihatkan
hanya berupa pembesaran abdomen secara umum. Massa pada flank ini
mengikuti pergerakan nafas dan biasanya balotement positif. Sebagian besar
tumor Wilms, sekalipun ukurannya besar, bersifat mobile pada palpasi dan ini
suatu pertanda prognosisnya cukup baik untuk dilakukan pengangkatan
melalui operasi, sebaliknya walaupun kecil namun tumor terfiksasi, ini dapat
menyulitkan operasi pengangkatan tumor.10
Salah satu ciri khas tumor Wilms adalah kecepatan pertumbuhannya
yang nyata, dimana dari pengamatan terhadap beberapa kasus terlihat
pertambahan ukuran yang jelas dalam jangka waktu semalam. Bahkan pada
anak yang dibawah pengawasan pun sebagian besar didapati terjadi
pertumbuhan dan penambahan ukuran secara tiba-tiba. Dalam hal lain
5
kecepatan pembesaran mungkin mengikuti perdarahan yang terjadi didalam
tumor dan juga berhubungan dengan penurunan Hb serum. Selain itu
penonjolan ringan dalam perut yang bersumber dari ginjal dan tidak
melampaui garis median, adalah karakteristik.4
Hematuria secara makroskopik jarang terlihat karena lesi tidak selalu
menyerang sistem kalikeal, namun secara mikroskopik hematuria dapat
dijumpai pada 25% pasien, bahkan ada referensi lain menulis setengah dari
kasus tumor Wilms (50%) dapat dijumpai adanya hematuria mikroskopik.5,10
Nyeri dapat timbul pada 20-30% pasien, tetapi ada referensi lain yang
menulis bahwa nyeri jarang dijumpai walaupun mungkin gejala ini dapat
menjadi gejala awal dari penyakit ini. Referensi lain menulis nyeri yang
terjadi pada flank dan abdomen merupakan gejala tambahan yang dapat terjadi
pada 25% anak.1,4,5
Hipertensi dapat dijumpai pada 50% kasus. Hipertensi dapat disebabkan
oleh desakan pembuluh darah di ginjal, akibat dari iskemia, ataupun karena
sekresi renin yang disebabkan oleh tumor itu sendiri. Gejala sistemik lainnya
yang jarang muncul adalah demam, mual, muntah dan anoreksia, yaitu hanya
terdapat pada sekitar 5% pasien tumor Wilms. Tanda dan gejala lainnya yang
dapat dijumpai adalah anemia, kehilangan berat badan dan kelemahan tubuh
namun ini jarang terlihat. 1,3,5,7,10
The National Wilms Tumor Study (NWTS) membagi 5 stadium tumor
Wilms, yaitu :
Stadium I
Tumor terbatas di dalam jaringan ginjal tanpa menembus kapsul. Tumor ini
dapat di reseksi dengan lengkap.
Stadium II
Tumor menembus kapsul dan meluas masuk ke dalam jaringan ginjal dan
sekitar ginjal yaitu jaringan perirenal, hilus renalis, vena renalis dan kelenjar
limfe para-aortal. Tumor masih dapat direseksi dengan lengkap.
Stadium III
6
Tumor menyebar ke rongga abdomen (perkontinuitatum), misalnya ke hepar,
peritoneum dan lain-lain.
Stadium IV
Tumor menyebar secara hematogen ke rongga abdomen, paru-paru,otak dan
tulang.
Stadium VSel tumor ditemukan pada kedua ginjal ketika tumor pertama kali didiagnosa.
G. Diagnosis
1. Anamnesis
a. Gejala yang paling sering pada tumor Wilms adalah massa abdominal
yang sering asimtomatik, yang ditemukan oleh orang tua pasien atau
oleh dokter saat pemeriksaan fisik untuk penyakit lain. Massa biasanya
lunak dan tidak mobil, dan jarang melewati garis tengah. Ukuran
massa bervariasi, dengan diameter rata-rata 11 cm.
b. Sekitar 50% pasien mengeluh nyeri abdomen dan muntah.
c. Pada 5 – 30% pasien, bisa didapatkan adanya hipertensi, gross
hematuria, dan febris.
d. Sejumlah kecil pasien yang mengalami perdarahan dapat ditemukan
gejala-gejala hipotensi, anemia, dan febris.
e. Pasien-pasien dengan penyakit stadium lanjut dapat datang dengan
gejala-gejala saluran napas, yang berhubungan dengan adanya
metastasis ke paru-paru 4,6,7,8,9
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan massa di dalam abdomen yang
dapat dipalpasi. Pemeriksaan terhadap massa abdominal harus dilakukan
secara hati-hati, karena palpasi yang terlalu berlebihan dapat berakibat
rupturnya tumor yang besar ke cavum abdomen.
Pada saat pemeriksaan fisik, harus dicatat bila ada kelainan-kelainan
yang terdapat pada sindroma WAGR dan sindroma Denys-Drash yang
terjadi bersamaan dengan tumor Wilms, seperti aniridia, malformasi-
7
malformasi genitourinarius, dan tanda-tanda pertumbuhan yang
berlebihan 4,6,8,11
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Hitung darah lengkap
2) Profil kimia, mencakup pemeriksaan fungsi ginjal dan elektrolisis
rutin
3) Urinalisis
4) Pemeriksaan fungsi koagulasi
5) Pemeriksaan sitogenik, yang mencakup:
Adanya delesi pada kromosom 11p13 seperti pada sindroma WAGR.
Duplikasi alel 11p15 seperti pada sindroma Beckwith-Wiedemann
Analisis mutasional gen WT1 dalam kasus dicurigai adanya sindroma
Denys Drash (6,11)
4. Pemeriksaan Radiologi
a. Ultrasonografi (USG)
USG merupakan pemeriksaan pencitraan terpilih dalam
mendiagnosis massa pada ginjal atau abdominal, mendeteksi
kemungkinan adanya trombus pada vena renalis atau vena cava
inferior, dan dapat memberikan informasi mengenai keadaan hepar dan
ginjal kontralateral.
Pada tumor Wilms USG ginjal menunjukkan adanya massa besar
yang tidak homogen dan area-area multipel dengan echogenisitas yang
menurun yang menunjukkan adanya nekrosis (6,11)
Gambar 2 : USG Abdoment Normal
8
Gambar 3 : Terlihat adanya Nephroblastoma.
Tumor ini sering bermetastasis ke hati, paru-paru, dan kelenjar
getah bening retroperitoneal. Invasi vena renalis dan vena cava inferior
adalah komplikasi lain dari jenis tumor. Massa ditemukan diisolasi ke
ginjal, dan nephrectomy kiri dilakukan.
Fluorodeoxyglucose–positron emission tomography (FDG-PET) memiliki
peranan penting dalam mengevaluasi dan mengatasi kelainan paru, termasuk
nodul soliter pada paru, Ca paru, dan penyakit pleura. Meskipun pemeriksaan
radiologis konvensional seperti foto polos dan CT Scan masih esensial untuk
mendeteksi paru, namun FDG-PET dapat memberikan informasi baru dalam
melihat adanya suatu kelainan. FDG-PET berguna untuk membedakan nodul jinak
pada paru dengan adanya keganasan paru. Perkembangan terbaru dari bidang
radiologi, seperti radiotracers dan delayed imaging, dapat lebih jauh
menggantikan peran FDG-PET Scan dalam mendeteksi nodul paru dan kanker.
Kombinasi antara mesin PET-CT akan mempengaruhi perjalanan pengobatan
9
pasien kanker dan juga dapat digunakan untuk perencanaan radioterapi.
Interpretasi dari PET Scan terhadap korelasi anatomik perlu ditingkatkan. PET-
CT Fusion imaging dapat mempersatukan temuan dari 2 pemeriksaan radiologis
dalam pemeriksaan perbandingan. Temuan yang baik dari FDG-PET dapat juga
disalah artikan sebagai variasi fisiologis yang dapat menunjang suatu keganasan
jika dilanjutkan dengan pemeriksaan CT Scan. Begitu juga sebaliknya, temuan
dari CT Scan yang diperkirakan sebuah tumor, perubahan reaktif, maupun fibrosis
juga dapat diklarifikasi dengan menggunakan informasi yang didapat
menggunakan FDG-PET.
b. CT Scan
CT Scan abdomen dapat membantu menentukan (6,11):
Asal mula tumor
Keterlibatan kelenjar getah bening
Keterlibatan ginjal bilateral
Keadan ginjal kontralateral
Adanya invasi ke pembuluh-pembuluh darah besar (misalnya vena
cava inferior)
Adanya metastasis ke organ-organ lain (misalnya hepar)
Diagnosis banding tumor ginjal lainnya (misalnya tumor adrenal).
CT Scan thorax dapat menentukan adanya metastasis ke paru-paru.
10
Gambar 4 : CT Scan Abdomen Normal
Gambar 5 : Hasil pencitraan CT abdomen tampak lateral pada tumor Wilms, tampak massa yang besar pada ginjal. CT scan diperoleh pada tingkat
yang lebih tinggi lagi menunjukkan beberapa metastasis hati selain tumor thrombus dalam pembuluh darah porta (panah).
11
Gambar 6 : Hasil pencitraan CT abdomen tampak lateral pada tumor Wilms, tampak massa yang besar pada ginjal. CT scan diperoleh pada tingkat
yang lebih tinggi lagi menunjukkan beberapa metastasis hati selain tumor thrombus dalam pembuluh darah porta (panah).
CT Scan menjadi suatu modalitas pilihan untuk mendeteksi metastasis
tumor dan untuk perencanaan pembedahan dan follow – up pasien dengan
metastasis paru. Sensitivitasnya lebih tinggi daripada foto thoraks biasa, maupun
tomografi linear (yang telahdi gantikan dengan CT) dihasilkan dari kurangnya
superimposisi dari strukturnya dan tingginya resolusi kontras dari nodul – nodul
jaringan lunak di parenkim paru. Sebagian lesi pada apeks dan basal yang dekat
dengan jantung, mediastinum dan pleura dapat tidak terlihat hanya dengan foto
thoraks biasa, namun dengan CT Scan, gambaran tersebut dapat terlihat.
Meskipun CT Scan dapat mendeteksi nodus – nodus sebesar 3 mm,
dimana pada foto thoraks biasa jarang dapat mendeteksi nodul yang besarnya < 7
mm namun sensitivitas CT terbentur dengan spesifisitasnya. Banyak nodul –
nodul yang terlihat pada CT Scan yaitu granuloma, dan bukan merupakan sebuah
metastasis. Spesifisitas dari CT Scan tergantung kepada tipe dan stadium dari
keganasan primer dan dari tingkat kejadian nodul jinak pada suatu populasi.
Berbagai hal yang dapat dicurigai sebagai metastasis paru dibandingkan
suatu nodul jinak :
1. Lesi yang tidak terkalsifikasi
2. Lesi berbentuk sferis maupun ovoid lebih jarang daripada lesi bentuk linear
maupun ireguler
3. Lesi yang berada dekat dengan pembuluh darah
12
4. Lesi yang mengalami penipisan pada bagian distalnya
5. Lesi yang mengalami perubahan retikuler
Pertumbuhan dari suatu nodul paru juga merupakan indikator untuk
kelainan metastasis. Metastasis dapat terjadi dalam waktu 2 – 10 bulan. Emboli
intravaskuler dapat dilihat pada pemeriksaan histology, namun biasanya jarang
terlihat di CT Scan, karena mereka berada dalam arteri yang kecil maupun
arteriol. Lebih jarang lagi, emboli ini terlihat sebagai penebalan pada arteri – arteri
perifer. Pada kasus tumor pembuluh darah, seperti angiosarkoma dan
koriokarsinoma, HRCT Scan dapat mendeteksi adanya gambaran Halo dari
jaringan sekitar nodul metastasis.
Indikasi untuk CT Scan tergantung kepada temuan foto polos, yaitu jika
dicurigai adanya neoplasma yang menyebar di paru, dan untuk melihat kemajuan
setelah dilakukan pengobatan. Jika pada foto polos biasa memperlihatkan adanya
gambaran metastasis, maka CT Scan tidak diperlukan untuk menunjukkan adanya
lesi tambahan. Jika pada pemeriksaan foto polos tampak normal pada pasien
dengan teratoma atau osteosarkoma dan tanpa gejala metastasis dimanapun, maka
penelusuran terhadap metastasis paru dapat merubah pengobatan pasien. Jika foto
polos mendeteksi adanya metastasis yang soliter maupun jika ada rencana untuk
pembedahan terhadap metastasis paru, maka CT Scan menjadi indikasi.
13
Gambar : High-resolution CT scan memperlihatkan penebalan yang kasar dan
ireguler dariseptum interlobularis yang disebabkan oleh limfangitis karsinomatosa
dari renal cell Ca. dapat dilihat adanya efusi pleura bilateral.
Penemuan pada CT Scan tidak spesifik dan tidak dapat membedakan
antarametastasis dengan lesi jinak seperti granuloma dan kelenjar getah bening
paru. Spesifisitas CT Scan lebih tinggi pada daerah yang jarang terjadi granuloma.
Sensitivitas yang lebih baik dari CT Scan (sebagai contoh multisection CT, dan
Spiral), semakin rendah pula spesifisitasnya, karena semakin banyak nodul jinak
yang terdeteksi. Hal ini khususnya terjadi pada daerah endemic histoplasmosis.
Nodul yang berukuran < 3 mm sering tidak terdeteksi dengan CT Scan.
False positif dapat terjadi karena hamartoma, granuloma (yang berasal dari
tuberculosis, histoplasmosis, granulomatosis Wegener), sarkoidosis, silikosis,
infark yang kecil, sedikit fibrosis pada suatu zona paru, dan kelenjar getah bening
intrapulmoner.
Gambar : Cavitas metastasis (72 thn,pria) dengan karsinoma sel skuamosa di
Bronkus utama kiri. CT scan paru-paru diperoleh beberapa nodul metastasis di
kedua paru-paru. Ada beberapa cavitas nodul (anak panah) di kedua lobus
bawah. Catatan : penebalan dinding rongga yang tidak teratur.
14
MRI
Pada umumnya hasil pencitraan menggunakan gadolinium-
enhanced MRI tumor Wilms tampak tidak homogen.
MRI juga bermanfaat untuk magnetic resonance venography untuk
membantu diagnosis trombus pada vena renalis.
Gambar 7 : MRI Abdomen Normal
Gambar 8 : Hasil pencitraan MRI pada tumor Wilms
15
Gambar 9 : Wilms tumor pada seorang anak 3 tahun dengan massa abdomen.
Spin – echo MRI dengan 0.35 –T magnet dapat mendeteksi adanya nodul
disekitar pembuluh darah, yang hampir selalu tidak terlihat dengan CT Scan.
Namun, nodul yang terletak dekat dengan diafragma terkadang luput juga dengan
MRI dikarenakan adanya gerakan selama respirasi.
Diantara beberapa bagian MRI, bagian Short-tau inversion- recovery
memiliki sensitivitas tertinggi. False positif jarang terjadi pada pemeriksaan CT
Scan, namun tidak begitu dengan MRI dikarenakan adanya gerakan diafragma,
khususnya pada lobus bawah paru. Sampai saat ini, CT Scan masih menjadi suatu
alat pilihan Menurut sebuah studi, turbo spin – echo (TSE) konvensional lebih
sensitif dalam mendeteksi metastasis paru dibandingkan dengan single – shot
TSE, maupun 3D gradient – echo sequences.
sc. Radio nuklir
d. IPV
e. Radiografi Thorax
Untuk mendeteksi adanya metastasis ke paru-paru
16
Gambar 10 : foto thoraks normal proyeksi PA-lt
Foto X – Ray dada biasanya merupakan pemeriksaan pertama yang
dilakukan untuk mendeteksi adanya metastasis paru. Namun dapat juga metastasis
paru ditemukan secara tidak sengaja waktu dilakukan pemeriksaan dengan foto
X– Ray.
Computed Tomography (CT) scan memiliki resolusi yang lebih tinggi
daripada foto X–Ray dada, dan dapat memperlihatkan nodul – nodul yang lebih
kecil daripada teknik lainnya.
High Resolution CT (HRCT) merupakan pemeriksaan pilihan untuk
memperlihatkan adanya limfangitis karsinomatosis dan penjalarannya.
H. Diagnosis Banding
Tumor-tumor ginjal lainnya yang merupakan diagnosis banding tumor
Wilms mencakup 4,8,9:
1. Sarkoma Clear Cell Ginjal
2. Tumor Rhabdoid Ginjal
3. Tumor Neuroepitelial Ginjal
4. Nefroma Mesoblastik Kongenital
5. Adenokarsinoma Ginjal
17
6. Nefroblastoma multikistik
7. Nefroblastomatosis
I. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan tumor Wilms ialah mengusahakan penyembuhan
dengan kemungkinan komplikasi dan morbiditas serendah mungkin. Biasanya
dianjurkan kombinasi pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Dengan terapi
kombinasi ini dapat diharapkan hasil yang memuaskan.5,14
Nefrektomi radikal merupakan terapi terpilih apabila tumor belum
melewati garis tengah dan belum menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran
kelenjar limfe retroperitoneal total tidak perlu dilakukan, tetapi biopsi kelenjar
di daerah hilus dan paraaorta sebaiknya dilakukan.6,14
Prinsip penanganan tumor Wilms secara umum berdasarkan protokol
yang dikembangkan oleh NWTS, meliputi pembedahan, kemoterapi, dan
terapi radiasi.5,14,15 Pemilihan jenis terapi yang akan diberikan didasarkan pada
histologi tumor, staging, dan juga keadaan klinik.5,11,15 Hampir selalu
penangannya dilakukan secara kombinasi, jarang dari ketiga jenis terapi diatas
diberikan sendiri.3
Pemberian kemoterapi dimulai sebelum pembedahan dan dilanjutkan
setelah pembedahan atas dasar penelitian sekitar 16 – 32% dari tumor mudah
ruptur, dimana tujuan pemberian kemoterapi adalah untuk menurunkan risiko
ruptur intraoperatif dan mengecilkan massa tumor sehingga lebih mudah
direseksi secara total. Saat ini ada lima macam obat sitostatika yang terbukti
dalam pengobatan tumor Wilms, yaitu: aktinomisin, vinkristin, adriamisin,
cisplatin dan siklofosfamid.15
Pemberian terapi radiasi bersama-sama dengan operasi dan kemotrapi.
Tujuan utama terapi radiasi adalah mencegah terjadi rekurens lokal dan
regional. Idealnya radiasi diberikan pada post operasi tumor Wilms dan harus
diberikan sepuluh hari setelah operasi, karena bila terlambat dapat
meningkatkan risiko terjadinya rekurensi.14
J. Prognosis
18
Prognosis pada anak dengan tumor Wilms tergantung dari gambaran
histologi tumor, stage saat didiagnosis, umur anak, dan penanganan secara
multidisipliner oleh ahli bedah anak atau ahli bedah urologi, ahli onkologi
anak, dan ahli radioterapi.5,14
Stage yang rendah dan gambaran histologi yang favorable menunjukkan
prognosis yang baik. Sebaliknya, gambaran histology yang unfavorable,
terdapat keterlibatan nodus limfatikus, adanya trombus tumor dalam vena cava
inferior, dan terjadi rupture pada tumor sebelum dilakukan operasi, adalah hal-
hal yang memperburuk prognosis. Satu pengecualian yaitu, pasien dengan
tumor stage I dimana gambaran histologinya unfavorable, prognosisnya relatif
sama dengan yang favorable.14
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Bedah anak. Dalam: Hassan R, dkk, editor. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI; 2002. hal. 207.
2. Lintong PM. Ginjal dan Saluran Kencing Bagian Bawah Seri Bahan Ajar Patologi Anatomi 2. Manado: Bagian Patologi Anatomi FK Unsrat; 2000.
3. Freig SA, Fonkalsrud EW, Burnison CM, et al. Wilm Tumor. In : Haskell CM, editor. Cancer Treatment. Philadelphia: W. B. Saunders Company; 1990. p. 481 – 8.
4. Voute PA, De Kraker J. Pediatric Oncology. In: Van de Velde CJH, Bosman FT, Wagener DJTH, editors. Oncology. Bohn: Stafleu Van Loghum; 1996. p. 641 – 40.
5. Kaplan LM, Ehrlich RM. Wilms Tumor. In: Edelmann CM, editor. Pediatrics Kidney Disease 2nd ed. Boston: Little, Brown and Company; 1992. p. 2121 – 5.
6. Malone PSJ. Renal Tumours of the Newborn. New York: Churcill Livingstone; 1994. p. 523 – 6.
7. Barr LL. Handbook of Pediatric Imaging. New York: Churcill Livingstone Inc; 1991.
8. Williams G, Mallick NP. Renal Neoplasm. In: Color Atlas of Renal Disease 2nd ed. Barcelona: Wolfe Publishing; 1994. p. 154 – 5.
9. Merati SW, Silitonga LR. Tumor Wilms. Laboratorium/ Instalasi Patologi Anatomi FKUP/ RHS Bandung. Majalah Kedokteran Bandung 1997; 29: 133 – 6.
10. Exelby PR. Wilms Tumor 1991 Clinical Evaluation and Treatment. Urologic Clinics of North America 1991; 18:589 – 97.
11. Babyn POC, Gyepes M, Angio D, et al. Wilms Tumor. Hematology/ Oncology Clinics of North America 1995; 9: 1145 – 337.
12. Jones PK. Controversies and Advances In the Management Wilms Tumor (review). Arch Dis Child 2002; 87:241 – 4.
20
13. Sanberg AA. Congenital Chromosomes Anomalies and Neoplasia. In: Human Cancer and Leukimia. New York: Elsevier Science Publishing Co; 1990. p. 120 – 46.
14. Constine LS, Paidas C, Schwartz CI, et al. Pediatric Solid Tumor. In : Rubin P, editor. Clinical Oncology 8th ed. Philadelphia: W. B. Saunders Co; 2001. p. 300 – 35.
15. Lisme TE. Terapi Sitostatika pada Tumor Wilms. Horison1999. p. 584 – 90.
21